PROSES PEMBINAAN ROHIS DI SMPN 166 JAKARTA …
Transcript of PROSES PEMBINAAN ROHIS DI SMPN 166 JAKARTA …
PROSES PEMBINAAN ROHIS DI SMPN 166 JAKARTA (PENELITIAN
ETNOGRAFI PENDIDIKAN)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh :
Nafisah Khoiriyah
NIM. 11160110000011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020
i
ABSTRAK
Nafisah Khoiriyah, Proses Pembinaan Rohis di SMPN 166 Jakarta (Penelitian
Etnografi Pendidikan), Skripsi, Program Studi Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui proses pembinaan rohis di SMPN
166. Dengan mengetahui proses pembinaan rohis, maka peneliti dapat mengetahui
apa saja yang dilaksanakan pada saat proses pembinaan. dan peneliti akan
mengetahui program-program kerja yang ada di dalam ekstrakulikuler rohis di
SMPN 166.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi
dengan pendekatan kualitatif. Etnografi merupakan upaya untuk menggambarkan
sebuah budaya dari sekelompok individu yang berkaitan dengan cara sekelompok
individu tersebut berprilaku, dan cara kelompok tersebut berinteraksi antara satu
dengan yang lain. Etnografi ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana
sekelompok dari individu ini, nilai-nilai, cara pandang dan motivasi mereka.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa untuk proses pembinaan rohis
di SMPN 166 ini berjalan sesuai dengan panduan yang telah diberikan oleh pihak
sekolah kepada pembina rohis dan guru agama islam. Dengan begitu bahwa
semua program kerja yang ada di sekolah bisa di katakan berhasil. Karena ketika
para anggota rohis melakukan kesalahan, maka akan ada evaluasi yang dapat
membuat para anggota rohis untuk berubah menjadi lebih baik lagi.
Kata Kunci: Proses, Pembinaan, Rohis
ii
ABSTRACT
Nafisah Khoiriyah, Rohis Coaching Process at SMPN 166 Jakarta
(Educational Ethnographic Research), Thesis, Islamic Religious Education
Study Program, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah
Islamic University, Jakarta.
The research aims to determine the process of spiritual guidance in SMP
166. By knowing the process of spiritual development, the researcher can find out
what is carried out during the guidance process. and researchers will know the
work programs that exist in the Rohis extracurricular at SMPN 166.
The method used in this research is ethnographic method with a qualitative
approach. Ethnography is an attempt to describe a culture of a group of
individuals related to the way these groups of individuals behave, and the way
these groups interact with one another. This ethnography aims to reveal how a
group of these individuals, their values, outlooks and motivations.
The results of this study indicate that for the process of spiritual
development in SMP 166 it runs in accordance with the guidelines that have been
given by the school to religious leaders and teachers of Islamic religion. That way,
all work programs in schools can be said to be successful. Because when the
members of the spiritualists make mistakes, then there will be an evaluation that
can make the members of the spiritualists to change for the better.
Keywords: Process, Development, Rohis
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT. Yang telah memberikan ridho
dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat melaksanakan penelitian dan
menyelesaikan skripsi sebagai salah satu tugas akhir dalam menempuh Sarjana
Strata 1 (S1) di Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini ditulis
dengan judul “Proses Pembinaan Rohis di SMPN 166 Jakarta (Penelitian
Etnografi Pendidikan)”.
Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian yang telah penyusun lakukan
diSMPN 166 Jakarta. Penyusunan skripsi ini sebagai tandabahwa penelitian
telahselesai dilaksanakan.
Adapun dengan selesainya skripsi ini telah melibatkan banyak pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan
terima kasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang berperan, antara lain:
1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A., sebagai Rektor
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Dr. Sururin, M.Ag., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta Dosen Penasihat Akademik yang
tak pernah bosan untuk memberikan semangat disetiap jenjang semester
untuk menjalankan perkuliahan dengan baik
3. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
4. Drs. Rusdi Jamil, M.Ag., sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
5. Dr. Khalimi, M.Ag., Dosen Pembimbing skripsi yang telah bersedia
meluangkan banyak waktunya untuk membimbing, memberikan ilmu,
serta memberikan nasihat dan arahan;
iv
6. Kedua orang tua saya, Bapak Samsuri dan Ibu Napsiah, sebagai pendidik
pertama yang selalu mengorbankan waktu dan tenaganya, untuk mendidik
dan membesarkan putra-putrinya;
7. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta khususnya Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang
telah memberikan banyak ilmu dan berbagi pengalamannya kepada
penyusun;
8. Bapak Alizar S.Pd, M.M., sebagai Kepala Sekolah yang sejak awal
penelitian sangat bersedia membantu saya.
9. Bapak Karsono S.Pd., sebagai Wakil Kurikulum yang sejak awal
penelitian sangat bersedia membantu saya.
10. Teman-teman seperjuangan khususnya Jurusan Pendidikan Agama Islam,
sahabat Nadia Ulfah, Neli Ariska Putri, Hanin Andini, Siti Aisyah, Dewi
Hartika dan teman-teman lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu;
11. Teman-teman di Organisasi Remaja Masjid Jami’ Al-Wiqoyah Jagakarsa;
12. Terimakasih kepada Anak-anak Binaan Yatim Masjid Jami’ Al-Wiqoyah
yang selalu mendo’akan dan mensuport hingga sekarang.
13. Terimakasih kepada Pihak yang mengurus Kartu Jakarta Mahasiswa
Unggul (KJMU) Dinas Pendidikan UPT P4OP dan PEMPROV DKI
Jakarta yang telah memberikan beasiswa kepada penyusun selama
menempuh program Pendidikan Agama Islam di Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas
do’a,dukungan, motivasi, bantuan serta perhatiannya yang tulus dan
ikhlas. Semoga Allah membalas kebaikannya.
Penyusun menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, masukan, saran dan kritik yang membangun dari
semua pihak sangat penulis harapkan. Sehingga skripsi ini dapat bermanfaat
v
bagi penulis sendiri dan dapat memperluas khazanah pemikiran dalam dunia
pendidikan bagi yang membacanya.
Jakarta, 25 Juni 2020
Penyusun
Nafisah Khoiriyah
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK …………………………………………………………………….... i
ABSTRACK …………………………………………………………………..... ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… vi
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….... 1
A. Latar Belakang Masalah .....................………………………………….. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 6
C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 6
D. Perumusan Masalah ................................................................................. 7
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
F. Kegunaan Penelitian ................................................................................ 7
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................... 8
A. Kajian Teori .............................................................................................. 8
1) Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler .................................................. 8
2) Tujuan dan Ruang Lingkup Ekstrakurikuler ....................................... 10
3) Jenis dan pelaksaanaan kegaiatan ekstrakurikuler .............................. . 11
4) Proses ................................................................................................... 13
5) Pembinaan ........................................................................................... 17
6) Rohis .................................................................................................... 25
7) Pembinaan Rohis ................................................................................. 32
8) Pengertian Etnografi ........................................................................... 34
B. Hasil Penelitian Relevan ........................................................................... 38
vii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 42
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 42
B. Latar Penelitian ........................................................................................ 42
C. Metode Penelitian ..................................................................................... 43
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data .......................................... 45
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ....................................... 46
F. Analisis Data ............................................................................................ 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 51
A. Profil SMPN 166 Jakarta ......................................................................... . 51
B. Sejarah Singkat SMPN 166 Jakarta .......................................................... . 51
C. Visi, Misi, dan Tujuan SMPN 166 Jakarta ............................................... . 52
D. Guru dan Tenaga Kependidikan SMPN 166 Jakarta ................................. 54
E. Daftar Siswa/I SMPN 166 Jakarta ............................................................. 57
F. Sarana dan Prasarana SMPN 166 Jakarta .................................................. 58
G. Struktur Organisasi SMPN 166 Jakarta ..................................................... 64
H. Temuan Penelitian ..................................................................................... 67
I. Deskripsi hasil temuan penelitian ........................................................... .. 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 79
A. Kesimpulan ................................................................................................ 79
B. Saran .......................................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 82
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Sekolah adalah tempat untuk mendidik siswa untuk menjadi
orang yang cerdas, baik dari ilmu pengetahuan agama, umum, serta
menjadikan siswa memiliki akhlak yang baik. Di dalam suatu sekolah ada
elemen-elemen yang mendukung sekolah tersebut berjalan dengan baik.
Elemen-elemen tersebut seperti Kepala Sekolah, Guru, murid, Sarana dan
Prasarana, Tenaga kependidikan, Pegawai sekolah serta Orang tua wali
murid. Sekolah islam adalah sekolah yang menerapkan pengajaran sesuai
dengan syariat islam, sekolah ini di harapkan dapat di gunakan baik di
sekolah maupun di masyarakat. Sekolah islam biasayang memiliki ciri khas
yaitu selalu melakukan tadarus sebelum memulai pelajaran, selanjutnya
sekolah islam juga memberikan jam pelajaran agama lebih banyak di
bandingkan pelajaran umum. Sekolah islam menerapkan cara-cara pendidikan
secara agama, karena kalau sekolah tersebut tidak mengetahui dasar dalam
membangun sekolah secara agama maka akan keluar dari jalurnya, sebab
pada dasarnya sekolah islam harus bisa memahami tentang pendidikan islam.
“Pendidikan yang di berikan bagi seluruh siswa di sekolah
diterapkannya di dalam berbagai bentuk mata pelajaran dan di sebut dengan
bidang studi biasanya dalam mata pelajaran yang ada di sekolah pendidikan
agama islam mengandung tujuh materi pokok antara lain : Al Quran, Hadits,
keimanan, Akhlak, Bimbingan Ibadah, Fikih, dan sejarah islam lainnya.”1
1 Putri nurina, Pendidikan Agama Islam bagi siswa autis pada sekolah inklusif (Pamulang: Young progressive muslim, 2015), h. 37.
2
Sekolah Islam banyak kegiatan-kegiatan yang membuat siswa
menambah kemampuan muridnya tentang pengetahuan agama dan
pengetahuan umum, kegiatan tersebut bertujuan untuk menjadikan anak
tersebut berguna untuk di masa depannya kelak.
“Kegiatan-kegiatan yang ada di dalam sekolah harus mendapat
dukungan oleh kepala sekolah serta mendapat dukungan dari semua wakil,
dan guru-guru. Karena setiap kebijakan yang di putuskan dalam program
kegiatan sekolah melalui rapat-rapat jurusan dan bidang-bidang kehalian
Kemudian di lanjutkan oleh ketua jurusan dan ditentukan berdasarkan rapat
sekolah. Berdasarkan musyawarah tersebut di tentukan peran dan tugas
masing-masing sesuai dengan bidang keahliannya.”2
Kegiatan ekstrakulikuler yang menambah wawasan keislaman.adalah
Rohani islam (Rohis), di dalam rohis banyak sekali pelajaran yang akan kita
dapatkan serta bisa dikembangkan oleh para murid, karena di dalam rohis
kita di ajarkan bagaimana cara berdakwah yang baik dan bnar serta mudah di
pahami oleh masyarakat luas.
Rohis merupakan suatu kegiatan ekstrakulikuler yang ada di sekolah-
sekolah, kegiatan ini merupakan kegiatan untuk mendalami tentang agama
islam, di dalam sekolah kegiatan rohis mengalami perkembangan yang
begitu signifikan, yaitu dengan kegiatan-kegiatan yang bernuansa islami
mulai dari pemotongan hewan kurban, dll.
Selanjutnya dengan kegiatan rohis di sekolah-sekolah maka dapat
membangun semangat para siswa untuk lebih memperdalam ilmu agama
islam melalui materi-materi yang diberikan oleh para guru maupun para
pembina rohis serta dari anggota rohis tersebut.
“Rohis merupakan organisasi yang berlandaskan konsep nilai
keislaman dan menjadi sarana memperdalam pemahaman agama islam para
anggotanya”.3 Dengan begitu para siswa bisa menambah pemahaman
2 Muniarti, Nasir usman, Implementasi manajemen stratejik dalam pemberdayaan sekolah menengah kejuruan (Bandung: Citapustaka media perintis, 2009), h. 62.
3 Nurul aeni, Rosidin, Pemahaman Agama dalam konteks kebangsaan : Studi kasus pada organisasi rohis sma negeri 1 sragen, Jurnal pendidikan dan kebudayaan, vol , 02, No,2 desember 2017, h.138.
3
tentang syariat agama islam, dengan baik dan benar. Ketika sekolah
mengadakan ekstrakulikuler berupa rohis di harapkan para siswa yang
beragama islam lebih mengedepankan syariat-syariat islam, dengan begitu
suasana di sekolah dapat menjadi tenang dan tentram, selanjutnya para siswa
diharapkan bisa berprilaku sopan dan santun dalam berbicara kepada
guru,orang tua dan teman sebayanya, agar kegiatan rohis yang di ikuti
selama ini tidak sia-sia.
Selanjutnya rohis pun akan lebih baik jika diadakan di Sekolah
Menengah Pertama (SMP). Dalam keadaan begitu maka jiwa remaja yang
demikian itu nampak pula dalam kehidupan agama yang mudah goyah,
timbul kebimbangan, kerisauan dan konflik batin. Kegiatan keislaman yang
ada di sekolah yaitu seperti buka bersama, tabligh akbar, kurban, tafakkur
alam,mentoring keislaman serta kegiatan-kegiatan lainnya diharapkan dapat
membuat para siswa berfikir untuk memilih mana yang baik dan buruk,
karena kalau siswa sendiri tidak mengikuti kegiatan keislaman dengan baik
maka dapat dipastikan kegiatan tersebut hanya menjadi kenangan yang sia-
sia.
Kegiatan tersebut diharapkan dapat menambah erat silaturahmi
antara kepala sekolah, guru, murid, pegawai sekolah dan masyarakat sekitar,
dengan begitu keamanan, kenyamanan di lingkungan tersebut dapat terjamin
dengan baik. Selain itu, adanya kegiatan keislaman ini diharapkan dapat
membimbing siswa untuk menjadi lebih mandiri, melatih kerja sama, dan
kepekaan terhadap lingkungan. Dalam sebuah organisasi, kerja sama sangat
diperlukan, hal ini bertujuan agar acara atau program yang dijalankan dapat
terselenggara dengan baik. Jika suatu organisasi tidak mampu menjalin kerja
sama antar anggotanya, maka dapat dipastikan akan terjadi kekacauan dalam
penyelenggaraan suatu acara. Hal ini disebabkan kurangnya keharmonisan
yang terjalin dalam organisasi tersebut.
“Zuriah mengatakan pembinaan dapat diartikan sebagai kegunaan
yaitu merubah sesuatu sehingga menjadi baru yang memiliki nilai-nilai yang
4
tinggi. Dengan demikian pembinaan juga mengandung makna sebagai
pembaharuan, yaitu melakukan usaha-usaha untuk membuat sesuatu menjadi
lebih sesuai atau cocok dengan kebutuhan dan menjadi lebih baik dan lebih
bermanfaat”.4 Pembinaan merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk
memberikan arahan atau bimbingan untuk memberikan pandangan terhadap
sesuatu yang akan dihadapi. Hal ini juga dapat dikatakan bahwa pembinaan
merupakan salah satu pembekalan yang diberikan kepada seseorang untuk
dapat mempersiapkan diri dalam menjalankan suatu aktivitas.
Situasi tersebut, menyebabkan remaja itu sulit untuk menentukan
pilihan yang tepat, sehingga para remaja cenderung memilih jalan sendiri,
dalam situasi yang demikian itu, maka perilaku menyimpang sangat besar
maka dari itu untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan maka
seorang guru harus bisa memberikan jalan kepada muridnya dengan
memberikan saran untuk mengikuti kegiatan rohis yang ada di Sekolah
Menengah Pertama (SMP).
Dari pihak guru pun sudah mendukung kegiatan atau program-
program yang dijalankan Rohis di sekolah ini, hanya saja minat para
siswa/siswi yang mengikuti kegiatan rohis di sekolah ini tidak begitu
banyak.
Dampak-dampak yang terlihat secara langsung dilihat dari anak-anak
yang mengikuti kegiatan rohis di antaranya yaitu para anggota rohis tidak
lagi disuruh pergi ke masjid, mereka sudah memahami kalau sudah
waktunya azan mereka sudah harus pergi ke masjid, banyak di antara
anggota rohis itu berpakaian sesuai dengan syariat islam, selanjutnya para
anggota rohis juga lebih mengutamakan mengucapkan salam ketika bertemu
dengan orang yang baru dikenal. Karena begitu banyak murid yang belum
begitu kenal satu sama lain.
4Agus Yunita, Saiful Usman, Hasbi Ali, Peran keluarga dalam pembinaan pekerti anak di usia sekolah dasar (suatu penelitian di kecamatan kuta baro kabupaten aceh besar), jurnal ilmiah mahasiswa pendidikan kewarganegaraan unsyiah vol. 1, no 1: 1-2, h. 4.
5
Dampak lainnya yang dapat dilihat yaitu banyak para orang tua
murid berterima kasih kepada para pembina rohis karena telah mendidik
anak-anaknya dalam memahami pelajaran agama islam di luar jam sekolah
dan di harapkan dapat memberikan pelajaran yang lebih agar bisa menjauhi
perbuatan yang di larang oleh Allah dan rasulnya.
Kegiatan rohis kiranya menjadi salah satu peran dalam pembentukan
perilaku keagamaan seorang siswa. Kegiatan yang dilaksanakan di luar jam
pelajaran tatap muka di kelas ini di rasa cukup membangkitkan siswa
terhadap pendidikan agama islam (PAI) dari pada mengikuti proses belajar
mengajar di kelas. Suasana reaktif yang di bentuk akan membuat siswa lebih
senang mengikuti kegiatan, sehingga aspek afektif dan psikomotorik dapat
tersentuh lebih dari sekedar pembelajaran di kelas yang hanya dapat
tersentuh dimensi kognitifnya saja.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan penulis pada kegiatan
ekstrakulikuler Rohis di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN 166
Jakarta) perlu di adakan penelitian untuk mengetahui proses pembinaan rohis
di sekolah tersebut dengan mengunakan etnografi pendidikan islam,
selanjutnya mengetahui pembinaan lanjutan yang akan memberikan dampak
lain pada siswa, serta di harapkan para anggota rohis bisa menjadi panutan
baik di sekolah maupun di masyarakat.
Berdasarkan latar belakang yang di atas penulis terdorong untuk
mengkaji lebih lanjut tentang “Proses Pembinaan Rohis di SMPN 166
Jakarta (penelitian etnografi pendidikan).
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasi
permasalahan sebagai berikut:
1. Minat para siswa/siswi yang mengikuti kegiatan rohis di sekolah ini
tidak begitu banyak.
2. Para anggota rohis tidak lagi disuruh pergi ke masjid, mereka sudah
memahami kalau sudah waktunya azan mereka sudah harus pergi ke
masjid, banyak di antara anggota rohis itu berpakaian sesuai dengan
syariat islam, mengucapkan salam ketika bertemu dengan orang yang
baru dikenal.
3. Para orang tua murid berterima kasih kepada para pembina rohis
karena telah mendidik anak-anaknya dalam memahami pelajaran
agama islam di luar jam sekolah dan di harapkan dapat memberikan
pelajaran yang lebih agar bisa menjauhi perbuatan yang di larang oleh
Allah dan rasulnya.
C. Pembatasan Masalah
Dalam hal ini penelitian dapat dilakukan dengan efektif dan efisien,
maka peneliti membatasi penelitian pada: Proses pembinaan Rohis di SMPN
166 Jakarta. Fokus Penelitian dengan Mengetahui sejauh mana perkembangan
rohis di SMPN 166, Mengetahui program kerja rohis yang berjalan di SMPN
166, Mengetahui perkembangan anggota rohis setelah mengikuti kegiatan
pembinaan rohis, Melaksanakan program kerja yang telah di musyawarahkan,
Evaluasi program kerja yang telah dilaksanakan, Mengetahui dampak-
dampak dari kegiatan rohis bagi masyarakat.
7
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka perumusan
masalah penelitian adalah sebagai berikut: Bagaimana proses pembinaan rohis
di SMPN 166 Jakarta ?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses pembinaan rohis di SMPN 166 Jakarta
2. Untuk menambah khazanah ke islaman yang ada pada saat ini
3. Agar para masyarakat mengetahui semua pelatihan yang ada di
dalam kegiatan rohis
F. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peserta didik, mendapatkan tambahan tentang khazanah islam
dan dapat mengembangkannya kembali
2. Bagi guru di harapkan sebagai motivasi dalam melaksanakan
tugasnya dalam mengajar dengan pengetahuan agama agar bisa di
jadikan contoh untuk para murid-muridnya di sekolah dan di
masyarakat
3. Bagi pihak sekolah, diharapkan tulisan ini sebagai salah satu bahan
pertimbangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan khususnya
dalam pembinaan baik akademik maupun non akademik
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1) Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler
“Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler antar satu sekolah dan
sekolah yang lain bisa saling berbeda. Variasinya sangat ditentukan oleh
kemampuan guru, siswa dan kemampuan sekolah.1
Petunjuk teknis penyusunan program pengembangan diri melalui
kegaitan ekstrakurikuler di sekolah bertujuan untuk memberikan acuan
bagi pendidik dan sayuan pendidikan dalam merancang program
pengembangan diri dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler sesuai
ketentuan dan mekanisme yang telah ditetapkan sehingga hasilnya dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi,
dan perkembangan peserta didik dengan memperhatikan kondisi sekolah.
