Proposal Magang Bulog

21
PROPOSAL MAGANG KERJA MANAJEMEN STOK BERAS DI GUDANG PERUSAHAAN UMUM BULOG SUB DIVISI REGIONAL TULUNGAGUNG Disusun oleh : HADI SUSILO 115040213111030 MINAT HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN MALANG 2014

description

Contoh proposal Magang Kerja

Transcript of Proposal Magang Bulog

  • PROPOSAL

    MAGANG KERJA

    MANAJEMEN STOK BERAS DI GUDANG PERUSAHAAN UMUM

    BULOG SUB DIVISI REGIONAL TULUNGAGUNG

    Disusun oleh :

    HADI SUSILO

    115040213111030

    MINAT HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

    PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    FAKULTAS PERTANIAN

    JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

    MALANG

    2014

  • i

    PROPOSAL

    MAGANG KERJA

    MANAJEMEN STOK BERAS DI GUDANG PERUSAHAAN UMUM

    BULOG SUB DIVISI REGIONAL TULUNGAGUNG

    Disusun oleh :

    HADI SUSILO

    115040213111030

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    FAKULTAS PERTANIAN

    JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

    MALANG

    2014

  • ii

    LEMBAR PENGESAHAN

    PROPOSAL

    MAGANG KERJA

    MANAJEMEN STOK BERAS DI GUDANG PERUSAHAAN UMUM BULOG

    SUB DIVISI REGIONAL TULUNGAGUNG

    Disetujui oleh:

    Pembimbing Utama,

    Dr. Ir. Ludji Pantja Astuti, M.S.

    NIP. 19551018 198601 2 001

    Pembimbing Lapang,

    Irlia Dwi Putri, SP. M.M.

    NOREG. 8206086

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan

    hidayah-Nya telah menuntun penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal magang

    kerja yang berjudul Manajemen Stok Beras di Gudang Perusahaan Umum BULOG Sub

    Divisi Regional Tulungagung.

    Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya,

    kepada Dr. Ir. Ludji Pantja Astuti, M.S., selaku dosen pembimbing utama atas segala

    kesabaran, nasihat, arahan dan bimbingannya kepada penulis.

    Penghargaan yang tulus penulis berikan kepada kedua orang tua atas doa, cinta

    kasih sayang, pengertian dan dukungan yang diberikan kepada penulis. Juga pada rekan-

    rekan Agroekoteknologi 2011 serta seluruh pihak atas bantuan, dukungan dan

    kebersamaan selama ini.

    Penulis berharap semoga hasil dari penulisan proposal magang ini dapat

    bermanfaat bagi banyak pihak, dan memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu

    pengetahuan.

    Malang, Juni 2014

    Penulis

  • iv

    DAFTAR ISI

    COVER PROPOSAL ..................................................................................................................... i

    LEMBAR PENGESAHAN MAGANG KERJA .......................................................................... ii

    KATA PENGANTAR ................................................................................................................. iii

    DAFTAR ISI .................................................................................................................................iv

    I. PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1

    1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1

    1.2 Tujuan ........................................................................................................................... 3

    1.3 Manfaat ......................................................................................................................... 3

    II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 4

    2.1 Beras . .................................................................................................................................. 4

    2.2 Gudang ................................................................................................................................ 5

    2.3 Pengelolaan Komoditas Simpanan ...................................................................................... 6

    2.4 Hama Gudang ...................................................................................................................... 8

    III. METODE PELAKSANAAN .......................................................................................... 10

    3.1 Tempat dan Waktu ...................................................................................................... 10

    3.2 Metode Pelaksanaan .................................................................................................... 10

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 13

  • v

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 Beberapa Spesies Serangga yang Menyerang Bahan Simpan (Rees, 2004). ................... 9

  • vi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Peta Lokasi Tempat Magang Kerja di Gudang Semi Permanen Garum, Jalan Raya

    Bence No. 1, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar .................................................................... 12

