Punya Sarah

60
CVS/rs Tim Lab | Akademik Nostra

description

khkhk

Transcript of Punya Sarah

Page 1: Punya Sarah

CVS/rs

Tim Lab | Akademik Nostra

Page 2: Punya Sarah

cvs 1 Pediatric Cardiopulmonary Resuscitation 2 HT for Adult Cardiac Patient 3 PE for Adult Cardiac Patient 4 Normal ECG 5 Arrythmia & Hypertrophy ECG 6 AMI ECG 7 HT for Pediatric Cardiac Patient 8 HT PE of Peripheral Vascular Disease

Page 3: Punya Sarah

Pastikan kondisi aman baik bagi korban maupun penolong!!

1. Cek respon korban:

Panggil korban dengan suara keras dan jelas (e.g: Dek! Dek! Bangun dek!) Jika tahu namanya, panggil

namanya, sambil memberikan stimulasi mekanik dengan menggoyangkan bahu korban. Bisa juga dengan

memberikan rangsang sakit di ujung jari.

2. Apabila korban tidak merespon, maka disimpulkan bahwa korban tidak sadar.

3. Minta bantuan pada orang sekitar. Jika tidak ada, Telpon minta bantuan dengan segera. Sebut nama kita,

jumlah dan kondisi korban, tempat kejadian, bantuan yang akan dilakukan.

Halo, dengan RS AMC? Saya ___, saya menemukan (jumlah korban) orang anak (perempuan/laki-laki) usia

sekitar ___ tahun pingsan/tidak sadar di _______. Tolong kirimkan alat kejut jantung/defibrilator, sementara

menunggu saya akan melakukan bantuan hidup dasar.

4. Tempatkan korban di permukaan yang datar dan kasar, posisi terlentang.

Buka jalur napas (AIRWAY)

5. Lakukan head tilt and chin lift maneuver untuk membebaskan jalan napas didaerah faring.

6. Apabila korban suspect trauma cervical, lakukan jaw thrust maneuver.

7. Cek apakah ada obstruksi/benda asing dengan melakukan cross finger maneuver.

8. Gunakan jari untuk mengeluarkan benda asing dari mulut korban.

9. Apabila tidak terlihat, keluarkan dengan cara:

a. Infant (<1 yo)

Back blow: Bayi menghadap kebawah, terlungkup (pronasi), penolong duduk dan bayi disokong

paha kita. Tekan dan dorong diantara 2 scapula. [UTAMAKAN YANG INI]

Chest thrust: Bayi terlentang, tekan sternum arahkan ke atas (mulut) dengan 2 jari agar benda asing

keluar.

b. Child (>1 yo)

Heimlich maneuver: ANAK HARUS SADAR. Korban dan penolong berdiri, peluk dari belakang,

tangan kita diantara pusar (umbilical) dan xyphoid processus, tekan/guncang ke atas.

Buka Jalan Napas (Airway)

Back blow Chest thrust

Head tilt & chin lift Jaw thrust Cross finger maneuver

Pediatric Cardiopulmonary Resuscitation

1

Page 4: Punya Sarah

Abdominal thrust: ANAK TIDAK SADAR. Korban terlentang, tekan bagian antara umbilical dan

xyphoid processus ke arah atas (mulut) menggunakan heel telapak tangan.

10. Cek apakah korban bernapas/tidak, periksa max. 10 detik dengan:

a. LOOK: Lihat pergerakan dinding dada.

b. LISTEN: Dengar suara napas.

c. FEEL: Rasakan hangat/hembusan napas di pipi kita.

Pertahankan posisi head tilt & chin lift selama cek pernapasan!!

11. Apabila korban tidak bernapas atau terjadi periodic/agonal gasp, lakukan 5x bantuan pernapasan untuk

mendapatkan 2 ventilasi efektif dengan bag valve mask ventilation/pernapasan mulut-ke-mulut [UNTUK

CHILD; TUTUP HIDUNG!]/pernapasan mulut-ke-mulut-dan-hidung [UNTUK INFANT]. Jarak antar napas: 1-1.5

detik. LIHAT CHEST RISE!!

12. Cek sirkulasi dengan meraba pulsasi carotid, femoral, atau

brachial artery (periksa 6 detik, hasil nadi dikali 10 = nadi dalam 1

menit)

13. Apabila pulsasi tidak ada/<60bpm/perfusi buruk (pucat, cyanosis) Lakukan kompresi jantung paru.

a. INFANT (<1 yo) : Gambar garis imajiner diantar nipple bayi,

posisi tangan kita 1 jari dibawah garis imajiner

Two fingers technique: Untuk 1 penolong.

Two thumbs technique: Untuk 2 penolong.

b. CHILD (>1 yo) : Tekan bagian setengah bawah sternum tapi jangan tekan xyphoid processus korban.

Letakkan dasar telapak tangan di lokasi

kompresi.

1 hand technique

2 hands technique

Heimlich maneuver Abdominal thrust

CEK PERNAPASAN (BREATHING)

Bag valve mask ventilation Mouth-to-mouth Mouth-to-mouth-and-nose

CEK sirkulasi (circulation)

Brachial a. Carotid a.

Two fingers Two thumbs

1 hand technique 2 hand technique

Page 5: Punya Sarah

Lakukan dengan perbandingan kompresi : ventilasi 30:2 (1 penolong) atau 15:2 (2 penolong).

Kedalaman kompresi minimal 1/3 diameter anteroposterior thoracic cage.

14. Setelah 2 menit/5 siklus resusitasi, evaluasi kondisi korban:

Denyut nadi

Napas

Warna kulit: Lihat ujung jari!

Kesadaran

Pupil: Lihat light reflex dengan menyinari

mata bayi/anak dengan senter. Pupil dilatasi

max (-) light reflex (brain death).

15. Tidak ada nadi/nadi <60bpm Lanjutkan CPR.

16. Nadi >60 bpm tetapi napas tidak ada Lakukan bantuan pernapasan 12-20x/menit, jeda 3-5 detik sampai

pernapasan spontan berlanjut. LIHAT CHEST RISE!!

17. Jika semua sudah normal, posisikan pasien dalam posisi pemulihan (recovery position) dengan

membaringkan pasien ke arah kiri, tangan kanan ditaruh di bawah pipi kiri; kaki yang di bawah lurus dan kaki

yang di atas ditekuk.

evaluasi

Page 6: Punya Sarah

1. Sapa, perkenalan

Selamat pagi pak/bu, perkenalkan saya dr ________, yang sedang berjaga di klinik ini. Dengan bapak/ibu

siapa?

2. Informed consent

Baik pak/bu, sekarang kita akan melakukan tanya jawab mengenai keluhan atau masalah yang bapak/ibu

alami sehingga datang kesini, tujuannya agar saya dapat mengetahui apa yang bapak/ibu derita,

sehingga saya dapat memberikan pengobatan yang tepat. Apakah bapak/ibu bersedia?

3. Identitas pasien

Baik, sebelumnya saya akan mengisi data diri bapak/ibu terlebih dahulu. Maaf saya sambil menulis.

a. Nama

b. Usia

c. Jenis kelamin

d. Alamat

e. Pekerjaan

f. Pendidikan

g. Agama

h. Suku

i. Status pernikahan

4. Chief complaint

Sekarang kita mulai ya pak/bu tanya jawab nya. Jadi, apa keluhan yang bapak/ibu rasakan paling

menganggu sehingga bapak/ibu datang kemari?

5. Present illness (tergantung chief complaint nya)

Onset and chronology of chief complaint

Location

Quality and intensity

Factor that precipitate, aggravate, or alleviate

Timing (onset, duration, frequency)

Setting in which symptoms occur

Any associated manifestation

Excluding differential diagnosis

History of previous treatment and its response (name, dose, frequency of drug)

Dyspnea & Excessive Fatigue

Sejak kapan bapak/ibu mulai merasa sesak napas dan mudah lelah?

Apakah ini yang pertama kali?

Apakah makin lama terasa makin parah?

Apakah sampai mengganggu aktivitas? Dulu saat bapak/ibu bekerja, rasanya bagaimana? Kalau sekarang?

ATAU Dulu bapak/ibu bisa mengerjakan berapa banyak? Sekarang?

Biasanya yang memperparah sesak dan lelahnya bapak/ibu apa? Apakah saat kecapean sesaknya makin

parah?

Yang memperingan? Apakah ketika tiduran terasa lebih enak?

Sesaknya hilang timbul atau terus-terusan? Berapa lama sesaknya? Bisa hilang sendiri/tidak sesaknya?

Seberapa sering bapak/ibu merasakan sesaknya?

Biasanya saat sesak bapak/ibu sedang apa? Apakah saat tidur bapak/ibu suka terbangun tiba-tiba? Berapa

bantal yang bapak/ibu pakai saat tidur? [Kalau jawabannya lebih dari 1] Jika bantalnya hanya 1, apakah

membuat bapak/ibu sesak?

Apakah ada keluhan lain, seperti nyeri dada, pingsan, dada berdebar, atau ada bengkak di kaki/tangan?

Apakah saat sesak disertai dengan suara mengi/bengek?

Apakah disertai batuk? [Jika ya] Berdahak/tidak? Dahaknya berwarna/tidak?

HT for Adult Cardiac Patient

2 Client assessment

History taking

Page 7: Punya Sarah

Apakah disertai dengan demam?

Dipengaruhi dengan posisi tubuh/tidak?

Apakah ada riwayat dada terbentur?

Pernah berobat sebelumnya? [Jika ya] Kata dokternya ada apa? Dikasih obat/tidak?

Pernah dipasang cincin jantung?

Pernah mencoba minum obat? [Jika ya] Obat apa? Dosisnya berapa? Diminum berapa kali sehari? Apakah

setelah itu bapak/ibu merasa baikan?

Chest Pain

Sejak kapan bapak/ibu mulai merasa nyeri dada?

Apakah ini yang pertama kali?

Apakah makin lama terasa makin parah?

Nyerinya di sebelah mana? Apakah terasa nyeri di tempat lain juga? Apakah nyerinya menyebar?

Nyerinya seperti apa? Seperti ditusuk-tusukkah, ditekan benda beratkah, atau seperti dicubitkah?

Dalam skala 1-10, nyerinya seberapa? Apakah sampai mengganggu aktivitas?

Biasanya yang memperparah nyeri dada bapak/ibu apa? Yang memperingan?

Nyerinya hilang timbul atau terus-terusan? Berapa lama nyerinya? Bisa hilang sendiri/tidak nyerinya?

Seberapa sering nyerinya?

Biasanya saat nyeri bapak/ibu sedang apa? Apakah dipengaruhi oleh emosi?

Apakah ada keluhan lain, seperti sesak, mudah lelah, pingsan, dada berdebar, atau ada bengkak di

kaki/tangan?

Apakah ada riwayat dada terbentur?

Apakah nyerinya membaik ketika makan?

Apakah saat bernapas nyerinya berkurang?

Jika berganti posisi, apakah berpengaruh terhadap nyerinya?

Pernah berobat sebelumnya? [Jika ya] Kata dokternya ada apa? Dikasih obat/tidak?

Pernah dipasang cincin jantung?

Pernah mencoba minum obat? [Jika ya] Obat apa? Dosisnya berapa? Diminum berapa kali sehari? Apakah

setelah itu bapak/ibu merasa baikan?

Curiga (+) penyakit jantung: Nyeri saat beraktivitas, rasa nyerinya seperti ditekan benda berat/terikat di dada kiri,

biasanya sakitnya tidak bisa ditunjuk. Nyerinya dapat menjalar ke lengan kiri, punggung, rahan, leher, atau ke

tubuh sebelah kanan. Kalau minum obat biasanya minum obat yang di bawah lidah (ISDN) ½ tablet.

Syncope/Collapse

Sejak kapan bapak/ibu mulai sering pingsan?

Apakah ini yang pertama kali?

Apakah makin lama terasa makin parah?

Apakah sampai mengganggu aktivitas?

Biasanya yang memperparah pingsan bapak/ibu apa? Yang memperingan?

Berapa lama pingsannya? Seberapa sering pingsannya?

Biasanya sebelum pingsan bapak/ibu sedang apa? Biasanya pingsan di mana?

Apakah yang bapak/ibu rasakan saat sebelum pingsan? Apakah seperti melihat cahaya terang?

Apakah ada keluhan lain, seperti sesak, mudah lelah, nyeri dada, dada berdebar, atau ada bengkak di

kaki/tangan?

Apakah sebelum kejadian bapak/ibu sudah makan?

Apakah bapak/ibu pernah melakukan pemeriksaan rekam otak? [Jika ya] Hasilnya?

Apakah disertai dengan mati rasa?

Apakah ada riwayat kejang/gangguan saraf?

Pernah berobat sebelumnya? [Jika ya] Kata dokternya ada apa? Dikasih obat/tidak?

Pernah dipasang cincin jantung?

Page 8: Punya Sarah

Pernah mencoba minum obat? [Jika ya] Obat apa? Dosisnya berapa? Diminum berapa kali sehari? Apakah

setelah itu bapak/ibu merasa baikan?

Curiga (+) penyakit jantung: Pingsannya sementara, tidak ada kelainan neurologis.

Palpitation

Sejak kapan bapak/ibu mulai merasa berdebar dadanya?

Apakah ini yang pertama kali?

Apakah makin lama terasa makin parah?

Apakah sampai mengganggu aktivitas?

Biasanya yang memperparah dada berdebar bapak/ibu apa? Yang memperingan?

Dada berdebarnya hilang timbul atau terus-terusan? Berapa lama berdebarnya? Bisa hilang sendiri/tidak

debarannya? Seberapa sering berdebarnya?

Biasanya saat berdebar bapak/ibu sedang apa? Apakah dipengaruhi oleh emosi?

Apakah ada keluhan lain, seperti sesak, mudah lelah, nyeri dada, pingsan, atau ada bengkak di kaki/tangan?