Petunjuk teknis pengembangan diri untuk kegiatan ekstrakurikuler dapat
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan daya dukung masing-masing
satuan pendidikan.2
Ekstrakurikuler wajib merupakan program ekstrakurikuler yang
harus diikuti oleh seluruh peserta didik, terkecuali bagi peserta didik
dengan kondisi tertenti yang tidak memungkinkan untuk mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Ekstrakurikuler pilihan merupakan
program ekstrakurikuler yang dapat diikuti oleh peserta didik sesuai
dengan bakat dan minatnya masibg-masing. Kata ekstrakurikuler memiliki
kegiatan tambhan di luar rencana pelajaran atau pendidikan tambahan di
luar kurikulum. Dengan demikian, kegiatan ekstrakurikuler merupakan
1 Eka Prihatin, Manajemen Peserta Didik, (Bandung: Alfabet, 2011), h. 159. 2 Ibid., (Bandung: Alfabet, 2011), h. 140.
9
untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia yang dimiliki
potensi peserta didik.3
“Menurut arikunto S yang dimaksud dengan program ialah
sederetan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan, di
luar struktur program yang pada umumnya merupakan kegiatan pilihan.4
Untuk mendefinisikan pengertian kegiatan ekstrakurikuler akan
dikemukakan pendapat Ambo Elo Adam dan Ismail Tolla (1987: 90) yang
mengemukakan bahwa hegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan
pendidikan di luar ketentuan kurikulum yang berlaku di sekolah sebagai
penunjang pendidikan formal yang berlangsung di dalam sekolah.
Kegiatan tersebut, merupakan bentuk kegiatan di luar program kurikulum
sekolah, yang diberikan kepada peserta didik sebagai penunjang
pendidikan formal dan dimaksudkan sebagai bentuk pengembangan salah
satu bidang pelajaran yang diminati oleh siswa, seperti olah raga, kesenian
dan lain sebagainya. Begitu urgennya kegiatan tersebut, sehingga
mempunyai relevansi yang tinggi terhadap program pendidikan formal
lainnya.5
Kegiatan pengembangan diri meruapakan upaya pembentukan
watak dan kpribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan
layanan konseling dan kegaiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler
merupakan wadah yang disedikan oleh satuan pendidikan
untukmenyalurkan minat, bakat, hobi, kepribadian dam kreativitas peserta
didik yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mendeteksi talenta peserta
didik.6
3 Kompri, Manajemen Pendidikan Kompene-Kompenen, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2015), h. 224. 4 Eka Prihatin, Op.Cit., h. 159. 5 Novianty Djafri, Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Pada Pesantren Al-Khaerat Kota Gorontalo,Jurnal Inovasi, Volume 5, Nomor 3, September 2008.
h. 137. 6 Badrudin, Manajemen Peserta Didik, (Jakarta: Indeks, 2014), h. 140.
10
2) Tujuan dan Ruang Lingkup Ekstrakurikuler
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di sembah menurut
Direktorat pendidikan menengah kejuruan adalah
a. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatan kemampuan siswa
beraspek kognitif, efektif, psikomotorik.
b. Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan
pribadi menuju pembinaan.
c. Dapat mengetahui, mengenal serta membedakan antara hubungan satu
pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.7
Ruang lingkup kegiatan penyusunan program pengembangan diri
dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler meliputi:8
a. Penugasan pada wakasek bidang akademik atau kurikulum dan
wakasek bidang kepesertadidikan.
b. Pemberian arahan teknis
c. Pembuatan perencaan kegiatan untuk penyusunan program
pengembangan diri untuk kegiatan ekstrakurikuler
d. Penyusunan rambu-rambu tentang mekanisme program
pengembangan diri untuk kegaitan ekstrakurikuler
e. Analisis kebutuhan dan kesesuaian yang meliputi analisis
kebutuhan, bakat dan minat peserta didik, dan analisis kesesuaian
kondisi satuan pendidikan.
f. Penyusunan draf program pengembangan diri untuk kegiatan
ekstrakurikuler.
g. Review dan revisi draf program pengembangan diri untuk kegiatan
ekstrakurikuler.
h. Penentuan kelayakan hasil riview dan revisi program
pengembangan diri untuk kegiatan ekstrakurikuler.
7 Eka Prihatin, Op.Cit., h. 160. 8 Badrudin, Op.Cit., h. 141.
11
i. Finalisasi program pengemabnagan diri untuk kegiatan
ekstrakurikuler.
j. Pengesahan program pengembangan diri untuk kegiatan
ekstrakurikuler.
k. Penggandaan dan pendistribusian program pengembangan diri
untuk kegiatan ekstrakurikuler.
3) Jenis dan pelaksaanaan kegaiatan ekstrakurikuler
Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler
a. Pramuka Sekolah
b. Oalahraga dan kesenian
c. Kebersihan dan keamanan sekolah
d. Tabungan pelajar dan Pramuka (tapelpram)
e. Majalah sekolah
f. Warung/kantin sekolah
g. Usaha kesehatan sekolah
Selanjutnya menurut Depdikbud kegaitan ekstrakurikuler dibagi
menjadi dua jenis yaitu:
a. Kegiatan yang bersifat sesaat misalnya: Karyawisata, bakti
sosial.
b. Jenis kegiatan yang bersifat kelanjutan, misalnya pramuka,
PMR dan sebagainya.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis
kegaitan Ekstrakurikuler dapat dibagi menjadi dua jenis:
a. Kegaitan ekstrakurikuler yang bersifat atau berkelanjutan, yaitu
jenis kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan secara terus
menerus selama satu periode tertentu. Untuk menyelesaikan satu
program kegiatan ekstrakurikuler ini biasanya diperlukan waktu
yang lama.
12
b. Kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat pendidik atau sesaat yaitu
kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksankan waktu-waktu tertentu
saja.9
Kegiatan ekstrakurikuler yang dapat diselengarakan lembaga
pendidikan, yaitu:10
a. Keluarga Remaja Masjid (KRM) atau Dewan Masjid Sekolah.
b. Pramuka/ Kepanduan/Hizbul Wathan.
c. Palang Merah Remaja (PMR) atau Sabit Merah Remaja (SMR).
d. Patroli Kemanan Sekolah (PKS) atau polisi kecil (TK/SD).
e. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) atau Dokter Kecil (TK/SD).
f. Jurnalistik/kewartawanan atau wartawan cilik (TK/SD) dengan sub
kegaiatan bulletin, majalah dinding (mading), majalah sekolah dan
sebagainya.
g. Kegiatan kesusatraan dan kesenian, seperti puisi, deklamasi, tater, seni
rupa, seni music, seni vocal, dan sebagainya.
h. Kegiatan olahraga seperti sepak bola, bulu tangkis, renang, memanah,
atletik, bakset, volley, catur, dan sebagainya.
i. Kegaiatan lainnya, seperti tata boga (memasak), tata busana (menjahit,
mendesain), tata laksana rumah tangga, perbengkelan, pertukangan,
elektronika, dan sebagainya.
9 Eka Prihatin, Op.Cit., h. 160. 10 Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 144.
13
4) Proses
Proses adalah suatu serangkaian langkah sistematis atau tahapan
yang jelas demi menacapai tujuan yang telah dibuat, di dalam proses
semua kegiatan yang salah dapat dilakukan berulang-ulang agar terhindar
dari kesalahan yang telah dilakukan sebelumnya.proses dapat di lakukan
dimana saja dan kapan saja, karena proses membutuhkan waktu yang
tidak terbatas. Selanjutnya proses dapat di jadikan acuan untuk
memahami semua kegiatan-kegiatan yang akan di kerjakan dengan begitu
semuanya akan berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah di buat,
semua kegiatan pasti ada prosedur yang harus di lalui agar tidak keluar
dari jalurnya.“Proses adalah sesuatu yang dimulai dari perencanaan,
desain produksi sampai dengan fungsi-fungsi konsumen (kebutuhan,
keinginan, dan ekspektasi)”.11
Proses merupakan sesuatu yang telah direncanakan sesuai dengan
hasil musyawarah, dengan begitu maka proses yang akan berjalan di
harapkan sesuai dengan rencana. Dengan begitu dapat di lanjutkan
dengan desain produksi yang dapat memenuhi keinginan para pelanggan,
dengan begitun dapat diambil masukkan dari para pelanggan contohnya
anggota rohis. Proses selanjutnya yaitu dengan adanya desain produksi
diharapkan dapat menciptakan suatu produksi-produksi yang baru, yang
dapat memenuhi semua keinginan para konsumen khususnya di dalam
Rohis, diharapkan akan ada progam-program yang baru, serta dapat
memenuhi keinginan para anggota rohis dengan begitu akan muncul
program-program lainnya dalam kegiatan rohis.
Menurut Nugroho J. Setiadi “Proses merupakan perubahan atau
serangkaian tindakan serta peristiwa selama beberapa waktu dan yang
menuju suatu hasil tertentu”.12
11 Anang Hidayat, Strategi Six Sigma: Peta Pengembangan Kualitas dan Kinerja Bisnis
(Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2007), h. 28.
12 Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen (Jakarta: Kencana, 2003), h. 169.
14
Setiap proses yang dilakukan harus mempunyai rencana yang
matang, agar semua yang telah di rencanakan berjalan dengan baik, di
dalam proses pasti akan ada halangan maupun rintangan yang dapat
membuat seseorang akan berubah menjadi lebih baik, maka orang yang
ada di sekitarnya harus bisa mendukung setiap proses-proses yang akan di
jalani orang tersebut.
Di dalam proses rohis pun akan mengalami namanya perubahan,
karena wajar perubahan itu terjadi, dengan adanya perubahan tersebut
rohis pun akan semakin berkembang dari yang dulunya begitu saja,
sekarang akan berubah menjadi lebih baik dan tujuan yang telah di
rencakan akan tercapai dengan yang lebih.
Proses menurut michael hammer dalam bukunya beyond
reenginnering mendefinisikan proses sebagai kumpulan task yang bekerja
secara bersama untuk menghasilkan value bagi costumer.
Menurut Rahmat “Proses adalah prosedur atau mekanisme
pembuatan kebijakan kesehatan, bersifat politis, melibatkan berbagai
kelompok kepentingan yang berbeda bahkan bertentangan (atake holder,
pejabat pemeririntah, pejabat negara, lembaga pemerintah, lingkungan
masyarakat, termasuk Partai Politik dan asosiasi profesi serta kelompok
masyarakat lainnya)”.13
Di dalam sebuah proses memiliki standar, karena jika tidak ada
standar prosesnya semua akan tidak jelas arahnya, maka dari semua
kegiatan harus ada standar yang di gunakan karena tidak semua manusia
dapat melaksanakan semua dengan sempurna, maka dari itu perlu standar
proses atau pencapaian minimal dalam sebuah kegiatan yang akan di
perbuat.
13 Rahmat Alyakin Dachi, Proses dan Analisis Kebijakan Kesehatan: Suatu Pendekatan
Konseptual (Yogyakarta: Deepublish, 2017), h. 41.
15
Menurut Maruli Pardamean “standar proses diartikan sebagai
suatu cara, metode, dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber
(tenaga kerja, mesin, bahan, dan dana) yang ada diubah untuk
memperoleh suatu hasil”.14
Dari pendapat-pendapat tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa
proses adalah sebuah jalan untuk memulai semua tujuan dengan melalui
persiapan-persiapan yang matang agar semua tujuan dapat dicapai dengan
proses yang sesuai dengan prosedur, dan misalnya mengalami kesalahan
maka harus cepat merubahnya agar sampai pada tujuan yang sebenarnya.
Kaitanya dengan kegiatan rohis adalah bahwa semua kegiatan
yang ada di dalam rohis harus bisa dilakukan dengan proses-proses yang
sesuia dengan standar yang telah di tentukan oleh pihak sekolah, agar
tidak terjadi kesalapahaman antar kepala sekolah dengan guru
pembimbing rohis, dengan adanya proses ini di harapkan proses
pembinaan rohis berjalann dengan baik.
Proses yang ada di dalam rohis di antaranya yaitu proses belajar
mnembaca al quran dengan baik serta sesuai dengan tajwidnya,
berkumpul dengan teman, bergaul dengan masyarakat luas, cara
memotong hewan kurban, mengurus jenazah dll. Dengan begitu
diharapkan para siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler rohis
dapat memahami proses-proses yang akan dilakukan pada saat kegiatan
rohis berlangsung.
Dengan begitu para siswa dapat mengikutinya dengan sungguh-
sungguh. Proses kegiatan rohis alangkah baiknya langsung dipraktekan
setelah di berikan teori-teori yang berkaitan dengan rohis agar para
anggota rohis dapat mempraktekannya dengan baik. Dengan demikian
setiap siswa yang mengikuti kegiatan rohis dapat merasakan semua
proses yang akan di jalankan ke depannya.
14 Maruli Pardamean, Kupas Tuntas Agribisnis Kelapa Sawit: Mengelola Kebun dan
pabrik Kelapa Sawit Secara Efektif dan Efisien (Jakarta: Swadaya, 2017), h.12.
16
Maka untuk mempermudah mengikuti proses yang akan diikuti,
pembina rohis bisa memantaunya dengan melalui media elektronik
maupun media cetak, seperti membuat absen setiap pertemuan, materi
yang akan diajarkan, serta praktek yang akan diikuti oleh para anggota
rohis. Serta meminta masukan dari dewan guru untuk memantau sejauh
mana para anggota rohis tersebut berkembang.
Semua proses yang dilakukan bisa dijadikan tolak ukur dalam
keberhasilan seseorang, dengan proses semua orang akan bisa
menentukan jalan untuk menuju sebuah tujuan yang akan di capainya.
Proses yang dilaksanakan mengikuti prosedur yang telah di tentukan
maka akan sukses dicapainya. Begitun sebaliknya, tetapi jika sudah sesuai
dengan prosedur tetapi tetap gagal maka dapat di cari akar dari kegagalan
tersebut.
Proses pun sebuah kegiatan yang tidak bisa di hindarkan dari
kehidupan yang ada di dunia ini, karena kehidupan tanpa proses semua
yang ada di alam jagat raya ini akan berjalan dengan tidak teratur karena
tidak ada proses atau prosedur yang dilewati. Maka dengan adanya
proses semua akan berjalan dengan baik.
Semua kesuksesan kegiatan yang ada di dunia ini melalui sebuah
proses, karena jika tidak ada proses maka tidak akan ada perjalanan
hidup yang sukses dan yang gagal, semua itu berjalan sesuai dengan
pilihan dari manusia tersebut, karena semua dalam kehidupan ini tidak di
tentukan oleh hasil, melainkan di tentukan oleh proses, jika dalam proses
bersungguh-sungguh maka hasilnya pun akan sukses, sebaliknya jika
disaat proses malas maka hasilnya pun akan jelek. Tapi semua itu di
tentukan oleh manusia itu tersebut.
17
5) Pembinaan
Pembinaan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
memberikan orang tersebut perubahan yang lebih baik, serta dapat
membuatnya akan lebih maju dan sukses, pembinaan yang dilakukan
akan dilaksanakan secara terus menerus dan berharapkan pembinaan
tersebut berhasil.
Akmal Hawi mengatakan “kata pembinaan dimengerti sebagai
terjemahan dari kata training yang berarti latihan, pendidikan,
pembinaan. Pembinaan menekankan manusia pada segi praktis,
pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan”.15
Pembinaan yang dilaksanakan dapat menjadikan orang tersebut
lebih praktis, serta dapat meningkatkan kemampuan seseorang agar
menjadi lebih baik, dengan begitu pembinaan yang dilakukan tidak akan
sia-sia dilaksanakan. Pembinaan juga dapat dijadikan sebagai latihan
untuk menghadapi kehidupan ini.
Pembinaan dapat membuat akhlak seseorang berubah dari yang
tidak baik menjadi baik, dan akan menjadi lebih baik lagi jika
pembinaanya dilakukan secara personal maupun secara kelompok.
Pembinaan yang dilakukan di harapkan menjadikan manusia tersebut
menjadi lebih mempunya etika dalam bergaul, serta menjadikan
seseorang yang mempunyai kreatifitas dan skill yang meningkat.
Menurut Syadam “pembinaan adalah pembaharuan atau usaha,
tindakan, atau kegiatan yang dilaksanakan secara berdaya guna dan
berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik”.16 Pembinaan
adalah proses perbuatan, pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan,
15 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2013), h. 85.
16 Gouzali Saydam, Manajemen dan Bawahan, (Jakarta: Djambatan, 1996), h. 408.
18
dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus untuk memperoleh
hasil yang lebih baik.17
Pembinaan juga bisa merubah image seseorang yang telah dicap
jelek oleh masyarakat, dengan mengikuti pembinaan yang dilakukan oleh
lembaga-lembaga maupun oleh seseorang guru diharapkan masyarakat
dapat merubah pandangan tentang orang tersebut. Dengan adanya
pembinaan diharapkan akan ada perubahan-perubahan yang segnifikan
dalam diri seseorang, karena jika seseorang tidak ada perubahan maka
pembinaan tersebut belum berhasil, maka akan dilanjutkan kembali
pembinaan tersebut.
Pembinaan dilakukan untuk memberikan perubahan-perubahan
yang lebih baik, karena di dalam pembinaan akan ada kegiatan atau
usaha yang dapat membuat tujuan tersebut berhasil, pembinaan pun
harus di lakukan terus menerus tanpa mengenal lelah apapun hasilnya.
Menurut Miftah Toha dalam Jurnal Muhammad Ridwan
”Pembinaan juga dapat diartikan sebagai suatu tindakan, proses, hasil,
atau pernyataan menjadi lebih baik, dalam hal ini menunjukkan adanya
kemajuan, peningkatan pertumbuhan, evolusi atas berbagai kemungkinan,
berkembang, atau peningkatan atas sesuatu. Terdapat dua unsur dari
pengertian ini yaitu pembinaan dapat berupa suatu tindakan, proses, atau
pernyataan tujuan, dan kedua pembinaan dapat merujuk pada “perbaikan”
atas sesuatu”.18
Pembinaan yang akan berhasil harus melauli proses yang tidak
begitu mudah karena banyak usaha-usaha yang harus di lalui karena tidak
mudah untuk melakukan pembinaan tanpa usaha,dukungan serta ilmu
penegetahuan yang ada. Semua itu akan sukses jika pembinaan yang
dilakukan oleh seseorang dengan memiliki sifat sabar.
17 Lina Hadiawati,“Pembinaan Keagamaan sebagai Upaya Meningkatkan
KesadaranSiswa Melaksanakan Ibadah Shalat (Penelitian di Kelas X dan XI SMK Plus Qurrota ‘Ayun Kecamatan Samarang Kabupaten Garut)”, Jurnal Pendidikan Universitas Garut. Vol. 02, No. 01;2008, h. 19. 18 Muh ridwan, Hartutiningsih, Mass’ad hatuwe, Pembinaan industri kecil dan
menengah pada dinas perindustrian, pedagang, koperasi dan Umkm kota bontang, Jurnal
administrative reform, vol. 2, No. 2, 2014, h 191.
19
Di dalam pembinaan akan membuat orang tersebut berubah lebih
baik daripada yang kemarin, sebelum melakukan pembinaan harus di
tentukan tujuan utama dari pembinaan tersebut, selanjutnya di tentukan
proses-proses yang harus di lalui, setelah itu di pantau perkembangan
yang telah di capainya. Dengan begitu pembinaan tersebut dapat menjadi
perbaikan yang bagus untuk kedepannya.
“Pembinaan dapat dilakukan melalui beberapa cara diantaranya:1)
Pemberian kesempatan dan dorongan untuk mengembangkan karier 2)
Pemberian penghargaan atas jasa atau kebaktiannya terhadap organisasi,
baik material atau inmaterial 3) Pendisiplinan kerja pegawai 4) Pemberian
kesempatan berhimpun dalam organisasi kepegawaian 5) Pemberian
fasilitas kerja dan sosial yang adil.”19
Dengan adanya pembinaan maka sesuatau yang awalnya tidak
begitu baik bisa menjadi lebih baik di karenakan adanya pembinaan yang
dilakukan terus menerus, karena usaha dilakukannya pembinaan itu atas
keinginan untuk berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Dari beberapa tokoh diatas dapat di simpulkan bahwa pembinaan
merupakan latihan atau pengembangan kemampuan seseorang agar lebih
baik, dengan mengikuti pembinaan maka kemampuan seseorang bisa
menjadi lebih dari yang sebelumnya, dan pembinaan bertujuan untuk
memberikan jalan keluar jika ada kegagalan.
Pembinaan juga dapat digunakan jika kesalahan-kesalahan yang
dilakuan oleh seseorang untuk berubah menjadi lebih baik lagi, kegiatan
pembinaan yang di lakukan di dalam rohis di laksanakan untuk
menjadikan para murid dapat memahami ajaran agama islam secara utuh
dan benar, pembinaan yang dilakukan tidak bisa hanya sekali saja di
19 Yuslim, Djumadi, Sugandi, Pembinaan sumber daya aparatur dalam
meningkatakn pelayanan publik di kantor camat tenggarong kabupaten kutai kartanegara
(studi implementasi peraturan pemerintah No. 42 tahun 2004, Jurnal administrative reform ,
vol. 1. No. 3, 2013, h. 573.
20
lakukan tetapi pembinaan harus di lakukan secara terus-menerus agar
para murid tidak mengulangi kesalahan yang telah di perbuat.
Kegiatan pembinaan dapat dilanjutkan dengan pelatihan-pelatihan
yang dapat membuat para murid memahami pembinaan yang di lakukan,
dengan memberikan latihan-latihan dengan melalui media pembelajaran
yang dapat membuat murid memahami dengan mudah dan itu gampang
di laksanakan, setelah pembinaan berjalan diharapkan para murid bisa
menerapkannya baik di sekolah maupun di masyarakat.
