Prosiding PERAGI 2005 Medha Baskara Sitawati

24
Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI), Malang 27-28 September 2005 KONSEP PENGEMBANGAN WISATA AGRO KEBUN TEH WONOSARI: USAHA DIVERSIFIKASI DALAM MENINGKATKAN NILAI TAMBAH PENGELOLAAN PERKEBUNAN TEH Medha Baskara dan Sitawati Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Disampaikan pada Seminar Nasional Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI) “Tanggung Jawab Agronomi dalam Revitalisasi Pertanian” Malang, 27-28 September 2005 ABSTRAK Menurunnya produktivitas pengelolaan perkebunan berakibat pada penurunan pendapatan perusahaan. Usaha penambahan fungsi wisata agro diharapkan dapat memberikan nilai tambah dan pada akhirnya dapat memberikan sumber keuntungan baru bagi pengelola perkebunan, termasuk di PTPN XII yang mengelola Kebun Teh Wonosari. Usaha pengembangan wisata agro di Kebun Wonosari tidak hanya berprinsip pada tujuan ekonomi (peningkatan pendapatan) melainkan juga harus selaras dengan lingkungan sekitarnya sehingga pengelolaan kebun dapat dilakukan secara berkelanjutan. Pengembangan konsep wisata berupa aktivitas dan fasilitas wisata agro didasarkan pada karakteristik sumber daya tapak baik secara fisik lingkungan, biota, teknis, estetika tapak maupun sosial (pengunjung, masyarakat sekitar dan pengelolaan eksisting). Bentuk topografi kawasan Kebun Wonosari mempermudah upaya zonasi ruang berdasarkan fungsi-fungsi yang dikembangkan sehingga kegiatan budidaya, pengolahan pucuk teh, kegiatan wisata agro tidak saling mengganggu bahkan saling menunjang sehingga integrasi komuniti dan wilayah tercapai, aset sumber daya kebun terlindungi, kepuasan pengunjung meningkat, dan pada akhirnya pendapatan perusahaan meningkat. Kata Kunci : Wisata Agro Teh, Perkebunan Teh, Perkebunan Teh Wonosari PENDAHULUAN Pengelolaan perkebunan di Indonesia dewasa ini mengalami beberapa permasalahan serius yang secara umum berdampak pada produktivitas dan daya saing produk pertanian nasional. Penyebab kondisi ini sangat beragam dari permasalahan degradasi lingkungan, manajemen, maupun sosial ekonomi kemasyarakatan. Meningkatnya angka pengangguran dan angka kemiskinan serta menurunnya pertumbuhan ekonomi diyakini menjadi penyebab permasalahan diatas. Pengembangan usaha-usaha penanggulangan permasalahan tersebut diharapkan dapat

description

blablabla

Transcript of Prosiding PERAGI 2005 Medha Baskara Sitawati

Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI), Malang 27-28 September 2005

KONSEP PENGEMBANGAN WISATA AGRO KEBUN TEH WONOSARI:

USAHA DIVERSIFIKASI DALAM MENINGKATKAN NILAI TAMBAH

PENGELOLAAN PERKEBUNAN TEH

Medha Baskara dan SitawatiFakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Disampaikan pada Seminar Nasional Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI) “Tanggung Jawab Agronomi dalam Revitalisasi Pertanian” Malang, 27-28 September 2005

ABSTRAK

Menurunnya produktivitas pengelolaan perkebunan berakibat pada penurunan pendapatan perusahaan.

Usaha penambahan fungsi wisata agro diharapkan dapat memberikan nilai tambah dan pada akhirnya

dapat memberikan sumber keuntungan baru bagi pengelola perkebunan, termasuk di PTPN XII yang

mengelola Kebun Teh Wonosari. Usaha pengembangan wisata agro di Kebun Wonosari tidak hanya

berprinsip pada tujuan ekonomi (peningkatan pendapatan) melainkan juga harus selaras dengan

lingkungan sekitarnya sehingga pengelolaan kebun dapat dilakukan secara berkelanjutan.

Pengembangan konsep wisata berupa aktivitas dan fasilitas wisata agro didasarkan pada karakteristik

sumber daya tapak baik secara fisik lingkungan, biota, teknis, estetika tapak maupun sosial (pengunjung,

masyarakat sekitar dan pengelolaan eksisting). Bentuk topografi kawasan Kebun Wonosari

mempermudah upaya zonasi ruang berdasarkan fungsi-fungsi yang dikembangkan sehingga kegiatan

budidaya, pengolahan pucuk teh, kegiatan wisata agro tidak saling mengganggu bahkan saling

menunjang sehingga integrasi komuniti dan wilayah tercapai, aset sumber daya kebun terlindungi,

kepuasan pengunjung meningkat, dan pada akhirnya pendapatan perusahaan meningkat.

