Putu Jurnal Reading

10
Ni Putu Yudiartini Putri 11 2014 265 Peran Radiologi dalam Investigasi Kematian Joel E. Lichtenstein, John J. Fitzpatrick, dan John Madewell Pengalaman di Armed Forces Institute of Pathology (AFIP) dan pusat-pusat lainnya menunjukkan peran penting radiologi dalam kedokteran forensik, terutama dalam identifikasi korban-korban kematian massal. Identifikasi penting agar jenazah dapat diserahkan kembali dengan cepat pada keluarga dan untuk keperluan asuransi dan keperluan hukum. Identifikasi juga diperlukan untuk menentukan lokasi korban-korban di dalam sebuah lingkungan yang menyebabkan kematian sehingga mekanisme trauma dapat dipelajari dengan tujuan meningkatkan pola penyelamatan dan pencegahan bencana. Dalam keadaan emergensi, seorang radiolog dapat diminta membantu tim investigasi multidisiplin yang dipimpin oleh seorang spesialis forensik. Improvisasi dalam tatacara ini mengantarkan pada teknik serupa yang dibuat ulang dalam situasi yang tampak berbeda. Tampilan radiologik dari trauma dan benda asing, terutama serpihan peluru, yang mungkin tidak terbukti pada pemeriksaan luar atau otopsi rutin, dapat ditegakkan dengan baik. Identifikasi radiologik terhadap tubuh individu telah menerima perhatian secara sporadis, dan radiologi pertama kali digunakan dalam investigasi bencana massal pada tahun 1949. Pengalaman 1

description

hjv

Transcript of Putu Jurnal Reading

Ni Putu Yudiartini Putri11 2014 265

Peran Radiologi dalam Investigasi KematianJoel E. Lichtenstein, John J. Fitzpatrick, dan John MadewellPengalaman di Armed Forces Institute of Pathology (AFIP) dan pusat-pusat lainnya menunjukkan peran penting radiologi dalam kedokteran forensik, terutama dalam identifikasi korban-korban kematian massal. Identifikasi penting agar jenazah dapat diserahkan kembali dengan cepat pada keluarga dan untuk keperluan asuransi dan keperluan hukum. Identifikasi juga diperlukan untuk menentukan lokasi korban-korban di dalam sebuah lingkungan yang menyebabkan kematian sehingga mekanisme trauma dapat dipelajari dengan tujuan meningkatkan pola penyelamatan dan pencegahan bencana. Dalam keadaan emergensi, seorang radiolog dapat diminta membantu tim investigasi multidisiplin yang dipimpin oleh seorang spesialis forensik. Improvisasi dalam tatacara ini mengantarkan pada teknik serupa yang dibuat ulang dalam situasi yang tampak berbeda. Tampilan radiologik dari trauma dan benda asing, terutama serpihan peluru, yang mungkin tidak terbukti pada pemeriksaan luar atau otopsi rutin, dapat ditegakkan dengan baik. Identifikasi radiologik terhadap tubuh individu telah menerima perhatian secara sporadis, dan radiologi pertama kali digunakan dalam investigasi bencana massal pada tahun 1949. Pengalaman kami sebagian besar didasarkan pada investigasi kecelakaan penerbangan, tetapi pelajaran yang dipelajari dapat diterapkan dengan mudah pada bencana massal lain sebaik kejadian-kejadian dalam skala yang lebih kecil dan kematian individu.Pengalaman

