Rafni Silva Siregar 100902031 - balitbang.pemkomedan.go.id SILVA... · 6. Buat sahabat SMP-SMA...
Transcript of Rafni Silva Siregar 100902031 - balitbang.pemkomedan.go.id SILVA... · 6. Buat sahabat SMP-SMA...
i
Pengaruh Pekerjaan Orang Tua terhadap Perkembangan Anak pada
Keluarga Pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal
Kecamatan Medan Sunggal
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Universitas Sumatera Utara
Oleh
Rafni Silva Siregar
100902031
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh:
Nama : Rafni Silva Siregar
Nim : 100902031
Judul : Pengaruh Pekerjaan Orang Tua terhadap Perkembangan Anak pada Keluarga
Pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal
Kecamatan Medan Sunggal
Medan, Mei 2014
PEMBIMBING
(Dra. Berlianti, M.S.P)
NIP.
KETUA DEPARTEMEN
ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
(Hairani Siregar, S.Sos, M.S.P)
NIP. 19710927 199801 2 001
DEKAN
FAKUTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(Prof. Dr. Badaruddin, M. Si)
NIP. 19680525 199203 1 002
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
NAMA : RAFNI SILVA SIREGAR
NIM : 100902031
ABSTRAK
(Skripsi ini terdiri dari: 6 bab, 115 halaman, 34 kepustakaan, 39 tabel, serta lampiran)
Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, dengan judul “Pengaruh Pekerjaan Orang Tua terhadap Perkembangan Anak pada Keluarga Pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal”. Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah pengaruh pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak yang dilihat dari perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian anak pada keluarga pemulung.
Populasi dari penelitian ini adalah 10 keluarga yang memiliki anak usia 13-18 tahun dari 49 keluarga yang memiliki anggota keluarga berusia anak yang tinggal di Desa Tapian Nauli. Sampel tersebut diambil dengan menggunakan metode penarikan sampel Purposive Sampling. Metode yang digunakan adalah metode penelitian eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data melalui kuesioner dan observasi. Data yang didapat ditabulasikan ke dalam tabel selanjutnya dianalisis dengan teknik Korelasi Product Moment.
Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan telah dianalisi bahwa pengaruh pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak positif dimana nilai korelasi product moment hitung lebih besar dari moment tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat pengaruh signifikan antara pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak.
Kesimpulan bahwa pekerjaan orang tua memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan anak.
Kata kunci: Pengaruh, Pekerjaan Orang Tua, Perkembangan Anak
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
NAMA : RAFNI SILVA SIREGAR
NIM : 100902031
ABSTRAK
(Skripsi ini terdiri dari: 6 bab, 115 halaman, 34 kepustakaan, 39 tabel, serta lampiran)
Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, dengan judul “Pengaruh Pekerjaan Orang Tua terhadap Perkembangan Anak pada Keluarga Pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal”. Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah pengaruh pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak yang dilihat dari perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian anak pada keluarga pemulung.
Populasi dari penelitian ini adalah 10 keluarga yang memiliki anak usia 13-18 tahun dari 49 keluarga yang memiliki anggota keluarga berusia anak yang tinggal di Desa Tapian Nauli. Sampel tersebut diambil dengan menggunakan metode penarikan sampel Purposive Sampling. Metode yang digunakan adalah metode penelitian eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data melalui kuesioner dan observasi. Data yang didapat ditabulasikan ke dalam tabel selanjutnya dianalisis dengan teknik Korelasi Product Moment.
Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan telah dianalisi bahwa pengaruh pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak positif dimana nilai korelasi product moment hitung lebih besar dari moment tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat pengaruh signifikan antara pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak.
Kesimpulan bahwa pekerjaan orang tua memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan anak.
Kata kunci: Pengaruh, Pekerjaan Orang Tua, Perkembangan Anak
v
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Berkat
dan Kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. adapun judul skripsi ini
adalah “PENGARUH PEKERJAAN ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN
ANAK PADA KELUARGA PEMULUNG DI DESA TAPIAN NAULI LINGKUNGAN IX
KELURAHAN SUNGGAL KECAMATAN MEDAN SUNGGAL”. Skripsi ini di susun
untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen
Ilmu Kesejahteraan Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan
kelemahan, untuk itu penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang dapat membangun guna
perbaikan di masa yang akan datang.
Skripsi ini saya persembahkan terkhusus untuk kedua orang tua yang saya cintai, Ramli
Siregar dan Yenny Afriyanti, yang telah menjadi spirit buat saya serta keluarga yang telah
mendukung penulis selama penulisan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini, dan secara khusus penulis menghanturkan
banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaki Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.S.P, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan
Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
vi
3. Ibu Dra. Berlianti, M.S.P, selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia
membimbing dan memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini, serta telah
bersedia mendidik dan membagi ilmunya dengan saya.
4. Terkhusus buat kedua orang tuaku Ramli Siregar dan Yenny Afrianti dan adik-
adikku tercinta Ray Erlangga Siregar dan Mega Gosalini Siregar yang tak henti-
hentinya mendoakan dan mendukung penulis baik dari materi, waktu dan semua
hal. Semua yang diberikan Ayah dan Mama tak terhitung buatku. Terima kasih ya
Mam dan Yah atas semuanya. Love You Both.
5. Terima kasih buat Uda Ucok, Nanguda Rani serta Daffa atas dukungannya selama
ini baik dari materi, waktu dan bantuan-bantuan yang telah diberikan selama
penulis menempuh kuliah. Semua kebaikan Uda dan Nanguda tak akan Silva
lupakan.
6. Buat sahabat SMP-SMA Bogor, Nina Juniati, Illyah Arafah dan Sinta Apriyani.
Thanks ya buat segalanya. I miss you all.
7. Buat sahabat SMP Padang Sidimpuan, Tian, Latifah, Poppy, Nina dan Fatimah.
Kalian luar biasa. Persahabatan yang berlangsung lebih dari 10 tahun akan
berlangsung selamanya. Walau kadang kita meski terpisah jarak tapi kalian tetap
selalu ada. I love you all.
8. Buat sahabat KesSos, Intan Ceskus, Kakak Clara Clere, dan Mak Uwi. Makasih
udah memberikan warna selama 4 tahun ini. Makasih sudah menerima aku apa
adanya. Perjalanan yang kita lalui selama ini memberikan banyak pelajaran.
Ganbate.
vii
9. Buat KesSos 2010, Papi Pram, Bang Mail, Om Uya, Kak Rahma, Fahmi, Nanda,
Ferdian “Onta”, Kak Ria, Dimas, Dede, Mamang Iqbal, Arif “PSK”, Tante Dwi,
Acon, Riada, Desi, Hana, Pera, Fonny, Juwita, Yohana, Lince, Sintong, Helen,
Om Kiky, Tante Riza, Tante Raisa, Tante Tania, Eny, Liberson, Josua, Cumi, dan
buat semua yang gak bisa aku sebutin satu-satu. Makasih atas semuanya
10. Buat orang-orang yang tidak tersebutkan namanya yang telah mendukung dan
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, aku ucapkan terima kasih dan sukses
buat kalian semua.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam
skripsi ini, untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna menyempurnakannya agar ke depan
penulis dapat lebih baik lagi. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Sekian dan terima kasih.
Medan, Mei 2014
Penulis
Rafni Silva Siregar
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……………………………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………… iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………... vi
DAFTAR TABEL …………………………………………………………………………….. ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………………….. 9
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………………………………... 9
1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………………………………………. 9
1.5 Sistematika Penulisan ………………………………………………………………….. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kemiskinan ……………………………………………………………………………. 11
2.1.1 Aspek-aspek Kemiskinan ………………………………………………………. 12
2.1.2 Ciri-ciri Kemiskinan ……………………………………………………………. 14
2.1.3 Faktor Penyebab Kemiskinan Secara Sistematik ……………………………… 16
2.2 Keluarga Pemulung …………………………………………………………………... 18
2.2.1 Keluarga ………………………………………………………………………… 18
2.2.2 Pemulung ……………………………………………………………………….. 24
2.3 Perkembangan Anak …………………………………………………………………. 27
2.3.1 Perkembangan Anak …………………………………………………………… 27
a. Anak ………………………………………………………………………….. 27
ix
b. Perkembangan Anak ………………………………………………………… 30
2.3.2 Perkembangan Sosial Anak ……………………………………………………. 34
2.3.3 Perkembangan Kepribadian Anak ……………………………………………… 39
a. Hal-hal yang mempengaruhi Kepribadian ………………………………….. 40
2.4 Kesejahteraan Anak ………………………………………………………………….. 45
2.4.1 Perlindungan Anak …………………………………………………………….. 46
2.5 Kerangka Pemikiran ………………………………………………………………….. 48
2.6 Hipotesis ……………………………………………………………………………… 50
2.7 Definisi Konsep dan Definisi Operasional …………………………………………. 50
2.7.1 Definisi Konsep ……………………………………………………………….. 50
2.7.2 Definisi Operasional …………………………………………………………... 51
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian ……………………………………………………………………….. 54
3.2 Lokasi Penelitian …………………………………………………………………….. 54
3.3 Populasi dan Sampel ………………………………………………………………… 54
3.4 Teknik Pengumpulan Data ………………………………………………………….. 55
3.5 Teknik Analisis Data ………………………………………………………………… 56
BAB IV DESKRIPSI LOKASI
4.1 Gambaran Umum Kelurahan Sunggal ………………………………………………. 58
4.1.1 Komposisi Penduduk ………………………………………………………….. 59
4.2 Gambaran Umum Linkungan IX ……………………………………………………. 62
BAB V ANALISIS DATA
5.1 Pekerjaan Orang Tua (Variabel X) ………………………………………………….. 64
5.2 Perkembangan Anak (Variabel Y) ………………………………………………….. 86
5.3 Uji Hipotesa ………………………………………………………………………….. 110
x
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………. 114
6.2 Saran ………………………………………………………………………………… 115
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
xi
DAFTAR TABEL
Tabel I Data Jumlah Penduduk Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal……………… 59
Tabel II Data Anak-Anak di Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal………………… 60
Tabel III Data Agama Penduduk Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal……………. 61
Tabel IV Data Jumlah Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal
Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………………………………. 62
Tabel V Data Pekerjaan Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal
Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………………………………. 63
Tabel VI Distribusi Data Pendapatan Orang Tua per Bulan Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………….. 64
Tabel VII Distribusi Data Status Tempat Tinggal Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………….. 65
Tabel VIII Distribusi Data Keadaan Tempat Tinggal Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan
IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………………………………………… 67
Tabel IX Distribusi Data Pendidikan Terakhir Orang Tua Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………….. 68
Tabel X Distribusi Data Jumlah Anggota Keluarga Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan
Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………………………………………………………... 70
xii
Tabel XI Distribusi Data Keikutsertaan Kegiatan di Lingkungan Tempat Tinggal Desa Tapian
Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………….. 71
Tabel XII Distribusi Data Keikutsertaan Kegiatan Keagamaan di Lingkungan Tempat Tinggal
Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………. 72
Tabel XIII Distribusi Data Keikutsertaan Kegiatan Program Pemerintah Desa Tapian Nauli
Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………… 74
Tabel XIV Data Distribusi Kesempatan Menabung Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ………………………………………………. 75
Tabel XV Data Distribusi Penyakit yang Diidap Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………….. 76
Tabel XVI Data Distribusi Frekuensi Berobat Ke Puskesmas Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………….. 77
Tabel XVII Data Distribusi Status Penerimaan Bantuan Program Pemerintah Desa Tapian Nauli
Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………… 79
Tabel XVIII Data Distribusi Frekuensi Konsumsi Program 4 Sehat 5 Sempurna Desa Tapian
Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………….. 80
Tabel XIX Data Distribusi Status Berobat ke Rumah Sakit Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………….. 81
Tabel XX Data Distribusi Pekerjaan Sampingan Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………….. 82
xiii
Tabel XXI Data Distribusi Pemenuhan Sandang Keluarga Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ………………………………………….......... 84
Tabel XXII Data Distribusi Frekuensi Rekreasi Bersama Keluarga Desa Tapian Nauli
Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………… 85
Tabel XXIII Data Distribusi Frekuensi Komunikasi dengan Orang Tua Desa Tapian Nauli
Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………… 86
Tabel XXIV Data Distribusi Keikutsertaan Anak dalam Pekerjaan Orang Tua Desa Tapian
Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………….. 88
Tabel XXV Data Distribusi Frekuensi Sosialisasi dengan Teman Desa Tapian Nauli Lingkungan
IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………………………………………… 89
Tabel XXVI Data Distribusi Frekuensi Mengerjakan Tugas Rumah Desa Tapian Nauli
Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………… 91
Tabel XXVII Data Distribusi Kepemilikan Kamar Pribadi Anak Desa Tapian Nauli Lingkungan
IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………………………………………… 92
Tabel XXVIII Data Distribusi Teman Sepermainan Anak Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………….. 93
Tabel XXIX Data Distribusi Status Hubungan Spesial dengan Lawan Jenis Desa Tapian Nauli
Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………… 95
Tabel XXX Data Distribusi Frekuensi Mengikuti Kegiatan Organisasi Desa Tapian Nauli
Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………… 96
xiv
Tabel XXXI Data Distribusi Kesempatan Menyalurkan Hobby Desa Tapian Nauli Lingkungan
IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………………………………………… 97
Tabel XXXII Data Distribusi Frekuensi Bermain dengan Teman Desa Tapian Nauli Lingkungan
IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………………………………………… 99
Tabel XXXIII Data Distribusi Latar Belakang Pekerjaan Orangtua Teman Desa Tapian Nauli
Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………………………….. 100
Tabel XXXIV Data Distribusi Frekuensi Mengikuti Gaya Trend yang Berkembang Desa Tapian
Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………… 102
Tabel XXXV Data Distribusi Penilaian terhadap Diri Sendiri Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………… 103
Tabel XXXVI Data Distribusi Minat terhadap Tugas Pekerjaan Rumah Desa Tapian Nauli
Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………………………….. 105
Tabel XXXVII Data Distribusi Reaksi terhadap Ejekan Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………… 106
Tabel XXXVIII Data Distribusi Reaksi Tidak Terpenuhi Keinginan Desa Tapian Nauli
Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………………………….. 108
Tabel XXXIX Data Distribusi Peraihan Prestasi Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan
Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………………………………………………………. 109
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bagi Bangsa Indonesia, masyarakat, keluarga miskin dan terlebih lagi anak-anak, situasi
kritis ekonomi adalah awal mula timbulnya berbagai masalah yang sepertinya makin mustahil
untuk dipecahkan dalam waktu singkat. Situasi kritis ekonomi bukan hanya melahirkan kondisi
kemiskinan yang makin parah tetapi juga menyebabkan situasi menjadi teramat sulit (Suyanto,
2013:3). Krisis ekonomi menyentuh hampir seluruh sendi-sendi kehidupan, membuat masyarakat
harus berpikir keras agar segala kebutuhan terpenuhi. Masyarakat yang akhirnya menghadapi
berbagai resiko yang ditimbulkan oleh krisis ekonomi di masa depan.
Krisis ekonomi yang terjadi membawa ketidakpastian akan kondisi ekonomi di masa
depan. Hal ini membawa banyak masalah seperti pengangguran, penyakit dan lanjut usia.
Masalah ini memberikan sumbangsih terhadap kualitas hidup. Kualitas hidup menjadi rendah
akibat krisis ekonomi. Kualitas hidup juga merupakan dampak dari kemiskinan yang berpangkal
pada ekonomi yang tidak stabil.
Berbicara mengenai kemiskinan berarti berbicara mengenai harkat dan martabat manusia.
Ditinjau dari pihak yang mempersoalkan dan mencoba mencari solusi atas masalah kemiskinan,
dapat dikemukakan bahwa kemiskinan merupakan masalah pribadi, keluarga, masyarakat, negara
bahkan dunia (Siagian,2012:1). Dapat dipahami bahwa masalah kemiskinan memerlukan
perhatian khusus dari semua pihak yang mengalami masalah kemiskinan tersebut.
xvi
Kemiskinan identik dengan suatu penyakit. Langkah pertama penanggulangan masalah
kemiskinan adalah memahami kemiskinan sebagai suatu masalah. Kemiskinan hingga kini masih
menjadi masalah yang penting di Indonesia, sehingga menjadi fokus perhatian bagi pemerintah
Indonesia. Masalah kemiskinan ini sangatlah kompleks dan bersifat multidimensional sebab
berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya dan aspek lainnya. Kemiskinan terus menjadi
masalah fenomenal di belahan dunia, khususnya Indonesia yang merupakan negara berkembang.
Ironisnya, banyak masyarakat miskin di Indonesia tidak memandang kemiskinan yang
mereka alami sebagai suatu masalah. Mereka terbiasa dengan keadaan kehidupan yang mereka
jalani. Orang lainlah yang justru memandang hal tersebut menjadi suatu masalah yang wajib
diselesaikan. Namun ini menjadi sulit karena kedua belah pihak sejak awal berada disisi yang
berbeda. Butuh tenaga ekstra untuk memberikan pengertian akan masalah yang mereka alami ini
harus diselesaikan dan dicari jalan keluar terbaik agar kehidupannya menjadi lebih baik.
Bagi mereka yang tinggal di desa, kemiskinan menjadi suatu masalah yang terlihat tidak
dapat dipecahkan. Persediaan lapangan pekerjaan yang sedikit membuat para generasi muda
tergiur akan segala kelebihan yang diberikan oleh perkotaan. Segala fasilitas yang mereka
bayangkan, banyak yang berharap dapat menuai keuntungan dengan meninggalkan tempat
kelahiran mereka. Sektor pertanian tidak lagi dapat diandalkan untuk menjadi mata pencaharian
utama. Hanya generasi tua yang mau menjalankan sektor pertanian walau sudah tidak mampu
lagi mengembangkannya.
Perpindahan penduduk desa dengan mencari keuntungan di kota membawa masalah
tersendiri bagi perkotaan. Hal ini menyebabkan tingginya tingkat kepadatan penduduk tetapi
tidak diimbangi oleh tingkat pertumbuhan ekonomi kota. Tingginya pertumbuhan penduduk di
xvii
kota disebabkan oleh adanya migrasi penduduk desa ke kota yang disebut urbanisasi. Urbanisasi
di negara yang sedang berkembang dapat meningkatkan jumlah penduduk kota menjadi sangat
besar, namun kualitas yang dimiliki sangat rendah. Warga desa yang datang ke kota karena
faktor ekonomi pada umumnya adalah orang-orang yang tidak mempunyai kedudukan sosial
yang tinggi di desanya.
Laju pertumbuhan penduduk yang sangat cepat, perkembangan teknologi dan berbagai
sarana kehidupan di perkotaan tidak seiring dengan perkembangan kesejahteraan masyarakat.
Hal seperti ini terlihat adanya masyarakat pinggiran seperti pemulung. Pemulung adalah salah
satu contoh kegiatan sektor informal yang ada di perkotaan. Para pemulung melakukan
pengumpulan barang bekas karena adanya permintaan dari industri-industri pendaur ulang
bahan-bahan bekas. Keberadaan pemulung dalam realitas di masyarakat dapat dilihat dari dua
sisi yang berbeda.
Pertama, profesi pemulung ini mampu memberikan peluang kerja kepada pemulung itu
sendiri ketika pemerintah tidak mampu menciptakan lapangan pekerjaan untuk mereka yang
sangat membutuhkan pekerjaan. Kedua, profesi pemulung dapat dikatakan sebagai beban bagi
masyarakat lainnya, sebagai dampak dari ketidakteraturan kehidupan mereka. Namun kedua sisi
tersebut tentu memiliki keuntungan bagi berbagai pihak yang terkait.
Pemulung identik dengan gelandangan dimana sebagian orang menganggap pekerjaan
tersebut hina. Tetapi bagi mereka pekerjaan ini mempunyai makna yang sangat besar karena
dilakukan dengan cara yang halal. Bukan gelandangan yang melakukan pekerjaan sebagai
pencuri atau menjadi WTS / Pelacur. Walaupun mereka berada pada status sosial yang paling
bawah, namun mereka tetap memiliki kebahagiaan dan harapan-harapan yang cerah untuk masa
xviii
depan. Mereka tabah dan kuat menghadapi tantangan hidup dalam kehidupan sekaligus selalu
berusaha membangun dan memupuk harapan-harapan, walaupun kehidupan hari esok belum
tentu lebih baik dari hari ini (Khairani, 2007).
Pemulung merupakan kelompok masyarakat yang memiliki masalah kemiskinan cukup
mendalam. Banyak dari mereka yang tidak menyadari kemiskinan yang mereka hadapi. Mereka
cenderung pasrah pada keadaan tanpa usaha yang lebih untuk mengeluarkan keadaan dari
masalah yang dihadapi. Bagi mereka yang terpenting adalah dapat memenuhi kebutuhan makan.
Keadaan tempat tinggalpun seadanya yang penting tidak kepanasan dan kehujanan.
Kondisi ekonomi yang sangat sulit digambarkan dalam salah satu kasus bernama Ni
Wayang. Pada usianya yang belia, memaksa Ni Wayan Mertayani harus dewasa di usianya yang
masih 14 tahun. Sehari-harinya, Mertayani membantu ibunya berjualan asongan di pinggir pantai
selain menjalani tugas belajar sebagai siswi di SMPN 2 Abang. Kadangkala, dia ikut mencari
barang rongsokan di tepi pantai. Mertayani merupakan putri sulung almarhum I Nengah
Sangkrib dan Ni Nengah Sirem. Sejak ayahnya meninggal, Mertayani tinggal bersama ibunya Ni
Nengah Sirem dan adiknya Ni Made Jati. Sejak itu pula, tiga wanita ini berjuang untuk
melanjutkan hidupnya dari hari ke hari dengan berjualan atau mencari barang rongsokan. Hingga
akhirnya dia mampu memenangkan lomba foto internasional Museum Anne Frank.
(http://www.indonesiaberprestasi.web.id/berita-prestatif/ni-wayan-mertayani-gadis-pemulung-
dari-bali-menang-lomba-foto-internasional-museum-anne-frank/ diakses pada 7 Desember 2013
pukul 08.23 WIB)
Pada gambaran keadaan yang sama dalam hal ekonomi namun berbeda halnya dengan
kasus seperti Dani (8 tahun), sekarang duduk di kelas 3 SD. Sejak dari kelas 1 hingga sekarang
xix
selalu memperoleh Ranking Pertama, dapat mengalahkan teman-temannya yang kehidupan
ekonominya jauh berada di atasnya. Begitupun dengan kakaknya, Fauzan. Siswa kelas 8 SMP ini
meraih prestasi sebagai Juara Taekwondo tingkat Provinsi DKI Jakarta tahun 2013. Kesulitan
ekonomi tak membuatnya minder atau patah semangat. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-
harinya, Fauzan dan Dani kadang harus ikut memulung bersama ayahnya. Hal inilah yang
membuat mereka hidup tegar di tengah kerasnya kehidupan ibukota. Namun dalam hal belajar,
tidak usah diragukan. Kedua anak ini rajin dan semangat dalam belajar maupun kegiatan sekolah
lainnya. (http://www.kabarpublik.com/2013/09/anak-pemulung-yang-berprestasi/ diakses pada 7
Desember 2013 pada pukul 08.25 WIB)
Keadaan keluarga memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap perkembangan
anak. Status ekonomi yang dimiliki akibat pekerjaan yang disandang orang tua memberikan
dampak terhadap proses perkembangan yang dimiliki setiap anak. Anak-anak memiliki cara
tersendiri dalam menyikapi pekerjaan yang dilakukan orang tua. Tak jarang mereka menjadi
malu akibat pekerjaan yang dilakukan oleh orang tua.
Setiap pekerjaan yang dilakukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan, baik itu pribadi
maupun keluarga. Sebagai kepala keluarga, orang tua memiliki kewajiban untuk memenuhi
setiap kebutuhan anak-anaknya mulai dari makanan, pakaian dan juga pendidikan. Namun
terkadang akibat himpitan ekonomi, banyak keluarga yang tidak lagi memikirkan perkembangan
anak-anaknya secara baik. Dikarenakan tidak dapat memenuhi ekonomi secara baik, orang tua
juga tidak memperhatikan perkembangan anak-anaknya.
Pekerjaan orang tua penting bagi anak kecil hanya bila pekerjaan ini mempunyai akibat
langsung bagi kesejahteraan si anak. Tapi sekarang ini bagi anak yang lebih besar, pekerjaan
xx
orang tua mempunyai arti budaya. Perkembangan teknologi dan budaya yang pesat
menyebabkan pekerjaan orang tua mempengaruhi gengsi sosial anak. Anak sekolah dasar
membagi masyarakat atas tingkat-tingkat berdasarkan pekerjaan dan mengambil alih sikap dan
nilai orang tua terhadap berbagai pekerjaan. Bila seorang anak merasa malu akan pekerjaan
orang tuanya, karena tingkat pekerjaan itu atau jenis pakaian kerja, sikap anak akan dipengaruhi
secara merugikan.
Bila anak cukup besar untuk memahami status sosial keluarganya sebagai dampak dari
pekerjaan orang tua, status ini mempunyai pengaruh yang nyata pada sikap anak terhadap orang
tua, terutama terhadap ayah sebagai pencari nafkah. Jika status sosial keluarga anak sekurang-
kurangnya sama dengan status keluarga teman sebaya, anak merasa bangga terhadap ayah
mereka. Bila mereka melihat bahwa status keluarga mereka lebih rendah, mereka merasa malu
dan bersikap sangat kritis terhadap ayah mereka.
