Propesionalisme Emin 2

67
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidik atau guru merupakan bagian yang terpenting dalam sebuah pendidikan, guru adalah pendidik professional,karenanya secara implisit telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua,untuk itu guru di tuntut agar memiliki kemampuan yang memadai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik,baik yang menyangkut kemampuan membimbing maupaun melatih peserta didik. Pendidik atau guru di tuntut untuk bisa membawa perubahan tingkah laku peserta didiknya,harus bisa memberi semangat atau motivasi kapada peserta didik untuk mau belajar dan menuntut ilmu,karena pendidikan merupakan sebuah cara untuk memberikan atau membawa perubahan manusia khususnya peserta didik,hal ini sesuai dengan landasan pendidikan UU sisdiknas

description

include a script about propesionalism to be a teacher

Transcript of Propesionalisme Emin 2

Page 1: Propesionalisme Emin 2

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidik atau guru merupakan bagian yang terpenting dalam sebuah

pendidikan, guru adalah pendidik professional,karenanya secara implisit telah

merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan

yang terpikul di pundak orang tua,untuk itu guru di tuntut agar memiliki

kemampuan yang memadai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya

sebagai pendidik,baik yang menyangkut kemampuan membimbing maupaun

melatih peserta didik.

Pendidik atau guru di tuntut untuk bisa membawa perubahan tingkah laku

peserta didiknya,harus bisa memberi semangat atau motivasi kapada peserta didik

untuk mau belajar dan menuntut ilmu,karena pendidikan merupakan sebuah cara

untuk memberikan atau membawa perubahan manusia khususnya peserta

didik,hal ini sesuai dengan landasan pendidikan UU sisdiknas pasal 1 ayat 1”

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajr

dan proses pembelajran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,penngendalian

diri,kepribadian,kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang di perlukan

dirinya,masyarakat ,Bangsa dan Negara.

Peran serta guru agama atau guru madrasah sangat penting

sekali,karena pendidikan moral,akidah serta ibadah banyak di pelajari di

Page 2: Propesionalisme Emin 2

2

madrasah,seperi yang kita ketahui pendidikan agama yang mereka peroleh di

sekolah formal sangat kurang sekali,untuk itu peran serta serta profesional guru

madrasah sangat di perlukan untuk memberikan pendidikan agama kepada para

peserta didik,pondasi keagamaan yang harus di tanamkan sejak dini untuk untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan.

Profesi guru sebagai tenaga pendidik, bukanlah profesi yang dimiliki oleh

seseorang dengan begitu saja. Tugas guru sebagai pendidik juga tidak dapat

dilakukan dengan begitu saja, karena guru dituntut untuk memiliki kemampuan

mengajar yang sesungguhnya, yaitu diawali dengan penguasaan terhadap

keterampilan dasar mengajar dan mampu menerapkannya dalam pembelajaran,

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal, efektif, dan efisien.

Profesionalisme seorang guru agama untuk memberikn motivasi belajar

kepada anak-anak agar mau belajar di sekolah madrasah diniyah sangatlah

penting,karena melihat kenyataan dilapangan bahwa perhatian serta minat untuk

belajar di sekolah madrasah sangatlah kurang,hal ini dapat terjadi karena

kurangnya perhatian dari orang tua.pertama kurang nya ketegasan orangtua saat

menyuruh berangkat ke sekolah MD,kedua orangtua hanya mengharapkan agar

anaknya memiliki ijazah MD sabagai persyaratan masuk sekolah lanjuatn

atas,ketiga orang tua menganggap sekolah madrasah hanya sebagai pelengkap

saja,mereka beranggapan lebih baik sekolah dari pada hanya bermain di luar

rumah,kadang adapula sebagian orang tua yang menyuruh anaknya untuk

mengadakan les tambahan di jam sekolah madrasah sehingga mengganggu waktu

belajar di madrasah.Menurunnya minat belajar anak juga ditentukkan karena

Page 3: Propesionalisme Emin 2

3

kurangnya profesionalisme guru,karena syarat untuk menjadi seorang guru yaitu

wajib memiliki kualifikasi akademik,kompetensi,sertifikat pendidik,sehat jasmani

dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional.

Seorang guru yang merupakan salah satu komponen dalam system

pendidikan islam,di harapkan menjadi sosok pribadi yang memiliki sejumlah

atribut kepribadian yang dapat menempatkan sebagai panutan serta orang yang

mempengaruhi positif siswa didiknya.sikap dan prilaku harus mencerminkan

pribadi muslim,sehingga guru yang profesional harus bisa memiliki kompetensi

tersebut.

Seperti yang kita ketahui,guru atau pendidik yang mengajar di

madrasah mereka mengajar peserta didiknya dengan suka rela atau ikhlas ,latar

belakang mereka tidak memiliki pendidikan keguruan seperti yang di sekolah

formal.sehingga metode mengajar yang di gunakan bersifat seadanya ,tanpa

memperhatikan kurikulum,hal ini menjadikan minat dan motifasi belajar siswa

untuk sekolah di madrasah sangat kecil sekali,serta kurangnya perhatian orang tua

juga menjadi sebab mereka tidak mau untuk belajar di Madrasah diniyah

Masalah ini bila terus dibiarkan maka akan menjadi suatu masalah besar

bagi kita sebagai pendidik,terutama guru agama.Ajaran islam yang begitu mulia

yang bertujuan untuk menciptakan manusia yang sempurna (insan kamil) manusia

yang memiliki nur Ilahi tidak akan terwujud begitu saja tetapi harus di tanamkan

dan di biasakan sejak kecil, nilai-nilai keagaamaan dan ketahuidan menjadi

pondasi yang harus di tanamkan kepada peserta didik. Untuk mencapai semua itu

Page 4: Propesionalisme Emin 2

4

tidak mudah di perlukan guru yang profesional ,para pendidik di sekolah sebagai

penanggung jawab pembelajaran dalam institusi harus membuat terobosan-

terobosan serta strategi pengajaran untuk meningkatkan motivasi dan

problematika belajar para siswanya.Pendidik harus bisa memberikan semangat

dorongan dan tekhnik-tekhnik belajar kepada siswanya bagaimana cara belajar

yang lebih baik,menciptakan suasana yang menyenangkan dan mengasyikan

ketika berada didalam kelas.maka para pendidik diharapkan menggunakan

metode-metode belajar yang sesuai.Pendidik harus bisa membrikan motivasi

untuk belajar yang lebih baik lagi,hal ini bila kita lihat di lapangan bahwa

pembelajaran yang dilakukan di madrasah di siang hari,dimana suasana belajar

yang tidak semangat lagi, pagi hari mereka belajar di sekolah formal,sepulang

sekolah harus belajar lagi di siang hari nya.hal ini sangat menuntut seoarang guru

harus paham bagaimana keadaan mereka,untuk itu sebagai guru yang profesional

harus mempunyai strategi belajar yang akan menumbuhkan motivasi belajar

mereka.

