Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen...

113
Proposal penelitian HUBUNGAN KARAKTERISTIK WANITA USIA PRODUKTIF DENGAN PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) DI POLI OBSTETRI DAN GYNEKOLOGY BPK - RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH TAHUN 2008 Oleh Razi Maulana BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN MASYARAKAT / ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BPK dr. ZAINOEL ABIDIN

Transcript of Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen...

Page 1: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

Proposal penelitian

HUBUNGAN KARAKTERISTIK WANITA USIA PRODUKTIF DENGAN PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) DI POLI OBSTETRI

DAN GYNEKOLOGY BPK - RSUD dr. ZAINOEL ABIDINBANDA ACEH TAHUN 2008

Oleh

Razi Maulana

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN MASYARAKAT /ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA BPK dr. ZAINOEL ABIDINBANDA ACEH

2008

Page 2: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

UNIVERSITAS SYIAH KUALAFAKULTAS KEDOKTERANPROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

Correlation of the Women in Productive Age Characteristic with Premenstrual Syndrome (PMS) in the Obstetri dan Gynekology policlinic BPK - RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2008.

ABSTRACT

The women in productive age characteristic was consisted of age, education, income, occupation and marital status. This characteristic may influences to the differ sensitivity on premenstrual syndrome (PMS) symptoms. The premenstrual syndrome (PMS) is a batch of symptoms that occurred in a few days before menstruation and disappearing with release of the menstruation blood. This research is aim to know the correlation of the women in productive age characteristic with Premenstrual Syndrome (PMS) in the Obstetri dan Gynekology policlinic BPK - RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2008. This research design is descriptively correlatively with cross sectional study approach and use the sample collection technique by random sampling system. Gathering of data was conducted from 9 th

up to 23th Juli 2008 in the Obstetri dan Gynekology policlinic BPK - RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2008 on 46 respondents of the women in productive age. The data gathering device is in the form of questionnaire which consisted of two sections they are section A is in form of the women in productive age characteristic and section B is in form of premenstrual syndrome (PMS) symptoms. The sheet of questionnaire was compiled in form of likert scale. The data tabulation was conducted used chi-square test manually. Based on the result of the research on independent variable that is the women in productive age were obtained the result that age is be in early adult age category as many 22 persons (47,83 %), the education is be in high category as many 24 persons (52,17%), income is be in low category as many 29 persons (63,04 %), respondent is be in jobless category as many 25 persons (54,35%) and from marital status there are 25 persons (54,35 %) in married category and 21 persons (45,65 %) are unmarried. The descriptions of independent variable of premenstrual syndrome (PMS) symptoms were obtained the result namely that were 17 persons (36,96 %), and non premenstrual persons were namely 29 persons (63,04%). From data tabulation, so the conclusion of research obtained the result that there was no significant correlation between income, occupation, education level and marital status to premenstrual syndrome (PMS) in the Obstetri dan Gynekology policlinic BPK - RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2008.

Key words : Women in productive age characteristic, age, education, income, occupation, marital status, premenstrual syndrome(PMS).

Page 3: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wanita mulai dari usia remaja hingga dewasa normalnya akan mengalami

periode menstruasi atau haid dalam perjalanan hidupnya, yaitu pengeluaran darah

yang terjadi secara periodik melalui vagina yang berasal dari dinding rahim wanita.

Keluarnya darah tersebut disebabkan karena sel telur tidak dibuahi sehingga terjadi

peluruhan lapisan dalam rahim yang banyak mengandung pembuluh darah (Mochtar,

1989).

Beberapa saat sebelum menstruasi, sejumlah gadis dan wanita biasanya

mengalami rasa tidak enak. Mereka biasanya merasakan satu atau beberapa gejala

yang disebut dengan kumpulan gejala sebelum datang bulan atau istilah populernya

premenstrual syndrome (PMS). Hal-hal yang sering dirasakan adalah nyeri payudara,

rasa penuh atau kembung di perut bagian bawah, merasa sangat lelah, nyeri otot,

terutama di punggung bagian bawah atau perut, perubahan kebasahan vagina atau

tumbuh jerawat dan emosi yang sangat kuat atau sukar di kontrol. Banyak wanita

setiap bulan mengalami sekurang-kurangnya satu dari gejala-gejala diatas dan

sejumlah wanita lain mengalami semua gejala. Seorang wanita bisa merasakan gejala

yang berbeda-beda dari satu bulan ke bulan berikutnya (Burns, 2000). Banyak wanita

tidak terpengaruh sama sekali, sementara yang lainnya mengalami gejala yang hebat

dan sangat melemahkan (Brunner & Suddarth, 2001). Ciri khas dari kelainan ini

Page 4: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

adalah keluhan muncul saat menjelang haid dan akan hilang dengan sendirinya begitu

haid datang (Karyadi, 1999).

Studi epidemiologi terakhir menunjukkan bahwa 5-10 % wanita kelompok

usia reproduksi dari populasi yang diteliti, mengalami gejala-gejala sementara

bersifat sedang sampai berat yang berkaitan dengan siklus menstruasi. Mereka pada

umumnya mencari bantuan medis. 20-40% merasa kurang sehat selama fase luteal

akhir serta awal fase menstruasi dan satu hari atau lebih pada pertengahan siklus

(Greenspan et al., 1998). Penelitian lainnya menyebutkan, sekitar 40% wanita

berusia 14-50 tahun mengalami premenstrual syndrome (PMS). Bahkan survey tahun

1982 di Amerika Serikat menunjukkan, PMS dialami 50% wanita dengan sosio

ekonomi menengah yang datang ke klinik ginekologi (Karyadi, 1999).

Dalam suatu penelitian pada tahun 1994 yang berjudul Biological, Social and

Behavioral Factors Associated with Premenstrual Syndrome yang melibatkan 874

wanita di Virginia menunjukkan 8,3% dari wanita tersebut mengalami PMS, dari

penelitian tersebut terungkap bahwa wanita yang mengalami PMS 2,9 kali lebih

sering memeriksakan diri dibandingkan dengan wanita tanpa PMS. Wanita yang lebih

muda, wanita dari ras kulit hitam dan wanita dengan siklus menstruasi yang lebih

panjang lebih sering mengalami PMS. Prevalensi PMS adalah 10,4% pada wanita

kulit hitam, 7,4% pada wanita kulit putih dan 4,3% pada wanita ras lainnya,

sedangkan jika dilihat dari segi usia prevalensi PMS pada wanita yang berusia 35-44

tahun adalah 4,5%, wanita yang berusia dibawah 35 tahun (9,4%) dan prevalensi

yang paling tinggi adalah pada wanita yang berusia 25-34 tahun (10,7%). Wanita

Page 5: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

yang berpendapatan kurang dari $ 20.000 pertahun lebih banyak mengalami PMS

(8,4%) dari pada wanita yang berpenghasilan > $ 20.000 pertahun (6,5%)( (Deuster,

1999).

Berat ringannya gejala PMS tersebut dikelompokkan dalam tidak ada gejala

yang berarti, ringan, sedang dan berat sampai gejala yang ekstrim. Gejala yang paling

dirasakan oleh sebagian besar wanita tersebut yang berupa gejala ringan sampai berat

adalah irritable (rasa cepat marah) sebanyak 17,4%, nyeri punggung atau nyeri otot

14,2% dan perasaan bengkak 13,2% (Deuster, 1999).

Survey menunjukkan bahwa premenstrual syndrome (PMS) merupakan

masalah kesehatan umum yang paling banyak dilaporkan oleh wanita usia

reproduksi, pada saat ini diperkirakan prevalensi dari gejala klinis yang berarti adalah

sekitar 12,6%-31% dari wanita yang mengalami menstruasi. Studi epidemoilogi

menunjukkan kurang lebih 20% dari wanita usia reproduksi mengalami gejala PMS

sedang sampai berat (Freeman, 2007). Dalam suatu penelitian terhadap 384 wanita

yang berusia 15 tahun melaporkan bahwa mereka mengalami PMS adalah sebanyak

14%. Sedangkan pada penelitian yang disponsori oleh WHO pada tahun 1981

menunjukkan bahwa gejala PMS dialami oleh 23% wanita Indonesia (Essel, 2007).

Menurut Karyadi (1999), sindrom ini biasanya lebih mudah terjadi pada

wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid. Akan tetapi

ada beberapa faktor yang meningkatkan resiko terjadinya PMS yaitu wanita yang

pernah melahirkan (PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak), usia

(PMS semakin mengganggu dengan semakin bertambahnya usia, terutama antara usia

Page 6: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

30-45 tahun), stres (faktor stres memperberat gangguan PMS), diet (faktor kebiasaan

makan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu

dan makanan olahan memperberat gejala PMS), kekurangan zat-zat gizi seperti

kurang vitamin B (terutama B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng,

mangan, asam lemak linoleat, kebiasaan merokok dan minum alkohol serta kurang

berolah raga dan aktivitas fisik juga dapat memperberat gejala PMS.

Sekitar 25 % wanita yang mengalami perubahan suasana hati dan perubahan

fisik mengeluhkan perasaan berkurangnya kondisi tubuh yang sehat, sehingga

mengganggu hubungan pribadi (Llewellyn, 2005). Kehidupan yang penuh stres dan

hubungan yang bermasalah secara umum dapat berhubungan dengan keparahan

gejala-gejala fisik. Beberapa wanita melaporkan gangguan hidup yang parah akibat

PMS yang secara negatif mempengaruhi hubungan interpersonal mereka. PMS juga

dapat menjadi faktor dalam mengurangi produktivitas, kecelakaan yang berkaitan

dengan pekerjaan dan ketidakhadiran di tempat kerja (Brunner & Suddarth, 2001).

Masalah utama yang ditimbulkan oleh PMS ini ialah gangguan pada diri

wanita sendiri dan keluarganya, kerugian dalam bidang industri dan komersial, serta

dalam skala yang lebih besar adalah kerugian pada ekonomi nasional. Masalah

tersebut dikaitkan dengan penurunan produktivitas kerja akibat peningkatan absensi

kehadiran, kegiatan di tempat kerja terganggu selama 7-10 hari, dan ini sama dengan

84-120 hari pertahun, dan merupakan suatu kehilangan personal dan sosial yang

bermakna (Baziad, 2005).

Page 7: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 68 wanita usia produktif di

Aceh Besar tahun 2008, didapatkan bahwa sebanyak 28 orang (41,18%) mengalami

gejala Premenstrual Syndrome (PMS) yang dirasakan berada dalam kategori sedang

(Linda, 2008)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan data di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

apakah terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik wanita usia produktif

dengan premenstrual syndrome (PMS) di Poli Obstetri dan Gynekology BPK - RSUD

dr. Zainoel Abidin Banda Aceh”

1.3 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana gambaran antara karakteristik wanita usia produktif dengan

premenstrual syndrome (PMS) di Poli Obstetri dan Gynekology BPK - RSUD dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh”.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi hubungan antara karakteristik wanita usia produktif dengan

premenstrual syndrome (PMS) di Poli Obstetri dan Gynekology BPK - RSUD dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh”.

1.4.2 Tujuan Khusus

Page 8: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

a. Mengidentifikasi hubungan antara umur wanita usia produktif dengan

premenstrual syndrome (PMS) di Poli Obstetri dan Gynekology BPK -

RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

b. Mengidentifikasi hubungan antara pendidikan wanita usia produktif

dengan premenstrual syndrome (PMS) di Poli Obstetri dan Gynekology

BPK - RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

c. Mengidentifikasi hubungan antara pendapatan wanita usia produktif

dengan premenstrual syndrome (PMS) di Poli Obstetri dan Gynekology

BPK - RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

d. Mengidentifikasi hubungan antara pekerjaan wanita usia produktif

dengan premenstrual syndrome (PMS) di Poli Obstetri dan Gynekology

BPK - RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

e. Mengidentifikasi hubungan antara status perkawinan wanita usia

produktif dengan premenstrual syndrome (PMS) di Poli Obstetri dan

Gynekology BPK - RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Praktis

Sebagai sumber informasi bagi masyarakat terutama wanita usia repoduktif

yang mengalami premenstrual syndrome (PMS).

