PROPOSAL PENELITIAN KOLABORATIF - RPPS …rpps.ums.ac.id/pid/datadir/1379764793_17955.doc · Web...
Transcript of PROPOSAL PENELITIAN KOLABORATIF - RPPS …rpps.ums.ac.id/pid/datadir/1379764793_17955.doc · Web...
PROPOSAL PENELITIAN KOLABORATIF
GAYA BAHASA SIMILE DALAM NOVEL MOGA BUNDA DISAYANG ALLAH
KARYA TERE LIYE
Oleh :
Dra. Atiqa Sabardila, M. Hum.
Aditya Doni Pradipta (A. 310 100 077)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
1
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL PENELITIAN KOLABORATIF
1. Judul : Gaya Bahasa Simile dalam Novel Moga Bunda Disayang Allah Karya Tere Liye
Pelaksanaa. Nama : Dra. Atiqa Sabardila, M. Hum.
b. NIK : 472
c. Pangkat/ Golongan : Lektor Kepala/ IVb
d. Program Studi : Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan
Daerahe. Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Personalia
Jumlah Anggota Pelaksana : 1 Orang
Jangka Waktu Kegiatan : 4 Bulan
Bentuk Kegiatan : Penelitian
Sifat Kegiatan : Penunjang
2. Biaya yang Diperlukan : Rp. 3.000.000,00 (Tiga Juta Rupiah)
3. Sumber Dana : LP2M (Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Mayarakat) _________________________________________________________________
Surakarta, 20 September 2013
Mengetahui:Ketua LP2M, Ketua Pelaksana,
Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M. Hum. Dra. Atiqa Sabardila, M. Hum.
2
GAYA BAHASA SIMILE DALAM NOVEL MOGA BUNDA
DISAYANG ALLAH KARYA TERE LIYE
Latar Belakang
Penelitian ini memfokuskan kajian gaya bahasa simile sebagai salah satu analisis
sebuah novel. Novel selalu mempunyai daya tarik tersendiri sebagai objek penelitian.
Apalagi jika novel yang menjadi objek penelitian merupakan novel best seller yang dicetak
hingga belasan kali dan mendapat respon positif dari para pecinta sastra. Dewasa ini,
bahasa dan sastra memiliki hubungan yang sangat erat. Sastra tidak lepas dari bahasa.
Melalui karya sastra, pengarang berusaha menuangkan segala imajinasi yang ada melalui
kata-kata. Sastra sebagai hasil pekerjaan seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari
bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Bahasa dan manusia erat
kaitannya, karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan dan
permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, kemudian dengan adanya
imajinasi yang tinggi seorang pengarang tinggal menuangkan masalah-masalah yang ada di
sekitarnya menjadi sebuah karya sastra.
Ratna (2006: 334-335) mengemukakan bahwa media karya sastra adalah bahasa,
fungsi bahasa sebagai karya sastra membawa ciri-ciri tersendiri. Artinya, bahasa sastra
adalah bahasa sehari-hari itu sendiri, kata-katanya dengan sendirinya terkandung dalam
kamus, perkembangannya pun mengikuti perkembangan masyarakat pada umumnya. Tidak
ada bahasa sastra secara khusus, yang ada adalah bahasa yang disusun sehingga
menampilkan makna-makna tertentu.
Keraf (2004: 133) mengungkapkan bahwa gaya bahasa dapat diketahui sebagai cara
mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlibatkan jiwa dan
kepribadian penulis (pemakai bahasa). Gaya bahasa berguna untuk menumbuhkan
keindahan dalam karya sastra atau dalam berbicara. Setiap orang memiliki cara tersendiri
dalam memilih dan menggunakan gaya bahasa. Gaya bahasa juga disebut dengan majas.
Gaya bahasa memungkinkan kita dapat melihat pribadi, watak, dan kemampuan seseorang
yang mempergunakan bahasa tersebut. Semakin baik gaya bahasanya, maka semakin baik
pula penilaian orang terhadapnya, dan juga sebaliknya semakin buruk gaya bahasa
seseorang, semakin buruk pula penilaian kepadannya.
