r Hubungan Pola Asuh Keluarga Dengan Lansia

download r Hubungan Pola Asuh Keluarga Dengan Lansia

of 13

description

HUBUNGAN POLA ASUH

Transcript of r Hubungan Pola Asuh Keluarga Dengan Lansia

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DUSUN LENGKOK REKE DESA GERENENG KECAMATAN SAKRA TIMUR KABUPATEN LOMBIOK TIMUR

ABSTRACKfar advanced in years is someone already reach age 60 (Sixty) year or more, on this term far advanced in years frequent experiences dread, depression. they declare for care about have cold feet it to death and family role loss it, this in a state really needs family role that can soften patient charges, so gets to regard dread zoom on far advanced in years. In the majority of patients found a continue age in response to anxiety that ultimately affeck the self-concept changes that will affect the nursing process. In with continue age in desperate need of family role, continue age can express fear and anxiety to his family by reducing anxiety and fear of excessive and unwarranted will prepare the continue age emotionally. The purpose of this study war to determine the relationship of family role with the level of anxiety continue age in Dusun lengkok reke desa gereneng kecamatan sakra timurkabupaten Lombok timur.This research uses non-eksperiment design using cross sectional approach. Data collection using questionnaires and observation sheets. The study population was all family owning to continue age and cohabit in one house as many as 20 people with a sampling technique using total sampling. Data analysis using the pearson product moment.Pearson product moment analysis obtained t-value of 4,247 calculated. Value of dk=19 at 5% significant level of 0,456. Calculated t-value greater than r-table with a significantly positive mean, which means better role for families who are given the declining level of anxiety continue age.Keywords : family role, level of anxiety continue age

