PROPOSAL+TESIS++Kepemimpinan+Gembala+Yang+Berintegritas++ +Yakub+25+Mei+09+Draft+Rev.+00
-
Upload
rendy-pasaribu -
Category
Documents
-
view
557 -
download
6
Transcript of PROPOSAL+TESIS++Kepemimpinan+Gembala+Yang+Berintegritas++ +Yakub+25+Mei+09+Draft+Rev.+00
PROPOSAL
TESIS
HUBUNGAN KEPEMIMPINAN GEMBALA YANG BERINTEGRITAS DENGAN
PERTUMBUHAN ROHANI PENGERJA DAN AKTIVIS
DI GBI KAMBOJA DEPOK
OLEH :
NAMA : IR. YAKUB HENDRAWAN PERANGIN-ANGIN, MM
NIP :
ANGKATAN : 1
PROGRAM : MA
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BETHEL THE WAY
PROGRAM PASCA SARJANA
2009
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN LOGO
HALAMAN JUDUL
HALAM PERNYATAAN
HALAMAN DEDIKASI
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN ABSTRAK
HALAMAN KATA PENGANTAR
HALAMAN DAFTAR ISI
HALAMAN DAFTAR TABEL
HALAMAN DAFTAR GAMBAR
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E. Alasan Pemilihan dan Penetapan Judul
F. Tujuan Penelitian
G. Kegunaan Penelitian
H. Sistematika Penulisan
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
A. Kajian Teori
B. Kerangka Berpikir
C. Penelitian Yang Relevan
D. Hipotesis Penelitian
BAB III METODE, RANCANGAN DAN PROSEDUR PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
B. Metode Penelitian
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
D. Variabel Penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Instrumen Penelitian
G. Teknik Analisis Data
H. Hipotesis Statistika
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
B. Pengujian Persyaratan Analisis
C. Pengujian Hipotesis
D. Pembahasan Hasil Penelitian
E. Keterbatasan Penelitian
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Implikasi
C. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dibahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan
penelitian yang mencakup latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika
penulisan. Berikut ini akan dibahas hal-hal tersebut secara berurutan.
A. Latar Belakang Masalah
Ada beberapa latar belakang masalah yang melatar belakangi penulis untuk
menulis Tesis tentang : HUBUNGAN KEPEMIMPINAN GEMBALA YANG
BERINTEGRITAS DENGAN PERTUMBUHAN ROHANI PENGERJA DAN
AKTIVIS DI GBI KAMBOJA DEPOK.
Menjelang Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke 63 pada tanggal
17 Agustus 2008 ini sesungguhnya banyak hal yang kita rasakan belum benar-benar
merdeka, di saat ini negeri kita sedang marak dengan kasus korupsi yang diungkap
yang melibatkan baik pengusaha, pegawai negeri sipil bahkan para pemimpin bangsa,
anggota DPR, menteri, jaksa, gubernur, walikota, bupati banyak yang dijebloskan ke
dalam penjara. Semua peristiwa ini ada kaitannya dengan integritas, bangsa ini terus
mendambakan para pemimpin yang integritasnya tidak diragukan untuk mengantar
bangsa ini menuju kehidupan yang lebih adil dan sejahtera serta benar-benar merdeka
sebagaimana cita-cita bapak bangsa.
Jonathan Parapak seorang cendekiawan Kristen dan pendiri Perkantas dalam
kata pengantarnya pada buku Integritas : Memimpin di bawah pengamatan Tuhan
yang ditulis oleh Jonathan Lamb mengatakan bahwa lebih memprihatinkan lagi
berkembangnya masalah perpecahan dan bentrokan dalam berbagai institusi kristiani
bahkan di gereja yang disebabkan masalah korupsi dan integritas para pejabatnya.
Mungkin kita cenderung melihat integritas hanya dari sudut pandang korupsi uang,
namun kita lupa bahwa integritas sangat terkait dengan seluruh aspek kehidupan.1
1 Jonathan Lamb, Integritas (Jakarta : Perkantas – Divisi Literatur), 2008, hlm.17.
Integritas adalah modal utama seorang pemimpin, namun sekaligus modal
yang paling jarang dimiliki oleh pemimpin. Inilah tragedi terbesar dalam
kepemimpinan. Peneliti kepemimpinan James Kouzes dan Barry Posner dalam buku
mereka berjudul Credibility : How Leaders Gain and Lose It, Why People Demand It
melaporkan hasil riset mereka selama ampir 20 tahun dari survey terhadap ribuan
kaum profesional dari empat benua bahwa karakteristik nomor satu yang paling kritis
bagi seorang pemimpin adalah integritas. 2
Di millenium ketiga ini, kebutuhan akan pemimpin sejati semakin kentara.
Sebagai masyarakat dunia, bangsa, juga komunitas yang lebih terbatas, kita sampai
pada tahap pendakian yang penuh risiko. Pemimpin yang tidak visioner, berintegritas
tinggi, serta cerdas dapat mencelakakan mereka yang dipimpinnya, bahkan juga
kalangan lain.3
John Stott berpendapat bahwa integritas, konsistensi, ketulusan, transparansi,
keautentikan dan keandalan : betapa mengagumkanya rangkaian kebaikan dari sifat-
sifat moral kristiani ini. Sayangnya tidak selalu sifat-sifat ini mencirikan kehidupan
umat Allah. Lebih jauh beliau mengatakan integritas adalah ciri orang-orang yang
terintegrasi secara selaras, yang di dalam dirinya tidak ada dikotomi antara kehidupan
pribadi dan kehidupan di muka umum, antara yang disaksikan dan yang diterapkan,
antara yang diucapkan dan yang dilakukan. Integritas merupkan ciri esensial dari
seorang pemimpin dan yang terpenting dari para penginjil.4
Arti integritas telah mengalami erosi. Bagi sebagian besar orang dari berbagai
bangsa di dunia ini, kata integritas menimbulkan gagasan sok suci dan pikiran picik
apalagi di dunia ekonomi, bisnis dan politik. Dewasa ini di era modern norma-norma
dasar dari integritas bisa dihancurkan dalam sekejap mata.norma-norma yang
mempunyai arti penting yang abadi. Billy Graham berkata, “Integritas adalah lem
yang merekatkan cara hidup kita menjadi satu. Kita harus terus-menerus berjuang
untuk menjaga agar integritas kita tetap utuh”. Ketika kekayaan hilang, tidak ada apa
2 Sendjaya, Kepemimpinan Kristen (Kairos), 2004, hlm.62.3 Robby Chandra, Landasan Pacu Kepemimpinan (Gloria Graffa), 2004, hlm.20.4 Jonathan Lamb, Integritas (Jakarta : Perkantas – Divisi Literatur), 2008, hlm.14.
pun yang hilang; ketika kesehatan hilang, sesuatu hilang; ketika watak hilang, segala-
galanya hilang.5
Tidak mengherankan bila banyak media memberitakan tidak hanya mengenai
para politikus yang berjatuhan, tetapi juga para pendeta yang menggelapkan dana
gereja atau yang berselingkuh dengan perempuan-perempuan yang bekerja di gereja.
Kisah-kisah seperti ini sangat laris terjual karena merupakan contoh kemunafikan
yang terang-terangan. Memang ada sedikit sensasi disana, tetapi kita bisa memahami
reaksi orang awam yang menyadari kemunafikan para pemimpin mereka, khususnya
yang berasal dari kalangan gereja atau politikus yang merasa berhak menuntut orang
lain bagaimana seharusnya berperilaku. Kita sudah menjadi terlalu biasa melihat
korban yang berjatuhan dari kalangan petinggi gereja. Kita pun menjadi khawatir
cara hidup kita akan menyiratkan pertentangan dengan apa yang kita khotbahkan.
Betapa banyak kehancuran yang disebabkan oleh kesenjangan antara ajaran dan
perilaku para pendeta maupun para pemimpin yang berseru kepada orang lain supaya
hidup menurut standar Allah, namun mereka sendi munafik. Sungguh mereka telah
mencemarkan reputasi gereja.6
Integritas adalah antitesis bagi semangat zaman kita sekarang. Falsafah hidup
yang jauh jangkauannya yang membimbing budaya kita berputar disekeliling
mentalitas yang materialistis dan konsumerisme. Kebutuhan yang mendesak untuk
saat sekarang mengalahkan pertimbangan.
Dewasa ini kita banyak menyaksikan kesenjangan kredibilitas yang terjadi
dalam kehidupan bergereja, dunia politik, dan dunia usaha. Pentingnya keidupan
yang berintegritas muncul dari kenyataan bahwa kita dipanggil oleh Allah yang setia.
Watak Allah dicirikan oleh kasih yang tidak berkesudahan dan selalu setia, penuh
rahmat dan kebenaran, kasih dan terang. Jika kita belajar untuk mengenal-Nya, maka
kita terpanggil untuk mewujudkan sifat-sifat tersebut, menjalani hidup yang
berpadanan dengan panggilan ini, serta hidup sesuai dengan watak Allah.
5 John C. Maxwell, Mengembangkan Kepemimpinan Di Dalam Diri Anda. (Jakarta : Binarupa Aksara),1995.hlm.48.6 Jonathan Lamb, Integritas (Jakarta : Perkantas – Divisi Literatur), 2008, hlm.21.
Apakah di zaman ini masih diperlukan konsistensi antara keidupan pribadi
dan kehidupan publik seseorang ? Mungkinkah kita menutup mata terhadap hal-hal
yang terjadi dalam hidup pribadi pemimpin asalkan ia tetap menunjukkan kinerja
publik yang maksimal? Di balik pertanyaan-pertanyaan tersebut, terbersit sebuah
kefrustasian. Dunia tampak semakin putus asa mencari role model yang riil untuk
diteladani publik. Dan sejarah membuktikan bahwa umat Allah yang seharusnya
menjadi teladan hidup sebagai garam dan terang dunia telah berkali-kali gagal.7
Dunia terus mencari orang yang mampu berkata seperti Rasul Paulus,
“Ikutlah aku, sama seperti aku mengikut Kristus” (1 Korintus 11:1).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukan maka penulis
berusaha mengidentifikasi masalah yang ditemukan dalam pembahasan Tesis ini
sebagai berikut :
a. Adanya indikasi bahwa Pemimpin Gembala Gereja kurang memahami tentang
makna pertumbuhan rohani pengerja/ aktivis dipengaruhi oleh kepemimpinan
Gembala yang berintegritas
b. Ada persepsi bahwa Kepemimpinan Gembala Yang Berintegritas tidak
berhubungan dengan Pertumbuhan Rohani Pengerja dan Aktivis.
c. Ada persepsi bahwa Kepemimpinan Integritas seorang Gembala bukanlah hal
yang penting dalam pelayanan kepemimpinan seorang Gembala.
C. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan penulis lebih terfokus sesuai dengan judul dan tidak meluas
kedalam permasalahan yang lain, maka penulis memberikan batasan terhadap
masalah penelitian. Pembahasan terhadap permasalahan juga didasarkan pada
keterbatasan tenaga, dana dan waktu serta tempat dilakukannya penelitian yaitu pada
GBI Kamboja Depok sehingga penelitian hanya membahas masalah yaitu “Adanya
7 Sendjaya, Kepemimpinan Kristen (Kairos), 2004, hlm.63.
hubungan antara Kepemimpinan Yang Berintegritas dengan Pertumbuhan Rohani
Pengerja dan Aktivis di GBI Kamboja Depok”.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah terdapat hubungan
yang positif dan signifikan antara Kepemimpinan Gembala Yang Berintegritas
dengan Pertumbuhan Rohani Pengerja dan Aktivis di GBI Kamboja Depok ?”
E. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Tujuan Teoritis : Memberikan sumbangsi pengetahuan kepada Gembala GBI
Kamboja Depok tentang Kepemimpinan Gembala Yang Berintegritas yang
dijalankan selama ini.
b. Tujuan Praktis : Penulis ingin menyajikan data empiris yang berkaitan dengan
Kepemimpinan Gembala Yang Berintegritas dihubungkan dengan Pertumbuhan
Rohani Pengerja dan Aktivis di GBI Kamboja Depok agar menjadi masukan yang
berarti bagi seluruh hamba Tuhan maupun institusi (gereja) dalam membangun
dan mengembangkan Kepemimpinan Gembala Yang Berintegritas di lingkungan
GBI Kamboja Depok.
c. Tujuan Akademis : untuk memenuhi syarat akademis guna mencapai gelar Master
of Arts.
F. Kegunaan Penelitian
Melalui penelitian ini penulis berharap ada beberapa manfaat yang dihasilkan
baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis, yaitu :
a. Penelitian ini dapat menunjukkan sejauh mana hubungan korelasi Kepemimpinan
Gembala yang Berintegritas dengan Pertumbuhan Rohani Pekerja dan Aktivis di
GBI Kamboja Depok.
b. Penelitian ini bermanfaat bagi Gembala GBI Kamboja Depok yang diteliti untuk
mengetahui sejauh mana Kepemimpinan yang dijalankan selama ini dan
pengaruhnya terhadap pertumbuhan rohani pengerja dan aktivis di GBI Kamboja
Depok yang digembalakannya.
c. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi setiap hamba Tuhan di lingkungan GBI
Kamboja Depok untuk mempersiapkan pola dan model kepemimpinan yang
berintegritas dalam menggembalakan pengerja dan aktivis dilingkungan yang
menjadi tanggung jawab penggembalaannya.
d. Hasil penelitian ini juga bermanfaat menjadi bahan pustaka untuk studi
kepemimpinan penggembalaan kususnya yang berintegritas.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan Tesis ini, penulis membagi pembahasan dalam 5 (lima)
BAB, terdiri dari :
BAB I, merupakan Pendahuluan yang berisi Latar Belakang Masalah,
Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Kegunaan Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II, merupakan Kajian Teori, Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian
yang menjelaskan keseluruhan Kajian Teori dari pembahasan topik yang ada serta
gambaran dari Kerangka Berfikir dan Hipotesis Penelitian yang penulis gunakan.
BAB III, merupakan Metode Penelitian, yang didalamnya akan dibahas
tentang Tempat dan Waktu Penelitian, Metode Penelitian, Populasi dan Teknik
Pengambilan Sampel, Variabel Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Instrumen
Penelitian, Teknik Analisis Data dan Hipotesis Statistika.
BAB IV, merupakan Analisis dan Pembahasan, dalam bab ini kita bisa
melihat hasil-hasil penelitian yang ada yang terdiri dari Deskripsi Data, Pengujian
Persyaratan Analisis, Pengujian Hipotesis, Pembahasan Hasil Penelitian dan
Keterbatasan Penelitian dalam pembuatan dan penyelesaian Tesis ini.
BAB V, merupakan bab Penutup yang terdiri dari Kesimpulan, Implikasi
serta Saran.
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian Teori
A.1. Pertumbuhan Rohani Pengerja dan Aktivis
Pertumbuhan jemaat juga pengerja dan aktivis adalah hal yang pokok dalam strategi
pelayanan misi Paulus, seperti dijelaskannya kepada gereja-gereja lainnya. Ia memfokuskan
pendalaman maupun perluasan yang dicapai melalui konsolidasi dan pengembangan. Ia ingin
melihat gereja-gereja menjadi dewasa yang di dalamnya terdiri dari murid-murid yang saleh,
bukan hanya statistik dari jumlah orang yang menjadi Kristen di setiap kota. Ini tetap
merupakan bagian dari integritas misi kristiani masa kini, dan ini merupakan elemen penting
dari pelayanan kita. Penginjilan, mendirikan gereja dan membina pertumbuhan jemaat serta
pelayan menuju kedewasaan merupakan kesatuan yang utuh dan misi Paulus memasukkan
seluruh spektrum yang diawali dari pemberitaan Injil sampai kepada pemuridan yang menuju
kedewasaan kristiani.
A.2. Kepemimpinan Gembala Yang Berintegritas
A.2.1. Konsep Dasar Kepemimpinan
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses memengarui dan mengarahkan
para pegawai dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka.
Sebagaimana didefinisikan oleh Stoner, Freeman dan Gilbert (1995), kepemimpinan adalah
the process of directing and influencing the task-related activities of group members.
Kepemimpinan adalah proses dalam mengarahkan dan memengaruhi para anggota dalam hal
berbagai aktivitas yang harus dilakukan. Lebih jauh lagi, Griffin (2000) membagi pengertian
kepemimpinan menjadi 2 konsep, yaitu sebagai proses, dan sebagai atribut. Sebagai proses,
kepemimpinan difokuskan kepada apa yang dilakukan oleh para pemimpin, yaitu proses
dimana para pemimpin menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas tujuan organisasi
bagi para pegawai, bawahan atau yang dipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai
tujuan tersebut, serta membantu menciptakan suatu budaya produktif dalam organisasi.
