PROSES INTERAKSI BERPIKIR SISWA DALAM PEMBELAJARAN...

15
*)Mahasiswa Universitas Negeri Malang, Jurusan Matematika, Prodi Pendidikan Matematika **)Dr. rer. nat. I Made Sulandra, M.Si, Dosen Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Malang ***)Aning Wida Yanti, S.Si, M.Pd, Dosen Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Malang 1 PROSES INTERAKSI BERPIKIR SISWA DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE GUIDED DISCOVERY PADA POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT KELAS VII-A SMP NEGERI 2 KEPANJEN Nita Eri Kristya Ningsih*), I Made Sulandra**), dan Aning Wida Yanti***) Universitas Negeri Malang E-mail: [email protected], [email protected], [email protected] ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses interaksi berpikir siswa dalam pembelajaran kooperatif dengan model guided discovery pada pokok bahasan segitiga dan segiempat. Subyek penelitian adalah 4 siswa kelas VII-A yang memiliki kemampuan heterogen. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Dari tiga pertemuan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses interaksi berpikir multiarah antara siswa berkemampuan tinggi, siswa berkemampuan sedang dan siswa berkemampuan rendah dengan guru, kelompok kecil yang lain dan materi yang dilihat melalui interaksinya dengan LKS. Siswa berkemampuan tinggi sering melakukan tanya jawab dengan guru dan siswa lain dalam mengkonstruksi suatu pengetahuan, sering menggunakan suatu konsep dalam menyelesaikan permasalahan, sering menuliskan penyelesaian di LKS dengan tepat, sering menunjukkan kemampuan memecahkan masalah, dan kadang-kadang juga menanggapi kelompok lain ketika presentasi hasil diskusi. Siswa berkemampuan sedang cenderung seimbang antara bertanya dan menjawab pertanyaan, kadang-kadang menggunakan suatu konsep dalam menyelesaikan permasalahan, menunjukkan kemampuan memecahkan masalah, menuliskan penyelesaian di LKS dengan tepat, menanggapi kelompok lain ketika presentasi hasil diskusi. Sedangkan siswa berkemampuan rendah sering mengajukan pertanyaan mengenai sesuatu yang belum dimengerti, jarang menjawab pertanyaan dan menyampaikan pendapatnya, serta jarang menjawab pertanyaan guru, kadang-kadang menuliskan penyelesaian di LKS dengan tepat, menggunakan suatu konsep yang mudah dalam menyelesaikan permasalahan, dan menunjukkan kemampuan memecahkan masalah yang relatif mudah. Kata Kunci: proses interaksi berpikir siswa, pembelajaran kooperatif dengan metode guided discovery. Pembelajaran berlangsung secara baik, apabila siswa terlibat secara sosial dalam dialog dan aktif dalam percobaan dan pengalaman. Hal ini sesuai dengan prinsip dasar teori konstruktivisme, yaitu anak-anak mengkonstruksi sendiri pengetahuannya (Suparno, 1997: 64). Siswa dapat mengkonstruksi dan mengembangkan pengetahuan mereka melalui interaksi dengan guru, interaksi dengan media, dan interaksi antar siswa dalam kelompok. Pandangan orang lain merupakan bahan untuk dikonstruksikan dan diorganisasikan dalam pengetahuan

Transcript of PROSES INTERAKSI BERPIKIR SISWA DALAM PEMBELAJARAN...

Page 1: PROSES INTERAKSI BERPIKIR SISWA DALAM PEMBELAJARAN ...jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel7739148EAB5EBDDFE211C... · berpikir siswa dalam pembelajaran kooperatif dengan model

*)Mahasiswa Universitas Negeri Malang, Jurusan Matematika, Prodi Pendidikan Matematika

**)Dr. rer. nat. I Made Sulandra, M.Si, Dosen Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri

Malang ***)Aning Wida Yanti, S.Si, M.Pd, Dosen Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri

Malang 1

PROSES INTERAKSI BERPIKIR SISWA

DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF

DENGAN METODE GUIDED DISCOVERY

PADA POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT

KELAS VII-A SMP NEGERI 2 KEPANJEN

Nita Eri Kristya Ningsih*), I Made Sulandra**), dan Aning Wida Yanti***)

Universitas Negeri Malang

E-mail: [email protected], [email protected],

[email protected]

ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses interaksi

berpikir siswa dalam pembelajaran kooperatif dengan model guided discovery

pada pokok bahasan segitiga dan segiempat. Subyek penelitian adalah 4 siswa

kelas VII-A yang memiliki kemampuan heterogen. Penelitian ini merupakan

penelitian deskriptif kualitatif. Dari tiga pertemuan yang dilakukan dalam

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran terjadi

proses interaksi berpikir multiarah antara siswa berkemampuan tinggi, siswa

berkemampuan sedang dan siswa berkemampuan rendah dengan guru, kelompok

kecil yang lain dan materi yang dilihat melalui interaksinya dengan LKS. Siswa

berkemampuan tinggi sering melakukan tanya jawab dengan guru dan siswa lain

dalam mengkonstruksi suatu pengetahuan, sering menggunakan suatu konsep

dalam menyelesaikan permasalahan, sering menuliskan penyelesaian di LKS

dengan tepat, sering menunjukkan kemampuan memecahkan masalah, dan

kadang-kadang juga menanggapi kelompok lain ketika presentasi hasil diskusi.

