Proposal calon skripsi

36
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, kehidupan dewasa ini membutuhkan manusia-manusia yang cerdas dan memiliki daya saing. Sehingga pengetahuan yang diperoleh dari bangku sekolah sudah seharusnya mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang bermakna bagi siswa dalam kehidupan nyata. Agar terjadi pengkontruksian pengetahuan secara bermakna, guru haruslah melatih siswa agar berpikir secara kritis dalam menganalisis maupun dalam memecahkan suatu permasalahan. Siswa yang berpikir kritis adalah siswa yang mampu berpikir dengan pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang harus dipercaya atau dilakukan (Ennis, 2011:1). Pada umumnya guru di sekolah sering menggunakan model pembelajaran yang didominasi dengan ceramah, sehingga kemampuan siswa dalam berpikir kritis sulit

Transcript of Proposal calon skripsi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman, kehidupan dewasa ini membutuhkan

manusia-manusia yang cerdas dan memiliki daya saing. Sehingga pengetahuan

yang diperoleh dari bangku sekolah sudah seharusnya mengajarkan pengetahuan

dan keterampilan yang bermakna bagi siswa dalam kehidupan nyata. Agar terjadi

pengkontruksian pengetahuan secara bermakna, guru haruslah melatih siswa agar

berpikir secara kritis dalam menganalisis maupun dalam memecahkan suatu

permasalahan. Siswa yang berpikir kritis adalah siswa yang mampu berpikir

dengan pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk

memutuskan apa yang harus dipercaya atau dilakukan (Ennis, 2011:1).

Pada umumnya guru di sekolah sering menggunakan model pembelajaran

yang didominasi dengan ceramah, sehingga kemampuan siswa dalam berpikir

kritis sulit untuk di kembangkan. Model pembelajaran yang didominasi dengan

ceramah yaitu dimana guru dalam proses belajar mengajar terus menerus

memberikan materi pelajaran dan sangat sedikit melibatkan siswa dalam

memecahkan masalah – masalah pelajaran. Akibat dari pemberian materi secara

terus menerus tanpa melibatkan siswa ini yaitu berdampak pada hasil belajar

siswa, dimana hasil belajar siswa menjadi menurun karena siswa cenderung tidak

mampu menyampaikan pendapat kepada guru ketika mendapat masalah dalam

proses pembelajaran.

2

Salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa turut serta aktif dalam

kegiatan belajar mengajar yaitu model pembelajaran berbasis masalah. Model

pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa kelebihan antara lain, melatih

siswa : mendesain suatu penemuan, berpikir dan bertindak kreatif, memecahkan

masalah yang dihadapi secara realistis, mengidentifikasi dan melakukan

penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, merangsang

perkembangan ( Aswan 2006 ; 92 ).

Dari penjelasan mengenai kelebihan pembelajaran berbasis masalah di atas

terlihat bahwa model pembelajaran berbasis masalah cukup efektif dalam

meningkatkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Kemampuan berpikir kritis

siswa dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu faktor penunjang yang

sangat penting dalam meningkatkan pengetahuan siswa dalam memecahkan

masalah.

Keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan individu dalam

menggunakan proses berpikirnya untuk menganalisa argumen dan memberikan

interpretasi berdasarkan persepsi yang benar dan rasional, analisis asumsi dan bias

dari argument, serta interpretasi logis.

Sudah sering terdengar dan diketahui keluhan siswa mengenai beban pelajaran

yang harus mereka ikuti di sekolah. Siswa di tuntut mengetahui segala hal yang

terdapat pada kurikulum yang berlaku. Oleh karena itu, pendidikan harus

membekali mereka dengan kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang

mereka hadapi. Kemampuan tersebut adalah kemampuan memecahkan masalah.

Kemampuan memecahkan masalah ini dapat dikembangkan melalui pembelajaran

3

dimana masalah di hadirkan oleh guru dalam kelas dan siswa diminta

menyelesaikannya dengan segala kemampuan pengetahuan dan keterampilan yang

mereka miliki.

Berdasar pada permasalahan di atas maka peneliti akan melakukan penelitian

mengenai pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan

berpikir kritis pada siswa kelas Xa SMA NEGERI PALOLO. Alasan lain

mengapa peneliti melakukan penelitian disekolah ini yaitu sekolah ini merupakan

salah satu sekolah yang umumnya proses pembelajarannya masih berpusat pada

guru selain itu alas an lainnya karena peneliti merupakan salah satu alumni dari

sekolah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakan di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini

adalah “Apakah terdapat perbedaan kemampuan keterampilan berpikir kritis

antara siswa yang di beri model pembelajaran berbasis masalah dan siswa yang

diberi model pembelajan konvensional pada siswa kelas kelas Xa SMA NEGERI

1 PALOLO?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model

pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan berpikir kritis siswa kelas

Xa SMA NEGERI 1 PALOLO pada materi listrik dinamis.

