PROSES PEMBERDAYAAN MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40915/...i...
Transcript of PROSES PEMBERDAYAAN MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40915/...i...
PROSES PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
MELALUI USAHA PEMBUATAN TEMPE
DI RT 04 RW 20 KELURAHAN KEDAUNG
KECAMATAN PAMULANG TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh
JAMILLAH
1113054000040
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H /2017 M
i
ABSTRAK
Jamillah
Proses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pembuatan Tempe Di Rt 04 Rw 20
Kelurahan Kedaung Kecamatan Pamulang Tangerang Selatan
Kemiskinan merupakan pangkal masalah sosial yang mendasar.
Kemiskinan melibatkan seluruh aspek permasalahan sosial dalam kehidupan
manusia. Salah satu dampak dari kemiskinan ialah krisis ekonomi. Krisis ekonomi
di Indonesia memiliki pengaruh besar bagi masyarakat Indonesia dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam kehidupan ekonomi, sosial budaya, bahkan merambat
kepada bidang-bidang lainnya. Krisis ekonomi yang terjadi menambah runyamnya
situasi ketenaga kerjaan di Indonesia. Tingginya angka pengangguran di Indonesia
juga merupakan masalah yang seringkali menjadi perhatian pemerintah.
Ajaran Islam menekankan agar setiap umat Islam berjuang mengentaskan
kemiskinan dengan pengembangan diri dan masyarakat. Usaha pembuatan tempe
yang berada di Rt 04 Rw 20 Kelurahan Kedaung Kecamatan Pamulag, Tangerang
Selatan merupakan usaha kecil menengah yang mampu menyerap tenaga kerja baik
yang berkaitan langsung dengan proses produksi tempe, bahan baku olahan tempe,
hingga produk hasil olahan tempe. Prospek usaha pembuatan tempe sangat baik
karena permintaan tempe semakin meningkat. Potensi tempe dalam meningkatkan
kesehatan dengan harga yang relatif murah dapat memberikan alternatif pilihan
dalam pengadaan makanan bergizi yang dapat dijangkau oleh segala lapisan
masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1. Proses pemberdayaan yang
terjadi pada masyarakat tersebut. 2. Apa saja hasil yang diperoleh oleh masyarakat
setelah mengikuti proses pemberdayaan tersebut.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, melalui pengamatan
langsung, observasi, dan wawancara terhadap responden atau informan. Hasil dari
penelitian ini adalah : bahwa pemilik usaha pembuatan tempe berperan penting
dalam proses pemberdayaan terhadap para pegawai pembuatan tempe. Para
pegawai diberikan ilmu dan keterampilan dalam pembuatan tempe yang baik dan
tahan lama. Para pegawai yang tadinya tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan
tetap tidak lagi kebingungan dalam pemenuhan kehidupan sehari-hari. Para
pegawai mendapatkan upah atau pendapatan sehingga tingkat perekonomian
mereka menjadi bertambah.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat serta karuia-Nya yang sungguh menjadi sumber pengetahuan
penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Proses Pemberdayaan
Masyarakat dalam Melakukan Usaha Pembuatan Tempe Di Rt 04 Rw 20 Kelurahan
Kedaung Kecamatan Pamulang Tangerang Selatan”. Skripsi ini diajukan kepada
Program Sastra 1 Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negri. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, hingga para sahabat,
serta pengikutnya hinngga akhir zaman.
Penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi merupakan salah satu
persyaratan untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) guna memperoleh gelar
Sarjana Sosial Islam di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Kebahagiaan yang tidak ternilai bagi penulis secara pribadi
adalah dapat mempersembahkan hasil yang terbaik kepada kedua orang tua, seluruh
keluarga dan pihak-pihak yang telah ikut andil dalam menyelesaikan karya ilmiah
ini.
Sebagai bentuk penghargaan yang tidak tertuliskan penulis, sampaikan
ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatulah
Jakarta.
2. Dr. Arief Subhan, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Suparto, M.Ed., Ph.D., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Raoudhonah, M.Ag., selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi
Keuangan Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dr. Suhaimi, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Wati Nilamsari, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
7. Muhammad Hudri S.Ag., M.Pd, selaku Sekertaris Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
8. Prof. Dr. Asep Usman Ismail, M.A., selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya memberikan bimbingan dan pengarahan serta
membantu literatur dalam proses penyelesaian tugas akhir ini.
9. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya
dosen Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, yang senantiasa
iii
memberikan ilmu, membimbing dan memberikan pengarahan selama
perkuliahan.
10. Ibunda tercinta, Hartinah (Alm) yang menjadi motivasi penulis untuk
memasuki Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Suatu
kehormatan dapat memenuhi keinginan dan amanahnya, semoga penulis
menjadi salah satu kebanggaannya (Alm).
11. Bapak tercinta, Muhammad Dulloh terimakasih atas segala perhatian, kasih
sayang, semangat, motivasi, do’a, dukungan moril dan materil terhadap
penulisan dalam studi.
12. Kakak Fathur Rozi dan Kusniati, Adik Nabila, Keponakan paling lucu
Safaroz Alwi Zulhan dan seluruh keluarga besar Muhammad Dulloh yang
senantiasa memberikan semangat dan dukungan, serta hiburan sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi.
13. Bapak Cahyo selaku ketua Rw 20, Ibu Emi selaku ketua Rt 04, Bang Anjar
yang selalu membantu penulis untuk berkomunikasi dengan para pengrajin
tempe, dan seluruh pengrajin usaha tempe yang berada di Kelurahan
Kedaung Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan.
14. Nadia Farhana Susanti S.Tr, sahabat tercinta yang selalu ada dalam suka
maupun duka, yang selalu menyemangati penulis untuk segera
menyelesaikan skripsi.
15. Sahabat Private Party, terutama Asep Zamalail S.E dan Ivan Rasyid, atas
hiburan dan dukungan hingga sampai ke penyelesaian skripsi.
16. Sahabat seperjuangan Sarah Fauziah, Aulia Ulfa, Mir’atun Nisa, Nurul
Andani, Ajeng Dwi, Vikron Fahreza, yang saling memberikan semangat
untuk menyelesaikan penelitian ini, serta seluruh teman-teman Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam angkatan Tahun 2013.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya, terimakasih kepada berbagai pihak yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
Jakarta, Oktober 2017
Jamillah
1113054000040
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ vii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ............................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian. ............................................................................................... 7
E. Metodologi Penelitian. .......................................................................................... 8
F. Tinjauan Pustaka ................................................................................................ 16
G. Sistematika Penulisan. .................................................................................... 20
BAB II .............................................................................................................................. 22
LANDASAN TEORI ...................................................................................................... 22
A. Pemberdayaan Masyarakat ............................................................................... 22
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat. ....................................................... 22
2. Tujuan Pemberdayaan. .................................................................................. 27
3. Indikator Keberdayaan. ................................................................................. 30
B. Pemberdayaan Sebagai Sebuah Proses ............................................................. 31
1. Proses Pemberdayaan ..................................................................................... 31
2. Tahapan Pemberdayaan................................................................................. 34
3. Strategi Pemberdayaan. ................................................................................. 35
BAB III ............................................................................................................................. 38
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN ........................................................... 38
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................................. 38
1. Sejarah Desa Kedaung.................................................................................... 38
2. Letak dan Batasan Wilayah Kelurahan Kedaung ....................................... 39
3. Infrastrutur Keadaan Umum ........................................................................ 40
4. Struktur Organisasi Pemerintaham .............................................................. 42
v
5. Keadaan Penduduk Kelurahan Kedaung Tangerang Selatan .................... 42
6. Dasar Pemikiran Kelurahan Kedaung ......................................................... 43
7. Data Perangkat Kelurahan Kedaung ............................................................ 44
8. Kelembagaan Yang di Naungi Kelurahan Kedaung ................................... 45
B. Gambaran Umum Usaha Pembuatan Tempe di Rt 04 Rw 20 Kelurahan
Kedaung Kecamatan Pamulang. ............................................................................... 46
1. Latar Belakang Berdirinya Usaha Pembuatan Tempe Di Rt 04 Rw 20
Kelurahan Kedaung Kecamatn Pamulang. .......................................................... 46
C. Gambaran Umum Koperasi Timbul Jaya ........................................................ 50
BAB IV ............................................................................................................................. 52
TEMUAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN .................................................... 52
A. Temuan Penelitian .......................................................................................... 52
1. Produksi Usaha Tempe di Kelurahan Kedaung Kecamatan Pamulang
Kota Tangerang Selatan. ........................................................................................ 52
2. Proses Pemberdayaan Masyarakat Dalam Melakukan Usaha Pembuatan
Tempe. ...................................................................................................................... 56
3. Hasil Pemberdayaan Yang Dilakukan Oleh Pengusaha Pembuatan Tempe
Terhadap Masyarakat Sekitar. .............................................................................. 59
B. Analisis Hasil Penelitian ..................................................................................... 61
BAB V .............................................................................................................................. 69
PENUTUP ........................................................................................................................ 69
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 69
B. Saran .................................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 72
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Data Informan ........................................................................................ 11
Tabel 2 : Batas Wilayah Kelurahan Kedaung ....................................................... 46
Tabel 3 : Jumlah Penduduk Menurut Umur Dan Jenis Kelamin .......................... 50
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Peta Wilayah Kelurahan Kedaung ..................................................... 47
Gambar 2 : Struktur Organisasi Keluarahan Kedaung .......................................... 49
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini Indonesia belum dapat dikatakan negara maju karena masih
bermunculan berbagai masalah sosial. Pada umumnya, masalah sosial
ditafsirkan sebagai suatu kondisi yang tidak sesuai dengan harapan atau tidak
sesuai dengan nilai, norma dan standar sosial yang berlaku. Lebih dari itu, suatu
kondisi juga dianggap sebagai masalah sosial karena menimbulkan berbagai
penderitaan dan kerugian baik fisik maupun nonfisik.1
Indonesia merupakan negara dunia ketiga yang mana struktur sosial
masing-masing lapisan masyarakatnya berkembang ke arah yang berlawanan.
Hal ini mengakibatkan semakin lebarnya jurang kaya-miskin sehingga yang
kaya menjadi semakin kaya dan yang miskin menjadi semakin miskin.
Kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi di Indonesia merupakan maalah
sosial terbesar di zaman ini.2
Penyebab kemiskinan sangat kompleks dan saling memiliki keterkaitan
antara satu sama lain, yaitu : (1) rendahnya kualitas sumber daya manusia, baik
motivasi maupun penguasaan manajemen dan teknologi, (2) kelembagaan yang
belum mampu menjalankan pelaksanaan pembangunan, (3) sarana dan
prasarana yang belum merata dan belum sesuai dengan kebutuhan
pembangunan, (4) masih sangat minim modal, (5) berbelitnya prosedur dan
1 Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008),
hlm 6.
2 Rudolf H Strahm, Kemiskinan Dunia Ketig,. (Jakarta : CIDESINDO, 1999), hlm 1.
2
peraturan yang berlaku. Kelemahan-kelemahan ini menyebabkan kaum miskin
tidak mampu memanfaatkan peluang yang ada, sehingga kesempatan ini di
ambil oleh kelompok-kelompok dari sektor kaya dan mampu3.
Pada hakekatnya, kemiskinan merupakan persoalan klasik yang sama
tuanya dengan usia kemanusiaan itu sendiri. Masalah kemiskinan dapat
melibatkan keseluruhan aspek permasalahan sosial dalam kehidupan manusia.
Hingga saat ini belum ditemukan rumusan maupun formula penanganan
kemiskinan yang dianggap paling jitu dan sempurna dalam menangani
kemiskinan. Tidak ada konsep tunggal tentang kemiskinan.4 Salah satu dampak
dari kemiskinan ialah krisis ekonomi. Krisis ekonomi di Indonesia memiliki
pengaruh besar bagi masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam kehidupan ekonomi, sosial budaya, bahkan merambat pada bidang-
bidang lainnya. Pengaruh yang paling dirasakan ialah menurunnya tingkat
pendapatan dan daya beli masyarakat terhadap kebutuhan hidupnya.5
Krisis ekonomi yang terjadi menambah runyamnya situasi ketenaga
kerjaan di Indonesia. Tingginya angka pengangguran di Indonesia juga
merupakan masalah yang seringkali menjadi perhatian pemerintah.
Pengangguran yang tinggi berdampak langsung terhadap kemisknan,
kriminalitas dan masalah-masalah sosial politik yang juga semakin meningkat.
Pengangguran adalah seseorang yang telah mencapai usia kerja yang
tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan agar memperoleh upah
3 Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Sosial Kajian Rinagkas Tentang Pembangunan
Manusia Indonesia, (Jakarta : PT Kompas Media Nusantara), hlm 8.
4 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial, ( Bandung : Refika Aditama, 2010), cet ke-3. hlm 138.
5 Zulkarnaen, Membangun Ekonomi Rakyat Persepsi Tentang Pemberdayaan Ekonomi
Rakyat, (Yogyakarta : Adi Cita Karya Nusa, 2003), hlm 27.
3
atau keuntungan6. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan
kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu
menyerap. Pengangguran seingkali menjadi masalah perekonomian karena
dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan
berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-
masalah sosial lainnya.
Pada dasarnya Indonesia tidak selalu berkaitan dengan masalah-masalah
sosial, banyak sekali potensi-potensi yang terdapat di Indonesia. Baik dari
sumber daya manusianya yang begitu banyak, serta sumber daya alamnya yang
begitu kaya. Indonesia merupakan salah satu negara kaya di dunia,
keberagaman masyarakat dan alamnya mengalahkan negara-negara maju.
Namun kekayaan dan keberagaman tersebut masih belum dapat dimanfaatkan
secara utuh dan menyeluruh oleh masyarakat Indonesia.
Kota Tangerang Selatan yang dengan segala kekurangan nya juga
memiliki banyak sekali potensi. Bila semua potensi itu dikenali dan
diberdayakan secara tepat, maka tidak menutup kemungkinan masalah
pengangguran di Indonesia khususnya di Tangerang Selatan ini bisa di atasi.
Oleh karenanya masyarakat harus mengenali dan menggali potensi yang
terpendam di kota ini.
Salah satu cara untuk mengatasi masalah pengangguran di Kota
Tangerang Selatan yaitu dengan kegiatan inovatif yang bisa menimbulkan
kesempatan baru bagi penciptaan usaha ekonomi kecil dan peningkatan
penghasilan pada masyarakat. Seperti usaha pembuatan tempe yang berada di
6 Chris Manning, Tadjuddin Noer Efendi. Urbanisasi, Pengangguran, dan Sektor Informal
Di Kota, (Jakarta : PT Gramedia, 1985), Hlm 60.
4
Rt 04 Rw 20 Kelurahan Kedaung Kecamatan Pamulang Kota Tangerang
Selatan.
Rt 04 Rw 20 yang saat ini lebih dikenal dengan sebutan kampung tempe
merupakan sentra industri. Sentra industri adalah lokasi pemusatan kegiatan
industri yang menghasilkan produk sejenis, menggunakan bahan baku sejenis
dan atau mengerjakan proses produksi yang sama, dilengkapi sarana dan
prasarana penunjang yang dirancang berbasis pada pengembangan potensi
sumber daya daerah, serta dikelola oleh suatu pengurus profesional7. Hampir
keseluruhan masyarakat yang berada di Rt 02 Rw 20 Kelurahan Kedaung
Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan memproduksi tempe. Kebanyakan
masyarakat di sini ialah pendatang dari Pekalongan yang telah sukses
mengembangkan usaha pembuatan tempe.
Meskipun demikian, para pengusaha tempe di sini tidaklah
mendapatkan kesuksesannya dengan mudah. Banyak sekali tahapan serta
pembelajaran yang harus dilalui sebelum menjadi sukses. Pada awalnya para
pendatang ini hannya bekerja sebagai pekerja di salah satu pembuat tempe yang
sukses di perkotaan, kemudian si pemilik usaha tempe memberikan
pemberdayaan pada para karyawannya agar mampu membuka usaha tempenya
sendiri sehingga penghasilan yang didapat akan lebih banyak ketika memiliki
usaha sendiri daripada menjadi pekerja.
Hal pertama ialah menyadarkan akan potensi para pekerja bahwa
mereka mampu untuk menjalankan usaha nya sendiri. Kemudian para
pengusaha tempe ini mengajarkan keterampilan membuat tempe kepada para
7 Dikutip dari http://ppi.kemenperin.go.id/halaman/128informasi_umum. Rabu, 12 Juli
2017, pukul 12.35.
5
pekerja, setelah dirasa mampu untuk membuat usaha tempe sendiri maka
pemilik usaha tempe mendorong agar para pekerja mau dan mampu untuk
membangun usahanya sendiri. Meskipun para pekerja yang awalnya bekerja
untuk para pengusaha tempe tersebut sudah memutuskan untuk membangun
usahanya sendiri namun si pengusha tidak langsung lepas tangan akan nasib si
mantan pegawai. Para pengusaha mengajarkan bagaimana memasarkan
dagangannya dan bagaimana cara mendapatkan bahan baku untuk membuat
tempe.
Setelah dirasa mampu untuk menjalankan usahanya sendiri, barulah
pemilik yang mengajarkan tersebut lepas tangan dan mulai merekrut orang baru
untuk menjadi pegawainya lagi. Kebanyakan pegawai yang diambil berasal dari
kampung halamannya. Begitupula dengan pemilik usaha yang baru berhasil
mandiri tersebut ia juga merekrut pekerja baru dari kampungnya untuk di
jadikan pekerja dan kalau memang mampu akan diajarkan kembali apa yang
telah diajarkan pemilik usaha terdahulunya kepadanya.
Koperasi Timbul Jaya yang merupakan salah satu pemasok bahan baku
pembuatan tempe, yaitu kedelai. Koperasi Timbul jaya merupakan satu-satunya
koperasi yang menyediakan kedelai untuk para pembuatan tempe, namun ada
pula masyarakat yang memilih untuk membeli sendiri kedelainya di tempat lain.
Tawi telah berhasil memasarkan produk tempenya hingga dikirim ke
Taiwan. Dan juga Wasberi yang telah berhasil membuat olahan tempenya
masuk ke dalam pasar-pasar modern. Dan masih banyak lagi para pemilik usaha
tempe yang lainnya. Orang-orang yang telah berhasil tersebut selalu
6
memberikan motivasi pada pekerjanya berdasarkan pengalamannya magang
dulu agar para pekerja tersebut bisa mandiri seperti mereka.
Keberaadaan usaha pembuatan tempe di Kampung Tempe Kelurahan
Kedaung Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan ini sangat dibutuhkan oleh
masyarakat. Karena pada umumnya tempe digunakan sebagai lauk-pauk,
makanan tambahan, atau bahkan dapat menjadi cemilan, jika diproduksi dengan
cara yang berbeda. Potensi tempe dalam meningkatkan kesehatan dengan harga
yang relatif murah dapat memberikan alternatif pilihan dalam pengadaan
makanan bergizi yang dapat dijangkau oleh segala lapisan masyarakat. Dengan
adanya usaha pembuatan tempe Di Kampung Tempe Kelurahan Kedaung
Kecamatan Pamulang Tangerang Selatan ini masyarakat sekitarnya menjadi
terberdayakan. Kampung Tempe ini menjadi pemasok terbesar untuk pasar
Ciputat, Cijantung, dan Jombang.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti bermaksut ingin meneliti
tantang “Proses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Usaha Pembuatan Tempe
Di Rt 04 Rw 20 Kelurahan Kedaung Kecamatan Pamulang Tangerang Selatan”.
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut diatas yang menjelaskan tentang
pemberdayaan para pembuat tempe dari masih menjadi pegawai hingga
menjadi pemilik udaha mandiri pembuatan tempe. Maka penelitian ini
difokuskan pada proses serta hasil yang di terima oleh masyarakat.
7
2. Perumusan Masalah
Agar penulisan ini menjadi terarah dan mempunyai titik fokus yang
jelas, maka penulis membatasi penelitian ini pada :
1. Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat melalui usaha
pembuatan tempe di rt 04 rw 20 Kelurahan Kedaung Kecamatan
Pamulang Tangerang Selatan?
2. Apa hasil yang diperoleh oleh masyarakat setelah melalui proses
pemberdayaan?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan ini ialah :
1. Untuk memahami bagaimana proses pemberdayaan masyarakat melalui
usaha pembuatan tempe di rt 04 rw 20 Kelurahan Kedaung Kecamatan
Pamulang Tangerang Selatan.
2. Untuk mengetahui apa saja hasil yang diperoleh oleh masyarakat rt 04
rw 20 Kelurahan Kedaung Kecamatan Ciputat Tangerang Selatan
setelah melalui proses pemberdayaan.
D. Manfaat Penelitian.
1. Bagi peneliti.
Dari hasil penelitian ini, diharapkan akan mampu menambah
pengetahuan peneliti mengenai materi yang dibahas maupun metode yang
digunakan dalam melakukan penelitian mengenai proses pemberdayaan
masyarakat di masyarakat rt 04 rw 20 Kelurahan Kedaung Kecamatan
Pamulang Tangerang Selatan.
8
2. Bagi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
Dengan adanya penelitian ini maka diharapkan dapat menambah
referensi bahan bacaan dan mampu meningkatkan keilmuan bagi pembaca
di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Khususnya Jurusan
Pengembangan Masyarakat islam (PMI).
3. Bagi universitas.
Sebagai sumbangan pengetahuan serta masukan dan bahan
pertimbangan bagi para peneliti selanjutnya dengan tujuan agar keilmuan
mereka dapat bertambah dan dapat digunakan sebagai referensi ketika akan
membuat program pemberdayaan yang berkaitan dengan pemberdayaan
masyarakat pembuatan tempe. Juga sebagai salah satu koleksi perpustakaan
umum UIN Jakarta.
4. Bagi masyarakat.
Masyarakat dapat mengetahui pentingnya pemberdayaan masyarakat
melalui usaha pembuatan tempe di masyarakat rt 04 rw 20 Kelurahan
Kedaung Kecamatan Pamulang Tangerang Selatan sebagai salat satu
langkah untuk menciptakan kesejahteraan perekonomian para pekerja.
