Inspiring person (ilmu untuk manfaat bersama) koran seputar indonesia (sindo 6 april 2014)
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU … · Sehingga manfaat yang diperoleh dari...
Transcript of PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU … · Sehingga manfaat yang diperoleh dari...
MAKNA SIMBOLIK DALAM PERNIKAHAN
BETAWI GEDONG
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Nurul Fathya Zahra
NIM: 1112111000022
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M/1439 H
iv
ABSTRAK
Skripsi ini menganalisis mengenai “Makna Simbolik dalam Pernikahan
Betawi Gedong”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses
perilaku masyarakat Betawi Gedong dalam pelaksanaan pernikahan serta
mengetahui perubahan fungsi, makna dan simbol-simbol yang terdapat dalam
pernikahan adat Betawi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi partisipatif, serta studi
dokumentasi. Data yang didapatkan kemudian dianalisa dengan menggunakan
kerangka teori. Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
konsep-konsep pemikiran Herbert Blumer yaitu teori interaksionisme simbolik.
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan teori interaksionisme
simbolik, penulis menemukan bahwa: masyarakat gedong berperilaku berdasarkan
“omongan orang” yang menjadi penting bagi mereka karena adanya unsur
interpretasi sehingga masyarakat memikirkan bagaimana masyarakat lain
memandang dirinya. Dengan demikian, terdapat adanya respon yang berupa
perubahan perilaku masyarakat Gedong terhadap bentuk pernikahan, fungsi
simbol serta kontekstual.
Kata kunci: Makna, Simbol, Pernikahan Betawi
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat,
taufik serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah dan tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, serta kepada umatnya
hingga akhir zaman.
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi
namun atas berkat dorongan dan bantuan dari beberapa pihak alhamdulillah
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Zulkifli, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik (FISIP), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Cucu Nurhayati, M.Si., selaku Ketua Prodi Sosiologi yang
berbaik hati memotivasi dan mendukung penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
3. Sekretaris Prodi Sosiologi yaitu Dr. Joharotul Jamilah, M.Si.
4. Bapak Kasyfiyullah, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah berperan sangat penting dalam proses penyelesaian skripsi
ini. Tidak hanya memberikan masukan dan arahan kepada penulis,
namun juga selalu mengingatkan penulis untuk segera
menyelesaikan skripsi ini. Terbaik Pak Kesep!
vi
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan banyak
ilmu, motivasi, inspirasi, dan bimbingannya selama masa
perkuliahan.
6. Keluarga penulis yang penulis sayangi, Papah Salim Arsyad,
Mamah Nena Madinah serta kedua adik penulis Azza Nurhaliza
dan Dolla Ali. Serta keluarga besar H. Madinah dan H.
Muhammad Arsyad Ali yang telah memberikan dukungan baik
secara moril maupun materil kepada penulis.
7. Kakak pembimbing skripsi, Faizal Darmawan S.Sos yang telah
bersedia memberikan masukan yang bermanfaat demi
terselesaikannya skripsi ini.
8. Sahabat seperjuangan skipsi, Ayubross, Walby, Ayu Fitri, Arif dan
Oppa Farhan “Cuplik” yang selalu ada dan berkeluh kesah
bersama.
9. Sahabat yang selalu menemani penulis dan tiada hentinya
memberikan semangat, Mardiyah dan Indira Fransiska semoga
Allah selalu menjaga persahabatan kita.
10. Sahabat sepermainan, Rahmi, Galih, Elita, Ojay, Oppa Tegar,
Yuni, Aulia, Divya, Reza, Lukman, Suki “Alim”, Hartadi dan
Dwiwauw. Serta segenap gengs Gabuters dan bocah-bocah DPR.
Terimakasih sudah mengajarkan arti pertemanan yang bukan
karena kepentingan dan terimakasih atas canda tawa serta
vii
kenangan yang tak terlupakan selama masa perkuliahan. Loveyou
guys!
11. Segenap teman-teman mahasiswa prodi sosiologi angkatan 2012,
dan junior-junior sosiologi FISIP, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih telah
memberikan banyak cerita dan pengalaman selama masa
perkuliahan.
12. Teman-teman KKN PILAR, Lela, Osi, Isnayy, Ghina, Dita, Mila,
Rizky, Kahfi, Ayut, Maul, Kokom, Aray, Babas dan Om Alex.
13. Masyarakat Betawi Gedong yang telah berbaik hati meluangkan
waktu untuk penulis wawancarai dalam proses pengumpulan data.
Semoga kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis dicatat
dan diterima oleh Allah SWT., sebagai amal shalih dan mendapatkan balasan
yang berlipat ganda. Amin ya rabbal „alamin. Demikian ucapan terima kasih ini
penulis sampaikan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, bidang
studi sosiologi, dan semua pihak yang memerlukan dan membutuhkannya.
Jakarta, 16 Oktober 2017
Nurul Fathya Zahra
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah .......................................................................... 1
B. Petanyaan Masalah ............................................................................ 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 5
D. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 6
E. Kerangka Teoritis .............................................................................. 11
1. Teori Interaksionisme Simbolik .................................................. 11
F. Definisi Konseptual ........................................................................... 15
G. Metode Penelitian.............................................................................. 18
H. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 21
I. Metode Analisis data ......................................................................... 23
J. Sistematika Penulisan ....................................................................... 24
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Gedong ............................ 25
B. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Kelurahan Gedong ............... 28
C. Gambaran Umum Masyarakat Betawi di Kelurahan Gedong........... 37
ix
BAB III TAHAPAN PELAKSAAN PERNIKAHAN BETAWI GEDONG
A. Tahapan Pelaksanaan Pernikahan Betawi Terdahulu ...................... 46
B. Tahapan Pelaksanaan Pernikahan Betawi Modern .......................... 61
BAB IV SIMBOLISASI MAKNA DALAM PERNIKAHAN BETAWI
GEDONG
A. Proses Pemaknaan Simbol dalam Pernikahan Betawi Gedong ....... 77
B. Perubahan Fungsi, Makna dan Simbol-simbol ................................ 100
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 108
B. Saran ................................................................................................ 109
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... xiii
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.I.G. Profil Informan ............................................................................... 20
Tabel 2.I.G. Jumlah Penyebaran Suku Betawi ................................................... 21
Tabel 3.II.A. Batas Wilayah Kelurahan Gedong ................................................ 25
Tabel 4.II.A.Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis
Kelamin ....................................................................................... 27
Tabel 5.II.A. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan................................... 30
Tabel 6.II.B. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ........................ 31
Tabel 7.II.B. Jumlah Fasilitas Tempat Ibadah .................................................... 32
Tabel 8.II.B. Jumlah Pemeluk Agama ................................................................ 34
Tabel 9.II.B. Jenis Jalan dan Panjang Jalan ........................................................ 35
Tabel 10. III. Perbandingan pelaksanaan pernikahan ......................................... 73
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.II.A. Peta Wilayah Kelurahan Gedong.............................................. 26
Gambar 2.III.B.Pengantin dalam Tahapan Resepsi Pernikahan ......................... 71
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Transkrip Wawancara ..................................................................... xvi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Pernikahan pada hakikatnya merupakan ikatan sosial yang terjadi antara
lelaki dan perempuan yang membentuk hubungan kekerabatan baru. Dalam
perspektif sosiologi, pernikahan pada hakekatnya merupakan bentuk kerjasama
kehidupan antara pria dan wanita dalam masyarakat di bawah suatu peraturan
khusus atau khas yang memiliki ciri-ciri tertentu, sehingga si pria bertindak dan
merupakan suami, sedangkan wanita bertindak dan merupakan istri, keduanya
dalam ikatan yang sah (Farida dkk, 2006).
Menurut Saxton dalam Dewi Fatimah (2013) mengatakan bahwa
pernikahan memiliki dua makna, yaitu: Pertama, sebagai suatu institusi sosial
suatu solusi kolektif terhadap kebutuhan sosial. Eksistensi dari pernikahan itu
memberikan fungsi pokok untuk kelangsungan hidup suatu kelompok dalam hal
ini adalah masyarakat. Kedua, makna individual pernikahan sebagai bentuk
legitimisasi (pengesahan) terhadap peran sebagai individual, tetapi yang terutama,
pernikahan di pandang sebagai sumber kepuasan personal.
Inti diadakannya pernikahan sebenarnya memiliki maksud dan tujuan yang
sama. Namun pernikahan yang terjadi dimasyarakat, dapat ditelaah menjadi
sesuatu yang menarik mengingat Indonesia memiliki kebudayaan yang beragam
2
dan berbeda-beda dalam tiap daerah sehingga berbeda pula bagi masyarakat untuk
melaksanakan ritual pernikahan. Tentunya pelaksanaan upacara ritual tersebut
mempunyai fungsi, sebagaimana yang diungkapkan oleh Budhisantoso (1984:28)
bahwasanya fungsi upacara tradisional tersebut dianggap sebagai pedoman dan
pengendalian perilaku manusia dalam kehidupan sosialnya, tidak hanya menjaga
keseimbangan dalam setiap hubungan sosial namun juga mewujudkan
keseimbangan antara manusia dengan Maha Pencipta maupun alam semesta.
Tentu dengan adanya pelaksanaan ritual tersebut memiliki usaha untuk mencapai
tujuan tertentu dan sebagai dorongan yang mendasar untuk mempertahankan dan
melestarikan kehidupan yang diwujudkan dalam hubungannya dengan sesama
manusia dengan lingkungannya. Oleh karena itu di daerah-daerah tersebut
tentunya memiliki tradisi khas secara turun-temurun dalam mengaplikasikan
bentuk pelaksanaan pernikahan seperti kegiatan yang dilakukan dalam tahapan-
tahapan sebelum pelaksanaan pernikahan hingga pelaksanaan setelah pernikahan
serta mengenai material-material pendukung pernikahan.
Begitu pula dengan pelaksanaan pernikahan yang dilaksanakan oleh
masyarakat Betawi, yang memiliki tradisi dan tahapan-tahapan yang unik serta
terbilang cukup rumit dalam pelaksanaan pernikahan. Masyarakat Betawi
menganggap penting prosesi pernikahan ini, karena peristiwa pernikahan bagi
masyarakat Betawi menduduki posisi yang paling sakral dalam rangkaian proses
kehidupan. Sakral yang dimaksudkan dalam hal ini setara dengan apa yang di
ungkapkan oleh Soimon (1993: 44) dalam pernikahan masyarakat Betawi
mempunyai tujuan mulia yang wajib dipenuhi oleh setiap warga masyarakat yang
3
sudah dewasa dan memenuhi syarat untuk itu dan ini merupakan sunnah sehingga
dapat dipandang sebagai suatu perintah agama untuk melengkapi norma-norma
kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan ciptaan Tuhan yang mulia.
Pernikahan yang dilakukan adalah sebagai syukur karena masuknya seseorang
kedalam kehidupan tahapan baru yang akan dilalui dan melepas masa lajang.
Dengan demikian, rangkaian dalam proses pernikahan ini mempunyai
tradisi dan cara-cara unik yang dapat dilihat dari material yang digunakan
masyarakat setempat dan tahapan panjang yang dilakukan oleh masyarakat Betawi
dalam pelaksanaan pernikahan. Material unik tersebut meliputi perlengkapan-
perlengkapan yang hadir dalam pernikahan Betawi seperti baju adat pernikahan,
riasan pernikahan, serta dekorasi dan perlengkapan lainnya. Tidak hanya itu,
pelaksanaan pernikahan Betawi umumnya diadakan semeriah mungkin dan
memakan waktu yang cukup panjang yakni sekitar 3 hari 3 malam. Pelaksanaan
pernikahan yang diadakan tersebut tentunya memiliki arti dan menjadi identitas
yang melekat pada masyarakat Betawi. Pelaksanaan pernikahan tersebut seakan
menjadi respon atas rangkaian peristiwa kehidupan masyarakat Betawi yang
dianggap penting.
Dalam rangkaian tahapan pelaksanaan pernikahan tersebut terdapat pula
adanya simbol-simbol, simbol dalam tahapan pelaksanaan pernikahan Betawi pun
beragam tidak hanya berupa benda namun berupa tindakan. Simbol yang berupa
benda dalam aspek ini antara lain simbol roti buaya dan tuqon, sedangkan simbol
yang berupa tindakan antara lain tukar cincin, puasa mutih, tidak berganti pakaian
dan mandi saat piare, melempar pakaian dalam keatas genting serta ritual palang
4
pintu. Simbol tersebut yang didalamnya terdapat makna yang seakan tersirat dan
ingin disampaikan oleh masyarakat Betawi. Simbol yang terkandung dalam proses
pernikahan tersebut merupakan tradisi yang secara turun dan tidak tercipta secara
langsung namun melalui proses yang panjang. Oleh karena itu makna yang
terkandung dalam simbol tersebut merupakan cerminan masyarakat Betawi.
Dalam hal ini penulis memiliki ketertarikan untuk meneliti makna
simbolik yang hadir dalam proses pelaksanaan pernikahan Betawi. Hal ini melihat
bagaimana kondisi masyarakat Betawi zaman sekarang seperti yang telah
diketahui berada atau menetap di wilayah DKI Jakarta yang merupakan pusat
perkotaan sehingga banyaknya masyarakat luar yang menetap sehingga menjadi
tempat perpaduan budaya. Terlebih dengan peningkatan teknologi dan
transformasi budaya kearah kehidupan modern serta pengaruh globalisasi,
sehingga kebudayaan ataupun tradisi dan nilai-nilai tradisi menjadi tantangan
eksistensinya dalam kehidupan masyarakat Betawi. Tentunya perbedaan keadaan
masyarakat Betawi zaman dahulu sangat ketara dengan keadaan masyarakat
Betawi terkini, dari kondisi lingkungan dan pola pikir masyarakat tentu akan
berubah. Sehingga penulis ingin melihat bagaimana perilaku masyarakat betawi
dalam pelaksanaan pernikahan adat yang dilakukan terutama di zaman sekarang
ini yang mana untuk melaksanakan pernikahan adat membutuhkan pertimbangan-
pertimbangan yang matang mengenai materi dan serta simbol-simbol melekat
dalam identitas pernikahan masyarakat Betawi. Kemudian pula dengan bagaimana
perubahan fungsi, makna maupun simbol dalam tahapan pernikahan Betawi
tersebut.
5
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang sebagaimana diuraikan diatas,
maka dapat dirumuskan beberapa hal yang menjadi pertanyaan penelitian
diantaranya:
1. Bagaimana proses pemaknaan simbol dalam pelaksanaan pernikahan
Betawi Gedong?
2. Bagaimana perubahan fungsi, makna dan simbol-simbol yang terdapat
dalam pernikahan Betawi Gedong?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dari pertanyaan penelitian diatas, terdapat beberapa hal yang menjadi
tujuan penelitian, antara lain :
1. Mengetahui proses pemaknaan simbol dalam pelaksanaan pernikahan
Betawi Gedong.
2. Menganalisa perubahan fungsi, makna dan simbol-simbol yang
terdapat dalam pernikahan adat Betawi Gedong.
Sehingga manfaat yang diperoleh dari penelitian ini dapat berupa manfaat
teoritis dan manfaat praktis.Yaitu :
1. Manfaat teoritis
6
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan disiplin
ilmu sosiologi mengenai bagaimana adanya makna simbolik utamanya
dalam hal pernikahan adat betawi. Hasil penelitian ini dapat digunakan
untuk pertimbangan dan wacana dalam melakukan penelitian yang akan
datang terkait dengan masyarakat Betawi yang belum banyak dikupas
khususnya dalam sisi perilaku dan kebudayaan.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau
referensi yang bermanfaat bagi pemerintah daerah setempat atau pihak-
pihak lain yang terkait sebagai sarana dalam penentu kebijakan pelestarian
kebudayaan lokal.
D. Tinjauan Pustaka
Telah banyak penelitian yang fokus membahas mengenai makna mitos
yang berkembang di masyarakat. Namun, terdapat penelitian yang relevan yaitu:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Muwafiqillah Al Hasani dan
Oksiana Jatiningsih (Jom FISIP Vol. 2 NO. 2 Oktober 2015) yang berjudul
“Makna Simbolik dalam Ritual Kawit dan Wiwit pada Masyarakat
Pertanian di Desa Ngasemlemahbang Kecamatan Ngimbang Kabupaten
Lamongan”. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif
kualitatif. Penelitian ini memfokuskan pada proses ritual kawit dan wiwit bagi
7
masyarakat pertanian di desa Ngasemlemahbang dan mendeskripsikan makna
simbolik seperti waktu, bahan atau benda yang digunakan pada saat ritual kawit
dan wiwit. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori interaksionisme
simbolik dari Herbert Blumer. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan: (1)
proses ritual kawit dan wiwit yang pelaksanaannya dimulai dari penentuan hari
baik, mempersiapkan sesaji dan pelaksanaan ritual di sawah oleh dukun kawit
dengan beberapa tahapan yang dilakukan, salah satunya meletakkan sesaji di
pojok sawah sambil membaca mantra; (2) makna simbolik dalam ritual kawit dan
wiwit yaitu dari pemilihan sesaji yang digunakan mengandung banyak makna
seperti simbol pengharapan oleh masyarakat, misalnya dengan meletakkan sesaji
dipojok sawah berharap tanaman padi dilindungi agar masa tanam padi berjalan
dengan lancar dan mendapatkan hasil yang melimpah.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Hulul Amri yang berjudul “Eksistensi
Tepuk Tepung Tawar dalam Upacara Pernikahan Masyarakat Melayu di
Desa Resun Pesisir Kabupaten Lingga”. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Penelitian ini memfokuskan pada
eksistensi tepuk tepung tawar dalam pernikahan dimana terdapat adanya makna
yang terkandung dalam tepuk tepung tawar hingga masyarakat setempat masih
melaksanakan kegiatan tersebut sampai saat ini. Teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teori interaksionisme simbolik dari Herbert Blumer. Hasil
dari penelitian tersebut menunjukkan: Makna simbol yang terkadung pada
kegiatan budaya dan praktek adat tradisi upacara tepuk tepung tawar pada adat
melayu yakni meliputi adat muhakamah adat yang baik ialah hukum adat yang
8
menjamin kerukunan, ketentraman, dan keharmonisan di dalam berkehidupan
selama tidak bertentangan dengan hukum syariat (agama Islam). Nilai budayanya
yang masih begitu kental terhadap adat-adat melayu yang telah ada yang tetap
dipertahankan, Masyarakat Desa resun pesisir dusun 1 Tanjung Bungsu yang
didominasi oleh nilai-nilai keagamaan, sehingga keberadaanya masih tetap di jaga
dan di lestarikan hingga saat ini masih membudaya di masyarakat Desa resun
pesisir.
Ketiga, Penelitian yang dilakukan oleh Rukyah Wanulu yang berjudul “Makna
Interaksi Simbolik pada Proses Upacara Adat Cumpe dan Sampua Suku
Buton di Samarinda”. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
kualitatif. Penelitian ini memfokuskan bagaimana cara manusia menggunakan
simbol-simbol yang merepresentasikan apa yang akan disampaikan dalam proses
upacara adat Buton. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
interaksionisme simbolik George Herbert Mead dan Herbert Blumer. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: Interaksi simbolik dalam sebuah proses cumpe
dan sampua merupakan suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni
adanya komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna oleh masyarakat.
Interaksi simbolik fokus terhadap cara-cara yang digunakan manusia untuk
membentuk ataupun menghasilkan sebuah makna dan bagaimana sebuah simbol
dapat dipahami melalui interaksi dalam sebuah percakapan. Makna yang
diberikan kepada orang lain misalnya, situasi, objek, dan bahkan diri sendirilah
yang dapat menentukan perilaku dari masyarakat tersebut. Dalam melaksanakan
upacara cumpe dan sampua ini memiliki beberapa simbol yang mempunyai arti
9
dan makna tertentu, simbol-simbol tersebut antaralain popolo, sarung yang
dipakai berlapis, injak kaki, daun sirih dan tanah. Makna yang terkandung dalam
upacara cumpe dan sampua tersebut telah disepakati bersama oleh para dewan
adat.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Harto Bernabas Berty Sawen, Pamerdi
Giri Wiloso dan Elly E. Kudubun yang berjudul “Bendera Merah Putih dalam
Ararem (Studi Sosiologis tentang Makna Simbolik Bendera Merah Putih
dalam Upacara Pembayaran Maskawin pada Masyarakat Desa Ambroben,
Distrik Biak Kota)”. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
konstruktivisme dengan jenis penelitian desktiptif dan eksplanatori. Penelitian ini
memfokuskan pada makna simbol bendera Merah Putih yang terkadung dalam
prosesi upacara perkawinan ararem serta faktor yang mempengaruhi penggunaan
bendera Merah Putih tersebut. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teori interaksionisme simbolik George Herbert Mead. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa makna bendera Merah Putih dimaknai sebagai stempel yang
berfungsi mengesahkan mas kawin yang diantar oleh pihak laki-laki kepada pihak
perempuan tidak hanya itu bendera Merah Putih tersebut dijadikan sebagai alat
tukar dan tanda serah terima mas kawin. Alat tukar yang dimaksudkan sebelum
perempuan mengambil bendera tersebut harus membayar terlebih dahulu. Adapun
faktor yang menyebabkan hal tersebut antara lain, faktor tradisi mengenai gagasan
simbol bendera sebagai pengesahan, faktor ketahanan dan pertahanan diri, serta
faktor perlindungan dan keamanan.
10
Beberapa penelitian yang telah dipaparkan diatas mempunyai persamaan
dengan penelitian yang akan penulis teliti yaitu mengenai hal makna simbolik.
Penelitian-penelitian tersebut juga menggunakan teori yang sama oleh penulis
yaitu teori Interaksionisme Simbolik dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian yang dilakukan oleh ketiga penulis menunjukkan bahwa masing-
masing daerah memiliki makna simbolik dalam pernikahan yang sampai saat ini
masih diyakini oleh masyarakat setempat. Meskipun terdapat adanya perubahan
dalam beberapa tahapan pernikahan karena kondisi masyarakat yang berbeda
dengan zaman terdahulu namun mereka sampai saat ini masih menggunakan
simbol-simbol dalam pernikahan tersebut. Dalam hal ini, penelitian yang akan
penulis teliti pun mempunyai persamaan fokus antar keempatnya dengan
menekankan pada makna simbolik pernikahan adat Betawi dan bagaimana
masyarakat Gedong berperilaku atas makna tersebut.
Penelitian tersebut mempunyai perbedaan dengan penelitian ini, antara lain
penelitian yang dilakukan Mohammad Muwafiqillah Al Hasani dan Oksiana
Jatiningsih memfokuskan penelitiannya pada makna simbolik dalam ritual panen
pertanian bukan sekitar makna simbolik dalam pernikahan adat. Lokasi keempat
penelitian ini pun berbeda dengan penelitian yang penulis teliti karena penelitian-
penelitian tersebut berada di daerah pedesaan bukan di daerah perkotaan seperti
yang penulis teliti hal ini cukup berpengaruh mengingat masyarakat Betawi
bertempat di wilayah Jakarta yang merupakan pusat perkotaan dan pertemuan
kebudayaan. Namun perbedaan mencolok lebih terdapat pada subjek yang diteliti
yaitu masyarakat desa Ngasemlemahbang Lamongan, masyarakat Melayu Lingga,
11
suku Buton Samarinda dan masyarakat desa Amboreben Distrik Biak Kota yang
secara kasat mata mempunyai kebudayaan serta kepribadian atau sifat yang
berbeda dengan masyarakat Betawi umumnya.
E. Kerangka Teoritis
Menurut penulis, terdapat adanya teori yang relevan sesuai dengan
permasalahan yang akan di teliti. Teori tersebut antara lain:
1. Teori interaksionisme simbolik
Teori interaksionisme simbolik memfokuskan penelitian pada pola
interaksi manusia yakni interaksi individu dengan individu lain maupun individu
dengan kelompok. Asumsi dasar dari teori ini adalah setiap manusia merupakan
individu yang bisa bertindak atas kehendaknya sendiri, berdasarkan dengan apa
yang ia lihat dan maknai dari lingkungan sosialnya. Dalam interaksi terjadi simbol
yang digunakan tersebut dikomunikasikan, diinterprestasikan dan dimaknai oleh
individu untuk saling memahami satu sama lain. Simbol tersebut juga memiliki
makna tertentu dimana makna tersebut lahir dari interaksi yang dilakukan (Ritzer,
2008: 394-395).
Ada beberapa tokoh yang mengembangkan teori interaksionisme simbolik,
namun penulis akan lebih membahas pemikiran Herbert Blumer. Herbert Blumer
mengadopsi dan mengembangkan gagasan interasionisme simbolik dari George
Herbert Mead yang dapat dikatakan peletak dasar teori interaksionisme itu sendiri.
12
Menurut Blumer istilah Interaksionisme simbolik menujukkan kepada sifat
khas dari interaksi antar manusia. Kekhasannya adalah bahwa manusia saling
menerjemahkan dan saling mendefenisikan tindakanya. Bukan hanya sekedar
reaksi belaka dan tindakan seseorang terhadap orang lain. Tanggapan seseorang
tidak dibuat secara lansung terhadap tindakan orang lain, tetapi didasarkan atas”
makna” yang diberikan terhadap tindakan oranglain itu sehingga dalam proses
interaksi manusia itu bukan suatu proses saat adanya stimulus secara otomatis dan
lansung menimbulkan tanggapan atau respon. (Nasrullah nazir, 2008:32).
Blumer (1969:10) memaparkan, the position of symbolic interactionism is
that the “worlds” that exist for human beings and for their groups are composed
of “object” and that these objects are the product of symbolic interaction. Objects
are classified into three categories:a) physical objects, as “things”; b) social
objects,a role in society; c) abstract object, such as social value. The nature of an
object-of any and every object –consist of the meaning that is has for the person
for whom it is an object.
Blumer menyatakan bahwa keseluruhan proses interaksi bersifat simbolik,
dimana makna-makna dibentuk oleh akal budi manusia itu sendiri. Bagi Herbert
Blumer manusia bertindak bukan hanya faktor eksternal (fungsionalisme
structural) dan internal (reduksionis psikologis) saja, namun individu juga mampu
melakukan self indication atau memberi arti, menilai, memutuskan untuk
bertindak berdasarkan referensi yang mengelilinginya tersebut (Umiarso
Elbadiansyah, 2014:157). Proses self indication berlangsung selama terjadinya
interaksi antara manusia dam manusia yang lain; seorang individu mencoba untuk
13
mengantisipasi tindakan orang lain dan menyesuaikan tindakannya sebagaimana
dia menafsirkan tindakan itu (Wirawan, 2012:129).
Dalam interaksionisme simbolik bertumpu pada tiga premis yang
dikemukakan Blumer (Umiarso Elbadiansyah, 2014:157). Premis tersebut antara
lain:
1. Humans act toward things on the basic of the meanings they ascribe to
those things; manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-
makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka. Premis pertama ini
menunjukkan bahwa tindakan individu sangat bergantung kepada
pemaknaan terhadap sesuatu objek. Makna berasal dari pikiran individu
bukan melekat pada objek atau sesuatu yang inheren dalam objek tetapi
diciptakan oleh individu itu sendiri.
2. The meanings of such things is derived from, or arises out of, the social
interaction that one has with others and the society; makna tersebut
berasal dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain. Premis kedua
menunjukkan bahwa makna muncul dalam diri aktor dengan adanya
interaksi dengan diri aktor yang lain (orang lain). Walaupun makna
muncul dari pikiran masing-masing subjek (aktor), tetapi hal itu tidak ada
atau muncul begitu saja, tetapi melalui proses pengamatan kepada
individu-individu lain yang sudah lebih dulu mengetahui.
3. These meanings are handled in, and modified throught, and
interpretativeproses used by the person in dealing with the things he/she
encounters; makna-makna tersebut disempurnakan disaat proses sosial
14
sedang berlangsung. Makna bukan sesuatu yang final tetapi terus-menerus
dalam proses pemaknaan yang “menjadi”. Makna diperlakukan melalui
proses penafsiran (interpretative process), yang digunakan oleh diri sang
aktor dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya.
Paloma (1979) dalam (Wirawan, 2012: 118) meringkaskan ide-ide dasar
(root images) interaksi simbolik yang dikembangkan oleh Blumer sebagai berikut:
1. Masyarakat terdiri dari manusia yang berinteraksi melalui tindakan
bersama dan membentuk organisasi (struktur sosial).
2. Interaksi terdiri atas berbagai tindakan manusia yang berhubungan dengan
kegiatan manusia lain. Interaksi simbolik mencakup “penafsiran tindakan,”
sedangkan interaksi nonsimbolik hanya mencakup stimulus-respon yang
sifatnya sederhana.
3. Objek-objek tidak memiliki makna yang intristik. Makna lebih merupakan
produk interaksi simbolik.
4. Manusia tidak hanya mengenal objek eksternal (di luar dirinya), tetapi bisa
juga melihat dirinya sebagai objek.
5. Tindakan manusia adalah tindakan interpretatif yang dibuat oleh manusia
sendiri.
6. Tindakan itu saling terkait dan disesuaikan oleh para anggota kelompok.
Tindakan ini disebut tindakan bersama yang dibatasi sebagai “organisasi
sosial dan perilaku tindakan berbagai manusia.”
15
Berdasarkan paparan mengenai teori interaksionisme simbolik diatas,
penulis menggunakan teori tersebut dengan mengacu kepada simbolisasi makna
yang terdapat dalam pernikahan adat Betawi dan melihat bagaimana masyarakat
berperilaku terhadap makna yang terkandung dalam tahapan pernikahan.
F. Definisi Konseptual
1. Simbol
Kata simbol berasal dari bahasa Yunani yaitu symbolos yang berarti tanda
atau ciri yang memberitahukan sesuatu kepada seseorang. Manusia dalam
hidupnya selalu berkaitan dengan simbol-simbol yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari. Manusia adalah animal sybolicum, yang artinya adalah
pemikiran dan tingkah laku simbolis merupakan ciri yang betul-betul khas
manusiawi dan bahwa seluruh kemajuan kebudayaan manusia mendasarkan diri
pada kondisi-kondisi itu. Manusia adalah makhluk budaya dan budaya manusia
penuh dengan simbol (Endraswara, 2006:171).
Mulyana (2003:77) mendeskripsikan simbol adalah suatu rangsangan yang
mengandung makna dan nilai yang dipelajari manusia. Respon manusia terhadap
simbol itu adalah dalam pengertian makna dan nilainya. Suatu simbol disebut
siginifikan atau memiliki makna apabila simbol itu membangkitkan pada individu
yang menyampaikan respon yang sama seperti yang juga akan muncul pada
individu yang dituju.
Dalam pernikahan adat Betawi tidak terlepas dari adanya simbol-simbol
yang hadir dalam setiap tahapannya. Simbol tersebut tidak hanya berbentuk objek,
16
namun juga berupa tindakan yang dilakukan oleh masyarakat setempat sesuai
dengan kesepakatan atau yang secara turun temurun sudah menjadi tradisi.
2. Makna
Makna dapat kita artikan sebagai arti dari sebuah kata atau benda. Makna
muncul pada saat bahasa dipergunakan, karena peranan bahasa dalam komunikasi
dan proses berfikir, serta khususnya dalam persoalan yang menyangkut
bagaimana mengidentifikasi, memahami ataupun meyakini (Sumaryono, 1993:
131). Menurut Ariftanto dan Maimunah, Makna adalah arti atau pengertian yang
erat hubungannya antara tanda atau bentuk yang berupa lambang, bunyi, ujaran
dengan hal atau barang yang dimaksudkan (Ariftanto dan Maimunah, 1988: 58).
Devito dalam Muhammad Amrullah (2011) mengatakan bahwa pemberian
makna merupakan proses yang aktif, karena makna diciptakan dengan kerjasama
di antara sumber dan penerima, pembicara dan pendengar, penulis dan pembaca.
Dengan adanya interaksi antar manusia dalam suatu kelompok budaya maka
terbentuklah simbol-simbol yang memiliki makna. Makna yang sama hanya akan
terbentuk bila terjadi pengalaman yang sama di antara manusia dalam suatu
kelompok budaya. Manusia dapat saling berkomunikasi karena ada makna yang
dimiliki bersama.
Makna yang dimaksudkan dalam hal ini yaitu bagaimana dasar manusia
berperilaku atau bertindak. Makna berada didalam simbol-simbol dan
diinterpretasikan oleh masyarakat.Sebagaimana masyarakat Gedong bertindak
17
berdasarkan makna yang terdapat didalam simbol-simbol tahapan pelaksanaan
pernikahan Betawi Gedong.