Keadaan demikian bisa mempengaruhi juga perkembangan anak baik secara sosial
maupun kepribadian. Perkembangan sosial anak menjadi terganggu, anak menjadi pendiam dan
tertutup. Anak menutup diri dari lingkungan sosial karena merasa malu, tidak sederajat dan
rendah diri. Tak jarang anak menjadi bahan olok-olokan teman-temannya akibat dari pekerjaan
yang dilakukan orang tua. Ini menbawa dampak buruk bagi perkembangan anak.
Suatu saat mungkin ia terlihat pendiam, cemberut, dan mengasingkan diri tetapi pada saat
yang lain ia terlihat sebaliknya, periang, berseri-seri dan yakin. Perilaku yang sukar ditebak dan
berubah-ubah ini bukanlah abnormal. Ini hanya perlu diprihatinkan bila ia terjerumus dalam
kesulitan di sekolah atau dengan teman-temannya. Remaja lebih mudah dipengaruhi teman-
temannya daripada ketika masih lebih muda. Ini berarti pengaruh orang tua pun melemah. Anak
xxi
remaja berperilaku dan mempunyai kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan
perilaku dan kesenangan keluarga.
Remaja sering menjadi terlalu percaya diri bersama-sama dengan emosinya yang
biasanya meningkat, mengakibatkan ia sukar menerima nasihat orang tua. Perilaku antisosial,
seperti suka menganggu, berbohong, kejam, dan agresif sering muncul pada diri remaja.
Sebabnya mungkin bermacam-macam dan banyak tergantung pada budayanya. Akan tetapi,
penyebab yang mendasar ialah pengaruh buruk teman, dan kedisiplinan yang salah dari orang tua
terutama bila terlalu keras atau terlalu lunak dan sering tidak ada sama sekali (Agustiani, 2009:
189)
Perubahan yang terjadi dalam diri pada masa remaja ini, menuntut individu untuk
melakukan penyesuaian diri. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu menjadi
bagian dari lingkungan tertentu. Di lingkungan manapun individu berada, ia akan berhadapan
dengan harapan dan tuntutan dari lingkungan yang harus dipenuhinya. Di samping itu individu
juga memiliki kebutuhan, harapan dan tuntutan di dalam dirinya, yang harus diselaraskan dengan
tuntutan dari lingkungan. Bila individu mampu menyelaraskan kedua hal tersebut, maka
dikatakan bahwa individu tersebut mampu menyesuaikan diri. Jadi, penyesuaian diri dapat
dikatakan sebagai cara tertentu yang dilakukan oleh individu untuk bereaksi terhadap tuntutan
dalam diri maupun situasi eksternal yang dihadapinya.
Remaja mulai menyampaikan kebebasan dan haknya untuk mengemukakan pendapatnya
sendiri. Tidak terhindarkan, ini dapat menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan dapat
menjauhkan ia dari keluarganya. Remaja memaksa orang tua untuk memenuhi kebutuhannya
yang cenderung pada keinginan pribadi. Penghasilan pekerjaan orang tua sebagai pemulung tentu
xxii
tidak dapat memenuhi semua keinginan anak. Hal ini membuat anak merasa hak-haknya tidak
terpenuhi. Akibatnya hubungan anak dan orang tua menjadi renggang.
Disisi lain, anak yang dapat menerima keadaan orang tuanya tidak merasa minder akan
keadaan keluarga. Mereka justru terpacu untuk berprestasi mengembangkan segala kemampuan
dan talenta yang dimiliki. Cita-cita yang terus digantung selalu menjadi pemacu untuk tidak
menyerah dengan keadaan, mereka tercipta sebagai anak yang berprestasi ditengah himpitan
ekonomi yang dialami.
Status sosial ekonomi itu tidak merupakan faktor multak dalam perkembangan sosial
karena tergantung juga kepada sikap-sikap orang tuanya dan bagaimana corak interaksi di dalam
keluarganya. Walaupun status sosial ekonomi orang tua memuaskan, tetapi apabila mereka tidak
memperhatikan pendidikan anaknya atau senantiasa berselisih, hal tersebut juga tidak
menguntungkan perkembangan sosial anak-anaknya. Perkembangan soosial anaknya dapat
ditentukan pula oleh saling pengaruh dari banyak faktor di luar dirinya dan di dalam dirinya
(Gerungan, 2004: 196).
Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
merupakan daerah yang memiliki penduduk dengan mayoritas bekerja sebagai pemulung.
Sampah-sampah menjadi mata pencaharian utama untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Plastik-
plastik menjadi pemandangan yang biasa di depan rumah. Sebagian besar mereka tinggal
mengontrak ataupun menempati rumah milik keluarga.
Sistem kekeluargaan menjadi salah satu kekuatan dalam menjalankan kehidupan di desa
ini. Mereka saling membantu dalam berbagai hal. Orang tua di Desa Tapian Nauli Lingkungan
IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan
xxiii
anaknya terutama kehidupan pendidikan. Semua anak di desa ini bersekolah walaupun sekolah di
sekolah swasta biasa. Perilaku yang dimiliki anak-anak di desa ini berbeda-beda. Sebagian dari
mereka hanya bergaul dengan anak lingkungan sekitar tanpa mau terbuka dengan lingkungan
luar. Sebagian lagi mencoba berbaur dengan cara mengikuti beberapa kegiatan yang diadakan di
luar lingkungan mereka.
Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Pekerjaan Orang Tua terhadap Perkembangan Anak pada Keluarga
Pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, penulis merumuskan
permasalahan penelitian yaitu Bagaimana pengaruh pekerjaan orang tua terhadap perkembangan
anak pada keluarga pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal
Kecamatan Medan Sunggal?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu Untuk mengetahui pengaruh pekerjaan
orang tua terhadap perkembangan anak pada keluarga pemulung di Desa Tapian Nauli
Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah
xxiv
1. Bagi penulis manfaat penelitian ini yakni dapat mengembangkan pemahaman dan
kemampuan berpikir penulis melalui penulisan ilmiah mengenai pengaruh pekerjaan
orang tua terhadap perkembangan anak pada keluarga pemulung, dengan menerapkan
pengetahuan yang diperoleh selama belajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam rangka
membantu program-program yang dibuat pemerintah guna memenuhi hak anak agar
perkembangan anak lebih baik.
xxv
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan memahami dan mengetahui isi yang terkandung dalam
skripsi ini, maka diperlukan sistematika. Sistematika penulisan secara garis besarnya
dikelompokan dalam enam bab, dengan urutan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Beisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek
yang diteliti, kerangka penelitian, definisi konsep dan definisi operasional
BAB III : METODE PENELITIAN
Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi penelitian,
teknik pengumpulan data serta teknik analisis data
BAB IV : GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
Berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian
dan data-data lain yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti
BAB V : ANALISIS DATA
Berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan
analisisnya
BAB VI : PENUTUP
Berisikan tentang pokok-pokok kesimpulan dan saran-saran yang perlu
disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil
penelitian
xxvi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kemiskinan
Berbicara mengenai kemiskinan berarti berbicara mengenai harkat dan martabat manusia.
Ditinjau dari pihak yang mempersoalkan dan mencoba mencari solusi atas masalah kemiskinan,
dapat dikemukakan bahwa kemiskinan merupakan masalah pribadi, keluarga, masyarakat, negara
bahkan dunia (Siagian,2012:1). Masalah kemiskinan dapat dipahami memerlukan perhatian
khusus dari semua pihak yang mengalami masalah kemiskinan tersebut.
Kemiskinan identik dengan suatu penyakit, oleh karena itu langkah pertama
penanggulangan masalah kemiskinan adalah memahami kemiskinan sebagai suatu masalah.
Pemahaman masalah kemiskinan perlu memandang kemiskinan itu dari dua aspek, yakni
kemiskinan sebagai suatu kondisi dan kemiskinan sebagai suatu proses. Sebagai suatu kondisi,
kemiskinan adalah suatu fakta dimana seorang atau sekelompok orang yang hidup dibawah atau
lebih rendah dari kondisi layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Sementara itu sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses menurunnya daya
dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau
sekelompok tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu
mencari taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
manusia.
xxvii
Menurut Mencher (dalam Siagian,2012:5) mengemukakan, kemiskinan adalah gejala
penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi
daya dukung hidup seseorang atau sekelompok orang tersebut, dimana pada suatu titik waktu
secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak.
2.1.1. Aspek-aspek Kemiskinan
1. Kemiskinan itu multi dimensi
Sifat kemiskinan sebagai suatu konsep yang multi dimensi berakar dari kondisi
kebutuhan manusia yang beraneka ragam. Ditinjau dari segi kebijakan umum, maka kemiskinan
itu meliputi aspek-aspek primer seperti miskin akan aset, organisasi sosial, kelembagaan sosial,
berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dianggap dapat mendukung kehidupan manusia.
Sedangkan aspek sekundernya antara lain adalah miskinnya informasi, jaringan sosial dan
sumber keuntungan yang semuanya merupakan faktor-faktor yang dapat digunakan sebagai
jembatan memperoleh sesuatu fasilitas yang dapat mendukung upaya mempertahankan, bahkan
meningkatkan kualitas hidup.
2. Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak langsung
Sebagai konsekuensi logisnya, kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat
mengakibatkan kemajuan atau kemunduran pada aspek lainnya. Justru kondisi seperti inilah yang
mengakibatkan tidak mudahnya menganalisis kemiskinan itu menuju pemahaman yang
komprehensif. Hal lain yang juga harus dipahami sebagai konsekuensi logis dari kondisi
kemiskinan seperti ini adalah, pemahaman tentang kemiskinan hanya dapat diperoleh jika kita
menganalisis kemiskinan itu secara agregat. Menganalisis kemiskinan secara parsial akan
membawa pada pemahaman yang salah tentang kemiskinan itu sendiri.
xxviii
3. Kemiskinan itu adalah fakta yang terukur
Fenomena yang sering kita temui adalah, pendapatan yang diperoleh sekelompok yang
bermukim di tempat yang sama boleh sama, namun kualitas individu atau keluarga yang dimiliki
mungkin saja berbeda. Keadaan yang demikian sering mengkondisikan kita untuk
mengidentifikasi kemiskinan sebagai suatu yang serba abstrak dan tidak mungkin diukur. Ada
pula yang cenderung menyatakan kemiskinan itu sebagai abstraksi dari perasaan sehingga
mustahil untuk diukur (Siagian, 2012: 13)
Kemiskinan dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai tingkatan (Siagian, 2012:14),
seperti:
a. Miskin
b. Sangat miskin
c. Sangat miskin sekali
Demikian halnya dengan BKKBN (dalam Siagian, 2012:14) sering mengklasifikasikan
kondisi kehidupan masyarakat ke dalam berbagai tingkat, seperti:
a. Prasejahtera
b. Sejahtera 1
c. Sejahtera 2
4. Bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara individual maupun kolektif
Kita sering mendengar istilah kemiskinan pedesaan (rural poverty), kemiskinan
perkotaan (urban poverty) dan sebagainya. Berbagai istilah tersebut bukanlah berarti bahwa yang
mengalami kemiskinan itu adalah desa atau kotanya. Kondisi desa dan kota itu merupakan
xxix
penyebab kemiskinan bagi manusia, dengan demikian pihak yang menderita miskin hanyalah
manusia, baik secara individual maupun kelompok dan bukanlah wilayah.
2.1.2 Ciri-ciri Kemiskinan
Sulit memperoleh informasi secara jelas dan akurat berkaitan dengan indikasi-indikasi
seperti apa yang dapat digunakan sebagai penanganan untuk menyatakan secara akurat, bahwa
orang-orang seperti inilah yang disebut orang miskin, sementara orang-orang seperti itu disebut
tidak miskin. Namun suatu studi menunjukkan adanya lima ciri-ciri kemiskinan (Siagian,
2012:20), yakni:
1. Mereka yang hidup dibawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor produksi
sendiri, seperti tanah yang cukup luas, modal yang memadai, ataupun keterampilan untuk
melakukan suatu aktivitas ekonomi sesuai dengan mata pencahariannya. Sebagai contoh
kemiskinan itu bercirikan antara lain bahwa faktor produksi yang dimiliki pada umumnya
sedikit atau bahkan tidak ada, sehingga kemampuan untuk mempertahankan apalagi
meningkatkan produksipun tidak mungkin. Lebih menyesakkan lagi, faktor-faktor
produksi yang dimiliki justru digunakan untuk kebutuhan konsumsi, bukan untuk
kebutuhan produksi, misalnya modal atau dana tidak digunakan untuk investasi,
melainkan hanya untuk konsumsi demi mempertahankan hidup. Kondisi seperti ini
mengakibatkan banyak kasus berhentinya usaha karena kekurangan atau ketiadaan
modal.
xxx
2. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk memperoleh
aset produksi dengan kekuatan sendiri. Sebagai contoh, keluarga petani dengan perolehan
pendapatan hanya cukup untuk konsumsi. Mereka tidak berpeluang untuk memperoleh
tanah garapan, benih, ataupun pupuk sebagai faktor-faktor produksi.
3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah. Kondisi seperti ini akan berpengaruh
terhadap wawasan mereka. Beberapa penelitian atara lain menyimpulkan bahwa waktu
mereka pada umumnya habis tersita semata-mata hanya untuk mencari nafkah sehingga
tidak ada waktu untuk belajar atau meningkatkan keterampilan. Demikian juga dengan
anak-anak mereka, tidak dapat menyelesaikan sekolahnya, karena harus membantu orang
tua mencari tambahan pendapatan. Artinya bagi mereka, anak tersebut memiliki nilai
ekonomis.
4. Pada umumnya mereka yang masuk ke dalam kelompok penduduk dengan kategori
setengah menganggur. Pendidikan dan keterampilan yang sangat rendah mengakibatkan
akses masyarakat miskin ke dalam berbagai sektor formal bagaikan tertutup rapat.
Akibatnya mereka terpaksa memasuki sektor-sektor informal. Bahkan pada umumnya
mereka bekerja serabutan maupun musiman. Jika dikaji secara totalitas, mereka
sesungguhnya bukan bekerja sepenuhnya, bahkan mereka justru lebih sering tidak
bekerja. Sekilas mereka tidak menganggur, namun jika digunakan indikator jam kerja,
mereka justru masuk ke dalam kategori pengangguran tidak kentara. Kondisi demikian
mengakibatkan mereka memiliki produktivitas yang rendah, dan seterusnya
mengakibatkan mereka memperoleh pendapatan yang rendah pula.
5. Banyak di antara mereka yang hidup di kota masih berusia muda, tetapi tidak memiliki
keterampilan atau pendidikan yang memadai. Sementara itu kota tidak siap menampung
xxxi
gerak urbanisasi dari desa yang makin keras. Artinya laju investasi di perkotaan tidak
sebanding dengan laju pertumbuhan tenaga kerja sebagai akibat langsung dari derasnya
arus urbanisasi. Kondisi ini tentu tidak terlepas dari sifat statis desa dalam mendukung
kehidupan penduduknya. Dalam keadaan demikian, masyarakat desa cenderung
melakukan migrasi ke kota, karena dianggap sebagai alternatif dalam upaya mengubah
nasib.
Kemiskinan juga tidak lepas daripada cangkupan faktor-faktor lain yang mempengaruhi
hidup selain dari sisi material. Cangkupan beberapa elemen yang turut menentukan kualitas
hidup dalam pengukuran kesejahteraan ekonomi. Ada 3 pendekatan konseptual dalam
memikirkan cara mengukur kualitas hidup:
1. Pendekatan pertama, untuk menilai keadaan diri mereka sendiri, mengupayakan manusia
untuk “bahagia’ dan “puas” dengan hidup mereka merupaka tujuan universal eksistensi
manusia.
2. Pendekatan kedua, pendekatan ini melihat hidup seseorang sebagai kombinasi antara
“kegiatan dan kedirian” (functionings) dan kebebasannya untuk memilih fungsi-fungsi
tersebut (capabilities). Sebagian diantara kapabilitas yang sangat mendasar, seperti:
tercukupinya gizi dan terbebas dari kematian dini, kapabilitas lain seperti: melek huruf,
berpartisipasi dalam politik
3. Pendekatan ketiga, dikembangkan dalam kondisi ekonomi. Gagasan tentang alokasi yang
adil, berfokus pada kesetaraan diantara anggota masyarakat (Siglitz, 2011: 70-71)
2.1.3 Faktor Penyebab Kemiskinan Secara Sistematik
xxxii
Secara umum, faktor-faktor penyebab kemiskinan secara kategoris dengan
menitikberatkan kajian pada sumbernya terdiri dari dua bagian besar (Siagian: 2012: 114), yaitu:
1. Faktor internal, yang dalam hal ini berasal dari individu yang mengalami kemiskinan itu
yang secara substansial adalah dalam bentuk kekurangmampuan, yang meliputi:
a. Fisik, misalnya cacat, kurang gizi, sakit-sakitan
b. Intelektual, seperti: kurangnya pengetahuan, kebodohan, miskinnya informasi
c. Mental emosional atau temperamental, seperti: malas, mudah menyerah dan putus
asa.
d. Spiritual, seperti: tidak jujur, penipu, serakah dan tidak disiplin.
e. Secara psikologis, seperti: kurang motivasi, kurang percaya diri, depresi, stress,
kurang relasi dan kurang mampu mencari dukungan.
f. Keterampilan, seperti: tidak memiliki keahlian yang sesuai dengan tuntutan
lapangan kerja.
g. Aset, seperti: tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabungan,
kendaraan dan modal kerja.
2. Faktor eksternal, yakni bersumber dari luar diri individu atau keluarga yang mengalami
dan menghadapi kemiskinan itu, sehingga pada suatu titik waktu menjadikannya miskin,
meliputi:
a. Terbatasnya pelayanan sosial dasar
b. Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah sebagai aset dan alat memenuhi
kebutuhan hidup.
c. Terbatasnya lapangan pekerjaan formal dan kurang terlindunginya usaha-usaha
sektor informal.
xxxiii
d. Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat bunga yang tidak
mendukung sektor usaha mikro.
e. Belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan, dengan prioritas sektor riil
masyarakat banyak.
f. Sistem mobilisasi dan pendayagunaan dana sosial masyarakat yang belum optimal
g. Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan
h. Kondisi geografis yang sulit, tandus, terpencil atau daerah bencana
i. Pembangunan yang lebih beriorentasi fisik material
j. Pembangunan ekonomi antar daerah yang belum merata
k. Kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin.
Penyebab utama kemiskinan ialah ketidakmampuan kaum miskin menghadapi perubahan
yang cepat dan radikal serta realita yang baru dan kompleks. Perubahan-perubahan itu terpenting
dan paling jelas adalah tekanan populasi, perubahan struktur sosial dan ekonomi, kondisi-kondisi
teknologi dan ekologi, perang dan perselisihan warga. Sementara itu, perubahan-perubahan yang
tidak begitu tampak namun sama mengancamnya adalah perubahan iklim, degradasi tanah,
polusi air dan udara.
2.2 Keluarga Pemulung
2.2.1 Keluarga
Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat. Secara historis
keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan organisasi terbatas, dan mempunyai
ukuran yang minimum, terutama pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan.
Dengan kata lain, keluarga tetap merupakan bagian dari masyarakat total yang lahir dan berada
xxxiv
didalamnya, yang secara berangsur-angsur akan melepaskan ciri-ciri tersebut karena tumbuhnya
mereka kearah kedewasaan. Keluarga sebagai organisasi, mempunyai perbedaan dari organisasi-
organisasi lainnya, yang terjadi hanya sebagai sebuah proses. (Khairuddin,1997:4)
Menurut Iver dan Page (dalam Kairuddin, 1997: 3) dikatakan : “family is a group defined
by sex relationship sufficiently precise and enduring to provide for the procreation and
upbringing of children”. Sedangkan menurut A.M. Rose “ a family is a group of interacting
person who recognize a relationship with each other based on common parentage, marriage and
for adoption”
Pada hakikatnya, keluarga merupakan hubungan seketurunan maupun tambahan (adopsi)
yang diatur melalui kehidupan perkawinan bersama searah dengan keturunannya yang
merupakan satuan yang khusus. Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang
terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan
dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak. (Su’adah,2005:22-23)
Menurut UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, keluarga adalah unit
terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri atau suami istri dan anaknya, atau ayah
dan anaknya, atau ibu dan anaknya atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke
bawah sampai derajat ketiga.
Selanjutnya Iver dan Page memberikan ciri-ciri umum keluarga yang meliputi:
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
2. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.
3. Suatu sistem tata-tata norma termasuk perhitungan garis keturunan
xxxv
4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota kelompok yang
mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang berkaitan
dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau bagaimanapun
tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok keluarga (Su’adah, 2005: 22).
Hal senada dari beberapa definisi keluarga, terdapat salah satu pengertian keluarga,
dimana fungsi keluarga ialah merawat, memelihara dan melindungi anak dalam rangka
sosialisasi agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial (Khairuddin, 1997:3).
Keluarga mempunyai jaringan interaksi yang lebih bersifat interpersonal, dimana masing-masing
anggota dalam keluarga dimungkinkan mempunyai intensitas hubungan satu sama lain.
Menurut Ki Hajar Dewantara, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang
sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan orang per orang (pendidikan individual) maupun
pendidikan sosial. Keluarga itu tempat pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untuk
melangsungkan pendidikan ke arah pembentukan pribadi yang utuh, tidak saja bagi kanak-kanak
tapi juga bagi para remaja. Peran orang tua dalam keluarga sebagai penuntun, sebagai pengajar
dan pemberi contoh (Tirtaraharja, 2000: 169).
Keluarga merupakan sendi dasar kelompok sosial terkecil serta mempunyai corak
tersendiri. Anak yang baru lahir pertama kali menemukan masyarakat yang terkecil ini. Disitulah
dia dibesarkan dan memperoleh pendidikan yang pertama kali, mengadakan pertemuan pertama
kali dengan manusia. Peranan umum keluarga dalam perkembangan sosial anak merupakan
tempat anak belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi
dengan kelompoknya. Pengalaman-pengalaman dalam interaksi sosial keluarganya turut
xxxvi
menentukan cara tingkah laku terhadap orang lain dalam pergaulan sosial diluar keluarga
(Gerungan, 2004: 195)
Bentuk-bentuk keluarga menurut Polak (dalam Khairuddin,1997:19) yaitu :
1. Keluarga Inti ( Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak
yang belum menikah
2. Keluarga Besar ( Extended Family) yaitu satuan keluarga yang meliputi lebih dari satu
generasi dan suatu lingkungan kaum keluarga yang lebih luas daripada ayah, ibu dan
anak-anaknya.
Disamping bentuk keluarga, keluarga juga mempunyai sifat-sifat khusus, (Ahmadi,
2007:222) yaitu:
1. Universalitas artinya merupakan bentuk yang universal dari seluruh organisasi sosial
2. Dasar emosional artinya rasa kasih sayang, kecintaan sampai kebanggaan suatu ras
3. Pengaruh yang normatif artinya keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama-
tama bagi seluruh bentuk hidup yang tertinggi, dan membentuk watak daripada individu
4. Besarnya keluarga terbatas
5. Kedudukan yang sentral dalam struktur sosial
6. Pertanggungan jawab daripada anggota-anggota
7. Adanya aturan-aturan sosial yang homogen
Beberapa sebab misalnya karena perekonomian, pengaruh uang, produksi atau pengaruh
individualisme, sistem kekeluargaan ini menjadi kabur. Hal ini disebabkan karena: urbanisasi,
emansipasi sosial wanita dan adanya pembatasan kelahiran yang disengaja.
xxxvii
Akibat pengaruh-pengaruh perkembangan keluarga itu menyebabkan hilangnya peranan-
peranan sosial yaitu:
1. Keluarga berubah fungsinya, dari kesatuan yang menghasilkan menjadi kesatuan yang
memakai semata-mata. Dahulu keluarga menghasilkan sendiri keluarganya, tetapi lama
kelamaan fungsi ini makin jarang karena telah dikerjakan oleh orang-orang tertentu
2. Tugas untuk mendidik anak-anak sebagian besar diserahkan kepada sekolah-sekolah,
kecuali anak-anak kecil yang masih hidup dalam lingkungan kekeluargaan
3. Tugas bercengkrama di dalam keluarga menjadi mundur, karena tumbuhnya
perkumpulan-perkumpulan modern, sehingga waktu untuk berada di tengah-tengah
keluarga makin lama makin sedikit (Ahmadi,2007:223)
Menurut Horton (dalam Su’adah, 2005: 109), fungsi-fungsi keluarga meliputi :
1. Fungsi pengaturan seksual
Keluarga berfungsi adalah lembaga pokok yang merupakan wahana bagi masyarakat
untuk mengatur dan mengorganisasikan kepuasan keinginan seksual.
2. Fungsi reproduksi
Fungsi keluarga untuk memproduksi anak atau menghasilkan anak.
3. Fungsi afeksi
Salah satu kebutuhan dasar manusia akan kasih sayang dan dicintai
Tugas-tugas yang dilakukan oleh orang tua yang cukup baik dalam mengatasi masalah
remaja, secara garis besar adalah:
a. Memenuhi kebutuhan fisik yang paling pokok; sandang, pangan, dan kesehatan
xxxviii
b. Memberi ikatan dan hubungan emosional, hubungan yang erat ini merupakan bagian
penting dari perkembangan fisik dan emosional yang sehat dari seorang anak
c. Memberikan suatu landasan yang kokoh, ini berarti memberikan suasana rumah dan
kehidupan keluarga yang stabil
d. Membimbing dan mengendalikan perilaku
e. Memberikan berbagai pengalaman hidup yang normal, hal ini diperlukan untuk
membantu anak matang dan akhirnya mampu menjadi seorang dewasa yang mandiri.