5. Bagi peneliti lain.
Dapat di jadikan penelitian lebih lanjut bagi yang berkepentingan
dalam masalah yang sama.
E. Metodologi Penelitian.
Metodologi terbagi menjadi dua kata, yakni Metodologi dan Penelitian.
Metodologi adalah langkah-langkah yang sistematis untuk memperoleh ilmu
9
dalam menggunakan metode8. Sedangkan penelitian adalah suatu cara untuk
mencari dan mengungkapkan kebenaan dengan ciri objektivitas dan harus diuji
secara empiris.
Untuk mengetahui proses pemberdayaan yang terjadi di Rt 04 Rw 20
Kelurahan Kedaung Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan. Peneliti
mrnggunakan jenis penelitian sebagai berikut :
1. Pendekatan Penelitian.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu metode
penelitian yang dihasilkan dari data-data yang dikumpulkan berupa data-
data dan merupakan suatu penelitian alamiah. Penelitian kualitatif
mengkaji perspektif dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan
fleksibel. Adapun karakterristik penelitian kualitatif yaitu9 :
1. Menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data.
2. Memiliki sifat deskriptif analitik. Yaitu data yang diperoleh
seperti hasil wawncara, analisis data, dan catatan lapangan tidak
dituangkan dalam bentuk dan angka-angka.
3. Tidak berfokus pada hasil saja, tetapi juga memfokuskan pada
proses pencarian data.
4. Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriktif berupa
kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang prilaku yang
diamati.
8 Sedermayanti. Syaifudin Hidayat, Metodologi Penelitian. (Bandung : Mandar Maju,
2011), hlm 25.
9 Lexi. J Melong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007),
hlm 4.
10
Pendekatan penelitian kualitatif bertujuan untuk membuat gambaran
mengenai fakta-fakta, sifat, hubungan antar fenomena yang diteliti dengan
menggunakan kata-kata tertulis atau lisan berdasarkan orang-orang atau
prilaku yang diamati.10
2. Metode Penentuan Informan.
Dalam menentukan informan, peneliti menggunakan teknik
perposive sampling. Purposive sampling adalah salah satu teknik sampling
non random dimana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara
menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga
diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian. Berikut ini
merupakan informan yang diwawacarai. Adapun pemilihannya berdasarkan
usulan dari ketua Rt 04.
Tabel 1
Data Informan
No Nama Informan Status Informan Usia
1 Tarono Pemilik usaha pembuatan tempe 43 tahun
2 Wasberi Pemilik usaha pembuatan tempe 40 tahun
3 Tawi Pemilik usaha pembuatan tempe 48 tahun
4 Ras Joyo Pemilik usaha pembuatan tempe 52 tahun
5 Kasadi Pemilik usaha pembuatan tempe 50 tahun
6 Hasan Pemilik usaha pembuatan tempe 38 tahun
7 Tohri Pegawai usaha pembuatan tempe 25 tahun
8 Kartoyo Pegawai usaha pembuatan tempe 25 tahun
10 Lexi. J Melong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2007), hlm 4.
11
No Nama Informan Status Informan Usia
10 Pendi Pegawai usaha pembuatan tempe 39 tahun
11 Misna Pegawai usaha pembuatan tempe 28 tahun
12 Muri Pegawai usaha pembuatan tempe 19 tahun
13 Alimin Pegawai usaha pembuatan tempe 28 tahun
14 Cahyo Ketua Rw 20 Kelurahan Kedaung 43 tahun
15 Emi Istri Dari Ketua Rt 04 Kelurahan
Kedaung 38 tahun
Sumber : Berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti.
3. Macam dan Sumber Data.
Data yang dimaksut ialah berupa semua informasi, baik benda nyata,
sesuatu yang abstrak, suatu peristiwa atau gejala11. Penelitan ini dibagi
menjadi dua bagian, yaitu:
a) Data primer.
Sumber data premier adalah data yang dikumpulkan melalui
observasi dan wawancara terhadap informan. Untuk mengumpulkan
data premier, peneliti menggunakan teknik wawancara dan observasi
langsung kepada masyarakat.
Peneliti melakukan oservasi langsung kepada masyarakat untuk
memperkuat keabsahan data yang diperoleh berdasarkan hasil
wawancara. Peneliti juga mewawancarai informan secara langsung
agar mendapatkan data yang diperlukan.
11 Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian : Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula.
(Yogyakarta : Universitas Gadjahmada Press, 2012), hlm 44.
12
b) Data sekunder.
Data skunder merupakan data-data yang diperoleh dari data yag
dikumpulkan oleh orang lain, bukan peneliti itu sendiri. Data ini dapat
ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber
data skunder adalah artikel, jurnal, serta situs di internet yang
berkenaan dengan penelitian yang dilakukan, biasanya berasal dari
penilitian yang dilakukan oleh orang lain.12
4. Teknik Pengumpulan Data.
Pengumpulan data ialah berbagai cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data, menghimpun, atau mengambil data penelitian. Dalam
penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, terdapat beberapa cara
yang dapat digunakan. Yaitu :
a) Observasi
Istilah observasi berasal dari bahasa latin yang berarti “melihat”
dan “memperhatikan”13. Observasi merupakan salah satu cara
penelitian pada ilmu-ilmu sosial. Metode ini dapat dilakukan dengan
cara menilai lingkungan yang akan di amati berdasarkan penilaian
peneliti. Observasi diartikan sebagai pengamatan yang didasarkan atas
pengalaman secara langsung sehingga dapat mengoptimalkan
kemampuan penelitian dari segi motif, kepercayaan, perhatian,
12 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta), cet
ke 3, hlm 162.
13 Tristiadi Ardi, Observasi dan Wawancara, (Malang : Bayumedia Publishing, 2003), hlm
1.
13
kebiasaan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang
tampak pada obyek penelitian.14
b) Wawancara.
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara tanya
jawab sepihak yang dilakukan dengan sistematik, dan berlandaskan
kepada tujuan penelitian. Percakapan dengan maksud tertentu untuk
mendapatkan data yang kongkret dari hail pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan15. Wawancara disebut juga interview, yaitu sebuah
dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk
memperoleh informasi dari informan atau orang yang diwawancarai
atau sumber untuk mendapatkan data. Jenis wawancara ini ialah
pewawancara menentukan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan
yang akan diajukan.16
Wawancara dapat dilakukan secara langsung dengan bertatap
muka maupun melalui telpon. Yang menjadi informan dalam
penelitian ini adalah para pemilik usaha pembuatan tempe, para
pengrajin atau pegawai usaha pembuatan tempe, ketua Rw 20 dan
ketua Rt 04.
c) Studi Dokumen
Studi Dokumen adalah metode pengumpulan data yang nyata
dari obyek penelitian dengan mengambil sebagian data yeng telah
14 Lexi. J Melong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2007), hlm 174-175 15 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, hlm 160.
16 Lexi. J Melong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2007), hlm 190.
14
tersedia, adapun bentuk dokumentasi yang digunakan antara lain profil
Kelurahan Kedaung Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan, Profil
Koperasi Timbul Jaya, Foto-foto kegiatan pengolahan tempe, Data
kependudukan dari Ketua Rt 04, dan sebagainya.
Dokumentasi digunakan dalam penelitian sebagai sumber data
karena dalam banyak hal dokumentasi dapat dimanfaatkan untuk
menguji, bahkan menafsirkan.17 Selain itu metode dokumentasi
digunakan untuk mendapatkan data-data yang tertulis dan digunakan
untuk melengkapi serta mengecek data-data yang diperoleh dari
interview dan observasi.
Metode ini digunakan untuk meneliti letak geografis Kelurahan
Kedaung Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan, Latar belakang
berdirinya usaha pembuatan tempe, keadaan masyarakat Rt 04 Rw 20
Kelurahan Kedaung, serta perkembangan usaha pembuatan tempe.
5. Analisis data.
Analisis data adalah upaya atau cara untuk mengolah data menjadi
informasi sehingga karakteristik data tersebut dapat dipahami dan
bermanfaat untuk solusi permasalahan, terutama masalah yang berkaitan
dengan penelitian. Atau dapat juga disebut dengan kegiatan yang dilakukan
untuk mengubah data hasil dari penelitian menjadi informasi yang
,lnantinya bisa dipergunakan dalam mengambil keputusan.
17 Lexi. J Melong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2007), hlm 160-162.
15
Model analis yang yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik
analisis deskriptif. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa sasaran
peneliti ini adalah kegiatan analisis data meliputi kegiatan reduksi data,
reduksi yaitu menganalisa sesuatu secara keseluruhan kepada bagian-
bagiannya atau menjelaskan tahap akhir dari proses perkembangan
sebelumnya yang lebih sederana18.
6. Validasi Data
Validasi data merupakan bagian yang tidak kalah penting dari
sebuah penelitian, khususnya penelitian kualitatif. Validasi data digunakan
agar peneliti dapat menggambarkan data yang dikumpulkan secara tepat,
salah satunya dengan cara triangulasi. Berdasarkan pengertian tersebut,
maka untuk mengetahui keabsahan dan kevalitan data penelitian, peneliti
menggunakan metode triangulasi. Adapun triangulasi yang digunakan
adalah triangulasi sumber dan triangulasi data.
a. Triangulasi sumber ialah cara mengecek data dengan langkah
membandingkan dengan data sumber, yaitu dengan mengecek
lisan atau perkataan Ketua Rw 20 dan Ketua Rt 04 mengenai
keberadaan pengrajin tempe di kawasan tersebut.
b. Triangulasi metode dilakukan dengan langkah pengecekan data
berdasarkan metode pengumpulan data yang dilakukan, dalam
hal ini metode observasi atau mengamati kegiatan yang ada di
kampung industri pembuatan tempe. Metode wawancara kepada
18A.Pius Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,
1994), cet-1.
16
para pemilik dan pegawai , data dokumentasi hasil wawancara,
dan lain sebagainya.19
7. Tempat penelitian.
Penelitian ini dilakukan di Kampung Tempe yang terletak di Jln
Wahid, Rt 04 Rw 20 Kelurahan Kedaung, Kecamatan Pamulang Tangerang
Selatan. Tempat ini juga disebut sebagai kampung tempe karena memang
hampir seluruh warganya berprofesi sebagai pembuat tempe. Pemilihan
tempat ini didasari beberapa hal, antara lain :
1. Karena letaknya yang tidak jauh dari wilayah tempat tinggal
peneliti sehingga dapat menghemat waktu dan biaya.
2. Karena tempat ini belum terlalu dikenal oleh khalayak luas
sehingga diharapkan dengan dilakukan nya penelitian di tempat
ini maka akan menambah eksistensinya.
F. Tinjauan Pustaka
Untuk mendukung penelaahan yang lebih mendetail, penulis berusaha
melakukan kajian terhadap beberapa karya ilmiah yang relevan dengan topik
penulisan karya ilmiah ini.
1. Judul skripsi : Peran Pengusaha Pembuatan Tempe Dalam
Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus di Rt 16 Rw
19 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta
Selatan)
19 Hamid Patilima, Metode Peneltian Kualitatif, (Bandung : CV. Alfabeta, 2013), hlm 97
17
Penulis : Nurmah (109054000003) 2013
Isi Pokok : Penulis memaparkan tentang pemberdayaan
masyarakat di Rw 19 Kelurahan Kebayoran Lama
Utara Jakarta Selatan, dengan cara melihat kepada
para pegrajin tempe yang langsung direkrut dari
kampung halaman. Dan hal itu termasuk
pengembangan masyarakat karna mempekerjakan
masyarakat yang tadinya tidak memiliki penghasilan
menjadi berpenghasilan tetap.
2. Judul skripsi : Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Oleh
Perempuan Melalui Usaha Kripik di Dusun
Sumberwatu, Desa Sabirejo, Kecamatan Prambanan,
Kabupaten Sleman.
Penulis : Muh. Jamil (10230059) PMI 2015
Isi pokok : Penulis memaparkan bahwa dalam sebuah
pemberdayaan harus menekankan pada proses
pendistribusian kemampuan, kekuatan dan
kekuasaan kepada seluruh aspek atau lapisan
masyarakat khususnya kaum perempuan. Dan
partisipasi masyarakat sangat berpengaruh dalam
keberhasilan suatu pemberdayaan. Penulis juga
memaparkan bahwa dalam proses pemberdayaan
harus di awali dengan pendampingan dan juga
motivasi.
18
3. Judul Skripsi : Pemerdayaan Ekonomi Kelompok Usaha Rumah
Tangga Berbasis Modal Sosial
Penulis : Nur Putri Amanah
Isi Pokok : Penulis memaparkan bahwa modal sosial yang
dimiliki oleh masyarakat pemilik usaha rumah
tangga tersebut menjadi dasar terlaksananya proses
pemberdayaan yang berlangsung diantara mereka.
Proses pemberdayaan yang dimaksud penulis ialah
untuk memberikan keterampilan kepada masyarakat
yang berasal dari daerah yang sama sebagai sasaran
utama sehingga terjadi peningkatan ekonomi.
4. Judul skripsi : Pemberdayaan Ekonomi Ibu Rumah Tangga
Melalui Pelestarian Minuman Tradisional Bir Pletok.
Penulis : Anisa Fatonah (PMI) 2017
Isi pokok : Penulis memaparkan bahwa kemiskinan dapat di
atasi dengan terentuknya Kelompok Wanita Tani
Cempaka yang bertempatkan di Kelurahan
Petukangan Jakarta Selatan. Penulis membahas
mengenai tahapan-tahapan dalam pemberdayaan
yang ada di daerah tersebut. Degan menggunakan
metode kualitatif.
5. Judul Skripsi : Pemberdayaan Masyarakat (Gelandangan dan
19
Pengemis) Dalam Bidang Keterampilan Pengolahan
Kedelai di Panti Sosial Bina Karya Panghudi Luhur
Bekasi.
Penulis : Iis Sudiyanti (PMI) 2015
Isi pokok : Skripsi ini membahas mengenai proses pelaksanaan
program, khususnya program pelatihan pengolahan
kedelai yang berada di panti sosial Bina Karya.
Bagaimana pemberdayaan yang terjadi di Panti
Sosial Bina Karya, serta tingkat keberhasilan dari
pelaksanaan pelatihan dalam pembuatan kedelai
tersebut.
6. Judul Skripsi : Strategi Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Kegiatan Kelompok Wanita Tani Mina Maju
Bersama Dakam Pembuatan Abon Lele Di Parung
Poncol RW 02 Kelurahan Duren Mekar.
Penulis : Irfan Aziz (PMI)
Isi Pokok : Skripsi ini membahas mengenai apa saja strategi
yang digunakan dalam pemberdayaan masyarakat
melalui Kegiatan Kelompok wanita Tani Mina Maju
Bersama. Salah satu strategi yang dilakukan ialah
membangun kepercayaan, mengembangkan potensi
serta kreatifitas dari para anggota Kelompok Wanita
Tani Mina Maju Bersama. Dengan adanya kelmpok
tersebut, sangat membantu para petani atau
20
pembudidaya ikan lele dengan cara mengolahnya
menjadi abon.
7. Judul Skripsi : Peran Masyarakat Mandiri (MM) Dompet Dhuafa
Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil Di Depok.
Penulis : Budi Santoso (Pmi) 2008
Isi Pokok : Skripsi ini membahas mengenai apa saja peranan
masyarakat mandiri (MM) dalam melakukan
pemberdayaan pada usaha kecil di Depok dan
bagaimana cara masyarakat mandiri memberdayakan
usaha kecil yang ada di Depok.
G. Sistematika Penulisan.
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, dan sistematika
penulisan.
BAB II : KAJIAN TEORI
Bab ini memaparkan tentang tinjauan teoritis yang membahas tentang
pengertian pemberdayaan, tujuan pemberdayaan, proses pemberdayaan,
tahapan pemberdayaan, indikator keberhasilan pemberdayaan.
BAB III : GAMBARAN UMUM
Bab ini membahas tentang gambaran umum lokasi penelitian yang mencangkup
tentang Letak dan batas wilayah Kelurahan Kedaung Tangerang Selatan.
21
Struktur organisasi kepemerintahan Kelurahan Kedaung Tangerang Selatan.
Keadaan penduduk Kelurahan Kedaung Tangerang Selatan. Serta gambaran
umum mengenai usaha pembuatan tempe di Kelurahan Kedaung rt 04 rw 20
Tangerang Selatan.
BAB IV : TEMUAN DAN ANALISIS
Bab ini membahas tentag temuan data dan analisis yang mencangkup proses,
hasil, serta hambatan dari pemberdayaan masyarakat di rt 02 rw 20 Kelurahan
Kedaung Tangerang Selatan.
BAB V : PENUTUP
Bab ini membahas mengenai kesimpulan dan saran yang didapatkan dari hasil
dan temuan data yang telah dianalisis.
22
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pemberdayaan Masyarakat
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat.
Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang artinya mampu atau
berdaya. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan
harkat dan martabat golongan masyarakat yang sedang dalam kondisi
miskin, sehingga mereka dapat melepaskan diri dari perangkap kemiskinan
dan keterbelakangan. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun
kemampuan masyarakat, dengan mendorong, memotivasi, membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimiliki dan berupaya untuk meningkatkan
serta mengembangkan potensi tersebut agar menjadi nyata1.
Pemberdayaan merujuk kepada kemampuan orang, khususya
kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kemampuan dan
kekuatan dalam berbagai hal, yaitu :
a) Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki
kebebasan, bukan hannya bebas dalam mengemukakan pedapat,
melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, dan bebas
dari kesakitan.
b) Menajangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan
mereka dapat meningatkan pendapatannya serta memtperoleh
barang dan jasa yang mereka perlukan.
1 Zubaedi, Pengembangan Masyarakat : Wacana dan Praktik, (Jakarta : Kencana, 2013),
hlm 24-25.
23
c) Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-
keputusan yang mempengaruhi mereka2.
Pengertian pemberdayaan dapat dijelaskan dengan menggunakan
empat perspektif yaitu : perspektif prularis, elitis, strukturalis, dan post-
strukturalis3.
a. Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari perspektif pluralis adalah
suatu proses untuk menolong individu dan kelompok-kelompok
masyarakat yang kurang beruntung agar mereka dapat bersaing
secara lebih efektif dengan kepentingan-kepentingan lain. Adapun
upaya yang dapat dilakukan ialah dengan memberikan
pembelajaran untuk meningkatkan kapasitas masyarakat. Dengan
kata lain, pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk
mengajarkan kelompok atau individu bagaimana bersaing di
dalam peraturan.
b. Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari perspektif elitis adalah
suatu upaya untuk bergabung dan mempengaruhi kalangan elit
seperti para pemuka atau tokoh masyarakat, pejabat, dan lainnya
untuk membentuk aliansi dengan kalangan elit dan mengupayakan
perubahan pada kalangan elit.
c. Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari perspektif struktural
adalah suatu agenda perjuangan lebih menantang karena tujuan
pemberdayaan dapat dicapai apabila bentuk-bentuk ketimpangan
2 Edi Suharto. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat. (Bandung : PT
Refika Aditama, 2010). cet 4. hlm 58-59.
3 Jim Ife, Frank Tesoriero, Community Development : Alternatif Pengembangan Yang
Sedang Terjadi di Era Globalisasi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2014), cet ke-2, hlm 206-208.
24
struktural dieliminasi. Umumnya masyarakat menjadi tidak
berdaya karena struktur sosial yang mendominasi dan menindas
mereka baik karena kelas sosial, gender, rasa tau etnik. Dengan
kata lain pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses
pembebasan, prubahan struktural serta menghilangkan penindasan
struktural.
d. Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari perspektif post-struktural
adalah suatu proses yang menantang atau mengubah diskursus.
Perspektif ini menyatakan bahwa masyarakat dipahami sebagai
upaya mengembangkan pemahaman terhadap perkembangan
pemikiran baru dan analitis.
Dalam pengertian konvensional konsep pemberdayaan sebagai
terjemahan empowerment mengandung dua pengertian, yaitu (1) to give
power or authority to atau memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan, atau
mendelegasikan otoritas kepihak lain, (2) to give ability to atau to enable
atau usaha untuk memberi kemampuan atau keberdyaan. Eksplisit dalam
pengertian kedua ini adalah bagaimana menciptakan peluang
mengaktualisasikan keberdayaan seseorang4.
4 Randy R. Wrihatnolo dan Riant Nugroho Dwijowijoto, Manajemen Pemberdayaan, hlm
115.
25
Adapun dasar-dasar pemberdayaan antara lain5 :
a. Pemberdayaan adalah proses kerja sama antara masyarakat dan
pelaksana kerja secara bersama-sama yang sifatnya mutual
benefit.
b. Proses pemberdayaan memandang sistem masyarakat sebagai
komponen dan kemampuan yang memberikan jalan kesumber
penghasilan dan memberikan kesempatan.
c. Masyarakat harus merasa bahwa dirinya sebagai agen bebas yang
dapat mempengaruhi.
d. Kompetisi diperoleh atau diperbaiki melalui pengalaman hidup,
pengalaman khusus yang kuat dari pada keadaan yang
menyatakan apa yang dilakukan.
e. Pemberdayaan meliputi jalan ke sumber-sumber penghasilan dan
kapasitas untuk menggunakan sumber-sumber pendapatan
tersebut dengan cara efektif.
f. Proses pemberdayaan adalah masalah yang dinamis, sinergis,
pernah berubah, dan evolusioner yang selalu memiliki banyak
solusi.
g. Pemberdayaan adalah pencapaian melalui struktur-struktur prallel
dari perseorangn dan perkembangan masyarakat.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat dikatakan bahwa
pemberdayaan adalah proses menyeluruh : suatu proses aktif antar
5 Randy R. Wrihatnolo dan Riant Nugroho Dwijowijoto, Manajemen Pemberdayaan, hlm
116.
26
motivator, fasilitator dan kelompok masyarakat perlu diberdayakan melalui
peningkatan pengetahuan, keterampilan, pemberian berbagai kemudahan
serta peluang untuk mencapai akses sistem sumber daya dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Khoriddin mengutip Sondang P. Siagan yang menjelaskan bahwa
pemberdayaan masyarakat meliputi beberapa tujuan, yaitu (1) Keadilan
sosial, (2) Kemakmuran merata, (3) Perlakuan yang sama di mata hukum,
(4) kesejahteraan material, mental, dan spiritual. (5) Kebahagiaan untuk
sesama, (6) ketentraman dan keamanan6.
