Proposal Manajemen Laba

download Proposal Manajemen Laba

of 26

description

tugas penyusunan proposal

Transcript of Proposal Manajemen Laba

  • 5/27/2018 Proposal Manajemen Laba

    1/26

    1

    1. JUDUL : PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, KEPEMILIKAN MANAJERIAL DANUKURAN PERUSAHAAN PADA PRAKTTIK MANAJEMEN LABA DI PERUSAHAAN

    PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

    2. LATAR BELAKANGLaporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan kepada

    pihak-pihak di luar korporasi. Laporan keuangan tersebutdiharapkan dapat memberikan informasi

    kepada para investor dan kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi

    dana mereka. Dalampenyusunan laporan keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan

    adil dalam mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil. Akuntansi berbasis akrual

    mempunyai keunggulan bahwa informasi laba perusahaan dan pengukuran komponennya

    berdasarkan akuntansi akrual secara umum memberikan indikasi lebih baik tentang kinerja

    ekonomi perusahaan daripada informasi yang dihasilkan dari aspek penerimaan dan pengeluaran

    kas terkini (FASB, 1978). Namun, akuntansi akrual juga memiliki kelemahan. Penggunaan dasar

    akrual dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih metoda akuntansi

    selama tidak menyimpang dari aturan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. Pilihan metoda

    akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dikenal dengan

    sebutan manajemen laba atau earnings management.

    Aktifitas manajemen banyak sekali dipraktekan pada perusahaan besar, dengan tujuan

    menarik para pelaku pasar untuk berinvestasi dalam perusahaan. Pada dasarnya aktifitas tersebut

    sangat merugikan bagi perusahaan maupun bagi emiten yang ada dalam perusahaan, karena

    informasi yang dipublikasikan hanya bersifat semu yang justru akan mempengaruhi eksistensi

    perusahaan di masa depan.

    Deteksi atas kemungkinan di lakukannya manajemen laba dalam laporan keuangan

    diteliti melalui penggunaan akrual. Jumlah akrual yang tercermin dalam perhitungan laba terdiri

    dari discretionary accrual dan non discretionary accrual. Descretionary accrual merupakan

    komponen akrual dari manajemen laba yang di lakukan manajer, misalnya dngan cara menaikkan

    biaya amortisasi dan depresiasi, mencatat persedian yang sudah usang. Nondiscretionary accrual

    merupakan acrual yang diharapkan terjadi seiring dengan berubahnya aktivitas operasional

    perusahaan, misalnya beban depresiasi. Sulistyanto, (2008).

  • 5/27/2018 Proposal Manajemen Laba

    2/26

    2

    3. PERUMUSAN MASALAHBerdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam

    penelitian ini adalah:

    1) Apakah asimetri informasi memiliki pengaruh terhadap praktik manajemen laba ?2) Apakah ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap praktik manajemen laba ?3) Apakah kepemilikan manajerial memiliki pengaruh terhadap praktik manajemen laba ?

    4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN4.1.Tujuan penelitian:

    Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini

    adalah :

    1. Untuk menguji pengaruh aasimetri informasi terhadap praktik manajemen laba.2. Untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan terhadap praktik manajemen laba.3. Untuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial perusahaan terhadap praktik

    manajemen laba.

    4.2.Manfaat PenelitianBerdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian, penelitian ini

    diharapkan memiliki manfaat dalam hal:

    1. Bagi pengembangan teoretisHasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pada pengembangan teoritis yang

    berhubungan dengan penelitian ini serta sebagai informasi bagi peneliti lain yang ingin

    mengadakan penelitian yang lebih dalam tentang masalah yang sama.

    2. Bagi pengembangan praktikHasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi penelitian selanjutnya terutama

    mengenai pengaruh asimetri informasi, ukuran perusahaan dan kepemilikan manajerial

    terhadap praktik manajemen laba di perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

    Jakarta. Serta bagi akademis dan mahasiswa dapat digunakan sebagai informasi dan

    sebagai penambah bacaan atau referensi.

  • 5/27/2018 Proposal Manajemen Laba

    3/26

    3

    5. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS5.1.Penelitian Terdahulu

    Telah banyak peneliti yang melakukan penelitian tentang pengaruh asimetri informasi,

    ukuran perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap praktik manajemen laba di

    perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Ada beberapa peneliti terdahulu

    antara lain Nurul Hasni (2013) yang melakukan penelitian tentang pengaruh aktiva pajak

    tangguhan dan ukuran perusahaan dan probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba

    pada perusahaan manufaktur di BEI. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa: (1) Aktiva

    Pajak Tangguhan mempunyai pengaruh signifikan terhadap probabilitas perusahaan

    melakukan manajemen laba, (2) Ukuran Perusahaan tidak mempunyai pengaruh signifikan

    terhadap probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba, (3) Aktiva Pajak Tangguhan

    dan Ukuran Perusahaan secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap

    probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba, (4) modal sendiri dan hutang jangka

    panjang mempunyai pengaruh sebesar 37% terhadap profitabilitas sedangkan 63%

    dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

    RR. Sri Handayani dan Agustono Dwi Rachadi (2009) melakukan penelitian tentang

    pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Hasil dari penelitian ini: (1) adalah

    perusahaan sedang dan besar, tidak terbukti lebih agresif dalam melakukan manajemen laba

    melalui mekanisme pelaporan laba positif, baik untuk menghindari earnings losses maupun

    earnings decreases. Seperti halnya Size Hypothesis ,bahwa semakin besar perusahaan akan

    cenderung untuk menurunkan praktik manajemen laba, karena perusahaan besar secara politis

    lebih mendapat perhatian dari institusi pemerintahan dibandingkan dengan perusahaan kecil.

    (2) varaiabel kontrol pertumbuhan penjualan, kinerja laba periode sebelumnya, capital

    intencity ratio, status KAP dan Komisaris Independen, tidak terbukti berpengaruh terhadap

    probabilitas terjadinya manajemen laba untuk menghindari earnings losses. (3) varaiabel

    kontrol pertumbuhan penjualan, kinerja laba periode sebelumnya, capital intencity ratio

    berpengaruh sangat signifikan terhadap perilaku pelaporan laba positif untuk bisa

    menghindari earnings decreases. Status KAP dan Komisaris Independen tidak berpengaruh

    pada perilaku tersebut.

