Radiodiagnostik CA Bulli
-
Upload
faizal-armando -
Category
Documents
-
view
172 -
download
3
description
Transcript of Radiodiagnostik CA Bulli
LAPORAN KASUS RADIOTERAPI
SEORANG LAKI-LAKI 49 TAHUN DENGAN
KARSINOMA VESICA URINARIA
POST EXTERNAL RADIASI
Diajukan guna memenuhi tugas Kepaniteraan Senior
di bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Disusun oleh :
Amalia Abdat 22010110200022
Ingga Ifada 22010110200077
Faizal Armando N 22010111200063
Fandy Wicaksono 22010111200064
Residen Pembimbing :
dr. Ahmad
BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2011
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kasus besar dengan :
Judul : Seorang laki-laki 49 tahun dengan karsinoma vesica urinaria post eksternal
radiasi
Bagian : Radiologi
Pembimbing : dr. Ahmad.
Diajukan : November 2011
Pembimbing Semarang, November 2011
dr. Ahmad. dr. Sri Rahayu Subandini Sp.Rad (K) Onk
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ......................................................................................... ii
Daftar isi ............................................................................................................. iii
1. Pendahuluan ........................................................................................... 1
2. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 2
I. Epidemiologi .................................................................................... 2
II. Etiologi dan faktor risiko.................................................................. 2
III. Patologi............................................................................................. 3
IV. Perjalanan penyakit........................................................................... 3
V. Bentuk dan jenis histopatologi tumor............................................... 3
VI. Derajat Invasif tumor........................................................................ 6
VII. Diagnosis Karsinoma vesica urinaria................................................ 6
VIII. Stadium tumor.................................................................................. 9
IX. Diagnosa banding dan komplikasi...................................................... 10
X. Pengelolaan....................................................................................... 11
3. Laporan kasus.......................................................................................... 13
4. Pembahasan............................................................................................. 20
5. Kesimpulan............................................................................................. 21
Daftar Pustaka..................................................................................................... 22
BAB 1
PENDAHULUAN
Frekuensi terjadinya karsinoma vesica urinaria pada pria 3 – 4 kali lebih sering
dibanding pada wanita. Angka kejadian karsinoma vesica urinaria pada pria menempati
urutan ke empat setelah kanker prostat, paru, dan keganasan kolorektal sebesar 6,2% dari
seluruh kasus kanker. Pada wanita, karsinoma vesica urinaria menempati urutan ke delapan
dengan angka kejadian sebesar 2,5% dari seluruh kasus kanker. Karsinoma vesica urinaria
merupakan keganasan urologi terbanyak kedua setelah karsinoma prostat pada pria.
Karsinoma vesica urinaria umumnya terjadi pada dekade keempat atau kelima
kehidupan. Tapi dewasa ini sering ditemukan kasus keganasan vesica urinaria pada usia yang
lebih muda. Kejadian karsinoma vesica urinaria dikaitkan terutama dengan merokok, pajanan
karsinogen di tempat kerja, diet lemak jenuh dan iritasi kronis mukosa kandung kemih karena
batu kandung kemih, atau schistosomiasis. Gejala utamanya adalah painless hematuria.
Komplikasi karsinoma vesica urinaria antara lain metastasis ke hepar, pulmo, tulang
dan kelenjar limfe di pelvis, hydronefrosis, stiktur uretra, incontinensia uri, dan anemia.
Prognosis keganasan kandung kemih tergantung stage dan grade-nya. Five year survival rate
pada superficial low grade tumor sebesar 85%, sedangkan pada invasive high grade tumor
sebesar 40-45%.
Pada umumnya, radioterapi merupakan pengobatan pilihan setelah dilakukan reseksi
tumor. Namun radiasi definitif dapat dilakukan pada kasus-kasus yang tidak resektabel, yang
secara medis tidak layak operasi, atau menolak sistektomi.
Pada tulisan ini dilaporkan seorang pria 49 tahun dengan karsinoma vesica urinaria
yang telah dilakukan eksternal radiasi 28 kali.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
I. Epidemiologi
Karsinoma vesica urinaria merupakan 2% keganasan dari seluruh keganasan dan
merupakan keganasan kedua terbanyak pada sistem urogenitalia setelah karsinoma prostat.
Lebih sering menyerang pria daripada wanita, di daerah industri kejadian tumor ini meningkat
tajam.
II. Etiologi dan Faktor Risiko
Keganasan vesica urinaria terjadi karena induksi bahan karsinogen yang banyak
terdapat di sekitar kita. Beberap faktor risiko yang mempermudah seseorang menderita
karsinoma vesica urinaria adalah:
1. Pekerjaan
Pekerja-pekerja pabrik kimia (terutama pabrik cat), laboratorium, pabrik korek api,
tekstil, pabrik kulit dan pekerja pada salon/pencukur rambut sering terpapar oleh
bahan karsinogen berupa senyawa amin aromatik (2-naftilamin, bensidin dan 4-
aminobifamil).