Siswa berkemampuan sedang cenderung seimbang antara bertanya dan

menjawab pertanyaan, kadang-kadang menggunakan suatu konsep dalam

menyelesaikan permasalahan, menunjukkan kemampuan memecahkan masalah,

menuliskan penyelesaian di LKS dengan tepat, menanggapi kelompok lain ketika

presentasi hasil diskusi. Sedangkan siswa berkemampuan rendah sering

mengajukan pertanyaan mengenai sesuatu yang belum dimengerti, jarang

menjawab pertanyaan dan menyampaikan pendapatnya, serta jarang menjawab

pertanyaan guru, kadang-kadang menuliskan penyelesaian di LKS dengan tepat,

menggunakan suatu konsep yang mudah dalam menyelesaikan permasalahan,

dan menunjukkan kemampuan memecahkan masalah yang relatif mudah.

Kata Kunci: proses interaksi berpikir siswa, pembelajaran kooperatif dengan

metode guided discovery.

Pembelajaran berlangsung secara baik, apabila siswa terlibat secara sosial

dalam dialog dan aktif dalam percobaan dan pengalaman. Hal ini sesuai dengan

prinsip dasar teori konstruktivisme, yaitu anak-anak mengkonstruksi sendiri

pengetahuannya (Suparno, 1997: 64). Siswa dapat mengkonstruksi dan

mengembangkan pengetahuan mereka melalui interaksi dengan guru, interaksi

dengan media, dan interaksi antar siswa dalam kelompok. Pandangan orang lain

merupakan bahan untuk dikonstruksikan dan diorganisasikan dalam pengetahuan

Page 2: PROSES INTERAKSI BERPIKIR SISWA DALAM PEMBELAJARAN ...jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel7739148EAB5EBDDFE211C... · berpikir siswa dalam pembelajaran kooperatif dengan model

2

yang sudah dimilikinya. Salah satu usaha untuk mewujudkan interaksi tersebut

adalah melalui pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan

pendekatan dimana para siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil untuk

memecahkan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mencapai tujuan

bersama (Subanji, 2011: 145). Pembelajaran kooperatif dapat diterapkan dengan

menggunakan metode guided discovery (penemuan terbimbing). Penemuan

terbimbing adalah suatu kegiatan pembelajaran yang mana guru membimbing

murid-muridnya dengan menggunakan langkah-langkah yang sistematis sehingga

mereka merasa menemukan sesuatu (Muhsetyo, 2004: 136).

Pembelajaran dengan metode guided discovery dapat digunakan sebagai

alternatif untuk meningkatkan prestasi siswa, hal ini terlihat dari beberapa judul

penelitian yang pernah dilakukan. Akan tetapi, pada penelitian tersebut belum

dikaji proses interaksi berpikir siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan

metode guided disecovery yang dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap

suatu konsep. Padahal dengan mengetahui proses interaksi berpikir siswa dapat

dilihat kemampuan siswa yang sebenarnya, yaitu melalui cara siswa

menyelesaikan suatu masalah. Pada proses interaksi berpikir siswa dapat dilihat

bagaimana proses berpikir siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan. Subanji

(2011: 99) menyatakan bahwa proses berpikir terjadi ketika ada interaksi sosial

antar siswa, sehingga terjadi proses saling bertukar ide dan mentransfer ide. Jadi,

proses interaksi berpikir terjadi ketika siswa melakukan interaksi dengan siswa

lain, guru, atau dengan materi pembelajaran.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif sesuai dengan

pendapat Moleong (2011) dimana data yang dihasilkan berbentuk paparan verbal

dan bertujuan untuk mendeskripsikan proses interaksi berpikir siswa yang terjadi

pada saat pembelajaran berlangsung, meliputi proses interaksi berpikir siswa

dengan guru, proses interaksi berpikir siswa dengan siswa, dan proses interaksi

berpikir siswa dengan LKS pada proses pembelajaran bedasarkan keadaan

alamiah siswa ketika mengkonstruksikan pengetahuan. Penelitian ini dilakukan di

SMP Negeri 2 Kepanjen semester genap tahun pelajaran 2012/2013 dengan

subyek penelitian adalah satu kelompok heterogen dari 4 siswa kelas VII-A, yaitu

satu siswa berkemampuan tinggi, dua siswa berkemampuan sedang, dan satu

siswa berkemampuan rendah. Pembentukan kelompok didasarkan oleh nilai pre

tes, jenis kelamin, dan atas rekomendasi guru mata pelajaran matematika di kelas

VII-A.

Instrumen dalam penelitian ini yaitu (1) LKS (Lembar Kegiatan Siswa)

yang digunakan sebagai bahan siswa untuk melakukan diskusi kelompok sehingga

terjadi proses interaksi berpikir siswa, (2) pedoman wawancara, (3) lembar

observasi yang digunakan sebagai alat untuk mengamati proses interaksi berpikir

siswa subyek penelitian ketika kegiatan pembelajaran berlangsung, dan (4) video

Page 3: PROSES INTERAKSI BERPIKIR SISWA DALAM PEMBELAJARAN ...jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel7739148EAB5EBDDFE211C... · berpikir siswa dalam pembelajaran kooperatif dengan model

3

recorder yang digunakan untuk merekam aktivitas kelompok subyek penelitian

ketika pembelajaran berlangsung.

Prosedur pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara,

observasi, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dua kali, yaitu wawancara

sebelum pembelajaran yang digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa

terkait dengan materi yang akan dipelajari serta untuk mengetahui proses interaksi

berpikir siswa dan wawancara setelah pembelajaran yang digunakan untuk

mengecek proses interaksi berpikir siswa dan kebenaran materi yang didiskusikan.