Apakah berdebar setelah makan besar?

Apakah saat kondisi udara dingin dapat mempengaruhi debaran dada bapak/ibu?

Apakah disertai dengan keringat dingin?

Pernah berobat sebelumnya? [Jika ya] Kata dokternya ada apa? Dikasih obat/tidak?

Pernah dipasang cincin jantung?

Pernah mencoba minum obat? [Jika ya] Obat apa? Dosisnya berapa? Diminum berapa kali sehari? Apakah

setelah itu bapak/ibu merasa baikan?

Edema

Sejak kapan bapak/ibu mulai bengkak?

Apakah ini yang pertama kali?

Apakah makin lama makin parah/membesar?

Bengkaknya di sebelah mana? Apakah ada bengkak di tempat lain juga?

Bengkaknya seperti apa? Simetris atau tidak?

Saat disentuh bengkaknya, apakah nyeri? Apakah nyeri saat dipakai berjalan?

Apakah sampai mengganggu aktivitas?

Biasanya yang memperparah bengkak bapak/ibu apa? Yang memperingan?

Bengkaknya hilang timbul atau terus-terusan? Berapa lama bengkaknya? Bisa hilang sendiri/tidak

bengkaknya? Seberapa sering bengkaknya?

Sebelum bengkak, bapak/ibu sedang apa?

Apakah ada keluhan lain, seperti sesak, mudah lelah, sakit dada, pingsan, atau dada berdebar?

Apakah ada riwayat penyakit jantung?

Apakah ada riwayat penyakit ginjal?

Apakah ada riwayat penyakit pada pembuluh darah di kaki?

Apakah ada riwayat penyakit hati?

Pernah berobat sebelumnya? [Jika ya] Kata dokternya ada apa? Dikasih obat/tidak?

Pernah dipasang cincin jantung?

Pernah mencoba minum obat? [Jika ya] Obat apa? Dosisnya berapa? Diminum berapa kali sehari? Apakah

setelah itu bapak/ibu merasa baikan?

Curiga (+) penyakit jantung: Bengkaknya simetris, di paha, genital, atau abdomen. Bengkaknya mulai dari bawah

ke atas. Bengkaknya tidak nyeri saat disentuh/berjalan.

Page 9: Punya Sarah

6. General medical history

Past history

Demam rematik – Apakah saat kecil pernah sakit tenggorokan disertai dengan demam yang hilang

timbul dan sakit sendi yang berpindah-pindah?

Kongenital – Pas lahir orang tua pernah cerita tidak, apakah bapak/ibu langsung menangis/tidak?

Kebiruan/tidak? Atau apakah ada dokter yang pernah bilang bahwa bapak/ibu mempunyai kelainan

jantung?

COPD – Apakah bapak/ibu mempunyai gangguan/penyakit paru-paru?

Apakah bapak/ibu merokok? [Jika ya] Seberapa banyak?

Apakah ada riwayat asma? [Jika ya] Dari kecil asmanya?

Apakah ada riwayat batuk berdahak dan lama?

Family history

Apakah ada keluarga bapak/ibu yang mempunyai keluhan yang sama?

Occupational history

Sehari-hari kegiatan bapak/ibu ngapain aja? (Klasifikasikan kegiatan sebagai kegiatan ringan,

sedang, atau berat) Lebih sering duduk/jalan?

Nutritional history

Sehari-hari apa saja yang bapak/ibu makan? Apakah bapak/ibu sering makan yang

berlemak/gorengan?

7. History of major risk factors for coronary artery disease

Cigarette smoking

Apakah bapak/ibu pernah merokok? [Jika pernah] Berapa lama? Berapa bungkus sehari? [Jika sudah

berhenti] Kapan terakhir kali merokok?

Hypertension

Apakah bapak/ibu pernah diukur tekanan darah nya? [Jika pernah] Berapa tekanan darahnya?

Apakah bapak/ibu mempunyai darah tinggi? [Jika ya] Sejak kapan? Apakah diobati? Obatnya apa?

Minum obatnya teratur/tidak? Apakah ada penurunan tekanan darah setelah minum obat?

Hypercholesterolemia

Apakah bapak/ibu pernah diperiksa kolesterol/lemak jenuhnya? [Jika pernah] Hasilnya bagaimana?

Diabetes mellitus

Apakah bapak/ibu pernah diperiksa gula darahnya? [Jika tidak] Apakah bapak/ibu mengalami gejala

seperti sering lapar (makan banyak), minum banyak, dan sering buang air kecil?

Apakah bapak/ibu menderita kencing manis? [Jika ya] Sejak kapan? Biasanya berapa kadar gula

setelah puasa dan 2 jam setelah makannya? Diobati tidak? Obatnya apa?

Family history of CAD

Apakah di keluarga (ayah, ibu, saudara kandung) bapak/ibu ada yang punya keluhan/kelainan

jantung? [Jika ada] Maaf, apakah beliau masih hidup sekarang? Penyakit jantung apa?

Apakah di keluarga bapak/ibu ada yang meninggal mendadak? [Jika ada] Umur berapa

meninggalnya? Meninggalnya karena apa? (Seseorang disebut punya keturunan penyakit jantung ketika ada anggota keluarga yang meninggal pada usia:

pria: <50-55 th ; wanita: <65 th)

Baik bapak/ibu, sejauh ini saya menduga bapak/ibu mengalami sumbatan di pembuluh darah jantung

bapak/ibu atau jantung bapak/ibu mengalami pembengkakan sehingga tidak kuat memompa darah ke

seluruh tubuh dan kembali ke jantung. Namun, untuk memastikannya kita perlu melakukan pemeriksaan lebih

lanjut, apakah bapak/ibu bersedia? Terima kasih pak/bu atas kerja samanya.

closing

Page 10: Punya Sarah

1. Sapa, perkenalan, informed consent.

Selamat pagi pak/bu, perkenalkan saya dr. ________, yang sedang berjaga di klinik ini. Sekarang saya akan

melakukan pemeriksaan pada dada terutama jantung bapak/ibu, tujuannya agar mengetahui diagnosis

dari keluhan bapak/ibu. Nanti bapak/ibu akan diminta untuk membuka bajunya. Apakah bapak/ibu

bersedia?

2. Bantu pasien untuk berbaring ke meja pemeriksaan.

3. Cuci tangan.

4. Berdiri di sisi sebelah kanan pasien.

5. Bilang: Saya telah melakukan pemeriksaan fisik seperti general appearance, vital sign, dan mengukur tinggi

dan berat badan.

6. Jugular venous pressure

Buat pasien senyaman mungkin. Cahaya lampu harus cukup

terang.

Taruh bantal di belakang kepala pasien agar otot

sternocleidomastoidnya rileks.

Naikkan meja pemeriksaan sekitar 30°-45°.

Minta pasien untuk menghadapkan kepalanya ke salah satu

sisi.

Cari IJV/ EJV (normalnya tidak terlihat, lakukan bendungan

di dekat clavicula agar tau dimana veinnya).

Letakkan penggaris segitiga di sternal angle pasien dengan

bagian vertikalnya menghadap ke wajah pasien. Penggarisnya jangan ikut kemiringan badan pasien,

harus lurus.

Letakkan penggaris lain setinggi titik kolaps vena. (Titik kolaps vena itu titik dimana venanya sudah tidak

terlihat lagi warnanya/bentuknya.)

Lihat tinggi di bagian vertikal penggaris segitiga dari sternal angle ke titik kolaps vena yang diukur oleh

kedua pertemuan penggaris. Hasilnya ditulis sebagai 5+...... cmH2O.

7. Carotid pulse

Kasurnya masih naik 30°, cek pulsasi arteri karotid.

Dengan jempol kiri (atau jari telunjuk dan tengah kiri), tekan arteri karotid kanan. Tekan terus sampai

terasa pulsasi maksimal.

Hal yang sama dilakukan pada arteri karotid kanan.

JANGAN PERNAH MENEKAN ARTERI KAROTID BERSAMAAN!

Nilai: Amplitudo (kuat/lemah), kontur (kecepatan pengisian darah), dan variasi amplitudo

(reguler/tidak), dan ada atau tidaknya thrill/vibrasi.

[Jika ada thrill] Gunakan stetoskop bagian diafragmanya untuk mendengar bruit. Minta pasien untuk

menahan napasnya.

8. Brachial artery

Lengan pasien berada di samping tubuh pasien dengan telapak tangan terbuka dan ekstensi.

Fleksikan tangan pasien dengan derajat tertentu untuk mendapatkan relaksasi otot yang optimal.

Letakkan tangan kita di bawah siku pasien.

Rasakan denyut arteri brachial dengan menggunakan jari telunjuk dan tengah di medial dari tendon

biceps.

PE for Adult Cardiac Patient

3

neck

arm

Page 11: Punya Sarah

Nilai: Amplitudo (kuat/lemah), kontur (kecepatan pengisian darah), dan variasi amplitudo

(reguler/tidak), dan ada atau tidaknya thrill/vibrasi.

9. Point of Maximal Impulse (PMI)

INSPEKSI Harus dilakukan di ruangan dengan cahaya cukup. Biasanya lokasi PMI di mid clavicular

line ICS 5 kiri.

PALPASI

- Left ventricular area

Gunakan ujung jari yang rapat untuk merasakan PMI di ICS 4/5. Apabila tidak teraba juga, miringkan

pasien ke kiri lalu minta pasien tarik napas, buang napas, lalu tahan. Cek juga thrill dengan menekan

PMI dengan ball of hand (pangkal jari).

Nilai: Lokasi (normal: ICS 4-5), diameter (normal: <2.5 cm, seluas 1 ICS), amplitudo (normal: kecil

dan seperti menepuk), dan durasi (normal: berakhir pada 2/3 awal sistolik sebut aja).

- Right ventricular area

Pasien terbaring miring 30°. Letakkan ujung jari pada ICS 3, 4, dan 5. Rasakan impulsnya.

Nilai: Lokasi, diameter, amplitudo, dan durasi.

PERKUSI

- Cari batas jantung kiri: Perkusi di lateral dari PMI (jadi kalau misalnya PMInya di mid clavicular, ambil

lebih pinggir lagi) yang tadi sudah ditentukan ke arah sternum. Biasanya suara dull akan terdengar di

mid clavicular line.

- Cari batas jantung kanan: Perkusi di mid clavicular line dada kanan, turun ke bawah. Normalnya

terdengar sonor sampai di bawah baru terdengar dull. Itu disebut lung-liver border. Dari situ, naik 1

ICS, lalu mulai perkusi ke arah medial/sternum, nanti akan ketemu suara dull lagi. Itulah batas kanan

jantung. Biasanya di right sternal border.

- Cari batas jantung atas: Dari mid clavicular line kiri, perkusi ke bawah dari ICS 1. Biasanya di ICS 2

sudah terdengar dull, itulah batas jantung atas.

AUSKULTASI

- Tentukan S1 dan S2: Saat auskultasi, sambil pegang arteri radialis juga. S1 bunyinya berbarengan

dengan denyut nadi arteri radialis.

- S3: Normal pada orang usia <40 tahun. Auskultasinya pakai bell. Terdengar setelah S2.

- S4: Terdengar sebelum S1, bunyinya seperti balapan kuda. Patologis!

thorax

Page 12: Punya Sarah

- Murmur Tentukan:

Waktu: Systole (antara S1 dan S2) atau diastole (antara S2 dan S1).

Lokasi: Cari katup yang bunyi bisingnya paling besar, itulah sumbernya.

Penyebaran dari PMI

Intensitas: Untuk systole ada 6 grade, diastole 4 grade.

Pitch: High, medium, low.

Quality: Blowing, rumbling, musical.

Periksa mitral stenosis: Minta pasien miring ke kiri, auskultasi PMInya dengan bell.

Periksa aortic regurgitation: Minta pasien duduk dan sedikit condong ke depan, tekan stetoskop

di sepanjang left sternal border dan apex.

Baik pak/bu, pemeriksaan sudah selesai, silakan mengenakan bajunya kembali. Terima kasih.

Page 13: Punya Sarah

ECG/EKG adalah alat untuk mengukur aktivitas elektrik jantung.

Lead dalam EKG ada 12 Limb leads (6) Bipolar (ada kutub + dan -): Lead I, II, III

Unipolar (ada kutub + saja): Lead aVL, aVR, aVF

Precordial leads (6) V1: ICS 4 parasternal line kanan.

V2: ICS 4 parasternal line kiri.

V3: Antara V2 dan V4.

V4: ICS 5 mid clavicular line kiri.

V5: ICS 5 anterior axillary line kiri.

V6: ICS 5 mid axillary line kiri.

Kertas EKG terdiri atas kotak-kotak. Kotaknya ada yang besar dan yang kecil. 1 kotak besar terdiri dari 5x5 kotak

kecil.

Bagian kotak yang vertikal menghitung voltase/amplitudo. 1 kotak kecil=0.1 mV. Jadi, 1 kotak besar=0.5 mV.

Bagian kotak yang horizontal menghitung waktu. 1 kotak kecil=0.04 s. Jadi, 1 kotak besar=0.2 s.

1. Baca identitas pasien, ditulis di atas.

a. Nama

b. Jenis kelamin

c. Umur

d. Tanggal dan waktu

2. Kalibrasi dan paper speed. Biasanya tertulis di bawah kertasnya. Biasanya kalibrasi: 10 mm/mV. Paper speed:

25 mm/s.

Leads Group

V1, V2, V3, V4 Anterior

I, aVL, V5, V6 Left lateral

II, III, aVF Inferior

aVR —

Normal ECG

4

ECG leads

ECG paper

Page 14: Punya Sarah

Ada beberapa gelombang di EKG:

P wave: Kontraksi atrium. P wave dibagi 2, ½

awal=kontraksi atrium kanan, ½ akhir= kontraksi atrium kiri.

Q wave: Depolarisasi interventricular septum.