2. Perokok
Risiko untuk mendapatkan karsinoma vesica urinaria pada perokok adalah 2-6 kali
lebih besar dibandingkan bukan perokok. Rokok mengandung bahan karsinogen
berupa amin aromatik dan nitrosamin.
3. Infeksi saluran kemih
Telah diketahui bahwa kuman-kuman E.coli dan Proteus spp menghasilkan nitrosamin
yang merupakan karsinogen.
4. Kopi, pemanis buatan dan obat-obatan
Kebiasaan mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin dan
siklamat, serta pemakaian obat-obatan siklofosfamid yang diberikan intravesika,
fenasetin, opium dan obat antituberculosa INH dalam jangka wanktu lama dapat
meningkatkan risiko timbulnya karsinoma vesica urinaria.5
III. Patologi
Adanya hubungan kuat antara terjadinya tumor vesika urinaria dengan bahan kimia
tertentu telah menghasilkan pengaturan pada proses industri. Zat karsinogen mengenai vesika
urinaria yaitu beberapa zat pewarna tekstil dan cetakan, dan reagen dalam industri karet, kabel
dan plastic. Substansi karsinogenik yaitu metabolit intermediate dari campuran aniline, yang
diekskresikan dalam bentuk kombinasi dengan asam glukoronik, dan selanjutnya akan
dilepaskan ke dalam vesica urinaria oleh kerja B glukoronidase yang memberikan fasilitas
keasaman urin sehingga urotelium terpaparkan menjadi bentuk karsinogen yang aktif.
Meningkatnya tumor urotelial juga ditemukan pada perokok berat dan penyalahgunaan obat
analgetik. Skistosomiasis merupakan penyebab penting karsinoma sel akuamosa vesika
urinaria.
IV. Perjalanan Penyakit
Karsinoma vesica urinaria yang masih dini merupakan tumor superfisial. Tumor ini
lama kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina propia, otot, dan lemak perivesika yang
kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitarnya.
Tumor juga dapat menyebar secara limfogen maupun hematogen. Penyebaran
limfogen menuju kelenjar limfe perivesika, obturator, iliaca eksterna, dan iliaca communis.
Sedangkan penyebaran hematogen paling sering ke hepar, paru-paru dan tulang
V. Bentuk dan Jenis Histopatologi Tumor
Tumor vesica urinaria dapat berbentuk papiler, tumor non invasif (in situ), noduler
(infiltratif) atau campuran antara bentuk papiler dan infiltratif.
Sebagian besar tumor vesica urinaria (90%) adalah karsinoma sel transisional. Tumor
ini bersifat multifokal yaitu dapat terjadi di saluran kemih yang epitelnya terdiri atas sel
transisional yaitu di pielum, ureter, atau uretra posterior, sedangkan jenis lainnya adalah
karsinoma sel skuamosa (10%), dan adenokarsinoma (2%)
a. Karsinoma Sel Transisional
Berasal dari urotelium dan sering multiple. Asal yang multifocal sugestif bahwa
seluruh urotelium mungkin sekali tidak stabil sebagai akibat dari terkena bahan karsinogen.
Karsinoma sering didahului adanya dysplasia.
Hematuria yang tanpa disertai rasa sakit paling sering ditemukan dengan disuria,
sering dan urgensi terjadi pada beberapa penderita. Apabila tumor terletak dekat dengan
orifisium ureter, obstruksi yang terjadi menyebabkan pielonefritis atau hidronefrosis yang
unilateral. Sebagian besar tumor berbentuk papiliferum dan sel tumor sering terlepas,
bercampur urin, sehingga dapat ditemukan pada waktu pemeriksaan sitologi urin.
Morfologi
Sebagian besar tumor vesica urinaria berbentuk papiler, yang papilnya dapat dilihat
waktu pemeriksaan sistoskopi. Papil ditutup oleh lapisan urotelium atipik. Pada beberapa lesi,
sel ini sangat mirip dengna urotelium normal dan tidak ditemukan adanya infiltrasi. Dengan
meningkatnya abnormalitas sitologis, kemungkinan terjadinya inflitrasi ke dalam lamina
propia meningkat. Apabila lapisan otot sebelah dalam dari vesika urinaria mengalami
infiltrasi, tumor akan terfiksasi. Karsinoma sel transisional yang berdiferensiasi buruk
biasanya solid, invasif, dan gambaran histologisnya atipik berat.
Stadium dan Garde
Terantung pada derajat atipik selnya, karsinoma sel transisional mempunyai grade I-
III, dan ini merupakan petunjuk terhadap prognosis. Stadium juga digunakan untuk
menentukan prognosis. Terdapat korelasi yang baik anatara grade dan stadium dimana
sebagian besar pertumbuhan papiler adalah grade I dan tidak invasif. Sebaliknya, lesi grade III
biasanya datar, ulserasi dan invasif, yang mempunyai prognosis buruk.
