radiologi CBCT
Transcript of radiologi CBCT
UNIVERSITAS INDONESIA
PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN PANJANG KERJA ANTARA DUA SISTEM ALAT ELEKTRONIK DAN
RADIOGRAFIK TERHADAP PANJANG KERJA AKTUAL
(DESKRIPTIF LABORATORIK)
TESIS
OLIVIA SARI 1006785300
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS
ILMU KONSERVASI GIGI JAKARTA
NOVEMBER 2012
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN PANJANG KERJA ANTARA DUA SISTEM ALAT ELEKTRONIK DAN
RADIOGRAFIK TERHADAP PANJANG KERJA AKTUAL
(DESKRIPTIF LABORATORIK)
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis dalam Ilmu Konservasi Gigi
OLIVIA SARI 1006785300
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS
ILMU KONSERVASI GIGI JAKARTA
NOVEMBER 2012
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALruAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip mflupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
NPM
Tanda Tangan
Tanggal 26 November 2012
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterimasebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelarSpesialis pada Program Studi Ilmu Konservasi Gigi, Fakultas KedokteranGigi, Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Tesis ini diajukan olehNamaNPMProgram Studi:Judul Tesis
Pembimbing 1
Pembimbing 2
Penguji 1
Penguji 2
Penguji 3
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 26 November 2012
HALAMAN PENGESAHAN
Olivia Sari1006785300Ilmu Konservasi GigiPerbandingan Hasil Pengukuran PanjangKerja Antara Dua Sistem Alat ElektronikDan Radiografik Terhadap Panjang KerjaAktual
Dr.Endang Suprastiwi,drg., SpKG(K)
Dr.Ratna Meidyawati,drg.,SpKG(K)
Nilakesuma Dj auharie,drg.,SpKG(K)
Prof.Dr. Siti Mardewi SoeronoAkbar,drg.,SpKG(K)
Gatot Sutrisno, drg., SpKG (K)
IV
Universitas lndonesia
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrabbil ‘alamin, segala puji dan syukur kepada Allah SWT
yang dengan limpahan rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penulisan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis Konservasi Gigi di
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Pada kesempatan ini
perkenankan penulis memberikan ucapan terimakasih kepada berbagai pihak yang
telah memberikan dukungan selama ini, antara lain:
1. Rektor Universitas Indonesia yang telah memberi kesempatan kepada saya
untuk menempuh pendidikan spesialis, serta kepada Prof.Bambang
Irawan, drg., PhD dan jajarannya selaku Dekan dan Pimpinan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, yang telah memberikan izin
kepada saya untuk mengikuti program ini.
2. Dr. Ellyza Herda, drg., MSi selaku Manajer Pendidikan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Dr. Ratna Medyawati, drg.,
SpKG(K) selaku Koordinator Pendidikan Pasca Sarjana FKG UI,
Bambang Nursasongko, drg., SpKG(K) selaku Kepala Departemen Ilmu
Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Dr.
Endang Suprastiwi, drg., SpKG(K) selaku Koordinator Pendidikan
Spesialis Ilmu Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Indonesia.
3. Dr. Endang Suprastiwi, drg., SpKG(K) selaku pembimbing I, yang telah
memberikan saran dan masukan sebelum, selama penelitan dan penulisan
tesis dan meluangkan waktu untuk mengoreksi serta mendorong penulis
untuk menyelesaikan penelitian ini.
4. Dr. Ratna Meidyawati, drg.,Sp.KG(K) selaku pembimbing II, yang telah
bersedia memberikan bimbingan, saran dan masukan sebelum dan selama
penelitian. Juga, untuk pengolahan data dan penulisan tesis ini.
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
5. Nilakesuma Djauharie, drg., SpKG(K) selaku ketua penguji tesis yang
telah memberikan saran/kritik membangun bagi perbaikan tesis, dan
memberikan banyak waktu untuk diskusi berbagai kasus selama penulis
menjalankan pendidikan
6. Prof. Dr. Siti Mardewi Soerono Akbar, drg.,Sp.KG(K) selaku penguji
tesis, yang telah meluangkan waktu untuk membaca tesis ini dan
memberikan saran dan masukan berharga untuk perbaikannya.
7. Gatot Sutrisno, drg.,Sp.KG(K) selaku penguji tesis yang telah memberikan
saran dan masukan bagi perbaikan tesis ini dan telah meluangkan banyak
waktu untuk membimbing dan berdiskusi tentang banyak kasus
tatalaksana pasien selama penulis menjalani pendidikan.
8. Dr. Anggraeni, drg.SpKG yang memberikan ide awal penelitian ini.
9. Prof.Dr.Narlan Sumawitana, drg.,SpKG(K), Prof. Dr. Safrida Faruk
Husein, drg., SpKG(K) Bambang Nursasongko,drg.,SpKG(K),
Kamizar,drg.,SpKG(K), Daru Indrawati S, drg.,SpKG(K), Munyati
Usman,drg.,SpKG(K), Dr. Dewi Anggraeni Margono, drg., SpKG(K),
Dewa Ayu, drg., SpKG, Dini Asrianti, drg., SpKG yang selama ini telah
memberikan ilmu dan bimbingan selama penulis menjalani pendidikan.
10. Karyawan FKG UI, khususnya Bagian Administrasi Pendidikan (Ibu
Daryati), klinik (Pak Moh. Yani, sdr. Erwin Irawan, Pak Rapin) dan Staf
Bagian Konservasi Gigi (sdri. Yuli Kuswandani dan sdri. Devi
Wulandari), Bagian Perlengkapan (Pak Sukeri) yang telah banyak
membantu kelancaran selama masa pendidikan.
11. Pimpinan perpustakaan FKG UI beserta staf (Pak Asep Rahmat Hidayat,
Pak M. Enoh, dan Pak Suryanto) yang selalu siap sedia memberikan
bantuan selama penulis mengikuti pendidikan spesialis di FKG UI.
12. Kedua orang tua penulis H. Amrin Mahyudin dan Hj. Suriani Amrin, yang
selalu mendoakan, mendukung dan memberi semangat. Juga kepada Kak
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
Yosi dan Emil yang turut mendukung serta mendoakan penulis selama
menjalani pendidikan spesialis
13. Abdul Aziz Muhtadi. Suami tercinta, sekaligus sahabat yang senantiasa
setia mendengarkan kisah suka duka selama menjalani pendidikan, untuk
pengertian, dukungan dan doanya selama penulis menjalani pendidikan.
14. Ananda tersayang: Nurul, Muhammad, Ibrahim dan Sulaiman yang
menjadi penyemangat penulis, rela memberikan kebersamaan dengan ibu
yang sibuk membuat tugas juga doa-doa selama pendidikan ini
15. Teman-teman PPDGS Konservasi Gigi 2010: Aditya Wisnu Putranto,
Andika Damayanti K, Dwi Artharini, M.Furqan Rizal, Ike Dwi Maharti,
Itja Risanti, Nurina Anggraeni Pratiwi, Ratna Hardhitari, Rio Suryantoro,
Titty Sulianti, Trini Santi Pramudita, Vastya Ihsani, dan Wahyuni Suci
Dwiandhany, yang telah bersama-sama melalui pahit manis perjuangan
untuk memperoleh gelar Spesialis Konservasi Gigi.
16. Andika Damayanti dan Rio Suryantoro, yang telah berbaik hati
meminjamkan alat elektronik pengukur panjang kerjanya.
17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
membantu dalam menyelesaikan penelitian dan tesis ini.
Penulis juga memohon maaf apabila terdapat kesalahan yang tak disadari
selama menjalani masa pendidikan. Penelitian ini mungkin masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan
penelitian dan pengembangan ilmu di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga
tesis ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan terutama di bidang
konservasi gigi.
Jakarta, November 2012
Penulis
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
HALAIAN PERNYATAAN PER*SETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKAIEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitasbawah ini:
Program Studi: Ilmu Konservasi Gigi
NPM :1006785300
Indonesia, saya yang bertanda tangan di
Nama : Olivia Sari
Jenis karya : Tesis
Fakultas : Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen : Ilmu Konservasi Gigi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepadaUniversitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklu sif (Non-exclusive Royatty-Free Riglzt) atas karya llmiah saya yang berjudul:
Perbandingan Hasil Pengukuran panjang Kerja Antara Dua sistem AlatElektronik Dan Radiografik Terhadap Panjang Kerja Aktual
beserta perangkat yang ada (ika diperlukan). Dengan HakNoneksklusif ini Universitas Indonesia berhak
Bebas Royaltimenyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base),merawat dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan namasaya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pe;nilik Hak Cipta
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal:26 November 2012
Yang menyatakan
Olivia Sari
vii
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
ABSTRAK
Nama : Olivia Sari
Program Studi : Ilmu Konservasi Gigi
Judul : Perbandingan Hasil Pengukuran Panjang Kerja Antara Dua Sistem Alat Elektronik Dan Radiografik Terhadap Panjang Kerja Aktual
Latar Belakang: Alat elektronik pengukur panjang kerja multifrekuensi adalah alat mutakhir yang datang setelah alat elektronik dua frekuensi. Tujuan Penelitian: Membandingkan ketepatan hasil pengukuran panjang kerja dua sistem alat elektronik tersebut dan radiografik terhadap panjang kerja aktual. Metode: Empat puluh gigi anterior rahang atas atau rahang bawah dipotong pada daerah servikal gigi. Dari arah labial, gigi dironsen untuk mengukur panjang kerja radiografik. Kemudian Semua gigi diukur dengan alat elektronik dua frekuensi dan multifrekuensi. Kemudian gigi dibelah dua vertikal dan diukur panjang aktual gigi. Kemudian data dianalisis dengan uji statistik chi-square dan kolmogorov-smirnov. Hasil: Alat elektronik pengukur panjang kerja mempunyai ketepatan lebih baik dari radiografik dengan hasil berbeda bermakna. Kesimpulan: Alat elektronik memiliki ketepatan lebih baik dari radiografik. Kata kunci: panjang kerja aktual, alat elektronik pengukur panjang kerja
Kata kunci: alat elektronik pengukur panjang kerja, radiografik
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
ABSTRACT
Name : Olivia Sari
Study Programme : Ilmu Konservasi Gigi
Title : Comparative Study of two electronic measuring system and digital radiographic in determining root canal working length
Background: Multifrequency Electronic root canal length measurement device is the one that comes after two frequencies based device. Objective: To compare the accuracy of the two electronic root canal length measurement device and radiographic with the actual working length. Methods: Forty maxillary or mandibular anterior extracted teeth were sectioned at the cervical area. All samples were exposed with x-ray to measure radiographic working length. All samples then were measured with two frequencies and multifrequency electronic root canal length measurement device. To confirm the actual length of the teeth all samples were sectioned vertically. Then the data were analyzed by chi-square statistical test and the Kolmogorov-Smirnov. Results: Electronic root canal length measurement devices accuracy are better than radiographic with significantly different results. Conclusion: Electronic device has an accuracy of better than radiographic. Keywords: Electronic root canal length measurement device, radiographic
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................iii
KATA PENGANTAR ..........................................................................................iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIA.... .......................vii
ABSTRAK.......................................................................................................... viii
ABSTRACT ..........................................................................................................ix
DAFTAR ISI ..........................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................xii
DAFTAR TABEL............................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xii
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................xiii
BAB 1. PENDAHULUAN ....................................................................................1
1.1. Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .....................................................................................3
1.3. Tujuan Penelitian .....................................................................................4
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................................4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ .6
2.1. Perawatan Saluran Akar............................................................................ 6
2.2. Anatomi Foramen Apikal..........................................................................7
2.3. Teknik-teknik Pengukuran Panjang Kerja ..............................................10
2.4. Radiografik sebagai Metode Pengukur Panjang Kerja............................11