Observasi dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh dua orang teman sejawat,

bertujuan untuk mengamati proses interaksi berpikir siswa subyek penelitian

ketika kegiatan pembelajaran sedang berlangsung. Dokumentasi dilakukan oleh

seorang teman sejawat, bertujuan untuk mendokumentasikan kegiatan

pembelajaran yang berlangsung.

Analisis data pada penelitian ini mengadaptasi analisis data Moleong

(2011: 249) yaitu (1) penyusunan satuan, yaitu informasi yang berhubungan

dengan proses interaksi berpikir siswa, (2) kategorisasi, yaitu pengelompokan

satuan yang telah disusun, meliputi proses interaksi berpikir siswa dengan siswa,

proses interaksi berpikir siswa dengan guru, dan proses interaksi berpikir siswa

dengan materi, dan (3) penafsiran data yang meliputi penggambaran proses

interaksi berpikir siswa, analisis proses interaksi berpikir siswa, dan penarikan

kesimpulan mengenai proses interaksi berpikir siswa dalam pembelajaran

kooperatif dengan metode guided discovery.

HASIL

Berdasarkan hasil wawancara awal diketahui bahwa keempat subyek

penelitian mengetahui materi prasyarat penemuan rumus luas segitiga dan

segiempat, yaitu konsep segitiga (S), konsep jajar genjang (JG), konsep trapesium

(T), konsep belah ketupat (BK), dan konsep layang-layang (L), serta luas persegi

panjang (LPP). Namun, terdapat beberapa perbedaan jawaban yang disampaikan

dan cara mereka menjawab pertanyaan. S1 yang merupakan siswa berkemampuan

tinggi menguasai konsep segitiga, belah ketupat dan layang-layang dengan baik,

serta dapat menentukan luas persegi panjang, tetapi hanya dapat menggambarkan

jajar genjang dan trapesium. S2 yang merupakan siswa berkemampuan sedang

pertama juga mengetahui konsep segitiga dengan baik dan dapat menentukan luas

persegi panjang, tetapi hanya dapat menggambarkan jajar genjang, trapesium,

layang-layang dan belah ketupat tanpa menjelaskan definisinya. S3 yang

merupakan siswa berkemampuan sedang kedua mengetahui konsep segitiga, dapat

menentukan luas persegi panjang, dan dapat menentukan unsur-unsur jajar

genjang, trapesium, belah ketupat dan layang-layang, tetapi S3 tidak dapat

menjelaskan definisinya. S4 yang merupakan siswa berkemampuan rendah

mengetahui konsep segitiga dan dapat menentukan luas persegi panjang, serta

dapat menggambarkannya dan mengetahui unsur-unsurnya. Namun, pada saat

Page 4: PROSES INTERAKSI BERPIKIR SISWA DALAM PEMBELAJARAN ...jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel7739148EAB5EBDDFE211C... · berpikir siswa dalam pembelajaran kooperatif dengan model

4

wawancara peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan pancingan agar S4 dapat

menjawab pertanyaan yang diberikan.

Pada pertemuan I, siswa diminta untuk bekerjasama dalam menyelesaikan

permasalahan pada LKS 1 mengenai luas persegi panjang (LPP) dan konsep

segitiga (S) yang digunakan untuk menemukan rumus luas segitiga siku-siku

(LSS), luas segitiga lancip (LSL), dan luas segitiga tumpul (LST). Selanjutnya

rumus luas ketiga segitiga tersebut digunakan untuk menemukan rumus luas

segitiga (LS) yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan luas segitiga (MBDLS). Proses interaksi berpikir keempat subyek dapat

dilihat pada Diagram 1, 2, dan 3. Proses interaksi berpikir yang terjadi yaitu

proses interaksi berpikir siswa dengan siswa, siwa dengan kelompok lain, siswa

dengan guru, dan siswa dengan materi. Pada diagram tersebut terdapat panah

berwarna dengan satu arah yang menunjukkan adanya interaksi berpikir dalam

memberikan pengetahuan oleh siswa yang berada di pangkal panah menuju siswa

yang berada di ujung panah. Sedangkan panah dengan dua arah menunjukkan

adanya interaksi berpikir siswa yang saling berpendapat dalam mengkonstruksi

pengetahuan. Misalnya, S1 dan S2 saling berpendapat tentang luas segitiga LSL.

Diagram 1 Proses Interaksi Berpikir Siswa dengan Siswa dan Siswa dengan Kelompok Lain

pada Pertemuan I

Diagram 2 Proses Interaksi Berpikir Siswa dengan Guru pada Pertemuan I

Page 5: PROSES INTERAKSI BERPIKIR SISWA DALAM PEMBELAJARAN ...jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel7739148EAB5EBDDFE211C... · berpikir siswa dalam pembelajaran kooperatif dengan model

5

Diagram 3 Proses Interaksi Berpikir Siswa dengan Materi pada Pertemuan I

Tabel 1 Keterangan Warna Panah pada Diagram 1, 2, dan 3

Warna Panah Keterangan

Interaksi berpikir siswa pada permasalahan tentang luas persegi panjang

Interaksi berpikir siswa pada permasalahan tentang konsep segitiga

Interaksi berpikir siswa pada permasalahan tentang luas segitiga siku-siku

Interaksi berpikir siswa pada permasalahan tentang luas segitiga lancip

Interaksi berpikir siswa pada permasalahan tentang luas segitiga tumpul

Interaksi berpikir siswa pada permasalahan tentang masalah yang berkaitan

dengan luas segitiga

Pada pertemuan I, S1 terlihat sangat aktif melakukan interaksi berpikir.