Adapun dari sisi atribut, kepemimpinan adalah kumpulan karakteristik yang harus dimiliki
oleh seorang pemimpin. Oleh karena itu, pemimpin dapat didefinisikan sebagai seseorang
yang memiliki kemampuan untuk memengarui perilaku orang lain tanpa menggunakan
kekuatan, sehingga orang-orang yang dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok yang
layak memimpin mereka.3
Kepemimpinan berarti cara memimpin, yang berasal dari kata dasar kata benda
Pimpin yang berarti tuntunan, bimbingan, hasil memimpin dan kata kerja Memimpin yang
berati mengepalai, mengetuai; memandu; memegang tangan seseorang untuk dibimbing dan
ditunjukkan jalan; melatih, mendidik, mengajar agar dapat mengerjakan sendiri.8
Organisasi kepemimpinan ada karena diciptakan dan bukan karena dilahirkan. Ini
mungkin terdengar klise karena ungkapan “diciptakan, bukan dilahirkan” (made, not born)
dewasa ini sedang populer pada saat kita membicarakan tentang kepemimpinan itu sendiri.
Orang-orang termasyhur yang memimpin organisasi raksasa dan besar seringkali dicap
sebagai pendobrak, radikal, mencapai tujuan mereka dengan cara-cara yang tak lazim, untuk
bertahan mereka memiliki tiga kekuatan kunci, yaitu : 2
a. Mereka mengormati integritas dari cita-cita mereka dan naluri yang
mengiringinya.
b. Mereka mempunyai bakat untuk menarik para penanggung risiko lainnya
kepihak mereka.
c. Mereka semua menjadi siswa dan juga sebagai mentor, belajar dari
pengikutnya, dari kesalahan-kesalahan mereka dan dari saingan mereka.
A.2.2. Kepemimpinan Umum
Faktor kepemimpinan tidak diragukan lagi tingkat kepentingannya dalam
fungsi pengarahan dan keseluruhan fungsi-fungsi manajemen organisasi. Ada begitu
8 Ernie Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen (Jakarta : Prenada Media), 2005, hlm.255.4 Em Zul Fajri & Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Difa Publisher), hlm.654.
banyak pendekatan klasik maupun kontemporer baik yang diperbincangkan secara
praktik maupun secara ilmiah diantaranya adalah :
a. Kepemimpinan Karismatik atau charismatic leadership adalah kepemimpinan
yang mengasumsikan bahwa karisma merupakan karakteristik individu yang
dimiliki oleh seorang pemimpin yang dapat membedakannya dengan pemimpin
yang lain, terutama dalam hal implikasi terhadap inspirasi, penerimaan dan
dukungan para bawahan. Menurut Robert House (1977) seorang pemimpin
karismatik haruslah memiliki kriteria sebagai seorang yang tinggi tingkat
kepercayaan dirinya, kuat keyakinan dan idealismenya, serta mampu
mempengaruhi orang lain juga mampu berkomunikasi secara persuasif dan
memotivasi para bawahannya. Griffin (2000) menjelaskan bahwa paling tidak
terdapat 3 elemen yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin karismatik, yaitu :
(1) Mampu menyusun visi bagi masa depan, mampu menetapkan harapan yang
tinggi, serta mampu memberikan perilaku yang mendukung pencapaian
harapan yang tinggi tersebut.
(2) Mampu untuk memberikan kekuatan kepada orang lain untuk menunjukkan
kinerja yang baik dan terdorong untuk nerprestasi, percaya diri dan terdorong
untuk meraih kesuksesan.
(3)Mampu untuk membangun relasi dengan orang lain melalui dukungan,
empati, dan keyakinan akan kemampuan yang dimiliki orang lain.9
b. Kepemimpinan Transformatif adalah gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh
manajer atau pemimpin dimana kemampuannya bersifat tidak umum dan
diterjemahkan melalui kemampuan untuk merealisasikan misi, mendorong para
anggota untuk melakukan pembelajaran, serta mampu memberikan inspirasi
kepada bawahan mengenai berbagai hal baru yang perlu diketahui dan dikerjakan.
Transformatif pada dasarnya kemampuan untuk beradaftasi dengan perubahan,
sehingga esensi dari kepemimpinan transformatif adalah kemampuan seseorang
9 Ernie Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, (Jakarta : Prenada Media), 2005, hlm.255.
pemimpin untuk membawai orang-orang dan organisasi untuk mampu beradaptasi
dengan lingkungan untuk kesuksesan di masa yang akan datang.510
c. Kepemimpinan Inspiratif
d. Kepemimpinan Simbolis
A.2.3. Kepemimpinan Kristen
Frank Damazio menuliskan kualifikasi karakter kepemimpinan yang didaftar dari 1
Timotius 3:1-13 dan Titus 1:5-9 dimana ada sejumlah standar kedewasaan karakter yaitu :
- Tidak dapat dituduh (1 Timotius 3:2; Titus 1:7)
- Suami dari satu istri (1 Ti(1 Timotius 3:2; Titus 1:7)
- Dapat menahan diri (1 Timotius 3:2; Titus 1:8)
- Bijaksana (1 Timotius 3:2)
- Sopan (1 Timotius 3:2)
Setiap generasi membutuhkan seseorang yang berpandangan jauh ke depan dan
memiliki motivasi yang kuat untuk menjadi pemimpin. “ Bila tidak ada Wahyu, menjadi
liarlah rakyat” (Amsal 29:18). Orang yang gagal mencari kehendak Allah akan gagal juga
dalam memimpin umatNya pada arah yang benar.
Kepemimpinan adalah fenomena social yang selalu hadir dalam interaksi social, karena itu
Kepemimpinan selalu kita alami dalam konteks hidup bersama. Melalui pengalaman itu, kita
mengenal dan mengetahui kepemimpinan sebagai fungsi mempengaruhi orang untuk
melakukan suatu hal. Efektivitas seorang pemimpin, ditentukan dan dipengaruhi oleh
pemahaman si pemimpin tentang arti kepemimpinan, pilihan jenis dan gaya kepemimpinan.
Uraian pentingnya pemimpin dan kepemimpinan, dilukiskan oleh Napoleon dalam
kalimat ungkapan/sindirannya : “Saya lebih baik mempunyai pasukan yang terdiri dari
kelinci yang dipimpin oleh seekor singa, daripada memiliki pasukan singa yang dipimpin
oleh seekor kelinci”. Dengan ungkapan ini, Napoleon hendak menegaskan betapa pentingnya
seoeang pemimpin dan kepemimpinan dalam suatu organisasi.
10 Ernie Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, (Jakarta : Prenada Media), 2005, hlm.255-256.
A.2.4. Ciri Pemimpin Yang Tidak Baik
Ciri-ciri pemimpin yang baik diantaranya adalah :
Semua keputusan yang diambil adalah demi untuk kepentingan dirinya sendiri. Pemimpinlah
yang memutuskan segala-galanya tentang apa, mengapa, untuk apa, bagaimana, siapa, kapan
dan dimana suatu pekerjaan dilakukan (contoh klasik dalam Alkitab adalah Raja
Nebukadnezar, Daniel 2:1-13).
Celakalah gembala-gembala Israel yang menggembalakan dirinya sendiri. Bukankah
domba-domba yang seharusnya digembalakan oleh gembala-gembala itu ? Kamu menikmati
susunya, dari bulunya kamu buat pakaian yang gemuk kamu sembelih, tetapi domba-domba
itu sendiri tidak kamu gembalakan. Yang lemah tidak kamu kuatkan, yang sakit tidak kamu
obati, yang luka tidak kamu balut, yang tersesat tidak kamu bawa pulang, yang hilang tidak
kamu cari, melainkan kamu injak-injak mereka dengan kekerasan dan kekejaman (Yehezkiel
34:2b-4).
Contoh-contoh bagaimana menjadi pemimpin yang bertanggung jawab ada dalam
Mazmur 23 dan beberapa bagian dalam Alkitab yang menunjukkan padanan pengertian
kepemimpinan yaitu :
- Tuhan berjalan di depan mereka …. Dalam tiang awan untuk menuntun (memimpin)
mereka di jalan (Keluaran 13:21)
- Pergilah sekarang tuntunlah (pimpinlah) bangsa itu (Keluaran 32:34)
- Biarlah Tuhan ... mengangkat ... seorang yang mengepalai (memimpin) mereka dan
seterusnya (Bilangan 27:17)
- Tuhan, tuntunlah aku dalam keadilanMu... (Mazmur 5:9)
- .... Engkau akan menuntun dan membimbing aku (Mazmur 31:4)
- .... Kiranya RohMu yang baik itu menuntun aku ... (Mazmur 143:10)
- Demikianlah Engkau memimpin umatMu, untuk membuat Nama yang Agung bagiMu
(Yesaya 63:4)
- Daud berunding dengan pemimpin-pemimpin pasukan seribu dan pasukan seratus ....
(I Tawarikh 13:1).
- Jika hari ini engkau mau menjadi hamba rakyat, mau mengabdi kepada mereka dan
menjawab mereka dengan kata-kata yang baik, maka mereka menjadi hamba-
hambamu sepanjang waktu (1 Raja-Raja 12:7).
- Pemimpin disebut sebagai penjaga yang harus waspada kalau-kalau ada yang
mengancam kehidupan yang dijaga dan mengingatkan mereka terhadap bahaya yang
mengancam. (Yehezkiel 33:7).
- Pemimpin yang bertanggung jawab tidak hanya bertanggung jawab atas apa yang
dilakukannya tetapi juga bertanggung jawab atas apa yang dilakukan oleh orang-
orang yang dipinpinnya (Keluaran 16:27-28).
- Memotivasi/mendorong orang yang dipimpinnya atau yang menjadi bawahannya
dengan jujur dan bukan dengan tipu daya, serta memberi semangat agar anggota-
anggotanya melakukan pekerjaan dengan baik (Amsal 20:17; 21:6)
- Bersedia dan rela dikritik oleh orang lain seperti kata Amsal ”Siapa mengindahkan
teguran adalah bijak (Amsal 15:5) tetapi siapa benci kepada teguran akan mati
(Amsal 15:10) dan Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan supaya engkau
menjadi bijak dimasa depan (Amsal 19:20).
- Mudah menyesuaikan diri dan tidak kaku (fleksibel) dan terampil dalam
berkomunikasi (Amsal 16:24).
- Berlaku adil dalam memberi tugas/ perintah kepada orang yang dipimpin (Keluaran
18:13-27) dan Seorang pemimpin selalu dituntut untuk bertindak adil terhadap orang-
orang yang dipimpinnya (Amsal 11:1).
Alkitab senantiasa menempatkan posisi seorang pemimpin dalam kedudukan antara,
yakni antara Allah (Pemimpin yang sesungguhnya) dan umat (manusia). Pemimpin dalam
Alkitab bukanlah ”ujung kerucut” dari suatu sistem sebagaimana halnya sistem
kepemimpinan dunia. Dalam Alkitab, pengertian pemimpin adalah seorang yang diangkat
Allah sebagai ”wakilNya” untuk mempin umatNya, tetapi Allah adalah pemimpin umat yang
sesungguhnya. Segala kebijakan dan keputusan berada ditangan Allah. Otoritas ini mutlak
milikNya. Perhatikan kepemimpinan Nabi Musa dalam Perjanjian Lama. Musa tidak pernah
melakukan tindakan berdasarkan pertimbangannya, tetapi selalu berdasarkan amanat,
perintah dan petunjuk dari Allah (Keluaran 12:43-51; 13:1-16; 14:15-31; 15:25-26; 16:4-
16; 17:4-7).
Dalam sejarah kehidupan Israel, suatu ketika Israel menghendaki adanya seorang
Raja/ Pemimpin (I Samuel 8) sebagaimana layaknya bangsa-bangsa yang ada di sekeliling
mereka. Permintaan ini mendukacitakan Samuel yang mempunyai kedudukan sebagai
Hakim pada waktu itu. Tetapi Allah berfirman kepada Samuel untuk menerima permintaan
Israel itu, sebab bukannya Samuel yang mereka tolak melainkan Allah (I Samuel 8-6-7).
Permintaan untuk memiliki seorang Raja, adalah perbuatan dosa di mata Tuhan (I Samuel
12:19). Itulah sebabnya, meskipun di antara Israel memerintah seorang Raja (Pemimpin),
tetapi Raja/ Pemimpin Israel yang sesungguhnya adalah Tuhan Allah. Raja manusiawi tidak
lain hanya melaksankan kehendak Allah, maka sejauh itu apa yang Allah kehendaki, maka
pada saatnya pula Allah menurunkan dia dari takhtanya. Contoh Raja Saul (I Samuel 15:11).
Namun apablila Raja itu memerintah sesuai dengan kehendak Allah, maka Allah akan
memuji-mujinya (contoh Raja Daud).
Seorang pemimpin kristen bukanlah yang harus ditinggikan di atas yang lain,
melainkan yang senantiasa berada ditengah-tengah orang yang dipimpinnya untuk memberi
teladan, membimbing, menuntun dan mengarahkan mereka kejalan yang benar sesuai
dengan kehendak Allah, agar mereka memperoleh hidup dan memperolehnya dalam
kelimpahan. Ini berarti pula bahwa tujuan utama kepemimpinan kristen adalah
mengusahakan kebaikan dan kesejahteraan hidup bagi orang-orang yang dipimpin (Mazmur
23).
Dengan kata lain, kepemimpinan kristen bertujuan untuk membawa orang-orang
yang dipimpin kepada keselamatan dan memelihara keselamatan itu sehingga memperoleh
penggenapan di dalam kemulianNya. Karena itu menjadi seorang pemimpin kristen adalah
untuk memikul tanggung jawab dan bukannya untuk mencari kedudukan/ kekuasaan. Dalam
kepemimpinan kristen, fungsi dan tanggung jawab harus mendahului posisi atau kedudukan.
Pemimpin dalam sistem sekuler (dunia) cenderung menggunakan kekuasaan itu untuk
menindas orang-orang yang dipimpinnya.
Yehezkiel mengingatkan bagaimana seharusnya seorang pemimpin kristen
berperilaku dalam kepemimpinannya agar berkenan kepada Allah dan membawa kebaikan
bagi orang-orang yang dipimpinnya, yakni :
- Pemimpin tidak boleh menindas atau memeras orang-orang yang dipimpinnya.
Celakalah pemimpin yang berbuat demikian, karena sebetulnya mereka telah
melawan Allah.
- Pemimpin harus menggembalakan orang-orang yang dipimpinnya, dan bukannya
sibuk menggembalakan dirinya sendiri.
- Pemimpin dengan tekun dan setia mengusahakan jalan agar orang-orang yang
dipimpinnya dapat menemukan makna kehidupannya.
- Pemimpin harus bekerja dengan penuh kesungguhan hati dan bukan karena terpaksa.
A.2.5. Kepemimpinan Musa
Kehidupan Musa dapat dibagi dalam tiga periode selama tiap-tiiap 40 tahun. Sebagai
seorang pangeran Mesir, seorang gembala di pengasingan dan seorang pemimpin bangsa
Israel. Persiapan-persiapannya untuk menjadi pemimpin bangsa Israel adalah pendidikan
yang baik di istana Mesir, pengalaman tinggal di padang gurun dan persekutuannya yang
erat dengan Allah. Iman dan kesabaran Musa sangat diuji oleh bangsanya, sekumpulan
budak yang mudah ketakutan, plin-plan, bersungut-sungut dan pemberontak. Memikul beban
tanggung jawab kesejahteraan fisik dan rohani bangsa Israel, Musa tampil sebagai orang
yang lembut hati dan rendah hati, bijaksana dan beriman teguh pada Allah, seorang yang
lebih mementingkan kemuliaan Allah daripada kemegahan diri sendiri.
Musa menjadi dewasa dengan memperoleh pengalaman di tempat yang mewah
(istana Mesir) maupun di tempat yang sederhana (Midian). Kemudian dia dipanggil Tuhan
untuk menjadi pemimpin bangsa Israel, sebagaimana dilaporkan dalam Keluaran 3 dan
diringkaskan dalam ayat 30-34. Dialah yang menyampaikan firman Tuhan kepada bangsa
Israel dan menyampaikan jawaban bangsa Israel kepada Tuhan. Sebagai penyambung lidah
Tuhan tentu saja dia tidak mengurangi atau menambahi sedikitpun kehendak kedua belah
pihak.
Ada 3 peristiwa dalam kepemimpinan Musa sewaktu memimpin umat Allah ke
luar dari perhambaan dimana Musa membutuhkan bantuan sebagai pendamping/ pemimpin
yaitu :
1. Ketika Musa diberikan Harun untuk membantunya mendatangi Firaun, karena Musa
terlampau menekankan keterbatasannya dalam hal kemampuan natural (Keluaran
4:16).
