Proses Penyembuhan Tulang Fk

6
PROSES PENYEMBUHAN TULANG OLEH: RISDYA MARTHA W. (08700182) DIAH AYU PITALOKA (08700191)

description

Presentasi kasus medis

Transcript of Proses Penyembuhan Tulang Fk

PROSES PENYEMBUHAN TULANG

OLEH:

RISDYA MARTHA W. (08700182)DIAH AYU PITALOKA (08700191)

PROSES PENYEMBUHAN TULANG

Biasanya dikira bahwa, agar menyatu, fraktur harus diimobilisasi. Bukan demikian halnya karena, dengan beberapa kekecualian, fraktur akan menyatu baik dibebat atau tidak; sesungguhanya , tanpa suatu mekanisme alami untuk menyatu, hewan darat hampir tidak mungkin muncul dalam evolusi. Tetapi, tidak benar bila dianggap bahwa penyatuan akan terjadi jika duatu fraktur dibiarkan tetap bergerak bebas; pada beberapa tahap ujung tulang harus relative diistirahatkan dibandingkan yang lain. Tetapi ahli bedah tidak harus mengimobilisasi secara artificial- Alam dapat melakukannnya dengan kalus; dan kalus terbentuk karena bereaksi terhadap gerakan, bukan terhadap pembebatan. Sebagian beasar fraktur dibebat, tidak untuk memastikan penyatuan, tetapi (1) untuk meringankan nyeri, (2) untuk memastikan bahwa penyatuan terjadi pada posisi yang baik dan (3) untuk memungkinkan gerakan lebih awal dan mengembalikan fungsi.Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang menakjubkan. Tidak seperti jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa jaringan parut. Pengertian tentang reaksi tulang yang hidup dan periosteum pada penyembuhan fraktur merupakan dasar untuk mengobati fragmen fraktur. Proses penyembuhan pada fraktur mulai terjadi segera setelah tulang mengalami kerusakan apabila lingkungan untuk penyembuhan memadai sampai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis yang penting seperti imobilisasi fragmen tulang secara fisik sangat penting dalam penyembuhan, selain itu factor biologis yang juga merupakan suatu factor yang sangat esensial dalam penyembuhan fraktur. Proses penyembuhan fraktur berbeda pada tulang kortikal pada tulang panjang serta tulang kanselosa pada metafisis tulang panjang atau tulang-tulang pendek, sehingga kedua jenis penyembuhan fraktur ini harus dibedakan.

Proses penyembuhan fraktur pada tulang terdiri atas 5 fase, yaitu:

1. Fase Hematoma

Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil yang melewati kanalikuli dalam system Haversian mengalami robekan pada daerah fraktur dan akan membentuk hematoma di antara kedua sisi fraktur. Hematoma yang besar diliputi oleh periosteum. Periosteum akan terdorong dan dapat mengalami robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi sehingga dapat terjadi ekstravasasi darah ke dalam jaringan lunak.

Osteosit dengan lakunanya yang terletak beberapa millimeter dari daerah fraktur akan kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu daerah cincin avaskular tulang yang mati pada sisi-sisi fraktur segera setelah fraktur.2. Fase Proliferasi seluler subperiosteal dan endostealDalam 8 jam setelah terjadinya fraktur, terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel-sel osteogenik yang berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus eksterna serta pada daerah endosteum membentuk kalus interna sebagai aktifitas seluler dalam kanalis medularis. Apabila terjadi robekan yang hebat pada periosteum, maka penyembuhan sel berasal dari diferensiasi sel-sel mesenkimal yang tidak berdiferensiasi ke dalam jaringan lunak. Pada tahap awal dari penyembuhan fraktur ini terjadi pertambahan jumlah dari sel-sel osteogenik yang memberi pertumbuhan yang cepat pada jaringan osteogenik yang sifatnya lebih cepat dari tumor ganas. Jaringan seluler tidak terbentuk dari organisasi pembekuan hematoma suatu daerah fraktur. Setelah beberapa minggu, kalus dari fraktur akan membentuk suatu massa yang meliputi jaringan osteogenik. Pada pemeriksaan radiologis kalus belum mengandung tulang sehingga merupakan suatu daerah radiolusen.3. Fase pembentukan kalus (fase union secara klinis)Setelah pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen sel dasar yang berasal dari osteoblas dan kemudian pada kondroblas membentuk tulang rawan. Tempat osteoblas diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan perlekatan polisakarida oleh garam-garam kalsium membentuk suatu tulang yang imatur. Bentuk tulang ini disebut sebagai woven bone. Pada pemeriksaan radiologis kalus atau woven bone sudah terlihat dan merupakann indikasi radiologic pertama terjadinya penyembuhan fraktur.Sementara tulang fibrosa yang imatur menjadi lebih padat, gerakan pada tempat fraktur semakin berkurang dan pada empat minggu setelah cedera fraktur menyatu.4. Fase konsolidasi (fase union secara radiologic)Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan diubah menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi struktur lamellar dan kelebihan kalus akan diresorpsi secara bertahap. Sistem itu sekarang cukup kaku untuk memungkinkan osteokals menerobos melalui reruntuhan garis fraktur, dan dekat dibelakangnya osteoblas mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang cukup kuat untuk membawa beban yang normal5. Fase Remodelling Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru membentuk bagian yang menyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis medularis. Pada fase remodeling ini, perlahan-lahan terjadi resorbsi secara osteoklasik dan tetap terjadi proses osteoblastik pada tulang dan kalus eksterna secara perlahan-lahan menghilang. Kalus Intermediet berubah menjadi tulang yang kompak dan berisi system Haversian dan kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk membentuk ruang sumsum.Akhirnya, dan terutama pada anak-anak, tulang akan memperoleh bentuk yang mirip dengan bentuk normalnya.

(Sumber: Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi hal 364-365)

(Sumber: Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley hal 240-241)