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Lembaga pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk

    keterampilan dan kecakapan seseorang untuk memasuki dunia kerja. Pendidikan yang

    dilakukan di perguruan tinggi masih terbatas pada pemberian teori dan praktek dalam

    skala kecil dengan intensitas yang terbatas. Agar dapat memahami dan memecahkan

    setiap permasalahan yang muncul di dunia kerja, maka mahasiswa perlu melakukan

    kegiatan pelatihan kerja secara langsung di instansi atau lembaga yang relevan dengan

    program pendidikan yang diikuti. Sehingga setelah lepas dari ikatan akademik di

    perguruan tinggi yang bersangkutan, mahasiswa bisa memanfaatkan ilmu dan

    pengalaman yang telah diperoleh selama masa pendidikan dan masa pelatihan kerja untuk

    melanjutkan kiprahnya di dunia kerja yang sebenarnya. Sebab, untuk dapat terjun

    langsung di masyarakat, tidak hanya dibutuhkan pendidikan formal yang tinggi dengan

    perolehan nilai yang memuaskan, namun diperlukan juga ketrampilan (skill) dan

    pengalaman pendukung untuk lebih mengenali bidang pekerjaan sesuai dengan keahlian

    yang dimiliki. Salah satu program yang dapat ditempuh adalah dengan melaksanakan

    magang.

    Magang adalah kegiatan akademik (intrakulikuler) yang dilakukan oleh

    mahasiswa dengan melakukan praktek kerja secara langsung pada lembaga atau instansi

    yang relevan dengan pendidikan yang diambil mahasiswa dalam perkuliahan. Bentuk

    kegiatan yang dilakukan adalah kerja praktek dengan mengikuti semua aktifitas di lokasi

    magang. Kegiatan ini sesuai dengan kurikulum program Strata Satu (S1), Fakultas

    Pertanian, Universitas Brawijaya (UB) Malang, bahwa pada semester tujuh, setiap

    mahasiswa diwajibkan melaksanakan kegiatan magang yang mempunyai bobot 4 sks.

    Magang digunakan sebagai bahan penulisan laporan Tugas Akhir (TA) sebagai salah satu

    syarat untuk mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1). Sesuai dengan tuntutan dari

    kurikulum pendidikan Strata Satu, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Program Studi

    Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang, maka untuk

    kegiatan magang mahasiswa ini dilaksanakan di Perusahaan atau instansi yang bergerak

    di bidang pertanian. Salah satu yang bergerak dalam bidang tersebut adalah Perum Bulog.

  • 2

    Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pengganti Badan Urusan

    Logistik (BULOG) yang dulu merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen

    (LPND). Kehadirannya didasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 7 tahun 2003 tentang

    Pendirian Perum Bulog. (Amrullah, 2004)

    Dalam pelaksanaan magang di Perum Bulog mempunyai tugas antara lain

    mendukung tugas pemerintah dalam rangka pengamanan stok pangan nasional, berperan

    secara srategis dalam pengamanan harga pembelian gabah dan beras yang dapat

    memberikan insentif bagi petani agar dapat mempertahankan kesinambungan usaha

    taninya, menjamin ketersediaan stok pangan (khususnya beras) bagi masyarakat miskin,

    menjalankan manajemen logistik untuk meningkatkan pelayanan kepada petani produsen

    maupun konsumen dalam lingkup waktu, jumlah, kualitas dan tempat, meningkatkan

    efisiensi dan efektivitas pelayanan serta menyelenggarakan kegiatan ekonomi dibidang

    pangan secara berkelanjutan serta memberikan manfaat bagi perekonomian nasional.

    (Amrullah, 2004)

    Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia

    yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok

    dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat. Bahkan preferensi masyarakat terhadap

    beras semakin besar. Berdasarkan data Susenas 1990-1999, tingkat partisipasi konsumsi

    beras di setiap provinsi maupun tingkatan pendapatan mencapai sekitar 97-100 %. Ini

    artinya hanya sekitar 3 % rumah tangga yang tidak mengkonsumsi beras sebagai pangan

    pokok terutama pangan pokok tunggal. Tingkat partisipasi konsumsi beras yang lebih

    kecil 90 % hanya ditemukan di pedesaan Papua. Sebagai gambaran, tingkat konsumsi

    beras rata-rata di kota tahun 1999 adalah 96,0 kg per kapita /tahun dan didesa adalah

    111,8 kg per kapita/tahun (Suharno, 2005).

    Akan tetapi, penyimpanan beras di gudang BULOG sangat rentan terhadap

    serangan hama-hama gudang, khususnya serangga hama gudang. Adapun beberapa faktor

    yang mempengaruhi kemunculan serangga hama gudang, yaitu beberapa faktor fisik

    penyimpanan beras yang terdiri dari iklim mikro, bahan simpan, dan kondisi fisik gudang

    sebagai tempat penyimpanan (Pitaloka, dkk, 2012).