Karsinoma in situ
Karsinoma in situ urotelium sering dijumpai sebagai perubahan multifokal pada
daerah diantara tumor, dan pada beberapa vesika urinaria tumor tidak jelas ditemukan.
Keadaan ini merupakan prekusor terjadinya karsinma invasif.
b. Karsinoma Sel Skuamosa
Berasal dari epitel sel kuamosa yang metaplastik karena rangsangan kronis pada
vesica urinaria. Rangsangan kronis itu dapat terjadi karena infeksi saluran kemih kronis, batu
vesica urinaria, kateter menetap yang dipasang dalam jangka waktu lama, infestasi
skistosomiasis pada vesica urinaria dan pemakaian obat-obatan siklofosfamid secara
intravesika. Metaplasia terjadi paling sering dengan adanya batu dan skistosomiasis. Tumor
ini biasanya berupa tumor invasif yang solid. Prognosisnya tidak sebaik karsinoma sel
transisional, tetapi tergantung pada grade dan stadium setiap tumor. Gambaran histologis yang
serupa berasal dari hasil metastasis karsinoma serviks uteri ke dalam vesika urinaria.
c. Adenokarsinoma
Jarang ditemukan dan dapat berasal dari:
- Sisa urachus pada bagian apeks vesika urinaria
- Sistitis sistika
- Metaplasia glandular pada karsinoma transisional
- Kelenjar periuretral dan periprostatik.
Terdapat 3 grup adenokarsinoma pada vesica urinaria, diantaranya adalah
1. Primer terdapat di vesica urinaria, dan biasanya terdapat di dasar dan fundus vesica
urinaria. Pada beberapa kasus sistiis glandularis kronis dan ekstrofia vesika pada
perjalanannya lebih lanjut dapat mengalami degenaerasi menjadi adenokarsinoma
vesica urinaria.
2. Urakhus persisten (yaitu merupakan sisa duktus urakhus) yang mengalami
degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.
3. Tumor sekunder yang berasal dari fokus metastasis dari organ lain diantaranya
adalah prostat, rektum, ovarium, lambung, mammae dan endometrium.
Prognosis adenokarsinoma vesica urinaria sangat buruk.
d. Tumor mesenkim
Jinak maupun ganas dapat terjadi, tetapi jarang ditemukan. Tumor jinak merefleksikan jenis
sel yang ada pada dinding:
- Leiomioma
- Rabdomioma
- Hemangioma
- Neurofibroma
Tumor mesenkim ganas biasanya jenis rabdomiosarkoma.
VI. Derajat Invasif Tumor (Stadium)
TNM Marshall Uraian
Tis
Ta
T1
T2
T3a
T3b
T4
N1-3
M1
0
0
A
B1
B2
C
D1
D1
D2
Karsinoma in situ
Tumor papilari non invasif
Invasi submukosa
Invasi otot superfisial
Invasi otot profunda
Invasi jaringan lemak perivesika
Invasi ke organ sekitar
Metastasis ke limfonudi regional
Metastasis hematogen
VII. Diagnosa Karsinoma Vesika Urinaria
a. Anamnesa
Keluhan Utama
Pasien dengan diagnosa karsinoma vesika urinaria pada umumnya ada keluhan
hematuria yang tidak disertai nyeri (painless), berulang (intermittent), dan terjadi dari awal
sampai akhir miksi(total hematuria). Meskipun seringkali karsinoma vesika urinaria tanpa
disertai gejala disuri, tetapi pada karsinoma in situ atau karsinoma yang sudah mengadakan
infiltrasi luas tidak jarang menunjukkan gejala iritasi vesika urinaria berupa disuria.
Hematuria dapat menimbulkan retensi bekuan darah sehingga pasien dapat datang dengan
keluhan retensio urin. Keluhan pada karsinoma vesika urinaria stadium lanjut dapat berupa
gejala obstruksi saluran kemih bagian atas atau edema tungkai. Edema tungkai disebabkan
karena adanya penekanan pembuluh limfe oleh massa tumor atau oleh kelenjar limfe yang
membesar di daerah pelvis (limfadenopati) akibat metastase dari karsinoma vesika urinaria.
Pada beberapa pasien kadang-kadang muncul gejala polakisuria yaitu rasa ingin kencing yang
sering yang tak sesuai dengan jumlah urin yang keluar. Gejala ini tak spesifik pada karsinoma
vesika urinaria.
b. Pemeriksaan Fisik dan Gejala Klinik
Pada pemeriksaan vesika urinaria diperhatikan adanya benjolan/massa atau jaringan
parut bekas operasi di suprasimfisis. Massa di daerah suprasimfisis dapat dicurigai sebagai
tumor vesika urinaria atau kondisi retensio urin.