R wave: Depolarisasi ventrikel.

S wave

Secara keseluruhan, QRS complex: Kontraksi ventrikel.

T wave: Repolarisasi ventrikel.

Segmen dan interval:

(Segmen: garis saja; interval: gelombang+garis.)

PR segment: Relaksasi atrium.

PR interval: Total seluruh aktivitas atrium.

QRS interval: Depolarisasi ventrikel.

ST segment: Ventrikel mulai relaksasi.

QT interval: Total seluruh aktivitas ventrikel.

3. Regularitas: Lihat jarak antara R wave satu dan yang lainnya (paling nyaman di lead V5). Sama/tidak jaraknya?

Sama=Reguler; tidak sama=irreguler. Variasinya boleh sekitar 0.06 s/1,5 kotak kecil.

Metode: Bisa menggunakan penggaris atau kertas lain yang ditandai jarak R-R nya.

4. Heart rate Reguler:

atau

Irreguler: Hitung jumlah R wave dalam 30 kotak besar dikali 10.

Jumlah HR normal: 60-100 bpm.

5. Ritme: Sumber listrik jantung. Normalnya dari SA node/sinus rhythm.

Disebut sinus bila P wave diikuti oleh QRS complex di semua lead.

Di lead II P wavenya naik, di lead aVR P wavenya turun.

PR interval >0.12 s.

6. P wave: Nilai Kontur: Halus/tidak? Ada notch? [Normal: Halus], monophasic (puncaknya 1)/biphasic (1

puncak 1 lembah)? [Boleh biphasic di lead III.]

Morfologi: (+)/naik di lead: I, aVF, aVL, V4-V6 ; (-)/turun di lead aVR ; biphasic di lead III.

Durasi: 0.12 s (3 kotak kecil). LIHAT DI LEAD II.

Amplitudo: <0.25 mV (2-3 kotak kecil). LIHAT DI LEAD II.

7. PR interval: LIHAT DI LEAD II. Normal: 0,11-0.20 s (3-5 kotak kecil).

8. Q wave Tidak boleh ada di lead V1, V2, dan V3; harus ada di lead V5 dan V6 ; boleh sebesar apapun di

lead III dan aVR. Selain lead yang disebutkan ada Q wave abnormal.

Durasi: <0.04 s (1 kotak kecil). LIHAT DI LEAD V5 DAN V6.

Amplitudo: < ¼ dari amplitudo R wave. LIHAT DI LEAD V5 DAN V6.

ECG wave

Notch

Biphasic

Page 15: Punya Sarah

9. R wave: LIHAT DI LEAD V1-V6. Dari lead V1-V4/V5 akan ada peningkatan amplitudo R wave (biasanya di lead

V4/V5 R wavenya paling tinggi) dan akan memendek di lead V6.

Dilihat secara keseluruhan, kalau secara keseluruhan naik berarti normal.

10. S wave: LIHAT DI LEAD V1-V6. Pada lead V1 dan V2 S wavenya besar (paling tinggi bisa di V1/V2), lalu terjadi

penurunan amplitudo di lead V3-V6, bahkan bisa sampai tidak ada sama sekali.

Dilihat secara keseluruhan, kalau secara keseluruhan turun berarti normal.

11. R/S amplitude ratio: LIHAT DI LEAD V1 & V2. Hitung amplitudo R wave dan S wave; bandingkan. Normal: <1,

karena di lead V1 dan V2 normalnya S wave lebih besar dibanding R wave.

(Gampangnya tinggal lihat sekilas, kalau S wave lebih besar daripada R wave otomatis hasilnya <1, jadi gak dihitung pun

gapapa.)

12. QRS duration: LIHAT DI LEAD II. Normal: 0.07-0.11 (<3 kotak kecil).

13. QRS amplitude: Hitung amplitudo R wave di lead V5/V6 (ambil yang paling tinggi) dan S wave di lead V1/V2

(ambil yang paling tinggi). Amplitudo R wave + S wave tersebut harus <35 kotak kecil.

14. QRS axis

LIHAT DI LEAD I DAN aVF. Bandingkan amplitudo R wave dan S wavenya; kalau amplitudo R < S = (+) ;

amplitudo R > S = (-). Tips: Tidak usah dihitung, dilihat sekilas aja. Kalau emang gak beda jauh ukurannya, baru dihitung.

Interpretasi Lead I (+), aVF (+): Normal.

Lead I (+), aVF (-): Left axis deviation.

Jika aVF (-), cek dulu ke lead II. Jika lead II (+): Normal; (-): Abnormal.

Lead I (-), aVF (+): Right axis deviation.

Lead I (-), aVF (-): Extreme right axis deviation. Penjelasan: Arah gerak leadnya sesuai panah. Lead I (+): ke kiri, aVF (+): ke bawah ; lead I (-): ke kanan,

aVF (-): ke atas. Normal: Resultan geraknya akan di kuadran kiri bawah (garis ungu).

Pada LAD, karena lead I nya ke kiri (+), sedangkan aVFnya ke atas (-), jadi resultan

geraknya ke kuadran kiri atas (garis hijau putus-putus).

Pada RAD: Lead I ke kanan, aVF ke bawah Kanan bawah (garis oranye putus-putus).

15. ST segment: LIHAT DI SEMUA LEAD. Normalnya sejajar PR segment (isoelectric).

Variasi <0.2 mV. Bisa naik (upsloping), bisa turun (downsloping).

Cara tahu elevasi/depresi: Lihat J-point (titik pertemuan antara akhir S wave dan ST

segment).

16. T wave: LIHAT DI SEMUA LEAD.

T wave (+) di semua lead kecuali lead aVR. Biphasic di V1.

Amplitudonya 1/3-2/3 dari R-wave.

++Note: Kalau misal di suatu lead T wave (-), lead selanjutnya (+), selanjutnya lagi (-) itu tidak masalah. Tapi kalau

berurutan (lebih dari 2), itu abnormal. Jadi sebenarnya tidak mutlak semua lead (+) T wavenya.

17. U wave: Repolarisasi purkinje fibers. Setelah T wave. Biasanya tidak ada; tanda dari hypokalemia. Paling

menonjol di lead V1 dan V2.

18. QTc interval:

= .... Normal: <0.46 s.

19. Kesimpulan: Ritme? Regularitas? HR? Wave (Ada gelombang abnormal? [Jika ya] Dimana?)

Pasien memiliki ritme ______, regularitas ______ dengan heart rate ___ bpm. Gelombang-gelombangnya

normal, jadi pasien ini normal.

I

aVF

Page 16: Punya Sarah
Page 17: Punya Sarah
Page 18: Punya Sarah

(Untuk check list-nya sesuai dengan yang normal ya, disini bakal fokus bahas yang abnormalnya saja.)

1. Baca identitas pasien, ditulis di atas.

a. Nama

b. Jenis kelamin

c. Umur

d. Tanggal dan waktu

2. Kalibrasi dan paper speed. 3. Regularitas: Regular, irregular (regularly irregular [ada pola], irregularly irregular [gak ada pola]).

4. Heart rate.

5. Ritme:

a. Sinus: Semua P wave diikuti dengan QRS complex.

b. Atrial: Ada P wave, tapi tidak semua diikuti dengan QRS complex.

c. Junctional/AV node: Tidak ada P wave.

d. Ventricular: Tidak ada P wave, durasi QRS lebar.

6. P wave: Kontur? Morfologi? Durasi? Amplitudo?

7. PR interval.

8. QRS complex.

9. R/S amplitude ratio.

10. QRS complex duration.

11. QRS complex amplitude.

12. QRS complex axis.

13. ST segment.

14. T wave.

15. QTc interval.

16. Kesimpulan: Ritme? HR? Wave?

Pasien memiliki ritme ______, regularitas ______ dengan heart rate ___ bpm. Ada kelainan di

gelombang/segmen/interval ______ lead ________ berupa _________, jadi pasien ini mengalami __________.

Type Regularity HR (bpm) P wave PR interval QRS duration

Sinus bradycardia Regular <60

Sinus tachycardia Regular >100

Sinus arrhythmia Irregular

Atrial fibrillation Irregularly

irregular 350-650

Fibrillatory;

banyak

N/A (karena

tidak jelas)

Atrial flutter Regular/varia

ble 220-430

Saw-toothed

appearance N/A

Supraventricular

tachycardia Regular >150 Kecil, kadang (-)

Memendek,

kadang (-)

Sempit (≤0.12

s)

Junctional rhythm Regular 40-60

Inversi/tidak

ada/setelah

QRS

<0.12 s Sempit (≤0.12

s)

Idioventricular rhythm Regular 20-40 (-)/tidak

berhubungan N/A Lebar (≥0.12 s)

Ventricular extrasystole Irregular (-) (-) Lebar (≥0.12 s)

Ventricular tachycardia Regular >100 (-) (-) Lebar (≥0.12 s)

Ventricular fibrillation Extremely

irregular 300-600 (-) N/A

Fibrillatory

baseline; lebar

(≥0.12 s)

Ventricular asystole (-) (-) (-) or (+) N/A (-)

Arrhythmia & Hypertrophy ECG

5

arrhythmia

Variasi QRS complex:

Page 19: Punya Sarah

Supraventricular extrasystole

Page 20: Punya Sarah

Coarse

Fine

Ventricular Tachycardia

+ Torsades de pointes

Page 21: Punya Sarah

AV BLOCK

BUNDLE BRANCH BLOCK

Kanan Kiri

QRS duration: >0.10 s

- 0.10 – 0.12 s Incomplete RBBB

- ≥ 0.12 s Complete RBBB

S wave lebar di lead I dan V6

Ada RSR’ wave ; R’ wave-nya lebar di lead V1

QRS duration: >0.10 s

- 0.10 – 0.12 s Incomplete LBBB

- ≥ 0.12 s Complete LBBB

R wave lebar, kadang ada notch di lead I, V5, V6

QRS interval: >0.08 s

rS atau QS di lead V1, disertai rotasi searah jarum

jam

Type Regularity HR (bpm) P wave PR interval QRS duration

First degree AV block Regular

Memanjang

(>0.20 s),

konstan

Sempit (≤0.12

s)

Second degree AV block

(Mobitz type I) Irregular

Makin lama

makin panjang

sampai QRS

hilang, lalu

berulang

Second degree AV block

(Mobitz type II)

Atrial:

Regular

Ventricular:

Irregular

Atrial rate

lebih cepat

dari

ventricular

rate

, tapi ada P

yang tidak

diikuti QRS.

(Jumlah P >

QRS)

atau

memanjang,

tapi konstan

Sempit atau

lebar

Third degree AV block Regular

Atrial

normal dan

lebih cepat

dari

ventricular

tapi tidak

berhubungan

dengan QRS

(-) karena

atrium dan

ventrikel

berdetak

sendiri-sendiri

block

Second Degree AV Block • Mobitz 2

Page 22: Punya Sarah

Right Bundle Branch Block

Left Bundle Branch Block

Kanan Kiri

P wave tinggi dan lancip di lead II, III, aVF.

- Amplitudo ≥ 0.25 mV (2,5 kotak kecil)

- Durasi ≤ 0.11 s

P pulmonale

- Lead II (tinggi)

- Lead V1 (biphasic; gelombang awal, naik

tingginya ≥ 1,5 kotak)

P mitrale

- Lead II: P wave punya 2 puncak; durasi ≥0.12

s

- Lead V1: Biphasic; P terminal (yang akhir,

turun) tingginya ≥ 1 mm dan lebar ≥ 0.04 s

Atrial abnormality

Page 23: Punya Sarah

Kanan Kiri

Rasio R/S >1 di lead V1 (lebih besar R)

Right axis deviation

Tall R di lead V1-V3

Voltase ventrikel kiri naik

- QRS amplitude ≥ 35 kotak kecil

- Tinggi R ≥ 11 mm di lead aVL

Depresi ST segment & inversi T wave (strain

pattern) di lead V6

Left axis deviation

Tall R di lead V4-V6

Ventricular hypertrophy

Strain pattern

Page 24: Punya Sarah
Page 25: Punya Sarah
Page 26: Punya Sarah
Page 27: Punya Sarah

(Untuk check list-nya sesuai dengan yang normal ya, disini bakal fokus bahas yang abnormalnya saja.)

1. Baca identitas pasien, ditulis di atas.

a. Nama

b. Jenis kelamin

c. Umur

d. Tanggal dan waktu

2. Kalibrasi dan paper speed. 3. Regularitas.

4. Heart rate.

5. Ritme.

6. P wave: Kontur? Morfologi? Durasi? Amplitudo?

7. PR interval.

8. Q wave Tidak boleh ada di lead V1, V2, dan V3; harus ada di lead V5 dan

V6 ; boleh sebesar apapun di lead III dan aVR. Selain lead yang

disebutkan, kalau ada Q wave abnormal.

Durasi: <0.04 s (1 kotak kecil). LIHAT DI LEAD V5 DAN V6.

Amplitudo: < ¼ dari amplitudo R wave. LIHAT DI LEAD V5 DAN V6.

Q wave patologis: Durasi dan amplitudo meningkat. Contoh, pada gambar A

menunjukkan bahwa durasi Q nya lebih dari 0.04 s sedangkan B menunjukkan

amplitudo Q lebih dari ¼ amplitudo R wave.

9. R wave: LIHAT DI LEAD V1-V6. Dari lead V1-V4/V5 akan ada peningkatan

amplitudo R wave (maksudnya di lead V4/V5 itu R wavenya paling tinggi) dan akan memendek di lead V6.

Dilihat secara keseluruhan, kalau secara keseluruhan naik berarti normal.

Di infarct pola R wave terganggu (poor R wave progression). Walau tanpa Q wave patologis, kalau ada poor

progression ini: anterior infarct.

