Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi...
Transcript of Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi...
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan
Kantor Bank Indonesia Palembang
Triwulan I - 2010
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya ”Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2010” dapat
dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa
indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran,
dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank
Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal.
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami,
hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada
masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih
meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar
bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya
serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam
pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada
umumnya.
Palembang, Mei 2010
Ttd
Endoong Abdul Gani Pemimpin
Daftar Isi
ii
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionally blank
Daftar Isi
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GRAFIK ix
INDIKATOR EKONOMI xiii
RINGKASAN EKSEKUTIF 1
BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 7
1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sisi Sektoral Secara Tahunan 7
Suplemen 1 KONDISI USAHA TRIWULAN I 2010 MASIH PROSPEKTIF MENGHADAPI AC-FTA 9
Suplemen 2 RINGKASAN QUICK SURVEY PEMETAAN DAN ANALISIS KOMODITAS KOPI DI ZONA SUMATERA BAGIAN SELATAN DALAM MENGHADAPI PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CINA 2010 : ”KONDISI SAAT INI SERTA PELUANG DAN ANCAMAN KE DEPAN” 12
1.2. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sisi Sektoral Secara Triwulanan 16
1.3. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sisi Penggunaan Secara Tahunan 24
1.4. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sisi Penggunaan Secara Triwulanan 25
1.5. Struktur Ekonomi 26
1.6. Perkembangan Ekspor Impor 28
1.6.1. Perkembangan Ekspor 28
1.6.2. Perkembangan Impor 30
Suplemen 3 TURUNNYA IKK PALEMBANG MENGKONFIRMASI PERLAMBATAN PERTUMBUHAN EKONOMI SECARA SIKLIKAL 32
Daftar Isi
iv
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI PALEMBANG 37
2.1. Inflasi Tahunan 37
2.2. Inflasi Bulanan 41
Suplemen 4 PEMDA SUMSEL DAN BANK INDONESIA SEPAKAT KENDALIKAN INFLASI SECARA BERSAMA 46
2.3. Pemantauan Harga 48
Suplemen 5 TEKANAN INFLASI TERKAIT FAKTOR ALAM DINILAI MASIH TERKENDALI 52
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 55
3.1. Kondisi Umum 55
3.2. Kelembagaan 56
3.3. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) 56
3.3.1. Penghimpunan DPK 56
3.3.2. Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota 57
3.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan 58
3.4.1. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral 58
3.4.2. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan 60
3.4.3. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten 61
3.4.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (MKM) 63
3.5. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Konvensional di Sumatera Selatan 64
3.5.1. Perkembangan Suku Bunga Simpanan 64
3.5.2. Perkembangan Suku Bunga Pinjaman 65
3.5.3. Perkembangan Spread Suku Bunga 66
3.6. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan 66
3.7. Rentabilitas Perbankan 68
3.8. Kelonggaran Tarik 68
3.9. Risiko Likuiditas 69
3.10. Perkembangan Bank Umum Syariah 69
3.11. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat 71
Daftar Isi
v
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 73
4.1. Realisasi APBD Tahun 2010 73
4.2. Dana Alokasi Umum (DAU) Kabupaten/Kota 75
4.3. Dana Bagi Hasil (DBH) Kabupaten/Kota 76
BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 79
5.1. Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS) 79
5.2. Perkembangan Perkasan 81
5.3. Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau 83
BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN 85
6.1. Ketenagakerjaan 85
6.2. Pengangguran 87
6.3. Tingkat Kemiskinan 88
6.4. Nilai Tukar Petani 89
6.5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 91
6.6. Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumsel Tahun 2010 92
6.7. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri di Sumatera Selatan 92
Suplemen 6 ”MENGEMPESKAN” KANTONG KEMISKINAN KOTA PALEMBANG MELALUI PENGEMBANGAN BUDIDAYA ITIK DI KELURAHAN PULOKERTO 96
BAB 7 OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH 99
7.1. Pertumbuhan Ekonomi 99
7.2. Inflasi 102
7.3. Perbankan 104
DAFTAR ISTILAH
Daftar Isi
vi
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionally blank
Daftar Tabel
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy) Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%) 8
Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Triwulanan (qtq) Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%) 17
Tabel 1.3 Realisasi Luas Tanam (LT) dan Luas Panen (LP) Provinsi Sumatera Selatan (dalam Ha) 20
Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun 2009-2010 (%) 24
Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun 2009-2010 (%) 26
Tabel 1.6 Struktur Ekonomi Sektoral Provinsi Sumatera Selatan (Persen) 27
Tabel 1.7 Struktur Ekonomi Penggunaan Provinsi Sumatera Selatan (Persen) 27
Tabel 1.8 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (USD) 28
Tabel 1.9 Perkembangan Bulanan Nilai Ekspor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (Juta USD) 28
Tabel 1.10 Perkembangan Nilai Impor Komoditas Pilihan Provinsi Sumatera Selatan (USD) 30
Tabel 1.11 Perkembangan Bulanan Nilai Impor Komoditas Pilihan Provinsi Sumatera Selatan (Juta USD) 30
Tabel 2.1 Statistika Deskriptif Inflasi Tahunan Palembang dan Nasional, Januari 2003 – Maret 2010 41
Tabel 3.1 Pertumbuhan DPK Perbankan per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Juta) 58
Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Sektoral Provinsi Sumatera Selatan (Rp Juta) 59
Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan per Wilayah di Provinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Juta) 62
Tabel 3.4 Indikator Kinerja Perbankan terkait Laba Triwulan I 2010 68
Tabel 3.5 Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Selatan (Rp Juta) 70
Tabel 4.1 Realisasi APBD Sumsel Triwulan I 2009 dan Triwulan I 2010 (Rp Miliar) 73
Tabel 4.2 Realisasi APBD Sumsel Triwulan I 2010 (Rp Miliar) 74
Tabel 4.3 Dana Alokasi Umum Kabupaten/Kota di Sumsel Tahun 2009 - 2010 76
Tabel 4.4 Dana Bagi Hasil Kabupaten/Kota di Sumsel Tahun 2010 77
Tabel 5.1 Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong Provinsi Sumatera Selatan 81
Daftar Tabel
viii
Tabel 5.2 Kegiatan Perkasan di Sumsel (Rp Miliar) 82
Tabel 5.3 Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau (Rp Miliar) 83
Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Februari 2007 - Agustus 2009 85
Tabel 6.2 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Februari 2007 - Agustus 2009 86
Tabel 6.3 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan, Februari 2007 - Agustus 2009 87
Tabel 6.4 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Selatan Tahun 1993-2009 88
Tabel 6.5 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret 2008 – Maret 2009 89
Tabel 6.6 Rata-rata Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Sumatera Selatan 90
Tabel 6.7 Rata-rata Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Modal Petani 91
Tabel 6.8 Ranking IPM 2007 Menurut Provinsi 91
Tabel 6.9 Ranking IPM – Buta Aksara/Huruf Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumsel 92
Tabel 6.10 UMP Sumsel Tahun 2010 92
Tabel 6.11 Lokasi dan Alokasi Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PNPM Mandiri 93
Tabel 7.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan I 2010 100
Tabel 7.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Tahun 2010 102
Tabel 7.3 Prediksi Beberapa Indikator Perekonomian pada Triwulan II 2010 105
Daftar Grafik
ix
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Provinsi Sumsel ADHK 2000 7
Grafik 1.2 Perkembangan Lifting Minyak Bumi Provinsi Sumsel 16
Grafik 1.3 PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB Provinsi Sumsel ADHK 2000 16
Grafik 1.4 Kontribusi Sektor Ekonomi PDRB Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2010 17
Grafik 1.5 Perkembangan Konsumsi Semen 18
Grafik 1.6 Perkembangan Pendaftaran Kendaraan Bermotor 18
Grafik 1.7 Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar dan Jumlah Wisatawan 19
Grafik 1.8 Perkembangan Curah Hujan di Sumatera Selatan 19
Grafik 1.9 Perkembangan Harga Tandan Buah Segar di Sumatera Selatan 19
Grafik 1.10 Perkembangan Harga Batu Bara di Pasar Internasional 21
Grafik 1.11 Perkembangan Harga Minyak Bumi di Pasar Internasional 21
Grafik 1.12 Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional 22
Grafik 1.13 Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional 22
Grafik 1.14 Perkembangan Penjualan LPG 22
Grafik 1.15 Perkembangan Konsumsi Listrik Total dan Sektor Rumah Tangga 22
Grafik 1.16 Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Sosial dan Pemerintah 23
Grafik 1.17 Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis dan Industri 23
Grafik 1.18 Perkembangan Penumpang Angkutan Udara 23
Grafik 1.19 Perkembangan Penumpang Angkutan Laut Pelabuhan Boom Baru Provinsi Sumsel 23
Grafik 1.20 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Palembang 24
Grafik 1.21 Perkembangan Konsumsi BBM di Provinsi Sumsel 25
Grafik 1.22 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar 25
Grafik 1.23 Struktur Ekonomi Provinsi Sumatera Selatan 26
Grafik 1.24 Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumatera Selatan 29
Grafik 1.25 Perkembangan Volume Ekspor Provinsi Sumatera Selatan 29
Grafik 1.26 Perkembangan Ekspor Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan Negara Tujuan 29
Grafik 1.27 Pangsa Ekspor Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan Negara Tujuan Des 09 - Feb 10 29
Daftar Grafik
x
Grafik 1.28 Perkembangan Nilai Impor Provinsi Sumatera Selatan 31
Grafik 1.29 Perkembangan Volume Impor Provinsi Sumatera Selatan 31
Grafik 1.30 Perkembangan Impor Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan Negara Asal 31
Grafik 1.31 Pangsa Impor Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan Negara Asal Des 09 - Feb 10 31
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Palembang 37
Grafik 2.2 Inflasi Tahunan Kota Palembang per Kelompok Pengeluaran Triwulan I 2010 37
Grafik 2.3 Perkembangan Harga Komoditas Strategis di Pasar Internasional 38
Grafik 2.4 Perkembangan Inflasi Tahunan per Kelompok Barang dan Jasa di Palembang 40
Grafik 2.5 Perbandingan Inflasi Tahunan Palembang dan Nasional 41
Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Bulanan Palembang 41
Grafik 2.7 Perkembangan Inflasi Bulanan Palembang per Kelompok Barang dan Jasa 42
Grafik 2.8 Inflasi Bulan Maret 2010 per Sub Kelompok pada Kelompok Bahan Makanan di Palembang 43
Grafik 2.9 Event Analysis Inflasi Kota Palembang Maret 2009 - Maret 2010 43
Grafik 2.10 Perbandingan Inflasi Bulanan dan Ekspektasi Harga Konsumen 3 Bulan YAD 44
Grafik 2.11 Perbandingan Inflasi Bulanan Palembang dan Nasional 44
Grafik 2.12 Pergerakan Tingkat Harga Bulanan Berdasarkan SPH (Rupiah/Kg) 48
Grafik 2.13 Pergerakan Harga Beras di Pasar Cinde dan Pasar Lemabang (Rupiah/Kg) 49
Grafik 2.14 Pergerakan Harga Minyak Goreng di Pasar Cinde dan Pasar Lemabang (Rupiah/Kg) 49
Grafik 2.15 Pergerakan Harga Daging Sapi di Pasar Cinde dan Pasar Lemabang (Rupiah/Kg) 50
Grafik 2.16 Pergerakan Harga Emas di Pasar Cinde dan Pasar Lemabang (Rupiah/gram) 50
Grafik 2.17 Pergerakan Inflasi Bulanan dan Tingkat Harga sesuai SPH di Kota Palembang (Mar 2009 - Mar 2010) 51
Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Provinsi Sumatera Selatan 55
Grafik 3.2 Jumlah Kantor Bank dan ATM di Provinsi Sumatera Selatan 56
Grafik 3.3 Pertumbuhan DPK Perbankan di Provinsi Sumatera Selatan 57
Daftar Grafik
xi
Grafik 3.4 Komposisi DPK Perbankan Triwulan I 2010 di Provinsi Sumatera Selatan 57
Grafik 3.5 Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2010 60
Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Provinsi Sumatera Selatan 61
Grafik 3.7 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Provinsi Sumsel Triwulan I 2010 61
Grafik 3.8 Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2010 Berdasarkan Wilayah 62
Grafik 3.9 Penyaluran Kredit MKM Perbankan Provinsi Sumatera Selatan Menurut Penggunaan 63
Grafik 3.10 Penyaluran Kredit MKM Menurut Plafond Kredit 63
Grafik 3.11 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Sumatera Selatan 64
Grafik 3.12 Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Sumatera Selatan 65
Grafik 3.13 Perkembangan Spread Suku Bunga Sumatera Selatan 66
Grafik 3.14 Perkembangan NPL Perbankan Sumatera Selatan 66
Grafik 3.15 Perkembangan NPL Menurut Kelompok Bank 67
Grafik 3.16 Komposisi NPL Bank Umum Konvensional Menurut Sektor Ekonomi Triwulan I 2010 67
Grafik 3.17 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumatera Selatan 68
Grafik 3.18 Perkembangan Risiko Likuiditas Perbankan Sumatera Selatan 69
Grafik 3.19 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Sumatera Selatan 71
Grafik 3.20 Perkembangan Rasio Likuiditas Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Sumatera Selatan 71
Grafik 4.1 Perbandingan Komponen Sisi Pengeluaran Realisasi APBD Sumsel triwulan I 2010 75
Grafik 5.1 Perkembangan Kliring Sumsel 79
Grafik 5.2 Perkembangan RTGS Sumsel 80
Grafik 5.3 Perkembangan Perputaran Kliring dan Hari Kerja 80
Grafik 5.4 Perkembangan Bulanan Jumlah Perputaran Kliring Sumsel 81
Grafik 5.5 Perkembangan Jumlah Cek dan Bilyet Giro Kosong Sumsel 81
Grafik 5.6 Perkembangan Kegiatan Perkasan Sumsel 2009-2010 82
Grafik 5.7 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh oleh KBI Palembang 83
Grafik 5.8 Perkembangan Bulanan Kas Titipan Lubuk Linggau Tahun 2009-2010 84
Daftar Grafik
xii
Grafik 6.1 Indeks Harga yang diterima, Indeks Harga yang dibayar dan Nilai Tukar Petani 89
Grafik 6.2 Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani Sumsel dan Harga Komoditas Unggulan di Pasar Dunia 90
Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan 99
Grafik 7.2 Proyeksi Inflasi Tahunan Sumatera Selatan 103
Indikator Ekonomi
xiii
INDIKATOR EKONOMI
A. INFLASI DAN PDRB
Indikator Ekonomi
xiv
B. PERBANKAN
Indikator Ekonomi
xv
Lanjutan
C. SISTEM PEMBAYARAN
Indikator Ekonomi
xvi
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionally blank
I/10 RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan
Abstraksi
Perekonomian Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) pada triwulan I 2010 telah kembali pada tren jangka panjangnya. Pertumbuhan ekonomi tahunan tetap tinggi dan menunjukkan suatu konsolidasi menuju tingkat pertumbuhan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yang robust didukung oleh ekspor yang secara relatif lebih kuat ketimbang impor, dan juga mensubstitusikan peran konsumsi masyarakat yang melambat di awal tahun. Inflasi cenderung mulai meningkat seiring membaiknya perekonomian dengan realisasi yang masih konsisten dengan proyeksi inflasi Bank Indonesia tahun 2010. Dunia perbankan menunjukkan perlambatan secara siklikal pada awal tahun, namun di beberapa daerah terindikasi mengalami peningkatan aktivitas. Selain itu, terdapat indikasi adanya excess demand kredit perbankan. Meningkatnya aktivitas kliring memiliki korelasi positif dengan kinerja ekonomi di sektor industri pengolahan dan sektor jasa-jasa. Kendati demikian, seperti perkiraan sebelumnya, ketersediaan lapangan kerja dan penghasilan masih mengkhawatirkan dan mengikis optimisme masyarakat secara kolektif.
Pada triwulan II 2010, pertumbuhan ekonomi diperkirakan meningkat secara riil. Pertumbuhan ekonomi secara tahunan akan mengalami percepatan yang setidaknya ditunjukkan oleh ketiga indikator berbasis PDRB. Terdapat kecenderungan peningkatan harga karet sampai dengan pertengahan tahun bersamaan dengan meningkatnya aktivitas perekonomian dunia pada 2010. Kegiatan investasi diperkirakan meningkat dan berimbas pada naiknya permintaan output maupun input beberapa sektor ekonomi terkait. Tekanan inflasi diprediksi meningkat seiring adanya ekspektasi global kenaikan harga komoditas pangan dan energi, serta adanya antisipasi bisnis atas kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL). Perbankan diperkirakan akan semakin meningkatkan kreditnya seiring dengan perbaikan perekonomian dan peningkatan investasi khususnya pembangunan fisik. Frekuensi dan nilai transaksi tunai maupun non tunai diprediksi akan meningkat didorong oleh meningkatnya kebutuhan investasi.
2
Ringkasa
Laju perdiproyepertumbPertumbkarena ekonomtersebutkrisis finpada jal
Meningyang diusaha smeningditunjukoptimismNamun menyatakondusiantara (iv) kesu(vi) men
Ekspor datau mesebesar terutamhambatfaktor pNilai eksmeningDesemb(yoy).
Berdasaprimer penggarubber meningmembatingkat terhada
Di sisi mempe
an Eksekutif
rtumbuhan ksikan sebebuhan triwbuhan tersefaktor tekn
mi triwulan t mengindinansial globlur pertumb
katnya perelakukan Baecara umumkatkan kinekkan dengame terhadademikian,
akan bahwaif dalam penlain : (i) f
ulitan tenaganingkatnya p
diproyeksikaelambat dib
9,3% (qma untuk prtan perdagapembatas pspor selamakat sebesa
ber 2009 -
arkan struktyakni sek
lian dengandan CPO yakatnya pendiknya daya
suku bunp sektor pro
permintaarlihatkan p
ekonomi Suesar 5,0% (wulan sebeebut masih tnikal krisis IV 2009 lebkasikan adabal, dan meuhan ekono
ekonomian nk Indones
m semakin merjanya lebihn peningka
ap kondisi uinformasi yaa masih terdngembangafaktor cuaca kerja karepersaingan.
an mengalaandingkan tq). Peluanroduk karetangan ekspopeningkatan a tiga bulan r 43,27% Februari 20
turnya, PDRktor pertann pangsa sebang diiringi dapatan dan beli masy
nga turut operti teruta
n, secara peran yang
umsel secara(yoy), lebih elumnya yatergolong tifinansial g
bih tinggi. anya prosesengindikasikomi jangka p
di Sumsel tia Palembanmembaik. Bh tinggi dibatan penjualusaha dan ang dihimpdapat bebern dunia usaa; (ii) ham
ena pergeser
mi pertumbkinerja triwu
ng peningkt, sawit maor yakni no
ekspor terterakhir (De(yoy). Sed
010 tercata
RB Sumsel nian serta besar 41,2%dengan ken
n daya beli yarakat danmendukun
ama tipe me
struktural dominan
a tahunan prendah dib
ang mencanggi, namulobal membPertumbuhas konsolidakan kembalpanjang.
terkonfirmasng yang me
Beberapa peanding tahuan, realisasiperekonomun dari kalarapa faktor aha di Sumsea; (iii) pasoran profesi,
buhan pada ulan sebelumkatan ekspoaupun kopi.n trade bar
rutama untuesember 20dangkan niat meningka
masih ditosektor p
%. Meningkanaikan hargmasyarakatn kecenderg meningk
enengah ke
komponenpada PDRB
ada triwulanbandingkan apai 5,3%n sedikit mbuat pertuman triwulansi pasca peinya pereko
si oleh surveenunjukkan
elaku usaha n sebelumni investasi, m
mian secara angan duniyang dinilaiel pada triwokan bahan(v) alih laha
kisaran 5,2mnya yang or masih Namun derrier masih uk komodit09 - Februailai impor at sebesar
opang olehertambangaatnya ekspoga berdampa. Di sektor prungan penkatnya perbawah.
n konsumsiB Sumsel,
n I 2010 dengan
% (yoy). elambat mbuhan I 2010 engaruh onomian
ei bisnis kondisi mampu
nya yang maupun umum.
a usaha kurang
wulan ini, n baku; an, serta
% (qtq) tumbuh terbuka
emikian, menjadi as kopi. ri 2010) periode
17,33%
h sektor an dan or crumb ak pada properti, nurunan mintaan
masih dengan
pandemsebeKBI pen
Infla(yoytriwsamtahuseirikomdemadaroburela
Darsecabarasebeharg
Seca(FebpentriwpenbaiksebeUlu kredterb
AktmausebesatumelSum
Survbahdi m
gsa kompomikian, kinelumnya ya
Palembanurunan inde
asi tahunany), atau m
wulan sebeluma tahun seunan pada ing proses p
moditas panmikian, padnya musimust dari titiktif rendah ti
i hasil Surveara mingguang/komodielumnya. Dga yang cen
ara umum,bruari 201ghimpunan
wulanan menyaluran kre
k dibandingesar 22,84%tercatat se
dit/pembiayabesar pada p
ivitas klirinupun sisi noelumnya. Tu indikator alui pemba
msel.
vei Konsumwa ketersed
mata konsum
onen yang nerja konsng terkonfig dimanaeks.
kota Palemeningkat dumnya yangbelumnya, triwulan I
pemulihan ngan di pasa bulan M
m panen. Ink terendahnidak terlepa
ei Pemantauuan, secara tas sebesa
Di antara ennderung rob
kinerja pe0) dari dana d
ngalami pendit/pembiay
gkan aset % (yoy). Webagai wilayaan secara pertumbuha
g mengalaominal dibanerjadinya psedikit me
ayaran tuna
en yang didiaan lapangmen diband
diproyekssumsi meirmasi dari
tingkat k
mbang padadibandingkag sebesar 1inflasi tahun2010 mulaperekonomsar internas
Maret tekannflasi terlihanya di triwus dari cukup
an Harga (Sumum ter
ar 2,27% nam komoust pada pe
erbankan dbeberapa
dan penyanurunan kareyaan mengadan pengh
Wilayah Kotayah yang ptahunan (y
an DPK triwu
ami peningndingkan tripenurunan nelambatnyaai yang m
lakukan KBgan kerja paingkan bula
ikan sebesalambat diSurvei Kon
keyakinan
a triwulan n dengan 1,85% (yoynan mencapai menunjukian dan kenional secaraan inflasi at mengalaulan III 2009pnya pasoka
PH) yang dirjadi tenden
dibandingditas, beras
eriode triwul
di Sumsel pindikator
luran kredena faktor salami peninghimpunan Da Palembangpaling domiyoy) dan seulanan.
gkatan dariiwulan sebenet-ouflowkinerja pererupakan s
I Palembanada bulan M
an Desembe
Ringka
ar 74,1%. ibandingkansumen yangkonsumen
I 2010 sebinflasi tah
y). Pada triwpai 7,94% kkan tren pnaikan harga temporerjauh menu
ami pening9. Tingkat ian bahan-ba
lakukan KBInsi peningkgkan posiss mengalamlan I 2010.
pada triwuseperti t
dit/pembiayasiklikal. Secagkatan yangDPK, yakni g dan Ogannan dalam ekaligus me
segi jumelumnya ma
dapat dijarekonomiansalah satu
g memberiMaret 2010 r 2009, mes
asan Eksekutif
Walaupunn triwulang dilakukanmengalam
esar 2,50%hunan padawulan yang(yoy). Inflaspeningkatanga beberapa. Walaupun
urun karenakatan yangnflasi masih
ahan pokok.
I Palembangkatan hargasi triwulanmi kenaikan
lan I 2010total aset,aan secaraara tahunan,g jauh lebih
meningkatn Komeringpenyaluran
emiliki andi
lah warkatupun tahundikan salah khususnyaciri siklika
kan indikaslebih buruk
skipun telah
f
3
n n n i
% a g i
n a n a g h .
g a n n
0 , a ,
h t g n l
t n h a l
i k h
4
Ringkasa
membajuga be
Rata-rattercatatmengin
Pertumbmengalaperiode musim meningkegiatanpada nturut mmendonPerusah
Pertumb5,14 ± tersebutoleh fakpertumb0,5% (q
Proyekstahun menginpada ta
Beberapmelalui pendapyang minvestas(3) masbeli makarena perekon
Meskipukarena perkiraaterapresTarif Dayang me
an Eksekutif
ik dibandingrpendapat b
ta NTP padt sebesar 1dikasikan se
buhan ekonami sedikit tersebut cukemarau, dkatkan kinen investasi kaiknya permmeningkatkangkrak kinhaan.
buhan ekon0,5% (yoy
t diprediksi ktor teknikabuhan ekonqtq,sa).
i pertumbu2010 leb
dikasikan bhun 2010.
pa faktor permintaan
atan karenmemicu penisi sehubungsih rendahnsyarakat, (4
meningkanomian Indo
un demikiadapat me
an, yaitu: siasi yang dasar Listrik enambah be
gkan kondisbahwa peng
da triwulan02,70 atau
edikit menin
nomi Sumsepercepatan
ukup tinggi.dan kecendeerja sektor pke depan dimintaan padan nilai tanerja sekto
nomi pada ty) atau 3,7
akan menl atau musim
nomi denga
uhan ekonobih tinggi bahwa eksp
dapat memn domestik,a meningkaingkatan ko
gan denganya tingkat i
4) potensi patnya kegionesia.
n, terdapatembuat per(1) nilai t
dapat menu(TDL) dan eban biaya u
si awal tahughasilan mer
n I 2010 (u meningkangkatnya kes
el pada triw, walaupun . Secara sekerungan me
pertanian. Seperkirakan mda produk ambah sekor Keuang
riwulan II 270 ± 0,5%ningkat secaman yang dan penyesua
omi negara dibanding
por Sumsel
mberikan s, yaitu: (1)atnya hargaonsumsi, (2) persiapan inflasi yang peningkatanatan inves
t pula potertumbuhan tukar Rupiaurunkan netkenaikan Uusaha.
un 2010. Sereka relatif t
hingga bulat sebesar sejahteraan
wulan II 20fluktuasi ja
ktoral, masaeningkatnyaedangkan dmulai meninsektor ban
ktor tersebgan, Perse
010 akan b(qtq). Pert
ara riil ketiditunjukkan aian musima
tujuan eksgkan realis akan cen
stimulus pa adanya poa komodita) adanya popergelaran dapat mem
n penyaluranstasi dan
ensi yang ekonomi
ah yang bt ekspor, (2Upah Minim
elain itu, restetap.
an Februar0,53% (qtqpetani.