Efektifitas pembelajaran tidak dapat terjadi dengan sendirinya tetapi

harus di usahakan oleh pendidik agar terciptanya suasana belajar yang kondusif.

pembelajaran yang berlangsung harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan

siswa, bukan keinginan guru.Motivasi belajar adalah faktor praktis yang

peranannya adalah menumbuhkan semangat belajar,merasa senang dalam belajar .

dalam pengelolaan pendidikan tidak terlepas dari adanya rencana pengajaran yang

termasuk didalamnya strategi belajar yang harus dikuasai oleh guru agar

pembelajaran berjalan dengan efektf dan efisien.

Page 5: Propesionalisme Emin 2

5

Dengan adannya fenomena tersebut,maka penulis sangat tertarik untuk

meneliti tentang “Profesionalisme Guru Hubungannya dengan Motivasi

Belajar Siswa di Madrasah Diniyah Tarbiyatul Aulad” Penelitian ini sangat

perlu dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar mereka terhadap pendidikan

islam serta profesionalisme guru agama dalam mendidik agar terbentuknya

peserta didik yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan

menjadi ahli ilmu agama yang berwawasan luas,kritis,kreatif,inofatif,dan dinamis

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang beriman,bertaqwa dan

berakhlak mulia.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan Uraian dan latar belakang masalah ,maka dapat di

identifikasikan masalah-masalah penelitian,yaitu sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan Profesinoalisme guru dengan Motivasi Belajar

siswa?

2. Apakah ada hubungan kompetensi guru terhadap motivasi belajar siswa?

3. Apakah ada hubungan metode pembeljaran dengan motivasi belajar siswa?

4. Apakah ada hubungan Efekifitas belajar dengan motivasi belajar siswa?

C Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dan identifikasi

masalah,bahwa motifasi belajar siwa di pengaruhi banyak factor.selanjutnya,agar

Page 6: Propesionalisme Emin 2

6

penelitian ini dapat dilakukan secara insentif dan focus,maka perlu dilakukan

pembatasan atau perumusan tujuan penelitian ini

Berdasarkan uraian di atas,maka secara spesifik bahwa penelitian ini

bertujuan untuk meneliti masalah profesionalisme guru hubungannya dengan

motivasi belajar siswa. Lingkup penelitian ini adalah para siswa di MDTA

Tarbiyatul Aulad Sundawenag-Parungkuda.

D.Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada pembatasan masalah,maka dapat dirumuskan

masalah-maslah penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Apakah terdapat Hubungan profesionalisme guru dengan motivasi beljar

siswa?

2. Apakah terdapat hubungan kompetensi guru terhadap motivasi belajar

siswa?

3. Apakah terdapat Hubungan antara metode pembelajaran dengan

motivasi belajar siswa?

4. Apakah terdapat hubungan antara efektifitas belajar dengan motivasi

belajar siswa?

E.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian dari proposal ini adalah untuk:

Page 7: Propesionalisme Emin 2

7

1. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara profesionalisme guru

dengan motivasi belajar siswa.

2 .Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kompetensi guru

dengan motivasi belajar siswa?

3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara metode pembelajaran

dengan motivasi belajar siswa

4. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara efektifitas belajar

dengan motovasi belajar siswa.

F.Manfaat penelitian

1.Secara Teoritis

1) Wawasan dan pengetahuan tentang masalah profesionalisme guru

2) Wawasan dan pengetahuan tentang masalah motivasi belajar siswa

3) Menambah referensi ilmiah tentang pembuktian pengaruh hubungan

profesionalisme guru terhadap motivasi belajar siswa

4) Pengetahuan untuk penelitian-penelitan selanjutnya

2. Secara Praktis

1) Masukan bagi pimpinan /otoritas sekolah untuk melakukan peningkatan

profesionalisme guru dalam mengajar.

Page 8: Propesionalisme Emin 2

8

2) Informasi untuk menyusun program-program peningkatan profesionalisme

guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

3) Bahan masukan untuk menyusun perencanaan kinerja sekolah berdasarkan

faktor-faktor peningkatan profesionalisme guru dan motivasi belajar siswa.

Page 9: Propesionalisme Emin 2

9

BAB II

LANDASAN TEORI,KERANGKA BERFIKIR, DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS

A.LANDASAN TEORI

1) HAKIKAT MOTIVASI BELAJAR

1.Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa Latin, movere yang berarti bergerak atau

bahasa Inggrisnya to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam

diri organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force). Motif tidak berdiri

sendiri, tetapi saling berkaitan dengan faktor lain, baik faktor eksternal, maupun

faktor internal. Hal-hal yang mempengaruhi motif disebut motivasi.

Istilah motivasi berasal dari kata “motif’ yang dapat diartikan sebagai

kekuatan yang terdapat diri individu,yang menyebabkan individu tersebut

betindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung,tetapi dapat

diinterpetaikan dalam tingkah lakunnya,berupa rangsangan,dorongan,atau

pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. 1

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian motif. Sherif & Sherif

(1956),menyebutkan motif sebagai suatu istilah generic yang meliputi semua

factor internal yang mengarah pada berbagai jenis perilaku yang bertujuan semua

pengaruh internal,seperti kebutuhan (needs) yang berasal dari fungsi-

1 .Isbandi Rukminto Adi,Psikologi.Pekerjaan Sosial,dan Ilmu kesejahteraan Sosial :Dasar-Dasar Pemikiran,Jakarta:Grafindo persada,1994,hal.154.

Page 10: Propesionalisme Emin 2

10

fungsi,organisme,dorongan dan keinginan,aspirasi dan selera sosial,yang

bersumber dari fungsi-fungsi tersebut.2

Menurut Guralnik (1979:314) dalam webster’s New World Dictionary.”

Motive:an inner drive,impulse,etc that causes one to act.” (Motif: suatu

perangsang dari dalam,suatu gerak hati dan sebagainya yang menyebabkan

seseorang melakukan sesuatu).3

R.S Woodworth mengartikan motif sebagai suatu yang dapat atau mudah

menyebabkan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dan untuk

mencapai tujuan-tujuan tertentu.4

Menurut beberapa para ahli psikologi,pada diri seseorang terdapat

penentuan tingkah laku ,yang bekerja untuk mempengaruhi tingkah laku itu.

Faktor penentu tersebut adalah motivasi atau daya penggerak tingkah laku

manusia. Misalnya,seseorang berkemauan keras atau kuat dalam belajar karena

adanya harapan atau penghargaaan atas prestasinya.

