Proposal ORIO

45
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetik menjadi suatu kebutuhan penting dalam kehidupan sehari-hari dan digunakan terus menerus sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan pasar. Kosmetik memberikan perlindungan tubuh bagian luar dan membuat seseorang tambah percya diri. Tujuan penggunaan kosmetik adalah membuat masyarakat menjadi lebih cantik, menambah kepercayaan diri dan menambah ketenangan, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi udara dan faktor-faktor lingkungan lain (Mitsui,1997). Menurut peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor HK.03.1.23.12.10.11983 tahun 2010 Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia

description

KOSMETIK

Transcript of Proposal ORIO

Page 1: Proposal ORIO

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kosmetik menjadi suatu kebutuhan penting dalam kehidupan sehari-hari

dan digunakan terus menerus sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan

penduduk dan kebutuhan pasar. Kosmetik memberikan perlindungan tubuh

bagian luar dan membuat seseorang tambah percya diri. Tujuan penggunaan

kosmetik adalah membuat masyarakat menjadi lebih cantik, menambah

kepercayaan diri dan menambah ketenangan, melindungi kulit dan rambut dari

kerusakan sinar UV, polusi udara dan faktor-faktor lingkungan lain

(Mitsui,1997).

Menurut peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia nomor HK.03.1.23.12.10.11983 tahun 2010 Kosmetika adalah

bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian

luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital

bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk

membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan/atau memperbaiki

bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik

(Anonim, 2010).

Seiring dengan perkembangan jaman, masyarakat menjadi lebih modern

dan semakin berkembang, sehingga penggunaan kosmetik juga semakin

berkembang. Kosmetik bukan hanya digunakan pada wajah tetapi juga pada

Page 2: Proposal ORIO

rambut. Salah satu sediaan perawatan rambut yaitu sampo, sampo merupakan

sediaan kosmetik yang digunakan sebagai pembersih rambut dan kulit kepala

dari segala kotoran diantaranya minyak, debu, sel-sel yang sudah mati dan

sebagainya (Tranggono dan Latifah, 2007).

Pencemaran mikroba terjadi salah satunya adalah pencemaran jamur.

Pencemaran jamur ini menjadi indikasi yang penting karena kosmetik

digunakan terus menerus dan dalam jangka waktu yang relatif lama. Selain

itu, Indonesia yang memiliki iklim tropis dengan kelembaban yang tinggi

sehingga memungkinkan jamur ataupun mikroorganisme lain dapat tumbuh

dan berkembang biak. Adanya mikroba tersebut dalam kosmetik tidak

dikehendaki, karena dapat menyebabkan terjadi perubahan-perubahan

karakter, atau terjadi perubahan komposisi bahan yang digunakan. Selain itu

juga dari jenis mikroba patogen dapat menyebabkan penyakit infeksi pada

konsumen. Apabila ditinjau dari pengaruhnya terhadap sediaan stabilitas

kosmetik, maka kontaminasi mikroorganisme dapat menurunkan kualitas

sediaan kosmetik tersebut atau terjadi perubahan rasa, warna, bau spesifik,

bercak-bercak miselium, kekeruhan warna, perubahan pH, dan lain-lain.

Walaupun telah mencoba untuk berhati-hati dalam memilih kosmetik yang

akan dipakai, namun pemicu tumbuhnya jamur khususnya kapang dan khamir

tidak hanya disebabkan oleh bahan pembuat kosmetik yang tidak sesuai,

namun dapat juga dikarenakan oleh kosmetik yang kita gunakan telah lama

terbuka atau jarang digunakan sehingga kita tidak sadar bahwa kosmetik yang

kita gunakan lagi telah ditumbuhi mikroorganisme, sehingga dapat

Page 3: Proposal ORIO

menyebabkan perubahan-perubahan dalam karakter aktifitas dan jika

mikroorganisme tersebut patogen dapat menyebabkan terjadinya infeksi yang

dapat membahayakan konsumen.

Menurut Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

Nomor HK.03.1.23.07.11.6662 tahun 2011 tentang persyaratan cemaran

mikroba dan logam berat dalam kosmetika angka kapang dan khamir untuk

sediaan kosmetik selain anak dibawah 3 (tiga) tahun, area sekitar mata dan

membran mukosa tidak lebih dari 103 koloni/g atau koloni/mL (Anonim,

2011).

Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kapang

kapang dan khamir pada sediaan kosmetik shampoo yang ada di kota

Bengkulu selama satu bulan pemakaian karena kebanyakan orang

menggunakan shampoo, terutama bagi wanita untuk menjaga kelembapan

kulit dan seringkali kita membeli lotion dalam kemasan besar sehingga dapat

dipakai dalam waktu yang cukup lama bisa jadi ini salah satu penyebab

tumbuhnya kapang dan khamir pada shampoo yang kita gunakan sehari-hari.

