BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Preeklampsia Preeklampsia di ...
Proposal Management Askeb Pada Ibu Bersalin Dengan Preeklampsia Berat Di Rsudb Bolmong
-
Upload
semy-simbala -
Category
Documents
-
view
1.170 -
download
7
description
Transcript of Proposal Management Askeb Pada Ibu Bersalin Dengan Preeklampsia Berat Di Rsudb Bolmong
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Preeklamsia diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu preeklamsia ringan, sedang dan berat. Alur asuhan preeklamsia
telah ditetapkan dan semua unit rumah bersalin menyediakan panduan untuk perawatan preeklamsia. Biasanya semakin
awal tanda dan gejala preeklamsia muncul semakin berat manifestasi penyakitnya dan wanita dapat mengalami
preeklamsia berat pada usia kehamilan cukup bulan atau bahkan dimasa pascanatal. Oleh sebab itu, dalam merawat
wanita preeklamsia seorang tenaga kesehatan harus selalu waspada pada perubahan kondisi wanita hamil (Bothamley dkk,
2012). Menurut Organisasi kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa angka kematian
ibu (AKI) di Indonesia menduduki peringkat keenam dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. AKI di Indonesia
pada tahun 2007 adalah 248/100.000 kelahiran hidup. Dan pada tahun 2011 AKI adalah 252 kematian per 100.000
kelahiran hidup. AKI mengalami kenaikan dari tahun 2007 sampai 2011 (Depkes RI, 2008).
Menurut data dari Provinsi Sulawesi Utara (2010), Angka Kematian Ibu (AKI) yang disebabkan oleh PEB berjumlah
150 / 100.000 kelahiran hidup atau 0,15% dari jumlah kunjungan ibu hamil sebanyak 16.052. Berdasarkan data yang
diperoleh melalui studi pendahuluan dengan menggunakan buku register Kamar Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah
Datoe Binangkang Bolaang Mongondow (2012) terdapat kejadian preeklampsia periode Januari s/d Desember 2012
yaitu sebesar 82 kasus (0,078%) dari jumlah 1046 ibu hamil yang dirawat. Berarti dalam setiap bulan terdapat rata-rata 8
orang ibu hamil dan bersalin yang dirawat dengan kasus preeklampsia. Hal ini menunjukkan tingginya angka kejadian
Preeklampsia di Rumah Sakit Umum Daerah Datoe Binangkang Bolaang Mongondow ( Profil Kamar Bersalin Rumah
Sakit Umum Daerah Datoe Binangkang Bolaang Mongondow, 2012).
Salah satu penyebab terjadinya preeklamsia Berat pada ibu hamil di RSUD Datoe Binangkang Kabupaten Bolaang
Mongondow disebabkan karena kurangnya pengetahuan mengenai tanda – tanda kehamilan, usia kehamilan yang terlalu
muda atau terlalu tua, pendidikan yang rendah, pendapatan keluarga yang rendah juga aspek medis dan salah satunya
juga Preeklamsia sangat berpengaruh dalam meningkatkan angka kematian ibu melahirkan. Penyakit ini diklasifikasikan
sebagai hipertensi yang diinduksikan oleh kehamilan.
2
Dampak jangka panjang yang terladi pada ibu hamil dengan Preeklamsia Berat yaitu meningkatnya mortalitas ibu
hamil, hal ini berdasarkan data yang diperoleh dari register RSUDB Bolaang Mongondow (2012), yaitu Preeklampsia
berat 1 orang (0,00096%) dan Eklampsia 1 orang (0,00096%) dari jumlah 1046 ibu hamil yang dirawat. sedangkan
dampak jangka pendek pada ibu hamil dengan Preeklampsia adalah morbilitas, hal ini berdasarkan data yang diperoleh
dari register RSUDB Bolaang Mongondow (2012), yaitu Preeklampsia ringan berjumlah 9 orang (0,0086%),
preeklampsia berat berjumlah 73 orang (0,076%), dan eklampsia berjumlah 15 orang (0,014%) dari jumlah 1046 ibu
hamil yang dirawat.
Solusi yang perlu di terapkan untuk mengurangi dampak yang disebabkan oleh Preeklamsia berat pada ibu hamil yaitu
dengan pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin, mencari tanda-tanda preeklamsia sangat penting dalam usaha
pencegahan preeklamsia berat dan eklamsia dan mengupayakan agar setiap persalinan ditolong atau minimal di dampingi
oleh Bidan dan pelayanan obstetric sedekat mungkin kepada semua ibu hamil (Prawirohardjo, 2009).
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penerapan manajemen asuhan kebidanan
pada klien dengan Preeklampsia berat di Ruang Bersalin RSUD Datoe Binangkang Bolaang Mongondow.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data pada latar belakang maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan
Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin dengan Preeklamsia Berat Di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum
Daerah Datoe Binangkang Bolaang Mongondow?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk menerapkan Manajemen Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin dengan preeklampsia berat dengan
pendekatan Manajemen Kebidanan.