1.5.2 Manfaat Teoritis

Page 9: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

a. Bagi peneliti sendiri, dapat menambah wawasan, pengetahuan

serta pemahaman tentang hubungan karakteristik wanita usia produktif

dengan premenstrual syndrome (PMS) di Poli Obstetri dan Gynekology

BPK - RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

b. Bagi institusi pendidikan, sebagai bahan masukan untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan tentang premenstrual syndrome

(PMS) pada wanita dengan karakteristik yang berbeda.

c. Bagi profesi kedokteran secara luas, sebagai bahan kajian/

informasi dalam mengkaji, menganalisa, mendiagnosa dan memberikan

perawatan pada wanita yang mengalami premenstrual syndrome (PMS).

d. Bagi wanita usia produktif, sebagai bahan masukan agar wanita

dapat mengenal gejala-gejala premenstrual syndrome (PMS) serta dapat

menanggulanginya.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat luasnya permasalahan, maka penulis membatasi ruang lingkup

penelitian yaitu membahas tentang hubungan karakteristik wanita usia produktif

dengan premenstrual syndrome (PMS) pada wanita usia reproduktiv yang

mengunjungi Poli Obstetri dan Gynekology BPK - RSUD dr. Zainoel Abidin Banda

Aceh, berdasarkan Umur, Pendidikan, Pendapatan, Pekerjaan, dan Status Perkawinan.

BAB II

Page 10: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Konsep Menstruasi

2.1.1 Pengertian

Menurut Bobak (2004), menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus

yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi. Hari pertama keluarnya darah menstruasi

ditetapkan sebagai hari pertama siklus endometrium. Lama rata-rata aliran menstruasi

adalah lima hari (dengan rentang tiga sampai enam hari) dan jumlah darah rata-rata

yang hilang ialah 50 ml (rentang 20 sampai 80 ml), namun hal ini sangat bervariasi.

Siklus menstruasi mempersiapkan uterus untuk kehamilan. Bila tidak terjadi

kehamilan, terjadi menstruasi. Usia wanita, status fisik dan emosi wanita serta

lingkungan mempengaruhi pengaturan siklus menstruasi.

Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus,

hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran

pada saluran reproduksi normal. Ovarium memainkan peranan penting dalam proses

ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan

siklik maupun lama siklus menstruasi (Greenspan et al., 1998).  

2.1.2 Siklus Menstruasi

Menurut Bobak (2004), Siklus menstruasi merupakan rangkaian peristiwa

yang secara kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan. Adapun

rangkaian dari terjadinya menstruasi adalah sebagai berikut :

Page 11: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

a. Siklus endometrium

Menurut Hamilton (1995) dan Bobak (2004), Siklus menstruasi

endometrium terdiri dari empat fase, yaitu :

1) Fase menstruasi

2) Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai

pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata

fase ini berlangsung selama lima hari (rentang tiga sampai enam hari).

Pada awal fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Luteinizing

Hormon) menurun atau pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar

FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru mulai meningkat.

3) Fase proliferasi

4) Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung

sejak sekitar hari kelima ovulasi, misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari

ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium

secara lengkap kembali normal dalam sekitar empat hari atau menjelang

perdarahan berhenti. Sejak saat ini, terjadi penebalan 8-10 kali lipat, yang

berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen

yang berasal dari folikel ovarium.

5) Fase sekresi/luteal

6) Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari

sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi,

endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai

Page 12: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi

kaya dengan darah dan sekresi kelenjar.

7) Fase iskemi/premenstrual

8) Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari

setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus

luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring

penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral

menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional

terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan

basal dan perdarahan menstruasi dimulai.

b. Siklus hipotalamus-hipofisis

Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan

progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin realising hormone (Gn-

RH). Sebaliknya, Gn-RH menstimulasi sekresi folikel stimulating hormone (FSH).

FSH menstimulasi perkembangan folikel de graaf ovarium dan produksi estrogennya.

Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu hipofisis anterior

untuk mengeluarkan lutenizing hormone (LH). LH mencapai puncak pada sekitar hari

ke-13 atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi

ovum pada masa ini, korpus luteum menyusut, oleh karena itu kadar estrogen dan

progesteron menurun, maka terjadi menstruasi (Bobak, 2004).

c. Siklus ovarium

Page 13: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

Folikel primer primitif berisi oosit yang tidak matur (sel primordial). Sebelum

ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah pengaruh FSH

dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang

terpilih. Didalam folikel yang terpilih, oosit matur dan terjadi ovulasi, folikel yang

kosong memulai berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum mencapai

puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, mensekresi baik hormon estrogen

maupun progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus luteum berkurang dan

kadar hormon menurun. Sehingga lapisan fungsional endometrium tidak dapat

bertahan dan akhirnya luruh (Bobak, 2004). Rangkaian peristiwa terjadinya

menstruasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Page 14: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

Gambar 2.1

Skema siklus menstruasi ; hipofisis-hipotalamus, ovarium dan endometrium

Siklus Hipofisishipotalamus

HormonHipofisis

Hipotalamus

Posterior

LH

FSH

SiklusOvariu

HormonOvariu

Folikelprimer

Siklusendometrium

Fase SekresiFase

Iskemik MenstruasiMenstruasi Fase Prolifeterasi

Lapisanfungsional

Lapisan basalHari 1 5 10 14 28 51

Fase lutealFase folikular

Luteinizing HormaneFolicle-Stimulating Hormone

Estrogen

Ovulasi

TelurFolikel Grazi Korpus Luteum

Progesteron sejumlah kecil estrogen

Korpus luteum yang berdegenerasi

Anterior

Kelenjer hipofisis

Sumber : dikutip dari Bobak (2004), halaman 47

Page 15: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

2.1.3 Aspek Hormonal Dalam Siklus Menstruasi

Mamalia, khususnya manusia, siklus reproduksinya melibatkan berbagai

organ, yaitu uterus, ovarium, vagina, dan mammae yang berlangsung dalam waktu

tertentu atau adanya sinkronisasi, maka hal ini dimungkinkan adanya pengaturan,

koordinasi yang disebut hormon. Hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh

kelenjar endokrin, yang langsung dialirkan dalam peredaran darah dan mempengaruhi

organ tertentu yang disebut organ target (Syahrum et al., 1994). Hormon-hormon

yang berhubungan dengan siklus menstruasi ialah :

a. Hormon-hormon yang dihasilkan gonadotropin hipofisis meliputi : 

1). Luteinizing Hormon (LH)

LH dihasilkan oleh sel-sel asidofilik (afinitas terhadap asam), bersama

dengan FSH berfungsi mematangkan folikel dan sel telur, merangsang

terjadinya ovulasi, pembentukan korpus luteum, serta sintesis steroid seks.

Folikel yang melepaskan ovum selama ovulasi disebut korpus rubrum

yang disusun oleh sel-sel lutein dan disebut korpus luteum (Syahrum et.

al., 1994 dan Greenspan et. al., 1998).

2). Folikel Stimulating Hormon (FSH)

FSH dihasilkan oleh sel-sel basofilik (afinitas terhadap basa). Hormon ini

mempengaruhi ovarium sehingga dapat berkembang dan berfungsi pada

saat pubertas. FSH mengembangkan folikel primer yang mengandung

Page 16: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

oosit primer dan keadaan padat (solid) tersebut menjadi folikel yang

menghasilkan estrogen (Syahrum et. al., 1994 dan Greenspan et. al.,

1998).

3). Prolaktin Releasing Hormon (PRH)

Secara pilogenetis, prolaktin adalah suatu hormon yang sangat tua serta

memiliki susunan yang sama dengan hormon pertumbuhan (Growth

hormone, Somatogotropic hormone, thyroid stmulating hormone,

Somatotropin). Secara sinergis dengan estradia, prolaktin mempengaruhi

payudara dan laktasi, serta berperan pada pembentukan dan fungsi korpus

luteum (Syahrum et. al., 1994).

b. Steroid ovarium

Ovarium menghasilkan progesteron, androgen, dan estrogen. Banyak dari

steroid yang dihasilkan ini juga disekresi oleh kelenjar adrenal atau dapat dibentuk di

jaringan perifer melalui pengubahan prekursor-prekursor steroid lain;

konsekuensinya, kadar plasma dari hormon-hormon ini tidak dapat langsung

mencerminkan aktivitas steroidogenik dari ovarium.

1). Estrogen

Fase pubertas terjadi perkembangan sifat seks primer. Kemudian juga terjadi

perkembangan sifat seks sekunder. Selanjutnya akan berlangsung siklus pada

uterus, vagina dan kelenjar mammae. Hal ini disebabkan oleh pengaruh

hormon estrogen. Terhadap uterus, hormon estrogen menyebabkan

endometrium mengalami proliferasi, yaitu lapisan endometrium berkembang

Page 17: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

dan menjadi lebih tebal. Hal ini diikuti dengan lebih banyak kelenjar-

kelenjar, pembuluh darah arteri maupun vena. Hormon estrogen dihasilkan

oleh teka interna folikel. Estradiol (E2) merupakan produk yang paling

penting yang disekresi oleh ovarium karena memiliki potensi biologik dan

efek fisiologik yang beragam terhadap jaringan perifer sasaran.

Peninggian kadar estradiol plasma berkorelasi erat dengan peningkatan

ukuran folikel pra-ovulasi. Setelah lonjakan LH, kadar estradiol serum akan

mencapai kadar terendah selama beberapa hari dan terjadi peningkatan kedua

kadar estradiol plasma yang akan mencapai puncaknya pada pertengahan

fase luteal, yang akan mencerminkan sekresi estrogen oleh korpus luteum.

Studi kateterisasi telah menunjukkan bahwa peningkatan kadar estradiol

plasma pada fase pra-evolusi dan pertengahan fase luteal dari siklus

(Syahrum et. al., 1994 dan Greenspan et. al., 1998).

   2). Progesteron

Kadar progesteron adalah rendah selama fase folikuler, kurang dari 1 ng/ml

(3,8 nmol/l) dan kadar progesteron akan mencapai puncak yaitu antara 10-20

mg/ ml (32-64 nmol) pada pertengahan fase luteal. Selama fase luteal,

hampir semua progesteron dalam sirkulasi merupakan hasil sekresi langsung

korpus luteum.

Pengukuran kadar progesteron plasma banyak dimanfaatkan untuk

memantau ovulasi. Kadar progesteron di atas 4-5 ng/ml (12,7-15.9 nmol/l)

mengisyaratkan bahwa ovulasi telah terjadi. Perkembangan uterus yang

Page 18: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

sudah dipengaruhi hormon estrogen selanjutnya dipengaruhi progesteron

yang dihasilkan korpus luteum menjadi stadium sekresi, yang

mempersiapkan endometrium mencapai optimal. Kelenjar mensekresi zat

yang berguna untuk makanan dan proteksi terhadap embrio yang akan

berimplantasi. Pembuluh darah akan menjadi lebih panjang dan lebar

(Greenspan et. al., 1998).

  3). Androgen

Androgen merangsang pertumbuhan rambut di daerah aksila dan pubes serta

mampu meningkatkan libido. Androgen terbentuk selama sintesis steroid di

ovarium dan adrenal, sebagai pembakal estrogen. Androgen pada wanita

dapat berakibat maskulinisasi, maka pembentukan yang berlebih akan

menyebabkan gangguan yang berarti. Fase folikuler dan fase luteal kadar

rata-rata testosteron plasma berkisar antara 0,2 ng/mg-0,4ng/mg (0,69-1,39

nmol/l) dan sedikit meningkat pada fase pra-ovulasi (Jacoeb et. al., 1994).

2.2 Konsep Premenstrual Syndrome (PMS)

2.2.1 Definisi Premenstrual Syndrome (PMS)

Premenstrual syndrome (PMS) adalah kombinasi gejala yang terjadi sebelum

haid dan menghilang dengan keluarnya darah menstruasi serta dialami oleh banyak

wanita sebelum awitan setiap siklus menstruasi (Brunner & Suddarth, 2001).

Magos dalam Hacker (2001), mendefenisikan bahwa premenstrual syndrome

(PMS) adalah gejala fisik, psikologis dan perilaku yang menyusahkan yang tidak

Page 19: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

disebabkan oleh penyakit organik yang secara teratur berulang selama fase siklus haid

menghilang selama waktu haid yang tersisa. Sekitar 5-10% wanita menderita PMS

yang berat sehingga mengganggu kegiatan sehari-harinya.