2. Peristiwa tatkala beban menanggulangi perselisihan selaku seorang hakim menjadi
terlampau berat, Musa akhirnya menuruti nasihat ayah mertuanya, Yitro dan
menetapkan orang-orang lain untuk membantu (Keluaran 18:14-21).
3. Bebab rohaniah dalam berdoa syafaat untuk umat Israel sambil berupaya
mengembangkan karakter mereka telah menjadikan Musa kewalahan dan jawaban
Allah menunjukkan tujuh puluh tua-tua Israel guna mendampingi Musa (Bilangan
11:14-17).
Dalam Keluaran 15-17 Musa mengalami keputusasaan dalam memimpin bangsa
yang gemar bersungut-sungut. Sikap mereka yang buruk menambah beban
kepemimpinannya dan penderitaan mereka sendiri. Melalui pengalaman tersebut Musa
mempelajari keterbatasan kepemimpinan manusia dan menyadari kebergantungannya pada
Allah. Dia juga mempelajari nilai dukungan rekan-rekan sepelayanannya melalui
pertolongan Harun dan Hur.
Dalam Keluaran 32-34 Musa menolak kesempatan untuk meninggalkan bangsa yang
pemberontak dan bebal tersebut dan pergi sendiri dengan Allah. Musa juga menolak godaan
untuk berpikir bahwa ia dapat bertahan dengan bangsa tersebut tanpa hadirat Allah. Musa
tidak dapat hidup sendiri tanpa Allah dan tidak dapat bebas dari tanggung jawab kepada
orang lain, juga ia tidak dapat hidup dalam kekuasaan politik tanpa kekuatan yang datang
dari persekutuan pribadinya dengan Allah. Cara hidup Musa seperti dalam Keluaran 33:15
”Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini”,
Musa tidak akan mau pergi kemanapun, sekalipun ke Kanaan yang dijanjikan Allah, tanpa
jaminan kehadiran Allah di tengah-tengah mereka.
Dalam Bilangan 11-14 Musa diuji kepemimpinannya, kebesaran Musa nampak
berkali-kali ketika beban kepemimpinannya menjadi semakin berat, Allah menaruh RohNya
di atas 70 tua-tua Israel untuk menolong Musa memerintah bangsa itu. Tidak seperti banyak
orang yang tidak cukup kemampuan untuk melepaskan kekuasaan kepada orang-orang lain,
Musa sangat bahagia menerima pemimpin-pemimpin tersebut dan memuliakan Roh Allah
yang ada pada mereka. Ketika Miryam dan Harun mengata-ngatai dia, Musa tidak membalas
dendam dan ia memohon pengampunan untuk Miryam yang kena kusta akibat hukuman
Allah. Penolakan Musa untuk mencari kedudukan dan kemuliaan bagi diri sendiri membuat
Allah bebas membela Musa dan ini lebih efektif daripada yang mungkin dilakukan Musa.
Walupun bangsa Israel menolak untuk memasuki tanah perjanjian kemana Allah telah
memimpin mereka keluar dari perbudakan di Mesir, Musa tidak menolak mereka ketika
Allah menawarkan kesempatan padanya. Doa Musa mencegah kehancuran mereka dan ia
rela menerima hukuman perjalanan 40 tahun di gurun bersama-sama mereka.
Musa memilih menderita sengsara bersama umat Allah daripada untuk menikmati
kesenangan dosa. Sikap ini menunjukkan kejujuran Musa terhadap umat Allah yang
dipercayakan kepadanya untuk dibimbing dan dipimpin. Kehidupan Musa membuktikan
segi-segi yang dibutuhkan dalam kepemimpinan yang efektif. Saat Allah memanggil Musa
Ia memampukan Musa untuk tugas yang diberikan.
A.2.6. Kepemimpinan Nehemia
Nehemia mengungkapkan seluruh keberadaan dirinya di dalam catatan hariannya,
yang tergabung dalam sebuah kitab Nehemia. Sama seperti jutaan orang Yahudi sepanjang
sejarah, Nehemia menyadari akan masalah orang-orang yang tergolong minoritas. Dan sama
seperti kebanyakan orang Yahudi, ia juga tahu apa artinya mencapai keberhasilan. Ia telah
mencapai suatu kedudukan yang terkemuka yaitu sebagai juru minuman bagi seorang raja
Persia yaitu raja Artahsasta I, penguasa yang paling kuta pada zaman itu. Sebagai seorang
juru minuman, Nehemia bertugas untuk mencicipi air anggur dari cawan raja (587 sM)
bangsa Babel telah menjarah Yerusalem dan Kerajaan Yehuda yang di selatan itu, lalu
membawa penduduknya ke pengasingan. Tetapi setelah Babel jatuh ke tangan orang Persia,
Raja Koresy mengubah total garis kebijaksanaan Babel dan pada tahun 538 sM mengizinkan
beberapa rombongan orang Yahudi untuk pulang ke Yerusalem. Tindakan mereka yang
pertama-tama ialah mendirikan sebuah mezbah dan membangun kembali bait Allah.
Perhatian mereka selanjutnya ditujukan pada kota itu agar mempunyai daya pertahanan lagi.
Dan pada tahun 445 sM Nehemia datang ke Yerusalem untuk menyelesaikan tugas
membangun tembok-tembok kotanya.
Dalam Nehemia Pasal 1, pada waktu kisah ini dimulai Nehemia adalah seorang
pemimpin yang masih dalam masa pendidikan. Ketika dia mendengar berita tentang tembok
Yerusalem yang telah rusak terbongkar, pintu-pintu gerbang yang terbakar dan penduduknya
yang sedang menderita tekanan batin serta perasaan malu, berita itu dirasakan Nehemia
sebagai pukulan jasmani sehingga selama beberapa hari ia menangis, berkabung, berpuasa
dan berdoa (1:4). Allah membuka hati Nehemia terhadap tragedi bangsanya, tragedi yang
makin mencemarkan nama Allah. Allah memberikan kemampuan kepadanya untuk dapat
merasakan apa yang memprihatinkan Allah dan tertarik masuk ke dalam jalur yang
mengarah ke tujuan Allah. Nehemia berdoa dan mengakui dosa bangsa-bangsanya, ia
memiliki rasa turut bertanggung jawab bahkan tidak mempedulikan nasib dirinya sendiri
sementara ia memohon bagi bangsanya. Allah memakai kehidupan doa Nehemia yang aktif
untuk membentuk dia menjadi seorang pemimpin yang saleh dan takut akan Tuhan.
Dalam pasal 2, Nehemia adalah orang yang cepat bertindak, segera setelah ia
mendapat persetujuan raja mengenai rencananya, dia merundingkan segala perlengkapan
yang diperlukan, mengatur keselamatan perjalanan itu, menyusun rencana masa yang akan
datang, mengerahkan tenaga kerja yang besar dan membagi proyek pekerjaan masal yang
sangat besar itu ke dalam unit-unit yang mudah ditangani. Ada 3 unsur yang menjadikan
segalanya tertib yaitu :
(1) Pikirannya mengarah ke masa depan dalam doanya (2:1-10)
(2) Melakukan dulu penyelidikan yang cermat mengenai situasi (2:11-16)
(3) Tugasnya memberi motivasi kepada orang-orang sebelum menyerahkan pekerjaan itu
(2:17-18)
Nehemia adalah pemimpin yang baik, pemimpin yang baik melakukan penelitian
sendiri. Tiga hari setelah tiba di Yerusalem, ia pergi pada malam hari untuk melakukan
penyelidikan secara rinci mengenai tembok itu. Amanatnya kepada penduduk Israel dalam
2:17-18 menunjukkan bahwa ia sungguh ahli dalam segala kesederhanaan serta
ketegasannya. Hal itu terdiri dari 4 unsur yaitu : (1) kepekaan batin untuk mempersamakan
diri yang menjalar kepada orang lain, (2) pengakuan mengenai keadaan Yerusalem yang
sudah sangat gawat (3) permintaan untuk mengambil langkah khusus (4) kesaksian pribadi.
Nehemia seorang pemimpin yang memimpin bukan seseorang yang hanya mendorong dari
belakang, ia bukan hanya mempersamakan dirinya dengan bangsanya melainkan juga
memimpin dengan menjadi teladan. Dan ia memanggil mereka untuk ikut dengan dia. Dalam
pasal 3 dan 4, Nehemia sasarannya ialah membuat Yerusalem mempunyai daya pertahanan
lagi, untuk itu Nehemia membagikan tugas-tugas pekerjaan kepada orang-orang lain dan ia
sendiri pun ikut serta mengerjakannya. Nehemia mendelegasikan, menyerahkan wewenang
serta tanggung jawab dan membagi-bagikan pekerjaan. Paling sedikit ada tiga puluh
sembilan kelompok pekerja yang terlibat dalam pekerjaan itu.
Sebagian dari pekerjaan Nehemia berupa administrasi. Ia seorang pengatur yang
sangat cermat dan seorang pencatat yang saksama (7:5). Sebagian dari pekerjaannya juga
berupa doa dan puasa (1:5-11). Sebagian lagi dari pekerjaannya ialah mengawasi atau
memandori. Dialah yang mengambil tanggung jawab untuk memastikan bahwa pekerjaan itu
maju di semua bagian tembok Yerusalem, bahwa kesulitan-kesulitan di satu bagian jangan
sampai menghambat bagian yang lainnya. Jadi doa, administrasi, pengawasan di tempat dan
kerja fisik semuanya merupakan bagian dari satu keutuhan. Dalam pasal 5, perintah Nehemia
untuk membangun tembok kota Yerusalem diiringi dengan pengangkatannya sebagai bupati
(atau kepala daerah) Tanah Yehuda. Lama masa jabatannya yang pertama ialah 12 tahun
(5:14). Kedudukan itu memberi hak kepadanya untuk memungut pajak-pajak tertentu bagi
menutup biaya pemerintahan, misalnya bila ada pengeluaran untuk pesta menjamu serta
menghibur orang dan keramahan sebagai tuan rumah. Tetapi Nehemia menolak berbuat
seperti itu. ”Aku dan saudara-saudaraku tidak pernah mengambil pembagian yang menjadi
hak bupati. Tetapi para bupati yang sebelumnya, yang mendahului aku, sangat memberatkan
beban rakyat. Bupati-bupati itu mengambil dari mereka 40 syikal perak sehari untuk bahan
makanan dan anggur” (5:14-15). Pikiran Nehemia hanya tertuju pada setia mengabdi sebagai
saksi Allah dan menolong mereka yang sedang dalam keadaan putus asa. Karena pikirannya
yang demikian itu, maka musuh-musuhnya tidak dapat menarik dia menyimpang dari
tujuannya, juga kekayaan dan kehormatan tidak dapat menjeratnya. Ia berada di Yerusalem
bukan untuk mengambil, melainkan untuk memberi. Ia bukan saja abdi Allah, melainkan
juga abdi masyarakat. Jarang sekali ada pejabat pemerintah seperti dia, yang memiliki jiwa
seorang gembala. Pada masa tuanya Nehemia dipuji atas keberaniannya, ketegasannya,
kesediaannya untuk menghadapi masalah-masalah dan mengambil tindakan terhadap hal-hal
itu. Bahkan caranya bertindakpun dapat dibenarkan. Sampai akhir hidupnya Nehemia tetap
menjadi pemimpin yang mampu mengambil jalan yang tidak disenangi orang lain dan
memang sering ia melakukannya bila ia memandang hal itu perlu.
Prioritas Nehemia adalah prioritas Allah. Pada waktu orang dengan mudah dapat
menjadi patah semangat, tidak mau bertindak dan membiarkan masalah-masalah itu lewat
saja, Nehemia mengambil tindakan yang tepat serta efektif untuk membereskan apa yang
masih kurang. Sejak mula pertama kepemimpinannya mengungkapkan kebijaksanaan untuk
melakukan terlebih dulu apa yang perlu diutamakan. Ia menerima prioritas-prioritas Allah,
apakah itu menyenangkan orang banyak atau tidak, apakah itu menguntungkan dia secara
pribadi atau tidak. Nehemia seorang pemimpin dengan semangat dan konsisten dengan
visinya dan kuat dengan doa-doanya.
A.2.7. Kepeminpinan Daniel
Daniel memberi teladan praktis dan bersifat pribadi bagi pergumulan kita. Ia adalah
contoh dari orang yang karirnya mencapai posisi dengan kekuasaan dan prestise besar dalam
sistem dunia, namun yang tidak pernah mengkompromikan prinsip-prinsip dasar Alkitab. Ia
menunjukkan kepada kita cara menjalani hidup rohani yang utuh di bawah tekanan dunia
sekuler. Mereka yang mengalami godaan untuk menyerah terhadap tekanan semacam itu
akan banyak belajar dari Daniel.
Pelayanan Daniel di Babel berlanjut dari 70 tahun penjajahan Babel sampai masa
pemerintahan Persia. Daniel hidup sehat sampai usia 80 atau 90 tahun. Fokus utama nubuat
Daniel adalah pada orang-orang kafir. Dalam setiap keadaan dan dalam setiap krisis, Daniel
mengarahkan kita pada Allah yang secara berkuasa bekerja dalam sejarah manusia. Daniel
sanggup menolak sikap berkompromi karena hubungannya dengan Allah yang maha kuasa.
Ketaatan Daniel secara sederhana merupakan pernyataan keberadaan Allah yang maha
kuasa. Dia memandang Tuhan sebagai Raja di atas segala raja dunia dari Babel. Dalam pasal
1, Daniel dan kawan-kawannya dipisahkan dari tempat asal mereka dan dibawa ke Babel
pada waktu mereka muda. Kemungkinan mereka baru berusia antara 12-14 tahun. Di Babel
mereka harus menjalani program pelatihan selama 3 tahun untuk mempersiapkan mereka
menangani persoalan bangsa Yahudi dalam kekaisaran Babel. Dan pada saat menghadapi
makanan yang pertama kali disajikan, suara hati mereka berontak.
Dalam pasal 5, Daniel sudah tua lebih dari 80 tahun usianya, Raja yang menggantikan
Nebukadnezar memandang sebelah mata padanya. Daniel dipindahkan ke bagian yang tidak
berarti dalam struktur birokrasi Babel, namun ketika raja menemui masalah, ia memanggil
Daniel. Daniel menunjukkan pada kita bagaimana hidup berpegang teguh pada Allah selama
masa pembuangan yang panjang.
Nabi Daniel adalah contoh manusia yang memiliki pribadi yang utuh/ berintegritas
karena Daniel :
1. Adalah seorang yang beriman dan taat kepada Allah sehingga mampu menjaga dan
memelihara integritas dan kredibilitasnya sepanjang waktu. (Daniel 5:11-12).
2. Tidak terdapat cacat cela (tidak bercacad) karena ia setia kepada Allah dan memiliki
Roh Kebenaran (Daniel 6:4-5).
3. Rajin dan tekun berdoa, karena menyadari bahwa doa merupakan sumber kekuatan
dalam menghadapi pelbagai ancaman dalam hidupnya (Daniel 6:10-12).
4. Siap dan rela berkorban untuk sesuatu yang dianggapnya baik dan benar dihadapan
Allah (Daniel 6:14-17).
5. Mampu menyatukan (mengintegrasikan) pelayanannya kepada Allah dan
pelayanannya kepada manusia (Daniel 6:23)..
Pemimpin yang memiliki integritas, yakni kepribadian yang utuh (kepribadian yang
tidak terpecah), adalah pemimpin yang berani mengatakan YA di atas YA dan TIDAK di
atas TIDAK. Pemimpin seperti ini akan berhasil dalam kepemimpinannya.
Integritas penting dan perlu dimiliki oleh seorang pemimpin karena :
1. Allah menghendaki pemimpin memiliki integritas yakni : Ketulusan, kebenaran,
kesetiaan, kemurnian hati, kesalehan, kejujuran dan tidak mencari muka. Dalam 1
Raja-Raja 9:4-5 dikatakan ”Mengenai engkau, jika engkau hidup dihadapanKu sama
seperti Daud, ayahmu dengan tulus hati dan dengan benar, dan berbuat sesuai dengan
segala yang Kuperintahkan kepadamu dan jika engkau tetap mengikuti segala
ketetapan dan peraturanKu, maka Aku akan meneguhkan kerajaanmu atas Israel
untuk selama-lamanya seperti yang telah Kujanjikan kepada Daud, ayahmu, dengan
berkata : Keturunanmu takkan terputus dari takhta kerajaan Israel”.
2. Karena pemimpin yang memiliki integritas akan memimpin dengan penuh percaya
diri. Amsal 10:9 ”Siapa bersih kelakuannya, aman jalannya...” dan Amsal 28:1 ”Orang
fasik lari walaupun tidak ada yang mengejarnya, tetapi orang benar merasa aman...”.
