Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

78
PROSES PEMINDAHAN PEDAGANG SATWA PASAR NGASEM KE PASTY (PASAR SATWA DAN TANAMAN HIAS YOGYAKARTA) Tugas Akhir Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh derajat Sarjana Teknik IHSAN ARISWANTO 04/177422/TK/30034 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2013

description

Pemindahan lokasi sebuah kawasan perdagangan adalah salah satu halyang vital dalam dunia perencanaan wilayah dan kota. Di Indonesia, pemindahansebuah lokasi perdagangan tidak jarang menimbulkan konflik. Sebuah2pemindahan yang damai, bisa dikatakan sebagai sebuah prestasi dari pemerintahdaerah yang bersangkutan.Seperti halnya yang terjadi pada perpindahan Pasar Ngasem ini, konflikdapat diminimalkan, bahkan hampir tidak terdapat konflik sama sekali. Sebuahdeskripsi historis yang mendetail merangkum berbagai sisi pandangan menjadi halyang penting sebagai dokumentasi yang mempermudah berbagai pihak untukmempelajari dan menerapkan kembali dalam kasus dan kondisi serupa.

Transcript of Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

Page 1: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

PROSES PEMINDAHAN PEDAGANG SATWA PASAR NGASEM KEPASTY (PASAR SATWA DAN TANAMAN HIAS YOGYAKARTA)

Tugas AkhirDiajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh derajat

Sarjana Teknik

IHSAN ARISWANTO04/177422/TK/30034

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAJURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

2013

Page 2: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

1KATA PENGANTAR

Sebelum jauh membaca buku ini, penulis mengingatkan pada para pembacabahwa, meskipun tulisan ini seharusnya adalah tulisan ilmiah, akan tetapi karenaketidakfokusan penulis dalam melakukan riset, dan kegagalan penulis untukdisiplin berkonsultasi dengan pembimbing, buku ini mengalami beberapakesalahan yang mengurangi bobot ilmiahnya. Buku ini ditulis dalam keadaaansangat mendesak, sewaktu penulis sudah terancam dengan drop out dariUniversitas Gadjah Mada.

Terlepas dari itu semua, penulis menjamin bahwa data-data penelitian yang ada didalamnya adalah valid, hanya saja hasil analisis dan kesimpulan, masih perludilakukan pembenahan.

Meskipun penulis merasa malu untuk menyebut nama-nama besar berikut ini,namun, tanpa mereka penulis tidak akan bisa menyelesaikan buku ini. Penulismengucapkan terima kasih kepada:

• Prof. Achmad Djunaedi, pembimbing dalam penulisan buku ini, meskipunpenulis gagal untuk mengecap ilmu akademisnya, namun ilmu kehidupanyang beliau ajarkan tidak akan pernah luntur.

• Bapak Sani dan Bapak Retno Widodo, sebagai penguji dalam ujianpendadaran yang telah memberi banyak masukkan untuk masa depanpenulis.

• Bapak Aris dan Bu Kurnia, yang tanpa lelah mendorong penulismenyelesaikan buku ini.

• Seluruh staf JUTAP UGM yang memberi kesempatan penulis untuk lepasdari ancaman drop out.

Selain itu, tanpa bantuan dana dan moril dari keluarga, serta kawan-kawan PWKUGM, terutama dari angkatan 2003, 2004, 2005, dan 2006, serta kawan-kawandari komunitas lainnya, penulis tidak akan pernah bisa merampungkan kewajibanakademisnya. Hanya ucapan terima kasih yang bisa penulis berikan pada mereka.

Sleman, 3 Februari 2013

IHSAN ARISWANTO

i

Page 3: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

Alhamdulillahi rabbil 'alamin, nahmaduhu wa nasta'inuhu wa nastaghfiruhu, wa na'udzubillahi minsyururi anfusinaa wa sayyiati a'malina, man yahdillahu fa laa mudhillalah, wa man yudhlil fa laahadiyalahu.

Asyhadu an Laa ilaaha illallah wahdahu laa syarikalah, wa laa na''budu illa iyyah, mukhlishiinalahuddiin, walau karihal kafirun, walau karihal munafiqun, walau karihal mulhidun

Wa asyhadu anna sayyidina Muhammadin shalallahu 'alaihi wa aalihi wa baarik wassalam,'abduhu wa rasuuluhu., laa nabiyya ba'dahu. Huwannuuru yahdill haqq.

Allahumma shalli wa sallim 'alaa sayyidina, wa habibina, wa maulana, wa syafi'ina Muhammadinshalallahu 'alaihi wa aalihi wa baarik wassalam, kamaa shalaita 'alaa sayyina Ibrahim wa 'ala aalisayyidinaa Ibrahim

Alfatihah penulis hadiahkan kepada Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa aalihi wa baarikwassalam, beserta keluarganya, sahabat-sahabat beliau, juga kepada para ulama , para guru-guru yang membawa jalur Islam, khususnya kepada Sultan Para Wali, Syaikh Abdul Qadir Jailani,juga pada segenap ulama dalam thariqah Bani 'Alawi, khususnya Al-Faqih Muqaddam, Guru kamiHabib Munzir Al-Musawwa, Habib Syech bin Abdul Qadir As-Segaf, Habib Naufal bin MuhammadAl-Aydrus, serta para guru lain baik dalam jalur Ba'alawi maupun di luarnya.

Alfatihah juga teruntuk bagi almarhum kakek kami, Kyai Wignyo Wiyadi, adik kami yang telahmendahuli, Nyai Ahad Pahing, Kyai Gonosri Legi, Kyai Gonosari Kliwon, dan seluruh arwah baikleluhur, maupun keluarga kami, serta muslimin muslimat semua, baik yang hidup maupun wafat.

Bagi mereka semua... Alfatihah...

Terima kasih untuk: Bapak dan Simbok, Prof Djun guru kehidupan bagipenulis, pak Aris yang seperti bapak kandung kami di kampus, Bu Niayang ikhlas membantu kami, Dewi yang tak lelah membantu danmenyayangi, Mc dan Bolu, Zaki, Iwan, Nini, Wahyu ndut, bu Erika & BuIsti, Imam & Dika, semua yang dulu di kontrakan Cuwi, PWK 04semuanya, tak muat saya menyebut satu-satu :), Mas Akhid, Ajeng, Arul,Ario, dan semua PWK 03, Jito dkk di PWK 05, Budis dkk di PWK 06,Dimas dll di PWK 07, kawan-kawan OMMB, kawan-kawan PPNU, SyekhWahyudi atas doa-doanya, KH A.Zabidi guru kami, Aris & Si Doel, Andyadan Alfa di K-73, Novi T.Sipil, aksel Delayota semuanya

ii

Page 4: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

BAB IPENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................11.1.1 Melihat Situasi Pemindahan Pedagang Di Indonesia............................11.1.2 Pemindahan Pedagang Satwa Pasar Ngasem........................................21.1.3 Communicative Planning.......................................................................3

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4

1.3 Pertanyaan Penelitian.........................................................................................4

1.4 Tujuan Penelitian................................................................................................5

1.5 Batasan Penelitian..............................................................................................51.5.1 Batasan Isi..............................................................................................51.5.2 Batasan Tempat......................................................................................51.5.3 Batasan Waktu.......................................................................................6

1.6 Manfaat Penelitian.............................................................................................6

1.7 Keaslian Penelitian.............................................................................................6

BAB IITINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................9

2.1 Konsep Proses Pembangunan............................................................................92.1.1 Pentingnya Proses Dalam Pembangunan Masyarakat...........................92.1.2 Prinsip-Prinsip Proses Pembangunan Masyarakat...............................10

2.2 Konsep Konflik................................................................................................122.2.1 Pengertian Konflik...............................................................................122.2.2 Konflik Dalam Pembangunan Dan Perubahan....................................152.2.3 Pencegahan Konflik Dalam Proses Pembangunan..............................15

2.3 Konsep Perencanaan Komunikatif (Communicative Planning)......................162.3.1 Teori Communicative Action Oleh Habermas.....................................162.3.2 Konsep Communicative Planning Dalam Proses Perencanaan...........17

BAB IIIMETODE PENELITIAN....................................................................................20

3.1 Pendekatan Penelitian......................................................................................20

3.2 Teknik Pengumpulan Data...............................................................................213.2.1 Wawancara...........................................................................................213.2.2 Observasi Langsung............................................................................213.2.3 Studi Dokumen....................................................................................22

iii

Page 5: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

3.2.4 Studi Pustaka.......................................................................................22

3.3 Instrumen Penelitian.........................................................................................223.3.1 Cara Analisis Data...............................................................................23

3.4 Tahapan Penelitian...........................................................................................233.4.1 Tahapan Sebelum Penelitian................................................................233.4.2 Tahapan Pengumpulan Data................................................................233.4.3 Tahapan Analisis Data.........................................................................24

BAB IVGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN...............................................25

4.1 Gambaran Umum Kota Yogyakarta.................................................................254.1.1 Letak Kota Yogyakarta........................................................................254.1.2 Administrasi Dan Luasan....................................................................254.1.3 Topografi Kota Yogyakarta..................................................................284.1.4 Kependudukan Kota Yogyakarta.........................................................284.1.5 Perekonomian Kota Yogyakarta..........................................................29

4.2 Gambaran Umum Kecamatan Kraton..............................................................304.2.1 Letak Kecamatan Kraton.....................................................................304.2.2 Kondisi, Luasan, Dan Pembagian Administratif.................................324.2.3 Kependudukan Dan Perekonomian.....................................................33

4.3 Gambaran Umum Kecamatan Mantrijeron......................................................334.3.1 Kependudukan Mantrijeron.................................................................35

BAB VTEMUAN DAN PEMBAHASAN.......................................................................36

5.1 Perkembangan Pasar Ngasem dan Pasty..........................................................365.1.1 Perkembangan Pasar Ngasem..............................................................365.1.2 Perkembangan PASTY........................................................................435.1.3 Pembagian Periode Proses Pemindahan Pasar Ngasem......................50

5.2 Periode Pra-Rencana Penataan Kawasan Taman Sari......................................52

iv

Page 6: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

DAFTAR TABEL

Tabel 1.7.1: Keaslian Penelitian...............................................................................7Tabel 2.3.1 Contoh keterangan tabel......................................................................15Tabel 2.4.1 Contoh tabel bentuk lebar....................................................................18

v

Page 7: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1: Segitiga Konflik Menurut Galtung....................................................12Gambar 2.2 Contoh keterangan gambar.................................................................15Gambar 2.3 Contoh keterangan gambar berikutnya..............................................16

vi

Page 8: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.1.1 Melihat Situasi Pemindahan Pedagang di Indonesia

Pemindahan pedagang yang berujung konflik ternyata bukan hal yang

jarang di negara ini. Dari pemberitaan di media, maupun pengalaman yang

didapati sehari-hari dapat dillihat bagaimana proses pemindahan terkadang

menimbulkan pertentangan, terutama dari kalangan pedagang. Beberapa lokasi

perdagangan yang hendak dipindah terpaksa harus digusur paksa dengan

menurunkan aparat (dalam hal ini biasanya Satuan Polisi Pamong Praja),

sementara dalam prosesnya diwarnai demonstrasi yang masif.