    Iklim mikro yang berpengaruh yaitu suhu gudang penyimpanan, kelembaban

    dalam gudang, cahaya dan aerasi gudang. Selain itu, faktor fisik dari bahan simpan itu

  • 3

    sendiri juga akan berpengaruh terhadap kemunculan hama gudang. Faktor fisik bahan

    simpan tersebut meliputi kadar air dan kondisi butiran bahan simpan. Kondisi fisik

    gudang (komponen yang ada dalam gudang, misalnya atap, ventilasi dan saluran drainase,

    dan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya) juga dapat berpengaruh terhadap kemunculan

    hama gudang. Jenis hama gudang yang muncul yaitu serangga, tungau dan tikus.

    Dari beberapa jenis hama gudang tersebut, serangga hama merupakan jenis hama

    gudang yang paling sering menginfestasi di tempat penyimpanan. Hal ini disebabkan

    karena serangga merupakan binatang yang paling banyak jumlahnya dan mayoritas jenis

    serangga berperan sebagai hama. Salah satu sifat serangga adalah suhu tubuhnya mampu

    menyesuaikan dengan suhu lingkungannya. Sehingga serangga dapat dengan mudah

    menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat hidupnya, terutama jika keadaan

    lingkungannya tidak mengalami perubahan secara ekstrim. Oleh karena itu untuk

    mengatasi hal-hal tersebut maka perlu dilaksanakan sebuah manajemen stok beras di

    gudang penyimpanan khususnya di gudang BULOG.

    1.2 Tujuan

    Tujuan magang kerja ini dibagi menjadi dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan

    khusus antara lain sebagai berikut :

    a. Tujuan Umum

    Untuk memberi kesempatan mahasiswa agar mendapatkan pengalaman

    kerja di sektor pertanian yang relevan dengan profesi yang akan diembannya

    dimasyarakat.

    b. Tujuan Khusus

    Untuk mempelajari serta memahami manajemen stok beras yang

    diterapkan di Perum BULOG Sub Divre Tulungagung.

    1.3 Manfaat

    Manfaat dari magang kerja ini adalah :

    1. Memperoleh pemahaman tentang hubungan antara teori di kampus dengan

    aplikasi praktis di lapangan.

    2. Mengenal dan belajar dengan tenaga-tenaga professional di bidang pertanian.

  • 4

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Beras .

    Beras merupakan bahan pangan pokok yang dikonsumsi oleh sebagian besar

    penduduk Indonesia. Beras adalah bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisahkan dari

    sekam. Penggilingan beras berfungsi untuk menghilangkan sekam dari bijinya dan

    lapisan aleuron, baik sebagian maupun seluruhnya agar menghasilkan beras yang putih

    serta beras pecah sekecil mungkin. Gabah pada mulanya digiling untuk membuang

    kulitnya, sehingga dihasilkan beras pecah kulit. Setelah itu akan dilakukan penyosohan

    beras untuk membuang lapisan aleuron yang menempel pada beras, sehingga dihasilkan

    beras sosoh. Menir merupakan kelanjutan dari beras patah menjadi bentuk yang lebih

    kecil daripada beras patah (Damardjati, 1988).

    Ukuran butir beras hasil penggilingan dibedakan atas beras kepala, beras patah,

    dan menir. Berdasarkan persyaratan yang dikeluarkan oleh Bulog, beras kepala

    merupakan beras yang memiliki ukuran lebih besar dari 6/10 bagian beras utuh. Beras

    patah memiliki ukuran butiran 2/10 bagian sampai 6/10 bagian beras utuh. Menir

    memiliki ukuran lebih kecil dari 2/10 bagian beras utuh atau melewati lubang ayakan 2.0

    mm (Waries, 2006).

    Dalam standarisasi mutu, dikenal empat tipe ukuran beras, yaitu sangat panjang

    (lebih dari 7 mm), panjang (6-7 mm), sedang (5.0-5.9 mm), dan pendek (kurang dari 5

    mm). Sedangkan berdasarkan bentuknya (perbandingan antara panjang dan lebar), beras

    dapat dibagi menjadi empat tipe, yaitu : lonjong (lebih dari 3), sedang (s.4-3.0), agak bulat

    (2.0-2.39) dan bulat (kurang dari 2). Tinggi rendahnya mutu beras tergantung kepada

    beberapa factor, yaitu spesies dan varietas, kondisi lingkungan, waktu pertumbuhan,

    waktu dan cara pemanenan, metode pengeringan, dan cara penyimpanan (Siddik dan

    Halid, 1983).

