Proposal Kuantitatif
-
Upload
erwiani-ignasia -
Category
Documents
-
view
228 -
download
12
Transcript of Proposal Kuantitatif
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan-perusahaan di era globalisasi ini harus bersaing secara kompetitif
untuk dapat mempertahankan eksistensi dan reputasi dalam dunia bisnis. Dalam
persaingan usaha yang kompetitif perusahaan harus didukung oleh aspek-aspek
internal dan eksternal perusahaan. Aspek internal perusahaan misalnya kemampuan
manajerial perusahaan, kinerja keuangan, sumber daya manusia dan teknologi
informasi. Sedangkan dalam aspek eksternal misalnya investor, pegawai, kreditor,
supplier, customer, lingkungan, masyarakat, dan pemerintah.
Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara
berkelanjutan. Keberlanjutan perusahaan (corporate sustainability) hanya akan
terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup.
Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi masyarakat sekitar muncul kepermukaan
terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan lingkungan hidup. Dalam
menjalankan operasional perusahaan, pelaku bisnis seharusnya tidak hanya mengejar
keuntungan semata, melainkan juga diharapkan untuk memberikan kontribusi positif
terhadap lingkungan sosialnya. Hal ini dikarenakan masyarakat telah semakin kritis
dan mampu melakukan kontrol sosial terhadap dunia usaha. Strategi bisnis tersebut
dikenal sebagai tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility).
Beberapa tahun terakhir banyak perusahaan semakin menyadari pentingnya
menerapkan program Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai bagian dari
strategi bisnisnya.
Menurut Nurlela dan Islahuddin (2008), perkembangan tanggungjawab sosial
perusahaan secara konseptual baru dikemas sejak tahun 1980-an yang dipicu
sedikitnya oleh lima hal. Pertama, maraknya fenomena “take over” antar korporasi
yang kerap dipicu oleh ketrampilan rekayasa finansial. Kedua, runtuhnya tembok Berlin
yang merupakan sombol tumbangnya paham komunis dan semakin kokohnya
imperium kapitalisme secara global. Ketiga, meluasnya operasi kegiatan multinasional
di negara-negara berkembang, sehingga dituntut untuk memperhatikan : hak asasi
manusia, kondisi sosial dan perlakuan yang adil terhadap buruh. Keempat, globalisasi
dan menciutnya peran sektor publik (pemerintah) hampir di seluruh dunia telah
menyebabkan tumbuhnya lembaga swadaya masyarakat (termasuk asosiasi profesi)
yang memusatkan perhatian mulai dari isu kemiskinan sampai pada kekuatiran akan
punahnya berbagai spesies baik hewan maupun tumbuhan sehingga ekosistem
semakin labil. Terakhir, adanya kesadaran dari perusahaan akan arti penting merek
dan reputasi perusahaan dalam membawa perusahaan menuju bisnis berkelanjutan.
Banyak kalangan, khususnya buruh, tidak mempercayai bahwa perusahaan
sungguh-sungguh dalam menerapkan CSR. Mereka beranggapan bahwa sebuah
institusi yang hanya mengejar keuntungan semata tidak mungkin mempunyai maksud
dan tujuan mulia untuk memberdayakan masyarakat, menghormati hak-hak buruhnya
serta tidak merusak lingkungan. Oleh karena itu sangatlah tidak mungkin untuk
menuntut perusahaan agar bertanggungjawab secara sosial. CSR tidak memberikan
hasil pelaporan keuangan dalam jangka pendek. Namun CSR akan memberikan
dampak, baik langsung maupun tidak langsung pada keuangan perusahaan di masa
yang akan datang. Investor juga ingin investasinya dan kepercayaan masyarakat
terhadap perusahaannya memiliki citra yang baik di mata masyarakat. Dengan
demikian, apabila perusahaan melakukan program-program CSR secara
berkelanjutan, maka perusahaan akan dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu,
program CSR lebih tepat apabila digolongkan sebagai investasi dan harus menjadi
strategi bisnis dari suatu perusahaan
Sejarah perkembangan akuntansi, yang berkembang pesat setelah terjadi
revolusi industri, menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak digunakan sebagai
alat pertanggungjawaban kepada pemilik modal (kaum kapitalis) sehingga
mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada pemilik modal. Dengan
keberpihakan perusahaan kepada pemilik modal mengakibatkan perusahaan
melakukan eksploitasi sumber-sumber alam dan masyarakat (sosial) secara tidak
terkendali sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan alam dan pada akhirnya
mengganggu kehidupan manusia.
Di dalam akuntansi konvensional (mainstream accounting), pusat perhatian
yang dilayani perusahaan adalah stockholders dan bondholders sedangkan pihak yang
lain sering diabaikan. Dewasa ini tuntutan terhadap perusahaan semakin besar.
Perusahaan diharapkan tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen dan
pemilik modal (investor dan kreditor) tetapi juga karyawan, konsumen serta
masyarakat. Akuntansi konvensional telah banyak dikritik karena tidak dapat
mengakomodir kepentingan masyarakat secara luas, sehingga kemudian muncul
konsep akuntansi baru yang disebut sebagai Social Responsibility Accounting (SRA)
atau Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial, yang menuntut diungkapkannya informasi
pertanggungjawaban sosial oleh perusahaan.
Standar akuntansi keuangan di Indonesia belum mewajibkan perusahaan untuk
mengungkapkan informasi sosial terutama informasi mengenai tanggung jawab
perusahaan terhadap lingkungan. Perusahaan akan mempertimbangkan biaya dan
manfaat yang akan diperoleh ketika mereka memutuskan untuk mengungkapkan
informasi sosial. Bila manfaat yang akan diperoleh dengan pengungkapan informasi
tersebut lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan untuk mengungkapkannya
maka perusahaan akan dengan sukarela mengungkapkan informasi tersebut.