2.5. Gambaran Elektrikal Struktur Gigi..........................................................12
2.6. Alat Elektronik Pengukur Panjang Kerja.................................................14
2.6.1 Alat Elektronik Berbasis Dua Frekuensi dengan Rasio Impedansi.........16
2.6.2 Alat Elektronik Berbasis Multifrekuensi.................................................18
2.7. Kerangka Teori........................................................................................19
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS.........................................21
3.1. Kerangka Konsep.....................................................................................21
3.2. Hipotesis..................................................................................................21
BAB 4. METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian.........................................................................................23
4.2. Tempat Penelitian....................................................................................23
4.3. Waktu Penelitian......................................................................................23
4.4. Variabel Penelitian...................................................................................23
4.5. Definisi Operasional................................................................................23
4.6. Sampel Penelitian.....................................................................................25
4.7. Validitas dan Reliabilitas.........................................................................25
4.8. Bahan dan Alat.........................................................................................26
4.9. Tahapan Kerja..........................................................................................26
4.9.1 Persiapan Sampel.....................................................................................26
4.9.2 Persiapan dan Pengukuran Foto Radiograf..............................................27
4.9.3 Persiapan Penanaman sampel pada tabung...............................................27
4.9.4 Pengukuran Panjang Kerja dengan Alat Elektronik.................................27
4.9.5 Pengukuran panjang aktual......................................................................27
4.9.6 Pengukuran Selisih panjang kerja............................................................28
4.9.7 Analisis Data .....................................................................................28
4.10 Alur Penelitian .....................................................................................29
BAB 5 HASIL PENELITIAN ............................................................................30
BAB 6 PEMBAHASAN .....................................................................................32
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN................................................................36
7.1 Kesimpulan .....................................................................................36
7.2 Saran .....................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................37
LAMPIRAN .....................................................................................39
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Posisi foramen apikal.......................................................................6
Gambar 2.2. Anatomi apeks akar..........................................................................8
Gambar 2.3. Topografi konstriksi apikal ............................................................ 9
Gambar 2.4. Struktur gigi selama perawatan saluran akar dan konduktivitas
listrik..............................................................................................13
Gambar 2.5. Kapasitansi gigi selama perawatan saluran akar............................13
Gambar 2.6 Model elektronik gigi yang disederhanakan...................................14
Gambar 2.7 Skema Kerangka Teori...................................................................19
Gambar 3.1. Skema Kerangka Konsep ..............................................................21
Gambar 4.1. Skema Alur Penelitian.....................................................................29
Gambar 5.1 Diagram sebaran jumlah sampel pada tiap metode pengukuran
panjang kerja dilihat dari panjang aktual(PA) ..................................................... 31
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Tabel Uraian variabel penelitian ..................................................... 24
Tabel 5.1 Sebaran jumlah dan persentase sampel pada tiap metode pengukuran
panjang kerja dilihat dari panjang aktual(PA)............................ 30
.Tabel 5.2 Uji Kemaknaan perbedaan pengukuran panjang kerja (mm) pada tiga
metode pengukuran panjang kerja dengan panjang aktual
........................................................................................................... 32
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi gambar pekerjaan penelitian..................................... 40
Lampiran 2 Uji Statistik Penelitian ....................................................................42
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
Lampiran 3 Rekapitulasi hasil pengukuran panjang kerja dengan metode
radiografik , alat elektronik dan panjang aktual..............................45
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
DAFTAR SINGKATAN
PA panjang aktual
akt pengukuran panjang kerja aktual
2f alat elektronik dua frekuensi
mf alat elektronik multifrekuensi
ro metode radiografik
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perawatan saluran akar atau disebut pula perawatan endodontik adalah
perawatan yang bertujuan untuk mengeliminasi bakteri yang ada di dalam saluran
akar, mencegah pertumbuhan kembali mikroorganisme dan residu yang
kemungkinan ada di dalam saluran akar. Prinsip utama terapi endodontik meliputi
triad endodontik, yang terdiri atas preparasi akses, preparasi saluran akar berupa
pembersihan dan pembentukan, dan pengisian saluran akar. Semuanya sangat
penting dan saling berhubungan secara berkesinambungan, karena setiap tahap
benar-benar harus dilakukan sebaik mungkin untuk mencapai kesembuhan.1
Secara umum disepakati bahwa prosedur perawatan saluran akar harus
terbatas dalam sistem saluran akar.2 Keberhasilan bahkan dapat mencapai 90-94%
apabila prosedur perawatan saluran akar dan pengisiannya dilakukan dalam sistem
saluran akar. Oleh karena itu terminal sistem saluran harus diketahui dengan pasti
untuk dapat menentukan panjang kerja dan menentukan batas instrumen yang
akan masuk ke dalam saluran akar3
Metode yang sering digunakan untuk mengukur panjang kerja pada
saluran akar adalah dengan metode radiografik dan elektronik.4 Radiograf adalah
gambar yang dihasilkan pada permukaan radiosensitif, seperti sebuah film
fotografi, oleh radiasi terutama oleh sinar-x melewati sebuah objek. Untuk
mendapatkan gambaran radiografik diperlukan pesawat rontgen dengan ukuran
yang cukup besar. Hasil pengukuran panjang kerja dengan radiograf memiliki
keterbatasan karena ada distorsi dan pembesaran, memberikan gambaran dua
dimensi dari struktur tiga dimensi sehingga gambar yang tampil kurang
representatif.4 Selain itu radiasi sinar-x sendiri dapat membahayakan sel tubuh
sehingga sedapat mungkin harus dihindari.5, 6,7Karena keterbatasan hasil metode
radiografik maka diciptakan alat elektronik untuk pengukuran pajang kerja. Alat
elektronik pengukur panjang kerja saluran akar mempunyai hasil pengukuran
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
yang lebih akurat dan jika penggunaannya dikombinasikan dengan hasil radiograf
akan memberikan keakuratan yang lebih besar.4, 8
Alat elektronik pengukur panjang kerja digunakan untuk menentukan
posisi foramen apikal sehingga dapat menentukan panjang ruang saluran akar.
Asumsi fundamental alat elektronik pengukur panjang kerja ialah bahwa jaringan
manusia memiliki karakteristik tertentu yang dapat dibuat modelnya dengan
kombinasi komponen-komponen listrik. Oleh karena itu, dengan mengukur sifat
elektrik yaitu resistensi, impedansi yang serupa sirkuit listrik, sejumlah sifat klinik
(seperti posisi file) dapat diambil. Saluran akar yang dikelilingi oleh dentin dan
sementum bersifat isolator terhadap arus listrik. Akan tetapi, pada foramen apikal
minor, terdapat lubang kecil tempat beradanya bahan konduktif yang terhubung
secara elektris dengan ligamen periodonsium sehingga merupakan konduktor
bagi arus listrik.
Sejumlah alat elektronik telah dipasarkan sejak tahun 1962, namun
demikian sebagian besar pabrik tidak menjelaskan cara kerja alat tersebut secara
elektronik. Pemberian nama alat elektronik pengukur panjang kerja ini didasarkan
pada generasi berdasarkan waktu dikeluarkannya alat9 atau menurut Nekoofar dkk
pengelompokan alat berdasarkan cara kerja alat. Kategorisasi alat berdasarkan
cara kerjanya dapat dikelompokkan menjadi alat yang berbasis resistensi, berbasis
osilasi frekuensi rendah, berbasis frekuensi tinggi (berbasis kapasitansi), berbasis
gradient voltase, berbasis dua frekuensi dengan selisih impedansi, berbasis dua
frekuensi dengan rasio impedansi dan berbasis multifrekuensi.
Alat yang banyak digunakan saat ini adalah tipe alat berbasis dua
frekuensi dengan rasio impedansi. Prinsip dasar pengoperasian alat dengan dua
frekuensi dan membandingkan keduanya dapat menjelaskan mengapa tidak ada
perbedaan signifikan dalam kemampuan alat mendeteksi konstriksi apikal pada
akar dengan pulpa vital atau pada pulpa nekrosis dan atau berbagai irigan10. Selain
itu, hal ini juga bisa menjelaskan mengapa alat ini tidak terpengaruh oleh adanya
natrium hipoklorit dalam sistem saluran akar.
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
Alat berbasis dua frekuensi dengan rasio impedansi, memiliki
keunggulan tidak terganggu adanya cairan elektrolit dalam saluran akar. Menurut
penelitian Jenkins&Walker (2001) yang menguji keakuratannya dalam berbagai
irigan melaporkan bahwa alat ini mampu mendeteksi foramen apikal ( dalam
kisaran 0,4 mm) tanpa terganggu ada adanya cairan irigasi.10 Sedangkan menurut
Plotino ketepatan alat ini dalam mengukur panjang kerja masih dalam kisaran +
0,5 mm dari konstriksi apikal.4
Seiring dengan perkembangan teknologi di bidang kedokteran gigi,
teknologi alat berbasis multifrekuensi tercipta untuk melengkapi kekurangan dari
teknologi sebelumnya, yaitu alat ukur elektronik berbasis dua frekuensi dengan
rasio impedansi. Alat yang menggunakan lima frekuensi berbeda ini akan
mengukur kedua komponen ( fase dan amplitudo) impedansi di tiap frekuensi
sehingga kemudian dapat diketahui diameter foramen apikal minor (konstriksi
apikal). Alat generasi baru tersebut memiliki beberapa keuntungan yaitu lebih
akurat pada pengukuran karena mengukur karakteristik impedansi menggunakan
lebih dari dua frekuensi Saat ini, bereadar di pasaran alat elektronik berbasis
multifrekuensi yang mempunyai harga yang sangat ekonomis. Akan tetapi masih
belum banyak informasi mengenai keakuratannya dalam mengukur panjang kerja.
Namun pada penelitian Plotino dkk4, 11 menunjukkan bahwa ketepatan alat
dengan lima frekuensi adalah 100% kasus sedangkan alat dua frekuensi dengan
rasio impedansi ketepatannya dapat mencapai 97,37%.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, diketahui bahwa pengukuran panjang
kerja secara radiografik merupakan metode yang umum dilakukan oleh dokter
gigi meskipun metode ini memiliki sejumlah keterbatasan seperti adanya distorsi
dan pembesaran dan memberikan gambaran dua dimensi dari struktur tiga dimensi
sehingga gambar yang tampil kurang representatif. Sebagai alternatif dapat
digunakan alat pengukur panjang kerja elektronik. Alat ukur elektronik yang
menggunakan dua frekuensi masih banyak digunakan meskipun ada alat terbaru
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
yang mempunyai sistem berbasis multifrekuensi. Dengan demikian maka disusun
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan nilai pengukuran panjang kerja pada pengukuran
antara alat elektronik berbasis dua frekuensi rasio impedansi dengan alat
elektronik berbasis multifrekuensi terhadap panjang aktual?