Jadi integritas memberi kuasa dalam perkataan dan memberi kekuatan dalam
perencanaan kerja dan pelayanan.
Pemimpin yang memiliki integritas tidak memisahkan kehidupan pribadi dari
kehidupan bersama dimana pemimpin yang memiliki integritas akan menampilkan dirinya
sebagaimana adanya dan tidak dibuat-buat pada setiap situasi yang dihadapinya. Contoh
pemimpin yang memisahkan kehidupan pribadinya dari kehidupan bersama adalah Raja
Saul. Ia lebih memperhatikan ”public image’nya daripada kondisi nyata dirinya. Pemimpin
seperti Saul akan bertindak/berperilaku lain manakala ia berada di antara orang-orang yang
memperhatikannya. ”Aku telah berdosa, tetapi tunjukkanlah juga hormatmu kepadaku
sekarang di depan para tua-tua bangsaku ....” (I Samuel 15:30).
Pengorbanan Untuk Menjadi Seorang Pemimpin Yang Berhasil :
1. Berani Seorang Diri, sebagai seorang pemimpin adakalanya seorang diri berjuang
untuk suatu tujuan, bahkan ketika tidak seorangpun bersedia melangkah maju, sang
pemimpinlah yang selalu melakukannya, inilah salah satu biaya besar kepemimpinan
dan inilah pula tanda pengenal dari seorang pemimpin. Daud bersedia melawan Goliat
ketika tak seorangpun mau melakukannya (1 Samuel 17:32) ”Janganlah seseorang
menjadi tawar hati karena dia; hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu”.
2. Menentang Pendapat Umum, tidaklah mudah untuk bertahan terhadap derasnya arus
pendapat umum bila itu menentang Anda tetapi adakalanya perlu bersikap demikian.
Yosua bukanlah seorang pemimpin hanya karena ia menjadi kepala dari sebuah
bangsa, ia seorang pemimpin karena ia bersedia membayar harganya. Ia bersedia
menentang pendapat umum demi mempertahankan dan memajukan hal yang
dipercayainya. Yosua 24:15 ” Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah
kepada Tuhan, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah : allah yang
kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang Efrat, atau allah orang Amori
yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah
kepada Tuhan”.
3. Menanggung Risiko Kegagalan, semua manusia dapat gagal sekalipun mereka
adalah pemimpin-pemimpin besar, Abraham pernah gagal (Kejadian 12:10-13; 16:1-
6), Musa pernah gagal (Keluaran 2:11-12; Bilangan 11:10-23), Daud juga pernah
gagal (2 Samuel 11:21). Tanda seorang pemimpin yang baik bukanlah bahwa ia bebas
dari kegagalan. Bukti nyata dari kepemimpinan ialah cara pemimpin itu menangani
kegagalan. Mereka belajar dari kegagalan mereka dan Allah terus memakai mereka
sebagai pemimpin yang berhasil guna.
4. Menguasai Emosi, apapun yang dirasakan, para pemimpin yang baik berusaha keras
untuk dituntun oleh fakta dan prinsip. Jika kita membiarkan emosi menguasai diri kita
maka kita akan makin mudah untuk melakukan kekeliruan dalam penilaian bahkan
terlibat dalam kegagalan yang parah. Amsal 14:29 ”Seorang yang bijaksana
menguasai kemarahannya”. Ia mengetahui bahwa kemarahan menyebabkan
kesalahan. Amsal 4:23 ”Di atas segala yang lain, jagalah perasaanmu, karena
perasaan mempengaruhi semua hal yang lain dalam hidupmu”.
5. Tetap Tidak Bercela, pemimpin giat berusaha agar tetap dalam keadaan tidak bercela.
A.2.8. Gembala
Istilah Gembala dalam bahasa Inggris Shepherd berarti domba sedangkan Ibrani
kuno ra’ah artinya memberi makan sehingga Gembala dikenal sebagai orang yang
memberi makan dan dapat ditujukan kepada individu yang membantu atau memelihara
orang lain dimana seseorang yang memperlihatkan kepedulian yang penuh kasih sayang.
Deskripsi tugas dari kepemimpinan pastoral ada di 1 Petrus 5:1-8 yaitu memelihara dan
mengawasi. Kata memelihara menunjukkan fungsi seorang gembala yaitu menyediakan
makanan bagi domba-dombanya.
Tugas dan Tanggung jawab Gembala Jemaat :
- Memimpin kawanan domba Tuhan ke padang rumput dimana mereka dapat diberi
makan secara rohani.
- Melindungi kawanan domba, menurut gambaran Alkitab, jika gembala menelantarkan
kawanan dombanya mereka tidak akan mati kelaparan, bahaya yang lebih cepat
dihadapi kawanan domba itu lebih disebabkan oleh kurangnya perlindungan.
- Memerintah atas mereka yang dipercayakan Tuhan
- Menjadi teladan dalam mengikuti ketuhanan Kristus.
- Memberikan waktu kepada anggota jemaatnya untuk mempersatukan Firman dengan
lebih penuh ke dalam kehidupan mereka masing-masing.
- Harus Injili dimana karyanya harus meliputi mencari yang terhilang yang berarti
kepedulian gembala terhadap mereka yang tersesat seharusnya tidak terpuaskan
sampai orang berdosa itu diselamatkan.
- Harus terlibat di dalam pelayanan rekonsiliasi (pendamaian), panggilan seorang
gembala ialah agar ia pergi keluar dan membawa pulang individu yang tersesat.
- Meliputi pelayanan penyembuhan dan penguatan.
- Membedakan kebutuhan setiap anggotanya dan dengan cermat menciptakan
lingkungan yang mendukung perkembangan mereka masing-masing.
- Menjaga kandang dombanya.
Dalam Mazmur 23, kita belajar bukan hanya tentang sifat Allah. Melainkan juga
tentang kepemimpinan-Nya. Baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru menggunakan
istilah “gembala” untuk menggambarkan kepemimpinan. Kata itu mengkomunikasikan
kasih, pemeliharaan dan penjagaan rohani yang diberikan seorang pemimpin ilahi. Itu
melibatkan baik gada (perbaikan) maupun tongkat (pengarahan). Mazmur 23
menggambarkan Gembala Utama melaksanakan beberapa fungsi, dimana Sang Gembala :
- Memberikan kebutuhan
- Memimpin dengan penuh keyakinan
- Menuntun dan memberikan pengarahan
- Memberi makan dan mengurapi
- Mengasihi tanpa syarat
- Memberikan kelegaan
- Memperbarui dan memperbaiki
- Melindungi dari bahaya
- Mengoreksi dan menghibur
- Memberikan naungan permanen
Pesan dari Yehezkiel 34 merupakan pernyataan utama mengenai penggembalaan,
mereka yang memimpim bangsa Yehuda termasuk para penguasa maupun pemimpin agama
mempunyai fungsi penggembalaan yang bertanggung jawab untuk memelihara rohani
bangsa umat Allah. Celakalah gembala yang memberi makan dirinya sendiri (Yeh 34:1-3)
dimana :
(1) mereka mengambil bagi diri sendiri sumber-sumber yang terbaik
(2) para gembala mengambil bulu wol yang melindungi si domba dan mereka
menggunakannya untuk melindungi diri sendiri
(3) para gembala mengambil nyawa domba-dombanya
Gembala yang menelantarkan kawanan dombanya (Yeh 34:4-10)
(1) yang lemah tidak kamu kuatkan
(2) yang sakit tidak kamu obati
(3) yang luka tidak kamu balut
(4) yang tersesat tidak kamu bawa pulang
(5) yang hilang tidak kamu cari
(6) kamu injak-injak mereka dengan kekerasan dan kekejaman
(7) Allah menjadi lawan yang tidak lagi menopang dan membimbing gembala
(8) Gembala bertanggungjawab atas konsekwensi kesalahannya
(9) Allah menghentikan fungsi para gembala
(10) Allah menyingkirkan kemampuan para gembala dalam hal menggembalakan dirinya
sendiri.
Akibat pengabaian para gembala domba-domba berserak dan mati terbunuh. Berserak
bukan hanya menandakan bahwa domba-domba itu berkelana tetapi juga menandakan
bahwa domba-domba itu berlari ke berbagai arah. Mereka lari dalam ketakutan dan
keputusasaan karena tidak ada kepemimpinan dan pemeliharaan. Mereka ditelantarkan
tanpa perlindungan. Bahaya yang mengancam bukan hanya bahaya kelaparan tetapi
bahaya pembunuhan.
Allah membuat deklarasi yang penuh kuasa bahwa kawanan domba adalah milik-Nya
(Yeh 34:10b), Allah digambarkan sebagai gembala umat-Nya yang melindungi, memberi
makan dan menyelamatkan mereka dari bahaya (Yeh 34:12b-15), pesan utama Yehezkiel
34 bahwa Allah adalah gembala umat-Nya sekalipun gembala manusiawi gagal, Allahlah
gembala terakhir bagi umat-Nya.
Kristus adalah Gembala Agung dari gereja, namun demikian Ia juga menggunakan
gembala-gembala manusiawi. Ide bahwa Allah menyediakan para gembala untuk gereja-
gereja adalah hal mendasar untuk memahami pentingnya kelembagaan dan fungsi gembala
di dalam Perjanjian Baru.
Di masyarakat pada zaman Perjanjian Baru, pekerjaan gembala dipandang rendah.
Pekerjaan gembala dianggap merendahkan martabat dan pada umumnya dianggap hina.
Namun demikian, gereja Perjanjian Baru mempunyai pandangan yang mulia dan kudus
terhadap pekerjaan penggembalaan dengan menggunakan perspektif Perjanjian Lama yang
dua fungsi utama gembala adalah melindungi dan memberi makan.
Istilah kawanan domba, “poimnion, mempunyai akar kata yang sama dengan kata
gembala “poimaino. Kawanan domba berada dalam pemeliharaan gembala. Hal ini
menciptakan hubungan vital antara domba dan gembalanya suatu hubungan yang bahkan
lebih kuat dibanding kebutuhan akan rumput atau makanan. Kawanan domba Tuhan
ditakdirkan untuk dikerja-kejar dan dianiyaya (Mat. 26:31). Mereka dipelihara oleh Gembala
yang Baik (Yoh. 10:16). Kawanan domba itu dipelihara oleh gembala yang sebagai
balasannya mendapat upah yang sepadan (1 Kor. 9:7). Kawanan domba itu dapat dengan
aman mempercayai Allah untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan kekal mereka (Luk
12:32). Kawanan domba itu dibeli dengan darah Kristus dan gembala dari kawanan domba
itu telah diangkat oleh Roh Kudus untuk memelihara mereka (Kis 2:28; 1 Pet 5:2). Mereka
terancam bahaya serangan dari serigala (Kis 20:29). Akhirnya kawanan domba itu harus
dipimpin melalui teladan gembalanya (1 Pet. 5:3)
Kristus sebagai dasar penggembalaan Perjanjian Baru, prinsip-prinsip
penggembalaan sebagaimana terdapat dalam Yohanes 10:1-29 adalah :
- Yesus menekankan perihal gembala yang sejati sebagai lawan gembala yang
mempunyai motif yang egois dan tersembunyi.
- Karakter gembala sejati menjadikannya seorang gembala penjaga.
- Gembala sejati mempunyai komitmen untuk memberikan nyawanya bagi domba-
dombanya.
- Tujuan gembala yang baik ialah untuk memberi hidup yang berkelimpahan kepada
kawanan domba itu.
- Gembala yang penuh kasih berusaha untuk memberi keamanan kepada dombanya dan
berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
- Gembala yang menelantarkan dombanya secara langsung dan tak langsung telah
menempatkan kawanan dombanya dalam ancaman bahaya.
- Gembala jemaat tidak boleh kehilangan cinta kasihnya kepada orang-orang yang ada
di luar jemaat.
- Tindakan Pastoral harus didasarkan pada kasih yang memelihara hubungan dengan
Allah dan ketaatan kepada perintah-perintah Allah.
- Mengenali kehadiran Allah yang aktif ditengah-tengah jemaat adalah tujuan utama
dari tindakan penggembalaan.
Panggilan seorang gembala jemaat berakar di dalam wewenang Allah. Dasar
panggilan Yesaya ialah suara Allah (Yes. 6:1-4) ; Pelayanan Amos juga diawali dengan
penugasan dari Allah (Amos 7:14-16); Allah menugaskan Yehezkiel untuk berkhotbah
sekalipun umat-Nya tidak mau mendengarkan (Yeh. 2:2-3); di dalam Perjanjian Baru
asul-usul panggilan untuk pelayanan pemberitaan Firman berakar di dalam penugasan
Allah langsung (Roma 10:14). Wewenang gembala dapat disalahgunakan dan
diselewengkan dan sebagian orang berusaha memanipulasinya untuk keuntungan yang
egois. Namun demikian, penugasan seorang gembala jemaat tidak bersumber dari pikiran
manusia tetapi dari belas kasihan Allah dan perintah-Nya.
Paulus menentang orang-orang yang menyalahgunakan pemberitaan Injil (Fil.
1:15-20 dan 2 Tim 3:1-10), Paulus mengklaim bahwa panggilannya berasal langsung dari
Allah (1 Tim 1:1; 2 Tim 1:1). Gembala jemaat dan para pelayan gereja masa kini harus
mengajukan klaim yang sama walaupun orang lain menyalahgunakan pemberitaan Injil.
Allah yang kekal, kegiatan penggembalaannya harus dipenuhi dengan Roh Kudus.
A.2.9. Integritas
Integritas berarti kejujuran; mutu, sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan
yang utuh sehingga memiliki kemampuan yang memancarkan kewibawaan.11
Pdt. Prof. Dr. Ir. Bambang Yudho, M.Sc., M.A., Ph.D mengatakan bahwa Integritas
berasal dari bahasa Latin “integrare” yang artinya “menjadi utuh” dan diadopsi ke dalam
bahasa Inggris sebagai “integrity”. Jadi integritas adalah tentang suatu kesatuan yang utuh (a
whole). Pemimpin dengan integritas adalah seorang yang mempunyai kepribadian utuh
dalam kata dan perbuatan. Sebagaimana perilakunya di depan umum, begitulah kenyataan
kehidupannya. Sebagai seorang pemimpin, ia selalu melakukan apa yang dikatakannya dan
mengatakan apa yang dilakukannya. Integritas merupakan tulang punggung dari seorang
11 Em Zul Fajri & Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Difa Publisher), hlm.382.
pemimpin Kristen. Dengan lain kata bahwa integritas juga merupakan tiang utama (main
post) berbagai macam jenis pelayanan kerohanian, bakan juga di bidang sekuler.12
Kalau saya punya integritas, kata-kata dan perbuatan saya sesuai, saya adalah diri
saya, tidak peduli di mana diri saya atau bersama siapa. Seseorang yang punya integritas
tidak membagi loyalitas (itu sikap mendua), ataupun dia hanya pura-pura (itu kemunafikan).
Orang yang memiliki integritas adalah orang yang utuh; mereka bisa diidentifikasi dengan
kesatuan pikirannya. Orang yang memiliki integritas tidak punya apa pun untuk
disembunyikan dan tidak punya apa pun untuk ditakuti. Kehidupan mereka seperti buku
terbuka. V. Gilbert Beers mengatakan, “Seseorang yang punya integritas adalah orang yang
menetapkan sistem norma untuk menilai semua kehidupan.”13
A.2.10. Dimensi Kepemimpinan Yang Berintegritas
Integritas adalah reputasi kredibilitas, moralitas tinggi, kejujuran dan karakter yang
menurut karakter Kristus. Integritas sangat penting untuk menjadi pemimpin yang sukses.
Orang yang dipimpin harus tahu bahwa yang memimpin mereka dapat diandalkan, dapat
dipercayai. Kalau seorang pemimpin kehilangan integritas maka pemimpin tersebut
kehilangan kapasitas untuk berfungsi dengan baik. Untuk mempertahankan integritas,
seorang pemimpin harus mengikuti nasihat Yohanes dalam 1 Yohanes 1:7 “Tetapi jika kita
hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan
seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala
dosa”.14
Kepemimpinan rohani memiliki dua dimensi, yaitu “Perintah Allah” sebagai dimensi
Illahi dan “Tanggapan manusia atas pilihan dan perintah Allah” sebagai dimensi manusia.