    Ni Ketut Muliati (2011) melakukan penelitian tentang pengaruh asimetri informasi dan

    ukuran perusahaan pada praktik manajemen laba di perusahaan perbankan yang terdaftar di

    Bursa Efek Indonesia. Hasil dari penelitian ini yaitu: (1) Asimetri informasi berpengaruh

    positif pada praktik manajemen laba. Semakin tinggi asimetri informasi semakin tinggi

    peluang yang dimiliki manajer untuk melakukan praktik manajemen laba. Dengan demikian

  • 5/27/2018 Proposal Manajemen Laba

    4/26

    4

    hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima. (2) Ukuran perusahaan terbukti berpengaruh

    negatif pada praktik manajemen laba. Terdapat dua pandangan tentang bentuk hubungan

    ukuran perusahaan pada praktik manajemen laba yaitu pandangan pertama yang menyatakan

    bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan positif dengan praktik manajemen laba seperti

    yang dilakukan oleh Halim, dkk. (2005) dan Moses (1997). Pandangan kedua yang

    menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif dengan manajemen laba

    seperti yang dilakukan oleh Marrakchi (2001) serta Veronica dan Siddharta (2005). Jadi, hasil

    pengujian dalam penelitian ini mendukung pandangan yang menyatakan bahwa ukuran

    perusahaan memiliki hubungan negatif dengan manajemen laba, karena perusahaan yang

    lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan manajemen laba dibandingkan

    perusahaan-perusahaan kecil dan perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pemegang

    saham dan pihak luar.

    Restu Gusti dan Tyas Pramesti malakukan penelitian tentang pengaruh asimetri

    informasi, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba. Hasil dari

    penelitian ini adalah (1) semakin besar asimetri informasi yang terjadi maka semakin tinggi

    tingkat manajemen laba, (2) semakin besar ukuran perusahan, maka akan semakin rendah

    kemungkinan terjadinya manajemen laba, (3) semakin besar jumlah saham yang dimiliki oleh

    manajer maka semakin tinggi tingkat manajemen laba, (4) Secara bersamaan setiap

    perubahan yang terjadi pada asimetri informasi, ukuran perusahaan dan kepemilikan

    manajerial mempengaruhi manajemen laba, (5) Berdasarkan nilai Adjust R Square

    menunjukkan bahwa 53% manajemen laba dijelaskan oleh variabel-veriabel asimetri

    informasi, ukuran perusahaan dan kepemilikan manajerial, sedangkan 47% dijelaskan oleh

    variabel-variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

    Prima Santi, Tawakkal, Grace T. Pontoh melakukan penelitian tentang pengaruh adopsi

    IFRS terhadap manajemen laba pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.

    Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini yang khusus meneliti pada sector perbankan,

    diperoleh hasil bahwa adopsi IFRS tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

    Dengan adanya pemberlakuan IFRS tidak menunjukkan terdapat penurunan manajemen laba.

    Hasil analisis uji beda yang dilakukan juga menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat

    perbedaan tingkat manajemen laba yang signifikan antara sebelum dan sesudah adopsi IFRS.

    Debby Natalia (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh mekanisme good corporate

    governance terhadap praktik earning management badan usaha sector perbankan di BEI tahun

    2008-2011. Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini yang khusus meneliti pada sector

    perbankan, diperoleh hasil bahwa adopsi IFRS tidak berpengaruh signifikan terhadap

  • 5/27/2018 Proposal Manajemen Laba

    5/26

    5

    manajemen laba. Dengan adanya pemberlakuan IFRS tidak menunjukkan terdapat penurunan

    manajemen laba. Hasil analisis uji beda yang dilakukan juga menunjukkan bahwa secara

    statistik tidak terdapat perbedaan tingkat manajemen laba yang signifikan antara sebelum dan

    sesudah adopsi IFRS.

    Eka Sefiiana melakukan penelitian tentang pengaruh penerapan good corporate

    governance terhadap manajemen laba pada perusahaan perbankan yang telah go public di

    BEI. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan, diperoleh simpulan bahwa

    Variabel independen dalam peneli tian ini yang diukur menggunakan proporsi komisaris

    independen, ukuran dewan komisaris dan keberadaan komite audit dapat disimpulkan bahwa

    ketiga variabel pengukuran tersebut tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba, hal

    ini dikarenakan penerapan corporate governance yang dilakukan oleh perusahan-perusahaan

    sampel disebabkan karena untuk pemenuhan regulasi saja. Selain itu, penerapan corporate

    governance masih merupakan hal yang baru di Indonesia dan efek dari penerapan corporate

    governance tersebut baru dapat dirasakan dalam jangka waktu panjang.

    Ringkasan penelitian terdahulu dapat dilihat dalam table berikut ini.

    No. PENELITI VARIABEL HASIL PENELITIAN

    1 Eka Sefiana Variable dependen:

    manajaemen laba

    Variable independen:

    penerapan good

    corporate governance

    Variabel independen dalam

    peneli tian ini yang diukur

    menggunakan proporsi

    komisaris independen, ukuran

    dewan komisaris dan

    keberadaan komite audit dapat

    disimpulkan bahwa ketiga

    variabel pengukuran tersebut

    tidak berpengaruh terhadap

    praktik manajemen laba, hal

    ini dikarenakan penerapan

    corporate governance yang

    dilakukan oleh perusahan-

    perusahaan sampel disebabkan

    karena untuk pemenuhan

    regulasi saja. Selain itu,

    penerapan corporate

    governance masih merupakan

  • 5/27/2018 Proposal Manajemen Laba

    6/26

    6

    hal yang baru di Indonesia dan

    efek dari penerapan corporate

    governance tersebut baru dapat

    dirasakan dalam jangka waktu

    panjang.

    2 Deby Natalia Variable dependen:

    praktik earning

    management

    Variable independen:

    mekanisme good

    corporate governance

    adopsi IFRS tidak berpengaruh

    signifikan terhadap manajemen

    laba. Dengan adanya

    pemberlakuan IFRS tidak

    menunjukkan terdapat

    penurunan manajemen laba.

    Hasil analisis uji beda yang

    dilakukan juga menunjukkan

    bahwa secara statistik tidak

    terdapat perbedaan tingkat

    manajemen laba yang

    signifikan antara sebelum dan

    sesudah adopsi IFRS.

