PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB...
Transcript of PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB...
-
1
PERKEMBANGAN ARSITEKTUR MASJID RUKIS DI KOTA MANNA
KABUPATEN BENGKULU SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)
Dalam Bidang Sejarah Peradaban Islam (SPI)
OLEH :
MEXSI OKTAFIA
NIM : 1611430018
PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
TAHUN 2020 M/1441 H
-
MOTTO
اََّّلُۡعۡسَِّٱَمَعََّّإِن َّ ٦َّيُۡسٗ“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”
(Al-Insyirah : Ayat 6)
*
“Doa dan usaha pupuk dari segala keberhasilan”
(Penulis)
**
-
PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis panjatakan kehadirat Allah Swt. Yang telah
memberikan nikmat sehat, memberikan ilmu dan kekuatan dan semangat dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini penulis persembahkan sebagai wujud terima kasih kepada:
1. Keluargaku tercinta, terutama kepada kedua orang tuaku Bapak (Kasibin) dan
Ibu (Sri Hasmawati) yang selalu memberikan semangat, dukungan serta doa
yang tak terhingga kepadaku.
2. Saudariku tercinta, kepada ayukku (Wiwik Sopiani) serta saudaraku (Terik
Wegi Sandika) yang selalu memberi semangat, dukungan, dan motivasi serta
materi sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.
3. Dosen pembimbingku Ibu Yuhawita MA dan Bapak Drs. Henderi Kusmudi
M.H.I yang telah membimbing, memberikan masukan dengan baik dalam
penyelesaian tugas akhir skripsi.
4. Teman terdekat Safril Aji Mahzar, Wendi Duansyah, Ayu Novita Sari, Neta
Yunarti, Ana Marinda yang selalu ada dalam mengerjakan skripsi ini,
memberikan motivasi serta dukungan dan yang selalu bisa memberi candaan
waktu susah maupun senang dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Keluarga besar Sejarah Peradaban Islam IAIN Bengkulu khususnya angkatan
2016 yang sudah dianggap seperti saudara sendiri yang telah memberikan
kenangan yang tidak terlupakan.
-
6. Teman satu sekre KKN 98 Karina F. Manulang, Lovea Fitriani, Nofa Dwi
Susanti, Sinta Apriliani, Diah Wahyu Anggraini, Lia Mulyawati, M. Alfath
Fernanda, Mukti Supriyadi yang sudah memberikan pengalaman dan
pembelajaran sehingga bisa membaur kepada masyarakat dan sekitarnya.
-
ABSTRAK
Mexsi Oktafia, NIM 1611430018. Perkembangan Arsitektur Masjid
Rukis Di kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan, Studi Histori-Arsitektur.
Skripsi Program Studi Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Ushuluddin, Adab Dan
Dakwah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu. Masalah yang dikaji
dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana sejarah berdirinya masjid Rukis Kota
Manna Kabupaten Bengkulu Selatan. 2. Bagaimana perkembangan arsitektur
masjid Rukis di Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan. Untuk menjawab
permasalahan penelitian di atas dilakukan penelitian lapangan (fild research),
dengan memnggunakan metode penelitian sejarah (metode kualitatif) yaitu
dengan menjelaskan dan menggambarkan keadaan serta fenomena yang lebih
jelas mengenai situasi yang terjadi pada suatu objek yang diteliti. Dari hasil
penelitian ini diketahui bahwa masjid Rukis merupakan salah satu masjid tertua
yang berada di Simpang Tiga Rukis Kota Manna yang berdiri pada tanggal 28
Agustus 1926. Berdirinya masjid Rukis Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan
dipelopori oleh beberapa tokoh yaitu K.H Abdul Rauf Ishak, A. Rahman, Bustam,
Raamin, Harun, Hasan Basri. Masjid Rukis telah mengalami renovasi sebanyak
empat kali yaitu pada tahun 1936, 1950, 1980, 1993. Masjid Rukis adalah salah
satu masjid yang berjasa dan bersejarah dalam penyebaran agama Islam pada
masa itu. Dalam hal arsitektur masjid Rukis tidak meniru gaya bangunan luar akan
tetapi masjid Rukis memiliki kesamaan dengan masjid Agung Demak pada bentuk
bangunan bagian atap yang berbentuk kerucut semakin keatas semakin kecil dan
berundak-undak, seiring berjalan perkembangan zaman masjid Rukis terus
mengalami perubahan dan penambahan baik dalam bentuk bangunan mulai dari
atap, dinding, lantai, pagar, gerbang dan lain-lain, maupun gaya arsitektur pada
bangunan atap yang berundak-undak, pada bagian ornament kaligrafi,
dangerbang.
Kata kunci : Sejarah, Arsitektur, Perkembangan masjid rukis
-
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt, yang telah memberi nikmat, rahmat dan
petunjuk sehingga kami bisa menyelesaikan skripsi ini tepat waktu dengan judul
Perkembangan Arsitektur Masjid Rukis Di Kota Manna Kabupaten Bengkulu
Selatan. Shalawat dan salam selalu kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah memperjuangkan dan membawa kehidupan manusia dari alam
kebodohan hingga ke alam yang penuh tekhnologi hingga sekarang.
Penyusunan Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat guna
untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) pada Program Studi Sejarah
Islam (SPI) Jurusan Adab Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD)
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu. Dalam proses penyusunan skripsi
ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Dengan demikian penulis ingin
mengucapkan rasa terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Sirajuddin M, M.Ag, M.H, Selaku Rektor IAIN Bengkulu
2. Dr. Suhirman, M.Pd Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah
IAIN Bengkulu
3. Maryam, M.Hum Selaku Ketua Jurusan Adab Fakultas Ushuluddin, Adab, dan
Dakwah IAIN Bengkulu
4. Yuhaswita, MA Selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan
arahan dengan penuh kesabaran
5. Drs. Henderi Kusmidi, M.H.I Selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, semangat dan arahan dengan penuh kesabaran
-
6. Yuhaswita, MA Selaku Pembimbing Akademik
7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Adab IAIN Bengkulu yang telah mengajar dan
membimbing serta memberikan berbagai ilmunya dengan penuh keikhlasan.
8. Staf dan Karyawan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah IAIN Bengkulu
yang telah memberikan pelayanan dengan baik dalam hal administrasi
9. Informan Penelitian yang telah memeberikan waktu dan informasi secara
terbuka
10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Skripsi in
Bengkulu, Juli 2020
Penulis
Mexsi Oktafia
NIM. 1611430018
-
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL. ................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING. ............................................................. ii
PENGESAHAN. ........................................................................................... iii
MOTTO. ....................................................................................................... iv
PESEMBAHAN. .......................................................................................... v
SURAT PERNYATAAN. ............................................................................ vi
ABSTRAK. ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR. ................................................................................. viii
DAFTAR ISI. ................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 10
C. Batasan Masalah........................................................................................ 10
D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 11
E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 11
F. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 11
G. Landasan Teori .......................................................................................... 15
1. Pengertian Sejarah ................................................................................ 19
2. Pengertian Arsitektur ............................................................................ 19
3. Pengertian Masjid ................................................................................. 22
H. Metode Penelitian...................................................................................... 25
1. Heuristik ............................................................................................... 25
2. Kritik Sumber ....................................................................................... 29
3. Interpretasi ............................................................................................ 30
4. Historiografi ......................................................................................... 31
I. Sistematika Penulisan ............................................................................... 32
BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN
A. Profil Wilayah Kota Manna ...................................................................... 33
1. Kondisi Geografis ......................................................................... 33
-
2. Demografi ..................................................................................... 35
B. Jumlah Penduduk Kota Manna ................................................................. 36
C. Pendidikan ................................................................................................. 37
D. Kebudayaan ............................................................................................... 37
E. Keagamaan ................................................................................................ 38
F. Sarana dan Prasarana................................................................................. 39
BAB III PEMBAHASAN
A. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................... 41
B. Sejarah Berdirinya Masjid Rukis .............................................................. 41
C. Perkembangan Arsitektur Masjid Rukis ................................................... 48
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………75
B. Saran .......................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
-
1
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masjid adalah salah satu pemenuhan kebutuhan spiritual bukan
hanya sebagai tempat beribadah, tetapi juga merupakan pusat kegiatan
sosial kemasyarakatan, seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah
SAW. Bahwa masjid adalah tempat untuk menyebut nama-nama Allah
sebagai tempat umat Islam untuk berdzikir, tempat beri’tikaf, tempat
beribadah (sholat), pusat pertemuan Islam untuk membicarakan urusan
hidup dan perjuangan. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin
maju baik dari segi teknologi maupun ilmu pengetahuan. Jumlah masjid
terus bertambah sejalan dengan meluas dan majunya peradaban Islam.1
Pembangunan Masjid berlandaskan iman kepada Allah, setelah di
bangun Allah swt memerintahkan agar Masjid di bina dan di makmurkan
sebagaimana firman Allah dalam surat At-taubah ayat 18 yang berbunyi:
ِ َوٱۡليَۡوِمٱۡۡلِٰٓخِر َوأَقَاَم ٰٓ بِٱَّللَّ ِ َمۡن َءاَمَن فََعَسىَٰ ِجَد ٱَّللَّ إِنََّما يَۡعُمُر َمَسَٰ
ئَِك أَن يَُكونُوْا ِمَن ٰٓ ََۖ أُْولََٰ ةَ َولَۡم يَۡخَش إَِّلَّ ٱَّللَّ َكوَٰ ةَ َوَءاتَى ٱلزَّ لَوَٰ ٱلصَّ
٨١ٱۡلُمۡهتَِديَن
Artinya :“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-
orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun)
1Juliadi, Masjid Agung Banten: Nafas Sejarah dan Budaya (Yogyakarta: Ombak, 2007),
hlm 3.
1
-
selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan
termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”.2
Masjid-masjid di Indonesia pada zaman madya (zaman
perkembangannya Islam) ada beberapa hal yang menarik perhatian dan
menjadi corak yang khusus, yaitu: pertama adalah atapnya yang berupa
atap tumpeng yang tersusun, semakin ke atas semakin kecil, sedangkan
tingkatan yang paling atas berbentuk limas, yang jumlahnya biasanya
ganjil. Kedua awalnya tidak ada menara, bila mana muadzin menyeruhkan
adzannya dilakukan dengan pemukulan bedug. Namun setelah Islam
masuk maka menara itu bukanlah bagian masjid yang harus ada, namun
dalam seni bangunan Islam selalu merupakan tambahan yang memberi
keindahan. Salah satu contoh masjid di Indonesia yang mempunyai menara
ialah masjid Kudus dan masjid Agung Banten. Menara kudus tidaklah lain
daripada sebuah candi Jawa Timur yang telah diubah dan disesuaikan
penggunaannya. Sedangkan menara Banten adalah tambahan dari zaman
yang kemudian diusahakan oleh seorang dari Belanda, yaitu Cardeel.
Selanjutnya yang menarik perhatian yang ketiga letak masjid-masjid tua
yang ada di Indonesia. Misalnya masjid yang dibangun dekat istana raja
Yogyakarta dan Solo mempunyai letak yang tetap. Selalu ada lapangan
dan ada pohon beringin di depan istana, dan dibelakangnya ada makam-
2 Dapertemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan (Jakarta: Gema Risalah Press
Bandung, 1992), hlm 280.