Pembinaan yang di lakukan disekolah pada umumnya biasanya
dilakukan pada saat jam masuk kelas, guru yang melakukannya yaitu
guru bimbingan konseling, guru bimbingan konseling akan memberikan
pembinaan terkait dengan peraturan sekolah, hukuman bagi yang
melanggar dan bagi murid yang taat terhadap aturan, selain itu guru
bimbingan konseling juga mempunyai tugas untuk membimbing
memberikan arahan dalam memilih perguruan tinggi yang di inginkan
oleh murid.
Selanjutnya jika akan di lakukan bimbingan dalam materi agama
biasanya guru bimbingan konseling memberikan arahan kepada murid-
murid untuk mengikuti eskul rohis, mengikuti kegitan rohis para murid
pun akan di berikan bimbingan agam dengan di ajarkan kitab-kitab,
membaca al quran dengan benar, di berikan materi-materi yang kiranya
dapat di pahami dengan murid dengan cepat dan mudah. Di dalam
kegiatan rohis semua para murid di beri bimbingan yang sama dan itu
bisa di lakukan oleh para murid.
Dengan mengikuti pembinaan yang ada di dalam rohis para murid
bisa merubah akhlak,akidah,serta memberikan contoh untuk para murid
yang tidak mengikuti kegiatan rohis, pembinaan yang di berikan di rohis
pun bisa berguna untuk masa depan para murid yang mengikuti rohis,
21
karena mereka akan di bimbing bagaimana cara hidup yang islami dan
berkemajuan dengan baik.
Di dalam pembinaan baik guru agama islam maupun guru
bimbingan konseling akan menggunakan metode yang berbeda-beda,
karena pembinaan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan, sifat dan
waktu untuk murid yang masih labil, maka baik guru agama islam
maupun guru bimbingan konseling bisa memahami murid tersebut, agar
para murid bisa menangkap semua bimbingan yang di berikan dengan
mudah, setiap pembinaan yang dilakukan harus di berikan dengan rasa
ikhlas dan sabar, karena tidak semua murid gampang menangkap dengan
mudah pembinaan yang di berikan oleh guru tersebut.
Dengan adanya pembinaan dari guru pendidikan agama islam
maupun oleh guru bimbingan konseling diharapkan bisa menjadi pilihan
untuk memilih baik itu jalan keluar yang telah dihadapi oleh siswa
maupun memberikan masukan kepada teman sebayanya, karena itu untuk
menerapkan pembinaan yang telah di berikan baik oleh guru pendidikan
agama islam maupun oleh guru bimbingan konseling seorang siswa harus
bisa memilih pembinaan yang tepat.
Pembinaan merupakan suatu jalan keluar yang dapat di jadikan
jalan keluar jika orang tersebut melakukan suatu kesalahan. Jika orang
berbuat salah tidak dilakukan pembinaan maka itu merupakan suatu
kegiatan yang akan membuat orang tersebut mengulanginya kembali
maka harapannya pembinaan harus terus di lakukan supaya orang tersebut
tidak melakukannya kembali.
1. Karakteristik Pembinaan
Pembinaan memiliki sifat-sifat khusus atau karakteristik
yang dapat dibedakan dari suatu kegiatan tertentu. Wendell dan
Cecil merumuskan suatu isu yang mengidentifikasikan sifat-
sifat dari kegiatan pembinaan ini yaitu:
22
a) Lebih memberikan penekanan, walaupun tidak ekslusif
pada proses kelompok dan organisasi dibandingkan
dengan isi yang substantif.
b) Memberikan penekanan pada kerja tim sebagai suatu
kunci untuk proses belajar yang lebih efektif mengenai
berbagai perilaku.
c) Memberikan penekanan pada manajemen yang
kolaboratif dari budaya kerja tim.
d) Memberikan penekanan pada manajemen yang
berbudaya sistem keseluruhan.
e) Menggunakan para ahli perilaku sebagai agen
pembaharuan atau katalisator.
f) Suatu pemikiran dari usaha-usaha perubahan yang
ditujukan bagi proses-proses yang sedang berlangsung.
Dengan memahami karakteristik di atas, maka pembinaan
dapat dibedakan dengan usaha-usaha pembaharuan lainnya melalui
nilai perubahan, pengembangan, atau pembinaan yang dapat
dijadikan sebagai ukuran dalam membatasi makna pembinaan
dengan usaha-usaha pembaharuan dan pembinaan lainnya.20
2. Tujuan Pembinaan
Setiap organisasi tentunya memiliki tujuan pembinaan yang
berbeda-beda dalam mengembangkan dan membina organisasinya.
Pada dasarnya pembinaan terbagi menjadi dua tujuan yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus. Beberapa tujuan yang akan dipaparkan
berikut ini merupakan tujuan umum yang pembinaan organisasi yang
sekiranya dapat meliputi tujuan-tujuan khusus dari masing-masing
organisasi antara lain sebagai berikut:
a) Untuk meningkatkan tingkat kepercayaan dan dukungan
di antara para anggota organisasi. Tujuan ini tercermin
20 Ibid., h. 212-213.
23
dari pengertian kolaborasi di atas yang ingin menciptakan
nilai kepercayaan antara atasan dan atasan, atasan-
bawahan, dan antara para bawahan.
b) Untuk meningkatkan kesadaran berkonfrontasi dengan
masalah-masalah organisasi, baik dalam kelompok
maupun di antara anggota-anggota kelompok. Tujuan ini
bermaksud bahwa jika terdapat masalah di dalam
organisasi, maka masalah tersebut tidak boleh dibiarkan.
Dengan adanya pembinaan organisasi semua masalah
harus dapat dipecahkan dan diatasi. Tujuan pembinaan
organsasi adalah untuk memecahkan masalah secara
tuntas.
c) Meningkatkan suatu lingkungan “kewenangan dalam
tugas” yang didasarkan atas pengetahuan dan
keterampilan. Hal ini berarti bahwa setiap tugas dan
peranan yang di dalamnya melekat kewenangan untuk
melakukan tugas dan peran tersebut hendaknya didasarkan
atas pengetahuan dan keterampilan. Tidak didasarkan atas
pilih kasih, dan perasaan suka maupun tidak suka.
Pembinaan didasarkan pada ilmu pengetahuan, akal sehat
dan didukung oleh berbagai keterampilan tertentu. Bukan
didasarkan atas emosi.
d) Untuk meningktakan tingkat keterbukaan dalam
berkomunikasi baik vertikal, horizontal maupun diagonal.
Tujuan ini mengenal kerahasiaan, artinya bahwa aktivitas
pembinaan itu bukanlah misterius dan serba rahasia.
e) Untuk meningkatkan semangat serta kepuasan orang-
orang yang berada di dalam organisasi. Semangat kerja
yang ada dan kepuasan yang diperoleh semua orang di
dalam organisasi melalui pembinaan dapat ditingkatkan.
24
Dengan demikian, pembinaan lebih berorientasi pada segi
personal dibandingkan dengan segi nonpersonal.
f) Untuk mendapat pemecahan masalah yang sinergitik
terhadap masalah yang memiliki frekuensi yang besar.
Pemecahan masalah yang sinergitik ini dapat diartikan
sebagai jumlah energi dari suatu kelompok yang dapat
dikendalikan. Pemecahan maslaah seperti ini merupakan
pemecahan yang kreatif. Pada jenis pemecahan masalah
seperti ini semua pihak menekankan pada kerja sama
dibandingkan dengan mengandalkan persaingan dalam
konflik.
Untuk meningkatkan pertanggungjawaban pribadi dan
kelompok baik di dalam pemecahan masalah dan implementasi
rencana.21
3. Macam – Macam Pembinaan
A.M. Manguharjono dalam Jurnal Erna Hayati
mengatakan bahwa ada beberapa macam pembinaan, yaitu:
a) Pembinaan orientasi, orientation training program,
diadakan untuk sekelompok orang yang baru masuk
dalam bidang kehidupan dan kerja,bagi orang yang sama
sekali belum berpengalaman dalam bidangnya, bagi orang
yang sudah berpengalaman pembinaan orientasi
membantunya untuk mengetahui perkembangan dalam
bidangnya.
b) Pembinaan kecakapan,skill training,diadakan untuk
membantu para peserta guna mengembangkan kecakapan
yang sudah di miliki atau mendapatkan kecakapan baru
yang di perlukan untuk pelaksanaan tugasnya.
c) Pembinaan pengembangan kepribadian Pembinaan
kepribadian, personality developmen training,juga
21 Ibid., h. 216-218.
25
pembinaan pengembangan sikap.Tekanan pembinaan ini
berguna untuk membantu para peserta,agar mengenal dan
mengembangkan diri menurut gambaran atau cita-cita
hidup yang benar dan sehat.
d) Pembinaan kerja (in-service training), diadakan oleh suatu
lembaga usaha bagi para anggotanya. Maka pada dasarnya
pembinaan diadakan bagi mereka yang sudah bekerja
dalam bidang tertentu.
e) Pembinaan penyegaran (refresing training), hampir sama
dengan pembinaan kerja. Hanya bedanya, dalam
pembinaan penyegaran biasanya tidak ada penyajian hal
yang sama sekali baru, tetapi sekedarpenembahan
cakrawali pada pengetahuan dan kecakapan yang sudah
ada.
f) Pembinaan lapangan (field training), bertujuan untuk
menempatkan para peserta dalam situasi nyata, agar
mendapat pengetahuan dan memperoleh pengalaman
langsung dalam bidang yang diolah dalam pembinaan.22
6) Pengertian Rohani Islam (Rohis)
“Organisasi Rohis dalam suatu sekolah memiliki peranan yang
penting dalam meningkatkan kecerdasan spiritual siswa selain dari pihak
keluarga danmasyarakat.”23
Dengan adanya rohis di harapkan bisa menjadikan wadah untuk
mendidik siswa tentang ajaran agama islam yang ada pada saat ini, dengan
mengikuti kegiatan rohis di harapkan para siswa bisa menjadi lebih
semangat dalam menuntut ilmu, dengan harapan baik itu dalam segi
22 Erna hayati, Muhammad yunus, Siti nisrima, “Pembinaan perilaku sosial remaja
penghuni yayasan islam media kasih kota banda aceh”, jurnal ilmiah mahasiswa pendidikan
kenegaraan unsyiah, vol. 1, No. 1 : 192-204, 2016, h. 197-198.
23 Badrus zaman, Pelaksanaan mentoring ekstrakulikuler rohani islam (rohis) dalam
meningkatkan kecerdasan spiritual siswa kelas X di SMAN 3 boyolali tahun ajaran 2015-2016,
jurnal inspirasi, vol. 1, No. 1, 2017 h. 143.
26
prestasi maupun segi ketrampilan bisa lebih maju, selain itu dengan
mengikuti rohis pun para siswa bisa berfikir lebih luas tentang ajaran
agama islam yang ada di muka bumi ini.
Selanjutnya dengan adanya rohis maka semua kegiatan yang
berkaitan dengan peringatan hari besar islam, bisa dilaksanakan sesuai
syariat ajaran islam, maka dengan dirayakannya hari besar islam maka
diharapkan para siswa bisa mengambil pelajaran tentang ajaran islam
dengan baik. Harapannya dengan memahami tentang syariat dan hari raya
besar islam maka para siswa pun akan menerapkannya baik itu di sekolah
maupun di masyarakat luas.
Di dalam rohis semua siswa pun akan di berikan ilmu ketrampilan
yang dapat digunakan untuk di masyarakat sekitar, karena jika seorang
siswa hanya di berikan teori ajaran islam tanpa praktek akan sulit untuk di
pahami, karena jika hanya teori maka akan membuat siswa itu menjadi
bingung, maka dari itu untuk memudahkan pemahaman siswa dalam
meningkatkan ketrampilan siswa di butuhkan teori dan praktek agar siswa
pun bisa memahaminya dengan baik.
Setelah diberikan teori dan praktek maka ketrampilan siswa pun
akan lebih terasah lagi dalam memahami ajaran-ajaran agama islam yang
di berikan baik oleh kepala sekolah, wakil kesiswaan,guru pendidikan
agama islam (PAI), pembina rohis.
“Menurut Puji Lestari dalam jurnal Badrus zaman Bagian
kerohanian merupakan salah satu elemen penggerak jalannya roda
organisasi kelembagaan yang bergerak dalam pembinaan spiritual sebagai
pemenuhan kebutuhan kerohanian siswa anggota Rohis.”
Dengan mengikuti ekstrakulikuler rohis maka para anggota rohis
bisa bergerak dibidang organisasi lainnya. Karena di dalam rohis di
berikan bimbingan rohani merupakan suatu roda penggerak untuk
lembaga-lembaga yang lain. Karena jika tidak ada rohis maka kegiatan
27
kerohanian di sekolah pun kurang lengkap. Karena banyak siswa yang
sekolah di sini beragama islam.
Selanjutnya dengan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler rohis di
harapkan para siswa bisa mengenal agama lebih dalam lagi, karena di
dalam kegiatan rohis yang dijadikan tolak ukur untuk meningkatakan mutu
pendidikan agama islam (PAI), oleh karena itu semua kegiatan baik dari
sisi organisasi, struktural, materi yang di berikan harus sesuai dengan
landasan dari pelajaran pendidikan agama islam (PAI).
Dengan mengikuti kegiatan rohis para siswa pun bisa merubah
dirinya menjadi sesorang yang memiliki moral yang baik, dengan begitu
kegiatan rohis yang diikutinya memiliki dampak positif terhadap dirinya,
dan dapat merubah watak seseorang tersebut dengan menjadikan orang
yang berguna bagi bangsa dan negara.
“Menurut Koesmarwanti dan Nugroho Widiyantoro dalam Jurnal
Badrus Zaman kata “kerohanian Islam” ini sering disebut dengan istilah
“Rohis” yang berarti sebagai suatu wadah besar yang dimiliki oleh siswa
untuk menjalankan aktivitas dakwah di sekolah”.24
Dengan adanya rohis semua kegiatan dakwah yang ada di dalam
ajaran agama islam dapat dilakukan di sekolah dengan harapan para siswa
yang mengikuti kegiatan rohis dapat memberikan dakwah-dakwah islam
baik secara teori maupun secara lengsung, dengan adanya dakwah yang
langsung tersebut, maka akan muncul calon-calon ustad baik di sekolah
dan di dalam masyarakat luas.
Dakwah yang dilakukan di sekolah yaitu dengan kultum setelah
sholat zuhur, maupun sholat zuhur dan ashar itu sebagai dakwah yang
dapat dilakukan setiap hari, dakwah tersebut pun dilakukan oleh para
siswa yang di tunjuk oleh guru pendidikan agama islam (PAI) untuk
berusaha berani berbicara di depan umum dengan memberikan materi-
24 Ibid., h. 148.
28
materi tentang agama islam, maupun tentang keadaan islam pada zaman
sekarang.
Pada hari besar islam rohis akan membuat acara untuk
memperingati hari besar islam tersebut dan di dalam rohis itu akan di
tunjuk siapa penanggung jawab acara, ketua acara dll. Dengan adanyan
penunjukkan tersebut para anggota rohis akan belajar bagaimana cara
berorganisasi yang baik.
“Sebagaimana organisasi kesiswaan lainnya, rohis juga memiliki
struktur organisasi, seperti ketua,wakil ketua,bendahara,sekertaris, dan
divisi-divisi yang bertugas pada bagiannya masing-masing.”25
Dengan adanya rohis maka para remaja pun bisa lebih aktif di
masyarakat. Karena dengan adanya rohis di harapkan para remaja benar-
benar melaksanakan kegiatan keagaman yang dapat memajukan agama
islam. Di rohis pun para remaja pun dapat mengembangkan bakatnya
masing-masing. Baik dari segi mental maupun kreatifitas.
Jadi, Rohis merupakan sebuah organisasi bernuansa rohani yang
bertujuan untuk mencerdaskan nilai-nilai spiritual siswa untuk dapat
bersaing dengan kemajuan zaman yang penuh dengan tantangan ini,
sehingga siswa dapat membentengi diri mereka dari pengaruh sosial yang
memiliki dampak negatif bagi masa depan mereka.
1. Tujuan Rohis
Terdapat dua tujuan Rohis yaitu:
a. Tujuan Umum
1) Membentuk individu mewujudkan dirinya menjadi
manusia seutuhnya agar mencapai kegiatan hidup di
dunia dan akhirat.
25 Nurul aeni, Rosidin, “Pemahaman agama dalam konteks kebangsaan : Studi
Kasus pada Organisasi Rohis SMA Negeri 1 Sragen, 2017”, Jurnal pendidikan dan
kebudayaan, h.138.
29
2) Membuat seseorang menjadi sehat baik secara jasmani
dan rohani.
3) Dapat Meningkatkan kualitas keimanan, keislaman,
keikhlasan, dan ketauhidan dalam kehidupan sehari-
hari.
4) Membuat individu lebih mengenal, mencintai, dan
berjumpa dengan dzat Yang Maha Suci yaitu Allah.
b. Tujuan Khusus
1) Membantu individu agar terhindar dari perbuatan dosa
2) Membantu individu mengatasi masalah yang sedang
dihadapinya.
3) “Membantu individu memelihara dan mengembangkan
situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar
tetap baik atau menjadi lebih baik sehingga tidak akan
menjadi sumber masalah bagi dirinya dengan orang
lain.”26
Jenis kegiatan ekstrakurikuler Rohis terdiri atas dakwah amah
(umum) dan dakwah khasah (Khusus).
1. Dakwah Amah meliputi:
a) Penyambutan siswa baru. Program ini mengenalkan siswa
Baru dengan berbagai kegiatan dakwah sekolah, pengurus,
Dan alumninya.
b) Penyuluhan problem remaja. Program penyuluhan
problematika tentang remaja sangat menarik minat para
siswa karena permasalahannya begitu sangat berguna
untuk kehidupannya di masyarakat dengan memberikan
pengetahuan tentang kegiatan positif dan negatif agar para
siswa bisa memilah-milah.
26 Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam (Yogyakarta:
Fajar Pustaka Baru, 2002), h. 18.
30
c) Perlombaan. Kegiatan yang diharapkan dapat mengetahui
bakat keagamaan yang di miliki oleh para siswa.
d) Majalah dinding yaitu sumber informasi yang di gunakan
untuk bertukar informasi tentang agama islam.
e) “Kursus membaca Alquran. Program ini dapat
dilaksanakan melalui kerja sama dengan pihak guru agama
Islam di sekolah sehingga turut mendukung dan
menjadikannya sebagai bagian dari penilaian mata
pelajaran Agama Islam.”
Dakwah Khasah (Khusus) menjalankan proses pembinaan dalam
rangka pembentukan kader-kader dakwah di lingkungan sekolah. Dakwah
khasah bersifat selektif, terbatas, dan lebih berorientasi pada proses
pengkaderan dan pembentukan kepribadian, objek dakwah ini memiliki
karakter yang khasah (khusus), harus diperoleh melalui proses pemilihan
dan penyeleksian. Dakwah khasah meliputi:
a) Mabit. Mabit adalah bermalam bersama. Melatih kebersamaan
dan tanggung jawab.
b) Diskusi atau bedah buku. Tujuan dari kegiatan ini adalah
untuk melatih, mempertajam pemahaman, memperluas
wawasan, serta meluruskan pemahaman.
c) Daurah atau pelatihan. Memberikan pelatihan kepada siswa,
misalnya daurah Alquran (bertujuan untuk membenarkan
bacaan Alquran).
d) “Penugasan. Suatu bentuk tugas mandiri yang diberikan
kepada peserta halaqoh, penugasan tersebut dapat berupa
hafalan Alquran atau penugasan dakwah.”27
27 M. Tahir, Amrillah, Pembinaan Keagamaan Siswa-Siswi Sekolah Menengah Atas
melalui Rohani Islam (Rohis) di Kota Samarinda dan Balikpapan, Lentera, Vol. III, No. 2, 2019, h.
49-50.
31
2. Peran dan Fungsi Rohis
Rohis memiliki peran dan fungsi yaitu sebagai lembaga
keagamaan, lembaga dakwah, lembaga perjuangan, dan
lembaga kemasyarakatan.
a. Lembaga Keagamaan
Rohis dipandang sebagai pusat kegiatan remaja
yang bernafaskan Islam, sehingga diharapkan dapat
menjadi wadah yang mampu menghasilkan kader-kader
bangsa yang berakhlak mulia.
b. Lembaga Dakwah
Rohis mempunyai tugas sebagai lembaga dakwah.
Hal ini dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan seperti
pengajian, memperingati hari besar Islam, mentoring,
dan sebagainya dan terbuka untuk umum. “Dakwah
secara kelembagaan yang dilakukan oleh Rohis adalah
dakwah actual yaitu adanya keterlibatan Rohis secara
langsung dengan objek dakwah melalui kegiatan-
kegiatan yang bersifat sosial keagamaan.28
c. Lembaga Perjuangan
Fungsi Rohis sebagai lembaga perjuangan
merupakan salah satu jalan yang harus ditempuh demi
menegakkan agama Islam, hal ini dapat dilihat melalui
sejarah Rasulullah dalam menegakkan Islam melalui
potret sejarah yang kini telah diabadikan melalui buku,
monumen, serta benda-benda peninggalan sejarah yang
menjadi bukti dari sebuah peradaban menunjukkan
bahwa Islam tidak berdiri dengan sendirinya tetapi
diperlukan sebuah pengorbanan meskipun harus
28 Manfred Oepen, Walfgang Karcher, Dinamika Pesantren: Dampak Pesantren
Pendidikan (Jakarta: P3M, 1987), h. 92.
