Proposal PL adjie

23
Proposal Praktek Lapangan POPULASI SERANGGA PREDATOR PADA BUDIDAYA PADI UTAMA dan RATUN YANG TELAH DIAPLIKASI BIOINSEKTISIDA BERBAHAN AKTIF Metharizium anisoplae dan Bacillus thuringiensis THE POPULATION OF PREDATOR INSECT AT RICE CULTURE and RATOON THAT HAS BEEN APPLIED BY ACTIVE MATERIALS BIOPESTICIDE Bacillus thuringiensis and Metharizium anisoplae Aji Artanto 05111007003 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJIYA

Transcript of Proposal PL adjie

Page 1: Proposal PL adjie

Proposal Praktek Lapangan

POPULASI SERANGGA PREDATOR PADA BUDIDAYA PADI UTAMA dan RATUN YANG TELAH DIAPLIKASI BIOINSEKTISIDA BERBAHAN

AKTIF Metharizium anisoplae dan Bacillus thuringiensis

THE POPULATION OF PREDATOR INSECT AT RICE CULTURE and RATOON THAT HAS BEEN APPLIED BY ACTIVE MATERIALS

BIOPESTICIDE Bacillus thuringiensis and Metharizium anisoplae

Aji Artanto05111007003

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJIYA

INDRALAYA2014

Page 2: Proposal PL adjie

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertambahan penduduk dari hari ke hari selalu meningkat, mengakibatkan

kebutuhan pangan semakin meningkat pula. Peningkatan produksi pangan

memerlukan lahan pertanian, sedangkan lahan pertanian dari hari ke hari luasnya

cenderung berkurang. Oleh karena itu satu-satunya usaha peningkatan produksi

pertanian agar dapat mengimbangi pertambahan penduduk adalah melalui

intensifikasi pertanian, khususnya melalui peningkatan mutu intensifikasi. Dalam

peningkatan produksi pertanian, perlindungan tanaman mempunyai peranan yang

penting dan menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan dari usaha tersebut.

Pestisida merupakan bahan-bahan kimia atau alami yang digunakan untuk

mengendalikan populasi organisme pengganggu tanaman (OPT) terutama dengan

cara membunuh organisme (hama, penyakit, gulma dan sebagainya). Penggunaan

pestisida meningkat dengan pesat, terutama di negara-negara berkembang, dimana

pestisida dianggap sebagai suatu cara mudah untuk meningkatkan produksi dan

seringkali secara aktif dipromosikan dan disubsidi. Namun kerugian dan bahaya

penggunaan pestisida lambat laun sangat dirasakan oleh manusia diantaranya : hama

menjadi resisten terhadap pestisida, yang kemudian memaksa penggunaan pestisida

dalam dosis yang lebih tinggi, sehingga akhimya perlu diciptakan pestisida baru

Page 3: Proposal PL adjie

dengan biaya semakin mahal. Pestisida bukan hanya membunuh organisme yang

menyebabkan kerusakan pada tanaman, namun juga membunuh organisme yang

berguna seperti musuh alami hama. Populasi hama dan serangan hama sekunder bisa

meningkat setelah penggunaan pestisida (resudensi}.

Pestisida yang dipakai di lahan pertanian, hanya sebagian kecil mengenai

organisme yang seharusnya dikendalikan, sebagian besar pestisida itu masuk ke

dalam udara, tanah, atau air yang bisa membahayakan kehidupan organisme lain.

Pestisida yang tidak mudah terurai, akan terserap dalam rantai makanan dan sangat

membahayakan serangga, hewan pemakan serangga, burung pemangsa, dan pada

akhirnya manusia (bioakumulasi).

Menyadari kian besarnya bahaya penggunaan pestisida, maka pemerintah

mengintroduksikan konsep pengendalian berdasarkan pendekatan prinsip ekologis

(lingkungan) dan ekonomi serta sosial yaitu Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

Introduksi PHT dilakukan melalui penyuluhan rutin dan Sekolah Lapang

Pengendalian Hama Terpadu.

