Proposal Gastritis (Akper Pemkab Indramayu)

download Proposal Gastritis (Akper Pemkab Indramayu)

of 37

description

1BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Gastritis bukanlah suatu penyakit tunggal, namun beberapa kondisikondisi yang berbeda yang semuanya mempunyai peradangan lapisan lambung. .Gastritis dapat disebabkan oleh terlalu banyak minum alkohol, penggunaan obat-obat anti peradangan nonsteroid jangka panjang seperti aspirin atau ibuprofen, atau infeksi bakteri-bakteri seperti Helicobacter pylori (H. pylori). Kadangkala gastritis berkembang setelah operasi utama, luka trauma, luka-luka bakar, atau infek

Transcript of Proposal Gastritis (Akper Pemkab Indramayu)

1

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Gastritis bukanlah suatu penyakit tunggal, namun beberapa kondisikondisi yang berbeda yang semuanya mempunyai peradangan lapisan lambung. .Gastritis dapat disebabkan oleh terlalu banyak minum alkohol, penggunaan obat-obat anti peradangan nonsteroid jangka panjang seperti aspirin atau ibuprofen, atau infeksi bakteri-bakteri seperti Helicobacter pylori (H. pylori). Kadangkala gastritis berkembang setelah operasi utama, luka trauma, luka-luka bakar, atau infeksi-infeksi berat. penyakit-penyakit tertentu, seperti pernicious anemia, kelainan-kelainan autoimun, dan mengalirnya kembali asam yang kronis, dapat juga menyebabkan gastritis

(http://www.wartamedika.com, 2008) Gastritis dikenal di masyarakat dengan istilah sakit maag atau sakit ulu hati, kondisi ini bisa timbul mendadak yang biasanya ditandai dengan rasa mual dan muntah, nyeri, perdarahan, rasa lemah, nafsu makan menurun atau sakit kepala (http://ratulangimc.com, 2008). Dengan kondisi ini tentunya akan mempengaruhi orang dalam melaksanakan aktivitas sehari hari sehingga dampaknya orang menjadi lemah dan tidak produktif. Pemahaman seseorang tentang gastritis sangat diperlukan mengingat hampir semua orang sepanjang hidupnya mengalami hal ini, dengan memahami masalah gastritis maka timbul kesadaran diri dari orang tersebut untuk selalu menjaga hal hal yang dapat menimbulkan gangguan yang 1

2

diakibatkan gastritis. Hal ini didukung pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa ,Terbentuknya suatu perilaku baru terutama pada orang dewasa, dimulai dari domain kognitif, dalam arti si subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau obyek di luarnya. Dengan peningkatan pemahaman ini akan mudah mengambil keputusan, kapan harus ke dokter/ sarana kesehatan dan kapan saat yang tepat untuk mengurangi konsumsi makanan yang dapat mengakibatkan gastritis. Selain itu faktor pengalaman individu (baik pengalaman sendiri maupun pengalaman dari orang lain), umur dan pendidikan sangat berpengaruh dalam penanganan gastritis ini. Menurut Medical Record di Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit Bhayangkara indramayu Tahun 2010, tercatat jumlah penderita gastritis sebagai berikut: Tabel 1.1. Jumlah Pasien Gastritis di Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit Bhayangkara Indramayu Tahun 2010. NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 BULAN Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember JUMLAH PENDERITA GASTRITIS 18 13 28 11 23 18 28 20 13 16 16 16 PERSENTASE 8,18 5,9 12,5 5 10,4 8,18 12,7 9,3 5,9 7,2 7,2 7,2

