Proposal Jadi

113
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Apabila setiap keluarga sehat, akan tercipta komunitas yang sehat. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu anggota keluarga yang lain. Masalah kesehatan yang dialami oleh sebuah keluarga dapat memengaruhi system keluarga tersebut dan memengaruhi komunitas setempat, bahkan komunitas global. Membangun Indonesia sehat sehat seharusnya dimulai dengan membangun keluarga sehat sesuai dengan budaya keluarga (Sudiharto, 2012). Peran perawat keluarga sangat di butuhkan oleh keluarga untuk membangun keluarga sehat sesuai dengan budayanya. Perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan, konselor pendidik atau peneliti agar keluarga dapat mengenal tanda bahaya dini gangguan

Transcript of Proposal Jadi

Page 1: Proposal Jadi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam

meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Apabila setiap keluarga sehat, akan

tercipta komunitas yang sehat. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu

anggota keluarga yang lain. Masalah kesehatan yang dialami oleh sebuah keluarga

dapat memengaruhi system keluarga tersebut dan memengaruhi komunitas

setempat, bahkan komunitas global. Membangun Indonesia sehat sehat

seharusnya dimulai dengan membangun keluarga sehat sesuai dengan budaya

keluarga (Sudiharto, 2012).

Peran perawat keluarga sangat di butuhkan oleh keluarga untuk

membangun keluarga sehat sesuai dengan budayanya. Perawat berperan sebagai

pemberi asuhan keperawatan, konselor pendidik atau peneliti agar keluarga dapat

mengenal tanda bahaya dini gangguan kesehatan pada anggota keluarganya.

Perawat keluarga memiliki peran yang sangat strategis dalam pemberdayaan

kesehatan keluarga sehingga tercapai Indonesia sehat 2010. Program

pemerintahan dalam pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan belum mengikut

sertakan perawat keluarga secara optimal (Sudiharto, 2012).

Keluarga memiliki tahap perkembangan, Tahap perkembangan keluarga

adalah proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga meliputi perubahan

pola interaksi dan hubungan antara anggotanya sepanjang waktu. Menggambarkan

siklus perkembangan keluarga merupakan komponen kunci dalam setiap kerangka

1

Page 2: Proposal Jadi

2

kerja yang memandang keluarga sebagai suatu sistem. Perkembangan ini terbagi

menjadi beberapa tahap atau kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapnya keluarga

memiliki tugas perkembangan yang harus di penuhi agar tahapan itu dapat dilalui

dengan sukses. Kerangka perkembangan keluarga memberikan pedoman untuk

memeriksa dan menganalisa perubahan dan perkembangan tugas-tugas dasar yang

ada dalam keluarga selama siklus kehidupan mereka. Tingkat perkembangan

keluarga di tandai oleh umur anak tertua (Wahit Iqbal, 2012).

Tahap perkembangan yang dilalui oleh suatu keluarga di antaranya tahap

perkembangan keluarga dengan anak pra sekolah (families with preschool). Tahap

perkembangan ini dimulai pada anak berusia 2,5 tahun dan berakhir pada 5 tahun.

Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap kebutuhan-kebutuhan dan minat

dari anak prasekolah dalam meningkatkan pertumbuhannya. Kehidupan keluarga

pada tahap ini sangat sibuk dan sangat bergantung pada orang tua. Kedua orang

tua harus mengatur waktunya sedemikian rupa, sehingga kebutuhan anak, suami

istri, dan pekerjaan (purna waktu / paruh waktu) dapat terpenuhi. Orang tua

menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan

keluarga agar kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan cara

menguatkan kerja antara suami dan istri. Orang tua mempunyai peran untuk

menstimulasi perkembangan individual anak, khususnya kemandirian anak agar

tugas perkembangan anak pada fase ini tercapai.

Pada tahap perkembangan pra sekolah ini banyak dilema yang dihadapi

oleh keluarga dalam mempertahankan kesehatan anggota keluarganya,

kuranganya pengetahuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan yang

Page 3: Proposal Jadi

3

dialami oleh anggota keluarga, sulitnya keluarga mengambil keputusan tindakan

yang tepat, tidak mampunya keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,

sulitnya mempertahankan lingkungan yang sehat, dan tidak menggunakan fasilitas

kesehatan yang ada, sehingga mempengaruhi kesehatan anggota keluarga

khususnya pada tahap pra sekolah. Masa pra sekolah ini anak mengalami

lompatan kemajuan yang menakjubkan. Tidak hanya kemajuan fisik tetapi juga

secara sosial dan emosional. Pada masa ini anak pra sekolah banyak melakukan

aktivitas di luar rumah seperti mandi hujan – hujanan, bermain kotor – kotoran,

makanan yang tidak sehat. Sehingga masa pra sekolah rentan dengan berbagai

masalah kesehatan, masalah kesehatan yang sering dialami oleh anak adalah

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) (Soetjiningsih, 2004).

ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh balita, baik di

negara maju maupun di negara berkembang termasuk Indonesia (Rasmaliah,

2004). Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Indonesia merupakan penyakit

yang sering terjadi pada anak. Episode penyakit batuk pilek pada balita di

Indonesia diperkirakan sebesar 3 sampai 6 kali per tahun (Yamin dkk, 2007).

Tingginya angka kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang

dialami oleh anak-anak tersebut disebabkan oleh pola makan yang tidak tepat,

makanan yang tidak sehat, lingkungan yang tidak sehat.

Dalam hal ini di perlukan tugas keluarga dan perawat untuk meningkatkan

kesehatan terutama dengan masalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada

pra sekolah. Tugas perawat diantaranya membantu keluarga mengenal masalah

kesehatan anggota keluarga dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA),

Page 4: Proposal Jadi

4

membantu keluarga mengambil keputusan yang tepat dengan masalah Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA), mengajarkan keluarga cara merawat anggota

keluarga dengan masalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), menyarankan

memodifikasikan lingkungan terhadap keluarga Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA), dan memberikan dorongan kepada keluarga untuk menggunakan fasilitas

kesehatan.

World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens Infeksi

Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian

balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada

golongan usia balita. Menurut WHO 13 juta anak balita di dunia meninggal

setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di Negara berkembang,

dimana pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan

membunuh 4 juta anak balita setiap tahun (Depkes, 2000 dalam Asrun, 2006).

Di Indonesia, ISPA masih merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat yang utama terutama balita (1-4 tahun). Diperkirakan kejadian ISPA

pada balita di Indonesia yaitu sebesar 10-20%. Hasil SKRT pada tahun 2001

menunjukkan bahwa prevalensi tinggi ISPA yaitu sebesar 42% pada balita

(Depkes RI, 2001).

Puskesmas Anak Air Padang merupakan suatu pelayanan kesehatan

masyarakat Kota Padang. Pada tahun 2013 dari jumlah kunjungan penyakit

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) menempati urutan ke-1 penyakit

terbanyak. Berdasarkan data jumlah kunjungan pada bulan Desember 2012-

Desember 2013 dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) berjumlah 930

Page 5: Proposal Jadi

5

kasus dan 754 kasus diantaranya dialami oleh usia pra sekolah (Profil Pukesmas

Anak Air, 2013).

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengangkat kasus

“Asuhan Keperawatan Keluarga pada tahap pra sekolah dengan Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan

gambaran tentang asuhan keperawata keluarga pada anak dengan Infeksi Saluran

Pernapasan Akut (ISPA) Pada anak Usia 1-5 Tahun di Kelurahan Anak Air.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada anak usia 1-5 Tahun di

Kelurahan

2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa mampu malakukan pengkajian pada keluarga pada tahap

perkembangan balita dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Pada anak usia 1-5 Tahun di Kelurahan Anak Air.

b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa pada keluarga pada tahap

perkembangan balita dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Pada anak usia 1-5 Tahun di Kelurahan Anak Air.

Page 6: Proposal Jadi

6

c. Mahasiswa mampu malakukan intervensi pada keluarga pada tahap

perkembangan balita dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Pada anak usia 1-5 Tahun di Kelurahan Anak Air.

d. Mahasiswa mampu malakukan implementasi pada keluarga pada tahap

perkembangan balita dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Pada anak usia 1-5 Tahun di Kelurahan Anak Air.

e. Mahasiswa mampu malakukan evaluasi pada keluarga pada tahap

perkembangan balita dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Pada anak usia 1-5 Tahun di Kelurahan Anak Air.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Untuk menambah wawasan tentang kejadian infeksi saluran pernapasan

akut (ISPA) dan menerapkan mata kuliah metodeologi penelitian

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan bahan bacaan untuk

manambah pengetahuan mahasiswa dan akademik yang berkaitan dengan

hubungan kejadian infeksi saluran pernapan akut (ISPA)

3. Bagi Puskesmas

Untuk menambah informasi kepada tenaga kesehatan dalam memberikan

pelayanan dan penyuluhan tentang kejadian Infeksi Saluran Pernapasan

Akut (ISPA) khususnya di Ruangan KIA.

Page 7: Proposal Jadi

7

E. Ruang Lingkup Penelitian

Studi kasus ini hanya membahas kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut

(ISPA) pada anak usia 1-5 Tahun bulan di Kelurahan. Infeksi Saluran Pernapasan

Akut (ISPA) sebagai variabel dependen. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Desember 2013 sampai Januari Tahun 2014.

