Proposal Kuantitatif

41
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan-perusahaan di era globalisasi ini harus bersaing secara kompetitif untuk dapat mempertahankan eksistensi dan reputasi dalam dunia bisnis. Dalam persaingan usaha yang kompetitif perusahaan harus didukung oleh aspek-aspek internal dan eksternal perusahaan. Aspek internal perusahaan misalnya kemampuan manajerial perusahaan, kinerja keuangan, sumber daya manusia dan teknologi informasi. Sedangkan dalam aspek eksternal misalnya investor, pegawai, kreditor, supplier, customer, lingkungan, masyarakat, dan pemerintah. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan. Keberlanjutan perusahaan (corporate sustainability) hanya akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi masyarakat sekitar muncul kepermukaan terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan lingkungan hidup. Dalam menjalankan operasional perusahaan, pelaku bisnis seharusnya tidak hanya mengejar keuntungan semata, melainkan juga diharapkan untuk memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan sosialnya. Hal ini dikarenakan masyarakat telah semakin kritis dan mampu melakukan kontrol sosial terhadap dunia usaha. Strategi bisnis tersebut dikenal sebagai tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility). Beberapa

Transcript of Proposal Kuantitatif

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan-perusahaan di era globalisasi ini harus bersaing secara kompetitif

untuk dapat mempertahankan eksistensi dan reputasi dalam dunia bisnis. Dalam

persaingan usaha yang kompetitif perusahaan harus didukung oleh aspek-aspek

internal dan eksternal perusahaan. Aspek internal perusahaan misalnya kemampuan

manajerial perusahaan, kinerja keuangan, sumber daya manusia dan teknologi

informasi. Sedangkan dalam aspek eksternal misalnya investor, pegawai, kreditor,

supplier, customer, lingkungan, masyarakat, dan pemerintah.

Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara

berkelanjutan. Keberlanjutan perusahaan (corporate sustainability) hanya akan

terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup.

Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi masyarakat sekitar muncul kepermukaan

terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan lingkungan hidup. Dalam

menjalankan operasional perusahaan, pelaku bisnis seharusnya tidak hanya mengejar

keuntungan semata, melainkan juga diharapkan untuk memberikan kontribusi positif

terhadap lingkungan sosialnya. Hal ini dikarenakan masyarakat telah semakin kritis

dan mampu melakukan kontrol sosial terhadap dunia usaha. Strategi bisnis tersebut

dikenal sebagai tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility).

Beberapa tahun terakhir banyak perusahaan semakin menyadari pentingnya

menerapkan program Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai bagian dari

strategi bisnisnya.

Menurut Nurlela dan Islahuddin (2008), perkembangan tanggungjawab sosial

perusahaan secara konseptual baru dikemas sejak tahun 1980-an yang dipicu

sedikitnya oleh lima hal. Pertama, maraknya fenomena “take over” antar korporasi

yang kerap dipicu oleh ketrampilan rekayasa finansial. Kedua, runtuhnya tembok Berlin

yang merupakan sombol tumbangnya paham komunis dan semakin kokohnya

imperium kapitalisme secara global. Ketiga, meluasnya operasi kegiatan multinasional

di negara-negara berkembang, sehingga dituntut untuk memperhatikan : hak asasi

manusia, kondisi sosial dan perlakuan yang adil terhadap buruh. Keempat, globalisasi

dan menciutnya peran sektor publik (pemerintah) hampir di seluruh dunia telah

menyebabkan tumbuhnya lembaga swadaya masyarakat (termasuk asosiasi profesi)

yang memusatkan perhatian mulai dari isu kemiskinan sampai pada kekuatiran akan

punahnya berbagai spesies baik hewan maupun tumbuhan sehingga ekosistem

semakin labil. Terakhir, adanya kesadaran dari perusahaan akan arti penting merek

dan reputasi perusahaan dalam membawa perusahaan menuju bisnis berkelanjutan.

Banyak kalangan, khususnya buruh, tidak mempercayai bahwa perusahaan

sungguh-sungguh dalam menerapkan CSR. Mereka beranggapan bahwa sebuah

institusi yang hanya mengejar keuntungan semata tidak mungkin mempunyai maksud

dan tujuan mulia untuk memberdayakan masyarakat, menghormati hak-hak buruhnya

serta tidak merusak lingkungan. Oleh karena itu sangatlah tidak mungkin untuk

menuntut perusahaan agar bertanggungjawab secara sosial. CSR tidak memberikan

hasil pelaporan keuangan dalam jangka pendek. Namun CSR akan memberikan

dampak, baik langsung maupun tidak langsung pada keuangan perusahaan di masa

yang akan datang. Investor juga ingin investasinya dan kepercayaan masyarakat

terhadap perusahaannya memiliki citra yang baik di mata masyarakat. Dengan

demikian, apabila perusahaan melakukan program-program CSR secara

berkelanjutan, maka perusahaan akan dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu,

program CSR lebih tepat apabila digolongkan sebagai investasi dan harus menjadi

strategi bisnis dari suatu perusahaan

Sejarah perkembangan akuntansi, yang berkembang pesat setelah terjadi

revolusi industri, menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak digunakan sebagai

alat pertanggungjawaban kepada pemilik modal (kaum kapitalis) sehingga

mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada pemilik modal. Dengan

keberpihakan perusahaan kepada pemilik modal mengakibatkan perusahaan

melakukan eksploitasi sumber-sumber alam dan masyarakat (sosial) secara tidak

terkendali sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan alam dan pada akhirnya

mengganggu kehidupan manusia.

Di dalam akuntansi konvensional (mainstream accounting), pusat perhatian

yang dilayani perusahaan adalah stockholders dan bondholders sedangkan pihak yang

lain sering diabaikan. Dewasa ini tuntutan terhadap perusahaan semakin besar.

Perusahaan diharapkan tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen dan

pemilik modal (investor dan kreditor) tetapi juga karyawan, konsumen serta

masyarakat. Akuntansi konvensional telah banyak dikritik karena tidak dapat

mengakomodir kepentingan masyarakat secara luas, sehingga kemudian muncul

konsep akuntansi baru yang disebut sebagai Social Responsibility Accounting (SRA)

atau Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial, yang menuntut diungkapkannya informasi

pertanggungjawaban sosial oleh perusahaan.