Sebuah karya sastra tidak terlepas dari bahasa karena bahasa merupakan medium
karya sastra. Menurut Harjito (2007: 20), karya sastra bersifat didaktis artinya penceritaan
ditunjukkan kepada pembaca untuk memberi nasihat. Karya sastra tidak hanya menyajikan
hal-hal yang menghibur akan tetapi di dalamnya terkandung nilai-nilai masyarakat yang
3
berguna bagi pembaca. Sastra lahir karena dorongan keinginan dasar manusia untuk
mengungkapkan diri, apa yang telah dijalani dalam kehidupan dengan pengungkapan lewat
bahasa. Salah satunya dari sebuah karya sastra berupa novel.
Novel merupakan salah satu cara untuk mengungkapkan sesuatu cara bebas,
melibatkan permasalahan secara bebas, dan melibatkan permasalahan secara kompleks.
Sebuah novel jelas tidak akan selesai dibaca dalam sekali duduk, karena panjangnya sebuah
novel memiliki peluang yang cukup untuk mempermasalahkan karakter tokoh dalam
perjalanan waktu. Novel Moga Bunda Disayang Allah ini adalah novel karangan Tere
Liye kedua yang diterbitkan oleh Republika yang bercerita tentang kanak-kanak. Novel
Moga Bunda Disayang Allah merupakan novel best seller yang dicetak hingga 16 kali, Cerita
ini diilhami dari kisah nyata Hellen Adams Keller. Keller lahir 27 Juni 1880 di Alabama. Ia
sebenarnya tidak terlahir buta dan tuli (sekaligus bisu), hingga usia 19 ketika keterbatasan
itu datang.
Dalam Novel ini diceritakan seorang anak bernama Melati penderita buta dan tuli
untuk bisa mengenali dunia, dan juga perjuangan seorang Pemuda bernama Karang untuk
bisa keluar dari perasaan bersalah setelah kematian 18 anak didiknya dalam kecelakaan
kapal. Karang akhirnya bersedia menjadi guru Melati. Tidak mudah untuk menemukan
metode pengajaran bagi Melati. Lalu keajaiban datang ketika air mancur membasuh lembut
telapak tangan Melati. Melati merasakan aliran air di sela jemarinya. Saat itulah untuk
pertama kalinya Karang melihat Melati tertawa. Karang akhirnya mengerti, melalui telapak
tangan itulah karang menuliskan kata Air, dan meletakkan telapak tangan Melati
kemulutnya dan berkata A-I-R. Melati akhirnya mengerti benda yang menyenangkan itu
bernama air. Melalui telapak tangan itulah semua panca indera disitu. Gaya bahasa yang
unik dan sarat makna terdapat dalam novel tersebut. Salah satunya penggunaan gaya
bahasa simile yang cukup dominan dalam memberi efek estetik pada jalan cerita novel
tersebut. Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan menganalisis adanya gaya bahasa simile,
makna, dan tujuan dari gaya bahasa simile yang terdapat dalam novel Moga Bunda
Disayang Allah karya Tere Liye
B.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki dua tujuan yang akan
dicapai yaitu (1) mengidentifikasi gaya bahasa simile yang terdapat dalam novel Moga
Bunda Disayang Allah karya Tere Liye, (2) memaparkan makna gaya bahasa simile yang
terdapat dalam novel Moga Bunda Disayang Allah karya Tere Liye, dan (3) mendeskripsikan
4
tujuan dari gaya bahasa simile yang terkandung dalam novel Moga Bunda Disayang Allah
karya Tere Liye.
C.Manfaat Penelitian
Suatu penelitian yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat. Adapun manfaat
penelitian ini ada dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Pertama, manfaat
teoretis penelitian ini adalah memperluas khasanah ilmu pengetahuan terutama di bidang
Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya tentang gaya bahasa simile dalam novelserta
menambah wawasan dan pengetahuan baik bagi penulis maupun bagi pembaca. Kedua,
manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai bahan perbandingan dengan penelitian-
penelitian lain yang ada sebelumnya khususnya dengan menganalisis gaya bahasa simile
dan mampu digunakan oleh Pendidik Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah sebagai materi
ajar.
