Rafi Skripsi Baru
-
Upload
anonymous-8ov9ga7 -
Category
Documents
-
view
311 -
download
24
description
Transcript of Rafi Skripsi Baru
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsumsi buah yang segar dan kaya akan vitamin, mineral, serat dan air
dapat melancarkan pembersihan sendiri pada gigi, sehingga luas permukaan
debris dapat dikurangi dan pada akhirnya karies gigi dapat dicegah.1 Semangka
merupakan buah yang banyak disukai karena rasanya yang manis, mudah di
dapat dan merupakan tanaman sumber vitamin, mineral, serat, dan mengandung
enzim. Dalam semangka terdapat kadar air yang cukup tinggi yaitu sebesar
91,45 gr dan terdapat kadar serat sebesar 0,4 gr tiap 100 gr daging buah
semangka.2
Salah satu faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya karies gigi yaitu
debris atau sisa-sisa makanan yang terdapat di sekitar gigi. Debris adalah
material lunak yang terdapat pada permukaan gigi yang terdiri dari lapisan
biofilm, material alba, dan sisa makanan. Debris mempunyai pengaruh yang
cukup besar terhadap proses terjadinya karies.3 Luas permukaan debris dapat
diukur dengan indeks debris. Indeks debris adalah skor debris yang menempel
pada permukaan gigi penentu. Pengukuran indeks debris ini dilakukan untuk
mengukur permukaan gigi yang ditutupi oleh debris.1
Di Indonesia kesehatan gigi dan mulut merupakan hal yang perlu mendapat
perhatian serius dari pemerintah dan tenaga kesehatan gigi. Hal ini disebabkan
karena tingginya angka kejadian masalah gigi dan mulut di Indonesia, yakni
1
sekitar 90% penduduk menderita penyakit gigi dan mulut.4 Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2013, masalah gigi dan mulut
khususnya di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 31,6% dan yang mengalami karies
gigi di Sulawesi utara sebesar 5,4 %.5
Upaya preventif pada anak diperlukan untuk mengatasi karies gigi,
dilakukan secara sistematis dan sedini mungkin yaitu pada usia muda. Usia 8-10
tahun merupakan kelompok usia yang kritis terhadap terjadinya karies gigi dan
mempunyai sifat khusus yaitu transisi pergantian gigi susu ke gigi permanen.
Pemilihan murid Sekolah Dasar sebagai objek Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
(UKGS) sangat penting mengingat kurangnya perhatian akan kesehatan gigi
anak usia sekolah dasar dan pada dasarnya anak usia ini sangat peka terhadap
pendidikan baik dari perilaku maupun pola kebiasaan dan dalam pertumbuhan
masih dapat diperbaiki.6 Berdasarkan pemikiran di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai pengaruh konsumsi semangka (Citrullus
lanatus) dalam menurunkan indeks debris pada anak usia 8-10 tahun.
B. Perumusan Masalah
Apakah ada pengaruh konsumsi semangka (Citrullus lanatus) dalam
menurunkan indeks debris pada anak usia 8-10 tahun ?
C. Tujuan Penelitian
2
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh konsumsi semangka (Citrullus lanatus) dalam
menurunkan indeks debris pada anak usia 8-10 tahun ?
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui indeks debris sebelum konsumsi semangka (Citrullus
lanatus) pada anak usia 8 – 10 tahun.
b. Untuk mengetahui indeks debris sesudah konsumsi semangka (Citrullus
lanatus) pada anak usia 8 - 10 tahun.
c. Untuk menganalisis pengaruh konsumsi semangka (Citrullus lanatus) dalam
menurunkan indeks debris pada anak usia 8 – 10 tahun.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi masyarakat
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai pentingnya konsumsi semangka (Citrullus lanatus) dalam
menurunkan indeks debris.
2. Bagi instansi pendidikan dokter gigi
Menjadi sumber referensi dan dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa
mengenai pengaruh konsumsi semangka (Citrullus lanatus) dalam menurunkan
indeks debris.
3. Bagi peneliti
3
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan peneliti mengenai
pengaruh konsumsi semangka (Citrullus lanatus) dalam menurunkan nilai
indeks debris.
BAB II
4
TINJAUAN PUSTAKA
A. Semangka
Semangka merupakan salah satu buah yang sangat digemari masyarakat
Indonesia karena rasanya yang manis, renyah dan kandungan airnya yang
banyak. Menurut asal-usulnya, tanaman semangka berasal dari gurun Kalahari
di Afrika, kemudian menyebar ke segala penjuru dunia, mulai dari Jepang, Cina,
Taiwan, Thailand, India, Belanda, bahkan ke Amerika. Semangka biasa dipanen
buahnya untuk dimakan langsung atau dibuat jus. Biji semangka yang
dikeringkan dan disangrai juga dapat dimakan isinya sebagai kuaci. Buah
semangka memiliki kulit yang keras, berwarna hijau pekat atau hijau muda
dengan larik-larik hijau tua tergantung kultivarnya, daging buahnya yang berair
berwarna merah atau kuning.7
Semangka termasuk jenis tanaman menjalar atau merambat. Helai daun
menyirip, permukaan daunnya berbulu, bentuk daun mirip jantung di bagian
pangkalnya, ujung meruncing, tepinya bergelombang dan berwarna hijau tua.
Tanaman semangka menghasilkan 3 macam bunga, yaitu bunga jantan, betina
dan bunga sempurna.8
Bentuk buah semangka bervariasi, tergantung varietasnya. Pada umumnya
dibedakan 3 bentuk buah, yaitu oval, bulat memanjang dan silinder. Daging
buah semangka dibedakan menjadi empat macam warna, yaitu merah muda,
merah tua, putih dan kuning. Selain semangka berbiji juga telah dikembangkan
jenis semangka tanpa biji.8 Di dunia terdapat 1200 jenis semangka. Setiap jenis
5
memiliki tekstur dan rasa yang berbeda, dan setiap jenisnya umumnya memiliki
bentuk yang berbeda pula.9
Klasifikasi botani tanaman semangka adalah sebagai berikut:10
Kingdom : Plante
Sub kingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyte
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Dilleniidae
Order : Violales
Family : Cucurbitaceae
Genus : Citrullus schrad
Species : Citrullus lanatus
Gambar 1. Buah semangka11
Kandungan Gizi Pada Semangka:2
6
Tabel 1 : Kandungan gizi semangka3.