Kata Kunci : Wisata Agro Teh, Perkebunan Teh, Perkebunan Teh Wonosari

PENDAHULUAN

Pengelolaan perkebunan di Indonesia dewasa ini mengalami beberapa permasalahan

serius yang secara umum berdampak pada produktivitas dan daya saing produk pertanian

nasional. Penyebab kondisi ini sangat beragam dari permasalahan degradasi lingkungan,

manajemen, maupun sosial ekonomi kemasyarakatan. Meningkatnya angka pengangguran

dan angka kemiskinan serta menurunnya pertumbuhan ekonomi diyakini menjadi penyebab

permasalahan diatas. Pengembangan usaha-usaha penanggulangan permasalahan tersebut

diharapkan dapat mengatasi kelesuan bisnis perkebunan sehingga kejayaan dimasa lampau

dapat dicapai kembali.

Kebun Teh Wonosari Lawang Malang dikenal sebagai tempat penghasil teh berkualitas

oleh pembeli luar negeri juga mengalami permasalahan yang sama. Degradasi lingkungan

akibat penebangan hutan telah berakibat pada produktivitas kebun teh yang ada yang pada

akhirnya mempengaruhi pendapatan perusahaan. Usaha-usaha perbaikan telah dilakukan

meliputi peningkatan produktivitas kebun, pabrik pengolahan teh, penghijauan kawasan yang

rusak serta pengembangan kawasan kebun sebagai kawasan wisata agro . Kegiatan wisata

dan rekreasi ini baru diusahakan sendiri oleh PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) sejak

beberapa tahun yang lalu sebagai usaha memaksimalkan potensi kebun sebagai kawasan

Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI), Malang 27-28 September 2005

kunjungan wisata alternatif. Walaupun sarana dan prasarana yang ada terbatas serta

pengelolaannya berdasarkan manajemen kebun, tampaknya perkembangan usaha wisata agro

sampai dengan saat ini hasilnya cukup menggembirakan dan masih besar peluangnya untuk

lebih dikembangkan potensinya dimasa mendatang. Hal ini bisa dilihat dari kecenderungan

meningkatnya jumlah orang berkunjung, hari kunjungan, pendapatan dan keuntungan yang

diperoleh.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kegiatan Wisata Agro merupakan perpindahan sementara manusia dari daerah asal ke

daerah tujuan; terjadinya pergerakan tersebut karena ada daya tarik berupa keindahan

suasana alam atau obyek wisata pertanian di daerah tersebut. Keindahan hamparan tanaman

teh beserta aktivitas didalamnya merupakan salah satu alasan kawasan Kebun Teh Wonosari

dikembangkan sebagai kawasan Wisata Agro. Seiring dengan pengembangan fungsi kebun

sebagai kawasan wisata maka pengelola dituntut untuk bisa memuaskan pengunjung yang

datang selain optimalisasi produksi tanaman teh. Tujuan bisnis wisata adalah menciptakan dan

mempertahankan pengunjung/pelanggan yang mendatangkan laba/keuntungan dimana

kepuasan pelanggan merupakan tujuan sentral pemasaran kawasan wisata.

Perencanaan lingkungan fisik kawasan wisata akan dapat memberikan kepuasan

kepada pengunjung bila didasarkan pada perilaku berlingkungan (behaviour) manusia dengan

menggunakan hirarki kebutuhan dasar manusia. Berdasarkan tingkat kebutuhan wisatawan,

fenomena yang terjadi meliputi :

Kebutuhan pokok (basic need): makan, minum, istirahat dan tempat berlindung

Kebutuhan sekunder: pemenuhan rasa harga diri, berupa pengakuan dan kepercayaan

orang lain

Keinginan sosial, seperti keinginan bersama dengan orang lain

Bermain dan bersantai: timbul keingintahuan, pengalaman baru, dorongan untuk

rekreasi, kenyamanan dan estetis

Kesehatan mental dan fisik

Selanjutnya berdasarkan motivasi, terdapat beberapa alasan wisatawan untuk

mengunjungi suatu obyek wisata diantaranya (a) untuk mencari originalitas dan menyatu

dengan masyarakat sekitar (b) untuk mencari keindahan, dan (c) untuk melepaskan kejenuhan

dan mencari atau mengenal dan mempelajari sesuatu yang belum pernah diketahui

Kawasan Wisata Agro Wonosari (WAW) dapat dikembangkan untuk berbagai kegiatan,

baik yang terkait dengan produksi minuman teh, perlindungan dan konservasi kawasan,

maupun untuk kenyamanan kegiatan rekreasi dan wisata. Pengembangan usaha wisata agro

ini diharapkan akan lebih meningkatkan pendapatan dan keuntungan, disamping usaha pokok

produksi teh yang ada serta tetap menjaga dan melestarikan lingkungan Kebun Teh Wonosari.

Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI), Malang 27-28 September 2005

KEBUN TEH WONOSARI

DATA & INFORMASI WISATA AGRO WONOSARI

KARAKTERISTIK BIOFISIK KEBUN

PRODUKSI TEH STRUKTUR DAN

BANGUNAN WISATAWAN

(PENGUNJUNG) ZONASI TAPAK

EKSISTING

PENDAYAGUNAAN PRODUKSI TEH PENDIDIKAN WISATA REKREASI PERAN MASYARAKAT

SEKITAR DLL

PENGOLAHAN DATA & INFORMASI POTENSI DAN KENDALA TAPAK TUJUAN PENGEMBANGAN KESESUAIAN LINGKUNGAN KESEIMBANGAN LINGKUNGAN

KONSEP DANPENGEMBANGAN TAPAK

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penyusunan Konsep Wisata Agro Kebun Wonosari

KARAKTERISTIK DAN ANALISA KEBUN TEH WONOSARI

Kebun Wonosari terbentang mulai dari batas kawasan hutan Perhutani sampai dengan

Afdeling Gebuk Lor dengan posisi geografis 07°49’17.6” LS 112°38’36” BT. Di bagian utara,

kawasan Kebun Wonosari dibatasi oleh Afdeling Gebuk Lor, sebelah barat dibatasi oleh

kawasan hutan Perhutani, sedangkan sebelah selatan dan timur oleh lahan pertanian

penduduk. Secara administratif WAW termasuk dalam wilayah dua kecamatan yaitu

Kecamatan Singosari dan Lawang, Kabupaten Malang.

Secara umum kawasan Kebun Wonosari mempunyai luas 370,3 hektar dengan

komposisi tanaman teh 316,24 Ha (85,4%), tanaman mahoni 8,7 Ha (2,35%), tanaman apel

0,75 Ha (0,2%), kebun induk 1 Ha (0,27%), emplasmen 9,24 Ha (2,5%), pengembangan wisata

agro 0,86 Ha (0,23%) serta jalan, curah sungai makam, dll 33,5 Ha (9,05%). Kawasan kebun

sebenarnya sudah terbagi oleh alam kedalam beberapa area dengan lokasi curah sungai di

tengah kawasan. Hal ini merupakan pembatas aktivitas yang efektif sehingga zonasi mudah

dilakukan.

1. Fisik Lingkungan

Kondisi topografi di kawasan studi dan sekitarnya sangat beragam, artinya memiliki

kemiringan yang bervariasi mulai dari kemiringan kelas rendah sampai tinggi. Dominasi tingkat

kelerangan pada tapak diantara kelas kemiringan 2 (3-8%) dan kelas 3 (8-15%), selebihnya

termasuk kelas 4, 5 dan 6 (15-60%). Kawasan emplasemen termasuk pada kelas kemiringan

2, dimana keragaman aktivitas tinggi masih dapat dilakukan. Kawasan kebun wonosari

mempunyai ketinggian mulai 905m sampai 1050 meter diatas permukaan laut, sedangkan

kawasan emplasemen menempati area dengan ketinggian antara 905m – 935m. Tabel 1

memperlihatkan analisis fisik lingkungan dan sintesa pada kawasan WAW.

Tabel 1. Hasil Analisis dari Keadaan Fisik Lingkungan WAW

No Unsur Fisik Lingkungan Analisa Sintesa1. Iklim

a. Hujan(Gambar 4.2)

b. Angin

c. Petir

Basah

Terkadang kecepatan tinggi

Pada musim tertentu intensitas tinggi

Diusahakan untuk mengurangi area terbuka melalui rencana kanopi berseling dengan bentukan hijauan dan artifisial (bangunan) pada jalur pedestrian dan tempat pemberhentian

Perencanaan waktu aktivitas rekreasi dan wisata berdasar kondisi iklim

Perlu diperhatikan karena mempengaruhi aktivitas rekreasi, bentukan hijauan akan dapat digunakan sebagai pemecah angin.

Perlu pengamanan berupa penangkal petirterutama pada area rekreasi

2. Tanah dan Geologi Pada kawasan peresapan airProfil tanah tipis, batuan kompak dan keras

Penggunaan bahan/material bangunan yang memungkinkan air masuk dalam tanah.

Pengembangan kawasan yang memungkinkan struktur tinggi dan berat

3. Topografi Beragam kelerengan Pengembangan aktivitas intensif/aktif pada area relatif datar, dan pada kemiringan tinggi yang tidak banyak fungsi produksi teh di manfaatkan untuk fasilitas petualangan.

4. Hidrologi Debit air kecil, terjadipenurunan kapasitas akibat penebangan hutan diatas lokasi

Meningkatkan usaha konservasi air yang tepatterutama pada kawasan atas dan didalam tapak (khususnya area curah)

Mencari kemungkinan adanya sumber air baru, terutama pada kawasan curah.