Sebagian besar orang tua tanpa sadar telah memberikan pengalaman-pengalaman ini
secara alami
f. Mengajarkan cara berkomunikasi, orang tua yang baik mengajarkan anak untuk mampu
menuangkan pikiran ke dalam kata-kata dan memberi nama pada setiap gagasan,
mengutarakan gagasan-gagasan yang rumit dan berbicara tentang hal-hal yang terkadang
sulit untuk dibicarakan seperti ketakutan atau amarah
g. Membantu anak menjadi bagian dari keluarga
h. Memberi teladan
Perkembangan anak-anak juga memiliki keterkaitan pada keadaan sosio-ekonomi.
Keadaan sosio-ekonomi keluarga tentulah berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak,
apabila kita perhatikan bahwa dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material
yang dihadapi anak didalam keluarga itu lebih luas, ia mendapatkan kesempatan yang lebih luas
untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia kembangkan apabila
tidak dapat prasarananya. Hubungan orang tua yang hidup dalam status sosio-ekonomi serba
cukup dan kurang mengalaminya tekanan-tekanan fundamental seperti dalam memperoleh
kebutuhan hidupnya yang memadai. Orang tuanya dapat mencurahkan perhatian yang lebih
xxxix
mendalam pada pendidikan anak-anaknya apabila ia tidak dibebani dengan masalah-masalah
kebutuhan primer manusia (Gerungan, 2004: 196). Secara umum hal ini dianggap benar, namun
tentulah status sosio-ekonomi tidak merupakan faktor mutlak dalam perkembangan anak.
Kendala pada faktor pendidikan pada tingkat remaja dihadapkan pada berbagai faktor,
diantaranya kesadaran para orang tua untuk menyekolahkan anak masih banyak yang rendah.
Disisi lain tuntutan pemenuhan kebutuhan ekonomi juga sangat berat, sehingga tidak sedikit
orang tua yang mengajak anak-anaknya untuk bekerja membantu mencari nafkah (Anwas, 2013:
117)
Sebagian besar permasalahan sosial-ekonomi keluarga berhubungan dengan tidak
memadainya sumber-sumber penghidupan, seperti pekerjaan yang tidak layak dan tidak tetap
atau bahkan tidak memiliki pekerjaan, penghasilan rendah, tidak memiliki aset memadai (tanah,
sawah, dll), ketidakmampuan mengelola ekonomi rumahtangga, perilaku konsumtif, dan lain-
lain. Berdasarkan hal ini maka permasalahan ekonomi keluarga (Departemen Sosial RI, 2009:42-
43) diantaranya meliputi:
a. Tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan yang memadai dan layak, sehingga daya beli
rendah
b. Tidak memiliki asset yang memiliki nilai ekonomi, seperti tanah, sawah, kebun, ternak
c. Ketidakmampuan dalam mengelola ekonomi rumahtangga, pengeluaran lebih besar
daripada pemasukan (dari segi keuangan)
d. Perilaku konsumtif, yaitu senang berbelanja secara berlebihan sehingga menghabiskan
sebagian keuangan rumahtangga, bahkan berbelanja secara kredit, menggunakan kartu
kredit tanpa perhitungan
xl
e. Terbatas akses terhadap sumber-sumber ekonomi dan pelayanan-pelayanan sosial
f. Tidak memiliki keterampilan atau keahlian/kejuruan kerja
g. Minimnya kepemilikan pribadi seperti rumah/tempat tinggal, peralatan rumahtangga,
kendaraan dan sumber daya lainnya.
2.2.2 Pemulung
Masyarakat merupakan sekelompok manusia yang hidup bersama dalam kurun waktu
tertentu. Di dalam kehidupan masyarakat membutuhkan orang lain sehingga menimbulkan suatu
hal yang disebut interaksi sosial. Kelompok sosial terjadi karena adanya interaksi dan persamaan
ciri dalam kelompok itu.
Setiap manusia menginginkan kehidupan yang sejahtera karena dengan kehidupan yang
sejahtera dapat menghindari manusia dari penyakit sosial, seperti kemiskinan, tuna wisma serta
menghindari manusia dari keinginkan untuk berbuat kejahatan, seperti pencurian, perampokkan
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pencapaian kehidupan yang sejahtera
tersebut setiap manusia akan berusaha dengan bekerja dengan keras agar dapat menambah
perekonomian keluarga, walaupun hanya bekerja sebagai pengumpul barang-barang bekas dan
mengais barang bekas dari tumpukan-tumpukan sampah serta berkeliling ke rumah-rumah
warga, tetap dilakukan demi memenuhi perekonomian keluarganya. Pekerjaan mengumpulkan
barang-barang bekas dan mengais barang bekas dari tumpukan sampah lebih sering disebut
dengan istilah pemulung.
Berdasarkan teori di dalam masyarakat, salah satunya adalah teori Gemein Schaft Of
Place (paguyuban berdasarkan tempat tinggal), di mana kelompok sosial terbentuk ketika
masing-masing individu di dalamnya memiliki rasa persamaan karena berada di satu tempat
xli
tinggal yang sama. Berdasarkan teori Gemeinschaft terdiri suatu kelompok masyarakat terutama
masyarakat miskin terbentuk atas pekerjaan dan tingkat sosial yang sama. Seperti yang terjadi
pada kelompok pemulung. Pada umumnya dapat dikatakan pemulung adalah orang yang bekerja
memungut barang-barang bekas atau sampah-sampah tertentu yang dapat didaur ulang.
(http://ekatasia.blogspot.com/2009/06/bab-i-pendahuluan.html diakses pada tanggal 17 January
2014 pukul 11.50 WIB)
Keberadaan pemulung tentu menimbulkan berbagai asumsi tentang pemulung itu sendiri,
masyarakat cenderung apatis dengan kehadiran pemulung. Banyak diantara warga masyarakat
beranggapan bahwa pemulung adalah kelompok pekerja yang kurang mengerti dan tidak
menanamkan budi pekerti dalam dirinya. Masyarakat beranggapan bahwa pemulung itu panjang
tangan, pemulung sangat kumuh, dan sebagainya. Padahal kalau dicermati, pemulung merupakan
komponen masyarakat yang mempunyai peranan besar dalam masalah penyelamatan lingkungan.
Mereka memilah-milah sampah, sehingga benda-benda yang dianggap sampah oleh masyarakat
dapat dimanfaatkan kembali melalui proses daur ulang sampah. Oleh karena itu, volume sampah
yang menggunung di lingkungan sekitar merupakan permasalahan yang tidak kunjung berakhir
dapat diminimalisasikan oleh pemulung.
Pemulung adalah orang-orang yang bekerja mencari dan mengumpulkan sampah yang
kemudian sampah-sampah tersebut akan dijual kembali, berikut beberapa definisi pemulung:
1) Pemulung adalah orang-orang yang pekerjaannya memilih, memungut, dan
mengumpulkan sampah atau barang bekas yang masih dapat dimanfaatkan atau barang
yang dapat di olah kembali untuk di jual
xlii
2) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemulung berasal dari kata pe dan pulung. Jadi
memulung artinya mengumpulkan barang-barang bekas (limbah yang terbuang sebagai
sampah) untuk dimanfaatkan kembali. Sedangkan pemulung adalah orang yang
pekerjaannya memulung, yaitu orang yang mencari nafkah dengan jalan mencari dan
memungut serta memanfaatkan barang-barang bekas untuk kemudian menjualnya kepada
pengusaha yang akan mengelolahnya kembali menjadi barang komoditi baru atau lain
3) Menurut Jhones, pemulung adalah orang yang pekerjaannya memungut dan
mengumpulkan barang-barang bekas dari tempat sampah kota. Barang-barang yang
dikumpulkan berupa plastik, kertas, kardus, kaleng, pecahan kaca, besi tua, dan barang
bekas lainnya (http://www.scribd.com)
Ada dua jenis pemulung: pemulung lepas, yang bekerja sebagai wirausaha, dan pemulung
yang tergantung pada seorang bandar yang meminjamkan uang ke mereka dan memotong uang
pinjaman tersebut saat membeli barang dari pemulung. Pemulung berbandar hanya boleh
menjual barangnya ke bandar. Tidak jarang bandar memberi pemondokan kepada pemulung,
biasanya di atas tanah yang didiami bandar, atau di mana terletak tempat penampungan
barangnya. Pemulung merupakan mata rantai pertama dari industri daur ulang.
Berdasarkan penjelasan di atas, keluarga pemulung adalah hubungan suami istri atau
suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya atau keluarga sedarah
dalam garis lurus keatas atau kebawah sampai derajat ketiga pekerjaannya memungut dan
mengumpulkan barang-barang bekas dari tempat sampah.
2.3 Perkembangan Anak
2.3.1 Perkembangan Anak
xliii
a. Anak
Menurut the Minimum Age Convention nomor 138 (1973), pengertian tentang anak
adalah seseorang yang berusia 15 tahun ke bawah. Sebaliknya, dalam Convention on the rights of
the Child (1989) yang telah diratifikasi pemerintah Indonesia melalui Keppres nomor 39 tahun
1990 disebutkan bahwa anak adalah mereka yang berusia 18 tahun ke bawah. Sementara itu,
UNICEF mendefinisikan anak sebagai penduduk yang berusia antara 0 sampai dengan 18 tahun.
Undang-undang RI nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahtaraan Anak, menyebutkan bahwa anak
adalah mereka yang belum berusia 21 tahun dan belum menikah. Sedangkan Undang-undang
Perkawinan menetapkan batas usia 16 tahun. (Huraerah, 2012:31)
Jika dicermati, secara keseluruhan dapat dilihat bahwa rentang usia anak terletak pada
skala 0 sampai dengan 21 tahun. Penjelasan mengenai batas usia 21 tahun ditetapkan
berdasarkan pertimbangan kepentingan usaha kesejahteraan sosial serta pertimbangan
kematangan sosial, kematangan pribadi, dan kematangan mental seseorang yang umumnya
dicapai setelah seseorang melampaui usia 21 tahun. Hal ini dipertegas dalam Undang-undang
nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang mengatakan bahwa anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih didalam kandungan.
Batasan umur seseorang masih dalam kategori anak, berdasarkan beberapa peraturan
yang ada di Indonesia cukup beragam, yang antara lain adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang RI. No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan; memberi batasan yang
berbeda antara anak perempuan dengan anak laki-laki, yakni anak perempuan berumur 16
tahun dan anak laki-laki berumur 19 tahun;
xliv
2. Undang-Undang RI. No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak; pasal 1 ayat (2)
menyebutkan bahwa: “Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh
satu ) tahun dan belum pernah kawin.”
3. Undang-Undang RI. No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, pasal 1 angka (1),
menyebutkan: “Anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8
(delapan) tahun tetapi belum mencapai 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah
kawin”.
4. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO tentang Batas
Usia Minimum Anak Bekerja, adalah 15 (lima belas) tahun.
5. Undang-Undang RI. No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, pasal 1, angka (5),
menyebutkan bahwa: ”Anak adalah setiap manusia yang berusia dibawah 18 (delapan
belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila
hal tersebut adalah demi kepentingannya.”
6. Undang-Undang RI. No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD;
Usia Pemilih minimal 17 (tujuh belas) tahun.
7. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW) memberi batasan mengenai pengertian anak
atau orang yang belum dewasa adalah mereka yang belum berumur 21 (dua puluh satu)
tahun; seperti yang dinyatakan dalam pasal 330 yang berbunyi: “ belum dewasa adalah
mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun, dan tidak lebih dahulu
kawin”.
Undang-undang RI nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, Bab II Pasal 2
sampai pasal 9 mengatur hak-hak anak atas kesejahteraan, sebagai berikut :
1. Hak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan
xlv
2. Hak atas pelayanan
3. Hak atas pemeliharaan dan perlindungan
4. Hak atas perlindungan lingkungan hidup
5. Hak mendapatkan pertolongan pertama
6. Hak memperoleh asuhan
7. Hak memperoleh bantuan
8. Hak diberi pelayanan dari asuhan
9. Hak memperoleh pelayanan khusus
10. Hak mendapatkan bantuan dan pelayanan
Pada Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dijelaskan
mengenai hak-hak anak sebagai berikut:
1. Hak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar serta mendapatkan
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
2. Hak atas identitas diri dan status kewarganegaraan
3. Hak untuk beribadah menurut agamanya
4. Hak untuk mengetahui orang tua
5. Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial
6. Hak untuk memperoleh pendidikan
7. Hak untuk memperoleh perlindungan diri
8. Hak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hokum
9. Hak menyatakan pendapat
xlvi
Kewajiban negara dalam memberikan hak-hak anak tertuang pada Konvensi Hak-hak
Anak yang telah ratifikasi oleh pemerintah Indonesia yaitu:
1. Menghormati dan menjamin hak-hak anak
2. Mempertimbangkan kepentingan utama anak
3. Menjamin adanya perlindungan anak
4. Menghormati hak anak dan mempertahankan identitasnya
5. Jaminan anak tidak dipisahkan dengan orang tuanya
6. Jaminan hak pribadi anak (Prinst, 1997: 103-109)
b. Perkembangan Anak
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi, dari sel-sel tubuh, jaringan
tubuh, organ-organ dan system organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-
masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah
laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan (Jahja, 2011:28-29).
Proses perkembangan individu manusia beberapa fase yang secara kronologis dapat
diperkiraan batas waktunya. Setiap fase akan ditandai dengan ciri-ciri tingkah laku tertentu
sebagai karakteristik dari fase tersebut, fase-fase tersebut adalah sebagai berikut:
a. Permulaan kehidupan (konsepsi)
b. Fase prenatal (dalam kandungan)
c. Proses kelahiran (±0-9 bulan)
d. Maa bayi/anak kecil (±0-1 tahun)
xlvii
e. Masa kanak-kanak (±1-5 tahun)
f. Masa anak-anak ( ±5-12 tahun)
g. Masa remaja (±12-18 tahun)
h. Masa dewasa awal (±18-25 tahun)
i. Masa dewasa (±25-45 tahun)
j. Masa dewasa akhir (±45-55 tahun)
k. Masa akhir kehidupan (±55 tahun ke atas)
Teori dalam perkembangan anak, yaitu:
1. Teori Nativisme, teori ini pertama kali digagas oleh Schopenhauer. Menurut teori ini,
perkembangan manusia ditentukan oleh faktor-faktor nativus yaitu faktor-faktor
keturunan yang merupakan faktor yang dibawa pada waktu melahirkan. Teori ini
meyakini bahwa faktor yang paling mempengaruhi dalam perkembangan manusia adalah
pembawaan sejak lahir atau boleh dibilang ditentukan oleh bakat. Teori nativisme
bersumber dari Leibnitzian tradition yang menekankan pada kemampuan dalam diri
seorang anak. Orang-orang yang mengikuti teori nativisme sangat menekankan bakat
yang dimilikinya sehingga dapat mengembangkan secara maksimal
2. Teori dalam perkembangan anak selanjutnya yaitu Teori Empirisme oleh John Locke.
Teori empirisme menyatakan bahwa perkembangan seseorang ditentukan oleh
pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama perkembangan individu dalam
kehidupannya. Faktor lingkungan, lebih khusus adalah dunia pendidikan, sangat besar
menentukan perkembangan anak
3. Teori Konvergensi, dikemukakan oleh William Stern. Menurut teori ini, baik pembawaan
maupun lingkungan mempunyai peranan penting dalam perkembangan anak.
xlviii
Perkembangan individu akan ditentukan oleh faktor yang dibawa sejak lahir maupun
faktor lingkungan (Azzet, 2010: 19-24)
Prinsip perkembangan itu sifatnya progresif, dan prinsip tersebut terletak di dalam diri
anak sendiri. Jelasnya, gejala perkembangan itu bukan proses yang digerakan oleh faktor-faktor
dan pengaruh-pengaruh dari luar individu saja; akan tetapi juga dikendalikan dan diberi corak
tertentu oleh faktor-faktor hereditas, yaitu pembawaan, bakat dan kemauan anak. Selanjutnya
prinsip perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan sekitar dan kultur
(Kartono, 2006: 149).
Masa remaja adalah masa datangnya pubertas (11-14) sampai usia sekitar 18 tahun, masa
transisi dari kanak-kanak ke dewasa. Masa ini hampir selalu merupakan masa-masa sulit bagi
remaja maupun orang tua. Adapun sejumlah masalah untuk ini:
a. Remaja mulai menyampaikan kebebasan dan haknya untuk mengemukakan pendapatnya
sendiri. Tidak terhindarkan, ini dapat menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan
dapat menjauhkan ia dari keluarganya
b. Remaja lebih mudah dipengaruhi teman-temannya daripada ketika masih lebih muda. Ini
berarti pengaruh orang tua pun melemah. Anak remaja berperilaku dan mempunyai
kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan perilaku dan kesenangan keluarga
c. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhan maupun
seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai muncul dapat menakutkan,
membingungkan, dan menjadi sumber perasaan salah dan frustasi
d. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri dan ini bersama-sama dengan emosinya yang
biasanya meningkat, mengakibatkan ia sukar menerima nasihat orang tua
xlix
Ada sejumlah kesulitan yang sering dialami kaum remaja yang betapapun menjemukan
bagi mereka dan orang tua mereka, dan merupakan bagian yang normal dari perkembangan ini.
Beberapa kesulitan atau bahaya yang mungkin dialami kaum remaja, antara lain:
a. Variasi kondisi kejiwaan, suatu saat mungkin ia terlihat pendiam, cemberut, dan
mengasingkan diri tetapi pada saat yang lain ia terlihat sebaliknya, periang, berseri-seri
dan yakin. Perilaku yang sukar ditebak dan berubah-ubah ini bukanlah abnormal. Ini
hanya perlu diprihatinkan bila ia terjerumus dalam kesulitan di sekolah atau dengan
teman-temannya
b. Rasa ingin tahu seksual dan coba-coba, hal ini normal dan sehat. Rasa ingin tahu seksual
dan bangkitnya birahi ialah normal dan sehat. Ingat, bahwa perilaku tertarik pada seks
sendiri juga merupakan ciri yang normal pada perkembangan masa remaja. Rasa ingin
tahu dan birahi jelas menimbulkan bentuk-bentuk perilaku seksual
c. Membolos, tidak ada gairah atau malas ke sekolah sehingga ia lebih suka membolos
masuk sekolah
d. Perilaku antisosial, seperti suka menganggu, berbohong, kejam, dan agresif. Sebabnya
mungkin bermacam-macam dan banyak tergantung pada budayanya. Akan tetapi,
penyebab yang mendasar ialah pengaruh buruk teman, dan kedisiplinan yang salah dari
orang tua terutama bila terlalu keras atau terlalu lunak dan sering tidak ada sama sekali
e. Penyalahgunaan obat bius
f. Psikosis, bentuk psikosis yang paling dikenal orang ialah skizofernia
2.3.2 Perkembangan Sosial Anak
l
Perkembangan sosial dapat diartikan sebagai sequence dari perubahan berkesinambungan
dalam perilaku individu untuk menjadi makhluk sosial. Proses perkembangannya berlangsung
secara bertahap sebagai berikut:
a. Masa kanak-kanak awal (0-3 tahun)
b. Masa krisis (3-4 tahun)
c. Masa kanak-kanak akhir (4-6 tahun)
d. Masa anak sekolah (6-12 tahun)
e. Masa krisis II (12-13 tahun)
Menurut Erik Erickson (1983), perkembangan psikososial terbagi menjadi beberapa tahap
masing-masing tahap psikososial memiliki dua komponen yaitu komponen yang baik (yang
diharapkan) dan yang tidak baik (yang tidak diharapkan). Perkembangan pada fase selanjutnya
tergantung pada pemecahan masalah pada tahap masa sebelumnya. Adapun tahap-tahap
perkembangan psikososial anak sebagai berikut:
a. Percaya VS Tidak Percaya (0-1 tahun)
Komponen awal yang sangat penting untuk berkembang ialah rasa percaya. Membangun
rasa percaya ini mendasari tahun pertama kehidupan. Begitu bayi lahir dan kontak
dengan dunia luar, maka ia mutlak tergantung dengan orang lain. Rasa aman dan percaya
pada lingkungan merupakan kebutuhan. Alat yang digunakan bayi dalam berhubungan
dengan dunia luar ialah mulut dan pancaindra. Adapun perantara yang tepat antara bayi
dan lingkungan ialah ibu. Hubungan ibu dan anak yang harmonis yaitu melalui
pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis dan sosial, merupakan pengalaman dasar rasa
percaya bagi anak. Apabila pada umur ini tidak tercapai rasa percaya dengan lingkungan,
li
maka dapat timbul berbagai masalah. Rasa tidak bercaya ini timbul bila pengalaman
untuk meningkatkan rasa percaya kurang atau kebutuhan dasar tidak terpenuhi secara
adekuat yaitu kurangnya pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis dan sosial yang kurang
misalnya: anak tidak mendapatkan minuman atau air susu secara adekuat ketika lapar,
tidak mendapatkan respons ketika ia menggigit dot botol.
b. Otonomi VS Rasa Malu dan Ragu (1-3 Tahun)
Perkembangan otonomi selama periode balita berfokus pada peningkatan kemampuan
anak untuk mengontrol tubuh, diri dan lingkungannnya. Anak menyadari ia dapat
menggunakan kekuatannya untuk bergerak dan berbuat sesuai kemauannya, misalnya:
kepuasan untuk berjalan atau memanjat. Selain itu, anak menggunakan kemampuan
mentalnya untuk menolak dan mengambil keputusan. Rasa otonomi diri ini perlu
dikembangkan karena penting untuk terbentuknya rasa percaya dan harga diri
dikemudian hari. Hubungan dengan orang lain bersifat egosentris atau mementingkan diri
sendiri. Peran lingkungan pada usia ini ialah memberikan dorongan dan memberi
keyakinan yang jelas. Perasaan negatif yaitu rasa malu dan ragu timbul apabila anak
merasa tidak mampu mengatasi tindakan yang dipilihnya serta kurang dorongan dari
orang tua dan lingkungannya, misalnya: orang tua terlalu mengontrol anak.
c. Inisiatif VS Rasa Bersalah
Pada tahap ini, anak belajar mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan. Rasa
inisiatif mulai menguasai anak. Anak mulai menuntut untuk melakukan tugas tertentu.
Anak mulai diikutsertakan sebagai individu misalnya turut serta merapikan tempat tidur
lii
atau membantu orang tua di dapur. Anak mulai memperluas ruang lingkup pergaulannya,
misalnya menjadi aktif diluar rumah, kemampuan berbahasa semakin meningkat.
Hubungan teman sebaya dan saudara sekandung untuk menang sendiri.
Pada tahap ini, kadang-kadang anak tidak dapat mencapai tujuan atau kegiatannya karena
keterbatasannya, tetapi bila tuntutan lingkungan misalnya orang tua atau orang lain
terlalu tinggi atau berlebihan, maka dapat mengakibatkan anak merasa aktifitas atau
imajinasinya buruk, akhirnya timbul rasa kecewa dan bersalah.
d. Industri VS Inferioritas (6-12 tahun)
Pada tahap ini, anak dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas atau perbuatan yang
akhirnya dapat menghasilkan sesuatu. Anak siap untuk meninggalkan rumah atau orang
tua dalam waktu terbatas yaitu untuk sekolah. Melalui proses pendidikan ini, anak belajar
untuk bersaing (sifat kompetitif), juga sifat kooperatif dengan orang lain, saling memberi
dan menerima, setia kawan, dan belajar peraturan-peraturan yang berlaku.
Kunci proses sosialisasi pada tahap ini ialah guru dan teman sebaya. Dalam hal ini,
peranan guru sangat sentral. Identifikasi bukan terjadi pada orang tua atau pada orang
lain, misalnya sangat menyukai gurunya dan patuh pada gurunya dibandingkan pada
orang tuanya. Apabila anak tidak dapat memenuhi keinginan sesuai standard dan terlalu
banyak yang diharapkan dari mereka, maka dapat muncul masalah atau gangguan.
e. Identitas VS Difusi Peran (12-18 tahun)
Pada tahap ini, terjadi perubahan pada fisik dan jiwa di masa biologis seperti orang
dewasa. Sehingga tampak adanya kontradiksi bahwa di lain pihak ia dianggap dewasa
tetapi di sisi lain ia dianggap belum dewasa. Tahap ini merupakan masa standarisasi diri
liii
yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual, umur dan kegiatan. Peran orang tua
sebagai sumber perlindungan dan nilai utama mulai menurun. Adapun peran kelompok
atau teman sebaya tinggi. Teman sebaya dipandang sebagai teman senasib, partner dan
saingan. Melalui kehidupan berkelompok ini, remaja bereksperimen dengan peranan dan
dapat menyalurkan diri. Remaja memilih orang-orang dewasa yang penting baginya yang
dapat mereka percayai dan tempat mereka berpaling saat kritis.