Tanggungjawab sosial perusahaan di Indonesia mulai diterapkan pada awal
tahun 2000. Akan tetapi kegiatan dengan esensi dasar yang sama telah berjalan sejak
tahun 1970-an dengan tingkat yang bervariasi, mulai dari yang paling sederhana
(donasi) sampai yang komprehensif (terintegrasi ke dalam strategi perusahaan) dalam
mengoperasikan usahanya. Dasar hukum yang mengatur tanggungjawab sosial
perusahaan di Indonesia adalah Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun
2007 Paal 74, yang menyatakan bahwa perusahaan yang melakukan kegiatan usaha
di bidang/berkaitan dengan sumber daya alam wajib melakukan tanggungjawab sosial
dan lingkungan.
Undang-undang tersebut mewajibkan industri atau korporasi-korporasi untuk
melaksanakannya, tetapi kewajiban ini bukan merupakan suatu beban yang
memberatkan. Perlu diingat bahwa pembangunan suatu negara bukan hanya
tanggung jawab pemerintah dan industri saja, tetapi setiap insan manusia berperan
untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan pengelolaan kualitas hidup masyarakat.
Industri dan korporasi berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat
dengan mempertimbangkan pula faktor lingkungan hidup. Kini dunia usaha tidak lagi
hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line),
melainkan sudah meliputi aspek keuangan, sosial, dan lingkungan yang biasa disebut
sinergi tiga elemen (Triple bottom line) yang merupakan kunci dari konsep
pembangunan berkelanjutan (Cahya, 2010 ).
Peranan tanggungjawab sosial dalam perusahaan diharapkan mampu
menciptakan iklim saling percaya di dalamnya, yang akan menaikkan motivasi dan
komitmen karyawan. Pihak konsumen, investor, pemasok, dan stakeholders yang lain
juga telah terbukti lebih mendukung perusahaan yang dinilai bertanggungjawab sosial,
sehingga meningkatkan peluang pasar dan keunggulan kompetitifnya. Saat ini aktivitas
tanggungjawab sosial perusahaan dianggap sebagai investasi masa depan bagi
perusahaan. Minat para pemilik modal dalam menanamkan modal di perusahaan yang
telah menerapkan tanggungjawab sosial perusahaan lebih besar, dibandingkan
dengan yang tidak menerapkan. Melalui program tanggungjawab sosial perusahaan
dapat dibangun komunikasi yang efektif dan hubungan yang harmonis antara
perusahaan dengan masyarakat sekitarnya.
Salah satu media untuk mengungkapkan penerapan tanggungjawab sosial
perusahaan adalah dengan menggunakan annual report yang merupakan sarana
komunikasi perusahaan dengan pihak eksternal. Eipstein dan Freedman (1994), dalam
Anggraini (2006), menemukan bahwa investor individual tertarik terhadap informasi
sosial yang dilaporkan dalam laporan tahunan. Pengungkapan informasi sosial dalam
annual report dinyatakan dalam PSAK No. 1 paragraf 9 yang menyatakan bahwa :
“Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan
mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah, khususnya bagi industri
di mana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi
industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan
yang memegang peranan penting”
Sarana lain yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan laporan keberlanjutan
(sustainability report). Sustainability report merupakan suatu laporan komprehensif
yang memberikan informasi mengenai aspek sosial, lingkungan dan keuangan secara
sekaligus. Untuk membuktikan bahwa tanggungjawab sosial telah dilaksanakan,
perusahaan dituntut untuk melakukan pengungkapan infpormasi penerapan
tanggungjawab sosial secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan dapat
dibandingkan.
Dalam proses perjalanan CSR banyak masalah yang dihadapinya, di antaranya
adalah:
1. Program CSR belum tersosialisasikan dengan baik di masyarakat.
2. Masih terjadi perbedaan pandangan antara departemen hukum dan HAM
dengan departemen perindustrian mengenai CSR dikalangan perusahaan
dan Industri.
3. Belum adanya aturan yang jelas dalam pelaksanaan CSR dikalangan
perusahaan.
Bila dianalisis permasalahan di atas yang menyangkut belum
tersosialisasikannya dengan baik program CSR di kalangan masyarakat. Hal ini
menyebabkan program CSR belum bergulir sebagai mana mestinya, mengingat
masyarakat belum mengerti apa itu program CSR. Apa saja yang dapat dilakukannya?
Bagaimana dapat berkolaborasi dengan prosedur perusahaan.
Owen (2005) dalam Anggraini (2006), menyatakan bahwa kasus Enron di
Amerika telah menyebabkan perusahaan-perusahaan lebih memverikan perhatian
yang besar terhadap pelaporan sustainabilitas dan pertanggungjawaban sosial
perusahaan. Isu-isu yang berkaitan dengan reputasi, manajemen risiko, dan
keunggulan kompetitif. Nampak menjadi kekuatan yang mendorong perusahaan untuk
melakukan pengungkapan informasi sosial. Dari hasil stui literatur yang dilakukan oleh
Finch (2005) dalam Anggraini (2006) menunjukkan bahwa motivasi perusahaan untuk
melakukan pengungkapan sosial lebih banyak dipengaruhi oleh usaha untuk
mengkomunikasikan kepada stakeholder mengenai kinerja manajemen dalam
mencapai manfaat bagi perusahaan dalam jangka panjang. Perusahaan yang
memperhatikan masalah sosialnya juga akan memperhatikan kemampuan dalam
menggerakkan kinerja keuangan perusahaan. Hal ini dilakukan agar antara tujuan
internal dan eksternal perusahaan dapat sama-sama tercapai seara maksimal.
Kinerja keuangan perusahaan yang meningkat salah satunya disebabkan
adanya pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan. Meskipun dalam aktivitas
tanggungjawab sosial perusahaan harus mengeluarkan biaya, tetapi halini dilakukan
untuk menjaga eksistensi perusahaan di masa depan. Dunia usaha tidak dapat lepas
dari komunitas masyarakat, sehingga perusahaan harus mempunyai kepedulian yang
tinggi untuk mnyelesaikan masalah sosial yang dihadapi masyarakat. Kegiatan ini
diyakini dapat memberikan hasil yang baik bagi perusahaan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Aktivitas tanggungjawab sosial perusahaan termasuk salah
satu bentuk investasi jangka panjang dan strategi bisnis yang harus dikelola dengan
baik guna meningkatkan kinerja keuangan perusahaan di masa mendatang.