Standar akuntansi keuangan di Indonesia belum mewajibkan perusahaan untuk

mengungkapkan informasi sosial terutama informasi mengenai tanggung jawab

perusahaan terhadap lingkungan. Perusahaan akan mempertimbangkan biaya dan

manfaat yang akan diperoleh ketika mereka memutuskan untuk mengungkapkan

informasi sosial. Bila manfaat yang akan diperoleh dengan pengungkapan informasi

tersebut lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan untuk mengungkapkannya

maka perusahaan akan dengan sukarela mengungkapkan informasi tersebut.

Tanggungjawab sosial perusahaan di Indonesia mulai diterapkan pada awal

tahun 2000. Akan tetapi kegiatan dengan esensi dasar yang sama telah berjalan sejak

tahun 1970-an dengan tingkat yang bervariasi, mulai dari yang paling sederhana

(donasi) sampai yang komprehensif (terintegrasi ke dalam strategi perusahaan) dalam

mengoperasikan usahanya. Dasar hukum yang mengatur tanggungjawab sosial

perusahaan di Indonesia adalah Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun

2007 Paal 74, yang menyatakan bahwa perusahaan yang melakukan kegiatan usaha

di bidang/berkaitan dengan sumber daya alam wajib melakukan tanggungjawab sosial

dan lingkungan.

Undang-undang tersebut mewajibkan industri atau korporasi-korporasi untuk

melaksanakannya, tetapi kewajiban ini bukan merupakan suatu beban yang

memberatkan. Perlu diingat bahwa pembangunan suatu negara bukan hanya

tanggung jawab pemerintah dan industri saja, tetapi setiap insan manusia berperan

untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan pengelolaan kualitas hidup masyarakat.

Industri dan korporasi berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat

dengan mempertimbangkan pula faktor lingkungan hidup. Kini dunia usaha tidak lagi

hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line),

melainkan sudah meliputi aspek keuangan, sosial, dan lingkungan yang biasa disebut

sinergi tiga elemen (Triple bottom line) yang merupakan kunci dari konsep

pembangunan berkelanjutan (Cahya, 2010 ).

Peranan tanggungjawab sosial dalam perusahaan diharapkan mampu

menciptakan iklim saling percaya di dalamnya, yang akan menaikkan motivasi dan

komitmen karyawan. Pihak konsumen, investor, pemasok, dan stakeholders yang lain

juga telah terbukti lebih mendukung perusahaan yang dinilai bertanggungjawab sosial,

sehingga meningkatkan peluang pasar dan keunggulan kompetitifnya. Saat ini aktivitas

tanggungjawab sosial perusahaan dianggap sebagai investasi masa depan bagi

perusahaan. Minat para pemilik modal dalam menanamkan modal di perusahaan yang

telah menerapkan tanggungjawab sosial perusahaan lebih besar, dibandingkan

dengan yang tidak menerapkan. Melalui program tanggungjawab sosial perusahaan

dapat dibangun komunikasi yang efektif dan hubungan yang harmonis antara

perusahaan dengan masyarakat sekitarnya.

Salah satu media untuk mengungkapkan penerapan tanggungjawab sosial

perusahaan adalah dengan menggunakan annual report yang merupakan sarana

komunikasi perusahaan dengan pihak eksternal. Eipstein dan Freedman (1994), dalam

Anggraini (2006), menemukan bahwa investor individual tertarik terhadap informasi

sosial yang dilaporkan dalam laporan tahunan. Pengungkapan informasi sosial dalam

annual report dinyatakan dalam PSAK No. 1 paragraf 9 yang menyatakan bahwa :

“Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan

mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah, khususnya bagi industri

di mana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi

industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan

yang memegang peranan penting”

Sarana lain yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan laporan keberlanjutan

(sustainability report). Sustainability report merupakan suatu laporan komprehensif

yang memberikan informasi mengenai aspek sosial, lingkungan dan keuangan secara

sekaligus. Untuk membuktikan bahwa tanggungjawab sosial telah dilaksanakan,

perusahaan dituntut untuk melakukan pengungkapan infpormasi penerapan

tanggungjawab sosial secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan dapat

dibandingkan.

Dalam proses perjalanan CSR banyak masalah yang dihadapinya, di antaranya

adalah:

1. Program CSR belum tersosialisasikan dengan baik di masyarakat.

2. Masih terjadi perbedaan pandangan antara departemen hukum dan HAM

dengan departemen perindustrian mengenai CSR dikalangan perusahaan

dan Industri.

3. Belum adanya aturan yang jelas dalam pelaksanaan CSR dikalangan

perusahaan.

Bila dianalisis permasalahan di atas yang menyangkut belum

tersosialisasikannya dengan baik program CSR di kalangan masyarakat. Hal ini

menyebabkan program CSR belum bergulir sebagai mana mestinya, mengingat

masyarakat belum mengerti apa itu program CSR. Apa saja yang dapat dilakukannya?

Bagaimana dapat berkolaborasi dengan prosedur perusahaan.

Owen (2005) dalam Anggraini (2006), menyatakan bahwa kasus Enron di

Amerika telah menyebabkan perusahaan-perusahaan lebih memverikan perhatian

yang besar terhadap pelaporan sustainabilitas dan pertanggungjawaban sosial

perusahaan. Isu-isu yang berkaitan dengan reputasi, manajemen risiko, dan

keunggulan kompetitif. Nampak menjadi kekuatan yang mendorong perusahaan untuk

melakukan pengungkapan informasi sosial. Dari hasil stui literatur yang dilakukan oleh

Finch (2005) dalam Anggraini (2006) menunjukkan bahwa motivasi perusahaan untuk

melakukan pengungkapan sosial lebih banyak dipengaruhi oleh usaha untuk

mengkomunikasikan kepada stakeholder mengenai kinerja manajemen dalam

mencapai manfaat bagi perusahaan dalam jangka panjang. Perusahaan yang

memperhatikan masalah sosialnya juga akan memperhatikan kemampuan dalam

menggerakkan kinerja keuangan perusahaan. Hal ini dilakukan agar antara tujuan

internal dan eksternal perusahaan dapat sama-sama tercapai seara maksimal.