Menurut Shreeve (1983) premenstrual syndrome (PMS) adalah sejumlah

perubahan mental maupun fisik yang terjadi antara hari ke-2 sampai hari ke-14

sebelum menstruasi dan mereda segera setelah menstruasi berawal. Sedangkan

Dalton (1983), mendefinisikan premenstrual syndrome (PMS) adalah kambuhnya

gejala-gejala pada saat premenstrum dan menghilang setelah menstruasi usai.

Setiap wanita yang haid adalah calon bagi premenstrual syndrome (PMS),

dengan hampir 50% dari semua wanita dalam usia reproduksi mengalami gejala-

gejala yang ringan atau berat. Meskipun para remaja mungkin menderita sindroma

itu. Gejala-gejala premenstrual syndrome (PMS) lebih berat pada wanita yang berusia

lebih tua. Seringkali para wanita dalam usia 30-an memperlihatkan kesukaran-

kesukaran prahaid untuk pertama kalinya (Health Media Nutrition Series, 1996).

Meskipun angka pasti kejadian premenstrual syndrome (PMS) belum

diketahui, kira-kira 75 % wanita mengeluh mengalaminya. Kriteria yang digunakan

untuk mendiagnosis PMS baru-baru ini telah dikembangkan dan ketika kriteria

tersebut digunakan 3%-8% dari wanita didiagnosa mengalami PMS. Wanita dengan

PMS berat melaporkan bahwa PMS mengganggu kegiatan sehari-hari mereka, baik

dari segi diri mereka sendiri, sosial dan pekerjaan mereka (Deuster et.,al., 1999)

2.2.2 Etiologi Premenstrual Syndrome (PMS)

Page 20: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

Penyebab pasti PMS tidak diketahui, tetapi beberapa teori menunjukkan

adanya kelebihan estrogen atau defisit progesteron dalam fase luteal dari siklus

menstruasi. Selama bertahun-tahun teori ini mendapat dukungan yang cukup banyak

dan terapi progesteron biasa dipakai untuk mengatasi PMS. Penelitian lebih lanjut

menunjukkan bahwa terapi progesteron kelihatan tidak efektif bagi kebanyakan

wanita, selain kadar progesteron pada penderita tidak menurun secara konsisten. Bila

kadar progesteron yang menurun dapat ditemukan hampir pada semua wanita yang

menderita PMS, maka dapat dipahami bahwa kekurangan hormon ini merupakan

sebab utama. Sebagian wanita yang menderita PMS terjadi penurunan kadar

progesteron dan dapat sembuh dengan penambahan progesteron, akan tetapi banyak

juga wanita yang menderita gangguan PMS hebat tapi kadar progesteronnya normal

(Shreeve, 1983 dan Brunner & Suddarth, 2001).

Teori lain menyatakan bahwa penyebab PMS adalah karena meningkatnya

kadar estrogen dalam darah, yang akan menyebabkan gejala depresi dan khususnya

gangguan mental. Kadar estrogen yang meningkat akan mengganggu proses kimia

tubuh termasuk vitamin B6 (Piridoksin) yang dikenal sebagai vitamin anti depresi

karena berfungsi mengontrol produksi serotonin. Serotonin penting sekali bagi otak

dan syaraf, dan kurangnya persediaan zat ini dalam jumlah yang cukup dapat

mengakibatkan depresi. (Shreeve, 1983, Hacker et, al., 2001 dan Brunner &

Suddarth, 2001 ).

Batas tertentu estrogen menyebabkan retensi garam dan air serta berat

badannya bertambah. Mereka yang mengalami akan menjadi mudah tersinggung,

Page 21: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

tegang dan perasaan tidak enak. Gejala-gejala dapat dicegah bila pertambahan berat

badan dicegah. Peranan estrogen pada PMS tidak nyata, sebab ketegangan ini timbul

terlambat pada siklus tidak pada saat ovulasi waktu sekresi estrogen berada pada saat

puncaknya. Kenaikan sekresi vasopresin kemungkinan berperan pada retensi cairan

pada saat premenstruasi (Ganong, 1983).

Hormon lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala PMS adalah prolaktin.

Prolaktin dihasilkan oleh kelenjar hipofisis dan dapat mempengaruhi jumlah estrogen

dan progesteron yang dihasilkan pada setiap siklus. Jumlah prolaktin yang terlalu

banyak dapat mengganggu keseimbangan mekanisme tubuh yang mengontrol

produksi kedua hormon tersebut. Wanita yang mengalami PMS tersebut kadar

prolaktin dapat tinggi atau normal. Wanita yang mempunyai kadar prolaktin cukup

tinggi dapat disembuhkan dengan menekan produksi prolaktin (Shreeve, 1983,

Hacker et, al., 2001 dan Brunner & Suddarth, 2001).

Teori lainnya mengatakan bahwa hormon yang tidak teridentifikasi

menyebabkan gejala pada waktu terjadi perubahan menstruasi seperti peningkatan

aktivitas beta endorphin, defisiensi serotonin, retensi cairan, metabolisme

prostaglandin abnormal dan gangguan aksis hipotalamik pituitary ovarium sebagai

penyebabnya (Brunner & Suddarth, 2001).

Hacker et al., (2001) juga mengemukakan penyebab PMS adalah kelebihan

atau defisiensi kortisol dan androgen, kelebihan hormon anti diuresis, abnormalitas

sekresi opiate endogen atau melatonin, defisiensi vitamin A, B1, B6 atau mineral,

Page 22: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

seperti magnesium, hipoglikemia reaktif, alergi hormon, toksin haid,serta faktor-

faktor evolusi dan genetik.

Menurut Simanjuntak dalam Prawiroharjo (2005), faktor kejiwaan, masalah

dalam keluarga, masalah sosial dan lain-lain juga memegang peranan penting. Yang

lebih mudah menderita PMS adalah wanita yang lebih peka terhadap perubahan

hormonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor psikologis.

Berbagai faktor gaya hidup tampaknya menjadikan gejala-gejala lebih buruk,

termasuk stres, kurangnya kegiatan fisik dan diet yang mengandung gula, karbohidrat

yang diolah, garam, lemak, alkohol dan kafein yang tinggi (Health Media Nutrition

Series, 1996).

2.2.3 Gejala Premenstrual Syndrome (PMS)

Lebih dari 150 gejala telah dihubungkan dengan premenstrual syndrome

(PMS), namun urutan serta kombinasi dari gejala-gejala dapat berbeda-beda diantara

para wanita. Jenis dan kuatnya gejala juga dapat berbeda-beda setiap bulan dan dapat

mencerminkan perubahan-perubahan gaya hidup atau stres (Health Media Nutrition

Series, 1996).

Gejala utama termasuk sakit kepala, keletihan, sakit pinggang, pembesaran

dan nyeri pada payudara, dan perasaan begah pada abdomen. Irritabilitas umum,

perubahan suasana hati, ketakutan akan kehilangan kontrol, makan sangat berlebihan

dan menangis tiba-tiba dapat juga terjadi. Gejala-gejala sangat beragam dari satu

Page 23: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

wanita ke wanita lainnya dan dari satu siklus ke siklus berikutnya pada wanita yang

sama (Brunner & Suddarth, 2001).

Menurut Hacker et. al. (2001), gejala-gejala yang paling banyak ditemukan

pada PMS adalah perasaan bengkak, kenaikan berat badan, hilangnya efisiensi, sukar

konsentrasi, kelelahan, perubahan suasana hati, depresi, termasuk gangguan tidur

(insomnia).

Scott et. al. (2002) membagi gejala-gejala PMS berdasarkan fungsi yang

terganggu. Gangguan psikologik berupa irritabilitas, ketidakseimbangan emosional,

cemas, depresi dan perasaan bermusuhan. Gangguan kognitif dapat berupa

ketidakmampuan berkonsentrasi dan bingung. Gangguan somatik berupa mastalgia

(nyeri tekan pada payudara), kembug, sakit kepala, kelelahan dan insomnia serta

gangguan perilaku sosial berupa kecanduan karbohidrat dan membantah.

Rayburn (2001), mengklasifikasikan gejala-gejala PMS berdasarkan

gangguan pada fungsi fisik dan emosional. Klasifikasinya dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Tabel 2.1Gejala-gejala premanstrual syndrome

Gejala fisik Gejala emosionala. Perut kembungb. Nyeri payudarac. Sakit kepalad. Kejang atau bengkak pada

kakie. Nyeri panggulf. Hilang koordinasig. Nafsu makan bertambah

a. Depresib. Cemasc. Suka menangisd. Sifat agresif atau

pemberontakane. Pelupaf. Tidak bisa tidurg. Merasa tegang

Page 24: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

h. Hidung tersumbati. Perubahan defekasij. Tumbuh jerawatk. Sakit pinggull. Suka makan manis atau

asinm. Palpitasin. Peka suara atau cahayao. Rasa gatal pada kulitp. Kepanasan

h. Irritabilitasi. Rasa bermusuhanj. Suka marahk. Paranoidl. Perubahan dorongan seksualm. Konsentrasi berkurangn. Merasa tidak amano. Pikiran bunuh dirip. Keinginan menyendiriq. Perasaan bersalahr. Kelemahan

Sumber : dikutip dari Rayburn et.al., (2001), halaman 287

2.2.4 Penanganan Sindroma Premenstrual(PMS)

Terdapat suatu persetujuan dalam penatalaksanaan premenstrual syndrome

(PMS). Riwayat yang terinci dan dikaji dengan cermat serta kelompok gejala harian

dan fluktuasi mood yang terdapat pada beberapa siklus dapat menjadi petunjuk dalam

penyusunan rencana penatalaksanaan. Konseling, dalam bentuk kelompok pendukung

atau konseling pasangan/individu dapat sangat bermanfaat. Penggunaan obat-obatan

seperti inhibitor prostaglandin dan diuretik untuk meredakan edema, bromokriptin

(parlodel) untuk mengatasi nyeri tekan pada payudara dan diet yang seimbang,

rendah kafein dan natrium atau disertai makanan diuretik alami dapat meredakan

gejala. Latihan fisik dan suplemen vitamin (B6 dan E) seringkali direkomendasikan.

Para wanita yang diganggu PMS dapat mengurangi gejala-gejala dengan

melakukan perubahan pada dietnya seperti mengurangi jumlah gula yang dimakan,

memperbanyak mengonsumsi serat, mengurangi asupan lemak, mengurangi jumlah

Page 25: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

garam jika terdapat retensi cairan dan menghindari kafein (Health Media Nutrition

Series, 1996).

Menurut Rayburn (2001), terapi PMS dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :

a. Terapi simtomatik untuk menghilangkan gejala-gejala antara

lain dengan diuretika untuk mengobati kembung, anti depresan dan anti

ansietas untuk menghilangkan cemas dan depresi, bromokriptin untuk

menghilangkan bengkak dan nyeri pada payudara dan anti prostaglandin

untuk mengatasi nyeri payudara, nyeri sendi dan nyeri muskuloskeletal.

b. Terapi spesifik dibuat untuk mengobati etiologi yang

diperkirakan sebagai penyebab dari PMS antara lain dengan progesteron

alamiah untuk mengatasi defisiensi progesteron dan pemberian vitamin

B6.

c. Terapi ablasi yang bertujuan untuk mengatasi PMS dengan

cara menghentikan haid.

2.3 Karakteristik Wanita Usia Produktif

Menurut Depkes RI (1993) wanita usia produktif merupakan wanita yang

berusia 15-49 tahun dan wanita pada usia ini masih berpotensi untuk mempunyai

keturunan. Sedangkan menurut (BKKBN, 2001), wanita usia subur (wanita usia

produktif) adalah wanita yang berumur 18-49 tahun yang berstatus belum kawin,

kawin ataupun janda.

Page 26: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

Menurut Karyadi (1999), PMS biasanya lebih mudah terjadi pada wanita yang

lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid. Akan tetapi ada beberapa

faktor yang meningkatkan resiko terjadinya PMS yang beberapa diantaranya adalah

berkaitan dengan karakter wanita itu sendiri. Menurut Oakley (1998), setiap individu

mempunyai karakteristik biografi yang berbeda, karakteristik tersebut dapat

mempengaruhi kondisi fisik, psikologis dan sosial seseorang.

