Pum1 1strukturalismefungsionalismegestalt 121228230445 Phpapp01

22
MAKALAH PSIKOLOGI UMUM I ALIRAN PSIKOLOGI STRUKTURALISME, FUNGSIONALISME, & GESTALT Oleh Delius Fridolin Marpaung (121301096) Livi Yohana (121301002) Fitri Nirwana Sinaga (121301074) Permata Ismawarni Putri Purba (121301030) FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012

description

struktural

Transcript of Pum1 1strukturalismefungsionalismegestalt 121228230445 Phpapp01

  • MAKALAH PSIKOLOGI UMUM I

    ALIRAN PSIKOLOGI STRUKTURALISME, FUNGSIONALISME, & GESTALT

    Oleh

    Delius Fridolin Marpaung (121301096)

    Livi Yohana (121301002)

    Fitri Nirwana Sinaga (121301074)

    Permata Ismawarni Putri Purba (121301030)

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    2012

  • KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah

    memberikan rahmat dan berkah-Nya yang tiada hentinya, terutama nikmat kesehatan,

    sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Aliran Psikologi -

    Struktualisme, Fungsionalisme, dan Gestalt ini.

    Tugas makalah ini kami susun untuk memenuhi persyaratan guna memenuhi nilai

    tugas dalam mata kuliah Psikologi Umum I di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera

    Utara.

    Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing Ibu Ika Sari Dewi, S.Psi, Psi

    dan Ibu Dina Nazriani, M.Psi, karena telah memberikan kami tugas, sehingga kami

    mendapatkan pengetahuan mengenai aliran-aliran psikologi itu dan juga membentuk

    kekompakan dalam kelompok kami ini.

    Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,

    oleh karena itu kritik dan saran pembaca yang sifatnya membangun sangat diharapkan

    demi kesempurnaan makalah ini.

    Medan, September 2012

    Kelompok 5 (Lima)

  • DAFTAR ISI

    halaman

    KATA PENGANTAR ................................................................................... i

    DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. LATAR BELAKANG ....................................................... 1

    1.2. RUMUSAN MASALAH ................................................... 1

    1.3. TUJUAN ............................................................................ 2

    BAB II PEMBAHASAN

    2.1. STRUKTURALISME ........................................................ 3

    2.2. FUNGSIONALISME ......................................................... 5

    2.3. PSIKOLOGI GESTALT ..................................................... 10

    BAB III PENUTUP

    KESIMPULAN ........................................................................... 18

    SARAN ........................................................................................ 18

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 19

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. LATAR BELAKANG

    Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari manusia dan

    hubungannya dengan lingkungannya. Manusia sebagai objek material dalam

    pembelajaran ilmu psikologi tentu memiliki kepribadian dan tingkah laku yang

    berbeda satu dengan yang lainnya. Manusia memiliki kecerdasan, akal pikiran,

    tingkah laku yang berbeda dari makhluk lainnya, sehingga manusia merupakan

    makhluk yang sempurna baik fisik maupun mental. Keunggulan manusia yang unik

    tersebut, menjadi objek pembelajaran ilmu pengetahuan terutama ilmu psikologi.

    Seiring dengan perkembangan zaman dan berkembangnya rasa keingintahuan

    dalam memahami manusia, mulailah bermunculan tokoh-tokoh beserta teori-teori

    dan aliran psikologi yang mendukung penjelasan mengenai karakter, tingkah laku

    serta kejiwaan manusia. Setiap aliran yang muncul memiliki paham, pengertian dan

    mekanisme yang berbeda terhadap objek yang sama yaitu manusia. Seperti aliran

    Struktualisme yang berkembang pada abad ke-19, mempelajari struktur jiwa

    seseorang dengan menggunakan metode kesadaran. Sedangkan aliran

    Fungsionalisme mempelajari setiap aktivitas manusia seperti berpikir, emosi

    merupakan operasi-operasi dari sebuah lingkungan fisik, dan psikologi Gestalt

    yang menekankan pada suatu totalitas.

    Kerap sekali orang menganggap psikologi tersebut sebagai ilmu yang netral

    (bebas nilai), padahal di balik setiap teori maupun aliran psikologi, terdapat banyak

    perbedaan pendapat/ asumsi-asumsi yang tidak netral dari masing-masing tokoh.

    Berdasarkan perbedaan tersebut, makalah ini disusun dengan tujuan untuk

    menjelaskan beberapa aliran psikologi seperti aliran Strukturalisme,

    Fungsionalisme, dan Gestalt dari pencentusnya dan menjawab rasa keingintahuan

    tentang karakter manusia yang berbeda dan unik dari makhluk lainnya.

    1.2. RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan

    masalah adalah:

  • 1. Apa saja aliran psikologi strukturalisme, fungsionalisme, dan gestalt itu?

    2. Siapa saja tokohnya dari ketiga aliran tersebut?

    3. Apa fungsi dari mempelajari aliran psikologi tersebut?

    1.3. TUJUAN

    Adapun tujuan dari makalah ini adalah

    1. Memahami latar belakang dan sejarah timbulnya aliran-aliran dalam psikologi.

    2. Memahami ketiga aliran psikologi tersebut, tokoh-tokohnya serta pandangan-

    pandangan pokoknya dan karakteristik-karakteristik yang menonjol.

    3. Memahami bahwa tiap timbul aliran baru tentu ada latar belakang semangat

    jaman yang sudah masak untuk mengadakan perubahan ke arah pandangan

    baru tersebut, atau ada tokoh besar yang membawa pandangan-pandangan yang

    baru.

    4. Memahami pengaruh sejarah pandangan masa lampau bagi pandangan-

    pandangan masa kini, dan pengaruh pandangan masa kini dalam memberi

    makna pada sejarah pandangan-pandangan di masa lampau.