Tanggungjawab sosial yang dilakukan perusahaan diharapkan mampu meningkatkan
reputasi perusahaan, hubungan baik dengan masyarakat, dan mampu mendukung
kegiatan operasional perusahaan yang akan berdampak baik terhadap kinerja
keuangan perusahaan.
Perusahaa juga harus memperhatikan nilai perusahaan karena dapat
digunakan oleh perusahaan sebagai bagian dari strategi perusahaan untuk dapat
mewujudkan visi dan misinya. Apalagi dengan pengungkapan informasi
tanggungjawab sosial perusahaan yang partisipatif , transparan, dan akuntabel, dapat
menciptakan iklim usaha yang didasari atas saling percaya antara perusahaan dan
stakeholders. Hal ini dapat meningkatkan nilai dan reputasi perusahaan.
Nilai perusahaan yang erupakan nilai pemegang saham encerminkan ukuran
reaksi pasar saham terhadap perusahaan. Makin besar nilai perusahaan (yang juga
berarti nilai pemegang saham) mencerminkan publik telah menilai harga pasar saham
di atas nilai bukunya. Tindakan manajemen dalam menjaga reputasi tidak hanya
terbatas pada reputasi keuangan perusahaan semata, namun juga harus menjaga
reputasi atas tanggungjawab sosial dan lingkungan untuk menjaga keberlangsungan
usaha.
Membaiknya reputasi perusahaan dan meningkatnya kinerja keuangan
perusahaan menyebabkan pihak masyarakat makin tertarik untuk memiliki saham
perusahaan. Makin banyak peminat saham perusaaan maka harga saham otomatis
meningkat, sehingga nilai perusahaan meningkat.
Penelitian Roberts (1992) dalam Sembiring (2003); Balabanis, Philips dan Lyall
(1998) dalam Dahlia dan Siregar (2008); Comien dan Magnan (1999) dalam Sembiring
(2003); Dahlia dan Siregar (2008) menunjukkan bahwa pengungkapan tanggungjawab
sosial perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil
tersebut berarti aktvitas tanggungjawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan terbukti
memiliki dampak produktif yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Hasil penelitian mengenai pengaruh ROA terhadap nilai perusahaan yang tidak
konsisten menunjukkan adanya faktor lain yang turut menginteraksi. Hasil tersebut
mendorong peneliti untuk memasukkanpengungkapan CSR sebagai variabel
pemoderasi. Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan memberikan sinyal-sinyal
kepada pihak luar perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Selain informasi keuangan yang diwajibkan, perusahaan juga melakukan
pengungkapan yang sifatnya sukarela. Stakeholder theory berpandangan bahwa
perusahaan harus melakukan pengungkapan sosial sebagai salah satu tanggung
jawab kepada para stakeholder. Penelitian ini menggunakan pengungkapan CSR
sebagai variabel pemoderasi dengan pemikiran bahwa pasar akan memberikan 4
apresiasi positif yang ditunjukkan dengan peningkatan harga saham perusahaan.
Peningkatan ini akan menyebabkan nilai perusahaan juga meningkat. Dari sinilah bisa
ditarik salah satu hipotesis bahwa CSR mempengaruhi hubungan kinerja keuangan
dengan nilai perusahaan.
Nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power dari aset perusahaan. Hasil
positif menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings power semakin efisien perputaran
aset dan atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan. Hal ini akan
berdampak pada nilai perusahaan. Artinya kemungkinan besar kinerja keuangan
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti kembali
pengaruh tanggungjawab sosiak perusahaan terhadap kinerja keuangan dan nilai
perusahaan.
1.2 Motivasi Penelitian
Penelitian ini merupakan replika dari penelitian Widiastuti (2010). Widiastuti
(2010) meneliti pengaruh tanggungjawab sosial perusahaan terhadap kinerja
keuangan. Kinerja diukur dengan menggunakan Return On Equity (ROE) dan
Cumulative Abnormal Return (CAR), Hasilnya mnunjukkan bahwa tanggung jawab
sosial berpengaruh positif terhadap ROE dan tanggungjawab sosial perusahaan tidak
berpengaruh terhadap CAR. Penelitan tersebut menunjukkan bahwa tanggung jawab
sosial perusahaan yang dilakukan perusahaan berimbas pada membaiknya kinerja
keuangan perusahaan.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh
tanggungjawab sosial perusahaan terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan.
Pada penelitian ini terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian sebelumnya.
Perbedaan tersebut yaitu:
1. Pada penelitan ini menambahkan satu variabel dependen yaitu nilai
perusahaan
2. Kinerja keuangan pada penelitian ini diukur dengan menggunakan Return On
Asset (ROA).
3. Pada penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan dan tipe industry sebagai
variabel control
1.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Apakah tanggugjawab sosial perusahaan mempengaruhi kinerja keuangan
perusahaan ?
2. Apakah tanggungjawab sosial perusahaan mempengaruhi nilai perusahaan ?
3. Apakah kinerja keuangan perusahaan mempengaruhi nilai perusahaan ?
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Pengaruh tanggungjawab sosial terhadap kinerja keuangan perusahaan.
2. Pengaruh tanggungjawab sosial perusahaan terhadap nilai perusahaan
3. Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menunjukkan pengaruh tanggungjawab
sosial perusahaan terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Selain
itu juga mampu menunjukkan penerapan keterkaitan teori dan ilmu
pengetahuan dengan kondisi yang sesungguhnya
2. Manfaat Praktis
a. Bagi perusahaan, dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang
pentingnya tanggungjawab sosial perusahaan yang diungkapkan di
dalam annual report dan sebagai pertimbangan dalam pembuatan
kebijaksanaan perusahaan untuk lebih meningkatkan kepeduliannya
pada lingkungan sosial
b. Bagi investor, akan memberikan wacana baru dalam
mempertimbangkan aspek-aspek yang perlu diperhitungkan dalam
investasi yang tidak terpaku pada ukuran-ukuran moneter
c. Bagi masyarakat, akan memberikan stimulus secara proaktif
sebagai pengontrol aas perilaku-perilaku perusahaan dan semakin
meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak-hak yang harus
diperoleh.