Karakteristik wanita usia produktif yang berhubungan dengan premenstrual

syndrome (PMS) antara lain: umur, pendidikan, pendapatan, pekerjaan, jenis kelamin

dan status perkawinan.

2.3.1 Umur

Premenstrual syndrome (PMS) dapat dihubungkan dengan siklus ovulasi,

karena itu gejala-gejala PMS dapat terjadi kapan saja setelah menarche dan berlanjut

hingga ovulasi berhenti pada saat menopause. Sebagian besar pasien yang mencari

pengobatan untuk PMS berusia antara pertengahan 20-an sampai dengan akhir 30-an,

meskipun banyak wanita melaporkan mengalami gejala-gejala PMS lebih awal

(Freeman, 2007).

Faktor resiko yang paling berhubungan dengan PMS adalah faktor

peningkatan umur, penelitian menemukan bahwa sebagian besar wanita yang mencari

pengobatan PMS adalah mereka yang berusia lebih dari 30 tahun (Cornforth, 2000).

Walaupun ada fakta yang mengungkapkan bahwa sebagian remaja mengalami gejala-

gelaja yang sama dan kekuatan PMS yang sama sebagaimana yang dialami oleh

wanita yang lebih tua (Freeman, 2007).

Page 27: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

Sedangkan dalam suatu penelitian pada tahun 1994 yang melibatkan 874

wanita di Virginia menggambarkan bahwa wanita yang berusia antara 35-44 tahun

lebih jarang menderita PMS jika dibandingkan dengan wanita yang lebih muda

(Deuster, 1999).

Menurut teori perkembangan psikososial Erikson, dikuitip dari Whalley &

Wong’s (1999), tahap perkembangan manusia menurut umur dibagi dalam delapan

tahapan. Tiga diantaranya yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu :

a. Adolescence/remaja (13-20 tahun)

Pada masa ini hubungan sosial utama bagi anak sudah beralih pada

kelompok sebaya dan kelompok luar yang se-ide dengannya.

b. Early adult hood/dewasa awal (21-35 tahun)

Pada masa dewasa awal ini, hubungan sosial utama seseorang sudah

terfokus pada patner dalam hubungan teman dan seks.

c. Young and middle adult hood/dewasa pertengahan (36-45

tahun)

Pada masa dewasa pertengahan, hubungan sosial seseorang terfokus pada

pembagian tugas antara bekerja dengan rumah tangga dan pada masa ini

emosi sudah mulai stabil.

2.3.2. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup

(Notoatmodjo, 1997).

Page 28: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

Orang dengan pendidikan formal yang lebih tinggi cenderung akan

mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang

mempunyai tingkat pendidikan formal yang lebih rendah, karena akan lebih mampu

dan mudah memahami arti dan pentingnya kesehatan dan gangguan-gangguan

kesehatan yang mungkin terjadi. Pengetahuan akan mempengaruhi pola fikir

seseorang, selain itu kemampuan kognitif membentuk cara fikir seseorang, meliputi

kemampuan untuk mengerti faktor-faktor yang berpengaruh dalam kondisi sakit dan

untuk menerapkan pengetahuan tentang sehat dan sakit dalam praktek kesehatan

personal (Muhiman, 1996).

Menurut suatu penelitian terdapat perbedaan yang mencolok dimana wanita

yang tidak menamatkan pendidikan menengah lebih sering melaporkan adanya gejala

premenstrual syndrome (PMS) dari pada mereka yang berpendidikan menengah dan

perguruan tinggi atau mereka yang telah menamatkan perguruan tinggi (Deuster,

1999).

Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, yaitu tentang Sistem

Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional terbagi atas tiga tingkat

pendidikan formal yaitu pendidikan dasar (SD/Madrasah Ibtidaiyah serta

SMP/Madrasah Tsanawiyah), pendidikan menengah (SMU/Madrasah Aliyah dan

sederajat) serta pendidikan tinggi (Akademi dan Perguruan tinggi) (Sekneg RI, 2003).

2.3.3 Pendapatan

Page 29: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

Kemiskinan dan kesehatan mempunyai hubungan yang berarti. Pendapatan

wanita yang sedikit membuat status kesehatan rendah dan mempunyai kesulitan yang

lebih besar untuk mengakses pelayanan kesehatan dibandingkan dengan wanita yang

berpendapatan tinggi (Youngkin & Davis, 1998).

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa ada hubungan yang erat antara

pengaruh kejiwaan dengan status ekonomi seseorang. Penghasilan keluarga

merupakan suatu potensi yang sangat baik dalam memperoleh informasi kesehatan

(Oakley, 1998).

Seseorang yang berasal dari keluarga dengan penghasilan tinggi cenderung

lebih mudah dalam memperoleh pelayanan dan informasi tentang kesehatan

dibandingkan dengan orang yang berasal dari keluarga dengan penghasilan rendah

(Azwar, 1996).

Pemerintah Aceh melalui Peraturan gubernur (Pergub) No.67/2007,

menetapkan UMP sebesar Rp1 juta dari sebelumnya Rp850 per bulan, terhitung

berlaku sejak 1 Januari 2008 (Anonymous, 2008)

2.3.4 Pekerjaan

Wanita yang bekerja mengalami berbagai stres ditempat kerja, baik stres yang

bersifat fisik karena beberapa kondisi lingkungan kerja fisik yang berada diatas nilai

ambang batas yang diperkenankan, atau juga dapat ditambah oleh adanya stres yang

bersifat non fisik (psikososial), yang dapat berpengaruh terhadap kondisi

kesehatannya (Mulyono dkk, 2001).

Page 30: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

Zaman sekarang ini, semakin banyak wanita yang memilih untuk beraktivitas

di luar rumah. Kondisi ini akan berhubungan erat dengan semakin banyaknya stres

yang menyerang wanita. Stres ini berasal dari internal maupun eksternal diri wanita

tersebut. Stres merupakan predisposisi pada timbulnya beberapa penyakit, sehingga

diperlukan kondisi fisik dan mental yang baik untuk menghadapi dan mengatasi

serangan stres tersebut.

Stres mungkin memainkan peran penting dalam tingkat kehebatan gejala

premenstrual syndrome (PMS). Sebuah penelitian pada tahun 2002 melaporkan

bahwa bekerja diluar rumah dapat dihubungkan dengan meningkatnya resiko

premenstrual syndrome (PMS) (Anonymous, 2007).

2.3.5 Status Perkawinan

Perkawinan adalah suatu hubungan hukum sebagai pertalian sah untuk jangka

waktu selama mungkin, antara seorang pria dan seorang wanita yang telah memenuhi

syarat-syarat perkawinan (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1990)

Status perkawinan dan status kesehatan juga mempunyai keterkaitan. Wanita

yang telah menikah pada umumnya mempunyai angka kesakitan dan kematian yang

lebih rendah dan biasanya mempunyai kesehatan fisik dan mental yang lebih baik

daripada wanita yang tidak menikah (Burman & Margolin dalam Haijiang Wang,

2005).

Sebuah penelitian pada tahun 1994 yang berjudul Biological, Social and

Behavioral Factors Associated with Premenstrual Syndrome yang melibatkan 874

Page 31: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

wanita di Virginia menemukan fakta bahwa mereka yang telah menikah cenderung

mempunyai resiko yang lebih kecil untuk mengalami PMS (3,7%) dari pada mereka

yang tidak menikah (12,6%) (Deuster, 1999).

Page 32: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

2.4 Kerangka Teori

Sindroma Premenstrual

Brunner & Suddarth

Keadaan hormonal1. Penurunan kadar progesterone2. Peningkatan kadar estrogen3. Peningkatan prolaktin4. Peningkatan aktivitas beta endorphin5. Defisiensi serotonin6. Retensi cairan7. Metabolisme prostaglandin abnormal8. Gangguan aksis hipotalamik pituitary

ovarium

Simanjuntak (2005)

1. Faktor kejiwaan2. Masalah dalam keluarga

Karyadi (1999)

karakteristik biografi Wanita

1. Umur2. Pendidika

n 3. Pendapata

n4. Pekerjaan 5. Status

Page 33: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Kerja

Untuk lebih jelasnya tentang hubungan karakteristik wanita usia produktif

dengan premenstrual syndrome (PMS) dapat dilihat dari variabel independen dan

dependen yang tergambar pada skema kerangka konsep penelitian berikut ini :

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian (variable independen dan dependen)

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2 Hipotesa Penelitian

3.2.1 Hipotesa Mayor

Ho : Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik wanita

usia produktif dengan premenstrual syndrome (PMS) di Poli Obstetri

dan Gynekology BPK - RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

Sindroma Premenstrual

Umur

Pendidikan

Pendapatan

Pekerjaan

Status Perkawinan

Page 34: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

Ha : Terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik wanita usia

produktif dengan premenstrual syndrome (PMS) di Poli Obstetri dan

Gynekology BPK - RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

3.2.2 Hipotesa Minor

a. Ho : Tidak terdapat hubungan antara umur wanita usia produktif dengan

premenstrual syndrome (PMS) di Poli Obstetri dan Gynekology

BPK - RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

Ha : Terdapat hubungan antara umur wanita usia produktif dengan

premenstrual syndrome (PMS) di Poli Obstetri dan Gynekology

BPK - RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

b. Ho : Tidak terdapat hubungan antara pendidikan wanita

usia  produktif dengan premenstrual syndrome (PMS) di Poli

Obstetri dan Gynekology BPK - RSUD dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh.

Ha :  Terdapat hubungan antara pendidikan wanita usia produktif

dengan premenstrual syndrome (PMS) di Poli Obstetri dan

Gynekology BPK - RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

c. Ho : Tidak terdapat hubungan antara pendapatan wanita usia

produktif dengan premenstrual syndrome (PMS) di Poli

Obstetri dan Gynekology BPK - RSUD dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh.

Page 35: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

Ha : Terdapat hubungan antara pendapatan wanita usia produktif

dengan premenstrual syndrome (PMS) di Poli Obstetri dan

Gynekology BPK - RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

d. Ho : Tidak terdapat hubungan antara pekerjaan wanita usia

produktif dengan premenstrual syndrome (PMS) di Poli

Obstetri dan Gynekology BPK - RSUD dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh r.

Ha : Terdapat hubungan antara pekerjaan wanita usia produktif

dengan premenstrual syndrome (PMS) di Poli Obstetri dan

Gynekology BPK - RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

e. Ho : Tidak terdapat hubungan antara status perkawinan

wanita usia produktif dengan premenstrual syndrome (PMS) di

Poli Obstetri dan BPK - Gynekology RSUD dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh.

Ha : Terdapat hubungan antara status perkawinan wanita usia

produktif dengan premenstrual syndrome (PMS) di Poli

Obstetri dan BPK - Gynekology BPK - RSUD dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh.

3.3 Definisi Operasional

Tabel 3.1

Defenisi operasional

Variabel Definisi operasional Alat Ukur Skala Hasil Ukur

Page 36: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

Dependen UkurSindroma Premenstrual

Sekumpulan tanda-tanda dan gejala sebelum haid.

Kuesioner Ordinal Ada Tidak

ada

Variabel Independen

Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur

Hasil Ukur

1.Umur Usia responden ( dalam tahun) pada saat dilakukan penelitian.

Kuesioner Rasio Remaja(13-20 tahun)

Dewasa awal(21-35 tahun)

Dewasa pertengahan(36-45 tahun)

2. Pendidikan Jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah diikuti oleh responden.

Kuesioner Ordinal Rendah (SD/MI, SMP/MTsn)

Menengah(SMU/MA dan sederajat)

Tinggi(Akademi dan Perguruan tinggi)

3. Pendapatan Jumlah rata-rata pendapatan keluarga dalam sebulan berdasarkan Upah Minimum Regional (UMR) Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) tahun 2008.

Kuesioner Ordinal Rendah : <Rp. 1000.000,- Sedang Rp. 1000.000,- Rp. 2000.000,- Tinggi >Rp.2000.000,-

4. Pekerjaan Kegiatan atau aktifitas responden sehari-hari yang menghasilkan uang.

Kuesioner Ordinal Tidak Bekerja

Bekerja

5.Status kawin

Keadaan/status pernikahan responden saat dilakukan penelitian.