    5. Mempelajari sejarah dan aliran tersebut sehingga dapat tumbuh menjadi

    mahasiswa yang berwawasan luas, bukan hanya pandai, tapi juga bijak,

    terutama dalam menanggapi perbedaan-perbedaan pandangan dalam mengkaji

    perilaku manusia, mampu bersikap kritis, bersikap toleran, penuh pemahaman,

    dan selalu berkembang secara kreatif dalam memandang manusia dan

    kehidupannya.

  • BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1. STRUKTURALISME

    Struktur adalah sistem transformasi yang mengandung kaidah sebagai sistem

    (sebagai lawan dari sifat unsur-unsur) dan yang melindungi diri atau memperkaya

    diri melalui peran transformasi-transformasinya, tanpa keluar dari batas-batasnya

    atau menyebabkan masuknya unsur-unsur luar.

    Pada pertengahan abad ke-19, yaitu pada awal berdirinya psikologi sebagai

    satu disiplin ilmu yang mandiri, psikologi didominasi oleh gagasan serta usaha

    mempelajari elemen-elemen dasar dari kehidupan mental orang dewasa normal,

    melalui penelitian dengan menggunakan metode introspeksi. Pada masa itu, tercatat

    satu aliran psikologi yang disebut psikologi strukturalisme.

    Strukturalisme menekankan pada pengalaman mental yang kompleks, yang

    terdiri atas keadaan-keadaan mental yang sederhana, kesadaran dan proses

    pembentukannya.

    Tujuan psikologi, menurut kaum strukturalis adalah menyelidiki apa,

    bagaimana, dan mengapa terjadi pengalaman dan kesadaran. Kaum strukturalis

    memecahkan masalah relasi kesadaran dengan otak atau tubuh, dengan jalan

    menggunakan prinsip pararelisme psikofisikal, yaitu satu bentuk dualisme di mana

    jiwa dan tubuh dianggap sebagai dua substansi yang terpisah satu dari lain tanpa

    interaksi di antara keduanya; tetapi pararel antara satu dengan lainnya sedemikian

    rupa, sehingga untuk setiap kejadian di dalam kesadaran selalu akan terdapat

    peristiwa yang cocok dan sesuai di dalam tubuh. Tokoh psikologi strukturalisme ini

    adalah Wilhelm Wundt.

    Wilhelm Wundt (1832-1920) pada awalnya dikenal sebagai seorang sosiolog,

    filsuf, dan ahli hukum, yang merupakan sarjana hukum dan sarjana kedokteran di

    Heidelberg, Tubingen dan Berlin. Wilhelm Wundt merupakan orang pertama yang

    mendirikan laboratorium psikologi di Leipzig, yang merupakan awal berdirinya

    psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.

  • Wundt sangat dipengaruhi oleh 2 orang tokoh lain yang dianggap sebagai

    gurunya, yaitu Helmholtz dan J. P. Muller, yang membantunya mengombinasikan

    filsafat dengan ilmu pasti, seperti pada bukunya System of Philosophy (1884).

    Penelitian utama yang dilakukan oleh Wundt dan mahasiswanya memusatkan

    pada upaya untuk menemukan unsur-unsur dasar, atau struktur proses-proses

    mental. Strukturalisme sendiri menyelidiki struktur kejiwaan. Kemudian,

    sistematika psikologi dari Wundt mengalami perkembangan dari masa ke masa:

    1. 1860-an Prasistematik

    Persepsi dan perbedaan antara perasaan (feeling) dan penginderaan (sensation)

    yang didasarkan pada doktrin (unconscious inference).

    2. 1874-1887 Elementisme, Sensasionisme, Assosiasionisme (Physiologische

    Psychologie).

    Mulai meninggalkan konsep-konsep unconscious inference. Jiwa merupakan

    elemen-elemen penginderaan, perasaan dan sebagainya yang dihubungkan

    dengan asosiasi (konsep yang dipinjam dari tokoh-tokoh Inggris).

    3. 1896 Fase Empirisme (Brundiss der Psychologie)

    Teori 3 dimensi dari perasaan (feeling), terdapat 3 pasang kutub perasaan,

    yaitu:

    a. Lust - Unlust = senang tak senang (pleasantness unpleasantness)

    b. Spannus Losuns = tegang tak tegang (strain relaxation)

    c. Erreguns Beruhigung = semangat tenang (excitement calm)

    4. 1902-1903 (Vilker Psychologie)

    Konsep apersepsi bertambah penting. Setiap rangsangan yang sampai ke

    indera manusia selalu dipersepsikan, tetapi hanya yang secara aktif.

    Eksperimenter hanya dapat memberikan rangsang-rangsang untuk

    dipersepsikan oleh orang percobaan. Dalam bukunya Volker Psychologie The

    Higher Mental Processes, yaitu proses-proses mental lebih tinggi dari

    penginderaan, perasaan, persepsi dan apersepsi.

    Wundt dengan tegas membedakan antara psikologi dan fisik:

    Psikologi : immediate experience dan data-data, bersifat fenomenal yang

    tidak permanen. Keseluruhanlah yang terpenting.

  • Fisik : mediate experience data-data konseptual karena wujud bersifat

    permanen.

    Wundt menggunakan metode selbs-beobachtung atau introspeksi, yang terdapat

    dalam fisik jiwa dan tubuh.

    Tiga persoalan yang harus dibahas dalam psikologi yang berdiri sendiri

    menurut Wundt adalah:

    1. Analisa dari proses kesadaran ke dalam elemen-elemen.

    2. Penyelidikan mengenai bagaimana terjadinya hubungan-hubungan antara

    elemen-elemen itu.