2. Tujuan Khusus
Dapat melakukan pengumpulan data yang diperlukan pada kasus ibu bersalin dengan preeklampsia berat untuk :
3
a. Mengidentifikasi pengumpulan data pada ibu bersalin dengan preeklampsia berat di Ruang Bersalin RSUD Datoe
Binangkang Bolaang Mongondow.
b. Mengidentifikasi interpretasi data pada ibu bersalin dengan preeklamsia berat di Ruang Bersalin RSUD Datoe
Binangkang Bolaang Mongondow.
c. Mengidentifikasi diagnosa potensial atau masalah potensial pada ibu hamil dengan preeklampsi berat di ruang
bersalin RSUD Datoe Binangkang Bolaang Mongondow.
d. Meidentifikasi kebutuhan untuk memerlukan penanganan segera pada preeklamsia berat di Ruang Bersalin RSUD
Datoe Binangkang Bolaang Mongondow.
e. Mengidentifikasi asuhan kebidanan yang menyeluruh pada preeklamsia berat di Ruang Bersalin RSUD Datoe
Binangkang Bolaang Mongondow.
f. Mengidentifikasi rencana asuhan kebidanan dengan preeklamsia berat di Ruang Bersalin RSUD Datoe
Binangkang Bolaang Mongondow.
g. Mengidentifikasi hasil pelaksanaan Manajemen Asuhan Kebidanan pada ibu hamil dengan preeklamsia berat di
Ruang Bersalin RSUD Datoe Binangkang Bolaang Mongondow.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Institusi pendidikan
Sebagai bahan ilmiah atau bahan bacaan untuk penulis berikutnya.
b. Peneliti
Untuk menambah wawasan, pengetahuan serta penanganan segera pada ibu hamil dengan preeklamsia berat, serta
sebagai bahan bacaan referensi penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Instansi penelitian
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan kepada instansi terkait dalam
meningkatkan kualitas pelayanan.
4
b. Responden
Dapat memperluas wawasan keilmuan dan menjadi sarana pengembangan diri melalui penulisan manajemen
asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan preeklamsia berat dan merupakan pengalaman berharga bagi
responden.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Teori Persalinan
1. Pengertian
a. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan dan atau dapat
hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan / kekuatan
sendiri (Sulistyawati, 2010).
b. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan adalah proses membuka dan
menipisnya serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban
didorong keluar melalui jalan lahir.
c. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42
minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin.
2. Tahapan persalinan
Silistyawati (2010) menyatakan tahapan persalinan terdiri atas :
a. Kala I (satu) persalinan
Kala I persalinan dimulai dari saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase,
fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3 cm sampai10 cm.
Kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif.
b. Kala II (dua) persalinan
Kala II persalinan dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2
jam pada primi dan 1 jam pada multi.
c. Kala III (tiga) persalinan
6
Kala III persalinan dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya placenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30
menit.
d. Kala IV (empat) persalinan
Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya placenta sampai 2 jam pertama post partum.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
Sulistyawati (2010) menuliskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan, terdiri atas :
a. Faktor power
Power adalah tenaga atau kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan tersebut meliputi his, kontraksi otot-
otot perut, kontraksi diagfragma dan dari ligament, dengan kerja sama yang baik dan sempurna.
b. Faktor pasangger (penumpang )
Faktor lain yang berpengaruhi terhadap persalinan adalah faktor janin, yang meliputi sikap janin, letak, presentasi,
bagian terbawah, dan posisi janin.
c. Faktor passage (jalan lahir)
Passage atau jalan lahir dibagi menjadi bagian keras panggul yaitu tulang panggul dan jalan lahir lunak yaitu
bagian lunak panggul terdiri dari otot-otot dan ligamentum yang meliputi dinding panggul sebelah dalam dan
menutupi sebelah bawah.
C. Konsep Dasar Preeklamsia Berat
1. Pengertian
a. Preeklamsia Berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110
mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau udema pada kehamilan 20 minggu atau lebih ( Sujiati dkk, 2009).
b. Preeklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 150/110 mmHg
atau lebih ditandai proteinuria dan / atau udema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Pudiastuti, 2012).
c. Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia
kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang
dan/atau koma yang timbul bukan akibat kelainan neurologi. (Anonim, 2012)
7
d. Preeklampsia adalah kelainan multisystem spesifik pada kehamilan yang ditandai oleh timbulnya hipertensi dan
proteinuria setelah umur kehamilan 20 minggu. Kelainan ini dianggap berat jika tekanan darah dan proteinuria
meningkat secara bermakna atau terdapat tanda-tanda kerusakan organ (termasuk gangguan pertumbuhan janin).
(Anonim, 2012).
2. Patofisiologi
Patofisiologi preeklamsia merupakan suatu disfungsi/ kerusakan sel endotel vaskuler secara menyeluruh dengan
penyebab multifaktor, seperti: imunologi, genetik, nutrisi (misalnya defisiensi kalsium) dan lipid peroksidasi.
Kemudian berlanjut dengan gangguan keseimbangan hormonal prostanoid yaitu peningkatan vasokonstriktor
(terutama tromboxan) dan penurunan vasodilator (prostasiklin), peningkatan sensitivitas terhadap vasokonstriktor
agregasi platelet (trombogenik), koagulopati dan aterogenik. Perubahan level seluler dan biomolekuler di atas telah
dideteksi pada umur kehamilan 18-20minggu, selanjutnya sekurang-kurangnya umur kehamilan 24 minggu dapat
diikuti perubahan/ gejala klinis seperti hipertensi, oedema dan proteiuria.
Awalnya adalah defisiensi invasi sel-sel trofoblas atas arteri spiralis pada plasenta yang dimediasi/ dipengaruhi
proses imunologis, dan hal ini mengakibatkan gangguan perfusi unit fetoplasental. (Anonim, 2012).