3. Pernikahan
Menurut Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, pernikahan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan merupakan salah satu
aktivitas individu. Aktifitas individu umumnya akan terkait pada suatu tujuan
yang ingin dicapai oleh individu yang bersangkutan, demikian pula dalam hal
perkawinan. Karena perkawinan merupakan suatu aktifitas dari satu pasangan,
maka sudah selayaknya mereka pun juga mempunyai tujuan tertentu. Tetapi
karena perkawinan itu terdiri dari dua individu, maka adanya kemungkinan bahwa
tujuan mereka itu tidak sama. Bila tersebut terjadi, maka keputusan itu harus
dibulatkan agar terdapat suatu kesatuan dalam tujuan tersebut (Walgito dalam
Yohanes, 2016).
Menurut Kartono (1992), pengertian pernikahan merupakan suatu institusi
sosial yang diakui disetiap kebudayaan atau masyarakat. Sekalipun makna
pernikahan berbeda-beda, tetetapi praktek-prakteknya pernikahan dihampir semua
kebudayaan cenderung sama pernikahan menunujukkan pada suatu peristiwa saat
sepasang calon suami-istri dipertemukan secara formal dihadapan ketua agama,
para saksi, dan sejumlah hadirin untuk kemudian disahkan secara resmi dengan
upacara dan ritual-ritual tertentu.
18
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis berusaha untuk menjelaskan mengenai
makna simbolik dalam pernikahan adat Betawi dan perilaku masyarakat Betawi
atas simbol-simbol tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yang
mana penelitian kualitatif didefinisikan sebagai suatu penelitian yang bermaksud
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistic dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. (Moleong, 2007:6)
Penulis mempertimbangkan metode kualitatif atas dasar fenomena yang
diteliti. Sebab hasil dari metode penelitian kualitatif ini dapat membuat penulis
untuk memperoleh titik temu gambaran dan informasi penting secara rinci
mengenai sesuatu hal dari sudut pandang masyarakat yang diteliti.
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Metode deskriptif
didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik
fenomena alamiah maupun rekayasa manusia (Moleong, 2007). Sehingga
penelitian deskriptif ini mempelajari mengenai masalah-masalah yang ada dalam
masyarakat serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi
tertentu, termasuk mengenai hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,
19
pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan
pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena (Whitney, dalam Moh. Nazir, 2002).
2. Informan Penelitian
Dalam penentuan informan penelitian, penulis menggunakan teknik
Purposive sampling yaitu penentuan sampel penelitian sesuai dengan beberapa
pertimbangan-pertimbang penulis sehingga dapat memenuhi data yang penulis
butuhkan. Purposive sampling digunakan atas dasar; 1) mendapatkan data kasus
yang terbilang unik dan spesifik, 2) menyeleksi anggota populasi subjek
penelitian guna mendapatkan data yang akurat, 3) mengidentifikasi beragam
informasi dengan investigasi yang mendalam (Neuman, 2007:143)
Penulis menentukan kriteria subjek penelitian sebagai berikut: 1) Tokoh
adat Betawi Gedong; 2) Masyarakat asli Betawi Gedong yang menikah sesuai
dengan adat Betawi; 3) Masyarakat asli Betawi Gedong yang menikah dengan
masyarakat diluar suku Betawi. Kriteria tersebut sebagai acuan penulis guna
mendapatkan data yang lebih mendalam mengenai pemaknaan dalam proses
pernikahan.
Disini penulis pertama-tama mendapatkan referensi dari sekretaris
kelurahan Gedong, di RT mana penulis dapat memperoleh informan yang
mayoritas tempat tinggalnya dihuni oleh suku Betawi. Kemudian setelah penulis
mendatangi wilayah tersebut, penulis melakukan interaksi dengan warga setempat
untuk menggali keberadaan informan yang mengetahui asal usul pernikahan
Betawi atau tokoh adat Betawi setempat serta pengantin yang menikah dalam
20
tahun-tahun belakangan ini yang menggunakan pernikahan adat Betawi. Atas
informasi dari informan tersebut penulis menemukan informan yang lainnya
sehingga dapat dirunutkan informasi mengenai profil informan sebagai berikut:
Tabel 1. I. G. Profil Informan
No. Nama Jenis Kelamin Posisi/Status
1. Abi Thalib Laki-laki Tokoh Masyarakat
2. Abi Romi Laki-laki Tokoh Masyarakat
3. Bibi Ipeh Perempuan Warga Setempat
4. Mpok Ita Perempuan Warga Setempat
5. Bu Lala Perempuan Warga Setempat
6. Mpok Aisah Perempuan Warga Setempat
3. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian yang telah dilaksanakan bertempat di Kecamatan
Gedong, Kelurahan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Penulis memilih lokasi tersebut
sebagai tempat penelitian dengan beberapa pertimbangan mengenai fokus
penelitian penulis yang ditujukkan untuk masyarakat Betawi. Selain itu, di
wilayah tersebut masih banyak masyarakat Betawi yang secara turun temurun
menetap di daerah tersebut sehingga sebagian besar dari mereka masih
mempertahankan budaya dan cara hidup adat khas Betawi.
Penulis juga mempertimbangkan jumlah penyebaran suku betawi yang
menjadi mayoritas di wilayah Jakarta Timur, sesuai dengan rujukan tabel dibawah
ini.
21
Tabel 2. I. G. Jumlah Penyebaran Suku Betawi
Wilayah Jumlah Suku Betawi
Kepulauan Seribu 8.765
Jakarta Selatan 659.593
Jakarta Timur 795.772
Jakarta Pusat 302.229
Jakarta Barat 677.441
Jakarta Utara 257.733
TOTAL 2.701.533
Sumber: Badan Pusat Statistik Tahun 2010
4. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama empat bulan yang dilakukan
pada bulan Maret, April, Mei dan Juli. Pada awal bulan penelitian penulis mencari
fokus penelitian yang sesuai dengan data yang didapatkan di lapangan dan terus
berinteraksi dengan masyarakat setempat. Seterusnya penulis menggali informasi
mendalam terhadap informan-informan yang ada.
H. Teknik Pengumpulan Data
Adapun dalam pengumpulan data yang di gunakan untuk melihat indikator
penelitian tersebut, dibagi menjadi dua jenis data, yaitu:
1. Data Primer, adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang
diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh
subjek yang dapat dipercaya, yakni subjek penelitan atau informan yang
berkenaan dengan variabel yang diteliti atau data yang diperoleh dari
responden secara langsung (Arikunto, 2010:22).
22
Data primer ini diperoleh atas dasar wawancara langsung dan
berdasarkan observasi yang dilakukan kepada informan. Pertama,
wawancara. Dalam teknik wawancara ini penulis mendapatkan informasi
dengan cara bertanya langsung kepada informan. Dan bentuk wawancara
ini tidak terbatasi oleh struktur wawancara, jadi wawancara ini dapat
meluas dan tidak membatasi informan. Sehingga penulis pun dapat
menggali lebih jauh informasi-informasi yang didapat dari informan untuk
mendapatkan jawaban atas permasalahan yang diteliti, seperti dengan
melakukan perkenalan diawal berlanjut dengan menanyakan point-point
kunci yang memiliki kemenarikan sesuai dengan fokus kasus yang dicari
oleh penulis yaitu tahapan pelaksanaan pernikahan Betawi Gedong dan
bagaimana masyarakat Betawi Gedong bertindak berdasarkan makna-
makna yang diyakininya dalam simbol pelaksanaan pernikahan.
Kedua, observasi. Menurut Susan dalam Sugiyono (2006) dalam
observasi partisipatif peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang,
mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam
aktifitas mereka. Adanya pengambilan data melalui observasi dengan
secara langsung terjun ke lapangan atau lokasi penelitian, penulis dapat
melakukan pengamatan secara langsung sehingga dapat memperoleh data
mengenai permasalahan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
penelitian. Penulis menggunakan observasi partisipatif karena adanya
fakta bahwa penulis merupakan orang Betawi yang sedari kecil hidup
dilingkungan masyarakat Betawi sehingga penulis memahami bagaimana
23
problematika yang dihadapi oleh masyarakat Betawi dan perilaku yang
dilakukan oleh masyarakat Betawi secara mendalam untuk itu penulis
memilih penelitian ini. Sedangkan observasi yang penulis lakukan
dilapangan yaitu mengenai realitas kehidupan masyarakat Betawi Gedong,
dengan melihat kehidupan sehari-hari masyarakat setempat, mengamati
pola pemukiman tempat tinggal, ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan
oleh masyarakat setempat.
2. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data
yang menunjang data primer. Dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
observasi yang dilakukan oleh penulis serta dari studi pustaka. Dapat
dikatakan data sekunder ini bisa berasal dari dokumen-dokumen grafis
seperti tabel, catatan,SMS, foto dan lainlain (Arikunto, 2010:22).
Dalam data sekunder ini penulis menggunakan dokumentasi
dimana penulis menggunakan sumber-sumber tertulis yang berasal dari
bahan-bahan kepustakaan untuk memperoleh data-data yang berkaitan
dengan fenomena penelitian.
I. Metode Analisis Data
Setelah data dan informasi yang didapatkan sudah memuaskan, data yang
didapat selanjutnya dipilih dan disesuaikan dengan tema serta kondisi pada
penelitian ini, kemudian data yang diperoleh tersebut di telaah dan diolah dengan
menganalisa lebih jauh dengan teknik desktiptif kualitatif yang diikuti dengan
24
beberapa teori para ahli. Dilanjutkan dengan penyajian data wawancara informan
dan penarikan kesimpulan.
J. Sistematika Penelitian
Untuk mempermudah dalam memahami isi penelitian, maka penulis
membuat sistematika khusus yang terdiri atas lima bab. Adapun sistematika
penelitian tersebut sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan : Dalam Bab pendahuluan ini memaparkan
mengenai latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian,
tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori,
definisi konsep, metodologi penelitian, teknik pengumpulan
data, metode analisis data dan sistematika penulisan.
BAB II Gambaran Umum Lokasi Penelitian: Dalam Bab gambaran
umum dan lokasi penelitian ini akan dipaparkan mengenai letak
dan keadaan geografis kelurahan Gedong, keadaan sosial dan
ekonomi masyarakat Gedong serta gambaran umum masyarakat
Betawi Gedong.
BAB III Tahapan Pelaksanaan Pernikahan Betawi Gedong: Dalam
Bab ini akan dipaparkan mengenai tahapan pelaksanaan
pernikahan Betawi Gedong zaman terdahulu dan zaman
sekarang.
BAB IV Makna Simbolik dalam Pelaksanaan Pernikahan Betawi
Gedong: Dalam Bab ini akan menjelaskan mengenai analisa
25
penulis mengenai Proses pemaknaan simbol dalam pelaksanaan
pernikahan Betawi Gedong serta perubahan mengenai fungsi,
makna dan simbol-simbol dalam pernikahan Betawi Gedong.
BAB V Kesimpulan dan Saran : Bagian penutup ini berisikan mengenai
kesimpulan dan saran. Kesimpulan menjelaskan ringkasan dari
hasil penelitian yang telah dilakukan, sedangkan saran
mengemukakan pendapat penulis mengenai hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
25
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kelurahan Gedong merupakan salah satu dari lima kelurahan yang berada
di Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur dengan kode pos 13760. Pada mulanya
sebelum menjadi Kelurahan Gedong, wilayah ini dinamakan Kampung Gedong
dan masih termasuk dalam Kecamatan Kramat Jati. Namun setelah terjadi
pemekaran, Kampung Gedong termasuk ke dalam Kecamatan Pasar Rebo dan
berubah dari Kampung menjadi Kelurahan.
A. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Gedong
Berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta No. 1251 Tahun 1986 mengenai
pembagian wilayah, Kelurahan Gedong ditetapkandengan batas-batas wilayah
diantaranya :
Tabel 3. II. A. Batas Wilayah Kelurahan Gedong
Wilayah Batas-Batas Wilayah
Batas Sebelah Utara
Kelurahan Tengah, Kelurahan Batu Ampar, dan
Kelurahan Bale Kambang
Batas Sebelah Selatan Kelurahan Cijantung
Batas Sebelah Barat Kali Ciliwung
Batas Sebelah Timur Kali Baru
26
Gambar 1. II. A. Peta Wilayah Kelurahan Gedong
Masyarakat Gedong memiliki beragam karakteristik penduduk
berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan mata pencaharian.
Berdasarkan data sensus kependudukan yang dikeluarkan oleh Kelurahan Gedong,
sampai bulan Desember 2016 jumlah penduduk keseluruhan sebanyak 40.933
jiwa yang terdiri dari 20.644 penduduk laki-laki dan 20.289 penduduk perempuan.
Berikut tabel jumlah penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin:
27
Tabel 4. II. A. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis
Kelamin
NO Umur
WNI WNA Jumlah
WNA+WNI
LK PR JML LK PR JML
1. 0 – 4 1750 1536 3286 3 3 6 3292
2. 5 – 9 1923 1840 3763 1 0 1 3764
3. 10 – 14 1850 1799 3649 0 0 0 3649
4. 15 – 19 1548 1526 3074 0 1 1 3075
5. 20 – 24 1502 1513 3015 0 0 0 3015
6. 25 – 29 1551 1657 3208 0 0 0 3208
7. 30 – 34 1927 1887 3814 0 1 1 3815
8. 35 – 39 1912 1872 3784 0 0 0 3784
9. 40 – 44 1698 1783 3481 1 0 1 3482
10. 45 – 49 1535 1436 2971 0 0 0 2971
11. 50 – 54 1196 1146 2342 0 0 0 2342
12. 55 – 59 852 860 1712 0 0 0 1712
13. 60 – 64 631 636 1267 0 0 0 1267
14. 65 – 69 356 355 711 0 0 0 711
15. 70 – 74 220 225 445 0 0 0 445
16. 75 keatas 188 213 401 0 0 0 401
JUMLAH 20639 20284 40923 5 5 10 40933
Luas wilayah Gedong itu sendiri sebesar 263,40 hektar, yang terbagi
menjadi 12 RW dan 117 RT. Status tanah Kelurahan Gedong Terdiri dari :
a. Tanah Negara : 32,50 Hektar
b. Tanah milik Adat : 228,20 Hektar
28
c. Tanah Wakaf : 1,30 Hektar
d. Tanah lain-lain : 1,50 Hektar
Dari jumlah keseluruhan luas dan status tanah dalam wilayah Gedong,
tanah tersebut diperuntukkan sebagai:
a. Perumahan : 183,27 Hektar
b. Perkantoran/ Industri : 6,0 Hektar
c. Sawah : -
d. Fasilitas Umum : 6,9 Hektar
e. Sarana Ibadah : 11,3 Hektar
f. Pemakaman : 0,5 Hektar
g. Lain-lain : 5,5 Hektar
Berdasarkan informasi, status tanah wakaf yang berada di wilayah gedong
umumnya dimanfaatkan untuk pemakaman umum dan sarana ibadah. Sedangkan
status tanah yang lainnya dimanfaatkan untuk jalan umum, perumahan serta
sekolah.
B. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Kelurahan Gedong
Kondisi sosial ekonomi masyarakat di Gedong semakin meningkat
semenjak adanya pemekaran wilayah oleh pemerintah. Hal ini pun ditunjang
dengan adanya sarana-sarana yang dimiliki oleh wilayah Gedong seperti
terdapatnya sarana jalan, rumah peribadahan, pendidikan, kesehatan serta sarana
olahraga.
29
Berikut merupakan beberapa paparan mengenai akses dan sarana yang didapatkan
oleh masyarakat Kelurahan Gedong:
1. Pendidikan Masyarakat Kelurahan Gedong
Bidang pendidikan merupakan salah satu akses yang sangat penting dan
diperlukan oleh masyarakat wilayah Gedong, karena dengan adanya pendidikan
yang mumpuni dapat meningkatkan kualitas hidup serta pembentukan mutu
masyarakat sehingga membawa dampak positif bagi kemajuan. Kebutuhan akan
pembangunan pendidikan untuk masyarakat terus dilakukan dengan tersedianya
sekolah-sekolah baik formal maupun informal dari jenjang pendidikan anak usia
dini hingga tahapan akademi perguruan tinggi. Dan untuk memperlancar
berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar, sekolah-sekolah tersebut
dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai.
Berikut merupakan jumlah gedung pendidikan umum dari tingkat
pendidikan anak usia dini sampai dengan akademi perguruan tinggi.
1. BKB Paud : 11 Buah
2. Taman Kanak-kanak : 7 Buah
3. Sekolah Dasar : 14 Buah
4. Sekolah Menengah Pertama : 5 Buah
5. Sekolah Menengah dan Kejuruan
(SMU, SMK, STM) : 6 Buah
6. Kursus-kursus : 2 Buah
7. Akademi Perguruan Tinggi : 1 Buah
30
Dengan jumlah gedung pendidikan umum yang telah dipaparkan diatas,
secara tidak langsung memberikan dampak bagi masyarakat untuk sadar dan
melanjutkan pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari tabel tingkat pendidikan
masyarakat Gedong, yang terbagi atas 6 kategori. Berikut merupakan tabel jumlah
penduduk berdasarkan pendidikan masyarakat Gedong :
Tabel 5. II. B. Jumlah Penduduk berdasarkan Pendidikan
NO PENDIDIKAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1. Tidak Sekolah 3026 3037 6063
2. Belum Tamat SD 2036 2117 4153
3. Tamat SD 1667 1729 3396
4. Tamat SLTP 2325 2348 4673
5. Tamat SLTA 7889 7780 15669
6. Tamat Akademi/PT 3701 3278 6979
Jumlah Penduduk 20644 20289 40933
Jumlah Kepala Keluarga 10158 2488 12646
Berdasarkan tabel tersebut, angka kesadaran akan pentingnya pendidikan
bagi masyarakat gedong cukup tinggi. Hal ini dilihat dari paling besarnya tamatan
SLTA sebesar 15669 dan tamatan Akademi/PT sebesar 6979. Sedangkan jumlah
tamatan SD merupakan yang paling kecil yaitu 3396.
2. Mata Pencaharian Masyarakat Kelurahan Gedong
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, masyarakat wilayah Gedong
mempunyai mata pencaharian yang beragam. Mata pencaharian ini sangat
menentukan menentukan kondisi perekonomian masyarakat wilayah Gedong.
31
Semakin layak mata pencaharian masyarakat semakin mapan dan baik pula
tingkat ekonomi masyarakat. Mata pencaharian masyarakat wilayah Gedong
terbagi dalam 8 kategori. Berikut merupakan tabel jumlah penduduk berdasarkan
mata pencaharian:
Tabel 6. II. B. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
NO PEKERJAAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1. Tani - - -
2.
Karyawan Swasta/
Pemerintah/ ABRI 5280 3667 8947
3. Pedagang 1925 1714 3639
4. Pensiunan 1710 1598 3308
5. Pertukangan 1450 - 1450
6. Pengangguran 1694 2386 4080
7. Fakir Miskin 1107 892 1999
8. Lain-lain 7478 10032 17510
Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata masyarakat wilayah Gedong
bermata pencaharian sebagai karyawan swasta/ pemerintah/ ABRI yang berjumlah
8947 orang. Sedangkan paling sedikit masyarakat wilayah Gedong bermata
pencaharian sebagai pertukangan dengan jumlah 1450 orang.
Meskipun banyak masyarakat bermata pencaharian sebagai karyawan
swasta/ pemerintah/ ABRI yang penghasilannya cukup, namun banyak pula dari
masyarakat yang pengangguran dan fakir miskin jika dilihat dari tabel diatas.
Sehingga hal ini pun menimbulkan suatu permasalahan kesejahteraan masyarakat.
Oleh karena itu, kelurahan Gedong mengadakan program pemberdayaan dibidang
32
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Salah satunya dengan adanya
kerjasama dari dewan kelurahan dengan LPM untuk melakukan pembinaan dan
menyalurkan bantuan modal bergulir kepada pengusaha ekonomi lemah melalui
dana PPMK, UPK, dan PMD-DKE. Tidak hanya itu, program lainnya berupa
peningkatan ketrampilan masyarakat melalui kursus-kursus yang diselenggarakan
di Kelurahan Gedong dengan gratis serta adanya bimbingan dan konsultasi
terhadap Industri Rumah Tangga dalam rangka pengembangan perekonomian
masyarakat dan penghasilan rendah.
3. Agama Masyarakat Kelurahan Gedong
Agama merupakan suatu instrument yang penting dan tidak dapat
dipisahkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, sarana tempat peribadahan menjadi
salah satu kebutuhan dalam membina dan meningkatkan keyakinan umat
beragama dan keyakinan masing-masing. Umumnya masyarakat wilayah Gedong
menjadikan tempat peribadahan tidak hanya untuk lebih mendekatkan diri kepada
tuhan, namun tempat peribadahan dijadikan sebagai sarana berkumpul dan
sosialisasi. Berikut merupakan jumlah tempat peribadahan yang tersebar di
wilayah Gedong :
Tabel 7. II. B. Jumlah Fasilitas Tempat Beribadah
NO
FASILITAS TEMPAT
IBADAH
JUMLAH
1. Masjid 18
2. Mushola 28
33
Dengan jumlah tempat peribadahan diatas menunjukkan bahwa jumlah
masjid dan mushola menempati posisi terbanyak, dengan jumlah masjid sebanyak
18 buah dan mushola sebanyak 28 buah. Sedangkan terdapat 3 buah gereja yang
ada di wilayah Gedong. Namun, bagi penganut agama lain yaitu agama hindu dan
budha umumnya melaksanakan peribadahan di luar wilayah Gedong karena tidak
adanya tempat peribadahan pura dan klenteng di wilayah ini.
Jumlah tempat peribadahan diatas secara tidak langsung menentukan
mayoritas agama yang dianut masyarakat. Berikut ini merupakan tabel yang
menunjukkan jumlah agama yang dianut dan berkembang di wilayah Gedong:
3. Gereja 3
4. Pura -
5. Klenteng -
34
Tabel 8. II. B. Jumlah Pemeluk Agama
NO PEMELUK AGAMA JUMLAH
1. Islam 33.417
2. Kristen Protestan 2.496
3. Kristen Katholik 1.621
4. Hindu 92
5. Budha 217
Jumlah 37.843
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa mayoritas masyarakat Gedong
beragama islam dengan jumlah 33.417 orang atau sekitar 88,3 %. Sedangkan
minoritas masyarakat Gedong beragama hindu dengan jumlah 92 orang atau
sekitar 0,24%.
4. Sarana Jalan Masyarakat Kelurahan Gedong
Untuk memudahkan masyarakat dalam melaksanakan setiap aktivitas dan
sebagai bentuk kewajiban penyedia sarana prasarana, pemerintah menyediakan
sarana jalan yang telah dibangun dan layak digunakan bagi masyarakat Gedong.
Sarana jalan yang disediakan umumnya terbagi atas jalan negara, jalan propinsi,
jalan kabupaten, jalan mht dan jalan setapak. Berikut merupakan tabel mengenai
panjang jalan yang tersedia di wilayah Gedong :
35
Tabel 9. II. B. Jenis Jalan dan Panjang Jalan
NO JENIS JALAN PANJANG JALAN
1. Jalan Negara 1500 m
2. Jalan Propinsi -
3. Jalan Kabupaten -
4. Jalan MHT 10 Km
5. Jalan Setapak 7,5 Km
Terdapat dua akses jalan utama yang berada di Kelurahan Gedong yaitu
Jalan Raya Bogor dan Jalan T.B. Simatupang. Jalan Raya Bogor merupakan
perbatasan antara Kelurahan Gedong dengan Kelurahan Rambutan, dan jalan ini
juga merupakan penghubung antara wilayah DKI Jakarta dengan wilayah Bogor.
Sedangkan Jalan T.B. Simatupang merupakan salah satu akses jalan utama antara
wilayah Jakarta Selatan dengan Jakarta Timur.
5. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan merupakan suatu kebutuhan mutlak bagi masyarakat
wilayah Gedong. Dengan sarana yang memadai, sangat membantu masyarakat
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit.
Terpenuhinya kebutuhan sarana kesehatan untuk masyarakat dapat dilihat dari
tersedianya jumlah sarana yang memadai. Berikut merupakan jumlah sarana
kesehatan yang berada di wilayah Gedong:
36
1. Rumah Sakit : 2 buah
2. Puskesmas : 1 buah
3. Balai Pengobatan : 2 buah
4. Dokter Praktek : 8 buah
5. Bidan Praktek : 7 buah
6. Pos KB RW / posyandu : 19 buah
7. Kelompok KB : 12 buah
Jumlah sarana kesehatan yang berada di wilayah Gedong tersebut dirasa
cukup bagi masyarakat setempat. Dengan adanya dua rumah sakit yaitu rumah
sakit Pasar Rebo dan Cijantung, puskesmas dan tempat pengobatan lain yang
tersebar di wilayah Gedong mampu untuk menampung pengobatan masyarakat.
6. Sarana Olahraga
Bidang olahraga merupakan salah satu kegiatan jasmani yang dilakukan
untuk memelihara kesehatan dengan kegiatan yang menghibur dan
menyenangkan. Selain kondisi badan semakin sehat, olahraga pun mempunyai
manfaat untuk meningkatkan prestasi. Dalam kebijakan pembangunan,
pemerintah menempatkan posisi olahraga sebagai salah satu arah guna
meningkatkan kualitas masyarakat sehingga memiliki tingkat kesehatan dan
kebugaran yang cukup.
Di wilayah Gedong, pembinaan dalam bidang keolahragaan telah
disediakan sarana untuk menunjang hal tersebut. Sarana ini menyangkut banyak
cabang olahraga antara lain:
37
1. Lapangan sepak bola : 1 buah
2. Lapangan volley ball : 16 buah
3. Lapangan badminton : 8 buah
4. Lapangan tennis : 3 buah
5. Lapangan tennis meja : 48 buah
6. Lapangan basket : 4 buah
7. Tommy hall
(Gelanggang OR Bulutangkis) : 1 buah
8. Gedung sasana krida KT : 1 buah
9. Balai warga : 1 buah
Sarana olahraga yang telah dipaparkan diatas dirasa cukup lengkap bagi
masyarakat wilayah gedong. Sehingga penggunaannya dapat dimanfaatkan
sebagaimana mestinya.
C. Gambaran Umum Masyarakat Betawi di Kelurahan Gedong
Secara umum, suku Betawi terbagi dalam beberapa kelompok, yaitu
Betawi Kota, Betawi Ora, Betawi Tengah, Betawi Udik dan Betawi Pinggir.
Masyarakat betawi tersebut utamanya dikelompokkan berdasarkan wilayah,
namun tak menutup kemungkinan bahwa masing-masing kelompok tersebut
mempunyai perbedaan kebudayaan antar kelompok Betawi lainnya.
Betawi wilayah Gedong, berdasarkan perkelompokan tersebut masuk
kedalam Betawi pinggir, karena letak wilayah Gedong berada di pinggiran
wilayah Jakarta yaitu Jakarta Timur. Betawi pinggiran ini mempunyai ciri khas
38
yang berbeda dengan kelompok Betawi lainnya salah satunya menyangkut
tatacara pelaksanaan serta atribut dalam acara adat Betawi.
Berikut merupakan paparan lebih jauh mengenai masyarakat betawi
wilayah Gedong:
1. Pola Pemukiman Masyarakat Betawi Gedong
Pola pemukiman merupakan salah satu bentuk penyebaran tempat tinggal
penduduk dan merupakan salah satu bentuk ciri khas tertentu dari masing-masing
wilayah. Dalam kasus pola pemukiman wilayah Gedong yang mayoritas
penduduknya berasal dari suku Betawi, hunian perumahan masyarakat Betawi
Gedong kini dapat dikatakan mengelompok dan nampak tidak seperti masyarakat
Betawi tempo dulu yang memiliki tanah luas dan pelataran kebun yang ditumbuhi
oleh pepohonan.
Mengelompok yang dimaksudkan disini dimana rumah-rumah sanak
keluarga antara satu dengan yang lainnya saling berdekatan atau bertetangga dan
cenderung berderet. Hal tersebut sesuai dengan fakta dalam masyarakat Betawi
wilayah Gedong yang dulunya memiliki tanah luas dalam satu wilayah namun
juga memiliki banyak anak. Sehingga terbagilah tanah-tanah tersebut dalam hak
waris yang biasanya anak perempuan mendapat setengahnya dari anak laki-laki
atau sesuai dengan anjuran hukum islam. Tanah-tanah tersebut dimanfaatkan
sesuai kehendak sang pemilik tanah namun biasanya masyarakat Betawi Gedong
menggunakan tanah tersebut untuk membangun hunian tempat tinggal, tempat
usaha dan yang paling sering dijumpai pembangunan rumah kontrakan maupun
39
rumah kost-kostan. Tanah-tanah luas yang diidentikkan dengan masyarakat
Betawi terdahulu seakan terganti dengan rumah-rumah yang padat.
Perubahan yang terjadi pun meliputi desain rumah adat Betawi yang sudah
tidak ditemukan lagi di wilayah Gedong terganti dengan rumah modern yang
simple. Perubahan desain rumah tersebut biasanya pada generasi-generasi muda
yang lebih terbuka dengan perkembangan zaman dan perubahan kearah yang lebih
maju. Hal ini terkait pula dengan rumah adat Betawi yang membutuhkan biaya
yang tidak sedikit untuk pembangunan dan material-material lain serta
penataannya yang biasanya menggunakan tanah yang sedikit lebih luas
dibandingkan rumah modern zaman sekarang. Tak luput pula dengan banyaknya
kaum urban yang menetap sehingga menyebabkan perpaduan kebudayaan yang
hadir ditengah masyarakat.
Namun, keberadaan pendatang di wilayah Gedong menimbulkan sedikit
permasalah. Dengan kondisi keadaan ekonomi yang terpuruk dan sulitnya mencari
nafkah serta tempat tinggal, menyebabkan banyaknya rumah-rumah liar yang
dibangun dengan seng-seng. Meskipun mereka mendirikan rumah diatas tanah
yang sudah diizinkan oleh pemilik tanah tersebut, nuansa kumuh seakan masih
menyelimuti pemukiman tersebut. Mereka enggan untuk membangun rumah yang
layak karena faktor ekonomi yang tidak mencukupi juga karena takut sewaktu-
waktu akan digusur oleh pemerintah maupun pemilik tanah.
40
2. Kegiatan Adat Keagamaan Masyarakat Betawi Gedong
Bagi masyarakat Betawi, agama merupakan salah satu pondasi yang paling
mempengaruhi segala tatacara kehidupan sehari-hari. Dalam wilayah Gedong
nyatanya agama islam menjadi mayoritas bagi masyarakat betawi, adapula yang
menganut agama kristen namun terbilang cukup sedikit. Keberadaan asal muasal
wilayah yang terdahulu seakan menentukan agama yang dianut oleh masyarakat
tersebut.
Kegiatan-kegiatan adat yang dilaksanakan di wilayah ini hampir sama
dengan suku Betawi wilayah lain, acara-acara seperti pernikahan, kematian,
khitanan secara langsung menggunakan unsur-unsur agamis didalamnya.
Percampuran inilah yang membuat kebudayaan Betawi sedikit berbeda dengan
kebudayaan suku lainnya dengan adanya unsur agama menjadi suatu ciri khas
tersendiri bagi kebudayaan suku Betawi.
Dalam acara kematian bagi masyarakat Betawi Gedong misalnya, keluarga
besar yang berduka menyiapkan segala perlengkapan tidak hanya perlengkapan
untuk keperluan mengurus jenazah namun juga langsung mempersiapkan acara
pengajian yang akan dilaksanakan setelah jenazah dikuburkan. Persiapan ini
menyangkut nasi beserta lauk atau berkat, tenda-tenda serta karpet-karpet untuk
menampung masyarakat yang ikut serta dalam acara pengajian. Pengajian ini bisa
berlangsung selama 7 hari, dan penghatam Qur’an mengaji secara
bergantian.Pengajian dirumah kediaman duka tidak hanya digelar saat hari
kematian saja namunacara pengajian dilakukan setiap 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100
41
hari, 1000 hari serta setiap tahun dengan mengadakan pengajian untuk mendoakan
keluarga yang telah ditinggalkan sesuai dengan hari kematiannya. Masyarakat
Betawi Gedong meyakini bahwa pengajian yang mereka laksanakan akan sampai
pahalanya bagi yang ditinggalkan.
Kegiatan lain yang masih dilaksanakan di wilayah Gedong yaitu khitanan.