2

3

TOTAL

220

100 %

Sumber: Data Medrec di Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit Bhayangkara indramayu Tahun 2010 Berdasarkan tabel di atas didapatkan data bahwa angka kejadian Gastritis selama tahun 2010 di Rumah Sakit Bhayangkara Indramayu adalah 220 orang. Walaupun angka trersebut tidak terlalu tinggi namun bila tidak segera ditangani secara komprehensip dan dukungan semua pihak terutama dari klien sendiri akan berdampak pada permasalahan yang lebih besar yaitu kerugian tidak hanya pada keluarga tetapi juga pada klien sendiri. Namun kita semua tahu bahwa penanganan masalah ini tidak mudah, salah satunya terkendala kurangnya pengetahuan klien tentang gastritis. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 15 Januari 2011 kepada 10 orang klien yang mengalami gastritis, 2 klien mengatakan bahwa gastritis adalah penyakit maag karena kesalahan makanan, 5 klien mengatakan gastritis adalah hal yang biasa dan 3 klien mengatakan gastritis adalah nyeri yang sangat hebat disertai mual. Uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul, Gambaran Tingkat Pengetahuan Klien Tentang Gastritis di Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit Bhayangkara Indramayu. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut : Bagaimana gambaran Tingkat Pengetahuan Klien Tentang Gastritis di Ruang Dalam Rumah Sakit Bhayangkara Indramayu? 3

4

C.

Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Peneliti setelah melakukan penelitian dapat mengetahui gambaran tingkat pengetahuan klien tentang Gastritis di Ruang Dalam Rumah Sakit Bhayangkara Indramayu. 2. Tujuan Khusus Peneliti setelah melakukan penelitian dapat mengetahui: a. Gambaran tingkat Pengetahuan klien tentang pengertian gastritis. b. Gambaran tingkat Pengetahuan klien tentang gajala gastritis. c. Gambaran tingkat Pengetahuan klien tentang penyebab gastritis. d. Gambaran tingkat Pengetahuan klien tentang diagnosa gastritis. e. Gambaran tingkat Pengetahuan klien tentang Komplikasi gastritis. f. Gambaran tingkat Pengetahuan klien tentang pengobatan gastritis. g. Gambaran tingkat Pengetahuan klien tentang pencegahan gastritis.

4

5

D.

Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada gambaran pengetahuan klien di ruang dalam Rumah Sakit Bhayangkara Indramayu, meliputi :. 1. Lingkup masalah Pada penelitian ini lingkup permasalahan yang diteliti adalah pengetahuan klien tentang gastritis.

2.

Lingkup metode Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriftif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran suatu keadaan secara objektif mengenai pengetahuan klien tentang gastritis.

3. Lingkup populasi Lingkup populasi dalam penelitian ini adalah klien di ruang dalam Rumah Sakit Bhayangkara Indramayu yang berjumlah 10 orang. 4. Sampel Sampel penelitian ini diambil dari total jumlah klien di ruang Dalam Rumah Sakit Bhayangkara Indramayu yaitu 10 orang. 5. Lokasi Lokasi penelitian ini adalah di Rumah Sakit Bhayangkara Indramayu. 6. Waktu penelitian

5

6

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari 2011.

E. Manfaat penelitian Penelitian tentang gambaran tingkat pengetahuan klien tentang

Gastritis di Ruang Dalam Rumah Sakit Bhayangkara Indramayu diharapkan memiliki manfaat, yaitu :

1.

Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti khususnya dalam menerapkan ilmu yang didapat tentang gastritis dan dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya. 2. Kabupaten Indramayu Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi bagi mahasiswa keperawatan dan bahan pengembangan kurikulum bagi para dosen mengenai Gastritis. 3. Bagi Profesi Perawat Bagi Institusi Akademi Keperawatan Pemerintah

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi dalam pengembangan profesi keperawatan berkaitan dengan asuhan keperawatan mengenai Gastritis. 4. Indramayu. 6 Bagi Institusi Rumah Sakit Bhayangkara

7

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan informasi mengenai gambaran pengetahuan klien tentang Gastritis, dan menjadi pedoman bagi perawat yang ada dalam memberikan asuhan keperawatan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. b. Tingkatan Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003), terdapat enam tingkatan dalam pengetahuan, yaitu : 1) Tahu, diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. 7

8

2)

Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui. 3) Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. 4) Analisa, diartikan suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen. Kemampuan analisa ini penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan atau membuat bagan. 5) Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menghubungkan

bagian-bagian ke dalam bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang telah ada. 6) Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian tersebut berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang ada. c. Kedudukan Pengetahuan dalam Perilaku Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Karena kalau dilihat unsur-unsur yang diperlukan agar manusia bisa berbuat sesuatu adalah sebagai berikut : 1) Pengetahuan / pengertian tentang apa yang akan

dilakukannya 8

9

2)

