Proposal Awal Pendidikan Gizi.doc

8
Laporan Praktikum ke-2 Tanggal Mulai : 19 Februari 2014 MK. Pendidikan Gizi Tanggal selesai : 19 Februari 2014 AVOCADO (AVOID OBESITY WITH NUTRITION EDUCATION) PADA MAHASISWI TPB IPB Oleh: Kelompok 2 Bahriyatul Ma’rifah I14110006 Dimas Bagus A I14110010 Mesa Shelviani I14110041 Regi Meiliani I14110076 Anita Halimatussyadiah I14110113 Sinta Devi Wahyu Wardani I14124025 Asisten Praktikum: Dessy Ariyanti Utami Yenny Nurfajriani Pauzi Koordinator Mata Kuliah: Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS

description

Berisi cara pengajuan pelaksanaan pendidikan gizi di sekolah

Transcript of Proposal Awal Pendidikan Gizi.doc

Page 1: Proposal Awal Pendidikan Gizi.doc

Laporan Praktikum ke-2 Tanggal Mulai : 19 Februari 2014MK. Pendidikan Gizi Tanggal selesai : 19 Februari 2014

AVOCADO (AVOID OBESITY WITH NUTRITION EDUCATION) PADA MAHASISWI TPB IPB

Oleh:

Kelompok 2

Bahriyatul Ma’rifah I14110006Dimas Bagus A I14110010Mesa Shelviani I14110041Regi Meiliani I14110076Anita Halimatussyadiah I14110113Sinta Devi Wahyu Wardani I14124025

Asisten Praktikum:

Dessy Ariyanti UtamiYenny Nurfajriani

Pauzi

Koordinator Mata Kuliah:

Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKATFAKULTAS EKOLOGI MANUSIAINSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

Page 2: Proposal Awal Pendidikan Gizi.doc

PENDAHULUAN

Obesitas adalah kondisi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada bagian-bagian tertentu. Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu ditandai dengan total lemak tubuh >25% pada pria dan >33% pada wanita (Mahan et al. 2000).

Obesitas merupakan suatu kondisi inflamasi kronik tingkat rendah terutama pada white adipose tissue (WAT). Penemuan bahwa obesitas ditandai dengan adanya akumulasi makrofag pada jaringan WAT serta adanya fungsi biologi adiposit dan makrofag menambah pengertian terhadap perkembangan inflamasi dijaringan adiposa pada obesitas (Wellen et al. 2003).

Data riskesdas pada tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas di Indonesia pada remaja usia 15 tahun keatas sebesar 19,1%, sedangkan untuk usia 6-14 tahun prevalensi obesitas untuk jenis kelamin laki-laki sebesar 9,5% dan perempuan 6,4%. Hasil Riskesdas tahun 2010 menunjukkan prevalensi kegemukan pada remaja usia 13 – 15 tahun yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 2,9% dan perempuan 2,0%, sedangkan untuk usia 16-18 tahun masing-masing sebesar 1,3% dan 1,5% (Depkes RI 2011).

Obesitas dapat terjadi karena berbagai faktor, yaitu interaksi antara genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktivitas, gaya hidup, sosioekonomi, dan asupan zat gizi. Terjadinya obesitas secara umum berkaitan dengan keseimbangan energi dalam tubuh. Keseimbangan energi ditentukan oleh asupan energi yang berasal dari zat gizi penghasil energi yang meliputi karbohidrat, lemak, protein; serta kebutuhan energi yang ditentukan oleh kebutuhan energi basal, aktivitas fisik, dan thermic effect of food, suatu energi yang diperlukan untuk mengolah zat gizi menjadi energi (Rosita 2012).

Penelitian Stettler N, at all dalam Sartika (2011) menyatakan bahwa beberapa faktor penyebab obesitas pada anak antara lain asupan makanan berlebih yang berasal dari jenis makanan olahan serba instan, minuman soft drink, makanan jajanan seperti makanan cepat saji (burger, pizza, hot dog) dan makanan siap saji lainnya yang tersedia di gerai makanan. Faktor penyebab obesitas lainnya adalah kurangnya aktivitas fisik baik kegiatan harian maupun latihan fisik terstruktur. Faktor risiko utama yang menyebabkan obesitas adalah faktor perilaku yaitu pola makan yang tidak sehat ditambah dengan konsumsi serat (buah dan sayur) tidak mecukupi, aktivitas fisik yang kurang , dan merokok. Penelitian Sartika (2011) menunjukan responden yang tidak rutin berolahraga memiliki risiko obesitas sebesar 1,35 kali dibandingkan dengan responden yang rutin berolahraga.