Hal ini terlihat dari seringnya S1 dalam menjawab pertanyaan dan menyampaikan

ide, baik dalam proses interaksi berpikir dengan siswa maupun guru. Selain itu,

kadang-kadang S1 juga mengajukan pertanyaan untuk memastikan kebenaran

idenya, dan memberikan pendapat atau sanggahan dalam menyelesaikan suatu

permasalahan. S1 juga sangat aktif dalam proses interaksi berpikir dengan materi.

S1 terlihat sering menggunakan konsep dan menuliskan jawaban di LKS dengan

tepat, dan kadang-kadang juga menunjukkan kemampuan memecahkan masalah.

S2 dan S3 juga sering menyampaikan ide meskipun tidak sesering S1. Kadang-

kadang, mereka juga menjawab pertanyaan dan memberikan sanggahan atau

kesimpulan, serta menyampaikan perbedaan pendapat kelompoknya ketika

presentasi hasil. Di samping itu, kadang-kadang mereka juga melakukan interaksi

berpikir dengan materi pembelajaran. Pada pertemuan ini, S4 terlihat kurang aktif

dalam proses interaksi berpikir. S4 sering bertanya mengenai sesuatu yang belum

dimengerti, tetapi tidak pernah menjawab pertanyaan temannya maupun

memberikan sanggahan atau kesimpulan. S4 juga jarang berinteraksi dengan guru.

Sedangkan proses interaksi berpikir S4 dengan materi juga jarang terjadi dan

hanya sebatas pada materi yang mudah. Salah satu proses interaksi berpikir

terlihat ketika keempat subyek menentukan panjang, lebar, dan luas persegi

panjang yang terbentuk dari potongan segitiga berikut,

Page 6: PROSES INTERAKSI BERPIKIR SISWA DALAM PEMBELAJARAN ...jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel7739148EAB5EBDDFE211C... · berpikir siswa dalam pembelajaran kooperatif dengan model

6

S2 : “Berarti panjange persegi panjang sama dengan alas segitiga

yo?”

S1 : “Iyo, kan iki mau alase segitiga.” (Menunjuk panjang persegi

panjang)

S2 : “Terus lebare sama dengan tinggi segitiga?”

S3 : “Yo gak. Kaya sing kedua mau lho kan dipotong, iki kan setengahe

tinggi.”

S2 : “Ouw berarti setengah tinggi yo lebare?”

S3 : “Iya donk.”

S2 : “Luase sama dengan panjang kali lebar yo? Sama dengan alas kali

setengah tinggi.”

S1 : “Yo ditulis to iku alase kan a, tinggine mau kan 𝑡, berarti panjange

𝑎, terus lebare ½ 𝑡.”

Pada pertemuan II, siswa diminta untuk bekerjasama dalam menyelesaikan

permasalahan pada LKS 2 mengenai luas persegi panjang (LPP) dan konsep jajar

genjang (JG) dan trapesium (T) yang digunakan untuk menemukan rumus luas

jajar genjang (LJG) yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan luas jajar genjang (MBDLJG) dan luas trapesium (LT) yang digunakan

untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas trapesium (MBDLT).

Proses interaksi berpikir keempat subyek dapat dilihat pada Diagram 4, 5, dan 6.

Diagram 4 Proses Interaksi Berpikir Siswa dengan Siswa dan Siswa dengan Kelompok Lain

pada Pertemuan II

Diagram 5. Proses Interaksi Berpikir Siswa dengan Guru pada Pertemuan II

Page 7: PROSES INTERAKSI BERPIKIR SISWA DALAM PEMBELAJARAN ...jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel7739148EAB5EBDDFE211C... · berpikir siswa dalam pembelajaran kooperatif dengan model

7

Diagram 6 Proses Interaksi Berpikir Siswa dengan Materi pada Pertemuan II

Tabel 2 Keterangan Warna Panah pada Diagram 4, 5, dan 6

Warna Panah Keterangan

Interaksi berpikir siswa pada permasalahan tentang luas persegi panjang

Interaksi berpikir siswa pada permasalahan tentang jajargenjang

Interaksi berpikir siswa pada permasalahan tentang trapesium

Interaksi berpikir siswa pada permasalahan tentang luas jajargenjang

Interaksi berpikir siswa pada permasalahan tentang luas trapesium

Interaksi berpikir siswa pada permasalahan tentang menyelesaikan masalah

yang berkaitan dengan luas jajargenjang

Interaksi berpikir siswa pada permasalahan tentang menyelesaikan masalah

yang berkaitan dengan luas trapesium

Pada pertemuan II, S1 juga terlihat sangat aktif melakukan interaksi

berpikir. S1 sering menjawab pertanyaan dan menyampaikan ide, baik dalam

proses interaksi berpikir dengan siswa maupun guru. S1 kadang-kadang juga

mengajukan pertanyaan untuk memastikan kebenaran idenya, memberikan

pendapat atau sanggahan dalam menyelesaikan suatu permasalahan, dan

menyampaikan perbedaan pendapat kelompoknya ketika presentasi hasil diskusi.