B. Debris
Debris adalah sisa makanan atau deposit lunak yang dapat dibersihkan
dengan berkumur atau dengan semprotan air.12 Debris makanan akan segera
mengalami pencairan dan pembersihan 5-30 menit oleh enzim setelah makan,
tetapi ada kemungkinan sebagian masih tertinggal pada permukaan gigi dan
membran mukosa.13
Kecepatan pembersihan debris makanan dari rongga mulut bervariasi
menurut jenis makanan individunya. Bahan makanan yang cair lebih mudah
dibersihkan dibandingkan bahan makanan yang padat. Makanan-makanan yang
lengket seperti roti, biskuit dan caramel dapat melekat pada permukaan gigi
7
Nilai nutrisi per 100 g (3,5 oz)
Energi 127 KJ (30 kcal)Karbohidrat 7.55 gGula 6.2 gSerat pangan 0.4 gLemak 0.15 gProtein 0.61 gAir 91.45 gVitamin A equiv 28 µg (3 %)Thiamine (vit.B1) 0.033 mg (3%)Riboflavin (Vit.B2) 0.021 mg (1%)Niacin (vit. B3) 0.178 mg (1%)Pantothenic acid (B5) 0.221 mg (4%)Vitamin B6 0.045 mg(3%)Folate (vit.B9) 3 µg (1%)Vitamin C 8.1 mg (14%)Calcium 7 mg (1%)Iron 0.24 mg (2%)Magnesium 10 mg (3%)Phosphorus 11 mg (2%)Potassium 112 mg (2%)Zinc 0.10 mg (1%)
sampai lebih dari satu jam, sedangkan makanan yang kasar seperti wortel
mentah, dan apel akan dibersihkan dengan segera. Makanan yang dingin akan
lebih cepat dibersihkan dibandingkan dengan makanan yang panas.13
Indeks debris ialah skor debris yang menempel pada permukaan gigi
penentu. Indeks debris ini bertujuan untuk mengukur permukaan gigi yang
ditutupi oleh debris agar penilaian yang diberikan pemeriksaan sama atau
seragam. Pemeriksaan debris dilakukan pada gigi tertentu dan pada permukaan
tertentu dari gigi tersebut, yaitu: 13
1. Untuk rahang atas yang diperiksa :
a. Gigi M1 kanan atas pada permukaan bukal
b. Gigi I1 kanan atas pada permukaan labial
c. Gigi M1 kiri atas pada permukaan bukal
2. Untuk rahang bawah yang diperiksa :
a. Gigi M1 kiri bawah pada permukaan lingual
b. Gigi I1 kiri bawah pada permukaan labial
c. Gigi M1 kanan bawah pada permukaan lingual
Bila ada kasus salah satu dari gigi tersebut tidak ada (telah dicabut atau
tinggal sisa akar), penilain dilakukan pada gigi pengganti yang sudah ditetapkan
untuk mewakilinya, yaitu:13
1. Bila gigi M1 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilain dilakukan
pada gigi pada gigi M2 rahang atas atau rahang bawah
2. Bila gigi M1 dan M2 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian
penilaian dilakukan pada gigi M3 rahang atas atau rahang bawah
8
3. Bila gigi M1, M2, dan M3 rahang atas dan rahang bawah tidak ada, tidak
dapat dilakukan penilain
4. Bila gigi I1 kanan rahang atas tidak ada , penilaian dilakukan pada gigi I1
kiri rahang atas
5. Bila gigi I1kanan dan kiri rahang atas tidak ada, tidak dapat dilakukan
penilaian
6. Bila gigi I1 kiri rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi I1
kanan rahang bawah
7. Bila gigi I1 kiri dan kanan rahang bawah tidak ada , tidak dapat dilakukan
penilaian
Untuk penilaian debris indeks digunakan sonde yang diletakan pada 1/3
insisal dan digerakan ke 1/3 gingiva sesuai skor sebagai berikut13:
0 : tidak ada debris
1 : debris lunak menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi
2 : debris lunak menutupi lebih dari 1/3 permukaan, tetapi tidak lebih dari 2/3
permukaan gigi
3 : debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi
Skor indeks debris perorangan diperoleh dengan cara:
Jumlah penilaian debrisDI : ———————————— Jumlah gigi yang diperiksa
Kriteria debris indeks :
9
0,0 - 0,6 : baik
0,7 - 1,8 : sedang
1,9 - 3,0 : buruk
C. Hubungan Debris Dengan Mengunyah Buah
Buah-buahan sudah dipercaya sebagai makanan yang kaya serat. Banyak
manfaat yang diperoleh dengan mengkonsumsi buah secara teratur. Buah-
buahan bagus untuk kesehatan tubuh juga bagus untuk kesehatan gigi dan mulut.
Porsi buah untuk dikonsumsi tergantung pada jenis dan besar buah. Satu porsi
buah ukuran kecil seperti anggur dan stroberi terdiri dari lima buah. Satu porsi
buah ukuran sedang seperti apel dan pir terdiri dari satu buah. Satu porsi buah
dengan ukuran besar seperti semangka, melon dan papaya terdiri dari irisan
dengan potongan sedang.14
Serat yang terkandung dalam buah-buahan merupakan pembersih alami
pada permukaan gigi geligi dan juga membantu menyingkirkan partikel-partikel
makanan dan gula selama proses pengunyaan.14 Mengunyah adalah proses
menghaluskan makanan dari partikel besar ke partikel yang kecil. Mengunyah
makanan yang baik harus menggunakan kedua sisi rahang secara bergantian .
Agar proses mengunyah menjadi lebih optimal para dokter gigi menyarankan
untuk mengunyah makanan ± sepuluh kali setiap menyuap. Rahang pun menjadi
aktif dan diharapkan akan tumbuh normal.14
Serat juga berperan untuk meningkatkan intensitas pengunyahan dalam
mulut. Proses mengunyah makanan berserat ini akan merangsang dan
meningkatkan produksi saliva. Proses ini secara berlahan akan mengurangi
10
pembentukan debris, plak gigi dan karies. Saliva membantu membilas gigi dari
partikel-partikel makanan yang melekat pada gigi dan juga melarutkan
komponen gula dari sisa makanan yang terperangkap dalam sela-sela pit dan
fisur permukaan gigi.14
D. Kesehatan Gigi dan Mulut Anak
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya karena kesehatan gigi dan mulut akan
mempengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Mengingat kegunaan gigi
yang sedemikian penting, maka perlu untuk menjaga kesehatan gigi sedini
mungkin agar dapat bertahan lama dalam rongga mulut.15
Gigi berfungsi sangat penting, maka sejak dini anak-anak perlu di didik
untuk memelihara kesehatan giginya. Anak umur 6-12 tahun mempunyai gigi
campuran antara gigi sulung dan permanen, karena pada masa ini masih
berlangsung pergantian gigi sulung ke gigi permanen. Untuk itu kesehatan gigi
anak perlu dijaga sejak awal agar anak mempunyai gigi permanen yang baik,
sehingga gigi permanen dapat berfungsi sebagaimana mestinya sejak anak-anak
sampai dewasa.16
Berdasarkan penelitian Adhikari, menunjukkan pada anak-anak umur 8–10
tahun sering mengkonsumsi coklat, permen, kue-kue yang lengket dan lain
sebagainya.17 Makanan tersebut mengandung gula yang sangat tinggi sehingga
sisa-sisa makanan, lengket di permukaan gigi serta mampu melekatkan bakteri-
11
bakteri tertentu pada permukaan gigi dan membuat kondisi mulut menjadi
asam.18
Perawatan pada gigi dan mulut anak dimulai dari memperhatikan diet
makanan, jangan terlalu banyak menkonsumsi makanan yang mengandung gula
dan makanan yang lengket. Teknik dan cara menyikat gigi untuk membersihkan
plak, debris dan sisa-sisa makanan di dalam mulut, sebaiknya dilakukan dengan
cara yang benar agar jangan sampai merusak struktur gigi dan gusi.23
Pembersihan karang gigi, penumpatan gigi yang berlubang dan pencabutan gigi
yang sudah tidak bisa dipertahankan lagi sebaiknya di dilakukan oleh dokter
gigi. Kunjungan berkala ke dokter gigi setiap enam bulan sekali, baik ada
keluhan atau pun tidak ada keluhan.19
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut anak
yaitu penjamu (gigi dan saliva), usia ,jenis kelamin dan makanan berserat.2
1. Penjamu
Gigi terbuat dari beberapa material yang berbeda. Gigi dibagi dalam tiga
bagian dasar yaitu mahkota, leher dan akar. Mahkota bagian gigi yang bisa kita
lihat, leher yaitu daerah yang tertanam di dalam gusi, dan akar tersembunyi di
dalam tulang rahang. Gigi tersusun dari email, gigi bagian dalam. Jaringan saraf
dan lapisan tulang akar gigi. Gigi ditahan di dalam rahang oleh serat-serat
pendukung yang disebut tulang periodontal.20
Permukaan email terluar lebih tahan terhadap karies dibandingkan lapisan
dibawahnya karena lebih keras dan lebih padat. Struktur email sangat
menentukan dalam proses terjadinya karies . Variasi morfologi gigi juga
12
mempengaruhi resistensi gigi terhadap karies. Diketahui adanya pit dan fisur
pada gigi yang merupakan daerah gigi yang sangat rentan terhadap karies oleh
karena sisa-sisa makanan maupun bakteri akan mudah tertumpuk disini.21
Saliva adalah cairan yang disekresikan ke dalam mulut oleh kelenjar ludah.