BAB II
TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Tanggungjawab Sosial Perusahaan
Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan atau Corporate Social Resposibility
(CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela
mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan
interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang
hukum (Darwin, 2004) dalam Anggraini (2006). Pertanggungjawaban sosial
perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainability Reporting.
Sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan
dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks
pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sustainability Reporting
meliputi pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan dan pengaruh sosial terhadap
kinerja organisasi (ACCA, 2004) dalam Anggraini (2006). Sustainability report harus
menjadi dokumen strategik yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan
peluang Sustainability Development yang membawanya menuju kepada core business
dan sektor industrinya.
Darwin (2004) dalam Anggraini (2006) mengatakan bahwa Corporate
Sustainability Reporting terbagi menjadi 3 kategori yaitu kinerja ekonomi, kinerja
lingkungan dan kinerja sosial. Sedangkan Zhegal & Ahmed (1990) dalam Anggraini
(2006) mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan sosial perusahaan,
yaitu sbb.:
1. Lingkungan, meliputi pengendalian terhadap polusi, pencegahan atau
perbaikan terhadap kerusakan lingkungan, konservasi alam, dan
pengungkapan lain yang berkaitan dengan lingkungan.
2. Energi, meliputi konservasi energi, efisiensi energi, dll.
3. Praktik bisnis yang wajar, meliputi, pemberdayaan terhadap minoritas dan
perempuan, dukungan terhadap usaha minoritas, tanggung jawab sosial.
4. Sumber daya manusia, meliputi aktivitas di dalam suatu komunitas, dalam
kaitan dengan pelayanan kesehatan, pendidikan dan seni.
5. Produk, meliputi keamanan, pengurangan polusi, dll.
Grey et al. (1995) dalam Anggraini (2006) mengatakan bahwa sifat dan volume
pelaporan mengenai pertanggungjawaban sosial perusahaan bervariasi antar waktu
dan antar negara, hal ini disebabkan isu-isu yang dipandang penting oleh satu negara
mungkin akan menjadi kurang penting bagi negara lain. Lewis & Unerman (1999)
dalam Angraini (2006) mengatakan bahwa variasi pelaporan tersebut disebabkan oleh
budaya atau norma yang berlaku pada masing-masing negara.
2.1.1 Tujuan Penerapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan
Dalam penerapannya tanggungjawab sosial perusahaan bertujuan sebagai
berikut :
1. Mengungkapkan keuntungan sosial yang dihasilkan oleh perusahaan.
2. Menampakkan kerusakan sosial yang dihasilkan oleh perusahaan
3. Merubah perilaku perusahaan menjadi lebih baik.
Beberapa manfaat yag diperoleh perusahaan dengan menetapkan
tanggungjawab sosial perusahaan, yaitu
1. Keberadaan perusahaan dapat tumbuh dan berkelanjutan dan perusahaan
mendapatkan citra (image) yang positif dari masyarakat luas
2. Perusahaan lebih mudah memperoleh akses terhadap modal
3. Perusahaan dapat mempertahankan sumber daya manusia yang
berkualitas
4. Perusahaan dapat meningkatkan pengamilan keputusan pada hal-hal yang
kritis dan mempermudah pengelolaan manajemen risiko
2.1.2 Bentuk Tanggungjawab Sosial Perusahaan
Menurut Harahap (2007:400), dalam Widiastuti (2010), bentuk tanggungjawab
sosial perusahaan ada tiga yaitu :
1. Corporate philanthropy, di mana tanggugjawab perusahaan berada sebatas
kedermawanan atau kerelaan belum sampai pada tanggungjawabnya.
Bentuk tanggungjawab ini bisa merupakan kegiatan amal, sumbangan, atau
kegiatan lain yang mungkin saja tidak langsung berhubungan dengan
kegiatan perusahaan
2. Corporate responsibility, di sini kegiatan pertanggungjawaban sudah
merupakan bagian dari tanggungjawab perusahaan, bisa karena ketentuan
undang-undang atau bagian dari kesediaan perusahaan.
3. Corporate policy, di sini tanggungjawab sosial perusahaan itu sudah
merupakan kebijakannya
2.1.3 Pelaporan Tanggungjawab Sosial Perusahaan dalam Sustainability
Reporting
Tanggungjawab sosial perusahaan diungkapkan dalam laporan yang disebut
Sustainability Reporting. Sustainability Report merupakan laporan kinerja perusahaan
yang berkaitan dengan konsep sustainable development (pembangunan berkelanjutan)
yang menjadi tujuan pembangunan nasional. Dalam sustainability report diungkapkan
tiga macam unsur, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan (triple bottom-line reporting)
(Cahya, 2010)
Dalam studi literatur yang dilakukan oleh Flinch (2005) dalam Dahlia dan
Siregar (2008), dikatakan bahwa motivasi perusahaan menggunakan sustainability
reporting framework adalah untuk mengkomunikasikan kinerja manajemen dalam
mencapai keuntungan jangka panjang perusahaan kepada stakeholder, seperti
perbaikan kinerja keuangan, kenaikan dala competitive advantage, maksimisasi profit,
serta kesuksesan perusahaan dalam jangka panjang.
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengungkapan sustainability reporting
adalah :
1. Transparancy and inclusiveness
Kedua prinsip ini mewakili poin awal dalamproses pelaporan dan ditandai
sebagai bahan dasar prinsip-prinsip lainnya. Seluruh keputusan mengenai
pelaporan diambil dari dua prinsip ini dan dikaitkan dalam pertimbangan
praktek
.Sustainablity context, completeness, and relevance
2. Ketiga prinsip ini memainkan peran penting dalam menentukan apa yang
dilaporkan. Laporan sebaiknya dapat membantu menempatkan kinerja
organisasi dalam konteks tantangan, risiko, dan kesempatan sustainability.