Acara khitanan sendiri umumnya atas keinginan sang anak yang meminta kepada
orang tuanya untuk disunat. Setelah ditentukan tanggal dan hari pelaksanaannya,
orang tua segera mempersiapkan segala sesuatu terkait menentukan dokter sunat
dan acara yang akan dilaksanakan setelah disunat. Pada zaman dahulu, setelah
dilakukan proses khitan sang anak diarak keliling kampung dengan diiringi
solawat dan rebana. Sedangkan kini, arak-arakan keliling kampung sudah tidak
dilakukan lagi oleh masyarakat setempat. Namun, yang masih tetap berlangsung
sebagai bentuk rasa syukur melalui acara sedekahan dimana orang tua memajang
anak yang telah di khitan dan memakai pakaian adat pengantin sunat serta
menyediakan makanan bagi warga-warga yang datang. Dengan adanya proses
khitanan ini, banyak masyarakat yang memaknai khitan sebagai suatu langkah
atau proses baru untuk menjadi lebih dewasa sehingga mampu menjaga diri dan
lebih taat dalam hal keagamaan.
Kemudian pernikahan yang dilaksanakan oleh masyarakat Betawi, (Dalam
Emma Agus Bisri et al. 2004) Fase prosesi perkawinan merupakan suatu hal
bersejarah yang penting bagi setiap individu dan di Betawi upacara perkawinan
menempati posisi paling sakral dalam rangkaian proses kehidupan yang dijadikan
falsafah bagi masyarakat betawi. Dalam kehidupan masyarakat Betawi pula,
42
pernikahan merupakan sesuatu identitas atau membentuk karakter yang
mengandung nilai tradisi dan menjadi suatu ciri khas yang tak dapat dipisahkan
dari masyarakat Betawi.
Oleh karena itu, jauh sebelum pelaksanaannya pernikahan banyak
pertimbangan dari pihak orang tua untuk menikahkan anaknya atau dapat
dikatakan tidak sembarang melepas anaknya untuk menikah dengan orang lain.
Pertimbangan ini menyangkut latar belakang keluarga, suku daerah serta sifat-
sifat calon menantu yang dianggap pantas untuk membina keluarga. Dari segi
latar belakang, orang tua melihat apakah calon menantu merupakan dari keluarga
baik-baik sehingga didik dengan baik dan menjadi pribadi yang baik.Dari segi
suku daerah, umumnya masyarakat betawi melihat dari pengalaman yang sudah-
sudah bahwa ada daerah tertentu yang kurang pas untuk dijadikan calon menantu
dan besan. Dari segi sifat-sifat, orang tua ingin seseorang yang terbaik untuk
anaknya dengan sifat yang berpegang teguh dengan keagamaan serta mampu
menjalankan tanggung jawab yang akan ditempuh. Setelah segalanya
dipertimbangkan dengan matang, calon kedua mempelai dan orangtua segera
mempersiapkan langkah selanjutnya untuk melangsungkan pernikahan yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak.
Tidak hanya dalam kegiatan-kegiatan adat, unsur keagamaan masih
nampak dikehidupan sehari-hari hal ini dapat dilihat dengan pembelajaran ilmu
agama yang ditanamkan oleh orangtua sedari kecil dengan menyekolahkan
pendidikan formal berlandas agama serta pemberian nama-nama islami kepada
43
anak-anak mereka.Tidak hanya itu, masyarakat Betawi Gedong masi aktif
mengikutsertakan anak-anak mereka ke dalam pengajian keagamaan rutin.
44
BAB III
TAHAPAN PELAKSANAAN PERNIKAHAN BETAWI GEDONG
Setiap daerah mempunyai keunikan khusus terkait pelaksanaan tradisi
pernikahan, seperti halnya masyarakat Betawi yang mempunyai ciri khas
tersendiri dan kepercayaan-kepercayaan dalam setiap tahapannya. Namun dalam
masyarakat Betawi ini pun terdapat pula perbedaan-perbedaan dalam pelaksanaan
tradisi pernikahan sesuai dengan daerah masing-masing, perbedaan tersebut
dikarenakan adanya pengelompokan-pengelompokan masyarakat sesuai wilayah
karena persebaran penduduk suku ini yang tidak merata. Sehingga masyarakat
Betawi satu dan yang lainnya mempunyai perbedaan seperti perbedaan pola pikir,
perilaku, percampuran wilayah keturunan asal, serta perbedaan tradisi yang turun
menurun. Sama halnya dengan tahapan-tahapan pelaksanaan masyarakat Betawi
Gedong yang sedikit berbeda dengan masyarakat Betawi di wilayah lain.
Dalam pandangan masyarakat Gedong, Pernikahan dapat diartikan
sebagai suatu ajang untuk melepaskan sang anak melangkah ke kehidupan baru
rumah tangga, selain itu pula adanya pelaksaan perkawinan ini untuk mendapat
suatu pengabsahan di masyarakat luas serta suatu kewajiban dalam perintah
agama. Dalam pernikahan itu pula sebagai suatu wadah untuk bersilaturrahmi dan
berbagi kesukariaan kepada kerabat dekat maupun jauh, teman-teman keluarga
sang punya hajat serta masyarakat sekitar.
45
Kondisi zaman terdahulu dalam hal pernikahan Betawi memang terbilang
penting untuk dilaksanakan, tak jarang orang tua sang calon mempelai
mempersiapkan segala sesuatu hal terbaik dalam setiap tahapannya. Meskipun
perekonomian keluarga Betawi cenderung tergolong sederhana namun untuk
urusan perayaan perkawinan akan diusahakan semeriah mungkin dalam
pelaksanaannya. Hal ini tentu tak luput dari suka cita keluarga yang sudah
memenuhi tanggungan untuk membesarkan dan merawat anaknya, tetapi juga
adanya prestise yang didapatkan keluarga oleh masyarakat lingkungannya.
Zaman memang telah berganti, begitupun perubahan-perubahan mengenai
kebudayaan pun tak dipungkiri nampak adanya. Perubahan tersebut juga terjadi
dalam tahapan pernikahan masyarakat Gedong, ada beberapa material maupun
tahapan yang dihilangkan karena material tersebut sukar untuk ditemukan maupun
tahapan dianggap sudah tidak sesuai dengan kondisi terkini.
Berdasarkan temuan dilapangan, penulis akan memaparkan lebih lanjut
mengenai tahapan pelaksanaan perkawinan betawi terdahulu dan tahapan
pelaksanaan perkawinan betawi terkini sebagai bahan untuk perbandingan
perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan pernikahan tersebut. Perbandingan
tahapan pelaksanaan pernikahan Betawi zaman dahulu dan pernikahan betawi
terkini diukur dari tahun pelaksanaan pernikahan tersebut. Jika pernikahan Betawi
zaman dahulu berkisar antara tahun 1970an sampai 1980an, sedangkan
pernikahan Betawi terkini berkisar antara tahun 2000 sampai 2015.
46
A. Tahapan Pelaksanaan Perkawinan Betawi Terdahulu
Dalam tahapan pelaksanaan perkawinan betawi terdahulu memang
terbilang cukup rumit dan melalui proses yang cukup panjang. Pelaksanaan
perkawinan ini pun menyesuaikan kondisi zaman terdahulu yang masih sangat
kental dengan ajaran serta tradisi-tradisi nenek moyang.Terlebih dalam urusan
pernikahan, bukanlah perkara main-main karena prosesinya sakral untuk
dilaksanakan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan perkawinan terdahulu tersebut
orang tua sang calon mempelai ikut ambil alih untuk mengatur segala persiapan.
Selanjutnya akan dijabarkan tahapan-tahapan pelaksanaan perkawinan
betawi gedong terdahulu yang didapat oleh beberapa orang informan hasil
wawancara. Tahapan-tahapan pelaksanaan pernikahan ini merupakan tahapan
prosesi pernikahan yang dahulunya dilaksanakan oleh masyarakat setempat dan
terbagi ke dalam tiga tahapan pelaksanaan yaitu tahapan sebelum pelaksanaan
pernikahan, tahapan pelaksanaan pernikahan dan tahapan sesudah pernikahan.
1. Tahapan sebelum pelaksanaan pernikahan.
Tahapan sebelum pelaksanaan pernikahan dimulai dari berkunjung dan
silaturrahmi, melamar, seserahan uang, dan piare calon pengantin. Berikut
paparan lebih jauh mengenai tahapan-tahapan sebelum pernikahan yang wajib
dilaksanakan calon mempelai serta yang harus dilakukan oleh kedua belah
keluarga sebelum mencapai tahapan jenjang pernikahan.
47
Berkunjung dan silaturrahmi
Dalam tahapan berkunjung dan silaturrahmi ini, sang lelaki
umumnya sudah mempunyai perasaan ketertarikan terlebih dahulu
kepada sang perempuan dan seringkali keduanya masih dalam satu
daerah kampung yang sama, jika berbeda pun letaknya tidak terlalu jauh
dan masih bisa dijangkau. Kegiatan berkunjung ini biasanya dilakukan
lelaki disaat ada acara layar tancep atau nonton bareng yang diadakan
didekat rumah perempuan. Kemudian lelaki membawa makanan seperti
sate, kue putu, maupun kerak telor yang kemudian digantung didepan
rumah perempuan. Saat lelaki silaturrahmi kerumah perempuan pun,
sang perempuan tidak menemui dan ikut menemani lelaki melainkan
salah satu dari keluarga perempuan yang menemui dan menjamu lelaki.
Jika keduanya ingin bertemu dan sekadar mengobrol mereka tidak duduk
bersama melainkan melalui pagar yang berlubang sehingga tidak
bertatapan secara langsung. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Lala
mengenai proses berkunjung dan silaturrahmi yang dilakukan.
Sebagaimana berikut:
“Kalo orang dulu gaada pacaran, pacaran juga sih tapi gak
ketemu pacarannya disamping gak duduk bareng gak tatap
muka.Jadi ngobrolnya lewat pager yang bolong-bolong
gitu.Dia dateng kerumah yang perempuan, misalnya dia
dateng dibeliin sate pas ada nontonan nah yang perempuan
gak nemenin, nanti satenya digantung dah didepan
rumahnya. Yang digantung itu sate, kue putu gitu. Terus
yang perempuannya gak nemuin, yang nemuin
keluarganya. Makanan yang biasa dibawa itu kayak sate,
kue putu kalo biasa ada tontonan layar tancep tuh, nanti
dibeliin dah tuh kalo gak sate ya kue putu. Adanya sate
48
sama kue putu dulu, sama ituan..kerak telor. Nah kalo dia
bawaain begitu nanti orang tua pasti tau oh dia mau ama
anak gue gitu.” (wawancara mendalam pada tanggal 10 Mei
2017 )
Lebih lanjut Lala memaparkan mengenai langkah lelaki yang
mempunyai niatan serius untuk melangkah ke proses selanjutnya.
“Pas ada niatan ngelamar bukan orang tuanya dulu,
misalnya pamannya bibinya atau siapa gitu dari keluarga
pihak laki dateng gitu bilangin kalo dia mau ngelamar. Nah
abis ada omongan gitu ya sesuai perjanjian dateng
ngelamarnya kapan, bisa seminggu atau dua minggu lagi
gitu.”(wawancara mendalam pada tanggal 10 Mei 2017)
Melamar
Prosesi lamaran dilangsungkan dirumah kediaman perempuan
setelah pertemuan sebelumnya yang telah terjadi kesepakatan dari pihak
lelaki untuk datang. Dalam masyarakat Betawi Gedong, prosesi lamaran
ini diawali dengan kedatangan keluarga inti pihak lelaki yang kiranya
berjumlah enam sampai dengan sepuluh orangtanpa adanya pihak lelaki,
disini dapat diartikan bahwa prosesi lamaran ini tidak ramai-ramai atau
rombongan. Pihak lelaki pun umumnya membawa beberapa nampan atau
parsel kue-kue, buah-buah, sirup, roti tawar. Bawaan tersebut memang
tidak disyaratkan sama sekali dan tidak diprioritaskan oleh pihak
perempuan, namun dengan adanya bawaan tersebut sebagai pemantas
dari pihak lelaki dalam prosesi lamaran. Seperti yang dikatakan oleh
Lala, sebagai berikut:
“Kalo ngelamar biasanya blm bawa rombongan, paling
keluarga inti doang sekitar 10 orang atau 6 orang ngelamar.
49
Nanti yang bawa rombongan itu nanti pas serahan. Kalo
ngelamar itu bawa sirup ama roti tawar ama pisang, terus
buah-buahan doang ama kue palingan udah. Sekedarnya
doang sekalian perkenalan keluarga. Ngelamar mah gapake
tukeran cincin itu, yang laki juga gaboleh ikut. Yang laki
ikut pas nikah doang jadinya. Yang bawa serahan itu
dibawa pas mau nikah.” (wawancara mendalam pada
tanggal 10 Mei 2017)
Begitupun dengan apa yang dikatakan oleh Romi, sebagai berikut:
“Kalo disini tuh kenalan itu engga mesti bawa macem-
macem, intinya kita gak pernah menyaratkan bawaan
makanan apapun enggak. Karna tujuannya yang pokoknya
kalo dia laki-laki, orang tuanya laki-laki dateng sama orang
tua perempuannya itu jadinya. Kalo soal makan mah nomor
dua lah boleh bawa boleh engga. Gaada syarat bawa
gitugitu. Kalo pihak laki-laki bawa pun itu ya cuma
pemantas aja.”(wawancara mendalam pada tanggal04
Maret 2017)
Inti dari acara prosesi lamaran ini yaitu perwakilan keluarga besar
lelaki menyatakan niat meminta persetujuan orang tua sang gadis untuk
meminang gadis tersebut yang akan menjadi calon pengantin wanita bagi
sang anak lelaki. Prosesi lamaran tersebut sekaligus pula dilakukan untuk
mengenal lebih jauh keluarga besar masing-masing calon sehingga dapat
lebih akrab dan lebih membaur. Dalam prosesi ini pun tidak diadakan
acara tukar cincin atau mengikat sang kedua calon. Seperti penuturan
informan Thalib, sebagai berikut:
“Ngelamar ya sama aja dengan yang biasa dibuat, Cuma
disini kan kita meminang. meminang itu artinya apa
ya….mengkhitbah. dan artinya kita meminta sesuatu sambil
mengenalkan antara satu keluarga dari pihak laki dengan
pihak perempuan. Itu namanya melamar.Acara tukar cincin
aslinya engga ada itu. Terus di akad pernikahan ada mas
kawin itu aja.” (wawancara mendalam pada tanggal 12
Maret 2017)
50
Kemudian, setelah lamaran diterima dan mendapat persetujuan dari
keluarga serta dari sang gadis, kedua belah pihak keluarga calon
meremukkan dan mendiskusikan mengenai seserahan uang serta tanggal
baik untuk melaksanakan pernikahan. Jika kesepakatan telah ditentukan
saat itu, maka acara lamaran telah selesai dan memasuki tahapan-tahapan
yang lebih serius.
Seserahan uang
Seserahan uang yang dimaksudkan dalam tahapan ini yaitu
pemberian uang belanja oleh pihak lelaki kepada pihak perempuan.
Penyerahan uang belanja ini biasanya dilakukan setelah seminggu paska
acara prosesi lamaran namun ada pula beberapa orang yang memberikan
seserahan uang belanja saat lamaran berlangsung. Tujuan diberikannya
seserahan uang belanja ini adalah untuk membantu pengeluaran
keuangan pihak wanita dalam kebutuhan pelaksanaan resepsi atau pesta
yang akan dilaksanakan.
Jumlah besarnya nominal uang tersebut ada yang berdasarkan
permintaan perempuan namun ada pula yang tergantung dari kemampuan
pihak lelaki. Jika pihak lelaki memberikan seserahan uang belanja sedikit
maka mau tidak mau keluarga pihak perempuanlah yang akan
menambahkan keperluan untuk pelaksanaan pesta pernikahan, karena
pesta pernikahan tersebut dirayakan di kediaman perempuan.
Sebagaimana yang diungkapkan Informan Lala, sebagai berikut :
51
“Terus abis lamaran, biasanya dibawain uang belanja.
Kadang juga sih pas lamaran juga ada yang sekalian
dibawain uang belanja. Mas kawin beda lagi, kalo uang
belanja ya buat belanja. Kalo dikasinya dikit paling ya buat
nambahin acara-acara, kalo uangnya kurang biasanya juga
orang tua perempuan yang nombokin.Jadi tergantung dikasi
uang belanjanya berapa.” (wawancara mendalam pada
tanggal 10 Mei 2017)
Setelah uang diserahkan kepada pihak perempuan, pihak lelaki
juga membawa furniture rumah diantaranya seperti kasur, lemari, meja
rias. Barang-barang tersebut biasanya diberikan secara langsung kerumah
pihak perempuan selagi terjangkau namun ada pula beberapa masyarakat
yang memberikan mentahannya saja seperti uang yang kemudian akan
dibelanjakan oleh keluarga pihak perempuan. Hal tersebut sesuai dengan
apa yang diungkapkan oleh informanRomi, yaitu:
“Kalo dulu sih mau gamau setiap orang Betawi mau nikah
pasti tempat tidur, lemari, meja rias. Tapi kemaren didaerah
sini mah masih ada yang langsung bawain langsung
kerumah perempuan. Itu juga kalo misalkan jarak rumah
laki-laki gak jauh dan masih kejangkau dari rumah
perempuan. Kalo jauh mah engga tapi pasti tetep beliin
dikasi uangnya, itu kan cari praktisnya aja jadi tinggal
nyari-nyari tinggal ngatur.” (wawancara mendalam pada
tanggal 04 Maret 2017)
Pemberian barang furniture tersebut tidaklah lain dimaksudkan
untuk mengisi kamar pengantin dan barang-barang tersebut merupakan
barang pertama yang digunakan oleh kedua mempelai dalam menjalani
kehidupan baru. Setelah adanya pemberian serahan uang dan furniture
tersebut calon pengantin dan keluarga akan semakin disibukkan oleh
52
persiapan lainnya terkait pelaksanaan pernikahan karna waktu
peelaksanaan pernikahan tidak akan lama lagi.
Piare calon nanten
Beberapa hari sebelum pelaksanaan pernikahan, pihak perempuan
khususnya akan menjalankan beberapa serangkaian langkah untuk
mempersiapkan diri secara fisik yang dinamakan piare calon nanten atau
merawat calon pengantin. Dalam tahapan ini, hanya calon pengantin
perempuanlah yang mengikuti tahapan ini. Calon pengantin perempuan
akan dirawat oleh seorang nenek yang secara turun temurun menjadi
seorang piare. Nenek tersebut akan membantu keluarga perempuan untuk
mengurusi dan mempersiapkan segala sesuatu kebutuhan calon pengantin
perempuan.
Pelaksanaan piare calon pengantin berkisar antara tiga hari sampai
dengan seminggu sebelum pelaksanaan pernikahan. Dalam pelaksanaan
ini calon pengantin perempuan diurut, dipijat, minum jamu, tidak boleh
mandi dan berganti pakaian, pola makanannya diatur jadi hanya makan-
makanan tertentu saja seperti tidak boleh memakan garam, berpuasa
mutih dan tidak dianjurkan melakukan aktivitas lain diluar rumah.
Setelah kegiatan tersebut dilaksanakan, tahapan terakhir dari piare
pengantin ini adalah ditangas sebelum pelaksanaan akad nikah. Sebelum
calon pengantin perempuan mandi dan didandani, ia akan disuruh untuk
jongkok diatas bale bambu yang dibawah bale tersebut terdapat dandang
yang berisi air kembang atau rempah-rempah yang kemudian calon
53
pengantin tersebut akan ditutupi oleh tikar pandan. Disini sang calon
pengantin seakan diuapi oleh dandang tersebut hingga mengeluarkan
keringat. Tahapan tangas ini bertujuan agar sang calon pengantin
perempuan lebih wangi dan menghilangkan bercak-bercak yang ada.
Setelah proses tangas selesai, calon pengantin akan mandi dan dirias.
Sebagaimana yang diungkapkan informan Lala, sebagai berikut:
“Biasanya tiga hari dipiaranya, jadi didalem kamar aja
dipakein lulur terus kagak boleh mandi. Terus minum jamu,
gaboleh makan garem. Terus pas piare juga ditangas kayak
diuapin pake aer kembang, jadi ada dandang yang diisi aer
kembang ditaro dibawah bale disuruh nongkrong aje situ
sampe keluar keringet ditutupin dah pake tiker pandan
dikurung dipegangin gitu ntar baru dah pas mau nikah
wangi tuh yaa, disuruh mandi dah keramas baru diriasin
buat nikah.”(wawancara mendalam pada tanggal 10 Mei
2017)
Senada pula dengan apa yang dikatakan oleh informan Romi, sebagai
berikut:
“Engga kalo laki-laki mah engga, kalo perempuan itu mah
istilahnya kan dipiara ya. Tujuannya dipiara itu kan nanti
begitu jadi penganten biar tambah cantik. Karna pola
makannya kan juga diatur. Lagipula kan ya kalo di piare
pas mandinya juga dulu kan ada dandang dibawahnya ada
aer mendidih dipakein rempah-rempah dimasukin kebawah
bale-bale, kan bale-bale dari bambu tuh kan renggang-
renggang jadi uapnya gitu nanti. Yakalo sekarang dibilang
sauna lah. Karna kalo dulu buat ngilangin keringet apa
namanya bercak-bercak dimuka atau dimana dimana gitu
jadi penganten di dandanin.” (wawancara mendalam pada
tanggal 04 Maret 2017)
Kemudian langkah dari tahapan sebelum pernikahan ini, ditutup
dengan dilemparkannya pakaian maupun dalaman yang dikenakan
selama masa piare berlangsung. Jadi perwakilan keluarga ada yang
54
melemparkannya ke atas genting dengan tujuan tidak terjadinya hujan
saat pelaksaan acara pernikahan berlangsung.
2. Tahapan pelaksanaan pernikahan
Selanjutnya merupakan tahapan kedua sekaligus acara utama dalam
prosesi pernikahan masyarakat betawi Gedong, yaitu tahap pelaksanaan
pernikahan. Tahapan pelaksanaan pernikahan ini, mencakup tiga langkah-langkah
yang dilaksanakan yaitu arak-arakan penganten, akad nikah dan resepsi
pernikahan. Umumnya tahapan pernikahan ini membutuhkan waktu paling cepat
tiga hari dan membutuhkan biaya yang besar dalam pelaksanaannya. Berikut
paparan lebih jauh mengenai prosesi tersebut.
Arak-arakan penganten
Kegiatan arak-arakan pengantin dilaksanakan setelah pengajian,
tahlil atau doa-doa yang dipanjatkan agar acara hari pernikahan tersebut
dapat berjalan dengan lancar. Arak-arakan tersebut terdiri dari beberapa
barisan diantaranya ketua rombongan, pembaca sike jagoan silat untuk
palang pintu serta turut pula pembawa barang-barang hantaran yang
terdiri dari kue-kue, perlengkapan pakaian, roti buaya, pembawa
kembang kelapa, penabuh ketimpring yang mengiringi jalan, serta
keluarga-keluarga yang ikut meramaikan rombongan.
Arak-arakan ini berlangsung dari rumah kediaman calon pengantin
lelaki menuju rumah kediaman calon pengantin perempuan dengan
berjalan kaki tanpa menaiki kendaraan diiringi dengan ketimpring.
55
Pelaksanaan arakan ini biasanya dilakukan di malam hari, dengan
bermodalkan lampu petromaks. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Thalib, sebagai berikut:
“Dulu kalo besanan itu pasti malem engga ada yang
siang.Emang udah khasnya seperti itu, malem aja udah.Jadi
misalkan udah rame-rame dan udah ada pelaminan disana,
laki-laki kita iring dari sini ada arakan jalan kaki. Jauh
deket juga sama aja jalan kaki gaada sistim kendaraan dulu.
Orang ketempat yang jauh aja kita arak jalan kaki, dulu
belom pake listrik pake petromaks” (wawancara mendalam
pada tanggal 12 Maret 2017)
Setelah sampai di kediaman calon pengantin perempuan, maka
akan disambut oleh sederet petasan sebagai tanda kedatangan dan
langsung akan dilaksanakannya prosesi palang pintu. Prosesi palang
pintu ini merupakan syarat permintaan pihak perempuan, dimana sang
calon mempelai lelaki ingin mengambil perempuan dari wilayah tersebut
dan dari pihak perempuan mempertahankan atau ada yang menghalangi
lelaki. Untuk itu calon pengantin lelaki harus menghadapi jago silat dari
pihak perempuan, mampu membaca ayat suci alqur’an, pembacaan sike
oleh perwakilan pihak lelaki dan pembacaan pantun. Biasanya dalam
palang pintu ini pihak perempuanlah yang kalah sehingga calon
pengantin lelaki dapat mempersunting perempuan tersebut. Sebagaimana
yang diutarakan oleh informan Abi Thalib, sebagai berikut:
“Palang pintu istilahnya dia kan datang mengambil wanita
itu, nah dan disana kan mempertahankan. Sebetulnya
persilatan itu satu paket udah pasti kalah yang punya
rumah.Kan kalo yang punya rumah kalah baru bisa diambil
istilahnya. Kalo dulu-dulunya bener-bener bertarung, ya
56
sekarang cuma ikut-ikutan aja……..” (wawancara
mendalam pada tanggal 12 Maret 2017)
Selesainya acara palang pintu, maka pihak lelaki akan diijinkan
untuk masuk kerumah yang menandakan palang pintu sudah dibuka, jadi
tidak ada yang menghalangi calon pengantin lelaki untuk meminang
calon pengantin perempuan. Calon pengantin lelaki kemudian masuk
kedalam rumah perempuan diiringi dengan solawat yang menandakan
salam bagi penghuni rumah. Seperti apa yang dikatakan oleh informan
Thalib, sebagai berikut:
“Kalo solawatan mah yanamanya kita sama dengan salam
ya. Kan kalo kita dateng kita ngucap salam dengan yang
punya rumah. Ya sama juga kalo kita salam
assalamualaikum dijawab waalaikumsalam, kalo ini zikir
dah tuh zikir segala macem dah tuh dia. Ya kalo didaerah
sistimnya itu kayak apa yaa kayak nyawer gitu, disawer kan
kalo disini kan gaada yang namanya sawer-saweran. Kalo
disini solawatan gitu nanti kalo udah dijawab diberi salam
silahkan diminta baru masuk dan pelaminannya didalem
rumah zaman dulu.” (wawancara mendalam pada tanggal
12 Maret 2017)
Didalam rumah kediaman calon pengantin perempuan, sudah
terdapat pelaminan dan tempat untuk pelaksanaan akad nikah. Disinilah
kemudian tahapan pelaksanaan akad nikah berlangsung.
Akad nikah
Prosesi akad nikah dilakukan didalam rumah kediaman wanita
setelah acara arak-arakan berlangsung. Setelah semua pihak keluarga dan
calon pengantin lelaki masuk ke kediaman perempuan, acara akad nikah
mula-mula dimulai dari pembacaan beberapa ayat al-qur’an serta doa-
57
doa, dilanjutkan dengan ijab qabul oleh calon pengantin lelaki. Didalam
prosesi ini, yang duduk didepan penghulu hanyalah calon pengantin
lelaki sedangkan calon mempelai wanita berada didalam kamar
menunggu hingga akad nikah selesai.
Seselesainya prosesi akad nikah, tamu-tamu, keluarga serta kerabat
menikmati hidangan yang disediakan oleh sang punya hajat seperti nasi
kebuli, nasi ulam ataupun uduk. Kemudian makanan tersebut biasanya
juga dibawa pulang oleh tamu-tamu dengan dibungkus oleh daun jati
maupun daun pisang sebagai berkat. Sebagaimana yang dikatakan
informan Romi, sebagai berikut:
“Beda sama pas lagi resepsi, kalo pas akad nikah tamu-tamu,
keluarga sama kerabat deket mah biasanya dikasi makan nasi
sama lauk, kayak nasi kebuli, nasi uduk atauga nasi ulam
terus nanti biasanya tamu-tamu juga pada bawa pulang
dibungkus pake daun jati.” (wawancara mendalam pada
tanggal 04 Maret 2017)
Ketika acara telah selesai pengantin lelaki pun kembali pulang
kerumahnya dan akan datang kembali kerumah kediaman perempuan
saat acara resepsi pernikahan atau kondangan berlangsung.
Resepsi pernikahan atau kondangan
Resepsi pernikahan merupakan pesta meriah yang berlangsung
dirumah kediaman pengantin perempuan, umumnya masyarakat
mengenal acara resepsi ini dengan sebutan kondangan yang kata lainnya
adalah “ke undangan”. Namun karena masyarakat betawi biasanya
menyingkat kata yang mereka ucapkan, penggunaan kata ke undangan
pun berubah menjadi kondangan. Resepsi pernikahan betawi ini biasanya
58
tidak mengeluarkan uang yang sedikit, oleh karena itu banyak
masyarakat betawi yang menyebut pesta resepsi pernikahan itu keriyaan
ataupun sedekahan. Keriyaan memiliki dua makna, yang berarti suka ria
maupun ria dalam artian ingin menunjukkan siapa dirinya lewat acara
resepsi tersebut. Begitu pula dengan makna sedekah yang berarti
keluarga yang mengadakan resepsi pernikahan pasti rugi ataupun tidak
mendapatkan untung jadi uangnya tidak akan kembali. Meskipun
demikian, keluarga calon pengantin biasanya mempersiapkan yang
terbaik bagi kelangsungan acara ini.
Dalam acara resepsi ini, terdapat pelaminan untuk kedua mempelai
menyambut tamu, kursi dan meja yang diatasnya terdapat kue-kue, serta
panggung untuk hiburan. Untuk acara resepsi tersebut juga dipasangkan
tenda-tenda yang dinamakan terampang. Terampang ini dibuat sendiri
dengan menggunakan kayu dan seng yang ditumpuk serta bambu,
kemudian terampang ini dihias-hias dan khasnya dipinggir terampang
tersebut digantungkan pisang. Sebagaimana informasi dari informan
Romi, sebagai berikut:
“ Dulu juga kalo tenda, namanya bukan tenda tapi terampah.
Terampang itu sama aja tenda. Cuma kan kalo dulu itu
dibuatnya dari kayu sama seng selembar-selembar ditumpuk
gitu terus sampingnya dikasi bambu kerangkanya dari kayu
diiket iket. Terus dihias-hias dan biasanya dipinggirnya itu
digantung pisang, jadi kalo mau makan tinggal dipotek.”
(wawancara mendalam pada tanggal 04 Maret 2017)
Dibawah terampang disusun kursi-kursi dan meja panjang yang
dihidangkan kue-kue serta buah-buahan diatasnya khusus untuk tamu-
59
tamu yang datang. Kue-kue tersebut diantaranya kue talam, kue pepe,
wajig, uli, dan dodol. Sedangkan jika ada sanak keluarga maupun teman
dekat pengantin yang datang, ada tempat tersendiri dibelakang untuk
disediakan makanan berat seperti nasi serta lauk pauk oleh pengejek.
Pengejek merupakan teman-teman maupun sodara pengantin perempuan
yang membantu melayani tamu-tamu dengan menyediakan makanan
ataupun memberikan segelas minuman. Sebagaimana informasi oleh
informan Romi, sebagai berikut:
“Kalo yang terampang tadi buat tamu ada kursi-kursi yang
disediakan, ditaroin kue-kue segala macem buah-buahan,
teh.Nah kalo sanak famili keluarga datang ada tempat
tersendirinya dibelakang. Jadi misalkan bawa dua keluarga
terus setelah ngobrol-ngobrol dengan pihak keluarga dan
tamu-tamu yang laen, ada yang namanya pengejek
perempuan ya terus nanti ada orang tua bagian didapur yang
bilang itu suruh cariin makan nanti disediakan makan oleh
pengejek seperti nasi, lauk pauk, sayur mayur segala macem
buat makan ngambil sendiri. Yang dikasi makan baik yang
dapet makan ya itu famili, kerabat paling dekat maupun
kawan terdekat seakan kayak bukan tamu lagi itu yang dapet
makan. (wawancara mendalam pada tanggal 04 Maret 2017)
Kemudian untuk hiburan, hiburan yang biasanya hadir dalam
setiap acara resepsi pernikahan yaitu lenong, cokek, wayang kulit, dll.
Hiburan tersebut disediakan panggung atau tarub yang terbuat dari tong
atau kayu yang diatasnya ditutupi oleh seng-seng serta dihiasi oleh janur
kuning juga kertas minyak dan kain sekadarnya. Hiasan tersebut berupa
kembang kelapa yang berbentuk seperti rambut kepala ondel-ondel.