Tentu saja kondisi konflik tersebut sangat jauh dari kondisi ideal yang

diharapkan oleh pemerintah maupun masyarakat. Adanya ketidaksepahaman

ataupun perbedaan cara berfikir antara pedagang dan pemerintah disinyalir

sebagai sebab terjadinya konflik dalam pemindahan lokasi perdagangan.

Sementara pandangan yang sering ditemui di media adalah pemerintah seringkali

disalahkan dan dianggap tidak berpihak pada rakyat kecil.

Di tengah berbagai kondisi tidak ideal tersebut, ternyata terdapat beberapa

keberhasilan yang dicapai oleh beberapa pemerintah kota. Salah satu keberhasilan

tersebut adalah di Kota Yogyakarta yang berhasil memindahkan pedagang satwa

dari Pasar Ngasem ke Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta.

1

Page 9: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

1.1.2 Pemindahan Pedagang Satwa Pasar Ngasem

Pasar Satwa Ngasem Yogyakarta yang telah beroperasi sejak tahun 1960

akhirnya ditutup untuk sementara pada tanggal 22 April 2010. Bekas Pasar

Ngasem ini dikembangkan untuk pasar wisata yang diisi pedagang tradisional,

pedagang suvenir, serta tempat wisata kuliner yang mendukung fungsi wisata

kawasan Taman Sari.

Ditandai dengan sebuah kirab budaya meriah, sebanyak 287 pedagang

Pasar Ngasem berpindah dan menempati lokasi baru yaitu PASTY (Pasar Satwa

dan Tanaman Hias Yogyakarta) yang berada di kawasan Mantrijeron, Jalan

Bantul, di bagian selatan Kota Yogyakarta. Sebuah perpindahan monumental

karena Pasar Ngasem selama ini telah menjadi salah satu simbol tradisi dan

simbol sejarah Yogyakarta.

Pemindahan pedagang Pasar Ngasem ini merupakan salah satu solusi

terpadu penataan Kota Yogyakarta. Paling tidak, dalam pemindahan ini telah

tercakup dua hal: penataan kawasan cagar budaya Taman Sari dan pengembangan

kawasan selatan Kota Yogyakarta. Gubernur Yogyakarta mengungkapkan bahwa

perpindahan ini tidak hanya menguntungkan bagi Kota Yogyakarta, namun juga

bagi Kabupaten Bantul (www.pemda-diy.go.id/berita tanggal 10 April 2010,

diakses Desember 2010).

Pemindahan lokasi sebuah kawasan perdagangan adalah salah satu hal

yang vital dalam dunia perencanaan wilayah dan kota. Di Indonesia, pemindahan

sebuah lokasi perdagangan tidak jarang menimbulkan konflik. Sebuah

2

Page 10: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

pemindahan yang damai, bisa dikatakan sebagai sebuah prestasi dari pemerintah

daerah yang bersangkutan.

Seperti halnya yang terjadi pada perpindahan Pasar Ngasem ini, konflik

dapat diminimalkan, bahkan hampir tidak terdapat konflik sama sekali. Sebuah

deskripsi historis yang mendetail merangkum berbagai sisi pandangan menjadi hal

yang penting sebagai dokumentasi yang mempermudah berbagai pihak untuk

mempelajari dan menerapkan kembali dalam kasus dan kondisi serupa.

1.1.3 Communicative Planning

Dari sisi akademik, tampaknya pendekatan komunikatif dalam khasanah

perencanaan wilayah dan kota telah banyak diterapkan di berbagai tempat di

Indonesia. Communicative planning yang lebih mengedepankan dialog dan

kebersamaan mulai dirasakan keberhasilannya.

Sebelum pemindahan pedagang Ngasem ini, Pemerintah Kota Yogyakarta

juga telah berhasil melakukan pemindahan pedagang klithikan dari Jalan

Mangkubumi ke Pasar Pakuncen dengan pendekatan komunikatif. Seperti

dikatakan walikota Yogyakarta, Herry Zudianto, pemindahan pedagang Ngasem

juga menggunakan cara yang hampir sama seperti pemindahan pedagang

klithikan. Demikian juga di Surakarta, tahun 2006 Pemerintah Kota Surakarta juga

memindahkan PKL dengan metode communicative planning.

Tidak adanya satu metode yang khusus dalam penerapan Communicative

Planning menghasilkan cara yang berbeda-beda dalam pelaksanaannya di

lapangan (Veeroja, 2012). Penerapan dalam satu kasus bisa jadi berbeda dengan

3

Page 11: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

penerapan untuk kasus lain. Bagaimana penerapan communicative planning dalam

pemindahan pedagang satwa Pasar Ngasem akan bisa ditemukan dengan

memahami proses pemindahan dari awal hingga selesainya pemindahan.

1.2 Rumusan Masalah

Penulis tergerak untuk melakukan penelitian terhadap proses pemindahan

pedagang pasar Ngasem tersebut dengan maksud untuk bisa mendapatkan

gambaran utuh tentang bagaimana perpindahan tersebut dapat berjalan dengan

mulus tanpa ada konflik yang berarti.

Sebagai bagian dari upaya dokumentasi atas pemindahan pedagang satwa

Pasar Ngasem, peneliti akan mendeskripsikan proses pemindahan, dari sejak

rencana pemindahan digulirkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta hingga

terjadinya perpindahan tanggal 22 April 2010. Peneliti menitikberatkan pada

upaya pencegahan maupun peredaman konflik dalam proses pemindahan ini.

Setelah itu, peneliti akan mencari faktor-faktor yang mempengaruhi

pemindahan pedagang satwa Pasar Ngasem ini bisa berjalan dengan mulus tanpa

adanya konflik dengan mengacu pada konsep communicative planning dari teori

para pakar.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah pada nomor 1.2 maka disusun pertanyaan

penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana proses pemindahan pedagang Pasar Satwa Ngasem ke Pusat

Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta?

4

Page 12: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

2. Faktor-faktor apa yang menjadi sebab keberhasilan pemindahan pedagang

satwa Pasar Ngasem tanpa konflik?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan proses pemindahan Pasar Ngasem ke Pasar Satwa dan

Tanaman Hias Yogyakarta (PASTY) dengan memaparkan dalam bentuk

narasi kronologis dengan mendasarkan pada wawancara maupun dokumen

yang sudah ada.

2. Menggali faktor-faktor pencegahan dan peredaman konflik selama proses

pemindahan Pasar Ngasem dengan analisis communicative planning.

1.5 Batasan Penelitian

1.5.1 Batasan Isi

Isi yang diteliti adalah segala proses yang dilaksanakan Pemerintah Kota

Yogyakarta beserta pihak-pihak lain yang terkait dalam upaya pemindahan Pasar

Ngasem. Selanjutnya dari proses tersebut dianalisis untuk menemukan faktor-

faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemindahan pedagang.

1.5.2 Batasan Tempat

Penelitian mengambil tempat di bekas Pasar Satwa Ngasem yang telah

dikembangkan menjadi Pasar Wisata dan di PASTY sebagai tempat berdagang

yang baru bagi pedagang satwa.

1.5.3 Batasan Waktu

5

Page 13: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

Rentang waktu yang diamati oleh peneliti adalah sejak digulirkannya

rencana pemindahan pedagang satwa Pasar Ngasem sampai dua tahun setelah

terjadinya pemindahan pedagang. Adapun waktu pelaksanaan penelitian adalah

mulai September 2012 sampai dengan Februari 2013.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai

berikut bagi dunia akademis, khususnya bidang Perencanaan Wilayah dan Kota,

diharapkan penelitian ini dapat memperkaya khasanah pemikiran dalam

pembelajaran manajemen konflik dan penerapan communicative planning.

Bagi pemerintah, penelitian ini dapat menjadi salah satu penelitian yang

bisa dipetik pelajarannya ketika akan melakukan sebuah pemindahan tempat

perdagangan, tentunya dengan menyesuaikan pada kondisi dan situasi setempat.

Bagi kalangan umum, penelitian ini diharapkan dapat menjadi alat

dokumentasi dan bahan pembelajaran publik. Khusus bagi warga Kota

Yogyakarta, penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat untuk membangun

sikap saling percaya antara warga dengan pemerintah.

1.7 Keaslian Penelitian

Dalam menentukan keaslian penelitian ini, dicari penelitian lain dengan

tema dan pendekatan yang serupa dengan yang dilakukan oleh peneliti. Terdapat

banyak penelitian tentang relokasi pedagang namun terkait dengan Pedagang Kaki

Lima (informal) yang berbeda dengan fokus penelitian ini yaitu pedagang formal.

6

Page 14: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

Beberapa penelitian lain yang penulis temukan terkait dengan pemindahan

pedagang pasar Ngasem, maupun hal terkait seperti revitalisasi Pasar Ngasem

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.7.1: Keaslian Penelitian

Judul dan TahunNama

PenelitiInstitusi

Perbedaan denganPenelitian Ini

Proses Relokasi PKL Pasar '45Banjarsari (2012)

Rahmi Fitritara

PWK UGMPenelitian memfokuskan pada PKL di Pasar '45 Banajarsari

Kajian Modernisasi Pengelolaan Pasar Tradisional Berbasis Modal Sosial

Kementrian PU

Kementrian PU

Penelitian memfokuskan pada modal sosial dengancakupan pasar-pasar dari beberapa kota termasuk Yogyakarta

Video Dokumenter Pasar Ngasem (2010)

Hermawan Sapto Purnomo

STMIK AMIKOM

Penelitian memfokuskan pada pembuatan video dokumenter dengan mengambil lokasi Pasar Ngasem pada saat pemindahan berlangsung

Relokasi Pasar Ngasem dalamSurat Kabar (2011)

Mario Antonius Birowo

UniversitasAtma Jaya

Penelitian memfokuskanpada pemberitaan di suratkabar tentangpemindahan pedagangPasar Ngasem

7

Page 15: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

2BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Proses Pembangunan

2.1.1 Pentingnya Proses dalam Pembangunan Masyarakat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu arti dari kata proses

adalah runtunan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu

(http://pusatbahasa.kemendiknas.go.id/kbbi).