-
makam. Rangkaian makam dan masjid ini adalah kelanjutan dari fungsi
candi zaman Hindu-Indonesia.3
Masjid dalam ajaran Islam sebagai tempat sujud tidak hanya berarti
sebuah bangunan atau tempat ibadah tertentu, karena di dalam ajaran
Islam, Tuhan telah menjadikan seluruh jagat ini sebagai Masjid; tempat
sujud.Masjid Nabawi merupakan masjid utama ketiga setelah masjid al-
Haram (Mekkah) dan Masjidil Aksa di Baitul Makdis (Yerusalem).4
Masjid adalah tempat ibadah umat Islam, Di sanalah,
hablumminallah dan hablumminannas terwujud dengan sangat jelas.
Selain menjadi tempat beribadah untuk menyembah Allah swt, sebuah
Masjid juga menjadi parekat sosial di kalangan umat muslim, terutama
masyarakat yang berada di sekitar masjid tersebut. Namun, tidak tertutup
kemungkinan juga sebuah masjid merekatkan umat muslim dari seluruh
dunia, sebagaimana yang terjadi di Masjidil Haram atau masjid Nabawi.
Sehingga, tidak aneh jika di lingkungan sebuah masjid, kita dapat
menjumpai kegiatan-kegiatan sosial, seperti lembaga pendidikan atau kerja
sama beberapa komunitas.5
Pada masa Nabi saw, masjid berfungsi untuk melakukanaktivitas
keagamaan dan aktivitas sosial. Selain untuk sholat masjid juga digunakan
oleh Nabi Muhammad SAW sebagai tempat menjelaskan wahyu yang
3Tri Rejeki Permatasari, “Sejarah Masjid Al-Jihad di Desa Pasar Talo Kabupaten Seluma
(Kajian Sejarah Berdiri dan Arsitektur), (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Bengkulu, 2016),
hlm 3-4 4Juliadi, Masjid Agung Banten: Napas Sejarah dan Budaya, hlm 8. 5Rayhan Maulana, Masjid-Masjid Bersejarah di Lima Benua.(Banguntapan Jogjakarta :
Diva Press, 2013), hlm 5.
-
diterimanya, memberikan jawaban atas pertanyaan para sahabat tentang
berbagai masalah, memberi fatwa, mengajarkan agama islam,
membudayakan musyawarah, menyelesaikan perkara-perkara dan
perselisihan-perselisihan, tempat mengatur dan membuat strategi militer,
dan tempat menerima pratusan-pratusan dari semenanjung Arabia.6
Ketika berbicara Masjid, maka yang tergambar dibenak kaum
Muslimin (terutama) di Indonesia pada umumnya yakni suatu bangunan
besar tempat sholat berjamaah dengan berbagai atribut kemasjidannya.
Kemudian dijelaskan bahwa Masjid yaitu bangunan tempat ibadah (sholat)
yang bentuk bangunannya dirancang khusus dengan berbagai atribut
masjid seperti ada menara yang cukup megah, kubah dan lain-
lain.Bangunan masjid dibangun sangat besar, kapasitasnya dapat
menampung ratusan ribu jamaah dan biasa dipakai melaksanakan ibadah
sholatjum’at atau perayaan hari-hari besar Islam. Tipe ini sering disebut
sebagai masjid besar dan berada ditempat strategis atau di pusat-pusat kota
dari mulai ibukota provinsi sampai ke kota kecamatan bahkan di desa-
desa.7
Masjid merupakan wujud kebudayaan yakni sebagai benda-benda
hasil karya manusia. Masjid yang biasa disebut “rumah tuhan” adalah
tempat umat islam berhubungan atau beribadah dengan tuhan, yang
sekaligus berfungsi sebagai tempat menyerahkan atau berserah diri
kepadanya. Peranan Masjid tidak lagi diartikan secara harfiah yaitu
6 Moh E Ayub, Manajemen Masjid ( Jakarta : Gema Insane Press, 1996 ), hlm 10. 7 Eman Suherman, Manajemen Masjid (Bandung : Alfabeta, 2012 ), hlm 60.
-
sebagai tempat sujud saja atau tempat dzikir menyembah Allah semata.
Sidi gazalba di dalam bukunya yang berjudul Masjid sebagai tempat
ibadah dan kebudayaan, menjelaskan bahwa, “kehidupan Islam berpangkal
di Masjid dan berujung di Masjid.8
Masjid merupakan bangunan yang paling banyak menarik
perhatian para pengamat budaya. Meskipun pada awal mula kelahiran
Islam bangunan Masjid tampil sangat sederhana, akan tetapi bersamaan
dengan tumbuhnya masyarakat dan peradaban umat Muslimin, sosok
penampilan arsitektur masjid berkembang sangat mencolok. Selepas
sekitar empat puluh tahun masa awal pembentukan masyarakat Muslim
pada zaman Nabi dan Khulafaur Rasyidin, di setiap masa pemerintahan
dinasti-dinasti besar selalu didirikan masjid yang luar biasa indah corak
arsitekturnya. Bangsa Umayyah baik yang di daratan Timur Tengah
maupun di Spanyol melalui tradisi arsitektur masjid semenjak awal abad
ke-8, kemudian disusul bangsa-bangsa Abbasyiah di kawasan Persia dan
Asia Tengah, Aghlabiyah dan Fatimiyyah di wilayah Mesir dan Afrika
Utara, Usmaniyyah di Turki, dan Mughal di tanah Hindustan.9
Ketika Khaliah Al-Walid dari Dinasti Umayyah membangun
Masjid Agung Damaskus pada tahun 707, untuk pertama kali ia
memancangkan prinsip perkembangan Arsitektur Islam: kesetiaan pada
garis dasar keagamaan dan adabtabilitas terhadap ekspresi fisik tradisi
lokal. Prinsip tersebut terus memandu arsitektur dalam wilayah Islam,
8Hasan Basri, Fungsi Ulama Dan Peranan Masjid, (Jakarta : Media Dakwah, 1990), hlm
186. 9Achmad Fanani, Arsitektur Masjid, ( Yogyakarta : Bentang, 2009 ), hlm 55-56
-
untuk kemudian mampu melahirkan kekuatan baru seni bangunan dalam
Khazanah arsitektur dunia. Prinsip ini pula yang telah mampu
memandupeneriman atas warisan budaya arsitektur Agung, baik dari
sumber-sumber arsitektur Yunani, Romawi, Persi, maupun Kristiani.
Sebagaimana diketahui pada masa awal pembangunan diwilayah Islam,
para penguasa setempat telah meminjam keahlian para seniman, tukang
dan ahli bangunan dari berbagai bangsa mereka yang datang dari berbagai
tradisi itu, baik Mesir, Syiria, Romawi Timur, Persia, Armenia, India,
dengan beragam latar keagamaan pula (Komtik, Zoroastrian, Hindu dan
dsb.) memiliki kecenderungan kuat untuk mencampurkan kebiasaanya
dalam wadah bangunan Islam.10
Perkembangan arsitektur masjid seakan-akan merupakan upaya
pencarian harmoni antara struktur bangunan dengan kaidah-kaidah
keagamaan. Kaidah ibadah telah berhasil membantu pertumbuhan
arsitektur masjid sampai mencapai pola baku dengan adanya unsur-unsur:
ruang jamaah, mihrab, mimbar, tempat wudhu, minaret, halaman. 11
Masjid-masjid di Indonesia pada zaman perkembangan Islamada
berbagai hal yang menarik perhatian dan menjadi corak yang khusus,
yaitu: pertama yaitu atapnya yang berupa atap tumpeng yaitu atap yang
tersusun, semakin ke atas semakin kecil, sedangkan tingkatan yang paling
atas berbentuk limas, yang jumlahnya biasanya ganjil, kedua awalnya
tidak ada menara, bila mana muadzin menyeruhkan adzannya dilakukan
10Achmad Fanani, Arsitektur Masjid, hlm 56-57. 11Ibid hlm 237.
-
dengan pemukulan beduk. Namun setelah Islam masuk maka menara itu
bukanlah bagian Masjid yang harus ada, namun dalam seni bangunan
Islam selalu merupakan tambahan yang memberi keindahan. Salah satu
contoh Masjid di Indonesia yang mempunyai menara ialah Masjid Kudus
dan Masjid Agung Banten. Menara kudus adalah sebuah candi Jawa Timur
yang diubah dan disesuaikan penggunaanya. Sedangkan menara Banten
adalah tambahan zaman yang kemudian diusahakan seorang dari Belanda,
yaitu Cardeel.Selanjutnya yang menarik perhatian ketiga letak masjid-
masjid tua yang ada di Indonesia. Misalnya Masjid yang dibangun dekat
istana raja Yogya dan Solo mempunyai letak yang tetap, selalu ada
lapangan dan ada pohon beringin di depan istana, dan di belakangnya ada
makam-makam. Rangkaian makam dan masjid ini adalah kelanjutan dari
fungsi candi zaman Hindu-Indonesia.12
Masuknya Islam ke Bengkulu tidak terlepas dari perkembangan
Islam di Indonesia sejak abad ke-13 yang dirintis dari abad ke-8.Islam
yang hadir di Bengkulu tidak terlepas dari kesultanan-kesultanan yang ada
di pulau Sumatera atau pulau Jawa. Karena Islam pertama hadir di pulau
Sumatera, jelas memberikan pengaruh dalam perjalanan Islam di
Bengkulu. Di pulau Sumatra sendiri bermunculan berbagai kerajaan Islam
seperti kesultanan Perlak, kesultanan Samudra Pasai, kesultanan Aceh
Darussalam, kesultanan Minangkabau, kesultanan Palembang Darussalam,
kesultanan Siak Indapura, kesultanan Pagaruyung. Selain itu ada juga
12R Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3, ( Yogyakarta : KANISIUS :
1973 ), hlm 57-76.
-
kesultanan Banten yang memberikan pengaruh di Bengkulu. Di Bengkulu
sendiri terdapat beberapa kerajaan seperti kerajaan sungai Serut, kerajaan
sungai Lemau, kerajaan sungai Itam, kerajaan Selebar, kerajaan Muko-
Muko, kerajaan Pinang Berlapis, kerajaan Rejang Patulai/Depati tiang
empat dan kerajaan Kaur.13
Selain kerajaan yang ada di Bengkulu terdapat juga beberapa
masjid bersejarah yang ada di Bengkulu, contohnya masjid yang berada di
Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan yaitu masjid Al-Manar. Kota
Manna (Kota Kenangan). Setelah Islam berkembang, jumlah masjid di
Kecamatan Kota Manna pun semakin bertambah, salah satu contohnya
adalah Masjid Rukisyang merupakan salah satu sarana pengajaran Islam.
Masjid Rukis adalah sebuah Masjid yang terletak di Simpang Tiga Rukis
dan di sebelah kanan masjid terdapat sebuah danau kecil yang merupakan
salah satu tempat wisata yang banyak dikunjungi masyarakat setempat dan
sekitarnya, dan sebelah kiri masjid ini berbatasan dengan rumah warga,
sedangkan bagian belakang berbatasan dengan perkebunan, dan di bagian
depan masjid yaitu jalan raya Kota Manna. Berdasarkan hasil wawancara
peneliti bahwa masjid Rukis ini sangat berpengaruh bagi penyebaran
agama Islam di Kota Manna, dan merupakan tempat untuk masyarakat
menjalankan kegiatan sosial seperti diskusi, rapat, dan sebagai tempat
bersosialisasi antara masyarakat setempat. Masjid Rukis merupakan salah
satu masjid yang berjasa dalam berkembangan Islam, masjid ini di bangun
13Ahmad Abas Musofa, “Sejarah Islam di Bengkulu Abad ke XX M (Melacak Tokoh
Agama, Masjid, dan Lembaga [Organisasi] Islam”, Tsaqofah dan Tarikh, Vol.1 No.2, (Juli-
Desember, 2016), hlm 1.