AFIP membantu dalam semua investigasi kematian pada penerbangan militer Amerika Serikat dan merupakan konsultan untuk Dewan Keselamatan Transportasi Nasional. Sebagai bagian dari komite bersama yang mengkoordinasi seluruh patologi penerbangan di Amerika Serikat, Kanada, dan Britania Raya, perwakilannya merupakan peserta atau pemerhati dalam kebanyakan investigasi kecelakaan pesawat dengan korban massal. Radiografi seluruh tubuh korban rutin dilakukan dalam kematian penerbangan militer Amerika Serikat. Pengalaman terbesar kami yaitu pada Maret 1977, tabrakan dua jet jumbo di Kepulauan Canary, yang menebabkan 576 kematian. Sebuah pesawat yang berada di tanah ditabrak oleh pesawat lain yang sedang lepas landas. Mayoritas dari 326 korban berkebangsaan Amerika terbakar sebagian, tetapi ada juga potongann tubuh jenaazah yang relatif kecil. Tim dari AFIP mengidentifikasi tubuh-tubuh setelah mereka kembali ke kamar jenazah di Pangkalan Angkatan Udara Dover, Delaware, sebuah lokasi yang dipilih karena keamanannya sebaik fasilitasnya. Tim yang serupa menginvestigasi lebih dari 900 korban dari tragedi Jonestow, Guyana, walaupun peran radiologi relatif kecil. Akhir-akhir ini bantuan telah disediakan untuk tim AFIP yang mengidentifikasi seluruh 256 korban tabrakan pesawat militer di Gander, Newfoundland.Satu dari kami, sebagai konsultan untuk The Medical Examiner of Cook County (Chicago), telah membuat hampir 200 identifikasi radiografik. Termasuk korban-korban dari tabrakan dua pesawat besar di Bandara OHare dengan 274 kematian. Kejadian yang paling besar di Amerika Serikat, dan enam dari 30 korban pembunuh berantai John Wayne Gace, yang mana dibawah yuridiksi Cook County. Penulis juga dalam tim yang mengidentifikasi buronan Nazi, Dr. Josef Mengele, dan mempelajari korban-korban terorisme politik Argentina.Fasilitas dan Metode

