proposal skripsi

8
BAB I PEMDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kimia adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari struktur materi, sifat zat atau materi dari skala atom hingga skala molekul, serta perubahan suatu materi menjadi materi lain yang biasa terdapat di lingkungan. Kimia juga mempelajari pemahaman sifat dan interaksi atom individu dengan tujuan untuk menerapkan pengetahuan tersebut pada tingkat makroskopik. Ilmu kimia itu sendiri dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang susunan, struktur, sifat, perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan tersebut. (Purba,2007). Ilmu Kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala yang berkaitan dengan laju reaksi. Sebagian aspek kimia bersifat “kasat mata” (visible), artinya dapat dibuat fakta kongkritnya dan sebagian aspek yang lain bersifat abstrak atau “tidak kasat mata” (invisible), artinya tidak dapat dibuat fakta kongkritnya. Namun demikian, aspek kimia yang tidak dapat dibuat fakta kongkritnya harus bersifat “kasat logika”, artinya kebenarannya dapat dibuktikan dengan logika matematika sehingga rasionalitasnya dapat dirumuskan atau

description

pendidikan kimia

Transcript of proposal skripsi

BAB I

PEMDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kimia adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari struktur materi, sifat zat atau materi dari skala atom hingga skala molekul, serta perubahan suatu materi menjadi materi lain yang biasa terdapat di lingkungan. Kimia juga mempelajari pemahaman sifat dan interaksi atom individu dengan tujuan untuk menerapkan pengetahuan tersebut pada tingkat makroskopik. Ilmu kimia itu sendiri dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang susunan, struktur, sifat, perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan tersebut. (Purba,2007).

Ilmu Kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala yang berkaitan dengan laju reaksi. Sebagian aspek kimia bersifat kasat mata (visible), artinya dapat dibuat fakta kongkritnya dan sebagian aspek yang lain bersifat abstrak atau tidak kasat mata (invisible), artinya tidak dapat dibuat fakta kongkritnya. Namun demikian, aspek kimia yang tidak dapat dibuat fakta kongkritnya harus bersifat kasat logika, artinya kebenarannya dapat dibuktikan dengan logika matematika sehingga rasionalitasnya dapat dirumuskan atau diformulasikan (Depdiknas, 2003). Kondisi seperti ini didasarkan pada kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar yang selama ini rendah. Kesulitan belajar ini berpengaruh langsung terhadap hasil belajar siswa. Untuk itu, perlu adanya peningkatan kualitas pendidikan di sekolah agar terlahirnya siwa yang memiliki daya nalar dan daya fikir yang baik, kreatif, kritis, cerdas dalam mengomunikasikan gagasannya dan mampu memecahkan masalah-masalah yang ada. Hal itu tentunya dapat dilakukan oleh guru sebagai pengajar dalam meningkatkan kualitas pendidikan kimia dengan berbagai cara. Salah satunya adalah penerapan strategi pembelajaran yang tepat agar tercipta pembelajaran yang efektif, efisien serta tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

laju reaksi adalah besarnya perubahan konsentrasi reaktan atau produk dalam satu satuan waktu. Perubahan laju konsentrasi setiap unsur dibagi dengan koefisiennya dalam persamaan yang seimbang/stoikiometri. Laju perubahan reaktan muncul dengan tanda negatif dan laju perubahan produk dengan tanda positif.

Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui observasi awal yang diperoleh di SMAN 8 Mataram melalui wawancara dengan guru mata pelajaran kimia, maka didapatkan bahwa materi pelajaran kimia oleh sebagian siswa merupakan pelajaran yang dianggap relative sulit. khususnya pada pokok bahasan laju reaksi. Materi ini dianggap sulit membutuhkan analisis yang cukup tinggi, selain itu siswa juga kesulitan dalam pokok bahasan tersebut. Selama proses pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa tidak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain siswa masih mengalami proses pembelajaran yang dimana siswa hanya datang, duduk, diam, mencatat, mendengarkan, dan setelah itu pulang tanpa adanya interaksi balik dari siswa. Ini terlihat dari hasil beajar siswa SMAN 8 Mataram tahun pelajaran 2014/2015 dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) 70, di tunjukan bahwa sebagian besar siswa mengalami ketidak tuntasan dalam mempelajari laju reaksi.