-
pada tahun 1936 yang dipelopori oleh tujuh orang warga sekitar penduduk
Rukis yang pertama; KH. Abdul Rauf, dan ke-5 orang lainnya yang
merupakan penduduk asli Rukis yaitu, A. Rahman, Bustam, Raamin,
Harun, Hasan Basri.14
Masjid Rukis dibangun secara swadaya masyarakat yang dilakukan
secara gotong royong oleh masyarakat Rukis. Untuk lahan pembangunan
masjid ini merupakan tanah waqaf dari KH. Abdul Rauf,yang merupakan
salah satu penggagas pembangunan Masjid dan ke-6 orang lainnya.
Kemudian diteruskan oleh keturunan dari ketujuh pelopor tersebut dan
masyarakat Rukis.15
Setelah peneliti melakukan observasi awal terhadap sejarah
berdirinya masjid Rukis maka menurut pemaparan pengurus masjid Rukis
Bapak H.Ramlan Saim, masjid Rukis merupakan salah satu masjid
bersejarah yang ada di Kabupaten Bengkulu Selatan. Masjid ini dari awal
dibangun sampai sekarang sudah beberapa kali mengalami perbaikan dan
renovasi, sehingga wujud dan bentuk bangunan masjid Rukis sekarang ini
sudah dikatakan modern, karena unsur gaya bangunan lokal sudah tidak
dipakai lagi. Sedangkan kubahnya memiliki keunikan terbentuk dari satu
tiang penyangga kecil yang semakin ke atas semakin runcing dan ditengah
tengahnya terdapat kaligrafi berlafalkan Allah, memiliki kaligrafi di sisi
kanan dan kiri pada mihrab serta di atas mihrab juga terdapat kaligrafi
14Hasil wawancara peneliti dengan Bapak H.Ramlan Saim (Ketua Pengurus Masjid) pada
tanggal 29 Oktober 2019, pukul 12.45 WIB. 15Hasil wawancara peneliti dengan Bapak H.Ramlan Saim (Ketua Pengurus Masjid) pada
tanggal 29 Oktober 2019, pukul 12.45 WIB.
-
yang berwarna kuning, putih dan biru, memiliki atap yang berwarna hijau
yang berbentuk kerucut semakin keatas semakin kecildan memiliki menara
tinggi yang megah yang didominasi warna hijau, kuning dan putih serta
bentuk bangunannya yang megah dan memiliki gerbang yang
melengkung didominasi warna hijau, kuning, putih dan hitam. Hal inilah
yang memberikan kesan menarik untuk diteliti karena memiliki makna
tersendiri di balik bangunan tersebut.16
Dari kenyataan masjid Rukis di atas sangat menarik untuk diteliti
dengan judul “PERKEMBANGAN ARSITEKTUR MASJID RUKIS DI
KOTA MANNA KABUPATEN BENGKULU SELATAN”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdiri Masjid Rukis di Kota Manna Kabupaten
Bengkulu Selatan pada Tahun ?
2. Bagaimana perkembangan Arsitektur Masjid Rukis di Kota Manna
Kabupaten Bengkulu Selatan ?
C. Batasan Masalah
Agar penelitian tidak meluas, maka pembahasan akan dibatasi pada sejarah
dan perkembangan arsitektur pada tahun 2016-2019 (gerbang, atap,
ornament kaligrafi pada mihrab) Masjid Rukis di Kota Manna Kabupaten
Bengkulu Selatan. Dengan adanya batasan masalah ini diharapkan peneliti
lebih fokus mengkaji penelitian ini.
16Observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 29 Oktober 2019.
-
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendeskripsikan sejarah berdirinya Masjid Rukis di Kota Manna.
2. Untuk mendeskripsikan perkembangan arsitektur Masjid Rukis di Kota
Manna.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang kita dapat setelah membahas, meneliti
atapun mempelajari tentang sejarah berdiri dan Arsitektur Masjid Rukis ini
antara lain :
a. Secara teoritis untuk memberikan pemahaman dan menembah wawasan
untuk pengatahuan menyangkut sejarah berdiri dan arsitektur masjid
Rukis.
b. Secara praktis, untuk memberikan sumbangan pengetahuan kepada
masyarakat Kota Manna, dan kita semua. Guna memahami betapa
penting mempelajari dan memahami sejarah berdiri dan arsitektur masjid
Rukis tersebut.
F. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan hasil penelusuran, ada beberapa penelitian yang mengkaji
tentang sejarah Masjid dan Arsitektur adalah :
Pertama, Skripsi Tri Rejeki Permatasari Mahasiswa Sejarah Kebudayaan
Islam IAIN Bengkulu pada tahun 2016, Dengan judul “Sejarah Masjid Al-
Jihad Di Desa Pasar Talo Kabupaten Seluma (Kajian Berdiri Dan
Arsitektur)”. Adapun Rumusan Masalah dari Skripsi Tri Rejeki Permatasari :
-
1. Bagaimana sejarah berdiri Masjid Al-Jihad di Desa Pasar Talo? 2.
Bagaimana Sisi-Sisi arsitektur Masjid Al-Jihad di Desa Pasar Talo?.Dari
hasil penelitian, arsitektur dan sejarah berdirinya masjid Al-Jihad di Desa
Pasar Talo Kabupaten Seluma yang pertama: Masjid Al-Jihad merupakan
Masjid tertua di Kabupaten Seluma terletak di Desa Pasar talo Kecamatan
Ilir Talo Kabupaten Seluma dibangun pada tahun 1918, dipelopori oleh
seorang yang bernama H.Muhammad Ta’ib yang merupakan perantau dari
daerah Padang Darek, Bukit Tinggi Sumatera Barat. Pembangunan masjid
ini secara swadaya oleh masyarakat setempat.Kedua: Masjid ini sudah
hampir mengadopsi gaya bangunan luar mengadopsi model arsitektur
Mooris bangunan dari Erofa dan Amerika. Sedangkan kubahnya masih
sederhana namun sudah ada peniruan dari bentuk-bentuk kubah yang
terdapat pada bangunan masjid umumnya. Ada beberapa kaligrafi yang
menjadi ornament masjid ini terdapat pada pintu gerbang, mihrab dan pada
dinding di belakang mihrab. Walaupun demikian masih ada sedikit unsur
bangunan tradisionalnya yang terletak pada gerbang masuk masjid dibangun
gapura layaknya Rumah Gadang yaitu dengan bentuk atap melengkung
seperti tanduk kerbau.
Maka yang membedakan penelitian sebelumnya adalah masjid
yang diteliti oleh Tri Rejeki Permatasari lokasinya terletak di Pasar Talo
Kabupaten Seluma, maka yang membedakan penelitian ini lokasi penelitian
yang berbeda, di mana penelitian ini akan dilakukan di Masjid Rukis Di Kota
Manna Kecamatan Pasar Manna Kabupaten Bengkulu Selatan Provinsi
-
Bengkulu, dan penelitian ini fokus meneliti Sejarah Masjid Rukis
(Perkembangan Arsitektur) Di Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan.
Kedua, Skripsi Yosfi Mandela Mahasiswa Sejarah Kebudayaan
Islam IAIN Bengkulu Tahun 2018, Dengan judul “Sejarah Dan
Perkembangan Arsitektur Masjid Agung Sultan Abdullah di Kabupaten
Lebong”. Adapun Rumusan Masalah pada Skripsi Yosfi Mandela : 1.
Bagaimana sejarah dan arsitektur Masjid Sultan Abdullah di Desa Tanjung
Agung Kecamatan Pelabai Kabupaten Lebong provinsi Bengkulu? 2.
Bagaimana fungsi Masjid Agung Sultan Abdullah di Kabupaten Lebong
terhadap masyarakat Lebong?.Dari hasil penelitian tentang sejarah dan
perkembangan arsitektur Masjid Agung Sultan Abdullah Di Kabupaten
Lebong yang terletak di jalan raya Lebong-Argamakmur merupakn Masjid
termegah sekaligus masjid terbesar yang terdapat di Kabuaten Lebong,
memiliki perpaduan arsitektur Persia, Arab, India dan Spanyol, dan
menggunakan corak-corak ornament dalam Islam masjid ini mulai dibangun
pada tahun 2009 dan arsitek dari Masjid Agung Sultan Abdullah ini adalah
Ir. Acil Syarifudin yang berasal dari Bandung. Masjid Agung Sultan
Abdullah ini selain digunakan sarana ibadah, pernah menjadi tempat
perlombaan MTQ provinsi Bengkulu, masjid ini juga digunakan sebagai
tempat melaksanakan pernikahan, foto prawedding, masjid ini tiap tahun
digunakan sebagai tempat untuk pemberangkatan jama’ah haji, terlihat
fungsinya ketika ada perayaan hari-hari besar dalam islam seperti Mualid
-
Nabi, Isra’ Mi’raj, dan pada bulan romadhan kegiatan di masjid ini lebih
aktiv dan jamaahnya lebih banyak.
Maka yang membedakan penelitian sebelumnya adalah masjid
yang diteliti oleh Yosfi Mandela lokasinya terletak di jalan raya Lebong-
Argamakmur Kabupaten Lebong, maka yang membedakan penelitian ini
lokasi penelitian yang mana berbeda, dimana penelitian ini akan dilakukan di
Masjid Rukis di Kota Manna Kecamatan Pasar Manna Kabupaten Bengkulu
Selatan Provinsi Bengkulu, dan penelitian ini fokus meneliti Sejarah Masjid
Rukis (Perkembangan Dan Arsitektur) Di Kota Manna Kabupaten Bengkulu
Selatan.
Ketiga, Skripsi Marshela Pratiwi Mahasiswa Sejarah Peradaban
Islam IAIN Bengkulu Tahun 2020 Dengan judul “Sejarah Dan
Perkembangan Arsitektur Masjid Agung Assalam Di Kota Lubuk Linggau
pada tahun 1998-2018”. Adapun Rumusan Masalah Dari Skripsi Marsella: 1.
Bagaimana sejarah dan perkembangan arsitektur Masjid Agung Assalam di
Kota Lubuk Linggau pada tahun 1998-2018?.2. Bagaimana fungsi Masjid
Agung Assalam di Kota Lubuk Linggau pada tahun 1998-2018?. Dari hasil
penelitian yang pertama: Masjid Agung Assalam di Kota Lubuk Linggau
yang terletak di jalan Raya Garuda, Pasar pemiri Lubuk Linggau Barat II
Kota Lubuk Linggau, Sumatra Selatan merupakan masjid termegah sekaligus
masjid terbesar yang terdapat di Kota Lubuk Linggau, memiliki perpaduan
arsitektur Persia, Arab, dan menggunakan corak-corak ornament dalam
Islam. Masjid ini mulai di bangun pada tahun 1998 dan arsitek yang bersal
-
dari Palembang, Sumatra Selatan.Masjid ini mengalami dua kali renovasi
pada tahun 1998 dan tahun 2015. Yang kedua:masjid ini sangat padat dan
ramai digunakan sebagi tempat beribadah, sosial kemasyarakatan, maupun
tempat pendidikan IPK akan tetapi pemerintah terus berupaya untuk
meningkatkan fungsi masjid agar tambah lebih baik lagi.