Palpasi bimanual dikerjakan dengan narkose umum (supaya otot pada vesika urinaria
relaks) pada saat sebelum dan sesudah reseksi karsinoma vesika urinaria. Jari telunjuk kanan
melakukan rectal touche atau vaginal touche sedangkan kanan kiri melakukan palpasi vesika
urinaria di daerah suprasimfisis untuk memperkirakan luas infiltrasi tumor.
c. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
a. Darah rutin
- Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gross atau micros
hematuria
- Leukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri dalam urin.
- RFT (Right Finger Tapping) normal
- Lymphopenia (N = 1490-2930)
b. Urinalisis
- Kultur urine untuk menyingkirkan infeksi
- Sitologi urine, akurasi mencapai 95% untuk mendiagnosis tumor grade tinggi dan
CIS, sedangkan akurasi untuk mendiagnosis tumor grade rendah 10-50%. Sitologi
dapat membantu jika hasil positif, tetapi hasil negatif tidak dapat bernilai definitif.
Pemeriksaan sitologi urine rutin masih diperdebatkan.
c. Biomolekular dan marker genetik
- Urine assay seperti bladder tumor antigen (BTA-Stat, BTA-TRAK), nuclear matrix
protein (NMP-22), fibrin/fibrinogen degradation products (FDP).
- Tes kromosom yaitu fluorescence in situ hybridization (FISH) assay atau disebut
juga UroVysion, pemeriksaan pada sentromer kromosom 3, 7, 17, dan regio 9p21.
Radiologi
Standar dilakukan, untuk melihat apakah ada kelainan di jantung paru serta adanya
metastasis ke hati melalui KGB.
a. Foto polos abdomen
b. IVP adanya tumor vesica urinaria mmberi gambaran berupa filling defect
dengan tepi ireguler dan mendeteksi adanya tumor sel transisional yang berada di
ureter atau pielum. Didapatkannya hidroureter atau hidronefrosis merupakan salah
satu tanda adanya infiltrasi tumor ke ureter atau muara ureter. Pada IVP juga
terlihat gambaran flattening kaliks minor pada ginjal kanan maupun kiri yang
disertai pelebaran pelvis renis.
c. Sistografi
- Excretory urogram biasanya normal, tapi mungkin dapat menunjukkan tumornya
- Retrograde cystogram dapat menunjukkan tumor
- Fractionated cystogram adanya invasi tomor dalam dinding vesica urinaria
d. USG abdomen tampak gambaran massa intravesika, juga digunakan untuk melihat
metastasis di organ-organ intraabdomen, yaitu hepar, kelenjar getah bening para
aorta dan para iliaca
e. Foto thorak untuk melihat metastasis di pulmo dan tulang
f. CT Scan untuk melihat metastasis di otak, abdomen, dan pelvis
g. MRI bermanfaat dalam penilaian praoperatif terhadap penyebab intramural dan
ekstramural, invasi lokal, pembesaran kelenjar limfe, dan deposit sekunder pada
hati atau paru.
h. Bone Scan
i. Angiography untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh lymphe
Sistoskopi (Endoskopi) dan Biopsi
Pada sistoskopi dapat dilihat apakah tumor berbentuk papil, sesil, atau in situ yang
biasanya berwarna kemerahan dan seperti beludru. Dilihat juga apakah ada diverticulum
yang mungkin merupakan letak tumornya, karena akan lebih infitratif ke jaringan
ekstravesikal.
Biopsi dapat dilakukan dengan sistoskopi ataupun terbuka melalui eksplorasi vesica
urinaria. Lokasi pengambilan spesimen dapat mempengaruhi skor tumor primer, misalnya
spesimen tumor yang diambil adalah bukan bagian yang menginvasi otot padahal telah
terjadi invasi otot di lokasi yang lain yang hanya dapat terlihat secara mikroskopik.
Pemeriksaan patologi anatomi untuk melihat tumor primer yaitu besar tumor, jenis
histologi, derajat diferensiasi sel, luas dan dalamnya infiltrasi, yang akan menentukan
radikalitas operasi.
Cystologi
- Pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urin
- Antigen permukaan sel (cell surface antigen)
- Flow cytometri, yaitu mendeteksi adanya kelainan kromosom sel-sel urotelial
Pengecatan sieman/papanicelaou pada sedimen urine terdapat transionil cel daripada
tumor.