Sebagai pemimpin Kristen yang baik, haruslah memerhatikan segi “dimensi manusia”
dengan menjaga “integritas” kehidupan, karena Allah selalu memilih manusia dengan
“integritas” yang baik.15
12 Bambang Yudho, How to Become A Christian Leader, (Yayasan Andi),2006,hlm.20.13 John C. Maxwell, Mengembangkan Kepemimpinan Di Dalam Diri Anda, (Jakarta : Binarupa Aksara),1995.hlm.38.14 Jeff Hammond, Kepemimpinan Yang Sukses, (Metanoia),2003,hlm.51-52.15 Bambang Yudho, How to Become A Christian Leader, (Yayasan Andi),2006,hlm.19.
Integritas bukanlah apa yang kita lakukan melainkan lebih banyak siapa diri kita. Dan
siapa diri kita, pada gilirannya menetapkan apa yang kita lakukan. Sistem norma kita
merupakan sebagian besar dari diri kita yang tidak bisa dipisahkan dengan diri kita. Ini
menetapkan prioritas dalam kehidupan kita dan menilai apa yang akan kita terima atau kita
tolak.
John C. Maxwell mengatakan delapan puluh persen dari apa yang dipelajari orang
datang melalui stimulasi visual, 10 persen melalui stimulasi pendengaran, dan 1 persen
melalui indera lainnya. Maka merupakan hal yang masuk akal bahwa semakin banyak
pengikut meliat dan mendengar pemimpinnya konsisten dalam tindakan dan perkataan, akan
semakin besar pula konsistensi dan loyalitas mereka. Apa yang mereka dengar, mereka
pahami. Apa yang mereka liat, mereka percayai. Terlalu sering kita berusaha memotivasi
pengikut kita dengan sarana yang cepat mati dan dangkal. Yang diperlukan orang bukanlah
motto untuk dikatakan, melainkan teladan untuk dilihat.16
Semakin bisa dipercaya diri anda semakin besar pula kepercayaan orang lain yang
ditempatkan pada diri anda, dengan demikian memungkinkan diri anda memiliki hak
istimewa mempengaruhi kehidupan mereka. Semakin kurang di percaya diri anda, semakin
kurang pula kepercayaan yang ditempatkan orang lain pada diri anda dan makin cepat anda
kehilangan kedudukan untuk mempengaruhi.
Beberapa alasan mengapa integritas begitu penting :17
a. Integritas Membina Kepercayaan
b. Integritas Punya Nilai Pengaruh Tinggi
c. Integritas Memudahkan Standar Tinggi
d. Integritas Menghasilkan Reputasi Yang Kuat, Bukan Hanya Citra
e. Integritas Berarti Menghayatinya Sendiri Sebelum Memimpin Orang Lain
f. Integritas Membantu Seorang Pemimpin Dipercaya, Bukan Hanya Pintar
g. Integritas Adalah Prestasi Yang Dicapai Dengan Susah Payah
16 John C. Maxwell, Mengembangkan Kepemimpinan Di Dalam Diri Anda, (Jakarta : Binarupa Aksara),1995.hlm.40.17 John C. Maxwell, Mengembangkan Kepemimpinan Di Dalam Diri Anda, (Jakarta : Binarupa Aksara),1995.hlm.41-48.
Mengapa integritas sangat penting, menurut Pdt. Prof. Dr. Ir. Bambang Yudho,
M.Sc., M.A., Ph.D ada 3 hal, yaitu :18
a. Tuhan selalu memperhatikan integritas manusia yang dipilih-Nya menjadi seorang
pemimpin. Dalam Kitab 1 Raja-raja 9:4-5 dikatakan : “Mengenai engkau, jika engkau
hidup dihadapan-Ku sama seperti Daud, ayahmu, dengan tulus hati dan dengan benar,
dan berbuat sesuai dengan segala yang Kuperintahkan kepadamu, dan jika engkau
tetap mengikuti segala ketetapan dan peraturan-Ku, maka Aku akan meneguhkan
takhta kerajaanmu atas Israel untuk selama-lamanya.....” Tuhan Yesus juga
merupakan teladan yang sempurna, seperti terdapat di dalam Matius 22:16b, yang
berkata : “Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur
mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapapun”. Rasul Paulus di
dalam 2 Korintus 1:12, juga mengatakan : “Inilah yang kami megahkan, yaitu bahwa
suara hati kami memberi kesaksian kepada kami, bahwa hidup kami di dunia ini,
khususnya dalam hubungan kami dengan kamu, dikuasai oleh kekudusan dan
kemurnian dari Allah”.
b. Seorang dengan integritas akan memimpin orang lain dengan penuh kepercayaan. Ia
akan melangkah tanpa rasa khawatir. Amsal 10:9 mengatakan : “Siapa bersih
kelakuannya, aman jalannya, tetapi siapa berliku-liku jalannya, akan diketahui” dan
Amsal 28:1 juga dikatakan : “Orang fasik lari, walaupun tidak ada yang mengejarnya,
tetapi orang benar merasa aman seperti singa muda”.
Alkitab terus-menerus mengingatkan kita untuk menjalankan kehidupan yang
sepadan dengan panggilan kita, “Barangsiapa mengatakan bahwa ia ada di dalam Dia, ia
wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup” (1 Yoh 2:6). Ini adalah mengenai iman yang
dijalankan, kebenaran yang diterapkan dalam tindakan, kesalehan dalam menjalani
kehidupan di tempat kerja. Jemaat Kristen mula-mula tentu saja harus menjalani hidup
mereka secara konsisten. Ada hubungan yang erat antara kekudusan dan misi. Gereja mula-
mula sangat diperhatikan gerak-geriknya. Kehidupan mereka, pekerjaan mereka, keluarga
mereka, respon mereka ketika berada dalam tekanan; semua ini harus mendukung pesan
radikal yang mereka sampaikan pada abad pertama.
18 Bambang Yudho, How To Become A Christian Leader, (Yayasan Andi),2006,hlm.20-22.
Paulus juga sangat menyadari bahaya yang diadapi pemimpin umat Kristen. Ketika
berbicara kepada para penatua di Efesus, ia menekankan, “Jagalah dirimu dan jagalah
seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Ro Kudus menjadi penilik untuk
menggembalakan jemaat Allah” (Kis. 20:28). Ia mengatakan hal yang sama kepada Timotius
: “Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi
orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam
kesetiaanmu dan dalam kesucianmu... Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu” (1
Tim. 4:12,16). Perintahnya sangat penting dalam kedua nasihat tersebut : awasilah
kehidupanmu, kesalehanmu, keberlangsungan kehidupan rohanimu terlebih dahulu.
Di semua lapisan masyarakat ada seruan yang kuat agar para pemimpin, baik di
bidang usaha, politik atau agama, hidup berintegritas. Integritas dipandang sebagai kualitas
yang sangat mendasar dan penting dalam kepemimpinan. Kita tidak perlu terkejut bila
integritas dinilai tinggi dalam sektor usaha.
Dalam bukunya yang berjudul Transforming Leadership, Richard Higginson
mendaftarkan beberapa pernyataan misi dari perusahaan-perusahaan terkemuka :
c. “Integritas tidak bisa dikompromikan. Usaha-usaha yang dijalankan oleh perusahaan
kami di seluruh dunia harus dilaksanakan dengan sikap yang bertanggungjawab secara
sosial dan menjunjung tinggi integritas serta berkontribusi positif pada masyarakat.”
(Ford Motors)
d. “Perusahaan Shell mengutamakan kejujuran dan integritas dalam semua aspek
usahanya.”
e. “Kami menjalankan usaha dengan penuh integritas. Di setiap tingkat jabatan para
pekerja diarapkan setia pada etika-etika standar bisnis yang tertinggi dan harus
memahami bahwa segala sesuatu yang di bawah standar sama sekali tidak bisa
diterima.” (Hewlett Packard)
Integritas juga merupakan hal yang sangat diperhatikan dikalangan para pegawai.
Penelitian menunjukkan bahwa, ketika para pegawai ditanyai mengenai apa yang paling
mereka kagumi dari seorang pemimpin, maka integritas merupakan salah satu dari tiga
kualitas yang paling sering disebutkan. Bagi kebanyakan pegawai tersebut integritas berarti
bertindak jujur, mereka menginginkan atasan mereka bersikap jujur dengan pegawainya, dan
juga bersikap konsisten. Pemimpin-pemimpin dalam bidang usaha atau politikus atau para
hamba Tuhan sebaiknya tidak mengatakan hal yang sama sekali berbeda dengan apa yang
mereka katakan keesokan harinya.
Integritas bisa berarti keadaan yang utuh dan lengkap. Satu definisi dari kata ‘integral’
adalah sangat mendasar atau sangat penting untuk keadaan yang lengkap; utuh; sempurna;
tidak ada yang kurang; menyeluruh. Dalam pengertian ini, integritas menyatakan kehidupan
yang menyatu dengan baik. Ada keterkaitan antara bagian-bagian yang berbeda dari
kehidupan seseorang. Sistem nilai yang kita anut akan membentuk setiap segi kehidupan
kita, baik di depan umum maupun dalam kehidupan pribadi. Ada kekompakan antara
kepribadian kita dan cara hidup kita.
Integritas juga bisa memiliki arti lebih umum dalam percakapan sehari-hari. Kita
menggunakannya untuk menggambarkan kualitas yang berhubungan dengan kebenaran dan
moralitas. Integritas mengandung arti bahwa kita adalah orang yang ‘lurus’, jujur dan tulus.
Kita bisa dipercayai karena adanya konsistensi kata, sifat dan tindakan. Inilah wujud luar
dari integritas yang tertanam dalam batin.
Ketika pemimpin pada setiap tingkatan gagal menjalani kehidupan yang berintegritas,
maka akibatnya sungguh sangat fatal. Kegagalan ini meracuni komunitas, menghancurkan
kepercayaan, menggagalkan misi yang saling terkait dan menyatu, dan yang paling
berbahaya kegagalan ini bisa mengkhianati usaha-usaha dalam pengabaran Injil dan
merendahkan Allah yang kita sembah. Namun ketika para pemimpin Kristen menjalani
kehidupan yang sesuai dengan kata-kata yang mereka ucapkan, menepati janji-janji mereka,
melayni komunitas mereka; pendeknya memperliatkan kepada kita Yesus Kristus itu sendiri;
maka komunitas kristiani itu akan terbina dan misi kristiani pun akan meningkat. Integritas
bila benar-benar dipahami dan dilakukan dengan setia, bisa mengubah karya para pemimpin,
memperkuat pelayanan gerejawi dan organisasi dan mendukung kesaksian kehidupan
kekristenan kita.
Kepemimpinan pada dasarnya adalah suatu ubungan atas dasar kepercayaan, oleh karena
itu kredibilitas sangat penting. Ubungan Paulus dengan jemaat Korintus memperlihatkan
bagaimana Paulus adalah seorang pemimpin gembala yang berintegritas. Kalau kita melihat
2 Korintus, Jemaat Korintus memiliki kecurigaan yang cukup besar akan kualitas
kepemimpinan Paulus hal ini terlihat dengan faktanya bahwa Paulus dikritik dalam banyak
hal, diantaranya Paulus dituduh sebagai orang yang sangat tidak bisa diandalkan karena
berjanji untuk mengunjungi orang-orang Korintus, namun ternyata tidak ditepati. Paulus juga
dituduh telah bertindak secara berbelit-belit dan tidak tulus, tidak mau berterus terang.
Latar belakang hubungan Paulus dengan Jemaat Korintus adalah Paulus sudah bersama-
sama jemaat Korintus sebagai gembala kurang lebih delapan belas bulan seingga kalau
diukur dari sudut waktu ini hubungannya dengan jemaat sudah sangat dekat, Paulus bangga
dengan mereka seperti seorang ayah bangga terhadap anak-anaknya. Ada beberapa hal yang
terjadi dalam jemaat yang tidak sepadan dengan kehidupan komunitas orang kristen,
sehingga Paulus harus memberi teguran keras kepada mereka, Paulus arus menulis kepada
mereka dengan kata-kata yang tampaknya tajam sekali. Setiap orang yang terlibat dengan
tugas mendisiplin warga gereja akan memaami bahwa untuk melaksanakannya dibutukan
usaha dan pengorbanan emosi yang sangat majal. Jemaat Korintus tentu saja sangat merasa
sakit atas teguran itu. Bagi Paulus tugas mendisiplin itu juga penuh pengorbanan,tentu saja,
ia berharap bahwa pada akirnya kehangatan dan keintiman persekutuan mereka bisa
dipulihkan kembali.
Larry Keefauver mengatakan integritas adalah apa yang dilakukan di balik pintu
dalam pelayanan ketika kamera dan mikrofon dimatikan. Tanpa integritas suatu pelayanan
pasti akan hancur. Dengan integritas, pemimpin mempraktekkan apa yang pemimpin
ucapkan, dibalik pintu yang tertutup bersama orang lain, di tempat-tempat yang jauh dan
dengan mereka yang paling karib dengan pemimpin. Lukas 12:2-3 berbunyi “Tidak ada
sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang
tersembunyi yang tidak akan diketahui. Karena itu apa yang kamu katakan dalam gelap akan
kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan
diberitakan dari atas atap rumah.”19
Myles Munroe menuliskan bahwa salah satu kualitas dan karakteristik yang
diperlukan dalam kepemimpinan sejati adalah Integritas yaitu konsistensi dalam perkataan
dan tindakan seseorang; kelayakan untuk dipercaya; karakter yang benar.20
19 Larry Keefauver, 77 Kebenaran Yang Hakiki Dalam Pelayanan. (Semarang : Media Injil Kerajaan),hlm.121-122.20 Myles Munroe, The Spirit of Leadership. (Immanuel), 2006.hlm.276.
Pakar kepemimpinan Warren Bennis dalam bukunya Leaders : Strategies for Taking
Charge menulis bahwa integritas adalah fondasi untuk membangun rasa percaya (trust).
Trust ini berkaitan erat dengan predictability. Seorang pemimpin yang memiliki integritas
membangun rasa percaya dengan menunjukkan kepada orang lain bahwa apabila ia
diperhadapkan dengan tantangan moral, segala keputusan dan aksinya dapat diprediksi.21
Integritas dimengerti sebagai “wholeness, completeness, entirety, unfied”. Keutuhan
yang dimaksud adalah keutuhan dalam seluruh aspek hidup, khususnya antara perkataan dan
perbuatan. Beberapa kamus mendefinisikan integritas sebagai, “the condition of having no
part taken away” atau “the character of un-corrupted virtue.” Yakobus memberikan definisi
yang senada. Orang yang berintegritas adalah orang yang “mature and complete, not lacking
anything” (Yakobus 1:4). Iman dan perbuatannya menyatu. Bakan dari perbuatannya, orang
dapat melihat imannya (Yakobus 2:8).22
Integritas dapat digambarkan dan dibuktikan dengan beberapa hal seperti : (1) Saat
tiuada orang yang tahu, (2) Hidup transparan dan (3) Tidak menipu orang lain, diri sendiri
dan Allah.
(1) Integritas : Saat Tiada Orang Yang Tahu
Apa yang kita lakukan pada saat kita merasa bahwa perbuatan kita tidak akan diketahui
orang lain menunjukkan level integritas kita. Integritas kita diukur dari apa yang kita
pikirkan, katakan, dan lakukan pada saat kita benar-benar sendirian.
Yusuf selama berhari-hari digoda oleh istri Potifar, bosnya, untuk bersetubuh dengan dia.
Probabilitas perselingkuhan mereka diketahui orang sangat kecil. Bahkan mencapai titik nol.
Potifar tidak dirumah, dan para pengawal dan dayang-dayang si nyonya rumah telah diatur
untuk menghilang dalam waktu yang cukup lama. Yusuf dapat berselingkuh tanpa khawatir
ketahuan. Namun jawabannya yang begitu tegas menunjukkan level integritasnya,
21 Sendjaya, Kepemimpinan Kristen (Kairos), 2004, hlm.62.22 Sendjaya, Kepemimpinan Kristen (Kairos), 2004, hlm.63-64.
“Bagaimana mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini (terhadap Potifar) dan berbuat
dosa terhadap Allah?” Itulah integrity in action.
Sering kali integritas kita ditentukan oleh probabilitas tindakan tersebut diketahui orang lain.
Padahal seharusnya kita gentar terhadap Allah karena Dia adalah yang Allah tak pernah
tidur. Bukan hanya itu, Ia juga adalah Allah yang menyingkapkan dosa. Tegasnya, sebuah
bau busuk tidak akan dapat ditutup-tutupi selamanya. Pada saat kita mencoba menutupinya,
Allah dalam kedaulatan-Nya dapat membukanya dan menyatakan kepada publik.
Pengamsal mengingatkan kita, “Siapa bersih kelakuannya aman jalannya, tetapi siapa
berliku-liku jalannya akan diketaui” (Amsal 10:9). Terjemahan bahasa Inggris terhadap ayat
ini lebih tepat : “The man of integrity walks securely, but he who takes crooked paths will be
found out”. Jika kita bersikeras menutupi dosa dan kesalahan kita, Allah yang akan
membukakannya dengan cara dan konteks yang berbeda sesuai dengan kedaulatan-Nya. Dan
kalau itu yang terjadi, biasanya berakibat fatal.