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangBerdasarkan keputusan menteri kesehatan republik indonesia No. 1059/MENKES/SK/IX/2004, salah satu tujuan pembanguan kesehatan nasional untuk mewujudkan Indonesia sehat 2010 adalah menerapkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, yang berarti setiap upaya program pembangunan harus mempunyai kontribusi positif terhadap terbentuknya lingkungan yang sehat dan prilaku yang sehat. Sebagai acuan pembangunan kesehatan mengacu kepada konsep paradigma sehat yaitu pembangunan kesehatan yang memberikan prioritas utama pada upaya pelayanan peningkatan kesehatan (promotip) dan pencegahan penyakit (preventif) dibandingkan upaya pelayanan penyembuhan/pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) secara menyeluruh dan terpadu dan berkesinambungan.Proses manua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan, interinsik dan bersifat irreversible serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami yang Masalah fisik dan psikologis sering ditemukan pada lanjut usia. Paktor psikologis diantaranya perasaan bosan, keletihan atau perasaan cemas dan depresi (Nugroho, 2006).Seiring dengan kemajuan tingkat perawatan kesehatan dan penurunan kelahiran, jumlah penduduk usia lanjut ssemakin meningkat. Di indonesia jumlah penduduk yang berusia lebih dari 60 tahun pada tahun 2005 berjumlah 17,7 juta atau 7,97% dari jumlah penduduk. Pada tahun 2010 hasil menunjukan bahwa persentase penduduk lanjut usia mencapai 19,9 juta atau 8,48% dari total penduduk pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang (BPS NTB, 2008).Pada saat ini diperkirakan 6 juta penduduk indonesia menderita gangguan jiwa ringan, yaitu gangguan kecemasan (Ansietas) dan 5,5 juta diantaranya tidak berobat serta tidak mendapatkan pengobatan yang memadai (BPS, 2009).Sedangkan di NTB sendiri jumlah penduduk lansia tahun 2008 mencapai 126.736 jiwa, dan pada tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah lansia yaitu 280.938 jiwa dari total penduduk NTB yang berjumlah 4.434.012 jiwa (BPS NTB, 2010).Dan di NTB sendiri pada tahun 2009 lansia yang tercatat mengalami kecemasan berjumlah 173,368 jiwa mualai dari kecemasan sedang hingga kecemasan berat dari total penduduk lansia berjumlah 280,936 jiwa (BPS NTB, 2010).Dimana sebagian jumlah penduduk lansia NTB tersebut berada di Dusun Lengko Reke Desa Gereneng Kecamatan Sakra Timur Kabupaten Lombok Timur dengan jumlah pada tahun 2010 sebanyak 35 jiwa dan tahun 2012 jumlah lansia 33 jiwa, dan rata-rata berumur 60-90 tahun, dari total penduduk dusun lengkok reke yang berjumlah 468 jiwa (Data dusun lengkok reke).Pada sebagian besar lanjut usia ditemukan adanya respon cemas yang akhirnya berdampak kepada adanya perubahan konsep diri yang akan mempengruhi proses keperawatan, proses pemenuhan nutrisi karena sebagian besar penderita yang cemas kurang memiliki nafsu makan dan kurang responsive terhadap pengobatan yang akhirnya sangat mempengaruhi proses penyembuhan. Respon cemas yang yang terjadi pada lansia dipengaruhi oleh karakteristik yakni umur, pendidikan, jenis kelamin, dan pekerjaan (Bhecker, 2008).Kecemasan adalah respon emosional terhadap kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya (Gail W.Stuart, 2006).Menurut Friedman (Setiadi, 2008), peran keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Peran Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pada Lansia Di Dusun Lengkok Reke Desa Gereneng Kecamatan Sakra Timur Kabupaten Lombok Timur.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lansia1. Pengertian LansiaBanyak definisi tentang proses menua yang tidak seragam. Secara umum menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk mamperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. (Mubarak, 2010).Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1965, bantuan penghidupan lanjut usia yang termuat dalam pasal 1 dinyatakan sebagai berikut : Seseorang dapat dinyatakan sebagai lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari, dan menerima nafkah dari orang lain. Namun Saat Ini Telah Diberlakukan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia. Pada Bab 1 pasal ayat 2, yang disebut lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita (Nugroho, 2008).2. Tiori PenuaanManua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara berlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaikikerusakan yang diderita (Martono,1994 dalam nugroho, 2008).3. Batasan lansia Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur lanjut usia yaitu :a. Menurut WHOMenurut Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization) yang dikatakan lanjut usia tersebut dibagi dalam 4 katagori yaitu :1) Usia pertengahan ( Middle Age ) = usia 45 59 tahun2) Usia lanjut ( Elderly = usia 60 74 tahun3) Usia lanjut tua ( Old ) = usia 75 90 tahun4) Usia sangat tua ( Very Old ) = usia diatas 90 tahunb. Menurut Dep. Kes. RIDepartemen kesehatan republik Indonesia membagi lanjut usia menjadi sbb : a.)Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun), keadaan ini dikatakan sebagai masa virilitas.b.)Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai masa presenium.c.)Kelompok usia lanjut (>60 tahun) yang dikatakan sebagai masa senium.2. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansiaa. Perubahan Fisik dan FungsiBerbagai perubahan fisik pada system organ terjadi pada individu akibat proses penuaan, perubahan-perubahan itu adalah:1) Sel2) System Persarafan3) System Pendengaran4) System Pengelihatan5) Sistim Kardiovaskuler6) System Pengaturan Suhu Tubuh7) Sistem Pernapasan8) System Pencernaan9) System Reproduksi10) B. konsep Kecemasan1. Pengertian1) Ansetas atau kecemasan adalah respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua mahluk hidup. Ansetas merupakan pengalaman emosi dan subjektif tanpa dan objek yang spesifik sehingga orang merasakan suatu perasaan was-was (khawatir) seolah-oalah ada sesuatu yang buruk akan terjadi dan pada umumnya disertai gejala-gejala otonomik yang berlangsung beberapa waktu (Janiwarti, 2011).2) Kecemasan adalah respon psikologik terhadap stress yang mengandung komponen fisiologik dan psikologik, terjadi ketika seseorang merasa terancam baik secara fisik maupun psikologik misalnya harga diri, gambaran diri, identitas diri. Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk menyadari ancaman (Kaplan dan Sadock, 2010).2. Insiden(1) Diperkirakan jumlah orang yang menderita gangguan kecemasan baik akut maupun kronik mencapai 5% dari jumlah penduduk. Dan diperkirakan antara 2-4% diantara penduduk disuatu saat dalam kehidupannya pernah mengalami gangguan cemas (PPDGJ-II, rev.1983 dalam Hawari, 2001).4. Tanda-Tanda KecemasanMenurut Kaplan & Sadock (2010), Efek terhadap respon kecemasan dapat memberikan tanda sebagai berikut :a. FisiologisNadi cepat, tensi meningkat, ketegangan otot, sukar nafas, berkeringat, dilatasi pupil, mulut kering, anoreksia, konstipasi, sakit kepala, penglihatan kabur, mual, muntah dan gangguan tidur.b. PrilakuGelisah, tremor, mudah terkejut, bicara cepat, aktifitas dan gerakan kurang terkoordinasi.1). KognitifTidak mampu memusatkan perhatian/ konsentrasi dan pelupa, persepsi menyempit, kreativitas menurun.2). PsikologisRespon psikologis yang dikutip Stuart and Sundeen (1991) dari Bech et, al (1986).5. Tingkat KecemasanKecemasan dibagi dalam empat tingkat yaitu kecemasan ringan, sedang, berat dan panik. Dampak dari kecemasan pada individu bervariasi sesuai dengan tingkatannya (Pieter, 2011).a. Ringan Ansitas/cemas ringan berhubungan dengan ketegangan peristiwa kehidupan sehari-hari. Lapangan persepsi melebar dan orang akan bersikap hati-hati dan waspada. b. SedangPada ansitas sedang tingkat lapangan perseosi pada lingkungan menurun dan memfokuskan diri pada hal-hal penting saat itu juga dan menyampingkan hal-hal lain. c. BeratPada ansietas berat lapangan persepsi menjadi sangat sempit, individu cendrung memikirkan hal-hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal yang lain . individu sulit berpikir rrealistis dan membutuhkan banyak pengaruh untuk memusatkan perhatian pada area lain. d. PanikPada tingkatan panik lapangan persepsi seseorang sudah sangat sempit dan sudah mengalami gangguan sehingga tidak bisa mengendalikan diri lagi dan sulit melakukan apa pun walaupun dia sudah diberikan pengarahan. 6. Cara mengatasi ansietas/cemasa. Terapi individuAdalah dengan mengajak klien mengeksplorasi rangsangan yang menimbulkan ansietas, mengajari klien untuk menghambat respons ansietas melalui penyelesian dan analisis logis. Terapi kelompokAdalah dengan mengajari klien straategi kopong untuk mengatasi kejadian hidup yang penuh stress. Beri kesempatan klien untuk membuat dan mencoba cara-cara baru dalam persikap dan berpikir. Dorongan klien untuk menggunakan teman kelompok dalam menentramkan suasana hatinya. Bantu klien mengidentifikasi kapan ansietas meningkat dan mereduksi proses ansietasnya.b. Terapi keluarga Adalah dengan mengajarkan kepada keluarga klien tentang ansietas yang terjadi pada klien. Mengajarkan keluarga klien untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi yang efektif, mereduksi konflik keluarga dan mengajarkan tentang makna kejujuran, empati, dan keterbukaan.c. Terapi obat-obatanMenggunakan obat ansietas (terutama benzodiazepine), anti depresan (selective serotonin reuptake inhibitor), inhibitor oksidase monoamine (obat untuk panic berat)(Pieter, 2011).