    3 Prima Santi, Tawakkal,

    Grace T. Pontoh

    Variable dependen:

    manajemen laba

    variable independen:

    adopsi IFRS

    adopsi IFRS tidak berpengaruh

    signifikan terhadap manajemen

    laba. Dengan adanya

    pemberlakuan IFRS tidak

    menunjukkan terdapat

    penurunan manajemen laba.

    Hasil analisis uji beda yang

    dilakukan juga menunjukkan

    bahwa secara statistik tidak

    terdapat perbedaan tingkat

    manajemen laba yang

    signifikan antara sebelum dan

    sesudah adopsi IFRS.

    4 Restu Gusti dan Tyas

    Pramesti

    Variabel dependen:

    manajemen laba

    (1) semakin besar asimetri

    informasi yang terjadi maka

  • 5/27/2018 Proposal Manajemen Laba

    7/26

    7

    Variable independen:

    asimetri informasi,

    ukuran perusahaan,

    kepemilikan manajerial

    semakin tinggi tingkat

    manajemen laba,

    (2) semakin besar ukuran

    perusahan, maka akan semakin

    rendah kemungkinan

    terjadinya manajemen laba, (3)

    semakin besar jumlah saham

    yang dimiliki oleh manajer

    maka semakin tinggi tingkat

    manajemen laba,

    (4) Secara bersamaan setiap

    perubahan yang terjadi pada

    asimetri informasi, ukuran

    perusahaan dan kepemilikan

    manajerial mempengaruhi

    manajemen laba,

    (5) Berdasarkan nilai Adjust R

    Square menunjukkan bahwa

    53% manajemen laba

    dijelaskan oleh variabel-

    veriabel asimetri informasi,

    ukuran perusahaan dan

    kepemilikan manajerial,

    sedangkan 47% dijelaskan oleh

    variabel-variabel lain yang

    tidak termasuk dalam

    penelitian ini.

    5 Ni Ketut Muliati Variabel dependen:

    manajemen laba

    Variabel independen:

    asimetri informasi dan

    ukuran perusahaan

    (1) Asimetri informasi

    berpengaruh positif pada

    praktik manajemen laba.

    Semakin tinggi asimetri

    informasi semakin tinggi

    peluang yang dimiliki manajer

    untuk melakukan praktik

  • 5/27/2018 Proposal Manajemen Laba

    8/26

    8

    manajemen laba. Dengan

    demikian hipotesis pertama

    dalam penelitian ini diterima.

    (2) Ukuran perusahaan

    terbukti berpengaruh negatif

    pada praktik manajemen laba.

    Terdapat dua pandangan

    tentang bentuk hubungan

    ukuran perusahaan pada

    praktik manajemen laba yaitu

    pandangan pertama yang

    menyatakan bahwa ukuran

    perusahaan memiliki hubungan

    positif dengan praktik

    manajemen laba seperti yang

    dilakukan oleh Halim, dkk.

    (2005) dan Moses (1997).

    Pandangan kedua yang

    menyatakan bahwa ukuran

    perusahaan memiliki hubungan

    negatif dengan manajemen

    laba seperti yang dilakukan

    oleh Marrakchi (2001) serta

    Veronica dan Siddharta

    (2005). Jadi, hasil pengujian

    dalam penelitian ini

    mendukung pandangan yang

    menyatakan bahwa ukuran

    perusahaan memiliki hubungan

    negatif dengan manajemen

    laba, karena perusahaan yang

    lebih besar kurang memiliki

    dorongan untuk melakukan

    manajemen laba dibandingkan

  • 5/27/2018 Proposal Manajemen Laba

    9/26

    9

    perusahaan-perusahaan kecil

    dan perusahaan besar

    dipandang lebih kritis oleh

    pemegang saham dan pihak

    luar.

    6 RR. Sri Handayani dan

    Agustono Dwi Rachadi

    Variabel dependen:

    manajemen laba

    Variabel independen:

    ukuran perusahaan

    (1) adalah perusahaan sedang

    dan besar, tidak terbukti lebih

    agresif dalam melakukan

    manajemen laba melalui

    mekanisme pelaporan laba

    positif, baik untuk

    menghindari earnings losses

    maupun earnings decreases.

    Seperti halnya Size Hypothesis

    ,bahwa semakin besar

    perusahaan akan cenderung

    untuk menurunkan praktik

    manajemen laba, karena

    perusahaan besar secara politis

    lebih mendapat perhatian dari

    institusi pemerintahan

    dibandingkan dengan

    perusahaan kecil.

    (2) varaiabel kontrol

    pertumbuhan penjualan,

    kinerja laba periode

    sebelumnya, capital intencity

    ratio, status KAP dan

    Komisaris Independen, tidak

    terbukti berpengaruh terhadap

    probabilitas terjadinya

    manajemen laba untuk

    menghindari earnings losses.

    (3) varaiabel kontrol

  • 5/27/2018 Proposal Manajemen Laba

    10/26

    10

    pertumbuhan penjualan,

    kinerja laba periode

    sebelumnya, capital intencity

    ratio berpengaruh sangat

    signifikan terhadap perilaku

    pelaporan laba positif untuk

    bisa menghindari earnings

    decreases. Status KAP dan

    Komisaris Independen tidak

    berpengaruh pada perilaku

    tersebut.

    7 Nurul Hasni Variabel dependen:

    manajemen laba

    Variabel independen:

    aktiva pajak tangguhan

    dan ukuran perusahaan

    dan probabilitas

    perusahaan

    (1) Aktiva Pajak Tangguhan

    mempunyai pengaruh

    signifikan terhadap

    probabilitas perusahaan

    melakukan manajemen laba,

    (2) Ukuran Perusahaan tidak

    mempunyai pengaruh

    signifikan terhadap

    probabilitas perusahaan

    melakukan manajemen laba,

    (3) Aktiva Pajak Tangguhan

    dan Ukuran Perusahaan secara

    bersama-sama mempunyai

    pengaruh signifikan terhadap

    probabilitas perusahaan

    melakukan manajemen laba,

    (4) modal sendiri dan hutang

    jangka panjang mempunyai

    pengaruh sebesar 37%

    terhadap profitabilitas

    sedangkan 63% dipengaruhi

    oleh variabel lain yang tidak

    diteliti dalam penelitian ini.