Sebagaimana yang diutarakan oleh informan Romi, sebagai berikut:
60
“Kalo tempat hiburan kayak panggungnya juga begitu kalo
engga dari tong ya dari kayu dibikin gitu. Itu namanya bukan
panggung kalo jaman dulu namanya tarub. Nah itu dibuat
atasnya paling pake seng-seng juga sama dihias paling pake
janur sama kertas-kertas minyak kayak gitu-gitu. Pake kain-
kain sih ala kadarnya tapi lebih banyak dihias pake janur-
janur sama kertas minyak. jadi gak kayak sekarang. Dulu kan
gaada kertas krap jadinya pake kertas merah putih dibuat
kayak kembang kelapa yang kayak di ondel-ondel udah
kayak begitu aja.” (wawancara mendalam pada tanggal 04
Maret 2017)
Acara resepsi ini biasanya berlangsung dari sejak selesainya akad
nikah hingga tengah malam atau semalam suntuk. Jika akad nikah
berlangsung pagi hari dan resepsi dimulai dari siang hari, hanya ada
pengantin perempuan saja yang menyambut tamu. Kemudian setelah
malam hari, baru ada pengantin lelaki yang datang bersama
rombongannya.
3. Tahapan sesudah pernikahan
Tahapan sesudah pernikahan merupakan tahapan terakhir dari segala
rangkaian prosesi pernikahan adat Betawi. Meskipun kedua calon mempelai sudah
sah dalam berumah tangga, namun masih ada tahapan harus dilakukan oleh kedua
mempelai. Tahapan tersebut adalah ngunduh mantu.
Ngunduh mantu
Ngunduh mantu dapat dikatakan sebagai resepsi pernikahan kedua
yang dirayakan oleh keluarga pihak lelaki untuk menyambut kedatangan
pengantin perempuan. Acara ngunduh mantu ini diadakan setelah
seminggu acara akad nikah dirumah perempuan. Namun, tidak semua
orang betawi yang mengadakan acara ngunduh mantu ini karena
61
diperlukan biaya yang besar pula seperti halnya perayaan resepsi
pernikahan. Acara ngunduh mantu pun berlangsung hingga semalam
suntuk sama seperti resepsi pernikahan dan kemudian akhir dari acara ini
adalah tinggalnya pengantin perempuan untuk beberapa hari dirumah
lelaki.
Jika keluarga lelaki tidak melaksanakan ngunduh mantu, maka
pengantin perempuan hanya dibawa kerumah pihak lelaki dan menginap
beberapa hari untuk diperkenalkan kepada tetangga-tetangga serta
keluarga besar dari pihak lelaki. Biasanya saat datang kerumah lelaki ini,
pengantin perempuan membawa nampan yang berisikan kue-kue
tradisional yang kemudian dibagikan kepada keluarga maupun tetangga
pihak lelaki dan setelah pengantin perempuan dan lelaki akan kembali
kerumah, nampan-nampan tersebut dikembalikan ditambah dengan uang
yang diselipkan didalam nampan tersebut. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh informan lala, sebagai berikut:
“Ngunduh mantu tuh kayak sedekah juga sama tapi sekalian
perkenalan sama keluarga laki jadi kue-kuenya tuh dibagiin
sepiring-sepiring sama keluarga sama tetangga nanti
pelesnya dibalikin lagi diisiin dah tuh uang.. ntar kalo udah 3
hari perempuan balik lagi kerumahnya bawa sesuatu gitu
yang dikasi sama keluarga laki nanti dikasi tetangga”
(wawancara mendalam pada tanggal 10 Mei 2017)
B. Tahapan Pelaksanaan Perkawinan Betawi Modern
Dalam tahapan pelaksanaan Betawi modern, terbilang cukup praktis
meskipun masih ada beberapa tahapan dalam pernikahan yang masih sesuai
62
dengan tahapan pelaksanaan Betawi terdahulu. Pelaksanaan perkawinan Betawi
ini pun menyesuaikan kondisi zaman modern kini yang sudah mengalami
perubahan-perubahan terkait pola pikir masyarakat, kondisi masyarakat, hingga
akulturasi budaya yang hadir ditengah masyarakat Betawi. Urusan pernikahan
biasanya diurus langsung oleh kedua mempelai dan menghadirkan panitia-panitia
pengurus pernikahan untuk keberlangsungan acara pernikahan tersebut.
Berdasarkan penelitian dilapangan, penulis menemukan beberapa tahapan-
tahapan dalam pelaksanaan perkawinan Betawi Gedong yang didapat oleh
beberapa orang informan hasil wawancara. Tahapan-tahapan pelaksanaan
perkawinan Betawi Gedong ini merupakan tahapan prosesi perkawinan saat ini
yang masih dilaksanakan oleh masyarakat setempat. Berikut penulis akan
memaparkan lebih lanjut mengenai tahapan-tahapan dalam perkawinan Betawi
Gedong yang terbagi kedalam tiga tahapan, yaitu tahapan sebelum
melangsungkan perkawinan, tahapan saat melangsungkan perkawinan dan
tahapan sesudah melangsungkan perkawinan.
1. Tahapan sebelum perkawinan
Dalam tahapan ini sang kedua calon mempelai mempersiapkan beberapa
hal dan beberapa proses kegiatan sebelum menuju ke pelaminan. Beberapa
tahapan tersebut antara lain silaturrahmi antar kedua calon, perkenalan keluarga
dan lamaran, pemberian uang hantaran, serta pingitan atau piare penganten.
Berikut akan dijelaskan dan dipaparkan lebih jauh mengenai tahapan-tahapan
calon mempelai sebelum melangsungkan prosesi perkawinan.
63
Silaturrahmi antar kedua calon
Calon kedua mempelai yang sudah mengenal lebih jauh dan
mempunyai kecocokan, saling mengenalkan kepada keluarga masing-
masing.Terlebih lagi pada calon pria, yang minimal satu kali dalam
seminggu berkunjung ke kediaman calon perempuan sambil
membawakan makanan untuk mengambil hati orang tua wanita. Disini
orang tua pun ikut menilai bagaimana perilaku dan sifat sang calon
menantu serta asal usul keluarga, apakah cocok untuk diteruskan ataupun
tidak. Setelah orang tua berkenan dan hubungan baik terus dilanjutkan,
sang calon lelaki umumnya melakukan pembicaraan khusus kepada
orang tua wanita terkait niatan serius untuk hubungan yang lebih jauh
atau tahapan berikutnya. Sebagaimana yang dikatakan oleh informan
Aisah, sebagai berikut:
“Jadi kan pacaran terus dikenalinlah ke orang tua, nah terus
pas lagi mau ngelamar nih si cowoknya ngomong sama orang
tua dulu izin kan kira-kira dari pihak keluarga dukung apa
engga.Kalo misalkan disitu udah oke baru ke tahap
selanjutnya ya ngelamar. Kalo disini mah ngelamar ya bukan
tunangan soalnya kan beda kalo lamar sama tunangan.”
(wawancara mendalam pada tanggal 19 Juli 2017 )
Setelah orangtua sang perempuan setuju dan merestui hubungan
keduanya untuk tahapan lebih jauh, maka calon lelaki pun
membicarakannya kepada pihak keluarganya dan menentukan tanggal
baik untuk diadakannya lamaran serta perkenalan keluarga.
64
Perkenalan Keluarga dan lamaran
Lamaran serta pekenalan keluarga ini biasanya diadakan di rumah
kediaman perempuan, namun tak jarang zaman sekarang yang
mengadakannya di cafe maupun tempat makan yang sudah disewakan.
Dalam acara ini pihak lelaki beserta keluarga besarnya membawa
bingkisan berupa parsel buah-buahan, kue-kue basah dan kering, serta
sirup. Acara dimulai dengan perwakilan dari keluarga yang menyampaikan
niat baiknya untuk melanjutkan tahap selanjutnya yaitu meminang. Disini
wanita akan langsung memutuskan apakah lamaran tersebut diterima
ataupun tidak. Jikalau diterima kedua belah pihak akan langsung
memutuskan kapan akan diadakan acara akad nikah dan resepsi serta uang
hantaran yang akan diberikan pihak lelaki kepada pihak perempuan untuk
pelaksanaan resepsi pernikahan. Dan biasanya setelah lamaran ini pun
jangka waktu menuju pernikahan tidaklah jauh hanya berselang beberapa
minggu dan maksimalnya dalam jangka waktu sebulan, karena dengan
diadakannya lamaran ini banyak pihak yang sudah mengetahuinya dan
akan mendapatkan omongan jika tidak segera ditentukan tanggal
pernikahannya. Sebagaimana penuturan informan Aisah, sebagai berikut:
“Paling kalo ngelamar itu bawa parsel kayak kue-kue terus
buah-buahan, sirup gitu aja sih. Kan emang biasanya begitu
meskipun cuma lamaran tapi pihak keluarga cowonya gak
enak jadi bawa bingkisan. Terus juga emang dari jaman dulu
kan begitu ya. Dan pas lamaran sekalian ditentuin mau akad
nikahnya kapan dan dimana. Tapi jangan sampe lama dari
yang pas lamaran itu soalnya kan pamali ya, bahasanya sih
gaenak soalnya orang-orang udah pada tau semuanya jadi
jangka waktunya ya maksimal sebulan banget kalo bisa
65
jangan ampe lebih.” (wawancara mendalam pada tanggal 19
Juli 2017)
Dalam momentum lamaran ini juga diadakan perkenalan keluarga,
perkenalan keluarga diadakan untuk menyatukan kedua keluarga besar
yang nantinya akan berbesanan sehingga tidak ada lagi jarak dan menjadi
lebih akrab. Prosesi resmi informal hanya dilaksanakan pada acara
lamaran, setelah itu keluarga besar berkumpul dan berbincang-bincang
santai sembari menentukan panitia-panitia yang akan membantu kedua
calon pengantin untuk mengurusi perlengkapan dan acara pernikahan.
Pemberian uang hantaran
Setelah selang seminggu setelah lamaran atau menjelang hari
pernikahan, pihak keluarga lelaki kembali mendatangi kediaman
perempuan untuk memberikan uang hantaran dan furniture. Uang hantaran
digunakan untuk pelaksanaan resepsi pernikahan yang sebelumnya telah
disepakati oleh kedua belah pihak keluarga, sedangkan pemberian
furniture relatif sesuai kehendak calon pengantin lelaki. Sebagaimana
informasi menurut informanAisah, sebagai berikut:
“Pas lamaran cuma ngasi tau doang, nah pas beberapa
minggu sebelum akad baru dikasih duitnya kan sama barang-
barang kayak kasur, lemari tapi bentuknya uang jadi
dibelanjain sm keluarga saya gitu. Itu sih terserahnya mau
dikasihnya kapan fleksibel tapi kalo bisa jangan terlalu mepet
juga sama akad nikah soalnya masih banyak yang harus
disiapin.” (wawancara mendalam pada tanggal 19 Juli 2017)
66
Jika jarak antara rumah calon pengantin perempuan jauh dari pihak
lelaki, biasanya pihak lelaki hanya membawakan uang yang kemudian
akan dibelikan furniture tersebut sedangkan jika rumah perempuan dapat
tidak terlalu jauh dan dapat ditempuh, pihak lelaki akan langsung
memberikan furniture yang berbentuk barang-barang kepada pihak wanita.
Sebagaimana yang dikatakan informan Ita, sebagai berikut:
“Itu mah pas udah dibawain barangnya setelah lamaran, jadi
engga pake dikasi uang langsung dibawain barang-barangnya
kerumah segala kasur, lemari soalnya kan deket juga dari
rumah gak terlalu jauh. Kalo duit nikah mah lain lagi.
Biasanya mah yang keluar duit banyak laki-lakinya.”
(wawancara mendalam pada tanggal 07 april 2017)
Namun tidak semua, pemberian furniture ini masih dilaksanakan
karena ada beberapa adat didaerah lain yang tidak melakukan hal tersebut.
Untuk saat ini, pemberian furniture ini bersifat tidak disyaratkan
tergantung oleh kemampuan sang punya hajat.
Pingitan atau dipiare
Para calon mempelai perempuan tidak boleh saling bertemu
dengan calon pengantin lelaki serta tidak boleh keluar rumah dan harus
menjalani perawatan-perawatan seperti luluran dan berpuasa mutih.
Tahapan pelaksanaan piare atau pingitan pengantin biasanya dilakukan
dirumah dengan memanggil jasa salon kecantikan untuk mengurus calon
pengantin wanita. Ataupun calon pengantin yang datang ke salon
kecantikan untuk melakukan perawatan-perawatan sebelum menjelang
hari pernikahan. Dengan adanya paket perawatan pranikah, pelaksanaan
67
piare ini menjadi lebih praktis dan tidak terlalu menyibukkan pihak
keluarga. Sebagaimana informasi menurut informan Aisah, sebagai
berikut:
“Kalo dulu pake paketan penganten paketan pranikah, kan
jamannya sekarang udah beda. Ada disalon semuanya, udah
luluran segala macem terus sauna gituu.Jadi cari gampangnya
aja sekarang mah tinggal ke salon doang.” (wawancara
mendalam pada tanggal 19 Juli 2017)
Namun, masih terdapat pula yang masih menggunakan cara
tradisional zaman dahulu dalam pelaksanaan piare calon pengantin yaitu
dengan melakukan lulur dirumah serta perawatan lain dirumah yang
dibantu oleh pihak keluarga, dan calon pengantin perempuan pun
diwajibkan mengikuti beberapa aturan seperti tidak mandi selama tiga
hari, dan tidak mengganti pakaian luar. Sebagaimana informasi dari
informan Ita, sebagai berikut:
“Jadi kita tuh engga boleh mandi, katanya ntar kalo mandi
pas hari Hnya jelek. Jadi selama tiga hari yang diganti itu
paling daleman doang tapi dasternya tetep itu gaboleh
diganti. Ntar pas hari Hnya pas kita diangkat sama ituan
kayak dandang pake rempah-rempah ntar daster kita dilempar
keatas genteng biar gak ujan.” (wawancara mendalam pada
tanggal 07 april 2017)
Akhir dari tahapan piare ini pun sama, calon pengantin perempuan
sebelum melaksanakan pernikahan akan di tangas atau diuap dengan
dandang yang ditaruh dibawah bale bambu, kemudian calon pengantin
akan nongkrong diatas bale tersebut. Sedangkan jika calon pengantin yang
68
pelaksanaan perawatanya dilakukan oleh salon, maka prosesi tangas ini
akan digantikan dengan sauna yang tujuan yang sama.
Sama seperti piare calon pengantin zaman terdahulu, pelaksanaan
piare ini ditutup dengan dilemparnya baju luaran yang dipakai selama
tahap piare oleh keluarga pihak perempuan dengan tujuan agar tidak
terjadi hujan selama pelaksanaan pernikahan berlangsung. Kemudian,
calon pengantin perempuan akan mandi dan siap didandani untuk acara
akad nikah.
2. Tahapan Pernikahan
Dalam tahapan pernikahan pun terdapat beberapa pelaksanaan
seperti ngarak penganten, akad nikah serta resepsi pernikahan. Berikut
akan dipaparkan lebih lanjut mengenai acara-acara tersebut.
Ngarak Penganten
Sebelum pelaksanaan akad nikah, pihak calon pengantin lelaki
menuju tempat pelaksanaan akad nikah bersama rombongan keluarga. Dan
umumnya acara akad nikah dilaksanakan di masjid dekat kediaman wanita
atau di rumah kediaman wanita. Karena tidak memungkinkannya arakan
yang dilakukan dari rumah calon pengantin lelaki menuju rumah calon
pengantin perempuan, maka arakan berlangsung didekat dengan tempat
pelaksanaan akad nikah. Hal tersebut dikarenakan jarak dan terdapat
kendaraan yang sudah disiapkan. Sebagaimana yang dikatakan oleh
informan Ita, sebagai berikut:
69
“Waktu itu diarak, tapi diaraknya dari depan gang situ. Soalnya kan kalo
dari halim kejauhan. (wawancara mendalam pada tanggal 07 April 2017)
Setelah calon pengantin lelaki dan rombongan keluarga besar
hampir sampai ke tempat akad nikah, para rombongan mulai berbaris
dengan diarak oleh palang pintu dan rebana serta pembawa barang seperti
roti buaya, kue-kue, maskawin, mukena dll serta pembawa kembang
kelapa. Sebagaimana informasi menurut informan Aisah, sebagai berikut:
“Kan yang laki ngarak rombongan sama palang pintu terus
bawa roti buaya, serah-serahan gitu.Terus roti buaya jangan
pake anak cukup dua aja.Terus ada kembang kelapa gitu kan
ditaroin duit-duit sebenernya buat nyenengin anak kecil aja
sih buat rame-ramean doangan.” (wawancara mendalam pada
tanggal 19 Juli 2017)
Sebelum memasuki kediaman calon mempelai wanita disambut
oleh rentetan petasan yang menandakan calon mempelai pria sudah tiba
dan disinilah terdapat acara palang pintu. Palang pintu kini, tidak terlalu
wajib dipakai dan keadaannya sebagai acara penghibur sebelum
pelaksanaan akad nikah. Palang pintu kini pun biasanya dari keluarga
berada saja karna penyewaan palang pintu terbilang cukup mahal sebagai
acara penghibur.
Setelah arakan selesai, calon pengantin lelaki beserta rombongan
memasuki tempat pelaksanaan akad nikah.
Akad Nikah
Setelah rombongan calon mempelai pria dipersilakan masuk maka
prosesi akad nikah dimulai dengan pembacaan ayat suci al-qur’an agar
acara berlangsung dengan sakral. Dilanjutkan dengan datangnya mempelai
70
wanita dan duduk bersanding dengan mempelai pria, perwakilan keluarga
dengan segera memakaikan kain diatas kepala mempelai pria dan wanita
dan acara ijab qabul pun dimulai. Setelah selesai acara ijab qobul kedua
mempelai saling menyematkan cicin dan meminta restu kepada orang
tua.Para tamu biasanya langsung menyalami kedua mempelai sambil
berfoto bersama.
Resepsi Pernikahan
Setelah selesainya acara akad nikah, dilanjutkan dengan
pelaksanaan resepsi pernikahan yang diadakan di kediaman wanita
ataupun di gedung. Jika kedua mempelai mengadakan resepsi pernikahan
di kediaman wanita, biasanya berlangsung dari habis zuhur sampai malam.
Sedangkan jika diadakan di gedung waktunya terbatas hanya 2-3 jam.
Oleh karena itu jika tempat pelaksanaan resepsi memungkinkan untuk
diadakan dirumah, maka banyak masyarakat betawi yang lebih memilih
pelaksanaan pernikahan diadakan dirumah. Sebagaimana yang dikatakan
oleh informan Romi, sebagai berikut:
“Kalo untuk digedung, 60 : 40 lah kita anggap. 60 pengennya
di rumah kalo misalkan punya tempat pasti orang Betawi nih
kalo punya tempat kayak gini aja nih ya. Disana kan ada
gedung yang bisa dipake buat resepsi gabakal pasti dirumah
aja. Selagi masih bisa ya enakan dirumah aja.” (wawancara
mendalam pada tanggal 04 Maret 2017)
71
Gambar 2. III. B. Kedua pengantin dalam tahapan resepsi
pernikahan
(Sumber: Dokumentasi pribadi informan)
Penggunaan tenda pun berbeda dengan zaman dahulu, jika dahulu
tenda masih dibuat sendiri oleh keluarga pengantin, zaman sekarang sudah
banyak jasa penyewaan tenda untuk pelaksanaan resepsi pernikahan.
Kedua pengantin pun bebas memilih dekorasi dan konsep pelaksanaan
resepsi.
Tidak seperti pelaksanaan resepsi pernikahan zaman terdahulu
pula, dari hidangan dan hiburan pun berbeda. Untuk urusan hidangan
dalam resepsi kini kian beragam dari makanan berat hingga makanan
ringan berbentuk prasmanan sehingga tamu bebas memilih makanan
apapun yang dihidangkan sedangkan untuk acara hiburan bagi para tamu,
sang punya hajat biasanya menyewakan hiburan seperti dangdut maupun
72
gambus hingga acara berakhir. Acara resepsi ini biasanya berlangsung
sehari saja dan sekali saja.
3. Tahapan sesudah pernikahan
Tahapan ini merupakan tahapan terakhir dari segala rangkaian
prosesi pernikahan Betawi gedong yaitu ngunduh mantu yang akan
dipaparkan lebih jelas.
Ngunduh mantu
Bagi sebagian masyarakat saat ini prosesi ngunduh mantu ini tidak
telalu penting untuk dilaksanakan, karena sama dengan halnya
pelaksanaan resepsi pernikahan yang telah diadakan. Prosesi ngunduh
mantu hanya mengadakan kembali resepsi pernikahan ditempat kediaman
lelaki, dan jikalau ngunduh mantu ini diadakan tujuannya agar tamu yang
tidak sempat datang direspsi pernikahan dapat hadir dan merasakan suka
ria dari kedua calon pengantin maupun keluarga karena kondisi jarak
pelaksanaan resepsi pernikahan terdahulu kurang dapat dijangkau dari
tempat tinggal pengantin lelaki. Pelaksanaan ngunduh mantu pun hanya
dilaksanakan oleh orang yang mempunyai ekonomi berlebih saja sekarang
ini, karena biaya yang dikeluarkan pun tidaklah sedikit. Sebagaimana
informasi dari informan Aisah, sebagai berikut:
“Sebenernya acara ngunduh mantu itu sama aja ya kayak
resepsi pernikahan, cuma ini kan diadainnya dirumah suami
saya itu juga permintaan dari mertua karna banyak tamu
yang gakbisa dateng karna kejauhan katanya.” (wawancara
mendalam pada tanggal 19 Juli 2017)
73
Setelah acara ngunduh mantu selesai, biasanya pengantin
perempuan ikut tinggal dirumah pengantin lelaki dan jikalau pengantin
sudah memiliki rumah sendiri maka pengantin pun akan tinggal dirumah
tersebut. Akhir pelaksanaan tahapan pernikahan pun telah selesai dan
masing-masing calon menjalankan tugas serta kewajibannya sebagai
pasangan suami isteri.
Untuk lebih jelas mengenai perbedaan antara kedua pernikahan antara
zaman terdahulu dan modern. Berikut akan ini akan dibandingkan melalui tabel,
sebagai berikut:
Tabel 10. III. Perbandingan Pelaksanaan Pernikahan
Pelaksanaan Pernikahan Terdahulu Pelaksanaan Pernikahan Modern
1. Tahapan Sebelum Pernikahan
a. Berkunjung dan silaturrahmi
Dalam hal berkunjung atau
silaturrahmi, kedua pasangan
tidak berani bertatap muka
namun hanya tersampaikan oleh
simbol-simbol bahwa ada lelaki
yang tertarik oleh sang gadis
sehingga adanya omongan untuk
melanjutkan keseriusan
disampaikan oleh pihak ketiga
seperti kerabat dekat.
a. Silaturrahmi antar kedua calon
Kedua pihak umumnya sudah
mempunyai calon masing-
masing yang kemudian
dikenalkan langsung kepada
orangtua karena pemikiran
orangtua zaman sekarang lebih
terbuka dan dapat menilai
langsung calon yang dipilih sang
anak.
74
b. Melamar
Kegiatan lamaran berlangsung
formal dengan datangnya
keluarga inti pihak laki-laki ke
rumah kediaman wanita untuk
berniat meminang perempuan
serta mediskusikan seserahan
uang dan menentukan tanggal
pernikahan.
b. Perkenalan keluarga dan
lamaran
Acara lamaran berlangsung non
formal dengan bertempat di cafe
atau tempat makan yang disewa.
Dalam acara ini kedua keluarga
saling mengenal dengan
bersantai sekaligus menentukan
panitia untuk mengurusi
perlengkapan pernikahan.
c. Seserahan uang
Seserahan uang untuk keperluan
pelaksanaan pernikahan
dibarengi dengan pemberian
barang furniture yang diantar
langsung kerumah calon
mempelai wanita.
c. Pemberian uang hantaran
Uang hantaran dan pemberian
furniture relatif sesuai dengan
kehendak calon pengantin. Jika
rumah calon pengantin
perempuan terlalu jauh maka
pihak lelaki membawakan uang
yang nantinya akan dibelanjakan
furniture oleh keluarga
perempuan.
d. Piare calon pengantin
Dalam tahapan ini calon
pengantin perempuan akan
dirawat oleh nenek yang akan
mengurusi dan memenuhi
kebutuhan sampai hari
pernikahan. Kegiatan yang
dilakukan selama piare meliputi
minum jamu, pijat dan urut,
tidak mandi dan berganti
pakaian, pola makan diatur,
puasa mutih dan tidak
dianjurkan melakukan aktivitas
lain diluar rumah, serta kegiatan
akhir dari piare ini yaitu tangas
atau sauna tradisional untuk
menghilangkan bercak dan
membuat tubuh lebih wangi, dan
melempar pakaian dalam ke atas
genting agar tidak terjadi hujan.
d. Pingitan atau dipiara
Dalam tahapan ini calon
pengantin perempuan melakukan
perawatan-perawatan yang lebih
modern di salon kecantikan.
Namun tetap seperti aturan awal
yang tidak mandi selama tiga
hari dan tidak mengganti
pakaian. Sedangkan untuk
tangas digantikan dengan sauna
di salon dengan tujuan yang
sama. Akhir dari tahapan pun
tetap sama yaitu dengan
dilemparkannya pakaian dalam
ke atas genting agar tidak hujan.
2. Tahapan Pelaksanaan Pernikahan
75
a. Arak-arakan penganten
Arak-arakan dilakukan malam
hari dengan berjalan dari rumah
lelaki menuju rumah kediaman
calon pengantin perempuan
diiringi dengan ketimpring.
Setelah sampai ditempat,
rombongan disambut dengan
petasan dan masuk ke acara
palang pintu.
a. Ngarak penganten
Arakan dilakukan dekat dari
tempat pelaksanaan akad nikah.
Setelah sampai rombongan
disambut petasan dan masuk ke
acara palang pintu.
b. Akad nikah
Akad nikah dilakukan didalam
rumah kediaman perempuan,
yang duduk didepan penghulu
hanyalah pengantin lelaki
sedangkan pengantin perempuan
berada didalam kamar
menunggu hingga akad nikah
selesai. Setelah akad nikah tamu
undangan dipersilakan
menikmati hidangan kemudian
makan tersebut dibawa pulang
dengan dibungkus daun jati atau
pisang sebagai berkat.
b. Akad nikah
Pelaksanaan akad nikah
dilangsungkan di masjid dekat
kediaman perempuan atau di
rumah kediaman perempuan.
Kedua calon pengantin duduk
bersanding didepan penghulu
dan perwakilan keluarga
memakaikan kain diatas kepala
mempelai lelaki dan perempuan.
Setelah acara ijab qobul selesai
keduanya menyematkan cincin
dan meminta restu orangtua.
c. Resepsi pernikahan
Resepsi pernikahan diadakan di
rumah kediaman perempuan
selama tiga hari tiga malam
dengan dekorasi yang dibuat dan
dihias oleh kerabat. Sedangkan
makanan yang disajikan hanya
berupa kue yang diletakkan
diatas meja serta adanya
pengejek yang berguna untuk
menyambut tamu-tamu dan
melayani tamu-tamu. Adapun
hiburan yang tersedia seperti
lenong, cokek, dan wayang kulit.
c. Resepsi pernikahan
Resepsi permikahan diadakan di
rumah kediaman perempuan
ataupun digedung. Jika dirumah
acara umumnya berlangsung
setelah habis zuhur sampai
malam sedangkan di gedung
terbatas hanya 2-3 jam dengan
dekorasi tenda dan konsep yang
telah dipilih oleh pengantin pada
jasa penyewaan. Sedangkan
untuk hidangan beragam mulai
dari makanan berat hingga
ringan yang berbentuk
prasmanan. Adapun hiburan
yang tersedia seperti gambus
maupun dangdut.
3. Tahapan Sesudah Pernikahan
76
a. Ngunduh mantu
Ngunduh mantu berlangsung
semalam suntuk seperti resepsi
pernikahan dan menginap
beberapa hari dirumah pengantin
lelaki. Pengantin perempuan
memberikan kue-kue tradisional
didalam nampan yang kemudian
dibagikan kepada tetangga sanak
saudara, kemudian nampan
tersebut dikembalikan kepada
pengantin perempuan dengan
uang yang diselipkan dalam
nampan.
a. Ngunduh mantu
Ngunduh mantu hanya
dilaksanakan oleh orang yang
mempunyai ekonomi berlebih
saja, karena biaya yang
dikeluarkan sama seperti
pelaksanaan resepsi pernikahan.
Setelah selesainya ngunduh
mantu, pengantin perempuan
akan tinggal dirumah pengantin
lelaki atau keduanya tinggal
dirumah sendiri.
77
BAB IV
SIMBOLISASI MAKNA DALAM PERNIKAHAN BETAWI GEDONG
Dalam bab sebelumnya, penulis telah menjelaskan paparan temuan data di
lapangan mengenai tahapan-tahapan pelaksanaan betawi Gedong, baik tahapan
pelaksanaan pernikahan zaman terdahulu maupun zaman terkini. Untuk itu, dalam
bab ini penulis akan lebih menganalisa dan mengaitkan simbolisasi makna yang
terdapat dalam pelaksanaan pernikahan betawi Gedong mengacu pada temuan
data tersebut.
Disini penulis akan menganalisa lebih jauh mengenai interprestasi dan
penyempurnaan makna dalam prosesi pernikahan masyarakat betawi dengan
menggunakan teori interaksionisme simbolik pemikiran Herbert Blumer.
A. Proses pemaknaan simbol dalam pernikahan Betawi Gedong
Simbol merupakan objek sosial yang digunakan untuk mempresentasikan
sesuatu bersama oleh manusia, sehingga simbol menjadi salah satu perantara
sebagai sebuah tanggapan atas tindakan seseorang kepada orang lain berdasarkan
makna yang diberikan oleh tersebut. Dalam hal pelaksanaan pernikahan adat
Betawi Gedong, simbol menjadi sesuatu yang masuk dan melekat dalam prosesi
pernikahan. Simbol-simbol tersebut seakan memiliki makna yang ingin
disampaikan, sehingga masyarakat lain dapat menafsirkan simbol yang ada. Hal
tersebut tidaklah lainditujukan sebagai identitas masyarakat Betawi Gedong.
78
Simbol yang mencakup tidak hanya berupa objek-objek material seperti benda-
benda melainkan dapat merujuk kepada tindakan perilaku manusia.
Sedangkan Makna merupakan produk sosial yang diciptakan oleh
manusia, makna tersebut terbentuk melalui proses interaksi sosial yang telah
disepakati bersama untuk ditetapkan pada simbol-simbol tertentu. Makna tersebut
timbul dari proses penafsiran terhadap berbagai objek diluar ketika interaksi
berlangsung. Menurut Blumer (1969) terdapat tiga cara menjelaskan asal sebuah
makna. Pertama, makna adalah sesuatu yang bersifat intrinsik dari suatu benda.
Kedua, makna itu terdapat di dalam orang yang menginterprestasikan, bukan
didalam benda itu sendiri. Ketiga, makna adalah produk sosial atau ciptaan yang
dibentuk dalam melalui pendefinisian aktivitas manusia ketika mereka
berinteraksi. (west&turner 2008).
Berikut akan dipaparkan lebih lanjut mengenai proses pemaknaan simbol-
simbol yang terdapat dalam pelaksanaan pernikahan betawi Gedong. Sesuai
dengan premis pertama teori interaksionisme simbolik Herbert Blumer yaitu
manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada
sesuatu tersebut bagi mereka dan premis kedua yaitumakna tersebut berasal dari
interaksi sosial manusia dengan orang lain, jadi makna sesuatu atau objek berasal
dari cara masyarakat lain bertindak terhadapnya dalam kaitannya dengan sesuatu.