Kinerja keuangan perusahaan yang meningkat salah satunya disebabkan

adanya pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan. Meskipun dalam aktivitas

tanggungjawab sosial perusahaan harus mengeluarkan biaya, tetapi halini dilakukan

untuk menjaga eksistensi perusahaan di masa depan. Dunia usaha tidak dapat lepas

dari komunitas masyarakat, sehingga perusahaan harus mempunyai kepedulian yang

tinggi untuk mnyelesaikan masalah sosial yang dihadapi masyarakat. Kegiatan ini

diyakini dapat memberikan hasil yang baik bagi perusahaan baik secara langsung

maupun tidak langsung. Aktivitas tanggungjawab sosial perusahaan termasuk salah

satu bentuk investasi jangka panjang dan strategi bisnis yang harus dikelola dengan

baik guna meningkatkan kinerja keuangan perusahaan di masa mendatang.

Tanggungjawab sosial yang dilakukan perusahaan diharapkan mampu meningkatkan

reputasi perusahaan, hubungan baik dengan masyarakat, dan mampu mendukung

kegiatan operasional perusahaan yang akan berdampak baik terhadap kinerja

keuangan perusahaan.

Perusahaa juga harus memperhatikan nilai perusahaan karena dapat

digunakan oleh perusahaan sebagai bagian dari strategi perusahaan untuk dapat

mewujudkan visi dan misinya. Apalagi dengan pengungkapan informasi

tanggungjawab sosial perusahaan yang partisipatif , transparan, dan akuntabel, dapat

menciptakan iklim usaha yang didasari atas saling percaya antara perusahaan dan

stakeholders. Hal ini dapat meningkatkan nilai dan reputasi perusahaan.

Nilai perusahaan yang erupakan nilai pemegang saham encerminkan ukuran

reaksi pasar saham terhadap perusahaan. Makin besar nilai perusahaan (yang juga

berarti nilai pemegang saham) mencerminkan publik telah menilai harga pasar saham

di atas nilai bukunya. Tindakan manajemen dalam menjaga reputasi tidak hanya

terbatas pada reputasi keuangan perusahaan semata, namun juga harus menjaga

reputasi atas tanggungjawab sosial dan lingkungan untuk menjaga keberlangsungan

usaha.

Membaiknya reputasi perusahaan dan meningkatnya kinerja keuangan

perusahaan menyebabkan pihak masyarakat makin tertarik untuk memiliki saham

perusahaan. Makin banyak peminat saham perusaaan maka harga saham otomatis

meningkat, sehingga nilai perusahaan meningkat.

Penelitian Roberts (1992) dalam Sembiring (2003); Balabanis, Philips dan Lyall

(1998) dalam Dahlia dan Siregar (2008); Comien dan Magnan (1999) dalam Sembiring

(2003); Dahlia dan Siregar (2008) menunjukkan bahwa pengungkapan tanggungjawab

sosial perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil

tersebut berarti aktvitas tanggungjawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan terbukti

memiliki dampak produktif yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Hasil penelitian mengenai pengaruh ROA terhadap nilai perusahaan yang tidak

konsisten menunjukkan adanya faktor lain yang turut menginteraksi. Hasil tersebut

mendorong peneliti untuk memasukkanpengungkapan CSR sebagai variabel

pemoderasi. Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan memberikan sinyal-sinyal

kepada pihak luar perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan.

Selain informasi keuangan yang diwajibkan, perusahaan juga melakukan

pengungkapan yang sifatnya sukarela. Stakeholder theory berpandangan bahwa

perusahaan harus melakukan pengungkapan sosial sebagai salah satu tanggung

jawab kepada para stakeholder. Penelitian ini menggunakan pengungkapan CSR

sebagai variabel pemoderasi dengan pemikiran bahwa pasar akan memberikan 4

apresiasi positif yang ditunjukkan dengan peningkatan harga saham perusahaan.

Peningkatan ini akan menyebabkan nilai perusahaan juga meningkat. Dari sinilah bisa

ditarik salah satu hipotesis bahwa CSR mempengaruhi hubungan kinerja keuangan

dengan nilai perusahaan.

Nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power dari aset perusahaan. Hasil

positif menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings power semakin efisien perputaran

aset dan atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan. Hal ini akan

berdampak pada nilai perusahaan. Artinya kemungkinan besar kinerja keuangan

berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti kembali

pengaruh tanggungjawab sosiak perusahaan terhadap kinerja keuangan dan nilai

perusahaan.

1.2 Motivasi Penelitian

Penelitian ini merupakan replika dari penelitian Widiastuti (2010). Widiastuti

(2010) meneliti pengaruh tanggungjawab sosial perusahaan terhadap kinerja

keuangan. Kinerja diukur dengan menggunakan Return On Equity (ROE) dan

Cumulative Abnormal Return (CAR), Hasilnya mnunjukkan bahwa tanggung jawab

sosial berpengaruh positif terhadap ROE dan tanggungjawab sosial perusahaan tidak

berpengaruh terhadap CAR. Penelitan tersebut menunjukkan bahwa tanggung jawab

sosial perusahaan yang dilakukan perusahaan berimbas pada membaiknya kinerja

keuangan perusahaan.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh

tanggungjawab sosial perusahaan terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan.

Pada penelitian ini terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian sebelumnya.

Perbedaan tersebut yaitu:

1. Pada penelitan ini menambahkan satu variabel dependen yaitu nilai

perusahaan

2. Kinerja keuangan pada penelitian ini diukur dengan menggunakan Return On

Asset (ROA).

3. Pada penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan dan tipe industry sebagai

variabel control

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Apakah tanggugjawab sosial perusahaan mempengaruhi kinerja keuangan

perusahaan ?

2. Apakah tanggungjawab sosial perusahaan mempengaruhi nilai perusahaan ?

3. Apakah kinerja keuangan perusahaan mempengaruhi nilai perusahaan ?

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Pengaruh tanggungjawab sosial terhadap kinerja keuangan perusahaan.