Cara penilaian :Apabila jawaban ya : diberi nilai (1)Apabila jawaban tidak : diberi nilai (0)Penilaian derajat kecemasan, skor:a. Tidak cemas: 0-6b. Cemas ringan: 7-9c. Cemas sedang: 10-14d. Cemas berat: 15-19e. Panic/ekstrim: 20-21 (Stuart, 2006).C. Konsep Peran Keluarga peran keluarga masing-masing anggota keluarga mempunyai peran, peran anggota keluarga diperlukan untuk menjaga kesinambungan dalam keluarga. Peran merupakan serangkain prilaku yang di harapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan, merupakan target dari apa yang diharapkan dan harus dilakukan individu pada situasi tertentu untuk mencapai suatu tujuan (Rita, 2008).Peran adalah pola sikap, prilaku, nilai dan jutuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat (Gaffar. 2008). Peran adalah serangkaian prilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun informan. Peran juga diartikan sebagai kemampuan individu untuk mengontrol atau mempengaruhi atau mengubah prilaku orang lain (Supartini, 2009).6. Peran anggota keluarga terhadap lansiaDalam melakukan perawatan terhadap lansia, setiap anggota keluarga memiliki peranan yang sangat penting. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh anggota keluarga dalam melaksanakan peranannya terhadap lansia, yaitu:a. Membantu mempersiapkan makanan bagi lansiab. Membantu memenuhi sumber-sumber keunganc. Menghormati dan menghargaid. Memberikan kasih sayang, menyediakan waktu, serta perhatiane. Mintalah nasehat-nasehatnya dalam peristiwa-peristiwa penting. (Maryam, 2011).8. Peran keluarga dalam perawatan lansiaKeluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kessehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga dan merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi, serta memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spritual bagi lansia (Maryam, 2011).9. Peran keluarga terhadap lansiaa. Sistem keluarga besar, lansia adalah sesepuh yang patut dihargai, dihormati, dan diminta nasehat atau doa restunya, usahakan fasilitas-fasilitas kebutuhan harian(fisr and the best) dan jagalah privasinya.b. Sikap keluarga dan masyarakat terhadap lansia, adanya kencendrungan berpersepsi negatif dan diharapkan mempunyai persepsi positif pada lansia karena merupakan peristiwa alamiah dimana tiap-tiap individu akan mengalaminya.c. Menciptakan kebutuhan untuk dicintai merupakan aktualisasi dari usia lanjut.1) Menciptakan suasana yang menyenangkan yaitu hubungan yang harmonis (saling pengertian antara generasi muda dan generasi lansia).2) Kepada pihak pemerintah, keluarga atau masyarakat mengharapkan adanya:a) Bantuan kesejahteraan bagi lansia yang berupa perbaikan ekonomi, kesehatan, transportasi dan perumahan bagi lansia yang tidak mempunyai perumahan.b) Bantuan hukum bagi lansia serta perlindungan hukum.c). Melaksanakan penelitian atau kegiatan yang riil untuk kesejahteraan lansia, memberikan fizi yang baik, dan obat-obatan untuk mencegah terjadinya penyakit yang bisa mempercepat proses penuaan (Mubarak, 2010, 165).Dan untuk menilai peran keluarga yang terdiri 12 item pertanyaan masing-masing pertanyaan diberi penilaian derajat tingkat peran keluarga sebagai berikut :Apabila jawaban ya : diberi nilai (1)Apabila jawaban tidak : diberi nilai (0)a. Tidak ada peran keluarga: 1-3b. Peran keluarga kurang: 4-6c. Peran keluarga cukup: 7-9d. Peran keluarga baik:10-12(Yudiatman, 2012).