D.Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian relevan digunakan untuk mengetahui hasil analisis yang dilakukan peneliti
sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini. Beberapa penelitian yang relevan antara
lain: Pertiwi (2000), Rimawati (2005), Kartiningsih (2006), Atminingsih (2008), Salombe
(2008), Sutiyem (2008), Zaimar (2009), Amalia (2010), Kurniawan (2010), Mulyani (2010),
Purwanti (2010), Yulianto (2010), Dewi (2011), Nurvitasari (2011), dan Raharjo (2012)
Pertiwi (2000) meneliti “Pemakaian Gaya Bahasa dalam Karangan Pelajar Tingkat
Lanjutan Pertama”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa, gaya bahasa yang digunakan oleh
pelajar dalam mengarang bebas kebanyakan memiliki kemiripan, yaitu gaya bahasa
personifikasi yang digunakan untuk mengungkapkan benda mati menjadi hidup, gaya
bahasa anti klimaks, dan gaya bahasa repetisi. Gaya bahasa tersebut digunakan oleh siswa
dalam karangannya untuk memberikan penekanan arti.
Rimawati (2005) meneliti “Gaya Bahasa Retorik dalam Teks Lagu Celine Dion”
menyimpulkan hasil penelitian berupa 18 gaya bahasa dari gaya bahasa retorik yang telah
ditemukan, yaitu perbandingan (6 korpus data), metafora (11 korpus data), metonimia (1
korpus data), sineksoke (2 korpus data), perifrasis (6 korpus data), antitesis (14 korpus
data), oksimoron (1 korpus data), hiperbola (10 korpus data), gradasi (4 korpus data), litotes
(3 korpus data), anafora (57 korpus data), kiasmus (5 korpus data), elipsis (3 korpus data),
dan zeugma (5 korpus data).
5
Kartiningsih (2006) meneliti “Karakteristik Penggunaan Metafora dan Metonimia
dalam Novel Saman Karya Ayu Utami dan Cala Ibi Karya Nukila Amal”. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa penggunaan metafora dalam novel Saman dan Cala Ibi ada tiga jenis,
yakni metafora implisit, metafora mati, dan metafora yang menjadi ciri pengarang.
Metafora implisit dalam novel Saman membentuk perbandingan dengan benda yang jauh
hubungannya, sedangkan Cala Ibi membentuk perbandingan berdasarkan kesamaan
bentuk, sifat dan menunjuk langsung pembandingnya. Metafora mati yang digunakan
dalam kedua novel tersebut menggunakan pembanding dengan organ tubuh makhluk
hidup, sedangkan metafora pengarang ditemukan karakteristik penggunaan kata adalah,
perbandingan dengan pembanding yang nyata, dan menggunakan sifat-sifat makhluk
hidup. Penggunaan gaya bahasa metonimia banyak ditemukan dalam novel Saman,
sedangnya Cala Ibi hanya penggantian gelar untuk nama diri. Adapun metonimia yang lain
sama penggunaannya dalam novel Saman. Mengenai ciri semantik dan ciri citraan dalam
kedua novel tersebut banyak digunakan ciri semantik bertingkat dengan menggunakan
citraan penglihatan. Adapun fungsi yang lebih menonjol dalam kedua novel tersebut adalah
sebagai media penyampaian ide atau gagasan secara imajinatif.