3. Manifestasi klinis
Kehamilan 20 minggu atau lebih dengan tanda-tanda:
a. Desakan darah sistolik ≥160 mmHg, diastolik ≥110 mmHg. Desakan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil
sudah dirawat di rumah sakit dan menjalani tirah baring.
b. Protein urine ≥5 gram/ 24jam atau kualitatif 4+ (++++).
c. Oliguri jumlah produksi urine 500 cc / 24jam atau disertai kenaikan
kadar kreatinin darah.
d. Adanya gejala-gejala eklamsia impending: gangguan visus, gangguan serebral, nyeri epigastrium, hiper refleksia.
e. Adanya sindroma HELLP (Hemolysis Elevated Liver enzyme Low Platelet). (Anonim, 2012).
4. Pelaksanaan
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklampsia berat berat selama perawatan maka
perawatan dibagi :
8
a. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau ditrminasi ditambah pengobatan medicinal.
b. Perawatan konservatif yaitu tetap dipertahankan ditambah pengobatan medicinal.
1) Perawatan aktif
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal assessment
(NST & USG).
Indikasi
a) Ibu
Usia kehamilan 37 minggu atau lebih, Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan
terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan medikasiterjadi kenaikandesakan darah atau setelah 24
jam perawatan medisial, ada gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikan).
b) Janin
Hasil fetal assessment jelek (NST & USG) dan adanya tanda IUGR
c) Adanya “HELLP syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar, trombositopenia). (Pudiastuti,
2012).
d) Kehamilan late preterm (≥34 minggu estimasi berat janin ≥2000g). (Anonim, 2012).
2) Pengobatan medisinal
a) Segera rawat inap
b) Tirah baring miring ke satu sisi
c) Infus RL yang mengandung 5% dekstrose dengan 60-125cc/ jam
d) Pemberian anti kejang MgSO4
Dosis awal:
a) MgSO4 20% 4gram iv
b) MgSO4 50% 10gram im
c) Pada bokong kanan/kiri masing-masing 5gram
Dosis ulangan:
9
MgSO4 50% 5gram iv diulangi setiap 6 jam setelah dosis awal s.d. 6 jam pasca persalinan
Syarat pemberian:
a) Refleks patella +
b) Respirasi >16 kali/menit
c) Urine sekurang-kurangnya 150cc/ 6jam
d) Harus selalu tersedia Calcium gluconas 1gram 10% (diberikan iv pelan-pelan pada intoksikasi MgSO4)
e) Antihipertensi dapat dipertimbangkan diberikan bila: sistole ≥180 mmHg – diastole ≥120 mmHg. Nifedipin
5-10mg tiap 8 jam atau Methyldopa 250mg tiap 8 jam.
3) Pengobatan obstetric
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada tiap penderita dilakukan pemeriksaan “Non stress test”
a) Tindakan seksio sesar dikerjakan apabila:
“Non stress test” jelek, Penderita belum inpartu dengan skor pelvik jelek, Kegagalan drip oxytocin.
b) Induksi dengan drip oxytocin dikerjakan apabila:
NST baik, Penderita belum inpartu dengan skor pelvik baik.
4) Perawatan Konservatif
Perawatan konservatif pada kehamilan prematur umur kehamilan 32 minggu terutama umur kehamilan
kurang dari 30 minggu memberikan prognosis buruk. Diperlukan lama perawatan konservatif sekitar 7-15
hari.
1. Indikasi
Pada umur kehamilan kurang dari 34 minggu (estimasi berat janin < 2000g, tanpa ada tanda-tanda
impending eklampsia).
2. Pengobatan
(1) Di kamar bersalin (selama 24 jam).
(2) Tirah baring.
10
(3) Infus RL yang mengandung 5% dekstrose 60-125 cc/ jam 10gram MgSO4 50% im setiap 6 jam
s.d. 24 jam pasca
persalinan (kalau tidak ada kontra indikasi pemberian MgSO4).
(4) Diberikan antihipertensi. Nifedipin 5-10mg setiap 8 jam, dapat diberikan bersama-sama Methyldopa
250-500mg setiap 8 jam. Nifedipin dapat diberikan ulang sublingual 5-10mg dalam waktu 30 menit
pada keadaan tekanan sistolik ≥180 mmHg atau diastolik ≥110 mmHg (cukup 1 kali saja).
(5) Dilakukan pemeriksaan lab tertentu (fungsi hepar dan ginjal) dan produksi urine 24 jam.
(6) Konsultasi dengan bagian lain: Bagian mata, Bagian jantung, Bagian lain sesuai dengan indikasi.
(7) Pengobatan dan evaluasi selama rawat tinggal di Ruang bersalin (setelah 24 jam masuk ruangan
bersalin).
(8) Obat-obat:
Roboransia: multivitamin
Aspirin dosis rendah 87,5mg sehari satu kali
Antihipertensi: Nifedipin 5-10mg setiap 8 jam, atau Methyldopa 250mg setiap 8 jam.
Penggunaan atenolol dan b-blocker dapat dipertimbangkan pada pemberian kombinasi
(9) Pemeriksaan Lab:
Hb, PCV, dan hapusan darah tepi, Asam urat darah, Trombosit, Fungsi ginjal/ hepar, Urine lengkap.
(Anonim, 2012).
