Proposal ekstrak kulit manggis
-
Upload
zulwan-return -
Category
Documents
-
view
437 -
download
35
description
Transcript of Proposal ekstrak kulit manggis
PENDAHULUAN
Latarbelakang
Salah satu usaha pemerintah untuk menunjang pembangunan dibidang
peternakan adalah dengan pengembangan ternak potong. Kambing merupakan
salah satu ternak potong kecil yang perlu mendapat perhatian, karena mempunyai
beberapa kelebihan antara lain kambing dapat diternakkan dengan mudah dan
cepat perkembangbiakannya. Di Indonesia kambing tidak mengenal musim kawin
seperti yang terjadi di negara subtropis, sehingga kelahiran dapat terjadi dua kali
setahun atau tiga kali dalam dua tahun. Kambing merupakan salah satu ternak
yang cocok dikembangbiakan di daerah pedesaan, karena tidak memerlukan
modal yang terlalu besar, pakan cukup dengan dedaunan dan limbah pertanian.
Inseminasi Buatan merupakan salah satu teknologi dalam reproduksi
ternak yang memiliki manfaat dalam mempercepat peningkatan mutu genetik
ternak, mencegah penyebaran penyakit reproduksi yang ditularkan melalui
perkawinan alam dan meningkatkan efisiensi penggunaan pejantan unggul.
Penerapan teknologi IB dapat menurunkan atau menghilangkan biaya investasi
pengadaan dan pemeliharaan ternak pejantan (Kartasudjana, 2001).
Penambahan bahan pengencer bertujuan untuk menyediakan sumber
energi bagi sperma sehingga menjamin kelangsungan hidup sperma selama
penyimpanan atau pembekuan (kriopreservasi). Syarat penting bahan pengencer
sperma adalah mampu menyediakan zat-zat makanan sebagai sumber energi,
mencegah terjadinya cold shock sewaktu preservasi dan kriopreservasi, menjaga
pH dan tekanan osmotik yang sama dengan sperma (Salisbury dan Van demark,
1985). Pengenceran juga dapat memberi perlindungan terhadap cold shock yang
terjadi saat pembekuan dan sebagai penyanggah untuk menjaga kestabilan pH
(Mumu, 2009). Kematian spermatozoa karena cold shock pada saat pendinginan
dan pembekuan dapat diperkecil dengan menambahkan bahan pengencer sebagai
pelindung.
Secara teknis, motilitas progresif spermatozoa adalah indikator yang
paling penting untuk menduga keberhasilan fertilisasi sehingga seringkali
dijadikan acuan untuk menilai kualitas semen arena cara evaluasinya mudah dan
cepat. Untuk mendapatkan tingkat fertilitas yang optimal dengan inseminasi intra
1
servik maka kualitas semen cair yang digunakan harus optimal (Salvador et al.,
2005).
Pemanfaatan bahan nabati sebagai bahan pengencer semen adalah salah
satu upaya untuk mempertahankan kualitas spermatozoa selama penyimpanan
baik dalam bentuk cair maupun beku.
Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang mampu menunda,
memperlambat atau menghambat reaksi oksidasi makanan atau obat. Antioksidan
merupakan zat yang mampu melindungi sel melawan kerusakan yang ditimbulkan
oleh radikal bebas (Reactive Oxygen Species), seperti singlet oksigen, superoksid,
radikal peroksid dan radikal hidroksil ,Bahan pangan mengandung senyawa-
senyawa yang tidak dikategorikan sebagai zat gizi, tetapi mempunyai aktivitas
antioksidan.