32
mempertaruhkan harta dan nyawa. Hal ini menunjukkan
bahwa bendera Islam tidak akan berkibar tinggi dan
membentang luas kekuasaannya di permukaan bumi dan
tidak akan tersebar dakwahnya di penjuru alam kecuali
melalui tangan orang-orang beriman dari kalangan
generasi muda.
d. Lembaga Kemasyarakatan
“Peran Rohis sebagai lembaga kemasyarakatan
tidak terlepas dari keberadaan masyarakat dalam menilai
kaum remaja, kaum remaja tentunya akan dipersiapkan
agar dapat bersosialisasi dengan masyarakat.”29
7) Pembinaan Rohis
Pembinaan rohis adalah pembinaan yang dilakukan untuk
mengasah kemampuan para anggota rohis dengan bertujuan agar bisa
berguna baik di sekolah, maupun di masyarakat luas. Dengan adanya
pembinaan tersebut para anggota rohis dapat meningkat kemampuannya
dengan baik.
Menurut Rifma “secara sederhana pembinaan dapat diartikan
sebagai usaha meningkatkan sesuatu menjadi lebih baik”.30
Menurut Alim dalam jurnal Ali Noer Ekstrakurikuler Rohis
sebagai suatu wadah keagamaan yang bergerak secara independen di
mana wadah tersebut dikelola dan dikembangkan oleh siswa serta
pembina Rohis, sehingga secara struktural dan operasionalnya sudah
dapat dikatakan sebagai suatu lembaga yang mempunyai kepengurusan,
tujuan yang hendak dicapai secara jelas dan dapat memberikan
dukungan terhadap pelajaran agama islam.31
29 Ibid., h. 93.
30 Rifma, Optimalisasi Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru (Jakarta: Kencana,2016),
h. 99.
31Ali noer, Syahraini tambak, Harun rahman, “Upaya Ekstrakurikuler Kerohanian Islam
(ROHIS) dalam Meningkatkan Sikap Keberagamaan Siswa di SMK Ibnu Taimiyah
Pekanbaru”,Jurnal Al-Thariqah Vol. 2, No. 1, Juni 2017, h. 24.
33
Pembinaan yang dilakukan tidak sembarangan harus sesuai
dengan prosedur yang ada di dalam kegiatan rohis, selanjutnya
pembinaan akan di lakukan oleh guru agama pendidikan agama islam
(PAI), Pembina rohis serta dari masing-masing anggota Rohis. Dengan
begitu semua elemen yang ada di dalam rohis dapat mengeluarkan
pendapatnya masing-masing di harapkan dengan adanya pembinaan
maka akan muncul ide-ide cara Pembinaan yang baru.
Pembinaan rohis dapat di lakukan baik di sekolah, di lembaga
masyarakat maupun di rumah-rumah para anggota rohis, dengan harapan
untuk dapat mempererat tali silaturahmi antar anggota, pembina maupun
orang tua wali murid yang mengikuti kegiatan rohis.
Selain itu juga pembinaan rohis di awali dengan memberikan
materi-materi yang mudah di pahami oleh para anggota rohis,
selanjutnya anggota rohis menanyakan materi kepada pembina maupun
narasumber dengan harapan menambah wawasan yang luas untuk
memperdalam ilmu agama islam yang belum dapat di kuasai.
Setelah itu para anggota rohis juga berusaha untuk
mempraktekkanya di dalam pembinaan, jika ada anggota rohis yang
masih bingung atau belum begitu paham pembina pun akan memberikan
evaluasi terkait pemahaman yang belum di pahami.dengan begitu
pembinaan yang akan di kerjakan berjalan sesuai dengan rencana awal.
Di dalam pembinaan semua tidak ada yang salah atau benar
karena semuanya masih dalam tahap percobaan, maka dari itu para
anggota rohis di harapkan mengerjakan kegiatan-kegiatan yang telah di
berikan contoh oleh guru, pembina dan narasumber,ketika di suruh
mengerjakan sesuatu di kerjakan dengan sungguh-sungguh agar kegiatan
pembinaan rohis ini memberikan dampak positif untuk dirinya sendiri
maupun orang lain.
Pembinaan rohis pun dapat di lakukan secara terus-menerus
karena pembinaan ini sangat begitu penting untuk masa depan anggota
34
rohis,dengan begitu pembinaan yang dilakukan akan sukses selalu dan
membuat para orang tua bangga jika anaknya bisa memahami agama
dengan baik.
Semua pembinaan ini di harapkan dapat membuat para anggota
rohis menerapkan semuanya di masyarakat dengan begitu masyarakat
pun akan memahami semua kegiatan-kegiatan yang ada di dalam
rohis.dan merubah pandangan negatif tentang rohis selama ini.
Dengan adanya pembinaan rohis maka di harapkan dapat menarik
perhatian para siswa yang lain untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler
rohis. Dengan begitu maka akan bertambah anggota dalam kegiatan
ekstrakulikuler rohis. Karena semua kegiatan yang ada di dalam rohis
membutuhkan tenaga yang tidak sedikit. Contohnya seperti kegiatan idul
adha, di kegiatan ini di butuhkan tenaga untuk menjatuhkan hewan baik
itu kambing, maupun sapi. Selanjutnya memcacah daging dan menguliti
serta membagikannya ke masyarakat. Karena ini bagian dari pembinaan
rohis.
8) Pengertian etnografi
Etnografi adalah penelitian yang fokus terhadap masalah yang ada
di masyarakat, baik dari mata pencaharian, tempat tinggal, dan masalah
yang ada di masyarakat. Penelitian ini juga dapat mengetahui posisi
keadaan alam yang nyata di suatu daerah, selanjutnya peneliti mencari
informasi dengan bertanya kepada masyarakat sekitar atau kepada para
anggota suatu organisasi demi mengetahui semua kegiatan yang di
lakukan, Proses ini di maksudkan untuk melahirkan pemahaman-
pemahaman kultural umum yang berhubungan dengan fenomena yang
sedang diteliti.
“Etnografi merupakan istilah lazim dalam disiplin ilmu
antropologi untuk menamai tulisan-tulisan para antropolog tentang
kebudayaan berbagai kelompok sosial yang ditelitinya. Hasil pengamatan
yang rinci dan mendalam tentang warga suatu kelompok sosial dalam
35
berbagai aspek dan dimensi kehidupan sosial- budaya dengan
berbagai kajian itulah yang di tuangkan dalam karya-karya etnografi.”32
“Telah dikemukakan juga bahwa etnografi, yaitu suatu deskripsi
dan analisa tentang satu masyarakat yang di dasarkan pada penelitian
lapangan. Menyajikan data-data yang hakiki untuk semua penelitian
antropologi budaya. Oleh karena itu, untuk suatu studi perbandingan dari
masyarakat-masyarakat dalam satu kawasan atau perbandingan dari
masyarakat sampel dunia.”33
“Selanjutnya Etnografi juga dapat di artikan sebagai model dalam
penelitian kualitatif yang pada awalnya berkembang cukup pesat dalam
bidang antropologi di awal ke abad ke-20. Dalam penelitian etnografi,
penelitian etnografi bertujuan untuk melakukan interprestasi terhadap
manifestasi terbuka maupun manifestasi abu-abu dari satu kebudayaan,
model atau pendekatan penelitian ini utamanya di kembangkan pertama
kali oleh para ahli dan peneliti antropologi.”34
Ini berarti penelitian etnografi dalam bidang psikologi adalah
penelitian yang bertujuan untuk menemukan dan mendeskripsikan secara
komperhensif makna fenomena kejiwaan atau perilaku sebagai isu atau
topik psikologi dalam sebuah kebudayaan tertentu. Etnografi juga bisa
sebagai suatu metode penelitian ilmu sosial. Penelitian ini dapat berupa
kepercayaan terhadap pengalaman seseorang maupun partisipasi yang
mungkin, selanjutnya penelitian ini tidak hanya dilakukan oleh peneliti
tetapi oleh peneliti-peneliti yang sudah terlatih dalam seni etnografi.
Menurut lecompte dan shensul dalam buku Fuad “etnografi
adalah sebuah pendekatan untuk mempelajari kehidupan sosial dan
budaya masyarakat, lembaga dan keadaan lainnya.35Perlu di catat bahwa
penelitian etnografi dapat di dekati dari titik pandang preservasi seni dan
32 M. Junus melalatoa, Luka sebuah negeri (Jakarta: Yayasan obor, 2006), h. 13.
33 T.o ihromi, Pokok-pokok budaya antropologi (Jakarta: Yayasan obor, 2006), h. 75.
34 Fattah hanurawan, Metode penelitian kualitatif untuk ilmu psikologi (Jakarta:
Rajagrafindo persada 2008), edisi 1, h. 88.
35 Fuad fachruddin, Agama dan pendidikan demokrasi pengalaman
muhammadiyah dan nahdhatul ulama (Jakarta: Pustaka alvabet, 2006), h. 12.
36
kebudayaan, dan lebih sebagai suatu usaha deskreptif daripada usaha
analistis. Jadi bagaimana pun penelitian etnografi berfokus pada aspek-
aspek analisis ilmu sosial. Dalam fokus ini, penelitian etnografi
merupakan suatu cabang dari antropologi budaya.”36
“Spardley menyarankan “bahwa etnografi biasanya dilakukan
dengan masalah umum tunggal di dalam pikiran untuk menemukan orang
berpengetahuan budaya yang digunakan untuk mengatur perilaku mereka
dan mengintrepentasikan pengalaman mereka, seperti tujuan umum yang
mendorong peneliti etnografi meneliti apa pun yang di rasakan oleh
seorang informan adalah penting dalam suatu peristiwa budaya tertentu.
Bagaimana pun banyak peneliti etnografi memilih penelitian mereka
berdasarkan pada sebuah masalah yang lebih terbatas”.37
Penelitian yang dilakukan ini di maksudkan untuk mengetahui
kegiatan- kegiatan rohis yang ada di sekolah tersebut dengan begitu
peneliti dapat mengetahui semua efek yang di hasilkan dari kegiatan rohis
yang ada tersebut demi mengetahui, karena rohis ini sudah dalam
kemajuan yang begitu signifikan yang ada.
Menurut komunitas antropologi istilah etnografi sudah tentu sangat
familiar, namun dikalangan hubungan internasional mungkin di anggap
asing karena istilah etnografi adalah sebuah pendekatan antropologis yang
telah meraih popularitas di lingkungan sosiaologi, kajian budaya,
komunikasi, riset konsumen dan pemasaran serta beberapa bidang lainnya
dalam ilmu sosial.38
Menurut Spardley dalam jurnal Fransiskus randa Metode etnografi
memiliki lima prinsip utama teknik penelitian yaitu, memilih teknik
penelitian, mengidentifikasi tahapan- tahapan penelitian, menjalankan
36 Fattah hanurawan, Op.Cit., h. 144.
37 Fattah hanurawan, Ibid., h. 160. 38 Umar suryadi bakery, Pemanfaatan metode etnografi dan netnografi dalam
penelitianhubungan internasional, jurnal global dan startegis Universitas Jayabaya Th. 11,
No. 1, h. 18.
37
tahapan-tahapan secara berurut, mempraktikkan dalam penelitian secara
orisinil dan menemukan problem solving yaitu bahwa hasil penelitian
mempunyai manfaat praktis.39
“Etnografi, khususnya pada aspek etnografi kebudayaan di
perlukan tidak sekedar memeberikan catatan perilaku dan praktik hidup
di masyarakat, tetapi juga mencari genealogi dari suatu beberapa aktifitas
dan perbuatan yang di anggap penting dalam kehidupan masyarakat
kelompok etniknya.”40
“Metode etnografi meskipun pada awalnya merupakan metode
yang digunakan oleh antropologi yang terfokus pada pendeskripsian
suatu budaya masyarakat primitif, namun dalam perkembangannya tidak
lagi terbatas pada upaya mengungkap budaya masa lalu kelompok suku
tertentu pada suatu wilayah tetapi berkembang masuk dalam bidang
sosiologi dan dapat mengungkap kehidupan sosial masa kini.Etnografi
baru ini kemudian berkembang dan disebut etnografi aliran antropologi
kognitif dan oleh Spradley dan teman-temannya kemudian
mengembangkan pendekatan baru tersebut yang disebut generasi
antropologi kognitif kedua dengan nama etnografi Alur Penelitian Maju
Bertahap (Developmental Research Sequence) .”41
“Menurut atkinson dalam Cahya winarta kata etnografi, yang
berasal dari bahasa yunani, berarti sebuah deskripsi mengenai orang-
orang atau secara harfiah.”42
Jadi dapat di pastikan bahwa etnografi mendeksripsikan mengenai
orang-orang secara kenyataan dan tidak dapat di palsukan. Dalam
39 Fransiskus randa, Akuntabilitaskeuangan dalam organisasi keagamaan (studi
etnografi pada sebuah gereja katolik di tanatoraja), (universitas atma jaya makassar), Jurnal
sistem informasi manajemen dan akuntansi , Vol. 9, No.2, h. 66.
40 M. Alie Humaedi, Etnografi pengobatan praktik budaya peramuan dan
sugesti komunitas adat tau taa vana (Yogyakarta: PT.Liks pelangi aksara, 2016), h. 18.
41Fransiskus randa, Op.Cit., h. 65.
42 Cahya winarta, Metode-metode riset kualitatif dalam public relations dan
marketing comunications (Yogyakarta: PT.Bentang pustaka 2008), h. 201.
38
mendeskripsikan juga harus teliti, karena jika salah maka semua yang di
deskripsikan akan melenceng dari fakta di lapangan.
Penelitian ini juga bisa dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui
semua kebudayaan yang ada di masing-masing daerah, karena penelitian
ini mengandung aspek-aspek yang penting dalam membangun suatu
daerah yang tertinggal dengan mengedepankan kemajuan teknologi yang
ada, serta dapat bisa memajukan pendidikan di indonesia yang sedang
dalam tahap perkembangan ini, di penelitian ini pun semua tentang
psikologi dan kebudayaan masyarakat dapat di ketahui untuk
menghindarkan kesalahpahaman antar budaya dan sosial.
“Etnografi dirancang untuk menjadi bagian dari kumpulan
pengetahuan komparatif mengenai hubungan masyarakat dan komunikasi
pemasaran yang menjadi sumber generalisasi yang lebih luas.”43
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat di simpulkan bahwa
penelitian etnografi adalah penelitian yang mengedepankan kehidupan
masing-masing individu, kelompok-kelompok, budaya, psikologi,
agama. Karena dengan memahami semuanya kita tidak akan terjadi
kesalahpahaman yang akan mengakibatkan perang antar suku, budaya,
dan ras. Karena jika itu terjadi maka bisa jadi negara kesatuan republik
indonesia ini akan tercerai berai.
1) Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam suatu penelitian diperlukan hasil-hasil penelitian yang
relevan untuk mendukung serta memperkuat penelitian yang sedang
dilakukan ini. Berikut ini beberapa hasil penelitian yang relevan adalah
sebagai berikut:
43 Ibid., h. 205.
39
No Nama Judul Tahun Perbedaan Persamaan
1. Kurnia Cahyati
Hubungan
antara
keikutsertaan
dalam
kegiatan
kerohanian
islam (rohis)
dengan
keagamaan
sisa SMAN 1
Mutilan
2008 Kurnia
cahyati
meneliti
tentang
keikutsertaan
siswa dalam
kegiatan rohis
sedangkan
peneliti
proses
pembinaan
siswa melalui
studi
etnografi
Dalam
wacana ini
sama-sama
membahas
tentang
kegiatan
rohis
2. Lili
Ermas
Hermaw
ati
Pengaruh
mengikuti
organisasi
rohani islam
terhadap
prestasi
belajar mata
pelajaran PAI
di SMAN 4
Purwokerto
dari STAIN
Purwokerto
2005 Lili ermas
hermawati
meneliti
tentang
pengaruh
perilaku
siswa setelah
mengikuti
rohis,
sedangkan
peneliti
membahas
tentang
kepribadian
siswa setelah
mengikuti
Dalam
wacana ini
sama-sama
membahas
tentang
perubahan
yang
terjadi
setelah
siswa
mengikuti
kegiatan
rohis
40
rohis
3. Ririn
Astuti
Peran
organisasi
keohanian
Islam (Rohis)
dalam
membentuk
perilaku
keagamaan
siswa SMAN
1 Godean
Sleman
Yogyakarta
2010 Ririn Astuti
meneliti
peran rohis
dalam
memonitorin
g siswa,
peneliti hanya
membahas
tentang
kegiatan yang
langsung
dipraktekkan
di dalam
rohis
Dalam
wacana ini
sama-sama
membahas
tentang
kemajuan
yang ada
dalam
rohis
4. Yuniar
Cristy
Aryani
Budaya
kemiskinan di
kota
Surakarta
(studi
etnografi
dipinggir rel
palang joglo,
kadipuro)
2017 Yuniar Cristy
Aryani
meneliti
budaya
masyarakat
yang tinggal
dipinggir rel
sedangkan
peneliti,
meneliti
budaya
pembinaan
rohis di
sekolah
Dalam
wacana ini
sama-sama
membahas
tentang
kebiasaan
hidup
masyaraka
t di
lingkunga
n sekitar
5. Fitra
Hadi
Komunikasi
antar budaya
2017 Fitra Hadi
meneliti
Dalam
wacana ini
41
pada
mahasiswa
Bangka sunda
(studi
etnografi
komunikasi
kewibahasaan
pada
mahasiswa
Bangka sunda
di fisip Unpas
Bandung
tentang
komunikasi
kewibahasaan
antara sunda
dan Bangka
sedangkan
peneliti
memahami
tentang
etnografi
pendidikan
sama-sama
membahas
tentang
etnografi
yang ada
di
masyaraka
t
6. Siti
Nadila
Tenri
Ajeng
Fitrya
Pengungkapa
n identitas
diri melalui
media sosial
(studi
etnografi
virtual
melalui
virtual vlog
2017 Siti Nadila
meneliti
bagaimana
seseorang itu
menunjukkan
identitas
dirinya
sedangkan
peneliti
meneliti
tentang
identitas
sekelompok
organisasi
yang ada di
sekolah
Dalam
wacana ini
sama-sama
membahas
tentang
etnografi
secara
sosial
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di SMPN 166 Jakarta, di Jl.
Kedondong No. 5 RT.2/RW.5, Jagakarsa, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
12620. Lama penelitian ini disesuaikan dengan masa kegiatan
ekstrakulikuler rohis dan sebelum masa pandemi Covid-19 melanda
negara Indonesia terkhusus wilayah Dki Jakarta.
B. Latar Penelitian
Penelitian ini bermaksud menggambarkan proses pembinaan rohis
disekolah. Peneliti mengambil lokasi penelitian di SMPN 166 Jakarta yang
berlokasi di daerah Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Penentuan tempat penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa
sekolah SMPN 166 Jakarta merupakan sekolah favorit yang ada di Jakarta.
Sekolah menengah pertama negeri 166 Jakarta merupakan
sekolah yang sudah lama berdiri di jakarta, sekolah ini pun mempunyai
halaman yang luas, kondisi real sekolah ini sangat mengagumkan,
sekolah ini merupakan sekolah menengah pertama yang mempunyai
kualitas lulusan yang bisa diandalkan pada semua bidangnya, rata-rata
anak yang sekolah di sini akan mudah diterima di sekolah menengah
atas negeri atau pun swasta. Sekolah ini pun menawarkan sarana dan
prasarana yang ditawarkan hampir semuanya ada maka kegiatan
semua ekstrakulikuler di sekolah ini dapat berjalan dengan baik.
Sekolah ini memiliki sarana dan prasarana yang menunjang
baik kegiatan akademik maupun non akademik, seperti: Ruang belajar,
Ruang laboratorium IPA, Ruang lab komputer, Ruang guru, Ruang
perpustakaan, Ruang BK, Ruang kepala sekolah, Ruang tata usaha,
43
Ruang OSIS, Ruang UKS, Tempat ibadah (masjid), Lapangan basket,
Lapangan bulu tangkis, Ruang serbaguna, Toilet siswa, Ruang satpam,
dan Kantin.
Jumlah pengajar yang ada di SMPN 166 sebanyak 39 orang.
Kepala Sekolah SMPN 166 adalah Alizar, S.Pd, M.M. sebelum beliau
menjabat sebagai kepala sekolah di SMPN 166. Beliau menjabat
sebagai kepala sekolah di SMPN 175 dan beliau resmi menjadi kepala
sekolah di SMPN 166 sejak 15 Oktober 2019.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah etnografi
dengan pendekatan kualitatif. Menurut Spradley, Etnografi adalah upaya dalam
menggambarkan sebuah budaya, penelitian ini terfokus kepada perilaku dan
kegiatan subjek yang ingin diamati.1
Menurut Emzir, Etnografi adalah suatu bentuk penelitian yang berfokus
pada makna sosiologi melalui observasi lapangan tertutup dari fenomena
sosiokultural.2 Sedangkan menurut Peter Woods:
“The term derives from anthropology, and means literally a description
of the way of life of a race or group of people. It is concerned with what
people are, how they behave, how they interact together. It aims to uncover
their beliefs, values, perspectives, motivations, and how all these things
develop or change over time or from situation to situation.”3
Istilah ini berasal dari antropologi, dan secara harfiah berarti deskripsi
cara hidup ras atau sekelompok orang. Ini berkaitan dengan apa yang manusia,
bagaimana mereka bersikap, bagaimana mereka berinteraksi bersama. Hal ini
bertujuan untuk mengungkap mereka kepercayaan, nilai, perspektif, motivasi,
1 James P. Spradley, The Ethnographic Interview, (New York: Holt, Rinehart and
Winston, 1979), h. 5.
2 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta: PT
Raja Grasindo Persada, 2012), h. 143.
3 Peter Woods, Inside Schools Ethnography in Educational Research, (USA:
Roudlegde, 2005), h. 4.