Kuesioner Ordinal Belum Menikah

Sudah Menikah

Page 37: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

korelatif dengan pendekatan cross sectional yaitu untuk melihat hubungan antara

karakteristik wanita usia produktif dengan premenstrual syndrome (PMS) di Poli

Obstetri dan Gynekology BPK - RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Penelitian ini

bertujuan untuk mencari ada tidaknya hubungan yang signifikan anta kedua variabel

tersebut. Menurut Arikunto (1998), dengan teknik kolerasi peneliti dapat mengetahui

hubungan variasi dalam sebuah variabel dengan variabel yang lain.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 2008 sampai dengan 23 Juli

2008. Pengambilan data dilaksanakan di Poli Obstetri dan Gynekology BPK - RSUD

dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

4.3 Populasi Penelitian

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Wanita yang

telah mengalami menstruasi (wanita usia produktif) yang mengunjungi Poli Obstetri

dan Gynekology BPK - RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, periode 9 Juli 2008

sampai dengan 23 Juli 2008.

4.4 Sampel Penelitian

Page 38: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

4.4.1 Kriteria Sampel

Adapun kriteria sampel yang akan diteliti adalah :

a. Wanita yang telah mengalami menstruasi dan belum menopouse

b. Berada di Poli Obstetri dan Gynekology BPK - RSUD dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh pada saat penelitian dilakukan

c. Wanita yang bisa membaca dan menulis

d. Wanita yang bersedia menjadi responden

4.4.2 Cara Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Non Probalility

Sampling, yaitu dengan metoda Accidental Sampling pada wanita yang telah

mengalami menstruasi dan belum menopouse yang mengunjungi Poli Obstetri dan

Gynekology BPK - RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, periode 9 Juli 2008

sampai dengan 23 Juli 2008.

4.5 Alat Pengumpulan Data

Instrumen atau alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini

berupa kuesioner berbentuk angket yang terdiri dari dua bagian, yaitu : bagian A,

merupakan data demografi berupa identitas responden yang meliputi kode responden,

umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan dan status perkawinan.

Bagian B merupakan kuesioner yang digunakan untuk mengukur tingkat

premenstrual syndrome (PMS) pada wanita usia produktif yang terdiri dari 39

pernyataan dengan menggunakan skala Likert. Dimana terdapat dua kriteria

Page 39: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

pertanyaan, yaitu criteria mayor untuk gejala mayor/paling sering muncul nomor

pernyataan 1 - 9, dan criteria minor untuk gejala minor/agak jarang muncul dengan

nomor pernyataan 10 - 39. Dikatakan PMS jika memiliki minimal 8 kriteria mayor

dan 4 kriteria minor.

Pengumpulan data akan dilakukan oleh dokter muda yang sedang bertugas

sedang bertugas di Poli Obstetri dan Gynekology BPK - RSUD dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh, periode 9 Juli 2008 sampai dengan 23 Juli 2008.

4.6 Manajemen Data

4.6.1 Coding

Coding yaitu memberikan kode berupa nomor pada setiap jawaban yang diisi

oleh responden. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan atau menghindari

kesalahan dalam pengolahan dan anlisa data.

4.6.2 Editing

Editing, yaitu melakukan pengecekan terhadap hasil pengisian kuesioner yang

meliputi kelengkapan identitas dan jawaban yang diberikan responden.

4.6.3 Skoring

Scoring adalah langkah pemberian nilai atau bobot terhadap jawaban

responden sehingga dapat menghasilkan jawaban dari variable.

4.6.4 Tabulating

Tabulating, yaitu mengelompokkan data sesuai dengan katagori yang telah

dibuat untuk tiap tiap sub variable yang diukur dan selanjutnya dimasukkan kedalam

tabel distribusi frekuensi.

Page 40: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

4.6.5 Cleaning

Cleaning, yaitu mengevaluasi kembali data untuk menghindari kesalahan

dalam data.

4.7 Analisa Data

1. Univariat

Untuk menghitung nilai rata-rata (mean) digunakan rumus sbb:

Ket : = nilai rata-rata

= jumlah keseluruhan nilai responden

n = jumlah sampel

Untuk menghitung standar deviasi (sd) dengan cara manual digunakan

rumus:

Ket: Sd = Standar deviasi

x = Jumlah nilai dari data responden

= Rata-rata (mean)

n = Jumlah responden

=

Page 41: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

Untuk mengetahui distribusi frekuensi masing-masing variabel

independen digunakan rumus sebagai berikut :

Ket : P = persentase

fi = frekwensi teramati

n = jumlah responden

2. Bivariat

Untuk mengetahui hubungan karakteristik wanita usia produktif dengan

premenstrual syndrome, akan dilakukan dengan analisa silang dengan menggunakan

tabel silang yang dikenal dengan baris kali kolom dengan derajat keabsahan (df) yang

sesuai dan tingkat kemaknaan (α) 0,05 (95%), masing-masing variabel diuji dengan

uji statistik “chi square test” (X2) dikutip dari Chandra (2002) dengan rumus sbb:

Ket O = frekwensi observasi

e =

x2 = Chi-Square Test

Bila pengolahan data menggunakan table 3x2 dijumpai 20% sel nilai e

(expended frequency) < 5, maka dilakukan marger cell (grouping) maka table

Page 42: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

menjadi tabel contingency 2x2 , apabila dijumpai 20% sel nilai e < 5 koreksi dengan

menggunakan uji statistic Yate’s Correction for Continuity dengan rumus :

x² = Σ [(O-e)-(0,5)] ² e

Pengujian hipotesa dilakukan dengan kriteria jika X2 hitung < X2 tabel maka

hipotesa null (Ho) diterima dan sebaliknya apabila X2 hitung ≥ X2 tabel maka

hipotesa alternatiif (Ha) diterima (Chandra, 2002).

4.8 Penyajian Data

Data yang dikumpulkan disajikan dalam bentuk narasi dan tabel distribusi

frekuensi serta menggunakan tabulasi silang.

Page 43: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

BAB V

HASIL PENELITIAN

Pengumpulan data dilakukan dari tanggal 9 Juli 2008 sampai dengan 23 Juli

2008 pada wanita usia produktif yaitu wanita yang berusia 13-45 tahun yang Berada

di Poli Obstetri dan Gynekology BPK - RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

Jumlah responden sebagai sampel penelitian adalah 46 orang. Teknik pengumpulan

data dengan menggunakan alat ukur berbentuk kuesioner. Adapun hasil penelitian

yang didapat adalah sebagai berikut:

5.1 Hasil Analisa Univariat

A. Karakteristik wanita usia produktif

Hasil penelitian terhadap karakteristik wanita usia produktif (variabel

independen) yaitu umur, pendidikan, pendapatan, pekerjaan dan status perkawinan.

Adapun hasil penelitian adalah sebagai berikut:

1) Umur

Distribusi frekuensi umur responden dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini:

Page 44: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Wanita Usia Produktif Berdasarkan

Umur Di Poli Kebidanan RSUZA Tahun 2008

No Umur Frekuensi(f)

Persentase(%)

1.2.3.

Remaja (13-20 tahun)Dewasa awal (21-35 tahun)Dewasa pertengahan (36-45 tahun)

92215

19,5647,8332,61

Total 46 100Sumber: Data Primer (Diolah, 2008)

Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat diketahui bahwa distribusi terbesar umur

responden adalah kategori dewasa awal yaitu 22 orang (47,83 %).

2) Pendidikan

Distribusi frekuensi pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut

ini:

Tabel 5.2Distribusi Frekuensi Wanita Usia Produktif Berdasarkan

Pendidikan Di Poli Kebidanan RSUZA Tahun 2008

No Pendidikan Frekuensi(f)

Persentase(%)

1.2.

3.

Rendah (SD/MI, SMP/MTsn)Menengah (SMU/MA dan sederajat)Tinggi (Akademi dan Perguruan tinggi)

517

24

10,8736,96

52,17

Total 46 100Sumber: Data Primer (Diolah, 2008)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa distribusi tingkat pendidikan

responden yang paling banyak adalah kategori tinggi sebanyak 24 orang (52,17%).

Page 45: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

3) Pendapatan

Distribusi tingkat pendapatan responden dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut

ini :

Tabel 5.3Distribusi Frekuensi Wanita Usia Produktif Berdasarkan

Pendapatan Di Poli Kebidanan RSUZA Tahun 2008

No Pendapatan Frekuensi(f)

Persentase(%)

1.2.

3.

Rendah ( <Rp. 1.000.000,-)Sedang (Rp. 1.000.000,- s.d. Rp. 2000.000,-)Tinggi (>Rp.2.000.000,-)

298

9

63,0417,39

19,57Total 46 100

Sumber: Data Primer (Diolah, 2008)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa distribusi tingkat pendapatan keluarga

responden yang paling banyak adalah kategori rendah sebanyak 29 orang (63,04%).

4) Pekerjaan

Distribusi pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini:

Tabel 5.4Distribusi Frekuensi Wanita Usia Produktif Berdasarkan

Pekerjaan Di Poli Kebidanan RSUZA Tahun 2008

No Pekerjaan Frekuensi (f)

Persentase(%)

1.2.

BekerjaTidak Bekerja

2125

45,6554,35

Total 46 100Sumber: Data Primer (Diolah, 2008)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa distribusi terbesar adalah

responden yang tidak bekerja yaitu sebanyak 25 orang (54,35%).

Page 46: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

5) Status Perkawinan

Distribusi status perkawinan responden dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini:

Tabel 5.5Distribusi Frekuensi Wanita Usia Produktif Berdasarkan

Status Perkawinan Di Poli Kebidanan RSUZA Tahun 2008

No Status Kawin Frekuensi(f)

Persentase(%)

1.2.

KawinBelum Kawin

2521

54,35 45,65

Total 46 100 Sumber: Data Primer (Diolah, 2008)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa distribusi terbesar adalah

responden yang kawin yaitu 25 orang (54,35%).

B. Premenstrual Syndrome (PMS)

Hasil penelitian terhadap variabel dependen yaitu Premenstrual Syndrome

(PMS), didapatkan 17 orang dari 46 responden memiliki kriteria mayor premenstrual

syndrome ≥ 8 dan kriteria minor ≥ 4. Sedangkan 29 responden lainnya tidak memiliki

kriteria mayor ≥ 8 sehingga digolongkan ke dalam tidak menderita PMS. Adapun

distribusi frekuensinya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.6Distribusi Frekuensi Wanita Usia Produktif Berdasarkan

Tingkat Premenstrual Syndrome (PMS) Di Poli Kebidanan RSUZA Tahun 2008

No Premenstrual Syndrome(PMS) Frekuensi (f) Persentase (%)

1.2.

AdaTidak

1729

36,9663,04

Total 46 100Sumber: Data Primer (Diolah, 2008)

Page 47: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

5.2. Hasil Analisa Bivariat

Setelah data diolah dan dikelompokkan berdasarkan kategori seperti diatas,

selanjutnya data dianalisa untuk melihat hubungan karakteristik wanita usia produktif

dengan Premenstrual Syndrome (PMS) di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh.

Adapun analisa statistik yang digunakan adalah chi-square test (x²) yaitu:

a. Hubungan antara umur wanita usia produktif dengan Premenstrual Syndrome

(PMS).

Untuk mengetahui hubungan antara umur wanita usia produktif dengan

Premenstrual Syndrome (PMS) di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh, dapat

dilihat pada tabel 5.7 berikut ini:

Tabel 5.7Distribusi Premenstrual Syndrome (PMS) Berdasarkan

Umur Di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh

No Umur

Premenstrual SyndromeTotal

X2

HitungAda Tidak adan % n % n %

1 Remaja 5 55,56 4 44,44 9 100

2,2752 Dewasa awal 6 27,27 16 72,73 22 1003 Dewasa

pertengahan 6 40,00 9 60,00 15 100

Total 17 29 46 Sumber: Data Primer (Diolah, 2008)

Berdasarkan perhitungan chi-square test (x²) (lampiran), diperoleh

nilai x² hitung adalah 2,275. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesa

dimana x² tabel dengan α = 0,05 dan df = 2 adalah 5,991 (lampiran).