2. Apakah ada perbedaan nilai pengukuran panjang kerja pada pengukuran
antara alat elektronik berbasis dua frekuensi rasio impedansi dengan
radiografik terhadap panjang aktual?
3. Apakah ada perbedaan nilai pengukuran panjang kerja pada pengukuran
antara alat elektronik berbasis multifrekuensi dengan radiograf terhadap
panjang aktual?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Menganalisis perbedaan (selisih) pengukuran panjang kerja pada
pengukuran antara alat elektronik berbasis dua frekuensi rasio impedansi
dengan alat elektronik berbasis multifrekuensi terhadap panjang aktual
2. Menganalisis perbedaan (selisih) pengukuran panjang kerja pada
pengukuran antara alat elektronik berbasis dua frekuensi rasio impedansi
dengan radiografik terhadap panjang aktual?
3. Menganalisis perbedaan (selisih) pengukuran panjang kerja pada
pengukuran antara alat elektronik berbasis multifrekuensi dengan
radiograf terhadap panjang aktual?
1.4 Manfaat Penelitian
o Sebagai acuan para endodontis dalam menentukan panjang kerja
dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terutama dalam
bidang kedokteran gigi.
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
o Untuk memberikan informasi ilmiah tentang keakuratan alat
elektronik pengukur panjang kerja, jika dibandingkan dengan
metode radiografik
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perawatan Saluran Akar
Pembuangan seluruh jaringan pulpa, material nekrotik dan
mikroorganisme dari saluran akar sangat penting bagi kesuksesan perawatan
endodontik. 9. Adanya bakteri dan produknya dalam sistem saluran akar akan
menyebabkan periodontitis apikalis. Esensi perawatan endodontik yaitu
penghilangan antigen lewat penghilangan infeksi.2 Perawatan saluran bertujuan
membuang mikroorganisme dari ruang pulpa dan pengisian kembali sistem
saluran akar untuk mencegah reinfeksi. Perawatan endodontik rutin merupakan
perawatan yang dapat diperkirakan keberhasilannya, kira-kira 95% untuk kasus
pulpitis ireversibel dan dapat hingga 85% pada kasus gigi nekrotik12
Secara umum disepakati bahwa prosedur perawatan saluran akar harus
terbatas dalam sistem saluran akar.2Keberhasilan bahkan dapat mencapai 90-94%
apabila prosedur perawatan saluran akar dan pengisian saluran akar dilakukan
dalam sistem saluran akar. Untuk mencapai tujuan ini, titik ujung sistem saluran
akar, terminal saluran harus diketahui dengan pasti. Oleh karena itu, salah satu
perhatian utama pada perawatan saluran akar adalah menentukan seberapa jauh
instrumen masuk ke saluran akar dan sampai titik mana preparasi dan pengisian
saluran akar berakhir. Menurut Gordon & Chandler titik yang tepat bagi batas
pengisian saluran akar adalah pertemuan dentin dan sementum dan tempat
bertemunya pulpa dengan membran periodontal. Cementodentinal Junction (CDJ)
adalah tanda anatomis dan histologis tempat ligamen periodonsium dimulai dan
pulpa berakhir. Teknik preparasi saluran akar bertujuan untuk membuat potensi
pertahanan alami antara isi saluran akar dan jaringan apikal. Lokasi anatomis
konstriksi apikal tidak dapat ditentukan dengan tepat. Menurut sebuah penelitian
SEM jaraknya dapat mencapai 3.8 mm dari apeks anatomis gigi. Karena itu,
meskipun secara klinis dimungkinkan, tidak dapat dipatok jarak rata-rata dari
apeks anatomis atau apeks radiograf ke konstriksi apikal.3
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
Masalahnya, klinisi menghadapi tantangan bagaimana caranya
mengidentifikasi konstriksi apikal dan mempersiapkan tanda ini, yang kemudian
disebut dengan panjang kerja perawatan saluran akar dan meraih keberhasilan
maksimal. Penelitian epidemiologis membuktikan bahwa prognosis terbaik adalah
ketika pengisian akar berkisar 2 mm dari apeks radiografik. Variasi anatomi apeks
gigi baik karena usia dan tipe gigi menjadikan pengidentifikasian tersebut lebih
sulit ditentukan. Prognosis terbaik perawatan saluran akar adalah instrumentasi
yang adekuat dan obturasi yang homogen ke konstriksi apikal. Prognosis terburuk
untuk perawatan saluran akar adalah ketika instrumentasi dan pengisian melebihi
konstriksi apikal. Prognosis terburuk kedua adalah ketika pengisian kurang
berjarak 2 mm lebih dari konstriksi apikal.3
2.2 Anatomi Foramen Apikal
Untuk memahami konsep panjang kerja, diperlukan pemahaman
tentang anatomi apeks. Menurut Kuttler, anatomi daerah apeks dapat berubah
karena usia.13. Gambar 2.1 menunjukkan konsep apeks gigi (a), apeks pada usia
muda (b) dan perubahan apeks karena terjadi deposisi jaringan keras (c)
Gbr 2.1 Posisi foramen apikal (diadaptasi dari Kuttler 1955). a.konsep apeks gigi. b.apeks pada
usia muda. c.apeks pada usia lebih lanjut
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
Gbr.2. 2 Anatomi apeks akar (diadaptasi dari Kuttler 1955) 1.Apeks 2.Foramen apikal mayor .3.Foramen apikal minor (konstriksi apikal). 4. Jarak apeks ke foramen apikal mayor 5 Jarak antara foramen apikal mayor ke foramen apikal minor (konstriksi apikal)
Secara umum disepakati bahwa ada tiga aspek berbeda pada apeks yang
harus diperhatikan. Gbr 2.2 adalah anatomi apeks akar yang terdiri dari apeks gigi
(1), foramen apikal mayor(2) , dan foramen apikal minor (3) atau yang disebut
CDJ(Cemento Dentinal Junction) atau konstriksi apikal. Foramen apeks tidak
selalu terletak pada apeks anatomis gigi. Foramen saluran akar utama dapat
terletak pada salah satu sisi apeks anatomis, kadang-kadang jaraknya dapat
mencapai 3 mm pada 50-98% akar.9, 13. Dummer dkk (1984) 14 melaporkan bahwa
jarak rata-rata apeks ke foramen mayor (Gbr 2.2, no 4) adalah 0,38 mm dan jarak
rata-rata apeks ke konstriksi apikal adalah 0,89 mm. Menurut Kuttler (1955) pusat
foramen dapat berdeviasi karena usia yang disebabkan penebalan sementum
apikal. Deviasi itu dapat mencapai 76% dari seluruh sampel, terbanyak pada akar
mesial molar RB (96%) dan terkecil pada kaninus RB (55%).Deviasi juga terjadi
lebih sering pada sampel gigi posterior lebih banyak dibandingkan sampel gigi
anterior (masing-masing 81 % dan 66%).15 Jarak rata-rata antara foramen mayor
dan apeks anatomis adalah 0,99mm, terbesar pada gigi posterior 1,10 mm dan
terkecil pada gigi anterior sebesar 0,73 mm. Jarak rata-rata terbesar ditemukan
pada gigi premolar (1,38 mm) dan jarak terkecil ditemukan pada gigi insisif RA
(0,54 mm).15
Konstriksi apikal, bila ada, merupakan bagian tersempit saluran akar
dengan diameter aliran darah terkecil ke titik ini menghasilkan daerah perlukaan
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
yang kecil dan kondisi penyembuhan yang optimal.3 9Lokasi konstriksi apikal
bervariasi antara satu akar dengan akar yang lain dan hubungannya ke CDJ juga
bervariasi dan CDJ sangat tidak beraturan dan dapat lebih tinggi hingga 3 mm
pada satu dinding akar, jika dibandingkan dinding sebelahnya.9 Radiografik dapat
memberikan perkiraan struktur histologis ini dan meskipun secara klinis
memungkinkan, rata-rata digunakan untuk menentukan letak konstriksi apikal dari
apeks anatomis atau apeks radiografik yang dapat menyebabkan overfiling atau
underfiling.
Menggunakan nilai rata-rata penelitian anatomis dan menggunakan
asumsi bahwa CDJ terletak pada konstriksi apikal telah menyebabkan penentuan
panjang kerja adalah 1-2 mm lebih pendek dari apeks anatomis seperti terlihat di
radiograf. Dummer dkk (1984)14 mengklasifikasikan konstriksi apikal
menjadi empat tipe berbeda dan berspekulasi bahwa dengan asumsi ini akan
menyebabkan preparasi kurang di tipe B dan preparasi berlebih pada tipe D
Gbr.2.3 Topografi konstriksi apikal (dari Dummer dkk, 1984)
Pengukuran yang didasarkan hanya dari panjang akar radiografis dan
bukan dari panjang saluran akan menyebabkan bahan pengisi saluran akar keluar
melebihi foramen apikal dan masuk ke jaringan periapeks.16 Fakta ini harus
diingat ketika menentukan panjang saluran akar saat melakukan terapi saluran
akar. Radiograf dengan pengetahuan anatomis, sensasi taktil dan pengamatan
yang tajam untuk cairan jaringan darah pada instrument dan paper point akan
membantu memodifikasi jarak.16
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
2.3 Teknik-teknik Pengukuran Panjang Kerja
1. Sensasi taktil, meskipun berguna pada tangan yang pengalaman, tetap
memiliki keterbatasan. Variasi anatomis lokasi konstriksi apikal , ukuran,
tipe gigi dan usia pasien membuat pengukuran panjang kerja tidak
reliable. Pada sejumlah kasus, saluran akar, sklerosis atau konstriksi rusak
karena resorpsi inflamasi. Seidberg dkk (1975) 9 menemukan bahwa
diantara klinisi berpengalaman, hanya 60% yang dapat menunjukkan
lokasi konstriksi apikal dengan sensasi taktil9. Persentasenya meningkat
sebesar 75% apabila saluran akar telah dilakukan preflaring.9
2. Penentuan panjang kerja dengan radiografik telah digunakan bertahun-
tahun dan telah diajadikan standar penentuan panjang kerja. Apeks pada
radiografik adalah ujung anatomis akar seperti terlihat pada radiograf,
sedangkan foramen apikal adalah daerah di saluran akar tempat saluran
meninggalkan permukaan akar, yang berhubungan langsung dengan
ligament periodontal. Saat foramen apikal keluar ke sisi akar sebelah bukal
atau lingual, foramen apikal menjadi sulit untuk dilihat pada radiograf.
Tulang kompak dan struktur anatomis menyebabkan visualisasi file
saluran akar tidak mungkin dilihat di apeks. Tumpang tindih zygomatic
arch juga dapat mengganggu pembacaan radiograf apeks molar pertama
dan kedua atas. Deposisi dentin sekunder dan sementum dapat menggeser
konstriksi apikal dari batas yang biasa menyebabkan kesalahan preparasi.
Gambar radiograf merupakan gambar dua dimensi dari struktur tiga
dimensi sehingga interpretasi gambar radiograf bersifat teknik sensitif.9, 17
Penggunaan radiograf menemui keterbatasan seperti pasien terhadap
radiasi, misalnya pada wanita hamil dan pasien pascaterapi radiasi.