44
dan bagaimana semua hal ini mengembangkan atau perubahan dari waktu ke
waktu atau dari situasi ke situasi.
Istilah etnografi berasal dari antropologi, yang secara harfiah
berarti “deskripsi dari cara hidup ras atau sekelompok orang”. Etnografi
merupakan upaya menggambarkan sebuah budaya dari sekelompok individu
yang berkaitan dengan cara sekelompok individu tersebut berperilaku, dan
cara kelompok tersebut berinteraksi antara satu dengan yang lain. Etnografi
ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana keyakinan sekelompok dari
individu ini, nilai-nilai, cara pandang, dan motivasi mereka. Dalam penelitian
etnografi, peneliti berusaha menangkap dan mengungkap makna sosial dari
kegiatan sekelompok individu, dimana peneliti berpartisipasi langsung
didalamnya agar peneliti memperoleh data yang sistematis.4 Dalam
pelaksanaan penelitian kualitatif ini dilakukan dengan menggunakan prinsip
metodologis penelitian etnografi yaitu naturalisme, yang artinya perilaku
subjek yang muncul secara alami dan hanya dapat dperoleh dengan kontak
langsung dengannya, dipelajari secara natural tanpa ada intervensi ataupun
manipulasi peneliti.
“Ethnography tends to rely on a number of particular data collection
techniques, such as naturalistic observation, documentary analysis and in-
depth interviews.”5
Penelitian etnografi yang menggunakan prinsip naturalistik, cenderung
mengandalkan sejumlah teknik pengumpulan data tertentu, seperti observasi
naturalistik, analisis dokumen dan wawancara mendalam. Perilaku yang
diamati dari subjek ini misalnya bagaimana interaksi yang terjadi dalam
proses pembelajaran antara instruktur bahasa arab dengan calon tenaga kerja,
mengkaji latar belakang instruktur bahasa Arab dan calon tenaga kerja,
melihat bagaimana cara instruktur bahasa mengatasi kendala dalam proses
belajar mengajar, dsb.
4 John D. Brewer, Ethnography, (Buckingham: Open University Press, 2005), h. 10.
5Ibid.,hal. 27.
45
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
Tahapan dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yakni,
pengamatan, wawancara, catatan lapangan, dan studi dokumentasi guna
memperolah data yang saling menunjang.
1. Pengamatan: Pengamatan atau observasi dibuat bertahap, peneliti
berusaha membaur dengan sasaran penelitian, ikut berperan serta
dalam kegiatan yang dilaksanakan. Karena itu peneliti
menggunakan catatan lapangan yang dapat membantu dalam
memperoleh data dilapangan.
2. Wawancara: Peneliti melakukan wawancara langsung dengan
pembina rohis dan 20% anggota rohis. Wawancara dilakukan
dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan yang kemudian di
transkripsikan.
3. Dokumentasi: Dokumentasi berguna untuk mempelajari aspek
yang berkenaan dengan struktur organisasi, kegiatan-kegiatan
harian dan lain sebagainya.
4. Membuat Rekaman Data: Kegiatan merekam data dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Merekam data di lokasi dengan menggunakan alat bantu
yaitu seperti kamera dan recorder
b) Merekonstuksi dan menyusun ulang seluruh data yang
direkam dan diambil dari lapangan
c) Memeriksa dan mengelompokkan hasil sesuai dengan
format yang telah disusun.
46
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan data (trustworthiness) data diperlukan
teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah
kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan yaitu derajat kepercayaan
(creadibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability),
dan kepastian (confirmability).6
1. Kredibilitas
Derajat kredibilitas atau kepercayaan penelitian merupakan
suatu kegiatan yang bertujuan untuk membuktikan bahwa apa
yang diamati sesuai dengan keadaan sesungguhnya. Teknik-teknik
yang digunakan untuk mencapai kredibilitas penelitian dilakukan
dengan cara mengelompokkan teknik pencapaian kredibilitas data
menjadi:
a) Perpanjangan waktu tinggal di lokasi penelitian: dalam
perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data
penelitian akan difokuskan kepada pengujian terhadap data
yang diperoleh apakah data yang diperoleh berubah atau
tidak. Bila data sudah benar, berarti data tersebut kredibel,
maka perpanjangan waktu pengamatan dapat di akhiri.
b) Keajegan pengamatan, artinya melakukan pengamatan
dengan lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara ini
maka kepastian data dan urutan peristiwa dapat direkam
secara sistematis.
c) Menguji secara triangulasi, triangulasi dalam pengujian
kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari sumber
dengan berbagai cara dan berbagai waktu.
Triangulasi merupakan dasar penelitian etnografi, ia adalah
jantung dari validitas etnografis, pengujian untuk satu
sumber informasi terhadap yang lain dengan mencoba
6 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2017), h. 324.
47
membuktikan hipotesis. Biasanya, etnografer
membandingkan sumber informasi untuk menguji kualitas
informasi dengan pemeriksaan data diluar itu.7
d) Pemeriksaan sejawat melalui diskusi: pemerikasaan
sejawat berarti mengumpulkan rekan sebaya yang
memiliki pengetahuan yang sama tentang yang sedang
diteliti, sehingga dapat mernyamakan persepsi, pandangan
dan analisis yang dilakukan.
e) Melakukan pengecekaan anggota, yakni mengecek anggota
yang terlibat dalam proses pengumpulan data meliputi
data, kategori analitis, penafsiran dan kesimpulan guna
memeriksa derajat kepercayaan.
2. Transferabilitas
Istilah transferabilitas atau keteralihan dapat dipahami
bahwa apakah suatu penelitian dapat atau tidak dapat diterapkan
terserah sepenuhnya kepada para pemakainya. Dalam hal pemakai
melihat bahwa dalam hasil penelitian terdapat hal-hal yang mirip
dengan situasi yang dihadapi, maka dimungkinkan adanya
transfer. Sekalipun demikian sudah dapat diduga bahwa tidak ada
situasi yang benar-benar sama, sehingga untuk menerapkannya
masih diperlukan penyesuaian tertentu menurut situasi masing-
masing.
3. Dependabilitas
Kriterium dependabilitas atau ketergantungan memberikan
indikasi bahwa tidak ada sebuah fenomena yang terjadi begitu
saja, semua saling bergantung pada kondisi-kondisi yang sangat
kompleks. Oleh karenanya setiap tahap dan langkah yang
dilakukan harus ditunjang dengan penarikan kesimpulan yang
7 David M. Fetterman, Ethnography Step by Step, Third Edition, (Washington: Sage,
2010), h. 94.
48
akurat, yaitu dilakukan dengan cara meminta bantuan pihak-pihak
yang memahami masalah ini lebih mendalam untuk mengkoreksi
temuan dan laporan yang telah selesai disusun oleh peneliti.
4. Konfirmabilitas
Konfirmabilitas atau kepastian dalam penelitian kualitatif,
sesuatu dianggap objektif atau tidak bergantung pada persetujuan
orang lain terhadap pandangan, pendapat dan ketentuan yang
dibuat seseorang. Dengan demikian dapat difahami bahwa
pengalaman seseorang mungkin saja disebut subjektif, namun
demikian jika mendapat kesepakatan dari banyak orang barulah
dapat dikatakan penjelasan itu objektif.
Untuk mencapai konfirmabilitas temuan dengan data
pendukungnya, maka dapat digunakan teknik mencocokkan
temuan-temuan penelitian dengan data yang diperoleh, apabila
ternyata hasil konfirmabilitas menunjukkan bahwa data cukup
koheren, maka temuan penelitian tersebut dipandang memenuhi
syarat. Namun sebaliknya, apabila tidak cukup koheren, maka
temuan tersebut dianggap gugur dan peneliti harus kembali ke
lapangan.
F. Analisis Data
Analisis data dilakukan dalam upaya menata secara sistematis data dari
hasil catatan observasi, wawancara, dan studi dokumen untuk menambah
pemahaman peneliti mengenai daya yang diperoleh.
Berupa penjabaran dari data yang di dapat dan menjelaskan data-data
yang di dapat berupa transkip hasil wawancara, pengamatan, rekaman dan
dokumentasi.
No Fokus Data temuan Keterangan
1. Perkembangan Adanya
peningkatan
jumlah anggota
Dengan sudah
terjadwal maka
program kerja
49
rohis, kerjanya
pun sudah di atur
dengan baik.
akan berjalan
dengan baik.
2. Program kerja Program kerja
makin banyak
seperti: kultum,
tilawah, dll.
Program kerja
tersebut
merupakan
bagian dari
pembinaan rohis
3. Perkembangan anggota setelah
mengikuti rohis
Setelah
mengikuti rohis
para anggota
rohis lebih sopan
terhadap teman
maupun dengan
guru dan
masyarakat
sekitar
Anggota rohis
banyak berubah
tingkah lakunya
setelah mengikuti
kegiatan rohis.
4. Pelaksanaan program kerja Pelaksanaan
program kerja
berjalan sesuai
dengan rencana
yang telah di
rapatkan pada
saat rohis
berlangsung
Setiap program
kerja sudah di
buat anggota
yang
bertanggung
jawab terhadap
program kerja
tersebut
5. Evaluasi program kerja Setiap program
kerja selesai
ketua pelaksana
memberikan
masukkan baik
itu kekurangan
maupun
Dengan adanya
evaluasi program
kerja maka para
anggota rohis
dapat merubah
kinerjanya
50
kelebihannya
kepada para
anggotanya
6. Dampak-dampak kegiatan
rohis
Masyarakat lebih
memahami rohis
yang sebenarnya,
para siswa yang
mengikuti rohis
memberikan
dampak positif
kepada siswa
yang lainnya
Bahwa dampak
yang ada di
dalam rohis dapat
di kembangkan
dan di contoh
oleh masyarakat
luas
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Sekolah SMP N 166 Jakarta
Kepala Sekolah : Alizar S.Pd, M.M
Nama Sekolah : SMPN 166 Jakarta
Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah
Alamat Sekolah : Jl. Kedondong No. 5 RT.2/RW.5, Jagakarsa,
Jakarta
Selatan, DKI Jakarta 12620
Telepon : 021-7270219
Status Sekolah : Negeri
Nilai Akreditasi : Terakreditasi A
Tahun Beroperasi : 1978
Website : http://smpn166.blogspot.com
Email : [email protected]
B. Sejarah Singkat SMP N 166 Jakarta
SMP Negeri (SMPN) 166 Jakarta, merupakan salah satu Sekolah
Menengah Pertama Negeri yang ada di Provinsi DKI Jakarta, Indonesia. Sama
dengan SMP pada umumnya di Indonesia masa pendidikansekolah di SMPN
166 Jakarta ditempuh dalam waktu tiga tahun pelajaran, mulai dari Kelas VII
sampai Kelas IX pada tahun 2007, sekolah ini menggunakan Kurikulum 2013
yang sebelumnya menggunakan Tingkat Satuan Pendidikan dan KBK.
SMPN 166 Jakartaberdiri tanggal 19 Juni 1978 atau tepatnya berusia
40 tahun pada bulan Juni 2018. Dilihat dari usianya yang sudah hampir
52
setengah abad, SMPN 166 Jakarta muncul dengan liku-liku sejarahnya
tersendiri.
Pada Agustus 2009 di kecamatan Jagakarsa, SMPN 166 termasuk 3
sekolah negeri yang berprestasi dibidang akademik. Akan tetapi pada saat itu
gedung sekolah belum dilakukan perombakan, sehingga waktu belajar
dilaksanakan pagi dan siang hari. Itulah sebabnya SMPN 166 Jakarta tidak
memenuhi kriteria sekolah standard nasional.
Oleh sebab itu, SMPN 166 Jakarta melakukan pembangunan ulang
gedung sekolah, yakni pada tanggal 19 September 2010. Semua tenaga
pendidik dan kependidikan melakukan pengungsian sekolah secara sementara.
Sempat muncul rasa cemas dalam benak tenaga pendidik dan kependidikan
SMPN 166 Jakarta, akhirnya kecemasan pun berakhir ketika pembangunan
gedung tersebut mulai dilakukan pada bulan September tahun 2010.
Hingga tahun ini SMPN 166 Jakarta menjadi salah satu SMP yang
diminati oleh banyak peserta didik, mereka berlomba-lomba menjadi bagian
dari keluarga SMPN 166 Jakarta, bisa dilihat dari kemajuan rombongan
belajar pada tahun 2018 ini mencapai 21 rombongan belajar dengan jumlah
peserta didik + 756 peserta didik. Bukan hanya prestasi akademik, akan tetapi
prestasi non akademik pun SMPN 166 Jakarta mampu bersaing di tingkat
Nasional.
C. Visi, Misi, dan Tujuan SMP N 166 Jakarta
1. Visi
“ KOMPETITIF, BERBUDI LUHUR BERLANDASKAN IPTEK
DANIMTAQ”
Indikator :
a. Mampu bersaing pada lomba-lomba baik akademik maupun non
akademik
b. Lulusan SMP Negeri 166 bisa diterima di Sekolah lanjutan atas yang
dituju
53
c. Terlaksananya penanaman dan pengamalan budi pekerti luhur dan
akhlak mulia
d. Terlaksanaya pengembangan masyarakat belajar yang berwawasan
IPTEK danmampu berkompetisi di tingkat Regional, Nasional maupun
Internasional.
2. Misi
a. Terwujudnya pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
yang berstandar nasional
b. Melaksanakan pembelajaran yang aktif , inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan
c. Meningkatkan standar kompetensi kelulusan baik akademik maupun
nonakademik yang kompetitif
d. Meningkatkan profesionalisme dan kompetensi tenaga pendidik
dankependidikan
e. Mengembangkan dan mengoptimalkan sarana dan prasarana
pendidikan
f. Mengembangkan pengelolaan sekolah dengan Manajemen Berbasis
Sekolah
g. Mengembangkan standar pembiayaan yang memadai
h. Mengembangkan instrumen dan teknik penilaian yang variati
3. Tujuan
Tujuan pendidikan di SMP Negeri 166 Jakarta merupakan
penjabaran dari visi dan misi sekolah agar dapat diukur, tujuan tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Mampu menampilkan kebiasaan sopan santun dan berbudi pekerti sebagai
cermin akhlak mulia, beriman dan taqwa.
b. Meningkatkan status sekolah dari sekolah potensi, secara bertahap menjadi
Sekolah Standar Nasional (SSN) kemudian menjadi Sekolah Berstandar
Internasional (SBI)
c. Terciptanya pelayanan sesuai kebutuhan peserta didik, orang tua peserta
didik, masyarakat dan pihak-pihak lain yang memadai
54
d. Meningkatkan nilai rata-rata UN secara bertahap dari tahun ke tahun dari
rata-rata 7,35 menjadi 9, sehingga mampu bersaing untuk masuk di SLTA
unggulah
e. Mempertahankan persentase kelulusan 100%
f. Proporsi kelulusan yanng bisa diterima di SLTA Negeri minimal 80% dan
secara bertahap yang diterima di sekolah unggulan 25%
g. Tercapainya prestasi dalam setiap lomba minimal mencapai juara
propinsi.
h. Menghasilkan tamatan SMPN 166 Jakarta yang santun, berbudi pekerti
luhur,dan berakhlak mulia
i. Tercapainya tenaga pendidik dan kependidikan yang kompetitif dan
profesional, 20% guru berpendidikan S-2 dan tenaga karyawan 80% S-1
j. Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai sesuai
kebutuhan dan mampu memberdayakannya
k. Terlaksananya pengelolaan Manajemen Berbasis Sekolah yang konsisten
l. Tercukupinya biaya kebutuhan sekolah sehingga bisa tercapai Visi dan
Misi sekolah
m. Tercapainya nilai yang obyektif, dapat dipercaya dan transparan serta
mudah diakses.
n. Tujuan pendidikan di SMP Negeri 166 Jakarta di atas secara berkala akan
dimonitor, dievaluasi, dan dikendalikan agar tujuan kami tercapai dan
dapat meningkat dari tahun sebelumnya.
D. Guru dan Tenaga Kependidikan SMP N 166 Jakarta
1. Kepala Sekolah dan Wakil Kepaa Sekolah
No Nama Jabatan Pendidikan Terakhir
1. Alizar S.Pd, M.M Kepala Sekolah S2
2. Nurhasanah S.Pd.
Karsono S.Pd.
Bambang Suteja S.Pd.
Wakil Kepala Sekolah
Wakil Kepala Sekolah
wakil Kepala Sekolah
S1
S1
S1
55
i. Data Pendidik SMP N 166 Jakarta
No
Nama
Pendidikan
Terakhir
Jurusan
Bidang Studi
Sesuai
Sertifikasi
Mapel Yang
Diampu
1. Adi Purwanto S1 IPS Prakarya
2. Ahmad
Hidayatullah S1 PAI PAI PAI
3. Bakhtiar Marpaung S1 Matematika Matematika Matematika
4. Bambang Suteja S1 PENJASKES PENJASKES PENJASKES
5. Dedi Saedin S1
Bahasa
Indonesia
Bahasa
Indonesia
Bahasa
Indonesia
6. Desni, S.pd S1
Bahasa
Indonesia
Bahasa
Indonesia
7. Dra. Zumaroh S1 Matematika Matematika Matematika
8. Elly Dwi Ardiyanti S1 IPS Ekonomi IPS
9. Erlinda S1 IPS IPS IPS
10. Fatmi Titiek
Khadarsih S1
Bahasa
Inggris
Bahasa
Inggris
Bahasa
Inggris
11. Fransiska
Murdaningsih S1 Matematika Matematika Matematika
12. Iskandar S1 PKN PKN PKN
13. Karsono S1 Matematika Matematika Matematika
14. Khamidah S1 Matematika IPA IPA
15. Kuntjahja S1 PENJASKES PENJASKES PENJASKES
16. Limarwati S1 Matematika Matematika Matematika
17. Misan S1 Ekonomi IPS IPS
18. Mochamad Tono
Suhartono S1 Seni Budaya Seni Budaya
Seni dan
Budaya
19. Mufidatul Azmi S1 BK BK BK
20. Mujiyatun S1 BK BK BK
56
21. Nina Ratna N S2 IPA IPA
22.
Noorvara Santosa S2 Keterampilan
Administrasi
Perkantoran
Seni dan
Budaya
23.
Nurhasanah S1
Bahasa
Inggris
Bahasa
Inggris
Bahasa
Inggris
24. Rizal Maulana S1 PENJASKES PENJASKES
25. Sainih S1 PKN PKN
26.
Sholihatin S1
Bahasa
Indonesia
Bahasa
Indonesia
Bahasa
Indonesia
27. Siswanti Oktaviani S1 IPA Prakarya,IPA
28. Siti Habibah S1 PAI PAI PAI
29.
Siti Wardah S1
Bahasa
Inggris
Bahasa
Inggris
Bahasa
Inggris
30. Sri Mulyani S1 BK BK BK
31. Sri Sutarti S1 PKN PKN PKN
32. Sulastri S1 IPA IPA
34.
Suniyati
Pendidikan
Agama
Kristen
35. Suraji S1 IPS IPS IPS
36. Susi Herawati
Sulistyani S1 IPA IPA IPA
37.
Warnani S1
Bahasa
Inggris
Bahasa
Inggris
Bahasa
Inggris
38. Yami S1 BK BK BK
39. Zuhrianah S1 Bahasa Bahasa Bahasa
57
Indonesia Indonesia Indonesia
j. Data Tenaga Pendidik SMP N 166 Jakarta
No Nama Pendidikan
Terakhir
Jabatan
1. Erick Purbaya S1 Tenaga Administrasi
Sekolah
2. Joko Suyono SMA Pesuruh/Office Boy
3.
Mardiyah
SMA Tenaga Administrasi
Sekolah
4.
Nohani
SMA Tenaga Administrasi
Sekolah
5. Rahmatina Irni S1 Tenaga Perpustakaan
6.
Riyanto Prihatin
SMA Tenaga Administrasi
Sekolah
7. Suhro SMP Tukang Kebun
8. Suparno SMA Pesuruh/Office Boy
9.
Unang Abdul Rohman
SMA Tenaga Administrasi
Sekolah
E. Daftar Siswa/I SMP N 166 Jakarta
1. Data jumlah siswa-siswi SMP N 166 Jakarta
No Tingkat L P Total
1. Kelas VII 103 141 244
2. Kelas VIII 106 146 252
3. Kelas IX 120 130 250
Total 329 417 746
58
2. Data Siswa Berdasarkan Agama
No Agama L P Total
1. Islam 319 402 721
2. Kristen 9 10 19
3. Katholik 0 5 5
4. Hindu 1 0 1
5. Budha 0 0 0
6. Konghucu 0 0 0
7. Lainnya 0 0 0
Total 329 417 746
F. Sarana dan prasarana SMP N 166 Jakarta
Sarana dan prasarana merupakan alat penunjuang sebagai
keberhasilan tujuan pendidikan di Indonesia khususnya di SMPN 166
Jakata. Untuk mengetahui sarana prasarana di SMPN 166 Jakarta, peneliti
melakukan penggalian data observasi secara langsung dilokasi penelitian
dan didukung dengan data dokumentasi yang penulis peroleh. Secara lebih
jelasnya penulis paparkan sebagai berikut:
1. Ruang kelas untuk kegiatan belajar mengajar (KBM) sebanyak
2 1 kelas, untuk kelas VII ada 7kelas, untuk kelas VIII ada 7kelas,
Demikian juga dengan kelas IX ada7 kelas. Ruang kelas dilengkapi
dengan 3in1 Whiteboard, lemari buku setiap siswa, kipas angin, LCD
dan proyektor.
2. Selain ruang kelas, ada ruang pembelajaran sebagai penunjang, yaitu
laboratorium IPA, Laboratorium Komputer, Ruang Multimedia. Aula,
Ruang Rohani Kristen, Ruang UKS, Ruang Pramuka, dan Ruang OSIS.