10 dipredikangka pende panen, dim
a harga kardari sisi permngkat dan bngunan. Kout sekaligu
ewaan, da
berada padaumbuhan embang diseoleh meninan menjadi
spor Sumsesasi tahunderung me
ada perekootensi penias khususnyotensi peniSea Game
mpertahankan kredit per
baiknya
patut diperlebih rend
berpotensi s2) potensi k
mum Provins
sponden
ri 2010) q) yang
ksi akan ek pada
mulainya ret akan mintaan, berimbas ndisi ini us juga n Jasa
a kisaran ekonomi ebabkan gkatnya 1,46 ±
el untuk 2009
eningkat
onomian ngkatan ya karet ngkatan s 2011, an daya rbankan outlook
rhatikan ah dari semakin
kenaikan si (UMP)
Infla± 0ekspperepankenPemdendeteratainflatersinfladiinmenjalanberdperm
Di menbahmen
KinependandipekeleKredmemSea danpemakadipemendendiba
asi tahunan 0,5% (yoy), pektasi menekonomian gan di tahaikan Tarif
merintah dangan rata-raerministik, ka 10% berdasi bulananebut terjadiasi utamandikasikan anuntut berbn, maupun dampak pamintaan.
sisi lain, nunjukkan wa harga
ngalami pen
erja perbankingkatan dia pihak
erkirakan aeluasaan padit perbanmbiayai keg
Games 20 infrastrukt
mbangunan n mendoroerkirakan beningkatkan gan lebih
andingkan d
diperkirakaatau 1,25
ningkatnya dunia dan p
hun 2010, Dasar Listrikn DPR telah
ata kenaikankami mempdampak secn sebesar i. Dari sisi pnya disebakan meningbagai persiinfrastruktuda kenaika
Survei Kobahwa hambarang/jasa
ningkatan.
kan pada trbandingkanketiga makan terjaga
ada perbankkan diperk
giatan invest11, antara tur pendukpembangki
ong penyaluerupa sindifungsi inteberkonsent
dalam menin
an akan men ± 0,5% (harga kom
perkiraan teserta adan
k (TDL) padah sepakat mn 10% padperkirakan bcara langsu0,30% pad
perekonomiabkan oleh gkat. Pergeiapan termr penunjangn harga ba
onsumen ympir sebagiaa pada 3
iwulan II 20n triwulan I aupun pena pada levekan untuk kirakan akatasi maupulain melalui
kung lainnyt terkait pro
uran kredit,kasi. Perban
ermediasinyarasi dalam ngkatkan pe
ngalami pen(qtq). Hal t
moditas sejarjadinya excnya antisipaa triwulan IImenaikkan Tda Juli 2010bahwa kenang dalam da bulan dan domestik
investasi laran Sea Gasuk pembg lainnya. Harang konst
yang dilakuan besar rebulan yan
010 diproyek2010, baik nyaluran kel yang tinmeningkatk
an mengaln pembang pembangu
ya. Lebih jaoyek 10.000 meskipun nkan diperka melalui p
meningkatenghimpuna
Ringka
ningkatan mersebut didlan dengancess demandasi pelaku atau triwu
Tarif Dasar 0. Berdasarkaikan TDL semeningkatkdimana kenk, peningkat
dan konsGames 2011bangunan al ini diperktruksi karen
ukan KBI esponden bng akan da
ksikan akandari sisi pen
kredit. Capnggi, dan mkan penyaluir lebih d
gunan terkaunan perumauh, berbag0 MW diperk
beberapa kirakan akaeningkatan
tkan penyalan DPK.
asan Eksekutif
menjadi 3,70dorong olehn pemulihand komoditasusaha ataslan III 2010Listrik (TDL)
kan simulasebesar rata-kan besarannaikan TDLtan tekanansumsi yang1 juga akanperumahan,
kirakan akanna tingginya
Palembangberpendapatatang akan
mengalamnghimpunanpital inflowmemberikanuran krediteras untukit persiapanahan, jalan,gai rencanakirakan jugadiantaranya
an berusahaLDR, yakn
luran kredit
f
5
0 h n s s . ) i -n L n g n , n a
g t n
i n w n . k n , a a a a i t
6
Ringkasa
an Eksekutif
Halaman
This pag
ini sengaja
ge is intenti
a dikosong
tionally blan
kan
nk
Bab 1
Grafik 1.1 PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB
Provinsi Sumsel ADHK 2000
*Proyeksi Bank Indonesia Palembang
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
• Laju pertumbuhan ekonomi Sumsel pada triwulan I 2010 diproyeksikan berada pada kisaran 5,0% (yoy) atau sedikit mengalami perlambatan dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang mencapai 5,3% (yoy).
• Tidak optimalnya pertumbuhan ekonomi disebabkan faktor cuaca yang menghambat kinerja sektor unggulan untuk tumbuh lebih tinggi.
1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sisi Sektoral Secara Tahunan
Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) secara tahunan pada
triwulan I 2010 diproyeksikan sebesar 5,0% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,3% (yoy).
Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Provinsi Sumsel Atas Dasar Harga
Konstan (ADHK) 2000 pada triwulan ini
diproyeksikan sebesar Rp15,1 triliun,
lebih tinggi dibandingkan PDRB periode
yang sama pada tahun sebelumnya
yang tercatat sebesar Rp14,4 triliun.
Meningkatnya perekonomian di Sumsel
terkonfirmasi oleh survei bisnis yang
dilakukan Bank Indonesia Palembang
yang menunjukkan kondisi usaha secara
umum semakin membaik. Beberapa
pelaku usaha telah mampu meningkatkan kinerjanya lebih tinggi dibanding tahun
sebelumnya yang ditunjukkan dengan peningkatan penjualan, realisasi investasi, ditambah
lagi dengan membaiknya optimisme terhadap kondisi usaha dan perekonomian secara
umum. Namun demikian, musim penghujan mempengaruhi ketersediaan bahan baku
industri unggulan, khususnya karet, telah menyebabkan menurunnya produktivitas
sebagian pelaku usaha walaupun bersifat temporer.
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
8
Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy) Sektoral
PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%)
Lapangan Usaha
2009 2010
I II III IV I*
Pertanian (0,5) 2,2 4,2 6,3 3,6
Pertambangan dan Penggalian
1,5 1,8 2,3 0,8 1,3
Industri Pengolahan
(1,3) 1,8 2,4 5,2 7,0
Listrik, Gas & Air Bersih 2,0 1,3 3,5 6,7 7,4
Bangunan 5,1 7,3 8,2 8,7 6,9
Perdagangan, Hotel & Restoran
3,7 3,0 2,4 4,4 3,2
Pengangkutan & Komunikasi 14,8 15,0 12,7 12,3 16,0
Keu., Persewaan & Jasa Perusahaan
7,3 7,0 6,5 6,6 3,2
Jasa-jasa 7,9 10,8 9,2 9,5 9,0
Total PDRB 2,6 4,0 4,4 5,3 5,0
*Proyeksi Bank Indonesia Palembang
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah
Informasi yang dihimpun dari kalangan dunia usaha menyatakan bahwa masih
terdapat beberapa faktor yang dinilai kurang kondusif dalam pengembangan dunia usaha
di Sumsel pada triwulan ini, antara lain : (i) faktor cuaca; (ii) hama; (iii) pasokan bahan baku;
(iv) kesulitan tenaga kerja karena pergeseran profesi, (v) alih lahan, serta (vi) meningkatnya
persaingan (lihat Suplemen 1. Kondisi Usaha Triwulan I 2010 Masih Prospektif Menghadapi
AC-FTA).
Dari sisi permintaan luar negeri, kondisi ekspor secara umum menunjukkan
peningkatan ke arah yang menggembirakan dan mampu tumbuh positif dibanding periode
yang sama tahun sebelumnya. Semakin membaiknya harga komoditas unggulan terutama
di sub sektor tanaman perkebunan maupun pertambangan, menjadi penopang kinerja
dunia usaha terutama sektor industri pengolahan. Bahkan peluang peningkatan ekspor
masih terbuka terutama untuk produk karet, sawit maupun kopi. Namun demikian,
hambatan perdagangan ekspor yakni non trade barrier masih menjadi faktor pembatas
peningkatan ekspor terutama untuk komoditas kopi. Dalam rangka memetakan kondisi
usaha komoditas kopi, Bank Indonesia Palembang bersama Bank Indonesia Bandar
Lampung dan Bank Indonesia Bengkulu melakukan quick survey pada bulan Maret 2010
untuk melihat kondisi usaha kopi dari perspektif petani, pedagang perantara, dan
pedagang besar/eksportir dalam menghadapi pemberlakuan AC-FTA (lihat Suplemen 2.
Ringkasan Quick Survey Pemetaan dan
Analisis Komoditas Kopi di Zona
Sumatera Bagian selatan dalam
Menghadapi Perdagangan Bebas
ASEAN-Cina 2010 : ”Kondisi Saat ini
serta Peluang dan Ancaman ke depan)
Kinerja perekonomian triwulan I
2010 secara sektoral ditandai dengan
pertumbuhan tahunan tertinggi pada
sektor pengangkutan dan
telekomunikasi serta sedikit
terpuruknya sektor Perdagangan,
Hotel, dan Restoran (PHR).
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
9
KONDISI USAHA TRIWULAN I 2010 MASIH PROSPEKTIF MENGHADAPI AC-FTA*
Berdasarkan informasi dari pelaku usaha di Sumatera Selatan, secara umum perkembangan dunia usaha pada triwulan ini menunjukkan kondisi yang semakin membaik. Peningkatan kinerja ditunjukkan dengan meningkatnya penjualan, rencana realisasi investasi, maupun optimisme terhadap kondisi usaha dan perekonomian secara umum. Namun demikian, terdapat beberapa pelaku usaha yang mengalami penurunan kinerja secara temporer yang disebabkan curah hujan yang cukup tinggi, keterbatasan bahan baku, serta regulasi terkait dengan perpajakan.
Semakin membaiknya harga komoditas unggulan menjadi penopang meningkatnya kinerja dunia usaha (terutama di sub sektor tanaman perkebunan). Namun demikian, masih terdapat beberapa kendala yang membatasi pengembangan usaha sektor unggulan antara lain: (i) faktor cuaca; (ii) hama; (iii) pasokan bahan baku; (iv) kesulitan tenaga kerja karena pergeseran profesi, (v) alih lahan, serta (vi) meningkatnya persaingan.
Permintaan terhadap bahan makanan (padi) yang cukup tinggi di saat musibah banjir dan puso di beberapa daerah sentra produksi beras akibat kondisi cuaca yang cukup ekstrim menyebabkan pasokan beras di awal tahun relatif terbatas. Hal tersebut menyebabkan harga beras relatif tinggi dan disparitas harga yang cukup tinggi dengan harga tebus pembelian beras oleh Bulog. Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Provinsi Sumsel, banjir yang telah terjadi di Sumsel diperkirakan hanya menurunkan produksi beras tahun ini dalam kisaran 1%. Walaupun demikian, para pelaku usaha tetap mengkhawatirkan kondisi infrastruktur pasca banjir.
Meningkatnya ekspor crumb rubber dan CPO meningkatkan permintaan terhadap bahan baku karet maupun Tandan Buah Segar (TBS). Di sisi lain, peningkatan permintaan dan harga bahan baku menyebabkan terjadinya alih lahan dan pergeseran profesi dari petani padi sebagai pekerjaan pokok menjadi berkebun.
Sektor perumahan mencatat peningkatan permintaan rumah, terutama terjadi untuk perumahan tipe menengah ke bawah. Kecenderungan penurunan tingkat suku bunga turut mendukung meningkatnya permintaan terhadap sektor ini. Sementara itu sektor jasa-jasa secara umum juga relatif meningkat dibanding tahun sebelumnya seiring peningkatan aktivitas ekonomi di sektor-sektor lain.
Di sisi perdagangan luar negeri, permintaan mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya dan menunjukkan tren semakin membaik sejak semester II-2009. Membaiknya kondisi perekonomian mitra dagang telah mendorong kinerja ekspor Sumsel secara umum.
Dalam kaitannya dengan perdagangan luar negeri, faktor yang perlu diwaspadai adalah adanya hambatan perdagangan terkait dengan mutu dan kualitas produk ekspor yang harus sesuai dengan spesifikasi negara pembeli. Satu hal yang menjadi isu dalam perdagangan komoditas kopi yang diekspor ke Jepang misalnya adalah ditemukannya
Suplemen 1
*) Diperoleh dari hasil Business Survey yang merupakan kegiatan pemantauan kondisi usaha dengan mewawancarai langsung pelaku usaha
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
10
kandungan zat kimia berbahaya (carbaryl) yang melebihi ambang batas yang diijinkan. Hal tersebut terjadi karena di Indonesia, khususnya di Sumsel belum tersedia peralatan untuk mendeteksi kandungan bahan kimia tersebut dalam kopi. Selain itu, kultur masyarakat dalam pemrosesan kopi yang masih tradisional juga berpengaruh terhadap kualitas kopi.
Terkait dengan Asean China – Free Trade Agreement (AC-FTA), pemberlakuannya di satu sisi merupakan peluang untuk dapat meningkatkan ekspor komoditas unggulan seperti karet. Namun di sisi lain, dapat menjadi ancaman masuknya produk dari Cina ke dalam negeri ataupun direbutnya pasar ekspor produk Indonesia oleh produk Cina yang notabene lebih murah dibanding produk Indonesia.
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
11
Sektor pengangkutan dan komunikasi masih tercatat sebagai sektor yang
mengalami pertumbuhan tahunan paling tinggi yakni sebesar 16,0% (yoy). Ekspansifnya
kinerja sub sektor komunikasi diproyeksikan tetap memberi andil yang cukup besar dalam
mendorong peningkatan kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi dibandingkan tahun
sebelumnya. Meningkatnya kinerja sub sektor transportasi seiring berlangsungnya beberapa
kegiatan nasional yang berlangsung di Palembang dan masuknya provider baru di bisnis
telekomunikasi seluler Sumatera Selatan yakni PT. Hutchinson Indonesia yang telah
melakukan kerjasama dengan PT. Excelcomindo dalam penggunaan bersama Base
Transceiver Station (BTS) memberikan dorongan yang cukup tinggi terhadap kinerja sektor
pengangkutan dan komunikasi.
Sektor jasa-jasa serta sektor listrik, gas, dan air bersih masing-masing
diproyeksikan tumbuh sebesar 9,0% (yoy) dan 7,4% (yoy). Pertumbuhan sektor jasa-jasa
yang lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan pada triwulan sebelumnya
disebabkan melambatnya perekonomian daerah secara umum terutama sektor
perdagangan dan sektor industri pengolahan. Program konversi minyak tanah ke gas yang
diiringi peningkatan konsumsi LPG menjadi salah satu pendorong utama perbaikan kinerja
sub sektor gas kota pada sektor listrik, gas, dan air bersih. Proyek pembangunan jaringan pipa
transmisi gas bumi atau pipa gas rumah tangga Kota Palembang telah memasuki
penyelesaian tahap 2, yaitu pemasangan pipa kecil dan meteran ke rumah-rumah.
Pada triwulan I 2010 diproyeksikan terdapat dua sektor ekonomi yang mengalami
pertumbuhan antara 6% hingga 7%, yakni sektor industri pengolahan dengan prediksi
pertumbuhan sebesar 7,0% (yoy) dan sektor bangunan yang diprediksi tumbuh sebesar
6,9% (yoy). Relatif tingginya pertumbuhan ekonomi sektor industri pengolahan tidak
terlepas dari meningkatnya harga-harga komoditas unggulan dibandingkan periode yang
sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu sektor bangunan diperkirakan mengalami
perlambatan dibandingkan kinerja tahunan triwulan sebelumnya disebabkan oleh sedikit
menurunnya permintaan terhadap properti akibat kenaikan harga jual.
Sektor pertanian, sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR), serta
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan diproyeksikan mengalami
pertumbuhan tahunan di kisaran 3% (yoy). Sektor pertanian diperkirakan tumbuh sebesar
3,6% (yoy), sementara sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) dan sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan masing-masing tumbuh sebesar 3,2% (yoy).
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
12
1.
RINGKASAN QUICK SURVEY
PEMETAAN DAN ANALISIS KOMODITAS KOPI DI ZONA SUMATERA BAGIAN SELATAN DALAM MENGHADAPI PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CINA 2010:
“KONDISI SAAT INI SERTA PELUANG DAN ANCAMAN KE DEPAN”*
Berdasarkan hasil survei, mayoritas petani kopi yang tersebar di Sumatera Selatan (Sumsel), Lampung, dan Bengkulu menanam jenis kopi Robusta dengan teknik perawatan kebun dan pengolahan kopi yang masih tradisional. Jumlah pedagang perantara lebih terkonsentrasi di Sumsel dan Bengkulu, sedangkan pedagang besar/eksportir hanya terpusat di Lampung.
Beberapa permasalahan utama yang dirasakan pelaku usaha kopi saat ini adalah turunnya harga kopi, kurangnya modal, dan tingginya suku bunga pinjaman. Penjualan kopi Sumbagsel adalah pasar dalam negeri (pabrik produsen bubuk kopi) ataupun diekspor ke luar negeri, dalam bentuk biji kopi.
Faktor penghambat atau permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan kopi di Sumbagsel :
a. Kualitas kopi yang tidak begitu baik, akibat dari : • Usia tanaman kopi yang sudah tua (rata-rata usia tanaman kopi 24 tahun),
sehingga menurunkan produktivitas dan kualitas kopi yang dihasilkan. • Produksi kopi dilakukan oleh individual petani skala kecil (rata-rata luas lahan
yang produktif 1,53 ha).
Suplemen 2
*) Survei dilakukan kepada 116 responden (petani, pedagang perantara, dan pedagang besar/eksportir) di Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, dan Bengkulu.
Grafik 3. Permasalahan Pemeliharaan Kebun
Grafik 2. Kendala Pembiayaan Perbankan
Grafik 1. Kendala Penjualan
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
13
• Penjemuran kopi masih dilakukan secara tradisional. Bahkan terdapat petani yang tidak menggunakan alas dalam penjemuran (di tanah/jalan). Penjemuran di tanah dapat merusak atau menurunkan kualitas kopi.
• Kurangnya pengetahuan petani terhadap penggunaan pestisida (pemberantas hama), fungisida (pemberantas jamur), dan herbisida (pemberantas alang-alang), sehingga kopi yang dihasilkan terkandung bahan kimia tertentu.
• Sebagian besar petani memanen biji kopi campuran antara yang merah (matang) dan hijau (belum matang), hal ini dikarenakan alasan kemudahan dan kondisi keamanan di perkebunan yang tidak baik.
b. Produktivitas kebun yang rendah karena masih belum optimalnya pengolahan kebun antara lain disebabkan kurangnya modal petani.
c. Pemerintah setempat melalui dinas-dinas terkait, menurut petani dinilai kurang optimal dalam mengembangkan kopi. Hanya sebagian kecil dari pelaku usaha kopi yang merasakan bantuan dari pemerintah. Bantuan yang sangat diharapkan adalah kemudahan fasilitas pembiayaan, pembinaan teknis untuk petani khususnya, dan perbaikan serta peningkatan infrastruktur.
Pemberlakuan AC-FTA diperkirakan pelaku usaha dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan ekspor kopi hingga mencapai 37,84%. Di lain pihak, berlakunya AC-FTA juga berpotensi memberikan ancaman bagi produksi kopi Sumbagsel yang dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal:
Grafik 4. Komposisi Hasil Panen
Grafik 5.Hal yang Dibutuhkan Dalam Pengembangan
Grafik 6. Bantuan Pemerintah yang Sudah Diberikan
pada Saat Pemeliharaan Kebun
Grafik 7. Bantuan Pemerintah yang Diharapkan
pada Saat Pemeliharaan Kebun
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
14
a. Faktor eksternal Adanya produsen kopi yang lebih kompetitif di dalam AC-FTA yaitu Vietnam, yang dapat memberikan harga lebih murah dan kualitas kopi yang lebih baik.
b. Faktor Internal Adanya pengalihan kebun kopi ke tanaman lain seperti kakao, kelapa sawit, dan karet. Pengalihan ini terjadi akibat menurunnya harga kopi, sehingga petani beralih ke tanaman lain yang harganya lebih tinggi.
Rekomendasi Kebijakan
1. Untuk peningkatan kualitas kopi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
a. Pendampingan atau himbauan kepada petani untuk intensifikasi perkebunan yang meliputi: (i) penggunaan bibit unggul, (ii) cara penyambungan yang baik, dan (iii) proses penjemuran yang benar.
b. Bantuan berupa pupuk dan obat-obatan yang disertai pendampingan agar tepat guna.
Terkait penggunaan obat-obatan, pemerintah melalui dinas terkait sebaiknya memiliki database penggunaan pestisida (pemberantas hama), fungisida (pemberantas jamur), dan herbisida (pemberantas alang-alang) oleh petani. Database ini memudahkan eksportir mendeteksi daerah ketika terjadi penolakan kopi oleh negara tujuan ekspor karena adanya bahan kimia berbahaya di dalam kopi yang melebihi ambang batas.
2. Peningkatan produktivitas petani yang rendah akibat kekurangan modal, dapat dilakukan dengan :
a. Kerjasama antara Pemerintah Daerah sebagai regulator dan perbankan sebagai lembaga pembiayaan agar fasilitas pembiayaan untuk pelaku kopi dipermudah. Pemerintah melalui formulasi skim kredit seperti pada komoditas lain (kelapa sawit, karet).
b. Dukungan infrastruktur berupa: (i) lancarnya kegiatan transportasi yang didukung oleh baiknya kondisi jalan raya, dan (ii) dukungan pelabuhan samudera untuk mempermudah jalur distribusi, khususnya untuk Sumsel.
Grafik 8. Permasalahan yang Dihadapi Eksportir
Grafik 9.Bantuan Pemerintah yang Diharapkan Eksportir
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
15
3. Perlunya peran pemerintah baik daerah maupun pusat dalam memberikan insentif kepada petani kopi, agar tidak terjadi pengalihan lahan kebun kopi besar-besaran yang akan menurunkan produksi kopi nasional. Secara khusus insentif dapat dilakukan dengan memberikan bantuan berupa peremajaan tanaman dengan dukungan yang memadai.
Selain itu, untuk menghadapi AC-FTA diperlukan adanya standar terkait kualitas kopi yang masuk ke Indonesia. Aturan ini diharapkan dapat melindungi produsen kopi lokal, selain upaya berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas kopi lokal.
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
16
Grafik 1.3 PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB
Provinsi Sumsel ADHK 2000
*Proyeksi Bank Indonesia Palembang
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah
Grafik 1.2 Perkembangan Lifting Minyak Bumi
Provinsi Sumsel
Sumber: Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral
Kondisi cuaca yang kurang kondusif yang ditandai dengan curah hujan yang tinggi
menyebabkan kinerja sektor pertanian mengalami perlambatan dibanding kinerja tahunan
triwulan sebelumnya. Melambatnya kinerja sektor pertanian sebagai sektor ungulan Sumsel
berdampak pada penurunan daya beli masyarakat sehingga menyebabkan kinerja sektor
PHR pun mengalami perlambatan.
Sektor pertambangan dan
penggalian diproyeksikan mengalami
pertumbuhan tahunan paling rendah
yakni sebesar 1,3% (yoy), namun lebih
tinggi dari triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 0,8% (yoy). Berdasarkan
pemantauan pada beberapa perusahaan
yang bergerak di sektor ini, menguatnya
harga minyak bumi dan batu bara tidak
diiringi dengan meningkatnya volume
produksi sehingga menyebabkan kinerja sektor pertambangan menjadi belum sepenuhnya
optimal.
1.2. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sisi Sektoral Secara Triwulanan
Pertumbuhan ekonomi Sumsel secara triwulanan diproyeksikan mengalami kontraksi
sebesar 0,4% (qtq). Namun demikian kondisi tersebut mengalami perbaikan dibandingkan
triwulan sebelumnya yang
mencatatkan kinerja triwulanan yang
terkontraksi sebesar 4,4% (qtq).
Selain faktor siklikal yakni triwulan I
merupakan masa panen tanaman
pertanian, tingginya harga
komoditas primer cukup membantu
kinerja perekonomian Sumsel untuk
tidak terperosok lebih dalam karena
faktor cuaca yang tidak kondusif.
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
17
Tabel 1.2Laju Pertumbuhan Triwulanan (qtq) Sektoral
PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%)
Lapangan Usaha 2009 2010
I II III IV I*
Pertanian 1,0 9,8 18,2 (18,9) (1,5)
Pertambangan dan Penggalian
(0,7) 0,8 1,4 (0,7) (0,1)
Industri Pengolahan
(1,1) 3,5 4,9 (2,2) 0,6
LGA 0,7 0,8 3,4 1,7 1,3
Bangunan (1,4) 3,6 4,6 1,7 (3,0)
PHR (0,8) 1,9 5,3 (2,0) (2,0)
Pengangkutan & Komunikasi
0,8 1,4 4,8 4,7 4,2
Keu., Persewaan & Jasa Perusahaan 3,4 0,4 2,3 0,3 0,2
Jasa-jasa 1,9 3,2 2,6 1,4 1,5
Total PDRB (0,1) 3,5 6,5 (4,4) (0,4)
* Proyeksi Bank Indonesia Palembang
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah
Kinerja perekonomian secara
triwulanan pada triwulan I 2010
ditandai dengan penurunan kinerja
sektor bangunan, sektor PHR, sektor
pertanian, serta sektor pertambangan
dan penggalian dibandingkan dengan
kondisi triwulan sebelumnya. Sektor
bangunan diprediksi mengalami
pertumbuhan paling negatif yakni
terkontraksi sebesar 3,0% (qtq) dengan
andil sebesar minus 0,2%. Sementara
itu, memburuknya kinerja sektor
pertanian sangat mempengaruhi kinerja
sektor lainnya, terutama sektor
perdagangan, hotel, dan restoran yang
diprediksi mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,0% (qtq).
Dari segi kontribusinya, sektor
pertambangan dan penggalian
diproyeksikan masih tetap merupakan
penyumbang PDRB yang paling besar
dengan pangsa sebesar 22,9%.
Kontribusi sektor pertambangan dan
penggalian mengalami peningkatan
setelah pada triwulan sebelumnya
tercatat memsberi sumbangan sebesar
22,8%. Sementara itu sektor pertanian
diproyeksikan memberi sumbangan
sebesar 18,3%.
Kondisi sektor bangunan diproyeksikan secara triwulanan mengalami kontraksi
pertumbuhan sebesar 3,0% (qtq), kinerja tersebut lebih rendah dibandingkan dengan
kinerja pada triwulan sebelumnya tercatat tumbuh sebesar 1,7% (qtq).
Grafik 1.4 Kontribusi Sektor Ekonomi PDRB
Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2010
Sumber : Proyeksi Bank Indonesia Palembang
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
18
Grafik 1.6 Perkembangan Pendaftaran Kendaraan Bermotor
Sumber: Dispenda Provinsi Sumatera Selatan
Berdasarkan kegiatan survei
bisnis diperoleh informasi bahwa
permintaan perumahan Rumah
Sederhana Sehat (RSH) maupun segmen
rumah menengah ke atas mengalami
penurunan terkait meningkatnya harga
jual properti sebesar 5% diawal tahun.
Sementara itu, mengkonfirmasi arah
penurunan sektor perumahan, data
Asosiasi Semen Indonesia menunjukkan
penurunan penjualan semen sebesar
16,24% (qtq).
Kinerja sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) diproyeksikan
mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar
2,0% (qtq) sebagai dampak menurunnya
konsumsi masyarakat terutama di sub sektor
perdagangan besar & eceran. Namun
demikian, berdasarkan data pendaftaran
kendaraan baru yang diperoleh dari Dispenda
Provinsi Sumatera Selatan menunjukkan
bahwa pendaftaran mobil baru mengalami
peningkatan sebesar 21,98% (qtq) dan
pendaftaran motor mengalami peningkatan
sebesar 9,97% (qtq).
Kinerja sektor perhotelan
diperkirakan mengalami penurunan yang ditandai dengan sedikit menurunnya tingkat
penjualan sewa kamar dan ruang pertemuan. Estimasi data tingkat hunian hotel dari BPS
menunjukkan bahwa pada triwulan ini diproyeksikan terjadi penurunan tingkat hunian
hotel dan juga kunjungan wisatawan dalam kisaran 20% s.d 30% (qtq).
Grafik 1.5 Perkembangan Konsumsi Semen
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
19
Grafik 1.9 Perkembangan Harga Tandan Buah Segar
di Sumatera Selatan
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, diolah
Kinerja sektor pertanian diproyeksikan mengalami kontraksi sebesar 1,5% (qtq).
Namun demikian, kondisi tersebut tercatat lebih baik dibandingkan kinerja pada triwulan
sebelumnya yang sempat mengalami
kontraksi sebesar 18,9% (qtq).
Tingginya curah hujan yang
berdampak pada rendahnya
produktivitas sub sektor tanaman
perkebunan diperkirakan menjadi
penyebab utama penurunan kinerja
sektor pertanian. Namun demikian,
terus membaiknya harga komoditas
primer diyakini dapat menahan laju
penurunan kinerja sektor pertanian
secara umum.
Walaupun curah hujan tergolong tinggi, masa panen telah menyebabkan produksi
sub sektor tanaman bahan makanan meningkat tajam pada triwulan ini. Hal tersebut
terkonfirmasi dari data Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumsel yang
menunjukkan meningkatnya luas panen padi sebesar 324,42% (qtq).
Grafik 1.8 Perkembangan Curah Hujan
di Sumatera Selatan
Sumber: Stasiun Klimatologi Kenten
Grafik 1.7 Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar
dan Jumlah Wisatawan
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
20
Sementara itu sub sektor tanaman perkebunan diproyeksikan mengalami kontraksi
pertumbuhan triwulanan terutama karena kurang kondusifnya faktor cuaca. Walaupun
demikian, membaiknya permintaan pasar dunia yang meningkatkan harga-harga komoditas
unggulan Sumsel cukup menolong kinerja sub sektor tanaman perkebunan dari sisi nilai
meski dari sisi volume relatif lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Saat ini
petani juga sedang menghadapi naiknya harga pupuk sehingga mempengaruhi biaya
produksi.
