RABU, 12 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIA erkuak fileHukum Kasiyem Rela Masuk Penjara untuk Membayar...

1
USANTARA 23 RABU, 12 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIA Hukum Kasiyem Rela Masuk Penjara untuk Membayar Utang erkuak ngga Datang oknya sistem peradilan dan pemasyarakatan. dinding dingin penjara bisa ditembus. DI masa lalu, Karni, 51, bukan orang yang tidak punya. Bukti- nya, saat ini, ia tinggal di rumah tembok, permanen, berlantai keramik, di Dusun Kali- pang, Desa Leran, Kecamatan Kalitidu, Bojonegoro, Jawa Timur. Rumah itu adalah hasil kerja keras Karni dan almarhum suaminya, yang bekerja sebagai buruh tani. Sepeninggal sang suami, rumah berukuran 6 x 8 meter, dengan dinding depan berkeramik warna merah hati, itu ia tempati bersama Sadirah, 80, ibu kandungnya. Anak Karni, Kusno, memilih hidup di Kalimantan. Sadirah beberapa tahun ter- akhir sakit-sakitan karena mengidap gangguan jan- tung. Biaya pengobatan yang terus-menerus membuat Karni harus berutang. Pada Minggu (2/1) lalu, dengan mengenakan kemeja mo- tif kotak warna kuning, plus daster batik me- rah, perempuan paruh baya itu menuturkan kegundahan- nya. Dia tidak menyangka tawaran Joni Feri Angga, 53, warga Sumur Ringin, Kalitidu, bekas tetangga dan juga masih kerabatnya, bakal berujung di kantor polisi. Angga yang tahu Karni se- dang dililit utang menawari pekerjaan aneh. Ia menggan- tikan Kasiyem masuk penjara. Imbalannya uang tunai Rp10 juta, yang diserahkan dalam dua termin. “Saya tidak menyangka akan seperti ini. Saya bersedia meng- gantikan masuk penjara karena sedang butuh uang,” ujar Karni yang masih bersedia mene- rima wartawan, beberapa hari setelah kasusnya terkuak ke permukaan. Dana awal Rp7,5 juta akan digunakan untuk membayar utang di Bank Rakyat Indo- nesia, sebesar Rp6 juta. Sisa dana Rp1,5 juta untuk kebu- tuhan sehari-hari dan Rp2,5 juta, untuk membawa sang ibu berobat. Sesuai dengan perjanjian, dana Rp7,5 juta diserahkan kepada adik Karni, Suradi. Senin, 27 Desember 2010, peran joki narapidana mulai dilakoni. Seorang diri Karni berangkat ke LP Bojonegoro, dengan menumpang angkutan umum. Sesampai di stasiun pengi- sian bahan bakar umum ka- wasan Jetak, Kecamatan Bo- jonegoro Kota, Angga sudah menunggu. Mereka berangkat ke lembaga pemasyarakatan yang berlokasi di Jalan Dipo- negoro. Di depan lembaga, beberapa pria lain sudah menunggu dan Karni dibawa masuk ke ruang administrasi. Ia hanya membubuhkan cap jempol di semua berkas. Selanjutnya, dengan nama baru Kasiyem, Karni ditempat- kan di ruang I tahanan wanita. Setelah lima hari Karni mengi- nap di hotel prodeo, Jumat, 31 Desember 2010, Yayuk, 53, tetangga Kasiyem, datang men- jenguk. Ia kaget karena yang ditemuinya bukan Kasiyem, melainkan Karni, yang tidak ia kenal. Kekagetan Yayuk menguak kebusukan yang tersembunyi. “Saya tidak menyangka akan seperti ini.” Kalimat itu bebera- pa kali diucapkan Karni. Sendu. (M Ahmad Yakub/N-2) siapkan untuk menghadapi pemerik- saan internal dan eksternal. Tidak ketinggalan, Kejaksaan Agung juga menghujani sejumlah anak buah mereka di Bojonegoro dengan sanksi. Kepala Kejaksaan Negeri Wahyudi diberi peringatan keras dan dinon- aktifkan. Hendro Sasmito pun kebagian turun derajat dengan hanya menyandang status pegawai negeri sipil biasa, sama seperti jaksa eksekutor Trimuwarni. Yang paling berat adalah hukuman untuk staf pidana khusus Widodo Priyono. Ia langsung dipecat. Tanpa banyak cingcong, Polres Bo- jonegoro pun bergerak. Delapan orang dipanggil. Dalam proses pemeriksaan, hanya enam orang yang datang, yakni Angga, Karni, Kasiyem, Yayuk, Suraji (adik Karni), serta Atmari. Dua orang lain, Hasnomo dan Widodo Priyono, juga menyandang status serupa. Tapi, keduanya belum datang ke polres. Angga langsung ditetapkan sebagai