2. Vegetasi

Kawasan WAW menitikberatkan pada hamparan vegetasi teh (Camellia sinensis) sebagai

daya tarik utama pengunjung. Untuk menunjang tampilan vegetasi yang maksimal diperlukan

upaya budidaya yang intensif, sehingga pengembangan kebun sebagai wisata agro harus tidak

mengurangi intensifitas kegiatan budidaya. Upaya memaksimalkan aktivitas yang berhubungan

dengan tanaman teh merupakan strategi penting dalam pengembangan ini. Untuk mengurangi

dampak negatif secara ekologis, maka pada area tertentu (non produksi teh)

keragaman

vegetasi perlu diperbanyak termasuk peningkatan jumlah vegetasi dengan fungsi

diluar produksi teh seperti fungsi estetis, edukasi, konservasi tanah-air, preservasi, pemecah

angin, peneduh dan lainnya (Baskara, 1998). Area yang paling potensial untuk penyeimbang

ekologis ini adalah kawasan curah.

Kegiatan konservasi air dan tanah perlu pengenalan bentuk tapak WAW yang

beragam kelerengannya (Tabel 1). Salah satu upaya konservasi air dan tanah adalah

memaksimalkan peresapan air hujan kedalam tanah sehingga aliran permukaan tidak terjadi.

Air hujan selalu mengalir dari tempat tinggi (bukit-area produksi teh) menuju ketempat

rendah (curah) sehingga area curah perlu dikembangkan sebagai kawasan konservasi air

dan tanah. Secara ideal, tanaman pada kawasan perlindungan/ konservasi air harus

mempunyai sifat ekologis antara lain (a) intersepsi curah hujan yang baik; (b) arsitektur

pohon yang dapat menahan butiran air hujan; (c) stemflow; (d) evapotranspirasi yang

rendah; dan (e) tidak mempunyai zat allelopathy (Samingan, 1989). Penanaman jenis asli

kawasan merupakan cara termudah dalam pemilihan jenis tanaman baru untuk area curah.

Pengaruh tanaman koleksi terhadap aliran permukaan dan erosi dapat dibagi dalam

empat bagian yaitu: (a) intersepsi hujan oleh tajuk tanaman, (b) mengurangi kecepatan aliran

permukaan dan kekuatan perusak air, (c) pengaruh akar dan kegiatan biologi

yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif dan pengaruhnya terhadap stabilitas

struktur dan porositas tanah, dan (d) transpirasi yang mengakibatkan kandungan air

berkurang (Arsyad,

1989). Selain empat pengaruh diatas, penutupan tanah dengan tanaman maupun sisa-sisa

tanaman dapat memperbesar kapasitas infiltrasi. Usaha penutupan tanah dengan vegetasi baik

rumput yang tebal maupun kumpulan tanaman koleksi yang lebat akan

menghilangkan pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi.

3. Fauna

Fauna bukan saja sebagai salah satu bagian dari komponen ekosistem,

melainkan merupakan potensi kawasan WAW yang menarik untuk diamati. Secara

umum fauna di kawasan WAW jarang dijumpai kecuali dari jenis burung diantaranya

kutilang (Pynonotus aurigaster), tekukur (Streptopelia chinensis), jalak gunung (Sturnus sp),

elang jawa (Spizactus bartelsii), ayam hutan (Gallus gallus) dan burung hantu (Tyto sp).

Satwa lain yang pernah ditemui di tapak diantaranya seperti budheng (Resbytis cristata),

landak (Hystrix branchyura), kijang (Muntiacus muntjak), dan ular.

Jenis burung lebih sering terlihat di tapak dan sekitarnya dibanding jenis mamalia.

Umumnya jenis mamalia diam di habitat asli yang jauh dari lokasi studi dan sangat

jarang terlihat di sekitar tapak. Hal ini disebabkan jenis ini agak rentan terhadap aktivitas

manusia. Pemanfaatan kegiatan rekreasi bird watching dapat digunakan di beberapa

tempat bila memungkinkan. Salah satu upaya adalah dengan memanfaatkan kawasan

curah sebagai rehabilitasi habitat burung sehingga nantinya dapat berfungsi sebagai

koridor alami (yang terhubung dengan habitat asli satwa) dan burung dapat hadir lebih

dekat dengan pengunjung WAW.