    3. Penentuan hukum-hukum yang mengatur hubungan-hubungan tersebut.

    Pada pendapat terakhir ini, nampaklah inkonsistensi teori-teori Wundt.

    Analisis mengenai kesadaran ke dalam elemen-elemennya, akan menghasilkan

    tiga hal yang tidak dapat dikurangi atau lebih disederhanakan lagi, yaitu:

    penginderaan, gambaran dan keadaan afektif (keadaan perasaan dan emosi).

    Masing-masing dari hal tersebut merupakan unsur dalam penginderaan, yang tidak

    bisa dipecah-pecah lagi oleh analisis introspektif. Akan tetapi, masing-masing

    dapat dituliskan berkenaan dengan sifat-sifatnya. Semua unsur memiliki sifat

    kualitas, intensitas, dan lamanya berlangsung. Kualitas merupakan sifat yang

    paling fundamental, yang memungkinkan seseorang membedakan satu pengalaman

    dari pengalaman lainnya.

    Untuk beberapa tahun lamanya, strukturalisme merupakan aliran yang

    dominan dari psikologi di Amerika Serikat dan Jerman; sesudah itu aliran tersebut

    banyak diserang oleh sistem-sistem saingan lainnya. Di Amerika Serikat,

    fungsionalisme menjadi sistem favorit; sedang di Jerman, psikologi Gestalt. Hal ini

    terjadi karena aliran ini tidak mampu memperluas metodenya tentang tingkah laku,

    atau tidak mampu menyajikan tes mental dan studi mengenai cara belajar.

    2.2. FUNGSIONALISME

    Fungsionalisme (Functional Psychology) adalah aliran psikologi yang tumbuh

    di Amerika serikat yang dipelopori oleh William James (sering disebut bapak

    psikologi Amerika Serikat). Tokoh-tokoh lain juga terkenal yang dibagi dua

    kelompok yaitu Chicago (Chicago School of Functionalism) didirikan John Dewey

  • dan kelompok Columbia (Columbia School of Functionalism) dengan tokohnya

    James McKeen Cattell).

    Fungsionalisme merupakan reaksi terhadap pandangan/ aliran strukturalisme

    tentang keadaan-keadaan mental. Fungsionalisme adalah suatu tendensi dalam

    psikologi yang menyatakan bahwa pikiran, proses mental, persepsi indrawi, dan

    emosi adalah adaptasi organisme biologis sebagai suatu jenis psikologi yang

    menggaris bawahi fungsi-fungsi dan bukan hanya fakta-fakta dari fenomena

    mental, atau berusaha menafsirkan fenomena mental dalam kaitan dengan peranan

    yang dimainkannya dalam kehidupan organisme itu, dan bukan menggambarkan

    atau menganalisis fakta-fakta pengalaman atau kelakuan yang mendekati masalah

    pokok dari sudut pandang yang dinamis, dan bukan dari sudut pandang statis.

    Apa pun rumusan tentang fungsionalisme, aliran psikologi ini pada intinya

    merupakan doktrin bahwa proses atau keadaan sadar seperti kehendak bebas,

    berpikir, beremosi, memersepsi, dan mengindrai adalah aktivitas atau operasi dari

    sebuah organisme dalam kesalinghubungan fisik dengan sebuah lingkungan fisik.

    Aktivitas ini memudahkan kontrol organisme, daya tahan hidup, adaptasi,

    keterikatan atau penarikan diri, pengenalan, pengarahan, dan lain-lain. Seluruh

    organisme dapat dianalisis sebagai sebuah sistem umpan balik dan stimulus

    respons.

    Fungsionalisme merupakan paham yang tumbuh di Amerika Serikat dengan

    sifat-sifat bangsa Amerika yang serba praktis dan pragmatis. Strukturalisme, di lain

    pihak, tumbuh di Jerman, di tengah-tengah bangsa yang terkenal dengan

    keahliannya dalam berfilsafat dan berteori. Dengan sendirinya, perbedaan latar

    belakang ini menimbulkan berbagai perbedaan dalam pandangan antara kedua

    aliran ini (Dirgagunarsa, 1996:56).

    Aliran fungsionalisme ini mempelajari fungsi dan tingkah laku atau proses

    mental, bukan hanya mempelajari struktural. Metode yang dipakai oleh aliran

    fungsionalisme dikenal sebagai metode observasi tingkah laku dan intropeksi .

    1. METODE OBSERVASI TINGKAH LAKU, terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:

    a. Metode Fisiologis

    Menguraikan tingkah laku dari sudut pandang anatomi dan ilmu faal. Jadi,

    mempelajari perilaku yang dikaitkan dengan organ-organ tubuh dan sistem

    sarafnya.

  • b. Metode Variasi Kondisi

    Tidak semua tingkah laku manusia dapat dijelaskan dengan anatomi dan

    fisiologi, karena manusia mempunyai sudut psikologis. Metode variasi

    kondisi inilah yang merupakan metode eksperimen dari aliran

    fungsionalisme.

    2. METODE INTROSPEKSI

    Stimulus berasal dari lingkungan secara alamiah, bisa pada banyak bagian

    sekaligus sehingga jiwa menunjukkan fungsinya. Metode ini terlalu bersifat

    subjektif sehingga sulit di sistematikan dan sulit dikuantitatifkan.