Saliva berfungsi melindungi permukaan rongga mulut yaitu mukosa dan gigi
melalui pembersihan mulut secara alamiah, kapasitas dapar, mengadakan
remineralisasi, pembentukan acquired pellicle, aktivitas antibakteri dan
antivirus. Di samping itu membantu pengunyaan makanan dan pencernaannya
dengan bantuan enzim amilase. Cairan mukus saliva juga berperan dalam
berbicara dan mengecap.22 Saliva disekresi oleh tiga kelenjar utama saliva yaitu
glandula parotids, glandula submandibularis, glandula sublingualis, serta
beberapa kelenjar kecil. Sekresi saliva akan membasahi gigi dan mukosa mulut
sehingga gigi dan mukosa tidak menjadi kering. Saliva membersihkan rongga
mulut dari debris-debris makanan sehingga bakteri tidak dapat tumbuh dan
berkembang biak.21 Mekanisme pertahanan lain saliva dalam melindungi gigi
dari proses kerusakan yaitu saliva mempunyai efek buffer yang berfungsi
menetralkan asam kuat dan basa kuat, saliva menyediakan ion-ion yang
diperlukan untuk proses remineralisasi gigi, saliva mempunyai kapasitas anti
bakteri, anti jamur, dan anti virus, saliva juga mengandung enzim lisosim yang
berperan dalam menghambat metabolisme. Enzim lisosim juga berperan dalam
menghambat perlekatan mikroorganisme kariogenik, serta penting dalam
mengontrol pertumbuhan bakteri dalam mulut.14
13
Aliran saliva pada anak-anak meningkat sampai anak berusia 10 tahun
namun setelah dewasa hanya terjadi peningkatan sedikit. Tidak hanya usia
beberapa faktor lain juga menyebabkan berkurangnya aliran saliva. Pada
individu yang berkurang fungsi salivanya, maka aktivitas karies akan meningkat
secara signifikan.23
2. Usia
Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi karies
sejalan dengan bertambahnya usia. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan
terhadap karies. Kerentanan ini meningkat karena sulitnya membersihkan gigi
yang sedang erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal, dan beroklusi
dengan gigi antagonisnya. Anak mempunyai resiko karies yang paling tinggi
ketika gigi mereka baru erupsi.24
3. Makanan Berserat
Serat merupakan polisakarida nonpati, yaitu karbohidrat kompleks yang
terbentuk dari gugusan gula sederhana yang bergabung menjadi satu serta tidak
dapat dicerna. Serat makanan juga didefinisikan sebagai sisa yang tertinggal di
dalam kolon setelah makanan dicerna atau setelah zat-zat gizi dalam makanan
diserap tubuh. Selain vitamin, mineral, buah juga mengandung serat makanan.
Serat makanan termasuk kategori zat non gizi. Buah merupakan kandungan serat
yang baik. Kandungan serat makanan pada buah 0,5-5 g dalam 100 g berat
buah.1
Kebiasaan makan makanan berserat tidak bersifat merangsang pembentukan
debris, melainkan berperan sebagai pengendali secara alamiah. Buah-buahan
14
berserat dan berair akan bersifat membersihkan karena harus dikunyah dan dapat
merangsang sekresi saliva.25
E. Alat Fisioterapi Oral
Alat fisioterapi oral adalah alat yang digunakan untuk membantu
membersihkan gigi dan mulut dari sisa-sisa makanan dan debris yang melekat
pada permukaan gigi.13
1. Sikat Gigi
Sikat gigi merupakan salah satu alat fisioterapi oral yang digunakan secara
luas untuk membersihkan gigi dan mulut. Di pasaran dapat ditemukan beberapa
macam sikat gigi, baik manual maupun elektrik dengan berbagai ukuran dan
bentuk. Bulu sikat terbuat dari berbagai macam bahan, tekstur, bahan, dan
kepadatan. Walaupun banyak jenis sikat gigi di pasaran, harus diperhatikan
keefektifan sikat gigi untuk membersihkan gigi dan mulut, seperti: (1)
kenyamanan bagi setiap individu meliputi ukuran, tekstur dari bulu sikat; (2)
mudah digunakan; (3) mudah dibersihkan dan cepat kering sehingga tidak
lembap; (4) awet dan tidak mahal; (5) bulu sikat lembut tetapi cukup kuat dan
tangkainya ringan, dan (6) ujung bulu sikat membulat.
Teknik menyikat gigi adalah cara yang umum dianjurkan untuk
membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi dan gusi, dan merupakan
tindakan preventif dalam menuju keberhasilan dan kesehatan rongga mulut yang
optimal. Oleh karena itu, teknik menyikat gigi harus dimengerti dan dilakukab
secara aktif dan teratur.13 Berikut ini teknik menyikat gigi:
15
1. Teknik Vertikal
Teknik vertical dilakukan dengan kedua rahang tertutup, kemudian
permukaan bukal gigi disikat dengan gerakan keatas dan kebawa. Untuk
permukaan lingual dan palatinal dilakukan gerakan yang sama dengan mulut
terbuka.
2. Teknik Horizontal
Permukaan bukal dan lingual disikat dengan gerakan kedepan dan
kebelakang. Untuk permukaan oklusal gerakan horizontal yang sering disebut
“scrub brush technic” dapat dilakukan dan terbukti merupakan cara yang sesuai
dengan bentuk anatomis permukaan oklusal. Kebanyakan orang yang belum
diberi pendidikan khusus biasanya menyikat gigi dengan teknik vertikal dan
horizontal dengan tekanan yang keras. Cara- cara ini tidak baik karena dapat
menyebabkan resisi gusi dan abrasi gigi.
3. Teknik Roll atau Modifikasi stillman
Teknik ini disebut “ADA-roll Technic”, dan merupakan cara yang paling
sering dianjurkan karena sederhana tetapi efisien dan dapat digunakan di seluruh
bagian mulut. Bulu-bulu sikat ditempatkan pada gusi sejauh mungkin dari
permukaan oklusal dengan ujung-ujung bulu sikat mengarah ke apeks dan sisi
bulu sikat digerakkan perlahan-lahan melalui permukaan gigi sehingga bagian
belakang dari kepala sikat bergerak dengan lengkungan. Pada waktu bulu-bulu
sikat melalui mahkota klinis, kedudukannya hamper tegak lurus permukaan
email. Gerakan ini diulang 8-12 kali setiap daerah dengan sistematis sehingga
16
tidak ada yang terlewat. Cara ini terutama sekali menghasilkan pemijatan gusi
dan juga diharapkan membersihkan sisa makanan dari daerah interproksimal
4. Vibratory Technic
Diantaranya adalah : (a) teknik charter; (b) teknik Stillman-Mc Call dan , (c)
teknik bass.
a. Teknik Charter
Pada permukaan bukal dan labial, sikat dipegang dengan tangkai dalam
kedudukan horizontal. Ujung-ujung bulu diletakan pada permukaan gigi
membentuk sudut 45°terhadap sumbu panjang gigi mengarah ke oklusal. Hati-
hati jangan sampai menusuk gusi. Dalam pasisi ini sisi dari bulu sikat berkontak
dengan tepi gusi , sedangkan ujung dari bulu-bulu sikat berada pada permukaan
gigi. Kemudian sikat ditekan sedemikian rupa sehingga ujung-ujung bulu sikat
masuk ke interproksimal dan sisi-sisi bulu sikat menekan tepi gusi. Sikat
digetarkan dalam lengkungan-lengkungan kecil sehinga kepala sikat bergerak
secara sirkuler, tetapi ujung-ujung bulu sikat harus tetap di tempat semula, setiap
kali dapat dibersihkan dua atau tiga gigi. Setelah tiga atau empat lingkaran kecil,
sikat diangkat, lalu ditempatkan lagi pada posisi yang sama, untuk setiap daerah
dilakukan tiga atau empat kali. Jadi pada teknik ini tidak dilakukan gerakan
oklusal maupun ke apical. Dengan demikian ujung-ujung bulu sikat akan
melepaskan debris dari permukaan gigi dan sisi bulu sikat memijat tepi gusi dan
gusi interdental.
b. Teknik Sillman- Mc Call
17
Posisi bulu-bulu sikat berlawanan dengan Charter. Sikat gigi ditempatkan
sebagian pada gigi dan sebagian pada gusi, membentuk sudut 45° terhadap
sumbu panjang gigi mengarah ke apical. Kemudian sikat gigi ditekankan
sehingga gusi memucat dan dilakukan gerakan rotasi kecil tanpah mengubah
kedudukan ujung bulu sikat. Penekanan dilakukan dengan cara sedikit dapat
ditekuk ketika jurusan, tetapi ujung-ujung bulu sikat harus pada tempatnya.