Informasi yag terkandung di dalam laporan harus melewati tes kelengkapan
dalam lingkup batasan laporan, cakupan, dan kerangka waktu. Pada
akhirnya, informasi yang dilaporkan sebaiknya relevan terhadap kebutuhan
pengambilan keputusan oleh stakeholders.
3. Neutrality, comparability, and accuracy
Prinsip ini terkait dengan kualitas dan kepercayaan terhadap laporan.
Laporan sebaiknya dapat dibandingkan kapan saja dan antar organisasi.
Informasi jga sebaiknya tepat akurat dan dapat dipercaya agar
memungkinkan digunakan untuk tujuan pengambilan keputusan. Selain itu,
laporan sebaiknya menyajikan isi secara seimbang dan tidak bias.
4. Clarity and timelines
Prinsip ini terkait dengan pengelolaan akses dan ketersediaan laporan.
Secara sederhana, stakeholders sebaiknya dapat dengan mudah menerima
dan memahami informasi dalam kerangka waktu yang mengizinkan mereka
untuk menggunakannnya secara efektif
5. Auditability
Prinsip ini berhubungan dengan prinsip lainnya seperti comparability,
accuracy, neutrality, dan completeness. Secara spesifik, prinsip ini merujuk
pada kemampuan untuk menunjukkan bahwa proses yang mendasari
periapan laporan dan informasi dalam laporan ini sendiri telah memenuhi
standar kualitas, reliability, dan harapan lainnya.
2.2 Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan di
manapun, karena kinerja merupakan alat untuk mengevaluasi hasil yang telah dicapai
dari suatu unit organisasi apakah telah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dengan demikian, perusahaan dapat melakukan suatu tindakan
perbaikan agar tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai.
Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yag sangat penting bagi
perusahaan, karena pengukuran tersebut digunakan sebagai dasar untuk menyusun
sistem imbalam dalam perusahaan, yang dapat mempengaruhi perilaku pengambilan
keputusan dalam perusahaan. Pengukuran kinerja perusahaan ada dua macam, yaitu
sudut keuangan dan nonkeuangan.
Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil perusahaan secara
keseluruhan dalam menggunakan sumber-sumber keuangan perusahaan yang dimiliki
secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan.
Menurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Widiastuti (2010), pengukuran kierja
keuangan perusahaan bertujuan untuk :
1. Memberikan informasi yang berguna dalam membuat keputusan penting
mengenai aset yang digunakan dan unuk memacu para manajer untuk
membuat keputusan yang menyalurkan kepentingan perusahaan
2. Mengukur kinerja unit usaha sebagai suatu entitas usaha
2.2.1 Laporan Keuangan sebagai Informasi dalam Penilaian Kinerja Keuangan
Perusahaan
Menurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Widiastuti (2010), penilaian
kinerja keuangan perusahaan berguna untuk mengidentifikasi adanya ketidaksesuaian
dengan prosedur atau tujuan yang telah ditetapkan sehingga masalah yang muncul
dapat diatasi dan perilaku dapat diubah ke arah pencapaian tujuan. Sebenarnya,
tujuan dari penilaian kinerja keuangan adalah untuk membantu menerapkan strategi
sehingga dapat diimplementasikan.
Kinerja keuangan biasanya dinilai dengan menggunakan analisis laporan
keuangan. Menurut Moeljadi (2006) dalam Widiastuti (2010), analisis terhadap kinerja
perusahaan pada umumnya dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan dengan
membandingkan kinerja perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri yang
sama dan mengevaluasi kecenderungan posisi keuangan perusahaan sepanjang
waktu. Analisis laporan keuangan secara umum berarti menggunakan data laporan
keuangan untuk menilai kinerja perusahaan dengan membandingkan kinerja
perusahaan pada waktu yang lalu dan prospek pada masa mendatang.
Analisis laporan keuangan dimaksudkan untuk membantu manajemen dan
pihak-pihak yang berkepentingan dalam perencanaan dan pengendalian perusahaan.
Sehingga dengan adanya laporan keuangan diharapkan mampu memberikan bantuan
informasi kepada pengguna untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat
financial. Adapun tujuan laporan keuangan seperti yang tertulis dalam Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) yang disusun oleh Ikatan akuntansi Indonesia (IAI) adalah
“Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi”
Salah satu kegunaan dari laporan keuangan adalah untuk menyediakan
informasi kinerja perusahaan terutama profitabilitas yang diperlukan untuk menilai
perubahan potential sumberdaya ekonomi yang mungkin dikendalikan. Informasi
tersebut menyangkut posisi keuanga perusahaan kepada pihak-pihak yag
berkepentingan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Analisis keuangan sangat tergantung pada informasi yang diberikan oelh
laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu
sumber informasi yang penting di samping informasi lain seperti informasi industry,
kondisi perekonomian, pangsa pasar perusahaanm kualitas manajemen dan lainnya.
Ada tiga macam laporan keuangan pokok yang dihasilkan suatu perusahaan, yaitu
meliputi : 1) Neraca 2) Laporan Arus Kas 3) Laporan Laba Rugi. Di samping ketiga
lapran terseut di atas, dihasilkan juga laporan pendukung seperti laporan laba ditahan,
perubahan modal sendiri, dan diskusi-diskusi oleh pihak manajemen
Laporan Keuangan merupakan salah satu dari sekian informasi yang biasa
digunakan untuk merevisi dan mendeteksi harga sekuritas seperti saham, obligasi, dan
surat berharga lainnya. Jika laporan keuangan yang disajikan tepat waktu maka akan
sangat bermanfaat untuk membantu pengguna laporan keuangan dalam membuat
keputusan. Pentingnya laporan keuangan bagi pelaku pasar modal adalah (Farid &
Siswanto, 1998 dalam Hakim, 2006) :
1. Memahami analisis fundamental laporan keuangan
2. Memahami hubungan antara kinerja keuangan perusahaan dan nilai saham
3. Memahami penerapan analisis laporan keuangan untuk dijadikan dasar
dalam keputusan investasi
2.2.2 Metode Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja sebuah perusahaan lebih banyak diukur brdasarkan analisis rasio.