  • 5/27/2018 Proposal Manajemen Laba

    11/26

    11

    5.2.Tinjauan teoretis5.2.1. Teori Keagenan (agency theory)

    Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu model kontraktual antara dua atau

    lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang lain

    disebut principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision

    making kepada agent, hal ini dapat pula dikatakan bahwa principal memberikan

    suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak

    kerja yang telah disepakati. Wewenang dan tanggungjawab agent maupun principal

    diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama.

    Scott (2000) dalam Ni Ketut Muliati (2011) menyatakan bahwa perusahaan

    mempunyai banyak kontrak, misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para

    manajernya dan kontrak pinjaman antara perusahaan dengan krediturnya. Dimana

    antara agent dan principal ingin memaksimumkan utility masing-masing dengan

    informasi yang dimiliki. Tetapi di satu sisi, agent memiliki informasi yang lebih

    banyak (full information) dibanding dengan principal di sisi lain, sehingga

    menimbulkan adanya asimetry information. Informasi yang lebih banyak dimiliki

    oleh manajer dapat memicu untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan

    keinginan dan kepentingan untuk memaksimumkan utilitasnya. Sedangkan bagi

    pemilik modal dalam hal ini investor, akan sulit untuk mengontrol secara efektif

    tindakan yang dilakukan oleh manajemen karena hanya memiliki sedikit informasi

    yang ada. Oleh karena itu, terkadang kebijakan-kebijakan tertentu yang dilakukan

    oleh manajemen perusahaan tanpa sepengetahuan pihak pemilik modal atau investor.

    Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata

    termotivasi oleh kepentingan diri sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan

    antara principal dan agent. Pemegang saham sebagai pihak principal mengadakan

    kontrak untuk memaksimumkan kesejahteraan dirinya dengan profitabilitas yang

    selalu meningkat. Manajer sebagai agent termotivasi untuk memaksimalkan

    pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya antara lain dalam hal memperoleh

    investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Masalah keagenan muncul karena

    adanya perilaku oportunistik dari agent, yaitu perilaku manajemen untuk

    memaksimumkan kesejahteraannya sendiri yang berlawanan dengan kepentingan

    principal. Manajer memiliki dorongan untuk memilih dan menerapkan metoda

  • 5/27/2018 Proposal Manajemen Laba

    12/26

    12

    akuntansi yang dapat memperlihatkan kinerjanya yang baik untuk tujuan

    mendapatkan bonus dariprincipal.

    Jensen dan Meckling (1976) dalam Ni Ketut Muliati (2011), menyatakan bahwa

    jika kedua kelompok (agent dan principal) tersebut adalah orang-orang yang

    berupaya memaksimalkan utilitasnya, maka alasan yang kuat untuk meyakini bahwa

    agen tidak akan selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan prinsipal. Jensen

    dan Meckling (1976) mengidentifikasi kos keagenan menjadi tiga kelompok, yaitu:

    1) the monitoring expenditure by the principal adalah kos pengawasan yang harus

    dikeluarkan oleh pemilik; 2) the bonding cost adalah kos yang harus dikeluarkan

    akibat pemonitoran yang harus dikeluarkan prinsipal kepada agen; 3) the residual

    loss adalah pengorbanan akibat berkurangnya kemakmuran prinsipal karena

    perbedaan keputusan antara prinsipal dan agen.

    5.2.2. Manajemen LabaDi kutip dari tesis Ni Ketut Muliati (2011), Scott (2000) membagi cara

    pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku

    oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak

    kompensasi, kontrak utang danpolitical costs (oportunistic Earnings Management).

    Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting

    (Efficient Earnings Management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu

    fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi

    kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat

    dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham

    perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba

    (income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu.

    Healy dan Wahlen (1999) dalam tesis Ni Ketut Muliati (2011) menyatakan

    bahwa definisi manajemen laba mengandung beberapa aspek. Pertama intervensi

    manajemen laba terhadap pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan penggunaan

    judgment, misalnya judgment yang dibutuhkan dalam mengestimasi sejumlah

    peristiwa ekonomi di masa depan untuk ditunjukan dalam laporan keuangan, seperti

    perkiraan umur ekonomis dan nilai residu aktiva tetap, tanggungjawab untuk pensiun,

    pajak yang ditangguhkan, kerugian piutang dan penurunan nilai asset. Disamping itu

    manajer memiliki pilihan untuk metode akuntansi, seperti metode penyusutan dan

    metode biaya. Kedua, tujuan manajemen laba untuk menyesatkan stakeholders

  • 5/27/2018 Proposal Manajemen Laba

    13/26

    13

    mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Hal ini muncul ketika manajemen memiliki

    akses terhadap informasi yang tidak dapat diakses oleh pihak luar.

    Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan

    eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba

    merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan,

    manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu

    pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut

    sebagai angka laba tanpa rekayasa (Setiawati dan Naim, 2000). Berdasarkan

    penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen laba adalah intervensi

    manajemn terhadap laporan keuangan, yang berupa pilihan yang dilakukan oleh

    manajemen terhadap kebijakan-kebijakan akuntansi, yang diperkenankan dalam

    proses pelaporan keuangan eksternal untuk mencapai tujuan/maksud tertentu,

    sehinggga dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan.

    Menurut Scott (2003: 377) yang dikutip dari Nurul Hasni (2013) terdapat

    berbagai motivasi dalam perusahaa dalam hal ini manajer melakukan manajemen

    laba yaitu:

    a. Bonus Plan,b. Contructive incentivec. Stock price Effect.d. Motivasi politik.e. Taxtion Motivation.f. Change of Chief Executive Officer (CEO) .Teknik dan pola manajemen laba menurut Setiawati dan Naim (2000)dalam Ni

    Ketut Muliati dapat dilakukan dengan tiga teknik yaitu:

    1) Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansiCara manajemen mempengaruhi laba melalui judgment (perkiraan) terhadap

    estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi

    kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud,

    estimasi biaya garansi, dan lain-lain.

    2) Mengubah metoda akuntansiPerubahan metoda akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi,

    contoh : merubah metoda depresiasi aktiva tetap, dari metoda depresiasi

    angka tahun ke metoda depresiasi garis lurus.