BAB IIIMETODELOGI PENELITIAN

A. Subjek penelitianPenelitian ini dilaksanakan di dusun lengkok reke desa gereneng kecamatan sakra timur, yang menjadi subyek penelitian adalah semua lansia di Dusun Lengkok Reke Desa Gereneng Kecamatan Sakra Timur Kabupaten Lombok Timur.C. Teknik Pengumpualan Data dan pengolahan data.1. Instrumen PenelitianInstrumen meripakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Hasan, 2009).Instrument yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu:

a. Pedoman Observasib. Pedoman wawancara

Untuk menilai gejala kecemasan yang terdiri dari 7 gejala kecemasan yang masing-masing kelombok gejala diberi penilaian :Apabila jawaban ya : diberi nilai (1)Apabila jawaban tidak : diberi nilai (0)Penilaian derajat kecemasan, skor:f. Tidak cemas: 0-6g. Cemas ringan: 7-9h. Cemas sedang: 10-14i. Cemas berat: 15-19j. Panic/ekstrim: 20-21 (Stuart, 2006).Dan untuk menilai peran keluarga yang terdiri 12 item pertanyaan masing-masing pertanyaan diberi penilaian derajat tingkat peran keluarga sebagai berikut :e. Tidak ada peran keluarga: 1-3f. Peran keluarga kurang: 4-6g. Peran keluarga cukup: 7-9h. Peran keluarga baik: 10-12(Yudiatman, 2012)