2. Pengaruh tanggungjawab sosial perusahaan terhadap nilai perusahaan

3. Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menunjukkan pengaruh tanggungjawab

sosial perusahaan terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Selain

itu juga mampu menunjukkan penerapan keterkaitan teori dan ilmu

pengetahuan dengan kondisi yang sesungguhnya

2. Manfaat Praktis

a. Bagi perusahaan, dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang

pentingnya tanggungjawab sosial perusahaan yang diungkapkan di

dalam annual report dan sebagai pertimbangan dalam pembuatan

kebijaksanaan perusahaan untuk lebih meningkatkan kepeduliannya

pada lingkungan sosial

b. Bagi investor, akan memberikan wacana baru dalam

mempertimbangkan aspek-aspek yang perlu diperhitungkan dalam

investasi yang tidak terpaku pada ukuran-ukuran moneter

c. Bagi masyarakat, akan memberikan stimulus secara proaktif

sebagai pengontrol aas perilaku-perilaku perusahaan dan semakin

meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak-hak yang harus

diperoleh.

BAB II

TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Tanggungjawab Sosial Perusahaan

Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan atau Corporate Social Resposibility

(CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela

mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan

interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang

hukum (Darwin, 2004) dalam Anggraini (2006). Pertanggungjawaban sosial

perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainability Reporting.

Sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan

dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks

pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sustainability Reporting

meliputi pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan dan pengaruh sosial terhadap

kinerja organisasi (ACCA, 2004) dalam Anggraini (2006). Sustainability report harus

menjadi dokumen strategik yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan

peluang Sustainability Development yang membawanya menuju kepada core business

dan sektor industrinya.

Darwin (2004) dalam Anggraini (2006) mengatakan bahwa Corporate

Sustainability Reporting terbagi menjadi 3 kategori yaitu kinerja ekonomi, kinerja

lingkungan dan kinerja sosial. Sedangkan Zhegal & Ahmed (1990) dalam Anggraini

(2006) mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan sosial perusahaan,

yaitu sbb.:

1. Lingkungan, meliputi pengendalian terhadap polusi, pencegahan atau

perbaikan terhadap kerusakan lingkungan, konservasi alam, dan

pengungkapan lain yang berkaitan dengan lingkungan.

2. Energi, meliputi konservasi energi, efisiensi energi, dll.

3. Praktik bisnis yang wajar, meliputi, pemberdayaan terhadap minoritas dan

perempuan, dukungan terhadap usaha minoritas, tanggung jawab sosial.

4. Sumber daya manusia, meliputi aktivitas di dalam suatu komunitas, dalam

kaitan dengan pelayanan kesehatan, pendidikan dan seni.

5. Produk, meliputi keamanan, pengurangan polusi, dll.

Grey et al. (1995) dalam Anggraini (2006) mengatakan bahwa sifat dan volume

pelaporan mengenai pertanggungjawaban sosial perusahaan bervariasi antar waktu

dan antar negara, hal ini disebabkan isu-isu yang dipandang penting oleh satu negara

mungkin akan menjadi kurang penting bagi negara lain. Lewis & Unerman (1999)

dalam Angraini (2006) mengatakan bahwa variasi pelaporan tersebut disebabkan oleh

budaya atau norma yang berlaku pada masing-masing negara.

2.1.1 Tujuan Penerapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan

Dalam penerapannya tanggungjawab sosial perusahaan bertujuan sebagai

berikut :

1. Mengungkapkan keuntungan sosial yang dihasilkan oleh perusahaan.

2. Menampakkan kerusakan sosial yang dihasilkan oleh perusahaan

3. Merubah perilaku perusahaan menjadi lebih baik.

Beberapa manfaat yag diperoleh perusahaan dengan menetapkan

tanggungjawab sosial perusahaan, yaitu

1. Keberadaan perusahaan dapat tumbuh dan berkelanjutan dan perusahaan

mendapatkan citra (image) yang positif dari masyarakat luas

2. Perusahaan lebih mudah memperoleh akses terhadap modal

3. Perusahaan dapat mempertahankan sumber daya manusia yang

berkualitas

4. Perusahaan dapat meningkatkan pengamilan keputusan pada hal-hal yang

kritis dan mempermudah pengelolaan manajemen risiko

2.1.2 Bentuk Tanggungjawab Sosial Perusahaan

Menurut Harahap (2007:400), dalam Widiastuti (2010), bentuk tanggungjawab

sosial perusahaan ada tiga yaitu :

1. Corporate philanthropy, di mana tanggugjawab perusahaan berada sebatas

kedermawanan atau kerelaan belum sampai pada tanggungjawabnya.

Bentuk tanggungjawab ini bisa merupakan kegiatan amal, sumbangan, atau

kegiatan lain yang mungkin saja tidak langsung berhubungan dengan

kegiatan perusahaan

2. Corporate responsibility, di sini kegiatan pertanggungjawaban sudah

merupakan bagian dari tanggungjawab perusahaan, bisa karena ketentuan

undang-undang atau bagian dari kesediaan perusahaan.

3. Corporate policy, di sini tanggungjawab sosial perusahaan itu sudah

merupakan kebijakannya

2.1.3 Pelaporan Tanggungjawab Sosial Perusahaan dalam Sustainability

Reporting

Tanggungjawab sosial perusahaan diungkapkan dalam laporan yang disebut

Sustainability Reporting. Sustainability Report merupakan laporan kinerja perusahaan

yang berkaitan dengan konsep sustainable development (pembangunan berkelanjutan)

yang menjadi tujuan pembangunan nasional. Dalam sustainability report diungkapkan

tiga macam unsur, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan (triple bottom-line reporting)

(Cahya, 2010)

Dalam studi literatur yang dilakukan oleh Flinch (2005) dalam Dahlia dan

Siregar (2008), dikatakan bahwa motivasi perusahaan menggunakan sustainability

reporting framework adalah untuk mengkomunikasikan kinerja manajemen dalam

mencapai keuntungan jangka panjang perusahaan kepada stakeholder, seperti

perbaikan kinerja keuangan, kenaikan dala competitive advantage, maksimisasi profit,

serta kesuksesan perusahaan dalam jangka panjang.

Prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengungkapan sustainability reporting

adalah :

1. Transparancy and inclusiveness

Kedua prinsip ini mewakili poin awal dalamproses pelaporan dan ditandai

sebagai bahan dasar prinsip-prinsip lainnya. Seluruh keputusan mengenai

pelaporan diambil dari dua prinsip ini dan dikaitkan dalam pertimbangan

praktek

.Sustainablity context, completeness, and relevance

2. Ketiga prinsip ini memainkan peran penting dalam menentukan apa yang

dilaporkan. Laporan sebaiknya dapat membantu menempatkan kinerja

organisasi dalam konteks tantangan, risiko, dan kesempatan sustainability.

Informasi yag terkandung di dalam laporan harus melewati tes kelengkapan

dalam lingkup batasan laporan, cakupan, dan kerangka waktu. Pada

akhirnya, informasi yang dilaporkan sebaiknya relevan terhadap kebutuhan

pengambilan keputusan oleh stakeholders.

3. Neutrality, comparability, and accuracy

Prinsip ini terkait dengan kualitas dan kepercayaan terhadap laporan.

Laporan sebaiknya dapat dibandingkan kapan saja dan antar organisasi.

Informasi jga sebaiknya tepat akurat dan dapat dipercaya agar

memungkinkan digunakan untuk tujuan pengambilan keputusan. Selain itu,

laporan sebaiknya menyajikan isi secara seimbang dan tidak bias.

4. Clarity and timelines

Prinsip ini terkait dengan pengelolaan akses dan ketersediaan laporan.

Secara sederhana, stakeholders sebaiknya dapat dengan mudah menerima

dan memahami informasi dalam kerangka waktu yang mengizinkan mereka

untuk menggunakannnya secara efektif

5. Auditability

Prinsip ini berhubungan dengan prinsip lainnya seperti comparability,

accuracy, neutrality, dan completeness. Secara spesifik, prinsip ini merujuk

pada kemampuan untuk menunjukkan bahwa proses yang mendasari

periapan laporan dan informasi dalam laporan ini sendiri telah memenuhi

standar kualitas, reliability, dan harapan lainnya.

2.2 Kinerja Keuangan Perusahaan

Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan di

manapun, karena kinerja merupakan alat untuk mengevaluasi hasil yang telah dicapai

dari suatu unit organisasi apakah telah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya. Dengan demikian, perusahaan dapat melakukan suatu tindakan

perbaikan agar tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai.

Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yag sangat penting bagi

perusahaan, karena pengukuran tersebut digunakan sebagai dasar untuk menyusun

sistem imbalam dalam perusahaan, yang dapat mempengaruhi perilaku pengambilan

keputusan dalam perusahaan. Pengukuran kinerja perusahaan ada dua macam, yaitu

sudut keuangan dan nonkeuangan.

Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil perusahaan secara

keseluruhan dalam menggunakan sumber-sumber keuangan perusahaan yang dimiliki

secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan.

Menurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Widiastuti (2010), pengukuran kierja

keuangan perusahaan bertujuan untuk :

1. Memberikan informasi yang berguna dalam membuat keputusan penting

mengenai aset yang digunakan dan unuk memacu para manajer untuk

membuat keputusan yang menyalurkan kepentingan perusahaan

2. Mengukur kinerja unit usaha sebagai suatu entitas usaha

2.2.1 Laporan Keuangan sebagai Informasi dalam Penilaian Kinerja Keuangan

Perusahaan

Menurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Widiastuti (2010), penilaian

kinerja keuangan perusahaan berguna untuk mengidentifikasi adanya ketidaksesuaian

dengan prosedur atau tujuan yang telah ditetapkan sehingga masalah yang muncul

dapat diatasi dan perilaku dapat diubah ke arah pencapaian tujuan. Sebenarnya,

tujuan dari penilaian kinerja keuangan adalah untuk membantu menerapkan strategi

sehingga dapat diimplementasikan.

Kinerja keuangan biasanya dinilai dengan menggunakan analisis laporan

keuangan. Menurut Moeljadi (2006) dalam Widiastuti (2010), analisis terhadap kinerja

perusahaan pada umumnya dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan dengan

membandingkan kinerja perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri yang

sama dan mengevaluasi kecenderungan posisi keuangan perusahaan sepanjang

waktu. Analisis laporan keuangan secara umum berarti menggunakan data laporan

keuangan untuk menilai kinerja perusahaan dengan membandingkan kinerja

perusahaan pada waktu yang lalu dan prospek pada masa mendatang.

Analisis laporan keuangan dimaksudkan untuk membantu manajemen dan

pihak-pihak yang berkepentingan dalam perencanaan dan pengendalian perusahaan.

Sehingga dengan adanya laporan keuangan diharapkan mampu memberikan bantuan

informasi kepada pengguna untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat

financial. Adapun tujuan laporan keuangan seperti yang tertulis dalam Standar

Akuntansi Keuangan (SAK) yang disusun oleh Ikatan akuntansi Indonesia (IAI) adalah

“Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi

keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang

bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi”

Salah satu kegunaan dari laporan keuangan adalah untuk menyediakan

informasi kinerja perusahaan terutama profitabilitas yang diperlukan untuk menilai

perubahan potential sumberdaya ekonomi yang mungkin dikendalikan. Informasi

tersebut menyangkut posisi keuanga perusahaan kepada pihak-pihak yag

berkepentingan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Analisis keuangan sangat tergantung pada informasi yang diberikan oelh

laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu

sumber informasi yang penting di samping informasi lain seperti informasi industry,

kondisi perekonomian, pangsa pasar perusahaanm kualitas manajemen dan lainnya.

Ada tiga macam laporan keuangan pokok yang dihasilkan suatu perusahaan, yaitu

meliputi : 1) Neraca 2) Laporan Arus Kas 3) Laporan Laba Rugi. Di samping ketiga

lapran terseut di atas, dihasilkan juga laporan pendukung seperti laporan laba ditahan,

perubahan modal sendiri, dan diskusi-diskusi oleh pihak manajemen

Laporan Keuangan merupakan salah satu dari sekian informasi yang biasa

digunakan untuk merevisi dan mendeteksi harga sekuritas seperti saham, obligasi, dan

surat berharga lainnya. Jika laporan keuangan yang disajikan tepat waktu maka akan

sangat bermanfaat untuk membantu pengguna laporan keuangan dalam membuat

keputusan. Pentingnya laporan keuangan bagi pelaku pasar modal adalah (Farid &

Siswanto, 1998 dalam Hakim, 2006) :

1. Memahami analisis fundamental laporan keuangan

2. Memahami hubungan antara kinerja keuangan perusahaan dan nilai saham

3. Memahami penerapan analisis laporan keuangan untuk dijadikan dasar

dalam keputusan investasi

2.2.2 Metode Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan

Kinerja sebuah perusahaan lebih banyak diukur brdasarkan analisis rasio.