Penggunaan pestisida yang tidak selektif dapat menurunkan populasi musuh alami

hama, serangga berguna dan makhluk bukan sasaran. Hal ini dapat mengakibatkan

penurunan keragaman spesies (diversitas spesies) dalam ekosistem pertanian tersebut

yang mempengaruhi kestabilan ekosistem dan berarti pula telah terjadi penurunan

kualitas lingkungan (Untung, K. 1993)

Page 4: Proposal PL adjie

B. Rumusan Masalah

Bagaimana dampak dari penggunaan bioinsektisida berbahan aktif

Metharizium anisoplae dan Bacillus thuringiensis terhadap populasi serangga

predator pada budidaya padi utama dan ratun.

C. Tujuan Kegiatan

1. Tujuan umum dari kegiatan praktek lapangan ini adalah :

a. Meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai hubungan antara teori dan

penerapan prakteknya di lapangan sehingga dapat memberikan bekal bagi

mahasiswa untuk terjun ke masyarakat.

b. Mengetahui dampak penggunaan biopestisida terhadap popolasi serangga

predator pada budidaya padi utama dan padi ratun

D. Manfaat Praktek lapangan

Manfaat dari pelaksanaan praktek lapangan ini adalah :

1. Memperoleh pengalaman kerja secara langsung sehingga dapat digunakan

sebagai bekal bagi mahasiswa ketika terjun di dunia kerja.

2. Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh bioinsektisida

terhadap populasi serangga predator pada budidaya padi utama dan ratun di lahan

suboptimal.

Page 5: Proposal PL adjie

TINJAUAN PUSTAKA

Budidaya padi pada lahan pasang surut di Kalimantan Barat perlu memperhatikan

aspek sosial, ekonomi, dan teknis seperpti kondisi agro-ekosistem wilayah pasang

surut terutama tipe luapan dan adanya pirit.  Di beberapa lokasi seperti Desa Wajok

Hilir, Wajok Hulu, Jungkat, Sungai Nipah, dan Sungai Burung di Kabupaten

Pontianak umumnya didominasi lahan pasang surut dengan tipe luapan B, C, dan D. 

Tanahnya bervariasi dari bergambut < 30 cm hingga sulfat masam aktual.

 Untuk pengolahan lahan lahan pasang surut bergambut < 30 cm dapat dilakukan

dengan traktor rotary (gelebeg), sedangkan untuk lahan sulfat masam potensial

dengan kedalaman pirit < 30 cm dilakukan tanpa olah tanah (TOT) menghindari

oksidasi pirit.

Bahan organik bermanfaat untuk memperbaiki kesuburan, kimia dan biologi tanah. 

Bahan organik dapat berupa pupuk kandang, sisa tanaman, pupuk hijau dan kompos

sebanyak 5 ton/ha. Jerami dikembalikan ke lahan dengan cara dibenamkan atau

dalam bentuk kompos atau dijadikan pakan ternak yang kotorannya diolah menjadi

pupuk kandang.

Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman dipengamatan OPT sejak dari

persemaian sampai di pertanaman. Pengendalian dilakukan setelah serangan

mencapai ambang ekonomi. Taktik dan teknik pengendalian : 1) Usahakan tanaman

selalu sehat , 2) Gunakan varietas tahan, 3) Terapkan pengendalian hayati,

biopestisida, atau pestisida kimia sesuai anjuran.  Hama Utama : tikus sawah, wereng

coklat, penggerek batang padi, dan keong mas.  Pada MT Rendengan 2010 juga

Page 6: Proposal PL adjie

ditemukan serangan hama kepik hitam di daerah Anjungan, Kecurit, dan sekitarnya

sehingga perlu diwaspadai karena menyebabkan rasa nasi menjadi pahit. Penyakit

utama : tungro dan hawar daun bakteri. Pengendalian tikus dianjurkan dengan sistim

Trap Barrier System (TBS). (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2014)

       Penggunaan pestisida juga berdampak buruk terhadap lingkugan yaitu

masalah pencemaran yang diakibatkan penggunaan pestisida di bidang pertanian,

kehutanan,  pemukiman, maupun di sektor kesehatan. Pencemaran pestisida terjadi

karena adanya residu yang tertinggal di lingkungan fisik dan biotis disekitar kita.