Dalam teori pembangunan terdapat minimal dua pemahaman mengenai

pencapaian pembangunan. Kedua hal tersebut adalah pembangunan yang

berorientasi pada hasil akhir dan pembangunan yang berorientasi pada proses (Ife

dan Tesoriero, 2008). Ife dan Tesoriero tampaknya membandingkan kedua

pemahaman tersebut secara berhadapan.

Pembangunan yang berorientasi pada hasil akhir, menggunakan

mekanisme pemisahan antara tujuan dengan sarana. Meskipun bisa mencapai

tujuan dengan lebih cepat, namun pembangunan dengan orientasi hasil akhir dapat

terjatuh pada penghalan segala sarana untuk mencapai tujuan pembangunan,

termasuk penggunaan kekerasan (Ife dan Tesoriero, 2008).

Selanjutnya, keduanya menjelaskan bahwa dalam mengevaluasi proyek

pembangunan masyarakat, siapapun harus melihat pada proses. Dalam

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, proses harus lebih dikedepankan

daripada hasil akhir. Proses yang baik akan mendorong masyarakat untuk

8

Page 16: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

menentukan tujuan mereka dan tetap menguasai perjalanan dalam mewujudkan

tujuan akhir. (Ife dan Tesoriero, 2008).

2.1.2 Prinsip-Prinsip Proses Pembangunan Masyarakat

Proses pembangunan yang baik memiliki prinsip-prinsip berikut (Ife dan

Tesoriero, 2008).

1. Memadukan antara proses, hasil, dan visi pembangunan. Orientasi pada

proses tidak berarti mengorbankan hasil akhir, tetapi tetap berpedoman

pada visi pembangunan. Adapun visi tersebut harus menghormati proses.

2. Integritas proses, yaitu bahwa proses harus dijaga agar tetap sesuai dengan

visi pembangunan yang akan diwujudkan.

3. Menumbuhkan kesadaran masyarakat dengan cara saling berbagi

pengalaman antara pemerintah dengan masyarkat.

4. Menjalankan kerjasama dan konsensus. Pemerintah sebagai pelaksana

pembangunan selalu mengajak masyarakat dalam proses pembangunan

serta menetapkan kesepakatan bersama dalam merumuskan dan

melaksanakan rencana pembangunan.

5. Menetapkan langkah-langkah (tahapan) pembangunan. Pembangunan

yang berorientasi pada proses memang memakan waktu yang lebih lama.

6. Pembangunan dilaksanakan dengan menetapkan tahapan-tahapan untuk

dijalani bersama antara pemerintah dengan masyarakat.

9

Page 17: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

7. Mengedepankan perdamaian dan menghindari kekerasan. Pelaksana

pembangunan wajib mendahulukan prinsip-prinsip damai dan tidak

menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan.

8. Menerapkan prinsip inklusivitas, yaitu bahwa setiap golongan

diikutsertakan tanpa membeda-bedakan sesuai dengan posisi masing-

masing.

9. Menerapkan community buiding (pembangunan masyarakat) dengan cara

menumbuhkan sikap saling membutuhkan antara pihak-pihak yang terlibat

dalam pembangunan.

Selain prinsip-prinsip di atas, dalam praktik pelaksanakan suatu perubahan

dalam proses pembangunan masyarakat hendaknya selalu dilakukan hal-hal

berikut (Soetomo, 2009):

1. masyarakat perlu diikutsertakan dalam pemecahan masalah,

2. kegiatan dilaksanakan atas dasar kesepakatan bersama,

3. memahami adanya berbagai perbedaan pendapat dan persepsi dalam

masyarakat,

4. terjadi mekanisme saling mengisi antara unsur dalam masyarakat guna

melakukan adopsi perubahan,

5. memberikan peluang bagi adanya revisi/modifikasi dalam proses yang

sedang berjalan.

10

Page 18: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

2.2 Konsep Konflik

2.2.1 Pengertian Konflik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu arti dari kata konflik

adalah percekcokan, perselisihan, pertentangan; sedangkan konflik sosial

diartikan sebagai pertentangan antaranggota masyarakat yang bersifat menyeluruh

dalam kehidupan ( http://pusatbahasa.kemendiknas.go.id/kbbi).

Penjelasan konflik menurut berbagai pakar ilmu sosial sebagai berikut

(Waluya, 2009):

1. menurut Robert Lawang konflik dapat diartikan sebagai benturan kekuatan

dan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lain dalam proses

perebutan sumber-sumber kemasyarakatan (ekonomi, politik, sosial, dan

budaya) yang relatif terbatas,

2. menurut Kartono konflik merupakan proses sosial yang bersifat

antagonistik dan terkadang tidak bisa diserasikan krena dua belah pihak

yang berkonflik memiliki tujuan, sikap, dan struktur nilai yang berbeda,

yang tercermin dalam berbagai bentuk perilaku perlawanan, baik yang

halus, terkontrol, tersembunyi, tidak langsung, terkamuflase, maupun yang

terbuka dalam bentuk tindak kekerasan.

Konsep konflik memiliki banyak dimensi dan bisa dilihat sesuai dengan

sudut pandang pengamatnya dan sesuai dengan tujuan analisis si pengamat

(Rummel, 1976). Dalam penelitian ini, istilah konflik dimaksudkan sebagai

konflik yang terjadi dalam proses pembangunan.

11

Page 19: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

2.2.2 Penyebab Konflik

Untuk memahami munculnya konflik, dapat dilihat tiga komponen yang

membentuk konflik yaitu sikap, perilaku, dan kontradiksi (Galtung, 2003) Ketiga

komponen tersebut tergambar dalam “segitiga konflik” berikut.

Sumber: Galtung (2003:54)

Sikap adalah cara berfikir dan kesadaran yang ada pada diri seseorang,

sedangkan perilaku adalah tindakan seseorang dalam menyikapi sebuah peristiwa

(Galtung, 2003).

Kontradiksi, dijabarkan oleh Galtung (2003) sebagai keadaan-tujuan yang

tidak cocok dalam suatu sistem pencapaian tujuan. Tujuan dalam hal ini

dimaksudkan sebagai sesuatu yang ingin dicapai, sedangkan keadaan-tujuan

adalah tercapainya tujuan (Galtung, 2003).

Menurut Galtung (2003) konflik terjadi dengan rumus berikut:

Konflik = Sikap + Perilaku + Kontradiksi

12

Page 20: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

Artinya konflik timbul ketika ada ketiga komponen tersebut, yaitu sikap

menentang, adanya perilaku menentang, dan ada kontradiksi yang merupakan

peristiwa.

Pruit dan Rubin dalam (Soetomo, 2009) menyebutkan penyebab timbulnya

konflik adalah:

1. timbulnya berbagai aspirasi dari tiap individu, bahwa mereka mampu

untuk mendapatkan suatu objek berharga untuk diri mereka sendiri, serta

merasa berhak atas objek tersebut;

2. terjadinya kesenjangan antara aspirasi dengan prestasi, yaitu bahwa

aspirasi yang ada berkembang dengan sangat pesat namun tidak ada

alternatif nyata yang bisa memuaskannya;

3. ambiguitas pada persepsi terhadap kekuasaan yang membuat satu pihak

merasa lebih kuat daripada pihak lainnya;

4. lemahnya aturan dan norma yang berakibat membentuk cara pandang

individu terhadap hak-haknya yang terkadang tidak cocok dengan individu

lainnya;

5. cemburu terhadap kelompok lain yang menyebabkan satu kelompok

mencoba memaksakan aspirasinya pada kelompok lain;

6. munculnya kelompok penentang yang berusaha memperjuangkan

aspirasinya serta merasa terpisah dari kelompok lain.

13

Page 21: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

2.2.2 Konflik dalam Pembangunan dan Perubahan

Konflik dalam pembangunan dan perubahan masyarakat bisa terjadi antara

sesama anggota masyarakat maupun antara masyarakat dengan pemerintah.

Konflik antara sesama masyarakat biasa disebut konflik horizontal, sedangkan

konflik antara masyarakat dengan pemerintah biasa disebut konflik vertikal

(Waluya, 2009).

Pembahasan yang relevan dalam penelitian ini adalah tentang konflik

vertikal. Konflik vertikal dalam pembangunan bisa muncul di antaranya karena:

1. masyarakat merasa bahwa kegiatan pembangunan/perubahan yang ada,

bukanlah miliknya,

2. kegiatan perubahan tersebut tidak mendapat dukungan dari masyarakat

dan bukan merupakan kesepakatan dalam sistem. (Soetomo, 2009)

Mulkhan dalam (Suharyanto, 2008) menjelaskan penyebab konflik dalam

masyarakat adalah:

1. adanya struktur yang timpang yang menciptakan suatu individu atau

kelompok masyarakat yang inferior dan superior dimana pihak yang lebih

kuat “menginjak-injak” hak maupun kepentingan dari pihak yang lemah,

2. dalam pendistribusian sumberdaya-sumberdaya, terutama sumber

daya kunci tidak mencapai kata keadilan.

2.2.3 Pencegahan Konflik dalam Proses Pembangunan

Konflik yang terjadi dalam sebuah proses pembangunan atau perubahan

dalam masyarakat dapat dihindari jika pemerintah dan masyarakat sama-sama

14

Page 22: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

memahami pentingnya pembangunan tersebut.

Soetomo (2009) menyebutkan beberapa hal yang bisa dilakukan

pemerintah untuk meminimalkan timbulnya penolakan dan konflik dalam proses

pembangunan atau perubahan masyarakat sebagai berikut:

1. memberikan kesan bahwa perubahan tersebut akan mengurangi beban

masyarakat dan bukan menambah beban masyarakat,

2. memastikan bahwa perubahan tersebut tidak bertentangan dengan nilai-

nilai dasar dan idealisme yang sudah diterima masyarakat,

3. perubahan tersebut menawarkan jenis-jenis pengalaman baru yang

menarik,

4. perubahan tersebut tidak berkesan mengurangi otonomi masyarakat.

2.3 Konsep Perencanaan Komunikatif (Communicative Planning)

2.3.1 Teori Communicative Action oleh Habermas

Pendekatan komunikatif dalam proses perencanaan dikembangkan antara

lain dari pemikiran Jurgen Habermas dengan teori communicative action.

Habermas menekankan pentingnya komunikasi dan interaksi dalam membentuk

rasionalitas pemikiran seseorang (Connie, 2008).

Habermas menjelaskan bahwa posisi Communicative Action dalam

mencapai suatu tujuan adalah dalam lingkup pendekatan sosial dengan orientasi

untuk mendapatkan saling kesepahaman (Bolton, 2005). Posisi tersebut dapat

dilihat pada Gambar 2.2 berikut.