4

1.4 Manfaat Penelitian

1) Manfaat teoritis

Meningkatkan kecepatan berpikir siswa dalam memecahakan soal - soal

pada mata pelajaran fisika, baik itu dalam hal konsep maupun perhitungan.

2) Manfaat praktis

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kemampuan dan hasil

belajar fisika siswa kelas Xa SMA NEGERI 1 PALOLO melalui

peningkatan kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah.

1.5 Batasan Istilah

Untuk menhindari kesalahan dalam pemahaman judul penelitian, ada

istilah-istilah yang akan di jelaskan sebagai berikut:

1) Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah kegiatan

pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa

untuk mencari dan menyelidiki suatu masalah secara sistematis, kritis,

logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri dengan penuh

percaya diri.

2) Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir jernih dan rasional, yang

meliputi kemampuan untuk berpikir reflektif dan independen.

3) Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial

untuk kehidupan, pekerjaan dan berfungsi efektif dalam semua aspek

kehidupan lainnya. Adapun aspek yang akan diukur adalah memberikan

penjelasan sederhana, yang berisi: memfokuskan pertanyaan, menganalisis

5

pertanyaan dan bertanya, serta menjawab pertanyaan tentang suatu

penjelasan atau pernyataan.

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

PENELITIAN

2.1 Penelitian yang Relevan

Hadi.A.M., (2013), Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh strategi

PBL terhadap kemampuan berpikir kritis dan pemahaman konsep siswa.

Penelitian ini menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen yang

menggunakan strategi PBL dan kelas kontrol yang menggunakan strategi

konvensional. Analisis data menggunakan Anakova yang sebelumnya

dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, kemudian untuk melihat

keterlaksanaan sintaks pembelajaran menggunakan uji regresi serta melihat

lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

Astika.U.I.K., (2013), Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

perbedaan kemampuan berpikir kritis IPA antara siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model siklus belajar (learning cycle) 5E dan siswa yang

mengikuti pembelajaran dengan model konvensional. Rancangan penelitian

kuasi eksperimen menggunakan posttest only control group design. Populasi

penelitian adalah seluruh siswa kelas V SD di Desa Penarukan tahun

pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 157 orang. Sampel penelitian ditentukan

dengan teknik random sampling. Data kemampuan berpikir kritis IPA siswa

dikumpulkan dengan instrumen tes berbentuk uraian. Data yang dikumpulkan

kemudian dianalisis dengan analisis statistik deskriptif dan statistik

7

parametrik yaitu uji-t. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh (1) mean

kemampuan berpikir kritis IPA siswa kelompok eksperimen = 37,16

tergolong kriteria sangat tinggi, sedangkan (2) mean kemampuan berpikir

kritis IPA siswa kelompok kontrol = 32,67 tergolong kriteria tinggi.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh t-hitung sebesar 7,159 dan ttabel =1,995.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan

berpikir kritis IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model

siklus belajar (learning cycle) 5E dan siswa yang mengikuti pembelajaran

dengan model konvensional.

Nurlaila.N., (2013), Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh metode

pembelajaran problem solving dan problem posing, kreativitas, keterampilan

berpikir kritis, dan interaksinya terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini

menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain faktorial 2x2x2.

Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 6 Madiun

tahun pelajaran 2012-2013. Sampel diperoleh dengan teknik cluster random

sampling terdiri dari 2 kelas XI IPA 2 dan XI IPA3. Pengumpulan data

menggunakan teknik tes untuk prestasi belajar kognitif, angket untuk

mengukur kreativitas, keterampilan berpikir kritis, prestasi belajar afektif dan

prestasi belajar psikomotor. Data dianalisis menggunakan anava tiga jalan

dengan SPSS 18. Dari analisis data disimpulkan bahwa: (1) pembelajaran

PBL menggunakan problem solving dan problem posing berpengaruh

terhadap prestasi belajar kognitif dan psikomotorik, tetapi tidak

8

mempengaruhi pada aspek afektif, (2) kreativitas berpengaruh terhadap

prestasi belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik, (3) keterampilan berpikir