Dalam hal ini Blumer memandang bahwa makna tidak melekat kepada objek,
melainkan pikiran manusialah yang mengkonstruk makna terhadap objek disekitar
mereka. Makna disini sebagai produk sosial yang diciptakan oleh manusia, makna
tersebut terbentuk melalui proses interaksi sosial yang telah disepakati bersama
79
untuk ditetapkan pada simbol-simbol tertentu.Masyarakat berinteraksi antara satu
dan lainnya melalui proses menginterprestasi atau mendefinisikan tindakan
masing-masing, bukan hanya bereaksi terhadap tindakan masing-masing. Respon
atas hal itu tidak dilakukan secara langsung ke tindakan masing-masing,
melainkan didasarkan pada makna yang melekat atau muncul pada tindakan diri
mereka tersebut. (Blumer dalam Elbadiansyah, 2014)
Demikian halnya dengan pelaksanaan pernikahan adat Betawi Gedong,
dimana masyarakat setempat melakukan suatu tindakan perilaku berdasarkan
makna yang terdapat dalam simbol-simbol tahapan kegiatan tersebut. Masyarakat
melakukan tindakan, yang dimaksudkan dalam hal ini yaitu masyarakat setempat
bertindak atas makna yang dimiliki oleh benda, kejadian maupun fenomena
tersebut bagi mereka. Masyarakat merespon lingkungan, termasuk objek fisik
serta objek sosial berdasarkan makna yang dikandung objek. Objek tetaplah hanya
menjadi sebuah objek (tidak berharga) jika tidak dikonstruk atau dimaknai
bersama oleh masyarakat, sedangkan ketika objek dimaknai sebagai sesuatu yang
berharga dan mempunyai nilai lebih dapat menjadi simbol identitas tersendiri bagi
masyarakat setempat. Pemahaman mengenai suatu objek akan mempengaruhi
tindakannya sesuai apa yang mereka fikirkan mengenai makna yang melekat
dalam objek tersebut. Simbol tersebut menjadi amatlah lekat dalam kehidupan dan
dapat membentuk sebuah tradisi atas kesepakatan bersama.
1. Cincin
Dalam tahapan melamar, terdapat adanya pelaksanaan acara tukar
cincin bahkan seringkali tahap melamar ini diidentikkan dengan acara
80
tukar cincin tersebut. Tukar cincin yang dimaksudkan dalam acara ini
dimana masing-masing calon pengantin baik lelaki maupun perempuan
menyematkan cincin ke jari manis pasangan. Begitu pula yang sempat
dipraktekkan oleh masyarakat Betawi Gedong dalam pelaksanaan acara
melamar ini. Sebagaimana informasi dari informan Aisah sebagai salah
satu kerabat orang yang pernah melaksanakan tahapan ini:
“Iya jadi dulu tuh sodara saya pernah ngelaksanain tuker
cincin gituu sama mantan calon suami yaa dibilangnya
mah.. soalnya kan waktu itu dia bilangnya sih kepengen
gituu biar ketauan gitu abis dilamarnya. Jadi kayak emang
udah disepakatin kepengen diadain tuker cincin… kan kalo
tuker cincin kalo dulu tuh kayak ngiket gitu ya jadi orang-
orang udah pada tau kalo misalkan eh dia udah punya si itu
bentar lagi nikah gitu” (wawancara pada tanggal 19 Juli
2017)
Berdasarkan informan Aisah tersebut, tukar cincin mempunyai
simbol penting untuk melanjutkan jenjang berikutnya yaitu simbol
kepemilikan atau kepunyaan. Dengan demikian makna pada tindakan tukar
cincin tersebut yaitu pengikat antar kedua calon pengantin agar tidak ada
yang mengganggu hubungan dari kedua calon hingga tahapan-tahapan
selanjutnya dapat bejalan tanpa halangan pihak yang lain.
Namun, dalam pelaksanaan tukar cincin ini juga terdapat
perbedaan pemikiran oleh masyarakat lainnya menyangkut pengadaan
acara tukar cincin tersebut. Menurut informan lain, acara tukar cincin
sebaiknya tidak dilaksanakan karena acara itu merupakan kebiasaan agama
lain. Hal tersebut mengingat masyarakat Betawi Gedong yang mayoritas
agamanya adalah agama islam. Berikut informasi menurut informan Romi:
81
“Di agama juga gaada kan, makanya orang betawi sini gak
make acara tuker cincin. Tuker cincin kan agama lain itu
kebiasaan agama lain. Agama islam mah gaada makanya
kita lebih condong ke agama islam kan orang-orang muslim
begitu makanya gaada istilah tuker cincin gitu..”
(wawancara mendalam pada tanggal, 04 Maret 2017)
Jadi dapat dikatakan terdapat pro kontra dalam pelaksanaan acara
tukar cincin ini di masyarakat Betawi Gedong. Pro kontra tersebut antara
lain yakni mengadakan acara tukar cincin dalam pelaksanaan lamaran
dengan tujuan untuk mengikat calon mempelai dan tidak mengadakan
acara tukar cincin pada saat lamaran karena tidak sesuai dengan syariat
agama. Menurut informan romi, masyarakat Betawi Gedong sudah tidak
mengadakan acara tukar cincin lagi hingga saat ini dikarenakan calon
mempelai yang bertukar cincin pada saat lamaran selalu gagal menjalin
hubungan sehingga tidak sampai ke jenjang pernikahan. Berikut informasi
menurut informan Romi:
“Pernah dialamin sendiri, udah beberapa kali kejadian.
Makanya jangan ampe begitu lagi. Pedahal waktu itu gaada
masalah, gaada masalah apa-apa lah gaada masalah serius
gitu. Tau-tau ya anak-anaknya ya orang-orangnya ya
mundur aja gitu kayak gaada apa-apa. Udah makanya itu
gak dipake lagi ampe sekarangpun kayak gitu. Makanya
sekarang kalo ada yang mau sama orang sini ya begitu
dateng, ya mungkin istilahnya juga bukan ngelamar lagi
kita kenalan orang tua mungkin ada orang bilang istilah
ngelamar tapi kita kenalan orang tua sama orang tua, anak
sama-sama setuju. Oke kira-kira kapan kesepakatan waktu
gitu aja.”(wawancara mendalam pada tanggal, 04 Maret
2017)
Hal tersebut pun sesuai dengan apa yang diutarakan oleh informan
Aisah yang kerabatnya telah gagal menuju ke jenjang pernikahan, sebagai
berikut:
82
“Jadi emang sempet dibilangin gitu sih sama orang tuanya
saya orang tuanya dia juga...gausah lah tuker-tuker cincin
kayak begitu ngelamar mah ngelamar aja gausah aneh-aneh
ngikutin orang tapi ya sodara saya maksa juga sih hehe gak
denger kata orang tua tuh.. nah pas abis lamaran gak berapa
lama ya gitu deh ujung-ujungnya putus gara-gara ketauan
kelakuannya calonnya yang gak baik” (wawancara
mendalam pada tanggal 19 Juli 2017)
Berdasarkan kejadian-kejadian yang telah dialami tersebut seakan
tertanam di pikiran masyarakat sehingga mereka menginterprestasikan
bahwa jika bertukar cicin pada saat melaksanakann lamaran kedepannya
akan gagal berlanjut dalam suatu hubungan. Itu merupakan bentuk praduga
atas realitas yang terjadi sehingga mempengaruhi perilaku masyarakat.
Makna tersebut berkembang hingga sekarang, namun dalam hal
tukar cincin masyarakat betawi gedong masih percaya akan makna yang
terkandung dalam cincin tersebut. Sehingga tidak berani untuk mengambil
resiko untuk melaksanakan tukar cincin. Jadi pelaksanaan tukar cincin
tersebut disepakati untuk tidak dipraktekkan lagi di masyarakat Betawi
Gedong. Oleh karena itu, sebagai bentuk lain dari tanda keseriusan,
masyarakat betawi gedong mengikat calon pengantin wanita tidak dengan
cincin melainkan dengan cara lain dengan memberikan bawaan barang
furniture ataupun sebagainya.
2. Puasa mutih
Puasa mutih dijalankan oleh calon pengantin perempuan saat
menjelang hari pernikahan tepatnya dalam tahapan piare calon pengantin.
Puasa mutih merupakan bagian dari simbol atas objek tindakan perilaku.
Dimana masyarakat Betawi Gedong memaknai puasa mutih sama seperti
83
puasa lainnya, yakni menahan hawa nafsu serta menahan emosi.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh informan Aisah sebagai berikut:
“Kalo disini sih puasa mutih gitu biar gak emosian aja pas
mau nikah soalnya kan kalo kata orang ada aja tuh
hambatannya kalo mau nikah.. ini buat ngendaliin diri sendiri
ajasih..” (wawancara mendalam pada tanggal 19 Juli 2017)
Oleh karena itu masyarakat Betawi Gedong melaksanakan puasa
mutih tersebut dan diterapkan saat sebelum pelaksanaan pernikahan karena
menganggap puasa mutih sebagai pembersih pikiran calon pengantin
perempuan sehingga mampu mengontrol segala emosi. Dengan
diadakannya puasa mutih ini, masyarakat ingin melibatkan tuhan dalam
urusan pelaksanaan pernikahan. Masyarakat menganggap dengan adanya
keterlibatan Allah SWT. dengan melakukan puasa mutih ini, Allah SWT.
akan membantu setiap permasalahan yang dihadapi oleh mempelai.
Terlebih menjelang hari pernikahan tentu timbul permasalahan-
permasalahan kecil yang membuat calon pengantin perempuan memiliki
banyak fikiran, sehingga calon pengantin terkadang gegabah dalam
mengambil keputusan maupun dalam menyelesaikan permasalah
pernikahan ini. Dengan dilaksanakannya puasa ini, diharapkan agar dapat
lebih tenang untuk menghadapi permasalahan-permasalahan yang muncul
sehingga tidak emosi dan bertindak dengan pertimbangan matang sehingga
masalah yang muncul dapat teratasi.
Puasa mutih ini dianggap yang paling pas untuk dilakukan oleh
calon pengantin perempuan, Tidak seperti puasa yang dilakukan sebelum
84
menjelang hari raya karena puasa ini dinilai tidak terlalu memberatkan
calon pengantin perempuan. Berbeda dengan puasa lainnya yang
dilakukan seharian penuh tanpa makan dan minum, dalam puasa mutih
calon pengantin masih bebas makan dan minum namun tetap dibatasi
hanya dengan makanan-makanan tertentu saja antara lain air putih,
kentang, nasi putih dan lainnya serta tidak memakan makanan yang
mengandung garam. Masyarakat setempat mengganggap pantangan
memakan makanan tersebut sebagai khasiat yang akan berdampak dalam
pelaksanaan pernikahan. Seperti pantangan memakan makanan yang
mengandung garam, agar calon pengantin perempuan tidak merasa gerah
meski cuaca sepanas apapun dan tidak akan mengeluarkan banyak
keringat. Hal ini sesuai dengan pendapat informan Lala, sebagai berikut:
“Terus minum jamu, gaboleh makan garem, katanya biar
badannya kurus langsing terus juga biar gakkeringetan jadi
nanten.Itu kebukti sih pas lagi di pajang suami ngerasa
gerah tapi ya saya kagak ngerasa gerah terus gak
keringetan.makanya kata orang tua saya dulu mah
nganjurin banget buat puasa mutih, katanya mah nanti
bakalan ngerasain sendiri dan kalo udah jadi nanten gimana
efeknyaa.. yagitu dah pas saya jadi nanten oiya berasa
banget nih tumbenan gak keringetan pedahal cuaca panas
banget” (wawancara mendalam pada tanggal 10 Mei 2017)
Berdasarkan informasi menurut informan tersebut sudah terlihat
dampak bagi pengantin perempuan yang melaksanakan puasa mutih dan
bagi pengantin lelaki yang tidak melaksanakan puasa mutih. Hal tersebut
dirasakan sendiri efek dari puasa mutih tersebut oleh penganten
perempuan, sehingga mereka meyakini bahwa puasa mutih memang baik
dilakukan.
85
Puasa mutih ini nyatanya tidak dilakukan oleh calon pengantin
perempuan saja tetapi juga dilakukan oleh orang yang akan merias calon
pengantin perempuan. Tujuan perias melaksanakan puasa mutih ini yaitu
sama halnya untuk menahan emosi serta agar tidak tegang. Karena jika
perias merasa tegang dan sulit mengontrol emosi akan memicu perasaan
tersebut pada sang calon pengantin perempuan, calon pengantin dapat ikut
merasa tegang serta sulit dalam mengontrol emosi. Selain itu, menurut
beberapa pandangan seperti informan Aisah, dengan dilakukannya puasa
mutih oleh perias dan calon penganten perempuan adalah sebagai syarat
agar riasan makeup calon penganten perempuan tahan lama hingga akhir
pelaksanaan resepsi dan lebih meresap di kulit sehingga terlihat lebih
pangling.
“Dua hari kerja sebelum nikah masih kerja malah.. gaboleh
ketemu paling terus puasa mutih, katanya bukan cuman
syarat tapi ada syaratnya katanya kalo kita bedakan jadi
lebih tahan lama terus juga keliatan lebih panglingin.”
(wawancara mendalam pada tanggal 19 Juli 2017)
Meskipun puasa mutih memiliki makna positif dalam pelaksanaan
pernikahan, namun pelaksanaan puasa mutih ini sudah jarang dipraktekkan
dalam masyarakat Betawi Gedong. Penyebab jarangnya pelaksanaan
puasa mutih ini dikarenakan kesibukan sang calon pengantin untuk
mengurus segala sesuatu terkait pelaksanaan pernikahan dan juga terdapat
kegiatan rutinitas yang dilakukan oleh calon pengantin seperti bekerja dan
lainnya sehingga tidak memungkinkan untuk melaksanakan puasa mutih
tersebut. Kondisi yang berbeda dengan zaman dahulu dimana segala
86
sesuatu diatur oleh orang tua, kini calon pengantin pun turun tangan untuk
menyiapkan segala sesuatu hal sehingga tidak dilaksanakannya puasa
mutih ini dapat dimaklumi oleh masyarakat Betawi Gedong.
3. Tidak mandi dan berganti pakaian
Selama masa tahapan di piare calon pengantin perempuan tidak
diperkenankan untuk mandi serta calon pengantin perempuan diwajibkan
untuk mengenakan pakaian yang sudah jelek, jadi ia tidak boleh berganti
pakaian kecuali pakaian dalam hingga acara pernikahan. Dalam tahapan
saat di piare ini kegiatan calon penganten perempuan hanya melakukan
perawatan dikamar seperti luluran dan lainnya tidak boleh keluar rumah
atau melakukan sesuatu hal yang berat.
Hal tersebut dilakukan oleh masyarakat setempat karena mereka
beranggapan jika calon penganten perempuan mandi dan berganti pakaian,
saat pelaksanaan pernikahan akan tidak berdampak apa-apa atau tidak
akan panglingin. Disini jelas bagaimana masyarakat Betawi Gedong
memaknai proses dipiare utamanya dalam hal mandi dan berganti pakaian.
Mereka membandingkan bahwa calon pengantin yang melakukan mandi
dan berganti pakaian saat tahap dipiare akan nampak biasa saja tidak
seperti calon pengantin perempuan yang tidak mandi dan berganti pakaian.
Hal tersebut sesuai dengan informan Romi, sebagai berikut:
“Jadi kita tuh engga boleh mandi, katanya ntar kalo mandi
pas hari Hnya jelek.Jadi selama tiga hari yang diganti itu
paling daleman doang tapi dasternya tetep itu gaboleh
diganti. (wawancara mendalam, pada tanggal 04 Maret
2017)”
87
Dalam hal ini ada beberapa alasan serta kondisi yang membuat
pemikiran masyarakat menjadi seperti itu, seakan dengan mencegah calon
pengantin agar tidak mandi karena dan memakai pakaian jelek agar calon
pengantin dalam tahapan piare ini dibuat menjadi sangat biasa tampilannya
dan rupa ala kadarnya sehingga saat pelaksanaan pernikahan terlihat
perbedaan yang nampak antara sebelum pernikahan yang berpenampilan
seperti itu dengan penampilan menjelang pernikahan yang tampil lebih
cantik dengan riasan dan juga agar mempermudah proses perawatan yang
dilakukan karena calon pengantin perempuan terus menerus dipakaikan
lulur sepanjang hari agar lebih meresap ke kulit serta lebih terlihat
perbedaannya. Jika pengantin perempuan mandi terlebih dahulu sebelum
hari pelaksanaan pernikahan biasanya lulur belum meresap dan
mengganggu proses perawatan. Sebagaimana penuturan informan Romi,
sebagai berikut:
“Awal-awalnya gaboleh mandi selama seminggu. Kan
makin lama semakin kesini gak seminggu lagi. Ya faktor
tempat lah masalahnya juga kalo dulu kan selama
seminggu. Dia betul-betul kalo pakaian juga gak kayak
sehari-hari pakaian ala kadarnya. Nanti begitu dia jadi
penganten, kalo orang betawi bilang supaya pangling jadi
kecantikannya lebih dari hari biasanya gitu. Jadi orang-
orang gak ngenalin itu si A atau si B gitu kok jadi cantik
banget gitu. Biarpun kemaren orangnya suka dandan-
dandan tapi keliatan lebih cantik gitu dari kemaren-kemaren
dia dandan tujuannya itu bukan apa-apa. (wawancara
mendalam pada tanggal 04 Maret 2017 )
Berbeda zaman memang berbeda tradisi, meskipun piare atau
perawatan menjelang hari pernikahan faktanya masih dilakukan hingga
88
saat ini. Tahapan ini memang cukup mengganggu aktifitas calon pengantin
perempuan, namun demi tampil lebih menarik dan lebih manglingin calon
pengantin rela untuk melakukan tahapan-tahapan ini. Sebagaimana
penuturan informan Aisah, sebagai berikut:
“Sebenernya sih gaenak juga kalo gak mandi kayak begini
yaa.. tapi mau gimana lagi kalo emang disuruhnya kayak
gini lagian sekali seumur hidup juga apalagi kalo nanti
hasilnya keliatan kan jadi gak nyesel ngelakuinnya.. tapi
kalo kayak gini gak ketauan bau belom mandinya sih, kan
lulurnya wangi terus juga didalem kamar aja jadi gak
keluar-keluar keringet gituu..” (wawancara mendalam pada
tanggal 19 Juli 2017)
Namun dengan kondisi calon pengantin perempuan saat ini,
dimana calon pengantin perempuan mempunyai kesibukan terkait
pekerjaan maupun pendidikan dll, membuat waktu tahapan piare ini
dipersingkat yang seharusnya seminggu menjadi tiga hari atau sesuai
dengan waktu yang longgar yang dimiliki calon pengantin perempuan.
Sedangkan dengan kegiatannya seperti tidak mandi dan memakai baju
yang jelek tetap dilakukan namun mereka menganggap itu sebagai salah
satu syarat untuk menyempurnakan proses piare ini. Dan umumnya
orangtua calon pengantin perempuan saat ini masih mengambil alih
keputusan utamanya dalam hal seperti ini.
4. Melempar pakaian dalam ke atas genting
Setelah selesainya tahap piare dan menjelang pelaksanaan
pernikahan, terdapat tahapan dimana pihak keluarga melempar pakaian
dalam yang digunakan selama tahapan di piare keatas atap atau genting di
tempat kediaman calon pengantin perempuan. Dengan melemparkannya
89
pakaian dalam ke atas genting tersebut merupakan salah satu simbol
berbentuk tindakan. Hal tersebut merujuk kembali pada tindakan yang
didalamnya memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Betawi Gedong.
Tindakan tersebut memiliki makna sebagai penangkal hujan. Hal tersebut
sesuai dengan informasi dari informan Ita, sebagai berikut:
“Dulu juga celana dalem sama daster dilempar keatas
genteng gitu. Kalo pas saya mah juga gitu tapi bukan saya
cuma kasih aja nanti siapa gitu yang lempar katanya sih
biar gak ujan.” (wawancara mendalam pada tanggal 07
April 2017)
Masyarakat melaksanakan kegiatan tersebut dengan tujuan agar
saat pelaksanaan hari pernikahan tidak turun hujan sehingga tamu dapat
datang dan ikut meramaikan pesta resepsi pernikahan. Terlebih dalam
pelaksanaan pesta pernikahan yang diadakan oleh masyarakat Betawi
sangat meriah dan memiliki beberapa yang dilakukan diluar ruangan
seperti arak-arakan dan lainnya, ditakutkan dengan turunnya hujan dapat
mengganggu proses pelaksanaan tahapan kegiatan tersebut serta banyak
kendala yang harus ditanggung jika terjadi hujan.
Dalam perihal ini, terdapat perbedaan makna pula yang beredar di
masyarakat Betawi Gedong. Bagi masyarakat lainnya, pelaksanaan
tahapan melempar pakaian dalam ke atas genting ini sebagai penolak bala.
Penolak bala yang dimaksudkan yaitu terjadi hambatan dalam menjelang
pelaksanaan acara pernikahan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
informan Aisah yang memaknai tindakan melempar pakaian dalam ke atas
genting sebagai penolak bala:
90
“Engga sih kalo disini bukan buat nolak ujan, tapi nolak
bala.. soalnya kan ngeri yaaa kalo pas lagi akad tiba-tiba
gak jadi atau gimana, lagian juga itu kan gak ngeberatin..
ketimbang ngelempar cd doang ke atas genteng mah haha”
(Wawancara mendalam pada tanggal 19 Juli 2017)
Sehingga dapat dikatakan terdapat tujuan yang berbeda dalam
memaknai tahapan tersebut. Meskipun berbeda tujuan, namun makna yang
dikandung oleh tindakan tersebut bersifat positif di pikiran masyarakat
sehingga pelaksanaan tahapan melempar pakaian dalam ke atas genting
masih dilangsungkan hingga saat ini. Masyarakat Betawi Gedong semakin
meyakini hal tersebut setelah ada beberapa pernikahan yang
dilangsungkan, ternyata turun hujan seharian pedahal berdasarkan
perkiraan cuaca hari itu tidak turun hujan dan cerah. Pada saat itu nyatanya
calon pengantin perempuan tidak mau melemparkan baju dalam ke atas
genting. Berdasarkan kejadian tersebut, isu terus berkembang di
masyarakat Gedong yang mendorong masyarakat untuk tetap
melaksanakan tahapan kegiatan tersebut. Hal tersebut diungkapkan oleh
informan Ita, sebagai berikut:
“Kalo kita mah nurut aja sama apa yang dibilangin orang
tua.. makanya pas disuruh lemparin baju daleman ke atas
genteng yaudah nurut ajaa abisan ngeri tuh kayak orang
deket rumah tuh yang tinggalnya daerah sono kan dia kagak
ngelempar baju daleman ke atas genteng eh kasian banget
pas dia nikahan tuh hajatan malah ujan seharian deres
banget engga berenti-berenti” (wawancara mendalam pada
tanggal 07 April 2017)
Ketika terjadi satu kondisi hal yang diluar praduga, nalar
masyarakat memikirkan alasan-alasan terjadinya suatu hal tersebut
berdasarkan pikirannya dan berdasarkan pengalamannya. Ditambah pula
91
dengan beberapa masyarakat yang masih mengikuti pola pikir zaman
terdahulu, sehingga masyarakat semakin sadar mengenai kejadian-kejadian
tersebut dan mengaitkan antara turunnya hujan dengan melemparkan baju
dalam calon pengantin perempuan.
5. Ritual palang pintu
Dalam tahapan arak-arakan yang dilakukan oleh calon pengantin
lelaki ketika tiba di tempat kediaman calon pengantin perempuan, terdapat
acara yang sangat diidentikan dengan tahapan arak-arakan yaitu palang
pintu yang merupakan salah satu dari rangkaian acara tersebut. Dimana
sebelum melangsungkan akad nikah terdapat palang pintu atau yang
menghalangi calon pengantin lelaki masuk untuk diberikan syarat-syarat
ketentuan meminang calon pengantin perempuan.
Palang pintu sendiri memiliki makna kepantasan seorang lelaki
untuk meminang perempuan menjadi pengantinnya. Oleh karena itu
palang pintu ditujukan untuk menguji kemampuan lelaki dalam hal agama
seperti mengaji, ilmu bela diri seperti silat serta pantun sehingga pantas
atau tidak untuk disandingkan dengan perempuan. Terlebih pada zaman
dahulu banyak pihak-pihak yang bersaing sehingga ingin mengganggu
pelaksanaan acara pernikahan, terutama jika yang akan dinikahi adalah
salah satu perempuan paling cantik dikampung tersebut. Calon pengantin
lelaki dapat memenuhi syarat kemampuan yang diajukan maka ia berhak
untuk menikahi calon pengantin perempuan. Oleh karena itu diadakanlah
92
palang pintu tersebut, jadi kondisi yang membuat palang pintu tersebut
menjadi sebuah tradisi.
Dalam hal ini masyarakat Betawi memaknai ritual palang pintu ini
dengan pihak calon pengantin lelaki unjuk diri pada keluarga calon
pengantin perempuan untuk membuktikan kemampuan bahwa ia pantas
meminang calon pengantin perempuan, seperti pandai dalam ilmu agama,
ditunjukkan dengan melantunkan ayat al-qur’an, serta bela diri dengan
melawan saingan-saingan jagoan kampung yang tidak rela ada orang
diluar kampungnya yang menikahi gadis cantik dalam kampung tersebut.
Sebagaimana penjelasan dari informan Thalib, sebagai berikut:
“Palang pintu istilahnya dia kan datang mengambil wanita
itu, nah dan disana kan mempertahankan. Sebetulnya
persilatan itu satu paket udah pasti kalah yang punya
rumah. Kan kalo yang punya rumah kalah baru bisa diambil
istilahnya. Kalo dulu-dulunya bener-bener bertarung, ya
sekarang cuma ikut-ikutan aja. Dulu kalo misalkan mau
melamar aja itu dia juga gak mungkin punya satu calon, ada
calon yang lain juga nyerang pas kita mau datemg
ngelamar.”(wawancara mendalam pada tanggal 12 Maret
2017)
Berbeda dengan saat ini, makna tersebut mengalami perubahan.
Perubahan ini menyangkut kondisi masyarakat Betawi Gedong saat ini.
Kondisi yang sudah berbeda dimana masyarakat Betawi lebih terbuka pola
pikirnya serta adanya kontak dengan kebudayaan lain sebagaimana daerah
Betawi kini menjadi pusat pertukaran budaya dan lainnya. Makna awal
tersebut berubah fungsi, palang pintu saat ini digunakan untuk semacam
memeriahkan acara pelaksanaan pernikahan, sebagai acara hiburan semata
dan untuk menjaga tradisi kebudayaan betawi. Tidak hanya itu, palang
93
pintu ini pun menjadi sumber penghasilan bagi beberapa masyarakat
betawi.
6. Roti buaya
Roti buaya merupakan simbol seserahan yang kehadirannya wajib
dalam setiap acara pernikahan Betawi. Seserahan menjadi kurang terasa
lengkap jika tidak adanya roti buaya ini. Sehingga simbol ini menjadi
mutlak adanya dalam pernikahan yang menggunakan tradisi Betawi.
Begitu pun yang dipraktekkan di masyarakat Betawi Gedong, dimana
masyarakat setempat wajib membawa roti buaya yang berjumlah sepasang.
Makna dari simbol roti buaya tersebut tercermin dari informan
Romi, sebagaimana menurut informan roti buaya mempunyai makna
penting yaitu tentang hubungan yang langgeng antar suami istri. Berikut
tuturan dari informan Romi:
“Soalnya ada lambang kalo buaya itu kan kuat yah,
binatang yang kuat jadi biar rumah tangganya itu kuat
sampe tua gitu biar awet sampe tua gitu. Itu tujuannya biar
rukun-rukun, langgeng, awet.”(wawancara mendalam pada
tanggal 04 Maret 2017)
Dengan demikian makna pada materi di roti buaya tersebut adalah
kelanggengan berkeluarga. Hal ini jelas sesuai bahwa simbol roti buaya
tersebut masuk kedalam bagian penjelasan dari interaksionisme simbolik
bahwa roti buaya tersebut memiliki makna.
Namun, bila ditelusuri lebih lanjut, simbol ini juga terdapat
perbedaan sebagaimana informan lain yang berpandangan bahwa pada
94
materi simbol itu sendiri yaitu sepasang roti buaya tidak boleh disertai
dengan anak roti buaya. Dapat dikatakan bahwa terdapat dua model simbol
yang dipraktekkan di Betawi Gedong, yaitu roti buaya yang sepasang dan
roti buaya yang sepasang ditambah dengan anaknya. Menurut Aisah, roti
buaya yang menggunakan anak tidak lagi dipraktekkan karena
menimbulkan kekhawatiran yang sifatnya negatif. Sifat negatif yang
dimaksudkan dalam point ini adalah kekhawatiran bahwa anak roti buaya
tersebut melambangkan bahwa calon pengantin lelaki sudah memiliki anak
terlebih dahulu sebelum menikah dengan calon pengantin perempuan.
Sebagaimana dengan penuturan informan Aisah, sebagai berikut:
“kalo roti buaya mah harus ada.. itu kan emang biasanya
dibawainkan kalo lagi seserahan.. nah tapi bawainnya
sepasang aja jangan pake anak.. soalnya kata orang sih kalo
pake anak nanti ngerinya yang laki udah punya anak duluan
sama yang laen (wawancara mendalam pada tanggal 19 Juli
2017)
Dalam perspektif interaksionisme simbolik ini terdapat different
atau perbedaan makna terhadap roti buaya. Jika roti buaya itu sepasang
saja maka simbol roti buaya tersebut bermakna positif sedangkan jika roti
buaya tersebut ditambah dengan anaknya malah makna tersebut berubah
menjadi negatif.
Dari paparan diatas ini memenuhi unsur interaksionisme simbolik
yang berpegang teguh pada 3 premis utama, yaitu tindakan tersebut
diharuskan memiliki makna, pada simbol roti buaya sendiri jelas sudah
memiliki makna didalamnya; kedua terdapat unsur different, yang artinya
95
terdapat perbedaan makna yang terdapat dalam simbol roti buaya tersebut
dimana roti buaya ini memiliki makna positif dan negatif; ketiga terdapat
perubahan seserahan roti buaya yang dipraktekkan pada masyarakat
Betawi Gedong, yang mana perubahan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa
roti buaya yang di serahkan sewaktu pernikahan adalah roti buaya
sepasang tanpa tambahan anak.
Oleh karena itu roti buaya seakan menjadi simbol dalam
pelaksanaan pernikahan Betawi, dimana roti buaya tersebut sudah menjadi
ikon dalam pelaksanaan pernikahan Betawi sehingga roti buaya ini selalu
ada dan menjadi sesuatu kewajiban keberadaannya. Roti buaya seakan
sudah membudaya dan diidentikkan dalam setiap pelaksanaan pernikahan
tak jarang masyarakat luar merespon positif keberadaan budaya Betawi
terutama roti buaya ini. Jadi masyarakat Betawi akan terus membawa ikon
roti buaya dalam rangkaian proses pernikahan tersebut.
Berbeda dengan kondisi zaman dahulu dimana roti buaya memiliki
tekstur yang sangat keras dan cenderung tidak memiliki rasa, roti buaya
kini dimodifikasi dibuat semenarik dan sedemikian rupa agar masyarakat
betawi tetap menggunakan roti buaya sebagai ikon dalam seserahan.
Seperti dengan merubah tekstur roti buaya yang lembut dan mudah
dinikmati serta memiliki banyak varian rasa sesuai dengan permintaan dari
calon mempelai.
7. Tuqon
96
Saat calon pengantin lelaki diarak oleh pihak keluarga menuju
rumah calon pengantin perempuan, mereka tidak hanya membawa
seserahan saja tetapi juga ikut membawa tuqon. Tuqon merupakan simbol
yang ada di pernikahan dalam bentuk binatang. Binatang yang
dimaksudkan dalam tahapan ini merupakan binatang yang biasa digunakan
masyarakat Betawi untuk diternak maupun untuk dimakan. Adapun
binatang tersebut seperti kambing, domba, ayam atau lainnya yang
kemudian nantinya akan diserahkan kepada calon pengantin perempuan.
Simbol pembawaan binatang ini merupakan simbol kesejahteraan,
jadi terdapat adanya makna yang melekat pada binatang tersebut yang
melambangkan mengenai makna kesejahteraan. Makna kesejahteraan ini
adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Hal tersebut
tergambar pada masyarakat Betawi Gedong zaman dahulu yang hidup
dalam kondisi pedesaan sehingga yang dmaksud kesejahteraan dalam hal
ini adalah bagaimana masyarakat Gedong dapat bertahan hidup atau
makan dengan kebutuhan pokok.
Hewan-hewan ternak tersebut merupakan simbol kesejahteraan
bagi masyarakat pedesaan dan ini juga menjadi gambaran kehidupan
masyarakat betawi pada saat itu.
Dengan demikian hewan itu menjadi simbol agar kehidupan
keluarga setelah menikah dapat sejahtera karena kebutuhan pokoknya
terpenuhi. Berbeda dengan saat ini, makna tersebut mengalami perubahan.