Dalam mengelola habitat (tempat hidup) satwa liar, secara umum terdapat

dua pendekatan yang dapat dilakukan berdasar tujuan akhir yang ingin diperoleh

yaitu (a) pengelolaan untuk memperoleh keanekaragaman spesies yang tinggi dan (b)

pengelolaan untuk meningkatkan populasi tertentu. Pada pendekatan pertama semua

spesies dianggap penting dan diharapkan semua spesies cukup memadai. Sedangkan

pada pendekatan kedua bertujuan untuk spesies tertentu. Mengingat kawasan WAW

merupakan kawasan wisata pertanian maka pendekatan pertama lebih cocok yaitu untuk

memperoleh keanekaragaman spesies yang tinggi.

4. Elemen Estetika Tapak

Sumber daya visual potensial yang terdapat di kawasan WAW berasal dari lansekap yang

meliputi landform (puncak Gunung Arjuno serta jajaran punggung bukit dan curah), land cover

(tanaman teh, hutan Perhutani dan area pertanian dataran tinggi), dan elemen pembentuknya

(flora, fauna) dengan penilaian terhadap daya tarik, arti, keunikan dan perilakunya. Kegiatan

rekreasi maupun wisata oleh pengunjung dalam WAW bukan untuk memuaskan pengunjung

saja tetapi juga meningkatkan apresiasi mereka terhadap alam (terutama perkebunan teh)

dengan pendekatan unsur kesenangan (rekreasional).

Keberadaan tanaman teh dan lingkungan yang dibentuknya merupakan daya tarik

kawasan Kebun Wonosari. Berdasar survei pengunjung yang dilakukan, sebanyak 76%

mengatakan bentukan alam dengan hamparan teh yang menjadi daya tarik utama Wisata Agro

Wonosari, menyusul keberadaan pabrik teh (23%), fasilitas (18%) dan kegiatannya (4,8%)

yang terlihat pada Gambar 2.

76 %

Keindahan alam

Fasilitas

18% Tidak ada

1.6%

Pabrik teh

23%Kegiatannya

4.8%

Gambar 2. Prosentase Potensi Wisata Agro Wonosari dari lokasi lain menurut pengunjung

Pengembangan aktivitas yang berhubungan dengan teh menjadi sangat penting pada

kawasan ini sehingga pengembangan diharapkan tepat sasaran. Dari segi estetika, kebun

teh mempunyai bentuk yang indah dan memberikan suasana nyaman, ditunjang dengan hawa

pegunungan yang dingin dan sejuk merupakan pemandangan yang akan memberikan daya

tarik tersendiri. Beberapa aktivitas yang dapat terapkan dari kegiatan tentang teh diantaranya

seperti pada tabel 2.

Tabel 2. Aktivitas yang dapat dikembangkan dari keberadaan tanaman teh di Kebun Wonosari

No Tahapan Produksi Teh Aktivitas Detail Konsep- Sintesa1.

2.

3.

Tanaman Teh di Kebun

Pucuk teh masuk pabrik

Teh menjadi produk saji

Tea Walk *)

Sepeda teh

Memetik daun teh *)

Piknik Eksklusif

KunjunganOffroad *)

Pengamatan kebun & satwa liar. *)

Film proses produksi teh

KunjunganPabrik *)

Minum teh

Rasa macam produk teh dan Cara Seduh

Promosi produk teh dan wisata agro

Aktivitas ini memberikan pengalaman pemandangan menarik disamping berolah raga jalan kaki

Dengan fasilitas sepeda tandem atau sendiri melakukan acara santai sambil berolah raga di kebun teh

Pengalaman memetik daun teh sendiri akan memberikan pengalaman dan pengetahuan yang tidak didapatkan ditempat lain. Dokumentasi foto dengan perlengkapan pemetik teh akan menjadi kenangan yang tidak terlupakan.

Kunjungan kebun khusus dengan naik mobil didampingi pemandudan beberapa karyawan untuk menikmati hidangan di tempat terpencil dengan pemandangan luar biasa. Kendaraan safari, tempat duduk tingkat dua

Khusus pengunjung yang berjiwa petualang, disediakan rutekhusus untuk menikmati pemandangan alam dengan perpaduan olah raga Offroad. Didampingi pemandu

Dengan menaiki menara pandang dengan tinggi 25 meter/lebih akan melihat hampir seluruh kawasan kebun teh juga aktivitas petik teh. Ditunjang fasilitas teropong akan terlihat satwa alami yang hadir disekitar kebun.

Sebelum kunjungan ke kawasan agrowisata, pengunjungdiperkenankan melihat beberapa tayangan film tentang teh, mulai pemetikan, pengolahan produksi teh pabrik, wisata agro, dll. Film ini untuk membangun image dan menggugah ingin tahu disamping sarana edukasi

Proses dari pucuk sampai siap saji dengan semua hasilditerangkan oleh pemandu saat datang langsung di pabrik. Diharapkan interaksi terjadi karena pengetahuan awal terbentuk dari film

Semua pengunjung Wisata agro H A R US merasakan produk teh wonosari. Biaya gratis, tapi tiket masuk naik seharga produksi satu gelas teh. Aktifitas ini untuk mengarahkan pengunjung

Pengetahuan seduh teh yang benar dan merasakan rasabermacam teh akan memberikan pengalaman luar biasa. Sebagai kenangan, dapat beli film khusus seduh teh dan cara olah/minum teh dari Indonesia maupun seluruh dunia.