1.2 Batasan Masalah

a. Uji angka kapang dan khamir pada 3 sediaan kosmetik shampoo (A, B, C)

yang ada di kota Bengkulu

b. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali selama 1 bulan yaitu pada hari

pertama, hari ke 15 dan hari ke 30

c. Metode yang digunakan ialah metode cawan sebar atau spread plate

Page 4: Proposal ORIO

d. Mikroorganisme yang digunakan ialah jenis jamur kapang dan khamir

1.3 Rumusan masalah

a. Apakah terdapat pertumbuhan kapang dan khamir pada sediaan kosmetik

shampoo?

b. Berapa angka kapang dan khamir pada sampel shampoo yang digunakan

selama 30 hari?

1.4 Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui adanya pertumbuhan kapang dan khamir pada shampoo

b. Untuk mengetahui jumlah angka kapang dan khamir pada satu bulan

pemakaian

1.5 Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini dapat diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :

1.5.1 Bagi Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan

pengembangan studi dibidang pengetahun kefarmasian.

1.5.2 Bagi Peneliti Lanjutan

Penelitian ini diharapkan dapat membantu sebagai referensi bagi

peneliti yang ingin meneliti kapang dan khamir terutama pada sedian

kosmetik shampoo.

Page 5: Proposal ORIO

1.5.3 Bagi Institusi / Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan

informasi bagi masyarakat agar lebih cermat dan lebih peduli lagi

terhadap sediaan kosmetik yang digunakan agar terhindar dari

tumbuhnya kapang dan khamir

Page 6: Proposal ORIO

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN TEORI

2.1.1 Kosmetik

Kosmetik berasal dari bahasa Yunani “kosmetikos” yang berarti

keterampilan menghias, mengatur. Definisi kosmetik dalam Peraturan

Menteri Kesehatan RI no. 445/MenKes/Permenkes/1998 Kosmetik adalah

sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar

badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi

dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah

penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki

bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan

suatu penyakit (Tranggono dan Latifah, 2007).

Menurut badan pengawasan obat dan makanan (BPOM) dalam peraturan

perundang-undangan di bidang kosmetik pasal 1 No:HK.00.05.4.1745,

kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan

pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ

genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk

membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan,dan atau memperbaiki

bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik

(Anonim, 2010).

Page 7: Proposal ORIO

a.Peraturan-peraturan mengenai kosmetik, yaitu :

1. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia Nomor 17 tahun 2014 tentang perubahan atas peraturan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor

HK.03.1.23.07.11.6662 tahun 2011 tentang persyaratan cemaran

mikroba dan logam berat dalam kosmetika.

2. Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.00.06.4.02894

tentang persyaratan cemaran mikroba pada kosmetika.

3. Surat Keputusan Kepala Badan POM RI Nomor: HK.00.05.4.1745

tentang Kosmetik.

4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 220/Men.Kes/Per/IX/76

tentang produksi dan peredaran kosmetik dan alat kesehatan

5. Penggolongan kosmetik berdasarkan keputusan Deputi Bidang

Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen

Nomor: Po.01.04.42.4082 tentang pedoman tata cara pendaftaran dan

penilaian kosmetik

6. Peraturan Kepala Badan Pengawas obat dan Makanan Republik

Indonesia nomor HK.03.1.23.12.10.12459 tahun 2010 tentang

persyaratan teknis kosmetika

7. Keputusan Direkturat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Nomor: HK.03.05/v/443.3.1/2011 tentang pedoman pelaksanaan

pelayanan izin produksi kosmetika

Page 8: Proposal ORIO

8. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia Nomor HK.03.1.23.08.11.07331 tahun 2011 tentang metode

analisis kosmetika

9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 63 tahun

2013 tentang izin produksi kosmetika

b. penggolongan kosmetik antara lain:

1.Menurut PerMenKes RI, kosmetik dibagi ke dalam 13 kelompok:

a) Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dll

b) Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule, dll

c) Preparat untuk mata, misalnya mascara, eye-shadow, dll

d) Preparat wangi-wangian,misalnya parfum,toilet water, dll.

e) Preparat untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dll.

f) Preparat pewarna rambut,misalnya cat rambut, dll.

g) Preparat make up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstick, dll.

h) Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth

washes, dll

i) Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dll

j) Preparat kuku, misalnya cat kuku, losion kuku, dll

k) Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab,

pelindung, dll (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.Penggolongan menurut sifat dan cara pembuatan

a) Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara

modern (termasuk antaranya adalah cosmedics)

Page 9: Proposal ORIO

b) Kosmetik tradisional:

1) Betul-betul tradisional, misalnya mangir, lulur, yang dibuat

dari bahan alam dan diolah menurut resep dan cara yang

turun temurun.

2) Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan

pengawet agar tahan lama.

3) Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang

benar-benar tradisional dan diberi zat warna yang

menyerupai bahan tradisional (Tranggono&Latifah, 2007).

3.Penggolongan menurut kegunaannya bagi kulit

a) Kosmetik perawatan kulit (Skin care cosmetics)

Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan

kulit. Termasuk didalamnya:

1) Kosmetik untuk melembabkan kulit (mousturizer)

2) Kosmetik pelindung kulit

3) Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit

(peeling)

4) Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser)

4.kosmetik dekoratif (kosmetik riasan)

Kekhasan kosmetik dekoratif adalah bahwa kosmetik ini bertujuan

untuk mengubah penampilan, yaitu agar tampak lebih cantik dan noda –

noda atau kelainan pada kulit tertutupi. Kosmetik tidak menambah

kesehatan kulit. Pemakaian kosmetik dekoratif lebih untuk alasan

Page 10: Proposal ORIO

psikologis seperti percaya diri (self confidence) dari pada kesehatan

kulit.(Tranggono dan Latifa, 2007)

c. Faktor yang mempengaruhi hasil pemakaian kosmetik terhadap kulit, baik

yang akan memberikan hasil positif yang menguntungkan kulit, atau hasil

negatif yang merugikan kulit. Keempat faktor itu adalah :

1.Faktor manusia

Kurangnya pengetahuan akan seluk beluk kulit dan seluk beluk

kosmetik yang dapat menimbulkan kesalahan dalam pemakaian

kosmetik dan orang-orang tertentu berkulit sensitif sehingga kosmetik

yang bagi orang lain tidak berpengaruh apa-apa, baginya dapat

menimbulkan iritasi dll.(Tranggono dan Latifah, 2007)

2.Faktor kosmetik

a) Bahan baku tidak berkulitas tinggi, iritan, alergik, aknergik, toksik,

dan photosensiter

b) Formulasi tidak sesuai dengan jenis kulit dan keadaan lingkungan

c) Prosedur pembuatan tidak canggih dan higienis (Tranggono dan

Latifah, 2007)

3.Faktor lingkungan

Di Negara tropis seperti Indonesia, matahari yang bersinar terik praktis

sepanjang hari sepanjang tahun menyebabkan kulit lebih berkeringat

dan berminyak karena itu, jika kosmetik pelembab (moisturizer) yang

lengket berminyak untuk kulit orang Eropa yang kering di iklim dingin

Page 11: Proposal ORIO

digunakan oleh orang Asia, kosmetik ini dapat merangsang terjadinya

jerawat. (Tranggono dan Latifah, 2007)

4.Interaksi ketiga faktor tersebut

d. Jenis-jenis reaksi negaif pada kulit:

Ada berbagai reaksi negatif yang disebabkan oleh kosmetik yang tidak

aman, baik pada kulit maupun pada sistem tubuh, antara lain :

1. Iritasi: reaksi langsung yang timbul pada pemakaian pertama

kosmetikkarena satu atau lebih bahan yang di kandungnya bersifat

iritan.

2. Alergi: reaksi negatif pada kulit yang muncul setelah kosmetik dipakai

beberapakali, kadang-kadang bertahun-tahun kareba kosmetik tersebut

mengandung bahan yang bersifat alergi bagi seseorang mungkin tidak

bagi yang lain

3. Fotosensitisasi: reaksi negatif yang muncul setelah kulit yang ditempeli

kosmetik terkena sinar matahari, karena zat yang di kandung oleh

kosmetik bersifat potosensitizer

4. Jerawat: beberapa kosmetik pelembab kulit yang sangat berminyak dan

lengket pada kulit, seperti yang diperuntukan bagi kulit kering di iklim

dingin, dapat menimbulkan jerawat bila digunakan pada kulit yang

berminyak karena kosmteik tersebut cendrung menyumbat pori-pori

kulit bersama kotoran dan bakteri

Page 12: Proposal ORIO

5. Intoksikasi: keracunan dapat terjadi secara lokal atau sistemik melalui

penghirupan lewat mulut dan hidung, atau lewat penyerapan kulit

karena zat tersebut bersifat toksik.

6. Penyumbata fisik: penyumbatan oleh bahan-bahan berminyak dan

lengket yang ada didalam kosmetik tertentu, seperti pelembab atau

bedak terhadap pori-pori pada kulit atau pori-pori kecil pada bagian

tubuh lainya. (Tranggono dan Latifa, 2007)

2.1.2 Shampoo

Shampo adalah salah satu kosmetik pembersih rambut dan kulit

kepala dari segala macam kotoran, baik yang brupa minyak, debu, sel – sel

yang sudah mati, anti ketombe dan sebagai nya (Tranggono dan Latifah,

2007).