10. S wave.

11. R/S amplitude ratio.

12. QRS complex duration.

13. QRS complex amplitude.

14. QRS complex axis.

15. ST segment: Normalnya ST segment sejajar dengan PR interval (isoelectric); pada infarct pasti ada elevasi

dari ST segment. Bentuknya biasanya naik dan kadang nyambung dengan T wave. Tentukan elevasi-depresi

dari J point.

AMI ECG

6

Page 28: Punya Sarah

16. T wave

Normalnya T wave naik, kecuali di lead aVR.

Amplitudo: 1/3-2/3 dari R wave.

Adanya inversi T wave tidak spesifik dalam menandakan

adanya infarct, namun dapat menandakan adanya ischemia.

Saat awal onset infarct T wave akan meninggi dan sempit.

(Gambar A)

Beberapa jam setelahnya: T wave akan inversi. (Gambar B)

Inversi T wave pada ischemia biasanya simetris, kadang

asimetris dengan variasi gentle down-slope dan rapid up-

slope.

17. QTc interval.

18. Kesimpulan: Ritme? HR? Wave?

Pasien memiliki ritme ______, regularitas ______ dengan heart rate ___ bpm. Ada kelainan di

gelombang/segmen ____ lead ________ berupa _________, jadi pasien ini mengalami infarct _________ (dan

ischemia _____________ [kalau ada]).

Perubahan-perubahan yang terjadi pada ischemia-infarct:

Elevasi ST segment: PASTI infarct.

Depresi ST segment: Ada 2 kemungkinan; kalau muncul sendirianischemia ATAU ada infarct di dinding

yang berdekatan (misal ada infarct di inferior, yang lead anterior/lateral bisa ada depresi ST segment).

T wave: Amplitudo naik ; Inversi infarct ; Sedikit inversi ischemia.

Q wave patologis: PASTI infarct.

Positif (transmural) infarct kalau:

Elevasi ST segment pada area infarct.

Depresi ST segment pada area berlawanan/berdekatan dengan area infarct.

Q wave patologis.

Penurunan voltase (poor proggression) R wave.

Inversi T wave: Tidak spesifik.

Seluruh keabnormalitasan ini ditemukan di 2 lead/lebih.

Non-Q wave infarction (subendocardial infarct): Ada inversi T wave dan depresi ST segment.

Lokasi ischemia/infarct: Harus abnormal di 2 lead/lebih di satu lokasi. (Misal, bisa dibilang infark inferior kalau ada

abnormalitas di lead V1-

Anterior infarct: Abnormal di lead V1-V4.

Lateral infarct: Abnormal di lead I, aVL. Konfirmasi ke lead V5-V6.

Inferior infarct: Abnormal di lead II, III, aVF.

Right lateral infarct: Lihat lead aVR. Biasanya bersamaan dengan infarct inferior. Untuk konfirmasi, pasang

lead V3R & V4R.

J point

Page 29: Punya Sarah

Posterior infarct: Ada mirror image di lead V1-V2. Curiga kalau ada R wave tinggi dan depresi ST segment >1

kotak kecil. Indikasi pemasangan lead V7-V9.

Anteroseptal: Abnormal di lead V1-V3.

Evolusi EKG pada infarct: EKG pada infarct berbeda-beda pada setiap fase. Jadi, harus setiap 30 menit di EKG ulang.

Jika tidak menemukan ST elevation, coba cari Q wave patologis. Mungkin infarct-nya sudah lama.

Q wave tetap ada walau

yang lain sudah normal

Page 30: Punya Sarah
Page 31: Punya Sarah
Page 32: Punya Sarah
Page 33: Punya Sarah
Page 34: Punya Sarah

1. Sapa, perkenalan, ambil data pasien.

TANYA NAMA PRIMARY CARE TAKER. Bisa jadi yang sering ngurus anaknya di rumah bukan orang tuanya, tapi

pengasuh/baby sitter.

Selamat pagi pak/bu, perkenalkan saya dr ________, yang sedang berjaga di klinik ini. Dengan bapak/ibu

siapa? Yang sakit siapa? Baik, sebelumnya saya akan mengisi data diri anak bapak/ibu terlebih dahulu.

Maaf saya sambil menulis.

a. Nama

b. Usia

c. Jenis kelamin

d. Alamat

2. Tanya chief complaint.

Jadi, anaknya kenapa pak/bu? Ada yang bisa saya bantu?

Dijawabnya: Anak saya kelihatan kebiruan di ujung jari, bibir, dan lidahnya, dok.

PRESENT HISTORY

3. Sejak kapan? (Biasanya hitungan bulan; kronis.)

4. Dari sejak lahir atau tidak? Saat masih di rumah sakit atau saat sudah di rumah?

5. Terjadinya tiba-tiba atau muncul perlahan?

6. Terjadinya spontan atau setelah kejadian tertentu? (Biasanya setelah kejadian tertentu.)

7. Permanen atau hilang timbul?

8. Apa yang memperingan dan memperparah? Apakah kebiruannya makin parah setelah makan/nangis?

9. Pernahkah anak bapak/ibu nangis tidak terkontrol sampai sesak nafas dan muncul kebiruan yang makin

parah? [Jika ya]

Biasanya pada saat terjadi hal tersebut, anak bapak/ibu bernapas cepat dan dalam atau malah menahan

napas?

Munculnya pada saat pagi baru bangun tidur atau pada saat setelah makan?

Biasanya terjadi berapa lama?

Seberapa sering kejadiannya?

10. Pernah sampai pingsan atau tidak?

11. Apakah suka jongkok setelah lari atau jalan yang lelah? Apakah anak ibu suka duduk sambil memegang

lututnya saat lelah? [SESUAIKAN DENGAN UMUR PASIEN]

PAST HISTORY

12. Apakah anak bapak/ibu suka terlihat lemas?

13. Apakah anak bapak/ibu sering istirahat saat sedang bermain sama temannya? [SESUAIKAN DENGAN UMUR

PASIEN]

14. Apakah anak bapak/ibu dadanya sering berdebar-debar saat digendong? [Jika ya] Biasanya setelah apa?

15. Apakah anak bapak/ibu ada pembengkakan pada kaki, pergelangan kaki, kelopak mata, wajah, atau perut?

16. Apakah anak bapak/ibu punya kesulitan dalam meningkatkan berat badan?

17. Apakah anak bapak/ibu pertumbuhannya lebih lambat? Bagaimana ukuran tubuhnya dibandingkan dengan

teman sebayanya? Bagaimana hasil KMSnya?

18. Apakah anak bapak/ibu diberi susu ASI atau botol?

Kalau botol, berapa banyak minumnya biasanya? Seberapa sering?

Kalau ASI, biasanya berapa lama minumnya? Seberapa sering? Suka tersedak atau tidak?

Biasanya setelah minum susu, anak bapak/ibu akan tidur atau nangis?

19. Apakah anak bapak/ibu kurang nafsu makannya?

20. Anak bapak/ibu sudah bisa apa saja sekarang? (Bandingkan dengan development milestones.)

21. Biasanya anak ibu bisa naik berapa anak tangga sebelum akhirnya kelelahan?

22. Apakah anak bapak/ibu bisa berdiri, lari, atau berbicara beberapa kata?

HT for Pediatric Cardiac Patient

7 Cyanotic congenital heart disease

Page 35: Punya Sarah

23. Apakah anak bapak/ibu sering terkena demam dengan batuk dan mengi/bengek? (Untuk mengetahui infeksi

pernapasan.) [Jika ya] Seberapa sering terjadinya?

24. Apakah anak bapak/ibu keringatnya berlebih?

25. Apakah anak bapak/ibu sedang meminum obat sekarang?

26. Apakah anak bapak/ibu pernah mengalami kejang? [Jika ya] Seberapa sering? Berapa kali? Berapa lama?

GESTATIONAL AND NATAL HISTORY

27. Apakah ibu/istri bapak pernah sakit pada saat hamil anak ini? [Jika ya] Sakit apa?

28. Apakah ibu/istri bapak pernah mengalami ruam dengan demam pada saat hamil anak ini? (Infeksi rubella.)

29. Apakah di rumah bapak/ibu memiliki binatang peliharaan?

30. Apakah selama ibu/istri bapak hamil pernah mengonsumsi obat-obatan tertentu? (Waspada jika obat-obat

seperti phenytoin atau tetracycline.)

31. Apakah ibu/istri bapak bekerja? [Jika ya] Dimana? Kerja apa?

32. Apakah selama kehamilan anak ini ibu/istri bapak pernah menjalani pemeriksaan rontgen/X-ray?

33. Apakah ibu/istri bapak punya penyakit diabetes?

34. Berapa umur ibu/istri bapak? Berapa umur suami ibu/umur bapak?

35. Waktu lahir, anak bapak/ibu berat bedannya berapa?

36. Apakah ibu/istri bapak ada riwayat meminum minuman beralkohol pada saat hamil? [Jika ya] Seberapa sering?

37. Apakah ibu/istri bapak ada riwayat merokok pada saat hamil? [Jika ya] Berapa banyak? Seberapa sering?

FAMILY HISTORY

38. Apakah di keluarga bapak/ibu ada yang memiliki riwayat penyakit jantung bawaan?

Baik pak/bu, setelah ini saya akan melakukan pemeriksaan fisik pada anak bapak/ibu guna mengetahui

diagnosis lebih lanjut, terima kasih.

1. Sapa, perkenalan, ambil data pasien.

TANYA NAMA PRIMARY CARE TAKER.

Selamat pagi pak/bu, perkenalkan saya dr ________, yang sedang berjaga di klinik ini. Dengan bapak/ibu

siapa? Yang sakit siapa? Baik, sebelumnya saya akan mengisi data diri anak bapak/ibu terlebih dahulu.

Maaf saya sambil menulis.

a. Nama

b. Usia (biasanya di atas 5 tahun.)

c. Jenis kelamin

d. Alamat

2. Tanya chief complaint.

Jadi, anaknya kenapa pak/bu? Ada yang bisa saya bantu?

Dijawabnya: Anak saya demam dan nyeri sendi, dok.

DEMAM DAN NYERI SENDI

3. Dari kapan munculnya?

4. Nyeri sendinya disertai dengan bengkak? Merah? Hangat? Nyeri saat disentuh?

5. Nyerinya pindah-pindah sendi/tidak?

6. Apa yang memperparah? Yang memperingan?

7. Apakah anak bapak/ibu bisa berjalan?

8. Apakah anak bapak/ibu mengonsumsi obat untuk nyeri? (Aspirin)

9. Apakah anak bapak/ibu punya riwayat radang tenggorokan sebelumnya?

CARDITIS

10. Apakah anak bapak/ibu ada sesak?

11. Apakah anak bapak/ibu dadanya berdebar?

12. Apakah anak bapak/ibu terlihat lemas?

13. Apakah anak bapak/ibu sering istirahat saat sedang bermain dengan temannya?

14. Apakah anak bapak/ibu memiliki bengkak di kaki, pergelangan kaki, kelopak mata, atau perut?

ERYTHEMA MARGINATUM

15. Apakah anak bapak/ibu memiliki ruam kemerahan? [Jika ya]

Acute rheumatic fever

Page 36: Punya Sarah

Dimana? Apakah di kaki, badan, atau lengan?

Gatal/tidak?

Nyeri/tidak?

SYDENHAM’S CHOREA

16. Apakah anak bapak/ibu memiliki gerakan tidak sadar seperti orang menari dengan emosi yang tidak stabil?

17. Apakah anak bapak/ibu memiliki kelemahan otot?

SUBCUTANEOUS NODULES

18. Apakah anak bapak/ibu memiliki benjolan? [Jika ya]

Dimana? Apakah di siku, pergelangan tangan, pergelangan kaki, di dekat tumit (tendon Achilles),

belakang kepala atau di tonjolan tulang belakang?

Keras/lunak?

Gatal/tidak?

Nyeri/tidak?

Dapat digerakan/tidak?

FAMILY HISTORY

19. Apakah di keluarga bapak/ibu ada yang memiliki penyakit jantung rematik?

1. Sapa, perkenalan, ambil data pasien.

TANYA NAMA PRIMARY CARE TAKER.

Selamat pagi pak/bu, perkenalkan saya dr ________, yang sedang berjaga di klinik ini. Dengan bapak/ibu

siapa? Yang sakit siapa? Baik, sebelumnya saya akan mengisi data diri anak bapak/ibu terlebih dahulu.

Maaf saya sambil menulis.

a. Nama

b. Usia

c. Jenis kelamin

d. Alamat

2. Tanya chief complaint.

Jadi, anaknya kenapa pak/bu? Ada yang bisa saya bantu?

Dijawabnya: Anak saya demam, dok.

DEMAM

3. Dari kapan munculnya?

4. Munculnya tiba-tiba atau berangsur?

5. Apakah anak bapak/ibu memiliki riwayat penyakit jantung bawaan?

6. Apakah anak bapak/ibu memiliki riwayat penyakit jantung rematik?

7. Apakah anak bapak/ibu memiliki riwayat pencabutan gigi, operasi, atau baru saja sakit?

8. Apakah anak bapak/ibu memiliki riwayat diinfus?

FENOMENA IMUNOLOGIS

9. Apakah anak bapak/ibu memiliki benjolan yang nyeri dan merah di jarinya? (Osler nodes)

10. Apakah anak bapak/ibu memiliki ruam merah dan tidak nyeri di daerah telapak tangan dan kaki? (Janeway

lesions)

11. Apakah anak bapak/ibu memiliki gangguan penglihatan, jadi seperti ada bintik-bintik hitam pada saat

melihat? (Roth spots)

12. Apakah anak bapak/ibu memiliki pendarahan seperti garis lurus di bawah kukunya? (Splinter hemorrhages)

FENOMENA EMBOLIK

13. Apakah anak bapak/ibu ada pendarahan pada air kencingnya? (Renal infarcts)

14. Apakah anak bapak/ibu ada nyeri pada pinggang kiri? (Splenic infarcts)

15. Apakah anak bapak/ibu ada gejala seperti lemah anggota tubuh sebelah, mulut miring? (Stroke-like

symptoms; cerebral emboli)

16. Apakah anak bapak/ibu ada nyeri dada dan sesak? (Pulmonary embolism)

Infective endocarditis

Page 37: Punya Sarah

HISTORY TAKING

1. Sapa, perkenalan, tanya keluhan.

Selamat pagi pak/bu, perkenalkan saya dr ________, yang sedang berjaga di klinik ini. Dengan bapak/ibu

siapa? Ada keluhan apa bapak/ibu datang kemari?