Kulit Manggis (Garcinia Mangostana L.) biasanya terbuang begitu saja
dan belum banyak dimanfaatkan sebagai antioksidan (preservasi
spermatozoa).beberapa penelitian menyebutkan bahwa manggis mengandung
xanthone yang bersifat antioksidan ,Xanthon memiliki gugus OH yang efektif
mengikat oksigen bebas yang tidak stabil di dalam tubuh .oksigen yang tidak
stabil tersebut disebut juga radikal bebas perusak sel tubuh .Oleh karnanya,
xanton dapat menghambat degenerasi sel (Walters,2011)
Xanthone merupakan molekul besar yang terdiri dari berbagai komponen
super antioksidan ,misalnya alfa mangostin,garcinone A ,beta mangostin dan lain
sebagainya ,banyak antioksidan alami yang terdapat dalam makanan antara lain
askobat (vitamin C ),tokoferol(vitamin E),karotenoid (vitamin A ) dan
poliphenol(anti oksidan dalam teh dan dedaunan) ,namun kesemuanya itu
kemampuannya jauh dibawah xanthone dari kulit manggis sebagi contoh
antioksidan dalam jeruk mempunyai nilai 2400 ORAC per 100 oz ,sedangkan
xanthone mempunyai nilai 20.000 ORAC.?(Parawati,2011).
Proposal penelitian ini adalah pendahuluan yang bertujuan mengetahui
prospek ekstrak kulit manggis di dalam bahan pengencer semen berbasis Cep 1
tanpa kuning telur sebagai agen preservasi terhadap motilitas spermatozoa
kambing peranakan Ettawa yang disimpan pada suhu 4-5° C.
2
Proposal penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal dalam
program preservasi semen kambing mengunakan kapsul ekstrak kulit buah
manggis.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang di atas bahwa dapat di kemukakan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Berapa lama sperma Kambing Peranakan Ettawa ini mampu bertahan
setelah di simpan pada suhu 5°c dengan penambahan kapsul ekstrak kulit
manggis ?
2. Berapa angka motilitas dan viabilitas spermatozoa kambing Peranakan
Ettawa yang di simpan pada suhu 5°c ?
3. Berapa lama daya tahan spermatozoa yang di berikan penambahan kapsul
ekstrak kulit manggis ?
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian
Tujuannya penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui spermatozoa yang paling lama bertahan pada 5
perlakuan tersebut
2. Untuk mengetahui motilitas, viabilitas dan morfologi spermatozoa
kambing peranakan Ettawa yang di simpan pada suhu 5°c
3. Untuk mengetahui penambahan kapsul ekstrak kulit manggis yang baik
untuk di jadikan bahan pengencer
4. Untuk mengetahui daya preservasi semen yang paling tahan setelah
pemberian ekstrak kulit manggis
Kegunaan penelitian
1. Untuk aplikasi bioteknologi reproduksi, khususnya dalam bahan
pengencer sebagai suatu inovasi untuk mempertahankan motilitas dan
viabilitas.
2. Memberikan kontribusi dalam pengembangan IB dalam mempertahan
ketahanan motilitas.
3. Sebagai bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Kambing Peranakan Ettawa
Kambing peranakan Ettawa (P.E) merupakan kambing keturunan Ettawa
asal negara India yang dibawa oleh penjajah Belanda. Kambing tersebut kemudian
dikawinsilangkan dengan kambing lokal di Kaligesing. Saat ini kambing
Peranakan Ettawa dikenal sebagai ras kambing Peranakan Ettawa asli Kaligesing,
Purworejo
Kambing jenis ini mudah berkembang dengan baik di daerah berhawa
dingin, berbadan besar warna bulu beragam; belang putih, merah coklat, bercal,
bercak hitam atau kombinasi ketiganya dan pada bagian belakang terdapat bulu
yang lebat dan panjang. Panggemar kambing Peranakan Ettawa umumnya sangat
menyukai keindahan bulu dan bentuk mukanya. Karena itu sangat jarang jenis
kambing ini dijadikan kambing semblihan (potong) untuk dimakan, mereka lebih
memfungsikannya sebagai “klangenan atau piaraan” untuk koleksi. Bahkan konon
jaman dulu, bagi yang memiliki kambing Ettawa akan terlihat “selera” dan
“siapa” orang itu di mata masyarakat.