VIII. STADIUM TUMOR
a. Stadium TNM
American Joint Committee on Cancer 2002 TNM Bladder Cancer Staging :
Tumor Primer (T)
Tis Karsinoma in situ
Ta Tumor papiler non invasif
T1 Tumor menginvasi lamina propia tetapi tidak terlalu banyak
T2 Tumor menginvasi permukaan mukosa muskularis dalam
pT2a Tumor menginvasi mukosa muskularis luar
pT2b Tumor menginvasi jaringan lunak perivesikal
pT3a Tumor menginvasi otot (mikroskopik)
pT3b Massa ekstravesikal (makroskopik)
T4 Tumor menginvasi salah satu dari : prostat, uterus, vagina, pelvis / dinding abdominal
T4a Tumor menginvasi prostat, uterus, vagina
T4b Tumor menginvasi pelvis atau dinding abdominal
Kelenjar Getah Bening Regional (N)
Nx Kelenjar getah bening regional tidak dapat diperiksa
N0 Tidak ada metastasis kelenjar getah bening regional
N1 Metastasis ke satu kelenjar getah bening ≤ 2 cm
N2 Metastasis ke satu kelenjar getah bening regional 2-5 cm, atau
metastasis multipel ke KGB regional, < 5 cm
Metastasis Jauh (M)
Mx Metastasis jauh tidak dapat ditentukan
M0 Tidak ditemukan metastasis jauh
M1 Metastasis jauh
b. Tingkat keganasan
- Diferensiasi baik (G1)
- Diferensiasi sedang (G2)
- Kurang berdiferensiasi (G3)
IX. Diagnosa Banding dan Komplikasi
Diagnosa Banding Ca Vesica urinaria
Hemorrhagic Cystitis
Nefrolithiasis
Prostat yang besar dan berlobus-lobus
Clot yang menempel pada dinding Vesica Urinaria
Trauma pada uretra
Infeksi Saluran Kemih
Komplikasi dari Ca vesica urinaria
Metastasis ke hepar, pulmo, tulang dan kelenjar limfe di pelvis
Hydronefrosis
Stiktur uretra
Incontinensia urin
Anemia
X. Pengelolaan
i. Operasi
Terapi endoskopik yang merupakan terapi karsinoma superfisialis melalui reseksi
transuretral tumor secara total. Pemebedahan dilakukan kalau penyebaran karsinoma
sudah sampai kandung kemih. Ada 3 macam pembedahan yang bisa dipilih, yaitu
sistektomi parsial, sistektomi total, dan sistektomi radikal. Indiksi sistektomi parsia
ladalah tumor soliter yang berbatas tegas pada mukosa. Sistektomi total merupakan
terapi definitif karsinoma superfisalis yang kambuh. Sistektomi radikal merupakan
pilihan kalau terapi lain tidak berhasil atau timbul kekambuhan.
ii. Kemoterapi
Kemoterapi diberikan setelah reseksi transuretral karsinoma superfisialis.
Kemoterapi intravesika bertujuan mengurang kemungkinan berkambuh. Kemoterapi
yag digunakan adalah tiotepa, adriamisin, ridoxorubisin, mitomisin c, dan BCG.
Instilasi BCG sebenarnya merupakan terapi imunologik intravesikal dengan vaksin
basil calmette-guerin. Vaksin ini merupaka vaksin hidup. Penderita, dokter, dan
perawat harus menyadari hal tersebut dan memperhatikan kebersihan sewaktu buang
air kecil.
iii. Radioterapi
Pada umumnya radioterapi berperan setelah dilakukan reseksi tumor. Namun
beberapa publikasi melaporkan perlunya radiasi prabedah untuk tumor besar (> 4cm)
dan kasus lanjut lokal. Dalam hal ini diperlukan dosis 45-50 Gy, setelah itu tidak lagi
diperlukan limfadenektomi.
Radiasi definitif dilakukan pada kasus-kasus yang tidak resektabel, yang secara
medis tidak layak operasi, atau menolak sistektomi. Pasien ini harus memiliki
kapasitas kandung kemih yang adekuat, tidak ada keluhan inkontinensia urin dan tidak
ada tanda-tanda kontraktur kandung kemih.
Beberapa penulis, antara lain Kauffman melaporkan hasil preservasi kandung
kemih untuk kasus lanjut diawali dengan kemoterapi sebanyak 2 siklus terdiri atas
methotrexate (MTX), sisplatin, dan visblastin, diikuti reseksi maksimal transuretral
dan diakhiri dengan radiasi eksterna seluruh panggul sebanyak 39,6 – 45 Gy
berbarengan dengan sisplatin. Bila pada evaluasi sistoskopi dan pemeriksaan
sitopatologi tidak didapatkan adanya tumor lagi maka dianjurkan pemberian
radiokemoterapi berikutnya dengan lapangan kecil sampai dosis mencapai 64,8 Gy
diperoleh nilai kesintasan hidup yang sama dengan mereka yang menjalani sistektomi
radikal dengan catatan bahwa 50% kasus masih memiliki fungsi kandung kemih yang
kuat. terapi masih merupakan pengobatan utama, ditujukan pada daerah tumor induk
dan daerah perluasannya.
Lapangan radiasi umumnya 2 lapangan anteroposterior dan posteroanterior
seluruh panggul. Empat lapangan akan memberikan hasil yang lebih baik terutama
guna menghindari rektum. Batas atas adalah lumbal IV atau V dan batas bawah di tepi
foramen obturatorium. Lapangan lateral mengikuti batas-batas tersebut, lainnya
lapangan anterior diatur sehingga batas anterior kandung kemih masuk ke dalam
lapangan ini tetapi tidak mengenai kulit abdomen, sedangkan batas posterior
mengikuti tulang sacrum. Untuk mengidentifikasikan kandung kemih diberikan 20 mL
bahan kontras dan 30 cm3 udara setelah urin dikeluarkan lebih dahulu pada saat
radiasi seluruh panggul maka kandung kemih dianjurkan dalam keadaan kosong.