Keyakinan / Kepercayaan tentang manfaat dan kebenaran

dari apa yang dilakukannya 3) 4) Sarana yang diperlukan untuk melakukannya Dorongan untuk berbuat yang dilandasi oleh kebutuhan

yang dirasakannya. Menurut seorang ahli Psikologi Pendidikan yaitu Benyamin Bloom dalam Notoatmojo (2003) membagi perilaku ke dalam

3 domain yaitu domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor. Terbentuknya suatu perilaku baru terutama pada orang dewasa, dimulai dari domain kognitif, dalam arti si subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau obyek di luarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subyek tersebut, dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap si subyek terhadap obyek yang telah diketahuinya itu. Akhirnya rangsangan yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi, yaitu berupa perilaku sehubungan dengan obyek atau stimulus tadi. Namun dalam kenyataannya stimulus yang diterima oleh subyek dapat langsung menimbulkan perilaku. Artinya, seorang dapat berperilaku baru tanpa terlebih dahulu mengetahui makna dari stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain, perilaku seseorang tidak harus disadari oleh pengetahuan dan sikap. d. Proses Perubahan perilaku

9

10

Sebelum orang berperilaku baru, maka di dalam diri orang tersebut terjadi beberapa proses yang berurutan (Notoatmodjo, 2003), yaitu sebagai berikut : 1) Awareness (kesadaran), dimana orang

tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus 2) stimulus 3) Evaluation, yaitu proses menimbangInterest, dimana orang mulai tertarik kepada

nimbang baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya 4) perilaku baru. 5) Adoption, dimana subyek telah berperilaku Trial, yaitu ketika seseorang telah mencoba

baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers

menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahaptahap tersebut di atas. e. Pengukuran Pengetahuan Untuk melakukan pengukuran pengetahuan terhadap seseorang yaitu dengan menggunakan pertanyaan baik lisan maupun tulisan. Adapun pertanyaan (test) yang dapat dipergunakan untuk pengukuran

10

11

pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu : 1) 2) Pertanyaan subyektif, misalnya pertanyaan essay. Pertanyaan obyektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda choice), benar salah dan pertanyaan menjodohkan.

(multiple

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau Kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek peneliti atau responden (Notoatmodjo, 2003). Penilaian Kuesioner tersebut berdasarkan kriteria : 1) 2) 3) Baik : dengan skor 76 % - 100 %

Cukup : dengan skor 60 % - 75 % Kurang : dengan skor 0 % - 59 %

2. Konsep Gastritis a. Pengertian Gastritis Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan 11

12

bakteri yang

dapat mengakibatkan

borok di lambung

yaitu

Helicobacter pylori. Tetapi factor factor lain seperti trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan gastritis (http://www.indofarma.co.id, 2008) Pada beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan terjadinya borok (ulcer) dan dapat meningkatkan resiko dari kanker lambung. Akan tetapi bagi banyak orang, gastritis bukanlah penyakit yang serius dan dapat segera membaik dengan pengobatan. b. Gejala-gejala Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan gastritis, gejala dan tanda tanda penyakit ini sama antara satu dengan yang lainnya. Gejala-gejala tersebut antara lain :1)

Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang

dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan.

2) 3) 4) 5) 6) 7)

Mual Muntah Kehilangan selera Kembung Terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan Kehilangan berat badan Gastritis yang terjadi tiba tiba (akut) biasanya mempunyai

gejala mual dan sakit pada perut bagian atas, sedangkan gastritis

12

13

kronis yang berkembang secara bertahap biasanya mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan selera. Bagi sebagian orang, gastritis kronis tidak menyebabkan apapun. Kadang, gastritis dapat menyebabkan pendarahan pada lambung, tapi hal ini jarang menjadi parah kecuali bila pada saat yang sama juga terjadi borok pada lambung. Pendarahan pada lambung dapat menyebabkan muntah darah atau terdapat darah pada feces dan memerlukan perawatan segera. Karena gastritis merupakan salah satu dari sekian banyak penyakit pencernaan dengan gejala - gejala yang mirip antara satu dengan yang lainnya, menyebabkan penyakit ini mudah dianggap sebagai penyakit lainnya seperti :1)

