Proposal Petrus
-
Upload
endratraharjo -
Category
Documents
-
view
24 -
download
4
Transcript of Proposal Petrus
BAB I
LATAR BELAKANG
Industri kecil menengah sekarang ini berkembang dengan baik seiring dengan terbukanya pikiran masyarakat untuk membuka usaha sendiri dan menciptakan lowongan kerja daripada mencari lowongan kerja. Industri kecil menengah memang cukup menjanjikan mengingat modal yang digunakan tidak terlalu besar dan resikonya pun tidak besar mengingat modal yang tidak terlalu besar, hanya memerlukan perencanaan yang matang sehingga industri yang dijalankan dapat berkembang dan berjalan dengan baik. Dalam perkembangan industri rumah tangga dituntut untuk terus berkembang dalam persaingan dengan industri kecil lainnya bahkan dengan industri besar dengan kapasitas yang lebih banyak dan kualitas yang lebih bagus.
Oleh karena itu jika suatu industri rumah tangga ingin survive, terutama dalam menghadapi era globalisasi sekarang ini, mereka diharuskan memperbaiki kualitas secara kontinu , menjaga kestabilan dan memperbaiki kekurangan proses produksi agar dapat bertahan dipersaingan industri. Untuk memenuhi kebutuhan pasar yang banyak maka industri rumah tangga harus bekerja keras bersaing dengan industri besar yang memiliki lahan pemasaran yang lebih luas daripada industri rumahan. Dalam mengisi celah pasar yang ada mereka juga dituntut mencari inovasi baru meningkatkan kualitas produk dan produksi untuk bertahan dalam kerasnya persaingan industri. Apabila indusri rumah tangga ingin menembus pasar internasional mereka harus mempunyai standar kualitas produk dan proses produksi.
Industri Budidaya Jamur Tiram Bapak Darmuji merupakan salah satu usaha mikro yang berperan dalam memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat akan makanan kecil. Industri Budidaya Jamur Tiram ini dalam produksinya belum menerapkan aspek produksi bersih dan sanitasi lingkungan dengan baik. Oleh karena itu, kerugian yang diakibatkan oleh ceceran bahan penolong dapat diminimalisasi dengan adanya penerapan produksi bersih, dan untuk menghasilkan produk yang tidak hanya bernilai ekonomi tinggi tetapi juga higienis, maka harus ditunjang dengan adanya sistem sanitasi lingkungan.
BAB II
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah penerapan produksi bersih pada industri ini dapat meningkatkan produktifitas?
2. Apakah dengan menerapkan sanitasi lingkungan dapat meningkatkan kenyamanan kerja?
BAB IV
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk mengimplementasikan perbaikan aspek produksi bersih dan sanitasi lingkungan
BAB V
MANFAAT PENELITIAN
Pemilik Industri
1. Mengetahui keuntungan dan kerugian dari usahanya.2. Menjaga kenyamanan ruang produksi.3. Meningkatkan produktifitas kenerja karyawan.
Pemerintah
1. Meningkatkan perekonomian bangsa melalui peningkatan perekonomian masyarakat khususnya dibidang Usaha Industri Kecil Menengah
2. Membantu peran pemerintah untuk mensukseskan Usaha Industri Kecil Menengah
Penulis
1. Untuk penyelesaian tugas akhir program pendidikan Diploma Tiga2. Dapat mengaplikasikan pengetahuan yang sudah didapat di kampus ke
dunia industri
BAB VIHIPOTESA PENELITIAN
Penerapan produksi bersih dan sanitasi lingkungan sangat baik dilaksanankan di industri. Industri yang tidak menerapakan produksi bersih dan sanitasi lingkungan maka dapat menyebabkan menurunnya produktifitas kenerja karyawan dan dapat mengganggu proses produksi
BAB VII
TINJAUAN PUSTAKA
Produksi Bersih
Produksi bersih merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang
bersifat preventif dan terpadu. Strategi tersebut perlu diterapkan secara terus-
menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan untuk
mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan. Produksi bersih diperlukan
sebagi cara untuk mendukung upaya perlindungan lingkungan. Upaya tersebut
dikaitkan dengan kegiatan pembangunan atau pertumbuhan ekonomi, mencegah
terjadinya pencemaran lingkungan, memelihara, dan memperkuat pertumbuhan
ekonomi dalam jangka panjang, mendukung prinsip environmental equality,
mencegah terjadinya proses degradasi lingkungan, dan pemanfaatan sumberdaya
alam melalui penerapan daur ulang limbah. Selain itu, upaya tersebut dapat
dijadikan sebagai suatu cara untuk memperkuat daya saing produk
(KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP, 2009) Pada awalnya strategi
pengelolaan lingkungan mengacu pada pendekatan kapasitas daya dukung, namun
upaya ini memerlukan biaya tinggi untuk perbaikan kondisi lingkungan yang telah
tercemar dan rusak.Upaya tersebut dianggap kurang memuaskan, konsep strategi
pun berubah menjadi upaya pemecahan masalah dengan pengelolaan limbah yang
terbentuk (end of pipe treatment), namun berbagai kendala muncul dan masalah
pencemaran lingkungan masih tetap terjadi.