Perbandingan antara kedua nilai x² tersebut, diperoleh hasil x² hitung

Page 48: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

(2,275) < x² tabel (5,991). Sehingga dapat diketahui bahwa hipotesa kerja

(Ha) ditolak yang berarti tidak ada hubungan bermakna antara umur

wanita usia produktif dengan Premenstrual Syndrome (PMS) di poli

kebidanan RSUZA Banda Aceh.

b. Hubungan antara pendidikan wanita usia produktif dengan Premenstrual

Syndrome (PMS).

Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan wanita usia

produktif dengan Premenstrual Syndrome (PMS) di poli kebidanan

RSUZA Banda Aceh, dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut ini:

Tabel 5.8Distribusi Premenstrual Syndrome (PMS) dengan Pendidikan

Di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh

No Umur

Premenstrual SyndromeTotal

X2

HitungAda Tidak adan % n % n %

1 Rendah 3 60,00 2 40,00 5 100

1,552 2 Menengah 5 29,41 12 70,59 17 1003 Tinggi 9 37,50 15 62,50 24 100

Total 17 29 46 Sumber: Data Primer (Diolah, 2008)

Berdasarkan perhitungan chi-square test (x²) (lampiran),

diperoleh nilai x² hitung adalah 1,552. Selanjutnya dilakukan pengujian

hipotesa dimana x² tabel dengan α = 0,05 dan df = 2 adalah 5,991

(lampiran). Perbandingan antara kedua nilai x² tersebut, diperoleh hasil x²

hitung (1,552) < x² tabel (5,991). Sehingga dapat diketahui bahwa hipotesa

kerja (Ha) ditolak yang berarti tidak ada hubungan bermakna antara

Page 49: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

pendidikan wanita usia produktif dengan Premenstrual Syndrome (PMS)

di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh.

c. Hubungan antara pendapatan wanita usia produktif dengan Premenstrual

Syndrome (PMS).

Untuk mengetahui hubungan antara pendapatan wanita usia

produktif dengan Premenstrual Syndrome (PMS) di poli kebidanan

RSUZA Banda Aceh, dapat dilihat pada tabel 5.9 berikut ini:

Tabel 5.9Distribusi Premenstrual Syndrome (PMS) dengan Pendapatan

Di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh

No Umur

Premenstrual SyndromeTotal

X2

HitungAda Tidak adan % n % n %

1 Rendah 10 34,48 19 65,52 29 1000,7202 Sedang 4 50,00 4 50,00 8 100

3 Tinggi 3 33,33 6 66,67 9 100Total 17 29 46

Sumber: Data Primer (Diolah, 2008)

Berdasarkan perhitungan chi-square test (x²) (lampiran), diperoleh

nilai x² hitung adalah 0,720. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesa

dimana x² tabel dengan α = 0,05 dan df = 2 adalah 5,991 (lampiran 15).

Perbandingan antara kedua nilai x² tersebut, diperoleh hasil x² hitung

(0,720) < x² tabel (5,991). Sehingga dapat diketahui bahwa hipotesa kerja

(Ha) ditolak yang berarti tidak ada hubungan bermakna antara pendapatan

wanita usia produktif dengan Premenstrual Syndrome (PMS) di poli

kebidanan RSUZA Banda Aceh.

Page 50: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

d. Hubungan antara pekerjaan wanita usia produktif dengan Premenstrual

Syndrome (PMS).

Untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan wanita usia

produktif dengan Premenstrual Syndrome (PMS) di poli kebidanan

RSUZA Banda Aceh, dapat dilihat pada tabel 5.10 berikut ini:

Tabel 5.10Distribusi Premenstrual Syndrome (PMS) dengan Pekerjaan

Di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh

No Umur

Premenstrual SyndromeTotal

X2

HitungAda Tidak adan % n % n %

1 Bekerja 7 33,33 14 66,67 21 1000,2172 Tidak bekerja 10 40,00 15 60,00 25 100

Total 17 29 46 Sumber: Data Primer (Diolah, 2008)

Berdasarkan perhitungan chi-square test (x²) (lampiran), diperoleh

nilai x² hitung adalah 0,217. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesa

dimana x² tabel dengan α = 0,05 dan df = 2 adalah 5,991 (lampiran 15).

Perbandingan antara kedua nilai x² tersebut, diperoleh hasil x² hitung

(0,217) < x² tabel (5,991). Sehingga dapat diketahui bahwa hipotesa kerja

(Ha) ditolak yang berarti tidak ada hubungan bermakna antara pekerjaan

wanita usia produktif dengan Premenstrual Syndrome (PMS) di poli

kebidanan RSUZA Banda Aceh.

Page 51: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

e. Hubungan antara status perkawinan wanita usia produktif dengan

Premenstrual Syndrome (PMS).

Untuk mengetahui hubungan antara status perkawinan wanita usia

produktif dengan Premenstrual Syndrome (PMS) di poli kebidanan

RSUZA Banda Aceh, dapat dilihat pada tabel 5.11 berikut ini:

Tabel 5.11Distribusi Premenstrual Syndrome (PMS) dengan Status Perkawinan

Di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh

No Umur

Premenstrual SyndromeTotal

X2

HitungAda Tidak adan % n % n %

1 Kawin 6 24,00 19 76,00 25 1000,2172 Belum kawin 9 42,86 10 57,14 21 100

Total 17 29 46Sumber: Data Primer (Diolah, 2008

Berdasarkan perhitungan chi-square test (x²) (lampiran 14),

diperoleh nilai x² hitung adalah 2,116 selanjutnya dilakukan pengujian

hipotesa dimana x² tabel dengan α = 0,05 dan df = 2 adalah 5,991

(lampiran 15). Perbandingan antara kedua nilai x² tersebut, diperoleh hasil

x² hitung (2,116) < x² tabel (5,991). Sehingga dapat diketahui bahwa

hipotesa kerja (Ha) ditolak yang berarti tidak ada hubungan bermakna

antara status perkawinan wanita usia produktif dengan Premenstrual

Syndrome (PMS) di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh.

Page 52: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Hasil Analisa Univariat

a. Gambaran umur wanita usia produktif di poli kebidanan RSUZA

Banda Aceh.

Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel 5.1 maka

distribusi umur responden yang termasuk kategori remaja (13 - 20 tahun)

adalah 9 orang (19,56%), dewasa muda (21-35 tahun) sebanyak 22 orang

(47,83 %) dan dewasa pertengahan (> 35 tahun) sebanyak 15 orang

(32,61).

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar wanita usia produktif

di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh adalah berusia dewasa muda.

Secara teoritis dikatakan bahwa pada usia dewasa awal ini merupakan

masa pengaturan, masa usia produktif, masa bermasalah, masa ketegangan

emosional, masa keterasingan sosial, masa ketergantungan, masa

perubahan nilai dan masa penyesuaian diri dengan cara hidup kreatif

(Widayatun, 1999).

b. Gambaran tingkat pendidikan wanita usia produktif di poli kebidanan

RSUZA Banda Aceh.

Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel 5.2,

pendidikan wanita usia produktif di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh,

Page 53: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

responden yang berpendidikan rendah adalah 5 orang (10,87%),

berpendidikan sedang 17 orang (36,96%) dan berpendidikan tinggi yaitu

24 orang (52,17). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar wanita usia

produktif di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh sudah berpendidikan

tinggi.

Pendidikan merupakan upaya manusia secara sadar yang tujuannya

bersifat ganda yaitu mengembangkan kepribadian dan kemampuan

manusia dimana semakin tinggi pendidikan seseorang diharapkan semakin

baik perkembangan dan kemampuannya (Kamars, 1998).

Pendidikan seseorang akan menentukan caranya untuk mengerti

masalah kesehatan. Nilai-nilai kepercayaan individu terhadap kesehatan

dibentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar

belakang pendidikan dan pengalaman masa lalu (Potter & Perry, 1997).

Orang dengan pendidikan formal yang rendah cenderung akan

mempunyai pengetahuan yang lebih rendah dibandingkan dengan orang

yang mempunyai tingkat pendidikan formal yang lebih tinggi, karena

akan sulit memahami arti dan pentingnya kesehatan dan gangguan-

gangguan kesehatan yang mungkin terjadi. Pengetahuan akan

mempengaruhi pola fikir seseorang, selain itu kemampuan kognitif

membentuk cara fikir seseorang, meliputi kemampuan untuk mengerti

faktor-faktor yang berpengaruh dalam kondisi sakit dan untuk menerapkan

Page 54: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

pengetahuan tentang sehat dan sakit dalam praktek kesehatan personal

(Muhiman, 1996).

c. Gambaran pendapatan wanita usia produktif di poli kebidanan RSUZA

Banda Aceh.

Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel 5.3,

pendapatan keluarga wanita usia produktif di poli kebidanan RSUZA

Banda Aceh adalah 39 responden (63,04%) mempunyai pendapatan yang

rendah, 8 responden (17,39 %) mempunyai pendapatan yang sedang dan

sebanyak 9 orang (19,57%) berpendapatan tinggi. Ini memberi gambaran

bahwa tingkat sosial ekonomi masyarakat yang datang ke poli kebidanan

RSUZA Banda Aceh termasuk dalam katagori rendah secara umum.

Tingkat perekonomian adalah perolehan yang diterima oleh orang

tua selama satu bulan yang berasal dari berbagai sumber dibagi dengan

jumlah anggota yang ditanggung. Tingkat soial ekonomi atau tingkat

penghasilan keluarga akan mempengaruhi gaya hidup seseorang dan cara

memperoleh pelayanan kesehatan bila ada anggota keluarga yang sakit,

semakin baik kondisi sosial ekonomi, maka akan meningkat status

kesehatan masyarakat (Green, 1990).

Teori yang lain menyebutkan, apabila seseorang dengan kondisi

sosial ekonomi yang semakin baik, maka ia akan cenderung membutuhkan

pelayanan kesehatan yang tinggi. Dimana wanita dengan sosial ekonomi

yang semakin baik, akan mampu menerima dan menjaring informasi yang

Page 55: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

lebih bila dibandingkan dengan seseorang yang kondisi ekonominya buruk

(Depkes, 1996).

d. Gambaran pekerjaan wanita usia produktif di poli kebidanan RSUZA

Banda Aceh.

Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel 5.4, wanita

usia produktif di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh, wanita yang

bekerja sebanyak 21 orang (45,65%) dan wanita yang tidak bekerja 25

responden (54,35 %) dan hal ini memberi gambaran bahwa sebagian besar

wanita usia produktif yang datang ke poli kebidanan RSUZA Banda Aceh

tidak bekerja.

Pekerjaan adalah kegiatan yang direncanakan, pekerjaan

memerlukan pemikiran yang khusus, yang dilaksanakan tidak hanya

karena pelaksanaan kegiatan itu sendiri menyenangkan, melainkan karena

keinginan yang sungguh-sungguh untuk mencapai suatu hasil. Kegiatan

itu dapat berupa pemakaian tenaga jasmani maupun rohani (Pandji, 1992).

Dalam sebuah penelitian di Inggris, para pakar meneliti 1.200

wanita antara usia 15 dan 54 tahun dan menulis hasilnya di Jurnal

Epidemiologi dan Kesehatan Masyarakat, menunjukkan bahwa ibu rumah

tangga yang memiliki pekerjaan dan dalam pernikahan yang stabil

tergolong wanita tersehat, sementara ibu rumah tangga yang tinggal di

rumah berpeluang lebih besar menderita kegemukan sehingga status

kesehatannya juga rendah (Anonymous, 2007).

Page 56: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

e. Gambaran status perkawinan wanita usia produktif di poli kebidanan

RSUZA Banda Aceh.

Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel 5.5, wanita

usia produktif di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh yang telah menikah

adalah sebanyak 25 responden (54,35%) dan responden yan belum

menikah adalah 21 orang (45,65 %). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah

wanita yang belum menikah lebih besar dari mereka yang menikah.

Perkawinan adalah suatu hubungan hukum sebagai pertalian sah

untuk jangka waktu selama mungkin, antara seorang pria dan seorang

wanita yang telah memenuhi syarat-syarat perkawinan (Ensiklopedi

Nasional Indonesia, 1990).