Membaiknya harga-harga komoditas unggulan di pasar internasional ternyata
belum dapat dimanfaatkan secara optimal di sektor pertambangan dan penggalian. Kinerja
sektor pertambangan dan penggalian diproyeksikan mengalami kontraksi sebesar 0,1%
(qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Kinerja sektor ini pada triwulan sebelumnya
tercatat mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,7% (qtq). Hasil monitoring di
beberapa pelaku usaha menunjukkan bahwa stagnannya kapasitas produksi yang dialami
pelaku usaha serta tingginya harga bahan baku merupakan penyebab kurang optimalnya
produktivitas sub sektor pertambangan. Rata-rata harga batu bara di pasar internasional
pada triwulan I 2010 tercatat di level USD58,30/metrik ton atau mengalami peningkatan
sebesar 6,28% (qtq) dibandingkan posisi triwulan sebelumnya.
Tabel 1.3 Realisasi Luas Tanam (LT) dan Luas Panen (LP) Provinsi Sumatera Selatan (dalam Ha)
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Selatan
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
21
Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan pada triwulan ini
diproyeksikan mengalami pertumbuhan sebesar 0,2% (qtq), relatif lebih rendah
dibandingkan dengan pertumbuhan triwulanan pada triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 0,3% (qtq). Melambatnya kondisi ekonomi secara umum pada triwulan ini telah
menurunkan kinerja sektor persewaan dan jasa perusahaan. Bahkan beberapa indikator di
sub sektor perbankan menunjukkan sinyal negatif yang ditandai dengan penurunan jumlah
aset, penghimpunan dana, maupun penyaluran kredit/pembiayaan secara umum.
Sektor Industri Pengolahan diproyeksikan tumbuh sebesar 0,6% (qtq),
mengalami perbaikan dibandingkan kondisi pada triwulan sebelumnya yang terkontraksi
sebesar 2,2% (qtq). Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha, kondisi sub sektor
industri pengolahan non migas, khususnya crumb rubber mengalami kesulitan dalam
penyediaan bahan baku sebagai akibat kurangnya pasokan dari petani seiring curah hujan
yang tinggi serta tingginya tingkat persaingan di industri tersebut. Namun demikian, kinerja
sektor tersebut cukup tertolong dengan membaiknya permintaan ekspor dan harga di pasar
internasional yang terus menguat.
Rata-rata harga karet di pasar internasional pada triwulan ini mencapai USD 332,36
cent/kg atau mengalami peningkatan sebesar 28,12% dibandingkan rata-rata harga pada
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar USD 259,40 cent/kg. Sementara itu rata-rata
harga CPO dunia pada triwulan I 2010 tercatat sebesar USD762,03/metrik ton, meningkat
sebesar 12,81% dibandingkan dengan rata-rata harga pada triwulan sebelumnya.
Grafik 1.10 Perkembangan Harga Batu Bara
di Pasar Internasional
Sumber: Bloomberg
Grafik 1.11 Perkembangan Harga Minyak Bumi
di Pasar Internasional
Sumber: Bloomberg
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
22
Sektor listrik, gas, dan air bersih (LGA) diproyeksikan tumbuh sebesar 1,3%
(qtq) atau mengalami perlambatan dibandingkan dengan kinerja triwulan sebelumnya yang
mencapai 1,7% (qtq). Salah satu indikatornya tercermin dari data konsumsi listrik dari PT.
PLN Wilayah Sumatera Selatan, Jambi, dan Bengkulu (WS2JB) yang menunjukkan terjadinya
penurunan konsumsi listrik dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, program
konversi minyak tanah ke gas yang diiringi peningkatan konsumsi LPG menjadi salah satu
pendorong utama perbaikan kinerja sub sektor gas kota pada sektor listrik, gas, dan air
bersih.
Sektor jasa-jasa sebagai penunjang geliat perekonomian diproyeksikan masih
tetap berkinerja stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yakni dengan pertumbuhan
sebesar 1,5% (qtq), sedikit mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tumbuh sebesar 1,4% (qtq).
Grafik 1.12 Perkembangan Harga Karet
di Pasar Internasional
Sumber: Bloomberg
Grafik 1.13 Perkembangan Harga CPO
di Pasar Internasional
Sumber: Bloomberg
Grafik 1.14 Perkembangan Penjualan LPG
Sumber : PT. Pertamina UPMS II
Grafik 1.15 Perkembangan Konsumsi Listrik Total
dan Sektor Rumah Tangga
Sumber : PT. PLN WS2JB
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
23
Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan ini diproyeksikan
mengalami pertumbuhan triwulanan paling tinggi yakni sebesar 4,2% (qtq), sedikit
melambat dibandingkan kinerja yang ditorehkan pada triwulan lalu yang mencapai 4,7%
(qtq). Tarif komunikasi yang semakin murah seiring berbagai promo dari sejumlah operator
seluler tetap mampu menjaga kinerja sub sektor ini tumbuh cukup tinggi selain didorong
juga dengan adanya provider telekomunikasi seluler yang baru.
Beberapa kegiatan nasional yang diselenggarakan di Sumsel sedikit banyak telah
mendorong pertumbuhan sub sektor transportasi. Data dari PT. Angkasa Pura II dan dari PT.
Pelindo masih menunjukkan tingkat aktivitas transportasi yang cukup tinggi walaupun
mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Grafik 1.19 Perkembangan Penumpang Angkutan Laut
Pelabuhan Boom Baru Provinsi Sumsel
Sumber : PT. Pelindo Boom Baru, diolah
Grafik 1.18 Perkembangan Penumpang Angkutan Udara
Sumber : PT. Angkasa Pura II, diolah
Grafik 1.16 Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Sosial
dan Pemerintah
Sumber : PT. PLN WS2JB
Grafik 1.17 Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis dan Industri
Sumber : PT. PLN WS2JB
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
24
Grafik 1.20 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Palembang
Sumber : Survei Konsumen KBI Palembang
1.3. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sisi Penggunaan Secara Tahunan
Dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi triwulan I 2010 secara tahunan didominasi
oleh konsumsi, terutama konsumsi rumah tangga. Pertumbuhan konsumsi diproyeksikan
sebesar 6,1% (yoy), mengalami perlambatan apabila dibandingkan dengan pertumbuhan
triwulan sebelumnya yang mencapai 8,4% (yoy).
Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Sumatera Selatan
ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun 2009 –2010 (%)
* Proyeksi Bank Indonesia Palembang
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah masing-masing
diproyeksi sebesar 5,4% (yoy) dan 20,9%
(yoy). Sementara itu, konsumsi lembaga
swasta nirlaba diproyeksikan mengalami
pertumbuhan negatif sebesar 28,4% (yoy).
Melambatnya kinerja konsumsi
dibandingkan triwulan sebelumnya juga
terkonfirmasi dari Survei Konsumen yang
dilakukan KBI Palembang. Walaupun masih
dalam area optimisme (indeks di atas 100),
tingkat keyakinan konsumen yang erat
kaitannya dengan perilaku konsumsi
masyarakat mengalami penurunan indeks dari 117,61 menjadi 108,63.
Sementara itu, kegiatan perdagangan internasional/ekspor diproyeksikan
mengalami peningkatan sebesar 19,8% (yoy), mengalami akselerasi dibandingkan dengan
kondisi pada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,5% (yoy). Sementara itu, impor
diperkirakan mencatat pertumbuhan tahunan sebesar 13,0% (yoy), mengalami
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
25
Grafik 1.22 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar
Sumber : Website Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.21Perkembangan Konsumsi BBM di Provinsi Sumsel
Sumber : Pertamina UPMS II Palembang
peningkatan dibandingkan dengan kinerja tahunan pada triwulan sebelumnya yang sebesar
11,7% (yoy).
1.4. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sisi Penggunaan Secara Triwulanan
Komponen yang mengalami pertumbuhan paling tinggi adalah konsumsi lembaga swasta
nirlaba yang tumbuh sebesar 14,0% (qtq). Namun demikian komponen tersebut hanya
memberikan andil sebesar 0,2%,
dibawah andil komponen ekspor yang
diproyeksikan mencapai 2,1%. Adapun
konsumsi rumah tangga menurun 1,5%
(qtq) dengan andil sebesar minus 0,9%.
Ekspor diproyeksikan mengalami
pertumbuhan pada kisaran 5,2% (qtq)
atau sedikit melambat dibandingkan
kinerja triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 9,3%. Melambatnya
ekspor dibandingkan triwulan
sebelumnya lebih banyak disebabkan oleh faktor menurunnya volume ekspor dari sisi
produksi, terutama menurunnya pasokan komoditas unggulan.
Sisi investasi diperkirakan masih menunjukkan penurunan dengan pertumbuhan
negatif sebesar 8,7% (qtq). Hal tersebut merupakan kondisi yang normal dimana awal
tahun biasanya disikapi sangat hati-hati
oleh para investor, terlebih dengan
terjadinya beberapa isu penting seperti
kondisi politik di negara tetangga.
Sebagian investor diperkirakan masih
menunggu saat yang tepat untuk
berinvestasi ditengah terus menguatnya
nilai tukar mata uang Rupiah terhadap US
Dollar. Nilai rupiah terus menguat dalam
kurun waktu satu tahun terakhir dengan rata-rata penguatan setiap triwulannya yang
mencapai 5,4%.
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
26
Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Provinsi Sumatera Selatan
ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun 2009 –2010 (%)
* Proyeksi Bank Indonesia Palembang
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan
1.5. Struktur Ekonomi
Berdasarkan strukturnya, PDRB Sumsel masih ditopang oleh sektor primer yakni sektor
pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa sebesar 41,2%.
Pangsa sektor primer tersebut sedikit menurun dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 41,4%. Penurunan pangsa di sektor primer terutama didorong
penurunan pangsa sektor pertanian dari sebesar 18,6% menjadi 18,3%.
Sektor sekunder diproyeksikan
relatif tidak mengalami perubahan
pangsa dari triwulan sebelumnya, yakni
tetap sebesar 25,9%. Walaupun
demikian, pangsa sub sektor industri
pengolahan mencatat peningkatan
dibandingkan triwulan sebelumnya yakni
dari 17,3% menjadi 17,5%. Sementara
sub sektor bangunan mengalami
penurunan pangsa dari 8,1%, menjadi
7,9%.
Pangsa sektor tersier sedikit meningkat dari sebesar 32,7% pada triwulan
sebelumnya menjadi 32,9%. Hal tersebut terutama disebabkan terjadinya peningkatan
pangsa pada sub sektor pengangkutan dan komunikasi serta sub sektor jasa-jasa.
Grafik 1.23 Struktur Ekonomi Provinsi Sumatera Selatan
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
27
Dari sisi penggunaan, walaupun secara struktural komponen konsumsi
memperlihatkan peran yang masih dominan pada PDRB Sumsel, namun pangsa komponen
tersebut diproyeksikan mengalami penurunan menjadi 74,1% dibandingkan pangsa
triwulan sebelumnya yang mencapai 74,6%.
Menurunnya daya beli masyarakat diprediksi telah menurunkan kontribusi konsumsi
rumah tangga menjadi 63,0% dari pangsa triwulan sebelumnya yang mencapai 63,7%.
Sementara itu komponen eksternal yang merupakan selisih dari ekspor dan impor tercatat
mengalami peningkatan pangsa cukup tinggi yakni menjadi sebesar 10,2% dari sebesar
8,2% pada triwulan sebelumnya.
Tabel 1.7 Struktur Ekonomi Penggunaan Provinsi Sumatera Selatan (Persen)
* Proyeksi Bank Indonesia Palembang
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah
Tabel 1.6Struktur Ekonomi Sektoral Provinsi Sumatera Selatan (Persen)
* Proyeksi Bank Indonesia Palembang
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
28
Tabel 1.8 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (USD)
Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia
1.6. Perkembangan Ekspor Impor
1.6.1. Perkembangan Ekspor
Nilai ekspor selama tiga bulan terakhir (Desember 2009 - Februari 2010) tercatat sebesar
USD495,01 juta, meningkat sebesar 43,27% (yoy) dibandingkan nilai ekspor pada periode
yang sama tahun sebelumnya yang mencapai USD345,51 juta. Dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya, nilai ekspor tercatat meningkat sebesar 10,90% (qtq) dari sebesar
USD446,37 juta. Berdasarkan komoditas, pangsa nilai ekspor terbesar masih didominasi
oleh komoditas karet dengan pangsa sebesar 75,03%.
Nilai ekspor Sumsel tahun 2010 sampai dengan bulan Februari 2010 (ytd) tercatat
sebesar USD265,75 juta atau meningkat sebesar 23,04% (yoy) dibandingkan dengan posisi
yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD215,99.
Tabel 1.9
Perkembangan Bulanan Nilai Ekspor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (Juta USD)
Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia
Berdasarkan volume, ekspor pada periode Desember 2009 - Februari 2010 tercatat
sebesar 545,31 ribu ton atau menurun sebesar 10,24% (yoy) dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 607,55 ribu ton atau menurun sebesar
22,46% (qtq) dari periode September - November 2009 yang sebesar 703,31 ribu ton.
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
29
Volume ekspor Sumsel tahun 2010 sampai dengan bulan Februari 2010 tercatat
sebesar 272,03 ribu ton atau menurun sebesar 26,01% (yoy) dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 367,64 ribu ton.
Berdasarkan negara tujuan ekspor, negara Cina masih merupakan negara tujuan
utama ekspor dengan pangsa sebesar 26,13%, diikuti oleh Amerika Serikat sebesar
23,82%, dan Malaysia dengan pangsa sebesar 4,82%.
Grafik 1.24 Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumatera Selatan
Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter
Bank Indonesia
Grafik 1.25Perkembangan Volume Ekspor
Provinsi Sumatera Selatan
Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter
Bank Indonesia
Grafik 1.26 Perkembangan Ekspor Provinsi Sumatera Selatan
berdasarkan Negara Tujuan
Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter
Bank Indonesia
Grafik 1.27 Pangsa Ekspor Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan
Negara Tujuan Des 09-Feb 10
Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
30
Tabel 1.11 Perkembangan Bulanan Nilai Impor Komoditas Pilihan Provinsi Sumatera Selatan (Juta USD)
Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia
1.6.2. Perkembangan Impor
Nilai impor periode Desember 2009 - Februari 2010 tercatat sebesar USD59,05 juta,
meningkat sebesar 17,33% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang
tercatat sebesar USD50,33 juta. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya terjadi
penurunan nilai impor sebesar 28,23% (qtq) dari sebesar USD82,27 juta. Penurunan nilai
impor secara triwulanan ini terkait dengan menurunnya impor mesin industri yang banyak
digunakan dalam menunjang kegiatan sektor pertambangan dan industri pengolahan.
Nilai impor Sumsel tahun 2010 sampai dengan bulan Februari 2010 (ytd) tercatat
sebesar USD37,27 juta, meningkat sebesar 36,55% (yoy) dibandingkan dengan posisi yang
sama pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD27,29.
Volume impor pada periode ini tercatat sebesar 60,43 ribu ton atau mengalami
penurunan sebesar 3,96% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang
tercatat sebesar 62,92 ribu ton. Apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,
volume impor tercatat mengalami peningkatan sebesar 20,51% (qtq) dari sebesar 50,15
ribu ton.
Tabel 1.10Perkembangan Nilai Impor Komoditas Pilihan Provinsi Sumatera Selatan (USD)
Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
31
Pangsa negara asal impor terbesar pada periode Desember 2009 - Februari 2010
masih didominasi negara Cina yakni sebesar 44,44%, kemudian disusul oleh negara
Singapura dengan pangsa sebesar 4,88%, dan Amerika Serikat dengan pangsa sebesar
3,34%. Sementara itu, pangsa negara asal impor terbesar selama tahun 2010 hingga
Februari 2010 adalah negara Cina dengan pangsa sebesar 38,86%.
Grafik 1.30 Perkembangan Impor Provinsi Sumatera Selatan
berdasarkan Negara Asal
Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia
Grafik 1.31 Pangsa Impor Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan
Negara Asal Des 09-Feb 10
Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia
Grafik 1.28 Perkembangan Nilai Impor Provinsi Sumatera Selatan
Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia
Grafik 1.29 Perkembangan Volume Impor
Provinsi Sumatera Selatan
Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
32
TURUNNYA IKK PALEMBANG MENGKONFIRMASI PERLAMBATAN PERTUMBUHAN EKONOMI SECARA SIKLIKAL
I. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Selama Triwulan I - 2010
Tingkat Keyakinan Konsumen Palembang pada triwulan I - 2010 secara umum mengalami penurunan dibanding dengan triwulan sebelumnya meskipun masih tetap berada pada level optimis. Rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan I - 2010 mencapai 108.63, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatatkan indeks rata-rata sebesar 117.61. Demikian pula dengan rata-rata Indeks Keyakinan Ekonomi Saat ini (IKESI) yang sedikit menurun, meskipun masih berada pada level optimis dengan pencapaian sebesar 102.52. Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) juga menurun dari sebesar 128.15 pada triwulan sebelumnya menjadi 114.74.
Namun demikian, dibandingkan dengan indeks triwulan yang sama tahun 2008, seluruh indeks yakni IKK, IKESI dan IEK mengalami peningkatan. Hal tersebut mencerminkan keyakinan konsumen kota Palembang yang mulai membaik pada triwulan II-2009, masih menunjukkan kestabilan pada level optimis. Membaiknya indeks pada triwulan ini dibanding periode yang sama tahun sebelumnya juga mencerminkan membaiknya kondisi perekonomian dibanding awal tahun lalu ketika dampak krisis global sangat terasa bagi perekonomian Sumsel.
Grafik 1. IKK, IKESI, IEK Periode 2009-2010
Suplemen 3
Indeks Keyakinan Konsumen diperoleh dari Survei Konsumen. Survei Konsumen merupakan survei bulanan yang dilaksanakan Bank Indonesia sejak Januari 1999. Di kota Palembang survei dilaksanakan sejak tahun 2001 terhadap 300 rumah tangga setiap bulan sebagai responden (stratified random sampling). Pengumpulan data dilakukan secara langsung kepada responden secara rotated. Indeks dihitung dengan metode balance score (net balance + 100), sehingga jika indeks diatas 100 berarti optimis, sebaliknya dibawah 100 berarti pesimis.
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
33
Di tengah masih terjaganya optimisme konsumen selama triwulan I - 2010, beberapa hal yang masih menjadi concern bagi konsumen Palembang antara lain; tingkat penghasilan, ketersediaan tenaga kerja, perkiraan harga barang dan jasa baik kondisi untuk saat ini, maupun prediksi untuk periode 6 bulan mendatang (lihat grafik 2).
Grafik 2. Pembentuk Keyakinan Konsumen periode 2009-2010
II. Keyakinan Konsumen
Secara umum IKK dalam periode triwulan I 2010 mengalami penurunan. Pada bulan Januari tercatat sebesar 110,72, dengan IKESI dan IEK masing-masing 105,22 dan 116,22. Pada bulan Februari mengalami penurunan menjadi sebesar 107,78 dengan IKESI dan IEK masing-masing sebesar 101,44 dan 114,11. Sementara itu IKK pada bulan Maret tercatat sedikit menurun menjadi sebesar 107,39 dengan IKESI dan IEK masing-masing sebesar 100,89 dan 113,89.
2.1 Pendapat Responden terhadap Kondisi Ekonomi
Menurut 53,33% responden kondisi ekonomi pada bulan Januari 2010 sama dibandingkan 6 bulan sebelumnya, begitu pun kondisi ekonomi pada bulan Februari 2010 walaupun sedikit menurun persentasenya ke level 52,00% dan pada bulan Maret 2009 yang kembali turun ke level 49,33%.
2.2 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja
Pada awal triwulan, sebanyak 47,33% responden berpendapat bahwa ketersediaan lapangan kerja lebih buruk daripada kondisi 6 bulan yang lalu. Sementara itu pada bulan Februari mengalami peningkatan menjadi 53,00%. Memburuknya kondisi ketersediaan lapangan kerja pun terindikasi dari menurunnya optimisme responden ke level indeks 70,67 pada bulan Februari dari sebelumnya sebesar 76,00. Optimisme masyarakat terhadap kondisi ketersediaan lapangan kerja agak meningkat di akhir triwulan ke tingkat indeks 80,67.
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
34
2.3 Pendapat Responden terhadap Penghasilan
57,67% responden berpendapat bahwa penghasilan mereka relatif tetap pada bulan Januari 2010, yang kemudian turun ke level 57,00% pada bulan Februari. Di akhir periode triwulan I 2010 jumlah responden yang berpendapat bahwa pendapatan mereka tetap mengalami peningkatan menjadi 61,00%.
2.4 Perkiraan Perkembangan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang
Hampir sebagian besar responden berpendapat bahwa harga barang/jasa pada 3 bulan yang akan datang akan mengalami peningkatan. Hal tersebut tercermin dari persentase responden yang berada di kisaran 60% pada tiap periodenya. Pada bulan Januari tercatat sebesar 66,67%, kemudian sedikit menurun menjadi sebesar 63,67% pada bulan Februari dan kembali menurun ke level 62,00% pada bulan Maret 2010. III. Profil Responden
3.1 Profil Responden Bulan Januari 2010
Profil responden pada bulan Januari 2010 secara rinci dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1.
Profil Responden Survei Konsumen Kota Palembang
Periode Bulan Januari 2010
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
35
3.2 Profil Responden Bulan Februari 2010
Profil responden pada bulan Februari 2010 secara rinci dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2.
Profil Responden Survei Konsumen Kota Palembang Periode Bulan Februari 2010
3.3 Profil Responden Bulan Maret 2010
Profil responden pada bulan Maret 2010 secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3.
Profil Responden Survei Konsumen Kota Palembang Periode Bulan Maret 2010
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
36
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionally blank
PERKEMBANGAN INFLASI PALEMBANG
• Meskipun inflasi tahunan berkecenderungan meningkat, tekanan inflasi pada triwulan I 2010 dapat diredam oleh datangnya musim panen.
• Harga komoditas pangan telah kembali ke pola pergerakannya semula setelah sepanjang tahun 2009 tertekan oleh krisis finansial global.
2.1. Inflasi Tahunan
Inflasi tahunan kota Palembang pada triwulan I 2010 sebesar 2,50% (yoy), atau meningkat
dibandingkan dengan inflasi tahunan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 1,85% (yoy).
Pada triwulan yang sama tahun 2008 inflasi tahunan mencapai 7,94% (yoy). Inflasi tahunan
pada triwulan I 2010 mulai menunjukkan tren peningkatan seiring proses pemulihan
perekonomian dan kenaikan harga beberapa komoditas pangan di pasar internasional
secara temporer. Walaupun demikian, pada bulan Maret tekanan inflasi jauh menurun
karena datangnya musim panen. Inflasi terlihat mengalami peningkatan yang robust dari
titik terendahnya di triwulan III 2009. Tingkat inflasi masih relatif rendah tidak terlepas dari
cukupnya pasokan bahan-bahan pokok di saat pendapatan dan daya beli lebih baik
dibandingkan tahun lalu.
Grafik 2.2 Inflasi Tahunan Kota Palembang
per Kelompok Pengeluaran Triwulan I 2010
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Palembang
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan
Bab 2
38
2. Pe
8
Sela
perk
Pen
seca
triw
erkembangan I
Sekalipu
atan telah
kembangan
urunan ters
ara tahunan
Dibandi
wulan I 201
Per
Su
Pe
S
nflasi Palemba
Perkemb
un harga b
mengalami
harga se
sebut juga
.
ngkan deng
0 mengalam
rkembangan H
umber : Bloomb
erkembangan H
Sumber : Bloomb
ang
bangan Harga
beberapa k
kenaikan,
ecara tahun
menjadi sa
gan triwulan
mi peningk
arga Terigu
berg, diolah
Harga Emas
berg, diolah
Grafik 2.3Komoditas Stra
komoditas u
namun ma
nan masih
alah satu pe
n sebelumny
atan dari 4
3 ategis di Pasar
unggulan y
asih terdap
mengalam
enyebab m
ya, harga be
446,85 USD
Perkem
Sumb
Perke
Sum
Internasional
yang dieksp
pat beberap
mi penurun
asih rendah
eras di pasar
D/metrik ton
mbangan Harg
ber : Bloomberg,
embangan Har
mber : Bloomber
por oleh S
pa komodita
an seperti
hnya tingka
r internasion
n menjadi
ga Beras
diolah
rga Kedelai
rg, diolah
umatera
as yang
terigu.
at inflasi
nal pada
509,85
USD
seca
terig
USD
sebe
kede
men
USD
21,9
terse
terti
sand
terja
pen
kaita
lang
Sela
pen
kelo
sebe
0,68
triw
bah
men
perl
201
D/metrik ton
ara tahunan
gu dan ha
D/bushel dan
esar 8,73%
elai masing
ngalami pe
D/oz. Pening
90% (yoy) d
ebut di pasa
Berdasa
inggi yaitu
dang yaitu
adi pada k
didikan terc
annya deng
gsung meny
ain itu, kebij
urunan harg
Bila diba
ompok bara
esar 3,73%
8%. Kelomp
wulan I 2010
an makana
njadi 4,92%
ambatan laj
0.
n, atau naik
n meningkat
rga kedela
n dari 9,85
% (qtq) dan
g-masing se
ningkatan
gkatan harg
dari yang se
ar internasio
arkan kelom
sebesar 5,
masing-ma
kelompok t
catat menga
gan kestabila
yebabkan in
akan sekola
ga kelompo
andingkan d
ang dan jas
pada triwu
pok sandan
0 mengalam
an mengala
% pada tri
ju inflasi da
k sebesar 1
t dari minus
i mengalam
USD/bushel
4,45% (qt
ebesar minu
sebesar 0,7
ga emas tel
ebelumnya 3
onal juga me
mpok barang
,22%, diiku
asing sebesa
transportasi
alami deflas
an harga en
flasi pada t
ah gratis yan
k pendidika
dengan triw
sa cukup b
lan IV 2009
ng yang pad
mi inflasi yan
mi percepa
iwulan I 2
ri 7,28% pa
4,10% (qtq
s 18,34% m
mi penurun
menjadi 9,4
tq). Secara
us 24,71%
79% (qtq)
ah mengala
38,13% (yo
empengaruh
g, kelompok
uti oleh ke
ar 4,92% d
dan kom
si, yakni seb
nergi pada t
triwulan I 20
ng efektif te
an secara tah
wulan IV 2
ervariasi. K
9 mengalam
da triwulan
ng jauh lebih
atan laju inf
010, namu
ada triwulan
q). Sedangk
menjadi 1,15
an dari 4,3
41 USD/bus
tahunan pe
dan 0,49%
dari 1101,
ami perlamb
y). Perkemb
hi perkemba
k makanan j
lompok ba
dan 2,09%
unikasi seb
besar 1,71%
tahun 2009
010 masih
erealisasi tah
hunan.