Shampo banyak dikenal sebagai pembersih badan dipakai untuk

membersihkan dari kotoran yng melekat, keringat yang terlepas dengan

sabun, tetapi rambut akan tampak kusam, kasar dan kering sehingga sukar

ditata atau di sisir. Oleh karena itu dibutukan pembersih lain bagi rambut

yang tidak hanya membersihkan tetapi sekaligus membuat rambut menjadi

indah (wsitaatmadja, 1997).

Ketombe adalah gangguan yang dialami dengan mengelupasnya kulit

mati secara berlebihan di kulit kepala yang disertai dengan gejala

peradangan dan gatal-gatal. Gangguan ketombe ini sering dialami oleh

wanita yang tinggal di daerah tropis. Ketombe ini disebabkan oleh sekresi

kelenjar keringat yang berlebihan atau dikarenakan adanya

Page 13: Proposal ORIO

mikroorganisme yang berada di kulit kepala yang menyebabkan suatu

metabolit yang menginduksi timbulnya ketombe (Plewig and Jansen,

2008).

2.1.3 Mikroorganisme

Mikrobiologi merupakan ilmu tentang mikroorganisme yang

mencakup bermacam-macam kelompok organisme mikroskopik yang

terdapat sebagai sel tunggal maupun kelompok sel. Mikroorganisme

(disebut juga mikroba, mikrobia atau jasad renik) adalah jasad hidup yang

mempunyai ukuran sangat kecil, tanpa bantuan alat perbasaran seperti

mikroskop tidak dapat dilihat dan diamati bentuknya secara baik.

Mikroorganisme ini umumnya dapat hidup bebas di berbagai habitat secara

cosmopolitan, dan dapat hidup sebagai bagian dari organisme

multiseluler(sebagai parasit).

Menurut Knight dan Kotschevar (2000:289) pengertian

mikroorganisme adalah organisme hidup yang sangat kecil, yang tidak dapat

dilihat tanpa menggunakan mikroskop. Untuk menghindari berkembangnya

mikroorgaisme dalam lingkungan kerja, seorang karyawan harus tahu

bagaimana sebuah mikroorganisme itu hidup, tumbuh, dan berkembang

menjadi banyak dan bagaimana mikroorganisme ini bertransformasi.

Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup

merupakan suatu hal yang penting untuk diketahui. Pengetahuan tentang

faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba sangat penting didalam

pengendalian mikroba. (Hajoeningtijas, 2012)

Page 14: Proposal ORIO

Berikut ini faktor-faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan

mikroba:

a. Suplai nutrisi

Mikroba sama dengan makhluk hidup lainya, memerlukan suplai nutrisi

sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar

tersebut adalah : karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfot, zat

besi dan sejumlah kecil logam lainya. Ketiadaan atau kekurangan

sumber-sumber nutrisi ini dapat memepengaruhi pertumbuhan mikroba

hingga pada akhirmya dapat menyebabkan kematian. Kondisi tidak

bersih dan higienis pada lingkungan adalah kondisi yang menyediakan

sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat

tumbuh berkembang di lingkungan seperti ini. Oleh karena itu, prinsip

dari pada menciptakan lingkungan bersih dan higienis adalah untuk

meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhanya

terkendali. (Hajoeningtijas, 2012)

b. Suhu atau tempratur

Suhu merupakan salah satu faktor penting didalam pertumbuhan

mikrooganisme.

Suhu dapat mempengaruhi mikroba dalam dua cara yang berlawanan:

1. Apabila suhu naik maka kecepatan metabolisme naik dan

pertumbuhan dipercepat, sebaliknya apabila suhu turun maka

kecepatan metabolisme akan menurun dan pertumbuhan

diperlambat.

Page 15: Proposal ORIO

2. Apabila suhu naik dan turun secara drastis, tingkat pertumbuhan

akan terhenti, komponen sel menjadi tidak aktif dan rusak sehingga

sel-sel menjadi mati.