Sehingga akan menyebabkan kualitas lingkungan hidup manusia semakin menurun.

Pencemaran dapat terjadi karena pestisida menyebar melalui angin, melalui aliran air

dan terbawa melalui tubuh organisme yang dikenainya. Salah satu pencemaran

pestisida yaitu lewat udara tidak terhindarkan pada setiap penggunaan pestisida oleh

para petani. Sebab disaat petani menyemprot pestisida lahan yang disemprot sangat

luas. Sudah pasti, sebagian besar pestisida yang disemprotkan akan terbawa oleh

hembusan angin ke tempat lain yang bukan target penyemprotan, seperti ke tanah, air

dan biota yang buakan menjadi sasaran. (Oka, Ida Nyoman. 1995)

Berikut ini akan diuraikan bebrapa dampak penggunaan pestisida yang

berhubungan dengan lingkungan dan dan agroekosistem .

a.       Punahnya Spesies

          Polutan berbahaya bagi biota air dan darat. Berbagai jenis hewan

mengalami keracunan dan kemudian mati. Berbagai spesies hewan memiliki

kekebalan yang tidak sama. Ada yang peka, ada pula yang tahan. Hewan muda dan

larva merupakan hewan yang peka terhadap bahan pencemar. Ada hewan yang dapat

Page 7: Proposal PL adjie

beradaptasi sehingga kebal terhadap bahan pencemar dan ada pula yang tidak.

Meskipun hewan mampu beradaptasi, harus diketahui bahwa tingkat adaptasi hewan

ada batasnya. Bila batas tersebut terlampaui, hewan tersebut akan mati.

b.      Peledakan Hama

Penggunaan pestisida dapat pula mematikan predator. Jika predator punah,

maka serangga dan hama akan berkembang tanpa kendali.

c.        Gangguan Keseimbangan lingkungan

      Punahnya spasies tertentu dapat mengubah pola interaksi di dalam suatu

ekosistem. Rantai makanan, jaring-jaring makanan dan aliran energi menjadi

berubah. Akibatnya keseimbangan lingkungan, daur materi, dan daur biogeokimia

menjadi terganggu.

d.      Kesuburan Tanah Berkurang

    Penggunaan insektisida dapat mematikan fauna tanah dan dapat juga

menurunkan kesuburan tanah. Penggunaan pupuk terus menerus dapat menyebabkan

tanah menjadi asam. Sehingga dapat menurunkan kesuburan tanah.

3.      Pestisida meningkatkan perkembangan populasi jasad penganggu tanaman.

        Tujuan penggunaan pestisida adalah untuk mengurangi populasi hama.

Akan  tetapi dalam kenyataannya, sebaliknya malahan sering meningkatkan populasi

jasad pengganggu tanaman, sehingga tujuan penyelamatan kerusakan tidak tercapai.

Hal ini sering terjadi, karena kurang pengetahuan dan perhitungan tentang dampak

penggunaan pestisida.

Page 8: Proposal PL adjie

Berikut ini diuraikan tiga dampak buruk penggunaan pestisida, khususnya

yang mempengaruhi peningkatan perkembangan populasi hama.