Saat ini pengembangan terpadu kambing Ettawa ditawarkan kepada
investor oleh Pemerintah Daerah. Diharapkan tawaran ini mendapat respon positif
mengingat potensi pasarnya yang masih belum tergarap optimal. Investor tentu
tak akan rugi membisniskan kambing ini.
Penilaian Karakteristik Sperma Kambing
Menurut Kaka (2010), penilaian terhadap karakteristik sperma dapat
dilakukan secara makroskopis maupun mikroskopis. Penilaian secara makroskopis
meliputi volume, warna, konsistensi (kekentalan) dan pH. Volume sperma
kambing bervariasi setiap penampungan yaitu 0,5 – 1,0 ml (Rusdin, 2006). Warna
dan konsistensi (kekentalan) sperma dipengaruhi oleh konsentrasi spermatozoa,
dimana semakin tinggi konsentrasi spermatozoa maka warna sperma akan
semakin keruh dan akan semakin kental. Derajat keasaman (pH) sangat
mempengaruhi daya tahan hidup spermatozoa. Perubahan pH disebabkan oleh
metabolisme spermatozoa dalam keadaan anaerob yang menghasilkan asam laktat
4
yang semakin meningkat. Sperma yang berkualitas baik mempunyai pH sedikit
asam yaitu lebih kecil dari 7,0 dengan rata-rata 6,7.
Tabel 1. Karakteristik Sperma Kambing PE Segar
Makroskopis Rataan±SD
1 Volume 0,87±0,36
2 Konsistensi Kental-Sedang
3 Warna Krem-putih susu
4 Ph 6,60±0,07
5 Bau Khas
Mikroskopis
1 Gerakan massa +++
2 Motilitas (%) 76,67±1,83
3 Konsentrasi (106/ml) 1741,17±118,53
4 Hidup mati (%) 81,45±1,34
5 Abnormalitas (%) 10,35±0,63
Sumber : Kaka, 2010
Penilaian sperma secara mikroskopis meliputi gerakan (motilitas) massa,
gerakan individu, konsentrasi dan abnormalitas spermatozoa. Motilitas
merupakan daya gerak spermatozoa yang dinilai segera setelah penampungan
sperma. Penilaian motilitas digunakan sebagai ukuran spermatozoa dalam
membuahi sel telur atau ovum. Untuk memperoleh hasil yang tepat, sebaiknya
sperma dievaluasi pada suhu antara 37 – 40 0C dengan meletakkan gelas objek di
atas meja pemanas (heating table) atau menggunakan mikroskop yang dilengkapi
pemanas elektrik (Rasad, 2004). Gerakan masa spermatozoa kambing nampak
lebih cepat dibandingkan dengan gerakan masa spermatozoa sapi maupun domba.
Sperma yang bagus pada pengamatan di bawah mikroskop akan memberikan
tampilan kumpulan spermatozoa bergerak bergerombol dalam jumlah besar
sehingga membentuk gelombang atau awan yang bergerak (Kaka, 2010).
Penilaian spermatozoa dapat dilakukan secara makroskopis dan
mikroskopis. Penilaian secara makroskopis meliputi volume, warna, konsistensi
dan pH, sedangkan secara mikroskopis meliputi motilitas, konsentrasi jumlah
5
spermatozoa hidup dan mati, gerakan spermatozoa serta abnorrmalitas
spermatozoa.
Sperma yang kualitasnya bagus umumnya berwarna keputih-putihan atau
hampir sama seperti susu, dengan derajat kekeruhan tergantung pada konsentrasi
spermatozoa. Sperma kambing meskipun sedikit volumenya tetapi akan tampak
keruh berawan. Warna sperma yang tidak sesuai dengan standar tidak layak
dijadikan sempel penelitian (Rusdin, 2006).
Volume sperma adalah banyaknya ml sperma yang diperoleh dalam satu
kali ejakulasi. Umur, bangsa, ukuran tubuh, makanan, frekuensi penampungan,
musim dan temperatur serta individu pejantan mempengaruhi banyaknya volume
yang diperoleh saat ejakulasi.( Partodihardjo (1982).