2. Lokasinya di mana pak/bu?

3. Dari kapan munculnya? Tiba-tiba atau berangsur?

[Jika ada ulcer] Munculnya setelah terluka atau muncul secara berangsur?

4. Seberapa sering nyerinya?

5. Nyerinya terus-terusan atau hilang-timbul?

6. Jika posisi kakinya dinaikkan, berpengaruh tidak pada nyerinya?

7. Nyerinya mempengaruhi kegiatan sehari-hari atau tidak, seperti tidur, bekerja? (Bisa juga tanyanya,

“Biasanya bisa kerja berapa lama? Karena nyeri ini jadi makin berkurang/tidak kerjanya?”)

8. [Jika ada ulcer] Luka terbukanya sekarang makin sembuh atau malah makin parah?

9. Nyerinya makin parah/tidak jika sedang berjalan? Saat dingin? Saat sedang emosi?

10. Ada riwayat operasi, diabetes, penyakit jantung, darah tinggi, stroke, atau konsumsi alkohol?

11. Apakah bapak/ibu merokok? [Jika ya] Berapa banyak? Sudah berapa lama? [Jika tidak] Pernah merokok?

PHYSICAL EXAMINATION

Baik pak/bu, sekarang saya akan memeriksa kaki bapak/ibu sesuai dengan keluhannya tadi. Nanti saya akan

meminta bapak/ibu untuk menggulung celana bapak/ibu. Apakah bapak/ibu bersedia?

BANDINGKAN KEDUA KAKI!!

1. Inspeksi

Dilihat apakah ada perubahan warna. [Jika ada] Apakah warnanya menjadi pucat, kemerahan, kebiruan,

atau hitam?

Pertumbuhan rambut.

Pertumbuhan kuku.

Atropi otot.

Bengkak.

Adanya ulcer/gangrene. [Jika ada] Lokasi? Basah/kering? Ada pus/tidak?

2. Palpasi

Temperatur. Panas/dingin? Caranya dengan menyusuri kulit dengan punggung jari. Biasanya dingin.

Capillary filling. Cek di semua jari kaki.

Swelling/edema. [Jika ada] Pitting/non-pitting?

Nyeri.

Denyut pembuluh darah. Cek dengan 3 jari.

- Dorsalis pedis a. : Di antara jempol dan jari telunjuk kaki.

- Posterior tibial a. : Dibelakang malleolus medial. Pencet halus

saja.

- Popliteal a. : Tekuk sedikit kakinya, pegang belakang lutut.

- Femoral a. : Di dekat inguinal.

- Abdominal aorta: Di lateral dari umbilicus.

- Radial a.

- Ulnar a. : Sejajar kelingking jari tangan. Pencet halus saja.

- Brachial a. : Ke arah medial tangan.

- Carotid a.

HT PE of Peripheral Vascular Diseases

8 Arterial disease

Page 38: Punya Sarah

Baik pak/bu, pemeriksaan sudah selesai, silakan rapikan celananya kembali. Terima kasih.

HISTORY TAKING

1. Sapa, perkenalan, tanya keluhan.

Selamat pagi pak/bu, perkenalkan saya dr ________, yang sedang berjaga di klinik ini. Dengan bapak/ibu

siapa? Ada keluhan apa bapak/ibu datang kemari?

2. Lokasinya di mana pak/bu?

3. Apakah ada bengkak? [Jika ada] Dari kapan?

4. Apakah ada varises yang terlihat jelas pada saat berdiri?

5. Apakah ada nyeri? [Jika ada] Terus-terusan/hilang timbul? Apakah membaik jika mengangkat kaki? Apakah

memburuk jika berdiri?

6. Apakah ada perubahan pada kulit bapak/ibu?

7. Apakah ada luka terbuka/borok (ulcer)? [Jika ada] Apakah membaik atau makin parah dari hari ke hari?

8. Apakah ada riwayat operasi, diebetes, keganasan (kanker), stroke, hamil, atau penggunaan pil KB?

9. Apakah di keluarga ada yang mengalami hal serupa?

10. Apa pekerjaan bapak/ibu? Apakah pekerjaannya menuntut bapak/ibu untuk berdiri dalam waktu yang lama?

PHYSICAL EXAMINATION

Baik pak/bu, sekarang saya akan memeriksa kaki bapak/ibu sesuai dengan keluhannya tadi. Nanti saya akan

meminta bapak/ibu untuk menggulung celana bapak/ibu. Apakah bapak/ibu bersedia?

BANDINGKAN KEDUA KAKI!!

1. Inspeksi Minta pasien untuk berdiri tegak.

Telangiectasia.

Long saphenous atau short saphenous varicosities.

Stray varicosities: Varises di selain long/short saphenous vein.

Blowout: Varises tapi cuma titik, kalau dipencet membal.

Popliteal a.

Abdominal aorta Carotid a. Brachial a.

Venous disease

Page 39: Punya Sarah

Perubahan warna kulit Merah, biru, hiperpigmentasi, atau ada warna gelap di supra medial

malleolar/gaiter.

Ulcer Lokasi? Ukuran?

Swelling/edema.

2. Palpasi Minta pasien tidur.

Temperatur Lebih hangat?

Bengkak Pitting/non-pitting?

Nyeri?

Homans’ test Pegang lutut dan ujung kaki bersamaan, dorsofleksikan

kaki pasien. Apakah nyeri? Jika (+) maka tanda DVT.

3. Brodie-Trendelenburg test: Untuk mengetahui adanya ketidakmampuan perforating/saphenous vein.

Minta pasien untuk tidur, lalu naikkan kaki pasien sampai semua vena kolaps. Pasang torniquet pada

pangkal paha.

Minta pasien untuk berdiri. Dalam 30 detik, lihat apakah ada pengisian vena superfisial. Jika ada maka (+),

jika tidak (-).

Pasien tetap berdiri; lalu lepas torniquetnya. Dalam 30 detik, lihat apakah ada pengisian vena superfisial.

Jika ada, maka (+), jika tidak (-).

Interpretasi:

- + Incompetent sapheno-femoral vein

+ - Incompetent perforating vein

+ + Both veins are incompetent

Baik pak/bu, pemeriksaan sudah selesai, silakan rapikan celananya kembali. Terima kasih.

Telangiectasia

Long saphenous

varicosities

Short saphenous

varicosities

Page 40: Punya Sarah

RS 1 Anterior Nasal Packing

2 Oxygen Therapy for Adults

3 HT of Dyspnea in Children

4 Nebulization for Children

5 HT Respiratory in Adults

6 PE Respiratory in Adults

7 Acid Fast Staining Procedure

8 Heimlich Maneuver and Needle Thoracostomy

Page 41: Punya Sarah

1. Sapa, perkenalan, informed consent.

Pagi pak/bu, saya dr. ________ yang bertugas jaga di klinik ini. Dengan bapak/ibu siapa? Baik pak/bu, saya

akan memasang tampon pada hidung bapak/ibu, tujuannya untuk menghentikan pendarahan pada

hidung bapak/ibu. Rasanya akan sedikit sakit dan kurang nyaman, tetapi saya akan berusaha sebaik

mungkin dan berhati-hati. Apakah bapak/ibu bersedia?

2. Cek alat.

Nasal speculum (1)

Pinset bionet/pinset hidung (2)

Gunting

Tongue spaltel

Masker

Gloves

Lidocaine/xylocaine spray

Tampon (anterior pack petrolatum gauze)

yang sudah dilapisi vaseline dan antibiotik

Plester

Baskom dengan cairan antiseptik

Tempat sampah

Kapas alkohol

Sumber cahaya (lampu/head lamp)

3. Cuci tangan dengan sabun antiseptik, keringkan.

4. Pakai sarung tangan dan masker (pelindung diri).

5. Pakai head lamp (lampu berada di antara kedua mata, cek cahaya).

6. Minta pasien duduk, tenang. Kita duduk dengan kaki saling menyamping

dengan pasien.

7. Cek lokasi pendarahan dengan nasal speculum di lubang hidung pasien.

Cara pegang: Jempol di engsel spekulum, telunjuk memfiksasi hidung pasien,

3 jari lainnya memegang gagang spekulum.

8. Masukkan spekulum ke dalam lubang hidung pasien, tangan yang lain bisa membantu untuk membantu

melebarkan lubang hidung pasien. Buka spekulumnya ke arah atas, bukan ke dasar hidung. Jangan tutup

spekulum selama di dalam rongga hidung. Saat menutup, tutup dulu ½ lalu cabut, baru tutup full, takut

kecabut bulu hidungnya.

9. Dengan tongue spaltel, cek pendarahan di orofaring. Apakah ada darah merembes?

Cara pegang: Yang benar itu yang melengkung ke bawah. Pegang seperti pensil.

10. Berikan anestesi lokal topikal dengan cotton swab yang dicelup di 1% lidocaine + 1-2 tetes epinephrine

yang telah diencerkan dengan perbandingan 1:1000 Masukkan ke lubang hidung Biarkan 3-5 menit.

11. Setelah 3-5 menit Keluarkan cotton swab, gerakan memutar, pelan-pelan Cek lagi pendarahan dari

hidung pasien Katakan bahwa hidung pasien akan baal. JANGAN makan ½ jam kedepan!

12. Pasang tampon yang sudah dilapisi vaseline dan antibiotik dengan metode layering ke arah posterior

choanae.

Anterior Nasal Packing

1

Cara masukinnya: Pegang pinset bayonet seperti

memegang sumpit, jepit kapasnya secara horizontal di

sepanjang pinset yang bengkok ke atas.

Page 42: Punya Sarah

13. Cek apakah tampon terlihat di orofaring. (Seharusnya tidak terlihat.)

14. Apabila terlihat di orofaring ulangi prosedur.

15. Fiksasi nasal packing dengan perban dan plester. Jangan sampai menutupi lubang hidung yang satunya.

16. Bilang ke pasien: Pak/bu, bapak kembali 48 jam lagi ya, sementara bernapas lewat 1 lubang hidung dan

mulut. Nanti saya akan berikan ibu antibiotik untuk mencegah infeksi. Jika diperlukan, saya akan memberikan

terapi oksigen, infus, maupun transfusi darah.

17. Taruh seluruh instrumen di baskom berisi cairan antiseptik, lalu lepas pelindung diri dan head lamp.

18. Setelah 48 jam, lepas tampon dengan gerakan memutar. Tampung dengan kidney basin di bawah hidung

pasien. Cek apakah masih ada pendarahan dari hidung dan orofaring.

Cara masukinnya: Tamponnya dibagi 2 dulu, ada yang panjang & pendek. Yang pendek kira-kira sepanjang

ujung pinset yang bengkok ke atas. Jepit seperti di gambar.

Lalu, buka hidung pake nasal speculum Dorong tampon perlahan dengan pinset sampai mentok di bagian

pinset yang bengkok Sisakan yang pendek di luar, yang dilayer itu yang panjang dulu. Sisain sedikit di luar

Setelah yang panjang habis, rapikan yang pendek. Jangan terlalu menjuntai ke luar, cuma harus tetap kelihatan

ujungnya.

Page 43: Punya Sarah

1. Sapa, perkenalan

Selamat pagi pak/bu, saya dr. ________ yang sedang berjaga di klinik ini. Dengan bapak/ibu siapa?

2. Informed consent

Baik pak/bu, sekarang saya akan memberikan oksigen kepada bapak/ibu melalui selang/masker untuk

mengurangi sesak nafas yang bapak/ibu rasakan agar bapak/ibu dapat bernafas lebih lega. Apakah

bapak/ibu bersedia?

3. Cek alat!

4. Sebelum memulai prosedur terapi oksigen saya akan mencuci

tangan terlebih dahulu untuk mencegah penyebaran infeksi

nosokomial.

5. Putar regulator knob tabung silinder oksigen ke arah open.

Cek silinder gauge (jarumnya bakal naik) untuk memastikan

kecukupan oksigen di dalam tabung.

6. Isi botol reservoir (humidifier bottle) hingga batas air

dengan air yang steril.

7. Hubungkan humidifier bottle dengan oxygen flowmeter

dan dengan selang. Atur kecepatan flowmeter sesuai yang

diminta, pastikan bagian tengah bola berada di garis indikator

sesuai dengan liter/menit yang diresepkan.

(Botolnya dimasukkin ke nipple adapternya, selangnya dihubungin dengan tonjolan di botolnya.)

Pertama kita mulai terapi dengan menggunakan nasal cannula.

Inspeksi masing-masing lubang hidung dengan menggunakan penlight.

Cek apakah terdapat sumbatan, polip, edema, dan deviasi septum, atau

obstruksi lainnya. Jika kedua lubang hidung mengalami obstruksi,

lakukan pemberian oksigen melalui masker.

Cek apakah nasal prong lurus, halus, dan melengkung. Letakkan bagian

nasal prong yang melengkung menghadap dasar lubang hidung.

Posisi ini mencegah obstruksi lumen kanula oleh mukosa nasal, yang akan

menurunkan laju oksigen.

Hubungkan nasal cannula dengan alat humidifikasi (colok pada nipple di botol

humidifikasi) lalu atur kecepatan flowmeter pada <6 L/menit atau 4-6 L/menit.

Pastikan udara keluar pada nasal prong.

Kemudian, lingkarkan selang kanula ke belakang telinga pasien dan bawah dagu

pasien lalu atur adjuster ke atas untuk fiksasi kanula. Jika menggunakan plester untuk

fiksasi, letakan plester pada kepala pasien diatas telinganya.