Obesitas merupakan manifestasi dari kelebihan berat badan, tetapi berbeda dengan overweight yang hanya kelebihan berat badan, obesitas berarti kelebihan lemak di dalam tubuh. Orang dengan obesitas mempunyai resiko tiga kali lipat terkena diabetes mellitus tipe 2 dan hipertensi dibandingkan orang dengan berat badan normal, orang dengan obesitas juga beresiko terkena penyakit kolesterol, gangguan pada hati, kanker, gangguan reproduksi dan kematian janin (Escott-Stump 2012).

Pemberian informasi tentang obesitas melalui pendidikan gizi perlu dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswi TPB IPB agar sadar dan

Page 3: Proposal Awal Pendidikan Gizi.doc

mengetahui bahwa kelebihan berat badan berbeda dengan obesitas, pentingnya pemilihan makanan untuk mencegah obesitas serta dampak dari obesitas yang akan mengarahkan kita kepada penyakit-penyakit lain yang tidak menular. Tujuan akhirnya adalah agar mahasiswi TPB IPB dapat mengubah sikap dan tindakan ke arah kesadaran untuk melakukan pemenuhan kebutuhan gizi agar hidupnya sehat dan jauh dari obesitas.

Pendidikan gizi pada masyarakat dikenal sebagai usaha perbaikan gizi, atau suatu usaha untuk meningkatkan status gizi masyarakat khususnya golongan rawan (ibu hamil, ibu menyusui, balita, remaja dan usia lanjut), di mana golongan rawan ini masuk dalam golongan siklus hidup manusia. Pada pendidikan gizi  selalu diarahkan pada perubahan perilaku masyarakat ke arah yang baik sesuai dengan  prinsip-prinsip ilmu gizi  yaitu perubahan  pengetahuan gizi, sikap dan perilaku makan, serta keterampilan dalam mengelola makanan secara baik dan benar terutama dalam menangani masalah obesitas. Penerapan dalam pelayanan pendidikan gizi ini harus tetap memberikan penekanan pada golongan rawan, terutama remaja. Remaja merupakan periode perumbuhan dan proses kematangan manusia di mana pada masa ini terjadi perubahan yang sangat unik dan berkelanjutan. Remaja akan menjadi sumber daya manusia yang berkualitas jika sejak dini terpenuhi kebutuhan gizinya. Menurut Word Health Organization (WHO), remaja adalah anak yang mencapai umur 10 – 19 tahun. Masa remaja terjadi perubahan secara fisik maupun mental sosial. Perubahan ini perlu ditunjang oleh kebutuhan zat gizi yang tepat dan memadai karena masa remaja merupakan masa yang rawan gizi, yaitu kebutuhan gizi sedang tinggi – tingginya sementara mereka tidak tahu bagaimana cara memenuhi kebutuhan gizi dan tidak sedikit yang makan secara berlebihan dan akhirnya mengalami obesitas (Arisman 2009). Oleh karena itu gizi pada remaja penting sekali untuk diperhatikan, salah satu caranya adalah melaui pendidikan gizi.

Pendidikan gizi banyak berpengaruh dalam mengatasi masalah gizi dan kesehatan. Pendidikan formal yang tinggi, jika tidak disertai dengan pengetahuan gizi yang memadai akan memberikan dampak negatif terhadap masalah gizi. Menurut Harper et al (1988), pengetahuan gizi dapat mempengaruhi seseorang dalam jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi serta semakin baik pengetahuan seseorang, akan semakin positif sikapnya terhadap gizi. Hasil penelitian Rostania (2013) menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah edukasi berupa peningkatan pengetahuan responden yang artinya edukasi yang telah diberikan memiliki pengaruh terhadap perubahan pengetahuan responden. Pada penelitian yang dilakukan oleh Hardy (2007) menunjukkan bahwa sebelum pemberian edukasi gizi sebanyak 67.3% responden memiliki gaya hidup sedentary dan 32.7% yang tidak memiliki gaya hidup sedentary. Setelah pemberian edukasi gizi 63.6% responden memiliki gaya hidup sedentary dan 36.4% yang tidak memiliki gaya hidup sedentary. Penelitian serupa dilakukan oleh (Slater et al 2012) tentang efek edukasi gizi berupa penyuluhan dan pembagian majalah terhadap remaja obesitas di Brazil selama 6 bulan dan mendapatkan hasil yang signifikan terhadap kebiasaan sarapan dan konsumsi buah dan sayur. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Straker et al (2012) terhadap remaja overweight di Australia selama 12 bulan dengan pemberian edukasi dapat meningkatkan sikap terhadap makanan dan aktivitas sedentary (Behavioral Regulation and Exercise Scale (BREQ)).