Volume sperma yang rendah biasanya dihasilkan oleh hewan-hewan muda
yang berukuran kecil dalam suatu spesies. Seringnya ejakulasi yang berturut-turut
juga menyebebkan penurunan volume (Toelihare (1981)
Sperma yang normal memiliki derajat keasaman (pH) maksimal 7 atau
cenderung kearah basa dengan variasi 6,5-6,9. Dijelaskan, bahwa pH sperma akan
menurun sesuai dengan bertambahnya waktu penyimpanan. Hal ini disebabkan
oleh metabolisme anaerob spermatozoa yang menghasilkan asam laktat. (Ridwan
(2009)
Konsistensi atau derajat kekentalan dapat diperiksa dengan menggoyang-
goyangkan tabung reaksi berisi sperma secara perlahan-lahan (Toelihere, 1981)..
Hafez (1987) menyatakan, penentuan jumlah spermatozoa per ml sperma secara
akurat sangat penting karena ini merupakan karakteristik sperma yang bervariasi.
Kecepatan cairan mengikuti miringnya posisi tabung reaksi, menjadi dasar untuk
menentukan nilai konsistensi
Konsentrasi adalah nilai kepadatan atau banyaknya spermatozoa yang
terdapat dalam setiap ml sperma. Menurut Partodihardjo (1982), jika sperma krem
atau putih kekuningan konsentrasinya 1-2 milyar. Sperma seperti susu
konsentrasinya 500-600 juta, sperma seperti awan berisi 100 juta dan sedikit
keruh 50 juta serta jika spermanya jernih (tidak berwarna) artinya tidak
mengandung spermatozoa.
6
Rusdin, 2006 menyatakan motilitas spermatozoa merupakan gerak
individu dan gerakan massal yang terdapat dalam sperma. Motilitas atau gerakan
masal spermatozoa dapat dilihat jelas dengan menggunakan mikroskop
(Berdasarkan penilaian pergerakan massal, kualitas sperma dapat ditentukan
menjadi sangat baik (+++) apabila terlihat adanya gelombang besar, banyak,
gelap, tebal dan aktif bagaikan gumpalan awan hitam yang bergerak cepat
berpindah-pindah. Baik (++) apabila terlihat adanya gelombang kecil-kecil, tipis,
jarang, serta kurang jelas dan bergerak lamban. Cukup (+) apabila tidak terlihat
gelombang melainkan hanya gerakan individu aktif progresif. Buruk (-) apabila
terlihat hanya sedikit atau tidak ada gerakan-gerakan individu (Toelihere, 1981).
Sperma segar yang dapat diproses adalah spermatozoa yang mempunyai
skor 4 atau 5, sedangkan skor 3 atau lebih rendah tidak disarankan untuk diproses
lebih lanjut. Penentuan motilitas massa dan motilitas individu pada spermatozoa
dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1. Kriteria Penentuan Motilitas Massa Dan Individu
Skor Kualitas Keterangan
5 Sangat baik Padat, gerak gelombang cepat, individu spermatozoa tidak
terlihat, 90 % spermatozoa aktif.
4 Baik Gerakan kuat, gelombang kurang bagus, 70-85 %
spermatozoa aktif.
3 Sedang Sedikit dan gerak gelombang lambat, individu
spermatozoa dapat terlihat, 45-65 % spermatozoa terlihat
aktif.
2 Jelek Tidak ada gerak gelombang, tetapi gerakan spermatozoa
terlihat 20-40 % spermatozoa hidup dan motilitasnya jelek.
1 Sangat jelek Hanya 10 % spermatozoa kelihatan bergerak dengan
gerakan yang lambat.
0 Tidak ada
Gerakan
Semua spermatozoa tidak bergerak.