Divisi khusus promosi terdiri dari profesional yang dididik mengetahui seluk beluk teh terutama rasa dan cara menyajian. Atraksi ini tidak harus di kebun tetapi dapat di panggil keluar wisata agro. Selain itu juga dapat membuka kursus pelayanan teh.

Sumber : Survei Pengunjung WAW, 2004

5. Pengunjung

Pengunjung Wisata Agro Wonosari secara umum dapat dibagi menjadi dua kelompok

besar yaitu pengunjung yang berekreasi dan yang berwisata (wisatawan). Kunjungan WAW

pada hari libur, minggu dan sabtu terdapat begitu banyak aktivitas rekreasi dan wisata (dengan

jumlah pengunjung perhari sekitar 3000-5000 pengunjung), dan disaat lain menjadi sangat

sedikit (hari biasa).

Untuk memperoleh peningkatan dan efisiensi kegiatan wisata, penerapan strategi

pengelolaan wisata berdasar pasar, perubahan fisik lokasi serta diversifikasi kegiatan menjadi

alternatif pengembangan untuk lebih meningkatkan lagi pendapatan perusahaan dari sektor ini.

Secara umum pengunjung Wisata Agro dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori

diantaranya tingkat pendidikan, umur dan penghasilan. Berdasarkan wawancara dan

pengamatan lapang, sebagian besar pengunjung merupakan pengunjung secara berkelompok,

baik dari perusahaan, sekolah-sekolah, maupun perkumpulan anak muda dan keluarga.

Segmen wisata kelompok ini melakukan kegiatan konvensi, pertemuan asosiasi, pertemuan

perusahaan, pertemuan keluarga besar, serta kelompok dari organisasi sosial, militer,

pendidikan, keagamaan, dan persaudaraan. Masing-masing kelompok mempunyai

karakteristik kegiatan serta daya beli terhadap produk wisata yang ditawarkan.

USIA

(Komposisi Pengunjung sabtu 15-25% dari hari Minggu)

59.15% 63.07%

34.15%

27.44%< 12 th

13 – 20 th

4.88%1.83%

8.05%1.44%

2 1 – 60 th

> 60 th

sabtu Minggu

53.23 % PENGHASILAN

32.26 %

8.06 %6.45 %

< 1 juta

1-2 juta

2 – 5 juta

> 5 juta

Gambar 3. Prosentase Pengunjung berdasar Survei terhadap tingkat usia dan penghasilan

6. Pendapatan Perusahaan

Kegiatan wisata di Wisata Agro Wonosari secara umum terbagi menjadi dua kegiatan

utama yaitu kunjungan dan menginap (wisata). Berdasar pengelompokan hasil pendapatan

wisata agro, sumber pemasukan terbesar didapatkan dari kegiatan kunjungan yang terdiri dari

karcis masuk, tour kebun dan pabrik, kegiatan makanan dan minuman, serta penggunaan aula

yang bisa mencapai tiga kali lipat pendapatan dari penginapan. Sedangkan kerugian yang

dialami lebih banyak terjadi pada penginapan dan kolam renang akibat pembiayaan insidentil

dalam perbaikan dan pemeliharaan. Diantara kegiatan kunjungan tersebut pemasukan dari

kegiatan makanan dan minuman (konsumsi dan counter madu) menjadi yang terbesar

dibanding kegiatan lainnya sehingga pengembangan sektor ini akan lebih dapat meningkatkan

laba perusahaan dimasa mendatang.

Kegiatan wisata pada suatu daerah akan memberikan keuntungan secara langsung

maupun tidak langsung. Keuntungan langsung diantaranya adalah (1) hasil transaksi bisnis

wisata, sebagai bisnis primer lokasi wisata; (2) pendapatan (income) oleh pekerja dan pemilik

modal dari sewa, bunga, deviden dan sebagainya; (3) sektor swasta dan sektor informal dan

(4) pendapatan pemerintah baik pemerintah setempat maupun nasional. Keuntungan tidak

langsung diperoleh dari cabang-cabang usaha atas nama (derivasi) bisnis utamanya sebagai

akibat efek melipatganda (multiplier effect) dan induksi bisnis wisata yaitu bisnis-bisnis

sekunder, tertier dan seterusnya.