15

Page 23: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

sumber: Bolton (2005:32)

Dengan gambar di atas, Bolton (2005) menjelaskan bahwa instrumental

action berorientasi pada tercapainya tujuan dengan cara-cara non-sosial (teknis),

sedangkan strategic action melakukan pendekatan sosial dengan mengizinkan

aktor-aktor yang terlibat dalam pencapaian tujuan untuk turut mempengaruhi

tercapainya tujuan.

Pada titik yang berseberangan, communicative action berorientasi pada

tercapainya kesepakatan dalam menuju tujuan. Communicative action

menomorduakan tercapainya tujuan dengan lebih mementingkan saling

kesepahaman (Bolton, 2005).

2.3.2 Konsep Communicative Planning dalam Proses Perencanaan

Masuknya teori communicative action ke ranah perencanaan antara lain

melalui pemikiran John Forester, Tore Sager, Judith Innes, dan Patsy Healey. Para

16

Gambar 2.2: Posisi Communicative Action dalam Mencapai Tujuan

Page 24: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

pakar tersebut menerjemahkan communicative action yang berada dalam tataran

filosofis ke dalam communicative planning (Connie, 2008).

Stromberg (1999) merangkum pemikiran Sager dan Healey bahwa dalam

perencanaan komunikatif, perspektif yang digunakan adalah bagaimana kebijakan

dan strategi perencanaan dikembangkan dalam konteks sosial, sehingga

pemahaman dan kesepahaman diperoleh dari proses pembelajaran timbal balik

antara pihak yang berkepentingan (Stromberg, 1999).

Jauhiainen (dalam Veeroja, 2012) menjelaskan bahwa perencanaan

komunikatif adalah konsep yang luas dan tidak seragam, namun ada satu

kesamaan di antara para pemikir teori perencanaan yaitu bahwa proses

perencanaan komunikatif menekankan pentingnya partisipasi. Veeroja (2012)

merangkum pemikiran tentang perencanaan komunikatif dengan penekanan pada

kunci-kunci yang penting untuk diterapkan dalam proses perencanaan.

Rangkuman Veeroja selengkapnya dapat dilihat di Tabel 2.3.1 berikut.

Tabel 2.3.1: Rangkuman Pendapat Para Pakar tentang CommunicativePlanning

Nama Pakar Kunci Perencanaan Komunikatif

John Friedman - pembelajaran timbal balik antara pihak-pihak yang berkepentingan

- pembelajaran sosial bagi publik- pentingnya dialog dalam proses

perencanaan- pentingnya perilaku non-verbal

untuk dimengerti dalam proses perencanaan

17

Page 25: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

- bahasa yang mudah dimengerti oleh semua pihak

- mengatasi konflikJohn Forester - semua pihak yang

berkepentingan memperoleh informasi yang setara

- adanya partisipasi publik dalam pembuatan dan pelaksanaan rencana

- kemampuan mendengar aspirasi secara kritis

- pentingnya perilaku non-verbal untuk dimengerti dalam proses perencanaan

- mengerti adanya perbedaan kekuasaan antara pihak yang terlibat

- proses penceritaan (storytelling)untuk mencapai kesepahaman

Patsy Healey Menekankan perencanaan yang kolaboratif:

- pentingnya dialog- adanya diskusi terbuka- kesepahaman timbal balik

antara pihak yang terlibat dalamrencana

- partisipasi publik dalam proses perencanaan

- semua pengetahuan yang ada dihargai dalam proses perencanaan

Judith Innes dan David Booher - adanya proses pembelajaran- pentingnya dialog- partisipasi publik daam proses

perencanaan- proses perencanaan yang

terbuka (diketahui publik)- memahami pemahaman awal

dari setiap pihak yang terlibat

Sumber: Veeroja (2012)

18

Page 26: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

3BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Marshal dalam Sarwono (2006) mendefinisikan penelitian kualitatif

sebagai suatu proses yang mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih

baik mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia. Salah satu metode

yang digunakan dalam pendekatan kualitatif adalah studi kasus (Semiawan,

2010). Menurut Waluya (2009), metode studi kasus adalah suatu bentuk penelitian

yang intensif, terintegrasi, dan mendalam.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode studi

kasus guna mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai proses

pemindahan pedagang yang terjadi. Semiawan menjelaskan bahwa pemahaman

yang khusus dan mendalam terhadap sebuah kasus khusus yang terjadi di masa

lampau, dapat membantu individu, kelompok, atau masyarakat, dalam

menghadapi kasus serupa yang sedang atau akan dihadapi.

Patton dalam Semiawan (2010) menyebutkan tiga tahapan dalam penelitian

dengan metode studi kasus. Tahapan pertama adalah pengumpulan data mentah

terhadap individu, organisasi, tempat, program, yang menjadi dasar penulisan

studi kasus. Tahapan kedua adalah pemadatan, peringkasan, dan pengklasifikasian

data mentah yang telah diperoleh menjadi sebuah berkas yang mudah dijangkau

dan mudah diatur. Tahapan ketiga adalah penulisan laporan akhir dari kasus

19

Page 27: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

tersebut dalam bentuk narasi. Narasi dapat disajikan dalam bentuk kronologis,

sistematis, atau keduanya.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan studi

dokumen, dan studi pustaka.

3.2.1 Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap pihak yang terkait langsung terhadap

pemindahan pedagang Pasar Ngasem yaitu para pedagang sebagai objek

pemindahan, dan pemerintah Kota Yogyakarta sebagai subjek yang melakukan

pemindahan.

Wawancara terhadap pedagang dilakukan dengan mengambil perwakilan

dari setiap kelompok pedagang dengan prioritas pada tokoh-tokoh penting yang

mewakili kelompok. Wawancara dilakukan sampai memperoleh hasil yang jenuh

dan tidak ada informasi baru yang didapatkan. Wawancara terhadap pemerintah

Kota Yogyakarta dilakukan terhadap pemegang kekuasaan pada masa pemindahan

terjadi.

3.2.2 Observasi Langsung

Observasi langsung dilakukan dengan cara mengamati detail dari lokasi

bekas Pasar Ngasem dan detail dari PASTY. Hasil observasi langsung

didokumentasikan dalam bentuk foto.

20

Page 28: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

3.2.3 Studi Dokumen

Studi dokumen adalah pengumpulan data dari sumber sekunder yang

berupa rekaman video, foto, dan kesaksian tertulis dari pihak yang mengetahui

pemindahan pedagang Pasar Ngasem, kliping pemberitaan media cetak dan media

digital terkait dengan pemindahan pedagang Pasar Ngasem, baik sebelm terjadi

pemindahan, saat pemindahan, maupun setelah pemindahan, serta dokumen

perencanaan yang diterbitkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta.

3.2.4 Studi Pustaka

Tujuan studi pustaka adalah sebagai alat kendali dalam pengumpulan data,

agar data yang diperoleh adalah data valid yang sesuai dengan maksud dan tujuan

penelitian. Selain itu, studi pustaka juga menjadi pembanding dan acuan pada saat

analisis data. Studi pustaka dilakukan dengan mempelajari literatur seputar pasar,

kebijakan publik, relokasi, pencegahan konflik, serta proses perencanaan

komunikatif.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. daftar pertanyaan, sebagai panduan untuk wawancara,

2. alat rekam suara, untuk merekam wawancara,

3. komputer dan internet, untuk pengumpulan kliping dan wawancara

tertulis,

4. telepon seluler, kamera digital, dan alat tulis.

21

Page 29: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

3.3.1 Cara Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan:

1. membandingkan dan melakukan pengecekan silang antara satu data

dengan data lainnya agar diperoleh informasi yang valid,

2. mengkategorikan hasil penemuan ke dalam kelompok-kelompok data yang

dibuat sesuai dengan kronologi kejadian,

3. memaparkan hasil penelitian dalam bentuk deskripsi, dengan unit

informasi yang digunakan adalah kejadian yang terjadi dengan periode

tertentu yang mengikuti alur proses perencanaan, dimulai dari sejak

digulirkannya wacana pemindahan, hingga setelah terjadi pemindahan,

4. menarik kesimpulan dari hasil yang telah diperoleh.

3.4 Tahapan Penelitian

3.4.1 Tahapan Sebelum Penelitian

Tahapan sebelum penelitian berupa persiapan dan perzinan.

1. Persiapan yang dilakukan berupa studi pustaka, penyusunan proposal

penelitian, persiapan instrumen penelitian, penentuan objek wawancara,

dan kosultasi dengan pembimbing.

2. Perizinan yang diperlukan antara lain permohonan wawancara, dan

pengajuan surat izin survey.

3.4.2 Tahapan Pengumpulan Data

1. Pengumpulan kliping tentang pemindahan Pasar Ngasem dari media cetak

dan media digital.

22

Page 30: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

2. Observasi ke bekas lokasi Pasar Ngasem dan ke lokasi PASTY.

3. Wawancara dengan para pedagang yang berada di PASTY.

4. Wawancara langsung maupun tertulis dengan pejabat yang terkait dengan

pemindahan pedagang Pasar ngasem tahun 2010.

3.4.3 Tahapan Analisis Data

1. Mentranskrip wawancara dari bentuk rekaman menjadi tertulis.

2. Uji validitas data dengan cara membandingkan satu data dengan data lain.

3. Memadatkan data untuk mendapatkan informasi yang diperlukan.

4. Menyusun informasi menjadi sebuah narasi dalam susunan kronologis.

5. Mengidentifikasi hal-hal yang merupakan upaya peredaman dan

penghindaran konflik dalam proses pemindahan pedagang Pasar Ngasem

dan menuliskan dalam kesimpulan.

23

Page 31: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

4BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Kota Yogyakarta

4.1.1 Letak Kota Yogyakarta

4.1.2 Administrasi dan Luasan

24

Page 32: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

Sumber: www.jogjakota.go.id (Agustus 2012)

25

Gambar 4.1: Peta Administratif Kota Yogyakarta

Page 33: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

sumber: Rancangan RPJMD Kota Yogyakarta 2012-2016

26

Page 34: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

4.1.3 Topografi Kota Yogyakarta

4.1.4 Kependudukan Kota Yogyakarta

Jumlah penduduk Kota Yogyakarta selengkapnya dapat dilihat pada tabel

berikut.

27

Page 35: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

Sumber: Rancangan RPJMD Kota Yogyakarta 2012-2016

4.1.5 Perekonomian Kota Yogyakarta

Perkembangan perekonomian Kota Yogyakarta dapat dilihat dari

perkembangan pertumbuhan PDRB selama 4 (empat) tahun yaitu 2007 – 2010.

Berdasarkan harga konstan, nilai dan kontribusi sektor perdagangan, hotel dan

restoran adalah sektor yang memberikan sumbangan yang terbesar bagi PDRB

Kota Yogyakarta. Selengkapnya sumbangan tiap sektor terhadap PDRB Kota

Yogyakarta dapat dilihat pada tabel berikut.