Berdasarkan hal diatas maka suhu berkaitan dengan pertumbuhan

mikroorganisme digolongkan menjadi tiga, yaitu :

1. Suhu minimum yaitu suhu yang apabila berada dibawahnya maka

pertumbuhanya terhenti

2. Suhu optimum yaitu suhu dimana pertumbuhan berlangsung paling

cepat dan optimum ( disebut juga suhu inkubasi)

3. Suhu maksimum yaitu suhu yang apabila berada di atasnya maka

pertumbuhan tidak terjadi. (Hajoeningtijas, 2012)

c. Keasaman atau kebasaan (PH)

Setiap organisme memiliki kisaran PH masing-masing dan memiliki Ph

optimum yang berbeda-beda. Kebanyakan mikroorganisme dapat tumbuh

pada kisaran ph 8,0 dan nilai ph diluar kisaran 2,0 sampai 10,0 biasanya

bersifat merusak. (Hajoeningtijas, 2012)

d. Ketersediaan oksigen

Mikroorganisme memiliki karakteristik sendiri-sendiri didalam

kebutuhanya akan oksigen. Mikroorganisme dalam hal ini digolongkan

menjadi :

1. Aerobik: hanya dapat tumbuh apabila ada oksigen bebas

2. Anaerob: hanya dapat tumbuh apabila tidak ada oksigen bebas

Page 16: Proposal ORIO

3. Anaerob fakultatif: dapat tumbuh baik dengan atau tanpa oksigen

bebas

4. Mikroaefolik: dapat tumbuh apabila ada oksigen dalam jumlah kecil.

(Hajoeningtijas, 2012)

Macam-macam mikroorganisme:

1. Bakteri

Bakteri biasanya menyebabkan penyakit pada manusia. Dalam

perkembangannya bakteri membutuhkan makanan, udara yang lembab,

dan pada temperatur yang tepat. Contoh : Salmonella, Eccerecia Coli,

Staphylococcus dan Diphtheria bacilus.

2. Virus

Organisme hidup yang paling kecil adalah virus. Ada beberapa virus yang

tidak bisa dilihat, walaupun sudah menggunakan mikroskop. Biasanya

virus ini menyebar lewat media air dan makanan. Sebagai contoh, virus

hepatitis. Sedangkan virus polio, menyebar lewat makanan atau susu.

3. Parasit

Sebagai contoh Endamoeba histolytica adalah parasit yang hidup di air,

minyak, buah atau sayuran dan makanan yang lain.

4. Jamur

Jamur di sini dimaksudkan adalah jamur dengan kategori fungi. Biasanya

jamur ini tidak menyebabkan penyakit, tetapi menyebabkan kerusakan

pada makanan. Sebagai contoh, jamur yang ditemukan pada permukaan

Page 17: Proposal ORIO

daging, bisa dibuang bagian daging tersebut tanpa harus membuang semua

daging.

5. Protozoa dan alga

Protozoa secara umum dapat dijelaskan bahwa protozoa adalah berasal

dari bahasa Yunani, yaitu protos artinya pertama dan zoon artinya hewan.

Jadi,Protozoa adalah hewan pertama.Protozoa merupakan kelompok lain

protista eukariotik. Kadang-kadang antara algae dan protozoa kurang jelas

perbedaannya. Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah

mikroskop. Beberapa organisme mempunyai sifat antara algae dan

protozoa. Sebagai contoh algae hijau Euglenophyta, selnya berflagela dan

merupakan sel tunggal yang berklorofil, tetapi dapat mengalami

kehilangan klorofil dan kemampuan untuk berfotosintesa. Semua spesies

Euglenophyta yang mampu hidup pada nutrien komplek tanpa adanya

cahaya, beberapa ilmuwan memasukkannya ke dalam filum protozoa.

Contohnya strain mutan algae genus Chlamydomonas yang tidak

berklorofil, dapat dimasukkan ke dalam kelas Protozoa genus Polytoma.

Hal ini merupakan contoh bagaimana sulitnya membedakan dengan tegas

antara algae dan protozoa. Protozoa dibedakan dari prokariot karena

ukurannya yang lebih besar, dan selnya eukariotik. Protozoa dibedakan

dari algae karena tidak berklorofil, dibedakan dari jamur karena dapat

bergerak aktif dan tidak berdinding sel, serta dibedakan dari jamur lendir

karena tidak dapat membentuk badan buah.

Page 18: Proposal ORIO

2.1.4 Jamur(Fungi)

Fungi adalah organisme kemohetorotof yang memerlukan senyawa

organik untuk nutrinya ( sumber karbon dan energi). Bila sumber nutrisi

tersebut diperoleh dari bahan organik mati, maka fungi tersebut bersifat

saprofit. Beberapa fungi juga bersifat menguntungkan karena merupakan

bahan makanan, misalnya cendawan ( mushroom), dan beberapa fungi dapat

bersimbiosis dengan akar tanaman tertentu yang membantu penyerapan air

dan mineral tanah oleh akar. Simbiosis ini dikenal dengan nama mikoriza.