Metode Stillman-McCall ini telah diubah sedikit oleh beberapa ahli, yaitu
ditambah dengan gerakan ke oklusal dari ujung-ujung bulu sikat. Tetap
mengarah ke apical. Dengan demikian, setiap gerakan berakhir di bawah ujung
insisal dari mahkota, sedangkan pada metode yang asli, penyikatan hanya
terbatas pada daerah servikal gigi dan gusi.
c. Teknik Bass
Sikat ditempatkan dengan sudut 45° terhadap sumbuh panjang gigi mengarah
ke apical dengan ujung-ujung bulu sikat pada tepi gusi. Dengan demikian, saku
gusi dapat dibersihkan dan tepi gusi dapat dipijat. Sikat digerakan dengan
getaran-getaran kecil kedepan dan kebelakang selama kurang lebih 10-15 detik
ke setiap daerah yang meliputi dua atau tiga gigi. Untuk menyikat permukaan
bukal dan labial, tangkai dipegang dalam kedudukan horizontal dan sejajar
dengan lengkung gigi. Untuk permukaan lingual dan palatinal gigi belakang
agak menyudut (agak horizontal) dan pada gigi depan, sikat dipegang vertikal.
5. Teknik Fones atau Teknik sirkuler
18
Bulu-bulu sikat ditempatkan tegak lurus pada permukaan bukal dan labial
dengan gigi dalam keadaan oklusi. Sikat digerakan dalam lingkaran-lingkaran
besar sehungga gigi dan gusi rahang atas dan rahang bawah disikat sekaligus.
Daerah interproksimal tidak diberih perhatian khusus. Setelah semua permukaan
bukal dan labial disikat, mulut dibuka lalu permukaan lingual dan palatinal
disikatdengan gerakan yang sama,hanya dalam lingkaran-lingkaran yang lebih
kecil. Karena cara ini agak sukar dilakukan di lingual dan palatinal, dapat
dilakukan gerakan maju mundur untu daerah ini.
Alat bantu sikat gigi digunakan karena dengan sikat gigi saja kadang-kadang
kita tidak dapat membersihkan ruang interproksimal dengan bai, padahal daerah
tersebut berpotensi terkena karies maupun peradangan gusi. Macam-macam alat
bantu yang dapat digunakan antra lain: benang gigi (dental floss), tusuk gigi,
sikat interdental, sikat dengan berkas bulu tunggal, rubber tip dan water
irrigation.
2. Cara Menggunakan Benang Gigi
a. Flossing Tanpa Pemegang Khusus
Dental floss atau tape yang dipergunakan kurang lebih sepanjang 30 cm.
kemudian kedua ujungnya dilingkarkan kepada kedua jari tengah atau hanya
satu ujungnya dilingkarkan, sedangkan ujung lainnya dipegang dengan kuat.
Jarak antara kedua jari tersebut kurang lebih 7,5 cm, dengan telunjuk floss
ditempatkan pada saku gusi di distal molar terakhir rahang bawah. Jari telunjuk
diletakkan dekat pada gigi supaya dapat mengontrol gerakan yang dilakukan.
Kemudian permukaan gigi tersebut digosok dengan gerakan gergaji turun naik
19
enam atau tujuh kali. Floss harus mencapai gingival attachment tanpa melukai
jaringan lunak tersebut.13
b. Flosing Dengan Pemegang Khusus
Benang gigi atau dental tape, menggunakan pegangan lebih praktis karena
dapat langsung dimasukkan ke dalam daerah interproksimal melalui titik kontak,
berlahan-lahan dengan gerakan gergaji. Lalu dilakukan gerakan ke atas ke
bawah dengan gerakan gergaji sambil menekan ke permukaan aproksimal dari
gigi yang sedang dibersihkan.13
3. Cara Menggunakan Interdental Tip
Interdental tip dimasukkan ke dalam ruang interproksimal dari arah bukal
dengan sudut kurang lebih 45°, ujung dari tip mengarah ke oklusal dan bagian
lateralnya mengenai gusi. Kemudian permukaan lateral dari tip ditekan pada gusi
dengan gerakan rotasi, kurang lebih 10 lingkaran setiap daerah papil interdental,
sesuda dilakukan pada bagian bukal, prosedur ini di diulangi di bagian palatinal
pada ruangan yang sama, lalu dipindahkan ke ruang interproksimal gigi tetangga
lainnya sehingga semuanya terpijat.13
4. Cara Menggunaan Tusuk Gigi
Tusuk gigi harus digunakan dengan sudut yang sesuai dengan kontur yang
normal dari papilla interdental. Tusuk gigi harus digerakkan ke dalam dan keluar
dengan menggosokkan permukaan interproksimal dari gigi, setiap kali dilakukan
8-12 gerakan. Dengan cara ini, gusi mendapat tekanan dan pemijatan ringan, dan
sisi interproksimal gigi menjadih bersih.13
5. Cara Menggunakan Alat Irigasi Dengan Air
20
Arah dari semprotan air harus tegak lurus permukaan gigi untuk mengurangi
kemungkinan rusaknya gusi dan terdorongnya benda asing kedalam saku gusi13
6. Cara Menggunakan Sikat Interproksimal
a. Interspace Brush
Cara penggunaannya adalah sama dengan sikat gigi biasa, hanya diutamakan
untuk membersihkan daerah-daerah lingual dan interproksimal yang sukar
dicapai oleh sikat gigi biasa, misalnya pada susunan geligi yang tidak teratur dan
pada daerah pontik dari suatu jembatan (bridge).13
b. Proxabrush
Sikat ini digunakan pada daerah interproksimal yang terbuka, dengan cara
dikeluar-masukkan pada daerah tersebut sehngga permukaan mesial dan distal
gigi yang bersangkutan dapat dibersihkan. 13
7. Cara Penggunaan Kain Gusi
Sepotong kain dibungkus mengelilingi jari atau dapat juga dijahit dalam
bentuk jari, lalu dibasahi dengan air hangat dan dipijatkan pada gusi dan leher
gigi. Kain ini dapat dikontrol tekanannya karena terlokalisasi di jari. Kain
kemudian dicelupkan lagi ke air hangat dan pemijatan gusi diulangi sampai
seluruh gusi bersihdan terpijat.13
F. Kerangka Teori
21
Produksi SalivaDiet MakananKonsumsi buah-buahan
(semangka)
Indeks Debris
Gambar 2. Kerangka teori
G. Kerangka Konsep
Gambar 3. Kerangka Konsep
H. Hipotesis
H0: Konsumsi semangka tidak berpengaruh terhadap penurunan indeks debris
H1: Konsumsi semangka berpengaruh terhadap penurunan indeks debris
BAB III
METODE PENELITIAN
22
Indeks DebrisKonsumsi Semangka
(Citrullus lanatus)
- Gosok gigi- Benang gigi - Interdental tip- Tusuk gigi- Irigasi dengan air- Sikat interproksimal- Penggunaan kain gusi
A. Desain Pnelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian experimental dengan rancangan
pra-experimental jenis one-shot case study dengan pendekatan pre dan post-test
perlakuan
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 118 Manado.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus – September 2015
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian ini ialah seluruh siswa SDN 118 Manado usia 8-10 tahun
2. Sampel
Besar sampel yang digunakan sesuai total populasi dengan teknik
pengambilan sampel yaitu total sampling serta kriteria inklusi dan eksklusi
sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi
1. Memiliki gigi indeks yang akan diperiksa
2. Bersifat kooperatif selama pengambilan data
23
3. Gigi indeks tidak mengalami karies
4. Sampel harus mengunyah 2 sisi
b. Kriteria eksklusi
1. Tidak diberikan ijin oleh orang tua
2. Tidak hadir pada saat pemeriksaan
D. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : konsumsi buah semangka
2. Variabel terikat : indeks debris
E. Definisi Operasional
1. Konsumsi buah semangka (Citrullus lanatus)
Konsumsi buah semangka adalah mengkonsumsi buah segar seberat 100
gram yang dikunyah sebanyak 32 kali pengunyaan. Dari potongan 100 gram
diperkecil menjadi 4 potongan, satu potong dikunyah sebanyak 8 kali dengan
mengunakan pengunyahan 2 sisi rahang (kiri dan kanan) dan mendengarkan
instruksi yang diberikan oleh tim peneliti. Buah semangka yang digunakan untuk
dikonsumsi berbentuk bulat, berdaging merah, dan tanpa biji.