5) Perawatan konservatif dianggap gagal apabila:
a. Ada tanda-tanda impending eklamsi.
b. Kenaikan progresif tekanan darah
c. Ada sindrom HELLP
d. Ada kelainan fungis ginjal
e. Penilaian kesejahteraan janin jelek. (Pudiastuti, 2012).
11
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala – gejala preeklamsia berat selama perawatan maka
dilakukan perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan medisinal. Sedapat
mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan vital atau USG. (Sujiyatini dkk, 2009).
C. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Preeklampsia Berat
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah merupakan proses pemecahan masalah yang dikemukakan oleh perawat – bidan
pada. (Purwandari. 2008). Manajemen kebidanan memperkenalkan suatu metode dengan pengorganisasian,
Pemikiran dan tindakan berurutan, logis dan menguntungkan baik bagi pasien maupun tenaga kesehatan (Varney,
1997).
2. Tujuan Asuhan Antenatal
Ada beberapa tujuan seorang bidan/dokter melakukan asuhan antenatal, antara lain:
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan dan tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.
c. Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk
riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma
seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI Eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara
normal.
3. Kebijakan Program
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan, yaitu:
a. Satu kali kunjungan pada triwulan pertama yaitu sebelum miinggu ke-14
b. Satu kali kunjungan pada triwulan kedua yaitu sebelum minggu ke-28
c. Dua kali kunjungan pada triwulan ketiga yaitu antara 28-36 minggu satu
kali dan setelah 36 minggu satu kali kunjungan.
12
4. Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “ 7 T ”
a. Timbang berat badan
b. Tensi (tekanan darah)
c. Tinggi fundus uteri
d. Imunisasi TT ( Tetanus Toksoid)
e. Tablet zat besi
f. Test PMS
g. Temu wicara
Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat diberikan
oleh dukun bayi. (Bartini, 2012).
5. Langkah – langkah manajemen kebidanan (Varney, 1997)
a. Langkah I (Pertama) Tahap Pengumpulan Data
Pada langkah pertama ini semua informasi yang akurat dan lengkap
dikumpulkan dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dapat dilakukan
melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.
Apabila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasi pada dokter dalam penatalaksanaan, bidan perlu
melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Tahap Ini merupakan langkah awal yang akan menentukan
langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai kasus yang dihadapi akan menentukan proses intrepretasi
yang benar. Bidan harus mengkaji ulang data yang sudah dikumpulkan untuk menilai ketepatan, kelengkapan dan
keakuratan. Dalam masalah Preeklamsia Berat, meliputi :
1. Pengkajian (pengumpulan data dasar)
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang
akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. (Ambarwati dan wulandari, 2008).
a. Data Subjektif
1) Biodata yang mencakup identitas pasien, yaitu :
13
a) Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam
memberikan penamaan.
b) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperi kurang dari 20 tahun, alat-alat
reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur terlalu muda kurang
dari 17 tahun dan umur terlalu tua lebih dari 35 tahun rentan sekali terjadi preeklampsia. (Morgan
dan Hamilton, 2009).
c) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien
dalam berdoa. (Ambarwati dan Wulandari, 2008).
d) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya. (Ambarwati dan
Wulandari, 2008).
e) Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
f) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social ekonominya, karena ini juga
mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. (Ambarwati dan Wulandari, 2008).
g) Alamat
Ditanya untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan. (Ambarwati dan Wulandari, 2008).
2) Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa kehamilan. (Ambarwati dan
Wulandari, 2008). Dan pada pasien dengan preeklampsia berat keluhan utamanya adalah sakit kepala
berat, mengantuk, gangguan penglihatan, dan nyeri epigastrium. (Morgan dan Hamilton, 2009).
14
3) Riwayat kesehatan:
a) Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : Jantung,
DM, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa kehamilan. (Ambarwati dan
Wulandari, 2008). Ibu yang menderita penyakit hipertensi vascular kronis atau penyakit ginjal maka
kemungkinan akan terjadi superimposed eklampsia atau eklampsia. (Morgan dan Hamilton, 2009).
b) Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini
yang ada hubungan dengan masa kehamilannya. (Ambarwati dan Wulandari, 2008).
Perkembangan preeklampsia terjadi setelah 20 minggu kehamilan. (Morgan dan Hamilton, 2009).
c) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien, yaitu apabila ada penyakit
keluarga yang menyertainya. (Ambarwati dan Wulandari, 2008). Adanya riwayat preeklampsia
dalam keluarga. (Morgan dan Hamilton, 2009). Terdapat kecenderungan meningkatnya frekuensi
Preeklampsia pada anak-anak dari ibu yang menderita Preeklampsia. Kecenderungan meningkatnya
frekuensi Preeklampsia pada anak cucu ibu hamil dengan riwayat Preeklampsia dan bukan ipar
mereka. (Anonim, 2012)
d) Riwayat perkawinan
Yang perlu dikaji adalah beberapa kali menikah, status menikah sah atau tidak, karena bila
melahirkan tanpa status yang jelas akan mempengaruhi masa kehamilan. (Ambarwati dan
Wulandari, 2008).
4) Riwayat obstetric
a) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus,
jumlah anak, cara persalian yang lalu, penolong persalian, keadaan nifas yang lalu. (Ambarwati dan
Wulandari, 2008).