Motivasi merupakan dorongan dan kekuatan dalam diri seseorang untuk

melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapainya Pernyataan ahli tersebut,dapat

diartikan bahwa yang di maksud tujuan adalah sesuatu yang berada di luar diri

manusia sehingga kegiatan manusia lebih terarah karena seseorang akan berusaha

lebih semangat dan giat dalam berbuat sesuatu.5

2 Drs.Alex Sobur ,M.Si,Pskologi Umum , (Bandung: Pustaka Setia,2003),hlm.2673 Ibid.hlm.2674 Ibid.hlm.2675 Wahosumijo,Kepeminpinan dan motivasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia,1992),hlm.177

Page 11: Propesionalisme Emin 2

11

David McCellend et el.,berpendapat bahwa : A motive is the reding

tegration by a cue of a change in an affective situation,yang berarti motif

merupakan implikasi dari hasil pertimbangan yang telah dipelajari (redintegration)

dengan ditandai suatu perubahan pada situasi afektif. Sumber utama munculnya

motif adalah dari rangsangan (stimulasi ) perbedaan situasi sekarang dengan

situasi yang diharapkan,sehingga tanda perubahan tersebut tanpak adanya

perbedaan afektif saat munculnya motif dan saat usaha pencapaian diharapkan.6

Motivasi dalam pengertian tersebut memiliki dua aspek,yaitu adanya dorongan

dari dalam dan dari luar untuk mengadakan perubahan dari suatu keadaan pada

keadaan yang diharapkan,dan usaha untuk mencapai tujuan.

Menurut Hamzah B.Uno (2007:3) “Motivasi merupakan dorongan yang

terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku

yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.”7

Dari berbagai sumber dan para ahli tersebut penulis menyimpulkan

bahwa motivasi akan mengakibatkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada

pada diri manusia,yang dapat memberi dorongan dan semangat untuk berusaha

mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi

kebutuhanya.

1. Motivasi Belajar

6 David C.McClellend,Jhon W .Atkinson,Russel A.Clark,edgar. Lowel,The Achievement Motive,(Now York: Irvington,1976),hlm.28. 7 Hamzah B Uno,Landasan pembelajaran,(Gorontalo: Nurul Jannah,2003),hlm.7-9

Page 12: Propesionalisme Emin 2

12

Thorndike,salah seorang pendiri aliran teori belajar tingkah

laku,mengemukakan teorinya bahwa belajar adalah proses interaksi antara

stimulus (yang mungkin berupa pikiran,perasaan,atau gerakan) dan respon (yang

juga bisa berupa pikiran,perasaan,atau gerakan)8. Jelasnya,menurut

Thorndike,perubahan tingkah laku dapat berwujud sesuatu yang konkret (dapat

diamati),atau yang nonkonkret (tidak bisa diamati).

Menurut pandangan Good dan Briphy.yang menyatakan bahwa belajar

merupakan sustu proses atau interaksi yang di lakukan seseorang dalam

memperoleh sesuatu yang baru dalam bentuk perubahan perilaku sebagai hasil

dari pengalaman itu sendiri (belajar).9

Dari kedua pandangan di atas,terungkap bahwa belajar adalah

pemerolehan pengalaman baru oleh seseorang dalam bentuk perubahan perilaku

yang relative menetap,sebagai akibat adanya proses dalam bentuk interaksi belajar

terhadap suatu objek (pengetahuan),atau melalui suatu penguatan (reinforcement)

dalam bentuk pengalaman terhadap suatu objek yang ada dalam lingkungan

belajar.

Driscol menyatakan ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam

belajar,yaitu (1) belajar adalah suatu perubahan yang menetap dalam kinerja

seseorang ,dan (2) hasil belajar yang muncul dalam diri siswa merupakan akibat

atau hasil dari interaksi siswa dengan lingkungan.10

8 Noel Entwistle, Styles of Learning and Teaching: An Integrated Outline of Educational Psychology for Students,and lecturers, (New York: Jhon Wiley &Sons Ltd,.1981) hlm.216.9 Thomas L.Good &Jere E.Brophy, Educational Psychology, (New York:Longman,1990),hal.103

10 Mercy P.Driscoll, Psycology of learning for Instruction, (Boston:Allyn and Bacon 1994),

Page 13: Propesionalisme Emin 2

13

Pada prinsipnya,dalam belajar terdapat empat komponen kegiatan,yaitu:

1) Melakukan persepsi terhadap stimulus

2) Menggunakan pengetahuan prasyarat

3) Merencanakan respons

4) Pelaksanaan respons yang dipilih

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mem

pengaruhi.Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relative permanen dan

secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced

practice) yang di landasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada

siswa-siswi yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku,pada

umunya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu

mempunyai peranan besar dalan keberhasilan seseorang dalam belajar.Indikator

motivasi belajar dapat di klsifikasikan sebagai berikut:

1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil

2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan

4) Adanya penghargaan dalam belajar

5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

hlm.8-9

Page 14: Propesionalisme Emin 2

14

6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif,sehingga memungkinkan siswa

dapat belajar dengan baik.

Menurut pendapat penulis dengan adanya motivasi belajar diharapakan

tujuan belajar dapat tercapai sesuai dengan tujuan pembelajaran dan dengan

adanya belajar yang efektif diharapkan siswa mempunyai motivasi dalam dirinya

untuk mewujudkan cita-citanya dan tujuan hidupnya.Motivasi belajar merupakan

kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Lemah motivasi atau

tidak adanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar,rasa malas yang

timbul dalam diri siswa akan menjadikan mereka sosok yang pemalas. Belajar

merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan

hidup.

3. Macam-macam motivasi

Berbicara tentang macam motivasi atau jenis motivasi dapat dilihat dari

berbagai sudut pandang. Dengan demikain.motivasi atau motif-motif yang aktif

itu sangat bervariasi.

a.Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya :

1. Motif bawaan (Biogenetis)

Yaitu motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme demi

kelanjutan hidupnya. Misalnya: lapar,haus,kebutuhan akan kegiatan dan

istirahat,mengambil napas,seksualitas,dan sebagainya.

2. Motif yang dipelajari (Sosiogenetis)

Page 15: Propesionalisme Emin 2

15

Yaitu motif-motif yang berkembang berasal dari lingkungan kebudayaan

stempat orang tersebut berada. Jadi motif ini tidak berkembang dengan

sendiriny,tetapi dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan setempat.