28

Page 36: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

Sumber: Rancangan RPJMD Kota Yogyakarta 2012-2016

Jumlah Pasar yang terdapat di Kota Yogyakarta pada tahun 2008 mencapai

32 pasar yang menempati lahan seluas 124.847,07 m dengan 15.340

pedagang.Dari keseluruhan pasar yang ada, sekitar 79,62 persen pasar

sudah memiliki sarana dan prasarana yang memadai sedangkan 20,38 persennya

merupakan pasar tradisional dengan sarana prasarana yang masih sangat terbatas.

4.2 Gambaran Umum Kecamatan Kraton

4.2.1 Letak Kecamatan Kraton

Kecamatan Kraton berada di wilayah kota Yogyakarta dan merupakan

salah satu dari 14 Kecamatan di Kota Yogyakarta. Kecamatan Kraton berlokasi di

dalam benteng Kraton Ngayogyakarta. Peta wilayah kecamatan Kraton dapat

29

Page 37: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

dilihat pada gambar berikut.

Sumber: Kecamatan Kraton dalam Angka Tahun 2007

30

Gambar 4.2: Peta Wilayah Kecamatan Kraton

Page 38: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

4.2.2 Kondisi, Luasan, dan Pembagian Administratif

Sumber: Kecamatan Kraton dalam Angka Tahun 2007

31

Page 39: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

4.2.3 Kependudukan dan Perekonomian

4.3 Gambaran Umum Kecamatan Mantrijeron

Adapun pembagian administratif Kecamatan Mantrijeron dapat dilihat

pada tabel dan peta berikut.

32

Page 40: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

Sumber: Kecamatan Mantrijeron dalam Angka Tahun 2007

Sumber: www.jogjakota.go.id, diakses Agustus 2012

33

Page 41: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

4.3.1 Kependudukan Mantrijeron

34

Page 42: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

5BAB V

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Perkembangan Pasar Ngasem Dan Pasty

5.1.1 Perkembangan Pasar Ngasem

Pasar Ngasem sebelum pemindahan pedagang tahun 2010, adalah pasar

satwa peliharaan yang terlengkap di DIY dengan daya tarik utamanya adalah

burung peliharaan. Lokasinya berada di persimpangan antara Jalan Polowijan

dengan Jalan Ngasem. Posisi Pasar Ngasem berada di sebelah utara area Taman

Sari, berada dalam wilayah jeron benteng Kraton Ngayogyakarta. Pasar Ngasem

menempati tanah yang merupakan milik Kraton.

Pasar Ngasem secara resmi berdiri tahun 1960 dengan dipindahkannya

pedagang burung dari kawasan Beringharjo ke lokasi Taman Sari

(www.wartapasarjogja.com, diakses Desember 2012). Menurut penuturan

pemandu wisata Taman Sari, yang juga warga sekitar Ngasem, sekaligus abdi

dalem Kraton Ngayogyakarta, sebelum tahun 1960 pasar Ngasem sudah ada.

Dalam wawancara, beliau menyebutkan:

“Jauh sebelum itu mas. Kata Bapak saya itu waktu Serangan Umum 1

Maret 1949, Pasar Ngasem sudah ada. Kakek saya dulu ikut babat alas

waktu pertama bikin pasar yang bagian sayur itu. Kakek saya ada foto-

foto jaman itu, tapi sayang saya cari sudah gak ada kotak petinya yang

buat nyimpen.”

35

Page 43: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

Hal ini memperkuat tesis Rumah Budaya Tembi, Bantul yang mengatakan

bahwa Pasar Ngasem telah ada sejak abad 19. Pada publikasi di halaman situs

Rumah Budaya Tembi, (www.tembi.org, diakses Maret 2012), disebutkan bahwa

ditemukan satu foto tahun 1809 yang menggambarkan adanya perdagangan

burung di lokasi sekitar Taman Sari.

Sumber: www.tembi.org, diakses Desember 2012

Foto pada Gambar 5.1 di atas menggambarkan bahwa telah ada kios

pedagang burung ditandai dengan gantungan-gantungan sangkar di area yang

sekarang menjadi Pasar Ngasem tersebut. Sejak diresmikan tahun 1960, Pasar

Ngasem selanjutnya menjadi gabungan antara pasar tradisional dengan pasar

satwa peliharaan, khususnya burung.

36

Gambar 5.1: Pedagang Burung di Area Ngasem Tahun 1809

Page 44: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

Selain burung, pada perkembangannya, Pasar Ngasem juga mewadahi

pedagang satwa lain seperti ikan hias, reptil, kucing, anjing, kelinci, dan hewan-

hewan tertentu dipercaya sebgai obat seperti tokek dan kelelawar. Robi, penjual

reptil di PASTY yang dulunya juga berdagang di Ngasem, meyebutkan dalam

wawancara:

“Selain penggemar, ada juga dari kalangan mahasiswa biologi mas yang

butuh reptil. Kalo yang kalong sama codot biasa untuk obat asma.”

Dari penuturan Pak Sutaryoko, pemandu wisata Taman Sari, adanya Pasar

Ngasem sangat menunjang pariwisata Taman Sari. Disebutkan bahwa banyak turis

mancanegara yang tujuan utamannya adalah ke Pasar Ngasem, kemudian singgah

ke objek wisata Taman Sari. Menurut beliau, sejak tahun 2002, telah muncul

gagasan untuk melakukan renovasi area Taman Sari. Masih menurut beliau, Pada

tahun 2003, dengan adanya beberapa bantuan dana dari banyak pihak, proses

revitalisasi Pasar Ngasem dimulai dengan melakukan pembersihan dinding.

Tahun 2004, gabungan dari beberapa LSM dan kalangan akademik

bersama Pemerintah Provinsi DIY dan Kraton Ngayogyakarta bekerja sama untuk

melakukan proyek revitalisasi yang lebih serius. Seperti disebutkan dalam

publikasi di www.jogjaprov.go.id, revitalisasi ini mulai dilakukan dengan adanya

lomba Pra-Rancangan Desain Pasar Ngasem.

37

Page 45: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

Sumber: JogjaWalking, diakses April 2012

Tahun 2007, Pemerintah Kota Yogyakarta dan Pemerintah Provinsi DIY

mulai merencanakan pelaksanaan pembangunan ulang Pasar Ngasem dan area

Taman Sari. Mulai 2007 sampai dengan tahun 2010, dilakukan proses persiapan

pemindahan pedagang satwa Pasar Ngasem.

Kondisi Pasar Ngasem menjelang tahun-tahun pemindahan pedagang

satwa, bisa dilihat pada gambar 5.2. Tampak kepadatan dan nuansa lusush di Pasar

Ngasem tahun tersebut. Pada saat menjelang pemindahan tersebut, komposisi

pedagang di Pasar Ngasem adalah sebagai berikut dalam tabel 5.1.1 berikut.

38

Gambar 5.2: Pasar Ngasem tahun 2009

Page 46: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

Sumber: publikasi Dinas Pengelolaan Pasar di Harian Jogja, 19 Maret 2009

Pemerintah Kota berencana memindahkan pedagan satwa, baik yang telah

resmi menjadi pedagang, maupun yang belum. Adapun pedagang tradisional

(pedagang umum) masih tetap berdagang di Pasar Ngasem.

Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah pedagang satwa Ngasem yang

dipindah adalah 227. Namun jumlah ini bertambah karena adanya 60 pedagang

yang belum terdaftar karena tidak memiliki kartu bukti pedagang. Tanggal 22

April 2010 terjadi pemindahan pedagang satwa Pasar Ngasem menempati lokasi

baru, yaitu Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTY) dengan sebuah

kirab meriah seperti tampak pada gambar 5.3 berikut.

39

Tabel 5.1.1: Jumlah Pedagang Pasar Ngasem tahun 2009

Page 47: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

Bulan Juni 2010, dimulai pembangunan Pasar Wisata Ngasem dan proses

revitalisasi kawasan Taman Sari. Tahun 2011, Pasar Wisata Ngasem dengan total

33 los, dan 10 kios di atas tanah 6.900 meter persegi itu telah bisa dikunjungi.

Foto-foto pada gambar 5.4 berikut menggambarkan Pasar Wisata Ngasem

setelah revitalisasi tahun 2010. Tampak deretan los yang masih kosong. Menurut

penuturan pemandu wisata Taman Sari, jumlah kunjungan pada Januari 2013

masih tergolong sepi jika dibandingkan sewaktu pedagang satwa masih

menempati Pasar Ngasem.

40

Gambar 5.3: Kirab Boyongan Pedagang Ngasem ke PASTY

Sumber: Foto milik Fransiscus Handoyo, tahun 2010

Page 48: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

Sumber: Survey lapangan tahun 2013

41

Gambar 5.4: Pasar Wisata Ngasem Setelah Revitalisasi 2010

Page 49: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

5.1.2 Perkembangan PASTY

Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTY) yang berlokasi di

Jalan Bantul Km.1, tepatnya di perbatasan Dongkelan dengan Dukuh, Kecamatan

Mantrijeron, Kota Yogyakarta merupakan pengembangan dari Bursa Agro Jogja

(BAJ) yang diresmikan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2008. Lokasi PASTY

dulunya merupakan area yang dinamakan Kebun Bibit Dongkelan Barat, yang

dikelola oleh Dinas Pertanian Provinsi DIY sebagai tempat pengembangan

tanaman hias dan tanaman obat keluarga (toga).

Menurut penjelasan dari pengurus Unit Pelaksana Teknis (UPT) PASTY,

sejak tahun 2003 hingga tahun 2005, di kawasan Kebun Bibit Dongkelan Barat ini

sering diadakan pameran tanaman hias. Pameran ini memakai nama Bursa Agro

Jogja, yang kemudian oleh Pemerintah Kota dipergunakan sebagai nama resmi

untuk proyek pembangunan pusat perdagangan dan pembibitan tanaman hias di

lokasi tersebut.

Pembangunan BAJ yang dimulai tahun 2005, merupakan salah satu

rangkaian pembangunan kawasan selatan Kota Yogyakarta, yang dilakukan oleh

Pemerintah Kota Yogyakarta untuk lebih memajukan perekonomian kawasan

selatan kota.

Mulai tahun 2002, Pemerintah Kota melakukan berbagai pembangunan

fasilitas di kawasan selatan, diawali dengan Terminal Tipe A Giwangan, diiringi

dan dilanjutkan dengan pembangunan Pasar Induk Buah dan Sayur Giwangan.