Page 4: Proposal Awal Pendidikan Gizi.doc

KARAKTERISTIK SASARAN

Kondisi Lokasi Kegiatan

Konsultasi gizi yang akan dilaksanakan bertempat pada asrama putri TPB (Tingkat Persiapan Bersama) IPB. Asrama putri TPB IPB bertempat di Jalan Lingkar Kampus IPB Darmaga, Bogor. Asrama putri terdiri dari 5 gedung untuk menampung semua mahasiswi baru yang akan menjalani wajib asrama selama 1 tahun, yaitu, A1, A2, A3, A4, dan Sylvasari. Asrama putri memiliki fasilitas tempat parkir yang cukup luas, kantin, supermarket, dan lapangan basket. Namun ketersediaan air, ketiadaan klinik, dapur dan sambungan internet belum memadai. Walaupun tidak terdapat dapur, namun ketersediaan makanan bukan menjadi masalah. Terdapat tiga kantin dan supermarket yang berada disekitar asrama putri. Mahasiswi juga diajak untuk melakukan kegiatan bersama-sama. Kegiatan rutin yang akan dijalankan oleh mahasiswi baru di asrama diantaranya social gathering lorong dan gedung, kegiatan keagamaan, apel pagi, dan gerakan budaya bersih asrama. Selain itu, berbagai kegiatan yang bersifat membina juga diadakan, seperti jalan pagi sehat dan kegiatan outbond.

Karakteristik Sasaran Pendidikan

Objek Sasarannya adalah mahasiswi Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor yang tinggal diasrama putri dengan usia kurang lebih 18 tahun. Mahasiswi yang tinggal diasrama ini memiliki keragaman budaya, agama, dan tingkat sosial ekonomi. Sebagian besar dari mereka berasal dari keluarga yang tidak mampu atau tingkat ekonomi kelas bawah, namun beberapa juga berasal dari keluarga tingkat ekonomi kelas menengah dan atas. masing-masing individu juga memiliki jumlah uang bulanan yang berbeda-beda, ada yang >1.000.000 dan ada yang < 1.000.000. Masing-masing mahasiswi memiliki tingkat pengeluaran yang berbeda terhadap konsumsi makanan dan jajanannya. Setiap individu juga memiliki kebiasaan makan dan jajan yang berbeda. Mahasiwi dengan jumlah uang bulanan yang besar akan cenderung memiliki pola konsumsi makanan yang berlebihan dan sebaliknya. Konsumsi berlebihan yang didukung oleh kebiasaan makan dan jajan yang tidak tepats elanjutnya akan menimulkan masalah gizi, salah satunya yaitu obesitas.

DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi, Ed. 2. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran EGC.

[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta (ID): Balitbangkes.

Page 5: Proposal Awal Pendidikan Gizi.doc

Escott-Stump S et al. 2012. Nutrition and Diagnosis-Related Care 7th Edition. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins.

Hardy L et al. 2007.The reliability of the Adolescent Sedentary Activity Questionnaire (ASAQ). Preventive Medicine, vol 45, hal. 71-74. [Internet]. [diunduh pada 2014 Februari 22]. Tersedia pada: http://www.sciencedirect.com.

Harper LJ, Deaton BJ, Driskel JA. 1988. Pangan, Gizi, dan Pertanian. Suhardjo, penerjemah. Jakarta (ID): UI Press.

Mahan, Adair, Popkin BM. 2002. Ethnic differences in the association betwen body mass index and hypertension. Am J Epidemiology. 155:346-353.

Rosita. 2012. Konseling Gizi Transtheoritical Model dalam Mengubah Perilaku Makan dan Aktivitas Fisik pada Remaja Overweight dan Obesitas: Suatu Kajian Literatur. Tesis. Bandung (ID): Pascasarjana Universitas Padjajaran.

Rostania M et al. 2013. Pengaruh Edukasi Gizi Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Gaya Hidup Sedentary pada Anak Gizi Lebih di SDN Sudirman 1 Makassar tahun 2013. Makassar (ID) : Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar.

Sartika RAD. 2011. Faktor risiko obesitas pada anak 5-15 tahun di Indonesia. Makara Kesehatan. 15(1):37-43

Slater NT, Band. 2012.Intervention based exclusively on stage. matched printed educational materials regarding healthy eating does not result in changes to adolescents’ dietary behavior.The Cientific World Journal,10.

Strater et al. 2012. Rationale, design and methods for a staggered-entry, waitlist controlled clinical trial of the impact of a community-based, family-centred, multidisciplinary program focussed on activity, food and attitude habits (CurtinUniversity’s Activity, Food and Attitudes Program—CAFAP) among overweight adolescents. BMC Public Health, 12.