Dalam tabrakan di Pulau Canary, sebuah departemen radiologi lapangan didirikan dan dipertahankan selama 3 minggu. Seluruh jenazah diradiografi, dan radiologi memberikan hasil identifikasi yang positif pada 25 kasus. Dua radiolog, sembilan teknisi, dan seorang ahli fisika radiasi merupakan bagian dari tim multidisiplin yang berjumlah lebih dari 130 orang, termasuk ahli dalam sidik jari, analisis gigi geligi, antropologi, kimiawi darah, toksikologi, fotografi medis, dan investigasi barang-barang pribadi, sebaik ahli patologi forensik. Sebuah sistem pengumpulan didirikan sehingga seluruh kelompok mengumpulkan data apapun yang tersedia di dalam disiplin ilmu mereka bagi setiap tubuh korban. Pemeriksaan radiologi dari seluruh jenazah merupakan langkah awal, sehingga film hasil pemeriksaan diproses dan dilaporkan sebelum proses pemeriksaan patologik mendekati akhir. Apabila salah satu grup, seperti tim sidik jari dari Biro Investigasi Federal, menemukan titik terang dalam identifikasi, maka seluruh ahli yang lain melakukan koreksi silang untuk konsistensi data.Pada awalnya digunakan mesin radiografi berdaya baterai yang dapat berpindah dan grid cassete, tetapi mereka terbukti tidak adekuat. Dua unit radiografik lapangan milik militer yang mempunyai Bucky grids yang dapat dipindahkan dan dioperasikan dari power line standar akhirnya didapatkan, sehingga menyingkirkan kebutuhan untuk memindahkan tubuh di antara pajanan dan memungkinkan radiografi paling sedikit 100 jenazah perhari. Pajanan radiasi pada pekerja diperkecil dengan menenpatkan fasilitas tersebut di sudut luar gedung berlapis metal dan mendirikan pelindung timah prefabrikasi di sekeliling unit radiografik. Film badges dibagikan kepada seluruh pekerja dalam wilayah terdekat, dan tingkat radiasi dimonitor. Ukuran film distandarisasi menjadi 14 x 17 inci (35.6 x 43.2 cm) agar mudah dibawa, dan nomor-nomor yang bersifat opak untuk tubuh dimasukkan pada setiap pajanan. Kaset diisi dan diproses di rumah sakit terdekat dan dibawa ke rumah jenazah. Seorang teknisi senior ditugaskan pada prosesor untuk kendali mutu dan pemeriksaan akurat terhadap material dari setiap tempat. Radiolog bekerja dalam kantor sementara di rumah jenazah dimana mereka bisa mengawasi radiografi dan dapat segera terhubung dengan penyelidik lainnya. Laporan satu halaman dijepit di bagian luar amplop film dan diberikan untuk radiolog, sedangkan kopi laporannya menyertai jenazah untuk mengizinkan pemeriksaan oleh patolog pada saat otopsi.Radiografi awal seluruh tubuh bagian depan dilakukan dalam posisi mendekati posisi anatomi sehingga dapat ditentukan keadaan jenazah. Hal ini dapat membantu patolog yang mempelajari skrining mempertegas artifak gigi dan bedah; variasi anatomi antemortem; dan memperkirakan usia, jenis kelamin, dan tinggi; sebaik deskripsi yang berasal dari observasi barang pribadi dan benda asing. Korban yang berhasil diidentifikasi dengan cara lain (seperti anatomi gigi geligi atau sidik jari) tidak mendapatkan pemeriksaan radiologik lanjutan kecuali untuk memeriksa inkonsistensi data yang terjadi antara dua teknik yang berbeda. Tubuh-tubuh yang tidak teridentifikasi dengan cara lain diperiksa ulang dalam proyeksi tambahan untuk membandingkan dan mencocokan dengan film antemortem yang tersedia.Investigasi tabrakan Gander, Newfoumdland, menggunakan rumah jenazah yang sama di Dover dan pendekatan tim yang serupa. Unit radiografik lapangan yang terpisah dan lebih moderen, termasuk pengolahan film, menyingkirkan kebutuhan untuk mengangkut kaset. Insiden tersebut melibatkan lebih banyak potongan tubuh jenazah, tetapi populasi lengkap korban diketahui diketahui secara tepat, sehingga teknik eksklusi (dapat digunakan hanya untuk populasi tertutup) dapat digunakan pada korban-korban yang tidak dapat diidentifikasi dengan cara lain.Banyak teknik-teknik serupa berkembang secara bebas dalam investigasi tabrakan di Chicago. Seperti pada kasus Gander, sebuah pesawat menabrak dan terbakar segera setelah lepas landas, yang menyebabkan jenazah terpotong, hangus, dan tercampur. Dari 272 korban yang berada di pesawat dan dua korban di tanah, hanya satu yang memiliki kerangka yang intak. Dua ratus empat puluh empat (89%) dapat diidentifikasi, 20 yang utama oleh radiologi. Rumah jenazah sementara didirikan di hangar yang relatif terisolasi di Bandara OHare. Otopsi dimulai tanpa radiografi, dan radiolog dipanggil masuk ketika 50 jenazah korban tidak teridentifikasi. Sebaliknya dalam pembunuhan Gacey digunakan fasilitas radiologi di Institut Kedokteran Forensik Fishbein, pada kasus OHare teknisi mendirikan fasilitas radiografik sementara. Dua mesin radiografik yang dapat berpindah, berdaya 100-kV, 100-mA, digunakan dengan hospital cart sebagai meja. Peralatan yang dapat dipindahkan lebih praktis daripada yang digunakan di kasus tabrakan Pulau Canary karena ada lebih sedikit bagian-bagian tubuh yang besar. Pelindung timah portabel di gunakan untuk melindungi wilayah tempat kerja. Prosesor otomatis dijalankan melalui saluran pertahanan sipil, dan kamar gelap buatan dengan lapisan timbal dan instalasi listrik sementara dibangun di kontainer pesawat kargo di dalam hangar. Kira-kira 5000 film digunakan, kebanyakan berukuran 14 x 17 inchi (35.6 x 43.2 cm), banyak film mendapatkan pajanan multiple pada tiap film. Seluruh jenazah diradiografi awal sedekat mungkin dengan proyeksi depan. Sketsa kerangka digunakan untuk menunjukkan bagian-bagian tubuh termasuk dalam radiograf, yang mana menyaring temuan serupa seperti yang disebutkan di atas. Data yang didapatkan dibandingkan dengan data yang diberikan dari hasil pekerjaan antropolog dengan anatomi tulang. Korelasi komputer dari data ini dengan ciri-ciri antemortem yang diketahui digunakan untuk menujukkan perbandingan lebih lanjut.Diskusi