Seperti pada pertemuan sebelumnya, S1 juga sangat aktif dalam proses interaksi

berpikir dengan materi. S1 terlihat sering menggunakan konsep dan menuliskan

jawaban di LKS dengan tepat, dan kadang-kadang juga menunjukkan kemampuan

memecahkan masalah. S2 dan S3 juga sering menyampaikan ide meskipun tidak

sesering S1. Kadang-kadang, mereka juga menjawab pertanyaan dan memberikan

sanggahan atau kesimpulan, serta menyampaikan perbedaan pendapat

kelompoknya ketika presentasi hasil. Di samping itu, kadang-kadang mereka juga

melakukan interaksi berpikir dengan materi pembelajaran, tetapi S2 terlihat lebih

aktif dari pada S3. Pada pertemuan ini, S4 juga terlihat kurang aktif dalam proses

interaksi berpikir. S4 sering bertanya mengenai sesuatu yang belum dimengerti,

tetapi tidak pernah menjawab pertanyaan temannya maupun memberikan

sanggahan atau kesimpulan. S4 juga jarang berinteraksi dengan guru. Sedangkan

proses interaksi berpikir S4 dengan materi juga jarang terjadi dan hanya sebatas

pada materi yang mudah. Salah satu proses interaksi berpikir terlihat ketika

keempat subyek menentukan luas trapesium berikut,

Page 8: PROSES INTERAKSI BERPIKIR SISWA DALAM PEMBELAJARAN ...jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel7739148EAB5EBDDFE211C... · berpikir siswa dalam pembelajaran kooperatif dengan model

8

S3 : “Terus nomor 7 berapakah luas trapesium?”

S1 : “Yo ½ (𝑎 + 𝑏)𝑡.”

S2 : “Gak kaya sing pertama mau?”

S3 : “Iyo digawe ngene disik. Luas trapesium sama dengan luas persegi

panjang sama dengan iku mau.”

S1 : “Ouw iyo Da digawe ngono disik kan trapeium mau disusun dadi

persegi panjang, berarti luase kan podo.”

S2 : “Iyo Git kaya sing pertama kan?”

S2 : “Trus apa yang dapat kalian simpulkan dari kegiatan ini?”

S1 : “Yo luas trapesium sama dengan ½ (𝑎 + 𝑏) × 𝑡.”

Pada pertemuan III, siswa diminta untuk bekerjasama dalam

menyelesaikan permasalahan pada LKS 3 mengenai luas persegi panjang (LPP)

dan konsep belah ketupat (BK) dan layang-layang (T) yang digunakan untuk

menemukan rumus luas belah ketupat (LBK) yang selanjutnya digunakan untuk

menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas belah ketupat (MBDLBK)

dan luas layang-layang (LL) yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan luas layang-layang (MBDLL). Proses interaksi berpikir keempat

subyek dapat dilihat pada Diagram 7, 8, dan 9.

Diagram 7 Proses Interaksi Berpikir Siswa dengan Siswa dan Siswa dengan Kelompok Lain

pada Pertemuan III

Page 9: PROSES INTERAKSI BERPIKIR SISWA DALAM PEMBELAJARAN ...jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel7739148EAB5EBDDFE211C... · berpikir siswa dalam pembelajaran kooperatif dengan model

9

Diagram 8 Proses Interaksi Berpikir Siswa dengan Guru pada Pertemuan III

Diagram 9 Proses Interaksi Berpikir Siswa dengan Materi pada Pertemuan III

Tabel 3 Keterangan Warna Panah pada Diagram 7, 8, dan 9

Warna Panah Keterangan

Interaksi berpikir siswa pada permasalahan tentang luas persegi panjang

Interaksi berpikir siswa pada permasalahan tentang belah ketupat

Interaksi berpikir siswa pada permasalahan tentang layang-layang

Interaksi berpikir siswa pada permasalahan tentang luas belah ketupat

Interaksi berpikir siswa pada permasalahan tentang luas layang-layang

Interaksi berpikir siswa pada permasalahan tentang menyelesaikan masalah

yang berkaitan dengan luas belah ketupat

Interaksi berpikir siswa pada permasalahan tentang menyelesaikan masalah

yang berkaitan dengan luas layang-layang

Pada pertemuan III, S1 juga terlihat sangat aktif melakukan interaksi

berpikir. S1 sering menjawab pertanyaan dan menyampaikan ide, baik dalam

proses interaksi berpikir dengan siswa maupun guru. S1 kadang-kadang juga

mengajukan pertanyaan untuk memastikan kebenaran idenya, memberikan

pendapat atau sanggahan dalam menyelesaikan suatu permasalahan, dan

Page 10: PROSES INTERAKSI BERPIKIR SISWA DALAM PEMBELAJARAN ...jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel7739148EAB5EBDDFE211C... · berpikir siswa dalam pembelajaran kooperatif dengan model

10

menyampaikan perbedaan pendapat kelompoknya ketika presentasi hasil diskusi.

Seperti pada pertemuan sebelumnya, S1 juga sangat aktif dalam proses interaksi

berpikir dengan materi. S2 dan S3 juga sering menyampaikan ide meskipun tidak

sesering S1. Kadang-kadang, mereka juga menjawab pertanyaan dan memberikan

sanggahan atau kesimpulan, serta menyampaikan perbedaan pendapat

kelompoknya ketika presentasi hasil. Di samping itu, kadang-kadang mereka juga

melakukan interaksi berpikir dengan materi pembelajaran, tetapi S2 terlihat lebih

aktif dari pada S3. Pada pertemuan ini, S4 lebih aktif dari pada pertemuan

sebelumnnya. S4 sering bertanya mengenai sesuatu yang belum dimengerti, dan

kadang-kadang juga menyampaikan idenya. Namun, seperti pada pertemuan

sebelumnya S4 jarang melakukan interaksi berpikir dengan guru dan proses

interaksi berpikir S4 dengan materi juga jarang terjadi dan hanya sebatas pada

materi yang mudah. Salah satu proses interaksi berpikir terlihat ketika keempat

subyek menentukan panjang, lebar, dan luas persegi panjang yang terbentuk dari

potongan layang-layang berikut,

S4 : “Wes ayo disusun! Dadi persegi panjang kan?”