    Standarisasi pengolahan dan mutu beras dengan penerapan standar dari pasca

    panen komoditi beras hingga distribusi adalah sebagai berikut : (1) Perlakuan secara baik

    agar tidak kotor, berjamur, dan berbau busuk, (2) Pemilihan dan penyortiran hasil panen

    dari serangan OPT, (3) Produk bebas hama dan penyakit, (4) bebas dari bau busuk, asam

    atau bau yang lainnya, (5) Bebas dari bahan kimia baik dari sisa pupuk, insektisida dan

  • 5

    fungisida, (6) Pembersihan hasil panen harus hati-hati supaya produk tidak cacat, (7)

    Produk hasil panen dikemas mengikuti ketentuan grading, (8) Kemasan harus dapat

    melindungi produk dari kerusakan dalam pengangkutan dan penyimpanan, (9) Bahan

    kemasan tidak mengandung OPT, (10) Kemasan diberi label berupa tulisan yang dapat

    menjelaskan produk yang dikemas ( Reza, 2004 ).

    2.2 Gudang

    Salah satu cara untuk mempertahankan agar beras tetap dalam keadaan baik

    sebelum dijual yaitu dengan penyimpanan. Yang perlu dipertimbangkan dalam perawatan

    beras yaitu kualitas beras, alat pengemas, dan faktor lingkungan. Kesalahan dalam

    melakukan penyimpanan beras dapat mengakibatkan terjadinya respirasi, tumbuhnya

    jamur, dan serangan serangga, binatang mengerat dan bahkan yang sering kita alami yaitu

    timbulnya serangan kutu beras. Tentunya itu semua akan dapat menurunkan mutu beras

    (Saripudin, 2010).

    Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi dan operasi industri

    yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku dan bahan kemas yang belum

    didistribusikan. Selain untuk penyimpanan, gudang juga berfungsi untuk melindungi

    bahan (baku dan pengemas) dari pengaruh luar dan binatang pengerat, serangga, serta

    melindunginya dari kerusakan. Agar dapat menjalankan fungsi tersebut, maka harus

    dilakukan pengelolaan pergudangan secara benar atau yang sering disebut dengan

    manajemen pergudangan (Priyambodo, 2007).

    Pasca panen padi mencakup pemanenan hasil dan pemrosesan gabah hingga siap

    digunakan oleh konsumen. Penyimpanan merupakan merupakan salah satu tahap penting

    karena pada proses tersebut padi mengalami proses penurunan kualitas dan kuantitas.

    Setelah dipanen padi disimpan dalam bentuk gabah atau beras. Penyimpanan diperlukan

    karena padi dpanen secara musiman, sementara beras dibutuhkan setiap hari salah satu

    masalah selama penyimpanan beras adalah serangan hama gudang. Hama gudang

    menimbulkan kerusakan pada gabah maupun beras sehingga menjadi kotor, timbul bau,

    berjamur. Kondisi tersebut mengundang hama sekunder untuk merusak beras atau gabah

    sehingga menambah parah tingkat kerusakan ( Anggara dan Sudarmaji, 2009 ).

  • 6

    Menurut (Anonim, 2009) dalam peaturan pergudangan BULOG terdapat

    prosedur penyimpanan meliputi :

    1. Lokasi gudang

    Lokasi gudang harus strategis guna kelancaran distribusi baik dari segi

    transportasi lalu lintas, bebas dari banjir atau tidak ada air yang tergenang.

    2. Kondisi gudang

    Untuk pengeolaan barang maka kondisi bangunan harus kokoh, rangka

    gudang, dinding dibuat yang kuta supaya menjamin keamanan barang

    simpanan, lantai terbuat dari beton dan pintu harus dilengkapi kunci,

    mempunyai peredaran udara atau ventilasi.

    3. Perlengkapan gudang

    Perum BULOG mempunyai perlengkapan seperti alat timbang, alas

    (flonder), alat pemadam kebakaran, alat pengambil sampel beras, penjahit

    kemasan, pengayak, tangga untuk naik ke tumpukan , pagar yang kokoh,

    alat penerangan listrik yang cukup.