Gastroenteritis. Juga disebut sebagai flu perut (stomach

flu), yang biasanya terjadi akibat infeksi virus pada usus. Gejalanya meliputi diare, kram perut dan mual atau muntah, juga ketidaksanggupan untuk mencerna. Gejala dari gastroenteritis sering hilang dalam satu atau dua hari sedangkan untuk gastritis dapat terjadi terus menerus.2)

Heartburn. Rasa sakit seperti terbakar yang terasa di

belakang tulang dada ini biasanya terjadi setelah makan. Hal ini terjadi karena asam lambung naik dan masuk ke dalam esophagus (saluran yang menghubungkan antara tenggorokan dan perut). Heartburn dapat juga menyebabkan rasa asam pada mulut dan

13

14

terasa sensasi makanan yang sebagian sudah dicerna kembali ke mulut.3)

Stomach ulcers. Jika rasa perih dan panas dalam perut

terjadi terus menerus dan parah, maka hal itu kemungkinan disebabkan karena adanya borok dalam lambung. Stomach (peptic) ulcer atau borok lambung adalah luka terbuka yang terjadi dalam lambung. Gejala yang paling umum adalah rasa sakit yang menjadi semakin parah ketika malam hari atau lambung sedang kosong. Gastritis dan stomach ulcers mempunyai beberapa penyebab yang sama, terutama infeksi H. pylori. Penyakit ini dapat mengakibatkan terjadinya gastritis dan begitu juga sebaliknya.4)

Nonulcer dyspepsia. Merupakan kelainan fungsional yang

tidak terkait pada penyakit tertentu. Penyebab pasti keadaan ini tidak diketahui, tetapi stress dan terlalu banyak mengkonsumsi gorengan, makanan pedas atau makanan berlemak diduga dapat mengakibatkan keadaan ini. Gejalanya adalah sakit pada perut atas, kembung dan mual. c. Penyebab Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian kiri atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai panjang berkisar antara 10 inchi dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman sebanyak 1 gallon. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat,

14

15

mirip seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan - lipatan tersebut secara bertahap membuka. Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap melepaskannya ke dalam usus kecil. Ketika makanan masuk ke dalam esophagus, sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara esophagus dan lambung (esophageal sphincter) akan membuka dan membiarkan makanan masuk ke lambung. Setelah masuk ke lambung cincin ini menutup. Dinding lambung terdiri dari lapisanlapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada di lambung, dinding lambung akan mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar - kelenjar yang berada di mukosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung (termasuk enzim - enzim dan asam lambung) untuk lebih menghancurkan makanan tersebut.

Salah

satu

komponen

cairan

lambung

adalah

asam

hidroklorida. Asam ini sangat korosif sehingga paku besi pun dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung dilindungi oleh mukosa mukosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate secara regular sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung) hidroklorida. Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding sehingga terhindar dari sifat korosif asam

15

16

lambung. Beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis antara lain :1)

Infeksi bakteri. Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi

oleh bakteri H. Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi H. pylori sering terjadi pada masa kanak - kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi H. pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan pelindung dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak. Peneliti

menyimpulkan bahwa tingkat asam lambung yang rendah dapat mengakibatkan racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak dapat dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari lambung sehingga meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari kanker lambung. Tapi sebagian besar orang yang terkena infeksi H. pylori kronis tidak mempunyai kanker dan tidak mempunyai gejala

16

17

gastritis, hal ini mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang membuat sebagian orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang lain tidak.2)

Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus.

Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat - obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.3)

Penggunaan alkohol secara berlebihan. Alkohol dapat

mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal.4)

Penggunaan kokain. Kokain dapat merusak lambung dan

menyebabkan pendarahan dan gastritis.5)

Stress fisik. Stress fisik akibat pembedahan besar, luka

trauma, luka bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada lambung.6)

Kelainan autoimmune. Autoimmune atrophic gastritis

terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang

17

18

berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah konsisi serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua.7)

Crohn's

disease.

Walaupun

penyakit

ini

biasanya

menyebabkan peradangan kronis pada dinding saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini, gejalagejala dari Crohn's disease (yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak lebih menyolok daripada gejala-gejala gastritis.8)

Radiasi and kemoterapi. Perawatan terhadap kanker seperti

kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.