Suwardjono (1985) dalam Widiastuti (2010), menyatakan bahwa penggunaan rasio

sebagai salah satu bentuk analisis laporan keuangan adalah perhitungan dan

interpretasi atas rasio-rasio.

Rasio keuangan yang merupakan bentuk informasi nakuntansi yang penting

bagi perusahaan selama suatu periode terntentu. Meskipun demikian, rasio keuangan

memiliki keunggulan dan keterbatasan. Menurut Harahap (2002) dalam X (200..), ada

beberapa keunggulan dari analisis rasio yaitu :

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistic yang lebih mudah

dibaca dan ditafsirkan

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang isajikan

laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

3. Mengetahui posisi perusahaan di tengan industri lain

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan

keputusan dan model prediksi

5. Menstandarisir size perusahaan

6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau

melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series”

7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa

yang akan datang

Analisis rasio yang sering dikenal adalah rasio likuiditas, solvabilitas, dan

realibilitas. Adapun jenis rasio keuangan yang sering digunakan adalah :

1. Rasio likuiditas, rasio yang menggambarka kemampuan perusahaan untuk

menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya

2. Rasio solvabilitas, rasio ini menggmbarkan kemampuan perusahaan dalam

membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajiban apabila

perusahaan dilikuidasi

3. Rasio profitabilitas, rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan

mendapatkan laba melalui seluruh kemampuan, dan sumber yang ada

seperti kegiatan penjualan, kas, modal jumlah karyawan, dan sebagainya

4. Rasio aktivitas, rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan

perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan,

pembelian, atau kegiatan lain.

5. Rasio leverage, rasio ini menggambarkan hubungan antara hutang

perusahaan terhadap modal maupun aset

6. Rasio pertumbuhan, rasio ini menggambarka persentasi kenaikan penjualan

tahun ini dibanding dengan tahun lalu. Semakin tinggi berarti semakin baik

7. Penilaian pasar, rasio ini merupakan rasio yang khuu dipergunakan di pasar

modal yang menggambarkan situasi perusahaan di pasar modal

8. Rasio produktivitas, rasio ini menunjukkan tingakat produktivitas dari unit

atau kegiatan yang dinilai

2.3 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan dalan penelitian ini didefinisikan seagai nilai pasar. Karena

nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum

apabila harga saham perusahaan meningkat. Makin tinggi harga saham, makin tinggi

kemakmuran pemegang saham. Untuk mencapai nilai perusahaan umumnya para

pemodal menyerahkan pengelolaannya kepada para professional. Para professional

diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris.

Samuel dalam Nurlela dan Islahuddin (2008), menjelaskan bahwa enterprise

value (EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai perusahaan) merupakan konsep

penting bagi investor, karena merupakan indicator bagi pasar menilai perusahaan

secara keseluruhan. Sedangkan Wahyudi (2005) dalam Nurlela dan Islahuddin (2008),

menyebutkan bahwa nilai perusahaan merupakan harga harga yang bersedia dibayar

oleh calon pembeli seandainya perusahaan tersebut dijual. Pengujuran nilai

perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tobin’s Q

Tobin’s Q dikembangkan oleh James Tobin (1967). Rasio ini merupakan

konsep berharga karena menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai

hasil pengembalian dari setiap investasi inkremental. Apabila rasio Q di atas satu,

maka investasi dalam aktiva manghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih

tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang investasi baru. Apabila

rasio Q dibawah satu, maka investasi dalam aktiva tidaklah menarik

2.4 Ukuran Perusahaan

Size perusahaan merupakan variabel yang banyak digunakan untuk

menjelaskan pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan

yang dibuat. Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih

banyak daripada perusahaan kecil. Hal ini karena perusahaan besar akan menghadapi

resiko politis yang lebih besar dibanding perusahaan kecil. Secara teoritis perusahaan

besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan

pertanggungjawaban sosial. Pengungkapan sosial yang lebih besar merupakan

pengurangan biaya politis bagi perusahaan (Hasibuan,2001) dalam (Cahya, 2010).

Dengan mengungkapkan kepedulian pada lingkungan melalui pelaporan keuangan,

maka perusahaan dalam jangka waktu panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat

besar akibat dari tuntutan masyarakat. Menurut Buzby (Hasibuan 2001) dalam (Cahya,

2010) ada dugaan bahwa perusahaan yang kecil akan mengungkapkan lebih rendah

kualitasnya dibanding perusahaan besar. Hal ini karena ketiadaan sumber daya dan

dana yang cukup besar dalam Laporan Tahunan. Manajemen khawatir dengan

mengungkapkan lebih banyak akan membahayakan posisi perusahaan terhadap

kompetitor lain. Ketersediaan sumber daya dan dana membuat perusahaan merasa

perlu membiayai penyediaan informasi untuk pertanggungjawaban sosialnya.

Di samping itu, perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki

public demand akan informasi yang lebih tinggi dibanding perusahaan yang berukuran

lebih kecil. Alasan lain adalah perusahaan besar dan memilikibiaya keagenan yang

lebih besar tentu akan mengungkapkan informasi yang lebih luas hal ini dilakukan

untuk mengurangi biaya keagenan yang dikeluarkan. Lebihbanyak pemegang saham,

berarti memerlukan lebih banyak juga pengungkapan,hal ini dikarenakan tuntutan dari

para pemegang saham dan para analis pasar modal (Yuniarti Gunawan, 2000) dalam

(Cahya, 2010). Cowen et.al (1987) dalam Sembiring (2003) menyatakan bahwa

perusahaan yang lebih besar mungkin akan memiliki pemegang saham yang

memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan dalam laporan tahunan, yang

merupakan media untuk menyebarkan informasi tentang tanggung jawab sosial

keuangan perusahan.