    3) Menggeser perioda biaya atau pendapatan.

  • 5/27/2018 Proposal Manajemen Laba

    14/26

    14

    Contoh rekayasa perioda biaya atau pendapatan antara lain:

    mempercepat/menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan

    sampai pada perioda akuntansi berikutnya, mempercepat/menunda

    pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat/menunda

    pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang

    sudah tak dipakai.

    Dikutip dari Ni Ketut Muliati (2011), bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa

    earnings atau laba telah dijadikan sebagai suatu target dalam proses penilaian pretasi

    usaha suatu departemen secara khusus (manajer) atau perusahaan (organisasi) secara

    umum (Gumanti, 2000). Laba dan tingkat keuntungan juga merupakan alat untuk

    mengurangi biaya keagenan (agency costs), dari sisi teori keagenan. Misalnya, pada

    saat keuntungan dijadikan sebagai patokan dalam pemberian bonus, hal ini akan

    menciptakan dorongan kepada manajer untuk memanipulasi data keuangan agar

    dapat menerima bonus seperti yang diinginkannya. Selain itu, mengingat akan

    pentingnya keuntungan atau perolehan secara akuntansi (accounting income) untuk

    pembuatan keputusan oleh banyak pihak, misalnya investor.

    Richardson (1998) dalam Ni Ketut Muliati (2011) menunjukkan bukti hubungan

    antara ketidakseimbangan informasi dengan manajemen laba. Hipotesis yang

    diajukan adalah bahwa tingkat ketidakseimbangan informasi akan mempengaruhi

    tingkat manajemen laba yang dilakukan oleh manajer perusahaan. Hasil penelitian

    Richardson menunjukkan adanya hubungan yang positif signifikan antara ukuran

    ketidakseimbangan informasi (bid-ask spreads dan analyst forecast dispersion) dan

    manajemen laba setelah mengendalikan faktor lain yang dapat mempengaruhi

    manajemen laba, seperti variabilitas aliran kas, ukuran, risiko, dan pengungkapan

    keuangan perusahaan.

    Pola manajemen laba menurut Scott (2000) dalam Ni Ketut Muliati (2011) dapat

    dilakukan dengan cara:

    1. Taking a BathPola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru

    dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan

    dapat meningkatkan laba di masa datang.

    2. Income Minimization

  • 5/27/2018 Proposal Manajemen Laba

    15/26

    15

    Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang

    tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun

    drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.

    3. Income MaximizationDilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization

    bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus

    yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan

    pelanggaran perjanjian hutang.

    4. Income SmoothingDilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan

    sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada

    umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.

    5.2.3. Asimetri InformasiDikutip dari tesis Ni Ketut Muliati (2011) asimetri informasi merupakan suatu

    keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang

    tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) menambahkan

    bahwa jika kedua kelompok (agen dan prinsipal) tersebut adalah orang-orang yang

    berupaya memaksimalkan utilitasnya, maka terdapat alasan yang kuat untuk

    meyakini bahwa agen tidak akan selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan

    prinsipal. Prinsipal dapat membatasinya dengan menetapkan insentif yang tepat bagi

    agen dan melakukan monitor yang didesain untuk membatasi aktivitas agen yang

    menyimpang. Ada dua tipe asimetri informasi : adverse selection dan moral hazard.

    1) adverse selectionAdverse selection adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau

    lebih yang melangsungkan/akan melangsungkan suatu transaksi usaha, atau

    transaksi usaha potensial memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain.

    Adverse selection terjadi karena beberapa orang seperti manajer perusahaan

    dan para pihak dalam (insiders) lainnya lebih mengetahui kondisi kini dan

    prospek ke depan suatu perusahaan daripada para investor luar.

    2) moral hazardMoral hazard adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau

    lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha

    atau transaksi usaha potensial dapat mengamati tindakan-tindakan mereka

    dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka sedangkan pihak-pihak

  • 5/27/2018 Proposal Manajemen Laba

    16/26

    16

    lainnya tidak. Moral hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan

    pemilikan dengan pengendalian yang merupakan karakteristik kebanyakan

    perusahaan besar.

    Agency theory mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer

    (agent) dengan pemegang saham (principal). Asimetri informasi ini timbul ketika

    manajer mengetahui lebih banyak informasi internal dan prospek perusahaan dimasa

    depan dibanding dengan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Asimetri

    informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas

    prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Hal ini

    memberikan kesempatan bagi manajer untuk melakukan manajemen laba (Jensen dan

    Meckling 1976).

    Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab manajemen laba.

    Richardson (1998) meneliti hubungan asimetri informasi dan manajemen laba pada

    semua perusahaan yang terdaftar di NYSE periode akhir Juni selama 1988-1992.

    Hasil penelitiannya bahwa terdapat hubungan yang sistematis antara magnitut

    asimetri informasi dan tingkat manajemen laba. Fleksibilitas manajemen untuk

    memanajemeni laba dapat dikurangi dengan menyediakan informasi yang lebih

    berkualitas bagi pihak luar. Kualitas laporan keuangan akan mencerminkan tingkat

    manajemen laba.

    5.2.4. Kepemilikan ManajerialKepemilikan saham yang dimiliki oleh manajer merupakan salah satu cara untuk

    mengurangi kos keagenan dimana kepemilikan manajerial ini dapat mensejajarkan

    kepentingan manajer dengan kepentingan pemilik.Kepemilikan manajerial

    merupakan besarnya kepemilikan saham yang di miliki oleh manajer. Hasil penelitian

    diatas mendukung bukti bahwa kepemilikan manajerial mengurangi dorongan

    oportunistik manajer sehingga akan mengurangi manajemen laba. Kepemilikan

    seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan

    terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola.

    Secara umum dapat dikatakan bahwa persentase tertentu kepemilikan saham oleh

    pihak manajemen cenderung akan mempengaruhi tindakan manajemen laba (Gideon,

    2005).