Pencapaian tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak
penyesuaian baru, dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku
sosial, pengelompokan sosial baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru
dalam dukungan dan penolakan, dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin.
a. Perubahan dalam perilaku sosial
Dalam waktu yang singkat remaja mengadakan perubahan radikal yaitu dari tidak
menyukai lawan jenis sebagai teman menjadi lebih menyukai teman dari lawan jenisnya
daripada teman sejenis. Dengan meluasnya kesempatan untuk melibatkan diri dalam
kegiatan sosial, maka wawasan sosial semakin membaik.
b. Pengelompokan sosial baru
Saat berlangsungnya masa remaja, terdapat perubahan minat terhadap kelompok yang
terorganisasi dan masih diawasi orang dewasa, kemudian kelompok ini secara cepat
menurun karena remaja meningkat ke arah dewasa yang tidak mau diperintah atau
diorganisasi oleh kelompoknya. Pada masa akhir remaja minat berkelompok cenderung
berkurang dan digantikan dengan kelompok kecil yang hubungannnya tidak terlalu akrab.
c. Nilai baru dalam penilaian sosial
liv
Tidak ada sifat/pola perilaku khas yang akan menjamin penerimaan sosial selama masa
remaja. Tergantung pada sekumpulan sifat dan pola perilaku yang sindrom penerimaan
yang disenangi remaja dan menambah gengsi dari kelompok besar yang
diidentifikasikannya.
d. Minat sosial
Bersifat sosial tergantung pada kesempatan yang diperoleh remaja untuk
mengembangkan minat tersebut dan pada kepopulerannya dalam kelompok. Seorang
remaja yang status sosial-ekonomi keluargannya rendah, misalnya mempunyai sedikit
kesempatan untuk mengembangkan minat pada pesta-pesta dan dansa dibandingkan
dengan remaja latar belakang yang lebih baik. Demikian ada beberapa minat sosial
tertentu yang hampir bersifat universal.
e. Perilaku sosial
Diskriminasi terhadap mereka yang berlatar belakang ras, agama, sosial-ekonomi yang
berbeda. Usaha memperbaiki mereka yang mempunyai standar penampilan dan perilaku
yang berbeda.
Keluarga merupakan bagian terpenting dalam mengembangkan kecerdasan sosial anak,
maka keluarga harus dibangun secara kondusif, (Azzet, 2010: 102-120) sebagai berikut:
1. Memberikan rasa aman
2. Memberikan kasih sayang dan penerimaan
3. Menjadi andalan dan rujukan
4. Model dan bimbingan hidup bermasyarakat
5. Motivator utama dalam meraih keberhasilan
6. Sumber persahabatan
lv
7. Mengembangkan kecerdasan secara menyenangkan
8. Tidak monoton
9. Cara berkomunikasi
10. Memberikan penghargaan
11. Ada waktu untuk berbagi
Peranan umum keluarga dalam perkembangan sosial anak merupakan kelompok sosial
pertama dalam kehidupan manusia. Tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia
sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Didalam keluarga yang interaksi
sosialnya berdasarkan simpati, ia pertama-tama belajar memperhatikan keinginan orang lain,
belajar bekerja sama, bantu membantu, dengan kata lain, ia pertama-tama belajar memegang
peranan sebagai makhluk sosial yang memiliki norma-norma dan kecakapan-kecakapan tertentu
dalam pergaulan dengan orang lain. Pengalaman-pengalamannya dalam interaksi sosial dengan
keluarga turut menentukan pula cara-cara tingkah lakunya terhadap orang lain dalam pergaulan
sosial di luar keluarga dan di dalam masyarakat pada umumnya (Gerungan, 1004:195). Selain
dari peranan umum kelompok keluarga sebagai kerangka sosial yang pertama, tempat manusia
berkembang sebagai makhluk sosial terdapat pula peranan-peranan tertentu di dalam keadaan-
keadaan keluarga yang dapat mempengaruhi perkembangan individu sebagai makhluk sosial.
2.3.3 Perkembangan Kepribadian Anak
Istilah kepribadian berasal dari bahasa Latin persona yang berarti topeng. Menurut
Allport (Hurlock, 1978), kepribadian merupakan susunan sistem psikofisik yang dinamis dalam
diri individu yang unik dan mempengaruhi penyesuaian dirinya terhadap lingkungan.
Kepribadian juga merupakan kualitas perilaku individu yang tampak dalam melakukan
lvi
penyesuaian diri terhadap lingkungannya secara unik. Sosial-faktor yang mepengaruhi
kepribadian antara lain: fisik, inteligensi, jenis kelamin, teman sebaya, keluarga, kebudayaan,
lingkunan dan sosial budaya, serta sosial internal dari dalam diri individu seperti tekanan
emosional. (Jahja,2011:67)
Ciri-ciri kepribadian yang sehat antara lain:
a. Mandiri dalam berpikir dan bertindak
b. Mampu menjalin relasi sosial yang sehat dengan sesamanya
c. Mampu menerima diri sendiri dan orang lain sebagaimana apa adanya
d. Dapat menerima dan melaksanakan tanggung jawab yang dipercayakan
e. Dapat mengendalikan emosi
a. Hal-hal yang Mempengaruhi Kepribadian
Luas cangkupan masalah kepribadian seperti pentingnya unsur keturunan, proses
pematangan, latihan pada masa kecil, motif sosial yang diperoleh melalui proses belajar dan
cara-cara ia menanggapi masalah. Hal-hal itu akan melatarbelakangi seseorang sehingga menjadi
pribadi sebagaimana yang ditampilkannya saat ini. Pribadi tersebut merupakan suatu produk
akhir dari potensi-potensi yang dimilikinya dan seluruh perjalanan hidupnya.
Berarti bahwa untuk dapat mengerti pribadi yang bersangkutan, kita harus mengerti pola
yang terbentuk sebagai akibat pengalaman individu tersebut hingga ia tampil sebagai pribadi
yang unik.
1. Potensi Bawaan
lvii
Seorang bayi telah diwarnai unsur-unsur yang diturunkan oleh kedua orang tuanya
dan tentu diwarnai pula oleh perkembangan dalam kandungan ibunya. Ada bayi yang
sejak lahir sudah memperlihatkan daya tahan tubuh yang kuat, tapi ada pula bayi yang
lemah. Ada yang responsif dan aktif tetapi ada pula yang pasif dan lebih tenang.
Terhadap masing-masing individu, orang tua akan berlangsung timbal balik dan menjadi
awal pertumbuhan yang khas yang dimiliki individu tersebut.
Sampai saat ini belum ditentukan suatu cara/ukur yang baik untuk dapat mengenali
unsur-unsur dan mengukur derajat unsur-unsur bawaan sesorang. Tetapi melalui
penelitian pada anak-anak kembar, didapat gambaran yang dapat masing-masing
disimpulkan bahwa ada kecenderungan untuk berespons secara tertentu pada individu.
Walaupun hasil-hasil penelitian tidak begitu jelas, tetapi dapat disimpulkan bahwa unsure
keturunan ataupun bawaan cukup penting untuk diperhatikan karena turut memberi dasar
pada kepribadian seseorang.
2. Pengalaman dalam Budaya/Lingkungan
Proses perkembangan mencakup suatu proses belajar untuk bertingkah laku sesuai
dengan harapan masyarakatnya. Tanpa kita sadari, pengaruh nilai-nilai dari masyarakat
dalam hidup kita telah kita terima dan menjadi bagian dari diri kita. Pengaruh lain dari
budaya adalah mengenai peran seseorang dalam kelompok masyarakatnya. Tuntutan
berperan ini berbeda dari satu budaya ke budaya lainnya. Biasanya tuntutan terhadap
peran itu sudah dianggap sebagai suatu kewajaran.
Peran tidak selamanya diterima begitu saja, banyak peran juga yang merupakan hasil
pilihan yang bersangkutan, misalnya peran sebagai dokter atau sebagai anggota ABRI.
Dengan demikian bersama pilihannya peran tersebut, maka tuntutan masyarakat terhadap
lviii
peran tersebut dengan sendirinya akan membebani si pemilih tadi. Beban peranan
tidaklah sederhana. Tuntutan bisa berasal dari masyarakat, keluarga, maupun teman-
temannya sendiri; dapat diduga bahwa tiap peranan mempunyai ciri-ciri sendiri yang
akan berakibat pada pembentukan kepribadian dan tingkah laku.
3. Pengalaman yang Unik
Selain potensi bawaan dan tuntutan peran oleh masyarakat yang juga turut
membentuk kepribadian seseorang dan yang membedakannya dari orang lain adalah
pengalaman dirinya yang khas. Orang, selain berbeda dalam bentuk badan, potensi
bawaan, juga berbeda dalam perasaan, reaksi emosi dan daya tahannya. Dengan
demikian, orang yang memiliki ciri-ciri tersebut bereaksi yang khas terhadap rangsangan
yang dihadapi dalam lingkungannya. Potensi yang dimiliki sejak lahir akan berkembang
melalui interaksi dengan sekelilingnya seperti orang tua, saudara-saudara, dan orang lain
serta yang signifikan lainnya.
Figur-figur yang berbeda di sekelilingnya akan “mengajarkan” apa yang diharapkan
dan dikehendaki oleh budayanya. Dengan demikian rangsang lingkungan dan potensi
yang dimiliki akan mempunyai akibat tertentu terhadap kepribadiannya. Melalui proses
tersebut pada akhirnya terbentuk suatu hati nurani pada dirinya yang akan menjadi tolak
ukur tentang apa yang baik dan apa yang tidak baik, tentang apa yang boleh dan yang
tidak boleh dilakukan. Jadi seseorang selain memiliki bekal yang diterima sejak lahir,
menerima berbagai tuntutan lingkungan, juga dibentuk oleh masyarakatnya melalui
pengalaman yang khas. Jalan hidup demikian maka ia akan berkembang menjadi orang
yang khas pula.
lix
Perkembangan kepribadian, menurut Badura (dalam Alwisol, 2011:292) sesorang belajar
mempelajari respon baru dengan melihat respon orang lain, bahkan belajar tetap terjadi tanpa
ikut melakukan hal yang dipelajari itu. Salah satu cara dalam belajar mempelajari respon, yaitu:
1. Peniruan (Modeling)
Inti dari belajar melalui observasi adalah modeling. Peniruan atau meniru
sesungguhnya tidak tepat untuk mengganti kata modeling, karena modeling bukan
sekedar menirukan atau mengulangi apa yang dilakukan oleh orang model (orang lain),
tetapi modeling melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkah laku yang
teramati, menggenalisir berbagai pengamatan sekaligus, melibatkan kognitif.
a. Modeling Tingkah laku baru
Melalui modeling orang dapat memperoleh tingkah laku baru. Ini dimungkinkan
karena adanya kemampuan kognitif. Stimuli berbentuk tingkah laku model ditransformasi
menjadi gambaran mental, dan yang lebih penting lagi ditransformasi menjadi symbol
verbal yang dapat diingat kembali suatu saat nanti. Keterampilan kognitif yang bersifat
simbolik ini, membuat orang dapat mentransform apa yang dipelajarinya atau
menggabung-gabung apa yang diamatinya dalam berbagai situasi menjadi pola tingkah
laku baru.
b. Modeling mengubah tingkah laku lama
lx
Di samping dampak mempelajari tingkah laku model, modeling mempunyai dua
macam dampak terhadap tingkah laku lama. Pertama, tingkah laku model yang diterima
secara sosial dapat memperkuat respon yang sudah dimiliki pengamat. Kedua, tingkah
laku model yang tidak diterima secara sosial dapat memperkuat atau memperlemah
pengamat untuk melakukan tingkah laku yang tidak diterima secara sosial, tergantung
apakah tingkah laku model diganjar atau dihukum. Kalau tingkah laku yang tidak
dikehendaki itu justru diganjar, pengamat cenderung meniru tingkah laku itu, sebaliknya
kalau tingkah laku yang tidak dikehendaki itu dihukum, respon pengamat menjadi
semakin lemah.
c. Modeling simbolik
Dewasa ini sebagian bear modeling tingkah laku berbentuk simbolik. Film dan
televisi menyajikan contoh tingkah laku yang tak terhitung yang mungkin mempengaruhi
pengamatnya. Sajian itu berpotensi sebagai sumber model tingkah laku.
d. Modeling kondisioning
Modeling dapat digabung dengan kondisioning klasik menjadi kondisioning
klasik vikarius (vicarious classical conditioning). Modeling semacam ini banyak dipakai
mempelajari respon emosional. Pengamat mengobservasi model tingkah laku emosional
yang mendapat penguatan. Muncul respon emosional yang sama di dalam diri pengamat,
dan respon itu ditujukan ke obyek yang ada didekatnya (kondisional klasik) saat dia
mengamati model itu, atau yang dianggap mempunyai hubungan dengan obyek yang
menjadi sasarann emosional model yang diamati.
lxi
Perubahan yang terjadi dalam diri pada masa remaja, juga menuntut individu untuk
melakukan penyesuaian diri. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu menjadi
bagian dari lingkungan tertentu. Di lingkungan manapun individu berada, ia akan berhadapan
dengan harapan dan tuntutan dari lingkungan yang harus dipenuhinya. Di samping itu individu
juga memiliki kebutuhan, harapan dan tuntutan di dalam dirinya, yang harus diselaraskan dengan
tuntutan dari lingkungan. Bila individu mampu menyelaraskan kedua hal tersebut, maka
dikatakan bahwa individu tersebut mampu menyesuaikan diri. Jadi, penyesuaian diri dapat
dikatakan sebagai cara tertentu yang dilakukan oleh individu untuk bereaksi terhadap tuntutan
dalam diri maupun situasi eksternal yang dihadapinya.
Schneiders (1964) mengemukakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses yang
mencangkup respon-respon mental dan tingkah laku, yang merupakan usaha individu agar
berhasil mengatasi kebutuhan, ketegangan, konflik dan frustasi yang dialami di dalam dirinya.
Usaha individu tersebut bertujuan untuk memperoleh keselarasan dan keharmonisan antara
tuntutan dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan. Schneiders juga mengatakan
bahwa orang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah orang yang dengan keterbatasan yang
ada pada dirinya, belajar untuk bereaksi terhadap dirinya dan lingkungan dengan cara yang
matang, bermanfaat, efisien, dan memuaskan, serta dapat menyelesaikan konflik, frustasi,
maupun kesulitan-kesulitan pribadi dan sosial tanpa mengalami gangguan tingkah laku.
(Agustiani,2009:19)
2.4 Kesejahteraan Anak
Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan
dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial. Hal ini diatur
lxii
dalam Undang-undang No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Dasar dari undang-undang
itu mengacu kepada Pasal 34 UUD 1945, yang menyatakan: Fakir miskin dan anak terlantar
dipelihara oleh negara. Apabila ketentuan Pasal 34 UUD 1945 ini diberlakukan secara
konsekuen, maka kehidupan fakir miskin dan anak terlantar akan terjamin.
Usaha kesejahteraan anak adalah usaha kesejahteraan sosial yang ditujukan untuk
menjamin terwujudnya kesejahteraan anak, terutama terpenuhinya kebutuhan anak (Pasal 1
angka 1 huruf b PP No. 2 Tahun 1988). Adapun usaha-usaha itu meliputi: pembinaan,
pencegahan dan rehabilitasi. Pelaksananya adalah pemerintah dan/atau masyarakat baik di dalam
maupun di luar panti (Pasal 11 ayat 3 PP No. 2 Tahun 1988). Pemerintah dalam hal ini
memberikan pengarahan, bimbingan, bantuan dan pengawasan terhadap usaha kesejahteraan
anak yang dilakukan oleh masyarakat. (Prinst, 1997: 83)
2.4.1 Perlindungan Anak
Kata "Perlindungan" bila berdiri sendiri tentu akan berbeda maknanya bila disatukan
dengan kata Anak yaitu menjadi Perlindungan Anak. Kata Perlindungan sendiri sangat
bersentuhan dengan penjaminan bahwa sesuatu yang dilindungi akan terbebas dari hal yang
membuat tidak nyaman, dari hal yang membuat kerusakan.
Pengertian Perlindungan Anak di dalam UU N0.23 tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak diartikan sebagai segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya
agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat
dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Pada
dasarnya anak harus dilindungi karena anak mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi
terhadap seluruh penyelenggara Perlindungan Anak yaitu orangtua, keluarga, masyarakat,
lxiii
pemerintah dan negara. Sudah barang tentu masing-masing mempunyai peran dan fungsinya
yang berbeda dimana secara keseluruhan, satu sama lain saling terkait di bawah pengertian
perlindungan sebagai payungnya.
Pengertian anak di dalam Undang-Undang adalah seseorang yang berusia dibawah 18
tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sering terjadi anak yang dalam kandungan
tidak dihitung sebagai anak. Seorang ibu misalnya ketika sedang mengandung anak yang kedua,
yang bersangkutan mengatakan bahwa ia mempunyai anak satu orang dan tidak menghitung
anaknya yang sedang dikandung karena yang dianggap hitungan anak adalah yang terlihat sudah
ada. Padahal anak yang dikandungpun mempunyai hak-haknya agar dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik saat dalam kandungan maupun saat dilahirkan. Pencapaian hal tersebut
tentunya anak dalam kandungan harus mempunyai asupan gizi yang baik melalui ibunya, kasih
sayang dan perlindungan dari berbagai hal yang dapat menghambat tumbung kembang janin. Di
pihak lain kesehatan ibupun menjadi sangat penting baik secara fisik maupun non fisik.
Disimpulkan anak harus dilindungi baik di wilayah domestik maupun publik, baik dalam
situasi damai maupun konflik. Berangkat dari wilayah domestik, berapa banyak anak yang
mengalami tindak kekerasan dari orangtuanya sendiri yang melegitimasi hal itu sebagai alat
untuk mendidik sehingga dianggap suatu kewajaran semata. Dilanjutkan dalam wilayah publik
berapa banyak juga anak yang mengalami tindak kekerasan dan diskriminsi. Semisal di sekolah
mengalami tindak kekerasan dari pihak sekolah yang seyogyanya sekolah adalah tempat yang
nyaman bagi anak. Alih-alih dianggap sebagai alat untuk menjunjung kedisiplinan. Berapa
banyak elemen-elemen masyarakat lainnya melakukan tindakan yang sama. Begitu juga
pemerintah dan negara yang harus memfasilitasi kebutuhan anak dari aspek hak sipil,
lxiv
pendidikan, kesehatan dan pengasuhan alternatif ketika anak menghadapi masalah dalam bentuk
sarana dan prasarana seringkali melakukan yang sebaliknya.
Dapat kita lihat bahwa anak belum lagi menjadi pertimbangan utama dalam mewujudkan
perlindungan karena anak belum dilihat sebagai subjek tetapi objek orang-orang dewasa
dimanapun fungsi dan peran mereka sebagai penyelenggara perlindungan anak. Hal ini
disebabkan pemahaman ataupun perspektif anak yang belum baik dalam memahami siapa anak.
Kendati kita sudah memiliki Undang-Undang, lnstrumen lnternasional yaitu Konvensi Hak Anak
yang sudah diratifikasi sejak tahun 1990 yang membuat kita terikat secara yuridis maupun politis
untuk mengikuti seluruh ketentuan yang ada, namun kekuatan secara kultural yang kurang
berwawasan anak jauh lebih mendominasi.
Empat Prinsip dasar Konvensi Hak Anak yang menjadi azas dan tujuan Undang-Undang
No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak belum dipahami secara benar yaitu 1) non
diskriminasi, 2) kepentingan terbaik bagi anak, 3) hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan
perkembangan, 4) penghargaan terhadap pendapat anak. Keempat hal ini harus menjadi roh dari
setiap tindakan apapun dari seluruh penyelenggara perlindungan anak dalam memberikan
pemenuhan hak-hak mereka.
Bila hal ini diabaikan maka kekerasan dan diskriminasi terhadap anak akan menjadi
langgeng. Edukasi sangat diperlukan, pelatihan atau bentuk lain dari pemajuan hak anak agar
dapat melakukan perlindungan anak secara maksimal. Anak harus dijadikan pusat pertimbangan
utama dalam melakukan tindakan apapun oleh seluruh penyelenggara perlindungan anak
(http://www.duniapsikologi.com/pengertian-anak-sebagai-makhluk-sosial/ diakses tanggal 7
Desember 2013 pukul 10.00).
lxv
2.5 Kerangka Pemikiran
Pekerjaan orang tua penting bagi anak kecil hanya bila pekerjaan ini mempunyai akibat
langsung bagi kesejahteraan si anak. Tapi sekarang ini bagi anak yang lebih besar, pekerjaan
orang tua mempunyai arti budaya. Perkembangan teknologi dan budaya yang pesat
menyebabkan pekerjaan orang tua mempengaruhi gengsi sosial anak. Anak sekolah dasar
membagi masyarakat atas tingkat-tingkat berdasarkan pekerjaan dan mengambil alih sikap dan
nilai orang tua terhadap berbagai pekerjaan. Bila seorang anak merasa malu akan pekerjaan
orang tuanya, karena tingkat pekerjaan itu atau jenis pakaian kerja, sikap anak akan dipengaruhi
secara merugikan.
Bila anak cukup besar untuk memahami status sosial keluarganya sebagai dampak dari
pekerjaan orang tua, status ini mempunyai pengaruh yang nyata pada sikap anak terhadap orang
tua, terutama terhadap ayah sebagai pencari nafkah. Jika status sosial keluarga anak sekurang-
kurangnya sama dengan status keluarga teman sebaya, anak merasa bangga terhadap ayah
mereka. Bila mereka melihat bahwa status keluarga mereka lebih rendah, mereka merasa malu
dan bersikap sangat kritis terhadap ayah mereka.
Keadaan demikian bisa mempengaruhi juga perkembangan anak baik secara sosial
maupun kepribadian. Perkembangan sosial anak menjadi terganggu, anak menjadi pendiam dan
tertutup. Anak menutup diri dari lingkungan sosial karena merasa malu, tidak sederajad dan
rendah diri. Tak jarang anak menjadi bahan olok-olokan teman-temannya akibat dari pekerjaan
yang dilakukan orang tua. Ini menbawa dampak buruk bagi perkembangan anak.
Bagan Alur Pikir
lxvi
2.6 Hipotesis
Secara Etimologis istilah hipotesis berasal dari bahasa latin, yang terdiri dari dua kata,
yaitu hipo yang berarti sementara dan these yang berarti pernyataan. Secara sederhana hipotesi
dapat diartikan sebagai pernyataan sementara. Kerlinger (1997) mengemukakan bahwa hipotesis
adalah suatu pernyataan sementara yang menyatakan hubungan antara dua atau lebih variable.
Hipotesis harus dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan (Siagian, 2011:147-148).
Pekerjaan Orang Tua
Perkembangan Anak
Perkembangan Sosial Anak Perkembangan Kepribadian Anak
Pengaruh
Tidak Ya
lxvii
Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah:
Ho : Tidak terdapat pengaruh pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak
pada keluarga pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan
Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
Ha : Terdapat pengaruh pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak pada
keluarga pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan
Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
2.7 Definisi Konsep dan Definisi Operasional
2.7.1 Definisi Konsep
Konsep adalah istilah khusus yang digunakan para ahli dalam menggambarkan secara
cermat fenomena sosial yang akan dikaji. Untuk menghindari salah pengertian atas makna
konsep-konsep yang akan dijadikan objek, peneliti harus menegaskan dan membatasi konsep
yang diteliti. Perumusan definisi konsep dalam suatu peneliian menunjukkqn bahwa peneliti
ingin mencegah salah pengertian atas konsep yang diteliti. Definisi konsep adalah adalah
pengertian terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian,2011:136).
Definisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang akan digunakan dan
menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang
dapat mengaburkan tujuan penelitian. Untuk lebih mengetahui pengertian mengenai konsep-
konsep yang akan digunakan, maka peneliti membatasi konsep yang digunaan sebagai berikut:
1. Pengaruh dalam penelitian ini adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh suatu
keadaan atau kondisi yang disebabkan oleh terjadinya sesuatu
lxviii
2. Pekerjaan orang tua dalam penelitian ini adalah kegiatan yang dilakukan orang
tua dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga
3. Perkembangan anak dalam penelitian ini adalah perubahan yang terjadi pada anak
yang membentuk tingkah laku anak
a. Perkembangan sosial anak dalam penelitian ini adalah perubahan yang terjadi
pada proses interaksi anak dengan lingkungan sosial
b. Perkembangan kepribadian anak dalam penelitian ini adalah perubahan yang
terjadi pada sikap anak dalam menghadapi lingkungan sosial
4. Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan anak yang dapat menjamin
pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani
maupun sosial.
2.7.2 Definisi Operasional
Definisi operasional sering disebut sebagai suatu proses mengoperasionalisasikan konsep.
Operasionalisasi konsep berarti menjadikan konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis.
Jika konsep telah bersifat dinamis, maka akan memungkinkan untuk dioperasikan. Wujud
operasionalisasi konsep adalah dalam bentuk sajian yang benar-benar terinci sehingga makna
dan aspek-aspek yang terangkum dalam konsep tersebut terangkat dan terbuka
(Siagian,2011:141).
Adapun yang menjadi definisi dalam Pengaruh Pekerjaan Orang Tua terhadap
Perkembangan Anak di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan
Medan Sunggal yaitu dapat diukur melaui indikator-indikator sebagai berikut:
1. Variabel Bebas
lxix
Secara sederhana variabel bebas (independent variable) dapat didefinisikan sebagai
variabel atau sekelompok atribut yang mempengaruhi atau memberikan akibat terhadap
variabel atau sekelompok atribut yang lain (Siagian, 2011:89). Menurut Idrus (2009: 79),
variabel bebas atau variabel (x) merupakan variabel yang menjadi sebab berubahnya atau
timbulnya variabel terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
A. Pekerjaan Orang Tua
1. Pendapatan Orang Tua
2. Keadaan Tempat Tinggal
3. Pendidikan Orang tua
4. Kebutuhan Hidup
5. Jumlah Anggota Keluarga
6. Kegiatan dan kedirian orang tua, yaitu: tercukupi gizi, terbebas dari kematian dini,
berpartisipasi dalam politik
2. Variabel Terikat
Variabel terikat (dependent variable) secara sederhana dapat diartikan sebagai variabel
yang dipengaruhi oleh variabel lain. Melihat kedudukannya, maka variabel terikat sering
juga disebut variabel terpengaruh (Siagian, 2011:90). Menurut Idrus (2009: 80), variabel
terikat atau variabel y adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada atau
muncul dipengaruhi atau ditentukan adanya variabel bebas dan bukan karena ada variabel
lain.
Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah
A. Perkembangan Anak
lxx
1. Perkembangan Sosial Anak
a. Perubahan dalam perilaku sosial
b. Pengelompokan sosial baru
c. Nilai baru dalam penilaian sosial
d. Minat sosial
e. Perilaku sosial
2. Perkembangan Kepribadian Anak dilihat dari
a. Mandiri dalam berpikir dan bertindak
b. Mampu menjalin relasi sosial yang sehat dengan sesamanya
c. Mampu menerima diri sendiri dan orang lain sebagaimana apa adanya
d. Dapat menerima dan melaksanakan tanggung jawab yang dipercayakan
e. Dapat mengendalikan emosi
lxxi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Penelitian ini tergolong penelitian eksplanatif, yaitu penelitian yang secara khusus
dilakukan dengan tujuan menguji atau membuktikan hipotesis (Siagian, 2011: 53). Objek
telaahan penelitian eksplanatif adalah untuk menguji hubungan antarvariabel yang
dihipotesiskan. Hipotesis ini menggambarkan hubungan antara dua atau lebih variabel; untuk
mengetahui suau variabel berasosiasi atau tidak dengan variabel lainnya: atau apakah suatu
variabel disebabkan/dipengaruhi atau tidak oleh variabel lain (Faisal, 2003: 21).
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal
Kecamatan Medan Sunggal Medan Sumatera Utara.
Alasan peneliti memilih lokasi ini karena lingkungan ini mayoritas penduduknya bekerja
sebagai pemulung. Di lingkungan ini anak-anak yang masih bersekolah hanya terpaku pada
lingkungan sekitar. Mereka jarang bersosialisasi dengan teman-teman lain. Teman sekolah juga
terpaku pada teman yang memiliki lingkungan rumah yang sama.
3.3 Populasi dan Sampel
Secara sederhana populasi dapat diartikan sekumpulan objek, benda, peristiwa atau
individu yang akan dikaju dalam suatu penelitian. Berdasarkan pengertian ini dapat dipahami
bahwa mengenal populasi termasuk langkah awal dan penting dalam proses penelitian. Secara
lxxii
umum populasi merujuk pada sekumpulan individu atau objek yang memiliki ciri atau sifat yang
sama. Tidak harus seragam namun diantara mereka harus ada persamaan (Siagian, 2011: 155).
Adapun yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anak
dengan rentang usia 13-18 tahun. Di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal
Kecamatan Medan Sunggal terdapat 49 Kepala Keluarga yang memiliki anak. Penelitian ini
menggunakan sampel bertujuan (purposive sampling) sejumlah 10 kepala keluarga yang
memiliki anak dengan rentang usia 13-18 tahun sejumlah 2-3 anak tiap keluarga. Purposive
sampling artinya penetapan sampel mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah
dibuat terhadap objek yang sesuai dengan tujuan penelitian dalam hal ini peneltian yang
dilakukan pada anak dengan retang usian 13-18 tahun dan masih berstatus bersekolah.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Studi Pustaka yaitu teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut
masalah yang diteliti dengan mempelajari data melalui buku-buku, dokumentasi
dan sumber referensi
2. Penelitian Lapangan yaitu mengadakan penelitian ke lokasi untuk mendapatkan
data yang lengkap sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian lapangan
ini digunakan beberapa metode, yakni:
a) Observasi yaitu mengumpulkan data tentang gejala tertentu yang
dilakukan dengan mengamati, mendengar dan mencatat kejadian yang
menjadi sasaran penelitian.
lxxiii
b) Wawancara yaitu mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan
secara tatap muka dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi
data yang diperoleh
c) Kuesioner yaitu dimaksudkan untuk mendapatkan informasi tambahan dan
data yang relevan dari informasi yang telah penulis dapatkan dari
wawancara, hal ini dilakukan melalui daftar pertanyaan yang akan
diajukan.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik Korelasi Product Moment yang
digunakan untuk mencari koefisien korelasi antara data-data interval atau juga data rasio
(Siagian, 2011: 230). Taraf korelasinya disimbolkan dengan r, yang dicari dengan menggunakan
rumus sebagai berikut
Keterangan:
푟 = Koefisien korelasi product moment
N = Jumlah sampel
X = Skor distribusi variabel X
Y = Skor distribusi variabel Y
lxxiv
Nilai r dari hasil perhitungan korelasi Product Moment berada diantara -1 sampai dengan 1,
dengan ketentuan bahwa:
1. Apabila nilai r = -1, maka korelasi variabel x dengan variabel y negatif sempurna
2. Apabila nilai r = 0, maka tidak terdapat korelasi antara variabel x dengan variabel y
3. Apabila nilai r = 1, maka korelasi variabel x dengan variabel y positif sempurna
Untuk menggambarkan jenis hubungan digunakan ketentuan dari Guilfrod yaitu sebagai berikut:
1. +0,70 – ke atas : Hubungan positif yang kuat
2. +0,59 - +0,69 : Hubungan positif yang mantap
3. +0,30 - +0,49 : Hubungan positif yang sedang
4. +0,10 - +0,29 : Hubungan positif yang rendah
5. +0,01 - +0,09 : Hubungan positif yang tak berarti
6. 0,0 : Tak ada hubungan
lxxv
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI
4.1 Gambaran Umum Kelurahan Sunggal
Kelurahan Sunggal merupakan bagian dari Kecamatan Medan Sunggal. Kelurahan
sunggal terdiri dari 14 lingkungan yang tersebar di beberapa wilayah. Kelurahan Sunggal
berbatasan dengan:
Sebelah Utara: Kelurahan Lalang Kecamatan Medang Sunggal
Sebelah Selatan: Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang
Sebelah Timur: Kelurahan Sei Kambing/ Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal
Sebelah Barat: Kelurahan Sei Belawan Kecamatan Sunggal Deli Serdang
Kelurahan Sunggal memiliki luas wilayah 10,6 ha/m² dengan spesifikasi sebagai berikut:
Luas permukiman: 50,6 ha/m²
Luas persawahan: 30 ha/m²
Luas kuburan: 0,50 ha/m²
Luas perkarangan: 10,11 ha/m²
Luas taman: 0,23 ha/m²
Perkantoran: 7 ha/m²
lxxvi
Luas prasarana umum lainnya: 8 ha/m²
4.1.1 Komposisi Penduduk
Menurut data kelurahan tahun 2012/2013, Kelurahan Sunggal memiliki 6.431 Kepala
Keluarga dengan jumlah penduduk sebanyak 36.321 jiwa dengan komposisi 18.048 jiwa laki-
laki dan 18.246 jiwa perempuan. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel I
Data Jumlah Penduduk Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-laki 18.048
2 Perempuan 18.264
Jumlah 36.312
Sumber : Data Kelurahan, 2013
Berdasarkan data pada Tabel I dapat kita lihat komposisi perbandingan jenis kelami
penduduk di Kelurahan Sunggal yaitu laki-laki sebanyak 18.048 jiwa dan perempuan sebanyak
18.264 jiwa. Keadaan ini menunjukan bahwa perempuan lebih banyak daripada laki-laki dengan
selisih sebesar 216 jiwa.
Tabel II menggambarkan komposisi penduduk dengan usia anak sesuai dengan Undang-
Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dimana berusia sampai 18 tahun.
Berdasarkan data pada Tabel II dapat diketahui bahwa banyak dari anak-anak Kelurahan Sunggal
yang berusia wajib sekolah tidak dapat mengenyam bangku sekolahan. Keadaan ini sebagian
lxxvii
besar diakibatkan dari faktor ekonomi yang dialami masyarakat Kelurahan sunggal. Komposisi
penduduk berdasarkan usia anak dan status bersekolah dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel II
Data Anak-Anak di Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Usia Laki-laki Perempuan
1 Usia 3-6 tahun belum
TK/PlayGroup
876 986
2 Usia 3-6 tahun bersekolah 934 902
3 Usia 7-18 tahun tidak
bersekolah
285 315
4 Usia 7-18 tahun bersekolah 1253 1137
Jumlah 3348 3340
Sumber : Data Kelurahan, 2014
Penduduk Kelurahan Sunggal mayoritas menganut agama Islam. Berdasarkan Tabel II
diketahui bahwa penduduk Kelurahan Sunggal pada umumnya beragama Islam yakni sebanyak
12.532 jiwa. Tabel III juga menggambarkan bahwa penyebaran agama di Kelurahan Sunggal
terbilang merata. Hampir semua agama ada disini dengan jumlah penganut yang hanya berselisih
sedikit.
lxxviii
Tabel III
Data Agama Penduduk Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Agama Laki-laki Perempuan
1 Islam 6.942 5.590
2 Kristen 2.431 4.315
3 Katolik 2.670 2.670
4 Hindu 3.452 3.344
5 Budha 2.553 2.345
Jumlah 18.048 18.264
Sumber: Data Kelurahan, 2013
Struktur Perangkat Lurah Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
Seretaris Sekretaris
KASI Ketentraman dan Ketertiban
Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat
Sekretaris Lurah
Lurah
KASI Pemerintahan
Staff KASI Pembangunan
Staff
Kepala Lingkungan I - XIV
lxxix
4.2 Gambaran Umum Lingkungan IX
Lingkungan IX merupakan bagian dari Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal.
Lingkungan IX terdiri dari 3 (tiga) wilayah yaitu sebagian Pasar 2, keseluruhan Pasar 3 dan
sebagian Pasar 4. Desa Tapian Nauli merupakan bagian dari Pasar 4. Wlayah Desa Tapian Nauli
diawali dari belakang Perumahan Taman Setia Budi II dan berakhir di SMA Negeri 15 Medan.
Desa Tapian Nauli memiliki luas wilayah 8.000 m². Desa Tapian Nauli memiliki 114
Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk sebanyak 587 jiwa.
Tabel IV
Data Jumlah Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-laki 283
2 Perempuan 304
Jumlah 587
Sumber: Data Kepala Lingkungan IX, 2013
Berdasarkan data pada Tabel IV, penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan
Sunggal Kecamatan Medan Sunggal mayoritas berjenis kelamin perempuan dengan jumlah
sebanyak 304 jiwa sedangkan laki-laki sebanyak 283 jiwa.
lxxx
Tabel V
Data Pekerjaan Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Jenis Pekerjaan Jumlah
1 Pemulung 411
2 Swasta 117
3 Pegawai 59
Jumlah 587
Sumber : Data Kepala Lingkungan IX, 2013
Dilihat dari data pada Tabel V, penduduk Desa Tapian Nauli Kelurahan IX Kecamatan
Medan Sunggal mayoritas berprofesi sebagai pemulung. Penduduk lainnya berprofesi sebagai
swasta seperti berdagang, narik becak, supir angkot dan lainnya sedangkan sebagian lagi sebagai
pegawai. Perempuan di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX khususnya Ibu juga memiliki tugas
untuk membantu perekonomian keluarga. Hampir sebagian besar ibu rumah tangga memiliki
pekerjaan sampingan sebagai pemulung. Tak jarang pekerjaan ini melibatkan anak-anak mereka.
lxxxi
BAB V
ANALISIS DATA
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan melalui teknik penyebaran
angket/kuesioner dan wawancara kepada responden, ternyata semua kuesioner telah diisi dan
memenuhi syarat untuk dianalisis. Data kuesioner yang telah terkumpul sebanyak 24 kuesioner
dari 24 responden.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai data yang telah terkumpul, dapat
dilihat pada tabel-tabel distibusi data yang telah dianalisis sesuai dengan kemampuan penulis
sebagai berikut:
5.1 Pekerjaan Orang Tua (Variabel X)
Tabel VI
Distribusi Data Pendapatan Orang Tua per Bulan Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Pendapatan Jumlah
1 > Rp. 1.000.000 3
2 Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 21
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
Berdasarkan data pada Tabel VI, diketahui bahwa rata-rata pendapatan pemulung di Desa
Tapian Nauli berkisar pada Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 berjumlah. Pendapatan yang terbilang
lxxxii
rendah ini harus mampu mencukupi segala kebutuhan baik itu pandang, sandang dan juga papan.
Pendapatan yang diperoleh juga harus mencukupi kebutuhan pendidikan yang sebagian besar
anak-anak mereka bersekolah di sekolah swasta.
Perbedaan pendapatan yang dialami oleh setiap keluarga sebagian besar disebabkan oleh
etos kerja yang berbeda. Sebanyak 3 orang anak mengakui bahwa orang tua mereka memiliki
penghasilan diatas Rp. 1.000.000 per bulan. Penghasilan yang diatas rata-rata masyarakat Desa
Tapian Nauli ini tidak hanya berasal dari mengumpulkan barang-barang bekas. Mereka memiliki
becak dayung yang dapat dimanfaatkan untuk menambah penghasilan pada siang dan malam hari
saat yang lain memilih untuk beristirahat setelah pagi dan sore hari memulung.
Berdasarkan observasi, keluarga yang memiliki penghasilan diatas Rp. 1.000.000 per
bulan memiliki 2 orang tulang punggung keluarga. Bukan hanya bapak, ibu juga membantu
mengumpulkan barang-barang demi terpenuhinya kebutuhan hidup. Keluarga yang memiliki
penghasilan Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 hanya bapak yang bekerja. Etos kerja merekapun
hanya pagi dan sore hari, sedangkan siang dan malam hari mereka memilih diam di rumah.
lxxxiii
Tabel VII
Distribusi Data Status Tempat Tinggal Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Status Jumlah
1 Milik Pribadi 2
2 Milik Orang tua/ Keluarga 7
3 Sewa 15
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
Berdasarkan data pada Tabel VII, sebagian besar masyarakat Desa Tapian Nauli memiliki
tempat tinggal dengan status “sewa” berjumlah 15. Pekerjaan sebagai pemulung membuat
mereka berpindah-pindah dari satu kontrakan ke kontrakan lainnya. Perpindahan itu membuat
mereka menyewa rumah dengan alasan karena lingkungan yang sebagian besar memiliki
pekerjaan yang sama membuat mereka merasa diterima dan juga dihargai. Penghasilan yang
tidak tetap juga membuat mereka kesulitan dalam memiliki rumah pribadi, walaupun menyewa
tempat tinggal membuat pengeluaran bertambah.
Sebagian yang berstatus tempat tinggal adalah milik orang tua/keluarga berjumlah 7,
dimana rumah yang ditempati sebagian besar adalah milik orang tua. Mereka tidak tinggal
sendiri di rumah tersebut namun juga bersama orang tua, ada juga yang bersama saudara yang
lain. Menurut mereka, tinggal di rumah orang tua meringankan beban keuangan, bukan hanya
untuk biaya menyewa rumah namun juga biaya sehari-hari. Tinggal bersama-sama membuat
mereka bisa melakukan beberapa pengeluaran bersama seperti biaya masak sehari-hari, bayar
lxxxiv
listrik dan bayar air. Sedangkan untuk status pribadi berjumlah 2, dimana rumah yang mereka
tinggali sebenarnya milik keluarga mereka namun kemudian mereka beli dengan cara
mengangsur. Pembelian dengan cara seperti ini memberikan keringanan kepada mereka.
Berdasarkan observasi, lingkungan tempat tinggal mereka dianggap sudah mengerti
dengan keadaan mereka, lebih dapat memahami kegiatan yang mereka lakukan dan dampak yang
ditimbulkan karena kegiatan mereka sehari-hari tersebut, seperti kebersihan yang kurang terjaga
dan juga bau yang menyebar dari sampah yang ditimbun.
Tabel VIII
Distribusi Data Keadaan Tempat Tinggal Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Keadaan Rumah Jumlah
1 Permanen 2
2 Semi Permanen 17
3 Triplek 5
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
Dilihat dari data pada Tabel VIII, keadaan tempat tinggal penduduk Desa Tapian Nauli
sebagian besar semi permanen yaitu berjumlah 17. Tempat tinggal mereka terbuat dari batu
batako yang harganya lebih murah jika dibandingkan dengan batu bata. Melengkapi batu batako,
masyarakat Desa Tapian Nauli juga membangun tempat tinggal dari kayu-kayu yang mereka
dapat dari memulung, sehingga rumah mereka yang semi permanen terdiri dari batu batako dan
lxxxv
kayu-kayu. Rumah ini tidak beralaskan ubin namun beralaskan tanah yang bila hujan turun
langsung becek.
Keadaan tempat tinggal dengan status permanen terdiri dari batu batako secara
keseluruhan. Tempat tinggal yang berstatus permanen berjumlah 2. Rumah permanen ini dimiliki
oleh rumah yang berstatus milik pribadi sehingga mereka dengan leluasa memperbaiki dan
mengganti hal-hal yang dianggap sudah tidak layak di rumah mereka. Tak jauh berbeda dengan
rumah semi permanen, rumah permanen juga belum beralaskan ubin namun mereka sudah
beralaskan semen yang halus sehingga bila hujan tidak becek.
Rumah dengan berstatus triplek berjumlah 5. Rumah triplek ini dimiliki oleh rumah yang
berstatus menyewa. Hanya berdindingkan triplek membuat harga sewa rumah ini lebih murah.
Tak jarang dibeberapa rumah, triplek yang seharusnya menutupi setiap ruangan ada yang sudah
bolong-bolong sehingga beberapa hewan bisa masuk seperti kucing dan anjing kecil. Rumh
triplek juga masih beralaskan tanah.
Berdasarkan observasi, keadaan rumah baik yang permanen, semi permanen maupun yg
triplek tidak memiliki perbedaan yang mencolok. Hal ini mungkin dikarenakan oleh sampah-
sampah yang berserakan di depan rumah mereka sehingga semua rumah terlihat sama. Isi dalam
rumah juga tidak jauh berbeda. Beberapa barang-barang elektronik dapat mereka miliki. Barang-
barang tersebut sebagian besar mereka beli dari penjual-penjual rongsokan.
lxxxvi
Tabel IX
Distribusi Data Pendidikan Terakhir Orang Tua Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Jenjang Pendidikan Jumlah
1 SMP 18
2 SMA 6
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
Keadaan orang tua yang sebagian besar hanya lulusan SMP membuat mereka tidak
memiliki keahlian khusus untuk memenuhi kebutuhan hidup berjumlah 18, sedangkan lulusan
SMA berjumlah 6. Keadaan orang tua yang hanya lulusan diakibatkan oleh kemiskinan yang
membelenggu secara turun temurun. Orang tua yang lulusan SMA merupakan penduduk yang
sudah sejak lahir tingga di Desa Tapian Nauli sehingga mereka dapat mengenyam pendidikan
yang lebih baik, sedangkan orang tua yang lulusan SMP merupakan penduduk yang baru tinggal
sejak menikah atau sejak lulus SMP di Desa Tapian Nauli.
Sebagian besar penduduk Desa Tapian Nauli merupakan warga pindahan yang berasal
dari luar kota baik itu kota-kota kecil di sekitar Medan maupun dari luar Provinsi Sumatera Utara
dan Pulau Jawa, sehingga beberapa dari mereka berdarah Jawa namun lahir di Medan karena
sudah turun temurun tinggal ditempat tersebut. Perpindahan yang dilakukan masyarakat Desa
Tapian Nauli lebih dikarenakan tidak adanya lapangan pekerjaan yang tersedia di daerah asal.
Urbanisasi menjadi pilihan yang diharapkan dapat membantu mereka merubah nasib.
Ketidakadaan keterampilan yang mereka miliki justru membawa masalah yang lebih besar di
lxxxvii
kota, namun karena telah terlanjur pindah mereka memilih bertahan dengan segala keadaan yang
ada.
Telah memiliki keluarga juga menjadi salah satu alasan mengapa mereka lebih memilih
bertahan tinggal di kota dengan segala keterbatasan. Jika mereka membawa serta keluarga untuk
kembali ke kampung halaman tentu tidak juga dapat membantu memperbaiki keadaan bahkan
bisa saja menjadikannya lebih buruk. Di daerah asal mereka tidak dapat melakukan apapun
bahkan sekedar untuk memenuhi kebutuhan dasar.
Berdasarkan wawancara, keterampilan bukan hanya menjadi kekurangan yang mereka
miliki. Pemikiran tetang bahwa kemiskinan yang mereka alami adalah hal yang harus diterima
justru menjadikan mereka berada dalam posisi nyaman dengan keadaan mereka saat ini. Mereka
tidak melihat bahwa masalah yang mereka hadapi harus diselesaikan. Hal ini kemungkinan besar
berasal dari pola pikir mereka yang pendek yang disebabkan oleh tinggat pendidikan yang
rendah.
lxxxviii
Tabel X
Distribusi Data Jumlah Anggota Keluarga Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Jumlah Anggota Keluarga Jumlah
1 > 8 Orang 2
2 5-7 Orang 7
3 < 5 Orang 15
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
Berdasarkan data pada Tabel X, jumlah anggota keluarga Desa Tapian Nauli terbilang
sedikit. Sebagian dari mereka memiliki anggota keluarga lebih dari 5 orang, namun sebagian
besar memiliki anggota keluarga kurang dari 5 orang berjumlah 15. Memiliki jumlah anak
sedikit menjadi pilihan warga Desa Tapian Nauli. Dengan memiliki anak sedikit maka kebutuhan
yang dikeluarkan juga sedikit.
Bagi keluarga yang berjumlah lebih dari 8 orang yaitu berjumlah 2 tidak hanya terdiri
dari anak-anak dan orang tua. Mereka juga terdiri dari keluarga yang tinggal bersama mereka.
Mereka yang masih lajang dan merantau dari kampung halaman terkadang memilih tinggal di
rumah saudara untuk sementara waktu. Mereka yang ditumpangi juga tidak merasa keberatan
karena dapat membantu sebagian pekerjaan dan sedikit meringankan beban pengeluaran. Mereka
yang menumpang biasanya memberikan sedikit penghasilan mereka kepada saudara yang
mereka tumpangi. Sebagian dari mereka juga ada yang masih merawat orang tua mereka yang
sudah renta.
lxxxix
Bagi keluarga yang berjumlah 5-7 orang yaitu berjumlah 7. Mereka terdiri dari anak-anak
dan orang tua. Sebagian dari mereka telah memiliki anak yang sudah lulus SMA, namun sayang
banyak dari anak-anak mereka justru ikut menjadi pemulung setelah lulus sekolah. Tak jarang
memiliki anak banyak untuk kemudian dipekerjakan menjadi seperti mereka menjadi alasan
paling banyak dikemukakan oleh masyarakat Desa Tapian Nauli. Beberapa dari mereka berpikir
dengan banyak anak maka orang yang membantu pekerjaan mereka akan semakin banyak pula.
Tabel XI
Distribusi Data Keikutsertaan Kegiatan di Lingkungan Tempat Tinggal
Desa Tapian NauliLingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Frekuensi Keikutsertaan Jumlah
1 Sering 2
2 Kadang-kadang 21
3 Tidak Pernah 1
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
Berdasarkan data pada Tabel XI, tingkat keikutsertaan masyarakat Desa Tapian Nauli
terbilang rendah. Dari 24 responden yang diambil data, hanya 2 orang anak yang mengakui
bahwa orang tua mereka sering mengikuti kegiatan di lingkungan mereka. Sebanyak 21 anak
mengaku bahwa orang tua mereka hanya kadang-kadang mengikuti kegiatan sedangkan 1 orang
anak mengatakan bahwa orang tua mereka tidak pernah mengikuti kegiatan di lingkungan tempat
tinggal mereka.
xc
Sebagian besar anak yang mengaku bahwa orang tua mereka sering mengikuti kegiatan di
lingkungan mereka yang diadakan seminggu 1 kali diikuti oleh orang tua mereka sebanyak 3-4
kali dalam sebulan berjumlah 2. Mereka selalu mengusahakan untuk mengikuti kegiatan yang
diadakan oleh kepala lingkungan, biasanya berupa pertemuan-pertemuan. Mereka yang sering
mengikuti kegiatan adalah masyarakat yang dekat dengan kepala lingkungan mereka sehingga
seolah-olah memang diwajibkan untuk datang.
Sebagian yang mengaku kadang-kadang berjumlah 21. Mereka mengikuti kegiatan
sebanyak 1-2 kali dalam sebulan. Mereka mengikuti kegiatan apabila mereka merasa perlu
mengikutinya. Sebagian alasan mereka mengikuti karena hal itu berdampak pada kehidupan
mereka seperti pertemuan-pertemuan untuk membagikan bantuan-bantuan dari berbagai pihak.
Sedangkan yang tidak pernah mengikuti kegiatan berjumlah 1. Hal ini dikarenakan waktu yang
tidak bisa dibagi dan merasa bahwa kegiatan terebut tidak mengubah hidupnya sama sekali.
Tabel XII
Distribusi Data Keikutsertaan Kegiatan Keagamaan di Lingkungan Desa Tapian Nauli
Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Frekuensi Keikutsertaan Jumlah
1 Sering 5
2 Kadang-kadang 19
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
xci
Berdasarkan data pada Tabel XII, frekuensi keikutsertaan masyarakat Desa Tapian Nauli
dalam kegiatan keagamaan masih relatif rendah. Hanya 5 orang anak yang mengaku orang
tuanya mengikuti kegiatan keagamaan secara rutin, sedangkan yang lainnya yaitu sebanyak 19
anak mengaku orang tua mereka kadang-kadang mengikuti kegiatan keagamaan. Kegiatan
keagamaan perlu untuk membangun mental para orang tua agar nantinya bisa menerapkannya
kepada anak-anak mereka.
Sebagian besar anak mengaku bahwa orang tua mereka kadang-kadang mengikuti
kegiatan keagamaan berjumlah 19. Kegiatan keagaman dilakukan sebanyak 1 minggu sekali.