Penggunaan radiograf pada pengukuran panjang kerja juga dapat menemui
kesalahan karena adanya resorpsi akar, misalnya pada resorpsi fisiologis
akar gigi sulung atau resorpsi patologis pada kelainan periapeks.18
Seringkali radiograf diagnostik sulit dilakukan pada pasien anak karena
kooperasi yang kurang dan keterbatasan akses.18
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
3. Inovasi dalam perawatan saluran akar adalah berkembang dan
diproduksinya alat elektronik untuk mendeteksi ujung terminal saluran
akar. Fungsinya berdasrkan fakta bahwa konduktivitas listrik pada
jaringan di sekitar apeks akar lebih besar daripada konduktivitas dalam
sistem saluran akar, apakah saluran akar itu kering atau terisi cairan
nonkonduktif.
4. Inovasi lain pengukuran panjang kerja endodontik adalah Cone-Beam
Computed Tomography (CBCT). Dari pengukuran, CBCT memiliki hasil
pengukuran sama dengan EAL (koefisien korelasi Pearson berkisar 0,904
sampai 0,968). Penelitian prospektif di masa mendatang harus dapat
menilai apabila dan kapan radiografi intraoral untuk mengukur panjang
kerja dapat dihindari ketika CBCT dapat digunakan.19
2.4 Radiografik Sebagai Metode Pengukur Panjang Kerja
Penggunaan sinar-X merupakan bagian integral kedokteran gigi klinik.
Oleh karena itu, radiograf merupakan rujukan bagi dokter gigi sebagai alat
diagnostik utama. Secara tradisional, gambar radiografik dihasilkan oleh sinar-x
yang melintas sebuah obyek (pasien) dan berinteraksi dengan emulsi fotografik
pada sebuah film, yang menghasilkan daerah kehitaman pada film. Film secara
bertahap mulai digantikan oleh sensor digital dengan gambar yang ditampilkan
dalam komputer. Bagian sensor pada gambar digital yang ditumbuk oleh sinar-x
akan tampak hitam pada gambar yang dihasilkan komputer itu. Banyaknya emulsi
atau gambar pada monitor komputer yang menghitam itu bergantung pada jumlah
sinar-x yang dapat mencapai film atau sensor (reseptor gambar), yaitu tergantung
pada densitas obyek. Warna hitam atau radiolusen berarti daerah tersebut
ditumbuk sinar X tanpa berhenti sama sekali. Daerah abu-abu menunjukkan
bahwa sinar X sempat berhenti untuk beberapa saat. Sedangkan daerah berwarna
putih atau radiopak berarti obyek telah berhasil menghentikan tumbukan sinar-x.7
Bentuk, densitas dan ketebalan jaringan pasien, khususnya jaringan keras
akan memengaruhi gambaran radiografik. Oleh karena itu, ketika melihat gambar
radiograf dua dimensi, klinisi harus mempertimbangkan juga anatomi tiga dimensi
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
yang memengaruhi gambar tersebut. Keterbatasan gambar dua dimensi pada
radiograf oleh karena itu akan menyebabkan satu bagian akan saling tumpang
tindih dengan struktur anatomi lain.
Alat ronsen dental merupakan mesin penghasil sinar-x yang terdiri dari
kepala tabung, lengan dan panel kontrol yang kemudian akan diterima oleh
reseptor gambar. Reseptor gambar digunakan untuk mengenali sinar x. Ada
beberapa jenis reseptor gambar, yaitu film radiografik yang sudah digunakan
sejak lama sebagai reseptor gambar dan masih digunakan sampai saat ini dan
reseptor digital.7 Secara umum, kualitas gambar yang dihasilkan adalah sama.20
dan telah dibuktikan dalam penelitan Yoshiura dkk, 1998.21 Keuntungan
radiografi digital adalah radiasi yang lebih kecil, kecepatan dalam memperoleh
gambar, dapat dilakukan peningkatan kualitas gambar, dapat disimpan di
komputer dan merupakan sistem yang tidak memerlukan proses kimiawi.
Sedangkan kerugiannya adalah biaya tinggi dan kesulitan menyimpan sensor.20
Pada bidang endodontik, radiograf memiliki sejumlah fungsi penting yaitu
sebagai alat diagnosis adanya perubahan jaringan keras gigi dan struktur
periradikular, penentu jumlah, lokasi, bentuk, ukuran dan arah akar dan saluran
akar dan memerkirakan dan memastikan panjang saluran akar.20 Pengukuran
panjang kerja pada perawatan endodontik menurut menurut cara radiograf adalah
mengurangi 1 mm dari apeks.22
Sedapat mungkin harus didapatkan gambar radiograf yang paling baik.
Ada dua teknik yang umum dilakukan untuk memperoleh radiograf pada bidang
endodontik, yaitu teknik biseksi dan paralel. Keuntungan teknik paralel adalah
visualisasi gambar yang lebih baik dan memungkinkannya diperoleh foto dengan
sudut yang sama. Hal ini dapat menjadi pembanding apabila diperlukan radiograf
selanjutnya. .20
2.5 Gambaran Elektrikal Struktur Gigi
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
Saluran akar dikelilingi oleh dentin dan sementum yang bersifat isolator
terhadap arus listrik.Tetapi, pada foramen apikal minor, ada sebuah lubang kecil
tempat bahan konduktif dalam saluran akar terhubung secara elektris dengan
ligamen periodonsium yang merupakan konduktor bagi arus listrik. Material
resistif saluran akar (dentin, jaringan dan cairan) dengan resistivitas khusus
membentuk resistor, yang nilainya tergantung pada panjang, area potongan
melintang dan resistivitas bahan—bahan tersebut (Gbr 2.4). Apabila sebuah file
endodontik masuk menyusuri saluran akar dan mencapai terminal saluran akar,
resistensi antara ujung instrumen dan bagian apikal saluran akar turun , karena
panjang efektif material resistif dalam saluran akar (l pada gambar 2.4) menurun
Gbr 2.4 Struktur gigi selama perawatan saluran akar dan konduktivitas listrik dan resistensi
model.2
Sebagaimana sifat resistif, struktur gigi memiliki juga karakteristik
kapasitif. Anggaplah bahwa file, dengan area permukaan spesifik, menjadi satu
sisi kapasitor dan material konduktif (dalam hal ini ligamen periodonsium) di luar
dentin menjadi lempeng lain kapasitor tersebut. Jaringan dan cairan dalam saluran
akar, sementum dan dentin saluran akar dapat dianggap sebagai separator
(pemisah) dua lempeng konduktif tersebut dan dapat menentukan konstanta
dielektrik,ε. Struktur ini membentuk kapasitor, namun lebih kompleks dari pada
yang disimbolkan pada gambar 2.5.
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
Gbr. 2.5 Kapasitansi gigi selama perawatan saluran akar
Gbr.2.6 Model elektronik gigi yang disederhanakan23
Struktur elektrik saluran akar lebih rumit daripada elemen resistif dan
kapasitif yang digambarkan di atas dan contoh-contoh tersebut bukan sesuatu
yang mudah.23 Meredith& Gulabivala rmengemukakan model sirkuit yang meniru
sistem saluran akar dan jaringan periapeks. Mereka menemukan bahwa saluran
akar merupakan jaringan elektrik yang kompleks dengan elemen-elemen resistif
dan kapasitf. Sirkuit tersebut juga menunjukkan karakteristik impedansi yang
memiliki komponen resistif dan kapasitif seri dan paralel dengan model yang
disederhanakan seperti di gambar 2.6.
2.6 Alat Elektronik Pengukur Panjang Kerja
Asumsi fundamental alat elektronik pengukur panjang kerja ialah
bahwa jaringan manusia memiliki karakteristik tertentu yang dapat dibuat
modelnya dengan kombinasi komponen-komponen listrik. Oleh karena itu,
dengan mengukur sifat elektrik (yaitu resistensi, impedansi) yang serupa sirkuit
listrik, sejumlah sifat klinik (seperti posisi file) dapat diambil.
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
Custer (1918) memperkenalkan alat listrik untuk menentukan terminal
saluran akar yang berdasarkan fakta bahwa konduktivitas listrik jaringan di sekitar
apeks akar lebih besar daripada konduktivitas di dalam sistem saluran akar, yang
berada di daerah koronal terminal saluran akar. Custer mencatat bahwa perbedaan
dalam nilai konduktivitas ini dapat diketahui lebih mudah apabila saluran akar
kering atau hanya terisi sedikit cairan semikonduktif seperti alkohol. Dengan kata
lain, ia menemukan bahwa resistensi listrik, dekat dengan foramen lebih rendah
dari daerah koronal saluran akar. Karena itu Custer meletakkan posisi ‘foramen’
dengan memberikan voltase antara ‘alveolus di depan apeks akar’ dan ‘broach di
dalam pulpa’ dan mengukur nilai arus listrik (dengan sebuah milammeter). Pada
percobaan pionirnya, menggunakan teknologi saat itu, sirkuit listrik Custer
memiliki tiga ‘dry cells’: milammeter, elektroda negatif dan elektroda positif.
Ketika sirkuit disambungkan, voltase positif kecil diberikan pada ‘broach’yang
kemudian dimasukkan ke dalam ‘pulpa’ dan perlahan dimasukkan ke dalam. Saat
‘broach’ mencapai foramen, sebagai akibat peningkatan konduktivitas listrik, arus
listrik bertambah dan sebagai konsekuensi’pergerakan pasti pada jari telunjuk’
ammeter dapat terlihat. Custer (1918) menyimpulkan bahwa pergerakan ini, yang
proporsional terhadap arus listrik dan juga konduktivitas elektrik, merupakan
panduan yang reliable untuk menunjukkan posisi relatif broach terhadap ‘apical
foramen’.Kemudian, Suzuki (1942)23, 24 pada penelitian eksperimentalnya pada
iontoforesis di gigi anjing menunjukkan bahwa resistensi listrik antara instrumen
saluran akar yang dimasukkan ke dalam saluran dan elektroda yang dikenakan
pada membran mukosa mulut menunjukkan nilai konsisten.
Berdasarkan temuan Suzuki, Sunada (1962)25 melaporkan bahwa nilai
spesifik resistensi akan menentukan posisi terminal saluran akar. Ia menyatakan
bahwa ketika ujung instrumen endodontik mencapai membran periodontal lewat
foramen apikal, resistensi apikal antara instrumen dan membran mukosa mulut
kira-kira sama dengan 6,5 kΩ. Ia juga menyatakan jika reamer perforasi keluar
dinding saluran atau lantai kamar pulpa dan mencapai membran periodontal,
resistensi elektrik antara membran mukosa dan membran periodontal terperforasi
hampir sama nilainya dengan resistensi yang ditunjukkan pada apeks. Pada
penelitian in vivo pertamanya, Sunada (1962) menggunakan mikroammeter
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
sederhana untuk mengukur panjang 71 saluran akar. Mikro-ammeter tersebut
memiliki dua elektroda, satu melekat pada membran mukosa mulut dan yang lain
ke instrumen endodontik yang diposisikan dalam saluran akar; resistensi diukur
ketika ujung instrumen endodontik terletak pada apex (panjang gigi sudah
diketahui dengan menggunakan kawat yang telah diukur dan sinar-x) resistensi
membran periodontal dihitung dengan membagi voltase oleh nilai arus yang
diukur alat. Dengan kata lain, dentin, email dan sementum adalah isolator listrik,
jaringan lunak termasuk ligament periodontal adalah konduktor. Alat tersebut
membentuk sirkuit dalam mulut yang berasal dari alat, berjalan lewat file
endodontik lewat probe yang terkait, dan menyusur turun saluran akar keluar
foramen dan masuk ke ligament periodontal. Sirkuit berlanjut lewat mukosa mulut
pasien dan melengkapi sirkuit dengan berjalan ke clip bibir yang tersambung juga
ke alat lewat kawat balik. Sunada (1962) juga melaporkan bahwa usia pasien, tipe
atau bentuk gigi dan diameter saluran tidak berpengaruh pada hasil pembacaan
alat. Nilai rata-rata resistensi sirkuit antara terminal saluran dan clip bibir adalah
6,5 kΩ.