Dalam pengertian yang lain, pemberdayaan memuat dua pengertian
kunci, yakni Kekuasaan dan Kelompok lemah. Kekuatan ini bukan hannya
menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan atau
penguasaan masyarakat atas beberapa hal, yaitu7 :
1. Pilihan-pilihan person dan kesempatan-kesempatan hidup,
yaitu kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan
mengenai gaya hidup, tempat tinggal, pekerjaan.
2. Pendefinisian kebutuhan, yaitu kemampuan menentukan
kebutuhan selaras dengan aspirasi dan keinginannya.
3. Ide atau gagasan, yaitu kemampuan mengekspresikan dan
mengimbangkan gagasan dalam satu forum atau diskusi secara
bebas dan tanpa tekanan.
6 Khoriddin, Pembangunan Masyarakat, (Yogyakarta : Liberty, 1992), hlm 29. 7 Edi Suharto. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat. (Bandung : PT
Refika Aditama, 2010). Cet 4. Hlm 59.
27
4. Lembaga-lembaga, yaitu kemampaun menjangkau,
menggunakan dan mempengaruhi pranata masyarakat, seperti
lembaga kesejahteraan sosial, pendidikan, kesehatan.
5. Sumber-sumber, yaitu kemampuan memobilisasi sumber-
sumber formal, informal, dan kemasyarakatan.
6. Aktifitas ekonomi, yaitu kemampuan memanfaatkan dan
mengelola mekanisme produksi, distribusi, pertukaran barang
serta jasa.
7. Reproduksi, yaitu kemampuan dalam kaitannya dengan proses
kelahiran, perawatan anak.
2. Tujuan Pemberdayaan.
Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan
harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi tidak mampu
melepaskan diri dari kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain
memberdayakan ialah memampukan dan memandirikan masyarakat8.
Masyarakat yang lemah atau tidak berdaya diberikan peluang untuk
mengembangkan diri dan potensi sehingga mampu menjadi masyarakat
mandiri dan terlepas dari kemiskinan.
Tujuan pemberdayaan ialah menumbuhkan keadilan sosial dengan
memberikan ketentraman kepada masyarakat yang lebih besar serta
menciptakan persamaan politik yang seimbang dengan saling menolong
antar sesama9. Masyarakat diberdayakan agar tercipta suatu sistem keadilan
8 Randy R Wrihatnolo, Riant Nugroho Dwijiwijoto. Manjemen Pemberdayaan, hlm 75.
9 Abu Huraerah. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat : Model dan Strategi
Pembangunan Berbasis Kerakyatan. hlm 86
28
sosial yang berpihak pada masyarakat lemah. Sehingga masyarakat lemah
mampu bersaing untuk mendapatkan kehidupan yang mencukupi.
Adapun tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan
masyarakat, khususnya kelompok lemah yang tidak memiliki
keberdayaan,baik karena kondisi internal yang mana masyarakat itu berfiki
bahwa mereka tidak berdaya, maupun karena kondisi eksternal yang
memang masyarakat itu ditindas oleh struktur sosial yang tidak adil. Adapun
ciri dari beberapa kelompok yang dapat dikategorikan sebagai kelompok
lemah atau tidak berdaya ialah :
a. Kelompok lemah secara struktural, baik lemah secara kelas,
gender, maupun etnis.
b. Kelompok lemah khusus, seperti manula, anak-anak dan remaja,
penyandang cacat, gay dan lesbi, serta masyarakat yang terasing.
c. Kelompok lemah secara personal, yaitu mereka yang mengalami
masalah pribadi dan/keluarga.
Kelompok-kelompok tertentu yang mengalami deskriminasi dalam
suatu masyarakat, seperti masyarakat kelas sosial ekonomi yang rendah,
kelompok minoritas etnis, wanita, populasi lanjut usia, serta para
penyandang cacat, adalah orang-orang yang mengalami ketidakberdayaan.
Keadaaan dan prilaku mereka yang berbeda dari kebanyakan masyarakat
pada umunya seringkali dipandang sebagai sebuah penyimpangan.
Kerapkali mereka tidak dihargai dan seringkali dianggap sebagai orang
yang malas, lemah, yang disebabkan oleh dirinya sendiri. Padalah
29
ketidakberdayaan mereka seringkali diakibatkan oleh adanya
kekurangadilan dan diskriminasi dalam aspek-aspek kehidupan tertentu10.
Untuk mencapai tujuan pemberdayaan ekonomi masyarakat, terdapat
pilihan kebijakan yang dilaksanakan dalam beberapa langkah strategi yang
di kemukakan oleh Gunawan Sumodiningrat yaitu11:
1) Untuk memberikan peluang atau akses yang lebih besar pada akses
produksi. Sehingga mampu meningkatkan produksi, pendapatan,
dan menciptakan tabungan yang dapat pemupukan modal serta
berkesinambungan.
2) Memperkuat posisi transaksi dan kemitraan usaha ekonomi rakyat
yang dibantu dengan sarana dan prasarana penghubung yang
mampu memperlancar pemasaran produksi. Membangun
kesetiakawanan dan rasa kesamaan sehingga menciptakan rasa
percaya diri dan harga diri dalam menghadapi kebutuhan ekonomi
serta meningkatkan kesadaran, kemampuan dan tanggung jawab,
bahwa kemenangan dalam pergelutan perdagangan bebas tidak
akan tercapai tanpa adanya rasa kebersamaan dan kesatuan.
3) Menigkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan dalam upaya
menigkatkan kualitas sumber daya manusia. Selain pengetahuan
yang didapatkan dari pendidikan dan pelatihan, kesehatan
berperan besar dalam menentukan produktivitas.
10 Edi Suharto. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat. (Bandung : PT
Refika Aditama, 2010). Cet 4. hlm 60. 11 Gunawan Sumodiningrat, Membangun Perkonomian Rakyat, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar,1998), Hlm 7-8
30
4) Kebijakan pengembangan industri harus mengarah pada
penguatan industri rakyat yang terkait denga industri besar. Proses
industrialisasi mengarah kedaerah pedesaan dengan
memanfaatkan potensi setempat yang umumnya arg industri.
5) Kebijakan ketenaga kerjaan yang mendorong tumbuhnya tenaga
kerja mandiri sebagai cikal bakal lapisan wirausaha baru, yang
berkembang menjadi wirausaha kecil dan menengah yang kuat
dan saling menunjang.
6) Pemerataan pembangunan antar daerah, karena perekonmian yang
tersebar diseluruh penjuru tanah air.
3. Indikator Keberdayaan.
Untuk mengetahui fokus tujuan pemberdayaan secara oprasional,
maka perlu diketahui berbagai indikator keberdayaan yang dapat
menunjukkan seseorang itu berdaya atau tidak. Sehigga ketika sebuah
pemberdayaan diberikan, dapat menjadi lebih terfokuskan pada aspek-aspek
apa saja dari sasaran perubahan (misalnya keluarga miskin yang perlu
dioptimalkan). Adapun indikator pemberdayaan ialah12 :
1) Kebebasan mobilitas : kemampuan individu untuk pergi keluar
rumah atau wilayah tempat tinggalnya, seperti ke pasar, fasilitas
medis, bioskop, rumah ibadah, dan kerumah tetangga. Akan
lebih di anggap berhasil jika invidu tidak memerlukan bantuan
siapapun untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut.
12 Edi Suharto. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat. (Bandung : PT
Refika Aditama, 2010). Cet 4. Hlm 64.
31
2) Kemampuan membeli komoditas kecil : kemampuan individu
untuk membeli barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari
seperti beras, minyak tanah, gas, minyak goreng, bumbu dan
kebutuhan lain nya.
3) Kemampuan membeli komoditas besar : kemampuan individu
untuk membeli barang-barang skunder atau tersier, seperti
lemari, tv (televisi), radio, koran, majalah, pakaian keluarga.
4) Terlibat dalam pembuatan keputusan rumah tangga : mampu
membuat keputusan secara sendiri maupun bersama suami/istri
mengenai keputusan-keputusan keluarga, misalnya mengenai
renovasi rumah, pembelian kambing untuk diternak,
memperoleh kredit usaha.
B. Pemberdayaan Sebagai Sebuah Proses
1. Proses Pemberdayaan
Sejatinya pengembangan masyarakat merupakan sebuah proses.
Ketika mengevaluasi suatu proyek pengembangan masyarakat, siapapun
harus melihat proses. Saat merencanakan suatu pengembangan masyarakat,
siapapun harus mempertimbangkan proses secara mendalam sehingga
pemberdayaan tersebut mendapatkan hasil yang sebagaimana mestinya.
Proses yang baik akan mendorong masyarakat untuk menentukan tujuan
mereka sendiri sehingga tidak menimbulkan ketergantungan13.
13 Jim Ife, Frank Tesoriero. Community Developmen : Alternatif Pengembangan
Masyarakat di era Globalsasi. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006). Edisi 3. hlm 365.
32
Untuk menggunakan proses yang baik srigkali memerlukan banyak
waktu, dengan kata lain proses yang baik tidaklah mudah untuk dilakukan.
Aspek terpenting dalam sebuah proses ialah bahwa proses harus melibatkan
masyarakat itu sendiri. Keterlibatan ini tidak akan tercapai tanpa partisipasi
penuh. Proses pengembangan masyarakat tidak dapat dipaksakan dari luar.
Proses pengembangan masyarakat harus menjadi proses masyarakat yang
dimiliki, dikuasai, dan dilangsungkan oleh masyarakat itu sendiri.
Menurut Person yang dikutip oleh Suharto, pemberdayaan
merupakan sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk
berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas dan berpengaruh terhadap
kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi
kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang harus
mendapatkan keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk
mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi
perhatiannya14.
Dalam proses pemberdayaan, terdapat dua kecenderungan, yaitu15 :
a) Pertama, pemberdayaan menekankan pada proses atau
mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan
agar individu yang bersangkutan menjadi lebih berdaya.
b) Kedua, pemberdayaan menekankan pada proses menstimulasi,
mendorong atau memotivasi agar individu mempunyai
14 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung : PT
Refika Aditama, 2010), cet 4, hlm 58-59.
15 Harry Hikmat. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. (Bandung : Humaniora, 2001). hlm
43.
33
kemampuan atau keberdyaan untuk menentukan apa yang menjadi
pilihan hidupnya melalui proses dialog.
Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses,
pemberdayaan dalam serangkaiam kegiatan untuk memperkuat kekuasaan
atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-
individu yang mengalami kemiskinan. Sebagai tujuan maka pemberdayaan
menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah
perubahan sosial : yaitu masyarakat yang berdaya, yang memiliki kekuasaan
atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki
kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, memiliki
matapencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam
kehidupan sehari-harinya.
Proses pemberdayaan cenderung dikaitkan sebagai unsur pendorong
sosial ekonomi, dan politik. Pemberdayaan adalah suatu upaya dan proses
bagaimana agar berfungsi sebagai “power” dalam pencapaian tujuan, yaitu
pengembangan diri.
Konsep pemberdayaan memiliki hubungan erat dua konsep pokok
yaitu : konsep power (“daya”) dan konsep disadvantaged (“ketimpangan”).
Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai
kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk
membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari
keinginan dan minat mereka. Ilmu sosial tradisional menekankan bahwa
34
kekuasaan berkaitan dengan pengaruh dan kontrol. Pengertian ini
mengasumsikan bahwa kekuasaan sebagai sesuatu yang tidak berubah atau
tidak dapat dirubah.
2. Tahapan Pemberdayaan.
Ambar Teguh mengutip pandangan Sumodiningrat yang
mengatakan bahwa pemberdayaan tidaklah bersifat selamanya, melainkan
sampai target masyarakat mampu untuk mandiri, meskipun masih harus di
perhatikan dari jauh agar tidak jatuh lagi.16 Berdasarkan pengrtian tersebut
maka dapat di katakan bahwa pemberdayaan masyarakat melalui proses
pembelajaran hingga mencapai status mandiri, meskipun demikian dalam
rangka mencapai kemandirian tersebut harus tetap dilakukan pemeliharaan
semangat dan kemampuan secara terus menerus agar tidak mengalami
kemunduran lagi.
Pemberdayaan masyarakat tidak dapat dilaksanakan secara cepat,
melainkan akan berlangsung secara bertahap. Adapun tahapan-tahapan
yang harus dilalui meliputi :
1. Tahapan penyadaran dan tahapan pembentukan prilaku menuju
prilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan
kapasitas diri.
2. Tahapan transformasi kemampuan berupa wawasan
pengetahuan dan kecakapan keterampilan agar terbuka wawasan
16 Ambar Teguh, Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan,( Yogyakarta : Gava Media,
2004), hlm 82.
35
dan memberikan keterampilan dasar sehingga dapat mengambil
peran di dalam pembangunan.
3. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan
keterampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan
inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian.17
3. Strategi Pemberdayaan.
Edi Suharto mengutip pemikiran Person yang menyatakan bahwa
proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif. Menurutnya,
tidak ada literatur yang menyatakan bahwa proses pemberdayaan terjadi
saalam relasi satu-lawan-satu antara pekerja sosial dan klien dalam setting
pertolongan perseorangan. Meskipun pemberdayaan seperti ini dapat
meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan dari masyarakat, hal ini
bukanlah strategi utama untuk pemberdayaan. Dalam beberapa situasi,
strategi pemberdayaan dapat dilakukan secara individual.
Secara konseptual, pemberdayaan harus mencangkup enam hal
sebagai berikut18 :
1) Learning by doing, yaitu pemberdayaan sebagai proses hal belajar
dan memiliki suatu tindakan kongkrit yang berlangsung secara
terus menerus, dan berdampak secara langsung atau dapat dilihat.
17 Ambar Teguh, Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan,( Yogyakarta : Gava Media,
2004), hlm 83. 18 Abu Huraerah. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat : Model dan Strategi
Pembangunan Berbasis Kerakyatan. Hlm 86-87
36
2) Problem solving. Pemberdayaan harus memberikan arti terjadinya
pemecahan masalah yag dirasakan masyarakat dengan cara dan
waktu yang tepat.
3) Self-evaluation. Yaitu bahwa pemberdayaan harus mampu
mendorong seseorang atau kelompok tersebut untuk melakukan
evaluasi secara mandiri.
4) Self-development and cordination. Yaitu mendorong agar mampu
melakukan pengembangan dan melakukan hubungan kordinasi
dengan pihak lain secara lebih luas.
5) Self-selection. Satu kumpulan yang tumbuh sebagai upaya
pemilihan dan penilaian secara mandiri dalam menetapkan
langkah-langkah kedepan.
6) Self-decisim. Dalam memilih tindakan yang tepat hendaknya
dimiliki kepercayaan diri dalam memutuskan sesuatu secara
mandiri.
Berdasarkan teori diatas, dalam penelitian ini penulis akan
menggunakan teori tersebut untuk menganalisis temuan pada Bab IV
dengan ringkasan sebagai berikut :
A. Pemberdayaan masyarakat yang mencangkup :
1) Pengertian Pemberdayaan : Yang mana membahas mengenai
apa makna dari pemberdayaan dan untuk siapa pemberdayaan
itu dilakukan.
37
2) Tujuan Pemberdayaan : yang sudah pasti di tunjukkan kepada
masyarakat yang akan diberdayakan agar dapat menjadi
masyarakat yang mandiri dan sejahtera.
3) Indikator Keberdayaan : untuk menganalisis apakan
masyarakat Kelurahan Kedaung sudah masuk kedalam
katagori berdaya atau belum
B. Pemberdayaan Sebagai Sebuah Proses.
Menurut Person yang dikutip oleh Suharto, pemberdayaan
merupakan sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat
untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas dan
berpengaruh terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga
yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan
bahwa orang harus mendapatkan keterampilan, pengetahuan, dan
kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan
kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya19.
Proses Pemberdayaan : Sebuah proses pemberdayaan
merupakan salah satu bagian terpenting yang tidak boleh
dilewatkan dalam pencapaian suatu pemberdayaan. Adapun sub
bab proses pemberdayaan dalam penulisan ini dilakukan untuk
mengetahui tentang bagaimana proses masyarakat di berdayakan,
apa saja yang dilakukan dalam proses pemberdayaan, serta hasil
setalah melalui proses pemberdayaan.
19 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung : PT
Refika Aditama, 2010), cet 4, hlm 58-59.
38
BAB III
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Desa Kedaung
Nama Desa Kedaung diambil dari nama sebuah pohon yang pada
zaman dulu banyak tumbuh di daerah ini. Dahulu sebelum banyak
masyarakat yang datang dan mendirikan pemukiman, daerah ini awalnya
merupakan kebun pohon kedaung. Karena banyak nya pohon yang tumbuh,
maka masyarakat mulai menyebut daerah ini dengan sebutan kedaung.
Namun seiring berjalannya waktu, lambat laun pohon kedaung semakin
sedikit dan bahkan hilang kemudian sekarang sudah berubah menjadi
pemukiman padat penduduk1.
Dahulu Kedaung masuk ke dalam Kecamatan Ciputat, namun pada
tahun 1992-1993, terjadilah pemekaran kecamatan, maka desa ini masuk
kedalam Kecamatan Pamulang. Pada tahun 2005, desa ini berubah status
menjadi Kelurahan dan bernama Kelurahan Kedaung. Semula kelurahan ini
masuk kedalam Kabupaten Tangerang, namun pada 2008, setelah
pembentukan kota Tangerang Selatan, akhirnya Kelurahan beserta
Kecamatan Pamulang masuk ke dalam Kota Tangerang Selatan2.
1 Di akses dari www.tangerangonline.id pada Sabtu, 12 Agustus 2017. Pukul 12.05 2 Di akses dari www.tangerangonline.id pada Sabtu, 12 Agustus 2017. Pukul 12.05
39
2. Letak dan Batasan Wilayah Kelurahan Kedaung
Kelurahan Kedaung merupakan salah satu Desa yang terletak di
Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten yang
daerahnya seluas 276,70 Ha. Kelurahan Kedaung terdiri dari 20 Rukun
Warga (RW) dan 97 Rukun Warga (RW). Kondisi umum Kelurahan
Kedaung memiliki Batas Wilayah adminitratif, yaitu3 :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Kampung Sawah
Kecamatan Ciputat.
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Ciputat Kecamatan
Ciputat.
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Ciputat Kecamatan
Ciputat
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Bambu Apus
Kecamatan Pamulang.
Tabel 2
Batas Wilayah Kelurahan Kedaung
Batas Kelurahan Kecamatan
SEBELAH UTARA KAMPUNG SAWAH CIPUTAT
SEBELAH SELATAN CIPUTAT CIPUTAT
SEBELAH TIMUR CIPUTAT CIPUTAT
SEBELAH BARAT BAMBU APUS PAMULANG
Sumber : Berdasarkan data Kelurahan Kedaung
3 Berdasarkan data Monografi yang di berikan oleh Bapak Hasan Basri, Sekertaris
Kelurahan Kedaung yang di akses pada Kamis, 3 Agustus 2017. Pukul 11.40 WIB
40
Gambar 1
Peta Wilayah Kelurahan Kedaung
Sumber : Berdasarkan data yang diperoleh dari Kelurahan Kedaung
3. Infrastrutur Keadaan Umum
Kedaung adalah sebuah kelurahan di Kecamatan Pamulang,
Tangerang Selatan, Banten, Indonesia. Awalnya, Kedaung masuk kedalam
Kecamatan Ciputat. Namun pada tahun 1992-1993, terjadilah pemekaran
kecamatan, maka desa ini masuk ke dalam Kecamatan Pamulang. Pada
Tempat
Penelitian
(Kampung
Tempe)
41
tahun 2005, Desa Kedaung berubah status menjadi Kelurahan dan bernama
Kelurahan Kedaung. Semula kelurahan ini masuk ke dalam Kabupaten
Tangerang. Namun setelah 2008, terjadi pembentukan kota dan Kelurahan
ini masuk ke Kota Tangerang Selatan4.
Keluraha Kedaung terletak sejauh 5,0 Km dari Ibu Kota Kecamatan,
dan sejauh 5,5 Km untuk sampai ke Ibu Kota Kabupaten/Kota. Untuk
mencapai Ibu Kota Provinsi harus menempuh jarak sejauh 79 Km. Adapun
terdapat banyak sarana prasarana yang berada di kawasan Kedaung.
Diantaranya :
a. Kantor kelurahan : Semi Permanen
b. Sarana Kesehatah
1) Posyandu : 18
2) Poli Klinik : 25
c. Sarana Pendidikan
1) Gedung Sekolah PAUD : 6
2) Gedung Sekolah TK : 6
3) Gedung Sekolah SD : 6
4) Gedung Sekolah SLTP : 2
5) Gedung Sekolah SMU : 2
d. Sarana Masjid
1) Masjid : 12
2) Musholah : 24
3) Majelis Taklim : 24
4 Diperoleh dari Kelurahan Kedaung pada Kamis, 3 Agustus 2017. Pikul 11.45
42
4. Struktur Organisasi Pemerintaham
Gambar 2
Struktur Organisasi Kelurahan Kedaung
(Tahun 2017)
Sumber : Berdasarkan Data Kelurahan Kedaung
5. Keadaan Penduduk Kelurahan Kedaung Tangerang Selatan
Jumlah penduduk di Kelurahan Kedaung adalah sebanyak : 39,172
jiwa yang terdiri dari jumlah Laki-laki sebanyak 20,003 jiwa dan jumlah
Perempuan sebanyak 19,169 jiwa dengan luas wilayah 276,70 Ha.
Kepala Kelurahan
H.M. SARWO EDY, SE.M.SI
Jabatan Fungsional
LILI HAMID, SE
Kasi Ekbang
Buddy Rahman, S.Ip
Kasi Kesos/kesra
Mamak Firdaus
Sekertaris Kelurahan
HASAN BASRI
Kasi Pemerintahan
Muhammad Nurdin
43
Meyoritas masyarakat di Kelurahan Kedaung bekerja pada sektor
perdagangan/karyawan swasta yakni sebanyak 3.682 orang dan di sektor
jasa sebanyak 2.175 orang. Terdapat pula Pegawai Negri Sipil (PNS)
sebanyak 120 orang, Abri sebanyak 29 orang5.