Untuk pengembangan pertanian kota di kawasan selatan, Pemerintah Kota

42

Page 50: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

membangun Pasar Ikan Higienis di kawasan Nitikan, dan Bursa Agro Jogja di

kawasan Dongkelan.

Rencana Pemerintah Kota membangun BAJ bukan hanya sebagai tempat

pengembangan tanaman hias, namun juga sebagai tempat perdagangan dan

pengembangan ikan hias dan burung hias. Pemerintah Kota telah mempersiapkan

diri untuk menghadapi wacana Pemerintah Provinsi DIY yang hendak melakukan

penataan kawasan Taman Sari yang dimungkinkan akan menyebabkan keharusan

pindah bagi pedagang satwa Pasar Ngasem.

Mulai tahun 2006, Bursa Agro Jogja telah bisa dimanfaatkan sebagai

tempat display tanaman hias yang dilengkapi fasilitaas-fasilitas

pengembangbiakkan tanaman. Selanjutnya pada tahun 2007, Pemerintah Kota

menambahkan sub-raiser ikan hias yang berlokasi di seberang BAJ, tepatnya di

sebelah timur Jalan Bantul. Pertengahan tahun 2007, Pmerintah Kota

mengagendakan pemindahan pedagang ikan hias dari Pasar Ngasem, untuk

menempati sub-raiser ikan hias di area Bursa Agro Jogja. BAJ diresmikan oleh

walikota pada Janauri 2008.

Seiring dengan rencana Pemerintah Provinsi untuk melaksanakan penataan

Kawasan Taman Sari, Pemrintah Kota mengumumkan akan memindahkan

pedagang satwa Ngasem ke BAJ. Mulai tahun 2009, BAJ diubah namanya

menjadi PASTY. Bulan April tahun 2010 dilakukan pemindahan pedagang dari

Pasar Ngasem ke PASTY, dan mulai saat itu PASTY diresmikan.

43

Page 51: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

PASTY memiliki luas sebesar 29.605 m2 dan terbagi menjadi 3 zona, yaitu

zona satwa di sebelah timur Jalan Bantul, serta zona ikan hias, dan zona tanaman

hias yang berada disebelah barat Jalan Bantul.

Zona satwa yang merupakan tempat pindahan pedagang Ngasem berada di

sisi timur jalan yang dulunya dipakai untuk sub-raiser ikan hias, menempati tanah

seluas 15.605 m2. Pada zona ini terdapat 16 unit kios dengan ukuran 12 m2 dan

37 los yang terbagi dalam 764 modul berukuran 2,4 m2. Suasana gerbang zona

satwa dapat dilihat pada gambar 5.5 berikut.

Sumber: Survey lokasi tahun 2013

44

Gambar 5.5: Pintu Gerbang Zona Satwa yang berada di timur Jalan Bantul

Page 52: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

Sementara sub-raiser ikan hias yang juga disebut sebagai zona ikan hias, di

pindahkan ke sebelah barat jalan, berada di sisi selatan, berdampingan dengan

zona tanaman hias yang berada di sisi utara. Kedua zona tersebut menempati area

14.030 m2. Suasana gerbang zona ikan hias dan tanaman hias dapat dilihat pada

gambar 5.6 dan 5.7 berikut.

Sumber: survey tahun 2013

45

Gambar 5.6: Gerbang zona tanaman hias PASTY yang berada di barat JalanBantul

Page 53: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

sumber: survey tahun 2013

Pedagang yang menempati PASTY pada tahun 2010 merupakan gabungan

dari pindahan pedagang Ngasem dan para pedagang tanaman hias yang telah

menempati lokasi tersebut semasa masih bernama Bursa Agro Jogja. Jumlah

pedagang pada bulan Mei 2010 satu bulan setelah pemindahan, adalah sebanyak

340 pedagang. Selengkapnya jumlah pedagang dapat dilihat pada tabel 5.1.2

berikut.

46

Gambar 5.7: Gerbang zona tanaman hias di sebelah barat Jalan Bantul

Page 54: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

Sumber: UPT PASTY

Penempatan pedagang di PASTY selain sesuai dengan zona, juga

dikelompokkan menurut jenis dagangan. Selain untuk mempermudah pengawasan

dan pemberian fasilitas, juga memudahkan pengunjung untuk mendatangi lokasi

objek yang diinginkan. Denah penempatan pedagang beserta lokasi fasilitas

penunjang dapat dilihat pada gambar 5.8 berikut.

47

Page 55: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

Sumber: diolah dari keterangan UPT PASTY dan harian Kompas 1 Mei 2010

48

Page 56: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

Pengelolaan PASTY sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Walikota

Yogyakarta Nomor 40 Tahun 2009 berada di bawah Dinas Pengelolaan Pasar Kota

Yogyakarta dengan UPT PASTY sebagai pelaksana pengelolaan harian. Struktur

kepengelolaan UPT PASTY dapat dilihat pada gambar berikut.

Sumber: Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 40 Tahun 2009

5.1.3 Pembagian Periode Proses Pemindahan Pedagang Satwa Pasar Ngasem

Dari uraian subbab 5.1.1 dan 5.1.2 di atas, dapat digambarkan

perkembangan Pasar Ngasem dan PASTY ke dalam diagram alir waktu berikut ini

dalam gambar 5.10.

49

Gambar 5.9: Bagan Struktur Organisasi UPT PASTY

Page 57: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

Gambar 5.10: Diagram alir perkembangan Pasar Ngasem dan PASTY

Diagram di atas menjelaskan titik-titik penting dalam perkembangan kedua

pasar tersebut. Tahun 1960 saat secara resmi dibuka Pasar Ngasem. Tahun 2004

adalah saat Pemerintah Provinsi mencanangkan penataan Kawasan Taman Sari.

Tahun 2007 adalah saat Pemerintah Kota Yogyakarta mengumumkan pada

pedagang akan adanya pemindahan pedagang ikan hias Pasar Ngasem.

Periode antara 2007 sampai dengan 2010 adalah saat terjadinya proses

pemindahan yang akan menjadi titik fokus pembahasan penelitian ini. Untuk

mempermudah pembahasan, proses akan dibagi secara kronologis dengan

mengacu pada kejadian penting yang terjadi dalam tataran keputusan Pemerintah

Provinsi maupun Kota sebagai berikut:

1. Periode pra-rencana penataan kawasan Taman Sari ditandai dengan

dimulainya agenda penataan kawasan Taman Sari oleh Pemerintah

Provinsi DIY, sampai dengan masuknya agenda tersebut ke dalam rencana

Pemerintah Kota Yogyakarta.

50

2004

Page 58: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

2. Periode Bursa Agro Jogja, dimulai dengan masuknya agenda penataan

kawasan Taman Sari, sampai dengan terjadinya pemindahan pedagang

ikan hias Pasar Ngasem ke BAJ dan kesepakatan Pemerintah Kota dengan

Pemerintah Provinsi tentang penataan Ngasem dan Taman sari

3. Periode sosialisasi, setelah adanya kesepakatan Pemkot-Pemprov sampai

dengan diumumkannya perubahan nama BAJ menjadi PASTY dan

dibentuknya UPT PASTY. Tahap ini banyak diisi dengan dialog Dinas

Pasar dengan pedagang.

4. Periode kepastian sejak dibentuknya UPT PASTY Maret 2009, sampai

dengan terjadinya perpindahan pedagang Ngasem tanggal 22 April 2010.

5.2 Periode Pra-Rencana Penataan Kawasan Taman Sari

Yuhdwitama Kadhana, dari Satuan Kerja Non Vertikal tertentu (SNVT)

Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

seperti termuat dalam pemberitaan Dirjen Cipta Karya tanggal 29 Oktober 2010

menyebutkan bahwa revitalisasi kawasan Ngasem telah dimulai sejak tahun 2004

dengan adanya Lomba Pra Rancangan Kawasan Wisata Pasar Ngasem Yogyakarta

tahun 2004. (www.ciptakarya.pu.go.id, diakses September 2012).

Dari lomba tersebut, diperoleh lima pemenang yang yang

diumumkan ketua panitia, KGPH Hadiwinoto adik dari Sultan Ngayogyakarta,

pada bulan Desember 2004 (www.jogjaprov.go.id, diakses tahun 2011).

Yuhdwitama Kadhana mengatakan lima rancangan nominator pemenang

kemudian dirangkum menjadi satu dan ditindaklanjuti dengan pembuatan

51

Page 59: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

Detail Engineering Desain (DED). DED ini diintegrasikan dengan rancangan

lain yang sudah ada guna meningkatkan kerja sama di antara pihak- pihak yang

terlibat serta meminimalisir potensi konflik yang ada (www.ciptakarya.pu.go.id,

diakses September 2012).

Menurut pengumuman di situs Pemerintah Provinsi DIY, lomba ini diikuti

oleh 108 peserta dengan pemenang lomba tersebut adalah Ir Nully R Sumantri

dari PT. TOWNLAND INTERNATIONAL. Dari publikasi di www.townland.com

didapatkan informasi tentang rancangan desain pasar Ngasem yang berhasil

menjadi juara tersebut. Rancangan tersebut dapat dilihat pada gambar 5.11.

Menurut informasi dari pemandu wisata Taman Sari, Pak Mujiyoko yang

juga seorang abdi dalem, gagasan pemindahan pedagang burung (dan satwa lain)

sebenarnya telah ada pada tahun 2004 tersebut di kalangan petinggi Kraton,

namun terdapat pro dan kontra. Pak Sutaryoko mengatakan:

“Yang saya tahu mas, kalau dulu Sultan IX itu tidak pernah mengizinkan

Pasar Ngasem ini dipindah. Jadi saya juga gak tahu kenapa Dinas Pasar

bisa mindah pedagang itu. Kalau dari yang saya denger dari atasan saya

di Kraton, katanya Gusti Hadi yang ngasih ijin, tapi Sultan sebenarnya

gak mengijinkan”

Pandangan Pak Sutaryoko tampaknya mewakili keresahan warga sekitar kawasan

Taman Sari yang takut kehilangan Pasar Ngasem. Pak Sutaryoko juga

menambahkan bahwa warga sekitar tidak diajak berembuk mengenai pemindahan

pedagang satwa Pasar Ngasem.

52

Page 60: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

Walaupun sebenarnya warga resah, namun mereka tidak bisa berbuat apa-

apa, demikian penuturan Pak Sutaryoko, karena adanya faktor budaya dan sejarah

bahwa mereka adalah keturunan para abdi dalem yang sepenuhnya mengabdi pada

Kraton. Selain itu, mereka juga menganggap tanah Taman Sari dan Pasar Ngasem

adalah milik Sultan, mengingat sejarah lokasi Pasar Ngasem, dulunya adalah

telaga bagian dari Taman Sari.