Maka yang membedakan penelitian sebelumnya adalah masjid
yang diteliti oleh Marshela Pratiwi lokasinya terletak di jalan Raya Garuda
Pasar Pemiri Lubuk Linggau barat II Kota Lubuk Linggau Sumatra Selatan,
maka yang membedakan penelitian ini lokasi penelitian yang mana berbeda,
dimana penelitian ini akan dilakukan di Masjid Rukis di Kota Manna
Kecamatan Pasar Manna Kabupaten Bengkulu Selatan Provinsi Bengkulu,
dan penelitian ini fokus meneliti Sejarah Masjid Rukis (Perkembangan dan
Arsitektur) di Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan.
G. Landasan Teori
1. Pengertian Sejarah
a. Pengertian Sejarah
Sejarah secara etimologi berasal dari kata Arab sajratun yang
artinya pohon. Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah disebut tarikh
dalam bahasa Indonesia kurang lebih adalah waktu atau penggalan.
Kata sejarah lebih dekat pada bahasa Yunani yaitu historia yang
berarti ilmu atau orang pandai. Kemudian dalam bahasa Inggris
menjadi history, yang berarti masa lalu manusia. Dalam bahasa
Jerman adalah geschichte yang berarti sudah terjadi. Sedangkan secara
-
terminologi sejarah adalah kejadian masa lalu ketika manusia sudah
mengenal tulisan. Sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-
benar terjadi pada masa lampau dan telah diberi tafsir atau alasan dan
dikaitkan sehingga membentuk suatu pengertian yang lengkap.17
Dalam perjalanannya, kata sejarah dalam bahasa Indonesia
lebih merujuk pada kata history (Inggris). Kata sejarah, berarti (1)
silsilah : asal-usul, (2) kejadian : peristiwa yang benar-benar telah
terjadi pada masa lampau, (3) ilmu, pengetahuan, cerita, pelajaran
tentang kejadian dan peritiwa yang benar-benar terjadi pada masa
lampau. Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mengkaji
secara sistematis keseluruhan pekembangan, proses perubahan atau
dinamika kehidupan masyarakat dengan segala aspek kehidupannya
yang terjadi di masa lampau.18
b. Beberapa pendekatan dalam pengkajian sejarah
a) Pendekatan Ilmu Sosial : berkenaan dengan kecenderungan
metodologis dalam pengkajian sejarah, maka ahli sejarah perlu
menggunakan pendekatan dan konsep serta teori tertentu dalam
ilmu sosial sehingga dapat diperoleh hasil yang memuaskan dalam
proses rekontruksi masa lampau. Ilmu sosial adalah istilah umum
untuk semua ilmu yang menelaah soal-soal manusia, beberapa
disiplin ilmu dalam bidang ilmu sosial yang diasumsi dapat
17 Rustam E. Tamburuka, Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah
Filsafat dan IPTTEK, (Jakarta: PT. Rhenika Cipta, 1999), hlm 1-3. 18 M. Dien Madjid, Ilmu Sejarah : Sebuah Pengantar, ( Jakarta : Prenada Media Group,
2014 ) hlm 8.
-
memberikan keterangan historis (historical explanation) antara lain
adalah sosiologi, antropologi, arkeologi, dan ilmu politik. Ilmu
inilah yang digunakan untuk mengkaji dan menganalisisnya sejarah
tersebut.
b) Pendekatan Antropologis dan Arkeologis
Antropologi adalah kerangka yang bersifat evolusioner
untuk penelitian masyarakat. Hal utama yang membedakan kedua
disiplin ilmu ini adalah pendekatan, sasaran utama pengkajian, dan
sejarah perkembangannya sebagai ilmu pengetahuan. Namun
demikian, sejarah adalah induk dari kedua disiplin ilmu tersebut.
Sedangakan arkeologis adalah ilmu yang mencoba merekontruksi
kehidupan masyarakat yang lampau. Tanpa pendekatan arkeologis,
sulit kiranya bagi ahli sejarah mengetahui produk-produk sejarah
masa lalu. Data arkeologis adalah data sejarah berupa peninggalan-
peninggalan purbakala baik yang bergerak maupun yang tak
bergerak, disebut artefak. Artefak-artefak dihasilkan oleh tangan
dan pikiran manusia dalam masyarakatnya.
c) Pendekatan ilmu politik
Dapat dikatakan bahwa sejarah identik dengan politik,
diantaranya bila karya-karya tentang sejarah konvensional
diungkapkan kembali. Referensi tersebut lebih banyak mengulas
tentang jalannya sejarah yang ditentukan oleh kejadian politik masa
lampau, peperangan, penaklukan wilayah, diplomasi dan tindakan
-
tokoh politik tertentu. Semuanya telah dianggap peristiwa yang
telah mengukir sejarah, disebut “sejarah politik”. Sejarah adalah
keharusan. Sejarah dipelajari untuk ditarik pelajarannya agar dalam
menyusun masa depan terhindar dari kesalahan-kesalahan yang
sama.19
c. Sejarah Ilmu Dan Seni
a) Sejarah sebagai ilmu : yang mengkaji fakta-fakta peninggalan masa
lalu melalui metode ilmiah. Setelah melakukan sejumlah verifikasi
yang panjang tentang fakta-fakta tersebut kemudian hasilnya harus
dirangkai dalam historiografi. Dalam penyajian selalu terkandung
subjektivitas itu tetap bisa diterima tentunya memerlukan seni
tersendiri. Ada alur cerita yang dibangun ada dramaturgi, dan lain
sebagainya sehingga bidang kajian sejarah menjadi bidang yang
menarik tetapi tetap bersumber pada fakta-fakta sejarah.
b) Sejarah Sebagai Seni : Peristiwa masa lalu hanya meninggalkan
sebagian kecil informasi sehingga sering kali hanya berupa
penggalan-penggelan kisah. Untuk merajut peninggalan masa lalu
yang berupa penggalan-penggalan informasi diperlukan interpretasi
dan juga intuisi. Demikian juga yang dilakukan oleh seniman.
Dengan intuisi yang tajam ia akan mampu secara lebih baik
menjelaskan peristiwa masa lalu.20
19 Rusydi Sulaiman, Pengantar Metodelogi Studi Sejarah Peradaban Islam, ( Jakarta : Pt
RajaGrafindo Persada : 2014 ), hlm. 56-64. 20 M. Dien Madjid, Ilmu Sejarah : Sebuah Pengantar, hlm 74-89.
-
2. Pengertian Arsitektur
a. Pengertian Arsitektur
Secara bahasa, arsitektur berasal dari kata archi yang berarti
kepala dan techno yang artinya tukang. Secara istilah menurut Y.B
Mangunwijaya, arsitektur sebagai vastuvidya atau wastuwidya yang
berarti ilmu bangunan. Arsitektur adalah seni dan ilmu merancang
dalam membuat kontruksi bangunan, metode dan gaya rancangan
suatu kontruksi bangunan. Arsitektur mengembangkan dirinya untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan sekaligus metafisik, memenuhi unsur
raga atau kejiwaan masyarakat. Keindahan bentuk arsitektur
menjawab keinginan emosional, intelektual seraya menuntun kearah
perenungan. Bentuk arsitektur bangunan adalah rajutan makna dari
rujukan dasar mitologi, ritual hingga doktrinal, menatap bentuk
arsitektur dapat dapat di pahami sebuah kerangka bagaimana konsep
tradisi berlaku nyata di masyarakat. 21
Arsitektur merupakan seni dari sebuah bangunan yang
membuat makna yang nyata, ia menghasilkan kiasan konkrit dari cita-
cita dan keyakinan suatu kelompok. Bahkan pernah dikemukakan
bahwa bentuk-bentuk tertentu dalam arsitektur bersifat mimetik,
bahwa piramida, kuil, kubah, dan menara menjadi manusiawi serta
menciptakan bentuk-bentuk permanen yang telah memperoleh nilai
ideologis dan simbolik dalam bahan-bahan yang dapat rusak.
21 Marshela Pratiwi “Sejarah Perkembangan Arsitektur Masjid Agung Assalam di Kota
Lubuk linggau, hlm 21.
-
Arsitektur seperti itu juga melakukan hal yang samauntuk perilaku,
dengan menentukan suatu rona yang mengingatkan orang akan
konteks prilaku yang tepat dan yang diharapkan.22
b. Arsitektur Sebagai Wujud Kebudayaan
Sinclair Gauldie mengisahkan ketika keterampilan manusia
di bidang pembangunan mulai meningkat, maka mereka mulai
mengubah karya arsitektur bukan sekedar memenuhi peran kegunaan
fisiknya semata, namun sekaligus sebagai unsur budaya. Sebagaimana
juga puisi dan seni lukis telah mendahuluinya, karya arsitektur
dijadikan media unuk berkomunikasi lewat bahasa perlambangan
dalam ungkapan bentuk, ruang, bahan, dan kontruksi. A.T.Maan,
seorang arsitek yang menekuni secara khusus menekuni arsitektur
suci, arsitektur merupakan mutiara yang menyimpan wujud tradisi
suci di dalamnya. Di balik lingkar bebatuan megalitik Stonehenge,
mandala dan stupa di kuil Hindu dan Buddha, sehingga kejalinan
arabesque dari tabir musharabiah di ruang-ruang masjid, melintas
benang merah mitologi dan keyakinan keagamaan yang menjadi dasar
lahirnya wujud kebudayaan.23
c. Arsitektur Masjid Tua di Indonesia
Masuknya agama Islam ke beberapa tempat di Asia
Tenggara diiringi dengan perkembangan nya bangunan masjid sebagai
sarana ibadah. Sebelum datangnya agama Islam, wilayah Asia
22 James C. Snyder, Pengantar Arsitektur, (Jakarta : Erlangga, 2009), hlm 26-27). 23 Achmad Fanani, Arsitektur Masjid, hlm 16-17.