Tabel 3
Jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin
Data 2017
NO UMUR LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 0 – 4 2.086 2.031 4.117
2 5 – 9 1.129 1.060 2.189
3 10 - 14 1.010 1.009 2.019
4 15 – 19 1.075 1.000 2.075
5 20 – 24 2.551 2.536 5.087
6 25 – 29 2.188 2.170 4.358
7 30 – 34 2.083 1.998 4.081
8 35 – 39 1.418 1.222 2.640
9 40 – 44 1.194 1.044 2.238
10 45 – 49 1.083 1.043 2.126
11 50 – 54 1.188 1.223 2.411
12 55 – 59 1.047 1.007 2.054
13 60 – 64 790 801 1.591
14 65 > 1.161 1.025 2.186
Jumlah 20.003 19.169 39.172
Sumber : Berdasarkan Data dari Kelurahan Kedaung Tangerang Selatan
6. Dasar Pemikiran Kelurahan Kedaung
Pemerintah Daerah memiliki peranan penting dalam menentukan
keberhasilan suatu program pembangunan sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan oleh Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, yaitu mampu menyelenggarakan rumah tangganya
5 Berdasarkan data Monografi yang di berikan oleh Bapak Hasan Basri, Sekertaris
Kelurahan Kedaung yang di akses pada Kamis, 3 Agustus 2017. Pukul 11.40 WIB.
44
sendiri. Hal ini tidak terlepas dengan Peran dan Fungsi Kelurahan sebagai
Perangkat Daerah paling bawah yang tertuang dalam Keputusan Bupati
Tangerang Nomor 74 Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kelurahan Kabupaten Tangerang6.
Berdasarkan hal tersebut diatas, bahwa setiap unit pelaksana
kelurahan mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan yang
dilimpahkan Camat kepada Lurah sebagai Perangkat Daerah, dan
mempunyai fungsi diantaranya7 :
1) Perumusan program kerja kelurahan.
2) Penyelenggaraan pelayanan masyarakat.
3) Penyelenggaraan fasilitas umum.
4) Pembinaan ketentraman dan ketertiban.
5) Penyelenggaraan kegiatan pembangunan ekonomi.
6) Serta pelayanan administrasi dan ketatausahaan.
7. Data Perangkat Kelurahan Kedaung
1) Kepala Kelurahan
Nama : M. Sarwo Edy, SE, M. Si
Pangkat/Golongan : Penata Muda/III.c
Nip : 197108142010011001
Pendidikan : S2 (Strata Dua)
Riwayat Jabatan : Staf Kecamatan
6 Berdasarkan data Monografi Kelurahan Kedaung yang di akses pada Kamis, 3 Agustus
2017. Pukul 11.40 WIB 7 Berdasarkan data Monografi Kelurahan Kedaung yang di akses pada Kamis, 3 Agustus
2017. Pukul 11.40 WIB
45
Lurah Pamulang Barat
Kasubag Umpeg
Kec. Pamulang
Lurah Kedaung
2) Sekertaris Lurah
Nama : Hasan Basri
Penidikan : SMA
Riwayat Jabatan : Staff Pelaksana
Kasi Ekbang
Sekertaris Kelurahan8
8. Kelembagaan Yang di Naungi Kelurahan Kedaung
1) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) atau sebutan lain.
Jumlah Pengurus : 5 Orang
Jumlah Anggota : 12 Orang
Jumlah Kegiatan Perbulan : 5 Kegiatan
2) PKK
Jumlah Pengurus : 11 Orang
Jumlah Anggota : 66 Orang
Jumlah Kegiatan Perbulan : 15 Kegiatan
3) Karang Taruna
Jumlah Karang Taruna : 1
Jenis Karang Taruna : Umum
8 Berdasarkan data Monografi yang di berikan oleh Bapak Hasan Basri, Sekertaris
Kelurahan Kedaung yang di akses pada Kamis, 3 Agustus 2017. Pukul 11.40 WIB
46
Jumlah Pengurus (rata-rata) : 15 Orang
4) Lembaga Kemasyarakatan Lainnya.
Jumlah : 4
Nama :
BKM Jumlah Pengurus : 5 Orang
FSMMJ Jumlah Pengurus : 11 Orang
IRMAS Jumlah Pengurus : 11 Orang
FKKS Jumlah Pengurus : 10 Orang
B. Gambaran Umum Usaha Pembuatan Tempe di Rt 04 Rw 20 Kelurahan
Kedaung Kecamatan Pamulang.
1. Latar Belakang Berdirinya Usaha Pembuatan Tempe Di Rt 04 Rw 20
Kelurahan Kedaung Kecamatn Pamulang.
Usaha pembuatan tempe merupakan usaha yang hasil nya cukup
menjanjikan, tempe banyak di gemari oleh masyarakat luas. Selain karena
harganya yang murah, tempe juga merupakan makanan yang banyak
mengandung vitamin. Tempe merupakan makanan sehari-hari, sehingga
permintaan akan tempe tidak akan pernah sepi. Tidak hannya berhenti
disitu, para pengrajin tempe di sini juga membuat berbagai macam olahan
dari bahan tempe.
Usaha pembuatan tempe di Kelurahan Kedaung Rt 04 Rw 20 sudah
lama berjalan. Usaha pembuatan tempe disini biasaya dilakukan secara
turun menurun. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Cahyo selaku ketua Rw
20, beliau mengatakan :
47
“Kebanyakan disini biasanya mah turun temurun usahanya. Bapak
saya juga dulu usaha tempe, sekarang saya juga usaha tempe nerusin
usaha bapak”9.
Dahulu, masyarakat yang menempati kawasan ini ialah orang asli
suku Betawi. Namun, seiring dengan berjalanya waktu banyak penduduk
asli yang memilih untuk menjual tanah milik nya kepada pendatang dari
Pekalongan dan Tasikmalaya. Para pendatang ini yang pada awalnya
melakukan usaha pembuatan tempe di kawasan tersebut. Selang waktu
berlalu, para pendatang pun menjadi sukses dan akhirnya banyak para
pendatang lain yang sedaerah ingin mencoba peruntungan nya melakoni
usaha pembuatan tempe.
Saat ini hampir keseluruhan masyarakat yang menempati kawasan
ini ialah pendatang dari Pekalongan dan Tasik tersebut, sedangkan
masyarakat asli suku Betawi sudah tidak banyak tersisa.
“Dulu mah orang betawi semua disini, tapi pada pindah. Tanah nya
di jual-jualin ke pendatang yang sekarang jadi pengrajin tempe. Jadi
kira-kira disini sekarang 80% nya pendatang dari sono (Pekalongan
& Tasikmalaya)”10. Ujar Bapak Cahyo.
Meskipun demikian, para pengusaha tempe disini tidaklah
mendapatkan kesuksesan nya dengan mudah. Banyak sekali tahapan serta
pembelajaran yang harus di lalui sebelum menjadi sukses. Pada awalnya
para pendatang ini hannya bekerja sebagai pekerja di salah satu pembuat
tempe yang sukses di perkotaan, kemudian si pemilik usaha tempe
memberikan pemberdayaan pada para karyawan nya agar mampu membuka
9 Wawancara Pribadi dengan Bapak Cahyo, Pengusaha Pembuat Tempe sekaligus Rw 20,
(Tangerang Selatan, 25 Juli 2017), Pukul 09.00 WIB. 10 Wawancara Pribadi dengan Bapak Cahyo, Pengusaha Pembuat Tempe sekaligus Rw 20,
(Tangerang Selatan, 25 Juli 2017), Pukul 09.00 WIB.
48
usaha tempenya sendiri sehingga penghasilan yang di dapat akan lebih
banyak ketika memiliki usaha sendiri daripada menjadi pekerja.
Adapun yang pertama dilakukan ialah menyadarkan akan potensi
para pekerja bahwa mereka mampu untuk menjalankan usaha nya sendiri.
Kemudian para pengusaha tempe ini mengajarkan keterampilan membuat
tempe kepada para pekerja, setelah dirasa mampu untuk membuat usaha
tempe sendiri maka pemilik usaha tempe mendorong agar para pekerja mau
dan mampu untuk membangun usahanya sendiri. Meskipun para pekerja
yang awalnya bekerja untuk para pengusaha tempe tersebut sudah
memutuskan untuk membangun usahanya sendiri namun si pengusha tidak
langsung lepas tangan akan nasib si mantan pegawai. Para pengusaha
mengajarkan bagaimana memasarkan dagangan nya dan bagaimana cara
mendapatkan bahan baku untuk membuat tempe.
2. Profil Pengelompokan Pengrajin Usaha Pembutan Tempe.
Dalam setiap proses pemberdayaan, hasil yang diperoleh oleh setiap
individu tidak lah sama meskipun pada hakekatnya cara yang dilakukan
tidak jauh berbeda. Ada pengusaha tempe yang telah berhasil mencapai
kesukesan nya, namun ada pula pengusaha tempe yang masih merilis dari
bawah dengan terlebih dahulu menjadi pegawai usaha pembuatan tempe
yang membantu para pengusaha yang telah sukses.
Tawi merupakan pengusaha yang telah mencapai kesuksesan dalam
pengolahan tempe. Tawi telah memasarkan hasil olahan tempenya hingga
kepasar Internasional. Tawi juga telah berhasil merekrut pegawai untuk
selanjutnya di jadikan pengusaha tempe juga. Kesuksesan Tawi tidak
49
didapat dengan mudah, dahulu ia juga merupakan pegawai yang membantu
pengusaha tempe di Kebayoran. Namun karena kemauan yang kuat serta
usaha yang keras, akhirnya tawi berhasil membuka usaha pembuatan
tempenya sendiri.
Berbeda dengan Tarono, beliau juga merupakan pengusaha
pembuatan tempe. Namun, produk nya belum terkenal seperti milik Tawi.
Produk tempe milik Tarono hannya dipasarkan ke Ciputat, Uin, dan
sekitarnnya. Tarono dahulu juga merupakan pegawai tempe, namun ia
berfikir bagaimana caranya agar ia mendapatkan kehidupan yang lebih
layak sehingga akhirnya ia memutuskan untuk membuka usaha pembuatan
tempenya sendiri.
Awal mendirikan usaha tempe miliknya sendiri ia dihadapkan
dengan cobaan yang begitu beragam. Mulai dari transportasi yang saat itu
hannya memiliki sepeda, pemasaran yang saat itu belum terlalu dikuasai,
serta pelanggan yang belum mengetahui kualitas produk tempe oahannya.
Saat ini Tarono telah mecapai kesuksesan. Penghasilan nya bertambah dan
mencukupi kebutuhan keluarganya. Pemasaran nya juga telah
menggunakan sepeda motor dan tidak terlalu menguras tenaga ketika harus
mengantarkan pesanan dengan jarak yang cukup jauh.
Ketika Tawi dan Tarono telah berhasil mendirikan usaha pembuatan
tempeya sendiri, berbeda hal nya dengan Kartoyo. Saat ini kartoyo masih
berprfesi sebagai pegawai tempe yang membantu pengusaha tempe dalam
penglahannya. Awalnya Kartoyo diajak oeh saudaranya yang telah lebih
50
dulu terjun kedalam usaha pembuatan tempe. Selain karena memang
dimaksutkan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, Kartoyo juga
berharap kedepan nya ia akan memiliki usaha pembuatan tempenya sendiri
dan tidak ikut orang lagi.
C. Gambaran Umum Koperasi Timbul Jaya
Koperasi Timbul Jaya disahkan berdiri pada tanggal 21 Februari 2013,
Pukul 15 : 00 WIB. Koperasi Timbul Jaya beralamatkan di Jl Wahid Pulo
Samid, Rt 010 Rw 010, Kelurahan Kedaung, Kecamatan Pamulang, Kota
Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Adapun tujuan dari berdirinya Koperasi
Timbul Jaya ialah Untuk mengembangkan potensi ekonomi dan kesejahteraan
anggotanya, serta Untuk mengembangkan potensi wilayah dan di sekitar
koperasi.
Koperasi Timbul Jaya berperan besar bagi sebagian warga di kawasan
ini, karena Koperasi Timbul Jaya merupakan supplier atau pemasok bahan baku
terpenting untuk pembuatan tempe, yaitu kedelai. Karena Koperasi ini belum
lama terbentuk, maka masih ada warga yang memasok bahan kedelai dari orang
lain di luar kawasan ini. Seperti kata Bapak Casmudi :
“Ya karna Koperasi ini baru berdiri sekitar 3-4 Tahun jadi masih banyak
juga warga yang ngambil kedelai dari orang cina yang awalnya emang
salah satu pemasok terbesar sebelum adanya koperasi. Kira-kira 60%
nan lah warga yang udah terdaftar tergabung dalam koperasi ini.
Mungkin nanti kedepan nya pengen nya semua warga ngambil kedelai
nya dari sini, karna kan emang kita bertujuan membantu sesama
memudahkan pemasokan kedelai. Ini semua yang kerja dikoperasi juga
pengrajin tempe semua, jadi sistem kerjanya saling melengkapi aja gitu
siapa yang bisa pagi ya pagi kalo bisa sore ya sore11.
11 Wawancara pribadi dengan Bapak Casmudi, Pengusaha Pembuat Tempe sekaligus Ketua
Pengurus Koperasi Timbul Jaya, (Tangerang Selatan. kamis, 3 Agustus 2017), Pukul 12.30 WIB.
51
Koperasi Timbul Jaya ini berdiri dibawah naungan Dinas Koperasi dan
Dinas Perindustrian. Diharapkan kedepan nya Koperasi ini akan semakin
berkembang dan menjadi pemasok bagi seluruh warga pengrajin tempe di
kawasan Kedaung. Adapun rencana dari Dinas perindustrian yaitu
mempersiapkan Kampung Tempe Kelurahan Kedaung untuk dapat bersaing di
pasar besar internasional. Dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan serta
pengadaan seminar mengenai segala hal tentang tempe. Hal tersebut di tujukan
agar meningkatkan mutu penjualan tempe namun tidak menghilangkan ciri khas
yang telah ada dan tetap menggunakan cara yag tradisional.
Hingga saat ini, kedelai yang di pasok oleh Koperasi Timbul Jaya baru
hannya ada 3 macam. Ada yang paling bagus, ada yang bagus dan ada yang
biasa saja. Semuanya tergantung pemesanan dari konsumen.
“Kedelai kan beda-beda neng, ada yang paling bagus, ada yang bagus,
ada yang biasa aja. Kita mah disini Cuma nyediain tergantung keinginan
konsumen. Cuma kalo sampe saat ini emang baru Cuma ada 3 macem12.
Saat ini kita kira-kira ngabisin kedelai itu 10 Ton untuk 3 hari.
Koperas timbul jaya yang merupakan salah satu pemasok bahan baku
pembuatan tempe, yaitu kedelai. Koperasi timbul jaya merupakan satu-satunya
koperas yang menyediakan kedelai untuk para pembuatan tempe. Namun, ada
pula masyarakat yang memilih untuk membeli sendiri kedelai nya di tempat
lain. Koperasi timbul jaya juga menaungi pemasaran bagi beberapa warga yang
memasarkan prodak nya ke pasar-pasar modern besar bahkan luar negri.
12 Wawancara pribadi dengan Bapak Casmudi, Pengusaha Pembuat Tempe sekaligus Ketua
Pengurus Koperasi Timbul Jaya, (Tangerang Selatan. kamis, 3 Agustus 2017), Pukul 12.30 WIB.
52
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Temuan Penelitian
1. Produksi Usaha Tempe di Kelurahan Kedaung Kecamatan Pamulang
Kota Tangerang Selatan.
Usaha pembuatan tempe merupakan usaha yang hasilnya cukup
menjanjikan, tempe banyak digemari oleh masyarakat luas. Selain karena
harganya yang murah, tempe juga merupakan makanan yang banyak
mengandung vitamin. Tempe merupakan salah satu makanan yang memiliki
sumber protein tinggi dengan harga murah dibandingkan dengan sumber
protein asal hewani seperti daging, susu dan telur. Tempe merupakan
makanan sehari-hari, sehingga permintaan akan tempe tidak akan pernah
sepi1.
Usaha pembuatan tempe di Kelurahan Kedaung Rt 04 Rw 20 sudah
lama berjalan. Usaha pembuatan tempe di sini biasaya dilakukan secara
turun menurun. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Cahyo selaku ketua Rw
20, beliau mengatakan :
“Kebanyakan disini biasanya mah turun temurun usahanya. Bapak
saya juga dulu usaha tempe, sekarang saya juga usaha tempe nerusin
usaha bapak”251
Membuat tempe bukan lah perkara yang mudah, karena jika tempe
yang di produksi tidak bagus maka tempe tersebut tidak akan laku di
1 Rita Rama Yulis. Susianto, Fakta Ajaib Khasiat Tempe, ( Jakarta : Penebar Plus), hlm 30
2 Wawancara Pribadi dengan Bapak Cahyo, Pengusaha Pembuat Tempe sekaligus Rw 20,
(Tangerang Selatan, 25 Juli 2017), Pukul 09.00 WIB.
53
pasaran. Pengolahan tempe yang baik harus benar-benar di perhatikan agar
kualitas tempe yang didapat memuaskan. Adapun pembuatan tempe yang
baik juga berawal dari pemilihan bahan baku yang baik.
“ya dari awal pemilihan kacang nya udah berpengaruh. Kalo
kacangnya bagus ya hasil nya bagus. Terus cara nyuci nya juga harus
bersih. Ngerebusnya juga harus pas. Terus yang paling penting
waktu ngejemur tempe nya. Kalo cuaca terlalu panas itu kurang
bagus. Jamur nya kurang cepet tumbuh3.52
Proses pembuatan tempe yang di lakukan oleh masyarakat
Kelurahan Kedaung Kecamatan Pamulang pada umumnya menggunakan
modal sendiri, karena tidak ada bantuan dari pemerintah, seperti yang
dilakukan oleh bapak Tawi (48 tahun). Ia mengumpulkan modal
menggunakan uang pribadi, dahulu Pak Tawi hannyalah sebagai kuli tempe
atau pegawai usaha pembuatan tempe, namun karena keinginan nya untuk
menjadi sukses ia berusaha menemukan cara agar mampu membuka usaha
pembuatan tempe miliknya sendiri.
Kesuksesan nya tidak lah di dapatkan dengan mudah, beliau dulunya
meminjam mesin milik bos nya untuk membuat tempe. Beliau membuat
tempe miliknya sedikit demi sedikit ketika pekerjaan nya telah selesai.
Hingga penghasilan nya terus bertambah dan akhirnya memutuskan untuk
membuka sendiri usaha pembuatan tempe miliknya.
“Pertama saya ikut bos saya. Saya disuruh jualin. Lama lama saya
mulai ngerebus sendiri, kan belom punya alat tuh, masih minjem
sama bos semua. Sama bos gapapa karena saya emang bilang mao
3 Wawancara Pribadi dengan Alimin, Pegawai Usaha Pembuat Tempe, (Tangerang Selatan,
08 September 2017), Pukul 09.00 WIB.
54
buka usaha sendiri. Dikasih pinjem alat-alatnya, jadi kalo kerjaan
sama bos udah selesai ya saya bikin punya saya dikit-dikit.4”53
Setiap harinya proses produksi pembuata tempe di rumah bapak
Tawi dimulai pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB yang di
bantu oleh 5 pegawainya. Dari semua pemilik usaha tempe di kelurahan
Kedaung, dapat dikatan bahwa produk tempe bapak Tawi merupakan salah
satu produk dengan kualitas terbaik. Hal tersebut dapat dibutikan dengan
pemasaran produk nya yang telah menginjak kancah internasional. Produk
tempe bapak Tawi telah berhasil di expore ke Taiwan dan Hongkong.
“Tapi sekarang saya masokin tempenya ke pasar-pasar besar di
BSD. Saya juga udah export ke Taiwan, dan Hongkong. Punya saya
dipilih karena katanya kualitas punya saya bagus, ga gampang
lembek, tahan lama. Tadinya orang cina itu ga Cuma beli punya
saya, tapi ngambil banyak contoh dari orang-orang lain juga. Tapi
katanya punya saya paling cocok dan tahan lama4”54”
Tidak jauh berbeda hal nya dengan bapak Tarono (43 Tahun), beliau
juga merupakan salah satu pemilik usaha pembuatan tempe yang telah
berhasil membuka usaha nya sendiri. Bapak Tarono merupakan warga asli
Pekalongan yang pada tahun 1993 telah memulai usaha pembuatan tempe
nya sendiri. Proses produksi tempe di rumah bapak Tarono dimulai sejak
pukul 13-00 WIB hingga pukul 15-00 WIB. Beliau juga memulai usaha
pembuatan tempe miliknya dengan modal sendiri dari hasil menjadi kuli
tempe sebelumnya.
“Usaha tempe dari 1996 udah mulai dagang. Kalo ngolah tempe si
saya dari tahun 1993 udah ngolah, cuman kan dulu masih ikut orang,
istilah nya masih jadi kuli. Ya kalo untuk jual sendiri itu dari tahun
4 Wawancara Pribadi dengan Bapak Tawi, Pemilik Usaha Pembuat Tempe, (Tangerang
Selatan, 08 September 2017), Pukul 18.20 WIB. 5 Wawancara Pribadi dengan Bapak Tawi, Pemilik Usaha Pembuat Tempe, (Tangerang
Selatan, 08 September 2017), Pukul 18.20 WIB.
55
1996. Modal nya ya ngumpulin, tadinya kan kuli nah setelah punya
modal sedikit-sedikit ya baru buat usaha sendiri. Dari penghasilan
kuli tadi neng6”55”
Bapak tarono mengolah 60-65 Kg kedelai setiap harinya, dan ketika
sudah menjadi tempe sekitar 1 kwintal. Untuk pemasaran hasil produknya,
bapak Tarono memang belum mengninjak pasar internasional. Beliau
hannya menjadi pemasok untuk pedagang-pedagang di sekitar Ciputat.