Suwardjono (1985) dalam Widiastuti (2010), menyatakan bahwa penggunaan rasio
sebagai salah satu bentuk analisis laporan keuangan adalah perhitungan dan
interpretasi atas rasio-rasio.
Rasio keuangan yang merupakan bentuk informasi nakuntansi yang penting
bagi perusahaan selama suatu periode terntentu. Meskipun demikian, rasio keuangan
memiliki keunggulan dan keterbatasan. Menurut Harahap (2002) dalam X (200..), ada
beberapa keunggulan dari analisis rasio yaitu :
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistic yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang isajikan
laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengan industri lain
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan
keputusan dan model prediksi
5. Menstandarisir size perusahaan
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau
melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series”
7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa
yang akan datang
Analisis rasio yang sering dikenal adalah rasio likuiditas, solvabilitas, dan
realibilitas. Adapun jenis rasio keuangan yang sering digunakan adalah :
1. Rasio likuiditas, rasio yang menggambarka kemampuan perusahaan untuk
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya
2. Rasio solvabilitas, rasio ini menggmbarkan kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajiban apabila
perusahaan dilikuidasi
3. Rasio profitabilitas, rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan
mendapatkan laba melalui seluruh kemampuan, dan sumber yang ada
seperti kegiatan penjualan, kas, modal jumlah karyawan, dan sebagainya
4. Rasio aktivitas, rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan
perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan,
pembelian, atau kegiatan lain.
5. Rasio leverage, rasio ini menggambarkan hubungan antara hutang
perusahaan terhadap modal maupun aset
6. Rasio pertumbuhan, rasio ini menggambarka persentasi kenaikan penjualan
tahun ini dibanding dengan tahun lalu. Semakin tinggi berarti semakin baik
7. Penilaian pasar, rasio ini merupakan rasio yang khuu dipergunakan di pasar
modal yang menggambarkan situasi perusahaan di pasar modal
8. Rasio produktivitas, rasio ini menunjukkan tingakat produktivitas dari unit
atau kegiatan yang dinilai
2.3 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dalan penelitian ini didefinisikan seagai nilai pasar. Karena
nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum
apabila harga saham perusahaan meningkat. Makin tinggi harga saham, makin tinggi
kemakmuran pemegang saham. Untuk mencapai nilai perusahaan umumnya para
pemodal menyerahkan pengelolaannya kepada para professional. Para professional
diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris.
Samuel dalam Nurlela dan Islahuddin (2008), menjelaskan bahwa enterprise
value (EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai perusahaan) merupakan konsep
penting bagi investor, karena merupakan indicator bagi pasar menilai perusahaan
secara keseluruhan. Sedangkan Wahyudi (2005) dalam Nurlela dan Islahuddin (2008),
menyebutkan bahwa nilai perusahaan merupakan harga harga yang bersedia dibayar
oleh calon pembeli seandainya perusahaan tersebut dijual. Pengujuran nilai
perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tobin’s Q
Tobin’s Q dikembangkan oleh James Tobin (1967). Rasio ini merupakan
konsep berharga karena menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai
hasil pengembalian dari setiap investasi inkremental. Apabila rasio Q di atas satu,
maka investasi dalam aktiva manghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih
tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang investasi baru. Apabila
rasio Q dibawah satu, maka investasi dalam aktiva tidaklah menarik
2.4 Ukuran Perusahaan
Size perusahaan merupakan variabel yang banyak digunakan untuk
menjelaskan pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan
yang dibuat. Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih
banyak daripada perusahaan kecil. Hal ini karena perusahaan besar akan menghadapi
resiko politis yang lebih besar dibanding perusahaan kecil. Secara teoritis perusahaan
besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan
pertanggungjawaban sosial. Pengungkapan sosial yang lebih besar merupakan
pengurangan biaya politis bagi perusahaan (Hasibuan,2001) dalam (Cahya, 2010).
Dengan mengungkapkan kepedulian pada lingkungan melalui pelaporan keuangan,
maka perusahaan dalam jangka waktu panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat
besar akibat dari tuntutan masyarakat. Menurut Buzby (Hasibuan 2001) dalam (Cahya,
2010) ada dugaan bahwa perusahaan yang kecil akan mengungkapkan lebih rendah
kualitasnya dibanding perusahaan besar. Hal ini karena ketiadaan sumber daya dan
dana yang cukup besar dalam Laporan Tahunan. Manajemen khawatir dengan
mengungkapkan lebih banyak akan membahayakan posisi perusahaan terhadap
kompetitor lain. Ketersediaan sumber daya dan dana membuat perusahaan merasa
perlu membiayai penyediaan informasi untuk pertanggungjawaban sosialnya.
Di samping itu, perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki
public demand akan informasi yang lebih tinggi dibanding perusahaan yang berukuran
lebih kecil. Alasan lain adalah perusahaan besar dan memilikibiaya keagenan yang
lebih besar tentu akan mengungkapkan informasi yang lebih luas hal ini dilakukan
untuk mengurangi biaya keagenan yang dikeluarkan. Lebihbanyak pemegang saham,
berarti memerlukan lebih banyak juga pengungkapan,hal ini dikarenakan tuntutan dari
para pemegang saham dan para analis pasar modal (Yuniarti Gunawan, 2000) dalam
(Cahya, 2010). Cowen et.al (1987) dalam Sembiring (2003) menyatakan bahwa
perusahaan yang lebih besar mungkin akan memiliki pemegang saham yang
memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan dalam laporan tahunan, yang
merupakan media untuk menyebarkan informasi tentang tanggung jawab sosial
keuangan perusahan.