Penyebab perubahan makna terhadap simbol tuqon ini karena adanya
97
perubahan sosial yang terjadi di masyarakat Betawi. Perubahan sosial yang
dimaksudkan dalam hal ini yaitu perbedaan kondisi masyarakat yang
dahulunya masyarakat Betawi hidup dalam kondisi pedesaan sehingga
karakter budaya ciri kehidupannya itu masyarakat pedesaan tetapi saat ini
masyarakat betawi banyak hidup dalam situasi kondisi masyarakat
perkotaan sehingga simbol kesejahteraan itu tidak lagi merujuk pada
hewan-hewan ternak yang merupakan simbol di kehidupan masyarakat
pedesaan. Sebagaimana yang diutarakan oleh informan Romi, sebagai
berikut:
“Tuqon, bawa kambing. Itu gak diminta dari pihak
perempuan tapi otomatis laki-laki pasti bawa. Dulu kan
tujuannya kalo dibawain binatang biar tujuannya nanti dipiara
terus jadi banyak banyak banyak gitu. Itu tujuannya tadinya,
tapi kan tradisinya jadi bergeser jadi bawa terserah mau
dipiara apagimana sekarang mah cuma lambangnya aja.”
(wawancara mendalam pada tanggal 04 Maret 2017)
Sehingga simbol kesejahteraan itu tidak identik lagi dengan hewan
ternak tersebut, karena tuqon ini berubah maknanya bukan lagi sebagai
kebutuhan pokok seperti dahulu tetapi menjadi kebutuhan tersier. Maksud
dari kebutuhan pokok dan tersier adalah binatang ternak tersebut bisa
diternakkan dan dikembangbiakkan sehingga menjadi banyak dan dapat
menghasilkan keuntungan ekonomi. Keuntungan ekonomi itu bisa dijual
dan berbentuk uang maupun berupa kebutuhan untuk pemenuhan
kebutuhan pokok yang dimakan sendiri. Kebutuhan pokok semacam ini
tidak lagi menjadi gambaran masyarakat Betawi sekarang dimana
98
kebutuhan pokok lebih merujuk kepada materi berbentuk uang, sehingga
simbol tuqon bergeser menjadi simbol untuk kebutuhan tersier karena
masyarakat betawi tidak lagi beternak. Kehidupan masyarakat Betawi
lebih banyak digambarkan sebagai masyarakat perkotaan atau urban
society.
Dalam proses ini masyarakat Betawi Gedong mengamati kejadian-
kejadian yang telah terjadi dan mencari celah untuk memperkuat alasan agar tetap
melaksanakan tahapan berdasarkan makna yang terkandung dalam objek tersebut.
Sebagaimana paparan Blumer yaitu makna tidak muncul begitu saja dari pikiran
masing-masing orang, melainkan melalui pengamatan kepada individu-individu
yang sudah lebih dahulu alami.
Pengamatan manusia terhadap pengalaman ini bagian penting, dimana
pengalaman tersebut dianggap sebagai bukti apa yang telah terjadi oleh mereka
yang sudah pernah merasakan. Pengamatan ini kemudian menjadi suatu
pembelajaran bagi masyarakat untuk bertindak dalam melakukan suatu hal. Hal
tersebut juga termasuk bagaimana masyarakat setempat masih memaknai unsur-
unsur yang terdapat dalam pelaksanaan pernikahan Betawi. Pengalaman masalalu
yang telah dialami oleh orang tetua atau terpandang yang sudah lebih dulu
merasakan sebagai suatu tradisi atau pantangan. Secara tidak langsung,
pengalaman tersebut diwariskan atau diturunkan hingga akhirnya menjadi
keyakinan tersendiri oleh masyarakat setempat.
Proses interprestasi yang terkandung dalam nilai budaya tidak hanya
menyangkut pengalaman masa lampau sebagai bentuk tradisi yang sudah
99
diturunkan dan dilanggengkan, namun dengan adanya tradisi memunculkan suatu
identitas yang melekat bagi masyarakat Betawi dan dikenal oleh masyarakat luar
sebagai ciri khas dan keunikan budaya Betawi. Tentunya identitas ini pun juga
mempengaruhi bagaimana masyarakat setempat bertindak. Bertindak dengan
memikirkan sesuatu sesuai dengan identitas yang dimiliki sebagai masyarakat
Betawi Gedong seakan ada ketentuan atas dorongan identitas yang melekat
tersebut.
Tidak hanya itu, Pelaksanaan pernikahan seakan menjadi salah satu ajang
unjuk gengsi bagi masyarakat Betawi, termasuk pula bagi masyarakat Betawi
Gedong. Hal tersebut dilihat dari bagaimana masyarakat setempat memaknai
pelaksanaan pernikahan dan bagaimana cara mereka memeriahkan pernikahan.
Sebagaimana pernyataan menurut informan Romi, sebagai berikut:
“Orang betawi emang sikapnya gamau kalah, maunya
tinggi terus. Apalagi soal nikahan begini.. Banyak orang
betawi bilang nikahan itu kayak sedekah. Artinya gak
pernah untung.Itu tergantung daerahnya aja.Ada juga yang
bilang kalo nikahan itu ngeriya. Ngeriya tuh punya dua arti
yang pertama suka ria..yang kedua ngeriya bisa dibilang
yaa pengen pamer.” (wawancara mendalam pada tanggal 04
Maret 2017)
Sifat gengsi ini pula salah satu faktor masyarakat setempat untuk totalitas
dan tidak sembarang bertindak terkait pelaksanaan pernikahan betawi gedong.
Masyarakat Betawi setempat yang berperekonomian cukup tidak ingin dipandang
rendah sehingga menurunkan prestise mereka hanya karena pelaksanaan
pernikahan yang kurang memuaskan atau cenderung terlalu biasa karena tidak
memakai unsur simbol-simbol yang terdapat dalam pelaksanaan pernikahan
betawi. Dalam hal ini masyarakat setempat teramat sangat memikirkan omongan
100
orang yang bisa jadi akan tersebar sehingga menurunkan pamor mereka yang
biasanya memiliki prestise tinggi.
Disini dapat dikatakan makna tidak hanya dibentuk berdasarkan
pengalaman masa lampau namun juga dibentuk berdasarkan interaksi sosial yang
dijalin oleh masyarakat lain yang berbentuk “omongan orang”. Pembentukan
makna yang dimaksudkan dalam point “omongan orang” ini yaitu dimana adanya
pengerucutan proses interprestasi yang mengindikasikan bahwa manusia memiliki
konsep self untuk mengabstraksikan lingkungan realitas sosialnya dan
memberikan makna sehingga membuatnya menjadi suatu objek yang mampu
teramati oleh dirinya. Objek tersebut terbentuk oleh tindakan manusia itu sendiri.
Konsep self memunculkan dua varian yakni sisi pribadi (self) dan sisi sosial
(person), jadi diri pribadi tidak hanya menaggapi atau membuat persepsi terhadap
orang lain (the other), tetapi juga mempersepsikan dirinya sendiri. Sehingga setiap
masyarakat betawi membayangkan sosok mereka sebagai orang lain. Mereka
memandang apa yang orang lainkan pikirkan mengenai tindakan mereka dan hal
tersebut akan mempengaruhi tindakan masyarakat betawi.
B. Perubahan fungsi, makna, dan simbol-simbol
Perubahan fungsi, makna serta simbol-simbol merupakan conduct dari
interaksi sosial yang dilakukan sehingga terjadi interpretasi bagi masyarakat
Betawi Gedong. Bagaimana mereka bertindak atas bentuk respon persepsi dari
masyarakat lain. Masyarakat betawi yang selalu terbuka seakan melihat pendapat
atau respon orang lain atas tindakan perilaku yang dilakukannya sehingga
101
berpengaruh terhadap makna yang diberikan. Dalam tahapan ini menurut Blumer
sesuai dengan premis ketiga yaitu makna-makna tersebut dimodifikasi dan
disempurnakan saat proses sosial berlangsung.
Dalam hal ini tindakan masyarakat Betawi Gedong yang berubah,
menyesuaikan kondisi sesuai dengan kondisi masyarakat yang muncul melalui
pergaulan serta interaksi antar masyarakat serta kondisi lingkungan yang menyeret
perubahan tersebut dari masyarakat. Perubahan dalam berprilaku masyarakat
Gedong merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan dalam kehidupan
masyarakat, karena masyarakat pada hakikatnya selalu berproses mengikuti
kondisi dan keadaan dalam ruang lingkupnya baik secara lambat maupun cepat.
Begitupula dengan makna yang dibentuk oleh masyarakat itu sendiri, yang
dibentuk melalui proses interprestasi manusia dalam menafsirkan sesuatu. Makna
dapat berubah sesuai dengan pola pikir serta keyakinan masyarakat, perubahan ini
mencakup proses penafsiran makna yang berbeda dari sebelumnya. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Sztompka:
Perubahan simbol merupakan sesuatu yang terjadi di dalam atau
mencakup sistem simbol. Lebih tepatnya terdapat perbedaan dalam
adanya keadaan yang diamati antara sebelum dan sesudah jangka
waktu tertentu dalam jangka waktu berlainan (sztompka, 2008)
Sesuai dengan paparan yang telah dijelaskan diatas, dalam makna simbolik
yang terkandung dalam pelaksanaan pernikahan Betawi Gedong pun ada yang
berubah dan ada yang tidak berubah. Makna yang tidak berubah adalah
bagaimana masyarakat gedong sampai saat ini masih melaksanakan ritual tradisi
dan meyakini makna tersebut dan mereka masih menjaga tradisi tersebut
102
utamanya dengan melalui proses sosialisasi dari keluarga inti. Sedangkan makna
yang berubah makna yang menyesuaikan kondisi sesuai dengan kondisi
masyarakat yang muncul melalui pergaulan serta interaksi antar masyarakat serta
kondisi lingkungan yang menyeret perubahan tersebut dari masyarakat inilah yang
dimaksudnya penyempurnaan makna atau makna dimodifikasi karena didorong
oleh kondisi-kondisi merubah alur perilaku masyarakat.
Dalam hal ini, berimplikasi terhadap beberapa hal terkait perubahan perilaku
masyarakat setempat, antara lain:
1. Perubahan bentuk pernikahan
Dalam perubahan bentuk pernikahan yang dimaksudkan dalam
point ini yaitu mencakup perubahan bentuk pernikahan yang dilaksanakan
oleh masyarakat Betawi zaman sekarang yang sudah tidak begitu
mengikuti adat pernikahan zaman terdahulu. Perubahan ini meluputi
tahapan kegiatan yang berbeda, hal inipun terjadi atas banyak faktor salah
satunya dikarenakan adanya kontak dengan budaya lain dalam hal
pernikahan, ini merupakan suatu hal yang paling tidak dapat dipungkiri
oleh masyarakat Betawi Gedong. Sehingga terjadinya akulturasi
pernikahan dalam pelaksanaannya.Jadi ada tahapan-tahapan yang masih
dilaksanakan karena dianggap penting dan mewakili simbol pengantin
betawi seperti adanya roti buaya ataupun pelaksanaan ritual palang pintu,
namun ada pula tahapan yang dihilangkan maupun diganti dengan tahapan
103
pelaksanaan salah satu calon pengantin yang berbeda kebudayaan.
Sebagaimana penuturan informan Ipeh, sebagai berikut:
“Kalo saya mah ada yang gak pake adat betawi pas
nikahannya, soalnya kan suami juga bukan orang betawi…
palingan tuh kayak pake baju nikahan betawi yang merah itu
tuh sama ada roti buaya doang” (wawancara mendalam pada
tanggal 07 April 2017)
Disini, kedua keluarga seakan mendiskusikan atau memilah simbol
yang sudah melekat dalam adat masing-masing karena kedua belah pihak
keluarga sudah memikirkan lebih dahulu jika terdapat unsur yang hilang
akan dipertanyakan dan menjadi buah bibir masyarakat setempat. Jadi
ketiadaan simbol yang penting dalam pelaksanaan pernikahan akan
menjadi omongan tersendiri bagi keluarga, karena dapat dikatakan sudah
melekat bagi masyarakat.
2. Perubahan fungsi simbol
Makna yang tentunya dapat berubah dengan penafsiran masing-
masing melalui transformasi generasi-generasi berikutnya yang tentunya
berbeda penafsiran dengan kondisi generasi-generasi zaman dahulu.
Tentunya perubahan makna pun beragam, salah satunya mengarah ke
perubahan fungsional. Dimana makna simbolik lebih mengalami
pergeseran dengan perubahan fungsi-fungsi yang berbeda dengan fungsi
awal yang berlaku dalam makna tersebut.
Seperti perubahan fungsi dalam seserahan tuqon, penafsiran makna
awal yang terkandung dalam tuqon bahwa tuqon merupakan simpanan
104
harta untuk dikembang biakkan berubah fungsi makna menjadi tuqon yang
dibawa saat seserahan tidak dijadikan binatang ternak untuk dikembang
biakkan tetapi untuk dimakan bersama-sama keluarga besar dan untuk
meramaikan arak-arakan. Namun, untuk saat ini seserahan tuqon sudah
jarang dibawa oleh pihak lelaki karena kondisi masyarakat yang sudah
berbeda.sudah tidak sesuai dengan kondisi mayoritas pekerjaan
masyarakat betawi yang awalnya adalah beternak dan bercocok tanam. Hal
tersebut dikarenakan mengenai kondisi wilayah serta peluang yang sudah
tidak memungkinkan untuk melakukan pekerjaan tersebut dizaman
sekarang ini. Hal tersebut sesuai informasi menurut informan Romi,
sebagai berikut:
“Itu tujuannya tadinya, tapi kan tradisinya jadi bergeser jadi
bawa terserah mau dipiara apa gimana sekarang mah cuma
lambangnya aja. Biasanya mah dimakan rame-rame sama
keluarga besar gituu”(wawancara mendalam pada tanggal
04 Maret 2017)
Begitupula halnya dengan pelaksanaan palang pintu, dimana makna
fungsi awal diadakannya palang pintu adalah untuk menunjukkan
kemampuan calon pengantin lelaki dalam hal ilmu agama seperti
melantunkan ayat suci al-qur’an dan beladiri seperti mengalahkan jagoan
kampung calon pengantin perempuan. Namun, karena kondisi yang sudah
berbeda dimana masyarakat Betawi lebih terbuka pola pikirnya serta
adanya kontak dengan kebudayaan lain sebagaimana daerah Betawi kini
menjadi pusat pertukaran budaya dan lainnya. Makna awal tersebut
berubah fungsi, palang pintu saat ini digunakan untuk semacam
105
memeriahkan acara pelaksanaan pernikahan, sebagai acara hiburan semata
dan untuk menjaga tradisi kebudayaan betawi. Tidak hanya itu, palang
pintu ini pun menjadi sumber penghasilan bagi beberapa masyarakat
betawi.
3. Perubahan Kontekstasi
Perubahan konteks yang dimaksudkan adalah perubahan keadaan
yang telah berbeda yang membuat pernikahan tersebut terjadi. Sehingga
dalam masyarakat setempat menyesuaikan kondisi mereka untuk
melangsungkan pelaksanaan pernikahan. Perubahan konteks dalam
pernikahan betawi ini salah satunya terkait dengan pelaksanaan pernikahan
yang diadakan oleh masyarakat Betawi Gedong. Pelaksanaan pernikahan
betawi umumnya memang biasanya dilakukan di rumah calon pengantin
perempuan, namun untuk kondisi saat ini memang kurang memungkinkan
untuk melaksanakan pernikahan di rumah. Hal tersebut dikarenakan
kondisi yang sudah berbeda dengan zaman terdahulu dimana adanya
pemadatan penduduk yang membuat lahan perumahan masyarakat menjadi
sempit. Sehingga masyarakat setempat memilih untuk melaksanakan
pernikahan di Gedung maupun Aula yang tersedia disekitar rumah.
Sebagaimana penuturan informanIta, sebagai berikut:
“Engga soalnya kan kalo disini sempit, keluarga dari
cowoknya juga banyak. Sebenernya pengen sih diadain
dirumah kan lebih enak gitu ya tapi gimana orang gaada
tempatnya juga kalo dirumah jadinya di gedung tuh yang
deket sini” (wawancara mendalam pada tanggal 07 April
2017)
106
Meskipun demikian, banyak dari masyarakat betawi yang ingin
melaksanakan pernikahan di rumah. Sebagaimana pendapat informan
Romi, sebagai berikut:
“Kalo untuk digedung, 60 : 40 lah kita anggap. 60
pengennya di rumah kalo misalkan punya tempat pasti
orang Betawi nih kalo punya tempat kayak gini aja nih ya.
Disana kan ada gedung yang bisa dipake buat resepsi
gabakal pasti dirumah aja. Selagi masih bisa ya enakan
dirumah aja.” (wawancara mendalam pada tanggal 04 Maret
2017)
Pelaksanaan pernikahan yang dilaksanakan dirumah terbilang efektif
dikarenakan jika pelaksanaan pernikahan dilakukan di gedung waktu yang
dibutuhkan untuk hajatan bagi masyarakat betawi sangatlah kurang
sedangkan tamu dan kerabat membutuhkan waktu yang lama untuk
berbincang dan berkumpul. Untuk itu masyarakat setempat ada yang
membuat rumahnya dikondisikan untuk perayaan pernikahan dengan
mendesain rumahnya berbentuk ruangan yang memiliki dua pintu. Seperti
yang diungkapkan informan Romi, sebagai pemilik rumah:
“Kayak ini rumah disetting, pintu dibikin dua kan. Orang-
orang juga bingung, kok pintu dibikin dua kan orang-orang
kan cuma satu kan. Jadi saya berpikir bukan cuma saat ini
kan, tapi sewaktu-waktu kalo misalkan diadain resepsi
gampang. Satu pintu buat masuk dan satu lagi buat keluar
jadikan gampang orang gak pake tabrakan.Jadi gedung
Cuma tuntutan aja sekarang mah.Kalo orang betawi itu
semua kepengennya dirumah, karena gamau kerabatnya
sampe kecewa.Dia gamau kerabatnya, sodaranya, temen
dekatnya kecewa jadinya dia pengennya diinginnya di
rumah.Di rumah dia satu merasa puas diri, mau makan
kapan aja bisa, mau makan apa aja gak ada batasan.”
(wawancara mendalam pada tanggal 04 Maret 2017)
107
Dalam hal tersebut masyarakat setempat sudah memikirkan kondisi
pelaksanaan pernikahan bukan hanya untuk dirinya namun menyangkut
orang lain bagaimana respon yang ditujukan karena adanya kondisi
yang telah berbeda dengan kondisi terdahulu.
108
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai makna simbolik
dalam pernikahan adat betawi, dapat ditarik kesimpulan atas penemuan data dan
hasil analisis sebagai berikut:
Pertama, Masyarakat Betawi Gedong bertindak berdasarkan makna yang
terkandung dalam simbol yang ada dalam pernikahan adat Betawi. Disini
masyarakat setempat meyakini simbol-simbol tersebut sebagai sebuah identitas
yang melekat kedalam budaya mereka sehingga setiap simbol yang hadir seakan
memberikan pesan yang baik untuk kedua calon mempelai serta keluarga yang
menyelenggarakan acara. Dalam hal ini masyarakat Betawi melakukan self
indication yaitu bagaimana masyarakat Betawi mengeinterpretasikan sesuatu, dan
terdapat different mean akibat interaksi social yang dilakukan sehingga
mempengaruhi makna, maupun fungsi dari simbol yang berkembang di
masyarakat
Kedua, Perubahan mengenai perilaku masyarakat Gedong merupakan
conduct atas respon masyarakat terhadap tindakan yang dilakukan. Masyarakat
betawi yang selalu terbuka seakan melihat pendapat atau respon orang lain atas
tindakan perilaku yang dilakukannya sehingga berpengaruh terhadap makna yang
diberikan. Dalam hal ini terjadi adanya bentuk perubahan terhadap fungsi, simbol
109
serta makna yang terdapat dalam pernikahan adat Betawi Gedong. Perubahan
fungsi menyangkut perubahan fungsi awal yang terdapat didalam simbol
kemudian mengalami pergeseran karena perubahan kondisi masyarakat. Sehingga
fungsi utama yang terkandung dalam simbol tersebut berubah menjadi fungsi lain.
Perubahan lainnya menyangkut perubahan bentuk pernikahan, dimana bentuk
pernikahan adat Betawi zaman sekarang ini lebih praktis dan efisien dalam
pelaksanaannya mengikuti pola zaman saat ini namun tetap memiliki unsur –unsur
budaya Betawi. Serta perubahan kontekstasi, dimana masyarakat setempat
menyesuaikan kondisi mereka untuk melangsungkan pelaksanaan pernikahan.
B. Saran
Masyarakat di daerah Betawi Gedong nyatanya terlihat masih nampak
menggunakan beberapa tahapan dalam pernikahan adat betawi, meskipun kondisi
lingkungan dan zaman yang sudah berbeda oleh karena itu ada beberapa kegiatan
yang tidak digunakan lagi karena dianggap tidak sesuai. Masyarakat pun masih
memaknai simbol-simbol yang terdapat dalam setiap tahapannya, walaupun ada
perubahan namun secara garis besar banyak yang masih belum berubah secara
total.
Disini penulis menyarankan bahwa penelitian mengenai kebudayaan
betawi masih sangatlah banyak dan menarik untuk diteliti dan dikaji lebih lanjut.
Seperti bagaimana masyarakat Betawi berasumsi kepada suku lain diluar Betawi
dalam menentukan calon pengantin, bagaimana masyarakat Betawi menjadikan
110
suatu pernikahan sebagai ajang untuk menaikkan prestise, dsb. Karena nyatanya
meskipun masyarakat betawi hadir di tengah-tengah keberadaan arus pertukaran
kebudayaan, amatlah banyak yang masih menggunakan pedoman serta tidak
melepaskan gaya hidup betawi. Oleh karena itu penelitian ini sebagai salah satu
bentuk upaya untuk mengetahui dan melestarikan kebudayaan terutama dalam hal
pernikahan yang sudah mulai hilang terutama karena adanya akulturasi dalam
pernikahan.
Untuk masyarakat betawi lain, agar dapat mengingat budaya sendiri yang
masih ada meskipun sudah sangat jarang dalam proses pelaksanaannya sehingga
dapat mempertahankan, menjaga serta memelihara adat istiadat tersebut agar tetap
terjaga. Dan bagi pemerintah daerah setempat atau pihak-pihak lain yang terkait
dapat dijadikan sebagai sarana dalam penentu kebijakan pelestarian kebudayaan
lokal.
xiii
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi
Revisi). Jakarta : Rineka Cipta
Blumer, Herbert (1969). Symbolic Interactionism: Perspective and Method. New
York : Prentice Hall, Inc.
Emma agus bisrie, halimah aziz, soen’ah andreas, istihanah gatot, cucu zulaicha
nasibu, annisa sitawati (Eds). 2004. Tatacara perkawinan adat betawi.
Jakarta: Lembaga Kebudayaan Betawi.
Endraswara. 2006. Metode, Teori, Teknik, Penelitian Kebudayaan: Ideologi,
Epistemologi dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Farida, Anik dkk. 2005. Perempuan dalam Sistem Perkawinan. Jakarta:
Departemen Agama RI Balai Penelitian dan Pengembangan Agama.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, Dedey. 2003. Metodelogi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remanja Rosdakarya.
Nazsir Nasrullah. 2008, Teori-Teori Sosiologi. Bandung: Widya Padjadjaran.
Neuman, W. Laurence. Basic of Social Reseach: Qualitative and Quantitative
Approaches. Boston: Pearson Education, Inc, 2007.
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2004. Dari Teori Sosiologi Klasik
sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta:
Kreasi Wacana.
Soimon, . 1993. Arti dan Fungsi Upacara Tradisional Daur Hidup pada
Masyarakat Betawi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung
Alfabeta.
Sztompka, Piotr. 2008. Sosiologi Perubahan Sosial.Jakarta : Prenada.
xiv
Tunner West Richard West, Lynn H. Turner. 2008.Teori Komunikasi. Jakarta:
Salemba Humanika.
Umiarso & Elbadiansyah.2014. Interaksionisme Simbolik dari Era Klasik hingga
Modern. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Wirawan, Ida Bagus. 2012. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Jakarta:
Kencana.
Whitney. 2009. Metode Penelitian. Dikutip Oleh Moh. Nazir. Cetakan Kelima.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
JURNAL dan SKRIPSI
Amri, Hulul. 2016. Eksistensi Tepuk Tepung Tawar dalam Upacara Pernikahan
Masyarakat Melayu di Desa Resun Pesisir Kabupaten Lingga. Diunduh
pada tanggal 08 April 2017. (http://jurnal.umrah.ac.id/wp-
content/uploads/gravity_forms/1-
ec61c9cb232a03a96d0947c6478e525e/2016/08/JURNAL21.pdf).
Amrullah, Muhammad. 2015. Representasi Makna Simbolik dalam Ritual Perahu
Tradisonal Sandeq Suku Mandar di Sulawesi Barat. Diunduh pada
tanggal 28 Mei 2017.
(http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/16272/SKRI
PSI%20MUHAMMAD%20AMRULLAH%20%28E31110269%29.pdf
?sequence=1).
Fitria, Ghina. 2016. Hubungan antara Komitmen Perkawinan dan Kualitas
Perkawinan pada Suami Isteri. Di unduh pada tanggal 12 Maret 2017.
(https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/2525/08%20naskah%
20publikasi.pdf?sequence=14&isAllowed=y)
Hasani,Mohammad Muwafiqillah Al dan Oksiana Jatiningsih. 2015.Makna
Simbolik dalam Ritual Kawit dan Wiwit pada Masyarakat Pertanian di
Desa Ngasemlemahbang Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan.
Diunduh pada tanggal28 Mei 2017.
(http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-
kewarganegaraa/article/view/9408)
Kementrian Agama Republik Indonesia.Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Diunduh pada tanggal 15
Juli 2017. https://kemenag.go.id/file/dokumen/UUPerkawinan.pdf.
xv
Ngabur, Yohanes Efremi. 2016. Makna perkawinan bagi Suami pada
Masyarakat Manggarai. Diunduh pada tanggal 15 Juli 2017.
(https://repository.usd.ac.id/7089/2/109114101_full.pdf).
Sawen,Harto Bernabas Berty, Pamerdi Giri Wiloso dan Elly E. Kudubun. Bendera
Merah Putih dalam Ararem (Studi Sosiologis tentang Makna Simbolik
Bendera Merah Putih dalam Upacara Pembayaran Maskawin pada
Masyarakat Desa Ambroben, Distrik Biak Kota). Diunduh pada tanggal 03
Mei 2017.(http://www.e-jurnal.com/2017/02/bendera-merah-putih-dalam-
ararem-studi.html)
Wanulu, Rukyah. 2016. Makna Interaksi Simbolik pada Proses Upacara Adat
Cumpe Sampua Suku Buton di Samarinda. Diunduh pada tanggal 03 Mei
2017.(http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/wp-
content/uploads/2016/08/JURNAL%20(08-19-16-06-02-31).pdf).
xvi
LAMPIRAN I
TRANSKRIP WAWANCARA
Transkrip wawancara I
Nama : Abi Romi
Status : Tokoh Adat Betawi Gedong
Hari/Tanggal : Sabtu, 04 Maret 2017
Waktu/Tempat : 15.45/ Rumah kediaman informan
Peneliti Bi.. maap nih sebelumnya saya dateng kesini mau nanya-
nanya sebenernya tentang nikahan orang Betawi Gedong
zaman dulu tuh gimana sama tradisi kalo disini itu gimana
kalo boleh.. Soalnya kata orang abi yang paling tau perihal
nikahan Betawi Gedong
Informan Ooiya iya gapapa nanti abi bantu jawab..
Peneliti Emang kalo acara sebelum pernikahan di Betawi Gedong itu
kayak gimana sih bi?
Informan Sebenernya satu kampung dengan kampung lainnya berbeda,
intinya sih sama cuma caranya aja yang berbeda. Kalo
sekarang sih yang bedanya pada zaman dahulu diiringin
pake ketimpring kalo sekarang pake hadroh. Zaman dulu
diiringin pake shalawatan makanya kayak salam gitu dan
dipersilakan masuk.
Peneliti Perbedaannya disitu doang ya bi pas lagi diarak? Terus kalo
menurut abi yang paling berubah itu apa sekarang?
Informan Kalo sekarang ya banyak pergeseran budaya karna tempat
biaya waktu kan kalo sekarang orang banyak yang kerja
juga, kalo dulu kan orang kebanyakan pedagang sama
petani. Makanya kalo dulu ngerayain ampe dua hari dua
malem. Terus juga hiburannya ada cokek gambang
kromong.
Peneliti Lama juga yaa bi kalo ampe dua harian gituu.. berarti biaya
yang dikeluarinnya banyak yaa bi?
Informan Orang betawi emang sikapnya gamau kalah, maunya tinggi
terus. Apalagi soal nikahan begini.. Banyak orang betawi
xvii
bilang nikahan itu kayak sedekah. Artinya gak pernah
untung. Itu tergantung daerahnya aja. Ada juga yang bilang
kalo nikahan itu ngeriya. Ngeriya tuh punya dua arti yang
pertama suka ria.. yang kedua ngeriya bisa dibilang yaa
pengen pamer.
Peneliti Terus kalo misalkan zaman dulu itu resepsinya kayak
gimana bi? Sama apa engga kayak sekarang?
Informan Dulu juga kalo tenda, namanya bukan tenda tapi terampah.
Terampah itu sama aja tenda. Cuma kan kalo dulu itu
dibuatnya dari kayu sama seng selembar-selembar ditumpuk
gitu terus sampingnya dikasi bambu kerangkanya dari kayu
diiket iket. Terus dihias-hias dan biasanya dipinggirnya itu
digantung pisang, jadi kalo mau makan tinggal dipotek.
Peneliti Pisang kayanya emang udah jadi ciri khas ya bi yang
digantung itu?
Informan Kalo sekarang kan buah-buahan digelar, itu tuh kalo orang
hajatan kayak gitu pisangnya bisa satu kol itu. Pisangnya
macem-macem ada pisang ambon, pisang siem dll pokoknya
jenis pisang yang bisa langsung dimakan.
Peneliti Ogituuu… ini bener-bener beda ya bi.. dari cara nyiapin
tendanya aja udah beda ya bi sama zaman sekarang…
Informan Jadi itu perbedaannya orang sekarang kan nyari praktisnya
aja, kalo dulu kan kalo bikin perampang dia pake kayu
segala macem gabisa geser-geser kalo demikian ya demikian
kalo sekarang mah pake tenda bisa geser sana bisa geser sini
bentuknya bisa macem-macem kan gitu.
Peneliti Kalo untuk hiburannya kayak gimana bi?
Informan Kalo tempat hiburan kayak panggungnya juga begitu kalo
engga dari tong ya dari kayu dibikin gitu. Itu namanya bukan
panggung kalo jaman dulu namanya tarub. Nah itu dibuat
atasnya paling pake seng-seng juga sama dihias paling pake
janur sama kertas-kertas minyak kayak gitu-gitu. Pake kain-
kain sih ala kadarnya tapi lebih banyak dihias pake janur-
janur sama kertas minyak. jadi gak kayak sekarang. Dulu
kan gaada kertas crepe jadinya pake kertas merah putih
dibuat kayak kembang kelapa yang kayak di ondel-ondel
udah kayak begitu aja.
Peneliti Kalo terampang itu buat apasih bi? Terus makanan yang
dikasih sama yang punyahajat bentuknya prasmanan gitu apa
engga?
Informan Kalo yang terampang tadi buat tamu ada kursi-kursi yang
disediakan, ditaroin kue-kue segala macem buah-buahan,
teh. Jadi tamu laki-laki biasanya dipisah sama perempuan.
Kalo sekarang ada prasmanan dulu di Betawi mana ada
prasmanan. Nah kalo sanak famili keluarga datang ada
xviii
tempat tersendirinya dibelakang. Jadi misalkan bawa dua
keluarga terus setelah ngobrol-ngobrol dengan pihak
keluarga dan tamu-tamu yang laen, ada yang namanya
pengejek perempuan ya terus nanti ada orang tua bagian
didapur yang bilang itu suruh cariin makan nanti disediakan
makan oleh pengejek seperti nasi, lauk pauk, sayur mayur
segala macem buat makan ngambil sendiri. Yang dikasi
makan baik yang dapet makan ya itu famili, kerabat paling
dekat maupun kawan terdekat seakan kayak bukan tamu lagi
itu yang dapet makan. Kalo sekarang mah yang nyediain
prasmanan juga ada nyediain kue-kue juga ada, jadi orang
tinggal pilihnya mana prasmanan atau kue-kue.