    4. Penumpukan barang

    Dalam melaksanakan penyimpanan barang maka perlu dilakukan

    penumpukan barang yang baik dan benar agar tumpukan barang tidak

    mudah roboh dan dapat dihitung dengan mudah. Untuk ukuran timpukan

    harus disesuaikan dengan kondisi barang. Dalam tumpukan barang dibuat

    lorong yang berfungsi sebagai mempermudah perawatan barang,

    mengatur kebersihan.

    2.3 Pengelolaan Komoditas Simpanan

    Menurut Anonim (2009) upaya perawatan kualitas dan kuantitas pada produk

    simpanan khususnya beras sangatlah perlu untuk diperhatikan guna tercapainya

    efektivitas penyimpanan. Dengan demikian pengelolaan merupakan suatu hal yang sangat

    penting untuk dilaksanakan. Maka dari itu hal-hal yang perlu untuk dilaksanakan dalam

    pengelolaan komoditas simpanan antara lain sebagai berikut :

  • 7

    1. Pemeriksaan dan Monitoring

    Pemerikasaan terhadap kondisi umum gudang seperti ventilasi,

    kebocoran, lubang bekas keratan tikus, pemeriksaan terhadap tumpukan

    barang, pemeriksaan terhadap peralatan pergudangan, pemeriksaan

    lingkungan (drainase,vegetasi,kebersihan dan cuaca), pemeriksaan tingkat

    serangan hama guna pelaksanaan fumigasi.

    2. Pelaksanaan Sanitasi

    Pelaksanaan sanitasi meliputi kebersihan gudang dari kotoran insektisida.

    Pelaksanaan tersebut perlu dilakukan karena dapat membahayakan produk

    simpanan, kebersihan gudang harus diperhatikan guna menekan populasi

    hama seperti tungau hama lainnya. Kebersihan komoditas yang disimpan

    dengam memisahkan barang yang rusak dengan barang yang baik,

    kebersihan disekitar gudang untuk menekan kelembaban relatif yang

    merupakan sarang hama, pengaturan vegetasi tanaman tidak boleh semak-

    semak karena dapat menjadi sarang tikus dan sebagainya.

    3. Pengendalian Hama

    Pengendalian hama dilakukan untuk mengurangi tingkat serangan hama

    pada produk simpanan. Pengendalian ini menggunakan spraying, fogging,

    fumigasi dan menggunakan gas karbondioksida.

    4. Perawatan dengan CO2

    Perawatan komoditas menggunakan gas karbondioksida merupakan

    sistem penyimpanan dengan cara menyungkup komditas dengan plastik

    kedap udara. Tujuan dari perlakuan ini adalah menghambat pertumbuhan

    dan mencegah reinfestasi serangga hama, jamur dan mikroorganisme lain.

    5. Perbaikan Kualitas dan Pengolahan Beras Turun Mutu

    Kegiatan pengolahan untuk mempebaiki kualitas beras dari kenampakan

    fisiknya supaya komoditasnya tetap pada standar mutu. Apabila barang

    mengalami kerusakan maka terdapat alternatif penyelesaian seperti

    pengolahan kembali, pemusnahan barang, dan penjualan beras turun mutu

    yang diatur pada peraturan yang berlaku.

  • 8

    2.4 Hama Gudang

    Hama gudang pada umumnya serangga yang menyerang produk ditempat

    penyimpanan (gudang). Hama gudang berpotensi menyebabkan kehilangan hasil selama

    produk dalam penyimpanan. Kehilangan hasil yang disebabkan oleh hama gudang dapat

    mencapai 10 15% dari isi gudang. Serangga hama gudang adalah serangga yang telah

    beradaptasi pada lingkungan penyimpanan dengan baik (Syarif, 2012). Serangga hama

    gudang menyerang bahan-bahan pangan tertentu yang sesuai dengan kebutuhanya. Selain

    komoditi yang berbeda, serangga hama gudang juga mempunyai siklus hidup yang

    berbeda. Salah satu ciri spesifik dari serangga hama gudang adalah mengalami

    metamorfosis yang sempurna, yaitu dari telur,larva, pupa, dan imago.