Misalnya ,keinginan mendengarkan music,makan baso,makan cokelat,dan lain-

lain

3. Motif ke-Tuhanan (teogenetis)

Dalam motif ini manusia adalaah sebagai makhluk yang

berketuhanan,sehingga ada interaksi antara manusia dengan tuhan-nya,seperti

ibadahnya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya keinginan untuk mengabdi

kepada Tuhan yang Maha Esa,untuk merealisasikan norma-norma sesuai

agamanya.11

b. Motivasi dilihat dari sifatnya

Abdul Rahman Shaleh (2009:194) Membagi Motivasi menjadi dua:

a. Motivasi Instrinsik

Ialah motivasi yang berasal dari diri seseorang itu sendiri tanpa

dirangsang dari luar. Misalnya: orang yang gemar membaca, tidak usah ada yang

mendorong, ia akan mencari sendiri buku-buku untuk dibaca.

Motivasi intristik timbul karena dalam diri seseorang telah ada dorongan

untuk melakukan sesuatu. Dalam hal ini pujian,hadiah,hukuman dan sejenisnya

11 H. Abu Ahmadi,Psikologi social,Jakarta:Rineka cipta,2007,hal.184-186.

Page 16: Propesionalisme Emin 2

16

tidak diperlukan oleh siswa karena siswa belajar bukan untuk untuk mendapat

pujian atau hadiah dan bukan juga karena takut hukuman.

Motivasi instrinsik berisi:

a) Penyesuaian tugas dengan minat.

b) Perencanaan yang penuh variasi.

c) Umpan balik atas respon siswa.

d) Kesempatan respons peserta didik yang aktif.

e) Kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan tugas pekerjaannya.

b. Motivasi Ektrinsik

Yaitu motivasi yang datang karena adanya perangsangan dari luar, seperti :

seseorang mahasiswa rajin belajar karena akan ujian.

Menurut Syaiful bahri Djamarah,motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari

motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan

berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.

Motivasi ekstrinsik berisi:

a) Penyesuaian tugas dengan minat

b) Perencanaan yang penuh variasi

c) Respon siswa

Page 17: Propesionalisme Emin 2

17

d) Kesempatan peserta didik yang aktif

e) Kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan tugas pekerjaanya.

f) Adanyan kegiatan yang menarik dalam belajar.

Motivasi intrinsik maupaun motivasi ekstrinsik, kedua-duanya dapat

menjadi dorongan untuk belajar. Namun tentunya agar aktifitas dalam belajarnya

memberi kepuasan di akhir kegiatan belajarnya maka sebaiknya motivasi yang

mendorong siswa untuk belajar adalah motivasi intrinsik.

Dengan adanya perbedaan motivasi di lihat dari sifat dan jenisnya penulis

berpendapat motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak baik dari

dalam diri maupaun luar siswa dengan menciptakan serangkaian usaha untuk

mencapai tujuan tertentu sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan

aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.

4. Peranan motivasi dalam belajar dan pembelajaran

Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan

menjelaskan perilaku individu,termasuk perilaku individu yang sedang belajar.

Ada beberpa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran,antara

lain dalam:

a) Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar

b) Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai

c) Menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar

Page 18: Propesionalisme Emin 2

18

d) Menentukan ketekunan belajar

5. Fungsi Motivasi

Oemar Hamalik (2002) menyebutkan bahwa terdapat tiga fungsi

motivasi,yaitu:

1. Mendorong manusia untuk berbuat,jadi sebagai penggerak atau motor yang

melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari

setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan ,yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus

dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuananya.

3. Menyeleksi perbuatan-perbuatan kita,artinya menentukan perbuatan-

perbuatan mana yang harus dilakukan yang serasi,guna mencapai

tujuan,dengan menyampingkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat

bagi tujuan itu.

2.HAKIKAT PROFESIONALISME

1.Pengertian profesional

Profesional berasal dari kata profesi yang berarti jabatan. Orang yang

profesional adalah orang yang mampu melaksanakan tugas jabatannya secara

mumpuni, baik secara konseptual maupun aplikatif. Guru yang profesional adalah

guru yang memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugas jabatan guru.

Page 19: Propesionalisme Emin 2

19

Secara etimologi profesi berasal dari kata profession yang berarti

pekerjaan.Profesional artinya yang ahli atau tenaga ahli. Professionalism artinya

sifat professional.(Jhon M.Echols & Hassan Shadily,1990:449)12

Bila ditinjau secara lebih dalam, terdapat beberapa karakteristik

profesionalisme guru. Rebore (1991) mengemukakan enam karakteristik

profesionalisme guru, yaitu:

(1) pemahaman dan penerimaan dalam melaksanakan tugas,

(2) Kemauan melakukan kerja sama secara efektif dengan siswa, guru, orang

tua, siswa, dan masyarakat,

(3) Kemampuan mengembangkan visi dan pertumbuhan jabatan secara terus-

menerus,

(4) Mengutamakan pelayanan dalam tugas,

(5) Mengarahkan, menekan dan menumbuhkan pola perilaku siswa, serta

(6) Melaksanakan kode etik jabatan.

Profesionalisme guru memberikan dampak yang sangat signifikan

terhadap keberlangsungan dan efektivitas proses belajar mengajar. Oleh sebab itu

guru dituntut untuk bisa menyelami kondisi psikis para siswa ketika ia

memberikan pelajaran. Dan lebih dari itu bisa mengatasi setiap permasalahan-

permasalahan etis yang timbul di dalam kelas.

12 Dr.Ali Mudlofir,M.Ag. Pendidik Profesional, (Depok,RajaGrafindo Persada 2012),hlm.3

Page 20: Propesionalisme Emin 2

20

Pendekatan humanistik merupakan sebuah keharusan yang harus

dilakukan oleh seorang guru supaya bisa menciptakan suasana dialogis ingklusive

antara siswa dengan guru. Sehingga terjadi suatu kedekatan emosional yang erat.

Berkaitan dengan teori humanistik ini Hamachaek mengatakan bahwa guru-guru

yang efektif adalah guru-guru yang “manusiawi”, yang mempunyai rasa humor,

adil, menarik, lebih demokratis daripada autokratik, dan mereka harus mampu

berhubungan dengan mudah dan wajar dengan para siswa baik secara perorangan

maupun kelompok (Wasty Soemanto, 1990: 220).13

Eksistensi guru sebagai seorang pendidik memperoleh banyak tantangan,

baik itu dari siswa maupun dari masyarakat. Hal ini lebih disebabkan oleh kurang

profesionalimenya guru dalam melancarkan efektiitas belajar dan mengajar.