-
Tenggara menganut agama Hindu dan Budha dengan berbagai corak
budaya yang terpengaruh budaya India, namun setelah masuk Islam,
komunitas setempat melahirkan bentuk bangunan masjid yang dikenal
aliran Indonesia, bahkan lebih spesifik ada ilmuan yang mengatakan
bahwa bangunan masjid di Asia Tenggara yang melahirkan masjid
Indonesia berasal dari masjid Jawa. Bentuk-bentuk masjid di
Indonesia tidak terlepas dari pengaruh arsitektur masjid dunia pernah
mengatakan bahwa tradisi bangunan kayu merupakan tradisi yang
berasal dari prasejarah, masa sebelum masyarakat Indonesia menerima
pengaruh Hindu-Budha yang kemudian mengenalkan kontruksi batu
dalam bidang seni bangunan.24
Teori tentang arsitektur masjid kuno di Indonesia lebih
detail diuraikan oleh G.F. Pijper mengatakan bahwa arsitektur masjid
kuno Indonesia memiliki ciri khas yang membedakannya dengan
bentuk-bentuk masjid di Negara lain. Dengan merujuk tipe masjid
Indonesia yang berasal dari Jawa dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Denahnya berbentuk segi empat
b. Fondasi bangunan berbentuk persegi dan pejal (massive) yang agak
tinggi
c. Atap masjid berbentuk tumpang, terdiri dari dua sampai lima
tingkat yang semakin ke atas semakin mengecil
24 Juliadi, Masjid Agung Banten: Napas Sejarah dan Budaya, hlm 54-56.
-
d. Di sisi Barat atau Barat Laut terdapat bangunan yang menonjol
sebagai mihrab.
e. Di bagian depan dan kadang-kadang di kedua sisinya ada serambi
yang terbuka atau tertutup.
f. Halaman sekitar masjid dikelilingi oleh tembok dengan satu atau
dua pintu gerbang.
g. Dibangun di sebelah barat alun-alun.
h. Arah mihrab tidak tepat ke kiblat.
i. Dibangun dari bahan yang mudah rusak.
j. Terdapat parit air yang mengelilinginya atau di depan masjid.
k. Awalnya dibangun tanpa serambi. 25
d. Unsur arsitektur masjid
Ada beberapa elemen arsitektur masjid, diantaranya: kubah,
menara, dinding, ruang utama, mihrab dan ornament, dan masing-
masing dari arsitektur tersebut memiliki bentuk dan jenis yang
bermacam-macam seperti kubah, kubah memiliki bentuk yang
berbeda-beda antara satu dengan daerah lainnya.26
3. Pengertian Masjid
a. Pengertian Masjid
Masjid secara bahasa adalah tempat bersujud, untuk
menyembah kepada Allah. Ada beberepa jenis masjid di antaranya
Masjid Negara, Masjid Raya, Masjid Agung dan Masjid Jami.
25 Juliadi, Masjid Agung Banten: Napas Sejarah dan Budaya, hlm 59-60. 26 Achmad Fanani, Arsitektur Masjid, hlm 12
-
Masjid Negara adalah masjid yang diterapkan oleh pemerintah dan
berkedudukan di Ibukota Negara. Masjid Raya adalah masjid yang
ditetapkan oleh pemerintah tingkat provinsi. Masjid Agung adalah
masjid yang ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten/Kota. Sedangkan
Masjid Jami adalah yang ditetapkan pemerintah ditingkat
Kelurahan/Desa. Secara istilah masjid adalah tempat yang
disediakan untuk sholat di dalamnya dan sifatnya tetap, bukan
sementara.27
Masjid adalah suatu bangunan atau gedung yang
digunakan sebagai tempat menunaikan shalat, baik shalat lima waktu
atau shalat jum’at maupun sholat hari raya. Pengertian masjid
sebagai bangunan atau kompleks bangunan merupakan wujud dari
aspek fisik dalam kebudayaan Islam. Masjid dibangun atas dasar
taqwa, dan fungsinya sejak dari pertama dibangun adalah untuk
tempat membina umat muslim dan mendekatkan diri kepada Allah
swt.28
b. Sejarah dan Perkembangan Fungsi Masjid
Fungsi masjid tidak terlepas dari makna masjid itu sendiri
sebagai tempat sujud atau shalat, namun fungsi masjid juga
berhubungan dengan sejarah tradisi dan dinamika budaya Islam di
suatu tempat. Secara prinsip masjid adalah tempat membina umat,
27 Yosfi Mandela, Sejarah dan Perkembangan Masjid Agung Sultan Abdullah di
Kabupaten Lebong, hlm.31 28Tri Rejeki Permatasari, “Sejarah Masjid Al-Jihad di Desa Pasar Talo Kabupaten
Seluma (Kajian Sejarah Berdiri dan Arsitektur), hlm 1.
-
untuk itu dilengkapi dengan fasilitas sesuai dengan keperluan pada
jamannya, siapa yang mendirikan dan di lingkungan mana masjid di
bangun. Pada kancah perjuangan umat Islam di Yathrib yang
sekarang dikenal Kota Madinah, masjid didirikan oleh Nabi
Muhammad SAW di jantung Kota Yathrib. Masjid yang disebut
masjid Nabawi memiliki makna dan fungsi yang sangat penting,
yakni sebagai pusat segala aktivitas umat Islam.29
Adapun fungsi masjid pada masa Nabi Muhammad SAW
selain untuk tempat ibadah atau untuk murni menyembah Allah,
sholat, dzikir, membaca Al-Quran dan Ihtikaf tetapi Nabi
memfungsikan masjid sebagai sebuah tempat bertemunya
kepentingan dunia dan kepentingan akherat. Mulai dari memberikan
tauziah, nasehat dan menyampaikan dakwah, pendidikan dan juga
mengatur urusan keumatan, dari ekonomi hingga politik dari
persoalan rumah tangga hingga persoalan Negara. Nabi juga
menggunakan masjid sebagai basis pelatihan militer yang saat itu
memang dibutuhkan dalam mengembangkan islam, masjid juga
digunakan untuk aktivitas sosial, keagamaan dan kenegaraan. Semua
aktivitas keumatan dari hablu minallah sampai hablu minannas
dipusatkan dimasjid.30
Fungsi masjid pada zaman modern tidak hanya sebagai
tempay beribadah, kajian keagamaan, tempat pendidikan al-quran,
29Juliadi, Masjid Agung Banten : Nafas Seajarah dan Budaya, hlm 10. 30 Marshela Pratiwi “Sejarah Perkembangan Arsitektur Masjid Agung Assalam di Kota
Lubuk linggau, hlm 14
-
dan kegiatan sosial lainnya, fungsi masjid di era sekarang bahkan
sudah bisa digunakan sebagai wisata religi karna bangunan arsitektur
yang megah dan menarik sehingga banyak wisatawan berbagai kota
banyak mengunjungi masjid hanya untuk sekedar berfoto sebelum
menikah maupun hanya melihat kemegahan sebuah masjid.
H. Metode Penelitian
a. Heuristik
Heuristik secara etimologi berasal dari bahasa Jerman heuristik
artinya to invent, discover (menemukan atau mengumpulkan). Heuristik
merupakan tahapan mengumpulkan informasi atau keterampilan dalam
menemukan sumber yang dikumpulkan sesuai dengan sejarah yang
akan ditulis.31Dalam hal ini tentang perkembangan arsitektur Masjid
Rukis di Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan. Dalam hal ini
terdapat sumber primer dan sumber sekunder yang bersangkutan
dengan topik yang akan dibahas, sebagai berikut :
Sumber primer merupakan sumber sejarah yang diperoleh dari
wawancara langsung yakni dengan memilih informan yang dianggap
relevan dan mengetahui tentang perkembangan arsitektur masjid Rukis
di Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan. Dari hasil wawancara
tersebut peneliti mendapatkan sumber primer atau informan pendukung
sebagai berikut.
31Kuntowijoyo.Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta, Bentang Pustaka, 2005) , hlm 95.
-
Tabel 1.1 Data Informan
No Nama Umur Keterangan
1 H.Ramlan Saim 65 Ketua Pengurus masjid rukis,
sekaligus murid dari pendiri
masjid rukis (Fokus Topik
Penelitian Pada Perkembangan
Arsitektur Masjid Rukis)
2 Iwan Satria S.H 43 Cucu dari K.H Abdul Rauf salah
satu pendiri masjid rukis, sekaligus
sekretaris dari masjid rukis (Fokus
Topik Penelitian Pada Sejarah
Masjid Rukis)
3 H.Oyon Rusli 52 Imam masjid Rukis (Fokus Topik
Penilitian Pada Sejarah Masjid
Rukis)
4 H.M.Marimbun 58 Penjaga masjid rukis sekaligus
gharim masjid rukis (Fokus Topik
Penelitian Pada Sejarah Masjid
Rukis)
5 Hj.Ummi Zahro 45 Penjaga masjid rukis (Fokus Topik
Penelitian Pada perkembangan
-
Arsitektur Masjid Rukis)
Sumber primer dalam penelitian ini diperoleh melalui
wawancara langsung terkait topik penelitian.
Sedangkan sumber sekunder adalah istilah yang digunakan
dalam historiografi untuk merujuk pada karya sejarah yang tertulis
berdasarkan sumber-sumber sekunder lainnya.Adapun sumber sekunder
dalam penelitian ini adalah skripsi, jurnal ilmiah, buku-buku,
artikel/internet dan sumber lainnya yang membahas tentang Masjid dan
arsitekturnya.
Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan beberapa
metode untuk memperoleh data, metode yang di gunakan antara lain:
1. Tekhnik pengumpulan data
a. Observasi
Observasi merupakan langkah awal yang dilakukan
peneliti untuk mengamati atau menghimpun data mengenai
objek yang akan dikaji secara langsung maupun tidak langsung.
Setelah peneliti melakukan observasi secara langsung maka
peneliti mengamati bangunan arsitektur dari masjid Rukis
tersebut, yang peneliti peroleh dari hasil observasi tersebut yaitu
mengenai arsitektur gerbang, atap, serta ornament kaligrafi pada
mihrab. Hal inilah yang menjadi fokus penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti.
-
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu kegiatan untuk menghimpun
data dengan cara memberikan beberapa pertanyaan kepada
informan mengenai topik penelitian yang akan dikaji.
Wawancara ini dilakukan secara terbuka kepada Ketua pengurus
masjid dan anggota pengurus masjid lainnya serta masyarakat
setempat yang mengetahui tentang sejarah berdirinya masjid
Rukis.Wawancara ini dilakukan di lokasi penelitian yaitu di
Simpang Tiga Rukis Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan.
c. Dokumentasi
Peneliti juga memberikan hasil catatan lapangan yang
berupa foto atau gambar langsung mengenai masjid Rukis
tersebutmaupun dalam pelaksanaan penelitian yang dilakukan.
2. Teknik Analisis Data
Penelitian ini mengunakan metode penelitian kualitatif
yang berupa deskripsi mendalam terhadap perkembangan arsitektur
masjid rukis di kota manna kabupaten Bengkulu selatan. Dalam
pelaksanaan penelitian ini di terapkan konsep analisis, analisis ini
di lakukan dengan cara mengatur, mengurutkan dan
mengelompokan data. Setelah itu baru di cari tema yang
kmungkinan menjadi focus bagi penelitian. Dalam analisis ini yang
di bahas adalah data dan peneliti yang di perdalam lagi melalui
pengamatan dan wawancara. Sehingga dengan cara ini maka akan
-
tergambar jelas Perkembangan Arsitektur Masjid Rukis Di Kota
Manna Kabupaten Bengkulu Selatan.
Data awal dalam menetapkan setting penelitian diproleh
dari observasi awal peneliti ke lokasi penelitian yang berada di
kecamatan kota manna kabupaten Bengkulu selatan. Setelah data
telah diperoleh dari informan maka peneliti menggambarkan secara
jelas mengenai perkembangan arsitektur dari masjid tersebut.
b. Kritik Sumber
Setelah berhasil mengumpulkan sumber dari berbagai
kategorinya, tahap berikutnya ialah verifikasi atau kritik sumber yang
diperoleh keabsahan sumber baik kredibilitas maupun otensitasnya.