    Berdasarkan hasil penggolongan taksonom, hama gudang yang penting terbatas

    pada serangga, burung dan mamalia. Menurut Winarno (2006) beberapa serangga hama

    penting yang sering merusak produk/bahan pangan yaitu:

    Ordo Coleoptera (kumbang), dengan ciri khasnya yaitu imago mempunyai sayap

    depan yang mengalami pengerasan (elytra) dan mengalami metamorphosis sempurna dari

    telur, larva, pupa, kemudian imago.

    Ordo Lepidoptera (ngengat) dengan ciri khasnya yaitu imago memiliki dua

    pasang sayap, sehingga aktif terbang dan mengalami metamorphosis sempurna, yaitu

    telur, larva, pupa, dan imago.

    Ordo Psocoptera (psocids) dengan ciri khasnya yaitu imago tidak bersayap,

    antena panjang dengan ruas yang banyak, sangat kecil dan mengalami metamorphosis

    tidak sempurna.

    Ordo Coleoptera adalah kelompok serangga yang paling banyak anggotanya dan

    hampir semua relung ekologis dalam penyimpanan dapat dimamfaatkan olehnya. Famili

    Bruchidae, Bostrichidae dan Curculionidae berperan sebagai hama primer, sedangkan

    hama sekunder banyak yang merupakan anggota famili Cucujidae, Silvanidae dan

    Tenebrionidae. Beberapa famili misalnya Cleridae dan Dermestidae menyerang bahan

    simpan hewani. Famili Cryptophagidae, Mycetophagidae dan Ptinidae adalah pemakan

    cendawan atau scavenger, sedangkan famili Staphylinidae, Carabidae dan Histeridae

    menjadi predator di penyimpanan. Ada juga yang menyerang bangunan penyimpanan

    yang terbuat dari kayu, yaitu famili Bostrichidae, Lyctidae dan Scolytidae. Famili

    http://pengendalianhama.com/tentang-hama-gudang/

  • 9

    Trogossitidae dan Dermestidae berpupa pada tempat-tempat yang tersembunyi (Munro,

    1966).

    Tabel 1 Beberapa Spesies Serangga yang Menyerang Bahan Simpan (Rees, 2004).

    Nama Umum Nama Ilmiah Family

    Flat grain beetle Cryptolestes pusillus (Schonh) Cucujidae

    Rice weevil Sitophilus oryzae (L.) Curculionidae

    Red flour beetle Tribolium castaneum (Hum.) Tenebrionidae

    Confused flour beetle Tribolium cofusum duVal Tenebrionidae

    Trogoderma complex Trogoderma spp. Dermestidae

    Cadelle Tenebroides mauritanicus (L.) Ostomidae

    Foreign grain beetle Ahasverus advena (Waltl) Cucujidae

    Rice moth Corcyra cephalonica Staint Pyralidae

    Angoumois grain moth Sitotroga cerealella (Olive.) Gelechiidae

    Maize weevil Sitophilus zeamais Mots. Curculionidae

    Lesser grain borer Rhyzopertha dominica (F.) Bostrichidae

  • 10

    III. METODE PELAKSANAAN

    3.1 Tempat dan Waktu

    Tempat pelaksanaan magang kerja di Gudang Perum BULOG Sub Divisi

    Regional Tulungagung. Lokasi gudang yaitu di Gudang Semi Permanen Garum,

    Jalan Raya Bence No. 1, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar. Waktu

    pelaksanaan magang kerja ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan pada bulan Juli

    2014 sampai bulan Oktober 2014.

    3.2 Metode Pelaksanaan

    Kegiatan magang dilaksanakan dengan beberapa metode, yaitu:

    1. Praktek magang kerja langsung sesuai kegiatan sehari-hari yang dilakukan di

    Gudang Gadang Perum BULOG Sub-Divisi Regional Tulungagung.

    2. Pengambilan data primer yang berhubungan secara langsung dengan hama

    gudang. Pengambilan data primer sebagai berikut:

    a. Pemasangan Yellow Sticky Trap, yang digantung diantara tumpukan beras.

    Perangkap ini efektif untuk menangkap serangga yang aktif terbang.

    b. Pemasangan Pitfall trap yang terbuat dari gelas plastik yang berperekat,

    diletakkan sejajar dengan permukaan tumpukan karung. Perangkap ini

    digunakan untuk menjebak serangga yang berjalan diatas karung.

    c. Pemasangan Bait Trap yang terbuat dari campuran biji-bijian seperti

    gabah, beras giling, biji kacang tanah dan kedelai yang dicampur dengan

    minyak zaitun.