Atminingsih (2008) meneliti “Analisis Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan Novel Laskar
Pelangi Karya Andrea Hirata”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa, Pertama, gaya bahasa
yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi yaitu simile, metafora, tautotes, ironi, hiperbola,
metonimia, anaphora, antonomasia, asidenton, pertanyaan retoris, epizeuksis, paradoks,
hipalase, dipersonifikasi, antitesis, parifrasis, alusio, innuendo, epitet, tautologi, koreksio,
personifikasi, pleonasme, eponim, sinekdoke pars pro toto, sinekdoke totum prp parte,
ellipsis, dan satire. Kedua, nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi
yaitu iman, syukur, tagwa, ikhlas, tawakal, sabar, berfikir positif, disiplin, menjadi contoh
yang baik, tekad kuat dan kerja keras, mendahulukan kewajiban terhadap orang tua
dibandingkan hak, beradaptasi dan bersikap baik terhadap lingkungan, membantu
meringankan beban orang tua, silaturahmi, tidak merendahkan golongan lain, baik sangka,
rendah hati, menepati janji, lapang dada, dan dapat dipercaya. Ketiga, pemanfaatan novel
Laskar Pelangi dalam pembelajaran novel di SMA yaitu: membantu ketrampilan berbahasa,
meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang
pembentukan watak.
Salombe (2008) meneliti “Deskripsi Penggunaan Majas dalam Roman yang Berjudul
Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer”. Penelitian Salombe bertujuan untuk
mengidentifikasi jenis-jenis penggunaan majas dalam sebuah karya sastra baru, khususnya
roman yang berjudul Gadis Pantai dan jenis majas yang paling sering muncul dalam roman
6
ini. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam roman Gadis Pantai terdapat berbagai jenis-
jenis gaya bahasa yang digunakan di dalam roman tersebut, serta jenis majas yang lebih
banyak digunakan oleh pengarang roman dalam tulisannya.
Sutiyem (2008) meneliti “Majas dalam Antologi Puisi Reportase Yang Menakutkan
Karya Mustofa W. Hasyim”. Penelitian Satiyem bertujuan untuk memerikan jenis majas
yang digunakan dalam antologi puisi Reportase Yang Menakutkan karya Mustafa W.
Hasyim, mengklasifikasikannya, dan memaknai arti penggunaan majas tersebut. Hasil
penelitian tersebut adalah klasifikasi jenis majas dan makna penggunaan jenis majas
tersebut.
Zaimar (2009) meneliti “Majas dan Pembentukannya”. Penelitian Zaimar bertujuan
untuk menjelaskan pembentukan majas dari sudut pandang semantik. Hasil penelitian
tersebut adalah pembentukan majas dari sudut pandang semantik yang melibatkan makna
dan hubungan antara penanda, petanda, dan acuan.
Amalia (2010) melakukan penelitian “Analisis Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan
Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa, Pertama,
perbandingan, meliputi: hiperbola, metonimia, personifikasi, perumpamaan, metafora,
sinekdoke, alusio, simile, asosiasi, epitet, eponim, dan pars pro toto. Kedua, perulangan,
meliputi: aliterasi, anafora, anadiplosis, simploke, epizeuksis, dan mesodiplosis. Ketiga,
pertentangan, meliputi: litoses, antitesis, dan oksimoron. Keempat, penegasan, meliputi;
repetisi dan epifora. Nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi antara lain:
nilai pendidikan religius, nilai pendidikan moral, dan nilai pendidikan sosial.
Kurniawan (2010) meneliti “ Analisis Penggunaan Gaya Bahasa dalam Novellet Kappa
Karya Ryunasuke Atokagawa”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa bentuk-bentuk gaya
bahasa yang terdapat dalam novelet Kappa berjumlah delapan jenis, diantaranya adalah a)
Metafora terdiri dari lima kutipan, b) Simile terdiri dari 17 kutipan, c) Hiperbola berjumlah
tiga kutipan, d) Eupizeukis terdapat empat kutipan, e) Personifikasi berjumlah dua kutipan,
f) Tautologi, g) Ironi dan h) Anagram berjumlah satu kutipan, maka jumlah keseluruhan
kutipan yang mengandung gaya bahasa adalah 34 kutipan. Adapun tujuan penggunaan gaya
bahasa dalam novelet Kappa, di antaranya adalah sebagai penyampaian dan penekanan
dalam menyampaikan suatu hal.