15
b) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui, umur pertama menarche, siklus haid, lamanya haid, banyaknya haid,
teratur/tidak, keluhan saat haid, keputihan. Hari pertama haid terakhir (HPHT), Hari Perkiraan Lahir
(HPL). (Bartini, 2012). Preeklampsia berat terjadi pada usia kehamilan setelah 20 minggu. (Morgan
dan Hamilton, 2009).
5) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah
keluhan selama menggunakan kontrasepsi. (Ambarwati dan Wulandari, 2008).
6) Kehidupan sosial budaya
Untuk menganut pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan atau
merugikan pasien khususnya pada kehamialan. (Ambarwati dan Wulandari, 2008).
7) Data psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap kehamilannya. Wanita mengalami banyak
perubahan emosi/psikologis selama kehamilan. Cukup sering ibu menunjukkan depresi ringan.
(Ambarwati dan Wulandari, 2008).
8) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari :
a) Nutrisi
Mengambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan
pantangan. Mengkonsumsi makanan yang mengandung garam, protein dan lemak dengan kadar
tinggi dapat mempengaruhi terjadinya preeklampsia. (Anonim, 2012).
b) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi: frekuensi, jumlah,
konsistensi, dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah. (Ambarwati
dan Wulandari, 2008). Keluarnya urine kurang dari 30 ml/jam atau kurang dari 500 ml/24 jam diebut
oliguria, ini merupakan tanda dan gejala preeklampsia. (Morgan dan Hamilton, 2009).
c) Istirahat
16
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur
misalnya membaca, mendengarkan music atau mengkonsumsi obat tidur. (Ambarwati dan
Wulandari, 2008). Pada pasien preeklamsia adanya frekuensi tidur yang berlebihan karena adanya
konvulsi. (Morgan dan Hamilton, 2009).
d) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah
genitalia.
b. Data Objektif
Dalam menghadapi masalah kehamilan dengan Preeklmpsia berat dari seorang klien, bidan harus
mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan klien dalam keadaan stabil.
1). Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum:
Pada preeklamsia berat Keadaan umum masih dalam keadaan cukup. (Anonim, 2012)
b) Kesadaran:
Pada preeklampsia berat kesadaran masih dalam Composmentis. (Anonim, 2012)
2) Tanda-tanda vital
Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang dialaminya. (Ambarwati dan
Wulandari, 2008).
a) Tekanan darah
Pada preeklampsia berat tekanan darah 150/110 mmHg. (pudiastuti 2012).
b) Temperatur
Untuk mengetahui peningkatan suhu badan. Kenaikan suhu badan mencapai 38 derajat celcius
merupakan tanda-tanda infeksi. (Ambarwati dan Wulandari, 2008).
c) Nadi dan pernafasan
17
Nadi berkisar antara 60-80x /menit dalam batas normal. Denyut nadi diatas 100x/menit
mengidentifikasikan adanya suatu infeksi. (Ambarwati dan Wulandari, 2008).
d) Pernafasan dalam batas normal normal, yaitu sekitar 20-30x/menit. (Ambarwati dan Wulandari,
2008).
3) Pemeriksaan Khusus/Fisik (Head To Toe)
a) Kepala
Pada preeklampsia ibu merasakan nyeri kepala yang hebat. Tidak ada benjolan dikepala maupun
tanda kelainanan. (Pudiastuti, 2012).
b) Rambut
Untuk mengetahui warna rambut, rambut mudah dicabut
atau tidak, apakah kulit kepala berketombe
atau tidak. (Pudiastuti, 2012).
c) Hidung
Apakah terdapat polip, adanya tanda kelainan atau tidak, apakah fungsi penciuman baik. (Pudiastuti,
2012).
d) Telinga
Apakah simetris atau tidak terdapat serumen, adanya peradangan pada lubang telinga atau tidak dan
fungsi pendengaran baik atau tidak. (Pudiastuti, 2012).
e) Mulut dan gigi
Apakah ada kelainan congenital atau tidak seperti bibir sumbing, apakah ada caries pada gigi, fungsi
pengecapan baik atau tidak, apaka tidak ada pembesaran tonsil. (Pudiastuti, 2012).
f) Leher :
(a) Kelenjar thyroid : Apakah tidak terdapat pembesaran ataupun kelainan.
(b) Kelenjar getah bening : Apakah tidak ada pembesaran dan tanda kebiruan.
(c) Vena jugolaris : Apakah tidak adanya pembesaran. (Pudiastuti, 2012).
g) Dada/payudara :
18
(a) Bentuk dada simetris atau tidak, pergerakan dada
apakah teratur atau tidak, dan apakah ada kelainan.
(b) Jantung
Untuk mengetahui apakah bunyi jantung normal, dan apakah tidak yterdengar murmur.
(c) Paru
Untuk mengetahui apakah bunyi paru normal, apakah tidak terdengar weezing atau ronchi.
(d) Payudara
Untuk mengetahui apakah pembesarannya normal simetris kiri dan kanan, apakah ada
hyperpigmentasi aerola mammae, putting susu menonjol atau ntidak, bersih atau kotor, apakah
tidak ada benjolan atau rasa nyeri, dan apakah sudah keluar colostrums atau tidak. (Pudiastuti,
2012).
(e) Punggung dan pinggang
Untuk mengetahui apakah bentuk tulang punggung lordosis, dan apakah ada nyeri pinggang.
(Pudiastuti, 2012).