Page 8: Proposal Jadi

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga

1. Definisi

Adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat

di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Nasrul Effendi,

1998).

Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat

oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota

keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Nurul Chayatin, 2009).

2. Struktur Keluarga

Macam – macam struktur keluarga

a) Patrilineal

Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun

melalui jalur garis ayah.

b) Matrilineal

Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui

jalur garis ibu.

8

Page 9: Proposal Jadi

9

c) Matrilokal

Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah istri.

d) Patrilokal

Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah suami.

e) Keluarga kawinan

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi Pembinaan keluarga

dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena

adanya hubungan dengan suami istri.

Ciri-ciri struktur keluarga

1) Terorganisasi

Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga

2) Ada keterbatasan

Dimana setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga

mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya

masing-masing.

3) Ada perbedaan dan kekhususan

Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-

masing.

3. Tipe Keluarga

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari

berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan social,

Page 10: Proposal Jadi

10

maka tipe keluarga berkembang mengikuti. Agar dapat mengupayakan

peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan, maka perawat

perlu memahami dan mengetahui berbagai tipe keluarga.

1. Tradisional Nuclear

Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam

satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan

perkawinan, satu/ keduanya dapat bekerja di luar rumah.

2. Extended Family

Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek,

kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

3. Reconstituted Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga dari keluarga inti melalui perkawinan

kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan

anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil

dari perkawinan baru. Satu atau keduanya bekerja di luar rumah.

4. Middle Age /Aging Couple

Suami sebagai pencari uang, istri dirumah /kedua-duanya bekerja

dirumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah /

perkawinan /meniti karier.

5. Dyanic Nuclear

Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak,

keduanya /salah satu bekerja diluar rumah.

Page 11: Proposal Jadi

11

6. Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian /kematian pasangannya dan

anak-anak dapat tinggal dirumah /diluar rumah.

7. Dual Carrier

Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.

8. Commuter Married

Suami istri /keduanya orang karir dan tinggal terpisah pada jarak

tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

9. Single Adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya

keinginan untuk menikah.

10. Three Generation

Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

11. Institusional

Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.

12. Communalu

Satu rumah terdiri atas dua /lebih pasangan yang monogami dengan

anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

13. Group Marriage

Satu perumahan terdiri atas orang tua dan keturunannya di dalam satu

kesatuan keluarga dan tiap individu adalah manikah dengan yang lain

dan semua adalah orang tua dari anak-anak.

Page 12: Proposal Jadi

12

14. Ummaried Parent and Child

Ibu dan anak dimna perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi

15. Cohibing Couple

Dua orang /satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan.

Di Indonesia undang – undang No.10 Tahun 1992 disebutkan bahwa

keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat, yang terdiri atas suami

istri dan anak atau ayah /ibu dan anak. Dalam konteks pembangunan,di

Indonesia bertujuan menciptakan keluarga yang bahagia dan sejahtera.

Keluarga sejahtera dalam Undang-Undang No. 10 disebut sebagai

keluarga yang di bentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, dan

mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material, bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras,

seimbang antar anggota dan dalam masyarakat.

4. Peran Keluarga Dan Peran Perawat Keluarga

a) Teori dan Defenisi Peran

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang

lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system. Ada

dua perspektif dasar menyangkut peran orientasi structuralis yang

menekankan pengaruh normative (cultural), yaitu pengaruh yang

berkaitan dengan status-status tertentu dan peran-peran terkaitnya.

Orientasi interaksi dan turner, yang menekankan timbulnya kualitas

peran yang lahir dari interkasi sosial. Dalam teks ini peran

didefenisikan dalam pemahaman yang lebih struktural, karena

Page 13: Proposal Jadi

13

preskripsi-preskripsi normative dalam keluarga, meskipun berbeda –

beda, secara relative masih didefenisikan lebih baik.

b) Peran perawat keluarga

Perawat keluarga memilki peran untuk memandirikan keluarga

dalam merawat anggota keluarganya, sehingga keluarga mampu

melakukan fungsi dan tugas kesehatan, Fridman menyatakan bahwa

keluarga mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, di antara nya:

fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi, dan fungsi perawatan

keluarga. Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan

yang ditunjukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk

mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi perawtan membantu

keluarga untuk menyelesaikan kesehatan dengan cara menigkatkan

kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan

kesehatan keluarga. Peran perawat dalam melakukan perawatn

kesehatan keluarga antara lain:

1) Pendidik ( educator )

Perawat kesehatan keluarga harus mampu memberikan pendidikan

kesehatan kepada keluarga agar keluarga dapat melakukan program

asuhan kesehatan keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab

terhadap masalah kesehatan keluarganya. Kemampuan pendidik

perlu didukung oleh kemampuan memahami bagaimana keluarga

dapat melakukan proses belajar mengajar.

Page 14: Proposal Jadi

14

2) Koordinator ( coordinator )

Menurut ANA, praktik keperawatan komunitas merupakan praktik

keperawatn yang umum, menyeluruh dan berlanjut. Keperawatan

berkelanjut dapat dilaksanakan jika direncanakan dan

dikoordinasikan dengan baik. Koordinasi merupakan salah satu

peran utama perawat yang bekerja dengan keluarga. Klien yang

pulang dari rumah sakit memerlukan perawatan lanjutan dirumah,

maka kita diperlukan koordinasi lanjutan asuhan keperawatan di

rumah. Program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin pada

keluarga perlu pula dikoordinasikan agar tidak terjadi tumpang

tindih dalam pelaksanaannya. Koordinasi diperlukan pada

perawatan berkelanjutan agar tercapai pelayanan komprehensif.

3) Pelaksana perawat dan pengawas perawatan langsung

Kontak pertama perawat kepada keluarga dapat melalui anggota

keluarganya yang sakit. Perawat yang bekerja dengan klien dan

keluarga, baik dirumah, klinik, maupun di rumah sakit, perawat

melakukan perawatan langsung atau demonstrasi asuhan yang

disaksikan oleh keluarga dengan harapan keluarga mampu

melakukannya dirumah, perawat dapat mendemostrasikan dan

mengawasi keluarga untuk melakukan peran langsung selama di

rumah sakit atau di rumah oleh perawat kesahatan masyarakat.

4) Pengawas kesehatan

Perawat mempunyai tugas melakukan home visit yang teratur

untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang

kesehatan keluarga.

Page 15: Proposal Jadi

15

5) Konsultan atau penasihat

Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi

masalah kesehatan. Hubungan perawta keluarga harus dibina

dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya.

Dengan demikian, keluarga mau meminta nasihat kepada perawat

tentang maslah yang bersifat pribadi. Pada situasi ini perawat sanga

dipercaya sebagai narasumber untuk mengatasi masalah kesehatan

keluarga.

6) Kolaborasi

Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan

rumah sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai

tahap kesehatan keluarga yang optimal.

7) Advokasi

Keluarga sering kali tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai di

masyarakat, kadang kala keluarga tidak menyadari mereka telah

dirugikan.Sebagai advokat klien, perawat berkewajiban untuk

melindungi hak keluarga. Misalnya keluarga dengan social

ekonomi lemah yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya, maka

perawat dapat membantu keluarga mencari bantuan.

8) Fasilitator

Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga

meningkatkan derajat kesehatannya. Keluarga sering tidak dapat

menjangkau pelayanan kesehatan karena berbagai kendala yang

Page 16: Proposal Jadi

16

ada. Kendala yang sering dialamai keluarga adalah keraguan dalam

menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi, dan

masalah sosial budaya. Agar dapat melaksanakan pern fasilitator

denga baik, maka perawat komunitas harus mengetahui sistem

pelayanan kesehatan, misalnya system rujukan dan dana sehat.

9) Penemu kasus

Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah

mengidentifikasi maslah kesehatan secara dini, sehingga tidak

terjadi ledakan penyakit atau wabah.

10) Modifikasi lingkungan

Perawat komunitas harus dapat memodifikasi lingkungan, baik

lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, sehingga

tercipta lingkungan sehat.

5. Tahap perkembanga keluarga

Perkembanga keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada

system keluarga. Perkembangan keluarga meliputi perubahan pola

interaksi dan hubungan antara anggotanya di sepanjang waktu. Siklus

perkembangan keluarga merupakan komponen kunci dalam setiap

kerangka kerja yang memandang keluarga sebagai suatu system.

Perkembangan ini terbagi menjadi beberapa tahap atau kurun waktu

tertentu. Pada setiap tahapnya keluarga memiliki tugas perkembanga yang

harus di penuhi agar tahapan tersebut dapat dulalui dengan sukses.

Page 17: Proposal Jadi

17

Kerangka perkembangan keluarga menurut Evelyn Duvall

memberikan pedoman untuk memeriksa serta menganalisis perubahan dan

perkembangan tugas-tugas dasar yang ada dalam keluarga selam siklus

kehidupan mereka. Tingkat perkembangan keluarga ditandai oleh usia

anak yang tertua. Keluarga dengan anak pertama berbeda dengan keluarga

dengan remaja. Meskipun setiap keluarga melalui tahapan

perkembangannya secara unik, namun secara umum seluruh keluarga

mengikuti pola yang sama. Berikut tahap-tahap perkembangan di sertai

dengan fungsi atau tugas perawat pada setiap tahap perkembangan.

a) Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (berginning family)

Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu

suami dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan

meninggalkan keluarga masing-masing, secara psikologis keluarga

tersebut sudah memiliki keluarga baru. Suami dan istri yang

membentuk keluarga baru tersebut perlu mempersiapkan kehidupan

yang baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan

fungsi sehari-hari. Masing-masing pasangan menghadapi perpisahan

dengan keluarga orang tuanya dan mulai membina hubungan baru

dengan keluarga dan kelompok social pasangan masing-masing.

Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan

kebiasaan sendiri dan pasangannya. Misalnya kebiasaan makan, tidur,

bangun pagi, bekerja, dan sebagainya. Hal yang lain perlu diputuskan

adalah kapan waktu yang tepat untuk mempunyai anak dan berapa

jumlah anak yang diharapkan.

Page 18: Proposal Jadi

18

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain:

1) Membina hubungan intim dan kepuasan bersama

2) Menetapkan tujuan bersama

3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok

social

4) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri

untuk menjadi oarng tua

Sedangkan menurut Carter dan Mc.Goldrik, 1998, Duval dan

Miller, 1985 tugas perkembangan keluarga meliputi:

(a) Membangun perkawinan yang saling memuaskan

(b) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis

(c) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang

tua).

Fungsi perawat pada tahap ini adalah selain melakukan kegiatan

asuahan keperawatan, perawat juga melakukan konsultasi. Misalnya

konsultasi tentang KB,perawatan prenatal, dan komunikasi. Kurangnya

informasi tentang berbagai hal tersebut dapat menimbulkan masalah

seksual, emosional, rasa takut, atau cemas, rasa bersalah, dan

kehamilan yang tidak direncanakan.

b) Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing

family)

Keluarga yang menantikan dimulai dari kehamilan sampai

kelahiran anak pertamadan berlanjut sampai anak pertama berusia 30

Page 19: Proposal Jadi

19

bulan (2,5 tahun ). Kehamilan dan kelahiran bayi perlu dipersiapkan

oleh pasangan suami istri melalui beberapa tugas perkembangan yang

penting.

Kelahiran bayi pertama member perubahan yang besar dalam

keluarga, sehingga pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk

memenuhi kebutuhan bayi. Masalahnya yang sering terjadi dengan

kelahiran bayi adalah pasangan merasa diabaikan karena focus

perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi. Suami merasa belum siap

menjadi ayah atau sebaliknya istri belum siap menjadi ibu.

Tugas perkembangan pada masa ini antara lain:

1) Persiapan menjadi oarng tua

2) Membagi peran dan tanggung jawab

3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah

yang menyenangkan

4) Mempersiapkan biaya atau dana child bearing

5) Memfasilitasi role lerning anggota keluarga

6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita

7) Mengadakan keagamaan secara rutin

Sedangkan menurut Carter dan MC.Goldrik, 1998, Duval dan

Miller, 1985 tugas perkembangan keluarga meliputi:

(a) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang menetap

(mengintegrasikan bayi baru kedalam keluarga)

(b) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan

kebutuhan anggota keluarga

Page 20: Proposal Jadi

20

(c) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

(d) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan

menambah peran-peran orang tua, kakek, dan nenek.

Fungsi perawat dalam tahap ini adalah melakukan perawatan dan

konsultasi terutama bagaimana merawat bayi, mengenali gangguan

kesehatan bayi secara dini dan cara mengatasinya, imunisasi, tumbuh

kembang anak, interaksi keluarga, keluarga berencana, serta

pemenuhan kebutuhan anak terutama pada ibu yang bekerja.

c) Tahap III keluarga dengan anak prasekolah ( families with preschool )

Keluarga ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan

berakhir saat kelahiran anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua

beradaptasi terhadap kebutuhan-kebutuhan dan minat dari anak

prasekolah dalam meningkatkan pertumbuhannya. Kehidupan keluarga

pada tahap ini sangat sibuk dan sangat bergantung pada orang tua.

Kedua orang tua harus mengatur waktunya sedemikian rupa, sehingga

kebutuhan ank, suami istri, dan pekerjaan (purna waktu / paruh waktu)

dapat terpenuhi. Orang tua menjadi arsitek keluarga dalam merancang

dan mengarahkan perkembangan keluarga agar kehidupan perkawinan

tetap utuh dan langgeng dengan cara menguatkan kerja antara suami

dan istri. Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi

perkembangan individual anak, khususnya kemandirian anak agar

tugas perkembangan anak pada fase ini tercapai. Tugas perkembangan

keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut:

Page 21: Proposal Jadi

21

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti: kebutuhan tempat

tinggal, privasi, dan rasa aman.

2) Membantu anak untuk bersosialisasi.

3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan

anak yang lain juga harus terpenuhi.

4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di

luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).

5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak (tahap

paling repot).

6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.

7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.

Sedangkan menurut Carter dan Mc.Goldrik,(1988) serta duval

dan miller,(1985) tugas perkembangan keluarga meliputi hal-hal

berikut:

(a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : rumah, ruang

bermain, privasi, dan keamanan.

(b) Mensosialisasikan anak

(c) Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi

kebutuhan anak-anak yang lain.

(d) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan

perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) serta diluar

keluarga (keluarga besar dan komunitas),

Page 22: Proposal Jadi

22

Fungsi perawat tahap ini adalah melakukan perawatan dan

penyuluhan kepada orang tua tentang penyakit serta kecelakaan yang

biasanya terjadi pada anak-anak. Sibling rivaly tumbuh kembang anak,

keluarga berencana, peningkatan kesehatan, dan mensosialisasikan

anak.

d) Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with school

children)

Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah

pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini

umumnya keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal,

sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktifitas di sekolah, masing-

masing anak memiliki aktivitas dan minat sendiri. Demikian pula

orang tua yang mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak. Untuk

itu, keluarga perlu bekerja sama untuk mencapai tugas perkembangan.

Pada tahap ini keluarga perlu belajar berpisah dengan anak, memberi

kesempatan pada anak untuk bersosialisasi, baik, aktivitas di sekolah

maupun diluar sekolah. Tugas perkembangan keluarga tahap ini adalah

sebagai berikut:

1) Memberi perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan, dan

semangat belajar.

2) Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dan perkawinan.

3) Mendorong anak untuk mencapai perkembangan daya intelektual.

4) Menyediakan aktivitas untuk anak.

Page 23: Proposal Jadi

23

5) Menyesuaikan pada aktivitas komunitas dengan mengikutsertakan

anak.

Sedangkan menurut Carter dan Mc.Goldrik ( 1988 ) serta Duval

dan Miller ( 1985 ) tugas perkembangan keluarga meliputi:

(a) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi

sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang

sehat

(b) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

(c) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

Fungsi perawat pada tahap ini adalah melakukan perawatan dan

konsultasi, baik dalam keluarga maupun di sekolah. Misalnya pada

anak yang mengalami gangguan kesehata.perawat bekerja sama

dengan guru sekolah dan orang tua anak.

e) Tahap V keluarga dengan anak remaja ( families with teenagers )

Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan

biasanya berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak

meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga adalah melepas

anak remaja memberi tangging jawab serta kebebasan yang lebih besar

untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa.

Tahap ini merupakan tahap yang paling sulit, karena orang tua

melepas otoritas dan membimbing anak untuk bertanggung jawab.

Anak harus mempunyai otoritas sendiri yang berkaitan dengan peran

dan fungsinya. Sering kali muncul konflik antara orang tua dan remaja

Page 24: Proposal Jadi

24

karena anka mengingikan kebebasan untuk melakukan aktivitasnya,

sementara orang tua perlu menciptakan komunikasi yang terbuka,

menghindarai kecurigaan, dan permusuhan sehingga hubungan orang

tua dan remaja tetap harmonis. Tugas perkembangan keluarga pada

tahap ini antara lain sebagai berikut.

1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab

mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat

otonominya.

2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.

3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,

hindari perdebatan, kecurigaan, dan permusuahan.

4) Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh kembang

keluarga.

Sedangkan menurut Carter dan Mc.Goldrik (1988) serta Duval

dan Miller (1985), tugas perkembangan keluarga tahap ini meliputi:

(a) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja

menjadi dewasa dan semakin mandiri.

(b) Menfokuskan kembali hubungan perkawinan

(c) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.

Fungsi perawat pada tahap ini adalah mengarahkan keluarga pada

peningkatan dan pencegahan penyakit. Penyuluhan tentang

penyakit kardiovaskuler pada usia lanjut, penyuluhan obat-obatan

terlarang, minuman keras, seks, pencegahan kecelakaan pada

Page 25: Proposal Jadi

25

remaja, serta membantu terciptanya komunikasi yang lebih efektif

antara orang tua dengan anak remajanya.

f) Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching

center families )

Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.

Lamanya tahap ini bergantung pada jumlah anak dalam keluarga dalam

keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal

bersama orang tua. Tujuan utama pada tahap ini adalah

mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepas

anaknya untuk hidup sendiri. Keluarga mempersiapkan anaknya yang

tertua untuk membentuk keluarga sendiri dan tetap membantu anak

terakhir untuk lebih mandiri. Saat semua anak meningagalkan rumah,

pasangan perlu menata ulang dan membina hubungan suami istri

seperti pada fase awal. Orang tua akan merasa kehilangan peran dalam

merawat anak dan merada kosong karena anak-anaknya sudah tidak

tinggal serumah lagi. Guna mengatasi keadaan ini orang tua

melakukan aktivitas kerja, meningkatkan peran sebagai pasangan, dan

tetap memelihara hubungan dengan anak. Tugas perkembangan

keluarga pada tahap ini diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

2) Mempertahankan keintiman pasangan.

3) Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan

memasuki masa tua.

Page 26: Proposal Jadi

26

4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima

kepergian anaknya.

5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.

6) Berperan suami istri, kakek, dan nenek.

7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi

anak-anaknya.

Sedangkan menurut carter dan Mc.Goldrik (1988) serta Duval

dan Miller (1985) tugas perkembangan keluarga tahap ini meliputi hal-

hal berikut:

(a) Memperluas siklus keluarga dangan memasukkan anggota keluarga

baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.

(b) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali

hubungan perkawinan.

(c) Membantu orang tua usia lanjut dan sakit-sakitan dari pihak suami

maupun istri.

Fungsi perawat pada tahap ini adalah sebagai pemberi konsultasi

penyakit-penyakit yang juga dapat timbul. Misalnya penyakit kronis

atau faktor-faktor predisposisi seperti kolestrol tinggi, obesitas,

hipertensi, menopause, serta peningkatan kesehatan dan pola hidup

sehat yang juga perlu diperhatikan.

g) Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families)

Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan

rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal.

Page 27: Proposal Jadi

27

Beberapa pasangan pada fase ini akan dirasakan sulit karena masalah

usia lanjut, perpisahan dengan anak, dan perasaan gagal sebagai orang

tua.

Pada tahap ini semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan

berfokus untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktivitas.

Pola hidup sehat, diet seimbang olahraga rutin, menikmati hidup, dan

mengisi waktu dengan pekerjaan. Pasangan juga mempertahakan

hubungan dengan teman sebaya dan keluarga anaknya dengan cara

mengadakan pertemuan keluarga antar generasi atau anak cucu,

sehingga pasangan dapat merasakan kebahagiaan sebagai kakek nenek.

Hubungan antar pasangan perlu semakin dieratkan dengan

memperhatikan ketergantungan dan kemandirian masing-masing

pasangan.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain:

1) Mempertahankan kesehatan.

2) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti

mengolah minat social dan waktu santai.

3) Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua.

4) Keakraban dengan pasangan.

5) Memelihara hubungan /kontak dengan anak dan keluarga.

6) Persiapan masa tua atau pensiun dan meningkatkan keakraban

pasangan.

Page 28: Proposal Jadi

28

Sedangkan menurut Carter dan Mc.Goldrik (1988) serta Duval

dan Miller (1985) tugas perkembangan keluaraga meliputi:

(a) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan.

(b) Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan

penuh arti dengan para orang tua lansia dan anak-anak.

(c) Memperkokoh hubungan perkawianan.

Fungsi perawat pada tahap ini adalah melaksanakan perawatan

dan konsultasi yang terkait dengan upaya menigkatan kesehatan,

sepetri: kebutuhan istirahat yang cukup, aktivitas yang ringan sesuai

dengan kemampuan, nutrusi yang baik, berat badan yang sesuai, dan

sebagainya.

h) Tahap VIII keluarga usia lanjut

Tahap terakhir perkembanga keluarga dimulai pada saat salah

satu pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal,

sampai keduanya meninggal. Proses usia lanjut dan pensiun

merupakan realitas yang tidak dapat dihindari kerena berbagai proses

stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga. Stresor tersebut

adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan

social, kehilangan pekerjaan, serta perasaan menurunnya produktivitas

dan fungsi kesehatan. Mempertahankan penataan kehidupan yang

memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini. Usia

lanjut umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal dirumah sendiri dari

pada tinggal bersama anaknya.

Page 29: Proposal Jadi

29

Hasil riset day (1993), wanita yang tinggal dengan pasangan-

pasangannya memperlihatkan adaptasi yang lebih positif dalam

memasuki masa tuanya dibandingkan wanita yang tinggal dengan

teman-teman sebayanya. Orang tua juga perlu melakukan file review

dengan mengenang pengalaman hidup dan keberhasilan di masa lalu

agar orang tua merasakan bahwa hidupnya berkualitas dan berarti.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain:

1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.

2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan,teman,kekuatan

fisik, dan pendapatan.

3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.

4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.

5) Melakukan file review.

6) Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan

kematian.

Sedangkan menurut Carter dan MC.Goldrik ( 1988 ) serta Duval

dan Miller ( 1985 ) tugas perkembangan keluarga meliputi:

(a) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.

(b) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.

(c) Mempertahankan hubungan perkawinan.

(d) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.

(e) Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi.

Page 30: Proposal Jadi

30

(f) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelahan dan

integrasi hidup).

Fungsi perawat pada fase ini adalah melakukan parawatan pada orang

tua, terutama terhadap penyakit-penyakit kronis dari fase akut sampai

rehabilitasi. Memperhatikan peningkatan kesehatan seperti: nutrisi,

istirahat, pemeriksaan mata, gigi, dan pencegahan kecelakaan di rumah

(wahit Iqbal Mubarak dkk, 2009 )

B. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa)

1. Pengertian

ISPA merupakan infeksi akut yang menyerang satu bagian atau

lebih dari saluran pernafasan mulai hidung sampai alveoli termasuk

adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura) (Anik Maryunani,

2011).

Infeksi akut merupakan infeksi yang berlangsung akut 7 sampai 14

hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut dan proses ini

dapat berlangsung lebih 14 hari (http://www.klasifikasi ispa.com : diakses

tanggal 14-01-2012).

2. Anatomi dan Fisiologi

System pernafasan terdiri dari hidung, faring, laring, trakea,

bronkus, sampai dengan alveoli  dan paru-paru.

Page 31: Proposal Jadi

31

Fisiologi Pernafasan

Pernafasan paru-paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida

yang terjadi pada paru-paru.  Sistem pernafasan terdiri dari hidung, faring,

laring, trakea, bronkus, dan paru-paru.

1) Saluran pernafasan bagian atas

Saluran pernafasan bagian atas terdiri atas hidung, faring, laring dan

epiglottis yang berfungsi menyaring, menghangatkan, dan

melembabkan udara yang dihirup.

a) Hidung

Bagian ini terdiri atas nares anterior (saluran di dalam lubang

hidung) yang memuat kelenjar sebaseus dengan di tutupi bulu

kasar yang bermuara ke rongga hidung

Proses oksigenisasi diawali dari hidung pada saat udara

masuk melalui hidung, udara akan di saring oleh bulu-bulu yang

ada di dalam vestibulum (bagian rongga hidung) kemudian di

hangatkan dan dilembabkan (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008 )

Page 32: Proposal Jadi

32

b) Faring

Merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang mulai dari

dasar tengkorak sampai denga esophagus yang terletak dibelakang

naso faring (di belakang hidung), di belakang mulut (orofaring),

dan dibelakang laring (laringo faring) (A. Aziz Alimul Hidayat,

2008 )

c) Laring

Laring merupakan saluran pernafasan setelah faring yang

terdiri atas bagian tulang rawan yang diikat bersama ligament dan

membrane yang terdiri atas dua lamina yang bersambung di garis

tengah (A. Aziz Alimul Hidayat,2008 )

d) Epiglotis

Merupaka katup tulang rawan yang berfungsi membantu

laring ketika orang sedang menelan (A. Aziz Alimul Hidayat,2008)

2) Saluran pernafasan bagian bawah

Saluran pernafasan bagian bawah terdiri atas trachea, tandan bronchus,

segmen bronchus dan bronkhiolus, yang berfungsi mengalirkan udara

dan memproduksi surfaktan.

a) Trachea

Trackea di sebut sebagai batang tenggorok yang memiliki panjang

kurang lebih 9 cm di mulai dari laring sampai kira-kira setinggi

vertebra thorakalis kelima. Trackea tersebut tersusun atas enam

belas sampai dua puluh lingkaran tidak lengkap yang berupa

Page 33: Proposal Jadi

33

cincin. Trackea ini dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas

apitelium bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.

(A. Aziz Alimul Hidayat,2008 )

b) Bronchus

Bentuk percabangan atau kelanjutan dari trackea yang terdiri

atas dua percabangan yaitu kanan dan kiri. Pada bagian kanan lebih

pendek dan lebar dari pada bagian kiri yang memiliki tiga lobus

atas, tengah, dan bawah, sedangkan bronckus kiri lebih panjang

dari bagian kanan yang berjalan dalam lobus atas dan bawah.

Kemudian saluran setelah bronkhus adalah bagian yang di sebut

sebagai bronkhiolus (A. Aziz Alimul Hidayat,2008 )

c) Paru – paru

Merupakan organ utama dalam system pernafasan. Letak

paru itu sendiri di dalam rongga thorak setinggi tulang selangka

sampai dengan diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang

diselaputi oleh pleura perietalis dan pleura viseralis, kemudian juga

dilindungi oleh cairan pleura yang berisi cairan surfaktan. Paru

sebagai alat pernafasan utama terdiri atas dua bagian (paru kanan

dan paru kiri) dan bagian tengah dari organ tersebut terdapat organ

jantung beserta pembuluh darah yang berbentuk kerucut, dengan

bagian puncak di sebut apeks. Paru memiliki jaringan yang bersifat

elastis, berpori, dan memliki fungsi pertukaran gas oksigen dan

karbondioksida.