2009, inflas
elompok tr
i inflasi pad
IV 2009 m
h rendah ya
flasi dari 2
un kelompo
n IV 2009 m
2. Perkemba
kan pertum
5% (yoy). S
37 USD/bu
shel, atau m
ertumbuhan
% (yoy). Ad
,14 USD/oz
batan yang
bangan harg
angan harga
jadi mengal
han makan
%. Sebalikny
besar 0,68%
%. Kondisi d
9 yang langs
pada level y
hun 2009 m
si tahunan
ansportasi
a triwulan I
mengalami
akni sebesar
,73% pada
ok makana
menjadi 5,22
angan Inflasi P
buhan harg
ementara it
shel menja
masing-masin
n harga ter
dapun harg
z menjadi 1
signifikan
ga-harga ko
a di Palemba
lami inflasi t
nan dan ke
ya, inflasi t
%, dan ke
di atas tamp
sung maupu
yang relatif
masih menye
di sebagia
dari semula
2010 yaitu
inflasi 7,82
r 2,09%. Ke
a triwulan I
an jadi me
2% pada tr
Palembang
ga beras
tu harga
adi 3,99
ng turun
rigu dan
ga emas
1109,82
menjadi
omoditas
ang.
tahunan
elompok
erendah
elompok
pak erat
un tidak
rendah.
ebabkan
n besar
a deflasi
sebesar
% pada
elompok
IV 2009
engalami
riwulan I
39
40
2. Pe
0
triw
mak
men
harg
harg
men
kelo
yang
cend
men
200
kena
Seca
kelo
mer
seca
pere
yang
Pale
terc
seda
tahu
bah
selis
200
sebe
terja
peru
dina
juga
erkembangan I
Apabila
wulan sebel
kanan dan
ngalami pen
ga beras di
ga pembelia
ndorong t
ompok baha
g kemba
derung men
nerus di pas
09 meny
aikan harg
ara umum,
ompok baran
rupakan ind
ara gradual
ekonomian
g sangat ter
Pada p
embang hin
ermin dari
angkan nas
unan nasion
wa inflasi K
sih rata-rata
03 sampai d
esar 18,38%
adi lebih r
ubahan harg
amika perek
a ditunjukka
nflasi Palemba
dibandin
umnya, ke
n kelompo
ningkatan in
pasar dunia
an beras d
terjadinya
an makana
ali terkor
ngalami pen
sar dunia pa
yebabkan
a di kelom
inflasi tah
ng pada triw
dikasi peni
karena peru
namun ma
rkendali.
eriode Janu
ngga saat i
angka stan
ional sebesa
nal masing-m
Kota Palemb
a 1,34%. In
dengan Des
%. Inflasi ter
rendah dar
ga barang d
konomian y
an dari infla
ang
gkan den
lompok ba
ok transpo
nflasi, Kena
a dan kena
dari pemerin
inflasi p
n. Harga e
reksi set
ningkatan te
ada Semest
melambat
mpok sanda
hunan berb
wulan I 2010
ngkatan in
ubahan aktiv
asih pada t
uari 2003
ni masih le
dar deviasi,
ar 3,92%. R
masing sebe
bang memil
flasi terting
sember 200
rendah di ko
i angka n
dan jasa sec
ang bersifa
asi yang terj
ngan
ahan
rtasi
ikan
ikan
ntah
pada
emas
elah
erus-
ter II
tnya
ang.
agai
0 ini
nflasi
vitas
taraf
sampai den
ebih fluktua
, dimana in
Rata-rata in
esar 9,49%
iki kecende
gi di kota P
09 adalah 2
ota Palemba
asional, ya
cara umum
t jangka pe
adi pada Tr
Per
ngan Maret
atif dibandi
nflasi tahuna
flasi tahuna
dan 8,15%
erungan leb
Palembang
21,81%, le
ng selama r
itu sebesar
di kota Pale
endek. Sens
riwulan I 20
rkembangan Inda
Sumber: B
t 2010, Inf
ngkan nasi
an Palemba
an kota Pale
, angka ters
ih tinggi da
selama rent
bih tinggi
rentang wak
r 1,06%.
embang leb
sitivitas infla
010 ini, dima
Grafik 2.4flasi Tahunan p
an Jasa di Palem
BPS Provinsi Sum
flasi tahuna
ional. Hal t
ang sebesar
embang da
sebut menu
ari nasional
tang waktu
dari nasion
ktu tersebut
Dengan de
ih sensitif te
asi kota Pale
ana inflasi t
per Kelompok mbang
matera Selatan
an kota
tersebut
4,90%
n inflasi
njukkan
dengan
Januari
al yang
t pernah
emikian,
erhadap
embang
tahunan
Barang
Pale
dan
2.2.
Kota
terc
(mtm
Dese
sebe
oleh
mul
sete
men
bula
utam
ini
Pale
kare
bah
embang ber
nasional se
PerbanPalem
Sumbe
Inflasi Bul
a Palemban
atat menga
m), menu
ember 200
esar 0,03%
h pengaruh
ai terjadi
elah sebelum
ngalami ke
an Januari d
manya oleh
sekaligus
embang m
ena sangat
an pangan.
rada jauh d
ebesar 3,43%
Grafik 2.5 dingan Inflasi Tmbang dan Na
er: Badan Pusat
anan
ng pada bu
alami deflas
run diban
09 dimana
%. Hal ini l
musiman y
pada bula
mnya harga
naikan cuk
dan Februa
kenaikan
s menun
masih berv
bergantung
i bawah inf
% (yoy).
Tahunan asional
Statistik
ulan Maret
si sebesar 0
ndingkan
a terjadi
lebih diseba
yakni panen
an Maret
bahan ma
kup tinggi
ri yang did
harga bera
njukkan
volatilitas
g oleh vola
flasi nasiona
R
M
M
2010
0,31%
bulan
inflasi
abkan
n yang
2010,
kanan
pada
orong
s. Hal
inflasi
tinggi
atilitas
al, yaitu Pa
StatistikPalJan
Rata-rata Standar Deviasi
Maksimum
Minimum
Perkemban
Sumber:
2. Perkemba
lembang se
Tabel 2.1ka Deskriptif Inlembang dan N
nuari 2003 - Ma
Palembang
9.49
4.90 21.81 1.06
Sumber: BPS, d
Grafik 2.6ngan Inflasi Bul
BPS Provinsi Sum
angan Inflasi P
ebesar 2,50
flasi Tahunan Nasional, aret 2010
Nasional
8.15
3.92 18.38 2.41
diolah
6 anan Palemba
matera Selatan
Palembang
% (yoy)
Selisih
1.34
0.98 3.43 -1.35
ng
41
42
2. Pe
2
terti
kelo
erkembangan I
Pada bul
inggi di an
ompok telur
Perkembper
Sumbe
nflasi Palemba
an Maret 2
ntara kelom
r, susu dan
Grafik bangan Inflasi Br Kelompok Bar
er: BPS Provinsi S
ang
2010, sub
mpok bahan
hasil-hasilny
2.7 Bulanan Palembrang dan Jasa
Sumatera Selata
kelompok
makanan,
ya sebesar 1
bang
an
D
pada bu
kelompo
kelompo
masing
Kedua k
deflasi
musim p
bulan
tersebut
tinggi k
dan gu
menyusu
pembelia
pergerak
internasi
ekspekta
pangan
kelompo
kesehata
moderat
kelompo
yang d
program
Provinsi
kelompo
oleh s
kegiatan
meningk
sayur-sayur
yaitu sebe
1,53%. Di s
eflasi bulan
ulan Maret
ok bahan
ok makana
sebesar 1,
kelompok te
disebabkan
panen pada
Januari
mengalam
karena kena
ula di pa
ul ditingk
an beras
kan ha
onal yang
asi supply
di dunia.
ok sandang
an menga
t, di kala
ok pendidika
idukung o
m sekolah
Sumatera
ok peruma
shock tem
n investasi
kat.
ran tercatat
esar 4,60%
sisi lain, sub
nan yang t
2010 terja
makanan
an jadi
22% dan
ersebut me
oleh dim
bulan Mare
kedua ke
mi inflasi
aikan harg
asar intern
katkannya
pemerinta
rga ko
dipengaru
shock ko
Harga-harg
g dan ke
lami inflas
harga-harg
an cenderun
oleh diteru
gratis Pem
Selatan.
ahan terpe
mporer m
yang cen
t mengalam
%, disusul o
kelompok
tertinggi
di pada
n dan
masing-
0,13%.
engalami
mulainya
et. Pada
elompok
cukup
a beras
nasional,
harga
ah dan
omoditas
uhi oleh
omoditas
ga pada
elompok
si yang
ga pada
ng stabil
skannya
merintah
Harga
engaruh
menyusul
nderung
mi inflasi
oleh sub
bumbu-
bum
pad
3,95
perg
mak
mbuan meng
ian, umbi-u
5%. Tinggin
gerakan infl
kanan.
galami defla
mbian dan
nya bobot ke
asi umum se
asi yang cu
hasilnya jug
elompok ba
ecara bulan
Inflasi Bulanpada Kelompo
Sumber:
Event AnaMa
Sumber: Diolah
kup besar y
ga mengalam
ahan makan
an mengiku
Grafik 2.8n Maret 2010 pok Bahan Maka
BPS Provinsi Sum
Grafik 2.9alysis Inflasi Koaret 2009 – Ma
h dari BPS Provin
yaitu sebesa
mi deflasi ya
an pada pe
uti pola perg
8 per Sub Kelompanan di Palemb
matera Selatan
9 ota Palembangret 2010
nsi Sumatera Sel
2. Perkemba
ar 7,75%. S
ang cukup d
rhitungan in
gerakan harg
pok bang
g
latan
angan Inflasi P
Sub kelompo
dalam yaitu
nflasi menye
ga kelompo
Palembang
ok padi-
sebesar
ebabkan
k bahan
43
44
2. Pe
4
infla
tahu
nasi
men
di K
bula
lebih
pad
dika
lebih
Pale
Per
Indo
perg
bula
erkembangan I
Secara u
asi nasional,
un 2009, K
onal, namu
ngalami infla
Kota Palemb
an Septemb
h sensitif m
a akhir tah
atakan lebih
h dalam di
embang terh
bandingan InflKon
Sumber: B
Berdasark
onesia Pale
gerakan yan
anan pada b
nflasi Palemba
umum inflas
, meskipun
Kota Palemb
un pada bu
asi sedikit le
ang sehubu
ber 2009, p
mempengaru
hun 2009
h terkendali
bandingkan
hadap volati
Grafik 2.10 lasi Bulanan da
nsumen 3 Bulan
BPS dan Survei K
kan hasil S
embang de
ng searah d
bulan sebelu
ang
si kota Palem
lebih fluktu
bang lebih
ulan April s
ebih tinggi d
ungan denga
engaruh lo
uhi inflasi K
sampai de
i dibanding
n nasional s
litas harga b
an Ekspektasi Hn YAD
Konsumen BI
Survei Kons
engan resp
dengan kore
umnya deng
mbang mem
atif dibandi
sering men
sampai Jun
dari nasiona
an adanya p
njakan perm
Kota Palem
ngan bulan
kan nasiona
sekali lagi m
bahan pang
Harga
sumen yang
onden yan
elasi 0,30 a
gan jumlah k
miliki pola p
ngkan deng
galami defl
i tahun 20
l. Pada bula
penurunan b
mintaan aki
bang diban
n Maret 20
al. Deflasi p
menunjukka
an dibandin
PerbaPale
Sumb
g dilaksana
ng berdom
ntara laju i
konsumen y
ergerakan y
gan inflasi n
lasi bila dib
009, Kota P
an Agustus 2
biaya sekola
bat bulan p
ndingkan na
010, inflasi
pada bulan
an tingginya
ngkan nasion
Grafik 2.11andingan Inflasembang dan N
ber: Badan Pusa
akan setiap
isili di Pal
nflasi bulan
yang mempr
yang searah
nasional. Sej
bandingkan
Palembang
2009, deflas
ah formal, d
puasa dan
asional. Sed
Palembang
Maret 201
a sensitivita
nal.
si Bulanan asional
t Statistik
bulan ole
lembang, t
nan atau laj
rediksikan k
dengan
jak awal
dengan
tercatat
si terjadi
an pada
Idul Fitri
dangkan
g dapat
10 yang
as inflasi
eh Bank
terdapat
u inflasi
kenaikan
harg
ini m
eksp
ga pada 3 b
merupakan
pektasinya, s
bulan yang a
salah satu
setelah sebe
akan datang
indikator ba
elumnya cen
g (ekspektas
ahwa masya
nderung ada
si harga t) d
arakat mula
aptif.
2. Perkemba
dengan laju
i rasional da
angan Inflasi P
inflasi bulan
alam pembe
Palembang
nan. Hal
entukan
45
46
2. Pe
6
Penkesttujupertmenpermnasimemdaeolehdi S
SejapertberkterseSelasejabekemekpenUrgeteka
TerkSumdanPenPertPenDae
erkembangan I
gendalian intabilan nilai an Pemer
tumbuhan pngendalikanmintaan daonal, dan t
mpunyai karah dapat bh Bank Indoumatera Sel
ak beberapatemuan denkoordinasi tebut diken
atan, yang tk akhir taherja lebih kanisme kodekatan mensi lain panan inflasi d
• Peningkselanjut
• Potensi dan ene
kait denganmatera Selat
Nomor 12gembangantumbuhan dgendalian I
erah (TFPPED
Suplemen
nflasi Palemba
PEMSEPAKAT
nflasi merupRupiah. Pe
intah Daeperekonomi inflasi melan sebagian tidak secararakteristik d
berjalan efeknesia Palemlatan dan be
a tahun, Bngan Dinas/terkait penal sebagai telah berjalahun 2009 befektif dal
oordinasi dengendalika
penguatan di tahun 20
katan pendanya mening
terganggunergi. n hal tersebtan dengan 2/2/DKM tn Perekonomdan PengemInflasi Daer
D) dan Sekre
4
ang
MDA SUMST KENDALI
pakan suatungendalianrah dalamian. Bank Ialui jumlah
kecil konda langsung dan kondisi ktif, efisien,
mbang adalaeberapa pel
Bank Indone/Instansi tergendalian pertemuan
an dengan berupaya mam mengid
dan lintas an inflasi mTPID juga 10, dikaren
apatan masgkatkan infla
nya produks
but, sebagaiPemimpin
anggal 1 Mmian Sumatmbangan Perah (TPID), etariat.
SEL DAN BKAN INFLA
u prasyaratinflasi pada
m meningkndonesia, suang bered
disi penawadapat terdifyang berbedan menye
h melakukaaku usaha s
esia Palembrkait maupuinflasi, khu Tim Pengbaik walau
menjajaki updentifikasi instansi. P
melalui penddilatarbelak
akan :
yarakat yanasi
si bahan ma
i tindak lanBank Indon
Maret 2010tera Selatanerekonomian
Tim Fasilita
BANK INDOASI SECAR
utama dalaa gilirannya katkan kessebagai otodar yang kemran. Kebijakferensiasi keda. Untuk eluruh, salahan koordinasstrategis.
bang telah un sebagianususnya darendalian In
upun belumpaya pengupotensi-pot
Penguatan dekatan inskangi oleh
ng memicu
kanan, kena
njut Nota Knesia Palem tentang P, dibentuk n Sumateraasi Percepa
ONESIA RA BERSAM
am mencapakan mend
sejahteraan oritas monemudian memkan tersebue masing-mitu, agar p
h satu langksi dengan D
berupaya n pelaku usri sisi penanflasi Daera
m mempunyuatan institutensi kenaikTPID merustitusi (insti
kecenderu
peningkata
aikan harga
Kesepahamambang NomPeningkatan Forum Koor
a Selatan yaatan Penge
MA
pai dan memdukung pen
masyarakater, hanya mpengaruhiut mempunymasing daerapengendaliakah yang d
Dinas/Instans
menyelengsaha dalamawaran. Perah (TPID) Sai legal basusi agar timkan inflasi upakan salatutional app
ungan peni
an perminta
komoditas
n antara Gor 011/SPKPertumbuh
rdinasi Peniang terdiri dmbangan E
melihara ncapaian at dan mampu
i kondisi yai efek ah yang n inflasi itempuh si terkait
garakan rangka rtemuan umatera sis. TPID m dapat
melalui ah satu proach). ngkatan
aan, dan
pangan
Gubernur K/III/2010 han dan ngkatan dari Tim Ekonomi
Tim
Pengendal
1. melakuk
inflasi k
depan.
dikonsu
bobot t
dilakuka
masing;
2. kegiatan
dan ta
pengen
suasion
Dalam m
lain;
3. membe
Walikot
lembaga
ian Inflasi D
kan peman
komoditas b
Komoditas
umsi masyar
tertinggi dal
an oleh sem
;
n pengenda
anggung ja
dalian inflas
, dan pemb
melakukan
rikan inform
ta/Bupati se
a/instansi/pi
Koo
KaI
F
Tuju
1. T2. K3.M4.M
Daerah (TPID
ntauan infla
barang dan
s strategis
rakat dan b
lam penghit
mua anggota
alian inflasi k
awab masin
si, antara la
bentukan ek
pengendalia
masi dan ata
e-Sumatera
hak terkait.
ordinasi Bank In
Bank Indonesia
Tim PengenInflas
antor Bank ndonesia
Forum yang ada
Rekomendasi
uan:
Tercukupinya pasokan danKebijakan pemda yang jugMunculnya komitmen untuMonitoring atas kondisi ter
atau
D) mempuny
asi, pemeta
jasa strate
yaitu kom
beberapa k
tungan infla
a TPID sesua
komoditas s
ng-masing
ain operasi
kspektasi m
an inflasi, TP
au rekomen
Selatan, Pe
Grafik 1ndonesia deng
Pemerintah Pusat
ndalian si
Pemerintah Daerah
Tim PengendalianInflasi Daerah
lancarnya distribusi.ga memperhatikan ekonomuk mengendalikan inflasi drkini ekonomi dan harga di
yai tugas:
aan permas
egis, serta p
moditas ba
komoditas p
asi Sumater
ai dengan tu
strategis, dis
instansi a
pasar, perb
masyarakat y
PID dapat m
ndasi kepad
emimpin Ba
1.gan Pemerintah
Tenas
n
mi dan inflasi daerah.di daerah.i daerah.
2. Perkemba
salahan di
proyeksi pe
han maka
penting lain
a Selatan.
ugas pokok
sesuaikan de
nggota TP
baikan distri
yang kondu
meminta ban
a Gubernur
nk Indones
h dalam TPID
Tercapainya Inflasi IHK sional yang rendah dan
stabil.
Inflasi daerah yang rendah dan stabil.
Rekomendasi
angan Inflasi P
sekitar per
ergerakan in
nan yang
nnya yang
Pemantaua
dan fungsi
engan kewe
ID. Bentuk
busi barang
sif terhadap
ntuan kepad
r Sumatera
ia Palemba
Palembang
rgerakan
nflasi ke
banyak
memiliki
an inflasi
masing-
enangan
k-bentuk
g, moral
p inflasi.
da pihak
Selatan,
ng, dan
47
48
2. Pe
8
2.3. Dari
seca
diba
kena
.
erkembangan I
Pemantau
i hasil Surve
ara umum
andingkan p
aikan harga
nflasi Palemba
uan Harga
ei Pemantau
terjadi ten
posisi triwu
yang cende
Pergera
ang
an Harga (S
ndensi pen
lan sebelum
erung robus
akan Tingkat Ha
Sum
SPH) yang d
ingkatan h
mnya. Di an
st pada perio
Grafik 2.1arga Bulanan B
mber : SPH KBI P
ilakukan KB
harga baran
ntara enam
ode triwulan
12Berdasarkan SP
Palembang
BI Palembang
ng/komodita
komoditas
n I 2010.
PH (Rupiah/Kg)
g secara mi
as sebesar
s, beras me
)
ngguan,
2,27%
engalami
kena
ayam
Beb
sebe
Kem
sebe
Kendati
aikan harga
m. Sedangk
erapa komo
Bila dib
esar 3,31%
mudian harg
esar 3,04%
Sum
Sumb
pun harga
a komoditas
kan harga d
oditas meng
andingkan
% di Pasar
ga minyak g
di Pasar Lem
Pergeraka
Pergerakan Ha
Pasar Cind
mber : SPH KBI P
Pasar Cinde
er : SPH KBI Pale
secara kes
s terutama
daging sapi,
alami volati
triwulan seb
Cinde dan
oreng meng
mabang.
an Harga Beras
arga Minyak Go
de
Palembang
embang
eluruhan m
pada komo
, cabe mera
litas harga s
belumnya (q
peningka
galami penu
Grafik 2.13
s di Pasar Cinde
Grafik 2.14oreng di Pasar
masih terken
oditas beras
ah, dan min
secara bulan
qtq), harga
tan sebesa
urunan sebe
3 e dan Lemaban
4 Cinde dan Lem
Su
2. Perkemba
ndali, terdap
s, bawang
nyak goreng
nan.
beras meng
r 5,00% d
esar 3,20%
ng (Rupiah/Kg)
mabang (Rupiah
Pasar Lema
umber : SPH KBI
Pasar Le
Sumber : SPH K
angan Inflasi P
pat kecende
merah dan
g cenderun
galami peni
i Pasar Lem
di Pasar Cin
)
h/Kg)
bang
Palembang
emabang
KBI Palembang
Palembang
erungan
daging
g stabil.
ngkatan
mabang.
nde dan
49
50
2. Pe
0
diam
triw
di p
erkembangan I
Harga d
mati pada
wulanan di P
asar Lemaba
Sumb
S
nflasi Palemba
daging sap
triwulan I
asar Cinde
ang.
Pergerakan H
Pergerakan
Pasar Cinde
ber : SPH KBI Pale
Pasar Ci
Sumber : SPH KB
ang
i mengalam
2010. Harg
sebesar 0,5
Harga Daging S
n Harga Emas d
embang
inde
BI Palembang
mi perubaha
ga daging
5%, namun
Grafik 2.15Sapi di Pasar C
Grafik 2.16di Pasar Cinde
an yang be
sapi meng
n mengalam
5 inde dan Lema
6 dan Lemabang
S
ervariasi di
alami penu
mi peningkat
abang (Rupiah/
g (Rupiah/Gram
Pasar Lem
Sumber : SPH K
Pasar Lem
Sumber : SPH KB
kedua pas
urunan tipis
tan sebesar
/kg)
m)
mabang
KBI Palembang
abang
BI Palembang
ar yang
s secara
5,55%
pad
kon
perg
bula
sala
Hasil SP
a triwulan I
sisten denga
Secara
gerakan har
anan oleh B
h satu petu
PH juga men
2010 masin
an yang terj
umum, ha
rga yang cu
PS. Hal ini m
njuk dalam
Perg
Sumber : BP
nunjukkan p
ng-masing s
jadi di pasar
asil SPH d
kup konver
menunjukka
memperkira
erakan Inflasi Bdi Kota Pale
PS Provinsi Suma
penurunan h
sebesar 2,16
r internasion
di Kota Pa
rgen dengan
an hasil SPH
akan perkem
Grafik 2.17
Bulanan dan Tiembang (Mar 2
atera Selatan dan
harga emas
6% dan 3,1
nal.
alembang m
n hasil surve
H Kota Palem
mbangan inf
7 ingkat Harga S2009 – Mar 201
n SPH Bank Indo
2. Perkemba
di Pasar Ci
6%. Penuru
mengindikas
ei inflasi yan
mbang dapa
flasi di kota
Sesuai SPH 0)
onesia Palemban
angan Inflasi P
nde dan Le
unan harga
sikan bahw
ng dilakukan
at dijadikan
Palembang
ng
Palembang
mabang
emas ini
wa pola
n secara
sebagai
.
51
52
2. Pe
2
PotesecaakhMenperucuacpenpen1,11dalaben
SemwaladipebulaMarDi sMen
1 Pappada2 PapKelas
erkembangan I
TEKANA
ensi tekananara umum airnya akan mnurut Dinasubahan iklimca ekstrim, gganggu tcapaian pro1% dari angam penanggih cadangan
N
mentara itu, aupun Koterkirakan akan Mei 2010ret dan Aprisisi lain, kenurut Bulog
paran Ibu Nellya pertemuan TPparan Bpk. Mos II Kenten Pale
Suplemen
nflasi Palemba
AN INFLASI
n inflasi ke akan mempmeningkatkas Pertanian m global yandan meningtanaman. Noduksi padi, gka sasarangulangan atn nasional.1
TNo.
1 OKU Tim2 Lahat 3 OKI 4 Muara En5 Musi Raw6 OKU Tim7 Musi Ban8 Ogan Ilir 9 OKU Sela
BMKG meta Palembakan mengala0 (seperti Bl 2010 bersisiapan Bulo Divre Sums
Rasdiana dari PID Sumsel tan
ohamad Irdam embang pada
5
ang
TERKAIT F
depan salahpengaruhi pan tekanan Tanaman P
ng terjadi bgkatnya jeniNamun, hukarena sam
n tahun 201tau mitigasi
Tabel 1. Luas Kabupaten
mur
nim was
mur nyuasin
atan Jumlah
Sumber
enyatakan bng dan bami musim anyuasin, Mifat normal sog dalam hsel, Rencana
Dinas Pertania
nggal 12 Maredari Badan Mepertemuan TP
FAKTOR AL
h satunya dproduksi daninflasi. Pangan danerpengaruhis, intensitasujan dan
mpai triwulan10. Selain iti, antara lai
Lahan Terke
17
r: Dinas PTPH P
bahwa kondeberapa Kkemarau ya
Muba dan Osampai den
hal stabilisasa penyaluran
an Tanaman Pat 2010. eteorologi, KlimID Sumsel tang
LAM DINILA
iperkirakan n kelancara
n Hortikultu terhadap ks, luas sertabanjir dipe
n I 2010 aretu, Pemprovn upaya pe
na Bencana BTerkena
(Ha)8,696.75 159.75 2,667.75 2,644.00 1,592.50 465.00 5.00 624.00 361.00
7,215.75 Prov. Sumsel
disi cuaca mabupaten ang lebih aw
Ogan Ilir). Adgan atas nosi harga dan raskin di p
angan dan Ho
matologi dan Gggal 12 Maret
AI MASIH T
berasal daran distribusi
ura Provinsikondisi pertu frekuensi serkirakan tal yang men
v mengupayercepatan ta
Banjir Puso(Ha)
5,857.5 79.2
1,098.0 526.0 603.0 275.0 - 420.0 125.5 8,984.2
masih dalamlainnya di wal pada tadapun curah
ormal.2 an pasokan provinsi Sum
rtikultura Prov
Geofisika (BMK2010.
TERKENDAL
ri faktor alabarang, da
Sumatera umbuhan taserangan orgidak mengngalami pusyakan beberanam dan
o )50 25 00 00 00 00
00 50 5
m batas kewSumatera
ahun ini, yaih hujan pad
beras cukumatera Selat
vinsi Sumatera
KG), Stasiun Kl
LI
m, yang an pada
Selatan, anaman, ganisme gganggu so hanya rapa hal bantuan
wajaran, Selatan
itu pada da bulan
up baik. an pada
Selatan
imatologi
tahubera
DiSuSuKaJu
Walalamdiseterja
3 PapMare
un 2010 adaas Bulog Div
Divre/Sub D
ivre Palembaub Divre OKUub Divre Lahaansilog Mura umlah Stock S
aupun prodm, hambataebabkan oleadi pada aw
paran Bpk. Sardet 2010
alah 4.363.6vre Sumsel p
Tabel 2Divre K
G
ng U at
Sumel
duksi diperkan pasokaneh kelancarawal tahun 20
djono dari Bulo
645 kg per per 9 Maret
2. Persediaan apasitas Gudang
(ton)
G(
52,500 12,500 2,000 1,000 68,000
Sum
kirakan tidan yang selaan distribus010.
og Divisi Regio
bulan atau 2010 adala
Beras Divre SGabah(ton)
Ber(to
- 17,8 - 3,8 - 3 - 7 - 22,8ber: Bulog Div
k mengalamanjutnya dasi barang, k
onal Sumatera
52.363.740h 2,9 bulan
Sumsel per 9 rasn)
JumlaStr Be
(ton866 17,866857 3,857325 325759 759807 22,807vre Sumsel
mi hambataapat meninkhususnya p
Selatan pada p
2. Perkemba
0 kg per tah.3
Maret 2010ah
eras n)
Penya(to
6 47 15 19 7 7
n berarti akgkatkan tepasca banjir
pertemuan TPI
angan Inflasi P
un. Ketahan
luran n)
KetaSt
(bu4,435 ,245 ,476 714
7,870
kibat adanykanan inflar dan longs
D Sumsel tang
Palembang
nan stok
ahanan tock ulan) 4.0 3.1 0.2 1.1 2.9
a faktor asi lebih sor yang
ggal 12
53
54
2. Pe
4
erkembangan I
nflasi Palembaang
Halaman i
This pag
ini sengaja
e is intenti
a dikosongk
ionally blan
kan
nk
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
• Kinerja perbankan mengalami penurunan yang salah satunya dipengaruhi faktor siklikal awal tahun.
• Ditinjau dari sisi perkembangan kredit dan DPK, terdapat indikasi meningkatnya aktivitas perekonomian dan atau financial deepening di Wilayah Palembang dan Ogan Komering Ulu.
• Perkembangan suku bunga menunjukkan indikasi excess demand kredit karena melebarnya spread suku bunga.
3.1. Kondisi Umum
Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi
Sumatera Selatan (Sumsel) pada triwulan I 2010
(Februari 2010) dari beberapa indikator seperti
total aset, penghimpunan dana dan penyaluran
kredit/pembiayaan mengalami penurunan
karena faktor siklikal dimana penurunan kinerja
sering terjadi di awal tahun.