”Dulu mah saya keliling pake sepeda ontel nyari pembeli, tapi kalo
sekarang alhamdulillah udah banyak langganan. Jadi saya tinggal
nganterin aja pake motor. Saya nganterin itu ke Uin, tukang sayur
yang di uin, warung-warung makan di legoso juga itu ada beberapa
yang langganan saya, terus masuk ke Jln, kerta mukti itu tukang
sayur saya juga yang masok tempenya. Jadi alhamdulillah sekarang
tinggal nganter-nganterin aja. Udah banyak pelanggan7”.56”
Namun demikian, penghasilan yang didapat sudah dapat
mencukupi kebutuhan nya dan sudah dapat dikatakan sejahtera.
“kalo penghasilan mah kan ga nentu ya tiap hari, namanya juga
pedagang. Omset paling 1.000,00 (satu juta) per-hari tapi belom
dibagi-bagi buat segala macemnya. Apalagi kebutuhan oprasional
sehari-hari sekarang kan mahal banget. Anak saya 3, belom lagi
biaya sekolah, les, ngaji. Yang paling gede umur 10 tahun kelas
4SD, yang kedua 7 tahun kelas 2 SD, yang terakhir itu baru 10 hari.
Tapi kurang lebih kalo 200 – 300 mah dapet lah neng. Cukup untuk
kebutuhan sehari-hari”857.
Saat ini bapak Tarono tidak memiliki pegawai, beliau hannya di
bantu oleh istrinya. Dahulu bapak Tarono memiliki seorang pegawai.
Namun pegawai tersebut telah berhasil mandiri dan membuka usaha
pembuatan tempenya sendiri.
6 Wawancara Pribadi dengan Bapak Tarono, Pemilik Usaha Pembuat Tempe, (Tangerang
Selatan, 08 September 2017), Pukul 16.00 WIB 7 Wawancara Pribadi dengan Bapak Tarono, Pemilik Usaha Pembuat Tempe, (Tangerang
Selatan, 08 September 2017), Pukul 16.00 WIB 8 Wawancara Pribadi dengan Bapak Tarono, Pemilik Usaha Pembuat Tempe, (Tangerang
Selatan, 08 September 2017), Pukul 16.00 WIB
56
2. Proses Pemberdayaan Masyarakat Dalam Melakukan Usaha
Pembuatan Tempe.
Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari perspektif pluralis adalah
suatu proses untuk menolong individu dan kelompok-kelompok masyarakat
yang kurang beruntung agar mereka dapat bersaing secara lebih efektif
dengan kepentingan-kepentingan lain. Adapun upaya yang dapat dilakukan
ialah dengan memberikan pembelajaran untuk meningkatkan kapasitas
masyarakat9.58.
Menurut Person yang dikutip oleh Suharto, pemberdayaan
merupakan sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk
berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas dan berpengaruh terhadap
kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi
kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang harus
mendapatkan keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk
mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi
perhatiannya10.59.
Proses pemberdayaan masyarakat dalam melakukan usaha
pembuatan tempe dapat dilihat melalui dua kecenderungan proses
pemberdayaan, yaitu1160:
9 Jim Ife, Frank Tesoriero, Community Development : Alternatif Pengembangan Yang
Sedang Terjadi di Era Globalisasi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2014), cet ke-2, hlm 206-208.
10 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung : PT
Refika Aditama, 2010), cet 4, hlm 58-59.
11 Harry Hikmat. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. (Bandung : Humaniora, 2001). hlm
43.
57
1. Pemberdayaan menekankan pada proses atau mengalihkan
sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan agar individu
yang bersangkutan menjadi lebih berdaya.
Dengan kata lain, dalam hal memberdayaan masyarakat melalui
usaha pembuatan tempe ini pemberdayaan menekankan pada bagaimana
proses mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan
dari pemilik usaha pembuatan tempe kepada para pegawai agar para
pegawai menjadi lebih berdaya dalam menjalani kehidupan nya.
Pemilik usaha pembuatan tempe merupakan kelompok kuat
yang memiliki pengaruh untuk memberdayakan pegawainya. Sehingga
para pegawai tersebut menjadi lebih berdaya, adapun cara yang
digunakan ialah dengan cara menyediakan lapangan pekerjaan agar
masyarakat/individu lemah menjadi terberdayakan. Terutama dalam hal
ekonomi. Dikatakan memberdayakan karena para pemilik usaha tempe
ini mempekerjakan tetangga di kampung nya yang tidak memiliki
pekerjaan atau penghasilan.
“Ga ada kerjaan tadinya, sekolah juga galulus. Paling suka
disuruh bersihin bantuin panen kalo lagi panen sama orang. Kalo
ga suka disuruh jagain kambing orang12.61”
“Saya dulu masih kecil tinggal dikampung, ga sekolah ga punya
kegiatan karna ekonomi keluarga. Terus di ajak sama pak Tawi
ke jakarta untuk ikut dia jualan13.62.”
12 Wawancara Pribadi dengan Solihin, Pegawai Usaha Pembuat Tempe, (Tangerang
Selatan, 10 September 2017), Pukul 17.00 WIB. 13 Wawancara Pribadi dengan Tohri, Pegawai Usaha Pembuat Tempe, (Tangerang Selatan,
09 September 2017), Pukul 16.00 WIB
58
Dengan demikian, pemilik dapat dikatakan memberdayakan
pegawai karena pegawai yang tadinya tidak memiliki penghasilan dan
tidak memiliki keterampilan dalam membuat tempe pada akhirnya
mampu dan memiliki keterampilan, sehingga keterampilan tersebut
membantunya dalam mendapatkan penghasilan.
2. Pemberdayaan menekankan pada proses menstimulasi,
mendorong atau memotivasi agar individu mempunyai
kemampuan atau keberdyaan untuk menentukan apa yang
menjadi pilihan hidupnya.
Pemberdayaan menekankan pada proses menstimulasi atau
mendorong dan memotivasi individu agar mempunyai kemampuan.
Dalam hal ini pemilik usaha pembuatan tempe selaku pemberdaya
mendorong pegawai agar mau dan memiliki keinginan untuk menguah
arah hidup nya menjadi leih baik. Pemilik usaha tempe memberikan
kesempatan untuk para pegawai menemukan bakat dan kesempatan
yang dimilikinya.
Pemilik usaha tempe melatih keterampilan pegawai dalam
membuat tempe yang baik dan berkualitas. Sehingga pegawai memiliki
kemampuan untuk membuat tempe, dan jika memang pegawai tersebut
memiliki keinginan untuk membuka usaha pembuatan tempe nya sendiri
di waktu mendatang, maka para pemilik usaha tempe tidak melihatnya
sebagai pesaing dan justru malah membantu agar keinginan pegawai
tersebut terpenuhi.
59
“Saya di ajarin membuat tempe, karna dulu masih kecil saya ga
bisa apa-apa akhirnya semuanya di ajarin pelan-pelan sama pak
Tawi. Sampe bisa. Alhamdulillah Sekarang saya sudah dapat
mandiri dalam mebuat tempe.14.”63.”
Dengan pelatihan keterampilan pembuatan tempe yang
dilakukan oleh pemilik untuk para karyawanya maka para karyawan
saat ini memiliki kehidupan yang lebih sejahtera dari hasil pengolahan
tempe tersebut.
3. Hasil Pemberdayaan Yang Dilakukan Oleh Pengusaha Pembuatan
Tempe Terhadap Masyarakat Sekitar.
Bentuk upaya yang dilakukan oleh pengusaha tempe salah satunya
ialah dengan menanggulangi permasalahan kemiskinan nyang berada di Rw
20 Rt 04 Kelurahan Kedaung Kecamatan Pamulang Jakarta Selatan.
Adapun bentuk upaya nya ialah dengan membekali para pegawai atau
pengrajin dengan pendidikan dan keahlian hidup yang nantinya dapat
dimanfaatkan ilmu dan keterampilannya dalam rangka mengembangkan
ekonomi para pengrajin tempe dan pembekalan ilmu serta keterampilan,
yang sekaligus juga dapat mengurangi jumlah pengangguran.
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan kepada para
pegawai atau pengrajin tempe, seperti yang dijelaskan oleh salah satu
informan berkata :
“Dengan menekuni usaha tempe ini, ekonomi saya jadi stabil, dapet
pemasukan setiap hari. Terus bisa mencukupi kebutuhan sekolah
anak15”64”
14 Wawancara Pribadi dengan Tohri, Pegawai Usaha Pembuat Tempe, (Tangerang Selatan,
09 September 2017), Pukul 16.00 WIB. 15 Wawancara Pribadi dengan Pendi, Pegawai Usaha Pembuat Tempe, (Tangerang Selatan,
11 September 2017, Pukul 17.00 WIB.
60
Tidak jauh berbeda dengan Misna yang juga pegawai atau pengrajin
tempe :
“Dengan ada nya usaha pembuatan tempe ini, saya terbantu dari segi
ekonomi dan juga keterampilan, saya jadi bisa bikin tempe16.”65.”
Dan juga menurut Tohri yang sudah sedari kecil ikut dalam usaha
pembuatan tempe.
“Sekarang saya udah bisa bantu ekonomi keluarga dikampung.
Udah bisa beli apa-apa sendiri. Udah bisa mandiri gaperlu minta
uang orang tua.17”66”
Juga pengakuan Kartoyo selaku pengrajin tempe yang tadinya tidak
memiliki penghasilan tetap dan hannya bekerja srabutan.
“Manfaat nya si sekarang saya udah punya penghasilan sendiri.
Punya pekerjaan dan ga kerja serabutan lagi. Kalo kerja serabutan
kan kalo lagi ada ya ada kalo lagi ga ada kan nganggur18”67.”
Dengan adanya usaha pembuatan tempe di Jln. Wahid Rt 04 RW 20,
Kelurahan Kedaung Kecamatan Pamulang Tangerang Selatan menjadikan
masyarakat khususnya para pengrajin tempe memiliki keahlian hidup yang
telah dibekali oleh pengusaha pembuatan tempe dalam rangka
mengembangkan perekonomian mereka.
Kegiatan pengelola usaha pembuatan tempe (selaku Investor) dalam
pembuatan tempe, membuka peluang bagi berbagai sektor atau pihak lain
untuk meningkatkan aktivitasnya. Adanya lapangan kerja bagi para pekerja.
Dan pengusaha pembuatan tempe mendapatkan laba.
16 Wawancara Pribadi dengan Misna, Pegawai Usaha Pembuat Tempe, (Tangerang Selatan,
11 September 2017, Pukul 15.30 WIB. 17 Wawancara Pribadi dengan Tohri, Pegawai Usaha Pembuat Tempe, (Tangerang Selatan,
09 September 2017), Pukul 16.00 WIB. 18 Wawancara Pribadi dengan Kartoyo, Pegawai Usaha Pembuat Tempe, (Tangerang
Selatan, 09 September 2017), Pukul 17.00 WIB.
61
B. Analisis Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menemukan
bahwa munculnya pengusaha pembuatan tempe ini tidak terjadi secara singkat,
melainkan membutuhkan proses dan waktu yang lama19.68Peneliti menemukan
bahwa dahulu Jln. Wahid Rw 20 Rt 04 Kelurahan Kedaung Kecamatan
Pamulang, Tangerang Selatan, sama sekali bukan tempat produksi pengolahan
tempe. Justru awalnya ialah usaha Ikan Hias, namun seiring berjalannya waktu
banyak pendatang dari Pekalongan yang datang dan perlahan mengubah tempat
ini menjadi tempat industri tempe. Dulunya sebelum berkembang seperti
sekarang ini, hannya ada beberapa pengusaha tempe di kawasan ini, akan tetapi
karena adanya pembelajaran tentang tempe, akhirnya lama kelamaan mereka
yang di ajarkan membuka usaha tempe nya sendiri. Seperti yang di katakan oleh
ibu Emi selaku ketua Rt 04 Rw 20 Kelurahan Kedaung.
“Saya udah tinggal disini dari tahun 1984 ikut suami. Tadinya daerah
ini kebon semua, cuman ada tiga rumah sama rumah saya. Dua rumah
yang lain punya peterak ikan hias. Dulu disini pertama kali malah yang
ada peternakan ikan hias, tapi karna emang kurang laku makanya pada
pindah. Eh malah di gantiin sama pedagang tempe dari
pekalongan20”.69”.
Keberaadaan usaha pembuatan tempe di Kampung Tempe Kelurahan
Kedaung Kecamatan Pamulang Tangerang Selatan ini sangat dibutuhkan oleh
masyarakat. Karena pada umumnya tempe digunakan sebagai lauk-pauk,
makanan tambahan, atau bahkan dapat menjadi cemilan, jika di produksi
dengan cara yang berbeda. Potensi tempe dalam meningkatkan kesehatan
19 Wawancara pribadi dengan Emi, Ketua Rt 04, (Tangerang Selatan, 05 September 2017),
pukul 15.00 WIB 20 Wawancara pribadi dengan Emi, Ketua Rt 04, (Tangerang Selatan, 05 September 2017),
pukul 15.00 WIB
62
dengan harga yang relatif murah dapat memberikan alternatif pilihan dalam
pengadaan makanan bergizi yang dapat dijangkau oleh segala lapisan
masyarakat. Dengan adanya usaha pembuatan tempe Di Kampung Tempe
Kelurahan Kedaung Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan ini masyarakat
sekitarnya menjadi terberdayakan.2170
Sejatinya, pemberdayaan yang terjadi dalam usaha pembuatan tempe ini
bukanlah pemberdayaan yang terjadi secara terencana, melainkan terjadi secara
tidak sengaja. Mulanya para pemilik ini hannya mencari pegawai yang mau
membantunya bekerja dalam pengolahan pembuatan tempe, namun meskipun
demikian didalamnya terdapat unsur pemberdayaan2271.Dikatakan
memberdayakan karena dalam pelaksanaannya, usaha pembuatan tempe ini
memenuhi kriteria dalam tahapan pemberdayaan. Adapun tahapan
pemberdayaan adalah sebagai berikut :
1. Tahapan penyadaran dan tahapan pembentukan prilaku menuju prilaku sadar
dan peduli sehingga merasa membutuhkan kapasitas diri.
2. Tahapan transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan dan
kecakapan keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan
keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan.
3. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan keterampilan
sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan
pada kemandirian23.72
21 Berdasarkan hasil Observasi pribadi yang peneliti lakukan dari hasil wawancara kepada
para pemilik usaha pembuatan tempe. 22 Berdasarkan hasil Observasi pribadi yang peneliti lakukan dari hasil wawancara kepada
para pemilik usaha pembuatan tempe. 23 Ambar Teguh, Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan,( Yogyakarta : Gava Media,
2004), hlm 83.
63
Bapak Tawi merupakan salah satu pemilik usaha pembuatan tepe yang
telah berhasil dalam usaha pembuatan tempe. Dahulu Bapak Tawi hannyalah
kuli atau pegawai yang bekerja pada pengusaha tempe yang berada di
Kebayoran, namun kemudian Bapak Tawi menyadari bahwa dirinya tidak
mungkin terus menerus menjadi kuli karena dengan begitu kehidupannya tidak
akan berubah, hal ini sebagaimana disebutkan oleh Bapak Tawi dalam
wawancara dibawah :
“Pertama saya ikut bos saya. Saya disuruh jualin. Lama lama saya mikir
gamungkin saya jadi kuli terus. Dari situ saya mulai belajar ngerebus
sendiri, kan belom punya alat tuh, masih minjem sama bos semua. Sama
bos gapapa karena saya emang bilang mao buka usaha sendiri. Dikasih
pinjem alat-alatnya, jadi kalo kerjaan sama bos udah selesai ya saya
bikin punya saya dikit-dikit.24”73”
Dengan bermodalkan tekat untuk berubah, Bapak Tawi mulai mencicil
sedikit demi sedikit modal yang di butuhkan. Dengan usahanya yang gigih,
akhirnya Bapak Tawi berhasil dalam usaha tempe ini sehingga beliau telah
menjadi pemilik sekaligus pengusaha pembuatan tempe. Saat ini Bapak Tawi
merupakan salah satu pengusaha tempe yang memiliki kualitas unggulan.
Produk tempe milik bapak Tawi telah berhasil memasuki pasar internasional
karena produk tempe miliknya memiliki kualitas yang bagus. Seperti yang
dikatakan oleh bapak Tawi:
“Sekarang saya masokin tempenya ke pasar-pasar besar di BSD. Saya
juga udah expore ke Taiwan, dan Hongkong. Punya saya dipilih karena
katanya kualitas punya saya bagus, ga gampang lembek, tahan lama”2574
24 Wawancara Pribadi dengan Bapak Tawi, Pemilik Usaha Pembuat Tempe, (Tangerang
Selatan, 08 September 2017), Pukul 18.20 WIB. 25 Wawancara Pribadi dengan Bapak Tawi, Pemilik Usaha Pembuat Tempe, (Tangerang
Selatan, 08 September 2017), Pukul 18.20 WIB.
64
Hal tersebut juga diperkuat oleh perkataan ibu Emi, selaku Istri dari
Ketua Rt 04 Rw 20, beliau mengatakan :
“Itu bapak Tawi dia pemasarannya udah sampe ke Hongkong segala,
tapi ga heran sih bisa kaya gitu, karena emang produk tempe punya dia
bagus, bersih lagi, ga ada ampas kulitnya. Kalo yang laen kan emang
kadang masih suka ada ampas kulitnya gitu, mungkin supaya jadinya
banyak jadi kulitnya dibiarin masih ada”2675
Keberhasilan Bapak Tawi dalam memasarkan penjualannya hingga
menuju pasar Internasional tidaklah mudah. Karena memang Kelurahan
Kedaung Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan ini telah terkenal sebagai
kampung tempe, maka ada beberapa orang asing yang berasal dari Hongkong
dan Taiwan yang bekerja dalam bidang penyediaan bahan makanan Indonesia
datang untuk mengajak bekekerja sama dalam hal meng-Expore tempe untuk
dijadikan pemasok. Mulanya bukan hannya produk milik Bapak Tawi saja yang
dijadikan sampel, beberapa pengusaha lain juga dipinta untuk mengirimkan
hasil produk nya ke Hongkong dan Taiwan, namun lama kelamaan dipilihlah
produk Bapak Tawi karena produknya yang paling bagus dan tahan lama.
Sehingga saat ini hannya produk Bapak Tawi yang bertahan untuk menjadi
pemasok di pasar Internasional.2776
Saat ini Bapak Tawi telah berhasil menjadi pengusaha dan pemilik
usaha. Dikatakan demikian karena Bapak Tawi ialah pemilik modal dan
sekaligus turut berkecinambungan dalam pembuatan tempe tersebut. Aset
Bapak Tawi telah menjadi semakin bertambah sejak usaha pembuatan
tempenya telah berhasil menginjak pasar Internasional.
26 Wawancara pribadi dengan Emi, Ketua Rt 04, (Tangerang Selatan, 05 September 2017),
pukul 15.00 WIB. 27 Wawancara Pribadi dengan Bapak Tawi, Pemilik Usaha Pembuat Tempe, (Tangerang
Selatan, 08 September 2017), Pukul 18.20 WIB.
65
Sejatinya Islam mengajarkan tentang kerja keras dan kemandirian.
Umat Islam akan lebih baik jika harus bekerja keras daripada harus meminta-
minta. Dalam kasus ini, Bapak Tawi telah berhasil melakukan dakwah. Dakwah
yang dilakukan Bapak Tawi bukanlah berupa kata-kata, melainkan melalui
perbuatan dan prilakunya dalam menyadarkan orang-orang kampungnya.
Bermodalkan pengalaman dalam keberhasilan membagun usaha
pembuatan tempe, Bapak Tawi mulai membagikan ilmu dan pengalaman nya
melalui pemberdayaan, Bapak Tawi telah berhasil memberdayakan masyarakat.
Karena dalam perekrutan pegawai bapak Tawi melakukan tahapan-tahapan
dalam pemberdayaan. Tahapan pertama yakni Tahapan penyadaran dan
tahapan pembentukan prilaku menuju prilaku sadar dan peduli sehingga merasa
membutuhkan kapasitas diri. Dalam merekrut pegawai, beliau mengajak
tetangga di kampungnya yang tidak memiliki pekerjaan untuk ikut
membantunya menjalankan usaha pembuatan tempe. Bapak Tawi memberikan
penyadaran bahwa meskipun hannya lulusan Sekolah Dasar tidak menutup
kemungkinan untuk mendapatkan penghasilan yang cukup dan tidak menjadi
pekerja serabutan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan perkataan Tohri,
pegawai yang telah lama membantu bapak Tawi dalam pembuatan usaha tempe,
sebagai berikut :
“Saya dulu masih kecil tinggal dikampung, ga sekolah ga punya
kegiatan karna ekonomi keluarga. Terus di ajak sama pak Tawi ke
jakarta untuk ikut dia jualan.28”77”
Tahapan kedua yaitu Tahapan transformasi kemampuan berupa
wawasan pengetahuan dan kecakapan keterampilan agar terbuka wawasan dan
28 Wawancara Pribadi dengan Tohri, Pegawai Usaha Pembuat Tempe, (Tangerang Selatan,
09 September 2017), Pukul 16.00 WIB
66
memberikan keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam
pembangunan. Bapak Tawi mengajarkan keterampilan dalam membuat tempe
yang bagus kepada para pegawai. Pegawai yang dipekerjakan pada awalnya
tidak bisa membuat tempe, namun bapak Tawi mengajarkan hal tersebut agar
para karyawan mampu membuat tempe yang bagus dan berkualitas. Seperti
pemaparan Tohri ketika ditanya apakah mendapatkan pelatihan atau tidak,
Tohri mengatakan :
“Karena dulu masih kecil saya ga bisa apa-apa akhirnya semuanya di
ajarin pelan-pelan sama pak Tawi. Sampe bisa.”2978
Tahapan Ketiga yaitu Tahap peningkatan kemampuan intelektual,
kecakapan keterampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan
inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian. Bapak Tawi juga mengajarkan
tentang pemasaran. Hal tersebut dikarenakan agar para karyawan mampu
membuka usaha pembuatan tempenya sendiri jika sudah mandiri dan sudah
mengetahui bagaimana cara mengolah hingga memasarkan hasil produk tempe.