Mereka hanya mengikuti 1-2 kali dalam satu bulan. Hal ini dikarenakan waktu kegiatan yang
dilakukan pada sore hari dimana mereka melakukan pekerjaan mereka memulung sehingga
mereka memilih tidak mengikuti kegiatan keagamaan. Mereka akan mengikuti kegiatan
keagamaan kalau yang kebagian untuk mengadakan kegiatan saudara mereka atau bertempat
tinggal di dekat rumah mereka. Sebagian yang menyatakan sering mengikuti kegiatan
keagamaan berjumlah 5. Mereka mengikuti kegiatan yang diadakan seminggu sekali itu dengan
frekuensi 3-4 kali dalam sebulan. Mereka mengakui bahwa bagi mereka kegiatan keagamaan itu
penting dan tak bisa digantikan walau dalam hal mencari rezeki.
Berdasarkan observasi dan wawancara, kegiatan keagamaan sering dilupakan karena
mereka terlalu fokus pekerjaan mereka yang banyak menyita waktu. Pada pagi hari mereka sibuk
mengumpulkan sampah-sampah di rumah-rumah warga, setelah siang harinya mereka kembali
ke rumah dan beristirahat. Pada sore hari mereka kembali mengelilingi rumah-rumah warga
untuk mengumpulkan sampah-sampah dan kembali ke rumah ketika matahari sudah tenggelam.
Bagi mereka semakin lama mereka bekerja maka semakin banyak uang yang dapat mereka
xcii
kumpulkan. Mereka seolah-olah dikejar-kejar oleh waktu karena bila terlambat keluar rumah
untuk memulung maka sampah akan diambil oleh pemulung lain dam mereka tidak kebagian.
Tabel XIII
Distribusi Data Keikutsertaan Kegiatan Program Pemerintah Desa Tapian Nauli
Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Frekuensi Keikutsertaan Jumlah
1 Sering 2
2 Kadang-kadang 13
3 Tidak Pernah 9
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
Dilihat pada Tabel XIII, masyarakat Desa Tapian Nauli terkadang mengikuti kegiatan
program pemerintah. Sebanyak 13 anak yang mengaku orang tuanya hanya kadang-kadang
mengikuti program pemerintah, sedangkan 9 anak mengaku orang tua mereka tidak pernah
mengikuti program pemerintah dan 2 anak mengakui orang tua mereka sering mengikuti
program pemerintah.
Sebagian besar mengakui bahwa orang tua mereka sering mengikuti program pemerintah
berjumlah 2. Mereka mengakui mengikuti program pemerintah karena dekat dengan kepala
lingkungan mereka sehingga seolah-olah mereka diwajibkan mengikuti setiapprogram yang
diadakan pemerintah melalui kepala lingkungan. Sedangkan mereka yang mengaku kadang-
kadang mengikuti kegiatan berjumlah 13. Mereka akan mengikuti kegiatan yang menurut mereka
xciii
memberikan keuntungan bagi kehidupan keluarga mereka. Mereka akan mengikuti program
yang memberikan bantuan kepada mereka.
Sebagian yang menyatakan tidak pernah mengikuti program pemerintah berjumlah 9.
Mereka mengakui bahwa ketidakikutsertaan mereka pada program pemerintah disebabkan
mereka merasa tidak ada perubahan yang berarti atas apa yang terjadi atas kehidupan mereka.
Mereka tidak percaya bahwa bantuan dari pemerintah dapat meringankan beban mereka.
Sulitnya proses mendapatkan dan lambatnya pencairan bantuan pemerintah menjadi salah satu
alasan mereka enggan mengambil bantuan pemerintah.
Tabel XIV
Data Distribusi Kesempatan Menabung Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Kesempatan Menabung Jumlah
1 Ada 1
2 Kadang-kadang 13
3 Tidak Ada 10
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
Berdasarkan data pada Tabel XIV, anak-anak Desa Tapian Nauli mayoritas mengaku
hanya terkadang orang tua mereka memiliki kesempatan menabung dari hasil pendapatan mereka
berjumlah 13. Sebanyak 10 anak mengaku orang tua mereka tidak dapat menabung sedangkan
xciv
sebanyak 1 orang anak mengaku orang tuanya mampu menyisihkan penghasilan mereka untuk
ditabung.
Sebagian besar dari mereka menyatakan orang tua kadang-kadang dapat menabung
berjumlah 13. Ketika mereka mendapatkan penghasilan lebih dari biasanya, mereka bisa
menyisihkannya untuk menabung namun ketika mereka tidak menghasilkan uang maka uang
yang ditabung mereka gunakan sehingga uang tabungan hanya berputar pada memenuhi
kebutuhan juga, tak bisa digunakan untuk hal lain. Sedangkan yang mampu menabung berjumlah
1. Hal ini dikarenakan mereka mampu meminimalisir pengeluaran dan hanya memiliki anak 1
orang. Bagi yang tidak mampu menabung berjumlah 10. Semua penghasilan yang didapatkan
habis untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan biaya-biaya lain sehingga mereka tidak
mampu menyisihkan penghasilan mereka.
Berdasarkan wawancara, pendapatan yang hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari
tentu membuat mereka memiliki sedikit kemungkinan untuk menabung. Bagi mereka menabung
adalah hal yang paling berat dilakukan karena berdampak pada kehidupan mereka sehari-hari.
Menabung membuat perhitungan pengeluaran menjadi lebih besar karena pendapatan tidak
langsung dapat dikonsumsi. Penghasilan yang didapat terhitung sehari, karena itu lebih sulit
disisihkan dibandingkan bila didapat langsung dalam jangka waktu seminggu atau sebulan.
xcv
Tabel XV
Data Distribusi Penyakit yang Diidap Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Jenis Penyakit Jumlah
1 Penyakit Berat 2
2 Penyakit Ringan 15
3 Tidak Ada 7
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
Dilihat pada Tabel XV, masyarakat Desa Tapian sering mengalami penyakit ringan.
Sebanyak 15 anak mengaku keluarga mereka sering terkena penyakit ringan seperti diare,
demam, batuk, flu dan lain sebagainnya sedangkan ada 2 orang anak yang mengaku keluarga
mereka terkena penyakit berat yaitu jantung dan paru-paru. Sebanyak 7 orang anak menyatakan
bahwa keluarga mereka tidak ada yang terkena penyakit baik itu penyakit ringan maupun
penyakit berat.
Sebagian besar masyarakat Desa Tapian Nauli sering terkena penyakit ringan berjumlah
15. Mereka mengaku sering terkena demam, batuk, flu, diare dan penyakit-penyakit ringan
lainnya yang biasa dialami oleh orang-orang dengan berbagai keadaan lingkungan baik itu
lingkungan bersih maupun kotor. Sedangkan yang memiliki penyakit berat berjumlah 2. Mereka
mengaku bahwa orang tua mereka mengalami sakit jantung yang dialami secara turun-temurun.
xcvi
Berdasarkan observasi, keadaan kesehatan yang terbilang baik. Masyarakat Desa Tapian
Nauli termasuk masyarakat yang menjaga kesehatan walau tinggal di lingkungan yang terbilang
kumuh dan kotor. Sampah yang bertebaran hampir di setiap halaman tempat tinggal mereka yang
ditimbun dari hasil kerja keras mereka tidak memberikan dampak yang berarti pada kesehatan
diri mereka.
Tabel XVI
Data Distribusi Frekuensi Berobat Ke Puskesmas Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Frekuensi Berobat Jumlah
1 Selalu 10
2 Kadang-kadang 14
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
Berdasarkan data pada Tabel XVI, frekuensi berobat ke Puskesmas masyarakat Desa
Tapian Nauli terbilang sering. Sebanyak 10 anak mengaku keluarga mereka selalu membawa
anggota keluarga yang sakit untuk berobat ke puskesmas sedangkan sebanyak 14 anak mengaku
hanya terkadang keluarga mereka membawa anggota keluarga yang sakit ke puskesmas.
Sebagian dari mereka mengaku selalu membawa keluarga yang sakit ke puskesmas
berjumlah 10. Mereka memilih pergi ke puskesmas karena mereka tidak dapat menggunakan
obat yang dibeli di warung. Hal ini disebabkan oleh penyakit yang diderita tidak bisa diobati
dengan obat-obat warung, sedangkan ada yang mengaku bahwa mereka kadang-kadnag ke
xcvii
puskesmas berjumlah 14. Mereka terkadang mengkonsumsi obat-obatan warung untuk
mengobati penyakit yang diderita.
Berdasarkan wawancara, mereka memilih membeli obat di warung untuk mengobati
anggota keluarga yang sakit. Keadaan ini merupakan akibat dari keadaan ekonomi yang mereka
alami. Keyakinan bahwa obat yang didapat dari puskesmas sama dengan obat yang mereka beli
di warung. Harga yang relatif sama dan juga khasiat yang dipercaya tak jauh antara obat-obat
warung dan puskesmas.
Tabel XVII
Data Distribusi Status Penerimaan Bantuan Program Pemerintah Desa Tapian Nauli
Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Status Penerimaan Bantuan Jumlah
1 Dapat 5
2 Kadang-Kadang 11
3 Tidak Dapat 8
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
Berdasarkan data pada Tabel XVII, status penerimaan bantuan program pemerintah
masyarakat Desa Tapian Nauli mayoritas hanya terkadang mendapatkan bantuan program
pemerintah. Sebanyak 11 orang anak mengaku orang tua mereka hanya terkadang mendapatkan
bantuan pemerintah sedangkan 8 orang anak mengaku bahwa orang tua mereka tidak
xcviii
mendapatkan bantuan dari pemerintah. Sebanyak 5 orang anak menyatakan bahwa orang tua
mereka mendapatkan bantuan program pemerintah.
Sebagian besar mereka mengaku bahwa kadang-kadang menerima bantuan program
pemerintah. Mereka mengakui bahwa terkadang menerima bantuan program pemerintah karena
kurangnya sosialisasi dari pihak yang berwenang. Sedangkan yang tidak dapat bantuan
berjumlah 8. Mereka mengakui bahwa mereka tidak terdaftar dan memang kurangnya sosialisasi.
Mereka yang dapat bantuan berjumlah 5. Diantara mereka memang banyak yang dekat dengan
kepala lingkungan sehingga selalu terdaftar menjadi penerima bantuan.
Berdasarkan wawancara, bantuan pemerintah yang didapatkan oleh masyarakat Desa
Tapian Nauli berupa Raskin (beras miskin), BLT ( Bantuan Langsung Tunai), Balsem (Bantuan
Langsung Sementara), Askeskin (Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin) dan masih banyak
lagi. Anak-anak mereka juga mendapatkan bantuan pendidikan berupa Dana Bos (Bantuan
Operational Sekolah) dan Balsem-Pendidikan (Bantuan Langsung Sementara bidang Pendidikan)
yang diberikan untuk anak-anak yang kurang mampu baik itu yang bersekolah di swasta maupun
negeri. Bantuan yang diberikan pemerintah baik disadari maupun tidak memberikan keringanan
bagi pemenuhan kebutuhan setiap keluarga.
xcix
Tabel XVIII
Data Distribusi Frekuensi Konsumsi Program 4 Sehat 5 Sempurna Desa Tapian Nauli
Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Frekuensi Konsumsi Jumlah
1 Selalu 1
2 Kadang-kadang 16
3 Tidak Pernah 7
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
Dilihat pada Tabel XVIII, masyarakat Desa Tapian Nauli mayoritas terkadang
mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna. Sebanyak 16 orang anak menyatakan bahwa
keluarga mereka kadang-kadang mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna sedangkan 1 orang
anak mengaku keluarganya selalu mengkonsumsi 4 sehat 5 sempurna. Sebanyak 7 orang anak
mengaku keluarga mereka tidak pernah mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna.
Sebagian besar mereka menyatakan bahwa kadang-kadang mengkonsumsi 4 sehat 5
sempurna. Dikarenakan mereka hanya mengkonsumsi gizi yang baik apabila ada rezeki lebih
atau ada acara yang besar. Bila hari biasa mereka hanya akan mengkonsumsi makanan tanpa
melihat gizi yang terkandung. Sedangkan yang tidak pernah mengkonsumsi 4 sehat 5 sempurna
berjumlah 7. Mereka mengatakan bahwa bagi mereka yang penting bisa makan, tidak peduli gizi
yang dikandung. Bagi yang selalu mengkonsumsi 4 sehat 5 sempurna berjumlah 1. Dia
menyatakan bahwa keluarga mereka selalu berusaha untuk mengkonsumsi gizi yang cukup untuk
semua anggota keluarga.
c
Tabel XIX
Data Distribusi Status Berobat ke Rumah Sakit Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Status Berobat Jumlah
1 Dapat 2
2 Kadang-kadang 16
3 Tidak Dapat 6
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
Berdasarkan data pada Tabel XIX, masyarakat Desa Tapian Nauli hanya terkadang
membawa anggota keluarga yang sakit ke rumah sakit. Sebanyak 2 orang anak mengaku
keluarga mereka dapat membawa anggota keluarga yang sakit untuk berobat ke rumah sakit
sedangkan 6 orang anak mengaku keluarga mereka tidak dapat membawa anggota keluarga yang
sakit ke rumah sakit. Mayoritas dari mereka yaitu sebanyak 16 orang anak mengaku keluarga
mereka hanya terkadang membawa anggota keluarga mereka yang sakit. Pemilihan rumah sakit
sebagai tempat berobat merupakan alternatif setelah meminum obat warung maupun obat
puskesmas tidak mampu memberikan pengobatan yang baik.
Sebagian besar dari mereka menyatakan hanya terkadang membawa anggota keluarga
yang sakit ke rumah sakit berjumlah 16. Mereka menyatakan bahwa mereka hanya akan
menbawa anggota keluarga yang sakit apabila sudah tidak juga sembuh dengan mengkonsumsi
obat-obatan warung maupun obat dari puskesmas. Mereka yang tidak dapat membawa anggota
keluarga yang sakit berjumlah 6. Bagi mereka membawa anggota keluarga sakit ke rumah sakit
ci
hanya akan menambah biaya karena mereka juga tidak mempunyai bantuan kesehatan dari
pemerintah. Mengobati di rumah dengan obat warung atau obat puskesmas menjadi prioritas
utama. Sedangkan mereka yang menyatakan dapat membawa anggota keluarga yang sakit
berjumlah 2. Mereka membawa anggota keluarga yang sakit ke rumah sakit, namun itupun
dilakukan apabila penyakit yang diderita tidak sembuh dengan obat warung dan obat puskesmas.
Tabel XX
Data Distribusi Pekerjaan Sampingan Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Pekerjaan Sampingan Jumlah
1 Memiliki 1
2 Kadang-kadang 12
3 Tidak memiliki 11
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
Berdasarkan data pada Tabel XX, masyarakat Desa Tapian Nauli banyak yang tidak
memiliki pekerjaan sampingan. Sebanyak 12 orang anak mengatakan orang tua mereka hanya
terkadang melakukan pekerjaan sampingan di luar pekerjaan mereka sebagai pemulung.
Masyarakat Desa Tapian Nauli sebanyak 11 orang anak mengaku orang tua mereka tidak
memiliki pekerjaan sampingan di luar pekerjaan mereka sebagai pemulung sedangkan sebanyak
1 orang anak mengaku memiliki pekerjaan sampingan di luar pekerjaan mereka.
cii
Sebagian besar mereka mengakui bahwa orang tua mereka memiliki pekerjaan
sampingan berjumlah 12. Ibu mereka yang hanya memulung pagi hari setelah itu mengurusi
ladang orang lain apabila memang sedang masa tanam atau masa panen. Beberapa dari mereka
memiliki becak barang yang juga digunakan untuk membawa barang-barang hasil memulung
dan juga disewakan kepada siapa saja yang membutuhkan. Sedangkan mereka yang memiliki
pekerjaan sampingan berjumlah 1. Orang tuanya memiliki warung kecil di rumah yang dijaga
oleh anak-anak apabila orang tua bekerja. Bagi mereka yang tidak memiliki pekerjaan
sampingan berjumlah 11. Mereka tidak mempunyai keterampilan apapun sehingga hanya
mengandalkan kegiatan memulung. Mereka juga tidak punya barang yang bisa dijadikan alat
mencari uang.
Berdasarkan wawancara, memiliki pekerjaan sampingan dapat membantu menambah
pendapatan keluarga di Desa Tapian Nauli namun nyatanya hanya sedikit yang memiliki
pekerjaan sampingan. Pekerjaan sampingan yang dimiliki juga tidak jauh beda dengan
penghasilan yang didapatkan dari memulung, namun dapat membantu memenuhi kebutuhan
keluarga yang terjadi di luar kebutuhan biasa. Terkadang pekerjaan sampingan yang dimiliki
orang tua mereka lebih memberikan kontribusi bagi kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi.
ciii
Tabel XXI
Data Distribusi Pemenuhan Sandang Keluarga Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Pemenuhan Sandang Jumlah
1 6 Bulan sekali 1
2 Setahun Sekali 21
3 Tidak 2
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
Berdasarkan data pada Tabel XXI, masyarakat Desa Tapian Nauli hanya setahun sekali
mampu memenuhi kebutuhan sandang keluarga. Mayoritas dari mereka yaitu 21 orang anak
mengaku setahun sekali keluarga mereka mampu memenuhi kebutuhan sandang keluarga,
sedangkan 2 orang anak mengatakan tidak dapat memenuhi kebutuhan sandang keluarga.
Sebanyak 1 orang anak mengaku 6 bulan sekali keluarga mereka mampu memenuhi sandang
keluarga mereka.
Sebagian besar dari masyarakat Desa Tapian Nauli dalam memenuhi sandang keluarga
setahun sekali berjumlah 21. Mereka memenuhi kebutuhan sandang hanya dalam waktu setahun
sekali yaitu setiap hari raya baik itu Lebaran maupun Natal. Bagi mereka saat-saat itulah mereka
dituntut untuk tampil serapi mungkin, terutama untuk anak-anak untuk memakai baju baru. Bagi
yang tidak pernah memenuhi sandang berjumlah 2. Mereka lebih mementingkan memenuhi
kebutuhan pangan karena untuk memenuhi kebutuhan pangan saja sudah sulit. Jadi, kebutuhan
sandang tidak penting bagi mereka. Sedangkan yang mampu memenuhi kebutuhan sandang 6
civ
bulan sekali berjumlah 1. Dia mengaku keluargannya mampu membelikan pakaian setiap liburan
sekolah. Bagi keluarga tersebut penampilan adalah hal yang utama.
Berdasarkan wawancara, pemenuhan sandang berupa pakaian biasanya dipenuhi keluarga
di hari-hari penting seperti Lebaran untuk umat Muslim dan Natal untuk umat Nasrani, oleh
karenanya pemenuhan sandang diperoleh oleh mayoritas keluarga satu tahun sekali. Pembelian
pakaian terutama yang baru dianggap tidak terlalu penting. Mereka lebih memikirkan
pemenuhan kebutuhan pangan terutama makanan agar dapat terpenuhi dengan baik sehingga hal-
hal yang masih bisa dikesampingkan tidak mereka fokuskan. Tak jarang mereka membeli baju
bekas pakai yang dijual di pasar-pasar tradisional. Bahan yang bagus menjadi salah satu alasan
pemilihan baju bekas disamping harga yang juga lebih murah. Penghematan yang dilakukan
bertujuan untuk tetap memenuhi kebutuhan sandang nanum kebutuhan dasar mereka tidak
terganggu untuk terpenuhi juga.
Tabel XXII
Data Distribusi Frekuensi Rekreasi Bersama Keluarga Desa Tapian Nauli
Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Frekuensi Rekreasi Keluarga Jumlah
1 6 Bulan Sekali 17
2 Tidak Pernah 7
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
cv
Dilihat pada Tabel XXII, masyarakat Desa Tapian Nauli memiliki frekuensi rekreasi
yang cukup baik. Sebanyak 17 orang anak mengaku bahwa keluarga mereka melakukan rekreasi
6 bulan sekali, sedangkan sebanyak 7 orang anak menyatakan bahwa keluarga mereka tidak
melakukan rekreasi. Pemenuhan rekreasi dianggap sesuatu yang dapat dilakukan tanpa harus
mengeluarkan biaya besar. Bagi beberapa anak dari mereka, rekreasi cukup dengan pergi
berenang ke salah satu kolam renang di dekat rumah mereka yang hanya memiliki biaya tiket Rp.
7.000,-. Beberapa yang lainnya menganggap berkumpul dengan keluarga, menyaksikan acara
televisi sudah termasuk rekreasi.
Sebagian besar dari mereka mengakui bahwa keluarga mereka memenuhi rekreasi dalam
jangka waktu 6 bulan sekali sebanyak 17. Pemenuhan rekreasi yang terbilang besar dilakukan
oleh keluarga mereka saat anak-anak masuk masa libur sekolah sehingga waktu yang dimiliki
lebih banyak. Bagi mereka pergi dalam bentuk apapun bersama keluarga lengkap merupakan
rekreasi besar karena jarang sekali orang tua mereka dapat meninggalkan pekerjaannya walau
sebentar. Bagi mereka yang tidak pernah melakukan rekreasi berjumlah 7. Waktu libur sekolah
mereka dihabiskan dengan membantu orang tua. Mereka ikut memulung walau tak selama orang
tua mereka. Waktu yang dihabiskan untuk anak-anak memulung kurang lebih 3-4 jam sehari
dalam masa liburan.
cvi
5.2 Perkembangan Anak (Variabel Y)
Tabel XXIII
Data Distribusi Frekuensi Komunikasi dengan Orang Tua Desa Tapian Nauli
Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Frekuensi Komunikasi Jumlah
1 Selalu 9
2 Kadang-kadang 15
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
Dilihat pada Tabel XXIII, masyarakat Desa Tapian Nauli memiliki frekuensi komunikasi
yang cukup baik antara orang tua dan anak. Sebanyak 9 orang anak mengakui bahwa mereka
selalu melakukan komunikasi dengan orang tua. Meraka melakukan komunikasi sebisa mungkin
saat bertemu dengan orang tua. Mereka membicarakan apa saja yang sedang dipikirkan,
menceritakan apa yang dialami dan mengeluarkan semua perasaan yang sedang dirasakan.
Sedangkan sebanyak 15 orang anak menyatakan bahwa mereka hanya terkadang melakukan
komunikasi dengan orang tua. Komunikasi dilakukan apabila mereka merasa perlu melakukan
komunikasi dengan orang tua. Bagi mereka, orang tua mereka tidak mengerti dan memahami apa
yang mereka rasakan karena perbedaan usia dan zaman.
Berdasarkan wawancara dan observasi, komunikasi yang dilakukan oleh anak-anak dan
orang tua biasanya dilakukan saat malam hari dimana aktivitas keduanya telah berakhir. Anak-
anak yang pada malam hari membantu mensoltir hasil pekerjaan orang tuanya menceritakan
cvii
apapun yang mereka lakukan sepanjang hari, begitu juga dengan orang tua. Cara komunikasi
yang santai dan terbuka membuat tidak ada yang ditakuti oleh anak untuk diceritakan kepada
orang tua. Walaupun menggunakan komunikasi yang tidak menuruti kaidah sopan santun,
namun tetap tersirat bahwa anak menghormati orang tua dan orang tua menyayangi anak-
anaknya.
Tabel XXIV
Data Distribusi Keikutsertaan Anak dalam Pekerjaan Orang Tua Desa Tapian Nauli
Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Frekuensi Keikutsertaan Jumlah
1 Selalu 4
2 Kadang-kadang 19
3 Tidak Pernah 1
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
Berdasarkan data pada Tabel XXIV, masyarakat Desa Tapian Nauli tidak selalu
mengikutsertakan anak mereka dalam pekerjaan yang dilakukan. Sebanyak 19 orang anak
mengakui hanya terkadang mengikuti pekerjaan orang tua mereka, sedangkan sebanyak 4 orang
anak menyatakan bahwa mereka selalu ikut serta dalam pekerjaan orang tua mereka. Sisa dari
mereka yaitu 1 orang anak mengakui bahwa dia tidak pernah ikut dalam pekerjaan orang tuanya.
Sebagian masyarakat Desa Tapian Nauli kadang-kadang mengakui bahwa anak-anak
terkadang mengikuti pekerjaan orang tua mereka berjumlah 19. Mereka mengikuti pekerjaan
cviii
orang tua saat libur sekolah atau saat mereka sedang tidak ada pekerjaan lain. Tujuan mereka
dari mengikuti pekerjaan orang tua adalah untuk meringankan pekerjaan orang tua mereka.
Selain itu, dengan ikut memulung maka anak juga akan menambah penghasilan orang tua. Bagi
yang tidak pernah mengikuti pekerjaan orang tua berjumlah 1. Orang tua mengatakan bahwa
mereka tidak mau anaknya ikut memulung dan membiarkannya fokus pada tugas utama sebagai
pelajar dan cukup dengan membantu pekerjaan rumah. Sedangkan untuk yang selalu mengikuti
pekerjaan orang tua berjumlah 4. Mereka berpendapat bahwa semakin banyak yang bekerja
maka uang yang dihasilkan akan semakin banyak juga. Walaupun dalam lubuk hati tidak ada
orang tua yang tega membiarkan anaknya memulung.
Berdasarkan observasi, keikutsertaan anak dalam pekerjaan orang tua dalam bentuk
membantu mensoltir barang-barang yang telah didapatkan orang tua. Hasil dari memulung orang
tua dikumpulkan dirumah, kemudian dipilih (disoltir) yang kemudian dijadikan satu sesuai
dengan jenisnya. Barang yang sudah digabungkan sesuai dengan jenisnya kemudian dijual.