Sehingga wibawa para guru di mata murid-murid kian jatuh. Murid-murid masa

kini khususnya yang menduduki sekolah-sekolah menengah pada umumnya hanya

cenderung menghormati para guru  karena ada udang di balik batu. Sebagian

siswa-siswa di kota menghormati guru karena ingin mendapat nilai yang tinggi

atau naik kelas dengan peringkat tinggi tanpa kerja keras. Sebagian lainnya lagi

menghormati guru agar mendapat dispensasi “harap dan maklum” apabila telat

menyerahkan tugas (Muhibbin Syah,1995:  221).14

13 Wasty Soemanto.  Psikologi Pendidikan : Landasan Kerja Pimpinan Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1990). Hlm. 220

14 Muhibbin Syah, M.Ed. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Cetakan kedua. (Bandung: PT. Rosdakarya. 1995). hlm. 2

Page 21: Propesionalisme Emin 2

21

    Dengan peran dan profesionalismenya sebagai pengajar, guru diharapakan

mampu mendorong setiap anak untuk senantiasa belajar dalam berbagai

kesempatan melalui berbagai sumber dan media dan mampu membantu anak

secara efektif, dapat mempergunakan berbagai kesempatan belajar dan berbagai

sumber media belajar (Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono, 1991: 99)15

Dalam menjalankan kewenangan profesionalnya, guru dituntut memiliki 

keanekaragaman kecakapan yang bersifat psikologis yang meliputi (Muhibbin

Syah : 23)

1.    Kompetensi Kognitif (kecakapan ranah cipta)

Kompetensi ranah cipta merupakan sebuah kemestian yang harus dimiliki

setiap calon guru dan guru professional. Di mana kompetensi kognitif ini

mengandung pengetahuan yang bersifat deklaratif dan prosedural. Pengetahuan

deklaratif (declarative knowledge ) merupakan pengetahuan yang berisfat statis

normative dengan tatanan yang jelas yang diungkapkan secara lisan (oral).

Sedangkan pengetahuan prosedural (prosedural knowledge) yang juga

bersemayam dalam otak itu juga pada dasarnya  adalah pengetahuan praktis dan

dinamis  yang mendasari keterampilan melakukan sesuatu. Pengetahuan dan

keterampilan ranah cipta dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yatu: Kategori

pengetahuan kependidikan/keguruan dan kategori pengetahuan bidang studi yang

menjadi mata pelajaran yang akan diajarkan guru.

2.  Kompetensi afektif (kecakapan ranah rasa)

15 Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. (Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1991)

Page 22: Propesionalisme Emin 2

22

Kompetensi ranah afektif guru bersifat tertutup dan abstrak, sehingga

amat sukar untuk didentifikasi. Kompetensi ranah ini sebenarnya meliputi seluruh

fenomena perasaan dan emosi seperti; cinta, benci, senang dan sedih dan sikap-

sikap tertentu terhadap diri sendiri dan orang lain.

3.   Kompetensi psikomotor (kecakapan ranah karsa)

Kompetensi psikomotor guru meliputi segala keterampilan atau

kecakapan yang bersifat jasmaniah yang pelaksanaannya berhubungan  dengan

tugas-tugasnya selaku pengajar. Guru yang professional memerlukan penguasaan

yang prima atas sejumlah keterampilan ranah karsa yang berlangsung yang

berakitan dengan bidang studi garapannya.

Secara garis besar, kompetensi ranah karsa  guru terdiri atas dua kategori,

yaitu: Kecakapan fisik umum dan kecakapan fisik khusus. Kecakapan fisik umum

direflesikan  dalam bentuk gerakan dan tindakan umum jasmani guru seperti

duduk, berdiri, berjalan dan lain sebagainya yang tidak langsung berkaitan dengan

kreatifitas mengajar. Kompetensi ranah karsa ragam ini selayaknya direflesikan

oleh guru sesuai dengan kebutuhan dan tata krama yang berlaku. Adapun

kecakapan ranah karsa guru yang khusus meliputi ketrampilan-ketrampilan

ekspresi verbal (pernyataan lisan) dan nonverbal  tertentu yang direfleksikan oleh

guru terutama ketika mengolah ekpresi proses belajar mengajar.

2.Pengembangan profesi guru

Page 23: Propesionalisme Emin 2

23

Guru adalah orang yang memberikan ilmu, memberikan inspirasi,

memberikan motif-motif dan membimbing murid untuk mencapai tujuan

pendidikan (Witheringthon, 1991: 85)

Membicarakan tentang profesionalisme guru, tentu tidak bisa dilepaskan

dari kegiatan pengembangan profesi guru itu sendiri. Secara garis besarnya,

kegiatan pengembangan profesi guru dapat dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu: (1)

pengembangan intensif (intensive development), (2) pengembangan kooperatif

(cooperative development), dan (3) pengembangan mandiri (self directed

development) (Glatthorm, 1991).

Pengembangan intensif (intensive development) adalah bentuk

pengembangan yang dilakukan pimpinan terhadap guru yang dilakukan secara

intensif berdasarkan kebutuhan guru. Model ini biasanya dilakukan melalui

langkah-langkah yang sistematis, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai

dengan evaluasi dan pertemuan balikan atau refleksi. Teknik pengembangan yang

digunakan antara lain melalui pelatihan, penataran, kursus, loka karya, dan

sejenisnya.

Pengembangan kooperatif) (cooperative development) adalah suatu

bentuk pengembangan guru yang dilakukan melalui kerja sama dengan teman

sejawat dalam suatu tim yang bekerja sama secara sistematis. Tujuannya adalah

untuk meningkatkan kemampuan profesional guru melalui pemberian masukan,

saran, nasehat, atau bantuan teman sejawat. Teknik pengembangan yang

Page 24: Propesionalisme Emin 2

24

digunakan bisa melalui pertemuan KKG atau  MGMP/MGBK. Teknik ini disebut

juga dengan istilah peer supervision atau collaborative supervision.

Pengembangan mandiri (self directed development) adalah bentuk

pengembangan yang dilakukan melalui pengembangan diri sendiri. Bentuk ini

memberikan otonomi secara luas kepada guru. Guru berusaha untuk

merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan, dan menganalisis balikan untuk

pengembangan diri sendiri. Teknik yang digunakan bisa melalui evaluasi diri (self

evaluation) atau penelitian tindakan (action research).

Profesionalisme guru adalah kemampuan guru untuk melakukan tugas

pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan,

melakukan, dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Pada prinsipnya setiap guru

harus disupervisi secara periodik dalam melaksanakan tugasnya. Jika jumlah guru

cukup banyak, maka kepala sekolah dapat meminta bantuan wakilnya atau guru

senior untuk melakukan supervisi. Keberhasilan kepala sekolah sebagai supervisor

antara lain dapat ditunjukkan oleh meningkatnya kinerja guru yang ditandai

dengan kesadaran dan keterampilan melaksanakan tugas secara bertanggung

jawab.