Status perkawinan dan status kesehatan juga mempunyai

keterkaitan. Wanita yang telah menikah pada umumnya mempunyai angka

kesakitan dan kematian yang lebih rendah dan biasanya mempunyai

kesehatan fisik dan mental yang lebih baik daripada wanita yang tidak

menikah (Burman & Margolin dalam Haijiang Wang, 2005).

f. Gambaran tingkat premenstrual syndrome (PMS)

Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.6

premenstrual syndrome (PMS) sebanyak 17 responden (36,96%) dan non

premenstrual syndrome (PMS) dialami oleh 29 responden (63,04%).

Page 57: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

Sehingga didapat gambaran bahwa premenstrual syndrome (PMS) lebih

sedikit dari non premenstrual syndrome.

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tingkat gejala PMS

yang dialami oleh responden, hal ini dapat dihubungkan dengan pekerjaan

responden. Selain itu, apabila dilihat dari faktor pendidikan responden

juga dapat dihubungkan dengan gejala. Hal ini dapat berpengaruh karena

tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pola fikir dan

pengetahuan seseorang tentang kesehatan, wanita yang berpendidikan

rendah kurang memahami gejala-gejala yang mungkin terjadi sebelum

haid sehingga mereka cenderung mengeluh dengan gejala PMS yang

dirasakan.

6.2. Hasil Analisa Bivariat

a. Hubungan antara umur wanita usia produktif

dengan premenstrual syndrome (PMS) di poli kebidanan RSUZA Banda

Aceh.

Berdasarkan hasil analisa diperoleh nilai x² hitung adalah 2,275

selanjutnya dilakukan pengujian hipotesa dimana x² tabel dengan α =

0,05 dan df = 2 adalah 5,991. Perbandingan antara kedua nilai x²

tersebut diperoleh dari hasil x² hitung 2,275 < x² tabel 5,991. Sehingga

dapat diketahui bahwa hipotesa kerja (Ha) ditolak yang berarti tidak ada

hubungan bermakna antara umur wanita usia produktif dengan

premenstrual syndrome (PMS) di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh.

Page 58: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

Hal ini menunjukkan bahwa umur bukan merupakan faktor yang

sangat mempengaruhi terhadap premenstrual syndrome (PMS),

meskipun dalam teorinya Cornforth (2000), mengatakan bahwa faktor

resiko yang paling berhubungan dengan PMS adalah faktor peningkatan

umur dan sebagian besar wanita yang mencari pengobatan PMS adalah

mereka yang berusia lebih dari 30 tahun.

Oakley (1998), juga mengatakan bahwa tingkat usia seseorang

berpengaruh terhadap respon kesehatan, motivasi dan psikologi serta

depresi, rata-rata orang yang lebih tua akan mengalami lebih banyak

depresi dan tekanan psikologi dibandingkan dengan yang muda. Namun,

pada usia tua gangguan ini lebih cepat pulih dibandingkan dengan usia

muda karena memiliki harapan dan kematangan mental yang lebih baik.

Dari teori diatas peneliti dapat berasumsi bahwa seiring dengan

peningkatan usia, resiko gangguan kesehatan juga semakin tinggi, akan

tetapi pada kejadian PMS tidak terlalu berpengaruh karena pada usia

dewasa telah terjadi kematangan perkembangan emosional, dimana

perkembangan emosional ini akan sangat berpengaruh terhadap respon

serta tindakan seseorang terhadap status kesehatan. Hal tersebut

didukung oleh teori yang dikatakan oleh Freeman (2007), dimana

banyak wanita melaporkan mengalami gejala-gejala PMS lebih awal

dan ada fakta yang mengungkapkan bahwa sebagian remaja mengalami

Page 59: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

gejala-gelaja yang sama dan kekuatan PMS yang sama sebagaimana

yang dialami oleh wanita yang lebih tua.

Jadi, terdapat perbedaan antara teori dan hasil penelitian, yaitu

faktor umur tidak berhubungan dengan PMS, hal ini juga mungkin

disebabkan karena wanita pada usia remaja yang baru mengalami

menstruasi masih terfokus pada gejala-gejala yang mereka alami

sebelum menstruasi, sementara pada usia dewasa tidak terlalu

dihiraukan karena fikiran mereka telah terpecah kepada hal-hal lainnya

dan pada usia remaja biasanya wanita belum dapat menggunakan

mekanisme koping yang baik untuk mengatasi stres yang memperberat

gejala-gejala PMS tersebut.

b. Hubungan antara pendidikan wanita usia

produktif dengan premenstrual syndrome (PMS) di poli kebidanan

RSUZA Banda Aceh.

Berdasarkan hasil analisa diperoleh nilai x² hitung adalah

1,552 selanjutnya dilakukan pengujian hipotesa dimana x² tabel dengan

α = 0,05 dan df = 2 adalah 5,991. Perbandingan antara kedua nilai x²

tersebut  diperoleh dari hasil x² hitung 1,552 < x² tabel 5,991. Sehingga

dapat  diketahui bahwa hipotesa kerja (Ha) ditolak yang berarti tidak ada

hubungan bermakna antara pendidikan wanita usia produktif dengan

premenstrual syndrome (PMS) di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh.

Page 60: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan bukan merupakan faktor

yang berpengaruh terhadap PMS, meskipun dalam teorinya Suryono

(1998), mengatakan bahwa latar belakang pendidikan dan pengalaman

mempengaruhi seseorang dalam berfikir dan bertindak. Semakin tinggi

tingkat pendidikan dan pengalaman maka semakin tinggi pula motivasi

untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan karena telah memiliki

pengetahuan dan wawasan yang lebih.

Hal ini menunjukkan bahwa pada PMS faktor pendidikan tidak

mempunyai pengaruh yang berarti, disebabkan karena penelitian yang

dilakukan mengambil kategori pendidikan dalam bentuk formalitas,

dimana tidak semua pendidikan dilembaga formal mengajarkan tentang

kesehatan, sehingga peneliti berasumsi bahwa orang yang berpendidikan

tinggi belum tentu mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang

kesehatan dan bagaimana gaya hidup yang sehat serta cara menjaga

kesehatan yang optimal, khususnya tentang cara-cara pencegahan PMS.

c. Hubungan antara pendapatan wanita usia

produktif dengan premenstrual syndrome (PMS) di poli kebidanan

RSUZA Banda Aceh.

Berdasarkan hasil analisa diperoleh nilai x² hitung adalah 0,720

selanjutnya dilakukan pengujian hipotesa dimana x² tabel dengan α =

0,05 dan df = 2 adalah 5,991. Perbandingan antara kedua nilai x²

tersebut  diperoleh dari hasil x² hitung 0,720 < x² tabel 5,991. Sehingga

Page 61: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

dapat  diketahui bahwa hipotesa kerja (Ha) ditolak yang berarti tidak ada

hubungan bermakna antara pendapatan wanita usia produktif dengan

premenstrual syndrome (PMS) di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh.

Seseorang yang berasal dari keluarga dengan penghasilan tinggi

cenderung lebih mudah dalam memperoleh pelayanan dan informasi

tentang kesehatan dibandingkan dengan orang yang berasal dari

keluarga dengan penghasilan rendah (Azwar, 1996).

Teori lain juga menyebutkan bahwa kemiskinan dan kesehatan

mempunyai hubungan yang berarti. Pendapatan wanita yang sedikit

membuat status kesehatan rendah dan mempunyai kesulitan yang lebih

besar untuk mengakses pelayanan kesehatan dibandingkan dengan

wanita yang berpendapatan tinggi (Youngkin & Davis, 1998).

Meskipun pendapatan keluarga yang tinggi memungkinkan

untuk dapat terpenuhinya kebutuhan gizi dan yang dapat menunjang

tercapainya kesehatan yang optimal. Namun, seiring dengan bertambah

tingginya harga kebutuhan hidup sehari-hari tidak menutup

kemungkinan keluarga yang mempunyai pendapatan yang tinggi juga

akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka dan hal ini akan

semakin sulit apabila jumlah anggota keluarga banyak, sehingga wanita

dari keluarga yang berpenghasilan tinggi juga mempunyai

kecenderungan untuk mengalami PMS. Selain itu, apabila dihubungkan

degan segi pendidikan dapat dilihat bahwa 2/3 dari responden yang

Page 62: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

berpendapatan tinggi tetapi mempunyai tingkat pendidikan yang rendah.

Dimana hal ini juga dapat mengakibatkan kurangnya pengetahuan dan

kesadaran responden terhadap kesehatan pribadi, khususnya PMS.

Jadi secara umum dapat disimpulkan bahwa faktor pendapatan

keluarga tidak berpengaruh terhadap premenstrual syndrome (PMS) di

poli kebidanan RSUZA Banda Aceh.

d. Hubungan antara pekerjaan wanita usia

produktif dengan premenstrual syndrome (PMS) di poli kebidanan

RSUZA Banda Aceh.

Berdasarkan hasil analisa diperoleh nilai x² hitung adalah 0,217

selanjutnya dilakukan pengujian hipotesa dimana x² tabel dengan α =

0,05 dan df = 2 adalah 5,991. Perbandingan antara kedua nilai x²

tersebut  diperoleh dari hasil x² hitung 0,217 < x² tabel 5,991. Sehingga

dapat  diketahui bahwa hipotesa kerja (Ha) ditolak yang berarti tidak ada

hubungan bermakna antara pekerjaan wanita usia produktif dengan

premenstrual syndrome (PMS) di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh.

Pekerjaan adalah kegiatan yang direncanakan. Jadi pekerjaan itu

memerlukan pemikiran yang khusus, yang dilaksanakan tidak hanya

karena pelaksanaan kegiatan itu sendiri. Bagi perempuan, bekerja

merupakan salah satu cara untuk menunjukkan eksistensi di ditengah

masyarakat (Pandji, 1992).

Page 63: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

Pembagian kerja bahwa kerja domestik (rumah tangga) adalah

tanggung jawab perempuan, sementara keja diruang publik (kerja diluar

rumah tangga) adalah tugas laki-laki masih menjadi norma yang umum.

Meskipun sebagian besar perempuan juga ikut melakukan kerja diluar

urusan rumah tangga untuk menambah penghasilan keluarga, akan tetapi

perempuan tetap menanggung semua kerja domestik (Fadilah, 2004).

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 2000 wanita

Inggris oleh Dr Anne McMunn dari University College London,

menemukan hasil bahwa mereka yang memiliki sejumlah peran, seperti

sebagai wanita karir dan ibu rumah tangga, atau menjadi single parent

sambil bekerja cenderung memiliki kondisi kesehatan yang jauh lebih

baik dibanding mereka yang melulu hanya sebagai ibu rumah tangga

(Anonymous, 2008).

Perempuan yang menjadi ibu rumah tangga seumur hidupnya

dan tidak pernah memiliki karir, cenderung mengatakan kesehatan

mereka buruk. Ibu rumah tangga diketahui cenderung lebih mudah

mengalami kenaikan berat badan dan kecepatan obesitas yang paling

tinggi yaitu 38%, sedangkan wanita yang bekerja sekaligus berperan

sebagai istri maupun ibu rumah tangga ternyata memiliki tingkat

obesitas yang paling rendah. Dalam penelitian Deuster (1999), berat

badan juga berpengaruh terhadap PMS dimana wanita yang mempunyai

Indeks Massa Tubuh (IMT) diatas 27 megalami gejala PMS yang lebih

Page 64: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

berat (12%) daripada wanita yang memiliki IMT dibawah 27 yaitu

5,9%. Teori lain juga menyebutkan bahwa menjadi wanita karier

sekaligus ibu rumah tangga ternyata memiliki tingkat stres yang rendah

dibandingkan wanita yang tidak bekerja (Anonimous, 2008).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa wanita yang tidak bekerja

atau tidak bekerja tidak berpengaruh terhadap terjadinya PMS. Adanya

PMS ga selain disebabkan oleh faktor IMT, kemungkinan juga

disebabkan oleh keadaan psikologis dimana wanita yang bekerja

cenderung memiliki kepuasan tersendiri dan perasaan yang lebih tenang

karena mereka bisa menunjjukkan eksistensi ditengah masyarakat,

sedangkan wanita yang hanya berperan sebagai ibu rumah tangga sering

mengalami stres yang diakibatkan oleh kejenuhan mereka terhadap

aktivitas yang monoton.

e. Hubungan antara status perkawinan wanita

usia produktif dengan premenstrual syndrome (PMS) di poli kebidanan

RSUZA Banda Aceh.