Page 34: Proposal Jadi

34

Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari

luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh (inspirasi) serta

mengeluarkan udara yang mengandung karbondioksida sisa

oksidasi keluar tubuh (ekspirasi) yang terjadi karena adanya

perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru .proses

pernafasan tersebut terdiri dari 3 bagian yaitu:

(a) Ventilasi

Ventilasi merupakan proses inspirasi dan ekspirasi yang

merupakan proses aktif dan pasif yang mana otot-otot

interkosta interna berkontraksi dan mendorong dinding dada

sedikit ke arah luar,  akibatnya diafragma turun dan otot

diafragma berkontraksi. Pada ekspirasi diafragma dan otot-otot

interkosta eksterna relaksasi dengan demikian rongga dada

menjadi kecil kembali,  maka udara terdorong keluar.

(b) Difusi gas

Merupakan pertukaran antara oksigen alveoli dengan

kapiler paru dan CO2 kapiler dengan alveoli. Dalam proses

pertukaran ini terdapat beberapa faktor yang dapat

memengaruhinya,diantaranya,

(1) Luasnya permukaan paru

(2) Tebal membrane respirasi yang terdiri atas epitel alveoli

dan interstisial keduanya. Ini dapat memengaruhi proses

difusi apabila terjadi proses penebalan

Page 35: Proposal Jadi

35

(3) Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2, hal ini dapat terjadi

seperti O2 dari alveoli masuk kedalam darah oleh karena

tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan

O2 dalam darah vena pulmonalisdan PCO2 dalam arteri

pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli.

(4) Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menenbus dan saling

mengikat Hb.

(c) Transportasi gas

Merupakan trasportasi antara O2 kapiler ke jaringan tubuh

dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi O2

akan berikatan dengan Hb membentuk oksihemoglobin (97%)

dan larut dalam plasma (3%).kemudian pada transportasi CO2

akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin

(30%) dan larut dalam plasma (5%) kemudian sebagian

menjadi HCO3 berada pada darah (65%).

3. Etiologi

Kebanyakan, infeksi saluran pernapasan akut disebabkan oleh virus

dan mikoplasma, kecuali epiglotitis akut. Organisme streptokokus dan

difteria merupakan agen bakteri utama yang mampu menyebabkan

penyakit faring primer, bahkan pada kasus tonsilo faringitis akut, sebagian

besar penyakit berasal nonbakteri (Nelson, 1996).

ISPA disebabkan oleh lebih dari 300 jenis kuman, baik berupa

bakteri, virus maupun rickettsia (Anik Maryunani 2011).

Page 36: Proposal Jadi

36

4. Patofisilogi

ISPA terjadi dapat karena masuknya virus kedalam saluran

pernafasan atas, kemudia virus bereplika (membelah) pada sel epitel

kolumner bersilia (hidung, sinus, faring) menyebabkan radang pada tempat

tersebut. Peradangan itu merangsang pelepasan mediator histamin dalam

sekresi hidung sehingga permeabilitas vaskuler naik dan akibatnya terjadi

odema pada mukosa dan hidung menjadi tersumbat akibat akumulasi

mukus, dari kejadian itu menimbulkan masalah inefektif bersihan jalan

nafas.

Perubahan yang terjadi adalah edema pada mukosa, infiltrat sel

mononuler yang menyertai, kemudian fungsional silia mengakibatkan

pembersihan mukus terganggu. Pada infeksi berat sampai sedang epitel

mengelupas, ada produksi mukus yang banyak sekali, mula-mula encer,

kemudian mengental dan biasanya purulen. Dapat juga ada keterlibatan

anatomis saluran nafas atas, masuk oklusi dan kelainan rongga sinus.

Page 37: Proposal Jadi

37

5. WOC

Virus

Saluran pernafasan bronkus saluran pendengaran

Virus membelah virus membelah inflamasi telinga

Pelepasan histamin Peradangan inflamasi peradangan di sakit teling lapangan paru

Permeabilitas Vaskuler Sitokin di lepas mukosa meningkat nekrosis

oedema pada mukosa demam batuk ekspansi paru terganggu

hidung tersumbat sesak

produksi mukosa meningkat

akumulasi mukus

MK:hipertermi

MK:bersihan jalan nafas

MK:bersihan jalan nafasMK:pola nafas tidak efektif

MK:nyeri

Page 38: Proposal Jadi

38

6. Manifestasi Klinis

Tanda atau gejala yang timbul dapat berupa:

a. Batuk

b. Kesukaran bernafas

c. Sakit tenggorok

d. Pilek

e. Sakit telinga

f. Demam (I. Nyoman, 2007).

7. Klasifikasi ISPA

a. Anak umur 2 bulan – 5 tahun

1) Pneumonia berat

Tandanya: adanya tarikan dinding dada kedalam atau stidor.

2) Pneumonia

Tandanya: nafas cepat (batas nafas cepat umur 2 sampai 12 bulan,

frekuensi nafas 50 kali per menit atau lebih, sedangkan umur 12

bulan sampai 5 tahun frekuensi nafas 40 kali per menit atau lebih).

3) Bukan pneumonia, tidak ada tanda-tanda pneumonia atau penyakit

sangat berat.

b. Anak bayi dibawah umur 2 bulan

1) Pneumonia berat

Tandanya: adanya tarikan dinding dada ke dalam yang kuat atau

nafas cepat 60 kali per menit atau lebih.

Page 39: Proposal Jadi

39

2) Bukan pneumonia

Tandanya: tidak ada nafas cepat dan tidak ada tarikan dinding dada

kedalam (Depkes RI, 2006).

8. Cara Penularan ISPA

ISPA dapat ditularkan dengan mudah melalui bersin dan batuk.

Bersin dan batuk dapat menularkan virus secara langsung dari orang yang

satu ke yang lain. Virus juga dapat menyebar secara tidak langsung,

dengan cara sebagai berikut:

a. Seorang anak atau dewasa yang terinfeksi virus akan batuk-batuk,

bersin-bersin dan memegang hidungnya, memuntahkan beberapa

partikel virus ke tangannya.

b. Kemudian dia akan menyentuh tangannya pada orang lain.

c. Orang yang sehat itu menempelkan tangannya yang baru

terkontaminasi ke tangannya sendiri, sehingga kumannya menetap di

sana dan tumbuh serta berkembang biak pada hidung. Ini akan

menyebabkan timbulnya gejala pilek (Steven, 2005).

9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian ISPA

Menurut Machmud Rizanda (2006), ada dua faktor yang

mempengaruhi kejadian ISPA, yaitu:

a. Faktor intrinsik, antara lain:

1) Umur

ISPA berkaitan dengan daya tahan tubuh, demikian faktor daya

tahan tubuh turut berperan dalam kaitan antara umur dan infeksi

saluran pernafasan. Umur yang sangat muda dan sangat tua lebih

rentan menderita ISPA.

Page 40: Proposal Jadi

40

2) Pemberian ASI Eksklusif

ASI diketahui memiliki zat yang unik bersifat anti infeksi. ASI

juga merupakan makanan pokok bagi bayi. Organisasi Kesehatan

Dunia merekomendasikan bahwa selama 6 bulan semenjak lahir,

anak harus disusui secara eksklusif.

3) Status imunisasi

Hasil studi menunjukkan bahwa ISPA dapat dicegah dengan

adanya imunisasi pertusis.

4) Status gizi

Untuk mencegah ISPA, intervensi yang baik adalah dengan

pencegahan malnutrisi dan pencegahan bayi lahir dengan berat

badan rendah.

b. Faktor ekstrinsik

1) Pengetahuan ibu

Tingginya morbiditas (kesakitan) dan mortalaitas (kematian) anak

disebabkan ISPA karena ibunya kurang tahu tentang pencegahan

ISPA atau terlambat dibawa kepelayanan kesehatan.

2) Pencemaran lingkungan

Penceamaran lingkungan berkaitan dengan penularan penyakit ke

anak, yang berkaitan denga udara sebagai jalur penyebarluasan

penyakit pernafasan pada anak.

Page 41: Proposal Jadi

41

3) Perumahan/ventilasi rumah

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi, fungsi utama adalah

untuk menjaga aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar.

Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di

dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi

penghuninya menjadi meningkat.

10. Pengobatan ISPA

a. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik melalui

jalur infus, di beri oksigen dan sebagainya.

b. Pneumonia: diberi obat antibiotik melaui mulut. Pilihan obatnya

Kotrimoksasol, jika terjadi alergi / tidak cocok dapat diberikan

Amoksilin, Penisilin, Ampisilin.

c. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan

perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk

tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang

merugikan.

Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol.

Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan

didapat adanya bercak nanah disertai pembesaran kelenjar getah bening

dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss

dan harus diberi antibiotik selama 10 hari (http:// www. benih. net/

lifestyle/gaya-hidup/ispa-infeksi-saluran-pernafasan-akupenanggulangan-

dan-pengobatan-ispa-balita.html : diakses pada tanggal 14-02 2012).

Page 42: Proposal Jadi

42

11. Penatalaksanaan ISPA di Rumah

a. Mengatasi panas (demam)

Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan

memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan

dengan demam harus segera dirujuk. Cara pemberiannya, tablet dibagi

sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan.

Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan

pada air (tidak perlu air es). Jika demam tinggi yaitu suhunya >390C,

demamnya bisa diturunkan dengan parassetamol sehingga anak akan

merasa lebih enak, Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk

waktu 2 hari. Kalau demam tidak tinggi suhunya 38-390C, ibunya

harus memberi cairan lebih banyak dan tidak perlu pemberian

parasetamol.

a. Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan

tradisional yaitu jeruk nipis 1/2 sendok teh dicampur dengan kecap

atau madu 1/2 sendok teh, diberikan tiga kali sehari.

b. Pemberian makanan

Untuk anak berikan makanan yang cukup gizi dan kalori yang

tinggi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari

biasanya. Berilah makanan pada anak selama anak menghendaki.

Pemberian makanan setelah anak sembuh diusahakan pemberian

makanan ekstra setiap hari selama seminggu atau sampai berat badan

anak mencapai normal.

Page 43: Proposal Jadi

43

c. Pemberian minuman

Usahakan pemberian cairan hangat (air putih, air buah dan

sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu

mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit

yang diderita (Dep Kes, 1993).

d. Lingkungan

Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu

tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek,

bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan

menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan

tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak

berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk

maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.

Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas

usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar

selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan

antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali

kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang (http://

www.benih.net/lifestyle/gaya-hidup/ispa-infeksi-saluran-pernafasan-

akut-penanggulangan-dan-pengobatan-ispa-balita.html) : diakses pada

tanggal 14-02-2012

Page 44: Proposal Jadi

44

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Pengkajian

I. Data Umum

1. Nama KK :

2. Alamat :

3. Pekerjaan :

4. Pendidikan :

5. Komposisi keluarga :

No

Nama

Hub

L/P

Usia

Pddk

Imunisasi KetBC

GDPT

Polio

HEPATITIS

CAMPAK

6. Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis/ tipe keluarga beserta kendala atau

masalah-masalah yang terjadi dengan tipe/bentuk keluarga tersebut.

7. Suku Bangsa

Mengkaji asal suku tersebut serta mengidentifikasi budaya suku

bangsa yang terkait dengan kesehatan. Kalau ada perbedaan dalam

keluarga bagaimana keluarga beradaptasi terhadap perberbedaan

Page 45: Proposal Jadi

45

tersebut, apakah berhasil atau tidak dan kesulitan-kesulitan yang masih

di rasakan sampai saat ini sehubungan dengan proses adaptasi tersebut.

8. Agama

Mengkaji agama yang di anut oleh keluarga serta kepercayaan yang

dapat mempengaruhi kesehatan. Apakah berasal dari agama dan

kepercayaan yang sama, kalau tidak bagaimana proses adaptasi

dilakukan dan bagaimana hasilnya.

9. Status Social Ekonomi

Status social ekonomi keluarga di tentukan oleh pendapatan baik oleh

kepala keluarga maupun oleh anggota keluarga yang lain. Selain itu

status social ekonomi keluarga di tentukan pula oleh kebutuhan-

kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang

dimiliki oleh keluarga.

10. Aktivitas Rekreasi Keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi

bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu bersama-

sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan

menonton TV dan mendengarkan musik atau radio juga merupakan

aktivitas rekreasi.Seberapa sering rekreasi dilakukan dan apa kegiatan

yang dilakukan baik oleh keluarga secara keseluruhan maupun seluruh

anggota keluarganya. Eksplorasi perasaan keluarga setelah bereaksi,

apakah keluarga puas/ tidak. Rekreasi dibutuhkan untuk memperkokoh

dan mempertahankan ikatan keluarga, memperbaiki perasaan masing-

Page 46: Proposal Jadi

46

masing anggota keluarga, curah pendapat sharing, menurunkan

ketegangan dan untuk bersenang-senang.

II. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga di tentukan dengan anak tertua dari

keluarga inti.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan mengenai tugas perkembanga yang belum terpenuhi oleh

keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum

tercapai.

3. Riwayat Keluarga Inti

Menjelaskan mengenai riwayat pada keluarga inti, yang meliputi

riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota

keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi),

sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan serta pengalaman –

pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

III. Pengkajian Lingkungan

1. Karakteristik Rumah

Karakteristik rumah di identifikasikan dengan luasrumha, tipe rumah,

jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan

perabot rumah tangga, jenis septitenk dengan sumber air minum yang

digunakan serta denah rumah. Apakah rumah dan lingkuangan sekitar

telah memenuhi syarat lingkungan sehat, tingkat keamanan dalam

Page 47: Proposal Jadi

47

penggunaan fasilitas yang ada dirumah, apakah privasi masing –

masing anggota tentang keadaan rumah puas/ tidak, memadai / tidak.

2. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW

Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas setempat

yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan

penduduk setempat, budaya yang mempengaruhi kesehatan.

3. Mobilitas Geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga

berpindah tempat. Tinggal di daerah sekarang sudah berapa lama dan

apakah sudah dapat beradaptasi dengan lingkungan setempat.

4. Perkumpulan Keluarga dari Interaksi dengan Masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga.

5. Sistem Pendukung keluarga

Yang termasuk sistem pendukung adalah jumlah anggota keluarga

yang sehat, fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang

kesehatan yang sehat, fasilitas yang dimiliki keluarga untuk

menunjang kesehatan yang meliputi fasilitas fisik, psikologis, atau

dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan

masyarakat setempat.

IV. Struktur Keluarga

1. Pola Komunikasi Keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga

Page 48: Proposal Jadi

48

2. Struktur Kekuatan Keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi

orang lain untuk mengibah perilaku

3. Struktur Peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara

formal maupun informal

4. Nilai atau Norma Keluarga

Menjelaskan mengenai nilai norma yang di anut keluarga, yang

berhubungan dengan kesehatan

V. Fungsi Keluarga

1. Fungsi Afektif

Mengkaji gambaran dari anggota keluarga, perasaan memiliki dan

dimiliki keluarga, dukunga keluarga terhadap anggota keluarga

lainnya, kehangatan pada keluarga dan keluarga mengembangkan

sikap saling menghargai.

2. Fungsi Sosialisasi

Bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga dan sejauh mana

anggota keluarga belajar disiplin, norma atau budaya dan perilaku.

VI. Stres dan Koping Keluarga

1. Stessor Jangkan Pendek

Yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian

dalam waktu lebih kurang 6 bulan dan jangka panjang yaitu dengan

memerlukan penyelesaian dari 6 bulan

2. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Situasi atau Stresor

Page 49: Proposal Jadi

49

Mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi atau stresor

3. Strategi koping yang digunakan

Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan.

4. Stategi Adaptasi Difungsional

Dijelaskan mengenai adaptasi difungsional yang digunakan keluarga

bila menghadapi permasalahan

VII.Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.metode yang

digunakan pada pemeriksaan, tidak berbeda dengan di klinik.

VIII. Harapan Keluarga

Pada akhir pengkajian,perawat menanyakan harapan keluarga terhadap

petugas kesehatan yang ada.

B. Perumusan Diagnosa Keperawatan ( Mubarak, 2010)

Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis, mengenai individu,

keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data

dan analisis cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan

dimana perawat bertanggungjawab melaksanakannya.

Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap

adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga,

struktur keluarga, fungsi - fungsi keluarga dan koping kelaurga, baik bersifat

Page 50: Proposal Jadi

50

aktual, resiko maupun sejahtera dimana perawat memiliki kewenangan dan

tanggung jawab untuk melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan

keluarga dan berdasarkan kemampuan dan sumber daya keluarga. Diagnosis

keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan pada

pengkajian. Komponen diagnosis keperawatan yang dikenal dengan (PES)

meliputi :

a) Problem atau masalah (P)

Adalah suatu penyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia

yang dialami oleh keluarga atau anggota (individu) keluarga.

b) Etiologi atau penyebab (E)

Adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan

mengacu kepada lima tugas keluarga, yaitu mengenal masalah,

mengambil keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga,

memelihara lingkungan, dan memanfaatakan fasilitas pelayanan

kesehatan.

c) Sign atau tanda (S)

Adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat

dari keluarga secara langsung atau tidak yang mendukung masalah dan

penyebab.

Tipologi dari diagnosis keperawatan :

1. Diagnosis aktual

Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari

gangguan kesehatan dimana masalah kesehatan yang dialami oleh

Page 51: Proposal Jadi

51

keluarga memerlukan bantuan untuk segera di tangani dengan cepat. Pada

diagnosis keperawatan aktual, faktor yang berhubungan merupakan

etiologi, atau faktor penunjang lain yang telah mempengaruhi perubahan

status kesehatan. Sedangkan faktor tersebut dapat dikelompokkan kedalam

4 kategori yaitu :

a) Patofisiologi (biologi atau psikologi)

b) Tindakan yang berhubungan

c) Situasional (lingkungan, personal)

d) Maturasional

Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari

diagnosis keperawatan keluarga adalah adanya :

a) Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, kesalahan

persepsi)

b) Ketidakmauan (sikap dan motivasi)

c) Ketidakmampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu prosedur

atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga baik finansial,

fasilitas, sistem pendukung, lingkungan fisik dan psikologis

2. Diagnosis resiko tinggi (ancaman kesehatan)

Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan, tetapi

tanda tersebut dapat menjadi masalah aktual apabila tidak segera

mendapatkan bantuan pemecahan dari tim kesehatan atau keperawatan.

Faktor-faktor resiko untuk diagnosis resiko dan resiko tinggi

memperlihatkan keadaan dimana kerentanan meningkat terhadap klien

Page 52: Proposal Jadi

52

atau kelompok. Faktor ini membedakan klien atau kelompok resiko tinggi

dari yang lainnya pada populasi yang sama yang mempunyai resiko.

3. Diagnosis potensial (keadaan sejahtera atau “wellness”)

Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga

kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Diagnosis keperawatan sejahtera

tidak mencakup faktor-faktor yang berhubungan. Perawat dapat

memperkirakan kemampuan atau potensi keluarga dapat ditingkatkan ke

arah yang lebih baik.

Penilaian (skoring) diagnosis keperawatan :

Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosis keperawatan lebih

dari satu. Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh

bailon dan Maglaya (1978).

Proses skoringnya dilakukan untuk setiap diagnosis keperawata

a) Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.

b) Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan

bobot.

skoreAngka tertinggi

xbobot

c) Jumlah skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama dengan

jumlah bobot

Page 53: Proposal Jadi

53

NO KRITERIA SKOR BOBOT

1.

2.

3.

4.

Sifat masalah.

Skala   :   Aktual

                Resiko

Potensial

Kemungkinan masalah dapat

diubah

Skala     :  Dengan mudah

Hanya sebagian

Tidak dapat

Potensi masalah untuk dicegah

Skala     :  Tinggi

Cukup

Rendah

Menonjolnya masalah.

Skala     : Masalah berat harus

ditangani.

Masalah yang tidak perlu segera

ditangani.

Masalah tidak dirasakan

3

2

1

2

1

0

3

2

1

2

1

0

1

2

1

1

Page 54: Proposal Jadi

54

C. Rencana Asuhan Keperawatan keluarga dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA ).

No Diagnosa keperawatan

Tujuan umum Tujuan khusus Kriteria evaluasi

Standar evaluasi Intervensi

1. Bersihan jalan nafas pada An. A keluarga Tn. B berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga mengenal masalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA )

Setelah dilakukan intervensi keperwatan selama 5 x 45 menit di harapkan keluarga mampu mengatasi masalah bersihan jalan nafas pada keluarga dengan masalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA )

Setelah dilakukan intervensi selama 1x45 menit di harapkan keluarga mampu :1. Mengenal masalah

Infeksi saluran Pernafasan Akut

1.1 menyebutkan pengertian Infeksi Saluran Pernafasamn Akut

1.2 Menyebutkan penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Respon verbal

Respon verbal

(keluarga mamapu menyebutkan pengertian ISPA dengan bahasa sendiri atau dengan bantuan minimal/laeflet )ISPA merupakan suatu keadaan peradangan atau infeksi pada salah satu alat pernafasan yang terjadi secara akut

(Keluarga mampu menyebutkan penyebab ISPA dengan bahasa sendiri atau dengan

1.1.1 Kaji pengetahuan pasien tentang pengertian ISPA

1.1.2 beri reinforcement positif atas jawaban keluarga

1.1.3 diskusikan pengertian ISPA dengan keluarga

1.1.4 beri kesempatan keluarga untuk bertanya

1.1.5 jawab pertanyaan keluarga1.1.6 minta kembali keluarga

menyebutkan pengertian ISPA

1.1.7 berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga.

1.2.1 kaji pengetahuan pasien tentang pengertian penyebab ISPA

1.2.2 beri reinforcement positif

Page 55: Proposal Jadi

55

1.3 Menyebutkan tanda dan gejala Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Respon verbal

bantuan minimal /leaflet )Penyebab ISPA :

1. cuaca2. daya tahan tubuh3. makanan yang

kurang sehat

(Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 tanda dan gejala ISPA dengan bahasa sendiri atau dengan bantuan leaflet )Tanda dan gejala ISPA:a.   batuk

b.     pilek

c.       demam

atas jawaban keluarga1.2.3 diskusikan penyebab ISPA

dengan keluarga1.2.4 beri kesempatan keluarga

untuk bertanya1.2.5 jawab pertanyaan keluarga1.2.6 minta kembali keluarga

menyebutkan penyebab ISPA

1.2.7 berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga

1.3.1 kaji pengetahuan pasien tentang tanda dan gejala ISPA

1.3.2 beri reinforcement positif atas jawaban keluarga

1.3.3 diskusikan tanda dan gejala ISPA dengan keluarga

1.3.4 beri kesempatan keluarga untuk bertanya

1.3.5 jawab pertanyaan keluarga1.3.6 minta kembali keluarga

menyebutkan tanda dan gejala ISPA

1.3.7 berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga.

Page 56: Proposal Jadi

56

1.4 Mengidentifikasi tanda dan gejala Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada keluarga

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x 45 m3nit diharapkan keluarga mampu:2. mengambil

keputusan yang tepat untuk merawat anggota keluarga dengan masalah Infeksi Saluran pernafasan Akut.2.1 menyebutkan

akibat lanjut Infeksi Saluran Pernafasan Akut.

Respon verbal

Respon verbal

keluarga mampu menyebutkan tanda dan gejala ISPA yang dialami keluarga

(keluarga mampu menyebutkan akibat lanjut ISPA dengan bahasa sendiri atau dengan bantuan leaflet)Akibat lanjut ISPA:

a. pneumonia

1.4.1 Tanyakan pada keluarga tanda dan gejala ISPA yang dialami anggota keluarga.

1.4.2 berikan reinforcement positif atas identifikasi yang diberikan keluarga.

2.1.1 Kaji pengetahuan keluarga tentang akibat lanjut ISPA

2.1.2 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga

2.1.3 Diskusikan akibat lanjut ISPA dengan keluarga

2.1.4 beri kesempatan keluarga untuk bertanya

2.1.5 jawab pertanyaan keluarga2.1.6 minta kembali keluarga

menyebutkan akibat lanjut ISPA

2.1.7 Berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga

Page 57: Proposal Jadi

57

2.2 memutuskan merawat anggota keluarga dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X 45menit diharapkan keluarga mampu :3. Merawat anggota

keluarga dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut

3.1 menyebutkan cara perawatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut.

Afektif

Respon verbal

Keluarga memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah ISPA.

(Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 cara perawatan ISPA dengan bahasa sendiri atau dengan bantuan leaflet)Cara perawatan ISPA:

2.2.1 Beri kesempatan keluarga untuk mengambil keputusan

2.2.2 Bimbing keluarga untuk mengambil keputusan

2.2.3 Beri reinforcement positif atas keputusan keluarga

3.1.1 Kaji pengetahuan keluarga tentang perawatan ISPA

3.1.2 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarg

3.1.3 Diskusikan cara perawatan ISPA dengan keluarga

3.1.4 Beri kesempatan keluarga untuk bertanya

3.1.5 Jawab pertanyaan keluarga3.1.6 Minta kembali keluarga

menyebutkan cara perawtan ISPA

3.1.7 berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga

Page 58: Proposal Jadi

58

3.2 menyebutkan diit bagi penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut.

3.3 menyebutkan keuntungan obat tradisional

Respon verbal

Responverbal

3.2.1 Kaji pengetahuan pasien tentang penanganan ISPA

3.2.2 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga

3.2.3 Diskusikan penanganan ISPA dengan keluarga

3.2.4 Beri kesempatan keluarga untuk bertanya

3.2.5 Jawab pertanyaan keluarga3.2.6 Minta kembali keluarga

menyebutkan penanganan pada ISPA.

3.2.7 Berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga

3.3.1 Kaji pengetahuan keluarga tentang keuntungan obat tradisional .

3.3.2 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga

3.3.3 Diskusikan keuntungan obat tradisional dengan keluarga

3.3.4 Beri kesempatan keluarga untuk bertanya

3.3.5 Jawab pertanyaan keluarga3.3.6 Minta kembali keluarga

menyebutkan keuntungan

Page 59: Proposal Jadi

59

3.4 menyebutkan obat tradisional untuk Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Psikomootor

obat tradisional3.3.7 Berikan reinforcement

positif atas keberhasilam keluarga

3.4.1 Kaji pengetahuan keluarga tentang obat tradisional pada ISPA

3.4.2 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga

3.4.3 Diskusikan obat tradisional ISPA dengan keluarga

3.4.4 Beri kesempatan keluarga untuk bertanya

3.4.5 Jawab pertanyaan keluarga3.4.6 Minta kembali keluarga

menyebutkan obat tradisional bagi penderita ISPA

3.4.7 Berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga

Page 60: Proposal Jadi

60

3.5 membuat obat tradisional bagi penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut.

Psikomotor 3.5.1 Kaji pengetahuan keluarga tentang cara membuat obat tradisional bagi penderita ISPA

3.5.2 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga

3.5.3 Diskusikan cara membuat obat tradisional bagi penderita ISPA dengan keluarga .

3.5.4 Beri kesempatan keluarga untuk bertanya

3.5.5 Jawab pertanyaan keluarga3.5.6 Minta kembali keluarga

menyebutkan cara membuat obat ISPA

3.5.7 Berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga

Page 61: Proposal Jadi

61

Setelah di lakukan intervensi keperawtan selama 1 X 45 menit diharapkan keluarga mampu :4. Memodifikasi

lingkungan bagi pendertia Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Psikomotor4.1.1 Kaji pengetahuan pasien

tentang cara memodifikasi lingkungan pada penderita ISPA

4.1.2 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga

4.1.3 Diskusikan cara memodifikasi lingkungan bagi ISPA dengan keluarga

4.1.4 Beri kesempatan keluarga untuk bertanya

4.1.5 Jawab pertanyaan keluarga4.1.6 Minta kembali keluarga

menyebutkan cara memodifikasi lingkungan pada penderita ISPA

4.1.7 Berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga

Page 62: Proposal Jadi

62

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x45 menit keluarga mampu :5. memanfaatkan

pelayanan kesehatan

5.1 menyebutkan manfaat pelayanan kesehatan

Afektif

Respon verbal

5.1.1 Kaji pengetahuan keluarga tentang manfaat pelayanan kesehatan.

5.1.2 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga

5.1.3 Diskusikan manfaat pelayanan kesehatan dengan keluarga

5.1.4 Beri kesempatan keluarga untuk bertanya

5.1.5 Jawab pertanyaan keluarga5.1.6 Minta kembali keluarga

menyebutkan manfaat pelayanan kesehatan.

5.1.7 Berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga

Page 63: Proposal Jadi

63

5.2 menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat di gunakan dan waktu kunjungan

5.3 memberi dukungan pada keluarga untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan

Respon verbal

Respon verbal

5.1.1 Kaji pengetahuan keluarga tentang pelayanan kesehatan yang dapat di kujungi.

5.1.2 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga

5.1.3 Diskusikan pelayanan keesehatan yang dapat di kunjungi dan waktu kinjungan dengan keluarga.

5.1.4 Beri kesempatan keluarga untuk bertanya

5.1.5 Jawab pertanyaan keluarga5.1.6 Minta kembali keluarga

menyebutkan pelayanan kesehatan yang dapat di kunjungi oleh keluarga.

5.1.7 Berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga

5.3.1 Dukung keluarga memutuskan tindakan.

5.3.2 Evaluasi adanya penurunan sakit setelah menggunakan fasilitas pelayanan.

Page 64: Proposal Jadi

64

5.4 memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Respon Verbal

5.3.3 Berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga

5.4.1 Minta keluarga untuk menunjukan kartu berobat atau obat-obat yang di resepkan dari fasilitas pelayanan kesehatan.

5.4.2 Berikan reinforcement positif.

Page 65: Proposal Jadi

65

D. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan ( mubarak, 2010)

Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga

dimana perawat mendapatkan kesempatan dan membangkitkan minat keluarga

untuk mengadakan perbaikan ke arah prilaku hidup sehat.

Guna membangkitkan minat keluarga dalam berperilaku hidup sehat,

maka perawat harus memahami teknik-teknik motivasi. Tindakan keperawatan

keluarga mencakup hal-hal dibawah ini :

a) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan

kebutuhan kesehatan dengan cara:

1. Memberikan informasi yang tepat.

2.   Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan.

3. Mendorong sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan.

b) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat

dengan cara :

1. Mengidentifikasi konsekuensinya bila tidak melakukan tindakan.

2. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki dan ada disekitar

keluarga.

3. Mendiskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan.

c) Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang

sakit dengan cara :

1. Mendemonstrasikan cara perawatan.

2. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah.

3. Mengawasi keluarga melakukan perawatan

Page 66: Proposal Jadi

66

4. Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi) lingkungan

yang dapat meningkatkan kesehatan keluarga dengan cara :

a. Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.

b. Melakukan perubahan lingkungan bersama keluarga seoptimal

mungkin.

c. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang

ada disekitarnya dengan cara :

1) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di sekitar

lingkungan keluarga.

2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

E. Evaluasi ( Mubarak, 2010 )

Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap penilaian

dilakukan untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil, maka perlu

disusun rencana baru yang sesuai. Kunjungan dapat dilaksanakan secara bertahap

sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga.

Langkah-langkah dalam mengevaluasi pelayanan keperawatan yang

diberikan, baik kepada individu maupun keluarga adalah sebagai berikut :

1. Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan bagaimana

keluarga mengatasi masalah tersebut.

2. Tentukan bagaimana rumusan tujuan perawatan yang akan dicapai.

3. Tentukan kriteria dan standar evaluasi.

4. Tentukan metode dan teknik evaluasi .

Page 67: Proposal Jadi

67

5. Bandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan kriteria dan

standar untuk evaluasi.

6. Identifikasi penyebab atau alasan penampilan yang tidak optimal.

7. Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai, perlu ditentukan

alasan kemungkinan tujuan tidak realistis, tindakan tidak tepat, atau

kemungkinan ada faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi.

Evaluasi disususun dengan menggunakan SOAP secara operasional.

S : Hal-hal yang dikemukakan keluarga secara subjektif setelah

dilakukan intervensi keperawatan

O : Hal-hal yang di temukan oleh perawat secara objektif setelah

dilakukan intervensi keperawatan.

A : Analisa dari Hasil yang telah di capai dengan mengacu kepada

tujuan terkait dengan diagnosa keperawatan.

P : Perencana yang akan datang setelah melhat respon dari keluarga

pada tahp evaluasi

Macam-macam Evaluasi

Evaluasi proses keperawatan ada dua yaitu :

a. Evaluasi kuantitatif

Evaluasi kuantitatif dilaksanakan dalam kuantitas, jumlah pelayanan, atau

kegiatan yang telah dikerjakan.

b. Evaluasi kualitatif

Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat difokuskan pada

salah satu dari tiga dimensi yang saling terkait.

Page 68: Proposal Jadi

68

1. Struktur atau sumber

Evaluasi struktur atau sumber terkait dengan tenaga manusia atau bahan-

bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan.

2. Proses

Evaluasi proses berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk

mencapai tujuan. Misalnya mutu penyuluhan kesehatan yang diberikan

kepada keluarga lansia dengan masalah nutrisi.

3. Hasil

Evaluasi ini difokuskan kepada bertambahnya kesanggupan keluarga

dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan.

Luasnya Evaluasi

Evaluasi dapat dipusatkan pada tiga dimensi, yaitu :

a) Efeseinsi atau tepat guna

b) Kecocokan (appropriateness)

c) Kecukupan (adequacy)

Kegiatan dan evaluasi

Hasil dari perawatan klien dapat diukur  melalui tiga bidang.

a. Keadaan fisik

b. Psikologis sikap

c. Pengetahuan tentang  perilaku

Page 69: Proposal Jadi

69

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metoda penelitian

Penelitian ini dengan metoda deskriptif dengan tipe study kasus yang

dilaksanakan terhadap keluarga dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA ).

B. Lokasi

Lokasi pengambilan kasus adalah, Puskesmas Anak Air Padang, dengan

beberapa pertimbangan yaitu :

a. Puskesmas Anak Air Padang merupakan suatu pelayanan masyarakat yang

melakukan kegiatan kujungan keluarga dengan masalah kesehatan secara

terjadwal.

b. Puskesma Anak Air Padang merupakan pukesmas lahan praktek

mahasiswa Pendidikan Ahli Madya Keperawatan Padang.

C. Teknik Pengumpulan Data.

a. Teknik Wawancara

Wawacaran dilakukan langsung pada klien dan keluarga dengan

menggunakan format pengkajian asuhan keperawatn keluarga dengan

Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA ) yaitu mengenai pengkajian data

umum keluarga, riwayat perkembangan keluarga, struktur keluarga, fungsi

keluarga, stres dan koping keluarga, harapan keluarga.

69

Page 70: Proposal Jadi

70

b. Teknik Observasi dan Pengukuran

c. Observasi dilakukan dengan cara inspeksi dan pengukuran dilakukan

dengan menggunakan alat seperti thermometer, dan timbangan yang

dilakukan pada pemeriksaan fisik.

d. Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yaitu

dengan melihat data-data tentang klien yang telah didokumentasikan baik

dari hasil pemeriksaan laboratorium, rontgen, catatan keperawatan dan

catatan tim kesehatan lainnya.

D. Sumber Data

a. Sumber data Primer

Sumber data primer adalah keluarga . Dari sumber data primer ini dapat

diperoleh data Subjektif dengan melakukan wawancara langsung dengan

keluarga dan data objektif dengan melakukan observasi ataupun

pemeriksaan fisik secara langsung terhadap keluarga.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah semua orang yang mengetahui keadaan

keluarga yang akan kita kaji, yang dapat diwawancarai, dan anggota tim

kesehatan serta semua informasi dari hasil pencatatan. Data yang diperoleh

dari sumber sekunder adalah data objektif.

Page 71: Proposal Jadi

71

E. Jenis Data

a. Data Subjektif

Data Subjektif adalah data yang diperoleh dari keluarga itu sendiri , yang

merupakan segala perasaan keluarga tersebut atau keluhan yang dirasakan.

b. Data objektif

Data Objektif adalah data yang didapatkan dari hasil observasi atau

pengamatan, hasil pemeriksaan ataupun hasil pengukuran.

F. Pengolahan Data

Data subjektif dan data objektif yang telah dikumpulkan kemudian diolah

secara manual dengan jalan mengklasifikasikan, menginterprestasikan dan

mendokumentasikan, selanjutnya disajikan secara tekstular.