3. Selain ruang belajar yang bersifat mendukung pembelajaran, ada
beberapa ruangan yang berfungsi sebagai sarana penting bagi siswa
siswi dan guru untuk melakukan kegiatan disekolah, seperti masjid
sebagai kegiatan keagamaan dan pembiasaan seperti shalat dhuha,
shalat zuhur, dan tadarus al Qur’an. Lapangan basket dan lapangan
59
futsal yang berguna untuk kegiataan olahraga. Perpustakaan sebaga
bahan bacaan para siswa siswi. Ruang Multimedia sebagai tempat
berlangsungnya kegiatan para guru. Ruang serbaguna sebagai tempat
pemberkasan dan juga tempat rapat guru serta komite. Ruang
Bimbingan Konseling sebagai tempat mengadu, berkeluh kesah, atau
tempat menyelesaikan suatu permasalahan/kegelisahan siswa. Dan
disertai dengan Kantin dan koperasi sebagai sarana kegiatan istirahat
yang paling diminati siswa.
4. Di setiap lantai terdapat toilet siswa-siswi yang selalu terjaga
kebersihannya. Bahkan disediakan westafel untuk para siswa dan guru
bercuci tangan. Di SMPN 166 Jakarta juga terdapat taman sekolah yang
sangat dijaga keasriannya, serta kolam ikan sebagai manajemen fasilitas
keindahan sekolah.
Adapun Sarana dan Prasarana yang terdapat di SMPN 166 Jakarta secara
rinci adalah sebagai berikut:
Tabel I
Data Sarana dan Prasarana SMPN 166 Jakarta
a) Data Ruang Belajar (Kelas)
Kondisi
Jumlah dan ukuran Jml. ruang
lainnya
yg digunakan
untuk r. Kelas
(e)
Jumlah ruang
yg digunakan
u. R. Kelas
(f)=(d+e)
Ukuran
7x9 m2 (a)
Ukuran
> 63m2
(b)
Ukuran
< 63 m2
(c)
Jumlah (d)
=(a+b+c)
Baik 21 ............. ruang,
yaitu: ………
21
Rsk ringan 0
Rsk sedang 0
Rsk Berat 0
Rsk Total 0
60
Keterangan kondisi:
Baik Kerusakan < 15%
Rusak ringan 15% - <30%
Rusak sedang 30% - < 45%
Rusak berat 45% - 65%
Rusak total >65%
b) Data Ruang Belajar Lainnya (di isi dalam angka)
c) Data Ruang Kantor (di isi dalam angka)
Jenis Ruangan Jumlah
Ruang
Kondisi*) Jenis Ruangan Jumlah
Ruang Kondisi
1. Perpustakaan 1 Baik 6. Lab. Bahasa 1 Baik
2. Lab. IPA 1 Baik 7. Lab. Komputer 1 Baik
3. Ketrampilan - - 8. Serbaguna/aula 1 Baik
4. Multimedia 1 Baik 9. Lain-lain
5. Kesenian - -
Jenis Ruangan Jumlah
Ruang Ukuran (pxl) Kondisi*)
1. Kepala Sekolah 1 7x3 m2 Baik
2. Wakil Kepala Sekolah 1 4x3 m2 Baik
3. Staff 1 7x3 m2 Baik
61
d) Data Ruang Penunjang (di isi dalam angka)
Jenis Ruangan Jumlah
Ruang Kondisi*) Jenis Ruangan
Jumlah
Ruang Kondisi
1. Gudang 1 Baik 7. Ibadah 1 Baik
2. KM/WC Guru 6 Baik 8. Hall/lobi 6 Baik
3. KM/WC Siswa 24 Baik 9. Kantin 1 Baik
4.Pramuka 1 Baik 10. Rumah Penjaga 1 Baik
5. OSIS 1 Baik 11. Pos Jaga 1 Baik
6. UKS 1 Baik 12. R Koperasi 1 Baik
Perabot (furniture) utama :
a. Perabot ruang kelas (belajar)
No.
Jumlah
ruang
kelas
Perabot
Jumlah dan kondisi
meja siswa
Jumlah dan
kondisi kursi
siswa
Almari + rak
buku/alat Papan tulis
Jml
Bai
k
Rsk
.
Rin
gan
R
sk.
Ber
at
Jml
Bai
k
Rsk
.
Rin
gan
R
sk.
Ber
at
Jml
Bai
k
Rsk
.
Rin
gan
R
sk.
Ber
at
Jml
Bai
k
Rsk
.
Rin
gan
R
sk.
Ber
at
1. 21 800 710 90 0 800 575 200 25 21 21 0 0 21 21 0 0
4. Guru 1 7x15 m2 Baik
5. Tata Usaha 1 7x6m2 Baik
Lainnya: ………………
62
b. Perabot ruang belajar lainnya
No. Ruang
Perabot
Meja Kursi Almari + rak
buku/alat Lainnya
Jml
Bai
k
Rsk
.
Rin
gan
R
sk.
Ber
at
Jml
Bai
k
Rsk
.
Rin
gan
R
sk.
Ber
at
Jml
Bai
k
Rsk
.
Rin
gan
R
sk.
Ber
at
Jml
Bai
k
Rsk
.
Rin
gan
R
sk.
Ber
at
1. Perpustakaan 2 2 0 0 2 2 0 0 16 16 0 0
2. Lab. IPA 10 10 0 0 40 40 0 0 6 0 0 0
3. Ketrampilan
4. Serbaguna
5. Kesenian
c. Perabot Ruang Kantor
N
o. Ruang
Perabot
Meja Kursi Almari + rak
buku/alat Lainnya
Jml
Bai
k
Rsk
.
Rin
gan
R
sk.
Ber
at
Jml
Bai
k
Rsk
.
Rin
gan
R
sk.
Ber
at
Jml
Bai
k
Rsk
.
Rin
gan
R
sk.
Ber
at
Jml
Bai
k
Rsk
.
Rin
gan
R
sk.
Ber
at
1. Kepala Sekolah 1 1 0 0 1 1 0 0 4 4 0 0
2. Wk Kepala
Sekolah 3 3 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0
3. Guru 35 35 0 0 32 32 0 0 3 3 0 0
4. Staff 6 6 0 0 4 4 0 0 3 3 0 0
63
d. Perabot Ruang Penunjang
e. Koleksi Buku Perpustakaan
No. Jenis Jumlah Kondisi
Rusak Baik
1. Buku siswa/pelajaran (semua
mata pelajaran)
18718 100 18617
2. Buku bacaan (misalnya novel,
buku ilmu pengetahuan dan
teknologi, dsb.)
2100 100 2000
3. Buku referensi (misalnya
kamus, ensiklopedia, dsb.)
964 - 964
4. Lainnya:
.....................................
Total 21782 200 21582
No
. Ruang
Perabot
Meja Kursi Almari + rak
buku/alat Lainnya
Jml
Bai
k
Rsk
.
Rin
gan
R
sk.
Ber
at
Jml
Bai
k
Rsk
.
Rin
gan
R
sk.
Ber
at
Jml
Bai
k
Rsk
.
Rin
gan
R
sk.
Ber
at
Jml
Bai
k
Rsk
.
Rin
gan
R
sk.
Ber
at
a. Gudang 7 7 0 0 5 5 0 0 3 3 0 0
b. Koperasi 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0
c. Lainnya:
UKS 1 1 0 0 6 6 0 0 1 1 0 0
64
f. Fasilitas Penunjang Perpustakaan
No. Jenis Jumlah Kondisi
Rusak Baik
1. Meja, kursi 12 set - 12
2. Lemari buku, rak buku 8 set 2 6
3. Meja pustakawan 1 set - 1
4. Komputer 2 unit 1 unit 1unit
5. Karpet 4x6 m2 - Baik
6. Kipas angin 2 unit - 2
7. Pesawat televisi 1 unit - 1
G. Struktur organisasi SMP N 166 Jakarta
Struktur organisasi merupakan suatu kerangka atau susunan yang
menunjukkan hubungan antar komponen yang satu dengan yang lain, sehingga
jelas tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam suatu
kebulatan yang teratur. Adapun stuktur organisasi SMPN 166 Jakarta tahun
Pelajaran 2018/2019 adalah sebagai berikut: Adapun tugas masing-masing
bagian dari struktur organisasi tersebut adalah:
1. Kepala Sekolah
a. Bertanggung jawab atas terselenggaranya proses belajar mengajar
yang ada dalam SMPN 166 Jakarta
b. Menjalankan, mengawasi, memontor dan mengevaluasi
programprogram kerja yang telah direncanakan dan program yang
akan dijalankan selama masa jabatan berlaku
c. Bertindak sebagai pemimin tertinggi dalam SMPN 166 Jakarta
65
2. Wakil Kepala Sekolah Bid Kurikulum
a. Membantu kepala sekolah dalam pengambilan keputusan atas
kebijakan yang akan digariskan dan dikeluarkan
b. Menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan
c. Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran
d. Mengatur penyusunan program pengajaran
e. Mengatur pelaksanaan kegiatan kurikuler, remedial dan enrichment
f. Mengatur pelaksanaan program penialian criteria kenaikan kelas,
kelulusan, dan laporan kemajuan belajar siswa serta pembagian
rapor, ijazah dan STK
g. Mengatur pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar
h. Mengatur pembangunan MGMP dan kodinator mata pelajaran
3. Wakil kepala sekolah bid kesiswaan
a. Mengatur program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling
b. Mengatur dan membina program dan kegiatan OSIS
c. Menyusun dan mengatur pelaksanaan pemilihan siswa teladan
sekolah
d. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan kesiswaan
e. Menyeleksi calon untuk diusulkan mendapat beasiswa
f. Mengatur kedisiplinan
g. Mengatur kegiatan ekstrakulikuler
4. Wakil kepala sekolah bid sarana dan prasarana a
a. Merencanakan kebutuhan sarana prasarana untuk menunjang
proses belajar mengajar
b. Merencanakan program pengadaan
c. Mengatur pemanfaatan sarana prasarana
d. Mengelola perawatan, perbaikan dan pengisian
e. Pengatur pembakuan
f. Mengatur kordinasi 6K
66
5. Tata Usaha
Mengerjakan seluruh pekerjaan administrasi sekolah, melayani
pekerjaan dari kepala sekolah, wakapsek, wali kelas dan guru. Tugas
dari tata usaha bidang administrasi yakni:
a. Harian
1) Menyiapkan dan mengirimkan surat-surat yang diperlukan
2) Menyiapkan sarana prasarana keperluan belajar mengajar
b. Mingguan
1) Menyiapkan pelaksanaan kegiatan upacarabendera
2) Meneliti kehadiran guru dan karyawan
3) Berkonsultasi dengan staf dan wali kelas
c. Bulanan
1) Merekap data kehadiran guru/karyawan, siswa, dan
mempresentaseka kehadirannya
2) Merekap data statistic kehadiran siswa
3) Merekap administrasi keuangan sekolah
4) Pengecekan inventaris sarana dan prasarana kegiatan belajar
mengajar
d. Semester
1) Mempersiapkan kegiatan ujian sekolah
2) Pembuatan surat menyurat
3) Merekapitulasi target kurikulum dan daya serap dari setiap mata
pelajaran hingga ketuntasan belajar
4) Memasukan nilai semester ke buku induk
e. Tahunan
1) Mempersiapkan penerimaan siswa baru
2) Merekap siswa baru ke buku induk
3) Evaluasi kegiatan selama satu tahun
67
6. Wali Kelas
Wali kelas dijabat oleh seorang guru dan bertugas membantu
kepala sekolah dalam kegiatan, yakni:
a. Mengelola kelas baik tekhnis administrasi maupun edukatif.
b. Memberikan bahan masukan kepada guru pembimbing tentang
siswa yang ada dibawah asuhannya
c. Konsultasi siswa siswi kepada wali murid
7. Guru Bidang Studi
a. Membuat perangkat program pengajaran
b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran
c. Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar
d. Menganalisis hasil ujian
e. Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan
f. Mengisi daftar nilai siswa
g. Membuata alat pelajaran
h. Menumbuh kembangkan kreatifitas siswa
8. Bimbingan dan Konseling (BK)
Bimbingan dan konseling ditangani oleh guru yang sudah menjadi ahli
di bidangnya, tugasnya ialah membimbing, memotivasi, memecahkan
masalah siswa siswi, memberikan arahan serta masukan kepada siswa
siswi baik yang bermasalah ataupun yang tidak.
H. Temuan Penelitian
Berikut ini adalah hasil temuan yang ada di dalam kegiatan ekstrakulikuler
rohis:
No Fokus Data temuan Keterangan
1. Perkembangan Adanya
peningkatan
jumlah anggota
Dengan sudah
terjadwal maka
program kerja
68
rohis, kerjanya
pun sudah di atur
dengan baik.
akan berjalan
dengan baik.
2. Program kerja Program kerja
makin banyak
seperti: kultum,
tilawah, dll.
Program kerja
tersebut
merupakan
bagian dari
pembinaan rohis
3. Perkembangan anggota setelah
mengikuti rohis
Setelah
mengikuti rohis
para anggota
rohis lebih sopan
terhadap teman
maupun dengan
guru dan
masyarakat
sekitar
Anggota rohis
banyak berubah
tingkah lakunya
setelah mengikuti
kegiatan rohis.
4. Pelaksanaan program kerja Pelaksanaan
program kerja
berjalan sesuai
dengan rencana
yang telah di
rapatkan pada
saat rohis
berlangsung
Setiap program
kerja sudah di
buat anggota
yang
bertanggung
jawab terhadap
program kerja
tersebut
5. Evaluasi program kerja Setiap program
kerja selesai
ketua pelaksana
memberikan
masukkan baik
itu kekurangan
maupun
Dengan adanya
evaluasi program
kerja maka para
anggota rohis
dapat merubah
kinerjanya
69
kelebihannya
kepada para
anggotanya
6. Dampak-dampak kegiatan
rohis
Masyarakat lebih
memahami rohis
yang sebenarnya,
para siswa yang
mengikuti rohis
memberikan
dampak positif
kepada siswa
yang lainnya
Bahwa dampak
yang ada di
dalam rohis dapat
di kembangkan
dan di contoh
oleh masyarakat
luas
I. Deskripsi hasil temuan penelitian
Visi rohis SMPN 166 adalah terwujudnya SMPN 166 sebagai lembaga
dakwah sekolah yang handal, kreatif, bermanfaat bagi pelajar SMPN
166.
Misi rohis SMPN 166:
a. Membangun dakwah dan koordinasi antar internal maupun
eksternal rohis SMPN 166.
b. Menyebarkan dan menegakkan syariat islam melalui kegiatan-
kegiatan yang islami dan kekinian.
c. Membangun ukhuwah islamiyah antar sesama pengurus.
70
1. Perkembangan anggota rohis
Perkembangan anggota rohis yang ada pada saat ini begitu mengalami
perkembangan yang signifikan berikut jumlah anggota rohis pada tahun ini
dan kemarin.
Semakin banyak anggota rohis maka rohis akan mengalami
peningkatan jumlah anggota rohis pada tahun ajaran baru. karena pada
saat siswa baru sudah masuk maka akan di adakan demo semua ekskul
yang bertujuan agar para siswa bisa memilih ekskul yang bisa
mengembangkat bakat dan minatnya.
2. Program kerja
Program kerja dalam rohis adalah segala bentuk kegiatan yang
mengandung nilai keagamaan, nilai sosial, nilai pendidikan, dll yang
menunjang pelaksanaan program pendidikan di sekolah. Berikut ini
adalah program kerja rohis:
35
48
55
73
0
10
20
30
40
50
60
70
80
2017 2018 2019 2020
71
A. Idul adha
Idul adha merupakan hari raya umat islam di seluruh
dunia, dengan adanya idul adha semua masyarakat di seluruh
dunia bisa merasakan makan daging, dengan adanya hari raya
idul adha ini biasanya di sekolah SMPN 166 banyak wali murid
yang mempercayakan hewan kurbannya kepada rohis SMPN
166 untuk dikurbankan. Selain itu para siswa juga diharuskan
untuk berpartisipasi dalam kegiatan pemotongan hewan kurban
agar mereka mendapatkan pengalaman serta mengetahui tata
cara pemotongan hewan kurban yang baik dan sesuai dengan
syariat Islam.
B. Maulid nabi
Program kerja maulid nabi merupakan perayaan yang
ditujukan atas peringatan hari lahir nabi Muhammad saw atau
yang lebih kita kenal dengan Maulid Nabi ini merupakan bentuk
atas rasa syukur dan senang kita kepada Allah SWT yang pada
hakikatnya tidak ada larangan dalam pelaksanaannya ini.
Program kerja maulid ini mempunyai tujuan yaitu
menggapai ridha Allah SWT, meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta mendekatkan diri kepada Allah SWT, menapak
tilas dan mengenang kembali jalan hidup nabi Muhammad SAW
dan para sahabatnya, mempererat ukhuwah islamiyah dan
72
kebersaman antara sesama muslim khususnya di lingkungan
SMPN 166, Meluruskan persepsi masyarakat khususnya warga
SMP Negeri 166 Jakarta tentang perayaan hari besar islam,
Menyeimbangkan peran agama dengan perayaan acara lain yang
tidak sesuai dengan syariat islam.
C. After movie
After movie merupakan program kerja dakwah berupa
video dokumentasi berdurasi kurang lebih dari satu menit.
Dengan adanya program kerja ini di harapkan dapat
mengetahui semua kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan
pada program kerja.
Dengan adanya program kerja ini maka para anggota
rohis bisa membuat video, foto dll. Selanjutnya tujuan dari
after movie yaitu mempermudah membuat video, atau
dokumentasi suatu proker. Menambah wawasan para anggota
rohis untuk membuat video yang bagus.
73
D. Tafakur alam
Program kerja ini merupakan salah satu kegiatan
Menanamkan keimanan dan nilai-nilai islam pada diri siswa-
siswi SMPN 166 Jakarta, serta menumbuhkan rasa solidaritas
antar sesama. Dengan mengikuti tafakur alam di harapkan
semua anggota rohis dapat bersatu antara yang satu dengan yang
lain. Tafakur alam merupaka program yang di tunggu-tunggu
oleh anggota rohis karena program kerja ini menggabungkan
antara anggota rohis dengan anggota osis dengan diikut
sertakannya anggota osis di harapakan semua bisa bekerja sama
baik dalam organisasi maupun dalam hal-hal yang lainnya yang
berkaitan dengan organisasi.
3. Perkembangan anggota setelah mengikuti rohis
Perkembangan anggota rohis mengikuti pembinaan rohis
mengalami perubahan adanya yang berubah menjadi lebih agamis,
kepribadian, percaya diri, labil dan ada yang tetap begitu-begitu
saja.banyak bicara di depan umum, berani azan, takbiran , rapat dan
berani berbicara kepada orang tuanya dengan jujur. Karena
perkembangan anak-anak di sini setelah mengikuti pembinaan rohis.
Ekskul rohis merupakan salah satu ekskul yang
mengembangkan bidang organisasi karena disini semua anggota rohis
harus berani bertanggung jawab pada tugasnya masing-masing, dengan
adanya tanggung jawab maka para anggota rohis dapat
mempraktekannya di lingkungan sekolah dan masyarakat.
74
Selanjutnya setiap ekskul yang ada di sekolah ini harus
memiliki beban akademik yang harus ada, karena kalau tidak ada
beban akademik maka ekskul tersebut bisa dipastikan tidak akan ada di
SMPN 166 ini. Di ekstrakulikuler rohis ini akan ada evaluasi setiap
anggotanya karena dengan adanya evaluasi anggota diharapkan para
anggota bisa berubah sifatnya karena mengikuti agenda rohis yang
tersusun secara rapi.
Di ekstrakulikuler rohis ini juga di ajarkan pola asuh baik
terhadap adek kelas maupun dengan sesama anggota rohis, karena pola
asuh ini di ajarkan untuk merekrut anggota rohis pada adek kelas yang
akan masuk di SMPN 166. Dengan adanya ekstrakulikuler rohis maka
di rumah para angota rohis dapat menerapkan pola asuh yang telah di
ajarakan di dalam ekstrakulikuler ini.
Perkembangan anggota rohis setelah dilakukan pembinaan
banyak para anggota yang merasa senang setelah mengikuti proses
pembinaan yang ada di dalam rohis. Di harapkan para siswa dapat
menerapkan semua yang di dapat dalam proses pembinaan rohis baik
itu dalam teori maupun praktek.
Karena di dalam proses pembinaan semua yang berkaitan dengan
agama di ajarkan dengan perlahan-lahan agar para anggota rohis dapat
mengikutinya dengan baik dan akhirnya para anggota rohis dapat
menerapkannya di dalam masyarakat.
4. Pelaksanaan program kerja rohis
Pelaksanaan program kerja berjalan sesuai dengan ketentuan
yang telah di tetapkan oleh pengurus rohis karena setiap pelaksaan
program harus meminta izin kepada kepala sekolah,osis, guru pai, dan
guru yang lainnya.
75
Berikut adalah jadwal kegiatan rohis :
No Nama
kegiatan
Waktu
pelaksanaan
Penangung
jawab
Keterangan
1. Idul adha Setahun
sekali
Alma Siswa kelas 8
2. Maulid nabi Setahun
sekali
Assadel Siswa kelas 7
3. After movie Setelah
adanya
program
kerja
Kennard dan
Alam
Siswa kelas 8
4. Tafakur
alam
Setahun
sekali
Aryo Rifqi
Ramadhan
Siswa kelas 8
Program idul adha yang dimana para anggota rohis di tuntut
oleh pihak sekolah untuk berperan aktif sebagai kepanitiaan kurban,
karena rohis merupakan organisasi islam yang berada di dalam
sekolah.