Sejumlah alat elektronik telah dipasarkan sejak tahun 1962, sayangnya
sebagian besar pabrik tidak menjelaskan cara kerja alat tersebut secara elektronik.
Pemberian nama alat elektronik pengukur panjang kerja ini didasarkan pada
generasi berdasarkan waktu dikeluarkannya alat9 atau menurut Nekoofar dkk
pengelompokan alat berdasarkan cara kerja alat.
2.6.1 Alat Elektronik Berbasis Dua Frekuensi dengan Rasio Impedansi
Pada alat ukur elektronik berbasis rasio impedansi, sumber AC adalah lagi sumber
dua frekuensi yaitu arus yang terdiri dari dua gelombang sinus dengan frekuensi
tinggi dan frekuensi rendah (fH dan fL). Impedansi model diukur pada setiap
frekuensi dan posisi file ditentukan dari rasio atara kedua impedansi :
Rasio=
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
Kobayashi & Suda 26membuktikan bahwa rasio tersebut memiliki nilai pasti yang
ditetukan oleh frekuensi yang digunakan dan bahwa rasio menunjukkan lokasi
ujung file dalam saluran akar. Hasil bagi dari dua impedansi nilainya mendekati 1
ketika ujung file tersebut agak jauh dari ujung saluran akar.Ketika file tersebut
tidak di foramen apikal minor, jarak atara kedua lempeng kapasitansi model
adalah tinggi. Jadi sesuai persamaan pada gambar 2.5, besaran kapasitansi dapat
diabaikan. Oleh karena itu, rasio persamaan akan berubah menjadi sebuah rasio
dari dua nilai resistensi setara yang cenderung mendekati 1. Tetapi,pada posisi
dekat dengan ujung saluran akar, karakteristik kapasitif impedansi mulai muncul.
Pengaruh kapasitansi pada impedansi secara keseluruhan adalah proporsional
dengan pengukuran seperti yang ditunjukkan pada persamaan di atas. Pada
frekuensi tinggi (fH), keseluruhan nilai impedansi akan jauh lebih rendah dari pada
frekuensi rendah (fL). Itu berarti, pada konstriksi apikal rasio cenderung menuju
nilai kecil 26, bagaimanapun, fenomena ini terkait dengan morfologi konstriksi
tersebut.
Rasio pada persamaan tidak tergantung akan adanya cairan elektrolit
dalam saluran akar. Hal ini karena perubahan bahan elektrolit, yang merupakan
perubahan pada konstanta dielektrik (ε pada persamaan di gambar 3), akan
memengaruhi seimbang antara pembilang dan penyebut pada persamaan di atas,
dan karenanya rasio akhir masih akan tetap konstan. Konsep ini mendasari
pengengembangan Root ZX®(J.Morita Co, Kyoto, Jepang), alat ukur elektronik
komersial berbasis rasio pertama (Kobayashi 1995). Prinsip dasar pengoperasian
alat ini dapat menjelaskan mengapa tidak ada perbedaan signifikan dalam
kemampuan alat mendeteksi konstriksi apikal pada akar dengan pulpa vital atau
pada pulpa nekrosis (Dunlap dkk 1998 dalam Nekoofar,2006) dan atau berbagai
irigan10. Secara keseluruhan, Root ZX® akurat sebesar 82,3% dalam kisaran jarak
0,5 mm dari konstriksi apikal. Selain itu, hal ini juga bisa menjelaskan mengapa
alat ini tidak terpengaruh oleh adanya natrium hipoklorit dalam sistem saluran
akar26. Ounsi & Naaman (1999)27 dalam sebuah penelitian ex vivo melaporkan
bahwa Root ZX tidak mampu mendeteksi konstriksi apikal dan seharusnya hanya
digunakan untuk mendeteksi foramen mayor. Hoer dan Attin (2004)28 juga
menunjukkan bahwa penggunaaan rasio impedansi tidak menghasilkan ketepatan
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
penentuan konstriksi apikal, tetapi hanya di regio antara foramen apikal minor dan
mayor. Pada penelitian mereka, penentuan konstriksi apikal dengan tepat hanya
berhasil pada 51-64,3% saluran akar, meskipun kemungkinan menentukan area
antara foramen apikal minor dan mayor adalah sekitar 81 hingga 82,4% kasus.
Tetapi Shabahang dkk 29 menunjukkan bahwa ketika toleransi kesalahan + 0,5
mm, Root ZX® dapat menentukan lokasi foramen pada 96,2% kasus. Menurut
Gordon dkk, alat ukur elektronik yang menggunakan dua frekuensi dengan
perbandingan impedansi ini masih termasuk dalam generasi ketiga.
2.6.2 Alat Elektronik Berbasis Multifrekuensi
Beberapa upaya dilakukan untuk lebih meningkatkan keakuratan alat ukur
elektronik ini. Salah satu konsep lain adalah untuk mengukur karakteristik
impedansi menggunakan lebih dari dua frekuensi. Pada Endo Analyzer ®8005
(Analytic Endodontics, Sybron Dental, Orange, CA, USA) dan AFA Apex
Finder® 7005(Analytic Endodontics) digunakan 5 frekuensi berbeda dan alat
tersebut mengukur komponen-komponen (fase dan amplitudo) impedansi di
setiap frekuensi.Gambaran ini kemudian dianalisis dengan sebuah prosedur untuk
menentukan lokasi diameter (konstriksi) minor.11 Prinsip alat ini sebetulnya mirip
dengan Alat ukur elektronik berbasis rasio impedansi. Alat ini mendeteksi ujung
saluran akar dengan menentukan perubahan tiba-tiba pada karakteristik dominan
(kapasitif atau resistif) impedansi. Welk dkk (2003) membandingkan keakuratan
alat ukur elektronik berbasis rasio impedansi (Root ZX®) dan Endo Analyzer® dan
menemukan bawa jarak rata-rata antara ujung saluran akar yang diketahui dengan
alat elektronik dan diameter minor adalah 1,03 untuk Endo Analyzer® dan 0,19
mm untuk Root ZX®; kemampuan alat tersebut dalam menentukan lokasi
konstriksi apikal adalah berturut-turut 34,4% dan 90,7% kasus. Pommer dkk
(2002)30 mengevaluasi efek vitalitas pulpa terhadap keakuratan Apex Finder®
7005 dan melaporkan bahwa perbedaan antara pengukuran pulpa vital dan
nekrotik berbeda signifikan dan menyimpulkan bahwa AFA Apex Finder® lebih
akurat pada pulpa vital.
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
2.7 Kerangka Teori
Berdasarkan uraian di atas disusun kerangka teori sebagai berikut
Gambar 2.7 Skema kerangka teori
Perawatan Saluran Akar
Preparasi Akses Preparasi Saluran Akar
-Teknik preparasi
-Cairan Irigasi
-Instrumen Preparasi Saluran Akar
-Bahan instrumen Preparasi Saluran Akar
- Metode pengukuran Panjang Kerja
Pengisian Saluran Akar
- Teknik gutaperca padat
- Teknik gutaperca dilunakkan
Metode Pengukuran Panjang Kerja
- sensasi taktil
- radiografik
- konvensional
- digital
- elektronik
- Berbasis resistensi
- Berbasis Osilasi frekuensi rendah
- Berbasis frekuensi tinggi
- Berbasis 2 frekuensi, perbedaan impedansi
- Berbasis 2 frekuensi, rasio impedansi
- Multifrekuensi
- Cone Beam Computed Tomography
Panjang Kerja
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
Pada perawatan saluran akar berlaku triad endodontik ntuk mencapai
keberhasilan perawatan; yaitu preparasi akses, preparasi saluran akar dan
pengisian saluran akar. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat
preparasi saluran akar yaitu: teknik preparasi, cairan irigasi, instrumen preparasi,
bahan instrumen preparasi dan pengukuran panjang kerja.
Beberapa metode yang biasa digunakan dalam mengukur panjang kerja
perawatan saluran akar adalah metode sensasi taktil, radiografik, elektronik, dan
pemakaian cone beam computed tomography. Dari metode yang ada tersebut,
digunakan metode pengukur dengan alat elektronik pengukur panjang kerja yang
berbasis dua frekuensi dengan rasio impedansi dan membandingkannya dengan
alat yang berbasis multifrekuensi. Pengukuran dengan radiograf juga dilakukan
untuk mendukung pengukuran dengan metode elektronik.
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Skema penelitian penentuan panjang kerja
Pengukuran panjang kerja dilakukan dengan dua jenis alat elektronik
berbeda sistem kerja, kemudian diukur panjang secara radiograf. Setelah itu
dilakukan pengukuran panjang kerja aktual. Semua hasil pengukuran dengan
ketiga metode pengukur panjang kerja dikurangi dengan pengukuran panjang
kerja aktual disebut selisih panjang kerja
3.2 Hipotesis
1. Tidak terdapat perbedaan hasil pengukuran panjang kerja pada pengukuran
antara alat elektronik berbasis dua frekuensi rasio impedansi dengan alat
elektronik berbasis multifrekuensi terhadap panjang kerja aktual
2. Terdapat perbedaan hasil pengukuran panjang kerja pada pengukuran
antara alat elektronik berbasis dua frekuensi rasio impedansi dengan
radiografik terhadap panjang kerja aktual
Selisih Panjang kerja
Pengukuran panjang kerja
saluran akar:
Alat elektronik berbasis
dua frekuensi rasio
impedansi
Alat elektronik berbasis
multi- frekuensi
Radiograf
Panjang kerja
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
3. Terdapat perbedaan hasil pengukuran panjang kerja pada pengukuran
antara alat elektronik berbasis multifrekuensi dengan radiografik terhadap
panjang kerja aktual
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Deskriptif laboratorik
4.2 Tempat Penelitian
Klinik Konservasi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
4.3 Waktu Penelitian
September 2012
4.4 Variabel Penelitian
Variabel bebas:
Pengukuran panjang kerja dengan alat elektronik berbasis dua frekuensi rasio
impedansi
Pengukuran panjang kerja dengan alat elektronik berbasis multifrekuensi
Pengukuran panjang kerja secara radiografik
Pengukuran panjang aktual gigi
Variabel terikat:
Selisih Panjang kerja
4.5 Definisi Operasional
Deskripsi variabel penelitian (variabel bebas dan variabel terikat) dengan
deskripsi, skala, dan cara pengukuran dijelaskan dalam tabel berikut :
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
Tabel 4.1 Uraian variabel penelitian
Variabel Deskripsi Skala Cara Pengukuran
Variabel bebas
Alat pengukur
panjang kerja
berbasis dua
frekuensi rasio
impedansi
Suatu alat elektronik yang mempunyai sistem kerja berbasis dua frekuensi rasio impedansi. Pada penelitian ini digunakan Root ZX. mini.