7. Masyarakat Sekitar

Pengembangan suatu kawasan wisata tidak lepas dari peran serta masyarakat

sekitarnya. Masyarakat sekitar Kebun Wonosari sebagian besar berprofesi sebagai petani,

peternak dan buruh, baik dari usaha pertanian masyarakat sendiri, maupun pertanian yang

berhubungan dengan Kebun Wonosari. Selain sektor pertanian juga terdapat kegiatan

penambangan batu gunung untuk suplai kegiatan properti di wilayah Malang dan sekitarnya.

Pengenalan potensi wilayah baik alam maupun masyarakatnya akan dapat memberikan hasil

maksimal untuk menerapkan konsep pengembangan. Bentuk bangunan dengan konsep alam

pertanian (perkebunan) akan dapat memberikan image keindahan alam dalam benak

pengunjung ditunjang dengan aktivitas masyarakat sekitar di sektor pertanian dengan produk-

produk pertanian disepanjang jalan menuju wisata agro.

8. Tata Ruang dan Fasilitas WAW

Pada prinsipnya kawasan perhotelan dan rekreasi adalah kawasan yang menjual jasa.

Pemasaran jasa pariwisata sangat tergantung dari kebutuhan (needs), keinginan (wants) dan

permintaan (demands) pengunjung. Selama kawasan wisata dapat memenuhi beberapa hal

tersebut diatas, dengan sendirinya penjualan produk jasa wisata akan terjadi. Untuk

memperjelas konsep jasa ini terdapat 4 ciri jasa yaitu (a) tidak berujud, (b) tidak dapat dipisah-

pisahkan, (c) berubah-ubah dan (d) tidak dapat disimpan. Kegiatan wisata WAW selama ini

telah memaksimalkan potensi wilayah yang ada meliputi kawasan produksi teh, pabrik

beserta isinya dan fasilitas penunjang lainnya seperti kolam renang, wahana bermain anak,

restoran dan toko swalayan.

Wilayah Kebun Wonosari merupakan satu wilayah yang secara umum mempunyai

karakteristik kebun produksi dan pabrik teh. Tata letak fasilitas pabrik dan penunjang seperti

perumahan pengelola dan karyawan, fasilitas umum (masjid dan sekolah) gudang, dan lainnya

sangat menunjang operasional produksi. Namun seiring dengan berubahnya fungsi kawasan

emplasemen sebagai wisata agro inti, tata letak diatas menjadi kurang sesuai. Hal ini

menjadikan pengunjung tidak mempunyai orientasi dalam berwisata sehingga kepuasan pun

menurun. Hal ini terbukti dari jawaban pengunjung tentang daya tarik kawasan bahwa fasilitas

dan kegiatan WAW kurang menjadi daya tarik pengunjung (Gambar 2).

9. Pengelolaan WAW

Pengelolaan WAW selama ini mengikuti struktur organisasi Kebun Wonosari dengan

dipimpin seorang sinder yang bertanggung jawab terhadap Administratur Kebun. Tenaga

kerja WAW merupakan tenaga kerja yang bersumber dari organisasi kebun sehingga hampir

sebagian besar telah terbiasa dengan pola pikir produksi kebun. Pengelolaan bisnis produksi

teh dan bisnis pariwisata mempunyai beberapa perbedaan besar meskipun sistem/ilmu

pengelolaanya didasarkan dengan teori yang sama. Pengelolaan bisnis wisata termasuk

bisnis jasa yang berhubungan dengan banyak orang dengan karakter dan latar belakang yang

berbeda-beda. Bidang jasa wisata bersifat tidak berujud, tidak dapat dipisah-pisahkan, selalu

berubah-ubah, dan tidak dapat disimpan. Sedangkan sifat bisnis produksi teh justru

sebaliknya, dimana produknya nyata dan selalu sama, bisa dipisah antara berdasar jenis

kualitas, serta bila harga pasar rendah produk masih bisa disimpan untuk dijual kembali dimasa

mendatang.

Perbedaan sifat bisnis diatas dapat diatasi apabila pendekatan yang dilakukan

organisasi WAW juga berbeda. Apabila dalam produksi pendekatan ilmu pasti begitu menonjol

maka untuk mencapai keberhasilan di bidang jasa wisata maka ilmu sosial harus lebih

diutamakan karena pengunjung menjadi tolak ukur semua kegiatan pemasaran wisata. Upaya

merubah pendekatan dilakukan sampai pola tingkah laku karyawan, oleh karena itu apabila

usaha perekrutan tenaga kerja berlatar belakang pendidikan pariwisata tidak dapat dilakukan

maka kegiatan-kegiatan pelatihan harus sering dilakukan kepada karyawan WAW.