Bukan hannya bapak Tawi saja, kebanyakan pengusaha tempe
kelurahan Kedaung Kecamatn Pamulang, Tangerang Selatan juga telah berhasil
memberdayakan masyarakat. Para pemilik uasaha tempe ini memberdayakan
masyarakat sekampungnya yang tidak memliki keterampilan dan pekerjaan.
Seperti kata bapak Tarono ketika di tanya apa saja yang dipertimbangkan dalam
mencari seorang pegawai :
29 Wawancara Pribadi dengan Tohri, Pegawai Usaha Pembuat Tempe, (Tangerang Selatan,
09 September 2017), Pukul 16.00 WIB
67
“Oh itu saya mgeliat tetangga saya di kampung yang ga punya kerjaan,
dari pada nganggur mending saya ajak ke Jakarta buat kerja sama
saya”3079.
Tidak jauh berbeda dengan jawaban bapak Wasberi ketika di tanyakan
prihal pertimbangan nya dalam mencari seorang pegawai.
“Kriteria khusus sih ga ada, yang penting saya liat anaknya rajin terus
mao di ajak ke Jakarta buat kerja sama saya, ya saya ajak aja.
Kebanyakan sih anak-anak yang masih pada muda dan putus sekolah di
kampung terus nganggur”3180.
Pemberdayaan yang terjadi juga dapat dibuktikan dengan ucapan Bapak
Ras Joyo, pemilik usaha pembuatan tempe yang telah melalui proses
pemberdayaan tersebut. Ia memaparkan kepada penulis sebagai berikut :
“Dulu saya ikut orang jadi kuli tempe, terus saya kumpulin uangnya. Pas
uangnya udah cukup buat modal awal buka usaha tempe, saya coba buat
usaha tempe sendiri. Dulu usaha tempe nya masih susah, saya masih
jualan keliling buat nyari pembeli, tapi sekarang alhamdulillah udah
lumayan maju”32.81.
Juga menurut pengakuan Solihin, salah seorang pegawai tempe yang
merasa telah berdaya. Solihin merupakan pemuda asal Pekalongan yang putus
sekolah karena tidak memiliki biaya untuk melanjutkan sekolahnya. Dengan
pendidikan yang terbatas, sangat sulit mendapatkan pekerjaan yang tepat,
namun dengan di ajaknya Solihin untuk menjadi pegawai tempe di Kelurahan
Kedaung ini, akhirnya kebutuhan ekonomi nya terberdayakan dan telah
mendapatkan kehidupan yang lebih sejahtera, bahkan Solihin sudah dapat
membantu biaya ekonomi keluarganya.
30Wawancara Pribadi dengan Bapak Tarono, Pemilik Usaha Pembuat Tempe, (Tangerang
Selatan, 08 September 2017), Pukul 16.00 WIB 31 Wawancara Pribadi dengan Bapak Wasberi, Pemilik Usaha Pembuat Tempe, (Tangerang
Selatan, 08 September 2017), pukul 17.00 WIB 32 Wawancara Pribadi dengan Ras Joyo, Pemilik Usaha Pembuat Tempe, (Tangerang
Selatan, 09 September 2017), Pukul 15.00 WIB.
68
Adapun manfaat yang paling terlihat diperoleh oleh Solihin setelah di
berdayakan ialah terpenuhnya kebutuhan ekonomi dan memperoleh ilmu
bagaimana mendapatkan tempe yang berkualitas.
“Ya saya jadi bisa buat tempe. Yang paling berasa sih saya udah bisa
ngirimin orang tua uang hasil kerja saya sendiri. Bisa bantu-bantu buat
biaya makan bapak ibu di kampung”33.82.
Para pemilik usaha pembuatan tempe memberdayakan pegawai dengan
berbagai tahapan. Adapun langkah pertama ialah menyadarkan tentang potensi
para pekerja bahwa mereka mampu untuk menjalankan usaha nya sendiri.
Kemudian para pengusaha tempe ini mengajarkan keterampilan membuat
tempe kepada para pekerja. Meskipun para pekerja yang awalnya bekerja untuk
para pengusaha tempe tersebut sudah memutuskan untuk membangun usahanya
sendiri, namun para pengusha tempe tidak langsung berlepas tangan tentang
nasib para mantan pegawai. Para pengusaha mengajarkan bagaimana
memasarkan dagangan nya dan bagaimana cara mendapatkan bahan baku untuk
membuat tempe.
Setelah dirasa mampu untuk menjalankan usaha nya sendiri, barulah
pemilik yang mengajarkan tersebut melepas mantan pegawainya untuk menjadi
pengusaha baru, dan mulai merekrut orang baru untuk menjadi pegawainya lagi.
Kebanyakan pegawai yang di ambil berasal dari kampung halamannya.
33 Wawancara Pribadi dengan Solihin, Pegawai Usaha Pembuat Tempe, (Tangerang
Selatan, 10 September 2017), Pukul 17.00 WIB.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pemberdayaan
masyarakat dimaksutkan untuk memberikam keterampilan kepada
masyarakat atau orang-orang yang berasal dari daerah yang sama sebagai
sasaran utama sehingga terjadi peningkatan ekonomi. Pengusaha tempe di
Kelurahan Kedaung Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan ini ikut
membantu pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Namun, mereka menggunakan kemampuan dan modal yang mereka miliki
sendiri untuk dapat meningkatkan kesejahteraan dirinya dan saudara
sekampungnya. Terdapat beberapa kesimpulan yang peneliti paparkan,
antara lain :
a. Dengan adanya pengusana pembuatan tempe di Kelurahan Kedaung
Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan ini masyarakat menjadi
terberdayakan. Pengusaha pembuatah tempe berperan dalam
pemberdayaan masyarakat khususnya para pengrajin tempe dengan
memberikan ilmu serta keterampilan dalam pembuatan tempe. Para
pengusaha tempe juga memberikan pekerjaan kepada warga yang
membutuhkan. Dengan adanya pengusaha pembuatan tempe di
daerah ini, maka tercipta masyarakat yang lebih kreatif dan mandiri.
70
b. Proses pemberdayaan ini memberikan manfaat yang besar bagi
masyarakat khusunya para pegawai atau pengrajin tempe. Para
pengrajin yang terlibat langsung dalam proses pemberdayaan
mengalami peningkatan kesejahteraan. Mereka merasa bahwa
keterampilan yang mereka dapatkan merupakan keterampilan yang
dapat memberikan keuntungan bagi mereka, khususnya dalam
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Hidup mereka menjadi
lebih berkecukupan. Para pengusaha tempe telah berhasil
melakukan pemberdayaan terhadap diri mereka sendiri dan para
pegawainya serta masyarakat sekitar.
B. Saran
Dari berbagai informasi yang didapatkan dari hasil penelitian,
terdapat beberapa permasalahan yang menjad catatan bagi peneliti yang
mana hal tersebut menjadi dasar peneliti untuk memberikan masukan dan
usulan untuk memajukan usaha pembuatan tempe di Jl. Wahid Rt 04 Rw 20
Kelurahan Kedaung Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan. Peneliti
berharap saran yang diberikan dapat dijadikan sebgai bahan pertimbangan.
a. Usaha pembuatan tempe yang berada di Kelurahan Kedaung
Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan agar dapat ditingkatkan
dan dikembangkan sehingga menjadi usaha yang berskala besar.
b. Menjaga kebersihan lingkungan harus menjadi pertimbangan yang
matang sehingga tidak mengganggu masyarakat yang lain. Tidak
membuang sampah atau limbah tempe sembarangan agar tidak
menimbulkan banjir dan penyakit.
71
c. Proses pemberdayaan seperti yang berlangsung di Kelurahan
Kedaung Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan juga dapat
diadopsi oleh kelompok lain untuk dapat memberdayakan diri
mereka sendiri dan juga dapat diadopsi oleh sebuah institut ketika
melakukan sebuah proses pemberdayaan.
d. Pemerintah diharapkan dapat menyediakan sarana dan prasarana
penunjang untuk usaha pembuatan tempe ini seperti teknologi yang
dapat digunakan untuk proses pembuatan tempe agar dapat menjadi
lebih cepat dan higienis.
e. Pemerintah juga diharapkan untuk lebih sering memberikan
pelatihan kepada para pemilik dan pegawai usaha pembuatan tempe
mengenai cara pembuatan tempe yang lebih modern namun tidak
meninggalkan ciri khas dari pembuatan tempe yang sudah ada.
f. Masalah kacang kedelai import yang harganya sangat mahal juga
mengganggu para pengusaha pembuatan tempe dalam memproduksi
kacang kedelai tersebut. Oleh karenanya diharapkan pemerintah
untuk menyusun rencana atau strategi bagaimana caranya agar
kacang kedelai tidak harus ketergantungan lagi kepada negara lain
dengan kualitas yang bagus.
72
DAFTAR PUSTAKA
1. Daftar Buku
Ardi Tristiadi. 2003. Observasi dan Wawancara. Malang : Bayumedia Publishing.
Gunawan Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik.
Aziz Moh Ali, Suhartini Rr. Dkk. 2005. Dakwah Pemberdayaan Masyarakat
Pradigma Aksi Metodologi. Yogyakarta : Pustaka Pesantren.
Hikmat Harry. 2010. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung : Humaniora.
Huraerah Abu. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat : Model dan
Strategi Pembangunan Berbasis Kerakyatan.
Ife Jim, Tesoriero Frank. 2014. Community Development : Alternatif
Pengembangan Yang Sedang Terjadi di Era Globalisasi. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Manning Chris, Effendi Tadjuddin Noer. 1985. Urbanisasi, Pengangguran, dan
Sektor Informal Di Kota. Jakarta : PT Gramedia.
Melong Lexi J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Partanto A.Pius, Al-Barry M Dahlan. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:
Arkola.
Patilima Hamid. 2013. Metode Peneltian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta.
Sarwono Bambang. 1992. Usaha Membuat Tempe dan Oncom. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Sedermayanti, Hidayat Syaifudin. 2011. Metodologi Penelitian. Bandung : Mandar
Maju.
Soetomo.2008. Masalah Sosial dan Upaya Pemecahan. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Strahm Rudolf H. 1999. Kemiskinan Dunia Ketiga. Jakarta : CIDESINDO.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Suhartini, Halim. A, dkk. 2005. Model-model Pemberdayaan Masyarakat.
Yogyakarta : Pustaka Pesantren.
Suharto Edi. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian
Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Bandung : Refika Aditama.
73
Sukandarrumidi. 2012. Metodologi Penelitian : Petunjuk Praktis Untuk Peneliti
Pemula. Yogyakarta : Universitas Gadjahmada Press.
Sumdiningrat Gunawan. Pemberdayaan Sosial Kajian Rinagkas Tentang
Pembangunan Manusia Indonesia. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara.
Sumodiningrat Gunawan. 1998. Membangun Perkonomian Rakyat. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Suprapti Lies. 2003. Teknologi Pengolahan Pangan : Pembuatan Tempe. Jakarta :
Kanisius.
Teguh Ambar. 2004. Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan. Yogyakarta :
Gava Media.
Wrihatnolo Randy R, Dwijiwijodo Riant Nugroho. Manjemen Pemberdayaan.
Yulis Rita Rama, Susianto. Fakta Ajaib Khasiat Tempe. Jakarta : Penebar Plus.
Zubaedi. 2007. Wacana Pembangunan Alternatif : Ragam Perspektif
Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media.
Zubaedi. 2013. Pengembangan Masyarakat : Wacana dan Praktik. Jakarta :
Kencana.
Zulkarnaen. 2003. Membangun Ekonomi Rakyat Persepsi Tentang Pemberdayaan
Ekonomi Rakyat. Yogyakarta : Adi Cita Karya Nusa.
2. Daftar Informan
Wawancara Pribadi Dengan Alimin, Pegawai Usaha Pembuat Tempe, (Tangerang
Selatan, 08 September 2017), Pukul 09.00 WIB.
Wawancara Pribadi Dengan Cahyo, Pengusaha Pembuat Tempe sekaligus Rw 20,
(Tangerang Selatan, 25 Juli 2017), Pukul 09.00 WIB.
Wawancara Pribadi Dengan Casmudi, Pengusaha Pembuat Tempe sekaligus Ketua
Pengurus Koperasi Timbul Jaya, (Tangerang Selatan. kamis, 3 Agustus
2017), Pukul 12.30 WIB.
Wawancara Pribadi Dengan Emi, Ketua Rt 04, (Tangerang Selatan, 05 September
2017), pukul 15.00 WIB
Wawancara Pribadi Dengan Kartoyo, Pegawai Usaha Pembuat Tempe, (Tangerang
Selatan, 09 September 2017, Pukul 17.00 WIB.
74
Wawancara Pribadi Dengan Kasadi, Pemilik Usaha Pembuat Tempe, (Tangerang
Selatan, 10 September 2017, Pukul 15.00.
Wawancara Pribadi Dengan Misna, Pegawai Usaha Pembuat Tempe, (Tangerang
Selatan, 11 September 2017, Pukul 15.30 WIB.
Wawancara Pribadi Dengan Pendi, Pegawai Usaha Pembuat Tempe, (Tangerang
Selatan, 11 September 2017, Pukul 17.00 WIB.
Wawancara Pribadi Dengan Ras Joyo, Pemilik Usaha Pembuat Tempe, (Tangerang
Selatan, 09 September 2017), Pukul 15.00 WIB.
Wawancara Pribadi Dengan Solihin, Pegawai Usaha Pembuat Tempe, (Tangerang
Selatan, 10 September 2017), Pukul 17.00 WIB.
Wawancara Pribadi Dengan Tarono, Pemilik Usaha Pembuat Tempe, (Tangerang
Selatan, 08 September 2017), Pukul 16.00 WIB
Wawancara Pribadi Dengan Tawi, Pemilik Usaha Pembuat Tempe, (Tangerang
Selatan, 08 September 2017), Pukul 18.20 WIB.
Wawancara Pribadi Dengan Tohri, Pegawai Usaha Pembuat Tempe, (Tangerang
Selatan, 09 September 2017), Pukul 16.00 WIB
3. Sumber Web
Dikutip dari http://ppi.kemenperin.go.id/halaman/128informasi_umum. Rabu, 12
Juli 2017, pukul 12.35.
Dikutip dari www.sortindo.com, pada Senin, 8 Agust-17. Pukul 16.00 wib.
72
Lampiran - lampiran
72
PEDOMAN WAWANCARA
Dalam upaya memperoleh data, penelitian ini menggunakan wawancara
sebagai metode utama untuk melakukan pengkajian data secara mendalam.
A. Untuk Pemilik Usaha Pembuatan Tempe
1. Sejak kapan bapak/ibu memulai usaha pembuatan tempe?
2. Apa alasan bapak/ibu membuka usaha pembuatan tempe?
3. Bagaimana bapak/ibu mendapatkan sumber dana untuk memulai usaha
pembuatan tempe?
4. Bagaimana bapak/ibu mendapatkan pemasokan kedelai untuk pembuatan
tempe?
5. Bagaimana proses pemasaran yang bapak/ibu lakukan dari hasil pembuatan
tempe ini?
6. Apa saja hambatan atau kendala-kendala yang sering terjadi dalam usaha
pembuatan tempe?
7. Berapa penghasilan yang bapak/ibu dapatkan dari hasil pembuatan tempe?
8. Berapa banyak pegawai yang membantu bapak/ibu dalam pembuatan
tempe?
9. Apa saja kriteria bapak/ibu dalam mempekejakan seorang pegawai?
10. Apa saja materi yang diajarkan kepada para pegawai selama proses
pelatihan?
11. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memberikan pelatihan kepada
para pegawai?
12. Metode apa saja yang bapak/ibu gunakan untuk memberikan pelatihan
kepada para pegawai?
13. Apa tujuan dari pelatihan yang bapak/ibu berikan kepada para pegawai?
14. Apakah seluruh pegawai mengikuti pelatihan dengan serius?
15. Apakah dari seluruh pegawai yang mengikuti pelatihan pada akhirnya
menjadi pegawai bapak/ibu?
16. Apakah para pegawai juga di ajarkan memasarkan hasil pembuatan tempe
yag telah jadi?
17. Apa yang bapak/ibu harapkan dari usaha pembuatan tempe ini untuk jangka
waktu ke depan?
72
B. Untuk Pegawai Pembuatan Tempe.
1. Kapan bapak/ibu mulai bergabung dengan kegiatan usaha pembuatan
tempe?
2. Bagaimana awal mula bapak/ibu dapat bergabung dengan kegiatan usaha
pembuatan tempe?
3. Apa yang bapak/ibu kerjakan sebelum mengikuti kegiatan usaha pembuatan
tempe?
4. Apa motvasi bapak/ibu sehingga mau bergabung dalam kegiatan usaha
pembuatan tempe?
5. Apakah bapak/ibu mendapatkan pelatihan sebelum menetap menjadi
pegawai di tempat usaha pembuatan tempe ini?
6. Berapa lama waktu yang bapak/ibu dapatkan untuk mengikuti pelatihan
pembuatan tempe?
7. Apa saja yang diajarkan oleh pemilik pada saat pelatihan pembuatan tempe?
8. Apakah bpak/ibu mengikuti seluruh program pelatihan yang diberikan oleh
pemilik untuk pembuatan tempe?
9. Apakah manfaat yang bapak/ibu rasakan setelah dan sebelum mengikuti
pelatihan pembuatan tempe?
10. Apakah bapak/ibu sudah dapat mandiri dalam pembuatan tempe?
11. Apakah bapak/ibu juga diajarkan cara memasarkan produk dari hasil
pembuatan tempe?
12. Berapa banyak penghasilan yang bapak/ibu dapatkan dari hasil usaha
pembuatan tempe ini?
13. Apakah penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
bapak/ibu sehari-hari?
78
Wawancara Kepada Pemilik Usaha Pembuatan Tempe
Nama : Tarono
Usia : 43 Tahun
Tanggal penelitian : 08 September 17, pukul 16.00 WIB
Tempat : di rumah
1. T : Sejak kapan bapak/ibu memulai usaha pembuatan tempe?
J : oh saya usaha tempe dari 1996 udah mulai dagang. Kalo ngolah tempe si saya
dari tahun 1993 udah ngolah, cuman kan dulu masih ikut orang, istilah nya masih
jadi kuli. Ya kalo untuk jual sendiri itu dari tahun 1996.
2. T : Apa alasan bapak/ibu membuka usaha pembuatan tempe?
J : karena bisa, dan setidaknya ingin sedikit lebih maju kan neng. Masa iya mao
jadi kuli terus.
3. T : Bagaimana bapak/ibu mendapatkan sumber dana untuk memulai usaha
pembuatan tempe?
J : ya ngumpulin, tadinya kan kuli nah setelah punya modal sedikit-sedikit ya
baru buat usaha sendiri. Dari penghasilan kuli tadi neng.
4. T : Bagaimana bapak/ibu mendapatkan pemasokan kedelai untuk pembuatan
tempe?
J : di pulo sawit ini ada dua toko kedelai, satu toko koperasi satu lagi toko kacang
biasa perorangan. Sebenernya saya anggota koperasi, tapi di bagi-bagi karena
kan itu pedagang kedelai yang perorangan juga kan kenal juga.
5. T : Bagaimana proses pemasaran yang bapak/ibu lakukan dari hasil pembuatan
tempe ini?
79
J : dulu mah saya keliling pake sepeda ontel nyari pembeli, tapi kalo sekarang
alhamdulillah udah banyak langganan. Jadi saya tinggal nganterin aja pake
motor. Saya nganterin itu ke Uin, tukang sayur yang di uin, warung-warung
makan di legoso juga itu ada beberapa yang langganan saya, terus masuk ke Jln,
kerta mukti itu tukang sayur saya juga yang masok tempenya. Jadi alhamdulillah
sekarang tinggal nganter-nganterin aja. Udah banyak pelanggan.
6. T : Berapa harga jual tempe yang telah jadi?
J : oh saya jual itu harga tempe yang gede 4.000 kalo yang agak kecilan itu 3.000
7. T : Apa saja hambatan atau kendala-kendala yang sering terjadi dalam usaha
pembuatan tempe?
J : cuaca kalo hambatan sih. Sama harga kedelai yang suka tiba-tiba naik. Saya
kan per-hari itu ngolah 60-65 Kg kacang. Nah itu kalo jadi tempe kira-kira
jadinya 1 kwintal.
8. T : Berapa penghasilan yang bapak/ibu dapatkan dari hasil pembuatan tempe?
J : kalo penghasilan mah kan ga nentu ya tiap hari, namanya juga pedagang.
Omset paling 1.000,00 (satu juta) per-hari tapi belom dibagi-bagi buat segala
macemnya. Apalagi kebutuhan oprasional sehari-hari sekarang kan mahal
banget. Anak saya 3, belom lagi biaya sekolah, les, ngaji. Yang paling gede umur
10 tahun kelas 4SD, yang kedua 7 tahun kelas 2 SD, yang terakhir itu baru 10
hari. Tapi kurang lebih kalo 200 – 300 mah dapet lah neng. Cukup untuk
kebutuhan sehari-hari.
9. T : Berapa banyak pegawai yang membantu bapak/ibu dalam pembuatan
tempe?
J : kalo sekarang saya Cuma dibantu istri aja. Kalo dulu pegawai saya ada 1,
namanya Muhammad Sobirin. Tetangga saya di kampung, tapi sekarang sudah
buka usaha sendiri dia. Sudah mandiri, terus mao nyari lagi sekarang udah susah
neng nyari orang mao kerja.
10. T : Apa saja kriteria bapak/ibu dalam mempekejakan seorang pegawai?
80
J : oh itu saya ngeliat tetangga saya dikapung yang gapunya kerjaan, dari pada
nganggur mending saya ajak kejakarta buat kerja sama saya.
11. T : Apa yang bapak/ibu harapkan dari usaha pembuatan tempe ini untuk jangka
waktu ke depan?
J : biar gampang aja biar lancar, misalkan kedelai nya harganya stabil. Kalo naik
itu jangan banyak-banyak. Karena ini kedelai ka memang barang impore. Kalo
bisa kualitas kedelai barang lokal itu di perbagus lah biar gausah impor lagi.