Mulyani (2010) meneliti “Membidik Kehidupan Rakyat Kecil di Balik Gaya Bahasa
Metafora dalam Senyum Karyamin Karya ahmad Tohari”. Penelitian Mulyani bertujuan
untuk mendeskripsikan kehidupan rakyat kecil dibalik gaya bahasa metafora dalam Senyum
Karyamin karya Ahmad Tohari. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ketiga belas cerpen
7
dalam Senyum Karyamin tersebut, banyak menggunakan kosakata bahasa Jawa karena
yang diangkat sebagai cerita adalah masyarakat pedesaan. Kata- kata bahasa Jawa pun
banyak digunakan dalam gaya bahasa metafora.
Purwanti (2010) meneliti “Pengungkapan Citra pada Teks Lagu Peterpan dan Letto
(Kajian Gaya Bahasa Perbandingan)”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam lagu
Peterpan terdapat (1) gaya bahasa personifikasi, (2) gaya bahasa metafora, (3) gaya bahasa
pleonasme, (4) gaya bahasa perifrasis dan (5) gaya bahasa antisipasi atau prolepsis.
Sedangkan dalam lagu Letto terdapat (1) gaya bahasa personifikasi, (2) gaya bahasa
metafora, (3) gaya bahasa pleonsme, (4) gaya bahasa perifrasis dan (5) gaya bahasa alegori.
Kemudian dilihat dari fungsi gaya bahasa dalam lagu Peterpan terdapat (1) fungsi emotif
(ekspresi dan imbauan), (2) fungsi informatif dan (3) fungsi imajinatif. Dari ketiga fungsi
tersebut dalam lirik lagu Peterpan lebih banyak menggunakan fungsi emotif. Sedangkan
dalam lagu Letto terdapat (1) fungsi emotif (ekspresif dan imbauan) dan (2) fungsi
imajinatif. Kemudian dalam segi makna, Peterpan dan Letto terdapat dua makna yaitu
makna kognitif dan makna non kognitif.
Yulianto (2010) meneliti “Gaya Bahasa dalam Novel Kubah Karya Ahmad Tohari”.
Penelitian Yulianto bertujuan mendeskripsikan jenis dan ciri gaya bahasa kias yang
digunakan pada novel Kubah karya Ahmad Tohari dan mendeskripsikan kekuatan gaya
bahasa kias dalam membangun tokoh, watak, penokohan, latar, dan amanat pada novel
Kubah karya Ahmad Tohari. Hasil penelitian ini adalah 12 jenis dan ciri gaya bahasa kias
yang terdapat dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari.
Dewi (2011) meneliti “Penggunaan Gaya Bahasa Perbandingan dalam Puisi Jawa
Modern Karya Muhammad Yunus”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa, pertama jenis gaya
bahasa perbandingan yang terdapat dalam puisi Jawa Modern karya Muhammad Yamin
adalah: personifikasi, metafora, perumpamaan atau simile, pleonasme atau tautologi,
perifrasis, dan depersonifikasi. Penggunaan gaya bahasa perbandingan yang bervariasi
tersebut dapat menambah keindahan puisi-puisi karya Muhammad Yamin. Kedua, fungsi
gaya bahasa perbandingan dalam puisi Jawa modern karya Muhammad Yamin untuk
menimbulkan efek keindahan, menghidupkan gambaran, memperjelas maksud atau
gambaran, menyangatkan arti, melukiskan perasaan tokoh, dan membangkitkan kesan atau
suasana tertentu.
Nurvitasari (2011) meneliti “Penggunaan Bahasa Kias dalam Novel Anteping Wanita
Karya Any Asmara”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa, jenis bahasa kias dalam novel
Anteping Wanita karya Any Asmara, yaitu simile, metafora, personifikasi, metonimia,
8
sinekdoke, dan hiperbola. Fungsi bahasa kias dalam novel Anteping Wanita karya Any
Asmara, yaitu memperindah bunyi dan penuturan, konkritisasi, menjelaskan gambaran,
menekankan penuturan atau emosi, menghidupkan gambaran, membangkitkan kesan dan
suasana tertentu, dan melukiskan perasaan tokoh.
Raharjo (2012) meneliti “Gaya Bahasa dalam Janturan Wayang Karya Ki
Nartosabdho”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa deskripsi gaya bahasa janturan wayang
terdiri atas tiga bagian, yaitu 1) deskripsi tempat, 2) deskripsi tokoh, 3) deskripsi peristiwa.