3.kompetensi guru

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,

kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta

memerlukan pendidikan profesi. Dari pengertian di atas seorang guru yang

Page 25: Propesionalisme Emin 2

25

profesional harus memenuhi empat kompetensi guru yang telah ditetapkan dalam

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan

dosen yaitu :

(1) Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi:

(a) Konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang

menaungi/koheren dengan materi ajar;

(b) Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah

(c) Hubungan konsep antar mata pelajaran terkait;

(d) Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari;

(e) Kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap

melestarikan nilai dan budaya nasional

(2) Kompetensi kepribadian, yaitu merupakan kemampuan kepribadian yang:

(a) Mantap

(b) Stabil

(c) Dewasa

(d) Arif dan bijaksana

(e) Berwibawa

(f) Berakhlak mulia

Page 26: Propesionalisme Emin 2

26

(g) Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat

(h) Mengevaluasi kinerja sendiri; dan

(i) Mengembangkan diri secara berkelanjutan.

(3) Kompetensi profesional, yaitu merupakan kemampuan penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi:

(a) Konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang

menaungi/koheren dengan materi ajar

(b) Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah

(c) Hubungan konsep antar mata pelajaran terkait

(d) Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan

(e) Kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap

melestarikan nilai dan budaya nasional.

(4) Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari

masyarakat untuk :

(a) Berkomunikasi lisan dan tulisan

(b) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional;

(c) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga

kependidikan, orangtua/wali peserta didik; dan

Page 27: Propesionalisme Emin 2

27

(d) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar

Menurut Suryasubroto (2002) tugas guru dalam proses pembelajaran

dapat dikelompokkan ke dalam tiga kegiatan yaitu:

a. Menyusun program pengajaran seperti program tahunan pelaksanaan

kurikulum, program semester/catur wulan, program satuan pengajaran

b. Menyajikan/melaksanakan pengajaran seperti menyampaikan materi,

menggunakan metode mengajar, menggunakan media /sumber, mengelola

kelas/mengelola interaksi belajar mengajar,

c Melaksanakan evaluasi belajar: menganalisis hasil evaluasi belajar,

melaporkan hasil evaluasi belajar, dan melaksanakan program perbaikan

dan pengayaan.

Secara umum, baik sebagai pekerjaan ataupun sebagai profesi, guru

selalu disebut sebagai salah satu komponen utama pendidikan yang amat penting..

Guru, siswa, dan kurikulum merupakan tiga komponen utama dalam sistem

pendidikan nasional. Ketiga komponen pendidikan itu merupakan condition sine

quanon atau syarat mutlak dalam proses pendidikan di sekolah.

Melalui mediator guru atau pendidik, siswa dapat memperoleh menu

sajian bahan ajar yang diolah dalam kurikulum nasional ataupun dalam kurikulum

muatan lokal. Guru adalah seseorang yang memiliki tugas sebagai fasilitator agar

Page 28: Propesionalisme Emin 2

28

siswa dapat belajar dan atau mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya

secara optimal, melalui lembaga pendidikan di sekolah, baik yang didirikan oleh

pemerintah maupun masyarakat atau swasta.

Guru profesional bukan lagi merupakan sosok yang berfungsi sebagai

robot, tetapi merupakan dinamisator yang mengantar potensi-potensi peserta didik

ke arah kerativitas. ”Tugas seorang guru profesional meliputi tiga bidang utama

(1) Dalam bidang profesi,

(2) Dalam bidang kemanusiaan, dan

(3) Dalam bidang kemasyarakatan

Untuk keperluan analisis tugas guru sebagai pengajar,maka kompetensi

kinerja profesi keguruan (generic teaching competencies) dalam penampilan

aktual dalam proses belajar mengajar,minimal memiliki empat

kemampuan,yakni kemampuam:

1.Merencanakan proses belajar mengajar

2. Melaksanakan dan meminpin /mengelola proses belajar mengajar

3.menilai kemajuan proses belajar mengajar

4.menguasai bahan pelajaran.

    Dengan adanya berbagai pendapat penulis menyimpulkan Profesionalisme

merupakan suatu kemestian yang harus dimiliki oleh guru dalam mentransfer

segala macam ilmu kepada para murid-muridnya. Guru adalah bukan seorang

Page 29: Propesionalisme Emin 2

29

pengajar saja, akan tetapi seorang pendidik, stimulator, dan motivator bagi para

muridnya. Guru merupakan sosok yang menjadi contoh dalam segala aspek

kehidupan pada muridnya. Guru mempunyai tanggung jawab moral yang besar

terhadap para siswa didiknya.

   Dari pemaparan diatas guru hendaklah mampu menjadi variabel penilaian

guru profesianal (sertifikasi guru), bukan haya dinilai melalui sekumpulan kertas

yang dinamakan portofolio saja tapi juga sampai menyentuh substansi kompetensi

guru  dalam dunia pendidikan. Profesionalisme guru, disamping kemampuan

dalam melaksanakan tugas, juga perlu mempertimbangkan aspek komitmen dan

tanggung jawab (responsibility), serta kemandirian (autonomy).

B.Penelitian Yang Relevan

Sesuai dengan judul penelitian yang akan di teliti,penulis menemukan

beberap judul penelitian yang terdahulu yang relevan yaitu sebagai berikut:

Skripsi yang disusun oleh Rini Dwi Astuti,jurusan PAI, fakultas

Tarbiyah IAIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta dengan judul:” Upaya Guru Agama

Islam Dalam Meningkatkan Motif Belajar Siswa Terhadap Bidang Studi PAI di

SMA Klaten”. Skripsi tersebut membahas tentang berbagai upaya yang dilakukan

guru Agama Islam dalam memotivsi belajar PAI ,juga berbagai kesulitan –

kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam meningkatkan motif belajar khususnya

belajar PAI dan disertai dengan cara mengantisipasinya.

Page 30: Propesionalisme Emin 2

30

Dalam Skripsi lain yang disusun oleh zulaika Sri Hardik,jurusan PAI,

fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul:”Usaha Guru

Akidah Akhlak dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Bidang

Studi Aqidah Akhlak Pada Siswa MTs Negeri Borobudur Magelang. Dalam

skripsi tersebut membahas tentang berbagai usaha yang dilakukan guru Aqidah

Akhlak dalam menumbuhkan motivasi belajar pada bidang studi pada peserta

didiknya seperti upaya menumbuhkan motivasi belajar dalam menghadapi

perbedaan latar belakang lingkungan keluarga dan pendidikan. upaya yang

ditempuh guru aqidah akhlak adalah dengan memantau pelaksanaan ibadah

siswanya,serta melihat sikap atau prilaku yang baik (akhlakul karimah)/ tidak

pada diri siswa.