Kita tunggu 2-3 menit, setelah itu tanya, “Pak/bu, masih sesak?”. Cek juga jumlah

pernapasannya (respiration rate).

Jika masih sesak, maka kita ganti nasal cannula dengan menggunakan simple oxygen mask.

Pilih ukuran masker yang sesuai, yang paling nyaman dan paling tertutup untuk pasien.

Hubungkan selang, masker, dan alat humidifikasi ke flowmeter.

Atur kecepatan flowmeter sesuai dengan yang diresepkan (biasanya 5-10 L/menit).

Pastikan udara keluar melalui masker. Tutup dulu lubangnya untuk memastikan.

Oxygen Therapy for Adults

2

Nasal cannula

Simple Oxygen mask

Page 44: Punya Sarah

Pasangkan masker pada pasien, pastikan masker menutupi seluruh hidung dan

mulut pasien, agar tidak ada udara yang keluar.

Pasang strapnya ke belakang kepala, fiksasi hidung, kencangkan strap pada

masker bila perlu.

Kita tunggu 2-3 menit, setelah itu tanya, “Pak/bu, masih sesak?”. Cek juga

jumlah pernapasannya (respiration rate).

Jika masih sesak, maka kita ganti simple oxygen mask dengan menggunakan

partial rebreathing mask.

Pilih ukuran masker yang sesuai, yang paling nyaman dan

paling tertutup untuk pasien.

Hubungkan selang, masker (yang tidak ada katup), dan alat

humidifikasi ke flowmeter.

Atur kecepatan flowmeter sesuai dengan yang diminta,

biasanya antara 6-15 L/menit, tergantung kebutuhan

pasien.

Sebelum dipasangkan, kembangkan terlebih dahulu

reservoir bag dengan menutup lubang di dekat bag.

Setelah itu baru pasangkan masker pada pasien, pastikan

masker menutupi seluruh hidung dan mulut pasien, agar

tidak ada udara yang keluar.

Pasang strapnya ke belakang kepala, fiksasi hidung,

kencangkan strap pada masker bila perlu.

Saat pasien bernafas, perhatikan reservoir bag, reservoir bag seharusnya mengempis sedikit saat inspirasi.

Kita tunggu 2-3 menit, setelah itu tanya, “Pak/bu, masih sesak?”. Cek juga jumlah pernapasannya

(respiration rate).

Jika masih sesak, maka kita ganti partial rebreathing mask dengan menggunakan non-rebreathing mask.

Pilih ukuran masker yang sesuai, yang paling nyaman dan

paling tertutup untuk pasien.

Hubungkan selang, masker (yang ada katup), dan alat

humidifikasi ke flowmeter.

Atur kecepatan flowmeter sesuai dengan yang diminta,

biasanya antara 6-15 L/menit (>10 L/min), tergantung

kebutuhan pasien.

Sebelum dipasangkan, kembangkan terlebih dahulu

reservoir bag dan pastikan valve nya ber fungsi dengan

baik

Setelah itu baru pasangkan masker pada pasien, pastikan

masker menutupi seluruh hidung dan mulut pasien, agar

tidak ada udara yang keluar.

Pasang strapnya ke belakang kepala, fiksasi hidung,

kencangkan strap pada masker bila perlu.

Saat pasien bernafas, perhatikan reservoir bag, reservoir bag seharusnya mengempis sedikit saat inspirasi

dan pada saat ekspirasi katup akan terbuka dan reservoir bag akan mengembang.

Kita tunggu 2-3 menit, setelah itu tanya, “Pak/bu, masih sesak?”. Cek juga jumlah pernapasannya

(respiration rate).

Jika masih sesak, maka kita akan melakukan prosedur intubasi.

Partial rebreathing Oxygen mask

Non-rebreathing Oxygen mask

Page 45: Punya Sarah

TAMBAHAN

Saat ujian bisa saja diminta menerangkan mengenai venturi mask (ada lubang untuk mengeluarkan udara, tidak

semua udara masuk), mask ini biasa digunakan untuk penanganan COPD, mask ini lebih akurat karena kita bisa

kecepatan flowmeter sesuai dengan FIO2 yang kita inginkan.

Page 46: Punya Sarah

1. Sapa, perkenalan, ambil data pasien.

Selamat pagi pak/bu, perkenalkan saya dr ________, yang sedang berjaga di klinik ini. Dengan bapak/ibu

siapa? Yang sakit siapa? Baik, sebelumnya saya akan mengisi data diri anak bapak/ibu terlebih dahulu.

Maaf saya sambil menulis.

a. Nama lengkap

b. Tanggal lahir/usia

c. Jenis kelamin

d. Alamat

e. No. telp

f. Nama dokter sebelumnya

2. Tanya chief complaint.

Jadi, anaknya kenapa pak/bu? Ada yang bisa saya bantu?

3. Kapan munculnya? Tiba-tiba atau berangsur?

4. Durasinya berapa lama?

5. Spontan atau setelah kejadian tertentu?

6. Ini yang pertama kali atau sudah berulang-ulang?

7. Faktor yang memperparah? Yang memperingan?

8. Ada riwayat penyakit apa?

9. Sesaknya saat istirahat atau saat beraktivitas?

10. Waktu sesak sudah diberikan obat apa? [Jika ya] Apakah membaik?

11. Apakah ada riwayat alergi?

12. Apakah ada riwayat tersedak dan muntah?

13. Apakah ada demam?

14. Apakah ada batuk? [Jika ya] Batuknya seperti bangkong/tidak?

15. Apakah napasnya berisik?

16. Apakah ada bunyi mengi/bengek?

17. Apakah ada bunyi ngorok?

18. Apakah ada kebiruan pada ujung jari, lidah, dan bibir?

19. Apakah ada riwayat kejang atau sampai tidak sadarkan diri?

20. Berat lahir anak bapak/ibu berapa?

21. Apakah anak ini lahir cukup bulan?

22. Apakah saat lahir anak ini mengalami gangguan pernapasan? Apakah pernah diberikan bantuan pernapasan

lewat selang?

23. Makannya bagaimana selama ini?

24. Pertumbuhannya bagaimana? Baik? Berat badannya naik terus/tidak?

25. Sudah bisa apa saja?

26. Bagaimana dengan hubungan sosialnya di sekolah atau teman di lingkungan rumah?

27. Apakah imunisasinya sudah lengkap? [SESUAIKAN DENGAN UMUR PASIEN]

Sudah pernah imunisasi yang disuntik di lengan kanan atas pada usia <2 bulan? (BCG)

Sudah pernah imunisasi yang disuntik di paha pada usia >2 bulan dan dilakukan 3 kali? (DPT)

Sudah pernah imunisasi campak pada usia 9 bulan?

Sudah pernah imunisasi polio pada usia 4 bulan?

Sudah pernah imunisasi pneumococcal pada usia 4 bulan? (Mahal, jarang dilakukan.)

28. Apakah sebelumnya anak bapak/ibu sakit? Apakah pernah masuk rumah sakit? Apakah pernah minum

obat tertentu?

29. Apakah ada riwayat bepergian ke tempat flu babi?

30. Apakah anak bapak/ibu sebelumnya pernah asma atau TB?

31. Apakah anak bapak/ibu pernah dites sebelumnya? [Jika ya] Hasilnya apa?

HT of Dyspnea in Children

3

Features of breathing difficulty

Previous history

Page 47: Punya Sarah

32. Apakah di keluarga ada yang sakit serupa?

33. Apakah di keluarga ada yang menderita penyakit infeksi saluran napas seperti batuk pilek, atau ada yang

asma, atau menderita batuk berkepanjangan (TB)?

34. HIV orang tua (recurrent pneumonia)

Apakah ini perkawinan pertama bapak/ibu?

Apakah bapak/ibu pernah menggunakan obat-obatan dengan cara disuntik? (IV drug abuse)

Apa pekerjaan bapak/ibu?

35. Apakah sekarang anak bapak/ibu sedang mengonsumsi obat? [Jika ya] Obatnya apa? Berapa kali sehari?

36. Constitutional

Apakah ada demam?

Apakah ada penurunan berat badan?

Apakah ada keringat pada malam hari?

Apakah anak bapak/ibu terlihat lemas?

Apakah ada rasa nyeri?

37. Respiratory

Apakah ada rasa sesak di dada?

Apakah ada dahak? [Jika ya] Banyak/tidak? Warnanya apa?

Apakah gejalanya muncul pada saat beraktivitas?

Apakah ada batuk darah?

Apakah ada nyeri dada?

38. Cardiovascular

Sejauh ini, apakah pernah ada dokter yang bilang bahwa anak bapak/ibu menderita kelainan jantung?

Apakah anak bapak/ibu pernah menjalani operasi jantung sebelumnya?

39. Gastrointestinal

Bagaimana BABnya anak bapak/ibu? Baik atau sembelit atau diare?

Bagaimana nafsu makan anak ibu sekarang?

40. Genitourinary

Bagaimana kencingnya anak bapak/ibu?

41. Nervous

Apakah anak bapak/ibu pernah kejang di rumah?

Apakah anak bapak/ibu pernah pingsan?

Apakah anak bapak/ibu menderita cerebral palsy atau down syndrome?

42. Family diabetes

Apakah di keluarga bapak/ibu ada yang menderita diabetes?

43. Apakah di rumah ada yang merokok? [Jika ya]

Siapa yang merokok?

Seberapa sering merokoknya?

Merokoknya dekat anak bapak/ibu atau tidak? [Jika jawab jauh] Seberapa jauh? Berapa kira-kira jarak

antara tempat bapak/ibu merokok dengan anak bapak/ibu?

44. Di rumah, bapak/ibu memasak menggunakan apa? Kompor gas, kayu bakar?

45. Apakah di rumah bapak/ibu memiliki binatang peliharaan?

46. Apakah di lingkungan rumah bapak/ibu memiliki suhu yang dingin?

47. Apakah di lingkungan rumah bapak/ibu terdapat pabrik?

48. Bagaimana dengan ventilasi di rumah bapak/ibu? Baik/buruk?

Family history

History of current medication

Other significant illnesses (ddx)

Environmental history

Page 48: Punya Sarah

Baik pak, bu, pertanyaannya sekian dulu, nanti saya akan lanjutkan dengan pemeriksaan fisik untuk

mengetahui diagnosis lebih lanjut. Terima kasih.

Kasus waktu skills lab:

Pneumonia: Berangsur, batuk, pilek, demam tinggi, orang tua juga sedang sakit flu, berat badan sulit

naik (lebih kecil dari anak lain), lahir kurang bulan, BBLR, minum ASI sedikit, banyak debu, asap, baru

pertama kali.

Croup: Batuk bangkong, tidak demam/sedikit demam.

TB: TIDAK ADA BATUK, berat badan sulit naik, tiap bulan sakit.

Kalau nanya tentang TB harus hati-hati banget, orang tuanya suka tersinggung kalau dibilang TB. Masih tabu di masyarakat.

Asma: Mendadak, sesak nafas, dada seperti tertekan, pagi-pagi suka berair hidungnya, suka bersin

juga, ada keturunan asma, tidak demam, kalau capek suka timbul, diobati dengan ventolin, sudah

pernah sebelumnya, berat badan turun, pernah diuap di UGD, tidak gaul di sekolah.

Page 49: Punya Sarah

1. Mouthpiece

2. Tombol on-off

3. Air outlet (tempat

colok tube

mouthpiece/masker)

4. Bacterial filter

5. Canister

6. Tube

7. Kabel listrik

8. Canister holder

9. Jet nebulizer

1. Sapa, perkenalan, tanya identitas pasien, tanya keluhan.

Selamat pagi pak/bu, perkenalkan saya dr ________, yang sedang berjaga di klinik ini. Dengan bapak/ibu

siapa? Yang sakit siapa? Nama anak bapak/ibu siapa? Umurnya berapa?

Ada keluhan apa anak bapak/ibu? (Nanti akan dijawab sesak napas.)

2. Informed consent.

Jadi pak/bu, saya akan melakukan prosedur terapi nebulisasi/penguapan pada anak bapak/ibu, fungsinya

untuk melegakan pernapasan anak bapak/ibu. Nanti anak bapak/ibu akan dipakaikan masker atau

mouthpiece ini, nanti napas seperti biasa.

Apakah bapak/ibu bersedia?

3. Cuci tangan menggunakan 6 steps.

4. Cek alat.

Cek tipe nebulizer (ada yang jet dan

ultrasonic).

Baca manual pemakaian nebulizer.

Cek apakah nebulizer, canister,

mouthpiece/facemask, bacterial filter

(dibuka filternya), dan tubenya bersih.

5. Buka canister dan masukkan baffle ke dalam canister. Lalu masukkan

obat salbutamol 2.5 mg, bisa ditambah dengan NaCl bila kurang

volumenya (volume minimal 2-4 ml) bisa jadi 5-7 ml.

6. Tutup canister (sampai terdengar bunyi klik), hubungkan canister dengan

mouthpiece (untuk anak usia >6 tahun) atau dengan facemask (untuk

anak usia <6 tahun).

7. Sambungkan canister dengan tube, colok ke nebulizer. Taruh di canister

holder.

8. Colok kabel listrik pada nebulizer ke stop kontak lalu nyalakan nebulizer

(tekan tombol on).

9. Pastikan ada uap yang keluar dari mouthpiece/facemask.

10. Jelaskan ke pasien.

Pak/bu, saya akan memasangkan masker ke anak ibu. Anak bapak/ibu

duduknya tegak ya, nanti anak bapak/ibu disuruh napas biasa saja.

(Untuk anak <6 tahun.)

Pak/bu, saya akan memasangkan mouthpiece ke anak ibu. Anak bapak/ibu duduknya tegak ya, nanti anak

bapak/ibu disuruh ambil napas lewat mulut lalu keluarkan lewat hidung. (Untuk anak >6 tahun)

Konfirmasi juga anaknya mengerti/tidak.