Bentuk gaya bahasa deskripsi tempat, meliputi purwakanthi sastra, purwakanthi swara,
purwakanthi lumaksita, dasanama, tembung andhahan, tembung rangkep, tembung
camburan, paribasan, bebasan, isbat, kalimat inversi dan kalimat panjang. Bentuk gaya
bahasa deskripsi tokoh, meliputi purwakanthi sastra, purwakanthi swara, purwakanthi
lumaksita, dasanama tokoh, dasanama, benda-benda mati, plutan, tembung rangkep,
andhahan, camboran, paribasan, bebasan, kalimat inversi dan kalimat panjang. Bentuk gaya
bahasa deskripsi keadaan, meliputi purwakanthi sastra, purwakanthi swara, purwakanthi
lumaksita, dasanama nama tokoh, dasanama benda mati, tembung garba, tembung plutan,
tembung rangkep, tembung andhahan, tembung camboran, paribasan, bebasan, kalimat
inversi dan kalimat panjang. Fungsi estetis yang ditimbulkan dari bentuk-bentuk gaya
bahasa di atas adalah untuk menarik perhatian pendengar maupun pembaca. Keindahan
yang ditimbulkan dari pilihan kata, morfologi, fraseologi, maupun kalimat menjadi hal
penting dalam janturan wayang. Fungsi komunikatif yang dihasilkan dari penggunaan gaya
bahasa juga menjadi pertimbangan matang. Selain mengandung keindahan, maksud dan
amanat janturan dapat disampaikan dengan baik.
E.Landasan Teori
1. Pengertian Novel
Novel adalah suatu cerita fiksi yang tidak selesai dibaca sekali duduk dan terdiri
dari tema, alur, plot, dan penokohan. Novel merupakan bagian dari karya sastra yang
berbentuk fiksi atau cerita rekaan, namun ada pula yang merupakan kisah nyata
(Nurgiyantoro, 2000:18). Dari segi pemahamannya, novel lebih mudah sekaligus lebih sulit
dibaca. Dikatakan lebih mudah karena karena novel tidak dibebani tanggung jawab untuk
menyampaikan cerita dengan cepat, dan dikatakan lebih sulit karena novel ditulis dengan
skala besar sehingga mengandung satuan-satuan organisasi yang luas (Stanton, 2007:90).
Berdasarkan pengertian diatas, berarti novel menampilkan perkembangan cerita, dan
hubungan yang melibatkan banyak karakter secara lebih mendetail.
9
2. Pengertian Gaya Bahasa
Secara umum, gaya adalah cara mengungkapkan diri sendiri, entah melalui
bahasa, tingkah laku, berpakaian, dan sebagainya. Gaya bahasa memungkinkan kita dapat
menilai pribadi watak, dan kemampuan seseorang yang mempergunakan bahasa itu.
Akhirnya, style atau gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran
melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai
bahasa) (Keraf, 2004: 112-113).
Menurut Keraf (2004: 113) sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga
unsur berikut: kejujuran, sopan-santun, dan menarik.
a. Kejujuran
Kejujuran adalah suatu pengorbanan, karena kadang-kadang ia meminta kita
melaksanakan sesuatu yang tidak menyenangkan diri kita sendiri. Kejujuran dalam bahasa
berarti kita mengikuti aturan-aturan, kaidah-kaidah yang baik dan benar dalam berbahasa
(Keraf, 2004: 113).
b. Sopan-santun
Sopan santun adalah memberi penghargaan atau menghormati orang yang diajak
bicara, khususnya pendengar atau pembaca. Rasa hormat disini tidak berarti memberikan
penghargaan atau menciptakan kenikmatan melalui kata-kata, atau mempergunakan kata-
kata yang manis sesuai dengan basa-basi dalam pergaulan masyarakat beradab. Kejelasan
dan kesingkatan menjadi ukuran sopan-santun (Keraf, 2004: 114).
c. Menarik
Gaya bahasa harus pula menarik. Sebuah gaya yang menarik dapat diukur melalui
beberapa komponen berikut: variasi, humor yang sehat, pengertian yang baik, tenaga hidup
(vitalitas), dan penuh daya khayal (imajinasi) (Keraf, 2004: 115).