    WILLIAM JAMES adalah seorang pendahulu yang dianggap paling penting

    untuk aliran fungsionalisme. Pendidikan awalnya adalah seorang dokter dan ia

    pertama kali mengajar fisiologis di Harvard pada tahun 1872. Semenjak tahun 1878

    ia mendalami filsafat dan psikologi serta mendapat gelar professor untuk kedua

    bidang tsb. Menurut Lundin (1991), James lebih muncul sebagai seorang filsuf

    daripada seorang psikolog. Pengaruhnya sangat kuat pada aliran fungsionalisme,

    terutama kelompok Chicago school. Karya utamanya adalah Principles of

    Psychology. Karya yang sering dijadikan rujukan untuk mahasiswa psikologi tahun

    awal adalah Psychology : Briefer Course.

    Menurutnya, fenomena adalah subyek dan kondisi adalah proses fisiologis di

    otak; psikologi adalah natural science. Menurutnya, ada tiga metode utama dalam

    psikologi, yaitu:

    a. Introspection. Merupakan metode penting dan utama dalam psikologi.

    Introspeksi yang dimaksud sangat berbeda dengan introspeksi dalam aliran

    strukturalisme. Bagi James, introspeksi adalah kecenderungan alamiah

    manusia, kemampuan untuk menyadari apa yang telah terjadi.

    b. Experimentation. James mengakui metode ini sebagai metode penting

    namun tidak pernah melakukannya sendiri. Ia menganggap metode ini

    perlu dieksplorasi lebih lanjut.

    c. Comparative method. Metode tambahan yang dapat digunakan untuk

    psikologi anak-anak, binatang, orang primitif, dan penderita gangguan

    mental.

  • Dalam pandangan-pandangannya yang lain, tampak jelas bahwa bagi James,

    proses fisiologis di otak dan di dalam tubuh manusia adalah representasi dari

    proses mental dan hal ini adalah penentu tingkah laku dan menentukan bagaimana

    manusia mempersepsikan lingkungan. James juga mengakui adanya proses

    habituasi yang otomatis dan semakin tidak disadari, meskipun meninggalkan jejak

    dalam benak manusia. Baginya, proses mind lebih penting daripada elemen-elemen

    mind itu sendiri. Pandangan ini terwakili dengan jelas dalam teorinya tentang

    emosi, bersama-sama Carl Lange, yang dikenal sebagai James-Lange Theory.

    (Baca pandangan James tentang habit, instintct, emotion, reason dan memory,

    Lundin hal 104-106)

    James dikenal sebagai salah seorang psikolog terbesar Amerika. Sebagai

    pribadi ia juga diakui populer dan charming, serta kemampuan menulisnya sangat

    mengagumkan. Ia juga dikenal sebagai seorang penentang keras aliran

    strukturalisme dari Wundt. Meskipun pada masanya idenya sangat berpengaruh,

    dengan berlalunya waktu hanya sedikit pandangannya yang bertahan hingga masa

    kini.

    JOHN DEWEY (1859-1952) adalah seorang guru dan mendapat gelar PH.D dalam

    bidang filsafat. Ia kemudian mengajar di University of Chicago dan ikut dalam

    perkembangan fungsionalisme di Chicago. Tahun 1904 pindah ke Columbia

    University dan tinggal di sana hingga akhir hayatnya.

    Pandangan utamanya bahwa sebuah aksi psikologis adlaah suatu kesatuan

    yang utuh, tidak dapat dipecah ke dalam bagian-bagian atau elemen (seperti yang

    dilakukan oleh strukturalisme). Maka setiap psychological events tidak bisa

    dipandang sebagai konstruk-konstruk abstrak. Akan lebih bermanfaat apabila

    difokuskan pada fungsi psy. Events tersebut, yaitu dalam konteksnya sebagai

    adaptasi manusia. Contoh : anak yang mengulurkan jarinya sebagai respon adanya

    api dan terbakar.

    JAMES ROWLAND ANGELL (1867-1949) Berasal dari keluarga terpelajar, ayah

    dan kakeknya pernah menjabat sebagai rektor dari universitas besar di AS. Ia

    memperoleh gelar M.A. dari Harvard dan menjadi murid William James di sana.

    Sepanjang karirnya ia tidak pernah mendapat gelar Ph.D namun memperoleh 23

    gelar doktor honoris causa. Ia menjabat kepala departemen psikologi dan pernah

  • menjabat sebagai presiden dari APA sejak tahun 1906 dan dalam jabatannya itu ia

    terkenal dengan papernya erjudul The Province of Functional Psychology.

    Angell adalah seorang yang kritikal terhadap strukturalisme. Pada masa

    keaktifannya, aliran fungsionalisme sedang berkembang dan berjuang untuk

    memperoleh tempat yang mapan dalam khasanah dunia ilmu sehingga juga

    memunculkan banyak kritik terhadap aliran strukturalisme yang sudah lebih dlu

    mapan. Baginya, psychological entity tidak ada yang dapat dipisah-pisah seperti sel

    dalam ilmu biologi. Psychological entity adalah sebuah kompleks yang kita kenal

    sebagai persepsi. Hal ini jelas tidak sejalan dengan strukturalisme.

    Dalam paper-nya ia mengemukakan tiga macam pandanganya terhadap

    fungsionalisme yaitu:

    1. Fungsionalisme adalah psikologi tentang mental operation (aktivitas

    bekerjanya jiwa), sebagai lawan terhadap psikologi tentang elemen-elemen

    mental.

    2. Fungsionalisme adalah psikologi tentang kegunaan-kegunaan dasar dari

    kesadaran, dimana jiwa (mind) merupakan perantara antara lingkungan dan

    kebutuhan-kebutuhan organisme. Untuk keadaan biasa yang tidak emergensi

    (darurat), berfungsi kebiasaan (habit).

    3. Fungsionalisme adalah psikofisik, yaitu psikologi tentang keseluran organisme

    yang terdiri dari badan dan jiwa. Ia mempelajari juga hal-hal diluar kesadaran,

    misalnya kebiasaan (habit) dan setengah sadar (half consciousness).