Sumber: www.townland.com diakses Januari 2013

Kembali pada lomba pra-desain tersebut di atas, tampaknya jika

dihubungkan dengan proses perencanaan komunikatif, Pemerintah Provinsi DIY

dalam penataan Kawasan Taman Sari ini telah melaksanakan salah satu ciri

53

Gambar 5.11: Desain Pasar Ngasem yang memenangkan lomba tahun 2004

Page 61: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

communicative planning, yaitu dengan melibatkan masyarakat umum dalam

menentukan rencana ke depan kawasan Taman Sari. Meskipun dalam hal ini

proses seleksi (penjurian) masih dilakukan oleh pihak pemerintah dan Kraton

Ngayogyakarta.

Pada periode yang sama, Pemerintah Kota Yogyakarta sedang giat

melakukan pembangunan di wilayah selatan Kota Yogyakarta Pada dokumen

perencanaan belum didapati adanya indikasi pemindahan pedagang pasar Ngasem

ke lokasi lain. Namun pembangunan Bursa Agro Jogja, dan pernyataan walikota

bahwa Bursa Agro Jogja suatu saat kelak akan menjadi lokasi perdagangan

burung hias banyak ditangkap oleh para pedagang sebagai wacana pemindahan

pedagang ke lokasi lain.

Seperti disebutkan oleh Kompi Setyoko pemilik cafe di dekat Taman Sari

di Harian Jogja, 23 April 2010 bahwa sejak 2002 sebenarnya sudah berkembang

wacana pemindahan pasar Ngasem, namun belum ada kepastian apapun dari

Pemerintah. Pak Nugroho, pedagang burung di PASTY juga menyebutkan dalam

wawancara:

“Dari dulu itu sebenarnya sudah sering katanya mau dipindah. Tapi gak

jadi-jadi. Baru tahun 2009 itu kepastian pindah ke Dongkelan sini.”

Dari penulusuran dan wawancara ini diperoleh informasi bahwa, meskipun

di tataran pemerintah sudah ada indikasi akan adanya pemindahan pedagang

satwa, namun di level pedagang dan masyarakat umum, belum ada kepastian

informasi sampai dengan tahun 2007 ketika BAJ sudah hampir selesai dibangun.

54

Page 62: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

5.3 Periode Bursa Agro Jogja (BAJ)

Periode ini diawali dengan pembangunan Bursa Agro Jogja oleh

Pemerintah Kota Yogyakarta. Dari penjelasan pengelola UPT PASTY, didapatkan

informasi bahwa pada saat pembangunan tersebut, Pemerintah Kota telah

memikirkan kemungkinan adanya pemindahan pedagang satwa pasar Ngasem ke

lokasi lain.

Apabila digambarkan dengan diagram, periode ini adalah terciptanya irisan

antara program penataan kawasan Taman Sari oleh Pemprov dengan rencana

pengembangan Kawasan Selatan Kota Yogyakarta oleh pemerintah kota.

55

Gambar 5.12: Diagram kelahiran ide pemindahan pedagang Pasar Ngasem

Page 63: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

Pada periode ini pemerintah telah memastikan akan adanya perpindahan

pedagang ikan hias ke lokasi BAJ yang sedang dibangun.

56

Page 64: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

Tampaknya memang para pedagang ikan sendiri telah memiliki kesadaran

bahwa rencana Pemerintah tidak akan merugikan mereka. Jika ditinjau dari teori

communicative planning, seperti yang diungkapkan John Forrester dalam Veeroja

(2012) bahwa antara semua pihak yang terlibat mendapat informasi yang setara.

Dalam hal ini para pedagang ikan telah mendapat informasi yang cukup mengenai

fasilitas Bursa Agro Jogja yang dianggap cukup menguntungkan bagi mereka. Ini

dibuktikan dengan ucapan Pak Wahyu, pedagang ikan PASTY yang dulu juga

57

Page 65: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

berjualan di Pasar Ngasem. Beliau mengatakan:

“kalau kami sebenarnya gak mau ribut kok mas. Manut saja dengan

Pemerintah, apalagi kan waktu itu di Ngasem kita tempatnya mepet

banget sama parkiran, jadi kalau pindah ke tempat lain yang lebih baik,

kami gak masalah”

Pemahaman yang beda didapat dari hasil wawancara dengan para

pedagang burung. Waktu itu memang BAJ belum disiapkan untuk tempat jual beli

satw alain selain ikan. Pak Heru, pedagang kelinci PASTY mengatakan:

“Ya dulu sempat menolak juga Mas, kan memang belum tau tempatnya

juga. Dongkelan si juga masih sepi kan waktu itu”

Pemerintah pada periode ini memang belum tegas menjelaskan pemindahan

pedagang burung naupun satwa lain.

58

Page 66: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

Namun ternyata, pasca Grand Opening, pedagang ikan tidak mendapatkan

hasil seperti yang diharapkan sebelumnya. Sepinya BAJ membuat mereka

terpaksa kembali ke Pasar Ngasem.

“Waktu itu masih sepi mas, kan daya tarik Ngasem itu burungnya, kita

pindah ke BAJ juga banyak pembeli yang belum tahu. Ya untungnya sama

pengelola Ngasem kita masih boleh jualan di sana”

(Pak Wahyu, pedagang ikan hias di PASTY).

Ketidakberhasilan ini tampaknya memicu pemerintah kota dan pemerintah

provinsi untuk segera memperjelas arah dan pelaksanaan program penataan

Ngasem dan Taman Sari.

59

Page 67: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

Periode ini bisa dikatakan sebagai proses awal sosialisasi tentang

pemindahan seluruh pedagang satwa ke BAJ. Bappeda mengatakan bahwa tidak

ada lokasi lain yang dipilih selain BAJ. Seperti diungkapkan beberapa pedagang

burung, bahwa masa ini mereka masih menolak karena memang belum tahu

tentang konsep yang akan dikembangkan di BAJ.

Sementara penolakan lain juga muncul dari masyarakat sekitar Ngasem.

Berbagai alasan yang dikemukakan antara lain terangkum dalam wawancara

peneliti dengan Pak Sutaryoko, yang pada intinya penolakan yang menurut beliau

hanya ada dalam hati dan tidak diungkapkan itu karena dua hal.

Hal pertama adalah kedekatan mereka dengan Ngasem dan juga apa yang

mereka percayai bahwa Ngasem tidak boleh dipindah karena akan melanggar

wasiat Sultan HB IX. Bisa dikatakan alasan ini adalah alasan yang bersifat budaya

atau tradisi. Sedangkan alasan ekonomis adalah ketakutan bahwa mereka akan

kehilangan pekerjaan apabila Pasar Ngase dipindah ke lolasi lain, hal ini terutama

dikeluhkan oleh para juru parkir dan pedagang kecil yang berjualan di luar pasar.

5.4 Periode Sosialisasi

Kedaulatan rakyat, 10 Januari 2009 memuat berita bahwa pada tanggal 9

Januari 2009, diadakan rapat koordinasi di Kepatihan yang dipimpin

oleh Gubernur DIY. Hasil dari rapat ini adalah bahwa Pasar Ngasem akan

dibangun menjadi Pasar Wisata yang mendukung Taman Sari. Selain itu

disepaati pula bahwa seluruh pedagang burung dan satwa lain akan dipindahkan

ke lokasi Bursa Agro Jogja, sedangkan pedagang lain masih boleh berjualan di

60

Page 68: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

Pasar Ngasem setelah revitalisasi.

Herry Zudianto dalam pemberitaan tersebut menyebutkan bahwa

pemindahan pedagang burung dan satwa, menjadi tanggung jawab

pemerintah kota, termasuk pembangunan pasar di BAJ Dongkelan, sedangkan

pembangunan Pasar Ngasem menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi dan

akan dilaksanakan setelah pedagang burung dan satwa lain dipindahkan.

Selama satu bulan setelah kesepakatan tersebut, Pemerintah Kota melalui

Dinas Pengelolaan Pasar menjajaki keinginan para pedagang memalui para

pengurus paguyuban. Tanggapan para pedagang waktu itu adalah masih seperti

sebelumnya, yaitu cenderung menolak dengan alasan lokasi BAJ Dongkelan yang

ada di pinggiran, serta Pasar Ngasem yang telah terkenal dan punya nama

(rangkuman dari pendapat para pedagang saat wawancara).

Namun tampaknya, sekali lagi seperti para warga sekitar Ngasem, para

pedagang ini juga merasa bahwa mereka tidak mungkin bisa menolak karena

sikap hormat mereka pada Katon, dan karena area Ngasem dan Taman Sari adalah

milik Kraton.

Tanggal 16 Februari 2009, kepastian tanggal ini diperoleh dari Koran

Sindo edisi 19 Februari 2009, terjadi dialog antara Dinas Pengelolaan Pasar

dengan para pedagang. Pada pertemuan ini, pedagang menuntut beberapa hal agar

memudahkan proses pemindahan nantinya. Ketua paguyuban pedagang burung,

Pak Tugiyatno menyebutkan di media tersebut, bahwa para pedagang ingin

mendapatkan subsidi untuk menutup biaya pemindahan yang harus dikeluarkan.

61

Page 69: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

Selain subsidi, para pedagang juga ingin agar retribusi di lokasi baru

digratiskan selama enam bulan awal sejak pemindahan. Pedagang juga minta agar

tidak ada pedagang lain yang masuk ke BAJ sebelum mereka menempati lokasi di

sana.

Dalam proses dialog tersebut Pemerintah menjelaskan beberapa hal untuk

bisa meraih simpati para pedagang melalui pengurus paguyuban pedagang. Yang

pertama adalah pemaparan pemerintah tentang pasar baru nanti yang punya

konsep dan fasilitas yang jauh melebihi Pasar Ngasem.

Sedangkan untuk subsidi, pemerintah kota memang tidak menganggarkan,

namun sebagai gantinya adalah pembebasan (penggratisan) biaya apapun untuk

pemindahan, termasuk pengurusan Kartu Bukti Pedagang ke depannya juga akan

digratiskan, seperti diungkapkan Kepala Dinas Pengelolaan Pasar, Achmad Fadly

(kedaulatan rakyat, 19 Maret 2009).

Logika pedagang sewaktu meminta subsidi, adalah karena sewaktu

pemindahan PKL klithikan ke Pasar Pakuncen, para pedagang juga diberi subsidi

uang tunai. Namun, jawaban pemerintah seperti diungkapkan pengelola UPT

Pasty adalah, bahwa terdapat perbedaan antara pedagang klithikan dengan

pedagang di Pasar Ngasem. Pedagang klithikan berasal dari PKL yang

kebanyakan tidak punya peralatan berdagang, sedangkan di Ngasem, mereka telah

punya peralatan berdagang yang masih bisa dimanfaatkan lagi, kecuali untuk

sebagian kecil pedagang yang terpaksa harus membuat rak-rak baru.