81
Wawancara Kepada Pemilik Usaha Pembuatan Tempe
Nama : Wasberi
Usia : 40 Tahun
Tanggal penelitian : 08 September 17, pukul 17.00 WIB
Tempat : di rumah
1. T : Sejak kapan bapak/ibu memulai usaha pembuatan tempe?
J : Saya itu mulai usaha kira-kira sejak 1992 sampai sekarang.
2. T : Apa alasan bapak/ibu membuka usaha pembuatan tempe?
J : Ya karena persaingan mencar kerja di Jakarta itu kan sulit neng, sedangkan
saya SD aja gak lulus. Kebetulan saya dulu ikut orang jadi kuli tempe di
Kebayoran, nah akhirya setelah bisa saya nyoba untuk membuka usaha sendiri.
3. T : Bagaimana bapak/ibu mendapatkan sumber dana untuk memulai usaha
pembuatan tempe?
J : Kalo dana itu dulu saya ngumpulin dari hasil gaji saya jadi kuli tempe itu aja.
Pelan-pelan saya cicil buat bikin usaha sendiri.
4. T : Bagaimana bapak/ibu mendapatkan pemasokan kedelai untuk pembuatan
tempe?
J : itu ada yang jual orang cina, dari dulu memang banyak masyarakat sini yang
ngambil kedelai disana. Terus sekarang ada koperasi kan, nah sebagian juga
saya di pasok oleh koperasi itu
5. T : Bagaimana proses pemasaran yang bapak/ibu lakukan dari hasil pembuatan
tempe ini?
J : kalo pemasaran itu saya masok di pedagang-pedagang pasar Ciputat sama
Jombang. Ada pegawai saya juga yang jualan langsung di Ciputat.
6. T : Berapa harga jual tempe yang telah jadi?
J : kalo untuk harga saya jual itu ada yang 5.000 ada yang 4.000.
7. T : Apa saja hambatan atau kendala-kendala yang sering terjadi dalam usaha
pembuatan tempe?
82
J : kalo hambatan si ga terlalu banyak ya, paling di pemasaran aja. Namanya
kan pedagang, kadang rame kadang sepi.
8. T : Berapa penghasilan yang bapak/ibu dapatkan dari hasil pembuatan tempe?
J : kalo penghasilan 200 ribu perhari itu udah bersih neng, udah beda sama gaji
pegawai.
9. T : Berapa banyak pegawai yang membantu bapak/ibu dalam pembuatan
tempe?
J : pegawai saya saat ini ada 2 neng, tetangga dari kampung semua.
10. T : Apa saja kriteria bapak/ibu dalam mempekejakan seorang pegawai?
J : kriteria khusus sih ga ada, yang penting saya liat anak nya rajin terus mao di
ajak ke Jakarta buat kerja sama saya. Ya sa ajak aja. Kebanyakan si anak-anak
yang masih pada muda dan putus sekolah di kampung terus nganggur.
11. T : Apa saja materi yang diajarkan kepada para pegawai selama proses
pelatihan?
J : banyak neng, dari mulai nyuci kedelai, ngerebus kedelai, sampe motong daun
pisang aja itu ada ilmunya. Kalo ga di ajarin ya gabakal bisa.
12. T : Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memberikan pelatihan kepada
para pegawai?
J : kalo untuk berapa lama nya ya ga pasti, namanya orang kan beda-beda. Ada
yang cepet ada yang lama. Ada yang pinter ngerebus ada juga yang pinter
ngegiling. Jadi beda-beda aja kemampuan nya.
13. T : Apakah para pegawai juga di ajarkan memasarkan hasil pembuatan tempe
yag telah jadi?
J : iya saya ajarkan, karena kan namanya masih tetangga saya mao nya mereka
juga sukses. Jadi saya ajarin semuanya. Nanti kalo udah bisa kan siapa tau mao
buka usaha sendiri, ya saya mah bebas aja ga ngelarang. Malah seneng.
14. T : Apa yang bapak/ibu harapkan dari usaha pembuatan tempe ini untuk jangka
waktu ke depan?
J : ya semoga makin lancar aja neng, dan semoga peminat tempe juga makin
banyak ya bukan makin berkurang.
83
Wawancara Kepada Pemilik Usaha Pembuatan Tempe
Nama : Tawi
Usia : 48 Tahun
Tanggal penelitian : 08 September 17, pukul 18.20 WIB
Tempat : di rumah
1. T : Sejak kapan bapak/ibu memulai usaha pembuatan tempe?
J : sebenernya sih udaha lama, tapi pindah ke sini itu baru sekitar tahun 2000 an
lah
2. T : Apa alasan bapak/ibu membuka usaha pembuatan tempe?
J : karena ga ada kerjaan lain nya. Ya karena dari awal nya saya emang kerja
sama orang jadi kuli tempe. Lama lama lama punya pengalaman saya usaha
sendiri. Untuk nyekolahin anak juga sih, alhamdulillah anak saya yang paling
gede kuliah di Universitas Budi Luhur.
3. T : Bagaimana bapak/ibu mendapatkan sumber dana untuk memulai usaha
pembuatan tempe?
J : Pertama saya ikut bos saya. Saya disuruh jualin. Lama lama saya mikir
gamungkin saya jadi kuli terus. Dari situ saya mulai belajar ngerebus sendiri,
kan belom punya alat tuh, masih minjem sama bos semua. Sama bos gapapa
karena saya emang bilang mao buka usaha sendiri. Dikasih pinjem alat-alatnya,
jadi kalo kerjaan sama bos udah selesai ya saya bikin punya saya dikit-dikit.
4. T : Bagaimana bapak/ibu mendapatkan pemasokan kedelai untuk pembuatan
tempe?
J : saya tergantung ada duit nya, kalo lagi ada duit saya nyetok banyak. Beli nya
di langganan. Kalo ga ada duit ya beli nya ngeteng. Kadang saya juga ngambil
nya di koperasi situ Timbul Jaya.
5. T : Bagaimana proses pemasaran yang bapak/ibu lakukan dari hasil pembuatan
tempe ini?
J : pertama kali kan saya di Petukangan tinggalnya bareng bos. Saya masarin
hasil tempe saya ke ciputat. Kan jauh dari sana ke ciputat akhirnya saya
84
memutuskan buat nyari kontrakan di daerah ciputat. Lama lama semakin maju
dan ada yang mao jual tanah, kebetulan saya udah ada uang jadi saya beli tanah
disini. Tapi sekarang saya masokin tempenya ke pasar-pasar besar di BSD. Saya
juga udah expore ke Taiwan, dan Hongkong. Punya saya dipilih karena katanya
kualitas punya saya bagus, ga gampang lembek, tahan lama. Tadinya orang cina
itu ga Cuma beli punya saya, tapi ngambil banyak contoh dari orang-orang lain
juga. Tapi katanya punya saya paling cocok dan tahan lama.
6. T : Berapa harga jual tempe yang telah jadi?
J : saya jual dari harga 3.000 – 5.000 per-potong. Tergantung beli berapa
banyak
7. T : Apa saja hambatan atau kendala-kendala yang sering terjadi dalam usaha
pembuatan tempe?
J : cuaca neng kendalanya. Kalo musim kemarau itu ragi dikit (setengah sendok)
juga jadi, tapi kalau musim hujan itu ragi banyak (dua sendok) juga lama
jadinya.
8. T : Berapa penghasilan yang bapak/ibu dapatkan dari hasil pembuatan tempe?
J : kalo penghasilan itu kira-kira 1.000,00 ( satu juta ) ya dapet lah neng.
9. T : Berapa banyak pegawai yang membantu bapak/ibu dalam pembuatan
tempe?
J : pegawai saat ini ada 5 orang. Gajinya 100,00 (seratus ribu) per-hari. Beda
sama uang rokok.
10. T : Apa saja kriteria bapak/ibu dalam mempekejakan seorang pegawai?
J : nyari yang mao kerja keras. Itu pegawai semua tetangga dari kampung. Dari
pada nganggur di kampung. Itu pak RT juga jadi supir anter tempe kalo ada
pesenan. Sebenernya sih saya ga kurang tenaga. Tapi ngeliat tetangga dari pada
nganggur ya saya bantu aja suruh nganter barang. Biar sama-sama bisa
ngebantu tetangga.
11. T : Apa saja materi yang diajarkan kepada para pegawai selama proses
pelatihan?
J : banyak neng, semua nya di ajarin. (motong daon, ngerebus tempe, misahin
kulit kedelai, ngerendem, nggilig kedelai).
85
12. T : Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memberikan pelatihan kepada
para pegawai?
J : tergantung anak nya neng. Ada yang cepet ngerti ada juga yang udah di ajarin
berminggu-minggu masih ga bisa ngerjain dengan baik.
13. T : Apakah para pegawai juga di ajarkan memasarkan hasil pembuatan tempe
yag telah jadi?
J : iya saya ajarin, saya ajak kalo lagi ngirim barang. Kadang malah saya Cuma
tinggal ngeliatin doang biar pegawai saya yang ngurus semuanya.
14. T : Apa yang bapak/ibu harapkan dari usaha pembuatan tempe ini untuk jangka
waktu ke depan?
J : ya biar maju aja gitu usaha buat kedepan nya.
Wawancara Kepada Pemilik Usaha Pembuatan Tempe
Nama : Ras Joyo
Usia : 52 Tahun
Tanggal penelitian : 09 September 17, pukul 15.00 WIB
Tempat : di rumah
1. T : Sejak kapan bapak/ibu memulai usaha pembuatan tempe?
J : udah dari tahun 1985, berati udah 32 tahun berati.
2. T : Apa alasan bapak/ibu membuka usaha pembuatan tempe?
J : ya karena kan untung nya ada, dari pada kita kerja kan hasilnya ketauan
sebulan berapa. Kalo usaha enak, kalo cape tinggal libur gausah ijin sama atasan
segala.
3. T : Bagaimana bapak/ibu mendapatkan sumber dana untuk memulai usaha
pembuatan tempe?
J : dari saya sendiri modalnya. Uang pribadi hasil nabung. Dulu saya ikut orang
jadi kuli tempe, terus saya kumpulin uangnya. Pas uangnya udah cukup buat
modal awal buka usaha tempe, saya coba buat usaha tempe sendiri. Dulu usaha
tempe nya masih susah, saya masih jualan keliling buat nyari pembeli, tapi
sekarang alhamdulillah udah lumayan maju”
86
4. T : Bagaimana bapak/ibu mendapatkan pemasokan kedelai untuk pembuatan
tempe?
J : kalo kedelai saya sebagian ambil dari koperasi, sebagian ngambil di temen
saya itu toko di depan jalan raya.
5. T : Bagaimana proses pemasaran yang bapak/ibu lakukan dari hasil pembuatan
tempe ini?
J : anak buah saya yang jualin di pasar, sama paling nganterinn ke langganan
langganan tukang sayur.
6. T : Berapa harga jual tempe yang telah jadi?
J : ada yang 5.000, ada juga yang 3,000.
7. T : Apa saja hambatan atau kendala-kendala yang sering terjadi dalam usaha
pembuatan tempe?
J : kendala nya ga ada, paling Cuma cape aja neng. Maklum faktor umur juga,
cape sedikit udah gaenak badan.
8. T : Berapa penghasilan yang bapak/ibu dapatkan dari hasil pembuatan tempe?
J : 2,000,00 – 3,000,00 (dua juta sampai tiga juta) lah perbulan.
9. T : Berapa banyak pegawai yang membantu bapak/ibu dalam pembuatan
tempe?
J : pegawai saat ini cuma ada 3 doang.
10. T : Apa saja kriteria bapak/ibu dalam mempekejakan seorang pegawai?
J : ga ada kriteria, asal mao rajin kerja aja. Ga males, semangat.
11. T : Apa saja materi yang diajarkan kepada para pegawai selama proses
pelatihan?
J : dulu pegawai dateng ada yang gabisa sama sekali, ya saya ajarin sekalian dia
sambil ngeliatin biar ngerti. Ada juga yang udah bisa, paling tinggal di ajarin
masarin nya di sini doang aja.
12. T : Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memberikan pelatihan kepada
para pegawai?
J : ya seminggu juga kalo emang anak nya semangat udah bisa neng.
13. T : Apakah para pegawai juga di ajarkan memasarkan hasil pembuatan tempe
yag telah jadi?
J : iya atuh di ajarkan. Malah kadang emang pegawai yang ngejualin di pasar.
87
14. T : Apa yang bapak/ibu harapkan dari usaha pembuatan tempe ini untuk jangka
waktu ke depan?
J : semoga makin maju aja, pemerintah menstabilkan harga kedelai. Dan
semoga ini kualitas tempe nya semakin bagus.
88
Wawancara Kepada Pemilik Usaha Pembuatan Tempe
Nama : Kasadi
Usia : 50 Tahun
Tanggal penelitian : 10 September 2017, pukul 15.00
Tempat : di rumah
1. T : Sejak kapan bapak/ibu memulai usaha pembuatan tempe?
J : kira-kira udah sekitar 25 tahunan .
2. T : Apa alasan bapak/ibu membuka usaha pembuatan tempe?
J : ya buat mencukupi kebutuhan keluarga, nyari nafkah.
3. T : Bagaimana bapak/ibu mendapatkan sumber dana untuk memulai usaha
pembuatan tempe?
J : uang pribadi saya, tapi dulu sempet minjem ke saudara yang udah duluan
usaha tempe 3,000,00_ (tiga juta) tapi alhamdulilah sekarang sih sudah lunas.
4. T : Bagaimana bapak/ibu mendapatkan pemasokan kedelai untuk pembuatan
tempe?
J : kalo kedelai itu saya ngambil dari toko di depan jalan itu loh, memang dari
dulu disana. Tapi kan ada koperasi baru ya, jadi kadang sebagian saya ngambil
di koperasi.
5. T : Bagaimana proses pemasaran yang bapak/ibu lakukan dari hasil pembuatan
tempe ini?
J : saya keliling daerah ciputat sampe jombang aja neng.
6. T : Berapa harga jual tempe yang telah jadi?
J :4.000 – 5.000. Harga tempe kan emang kisaran segitu semua neng
7. T : Apa saja hambatan atau kendala-kendala yang sering terjadi dalam usaha
pembuatan tempe?
J : kalo hambatan paling Cuma di cuaca sama semakin berkurang minat pembeli
aja ya terhadap tempe ini.
8. T : Berapa penghasilan yang bapak/ibu dapatkan dari hasil pembuatan tempe?
89
J : Kalo penghasilan itu kira-kira per-hari 200 ribu sampai 300 ribu itu neng. Ga
nentu, tergantung di pasaran lagi sepi apa rame. Tapi yang paling penting kan
cukup buat kehidupan sehari-hari. Bisa makan, bisa biayain anak sekolah.
9. T : Berapa banyak pegawai yang membantu bapak/ibu dalam pembuatan
tempe?
J : 1 orang. Tapi anak dan istri saya juga ikut ngebantuin.
10. T : Apa saja kriteria bapak/ibu dalam mempekejakan seorang pegawai?
J : tetangga saya dari kampung ini pegawai saya.
11. T : Apa saja materi yang diajarkan kepada para pegawai selama proses
pelatihan?
J : ya sebelumnya emang udah pernah ikut orang dulu dia, jadi ga banyak yang
saya ajarin. Karena emang udah paham cara membuat tempe nya.
12. T : Apakah para pegawai juga di ajarkan memasarkan hasil pembuatan tempe
yag telah jadi?
J : paling Cuma di ajarin nganter barang ke pelanggan-pelanggan aja neng.
Dengan begitu kan lama-lama dia ngerti sendiri cara masarin nya gimana.
13. T : Apa yang bapak/ibu harapkan dari usaha pembuatan tempe ini untuk jangka
waktu ke depan?
J : ya semakin maju usahanya. kalo bisa ya pemerintah itu menyediakan tempat
industri yang layak gitu lah, supaya lingkungan juga tetep rapih dan terjaga.
90
Wawancara Kepada Pemilik Usaha Pembuatan Tempe
Nama : Hasan
Usia : 38 tahun
Tanggal penelitian : 10 September 2017, pukul 16.00
Tempat : di rumah
1. T : Sejak kapan bapak/ibu memulai usaha pembuatan tempe?
J : sekitar 10 tahunan. Dulunya saya jadi kuli tempe, ikut orang. Terus setelah
saya udah bisa mandiri terus uang modal udah cukup jadi buka usaha sendiri.
2. T : Apa alasan bapak/ibu membuka usaha pembuatan tempe?
J : ya keuntungan nya lumayan,bisa buat mencukupi kebutuhan hidup. Saya
Cuma lulusan SMP, punya usaha sendiri aja udah sukur.
3. T : Bagaimana bapak/ibu mendapatkan sumber dana untuk memulai usaha
pembuatan tempe?
J : dulu nya kan saya kerja sama orang, saya ngumpulin uang di tabung sedikit-
sedikit. Pas udah cukup ya saya buka usaha sendiri. Awalnya kecil-kecilan,
keliling pake sepeda ontel. Alhamdulillah sekarang udah kebeli rumah,
nganterin tempe juga udah pake motor ga pake sepeda lagi.
4. T : Bagaimana bapak/ibu mendapatkan pemasokan kedelai untuk pembuatan
tempe?
J : kedelai dari orang cina, emang dari dulu udah masok ke dia. Kalo koperasi
kan baru baru ini adanya. Jadi masih ngambil dari toko di depan gang aja punya
cina.
5. T : Bagaimana proses pemasaran yang bapak/ibu lakukan dari hasil pembuatan
tempe ini?
J : dulu saya keliling pake sepeda, kalo sekarang udah enak tinggal nganterin ke
pelanggan. Paling jualan juga di pasar-pasar deket sini.
6. T : Berapa harga jual tempe yang telah jadi?
J : ada yang 5.000 ada yang 3.000, segitu lah standar.
7. T : Apa saja hambatan atau kendala-kendala yang sering terjadi dalam usaha
pembuatan tempe?
J : kalo hambatan paling di cuaca aja.
91
8. T : Berapa penghasilan yang bapak/ibu dapatkan dari hasil pembuatan tempe?
J : 2.000.000 perbulan mah lebih. Belom lagi buat kebutuhan sehari-hari buat
anak jajan.
9. T : Berapa banyak pegawai yang membantu bapak/ibu dalam pembuatan
tempe?
J : pegawai cuma 1 aja, paling di bantuin sama istri.
10. T : Apa saja kriteria bapak/ibu dalam mempekejakan seorang pegawai?
J : ga ada kriteria husus. Yang penting anak nya sopan, rajin, nurut.
11. T : Apa saja materi yang diajarkan kepada para pegawai selama proses
pelatihan?
J : ya cara bikin tempe semua di ajarin, dari mulai masih jadi kedelai sampai di
cetak dan jadi tempe.
12. T : Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memberikan pelatihan kepada
para pegawai?
J : ga lama, ya paling sekalian kerja sambil ngeliati nanti juga paham sendiri.
13. T : Apakah para pegawai juga di ajarkan memasarkan hasil pembuatan tempe
yag telah jadi?
J :iya di ajarin. Karena kan nanti dia juga yang ngejualin atau nganter barang
sebagian ke pelanggan.
14. T : Apa yang bapak/ibu harapkan dari usaha pembuatan tempe ini untuk jangka
waktu ke depan?
J : ya supaya lancar aja, tempe nya bagus terus ga rusak.
92
Wawancara Kepada Pegawai Pembuatan Tempe
Nama : Tohri
Usia : 25 Tahun
Tanggal penelitian : 9 September 17, Pukul 16.00
Tempat : di rumah
1. T : Kapan bapak/ibu mulai bergabung dengan kegiatan usaha pembuatan
tempe?
J : Saya udah lama, dari kecil sampe sekarang. Saya lupa udah berapa tahun.
2. T : Bagaimana awal mula bapak/ibu dapat bergabung dengan kegiatan usaha
pembuatan tempe?
J : Saya dulu masih kecil tinggal dikampung, ga sekolah ga punya kegiatan
karna ekonomi keluarga. Terus di ajak sama pak Tawi ke jakarta untuk ikut dia
jualan.
3. T : Apa yang bapak/ibu kerjakan sebelum mengikuti kegiatan usaha pembuatan
tempe?
J : Ga ada kerjaan sebelum ikut kerja disini.
4. T : Apa motvasi bapak/ibu sehingga mau bergabung dalam kegiatan usaha
pembuatan tempe?
J : Ya untuk membantu ekonomi keluarga, biar saya ada pengalaman juga.
5. T : Apakah bapak/ibu mendapatkan pelatihan sebelum menetap menjadi
pegawai di tempat usaha pembuatan tempe ini?
J : Iya, karna dulu masih kecil saya ga bisa apa-apa akhirnya semuanya di ajarin
pelan-pelan sama pak Tawi. Sampe bisa.
6. T : Apa saja yang diajarkan oleh pemilik pada saat pelatihan pembuatan tempe?
J : semua proses pembuatan tempe. Dari mulai mencuci kedelai, merebus,
mencetak, dan membungkus tempe dengan plastik atau daun.
7. T : Apakah manfaat yang bapak/ibu rasakan setelah dan sebelum mengikuti
pelatihan pembuatan tempe?
J : banyak, sekarang saya udah bisa bantu ekonomi keluarga dikampung. Udah
bisa beli apa-apa sendiri. Udah bisa mandiri gaperlu minta uang orang tua.
93
8. T : Apakah bapak/ibu sudah dapat mandiri dalam pembuatan tempe?
J : Kalo dibilang mandiri sih sebenernya udah bisa.
9. T : Apakah bapak/ibu juga diajarkan cara memasarkan produk dari hasil
pembuatan tempe?
J : Diajarkan, kalo dulu malah saya diajarin jualan langsung.
10. T : Berapa banyak penghasilan yang bapak/ibu dapatkan dari hasil usaha
pembuatan tempe ini?
J : 100,000,00 (seratus ribu) /hari.
11. T : Apakah penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
bapak/ibu sehari-hari?
J : Cukup. Karena saya kan masih belom berkeluarga, jadi penghasilan segitu
udah cukup. Malah udah bisa ngirimin orang tua di kampung.