    EDWARD LEE THORNDIKE (1874-1949), pernah bekerja di Teachers College

    of Columbia dibawah kepemimpinan James Mc. Keen Cattel. Thorndike lebih

    menekankan penelitiannya pada cara dan dasar belajar. Dasar pembelajaran yaitu

    asosiasi dan cara coba-salah (trial and error). Ia merumuskan beberapa prinsip:

    The Law of Effect yaitu hukum yang menyatakan intensitas hubungan antara

    stimulus-respons akan meningkat jika mengalami keadaan yang menyenangkan,

    sebaliknya akan melemah jika keadaan tak menyenangkan.

    The Law of Exercise atau The Law of use and disuse adalah hukum bahwa

    stimulus-respons dapat timbul atau didorong dengan latihan berulangulang.

  • JAMES MCKEEN CATTELL (1860-1944), tokoh dari aliran fungsionalisme

    Columbia. Ciri khas dari aliran Columbia kebebasan dalam mempelajari tingkah

    laku yang dicerminkan dalam dua pandangan tentang fungsionalisme:

    1. Fungsionalisme tidak perlu menganut paham dualisme, karena manusia

    dianggap sebagai keseluruhan yang merupakan kesatuan.

    2. Fungsionalisme tidak perlu deskriftif dalam mempelajari tingkah laku, karena

    yang penting adalah fungsi tingkah laku, jadi yang harus dipelajari adalah

    hubungan (korelasi) antara satu tingkah laku dengan tingkah laku lainnya, atau

    antara suatu tingkah laku dengan suatu hal yang terjadi di lingkungan.

    ROBERT SESSIONS WOODWORTH (1869-1962), berasal dari kelompok

    Columbia. Ia adalah tokoh yang terkemuka da pernah mendapat mendali emas

    (1956) dari The American Psychological Foundantion atas jasa-jasanya yang

    mempersatukan dan mengorganisasikan psikologi di Amerika Serikat.

    Pahamnya yang dikemukakan dalam buku Dynamic Psychology (1918)

    menyebabkan bahwa Wood worth patut digolongkan dalam pengikut aliran

    psikodinamik., dan berpendirian bahwa metode intropeksi tidak mesti harus

    dibuang demikian saj dalam penelitian psikologi. Karena minatnya yag besar dalam

    hal mempelajari motivasi sebagai dasar tingkah laku manusia, Woodworth sering

    disebut sebagai tokoh yang mempelopori ilmu tentang motif, atau motivologi.

    2.3. PSIKOLOGI GESTALT (Gestalt Psychology)

    Psikologi Gestalt (Gestalt Psychology) merupakan salau satu aliran atau posisi

    sistematis dalam bidang psikologi, dengan dampak adanya penentuan bahwa pokok

    persoalan yang sejati bagi psikologi adalah: tingkah laku dan pengamalan sebagai

    kesatuan totalitas. Beberapa derajat analisis memang diperbolehkan, namun hal ini

    harus dilihat sebagai keanekaragaman fenomenologis; sebab analisis molekuler

    atau elementer bisa merusak kualitas kesatuannya dari benda atau hal yang tengah

    dianalisis itu. Mirip dengan hal ini, pengalaman yang disadari itu tidak dapat

    dipecahkan menjadi elemen-elemen strukturalistis.

  • Unsur-unsur Keseluruhan

    Keseluruhan dalam Pandangan Aliran Gestalt

    Aliran Psikologi Gestalt sendiri dimulai tahun 1912, yang pertama kali

    dikemukakan di Jerman oleh Max Wertheimer melalui kertas karya-nya (seperti

    karya ilmiah). Aliran ini mengkritik aliran ortodoks dari Wundt. Psikologi Gestalt

    menekankan kritiknya pada penguraian kesadaran ke dalam elemen-elemen yang

    dilakukan oleh strukturalismenya Wundt, tetapi Psikologi Gestalt masih mengakui

    adanya unsur kesadaran itu sendiri, walaupun dalam bentuk yang utuh (totalitas,

    tidak terbagi-bagi dalam elemen-elemen).

    Istilah gestalt sendiri merupakan istilah bahasa Jerman yang mana

    terjemahannya sukar dicari dalam bahasa-bahasa lain. Gestalt sendiri, menurut

    bahasa Jerman, memiliki arti bentuk, rupa, sosok, potongan, perawakan.

    Terjemahannya ke dalam bahasa Inggris pun bermacam-macam antara lain shape

    psychology, convigurationism, whole psychology, dan sebagainya. Karena adanya

    kesimpangsiuran dalam penerjemahan, akhirnya para sarjana di seluruh dunia

    sepakat untuk menggunakan istilah Gestalt tanpa menerjemahkannya ke dalam

    bahasa lain.

    Untuk dapat mengerti arti yang sebenarnya dari Psikologi Gestalt, kita perlu

    mempelajari ciri-ciri khas dari aliran Psikologi Gestalt itu sendiri, yaitu bahwa

    Psikologi Gestalt mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas

    sebagai fenomena. Prinsip mempelajari gejala sebagai totalitas, pertama kali

    dikemukakan oleh Christian von Ehrenfels (1859-1932): tokoh yang merangsang

    timbulnya aliran Psikologi Gestalt ini, melalui eksperimennya mengenai musik di

    tahun 1890. Alasannya: kalau kita mendengarkan sebuah lagu, yang kita dengar

    bukan satu persatu notnya, melainkan gabungan not yang menjadikannya disebut

    sebagai lagu. Komposisi ini merupakan keseluruhan yang lebih penting artinya

    daripada not-not yang merupakan elemen-elemen. Suatu komposisi lagu

    mempunyai sifat tertentu yang disebut emergent, yang tidak dimiliki oleh not-not

    dalam lagu itu secara satu per satu. Kalau tangga nada lagu itu diubah, maka not-

  • not dalam lagu itu pun berubah, namun selama komposisinya masih tetap, maka

    emergent-nya masih sama, maka kita tetap akan mendengarkan lagu yang sama.