Selain itu dalam skripsi ini digambarkan bagaiman proses belajar

mengajar Aqidah Akhlak di kelas II MTs Negeri Borobudur,serta hasil yang

dicapai oleh guru dalam upaya menumbuhkan motivasi belajar siswanya.

C. Kerangka berfikir

Sehubungan dengan peran serta pendidik dalam peningkatan

profesionalisme guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa untuk

bersekolah di Madrasah diniyah Tarbiyatul Aulad Sundawenang

Parungkuda,penulis mempunyai pemikiran sebagai berikut:

1.Motivasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:

Page 31: Propesionalisme Emin 2

31

a) Motivasi instrinsik; motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari

dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannyan dengan tujuan

belajar

b) Motivasi ekstrinsik ; motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi

instrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya

karena ada rangsangan dari luar.

2.Agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif maka guru harus

meningkatkan profesionalismenya dalam mengajar.enam karakteristik

profesionalisme guru, yaitu:

(1) pemahaman dan penerimaan dalam melaksanakan tugas,

(2) Kemauan melakukan kerja sama secara efektif dengan siswa, guru, orang

tua, siswa, dan masyarakat,

(3) Kemampuan mengembangkan visi dan pertumbuhan jabatan secara terus-

menerus,

(4) Mengutamakan pelayanan dalam tugas,

(5) Mengarahkan, menekan dan menumbuhkan pola perilaku siswa, serta

(6) Melaksanakan kode etik jabatan.

3.Tugas guru dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam tiga

Page 32: Propesionalisme Emin 2

32

Kegiatan, yaitu:

a Menyusun program pengajaran seperti program tahunan pelaksanaan

kurikulum, program semester/catur wulan, program satuan pengajaran,

b. Menyajikan/melaksanakan pengajaran seperti menyampaikan materi,

menggunakan metode mengajar, menggunakan media /sumber,mengelola

kelas/mengelola interaksi belajar mengajar,

c Melaksanakan evaluasi belajar: menganalisis hasil evaluasi belajar,melaporkan

hasil evaluasi belajar, dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan.

D. Hipotesis

Untuk menguji ada tidaknya hubungan variable X (Profesionalisme

guru) dengan variable Y ( motovasi belajar ), maka penulis mengajukan

(Hipotesis ) sebagai berikut:

Ha : Terdapat hubungan positif yang signifikan antara profesionalisme guru

dengan motivasi belajar siswa Madrasah Diniyah Tarbiyatul Aulad

Ho : Tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara profesionalisme guru

dengan motivasi belajar siswa Madrasah DIniyah Tarbiyatul Aulad.

Dari Hipotesis di atas,penulis memiliki dugaan sementara bahwa terdapat

hubungan positif yang signifikan antara profesionalisme guru dengan motivasi

Page 33: Propesionalisme Emin 2

33

belajar siswa di Madrasah Diniyah Tarbiyatul Aulad itu,penulis sepakat dengan

pernyataan Ha di atas. Adapun untuk kebenarannya,maka akan dibuktikan melalui

hasil penelitian yang dilakukan di sekolah yang bersangkutan.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini di laksanakan di DTA Tarbiyatul Aulad Desa

Sundawenang,kecamatan Parungkuda,kabupaten Sukabumi.Propinsi Jawa Barat.

Page 34: Propesionalisme Emin 2

34

Adapun waktu penelitian di laksanakan selama 6 bulan dimulai bulan januari

2013 sampai dengan bulan juni 2013.

TABEL JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

No Pokok

Kegiatan

Bulan/Minggu

Januari Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Bimbingan

Penyusunan

proposal

2. Pengajuan

judul

3. Penyusunan

Proposal

4. Ujian

Proposal

5. Uji coba

instrumen

6. Pengumpul

an data

Page 35: Propesionalisme Emin 2

35

7. Analisis

data

8. Menyusun

Laporan/

skripsi

9. Ujian

Skripsi

B.Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek

pengamatan penelitian. Dalam penelitian terdapat dua variable yaitu variable yang

mempengaruhi yang disebut variable penyebab,variable bebas atau variable

independent (X). sedangkan variable akibat di sebut variable tidak bebas,variable

pennggantung ,variable terikat atau variable dependent (Y).

Dalam penelitian ini penulis menguji hubungan antara profesionalisme

guru dengan motivasi belajar siswa di DTA Tarbiyatul Aulad,Desa

Sundawenang,keacamatan Parungkuda,Kabupaten Sukabumi,Propinsi Jawa Barat.

1. Variabel bebas (Independent Variabel) adalah profesionalisme guru

2. Variabel terikat (Dependent Variabel) adalah motivasi belajar siswa

C Populasi dan Sampel

Page 36: Propesionalisme Emin 2

36

1. Populasi

Populasi adalah sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan

dalam satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalh pokok dalam suatu

riset khusus

Dalam penelitian ini,populasinya adalah seluruh siswa DTA Tarbiyatul

Aulad,Desa Sundawenang,Kecamatan Parungkuda,Kabupaten Sukabumi,Propinsi

Jawa Barat tahun pelajaran 2013-2014 yang berjumlah 110 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat mewakili populasi.

Apabila subyeknya kurang dari 100,maka sampelnya sebaiknya sesuai dengan

jumlah populasinya. Sehingga sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV

dan V DTA Tarbiyatul Aulad yaitu 43 orang.

D Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini,maka penulis

menggunakan beberapa instrument penelitian antara lain:

1.Observasi

Sebagai metode ilmiah,observasi diartikan sebagai suatu cara

pengumpulan data dengan pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap

Page 37: Propesionalisme Emin 2

37

fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh

data di DTA Tarbiyatul Aulad tentang:

a. Letak Geografis Sekolah

b. Sarana dan Prasarana sekolah

c. Keadaan Sekolah

d. Keadaan Siswa

2.Angket (Kuesioner)

Angket adalah pengumpulan data melalui daftar pertanyaan tertulis yang

disusun dan disebarkan nutuk mendapatkan informasi atau keterangan dari

sumber data yang berupa orang (respondent).

Angket ini di berikan kepada siswa untuk memperoleh informasi

mengenai hubungan antar profesioanlisme guru dengan motivasi belajar siswa di

DTA Tarbiyatul Aulad.

Angket di buat dengan model skala Likert yng mempunyai empat

kemungkinan jawaban yang berjumlah genap dimaksud untuk menghindari

kecendrungan responden bersikap ragu-ragu dan tidak mempunyai jawaban yang

jelas.

TABEL KISI-KISI ANGKET PROFESIONALISME GURU

VARIABEL INDIKATOR SUB VARIABEL NOMOR ANGKET

Page 38: Propesionalisme Emin 2

38

Positif Negatif

Profesionalisme

guru

a. Menunjukkan sikap yang

baik dalam proses belajar

mengajar kepada peserta

didik.