2. Indeks Debris
24
Indeks debris adalah skor debris yang menempel pada permukaan gigi
penentu dan diukur menggunakan kartu indek. Skor debris menurut Greene an
Vermillion
0 : Tidak ada debris
1 : Ada debris lunak menutupi tidak lebih dari sepertiga permukaan gigi
2 : Adanya debris lunak menutupi lebih dari sepertiga tetapi belum sampai dua
pertiga permukaan gigi
3 : Adanya debris lunak menutupi lebih dari dua pertiga permukaan gigi
Jumlah nilai debris
Skor debris :
Jumlah gigi yang diperiksa
Menurut Greene dan Vermillion, kriteria penilaian debris mengikuti
ketentuan sebagai berikut 0,0 - 0,6 diberi kriteria baik, 0,7 - 1,8 diberi kriteria
sedang, dan 1,9 - 3,0 diberi kriteria buruk.
Gigi-gigi yang dipilih sebagai gigi indeks beserta permukaan indeks yang
dianggap mewakili tiap segmen adalah: Gigi 16 pada permukaan bukal, Gigi 11
pada permukaan labial, Gigi 26 pada permukaan bukal, Gigi 36 pada permukaan
lingual, Gigi 31 pada permukaan labial, dan Gigi 46 pada permukaan lingual
F. Instrumen Penelitian
25
1. Materi penelitian
Formulir pemeriksaan klinis
2. Alat :
a. Kaca mulut
b. Nierbekken
c. Gelas kumur
d. Wadah untuk sterilisasi alat
e. Timbangan makanan
f. Senter Kepala
g. Sonde
3. Bahan :
a. Masker
b. Sarung tangan
c. Alkohol
d. Air dalam kemasan
e. Kapas
f. Air bersih untuk membersihkan alat
g. Kain putih ukuran kecil
h. Air kumur
i. Biskuit
j. Buah semangka
G. Pelaksanaan Penelitian
26
1 Uji kelayakan etik dan pendataan dan persetujuan subjek penelitian
Mendata subjek yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Subjek yang
akan dijadikan sampel menyatakan kesediaannya untuk menjadi subjek
penelitian dengan menandatangani informed consent.
2 Persiapan alat dan penjelasan penelitian pada sampel
3. Pengambilan data dilakukan dengan pemeriksaan intraoral untuk mengukur
indeks debris sebelum dan sesudah mengkonsumsi semangka. Pengukuran
indeks debris selama jam istirahat. Di waktu istirahat semua siswa siswi SD
usia 8-10 disuruh mengkonsumsi biskuit sebanyak 30 gram yang sudah
disiapkan peneliti. Setelah diukur skor awal indeks debris, sampel diberi
makan buah semangka yang telah disediakan oleh peneliti yang masing-
masing mengkonsumsi buah semangka satu porsi yaitu irisan dengan
potongan sedang seberat 100 gram dikunyah sebanyak 32 kali. Dari
potongan 100 gram diperkecil menjadi 4 potongan, satu potong dikunyah
sebanyak 8 kali dengan menggunakan pengunyahan 2 sisi rahang (kiri dan
kanan) dan mendengarkan instruksi yang diberikan oleh tim peneliti. Setiap
sampel dilakukan perlakuan yang sama agar supaya data yang didapat sama
atau seragam tidak ada perbedaan. Setelah sampel melakukan pengunyahan
sebanyak 8 kali. Kemudian skor indeks debris sampel langsung diukur
kembali.
4. Pengolahan data
27
H. Pengolahan Data
Data diolah dan disajikan berdasarkan distribusi frekuensi dalam bentuk
tabel.
I. Analisis Data
Analisis data yang digunakan ialah analisis univariat, uji normalitas dan
analisis bivariat.
a. Analisis Univariat
Ananlisis univariat digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakter masing-masing variabel yang diteliti secara sederhana. Variabel yang
diteliti yaitu konsumsi semangka dan indeks debris pada anak usia 8-10 tahun di
SDN 2 Molompar. Data diolah dengan program SPSS.
b. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal
atau tidak. Jika data terdistribusi normal (p>0,05). Uji normalitas menggunakan
analisis Shapiro wilk. Dari hasil uji normalitas data diperoleh (p<0,05) yang
berarti tidak terdistribusi normal.
c. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui dan menganalisis jika ada
pengaruh mengkonsumsi semangka dalam menurunkan indeks debris dengan
menggunakan uji t berpasangan dengan uji alternative yaitu uji Wilcoxon. Uji
Wilcoxon dilakukan dengan menggunakan batas kemaknaan alpha (α)=0,05 dan
95% confidence interval dengan ketentuan:
28
1. p value ≤ 0,05 berarti H1 diterima (p value ≤ α). Uji statistik menunjukan
hubungan yang signifikan.
2. P value > 0,05 berarti H0 ditolak (p value ≥ α). Uji statistik menunjukkan
tidak terdapat hubungan yang signifikan.
J. Alur Penelitan
29
Populasi
Siswa SDN 2 Molompar 8-10 tahun
Gambar 4. Alur penelitian
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
30
Sampel diberikan biskuit masing –masing 15 gr untuk
dikunya sebanyak 32 kali
Sampling frame
(Kriteria Inklusi dan Eksklusi)
Sampel
Total Sampling
Pengukuran indeks debris (pre-test)
Pemberian buah semangka 100 gr untuk di kunya sebanyak 32 kali
Pengukuran indeks debris (post-test)
Pengolahan dan analisis data
A. Hasil Penelitian
1. Profil Sekolah
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 118 Manado, Kelurahan Batukota,
Kecamatan Malalayang, Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara. SDN 118
Manado didirikan pada tahun 1985, dengan jumlah anak keseluruhan dari kelas
1-6 yaitu 120 anak, dan 11 guru.
2. Deskripsi Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini sebagian besar subjek berjenis kelamin laki-laki yang
berjumlah 22 siswa (57,9%). Dari perbandingan usia, sebagian besar responden
berusia 8 tahun yang berjumlah 15 orang (39,5%). Karakteristik responden
penelitian dapat dilihat pada table 2.