Peneliti Keliatan ya bi pergeserannya.. iya kalo misalkan sekarang
kan lengkap tamu-tamu biasa juga disediain prasmanan.. jadi
peran pengejek udah gaada ya bi..
Informan Kalo sekarang emang udah ada pergeserannya seperti itu,
nilainya udah berubah lagi, orang kebiasaan udah berubah
lagi, makanya dia nyediain meja prasmanan, untuk ngobrol-
ngobrol ya disediain meja panjang, untuk kue-kue juga ada
tempatnya gitu.
Peneliti Terus biasanya kalo penganten laki-laki dateng ke tempat
nikahan perempuannya biasanya sama siapa aja sih bi?
Informan Kalo penganten laki-lakinya dateng ke tempat wanita untuk
besanan pasti sama-sama temannya, ya sama keluarganya
juga sih tapi biasanya sama temennya juga pada ikut.. terus
temannya ditinggal buat nemenin penganten laki-laki kalo
jaraknya jauh. Jadi kayak misalnya dari sini kepasar minggu,
orang lakinya dari sini nganter ke pasar minggu nanti gak
pulang semua. Satu atau dua orang pasti ditinggal buat
nemenin pengantennya, biasanya temennya yang nemenin
dapet jodohnya orang situ lagi.
Peneliti Biasanya kalo orang Betawi nentuin jodohnya itu diliat dari
apanya sih bi?
Informan Kalo dari orang Betawi itu yang paling gabisa ditawar
menawar itu akad nikahnya, istilahnya yang gabisa ditawar
menawar itu keyakinan. Kebanyakan orang Betawi 95%
yang gabisa ditawar menawar keyakinannya. Keyakinan
misalkan aqidahnya, orang perempuan muslim betawi
disuruh pindah agamanya pasti gamau, orang muslim laki-
lakinya jarang ada yang mau pindah agama. Jadi bukannya
gaada, ada tapi 95% dari 100% orang betawi jarang banget
mau pindah agamanya. Itu yang gabisa tawar menawar itu
soal keyakinan.
Peneliti Selain keyakinan gaada lagi bi? Terus menurut abi yang
paling wah atau paling istimewa dalam nikahan Betawi itu
pas tahapan apa?
xix
Informan Kalo memang orang Betawi yang fleksibel, tetapi terkadang
ngeliat juga darimana suku apa istilahnya misalkan
mertuanya Jawa lah, saya yang paling penting ya ituu..
keyakinannya juga sama udah gitu aja. Memang yang jelas
yang paling menonjol ya pesta pernikahannya itu. Cuma yaa
itu tadi kayak tempat, waktu dan biaya yang paling bergeser
banget sih.
Peneliti Perbedaan soal ketiga point tadi.. tempat, waktu sama biaya
emang yang paling keliatan ya bi…
Informan Ya jadi gak kayak dulu, kan kalo kita pake pernikahan adat
biaya nikahnya besar banget. Besar banget biayanya kalo
buat sekarang. Gimana gak besar sekarang orang kalo
nikahan bawa duit nya aja 25 juta ini duitnya tok, belom
uang belanja untuk keperluan-keperluan, belom lagi
ranjangnya tempat tidurnya ya, belom lagi lemarinya, belom
lagi meja perhiasannya, belum juga kadang-kadang bawa
bangku juga itu abisnya udah berapa.
Peneliti Kalo disini nyerahin furniturenya itu dibawain uang
langsung apa gimana bi?
Informan itu kalo modern, kan udah bergeser. Kalo yang udah ngasih
uang begitu, itu mah yang udah bergesernya karna orang
gamau repot. Bukannya apa jadi misalkan setelah diitung-
itung buat beli perabotan segala macem totalnya berapa nah
nanti dari pihak perempuannya yang tinggal beliin.
Peneliti Itu emang udah kewajiban ya bi? Ngebawain perabotan
begitu?
Informan Kalo dulu sih mau gamau setiap orang Betawi mau nikah
pasti tempat tidur, lemari, meja rias. Tapi kemaren didaerah
sini mah masih ada yang langsung bawain langsung
kerumah perempuan. Itu juga kalo misalkan jarak rumah
laki-laki gak jauh dan masih kejangkau dari rumah
perempuan. Kalo jauh mah engga tapi pasti tetep beliin
dikasi uangnya, itu kan cari praktisnya aja jadi tinggal nyari-
nyari tinggal ngatur.
Peneliti Kalo baru-baru ini masih ada gak bi yang nikahan pake
bener-bener adat?
Informan Udah jarang disini yang pake adat, jarang loh. Bener-bener
yang pake adat udah gaada. Bukannya kenapa tapi kalo
orang pake nikahan adat Betawi biayanya besar bener-bener
besar. Itu bisa dibilang gak cukup seratus juta kalo misalkan
pake adat Betawi, makanya ya gitu satu materi, dua ya
waktu, tempat juga ya ngaruh. Tapi yagitu yang paling
ngaruh biaya adat yang besar sekali makanya sekarang orang
cari praktisnya. Praktis yang penting sah secara hukumnya
baik agama maupun negara. Ujung-ujungnya apa timbulnya?
Ya nasionalis aja.
xx
Peneliti Terus kalo orang Betawi sini biasanya ngadain nikahannya
dimana bi?
Informan Kalo untuk digedung, 60 : 40 lah kita anggap. 60 pengennya
di rumah kalo misalkan punya tempat pasti orang Betawi nih
kalo punya tempat kayak gini aja nih ya. Disana kan ada
gedung yang bisa dipake buat resepsi gabakal pasti dirumah
aja. Selagi masih bisa ya enakan dirumah aja.
Peneliti Emangnya kenapa sih bi kalo orang Betawi tuh pengen
ngadain nikahannya dirumah?
Informan Karna apa? Satu, kalo misalkan kita ngangkutin barang-
barangnya gak pake repot-repot. Kalo pake catering,
makanan terbatas. Kayak ini rumah disetting, pintu dibikin
dua kan. Orang-orang juga bingung, kok pintu dibikin dua
kan orang-orang kan cuma satu kan. Jadi saya berpikir
bukan cuma saat ini kan, tapi sewaktu-waktu kalo misalkan
diadain resepsi gampang. Satu pintu buat masuk dan satu
lagi buat keluar jadikan gampang orang gak pake tabrakan.
Jadi gedung Cuma tuntutan aja sekarang mah. Kalo orang
betawi itu semua kepengennya dirumah, karena gamau
kerabatnya sampe kecewa. Dia gamau kerabatnya,
sodaranya, temen dekatnya kecewa jadinya dia pengennya
diinginnya di rumah. Di rumah dia satu merasa puas diri,
mau makan kapan aja bisa, mau makan apa aja gak ada
batasan. Sebenernya dalem betawi gaada itu kalo misalkan
sedekah, keriyaan itu ngitung-ngitung engga ada ya pasti
rugi dengan modalnya gak bakal kejangkau. Gak ada beda
sama yang lain-lainnya, gaada orang betawi hajatan nyari
untung tuh gaada.
Peneliti Ooiya bi saya denger-denger nih ya bi kalo disini tuh gak
boleh diadain tuker cincin gitu ya bi pas ngelamar? Emang
kenapa bi?
Informan Disini gaada adat tuker cincin emang, jadi gini kan setiap
keluarga punya istilah. Kalo didaerah sini emang kalo tuker
cincin kebanyakan jadi gagal. Dari dulunya kayak gitu,
akhirnya dari silsilah dulunya gaada tuker cincin. Di agama
juga gaada kan, makanya orang betawi sini gak make acara
tuker cincin. Tuker cincin kan agama lain itu kebiasaan
agama lain. Agama islam mah gaada makanya kita lebih
condong ke agama islam kan orang-orang muslim begitu
makanya gaada istilah tuker cincin gitu..
Peneliti Emang ada bi yang udah ngalamin kayak gitu sebelumnya?
Informan Pernah dialamin sendiri, udah beberapa kali kejadian.
Makanya jangan ampe begitu lagi. Pedahal waktu itu gaada
masalah, gaada masalah apa-apa lah gaada masalah serius
gitu. Tau-tau ya anak-anaknya ya orang-orangnya ya
xxi
mundur aja gitu kayak gaada apa-apa. Udah makanya itu gak
dipake lagi ampe sekarangpun kayak gitu. Makanya
sekarang kalo ada yang mau sama orang sini ya begitu
dateng, ya mungkin istilahnya juga bukan ngelamar lagi kita
kenalan orang tua mungkin ada orang bilang istilah
ngelamar tapi kita kenalan orang tua sama orang tua, anak
sama-sama setuju. Oke kira-kira kapan kesepakatan waktu
gitu aja.
Peneliti Terus kalo misalkan pas lamaran itu, dari pihak laki-lakinya
bawa apa aja sih bi?
Informan Kalo disini tuh kenalan itu engga mesti bawa macem-
macem, intinya kita gak pernah menyaratkan bawaan
makanan apapun enggak. Karna tujuannya yang pokoknya
kalo dia laki-laki, orang tuanya laki-laki dateng sama orang
tua perempuannya itu jadinya. Kalo soal makan mah nomor
dua lah boleh bawa boleh engga. Gaada syarat bawa
gitugitu. Kalo pihak laki-laki bawa pun itu ya cuma
pemantas aja.
Peneliti Oiya bi mau nanya perihal piara calon nanten, kan kalo
perempuannya biasanya dipiara nah kalo laki-lakinya itu di
piara juga gak bi? Atau kegiatan yang dilakuin gitu sebelum
acara pernikahan… terus adanya dipiara itu biar kenapa sih
bi?
Informan Engga kalo laki-laki mah engga, kalo perempuan itu mah
istilahnya kan dipiara ya. Tujuannya dipiara itu kan nanti
begitu jadi penganten biar tambah cantik. Karna pola
makannya kan juga diatur. Lagipula kan ya kalo di piara pas
mandinya juga dulu kan ada dandang dibawahnya ada aer
mendidih dipakein rempah-rempah dimasukin kebawah
bale-bale, kan bale-bale dari bambu tuh kan renggang-
renggang jadi uapnya gitu nanti. Yakalo sekarang dibilang
sauna lah. Karna kalo dulu buat ngilangin keringet apa
namanya bercak-bercak dimuka atau dimana dimana gitu
jadi penganten di dandanin.
Peneliti Emang kalo dipiara itu berapa lama sih bi? Itu emang
gaboleh mandi ya? Emang keliatan bedanya bi kalo
misalkan abis dipiara?
Informan Awal-awalnya gaboleh mandi selama seminggu. Kan makin
lama semakin kesini gak seminggu lagi. Ya faktor tempat
lah masalahnya juga kalo dulu kan selama seminggu. Dia
betul-betul kalo pakaian juga gak kayak sehari-hari pakaian
ala kadarnya. Nanti begitu dia jadi penganten, kalo orang
betawi bilang supaya pangling jadi kecantikannya lebih dari
hari biasanya gitu. Jadi orang-orang gak ngenalin itu si A
atau si B gitu kok jadi cantik banget gitu. Biarpun kemaren
dia dandan-dandan tapi keliatan lebih cantik gitu dari
xxii
kemaren-kemaren dia dandan tujuannya itu bukan apa-apa.
Peneliti Terus ada pantangan-pantangan lain gitu gaksih bi sebelum
atau sesudah nikahan khususnya buat laki-laki nih biii…
Informan Kalo sebelum nikah sih laki-laki gaada ya pantangan kayak
gituya kalo pas nikah tapi ada pantangannya pas abis nikah.
Biasanya pas abis nikah itu satu minggu jangan keluar kota
dulu atau berpergian jauh dulu. Kalo tujuannya untuk apa ya
itu hajat adat orang tua biar giamna jangan sampe sial lah
istilahnya gitu. Ya kalo perempuan ya gitu palingan dipingit
ya kalo laki-laki mah gaada dipingit soalnya kan ada
kerjaannya lah kalo di Betawi kan perempuan jarang kerja.
Kerjanya dirumah aja. Makanya kalo sekarang dipiaranya
palingan tiga hari doang.
Peneliti Terus biasanya kalo pas nikahan itu yang dibawa itu apa aja
sih bi?
Informan Kalo pas akad nikah sih macem-macem tergantung
kemampuan sih. Kalo disini sih, dulu-dulu pas akad nikah
bawa duit, juga tergantung kemampuan ya ada juga yang
bawa cincin, kalung ya itu tergantung kemampuannya juga.
Kalo maskawin mah wajib ada, ada juga kue-kue terus ya
roti buaya yang pasti ada. Pasti ada itu roti buaya kalo orang
kawin mah.
Peneliti Kan roti buaya itu emang udah khasnya orang Betawi ya
bi… sebenernya kenapa lambangnya itu harus buaya kenapa
engga hewan lain aja?
Informan Soalnya ada lambang kalo buaya itu kan kuat yah, binatang
yang kuat jadi biar rumah tangganya itu kuat sampe tua gitu
biar awet sampe tua gitu. Itu tujuannya biar rukun-rukun,
langgeng, awet.
Peneliti Ooogituuu terus biasanya dibawa sekalian sama hantaran
lain ya bi..
Informan Kalo bawaan-bawaan ya tergantung lah ya, kayak kue
berapa nampan gitu. Kalo sekarang mungkin pakenya parsel
ya berapa parsel.
Peneliti Roti buaya emang masih dipake yaa bi ampe sekarang?
Informan Kalo roti buaya sampe sekarang mah ada yang masih pake
ada juga yang engga. Tapi biasanya kalo sama-sama yang
nikah orang betawi pasti pake. Dari dulu emang udah kayak
gitu, orang tua juga kayak begitu dan emang udah jadi tradisi
kayak gitu dan masih dilakuin sama sesame betawi ampe
sekarang.
Peneliti Terus bi perihal tuqon nih bi.. tuqon itu sebenernya apa sih
bi? Terus maksud dibawain tuqon itu biar kenapa bi?
Informan Tuqon, bawa kambing. Itu gak diminta dari pihak
perempuan tapi otomatis laki-laki pasti bawa. Dulu kan
xxiii
tujuannya kalo dibawain binatang biar tujuannya nanti
dipiara terus jadi banyak banyak banyak gitu. Itu tujuannya
tadinya, tapi kan tradisinya jadi bergeser jadi bawa terserah
mau dipiara apagimana sekarang mah cuma lambangnya aja.
Peneliti Kalo makanan khas yang biasanya ada pas nikahan itu apa
aja bi?
Informan Kalo dulu yang paling wajib ada ya dodol betawi, kalo
jaman dulu kan orang betawi nikah gapake prasmanan. Kue-
kue ya adanya kue lapis, wajig, uli, dodol itu tradisinya. Dan
kalo buah-buahan itu ada rambutan, pisang. Kalo sekarang
mah udah macem-macem, kalo dulu mah gapake prasmanan
cuman meja panjang itu ada juga yang ditengah-tengah, bolu
kukus gak dipotong sih buat pajangan aja. Itu pasti ada sih
nanti kalo acara udahan kelar baru dipotong. Semuanya
cuma pemantas ajasih ya karena dulu paling-paling cuma teh
sih semua rata-rata. Intinya sih kayak gitu ajaa
Peneliti Yaudah bi makasi banyak yah buat informasinya.. makasi
nih buat abi yang mau ditanya-tanya banyak hehehe
Informan Iya sama-sama selagi abi bisa jawab mah..
xxiv
Transkip wawancara II
Nama : Abi Thalib
Status : Tokoh Adat Betawi Gedong
Hari/Tanggal : Senin/12 Maret 2017
Waktu/Tempat : 15:55/Rumah kediaman informan
Peneliti Abi mohon maap sebelumnya saya mau nanya-nanya ajanih
seputar pernikahan orang Betawi..kata orang-orang kan abi
salah satu tokoh adat didaerah ini ya terus katanya abi tau
gimana tatacara nikahan yang dilakuin di daerah sini
Informan Ya inshaallah kalo saya tau mah saya bakal bantu jawab kalo
seputar pernikahan aja mah
Peneliti Pertama-tama mau nanya sih bi.. kalo soal nikahan itu kayak
gimana? Dari ngelamar segala macem…
Informan Ngelamar ya sama aja dengan yang biasa dibuat, Cuma
disini kan kita meminang..meminang itu artinya apa
ya….mengkhitbah. dan artinya kita meminta sesuatu sambil
mengenalkan antara satu keluarga dari pihak laki dengan
pihak perempuan. Itu namanya melamar. Acara tukar cincin
aslinya engga ada itu. Terus di akad pernikahan ada mas
kawin itu aja.
Peneliti Kalo kayak disaat ngelamar ada kayak uang sembah atau
pelangkah gitu gak bi?
Informan Kalo di Betawi uang sembah yang namanya uang sembah itu
ada acara akad nikah, selesai akad nikah ada resepsi
namanya hajatan kan itu yang namanya uang sembah itu
kalo dia nanti nginep si perempuan nginep dirumah laki hari
ketiga disitu nanti ada yang namanya uang sembah gitu
doang… Cuma sekarang kan cara penerapannya udah
berbeda.
Peneliti Emang kalo dulunya tuh kayak gimanah bi?
Informan Yagitu, jadi dari sini besan di rumah perempuan nanti
setelah tiga malem tuh abis kita besanan, tiga malem dia
dateng kerumah laki nginep dirumah laki itu yang dimaksud
uang sembah disitu adanya. Tapi sekarang mah acara gimana
ya sekarang mah acara Betawi kayanya udah menyesuaikan
keadaan sih. Keadaan sekarang kan abis akad nikah gitu kalo
dulu kan sistimnya engga. Yang namanya serahan uang
berikut akad nikah yang namanya resepsian mah beberapa
hari kemudian.
xxv
Peneliti Kalo pas nikah ada acara-acara kayak palang pintu gitu bi?
Informan Palang pintu acara besan laki-laki ke rumah perempuan.
Masih ada sampe sekarang. Sebetulnya zaman dulu engga
ada yang ada hanya persilatan-persilatan gitu aja dan gak
semua orang betawi. Kebanyakan orang betawi itu yang
namanya besan, itu belom masuk ditutup pintu sistemnya
zikir cuman solawat-solawatan didalemnya juga nyambut
terus ada pantun juga sama kayak palang pintu kan. Cuma
kalo palang pintu kan sistimnya ada persilatan gitu. Kalo
sekarang yang banyak ditimbulin ya persilatan-persilatan itu.
Dulu kan arakannya dengan rebana yang tiga itu,
ketimpring. Dari depan kan dia solawatan minta dibukain
pintu kan istilahnya begitu, dan besannya jawab. Ya sama
juga sekarang kayak palang pintu kan gitu.
Peneliti Biasanya orang Betawi kan acaranya dibikinnya gede-
gedean.. emang bener ya bi kayak gitu kalo ada acara
nikahan kayak gini?
Informan Itu sih tergantung orangnya.. gak sekarang gak dulu kalo ada
yang memaksakan mah ada meskipun orangnya gak mampu
mah ada aja gituu..
Peneliti Kalo soal serahan uang bi? Biasanya ditentuin gak sih bi
pihak laki-laki itu bawainnya berapa? Terus juga serahan
uangnya itu dikasihnya kapan?
Informan yang namanya serahan uang bukan hari Hnya, jadi misalkan
serahan uang hari ini seminggu kemudian baru ada acara
resepsinya. Dulu gak selalu abis serahan uang langsung akad
nikah langsung resepsi, ya engga. Jadi maksudnya serahan
uang itu ya uang belanja untuk keperluan dia hajatan itu
maksudnya. Tergantung itu juga adakalanya permintaan dari
pihak perempuan, adakalanya kemampuan dari pihak laki-
laki itu yang namanya serahan uang. Serahan uang juga ya
kita bawa rombongan itu sesudah dilamar, sesudah dilamar
terus nentuin hari terus serahan uang.
Peneliti Terus yang ngurusin hajatannya segala macem yang
ngurusin siapa bi biasanya?
Informan dulu mah kalo mau hajatan, yang ribetnya orangtua. Kalo
sekarang kan sistimnya ngikutin zaman, kalo mau resepsi
ada panitia-panitia tersendiri gitu. Kalo dulu kan engga ada
sistem panitia-panitia begitu. Dulu kan biasanya diadain
dirumah perempuan, kalo sekarang mah diadain juga
kebanyakan di gedungan. Kalo dulu kan mau diadain
dirumah muat tapi kalo sekarang diadain di rumah gaada
lahan sempit. Sekarang udah banyak berubah.
Peneliti Jadi udah banyak yang berubah ya bi?
Informan Iyaa Jadi Bertawi yang sesungguhnya ya seperti itu awalnya
xxvi
lamaran, setelah lamaran dijanji kapan dia akan
melaksanakan nikah menunggu serahan uang kemudian akad
nikah. Itu belum berame-rame, maksudnya nyerahin uang itu
pengen akad nikah nanti kebutuhan buat dirumah
perempuannya itu buat hajatan. Sebagian besar emang dari
laki-laki itu.
Peneliti Kalo misalkan solawatan itu biar kenapa sih bi?
Informan kalo solawatan mah yanamanya kita sama dengan salam ya.
Kan kalo kita dateng kita ngucap salam dengan yang punya
rumah. Ya sama juga kalo kita salam assalamualaikum
dijawab waalaikumsalam, kalo ini zikir dah tuh zikir segala
macem dah tuh dia. Ya kalo didaerah sistimnya itu kayak
apa yaa kayak nyawer gitu, disawer kan kalo disini kan
gaada yang namanya sawer-saweran. Kalo disini solawatan
gitu nanti kalo udah dijawab diberi salam silahkan diminta
baru masuk dan pelaminannya didalem rumah zaman dulu.
Sekarang kan engga..
Peneliti Terus kalo arak-arakan itu gimana bi?
Informan Dulu kalo besanan itu pasti malem engga ada yang siang.
Emang udah khasnya seperti itu, malem aja udah. Jadi
misalkan udah rame-rame dan udah ada pelaminan disana,
laki-laki kita iring dari sini ada arakan jalan kaki. Jauh deket
juga sama aja jalan kaki gaada sistim kendaraan dulu. Orang
ketempat yang jauh aja kita arak jalan kaki, dulu belom pake
listrik pake petromaks
Peneliti Kalo palang pintu itu sebenernya buat apaan sih bi?
Informan Palang pintu istilahnya dia kan datang mengambil wanita itu,
nah dan disana kan mempertahankan. Sebetulnya persilatan
itu satu paket udah pasti kalah yang punya rumah. Kan kalo
yang punya rumah kalah baru bisa diambil istilahnya. Kalo
dulu-dulunya bener-bener bertarung, ya sekarang cuma ikut-
ikutan aja.
Peneliti Berarti kalo sekarang kayak cuma ngelestarikan aja ya bi
diadain palang pintu?
Informan Ya iyaa dulu tuh sama aja kayak kalo misalkan mau
melamar aja itu dia juga gak mungkin punya satu pacar
calon, ada calon yang lain juga nyerang waktu kita mau
dateng ngelamar. Ampe dilemparin petasan-petasan zaman
dulu ampe pendekar-pendekar yang ngawal. Jadi engga
sembarangan tempo duluuu..
Peneliti Kalo dulu tuh makanan yang disajiin kue-kuenya doang yah
bi?
Informan Iya heeh sistim dulu tuh kalo di Betawi acara resepsinya
engga prasmanan
xxvii
Peneliti Jadi kue-kue aja bi?
Informan Iyaa.. kue-kue aja ditaro di meja gitu.. kayak pisang, buah-
buahan. Nah kalo sebelumnya, sebelum saya masih kanak-
kanak itu sistimnya juga makan abis akad. Nah abis
kondangan dibungkusin itu.
Peneliti Berarti kayak berkat gitu bi?
Informan Iyaa.. kayak berkat lah istilahnya.. masi inget dulu
dibungkusnya pake daun jati sih terus diiket pake apa….
gerabahan kelapa gitu
Peneliti Itu sekitar tahun berapaan bi?
Informan Tahun 74 itu masi dibikin kue-kue ditaro dimeja begitudah
Peneliti Kan kalo orang Betawi biasanya pas lagi nikahan masang
petasan gitu ya bi itu buat nandain apa gimana sih bi?
Informan Itu sebenernya buat nambah kemeriahan aja
Peneliti Kemeriahan kalo lagi ada acara nikahan bi?
Informan Iya.. nah biasanya kalo besan mau dateng tuh dipasang
petasan.. atauga pas besan mau berangkat kan ada jamaah
kan banyak tuh pada kumpul.. sampe sana juga besan dateng
disambut lagi sama petasan.. pedahal kalo di prinsip agama
sebenernya mubazir.. tapi karena adat istiadat kebudayaan
jadi masi banyak yang make tergantung sikonnya..
keuangannya tapi biasanya sih pake itu petasan.. itu kan gak
sedikit itu biaya yang dikeluarin buat petasan doang..
petasan satu gulung aja berapa 500 ribu paling 3 meter
panjangnya.
Peneliti Ogituuu..
Informan Yaa nikahan yang biasanya disini ada yaa gitu aja.. jadi
orang kan gak ini.. kalo saya ceritain yang dulu-dulu kan
mungkin sekarang gak tau kan..
Peneliti Sekarang udah beda lagi yah bi?
Informan Iyaaaa… sekarang palingan ya palang pintu itu gaada
bedanya.. dimana-mana kan sekarang pake sistim walaupun
digedung kan juga dipake paling palang pintu. Kalo ya
sistim serahan uang ya beda lagi tergantung dari pihak laki-
laki berapa sama pihak wanitanya berapa jadi kedua belah
pihak.. maksudnya untuk belanja aja kan persiapan gitu..
Peneliti Jadi inti-intinya kayak gitu sih ya bi?
Informan Jadi lamaran dulu.. inti-intinya lamaran dulu kalo bahasa
kita kan ngelamar bahasa halusnya mah khitbah maksudnya
memperkenalkan atau meminang kan gitu.. meminta,
disetujui atau engga kan gitu.. umumnya mah ngelamar
seperti itu. Kalo disetujui mah seperti sekarang ya gimana ya
dikatakan tukar cincin cincin perempuan ditukar ke laki-laki
xxviii
kan jadi udah ditukar dipakai satu-satu itu hanya simbolis aja
tukar cincin gitu pedahal itu sebagai ikatan kalo yang sudah
pakai cincin gak bisa terima orang lain gituu
Peneliti Biasanya deket-deketan sih ya bi antara lamaran sama acara
sesudahnya?
Informan Iyaa abis itu kita dateng lamaran diterimaa.. disetujui…
kedua keluarga menyetujui ya kalo yang lain sih dipasangin
cincin sebagai ikatan cuman ya boleh iya boleh engga kan
cuman yang pasti akad nikahnya pake mas kawin.. mas
kawin emang dalam hukum agama udah ada kan.. walaupun
kecil itu emas yang namanya mas kawin gituu yang laki-laki
memberikan kepada perempuan dan itu memang udah tertera
emang di surat nikah.. mas kawin.. kalo seperti alat solat,
Qur’an, itu bukan mas kawin itu perlengkapan gituu kadang-
kadang itu kan dimasukin mas kawin pedahal yang dibilang
mas kawin itu emas. Emas dalam perkawinan gitu
bahasanyaa.. kalo perlengkapan, alat solat, Qur’an ya
perlengkapan aja.
Peneliti Kalo yang kata bawa kambing itu bi?
Informan Tuqon…
Peneliti Nah iya tuqon..
Informan Kalo tuqon itu biasanya binatang ternak sih yang dikasih
dari pihak laki-laki kepada pihak wanita itumah adanya pas
acara akad nikah.. nah ada lagi yang namanya kundangan
umumnya dulu tuh yah ada yang namanya bujangan nah dia
hobynya apa terus engga keturutan nanti orang tuanya bilang
kalo elu ade jodoh nanti gue kundangin ini.. gitu nah kalo
tuqon biasanya sejenis kambing tergantung permintaannya
Peneliti Itu dibawanya kapan bi?
Informan Pas hari H pernikahan pas lagi ada acara besan dateng itu
sebenernya.. makanya besanan ada yang nuntun kambing
ada yang mikul beras sama bumbu-bumbu masakan kayak
asem, cabe nah itu pohon-pohonnya itu dibawain sistimnya
ya begitu aja sekarang udah jarang dipake itu
Peneliti Jadi bisa dibilang sekarang orang nikah pada internasional
aja yah bi palingan pake adat cuma sedikit?
Informan Iyaa.. ya yang penting sah secara agama aja tergantung
orang yang ngelaksanain nikahannya sama tergantung
biayanya aja apalagi sekarang lagi zamannya gedung-
gedungan 30 juta paket sekalian catering..
Peneliti Dulu kalo orang betawi ngadain nikahan biasanya berapa
lama bi? Katanya waktunya bisa ampe lama gituu..
Informan Dulu sih iya diadain ampe sehari semalem soalnya tamunya
gak abis-abis apalagi ada hiburan.. itu dari pagi sampe
xxix
malem sampe pagi lagi
Peneliti Biasanya hiburannya apa aja bi?
Informan Hiburannya itu tergantung biasanya kayak wayang kulit,
lenong..
Peneliti Itu hiburannya sampe sehari semalem juga bi?
Informan Engga dari pagi dia biasanya dari jam 8 malem ampe abis
isya nah abisnya ampe subuh, sebelum subuh udah berenti
dia itu kayak wayang kulit.. lenong juga gitu jadi tergantung
kemampuannya aja ya
Peneliti Tergantung biayanya apa gimana nih bi?
Informan Iya kalo gaada biaya paling pake layar tancep soalnya kan
kalo lenong anggotanya aja udah banyak jadi kudu keluar
duit banyak gede biayanya.. belom lagi makannya jadi
jarang yang pake lenong. Kebanyakan layar tancep aja. Kalo
engga orkes gambusss.. dangdut kalo keroncong mah
jarang.. Kalo sekarang mah udah gampang udah simpel ada
orgen tunggal.. Kalo jaman dulu bisa ampe 10 juta
Peneliti Berarti kalo ngikutin adat itu ribet gak sih bi?
Informan Sebenernya mah kalo ngikutin adat engga terlalu gimana-
gimana tergantung maing-masing orangnya aja gituuu
gimana ngadainnya..
Peneliti Yaudah abi makasih yaa udah mau ditanya-tanya
Informan Iya udah gitu aja kayanya sih emang pointnya ya gitu-gitu
aja…
xxx
Transkip Wawancara III
Nama : Bi Ipeh
Status : Warga Betawi Gedong
Hari/Tanggal : Jum’at/07 April 2017
Waktu/Tempat : 19.30/Rumah kediaman informan
Peneliti Bi.. bibi udah tinggal disini dari kapan bi?
Informan Yaa.. kalo keluarga saya mah emang asli dari Betawi sini..
ini juga keluarga semua ini.. tuh yang disamping itu sodara
saya yang rumah disana itu kakak saya..
Peneliti Ogituuu.. sebenernya saya mau nanya-nanya nih kalo
kebetulan bibi orang sini.. berarti bibi tau dong kalo nikahan
orang betawi disini itu kayak gimana?
Informan Ya kalo tau mah tau kan keluarga saya juga ada yang
nikahan pake adat Betawi...
Peneliti Kalo mpok dulu nikahannya emangnya engga pake adat
Betawi?
Informan Kalo saya mah ada yang gak pake adat betawi pas
nikahannya, soalnya kan suami juga bukan orang betawi…
palingan tuh kayak pake baju nikahan betawi yang merah itu
tuh sama ada roti buaya doang
Peneliti Emang suaminya orang mana bi?
Informan Orang sunda.. jadi ada campuran sunda-sundanya begitu
Peneliti Terus bibi waktu sebelum nikahan itu gimana? Kan kalo
orang Betawi biasanya tuh ada tahapan-tahapannya gitu yaa
sebelum nikahan..
Informan Ooh kalo dulu saya mah sebelum nikahan mah ada
tahapannya juga..
Peneliti Itu apa aja bibi tahapannya?
Informan Ya kayak ngelamar kan gitu? Kalo lamaran mah meskipun
suami saya orang sunda mah dimana-mana kayanya
ngelamar ya sama aja ya… Cuma kan biasanya kalo orang
Betawi itu ngelamar aja udah bawain kue-kue sama parsel
banyak gitu ya kalo pas saya sih biasa aja kayak perkenalan
keluarga sekalian dari pihak laki ada maksud gitu buat lebih
lanjut..