2.5 Hipotesis
2.5.1 Pengaruh Tanggungjawab Sosial Perusahaan terhadap Kinerja
Perusahaan
Dahlia dan Siregar (2008) dalam Widiastuti (2010) menliti pengaruh
tanggungjawab sosial perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang dilakukan pada
perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesi tahun 2008 dan 2010. Hasilnya
menunjukkan behwa tingkat pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan dalam
laporan tahunan perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
perusahaan. Hal ini berarti aktivitas tanggungjawab sosial erusahaan yang dilakukan
oleh perusahaan terbukti memiliki dampak produktif yang signifikan terhadap kinerja
keuangan perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipoteris pertama yang dirumuskan adalah :
H1 : Tanggungjawab sosial persusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan
2.5.2 Pengaruh Tanggungjawab Sosial Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan penelitian Hill et. al. (2007) dalam Daniri (2008), pengungkapan
tanggungjawab sosial perusahaan berpengaruh terhadap peningkatan nilai
perusahaan yang diukur dari nilai saham perusahaan. Pengungkapan tanggungjawab
sosial perusahaan akan memberikan manfaat yang besar dalam jangka panjang
perusahaan (10 tahun). Perusahaan akan mengalami kenaikan saham yang signifikan
H2 : Tanggungjawab sosial perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan
2.5.3 Pengaruh Kinerja Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan
Teori yang dikemukakan oleh Modigliani dan Miller dalam (Wirakusuma, 2007),
menyatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power dari aset
perusahaan. Hasil positif menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings power semakin
efisien perputaran aset dan atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh
perusahaan. Hal ini akan berdampak pada nilai perusahaan. Hasil penelitian Ulupui
(2007) dan Makaryawati (2002) dalam (Wirakusuma, 2007), Carlson dan Bathala
(1997) dalam Suranta dan Pratana (2004) menemukan bahwa ROA berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Suranta dan Pratana
(2004) dan Kaaro (2002) dalam Suranta dan Pratana (2004) menemukan ROA
berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan teori dan penelitian
tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
H3: Kinerja perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Sampel Penelitian
Sampel yang menjadi objek penelitian ini adalah perusahaan go public yang
tercatat di BEI (Bursa Efek Indonesia) pada tahun 2008-2010. Penggunaan
perusahaan yang tercatat di BEI sebagai sampel karena perusahaan tersebut
mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan tahunan (annual report) kepada
pihak luar perusahaan, sehingga memungkinkan ndata laporan tahunan tersebut
diperoleh dalam penelitian ini.
Metode pemilihan sampel didasarkan pada metode purposive judgement
sampling, yaitu tipe pemilihan sampling, yaitu tipe pemilihan sampel yang tidak acak
yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu. Sampelnya
adalah perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Terdaftar di BEI tahun 2008-2010
2. Tidak mengalami delisting dari BEI antara tahun 2008-2010
3. Mempublikasikan laporan tahunan secara berturut-turut selama tahun 2008-
2010 di website resmi BEI
4. Memiliki data-data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini.
5. Rupiah sebagai mata uang pelaporannya.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Sumber data penelitian ini berasal dari data sekunder yang berasal dari
berbagai sumber. Data pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan diperoleh
dari analisa laporan tahunan perusahaan yang didapat langung dari website BEI. Data
laba bersih, total aset, total kewajiban, nilai buku ekuitas dan jumlah saham yang
beredar berasal dari laporan keuangan perusahaan yang didapat langsung dari
website BEI. Data harga penutupan saham berasal dari finance.yahoo.com
3.3 Definisi Operasional Variabel
3.3.1 Variabel Dependen
3.3.1.1 Kinerja Keuangan Perusahaan
Profitabilitas diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba atau profit dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham. Terdapat beberapa
ukuran untuk menentukan profitabilitas perusahaan, yaitu : return of equity, return on
assets, earning per share, net profit dan operating ratio. Variabel profitabilitas dalam
penelitian ini menggunakan Return On Asset (ROA). ROA adalah perbandingan antara
laba bersih setelah pajak dengan aktiva untuk mengukur tingkat pengembalian
investasi total. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting untuk mengetahui
profitabilitas suatu perusahaan. Return on asset merupakan ukuran efektifitas
perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang
dimilikinya. Adapun pengukurannya dengan menggunakan rumus :
ROA = Laba bersih setelah pajak / Total aktiva
3.3.1.2 Nilai Perusahaan
Variabel dependen, yaitu nilai perusahaan diukur dengan Tobin’s Q. Tobin’s Q
dihitung dengan rumus:
{(CP x Jumlah Saham) + TL + I)} – CA/TA
Keterangan:
CP = Closing Price
TL = Total Liabilities
I = Inventory
CA = Current Assets
TA = Total Assets
3.3.2 Variabel Independen : Tanggungjawab Sosial Perusahaan
Variabel independen dalam penelitian ini adalah tanggungjawab sosial
perusahaan. Tanggungjawab sosial perusahaan dalam penelitian ini diukur
menggunakan instrument yang digunakan oleh Sembiring (2005). Instrumen ini
mengelompokkan pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan ke dalam. 6
kategori, yaitu : lingkungan, energy, tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan
umum.
3.3.3 Variabel Independen Kontrol
Variabel independen kontrol merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat
konstan, sehingga tidak akan mempengaruhi variabel utama yang diteliti. Variabel ini
berfungsi untuk menghilangkan pengaruh yang dapat mengganggu hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen selain itu juga untuk menghindari adanya
bias dalam hasil regresi. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel kontrol yaitu
ukuran perusahaan dan tipe industry, karena kedua hal itu dapat mempengaruhi
tibgkat pengungkapan aktivitas sosial dan pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan
3.4 Teknik Analisis Data
3.4.1 Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dilakukan agar diperoleh parameter yang valid dan
handal atas model regresi yang digunakan. Uji asumsi klasik yang dipakai yaitu :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam metode regresi, variabel
terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak
(Ghozali, 2005). Model regresi yang baik adalah data yang berdistribusi
normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi
apakah data berdistribusi normal atau tidak mengunakan dua cara yaitu
melalui analisis grafik dan analisis statistik.