(2) Hidup Transparan
Orang yang memiliki integritas tidak memiliki sesuatu yang perlu disembunyikan atau
ditakuti. Hidup mereka yang transparan bagai surat yang terbuka. Dalam Perjanjian Lama,
Daniel mendemonstrasikan prinsip ini dengan konkret. Saat orang-orang yang tidak
mengenal Allah mencari-cari alasan untuk mendakwanya, mereka tidak dapat menemukan
kesalahan apapun dalam hidup Daniel (Daniel 6:5,6). Ia menjalani kehidupan yang dari kaca
mata manusia sama sekali tidak bercacat.
(3) Tidak Menipu Orang Lain, Diri Sendiri dan Allah
Warren Wiersbe dalam bukunya Integrity Crisis menulis bahwa orang yang tidak
berintegritas adalah orang yang sedang mengalami dekadensi moral dan spiritual. Kegelapan
meliputi dirinya namun ia tidak mengetahuinya, karena ia merasa kegelapan dalam dirinya
adalah terang.
Jalan menuju integritas begitu sulit dan berliku. Begitu banyak pemimpin Kristen yang jatuh
dalam area integritas, berkompromi dalam area kuasa, uang dan seks.
Rentetan skandal ala raja Daud seharusnya membuat kita semakin rendah hati dan gentar
dihadapan Tuhan. Kita semakin ketat menjaga hati dan mengujinya di hadapan Allah. Tanpa
itu, tidak mungkin seorang pemimpin dapat memberikan teladan hidup. Dunia tetap menanti
para role model yang berani menyatakan, “Ikutlah aku, sama seperti aku mengikut Kristus”.
Sifat-sifat apakah yang seharusnya dimiliki setiap pemimpin ? John C. Maxwell
mengutif Mazmur 15 dimana Daud menggambarkan seorang pemimpin yang saleh sebagai
seorang yang :23
- Mempunyai integritas
- Tidak ikut serta dalam gosip
- Tidak mencelakai orang lain
- Berbicara menentang kesalahan
- Mengargai orang lain yang hidup dalam kebenaran
- Menepati kata-kata mereka bahkan jika merugi
- Tidak ingin mendapatkan keuntungan dari kerugian orang lain
- Kuat dan mantap
Integritas Paulus mendorongnya mengambil sikap teradap Petrus, rekan pemimpinnya, di
depan beberapa orang percaya Yahudi dan Kafir. Paulus mengkritik kemunafikan Petrus dan
menuntut supaya semua pemimpin Kristen tetap konsisten, tanpa mempedulikan teman yang
ada bersama mereka. “Tetapi waktu kulihat kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan
kebenaran Injil, aku berkata kepada Kefas di hadapan mereka semua : “Jika engkau, seorang
Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa
saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yaudi?” (Galatia 2:14).
23 John C. Maxwell, Leadership – Janji Tuhan Untuk Setiap Hari.(Jakarta : Immanuel),2005.hlm.24.
Ada tiga ciri integritas yang sangat penting, yaitu :24
a. Ketulusan : Motivasi Yang Murni
b. Konsistensi : Menjalani Kehidupan Sebagai Suatu Keseluruan
c. Keandalan : Mencerminkan Kesetiaan Allah
Hal-hal lainnya yang menunjukkan ciri-ciri diatas terkait dengan integritas adalah :
- Kekudusan
- Kesalehan
- Kesederhanaan
- Apa adanya
- Tulus ikhlas
- Tidak licik
- Bukan Penipu
- Spontan
- Jujur
- Tidak Berpura-pura
- Transparansi
- Keterbukaan
- Keterusterangan
- Ketulusan hati
- Konsisten dalam semua situasi dan kondisi
- Konsisten dalam berkomunikasi
- Konsisten dalam mengatur semua urusan
- Setia kepada Allah
- Akuntabilitas kepada Allah
24 Jonatahan Lamb, Integritas.(Jakarta : Perkantas – Divisi Literatur),2008.hlm.37-45.
- Akuntabilitas kepada orang lain
- Akuntabilitas teradap diri sendiri
- Melayani orang lain
- Kasih yang berkorban
- Kepedulian seperti orang tua kepada anaknya
- Tidak ada penipuan
- Tidak ada penyimpangan
- Merendahkan diri
- Tidak meninggikan diri
- Menggunakan otoritas
- Membangun Komunitas
- Menangani Kegagalan
- Integritas Sebagai Cara idup
Para pemimpin dalam beberapa organisasi tidak mengenali pentingnya menciptakan
suatu keadaan yang menghasilkan pengembangan calon-calon pemimpin. Hanya
pemimpinlah yang dapat mengendalikan lingkungan organisasi mereka. Mereka dapat
menjadi pemicu perubahan yang menciptakan suatu keadaan yang mengasilkan
pertumbuhan.
Berdasarkan deskripsi teori-teori di atas, maka Kepemimpinan Gembala Yang
Berintegritas dalam penelitian ini diukur dengan tiga dimensi, yaitu ketulusan - motivasi
yang murni, konsistensi - menjalani kehidupan sebagai suatu keseluruan dan keandalan -
mencerminkan kesetiaan Allah. Ketulusan dengan idikator-indikatornya : 1)........, 2)........
dan 3).......... Konsistensi dengan indikator-indikatornya : 1)........., 2)......... dan 3).........
Keandalan dengan indikator-indikatornya : 1)........, 2)....... dan 3).........
B. Kerangka Berpikir
Kepemimpinan Gembala sangatlah berperan vital dalam kehidupan di gereja terlebih
bagi pertumbuhan kerohanian pengerja dan aktivis, salah satu faktor yang sangat dominan
dalam kepemimpinan gembala dalam mempengaruhi kehidupan para pengerja dan aktivis
yang terlibat dalam pelayanan gerejawi adalah faktor integritas. Jika seorang gembala yang
sangat hebat kemampuan dan pengetahuannya tentang kepemimpinan namun tanpa didukung
oleh integritas maka sia-sialah pelayanannya dan tidaklah akan membawa pengaruh yang
baik bagi pertumbuhan rohani pengerja dan aktivis bahkan sebaliknya akan membuat para
pengerja dan aktivis bingung, kecewa dan akhirnya mundur kerohanian mereka bahkan
meninggalkan gereja dan lebih parah mungkin saja ada yang menyangkal imannya karena
melihat gambaran dan teladan yang sangat jauh dari apa yang diajarkan mengenai kebenaran
Kristus.
Sehingga atas dasar inilah maka peneliti mengangkat judul penelitian Hubungan
Kepemimpinan Gembala Yang Berintegritas dengan Pertumbuhan Rohani Pengerja dan
Aktivis supaya didapatkan gambaran nyata betapa pentingnya faktor integritas dalam
kepemimpinan seorang gembala. Kepemimpinan gembala yang berintegritas baik maka akan
memberikan keteladanan yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan rohani pengerja dan
aktivis sebaliknya Kepemimpinan gembala yang berintegritas tidak baik maka akan
berpengaruh terhadap kemandekan bahkan kemunduran pertumbuhan rohani pengerja dan
aktivis.
Dengan demikian, diduga bahwa terdapat hubungan antara Kepemimpinan Gembala
Yang Berintegritas dengan Pertumbuhan Rohani Pengerja dan Aktivis. Kerangka berpikir
dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Positif Positif
Kepemimpinan Gembala Pertumbuhan Rohani Yang Berintegritas Pengerja dan Aktivis
1. Ketulusan 1. Motivasi 2. Konsistensi 2. Kasih3. Keandalan 3. Disiplin
Negatif Negatif
Gambar 2. Bagan Kerangka Berpikir
C. Penelitian Yang Relevan
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah “ Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
Kepemimpinan Gembala yang berintegritas dengan pertumbuhan rohani pengerja dan aktivis
di GBI Kamboja Depok”.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan secara berurutan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
metodologi penelitian yang meliputi tempat dan waktu penelitian, metode penelitian,
populasi dan teknik pengambilan sample, variable penelitian, teknik pengumpulan data,
instrumen penelitian, teknik analisis data dan hipotesis statistika.
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian adalah di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Jemaat Kamboja Depok
Jawa Barat. Waktu pelaksanaan uji coba instrumen dilaksanakan pada bulan Juni 2009,
sedang pengambilan data di sampel penelitian dilakukan dari bulan Juni sampai Agustus
2009. Adapun proses analisis data statistika dan penulisan laporan dikerjakan pada bulan
Juni sampai dengan Agustus 2009.
B. Metode Penelitian
Berdasarkan metodenya penelitian ini merupakan penelitian survei. Menurut
Sugiyono yang mengutip Kerlinger menyatakan bahwa penelitian survei adalah penelitian
yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, namun data yang dianalisis adalah data
sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif,
distribusi dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologia. Sedangkan
menurut Sugiyono berdasarkan tingkat ekplanasinya, maka penelitian ini digolongkan
sebagai penelitian asosiasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara dua variable atau lebih.
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pengerja dan aktivis di GBI Kamboja
Depok. Adapun jumlah pengerja dan aktivis sebanyak 100 orang. Dari populasi peneliti,
peneliti mengambil sampel untuk analisis data pengujian hipotesis. Dalam pengambilan
sampel menurut Arikunto bahwa yang terpenting sampel yang dipilih benar-benar
mencerminkan keadaan populasi.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini ialah secara probability (teori
peluang). Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan
kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik
Probability Sampling yang dipilih adalah Stratified Random Sampling, yaitu pemilihan atau
penentuan sampel secara acak dengan strata yang ada. Strata dalam penelitian ini didasarkan
pada jenis kelamin yang berbeda, yaitu laki-laki dan perempuan. Dengan jenis kelamin yang
berbeda, maka responden pun memiliki maka keadaan populasi memiliki karakteristik yang
heterogen. Teknik pengambilan sampel ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Populasi Sampel Pengerja Laki-laki Dan Aktivis Laki-laki
Diambil secara random Pengerja Dan Aktivis Perempuan Perempuan
Gambar 3. Teknik Pengambilan Sampel
Berdasarkan jumlah populasi dan teknik pengambilan sampel yang telah ditentukan,
maka peneliti mengambil besarnya sampel penelitian. Sugiyono menyatakan bahwa sampel
penelitian adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Menurut Suharsimi Arikunto bahwa dalam menentukan besarnya sampel yang terpenting
adalah sampel yang dipilih benar-benar representatif yaitu sampel yang benar-benar
mencerminkan populasi. Dengan jumlah populasi sebanyak 100 orang, maka jumlah sampel
penelitian diambil sebesar 50% dari jumlah populasi, yaitu sebesar 50 orang pengerja dan
aktivis. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam tabel berikut
ini.
Tabel 1. Penentuan Jumlah SampelNo. Nama Kelas Jumlah Pengerja dan
AktivisJumlah Sampel
1 Kelas Laki-laki 50 252 Kelas Wanita 50 25
Jumlah 100 50
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini tediri dari dua variabel yaitu satu variabel independen atau
variabel bebas dan satu variabel dependen atau variabel terikat. Variabel independen dalam
penelitian ini Kepemimpinan Gembala Yang Berintegritas (X), sedangkan variabel
dependennya adalah Pertumbuhan Rohani Pengerja dan Aktivis (Y). Hubungan antar
variabel dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 4. Hubungan Antar Variabel
Keterangan :
X = Kepemimpinan Gembala Yang Berintegritas
Y = Pertumbuhan Rohani Pengerja dan Aktivis
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data dilakukan dengan angket tertutup. Angket tertutup adalah
angket yang pilihan jawaban telah disediakan oleh peneliti dan responden hanya memilih
dari pilihan jawaban yang disediakan. Angket dalam penelitian ini terdiri dari angket tentang
Pertumbuhan Rohani Pengerja dan Aktivis serta Kepemimpinan Gembala Yang
Berintegritas. Adapun ringkasan dari teknik pengumplan data sebagai berikut :
Tabel 2. Teknik Pengambilan DataVariabel Model
SkalaInterval Unit Analisis Sumber
AnalisisPertumbuhan Rohani Pengerja dan Aktivis (Y)
Likert 1-5 Pengerja dan Aktivis
Pengerja dan Aktivis
Kepemimpinan Gembala Yang Berintegritas (X)
Likert 1-5 Gembala Pengerja dan Aktivis
F. Instrumen Penelitian
Djaali dan Muljono menyatakan bahwa dalam bidang penelitian instrumen diartikan
sebagai alat dalam mengumpulkan data mengenai variabel-variabel penelitian untuk
kebutuhan penelitian. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari instrumen variabel
Pertumbuhan Rohani Pengerja dan Aktivis terhadap Kepemimpinan Gembala Yang
YX
Berintegritas. Skala yang digunakan adalah skala Likert. Skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator.
Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolok untuk menyusun item-item
instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Pertanyaan atau pernyataan yang
dibuat dalam bentuk kalimat positif dan kalimat negatif. Pemberian skor untuk penelitian
positif dan negatif sebagai berikut :
Pernyataan Positif Pernyataan NegatifSelalu =5 Selalu =1Sering =4 Sering =2Kadang-kadang =3 Kadang-kadang =3Pernah =2 Pernah =4Tidak Pernah =1 Tidak Pernah =5
Instrumen sebagai alat untuk mendapatkan data harus memenuhi syarat-syarat
tertentu yaitu sahih (Valid) dan handal (reliabel). Instrumen dapat dikatakan valid apabila
memiliki validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang tidak atau kurang valid memiliki
validitas yang rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang
hendak diukur. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian validitas yang meliputi validitas isi
dan validitas item.
Untuk menentukan validitas isi dengan melakukan telaah teoritis terhadap suatu
konsep dari variabel yang akan diukur, dimulai dari perumusan variabel, penentuan dimensi
dan indikator sampai dengan penjabaran dan penulisan item-item instrumen. Pengujian
validitas ini dilakukan melalui justifikasi pakar atau yang menguasai substansi dari variabel
yang akan diukur. Dalam penelitian ini, pengujian validitas isi dilakukan oleh pembimbing
Tesis sebagai rational judgment. Sedangkan validitas item suatu instrumen ditentukan
berdasarkan data hasil ukur instrumen yang bersangkutan melalui uji coba. Dalam penelitian
ini pengujian validitas item dilakukan dengan skor totalnya. Pengujian validitas item
dilakukan dengan analisis statistik yaitu korelasi Product Moment Pearson. Adapun rumus
itu sebagai berikut :
n (Σ XY) – (Σ X) (Σ Y)rxy = ---------------------------------------------------------------------- V ( n (Σ X2) – (Σ X)2) ( n (Σ Y2) – (Σ Y)2)
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi (Koefisien validitas item)
n = Jumlah data
Σ X = Jumlah skor item yang dicari koefisien validitasnya
Σ Y = Jumlah skor total instrumen
Reliabilitas merupakan istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana hasil
pengukuran relatif konsisten bila alat ukur digunakan berulang kali. Dalam arti instrumen
atau alat ukur tersebut jika digunakan untuk mengukur obyek yang sama secara berulang-
ulang akan menghasilkan data yang sama. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dengan
internal consistency, yaitu pengujian reliabilitas dengan cara mencobakan instrumen hanya
sekali saja, kemudian data dianalisis dengan teknik tertentu. Teknik yang digunakan dalam
pengujian reliabilitas untuk variabel Pertumbuhan Rohani Pengerja dan Aktivis dengan
menggunakan rumus Alpha Cronbach. Adapun rumus itu sebagai berikut :
k Σ Si2
r11 = -------------- 1 - ---------------- k - 1 St
2
Keterangan :
r11 = Koefisien reliabilitas tes
k = Jumlah item yang Valid
St2 = Jumlah skor item yang dicari koefisien validitasnya
Si2 = Jumlah skor total instrumen
Berikut ini instrumen Pertumbuhan Rohani Pengerja dan Aktivis serta
Kepemimpinan Gembala yang Berintegritas.