1

b. Selalu hadir atau disiplin

dalam mengajar 2,3,6 4,5

c. Selalu mengadakan

evaluasi belajar dan

menganalisis hasil evaluasi

belajar.

7,8,9,11,12

13,14,15,

16,17,18,

19,20

10

d. Memiliki wawasan dalam

proses mengajar

21,22,23,

24,25

3.Wawancara

Page 39: Propesionalisme Emin 2

39

Wawancara adalah suatu metode penelitian yang meliputi pengumpulan

data dan melalui interksi verbal secara langsung antar pewawancara dengan

responden.

Metode ini digunakan peneliti karena untuk mencari data-data yang

berhubungan dengankeadaan guru dan siswa serta untuk memperoleh data tentang

pelaksanaan proses belajar mengajar di DTA Tarbiyatul Aulad kemudian

dikomparasikan dengan data yang diperoleh melalui angket.

Wawancara ini dilakukan oleh peneliti dengan kepala sekolah,wakil

Kepala sekolah dan jajaran yang lainnya yang relevan.

4.Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen,yang artinya barang-barang

tertulis,metode ini lebih dimengerti di bandingkan dengan metode pengumpulan

data yang lain.

Peneliti mencari data tentang motivasi belajar siswa yaitu melalui nilai

harian,nilai ulanngan dan nilai-nilai yang lainnya dalam setiap mata pelajaran.

E.Teknik dan Analisis Data

Teknik analisis data merupaka cara yang digunakan untuk menguraikan

keterangan- keterangan atau data yang diperoleh agar data tersebut dapat

dipahami bukan oleh orang yang menumpulkan data saja,tetapi juga oleh orang

lain. Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:

Page 40: Propesionalisme Emin 2

40

1.Editing

Dalam pengolahan dta yang pertama kali harus dilakukan adlah editing. Ini

berarti bahwa semua angket harus diteliti satu persatu tentang kelengkapan dan

kebenaran pengisian angket sehingga terhindar dari kekeliruan dan kesalahan.

2.Scoring

Setelah melalui tahapan penting maka selanjutnya penulis memberikan

skor terhadap pernyataan yang ada pada angket. Adapun pemberian skor untuk

tiap-tiap jawaban adalah:

Nilai Positif(+) Nilai Negatif (-)

Jawaban Skor Jawaban Skor

Selalu 4 Selalu 1

Sering 3 Sering 2

Kadang-kadang 2 Kadang-kadang 3

Tidak pernah 1 Tidak pernah 4

Kemudian hasil seluruh jawaban siswa dengan melihat rata-rata jumlah skor

diklasifikasikan sebagai berikut:

Page 41: Propesionalisme Emin 2

41

Klasifikasi Skor angket Profesionalisme Guru

Klasifikasi Keterangan jumlah skor

25-50 Rendah

51-75 Sedang

76-100 Tinggi

3.Pengujian Hipotesis

Analisis dimaksudkan untuk menguji diterima atau ditolaknya

hipotesis yang telah dirumuskan. Selanjutnya adlh perhitungan terhadap hasil skor

yang telah ada. Untuk melihat apakah ada korelasi antar profesionalisme guru

dengan motivasi belajar siswa di DTA Tarbiyatul Aulad,maka yang dipakai adlah

rumus”r” product moment. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

r x y = N ∑ XY – ( ∑ X ) ( ∑ Y ) _________________________________ _________________________________ √{ N ∑ X ² - ( ∑ X )² } { N ∑ Y² - ( ∑ Y )²}

Keterangan:

r x y : Angka Indeks korelasi “r” product moment

N : Jumlah responden

∑xy : Jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y

∑x : Jumlah skor x

Page 42: Propesionalisme Emin 2

42

∑y : Jumlah skor y

Kemudian memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r”

product moment dengan interpretasi kasar atau sederhana, yaitu dengan

mencocokan perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” product moment.

Selanjutnya untuk menentukan data penelitian ini atau tidak, interpretasi juga

menggunakan table nilai “r” (rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db)

atau degress of freedom (df) yang rumusnya adalah:

df = N – nr

df : degrees of freedom

N : Number of class

Nr : Banyaknya variabel ( Profesionalisme guru hubungannya dengan motivasi

belajar siswa)

Rumus selanjutnya adalah untuk mencari kontribusi variabel x terhadap

variabel y dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

KD = r² x 100%

KD : Koefisien Determination ( Kontribusi variabel x terhadap variabel y )

r : Koefisien kolerasi antara variabel x dan y

DAFTAR PUSTAKA

Page 43: Propesionalisme Emin 2

43

Isbandi Rukminto Adi,Psikologi.Pekerjaan Sosial,dan Ilmu kesejahteraan Sosial:

Dasar-DasarPemikiran,Jakarta:Grafindo persada,1994,hal.154.

Drs.Alex Sobur ,M.Si,Pskologi Umum , (Bandung: Pustaka Setia,2003),hlm.267

Wahosumijo,Kepeminpinan dan motivasi, (Jakarta: Ghalia

Indonesia,1992),hlm.177

David C.McClellend,Jhon W .Atkinson,Russel A.Clark,edgar. Lowel,The

Achievement Motive,(Now York: Irvington,1976),hlm.28.

Hamzah B Uno,Landasan pembelajaran,(Gorontalo: Nurul Jannah,2003),hlm.7-9

Noel Entwistle, Styles of Learning and Teaching: An Integrated Outline of

Educationa Psychology for Students,and lecturers, (New York: Jhon Wiley &Sons

Ltd,.1981) hlm.216

Thomas L.Good &Jere E.Brophy, Educational Psychology, (New

York:Longman,1990),hal.103

Mercy P.Driscoll, Psycology of learning for Instruction, (Boston:Allyn and Bacon

1994), hlm.8-9

H. Abu Ahmadi,Psikologi social,Jakarta:Rineka cipta,2007,hal. Muhibbin Syah,

M.Ed. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Cetakan kedua. (Bandung:

PT. Rosdakarya. 1995). hlm. 2

Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. (Jakarta: PT. Rineka

Cipta. 1991)184-186

Dr.Ali Mudlofir,M.Ag. Pendidik Profesional, (Depok,Raja Grafindo Persada

2012),hlm.3

Page 44: Propesionalisme Emin 2

44

Wasty Soemanto.  Psikologi Pendidikan : Landasan Kerja Pimpinan Pendidikan

(Jakarta: PT Rineka Cipta. 1990). Hlm. 220

Muhibbin Syah, M.Ed. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Cetakan

kedua. (Bandung: PT. Rosdakarya. 1995). hlm. 2

Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. (Jakarta: PT. Rineka

Cipta. 1991)