Table 2. karakteristik responden penelitian
Karakteristik Responden N %Jenis KelaminPerempuan 16 42,1Laki-laki 22 57.9Total 38 100Usia 8 Tahun 15 39,59 Tahun 9 23,710 Tahun 14 36,8Total 38 100
3. Hasil Pemeriksaan Indeks Debris Sebelum Dan Sesudah Mengkonsumsi
Semangka
31
Hasil penelitian pemeriksaan indeks debris dengan menggunakan cara
perhitungan Green dan Vermillion. Pemeriksaan indeks debris dibagi menjadi
dua yaitu pemeriksaan indeks debris sebelum mengkonsumsi semangka dan
pemeriksaan indeks debris sesudah mengkonsumsi semangka. Indeks debris
sebelum mengkonsumsi semangka berada dalam kategori buruk berjumlah 17
responden (44,7%), setelah mengkonsumsi semangka tidak ada responden yang
beradan dalam kategori berat (0%). Hasil keseluruhan pemeriksaan indeks debris
sebelum dan sesudah mengkosumsi semangka dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil pemeriksaan indeks debris sebelum dan sesudah menkonsumsi
semangka
Kategori N %Sebelum Baik
SedangBuruk
02117
055,344,7
Total 38 100Sesudah Baik
SedangBuruk
2315 0
60,539,5
0Total 38 100
4. Pengaruh Konsumsi Semangka Dalam Menurunkan Indeks Debris
32
Hasil analisi dengan menggunakan uiji Wilcoxon menunjukkan bahwa
adanya pengaruh sebelum dan sesudah mengkonsumsi semangka p < 0,05. Hal
ini dapat dilihat dalam Table 4.
Tabel 4. Hasil analisis uji Wilcoxon
NMedian
(minimum-maximum)
Rerata±s.b P
Indeks debris sebelum konsumsi semangka
38 1,8(1,5-2,3) 1,85±0,270,000
Indeks debris sesudah konsumsi semangka
38 0,6(0,3-1,6) 0,70±0,27
B. Pembahasan .
Data pada table 2 menunjukkan bahwa dari 38 responden, jumlah responden
laki-laki lebih tinggi dari responden perempuan yaitu 22 responden (57,9%).
Dilihat dari usia, responden usia 8 tahun lebih tinggi dari responden 10 dan 8
tahun yaitu 15 responden (39,5 %). Data pada table 3 menunjukkan indeks
debris sebelum mengkonsumsi semangka yang berada dalam kategori sedang
berjumlah 21 responden (55,3%), setelah itu mengkonsumsi semangka indeks
debris mengalami pendurunan menjadi 15 responden (39,5%) dengan kategori
sedang. Ini menunjukan bahwa lebih dari setengah responden yang memiliki
indeks debris dalam kategori sedang, dari sebelum mengkonsumsi semangka
mengalami penurunun setelah mengkonsumsi semangka.
Rata-rata selisih indeks debris sebelum konsumsi semangka sebesar 1,85
dan setelah mengkonsumsi semangka rata-rata indeks debris sebesar 0,70.
Berdasarkan uji Wilcoxon nilai probabilitas signifikansi p=0,000 yang arinya
33
terdapat perbedaan yang bermakna antara selisih indeks debris sebelum
konsumsi semangka dengan setelah konsumsi semangka. Dengan demikian H0
ditolak dan h1 diterima. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh konsumsi
semangka terhadap penurunan indeks debris pada anak usia 8-10 tahun. Hasil
penelitian ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wandha
Cindhy Mandalika yang menunjukan ada selisih indeks debris sebelum
konsumsi buah dengan sesudah mengkonsumsi buah.26 Hasil penelitian ini juga
mendukung teori yang menyebutkan bahwa buah-buahan dan sayuran berserat
memiliki daya membersihkan gigi sendiri atau sering disebut self cleansing
effect salah satunya buah semangka. Hal ini juga dipaparkan pada penelitian
yang dilakukan oleh Angela tentang pencegahan primer pada anak berisiko
karies tinggi bahwa memperbanyak makan sayuran dan buah-buahan yang
berserat dan berair akan bersifat membersihkan dan merangsang sekresi saliva
sehingga karies gigi dapat dicegah.27
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa buah semangka
berpengaruh terhadap penurunan indeks debris. Hal ini dipengaruhi oleh serat
yang terkandung di dalam buah semangka. Serat adalah poli-sakarida nonpati
yaitu karbohidrat kompleks yang terbentuk dari gugusan gula sederhana yang
bergabung menjadi satu serta tidak dapat dicerna. Serat yang terkandung di
dalam buah semangka merupakan pembersih alamiah pada permukaan gigi
geligi, dan juga dapat membantu menyingkirkan partikel-partikel makanan dan
gula selama proses pengunyahan. Serat berperan untuk meningkatkan intensitas
34
pengunyahan dalam mulut, sehingga proses pengunyahan makanan berserat ini
akan merangsang dan meningkatkan produksi saliva.28
Fungsi utama saliva yang nyata adalah pada proses mekanisme makanan,
membantu membentuk bolus makanan dan memproduksi amilase untuk
mencerna serat. Kandungan saliva yaitu bikarbonat dan sulfat memberi efek
buffer yaitu berfungsi mengurangi keasaman plak. Plak yang bersifat asam akan
memudahkan bakteri untuk melakukan proses mineralisasi yang berakibat pada
penipisan lapisan email. Pembersih mulut mengurangi potensi melekatnya
makanan (sebagai pelarut/ pelumas), mengandung antibodi dan antibakteri,
sehingga dapat terkendalinya beberapa pertumbuhan bakteri di mulut.29
Pada anak diberikan makan yang berserat seperti buah-buahan dan sayur-
mayur karena makanan ini dapat membantu pembersihan gigi dan selain itu juga
merangsang pertumbuhan tulang rahang sehingga dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya pertumbuhan gigi yang berjejal-jejal. Makanan berserat
perlu dikunyah lebih lama. Gerakan mengunyah dapat merangsang pengeluaran
saliva lebih banyak. Di dalam saliva terkandung zat-zat seperti substansi
antibakteri, senyawa glikoprotein, kalsium, dan fluorida yang sa-ngat berguna
melindungi gigi. Dalam hal ini saliva akan membasuh gigi dari zat-zat makanan
yang menempel dan menetralkan zat-zat asam sehingga terhindar dari proses
demineralisasi atau kerusakan gigi. Perubahan diet merupakan salah satu hal
yang harus diperhatikan untuk mencegah penyakit gigi. Tujuannya untuk
mengurangi baik jumlah/frekuensi konsumsi gula/sukrosa. Salah satu cara untuk
mencegah timbulnya penyakit-penyakit seperti karies, karang gigi, ginggivitis,
35
periodontis adalah dengan makan buah-buahan berserat sebagai pencuci
mulut/desert. Contoh dari buah-buahan berserat adalah papaya, semangka, dan
apel yang merupakan buah-buahan yang mudah dijumpai dan dapat langsung
dikonsumsi dalam keadaan segar.30
Tindakan yang dilakukan untuk mencegah karies gigi dan radang penyangga
gigi adalah memelihara kebersihan gigi dan mulut, memperkuat gigi dengan
mineral, dan mengatur pola makanan. Salah satu cara mengatur pola makanan
yaitu dengan memperba-nyak makan makanan berserat berair seperti sayuran
dan buah-buahan. Buah berserat berair tersebut dapat mengakibatkan pember-
sihan gigi geligi (self cleansing effect), karena pada waktu menguyah akan
terjadi pergeseran serat-serat sehingga dapat melepaskan sisa-sisa makanan yang
melekat pada permukaan gigi dengan pengunyahan akan merangsang sekresi
saliva. Semangka memiliki kadar air dan serat yang tinggi sehingga diharapkan
dengan mengkonsumsi semangka dapat terjadi penurunan debris dan perubahan
pH saliva.31
36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan terdapat pengaruh konsumsi
semangka dalam menurunkan indeks debris pada anak usia 8-10 tahun
B. Saran
1. Bagi mayarakat
Khususnya bagi masyarakat untuk dapat mencegah terjadinya karies gigi
dianjurkan mengkonsumsi buah yang mengandung serat dan air seperti
semangka
2. Bagi institusi kesehatan
Adanya partisipasi dari tenaga kesehatan di puskesmas dalam program
promosi kesehatan gigi dan mulut mengenai pengaruh konsumsi buah yang
mengandung serat dan air seperti semangka dapat menurunkan indeks debris dan
mencegah terjadinya karies
3. Bagi institusi pendidikan dan peneliti
Adanya penelitian lebih lanjut dengan melibatkan populasi yang lebih luas
untuk mengevaluasi pengaruh konsumsi semangka dalam menurunkan indeks
debris.