  • 5/27/2018 Proposal Manajemen Laba

    17/26

    17

    5.2.5. Ukuran PerusahaanDari tesis Ni Ketut Muliati ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat

    diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: log

    total aktiva (Marihot dan Doddy, 2007), log total penjualan (Nuryaman, 2008),

    kapitalisasi pasar (Halim, dkk. 2005). Machfoedz (1994) dalam Mardiyah (2001)

    menejelaskan bahwa pada dasarnya ukuran perusahan hanya terbagi dalam 3 katagori

    yaitu perusahaan besar (large firms), perusahaan sedang (medium firms), perusahaan

    kecil (small firms). Penentuan ukuran perusahaan ini adalah bedasarkan kepada total

    aktiva perusahaan.

    Perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang kepentingan yang

    lebih luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar

    terhadap kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi investor,

    kebijakan perusahaan akan berimplikasi terhadap prospek cash flow dimasa yang

    akan datang. Sedangkan bagi regulator (pemerintah) akan berdampak terhadap

    besarnya pajak yang akan diterima, serta efektifitas peran pemberian perlindungan

    terhadap masyarakat secara umum.

    Sudharmadji (2007:54) ukuran perusahaan (size) adalah indikasi ukuran sebuah

    perusahaan yang memperlihatkan pencapaian skala produksi sebuah perusahaan. Size

    yang dimiliki perusahaan jika mengalami peningkatan mengidentifikasikan

    meningkatkan kinerja perusahaan dari sudut penjualan dan laba.

    Husnan (2001: 20) mengungkapkan nilai total assets yang besar tidak selamanya

    menunjukkan peningkatan kinerja, adakalanya nilai total assets yang besar terjadi

    karena adanya sejumlah assets yang tidak dimanfaatkan secara baik di dalam

    perusahaan

    Menurut Sujoko dan Ugy Soebiantoro (2007:45) Kebijakan utang perusahaan

    dipengaruhi oleh ukuran perusahaan dan terhadap hubungan yang positif antara

    ukuran perusahaan dan rasio utang. Ukuran perusahaan juga merupakan faktor yang

    mempunyai pengaruh dalam struktur modal suatu perusahaan. Ukuran perusahaan

    merupakan cerminan besar kecilnya perusahaan yang nampak dalam total aktiva

    perusahaan pada neraca akhir tahun. Semakin besar ukuran suatu perusahaan berarti

    semakin besar aktiva yang bisa dijadikan jaminan untuk memperoleh utang sehingga

    struktur modal meningkat.

    Menurut Phalipu (2005) ukuran perusahaan sangat identik dengan besarnya

    skala produksi yang dihasilkan sebuah perusahaan dalam satu periode tertentu.

  • 5/27/2018 Proposal Manajemen Laba

    18/26

    18

    Bentuk-bentuk ukuran perusahaan terdiri total nilai penjualan, besarnya nilai

    kapitalisasi pasar dan struktur assets yang dimiliki perusahaan. Secara umum bentuk-

    bentuk ukuran perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut:

    1. Total Penjualan,2. Kapitalisasi Pasar,3. Total assets,Jadi dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan dapat dibai kedalam tiga

    bentuk yaitu total nilai penjualan, total niali kapitalisasi pasar dan total assets yang

    dimiliki perusahaan dalam suatu periode. Semakin besar nilai tiga komponen tersebut

    memperlihatkan semakin besarnya ukuran sebuah perusahaan.

    Dikutip dari Restu Agusti dan Tyas Pramesti, Mpaata dan Sartono (1970 dalam

    Santi (2008) mengatakan bahwa besaran perusahaan / skala perusahaan adalah

    ukuran perusahaan yang di tentukan dari jumlah total asset yang dimiliki perusahaan.

    Penelitian Defond (1993) dalam Veronica dan Bachtiar (2003) menemukan bahwa

    ukuran perusahaan berkorelasi secara positif dengan manajemen laba. Perusahan

    besar mempunyai insentif yang cukup besar untuk melakukan manajemen laba,

    karena salah satu alasan utamanya adalah perusahaan besar harus mampu memenuhi

    ekspektasi dari investor atau pemegang sahamnya. Selain itu, semakin besar

    perusahaan, semakin banyak estimasi dan penilaian yang perlu diterapkan untuk tiap

    jenis aktivitas perusahaan yang semakin banyak Santi (2008).

    Dalam RR. Sri Handayani dan Agustono Dwi Rachadi (2011), sebagian besar

    peneliti menggunakan ukuran perusahaan sebagai proksi sensitifitas pilotis dan

    perilaku manajer dalam melaporkan kinerja keuangannya (Pacecca:1995).

    Zimmerman (1983) menyarankan untuk menggunakan proksi ukuran perusahaan

    dalam kerangka political cost. Berdasarkan size hypothesis yang dipaparkan oleh

    Watt dan Zimmerman (1986), berasumsi bahwa perusahaan besar secara politis, lebih

    besar melakukan transfer political cost dalam kerangkapolitic process, dibandingkan

    dengan perusahaan kecil. Lebih lanjut beberapa peneliti berhasil membuktikan bahwa

    political process memiliki dampak pada pemilihan prosedur akuntansi oleh

    perusahaan yang berukuran besar (Watt dan Zimmerman: 1986).

    5.3.Perumusan hipotesis dan kerangka konseptual5.3.1. Perumusan Hipotesis

    Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab manajemen laba.

    Richardson (1998) dalam Ni Ketut Muliati (2011) berpendapat bahwa terdapat

  • 5/27/2018 Proposal Manajemen Laba

    19/26

    19

    hubungan yang sistematis antara asimetri informasi dengan tingkat manajemen laba.

    Adanya asimetri informasi akan mendorong manajer untuk menyajikan informasi

    yang tidak sebenarnya terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran

    kinerja manajer. Fleksibelitas manajemen untuk memanajemeni laba dapat dikurangi

    dengan menyediakan informasi yang lebih berkualitas bagi pihak luar. Kualitas

    laporan keuangan akan mencerminkan tingkat manajemen laba.

    Beberapa peneliti telah menemukan bahwa asimetri informasi dapat

    mempengaruhi manajemen laba. Teori keagenan (Agency Theory) mengimplikasikan

    adanya asimetri informasi antara manajer sebagai agen dan pemilik (dalam hal ini

    adalah pemegang saham) sebagai prinsipal. Asimetri informasi muncul ketika

    manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang

    akan datang dibandingkan pemegang saham danstakeholder lainnya. Jika dikaitkan

    dengan peningkatan nilai perusahaan, ketika terdapat asimetri informasi, manajer

    dapat memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna

    memaksimisasi nilai saham perusahaan. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan

    melalui pengungkapan (disclosure) informasi akuntansi.