Dalam kritik ini adalah hati-hati dan ragu tentang informasi-informasi
yang dikandung sumber sejarah tersebut, setelah itu mempelajari
sumber itu, memahaminya dan mengambil kesimpulan realita-realita
dari sumber tersebut.32
Dalam kritik ekstren pengujian atas keaslihan dan tidaknya
sumber dilakukan dengan menyeleksi segi-segi fisik dari sumber yang
di temukan.Untuk membuktikanotensitas sumber tersebut, penulis akan
menimbang dari beberapa aspek yaitu kapan sumber dibuat, dimana
dibuat, siapa yang membuat, dari bahan apa sumber dibuat dan apakah
sumber dalam bentuk asli. Sedangkan pada kritik intern penulis akan
menimbang sumber dari segi kebenaran sumber yang meliputi
32 Usman Hasan. Manhaj At-Tarikh. Alih Bahasa Muin Umar Dkk. Metode Penelitian
Sejarah, Departemen Agama, Jakarta, 1986, hlm 79-80.
-
kebenaran isinya, keaslian isinya dan menimbang apakah isi buku itu
dapat dipercaya atau tidak kebenarannya.33
Untuk menyeleksi kebenaran sumber maka dalam penelitian ini
memiliki sumber primer yaitu melakukan wawancara dengan Bapak H.
Ramlan Saim yang merupakan Ketua pengurus masjid sekaligus
perancang arsitektur masjid Rukis tersebut dan Bapak Iwan Satria S.H
yang merupakan salah satu keturunan dari K.H Abdul Rauf yang
merupakan pendiri pertama masjid Rukis. Alasan inilah yang
menjadikan peneliti untuk menjadikan keduanya sumber utama dalam
penelitian, guna mendapatkan hasil wawancara yang diharapkan sesuai
kebutuhan dalam penelitian.
c. Interpretasi
Interpretasi berasal dari kata interprelation yang berarti suatu
penjelasan yang diberikan oleh penafsiran (an explanation given by an
interpreter). interpretasi atau penafsiran sejarah adalah dalam rangka
anlisis dan sintesis.34Analisi berarti menguraikan karena kadang-kadang
sumber mengandung beberapa kemungkinan. Sedangkan sintesis berarti
menyatukan. Kemampuan untuk sentesis hanyalah mungkin jika
penelita memiliki konsep, yang diperolehnya dari bacaan dankarena itu
pula interpretasi atas data yang sama sekalipun memungkinkan hasilnya
beragam. Disinilah interpretasi sering disebut juga sebagai penyebab
tibulnya subjektifitas.
33Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1999,
hlm 60-61. 34Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, hlm 102-103.
-
d. Historiografi
Sebagai fase terakhir dalam metode sejarah, historiografi
merupakan rekontruksi yang imajinatif atau cara penelitian penulisan,
pemaparan, dan pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah di lakukan
dan hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai
proses penelitian, sejak dari awal sampai akhirnya.35 Dalam penulisan
sejarah ini, perubahan akan diurutkan kronologinya.36
Dalam historiografi penelitian ini menggunakan berbagai
pendekatan. Pertama, pendekatan historis yang mana peneliti menulis
sejarah masjid Rukis Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan dimulai
dari berdirinya sampai perkembangan arsitekturnya. Kedua, Pendekatan
sosial yaitu pendekatan yang digunakan dalam penelitian berkaitan
dengan cara mendapatkan data, yakni dengan cara memperhatikan etika
dan tingkah laku saat melakukan penelitian baik melakukan wawancara
maupun hal lain.Ketiga, pendekatan kawasan yaitu penelitian ini
berlokasi di Simpang Tiga Rukis Kota Manna Kabupaten Bengkulu
Selatan, penelitian ini ditulis berdasarkan penyesuaian terhadap
kawasan tempat tinggal masyarakat tersebut.Keempat,Pendekatan
budaya yaitu pendekatan yang dilakukan dalam hal kebudayaan
masyarakat setempat di lokasi penelitian, seperti halnya penelitian ini
berlokasi di Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan, maka
pendekatan budaya yang peneliti gunakan yaitu baik dari bahasa
35Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, hlm. 67. 36Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, hlm 104-105.
-
menggunakan bahasa sehari-hari masyarakat tersebut dan begitupun
yang lainnya peneliti melakukan penyesuaian terhadap budaya
masyarakat tersebut guna mendapatkan atau memperoleh data yang
diinginkan.
I. Sistematika Penulisan
Sistematika penelitian ini yakni :
Bab I pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan
pustaka,landasan teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II pembahasan: deskripsi wilayah penelitian, letak geografis
wilayah, jumlah penduduk, pendidikan, mata pencarian, kesukuan,
kehidupan beragama.
Bab III pembahasan berisikan tentang: Sejarah Berdiri Masjid
Rukis di Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan dan Perkembangan
Arsitektur Masjid Rukis di Kota Manna Bengkulu selatan.
Bab IV pembahasan berisi tentang :penutup berisikan kesimpulan
dan saran-saran.
-
BAB II
DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN
A. Profil Wilayah Kota Manna
1. Kondisi Geografis
Kondisi umum wilayah Kota Manna secara administrasi
cakupan wilayah menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Bengkulu Selatan. Wilayah administrasi Manna memiliki luas 33.17
km, dengan jumlah penduduk 14074 jiwa, sedangkan Kota Manna
memiliki luas wilyah 32.16 km dan dengan jumlah penduduk 31599
jiwa. 37 Kecamatan Kota Manna mencangkup 11 Kelurahan/Desa yaitu:
Kampung Baru, Pagar Dewa, Pasar Baru, Kota Medan, Gunung Ayu,
Padang Niur, Tebat Kubu, Gelumbang, Padang Kapuk, Ibul, Padang
Beriang. Kota Manna (Kota Kenangan) adalah Kota kecil yang
merupakan ibu Kota Kabupaten Bengkulu Selatan.Dengan kondisi
topografi didominasi wilayah daratan.Hanya 2 Desa/Kelurahan yang
terletak/secara geografis wilayah pesisir, yaitu kelurahan Kampung
Baru dan Desa Pagar Dewa.Bila dilihat dari segi topografinya, sebagian
besar permukaan lahan di Kecamatan Kota Manna cenderung
landai.Untuk lebih jelasnya mengenai letak geografis dan topografi
dapat di lihat pada Tabel 2.1.
37 Katalog BPS: 1102. 1701, Kabupaten Bengkulu Selatan Dalam Angka 2018, Badan
Pusat Statistik Kabupaten Bengkulu Selatan.
-
34
Tabel 2.1
Letak Geografis dan Tofografis Menurut Desa/Kelurahan
Kota Manna
No Desa/Kelurahan Letak Geografis Letak Topografis
1 Kampung Baru Pesisir Daratan
2 Pagar Dewa Pesisir Daratan
3 Pasar Baru Bukan Pesisir Daratan
4 Kota Medan Bukan Pesisir Daratan
5 Gunung Ayu Bukan Pesisir Daratan
6 Padang Niur Bukan Pesisir Daratan
7 Tebat Kubu Bukan Pesisir Daratan
8 Gelumbang Bukan Pesisir Daratan
9 Padang Kapuk Bukan Pesisir Daratan
10 Ibul Bukan Pesisir Daratan
11 Padang Berangin Bukan Pesisir Daratan
Sumber : BPS Kota Manna tahun 2018 1
Kota Manna (Kota Kenangan) adalah sebuah Kota kecil yang
merupakan ibu Kota dari Kabupaten Bengkulu Selatan.Penduduk
aslinya adalah suku Serawai dan Pesisir. Terdapat banyak tempat wisata
sangat indah dan menarik seperti Pasar Bawah, Taman Kota Manna,
Tebat Rukis, serta banyak pusat perjalanan seperti mini market dan
pasar , pasar yang terkenal salah satunya pasar Ampera.
1 Badan Pusat Statistik Kota Manna (Kota Manna: BPS, 2018), Observasi pada tanggal 12
Mei 2020.
-
35
2. Demografi
a. Kondisi Sosial Ekonomi
Dari sektor ekonomi masyarakat Kota Manna cenderung
memiliki lahan yang memproduksi tanaman pangan palawija, seperti
tanaman kacang hijau, ubi kayu, atau singkong, ubi jalar atau ubi
rambat yang cukup luas. Sementara sektor perkebunan, komoditas
yang yang dihasilakan antara lain kelapa sawit, karet dan jahe. Dan
sektor perikanan, produk utama perikanan laut adalah ikan tuna dan
udan jenis lobster.2
b. Mata pencaharian
Gambar 2.1
Mata Pencaharian Kota Manna Bengkulu Selatan
Tahun 2018
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Manna3
2 Lopita Jayanti, “Kontribusi ‘Aisyiyah Dalam Bidang Sosial Keagamaan di Kota Manna
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 1937-2018”, (Skripsi Institut Agama Islam Negeri Bengkulu,
2019), Hal.46 3 Badan Pusat Statistik Kota Manna (Kota Manna: BPS, 2018), Observasi pada tanggal 12
Mei 2020.
PETANI
16 %
PEDAGANG
14 %
NELAYAN
35 %
PETERNAK
10 %
PNS
25 %
-
36
Sumber daya perikanan tangkap yang ada di Kota Manna,
umumnya adalah nelayan tradisional yang memperoleh kemampuan
melaut secara turun-temurun sebagai akibatnya pengetahuan tentang
tekhnologi penangkapan, pengolahan, dan pemasaran umumnya
masih sangat sederhana.Kegiatan perekonomian nelayan lebih
ditunjukkan untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari dan
sebagian besar di antaranya belum memiliki orientasi untuk mencari
celah bagi peningkatan produktivitas hasil perikanan tangkap.
Armada perikanan kota manna didominasi oleh nelayan kecil.4
B. Jumlah Penduduk Kota Manna
Jumlah penduduk Kota Manna berdasarkan jenis kelamin
hitungan data dari Badan Pusat Statistik 2018/1019 telah mendata jumlah
laki-laki 15709 jiwa sedangkan perempuan 15980 jiwa dengan total
keseluruhan penduduk Kota Manna 31599 jiwa. Adapun jumlah secara
rinci berdasarkan tabel berikut.
Tabel 2.2
Data penduduk berdasarkan jenis kelamin
No Laki-laki Perempuan Total
1 15 709 jiwa 15 890 jiwa 31 599 jiwa
Sumber :BPS Kota Manna tahun 2018 5
4 Wizin Juliadi, “Perkembangan Islam di Kecamatan Pasar Manna Kabupaten Bengkulu
Selatan Abad 20”, (Skripsi Institut Agama Islam Negeri Bengkulu, 2016), Hal.39 5 Badan Pusat Statistik Kota Manna (Kota Manna: BPS, 2018), Observasi pada tanggal 12
Mei 2020.
-
37
C. Pendidikan
Masyarakat Kota Manna memiliki berbagai tingkat pendidikan
yaitu dari jenjang TK, SD/SLB dan MI, SMP/MTS/SLB, SMU/MA/SMK.
Berikut Jenjang pendidikan masyarakat Kota Manna pada tahun 2018.