Drajat (2002)
Motilitas spermatozoa yang rendah akan mempengaruhi morfologis
spermatozoa. Kelainan atau penyimpangan morfologis dari spermatozoa normal
7
disebut abnormalitas. Abnormalitas spermatozoa dapat dibagi menjadi dua yaitu
abnormalitas skunder dan abnormalitas primer. Abnormalitas skunder biasanya
terjadi akibat kesalahan perlakuan sedangkan abnormalitas primer terjadi akibat
kelainan spermatogenesis dalam tubuli semineferi (Rusdin, 2006). Tanda-tanda
abnormalitas skunder adalah kepala terpisah dari leher, leher patah, ekor patah dan
ekor tergulung. Abnormalitas primer ciri-cirinya kepala besar, kepala kecil, kepala
krucut, kepala miring, kepala dua, ekor dua, akrosom salah bentuk, berleher besar
dan kepala bulat (Toelihere, 1981).
Partodihardjo, 1982 menyatakan abnormalitas spermatozoa dapat dilihat
dengan cara pewarnaan spermatozoa yang dibuat menjadi apusan. Pada waktu
sperma segar dicampur dengan zat pewarna (apusan) tertentu maka spermatozoa
yang hidup warnanya akan jernih karena tidak menyerap zat warna. Spermatozoa
yang mati terlihat gelap karena menyerap zat warna. Adapun macam-macam zat
pewarna yang digunakan adalah campuran eosin analin dan negrosin eosin.
Manggis (Garcinia mangostana L.)
Kulit buah manggis mengandung senyawa xanthone yang meliputi
mangostin,mangostenol,mangostinon A,mangostinon B,trapezefoli
mangostanol ,tovophyllin B, alfa mangostin,beta mangostin,garcinon B
mangostanol ,flavonoid epichatechin dan gartanin. Ektrak kulit manggis
mempunyai aktivitas melawan sel kanker meliputi breast,liver dan leukimia.selain
itu jug digunakan untuk antihistamin,antiimflamasi,menekan sistem saraf pusat
dan tekana darah serta anti peradangan,kulit buah manggis ini juga mengandung
antosianin seperti cyanidin-3-sophoroside dan cyanidin -3-glucoside(Walter.2011)
Buah manggis dapat disajikan dalam bentuk segar, sebagai buah kaleng,
dibuat sirop/sari buah. Secara tradisional buah manggis digunakan sebagai obat
sariawan, wasir dan luka. Kulit buah dimanfaatkan sebagai pewarna termasuk
untuk tekstil dan air rebusannya dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Batang
pohon dipakai sebagai bahan bangunan, kayu bakar/ kerajinan (Prihatman, 2000).
Pengencer Semen
Perbaikan kualitas pengencer merupakan salah satu upaya untuk
mempertahankan kualitas semen seoptimal mungkin sehingga motilitas
spermatozoa dan daya tahan hidup sperma menjadi optimal. Larutan pengencer
8
yang dapat mempertahankan daya tahan hidup spermatozoa adalah yang dapat
menjamin kebutuhan hidup fisik dan kimiawi semen tersebut (Toelihere, 1985).
Oleh karena itu, pengencer harus mengandung unsur dengan fungsi yang sama
dengan kandungan unsur semen. Bahan pengencer yang sifat fisik dan kimianya
tidak sesuai dengan semen akan menyebabkan abnormalitas atau kerusakan fisik
spermatozoa sehingga menurunkan fertilitas.
Dalam pelaksanaan IB sangat diperlukan bahan pengencer untuk
meningkatkan volume semen, serta mempertahankan daya tahan hidup sel-sel
sperma dalam kurun waktu tertentu. Selain itu, yang tidak kalah pentingnya dalam
proses pengenceran adalah tempat penyimpanan semen harus sesuai dengan suhu
dan kondisi yang menunjang daya tahan semen.