Numerik
File K#15 dimasukkan ke dalam saluran akar sampai tanda 0,0 kemudian ditarik ke tanda 0,5. Nilai pengukuran didapat bila nilai tersebut bertahan hingga + 5 detik.File ditahan di tempatnya menggunakan stopper . Panjang saluran akar diukur menggunakan endoblock.
Alat pengukur
panjang kerja
berbasis
multifrekuensi
Suatu alat elektronik untuk mengukur letak konstriksi apikal, menggunakan sistem multifrekuensi. Pada penelitian ini digunakan Woodpex I
Numerik
File K#15 dimasukkan ke dalam saluran akar sampai tanda 0,0 kemudian ditarik ke tanda 0,5. Nilai pengukuran didapat bila nilai tersebut bertahan hingga + 5 detik.File ditahan di tempatnya menggunakan stopper . Panjang saluran akar diukur menggunakan endoblock.
panjang kerja
dengan radiograf
panjang kerja yang didapat dengan menggunakan radiografik
Numerik Gigi diletakkan dalam arah labiolingual pada film, difiksasi dengan selotip. Dengan menggunakan film holder, diambil foto radiograf gigi sampel. Setelah ada radiografnya, panjang gigi diukur dari titik acuan ke apeks. Panjang radiograf adalah nilai yang didapat dikurangi 1,0 mm
panjang kerja
aktual gigi
panjang kerja yang didapat dengan pemeriksaan visual
Numerik Gigi dibelah dua searah sumbu panjang gigi. Di bawah lup pembesaran 3x diukur panjang gigi dari titik acuan ke konstriksi apikal
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
4.6 Sampel Penelitian
Mengacu pada Rules Of Thumb dalam menentukan besar sampel
penelitian, maka pada penelitian ini digunakan 40 gigi ekstraksi manusia sebagai
sampel penelitian. Jenis sampel adalah limbah kedokteran gigi berupa gigi
anterior rahang atas atau bawah manusia yang telah diekstraksi (etika kedokteran
dalam penelitian) dengan kriteria inklusi sebagai berikut:
• Gigi anterior rahang atas atau rahang bawah
• Gigi dengan jumlah akar 1 dan saluran akar lurus.
• Ujung apeks gigi telah tertutup sempurna dan tidak ada defek pada akar
gigi.
Sedangkan kriteria eksklusinya:
• Gigi dengan akar bengkok.
• Gigi dengan akar ganda.
• Gigi dengan penutupan apeks yang belum sempurna dan disertai adanya
defek pada permukaan akar.
4.7 Validitas dan Reliabilitas
Dilakukan kalibrasi alat ukur agar hasil yang diperoleh dapat menjadi
akurat, kalibrasi pengamat dan operator jika dilakukan oleh lebih dari 1 orang
(penyamaan persepsi, teknik pengukuran pada penggunaan alat dan penyesuaian
antaroperator dan pengamat). Setelah dilakukan kalibrasi, dilakukan uji coba
terlebih dahulu.
Variabel Terikat Selisih Panjang Kerja
Panjang yang terukur dari konstriksi apikal ke ujung file hasil pengukuran dengan alat elektronik atau selisih panjang pengukuran radiograf dengan panjang kerja aktual
kategorik
Skor selisih panjang kerja - <0,5 mm (lebih pendek dari panjang kerjaaktual - + 0,5 mm (mendekati panjang kerjaaktual) - >0,5 mm (lebih panjang dari panjang kerja aktual)
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
Tujuannya agar hasil penelitian memiliki konsistensi yang sama
(reliabilitas) antar operator maupun pengamat memiliki kesamaan hasil
pengukuran walaupun dilakukan beberapa kali, jika terdapat perbedaan hasil,
maka perbedaan tersebut tidak lebih dari 10%. Oleh karena itu sebelum dilakukan
penelitian maka uji validitas dan reliabilitas harus dilakukan.
4.8 Bahan dan Alat
4.8.1 Bahan
Gigi anterior permanen rahang atas atau bawah yang telah diekstraksi
Larutan salin Natrium Klorida 0,9% (Widatra Bhakti)
Spons
Tabung plastik
Kapas steril
File K #10, #15 (Dentsply, Mailefer)
Carbarondum disc
4.8.2 Alat
Alat pengukur panjang kerja Root ZX mini( J.Morita Mfg Corp)
Alat pengukur panjang kerja Woodpex I(GuilinWoodpecker Medical Instrument
Co.Lt)
Alat Rӧntgen (Soredex)
Lup pembesaran 3x
Henpis kecepatan tinggi
Henpis kecepatan rendah
Komputer dengan perangkat DIGORA®
Endoblock (Diadent)
4.9 Tahapan Kerja
4.9.1 Persiapan Sampel
Gigi anterior berakar tunggal dengan ujung apeks yang telah menutup
sempurna, tanpa disertai defek pada permukaan akarnya, dibersihkan dan
direndam dalam larutan salin sambil menunggu proses penelitian dimulai
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
Gigi-gigi yang telah memenuhi persyaratan inklusi penelitian dipotong
tegak lurus sumbu gigi pada daerah servikal dengan menggunakan carbarondum
disc dan handpiece low speed. Lalu gigi diberi nomor dan siap untuk diberi
perlakuan.
4.9.2 Persiapan dan pengukuran foto radiograf
Seluruh gigi sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi sampel dan
dipotong hingga batas serviknya diletakkan pada film dalam arah bukolingual
kemudian difiksasi dengan selotip. Dengan film holder, diambil foto radiograf gigi
sampel. Film kemudian diolah dengan Digora for Windows versi 2,5
Setelah didapatkan panjang gigi dari titik acuan ke apeks, ditentukan panjang
kerja, yaitu dengan mengurangi 1,0 mm dari nilai terukur.
4.9.3 Persiapan penanaman sampel pada tabung
Gigi sampel yang akan diukur panjang salurannya ditanam dalam tabung
plastik kecil yang diisi dengan spons dan diisi larutan NaCl 0,9% hingga spons
basah
4.9.4 Pengukuran panjang kerja dengan alat elektronik
Seluruh gigi sampel diirigasi dengan larutan NaCl 0,9% kemudian
dikeringkan dengan kapas steril. Gigi ditanam dalam spons larutan NaCl 0,9%
kemudian klip bibir ditanam pula dalam spons NaCl 0,9% tersebut. Pengukuran
panjang kerja dilakukan dengan alat elektronik dua frekuensi rasio impedansi.
Setelah file K #15 dijepit dengan file holder, file masuk ke dalam saluran akar
sampai terdengar bunyi beep yang menetap sekurangnya lima detik. Pada tanda
tersebut dicatat berapa panjang saluran akar gigi tersebut. Pengukuran dilakukan
dengan endoblock. Perlakuan yang sama dilakukan juga dengan alat elektronik
multifrekuensi.
4.9.5 Pengukuran panjang aktual
Setelah semua gigi sampel diberi perlakuan untuk pengukuran radiografik
dan alat elektronik, gigi dibelah longitudinal untuk mengukur panjang kerja aktual
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
saluran akar. Panjang kerja aktual saluran akar diukur dari titik acuan ke foramen
apikal minor (konstriksi apikal) dengan file K #15. Pengukuran dilakukan dengan
endoblock. Pengamatan dilakukan di bawah lup pembesaran 3x.
4.9.6 Pengukuran Selisih Panjang Kerja
Setiap gigi sampel yang telah diukur panjang kerja dengan alat elektronik
dua frekuensi, multifrekuensi dan panjang kerja radiograf dibandingkan dengan
panjang kerja aktualnya. Caranya adalah dengan mengurangkan Panjang Kerja
aktual dengan panjang kerja secara elektronik dan panjang kerja radiograf. Pada
akhirnya diperoleh selisih panjang kerja alat elektronik dua frekuensi dengan
panjang kerja aktual , selisih panjang kerja alat elektronik multifrekuensi dengan
panjang kerja aktual dan panjang kerja radiograf dengan selisih panjang kerja
aktual. Hasil positif menunjukkan alat elektronik atau radiograf melebihi panjang
kerja aktual. Sebaliknya, hasil negatif menunjukkan pengukuran alat elektronik
atau radiograf tidak mencapai panjang kerja aktual
4.9.7 Analisis Data
Dari data yang ada maka hasil penilaian tersebut termasuk dalam skala
pengukuran kategorik 3 kelompok tidak berpasangan dengan tipe uji hipotesis
komparatif. Untuk menentukan perbedaan antara pengukuran ketiga kelompok uji
dilakukan analisis statistik Chi-square dengan batas kemaknaan p<0,05
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
4.10 Alur Penelitian
Gambar 4.1 Skema Alur penelitian
Pemilihan sampel 40 gigi anterior, akar tunggal
Rendam dalam larutan salin
Pengukuran panjang radiografik dengan Digora
Gigi sampel ditempatkan pada tabung plastik kecil yang
telah terisi spons dan larutan NaCl 0,9%
Analisis Data
Pengukuran panjang kerja aktual gigi dengan lup pembesaran 3x
Gigi dibelah longitudinal untuk mengamati posisi konstriksi apikal
Pengukuran panjang kerja dengan alat elektronik berbasis multifrekuensi
Pengukuran panjang kerja dengan alat elektronik berbasis dua frekuensi rasio impedansi
Pengukuran Selisih Panjang Kerja
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Untuk menilai ketepatan panjang kerja maka panjang kerja aktual
digunakan sebagai panjang kerja acuan yang kemudian dihitung selisih
pengukuran masing-masing metode pengukuran dengan panjang aktualnya. Hasil
uji dari ketiga kelompok dianalisis dengan analisis komparatif chi-square dan
untuk uji kemaknaan setiap kelompok dianalisis dengan analisis komparatif
kolmogorov-smirnov. Sebaran jumlah dan persentase sampel pengukuran alat
elektronik berbasis dua frekuensi rasio impedansi, alat elektronik berbasis
multifrekuensi dan pengukuran radiografik dapat dilihat pada tabel 5.1
Keakuratan penentuan lokasi konstriksi apikal dengan alat elektronik
berbasis dua frekuensi rasio impedansi terdapat pada sebanyak 20 sampel dari 40
sampel (50%) dan pada alat elektronik berbasis multifrekuensi terdapat sebanyak
19 sampel dari 40 sampel (47,5%) sedangkan pengukuran dengan radiograf hanya
5%.