62

Page 70: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

Tampaknya dalam hal ini, Pemerintah dimudahkan karena adanya

kesadaran para pedagang untuk tidak ribut-ribut selama proses pemindahan.

Seperti yang dikatakan pedagang kelinci Pasty, Bapak Tarmuji dalam wawancara

tanggal 27 Januari 2013 :

“ kan kita juga udah dapat yang sama seperti di Ngasem dulu. Losnya

sama, dulu juga segini. Terus juga sudah gratis retribusi. Jadi gak dapat

subsidi juga gak papa kalau saya”

Hasil wawancara dengan pedagang lain juga didapatkan hasil, bahwa tidak

semua pedagang meminta subsidi. Bagi mereka yang penting dapat tempat

berdagang yang minimal sama dengan yang di Ngasem.

Pemindahan pedagang klithikan yang berhasil tampaknya juga punya

pengaruh dalam mudahnya pedagang untuk menerima pemindahan. Beberapa

pedagang menyebutkan hal tersebut, salah satunya Pak Robi, pedagang reptil:

“berkaca dari klithikan mas, jadi ya kita gak masalah. pPalagi setelah

tahu konsep pasarnya yang memang bagus”

Sampai akhir bulan Maret, Achmad Fadly kepala Dinas Pengelolaan Pasar

menyebutkan, bahwa proses sosialisasi telah usai dilakukan, dan telah didapat

kesepakatan seperti sudah dituliskan di atas. Secara umum, Achmad mengatakan

bahwa sampai pada saat itu, tidak ada penolakan dari para pedagang. Proses

selanjutnya, seperti masalah pengaturan kios yang oleh Achmad Fadly diserahkan

kepada para pedagang sendiri teknisnya.

63

Page 71: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

5.5 Periode Ke-PASTY-an Pemindahan

Dengan telah diselesaikannya usulan para pedagang, maka Pemerintah

Kota memastikan bahwa pembangunan BAJ menjadi lokasi baru yang akan

dinamakan PASTY, akan segera dimulai, paling lambat bulan Juni 2009. Achmad

Fadly mengatakan pada bulan maret 2009, bahwa pembangunan direncankan

selesai akhir tahun 2009, sehingga awal tahun 2010 sudah bisa ditempati.

Pada periode ini, pemerintah lebih banyak mengadakan pendekatan-

pendekatan yang bersifat simpatik. Periode ini, pemerintah juga menyelesaikan

kekhawatiran pedagang yang belum memiliki Kartu bukti Pedagang, bahwa

mereka bisa menempati PASTY dan mendapatkan ruang berdagang berupa lapak.

Nantinya, setelah mempunyai Kartu Bukti Pedagang, mereka bisa menyewa los

jika menginginkan.

Selain hal tersebut, Pemerintah juga menwarkan kebolehan untuk berjualan

24 jam jika menginginkan. Kenyataannya setelah selesai pemindahan,berdasarkan

pengamatan tahun 2011-2013, ternyata PASTY tutup sekitar waktu Magrib.

Meskipun ada yang menginginkan berjualan sampai malam, namun tidak semua

pedagang.

Dari pengamatan penulis terhadap pemberitaan media (melalui pencarian

kliping di Badan Informasi Daerah Kota Yogyakarta), tidak terdapat penolakan

64

Page 72: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

dari para pedagang selama periode pembangunan, sampai selesainya

pembangunan bulan Februari 2010.

Namun, beberapa kegelisahan diungkapkan oleh warga sekitar Pasar

Ngasem. Untuk menarik simpati mereka, dan menghormati romantisme mereka

dengan Pasar Ngasem, Pemerintah mendukung penuh kegiatan Pesta Perpisahan

Ngasem yang diselenggarakan bulan Maret 2010 sampai dengan April 2010.

Walikota turut hadir dalam acara melukis bersama yang diadakan

Komunitas Budaya Taman Sari. Acara tersebut digelar untuk mencurahkan

kenangan kebersamaan yang telah terjalin antara warga sekitar Ngasem, para

seniman, dan masyarakat luas dengan Pasar Burung Ngasem. Di sini, pemerintah

memakai pendektan psikologis, dengan menghargai hubungan emosional mereka

dengan Pasar Ngasem.

65

Gambar 5.13: Walikota turut melukis pada pesta perpisahan

Page 73: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

Sumber: detik foto, 2010

Memasuki bulan April 2010, Pemerintah Kota memberikan kesempatan

para pedagang untuk menetukan penempatan los sesuai dengan zona yang telah

disediakan. Pedagang memakai cara undian sesuai paguyuban masing-masing.

Sebelum bulan April ini, pemerintah sudah mengumumkan bahwa pemindahan

akan dilakukan dengan cara simbolis berupa boyongan atau kirab.

Tampaknya pemerintah kota, meniru apa yang telah dilakukan oleh

Pemerintah Kota Surakarta ketika pemindahan PKL Banjarsari. Penggunaan kirab

memang diakui oleh Achmad Fadly, merupakan strategi untuk menumbuhkan

semangat para pedagang bahwa pemindahan tersebut adalah hal yang akan

membawa pada perubahan yang lebih baik. (Kedaulatan Rakyat, 22 April 2010).

66

Gambar 5.14: Kompi Setyoko, ketua KBT memberi hadiah padawalikota

Page 74: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

Hari Kamis, tanggal 22 April 2010, kegiatan pemindahan dilaksanakan

dalam bentuk kirab budaya yang diikuti oleh para pedagang pasar Ngasem dan

jajaran Pemerintah Kota Yogyakarta. Walikota Yogyakarta turut serta dalam iring-

iringan kirab yang menyedot perhatian warga Yogyakarta ini. Sebagai

pimpinan pasukan, adalah Achmad Fadly, kepala Dinas Pengelolaan Pasar.

67

Gambar 5.15: Pemberitaan di Kedaulatan Rakyat tentang Boyongan

Page 75: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

Sumber: survey 2013

68

Gambar 5.16: Prasasti peresmian PASTY

Page 76: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

5.6 Faktor-Faktor Penyebab Keberhasilan Pemindahan Tanpa Konflik

Ciri khas dari proses perencanaan komunikatif adalah adanya dialog untuk

mencapai saling kesepahaman antara para pemegang kepentingan yang terkait.

Dalam proses pmindahan pedagang Ngasem, aktor-aktor yang memiliki

keterlibatan dalam proses pemindahan adalah:

1. Pemerintah Provinsi DIY, sebagai penggagas awal penataan kawasan

Taman Sari,

2. Pemerintah Kota Yogyakarta, sebagai pelaksana proses pemindahan,

3. Pedagang Pasar Ngasem, sebagai “objek” pelaksanaan pemindahan,

4. Kraton Ngayogyakarta, sebagai “pemilik” kawasan Taman Sari dan

sekitarnya,

5. Publik luas yang menjadi “penilai” kinerja pemerintah dalam proses

pemindahan.

Dalam proses perumusan gagasan penataan kawasan Taman Sari, dialog

dan komunikasi terjadi antara Pemerintah Provinsi, Kraton, Pemerintah Kota, dan

publik luas. Meskipun dalam perumusan gagasan diadakan sayembara publik,

namun hal tersebut tidak terakses oleh para pedagang.

Tidak dilibatkannya pedagang secara khusus dalam perumusan gagasan

penataan Taman Sari, menimbulkan miskomunikasi untuk sementara waktu

sebelum periode sosialisasi. Miskomunikasi inilah yang memunculkan rasa

penolakan para pedagang untuk dipindah. Wawancara menunjukkan alasan

penolakan bagi para pedagang yang sempat menolak adalah karena “belum tahu”,

69

Page 77: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

belum tahu konsep PASTY, belum tahu akan seperti apa masa depan mereka

setelah pemindahan.

Pemerintah Kota, sebagai pelaksana pemindahan tampaknya diuntungkan

dengan adanya peran serta Kraton. Budaya masyarakat Yogyakarta yang taat pada

Kraton, dengan menyadari bahwa kawasan Ngasem dan Taman Sari adalah

“milik” Kraton, telah bisa meredam penolakan terhadap pemindahan. Tentunya ini

tidak bisa lama. Sebab bila pasar telah dipindah keluar dari area milik Kraton,

maka penolakan bisa muncul sebab tak ada lagi perasaan “segan” seperti ketika

70

Page 78: Proses Pemindahan Pedagang Pasar Ngasem ke PASTY

DAFTAR PUSTAKA

Bolton, Roger, 2005, HABERMAS’S THEORY OF COMMUNICATIVE ACTIONAND THE THEORY OF SOCIAL CAPITAL , Department of Economics andCenter for Environmental Studies Williams College , Williamstown

Connie, Hung Wing Yee, 2008, COMMUNICATIVE PLANNING FORSUSTAINABLE DEVELOPMENT: A COASIAN HONG KONG STUDY ONPLANNING BY CONTRACT IN ACTION , University of Hong Kong ,Hongkong

Galtung, Johan, 2003, Studi Perdamaian: Perdamaian dan Konflik,Pembangunan dan Peradaban, Pustaka Eureka, Surabaya

Ife, Jim dan Frank Tesoriero, 2008, Proses Pengembangan Masyarakat, PustakaPelajar, Yogyakarta

Rummel, Rudolph J., 1976, The Conflict Helix, Sage Publications, KaliforniaSoetomo, 2009, Pembangunan Masyarakat: Merangkai Sebuah Kerangka,

Pustaka Pelajar, YogyakartaStromberg, Knut, 1999, A METHODOLOGY FOR COMMUNICATIVE

PLANNING, European Research Network on Urban Density and GreenStructure, Helsinki

Semiawan, 2007, Metode Penelitian Kualitatif dan Kualitatif, Pustaka Pelajar,Yogyakarta

Suharyanto, Iwan, 2008, Partisipasi Masyarakat Kota Dalam Program NasionalPemberdayaan Masyarakat Program Penanggulangan KemiskinanPerkotaan (PNPM-P2KP), JUTAP FT UGM, Yogyakarta

Veeroja, Piret, 2012, Social Media Channels in Communicative Planning, AalborgUniversity, Aalborg

Waluya, Bagja, 2009, Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat, Setia PurnaInves, Bandung

Sumber dari media:Harian Kedaulatan Rakyat, 10 Januari 2009Harian Kedaulatan Rakyat, 19 Maret 2009Harian Kedaulatan Rakyat, 22 April 2010Harian Kedaulatan Rakyat, 23 April 2010Harian Kompas, 1 Mei 2010Harian Jogja, 19 Maret 2009Harian Jogja, 23 April 2009

71