Beberapa fungi dapat bersifat parasit dengan memperoleh senyawa organik

dari organisme hidup. Dalam hal ini, fungi bersifat merugikan karena

menimbulkan penyakit pada manusia, hewan maupun tanaman. (Sylvia,

2008)

Fungi adalah suatu mikroorganisme eukariotik yang mempunyai ciri

spesifik, antara lain : mempunyai inti sel, memproduksi spora, tidak

mempunyai klorofil, dapat berkembangbiak secara seksual maupun

aseksual, dan beberapa jenis mempunyai bagian-bagian tubuh berbentuk

filamen dengan dinding sel yang mengandung selulosa atau khitin atau

keduanya. (Fardiaz,1992)

Secara umum fungi dapat dibagi atas 2 kelompok berdasarkan atas tipe

selnya, yaitu :

a. Fungi yang bersifat uniseluler (khamir, ragi, dan yeast)

b. Fungi yang bersifat multiseluler (kapang atau jamur, dan cendawan)

Page 19: Proposal ORIO

Ilmu yang mempelajari fungi disebut Mikologi. Ilmu ini mempelajari

struktur sebagian dasar identifikasi fungi, mengeksplorasi daur hidup fungi

karena fungi diidentifikasi dari tahap seksual daur hidupnya, serta

mempelajari kebutuhan nutrisi fungi. Pada fungi ada dua istilah yaitu, kapang

(mold) yang merupakan fungsi berfilamen dan multiseluler, dan khamir

(yeast) yaitu bentuk fungi fungi yang berupa sel tunggal dengan pembelahan

sel melalui pertunasan. (Sylvia, 2008)

Identifikasi khamir serupa dengan identifikasi bakteri, yaitu dengan

melalui tes biokimia, sedangkan identifikasi kapang didasarkan pada

kenampakan fisik (morfologi), termasuk karakteristik koloni dan spora

reproduktif. (Sylvia, 2008)

2.1.5 Kapang dan Khamir

Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan

pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang

berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih,

tetapi jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari

jenis kapang. Kapang terdiri dari suatu thallus (jamak = thalli) yang tersusun

dari filamen yang bercabang yang disebut hifa ( tunggal = hypha, jamak =

hyphae). Kumpulan dari hifa disebut miselium ( tunggal = mycelium, Jamak

= mycelia) (Pelczar,2005).

Kapang adalah multiseluler, terdiri dari berbagai sel yang bergabung

jadi satu. Di bawah mikroskop dapat dilihat bahwa kapang terdiri dari

Page 20: Proposal ORIO

benang yang disebut hifa, kumpulan hifa ini dikenal sebagai miselium.

Kapang tumbuh dengan cara memperpanjang hifa pada ujungnya, dikenal

sebagai pertumbuhan apical atau pada bagian tengah hifa yang disebut

pertumbuhan iterkalar. Hifa pada beberapa kapang mempunyai penyekat

melintang atau septa dan adanya septa ini dipergunakan untuk identifikasi.

Hifa tersebut memanjang di atas atau tembus melalui medium di mana

kapang itu tumbuh (Soekarto, 2008).

Pada kapang, yubuh kapang dibedakan menjadi dua bagian yaitu

miselium dan spora. Miselium merupakan kumpulan dari bebepara filamen

yang disebut hifa. Bagian dari hifa yang berfungsi untuk mendapatkan

nutrisi disebut hifa vegetatif. Sedangkan bagian hifa yang berfungsi sebagai

alat reproduksi disebut hifa reproduktif atau hifa udara (aerial hypha),

karena pemanjangan mencapai bagian atas permukaan media tempat fungi

ditumbuhkan. (Sylvia, 2008)

tiga macam morfologi hifa:

a. Aseptat (coenocytic hypha), yaitu hifa yang tidak memiliki dinding

sekat

b. Septat hifa ( hifa bersekat) dengan sel uni nukleat septa membagi hifa

menjadi ruang-ruang yang berisi 1 inti, dan pada tiap sekat terdapat

pori-pori yang memungkinkan perpindahan inti dan sitoplasma dari satu

ruang ke ruang lainya

c. Septa dengan ruang-ruang yang berisi lebih dari 1 inti (multinukleat)

Page 21: Proposal ORIO

Kapang atau jamur pada umumnya adalah organisme yang berbentuk

benang multiseluler, tidak berklorofil dan belum mempunyai diferensiasi

dalam jaringannya namun ada beberapa yang terdiri atas satu sel. Banyak

jamur yang dapat dimanfaatkan dalam industri fermentasi, seperti

pembuatan asam-asam organik, antibiotika, alkohol dan sebagainya.