Menurut BAPEDAL (1996), kendala yang muncul dalam penerapan end of
pipe treatment antara lain:
a. Pendekatan bersifat reaktif, artinya tindakan pengelolaan lingkungan dilakukan
setelah limbah terbentuk.
b. Limbah tetap terbentuk, karena tidak didukung oleh minimisasi limbah pada
sumbernya cenderung tidak dilakukan.
c. Tidak efektif memecahkan masalah, karena pada kenyataannya seringkali
kegiatan pengelolaan limbah dianggap hanya mengubah bentuk limbah dan
memindahkannya dari satu media ke media lain.
d. Upaya tersebut meningkatkan biaya produksi, namun tidak seiring dengan
perbaikan kerusakan dan pencemaran.
e. Peraturan perundang-undangan yang mengatur persyaratan pembuangan
limbah pada umumnya cenderung dilanggar dan upaya penegakan hukum
lingkungan belum dapat berjalan sepenuhnya.
Ruang Lingkup Produksi Bersih
Produksi bersih diterapkan pada seluruh siklus produksi.Hal tersebut
bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan memberikan tingkat efisiensi
yang lebih baik pada penggunaan bahan mentah, energi, dan air.Selain itu, upaya
tersebut mendorong kondisi lingkungan yang lebih baik melalui pengurangan
sumber-sumber pembangkit limbah dan emisi serta mereduksi dampak produk
terhadap lingkungan dari siklus hidup produk dengan rancangan yang ramah
lingkungan dengan didukung oleh efektivitas dari segi biaya.Ruang lingkup
produksi bersih dapat dilihat pada Gambar 1.
Diterapkan dalam produksi dan siklus pelayanan
Produks
Pelay Pelayanan :
Efisiensi Manajemen lingkungan dalam rancangan dan pengiriman
Dampak :
1. Perbaikan efisiensi2. Kondisi lingkungan yang lebih baik3. Peningkatan keuntungan kompetitif
Dampak :
4. Perbaikan efisiensi5. Kondisi lingkungan yang lebih baik6. Peningkatan keuntungan kompetitif
Proses :
1. Konservasi bahan baku
2. Pengurangan jumlah atau tingkat toksisitas emisi pada sumber
3. Evaluasi dari pilihan teknologi
4. Reduksi biaya dan teknologi
Produk :
1. Reduksi limbah melalui rancangan pengelolaan yang lebih baik
2. Penggunaan limbah untuk produk baru
Gambar 1. Ruang Lingkup Produksi Bersih
Sumber: UNIDO (2002) dalam INDRASTI & FAUZI (2009)
2. 4 .2 Prinsip-prinsip Pokok Produksi Bersih
Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih adalah:
a. Mengurangi atau meminimumkan penggunaan bahan baku, air, energi, dan
menghindari pemakaian bahan baku beracun dan berbahaya serta mereduksi
terbentuknya limbah pada sumbernya sehingga dapat mencegah dan
mengurangi timbulnya masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan serta
resikonya terhadap manusia.
b. Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik terhadap proses
maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul mengenai daur
hidup produk.
c. Perubahan dalam pola pikir, sikap, dan tingkah laku dari semua pihak terkait,
baik dari pemerintah, masyarakat maupun kalangan industriawan. Selain itu,
perlu diterapkan pola manajemen di kalangan industri maupun pemerintah
yang telah mempertimbangkan aspek lingkungan.
d. Mengaplikasikan teknologi akrab lingkungan, manajemen dan prosedur standar
operasi sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
e. Pelaksanaan program produksi bersih tidak hanya mengandalkan peraturan
pemerintah saja, tetapi lebih didasarkan pada kesadaran untuk merubah sikap
dan tingkah laku.