18

19

9)

Penyakit bile reflux. Bile (empedu) adalah cairan yang

membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan gastritis.10)

Faktor-faktor lain. Gastritis sering juga dikaitkan dengan

konsisi kesehatan lainnya seperti HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal. d. Diagnosa Bila seorang pasien didiagnosa terkena gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan tambahan untuk mengetahui secara jelas penyebabnya. Pemeriksaan tersebut meliputi :1)

Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa

adanya antibodi H. pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.

19

20

2)

Pemeriksaan pernapasan. Tes ini dapat menentukan

apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. pylori atau tidak.3)

Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H.

pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan pada lambung.4)

Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini

dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada

20

21

resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.5)

Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat

adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di ronsen. e. Komplikasi Jika dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan peptic ulcers dan pendarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung. Kebanyakan kanker lambung adalah adenocarcinomas, yang bermula pada sel-sel kelenjar dalam mukosa. Adenocarcinomas tipe 1 biasanya terjadi akibat infeksi H. pylori. Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat H. pylori adalah MALT (mucosa associated lymphoid tissue) lymphomas, kanker ini berkembang secara perlahan pada jaringan sistem kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini dapat disembuhkan bila ditemukan pada tahap awal. f. Terapi

21

22

Terapi gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan mungkin memerlukan perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau, dalam kasus yang jarang, pembedahan untuk mengobatinya. 1) Terapi terhadap asam lambung

Asam lambung mengiritasi jaringan yang meradang dalam lambung dan menyebabkan sakit dan peradangan yang lebih parah. Itulah sebabnya, bagi sebagian besar tipe gastritis, terapinya melibatkan obat-obat yang mengurangi atau menetralkan asam lambung seperti :a)

Anatsida. Antasida merupakan obat bebas yang dapat

berbentuk cairan atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan cepat.b)

Penghambat asam. Ketika antasida sudah tidak dapat lagi

mengatasi rasa sakit tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi.c)

Penghambat pompa proton. Cara yang lebih efektif untuk

mengurangi asam lambung adalah dengan cara menutup pompa asam dalam sel-sel lambung penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara menutup kerja dari pompa-pompa ini. Yang termasuk obat 22

23

golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga menghambat kerja H. pylori.d)

Cytoprotective agents. Obat-obat golongan ini membantu

untuk melindungi jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS secara teratur (karena suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang juga menghambat aktivitas H. pylori. 2) Terdapat beberapa Terapi terhadap H. pylori regimen dalam mengatasi infeksi

H. pylori. Yang paling sering digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton. Terkadang ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk membunuh bakteri, penghambat pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan efektifitas antibiotik. Terapi terhadap infeksi H. pylori tidak selalu berhasil, kecepatan untuk membunuh H. pylori sangat beragam, bergantung pada regimen yang digunakan. Akan tetapi kombinasi dari tiga obat tampaknya lebih efektif daripada kombinasi dua obat. Terapi dalam jangka waktu yang lama (terapi selama 2 minggu

23

24

dibandingkan dengan 10 hari) juga tampaknya meningkatkan efektifitas. Untuk memastikan H. pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali setelah terapi dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan feces adalah dua jenis pemeriksaan yang sering dipakai untuk memastikan sudah tidak adanya H. pylori. Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang positif selama beberapa bulan atau bahkan lebih walaupun pada kenyataanya bakteri tersebut sudah hilang. g. Pencegahan

Walaupun infeksi H. pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa saran untuk dapat mengurangi resiko terkena gastritis :1)

Makan secara benar. Hindari makanan yang dapat

mengiritasi terutama makanan yang pedas, asam, gorengan atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan dengan santai.2)

Hindari alkohol. Penggunaan alkohol dapat mengiritasi

dan mengikis lapisan mukosa dalam lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan pendarahan.3)

Jangan merokok. Merokok mengganggu kerja lapisan

pelindung lambung, membuat lambung lebih rentan terhadap

24

25

gastritis dan borok. Merokok juga meningkatkan asam lambung, sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama terjadinya kanker lambung. Tetapi, untuk dapat berhenti merokok tidaklah mudah, terutama bagi perokok berat. Konsultasikan dengan dokter mengenai metode yang dapat membantu untuk berhenti merokok.4)

Lakukan olah raga secara teratur. Aerobik dapat

meningkatkan kecepatan pernapasan dan jantung, juga dapat menstimulasi aktifitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih cepat.5)