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil PenelitianPenelitian ini dilaksanakan dari tanggal 18 Maret sampai dengan tanggal 18 April 2013. Dimana tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan peran keluarga dengan tingkat kecemasan pada lansia.1. Data UmumResponden dalam penelitian ini berjumlah 20 orang lansia yang tinggal bersama keluarganya, yang diambil berdasarkan total sampling di Dusun Lengkok Reke Desa Gereneng, akan diuraikan karakteristik responden menurut umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin.a. Karakteristik responden menurut jenis kelaminIdentifikasi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin.noJenis kelaminFrekuensi (Orang)Prosentase (&)

1Laki-laki630

2Perempuan1470

Total20100

Sumber: Data primerBerdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin yaitu perempuan 16 orang (70%) dan laki-laki 6 orang (30%). b. Karakteristik responden menurut umurBerdasarkan hasil yang diperoleh dari 20 orang responden bahwa identifikasi berdasarkan umur dapat dilihat pada table dibawah ini :Table 4.2 Distribusi responden berdasarkan umurNoUmur (Tahun)Frekuensi (Orang)Prosentase (%)

160-74945

275-90630

3 > 90525

Total20100

Sumber: data primerBerdasarkan table 4.1 maka dapat dilihat bahwa pada distribusi berdasarkan kelompok umur ternyata pasien lansia di Dusun Lengkok Reke paling banyak berada pada kelompok umur 60-74 tahun dengan jumlah 9 orang (45%), kelompok umur 75-90 tahun sebanyak 6 orang (30%), kelompok umur > 90 tahun sebanyak 5 orang (25%).c. Karakteristik responden menurut tingkat pendidikanIdentifikasi responden berdasarkan pendidikan dari 20 orang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikanNoTingkat PendidikanFrekunsi (Orang)Prosentase (%)

1Tidak Sekolah20100

2SD

3SMP

4SMA

5PT

Total20100

Sumber: Data primerBerdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa dari 20 orang lansia semuanya tidak pernah sekolah yaitu 20 orang (100%). 2. Data KhususData khusus ini menyajikan hasil yang menggambarkan tentang identifikasi peran keluarga dengan tingkat kecemasan pada lansia.

a. Peran KeluargaBerdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada 20 orang responden dapat diketahui tingkat peran keluarga yang diberikan pada lansia, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :tabel 4.4 Distribusi tingkat peran keluarga pada lansiaNoTingkat Peran KeluargaFrekuensi (Orang)Prosentase (%)

1Tidak Ada Peran Keluarga00

2Pera Kurang420

3Peran Cukup735

4Peran Baik945

Total20100

Sumber: Data primerBerdasarkan tabel 4.4 diatas, didapatkan karakteristik tingkat peran keluarga yang diberikan pada lansia yaitu responden yang dapat peran keluarga baik sebanyak 9 orang (45%), peran kelurga cukup sebanyak 7 orang (35&), peran keluarga kurang sebanyak 4 orang (20%) dan tidak ada responden yang tidak mendapatkan peran keluarga.b. Tingkat KecemasanBerdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada 20 orang responden dapat diketahui tingkat kecemasan lansia, dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.5 Distribusi tingkat kecemasan respondenNoTingkat KecemasanFrekuensi (Orang)Prosentase (%)

1Tidak Cemas00

2Cemas Ringan945

3Cemas Sedang840

4Cemas Berat315

5Panik/Ekstrim00

Total20100

Sumber: Data primerBerdasarkan tabel 4.5 diatas, didapatkan karakteristik tingkat kecemasan pada responden yaitu responden yang mengalami cemas berat sebanyak 3 orang (15%), cemas sedang sebanyak 8 orang (40%), cemas ringan sebanyak 9 orang (45%), dan tidak ada responden yang mengalami tidak cemas dan panik/ekstrim.

c. Hubungan Peran Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pada LansiaBerdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan pada 20 orang responden untuk mengetahui hubungan peran keluarga dengan tingkat kecemasan pada lansia.Hasil perhitungan antara peran keluarga dengan tingkat kecemasan pada lansia diperoleh nilai r-hitung sebesar 4,247 dan dk = n-1 = 20-1 = 19 kemudian dikonsultasikan dengan r-tabel dengan tingkat kemaknaan 0,05 didapatkan hasil 0,456. Jadi nilai r-hitung lebih besar dari r-tabel.Dari analisis diatas menunjukan bahwa hipotesis penelitian diterima yang artinya ada hubungan yang singnifikan antara peran keluarga dengan tingkat kecemasan pada lansia di Dusun Lengkok Reke Desa Gereneng Kecamatan Sacra Timur Kabupaten Lombok Timur.