Contohnya adalah Penicillium chrysogenum sebagai sumber antibiotika

penisilin. Namun di sisi lain, ada pula yang dapat menimbulkan penyakit

yang gawat pada manusia. (Sartini, 2007)

Berdasarkan bentuk kapang yang memiliki lebih dari satu sel berupa

benang benang halus yang disebut hifa, kumpulan hifa disebut miselium,

dan berkembang biak dengan spora. Khamir adalah mikroba bersel tunggal

berbentuk bulat lonjong dan memperbanyak diri dengan cara membentuk

tunas (askospora), tetapi tidak membentuk miselum. Khamir (yeast) adalah

fungi bersel satu (uniseluler), tidak berfilamen, berbentuk oval atau bulat,

tidak berflagela, dan berukuran lebih besar di banding sel bakteri dengan

panjang  5-50 μm, dan lebar 1-5 μm.  (Sylvia,2008).

Khamir termasuk fungi tetapi dibedakan dari kapang karena bentuknya

yang bersifat uniseluler. Reproduksi khamir terutama dengan cara

pertunasan. Sebagai sel tunggal khamir tumbuh dan berkembang biak lebih

cepat jika dibandingkan dengan kapang karena mempunyai perbandingan

luas permukaan dengan volume yang lebih besar. Khamir pada umumnya

diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifat fisiologinya dan tidak atas perbedaan

morfologinya seperti pada kapang. Yeast dapat dibedakan atas dua

Page 22: Proposal ORIO

kelompok berdasarkan sifat metabolismenya yaitu bersifat fermentatif dan

oksidatif. Jenis fermentatif dapat melakukan fermentasi alkohol yaitu

memecah gula (glukosa) menjadi alkohol dan gas contohnya pada produk

roti. Sedangkan oksidatif (respirasi) maka akan menghasilkan CO2 dan H2O.

Keduanya bagi yeast adalah dipergunakan untuk energi walaupun energi

yang dihasilkan melalui respirasi lebih tinggi dari yang melalui fermentasi.

(Natsir, 2003).

.

2.1.6 Media pertumbuhan

Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari

campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk

pertumbuhannya. (Gina, Sandi, 2013)

a. PDA

PDA digunakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast dan

kapang. Dapat juga digunakan untuk enumerasi yeast dan kapang dalam

suatu sampel atau produk makanan. PDA mengandung sumber karbohidrat

dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2%

glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi

kurang baik untuk pertumbuhan bakteri. Cara membuat PDA adalah

mensuspensikan 39 g media dalam 1 liter air yang telah didestilasi. campur

dan panaskan serta aduk. Didihkan selama 1 menit untuk melarutkan

media secara sempurna. Sterilisasi pada suhu 121°C selama 15 menit.

Dinginkan hingga suhu 40-45°C dan tuang dalam cawan petri dengan pH

Page 23: Proposal ORIO

akhir 5,6+0,2. Potato dextrose agar (PDA) termasuk medium semi alamiah

karena tersusun atas bahan alami (kentang) dan bahan sintesis (dextrose

dan agar). PDA digunakan untuk menumbuhkan jamur

Nama medium : Potato Dextrose Agar (PDA)

Page 24: Proposal ORIO

2.2 KERANGKA KONSEP

Gambar 1 kerangka konsep penelitian

Uji angka kapang dan khamir selama 1 bulan

Aman Tidak Aman

pemakaian dengan pengujian pada hari 0,15, dan 30 hari.

Page 25: Proposal ORIO

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian

3.1.1 Tempat

Tempat dilakukan penelitian pengaruh lama pemakaian sediaan kosmetik

handbody lotion terhadap kapang dan khamir di laboratorium BPOM.

3.1.2 waktu

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November-Desember 2015

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada peniltian ini yaitu: erlemeyer, pipet volume, vortex

mixer, stomacker, waterbath, Laf

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu: kloramfenikol, MLB, PDA,

dan sampel handbody lotion (A,B,C)

Medium : potato dextrose agar (pda)

Komposisi :

Medium :

Page 26: Proposal ORIO

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Sterilisasi Alat

 Alat yang akan digunakan dicuci dengan detergen lalu dibilas dengan air

suling sampai bersih kemudian dikeringkan, disterilkan dengan menggunakan

oven pada suhu 180oC selama 2 jam untuk alat-alat gelas. Alat-alat logam

disterilkan dengan cara dipijarkan menggunakan lampu spiritus. Sedangkan alat-

alat plastik atau yang tidak tahan dengan pemanasan tinggi disterilkan

dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121oC.

3.3.2 Pembuatan Medium

Bahan-bahan yang telah ditimbang dilarutkan ke dalam air suling dan

dipanaskan dalam penangas air sampai larut dan ditambahkan 50mg

kloramfenikol, kemudian diukur pHnya dan disterilkan dengan

menggunakan otoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.