kritis berpengaruh terhadap prestasi kognitif, afektif, dan psikomotorik, (4)

ada interaksi antara pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem

posing dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada aspek afektif,

tetapi tidak ada interaksi pada aspek kognitif dan psikomotorik, (5) ada

interaksi antara pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing

dengan keterampilan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa pada aspek

kognitif, tetapi tidak ada interaksi pada aspek afektif dan psikomotorik, (6)

ada interaksi antara kreativitas dan keterampilan berpikir kritis terhadap

prestasi belajar siswa pada aspek kognitif dan afektif, tetapi tidak ada

interaksi pada aspek psikomotorik, (7) ada interaksi antara antara

pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing, kreativitas,

keterampilan berpikir kritis terhadap prestasi belajar pada aspek

psikomotorik, tetapi tidak ada interaksi pada aspek kognitif dan afektif.

Kesimpulan yang dapat di tarik dari ketiga penelitiaan di atas ialah

pembelajaran berbasis masalah ( Problem Based Learning) memiliki

pengaruh yang signifikan dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis

siswa.

9

2.2 Kajian Pustaka

2.2.1 Pembelajaran Berbasis Masala

Sari.D.K.,(2013), Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa

Inggris Problem-based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang

dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan

masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat

menyelesaikannya. Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based

learning / PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan

lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan

(bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan memungkinkan peserta didik

memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).

Menurut Dewey (dalam Trianto, 2009;91) belajar berdasarkan masalah adalah

interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah

belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada peserta didik

berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan

bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki,

dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.

Adapun karakteristik pembelajaran berbasis masalah berdasarkan teori yang

dikembangkan Barrow, Min Liu (2005) menjelaskan karakteristik dari PBM,

yaitu :

1) Learning is student-centered

10

Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada siswa

sebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori

konstruktivisme dimana siswa didorong untuk dapat mengembangkan

pengetahuannya sendiri.

2) Authentic problems form the organizing focus for learning

Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang otentik sehingga

siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat

menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti.

3) New information is acquired through self-directed learning

Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum mengetahui

dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya, sehingga siswa berusaha

untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi

lainnya.

4) Learning occurs in small groups

Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha membangun

pengetahuan secara kolaborative, maka PBM dilaksakan dalam kelompok kecil.

Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penetapan

tujuan yang jelas.

5) Teachers act as facilitators

Pada pelaksanaan PBM, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Namun,

walaupun begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa

dan mendorong siswa agar mencapai target yang hendak dicapai.

11

Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah memiliki langkah –

langkah tersendiri, menurut Barret (2005) menjelaskan langkah-langkah

pelaksanaan PBM sebagai berikut :

1) Siswa diberi permasalahan oleh guru (atau permasalahan diungkap dari

pengalaman siswa)

2) Siswa melakukan diskusi dalam kelompok kecil

3) Siswa melakukan kajian secara independen berkaitan dengan masalah

yang harus diselesaikan. Mereka dapat melakukannya dengan cara mencari

sumber di perpustakaan, database, internet, sumber personal atau

melakukan observasi

4) Siswa kembali kepada kelompok PBM semula untuk melakukan tukar

informasi, pembelajaran teman sejawat, dan bekerjasaman dalam

menyelesaikan masalah.

5) Siswa menyajikan solusi yang mereka temukan

6) Siswa dibantu oleh guru melakukan evaluasi berkaitan dengan seluruh

kegiatan pembelajaran. Hal ini meliputi sejauhmana pengetahuan yang

sudah diperoleh oleh siswa serta bagaiman peran masing-masing siswa

dalam kelompok.

Tahap selanjutnya dalam pembelajaran berbasis masalah yaitu tahap

penilaian, tentunya dalam penilaian pembelajaran berbasis masalah bukan hanya

hasil saja yang di nilai, proses juga masuk dalam kriteria penilaian. Hal ini

sejalan dengan National Research Council (NRC) (dalam Waters and

McCracken, -) memberikan tiga prinsip berkaitan penilaian dalam PBM, yaitu

12

yang berkaitan dengan konten, proses pembelajaran, dan kesamaan. Lebih

jelasnaya sebagai berikut:

1) Konten : penilaian harus merefleksikan apa yang sangat penting untuk

dipelajari dan dikuasai oleh siswa

2) Proses pembelajaran : penilaian harus sesuai dan diarahkan pada proses

pembelajaran

3) Kesamaan : penilaian harus menggambarkan kesamaan kesempatan siswa

untuk belajar

Oleh karena itu, menurut Waters and McCracken penilaian yang dilakukan harus dapat :