tersangka dan masuk sel. Hasnomo berjanji akan datang memenuhi panggilan, pekan ini. “Saya tidak akan lari,” janjinya ketika dihubungi lewat telepon selulernya. Kemarin, Hasnomo memenuhi janjinya. Ia datang dengan kawalan 23 pengacara. Para sekondannya itu datang dari Tuban, Lamongan, dan Surabaya. Widodo sempat menghilang. Setelah diumumkan dipecat, tidak ada orang yang tahu keberadaannya. Atasan- nya di Kejaksaaan Negeri Bojonegoro hanya bisa menggelengkan kepala. Rumahnya di Desa Cam- purejo, Kecamatan Bojonegoro Kota, dibiarkan melompong. Sebelum menghilang, Widodo sebenarnya sudah diperiksa secara internal di Kantor Kejaksaan Tinggi Jawa Timur, di Surabaya. Seusai pe- meriksaan, ia dijanjikan akan dise- rahkan ke polisi. Namun, penyerahan tidak terjadi. Baru pada Senin (10/1), Widodo didatangkan ke polres. Ia langsung menghadapi pemeriksaan maraton sebagai tersangka, plus dijebloskan ke balik terali tahanan polres. “Sebelumnya kami berencana me- netapkan ia sebagai buron dan me- masukkannya ke daftar pencarian orang,” kata Kapolres Bojonegoro AKB Widodo. Rampas kemerdekaan Dekan Fakultas Hu- kum Universitas Bojonegoro M Yasir terus mengge- lengkan kepala saat ditemui di ruangannya, awal pekan ini. “Ini pelanggaran hu- kum yang tidak bisa ditoleransi. Ada perampasan kemerdekaan seseorang,” tandasnya. Karni, di mata Yasir, adalah warga yang merdeka. Apa pun alasannya, kebebasannya telah dirampas dengan dijebloskan ke penjara. Aktor di belakang praktik joki narapidana itu sudah tergambar. “Ke- wajiban polisi adalah mengungkap sejelas-jelasnya fakta yang terjadi di balik kasus ini,” harap Yasir. Joki narapidana tidak menge- jutkan mantan narapidana Anton Medan. Ada tiga kasus yang sering disusupi joki, yakni kasus judi, VCD bajakan, dan obat-obatan palsu. Yang terlibat adalah pengacara, pegawai kejaksaan, dan lembaga pemasyarakatan. “Judi rentan disusupi joki karena banyak karyawan lokasi perjudian yang dijadikan bumper. Mereka pasang badan untuk melindungi cukong judi,” kata mantan preman itu. Soal kemiskinan yang membuat orang rela menjadi joki, Anton meng- aku baru pertama kali mendengar. “Ya, kasus di Bojonegoro ini baru saya dengar.” (FD/N-2) [email protected] telepon selulernya. Pengakuan Hasnomo pun meluncur deras. Ia bicara soal keterlibatan jaksa dan orang dalam lembaga pemasyarakat- an. Sang pengacara juga meng- aku bukan kuasa hukum yang mendampingi Kasiyem, saat tersangkut kasus. Ia dihubungi Kasiyem yang meminta to- long supaya tidak masuk penjara. Apa pun pembelaan Hasnomo, Dewan Kehor- matan Peradi Bojonegoro menyayangkan tindakan- nya. Namun, secara resmi organisasi profesi itu belum mengambil sikap. Or- ganisasi ma- sih menunggu keputusan hu- kum yang bersifat tetap atas kasus itu. “Kalau benar, peristiwa itu sudah mencoreng citra or- ganisasi. Tapi, kami masih memegang asas praduga tidak bersalah, sebelum menerapkan sanksi bagi Hasnomo,” kata Ketua Dewan Kehormatan Peradi Bojonegoro Triastuti Handayani. Akankah Hasnomo me- menuhi panggilan polisi, yang sudah menetapkan ia sebagai tersangka? Kepala Sub Bagian Humas Polres Bojonegoro Ajun Komisaris MT Ariadi masih ya- kin Hasnomo akan datang. “Dia tidak kabur. Hasnomo masih di Bojonegoro,” tegas Ariadi. Semua tudingan mengarah ke Hasnomo. Jaksa tidak mau disalahkan, begitu juga se- jumlah pegawai di lembaga pemasyarakatan. “Ide penukaran narapidana dicetuskan pegawai lembaga pemasyarakatan. Jaksa yang menangani perkara Kasiyem juga tahu,” Hasnomo bersiku- kuh. (M Ahmad Yakub/N-2) TEMA: Optimisme di Balik Pembatasan BBM OTOMOTIF KAMIS (13/1/2011) FOKUS Karni Joki narapidana MI/M YAKUB ILUSTRASI: EBET DOK. METRO TV

Transcript of RABU, 12 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIA erkuak fileHukum Kasiyem Rela Masuk Penjara untuk Membayar...