(f) Ekstermitas atas dan bawah
Apakah bentuk simetris, jari-jari tangan lengkap, serta apakah tidak ada varices. (Pudiastuti,
2012). Pada preeklampsia terdapat Oedema tungkai atas dan bawah.(Anonim, 2012).
(g) Genitalia eksternal
Untuk mengatahui apakah ada oedema dan varices serta
keputihan yang disebabkan oleh jamur. (Pudiastuti, 2012).
(h) Abdomen :
(1) Pemeriksan inspeksi atau periksa pandang
Yaitu untuk mengetahui apakah pembesaran sesuai dengan usia kehamilan, apakah tidak
ada bekas luka operasi maupun benjolan tanda kelainan. Serta strie gravidarum.(Anonim,
2012).
(2) Palpasi Leopold
19
Adalah pemeriksaan obstetric secaran palpasi pada abdomen dilakukan untuk mengetahui
pertumbuhan janin dengan menilai letak dan presentasi janin dalam kandungan.
(Purwandari., 2008).
a. Leopold I
Tujuan : Menentukan tinggi fundus uteri dan menentukan bagian janin yang berada di dasar
rahim. Bagian janin yang teraba difundus disimpulkan bokong apabila yang teraba bulat lunak
dan tidak melenting, dan apa bila yang teraba bulat dan melenting dan keras didimpulkan
kepala.
b. Leopold II
Tujuan : untuk mengetahui letak punggung janin dengan cara menilai bagian apa yang
berada disisi kanan dan kiri perut ibu.
c. Leopold III
Tujuan : Untuk mengetahui presentasi janin atau bagian terendah janin.
d. Leopold IV
Tujuan : Untuk mengetahui sejauh mana bagian terendah belum masuk panggul apabila kedua
ujung jari tangan pemeriksa saling menyatu disebut konvergen. Sedangkan jika kedua ujung
jari tangan pemeriksa tidak saling bertemu disebut konvergen, berarti bagian terendah janin
belum masuk panggul. (Bartini, 2012).
(3) Auskultasi Denyut Jantung Janin
Auskultasi Denyut jantung janin dilakukan untuk memantau kesejahteraan janin dalam
kandungan. Prasat ini sering dilakukan setelah palpasi abdominal. Setelah diketahui letak
janin, dapat diketahui punktum dimana denyut jantung janin dapat terdengar dengan jelas.
(Bartini, 2012).
4) Pemeriksaan laboratorium
20
a) Darah : Asam urat dan SGOT meningkat pada preeklampsia, peningkatan hematokrit pada
preeklampsia disebabkan adanya hemokosentrasi, dan tronbosit yang rendah jumlahnya dapat
mengindikasikan adanya kerusakan vaskular.
b) Dipstik protein 3+ sampai 4+ menunjukkan temuan yang bermakna. (Morgan dan Hamilton, 2009).
b. Langkah II (kedua) Interpretasi data dasar
Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang dikumpulkan.
Dalam langkah ini data yang dikumpulkan di interpretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah.
(Ambarwati dan Wulandari, 2008).
1) Diagnosa Kebidanan
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan :
Diagnosa ibu : Gravida, Para, Abortus, Umur ibu, Usia kehamilan dalam minggu, belum inpartu/inpartu,
dengan preeklampsia berat.
Diagnosa bayi : janin, intra uterin, tunggal/gameli ,hidup/foetal death,
Presentasi terendah dari janin. (Anonim, 2012)
Data dasar meliputi :
a) Data subyetif
Pernyataan ini tentang jumlah kehamilan, persalinan, apakah pernah abortus atau tidak, keterangan ibu
tentang umur, Hari pertama haid terakhir, keterangan ibu tetang keluhannya. (Ambarwati dan
Wulandari, 2008).
b) Data Objektif
Hasil pemeriksaan melalui Inspeksi, Palpasi Leopold I,Leopold II, Leopold III, Leopold IV, dan
Auskultasi, hasil pemeriksaan Tanda tanda vital, hasil pemeriksaan protein urine (laboratorium).
(Pudiastuti, 2012).
2) Masalah
Permasalahan yang muncul yaitu kehamilan dengan preeklampsia berat.
Data dasar meliputi :
21
a) Data subyektif
Data yang didapat dari hasil anamnesa pasien preeklampsia yaitu pasien mengeluh sakit kepala
yang hebat, penglihatan
kabur, dan nyeri epigastrium.
b) Data obyektif
Data yang didapat dari hasil pemeriksaan. Tekanan darah pada preeklampsia berat 150/110 mmHg,
Protein urine (+3), oedema ektermitas.
c. Langkah III (ke tiga) identifikasi diagnosa masalah atau masalah potensial Mengidentifikasi diagnose atau masalah
potensial yang mungkin akan terjadi. Pada langkah ini dididentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan.
Masalah Potensial : Pada ibu preeklampsia berat potensial terjadi eklampsia, Pada Bayi Berpotensi terjadi persalian
premature dan bayi lahir mati. (Morgan dan Hamilton, 2009).
d. Langkah IV (Keempat) Menetapkan Konsultasi dan Kolaborasi
Pada langkah ini untuk mengidentifikasi dan melakukan konsultasi atau melakukan penanganan bersama
sesuai kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan.
Penatalaksanaan bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal, tetapi selama hamil secara
terus menerus, pada waktu wanita tersebut dalam masalah persalinan.