3. Gaya Bahasa Simile
Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang dimaksud
dengan perbandingan yang bersifat eksplisit ialah bahwa ia langsung menyatakan sesuatu
sama dengan hal yang lain. Untuk itu, ia memerlukan upaya yang secara eksplisit
menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan
sebagainya (Keraf, 2004: 138).
G. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif karena data yang dikumpulkan berupa
kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka (Moleong, 2004:6). Data ini dikunpulkan peneliti
mulai Agustus-September 2013. Penelitian ini berupa pemaparan gaya bahasa simile pada
10
novel terkait, berikutnya diidentifikasi makna dan tujuan dari penggunaan gaya bahasa
simile tersebut.
Data dalam penelitian ini berupa frase, ungkapan, dan kalimat yang terdapat dalam
novel Moga Bunda Disayang Allah Karya Tere Liye yang mengandung gaya bahasa simile.
Sumber data dalam penelitian ini adalah teks novel Moga Bunda Disayang Allah karya Tere
Liye.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode simak dan catat.
Penyimakan dilakukan dengan membaca novel Moga Bunda Disayang Allah karya Tere Liye
Edisi 16 Tahun 2013 merupakan bahasa tulis sehingga teknik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik catat. Teknik catat yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
dengan mencatat frasa, klausa, dan kalimat yang berkaitan dengan objek penelitian.
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode padan. Metode
padan adalah metode analisis data yang alat penentunya berada di luar bahasa, terlepas,
dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan atau diteliti (Sudaryanto, 1993:
13. Jenis penentu metode padan yang digunakan dalam penelitian ini adalah referen
bahasa. Metode padan referensial merupakan metode yang alat penentunya adalah
kenyataan yang ditunjukkan oleh bahasa atau referen bahasa (Sudaryanto, 1993: 14).
Teknik yang digunakan adalah teknik dasar pilah unsur penentu (PUP) yaitu memilah-milah
data yang bersangkutan dengan referen atau acuan. Data yang sudah dianalisis dipaparkan
dengan menggunakan kata-kata biasa dan hasil akhir dari penelitian ini disimpulkan, yang
kemudian disusun menjadi sebuah laporan penelitian.
H. Rekapitulasi Biaya yang Diusulkan
No Uraian Jumlah (Rp)1 Bahan Habis Pakai 200.000,002 Peralatan 350.000,003 Perjalanan dan Honor
Peneliti1. 400.000,00
4 Lain-lain 1.050.000,00Total Biaya 3.000.000,00
1. Bahan Habis PakaiNo Bahan Volume Biaya Satuan
(Rp)Biaya (Rp)
1. Kertas HVS 2 Rem 40.000,00 80.000,004. Tinta Printer 2 Botol 40.000,00 80.000,005. Stabilo 4 Buah 10.000,00 40.000,00
Jumlah Biaya 200.000,00
2. Peralatan
11
No Jenis Volume Biaya Satuan (Rp)
Biaya (Rp)
1. HP (Pulsa) 2 Isi ulang 100.000,00 200.000,002. Novel Moga Bunda
Disayang Allah3 buku 50.000,00 150.000,00
Jumlah Biaya 350.000,00
4. Perjalanan dan Honor Peneliti
No Tujuan Volume Biaya Satuan (Rp)
Biaya (Rp)
1. Transport lokal (olah data) 2 Peneliti 200.000,00 400.000,002 Honor Peneliti 2 Peneliti 500.000,00 1.000.000,00
Jumlah 1. 400.000,00
5. Lain-lain
No Uraian Kegiatan Volume Biaya Satuan (Rp)
Biaya (Rp)
1. Penyusunan laporan 100 lembar 2.000,00 200.000,002. Penggandaan laporan 2 Eksemplar 100.000,00 200.000,003. Publikasi ke jurnal 1 Artikel ilmiah 500.000,00 500.000,004. Fotocopy data 3 Kali 50.000,00 150.000,00
Jumlah 1.050.000,00
Daftar Pustaka
Amalia, Novita Rihi. 2010. “Analisis Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata”. Skripsi. Surakarta: FKIP, Universitas Sebelas Maret.