2. Uji Multikolonieritas
Multikolinearitas terjadi jika ada hubungan linear yang sempurna atau
hampir sempurna antara beberapa atau semua variabel independen dalam
model regresi. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
bebas (Ghozali, 2005).Untuk menguji adanya multikolinearitas dapat
dilakukan dengan menganalisis korelasi antar variabel dan perhitungan nilai
tolerance serta variance inflation factor (VIF). Multikolinearitas terjadi jika
nilai tolerance lebih kecil dari 0,1 yang berarti tidak ada korelasi antar
variabel independen yang nilainya lebih dari 95% . Dan nilai VIF lebih besar
dari 10, apabila VIF kurang dari 10 dapat dikatakan bahwa variabel
independen yang digunakan dalam model adalah dapat dipercaya dan
objektif
3. Uji Autokorelasi
Digunakan uji statistik dari Durbin Watson untuk mendeteksi apakah ada
serial korelasi (Autokorelasi) atau tidak dalam data time series yang
digunakan. Serial korelasi adalah problem dimana dalam sekumpulan
observasi untuk variabel tertentu antara observasi yang satu dengan yang
lain ada hubungan atau korelasi. Langkah awal pendeteksian ini adalah
mencari nilai d dari analisis regresi dan selanjutnya mencari nilai d1 dan du
pada tabel dengan kriteria (Imam Ghozali, 2005). Pengambilan Keputusan
ada tidaknya autokorelasi :
- Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du),
maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada
autokorelasi.
- Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl),
maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada
autokorelasi positif.
- Bila nilai DW lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien korelasi
autokerelasi lebih kecil dari pada nol, berarti ada autokorelasi negatif.
- Bila nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau
DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat
disimpulkan.
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).
Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antar SRESID dan
ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu x
adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized.
Dasar analisisnya adalah
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit)
akan mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik penyebaran di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka terjadi heteroskedastisitas. Untuk
lebih menjamin keakuratan hasil maka dilakukann uji statistic dengan
menggunakan uji Glejser. Uji Glejser mengusulkan untuk meregres nilai
absolut residual terhadap variabel independen (Ghozali, 2005). Jika dari
hasil uji Glejser didapat bahwa tidak ada satupun variabel independen
yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel depeden nilai
absolut Ut (AbsUt) dan probabilitas signifikansinya di atas tingkat
kepercayaan 5% maka dapat diambil kesimpulan model regresi tersebut
tidak mengandung adanya Heteroskedastisitas.
3.4.2 Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, digunakan metode regresi linear
berganda, uji signifikansi parameter individual (Uji statistik t), uji signifikansi simultan
(Uji statistik F), dan koefisien determinasi :
CSR : ß0 + Koefisien Regresi Size – Koefisien Regresi Profitabilitas +
Koefisien Regresi Leverage + e
Keterangan :
CSR : Corporate Social Responsibility
ß0 : Konstanta
e : Error
a) Metode Regresi Linear Berganda
Metode regresi linear berganda, yaitu metode yang digunakan untuk
menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel
dependen dengan skala pengukur atau rasio dalam suatu persamaan linier
Variabel independen dalam penelitian ini adalah size perusahaan,
profitabilitas, dan leverage. Sedangkan variabel dependennya adalah
indeks pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Adapun
persamaan untuk menguji hipotesis secara keseluruhan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut :
b. Uji signifikansi parameter individual (Uji stastistik t) Menurut Ghozali (2005)
uji stastistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel
dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level
0,05 (α=5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan
kriteria sebagai berikut :
1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak
signifikan). Ini berarti bahwa secara parsial variabel independen
tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen.
2. Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi
signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen tersebut
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
c. Uji signifikansi simultan (Uji stastistik F)
Menurut Ghozali (2005) uji stastistik F pada dasarnya menunjukkan apakah
semua variabel bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai
pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%). Ketentuan peneriman
atau penolakan hipotesis adalah sebagi berikut :
1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi tidak
signifikan). Ini berarti bahwa secara simultan ketiga variabel independen
tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen.
2. Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi
signifikan). Ini berarti secara simultan ketiga variabel independen
tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen.
d. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi ( R2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi berada di antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-varibel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005).
Data dalam penelitian ini akan diolah dengan menggunakan program
Statistical Package for Social Sciences (SPSS) 16. Hipotesis dalam
penelitian ini dipengaruhi oleh nilai signifikansi koefisien variabel yang
bersangkutan setelah dilakukan pengujian. Kesimpulan hipotesis dilakukan
berdasarkan t-test dan Ftest untuk menguji signifikansi variabel-variabel
independen terhadap variabel dependen.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Fr. Reni Retno 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan
Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang.
Cahya, Bramantya Adhi. 2010. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap
Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility). Skripsi
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
Dahlia, Lely dan Siregar, Sylvia Veronica. 2008. Pengaruh Corporate Social
Responsibility terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan
yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2005 dan 2006). Simposium
Nasional Akuntansi XI. Pontianak.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan
IV. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba
Empat
Nurlela, Rika dan Islahuddin. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap
Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen sebagai
Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.
Sembiring, Eddy Rismanda. 2003. Kinerja Keuangan, Political Visibiity,
Ketergantungan pada Hutang dan Pengungkapan Tanggungjawab Sosial
Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya.
Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan
Tanggungjawab Sosial (Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa
Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo
Suranta, Eddy dan Pratana, Puspita Merdistuti. 2004. Income Smoothing, Tobin’s Q,
Ageny Problems dan Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VII.
Bali
Widiastuti, Karlina. 2010. Pengaruh Tanggungjawab Sosial Perusahaan Terhadap
Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan. Skripsi Fakultas Ekonomi Brawijaya.
Proposal Penelitian Kuantitatif
PENGARUH TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
TERHADAP KINERJA KEUANGAN DAN NILAI PERUSAHAAN
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Oleh :
Erwiani (091020066)