1) Menyajikan situasi secara otentik

2) Menyajikan data secara berulang-ulang

2.2.2 Keterampilan Berpikir Kritis

1) Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk menganalisis fakta,

mencetuskan dan menata gagasan, mempertahankan pendapat, membuat

perbandingan, menarik kesimpulan, mengevaluasi argumen dan memecahkan

masalah (Chance,1986)

2) Berpikir kritis adalah sebuah proses yang sadar dan sengaja yang digunakan

untuk menafsirkan dan mengevaluasi informasi dan pengalaman dengan

sejumlah sikap reflektif dan kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan.

(Mertes,1991)

3) Berpikir kritis adalah proses intelektual yang dengan aktif dan terampil

mengkonseptualisasi, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi

informasi yang dikumpulkan atau dihasilkan dari pengamatan, pengalaman,

13

refleksi, penalaran, atau komunikasi, untuk memandu keyakinan dan tindakan

(Scriven & Paul, 1992).

Menurut Ennis (dalam Hassoubah, 2004), berpikir kritis adalah berpikir secara

beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang

apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Oleh karena itu, indikator kemampuan

berpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas kritis siswa sebagai berikut :

1) Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan.

2) Mencari alasan.

3) Berusaha mengetahui informasi dengan baik.

4). Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya.

5) Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan.

6) Berusaha tetap relevan dengan ide utama.

7) Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar.

8) Mencari alternatif.

9) Bersikap dan berpikir terbuka.

10)Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan

sesuatu.

(11) Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan.

(12) Bersikap secara sistimatis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan

masalah.

Sementara itu Beyer (dalam Hassoubah, 2004) mengatakan bahwa

keterampilan berpikir kritis meliputi beberapa kemampuan sebagai berikut :

14

1) Menentukan kredibilitas suatu sumber.

2) Membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan.

3) Membedakan fakta dari penilaian.

4) Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan.

5) Mengidentifikasi bias yang ada.

6) Mengidentifikasi sudut pandang.

7) Mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan.

Selain itu, Gokhale (1995) dalam penelitiannya yang berjudul Collaborative

Learning Enhances Critical Thinking menyatakan bahwa yang dimaksud dengan

soal berpikir kritis adalah soal yang melibatkan analisis, sintesis, dan evaluasi dari

suatu konsep. Cotton (1991), menyatakan bahwa berpikir kritis disebut juga

berpikir logis dan berpikir analitis.

(1) Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis kemampuan untuk

berpikir jernih dan rasional, yang meliputi kemampuan untuk berpikir reflektif

dan independen dimana yan menjadi indikator ialah memberikan penjelasan

sederhana, yang berisi: memfokuskan pertanyaan, menganalisis pertanyaan

dan bertanya, serta menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau

pernyataan. Hal ini sangat di perlukan oleh siswa dalam proses belajar

mengajar untuk meningkatkan pengetahuannya.

2.3 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini mengenai pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap

kemapuan berpikir kritis siswa kelas Xa SMA NEGERI 1 PALOLO, dengan

membandingkan kelompok yang di beri metode pembelajaran berbasis masalah

15

dan kelompok yang hanya menggunakan metode konvensional. Dalam model

pembelajaran berbasis masalah ini siswa di tuntut aktif dalam proses belajar

mengajar sehingga secara langsung dapat meningkatakan kemampuan berpikir

kritis siswa.

Dimana pembelajaran berbasis masalah memiliki gagasan bahwa

pembelajaran dapat dicapai jika kegiatan pendidikan dipusatkan pada tugas-tugas

atau permasalahan yang otentik, relevan, dan dipresentasikan dalam suatu

konteks. Cara tersebut bertujuan agar siswa memilki pengalaman sebagaimana

nantinya yang mereka hadapi di kehidupan profesionalnya.

Pengalaman tersebut sangat penting karena pembelajaran yang efektif

dimulai dari pengalaman konkrit. Pertanyaan, pengalaman, formulasi, serta

penyususan konsep tentang pemasalahan yang mereka ciptakan sendiri

merupakan dasar untuk pembelajaran sehingga dituntut untuk cepat tanggap

dalam menyelesaikan permasalahan yang di berikan, hal ini sejalan dengan

peningkatan berpikir kritis siswa yaitu kemampuan untuk berpikir jernih dan

rasional, yang meliputi kemampuan untuk berpikir reflektif dan independen.