3.3.3 Uji angka kapang dan khamir

1. Hidupkan LAF terlebih dahulu

2. Nyalakan lampu spritus dan bersikan daerah sekitar menimbang

dengan menggunakan alkohol.

3. Timbang 10 gram sampel (setelah menimang kembali disterilkan

dengan alkohol)

4. Sampel yang telah ditimbang dimasukan kedalam stomacker dan

ditambahkan 90ml MLB lalu dimasukan di stomacker mixer agar

homogen (pengenceran 10-1)

Page 27: Proposal ORIO

5. Lakukan uji blanko lempeng PDA yang telah di tambahkan

kloramfenikol dan di tetesi 0,5ml MLB

6. Tandai cawan petri yang telah berisi media PDA dengan spidol

sebanyak 6 petri

7. Tandai tabung reaksi yang telah berisi MLB

8. Masukan larutan 10-1 kedalam tabung reaksi yang berisi MLB 1ml

(pengeceran 10-2) dan dalam cawan petri sebanyak 0,5ml

9. Sampel pengeceran 10-2 pada tabung reaksi dikocok ad homogen pada

vortex mixer

10. Dari pengenceran 10-2 di masukan kedalam tabung reaksi selanjutnya

sebanayk 1ml ( pengenceran 10-3) dan 0,5ml pada cawan petri

11. Sampel pengenceran 10-3 di kocok kembali dan masukan 0,5 ml pada

cawan petri

12. Bersikan kembali alat dan sterilkan kembali

13. Lempeng yang telah mengeras d inkubasi selama 5-7 hari

(pengamatan dilakukan pada hari 3, 5, dan ke 7)

3.3.4 Perhitungan

a.Dipilih cawan petri dari satu pengenceran yang menunjukan jumlah

koloni 15-150. Jumlah koloni dihitung dari masing-masing tingkat

pengenceran. Hasil dinyatakan sebagai angka kapang dan khamir

per gram sampel dengan rumus (1) sebagai berikut:

Keterangan:

N = m / (V x d )

Page 28: Proposal ORIO

N : perkiraan jumlah kapang dan khamir dalam sampel

m : rata-rata hitungan yang diperoleh dari duplo

d : faktor pengencer dari suspensi awal

V : volume cuplikan

b. Bila tidak satupun koloni didalam cawan maka angka kapang dan

khamir dinyatakan sebagai ≦10 koloni/gram

c. Bila hanya salah satu diantara kedua cawan petri atau keduanya

menunjukan jumlah kurang dari 15 koloni, maka perhitungan

mengikutu rumus (1)

d. Jika terdapat cawan-cawan dari dua tingkat pengenceran yang

berurutan menunjukan jumlah koloni antara 15-150, maka dihitung

jumlah koloni dari masing-masing tingkat pengenceran, kemudian

AKK dalam tiap gram dihitung dengan rumus (2)nsebagai berikut:

x adalah rata-rata dari koloni yang dihitung dari dua pengenceran

yang berturut-turut, dan dihitung menggunakan rumus (3) sebagai

berikut:

keterangan:

∑ c = jumlah koloni terhitung pada semua cawan yang

diperoleh dari dua pengenceran berturut-turut

N= x / (V x d)

×= ∑ c

n 1+0,1n2

Page 29: Proposal ORIO

n1 = jumlah cawan untuk suspensi pengenceran yang lebih

rendah

n2 = jumlah cawan unutk suspensi pada pengecenran yang

lebih tinggi

3.4 Analisi Data

Analisis data digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk tabel

dan deskriftif

Page 30: Proposal ORIO

DAFTAR PUSTAKA

Anief. 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: UGM Pres

 Anonim. 1995. Farmakope Indonesia ediai IV. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan jilid 1.PT.Gramedia pustaka utama,

jakarta.

Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Raja grafindo persada.

Jakarta.

Gina, sandy. 2013. Penuntun pratikum mikrobiologi. Akfar al-fatah.

Bengkulu

Hajoeningtijas, O.D . 2012. Mikrobiologi pertanian. Graha ilmu. Yogyakarta

Pelczar, M.J dan E.C.S Chan. 2005.Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press.

Jakarta

Schlegel, H.G. 1994. Mikrobiologi Umum. Edisi Bahasa Indonesia.

Yogyakarta: Gadja

Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Erlangga. Jakarta

Sylvia T.pratiwi. 2008. Mikrobilogi farmasi. Erlangga. Yogyakarta

Tranggono R.I. Latifah, F.2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.

Jakarta:Gramedia Pustaka Utamah Mada University Press.

Wibowo MS, 2012. Pertumbuhan dan kontrol bakteri. Jurnal-Pertumbuhan-

bakteri-c070205.PDF.

Page 31: Proposal ORIO

 Winarno, dkk. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia: Jakarta