2. 4 .3 Penerapan Produksi Bersih
Teknik produksi bersih merupakan gabungan antara teknik pengurangan
limbah pada sumber pencemar dan teknik daur ulang.Pemilihan penerapan
produksi bersih menurut INDRASTI & FAUZI (2009), dapat dikelompokan
menjadi lima bagian yaitu :
a. Good house keeping (GHK)
Meliputi tindakan prosedural, administratif maupun institusional yang dapat
digunakan perusahaan untuk mengurangi terbentuknya limbah dan emisi.
Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan dalam penerapan GHK meliputi :
pengembangan program produksi bersih, pengembangan sumberdaya manusia,
tata cara penanganan dan investasi bahan, pencegahan kehilangan bahan,
pemisahan limbah menurut jenisnya, tata cara perhitungan biaya, dan penjadwalan
produksi.
b. Perubahan material input
Tindakan ini untuk mengurangi atau menghilangkan bahan berbahaya dan
beracun yang masuk atau yang digunakan dalam proses produksi, sehingga dapat
menghindari terbentuknya limbah B3 dalam proses produksi. Perubahan material
input termasuk pemurnian bahan dan substitusi bahan.
c. Perubahan teknologi
Meliputi modifikasi proses dan peralatan yang dilakukan untuk mengurangi
limbah dan emisi, perubahan teknologi dapat dimulai dari yang sederhana, dalam
waktu yang singkat, dan biaya murah sampai dengan perubahan yang memerlukan
investasi tinggi, seperti: perubahan peralatan, tata letak pabrik, penggunaan
peralatan otomatis, dan perubahan kondisi proses.
d. Perubahan produk
Meliputi substitusi produk, konservasi produk, dan perubahan komposisi
produk.
e. On-site reuse
Merupakan upaya penggunaan kembali bahan-bahan yang terkandung dalam
limbah, baik untuk digunakan kembali pada proses awal atau sebagian material
input dalam proses yang lain.
Aplikasi produksi bersih dalam suatu industri dapat diterapkan pada unsur
unsur sebagai berikut:
a. Proses produksi
Aplikasi produksi bersih pada proses produksi mencakup peningkatan efisiensi
dan efektivitas dalam pemakaian bahan baku, energi, dan sumberdaya lainnya
serta mengganti atau mengurangi penggunaan bahan berbahaya dan beracun
sehingga mengurangi jumlah dan toksisitas limbah serta emisi yang dihasilkan.
b. Produk
Penerapan produksi bersih pada produk, fokus terhadap upaya pengurangan
dampak keseluruhan daur hidup produk mulai dari bahan baku sampai
pembuangan akhir setelah produk tidak digunakan.
c. Jasa
Aplikasi produksi bersih pada jasa menitikberatkan pada upaya penerapan
proses 5R (rethink, reduce, reuse, recycle dan recovery) secara menyeluruh pada
setiap kegiatannya mulai dari penggunaan bahan baku sampai ke pembuangan
akhir.
2. 4 . 4 Keuntungan Penerapan Produksi Bersih
Keuntungan yang diperoleh oleh suatu industri apabila menerapkan
konsep produksi bersih, diantaranya: mengurangi biaya produksi, mengurangi
limbah yang dihasilkan, meningkatkan produktivitas, mengurangi konsumsi
energi, meminimalisasi masalah pembuangan limbah, dan memperbaiki nilai
produk samping.Keuntungan-keuntungan tersebut, dilihat dari sudut pandang
ekonomi dan lingkungan, akan dapat terwujud dengan beberapa cara berikut:
Meningkatkan efisiensi dalam penggunaan bahan baku, sehingga mengurangi biaya
untuk bahan baku.
Meminimisasi limbah, sehingga akan mengurangi biaya penanganan dan
pembuangan limbah.