    3. Pengumpulan data sekunder yang digunakan sebagai pelengkap data primer untuk

    menyusun laporan hasil magang kerja. Metode yang digunakan yaitu dengan

    mencatat dan mencari data yang diperoleh dari Perum Bulog Sub Divisi Regional

    Tulungagung. Pencarian data dapat dilakukan melalui studi literatur. Selain itu

    dapat diperoleh melalui laporan, referensi, brosur yang telah ada sebelumnya

    untuk melengkapi data primer, sehingga memudahkan pengambilan contoh

    selama berada di tempat magang.

  • 11

    4. Diskusi dan wawancara secara langsung dengan pembimbing lapang untuk

    memperoleh informasi yang lebih jelas tentang hal yang berhubungan langsung

    dengan kegiatan Magang Kerja.

    5. Pengambilan foto yang berhubungan/ mendukung kegiatan Magang Kerja.

  • 12

    Gambar 1 Peta Lokasi Tempat Magang Kerja di Gudang Semi Permanen Garum, Jalan

    Raya Bence No. 1, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar

    Lokasi

    Gudang

  • 13

    DAFTAR PUSTAKA

    Amrullah. 2004. Pedoman Kearsipan Perum Bulog. Jakarta: Tim Perum Bulog 2011.

    Anggara, A. dan Sudarmaji. 2009. Hama Pacsa Panen Padi dan Pengendaliannya. Balai

    Besar Penelitian Tanaman Padi. http://www.litbang.deptan.go.id. (online).

    Diunduh pada tanggal 10 Mei 2014.

    Anonim, 2009. Peraturan Pergudangan di Lingkungan Perum Bulog . Divisi Persediaan

    dan Perawatan Direktorat Pelayanan Publik. 133 hal.

    Damardjati, D. S., 1988. Struktur Kandungan Gizi Beras. Bogor: Balitbang Pertanian

    Munro, J.W., 1966. Pests of Storage Product. Hutchinsou of London. 234 pp.

    Pitaloka, A. L., L. Santoso, dan R. Rahardian., 2012. Gambaran Beberapa Faktor Fisik

    Penyimpanan Beras, Identifikasi Dan Upaya Pengendalian Serangga Hama

    Gudang (Studi di Gudang BULOG 103 Demak Sub BULOG Wilayah 1

    Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat. http://ejournals1.undip.ac.id. (online).

    Diunduh pada tanggal 10 Mei 2014.

    Priyambodo, B., 2007. Manajemen Industri. Edisi Pertama. Cetakan Pertama.

    Yogyakarta: Global Pustaka Utama. Halaman 350 hal.

    Rees, D. 2004. Insect of Stored Products. Csiro Publishing. New York. p. 192.

    Reza, H., 2004. Penerapan Standar Pada Pengolahan dan Mutu Beras. Prosiding.

    Lokakarya Nasional. Institut Pertanian Bogor. Hal. 12-13.

    Saripudin, E. 2010. Tata Cara Penyimpanan, Pengemasan Maupun Pelabelan Gabah Atau

    Beras Secara Baik dan Benar. http://penatanian.blogspot.com /2010/09/tata-

    cara-penyimpanan-pengemasan-maupun.html. Diunduh pada tanggal 10 Mei

    2014.

    Siddik, M. dan Halid, H., 1983. Sistem Penyimpanan dan Perawatan Kualitas Bahan

    Pangan di Bidang Urusan Logistik. Risalah Seminar Nasional Pengawetan

    Makanan Dengan Iradiasi 6-8 Juni 1983. Pusat Penelitian dan Pengembangan

    Urusan Logistik BULOG, Jakarta

    Suharno, 2005. Perlindungan Tanaman. Diktat STPP. UNS Press. Surakarta. 114 hal.

    Syarif, R., 2012. Teknologi Penyimpanan Pangan. Arcan, Jakarta.

    Waries, A., 2006. Teknologi Penggilingan Padi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

  • 14

    Winarno, F.G., 2006. Hama Gudang dan Teknik Pemberantasannya. Edisi Revisi. M-

    BRIO PRESS, Bogor. 201 hal.