Berikut kerangka pemikiran dalam penelitian ini:

Gambar 2.1

Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

Model Pembelajaran Konvensional

16

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini ialah terdapat pengaruh pembelajaran berbasis

masalah terhadap keterampilan berpikir kritis siswa kelas Xa SMA NEGERI 1

PALOLO.

17

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian kuasi eksperimen. Menurut

Sugiyono(2008), desain ini mempunyai grup kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi

sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhinya.

Rancangan penelitian kuasi eksperimen yang digunakan adalah the non equivalent

control group design.

3.2 Desain Penelitian

Mengacu pada tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, maka

dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuasi, dengan desain

penelitian “The non ekivalen preetest-postest design” yang di artikan sebagai

pretes-pascates yang non ekuivalen, dengan menggunkan kelas – kelas yang sudah

ada sebagian kelompoknya namun dengan catatan bahwa kelas – kelas yang di

gunakan sebisa mungkin sama keadaan atau kondisinya dalam segi tingkat

kecerdasaannya. Adapun desain penelitian menurut Sugiyono (2008), dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

18

Tabel 3.1: The non ekivalen pretest-postest design

Group Tes Awal Perlakuan Tes Akhir

Kelas eksperimen O1 X1 O2

Kelas control O1 X2 O2

X1: Model pembelajaran kooperatif

X2: Model pembelajaran kooperatif tipe lainnya

O1: Tes awal (preetest)

O2: Tes akhir (postest)

Dari desain penelitian ini terlihat bahwa penelitian ini menggunakan dua

kelas dengan perlakuan berbeda.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA NEGERI 1 PALOLO yang

merupakan sekolah Negeri di daerah Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Provinsi

Sulawesi Tengah.

3.3.2 Waktu Penelitian

Pra penelitian dilakukan mulai pada bulan Juli 2015 untuk membuat

instrumen penelitian berupa LKK(Lembar kerja kelompok), RPP(rancangan

program pembelajaran), tes hasil belajar. Sedangkan Penelitian dilaksanakan

pada tahun 2015.

19

3.4 Populasi, Sampel dan Tehnik Pengambilan Data

Dalam penelitian ini yang di jadikan sebagai populasi ialah seluruh siswa

kelas Xa SMA NEGER 1 PALOLO tahun ajaran 2015 – 2016. Selengkapnya

dapat kita lihat pada tabel berikut.

Tabel 3.2: Populasi Penelitian

No Kelas Jumlah Siswa

1 Xa 36

2 Xb 38

3 Xc 39

4 Xd 37

Berdasarkan pada Tabel 3.2 maka yang di jadikan sebagai kelas

eksperimen sekaligus sampel yang menggunakan model pembelajaran berbasis

masalah adalah siswa kelas Xa SMA NEGERI 1 PALOLO, sedangkan yang

bertindak sebagai kelas control yaitu siswa kelas Xb SMA NEGERI 1 PALOLO

yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

3.5 Defenisi Oprasional

1) Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Beased Learning) adalah kegiatan

pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk

mencari dan menyelidiki sesuatu secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga

mereka dapat merumuskan sendiri dengan penuh percaya diri.

2) Berpikir Kritis adalah kemampuan untuk berpikir jernih dan rasional, yang

meliputi kemampuan untuk berpikir reflektif dan independen. Hal ini sangat di

20

perlukan oleh siswa dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan

pengetahuannya.

3.6 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer yang

bersumber pada sampel dari dua kelompok kelas yang di berikan perlakuan

berbeda yaitu Xa SMA NEGERI 1 PALOLO. Kemudian melihat besar pengaruh

yang terjadi sebagai akibat dari perlakuan yang di berikan. Kemudian ada pula

data bersumber pada observer (pengamat) diambil guna untuk mengetahui

persentase keterlaksanaan pembelajaran yang merupakan data sekunder pada

kelas – kelas tersebut.

3.7 Tehnik Pengumpulan Data

1) Tahap Persiapan

1) Mencari dan menemukan literatur yang berkaitan dengan judul penelitian;

2) Menentukan lokasi penelitian;

3) Menentukan populasi dan sampel penelitian;

4) Menyusun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian;

2) Tahap Pelaksanaan

1) Menentukan kelas yang dijadikan sampel;

2) Pemberian pretest;

3) Pemberian perlakuan (penyajian materi);

4) Observasi pembelajaran yang dilakukan di kelas;

5) Pemberian posttest;

21

3) Tahap Akhir

Untuk kegiatan akhir yang akan dilakukan pada tahap ini adalah tabulasi

data, pengolahan data, menganalisis data sampel dan menarik kesimpulan pada

laporan hasil penelitian yang dilakukan.