Tabel 5.1 Sebaran jumlah dan persentase sampel pada tiap metode pengukuran panjang kerja dilihat dari panjang aktual(PA)
Metode Lebih pendek dari PA (<0,5mm)
Mendekati PA ( + 0,5mm )
Lebih panjang dari PA (>0,5 ,mm)
Total
n % n % n % n %
Alat elektronik berbasis dua
frekuensi rasio impedansi
1 2,5 20 50 19 47,5 40 100
Alat elektronik berbasis
multifrekuensi
3 7,5 19 47,5 18 45 40 100
Radiografik 1 2,5 2 5 37 92,5 40 100
*uji chi-square
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
Gambar 5.1 Diagram sebaran jumlah sampel pada tiap metode pengukuran panjang kerja dilihat dari panjang aktual(PA)
Pada table 5.2 Uji statistik menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
terhadap 2 kelompok, nilai kemaknaan (p) antara kelompok alat elektronik
berbasis dua frekuensi rasio impedansi dan alat elektronik berbasis multifrekuensi
adalah 1,000 (p>0,05) Hasil tersebut menggambarkan bahwa kedua kelompok
tdak mempunyai nilai perbedaan yang bermakna. Sedangkan apabila kedua
kelompok alat eketronik dibandingkan dengan radiograf terdapat nilai perbedaan
yang bermakna.
Tabel 5.2 Uji Kemaknaan perbedaan pengukuran panjang kerja (mm) pada tiga metode
pengukuran panjang kerja dengan panjang aktual
Metode Pengukuran Nilai P
2f vs Mf 1,00
2f vs Radiograf 0,00*
Mf vs Radiograf 0,01*
*berbeda bermakna, uji kemaknaan dengan uji kolmogorov-smirnov
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
BAB 6
PEMBAHASAN
Untuk mempermudah pengujian pada penelitian ini digunakan gigi
anterior sebagai sampel karena memiliki akar tunggal dan memungkinkan
keseragaman sampel. Agar kondisi sampel sesuai dengan keadaan biologis seperti
dalam mulut maka sampel direndam dalam larutan salin. Untuk memudahkan
menentukan titik acuan maka sebelum memulai pengukuran gigi sampel dipotong
tegak lurus sumbu gigi di daerah servikal.31 Jumlah sampel yang digunakan
mengacu pada Rules of Thumb yang menyarankan penggunaan sampel
sekurangnya 40 sampel. Rules of Thumb adalah metode yang digunakan untuk
menentukan jumlah sampel pada uji non-parametrik atau uji multivariat, yaitu bila
pada sampel tidak diberikan perlakuan. Besar sampel amat bervariasi dengan
besar yang memadai berkisar 10-50 kali jumlah variabel bebas. Maka, pada
penelitian yang menggunakan empat kelompok variabel bebas, jumlah
keseluruhan adalah empat puluh.32
Untuk menggambarkan situasi klinis pada penelitian ini sampel
direndam dalam spons dan larutan salin agar memiliki sifat serupa dengan tulang
alveolar dan cairannya. 17, 33 Selain itu Huang menyimpulkan bahwa prinsip kerja
alat elektronik pengukur panjang kerja adalah pada sifat elektrik gigi. 34 Oleh
karena itu sampel harus ditanam dalam medium yang memiliki resistensi elektrik
yang serupa dengan periodonsium, meskipun pada sejumlah penelitian lain
menggunakan alginate untuk meniru jaringan pendukung gigi17, 18
Pada penelitian ini digunakan konstriksi apikal sebagai acuan
pengukuran panjang aktual karena konstriksi apikal merupakan titik ideal batas
akhir preparasi dan pengisian saluran akar dan pada pembelahan gigi posisi
anatomisnya dapat terlihat.2 Lokasi konstriksi apikal ini kemudian menjadi titik
nol untuk mengetahui selisih pengukuran dengan beberapa metode pengukur lain
pada penelitian ini, yaitu dua sistem alat elektronik pengukur panjang kerja dan
radiografik. Seberapa besar penyimpangan yang terukur dikelompokkan dalam
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
tiga skor yaitu skor + 0,5 mm (mendekati PA), skor <0,5mm (lebih pendek dari
PA) atau skor > 0,5 mm (lebih panjang dari PA).17
Pengukuran secara radiografik dilakukan dengan teknik paralel, yaitu
teknik yang menggunakan film holder dalam pengambilan gambar.Keuntungan
teknik paralel adalah visualisasi gambar yang lebih baik dan memungkinkannya
diperoleh foto dengan sudut yang sama. Hal ini dapat menjadi pembanding
apabila diperlukan radiograf selanjutnya 20 dan pada penelitian ini menjadi teknik
untuk penyeragaman sampel.
Pengukuran dengan metode radiograf adalah mengukur jarak antara titik
acuan ke apeks. Lokasi konstriksi apikal atau dalam hal ini PA diperoleh dengan
mengurangi 1 mm dari nilai terukur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Vieyra
(2010) yang menyatakan bahwa letak konstriksi apikal ada pada posisi 1 mm dari
ujung apeks radiografik.
Pengukuran dengan alat elektronik menggunakan file K nomor 10 atau
15 karena dengan file dengan nomor tersebut peneliti sudah mampu merasakan
sensasi taktil maksimum,23 hal ini didukung pula dengan penelitian lain yang
menyatakan tidak ada hubungan antara antara ukuran file dengan ketepatan
pengukuran alat elektronik. Namun demikian, sebaiknya dipilih file dengan
ukuran optimal karena ukuran file yang semakin besar akan menyulitkan akses ke
saluran akar.23
Pengukuran panjang kerja dengan alat elektronik diset menggunakan
konstriksi apikal sebagai batas apikal pengukuran.11, 31Salah satu masalah
menggunakan konstriksi apikal sebagai parameter pengukuran elektronik,
menurut sejumlah peneliti, adalah kedalaman struktur tersebut tidaklah seragam
dan anatomi daerah apeks bervariasi dari satu apeks ke apeks lain. 31 Pabrik
pembuat alat elektronik pengukur panjang kerja selalu menyatakan bahwa alat ini
dapat mendeteksi konstriksi abpikal. Kemampuan alat elektronik dua frekuensi
rasio impedansi berhasil mengukur panjang gigi dengan keakuratannya sampai
dengan 53-74%22atau56,7% menurut penelitian Javidi dkk(2009).35 Alat
elektronik pengukur panjang kerja modern (berbasis dua frekuensi maupun
multifrekuensi) merupakan alat yang tidak dipengaruhi adanya pulpa, pus atau
cairan irigasi. Namun, dari hasil penelitian ini, alat elektronik tidak dapat
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
diandalkan seratus persen. Kemungkinan penyebabnya yaitu, bentuk saluran akar
dan ukuran foramen apikal.9 Ketiadaan patensi, akumulasi debris dentin dan
kalsifikasi dapat memengaruhi keakuratan penentuan panjang kerja dengan alat
elektronik. Pembesaran saluran akar yang biasa dilakukan dengan teknik preparasi
crown down akan memengaruhi keakuratan. Patensi saluran akar juga
memengaruhi keakuratan karena debris dentin akan menghentikan resistensi
listrik antara bagian dalam saluran akar dan ligamen periodonsium. Oleh karena
itu rekapitulasi dan irigasi akan memberikan keakuratan pembacaan.
Ukuran foramen apikal juga memengaruhi pengukuran panjang kerja.
Ukuran apikal besar akan cenderung memberikan pengukuran lebih pendek
secara elektronik.9
Pada pengukuran Panjang Aktual diperlukan ketelitian sehingga
digunakan dua pengamat untuk memastikan lokasi konstriksi apikal. Pada
penelitian ini, pengamatan dilakukan dengan pembuangan jaringan sepertiga
apeks dan pengamatan dengan lup pembesaran 3x. Setelah pengukuran
antarpengamat dihitung, hasilnya dirata-rata untuk memperoleh nilai panjang
aktual.
Data hasil penelitian diuji dengan uji hipotesis komparatif Chi-square
karena skala pengukuran pada penelitian ini adalah kategorik. Dengan uji Chi-
square dapat diketahui sebaran data namun uji kemaknaan perbedaan belum dapat
dilakukan karena ada nilai expected count kurang dari 5 lebih dari 33% maka uji
hipotesis dilakukan dengan uji Kolmogorov smirnov.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat elektronik dua impedansi
mencapai ketepatan 50% pada posisi di konstriksi apikal dan multifrekuensi dapat
mencapai 47,5% sedangkan radiografik hanya mencapai 5%. Karena beragamnya
sumber gigi sampel pada penelitian ini maka variasi sampel cukup beragam dan
tidak dapat diketahui umur gigi tersebut saat dicabut. Gigi dengan usia lebih tua
telah mengalami penebalan sementum. Akibatnya, ditemui gigi dengan foramen
apikal mayor tidak selalu terletak pada apeks dan akan menyebabkan kesalahan
dalam menentukan konstriksi apikal pada penggunaan metode radiograf. Hasil
pengukuran metode radiograf pada penelitian ini hampir sama dengan Real
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
(2011) yang mengamati ketepatan radiografik digital adalah sebesar 64,9%
dengan variasi + 1 mm dari pengukuran aktual atau hanya 2,7% yang persis sama
dengan pengukuran aktual apabila menggunakan variasi +0,5 mm. Hasil
keakuratan alat elektronik pada penelitian ini pun cukup rendah apabila
dibandingkan penelitian dengan alat yang sama. Kemungkinan penyebabnya
adalah metode pengukuran panjang aktual yang berbeda. Dengan pembelahan gigi
seperti yang dilakukan pada penelitian ini maka lokasi konstriksi apikal diketahui
lebih tepat.
Apabila ketiga kelompok dibandingkan maka perbedaan kemaknaan
terdapat antara alat elektronik dua frekuensi dengan radiografik dan alat
elektronik multifrekuensi dengan radiografik, sedangkan apabila kedua alat
elekronik dibandingkan tidak terdapat perbedaan bermakna (tabel 5.2).
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 KESIMPULAN
1. Pengukuran panjang kerja saluran akar dengan kedua jenis alat elektronik
menghasilan ketepatan pengukuran sesuai dengan panjang kerja aktual.
2. Panjang kerja saluran akar secara radiografik menunjukkan perbedaan
yang signifikan dengan panjang aktual.
7.2 SARAN
1. Perlu penyamaan persepsi antarpengamat sebelum pemeriksaan panjang
aktual, dilanjutkan penyamaan persepsi apabila terjadi perbedaan
pengukuran yang terlalu besar antara pengamat kesatu dan kedua
2. Perlu pelebaran saluran akar daerah koronal untuk menghasilkan ketepatan
pengukuran alat elektronik lebih baik
3. Perlu penelitian lanjutan alat elektronik pengukur panjang kerja dalam
kondisi in vivo
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA
1. Hession R. Long-term evaluation of endodontic treatment: anatomy, instrumentation, obturation-- the endodontic practice triad. International Endodontic Journal 1981;14:179-84.
2. Nekoofar M, Ghandi M, Hayes S, Dummer P. The Fundamental operating principles of electronic root canal length measurement devices. International Endodontic Journal 2006;39:595-609.
3. Ricucci D, Langeland K. Apical limit of root canal instrumentation and obturation part2. A histological study. International Endodontic Journal 1998;31399-409.
4. Plotino G, Grande N, Brigante L, Lesti B, Somma F. Ex vivo accuracy of three electronic apex locators: Root ZX, Elements Diagnostic Unit and Apex Locator and ProPex. 2006;39:408-14.