Mengurangi atau mengeliminasi kebutuhan akan penanganan dengan konsep end
of pipe treatment
Memperbaiki teknologi produksi.
Memperbaiki kualitas manajemen.
Meningkatkan penghargaan pekerja terhadap perlindungan lingkungan.
Memperbaiki kinerja, meningkatkan produktivitas, dan meningkatkan citra
perusahaan.
2. 4 . 5 Kendala Penerapan Produksi Bersih
Terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam penerapan produksi
bersih pada suatu industri. Kendala-kendala tersebut antara lain :
a. Kendala ekonomi
Kendala ekonomi timbul apabila kalangan usaha tidak merasa mendapatkan
keuntungan dalam penerapan produksi bersih, sehingga sulit bagi perusahaan
untuk membuat keputusan tentang penerapan konsep produksi bersih, misalnya
besarnya modal yang dikeluarkan untuk biaya tambahan peralatan dan kontrol
pencemaran sekaligus penerapan produksi bersih lainnya.
b. Kendala teknologi
Kendala teknologi timbul akibat kurangnya sosialisasi mengenai konsep
produksi bersih, kemungkinan penerapan sistem baru tidak sesuai dengan yang
diharapkan, dan kemungkinan adanya penambahan peralatan yang mengakibatkan
terbatasnya ruang produksi.
c. Kendala sumber daya manusia
Kendala sumberdaya manusia timbul akibat kurangnya dukungan dari pihak
manajemen puncak, keengganan untuk berubah baik secara individu maupun
organisasi, lemahnya komunikasi internal mengenai proses produksi yang baik,
pelaksanaan manajemen perusahaan yang kurang fleksibel, birokrasi yang sulit,
dan kurangnya dokumentasi serta penyebaran informasi.
2. 5 Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan merupakan usaha-usaha pengawasan terhadap semua
faktor yang ada dalam lingkungan fisik, yang memberi pengaruh terhadap
kesehatan fisik, mental, dan kesejahteraan sosial. Sanitasi lingkungan industri
dapat memberikan pengaruh positif dalam pencegahan penyakit dan gangguan
kesehatan akibat kondisi tempat kerja yang tidak memenuhi persyaratan.Selain itu
dapat memberikan pencitraan yang baik bagi industri yang bersangkutan karena
produk yang dihasilkan diproses dengan memperhatikan kebersihan, baik tempat
kerja, peralatan maupun karyawan.Beberapa komponen dalam industri menurut
yang harus diperhatikan untuk menerapkan sanitasi lingkungan yaitu: lokasi,
bangunan, tata letak pabrik, peralatan, personil, dan proses produksi (SUB DINAS
BINA PENYEHATAN LINGKUNGAN, 1999).
Sanitasi bertujuan untuk menghilangkan kontaminan dari makanan dan
mesin pengolahan makanan serta mencegah terjadinya kontaminasi kembali
(WINARNO, 2004). Kontaminasi yang mungkin timbul berasal dari pestisida,
bahan kimia, insekta, tikus dan partikel-partikel benda asing seperti kayu, metal,
pecahan gelas dll, tetapi yang terpenting dari semuanya adalah kontaminasi
mikroba. Prinsip sanitasi adalah membersihkan dan sanitasi. Membersihkan
berarti menghilangkan mikroba yang berasal dari sisa makanan dan tanah yang
mungkin dapat menjadi media yang baik bagi pertumbuhan mikroba. Sedangkan
sanitasi berarti menggunakan zat kimia dan atau metode fisika untuk
menghilangkan sebagian besar mikroorganisme yang tertinggal pada permukaan
alat dan mesin pengolah makanan.
Tata cara pelaksanaan untuk memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan
industri menurut KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 dalam beberapa aspek yaitu :
1. Air Bersih
a. Air bersih untuk keperluan industri dapat diperoleh dari perusahaan air minum
(PAM), perusahaan daerah air minum (PDAM), sumber air tanah atau sumber lain
yang telah diolah sehingga memenuhi persyaratan kesehatan.
b. Tersedia air bersih untuk kebutuhan karyawan sesuai dengan persyaratan
kesehatan.
c. Distribusi air bersih untuk perkantoran harus menggunakan sistem perpipaan.
d. Sumber air bersih dan sarana distribusinya harus bebas dari pencemaran fisik,
kimia dan bakteriologis.
e. Dilakukan pengambilan sampel air bersih pada sumber, bak penampungan dan
pada kran terjauh untuk diperiksakan di laboratorium minimal 2 kali setahun,
yaitu musim kemarau dan musim hujan.