Tabel 2.3
Data Pendidikan Kota Manna
No Tingkat Pendidikan Jumlah Siswa
1 TK 852 orang
2 SD/SLB/MI 3.131 orang
3 SMP/MTS/SLB 2.361 orang
4 SMU/MA/SMK 3.427 orang
Sumber :BPS Kota Manna tahun 20186
D. Kebudayaan
Masyarakat Kota Manna terdiri dari beberapa macam suku,
yaitu suku Serawai dan Pesisir. Suku Semendo/Pasemah ada yang tinggal
di daerah tersebut. Suku Jawa, Batak, Minang, dan Lampung merupakan
transmigran yang tinggal diberapa unit permukiman transmigarsi, baik
yang masih dalam pembinaan maupun telah menjadi Desa. Suku Batak
dan Minang, merupakan transmigran spontan. Dimana suku Batak dan
Minang datang karena berdagang. Demikian juga suku Lampung yang
datang untuk mencari pekerjaan dan akhirnya menetap di Kota Manna.7
Namun dengan berbagai banyak suku yang ada di Kota Manna bahasa
6 Badan Pusat Statistik Kota Manna (Kota Manna: BPS, 2018), Observasi pada tanggal 12
Mei 2020. 7 Wizin Juliadi, “Perkembangan Islam di Kecamatan Pasar Manna Kabupaten Bengkulu
Selatan Abad 20”, Hal. 40
-
38
yang digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari menggunakan bahasa
serawai, sebagai pemersatu bahasa komunikasi.8
Meskipun banyak suku yang berdatangan adapun kebudayaan
yang ada di Kota Manna salah satunya kebudayaan Tari Andun yang mana
dilaksanakan pada setiap acara pernikahan di Kota Manna. Tari Andun
merupakan tarian bermakna tarian sambutan bagi pengantin. Tari andun
dilakukan oleh pengantin perempuan terlebih dahulu dan diikuti oleh
keluarga pengantin perempuan beserta masyarakat. Lalu bergantian
dengan pihak pengantin laki-laki yang menari beserta keluarganya. Tari
Adun di iringi oleh alat musik seperti: Redap dan Kolintang. Namun
sekarang lebih banyak diiringi dengan suara rekaman musik. Tari Andun
masih dilakukan hingga sekarang.
E. Keagamaan
Penduduk Kota Manna rata-rata beragama Islam sedangkan
sarana masjid juga yang berguna untuk Ibadah Agama Islam, seperti
sholat, mengaji dan pengajian. Sebagian penduduk ada yang rajin dan ada
yang tidak rajin. Remaja di Kota Manna juga ada yang aktif dalam
berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan seperti Remaja Masjid Islam
Masjid (RISMA).
8 Erna Nengsih (Masyarakat Kota Manna, Wawancara, pada tanggal 6 Juli 2020 pukul 15:
12 WIB)
-
39
Tabel 2.4
Data Pemeluk Agama di Kota Manna 2018
No Agama Jumlah
1 Islam 28.266 jiwa
2 Protestan 742 jiwa
3 Katolik 173 jiwa
Sumber :BPS Kota Manna tahun 2018 9
F. Sarana dan Prasarana
Seperti desa pada umumnya, Kota Manna memiliki beberapa
fasilitas. Tetapi yang mengunggulkan kota ini dari tempat lainnya adalah
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan teretak di Kota
Manna. Adapun fasilitas yang terdapat di Kota Manna seperti adanya
tempat-tempat pendidikan seperti Sekolah Umum maupun Madrasah yaitu
STIT, SMA, SMK, MA, SMP, MTS, SD, SD IT, TK dan Paud.
Tabel 2.5
Data Sarana dan Prasarana Kota Manna
No Sarana dan Prasarana Jumlah
1 Masjid 29
2 Musholla 2
3 Gereja 1
4 Perguruan Tinggi 1
5 SMA/SMK/MA 8
9 Badan Pusat Statistik Kota Manna (Kota Manna: BPS, 2018), Observasi pada tanggal 12
Mei 2020.
-
40
6 SMP/MTS 7
7 SD/SDIT 13
8 TK/PAUD 8
Sumber :Lopita Jayanti, “Kontribusi ‘Aisyiyah Dalam Bidang Sosial
Keagamaan di Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 1937-
2018”.10
10 Lopita Jayanti, “Kontribusi ‘Aisyiyah Dalam Bidang Sosial Keagamaan di Kota Manna
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 1937-2018”, Hal 48-49.
-
41
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Masjid Rukis
Masjid Rukis merupakan salah satu masjid tertua di Kota Manna
Kabupaten Bengkulu Selatan, masjid ini terletak di simpang tiga Rukis
jalan raya Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan. Pembangunan
masjid ini dilaksanakan pada 28 Agustus 1936 yang diketuai oleh seorang
Tokoh yang berasal dari Kota Manna bernama K.H. Abdul Rauf Ishak dan
kelima tokoh lainnya yaitu A. Rahman, Bustam, Raamin, Harun, Hasan
Basri. Rukis ini sendiri awalnya merupakan Kelurahan Tanjung Mulia
pada masa itu namun setelah K.H Abdul Rauf Ishak memberi nama pada
masjid Roekis maka seluruh Selurahan Tanjung Mulia di rubah menjadi
sebutan Roekis karena Roekis ini memiliki arti yaitu “RantjanganOentoek
Kemadjoean Islam Sedjati” (rancangan untuk kemajuan Islam sejati).
Berdasarkan informasi dari informan mengatakan bahwa K.H.
Abdul Rauf Ishak menempuh pendidikan di Mekkah, sepulangnya dari
Mekkah beliau berdakwah di Kota Manna untuk menyebarkan agama
Islam. Dengan melihat nya kondisi pada saat itu adanya penyebaran agama
lain di Kota Manna salah satunya yaitu agama Kristen maka K.H Abdul
Rauf Ishak bersama dengan 5 orang lainnya beserta masyarakat Rukis
mendirikan sebuah masjid yang disebut dengan nama masjid Roekis pada
tahun 1936. Masjid Rukis pada masa itu dijadikan pula sebagai yayasan
41
-
42
Rukis untuk tempat belajar mengajar ilmu agama seperti
mengaji dan lain-lain.
Adapun tujuan didirikannya masjid Rukis ini adalah agar bisa
menerbitkan buku-buku agama Islam, menjadikan tempat untuk
mempelajari agama Islam, menyediakan buku-buku agama Islam yang
diperlukan. Adapun tujuan lain didirikannya masjid Rukis pada masa itu
untuk menyangkal adanya penyebaran agama Kristen dan agama lainnya.
Karena pada masa itu sedang gencar nya penyebaran agama lain, salah
satunya agama Kristen yang mencoba masuk ke daerah Kota Manna
diawali dari Desa Tanjung Sakti pada masa itu. Adanya latar belakang
inilah yang menjadikan K.H Abdul Rauf Ishak dan kawan-kawan serta
masyarakat Kota Manna untuk membangun masjid Rukis tersebut. Berikut
hasil dari wawancara dari bapak Iwan Satria, S.H selaku cucu dari K.H
Abdul Rauf Ishak :
“ Waktu itu datuk saya K.H Abdul Rauf perna menempuh
pendidikan di Mekkah, sepulang dari Mekkah beliau langsung
menyebarkan agama Islam di Kota Manna dengan cara berdakwah dan
kebetulan pula pada masa itu orang-orang Belanda masuk ke Kota
Manna dan menyebarkan agama kristen. Kemudian melihat kondisi itu
datuk saya bersama para sahabatnya di bantu pula dengan masyarakat
rukis mendirikan sebuah masjid yang di beri nama masjid Rukis,
kemudian masjid rukis dijadikan pula sebuah yayasan Rukis dimana
masjid ini dijadikan tempat belajar dan mengajarkan mengenai agama
Islam guna menghindari penyebaran luas agama lainnya.”48
48 Iwan Satria, S.H. (Koordinator Seksi Imaroh Masjid Rukis Periode 2018-
2023),Wawancara, Pada Tanggal 12 Maret 2020, Pukul 13.45 WIB)
-
43
Pembangunan masjid ini merupakan tanah wakaf dari K.H.
Abdul Rauf Ishak yang diperoleh beliau dari hak waris mertuanya yaitu
Pangeran Duayu yang merupakan Pangeran sekaligus Pemimpin di Kota
Manna Kabupaten Bengkulu Selatan pada saat itu. Lahan masjid Rukis ini
awalnya merupakan sebuah tanah kosong yang memiliki luas 70 meter
persegi. Masjid pertama kali dibangun berposisi lebih dekat dengan
gerbang saat ini, keadaan masjid pertama dibangun pada tahun 1936 masih
berdinding papan dan masih memiliki atap satu tingkat, beserta teras
keliling yang memiliki tiang penyangga berasal dari kayu. Masjid
mengalami beberapa perombakan : yang pertama pada tahun 1936 masjid
ini kembali mengalami perubahan pada teras adanya penambahan pada
bagian teras yang dibuat ukiran kayu pada bagian depan atas teras. Kedua
pada tahun 1950 keadaan masjid pada saat itu sudah berdindingkan semen,
memiliki atap tiga tingkat dan teras keliling yang terbuat dari semen, dan
sudah memiliki lantai dua tingakat. Lalu perombakan ketiga pada tahun
1980 keadaan masjid berubah lagi memiliki lantai satu tingkat, atap satu
tingkat, memiliki kubah berwarna putih, dan teras keliling.49
Pada 2 september 1993 masjid Rukis mendapatkan bantuan dari
yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila yang di ketuai sekaligus di
resmikan oleh Bapak Soeharto sekaligus Bapak Presiden saat itu. Maka
dari hal inilah masjid Rukis mengalami perubahan mulai dari letak posisi,
serta bentuk gaya bangunanpun mengalami perubahan total. Saat ini
49 Iwan Satria, (Koordinator Seksi Imaroh Masjid Rukis Periode 2018-2023), Wawancara,
12 Maret 2020, Pukul 13.33 WIB.
-
44
masjid berposisi sedikit mundur dari posisi awal, memiliki atap tiga
tingkat seperti kerucut semakin ke atas semakin kecil dan berundak-undak
berwana hijau, memiliki teras keliling yang sudah terbuat dari semen, dan
selama bertahap masjid Rukis ini terus mengalami penambahan
pembangunan.50 serta fasilitas-fasilitas pada masjid : misalnya saat ini
masjid Rukis sudah memiliki kantor tersendiri khusus tempat
penyimpanan data-data tentang pengurus masjid dan lain-lain, memiliki
fasilitas seperti wifi, jam digital menara yang megah, kaligrafi di
dalamnya, dan gerbang yang megah, dan saat ini masjid Rukis terus
mengalami penambahan pembangunan seperti saat ini penambahan
gedung baru untuk dijadikan tempat berwudhu yang baru serta ruang
bertamu dari luar misalnya saja para Musafir yang melakukan dakwah di
Kota Manna dan sekitarnya dari luar Provinsi Bengkulu.51
Masjid Rukis ini juga memiliki peninggalan buku yang di buat
oleh para pendiri masjid Rukis ini yang berupa Statuten di dalam Statuten
ini terdapat nama-nama pendiri masjid, tujuan di dirikan masjid, dan
aturan-aturan dalam kepengurus masjid serta hal yang lainnya. Bacaan
yang berisi di dalam statuten ini masih menggunakan ejaan lama.52
50Oyon Rusli (Imam Masjid Rukis Periode 2018-2023), Wawancara, 12 Maret 2020,
Pukul 15.50 WIB. 51Muhamad Marimbun (Gharim Masjid Rukis Periode 2018-2023), Wawancara 12 Maret
2020, Pukul 14.23 WIB. 52 Observasi Lapangan yang dilakukan Peneliti di Masjid Rukis Pada 12 Maret 2020
Pukul 14.00 WIB
-
45
Gambar 3.1
Arsip Masjid Rukis
Sumber: Dokumentasi tanggal 12 Mei 2020.53
53 Dokumentasi Buku Statuten diambil pada tanggal 12 Mei 2020. Gambar Terlampir.
-
46
STRUKTUR PENGURUS MASJID RUKIS
PERIODE 2018/2023
DEWAN PENASEHAT
Ketua : Sudarno Karim
Anggota : 1. Basir Djapri
2. Azwar Hadi
3. Dachroni Najam
4. Toba, M.Pd.I
KETUA
Ir. H. Ramlan Saim, M.M.