Fasilitas radiologi yang telah ada sebelumnya harus digunakan untuk investigasi kematian kapansaja bila memungkinkan. Saat kantor-kantor pemeriksaan medis tidak dilengkapi fasilitas radiologi permanen, unit radiografik di mobile hospital dengan grid cassette biasa digunakan. Bagian radiologi klinis terkadang dapat digunakan, dengan menghindari wilayah lalu lintas pasien normal dan bekerja pada saat jam kosong. Bencana massal biasanya memerlukan rumah jenazah sementara dan operasi radiografik lapangan tambahan, untuk rincian bergantung pada sifat trauma yang dialami korban dan kondisi serta jumlah korban. Biasanya identifikasi korban, daripada mekanisme kematian, merupakan tujuan utama dari investigasi medis. Secara klasik, identifikasi dilakukan dengan pengenalan visual, analisa barang-barang pribadi, sidik jari, dan pemetaan gigi geligi, kurang lebih dalam urutan seperti itu berdasarkan kegunaan yang semakin meningkat seiring dengan semakin sulitnya kasus. Bahkan ketika gigi geligi tersisa, odontolog forensik menggunakan radiograf sebagai kelanjutan dari pemetaan gigi geligi karena mereka menyediakan hal-hal mengenai identitas yang hampir tidak terbatas. Kecocokan dapat berdasarkan rincian kecil dari bentuk pengisian gigi dan pola trabekular dalam tulang alveolar di sekelilingnya.Penyaringan radiografik awal dianjurkan dalam semua otopsi forensik. Bantuan yang diberikan kepada patolog dapat merupakan akhir dari bantuan, tetapi juga merupakan langkah pertama dalam identifikasi radiografi primer. Petunjuk penting mungkin ditemukan jika korban diradiografi awal dengan pakaian beserta barang-barang pribadi di tempat. Film kemudian harus diperoleh dalam posisi yang sedekat mungkin menunjukkan posisi anatomi, setelah memindahkan artifak dan pakaian. Terkadang, seperti dalam keadaan adanya perubahan akibat bedah atau trauma lama, data radiografik awal mungkin cukup spesifik untuk identifikasi berdasarkan riwayat kesehatan korban saja. Ketika ada terlalu banyak korban, bagaimanapun, sine qua non berguna sebagai pembanding langsung dari dari radiograf premortem. Seluruh sumber radiograf potensial harus dihubungi, termasuk perhimpunan medis, para majikan, dan praktisi seperti chiropractor. Jumlah ciri cocok yang diperlukan untuk identifikasi positif bergantung pada jumlah korban. Seringkali pola anatomi yang kompleks dapat tumpang tindih secara radiografi, menyediakan bukti identitas yang tidak terbantahkan bahkan dari potongan yang sangat kecil. Bergantung pada material premortem, jenazah yang berpotensi cocok dapat di periksa ulang dalam berbagai proyeksi, dengan jaringan lunak dan debris yang dibersihkan. Teknik ini terutama berguna pada tulang belakang dan tulang individual seperti clavicula. Wilayah anatomi dengan detail terbesar dan variasi alami menyediakan materi yang paling baik untuk identifikasi, terutama tengkorak, pelvis, lumbosakral, dan costochondral junction. Film bagian dada cenderung kurang berguna karena tulang iga dan paru sering terdistorsi dengan buruk. Tulang belakang torakal memiliki spesifitas relatif kecil dan tidak secara ideal dilihat pada radiografi thoraks rutin, tetapi teknik spesial mungkin membantu menunjukkan tampak tumpang tindih dari struktur yang serupa satu dengan yang lain. Bahkan ketika posisi tumpang tindih lengkap tidak memungkinkan, data radiografik mungkin mendukung, atau dengan menyingkap ketidakcocokan yang nyata, menyangkal identifikasi sementara yang diusulkan oleh teknik yang lain. Prinsip dasarnya yaitu perlunya konfirmasi melalui banyak teknik berbeda yang mungkin, dan pemeriksaan silang yang dilakukan dengan hati-hati pada setiap teknik untuk mengeksklusi data, sebelum sertifikasi identitas.Identifikasi itu sendiri tidak hanya penting untuk kemanusiaan dan alasan hukum, tetapi juga untuk keperluan ilmiah mengidentifikasi korban-korban dan mengkorelasikan hubungan mereka di dalam lingkungan yang mematikan dengan mekanisme trauma yang terjadi. Pola traiuma yang terjadi pada tangan dan kaki awak pesawat, contohnya, dapat menentukan posisi kendali. Trauma kepala atau ekstremitas bagian bawah dapat menjelaskan kegagalan untuk meloloskan diri dari situasi yang tidak memungkinkan untuk bertahan, seperti kebakaran pasca tabrakan. Data-data ini sangat penting di dalam mempelajari penyebab kecelakaan massal untuk meningkatkan teknik dan prosedur keselamatan.6