USANTARA 23RABU, 12 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIA

Hukum Kasiyem Rela Masuk Penjara untuk Membayar Utang

erkuakngga Datang

oknya sistem peradilan dan pemasyarakatan. dinding dingin penjara bisa ditembus.

DI masa lalu, Karni, 51, bukan orang yang tidak punya. Bukti-nya, saat ini, ia tinggal di rumah tembok, permanen, berlantai

keramik, di D u s u n

Kali -

pang, Desa Leran, Kecamatan Kalitidu, Bojonegoro, Jawa Timur.

Rumah itu adalah hasil kerja keras Karni dan almarhum suaminya, yang bekerja sebagai buruh tani. Sepeninggal sang suami, rumah berukuran 6 x 8 meter, dengan dinding depan berkeramik warna merah hati, itu ia tempati bersama Sadirah, 80, ibu kandungnya. Anak Karni, Kusno, memilih hidup di Kalimantan.

Sadirah beberapa tahun ter-akhir sakit-sakitan karena mengidap gangguan jan-

tung. Biaya pengobatan yang terus-menerus

membuat Karni harus berutang.

P a d a M i n g g u (2/1) lalu, dengan

mengenakan kemeja mo-

tif kotak warna

ku ning, plus daster batik me-rah, perempuan paruh baya itu menuturkan kegundahan-nya. Dia tidak menyangka tawaran Joni Feri Angga, 53, warga Sumur Ringin, Kalitidu, bekas tetangga dan juga masih kerabatnya, bakal berujung di kantor polisi.

Angga yang tahu Karni se-dang dililit utang menawari pekerjaan aneh. Ia menggan-tikan Kasiyem masuk penjara. Imbalannya uang tunai Rp10 juta, yang diserahkan dalam dua termin.

“Saya tidak menyangka akan seperti ini. Saya bersedia meng-gantikan masuk penjara karena sedang butuh uang,” ujar Karni yang masih bersedia mene-rima wartawan, beberapa hari setelah kasusnya terkuak ke permukaan.

Dana awal Rp7,5 juta akan digunakan untuk membayar utang di Bank Rakyat Indo-nesia, sebesar Rp6 juta. Sisa dana Rp1,5 juta untuk kebu-tuhan sehari-hari dan Rp2,5 juta, untuk membawa sang ibu berobat.

Sesuai dengan perjanjian,

dana Rp7,5 juta diserahkan kepada adik Karni, Suradi. Senin, 27 Desember 2010, peran joki narapidana mulai dilakoni. Seorang diri Karni berangkat ke LP Bojonegoro, dengan menumpang angkutan umum.

Sesampai di stasiun pengi-sian bahan bakar umum ka-wasan Jetak, Kecamatan Bo-jonegoro Kota, Angga sudah menunggu. Mereka berangkat ke lembaga pemasyarakatan yang berlokasi di Jalan Dipo-negoro.

Di depan lembaga, beberapa pria lain sudah menunggu dan Karni dibawa masuk ke ruang administrasi. Ia hanya membubuhkan cap jempol di semua berkas.

Selanjutnya, dengan nama baru Kasiyem, Karni ditempat-kan di ruang I tahanan wanita. Setelah lima hari Karni mengi-nap di hotel prodeo, Jumat, 31 Desember 2010, Yayuk, 53, tetangga Kasiyem, datang men-jenguk. Ia kaget karena yang ditemuinya bukan Kasiyem, melainkan Karni, yang tidak ia kenal.

Kekagetan Yayuk menguak kebusukan yang tersembunyi.

“Saya tidak menyangka akan seperti ini.” Kalimat itu bebera-pa kali diucapkan Karni. Sendu. (M Ahmad Yakub/N-2)

siapkan untuk menghadapi pemerik-saan internal dan eksternal.

Tidak ketinggalan, Kejaksaan Agung juga menghujani sejumlah anak buah mereka di Bojonegoro dengan sanksi. Kepala Kejaksaan Negeri Wahyudi diberi peringatan keras dan dinon-aktifkan.

Hendro Sasmito pun kebagian turun derajat dengan hanya menyandang status pegawai negeri sipil biasa, sama seperti jaksa eksekutor Trimuwarni. Yang paling berat adalah hukuman untuk staf pidana khusus Widodo Priyono. Ia langsung dipecat.

Tanpa banyak cingcong, Polres Bo-jonegoro pun bergerak. Delapan orang dipanggil. Dalam proses pemeriksaan, hanya enam orang yang datang, yakni Angga, Karni, Kasiyem, Yayuk, Suraji (adik Karni), serta Atmari.

Dua orang lain, Hasnomo dan Widodo Priyono, juga menyandang status serupa. Tapi, keduanya belum datang ke polres. Angga langsung ditetapkan sebagai tersangka dan masuk sel.