Tabel 1.1. Rata-rata nilai ulangan harian materi laju reaksi SMAN 8 Mataram Tahun pelajaran 2014/2015

Kelas

Jumlah siswa

Siswa yang tuntas

Siswa yang tidak tuntas

Nilai rata-rata

KKM

Ungg.XI IPA 1

30

10

20

64,02

70

Ungg.XI IPA 2

35

16

19

68,94

70

XI IPA 1

35

14

21

69,19

70

XI IPA 2

30

8

22

61,79

70

(Sumber : Arsip guru kimia SMAN 8 Mataram)

Pada tabel 1.1 diatas terlihat bahwa hasil belajar siswa yang tidak tuntas lebih banyak daripada siswa yang tuntas. Rendahnya hasil belajar di atas dipengaruhi oleh beberapa hal salah satunya adalah metode pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran berlangsung, sini metode pembelajaran guru yang diterapkan masih bersifat tradisional atau konvensional, sebagaimana kita ketahui bahwa metode pembelajaran konvensional ini sudah diterapkan sejak dulu. Tekhnik pembelajaran konvensional ini lebih ditekankan kepada guru bukan kepada siswa, dimana proses pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional ini pembelajaran berpusat pada guru sehingga arusnya monoton. Dengan model pembelajaran konvensional ini siswa cendrung bosan, aktivitas belajar menjadi berkurang dan secara keseluruhan hasilnya ternyata tidak banyak memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran siswa. Untuk merubah kebiasaan praktik pembelajaran dari pembelajaran konvensional ke pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student center) memang tidak mudah, terutama di kalangan guru yang tergolong pada kelompok laggard (penolak perubahan/inovasi). Salah satu alternatife untuk mengatasi masalah diatas dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif kolaboratif. Dalam hal ini metode pembelajaran kooperatif kolaboratif dapat dijadikan salah satu alternatif guna mendorong terjadinya perubahan menuju yang lebih baik yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan ketrampilan berfikir. model pembelajaran kolaboratif adalah suatu model pembelajaran kelompok, dimana para siswa dalam kelompok didorong untuk saling berinteraksi dan belajar bersama untuk meningkatkan pemahaman masing-masing. Alat yang digunakan untuk mendorong adanya interaksi tersebut adalah materi atau masalah yang menantang. Bentuk interaksi yang dimaksud adalah diskusi, saling bertanya dan menyampaikan pendapat atau argumen.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah keterampilan berfikir kritis siswa dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif kolaboratif dan siswa yang menggunakan metode pembelajaran konvensional?

2. Apakah ada pengaruh metode pembelajaran kooperatif kolaboratif terhadap hasil belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Ketrampilan berfikir kritis siswa dengan menggunakan metode kooperatif kolaboratif dan siswa yang menggunakan metode konvensional

2. Pengaruh metode pembelajaran kooperatif kolaboratif terhadap hasil belajar siswa

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung ataupu secara tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

Manfaat praktis

Secara praktis diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai berikut :

a. Bagi siswa

1) Dapat meningkatkan keterampilan berfikir kritis

2) Dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar baik pada pelajaran kimia maupun pada mata pelajaran yang lain.

3) Diharapkan juga dapat dijadikan dasar untuk membenah diri serta dijadikan sebagai motivator dalam kegiatan pembelajaran.

b. Bagi sekolah

1) Dapat memberikan masukan kepada guru-guru dalam meningkatkan kualitas dan system pengajaran.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber atau kerangka acuan di dalam peningkatan cara mengajar baik pada bidang studi kimia maupun pada bidang studi lainnya.

3) Sebagai informasi dan pertimbangan mengenai penggunaan metode pembelajaran kooperatif kolaboratif.

E. Definisi Operasional

1. Metode Pembelajaran kooperatif kolaboratif

Terdapat cukup banyak persamaan diantara model pembelajaran kooperatif dan kolaboratif, namun demikian terdapat juga beberapa perbedaan yang mendasar. Menurut Choy (1999) keduanya sering dikaitkan dengan pembelajaran aktif, konstruktivisme, pembelajaran kontekstual, dan pembelajaran sosial. Model pembelajaran kolaboratif dan kooperatif sering digunakan dalam perkuliahan di perguruan tinggi, karena kedua model pembelajaran ini sangat memungkinkan terjadinya komunikasi matematis antar mahasiswa atau kelompok mahasiswa, sehingga diharapkan dapat menjembatani keheterogenan, meningkatkan kemampuan penalaran, kemampuan pemecahan masalah, dan ketrampilan berfikir kritis mahasiswa.

2. Berfikir kritis

Berfikir kritis adalah kegiatan penggabungan antara persepsi dan unsure-unsur yang ada dalam pikiran untuk menghasilkan pengetahuan. Berfikir dapat terjadi pada seseorang bila ia mendapatkan rangasangan dari luar dan melalui berfikir inilah seseorang mengatasi masalah yang dihadapinya (gede putra adyana, 2013).

3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh siswa dalam usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani disekolah yang diwujudkan dalam bentuk raport pada setiap semester (Aina Mulyana,2013).

4. laju reaksi

adalah besarnya perubahan konsentrasi reaktan atau produk dalam satu satuan waktu. Perubahan laju konsentrasi setiap unsur dibagi dengan koefisiennya dalam persamaan yang seimbang/stoikiometri. Laju perubahan reaktan muncul dengan tanda negatif dan laju perubahan produk dengan tanda positif.