    Dalam Psikologi Gestalt, fenomena adalah data yang paling dasar. Apa yang

    dialami seseorang adalah pengalaman fenomenal. Dalam hal ini Psikologi Gestalt

    sependapat dengan pandangan filsafat fenomenologi yang mengatakan bahwa

    pengalaman haruslah dilihat secara netral, tidak dipengaruhi oleh apa pun. Di

    dalam fenomena, kita melihat dua unsur, yaitu objek dan arti. Objek dari fenomena

    mempunyai sifat-sifat yang dapat dideskripsikan, tetapi segera objek itu tertangkap

    oleh indera kita, maka kita akan menerimanya sebagai informasi dan pada saat ini

    kita sudah memberi arti pada objek itu.

    Memang, seperti disinggung di awal, bagi aliran Gestalt, yang utama bukanlah

    elemen, tetapi keseluruhan. Kesadaran dan jiwa manusia tidak mungkin dianalisis

    ke dalam elemen-elemen. Gejala kejiwaan harus dipelajari sebagai suatu

    keseluruhan atau totalitas. Keseluruhan, dalam pandangan aliran Gestalt, lebih dari

    sekedar penjumlahan unsur-unsurnya. Keseluruhan itu lebih dahulu ditanggapi dari

    bagian-bagiannya, dan bagian-bagian itu harus memperoleh makna dalam

    keseluruhan. Arti atau makna Gestalt bergantung pada unsur-unsurnya; dan

    sebaliknya, arti unsur-unsur itu bergantung pula pada Gestalt.

    Kaum psikolog Gestalt juga menolak memperlakukan sistem syaraf sebagai

    sebuah struktur yang statis, dan seperti mesin yang hanya mampu secara sedikit

    demi sedikit atau sepotong demi sepotong mereaksi terhadap perangsang yang

    masuk. Sebaliknya, kulit otak dilihat sebagai analog atau sama dengan satu medan

    kekuatan yang ada dalam keadaan keseimbangan aktif, dan didalamnya setiap

    perangsang yang masuk selalu saja mempengaruhi keseluruhan medan tadi.

    Terlebih lagi, mengenai kulit otak, sifatnya adalah isomorfis (punya bentuk kristal

    yang sama) terhadap kejadian-kejadian eksternal. Artinya, dalam hal ini terdapat

    persesuaian yang cocok (ada point for-point correspondence) di antara kejadian-

    kejadian kortikal dan objek-objek di tengah lingkungan; namun hubungan ini tidak

    menyajikan satu identitas. Malah sebaliknya, keduanya berkaitan dengan cara yang

    sama, seperti suatu peta jalan yang erat berkaitan dengan sebuah jalan rayanya.

    Peta tersebut memang mengubah pemandangan-pemandangan, sedangkan

    tikungan-tikungan dan belokan-belokan jalan diratakan untuk penyederhanaannya,

    namun relasi esensial atau yang dasar tetap tinggal sah.

  • Sebenarnya, teori mengenai Gestalt ini dikembangkan oleh psikologi sosial.

    Teori ini berkembang dengan teori S(timulus) R(espons), yang juga dipakai oleh

    ilmu komunikasi. Teori ini menandaskan bahwa setiap kegiatan SR

    mempunyau organisasi sendiri. Hal ini disebabkan masing-masing orang

    mempunyai cara sendiri dalam persepsi, belajar, berprestasi, dan memecahkan

    masalah. Karena itu, setiap individu adalah Gestalt tersendiri, dan dari hubungan

    atau interaksi dua orang, terjadi pola perngorganisasian tersendiri pula.

    Pendapat ini dibuktikan oleh Eric Berne dalam teorinya games people play.

    Menurut Berne (1967), setiap hubungan (sosial) dipengaruhi oleh Gestalt sosial

    yang dibentuk bersama oleh komunikator dan komunikan. Dalam proses

    komunikasinya akan terjadi suatu transaksi. Situasi transaksi adalah hasil dari

    situasi SR; sehingga, di samping pengiriman lambang, terjadilah proses

    psikologis, yaitu transaksi stimulus dan transaksi respons. Transaksi ini, menurut

    Eric Berne, bisa mempunyai implikasi (Berne, 1967:19,29):

    1. ritual

    2. pengisi waktu senggang

    3. permainan atau perlombaan

    4. hubungan intim

    5. kegiatan dan tindakan

    Menurut Psikologi Gestalt, manusia tidak memberikan respons pada stimuli secara

    otomatis. Manusia adalah organisme aktif yang menafsirkan dan bahkan

    mendistorsi lingkungan. Sebelum memberikan respons, manusia menangkap

    terlebih dahulu pola stimulus secara keseluruhan dalam satuan-satuan yang

    bermakna. Pola inilah yang disebut Gestalt.

    Kontribusi Psikologi Gestalt yang paling banyak dikenal ada di bidang

    persepsi dan belajar. Konsep perseptual mengenai bentuk dan dasar, hukum-

    hukum organisasi primitif dari persepsikedekatan, kontras, kemiripan, dan

    kontiguitas atau berbatasanprinsip-prinsip transposisi atau perubahan,

    pengakhiran, bentuk yang bagus, dan Pragnaz, semuanya merupakan sumbangan

    pikiran dari aliran Gestalt. Dalam kegiatan belajar, para psikolog Gestalt terkenal

    dengan studi mereka mengenai wawasan atau insight, dan perluasan teori-teori

    mereka ke dalam bentuk cara berpikir yang produktif pada subjek-subjek manusia.