11. Pasangkan facemask menutupi hidung dan mulut pasien ATAU pasang mouthpiece di mulut pasien, dipasang

selama 10-15 menit untuk jet nebulizer dan 3-5 menit untuk ultrasonic nebulizer.

Tanya pasien nyaman/tidak.

12. Setelah 10-15 menit (jet nebulizer)/3-5 menit (ultrasonic nebulizer), tanya kepada pasien apakah masih

sesak/tidak. (Untuk anak <3 tahun, tanya sesak atau tidaknya lewat bapak/ibunya.) Cek juga RR-nya untuk

konfirmasi.

13. Jika sudah tidak sesak, dokumentasikan prosedur.

Hari/tanggal

Nama pasien

Nama operator

Jenis prosedur: Nebulisasi menggunakan

salbutamol.

Respon pasien

14. Lepaskan peralatan, cuci menggunakan sabun dan air mengalir. Boleh juga direbus, namun facemask dan tube

tidak boleh direbus. Keringkan.

Nebulization for Children

4

Page 50: Punya Sarah

PRESENT ILLNESS (SESUAIKAN DENGAN CHIEF COMPLAINT)

Lokasi

Kualitas

Keparahan (Severity)

Waktu (onset, durasi, frekuensi)

Setting (terjadinya saat apa?)

Faktor yang memicu, memperparah, atau memperingan

Manifestasi lain

1. Sapa, perkenalan

Pagi pak/bu, saya dr. ________ yang bertugas jaga di klinik ini.

2. Identitas pasien

Baik, sebelumnya saya akan mengisi data diri bapak/ibu terlebih dahulu. Maaf saya sambil menulis.

a. Nama

b. Usia

c. Jenis kelamin

d. Alamat

e. Pekerjaan

f. Agama

g. Suku

h. Status pernikahan

3. Keluhan

Ada keluhan apa pak/bu? (Bisa dijawab sesak napas, batuk, atau nyeri dada.)

4. Informed consent

Baik pak/bu, saya akan menanyakan beberapa pertanyaan mengenai keluhan atau masalah yang

bapak/ibu alami sehingga datang kesini, tujuannya agar saya dapat mengetahui apa yang bapak/ibu

derita, sehingga saya dapat memberikan pengobatan yang tepat. Apakah bapak/ibu bersedia?

Waktu

Sejak kapan?

Apakah semakin memburuk? Cepat atau perlahan?

Sesaknya kadang-kadang atau terus-menerus?

Tiba-tiba atau berangsur?

Hilang timbul?

Faktor yang memperparah

Apa sesaknya memburuk jika posisi bapak/ibu telentang?

Memburuk jika menghadap ke kanan/kiri?

Memburuk jika sedang beristirahat/aktivitas?

Memburuk jika ada alergen/iritan (misal kena asap, makan seafood, dingin), infeksi pernapasan (pilek),

emosi?

Faktor yang memperingan

Apa sesaknya berkurang jika posisi bapak/ibu duduk tegak atau istirahat?

Apa sesaknya berkurang jika batuk/mengeluarkan dahak?

Apa sesaknya berkurang jika menghindari faktor-faktor yang memberatkan tadi?

Gejala lain

Apakah ada batuk?

Apakah ada sesak saat berbaring (orthopnea)?

Apakah bapak/ibu suka terbangun pada malam hari karena sesak?

Apakah bapak/ibu mengalami batuk berdahak yang lama?

Apa bapak/ibu pernah terkena infeksi pernapasan yang berulang?

Ada bunyi mengi/bengek?

Dyspnea (Sesak napas)

HT Respiratory in Adults

5

Page 51: Punya Sarah

Apakah dadanya sakit saat tarik napas panjang/batuk/bersin? (DDx: pleuritic pain)

Apakah ada demam? Batuk berdarah? Berdebar-debar dan nyeri dada?

Setting

Biasanya sesaknya terjadi saat sedang apa?

Apakah bapak/ibu ada riwayat penyakit jantung?

Apakah bapak/ibu ada riwayat merokok, terpapar asap rokok, polusi udara, dan mengalami infeksi

pernapasan berulang?

Apakah di sekitar bapak/ibu ada yang sedang sesak juga?

Apakah sesaknya terjadi saat marah?

Apa ibu sedang dalam masa pemulihan setelah operasi?

Apa ibu baru selesai perawatan dan berbaring di tempat tidur dalam jangka waktu yang lama?

Apa ibu sedang cemas?

Nyerinya di dada sebelah mana? (Sisi kanan atau kiri dada?)

Nyerinya menyebar/tidak? (Misal: Ke leher, punggung.)

Seperti apa rasanya? (Misal: Ditusuk/terbakar/tersayat/ditekan beban berat.)

Seberapa parah sakitnya? Pilih skala 1-10. Dari tidak nyeri sampai tidak bisa melakukan apa-apa ATAU apakah

sampai mengganggu aktivitas bapak/ibu?

Sejak kapan nyeri dadanya pak/bu? Sudah berapa lama? Seberapa sering nyerinya terasa?

Hal apa yang memperparah? Apakah makin nyeri ketika bapak/ibu batuk dengan napas dalam?

Hal apa yang meringankan nyeri dada bapak/ibu? (Istirahat? Duduk? Berdiri? Berbaring ke satu sisi?)

Apa ada keluhan/gejala lain?

Apa bapak/ibu batuk?

Batuknya kering/berdahak?

Apakah sering batuknya? Sampai mengganggu aktivitas/tidak pak/bu?

Dahaknya sedikit atau banyak?

Kadang-kadang/terus-menerus batuknya?

Apa batuknya berdahak, lama, dan terus menerus? [Persistent chronic bronchitis]

Dahaknya warna apa? Bau/tidak? Kental/encer?

Batuknya baru-baru ini atau sudah lama? Sudah berapa lama?

Apakah batuknya memburuk pada malam hari? Kalau pagi hari bagaimana?

Hal apa yang memperparah batuk bapak/ibu?

Hal apa yang memperingan batuk bapak/ibu?

Apa ada keluhan lain?

Setelah bertanya present illness sesuai chief complaint, tanya ini!!!

Past history: Apa bapak/ibu ada darah tinggi? Diabetes/kencing manis? Sakit jantung? Pernah kecelakaan?

Pernah dioperasi?

Apakah sebelumnya sudah pernah diobati? [Jika ya] Obatnya apa? Dosisnya berapa? Didiagnosis apa? Apakah

membaik?

Family history: Apa di keluarga bapak/ibu ada yang menderita asma? Alergi?

Occupational history: Kerja di pabrik atau jalan raya (polusi udara tinggi, paparan tembaga, asbestos, silika)?

TB contact: Apakah ada di sekitar bapak/ibu yang batuk lama dan minum obat selama enam bulan?

Smoking history: Apakah bapak/ibu merokok? [Jika ya] Berapa batang sehari? [Jika tidak] Apakah di sekitar

bapak/ibu ada yang merokok?

Baik bu, pertanyaan yang saya ajukan sudah selesai, selanjutnya saya akan melakukan pemeriksaan fisik ya bu.

Terima kasih atas kerjasamanya.

Chest pain (nyeri dada)

Cough (batuk)

General medical history

Page 52: Punya Sarah

Role Play for History Taking of Pulmonary Disease in Adult

PROBLEM 1

Identity : Mr. Haposan Sipayung, 64-year old, male

Chief complaint : Cough

General appearance : Patient look mild shortness of breath

Description of complaint :

Mr. Haposan has been admitted through the emergency room because of a 2 day history of cough, shaking chills, and sputum

production. The sputum is yellow in color. The patient’s temperature has been 39 0C. In addition to the fever, the patient

complains of mild dyspnea and severe right lower chest pain during inspiration. He denies ankle edema, wheezing, palpitations,

orthopnea, or paroxysmal nocturnal dyspnea.

Past medical history:

Illness: High blood pressure

Familial illness: None

Occupational history: Carpenter

Pets: None

Travel: None

Surgeries: Removal of basal cell carcinoma o her nose and sigmoid colon polypectomy

Marital status: Married 40 years

Medication: Paracetamol

Smoking history: 40 pack years

Allergies: None

PROBLEM 2

Identity : Mr. Asep, 35 y.o.

Chief complaint : Chest pain

General appearance : Patient look dyspnea

Description of complaint :

Mr. Asep, a 35-year old male who has been treated on the psychiatric ward of the hospital for approximately 30 days. He was

without physical complaints until the afternoon of the request, when he noticed a sharp pain in his right chest and slight

dyspnea while playing table tennis. The pain was of sudden onset, became worse with breathing, and improve when he held his

breath. It radiated through to his back but no to his shoulder or jaw. It did not change with exercise or change in position. He

has no other complaints and specifically denies a history of asthma, and allergies. He also denies cough, fever, sputum

production, night sweats, and orthopnea.

Past medical history:

Illnesses: Childhood diseases, including measles and mumps

Familial illness: None

Occupational history: Truck driver for a local egg company

Travel: Patient has not travelled outside of bandung

Hobbies: Table tennis, bike racing

Surgeries: Appendectomy at age 12 and tonsillectomy at age 13

Marital status: Married with one child

Medication: Haloperidol

Smoking history: 45 pack years (started at age 12)

Allergies: Penicillin

PROBLEM 3

Identity : Anti, 16 years old, female, occupation student of senior high school.

Chief complaint : Difficulty in breathing

General appearance : Patient look shortness of breath

Description of complaint :

Since 2 days ago patient felt difficulty of breath, this symptom persisted and even increasingly felt worse especially in the night

and there was wheezing. She has also productive cough with yellowish sputum.

Page 53: Punya Sarah

1. Sapa, perkenalan, informed consent.

Selamat pagi pak/bu, saya dr ________, yang sedang berjaga di klinik ini. Dengan bapak/ibu siapa? Baik

pak/bu, berdasarkan keluhan utama bapak/ibu saya akan melakukan pemeriksaan fisik pada leher dan

dada bapak/ibu. Nanti bapak/ibu akan diminta untuk membuka bajunya. Apakah bersedia?

2. Bantu pasien untuk berbaring di meja pemeriksaan.

3. Cuci tangan dengan sabun dan air, kemudian keringkan.

4. Pemeriksa harus berada di sebelah kanan pasien.

5. Bilang: Saya telah melakukan pemeriksaan fisik seperti general appearance, vital sign, dan mengukur tinggi

dan berat badan.

Baik pak/bu, pertama saya akan memeriksa kelenjar di bagian kepala dan leher bapak/ibu.

Sudah merasa nyaman disini pak/bu? Rileks saja ya pak/bu.

Minta pasien duduk, lalu sedikit menunduk saat pemeriksaan.

(Jadi, waktu meriksa lymph node preauricular sampai tonsilar, wajah pasien masih agak nunduk, selanjutnya

minta pasien menghadapkan wajahnya ke salah satu sisi).

Palpasi dengan menggunakan ujung jari telunjuk dan tengah. Gerakkan kulit diatas jaringan disetiap

daerah.

Jika terdapat pembesaran atau nodul, deskripsikan:

a. Lokasi

b. Jumlah

c. Ukuran diameter

d. Konsistensi

e. Dapat

digerakan/tidak

f. Nyeri/tidak

g. Discrete/confluence

Palpasi pada bagian:

1) Pre auricular – Depan telinga.

2) Posterior auricular – Permukaan mastoid prosesus.

3) Occipital – Dasar posterior tengkorak.

4) Tonsilar – Sudut mandibula.

5) Submandibular – Di tengah di antara angle dan ujung mandibula.

6) Submental – Di midline beberapa cm di belakang ujung

mandibula.

7) Superficial cervical – Superfisial sternocleidomastoid.

8) Posterior cervical – Sepanjang batas anterior trapezius; di

belakang SCM.

9) Deep cervical chain – Di dalam sternocleidomastoid. Untuk

memeriksanya, kaitkan ibu jari dan telunjuk di sisi otot

sternocleidomastoid, palpasi lebih dalam (maksudnya kayak

digeser SCM-nya).

10) Supraclavicular – Di dalam sudut yang dibentuk oleh klavikula dan otot sternocleidomastoid; di atas

tulang klavikula.

Pasien duduk.

Inspeksi trakea untuk melihat adanya deviasi dari posisi midline.

Letakkan jari-jari di sepanjang sisi trakea, perhatikan/rasakan space antara

trakea dan sternocleidomastoid

Bandingkan kedua sisi. Normalnya harus simetris; jari kita akan masuk ke dalam

spacenya.

PE Respiratory in Adults

6

Lymph node

trachea

Page 54: Punya Sarah

ANTERIOR THORAX

Pak, bisa tolong dibuka bajunya?

Inspeksi

Minta pasien untuk berbaring.

Posisi pemeriksa berada di tengah menghadap wajah pasien (di ujung meja pemeriksaan).

Minta pasien napas, inspeksi bentuk dada dan bentuk pergerakan dada pasien.

Perhatikan apakah terdapat:

a. Deformitas/asimetri

b. Retraksi abnormal pada interspace saat inspirasi.

c. Gangguan gerakan respirasi pada satu atau kedua sisi.

Palpasi

DAERAH-DAERAH DADA ANTERIOR

Identifikasi suprasternal notch. (Bagian yang cekung di antara 2

klavikula.)

Pindahkan jari 5cm kebawah dari notch tersebut.

Temukan bony horizontal ridge yang menghubungkan

manubrium dengan body of sternum (sternal angle).

Pindahkan jari ke lateral dan temukan tulang rusuk dan kartilago

kostal ke-2.

Dari sini, turunkan jari ke interspace dibawahnya.

Intercostal space dibawah tulang rusuk ke-2 adalah intercostal

space ke-2.