    Cristie & Zimmerman (1994) dalam Ni Ketut Muliati (2011) membuktikan

    bahwa perusahaan yang melakukan takeover cenderung memilih metoda depresiasi

    dan metode pencatatan persediaan, yang dapat meningkatkan laba akuntansi.

    Berdasarkan penelitian tersebut juga disimpulkan bahwa terdapat sikap opportunistic

    manajemen dalam kasus ambil alih perusahaan, sekalipun alasan utama pemilihan

    metode akuntansi didasarkan pada pertimbangan efisiensi atau pertimbangan

    memaksimalkan nilai perusahaan.

    Agency theory mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer

    (agent) dengan pemegang saham (principal). Asimetri informasi ini timbul ketika

    manajer mengetahui lebih banyak informasi internal dan prospek perusahaan dimasa

    depan dibanding dengan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Asimetri

    informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas

    prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Hal ini

    memberikan kesempatan bagi manajer untuk melakukan manajemen laba (Jensen dan

    Meckling 1976).

    Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab manajemen laba.

    Richardson (1998) meneliti hubungan asimetri informasi dan manajemen laba pada

    semua perusahaan yang terdaftar di NYSE periode akhir Juni selama 1988-1992.

  • 5/27/2018 Proposal Manajemen Laba

    20/26

    20

    Hasil penelitiannya bahwa terdapat hubungan yang sistematis antara magnitut

    asimetri informasi dan tingkat manajemen laba. Fleksibilitas manajemen untuk

    memanajemeni laba dapat dikurangi dengan menyediakan informasi yang lebih

    berkualitas bagi pihak luar. Kualitas laporan keuangan akan mencerminkan tingkat

    manajemen laba.

    H1: asimetri informasi memiliki pengaruh terhadap praktik manajemen laba

    Kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajer merupakan salah satu cara untuk

    mengurangi kos keagenan dimana kepemilikan manajerial ini dapat mensejajarkan

    kepentingan manajer dengan kepentingan pemilik.Kepemilikan manajerial

    merupakan besarnya kepemilikan saham yang di miliki oleh manajer. Hasil penelitian

    diatas mendukung bukti bahwa kepemilikan manajerial mengurangi dorongan

    oportunistik manajer sehingga akan mengurangi manajemen laba. Kepemilikan

    seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan

    terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola.

    Secara umum dapat dikatakan bahwa persentase tertentu kepemilikan saham oleh

    pihak manajemen cenderung akan mempengaruhi tindakan manajemen laba (Gideon,

    2005).

    H2: kepemilikan manajerial memiliki pengaruh terhadap praktik manajemen laba

    Perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang kepentingan yang

    lebih luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar

    terhadap kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi investor,

    kebijakan perusahaan akan berimplikasi terhadap prospek cash flow dimasa yang

    akan datang. Sedangkan bagi regulator (pemerintah) akan berdampak terhadap

    besarnya pajak yang akan diterima, serta efektifitas peran pemberian perlindungan

    terhadap masyarakat secara umum.

    Dikutip dari Ni Ketut Muliati (2011), terdapat dua pandangan tentang bentuk

    hubungan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Pandangan pertama

    menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan positif dengan manajemen

    laba, karena perusahaan besar memiliki aktivitas operasional yang lebih kompleks

    dibandingkan perusahaan kecil, sehingga lebih memungkinkan untuk melakukan

    manajemen laba. Moses (1997) mengemukakan bahwa perusahaan perusahaan

    yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar untuk melakukan perataan laba

    (salah satu bentuk manajemen laba) dibandingkan dengan perusahaan kecil, karena

  • 5/27/2018 Proposal Manajemen Laba

    21/26

    21

    memiliki biaya politik lebih besar. Biaya politik muncul dikarenakan profitabilitas

    perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian media dan konsumen.

    Pandangan kedua menyatakan ukuran perusahaan memiliki hubungan negative

    dengan manajemen laba. Marrakchi (2001) dalam Ni Ketut Muliati (2011) di

    Amerika Serikat dengan menggunakan data sampel perusahaan industri tahun 1996

    menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif dengan

    manajemen laba. Perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk

    melakukan manajemen laba dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil, karena

    perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pemegang saham dan pihak luar.

    Perusahaan besar memiliki basis investor yang lebih besar, sehingga mendapat

    tekanan yang lebih kuat untuk menyajikan pelaporan keuangan yang kredibel.

    Veronica dan Siddharta (2005) dalam Ni Ketut Muliati (2011) meneliti di BEJ

    (BEI) pada periode pengamatan 1995-1996 dan 1999-2002, menemukan ukuran

    perusahaan berhubungan negatif signifikan dengan manajemen laba. Namun, Halim,

    dkk. (2005) dengan data LQ 45 di BEJ (BEI) menemukan ukuran perusahaan

    berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Penelitian Halim memiliki kelemahan

    pada jumlah sampel, yang hanya menggunakan 27 emiten sector manufaktur.

    Dikutip dari Restu Agusti dan Tyas Pramesti, Mpaata dan Sartono (19970 dalam

    Santi (2008) mengatakan bahwa besaran perusahaan / skala perusahaan adalah

    ukuran perusahaan yang di tentukan dari jumlah total asset yang dimiliki perusahaan.

    Penelitian Defond (1993) dalam Veronica dan Bachtiar (2003) menemukan bahwa

    ukuran perusahaan berkorelasi secara positif dengan manajemen laba. Perusahan

    besar mempunyai insentif yang cukup besar untuk melakukan manajemen laba,

    karena salah satu alasan utamanya adalah perusahaan besar harus mampu memenuhi

    ekspektasi dari investor atau pemegang sahamnya. Selain itu, semakin besar

    perusahaan, semakin banyak estimasi dan penilaian yang perlu diterapkan untuk tiap

    jenis aktivitas perusahaan yang semakin banyak Santi (2008).