a.    Munculnya Ketahanan  (Resistensi) Hama Terhadap Pestisida

            Munculnya resistensi adalah sebagai reaksi evolusi menghadapi suatu

tekanan (strees). Karena hama terus menerus mendapat tekanan oleh pestisida, maka

melalui proses seleksi alami, spesies hama mampu membentuk strain baru yang

lebih tahan terhadap pestisida tertentu yang digunakan petani. . Apabila suatu

populasi hama yang terdiri dari banyak individu, dikenakan pada suatu tekanan

lingkungan, misalnya penyemprotan bahan kimia beracun, maka sebagian besar

individu populasi tersebut akan mati terbunuh. Tetapi dari sekian banyak individu,

ada satu atau beberapa individu yang mampu bertahan  hidup. Tidak terbunuhnya

individu yang bertahan tersebut,  mungkin disebabkan  terhindar dari efek racun

pestisida,  atau sebahagian karena sifat genetik yang dimilikinya. Ketahanan secara

genetik ini, mungkin disebabkan kemampuan memproduksi enzim detoksifikasi yang

mampu menetralkan daya racun pestisida. Keturunan individu tahan ini, akan

menghasilkan populasi yang juga tahan secara genetis. Sehingga muncul populasi

hama yang benar-benar resisten. 

b.      Ledakan Populasi Hama

          Dalam ekosistem pertanian,  diketahui terdapat beberapa hama utama

dan banyak hama-hama kedua atau hama sekunder. Umumnya tujuan penggunaan

pestisida adalah untuk mengendalikan hama utama yang paling merusak. Peristiwa

Page 9: Proposal PL adjie

ledakan hama sekunder terjadi, apabila setelah perlakuan pestisida menghasilkan

penurunan populasi hama utama, tetapi kemudian terjadi peningkatan populasi pada

spesies yang sebelumnya bukan  hama utama, sampai tingkat yang merusak. Ledakan

ini seringkali disebabkan oleh terbunuhnya musuh alami, akibat penggunaan

pestisida yang berspektrum luas. Pestisida tersebut tidak hanya membunuh hama

utama yang menjadi sasaran, tetapi juga membunuh serangga berguna, yang dalam

keadaan normal secara alamiah efektif mengendalikan populasi hama sekunder.

c.        Resurgensi Hama

           Peristiwa resurgensi hama terjadi apabila setelah diperlakukan aplikasi

pestisida, populasi hama  menurun dengan cepat dan secara tiba-tiba justru

meningkat lebih tinggi dari jenjang polulasi sebelumnya. Resurgensi sangat

mengurangi efektivitas dan efesiensi pengendalian dengan pestisida.

Resurjensi hama terjadi karena pestisida, sebagai racun yang berspektrum

luas, juga membunuh musuh alami. Musuh alami yang terhindar dan bertahan

terhadap penyemprotan pestisida,  sering kali mati kelaparan karena populasi mangsa

untuk sementara waktu terlalu sedikit, sehingga tidak tersedia makanan dalam jumlah

cukup. Kondisi demikian terkadang menyebabkan musuh alami beremigrasi untuk

mempertahankan hidup. Disisi lain, serangga hama akan berada pada kondisi yang

lebih baik dari sebelumnya. Sumber makanan tersedia dalam jumlah cukup dan

pengendali alami sebagai pembatas pertumbuhan populasi menjadi tidak  berfungsi.

Akibatnya populasi hama meningkat tajam segera setelah penyemprotan. (Hidayat

Natawigena, G. Satari. 1981)

Page 10: Proposal PL adjie

METODE PELAKSANAAN PRAKTEK LAPANGAN

Metode yang digunakan pada pelaksanaan kegiatan praktek lapangan sebagai

berikut:

1. Observasi atau pengamatan langsung di lapangan saat proses penanaman.

2. Wawancara langsung dengan ketua gapoktan, penyuluh pertanian desa dan

pemilik sawah.

3. Melakukan praktek langsung kaitannya dengan proses proses, penanaman,

pemeliharaan dan pemanenan.

4. Melakukan studi pustaka yaitu dengan membandingkan antara literatur

yang ada dengan kenyataan di lapangan.

5. Mencatat data sekunder dan sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan

dari kegiatan praktek lapang.

Page 11: Proposal PL adjie

TATA PELAKSANAAN PRAKTEK LAPANGAN

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Desa Pelabuhan Dalam Kecamatan

Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir ,Sumatera Selatan. Pembuatan bioinsektisida dan

Identifikasi serangga dilakukan di Laboratorium Entomologi Jurusan Hama Dan

Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan selesai.

B. Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah botol vial, gelas plastic,

kemera digital,kertas label, pinset, jarring serangga, karet gelang, knapshack 15 liter,

mikroskop, saringan berpori 1 mm dan shaker.

Sedangkan bahan yang digunakan adalah air, alcohol 70%, aquadest, bioinsek

berbahan aktif Beauveria bassiana dan Metharizium anisoplae, formalin,glukosa

dan tween.

C. Pelaksana Praktek lapangan

a. Survey dan Persiapan Lahan

Penelitian dilaksanakan di sawah rawa lebak Desa Pelabuhan Dalam, Kecamatan

Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Pada lahan percobaan seluas

sekitar 1 Ha. Lahan keeseluruhan dibagi menjadi 30 petakan. Tiap petakan akan

dibagi menjadi 3 subpetak untuk setiap perlakuan sehingga dalam 1 Ha lahan

percobaan terdapat 15 petakan dan tanaman padi yang diamati sebanayak 45 rumpun

tanaman contoh tiap petak.

Page 12: Proposal PL adjie

b. Aplikasi bioinsektisida

Bioinsektisida cair akan di aplikasikan pada tanaman padi yang berumur 1

bulan 1 minggu setelah tanam. Aplikasi bioinsektisida cair dilakukan setiap 14 hari

hingga padi memasuki fase bunting. Selanjutnya pada lahan yang sama setelah panen

padi utama akan dilanjutkan dengan padi ratun. Pada padi ratun bioinsektisida akan

di aplikasikan sebanyak 7 hari setelah panen dan dilakukan setiap 7 hari sekali

hingga padi memasuki padi bunting.

c. Pengambilan serangga Arthopoda predator

Pengamatan pada tanaman padi utama dilakukan 2 hari setelah aplikasi

bioinsektisida dan akan dilakukan setaip 14 hari sekali.pada padi ratun akan diamati

pada saat ratun berumur 9 hari setelah panen dan dilakukan setaip 7 hari sekali.

Pengamatan yang dilakukan berupa pengambilan sampling ditajuk dan pengambilan

sampling penghuni tanah pada padi utama dan padi ratun.

d.1. Pengambilan di tajuk tanaman

Pengambilan serangga serangga di sampling dengan menggunakan jarring

serangga sebanyak 2kali ayunan ganda jarring tiap subpetak secara kontinu

dilakukan pada pagi hari jam 06.00-08.00 WIB ,setiap kali ayunan dialkukan dari kiri

ke kanan per subpetak. Pengambilan serangga menggunakan jarring serangga

dilakukan setelah 2 hari setelah aplikasi bioinsektisida setiap dua minggu sekali

dimulai 1 bulaan 1 minggu setelah padi ditanam ,sampai padi memasuki fase

bunting. Serangga serangga yang terjaring dimasukan kedalam kantung plastik berisi

formalin 2% yang diikat dengan karet untuk dibawa kelaboratorium . kemudian

serangga dalam kantong dimasukan kedalam botol vial yang diberi alcohol untuk

dilakukan identifikasi.

d.2. Pengambilan di permukaan tanah

Pengambilan sampling serangga serangga predator dilakukan dengan pitfall

trap (lubang perangkap). Pengambilan sampling dilakukan setelah dua hari setelah

aplikasi bioinsektisida setiap dua minggu sekali dimulai 40 hari setelah tanaman padi

Page 13: Proposal PL adjie

ditanam, sampai pergiliran tanaman padi ratun. Pemasangan lubang perangkap

dilakukan sebanyak 40 buah per subpetak yang dipasang pada sore hari.

Pemasangan pitfall traps dengan mengunakan paralon yang berukuran 15cm , diisi

formalin 2% sebanyak 200 mL, lalu dipasang selama 2 x 24 jam di permukaan tanah.