Anugerah Salombe, Ayublisty. 2008. “Deskripsi Penggunaan Majas dalam Roman yang Berjudul Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer” (online), (http://www.sman17makassar.sch.id/web//index.php?option=com_content&task=view&id=123&Itemid=43, diakses pada tanggal 12 Maret 2013).
Atminingsih, Ririh Yuliani. 2008. “Analisis Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata”. Skripsi. Surakarta: FKIP, Universitas Sebelas Maret.
Candra Dewi, Febriana. 2011. “Penggunaan Gaya Bahasa Perbandingan dalam PuisiJawa Modern Karya Muhammad Yamin” (online), (Diakses pada tanggal 12 Maret 2013).
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.Febriana, Dianti. 2009. “Penggunaan Eufemisme dalam Surat Kabar Harian Padang
Ekspress”. Skripsi . Surakarta: Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret.Kartiningsih, Nunik. 2006. “Karakteriatik Penggunaan Metafora dan Metonimia
dalam Novel Saman Karya Ayu Utami dan Cala Ibi Karya Nukila Amal”. Skripsi. Malang: Universitas Negeri malang.
Keraf, Gorys. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.Kurniawan, Feri. 2010. “Analisis Penggunaan Gaya Bahasa dalam Novelet Kappa
Karya Ryunosuke Akutogawa” (online), (Diakses pada tanggal 12 Maret
12
2013).Liye, Tere. 2013. Moga Bunda Disayang Allah. Jakarta: Republika PenerbitMahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahap Strategi, Metode, dan Tekniknya.
Jakarta: Rajawali Perss.Moleong, J Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.Mulyani, Wahyu. 2010. “Membidik Kehidupan Rakyat Kecil di Balik Gaya Bahasa
Metafora dalam Senyum Karyamin Karya Ahmad Tohari” (online), (http://www.1-08205244108.id//web/.php, diakses pada tanggal 12 Maret 2013).
Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press
Nurvitasari, Desi. 2011. “Penggunaan Bahasa Kias dalam Novel Anteping WanitaKarya Amy Asmara” (online), (http://www.penggunaan-bahasakias.id/web//.php, diakses pada tanggal 12 maret 2013).
Pertiwi, Wahyu. 2000. “Penelitian Gaya Bahasa dalam Karangan Pelajar TingkatSekolah Lanjutan Tingkat Pertama”. (Skripsi S-1 Progdi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Purwanti, Dwi. 2010. “Pengungkapan Cinta Pada Teks Lagu Peterpan dan Letto(Kajian Gaya Bahasa Perbandingan)” (online), (http://www.PENGUNGKAPANCINTAPADATEKSLAGUPETERPANDANLETTO.web//?.co.id.php.option=com, diakses pada tanggal 12 Maret 2013).
Raharjo, Budi. 2012. “Gaya Bahasa dalam Janturan Wayang Karya KiNartosabdho”. Thesis. Semarang: Universitas Negeri Semarang
Ratna, Nyoman Kunta. 2006. Teori, Metode, Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Rimawati, Ita. 2005. “Gaya Bahasa Retorik dalam Teks Lagu Celline Dion”.Semarang: Universitas Negeri Semarang
Satiyem. 2008. “Majas dalam Antologi Puisi Reportase yang Menakutkan KaryaMustofa W. Hasyim” (online), (http://www.majasdalamantologi.sch.id/web//index.php, diakses pada tanggal 12 Maret 2013).
Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: DutaWacana University Press.
Yulianto, Veri. 2010. Gaya Bahasa Kias dalam Novel Kubah Karya Ahmad Tohari.Malang: Universitas Negeri Malang.
Zaimar, Okke Kusuma Sumantri. 2009. Majas dan Pembentukannya. Depok: Universitas Indonesia.
13