DAERAH-DAERAH SEKELILING DADA

Midsternal line dan vertebral line adalah garis vertical ke bawah yang membagi sternum menjadi 2 dan

vertebra menjadi 2.

Identifikasi ujung klavikula, midclavicular line adalah garis vertical ke bawah yang terletak di titik tengah

klavikula.

Anterior dan posterior axillary line adalah garis vertical ke bawah dari anterior dan posterior lipatan axilla.

Midaxillary line adalah garis yang ditarik ke bawah dari apex axilla.

TES EKSPANSI PERNAPASAN

Letakkan ibu jari disekitar tulang rusuk 10, tangan pemeriksa

mengenggam tulang rusuk sebelah lateral kanan dan kiri.

Gerakan tangan sedikit ke medial untuk menaikkan lipatan kulit

diantara ibu jari dan spine.

Minta pasien untuk menarik nafas yang dalam.

thorax

Page 55: Punya Sarah

Lihat perbedaan kedua ibu jari saat inspirasi dan rasakan sejauh mana dada mengembang dan apakah

gerakan pernafasan simetris atau tidak.

TACTILE FREMITUS

Gunakan ball (pangkal jari-jari di telapak tangan) atau permukaan ulnar

tangan [boleh pilih yang paling sensitif, beda-beda tiap orang], dan

letakkan di kedua sisi dada secara simetris.

Minta pasien untuk mengatakan “tujuh tujuh”.

Ulangi pemeriksaan di area lain secara simetris.

Perkusi

Hiperekstensi jari tengah tangan kiri.

Tekan bagian interphalangeal bagian distal secara lembut pada permukaan untuk melakukan perkusi.

Hindari kontak dengan bagian tangan lain.

Dekatkan lengan kanan ke jari kiri tadi. Jari tengah tangan kanan harus sedikit fleksi, rileks, dan siap

mengetuk.

Ketuk pleximeter finger dengan jari tengah tangan kanan (plexor) dengan cepat, kuat, namun dengan

gerakan pergelangan tangan yang rileks.

Tujukan ketukan pada sendi interphalangeal bagian distal.

Perhatikan perbedaan intensitas, pitch, dan durasi dari suara perkusi, pelajari percussion note.

Auskultasi

Minta pasien untuk bernafas yang dalam dengan mulut terbuka.

Dengarkan suara pernafasan dengan stetoskop bagian diafragma.

Pindahkan stetoskop dari satu sisi ke sisi lain paru-paru untuk membandingkan apakah simetris atau

tidak (daerah auskultasinya sama dengan perkusi).

Identifikasi pola suara pernafasan berdasarkan intensitas, pitch, dan durasi saat fase inspirasi dan

ekspirasi.

Suara pernafasan normal: vesicular, bronchovesicular, bronchial.

Dengarakan suara tambahan pernafasan lainnya seperti crackles, wheezing, ronchi.

Jika terdengar crackle, dengarkan:

a. Seberapa keras, pitch, durasi

b. Jumlah

c. Waktu pada siklus pernapasan

d. Lokasi pada chest wall

e. Pola

f. Suara saat batuk/berubah posisi

Page 56: Punya Sarah

Jika terdengar wheeze atau ronchi, perhatikan durasi, lokasi, dan perubahan saat bernafas yang dalam

atau batuk.

Jika terdengar suara nafas abnormal yang terletak pada bronchi dan bronchovascular, lanjutkan untuk

mengetahui tranmisi suara.

Dengan stetoskop, periksa area di dada secara simetris, saat:

- Minta pasien untuk mengucapkan “tujuh tujuh”, jika terdengar suara yang lebih keras dan jelas disebut

bronchophony.

- Minta pasien untuk mengucapakam “eee”, normalnya terdengar bunyi suara E panjang yang teredam.

Jika terdengar “ay” berarti terdapat egophony.

- Minta pasien untuk berbisik “tujuh tujuh” atau “satu dua tiga”. Normalnya terdengar tidak jelas/hampir

tidak terdengar. Jika terdengar suara yang keras dan jelas disebut whispered pectoriloquy.

(Jadi, auskultasi napas biasa dulu tujuh-tujuh eee bisik tujuh tujuh)

POSTERIOR THORAX

Palpasi

DAERAH-DAERAH DADA POSTERIOR

Minta pasien sedikit menunduk.

Temukan tonjolan tulang yang paling menonjol.

Yang paling menonjol adalah C7. Dibawahnya adalah T1.

Ketika terdapat prosesus yang terlihat menonjol hampir sama, itu adalah C7 dan T1.

Kemudiakan rasakan dan hitung prosesus dibawahnya.

Perkirakan lokasi sudut inferior scapula, biasanya terletak pada ICS 7.

TACTILE FREMITUS

Gunakan ball (pangkal jari-jari di telapak tangan) atau permukaan ulnar tangan,

dan letakkan di kedua sisi dada secara simetris.

Minta pasien untuk mengatakan “tujuh tujuh”.

Ulangi pemeriksaan di area lain secara simetris.

Perkusi & Auskultasi Caranya sama dengan yang anterior.

Baik pak/bu, pemeriksaan sudah selesai, silakan mengenakan

bajunya kembali. Terima kasih.

Page 57: Punya Sarah

1. Cuci tangan, pakai gloves.

2. Bersihkan glass slide dengan alcohol 95% ATAU dibakar 2-3 kali (jangan didiamin lama,

kalau udah kena api langsung tarik lagi slidenya, baru kenain api lagi) supaya hilang lemak

di slidenya.

3. Tandai daerah oval sekitar 2x3 cm dengan marker, lalu balik glass slidenya untuk

menaruh specimen.

4. Panaskan inoculating loop sampai merah, lalu dinginkan.

5. Buka container sputum, ambil sputum dengan loop terutama di bagian yang disertai

bercak darah dan bagian paling kental lalu taruh tengah tanda yang tadi dibuat. (HATI-

HATI KEBALIK.)

6. Masukkan inoculating loop ke pasir alkohol sambil diputar-putar agar sputumnya tidak

menempel lagi, lalu panaskan dan letakkan di rak.

7. Smear sputum dengan tusuk gigi sesuai coiling method (melingkar) sampai menyebar ke seluruh area.

8. Letakkan tusuk gigi di pasir alkohol.

9. Keringkan glass slide dengan udara.

10. Fiksasi dengan api 3x.

1. Letakkan glass slide yang sudah di smear di atas rak.

2. Tuang carbol fuchsin di glass slide.

3. Panaskan dengan kapas+spiritus, bakar dari bawah selama 5 menit.

(Setelah mencelupkan kapas ke spiritus, di peras dulu agar spiritusnya tidak banyak dan apinya tidak besar.

Apinya jangan terlalu dekat dengan slide. Apinya juga jangan diam di satu titik, sambil gerak-gerak. Kalau slide

sudah mulai berasap, matikan apinya. Lalu bakar lagi.)

4. Dinginkan selama 1 menit.

5. Cuci dengan air.

6. Decolorization dengan chloric acid-alcohol 95%, sampai

warna ungunya hilang. (Lihat gambar.)

7. Cuci dengan air.

8. Kasih methylene blue sebagai counterstain selama 1 menit.

9. Cuci dengan air.

10. Keringkan, bisa dibiarkan kering di udara atau dilap oleh kertas saring, tapi harus sangat hati-hati, jangan

sampai tergores atau terhapus.

(Cuci tangan+pakai gloves dulu ya, takut beda station )

1. Nyalakan mikroskop.

2. Putar lensa objektif ke perbesaran 100x.

3. Naikkan kondensor, buka diafragma.

4. Letakkan glass slide di meja preparat mikroskop. Hati-hati

terbalik! Raba dulu, yang kasar yang benar.

5. Teteskan dengan minyak imersi 1 tetes.

6. Naikkan meja preparat sampai mentok, lalu turunkan

perlahan-lahan dengan pemutar makro sampai terlihat

bayangan seperti titik-titik.

Acid Fast Staining Procedure

7 Smear preparation

Ziehl-neelsen staining

interpretation

Page 58: Punya Sarah

7. Fokuskan dengan menggunakan pemutar mikro. Di setiap fokus suka ketemu bakteri baru, jadi lihatnya

dari setiap arah jarum jam (arah jam 12, 1, 2, dst.)

8. Ciri Mycobacterium tuberculosis: Warnanya merah, seperti garis atau kadang

bulat, kadang juga membentuk gumpalan.

9. Metode pengecekan lapang pandang adalah 1 per 1 dari atas kebawah kiri ke kanan

(seperti cek blood smear).

10. Di cek lapang pandang sampai dapat 100 lapang pandang. Geser lapang

pandangnya gak usah terlalu jauh, yang penting udah beda selnya.

11. Catat hasil pendapatan bakteri di kertas. Kertasnya terdiri dari tabel 10x10, 1 kotak

diisi untuk hasil penemuan 1 lapang pandang/HPF.

12. Interpretasi berdasarkan IUALTD:

No acid fast bacilli (AFB) found in 100 HPF: Negative.

1-9 AFB/100 HPF: Report the number of bacteria.

10-99 AFB/100 HPF: + or +1.

1-10 AFB/1 HPF: ++ or +2.

>10 AFB/1 HPF: +++ or +3.

If 1-3 AFB/100 HPF, repeat exam using new specimen, if still 1-3 report as negative, if 4-9 report as

positive.

13. Jika sudah selesai, matikan lampu, kembalikan kondensor dan diafragma ke tempat semula.

14. Lepaskan preparat dari meja preparat.

15. Teteskan xylol pada tisu kering, jangan lupa tutup kembali langsung xylolnya karena dapat menguap.

16. Bersihkan lensa objektif menggunakan tisu berxylol.

17. Bersihkan kaca objek preparat menggunakan tisu berxylol, lalu taruh di tempatnya kembali.

18. Lepas dan buang glove.

19. Cuci tangan kembali menggunakan metode 7 steps.

Kalau kata dosen skills waktu itu, stationnya bakal ada bikin

specimen dan interpretasi. Yang diinterpretasi cuma 10 HPF,

tergantung waktu. Pewarnaannya asal sebut aja, gak akan dilakuin.

Page 59: Punya Sarah

1. Sapa, perkenalan, informed consent. (Singkat)

Selamat pagi pak/bu, perkenalkan saya dr. ________, yang

akan membantu bapak/ibu. Sekarang saya akan melakukan

Heimlich maneuver pada bapak/ibu untuk mengeluarkan

benda asing pada jalur pernapasan bapak/ibu. Nanti saya

akan tekan perutnya. Mungkin akan terasa sedikit tidak

nyaman, apakah bapak/ibu bersedia?

2. Berdiri di belakang pasien, kaki dominan maju sedikit ke depan.

3. Peluk pasien menggunakan kedua tangan, tangan dominan

membentuk kepalan dengan cara jempol dilipat terlebih dahulu,

baru ditutupi dengan jari-jari lain. Tangan yang tidak dominan

mengenggam kepalan tangan dominan.

4. Letakkan kepalan tangan di antara xiphoid processus dan

umbilical.

5. Menggunakan quick motion, tekan kepalan ke dalam rongga

epigastric lalu tekan ke arah atas sebanyak 4-5 kali. (Sambil

dihitung keras satu, dua, tiga, dst.)

6. Ulangi beberapa kali sampai benda asing keluar dari tubuh pasien.

1. Cek alat.

2. Sapa, perkenalan, informed consent. (Singkat)

Selamat pagi pak/bu, perkenalkan saya dr. ________, yang sedang berjaga

di klinik ini. Sekarang saya akan melakukan prosedur needle

thoracostomy pada bapak/ibu untuk mengeluarkan udara yang terjebak

pada selaput paru-paru bapak/ibu. Nanti saya akan menusukkan jarum

berkateter. Mungkin akan terasa sedikit tidak nyaman, apakah bapak/ibu

bersedia?

3. Cuci tangan, pakai gloves.

4. Bersihkan daerah yang ingin ditusuk menggunakan cotton swab berpovidone

iodine. Bersihkan dengan gerakan melingkar dari sentral ke perifer.

Heimlich Maneuver & Needle Thoracostomy

8 Heimlich maneuver

Needle thoracostomy

1

2 3

4 5

6

7

8 9

10

11

1. Kidney basin

2. Com

3. Cotton swab

4. Syringe 3 cc

5. Needle no. 16 (vein catheter)

6. Plaster

7. Gunting kain

8. Normal saline

9. Gloves

10. Measuring glass + water tube

11. Povidone iodine

Jangan lupa:

Tuang povidone iodine ke com.

Potong plester.

Buka bungkus vein catheter dan

syringe.

Sternal

angle

ICS 2

Sternal notch

Page 60: Punya Sarah

Daerah yang ingin ditusuk: ICS 2 midclavicular line, kiri/kanan tergantung sakitnya dimana. Cara cari ICS 2:

dari sternal notch, cari sternal angle. Di sebelah sternal angle adalah ribs kedua, dibawah ribs 2 adalah ICS 2.

5. Isi syringe dengan 2 cc sterile saline. Cek ada udara/tidak.

6. Ganti jarum syringe menjadi vein catheter. Caranya:

7. Tusukkan vein catheter (pegangnya seperti memegang pulpen) ke bagian yang akan ditusuk tadi

(midclavicular ICS 2, di atas ribs ke 3 persis, jangan terlalu naik). Aspirasi, pastikan ada gelembung udara pada

syringe.

8. Siapkan water tube dan gelas berisi air. Salah satu ujung water tube ditaruh di dalam gelas+air.

9. Cabut jarum kateter dengan syringenya, tinggalkan kateternya tertancap di dada pasien. Hubungkan kateter

di dada dengan water tube. Perhatikan gelembung yang keluar di gelas berisi air.

10. Fiksasi dengan menggunakan plester. Cara plester: Membentuk seperti lambang HIV/AIDS.

11. Bilang: Ini adalah prosedur sementara, sambil menunggu bantuan chest tube.

Bagian ini yang akan

dihubungkan dengan

syringe.