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Darby ML, Walsh MM. Dental hygiene theory and practice (3rd ed). Canada: Saunders Elsevier, 2010; p.281-39.
2. Natural Resources Conservation Service. Classification. Unitedstates Department of Agriculture. 2010 Available form : http://ndb.nal.usda.gov/ndb/foods/show/2438?fgcd=&manu=&lfacet=&format=&count=&max=357offset=&sort=&qlookup=watermelon.
3. Astuti Y. Gejala, medikasi, keluhan di mulut dan kemungkinan efek obat jangka panjang pada pasien Systemic lupus erythematosus [Online]. 2008 [cited 2014 Mar 1]; Available from: URL:lontar.ui.ac.id gfr
4. Nurin AL. Pengaruh Pasta gigi dengan kandungan propolis terhadap pembentukan plak gigi. Program sarjanakedokteran FK Universitas Diponegoro, 2012. Skripsi.
5. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2013. h.111–112
6. Ami Angela, 2005, Pencegahan Primer Pada Anak Yang Berisiko Karies Tinggi. Dental Journal. 38(3):130-134
7. Prajnanta, F. (2003). Agribisnis Semangka Non-biji. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 1-4.
8. Rukmana, R. (1994). Budidaya Semangka Hibrida. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hal. 11-18
9. Murray, J. (2007). Watermelon. Minnesota: ABDO Publishing Company. Hal. 6-8.
10. Natural Resources Conservation Service. Classification. Unitedstates Department of Agriculture. 2010 Available form : http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=CILA3
11. Padmiari I E A. Manfaat buah-buahan dan sayuran. Denpasar: Politeknik Kesehatan DEPKES RI; 2010.h.9
12. Bakar A.Kedokteran gigi klinis.2 ed.yogyakarta: avadenta; 2013.h.109-11
38
13. Putrid MH, Herijulianti E, Nurjannah N. Ilmu pencegahan penyakit jaringan keras dan jaringan pendukung gigi. Jakarta: EGC; 2011.h. 57,85-6,93-7,107-8.
14. Sitorus E. perbedaan penurunan skor plak antara mengunyah buah apel dan mengunyah buah jambu biji pada siswa kelas VII negeri 10 Medan.2014. [cited 2014 Feb 21]; Available from: URL:respository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4/chapterH.pdf
15. Prasasti A, widodorini T, Paranti KA. Hubungan tingkat keparahan karies pada siswa SD usia 10-12 tahun dengan perilaku ibu di SD Tanjungrejo III Kota Malang. [cited] 2013 dec 17. From URL: http://dinkes.slemankab.go.id/wp-content/uploads/2013/07/hal-11-13-gigi-anak.pdf
16. Meikawati W, Sayono, Nurullita U. Hubungan konsumsi dalam makanan dan minuman dengan keparahan karies gigi pada murid kelas IV dan V SDN Melati Kidul 1 dan 2 Kudus. [online] 2012 mar 12[cited 2013 mar 10]. Available from URL: http:jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/a67/516
17. Adhikari RB, Malla N, Bhandari PS. Prevalence and treatment needs of dental caries in school-going children attending dental outpatient department of a tertiary care centre in western region of Nepal. Nepal Journal of Medical sciences 2012; 1(2): p. 115–8.
18. Nurlaila AM, Djoharnas H, Darwita RR. Hubungan antara status gizi dengan karies gigi pada murid-murid sekolah dasar Kecamatan Karangantu. Indonesia Jurnal of Dentistry. 2005; vol 12(1): h. 5–9.
19. Malik I. Kesehatan gigi dan mulut. Bandung: UNPAD.2008 [diakses maret 2014]. Tersedia dalam URL:http://pustaka. Unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/06/kesehatan_gigi_dan_mulut.pdf
20. Kemp J. Gigi si kecil: Cara menjaga kesehatan gigi dan gusi anak. Esensi.2004.h 25
21. Jamil JA. Hubungak antara kebiasaan mengkonsumsi jajanan dengan pengalaman karies pada gigi susuanak usia 4-6 tahun di TK Medan [Online] 2011 [cited 2014 feb 21]: Available from:YRL: respository. usu.ac.ad/bistream/123456789/28136/4/chapterII.pdf
22. Sumawinata N. Senarai istila kedokteran gigi inggris-indonesia. Penerbit Buku Kedokteran.2004.h.162
39
23. Purba TR. Perilaku kebersihan gigi dan perbedaan status Oral higiene [Online]. 2011 [cited 2014 Feb 20]; Available from: URL: respository.usu.ac.id
24. Sondang P, Harmada T. Menuju gigi dan mulut sehat pencegahan dan pemeliharaan. 1st.Ed. Medan: USU Press.2088.h:1-24
25. Sintawati FX, Tjahja I. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut masyarakat DKI Jakarta tahun 2007. Jurnal ekologi kesehatan. 2008. Vol;8 (1). h: 861-863
26. Mandalika W.C. Pengaruh konsumsi papaya (Carica papaya) dalam menurunkan indeks debris pada anak Usia 10-12 tahun di sdn 103 manado. Jurnal e-GiGi ;2014.h5
27. Langitan T. Peran saliva dalam pencegahan karies. Studi Pustaka [Published]. Manado: Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. 2010.
28. Purba TR. Perilaku kebersihan gigi dan perbedaan status Oral higiene [Online]. 2011 [cited 2014 Feb 20]; Available from: URL: respository.usu.ac.id
29. Wides, Cynthia.,Brody, Havey A., Alexander, Charles J.,Gansky, Stuart A., Mertz, Elizabeth A. 2012. Long-term outcomes of a dental postbaccalaureate program: increasing dental student diversity and oral health care access. Journal of Dental Education,77(5),537-547.
30. Steinaur, Jodi.,Preskill, Felisa.,Robertson, Patricia. 2007. Training medical student in intrauterine procedures using papayas.Medical Education,41(11),1099-1100
31. Ircham Machfoedz dan Asmar Yetti Zein, 2005, Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak-anak dan Ibu Hamil, Yogyakarta : Fitramaya.
40
Lampipiran 1. Surat ijin melakukan Penelitian
41
Lampiran 2. Surat keterangan telah melakukan penelitian
42
Lampiran 3. Lembar penjelasan Penelitian
43
INFORMED CONSENT(PENJELASAN TENTANG MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN)
Kepada Yth.Saudara (i) calon responden Di TempatDengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.Nama : Rafi Basar LusnarneraNRI : 110113124 Akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Konsumsi Semangka (Citrulus lanatus) Dalam Menurunkan Indeks Debris Pada Anak 8-10 Tahun SDN 2 Molompar”. Penelitian ini tidak menimbulkan akibat merugikan terhadap saudara/i sebagai responden, kerahasiaan semua data dan informasi yang diperoleh akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Tidak ada paksaan bagi saudara/I sebagai subjek dalam penelitian ini. Jika terjadi hal-hal yang meragukan selama penelitian ini diperbolekan untuk mengundurkan diri dari penelitian ini. Apabila saudra/I menyetujui, maka saya mohon kesediaan untuk menandatangani lembar persetujuan yang telah disediakan. Atas kesdiaan dan kerjasamanya saya ucapkan terimah kasih.