Secara triwulanan (qtq) total aset
menurun sebesar 1,22%. Namun, secara
tahunan, total aset perbankan Sumsel
meningkat dibandingkan triwulan yang sama
pada tahun sebelumnya (yoy), yaitu Rp40,84
triliun. Namun,
Penghimpunan DPK triwulan ini mengalami peningkatan sebesar 4,69% (yoy)
dibandingkan tahun sebelumnya dari Rp29,82 triliun menjadi Rp31,22 triliun, tetapi secara
triwulanan tercatat mengalami penurunan sebesar 6,48% (qtq). Sementara itu, penyaluran
kredit/ pembiayaan mengalami peningkatan yang jauh lebih baik dibandingkan aset dan
penghimpunan DPK, yakni meningkat sebesar 22,84% (yoy) dari Rp22,11 triliun menjadi
Rp27,16 triliun menyusul semakin baiknya prospek bisnis di Sumatera Selatan yang
menurunkan risiko dan meningkatkan permintaan kredit untuk membiayai investasi dan
atau pengembangan usaha.
Penyaluran Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) secara tahunan (yoy) tercatat
mengalami peningkatan sebesar 15,30% dari Rp14,59 triliun menjadi sebesar Rp16,82
Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Provinsi Sumatera Selatan
*Posisi Februari 2010
Bab 3
56
3. Pe
6
triliu
sebe
tela
200
3.2.
Jum
sam
ban
yang
Kon
Dae
Cab
Kan
Kan
Pem
Kan
sert
Ban
itu
terc
3.3.
3.3.
Jika
men
seca
atau
triliu
triliu
yang
erkembangan P
un. Sementa
esar 7,52%
Penurun
h menyebab
09 menjadi 8
. Kelembag
mlah bank ya
mpai dengan
k. Jumlah k
g terdiri da
nvensional, 1
erah, 18 Ka
bang Ban
tor Caban
tor Caban
mbantu Ba
tor Cabang
a 64 Kanto
k Syariah da
jumlah An
atat sebany
. Penghimp
.1 Penghim
dibanding
ngalami pen
ara tahunan
u sebesar 8,
un. Simpan
un atau turu
Secara t
g dikontrib
Perbankan Dae
ara itu, seca
.
nan DPK yan
bkan pening
87,00% pad
gaan
ang beroper
n triwulan I
kantor bank
ri 4 Kantor
1 Kantor Pu
ntor Pusat
nk Umum
ng Bank U
g BPR/S, 2
nk Umum
g Pembantu
r Kas Bank
an 4 Kantor
njungan Tu
yak 517 unit
punan Dana
mpunan DPK
kan denga
ningkatan se
n. Giro terca
,49%. Tabu
an berjang
un sebesar 6
triwulanan (
usikan oleh
erah
ara triwulan
ng dibareng
gkatan Loan
da triwulan I
rasi di Provin
I 2010 berj
sebanyak 4
wilayah Ba
usat Bank P
BPR/S, 6
Konvensi
Umum Syari
297 Kanto
m Konvensi
Bank Umum
Umum, 3 K
r Kas BPR. S
unai Mand
.
a Pihak Ket
K
an triwulan
ebesar 4,69%
atat menuru
ungan meng
ka/deposito
6,93%.
(qtq), pengh
h penurunan
an (qtq), re
gi dengan p
n to Deposit
2010.
nsi Sumsel
jumlah 54
498 kantor
nk Umum
Pemerintah
61 Kantor
onal, 10
iah dan 4
r Cabang
ional, 32
m Syariah,
Kantor Kas
Sementara
diri (ATM)
tiga (DPK)
yang sam
%. Kompon
un dari Rp5
galami peni
o meningka
himpunan D
n simpanan
alisasi kredi
peningkatan
t Ratio (LDR)
ma pada ta
nen DPK, kec
5,32 triliun
ngkatan seb
t dari Rp1
DPK mengala
n deposito d
Jud
*Posi
t MKM me
penyaluran
) dari 83,60
ahun sebel
cuali giro, m
menjadi seb
besar 8,32%
3,47 triliun
ami penurun
dan tabung
Grafikumlah Kantor Bdi Provinsi Sum
si Februari 2010
ngalami pen
n kredit/pem
% pada triw
umnya (yoy
mengalami k
besar Rp4,8
% menjadi R
n menjadi R
nan sebesar
gan masing
k 3.2 Bank dan ATM
matera Selatan
0
nurunan
mbiayaan
wulan IV
y), DPK
kenaikan
7 triliun
Rp11,95
Rp14,41
r 6,48%
-masing
sebe
sebe
dihi
sedi
tabu
3.3.
Saat
men
seca
pert
tahu
pert
kon
4,21
seca
Lub
yaitu
esar 3,56%
esar 1,68%
Berdasa
mpun, depo
kit mening
ungan dan g
.2. Penghim
t ini sistem
ngelompokk
ara tahunan
tumbuhan p
unan sebes
tumbuhan
tribusi terh
1% dan 2,
ara tahuna
uklinggau m
u dengan an
Pertdi P
*Posisi
% dan 12,5
(qtq).
arkan pangs
osito berjang
kat dibandi
giro masing-
mpunan DP
m pelapora
kan daerah
n (yoy), pe
paling tingg
sar 4,99%,
DPK secara
hadap pertu
17%. Seme
n adalah
merupakan
ndil sebesar
Grafik 3.tumbuhan DPKProvinsi Sumate
Februari 2010
4%. Namu
sa masing-m
gka tercatat
ng triwulan
-masing me
PK Menurut
an bank y
berdasarkan
enghimpuna
gi yakni se
, sehingga
a tahunan.
umbuhan t
entara itu,
Baturaja y
wilayah ya
minus 0,61
.3 K Perbankan era Selatan
un di sisi la
masing komp
t memiliki pa
n sebelumn
miliki pangs
t Kabupate
yang dikel
n 11 kabup
an DPK O
besar 127,4
kabupaten
Kota Pale
ahunan ya
wilayah ya
yaitu sebes
ng membat
%.
ain, simpan
ponen simp
angsa terbe
ya yang se
sa sebesar 3
en/Kota
ola Bank
paten/kota. B
gan Kome
49% atau
n ini juga
embang da
ng tinggi,
ang mengal
sar minus
tasi pertum
Komposd
*Posi
3. Perkemban
nan giro me
anan terhad
sar yaitu seb
besar 44,74
38,27% dan
Indonesia
Berdasarkan
ring Ulu t
dengan pa
merupaka
n Prabumu
yaitu masi
lami penuru
93,61%.
mbuhan kred
Grafikisi DPK Perbani Provinsi Suma
si Februari 2010
ngan Perbanka
engalami k
dap total D
besar 46,14
4%. Semen
15,60%.
Palembang
n laju pertum
ercatat me
ngsa pertum
an sumber
ulih juga m
ng-masing
unan DPK
Pada perio
dit secara t
k 3.4 nkan Triwulan Iatera Selatan
0
an Daerah
enaikan
PK yang
%, atau
ntara itu
g masih
mbuhan
engalami
mbuhan
utama
mencatat
sebesar
terbesar
ode ini,
ahunan,
I 2010
57
58
3. Pe
8
terc
triw
sepe
diba
pen
pert
Wila
ada
dan
pan
yang
3.4.
3.4.
Laju
dari
pert
pen
erkembangan P
Kabupat
Prabumulih
Pagar Alam
Lubuklinggau
Baturaja
Palembang
Ogan Komerin
Ogan Komerin
Musi Banyuas
Musi Rawas
Lematang Ilir
Lahat
*Posisi Fe
Sama h
atat sebag
wulanan yakn
erti Baturaja
andingkan t
urunan pa
tumbuhan p
ayah yang
lah Ogan K
2,01%. Be
gsa terbesa
g mempuny
. Penyalura
.1. Penyalu
u pertumbu
tahun seb
tumbuhan t
gangkutan
Perbankan Dae
P
ten/Kota
ng Ulu
ng Ilir
in
Ogan Tengah
ebruari 2010
halnya den
gai wilayah
ni naik sebe
a, Lematang
triwulan se
aling drasti
penyaluran
memberi k
Komering Ul
erdasarkan p
r yakni sebe
yai pangsa te
an Kredit/P
ran Kredit/
han kredit/
belumnya (y
tertinggi te
masing-mas
erah
Pertumbuhan Ddi Provinsi Su
I 1,044,576
346,345
1,295,249
668,000
19,914,580
537,407
780,726
957,288
46,351
3,497,580
735,054
gan pertum
dengan
sar 158,88%
g Ilir Ogan
ebelumnya.
is yaitu se
kredit meru
ontribusi te
u dan Prab
pangsa, DPK
esar 67,75%
erendah ada
embiayaan
/Pembiayaa
/pembiayaan
yoy) yaitu
rjadi pada
sing sebesar
Tabel 3.1DPK Perbankanumatera Selata
II6 1,064,51
5 367,41
9 1,335,68
0 722,26
0 19,994,11
7 528,11
6 839,84
8 969,04
1 47,48
0 2,559,42
4 756,87
mbuhan tah
peningkatan
%. Sementa
Tengah, da
DPK Kabu
ebesar 94,
upakan yan
erbesar seb
umulih, den
K Kota Palem
% dari total
alah Kabupa
n
an Secara S
n tercatat m
dari Rp22,
kredit sekt
r 64,62% da
per Kabupaten
an (dalam Rp Ju2009
III2 1,049,37
2 344,14
89 1,277,81
61 700,13
0 20,133,15
2 531,86
41 746,38
47 984,33
89 39,49
22 2,513,60
71 775,00
hunan, Kab
n penghim
ra itu, bebe
an Pagar Al
paten Batu
,59%. Kon
ng terendah
agai penop
ngan andil m
mbang mas
DPK Sumat
aten Baturaj
Sektoral
mengalami
11 triliun m
or pertamb
an 22,59%.
n/Kota uta)
IV79 1,069,
41 308,
17 1,196,
39 789,
57 22,469,
68 472,
86 746,
33 1,041,
97 45,
05 4,524,
03 722,
bupaten Og
mpunan DP
erapa kota/k
lam mencat
raja juga t
ntribusi Pal
h yakni sebe
pang pertum
masing-mas
sih merupak
tera Selatan
ja sebesar 0
peningkata
menjadi Rp
bangan dan
201
I* ,924 1,513
,350 212
,570 1,06
,252 42
,744 21,152
,256 1,222
,578 758
,640 860
,194 10
,899 3,626
,501 67
gan Komer
K terbesar
abupaten la
tat penurun
tercatat me
lembang t
esar minus
mbuhan triw
sing sebesar
kan wilayah
, sementara
,14%.
n sebesar
p27,16 triliu
kredit sek
0
3,040
2,054
1,003
2,681
2,973
2,565
8,264
0,710
1,566
6,443
1,605
ing Ulu
secara
ain yakni
nan DPK
engalami
erhadap
3,97%.
wulanan
r 6,22%
dengan
a daerah
22,84%
un. Laju
ktor jasa
ada
1,46
pert
mem
sebe
kred
dan
pert
pen
pert
Sela
mem
Pertan
Pertam
Perind
Perda
Jasa-j
Listrik
Konst
Penga
Jasa D
Jasa SMLain-l
*Posisi Fe
Sektor y
lah sektor
6%. Namun
tanian terha
megang per
esar 0,45%
dit di sektor
minus 0,3
tumbuhan s
Selain
yaluran kre
tanian dan
ain itu, pen
mpunyai pan
Sektor
nian
mbangan
dustrian
agangan
asa
k, Gas dan Ai
truksi
angkutan
Dunia Usaha
Sosial kain
ebruari 2010
yang berkon
pertanian d
n pada pert
adap total
ranan terbe
. Pertumbu
r perdagang
0%. Namu
ebesar minu
sektor lai
dit yaitu se
sektor per
yaluran kre
ngsa yang c
PerkeProvinsi
I 3,327,736
372,667
2,339,800
4,820,650
3,402,417
r 372,721
1,385,151
271,842
1,179,689
193,014
7,850,914
ntribusi terb
dan sektor
tumbuhan
kredit justr
esar pada p
uhan kredit
gan dan LGA
n menurun
us 3,72%.
n-lain, sekt
ebesar 20,88
industrian y
edit di sekto
ukup besar,
Tabel 3.2embangan Kred Sumatera Sela
20
II6 4,010,796
7 382,274
0 2,437,664
0 5,167,341
7 3,476,588
264,454
1,545,472
2 278,399
9 1,198,288
4 189,975
4 8,485,411
besar sebaga
pertamban
triwulanan,
u sebesar m
pertumbuha
secara tahu
A dengan a
nya kredit
tor perdag
8%. Urutan
yaitu masin
or jasa kon
, yaitu masin
dit Sektoral atan (Rp Juta)
009
III4,205,007
435,143
2,660,552
5,510,281
3,533,555
178,887
1,656,373
242,737
1,278,693
176,865
8,984,438
ai penopang
ngan masin
kontribusi
minus 3,33
an triwulana
unan sediki
andil masing
di sektor p
angan mem
n kedua da
ng-masing s
struksi dan
ng-masing s
3. Perkemban
IV4,935,680
609,393
3,156,263
5,828,923
3,485,232
242,201
1,550,167
244,498
1,262,746
185,620
9,896,154
g pertumbu
g-masing s
pertumbuh
%. Sektor
an dengan
t dihambat
g-masing se
erdagangan
miliki pang
n ketiga dit
sebesar 17,
sektor jasa
sebesar 5,55
ngan Perbanka
2010
I* 3,742,410
613,472
2,369,184
4,527,119
3,348,719
255,262
1,364,134
333,246
1,201,963
194,114
12,563,670
uhan kredit
sebesar 1,72
han kredit d
jasa penga
andil pertu
oleh pertu
besar minu
n memberik
gsa terbesa
tempati ole
68% dan
a dunia usa
5% dan 4,57
an Daerah
tahunan
2% dan
di sektor
angkutan
umbuhan
umbuhan
s 1,01%
kan andil
r dalam
eh sektor
11,31%.
aha juga
7%.
59
60
3. Pe
0
den
pred
bara
kred
3.4.
Selu
diba
men
45,7
sebe
kred
Peny
kon
erkembangan P
Ekspekt
gan memba
diksi semaki
ang-barang
dit di sektor
.2. Penyalu
uruh penya
andingkan
ncatat penin
78%. Kredi
esar 7,94
dit/pembiaya
yaluran kred
sumsi tercat
Perbankan Dae
tasi kenaika
aiknya optim
n membaik
industri m
pertanian d
ran Kredit/
luran kredi
dengan pe
ngkatan pal
t investasi
% dan
aan untuk
dit konsums
tat sebagai s
erah
n harga ko
misme pere
nya prospek
emberikan
dan pertamb
/Pembiayaa
it/pembiaya
eriode yang
ing tinggi y
dan kredit
11,40%.
modal kerj
si mengalam
satu-satuny
Pangsa PProvinsi Sum
*Posisi Febru
moditas da
konomian d
k perekonom
peluang ba
bangan.
an Menuru
an menuru
g sama tah
akni dari Rp
modal kerja
Namun,
a tercatat
mi penuruna
a jenis kredi
Grafik 3.5Penyaluran Krematera Selatan
uari 2010
n meningka
dunia yang
mian nasion
agi perbank
ut Penggun
ut penggun
hun sebelu
p7,85 triliun
a mencatat
secara tri
mengalami
an terdalam
it yang men
edit Sektoral Triwulan I 201
atnya kebut
dilanjutkan
al serta men
kan untuk l
naan
naan meng
mnya (yoy)
n menjadi R
pertumbuh
wulanan
penurunan
yakni sebe
ingkat, yaitu
0
tuhan energ
dengan mu
ningkatnya
lebih menin
alami peni
). Kredit k
p.11,44 trili
han masing
(qtq), pen
n sebesar 1
esar 14,62%
u sebesar 15
gi seiring
unculnya
produksi
ngkatkan
ngkatan
onsumsi
iun atau
-masing
nyaluran
11,84%.
%. Kredit
5,22%.
oleh
sebe
pula
prop
3.4.
Berd
seba
(yoy
Sem
dan
pert
Sem
Ban
1,31
Dari pe
h kredit mo
esar 38,53%
a data triw
porsi kredit
.3. Penyalu
dasarkan da
agai wilayah
y) yakni d
mentara itu,
Begitup
Ogan Kom
tumbuhan
mentara itu,
yuasin dan
1% dan 0,8
PertumbuP
*Posisi
r komposisi
odal kerja y
%, dan kred
ulan sebelu
konsumsi d
ran Kredit/
aerah penya
h yang palin
dengan and
kontribusi w
pun halnya d
mering Ulu
kredit/pemb
, kontribus
wilayah O
9%.
Grafik 3uhan Kredit MeProvinsi Sumate
Februari 2010
i, penyalura
yakni sebesa
dit investas
umnya, telah
ari sebelum
/Pembiayaa
luran kredit,
ng dominan
dil pertumbu
wilayah Batu
dengan pert
tercatat se
biayaan ya
i pertumbu
gan Komer
3.6 enurut Pengguera Selatan
an kredit be
ar 42,12%,
i dengan pa
h terjadi se
nya sebesar
an Menuru
, wilayah Pa
dalam peny
uhan masin
uraja justru m
umbuhan se
bagai wilay
akni masing
uhan yang
ring Ilir den
naan
erdasarkan p
kemudian
angsa sebe
edikit penin
r 35,41%.
ut Kabupat
alembang da
yaluran kred
ng-masing s
minus 0,29%
ecara triwul
yah dengan
g-masing s
negatif di
ngan andil
Pangs
Pro
*P
3. Perkemban
penggunaan
diikuti kre
sar 19,35%
gkatan cuk
en
an Ogan Ko
dit/pembiaya
sebesar 14,
%.
anan (qtq),
kontribusi
sebesar 3,7
sumbang o
masing-mas
Grafiksa Penyaluran K
Menurut Peovinsi Sumsel
Posisi Februari 20
ngan Perbanka
n masih did
dit konsum
%. Jika dipe
kup signifika
omering Ulu
aan secara t
,32% dan
wilayah Pal
tertinggi t
71% dan
oleh wilaya
sing sebesa
k 3.7 Kredit/Pembiay
enggunaan Triwulan I 201
010
an Daerah
dominasi
msi yakni
rhatikan
an pada
tercatat
tahunan
5,05%.
embang
erhadap
0,95%.
ah Musi
r minus
yaan
0
61
62
3. Pe
2
P
P
L
B
P
O
O
M
M
L
L
l
pen
dan
7,26
erkembangan P
Wil
Prabumulih
Pagar Alam
Lubuklinggau
Baturaja
Palembang
Ogan Komeri
Ogan Komeri
Musi Banyuas
Musi Rawas
Lematang Ilir
Lahat
lainnya
*Posisi Feb
Kom
Menuru
yaluran kre
Ogan Kom
6%.
Perbankan Dae
Perkemban
layah
u
ng Ulu
ng Ilir
sin
Ogan Tenga
bruari 2010
mposisi Penyal
*Posi
ut lokasi p
dit terbesar
mering Ulu
erah
ngan Penyaluradi Provinsi Su
I911,
253,
757,
574,
12,662,
1,162,
1,302,
1,975,
521,
h 1,393,
597,
1,
luran Kredit PeB
isi Februari 2010
penyaluran,
r yakni sebe
yaitu masi
Tabel 3.3an Kredit/Pembumatera Selata
II,682 880
,671 281
,383 840
,015 868
,816 12,944
,718 1,337
,045 2,056
,732 2,067
,553 579
,898 1,462
,364 638
,307 1
Grafik 3.8erbankan ProviBerdasarkan W
0
Palembang
esar 58,10%
ng-masing
biayaan Perbanan (dalam Rp Ju
2009
III0,028 919
,847 315
0,863 841
8,246 1,076
4,957 12,778
,615 1,429
6,541 2,157
,209 2,286
9,902 594
,224 1,092
8,783 686
,860 2
8 nsi Sumatera S
Wilayah
g tercatat s
%. Kemudia
mempunya
nkan per Wilayauta)
IV9,247 1,03
5,990 30
1,744 84
6,839 1,09
8,531 14,83
9,590 1,74
7,162 2,20
6,765 2,72
4,602 69
2,360 1,67
6,291 73
2,998
Selatan Triwula
sebagai kot
n disusul o
ai pangsa se
ah
20
V I*4,049 98
9,706 27
40,973 94
9,851 9
5,993 15,78
43,072 1,97
9,802 1,93
7,439 2,30
3,235 70
4,845 1,48
7,015 67
5,665
an I 2010
ta dengan
leh Musi Ba
ebesar 8,49
10
* 86,696
72,399
42,901
93,565
83,163
71,851
34,305
04,950
04,085
88,127
77,822
4,710
pangsa
anyuasin
9% dan
3.4.
Rea
terc
sebe
pen
oleh
Sem
dala
oleh
dan
13,1
ban
Rp9
sebe
terc
pert
tahu
.4. Penyalu
lisasi kredit
atat menga
esar 15,30%
ggunaan, p
h kredit inve
mentara itu,
am sebesar
h penurunan
kredit mod
17%.
Berdasa
yak diguna
9,32 triliun a
esar Rp5,78
atat sebesar
Berdasa
tumbuhan
unan (yoy),
PenyaluPro
M
*Posisi Fe
ran Kredit/
t Mikro, Ke
lami pening
% (yoy) dar
pertumbuha
estasi dan k
secara triw
7,52% diba
n ketiga jen
dal kerja me
arkan pangs
akan untuk
atau dengan
8 triliun ata
r Rp1,72 tril
arkan plafo
tertinggi b
perkemban
Grafik 3. uran Kredit MKovinsi SumateraMenurut Pengg
ebruari 2010
/Pembiayaa
ecil, dan M
gkatan dari p
ri Rp14,59
n tertinggi a
kredit moda
wulanan (qtq
anding triwu
is kredit me
engalami pe
sa penggun
konsumsi
n pangsa se
au dengan
liun atau de
on kredit,
baik secara
ngan realisa
9 KM Perbankana Selatan gunaan
an Mikro K
Menengah (M
posisi yang
triliun menj
adalah kred
al kerja mas
q), realisasi k
ulan sebelum
enurut peng
nurunan ma
naan, kredi
dan modal
besar 55,41
pangsa seb
ngan pangs
realisasi pe
tahunan
asi penyalu
Kecil Menen
MKM) pada
sama tahun
jadi sebesar
dit konsums
sing-masing
kredit MKM
mnya. Penu
ggunaan. Kr
asing-masin
t yang dib
kerja. Kre
1%, sement
besar 34,37
sa sebesar 1
enyaluran
maupun tr
ran kredit
PenMe
*Posisi Feb
3. Perkemban
ngah (MKM
a triwulan
n sebelumny
r Rp16,82 t
i yaitu sebe
sebesar 20
M mengalam
runan terse
redit konsum
g sebesar 4
berikan pad
dit konsum
tara kredit m
%. Selain
0,22%.
kredit keci
riwulanan.
mikro (plaf
Grafik 3.10nyaluran Kreditnurut Plafond
ruari 2010
ngan Perbanka
M)
ini secara t
ya, yakni me
triliun. Berd
sar 20,38%
0,32% dan
mi penuruna
but dikontr
msi, kredit in
4,44%, 3,24
da triwulan
msi tercatat
modal kerja
itu, kredit
l masih m
Selanjutnya
fon sd. Rp5
t MKM Kredit
an Daerah
tahunan
eningkat
dasarkan
%, diikuti
6,71%.
n cukup
ibusikan
nvestasi,
4%, dan
I 2010
sebesar
tercatat
investasi
mencatat
a secara
50 juta)
63
64
3. Pe
4
men
Rp5
53,4
usah
1,60
50,4
kred
Berd
kred
3.5.
Suk
bun
yaitu
berk
3.5.
Suk
1 bu
bila
erkembangan P
ngalami pen
500 juta), da
46%, dan 2
ha mikro da
0%. Sedang
Menuru
42% dari ke
dit meneng
dasarkan pe
dit kecil akan
. Perkemba
u bunga ba
ga pinjama
u menurun.
kurangnya r
.1. Perkemb
u bunga s
ulan, 3 bula
dibandingk
Perkemban
*Posisi Feb
Perbankan Dae
nurunan se
an menenga
20,82%. Se
an kredit u
gkan kredit u
ut komposis
eseluruhan
gah masing
ertumbuhan
n semakin b
angan Suku
ank umum
n pada triw
Menurunny
isiko di pasa
bangan Suk
impanan ya
an, 6 bulan,
kan dengan
Grafik 3.11 ngan Suku BunSumatera Selat
ruari 2010
erah
besar 28,84
ah (Rp501 ju
cara triwula
saha mene
usaha kecil m
sinya, kredi
kredit Mikro
g-masing m
nnya yang m
besar, walau
u Bunga Ba
konvension
wulan I 2010
ya bunga si
ar seiring pr
ku Bunga S
ang terdiri
12 bulan,
triwulan seb
nga Simpanan tan
4%, sedang
uta s.d. Rp5
anan (qtq),
ngah masin
masih tercat
it kecil me
o, Kecil, dan
mempunyai
masih tingg
upun melam
ank Umum
nal yang ter
0 mengalam
mpanan da
oses pemuli
Simpanan
dari suku
dan 24 bula
belumnya.
te
d
si
ya
a
sa
si
se
gkan kredit
miliar) mas
perkemban
ng-masing m
tat meningk
empunyai p
n Menengah
pangsa se
i, ke depan
mbat dibandi
Konvensio
rdiri dari su
mi pertumbu
n suku bung
han pereko
bunga sim
an, secara r
Rata-ra
ercatat sebe
ibandingkan
impanan pa
ang tercat
pabila diban
ama tahun
impanan ter
ebelumnya s
t kecil (plaf
sing-masing
gan realisas
menurun se
kat sebesar 8
angsa terti
h. Kemudia
besar 22,2
n diprediksi
ng saat ini.
onal di Sum
ku bunga s
uhan denga
ga pinjaman
nomian.
panan yang
rata-rata me
ata suku
esar 7,64%
n dengan t
ada triwulan
tat sebesar
ndingkan de
sebelumnya
rcatat jauh m
sebesar 9,44
fon Rp51 j
meningkat
si penyalura
besar 34,25
8,37%.
nggi yaitu
n, kredit m
3% dan 2
pangsa pen
matera Selat
simpanan d
an arah yan
n tidak terle
g berjangka
engalami pe
bunga s
%, menurun
tingkat suku
n sebelumn
r 8,12%
engan perio
a (yoy), suk
menurun da
4%.
uta s.d.
sebesar
an kredit
5% dan
sebesar
ikro dan
27,36%.
nyaluran
tan
an suku
g sama,
epas dari
a waktu
enurunan
impanan
apabila
u bunga
ya (qtq)
maupun
ode yang
u bunga
ari tahun
simp
Pen
jang
simp
den
yang
7,25
pad
3.5.
Perk
kerj
diba
men
pinj
men
ting
triw
15,2
diba
(yoy
Berd
kred
ada
sebe
inve
suku
14,4
Bila di
panan, jen
urunan suku
gka waktu
panan deng
Suku bu
gan jangka
g memiliki
5%. Hal ini
a jangka pe
.2. Perkemb
kembangan
a, kredit
andingkan
ningkat diba
Rata-rat
aman terc
nurun apab
kat suku
wulan sebelu
22% dan
andingkan d
y) yang te
dasarkan p
dit yang tert
lah suku bu
esar 16,42
estasi tercat
u bunga
46%.
ibandingkan
is simpana
u bunga yan
12 bulan,
an jangka w
unga simpa
waktu 12
rate paling
menunjukk
endek, diban
bangan Suk
tingkat suk
investasi,
dengan pe
andingkan tr
ta tingkat
catat sebe
bila dibandi
bunga p
umnya (qtq
n juga
dengan tah
ercatat seb
penggunaan
tinggi pada
unga kredit
%. Sement
tat sebagai
terendah,
n dengan
an dengan
ng secara re
sedangkan
waktu 6 bula
anan yang t
bulan, yakn
g rendah ad
an adanya k
ndingkan pa
ku Bunga P
ku bunga p
maupun k
eriode yang
riwulan sebe
suku bu
esar 15,28
ingkan den
pinjaman p
q) yang seb
lebih ren
un sebelum
besar 16,0
, suku bu
triwulan I 2
konsumsi, y
tara itu kr
kredit den
yakni seb
triwulan s
berbagai
elatif paling
n penuruna
an.
tertinggi saa
ni sebesar 8
dalah denga
kebutuhan
ada jangka p
Pinjaman
pinjaman ya
konsumsi,
g sama ta
elumnya (qt
unga
8%,
ngan
pada
esar
ndah
mnya
1%.
unga
010
yaitu
redit
ngan
esar
sebelumnya,
jangka w
drastis terja
n paling k
at ini dicata
8,30%. Seda
an jangka
masyarakat
panjang.
ang terdiri d
secara rat
ahun sebel
tq).