Semen yang baik untuk keperluan IB harus mengandung spermatozoa
yang motilitas progresifnya di atas 50% (Sexton, 1976). Pengenceran yang
berlebihan tidak dianjurkan. Toelihere (1985) menyebutkan bahwa pengenceran
semen yang melampaui batas yaitu 1:100 akan menyebabkan penurunan aktivitas
spermatozoa dalam waktu relatif singkat karena hilangnya beberapa unsur dari
spermatozoa dan sedikitnya plasma semen dalam media penyimpan. Pembuatan
larutan pengencer untuk keperluan IB harus memperhatikan beberapa
pertimbangan antara lain nontoksin (tidak beracun) baik bagi sperma, uterus
kambing yang akan di-IB maupun bagi inseminator, memenuhi kebutuhan
sperma, murah (satu syarat ekonomi yang baik), mempertahankan daya tahan
hidup sperma dan mempertahankan kemampuan membuahi setelah pengenceran
(Toelihere, 1985)
Kulit buah manggis menunjukkan aktivitas antimikroorganisme.
Suksamrarn et al. (2003) bersama kelompoknya asal Thailand, melakukan
penelitian potensi antituberkulosa dari senyawa xanton terprenilasi yang diisolasi
dari kulit buah manggis. Seperti pada hasil penelitian sebelumnya, alfa mangostin,
gamma-mangostin dan garsinon B juga menunjukkan aktivitas paling poten pada
percobaan ini. Ketiga senyawa tersebut menghambat kuat terhadap bakteri
Mycobacterium tuberculosis.
Spermatozoa Abnormal
9
Abnormalitas sperma dapat terjadi pada kepala dan ekor. Abnormalitas
sperma diklasifikasikan dalam abnormalitas primer dan sekunder. Abnormalitas
primer terjadi karena kelainan-kelainan spermatogenesis di dalam tubuli
seminiferi atau epithel kecambah, sedangkan abnormalitas sekunder terjadi
sesudah sperma meninggalkan tubuli seminiferi, selama perjalanannya melalui
saluran epididymis, selama ejakulasi atau dalam manipulasi ejakulat termasuk
agitasi yang keras, pemanasan berlebihan, pendinginan yang cepat, kontaminasi
dengan air, urine atau antiseptic dan sebagainya (Toelihere, 1981).
Dalam keadaan normal atau patologis ada spermatozoa yang berbentuk
abnormal. Keabnormalan bentuk itu kebanyakan pada kepala, mungkin pula pada
ekor. Keabnormalan pada kepala seperti: kepala besar, kepala kecil, kepala
kembar, kepala tumpul. Keabnormalan pada ekor seperti: bagian tengah besar,
pada bagian tengah melekat sitoplasma sisa berupa kantung kecil atau gembungan
di kedua sisi, ekor melilit, ekor ganda, ekor pendek (Yatim, 1996).
Bentuk sperma ada yang normal ada pula yang tidak normal. Dibawah ini
adalah bentuk sperma yang abnormal menurut Wongso (2007):
1. Makro : 25 % > kepala normal
2. Mikro : 25 % <>
3. Taper : kurus, lebar kepala ½ yang normal, tidak jelas batas akrosom
4. Amorf : Bentuk kepala yang ganjil, permukaan tidak rata, tidak jelas batas
akrosom
5. Round : bentuk kepala seperti lingkaran, tidak menunjukkan akrosom
6.Piri : tidak jelas adanya kepala yang nyata, tampak midpiece dan ekor saja
7.Cytoplasmic droplet : menempel pada kepala atau midpiece, lebih cerah
8. Ekor abnormal : pendek / spiral / permukaan tidak halus / ganda
Setiap sperma abnormal tidak dapat membuahi ovum, tanpa memandang
apakah abnormalitas tersebut terjadi di dalam tubuli seminiferi, dalam epididymis
atau oleh perlakuan yang tidak lege artis terhadap ejakulat. Selama abnormalitas
sperma belum mencapai 20 prosen dari contoh semen, maka semen tersebut masih
dapat dipakai untuk inseminasi (Toelihere, 1981).