Berdasarkan hasil analisa diperoleh nilai x² hitung adalah 2,116

selanjutnya dilakukan pengujian hipotesa dimana x² tabel dengan α =

0,05 dan df = 2 adalah 5,991. Perbandingan antara kedua nilai x²

tersebut  diperoleh dari hasil x² hitung 2,116 < x² tabel 5,991. Sehingga

dapat  diketahui bahwa hipotesa kerja (Ha) ditolak yang berarti tidak ada

hubungan bermakna antara status perkawinan wanita usia produktif

Page 65: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

dengan premenstrual syndrome (PMS) di poli kebidanan RSUZA Banda

Aceh.

Sebuah penelitian menemukan fakta bahwa mereka yang telah

menikah cenderung mempunyai resiko yang lebih kecil untuk

mengalami PMS (Deuster, 1999). Sedangkan penelitian Julianne Holt-

Lunstad dari Young University Amerika Serikat (AS) mengungkap,

bahwa pernikahan yang harmonis berperan besar dalam menjaga

kesehatan seseorang (Nurfahmi, 2008).

Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh status

perkawinan terhadap premenstrual syndrome (PMS). Meskipun dalam

teori disebutkan bahwa status perkawinan dan status kesehatan juga

mempunyai keterkaitan, namun hal itu nampaknya tidak terlalu

berpengaruh terhadap premenstrual syndrome (PMS), disebabkan karena

terdapat banyak faktor lain yang mempengaruhi keharmonisan

pernikahan. Dimana wanita yang menikah juga rentan mengalami stres

berkaitan rumah tangga seperti merasa tertekan hidup bersama mertua,

hidup diikuti saudara, finansial yang kurang, tidak memiliki keturunan

dan tindak kekerasan dari suami.

Page 66: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan pada BAB V

dan VII maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dalam kategori berumur

dewasa awal yaitu sebanyak 22 orang (47,83 %), pendidikan responden

sebagian besar adalah perguruan tinggi/sederajat (tinggi) sebanyak 24 orang

(52,17%), pendapatan responden dalam kategori rendah sebanyak 29 orang

(63,04 %), tidak bekerja yaitu sebanyak 25 orang (54,35%) dan responden

dalam kategori kawin yaitu 25 orang (54,35%).

2. Premenstrual Syndrome (PMS) terdapat pada sebanyak 17 orang (36,96%)

dan nonpremenstrual syndrome terdapat pada 29 orang (63,04%).

3. Dari hasil uji statistik yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

umur wanita usia produktif dengan Premenstrual Syndrome (PMS) diperoleh

hasil x² hitung (2,275) < x² tabel (5,991). Sehingga dapat diketahui bahwa

hipotesa kerja (Ha) ditolak yang berarti tidak ada hubungan bermakna antara

umur wanita usia produktif dengan Premenstrual Syndrome (PMS) di poli

kebidanan RSUZA Banda Aceh.

Page 67: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

4. Dari hasil uji statistik yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

pendidikan wanita usia produktif dengan Premenstrual Syndrome (PMS)

diperoleh hasil x² hitung (1,552) < x² tabel (5,991). Sehingga dapat diketahui

bahwa hipotesa kerja (Ha) ditolak yang berarti tidak ada hubungan bermakna

antara pendidikan wanita usia produktif dengan Premenstrual Syndrome

(PMS) di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh.

5. Dari hasil uji statistik yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

pendapatan wanita usia produktif dengan Premenstrual Syndrome (PMS)

diperoleh hasil x² hitung (0,720) < x² tabel (5,991). Sehingga dapat diketahui

bahwa hipotesa kerja (Ha) ditolak yang berarti tidak ada hubungan bermakna

antara pendapatan wanita usia produktif dengan Premenstrual Syndrome

(PMS) di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh.

6. Dari hasil uji statistik yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

pekerjaan wanita usia produktif dengan Premenstrual Syndrome (PMS)

diperoleh hasil x² hitung (0,217) < x² tabel (5,991). Sehingga dapat diketahui

bahwa hipotesa kerja (Ha) ditolak yang berarti tidak ada hubungan bermakna

antara pekerjaan wanita usia produktif dengan Premenstrual Syndrome (PMS)

di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh.

7. Dari hasil uji statistik yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

status perkawinan wanita usia produktif dengan Premenstrual Syndrome

(PMS) diperoleh hasil x² hitung (2,116) < x² tabel (5,991). Sehingga dapat

diketahui bahwa hipotesa kerja (Ha) ditolak yang berarti tidak ada hubungan

Page 68: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

bermakna antara status perkawinan wanita usia produktif dengan

Premenstrual Syndrome (PMS) di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh.

7.2 Saran

1. Bagi Institusi pendidikan terutama Program Studi pendidikan dokter agar

dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa

khususnya tentang pencegahan dan penaggulangan Premenstrual Syndrome

(PMS) melalui perkuliahan dan praktik keperawatan maternitas.

2. Bagi profesi dokter agar dapat memberikan informasi yang benar dan lengkap

tentang Premenstrual Syndrome (PMS).

3. Bagi wanita khususnya yang mempunyai resiko untuk mengalami

Premenstrual Syndrome (PMS) agar dapat mencari informasi yang selengkap-

lengkapnya tentang cara pencegahan dan penanggulangan Premenstrual

Syndrome (PMS) dari tenaga kesehatan atau institusi pelayanan kesehatan.

4. Bagi calon peneliti lain yang ingin melakukan penelitian tentang

Premenstrual Syndrome (PMS) agar dapat meninjau pengetahuan wanita usia

produktif tentang Premenstrual Syndrome (PMS) dan diharapkan adanya

tindak lanjut dari hasil penelitian tersebut.

Page 69: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. (2007). Risk Factor Of PMS, http://www.healthscout.com.diperoleh tanggal 1 Desember 2007.

Anonymous. (2008). Wanita Karir Jauh Lebih Sehat? http://www.jawaban.com/detail.asp? Diperoleh tanggal 18 April 2008.

Anonymous. (2008). Ibu Pekerja, Kunci Sukses Hilangkan Stres, http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/berita-utama-sore/ibu-pekerja-kunci-sukses hilangkan.html, diperoleh tanggal 18 April 2008.

Arikunto S. (1998). Manajemen Penelitian, Jakarta : PT Rineka Cipta.

Azwar A. (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, Jakarta: Binarupa Aksara.

Baziad, A. (2005). Sindroma Prahaid,http://www.Kompas.com/kesehatan/news/, diperoleh tanggal 3 Agustus 2007.

BKKBN. (1996). Pedoman Penggunaan Alat Ukur Lingkar Lengan Atas (LILA) Pada Wanita Usia Subur (WUS), Kantor Menteri Negara Kependudukan , Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Departemen Kesehatan dan Tim Penggerak PKK Pusat.

Bobak, M & Irene et., al. (2004). Keperawatan Maternitas, Edisi 4, Jakarta: EGC.

BPS. (2006). Statistik Kesehatan, Jakarta: BPS.

Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta: EGC.

Burns, A. (2000). Pemberdayaan Wanita Dalam Bidang Kesehatan, Jakarta:Yayasan Essentia Medika.

Burn. (1999). Metodelogi Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta.

Chandra, B. (2002). Pengantar Statistik Kesehatan, Jakarta: EGC.

Cornforth, T. (2007) What Risk Factors are Associated with PMS?, http://www.Women’s health.about.com. diperoleh tanggal 1 Desember 2007.

Page 70: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

Dalton, K. (1984). The Premenstrual Syndrome and Progesterone Therapy,2nd

edition, William Heinermann Medical Books Ltd.

Depkes RI. (1996). Keluarga Berencana, Jakarta.

Deuster et., al. (1999). Biological, Social and Behavioral Factors Associated with Premenstrual Syndrome, http://www.archfammed.com. diperoleh tanggal 20 Juni 2007.

Ensiklopedi Nasional Indonesia. (1990), Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka.

Essel, E, K. (2007). Pms Is it Real?, http://www2.gsu.edu/. Diperoleh tanggal 1 Desember 2007.

Fadilah, S. (2004). Peran Ibu Untuk Pembangunan, http://www. Situs. Kesrepro.Info.co.id. Diperoleh tanggal 2 Desember 2007.

Freemen, E, W. (2007). Epidemiology and Etiology Of Premenstrual Syndromes, http://www.medscape.com. Diperoleh tanggal 1 desember 2007.

Ganong, W.F. (1983). Fisiologi, Edisi 10, Jakarta: EGC.

Greenspan S. F & Baxter D. J. (1998). Endroklinologi Dasar dan Klinik, Edisi IV, Jakarta: EGC.

Green, L. (1990). Health Education Planning Approach, 1st Edition, California: Meryland Publishing Company.

Hamilton. (1995). Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, Jakarta: EGC.

Hacker & Moore. (2001). Essensial Obstetri dan Ginekologi, edidi 2, Jakarta: Hipokrates.

Haijiang, W. (2005). Marital Status, http://paa 2005.princeton.edu/download. Diperoleh tanggal 14 september 2007.

Health Media Nutrition Series. (1996). Wanita & Nutrisi, Jakarta: PT Bumi Aksara

Jacoeb T.Z., Baziad, A. (1994). Anovulasi : Patofisiologi dan Penanganannya, Edisi 2, Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Kamars, H.M.D (1998). Sistem Pendidikan, Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Page 71: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

Karyadi, E. (1999). Menangkal Rasa Sakit Menjelang Haid, http://www.indomedia.com/intisari/1999/mei/haid. diperoleh tanggal 1 Juli 2007.

Llewellyn, J. D. (2005). Setiap Wanita, Jakarta: Delapratasa Publishing.

Mochtar, R. (1989). Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, edisi 2, Jakarta.

Muhiman, M, dkk. (1996). Penanggulangan Nyeri Pada Persalinan, Jakarta: Universitas Indonesia.

Mulyono dkk. (2001). Stres Psikososial Pada Wanita Pekerja Status Kawin Di PT Tulus Trituggal Gresik, http://www.jurnal.unair.ac.id/login.jurnal/. diperoleh tanggal 14 September 2007.

Notoatmodjo. (1997). Ilmu kesehatan Masyarakat: Prinsip-prinsip Dasar, edisi pertama, Jakarta: PT Rineka Cipta.

___________ (2002), Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nurfahmi. (2008). Pernikahan Harmonis Tingkatkan   Kesehatan , http://nurfahmi.wordpress.com/2008/03/23/pernikahan-harmonis-tingkatkan-kesehatan/, diperoleh tanggal 18 April 2008.

Oakley L.D. (1998). Social Cultural Context of Phsyciatric Nursing, sixth edition, Philadelphia: Mosby Year Book Inc.

Pandji. (1992). Psikologi Kerja, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Prawirohardjo. (2005). Ilmu Kebidanan, Jakarta: EGC.

Potter, P.A & Perry, A.G. (1997), Fundamental Of Nursing, Concept, Process and Practice, 1st Edition, New York : Lippincott.

Rayburn, W.F & Carey, C. (2001). Obstetri dan Ginekologi, Jakarta: Widya Medika.

Sekneg R.I .(2003). Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistim pendidikan Nasional, Jakarta.

Scott et. al. (2002). Buku Saku Obstetri dan Ginekologi, Jakarta: Widya Medika.

Shreeve, C. 1983. Sindrom Pramenstruasi, Jakarta : Arcan.

Page 72: Proposal penelitian - dr.Razi Web viewMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini

Suryono (1998). Motivasi dan Pengaruhnya, Jakarta: Arcan.

Syahrum M.H, Kamaludin, T. (1994). Reproduksi dan Embriologi : Dari Satu Sel Menjadi Organisme, Jakarta: FKUI.

Whalley & Wong’s. (1999). Nursing Care Of Infant and Children, 6th edition, Mosby Company, Philadelphia.

Widayatun, T. R. (1999). Ilmu Perilaku, Jakarta : Sagung Seto.

Youngkin, E.Q & Davis, M.Z. (1998). Women’s Health; A Primary Care Clinical Guide, Second Edition, Stanford : Appleton & Lange.