Perkemb
*Posisi F
3. Perkemban
, berdasark
waktu meng
adi pada jen
kecil terjadi
at oleh suk
angkan suk
waktu 1 b
atau perek
dari suku b
ta-rata me
umnya (yoy
Grafik 3.1bangan Suku B
Sumatera Se
Februari 2010
ngan Perbanka
kan jangka
galami pen
is simpanan
pada suku
u bunga sim
ku bunga sim
ulan yakni
onomian at
bunga kredi
engalami m
oy), namun
12 Bunga Pinjamanelatan
an Daerah
a waktu
nurunan.
n dengan
u bunga
mpanan
mpanan
sebesar
as dana
t modal
menurun
sedikit
n
65
66
3. Pe
6
diba
kred
dem
3.5.
3.6.
P
Pe
erkembangan P
Suku b
andingkan t
dit konsum
mand pada je
.3. Perkemb
. Kualitas P
Perkembangan
*Posisi Febru
erkembangan N
*Posisi Febru
Perbankan Dae
bunga kred
triwulan seb
si dari 15,
enis kredit in
bangan Spr
Penyaluran
Grafik 3n Spread Suku B
uari 2010
Grafik 3.14 NPL Perbankan
uari 2010
erah
it konsums
belumnya.
86% menj
ni.
read Suku
Kredit/Pem
3.13 Bunga Sumate
n Sumatera Sela
i dan kred
Peningkatan
adi 16,42%
Bunga
mbiayaan
Tin
ban
I
dib
ma
NP
me
triw
triw
ren
triw
ra Selatan
atan
dit modal k
n paling taj
%, yang m
Spread
konve
suku
simpa
menga
triwula
ini di s
kinerja
mengh
memb
deman
pada t
ngkat Non-P
nk umum S
2010 s
bandingkan
aupun triwu
L net (suda
engalami sed
wulan sebel
wulan I 201
ndah apabila
wulan sebelu
kerja meng
jam dialam
menunjukkan
d suku bu
nsional, ya
bunga kred
nan per
alami pe
an I 2010 m
satu sisi men
a perb
hasilkan lab
berikan indi
nd dalam h
triwulan I 20
Performing
umatera Se
sebesar 2
kondisi t
lan sebelum
ah memperh
dikit pening
umnya. Tin
0 tercatat se
a dibanding
umnya.
galami peni
i oleh suku
n terjadinya
unga bank
aitu selisih
dit dan suk
rbankan
eningkatan
menjadi 7,6
nunjukkan t
bankan
ba, namun d
kasi adanya
al penyalura
010.
Loan (NPL
elatan pada
2,31%, m
tahun seb
mnya. Semen
hitungkan )
katan diban
gkat NPL n
ebesar 1,00
kan tingkat
ngkatan
u bunga
a excess
k umum
antara
u bunga
tercatat
pada
64%. Hal
tingginya
untuk
di sisi lain
a excess
an kredit
L) gross
triwulan
menurun
belumnya
ntara itu,
tercatat
ndingkan
net posisi
0%, lebih
t NPL net
kon
dari
rest
dari
43,4
men
sekt
NPL
prop
pad
berg
perm
flow
mas
Persenta
vensional t
sektor p
oran yakni s
triwulan se
48%. Sek
nyumbang
tor konstru
L sebesar
porsi NPL
a umumny
gantung
mintaan ba
w yang sec
sing-masing
Perkembanga
*Posisi Febr
ase NPL gro
terbesar ma
perdaganga
sebesar 28,
ebelumnya
ktor perta
NPL sebesa
ksi tercatat
23,95%.
di sektor–s
ya lebih be
pada fak
rang dan j
ara umum
sektor.
Grafik 3.15an NPL Menuru
uari 2010
oss bank um
asih bersum
n, hotel
34%, menu
yang menc
anian terc
ar 14,11%
t menyumb
. Berubah
sektor terse
rsifat temp
ktor musim
jasa serta c
berbeda p
5 ut Kelompok Ba
tr
k
m
m
Sw
m
N
ya
mum
mber
dan
urun
apai
catat
dan
bang
hnya
ebut
orer
man
cash
pada
ank
Peruba
riwulan I
elompok
mengalami
menjadi 2,1
wasta Nas
mengalami k
NPL yang p
aitu dari 6,9
KomposisMenurut
*Posisi F
3. Perkemban
ahan NPL G
2010 berv
bank. B
penurunan
1%. Sedan
sional (BUS
kenaikan NP
aling tingg
92% menjad
Grafik 3.si NPL Bank UmSektor Ekonom
Februari 2010
ngan Perbanka
Gross pada
variasi pada
Bank pem
NPL dari
ngkan Bank
SN) maup
PL. Adapun k
i terjadi pa
di 7,72%.
16 mum Konvensiomi Triwulan I 20
an Daerah
periode
a setiap
merintah
2,38%
k Umum
un BPR
kenaikan
ada BPR,
onal 010
67
68
3. Pe
8
3.7.
Ban
diba
han
BPR
ope
ope
BUS
3.8.
Dari
Pale
und
dita
terc
8,04
oleh
den
sebe
juga
triw
sebe
erkembangan P
. Rentabilit
k pemerint
andingkan
ya mampu m
Return o
yang men
rasional pa
rasionalnya,
SN dan BPR
No
1
2
3
. Kelongga
i Laporan
embang dip
disbursed lo
rik oleh deb
atat sebes
4% dari pla
h perbankan
gan tahun
esar Rp2,88
a menurun
wulan sebe
esar Rp2,95
Perbankan Dae
tas Perbank
tah mampu
BUSN yang
mencetak la
on Asset (RO
ncapai 0,77
ada bank
, yang terce
lebih rendah
Tabel 3.4 In
Rasio Beban OPendapatan OReturn on Ass
Keuntungan (d
ran Tarik
Bank Um
peroleh inf
oan (kredit
bitur) pada
sar Rp1,81
afon kredit
n, menurun
sebelumnya
8 triliun atau
bila diband
elumnya y
triliun atau
erah
kan
u mencatat
g memperol
aba sebesar
OA) Bank Pe
% maupun
pemerinta
ermin dari B
h, yaitu mas
dikator Kiner
Indikator
Operasional terOperasional (BO
et (ROA)
dalam juta Rp
um (LBU)
formasi bah
t yang be
triwulan I 2
1 triliun a
yang diset
n dibanding
a yang terc
u 15,83%,
dingkan den
yang terc
13,21%.
keuntunga
leh keuntun
Rp4,3 milia
emerintah s
n dibanding
h relatif
BOPO sebes
sing-masing
rja Perbankan
hadap OPO)
p)
KBI
hwa
elum
010
atau
tujui
gkan
catat
dan
ngan
catat
an sebesar
ngan Rp73
r.
sebesar 0,39
gkan BSU y
lebih besa
sar 106,90%
sebesar 82,
n terkait Laba
A
Bank Pemerintah
106,09%
0,39
110.067
PerP
*Posisi Fe
Rp110,1
,5 miliar. S
9%, lebih re
yang menca
ar dibandin
%. Sementa
,90% dan 7
a Triwulan I 2
Angka Rasio
BUSN
82,90%
0,64
73.478
Grafik kembangan Un
Perbankan Sum
ebruari 2010
miliar, lebih
Sementara
endah diban
apai 0,64%
ngkan pen
ara itu, BOP
73,28%.
2010
BPR
73,28%
0,77
4.308
3.17 ndisbursed Loa
matera Selatan
h tinggi
itu, BPR
dingkan
. Beban
dapatan
PO pada
an
3.9.
Risik
3.10
Perk
yang
Rp1
sebe
diba
sebe
sebe
men
milia
42,1
tota
1 Dip
. Risiko Liku
ko likuiditas
0. Perkemb
kembangan
g cukup ba
.732,71 mi
elumnya (yo
andingkan d
esar 0,29%
Penghim
esar 34,61%
ndominasi p
ar yang terd
13% dari to
al DPK).
peroleh melalui
PerkemPerba
*Posisi Febru
uiditas
s bank um
bangan Ban
bank umum
ik. Total ase
iliar, mening
oy) yang te
dengan triw
.
mpunan DP
% (yoy) ata
pangsa peng
diri dari kom
otal DPK) da
rasio nilai akt
Grafik 3.18mbangan Risikoankan Sumater
uari 2010
um konven
nk Umum S
m Syariah d
et pada triw
gkat sebesa
ercatat sebe
wulan sebel
PK tercatat
au menurun
ghimpunan
mponen tab
an deposito
iva likuid < 1 b
8 o Likuiditas ra Selatan
nsional di Pr
2
b
1
m
r
t
m
a
(
y
l
s
R
Syariah
alam kurun
wulan I 201
ar 52,42%
esar Rp1.13
umnya (qtq
sebesar R
n sebesar 8
DPK yakni
ungan mud
mudharaba
bulan terhadap
rovinsi Suma
2010 tergo
besaran an
128,73%1.
meningkat
rasio likuidit
tercatat seb
Meni
merupakan
aktiva likuid
(qtq) menja
yang diserta
ikuid < 1 b
sebesar 23,
Rp22,44 tril
n satu tahun
0 (hingga F
dibandingk
6,56 miliar,
q), yaitu ter
p939,34 m
8,45% (qtq)
sebesar 90
dharabah se
ah sebesar R
p nilai pasiva lik
3. Perkemban
atera Selatan
olong sang
ngka rasio
Rasio t
jika diban
tas triwulan
esar 110,55
ingkatnya
dampak
d < 1 bulan
adi sebesa
ai dengan
bulan secara
,19% (qtq)
iun.
n terakhir m
Februari 201
kan periode
, dan juga
rcatat meng
miliar, menin
). Dana inv
0,41% atau
ebesar Rp39
Rp453,44 (p
kuid < 1 bulan
ngan Perbanka
n pada triw
gat likuid
likuiditas
tersebut t
ndingkan
n sebelumny
5%.
rasio li
dari pen
n sebesar 1
r Rp28,89
penurunan
a lebih tajam
) menjadi
menunjukkan
10) tercatat
e yang sam
meningkat
galami peni
ngkat cuku
vestasi tidak
u sebesar Rp
5,77 miliar
pangsa 48,2
n
an Daerah
wulan I
dengan
sebesar
tercatat
dengan
ya yang
kuiditas
nurunan
10,55%
triliun
pasiva
m yaitu
sebesar
n kinerja
sebesar
a tahun
apabila
ngkatan
p pesat
k terikat
p849,22
(pangsa
7% dari
69
70
3. Pe
0
lebih
pem
sebe
sebe
mus
Sem
mas
pen
sebe
erkembangan P
Berbeda
h tinggi, y
mbiayaan ya
esar 61,97%
esar Rp 2
syarakah te
mentara itu,
sing-masing
Pertumb
ghimpunan
esar 102,49
IND
To
Dana P
1. Simpanan
- Giro Wadiah
- Tabungan W
2. Dana Inve
- Tabungan M
- Deposito Mu
Komposisi P
- Piutang Mur
- Piutang Istis
- Piutang Qar
- Pembiayaan
- Pembiayaan
Aktiva Ijarah
Non Perfo
Perbankan Dae
a dengan D
yaitu sebesa
ang menca
% dari total
10,21 milia
ercatat sebe
piutang q
sebesar 6,1
buhan peny
DPK meny
% pada triw
Perkemb
DIKATOR
otal Aset
Pihak Ketiga
n Wadiah
h
Wadiah
estasi tidak te
Mudharabah
udharabah
embiayaan
rabahah
hna
dh
Mudharabah
Musyarakah
rming Financ
erah
PK, penyalu
ar 40,91%
apai Rp1.16
pembiayaa
ar atau m
esar Rp161
qardh dan p
2% dan 0,1
yaluran pem
yebabkan an
wulan sebelu
bangan Bank U
1,13
697
60,
45
15erikat 636
336
300
830
696
4,
45
247
74
cing 0
*)
ran pembia
(yoy) atau
69,87 milia
an yang disa
emiliki pan
,10 miliar
piutang istis
16%.
mbiayaan yan
ngka Financ
umnya menj
Tabel 3.5mum Syariah d
I
36,556 1,42
7,812 884
0,973 61
,251 42
,722 19
6,839 823
6,250 363
0,589 459
0,223 902
6,162 528
232 4,
,696 43
7,704 239
,739 86
- .77 2
) Data s.d Februa
yaan menga
u 11,24%
r, piutang
alurkan. Pem
ngsa sebesa
atau mem
shna pangs
ng lebih kec
ce to Depos
jadi 124,54
5di Sumatera Se
2009II I
22,901 1,504
4,855 977
,758 80,
2,750 54,
9,008 26,
3,097 896
3,326 382
9,771 514
2,702 975
8,385 589
,039 2,0
3,454 47,
9,911 230
6,913 105
- 52.17 2
ari 2010
alami penin
(qtq). Dar
murabahah
mbiayaan m
ar 17,97%
iliki pangsa
sanya masih
cil dibandin
sit Ratio (FD
%.
elatan (Rp Juta)
III IV
4,843 1,727
7,232 1,026
625 92,3
186 64,3
439 27,9
6,607 933,
,576 419,
4,031 514,
5,233 1,051
9,850 669,
026 1,9
634 54,3
0,029 215,
5,644 111,
50 47.51 1.0
gkatan yang
ri total pen
h memiliki
mudharabah
dan pem
a sebesar 1
h relatif kec
gkan pertum
DR) mening
) 20
V I*
7,725 1,732
6,077 939,
307 90,1
322 57,1
985 32,9
770 849,2
160 395,
610 453,4
1,636 1,169
024 724,
19 1,8
364 71,5
169 210,2
113 161,
7 1509 1.1
g sedikit
nyaluran
pangsa
tercatat
mbiayaan
13,77%.
cil yakni
mbuhan
kat dari
10 *
2,709
337
119
160
959
218
775
443
9,871
941
68
597
213
101
51 4
tipis
ting
diba
3.11
Ban
perk
Pen
(qtq
men
pen
dari
pad
diba
men
men
Non Pe
s dibandingk
gi dibandin
andingkan p
1. Perkemb
k Perkredita
kembangan
ingkatan DP
q).
Nilai kre
nunjukkan
yaluran kre
89,48% m
a BPR menin
Sama h
andingkan
nunjukkan
ningkat cuku
PerkembBa
di Pr
*Posisi Fe
erforming Fin
kan triwulan
ngkan tahu
pertengahan
bangan Ban
an Rakyat (
positif. Tot
PK yang ter
edit mengal
peningkata
dit tersebut
menjadi 87,
ngkat dari 6
halnya deng
triwulan
membaikny
up signifikan
Grafik 3.1bangan Aset, Dank Perkreditanrovinsi Sumate
ebruari 2010
inancing (NP
n sebelumny
n sebelumn
n tahun 200
nk Perkredi
(BPR) di Pro
tal aset BPR
rjadi juga cu
ami pening
n sebesar
t, Loan to D
15%. Mesk
6,92% menj
gan bank u
sebelumnya
ya kondisi
n dari tahun
19 DPK, dan Kreditn Rakyat era Selatan
PF) pada pe
ya, yaitu da
nya. Namun
9.
itan Rakyat
ovinsi Suma
R meningkat
ukup tinggi,
katan sebes
26,00% (y
Deposit Rati
kipun demik
jadi 7,72%.
umum konv
a, yaitu d
likuiditas p
n sebelumny
t
erbankan sy
ari 1,09% m
n, kondisi
t
atera Selata
t sebesar 27
, yakni sebe
sar 5,52% (
yoy). Deng
io (LDR) pad
kian, tingka
vensional, r
dari 43,82
pada BPR.
ya yang sebe
PerkeBa
di Pr
*Posisi F
3. Perkemban
yariah meng
menjadi 1,14
tersebut te
n secara um
7,45% (yoy)
esar 23,62%
(qtq), dan s
gan perkem
da BPR men
at Non Perf
rasio likuidit
% menjad
Rasio likuid
esar 42,25%
Grafik 3.2mbangan Rasio
ank Perkreditanrovinsi Sumate
ebruari 2010
ngan Perbanka
galami peni
4. Tingkat N
elah jauh m
mum menu
) atau 7,64%
% (yoy) atau
ecara tahun
mbangan D
ngalami pen
forming Loa
tas BPR me
di 46,01%
ditas terseb
%.
0 o Likuiditas n Rakyat ra Selatan
an Daerah
ngkatan
NPF lebih
membaik
unjukkan
% (qtq).
u 8,34%
nan juga
PK dan
nurunan
an (NPL)
eningkat
%, yang
but juga
71
72
3. Pe
2
erkembangan PPerbankan Daeerah
Halaman i
This pag
ini sengaja
e is intenti
a dikosongk
ionally blan
kan
nk
Bab 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
• Realisasi belanja pada triwulan I 2010 baru mencapai 7,79% dari rencana APBD
Tahun 2010, tercatat lebih besar dibandingkan realisasi pada triwulan yang sama pada tahun sebelumnya.
• Kota Palembang merupakan penerima DAU terbesar dengan alokasi dana tahun 2010 sebesar Rp696,59 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 1,09% (yoy).
4.1. Realisasi APBD Tahun 2010
Berdasarkan laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah Pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan (Sumsel) per April 2010 diketahui bahwa realisasi belanja pada triwulan I
2010 sebesar Rp251,33 miliar atau baru 7,79% dari rencana APBD Tahun 2010. Realisasi
belanja triwulan ini tercatat lebih besar dibandingkan realisasi pada triwulan yang sama
tahun sebelumnya yang sebesar 6,66%.
Realisasi belanja tidak langsung tercatat sebesar 14,13% atau mencapai Rp168,74
miliar, melebihi pencapaian realisasi belanja langsung yang hanya 4,06% atau sebesar
Rp82,59 miliar. Belanja hibah merupakan komponen belanja tidak langsung yang terealisasi
paling tinggi yakni sebesar 39,67% dengan nominal sebesar Rp26,56 miliar. Sementara itu,
komponen belanja tidak langsung yang mencatatkan realisasi paling rendah adalah belanja
Tabel 4.1 Realisasi APBD Sumsel Triwulan I 2009 dan Triwulan I 2010 (Rp Miliar)
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sumatera Selatan, diolah
4. Perkembangan Keuangan Daerah
74
bantuan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa yang belum terealisasi sama
sekali.
Tabel 4.2 Realisasi APBD Sumsel Triwulan I 2010 (Rp Miliar)
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sumatera Selatan, diolah
4. Perkembangan Keuangan Daerah
75
Pada komponen biaya langsung, realisasi belanja barang modal tercatat sebesar
Rp77,48 miliar atau sebesar 8,22% yang merupakan komponen belanja langsung dengan
tingkat realisasi paling tinggi. Sementara itu, realisasi belanja pegawai tercatat sebesar
Rp2,51 miliar atau sebesar 0,39% yang merupakan realisasi komponen belanja langsung
yang paling rendah.
4.2. Dana Alokasi Umum (DAU) Kabupaten/Kota
Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan salah satu transfer dana pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota) yang bersumber dari pendapatan APBN,
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU bersifat “Block
Grant” yang berarti penggunaannya diserahkan kepada daerah sesuai dengan prioritas dan
kebutuhan daerah untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
pelaksanaan otonomi daerah.
Perhitungan besarnya DAU yang diberikan mengikuti persamaan berikut :
DAU = Alokasi Dasar (AD) + Celah Fiskal (CF),
Alokasi Dasar (AD) dihitung berdasarkan realisasi gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah tahun
sebelumnya (t-1) yang meliputi gaji pokok dan tunjangan-tunjangan yang melekat sesuai
dengan peraturan penggajian PNS yang berlaku, dan
Grafik 4.1 Perbandingan Komponen Sisi Pengeluaran
Realisasi APBD Sumsel Triwulan I 2010
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sumatera Selatan, diolah
4. Perkembangan Keuangan Daerah
76
Celah Fiskal (CF) dihitung dari selisih kebutuhan fiskal terhadap kemampuan fiskal suatu
daerah.
Data dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan menunjukkan bahwa Kota
Palembang masih tercatat sebagai penerima DAU terbesar di Provinsi Sumatera Selatan
dengan alokasi dana tahun 2010 sebesar Rp696,59 miliar, mengalami peningkatan sebesar
1,09% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. Besarnya DAU Kota Palembang diperkirakan
tidak terlepas dari besarnya komponen Alokasi Dasar (AD) yakni jumlah gaji PNS di Kota
Palembang yang merupakan pusat pemerintahan provinsi dan cukup tingginya Celah Fiskal
(CF) yakni besarnya kebutuhan fiskal seperti jumlah penduduk dan indeks kemahalan.
4.3. Dana Bagi Hasil (DBH) Kabupaten/Kota
Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah dengan memperhatikan potensi daerah penghasil berdasarkan
angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. Dana Bagi Hasil terdiri dari DBH Pajak dan DBH Sumber Daya Alam (SDA).
Grafik 4.3 Dana Alokasi Umum Kabupaten/Kota
di Sumsel Tahun 2009 - 2010
Sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan,Departemen Keuangan
4. Perkembangan Keuangan Daerah
77
DBH Pajak terbagi atas komponen: (i) Pajak Penghasilan (PPh) Wajib Pajak Orang
Pribadi Dalam Negeri (WPOPDN) dan PPh Pasal 21, (ii) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan
(iii) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
DBH SDA diperoleh berdasarkan persentase tertentu antara Pemerintah Pusat dan
Daerah dari : (i) sektor Kehutanan, (ii) Pertambangan Umum, (iii) Perikanan,
(iv) Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, dan (v) Pertambangan Panas Bumi.
Data dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan menunjukkan bahwa
Kabupaten Musi Banyuasin merupakan daerah penerima DAH terbesar di Provinsi Sumatera
Selatan pada tahun 2010 dengan alokasi DBH Pajak sebesar Rp239,32 miliar dan DBH SDA
sebesar Rp1.105,43 miliar. Besarnya alokasi DBH di Kabupaten Musi Banyuasin tidak
terlepas dari kekayaan sumber daya alamnya yang memiliki kandungan minyak bumi dan
gas yang sangat tinggi.
Grafik 4.4 Dana Bagi Hasil Kabupaten/Kota
di Sumsel Tahun 2010
Sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Departemen Keuangan
4. Perkembangan Keuangan Daerah
78
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionally blank
Grafik 5.1 Perkembangan Kliring Sumsel
Bab 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
• Tingginya aktivitas kliring yang disertai dengan berkurangnya jumlah hari kerja menyebabkan terjadinya peningkatan perputaran kliring harian.
• Terjadinya penurunan net-ouflow pada aktivitas pembayaran tunai dapat dijadikan salah satu indikator sedikit melambatnya laju pertumbuhan ekonomi walaupun ditengarai hanya bersifat sementara.
5.1. Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS)
Aktivitas kliring mengalami peningkatan dari segi jumlah warkat maupun sisi nominal
dibandingkan triwulan sebelumnya maupun tahun sebelumnya. Selama triwulan I 2010
jumlah warkat yang dikliringkan tercatat sebanyak 179.929 lembar, meningkat 2,05% (qtq)
dari triwulan sebelumnya dan meningkat sebesar 8,47% (yoy) dibandingkan kondisi tahun
sebelumnya.
Nominal kliring tercatat sebesar
Rp6,25 triliun, mengalami peningkatan
sebesar 4,08% (qtq) dibandingkan
triwulan sebelumnya dan meningkat
sebesar 15,62% (yoy) apabila
dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya.
Sementara itu, perkembangan
nilai net RTGS pada triwulan I 2010
menunjukkan penurunan sebesar
29,42% (qtq) dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya. Nilai net RTGS tercatat sebesar
Rp4,37 triliun atau meningkat sebesar 13,97% (yoy) dibandingkan kondisi tahun
sebelumnya.
5. Perkembangan Sistem Pembayaran
80
Grafik 5.3 Perkembangan Perputaran Kliring dan Hari Kerja
Tingginya aktivitas kliring yang disertai dengan berkurangnya jumlah hari kerja
menjadi 61 hari dari 63 hari menyebabkan terjadinya peningkatan perputaran kliring
harian. Perputaran kliring pada triwulan I 2010 tercatat sebesar Rp102,41 miliar per hari,
mengalami peningkatan dibandingkan kondisi
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
Rp95,27 miliar per hari.
Suatu hal yang menggembirakan
bahwa peningkatan aktivitas pembayaran non
tunai pada triwulan ini tidak diikuti dengan
meningkatnya peredaran cek dan bilyet giro
kosong. Jumlah cek dan bilyet giro (BG)
kosong yang pada triwulan I 2010 tercatat
sebanyak 2.784 lembar dengan nominal
sebesar Rp85,10 miliar. Jumlah warkat cek/BG
kosong berkurang 10,85% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dari sebanyak
3.123 lembar, sedangkan dari sisi nominal tercatat turun sebesar 3,48% (qtq) dari sebesar
Rp88,17 miliar. Sementara itu, nominal cek/BG kosong tercatat mengalami peningkatan
sebesar 36,57% (yoy) apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sedangkan jumlah
warkat tercatat mengalami peningkatan sebesar 12,80% (yoy).
Grafik 5.2 Perkembangan RTGS Sumsel
5. Perkembangan Sistem Pembayaran
81
Tabel 5.1 Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong
Provinsi Sumatera Selatan
2010
I II III IV I
1. Lembar Warkat 2,468 2,707 3,025 3,123 2,784
2. Nominal (Miliar Rp) 62.31 70.08 83.68 88.17 85.10
Keterangan2009
Aktivitas kliring bulanan yang paling tinggi selama triwulan I 2010 terjadi pada
bulan Maret dengan jumlah warkat sebanyak 68.091 lembar dan nominal sebesar Rp2,29
triliun, atau dengan rata-rata perputaran nominal kliring/hari sebesar Rp104,13 miliar.
5.2. Perkembangan Perkasan
Kegiatan perkasan di Sumatera Selatan pada triwulan I 2010 mencatat inflow sebesar
Rp1,26 triliun, turun 17,01% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
yang tercatat sebesar Rp1,52 triliun. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, terjadi
penurunan sebesar 22,18% (qtq) dari sebesar Rp1,62 triliun. Pada periode yang sama,
outflow tercatat sebesar Rp1,64 triliun, naik sebesar 62,22% (yoy) dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya, namun mengalami penurunan sebesar 29,51% (qtq) apabila
dibandingkan dengan triwulan IV 2009.
Grafik 5.5 Perkembangan Jumlah Cek dan Bilyet Giro
Kosong Sumsel
Grafik 5.4 Perkembangan Bulanan Jumlah
Perputaran Kliring Sumsel
5. Perkembangan Sistem Pembayaran
82
Grafik 5.6 Perkembangan Kegiatan Perkasan Sumsel
2009-2010
Dengan membandingkan angka inflow dan outflow maka diperoleh net-outflow
selama triwulan I 2010 sebesar Rp0,38 triliun, sedangkan pada periode yang sama tahun
sebelumnya tercatat mengalami net-inflow sebesar Rp0,51 triliun. Net-outflow yang terjadi
pada triwulan ini sedikit mengalami penurunan dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya
yang mengalami net-outflow sebesar Rp0,70 triliun.
Tabel 5.2
Kegiatan Perkasan di Sumsel (Rp Miliar)
2010
I II III IV I
Inflow 1,516.28 1,151.36 1,574.04 1,617.00 1,258.33
Outflow 1,008.14 1,999.04 2,339.78 2,319.96 1,635.36
Net Inflow (Net Outflow) 508.14 -847.68 -765.74 -702.96 -377.03
Keterangan2009
Terjadinya penurunan net-ouflow dapat dijadikan salah satu indikator sedikit
melambatnya laju pertumbuhan ekonomi walaupun ditengarai hanya bersifat sementara.
Secara umum, kondisi perkasan masih menunjukkan perkembangan yang menggembirakan
walaupun mengalami penurunan rata-rata net-outflow harian dari Rp11,16 miliar pada
triwulan sebelumnya menjadi Rp6,18 miliar.