Hasnomo berjanji akan datang memenuhi panggilan, pekan ini. “Saya tidak akan lari,” janjinya ketika dihubungi lewat telepon

selulernya. Kemarin, Hasnomo memenuhi

janjinya. Ia datang dengan kawalan 23 pengacara. Para sekondannya itu datang dari Tuban, Lamongan, dan Surabaya.

Widodo sempat menghilang. Setelah diumumkan dipecat, tidak ada orang yang tahu keberadaannya. Atasan-nya di Kejaksaaan Negeri Bojonegoro hanya bisa menggelengkan kepala. Rumahnya di Desa Cam-

purejo, Kecamatan Bojonegoro Kota, dibiarkan melompong.

Sebelum menghilang, Widodo sebenarnya sudah diperiksa secara internal di Kantor Kejaksaan Tinggi Jawa Timur, di Surabaya. Seusai pe-meriksaan, ia dijanjikan akan dise-rahkan ke polisi. Namun, penyerahan tidak terjadi.

Baru pada Senin (10/1), Widodo didatangkan ke polres. Ia langsung menghadapi pemeriksaan maraton sebagai tersangka, plus dijebloskan ke balik terali tahanan polres.

“Sebelumnya kami berencana me-netapkan ia sebagai buron dan me-masukkannya ke daftar pencarian orang,” kata Kapolres Bojonegoro AKB Widodo.

Rampas kemerdekaanDekan Fakultas Hu-

kum Universitas Bojonegoro

M Ya s i r t e r u s mengge-lengkan

kepala saat ditemui di ruangannya, awal pekan ini. “Ini pelanggaran hu-kum yang tidak bisa ditoleransi. Ada perampasan kemerdekaan seseorang,” tandasnya.

Karni, di mata Yasir, adalah warga yang merdeka. Apa pun alasannya, kebebasannya telah dirampas dengan dijebloskan ke penjara.

Aktor di belakang praktik joki narapidana itu sudah tergambar. “Ke-wajiban polisi adalah mengungkap sejelas-jelasnya fakta yang terjadi di balik kasus ini,” harap Yasir.

Joki narapidana tidak menge-jutkan mantan narapidana Anton Medan. Ada tiga kasus yang sering disusupi joki, yakni kasus judi, VCD bajakan, dan obat-obatan palsu. Yang terlibat adalah pengacara, pegawai kejaksaan, dan lembaga pemasyarakatan.

“Judi rentan disusupi joki karena banyak karyawan lokasi perjudian yang dijadikan bumper. Mereka pasang badan untuk melindungi cukong judi,” kata mantan preman itu.

Soal kemiskinan yang membuat orang rela menjadi joki, Anton meng-aku baru pertama kali mendengar. “Ya, kasus di Bojonegoro ini baru saya dengar.” (FD/N-2)

[email protected]

telepon selulernya. Pengakuan Hasnomo pun

meluncur deras. Ia bicara soal keterlibatan jaksa dan orang dalam lembaga pemasyarakat-an.

Sang pengacara juga meng-aku bukan kuasa hukum yang mendampingi Kasiyem, saat tersangkut kasus. Ia dihubungi Kasiyem yang meminta to-long supaya tidak masuk

penjara. Apa pun pembelaan

Hasnomo, Dewan Kehor-matan Peradi Bojonegoro menyayangkan tindakan-

nya. Namun, secara resmi organisasi profesi itu belum

mengambil sikap. Or-ganisasi ma-

sih menunggu keputusan hu-kum yang bersifat tetap atas kasus itu.

“Kalau benar, peristiwa itu sudah mencoreng citra or-ganisasi. Tapi, kami masih memegang asas praduga tidak bersalah, sebelum menerapkan sanksi bagi Hasnomo,” kata Ketua Dewan Kehormatan Peradi Bojonegoro Triastuti Handayani.

Akankah Hasnomo me-menuhi panggilan polisi, yang sudah menetapkan ia sebagai tersangka? Kepala Sub Bagian Humas Polres Bojonegoro Ajun Komisaris MT Ariadi masih ya-kin Hasnomo akan datang.

“Dia tidak kabur. Hasnomo masih di Bojonegoro,” tegas Ariadi.

Semua tudingan mengarah ke Hasnomo. Jaksa tidak mau disalahkan, begitu juga se-jumlah pegawai di lembaga pemasyarakatan.

“Ide penukaran narapidana dicetuskan pegawai lembaga pemasyarakatan. Jaksa yang menangani perkara Kasiyem juga tahu,” Hasnomo bersiku-kuh. (M Ahmad Yakub/N-2)

TEMA:Optimisme

di BalikPembatasan BBM

OTOMOTIFKAMIS (13/1/2011)

FOKUS

KarniJoki narapidana

MI/M YAKUB

ILUSTRASI: EBET

DOK. METRO TV