2.5 Hipotesis

2.5.1 Pengaruh Tanggungjawab Sosial Perusahaan terhadap Kinerja

Perusahaan

Dahlia dan Siregar (2008) dalam Widiastuti (2010) menliti pengaruh

tanggungjawab sosial perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang dilakukan pada

perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesi tahun 2008 dan 2010. Hasilnya

menunjukkan behwa tingkat pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan dalam

laporan tahunan perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan

perusahaan. Hal ini berarti aktivitas tanggungjawab sosial erusahaan yang dilakukan

oleh perusahaan terbukti memiliki dampak produktif yang signifikan terhadap kinerja

keuangan perusahaan.

Berdasarkan uraian tersebut maka hipoteris pertama yang dirumuskan adalah :

H1 : Tanggungjawab sosial persusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perusahaan

2.5.2 Pengaruh Tanggungjawab Sosial Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan penelitian Hill et. al. (2007) dalam Daniri (2008), pengungkapan

tanggungjawab sosial perusahaan berpengaruh terhadap peningkatan nilai

perusahaan yang diukur dari nilai saham perusahaan. Pengungkapan tanggungjawab

sosial perusahaan akan memberikan manfaat yang besar dalam jangka panjang

perusahaan (10 tahun). Perusahaan akan mengalami kenaikan saham yang signifikan

H2 : Tanggungjawab sosial perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan

2.5.3 Pengaruh Kinerja Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan

Teori yang dikemukakan oleh Modigliani dan Miller dalam (Wirakusuma, 2007),

menyatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power dari aset

perusahaan. Hasil positif menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings power semakin

efisien perputaran aset dan atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh

perusahaan. Hal ini akan berdampak pada nilai perusahaan. Hasil penelitian Ulupui

(2007) dan Makaryawati (2002) dalam (Wirakusuma, 2007), Carlson dan Bathala

(1997) dalam Suranta dan Pratana (2004) menemukan bahwa ROA berpengaruh

positif terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Suranta dan Pratana

(2004) dan Kaaro (2002) dalam Suranta dan Pratana (2004) menemukan ROA

berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan teori dan penelitian

tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

H3: Kinerja perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Sampel Penelitian

Sampel yang menjadi objek penelitian ini adalah perusahaan go public yang

tercatat di BEI (Bursa Efek Indonesia) pada tahun 2008-2010. Penggunaan

perusahaan yang tercatat di BEI sebagai sampel karena perusahaan tersebut

mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan tahunan (annual report) kepada

pihak luar perusahaan, sehingga memungkinkan ndata laporan tahunan tersebut

diperoleh dalam penelitian ini.

Metode pemilihan sampel didasarkan pada metode purposive judgement

sampling, yaitu tipe pemilihan sampling, yaitu tipe pemilihan sampel yang tidak acak

yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu. Sampelnya

adalah perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Terdaftar di BEI tahun 2008-2010

2. Tidak mengalami delisting dari BEI antara tahun 2008-2010

3. Mempublikasikan laporan tahunan secara berturut-turut selama tahun 2008-

2010 di website resmi BEI

4. Memiliki data-data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang

digunakan dalam penelitian ini.

5. Rupiah sebagai mata uang pelaporannya.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Sumber data penelitian ini berasal dari data sekunder yang berasal dari

berbagai sumber. Data pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan diperoleh

dari analisa laporan tahunan perusahaan yang didapat langung dari website BEI. Data

laba bersih, total aset, total kewajiban, nilai buku ekuitas dan jumlah saham yang

beredar berasal dari laporan keuangan perusahaan yang didapat langsung dari

website BEI. Data harga penutupan saham berasal dari finance.yahoo.com

3.3 Definisi Operasional Variabel

3.3.1 Variabel Dependen

3.3.1.1 Kinerja Keuangan Perusahaan

Profitabilitas diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

laba atau profit dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham. Terdapat beberapa

ukuran untuk menentukan profitabilitas perusahaan, yaitu : return of equity, return on

assets, earning per share, net profit dan operating ratio. Variabel profitabilitas dalam

penelitian ini menggunakan Return On Asset (ROA). ROA adalah perbandingan antara

laba bersih setelah pajak dengan aktiva untuk mengukur tingkat pengembalian

investasi total. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting untuk mengetahui

profitabilitas suatu perusahaan. Return on asset merupakan ukuran efektifitas

perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang

dimilikinya. Adapun pengukurannya dengan menggunakan rumus :

ROA = Laba bersih setelah pajak / Total aktiva

3.3.1.2 Nilai Perusahaan

Variabel dependen, yaitu nilai perusahaan diukur dengan Tobin’s Q. Tobin’s Q

dihitung dengan rumus:

{(CP x Jumlah Saham) + TL + I)} – CA/TA

Keterangan:

CP = Closing Price

TL = Total Liabilities

I = Inventory

CA = Current Assets

TA = Total Assets

3.3.2 Variabel Independen : Tanggungjawab Sosial Perusahaan

Variabel independen dalam penelitian ini adalah tanggungjawab sosial

perusahaan. Tanggungjawab sosial perusahaan dalam penelitian ini diukur

menggunakan instrument yang digunakan oleh Sembiring (2005). Instrumen ini

mengelompokkan pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan ke dalam. 6

kategori, yaitu : lingkungan, energy, tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan

umum.

3.3.3 Variabel Independen Kontrol

Variabel independen kontrol merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat

konstan, sehingga tidak akan mempengaruhi variabel utama yang diteliti. Variabel ini

berfungsi untuk menghilangkan pengaruh yang dapat mengganggu hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen selain itu juga untuk menghindari adanya

bias dalam hasil regresi. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel kontrol yaitu

ukuran perusahaan dan tipe industry, karena kedua hal itu dapat mempengaruhi

tibgkat pengungkapan aktivitas sosial dan pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan

3.4 Teknik Analisis Data

3.4.1 Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik dilakukan agar diperoleh parameter yang valid dan

handal atas model regresi yang digunakan. Uji asumsi klasik yang dipakai yaitu :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam metode regresi, variabel

terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak

(Ghozali, 2005). Model regresi yang baik adalah data yang berdistribusi

normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi

apakah data berdistribusi normal atau tidak mengunakan dua cara yaitu

melalui analisis grafik dan analisis statistik.