    Adapun prinsip belajar menurut Psikologi Gestalt adalah:

  • 1. Manusia bereaksi dengan lingkunganya secara keseluruhan, tidak hanya secara

    intelektual, tetapi juga secara fisik, emosional, sosial dan sebagainya.

    2. Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.

    3. Manusia berkembang sebagai keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa,

    lengkap dengan segala aspek-aspeknya.

    4. Belajar adalah perkembangan kearah diferensiasi yang lebih luas.

    5. Belajar hanya berhasil bila tercapai kematangan untuk memperoleh insight.

    6. Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi memberi

    dorongan yang mengerakan seluruh organisme.

    7. Belajar akan berhasil kalau ada tujuan.

    8. Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif.

    Pemikir utama pada aliran Gestalt ini ialah MAX WERTHEIMER, KOFFKA,

    dan WOLFGANG KOHLER.

    a. MAX WERTHEIMER (1880-1943)

    Tokoh tertua dari tiga serangkai tokoh-tokoh Gestalt ini dilahirkan di

    Praha pada tanggal 15 April 1880 dan meninggal 12 Oktober 1943 di New

    York. Wertheimer pada suatu saat harus berimigrasi ke Amerika Serikat

    karena alasan-alasan politis. Ia menjadi murid dari Owslad Kulpe di Wurzburg

    dan mendapat gelar Ph.D. di universitas tersebut pada tahun 1904. Setelah itu

    ia bekerja di beberapa tempat antara lain di Praha, Berlin, dan Wina. Di tahun

    1933, Wertheimer hijrah ke Amerika Serikat, Wertheimer bekerja di New

    School of Social Research di New York sampai meninggalnya.

    Wertheimer sendiri dianggap sebagai tokoh pendiri Psikologi Gestalt di

    tahun 1912, bersamaan dengan keluarnya karya ilmiahnya yang berjudul

    Experimental Studies of the Perception of Movement. Dalam kertas kerjanya

    ini ia mengemukakan hasil eksperimennya dengan menggunakan alat yang

    disebut stroboskop, yaitu alat berbentuk kotak yang diberi alat untuk melihat

    ke dalam kotak itu. Di dalam kotak terdapat gambar dua buah garis, yang satu

    melintang dan yang lain tegak. Kedua gambar itu sekaligus tidak terlihat,

    melainkan berganti-ganti. Mula-mula tampak garis melintang, kemudian

    tampak garis tegak, kemudian melintang lagi dan demikian seterusnya. Kesan

    yang akan terjadi adalah akan nampak bahwa garis itu bergerak dari tegak ke

  • melintang dan sebaliknya, terus-menerus. Gerak yang disebut gerak

    stroboskopik ini merupakan gerak yang semu, karena sesungguhnya garis-garis

    itu sendiri tidak bergerak melainkan muncul berganti-ganti. Gejala ini disebut

    juga sebagai phiphenomenon dan dalam kehidupan sehari-hari sering kita

    jumpai misalnya kalau kita menonton bioskop atau melihat lampu-lampu

    reklame yang bergerak-gerak.

    Menurut Wertheimer, gerak stroboskopik ini tidak dapat diterangkan

    dengan teori strukturalisme dan elementisme, tetapi hanya diterangkan dengan

    teori Gestalt, yaitu bahwa seseorang melihat lingkungannya secara

    menyeluruh. Persepsi holistik dalam gerak stroboskopik di atas dimungkinkan

    karena penglihatan kita tidak hilang demikian saja bersama dengan

    menghilangnya rangsang, melainkan meninggalkan jejak tertentu di otak

    (isomorfi). Pada waktu garis yang kedua muncul, jejak dari garis yang pertama

    masih tertinggal di otak, sehingga memungkinkan orang yang bersangkutan

    menghubungkan garis yang kedua dengan garis yang pertama dan sebaliknya.

    Dengan demikian terjadilah kesan gerakan dari garis-garsi itu.

    Dalam bukunya Investigation of Gestalt Theory (1923), Wertheimer

    mengemukakan hukum-hukum Gestalt untuk pertama kalinya, yaitu:

    1. Hukum kedekatan (law of proximity): Hal-hal yang saling berdekatan

    dalam waktu atau tempat cenderung dianggap sebagai suatu totalitas.

    2. Hukum ketertutupan (law of closure): Hal-hal yang cenderung menutup

    akan membentuk kesan totalitas tersendiri.

    3. Hukum kesamaan (law of equivalence): Hal-hal yang mirip satu sama lain,

    cenderung dipersepsikan sebagai suatu kelompok atau suatu totalitas.

    Dalam buku itu, Wertheimer mengatakan bahwa sebagai akibat dari hukum-

    hukum Gestalt di atas, maka terjadilah kecenderungan persepsi spontan, yaitu

    begitu mempersepsikan suatu gejala, maka akan diberi arti langsung

    (kundgabe) tanpa meneliti terlebih dahulu.

    b. KURT KOFFKA (1886-1941)

    Koffka lahir di Berlin, 18 Maret 1886, meninggal di Northampton,

    Massachusetts, Amerika serikat tanggal 22 November 1941. Memperoleh gelar

    Doktor pada tahun 1908 di bawah bimbingan C. Stumpf di Berlin dengan tesisi

    studi empiris tentang irama. Kemudian, suatu ketika ia bertemu Wertheimer

  • dan Kohler, dan bersama kedua orang itu, Koffka mendirikan aliran Psikologi

    Gestalt di Berlin. Pada tahun 1918 menjadi guru besar luar biasa di Giessen

    sampai tahun 1924. Ia meninggalkan Jerman pada tahun 1924 dan mengajar di

    universitas-universitas di Amerika Serikat.