Kendalikan stress. Stress meningkatkan resiko serangan

jantung dan stroke, menurunkan sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stress juga meningkatkan produksi asam lambung dan melambatkan kecepatan pencernaan. Karena stress bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah mengendalikannya secara effektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.6)

Ganti obat penghilang nyeri. Jika dimungkinkan, hindari

penggunaan AINS, obat-obat golongan ini akan menyebabkan terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang mengandung acetaminophen. http://www.indofarma.co.id

25

26

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

26

27

Klien yang memiliki pengetahuan tentang Gastritis

lebih mudah

menangani masalah yang ditimbulkan akibat gastritis sehingga mampu menolong dirinya sendiri dan mengambil keputusan yang tepat. Banyak yang dapat dilakukan untuk memperoleh pengetahuan tentang gastritis ini diantaranya melalui media cetak dan elektronik, para kader kesehatan serta dari petugas kesehatan pada saat berobat di petugas kesehatan/ sarana kesehatan lainnya. Oleh karena itu untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Penelitian Pengetahuan Klien tentang Gastritis meliputi: Pengertian Gejala Penyebab 27 Diagnosa Komplikasi Pengobatan Pencegahan

-

Baik

28

Klien

Cukup Kurang

Keterangan: : Diteliti : Tidak diteliti

28

29 B.Definisi Operasional Mengingat luasnya permasalahan ini maka penulis membatasinya sebagai berikut : Tabel 2.1. Definisi Operasional

Variabel Pengetahuan klien tentang Gastritis

Definisi Operasional Segala sesuatu yang diketahui Klien tentang Gastritis yang meliputi: - Pengertian - Gejala - Penyebab - Diagnosa - Komplikasi - Pengobatan - Pencegahan

Alat Ukur Kuesioner

Hasil Ukur 1. Baik 76 % - 100 % 2. Cukup 60 % - 75 % 3. Kurang 0 % - 59 % (Arikunto, 2003) Pengetahuan dengan benar Pengetahuan dengan benar Pengetahuan

Kategori Baik, jika mampu menjawab 16 20 item pertanyaan Cukup, jika mampu

Skala Ordinal

menjawab 12 15 item pertanyaan Kurang, jika hanya

mampu menjawab kurang dari 16 item pertanyaan dengan benar

29

30 Variabel Sub Variabel: - Pengertian - Penyebab - Gejala - Diagnosa Penjelasan tentang definisi gastritis Penyebab timbulnya penyakit gastritis Tanda tanda yang ditimbulkan akibat gastritis Penentuan penyakit berdasarkan hasil pemeriksaan Laboratorium - Komplikasi - Pengobatan - Pencegahan Akibar timbulnya penyakit gastritis Pengobatan yang diberikan pada pasien gastritis Hal hal yang harus dilakukan supaya tidak terjadi gastritis Kuesioner Ordinal Kuesioner Kuesioner 3. Kurang 0 % - 59 % (Arikunto, 2003) Kuesioner Kuesioner 2. Cukup 60 % - 75 % Kuesioner Kuesioner Hasil semuanya: 1. Baik 76 % - 100 % Pengetahuan dengan benar Pengetahuan dengan benar Pengetahuan Kurang, jika hanya Ordinal Ordinal mampu menjawab kurang dari 16 item pertanyaan dengan benar Cukup, jika mampu Ordinal menjawab 12 15 item pertanyaan Baik, jika mampu Ordinal Ordinal menjawab 16 20 item pertanyaan Ukur Ordinal Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Kategori Skala

30

31

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dimana peneliti ingin melihat pengetahuan klien tentang gastritis secara obyektif

B. Populasi dan Sample 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh klien gastritis yang dirawat di Ruang Dalam Rumah Sakit Bhayangkara Indramayu. 2. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005) dan mengingat besarnya populasi maka penulis menggunakan Accidental sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia (Notoatmodjo, 2005), dalam hal ini sampel yang digunakan adalah klien gastritis yang kebetulan dirawat di Ruang Dalam Rumah Sakit Bhayangkara Indramayu.

31

32

C.

Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang digunaka sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang sesuatu konsep penelitian tertentu (Notoatmojo, 2005 : 70). Vaiabel Dalam Penelitian ini adalah Pasien di Ruang Dalam Rumah Sakit Bhayangkara Indramayu D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang berisi 25

pertanyaan tertutup dengan jawaban Benar atau Salah tentang Gastritis. E. Tempat Penelitian Dan Waktu Pelelitian Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di Ruang Dalam Rumah Sakit Bhayangkara Indramayu. Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari 2011 selama 2 (dua) minggu. F. Etika Penelitian Dalam melakukan penelitian, peneliti berpendapat perlu adanya

rekomendasi dari institusi terkait atau pihak lain dengan mengajukan permohonan ijin kepada institusi atau lembaga tempat penelitian. Setelah mendapatkan, barulah melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi : 1. Informed consent (lembar persetujuan) Lembar persetujuan ini, diberikan kepada responden yang akan di teliti memenuhi kriteria dan disertai judul penelitian dan

32

33

manfaat penelitian. Bila responden menolak, maka peneliti harus menghormati hak-hak responden. 2. Anomality (tanpa mata) Untuk menjaga kerahasian penelitian,maka dalam

penelitian ini tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode. 3. Confidenttiality (Kerahasian) Kerahasian informasi responden dijamin peneliti. Hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil akhir.

G. Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner yang berisi 25 pertanyaan Benar dan Salah tentang Gastritis kepada responden dalam hal ini klien Gastritis mengerjakan langsung pada kuesioner tersebut yang telah disediakan peneliti. H. Rencana Analisa Data Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan (Arikunto, 2006)

33

34

Pengolahan data dilakukan dengan cara: 1. Editing

Editing adalah menyeleksi data yang telah di dapat dari hasil wawancara dengan klien gastritis untuk mendapatkan data yang akurat. 2. Coding

Coding adalah melakukan pengkodean data agar tidak terjadi kekeliruan dalam melakukan tabulasi data. Coding butir jawaban untuk pengetahuan dengan menggunakan penilaian, yaitu : a) Nilai 1 untuk jawaban yang benar b) Nilai 0 untuk jawaban yang salah 2) Tabulasi data Tabulasi data adalah penyusunan data sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam penjumlahan data dan disajikan dalam bentuk tulisan. 3) Entri Data Entri data adalah memasukan data, dalam penelitian ini dilakukan secara manual. Analisa data dilakukan dengan menggunakan analisa terhadap semua variabel selanjutnya dibuat tabel yang menggambarkan pengetahuan klien tentang gastritis. Dalam analisa ini dibuat tabel frekuensi yang terdiri dari

34

35

2 kolom, yaitu : jumlah frekuensi dan prosentase untuk setiap kategori dengan rumus : (Budiarto, 2002)

F P = ------- X 100 % N Keterangan : P F N : Prosentase : Jumlah jawaban pertanyaan yang benar : Jumlah seluruh item pertanyaan Pengukuran pengetahuan klien tentang Gastritis dengan kuesioner yang berisi 25 pertanyaan tentang Gastritis, kemudian penulis mengadakan penghitungan skore berdasarkan kriteria sebagai berikut : 76 100 % 60 75 % 0 59 % baik cukup kurang

Hasil penelitian dihitung berdasarkan rumus:

f P = ------n

35

36

Keterangan : P f n : Prosentase : Kategori : Jumlah Responden

Kemudian hasil perhitungan diinterprestasikan dengan menggunakan skala kategori, yaitu: 0% 1 % - 19 % 20 % - 39 % 40 % - 59 % 60 % - 79 % 80 % - 99 % 100 % : Tidak seorangpun dari responden. : Sangat sedikit responden. : Sedikit responden : Sebagian kecil responden : Sebagian responden : Sebagian besar responden : seluruh responden

36

37

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S.., 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta. Budiarto, 2002. Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, EGC.. Jakarta Depkes RI., 2005. Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Diare. Depkes RI, Jakarta. Effendy N., 1998. Dasar Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, EGC. Jakarta. Notoatmodjo S.., 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta, Jakarta. ___________ 2003. Promosi Kesehatan. PT Rineka Cipta, Jakarta. ___________ 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta, Jakarta. http://ratulangimc.com, 2008 http://www.indofarma.co.id, 2008 Data Medical record Bhayangkara Indramayu Tahun 2010

37