Peneliti
Rafi Basar Lusnarnera
Lampiran 4. Lembar pernyataan kesediaan menjadi responden
44
SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Setelah membaca dan mendapatkan penjelasan tentang maksud dan tujuan
penelitian ini, maka saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia
menjadi responden dari saudara Rafi Basar Lusnarnera dalam penelitian yang
berjudul “Pengaruh Konsumsi Semangka (Citrullus lanatus) Dalam Menurunkan
Indeks Debris Pada Anak Usia 8-10 Tahun”, maka dengan ini saya:
Nama :
Pekerjaan :
Pendidikan terakhir :
Dengan sadar bersedia memberikan izin untuk anak saya:
Nama :
Tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Umur : tahun
Molompar , Agustus 2014
Orang tua/wali
( ..…………………………. )
Lampiran 5. Kartu indeks
45
KARTU INDEKS
Penilaian Indeks Debris
Nama : No Penelitian :
Jenis kelamin : Tanggal :
Umur :
Sebelum (pre-test)
RA M1
KANAN
RA I1
KANAN
M1 RA
KIRI
RB M1
KIRI
RB I1
KIRI
RB M1
KANAN
Sesudah (Post-test)
RA M1
KANAN
RA I1
KANAN
M1 RA
KIRI
RB M1
KIRI
RB I1
KIRI
RB M1
KANAN
46
Debris Indeks =
Jumlah Penilain DebrisJumlah GigiYang Diperiksa
DI = =
Debris Indeks =
Jumlah Penilain DebrisJumlah GigiYang Diperiksa
DI = =
Lampiran 6. Hasil analisis data penelitian
HASIL ANALISIS DATA PENELITIAN
A. Uji Analisis Univariat Penelitian dengan SPSSStatistics
umur jeniskelamin ket ket2N Valid 38 38 38 38
Missing 0 0 0 0
JeniskelaminFrequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid L 22 57.9 57.9 57.9P 16 42.1 42.1 100.0Total 38 100.0 100.0
Umur
Frequency PercentValid
Percent Cumulative PercentValid 8 15 39.5 39.5 39.5
9 9 23.7 23.7 63.210 14 36.8 36.8 100.0Total 38 100.0 100.0
Kategori Prekonsumsi
Frequency PercentValid
PercentCumulative
PercentValid BURUK 17 44.7 44.7 44.7
SEDANG 21 55.3 55.3 100.0Total 38 100.0 100.0
47
Kategori PostkonsumsiFrequenc
y PercentValid
PercentCumulative
PercentValid BAIK 23 60.5 60.5 60.5
SEDANG 15 39.5 39.5 100.0Total 38 100.0 100.0
Case Processing SummaryCases
Valid Missing TotalN Percent N Percent N Percent
pretest 38 100.0% 0 0.0% 38 100.0%posttest 38 100.0% 0 0.0% 38 100.0%
48
DescriptivesStatistic Std. Error
pretest Mean 1.855 .044395% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
1.766
Upper Bound
1.945
5% Trimmed Mean 1.848Median 1.800Variance .074Std. Deviation .2728Minimum 1.5Maximum 2.3Range .8Interquartile Range .5Skewness .416 .383Kurtosis -1.331 .750
posttest Mean .708 .043995% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
.619
Upper Bound
.797
5% Trimmed Mean .689Median .600Variance .073Std. Deviation .2705Minimum .3Maximum 1.6Range 1.3Interquartile Range .3Skewness 1.330 .383Kurtosis 2.179 .750
49
Ranks
N Mean RankSum of Ranks
posttest - pretest Negative Ranks
38a 19.50 741.00
Positive Ranks 0b .00 .00Ties 0c
Total 38a. posttest < pretestb. posttest > pretestc. posttest = pretest
Case Processing SummaryCases
Valid Missing TotalN Percent N Percent N Percent
pretest 38 100.0% 0 0.0% 38 100.0%posttest 38 100.0% 0 0.0% 38 100.0%
B. Uji Normalitas dengan Menggunakan Shapiro-wilk Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-WilkStatistic df Sig. Statistic df Sig.
pretest .273 38 .000 .832 38 .000Posttest .260 38 .000 .865 38 .000a. Lilliefors Significance Correction
Descriptive StatisticsN Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Pretest 38 1.855 .2728 1.5 2.3Posttest 38 .708 .2705 .3 1.6
50
C. Uji Analisis Penelitian Dengan Menggunakan SPSS
Ranks
N Mean RankSum of Ranks
posttest – pretest
Negative Ranks
38a 19.50 741.00
Positive Ranks 0b .00 .00Ties 0c
Total 38a. posttest < pretestb. posttest > pretestc. posttest = pretest
Test Statisticsa
posttest – pretest
Z -5.388b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000a. Wilcoxon Signed Ranks Testb. Based on positive ranks.
Lampiran 7. Tabel hasil kerja
51
TABEL HASIL KERJA
No Nama Umur Jenis
Kelamin
Indeks Debris
Pre
test
Ket Post
test
Ket
1. 8 L 2,1 BURUK 1 SEDANG
2. 8 P 2 BURUK 0,8 SEDANG
3. 8 L 1,6 SEDANG 0,8 SEDANG
4. 8 L 2 BURUK 0,6 BAIK
5. 8 L 2,1 BURUK 0,6 BAIK
6. 8 L 2,3 BURUK 1,1 SEDANG
7. 8 L 2,3 BURUK 0,8 SEDANG
8. 8 L 2 BURUK 0,6 BAIK
9. 8 P 1,6 SEDANG 0,6 BAIK
10. 8 P 1,8 SEDANG 0,6 BAIK
11. 8 L 1,6 SEDANG 0,6 BAIK
12. 8 P 1,6 SEDANG 0,5 BAIK
13. 8 P 1,6 SEDANG 0,5 BAIK
14. 8 P 1,6 SEDANG 0,6 BAIK
15. 8 L 1,6 SEDANG 0,8 SEDANG
16. 9 P 1,5 SEDANG 0,5 BAIK
17. 9 L 2,3 BURUK 1,3 SEDANG
18. 9 L 1,6 SEDANG 0,5 BAIK
52
19. 9 P 1,8 SEDANG 0,5 BAIK
20. 9 L 2,3 BURUK 0,6 BAIK
21. 9 P 2,3 BURUK 1 SEDANG
22. 9 L 1,6 SEDANG 0,6 BAIK
23. 9 P 1,8 SEDANG 0,5 BAIK
24. 9 L 2,1 BURUK 0,8 SEDANG
25. 10 P 2 BURUK 0,6 BAIK
26. 10 P 1,6 SEDANG 0,5 BAIK
27. 10 L 1,6 SEDANG 0,8 SEDANG
28. 10 P 1,8 SEDANG 0,6 BAIK
29. 10 P 1,6 SEDANG 0,5 BAIK
30. 10 L 1,8 SEDANG 1,6 SEDANG
31. 10 P 2,3 BURUK 1,1 SEDANG
32. 10 L 2 BURUK 1,1 SEDANG
33. 10 L 2,1 BURUK 0,6 BAIK
34. 10 L 2 BURUK 0,8 SEDANG
35. 10 L 1,6 SEDANG 0,5 BAIK
36. 10 L 2 BURUK 0,8 SEDANG
37. 10 L 1,6 SEDANG 0,3 BAIK
38 10 P 1,6 SEDANG 0,3 BAIK
Lampiran 8. Dokumentasi penelitian
53
DOKUMENTASI PENELITIAN
54
55
RIWAYAT HIDUP
Rafi Basar Lusnarnera, lahir di Saumlaki, 2
Agustus 1993 dari pasangan Amsi Lusnarnera
dan Akolina Seralurin Penulis merupakan
anak ketiga dari lima bersaudara, Keluarga
penulis sekarang bertempat tinggal di
Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi
Maluku. Penulis tamat dari SD Donbosco II Tansel pada tahun 2006,
melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 5 Tansel
pada tahun 2008. Kemudian melanjutkan pendidikan menengah atas di
SMA Negeri Unggulan Saumlaki dengan masa studi 2008-2011. Penulis
diterima di Fakultas Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Gigi
Universitas Sam Ratulangi Manado pada tahun 2011 melalui jalur T2
dengan NRI 110113124 dan mengikuti pendidikan formal seperti
Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PK2MB) tahun 2011.
Penulis telah melaksanakan Praktek Belajar Lapangan (PBL) di
Kecamatan TanduRusa, Kota Bitung pada tahun 2013, dan Kuliah Kerja
Nyata Terpadu (KKNT) angkatan 107 di desa Molompar Atas,
Kecamatan Tombatu Timur, Kabupaten Minahasa Tenggara padatahun
2015. Penulis juga mengikuti seminar Manado Dentistry tahun 2011 dan
pernah mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa Pencinta Alam Aesculap FK
UNSRAT angkatan 28.
56
57