5. Nurcandra N. Apa sich manfaat dan bahaya sinar-x di dunia medis?? http://nakif.blog.uns.ac.id/; 2011.
6. White S, Pharoah MJ. Radiobiology. Oral Radiology: principles and interpretation6ed. St Louis, Missouri: Mosby Elsevier; 2009. p. 18-30.
7. Whaite E. The biological effects and risks associated with x-rays. Essentials of Dental Radiography and Radiology4th ed. London: Churchill Livingstone Elsevier; 2007. p. 29-33.
8. Dimitrov S, Dimitur R. Sixth Generation Adaptive Apex Locator. Journal of IMAB-Annual Proceeding (Scientific Papers) 2009.
9. Gordon M, Chandler N. Electronic apex locators. International Endodontic Journal 2004;37:425-37.
10. Jenkins JA, Walker Iii WA, Schindler WG, Flores CM. An In Vitro Evaluation of the Accuracy of the Root ZX in the Presence of Various Irrigants. Journal of Endodontics 2001;27(3):209-11.
11. Welk AR, Baumgartner JC, Marshall JG. An In Vivo Comparison of Two Frequency-based Electronic Apex Locators. Journal of Endodontics 2003;29(8):497-500.
12. Peters O, Peters C. Cleaning and Shaping of the Root Canal System. In: Cohen S HK, editor. Pathways of the Pulp. 9 ed. St. Louis, Missouri: Mosby; 2006. p. 291.
13. Kuttler Y. Microscopic investigation of root apexes. J Am Dent Assoc 1955;50:544-52.
14. Dummer P, McGinn J, Rees D. The position and topography of the apical canal construction and apical foramen. International Endodontic Journal 1984;17:192-98.
15. Blaskovic-Subat V, Maricic B, Sutalo J. Asymmetry of the root canal foramen. International Endodontic Journal 1992;25:158-64.
16. Ricucci D. Apical Limit of Root Canal Instrumentation and obturation part1. Literature Review. International Endodontic Journal 1998;31:384-93.
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
17. Carvalho A, Moura-Netto C, Marques M, Davidowicz H. Accuracy of three electronic apex locators in the presence different irrigating solutions. Braz Oral Res 2010;24(4):394-98.
18. Angwaravong O, PanitvisaiP. Accuracy of an electronic apex locator in primary teeth with root resorption. International Endodontic Journal 2009;42:115-21.
19. Janner S, Jeger F, Lussi A, Bornstein M. Precision of Endodontic Working Length Measurements: A Pilot Investigation Comparing Cone-Beam Computed Tomography Scanning With Standard Measurement Techniques. J of Endodontics 2011;37(8):1046-51.
20. Walton R. Diagnostic Imaging A. Endodontic Radiography. In: Ingle J, Bakland L, Baumgartner JC, editors. Endodontics. 6th ed: People's Medical Publishing House; 2008. p. 554-57.
21. Yoshiura K, Kawazu T, Chikui T, Tatsumi M, Tokumori K, Tanaka T, et al. Assessment of image quality in dental radiography, part 1: Phantom validity. Oral Surgery, Oral Medicine, Oral Pathology, Oral Radiology, and Endodontology 1999;87(1):115-22.
22. Vieyra J, Acosta J, Mondaca J. Comparison of working length determination with radiographs and two electronic apex locators. International Endodontic Journal 2010;43:16-20.
23. Meredith N, Gulabivala K. Electrical impedance measurement of root canal length. Endodontics and Dental Traumatology 1997;13:126-31.
24. Suchde RV, Talim ST. Electronic ohmmeter: An electronic device for the determination of the root canal length. Oral Surgery, Oral Medicine, Oral Pathology 1977;43(1):141-50.
25. Sunada I. New method for measuring the length of the root canal. Journal of Dental Research 1962;41:375-87.
26. Kobayashi C, Suda H. New electronic canal measuring device based on the ratio method. Journal of Endodontics 1994;20(3):111-14.
27. Ounsi HF, Naaman A. In vitro evaluation of the reliability of the Root ZX electronic apex locator. International Endodontic Journal 1999;32(2):120-23.
28. Hoer D, Attin T. The accuracy of electronic working length determination. International Endodontic Journal 2004;37(2):125-31.
29. Shabahang S, Goon WWY, Gluskin AH. An in vivo evaluation of root ZX electronic apex locator. Journal of Endodontics 1996;22(11):616-18.
30. Pommer O, Stamm O, Attin T. Influence of the Canal Contents on the Electrical Assisted Determination of the Length of Root Canals. Journal of Endodontics 2002;28(2):83-85.
31. Assuncao F. Ex vivo evaluation of the accuracy and coefficient of repeatability of three electronic apex locator using a simple mounting model : a preliminary report. International Endodontic Journal 2010;43:269-74.
32. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto S. Perkiraan Besar Sampel. In: Sastroasmoro S, Ismael S, editors. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto; 2002. p. 285.
33. Real DG, Davidowicz H, Moura-Netto C, Zenkner CdLL, Pagliarin CML, Barletta FB, et al. Accuracy of working length determination using 3 electronic apex locators and direct digital radiography. Oral Surgery, Oral Medicine, Oral Pathology, Oral Radiology, and Endodontology 2011;111(3):e44-e49.
34. Huang L. An experimental study of the principle of electronic root canal measurement. Journal of endodontics 1987;13(2):60-64.
35. Javidi M, Moradi S, Rashed R, Raziee L. In Vitro Comparative Study of Conventional Radiography and Root ZX Apex Locator in Determining Root Canal Working Length. NYSDJ 2009.
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
Lampiran 1
Dokumentasi gambar pekerjaan penelitian
Gambar 1. Gigi sampel,40 gigi anterior rahang atas atau bawah
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
Gambar 2. Bahan penelitian. Spons , tabung plastik, natrium klorida
0,9%, kapas steril
Gambar 3.Alat elektronik multifrekuensi.Woodpecker, Woodpex I
diatur agar mengukur 0,5 mm dari apeks
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
Gambar 4. Root ZX mini. Diatur agar mengungukur 0,5 mm dari
apeks
Gambar 5. Gigi sampel yang telah dibelah sepanjang sumbu gigi, tampak
konstriksi apikal dan foramen apikal mayor
Gambar 6. Foto radiograf hasil pengukuran dengan metode radiografik
Foramen Apikal Mayor
konstriksi apikal
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
Lampiran 2 Uji statistik Penelitian
Perbedaan Pengukuran * Metode Pengukuran Crosstabulation
Metode Pengukuran
Total
<0,5
mm(lebih
pendek
dari aktual)
+ 0,5
mm(mend
ekati
aktual)
>0,5 mm
(lebih
panjang
dari aktual)
Perbedaan
Pengukuran
perbedaan
pengukuran 2f
dengan
pengukuran
akt
Count 1 20 19 40
% within Perbedaan
Pengukuran
2.5% 50.0% 47.5% 100.0%
% within Metode
Pengukuran
20.0% 48.8% 25.7% 33.3%
% of Total .8% 16.7% 15.8% 33.3%
perbedaan
pengukuran
mf dengan
pengukuran
akt
Count 3 19 18 40
% within Perbedaan
Pengukuran
7.5% 47.5% 45.0% 100.0%
% within Metode
Pengukuran
60.0% 46.3% 24.3% 33.3%
% of Total 2.5% 15.8% 15.0% 33.3%
perbedaan
pengukuran ro
dengan
pengukuran
akt
Count 1 2 37 40
% within Perbedaan
Pengukuran
2.5% 5.0% 92.5% 100.0%
% within Metode
Pengukuran
20.0% 4.9% 50.0% 33.3%
% of Total .8% 1.7% 30.8% 33.3%
Total Count 5 41 74 120
% within Perbedaan
Pengukuran
4.2% 34.2% 61.7% 100.0%
% within Metode
Pengukuran
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 4.2% 34.2% 61.7% 100.0%
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Frequencies
Perbedaan Pengukuran N
Metode Pengukuran perbedaan pengukuran 2f dengan
pengukuran akt
40
perbedaan pengukuran mf dengan
pengukuran akt
40
Total 80
*jumlah sampel yang dibandingkan antara perbedaan pengukuran 2f dan mf
Test Statisticsa
Metode Pengukuran
Most Extreme Differences Absolute .050
Positive .000
Negative -.050
Kolmogorov-Smirnov Z .224
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000
a. Grouping Variable: Perbedaan Pengukuran
* perbedaan kemaknaan antara pengukuran dengan 2f dan mf
Frequencies
Perbedaan Pengukuran N
Metode Pengukuran perbedaan pengukuran 2f dengan
pengukuran akt
40
perbedaan pengukuran ro dengan
pengukuran akt
40
Total 80
*jumlah sampel yang dibandingkan antara perbedaan pengukuran 2f dan ro
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
Test Statisticsa
Metode Pengukuran
Most Extreme Differences Absolute .450
Positive .450
Negative .000
Kolmogorov-Smirnov Z 2.012
Asymp. Sig. (2-tailed) .001
a. Grouping Variable: Perbedaan Pengukuran
* perbedaan kemaknaan antara pengukuran dengan 2f dan ro
Frequencies
Perbedaan Pengukuran N
Metode Pengukuran perbedaan pengukuran mf dengan
pengukuran akt
40
perbedaan pengukuran ro dengan
pengukuran akt
40
Total 80
*jumlah sampel yang dibandingkan antara perbedaan pengukuran mf dan ro
Test Statisticsa
Metode Pengukuran
Most Extreme Differences Absolute .475
Positive .475
Negative .000
Kolmogorov-Smirnov Z 2.124
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: Perbedaan Pengukuran
* perbedaan kemaknaan antara pengukuran dengan mf dan ro
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
Lampiran 3
Hasil Rekapitulasi Pengukuran Panjang kerja dengan metode radiografik,
alat elektronik dan panjang aktual
NO
ELEMEN Ro Mf 2f Akt 1 19.5 18.5 18.5 17 2 19 17 17 17 3 19.5 18 17.5 17 4 18.5 17 17 16 6 16.5 15 15.5 15 7 17.5 15 15.5 15.5 8 19.5 16 16 16 9 22 20 20 18.5
10 20 18.5 18.5 18 11 18 16 16 15 12 20 17.5 17.5 17 13 18 17 17 16 14 18 17 17 15.5 15 17.5 15 16 15 16 18 15.5 15.5 15.5 17 18.5 17 17 15 18 18.1 16.5 16.5 15.5 19 18.05 15 15 15 20 18.5 17 17 17 21 19.5 18.5 18 17.5 22 19.2 17.5 18 18 23 19.1 17 17 16 24 19.5 17 17 15 25 18 16 16 16 26 19 17 17 16.5 27 18 15.5 16 16 28 21 20 20 19 29 18.5 17 17 18.5 30 19.5 17.5 17.5 15.5 31 21 18 18 15 32 19 17 17.5 17 33 19.5 17.5 17.5 17 34 18 16 16.5 17 35 20 18 18 18 36 20 17.5 17.5 17 37 17 15 15 15.5
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012
38 18 17 17 16 39 18.5 17 17 16 40 17 15 15 15.5
Perbandingan hasil..., Olivia Sari, FKG UI, 2012