S2 : “Iyo.”

S4 : “Ngene lo.”

S2 : “Wes dadi.”

S1 : “Panjange iki rek yo? Iki kan diagonal panjang.”

S2 : “Berarti panjange sama dengan diagonal 2 ta?”

S3 : “Iyo sip. Terus lebare ½ 𝑑1.”

S4 : “Gak 𝑑1?”

S3 : “Yo gak, kan iki cuma setengahe 𝑑1.”

S4 : “Oh iyo.”

S1 : “Ouw iyo. Berarti luase persegi panjang sama dengan 𝑑2

kali ½ 𝑑1.”

PEMBAHASAN

Pada kegiatan pembelajaran, masing-masing subyek penelitian melakukan

interaksi berpikir untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka mengenai penemuan

luas segitiga dan segiempat, serta penyelesaian masalah yang berkaitan dengan

luas segitiga dan segiempat dengan bantuan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

Mereka saling bertukar pikiran atau ide dalam menyelesaian permasalahan yang

ada di LKS. Hal ini dapat dilihat ketika mereka saling membantu satu sama lain

dalam kegiatan diskusi yang dilakukan. Diagram 1, 4, dan 7 menggambarkan

proses interaksi berpikir keempat siswa ketika berdiskusi dalam melakukan

kegiatan berkelompok dan presentasi hasil diskusi. Selain itu, pada Diagram 2, 5,

dan 8 terlihat proses interaksi berpikir setiap anggota kelompok dengan guru

ketika pengecekan kemampuan prasyarat, ketika mereka mengalami kesulitan

dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di LKS, serta ketika mereka diminta

menyimpulkan materi yang dipelajari. Mereka melakukan proses interaksi

Page 11: PROSES INTERAKSI BERPIKIR SISWA DALAM PEMBELAJARAN ...jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel7739148EAB5EBDDFE211C... · berpikir siswa dalam pembelajaran kooperatif dengan model

11

berpikir tersebut dengan mendengarkan penjelasan guru, dengan mengajukan

pertanyaan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru. Pada Diagram 3, 4,

dan 5 terlihat proses interaksi berpikir setiap anggota kelompok dengan materi

pembelajaran melalui LKS, yaitu dengan menggunakan suatu konsep dalam

menyelesaikan permasalahan dan menuliskan penyelesaian di LKS dengan tepat,

serta menunjukkan kemampuan memecahkan masalah dalam LKS.

Berdasarkan Diagram 1, 2, 4, 5, 7, dan 8, terlihat bahwa terjadi proses

interaksi berpikir siswa yang sesuai dengan konsep Vygotsky mengenai

scaffolding dan ZPD. Scaffolding yang terjadi tidak hanya diberikan antar siswa,

tetapi guru juga ikut berperan dalam pemberian scaffolding dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan pancingan yang membimbing siswa ketika terdapat siswa

mengalami kesulitan. Berdasarkan Diagram 3, 6 dan 9, juga terlihat bahwa terjadi

proses interaksi berpikir siswa dengan materi yang sesuai dengan pendapat

Hudojo (2005: 93) bahwa interaksi siswa dengan materi terjadi apabila materi itu

sesuai dengan perkembangan intelektual siswa dan cocok dengan struktur kognitif

yang dimiliki siswa sehingga materi tersebut bermakna. Adanya proses interaksi

berpikir juga sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Amalia (2008)

yang menjelaskan bahwa dalam diskusi kelompok terjadi interaksi multiarah antar

anggota kelompok dengan kartu model sebagai media pembelajaran.

Pada pertemuan I, proses interaksi berpikir S1 yang merupakan siswa

berkemampuan tinggi yaitu sering menjawab pertanyaan temannya, sering

menyampaikan ide, kadang-kadang memberikan sanggahan atau kesimpulan

dalam menyelesaikan permasalahan di LKS 1. Selain itu, S1 kadang-kadang juga

mengajukan pertanyaan untuk memastikan kebenaran idenya. Proses interaksi

berpikir S1 juga terjadi dengan guru, yaitu sering mendengarkan penjelasan guru

dan menjawab pertanyaan guru. Namun, S1 tidak pernah mengajukan pertanyaan

kepada guru. Selain itu, S1 juga mengalami proses interaksi berpikir dengan

materi pembelajaran, yaitu sering menggunakan suatu konsep dalam

menyelesaikan permasalahan, sering menunjukkan kemampuan memecahkan

masalah, dan sering menuliskan penyelesaian di LKS 1 dengan tepat. Demikian

pula dengan S2 dan S3 yang merupakan siswa berkemampuan sedang. Pada

pertemuan I, proses interaksi berpikir S2 dan S3 cenderung seimbang antara

bertanya dan menjawab pertanyaan teman sekelompoknya. S2 dan S3 juga sering

menyampaikan idenya, dan kadang-kadang juga memberikan sanggahan atau

kesimpulan. S2 dan S3 juga melakukan proses interaksi berpikir dengan guru,

yaitu sering mendengarkan penjelasan guru, serta kadang-kadang mengajukan dan

menjawab pertanyaan. Selain itu, S2 juga menyampaikan perbedaan jawaban

kelompoknya pada saat presentasi hasil. Proses interaksi berpikir S2 dengan

materi pembelajaran terjadi ketika S2 sering menggunakan suatu konsep, tetapi

penerapan konsep oleh S1 tidak sesering S2. S2 dan S3 kadang-kadang juga

menuliskan penyelesaian di LKS dengan tepat dan juga menunjukkan kemampuan

memecahkan masalah. Sedangkan S4 yang merupakan siswa berkemampuan

Page 12: PROSES INTERAKSI BERPIKIR SISWA DALAM PEMBELAJARAN ...jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel7739148EAB5EBDDFE211C... · berpikir siswa dalam pembelajaran kooperatif dengan model