Kegiatan ini dilaksanakan sesuai dengan peraturan kementerian
agama, dengan dimulainnya sholat ied dan di lanjutkan kegiatan
hewan kurban, kegiatan program rohis ini pada tahun ini di laksanakan
pemotongan hewan kurban di SMPN 166 jakarta pada hari Rabu
tanggal 05 Agustus 2020 yang bertempat di lingkungan sekolah
dengan hewan yang mencapai jumlah 5 ekor dan kambing sebanyak 15
ekor. Jumlah ini di ambil dari data kepanitian kurban.
Selanjutnya program kerja rohis adalah maulid nabi program
ini dilaksanakan sesuai dengan peraturan kementerian agama. Program
rohis selanjutnya after movie yaitu program yang biasa dilakukan
setelah adanya kegiatan, jadi kegiatan ini merupakan kegiatan
dokumentasi baik itu foto video dan lain sebagainya. Program ini
sebagai pertanggung jawaban setiap program kerja rohis yang ada.
Program kerja rohis berikutnya yaitu tafakur alam, dengan
mengikuti tafakur alam maka para anggota rohis dapat mengenal satu
76
sama yang lain. Baik itu adik kelas maupun kakak kelas. Semua di
program ini menjadi satu karena tidak di bedakan dengan menginap di
daerah puncak bogor dan sama-sama jauh dari orang tua maka disini
anggota rohis saling merangkul antara satu dengan yang lainnya.
Dengan adanya tafakur alam semua kegiatan yang ada di dalam
program kerja rohis dapat berjalan dengan baik dan benar. Serta
dengan adanya tafakur alam anggota rohis dapat merasakan keadaan
alam sekitar.
5. Evaluasi program kerja
Evaluasi program kerja sangat di butuhkan karena dengan
adanya program kerja maka akan di ketahui semua program kerja baik
yang berjalan maupun tidak. Dengan adanya evaluasi di harapkan
semua program kerja yang telah berjalan apaadanya dapat di evaluasi
menjadi program kerja yang berjalan sesuai dengan yang telah di
musyawarahkan.
Evaluasi program kerja dapat dijadikan sebagai tolak ukur
perjalanan program kerja tersebut melalui dokumentasi yang ada.
Dengan adanya evaluasi dapat membuat para anggota rohis bisa
mengetahui titik-titik kesalahan yang mereka lakukan dan akan di
perbaiki untuk program kerja selanjutnya.
Dengan adanya evaluasi kedepannya kita tidak akan
mengulangi kesalahan yang telah kita perbuat. Setiap evaluasi program
kerja rohis semua anggota wajib mengikuti dan di dalam evaluasi tidak
ada yang saling menutupi kesalahan satu sama lain.
Evaluasi yang ada di rohis itu ada yang menyeluruh ada yang
tidak, evaluasi yang menyuluruh yaitu evaluasi program kerja seperti
idul adha dan maulid nabi. Karena dua program tersebut merupakan
program besar rohis yang melibatkan semua pihak baik dari
77
ekstrakulikuler rohis, pihak sekolah, orang tua wali murid dan lain
sebagainya.
Jadi, jika di program kerja rohis ini tidak ada evaluasi maka
masyarakat akan kecewa dengan keadaan sekolah tersebut. Karena
semua yang hadir bukan hanya warga sekolah SMPN 166 tetapi juga
warga sekitar yang akan menyaksikan semua program kerja tersebut.
6. Dampak-dampak kegiatan rohis
Dengan adanya program kerja rohis maka sekolah tersebut
dapat di kenal oleh masyarakat luas karena setiap program kerja rohis
mengundang masyarakat sekitar.
Selanjutnya, program kerja yang berdampak untuk masyarakat
dengan adanya kegiatan rohis yaitu bantuan-bantuan yang dapat di
bagikan kepada masyarakat yang membutuhkan seperti dalam program
kerja dana kemanusian dengan adanya program tersebut dapat
meringankan beban saudara-saudara kita yang mengalami musibah
baik bencana alam maupun yang lainnya.
Dampak selanjutnya yaitu para anggota rohis lebih peduli
dengan sesama dan selalu berusaha beriktiar dekat dengan masyarakat.
Dengan adanya dampak tersebut para anggota rohis bisa
menghilangkan sifat gengsi di antara masyarakat yang ada di
sekitarnya.
Dengan adanya rohis semua orang tua yang anaknya mengikuti
kegiatan rohis merasakan dampaknya langsung. Karena anak-anaknya
bisa di andalkan di dalam rumah dan di masyarakat luas dari yang
tidak berani azan menjadi berani azan, dari yang tadinya malas sholat
menjadi rajin sholat, dari yang tadinya hanya diem saja di masyarakat
sekarang pun menjadi lebih aktif dan peduli terhadap masyarakat
sekitar.
78
Masyarakat pun merasa senang dengan adanya kegiatan
ekstrakulikuler di sekolah SMPN 166 ini karena para anggota rohis
bisa bersifat ramah terhadap masyarakat sekitar. Dengan begitu
masyarakat pun bisa merasakan kenyamanan dan masyarakat pun bisa
memahami bahwa rohis itu bukan organisasi yang mengajarkan untuk
menjadi teroris tetapi justru dengan adanya ekstrakulikuler rohis
mengajarkan untuk memahami agama islam sesuai dengan syariat
yang di ajarkan oleh Rasullulah SAW.
79
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Proses pembinaan rohis di SMPN 166 berjalan dengan baik. Banyak
para murid tertarik untuk mengikuti ekstrakulikuler rohis. Banyak para
murid yang baru masuk di SMPN 166 ini tertarik untuk mengikuti
ekstrakulikuler rohis, karena ekstrakulikuler ini sifatnya terbuka untuk
siswa-siswa SMPN 166 yang beragama islam. Selanjutnya pembinaan rohis
yang ada di sekolah ini sifatnya terus menerus, karena semua pembinaan
rohis di sekolah ini tidak hanya mengajarkan teori saja tetapi semua di
ajarkan prakteknya langsung karena dengan adanya praktek tersebut para
anggota rohis dapat memahami ajaran-ajaran islam dengan benar dan sesuai
yang telah di syariatkan.
Berikut point yang dapat diambil dari proses pembinaan rohis yaitu:
1. Dalam hal perkembangan khususnya di hal anggota rohis mengalami
kenaikan yang begitu signifikan. karena dari tahun ketahun banyak para
siswa SMPN 166 yang mengikuti kegiatan rohis. Dengan banyaknya
anggota rohis dari tahun ketahun dapat di pastikan perkembangan rohis
di SMPN 166 ini akan semakin maju dan semakin menjadi
ekstrakulikuler rohis yang diminati oleh siswa SMPN 166.
2. Rohis yang ada di SMPN 166 ini mempunyai program kerja yang teratur
karena setiap pembuatan program kerja di diskusikan terlebih dahulu
oleh pihak sekolah, pembina rohis dan semua anggota rohis. Karena
program kerja rohis itu ada yang mengambil bagian dari jam belajar
mengajar, maka perlu untuk dilaksanakannya diskusi dengan pihak
sekolah agar tidak terjadi salah komunikasi.
Dengan adanya program kerja semua anggota rohis dapat lebih
aktif baik itu di masyarakat maupun di lingkungan sekolah.
80
3. Selanjutnya setelah mengikuti pembinaan rohis maka para anggota rohis
lebih berkembang dan lebih berusaha percaya diri baik dari kemampuan
bidang akademik maupun bidang non akademik.
4. Dalam pelaksanaan program kerja rohis banyak program-program yang
berjalan sesuai dengan yang telah di musyawarahkan dan semua berjalan
sebagai mana mestinya yang dapat membuat para anggota rohis
berkembang.
5. Setelah program kerja dilaksanakan dengan benar maka perlu adanya
evaluasi program kerja. Karena evaluasi di laksanakan untuk
memberikan masukan-masukan terhadap program-program yang telah
berjalan dengan baik. Evaluasi program juga bertujuan agar semua
anggota bisa berubah dengan sendirinya serta dapat menerima masukan-
masukkan dari anggota rohis yang lainnya.
6. Dengan adanya rohis banyak masyarakat yang terbantu dengan adanya
ekstrakulikuler rohis karena dengan adanya rohis masalah tentang agama
di masyarakat dapat di pecahkan oleh anggota rohis. Dengan adanya
rohis juga syiar Islam di masyarakat dapat dilaksanakan sesuai dengan
syariat Islam.
Rohis di sekolah ini akan siap bersaing dengan rohis-rohis di
SMP lain di karenakan pembinaan yang dilakukan secara terus menerus
dan tanpa lelah serta dari pihak sekolah mendukung semua program
kerja rohis.
B. SARAN
Semua pembinaan rohis sudah sesuai dengan panduan sekolah dan
sesuai dengan yang telah di diskusikan dikalangan para anggota rohis,
hanya saja ada beberapa yang harus di tambahkan agar para anggota rohis
lebih menyadari bagian tugasnya masing-masing. Anggota rohis di ajarkan
untuk tidak gengsi dalam memegang hewan kurban, karena pada hari raya
Idul Adha banyak para anggota rohis yang takut memegang hewan kurban.
81
Saran selanjutnya yaitu bahwa semua guru yang ada di sekolah
tersebut lebih memberikan perhatian lebih terhadap ekstrakulikuler rohis
karena anak-anak yang bersekolah disini mayoritas beragama islam maka
alangkah baiknya semua guru berkontribusi dengan semaksimal mungkin
agar sekolah ini terkenal dengan rohisnya yang bagus.
Rohis di SMPN 166 harus meningkatkan kerja sama dengan
lembaga-lembaga Islam yang di luar lingkungan sekolah agar para anggota
rohis bisa memahami ajaran Islam lebih luas lagi dan akan membuat para
anggota rohis bisa membuat ide-ide yang dapat lebih memajukan rohis di
sekolah ini.
Semoga saran-saran yang diatas dapat membuat para anggota rohis
atau pihak sekolah bisa memikirkan bagaimana perkembangan rohis ke
depannya. Serta dapat bersilaturahmi ke masyarakat sekitar.
82
DAFTAR PUSTAKA
Adz-Dzaky, Hamdani Bakran, Konseling dan Psikoterapi Islam,
Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002.
Ali noer, dkk, “Upaya Ekstrakurikuler Kerohanian Islam (ROHIS) dalam
Meningkatkan Sikap Keberagamaan Siswa di SMK Ibnu Taimiyah
Pekanbaru”,Jurnal Al-Thariqah Vol. 2, No. 1, Juni 2017.
Amrillah, M. Tahir, Pembinaan Keagamaan Siswa-Siswi Sekolah Menengah
Atas melalui Rohani Islam (Rohis) di Kota Samarinda dan Balikpapan,
Lentera, Vol. III, No. 2, 2019.
Badrudin, Manajemen Peserta Didik, Jakarta: Indeks, 2014.
Bakery, Umar suryadi, Pemanfaatan metode etnografi dan netnografi dalam
penelitianhubungan internasional, jurnal global dan startegis
Universitas Jayabaya Th. 11, No. 1.
Brewer, John D, Ethnography, Buckingham: Open University Press, 2005.
Dachi, Rahmat Alyakin, Proses dan Analisis Kebijakan Kesehatan: Suatu
Pendekatan Konseptual, Yogyakarta: Deepublish, 2017.
Djafri,Novianty, Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Terhadap Prestasi Belajar
Siswa Pada Pesantren Al-Khaerat Kota Gorontalo, Jurnal Inovasi, Volume
5, Nomor 3, September 2008.
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif, Jakarta:
PT Raja Grasindo Persada, 2012.
Erna hayati, dkk, “Pembinaan perilaku sosial remaja penghuni yayasan islam
media kasih kota banda aceh”, jurnal ilmiah mahasiswa pendidikan
kenegaraan unsyiah,vol. 1, No. 1 : 192-204, 2016.
Fachruddin, Fuad, Agama dan pendidikan demokrasi pengalaman
muhammadiyah dan nahdhatul ulama, Jakarta: Pustaka alvabet, 2006.
Fetterman, David M, Ethnography Step by Step, Third Edition, Washington:
Sage, 2010.
83
Hadiawati, Lina, “Pembinaan Keagamaan sebagai Upaya Meningkatkan
Kesadaran Siswa Melaksanakan Ibadah Shalat (Penelitian di Kelas X
dan XI SMK Plus Qurrota ‘Ayun Kecamatan Samarang Kabupaten
Garut)”, Jurnal Pendidikan Universitas Garut. Vol. 02, No. 01;2008.
Hanurawan, Fattah, Metode penelitian kualitatif untuk ilmu psikologi,
Jakarta: Rajagrafindo persada 2008.
Hawi,Akmal, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2013.
Hidayat, Anang, Strategi Six Sigma: Peta Pengembangan Kualitas dan Kinerja
Bisnis, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2007.
Humaedi, M. Alie, Etnografi pengobatan praktik budaya peramuan dan
sugesti komunitas adat tau taa vana, Yogyakarta: PT.Liks pelangi
aksara,2016.
Ihromi, T.o, Pokok-pokok budaya antropologi, Jakarta: Yayasan obor, 2006.
Kompri, Manajemen Pendidikan Kompene-Kompenen, Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2015.
Melalatoa, M. Junus, Luka sebuah negeri, Jakarta: Yayasan obor, 2006.
Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2017.
Muchtar, Heri Jauhari, Fikih Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.
Muh ridwan, dkk, Pembinaan industri kecil dan menengah pada dinas
perindustrian, pedagang, koperasi dan Umkm kota bontang, Jurnal
administrative reform, vol.2, No. 2, 2014.
Nasir usman, Muniarti, Implementasi manajemen stratejik dalam pemberdayaan
sekolah menengah kejuruan, Bandung: Citapustaka media perintis, 2009.
Nurina,Putri,Pendidikan Agama Islam bagi siswa autis pada sekolah inklusif ,
Pamulang: Young progressive muslim, 2015.
Pardamean,Maruli, Kupas Tuntas Agribisnis Kelapa Sawit: Mengelola Kebun dan
pabrik Kelapa Sawit Secara Efektif dan Efisien, Jakarta: Swadaya, 2017.
84
Prihatin, Eka, Manajemen Peserta Didik, Bandung: Alfabet, 2011.
Randa, Fransiskus, Akuntabilitas keuangan dalam organisasi keagamaan
(studi etnografi pada sebuah gereja katolik di tanatoraja),
(universitas atma jaya makassar), Jurnal sistem informasi
manajemen dan akuntansi , Vol. 9, No.2.
Rifma, Optimalisasi Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru, Jakarta:
Kencana,2016.
Rosidin,Nurul aeni, “Pemahaman agama dalam konteks kebangsaan : Studi
Kasus pada Organisasi Rohis SMA Negeri 1 Sragen, 2017”, Jurnal
pendidikan dankebudayaan.
Rosidin, Nurul aeni, Pemahaman Agama dalam konteks kebangsaan : Studi
kasus pada organisasi rohis sma negeri 1 sragen, Jurnal pendidikan dan
kebudayaan, vol , 02,No,2 desember 2017.
Saydam, Gouzali, Manajemen dan Bawahan,Jakarta: Djambatan, 1996.
Setiadi, Nugroho J, Perilaku Konsumen, Jakarta: Kencana, 2003.
Spradley, James P, The Ethnographic Interview, New York: Holt, Rinehart and
Winston, 1979.
Walfgang Karcher, Manfred Oepen, Dinamika Pesantren: Dampak Pesantren
Pendidikan, Jakarta: P3M, 1987.
Winarta, Cahya, Metode-metode riset kualitatif dalam public relations dan
marketing communications, Yogyakarta: PT.Bentang pustaka 2008.
Woods, Peter, Inside Schools Ethnography in Educational Research, USA:
Roudlegde, 2005.
Yunita, Agus, dkk, Peran keluarga dalam pembinaan pekerti anak di usia
sekolah dasar (suatu penelitian di kecamatan kuta baro kabupaten aceh
besar), jurnal ilmiah mahasiswa pendidikan kewarganegaraan unsyiah
vol. 1, no 1: 1-2.
Yuslim, dkk, Pembinaan sumber daya aparatur dalam meningkatkan
pelayanan public di kantor camat tenggarong kabupaten kutai
kartanegara (studi implementasi peraturan pemerintah No. 42 tahun
2004, Jurnal administrative reform , vol. 1. No. 3, 2013.
85
Zaman, Badrus, Pelaksanaan mentoring ekstrakulikuler rohani islam (rohis)
dalam meningkatkan kecerdasan spiritual siswa kelas X di SMAN 3
boyolali tahun ajaran 2015-2016, jurnal inspirasi, vol. 1, No. 1, 2017.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN: INSTRUMEN PENELITIAN DAN HASIL WAWANCARA
WAKIL KURIKULUM SMPN 166 JAKARTA
Nama Tempat : Smpn 166 Jakarta
Alamat : Jl. Kedondong No. 5 RT.2/RW.5, Jagakarsa,
Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12620
Nama Wakil Kurikulum : Karsono, S.Pd
Hari/Tanggal : Rabu, 19 Februari 2020
No Pertanyaan Penelitian Jawaban
1. Sejak tahun berapa bapak menjadi wakil
kurikulum di sekolah SMPN 166?
Kalau menjadi wakil
kurikulum baru 4 tahun
yang lalu yaitu 2016.
Sebelumnya 15 tahun
yang lalu saya pernah
menjadi sekap kurikulum.
2. Ekskul apa saja yang ada di sekolah ini?
Banyak sekali ekskul
yang terdapat di sekolah
ini. Ekskul tersebut
kurang lebih ada 15.
Kalau dari ekskul
olahraga ada taekwondo,
pencak silat, futsal, sepak
bola. Dan ekskul yang
lain seperti Pmr, seni tari,
vocal grup, dll.
3. Apakah ekskul rohis ini banyak peminatnya?
Alhamdulillah ekskul
rohis di sekolah ini juga
cukup lumayan banyak
peminatnya. Walaupun
masih banyak anak-anak
yang berminat ke ekskul
basket, silat, dll.
4. Bagaimana perkembangan rohis di sekolah ini?
Baik dari segi anggota maupun prestasi yang
telah di raih oleh ekskul rohis itu sendiri?
Kami memang konsen
kepada anak-anak rohis
itu memimpin tadarus
karena setiap pagi ada
pembiasaan tadarus di
sekolah ini. Bahkan
tadarus ini dikembangkan
secara bersama-sama
dengan shalat dhuha
setiap harinya serta pada
hari jum’at ditambah
dengan kegiatan
muhadharah yang
diadakan di lapangan
sekolah ini. Jika dari segi
prestasi memang kami
belum meraih prestasi
sampai saat ini.
5. Apakah dengan mengikuti ekskul rohis anak-
anak yang beragama islam berubah lebih baik?
Alhamdulillah otomatis
anak rohis itu dengan
anak yang tidak
mengikuti kegiatan rohis
memiliki perbandingan
yang jauh karena didalam
rohis itu terdapat
pembinaan keagamaan.
6. Apa saja yang bapak ketahui kegiatan-kegiatan
rohis yang ada di sekolah ini?
Di dalam rohis ini
membina mental,
spiritual, dan ketika bulan
suci Ramadhan. Ekskul
rohis yang terdepan
dalam memimpin anak-
anak dan mengadakan
perlombaan keagamaan
seperti adzan, mtq, dsb.
7. Apakah setiap ada kegiatan ada koordinasi
antara anggota rohis dengan wakil kurikulum?
Iya, memang ada secara
berjenjang. Misalnya ada
kegiatan PHBI, rohis
ingin mengadakan
kegiatan tersebut dan di
dalam rohis Pembinanya
dari guru agama. Guru
agama tersebut pasti
laporan ke kurikulum dan
nanti dari pihak
kurikulum, kami
memetakan kegiatan
PHBI tersebut
disesuaikan dengan
jadwal kami, agar tidak
berbenturan dengan
kegiatan yang lainnya.
8. Sebagai wakil kurikulum bagaimana bapak
menanggapi setiap kegiatan-kegiatan yang ada
di dalam rohis ini?
Saya sangat mendukung
kegiatan-kegiatan rohis di
sekolah ini. Karena di
dalam kegiatan tersebut
bisa menjadi suri tauladan
untuk anak-anak yang
lainnya dan kalau bisa
kegiatan rohis ini
ditambahkan atau
dimajukan agar menjadi
lebih baik kedepannya.
9. Apakah bapak pernah mengikuti kegiatan-
kegiatan yang ada di dalam rohis tersebut?
Alhamdulillah saya selalu
mengikuti kegiatan-
kegiatan rohis di sekolah
ini. Karena dulu sebelum
guru agamanya aktif, saya
mengadakan shalat
dzuhur berjama’ah serta
pada jam istirahat
pertama. Saya membuat
jadwal kepada anak-anak
pada jam istirahat
pertama untuk
melaksanakan shalat
dhuha. Dan saya
mewajibkan kepada anak-
anak sebelum pulang
sekolah harus
melaksanakan shalat
dzuhur berjama’ah
disekolah dan membuat
absen yang ditanda
tangani oleh saya sendiri.
10. Bagaimana program-program kerja yang ada di
dalam rohis di sekolah ini?
Untuk program kerja di
dalam rohis, saya tidak
mengetahui secara detail
bagaimana program
tersebut karena yang
mengetahui persis
program tersebut adalah
Pembina rohisnya
langsung.
11. Bagaimana proses pembinaan rohis di SMP ini?
Alhamdulillah proses
pembinaan rohis di
sekolah ini baik. karena
pembinanya kebetulan
masih
mahasiswa/mahasiswi.