2. Udara ruangan
a. Suhu dan kelembaban
Agar ruang kerja industri memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan
upaya-upaya sebagai berikut:
Tinggi langit-langit dari lantai minimal 2,5 m.
Bila suhu udara > 30 0C perlu menggunakan alat penata udara seperti Air
Conditioner (AC), kipas angin, dll.
Bila suhu udara luar < 18 0C perlu menggunakan alat pemanas ruang.
Bila kelembaban udara ruang kerja > 95 % perlu menggunakan alat
dehumidifier.
Bila kelembaban udara ruang kerja < 65 % perlu menggunakan humidifier
(misalnya : mesin pembentuk aerosol).
b. Debu
Agar kandungan debu di dalam udara ruang kerja industri memenuhi
persyaratan kesehatan maka perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut:
Pada sumber dilengkapi dengan penangkap debu (dust enclosure).
Untuk menangkap debu yang timbul akibat proses produksi, perlu dipasang
ventilasi lokal (local exhauster) yang dihubungkan dengan cerobong dan
dilengkapi dengan penyaring debu (filter).
Ruang proses produksi dipasang ventilasi (memasukkan udara segar).
c. Pertukaran udara
Agar pertukaran udara ruang industri dapat berjalan dengan baik maka perlu
dilakukan upaya-upaya sebagai berikut:
Memasukkan udara segar untuk mencapai persyaratan nilai ambang batas
(NAB) dengan menggunakan ventilasi atau AC.
Kebutuhan suplai udara segar 10 L/orang/dt.
Membersihkan saringan atau filter udara AC secara periodik sesuai ketentuan
pabrik.
d. Gas pencemar
Agar kandungan gas pencemar dalam udara ruang kerja industri tidak melebihi
konsentrasi maksimum perlu dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:
Pada sumber dipasang hood (penangkap gas) yang dihubungkan dengan local
exhauster dan dilengkapi dengan filter penangkap gas.
Melengkapi ruang proses produksi dengan alat penangkap gas.
Dilengkapi dengan suplai udara segar.
e. Mikroba
Agar angka kuman di dalam udara ruang kerja industri tidak melebihi NAB
maka perlu dilakukan beberapa tindakan sebagai berikut :
Untuk industri yang berpotensi mencemari udara dengan mikroba agar
melengkapi ventilasi atau AC dengan sistem saringan udara bertingkat untuk
menangkap mikroba atau upaya desinfeksi dengan sinar ultra violet atau
bahan kimia.
Memelihara sistem ventilasi agar berfungsi dengan baik.
Memelihara sistem AC sentral.
3. Limbah
a. Limbah padat
Limbah padat yang dapat dimanfaatkan kembali dengan pengolahan daur
ulang dan pemanfaatan sebagian (reuse, recycling, recovery) agar dipisahkan
dengan limbah padat yang non bahan berbahaya dan beracun (B3).
Limbah B3 dikelola ke tempat pengolahan limbah B3 sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Limbah radioaktif dikelola sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Limbah cair
Saluran limbah cair harus kedap air, tertutup, limbah cair dapat mengalir
dengan lancar dan tidak menimbulkan bau.
Semua limbah cair harus dilakukan pengolahan fisik, kimia atau biologis sesuai
kebutuhan.
4. Pencahayaan
Agar pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan tindakan
sebagai berikut:
a. Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan kesilauan
dan memilki intensitas sesuai dengan peruntukannya.
b. Kontras sesuai kebutuhan, hindarkan terjadinya kesilauan atau bayangan.
c. Untuk ruang kerja yang menggunakan peralatan berputar dianjurkan untuk tidak
menggunakan lampu neon.
d. Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan bola
lampu sering dibersihkan.
e. Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti.