SEKRETARIS WAKIL KETUA BENDAHARA
1. Suraperi, S.Pd.
2. Erianto, M.Pd.
1. H. Nurman Samin
2. Syamsul Hayadi
1. Despryadi, S.P.
2. Ujang Suhardi
SEKSI IBADAH SEKSI IMAROH SEKSI RI’AYAH
-
47
Imam : 1. H. Oyon
Rusli, 2. Dedi Aprizal
Khotib : Sudarmo
Karim
Muazin:
1.Kosman,S.Sos
2. Ervi Erwandi,SE
Gharim : M.Marimbun
Koordinator : Iwan
Satria, S.H
Anggota :
1. Mulyadi Mahar,
2.Suroto, 3.Sukarman,
4.Edwar Azwar
5. Lianes Franico
6. Nasrul L
Koordinator : Hamdan
Mufti
Anggota : 1.Markisjon,
2. Ir. Trisman,
3.Armen Yurizal,
4.Juni, 5. Rejo,
6. Riky Arisugianto,
7.Aprizon, 8.Jutusman,
9. Jauhari
-
48
B. Perkembangan Arsitektur Masjid Rukis
Sebelum memasuki pembahasan dalam perkembangan arsitektur
masjid Rukis, maka peneliti memfokuskan pembahasan mengenai
perkembangan arsitektur masjid pada tahun 2016-2019 saja. Berdasarkan
hasil dari wawancara dengan bapak Iwan Satria S.H pada 12 Maret 2020
pukul 13:33 wib di kantor masjid Rukis Bapak Iwan selaku koordinator
seksi Imaroh masjid Rukis sekaligus cucu dari K.H Abdul Rauf Ishak,
mengatakan bahwah masjid Rukis ini sudah mengalami 4 kali perubahan,
awal dibangun tahun 1936 posisi letak dari bangunan masjid Rukis berada
di dekat gerbang sekarang. Dan masih berdindingkan papan, teras keliling
dengan tiang kayu, sedangkan lantai masih menggunakan semen biasa, dan
memiliki atap satu tingkat.
Gambar 3.2
Foto Kondisi Awal Masjid Rukis dan Para Pengurus pertama
Sumber: Dokumentasi tanggal 12 Mei 2020 54
54 Dokumentasi Foto Kondisi Awal Masjid Rukis diambil tanggal 12 Mei 2020. Gambar
Terlampir.
-
49
Pada tahun 1936 merupakan perubahan pertama. Masjid Rukis
mengalami penambahan pada bagian teras yaitu penambahan bagian atas
teras dengan adanya ukiran kayu pada bagian teras, serta bentuk pada atap
masjid.
Gambar 3.3
Foto Masjid Rukis dalam keadaan Renovasi Kedua
Sumber: Dokumentasi tanggal 12 Mei 2020 55
Renovasi kedua pada tahun 1950 masjid Rukis mengalami
perubahan dari bentuk awal masjid Rukis pada tahun 1950 sudah memiliki
dinding dari semen, memiliki lantai dua tingkat, memiliki teras keliling
berdinding semen, dan memiliki atap tiga tingkat, pada saat tahun 1950
masjid ini di jadikan yayasan Rukis sehingga masyarakat banyak belajar
tentang agama Islam dengan para pendiri masjid yaitu K.H Abdul Rauf
Ishak dan ke-5 lainnya maka dari itu pada tahun 1950 masjid rukis di buat
55 Dokumentasi Foto Masjid Rukis dalam Keadaan Renovasi Kedua diambil tanggal 12
Mei 2020. Gambar Terlampir.
-
50
menjadi dua lantai karena banyaknya masyarakat yang berkunjung untuk
melakukan ibadah serta mendalami tentang agama Islam.56
Gambar 3.4
Foto Masjid Rukis dalam keadaan Renovasi Ketiga
Sumber: Dokumentasi tanggal 12 Mei 2020.57
Renovasi ketiga pada tahun 1980 pada tahun ini melihat dari
kondisi masjid yang mengalami kerusakan maka dari itu diadakanlah
renovasi pada masjid Rukis. Sehingga bentuk dari bangunan masjid Rukis
mengalami renovasi dari lantai dua tingkat pada tahun 1950 akhirnya pada
tahun 1980 di rubah kembali menjadi satu lantai, memiliki kubah besar
putih, atap satu tingkat, teras keliling, dan berwarna biru.58
56 Iwan Satria, (Koordinator Seksi Imaroh Masjid Rukis Periode 2018-2023),Wawancara,
Pada Tanggal 12 Maret 2020, Pukul 13.35 WIB) 57 Dokumentasi Foto Masjid Rukis dalam Keadaan Renovasi Ketiga diambil tanggal 12
Mei 2020. Gambar Terlampir. 58 Iwan Satria, (Koordinator Seksi Imaroh Masjid Rukis Periode 2018-2023),Wawancara,
Pada Tanggal 12 Maret 2020, Pukul 13.45 WIB)
-
51
Gambar 3.5
Foto Masjid Rukis dalam keadaan Renovasi Keempat
Sumber: Dokumentasi tanggal 12 Mei 2020.59
Pada tanggal 2 Agustus 1993 Masjid Rukis mendapatkan
bantuan dari yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila sekaligus diresmikan
oleh Bapak Soeharto selaku Presiden pada masa itu. Dan masjid Rukis
pada tahun 1993 mengalami perubahan total mulai dari letak posisi awal
masjid yang pada tahun 1936-1981 itu posisi masjid masih di depan
masjid yang sekarang, setelah mengalami perubahan pada tahun 1993
masjid Rukis sedikit lebih mundur dari awal posisinya, perubahan inilah
yang membuat masjid Rukis berubah total dari letak maupun gaya
bangunan, dengan luas bangunan 50 meter persegi dan lebar bangunan 50
meter persegi dan lain-lain. Masjid Rukis memiliki atap tiga tingkat seperti
pundan berundak berwarna hijau, memiliki kubah runcing dengan lafal
59 Dokumentasi Foto Masjid Rukis dalam Keadaan Renovasi Keempat diambil tanggal 12
Mei 2020. Gambar Terlampir.
-
52
Allah, memiliki kaligrafi pada sisi kanan dan kiri serta atas mihrab,
menara yang megah, gerbang yang megah dan lain-lain. Berikut bentuk
bangunan masjid Rukis setelah di resmikan pada tanggal 2 Agustus
1993.60
Gambar 3.6
Foto Masjid Rukis dalam keadaan Renovasi Kelima
Sumber: Dokumentasi tanggal 12 Mei 2020.61
Melihat dari perubahan bangunan masjid ini membuat kita
bertanya-tanya siapakah arsitektur dibalik bangunan masjid Rukis
sehingga di bentuk menjadi seperti atap yang tiga tingkat dan berwarna
hijau, adanya kaligrafi di bagian dalam masjid, serta gerbang yang megah
dan melekung itu dan apa makna dari bentuk bangunan masjid Rukis ini.
60 Iwan Satria, (Koordinator Seksi Imaroh Masjid Rukis Periode 2018-2023),Wawancara,
Pada Tanggal 12 Maret 2020, Pukul 13.45 WIB) 61 Dokumentasi Foto Masjid Rukis dalam Keadaan Renovasi Kelima diambil tanggal 12
Mei 2020. Gambar Terlampir.
-
53
Berdasarkan hasil dari wawancara penulis kepada Bapak Ir. H.
Ramlan Saim, M.M. Selaku Ketua Pengurus Masjid Rukis sekaligus
arsitektur pada beberapa bangunan yang ada di masjid Rukis seperti atap,
gerbang dan kaligarafi, Bapak Ir. H. Ramlan Saim, M.M. Mengemukakan
bahwa pembangunan masjid ini memang dibangun sesuai dengan
perkembangan zaman, dengan melihat masjid-masjid seperti masjid
Agung Demak memiliki atap tiga tingkat dan masjid lainnya. Berikut
kutipan wawancara penulis dengan bapak Ir. H. Ramlan Saim, M.M. :
“masjid ini di bangun sesuai perkembangan zaman pada masa
Bapak Soeharto dan kemudian setelah masjid ini di bangun kita sebagai
masyarakat melihat juga bentuk-bentuk bangunan masjid lainnya
seperti halnya masjid Agung Demak. Bisa dikatakanlah bahwa masjid
ini terinspirasi pada masjid Agung Demak bisa kita lihat dari gaya
bentuk bangunannya teruma pada atapnya, kemudian kita juga
memaknai dari bentuk bangunan masjid Rukis ini sendiri seperti halnya
pada atap, gerbang dan kaligrafi serta hal-hal yang ada pada bangunan
masjid Rukis ini. ”62
1. Atap
Atap adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi
sebagai penutup seluruh ruangan yang ada dibawahnya terhadap
pengaruh dari panas, debu, hujan, angin dan sebagainya. Menurut
Bapak Ir. H. Ramlan Saim, M.M. Pembangunan pada atap masjid
Rukis ini pada tahun 1936-1993 mengalami perubahan, pertama
pada tahun 1936 memiliki atap satu tingkat, pada tahun 1950
62Ramlan Saim, M.M. (Ketua Pengurus Masjid Rukis Periode 2018-2023), Wawancara,
Pada TAnggal 12 Maret 2020 , Pukul 13.00 WIB)
-
54
memiliki atap dua tingkat, pada tahun 1980-1981 memiliki atap
satu tingkat, dan pada tahun 1993-2019 memiliki atap tiga tingkat
semakin ke atas semakin mengecil seperti limas dan berundak-
undak memiliki makna dari Iman, Islam dan Ihsan, berwarna hijau
memiliki makna bahwasanya lambang warna Islam yang berarti
cinta damai maka dari itu di letakkan lah cat warna hijau pada
bagian atap masjid dengan harapan siapapun yang memandanginya
maka semoga bisa merasakan kedamian di dalam hatinya, dan
memiliki kubah kecil runcing keaatas yang berlafalkan Allah.63
Dari hasil analisa peneliti maka peneliti berpendapat
bahwa dari ciri-ciri atap masjid Rukis tersebut memiliki kesamaan
dengan gaya bangunan atap pada masjid Agung Demak yang mana
berbentuk limas dan berundak-undak semakin ke atas semakin
kecil. Berikut gambar masjid Agung Demak :
Gambar 3.7
Foto Masjid Agung Demak
63 Ir. H. Ramlan Saim, M.M. (Ketua Pengurus Masjid Rukis Periode 2018-2023),
Wawancara, Pada TAnggal 12 Maret 2020 , Pukul 13.00 WIB)
-
55
Sumber: Diakses internet pada tanggal 30 Juni 2020.64
Gambar 3.8
Foto Masjid Rukis Bagian Depan
Sumber: Dokumentasi Tanggal 12 Mei 2020.
Gambar 3.9
Foto Masjid Rukis Bagian Depan
64 Sumber Dokumentasi di akses internet pada tanggal 30 Juni 2020.