3.8 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang akan di gunakan ialah tes untuk

mengetahui pengaruh dari model pembelajaran berbasis masalah terhadap

keterampilan berpikir kritis siswa yang diberikan pada kelas yang menjadi sampel

pada penelitian ini yaitu kelas Xa SMA NEGERI 1 PALOLO. Tes berbentuk

pilihan ganda yang dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu diawal (preetest) dan

akhir (posttest) perlakuan. Intrumen yang digunakan dalam tes akhir (posttest).

Selain itu instrumen lain yang digunakan yaitu instrumen khusus model

keterampilan berpikir kritis.

3.9 Tehnik Analisis Data

Tehnik yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian ini yaitu

diawali dengan uji statistik berupa uji normalitas, uji homogenitas, dan uji

hipotesis.

1) Pengujian Normalitas Data

Pengujian normalitas dilakukan untuk melihat apakah data yang diperoleh

dari hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak. Data yang dimaksud adalah

skor hasil belajar fisika pada siswa yang diperoleh dari siswa kelompok

eksperimen. Untuk pengujian normalitas data, digunakan persamaan Chi-kuadrat

(Sudjana, 2008), yaitu :

22

xhit2 =∑

i=1

k (o i−Ei )2

Ei

............................................................ (3.1)

Dengan :

X hitung2

: Uji normalitas Chi-kuadrat

k : Interval kelompok menurut aturan Sturges

Oi : Frekuensi pengamatan

Ei : Frekuensi yang diharapkan

Kriteria pengujian yang digunakan pada dk = (k-3) dan peluang (1-α)

dengan taraf nyata α = 0,05 dengan kriteria pengujiannya adalah :

χhitung2

< χTabel2

. Data dikatakan berdistribusi normal.

χhitung2

>χTabel2

. Data dikatakan tidak berdistribusi normal.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui apakah varians

antara kedua kelas. Dalam hal ini kelompok yang dimaksud adalah kelas

ekperimen dan kelas kontrol. Jika Fhitung<¿ Ftabel ,¿ maka data berasal dari populasi

yang homogen. Uji homogenitas untuk dua sampel bebas menggunakan

persamaan di bawah:

F = S1

2

S22 …………………………………………….. (3.2)

Keterangan:

F = nilai F hitung

23

S12 = varians terbesar

S22 = varians terkecil

1. JikaFhitung>F tabel, maka data berasal dari populasi yang tidak homogen

2. JikaFhitung<F tabel maka data berasal dari populasi yang homogen,

3) Uji Hipotesis

1. Pengujian hipotesis digunakan untuk melihat apakah hipotesis yang telah

dirumuskan didukung oleh data yang telah dikumpulkan, sehingga hipotesis

harus diuji. Persamaan yang digunakan untuk uji-t dua Pihak adalah sebagai

berikut (Sudjana, 2008):

t hit =

X1−X 2

dsg❑√ 1n1

+ 1n2

…….………...………... (3.3)

Dimana:

dsg = √ (¿n1−1)S1

2+(n2−1)S22

n1+n2−2¿ …..…………...

……….. (3.4)

Dengan:

X1 = skor rata-rata kelas eksperimen pertama

X2 = skor rata-rata kelas eksperimen kedua

n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen

n2 : Jumlah siswa kelas kontrol

dsg : Simpangan baku kelas kontrol dan kelas

eksperimen

24

S12 : Varians kelas eksperimen

S22 : Varians kelas kontrol

Dengan pasangan hipotesis adalah:

H0:μ0=μ1 Tidak terdapat pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap

keterampilan berpikir krirtis antara kelompok siswa yang mengikuti

model Pembelajaran berbasis masalah dengan kelompok siswa yang

mengikuti model pembelajaran konvensional pada kelas VIIb SMP

NEGERI 1 PALOLO.

H1: Terdapat pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap

keterampilan berpikir kritis antara kelompok siswa yang mengikuti

model Pembelajaran berbasis masalah dengan kelompok siswa yang

mengikuti model pembelajaran konvensional pada kelas VIIb SMP

NEGERI 1 PALOLO.

Dengan kriteria pengujian yakni terima H0 jika thitung < ttabel pada taraf nyata α =

0,05 dan dk = n1-n2-2 serta untuk harga t lainnya H0 di tolak.

25