5. Kebisingan
Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu
diambil tindakan sebagai berikut:
a. Pengaturan tata letak ruang harus sedemikian rupa agar terhindar dari kebisingan.
b. Sumber bising dapat dikendalikan dengan beberapa cara antara lain: meredam,
menyekat, pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon, peninggian tembok,
membuat bukit buatan, dan lain-lain.
c. Rekayasa peralatan (engineering control).
6. Getaran
Agar getaran tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu diambil
tindakan sebagai berikut :
a. Melengkapi ruang kerja dengan peredam getar.
b. Memperbaiki atau memelihara sistem penahan getaran.
c. Mengurangi getaran pada sumber, misalnya dengan memberi bantalan pada
sumber getaran.
7. Radiasi
a. Pencegahan terhadap radiasi medan listrik.
b. Merancang instalasi yang sesuai dengan peraturan.
c. Menyediakan alat pelindung (isolasi) radiasi pada sumber.
d. Pencegahan terhadap radiasi medan magnet listrik :
Lokasi perkantoran jauh atau tidak berada dibawah Saluran Udara Tegangan
Tinggi (SUTT) atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), jarak vertikal
bangunan dari sumber maksimal 10 m dan jarak horisontal minimal 20 m.
Untuk pengguna kabel umum tegangan menengah tidak dipergunakan sebagai
tempat kerja (20 kV).
8. Vektor penyakit
a. Pengendalian secara fisika
Konstruksi bangunan tidak memungkinkan masuk dan berkembang biaknya
vektor dan penyebab penyakit ke dalam ruang kerja dengan memasang alat
yang dapat mencegah masuknya serangga dan tikus.
Menjaga kebersihan lingkungan, sehingga tidak terjadi penumpukan sampah
dan sisa makanan.
Pengaturan peralatan dan arsip secara teratur.
Meniadakan tempat perindukan serangga dan tikus.
b. Pengendalian dengan bahan kimia yaitu dengan melakukan penyemprotan,
pengasapan, memasang umpan, membubuhkan abate pada tempat
penampungan air bersih.
c. Pengendalian penjamu dengan listrik frekuensi tinggi.
d. Cara mekanik dengan memasang perangkap.
9. Ruang dan bangunan
a. Bangunan harus kuat, terpelihara, bersih dan tidak memungkinkan terjadinya
gangguan kesehatan dan kecelakaan.
b. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, dan tidak licin,
pertemuan antara dinding dengan lantai berbentuk conus.
c. Dinding harus rata, bersih dan berwarna terang, permukaan dinding yang selalu
terkena percikan air terbuat dari bahan yang kedap air.
d. Langit-langit harus kuat, bersih, berwarna terang, ketinggian minimal 3,0 m dari
lantai.
e. Luas jendela, kisi-kisi atau dinding gelas kaca untuk masuknya cahaya minimal 1/6
kali luas lantai.
10. Toilet
a. Toilet harus dibersihkan minimal 2 kali sehari.
b. Tidak menjadi tempat berkembang biaknya serangga dan tikus.
11. Instalasi
a. Instalasi untuk masing-masing peruntukan sebaiknya menggunakan kode warna
dan label.
b. Diupayakan agar tidak terjadi hubungan silang dan aliran balik antara jaringan
distribusi air limbah dengan air bersih sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Jaringan instalasi agar ditata sedemikian rupa agar memenuhi syarat estetika.
d. Jaringan instalasi tidak menjadi tempat perindukan serangga dan tikus.
e. Pengoperasian instalasi sesuai dengan prosedur tetap yang telah ditentukan.
f. Konstruksi instalasi diupayakan agar sesuai dengan standar desain yang berlaku.
BAB VIII
METODOLOGI PENELITIAN
Metode PKL yang dilaksanakan di Industri Budidaya Jamur Tiram milik Bapak Darmuji menggunakan metode observasi pada tahap awal. Observasi yang dilakukan meliputi observasi tidak langsung dan observasi langsung. Observasi tidak langsung dilakukan untuk mendapatkan data sekunder pada Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor, dan observasi langsung dilakukan dengan menggunakan teknik pengamatan dan wawancara dengan pemilik serta para pekerja untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi pengrajin. Setelah observasi, dilakukan analisis untuk mendapatkan masalah prioritas yang harus diperbaiki, dengan mempertimbangkan kondisi industri dan alokasi waktu implementasi. Metode selanjutnya adalah pembuatan rencana tindak lanjut (action plan) untuk menyelesaikan masalah. Tahap kedua dan ketiga yaitu sosialisasi dan implementasi.