    H3: ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap praktik manajemen laba

  • 5/27/2018 Proposal Manajemen Laba

    22/26

    22

    5.3.2. Kerangka Konseptual

    ASIMETRI

    INFORMASI

    UKURAN

    PERUSAHAAN

    KEPEMILIKAN

    MANAJERIAL

    MANAJEMEN

    LABA

  • 5/27/2018 Proposal Manajemen Laba

    23/26

    23

    6. METODE PENELITIAN6.1.Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Asosiatif.

    Penelitian Asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan anara dua

    variabel atau lebih. Hubungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah hubungan kausal

    yaitu hubungan yag bersifat sebab-akibat dimana terdapat variabel yang dipengaruhi (variabel

    dependen) dan variabel-variabel yang mempengaruhi (variabel independen), Sugiyono

    (2006).

    6.2.Lokasi PenelitianPenelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni perusahaan perbankan pada

    tahun 2005 sampai tahu 2009. Periode pengamatan dalam penelitian ini adalah selama 5

    tahun, yakni sejak tahun 2005 hingga tahun 2009. Pemilihan rentang waktu tersebut

    didasarkan pada pertimbangan bahwa selama tahun 2005 sampai tahun 2009 kondisi

    perekonomian relative stabil.

    6.3.Metode Penentuan SampelPopulasi penelitian adalah seluruh perusahaan perbankan publik yang ada di Indonesia

    pada tahun 2001 sampai tahun 2008. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan

    metodapurposive sampling, dengan kriteria sebagai berikut:

    1. Data laporan keuangan (kecuali laporan perubahan modal) perusahaan tersediaberturut-turut untuk tahun pelaporan dari 2005 sampai dengan 2009. Laporan

    keuangan harus tersedia berturut-turut adalah untuk menghitung manajemen laba.

    2. Perusahaan sampel tersebut mempublikasikan laporan keuangan auditan dengantahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember.

    3. Data harga saham tersedia selama perioda estimasi dan pengamatan.6.4.Populasi dan Sampel

    Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI untuk

    tahun 2005 hingga tahun 2009. Data terbaru menunjukkan jumlah perusahaan perbankan

    yang terdaftar di BEI berjumlah 36 perusahaan.

    6.5.Analisis Uji HipotesisPengujian hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari uji signifikansi simultan (uji F

    statistic) dan uji koefisien determinasi.

    a. Uji Regresi SimultanDigunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama atau

    simultan mempengaruhi variabel dependen (Ghozali:2005).

  • 5/27/2018 Proposal Manajemen Laba

    24/26

    24

    Langkah-langkah pengujian hipotesisnya adalah sebagai berikut:

    a. memformulasikan hipotesis

    b. menentukan level of significance () yaitu 5%

    c. menentukan nilai koefisien determinasi (R2)

    d. menentukan F hitung

    e. criteria pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan nilai Ftabeldengan Fhitung

    b. Uji Koefisien DeterminasiUji koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model

    dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali: 2005). Uji koefisien determinasi

    dilihat dari nilai adjusted R2 (koefisien determinasi) yang nilainya terletak antara 0 dan 1

    (0 < adjusted R2 < 1)

  • 5/27/2018 Proposal Manajemen Laba

    25/26

    25

    DAFTAR PUSTAKA

    Agusti, Restu dan Pramesti, Tyas. Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan,

    Kepemilikan Manajerial terhadap Manajaemen Laba. Fakultas Ekonommi Universitas

    Riau.

    Boediono, Gideon SB. 2005.Kualitas Laba : Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance

    dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium

    Nasional Akuntansi 8 (Solo).

    Ghozali, Imam. 2005. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit

    Universitas Diponegoro.

    Halim, J, Meiden, C dan Tobing. 2005. Pengaruh Manajemen Laba pada Tingkat Pengungkapan

    Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Termasuk dalam Indeks LQ45.

    Simposium Nasional Akuntansi VIII.

    Handayani, Sri dan Dwi Rachadi, Agustono. 2011. Pengarauh Ukuran perusahaan terhadap

    Manajemen Laba. Universitas Diponegoro.

    Husnan Suad. 2001. Dasar-Dasar Management Keuangan dan Analisis. Yayasan Penerbit

    Universitas Indonesia, Jakarta.

    Jensen, Michael C and Meckling William H. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior,

    Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics. October, Vol. 3,

    No. 4

    Marrakchi S.,Chtourou. Corporate Governance and Earning Management . 2001.

    http://paper.ssrn.com.

    Moses, Douglas O, 1997, Income Smooting and Incentives: Empirical Using Accounting

    Changes, The Accounting Review, Vol.LXII,No.2, April,pp. 259-377).

    http://paper.ssrn.com/http://paper.ssrn.com/http://paper.ssrn.com/
  • 5/27/2018 Proposal Manajemen Laba

    26/26

    26

    Muliati, N. K. 2011. Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan pada Praktik

    Manajemen Laba di Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

    UNIVERSITAS UDAYANA.

    Nurul Hasni, Yosi Mulia, Dessy Haryani. 2013. Pengaruh Aktiva Pajak Tangguhan dan Ukuran

    Perusahaan dan Probabilitas Perusahaan Melakukan Manajemen Laba pada

    Perusahaan Manufaktur di BEI.

    Phalipu, healy. 2005. Cooperate F inancial Statement. Grow Hill, Florida.

    Richardson, V. J. 1998. Information Asymmetry and Earnings Management : Some Evidence.

    http/www.ssrn.com.

    Sudharmadi, Aris Murdoko. 2007. Pengaruh Likuiditas, Size dan Profitabilitas Terhadap

    Voluntary Disclosure. Study Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek

    Indonesia.Jurnal Manajemen Keuangan Universitas Ghunadarma, Jakarta.

    Sugiyono. 2006.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: ALFABETA.

    Sujoko dan Soebiantoro Ugy. 2007. Pengaruh Kepemilikan Saham, Leverage, factor intern

    dan faktor ekstern terhadap nilai perusahaan. Jurnal Ekonomi Manajemen dan

    Kewirausahaan Petra, vol 9,no1,maret, hal 41-48.

    Sulistyanto, Sri. 2008. Manajemen Laba : Teori dan Model Empiris. Edisi pertama.Grasindo;

    Jakarta

    Veronica, Sylvia dan Bachtiar, Yanivi S. 2004. Good Corporate Governance, Information

    Asymmetry, and Earnings Management. Simposium Nasional Akuntansi VII: 60-72.