10
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Materi dan Bahan Penelitian
Materi Penelitian
Materi penelitian yang digunakan adalah sperma peranakan kambing
peranakan Ettawa berumur sekitar 3,5 tahun
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan sebagai berikut:
a. Ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana )
b. Bahan pengencer CEP 1
c. Sperma segar kambing PE(Peranakan Ettawa)
d. Tissu ,kapas
e. Alcohol
f. NaCl fisiologis
g. NaCl 3%
h. Eosin nigrosin
i. Aquades
Alat-alat penelitian
Alat-alat yang digunakan sebagai berikut:
a. Elektro ejakulator
b. Erlinmayer
c. Tabung glass
d. Cover class
e. Obyek glass
f. Microskop monitor
g. Magnet stiler
h. Kulkas
i. Rak kecil
j. Timbangan analitik
k. Alumunium poil
l. Spuit dispossible
m. Wadah plastik
11
n. Ember
o. Counter check
p. Kamar hitung
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorik.
Rancangan percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola
Faktorial dengan 5 perlakuan pengencer dan 5 kali ulangan, yaitu CEP-1 yang
ditambahkan pada masing-masing perlakuan dengan ekstrak kulit
manggis .Sebagai kontrol digunakan CEP-1 sebanyak 5 ml tanpa ekstrak kulit
manggis seperti lay out pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Lay out Rancangan Percobaan
Ulangan
Perlakuan ekstrak kulit manggis ( % )Lama Waktu
penyimpanan
Total
K0 P1 P2 P3 P4
0 0,5 % 1,0 % 1,5 % 2,0 %
1
2
3
4
5
Jumlah
Waktu dan lokasi penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan mulai Desember 2013 sampai dengan
januari 2014 di Laboratorium Imunobiologi Fakultas MIPA Universitas Mataram.
12
Prosedur Penelitian
a. Pembuatan bahan pengencer
Pengencer dalam hal ini berbasis CEP 1 tanpa menggunakan kuning telur,
b. Penampungan semen
Pejantan diikat di kandang jepit untuk meminimalkan pergerakannya. Di
belakang kedua kaki belakang kita letakkan sebuah palang yang tebal dan
kuat diatas tanah. Palang tersebut adalah untuk menjaga agar selama
ejakulasi, pejantan tidak terpeleset.
Probe yang sudah diberi pelicin dimasukkan dalam rectum secara
perlahan-lahan.
Preputium dicuci dan dikeringkan. Rambut disekitar preputium bisa
dicukur .Rangsangan dilakukan secara bertingkat
Hasil ejakulasi dikumpulkan dalam tabung penampungan kemudian di
tutup dengan alumunium poil.
c. Penilaian semen
Penilaian semen meliputi:
Volume semen pada satu kali ejakulasi dan dapat dilihat dari tabung
penampungan yang berskala
Mengamati Pergerakan dari kumpulan spermatozoa, caranya semen
segar diletakkan diatas obyek glass tanpa ditutup cover glass dan
dilihat di mikroskop dengan perbesaran 100x
Pergerakan individu dari spermatozoa tersebut, caranya semen
diletakkan di atas object glass dan ditutup cover glass serta diamati
dibawah mikroskop pada perbesaran 400x. Penilaian Motilitas
individu ini dilihat berapa spermatozoa yang bergerak progresif
kedepan (pergerakan mundur dan melingkar tidak di ikut sertakan)
dibandingkan dengan spermatozoa yang diam ditempat. Penilaian
motilitas individu ini dalam bentuk prosentase spermatozoa yang
bergerak.
Menghitung konsentrasi semen
Semen disedot dengan pipet eritrosit sampai angka 0,5.
13
NaCl 3% disedot pada pipet eritrosit tadi sampai angka 1,01 atau
11.
Dikocok dengan membentuk angka 8 selama 2–3 menit.
Dibuang 2–3 tetes, kemudian dikocok lagi selama 1 menit dan
dibuang 1 tetes
Diteteskan pada obyek sitometer thoma (haemocytometer) dan
ditutup cover glass serta diamati dengan perbesaran 400x.