Setelah pemberian 40-45 Gy lapangan radiasi diperkecil hingga hanya mengenai GTV
diberikan tambahan dosis 10-15 Gy dengan kandung kemih dalam keadaan penuh
sehingga intestine keluar dari lapangan radiasi.
BAB 3
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. S
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Katonan RT 1 RW1 Keditan Ngablak Magelang
Pekerjaan : Buruh Tani
Masuk RS : 9 November 2011
No. CM. : 6766029
II. DATA DASAR
A. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan tanggal 17 November 2011, pukul 09.00 WIB di bangsal
bedah.
Keluhan utama : Buang air kecil campur darah
Riwayat Penyakit Sekarang
+ 7 bulan yang lalu pasien mengeluh anyang-anyangan dan kencing keluar
darah. Keluhan dirasa makin sakit, + 5 bulan yang lalu pasien periksa ke RS
Elizabeth Semarang dan dikatakan terdapat tumor pada kandung kemih dan batu
ginjal. Setelah 1 minggu, pasien dilakukan operasi tumor kandung kemih dan 2 hari
berikutnya pasien operasi batu ginjal (ESWL) di Jakarta. Pasien dirujuk ke RSDK
untuk radioterapi dan kemoterapi. Pasien telah dilakukan radioterapi sebanyak 28x
semenjak tanggal 3 Agustus 2011 hingga 19 September 2011 di RSDK. Saat ini
pasien sedang menjalani program kemoterapi di RSDK. Nyeri perut bawah
disangkal (-), riwayat merokok (+), nyeri saat kencing (+).
Riwayat Penyakit Dahulu
- Penderita baru pertama kali sakit seperti ini.
- Riwayat darah tinggi, kencing manis, asma dan penyakit jantung disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat keganasan pada keluarga disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita bekerja sebagai buruh tani. Istri tidak bekerja dan mempunyai 3 orang
dengan 2 orang anak belum mandiri. Biaya perawatan ditanggung Jamkesmas.
Kesan : sosial ekonomi kurang
B. Pemeriksaan Fisik
Tanggal 17 November 2011, pukul 09.30 WIB
Keadaan Umum : Sadar / Komposmentis, GCS 15 (E4M6V5)
Tanda Vital : T : 130/90 mmHg
N : 88 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
RR : 20 x/menit
t : 36,50C (aksiler)
Kepala : mesosefal, turgor kulit dahi cukup
Mata : konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor 2mm/2mm
Telinga : discharge (-), otorrhea (-)
Hidung : discharge (-), septum deviasi (-), epistaksis (-), napas
Cuping hidung (-)
Mulut : tertarik ke kanan, bibir kering (-), pucat (-), sianosis (-)
Tenggorok : T1-T1, faring hiperemis (-)
Leher : simetris, pembesaran nnll (-)
Dada : simetris, retraksi dinding dada (-)
- Paru inspeksi : simetris statis dinamis
palpasi : stem fremitus kanan = kiri
perkusi : sonor seluruh lapangan paru
auskultasi : suara dasar : vesikuler +/+
suara tambahan : -/-
- Jantung inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V 2 cm medial
linea mid clavicula sinistra
perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
auskultasi : S I-II murni, bising (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, gambaran gerak usus(-), venektasi(-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
perkusi : timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih(-)
palpasi : supel, nyeri tekan(-), hepar dan lien tak teraba
Genitalia : ♂, dalam batas normal
Ekstremitas : superior inferior
- edema -/- -/-
- sianosis -/- -/-
- akral dingin -/- -/-
Status neurologis
Kekuatan 5-5-5/5-5-5 5-5-5/5-5-5
Tonus N/N N/N
Reflek fisiologis +/+ +/+
Reflek patologis -/- -/-
Klonus -/-
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Laboratorium
23 Juni 2011 27 Juli 2011 16 Sept 2011 17 Oktober 2011Hemoglobin (gr/dl)
13,3 14,3 14,2 14.80
Eritrosit (mm3) 4,45 5,05 Leukosit (mm3) 11,8 8,1 5,2 5,8Trombosit (mm3)
411 H 333 255 262
Hematokrit (%) 38,3 43,1 MCV (femtoliter)
86.1 85,3
MCH (pikogram)
29.9 29,3
MCHC (gr/dl) 34.7 34.3
2) Pemeriksaan Patologi Anatomi (pre operasi)
Makroskopik : Keping-keping jaringan 2cc
Mikrokopik : Sediaan dari buli menunjukan epitel transitional hiperplasia, tersusun oleh
sel-sel dengan inti pleiorfik, hiperkromati, sudah invasi kedalam stroma.