Memang dalam proses
pembinaannya harus
ditingkatkan lagi agar
lebih menarik dan anak-
anak bisa mengambil
baiknya bahwa ekskul
rohis itu mengembirakan,
tidak hanya ekskul basket
dll.
12. Apakah bapak setuju sebagai wakil kurikulum
jika setiap kegiatan-kegiatan rohis selesai akan
di adakan evaluasi?
Iya saya sangat setuju.
Evaluasi program kerja
sangat di butuhkan
karena dengan adanya
program kerja maka
akan di ketahui semua
program kerja baik
yang berjalan maupun
tidak. Dengan adanya
evaluasi di harapkan
semua program kerja
yang telah berjalan apa
adanya dapet di
evaluasi menjadi
program kerja yang
berjalan sesuai dengan
yang telah di
musyawarahkan.
Evaluasi program kerja
dapat dijadikan
sebagai tolak ukur
perjalanan program
kerja tersebut melalui
dokumentasi yang ada.
Dengan adanya
evaluasi dapat
membuat para anggota
rohis bisa mengetahui
titik-titik kesalahan
yang mereka lakukan
dan akan di perbaiki
untuk program kerja
selanjutnya.
Dengan adanya
evaluasi kedepannya
kita tidak akan
mengulangi kesalahan
yang telah kita
perbuat. Setiap
evaluasi program kerja
rohis semua anggota
wajib mengikuti dan di
dalam evaluasi tidak
ada yang saling
menutupi kesalahan
satu sama lain.
Evaluasi yang ada di
rohis itu ada yang
menyeluruh ada yang
tidak, evaluasi yang
menyuluruh yaitu
evaluasi program kerja
seperti idul adha dan
maulid nabi. Karena
dua program tersebut
merupakan program
besar rohis yang
melibatkan semua
pihak baik dari
ekstrakulikuler rohis,
pihak sekolah, orang
tua wali murid dan lain
sebagainya.
Jadi, jika di program
kerja rohis ini tidak
ada evaluasi maka
masyarakat akan
kecewa dengan
keadaan sekolah
tersebut. Karena semua
yang hadir bukan
hanya warga sekolah
SMPN 166 tetapi juga
warga sekitar yang
akan menyaksikan
semua program kerja
tersebut.
13. Bagaimana dampak-dampak adanya eksul rohis
terhadap masyarakat sekitar yang bapak
ketahui?
Dampaknya adalah
bagus terutama terhadap
anak itu sendiri. Karena
kami selalu
mengingatkan bahwa
anak-anak rohis itu harus
lebih baik dari anak-
anak yang tidak
mengikuti kegiatan
rohis. para anggota rohis
tidak lagi disuruh pergi
ke masjid, mereka sudah
memahami kalau sudah
waktunya azan mereka
sudah harus pergi ke
masjid, banyak di antara
anggota rohis itu
berpakaian sesuai
dengan syariat islam,
selanjutnya para anggota
rohis juga lebih
mengutamakan
mengucapkan salam
ketika bertemu dengan
orang yang baru dikenal.
Karena begitu banyak
murid yang belum begitu
kenal satu sama lain.
Banyak para orang tua
murid berterima kasih
kepada para pembina
rohis karena telah
mendidik anak-anaknya
dalam memahami
pelajaran agama islam di
luar jam sekolah dan di
harapkan dapat
memberikan pelajaran
yang lebih agar bisa
menjauhi perbuatan yang
di larang oleh Allah dan
rasulnya.
Dampak selanjutnya
yaitu para anggota
rohis lebih peduli
dengan sesama dan
selalu berusaha
beriktiar dekat dengan
masyarakat. Dengan
adanya dampak
tersebut para anggota
rohis bisa
menghilangkan sifat
gengsi di antara
masyarakat yang ada
di sekitarnya.
LAMPIRAN: INSTRUMEN PENELITIAN DAN HASIL WAWANCARA
GURU PAI & PEMBINA ROHIS SMPN 166 JAKARTA
Nama Tempat : Smpn 166 Jakarta
Alamat : Jl. Kedondong No. 5 RT.2/RW.5,
Jagakarsa, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
12620
Nama Guru PAI & Pembina Rohis : H. Ahmad Hidayatullah, S.Pd.I & Rinda
Hari/Tanggal : 24-28 Februari 2020
No Pertanyaan Penelitian Jawaban
1. Sejauh mana perkembangan Rohis di SMPN
166 ?
Perkembangan anggota
rohis mengikuti
pembinaan rohis
mengalami perubahan
adanya yang berubah
menjadi lebih agamis,
kepribadian, percaya
diri, labil dan ada yang
tetap begitu-begitu
saja.banyak bicara di
depan umum, berani
azan, takbiran , rapat
dan berani berbicara
kepada orang tuanya
dengan jujur. Karena
perkembangan anak-
anak di sini setelah
mengikuti pembinaan
rohis.
Ekskul rohis
merupakan salah satu
ekskul yang
mengembangkan
bidang organisasi
karena disini semua
anggota rohis harus
berani bertanggung
jawab pada tugasnya
masing-masing,
dengan adanya
tanggung jawab maka
para anggota rohis
dapat
mempraktekannya di
lingkungan sekolah
dan masyarakat.
2. Apa saja bentuk pekembangan yang dapat
dirasakan oleh masyarakat melalui aktivitas
Rohis di SMPN 166 ?
Masyarakat merasakan
kenyamanan dan
masyarakat bisa
memahami bahwa
rohis itu bukan
organisasi yang
mengajarkan untuk
menjadi teroris tetapi
justru dengan adanya
ekstrakulikuler rohis
mengajarkan untuk
memahami agama
islam sesuai dengan
syariat yang di ajarkan
oleh Rasullulah SAW.
3. Apakah perkembangan Rohis juga dapat
dirasakan oleh masyarakat sekitar ?
Masyarakat merasa
senang dengan adanya
kegiatan ekstrakulikuler
di sekolah SMPN 166 ini
karena para anggota rohis
bisa bersifat ramah
terhadap masyarakat
sekitar.
4. Apa saja bentuk perkembangan yang terjadi di
dalam Rohis di SMPN 166 ?
Perkembangan anggota
rohis setelah dilakukan
pembinaan banyak
para anggota yang
merasa senang setelah
mengikuti proses
pembinaan yang ada di
dalam rohis. Di
harapkan para siswa
dapat menerapkan
semua yang di dapat
dalam proses
pembinaan rohis baik
itu dalam teori maupun
praktek.
5. Bagaimana Rohis di SMPN 166 dapat
berkembang ?
Di dalam proses
pembinaan semua yang
berkaitan dengan
agama di ajarkan
dengan perlahan-lahan
agar para anggota rohis
dapat mengikutinya
dengan baik dan
akhirnya para anggota
rohis dapat
menerapkannya di
dalam masyarakat.
6. Bagaimana cara untuk dapat mempertahankan
segala bentuk perkembangan yang sudah
dirasakan ?
Di ekstrakulikuler
rohis ini juga di
ajarkan pola asuh baik
terhadap adek kelas
maupun dengan
sesama anggota rohis,
karena pola asuh ini di
ajarkan untuk merekrut
anggota rohis pada
adek kelas yang akan
masuk di SMPN 166.
Dengan adanya
ekstrakulikuler rohis
maka di rumah para
angota rohis dapat
menerapkan pola asuh
yang telah di ajarakan
di dalam
ekstrakulikuler ini.
7. Bagaimana keadaan rohis di SMPN 166
sebelum mengalami perkembangan ?
Keadaan rohis di
sekolah ini sebelum
mengalami
perkembangan yaitu
dari segi kegiatan atau
program selalu
monoton tidak ada
kegiatan atau program
baru yang dapat
meningkatkan
kreatifitas anak-anak
rohis.
8. Bagaimana tanggapan guru-guru terhadap
perkembangan Rohis di SMPN 166 ?
Dari pihak guru pun
sudah mendukung
kegiatan atau program-
program yang dijalankan
Rohis di sekolah ini,
hanya saja minat para
siswa/siswi yang
mengikuti kegiatan rohis
di sekolah ini tidak
begitu banyak.
9. Apa saja kegiatan Rohis yang terdapat di
SMPN 166 ?
Program idul adha yang
dimana para anggota
rohis di tuntut oleh pihak
sekolah untuk berperan
aktif sebagai kepanitiaan
kurban, karena rohis
merupakan organisasi
islam yang berada di
dalam sekolah.
Kegiatan ini dilaksanakan
sesuai dengan peraturan
kementerian agama,
dengan dimulainnya
sholat ied dan di
lanjutkan kegiatan hewan
kurban, kegiatan program
rohis ini pada tahun ini di
laksanakan pemotongan
hewan kurban di SMPN
166 jakarta pada hari
Rabu tanggal 05 Agustus
2020 yang bertempat di
lingkungan sekolah
dengan hewan yang
mencapai jumlah 5 ekor
dan kambing sebanyak 15
ekor. Jumlah ini di ambil
dari data kepanitian
kurban.
Selanjutnya program
kerja rohis adalah maulid
nabi program ini
dilaksanakan sesuai
dengan peraturan
kementerian agama.
Program rohis selanjutnya
after movie yaitu program
yang biasa dilakukan
setelah adanya kegiatan,
jadi kegiatan ini
merupakan kegiatan
dokumentasi baik itu foto
video dan lain
sebagainya. Program ini
sebagai pertanggung
jawaban setiap program
kerja rohis yang ada.
Program kerja rohis
berikutnya yaitu tafakur
alam, dengan mengikuti
tafakur alam maka para
anggota rohis dapat
mengenal satu sama yang
lain. Baik itu adik kelas
maupun kakak kelas.
Semua di program ini
menjadi satu karena tidak
di bedakan dengan
menginap di daerah
puncak bogor dan sama-
sama jauh dari orang tua
maka disini anggota rohis
saling merangkul antara
satu dengan yang lainnya.
Dengan adanya tafakur
alam semua kegiatan
yang ada di dalam
program kerja rohis dapat
berjalan dengan baik dan
benar. Serta dengan
adanya tafakur alam
anggota rohis dapat
merasakan keadaan alam
sekitar.
10. Apakah semua kegiatan tersebut dapat berjalan
dengan lancar dan konsisten ?
Pelaksanaan program
kerja berjalan sesuai
dengan ketentuan yang
telah di tetapkan oleh
pengurus rohis karena
setiap pelaksaan program
harus meminta izin
kepada kepala
sekolah,osis, guru pai,
dan guru yang lainnya.
11. Adakah kegiatan Rohis yang tidak berjalan
secara konsisten ?
Sejauh ini, Alhamdulillah
belum ada kegiatan rohis
yang tidak berjalan secara
konsisten
12. Apa saja visi dan misi Rohis di SMPN 166 ? Visi rohis SMPN 166
adalah terwujudnya
SMPN 166 sebagai
lembaga dakwah
sekolah yang handal,
kreatif, bermanfaat
bagi pelajar SMPN
166.
Misi rohis SMPN 166:
a. Membangun
dakwah dan
koordinasi antar
internal maupun
eksternal rohis
SMPN 166.
b. Menyebarkan dan
menegakkan
syariat islam
melalui kegiatan-
kegiatan yang
islami dan
kekinian.
c. Membangun
ukhuwah islamiyah
antar sesama
pengurus.
13. Bagaimana para anggota Rohis dapat
menjalankan program kegiatan Rohis ?
Setiap ekskul yang ada di
sekolah ini harus
memiliki beban akademik
yang harus ada, karena
kalau tidak ada beban
akademik maka ekskul
tersebut bisa dipastikan
tidak akan ada di SMPN
166 ini. Di
ekstrakulikuler rohis ini
akan ada evaluasi setiap
anggotanya karena
dengan adanya evaluasi
anggota diharapkan para
anggota bisa berubah
sifatnya karena mengikuti
agenda rohis yang
tersusun secara rapi.
14. Apakah terdapat pengaruh terhadap perilaku
siswa setelah mengikuti kegiatan Rohis di
SMPN 166 ?
Pengaruh dengan
adanya kegiatan rohis
semua orang tua yang
anaknya mengikuti
kegiatan rohis
merasakan dampaknya
langsung. Karena
anak-anaknya bisa di
andalkan di dalam
rumah dan di
masyarakat luas dari
yang tidak berani azan
menjadi berani azan,
dari yang tadinya
malas sholat menjadi
rajin sholat, dari yang
tadinya hanya diem
saja di masyarakat
sekarang pun menjadi
lebih aktif dan peduli
terhadap masyarakat
sekitar.
15. Apakah kegiatan rohis membutuhkan dana
dalam penyelenggaraannya ? Jika ya,
bagaimana para anggota Rohis dapat
mengumpulkan dana untuk menyelenggarakan
kegiatan ?
Iya, Alhamdulillah
kegiatan di sekolah ini,
dibantu dengan uang
amal setiap hari jum’at
dan proposal yang
digunakan fokus terhadap
kegiatan rohis atau
keagamaan .
16. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
mempersiapkan acara Peringatan Hari Besar
Islam ?
Kami menyiapkan
acara PHBI kurang
lebih 3 minggu
sebelum acara tersebut
di mulai
17. Siapakah pihak yang bertanggung jawab atas
semua kegiatan Rohis di SMPN 166 ?
Pihak yang bertanggung
jawab atas semua
kegiatan rohis yang
dilaksanakan di SMPN
166 ini adalah Guru
Pendidikan Agama Islam
dan saya selaku Pembina
rohis.
18. Dari semua kegiatan Rohis, apakah terdapat
salah satu kegiatan yang berkesan dan
memberikan banyak manfaat bagi penyebaran
dakwah Islam ?
Iya ada, seperti
kegiatan maulid nabi
merupakan perayaan
yang ditujukan atas
peringatan hari lahir
nabi Muhammad saw
atau yang lebih kita
kenal dengan Maulid
Nabi ini merupakan
bentuk atas rasa syukur
dan senang kita kepada
Allah SWT yang pada
hakikatnya tidak ada
larangan dalam
pelaksanaannya ini.
Program kerja maulid
ini mempunyai tujuan
yaitu menggapai ridha
Allah SWT,
meningkatkan
keimanan dan
ketakwaan serta
mendekatkan diri
kepada Allah SWT,
menapak tilas dan
mengenang kembali
jalan hidup nabi
Muhammad SAW dan
para sahabatnya,
mempererat ukhuwah
islamiyah dan
kebersaman antara
sesama muslim
khususnya di
lingkungan SMPN
166, Meluruskan
persepsi masyarakat
khususnya warga SMP
Negeri 166 Jakarta
tentang perayaan hari
besar islam.
Menyeimbangkan
peran agama dengan
perayaan acara lain
yang tidak sesuai
dengan syariat islam.
19. Apakah terdapat bentuk kerja sama yang
dilakukan oleh Rohis dengan jenis kegiatan
ekstrakurikuler lainnya ?
Iya kami selalu bekerja
sama dengan jenis
kegiatan ekstrakurikuler
lainnya dalam
mengadakan atau
mempersiapkan kegiatan
yang dilakukan oleh
anggota rohis, seperti
bekerja sama dengan osis
dll.
20. Apakah jumlah peserta Rohis mengalami Iya dalam kegiatan
peningkatan setelah terselenggarakannya
berbagai macam kegiatan Rohis di SMPN 166 ?
rohis di SMPN 166 ini
peserta rohis
mengalami
peningkatan atau
Perkembangan yang
signifikan. Semakin
banyak anggota rohis
maka rohis akan
mengalami
peningkatan jumlah
anggota rohis pada
tahun ajaran baru.
karena pada saat siswa
baru sudah masuk
maka akan di adakan
demo semua ekskul
yang bertujuan agar
para siswa bisa
memilih ekskul yang
bisa mengembangkat
bakat dan minatnya.
21. Apakah terdapat kegiatan Rohis yang
berlandaskan kepedulian sosial seperti
penggalangan dana untuk korban bencana alam
?
Iya ada, seperti
bantuan-bantuan yang
dapat di bagikan
kepada masyarakat
yang membutuhkan.
Dalam program kerja
dana kemanusian
dengan adanya
program tersebut dapat
meringankan beban
saudara-saudara kita
yang mengalami
musibah baik bencana
alam maupun yang
lainnya.
22. Apakah para guru dan masyarakat juga ikut
berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan ?
Iya, Alhamdulillah
guru beserta
masyarakat disekitar
sekolah ini selalu
berpartisipasi dalam
kegiatan rohis yang
dilaksanakan.
23. Apakah terdapat kegiatan yang
diselenggarakan setiap hari ?
Iya ada kegiatan yang
diselenggarakan setiap
harinya disekolah ini,
seperti pelaksanaan
shalat dhuha dan
tadarus secara
bersama-sama.
24. Apakah terdapat hambatan saat menjalankan
kegiatan rohis di SMPN 166 ?
Setiap kegiatan
maupun program pasti
ada saja hambatannya.
Namun hambatan
tersebut tidak
menjadikan kami
berhenti untuk
melaksanakan kegiatan
yang sudah kami
rencanakan. Kami
akan terus berusaha
agar setiap kegiatan
maupun program yang
sudah kami rencanakan
berjalan dengan lancar.
25. Apakah terdapat partisipasi dari masyarakat
terhadap kegiatan rohis di SMPN 166 ?
Masyarakat disekitar
sekolah ini,
Alhamdulillah selalu
ikut berpartisipasi
setiap kegiatan rohis
yang dilaksanakan
disekolah.
LAMPIRAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER SMPN 166 JAKARTA
MARAWIS/HADROH PMR
TAEKWONDO PASKIBRA
PENCAK SILAT PRAMUKA
FUTSAL PUTRA FUTSAL PUTRI
BASKET ROHIS
LAMPIRAN FOTO WAWANCARA, BANGUNAN & RUANGAN
SMPN 166 JAKARTA
LAMPIRAN PROGRAM KERJA ROHIS SMPN 166 JAKARTA
LAMPIRAN DAFTAR PENGURUS EKSKUR SISWA SMPN 166
JAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Jenis Ekskur :
Hari/tgl :
Kegiatan :
No Nama Siswa Kelas
1 Maisan Zahra IX
2 Nuraini Khadijah S.S. IX
3 Adrian Fahru Rizal IX
4 Alma Avida Firgita VIII
5 Aprillian Tantra L.P. VIII
6 Devan Hadrian VIII
7 Hajar Muthi’ah Mahendra VIII
8 Sakinah Izzati Nurizqi IX
9 Shifa Dwi Mantik IX
10 Naurah Rahma Madina IX
11 Abdussalam Ahmad IX
12 Alya Putri Komarudin VII
13 Aryadieni Farah Ayu S. VII
14 M. Akmal VII
15 M. Nabil VII
16 M. Rafly Januar VII
17 M. Ramaditya Nuriawan VII
18 M. Ridha Razan VII
19 Nurkhalif Rizqi Fatiha VII
20 Puti Aqila Zehyana Marwa VII
21 Ziyad Dhia Rafi VII
22 Argi Nur Fajri VIII
23 Daffa Adnandi Putra P. VIII
24 Linggar Tembus Nusantara VIII
25 Deria Azzahra VIII
26 M. Irsyad Ramadhan Bone VIII
27 Senit Araminta Jasmine VIII
28 M. Fadhel Rayhan IX
29 Hani Alfiyyah Purnomo IX
30 M. Faris Ridwan IX
31 Khalila Khairini Amboro IX
32 Ilham Rizkisyah IX
33 Novita Ramadhani VII
34 Fauzan Hasan VII
35 Kennard Mahib B. VIII
36 M. Naufal VII
37 M. Salman Abbas VIII
38 M. Vito Ibrahim VIII
39 M.Riswanda Alifarahman VIII
40 Rusyda Fajarani VIII
41 Sulthan Ali Pasha VIII
42 Aida Aqila VIII
43 Arya Bagus Wibowo VIII
44 Aryo Rifqi Ramadhan VIII
45 Dio Mukti Wibowo VIII
46 Indah Nirmala Putri VII
47 M. Lanang Syeikha VII
48 M.Andre Farrel Rizky VII
49 Salsabila Khalisha I. VII
50 Teuku Farhansyah Zagloel VII
51 Assadel Farouqh Rayhan VII
52 Kaffa Emirudin Setiaji VII
53 M. Khairul Imam A. VII
54 M. Khatami VII
55 M. Naufal Nabiel VII
56 Aisyah Amila Husna VII
57 Amanda Sarah Ivana VIII
58 Ida Maharani Jasmine Arrishy VIII
59 Imaniyah Tsabita VIII
60 Rifat Raihan Dany VIII
61 Takayassa Achsana S.P. VIII
62 Zahida Salsabila P. VIII
63 Nur Najmina Hanifah VIII
64 Chairul Muzadi Ahmad VIII
65 Rumi Aulia Rahmanisa VIII
66 Amirah Meuthia Dahlan IX
67 Btari Nabilla Fatwasalsabila IX
68 Firyal Mustofa Kamal IX
69 Hasna Nadhifa R. IX
70 Shafira Zada Surya A. IX
71 Silmia Wardani IX
72 Syauqi Syahid Robbani IX
73 Yazid Alif Hanan IX
Biodata Penulis
Nafisah Khoiriyah, penulis lahir di Jakarta, pada
hari Jum’at, 14 Agustus 1998. Penulis merupakan anak
pertama dari empat orang bersaudara. Saat ini penulis
tinggal di Jl. Jagakarsa I, No. 64, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Penulis memulai pendidikan di MIN 6 Gandaria, Jakarta
Selatan tahun 2004, kemudian melanjutkan pendidikan
menengah pertama tahun 2010 di MTsN 2 Ciganjur. Selanjutnya penulis
melanjutkan pendidikan di MAN 13 Jakarta pada tahun 2013. Setelah itu penulis
melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2016.