Data baru dapat dikumpulkan dan evaluasi. Beberapa data mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat dan
harus bertindak segera untuk keselamatan klien. Dari data yang dikumpulkan dapat ditentukan situasi yang
memerlukan tindakan segera sementara kondisi lain mungkin harus menunggu intervensi. Tindakan yang
dilakukan harus sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi klien. Dalam rumusan ini yang mampu
dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau bersifat rujukan. Dapat dikaji kembali apabila tindakan segera
dibutuhkan.
Dalam Kasus Preeklamsia berat, yang harus dilakukan yaitu :
1) Melakukan Konsultasi dengan Klien sesuai kondisi klien
22
2) Penatalaksanaan dalam kunjungan antenatal selama kehamilan secara terus – menerus
3) Untuk mengidentifikasi tindakan segera Klien dengan kasus Preeklamsia Berat.
e. Langkah V (Kelima) Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh dan ditentukan oleh langkah – langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutan dalam penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi
atau diantisipasi.Pada langkah ini, informasi yang tidak lengkap dapat dilengkapi (Ambarwati dkk,2010).
Kaji kembali apakah asuhan sudah meliputi semua aspek asuhan kesehatan terhadap klien. Dalam kasus
Preeklamsia Berat, dapat dilakukan yaitu :
1) Kelanjutan dalam penatalaksanaan terhadap masalah Preeklamsia Berat
2) Memberikan konseling yang lebih baik pada klien
3) Asuahan yang dikembangkan harus rasional dan valid
4) Kaji kembali asuhan kesehatan terhadap klien Preeklamsia Berat
f. Langkah VI (Keenam) Pelaksanaan langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman
Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh yang telah diuraikan dilangkah 5 dilaksanakan secara
efisien dan aman. Perencanaan ini dilakukan seluruh tim kesehatan atau sebagian klien. Kolaborasi sangat penting
dalam menangani klien yang mengalami komplikasi dan mampu mempertanggung jawabkan dalam
penatalaksanaan asuhan klien sesuai rencana asuhan. Penatalaksaan yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya
serta meningkatkan mutu dan asuhan klien. Kaji kembali apakah semua rencana asuhan telah dilaksanakan. Dalam
kasus Preeklamsia Berat, yang dapat dilakukan yaitu :
1) Perencanaan kesehatan klien dengan Preeklamsia Berat
2) Melaksanakan kolaborasi klien yang mengalami komplikasi dengan klien Preeklamsia Berat
g. Langkah VII (Ketujuh) Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, meliputi apakah
pemenuhan kebutuhan sesuai diagnosa dan masalah. Rencana dianggap efektif jika memang benar efektif
pelaksanaannya. Proses penatalaksanaan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan sehingga perlu
mengulang kembali setiap asuhan yang efektif serta melakukan penyesuaian rencana.
23
Langkah – langkah proses penatalaksanaan umum merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran
yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses penatalaksanaan tersebut
berlangsung dalam situasi klinis dan proses penatalaksanaan ini dievaluasi dalam bentuk tulisan. Dalam kasus
Preeklamsia Berat dapat dilakukan yaitu :
1) Melakukan evaluasi asuhan yang diberikan pada klien Preeklamsia Berat
2) Melakukan pengkajian secara lengkap
3) Melihat situasi klinis dalam proses penatalaksanaan ini dievaluasi dalam bentuk tulisan.
2. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Untuk mengetahui asuhan yang telah dilakukan maka didokumentasikan dalam bentuk SOAP, yaitu :
S : subjektif (Langkah I)
menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis.
O : objektif (Langkah II dan III)
menggambarkan hasil pemeriksaan fisik klien, laboratorium dan uji diagnostik lain yang dimaksud dalam data
fokus untuk mendukung asuhan.
A : assessment (Langkah IV)
Menggambarkan hasil analisis dan interpretasi data subjektif dan
objektif dalam suatu identifikasi.