Sesuai dengan Infiltrating urothelial carcinoma ( Transitional cell carcinoma)
3) Pemeriksaan Radiologi
a. USG Abdomen (18 Oktober 2011)
Hepar : ukuran tampak normal, parenkim normal, ekogenisitas tak meningkat,
tak tampak nodul, v. porta dan v. hepatica tak melebar
Vesica felea : ukuran normal, batu (-), sludge (-), dinding tidak menebal
Duktus biliaris : intra dan ekstrahepatal tidak melebar
Lien : parenkim dan ukuran normal, v. lienalis tidak melebar
Pancreas : parenkim dan ukuran normal, kalsifikasi (-)
Ginjal kanan : ukuran dan ekogenitas normal , batas kortikomeduler baik, tak tampak
penipisan korteks,tak ampak batu,pielokaliks tak melebar
Ginjal kiri : ukuran dan ekogenitas normal , batas kortikomeduler baik, tak tampak
penipisan korteks,tak ampak batu,pielokaliks tak melebar
Limfonodi paraaorta : tak membesar
Vesica urinaria : tampak lesi hiperekoik tepi ireguler pada dinding postero inferior
kanan, dinding tak menebal, permukaan dinding sebagian ireguler, tak
tampak batu.
Prostat : ukuran normal, tak tampak nodul maupun kasifikasi
Kesan : FATTY LIVER GRADE I
PADA VESIKA URINARIA TAMPAK MASSA PADA DINDING
POSTEROINFERIOR KANAN
TAK TAMPAK GAMBARAN METASTASE / KELAINAN SONOGRAFI
ORGAN INTRAABDOMEN DIATAS
b. X foto thoraks PA dan Lateral 18 OKTOBER 2011
Cor : CTR < 50 %
Bentuk dan letak normal
Retrokardiacd retrosternal space tak menyempit
Pulmo :
- corakan bronkovaskuler normal.
- tidak tampak bercak, nodul, dan kelainan mtastase lain pada kedua lapangan
paru
- Hemidiafragma kanan setinggi costa 9 posterior.
- Sinus kostofrenikus kanan kiri lancip
- tidak tampak lesi litik, sklerotik maupun destruksi pada tulang costa dan
klavikula.
Kesan : - Cor tak membesar
- Tak tampak metastase maupun kelainan lain pada pulmo dan tulang yang
terlihat.
c. X Foto BNO tanggal 8 november 2011
Preperitoneal fat line kanan kiri baik
Psoas line dan kontur kedua ginjal baik
Kontur kedua ginjal tak jelas tertutup udara usus
Tak tampak opasitas dan gambaran patologis
pada kavum abdomn dan kavum pelvis
Tak tampak gambaran dilatasi usus
Tak tampak free air
KESAN
Tak tampak opasitas maupun gambaran
patologis pada kavum abdomen maupun kavum
pelvis
III . Diagnosis
Ca vesica urinaria dengan pasca eksternal radiasi 28x
IV. Usul
1. Dilakukan kemoterapi
2. Dilakukan pembersihan sisa-sisa massa pada vesica urinaria dan dikonsulkan ke bagian
lain yang dianggap perlu
3. Pemantauan efek samping kemoterapi dan perbaikan keadaan umum
4. Pemantauan penyebaran dan perkembangan tumor
BAB 4
PEMBAHASAN
Seorang laki-laki usia 49 tahun dirujuk ke RSDK dengan keluhan buang air kecil
bercampur darah. + 7 bulan yang lalu pasien mengeluh anyang-anyangan dan kencing keluar
darah. Keluhan dirasa makin sakit, + 5 bulan yang lalu pasien periksa ke RS Elizabeth
Semarang dan dikatakan terdapat tumor pada kandung kemih dan batu ginjal. Setelah 1
minggu, pasien dilakukan operasi tumor kandung kemih dan 2 hari berikutnya pasien operasi
batu ginjal (ESWL) di Jakarta. Pasien dirujuk ke RSDK untuk radioterapi dan kemoterapi.
Pasien telah dilakukan radioterapi sebanyak 28x semenjak tanggal 3 Agustus 2011 hingga 19
September 2011 di RSDK. Radioterapi diberikan dengan external radiasi TTD: 6000 cGy,
fraksinasi: 200 cGy x 5 dalam 1 minggu, hari ke-6: 5000 cGy perkecil lap AP/PA, jarak
antara sumber radiasi dengan penderita 18 cm. Saat ini pasien sedang menjalani program
kemoterapi di RSDK. Nyeri perut bawah disangkal (-), riwayat merokok (+), nyeri saat
kencing (+).
Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien dalam keadaan sadar/kompos mentis.
Pemeriksaan motorik dalam batas normal.
Pemeriksaan USG Tractus Urinarius didapatkan ginjal kanan dan kiri ukuran dan
ekogenisitas normal, batas kortikomeduler baik, tidak tampak penipisan korteks, tidak tampak
batu, pielokaliks tidak melebar. Vesica urinaria tampak lesi hiperekoik tepi ireguler pada
dinding postero inferior kanan, dinding tak menebal, permukaan dinding sebagian ireguler,
tak tampak batu. Prostat parenkim homogen, ukuran normal, tak tampak nodul maupun
kasifikasi. Kesan masih terdapat massa vesica urinaria pada dinding posteroinferior kanan.
Pada pemeriksaan X-Foto Polos Abdomen menunjukkan tak tampak opasitas patologis
pada cavum abdomen dan cavum pelvis.
Pemeriksaan X-foto thorax ditemukan CTR <50%, bentuk dan letak jantung normal.
Corakan bronkovaskuler normal, tak tampak bercak, nodul pada kedua lapangan paru,
hemidiafragma kanan setinggi costa XI posterior, kedua sudut kostofrenikus baik, tak tampak
lesi litik maupun sklerotik pada tulang kosta, klavikula, dan skapula. Kesan : tak tampak
gambaran metastasis pada pulmo dan tulang. Pemeriksaan USG Abdomen ditemukan ukuran
hepar tidak membesar, parenkim normal, ekogenesitas normal, tak tampak nodul , vena porta
tak melebar, vena hepatika tak melebar. Duktus biliaris intra dan ekstrahepatal tak melebar.
Vesika felea ukuran normal, dinding tak menebal, tak tampak batu, tak tampak sludge.
Ukuran dan parenkim pankreas normal, tak tampak kalsifikasi. Ukuran dan parenkim
pankreas normal, vena lienalis tak melebar. Ginjal kanan bentuk dan ukuran normal, batas
kortikomeduler jelas, tak tampak penipisan korteks, tak tampak batu, pielokaliks tak melebar.
Ginjal kiri bentuk dan ukuran normal, batas kortikomeduler jelas, tak tampak penipisan
korteks, tak tampak batu, pielokaliks tak melebar. Paraaorta tak tampak pembesaran kelenjar
limfe paraaorta. Kesan yang didapatkan tak tampak metastasis pada organ-organ
intraabdomen secara sonografi.
BAB 5
SIMPULAN
Frekuensi terjadinya karsinoma vesica urinaria pada pria 3 – 4 kali lebih sering
dibanding pada wanita. Karsinoma vesica urinaria umumnya terjadi pada dekade keempat
atau kelima kehidupan. Gejala utama karsinoma vesica urinaria adalah painless hematuria.
Tulisan ini melaporkan seorang laki-laki 49 tahun dengan Ca vesica urinaria post
external radiasi. Dari anamnesa didapatkan keluhan kencing darah tanpa disertai nyeri. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan adanya hematuri. Diagnosis ini ditegakkan dengan pemeriksaan
radiologi yang menunjukkan adanya massa pada dinding dalam posteroinferior sisi kanan
vesica urinaria . Pasien telah dilakukan 28 x penyinaran external radioterapi TTD: 6000 cGy,
fraksinasi: 200 cGy x 5 dalam 1 minggu, hari ke-6: 5000 cGy perkecil lap AP/PA. Radioterapi
diberikan setelah dilakukan operasi tumor kandung kemih. Radioterapi pada umunya
merupakan pengobatan pilihan setelah dilakukan reseksi tumor pada vesica urinaria.
DAFTAR PUSTAKA
1. Al Othman K, Bazarbashi S, Balaraj K, Al Otaibi M, Kamal B, Al Oraifi I, et al. Saudi
Oncology Society Clinical Management Guidelines for Urinary Bladder Cancer.
Urology Annals 2011; 3: 56-59. Available in:
http://www.urologyannals.com/temp/UrolAnn346-6664141_183041.pdf
2. Kirkali Z, Chan T, Manoharan M, Algaba F, Busch C, Cheng L, et al. Bladder Cancer:
Epidemiology, Stagging and Grading, and Diagnosis. Urology 2005;66:4-34.
Available in:
http://www.goldjournal.net/article/S0090-4295(05)01490-1/pdf
3. Nimmanon T, Ruengpoka P. Malignant Fibrous Histiocytoma of The Urinary Bladder
as a Post-radiation Secondary Cancer: A Case Report. Journal of Medical Case
Reports 2011, 5:549. Available in:
http://www.jmedicalcasereports.com/content/pdf/1752-1947-5-549.pdf
4. Purnomo, Basuki. Dasar-Dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto. 2003.
5. Rasad S. Radiaologi Diagnostik Ed.2. Jakarta: Universitas Indonesia. 2005
6. Sjamsuhidajat R, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed.2. Jakarta: EGC. 2004
7. Susworo R. Dasar-Dasar Radioterapi: Tatalaksana Radioterapi Penyakit Kanker.
Jakarta: Universitas Indonesia. 2007
8. Underwood, JCE. Patologi Umum dan Sistematik. Jakarta : EGC, 1999