94
Wawancara Kepada Pegawai Pembuatan Tempe
Nama : Kartoyo
Usia : 25 tahun
Tanggal penelitian : 9 September 17, Pukul 17.00
Tempat : di rumah
1. T : Kapan bapak/ibu mulai bergabung dengan kegiatan usaha pembuatan
tempe?
J : kira-kira udah 3 tahun.
2. T : Bagaimana awal mula bapak/ibu dapat bergabung dengan kegiatan usaha
pembuatan tempe?
J : Di ajak sama kakak saya. Kakak saya kan pemilik usaha tempe juga.
3. T : Apa yang bapak/ibu kerjakan sebelum mengikuti kegiatan usaha pembuatan
tempe?
J : dulu saya kerja serabutan.
4. T : Apa motivasi bapak/ibu sehingga mau bergabung dalam kegiatan usaha
pembuatan tempe?
J : Karna minat juga si. Siapa tau nanti kedepan nya bisa buka usaha pembuatan
tempe sendiri.
5. T : Apakah bapak/ibu mendapatkan pelatihan sebelum menetap menjadi
pegawai di tempat usaha pembuatan tempe ini?
J : iya, sambil kerja sambil di ajarin. Namanya kita belum bisa apa apa.
6. T : Berapa lama waktu yang bapak/ibu dapatkan untuk mengikuti pelatihan
pembuatan tempe?
J : kalo berapa lamanya si ga nentu ya. Karna kan di ajarin nya sambil kerja juga
jadi langsung ngerti. Paling seminggu juga udah mulai paham.
7. T : Apa saja yang diajarkan oleh pemilik pada saat pelatihan pembuatan tempe?
J : semua proses pembuatan tempe. Dari mulai beli kedelai sampe masarin.
8. T : Apakah manfaat yang bapak/ibu rasakan setelah dan sebelum mengikuti
pelatihan pembuatan tempe?
95
J : Manfaat nya si sekarang saya udah punya penghasilan sendiri. Punya
pekerjaan dan ga kerja serabutan lagi. Kalo kerja serabutan kan kalo lagi ada ya
ada kalo lagi ga ada kan nganggur.
9. T : Apakah bapak/ibu sudah dapat mandiri dalam pembuatan tempe?
J : Sudah bisa, tapi kalo mandiri kayanya si belum.
10. T : Apakah bapak/ibu juga diajarkan cara memasarkan produk dari hasil
pembuatan tempe?
J : Iya di ajarkan. Tapi bagian yang jualan bukan saya.
11. T : Berapa banyak penghasilan yang bapak/ibu dapatkan dari hasil usaha
pembuatan tempe ini?
J : 85,000,00 (seratus ribu) / hari.
12. T : Apakah penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
bapak/ibu sehari-hari?
J : Dibilang cukup ya cukup, dibilang kurang ya kurang. Pinter pinter ngolah
duit aja si. Apalagi anak saya kan udah 2, kebutuhan nya semakin banyak.
96
Wawancara Kepada Pegawai Pembuatan Tempe
Nama : Solihin
Usia : 19 tahun
Tanggal penelitian : 10 September 2017, pukul 17.00
Tempat : di rumah
1. T : Kapan bapak/ibu mulai bergabung dengan kegiatan usaha pembuatan
tempe?
J : 5 tahunan.
2. T : Bagaimana awal mula bapak/ibu dapat bergabung dengan kegiatan usaha
pembuatan tempe?
J : Di ajak di kampung buat ikut jualan tempe di Jakarta.
3. T : Apa yang bapak/ibu kerjakan sebelum mengikuti kegiatan usaha pembuatan
tempe?
J : Ga ada kerjaan tadinya, sekolah juga galulus. Paling suka disuruh bersihin
bantuin panen kalo lagi panen sama orang. Kalo ga suka disuruh jagain kambing
orang.
4. T : Apa motvasi bapak/ibu sehingga mau bergabung dalam kegiatan usaha
pembuatan tempe?
J : Biar bisa bantu orang tua nyari uang.
5. T : Apakah bapak/ibu mendapatkan pelatihan sebelum menetap menjadi
pegawai di tempat usaha pembuatan tempe ini?
J : iya di ajarin supaya bisa. Kan saya tadinya ga bisa apa-apa mba. Tapi
akhirnya saya di ajarin buat bikin tempe yang bagus sampe bisa.
6. T : Berapa lama waktu yang bapak/ibu dapatkan untuk mengikuti pelatihan
pembuatan tempe?
J : pertama-tama bingung. Tapi lama-lama kan ngeliatin pegawai lain terus di
ajarin, lama-lama bisa. Gatau ya butuh waktu berapa lama lupa.
7. T : Apa saja yang diajarkan oleh pemilik pada saat pelatihan pembuatan tempe?
J : ya cara membuat tempe, dari masih kedelai sampe jadi tempe siap jual.
8. T : Apakah manfaat yang bapak/ibu rasakan setelah dan sebelum mengikuti
pelatihan pembuatan tempe?
97
J : ya saya jadi bisa buat tempe. Yang paling berasa sih saya udah bisa ngirimin
orang tua uang hasil kerja saya sendiri. Bisa bantu-bantu buat biaya makan
bapak ibu di kampung.
9. T : Apakah bapak/ibu sudah dapat mandiri dalam pembuatan tempe?
J : ga juga sih
10. T : Apakah bapak/ibu juga diajarkan cara memasarkan produk dari hasil
pembuatan tempe?
J : di ajarkan tapi ga fokus di ajarkan. Cuma di kasih tau aja. Saya belum pernah
disuruh jualan sendiri.
11. T : Berapa banyak penghasilan yang bapak/ibu dapatkan dari hasil usaha
pembuatan tempe ini?
J : 85,000,00 / hari
12. T : Apakah penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
bapak/ibu sehari-hari?
J : buat saya cukup, apalagi makan juga ditanggung bos, tinggal juga masih di
rumah bos. Paling kalo kepengen beli apa-apa baru beli sendiri.
98
Wawancara Kepada Pegawai Pembuatan Tempe
Nama : Pendi
Usia : 39 tahun
Tanggal penelitian : 11 Sep. 17, pukul 17.00
Tempat : di rumah
1. T : Kapan bapak/ibu mulai bergabung dengan kegiatan usaha pembuatan
tempe?
J : Kalo saya baru, paling baru 1 tahun setengah di jakarta
2. T : Bagaimana awal mula bapak/ibu dapat bergabung dengan kegiatan usaha
pembuatan tempe?
J : Saya ini tetangga nya bapak Tawi, jadi pas bapak tawi ngajak saya buat ikut
sama dia jualan tempe ya saya mau. Karna kan emang bapak tawi tau kalo saya
pekerjaannya ga netep.
3. T : Apa yang bapak/ibu kerjakan sebelum mengikuti kegiatan usaha pembuatan
tempe?
J : Saya di kampung juga jadi kuli tempe, tapi pas diajak ke Jakarta ya saya mau.
Karna kalo saya di kampung terus nanti saya ga bisa berkembang, saya pengen
nya suatu saat nanti bisa buka usaha tempe sendiri.
4. T : Apa motvasi bapak/ibu sehingga mau bergabung dalam kegiatan usaha
pembuatan tempe?
J : Buat nyari nafkah
5. T : Apakah manfaat yang bapak/ibu rasakan setelah dan sebelum mengikuti
pelatihan pembuatan tempe?
J : ekonomi saya jadi stabil, dapet pemasukan setiap hari. Terus bisa mencukupi
kebutuhan sekolah anak.
6. T : Apakah bapak/ibu sudah dapat mandiri dalam pembuatan tempe?
J : Sudah
T : Tidak ingin membuka usaha tempe sendiri?
J : sebenertnya pengen, tapi kan modal nya ga sedikit. Kalo modal bikin tempe
si mungkin emang ga seberapa, tapi mesin-mesin nya yang mahal.
99
7. T : Apakah bapak/ibu juga diajarkan cara memasarkan produk dari hasil
pembuatan tempe?
J : iya, saya yang jualin tempe yang siap dipasarkan.
8. T : Berapa banyak penghasilan yang bapak/ibu dapatkan dari hasil usaha
pembuatan tempe ini?
J : 75,000,00/hari. T : Apakah penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup bapak/ibu sehari-hari?
J : Cukup buat makan sama kehidupan sehari-hari. Kalo buat gaya ya ga cukup.
100
Wawancara Kepada Pegawai Pembuatan Tempe
Nama : Misna
Usia : 28 tahun
Tanggal penelitian : 11 Sep. 17, pukul 15.30
Tempat : di rumah
1. T : Kapan bapak/ibu mulai bergabung dengan kegiatan usaha pembuatan
tempe?
J : udah lama, 10 tahun.
2. T : Bagaimana awal mula bapak/ibu dapat bergabung dengan kegiatan usaha
pembuatan tempe?
J : di ajak sodara yang udah duluan jadi pegawai tempe di jakarta. Kebetulan
pemiliknya lagi butuh pegawai katanya. Yaudah saya coba.
3. T : Apa yang bapak/ibu kerjakan sebelum mengikuti kegiatan usaha pembuatan
tempe?
J : dulunya saya jadi tukang ojek di kampung. Penghasilan ga nentu. Pas di ajak
ke Jakarta untuk jadi pegawai tempe ya saya mau. Walaupun saya ga ngerti
sama sekali tentang tempe tadinya.
4. T : Apa motvasi bapak/ibu sehingga mau bergabung dalam kegiatan usaha
pembuatan tempe?
J : supaya punya penghasilan, ga jadi pengangguran lagi.
5. T : Apakah bapak/ibu mendapatkan pelatihan sebelum menetap menjadi
pegawai di tempat usaha pembuatan tempe ini?
J : iya di ajarin.
6. T : Berapa lama waktu yang bapak/ibu dapatkan untuk mengikuti pelatihan
pembuatan tempe?
J : ga lama juga udah bisa paham, udah bisa kerja dengan bener.
7. T : Apa saja yang diajarkan oleh pemilik pada saat pelatihan pembuatan tempe?
J : ya cara mencuci kedelai sampe bersih, karna kan bersih apa enggak nya
kedelai mempengaruhi rasa tempe pas udah jadi.
8. T : Apakah manfaat yang bapak/ibu rasakan setelah dan sebelum mengikuti
pelatihan pembuatan tempe?
101
J : terbantu dari segi ekonomi, keterampilan juga jadi bisa bikin tempe.
9. T : Apakah bapak/ibu sudah dapat mandiri dalam pembuatan tempe?
J : lumayan.
10. T : Apakah bapak/ibu juga diajarkan cara memasarkan produk dari hasil
pembuatan tempe?
J : di ajarkan, kalo malem saya ikut jualan
11. T : Berapa banyak penghasilan yang bapak/ibu dapatkan dari hasil usaha
pembuatan tempe ini?
J : 100,000,00- /hari.
12. T : Apakah penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
bapak/ibu sehari-hari?
J : iya cukup, itu banyak.
102
Wawancara Kepada Pegawai Pembuatan Tempe
Nama : Muri
Usia : 19 Tahun
Tanggal penelitian : 11 Sep. 17, pukul 16.00 WIB.
Tempat : di rumah
1. T : Kapan bapak/ibu mulai bergabung dengan kegiatan usaha pembuatan
tempe?
J : 2 taun lalu.
2. T : Bagaimana awal mula bapak/ibu dapat bergabung dengan kegiatan usaha
pembuatan tempe?
J : Kebetulan tetangga saya dikampung punya usaha tempe di Jakarta. Nah
waktu lebaran dia pulang kampung. Terus bilang saya lagi nyari pegawai karna
pegawai yang sebelum nya udah keluar. Terus saya bilang aja saya mau jadi
pegawai nya.
3. T : Apa yang bapak/ibu kerjakan sebelum mengikuti kegiatan usaha pembuatan
tempe?
J : sekolah tadinya, tapi karena kebutuhan banyak dan orang tua ga bisa biayain
jadi memutuskan untuk berhenti.
4. T : Apa motvasi bapak/ibu sehingga mau bergabung dalam kegiatan usaha
pembuatan tempe?
J : agar bisa bantu penghasilan orang tua. Pengen nya sih lanjut sekola lagi.
5. T : Apakah bapak/ibu mendapatkan pelatihan sebelum menetap menjadi
pegawai di tempat usaha pembuatan tempe ini?
J : iya di ajarin. Tadinya saya ga ngerti sama sekali.
6. T : Berapa lama waktu yang bapak/ibu dapatkan untuk mengikuti pelatihan
pembuatan tempe?
J : kira-kira seminggu di kasih tau. Abis itu saya udah lumayan bisa. Lama-lama
makin bisa.
7. T : Apa saja yang diajarkan oleh pemilik pada saat pelatihan pembuatan tempe?
J : banyak. Tentang bikin tempe yang bagus.
103
8. T : Apakah manfaat yang bapak/ibu rasakan setelah dan sebelum mengikuti
pelatihan pembuatan tempe?
J : saya jadi punya uang sendiri. Gausah minta orang tua lagi. Buat jajan.
9. T : Apakah bapak/ibu sudah dapat mandiri dalam pembuatan tempe?
J : belum.
10. T : Apakah bapak/ibu juga diajarkan cara memasarkan produk dari hasil
pembuatan tempe?
J : diajarkan. Saya ikut kalo lagi nganter tempe ke pasar-pasar.
11. T : Berapa banyak penghasilan yang bapak/ibu dapatkan dari hasil usaha
pembuatan tempe ini?
J : 75,000,00- per hari.
12. T : Apakah penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
bapak/ibu sehari-hari?
J : cukup. Saya udah bisa beli baju sendiri. Udah bisa jajan pake uang sendiri.
Gaperlu bergantung sama orang tua lagi.
104
Wawancara Kepada Pegawai Pembuatan Tempe
Nama : Alimin
Usia : 28 Tahun
Tanggal penelitian : 8 September 2017, pukul 15.00
Tempat : di rumah
1. T : Kapan bapak/ibu mulai bergabung dengan kegiatan usaha pembuatan
tempe?
J : sejak 3 tahun lalu.
2. T : Apa motvasi bapak/ibu sehingga mau bergabung dalam kegiatan usaha
pembuatan tempe?
J : siapa tau nanti kedepan bisa punya usaha sendiri.
3. T : Apakah bapak/ibu mendapatkan pelatihan sebelum menetap menjadi
pegawai di tempat usaha pembuatan tempe ini?
J : iya di kasih tau gimana-gimananya cara bikin tempe supaya berkualitas dan
ga gampang busuk.
T : bagaimana pak cara nya membuat tempe berkualitas dan tidak mudah
busuk?
J : ya dari awal pemilihan kacang nya udah berpengaruh. Kalo kacangnya bagus
ya hasil nya bagus. Terus cara nyuci nya juga harus bersih. Ngerebusnya juga
harus pas. Terus yang paling penting waktu ngejemur tempe nya. Kalo cuaca
terlalu panas itu kurang bagus. Jamur nya kurang cepet tumbuh.
4. T : Berapa lama waktu yang bapak/ibu dapatkan untuk mengikuti pelatihan
pembuatan tempe?
J : Berapa lama ya saya lupa. Tapi paling seminggu dua minggu.
5. T : Apa saja yang diajarkan oleh pemilik pada saat pelatihan pembuatan tempe?
J : milih kacang yang bagus, mencuci bersih kacang, ngerebus, dan memotong
daun pisang untuk membungkus.
6. T : Apakah manfaat yang bapak/ibu rasakan setelah dan sebelum mengikuti
pelatihan pembuatan tempe?
J : banyak, salah satunya pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari
7. T : Apakah bapak/ibu sudah dapat mandiri dalam pembuatan tempe?
105
J : sudah, tapi kalo untuk buka usaha sendiri masih belum mampu nih. Mesin
penggilingnya butuh modal.
8. T : Apakah bapak/ibu juga diajarkan cara memasarkan produk dari hasil
pembuatan tempe?
J : iya saya suka di ajak jualan.
9. T : Berapa banyak penghasilan yang bapak/ibu dapatkan dari hasil usaha
pembuatan tempe ini?
J : 80 – 85,000,00 per hari.
10. T : Apakah penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
bapak/ibu sehari-hari?
J : cukup. harus pinter nyisihin uang nya.
106
KEGIATAN OBSERVASI
Tanggal Kegiatan Observasi Output
25 Juli 2017
Peneliti mengunjungi Bapak Cahyo
selaku Ketua Rt 20 Kelurahan Kedaung
Kecamatan Pamulang, Tangerang
Selatan untuk menyampaikan maksud
dan tujuan untuk melakukan penelitian
atau tugas akhir skripsi di Rt 04 Rw 20
yang disebut Kampung Tempe.
Dari kedatangan pertama kali
tersebut, peneliti mendapatkan izin
untuk melakukan penelitian skripsi di
tempat tersebut.
03 Agustus 2017
Peneliti mendatangi Kelurahan
Kedaung untuk menyampaikan
maksud dan Tujuan bahwa peneliti
akan melakukan penyelesaian tugas
akhir Skripsi di Kelurahan Kedaung
tepatnya Rt 20 Rw 04. Pihak kelurahan
dengan senang hati memberikan izin
dan justru menyemangati peneliti agar
menyelesaikan tugas akhir skripsi
dengan giat. Peneliti juga meminta
data-data mengenai gambaran
demgrafi Kelurahan Kedaung
Kecamatan Pamulang, Tangerang
Selatan
Hasil dari kedatangan peneliti ke
Kelurahan Kedaung yaitu peneliti
mendapatkan data lengkap mengenai
Monografi Kelurahan Kedaung
Kecamatan Pamulang, Tangerang
Selatan.
03 Agustus 2017
Setelah dari Kelurahan Kedaung
Kecamatan Pamulang, peneliti kembali
lagi ke Jln. Wahid Rw 20 Rt 04 untuk
bertemu dengan Bapak Cahyo, selaku
pengelola Koperasi Timbul Jaya yang
mana koperasi tersebut menaungi
sebagian besar bahan kedelai untuk
para pemilik usaha tempe. Meskipun
Koperasi Timbul Jaya bukanlah satu-
satu nya penyuply kedelai untuk
masyarakat sekitar.
Peneliti mendapatkan data mengenai
sejarah tentang berdirinya Koperasi
Timbul Jaya yang mana Koperasi
tersebut baru berdiri sekitar 3 tahun.
Dan Koperasi Timbul Jaya
mengharapkan agar nantinya seluruh
masyarakat turut berkontribusi atas
keberlanjutan Koperasi Timbul Jaya
ini.
107
Tanggal Kegiatan Observasi Output
05 September
2017
Setelah mendapatkan izin dari Ketua
Rw 20, peneliti mengunjungi rumah
Ketua Rt 04 juga untuk menyampaikan
maksud dan tujuan untuk melakukan
penelitian di Rt 04. Peneliti bertemu
dengan istri dari ketua Rt yakni Ibu
Emi dan berbincang. Ibu Emi juga
bercerita mengenai masyarakat yang
berada di Rt 04 yang memang 80% nya
berasal dari Pekalongan dan memiliki
usaha pembuatan tempe.
Hasil dari pertemuan dengan Ibu Emi,
peneliti mendapatkan cukup banyak
informasi untuk menjadi bahan
penulisan lebih dalam. Beliau juga
memberikan referensi masyarakat
atau warga mana saja yang akan
bersedia untuk diwawancarai guna
mendapatkan data yang lebih
mendalam.
08 September
2017
Setelah segara perizinan telah diurus,
peneliti memulai wawancara dengan
para pengusaha pembuatan tempe dan
pegawai yang bekerja. Peneliti
ditemani oleh Ibu Emi agar masyarakat
mau bekerja sama dan mau untuk
diwawancarai. Pada 08 September ini
peneliti mewawancarai beberapa
informan, yaitu :
1. Alimin (pegawai pembuatan
tempe)
2. Bapak Tarono (pemilik usaha
pembuatan tempe)
3. Bapak Tawi (pemilik usaha
pembuatan tempe).
Hasil dari wawancara ini peneliti
mendapatkan gambaran mengenai
proses pemberdayaan yang tejadi
melalui usaha pembuatan tempe serta
hasil yang iperoleh oleh pegawai
setelah diberdayakan.
09 September
2017
Peneliti kembali melakukan observasi
dan wawancara kepada para pemilik
dan pegawai usaha pembuatan tempe.
Peneliti berhasil mewawancarai:
1. Bapak Kartoyo (pegawai usaha
pembuatan tempe)
2. Bapak Ras Joyo (pemilik usaha
pembuatan tempe)
3. Tohri (pegawai usaha
pembuatan tempe)
Dari hasil wawancara tersebut
peneliti mendapatkan informasi yang
lebih mendalam mengenai proses
serta hasil pemberdayaan masyarakat
melalui usaha pembuatan tempe di Rt
04 Rw 20. Peneliti semakin
mendapatkan gambaran yang lebih
mendalam.
10 September
2017
Karena para pemilik dan pegawai
hannya bersedia diwawancarai apabila
sedang tidak melakukan kegiatan
produksi tempe, akhirnya peneliti
hannya dapat mewawancarai beberapa
orang saja dalam satu harinya. Dan
pada 10 September 2017 peneliti
berhasil mewawancarai:
1. Kasadi (pemilik usaha
pembuatan tempe)
Dari hasil wawancara tersebut
peneliti mendapatkan informasi yang
lebih mendalam mengenai proses
serta hasil pemberdayaan masyarakat
melalui usaha pembuatan tempe di Rt
04 Rw 20. Kebanyakan kisah
keberhasilan para pemilik usaha
pembuatan tempe hampir sama.
108
Tanggal Kegiatan Observasi Output
2. Solihin (pegawai usaha
pembuatan tempe)
11 September
2017
Peneliti melakukan observasi dan
wawancara kepada :
1. Misna (pegawai usaha
pembuatan tempe)
2. Pendi (pegawai usaha
pembuatan tempe)
Dari hasil wawancara ini peneliti
mendapatkan data yang akan
digunakan untuk memperkuat hasil
analisis dalam penyelesaian skripsi.
109
110
111
112
DOKUMENTASI
Lingkungan Kampung Tempe
113
114
115
Koperasi Timbul jaya