B. Pembahasan 1. Penentuan SampelHasil penelitian yang telah dilakukan padabulan Maret 2013 dari tanggal 18 januari sampai tanggal 18 April 2013 yang dilakukan di Dusun Lengkok Reke Desa Gereneng tentang hubungan peran keluarga dengan tingkat kecemasan pada lansia dengan jumlah responden 20 orang. 2. Data Umuma. Jenis kelaminBerdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat karakteristik berdasarkan jenis kelamin yaitu perempuan sebanyak 14 responden (70%), dan laki-laki sebanyak 6 responden (30%). Dari tabel 4.1 didapatkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yang mengalami kecemasan yaitu sebanyak 16 responden (70%). Berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita, hal ini sesuai denagan yang dikemukakan oleh Myers (1983) (dalam Trismiati 2006) mengatakan bahwa perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya disbanding dengan laki-laki, laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif. Penelitian lain menunjukan bahwa laki-laki lebih rileks dibanding perempuan. b. UmurBerdasakan tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu berada dalam rentang umur 60-74 tahun sebanyak 9 responden (45%), rentang umur 75-90 tahun sebanyak 6 responden (30%), dan rentang umur < 90 tahun sebanyak 5 responden (25%). Hal inisesuai dengan UU No.12 tahun 1998 tentang usia lanjut disebutkan bahwa yang masuk dalam katagori lansia adalah mereka yang berusia 60 tahun ke atas (Nugroho, 2008). Dapat diketahui bahwa kejadian kecemasan meningkat seiring dengan memasuki masa lansia. Banyak orang merasa takut memasuki masa lanjut usia, karena mereka sering mempunyai kesan negatif atas orang yang lanjut usia, menurut mereka lanjut usia itu adalah: tidak berguna, lemah, tidak punya semangat hidup, penyakitan, pelupa, pikun, tidak diperhatikan oleh keluarga dan masyarakat, menjadi beban orang lain, dan sebagainya. Usia merupakan salah satu factor resiko terjadinya kecemasan (Yasuma, 2001 dalam skripsi L. yuniardi H, 2010).

c. Pendidikanberdasarkan tabel 4.3 di atas dapat ditunjukan bahwa dari 20 responden dalam penelitian ini semuanya tidak pernah sekolah yaitu sebanyak 20 responden (100%).Hal ini menunjukan bahwa subyek penelitian yang paling banyak mengalami kecemasan pada lansia itu adalah subyek penelitian yang tidak sekolah. Seperti tiori mengatakan semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah untuk dapat menyelesaikan tekanan-tekanan yang dihadapinya (Yasuma, 2001 dalam skripsi L. yuniardi H, 2010). Itu artinya semakin rendah pendidikan seseorang maka akan kesulitan untuk menyelesaikan tekanan-tekanan yang dihadapinya karena pengetahuannya banyak maka seseorang akan lebih siap dalam menghadapi sesuatu dimasa yang akan datang.

3. Data Khususa. Identifikasi tingkat kecemasan lansia di Dusun Lengkok Reke Desa Gereneng Kecamatan Sakra Timur Kabupaten Lombik Timur.Berdasarkan hasil tabulasi silang tabel 4.6 menunjukkan data bahwa hubungan peran keluarga dengan tingkat kecemasan pada lansia yaitu responden yang mendapat peran keluarga baik cendrung tingkat kecemasannya ringan dan responden yang mendapat peran keluarga kurang cendrung tingkat kecemasannya berat. Sesuai dengan apa yang dirasakan berdasarkan wawancara dan observasi dengan menggunmakan pedoman wawancara dan observer. Hasil yang dapat dilihat bahwa 9 responden (45%) mengalami kecemasan ringan, 8 responden (40%) mengalami kecemasan sedang, dan 3 responden (15%) mengalami kecemasan berat. Hal ini menunjukkan peran keluarga berhubungan positif dengan tingkat kecemasan.