Jumlah spermatozoa dihitung pada lima kotak besar (satu kotak
besar ada 16 kotak kecil), yaitu pada empat kotak besar pojok dan
satu kotak besar tengah atau diagonal dari kiri kanan ke kanan
bawah).
Jumlah spermatozoa pada kelima kotak tersebut dikalikan 107 dan
konsentrasi spermatozoa yang didapatkan. Misalnya, jumlah
spermatozoa dalam kelima kotak tersebut ada 150, berarti
konsentrasi yang didapatkan adalah 150×107 atau 1500×106 per
ml.
Menghitung viabilitas penentuannya dengan membuat ulasan eosin–
negrosin, kemudian dihitung dalam bentuk persentase antara sperma
yang hidup dan mati. Metode sebagai berikut:
Semen diletakkan diatas object glass dengan menggunakan ose
kemudian disampingnya diberi eosin–negrosin dengan
menggunakan ose.
Semen dan eosin–negrosin tersebut diaduk dengan menggunakan
ose dan diulas dengan menggunakan cover glass dengan
membentuk sudut 300.
Ulasan dikeringkan dan selanjutnya diamati dibawah mikroskop
perbesaran 400x.
Spermatozoa yang hidup (tidak menyerap warna) dan spermatozoa
yang mati (menyerap warna) dihitung. Jumlah antara sperma yang
hidup dan yang mati minimal 200 spermatozoa.
Persentase spermatozoa hidup dibandingkan dengan spermatozoa
mati.
14
DAFTAR PUSTAKA
Drajat. S. A., 2002. Teknologi Reproduksi Ternak Ruminansia Kecil
(Kambing dan Domba). Mataram University press. Mataram.
Http://forum.kompas.com/alternatif/239194-75-manfaat-kulit-manggis-untuk-
kesehatan.html
Kartasudjana, R. 2001. Teknik Inseminasi Buatan Pada Ternak. Jakarta.
Kaka, A., 2010. Persentase Nira Lontar (Borassus flabellifer L) Dalam
Pengencer Tris Kuning Telur Terhadap Kualitas Semen Cair Kambing
Peranakan Ettawah Yang di Simpan Pada Suhu 3-5 0 C . Jurnal. Fakultas
Peternakan Universitas Nusa Cendana. Kupang.
Parthodihardjo, S., 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit PT. Mutiara
Sumber Widya. Jakarta.
Prihatman, K., 2000, Manggis (Garcinia mangostana L.), Kantor Deputi
Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi BPP Teknologi, Jakarta.
Ridwan, 2009. Pengaruh Pengencer Semen Terhadap Abnormalitas dan Daya
Tahan Hidup Spermatozoa Kambing Lokal Pada Penyimpanan.
Rusdin, 2006. Karakteristik Semen Segar Pejantan Kambing Peranakan
Ettawah (PE) Di Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan
Ternak Garahan. Silo-Jember. J.Agrisains 7(2) :121-127.
Salvador, I., M.P. Viudes-de-Castro, J. Yaniz, E.A. Gomez, and M.A. Silvestre.
2005. Effect of different extender and washing of seminal plasma on buck
semen storage at 5 C. J. Anim. Vet. Advances 6(2):272-277
Suksamrarn S, Suwannapoch N, Phakhodee W, Thanuhiranlert J, Ratananukul P,
Chimnoi N, Suksamrarn A.,2003, Antimycobacterial activity of
prenylated xanthones from the fruits of Garcinia mangostana, Chem
Pharm Bull (Tokyo)., 51(7):857-859
Toelihere. 1981. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Bandung: Angkasa
Toelihere, M. R, 1981. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Angkasa. Bandung.
Walter ,2011 A Doctor Challenge, A Mangosteen Solution
15
Wongso, Anton Darsono.2007. Membaca Analisis Sperma. http:// klinik andrologi
blogspot.com.diakses tanggal 17 mei 2009
Yatim, wildan. 1996. Histologi. Bandung: Tarsito
16