Pada tahap implementasi menggunakan teknik penyuluhan dan diskusi dengan pemilik dan karyawan IKM. Teknik penyuluhan yang digunakan yaitu
melalui pendekatan interpersonal untuk membangun kesadaran secara bertahap mengenai pentingnya menerapkan aspek produksi bersih dan sanitasi lingkungan.
BAB IX
BAHAN DAN ALAT
1. Tempat dan Waktu Praktik kerja lapang (PKL) dilaksanakan di Industri Budidaya Jamur Tiram milik Bapak Darmuji yang berlokasi di Jalan Kandang Roda Gang. H.Hari Kelurahan Nanggewer, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Kegiatan PKL dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2014.
2. Alat dan Bahan Alat yang diperlukan dalam pelaksanaan penyuluhan untuk pemecahan masalah adalah alat kantor, masker, tempat sampah, kain bekas, peralatan/sarana kebersihan (sikat lantai, sapu, dan kain lap), laptop/netbook. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu kertas, dan sabun.
3. Cara Kerja
Produksi Bersih
Penyuluhan yang akan dilakukan adalah memberikan informasi mengenai produksi bersih, pemilik industri diberikan pemahaman tentang pentingnya efisiensi dan efektifitas produksi. Kepada pemilik industri dijelaskan kemungkinan-kemungkinan produk yang terbuang pada setiap tahapan proses. Selain itu juga diberikan tambahan pengetahuan tentang pemanfaatan limbah yang dihasilkan oleh industri. Penerapan produksi bersih dilakukan dengan cara penggantian kapas pada baglok Jamur Tiram menjadi cincin bambu atau paralon untuk menutupi Jamur Tiram tersebut, memanfaatkan ceceran serbuk gergaji sebagai pakan ternak.
. Sanitasi Lingkungan
Sanitasi yang baik di lingkungan usaha dan cara menerapkannya kepada pemilik usaha kecil dan pekerja dengan cara diskusi, serta membantu untuk menerapkan sanitasi di lingkungan usaha. Penerapan sanitasi lingkungan dilakukan dengan cara memberikan beberapa alat kebersihan seperti sapu lantai, sikat lantai, dan lap. Alat kebersihan tersebut digunakan oleh pekerja untuk melakukan pembersihan area tempat kerja baik di ruangan maupun di luar ruangan produksi.
BAB XJADWAL PENELITIAN
Nama Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Juni
Minggu ke-
Juli
Minggu ke-
Agustus
Minggu ke-
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Identifikasi Masalah
Pembuatan Rencana Aksi
Sosialisasi
Implementasi
Pengawasan dan Evaluasi
BAB XIBIAYA PENENLITIAN
Harga peralatan dan bahan yang digunakan :
NO JENIS BARANG JUMLAH HARGA (RUPIAH)
BAB XIIPENUTUP
Besar harapan penulis agar proposal ini dapat diterima sehingga program dan target pencapaian dari pelaksanaan penelitian ini dapat tercapai dan terlaksana. Penulis mohon maaf banyak terdapat kekurangan. Atas perhatiannya penulis
ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
BAPEDAL. 1996. Produksi Bersih. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. Jakarta.
INDRASTI, NARSITI SISWI & FAUZY, ANAS MIFTAH. 2009. Produksi Bersih.
IPB Press. Bogor.
Id.wikipedia.org/wiki/jamur_tiram. Diakses pada 20 September 2014.
KEMENLH. 2009. Panduan Penerapan Produksi Bersih. Kementerian Lingkungan
Hidup. Jakarta.
KEMENKES. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri. Kementerian Kesehatan. Jakarta.
PRESIDEN RI. 2008. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008
Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Presiden Republik Indonesia.
Jakarta.
WARSONO, S., ENDRA, M.S., ARSYADI, R., & ARIF D. 2010. Akuntansi UMKM
Ternyata Mudah Dipahami dan Dipraktikkan. Penerbit Buku Akuntansi Asghard
Chapter. Yogyakarta.