BAB VKESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:1. Tingkat kecemasan yang dialami oleh responden berbeda-beda sesuai dengan apa yang dirasakan berdasarkan wawancara dan obsevasi dengan menggunakan pedoman wawancara dan observasi. Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa 9 responden (45%) mengalami kecemasan ringan, 8 responden (40%) mengalami cemas sedang dan 3 responden (15%) mengalami cemas berat.2. Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa persentase terbanyak adalah responden dengan tingkat peran keluarga baik yaitu sebanyak 9 responden (45%), peran keluarga cukup 7 orang (35%), peran keluarga kurang 4 orang (20%), dan tidak ada responden yang tidak mendapatkan peran keluarga.B. Saran 1. Bagi masyarakat diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan dasar atau pertimbangan untuk mengatasi kecemasan yang dialami oleh lansia, sehingga dengan meningkatkan pemenuhan kebutuhan peran keluarga maka kecemasan yang dialami oleh lansia dapat dikurangi.2. Bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti variable lain yang berhubungan dengan peran keluarga yang tidak dapat peneliti lakukan karena keterbatasan kemampuan peneliti.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A.A.H.2009. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data. Salemba Medika, Jakarta.Arikunto,Suharsimi.2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi V). Jakarta : Rineka Cipta.Arikunto,Suharsimi.2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI). Jakarta : Rineka Cipta.Bhecker.2008. Dukungan Keluarga. Online pada http://skripsistikes.files.wordpress.com/2013/02/4.pdf.diakses tanggal 4 februari 2013 Bondan P,dkk.2003. Pengaruh Umur Depresi Dan Dimensia Terhadap Disabilitas Fungsional Lansia:Yogjakarta (Adaptasi Model Sistem Neuman) Bondan p @ gmail.comBugin, Burhan. Editor. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif, raja grafindo persada. Jakarta.Isaacs, Ann.2006. Keperawatan Kesehatan Jiwa & Psikiatrik. Edisi 3. Jakarta.Kaplan & sadock.2010. synopsis psikiatri Edisi 7, jilid 2. Bina Aksara, Jakarta.Kliat, B,A, dkk.2005. Proses Keperawatan Dan Kesehatan Jiwa. Edisike2.BukuKedokteran.EGC:Jakarta,http://rsjmenur.jatimprov.go.id/index.php?option=com contient-dgn view=article&id=159;peran-keluarga-dalam penanganan-psien-dgn-ansietas-kecemasan-&catid=56:artikel&itemid=27. Tanggal akses 17 januari2013.Kancana,http://digib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=brose&op=jtp+unimus-gdl-rodhottulmu 5520&pHpsESSID=ca0aca489Fb3aab6922F4ad7330b971. Tanggal akses 17 januari 2013.Maryam, S, dkk.2011. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawtannya. Jakarta : Salemba Medika. Maramis, W.F.2009.Ilmu Kedokteran Jiwa.air langga universitybpress.Surabaya.Mubarak, dkk.2010. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi. Jakarta : Selemba Medika.Notoatmodjo, S.2005.Metodelogi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.Notoatmodjo, S.2012.Metodelogi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.Nursalm.2008. Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi,Tesis dan Instrimen penelitian keperawatan Edisi 2. Jakarta : Selemba Medika.Pieter, H.Z, dkk.2011.Pengantar Psikopatologi Untuk Keperawatan. Jakarta.Setiadi.2008. Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Graha Ilmu, Yogyakarta.Stuart, G.W. Sunnden, S.Z.2006. Principle One Psychiatric Nurcing, ST. Succeccfully With Panic Attacks, Toronto. Sugioyono, Prof, DR.2005. Statistika Untuk Penelitian, Alpabeta. Jakarta.Sugiyono, prof, DR.2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alpabeta.Yudiatman. 2012. Hubungan peran keluarga dengan tingkat kecemasan psien fraktur cruris di ruang bedah RSUD. Dr raden soejono Selong Lombok Timur. Skripsi Stikes Mataram.