F.1. Instrument Pertumbuhan Rohani Pengerja dan Aktivis
a. Definisi Konseptual
Pertumbuhan Rohani Pengerja dan Aktivis adalah Pertambahan jemaat secara kuantitas,
kualitas dan organik jiwa yang diselamatkan / percaya kepada Yesus Kristus masuk dalam
persekutuan dengan Nya ke dalam keanggotaan gereja yang bertanggung jawab.
b. Definisi Operasional
Pertumbuhan Rohani Pengerja dan Aktivis adalah perluasan pertumbuhan iman
dan komitmen orang Kristen yang sudah masuk dalam pelayanan supaya lebih berkembang
kerohaniannya yang diukur dimensi-dimensinya : Pertumbuhan motivasi dalam pelayanan,
Pertumbuhan komitmen dalam pelayanan dan Perubahan dalam segala aspek kehidupan.
c. Kisi-kisi Instrumen
Adapun kisi-kisi instrumen pertumbuhan Rohani Pengerja dan Aktivis dalam penelitian
ini sebagai berikut :
Table 3. Kisi-kisi Instrumen Pertumbuhan Rohani Pengerja dan AktivisVariabel Dimensi Indikator No. Butir
InstrumenJumlah Butir
Pertumbuhan Rohani Pengerja dan Aktivis
Motivasi Hidup KudusPartisipasi dalam PelayananMemberi Persembahan
Kasih Rela BerkorbanMengampuniPeduli
Disiplin DoaSaat Teduh
Membaca Firman
d. Validasi Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengambil data dalam penelitian perlu divalidasi
terlebih dahulu. Validasi berhubungan dengan kevalidan dan kehandalan suatu instrumen.
Instrumen yang valid dan handal dapat menghasilkan data yang sahih dan dapat dipercaya.
Dengan kata lain, instrumen yang valid dan reliabel dapat mengukur variabel penelitian yang
hendak diukur dengan tepat. Instrumen Pertumbuhan Rohani Pengerja dan Aktivis yang
telah valid secara isi kemudian dilakukan validitas item dengan mengkorelasikan antara butir
yang dicari koefisien validitasnya dengan skor total.
Untuk menentukan butir yang dicari koefisien validitasnya dinyatakan valid atau tidak,
dengan membandingkan r hitung dengan r tabel pada taraf signifikan a = 0,05 jika hasil
perhitungan ternyata r hitung > r tabel maka butir instrumen dianggap valid, sebaliknya jika r
hitung < r tabel maka dianggap tidak valid (invalid/ drop), sehingga butir instrumen tidak
dapat digunakan dalam penelitian. Sebagai ukuran maka besarnya r tabel dengan jumlah data
sebanyak ...... sebesar 0,.....
Sebelum digunakan sebagai alat pengumpul data, terlebih dahulu instrumen Pertumbuhan
Rohani Pengerja dan Aktivis diujicobakan kepada responden sebanyak 20 Pengerja dan
Aktivis. Dari hasil uji validitas item instrumen didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.Pengujian Validitas Item Instrumen Pertumbuhan Rohani Pengerja dan Aktivis
Dimensi Indikator Pengujian Pertama Pengujian Kedua No. Item Baru
Valid Drop Valid Drop
Motivasi Hidup KudusPartisipasi dalam Pelayanan
Memberi Persembahan
Kasih Rela BerkorbanMengampuniPeduli
Disiplin DoaSaat TeduhMembaca Firman
Jumlah
e. Instrumen Final
Berdasarkan hasil pengujian validitas dan reliabilitas, diperoleh instrumen
Pertumbuhan Rohani Pengerja dan Aktivis yang valid dan reliabel terdiri dari .... item, yaitu
item No. 1,2,3,4,5,6.... Penempatan item baru ini dapat dilihat pada lampiran 4.
F.2. Instrumen Kepemimpinan Gembala Yang Berintegritas
a. Definisi Konseptual
Kepemimpinan Gembala Yang Berintegritas adalah kehidupan pribadi gembala
gembala sidang yang penuh integritas sehingga kepemimpinanya menjadi efektif.
b. Definisi Operasional
Kepemimpinan Gembala Yang Berintegritas adalah Ketulusan, Konsistensi dan
Keandalan gembala sidang dalam kepemimpinannya sehingga mampu mempengaruhi,
mengarahkan pengerja dan aktivis menuju pertumbuhan rohani yang baik dan matang.
c. Kisi-kisi Instrumen
Adapun kisi-kisi instrumen Kepemimpinan Gembala Yang Berintegritas dalam
penelitian ini sebagai berikut :
Table 5. Kisi-kisi Instrumen Kepemimpinan Gembala Yang BerintegritasVariabel Dimensi Indikator No. Butir
InstrumenJumlah Butir
Kepemimpinan Ketulusan - Transparan
Gembala Yang Berintegritas
Motivasi Yang Murni
Ketulusan HatiKeterusterangan
Konsistensi -Menjalani Kehidupan Sebagai Suatu Keseluruan
Tingkah Laku
KomunikasiMengatur Semua Urusan
Keandalan -Mencerminkan Kesetiaan Allah
KekudusanKesetiaan
Pengetahuan Firman
Tuhan
Daftar Instrumen untuk Dimensi Ketulusan - Motivasi Yang Murni
1. Gembala tidak suka memegahkan prestasi-prestasinya
2. Ketulusan dan kesalehan Gembala mendasari hubunganya dengan para pengerja dan
aktivis
3. Gembala adalah orang yang apa adanya dan tulus ikhlas
4. Gembala sama sekali tidak licik
5. Gembala bukanlah seorang penipu
6. Gembala menampilkan prilaku yang spontan, jujur dan tidak berpura-pura
7. Gembala dalam tindakannya selalu terus terang dan tidak berbelit-belit
8. Gembala bukanlah tipe pelayanan yang mencari keuntungan dari Firman Allah
9. Gembala tidak sombong melainkan rendah hati
10. Gembala merupakan pemimpin yang transparan
11. Gembala tidak memanipulasi
12. Gembala tidak melakukan intrik politik
13. Gembala tidak mempunyai maksud-maksud yang tersembunyi
14. Gembala menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan
15. Tidak seorangpun yang pernah dirugikan oleh Gembala
16. Tidak menggunakan posisi untuk memanipulasi
17. Tidak menggunakan posisi untuk mengambil keuntungan dari orang lain
18. Tidak menghianati kepercayaan dan membicarakan seseorang kepada orang ketiga
19. Tidak mengemukakan hal-hal yang tidak benar mengenai orang lain dalam
percakapan atau laporan gembala
20. Tidak menciptakan kepercayaan
21. Tidak menyembunyikan informasi
22. Tidak menggunakan uang untuk mempengaruhi orang lain
23. Isi hatinya bersih
24. Motivasinya tulus
25. Sikap dan tingkah lakunya apa adanya
26. Bertindak dengan keterbukaan
27. Bertindak dengan transparan
28. Bertindak dengan ketulusan hati
Daftar Instrumen untuk Dimensi Konsistensi -Menjalani Kehidupan Sebagai Suatu
Keseluruan
1.Gembala konsisten dalam semua situasi dan kondisi
2. Tingkah lakunya tetap sama baik saat ia berada di tengah-tengah masyarakat umum
maupun di tengah jemaat
3. Gembala tidak bersikap lain saat berada di antara orang-orang yang belum percaya dan
bersikap berbeda lagi saat ia berada diantara orang-orang Kristen.
4.Gembala bisa mengatakan hal yang sama untuk dirinya sendiri
5. Gembala adalah orang yang tidak berbeda saat berada dirumah dibandingkan dengan citra
gembala di gereja dan pelayanan
6. Gembala berupaya menjalani kehidupannya dengan tingkah laku yang sepenuhnya
konsisten
7. Tingkah laku gembala maupun khotbahnya tidak berstandar ganda
8. Kehidupan Gembala dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari Allah
9. Gembala berkata-kata dan menyampaikan pesan tidak berstandar ganda
10. Gembala bersungguh-sungguh dengan kata-katanya dan ia berkata-kata sesuai dengan
yang dimaksudkannya
11. Perkataannya tidak ada usaha untuk menutup-nutupi atau menipu
12. Gembala tidak seperti seorang majikan yang membuat surat rekomendasi bagi
pegawainya yang sedang melamar pekerjaan di tempat lain
13. Tingkah laku gembala maupun khotbahnya tidak bermakna ganda
14. Tidak ada orang yang dapat mencela Gembala dalam hal pelayanan kasih yang gembala
lakukan
15. Menjalankan kepemimpinan dengan transparan dimana Allah sendiri sebagai saksinya
16. Gembala adalah seorang yang tidak diragukan lagi kredibilitasnya
17. Gembala teguh membela dan melindungi kebenaran sekalipun dia dikecam
18. Kepemimpinan Gembala dalam mengelola uang jemaat gereja dilakukan dengan
kecermatan dan kejujuran
19. Menggunakan uang dengan benar dan dapat dipertanggungjawabkan
20. Gembala tidak kikir terhadap orang yang membutuhkan
21. Mengelola semua urusan pelayanan dengan penuh tanggung jawab
22. Keputusan-keputusan yang menyangkut keuangan tidak hanya diputuskan oleh Gembala
saja tetapi juga pelayan lainnya
23. Tidak menyalah gunakan dana yang di dapat kepada penggunaan yang bukan alokasi
dana tersebut dimaksudkan
24. Pengelolaan uang yang Gembala laksanakandilakukan dengan transparan
Daftar Instrumen untuk Dimensi Keandalan -Mencerminkan Kesetiaan Allah
1. Gembala sangat peduli kepada orang-orang yang tengah menderita
2. Gembala tidak mengatakan ya dan tidak pada waktu yang sama
3. Gembala tidak membuat janji yang untuk kemudian diingkari
4. Gembala membuat rencana pelayanan yang dipersiapkan dengan seksama dihadapan
Allah
5. Gembala memiliki kesetiaan kepada Allah sesuai Firman Tuhan
6. Gembala hidup dalam kekudusan
7. Gembala adalah orang yang patut diteladani
8. Kata-kata gembala dapat diandalkan
9. Gembala menjalani sepenuhnya komitmen-komitmen dan janji-janjinya
10. Kata-kata Gembala selalu menyatakan hal-hal yang sebenarnya
11. Kepemimpinan Gembala memiliki visi dan misi yang jelas dan kuat
12. Kepemimpinan Gembala dijalnkan sesuai dengan visi dan misinya
13. Gembala cakap dalam mengajarkan Firman Tuhan
14. Gembala dengan jelas memahami mana kehendak Tuhan dan mana yang bukan
kehendak Tuhan
15. Kepemimpinan Gembala berperilaku sepadan dengan nilai-nilai yang dianutnya
16. Kehidupan gembala merupakan hidup yang seimbang, terpadu dan menyeluruh
17. Gembala selalu mengawasi dirinya sendiri dan mengintropeksi diri
18. Gembala mencerminkan pribadi yang dewasa dan bijak
19. Gembala berprinsip, terhormat, adil dan bertanggung jawab
20. Gembala berkomitmen teguh dan bertindak menurut keyakinannya
21. Gembala memiliki nilai-nilai yang jelas dan tidak kompromistis dan mempunyai
kejelasan apa yang benar dan yang salah
22. Terbuka, jujur, tegas dalam berhubungan dengan orang lain
23. Autentik, berterus terang, apa yang ada dalam dirinya terlihat jelas di luar
24. Menjalani apa yang dikatakan dan melakukan apa yang dijanjikannya
25. Teguh, tegas, berakhlak
26. Berkarakter kuat
27. Memiliki moral yang tinggi
28. Hidup tidak bercacat cela
29. Gembala rajin dalam membaca Firman Tuhan
30. Gembala adalah orang yang memiliki kehidupan doa dengan disiplin
31. Gembala rutin memberi persembahan
32. Gembala menjadikan Kristus sebagai model hidupnya
33. Gembala memiliki kehidupan rohani yang sehat
34. Pengambilan keputusan didasari oleh pemahaman akan Firman Tuhan yang benar
35. Gembala berusaha keras agar hidupnya berkenan kepada Allah
36. Gembala senantiasa menunjukkan apapun yang dia perbuat, dibuat dengan segenap hati
seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia
37. Kepemimpinan gembala merupakan cerminan disiplin yang tinggi
38. Kepemimpinan gembala mencerminkan berusaha keras mensejahterakan para pelayan
dan jemaat
39. Gembala suka mengorbankan miliknya bahkan mengorbankan diri bagi kepentingan
pelayanan
40. Gembala memiliki kerelaan untuk menghabiskan hidupnya untuk mereka yang telah
menjadi percaya karena pelayanannya
41. Gembala tidak berlaku licik dan memalsukan Firman Tuhan untuk kepentingannya
42. Gembala memeberitakan Firman Tuhan apa adanya secara jelas dan benar
43. Menerima dan menanggapi kritikan dengan lemah lembut dan kerendahan hati
44. Memiliki komitmen yang teguh kepada Firman Tuhan
45. Kepemimpinan Gembala menghargai mereka yang bekerja sama dengannya
d. Validasi Instrumen
Sebelum digunakan sebagai alat pengumpul data, terlebih dahulu Instrumen
Kepemimpinan Gembala Yang Berintegritas diujicobakan kepada responden sebanyak 20
pengerja dan aktivis. Dari hasil uji validitas instrumen Kepemimpinan Gembala Yang
Berintegritas didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 6.Pengujian Validitas Item Instrumen Kepemimpinan Gembala Yang Berintegritas
Dimensi Indikator Pengujian Pertama Pengujian Kedua No. Item BaruValid Drop Valid Drop
Ketulusan : Motivasi Yang Murni
TransparanKetulusan HatiKeterusterangan
Konsistensi : Menjalani Kehidupan Sebagai Suatu Keseluruan
Tingkah LakuKomunikasiMengatur Semua Urusan
Keandalan : Mencerminkan Kesetiaan Allah
KekudusanKesetiaan
Pengetahuan
Firman Tuhan
Jumlah
Pada pengujian pertama dari ..... item didapatkan ..... item yang valid, sedangkan
yang butir drop sebanyak ....., yaitu no : ....... Oleh karena masih didapatkan item yang drop,
maka ....... item yang valid pada pengujian validitas item pertama dilakukan pengujian
validitas item kedua. Dari pengujian validitas kedua diperoleh hasil bahwa 24 item semuanya
valid. Dengan demikian instrumen Kepemimpinan Gembala Yang Berintegritas terdiri
dari ...... item yang semuanya valid, yaitu item no. ......
Selanjutnya item yang valid sebanyak ...... item digitung koefisien reliabilitasnya.
Dari perhitungan reliabilitas, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,..... Oleh karena
koefisien reliabilitas lebih besar dari 0,.... maka dinyatakan bahwa Kepemimpinan Gembala
Yang Berintegritas reliabel, dalam arti apabila digunakan untuk mengukur hal yang sama
pada obyek yang sama dengan waktu yang berbeda akan menghasilkan data yang hampir
sama atau sama. Dengan demikian, instrumen Kepemimpinan Gembala Yang Berintegritas
telah memenuhi syarat untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.
e. Instrumen Final
Berdasarkan hasil pengujian validitas dan reliabilitas, diperoleh instrumen
Kepemimpinan Gembala Yang Berintegritas yang valid dan reliabel terdiri dari .... item,
yaitu item No. 1,2,3,4,5,6.... Penempatan item baru ini dapat dilihat pada lampiran 4.
G. Teknik Analisis Data
Untuk melakukan uji hipotesis penelitian, terlebih dahulu dilakukan tahap-tahap analisis
data yaitu sebagai berikut (1) mendeskripsikan data setiap variable penelitian. (2)
melakukan uji persyaratan analisi (uji normalitas) dan (3) menguji hipotesis.
Deskripsi data setiap variable meliputi : perhitungan mean, median, modus, standar
deviasi, varians, range, skor maksimum dan minimum, pembuatan distribusi, frekuensi dan
histogram dari setiap variable. Hal-hal tersebut dinamakan dengan analisis deskriptif.
Sesudah analisis deskritif dilanjutkan dengan analisis inferensial, digunakan untuk
menguji hipotesis penelitian yaitu analisis regresi sederhana, korelasi sederhana, regresi
ganda dan korelasi ganda. Sebelum melaksanakan analisis inferensial terlebih dahulu
dilakukan uji persyaratan analisis. Dalam analisis ini menggunakan program computer yaitu
SPSS for Window 11,5.
H. Hipotesis Statistika
Adapun hipotesis statistik dalam penelitian ini sebagai berikut :
Ho : yx = 0
Ha : yx = 0
Keterangan :
yx = Hubungan antara Kepemimpinan Gembala yang berintegritas dengan pertumbuhan
rohani pengerja dan aktivis di GBI Kamboja Depok.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskrisi Data
Berdasarkan hasil analisa data, berikut ini disajikan nilai rata-rata, median, modus,
simpangan baku, varians, rentangan, tabel distribusi frekuensi dan gambar histogram dari
setiap variabel penelitian.
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Uji persyaratan analisis meliputi uji normalitas dan uji linearitas regresi. Berikut ini
hasil pengujian persyaratan analisis.
B.1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya sebaran data yang akan
dianalisis. Uji ini dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorof Smirnov. Untuk
menyatakan bahwa data berdistribusi normal didasarkan pada koefisien P-value yang
ditunjukkan dari hasil analisis dengan program SPSS 15 for Windows.