    Sumbangan Koffka kepada Psikologi adalah penyajian yang sistematis dan

    pengamalan dari prinsip-prinsip Gestalt dalam rangkaian gejala psikologi, dari

    mulai persepsi, belajar, mengingat, sampai kepada psikologi belajar dan

    psikologi sosial.

    Sebagai penulis yang produktif, Koffka mengemukakan pikiran-

    pikirannya tentang Psikologi Gestalt dalam berbagai publikasinya. Pada tahun

    1923, ia mulai menerbitkan jilid pertama dari buku Contribution to Gestalt

    Psychology yang menjawab kritik-kritik yang ditujukan kepada Psikologi

    Gestalt. Selanjutnya, dalam bukunya Principles of Psycholoical Development:

    An Introduction to Child Psychology (1921) untuk pertama kalinya Koffka

    mengamalkan prinsip-prinsip Gestalt pada psikologi anak. Ia percaya bahwa

    proses perkembangan pada hakikatnya adalah hasil interaksi antara kondisi-

    kondisi internal dan eksternal.

    Beberapa teori Koffka tentang belajar ialah:

    1. Salah satu faktor yang penting dalam belajar adalah jejak-jejak ingatan

    (memori traces), yaitu pengalaman-pengalaman yang membekas pada

    tempat-tempat tertentu di otak.

    2. Perubahan-perubahan yang terjadi pada ingatan bersamaan dengan

    jalannya waktu tidak melemahkan jejak-jejak ingatan itu (dengan

    perkataan lain tidak menyebabkan terjadinya lupa), melainkan

    menyebabkan perubahan jejak, karena jejak ingatan itu cenderung

    diperhalus dan disempurnakan untuk mendapatkan Gestalt yang lebih baik

    dalam ingatan.

    3. Latihan-latihan akan memperkuat jejak ingatan.

    c. WOLFGANG KOHLER (1887-1967)

    Lahir di Reval, Estonia, pada tanggal 21 Januari 1887 dan meninggal di

    Lebanon, New Hampsire, Amerika Serikat, pada tanggal 11 Juni 1967. Kohler

    memperoleh gelar Ph.D. pada tahun 1908 di bawah bimbingan C. Stumpf di

    Berlin. Ia kemudian pergi ke Frankfurt sebagai asisten F. Schurmann. Ia

  • berjumpa dengan Wertheimer dan Koffka. Mereka bertiga kemudian

    mengadakan eksperimen-eksperimen yang bersejarah itu yang akhirnya

    membawa mereka kepada berdirinya aliran Psikologi Gestalt, atau disebut juga

    aliran Berlin.

    Kohler memang tidak seproduktif Koffka dalam karya-karya tulisnya,

    tetapi nampaknya memang sudah ada pembagian tugas antara tiga serangkai

    tokoh Gestalt ini: Wertheimer adalah tokoh yang mengemukakan ide, Kohler

    mengadakan eksperimen dari ide Wertheimer, dan Koffka yang menulis teori-

    teori Wertheimer maupuan hasil ekperimen Kohler.

    Karya Kohler yang paling terkenal adalah penyelidikannya menganai

    tingkah laku simpanse. Kohler membuat eksperimen tersebut dan

    membuktikan bahwa primata pun terdapat pemahaman (insight). Eksperimen

    selanjutnya adalah tentang diskriminasi visual pada ayam. Menurutnyam ayam

    tidak melihat kotak secara satu persatu, melainkan melihatnya dalam hubungan

    dengan kotak-kotak lain di dekatnya. Ayam cenderung melihat hubungan

    antara stimulus-stimulus dan lebih mengutamakan relativitas, disebut sebagai

    hukum transposisi (law of transposition).

    Karya-karya Kohler antara lain adalah: Intelligence in Apes (1925), The

    Mentality of Apes (1927), Gestalt Psychology (1929).

  • BAB III

    PENUTUP

    KESIMPULAN

    Dari pemaparan diatas dapat kami simpulkan bahwa, psikologi sebagai suatu disiplin

    ilmu dari tahun ketahun semakin menampakkan kapasitasnya, terutama konstribusinya

    dalam perkembangan ilmu psikologi.

    Aliran-aliran psikologi dalam menyikapi kejiwaan seseorang cenderung berbeda,

    seperti aliran strukturalisme yang beranggapan bahwa psikologi merupakan pengalaman

    manusia yang dipelajari dari sudut pandang pribadi yang mengalaminya. Sedangkan

    aliran fungsionalisme menekankan kegiatan (proses) mental sebagai pokok persoalan

    yang sebenarnya bagi psikologi, sebagai lawan dari psikologi struktural yang

    menekankan masalah kesadaran. Lain lagi dengan aliran Gestalt yang menyatakan

    bahwa, persepsi manusia terjadi secara menyeluruh bukan sepotong-sepotong atau

    parsial.

    SARAN

    1. Kita harus lebih bijak dalam menyikapi perilaku seseorang menurut pandangan

    ketiga aliran tersebut, ketika nampak lahir orang tersebut buruk belum tentu batinnya

    juga demikian.

    2. Kita harus memformulasikan pendapat-pendapat para pakar psikolgi dalam

    menyikapi aliran ataupun pandangan lainnya.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

    2006.

    King, L.A. Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta: Salemba

    Humanika, 2010.

    Sarwono, S.W. Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi.

    Jakarta: Bulan Bintang, 2002.

    Sobur, A., Psikologi Umum: Dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka

    Setia, 2009.

    http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/fungsionalisme-mainmenu-55