12

rendah lebih sering bertanya mengenai hal yang belum dimengerti, dan jarang

menyampaikan pendapatnya. Proses interaksi berpikir S4 dengan materi

pembelajaran juga sebatas pada materi yang mudah baginya, yaitu kadang-kadang

menerapkan konsep yang mudah, jarang menuliskan jawaban dengan tepat, dan

jarang menunnjukkan kemampuan memecahkan masalah.

Pada pertemuan II, S1, S2, dan S3 terlihat lebih aktif dan bersemangat

ketika melakukan diskusi, tetapi pada kegiatan 3 proses interaksi berpikir S2 dan

S3 menurun, yaitu intensitas dalam menyampaikan pendapat lebih rendah dari

pada kegiatan sebelumnya. Hal ini disebabkan S1 lebih mendominasi diskusi pada

kegiatan 3. Proses interaksi berpikir S1, S2, dan S3 dengan materi hampir sama

dengan pertemuan I. Sedangkan S4 lebih sering bertanya dan menyampaikan

pendapatnya dari pada pertemuan I, namun pada pertemuan ini S4 tidak

menyampaikan pendapat kepada guru ketika kelompoknya mengalami kesulitan.

Proses interaksi berpikir S4 dengan materi mengalami penurunan apabila

dibandingkan pada pertemuan I. Ada hal menarik pada pertemuan III, dalam tahap

pemberian bantuan dalam penyelidikan tidak terjadi proses interaksi berpikir

siswa dengan guru. Hal ini disebabkan cara penyelesaian permasalahan yang ada

di LKS 3 hampir sama dengan LKS pada pertemuan sebelumnya sehingga

kelompok subyek penelitian tidak mengalami kesulitan karena sudah terbiasa

dengan permasalahan tersebut. Proses interaksi berpikir S1, S2 dan S3 dengan

teman sekelompoknya dan materi pembelajaran hampir sama dengan pertemuan

sebelumnya, tetapi pada diskusi kegiatan 3, S3 terlihat kurang aktif dalam

menyampaikan pendapat. Pada saat presentasi hasil S1 dan S3 menanggapi

kelompok yang sedang presentasi dengan menyampaikan perbedaan jawaban

kelompoknya. Pada pertemuan ini S4 terlihat lebih sering menjawab pertanyaan

teman sekelompoknya dan menyampaikan pendapat dari pada pertemuan

sebelumnya.

Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa siswa dengan kemampuan

rendah cenderung pasif dalam pembelajaran dibandingkan dengan siswa

berkemammpuan tinggi dan sedang yang cenderung aktif. Hal ini sudah sesuai

dengan pemaparan Asnaldi (2007) bahwa keaktifan setiap subyek penelitian

dimana siswa berkemampuan tinggi berperan sebagai sumber dalam belajar

kelompok serta membimbing teman-teman belajar kelompoknya untuk

mengkonstruksi pengetahuan. Siswa berkemampuan sedang berperan sebagai

penyeimbang dan siswa berkemampuan rendah sebagai penerima saja. Keaktifan

siswa tersebut disebabkan siswa dengan kemampuan tinggi memiliki struktur

berpikir awal yang lebih baik dari pada siswa berkemampuan rendah, sehingga

siswa berkemampuan tinggi lebih percaya diri dan mampu mengkonstruksikan

masalah dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mulyasa (2007:102)

bahwa siswa berkemampuan rendah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1)

lambat dalam menerima dan mengelola pembelajaran, lamban dalam bekerja,

memahami isi bacaan, menganalisis dan memecahakan masalah (2) kurang

Page 13: PROSES INTERAKSI BERPIKIR SISWA DALAM PEMBELAJARAN ...jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel7739148EAB5EBDDFE211C... · berpikir siswa dalam pembelajaran kooperatif dengan model

13

mampu berkonsentrasi, mudah lupa (3) tidak berprestasi dan hasil kerjanya tidak

memuaskan (4) sering berperilaku kurang baik dan tidak produktif.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa

terjadi proses interaksi berpikir siswa dalam pembelajaran kooperatif dengan

metode guided discovery. Keempat subyek penelitian melalukan interaksi berpikir

untuk menemukan rumus luas segitiga dan segiempat, serta menyelesaikan

masalah yang berkaitan dengan luas segitiga dan segiempat. Proses interaksi

berpikir tersebut terjadi secara multiarah, yaitu antara siswa berkemampuan

tinggi, siswa berkemampuan sedang, dan siswa berkemampuan rendah dengan

guru, kelompok kecil yang lain dan materi pembelajaran yang dilihat melalui LKS

sebagai media pembelajaran.