KONSEP PENGEMBANGAN

Konsep dasar dari pengembangan ini adalah terjaga, termanfaatkan dan terkelolanya

lingkungan Kebun Wonosari sebagai kawasan budidaya dan wisata sehingga fungsi biofisik,

lingkungan dan sosial dapat dirasakan dan dapat memuaskan pengunjung selain produktivitas

kebun yang tinggi. Selanjutnya dijabarkan beberapa konsep yang mendukung antara lain :

Konsep Lanskap Kebun Teh,

Pengembangan tapak diorientasikan terhadap lanskap buatan dengan vegetasi utama

tanaman teh, sejauh dapat dikembangkan pada kondisi tujuan produksi maupun estetika.

Konsep ruang (pemwilayahan, zonasi) – Gambar 4

Tapak dibagi menjadi ruang-ruang berdasarkan dua pembeda yaitu :

a. Fungsi, dimana akan dikembangkan sub-fungsi

o Rekreasi, ruang untuk fungsi rekreasi pengunjung baik (rekreasi aktif maupun pasif).

o Produksi, ruang kegiatan proses produksi pucuk, pengolahan dalam pabrik sampai

pengemasan produk sampai siap minum.

o Konservasi, ruang pelestarian kawasan (tanah dan air).

3 C

2 C

2 B

b. Area kunjungan, dimana akan dikembangkan ruang dengan sifat kunjungan yang

berorientasi terhadap

o Penerimaan, ruang yang dimasuki pada tahap awal kunjungan (Intensif).

o Transisi, ruang persiapan untuk memasuki ruang ekologis (semi intensif).

o Ekologis, ruang penunjang sifat ekologis kawasan (Non Intensif-pasif).

Konsep Jaringan Sirkulasi (Gambar 5)

Jaringan sirkulasi selain untuk kegiatan produksi juga dimanfaatkan sebagai perangkai

sumberdaya, aktifitas dan fasilitas serta pengalaman rekreasi. Diklasifikasikan menjadi tiga

tipe yaitu sirkulasi produksi teh, sirkulasi rekreasi dan sirkulasi keindahan, lebih detail

pengembangan sirkulasi adalah sebagai berikut :

o Penggunaan sirkulasi eksisting tapak, dengan penentuan pola tertutup (loop

o Jaringan jalan berbentuk service road serta berbentuk track yang dapat

mengakomodasikan semua masyarakat termasuk orang cacat (kursi roda,dll)

Konsep Struktur dan Bangunan

Struktur dan bangunan pada tapak dibuat dengan ekspresi yang tidak berlebihan sehingga

pengunjung lebih menikmati kualitas ruang luar yang tinggi. Terdapat dua konsep

bangunan yang didasarkan pada waktu pembangunan.

o Bangunan yang akan dikembangkan, diharapkan menjadi sesuatu yang lebih

sekunder dibanding alam indah disekelilingnya, tetapi tetap menarik dan nyaman

untuk dinikmati/dihuni. Penggunaan dinding dan bukaan yang maksimal dari ruang

bangunan yang ada merupakan penjabaran untuk menikmati view sekitar.

o Bangunan eksisting, lebih dititik beratkan pada nilai sejarah/historis kawasan sebagai

perkebunan peninggalan Jaman Kolonial Belanda.

Berdasar semua konsep pengembangan diatas selanjutnya disimpulkan dalam suatu block

plan pengembangan kawasan Kebun Wonosari (Gambar 6)

Keterangan :

1 Rekreasi

2 Produksi

3 Konservasi

A Penerima

B Transisi

1 2 1 C Ekologis

A

Gambar 4. Konsep Pembagian Ruang Kebun Wonosari

MASUK KELUAR

Keterangan

S. Rekreasi

S. Keindahan

S. Produksi

Gambar 5. Konsep Jaringan Sirkulasi

PENUTUP

Konsep pengembangan wisata agro sebagai usaha diversifikasi dalam meningkatkan

nilai tambah pengelolaan kebun harus berprinsip pada pengelolaan kawasan secara

berkelanjutan. Tujuan pengembangan kawasan berupa terjaga, termanfaatkan dan

terkelolanya lingkungan Kebun Wonosari sebagai kawasan budidaya dan wisata sehingga

fungsi budidaya, biofisik, lingkungan dan sosial dapat dirasakan sehingga dapat memuaskan

pengunjung selain produktivitas kebun yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 1989. Konservasi tanah dan air. Penerbit IPB. Bogor. 281 p.

Baskara, M, 1998, Perencanaan Lanskap Pengembangan Arboretum Sumber Brantas Sebagai Obyek Wisata Alam, Jurusan Budi Daya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak dipublikasikan).

Douglass, R.W. 1982. Forest recreation. Pergamon press. New York. 326 p.

Gold, S.M. 1980. Recreation planning and design. McGraw Hill Book Co. New York. 332 p.

Samingan, T. 1989. Metoda dan teknik analisis vegetasi alam. Makalah KursusPenyusunan AMDAL Angkatan VII. Kerjasama Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup IPB. Bogor, 18 p.

.