Apabila koefisien P-value lebih besar dari 0,05 (taraf Signifikansi pada = 0,05),
maka dinyatakan tidak signifikan yang berarti bahwa data berdistribusi normal. Sebaliknya
apabila koefisien P-value lebih kecil dari 0,05 maka dinyatakan signifikan yang berarti
bahwa data berdistribusi tidak normal. Berdasarkan hasil analisis (lihat lampiran 9), maka
ringkasan hasil dari uji normalitas sebagai berikut :
Tabel 9. Ringkasan Hasil Uji NormalitasVariabel n Statistik P-value Kesimpulan
Pertumbuhan Rohani Pengerja dan Aktivis
50 Data Berdistribusi Normal
Kepepimpinan Gembala Yang Berintegritas
50 Data Berdistribusi Normal
Keterangan :
Ns = Non Signifikan
Dari hasil analisa tersebut, diketahui bahwa besarnya koefisien Kolmogorof-Smirnov
untuk data variabel Pertumbuhan Rohani Pengerja dan Aktivis dan Kepemimpinan Gembala
Yang Berintegritas sebesar 0,...... dan 0,..... dengan koefisien P-value masing-masing sebesar
0,.... dan 0,...... yang berarti lebih besar dari 0,0...... Dengan demikian, disimpulkan bahwa
variabel Pertumbuhan Rohani Pengerja dan Aktivis terhadap Kepemimpinan Gembala Yang
Berintegritas berada dalam sebaran normal.
B.2. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk melihat apakah persamaan regresi Y = a + b X
berbentuk linear. Untuk menentukan bahwa persamaan regresi linear atau tidak dengan
melihat koefisien P-value, yaitu apabila koefisien P-value lebih besar dari 0,05 (taraf
signifikansi) maka persamaan regresi berbentuk linear dan apabila sebaliknya yaitu lebih
kecil dari 0,05 maka persamaan regresi tidak berbentuk linear. Adapun hasil pengujian
linearitas dalam penelitian ini sebagai berikut :
Dari hasil penghitungan uji linearitas regresi Pertumbuhan Rohani Pengerja dan Aktivis
dengan Kepemimpinan Gembala Yang Berintegritas didapatkan koefisien Fhitung sebesar 1,...
dengan nilai P-value sebesar 0,.... Karena koefisien P-value lebih besar dari 0,05 maka
disimpulkan bahwa persamaan regresi Pertumbuhan Rohani Pengerja dan Aktivis terhadap
Kepemimpinan Gembala Yang Berintegritas, yaitu Y = ........ + ...... X berbentuk linear.
C. Pengujian Hipotesis
Setelah diketahui bahwa persamaan regresi Y = ....... + ...... X berbentuk linear, maka
selanjutnya dilakukan uji keberartian regresi, yaitu untuk mengetahui apakah persamaan
tersebut dapat digunakan untuk prediksi. Hasil uji keberartian regresi Pertumbuhan Rohani
Pengerja dan Aktivis terhadap Kepemimpinan Gembala Yang Berintegritas sebagai berikut :
Dari hasil perhitungan didapatkan F hitung sebesar ...... dengan P-value sebesar 0,..... Karena P-
value lebih kecil dari 0,01 (taraf signifikansi) yang memiliki arti bahwa persamaan regresi
tersebut sangat signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi Y = ...... + ....
X adalah berarti. Karena persamaan regresinya linear dan berarti, maka dapat digunakan
untuk memprediksi yaitu bahwa regresi ini mengandung arti apabila Kepemimpinan
Gembala Yang Berintegritas meningkat satu unit maka Pertumbuhan Rohani Pengerja dan
Aktivis akan meningkat sebesar ........ pada konstanta ........
Besarnya koefisien korelasi antara Kepemimpinan Gembala Yang Berintegritas
terhadap Pertumbuhan Rohani Pengerja dan Aktivis yang dihitung dengan menggunakan
korelasi Pearson Product Moment yang hasilnya ditunjukkan pada tabel berikut ini :
Tabel 10. Ringkasan Hasil Pengujian Hubungan antara Kepemimpinan Gembala Yang Berintegritas dengan Pertumbuhan Rohani Pengerja dan Aktivis
n ryx r2yx t hitung P-value Kesimpulan
0,...... 0,........ ..........** 0,........ Sangat Signifikan
Keterangan :
** = Sangat Signifikan
Berdasarkan tabel di atas besarnya koefisien korelasi sebesar 0,....... (lihat lampiran
11) menunjukkan bahwa hubungan antara
D. Pembahasan Hasil Penelitian
E. Keterbatasan Penelitian
Bersarkan hasil uji hipotesis diketahui bahwa terdapat hubungan antara
Kepemimpinan Gembala yang Berintegritas dengan Pertumbuhan Rohani Pengerja dan
Aktivis. Meskipun demikian, peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini masih terdapat
kekurangannya, antara lain :
1. Dalam penelitian ini menggunakan sampel kecil yang hanya meneliti di satu tempat
saja, yaitu GBI Kamboja Depok.
2. Peneliti menggunakan instrumen dengan bentuk angket tertutup, yaitu peneliti
menyediakan instrumen dengan pilihan jawaban telah disediakan dan responden
hanya tinggal memilih dari pilihan yang disediakan serta tidak memberikan
kesempatan responden mengisi dengan memberikan penjelasan sesuai dengan
keadaan yang dilihat dan dialaminya, sehingga hal ini diperkirakan mempengaruhi
hasil penelitian.
3. Kemungkinan adanya anggapan bahwa responden tidak memiliki kepentingan dalam
mengisi instrumen penelitian ini, sehingga responden dalam mengisinya kurang
memperhatikan bahkan tidak membacanya secara seksama. Hal ini tentunya dapat
berpengaruh terhadap hasil penelitian yang bisa saja kurang dapat mengungkapkan
fakta yang sebenarnya.
4. Kurangnya memperhatikan variabel-variabel lain yang diperkirakan dapat
mempengaruhi Pertumbuhan Rohani Pengerja dan Aktivis, misalnya, iklim
pelayanan, minat terhadap pelayanan, sikap terhadap pelayanan, konsep dri dan
sebagainya.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
Dalam bab ini akan dibahas secara berturut-turut kesimpulan, implikasi dan saran,
baik saran praktis maupun saran untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka disimpulkan
bahwa : Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Kepemimpinan Gembala
Yang Berintegritas dengan Pertumbuhan Rohani Pengerja dan Aktivis. Hasil pengujian
menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,.... dan thitung sebesar 1,..... dengan p-value
sebesar 0,... Pada taraf signifikansi 0,..... adalah signifikan yang berarti bahwa koefisien
korelasi sebesar 0,..... sangat berarti. Sedangkan besarnya nilai determinansi varians sebesar
0,...... Hal ini memberikan keterangan bahwa Kepemimpinan Gembala Yang Berintegritas
terhadap Pertumbuhan Rohani Pengerja dan Aktivis memberikan konstribusi sebesar .....%
dan sisanya sebesar ....% ditentukan oleh variabel lainnya, misalnya :....... Hasil analisis ini
memberikan makna bahwa semakin baik Kepemimpinan Gembala Yang Berintegritas maka
akan meningkatkan Pertumbuhan Rohani Pengerja dan Aktivis.
B. Implikasi
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan hasil penelitian yang telah diuraikan diatas,
maka berikut ini beberapa implikasi yang ditemukan agar dapat menambah wawasan bagi
Gereja, Gembala dan Pengerja serta Aktivis maupun pihak-pihak yang terkait dalam upaya
meningkatkan Pertumbuhan Rohani Pengerja dan Aktivis, sehingga Pengerja dan Aktivis
dapat mengalami perubahan ke arah menjadi seperti Yesus Kristus dan pertumbuhan rohani
dapat mencapai hasil yang maksimal. Hasil analisis menyimpulkan bahwa Kepemimpinan
Gembala Yang Berintegritas memiliki pengaruh yang besar pada Pertumbuhan Rohani
Pengerja dan Aktivis. Penelitian ini membuktikan bahwa Pertumbuhan Rohani Pengerja dan
Aktivis akan meningkat jika Kepemimpinan Gembala memiliki Integritas yang baik. Dengan
Integritas yang seperti Kristus, maka dalam proses Kepemimpinan Gembala dapat
menimbulkan minat dan keinginan Pengerja dan Aktivis dalam menumbuhkan
kerohaniannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pentingnya peranan Integritas Gembala
dalam Pertumbuhan Rohani Pengerja dan Aktivis. Dengan Integritas Kepemimpinan
Gembala yang baik akan memberikan pengaruh kepada para pengerja dan aktivis dan
membawanya mengalami perubahan ke arah menjadi seperti Kristus dengan kerohanian dan
kehidupan yang penuh integritas. Perubahan pengerja dan aktivis ke arah menjadi seperti
Kristus harus diusahakan oleh Gembala. Dengan menjadi teladan dalam kepribadian yang
meliputi karakter, sikap, tindakan dan perbuatan yang mencerminkan Kristus. Dengan
keteladanan hidup, maka pengerja dan aktivis akan melihat bahwa Gembala tidak hanya
cakap berkhotbah, mengajar atau mentransfer pengetahuan, melainkan juga menunjukkan
bahwa dirinya juga melakukan apa yang diajarkan. Dengan kepribadian yang demikian,
Gembala dapat menjalin hubungan yang harmonis dengan pengerja dan aktivis serta
pelayanan yang kondusif sehingga berdampak pada pertumbuhan rohani pengerja dan aktivis
yang pesat menuju kesempurnaan seperti Kristus.
C. Saran
Berdasarkan hasil analisis, kesimpulan dan implikasi penelitian yang telah
dikemukakan di atas, maka diajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Integritas adalah hal yang esensial dalam kepemimpinan. Orang mengikuti dan
mempercayai kepemimpinan kita, karena kita memiliki integritas yakni : ketulusan,
kejujuran, komitmen, tanggung jawab, kesetiaan, kesalehan dan kemurnian hati.
2. Kurangnya kepemimpinan di antara orang-orang Kristen adalah krisis yang paling
gawat, pengaruh kesalehan masyarakat Kristenlah yang menahan lajunya kuasa
kejahatan di kota-kota dang bangsa-bangsa. Kurangnya para pemimpin Kristen yang
rohani, efektif dan kuat sangat melemahkan kesanggupan kita untuk bertahan
melawan kekuatan iblis. Akibatnya akan sangat merusak. Amsal 11:11 menyatakan
pengaruh yang baik dari para warga negara yang saleh menyebabkan sebuah kota
akan makmur tetapi kebejatan akhlak dari orang fasik mendorongnya ke arah
kemerosotan. Dalam Amsal 28:2 ” Bila terdapat kebusukan akhlak di dalam sebuah
bangsa maka pemerintahnya dengan mudah akan roboh; tetapi adanya para pemimpin
yang jujur dan bijaksana terdapat kemantapan.
3. Pemimpin-pemimpin yang dipilih Allah adalah mereka yang mempercayai Allah,
yang mengikuti dan taat padaNya.
4. Semua yang kita alami adalah kesempatan untuk melatih kepemimpinan, tetapi kita
perlu menghindari dua kesalahan yang dibuat Musa dalam panggilannya untuk
memimpin bangsanya. (1) Musa berpikir bahwa kesadarannya akan kebutuhan
pembebasan umatnya sudah cukup dan ia menjadi sombong dan terlalu percaya diri.
(2). Ketika Allah memanggilnya untuk jadi pemimpin, Musa dibelokkan kepada
ekstrim yang bertentangan dan dilumpuhkan olrh rasa ketidakcakapan.
5. Pelajaran dari Nehemia apapun jenis pelayanan yang kita rencanakan, penting untuk
menyelidiki dulu ladang yang akan digarap itu sebelumnya.
6. Yang menjadi penghalang untuk bertindak bukanlah melihat kesukaran-kesukaran
yang ada melainkan tidak dapat melihat sumber-sumber daya bagi menghadapinya.
Dan sumber daya yang paling dekat adalah seorang pemimpin yang mau maju terus
sekalipun menghadapi kesukaran-kesukaran.
7. Pemimpin yang baik tidak kecanduan kerja atau keranjingan kerja. Mereka bekerja
keras tanpa diperhamba oleh pekerjaan itu sendiri, mereka tidak takut akan pekerjaan.
Mereka tidak takut untuk membagi pekerjaan. Seseorang pemimpin yang baik melihat
pekerjaan sebagai sarana untuk mencapai suatu sasaran yang istimewa. Nilai
pekerjaan dinilai dari kepentingannya dalam mencapai sasaran itu.
8. Sama seperti Nehemia kita hidup pada zaman yang menuntut kita agar
memperlihatkan keberanian melalui kelakuan dan perkataan kita. Barangkali akan
menolong bila kita menyadari bahwa keberanian yang sejati bukanlah hal tidak
adanya ketakutan, melainkan hal melakukan apa yang dikehendaki Allah sekalipun
kita takut, gelisah, dan disakiti.
9. Pemimpin yang memiliki integritas yakni Ketulusan hati, kesalehan, kebenaran,
kejujuran, kesetiaan dan kemurnian hati akan diterima dan dipercaya dan dapat
melakukan banyak hal. Sebaliknya pemimpin yang kurang/ tidak memiliki integritas
akan kurang dipercaya dan sangat sedikit dan bahkan tidak bisa melakukan apa-apa.
10. Pemimpin yang memiliki integritas tidak akan mempan terhadap cobaan dalam
bentuk apapun misalnya kekuasaan, harta, pujian yang berlebihan serta kenikmatan-
kenikmatan badaniah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Em Zul Fajri, Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Difa Publisher)
2. Frances esselbein, Marshall Goldsmith, Richard Beckhard, Organisasi Masa Depan,
(Jakarta; PT. Elex Media Komputindo, 1997)
3. Andreas B. Subagyo, Sabda Dalam Kata – Persiapannya, (Bandung; Yayasan Kalam
Hidup, 2000)
4. Andreas B. Subagyo, Sabda Dalam Kata – Penyampaiannya, (Bandung; Yayasan
Kalam Hidup, 2000)
5. P.H.Pouw, Uraian Singkat Tentang Homiletik, (Bandung; Yayasan Kalam Hidup, 2006)
6. James Braga, Cara Mempersiapkan Khotbah, (Gandum Mas, 2006)
7. Ichwei G. Indra, 8 Prinsip Tafsir Alkitab, (Bandung; Yayasan Kalam Hidup, 2000)
8. Gordon D. Fee & Douglas Stuart, Hermeneutik : Bagaimana Menafsirkan Firman
Tuhan Dengan Tepat, (Gandum Mas, 2006)
9. Hasan Sutanto, Hermeneutik : Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab, (Malang;
Seminari Alkitab Asia Tenggara, 2002)
10. Don L. Fisher, Pra Hermeneutik, (Gandum Mas, 2001)
11. Rick Warren, Metode Pemahaman Alkitab Yang Dinamis, (Yogyakarta; Andi, 1995)
12. James Braga, Cara Menelaah Alkitab, (Gandum Mas, 2005)
13. Tri Kadarsilo, Model Alternatif Latihan Khotbah, (Yogyakarta, Andi, 2004)
14. Ignatius Onduko, Modul Kepemimpinan, Yayasan Bina Darma Salatiga, 2000
15. Myron Rush, Pemimpin Baru, Yayasan Pekabaran Injil Immanuel, Jakarta, 1993
16. D.L. Baker, Janji Tuhan dan Jawaban Kita, Persekutuan Pembaca Alkitab, Jakarta, 1991
17. Dick Iverson, Pelayanan Tim, Harvest Publication House, 1993.
18. Marilyn Kunz & Catherine Schell, Empat Tokoh Alkitab, Perkantas, Jakarta, 1991
19. John White, Kepemimpinan Yang Handal, Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1995.
20. Douglas Connelly, Daniel Tetap Saleh Di Tengah Sekularitas, Perkantas, Jakarta, 1995
21. Oliver MC Mahan, Gembala Jemaat Yang Sukses, Sinode GBI, 2002.
22. Robby I. Chandra, Landasan Pacu Kepemimpinan, Gloria Graffa, 2004.
23. Myles Munroe, The Spirit of Leadership, Immanuel, 2006.
24. Larry Keefauver, 77 Kebenaran Yang Hakiki Dalam Pelayanan, Media Injil Kerajaan.
25. Sendjaya, Kepemimpinan Kristen, Kairos, 2004.
26. Jeff Hammond, Kepemimpinan Yang Sukses, Metanoia, 2003
27. Bambang Yudho, How to Become A Christian Leader, Yayasan Andi ,2006
28. John C. Maxwell, Leadership, Immanuel, 2005
LAMPIRAN