Proses-proses itulah biasanya orang tua biasanya melibatkan anak-anak mereka dalam
pekerjaannya. Walau tak jarang juga orang tua dengan berat hati mengijinkan anaknya ikut
memulung namun tidak setiap hari dan tidak menganggu aktivitasnya yang lain.
cix
Tabel XXV
Data Distribusi Frekuensi Sosialisasi dengan Teman Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Frekuensi Sosialisasi Jumlah
1 Sering 2
2 Kadang-kadang 17
3 Tidak Pernah 5
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
Berdasarkan data pada Tabel XXV, anak-anak Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal memiliki frekuensi sosialisasi dengan teman
sebaya yang cukup baik. Sebanyak 17 orang anak mengaku bahwa mereka terkadang dapat
bersosialisasi dengan teman sebaya, sedangkan 2 orang lainnya mengaku sering bersosialisasi
dengan teman sebaya. Sisa dari mereka yaitu 5 orang anak menyatakan tidak pernah dapat
bersosialisasi dengan teman sebayanya.
Sebagian besar dari mereka mengaku bahwa mereka hanya terkadang mampu
bersosialisasi dengan teman sebaya berjumlah 17. Mereka beralasan bahwa lebih harus
diutamakan mengerjakan tugas dirumah daripada hanya sekedar bermain atau menghabiskan
waktu bercerita dengan teman-teman. Hal ini dikarenakan apabila mereka lalai dalam
mengerjakan pekerjaan rumah maka pekerjaan itu akan menumpuk dan terbengkalai, sebab tidak
ada yang mengerjakannya selain mereka. Bagi mereka yang mengaku tidak pernah dapat
berssoosialisasi dengan teman sebaya berjumlah 5. Mereka menyatakan bahwa mereka
cx
dibebankan semua pekerjaan rumah dan tugas mengurus adik sehingga waktu yang dimiliki
seusai pulang sekolah dihabiskan untuk melakukan itu semua. Sedangkan mereka yang
menyatakan sering bersosialisasi dengan teman sebaya berjumlah 2. Mereka mengakui bahwa
sosialisasi itu penting sehingga bagaimanapun keadaannya mereka akan selalu berusaha untuk
sosialisasi dengan teman-teman.
Berdasarkan observasi, anak-anak di Desa Tapian Nauli dalam proses sosialisasi mereka
lebih banyak terkendala oleh kegiatan di rumah. Meski tidak menjadi alasan dalam hal ini
membantu pekerjaan rumah orang tua dengan bersosialisasi, namun hal ini cukup menyita waktu
mereka. Kesulitan bersosialisasi juga dikarenakan cara mereka berkomunikasi terkadang berbeda
dengan teman-teman sebaya mereka yang bukan dari keluarga pemulung. Mereka lebih terkesan
tidak sopan karena apa yang mereka ucapkan sangat spontan tanpa dipirkan apakah itu baik atau
tidak dengan pengucapan yang kasar.
Tabel XXVI
Data Distribusi Frekuensi Mengerjakan Tugas Rumah Desa Tapian Nauli
Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Frekuensi Mengerjakan Jumlah
1 Selalu 4
2 Kadang-kadang 19
3 Tidak Pernah 1
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
cxi
Dilihat pada Tabel XXVI, anak-anak Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan
Sunggal Kecamatan Medan Sunggal cukup rajin membantu orang tua mereka di rumah.
Sebanyak 19 orang anak mengaku bahwa mereka terkadang membantu orang tua di rumah
melakukan tugas rumah sedangkan 1 orang anak menyatakan bahwa dia tidak pernah membantu
orang tua di rumah. Sisa dari mereka yaitu sebanyak 4 orang anak mengaku bahwa mereka selalu
membantu orang tua mengerjakan tugas rumah.
Sebagian besar dari mereka mengaku terkadang membantu mengerjakan tugas rumah
berjumlah 19. Mereka membantu pekerjaan rumah jika memang sudah tidak bisa lagi dipegang
oleh ibu mereka. Sedangkan bagi yang selalu membantu pekerjaan rumah berjumlah 4. Bagi
mereka tugas rumah merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan. Bagi yang tidak
pernah membantu tugas rumah berjumlah 1. Dia mengatakan bahwa semua tugas rumah
dikerjakan ibu dan kakak perempuannya sehingga dia tidak membantu pekerjaan rumah dan
karena dia laki-laki maka pekerjaan rumah bukan tugasnya
Berdasarkan observasi, membantu mengerjakan tugas rumah merupakan salah satu
kewajiban mereka terutama untuk anak perempuan. Tak jarang mereka menggantikan fungsi ibu
dalam keluarga mereka. Anak perempuan mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga seperti
masak, mencuci pakaian dan piring serta membereskan rumah. Bagi anak-anak yang paling
besar, mereka juga bertugas menjaga adik-adik mereka terutama yang masih balita. Mereka tak
ubahnya menjadi ibu rumah tangga bagi keluarga.
cxii
Tabel XXVII
Data Distribusi Kepemilikan Kamar Pribadi Anak Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Status Kamar Jumlah
1 Sendiri 19
2 Bersama Saudara Sejenis 2
3 Bersama Keluarga 3
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
Berdasarkan data pada Tabel XXVII, mayoritas anak-anak Desa Tapian Nauli memiliki
kamar pribadi di rumah. Sebanyak 19 orang anak mengaku bahwa mereka memiliki kamar
pribadi, sedangkan sebanyak 3 orang anak mengaku bahwa mereka tidur bersama keluarga. Sisa
dari mereka yaitu sebanyak 2 orang anak menyatakan bahwa mereka memiliki kamar bersama
dengan saudara sejenis.
Sebagian besar dari mereka memiliki kamar pribadi berjumlah 19. Mereka menyatakan
dengan memiliki kamar pribadi maka hal-hal yang pribadi menjadi rahasia mereka sendiri. Di
kamar pribadi mereka bisa melakukan apapun tanpa perlu takut diketahui orang lain. Bagi yang
memiliki kamar dengan saudara sejenis berjumlah 2. Bagi mereka dengan sekamar dengan
saudara sejenis mereka bisa melakukan berbagai kegiatan bersama. Mereka dengan leluasa
menceritakan apapun yang terkadang bagi mereka sulit untuk diceritakan kepada orang tua.
Sedangkan yang memiliki kamar bersama keluarga berjumlah 3. Di ruangan tersebut mereka
cxiii
bersama-sama melepas lelah setelah seharian beraktivitas. Saat itulah mereka bercengkrama dan
bercerita.
Berdasarkan observasi, mayoritas dari anak-anak di Desa Tapian Nauli memiliki kamar
pribadi terutama bagi mereka yang hanya memiliki anggota keluarga sedikit. Mereka yang
mengaku memiliki kamar bersama dengan saudara sejenis memiliki saudara sejenis yang lebih
dari dua sehingga tidak memungkinkan untuk masing-masing dari mereka memiliki kamar
pribadi, sedangkan bagi yang tidur bersama keluarga lebih karena tidak adanya ruangan yang
memadai untuk menampung mereka. Biasanya rumah tersebut yang tidak memiliki kamar
sehingga satu ruangan dijadikan multifungsi.
Tabel XXVIII
Data Distribusi Teman Sepermainan Anak Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Teman Sepermainan Jumlah
1 Lawan Jenis dan Sejenis 1
2 Sejenis 23
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
Dilihat pada Tabel XXVIII, anak-anak Desa Tapian lebih suka bermain dengan teman
sejenis. Sebanyak 23 orang anak mengaku bahwa mereka hanya memiliki teman sejenis. Sisa
dari mereka yaitu sebanyak 1 orang anak menyatakan bahwa dia bermain dengan lawan jenis dan
sejenis.
cxiv
Sebagian besar dari mereka lebih memilih berkawan dengan teman sejenis berjumlah 23.
Bagi mereka dengan berkawan dengan teman sejenis memiliki kenyamanan tersendiri. Mereka
biasanya memiliki hobby yang sama. Mereka melakukan banyak kegiatan bersama-sama mulai
dari kegiatan sekolah, kegiatan di lingkungan rumah maupun kegiatan-kegiatan lain yang
merupakan kesukaan bersama. Mereka juga tak sungkan mengungkapkan masalah yang dihadapi
karena merasa sama. Bagi yang berteman dengan lawan jenis dan sejenis berjumlah 1. Dia
merasa nyaman bila dapat berkawan baik dengan lawan jenis maupun dengan sejenis. Dengan
kawan sejenis dia bisa melakukan hal-hal yang memang biasa dia lakukan, namun dengan kawan
lawan jenis dia bisa melakukan hal-hal di luar yang biasa dia lakukan dan dia menyukai itu.
Berdasarkan observasi, anak-anak lebih memilih kawan sepermainan sejenis kerena bagi
mereka kawan sejenis lebih mengerti akan keadaan mereka. Tak jarang mereka memiliki
masalah yang sama karena memiliki keadaan yang tak jauh berbeda. Kawan sejenis juga menjadi
teman cerita mereka kala mereka dihadapkan pada kondisi yang tidak menguntungkan baik di
rumah maupun di sekolah. Teman sejenis juga memiliki cara pandang yang sama akan suatu hal
dan biasanya mereka memiliki hobby maupun kesukaan yang sama seperti idola.
cxv
Tabel XXIX
Data Distribusi Status Hubungan Spesial dengan Lawan Jenis Desa Tapian Nauli
Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Status Hubungan Jumlah
1 Pernah Memiliki 5
2 Tidak Pernah Memiliki 19
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
Berdasarkan data pada Tabel XXIX, mayoritas anak-anak Desa Tapian Nauli Lingkungan
IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal tidak pernah memiliki hubungan spesial
dengan lawan jenis. Sebanyak 19 orang anak mengaku bahwa mereka tidak pernah memiliki
hubungan spesial dengan lawan jenis. Sisa dari mereka yaitu sebanyak 5 orang anak menyatakan
pernah memiliki hubungan spesial dengan lawan jenis namun saat ini tidak.
Sebagian besar dari mereka tidak pernah memiliki hubungan spesial denagn lawan jenis
berjumlah 19. Bagi mereka memiliki hubungan spesial dengan lawan jenis bukanlah suatu yang
harus dilakukan. Mereka tidak mau hal ini justru menambah masalah baru dalam hidupnya.
Selain itu, mereka juga malu dengan keadaan keluarga. Bagi mereka yang pernah memiliki
hubungan spesial dengan lawan jenis berjumlah 5. Mereka berhubungan dengan teman sekolah
yang juga memiliki kondisi yang sama, sehingga mereka tidak perlu menerima tuntutan macam-
macam dari teman spesialnya tersebut.
cxvi
Berdasarkan wawancara, mereka yang tidak pernah memiliki hubungan spesial dengan
lawan jenis karena mereka tidak mampu bersosialisasi dengan baik kepada lawan jenis. Mereka
juga terkadang malu dengan keadaan keluarga dan orang tua sehingga tidak bisa membuka
pergaulan dengan orang luar. Bagi yang pernah memiliki, mayoritas dari mereka berhubungan
spesial dengan teman sesama sekolah yang notabene memiliki keluarga yang tidak jauh berbeda
dengan mereka.
Tabel XXX
Data Distribusi Frekuensi Mengikuti Kegiatan Organisasi Desa Tapian Nauli
Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Frekuensi Mengikuti Jumlah
1 Kadang-kadang 19
2 Tidak mengikuti 5
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
Dilihat pada Tabel XXX, mayoritas anak-anak Desa Tapian Nauli cukup rajin mengikuti
kegiatan organisasi. Sebanyak 19 orang anak mengaku bahwa mereka terkadang mengikuti
kegiatan organisasi baik itu di lingkungan tempat tinggal maupun di sekolah. Sisa dari mereka
yaitu sebanyak 5 orang anak mengaku tidak mengikuti organisasi baik itu di lingkungan tempat
tinggal maupun di sekolah.
Beberapa dari mereka mengakui bahwa mereka jarang mengikuti kegiatan organisasi
berjumlah 19. Karena tidak dapat membagi waktu antara kegiatan organisasi dengan kegiatan di
cxvii
rumah. Sebagian dari mereka menyatakan bahwa kegiatan organisasi dilakukan hanya apabila
mereka sedang ingin melakukannya. Mereka tidak terlalu mementingkan kegunaan organisasi
tersebut namun lebih melihat siapa yang berada dalam organisasi. Bagi anak-anak laki-laki
kegiatan organisasi lebih dijadikan sebagai tempat tebar pesona bagi lawan jenis walaupun
ujungnya mereka tidak berani menyatakannya. Bagi mereka yang tidak mengikuti kegiatan
organisasi berjumlah 5. Bagi mereka kegiatan tersebut hanya akan membuang waktu yang
seharusnya dapat digunakan untuk bekerja di rumah. Mereka lebih memilih melakukan tugas-
tugas rumah daripada melakukan hal-hal yang menurut mereka tidak jelas karena hanya akan
membuang-buang waktu dan tenaga
Tabel XXXI
Data Distribusi Kesempatan Menyalurkan Hobby Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Kesempatan Menyalurkan Jumlah
1 Dapat 1
2 Kadang-kadang 21
3 Tidak Dapat 2
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
Berdasarkan data pada Tabel XXXI, anak-anak Desa Tapian mampu menyalurkan hobby
mereka dengan cukup baik. Sebanyak 21 orang anak mengaku bahwa mereka terkadang mampu
menyalurkan hobby yang mereka miliki sedangkan 2 orang anak lainnya menyatakan bahwa
cxviii
mereka tidak dapat menyalurkan hobby yang dimiliki. Sisa dari mereka yaitu sebanyak 1 orang
anak menyatakan bahwa dia dapat menyalurkan hobby yang dimiliki dengan baik.
Sebagian besar mereka hanya terkadang dapat menyalurkan hobby mereka berjumlah 21.
Mereka menyalurkan hobby hanya pada saat mereka mempunyai waktu senggang. Tak jarang
mereka lebih memilih diam di rumah untuk beristirahat saat mereka memiliki waktu kosong
daripada melakukan hal-hal yang justru menghabiskan tenaga mereka. Bagi yang selalu dapat
menyalurkan hobby berjumlah 1. Dia dapat menyalurkan hobby bermain sepak bola dengan
mengikuti ekstrakulikuler sepak bola di sekolah secara rutin ditambah bermain dengan teman-
temannya di lingkungan rumah. Sedangkan untuk yang tidak dapat menyalurkan hobby
berjumlah 2. Mereka tidak dapat menyalurkan hobby karena terkendala dengan waktu karena
waktu mereka etelah pulang sekolah dihabiskan dengan melaksanakan tugas di rumah.
Berdasarkan observasi, penyaluran hobby yang dilakukan anak-anak Desa Tapian Nauli
dilakukan di sela-sela kegiatan rutin mereka sehari-hari. Bagi anak-anak laki-laki, hobby yang
mayoritas mereka miliki adalah bermain sepak bola. Permainan sepak bola yang mereka lakukan
biasanya di lapangan sekolah. Apabila mereka bermain dengan kawan sesama di Desa Tapian
Nauli, biasanya mereka manggunakan lapangan sebuah sekolah yang letaknya tak jauh dari
permukiman mereka. Bagi anak-anak perempuan, mayoritas hobby yang mereka miliki adalah
menari dan bernyanyi. Anak-anak yang beragama Kristen biasanya menyalurkan hobby mereka
di gereja saat beribadah, sedangkan untuk yang beragama Islam mereka lebih banyak
menyalurkan hobby di rumah masing-masing. Mereka yang tidak dapat menyalurkan hobby
terbentur oleh ekonomi karena mereka terlalu menuntut orang tua untuk membelikan fasilitas
yang terbaik padahal dengan keadaan yang seperti ini sedikit kemungkinan itu dapat terpenuhi.
cxix
Tabel XXXII
Data Distribusi Frekuensi Bermain dengan Teman Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Frekuensi Bermain Jumlah
1 Sering 5
2 Kadang-kadang 18
3 Tidak Pernah 1
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
Dilihat pada Tabel XXXII, anak-anak Desa Tapian Nauli memiliki frekuensi yang cukup
baik dalam bermain dengan teman. Sebanyak 18 orang anak mengakui bahwa mereka terkadang
bermain dengan teman, sedangkan sebanyak 1 orang anak mengaku bahwa dia tidak pernah
memiliki waktu bermain dengan teman. Sisa dari mereka yaitu sebanyak 5 orang anak mengakui
bahwa mereka sering bermain dengan teman.
Sebagian besar dari mereka terkadang dapat bermain dengan teman berjumlah 18.
Mereka mengakui bahwa mereka selalu meluangkan waktu bermain ditengah tugas yang harus
mereka laksanakan. Tak jarang mereka bermain bersama saat sedang sama-sama melaksanakan
tugas yang diberikan orang tua. Bagi mereka yang tak pernah bermain berjumlah 1. Dia
merupakan anak perempuan paling besar sehingga dia diberikan tanggung jawab atas semua
yang terjadi di rumah. Hal ini membuat dia tak ubahnya seorang ibu rumah tangga. Sedangkan
bagi mereka yang sering bermain dengan teman sebaya berjumlah 5. Bagi mereka bermain
cxx
adalah hal yang penting. Mereka lebih suka bermain daripada melakukan tugas rumah. Tak
jarang mereka menelantarkan tugas yang diberikan.
Berdasarkan observasi, mayoritas anak-anak Desa Tapian Nauli bermain sambil
membantu orang tua bekerja. Orang tua mereka mengumpulkan barang-barang yang sudah
disoltir ditempat yang sama sehingga mereka yang membantu orang tua bisa saling bertemu dan
bermain-main. Tak jarang mereka yang memiliki hobby sama berkumpul untuk menyalurkan
hobby tersebut. Bermain bagi mereka sama halnya dengan berkumpul dan bersenda gurau santai
bersama.
Tabel XXXIII
Data Distribusi Latar Belakang Pekerjaan Orangtua Teman Desa Tapian Nauli
Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Latar Belakang Pekerjaan Jumlah
1 Sama 3
2 Sebagian Sama 16
3 Tidak Sama 5
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
Berdasarkan dari data pada Tabel XXXIII, mayoritas anak-anak Desa Tapian Nauli
memiliki teman dengan latar belakang pekerjaan orang tua yang sama. Sebanyak 16 orang anak
mengaku bahwa teman-teman mereka sebagian memiliki latar belakang pekerjaan orang tua
yang sama, sedangkan sebanyak 5 orang anak mengaku bahwa mereka memiliki teman dengan
cxxi
latar belakang pekerjaan orang tua yang berbeda. Sisa dari mereka yaitu 3 orang anak
menyatakan bahwa semua teman mereka memiliki latar belakang pekerjaan orang tua yang
sama.
Sebagian besar dari mereka memiliki teman dengan status sebagian berlatar belakang
pekerjaan orang tua yang sama berjumlah 16. Mereka mengakui bahwa kebanyakan teman-
teman mereka berlatar belakang pekerjaan yang sama. Apabila berbedapun tetap memiliki
keadaan yang tak jauh berbeda seperti tukang becak, supir angkot dan lain sebagainya. Bagi yang
memiliki teman dengan latar belakang pekerjaan yang berbeda berjumlah 5. Mereka lebih
banyak menghabiskan waktu di sekolah sehingga mereka jarang bergaul di lingkungan rumah,
hal ini membuat mereka memiliki teman dengan keadaan yang beraneka ragam. Sedangkan
untuk yang memiliki latar belakang pekerjaan orang tua yang sama berjumlah 3. Bagi mereka
memiliki teman yang memiliki keadaan yang sama membuat mereka lebih merasa nyaman.
Berdasarkan wawancara dan observasi, mereka yang memiliki teman dengan latar
pekerjaan orang tua yang sama karena memiliki keadaan yang sama sehingga membuat mereka
tidak perlu bersusah payah beradaptasi terlalu keras bahkan mungkin berpura-pura menjadi
orang lain. Mereka tidak perlu melakukan kebohongan akan keadaan orang tua dan keluarga
mereka. Beruntung untuk anak-anak yang memiliki teman dengan latar belakang pekerjaan orang
tua yang berbeda namun mereka bisa dengan nyaman menceritakan keadaan orang tua dan
keluarga mereka karena teman-teman mereka tidak mepermasalahkan keadaan tersebut.
cxxii
Tabel XXXIV
Data Distribusi Frekuensi Mengikuti Gaya Trend yang Berkembang Desa Tapian Nauli
Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Frekuensi Mengikuti Jumlah
1 Sering 1
2 Kadang-kadang 17
3 Tidak Pernah 6
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
Dilihat pada Tabel XXXIV, mayoritas anak-anak Desa Tapian Nauli terkadang mengikuti
gaya trend yang berkembang terutama di kalangan remaja. Sebanyak 17 orang anak mengaku
bahwa mereka terkadang mengikuti gaya trend yang berkembang, sedangkan sebanyak 6 orang
anak menyatakan bahwa mereka tidak pernah mengikuti gaya trend yang berkembang. Sisa dari
mereka yaitu sebanyak 1 orang anak mengaku bahwa dia selalu mengikuti gaya trend yang
berkembang di kalangan remaja.
Sebagian besar dari mereka hanya terkadang mengikuti gaya trend yang berkembang
berjumlah 17. Mereka mengakui bahwa gaya trend merupakan suatu yang wajib diikuti, namun
mereka tidak memaksakan apabila hal ini berbenturan dengan keadaan mereka seperti keadaan
ekonomi, sopan santun dan adat yang berlaku. Mereka hanya mengikuti trend apabila mereka
mau dan mereka sanggup untuk itu. Bagi mereka yang tidak pernah mengikuti gaya trend yang
berkembang berjumlah 6. Mereka tidak menganggap gaya trend itu sesuatu hal yang perlu untuk
diikuti, sehingga mereka tidak peduli gaya trend apa yang berkembang saat ini dengan alasan
cxxiii
bahwa semua tak akan pernah mengubah keadaan mereka saat ini. Sedangkan yang sering
mengikuti gaya trend yang berkembang berjumlah 1. Baginya gaya trend yang berkembang
wajib diikuti bila tidak ingin ketinggalan jaman. Suatu keharusan mengikuti apa yang sedang
menjadi panutan anak-anak remaja mulai dari pakaian, gaya rambut sampai gaya bicara. Hal ini
dilakukan biar dia merasa gaul, anak kota dan tidak kampungan.
Berdasarkan observasi, bagi anak-anak remaja Desa Tapian Nauli, mengikuti trend bukan
suatu keharusan namun bisa menjadi sesuatu yang mungkin bisa diikuti. Mayoritas gaya trend
yang diikuti berupa pakaian atau potongan rambut. Tak lupa gaya bicara anak-anak kota besar
yang biasa mereka liat di televisi diadopsi menjadi gaya bicara mereka bersama teman-teman.
Mereka juga memiliki teman-teman kelompok yang mempunyai gaya yang sama.
Tabel XXXV
Data Distribusi Penilaian terhadap Diri Sendiri Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Penilaian terhadap Diri Sendiri Jumlah
1 Bangga 9
2 Kadang-kadang 14
3 Tidak Bangga 1
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
Dilihat pada Tabel XXXV, anak-anak Desa Tapian memiliki rasa bangga terhadap diri
sendiri yang cukup baik. Sebanyak 14 orang anak menyatakan bahwa mereka terkadang merasa
cxxiv
bangga terhadap diri sendiri, sedangkan sebanyak 9 orang anak mengakui bahwa mereka bangga
terhadap diri mereka sendiri. Sisanya sebanyak 1 orang anak menyatakan bahwa dia tidak
bangga dengan diri sendiri.
Sebagian besar dari mereka terkadang merasa bangga pada diri sendiri berjumlah 14.
Terkadang mereka malu dengan keadaan keluarga terutama orang tua apalagi saat berkenalan
dengan orang baru. Tak jarang awalnya mereka menutupi identitas diri. Namun beberapa dari
mereka merasa ada saat-saat tertentu mereka merasa bangga pada diri mereka seperti saat
berprestasi, saat mampu membuat orang tua tersenyum, atau pada saat mampu melawan teman
yang mengejek keadaan orang tua. Bagi yang tidak merasa bangga dengan diri sendiri berjumlah
1. Dia beralasan bahwa dia tidak pernah melakukan apapun yang dapat membanggakan baik itu
untuk dirinya maupun untuk orang tua. Sedangkan mereka yang bangga terhadap diri sendiri
berjumlah 9. Mereka menganggap apapun keadaan yang dialami mereka bangga akan diri sendiri
dan orang tua. Mereka tidak menganggap keadaan ini memalukan dan mereka akan terus bangga
pada diri sendiri.
Berdasarkan observasi, anak-anak Desa Tapian Nauli terkadang diliputi rasa malu akan
keadaan keluarga mereka termasuk pekerjaan yang dilakukan orang tua mereka. Beberapa dari
mereka menyadari semua yang dilakukan orang tua demi kelangsungan hidup dan memenuhi
kebutuhan yang kian hari kian banyak, namun mereka tidak menutup mata bahwa keadaan
mereka sering dijadikan alat untuk merendahkan mereka dan keluarga. Rasa bangga yang
mereka miliki tumbuh pada saat mereka mampu membuktikan bahwa keadaan keluarga maupun
pekerjaan orang tua tidak mampu menghalangi mereka untuk mencapai prestasi yang mereka
inginkan baik itu secara akademik maupun ekstrakulikuler
cxxv
Tabel XXXVI
Data Distribusi Minat terhadap Tugas Pekerjaan Rumah Desa Tapian Nauli
Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Minat terhadap Pekerjaan
Rumah
Jumlah
1 Suka 1
2 Kadang-kadang 17
3 Tidak Suka 6
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
Berdasarkan data pada Tabel XXXVI, anak-anak Desa Tapian Nauli memiliki minat yang
cukup baik terhadap tugas pekerjaan rumah. Sebanyak 17 orang anak menyatakan bahwa mereka
terkadang berminat cukup suka terhadap tugas pekerjaan rumah, sedangkan sebanyak 6 orang
anak mengakui bahwa mereka tidak menyukai tugas pekerjaan rumah. Sisa dari mereka yaitu
sebanyak 1 orang anak mengakui bahwa dia menyukai tugas pekerjaan rumah.