P : plan (Langkah V, VI dan VII)
menggambarkan pendokumentasian tindakan dan evaluasi perencanaan berdasarkan assessment (Varney, 1997)
24
25
BAB III
TINJAUAN KASUS
STUDI KASUS MANAGEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN
PREEKLAMPSIA BERAT DI RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DATOE BINANGKANG
BOLAANG MONGONDOW
Tanggal Pengkajian : Jam :
No. Register : Tempat :
I. PENGUMPULAN DATA
A. DATA SUBJEKTIF
1. BIODATA
Nama Klien : Nama Suami :
Umur : Umur :
Agama : Agama :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Suku/Bangsa : Suku/Bangsa :
Alamat : Alamat :
2. ALAMAT DATANG
Kunjungan Pertama : Kunjungan Ulang :
3. KELUHAN UTAMA
4. RIWAYAT KESEHATAN
a. Penyakit yang lalu :
1) Jantung :
2) Hipertensi :
26
3) Diabetes Melitus :
4) Malaria :
5) Ginjal :
6) Asma :
7) Hepatitis :
8) Riwayat operasi abdomen/SC :
9) Alergi :
10) Penyakit paru-paru :
b. Penyakit Sekarang :
1) Anemia :
2) Alergi :
c. Keluarga :
1) Jantung :
2) Hipertensi :
3) Diabetes Melitus :
4) Malaria :
5) Ginjal :
6) Hepatitis :
7) Penyakit paru-paru :
5. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
a. Kehamilan ini direncanakan/tidak :
b. Perasaan ibu dan keluarga terhadap kehamilan :
c. Pengambilan keputusan dalam keluarga :
d. Persiapan menjelang persalinan :
6. RIWAYAT BUDAYA
7. RIWAYAT OBSTETRI
27
a. Riwayat Menstruasi :
HPHT : HPL :
Menarche : Teratur / Tidak :
Siklus : Keluhan :
Lama : Keputihan :
Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu :
Tabel 1. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
N
o
Tgl.Bl/ Thn
Persalinan
Usia
Kehamilan
Tempat
Persalinan
Jenis
Persalin
an
Penolog
Persalinan
Penyulit
Kehamilan JK BB PB
Sumber : Data Primer 2013
8. RIWAYAT KB
Tabel 2. Riwayat KB
No. Jenis Kontrasepsi Lama Keluhan
Sumber : Data Primer 2013
9. RIWAYAT PERKAWINAN
Menikah :
Lama :
28
Usia Pertama Menikah :
10. POLA KEBIASAAN SEHARI – HARI
Tabel 3. Pola Kebisaan sehari-hari
No. Kebiasaan Sebelum Hamil Setelah Hamil
1. Nutrisi :
2. Eliminasi :
3. Istirahat :
4. Aktivitas :
5. Personal Hygiene :
6. Seksual
7. Kebiasaan Buruk :
Sumber : Data Primer 2013
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum :
b. Kesadaran :
c. Cara Berjalan :
d. Tanda – tanda vital :
1) Tekanan Darah :
2) Nadi :
29
3) Suhu :
4) Respirasi :
e. Pengukuran :
1) Tinggi Badan :
2) Berat Badan :
3) Lingkar Lengan :
4) Lingkar Panggul :
2. Pemeriksaan Khusus / Fisik (Head To Toe )
a. Kepala
1) Rambut :
2) Muka :
Cloasma :
Oedema :
3) Mata :
Konjungtiva :
Sclera :
4) Hidung :
Polip :
Penciuman :
5) Telinga :
Serumen :
Pendengaran :
b. Mulut dan gigi :
c. Leher :
d. Dada/ Payudara :
Bentuk :
30
Putting :
Areola :
Colostrum :
e. Abdomen
a) Inspeksi :
Pembesaran perut :
Linea :
Bekas luka operasi :
b) Palpasi
Leopold I :
Leopold II :
Leopold III :
Leopold IV :
Taksiran berat janin :
Kontraksi :
Auskultasi Denyut jantung janin (DJJ) :
frekuensi :
c) Perkusi :
a. Genitalia :
a) Varises :
b) Oedema :
1) Pembesaran kelenjar bartholini :
2) Pengeluaran pervaginam :
3) Bekas luka/jahitan perineum :
f. Anus :
g. Ekstremitas
31
1) Atas
(a) Simetris/tidak :
(b) Oedema :
(c) Varises :
2) Pergerakan :
3) Bawah
(a) Simetris/tidak :
(b) Oedema :
(c) Varises :
h. Pergerakan :
i. Pemeriksaan Penunjang / Pemeriksaan Laboratorium:
1) Tanggal :
2) Hasil urine :
3) Hasil Hb :
1. MENGINDENTIFIKASI INTERPRESTASI DATA
Diagnosa :
Data Subjektif :
Data Objektif :
1) Keadaan umum :
2) Kesadaran :
3) Tekanan darah :
4) Nadi :
5) Respirasi :
6) Suhu badan :
7) Tinggi fundus uter :
8) Punggung bayi :
32
9) Bagian terendah :
10) Detak jantung janin :
11) Oedema pada tungkai kiri dan kanan :
12) Pemeriksaan laboratorium :
2. MENGINDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL
Diagnosa Potensial :
Masalah Potensial :
Antisipasi Kebutuhan :
3. MENGINDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
4. INTERVENSI
5. IMPLEMENTASI
6. EVALUASI
7. SOAP
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012. Konsep dasar kehamilan. Johandree.blogspot.com. Templet athreal. Di akses tanggal 06 pebruari 2013. jam 14.05 wita.
Anonim, 2012. Jurnal preeklampsia dan eklampsia. Jbd.powered by blogspot.com. Di akses tanggal 06 pebruari 2013.jam 14.30wita.
Anonim, 2010. Preeklampsia berat. Medical Student’s.blog. Di akses tanggal 06 pebruari 2013.jam 15.00wita.
Ambarwati, R. dan Wulandari, D. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Nuha Medika. Yogyakarta.
Bartini, I. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal. Nuha Medika.Yogyakarta.
Bothamley, J., Boyle, M. 2012. Patofisiologi dalam Kebidanan. EGC, Jakarta
33
.Morgan, G. dan Hamilton, C.2009. Obstetri dan Ginekologi Jilid 2, EGC. Jakarta.
Pudiastuti., R.D,. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal Dan patologi. Nuha Medika. Yogyakarta.
Profil Kamar Bersalin RSUD Datoe Binangkang Bolaang Mongondow Induk., 2012.
Purwandari., A. 2008. Konsep Kebidanan Sejarah & profesionalisme. EGC, Jakarta. Stikes Muhammadiyah Manado. 2013. Pedoman penulisan Karya Tulis Ilmiah.
Sujiyatini,Mufdilah, M., Hidayat, A.2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Mulia Medika, Yogyakarta.
Saifuddin, B.A. 2008. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta