Proposal Isaz

74
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan penyakit yang dapat dialami oleh wanita diseluruh dunia, dan tetap merupakan masalah signifikan di Amerika (Nurachmah E, 1999). Penderita kanker payudara umumnya berusia 30 tahun keatas meningkat sebesar 60 % pada usia 60 tahun, resiko terbesar pada usia diatas 75 tahun yang disebabkan antara lain karena genetik, pola hidup, atau faktor hormonal (medicastore.com, 2004). Insiden kanker payudara pada dekade terakhir memperlihatkan kecenderungan meningkat. Menurut WHO (World Health Organization) 8 – 9 % wanita akan mengalami kanker payudara. Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175.000 di Amerika Serikat. WHO memperkirakan, pada tahun 2000 1,2 juta wanita terdiagnosa kanker payudara dan lebih dari 700.000 meninggal dunia. Setelah menjalani perawatan, 50 % penderita mengalami kanker 1

description

k;l;

Transcript of Proposal Isaz

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker payudara merupakan penyakit yang dapat dialami oleh wanita diseluruh dunia, dan tetap merupakan masalah signifikan di Amerika (Nurachmah E, 1999). Penderita kanker payudara umumnya berusia 30 tahun keatas meningkat sebesar 60 % pada usia 60 tahun, resiko terbesar pada usia diatas 75 tahun yang disebabkan antara lain karena genetik, pola hidup, atau faktor hormonal (medicastore.com, 2004). Insiden kanker payudara pada dekade terakhir memperlihatkan kecenderungan meningkat. Menurut WHO (World Health Organization) 8 9 % wanita akan mengalami kanker payudara. Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175.000 di Amerika Serikat. WHO memperkirakan, pada tahun 2000 1,2 juta wanita terdiagnosa kanker payudara dan lebih dari 700.000 meninggal dunia. Setelah menjalani perawatan, 50 % penderita mengalami kanker payudara stadium akhir dan hanya bertahan hidup 18 30 bulan setelah dilakukan tindakan kemoterapi, dan mastektomi (relawan.net, 2004). Kanker payudara merupakan penyakit yang dapat mempengaruhi setiap aspek kehidupan manusia, baik masalah fisiologis, psikologis, dan sosial pada klien (Nurachmah E, 1999). Wanita yang terkena kanker payudara pada umumnya akan mengelak bahwa dirinya terkena kanker payudara, mereka tidak akan membicarakan penyakit ini pada orang lain karena mereka menganggap dokter telah salah mendiagnosa penyakitnya. Stres pada penderita kanker payudara umumnya meningkat karena disebabkan oleh penolakan atas kondisi kesehatannya yang semakin memburuk (Mariana, 2007). Koping negatif dari penderita kanker payudara akan ditampakkan dengan menutup diri atau berteriak-teriak sebagai respon dari penolakan atas kanker payudara yang dideritanya. Koping positif dari penderita adalah dapat menerima kondisinya setelah didiagnosa kanker payudara, mereka umumnya berpikiran bahwa penolakan atas kondisi yang menimpanya tidak akan membuat sel kanker yang ada pada tubuhnya hilang dan tidak akan membuat keadaannya lebih baik. Dukungan kelompok sesama penderita atau peer group support dapat merubah respon psikologis maladaptif pada penderita kanker payudara menjadi respon psikologis yang adaptif. Di negara maju, peer group support diterapkan sebagai salah satu bentuk terapi untuk penderita kanker payudara, di Indonesia, khususnya ruang bedah Rumah Sakit DR. Soetomo Surabaya metode peer group support belum dapat diterapkan. Dengan penerapan metode pendekatan peer group support diharapkan dapat membantu penderita kanker payudara khususnya di ruang bedah H dan bedah A Rumah Sakit DR. Soetomo untuk dapat menerima kondisinya saat ini dan dapat kembali menjalani aktivitas sesuai kemampuannya.

Dengan mengamati adanya keterkaitan antara kondisi stres dengan bertambah parahnya kondisi penderita maka perlu adanya pendampingan yang tepat dan penerimaan diri agar dapat mengurangi stres pada penderita kanker payudara. Dengan kata lain adanya support group atau peer group support dapat membantu mengatasi respons psikologis maladaptif penderita kanker payudara. Untuk itulah perawat dalam hal ini diperlukan agar dapat mengarahkan para penderita kanker payudara untuk saling berbagi cerita dan saling mendukung serta saling menguatkan satu sama lain agar dapat menerima kondisinya saat ini dan melanjutkan kehidupan untuk berjuang bersama-sama melawan sel kanker yang ada pada tubuh mereka.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh peer group support terhadap respon psikologis pada pasien Ca Mammae?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Menjelaskan pengaruh peer group support terhadap respons psikologis pada panderita Ca Mammae

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengaruh peer group support terhadap respon psikologis tahap penolakan penderita Ca Mammae

2. Mengidentifikasi pengaruh peer group support terhadap respons psikologis tahap marah penderita Ca Mammae

3. Mengidentifikasi pengaruh peer group support terhadap respons psikologis tahap tawar menawar penderita Ca Mammae

4. Mengidentifikasi pengaruh peer group support terhadap respons psikologis tahap depresi penderita Ca Mammae

5. Mengidentifikasi pengaruh peer group support terhadap respons psikologis tahap penerimaan penderita Ca Mamae.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dari segi pengembangan ilmu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkuat konsep perawatan penderita Ca Mammae dengan respons psikologis maladaptif melalui pendekatan peer group support.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan perawat dalam upaya menurunkan stres atau mengurangi respon psikologis yang maladaptif pada penderita kanker payudara dan meningkatkan sistem imunitas pasien Ca Mammae.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan pengaruh dukungan sosial terhadap konsep diri pasien Ca Mammae.

3. Bagi tenaga kesehatan lain dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan terapi paliatif melalui metode peer group support pada pasien kanker.

4. Mensosialisasikan metode pendekatan peer group support pada pasien Ca Mammae

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker Payudara

2.1.1 Definisi Kanker Payudara

Kanker merupakan buah dari perubahan sel yang mengalami pertumbuhan tidak normal dan tidak terkontrol. Peningkatan jumlah sel tak normal ini umumnya membentuk benjolan yang disebut tumor atau kanker. Tidak semua tumor bersifat kanker. Tumor yang bersifat kanker disebut tumor ganas, sedangkan yang bukan kanker disebut tumor jinak.

Kanker payudara adalah ketika sejumlah sel di dalam payudara tumbuh dan berkembang dengan tidak terkendali. Sel-sel tersebut tumbuh dapat menyerang jaringan sekitar dan menyebar ke seluruh tubuh. (medicastore.com, 2004)

Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara. (imcw, 2007)

Kanker payudara adalah sekelompok sel yang tidak normal yang terus tumbuh dan bertambah. Pada akhirnya sel-sel ini mungkin akan menjadi benjolan pada payudara. Bila kanker tidak dihilangkan atau dikontrol, maka sel-sel kanker dapat menyebar keseluruh bagian tubuh dan mungkin akan mengakibatkan kematian. (breastcancer.health.wa.gov.au, 2006)

Gambar 2.1 : sel kanker payudara (mydr.com.au, 2006)

2.1.2 Etiologi

Penyebab kanker payudara sampai saat ini belum diketahui secara pasti namun penyebab itu sangat mungkin multifaktorial yang saling mempengaruhi satu sama lain. Meskipun demikian, sejumlah penelitian mengidentifikasi sejumlah faktor yang dapat meningkatkan resiko pada individu tertentu, yaitu :

1. Faktor Genetik

Bahwa ada faktor keturunan pada kanker payudara sudah lama diketahui. 1 diantara 7. 5 % diantara orang yang terkena kanker adalah keturunan. Tetapi bagaimana terjadi transmisi-transmisi dari seorang penderita ke anggota keluarga lain belum diketahui.

2. Usia

Resiko terkena kanker payudara meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Seseorang yang hidup hingga usia 90 tahun berisiko terkena kanker sebesar 14,3 %.

3. Pernah menderita penyakit payudara non-kanker

Resiko menderita kanker payudara lebih tinggi pada wanita yang pernah menderita penyakit payudara non-kanker yang menyebabkan bertambahnya jumlah saluran air susu dan terjadinya kelainan struktur jaringan payudara (hiperplasia atipik)

4. Menarche sebelum usia 12 tahun, menopause setelah usia 55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil.

6. Pemakaian pil KB atau terapi sulih estrogen

Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara, yang tergantung kepada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum diketahui berapa lama efek pil akan tetap ada setelah pemakaian pil dihentikan. Terapi sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko kanker payudara dan resikonya meningkat jika pemakaiannya lebih lama.

7. Obesitas pasca menopause

Kelebihan berat badan sebanyak 9,9 kg dapat meningkatkan angka kejadian kanker payudara sebesar 18 %.

8. Pengaruh hormon

Pemberian terapi hormonal dalam jangka waktu yang lama ditengarai dapat menjadi salah satu faktor penyebab kanker payudara. Hormon yang dimaksud adalah estrogen.

9. Pola makan

Pola makan tidak sehat yaitu banyak mengkonsumsi makanan berlemak dan sedikit mengkonsumsi makanan berserat. Korelasi antara makanan berlemak dengan kanker payudara itu dibuktikan antara lain oleh tingginya kadar estrogen pada mereka yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak. Diketahui, hormon estrogen yang juga diproduksi dalam ovarium ini karena sesuatu hal dapat menimbulkan efek karsinogenik. Makanan berserat yang telah lama diketahui dapat mencegah kanker usus, belakangan diketahui dapat mencegah kanker payudara, karena dapat mengurangi kadar estrogen dalam tubuh (imcw, 2007)

10. Pemakaian alkohol

The Committee on Carcinogenicity of Chemicals in Food menyatakan wanita yang mengkonsumsi alkohol 1-2 gelas setiap hari berisiko terkena kanker payudara sebesar 19 %.

11. Virogen atau virus

Virus yang dapat menyebabkan kanker payudara antara lain RNA virus (fam.virus), DNA virus (papiloma virus, adeno virus, herpes virus), EB virus

12. DES ( dietilstilbestrol)

Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki resiko tinggi menderita kanker payudara.

13. Penyinaran

Radiasi matahari, sinar -x, nuklir, dan radionukleida ditengarai dapat menjadi faktor resiko seseorang terkena kanker payudara.(Ramadhan, 2007)

2.1.3 Manifestasi Klinik

Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari jaringan payudara disekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki pinggiran yang tidak teratur. Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa digerakkan dengan mudah dibawah kulit. Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau kulit sekitarnya. Pada stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau borok di kulit payudara. Kadang kulit diatas benjolan mengkerut seperti kulit jeruk.

Gejala-gejala lain yang mungkin ditemukan adalah :

1. Bentuk, ukuran atau berat salah satu payudara berubah.

2. Timbul benjolan kecil dibawah ketiak.

3. Keluar darah, pus, atau cairan encer dari putting susu.

4. Bentuk atau arah putting susu berubah, misalnya putting susu tertekan kedalam.

5. perubahan pada warna atau tekstur pada payudara.

6. pada stadium lanjut bisa menimbulkan nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.(breastscreen.health.wa.gov.au)

Gambar 2.2 : Gejala Ca Mammae (breasthealthfocus.com)

2.1.4 Diagnosis

Diagnosa kanker payudara ditetapkan dengan uji patologi dari pengambilan jaringan payudara. Jaringan tersebut diperoleh pada saat pembedahan. Prosedur tersebut dilakukan untuk memperoleh jaringan atau sel yang diperlukan untuk tes histologi dan sitologi. Yang termasuk dalam prosedur tersebut adalah pengambilan jaringan yang masih baik, pengambilan jaringan putting susu, ductal lavage, biopsy jaringan inti, biopsy pembedahan lokal. Pada tahap diagnosis ini mempunyai kemungkinan ketidakberhasilan dalam memperoleh jaringan yang cukup ataupun kehilangan sel kanker. Biopsy merupakan tindakan invasif. Beberapa test dilakukan untuk mendeteksi adanya penyebaran (metastase) termasuk didalamnya adalah sinar x, bone scan, CT scan, MRI dan PETS. Ca 15.3 (carbohidrat antigen 15.3) adalah tumor marker yang ada pada darah dan dapat mempercepat pertumbuhan kanker.(wikipedia.org, 2007)

2.1.5 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada kanker payudara dapat dilakukan dengan cara :

1. Palpasi

Dengan tangan yang telah terlatih, dokter akan memeriksa payudara dengan cara palpasi atau perabaan.

2. Mammografi

Pemeriksaan payudara dengan alat rontgent dengan kekuatan rendah dan merupakan pemeriksaan sederhana, tidak sakit, dan hanya membutuhkan waktu 5-10 menit. Saat terbaik untuk pemeriksaan mammografi adalah satu minggu setelah menstruasi. Pemeriksaan ini dapat membedakan, apakah benjolan pada payudara yang diperiksa bersifat ganas atau jinak. Sesungguhnya mammografi dapat pula menunjukkan kelainan yang sangat kecil, 1-2 mm sebelum kelainan dapat diraba sebagai benjolan.

Gambar 2.3 : hasil mammografi (anatomy.med.umich.edu)

3. Ultrasonografi

Alat ini mempergunakan gelombang udara dengan frekwensi tinggi yang dimasukkan ke dalam payudara dan pantulannya yang membuat gambar struktur jaringan payudara akan direkam pada kaset atau film. Cara ini dapat membedakan kelainan yang padat atau kelainan kista (rongga berisikan cairan).

4. Pertanda Tumor

Test ini merupakan kemajuan pada bidang biokimia dan imunologi, namun untuk kanker payudara belum sampai mendapatkan hasil 100%.

5. Biopsi

Tindakan mengambil sedikit jaringan atau sel-sel dari benjolan di payudara dapat dilakukan dengan menggunakan jarum suntik kecil (Biopsi jarum halus) atau tindakan pengambilan jaringan yang lebih besar melalui operasi kecil, yang harus dilakukan di rumah sakit dengan pembiusan setempat atau pembiusan total. Jaringan kemudian dikirim ke ahli patologi anatomi untuk diperiksa dibawah mikroskop. Tindakan ini merupakan pemeriksaan yang paling akurat untuk menegakkan diagnosa.

2.1.6 Jenis-Jenis Kanker Payudara

Terdapat beberapa jenis kanker payudara:

1. Karsinoma in situ

Karsinoma in situ adalah kanker yang berada pada tempatnya, merupakan kanker dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari tempat asalnya.

2. Karsinoma Ductal

Karsinoma ductal berasal dari sel-sel yang melapisi saluran yang menuju areola. Sekitar 90% dari kanker payudara adalah karsinoma ductal. Kanker ini bisa terjadi sebelum atau sesudah masa menopause. Kadang kanker ini dapat diraba dan pada pemeriksaan mammogram, kanker ini tampak sebagai bintik-bintik kecil dari endapan kalsium (mikrokalsifikasi). Kanker ini biasanya terbatas pada daerah tertentu di payudara dan bisa diangkat keseluruhan melalui pembedahan. Sekitar 25-35 % penderita karsinoma ductal akan menderita kanker invasiv (biasanya pada payudara yang sama).

3. Karsinoma Lobuler

Karsinoma lobuler mulai tumbuh didalam kelenjar susu, biasanya terjadi setelah masa menopause, Kanker ini tidak dapat diraba dan tidak terlihat pada mammogram, tetapi biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada mammografi yang dilakukan untuk keperluan lain. Sekitar 25-30% penderita karsinoma lobuler pada akhirnya akan menderita kanker invasif (pada payudara yang sama atau payudara lainnya atau pada kedua payudara.

4. Karsinoma Invasif

Kanker invasif adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan lainnya, bisa terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun metastatik (menyebar ke jaringan lainnya). Sekitar 80% kanker payudara invasif adalah kanker duktal dan 10% adalah kanker lobuler.

5. Karsinoma Meduler

Kanker ini berasal dari kelenjar susu

6. Karsinoma Tubuler

Kanker ini berasal dari kelenjar susu.

Gambar2.4 : Kelenjar mammae(medicastore.com, 2004)

2.1.7 Pencegahan

Banyak faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan. Beberapa ahli diet dan ahli kanker percaya bahwa perubahan diet dan gaya hidup secara umum bisa mengurangi angka kejadian kanker payudara. Disarankan untuk melakukan diagnosa dini karena kanker payudara lebih mudah diobati dan bisa disembuhkan jika masih pada stadium dini.

SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) dapat dilakukan sebagai prosedur penyaringan untuk mendeteksi kanker payudara secara dini. Cara pemeriksaan SADARI adalah sebagai berikut :

1. Berdiri di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara. Biasanya kedua payudara tidak sama, puttingnya juga tidak terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau putting susu tertarik kedalam. Bila terdapat kelainan itu atau keluar caian atau darah dari putting susu perlu pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit.

2. Letakkan kedua lengan diatas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara.

3. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa lagi.

4. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan sebuah bantal dibawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.

5. Periksa dan rabalah putting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segera lakukan pemeriksaan lebih lanjut. Semakin dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara sempurna.

6. Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak kanan.

2.1.8 Stadium Kanker Payudara

Kanker payudara terdiri dari beberapa stadium yaitu :

1. Stadium 0

Carsinoma in situ

2. Stadium I (stadium dini)

Besarnya tumor tidak lebih dari 2 cm, dan tidak terdapat penyebaran (metastase) pada kelenjar getah bening.

3. Stadium II A

Tumor berukuran 2-5 cm dan belum terjadi metastase pada kelenjar getah bening di ketiak, atau tumor berukuran < 2 cm dan terdapat penyebaran pada kelenjar getah bening.

4. Stadium II B

Tumor berukuran > 5 cm dan belum terjadi penyebaran pada kelenjar getah bening di ketiak, atau tumor berukuran 2-5 cm dan terdapat penyebaran pada < 4 kelenjar ketiak.

5. Stadium III A

Tumor berukuran > 5 cm dan terdapat penyebaran pada kelenjar getah bening di ketiak, atau tumor berukuran 2-5 cm dengan penyebaran 4 atau lebih pada kelenjar getah bening di ketiak.

6. Stadium III B

Tumor telah menembus pada dinding dada atau kulit, dan kemungkinan telah menyebar hingga < 10 kelenjar getah bening di ketiak.

7. Stadium III C

Tumor telah menyebar sampai > 10 kelenjar getah bening di ketiak, 1 atau lebih kelenjar getah bening pada supraklavikula dan infraklavikula.

8. Stadium IV

Penyebaran tumor merata pada seluruh tubuh. (wikipedia.org, 2007)

Gambar 2.5 : Metastase Ca Mammae

2.1.9 Penatalaksanaan

Penatalaksaan kanker payudara dapat dilakukan dengan :

1. Pembedahan

Untuk kanker yang terbatas pada payudara, pengobatannya hampir selalu meliputi pembedahan (yang dilakukan segera setelah diagnosis ditegakkan) untuk mengangkat sebanyak mungkin tumor. Terdapat sejumlah pilihan pembedahan, pilihan utama adalah mastektomi (pengangkatan seluruh payudara) atau pembedahan breast-conserving (hanya mengangkat tumor dan jaringan normal di sekitarnya).

Pembedahan breast-conserving

1. Lumpektomi : pengangkatan tumor dan sejumlah kecil jaringan normal di sekitarnya

2. Eksisi luas atau mastektomi parsial : pengangkatan tumor dan jaringan normal di sekitarnya yang lebih banyak

3. Kuadrantektomi : pengangkatan seperempat bagian payudara.

Pengangkatan tumor dan beberapa jaringan normal di sekitarnya memberikan peluang terbaik untuk mencegah kambuhnya kanker. Keuntungan utama dari pembedahan breast-conserving ditambah terapi penyinaran adalah kosmetik. Biasanya efek samping dari penyinaran tidak menimbulkan nyeri dan berlangsung tidak lama. Kulit tampak merah atau melepuh.

Mastektomi

1. Mastektomi simplek : seluruh jaringan payudara diangkat tetapi otot dibawah payudara dibiarkan utuh dan disisakan kulit yang cukup untuk menutup luka bekas operasi. Rekonstruksi payudara lebih mudah dilakukan jika otot dada dan jaringan lain dibawah payudara dibiarkan utuh. Prosedur ini biasanya digunakan untuk mengobati kanker invasif yang telah menyebar luas ke dalam saluran air susu, karena jika dilakukan pembedahan breast-conserving, kanker sering kambuh.

2. Mastektomi simplek ditambah diseksi kelenjar getah bening atau modifikasi mastektomi radikal : seluruh jaringan payudara diangkat dengan menyisakan otot dan kulit, disertai pengangkatan kelenjar getah bening ketiak.

3. Mastektomi radikal : seluruh payudara, otot dada dan jaringan lainnya diangkat.

2. Terapi Radiasi

Terapi penyinaran yang dilakukan setelah pembedahan, akan sangat mengurangi resiko kambuhnya kanker pada dinding dada atau pada kelenjar getah bening di sekitarnya. Ukuran tumor dan adanya sel-sel tumor di dalam kelenjar getah bening mempengaruhi pemakaian kemoterapi dan obat penghambat hormon. Beberapa ahli percaya bahwa tumor yang garis tengahnya lebih kecil dari 1,3 cm bisa diatasi dengan pembedahan saja. Jika garis tengah tumor lebih besar dari 5 cm, setelah pembedahan biasanya diberikan kemoterapi. Jika garis tengah tumor lebih besar dari 7,6 cm, kemoterapi biasanya diberikan sebelum pembedahan. Penderita karsinoma lobuler in situ bisa tetap berada dalam pengawasan ketat dan tidak menjalani pengobatan atau segera menjalani mastektomi bilateral (pengangkatan kedua payudara). Hanya 25% karsinoma lobuler yang berkembang menjadi kanker invasif sehingga banyak penderita yang memilih untuk tidak menjalani pengobatan. Jika penderita memilih untuk menjalani pengobatan, maka dilakukan mastektomi bilateral karena kanker tidak selalu tumbuh pada payudara yang sama dengan karsinoma lobuler. Jika penderita menginginkan pengobatan selain mastektomi, maka diberikan obat penghambat hormon yaitu tamoxifen. Setelah menjalani mastektomi simplek, kebanyakan penderita karsinoma duktal in situ tidak pernah mengalami kekambuhan. Banyak juga penderita yang menjalani lumpektomi, kadang dikombinasi dengan terapi penyinaran. Kanker payudara inflamatoir adalah kanker yang sangat serius meskipun jarang terjadi. Payudara tampak seperti terinfeksi, teraba hangat, merah dan membengkak. Pengobatannya terdiri dari kemoterapi dan terapi penyinaran.

3. Kemoterapi dan Terapi Hormon

Kemoterapi dan obat penghambat hormon seringkali diberikan segera setelah pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun. Pengobatan ini menunda kembalinya kanker dan memperpanjang angka harapan hidup penderita. Pemberian beberapa jenis kemoterapi lebih efektif dibandingkan dengan kemoterapi tunggal. Tetapi tanpa pembedahan maupun penyinaran, obat-obat tersebut tidak dapat menyembuhkan kanker payudara. Efek samping dari kemoterapi bisa berupa mual, lelah, muntah, luka terbuka di mulut yang menimbulkan nyeri atau kerontokan rambut yang sifatnya sementara. Berat dan lamanya muntah bervariasi, tergantung kepada jenis kemoterapi yang digunakan dan penderita. Selama beberapa bulan, penderita juga menjadi lebih peka terhadap infeksi dan perdarahan. Tetapi pada akhirnya efek samping tersebut akan menghilang. Tamoxifen adalah obat penghambat hormon yang bisa diberikan sebagai terapi lanjutan setelah pembedahan. Tamoxifen secara kimia berhubungan dengan estrogen dan memiliki beberapa efek yang sama dengan terapisulih hormon (misalnya mengurangi resiko terjadinya osteoporosis dan penyakit jantung serta meningkatkan resiko terjadinya kanker rahim). Tetapi tamoxifen tidak mengurangi hot flashes ataupun merubah kekeringan vagina akibat menopause.

4. Imunoterapi

Pengobatan dengan pembedahan, radioterapi, kemoterapi dapat menurunkan ketahanan badan. Oleh sebab itu perlu diberikan imunoterapi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh penderita.

5. Terapi paliatif

Sejauh ini masih belum banyak para ahli kesehatan yang menggunakan terapi paliatif, terapi ini digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dan mempersiapkan penderita apabila penderita tidak dapat disembuhkan untuk meninggal dalam iman dan takwa serta tidak merasakan sakit menjelang ajal. (Witjaksono,M, 2006)

2.1.10 Prognosa

Terdapat beberapa faktor prognosa pada kanker payudara. Tingkat stadium merupakan faktor terpenting dalam menentukan prognosa, dengan beberapa pertimbangan letak kesukaran, status kelenjar getah bening dan apakah ada penyebaran atau tidak. Semakin tinggi stadium saat diagnosis ditegakkan semakin buruk. Tidak adanya penyebaran pada kelenjar getah bening memiliki prognosa lebih baik daripada kelenjar bening yang telah terkena penyebaran sel kanker. Adanya reseptor estrogen dan progesteron pada sel kanker merupakan faktor penting lain yang menentukan prognosa atau bahkan menentukan terapi yang akan diberikan. Reseptor hormon positif pada kanker payudara biasanya mempunyai prognosa lebih baik daripada receptor hormon negatif.

(wikipedia.org, 2007)

Angka kelangsungan hidup 5 tahun pada penderita kanker payudara yang telah menjalani pengobatan yang sesuai mendekati :

- 95% untuk stadium 0

- 88% untuk stadium I

- 66% untuk stadiumII

- 36% untuk stadium III

- 7% untuk stadium IV

(medicastore.com, 2004)

2.2 Dukungan Kelompok

2.2.1 Definisi Kelompok

Kelompok didefinisikan sebagai setiap kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Pola interaksi yang dilakukan dapat terorganisasi secara rapi dan berkesinambungan, dapat pula tidak. Dengan demikian, tidak semua manusia yang berkumpul secara fisik dapat didefinisikan sebagai kelompok. Kelompok juga bukan sejumlah orang dengan persamaan ciri, dan diistilahkan sebagai kategori (Horton dan Hunt, 1993)

2.2.2 Jenis-jenis Kelompok

Horton dan Hunt (1993) berpendapat bahwa kelompok memiliki beberapa bentuk:

1. Kelompok Sendiri (in-group), yaitu kelompok seorang individu tergabung didalamnya;

2. Kelompok luar (out-group) merupakan kebalikan dari kelompok sendiri, yaitu kelompok yang tidak diikuti oleh individu yang bersangkutan. Kelompok sendiri dan kelompok luar berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku manusia. Kelompok sendiri memberikan perlindungan, dukungan, pertolongan, pengakuan, kesetiaan, dan identitas; sedangkan kelompok luar merupakan mitra bersaing, musuh bersama, atau kadang dianggap tidak ada atau tidak cukup berarti untuk ditanggapi;

3. Kelompok acuan (reference group) merupakan kelompok yang menjadi model pedoman bagi individu dalam membuat penilaian atau tindakan;

4. Kelompok primer merupakan kelompok yang individu-individu didalamnya dapat saling mengenal sebagai pribadi secara akrab melalui hubungan sosial yang bersifat informal, akrab, personal, dan total, mencakup banyak aspek dari pengalaman hidup anggota-anggotanya. Kelompok primer biasanya berukuran kecil, dan sifat hubungan sosialnya cenderung santai. Geng dan keluarga adalah beberapa contoh dari kelompok primer. Anggota-anggota kelompok primer bisa mengungkapkan berbagai harapan, kecerdasan, pengalaman, dan memenuhi harapan akan keakraban persahabatan;

5. Kelompok sekunder merupakan kelompok yang dibangun dan dipelihara berdasarkan azas manfaat, hubungan sosial didalamnya bersifat formal, impersonal, dan segmental. Individu-individu yang menjadi anggota kelompok sekunder saling berhubungan bukan sebagai pribadi, namun sebagai orang yang berfungsi dalam menjalankan perannya. Kualitas pribadi tidak penting, melainkan hanya sebagian saja yang terlibat dalam peran. Satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam kelompok sekunder adalah kecenderungan untuk terbentuknya kelompok primer. Hal ini disebabkan karena individu juga merupakan bagian dari kelompok informal kecil dengan struktur, sistem status dan peran sendiri bagi anggotanya;

6. Paguyuban (gameinschaft). Ferdinand Tonnies mengembangkan istilah ini yang secara umum dapat diterjemahkan sebagai komunitas (community);

7. Patembayan (gesselschaft) juga merupakan konsep yang diperkenalkan oleh Tonnies, artinya secara umum sama dengan masyarakat (society).

2.2.3 Jenis Dukungan Sosial

Menurut House, (1981) dalam Loftus,E,F et all (1995) dukungan sosial terdiri dari:

1. Tangible assistance

Yang termasuk dalam dukungan ini adalah bantuan berupa bantuan langsung atau berupa materi.

2. Dukungan Informasi

Dukungan informasi berupa nasihat, petunjuk-petunjuk ataupun saran diberikan agar seseorang lepas dari stres ataupun kesedihan yang berlarut.

3. Emotional support

Dukungan emosi mungkin akan menjadi dukungan yang paling penting diantara dukungan yang lain, dukungan emosional diberikan oleh keluarga atau teman atau orang terdekat. Dukungan ini mencakup emosi, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan. Dengan dukungan ini seseorang akan menjadi lebih tenang.

4. Dukungan Penghargaan

Dukungan ini terjadi lewat ungkapan hormat/penghargaan positif untuk orang lain itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain.

2.2.4 Kelompok Sebaya (peer group)

Peer group support adalah dukungan yang diberikan oleh pasien kepada pasien yang lain, suatu dukungan yang diberikan oleh seseorang yang telah mengalami kesulitan emosional kepada seseorang yang mengalami kesulitan yang sama dengan mendengarkan keluhan dan berbagi pengalaman yang telah mereka alami (wikipedia.org, 2007). Fungsi mereka adalah memberikan bimbingan dan mengatasi masalah kehidupan yang mengganggu yang terkait dengan diagnosa dan pengobatan. Kelompok pendukung ini berfungsi sebagai kelompok pengobatan sejawat (peer therapy group/peer grou support) (Goodman, 1999 dikutip oleh Nurachmah,1999). Pada referensi yang lain menyebutkan bahwa peer group support adalah sekelompok orang yang terdiri tidak lebih dari 8 orang yang datang dengan berbagai permasalahan, bertemu secara reguler pada waktu yang telah disetujui, dengan saling mendegarkan satu sama lain dan berbagi kesulitan serta mencari solusi bersama-sama. Sebagai konsekwensi, angota dapat merasakan dukungan satu sama lain dan akan mencoba mengungkapkan setiap permasalahan yang ada untuk diselesaikan secara bersama (dadalos.org, 2007).

2.2.5 Jenis peer group support

Peer group support terdiri dari beberapa jenis yaitu :

1. Peer Listening

Ini adalah jenis dukungan kelompok yang biasa digunakan di kalangan sekolah. Kelompok sebagai pendengar yang aktif. Biasanya kelompok meluangkan waktu saat istirahat atau saat makan siang.

2. Peer Counseling

Model ini tidak banyak digunakan oleh kelompok. Kelompok berperan sebagai konselor. Beberapa pendapat memepercayai bahwa model ini tidak cocok untuk remaja mengingat remaja sering melakukan kesalahan dan memberi nasihat yang berbahaya.

3. Peer Mediation

Model ini digunakan karena banyak terjadi kemarahan yang menyebabkan adanya korban dan tindak kekerasan yang dilakukan bersama-sama, maka diperlukan seorang perantara diantara mereka sebagai penengah.

4. Peer Support in Mental Health

Pada model ini diperlukan bantuan dari sebuah organisasi sosial yang bertujuan untuk mempertinggi kesehatan mental para anggota, misalnya : agar anggota dapat menolong diri sendiri apabila berada dalam kesulitan, dan dapat menentukan apa yang terbaik untuk dirinya sendiri.

(wikipedia.org, 2007)

2.2.6 Kegiatan Peer Group support

Langkah-langkah yang dilakukan oleh peer group support adalah :

1. Cheking in

Aktivitas ini dilakukan oleh anggota untuk menyatakan bahwa dirinya akan mengikuti kelompok ini, pada sesi ini anggota berhak mengeluarkan pendapat mengenai model peer group support yang akan diterapkan.

2. Presentasi Masalah

Pada sesi ini anggota akan mengutarakan masalah yang dialami, pada sesi ini masalah yang disampaikan olah anggota dapat dijadikan bahan sebagai materi pertemuan.

3. Klarifikasi Masalah

Masalah yang telah disampaikan oleh anggota pada sesi sebelumnya dibahas bersama-sama untuk dicari jalan keluarnya, pada sesi ini anggota mengeluarkan pertanyaan terbuka tentang apa yang dibutuhkan dan bagaimana perasaan saat ini.

4. Berbagi Usulan

Anggota lain yang memiliki masalah yang sama dan telah dapat menyelesaikannya berbagi pegalaman serupa dan cara penyelesaian yang baik.

5. Perencanaan Tindakan

Pada sesi ini anggota merencanakan suatu strategi tindakan yang akan dilakukan untuk membantu anggota kelompok.

6. Cheking out

Kelompok melakukan peninjauan ulang atas apa yang telah dibahas dan kelompok menentukan tema yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.(dadalos.org, 2007).

2.2.7 Fungsi Suportif Dukungan Kelompok Sebaya

Kebutuhan afiliasi adalah kebutuhan untuk mengadakan kontak berinteraksi, dan berhubungan dengan individu lainnya. Menurut Robert Weiss (1974, dalam Peplau, et all, 1992), individu yang bergabung dengan suatu kelompok berkesempatan untuk mendapatkan hal-hal penting sebagai berikut:

1. Kasih sayang. Kasih sayang merupakan rasa aman yang diberikan oleh hubungan yang sangat erat;

2. Interaksi sosial. Hubungan sosial dalam kelompok memberikan kesempatan bagi individu untuk menikmati berbagai kebersamaan sosial seperti makan bersama, jalan-jalan, pesta, dan kegiatan luar rumah. Kebersamaan dalam berbagai kegiatan, minat, dan sikap sering diberikan oleh hubungan dalam kelompok. Inilah yang sering berkembang menjadi rasa persahabatan serta rasa memiliki dan dimiliki oleh kelompok (sense of belongingness);

3. Harga diri. Dalam kehidupannya, individu menjumpai ancaman-ancaman terhadap harga dirinya, misalnya keraguan terhadap kemampuannya, daya tarik fisiknya, atau prestasi kerjanya. Kelompok bisa berfungsi sebagai media katarsis, tempat anggota kelompok dapat menyediakan dirinya sebagai pendengar yang baik. Pengungkapan masalah ini seringkali disertai dengan pengungkapan aspek individu, sehingga dengan demikian individu diasumsikan tentu akan memilih orang yang benar-benar dianggap dekat, misalnya pasangan sah, anggota keluarga, atau sahabat. Peningkatan harga diri dengan dukungan kelompok ini belum bisa dipahami sepenuhnya oleh para ahli, namun diyakini bahwa dengan kesediaan mendengarkan, kelompok memberikan dukungan psikologis kepada anggota-anggotanya sebagai orang yang berkemampuan dan layak untuk dihargai;

4. Rasa persatuan yang dapat diandalkan. Anggota kelompok paham bahwa ia bersama dengan orang-orang yang dapat diandalkan bentuannya pada saat ia membutuhkannya. Keandalan ini meliputi dukungan sumber daya material, berupa barang, uang, atau jasa, baik diberikan secara cuma-cuma, dengan imbalan, atau berupa pinjaman;

5. Bimbingan. Tidak semua masalah bisa dipecahkan sendiri oleh individu. Begitu individu menyadari keterbatasan kemampuannya, maka ia cenderung untuk berusaha mencari informasi mengenai karakteristik pemecahannya dan solusi yang tersedia baginya. Dukungan ini diberikan oleh anggota kelompok yang dianggap lebih kompeten atau ahli dalam memberi bantuan yang diharapkan oleh anggota kelompok;

6. Kesempatan untuk mengasuh. Adakalanya ketika kelompok memberikan dukungannya pada individu bukan dengan memberi, melainkan meminta. Ketika individu diberi kesempatan untuk membantu anggota kelompoknya yang lain, hal ini dapat memberikan perasaan dibutuhkan dan penting bagi individu.

2.3 Stres

2.3.1 Definisi Stres

Menurut Brunner&Suddarth (1996) stres adalah keadaan yang dihasilkan oleh perubahan lingkungan yang diterima sebagai suatu hal yang menantang, mengancam atau merusak terhadap keseimbangan atau ekuilibrium dinamis seseorang. Ada ketidakseimbangan nyata atau semu pada kemampuan seseorang dalam memenuhi permintaan situasi yang baru. Faktor-faktor yang menyebabkan penderita mengalami stres dapat berasal dari suatu hal atau peristiwa yang dialami individu dalam lingkungan internal atau eksternal yang harus ditangani stres dapat menyebabkan konsekuensi fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual (perry-potter, 1997). Efek yang ditimbulkan oleh adanya stres bercampur, sehingga stres mempengaruhi keseluruhan aspek pada individu.

2.3.2 Tahapan-tahapan stres

Selye (1983) dalam Nursalam dan Kurniawati, N,D (2007) mengatakan bahwa stres dibagi dalam beberapa tahap, yaitu:

1. Tahap Peringatan (Alarm Stage)

Tahap ini merupakan tahap reaksi awal tubuh dalam menghadapi berbagai stressor. Reaksi ini mirip dengan fight or flight response (menghadapi atau lari dari stres). Tubuh tidak dapat bertahan pada tahapan ini dalam jangka waktu lama.

2. Tahap Adaptasi atau Eustres (Adaptation Stage)

Tahap ini merupakan tahap dimana tubuh mulai beradaptasi dengan adanya stres dan berusaha mengatasi serta membatasi stressor. Ketidakmampuan beradaptasi mengakibatkan tubuh menjadi lebih rentan terhadap penyakit (disebut penyakit adaptasi).

3. Tahap Kelelahan atau Distres (Exhaustion Stage)

Tahap ini merupakan tahap dimana adaptasi tidak bisa dipertahankan karena stress yang berulang atau berkepanjangan sehingga berdampak pada seluruh tubuh.

2.3.3 Stres dan Sistem Imun

Hubungan stes dan respon imun merupakan subjek penelitian baru yang disebut behavioral imunology, psikoimunologi dan neuroimunomodulasi. Penelitian hewan menunjukkan bahwa stres psikologis yang ekstrim dapat mengakibatkan dampak yang berat pada kemampuan imunologis. Penelitian pada manusia belum dapat disimpulkan, namun para peneliti percaya bahwa pikiran mempengaruhi respon imun dengan akibat yan membahayakan penderita (Kiecolt-Glaser & Glaser, 1992 dalam Brunner & Suddarth, 2002)

2.3.4 Stres Hipothalamic Pituitary Adrenal-Axis

Berdasarkan pada konsep psikoneuroimunologi, melalui poros hipothalamic Pituitary Adrenal, bahwa stres psikologis akan berpengaruh pada hypothalamus, kemudian hypothalamus akan mengekspresikan ACTH (adrenal cortico tropic hormon) yang akhirnya dapat mempengaruhi kelenjar adrenal, dimana kelenjar ini akan menghasilkan kortisol. Apabila stres yang dialami pasien sangat tinggi, maka kelenjar adrenal akan menghasilkan kortisol dalam jumlah banyak sehingga dapat menekan sistem imun (Clancy, 1998 dikutip oleh Nursalam, 2005).

2.4 Koping

2.4.1 Definisi Koping

Koping adalah proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situsi stresfull. Koping tersebut adalah merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik. Secara alamiah baik disadari atau tidak, individu sesungguhnya telah menggunakan strategi koping dalam menghadapi stres. Strategi koping adalah cara yang dilakukan untuk merubah lingkungan atau situasi atau menyelesaikan masalah yang sedang dirasakan atau dihadapi.(Rasmun, 2004)

2.4.2 Macam-macam Koping

Koping terdiri dari dua macam, yaitu : (Rasmun, 2004)

1. Koping psikologis

Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stres psikologis tergantung pada 2 faktor yaitu :

a. Bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap stressor, artinya seberapa berat ancaman yang dirasakan oleh individu tersebut terhadap stressor yang diterimanya.

b. Kefektifan strategi koping yang digunakan oleh individu ; artinya dalam menghadapi stressor, jika strategi yang digunakan efektif maka menghasilkan adaptasi yang baik dan manjadi suatu pola baru dalam kehidupan, tetapi jika sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan fisik maupun psikologis.

2. Koping Psiko-sosial

Koping psikososial adalah reaksi psikososial terhadap adanya stimulus stres yang diterima atau dihadapi oleh klien, menurut Stuart dan Sundeen (1991), mengemukakan bahwa terdapat 2 kategori koping yang biasa dilakukan untuk mengatasi stres dan kecemasan;

a. Reaksi yang berorientasi pada tugas (task oriented reaction) cara ini digunakan untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan konflik dan memenuhi kebutuhan dasar.

b. Reaksi yang berorientasi pada Ego

Reaksi ini sering digunakan oleh individu dalam menghadapi stres, atau kecemasan, jika individu melakukannya dalam waktu sesaat maka akan dapat mengurangi kecemasan, tetapi jika digunakan dalam waktu yang lama akan dapat mengakibatkan gangguan orientasi realita, memburuknya hubungan interpersonal dan menurunnya produkivitas kerja. Koping ini bekerja tidak sadar sehingga penyelesaiannya sering sulit dan tidak realistis.

2.4.3 Metode Koping

Ada dua metode koping yang digunakan oleh individu dalam mengatasi masalah psikologis seperti yang dikemukakan oleh Bell (1997) dikutip oleh Rasmun (2004), dua metode tersebut antara lain adalah :

a. Metode koping jangka panjang

Cara ini adalah konstruktif dan merupakan cara efektif dan realistis dalam menangani masalah psikologis untuk kurun waktu yang lama.

b. Metode koping jangka pendek

Cara ini digunakan untuk mengurangi stres/ketegangan psikologis dan cukup efektif untuk waktu sementara, tetapi tidak efektif jika digunakan dalam jangka panjang, misal : menggunakan alkohol atau obat-obatan, melamun, fantasi,dll)

2.4.4 Koping terhadap Penyakit

Jalowiec (1993) dalam Brunner & Suddarth (2002) menyebutkan lima cara penting dalam menghadapi penyakit adalah:

1. mencoba merasa optimis mengenai masa depan

2. menggunakan dukungan sosial

3. menggunakan sumber spiritual

4. mencoba untuk tetap mengontrol situasi maupun perasaan

5. mencoba menerima kenyataan yang ada.

Pada penelitian yang telah dilakukan, baik pasien maupun keluarga menggunakan kombinasi antara koping yang berfokus pada emosi maupun berfokus pada masalah dalam menghadapi stresor yang berhubungan dengan penyakit. Koping dengan cara lain dapat berupa pencarian informasi, menyusun ulang prioritas kebutuhan dan peran, menurunkan tingkat harapan, melakukan kompromi, membandingkan dengan orang lain, perencanaan aktivitas untuk menghemat energi, melakukan satu persatu, memahami tubuhnya, dan memahami tubuhnya, dan melakukan bicara sendiri untuk meningkatkan keberanian diri.

2.5 Respons Psikologis

2.5.1 Tahap-tahap respons psikologis

Kubler Ross (1974) dalam Nursalam dan Kurniawati, N,D (2007) menguraikan lima tahap reaksi emosi seseorang terhadap penyakit, yaitu:

1. Denial (penolakan)

Tahap ini biasa disebut the initial stage, yaitu tahap permulaan. Pada tahap ini seseorang tidak dapat menerima apa yang terjadi pada dirinya. Apabila dia ditinggal seseorang maka dia akan berusaha seakan-akan hal tersebut tidak pernah terjadi, apabila dia divonis menderita suatu penyakit, maka dia akan berkata bahwa dokter pasti salah dalam menetapan diagnosa.

2. Anger (marah)

Pada tahap ini seseorang akan menyalahkan orang lain atau bahkan Tuhan atas kejadian yang menimpanya. Kata-kata yang biasa digunakan pada tahap ini adalah kenapa harus aku yang mengalami ini semua.

3. Bargaining (tawar-menawar)

Pada tahap ini seseorang mulai bisa menerima keadaannya dengan cara tawar menawar dan banyak berjanji khususnya pada Tuhan, misalnya, seandainya ia sembuh nanti ia akan berbuat baik.

4. Depresi

Respon depresi ditunjukkan dengan sikap pendiam, menarik diri, sedih, suasana hati muram, sering melamun dan perasaan tidak berdaya, perubahan pada nafsu makan dan/atau pola tidur merupakan ciri yang sering timbul.

5. Acceptance (penerimaan)

Pada tahap ini seseorang cenderung pasrah dan menerima, ia akan menyerahkan sepenuhnya peawatan penyakitya kepada perawat dan dokter yang menanganinya.

2.5.2 Peran Perawat dalam Respons Psikologis Penderita Kanker Payudara

Dukungan yang berasal dari kelompok sesama penderita kanker payudara pasti akan sangat bermanfaat bagi penderita satu sama lain. Dengan adanya dukungan tersebut, perlahan lahan penderita akan dapat menerima kenyataan bahwa dirinya saat ini sedang menderita kanker payudara, namun demikian kanker payudara bukanlah akhir dari segalanya, dengan dapat menerima keadaan saat ini maka system imunitas penderita akan meningkat, mereka akan dapat melawan sel kanker tersebut dan akan mendapatkan kualitas hidu maksimal apabila mereka mau mematuhi apa yang telah dianjurkan oleh perawat dan dokter. Peran perawat dalam hal ini adalah mengarahkan terciptanya dukungan sosial yang berasal dari kelompok sesama penderita kanker payudara. Perawat memberikan penjelasan tentang pentingnya dukungan sosial, perawat juga menjelaskan manfaat yang akan mereka dapatkan dari dukungan kelompok tersebut. Dalam hal ini perawat berperan sebagai educator dan fasilitator.

2.5.3 Respons Psikologis dari Penderita Kanker Payudara

Respons psikologis terhadap penyakit yang parah dan mengancam kehidupan seseorang tergantung pada faktor di tiga area utama. Faktor ini meliputi faktor medis (gejala-gejala, perjalanan penyakit secara klinis dan komplikasi yang mungkin timbul karenanya);faktor psikologis (kepribadian dan kemampuan mengatasi masalah, dukungan interpersonal) dan faktor sosiokultural (stigma social yang melekat pada penyakit ini maupun adanya kelompok sesame penderita penyakit ini). Seringnya perasaan depresi dan perasaan stres akan membuat kondisi pederita kanker payudara semakin buruk karena sistem imun yang semakin turun. Dengan banyaknya penelitian yang menyebutkan hubungan antara stres dan sistem imun, maka manajemen stres bagi penderita kanker payudara perlu diperhatikan. Dengan adanya pemberitaan yang menyebutkan tentang penurunan angka kematian pada penderita kanker payudara di dunia merupakan suatu harapan bagi penderita dan akan berpengaruh positif terhadap penyebaran penyakit.

Mendengar diagnosa kanker merupakan bencana besar bagi setiap manusia, karena hingga saat ini belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan kanker, selain itu penyakit ini mempunyai prognosis yang buruk terutama bagi penderita yang di diagnosis pada saat stadium kanker telah lanjut. Diagnosa kanker ditegakkan setelah menjalani beberapa proses pemeriksaan, atara lain pegambilan jaringan (biopsy). Tidak jarang kanker akan menyebar sampai kelenjar getah bening. Penderita kanker payudara yang telah menyebar akan sangat merasa kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Hal ini akan menyebabkan penderita putus asa dan akan menimbukan beban pada diri penderita. Penderita akan merasa tidak berguna dan semakin depresi.

Penderita kanker payudara sangat merasa shock dan takut akan penyakitnya. Tidak jarang penderita merasa besalah atas penyakit yang diterimanya dan beranggapan ini adalah hukuman yang telah diberikan Tuhan atas kesalahan-kesalahan yang mungkin telah diperbuatnya. Dukungan dari keluarga, teman, orang terdekat atau sesama penderita sangat dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi penderita dan meningkatkan respons psikologis ke dalam tahap penerimaan diri.

2.5.4 Masalah Psikologis Penderita Kanker Payudara

Menurut Canadian Cancer Society(2007) masalah psikologis yang sering terjadi pada penderita kanker payudara adalah :

1. Shock

Hal ini mungkin adalah reaksi emosi pertama kali setelah penderita menerima diagnosis kanker,pendeita mungkin akan beranggapan bahwa diagosa tersebut salah, terutama bagi penderita yang tidak pernah merasakan sakit.

2. Khawatir, takut dan cemas

Ini adalah perasaan yang banyak menyerang pikiran penderita. Penderita khawatir akan banyak hal, misalnya: takut akan nyeri kanker yang akan dialaminya, perubahan yang akan dialaminya saat atau setelah menjalani pengobatan, takut akan biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan, kehilangan pekerjaan atau bahkan ketakutan akan kematian.

3. Rasa Bersalah

Penderita kanker akan menyalahkan diri sendiri karena telah membebani oaring-orang yang mereka sayangi.

4. Merasa sendiri (kesepian)

Kanker akan membuat seseorang merasa jauh dari orang lain, mereka akan kesulitan melakukan kegiatan/interaksi social meskipun mereka telah mencoba untuk menikmatinya. Terkadang, penderita kanker merasa tidak seorangpun yang megerti apa yang ingin dilakukannya.

5. Sedih dan tidak mempunyai harapan lagi

Seseorang dengan kenker sangat mungin merasa bersedih karena telah kehilangan kesehatannya, atau kehilangan kesempatan untuk melakukan apa yang ingin mereka lakukan. Kesedihan mungkin akan datang dan pergi, atau mungkin akan ada dalam waktu yang lama. Hal itu akan membuat penderita tidak mempunyai harapan karena masa depan yang tidak pasti.

6. Marah

Kemarahan terkadang datang dari pikiran yang sangat diperlihatkan, sebagai bentuk dari ketakutan, kecemasan, frustasi atau tidak adanya pertolongan. Penderita kanker tidak dapat menumpahkan kemarahannya pada sel kanker yang ada pada tubuhnya, maka dari itu kemarahan biasanya ditujukan pada keluarga, teman, atau petugas kesehatan atau siapapun yang ada disekitarnya.

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

(Pt Ca MammaeStres Peer group support:cheking inpresentasi masalahklarifikasi masalahberbagi usulanperencanaan tidakancheking outRespon psikologisdenialangerbargainingdepresiacceptanceKorteks serebriHPA axisHypothalamusHipofise(menekan ACTH)Korteks adrenal(kortisol )Stres Sistem imun )

Gambar 3.1 kerangka konseptual pengaruh peer group support terhadap respon psikologis Pt Ca Mammae

Keterangan :

= diteliti

= tidak diteliti

Keterangan :

Penderita dengan kanker payudara yang pertama kali mendapati dirinya terkena penyakit menakutkan ini akan mengalami stres. Respon stres yang normal terlihat saat diagnosa diberitahukan kepada pasien, dengan ciri-ciri pasien merasa tidak yakin, merasa kaku, dan penyangkalan serta diikuti dengan kemarahan dan kekacauan akut dan gejala kecemasan yang tinggi dan depresi (john G. Bruhn, 1994, Mariana, 2005). Dukungan kelompok sesama penderita kanker payudara dapat membantu penderita untuk menerima kondisinya saat ini. Dukungan tersebut berupa, saling membicarakan perasaan dan masalah masing-masing yang berhubungan dengan peyakitnya, menyelesaikan masalah secara bersama-sama, dan merencanakan langkah selanjutya agar mereka tidak selamanya berkubang dalam kesedihan.

Respon psikologis yag ditunjukkan pasien kanker payudara akan tampak pada denial (penolakan), Anger (marah), bargaining (tawar menawar), depresi, dan acceptance (menerima). Kubler Ross (1991) menjelaskan respon penolakan merupakan tahapan yang memberikan waktu pada pasien untuk memproses informasi dan mengaktifkan pertahanannya, respon marah bereaksi terhadap masalah yang tidak terselesaikan, harapan yang tidak terpenuhi, respon tawar menawar mencoba menunda hal-hal yang tidak terelakkan. Menurut Jacinta R.Rini (2002) yang dikutip oleh Mariana (2005) pasien yang menunjukkan respon depresi akan mempunyai pemikiran yang cenderung negatif dalam memandang dan merespon segala sesuatunya, termasuk menilai diri sendiri. Pada respon menerima pasien akan berusaha menyesuaikan diri terhadap penyakitnya.

Peer group support dapat merubah respons psikologis maladaptif pasien kanker payudara, Hal itu akan mempengaruhi HPA axis. Dimana hypothalamus akan mempengaruhi hipofisis untuk menekan ACTH yang akhirnya dapat nya mempengaruhi kelenjar adrenal untuk mengurangi produksi kortisol. Apabila kortisol menurun maka sistem imun akan meningkat dan dapat mempercepat penyembuhan.

3.2 Hipotesis Penelitian

peer group support dapat mengatasi respons psikologis maladaptif menjadi respons psikologis adaptif pada pasien Ca Mammae

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pra eksperimen dengan menggunakan rancangan pra-pasca test dalam satu kelompok (one-group pra-test-post-test design) yaitu penelitian yang mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi lagi setelah intervensi.

Subjek

Pra

Perlakuan

Pasca-tes

S

O

Time 1

I

Time 2

O

Time 3

Keterangan

S = Sampel (Penderita kanker payudara)

O = Observasi respons psikologi sebelum intervensi

I = Intervensi (peer group support)

O = Observasi respons psikologi setelah intervensi

4.2 Kerangka Operasional

Kerangka operasional merupakan penjelasan konsep teori dan bagian-bagian tertentu dari teori itu sendiri yang akan diteliti. (Burns & Grove, 1999). Kerangka operasional adalah bagan kerja rancangan kegiatan penelitian yang akan dilakukan.(Aziz, 2003). Kerangka operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(Populasi(15 orang)SampelSampel yang memiliki kriteria inklusi(10 orang)Pengumpulan dataAnalisa dataUji komparasi wilcoxon sign ranx test dengan = 0,01Penyajian hasil penelitianPurposive samplingKesimpulanPre intervensiProses Pelaksanaan peer group supportPost intervensi)

4.3 Populasi, Sampel dan Sampling

4.3.1 Populasi

Populasi adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003). Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua pasien kanker payudara yang yang berada di ruang bedah A dan bedah H RSU DR.Soetomo Surabaya

4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2003). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari pasien kanker payudara di ruang bedah A dan bedah H RSU DR.Soetomo Surabaya yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteri inklusi yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Pasien kanker payudara di RSU DR.Soetomo Surabaya.

2. Usia pasien 35-60 Tahun

3. Jenis kelamin perempuan

4. Diagnosa baru ditegakkan

5. Pasien belum dapat menerima kenyataan bahwa dirinya mengidap kanker payudara

6. Bersedia menjadi sampel penelitian dan menandatangani surat perjanjian.

kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :

1. Usia pasien 60 tahun

2. Jenis kelamin laki-laki

3. Pasien telah dapat menerima kenyataan bahwa dirinya mengidap kanker payudara.

4. Pasien tidak bersedia menjadi sampel penelitian.

4.3. Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sample, agar memperoleh sample yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling yaitu penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2003).

4.4 Identifikasi Variabel

4.4.1 Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel tergantung adalah variebel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel respon akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel-variabel lain. Dalam ilmu tingkah laku, variabel tergantung adalah aspek tingkah laku yang diamati dari suatu organisme yang dikenai stimulus.(Nursalam, 2003). Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah respons psikologis.

4.4.2 Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan varibel lain. Suatu kegiatan stimulus ynag dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu dampak pada variabel dependen. Variabel bebas biasanya dimanipulasi, diamati dan diukur untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain. Dalam ilmu keperawatan, variabel bebas biasanya merupakan stimulus atau intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien untuk mempengaruhi tingkah laku pasien. (Nursalam, 2003). Variabel independen dalam penelitian ini adalah peer group support.

4.5 Definisi Operasional

Variabel

Def.operasional

Indikator

Alat ukur

(instrument)

Skala data

skor

Variabel Independen

Peer group support

dukungan yang diberikan oleh pasien kepada pasien yang lain, suatu dukungan yang diberikan oleh seseorang yang telah mengalami kesulitan emosional kepada seseorang yang mengalami kesulitan yang sama dengan mendengarkan keluhan dan berbagi pengalaman yang telah mereka alami

Cemas (-)

Interaksi sosial (+)

Variabel Dependen

Respons psikologis

Kemampuan individu dalam penyesuaian diri secara psikologis dari stressor

1. Denial

2. Anger

3. bargaining

4. Depression

5. Acceptance

Kuesioner dan observasi

Ordinal

Skor max. masing-masing 20

Dengan perincian nilai

Selalu = 4

Sering = 3

Kadang = 2

Tidak pernah = 1

4.6 Pengumpulan dan Pengolahan Data

4.6.1 Instrumen

Instrumen adalah alat ukur yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data dari responden. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner dengan menggunakan tahapan respon psikologis Elisabeth Kubler Ross.

4.6.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di ruang bedah A dan bedah H RSU DR.Soetomo Surabaya. Waktu penelitian kurang lebih satu bulan dimulai pada bulan Juni 2007 sampai bulan Juli 2007.

4.6.3 Prosedur Pengumpulan Data

Peneliti melakukan pendekatan interpersonal kepada para penderita Ca Mammae di ruang bedah H dan bedah A RSU DR.Soetomo Surabaya agar bersedia menjadi responden pada penelitian ini, responden diinstruksikan untuk berkumpul dalam suatu ruangan. Setelah mereka berkumpul, peneliti menjelaskan maksud dari kegiatan tersebut. Kemudian para responden diberikan informed consent, setelah diberikan informed consent, para responden diberikan kuesioner untuk mengetahui respons psikologis penderita saat itu, kemudian para responden dikumpulkan tiga kali dalam satu minggu selama satu bulan. Pada pertemuan pertama, setiap responden diharapkan dapat mengungkapkan perasaan dan masalah yang dialami, masalah tersebut akan ditulis oleh peneliti dan akan dijadikan sebagai tema pada setiap pertemuan. Kegiatan yang akan dilakukan setiap pertemuan adalah mengungkapkan perasaan atau masalah, menyelesaikan masalah bersama-sama, berbagi pengalaman, dan merencanakan kegiatan, kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang dilakukan pada pertemuan yang akan datang. Setelah satu bulan, responden diberikan kuesioner untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh peer group support terhadap perubahan respons psikologis dari maladaptif menuju respons psikologis adaptif pada penderita Ca Mammae. Data hasil penilaian kemudian dicatat ke dalam lembar pengumpulan data. Data yang telah terkumpul dilakukan klasifikasi dan ditabulasikan pada tabel data untuk kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk tabel.

4.7 Etika Penelitian

Responden menandatangani informed consent untuk mengikuti penelitian tetapi sebelumnya diberikan penjelasan tentang prosedur yang harus dilakukan. Hal yang perlu ditekankan pada penelitian ini berkaitan dengan etika penelitian, yaitu :

1. Lembar persetujuan menjadi repsonden (informed concent). Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan menjadi subyek penelitian. Tujuannya adalah responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak responden untuk menolak.

2. Anonymity (tanpa nama)

Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden dengan tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi nomer kode tertentu.

3. Confidentiality

Kerahasiaan informasi yang diberikan responden dijamin oleh peneliti.

4.8 Keterbatasan

Keterbatasan yang dihadapi peneliti dalam penelitian ini antara lain :

1. Pengumpulan data dengan kuesioner memiliki kekurangan akibat pengaruh subyektifitas dari sikap dan harapan responden.

2. Kemungkinan responden tidak dapat mengisi kuesioner karena kondisi kesehatannya yang kurang baik.

3. Kemungkinan waktu responden dirawat tidak sampai satu bulan.

4. Pengetahuan peneliti tentang materi penelitian masih kurang.

Daftar Pustaka

Anonim, (2007),Kanker Payudara, www.medicastore.com

Anonim, (2007), Breast Cancer, www.breastcancer.health.wa.gov.au

Anonim, (2007), Breast Cancer Immages, www.breasthealthfocus.com,

Anonim, (2007). Breast Cancer. http://en.wikipedia.org/wiki/Breast_cancer. Anonim, (2007), Mammogram, www. anatomy.med.umich.edu,

Anonim, (2005), Peer Group Support, www.coe.int,

Anonym, (2007), Self Acceptance is Important for Self Esteem and Well Being, http://www.about-personal-growth.com/self-acceptance.html,

Anonym, (2007), Peer Group, http://en.wikipedia.org/wiki/Peer_group,

Anonym, (2007), Peer Support Group, http://www.dadalos.org/coe/Ostalo/Peer%20Support%20Group.htm,

Aziz, A, Alimul, (2003). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika, hal: 35

50