Sebagian besar dari mereka menyatakan terkadang suka dengan pekerjaan rumah
berjumlah 17. Mereka merasa tidak suka dengan pekerjaan rumah apabila sudah terlalu banyak
ataupun menghabiskan banyak waktu mereka. Bila sudah lelah maka pekerjaan rumah menjadi
suatu beban bagi mereka yang mau tidak mau harus mereka kerjakan. Bagi mereka yang tidak
suka dengan tugas pekerjaan rumah berjumlah 6. Bagi mereka pekerjaan rumah membuat
mereka tambah lelah dan mereka jadi tidak bisa bermain. Pekerjaan rumah tak jarang membuat
anak-anak merasa diperlakukan tidak layak. Sedangkan yang suka dengan tugas pekerjaan rumah
cxxvi
berjumlah 1. Dia mengakui bahwa pekerjaan rumah membuat rasa lelah namun karena sudah
menjadi tanggung jawab dan memang harus dilakukan maka dia melakukannya dengan senang
hati. Selain itu, rasa kasian kepada orang tua juga membuatnya ikhlas melakukan semua tugas
pekerjaan rumah yang diberikan.
Berdasarkan observasi, tugas pekerjaan rumah yang dilakukan oleh anak-anak Desa
Tapian Nauli bersifat untuk membantu orang tua. Mereka bertujuan untuk meringankan beban
orang tua yang sudah lelah bekerja mencari barang-barang. Tugas pekerjaan rumah yang
dilakukan biasanya berupa memasak, mencuci piring dan baju, membersihkan rumah dan lain
sebagainya. Tak jarang mereka harus menjaga adik yang lebih kecil. Beberapa dari mereka
mengakui bahwa terkadang mereka tidak suka melakukan tugas pekerjaan rumah apabila sudah
berjanji dengan teman untuk pergi bermain. Mereka menganggap bahwa melakukan tugas
pekerjaan rumah hanya menghambat mereka untuk bergaul bersama teman-teman.
Tabel XXXVII
Data Distribusi Reaksi terhadap Ejekan Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Reaksi Jumlah
1 Biasa Saja 18
2 Marah 6
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
cxxvii
Dilihat pada Tabel XXXVII, anak-anak Desa Tapian Nauli memiliki rasa sabar yang
cukup baik. Sebanyak 18 orang anak mengakui bahwa mereka akan bersikap biasa saja apabila
ada orang atau teman-teman mereka yang mengejek pekerjaan orang tua mereka, sedangkan
sebanyak 6 orang anak menyatakan bahwa mereka akan marah pada siapapun yang berani
mengejek status pekerjaan orang tua mereka.
Sebagian besar dari mereka biasa saja saat ada yang mengejek pekerjaan orang tua
berjumlah 18. Mereka menyatakan bahwa mereka tidak terlalu ambil pusing atau tidak peduli
pada perkataan orang akan kondisi pekerjaan orang tua mereka. Bagi mereka apa yang sudah
dilakukan oleh kedua orang tua mereka merupakan suatu usaha untuk memenuhi segala
kebutuhan anak-anak dan keluarga. Sebagian lagi menyatakan mereka akan sabar menerima
ejekan orang selama ejekan tersebut masih bisa ditolerir, namun apabila sudah dianggap
berlebihan mereka tak segan-segan untuk adu argumen bahkan berkelahi dengan orang tersebut.
Bagi mereka yang marah bila ada yang mengejek pekerjaan orang tua mereka berjumlah
6. Bagi mereka, siapapun yang berani mengejek orang tua maka mereka rela untuk berkelahi.
Mereka akan selalu naik emosi apabila ada yang mengejek. Tak jarang mereka rela bertengkar
sampai adu fisik demi membela orang tua.
cxxviii
Tabel XXXVIII
Data Distribusi Reaksi Tidak Terpenuhi Keinginan Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Reaksi Jumlah
1 Sangat menerima 1
2 Biasa Saja 19
3 Tidak Menerima 4
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
Berdasarkan data pada Tabel XXXVIII, anak-anak Desa Tapian Nauli termasuk anak
yang bisa menerima apabila keinginan mereka tidak terpenuhi oleh orang tua. Sebanyak 19 orang
anak menyatakan bahwa mereka bersikap biasa saja saat keinginan mereka tidak terpenuhi oleh
orang tua, sedangkan sebanyak 1 orang anak mengakui bahwa dia sangat menerima apabila
keinginannya tidak terpenuhi. Sisa dari mereka yaitu sebanyak 4 orang anak mengakui bahwa
mereka tidak dapat menerima apabila keinginan mereka tidak terpenuhi oleh orang tua.
Sebagian besar dari mereka bersikap biasa saja saat keinginannya tidak terpenuhi
berjumlah 19. Mereka memahami keadaan orang tua sehingga saat keinginan tidak terpenuhi
maka mereka akan bersikap biasa saja. Mereka tidak memberikan reaksi yang berlebihan walau
terkadang mereka berharap keinginannya dapat terpenuhi. Bagi mereka yang tidak menerima
saat keinginannya tidak terpenuhi berjumlah 4. Mereka tidak mau tahu keadaan orang tua yang
penting keinginan mereka terpenuhi. Orang tua akan dipaksa bagaimanapun untuk memenuhi
keinginan mereka. Sedangkan yang sangat menerima saat keinginannya tidak terpenuhi
cxxix
berjumlah 1. Dia menyatakan bahwa keadaan orang tua tidak bisa memenuhi setiap
keinginannya maka dia tidak akan memaksakan apabila orang tua tidak bisa memenuhinya.
Berdasarkan wawancara, sebagai anak remaja, anak-anak Desa Tapian Nauli memiliki
banyak keinginan seperti anak-anak lainnya. Keadaan orang tua terkadang menyebabkan apa
yang mereka inginkan tidak dapat terpenuhi. Keadaan ekonomi menjadi salah satu alasan
terbesar orang tua tidak dapat memenuhi keinginan mereka. Sebagian dari mereka mengakui
bahwa sebelum mereka mengutarakan apa yang diinginkan mereka sudah dapat mengetahui
bahwa keinginan mereka tidak terpenuhi, oleh sebab itu mereka terkadang hanya memendam
keinginan mereka tanpa mengutarakannya.
Tabel XXXIX
Data Distribusi Peraihan Prestasi Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
No Peraihan Prestasi Jumlah
1 Pernah 4
2 Pernah tapi Tidak Juara 13
3 Tidak Pernah 7
Jumlah 24
Sumber : Kuesioner, 2014
Berdasarkan data pada Tabel XXXIX, anak-anak Desa Tapian Nauli masuk dalam
ketegori anak-anak yang berprestasi. Sebanyak 13 orang anak menyatakan bahwa mereka pernah
mengikuti perlombaan namun tidak juara, sedangkan 7 orang lainnya mengakui bahwa mereka
cxxx
tidak pernah mengikuti perlombaan. Sisa dari mereka yaitu 4 orang anak menyatakan bahwa
mereka pernah mengikuti perlombaan dan mendapatkan juara.
Prestasi yang mereka raih tidak lepas dari kerja keras yang mereka lakukan ditengah
kesulitan ekonomi keluarga. Mereka tetap belajar walau harus mengerjakan semua pekerjaan
rumah. Beberapa dari mereka mengakui bahwa mereka memiliki satu keinginan besar dalam
hidup yaitu membawa orang tua dan keluarga keluar dari masalah kemiskinan. Sebagian besar
dari mereka menginginkan untuk dapat hidup lebih baik dan mereka percaya bahwa sekolah
merupakan jalan terbaik yang dapat mereka lakukan untuk memenuhi keinginan mereka tersebut.
5.3 Uji Hipotesa
Untuk menguji ada tidaknya pengaruh antara variabel pekerjaan orang tua (variabel X)
dengan perkembangan anak (variabel Y), maka digunakan uji hipotesis koefisien korelasi
product moment adalah sebagai berikut:
Keterangan:
푟 = Koefisien korelasi product moment
N = Jumlah sampel
X = Skor distribusi variabel X
Y = Skor distribusi variabel Y
cxxxi
Berdasarkan data lampiran dapat diketahui jumlah product dari x dan y, jumlah kuadrat
dari x dan y dan jumlah kali dari x dan y, dengan demikian dapat dihitung besarnya hubungan
antara variabel pekerjaan orang tua (X) dengan variabel perkembangan anak (Y) dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
푟 =푛(∑푥푦 − ∑푥 ∑푦)
{푛∑푥 − (∑푥) }{푛∑ 푦 − (∑푦) }
=24 28658− (839)(826)
{24(2972)− (839) }{24(2832)− (826) }
=698212− 693019
{712248− 703921}{689088− 682236}
=5198
{8327}{6812}
=5198
√56798467
=5198
7536,5
= 0,68
Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi product moment, dapat diketahui bahwa
korelasi antara x dan y dengan N = 24 diperoleh nilai sebesar 0,68. Hal ini menunjukan
“hubungan positif yang mantap”, sesuai dengan pendapat Guiford dimana skala korelasi +0,59
- +0,69 berarti memiliki “hubungan positif yang mantap”.
cxxxii
Untuk menguji kebenaran hipotesis harga kritik r product moment dengan N = 24 maka harus
lebih kecil atau sama dengan nilai koefisien korelasi (푟 ) yang signifikan 5% (taraf kepercayaan
95%) diperoleh harga sebesar 0,404 sedangkan harga dari koefisien korelasi yang diperoleh 0,68.
Berdasarkan hasil hitungan tersebut, ternyata nilai koefisien korelasi (푟 ) atau nilai
hitung lebih besar dari taraf signifikan 5% dengan N = 24 atau nilai tabel (0,68 > 0,404). Hal ini
menunjukan bahwa
Ha: “Terdapat pengaruh pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak pada keluarga
pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal”
dapat diterima. Sedangkan Ho: “Tidak terdapat pengaruh pekerjaan orang tua terhadap
perkembangan anak pada keluarga pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan
Sunggal Kecamatan Medan Sunggal” tidak dapat diterima (ditolak).
Selanjutnya dicari koefisien determinasi (coefficient of determination), yang merupakan
petunjuk besarnya hasil pengukuran yang sebenarnya menyatakan besar kecilnya sumbangan
variabel x terhadap variabel y dengan rumus KP = (푟 ) . 100%. Makin tinggi angka korelasi
maka makin rendah kesalahan pengukuran.
KP = (푟 ) . 100%
KP = (0,68) . 100%
KP = 0,462. 100%
KP = 46,2%
cxxxiii
Melalui hasil perhitungan diketahui bahwa nilai hitung koefisien determinasi sebesar
46,2%. Artinya variabel pekerjaan orang tua memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak
pada keluarga pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan
Medan Sunggal sebesar 46,2% dan sisanya 53,8% ditentukan oleh variabel lain.
Adapun hasil notasi statistik antara pekerjaan orang tua dengan perkembangan anak di
dapat hasil 0,68 > 0,404. Berdasarkan korelasi product moment hitung 0,68 dengan product
moment tabel 0,404 terdapat hasil product moment itu lebih besar dari hasil tabel. Jadi dengan
demikian terdapat pengaruh signifikan antara pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak.
cxxxiv
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka pada
bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dan saran mengenai Pengaruh Pekerjaan Orang
Tua terhadap Perkembangan Anak pada Keluarga Pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan
IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal. Berikut ini kesimpulan yang dapat
dirumuskan oleh penulis yaitu:
1. Melalui hasil perhitungan KP = (푟 ) . 100% diketahui bahwa nilai hitung koefisien
determinasi sebesar 46,2%. Artinya variabel pekerjaan orang tua memberikan
pengaruh terhadap perkembangan anak pada keluarga pemulung di Desa Tapian
Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal sebesar 46,2%
dan sisanya 53,8% ditentukan oleh variabel lain.
2. Hasil notasi statistik antara pekerjaan orang tua dengan perkembangan anak di dapat
hasil 0,68 > 0,404. Berdasarkan korelasi product moment hitung 0,68 dengan product
moment tabel 0,404 terdapat hasil product moment itu lebih besar dari hasil tabel. Jadi
dengan demikian terdapat pengaruh signifikan antara pekerjaan orang tua terhadap
perkembangan anak.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka dapat dibuat saran oleh penulis
untuk diberikan atau diajukan bagi pihak-pihak yang terkait, yaitu:
cxxxv
1. Sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan hak-hak anak secara psikologis diluar
membatu mereka secara finansial, karena hal ini cukup berpengaruh bagi
perkembangan mereka kelak baik perkembangan sosial maupun perkembangan
kepribadian
2. Sebaiknya orang tua lebih memperhatikan setiap perubahan yang dialami anak-anak
mereka baik secara langsung maupun tidak. Perubahan-perubahan setiap anak
berbeda-beda begitu juga dengan cara mengatasinya, sehingga butuh perhatian khusus
terutama perubahan-perubahan yang kelak berdampak pada perkembangan sosial dan
perkembangan kepribadian anak.
cxxxvi
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani, Hendriati. 2009. Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja, Bandung: PT Reflika Aditama
Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial, Jakarta: Rineka Cipta
Alwisol. 2011. Edisi Revisi: Psikologi Kepribadian, Malang: UMM Press
Anwas, Oos M. 2013, Pemberdayaan Masyarakat di Era Global, Bandung: Alfabeta
Azzet, Akhmad Muhaimin. 2010. Mengembangkan Kecerdasan Sosial bagi Anak, Yogyakarta: Katahati
Faisal, Sanapiah. 2003. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Gerungan, W.A. 2004. Psikologi Sosial, Bandung: PT. Refika Aditama
Huaerah, Abu. 2012. Kekerasan Terhadap Anak, Bandung: Nuansa Cendikia
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Sosial, Yogyakarta: Erlangga
Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan, Jakarta: Kencana
Khairani, Nimrah. 2007, Kehidupan Sosial Ekonomi Pemulung (Desa Namo Bintang) Fisip USU
Kartono, Kartini. 2006, Psikologi Wanita 1 Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa, Bandung: CV Mandar Maju
Khairuddin H.SS. 1997. Sosiologi Keluarga, Yogyakarta: Liberty
Prints, Darwin. 1997. Hukum Anak Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya Bakti
Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Medan: PT Grasindo Monoratama
2012. Kemiskinan dan Solusi, Medan: PT Grasindo Monoratama
Su’adah. 2005. Sosiologi Keluarga, Malang: UMM Press
Suyanto, Bagong. 2013. Masalah Sosial Anak, Jakarta: Kencana
Stiglitz, Joseph E., Amartya Sen, Jen Paul Fitoussi. 2011. Mengukur Kesejahteraan Mengapa Prosuk Domestik Bruto Bukan Tolak Ukur yang Tepat untuk Menilai Kemajuan?, Jakarta: Marjin Kiri
Tirtaraharja, Umar.2000. Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta
Sumber Lain:
cxxxvii
Departemen Sosial RI, 2009, Buku Panduan Pelatihan Pekerjaan Sosial, Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3)
Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Undang-undang nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
Undang-Undang RI. No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Undang-Undang RI. No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 1999 tentang. Ratifikasi Konvensi ILO
Undang-Undang RI. No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Undang-Undang RI. No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
http://www.indonesiaberprestasi.web.id/berita-prestatif/ni-wayan-mertayani-gadis-pemulung-dari-bali-menang-lomba-foto-internasional-museum-anne-frank/ diakses pada 7 Desember 2013 pukul 08.23 WIB
http://www.kabarpublik.com/2013/09/anak-pemulung-yang-berprestasi/ diakses pada 7 Desember 2013 pada pukul 08.25 WIB
http://www.duniapsikologi.com/pengertian-anak-sebagai-makhluk-sosial/ diakses tanggal 7 Desember 2013 pukul 10.00
http://ekatasia.blogspot.com/2009/06/bab-i-pendahuluan.html diakses pada tanggal 17 January 2014 pukul 11.50 WIB
http://www.scribd.com
cxxxviii
ANGKET PENELITIAN
PENGARUH PEKERJAAN ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK
DI DESA TAPIAN NAULI LINGKUNGAN IX KELURAHAN SUNGGAL
KECAMATAN MEDAN SUNGGAL
I. PETUNJUK PENGISIAN ANGKET
1. Sebelum Anda menjawab daftar pertanyaan yang telah disiapkan, terlebih dahulu
isi daftar identitas yang telah disediakan.
2. Bacalah dengan baik setiap pertanyaan, kemudian beri tanda silang (x) pada
jawaban yang dianggap paling tepat.
3. Isilah angket ini dengan jujur serta penuh ketelitian sehingga semua soal dapat
dijawab. Dan sebelumnya tak lupa saya ucapkan banyak terima kasih atas segala
bantuannya.
II. IDENTITAS
1. Nama :
2. Umur :
3. Sekolah :
4. Kelas :
III. PERTANYAAN
A. Pekerjaan orang tua
1. Berapa jumlah pendapatan orang tua Anda dalam satu bulan?
a. > Rp. 1.000.000
b. Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000
c. < Rp. 500.000
2. Bagaimana status tempat tinggal keluarga Anda?
a. Milik pribadi
cxxxix
b. Milik Orang tua/ keluarga
c. Sewa
3. Bagaimana keadaan rumah yang Anda tempati?
a. Permanen
b. Semi permanen
c. Triplek
4. Apa pendidikan terakhir orang tua Anda?
a. SMA
b. SMP
c. SD
5. Berapa jumlah anggota keluarga di tempat tinggal Anda?
a. < 5 orang
b. 5 - 7 orang
c. > 8 orang
6. Apakah orang tua Anda mengikuti kegiatan di lingkungan tempat tinggal?
a. Sering
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
7. Apakah orang tua Anda mengikuti kegiatan keagamaan (seperti: Wirid, kebaktian,
dll) di lingkungan sekitar?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak
8. Apakah di lingkungan sekitar ada kegiatan-kegiatan program pemerintah?
a. Ya
b. Tidak
Bila ada sebutkan :
9. Apakah dari program tersebut orang tua Anda mengikutinya?
a. Ya
b. Kadang-kadang
cxl
c. Tidak
10. Apakah orang tua Anda dapat menabung dari sebagian penghasilannya?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
11. Apakah keluarga Anda ada yang memiliki penyakit?
a. Penyakit berat (Jantung, paru-paru, ginjal dll)
b. Penyakit ringan (Diare, demam dll)
c. Tidak ada
12. Apakah keluarga Anda dapat membawa anggota keluarga berobat ke puskesmas
(fasilitas berobat yang disediakan pemerintah) di lingkungan terdekat?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
13. Apakah orang tua Anda mendapatkan bantuan dari program pemerintah?
a. Dapat
b. Kadang-kadang
c. Tidak dapat
14. Apakah keluarga Anda selalu mengkonsumsi program 4 sehat 5 sempurna?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
15. Apakah keluarga Anda dapat membawa anggota keluarga berobat ke rumah sakit
hingga semubuh total?
a. Dapat
b. Kadang-kadang
c. Tidak dapat
16. Apakah orang tua Anda memiliki pekerjaan sampingan selain pekerjaan yang
dilakukan?
a. Memiliki
b. Kadang-kadang
cxli
c. Tidak memiliki
17. Bagaimana pemenuhan kebutuhan sandang keluarga?
a. Selalu ( 6 bulan sekali)
b. Kadang (sekali setahun)
c. Tidak
18. Apakah Anda dapat rekreasi bersama keluarga?
a. Ya (3 bulan sekali)
b. Kadang-kadang ( 6 bulan sekali saat liburan sekolah)
c. Tidak pernah
Bila tidak pernah berikan alasan:
B. Perkembangan Anak
19. Apakah Anda dapat berkomunikasi dengan orang tua setiap hari?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
20. Apakah orang tua Anda ada waktu untuk tempat bercerita dengan Anda?
a. Sering
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
21. Apakah orang tua meminta Anda untuk ikut membantu mengerjakan
pekerjaannya di luar jam sekolah Anda?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
22. Apakah Anda lebih senang bersosialisasi dengan teman-teman daripada
membantu orang tua di rumah?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
cxlii
23. Apakah Anda lebih memilih mengerjakan tugas yang diberikan orang tua
daripada melakukan hal-hal yang menurut Anda tidak berguna?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak
24. Apakah Anda memiliki kamar/ruang sendiri di rumah?
a. Sendiri
b. Bersama saudara sejenis
c. Bersama keluarga
25. Siapa teman sepermainan Anda?
a. Lebih banyak lawan jenis
b. Sama
c. Lebih banyak sejenis
26. Apakah Anda sudah memiliki hubungan special dengan lawan jenis?
a. Memiliki
b. Pernah memiliki
c. Tidak pernah memiliki
27. Apakah Anda mengikuti kegiatan organisasi baik di sekolah maupun di
lingkungan tempat tinggal?
a. Mengikuti
b. Kadang-kadang
c. Tidak mengikuti
28. Apakah Anda dapat menyalurkan hobby Anda?
a. Dapat
b. Kadang-kadang
c. Tidak dapat
29. Apakah Anda sering menghabiskan waktu bermain-main dengan teman-teman
sebaya Anda?
a. Sering
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
cxliii
30. Apakah teman-teman Anda memiliki latar belakang pekerjaan orang tua yang
sama?
a. Tidak sama
b. Sebagian sama
c. Sama
31. Apakah Anda sering mengikuti gaya trend yang berkembang?
a. Sering
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
32. Apakah Anda bangga dengan diri Anda sendiri?
a. Bangga
b. Kadang-kadang
c. Tidak bangga
33. Apakah Anda suka mendapatkan tugas pekerjaan di rumah?
a. Suka
b. Kadang-kadang
c. Tidak suka
34. Bagaimana reaksi Anda bila ada teman yang mengejek pekerjaan orang tua Anda?
a. Sabar
b. Biasa saja
c. Marah
35. Apakah yang Anda lakukan bila keinginan Anda tidak dipenuhi orang tua?
a. Sangat menerima
b. Biasa saja
c. Tidak menerima
36. Apakah Anda pernah meraih prestasi di dalam maupun di luar sekolah?
a. Pernah
b. Pernah tapi tidak juara
c. Tidak pernah
cxliv
Lampiran I
Jawaban Responden terhadap Variabel X
No. Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 3 3 1 1 1 2 2
2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 1 3 3 3 1 1 1 2 1
3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 1 2 3 2 2 2
4 3 3 3 3 2 2 3 2 1 3 1 3 1 3 3 3 3 2
5 2 2 2 2 3 2 2 2 1 1 3 3 1 1 1 1 2 1
6 2 1 2 2 3 2 3 3 2 1 2 3 2 2 2 1 2 2
7 3 1 2 2 1 2 3 2 1 1 2 3 1 1 2 1 2 2
8 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 1 2 3 1 2 1 2 2
9 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1
10 3 2 1 2 3 2 2 2 1 1 2 3 1 2 2 1 2 1
11 2 2 1 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
12 2 1 2 2 3 2 2 2 1 1 2 3 3 1 1 1 2 1
13 2 1 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
14 2 1 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
15 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
16 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
17 2 1 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
18 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2
19 2 1 2 2 1 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2
20 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
21 2 1 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2
22 2 1 2 3 3 2 3 3 3 1 2 3 3 2 2 1 2 2
23 2 1 2 2 3 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1
24 2 1 2 2 3 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1
cxlv
Jawaban Responden terhadap Variabel Y
No. Responden
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
1 3 3 3 2 1 2 1 1 2 2 3 2 2 3 3 2 2 1
2 3 3 3 2 3 3 1 1 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2
3 3 3 2 1 2 2 1 1 2 2 2 3 2 3 2 1 2 3
4 3 3 2 2 2 3 1 1 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3
5 3 3 3 1 3 2 1 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2
6 3 3 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2
7 3 3 2 1 2 2 1 2 1 2 2 3 2 2 1 1 1 1
8 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
9 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2
10 2 3 2 3 2 2 1 1 1 2 2 2 1 3 1 1 1 1
11 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2
12 3 3 3 2 3 2 1 1 2 2 3 2 1 2 2 2 2 1
13 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2
14 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1
15 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2
16 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 3 2 2 2 2 3
17 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
18 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
19 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1
20 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2
21 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
22 3 3 1 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2
23 2 2 2 3 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1
24 2 2 2 2 3 1 1 1 2 2 3 3 1 3 2 1 2 2
cxlvi
Kalkulasi Harga X dan Y
No. Responden
X Y X² Y² XY
1 33 38 1089 1444 1254
2 33 41 1089 1681 1353
3 44 37 1936 1369 1628
4 44 40 1936 1600 1760
5 32 40 1024 1600 1280
6 37 36 1369 1296 1332
7 32 33 1024 1089 1056
8 37 37 1369 1369 1369
9 33 33 1089 1089 1089
10 33 31 1089 961 1023
11 37 33 1369 1089 1221
12 32 35 1024 1225 1120
13 35 33 1225 1089 1155
14 37 28 1369 784 1036
15 36 29 1296 841 1044
16 35 35 1225 1225 1125
17 35 35 1225 1225 1125
18 35 35 1225 1225 1125
19 34 33 1156 1089 1122
20 35 34 1225 1156 1190
21 34 34 1156 1156 1156
22 40 34 1600 1156 1360
23 28 27 784 729 756
24 28 35 784 1225 980
839 826 29677 28712 28659