Peneliti Terus kalo kayak dipiara gitu bibi? Segala macem itu bibi
lakuin juga?
xxxi
Informan Iya kalo itu.. kan disuruh sama orang tua juga waktu itu buat
dipiare segala macem ampe lempar baju daleman juga waktu
itu dilakuin hehe nurut aja kata orang tua kalo saya mah..
Peneliti Kalo misalkan tahapan pas nikahannya itu gimana bi? Pas
lagi arak-arakannya gitu?
Informan Pas lagi arak-arakannya kayak biasa sih saya minta diadain
palang pintu meskipun suami saya bukan orang Betawi
juga.. soalnya biar rame aja gitu kan kalo misalkan ada
palang pintu jadinya rame tuh ya..
Peneliti Nah itu kalo nikahan gitu emang dari pihak laki-lakinya
engga mau pake adatnya juga ya bi?
Informan Itu dia juga mau pake sebenernya adat sunda, makanya
waktu pas lamaran itu sekalian diomongin nih enaknya
gimana biar sama-sama keinginan keluarga saya sama suami
saya bisa kesampean..
Peneliti Ogituuu.. jadi diomongin dulu gitu ya bi..
Informan Iyadong itu mah kudu begitu… makanya nikahannya saya
waktu itu campur-campur gitu kan lumayan lama juga waktu
nikahannya.. pake baju adat Sunda juga jadinya
Peneliti Terus bibi ada acara ngunduh mantu gitu apa engga?
Informan Engga makanya itu pas nikahannya pake dua adat sekaligus
kan.. kalo misalkan ada acara ngunduh mantu segala mah
kan bisa diakalin kan kalo resepsi bisa adat Betawi nah pas
ngunduh mantunya pake adat Sunda
Peneliti Pantes aja ya bi.. terus kalo pas arakan gitu suami bibi bawa
roti buaya gak?
Informan Bawa.. kalo itu mah harus ya biasanya kalo nikah sama
orang Betawi
Peneliti Lah bawa juga yaa kirain enggaaa
Informan Soalnya biasanya nih orang-orang pada nanyain gitu ini
mana roti buayanya..
Peneliti Terus nanti kalo misalkan anak bibi nikah gimana bi?
Informan Kalo anak bibi nikah? Bibi mah maunya pake adat Betawi
meskipun calon anaknya bibi bukan orang Betawi yaa.. tapi
bibi kepengen aja kalo anak bibi nikahnya itu pake adat
Betawi..
Peneliti Alesannya kenapa bi anaknya mau dinikahin pake adat
Betawi?
Informan Sebenernya saya seneng ajasih sama adat Betawi nah kalo
misalkan anak saya, saya nikahin pake adat Betawi ya biar
ngelestariin budaya Betawi aja gituu biar ngerasain gimana
kalo orang Betawi ngadain hajatan kayak gimana…
Peneliti Oiya yaa bi… berarti masi ada orang Betawi nih yang mau
lestariin budayanya yah.. yaudah bi kalo gituu makasi banget
xxxii
nih bi udah bersedia buat ditanya-tanya sama saya
Informan Iya bisa dibilang begituu sebenernya orang Betawi mah
emang rata-rata mau pake adat cuma apa paling kan ujung-
ujungnya kepentok biaya.. iya sama-sama..
xxxiii
Transkip Wawancara IV
Nama : Mpok Ita
Status : Warga Betawi Gedong
Hari/Tanggal :Jum’at/07 April 2017
Waktu/Tempat : 16:21/Rumah kediaman Informan
Peneliti Mpok emang udah tinggal disini dari kapan mpok?
Informan Mpok mah udah disini dari lahir, emang keluarga dari awal
udah tinggal dari dulu disini.
Peneliti Ini disini Betawi semua ya mpok? Keluarga semua?
Informan Iya disini mah keluarga semua ngumpul disatu pemukiman
sini, tapi kalo dibelakang mah pendatang-pendatang.
Peneliti Mpok waktu nikah itu tahun berapa mpok?
Informan Waktu itu kite nikah tahun 2012 awal.
Peneliti Ooh terus suami mpok asalnya itu orang mane mpok?
Informan Orang Betawi juga sama kayak kite..cuman dia Betawi
daerah Halim.
Peneliti Terus itu dijodohin apa engga mpok?
Informan Engga pacaran dari dulu jaman sekolah
Peneliti Berarti pas nikahannya pake adat Betawi dong mpok?
Informan Ya kalo dibilang pake adat Betawi mah iyaa kayak dari
mulai sebelom nikahan ampe acara nikahan mah pake yaa
tapi mah kayak gitu aja kalo ada yang masih bisa dipake dan
gak ribetin mah heheh
Peneliti Terus sebelum nikahan itu ada prosesi khusus gitu ga? Kalo
ada kayak gimana mpok?
Informan Waktu itu pas tiga hari mau nikah tuh gaboleh mandi, ada
aturannya. Terus harus pake dasternya yang jelek.
Peneliti Itu kenapa mpok ada aturannya kayak begitu?
Informan Jadi kita tuh engga boleh mandi, katanya ntar kalo mandi pas
hari Hnya jelek. Jadi selama tiga hari yang diganti itu paling
daleman doang tapi dasternya tetep itu gaboleh diganti.
Peneliti Sampe sekarang masih dilakuin tuh mpok kayak begitu?
Informan Iya masih dilakuin...ya abis gimane kan itu masuk tahapan
dipiare ya kita mah dengerin ajadah yang dibilangin orangtua
kan itu buat syarat doangan..buat kebaikan juga
xxxiv
Peneliti Iya mpok heheh terus abis itu ada prosesi laen yang gaboleh
dilewatin gak mpok?
Informan Ada.. Jadi ntar pas hari Hnya pas kita diangkat sama ituan
kayak dandang pake rempah-rempah. Dulu juga celana
dalem sama daster dilempar keatas genteng gitu. Kalo pas
saya mah juga gitu tapi bukan saya cuma kasih aja nanti
siapa gitu yang lempar katanya sih biar gak ujan.
Peneliti Itu beneran lempar baju daleman ke atas genteng mpok?
Emang ada efeknya mpok biar gak ujan?
Informan Kalo kita mah nurut aja sama apa yang dibilangin orang tua..
makanya pas disuruh lemparin baju daleman ke atas genteng
yaudah nurut ajaa abisan ngeri tuh kayak orang deket rumah
tuh yang tinggalnya daerah sono kan dia kagak ngelempar
baju daleman ke atas genteng eh kasian banget pas dia
nikahan tuh hajatan malah ujan seharian deres banget engga
berenti-berenti
Peneliti Hoo jadi kayak gituu.. itu yang buat mpok makin yakin ya?
Informan Iyaa.. abisan ngeri juga kan gaenak kalo misalkan lagi ada
nikahan eh ujan gaabis-abis bukannya kenapa
Peneliti Terus kalo tahapan ngelamarnya itu kayak gimana mpok?
Informan Ya kayak biasa ajamah kalo ngelamar dari pihak laki-laki
dateng kesini buat kenalan sama pihak saya. Ya sembari
ngomongin kesepakatan buat nikah
Peneliti Gak pake tunangan dulu gitu mpok?
Informan Kalo disini kan gakboleh tunangan, gak boleh tuker cincin
gitu, jadinya lamaran ngatur tanggal gitu terus perkenalan
dulu. Katanya mah kalo tunangan dulu gitu entar ujungnya
kagak jadi, kalo keluarga disini mah begitu dari zamannya
nenek yang udah almarhum.
Peneliti Kok bisa gitu ya mpok? Pernah gak mpok ada kejadian gitu
pas baru-baru ini?
Ingorman Kalo sekarang-sekarang mah enggaa.. abis gimana orang
juga udah pada tau kan udah dibilangin kalo gaboleh
tunangan daripada entarnya kenapa-kenapa ya mending
gausah dah. Makanya disini gaada yang tuker cincin.waktu
dulu iyaa.. ada yang gakjadi gara-gara die tukeran cincin.
Peneliti Terus kalo pas tunangan biasanya disini ada pelangkah gitu
gaksih mpok?
Informan Biasanya mah pake.. itu kan buat ngehormatin ajasih ya ada
pelangkah kayak gitu kan
Peneliti Pas tunangan mpok kemaren make pelangkah gak mpok?
Informan Engga soalnya kan abang yang pertama kan udahan nikah,
nah yang kedua udah meninggal, yang ketiga saya.
Peneliti Saya denger-denger nih mpok kalo misalkan tunangan itu
xxxv
kalo disini sekalian bawa lemari, kasur segala macem.. iya
gaksih mpok?
Informan Iya sih emang kalo disini sih begitu.. kalo soal lemari kasur
segala macem mah dibawain langsung bentuk barang
Peneliti Terus kalo mpok juga gitu? Gak pake uang lagi mpok
bentuknya?
Informan Kalo mpok mah pas udah dibawain barangnya sebelum
lamaran, jadi engga pake dikasi uang langsung dibawain
barang-barangnya kerumah segala kasur, lemari. Kalo duit
nikah mah lain lagi. Biasanya mah yang keluar duit banyak
laki-lakinya.
Peneliti Kalo acara nikahannya itu gimana mpok? Diadain acaranya
itu dirumah apa diluar?
Informan Diitu tuh tempat penyewaan orang nikahan.
Peneliti Emang kenapa mpok engga dirayain disini?
Informan Deket sih dari sini juga, itu yang deket kantor pos disitu
Peneliti Iya mpok, kan biasanya kalo orang dulu tuh biasanya diadain
dirumah perempuan kalo nikahan biasanya?
Informan Engga soalnya kan kalo disini sempit, keluarga dari
cowoknya banyak.. sebenernya mah pengen diadain dirumah
tapi ya gimana kalo misalkan kayak begini mah ya gabisa
buat dipaksain juga..
Peneliti Kalo pas prosesi nikahan kan biasanya dari pihak laki ngarak
mpok, waktu nikahan mpok dulu diarak gak?
Informan Waktu itu diarak, tapi diaraknya dari depan gang situ.
Soalnya kan kalo dari Halim kejauhan
Peneliti Lah iya juga sih haha terus pihak lakinya kesini gimana
mpok? Rombongan gitu?
Informan Kalo dia mah bawa rombongannya naik mobil aja ya iring-
iringan gituu.
Peneliti Terus abis diarak gitu pake acara palang pintu gitu mpok?
Informan Engga…engga ada soalnya waktu itu barengan lagi musim
nikahan jadi kagak kedapetan palang pintunya. Pedahal kan
pengen buat rame-ramein gitu ya. Jadinya paling pengajian
gitu langsung, pengajian sebelum nikahan pas malem angkat.
Pengajian sebelum nikah.
Peneliti Pas nikahan dari pihak laki bawa roti buaya mpok?
Informan Iya itu mah harus, ciri khasnya sepasang, mas kawin,
perlengkapan solat, pokoknya ampe ada kali 30 parsel
dibawain.
Peneliti Itu emang udah wajib ya mpok kalo roti buaya?
Informan Yaa emang gitu apalagi kalo sama-sama orang Betawi yaa
kudu ada lah roti buaya
xxxvi
Peneliti Waktu nikahan pake baju adat betawi mpok?
Informan Iya, tapi kalo temanya sih engga ya namanya sekarang
udahan modern ya kalo pelaminannya biasa kayak digedung.
Cuma baju adatnya aja sampe tiga kali ganti baju.
Peneliti Kalo acara sesudah nikahan itu gimana mpok?
Informan Abis tiiga hari dianterin ke mertua disuruh nginep. Tapi
mpok gamau nginep namanya masi baru kan akhirnya
malem-malem dianterin kerumah.
Peneliti Kalo nikahan begini diatur sama orang tua apa diatur sendiri
mpok?
Informan Kalo mpok mah masi diatur sama orang tua, kan orang tua
tau baenya gimana
Peneliti Iya mpok hehe mpok yaudah ya makasih nih udah mau
ditanya-tanya
Informan Iya sama-sama maap nih kalo kata-katanya ada yang kurang
lengkap
Peneliti Gakpapa kok mpok hehe maap mpok udah ganggu
waktunya sebentar
xxxvii
Transkip Wawancara V
Nama : Ibu Lala
Status : Warga Betawi Gedong
Hari/Tanggal : Rabu /10 Mei 2017
Waktu/Tempat : 14.50 /Rumah kediaman informan
Peneliti Permisi ibuu.. sebelumnya maaf ganggu kegiatannya. Kan
kata orang ibu salah satu warga Betawi asli Gedong yaa mau
nanya-nanya aja sih bu tentang nikahan di Betawi Gedong
itu kayak gimana…
Informan Iya gapapa kalo sedikit-sedikit sih saya tauu.. dimulainya
darimana nih?
Peneliti Sebenernya tahapan-tahapannya gitu sih buu.. dari bener-
bener awalnya itu gimana.. kalo dulu orang Betawi itu
ngejalin hubungan dulu apa engga sih bu sebelum nikahan?
Informan Kalo orang dulu gaada pacaran, pacaran juga sih tapi gak
ketemu pacarannya disamping gak duduk bareng gak tatap
muka. Jadi ngobrolnya lewat pager yang bolong-bolong gitu.
Peneliti Jadi yang laki-lakinya itu nyamperin kerumah perempuanya
gitu ya bu?
Informan Iya.. dia dateng kerumah yang perempuan, misalnya dia
dateng dibeliin sate pas ada nontonan nah yang perempuan
gak nemenin, nanti satenya digantung dah didepan
rumahnya. Yang digantung itu sate, kue putu gitu. Terus
yang perempuannya gak nemuin, yang nemuin keluarganya.
Peneliti Oh pake bawa makanan juga? Biasanya makanan apaan aja
yang dibawa bu?
Informan Makanan yang biasa dibawa itu kayak sate, kue putu kalo
biasa ada tontonan layar tancep tuh, nanti dibeliin dah tuh
kalo gak sate ya kue putu. Adanya sate sama kue putu dulu,
sama ituan.. kerak telor. Nah kalo dia bawaain begitu nanti
orang tua pasti tau oh dia mau ama anak gue gitu.
Peneliti Terus kalo misalkan mau lanjut ke tahapan selanjutnya
kayak ngelamar itu gimana?
Informan Pas ada niatan ngelamar bukan orang tuanya dulu, misalnya
pamannya bibinya atau siapa gitu dari keluarga pihak laki
dateng gitu bilangin kalo dia mau ngelamar. Nah abis ada
omongan gitu ya sesuai perjanjian dateng ngelamarnya
kapan, bisa seminggu atau dua minggu lagi gitu.
Peneliti Itu kalo ngelamar bawa rombongan gitu ya? Terus biasanya
xxxviii
bawa apaan aja?
Informan Kalo ngelamar biasanya blm bawa rombongan, paling
keluarga inti doang sekitar 10 orang atau 6 orang ngelamar.
Nanti yang bawa rombongan itu nanti pas serahan. Kalo
ngelamar itu bawa sirup ama roti tawar ama pisang, terus
buah-buahan doang ama kue palingan udah. Sekedarnya
doang sekalian perkenalan keluarga. Ngelamar mah gapake
tukeran cincin itu, yang laki juga gaboleh ikut. Yang laki
ikut pas nikah doang jadinya. Yang bawa serahan itu dibawa
pas mau nikah.
Peneliti Setelah lamaran itu selanjutnya apa bu? Uang hantaran itu
sama mas kawin itu sama ya bu?
Informan Terus abis lamaran, biasanya dibawain uang belanja. Kadang
juga sih pas lamaran juga ada yang sekalian dibawain uang
belanja. Mas kawin beda lagi, kalo uang belanja ya buat
belanja. Kalo dikasinya dikit paling ya buat nambahin acara-
acara, kalo uangnya kurang biasanya juga orang tua
perempuan yang nombokin. Jadi tergantung dikasi uang
belanjanya berapa.
Peneliti Abis itu tahapannya di piara ya bu? Itu dipiarenya ngapain
aja sih bu? Biar kenapa bu kalo pengantennya itu dipiara?
Terus berapa lama?
Informan Biasanya tiga hari dipiarenya, jadi didalem kamar aja
dipakein lulur terus kagak boleh mandi, soalnya biar
manglingin gitu jadinya. Terus minum jamu, gaboleh makan
garem, katanya biar badannya kurus langsing terus juga biar
gak keringetan jadi nanten. Itu kebukti sih pas lagi di pajang
suami ngerasa gerah tapi ya saya kagak ngerasa gerah terus
gak keringetan. Terus pas piare juga ditangas kayak diuapin
pake aer kembang, jadi ada dandang yang diisi aer kembang
ditaro dibawah bale disuruh nongkrong aje situ sampe keluar
keringet ditutupin dah pake tiker pandan dikurung
dipegangin gitu ntar baru dah pas mau nikah wangi tuh yaa,
disuruh mandi dah keramas baru diriasin buat nikah.
Peneliti Kalo untuk penganten laki-lakinya gimana bu? Ada
pantangan atau tahapan yang harus dilaluin juga apa engga?
Informan Kalo yang laki mah gaada pantangan-pantangannya, yang
laki biasa aja.
Peneliti Terus ada pengajian gitu gak bu biasanya sebelum acara
nikahan?
Informan Kalo laki-laki mau bikin ya bikin dirumahnya, cuman kan
kalo minggu selanjutnya kan biasanya ada acara ditempat
laki-laki ngunduh mantu, diadain 3 hari 3 malem juga. Nah
biasanya diadain jumat paginya tuh, kayak selametan.
Peneliti Emang kalo jaman dulu tuh kalo ngarak itu jalan kaki ya bu?
xxxix
Informan Dulu kan orang nikahnya gak jauh, jauh. Masi daerah yang
bisa dijangkau makanya ngarak dari rumah laki ke
perempuan ya jalan kaki.
Peneliti Terus ngaraknya itu waktunya kapan?
Informan Ngarakinnya gaada yang siang, makanya malem terus. Kalo
siang dulu gaada penganten laki adanya penganten
perempuan doang jadi gak dipajang dua-duanya. Jadi pas
diarak tuh baru dipajang bedua pas malem tuh nah besok
siang nih, penganten lakinya udah gaada pulang
kerumahnye.
Peneliti Biasanya waktu buat pelaksanaan pernikahannya itu kapan
sih bu?
Informan Jadi kan jaman dulu orang betawi ngawinin itu tiga hari,
jum’at sabtu minggu. Nah hari jumat tuh dia akad nikah tuh
biasanya abis sembayang jum’at, karna waktunya kan mepet
kalo pagi. Abis sembayang jum’at terus akad nikah, nah
terus penganten pulang tuh kerumahnya sama rombongan
yang laki. Nah abis itu hari sabtu pagi udah ada tuh
penganten perempuan sendiri, udah didandanin
Peneliti Abis didandanin pengantin perempuannya ngapain abis itu
bu?
Informan Udah dipajang, malemnya baru dah orang ngarak pake
hadroh pake palang pintu.
Peneliti Terus pas akad nikah pihak laki-lakinya bawa apa aja bu?
Informan Itu bawa seserahan kan.. seserahan sekalian mas kawin ada
juga yang pas ngelamar udah dikasih mas kawinnya. Ada
juga yang mas kawinnya pas acara nikahan langsung gitu..
tergantung maunya gimana
Peneliti Terus kalo pas nikahannya itu penganten perempuannya bisa
berapa kali ganti baju bu?
Informan Bisa 3 kali sampe 4 kali
Peneliti Lah banyak juga yaa.. itu karna saking lamanya gitu ya bu?
Informan Iya saking lamanya
Peneliti Terus kalo soal resepsinya itu makanannya itu gimana bu?
Informan Kalo dulu tuh gak ada resepsi.. makannya kue-kue aja.. kue
kue khas Betawi kayak rengginang terus kue pepe yang lain-
lain lah
Peneliti Kalo misalkan pas dipiare itu emang disuruh sama orang tua
gitu ya bu?
Informan Iya biasanya emang kayak gitu aturannya diadain piare
Peneliti Pada nurut-nurut aja gitu bu? Kalo disuruh dipiare? Terus
emang keliatan ya bedanya setelah dipiare?
Informan Iya kan kalo perawan zaman dulu emang udah takut aja
xl
makanya dengerin aja kata orang tua.. keliatan loh bedanya
mah makanya pada ikutin aja yang orang tua atur
Peneliti Terus kalo yang miare itu siapa orang tua aja apa siapa bu?
Informan Itu ada nenek-nenek yang biasa miare emang keturunannya.
Jadi nanti diminumin jamu.. dimandiin aer kembang gituuu
ditangas gitu
Peneliti Itu termasuk yang dandanin juga bu?
Informan Engga itu mah beda lagi.. biasanya yang dandanin mah harus
puasa dulu biar nantennya itu bagus diliatnya
Peneliti Terus abis resepsi itu penganten laki-laki tinggal dimana bu?
Informan Penganten laki-lakinya mah pulang kerumahnya dulu nah
besoknya baru dateng lagi dianter sama temen-temen
remajanya. Nanti kalo udah seminggu pulang lagi kerumah
yang laki soalnya biasanya yang laki ngadain ngunduh
mantu itu ya kalo ada duitnya.. kalo engga ada duitnya yaa
pulang aja kerumah yang cowok.
Peneliti Pihak nanten perempuannya bawa sesuatu gak kayak
bingkisan atau apa gitu bu pas lagi kerumah lakinya?
Informan Iya biasanya yang perempuan tuh bawa kue-kue dah tuh
kayak geplak, dodol, bolu kukus, wajig gituu kue-kue khas
Betawi dah..
Peneliti Kalo acara ngunduh mantu itu kayak resepsi juga bu?
Informan Ngunduh mantu tuh kayak sedekah juga sama tapi sekalian
perkenalan sama keluarga laki jadi kue-kuenya tuh dibagiin
sepiring-sepiring sama keluarga sama tetangga nanti
pelesnya dibalikin lagi diisiin dah tuh uang.. ntar kalo udah 3
hari perempuan balik lagi kerumahnya bawa sesuatu gitu
yang dikasi sama keluarga laki nanti dikasi tetangga
Peneliti Terus waktu pelaksanaannya berapa lama?
Informan Samaa tiga hari juga
Peneliti Makanya keluar uangnya gede juga ya bu?
Informan Iyaa..
Peneliti Terus abis ngunduh mantu udahan selesai dah tuh bu
acaranya?
Informan Iya udahan dah tuh selesai acaranya
Peneliti Yaudah makasi yah bu buat informasinyaa
Informan Iya sama-samaa intinya mah gitu doang emang banyak juga
sih tahapannya kalo orang Betawi
xli
Transkip wawancara VI
Nama : Mpok Aisah
Status : Warga Betawi Gedong
Hari/Tanggal : Rabu /19 Juli 2017
Waktu/Tempat : 17.08/Rumah kediaman informan
Peneliti Mpok mohon maaf udah ganggu waktunya nih hehe
sebenernya sih aku dateng kesini mau nanya-nanya aja
katanya tahun 2015 mpok itu nikahan ya pake adat Betawi?
Mau nanya ajasih step by stepnya itu gimana…
Informan Iyaa jadi pas tahun 2015 itu saya nikah.. emang kebetulan
dapet lakinya orang Betawi juga makanya pake adat Betawi..
tapi maaf nih sebelumnya engga bisa lama-lama soalnya lagi
mau pergi dulu abis ini..
Peneliti Iya gapapa kok mpok sebentar aja hehe waktu mpok nikahan
itu bener-bener asli pake adat mpok?
Informan Ya kalo pake adatnya mah bener tapi engga semuanya juga
yang dipake
Peneliti Jadi awalnya itu gimana mpok step-step sebelum nikahan?
Informan Jadi kan pacaran terus dikenalinlah ke orang tua, nah terus
pas lagi mau ngelamar nih si cowoknya ngomong sama
orang tua dulu izin kan kira-kira dari pihak keluarga dukung
apa engga. Kalo misalkan disitu udah oke baru ke tahap
selanjutnya ya ngelamar.
Peneliti Terus waktu mpok dilamar itu pihak laki-lakinya bawa apa
aja?
Informan Paling kalo ngelamar itu bawa cincin sama uang nah itu
yang buat maskawinnya. Paling kalo dari cowo ke cewe
bawa buah-buahan dan kalo dari cewe ke cowo ya
bentuknya makanan-makanan kayak kue. Dan pas lamaran
sekalian ditentuin mau akad nikahnya kapan dan dimana.
Tapi jangan sampe lama dari yang pas lamaran itu soalnya
kan pamali ya, bahasanya sih gaenak soalnya orang-orang
udah pada tau semuanya jadi jangka waktunya ya maksimal
sebulan banget kalo bisa jangan ampe lebih.
Peneliti Pas lamaran itu sekalian tuker cincin gak sih mpok?
Informan Engga sih kalo saya mah.. tapi sodara saya ada tuh yang
tukeran cincin tapi ujung-ujungnya gagal
Peneliti Lah kok bisa mpok? Emang dia tujuannya adain tuker cincin
itu biar apa?
xlii
Informan Iya jadi dulu tuh sodara saya pernah ngelaksanain tuker
cincin gituu sama mantan calon suami yaa dibilangnya mah..
soalnya kan waktu itu dia bilangnya sih kepengen gituu biar
ketauan gitu abis dilamarnya. Jadi kayak emang udah
disepakatin kepengen diadain tuker cincin… kan kalo tuker
cincin kalo dulu tuh kayak ngiket gitu ya jadi orang-orang
udah pada tau kalo misalkan eh dia udah punya si itu bentar
lagi nikah gitu
Peneliti Terus kok bisa gagal gitu mpok?
Informan Jadi emang sempet dibilangin gitu sih sama orang tuanya
saya orang tuanya dia juga...gausah lah tuker-tuker cincin
kayak begitu ngelamar mah ngelamar aja gausah aneh-aneh
ngikutin orang tapi ya sodara saya maksa juga sih hehe gak
denger kata orang tua tuh.. nah pas abis lamaran gak berapa
lama ya gitu deh ujung-ujungnya putus gara-gara ketauan
kelakuannya calonnya yang gak baik
Peneliti Yaampun kasian ya.. oiya terus itu mpok pas lamaran
sekalian dikasih uang belanja segala macem mpok?
Informan Pas lamaran cuma ngasi tau doang, nah pas akad baru
dikasih duitnya kan sama mas kawin diserahin gitu. Uang
belanjanya juga ada, itu sih terserahnya mau dikasih pas
lamaran apa pas akad itu mah fleksibel.
Peneliti Ini mpok ngelaksanain nikahannya dimana mpok?
Informan nikahannya dirumah.
Peneliti Kan biasanya sebelum nikah biasanya ada kayak dipiare,
atau kalo sekarang mah bahasanya dipingit sih ya… mpok
dipingit gak? Terus ada pantangan-pantangan gitu gak
sebelum nikahan?
Informan Dua hari kerja sebelum nikah masih kerja malah.. gaboleh
ketemu paling terus puasa mutih, katanya bukan cuman
syarat tapi ada syaratnya katanya kalo kita bedakan jadi
lebih tahan lama terus juga keliatan lebih panglingin.
Peneliti Terus kalo pas lagi dirumah gitu sebelum nikahan boleh
mandi gak mpok?
Informan Nah iyatuh.. gak boleh mandi katanya yaudah akhirnya gak
mandi deh..
Penulis Terus apa yang dirasain mpok gak mandi begitu cuman
karna buat manglingin kan ya?
Informan Sebenernya sih gaenak juga kalo gak mandi kayak begini
yaa.. tapi mau gimana lagi kalo emang disuruhnya kayak
gini lagian sekali seumur hidup juga apalagi kalo nanti
hasilnya keliatan kan jadi gak nyesel ngelakuinnya.. tapi
kalo kayak gini gak ketauan bau belom mandinya sih, kan
lulurnya wangi terus juga didalem kamar aja jadi gak keluar-
xliii
keluar keringet gituu
Peneliti Terus katanya disini masih ada kegiatan kayak ngelempar
daleman gitu yaa biar gak ujan katanya.. mpok pas nikah
kayak gitu gak?
Informan Engga sih kalo disini bukan buat nolak ujan, tapi nolak bala..
soalnya kan ngeri yaaa kalo pas lagi akad tiba-tiba gak jadi
atau gimana, lagian juga itu kan gak ngeberatin.. ketimbang
ngelempar cd doang ke atas genteng mah haha terus sebelum
nikahan juga kan gaboleh mandi jadi luluran gitu.
Peneliti Kan kalo zaman dulu sebelum akad nikah itu penganten
perempuannya ditangas.. kalo mpok masih ditangas atau
gimana?
Informan Kalo dulu pake paketan penganten paketan pranikah, kan
jamannya sekarang udah beda. Ada disalon semuanya, udah
luluran segala macem terus sauna gituu. Jadi cari
gampangnya aja sekarang mah tinggal ke salon doang.
Peneliti Terus pas sebelum nikahan ada kayak pengajian gitu gak
mpok? Pas arak-arakannya kira-kira pihak laki-lakinya bawa
apa aja?
Informan Kalo tahlilan mah engga yah paling kumpul-kumpul sodara
doangan. Kan yang laki ngarak rombongan sama palang
pintu terus bawa roti buaya, serah-serahan gitu. kalo roti
buaya mah harus ada.. itu kan emang biasanya dibawainkan
kalo lagi seserahan.. nah tapi bawainnya sepasang aja jangan
pake anak.. soalnya kata orang sih kalo pake anak nanti
ngerinya yang laki udah punya anak duluan sama yang laen.
Peneliti Ogituuuu ya mpok hehe emang kata siapa mpok katanya
begitu?
Informan Itu sih kata orang-orang haha denger aja kata orang sih
begitu
Peneliti Terus ada apa lagi mpok pas lagi arak-arakan?
Informan Oiya dulu tuh ada kembang kelapa gituuu kan ditaroin duit-
duit sebenernya buat nyenengin anak kecil aja sih buat rame-
ramean doangan dulu kan juga begitu cuma mungkin beda
kali tujuannya.
Peneliti Kalo pas resepsinya gimana mpok? Itu waktu
pelaksanaannya lama apa engga?
Informan jadi resepsinya ada dua, dirumah sini sama dirumah suami
minggu depannya. Yang pertama tuh akad jam 10an selesai
akad pada kerumah buat diskusi besok acaranya kayak
gimana nah penganten lakinya pulang deh tuh. Nah
besokannya jam 8 apa jam 9 gitu baru resepsi karna dirumah
jadi ampe malem gituya soalnya rame sama orang-orang
disitu jam 1 ampe jam 12 malem masih ada tamu.
Peneliti Kan itu lumayan lama ya mpok.. itu ganti baju ampe berapa
xliv
kali? Itu pake baju nikahan adat Betawi juga mpok?
Informan Itu ganti baju sampe 3 kali. Iya baju adat betawi juga ada
yang warna merah-merah gitu terus juga rombe-rombenya
gak nutupin muka soalnya sayang-sayang makeupnya gak
keliatan jadi paling penghias doang disamping-sampingnya.
Peneliti Oiya mpok, kan mpok ngadain nikahannya ini kan dirumah
ya… itu kenapa mpok ngelaksanain nikahannya di rumah?
Kan biasanya jaman sekarang kebanyakan di gedung..
Informan emang paling enak ngadain acara begitu dirumah ya, kalo
digedung waktunya cuma sebentar cuma beberapa jam dan
toleransi waktunya buat temen-temen main kerumah itu dia
kan kita gatau waktunya dia bisanya kapan, siapa tau pas
lagi mau dateng ternyata hujan gajadi dateng. Kalo dirumah
kan misalkan ujan bisa dateng sorean. Emang sih kesannya
kalo digedung wah enak nih ac atau segala macem. Cuma
kesana-kesananya kayak digedung kan ada paketan segala
macem apa lagi orang betawi itu kan banyak yah jadi
makanan itu harus stand by. Kalo gak stand by itu cepet
banget habis digendung dan nantinya malah jadi omongan
kan gaenak. Dan kalo dirumah kan enak kayak catering
semisal kurang juga kita bisa masak sendiri atau nambahin
gak kena cas, kalo digedung nambahin ini aja nambah menu
aja kena cas meskipun makanan dari kita pake tempat
mereka aja kena cas.
Peneliti Iya yaa mpok ribet juga sih kalo kayak gitu pantes aja jadi
pertimbangan ya mpok.
Informan Makanya ribetnya apa-apa kena cas aja sih emang ada plus
minusnya masing-masing. Kalo ya digedung gak nambahin
beban pikiran aja sih.
Peneliti Yaudah mpok makasi yaa gitu aja yang mau ditanyain…
makasi udah mau ditanya-tanya ya mpok apalagi urusan
yang rada pribadi kayak begini hehe
Informan Iya maaf banget ya gak bisa lama-lama jadinya ngobrol
sampe sini ajaaa..