Melalui kegiatan perkasan,
dilakukan pula penarikan uang lusuh
di KBI Palembang sebagai wujud dari
clean money policy Bank Indonesia
untuk memenuhi kebutuhan uang
dalam kondisi layak edar. Secara
triwulanan, uang lusuh yang ditarik
tercatat turun sebesar 24,87% (qtq),
sedangkan secara tahunan tercatat
meningkat sebesar 269,89% (yoy)
dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp141,88 miliar.
Menurut proporsinya terhadap inflow, persentase penarikan uang lusuh juga
mengalami penurunan dari sebesar 43,20% pada triwulan sebelumnya menjadi 41,71%.
Secara nominal, uang lusuh yang ditarik dan dimusnahkan pada triwulan ini mencapai
Rp524,81 miliar.
5. Perkembangan Sistem Pembayaran
83
Grafik 5.7Perkembangan Penarikan Uang Lusuh
oleh KBI Palembang
5.3. Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau
Selain kegiatan perkasan yang dilaksanakan di Kota Palembang, Bank Indonesia
mengadakan kegiatan kas titipan di Kota Lubuk Linggau. Kas titipan tersebut dilaksanakan
mulai tahun 2005 yang ditandai dengan penandatangan Nota Kesepahaman antara Bank
Indonesia Palembang dengan PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Linggau yang
ditunjuk sebagai bank penyelenggara kas titipan. Pertimbangan penyelenggaraan kas
titipan di daerah ini dilatarbelakangi oleh relatif tingginya kebutuhan terhadap uang tunai
serta jarak yang cukup jauh dari Kota Palembang.
Tabel 5.3 Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau (Rp Miliar)
2010
I II III IV I
Inflow 282.95 236.01 336.99 239.24 312.39
Outflow 200.04 281.36 331.85 344.60 284.62
Net Inflow (Net Outflow) 82.91 (45.35) 5.14 (105.36) 27.77
Keterangan2009
Outflow di Lubuk Linggau pada triwulan I 2010 tercatat sebesar Rp284,62 miliar,
turun sebesar 17,40% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu aktivitas
inflow tercatat sebesar Rp312,39 miliar, naik sebesar 30,58% (qtq) dibandingkan triwulan
sebelumnya, sehingga dengan membandingkan angka outflow dan inflow diperoleh net-
inflow sebesar Rp27,77 miliar.
5. Perkembangan Sistem Pembayaran
84
Terjadinya net-inflow merupakan salah satu indikator penurunan aktivitas
perekonomian di Lubuk Linggau pada triwulan I 2010. Hal tersebut sejalan dengan kondisi
perekonomian Sumatera Selatan yang diproyeksi mengalami penurunan kinerja secara
triwulanan (qtq). Penurunan aktivitas ekonomi dalam kurun waktu triwulan ini terutama
terjadi pada bulan Januari 2010 yang ditandai dengan terjadinya net-inflow paling besar
yang mencapai Rp51,45 miliar. Sementara itu, masa panen tabama yang sebagian besar
terjadi pada bulan Maret 2010 memberikan dampak positif terhadap perbaikan
perekonomian Lubuk Linggau yang ditandai dengan terjadinya net-outflow sebesar
Rp27,39 miliar.
Grafik 5.8 Perkembangan Bulanan Kas Titipan Lubuk Linggau
Tahun 2009-2010
Bab 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
• Meningkatnya harga komoditas unggulan berdampak positif bagi peningkatan nilai tukar petani.
• Kota Palembang menempati peringkat kedua wilayah yang memiliki tingkat buta aksara/huruf terendah di Sumsel.
6.1. Ketenagakerjaan
Jumlah angkatan kerja di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) pada bulan Agustus 2009
mencapai 3.460.365 orang, berkurang 27.634 orang atau 0,79% dibanding jumlah
angkatan kerja pada bulan Februari 2009 yang tercatat sebanyak 3.487.999 orang. Namun
secara keseluruhan, kondisi ketenagakerjaan di Sumsel pada bulan Agustus 2009 diwarnai
dengan perubahan beberapa indikator ketenagakerjaan yang cukup signifikan ke arah yang
lebih baik. Dari total angka kerja, jumlah penduduk yang bekerja pada bulan Agustus 2009
tercatat sebanyak 3.196.894 orang, bertambah 1.129 orang atau sebesar 0,04% jika
dibandingkan dengan posisi bulan Februari 2009.
Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Februari 2007 – Agustus 2009
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan
6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
86
Ditinjau dari lapangan pekerjaan utama, kondisi ketenagakerjaan pada Agustus
2009 memperlihatkan fenomena yang relatif sama dengan kondisi tahun-tahun
sebelumnya, dimana sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian yakni sebesar
59,60%, dengan tingkat persentase pekerja yang sedikit meningkat. Hal ini disebabkan
sebagian besar penduduk masih bertempat tinggal di daerah pedesaan yang mengandalkan
hasil pertanian.
Dari tujuh pembedaan status pekerjaan yang terekam pada Survei Angkatan
Kerja Nasional (Sakernas), dapat diidentifikasi 2 kelompok utama terkait kegiatan ekonomi
formal dan informal. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berstatus berusaha dibantu
buruh tetap dan buruh/karyawan. Sementara kelompok kegiatan informal umumnya adalah
mereka yang berstatus di luar itu. Jika melihat status pekerjaan berdasarkan klasifikasi
formal dan informal, maka pada bulan Agustus 2009 lebih dari 75% tenaga kerja masih
bekerja pada kegiatan informal.
Tabel 6.2 Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja
Menurut Status Pekerjaan, Februari 2007 – Agustus 2009
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan
Dari 3.196.894 orang yang bekerja, sebanyak 26,0% penduduk berstatus pekerja
tidak dibayar, kondisi ini sedikit mengalami perubahan jika dibandingkan dengan Agustus
2008 dimana proporsi terbesar penduduk yang bekerja berstatus berusaha dibantu buruh
tidak tetap/tidak dibayar, yakni sebesar 25,03%.
6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
87
6.2. Pengangguran
Masalah pengangguran merupakan masalah yang melekat pada aspek ketenagakerjaan.
Penduduk yang menganggur adalah penduduk yang sedang mencari pekerjaan ditambah
penduduk yang sedang mempersiapkan usaha (tidak bekerja), yang mendapat pekerjaan
tetapi belum mulai bekerja, serta yang tidak mungkin mendapatkan pekerjaan
Berdasarkan data BPS Sumsel, jumlah pengangguran pada bulan Agustus 2009
mengalami penurunan sebanyak 28.763 orang atau 9,84% dibandingkan dengan posisi
bulan Februari 2009, dan mengalami penurunan sebanyak 17.186 orang atau sebesar
6,12% jika dibandingkan dengan kondisi pada bulan Agustus 2008 yang mencapai
280.657 orang.
Tabel 6.3 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan
Februari 2007 – Agustus 2009
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sumsel pada bulan Agustus 2009 menurun
menjadi 7,61% dibandingkan kondisi pada bulan Februari 2009 yang mencapai 8,38%.
TPT pada Agustus 2009 tercatat merupakan yang terendah sejak tahun 2007.
Berdasarkan daerah tempat tinggal, TPT di daerah perkotaan jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan daerah pedesaan. Tingginya TPT di kota erat kaitannya dengan
pertumbuhan penduduk, arus masuk angkatan kerja dari pedesaan, dan banyaknya pencari
kerja yang baru menyelesaikan pendidikan. Di sisi lain, lapangan kerja di perkotaan relatif
terbatas sehingga menyebabkan terjadinya tingkat pengangguran yang relatif tinggi.
6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
88
6.3. Tingkat Kemiskinan
Berdasarkan data resmi BPS Sumsel, jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di
bawah Garis Kemiskinan) pada bulan Maret 2009 tercatat sebesar 1.167.870 atau 16,28%
dari jumlah penduduk Sumsel. Angka tersebut tercatat mengalami penurunan sebesar
6,54% atau sebesar 81.740 orang dari periode yang sama tahun sebelumnya (Maret 2008)
yang tercatat sebesar 1.249.610 jiwa.
Tabel 6.4
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Selatan Tahun 1993-2009
Tahun Jumlah Penduduk Miskin
(ribuan) Persentase
1993 901,9 15,73 1996 1.017,0 17,04 1999 1.481,9 23,87 2002 1.434,1 22,49 2003 1.397,3 21,54 2004 1.379,3 20,92
Januari 2005 1.429,0 21,01 Januari 2006 1.446,9 20,99 Maret 2007 1.331,8 19,15 Maret 2008 1.249,61 17,73 Maret 2009 1.167,87 16,28
Sumber : Data BPS Provinsi Sumsel, diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode 1993-2009 berfluktuasi dari
tahun ke tahun. Pada periode 1996-1999 jumlah penduduk miskin meningkat sebesar
464,9 ribu karena krisis ekonomi, yaitu dari 1.017 ribu menjadi 1.481 ribu. Persentase
penduduk miskin mengalami peningkatan dari 17,04% menjadi 23,87% pada periode
yang sama. Sementara itu, penurunan jumlah penduduk miskin pada satu tahun terakhir ini
diyakini erat kaitannya dengan program Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang diberikan
pemerintah. BLT yang diberikan pemerintah secara signifikan telah mengangkat daya beli
masyarakat kecil sehingga melampaui Garis Kemiskinan. Penduduk miskin adalah
penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita/bulan di bawah Garis
Kemiskinan.
Dalam satu tahun terakhir ini Garis Kemiskinan meningkat sebesar 8,11% dari
Rp196.452,- per kapita/bulan menjadi Rp212.381,- per kapita/bulan. Berdasarkan
pembagian kelompok kemiskinan perkotaan dan pedesaan, Garis Kemiskinan di perkotaan
6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
89
Grafik 6.1 Indeks Harga yang diterima, Indeks Harga yang dibayar
dan Nilai Tukar Petani
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan
dalam setahun terakhir tercatat mengalami peningkatan sebesar 7,89% dari Rp229.552 per
kapita/bulan menjadi Rp247.661,- per kapita/bulan. Sementara itu, Garis Kemiskinan di
daerah pedesaaan mengalami kenaikan sebesar 8,29% pada periode yang sama, dari
Rp175.556,- per kapita/bulan menjadi Rp190.109,- per kapita/bulan.
Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan tercatat turun lebih tajam
dibandingkan daerah pedesaan. Selama periode Maret 2008 hingga Maret 2009 jumlah
penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sekitar 44.680 orang, sementara di
daerah pedesaan tercatat berkurang sekitar 37.060 orang.
Tabel 6.5 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Menurut Daerah, Maret 2008-Maret 2009
Daerah/Tahun Garis Kemiskinan
(Rp/Kapita/Bulan)
Jumlah Penduduk
Miskin (ribuan) Persentase
Perkotaan Maret 2008 229.552 514,70 18,87 Maret 2009 247.661 470,03 16,93
Perdesaan Maret 2008 175.556 734,91 17,01 Maret 2009 190.109 697,85 15,87
Kota+Desa Maret 2008 196.452 1.249,61 17,73 Maret 2009 212.381 1.167,87 16,28
Sumber : Data BPS Provinsi Sumsel, diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
6.4. Nilai Tukar Petani
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan
salah satu indikator yang digunakan
untuk menunjukkan kemampuan daya
beli petani. Perkembangan NTP dalam
satu tahun terakhir terus mengalami
peningkatan. Rata-rata NTP pada
triwulan I 2010 (hingga bulan Februari
2010) tercatat sebesar 102,70 atau
meningkat sebesar 0,53% (qtq)
6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
90
Grafik 6.2 Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani Sumsel dan
Harga Komoditas Unggulan di Pasar Dunia
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan
dibanding periode triwulan sebelumnya yang memiliki rata-rata NTP sebesar 102,16.
Peningkatan nilai tukar petani terutama berkaitan dengan meningkatnya harga komoditas
unggulan yang berdampak pada indeks harga yang diterima petani jauh lebih besar
daripada pertumbuhan indeks harga yang dibayar petani. Rata-rata indeks yang diterima
petani meningkat menjadi 122,79 dari 120,39 atau naik sebesar 1,99% (qtq), sedangkan
indeks yang dibayar petani mengalami peningkatan 1,46% (qtq) dari 117,84 menjadi
119,57.
Rata-rata Indeks Konsumsi
Rumah Tangga Petani mengalami
peningkatan sebesar 1,67% (qtq)
dibanding triwulan sebelumnya dari
118,81 menjadi 120,80. Cukup
tingginya peningkatan Indeks Konsumsi
Rumah Tangga Petani selama periode
ini (Januari dan Februari 2010)
disebabkan oleh meningkatnya harga
kebutuhan pokok sebagaimana
tercermin dari terjadinya inflasi bulanan.
Tabel 6.6 Rata-rata Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Sumatera Selatan
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan
Biaya produksi dan penambahan modal petani secara rata-rata mengalami sedikit
peningkatan. Hal tersebut tercermin dari kenaikan rata-rata indeks biaya produksi dan
penambahan modal dari sebesar 115,80 pada triwulan sebelumnya menjadi 116,65.
Peningkatan biaya produksi yang paling tinggi terjadi pada komponen upah buruh tani
6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
91
Tabel 6.8 Ranking IPM 2007 Menurut Provinsi
Sumber : Badan Pusat Statistik
yang disebabkan antara lain peningkatan permintaan terhadap jumlah pekerja di sektor
pertanian seiring masa panen.
Tabel 6.7 Rata-rata Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Modal Petani
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan
6.5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah
pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup
untuk semua negara seluruh dunia. IPM
digunakan untuk mengklasifikasikan apakah
sebuah wilayah adalah wilayah maju, wilayah
berkembang atau wilayah terbelakang, serta
untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan
ekonomi terhadap kualitas hidup.
Berdasarkan data yang diperoleh dari
Badan Pusat Statistik (BPS), IPM Sumatera
Selatan pada tahun 2007 adalah sebesar 71,4
atau menempati ranking ke-13 dari seluruh
Provinsi di Indonesia. Angka IPM tertinggi masih
dimiliki oleh DKI Jakarta, sedangkan IPM
terendah adalah Provinsi Papua.
Indeks buta aksara/huruf di Sumsel pada tahun 2007 tercatat sebesar 96,66,
mengalami perbaikan dibanding kondisi tahun-tahun sebelumnya. Kota Palembang tercatat
menempati peringkat kedua wilayah yang memiliki tingkat buta aksara/huruf terendah di
Sumsel.
6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
92
Tabel 6.9 Ranking IPM – Buta Aksara/Huruf Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumsel
Sumber : Badan Pusat Statistik
Tabel 6.10 UMP Sumsel Tahun 2010
Sumber : Dinas Tenaga Kerja Provinsi Sumsel
6.6. Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumsel Tahun 2010
Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatera
Selatan pada tahun 2010 ditetapkan sebesar
Rp927.840,- atau mengalami peningkatan
sebesar 12,40% dibandingkan UMP tahun
2009 yang sebesar Rp824.730,-.
Sektor bangunan mencatat UMP
paling tinggi yakni sebesar Rp1.200.000,-
sementara UMP terendah diberlakukan
untuk sektor pertanian, sektor
pertambangan & penggalian, sektor Industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan
restoran, serta sektor keuangan & jasa perusahaan.
6.7. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri di
Sumatera Selatan
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang dimulai sejak tahun
2007 merupakan upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat,
mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui
6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
93
proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama
masyarakat miskin, dapat dapat ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan sebagai
obyek melainkan sebagai subyek upaya penanggulangan kemiskinan.
Dengan pengintegrasian berbagai program pemberdayaan masyarakat ke dalam
kerangka kebijakan PNPM Mandiri, cakupan pembangunan diharapkan dapat diperluas
hingga ke daerah-daerah terpencil dan terisolir. Efektivitas dan efisiensi dari kegiatan yang
selama ini sering berduplikasi antar proyek diharapkan juga dapat diwujudkan. Mengingat
proses pemberdayaan pada umumnya membutuhkan waktu 5-6 tahun, maka PNPM
Mandiri akan dilaksanakan sekurang-kurangnya hingga tahun 2015. Hal ini sejalan dengan
target waktu pencapaian tujuan pembangunan milenium atau Millennium Development
Goals (MDGs). Pelaksanaan PNPM Mandiri yang berdasar pada indikator-indikator
keberhasilan yang terukur akan membantu Indonesia mewujudkan pencapaian target-
target MDGs tersebut.
Tabel 6.11 Lokasi dan Alokasi Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PNPM Mandiri
Sumber : Sekretariat Tim Pengendali PNPM Mandiri
6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
94
PNPM Mandiri terdiri atas empat komponen program yaitu:
a. Pengembangan Masyarakat.
Komponen Pengembangan Masyarakat mencakup serangkaian kegiatan untuk
membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri dari pemetaan
potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat, perencanaan partisipatif,
pengorganisasian, pemanfaatan sumberdaya, pemantauan dan pemeliharaan hasil-hasil
yang telah dicapai.
b. Bantuan Langsung Masyarakat
Komponen Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah dana stimulan keswadayaan
yang diberikan kepada kelompok masyarakat untuk membiayai sebagian kegiatan yang
direncanakan oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan terutama
masyarakat miskin.
c. Peningkatan Kapasitas Pemerintahan dan Pelaku Lokal
Komponen Peningkatan Kapasitas Pemerintah dan Pelaku Lokal adalah serangkaian
kegiatan yang meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan pelaku lokal/kelompok
perduli lainnya agar mampu menciptakan kondisi yang kondusif dan sinergi yang positif
bagi masyarakat terutama kelompok miskin dalam menyelenggarakan hidupnya secara
layak. Kegiatan terkait dalam komponen ini diantaranya seminar, pelatihan, lokakarya,
kunjungan lapangan yang dilakukan secara selektif dan sebagainya.
d. Bantuan Pengelolaan dan Pengembangan Program
Komponen ini meliputi kegiatan-kegiatan untuk mendukung pemerintah dan berbagai
kelompok peduli lainnya dalam pengelolaan kegiatan seperti penyediaan konsultan
manajemen, pengendalian mutu, evaluasi dan pengembangan program.
Berdasarkan data dari Sekretariat Tim Pengendali PNPM Mandiri, diperoleh
informasi bahwa pada tahun 2010 ini di Sumsel terdapat 111 kecamatan yang termasuk
dalam program PNPM Perdesaan dengan alokasi Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)
sebesar Rp254,75 miliar. Sedangkan jumlah kecamatan yang termasuk dalam program
PNPM Perkotaan tercatat sebanyak 39 kecamatan dengan alokasi BLM sebesar Rp52,05
miliar.
6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
95
Total BLM yang dialokasikan di Sumsel pada tahun 2010 direncanakan sebesar
Rp431,05 miliar yang terbagi atas : (i) Program PNPM Perdesaan sebesar Rp254,75 miliar,
(ii) Program PNPM Perkotaan sebesar Rp52,05 miliar, dan (iii) Program PNPM Infrastruktur
Perdesaan sebesar Rp124,25 miliar. Sumber pembiayaan BLM tersebut didominasi oleh
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yakni sebesar 84,25% atau mencapai
Rp363,18 miliar.
6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
96
“MENGEMPESKAN” KANTONG KEMISKINAN KOTA PALEMBANG MELALUI PENGEMBANGAN BUDIDAYA ITIK DI KELURAHAN PULOKERTO
Tingkat kemiskinan Kota Palembang sebagai ibukota Provinsi Sumatera Selatan
masih cukup tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan data BPS (2007), jumlah penduduk miskin penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) di Kota Palembang sebanyak 99.396 KK atau 17,86%dari seluruh penerima BLT di Provinsi Sumatera Selatan atau kabupaten/kota tertinggi penerima BLT. Tanpa mengabaikan fakta bahwa Kota Palembang sebagai kota dengan jumlah penduduk terbesar di Sumatera Selatan, angka tersebut perlu mendapatkan perhatian. Jumlah penduduk miskin tersebut paling banyak tersebar di 10 kelurahan, yaitu : 3 – 4 Ulu, Sentosa, Sei Lais, Talang Betutu, Karya Baru, Sukajadi, Sri Mulya, Pulokerto, Karya Jaya, dan Kramasan. Sedangkan jumlah kelurahan yang ada di Kota Palembang sebanyak 36 kelurahan dengan jumlah kecamatan sebanyak 15 kecamatan.
Berdasarkan hasil survei lapangan (2008) dengan menggunakan indikator jumlah penduduk miskin, keterbatasan sarana dan parasarana, serta potensi dan kendala dapat disimpulkan bahwa dari 10 kelurahan miskin terdapat 3 (tiga) kelurahan yang kondisinya paling memprihatinkan yaitu Kelurahan Pulokerto, Karya Jaya, dan Keramasan. Malangnya, diantara ketiga kelurahan tersebut, Kelurahan Pulekerto lebih tidak diuntungkan secara geografis karena tidak berada pada jalur lintasan kendaraan antar kota/kabupaten. Kelurahan Pulokerto berada pada wilayah perbatasan antara Kota Palembang dengan Kabupaten Banyuasin, Ogan Ilir, dan Muara Enim dengan fasilitas jalan darat yang terbatas (belum ada jalan tembus antar kabupaten). Akibatnya kemajuan pembangunan ekonomi di Kelurahan Pulokerto masih sangat lambat dibandingkan dengan kelurahan lainnya di Kota Palembang.
Melihat kenyataan di atas, Bank Indonesia Palembang berupaya untuk berperan serta dalam mengurangi kemiskinan di Pulokerto. Bentuk peran serta tersebut diwujudkan dengan memberikan bantuan pemberdayaan melalui Bank Indonesia Social Responsibility yang pada hakekatnya merupakan perwujudan dari tanggung jawab sosial lembaga (Corporate Social Responsibility / CSR). Dalam tahap awal, program yang disusun adalah konsep pemberdayaan masyarakat (capacity building) dan membangun kewirausahaan melalui pengembangan budidaya itik. Bantuan ini bukan hanya sekedar pemberian bantuan satu arah yang dilakukan oleh Bank Indonesia Palembang tetapi lebih merupakan sebuah upaya untuk memfasilitasi keinginan masyarakat untuk mandiri dalam menggapai kesejahteraannya.
Alasan dipilihnya budidaya itik sebagai program pemberdayaan masyarakat di Kel. Pulokerto, Kec. Gandus, antara lain karena :
(i) Kelurahan Pulokerto terletak di sisi Sungai Musi yang berlimpah air yang setiap tahun menggenangi areal persawahan pasang surut warga. Sawah pasang surut ini hanya bisa ditanami saat kondisi surut atau sekali masa tanam dalam setahun. Selebihnya wilayah persawahan tersebut lebih tepat dikatakan sebagai rawa. Sawah dengan kondisi pasang surut tersebut dirasakan sangat cocok untuk daerah pengembangan itik yang secara alami sangat menyukai daerah perairan.
Suplemen 6
6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
97
Grafik 1. Mekanisme Pengembangan Budidaya Itik di Pulokerto
(ii) Sumber pakan alami untuk itik tersedia secara cukup di daerah Pulokerto. Sawah yang bisa ditanami sekali dalam setahun akan memberikan sumber pakan dalam bentuk gabah sisa panen ataupun beras sisa. Sementara banyaknya keong mas atau yang biasa disebut oleh masyarakat sekitar sebagai “gondang” dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan alami itik. Dan daerah perairan Sungai Musi dan sekitarnya juga menyediakan enceng gondok yang juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pakan.
(iii) Budidaya itik bukan merupkan hal baru bagi masyarakat Pulokerto. Selama ini banyak masyarakat yang telah memelihara itik walaupun dalam jumlah kecil sehingga ini bisa dijadikan sebagai modal pengetahuan untuk pengembangan budidaya itik dalam skala yang lebih besar.
(iv) Peluang pasar itik di Kota Palembang masih cukup besar. Selama ini pasokan itik banyak didatangkan dari daerah Karang Agung dan Belitang.
Mekanisme pengembangan budidaya itik itu sendiri dirancang sedemikian rupa sehingga dengan berbekal mesin penetas telur dan modal kerja berupa telur itik, Kelurahan Pulokerto diharapkan dapat berkembang menjadi salah satu sentra budidaya itik di Sumatera Selatan. Pada tahap awal bantuan ini akan dipergulirkan di antara sesama anggota kelompok sebelum pada gilirannya akan digulirkan juga kepada kelompok lain. Mekanisme pengembangan budidaya itik tersebut sebagai berikut :
1. Kelompok masyarakat, dalam hal ini Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Bina Usaha mendapat bantuan 2 unit mesin penetas dan modal kerja untuk 2 kali putaran penetasan. Jumlah telur itik yang ditetaskan untuk satu kali penetasan sebanyak 400 butir dengan lama penetasan 26 hari. Dari 400 butir telur tersebut diperkirakan akan dihasilkan Daily Old Duck (DOD) sebanyak 360 ekor (asumsi tingkat penetasan sebesar 90%).
2. Pembesaran DOD dilakukan selama 90 hari untuk menghasilkan itik remaja. Dengan asumsi tingkat kematian sebesar 10%, diperkirakan akan dihasilkan itik remaja sebanyak 324 ekor. Apabila diasumsikan komposisi itik jantan dengan betina adalah
6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
98
1 : 1 maka akan dihasilkan itik remaja jantan dan betina, masing-masing sebanyak 162 ekor.
3. Sebagian besar anakan itik jantan remaja yaitu sebanyak 146 ekor (90%) dijual oleh kelompok kepada masyarakat atau pedagang dengan harga Rp25.000/ekor, sehingga diperoleh pendapatan kotor sebesar Rp3,65 juta. Sementara itu, itik betina remaja sebanyak 162 ekor dan itik remaja jantan sebanyak 16 ekor dibagikan oleh kelompok kepada 31 orang anggota kelompok (masing-masing anggota kelompok mendapat 5-6 ekor itik betina remaja dan 1-2 ekor itik jantan remaja).
4. Anggota kelompok berkewajiban memelihara itik remaja tersebut sampai bertelur. Setelah itik bertelur (usia 5 – 6 bulan), anggota kelompok berkewajiban menyetor telur kepada kelompok sesuai kesepakatan kelompok sampai nilai telurnya sama dengan nilai bantuan anakan itik.
5. Kelompok mempunyai kewajiban secara terus menerus untuk menggulirkan itik betina remaja hasil usaha penetasan. Pembagian keuntungan dari usaha kelompok akan diatur sesuai dengan musyawarah kelompok.
6. Agar usaha kelompok berjalan sesuai dengan rencana dan perguliran itik betina remaja dapat berjalan secara terus menerus maka kelompok akan dibina oleh LSM yang telah melakukan pembinaan kepada kelompok sejak lama dalam pengembangan budidaya sapi.
Mengingat bantuan yang diberikan oleh Bank Indonesia Palembang merupakan upaya pemberdayaan masyarakat dan bukan sekadar sebagai belas kasihan saja, Bank Indonesia berupaya untuk merancang sistem pemberdayaan tersebut sedemikian rupa sehingga diharapkan dapat berjalan secara berkesinambungan. Bantuan yang diberikan bukan dalam bentuk pembagian dana secara cuma-cuma, tetapi diwujudkan dalam bentuk mesin penetas dan keperluan modal kerja untuk pembelian telur itik dan pakan. Untuk mengawal program pemberdayaan tersebut, Bank Indonesia telah mempersiapkan pelatihan dan pendampingan bagi masyarakat bekerjasama dengan LSM INTAN. Pelatihan yang sedang dipersiapkan dirancang untuk memberikan bekal pengetahuan teknis dan juga penguatan kelembagaan kelompok masyarakat. Unsur penguatan kelembagaan kelompok sengaja diperkuat dengan tujuan agar masing-masing individu dalam kelompok dapat saling membantu dan mendorong anggota yang lain dalam meraih kesuksesan. Bukan saja budidaya itiknya yang berkembang, tetapi kemandirian dan rasa tolong menolong warga merupakan hal yang ingin dicapai dalam program pemberdayaan ini. LSM pendamping yang ditunjuk diharapkan dapat memberikan dorongan dan menumbuhkan tanggung jawab warga dalam bentuk konsultansi dan koordinasi antar anggota melalui rapat kelompok.
OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH
• Laju pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan mengalami peningkatan pada triwulan II 2010 seiring dengan terus membaiknya prospek perekonomian Indonesia, peningkatan ekspor, dan peningkatan penyaluran kredit/pembiayaan perbankan.