Selanjutnya artropoda disortasi dengan mengunakan saringan pori 1 mm yang

kemudian dibilas dengan air steril untuk selanjutnya dikumpulkan ke dalam vial yang

berisi alcohol 70% dan diidentifikasi di Laboratorium.

d. Pengamatan Langsung di Lapangan

Pengamatan langsung di lakukan di lapangan dengan melihat keberhasilan

penangkapan pitfall traps serangga yang terperangkap di dalam pitfall traps yang

dilakukan dua hari setelah aplikasi bioinsektisida cair. Pengamatan langsung

dilakukan dengan cara melihat dan menghitung langsung jumlah serangga predator

pada 3 rumpun contoh pers ubpetak pada pagi hari.

3.5. Peubah yang Diamati

5.1. Populasi dan Serangan Serangga Predator

a. Pengamatan Langsung di Lapangan

Populasi serangga predator diamati dua hari setelah aplikasi bioinsektisida

cair berbahan aktif cendawan beauveria bassiana. Pengamatan dilakukan dengan

menghitung serangga predator secara langsung pada 3 tanaman contoh per subpetak.

Pengamatan populasi ini dilakukan secara visual dan diamaati langsung pada

pemasangan perangkap pitfall traps dengan purposive sampling. ( secara sengaja).

Lalu dicatat jumlah serangga yang ditemukan pada setiap rumpun.

b. Persentase Serangan Serangga Predator

Perhitungan persentase serangan serangga predator dilakukan dengan

pengamatan langsung secara sengaja pada 3 tanaman contoh per subpetak dan

dihitung dengan rumus :

P = n x 100%

N

Page 14: Proposal PL adjie

Keterangan :

P : Persentase serangan serangga predator dalam subpetak (3 rumpun)

n : Jumlah batang terserang pada 3 rumpun yang diamati

N : Jumlah batang total pada 10 rumpun yang diamati

1. Kelimpahan Populasi Serangga Predator

a. Spesies Serangga Predator

Serangga predator yang didapat dari lubang perangkap sesuai metode

herlinda dan effendy (2003) yang kemudian dibersihkan dan dimasukan dalam botol

vial yang diidentifikasi di Laboratorium dengan mengunakan mikroskop binokuler

dan disamakan dengan buku Kalshoven (1981). Borror et al. (1961) dan Soepardi et

al. (1991) untuk mengetahui jenis dan family serangga lalu dikelompokkan menurut

jenisnya.

b. Kelimpahan Relatif Serangga Predator

Serangga predator penghuni tanah diambil mengunakan perangkap (pitfall

traps) sesuai metode herlinda dan effendy (2003). Serangga predator yang didapat

dibersihkan dan diidentifikasi lalu dikelompokan menurut jenisnya dan dihitung

jumlahnya. Kelimpahan relatif serangga predator dapat dihitung dengan

mengunakan rumus, yaitu:

Kelimpahan Relatif : Jumlah individu family ke-1 x 10%

Jumlah total semua individu

2. Jumlah Anakan dan Tinggi Tanaman

Tinggi dan Jumlah anakan tanaman padi di amati sesuai sampel rumpun

tanaman yang di ambil per sub petak. Dimana ditentukan 3 sampel rumpun tanaman

per petak. Pengamatan dilakukan 2 hari setelah aplikasi.

Page 15: Proposal PL adjie

Daftar pustaka

Hidayat Natawigena dan G. Satari. 1981. Kecenderungan Penggunaan Pupuk dan

Pestisida dalam Intensifikasi Pertanian dan Dampak Potensialnya Terhadap

Lingkungan. Unpad Bandung.

Oka, Ida Nyoman. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di

Indonesia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Untung, K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gajah Mada University

Press. Yogyakarta.

http://agrotekumpar.blogspot.com/2011/06/dampak-penggunaan-pestisida.html.

Diakses pada 16 oktober 2014

http://bbpadi.litbang.deptan.go.id/. diakses pada 16 oktober 2014