2. Uji Multikolonieritas

Multikolinearitas terjadi jika ada hubungan linear yang sempurna atau

hampir sempurna antara beberapa atau semua variabel independen dalam

model regresi. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel

bebas (Ghozali, 2005).Untuk menguji adanya multikolinearitas dapat

dilakukan dengan menganalisis korelasi antar variabel dan perhitungan nilai

tolerance serta variance inflation factor (VIF). Multikolinearitas terjadi jika

nilai tolerance lebih kecil dari 0,1 yang berarti tidak ada korelasi antar

variabel independen yang nilainya lebih dari 95% . Dan nilai VIF lebih besar

dari 10, apabila VIF kurang dari 10 dapat dikatakan bahwa variabel

independen yang digunakan dalam model adalah dapat dipercaya dan

objektif

3. Uji Autokorelasi

Digunakan uji statistik dari Durbin Watson untuk mendeteksi apakah ada

serial korelasi (Autokorelasi) atau tidak dalam data time series yang

digunakan. Serial korelasi adalah problem dimana dalam sekumpulan

observasi untuk variabel tertentu antara observasi yang satu dengan yang

lain ada hubungan atau korelasi. Langkah awal pendeteksian ini adalah

mencari nilai d dari analisis regresi dan selanjutnya mencari nilai d1 dan du

pada tabel dengan kriteria (Imam Ghozali, 2005). Pengambilan Keputusan

ada tidaknya autokorelasi :

- Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du),

maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada

autokorelasi.

- Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl),

maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada

autokorelasi positif.

- Bila nilai DW lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien korelasi

autokerelasi lebih kecil dari pada nol, berarti ada autokorelasi negatif.

- Bila nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau

DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat

disimpulkan.

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika

berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).

Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan

melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antar SRESID dan

ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu x

adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized.

Dasar analisisnya adalah

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit)

akan mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik penyebaran di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka terjadi heteroskedastisitas. Untuk

lebih menjamin keakuratan hasil maka dilakukann uji statistic dengan

menggunakan uji Glejser. Uji Glejser mengusulkan untuk meregres nilai

absolut residual terhadap variabel independen (Ghozali, 2005). Jika dari

hasil uji Glejser didapat bahwa tidak ada satupun variabel independen

yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel depeden nilai

absolut Ut (AbsUt) dan probabilitas signifikansinya di atas tingkat

kepercayaan 5% maka dapat diambil kesimpulan model regresi tersebut

tidak mengandung adanya Heteroskedastisitas.

3.4.2 Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, digunakan metode regresi linear

berganda, uji signifikansi parameter individual (Uji statistik t), uji signifikansi simultan

(Uji statistik F), dan koefisien determinasi :

CSR : ß0 + Koefisien Regresi Size – Koefisien Regresi Profitabilitas +

Koefisien Regresi Leverage + e

Keterangan :

CSR : Corporate Social Responsibility

ß0 : Konstanta

e : Error

a) Metode Regresi Linear Berganda

Metode regresi linear berganda, yaitu metode yang digunakan untuk

menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel

dependen dengan skala pengukur atau rasio dalam suatu persamaan linier

Variabel independen dalam penelitian ini adalah size perusahaan,

profitabilitas, dan leverage. Sedangkan variabel dependennya adalah

indeks pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Adapun

persamaan untuk menguji hipotesis secara keseluruhan pada penelitian ini

adalah sebagai berikut :

b. Uji signifikansi parameter individual (Uji stastistik t) Menurut Ghozali (2005)

uji stastistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel

dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level

0,05 (α=5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan

kriteria sebagai berikut :

1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak

signifikan). Ini berarti bahwa secara parsial variabel independen

tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen.

2. Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi

signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen tersebut

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

c. Uji signifikansi simultan (Uji stastistik F)

Menurut Ghozali (2005) uji stastistik F pada dasarnya menunjukkan apakah

semua variabel bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai

pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan

dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%). Ketentuan peneriman

atau penolakan hipotesis adalah sebagi berikut :

1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi tidak

signifikan). Ini berarti bahwa secara simultan ketiga variabel independen

tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen.

2. Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi

signifikan). Ini berarti secara simultan ketiga variabel independen

tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen.

d. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi ( R2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi berada di antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan

variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti

variabel-varibel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005).

Data dalam penelitian ini akan diolah dengan menggunakan program

Statistical Package for Social Sciences (SPSS) 16. Hipotesis dalam

penelitian ini dipengaruhi oleh nilai signifikansi koefisien variabel yang

bersangkutan setelah dilakukan pengujian. Kesimpulan hipotesis dilakukan

berdasarkan t-test dan Ftest untuk menguji signifikansi variabel-variabel

independen terhadap variabel dependen.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Fr. Reni Retno 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan

Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa

Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang.

Cahya, Bramantya Adhi. 2010. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap

Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility). Skripsi

Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.

Dahlia, Lely dan Siregar, Sylvia Veronica. 2008. Pengaruh Corporate Social

Responsibility terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan

yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2005 dan 2006). Simposium

Nasional Akuntansi XI. Pontianak.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan

IV. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba

Empat

Nurlela, Rika dan Islahuddin. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap

Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen sebagai

Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa

Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.

Sembiring, Eddy Rismanda. 2003. Kinerja Keuangan, Political Visibiity,

Ketergantungan pada Hutang dan Pengungkapan Tanggungjawab Sosial

Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya.

Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan

Tanggungjawab Sosial (Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa

Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo

Suranta, Eddy dan Pratana, Puspita Merdistuti. 2004. Income Smoothing, Tobin’s Q,

Ageny Problems dan Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VII.

Bali

Widiastuti, Karlina. 2010. Pengaruh Tanggungjawab Sosial Perusahaan Terhadap

Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan. Skripsi Fakultas Ekonomi Brawijaya.

Proposal Penelitian Kuantitatif

PENGARUH TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

TERHADAP KINERJA KEUANGAN DAN NILAI PERUSAHAAN

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Oleh :

Erwiani (091020066)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2011