• Inflasi diperkirakan meningkat antara lain didorong oleh ekspektasi excess demand ke depan, tingginya rencana pembangunan fisik, dan kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL)
• Hasil simulasi menunjukkan kenaikan TDL sebesar 10% akan meningkatkan inflasi secara langsung sebesar 0,30%.
• Perbankan diperkirakan lebih ekspansif sebagai respon dari semakin jelasnya prospek bisnis dan tingginya rencana investasi.
7.1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi provinsi Sumatera Selatan pada triwulan II 2010 diprediksi akan
mengalami sedikit percepatan, walaupun fluktuasi jangka pendek atas dunia usaha pada
periode tersebut cukup tinggi. Secara sektoral, masa panen, dimulainya musim kemarau,
dan kecenderungan meningkatnya harga karet akan meningkatkan kinerja sektor
pertanian. Sedangkan dari sisi permintaan, kegiatan investasi ke depan diperkirakan mulai
meningkat dan berimbas pada naiknya permintaan pada produk sektor bangunan. Kondisi
ini turut meningkatkan nilai tambah sektor tersebut sekaligus juga mendongkrak kinerja
sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan.
Pertumbuhan ekonomi Sumatera
Selatan triwulan II 2010 diperkirakan akan
mengalami ekspansi baik secara tahunan
maupun triwulanan. Berdasarkan data historis,
kondisi ekonomi terkini, dan prediksi shock
yang akan terjadi di masa depan, diperkirakan
pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) pada
triwulan II 2010 akan berada pada kisaran
5,14 ± 0,5%. Sedangkan secara triwulanan
(qtq) pertumbuhan ekonomi diperkirakan
akan tumbuh di kisaran 3,70 ± 0,5%.
Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan
Sumber: BPS, estimasi BI *Hasil proyeksi KBI Palembang
Bab 7
10
7. Ou
00
men
pert
dise
KeUs(um
Vopro
Nilpe
Kapro
Te
Vope
Ha
Koke
Ak
Sit
1 Lajudari yang
utlook Pertum
Laju pe
ngalami per
tumbuhan
ebabkan oleh
Aspek
egiatan saha mum)
olume oduksi
lai enjualan
apasitas oduksi
naga kerja
olume esanan
arga jual
ondisi uangan
kses kredit
tuasi bisnis
u pertumbuhanhasil estimasi P
g digunakan ad
buhan Ekonom
rtumbuhan
rcepatan di
ekonomi p
h faktor tek
Resume Le
Pertumbuha
Meningkat
Meningkat
Meningkat, melambat
Meningkat
Meningkat,melam
Meningkat
Meningkat, melambat
Meningkat
Meningkat, melambat Meningkat
Sumber: SKDU
n ekonomi denPDRB harga kodalah X12-ARIM
mi dan Inflasi D
triwulanan
bandingkan
pada triwula
knikal atau m
eading Econom
an Penyeb
Meningkbaik domnegeri tekomoditapeningkaMeningkmembaikcuaca serbahan baMeningkperminta
Meningkmembaikketersedilebih baik
mbat Optimalistenaga k
Permintakarena adexcess deMasuknydan Indiakomodita
Membaiknamun temusimanBerangsubunga kr
Didukungfaktor-favolume pdan kapa
U KBI Palembang
ngan penyesuaonstan yang teMA dengan m
Daerah
dengan pe
n triwulan
an II 2010
musiman, ya
Tabel 7.1
mic Indicator Pr
bab Pertumbuh
katnya permintaanmestik maupun luaerutama untuk as karet, serta atan hasil panenkatnya permintaanknya harga jual, farta ketersediaan aku yang lebih bakatnya harga jual aan
katnya permintaanknya harga jual, iaan bahan baku k sasi penggunaan erja
an yang cukup tidanya ekspektasiemand di masa deya pembeli dari Ca khususnya untuas karet
knya harga jual, erhambat oleh fa
n ur turunnya suku redit
g antara lain olehktor meningkatny
produksi, harga juasitas produksi
g, Analisis Kelom
aian musiman elah dihilangkaengadopsi US
enyesuaian
sebelumnya
akan men
aitu menjadi
ovinsi Sumsel T
han Eksptriw
mendn ar
Meningk(secara triwulan
n dan aktor
aik
Meningk
dan Meningk
n dan
yang
Tetap
Meningk
nggi epan
Meningk
ina k
Sedikit Meningk
ktor Meningk
Meningkmelamb
h ya
ual
Sedikit meningk
mpok Kajian Ekon
(qtq,sa) diperoan faktor musim
Census Burea
musiman d
a dan meng
ningkat sec
sebesar 1,4
Triwulan I 2010
ektasi wulan datang
Ke
kat
an)
Menluar kete
kat Menfakt
kat Menperm
Semperemusbaru
kat Memperueksp
kat Penmasinte
kat Menkomolehperm
kat Menlaba
kat, at
Meninte
kat Memdompermmen
nomi KBI Palemb
oleh dari laju pmannya (seasou.
iprediksi jug
gkonfirmasi
cara riil ket
46 ± 0,5% (
0 eterangan Eksp
ningkatnya permi negeri, meningk
ersediaan bahan b
ningkatnya permitor musiman
ningkatnya hargamintaan
makin membaiknyekonomian dan fasiman yakni tahunu sekolah menuhi kebutuhausahaan terkait dpansi ingkatan konsumsyarakat (domestirnasional) ningkatnya harga
moditas karet diseh perkiraan meninmintaan ningkatnya nilai jua perusahaan
ningkatnya fungsrmediasi perbank
mbaiknya perekomestik, peningkatamintaan dunia, daningkatnya invest
bang
pertumbuhan tonally adjusted
ga akan
bahwa
timbang
qtq,sa).1
pektasi
ntaan katnya baku
ntaan,
jual dan
ya kondisi aktor n ajaran
an engan
msi k &
ebabkan ngkatnya
ual dan
i kan
nomian an an asi
riwulanan d). Metode
dilak
pen
diba
volu
bisn
pen
pad
akan
kom
berl
kom
men
tera
Sela
dise
baik
imp
pad
lebih
tahu
tahu
akan
dipe
4,5%
Indi
mas
akan
Berdasa
kukan KBI
ingkatan pa
andingkan y
ume produk
nis. Salah s
ingkatan pe
a triwulan I
Kinerja
n mengala
moditas yan
anjutnya p
moditas pang
nurunkan laj
apresiasi hin
atan menjad
Pada tri
ebabkan ole
knya harga
or terkait A
a triwulan I
h kompetitif
Proyeks
un 2010 le
un 2009 dip
n mengalam
erkirakan m
%. Kemudia
a, juga dipe
sing sebesar
n cenderung
arkan hasil
Palembang
ada triwulan
yang terjadi
si, nilai penj
satu indikas
esanan yang
2010 diban
ekspor prod
mi sedikit
ng memilik
pemulihan p
gan dunia p
ju pertumbu
gga perten
i kurang ko
iwulan II 20
h: (1) meni
komoditas
Asean-China
I 2010, (3)
f dibandingk
i pertumbu
ebih tinggi
proyeksikan
mi pertumb
ampu men
an, dua neg
erkirakan ak
r 10,0% dan
g meningka
Survei Keg
, secara um
n II 2010. S
pada triwu
jualan, volum
si peningka
g cukup ting
ndingkan nil
duk-produk
peningkata
ki kecende
perekonomi
pada 2010.
uhan ekspo
gahan tahu
mpetitif dib
010, tekana
ngkatnya p
unggulan k
a Free-Trade
adanya apre
kan sebelum
uhan ekono
dibandingka
n mengalam
buhan posit
catat pertum
gara yang m
kan mampu
n 8,8%. Ha
t pada tahu
7
giatan Dun
mum kegiat
ecara tahun
ulan sebelum
me pesanan
atan kinerja
ggi, dan pe
ai pertumbu
unggulan S
an secara
erungan un
an dunia
Namun di s
r, antara lai
un 2010 da
bandingkan s
n dari sisi im
pendapatan
khususnya k
e Area (AC-
esiasi Rupia
mnya.
omi negara
an realisasi
mi pertumbu
tif. Amerika
mbuhan ek
mengalami p
tumbuh leb
l ini mengin
un 2010.
7. Outlook Pert
ia Usaha (S
tan usaha
nan, pening
mnya. Penin
n, kondisi ke
a pada triw
ningkatan o
uhan ekono
Sumsel pada
tahunan y
ntuk menin
dan ekspe
sisi lain, terd
n nilai tuka
n menyeba
sebelumnya
mpor dipred
masyarakat
karet, (2) ad
FTA) yang d
h yang men
tujuan eks
tahun 200
uhan negati
a Serikat da
konomi mas
ertumbuhan
bih tinggi pa
ndikasikan b
tumbuhan Eko
SKDU) triw
diperkirakan
katan ini ak
ngkatan terj
euangan, ha
wulan II 20
optimisme s
mi.
a triwulan I
yang diseba
ngkat sejal
ktasi adany
dapat beber
r Rupiah ya
bkan baran
a.
diksi akan m
t sehubunga
danya penu
diprediksi a
nyebabkan b
spor Sumat
09. Negara-
f pada tahu
an Korea S
ing-masing
n tinggi di A
ada tahun 2
bahwa ekspo
onomi dan Infla
wulan I 201
n akan me
kan sedikit m
adi baik da
arga jual, da
010 adalah
ecara cukup
I 2010 dipe
abkan oleh
lan dengan
ya excess
rapa hal yan
ng cenderu
g ekspor S
mulai munc
an dengan
urunan tarif
kan semaki
barang impo
tera Selatan
-negara yan
un 2010 di
Selatan pad
sebesar 3,1
Asia, yaitu C
2010, yaitu
or Sumatera
asi Daerah
10 yang
engalami
moderat
ari aspek
n situasi
adanya
p drastis
rkirakan
h harga
n terus
demand
ng dapat
ng terus
umatera
ul, yang
semakin
f barang
n terasa
or relatif
n untuk
ng pada
proyeksi
da 2010
1% dan
Cina dan
masing-
a Selatan
101
10
7. Ou
02
pere
pen
pen
pers
mem
perb
Indo
mem
yang
ken
men
7.2.
Infla
men
perk
anti
Berd
dete
utlook Pertum
Proporsi Ek
N
A
E
C
In
K
M
T
V1 PBe2 IM
Selain
ekonomian
dapatan ka
ingkatan k
siapan perg
mpertahank
bankan kare
onesia.
Meskipu
mbuat pertu
g berpoten
aikan Tarif
nambah beb
. Inflasi
asi tahunan
ningkatnya
kiraan terja
sipasi atas
dasarkan p
erminan uta
buhan Ekonom
kspor Sumatera
Negara
AS
ropa
Cina
ndia
Korea Selatan
Malaysia
hailand
Vietnam
Proporsi nilai eksprdasarkan Negara
MF World Economi
itu, terdap
melalui pe
arena men
onsumsi, (2
elaran Sea
an daya b
ena mening
un demikian
umbuhan ek
si semakin
Dasar List
ban biaya us
diperkiraka
harga kom
dinya exces
kenaikan T
proyeksi da
ama inflasi d
mi dan Inflasi D
a Selatan dan P
Ekspor S
7,20
4,79
24,99
4,85
3,11
31,24
6,62
5,88
por Sumatera SelaTujuan” periode Jac Outlook, April 20
at beberap
ermintaan
ningkatnya
2) adanya
Games 20
beli masyar
gkatnya keg
n, terdapat
konomi lebi
terapresias
rik (TDL) d
saha.
an akan me
moditas seja
ss demand
Tarif Dasar L
an dengan
di Sumatera
Daerah
Tabel 7.2
Proyeksi Pertum
umsel1 Rea
-2,4
-4,
8,7
5,7
0,2
-1,
-2,3
5,3
atan pada negara anuari 2009 samp010
pa faktor y
domestik,
harga kom
potensi pe
11, (3) ma
rakat. (4)
giatan inves
pula poten
ih rendah d
si yang dap
dan kenaika
ngalami pen
alan denga
d komoditas
Listrik (TDL)
memperti
Selatan, ma
mbuhan Ekono
alisasi 20092
4
1
7
7
2
7
3
3
tersebut, menggai dengan Februar
yang dapat
yaitu: (1)
moditas khu
ningkatan
sih rendahn
potensi pe
stasi dan b
nsi yang pa
dari perkiraa
pat menuru
an Upah M
ningkatan, y
an pemuliha
s pangan d
) pada triw
mbangkan
aka diperkira
omi Negara Tuj
Proyeksi 20
3,1
1,0
10,0
8,8
4,5
4,7
5,5
6,0
unakan data “Nilri 2010, Bank Indon
t memberik
adanya po
ususnya ka
investasi se
nya tingkat
eningkatan
aiknya outl
tut diperha
an, yaitu: (1
unkan net e
Minimum Pr
yang didoro
an perekon
di tahun 2
ulan II atau
perkemba
akan inflasi
uan Tahun 201
0102
ai Ekspor nesia
kan stimulu
otensi peni
aret yang
ehubungan
inflasi yan
penyaluran
look pereko
tikan karen
) nilai tukar
ekspor, (2)
rovinsi (UM
ong oleh ek
nomian dun
010, serta
u triwulan I
ngan harg
tahunan (yo
10
us pada
ngkatan
memicu
dengan
g dapat
n kredit
onomian
a dapat
r Rupiah
potensi
P) yang
kspektasi
nia dan
adanya
II 2010.
a serta
oy) pada
triw
dipe
sepa
eksp
seca
teru
pan
ada
dise
swa
Perg
pem
dipe
perm
men
rata
simu
bah
berd
men
sebe
ken
ters
lang
jenis
biay
biay
dala
oleh
wulan II 201
erkirakan ak
Ekspekt
anjang tahu
pektasi rasio
ara riil. Eks
utama terka
gan ke dep
nya musim
Dari sis
ebabkan ole
asta sebagai
gelaran Sea
mbangunan
erkirakan ak
mintaan.
Pemerin
naikkan Tar
a-rata ken
ulasi determ
wa kenaika
dampak s
ningkatkan
esar 0,30%
aikan TDL
ebut belum
gsung seper
s barang ya
ya energi m
ya energi
am waktu de
Di sisi la
h harga ya
0 akan men
kan meningk
tasi inflasi y
un 2009. Se
onal kondis
spektasi inf
it perubaha
an, walaupu
panen.
i perekonom
eh investasi
antisipasi m
a Games
perumaha
kan berdam
ntah dan D
if Dasar List
aikan 10%
ministik, kam
n TDL sebes
secara la
besaran
% pada
tersebut t
m termasuk
rti kenaikan
ang terjadi
maupun an
yang dipe
ekat.
ain, harga b
ng stabil d
ningkat me
kat menjadi
yang bersifa
ehingga infla
i ke depan
flasi secara
n iklim yang
un pada triw
mian dome
dan konsu
membaiknya
2011 juga
n, jalan, m
mpak pada
PR telah se
trik (TDL) de
%. Berdas
mi memperk
sar rata-rata
ngsung d
inflasi bu
bulan d
terjadi. Pen
pengaruh
n harga beb
akibat ken
ntisipasi ken
erkirakan t
eras diperki
dengan ten
7
njadi 3,70±
1,25±0,5%
at adaptif te
asi pada triw
dan faktor
rasional m
g berpotens
wulan II 201
stik, pening
msi yang d
a pendapata
a akan m
maupun in
kenaikan h
epakat
engan
sarkan
irakan
a 10%
dalam
ulanan
imana
garuh
tidak
berapa
naikan
naikan
terjadi
rakan terus
ndensi men
7. Outlook Pert
±0,5%, seda
%.
erbilang ren
wulan II 201
permintaan
mulai triwul
si menimbul
10 suplai pa
gkatan teka
iindikasikan
n masyarak
menuntut b
nfrastruktur
arga baran
mengalami
urun di pa
Proyeksi Inf
Sumber: BPp
tumbuhan Eko
angkan infla
ndah karena
10 lebih did
n dan pena
an II 2010
lkan ketatny
angan masih
nan inflasi
n akan men
at dan optim
berbagai pe
penunjang
g konstruks
penurunan
asar interna
Grafik 7.2flasi Tahunan S
PS Provinsi Sumaproyeksi KBI Palem
onomi dan Infla
asi triwulan
a rendahny
dorong oleh
awaran yang
0 akan me
ya suplai ko
h relatif baik
tersebut ut
ingkat pada
misme dunia
ersiapan te
g lainnya.
si karena ti
n. Selain dise
asional, kec
2Sumatera Selat
atera Selatan danmbang
asi Daerah
an (qtq)
ya inflasi
adanya
g terjadi
ningkat,
omoditas
k karena
tamanya
a sektor
a usaha.
ermasuk
Hal ini
ingginya
ebabkan
cukupan
an
n
103
10
7. Ou
04
paso
pers
perk
den
7.3.
Kine
diba
pen
glob
pere
ada
Seh
kele
peru
pad
inte
men
keg
mel
berb
akan
sind
pen
dala
perb
triw
utlook Pertum
okan dan ke
sediaan untu
Walaup
kiraan semu
gan kisaran
. Perbankan
erja perban
andingkan t
yaluran kred
Pasca d
bal terhad
ekonomian
, seperti pe
ingga, capit
eluasaan pad
Pelaku
ubahan kete
a triwulan
rmediasinya
ningkatkan p
Kredit
iatan invest
alui pemban
bagai renca
n mendoron
dikasi.
Masih
ingkatan inf
am pemban
bankan.
Berdasa
wulan II 201
buhan Ekonom
estabilan ha
uk operasi p
pun ke dep
ula, namun
proyeksi se
n
kan pada
triwulan I 2
dit.
inaikkannya
ap pereko
dunia menu
erekonomian
tal inflow di
da perbanka
usaha perba
entuan GW
II 2010.
a melalui p
penyaluran
perbankan
tasi maupun
ngunan per
na pemban
ng penyalur
terkait in
frastruktur s
gunan. Hal
arkan proyek
10 akan be
mi dan Inflasi D
rga beras pa
pasar beras.
an diperkir
sampai sa
emula yaitu s
triwulan II
2010, baik
a rating Indo
onomian In
unjukkan pe
n Eropa yan
perkirakan
an untuk me
ankan suda
WM dengan
Sehingga,
peningkatan
kredit diban
diperkiraka
n pembangu
rumahan, ja
gunan pem
ran kredit,
nfrastruktur,
secara signif
ini dapat b
ksi teknikal d
erada di kis
Daerah
ada perekon
akan terjad
at ini perki
sebesar 5,24
2010 dipr
dari sisi pe
onesia oleh
ndonesia d
erbaikan ter
ng masih di
akan terjaga
eningkatkan
h mulai me
memasukka
perbankan
n LDR, yak
ndingkan da
an akan m
unan terkait
lan, dan inf
bangkit terk
meskipun b
, tampakn
fikan, denga
berpengaruh
dan judgme
saran 4,85%
nomian dom
di kenaikan
iraan inflasi
4±1% (yoy).
oyeksikan a
enghimpuna
Standard an
diperkirakan
us menerus
bayangi kas
a pada leve
n penyaluran
ncermati se
an kembali
n akan be
kni dengan
alam mening
mengucur le
t persiapan
frastruktur p
kait proyek
beberapa dia
nya pemer
an meningk
h terhadap
ent, diperkira
% ± 1% (q
mestik diduk
tekanan in
akhir tahu
.
akan meng
an dana pih
nd Poors, ke
n meningk
meskipun p
sus gagal b
l yang tingg
n kredit.
ecara lebih s
layer LDR a
erusaha me
n lebih ber
gkatkan pen
ebih deras
Sea Games
pendukung
10.000 MW
antaranya d
rintah pus
katkan partis
peningkata
akan pertum
qtq). Hal in
kung oleh cu
nflasi diban
un masih k
galami peni
hak ketiga m
epercayaan
kat. Di si
permasalaha
ayar utang
gi, dan mem
serius kemu
akan mulai
eningkatkan
rkonsentrasi
nghimpunan
untuk me
s 2011, ant
lainnya. Ke
W diperkirak
diperkirakan
sat merenc
sipasi sekto
n kebutuha
mbuhan kre
ni diharapka
ukupnya
dingkan
onsisten
ngkatan
maupun
investor
si lain,
an tetap
Yunani.
mberikan
ngkinan
berlaku
fungsi
i dalam
n DPK.
embiayai
tara lain
mudian,
kan juga
berupa
canakan
r swasta
an kredit
dit pada
an akan
men
men
Eksp
Impo
Pertu
Inflas
Peng
Inves
Kons
Kred
*Pred
ngoptimalka
ndorong per
Indikator
or
or
umbuhan
si
gangguran
stasi
sumsi domestik
it perbankan
iksi mempertimban
an rencana
rtumbuhan
Prediksi
Mod
Men
Men
Men
Men
Men
k Men
Men
ngkan kondisi terk
investasi
ekonomi da
Beberapa Indik
Prediksi
derat
ningkat
ningkat
ningkat
nurun
ningkat
ningkat
ningkat
kini, ekspektasi, da
7
dan pemb
an kesejahte
Tabel 7.3
kator Perekono
Harga komodit
peningkatan p
demand di ma
terapresiasi da
pasar internasi
Pendapatan pe
terapresiasi, da
Potensi pening
perbaikan pere
Kenaikan harg
komoditas pan
terapresiasi me
Faktor musima
Membaiknya o
rencana pemba
di sisi lain, terd
pada akhir tah
Pendapatan m
beralih ke bara
Prospek bisnis
kegiatan invest
n karakteristik sikli
7. Outlook Pert
bangunan d
eraan masya
omian pada Tri
Fakto
tas dunia berpot
ermintaan meny
sa depan, namu
pat membuat ba
onal.
er kapita yang m
an implementasi
gkatan investasi d
ekonomian dan
a barang konstr
ngan, antisipasi k
enurunkan biaya
an masa panen,
outlook perekon
angunan terkait
dapat ekspektasi
un
asyarakat yang m
ang impor karen
yang semakin b
tasi dan pemban
ikal secara relatif te
tumbuhan Eko
daerah pad
arakat.
iwulan II 2010
or penyebab
tensi meningkat
yusul adanya eks
un Rupiah yang c
arang ekspor ku
meningkat, nilai R
AC-FTA.
dan konsumsi do
pembangunan f
uksi, ekspektasi
kenaikan TDL, ni
a bahan baku im
dan peningkatan
omian Indonesia
t persiapan Sea G
kenaikan inflasi
meningkat, nam
a apresiasi Rupia
aik, dan banyak
ngunan
erhadap keadaan n
onomi dan Infla
da tahun
dibarengi
spektasi excess
cenderung
rang kompetitif
Rupiah yang
omestik, menyu
fisik
kenaikan harga
ilai Rupiah yang
mpor
n kebutuhan bu
a dan adanya
Games 2011. Na
i dan suku bung
mun konsumsi m
ah
knya rencana
normal
asi Daerah
ini dan
di
sul
ruh
amun
ga
ulai
105
10
7. Ou
06
utlook Pertumbuhan Ekonommi dan Inflasi D
Halaman i
This pag
Daerah
ini sengaja
e is intenti
a dikosongk
ionally blan
kan
nk
DAFTAR ISTILAH
Mtm
Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya
Qtq
Quarter to quarter perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya
Yoy
Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya
Share Of Growth
Kontribusi suatu sektor ekonomi terhadap total pertumbuhan PDRB
Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal
Sektor ekonomi dominan
Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan
Migas
Minyak dan Gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan gas
Omzet
Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi
Share effect
Kontribusi pangsa sektor atau subsektor terhadap total PDRB
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Dengan skala 1-100
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu
Indeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktifitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
Dana Perimbangan Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.
Indeks Pembangunan Manusia
Ukuran kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal kualitas hidup, yaitu pendidikan, kesehatan, daya beli
APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPR, dan ditetapkan dengan peraturan daerah
Andil inflasi
Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan
Bobot inflasi
Besaran yang menunjukan pengaruh suatu komoditas, terhadap tingkat inflasi secarakeseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut
Ekspor
Dalah keseluruhan barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil.
Impor
Seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil
PDRB atas dasar harga berlaku
Penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian
PDRB atas dasar harga konstan
Merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya
Bank Pemerintah
Bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito
Loan to Deposits Ratio (LDR)
Rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun
Cash inflows
Jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu
Cash Outflows
Jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu
Net Cashflows
Selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya
Aktiva Produktif
Penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan pada antar bank, penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia(SBI), dan surat-surat berharga lainnya.
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)
Pembobotan terhadap aktiva yang dimiliki oleh bamk berdasarkan risiko dari masing-masing aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot risikonya. Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang diberikan kepada perorangan
Kualitas Kredit
Penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu lancar, Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan Macet
Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio antara modal (modal inti dan modalpelengkap) terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)
Financing to Deposit Ratio (FDR)
Rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep ini sama dengan konsep LDR pada bank umum konvensional
Inflasi Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent) Kliring
Pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu
Kliring Debet
Kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang disertai dengan penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro, nota debet kepada penyelenggara kliring lokal (unit kerja di Bank Indonesia atau bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring lokal) dan hasil perhitungan akhir kliring debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit kerja yang menagani SKNBI di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan secara nasional
Non Performing Loans/Financing (NPLs/Ls)
Kredit atau pembiayaan yang termasuk dalam kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
Suatu pencadangan untuk mengantisipasi kerugia yang mungkin timbul dari tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin besar PPAP yang dibentuk, misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong Kurang Lancar adalah 15 % dari jumlah Kredit Kurang Lancar (setelah dikurangi agunan), sedangkan untuk kedit Macet, PPAP yang harus dibentuk adalah 100% dari totsl kredit macet (setelah dikurangi agunan)
Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs)
Rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs, gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ybs.
Rasio Non Performing Loans (NPLs) – NET
Rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan penyisihan penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit
Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS)
Proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) Industri Pekerja Pekerja Dibayar Pekerja Tidak Dibayar I n p u t Output Nilai Tambah/Value Added Produktivitas Tingkat Efisiensi
Sistem kliring bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional. Suatu kegiatan yang mengubah barang dasar menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau barang yang kurang nilainya, menjadi yang lebih tinggi nilainya termasuk kegiatan jasa industri, pekerjaan perakitan (assembling) dari bagian suatu industri. Orang yang biasanya bekerja diperusahaan/usaha tersebut. Oorang yang biasanya bekerja diperusahaan/usaha dengan mendapatkan upah/gaji dan tunjangan-tunjangan lainnya baik berupa uang maupun barang. Pekerja pemilik dan pekerja keluarga yang ikut aktif dalam pengelolaan perusahaan tetapi tidak mendapatkan upah/gaji, tidak termasuk mereka yang bekerja kurang dari 1/3 jam kerja yang biasa di perusahaan. Biaya antara yang dikeluarkan dalam kegiatan proses produksi/proses industri yang berupa bahan baku, bahan bakar, barang lainnya diluar bahan baku/penolong, jasa industri, sewa gedung dan biaya jasa non industri lainnya. Nilai keluaran yang dihasilkan dari kegiatan proses produksi/proses industri yang berupa nilai barang yang dihasilkan, tenaga listrik yang dijual, jasa industri yang diterima, keuntungan jual beli, pertambahan stok barang setengah jadi dan penerimaan-penerimaan lainnya. Selisih nilai output dengan nilai input atau biasa disebut dengan nilai tambah menurut harga pasar. Rasio antara nilai out put dengan jumlah tenaga kerja baik yang dibayar maupun yang tidak dibayar. Ratio antara nilai tambah atas dasar harga pasar terhadap output produksi.
Intensitas Tenaga Kerja Gross Margin Usaha Perusahaan Perusahaan Industri Jasa Industri
Suatu rasio antara biaya upah/gaji yang dikeluarkan untuk tenaga kerja terhadap nilai tambah. Persentase value added dikurangi biaya tenaga kerja dibagi output. Kegiatan yang menghasilkan barang/jasa dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual/ditukar dan atau menunjang kehidupan dan menanggung resiko. Suatu unit usaha yang diselenggarakan/ dikelola secara komersil yaitu yang menghasilkan barang dan jasa sehomogen mungkin, umumnya terletak pada satu lokasi dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi, bahan baku, pekerja dan sebagainya yang digunakan dalam proses produksi. Diklasifikasikan menjadi empat kategori berdasarkan jumlah tenaga kerja tanpa memperhatikan penggunaan mesin maupun nilai dari aset yang dimiliki. Kegiatan dari suatu usaha yang melayani sebagian proses industri suatu usaha industri atas dasar kontrak atau balas jasa ( fee ).