Siswa berkemampuan tinggi sering menjawab pertanyaan temannya,

sering menyampaikan ide, kadang-kadang memberikan sanggahan atau

kesimpulan dalam menyelesaikan permasalahan, kadang-kadang mengajukan

pertanyaan untuk memastikan kebenaran idenya, dan kadang-kadang juga

menanggapi kelompok lain ketika presentasi hasil diskusi. Proses interaksi

berpikir siswa berkemampuan tinggi juga terjadi dengan guru, yaitu sering

mendengarkan penjelasan guru, sering menjawab pertanyaan guru, dan kadang-

kadang mengajukan pertanyaan kepada guru. Selain itu, siswa berkemampuan

tinggi juga mengalami proses interaksi berpikir dengan materi, yaitu sering

menggunakan suatu konsep dalam menyelesaikan permasalahan, sering

menunjukkan kemampuan memecahkan masalah, dan sering menuliskan

penyelesaian di LKS dengan tepat.

Siswa berkemampuan sedang sering mengajukan pertanyaan mengenai

sesuatu yang belum dimengerti, tetapi kadang-kadang untuk memastikan

kebenaran idenya. Siswa berkemampuan sedang juga sering menjawab pertanyaan

temannya walaupun tidak sesering siswa berkemampuan tinggi, sering

menyampaikan ide, kadang-kadang memberikan sanggahan atau kesimpulan

dalam menyelesaikan permasalahan, dan kadang-kadang juga menanggapi

kelompok lain ketika presentasi hasil diskusi. Proses interaksi berpikir siswa

berkemampuan sedang juga terjadi dengan guru, yaitu sering mendengarkan

penjelasan guru, kadang-kadang menjawab pertanyaan dan mengajukan

pertanyaan kepada guru. Selain itu, siswa berkemampuan sedang juga mengalami

proses interaksi berpikir dengan materi pembelajaran, yaitu kadang-kadang

menggunakan suatu konsep dalam menyelesaikan permasalahan, menunjukkan

kemampuan memecahkan masalah, dan menuliskan penyelesaian di LKS.

Siswa berkemampuan rendah sering mengajukan pertanyaan mengenai

sesuatu yang belum dimengerti, kadang-kadang menjawab pertanyaan dan

menyampaikan ide mengenai materi yang mudah, tetapi tidak pernah memberikan

sanggahan atau kesimpulan. Ketika presentasi hasil diskusi, siswa berkemampuan

Page 14: PROSES INTERAKSI BERPIKIR SISWA DALAM PEMBELAJARAN ...jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel7739148EAB5EBDDFE211C... · berpikir siswa dalam pembelajaran kooperatif dengan model

14

rendah tidak pernah menanggapi kelompok lain. Siswa berkemampuan rendah

sering mendengarkan penjelasan guru, tetapi tidak pernah mengajukan pertanyaan

kepada guru. Siswa berkemampuan rendah kadang-kadang juga menjawab

pertanyaan guru. Selain itu, siswa berkemampuan sedang juga mengalami proses

interaksi berpikir dengan materi pembelajaran, yaitu kadang-kadang

menggunakan suatu konsep yang mudah dalam menyelesaikan permasalahan dan

kadang-kadang juga menunjukkan kemampuan memecahkan masalah yang relatif

mudah, dan kadang-kadang juga menuliskan penyelesaian di LKS dengan tepat.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, saran yang dapat diberikan

adalah sebagai berikut.

1. Bagi Guru

a) Guru tidak hanya dapat melihat kemampuan siswa melalui tes, tetapi

juga dapat melihat kemampuan siswa melalui proses interaksi berpikir

siswa.

b) Guru hendaknya menyediakan media pembelajaran yang sesuai untuk

meningkatkan interaksi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

c) Guru dapat menggunakan pembelajaran kooperatif dengan metode

guided discovery untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan

pembelajaran.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

a) Penelitian ini masih terbatas pada proses interaksi berpikir siswa dalam

pembelajaran kooperatif dengan metode guided discovery. Oleh karena

itu, perlu diteliti lagi terjadinya proses interaksi berpikir siswa dengan

menggunakan metode pembelajaran yang lain.

b) Penelitian ini masih terbatas untuk mengkaji proses interaksi berpikir

siswa dalam menemukan rumus luas segitiga dan segiempat, sehingga

perlu dikaji proses interaksi berpikir siswa pada materi yang lain.

c) Penelitian ini masih terbatas untuk mengkaji proses interaksi berpikir

siswa, sehingga perlu dikaji hubungan kemampuan siswa dengan proses

interaksi berpikir siswa.

d) Penelitian mengenai interaksi berpikir dapat dikembangkan sebagai

penelitian tindakan kelas.

Page 15: PROSES INTERAKSI BERPIKIR SISWA DALAM PEMBELAJARAN ...jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel7739148EAB5EBDDFE211C... · berpikir siswa dalam pembelajaran kooperatif dengan model

15

DAFTAR RUJUKAN

Amalia, Ria. 2008. Proses Interaksi Berpikir Siswa dengan Siswa dalam

Pembelajaran Kooperatif Metode Silih Tanya Materi Persamaan Kuadrat

Kelas X-2 SMAN 7 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Program

Studi Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang.

Asnaldi, Arie. 2007. Teori-teori Belajar Proses Perubahan Tingkah Laku da

Belajar. Bandung: Sandria.

Hudojo, Herman. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran

Matematika. Malang: JICA.

Moleong, J. Lexy. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan

Penerapannya dalam KBK. Bandung: Remaja Rosdakaya.

Subanji. 2011. Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif. Malang: UM

Press.

Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:

Kanisius.

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. rer. nat. I Made Sulandra, M.Si Aning Widayanti, S.Si, M.Pd

NIP 19631216 198701 1 001 NIP 19801207 200801 2 010

Mahasiswa

Nita Eri Kristya Ningsih

NIM 209311419791