PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN...
Transcript of PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN...
vi
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG SKRIPSI, AGUSTUS 2009
ABSTRAK
Eska Susi Rimba Wahyuni HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR ANAK PADA USIA SEKOLAH DI SD PETOMPON 01 KECAMATAN GAJAH MUNGKUR KOTA SEMARANG (xv + 68 Halaman + 8 Tabel + 7 Skema + 5 Lampiran + 23 Kepustakaan) Belajar merupakan perubahan tingkah laku akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon, akibat interaksi antara manusia (individu) dengan lingkungannya, sehingga memperoleh sesuatu yang baru, baik sesuatu itu yang bersifat positif (baik) maupun sesuatu yang negatif (jelek). Banyak sekali yang mempengaruhi proses dan hasil belajar individu,antara lain faktor dari diri sendiri (intrinsik), yang didasari oleh adanya kebutuhan untuk belajar, dan faktor dari luar diri sendiri (ekstrinsik) yaitu faktor yang berasal dari lingkungan terutama orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan orang tua dengan motivasi belajar anak pada usia sekolah di SD Petompon 01 Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang yang menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah populasi 135 dan sampel yang digunakan 57 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan stratified random sampling. Instrumen menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden. Analisis data dilakukan dengan uji statistik analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dan analisis bivariat dilakukan dengan uji korelasi pearson , untuk mencari hubungan variabel dependen dengan variabel independen. Hasil uji validitas dan realibilitas instrument menggunakan product moment dan alpha cronbach. Hasil penelitian pada analisis univariat menunjukkan bahwa dukungan orang tua dan motivasi belajar di SD Petompon 01 Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang berada pada kategori sedang dan baik (78,8% dan 54,4%). Analisis bivariat menunjukkan dukungan orang tua secara statistik mempunyai hubungan signifikan dengan motivasi belajar yaitu 0,275. Dari hasil penelitian tersebut, diharapkan bagi para orang tua lebih meningkatkan dukungan dan perhatian kepada anaknya dalam menuntut ilmu sehingga anak akan lebih optimal dalam belajarnya. Kata Kunci : Dukungan Orang tua, Motivasi Belajar, dan Anak Usia Sekolah Kepustakaan : 23 (1998 – 2009)
vi
vii
UNDERGRADUATE NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF NURSING AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SEMARANG
THESIS, AUGUST 2009
ABSTRACT Eska Susi Rimba Wahyuni THE CORRELATION BETWEEN PARENTS SUPPORT WITH LEARNING MOTIVATION OF SCHOOL AGE CHILDREN IN PETOMPON 01 ELEMENTARY SCHOOL GAJAH MUNGKUR SEMARANG (xv + 68 pages + 8 Tables + 5 Attachments + 7 Schemes + 23 Bibliographys) Learning is a behavior changing as a result of the interaction between stimulus and response, due to interactions between humans (individuals) with their environment, so get something new, either that are a positive (good) or negative (bad). So much factors to influence the process and results of individual learning. That factors are come from within themselves (intrinsic), which is based on the need for learn, and outside factors (extrinsic) that come from the environment especially their parents. This study aims to determine the correlation between parents support with learning motivation of school age children in Petompon 01 elementary school Gajah Mungkur Semarang, that is using descriptive correlation design with a cross-sectional approach with total population 135 and 57 sample respondents. Sampling technique using a stratified random sampling. Instruments using questionnaires filled by the respondents. Data analysis using with univariate analysis statistical tests to determine the frequency distribution and bivariate analysis using pearson correlation test to search the correlation between dependent variable and independent variable. The result validity and reliability using product moment and alpha cronbach. The results of univariate analysis showed that parent support and learning motivation of school age children in Petompon 01 elementary school Gajah Mungkur Semarang is located in the medium and good categories (78.8% and 54.4%). Statistically Bivariate analysis showed support for parents has significant correlation with learning motivation is 0.275. From the results of these studies, expected to parents more increased support and attention to children in their studies so that the child will be optimized in the study. Keywords: Parent Support, Learning Motivation and School Age Children Bibliography: 23 (1998 - 2009)
vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar adalah usaha untuk memperoleh hal – hal baru dalam tingkah
laku (pengetahuan, kecakapan, ketrampilan, dan nilai – nilai) dengan
aktivitas kejiwaan sendiri. Dari pernyataan tersebut tampak jelas bahwa sifat
khas dari proses belajar adalah memperoleh sesuatu yang baru, yang dahulu
belum ada, sekarang menjadi ada, yang semula belum diketahui sekarang
diketahui, yang dahulu belum dimengerti, sekarang dimengerti ( Notoatmodjo
2003). Sedangkan menurut Slavin (2000) dalam wikipedia, belajar
merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha memperoleh sesuatu yang
baru dengan adanya interaksi antara stimulus dan respon yang mengakibatkan
perubahan perilaku seseorang.
Unsur – unsur dalam belajar yang penting adalah input yang berupa
stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang
diberikan pendidik kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau
tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan. Proses yang terjadi
antara stimulus dan respon tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang
dapat diamati adalah stimulus dan respon, perubahan akibat belajar dapat
2
terjadi dalam berbagai bentuk perilaku, dari ranah kognitif, efektif, dan atau
psikomotor (Wikipedia.com).
Belajar merupakan elemen yang penting dalam mendukung
perkembangan intelektual anak oleh sebab itu membangun budaya belajar
(learning culture) pada diri anak, baik di rumah maupun di sekolah sangat
diperlukan. Hal ini dikarenakan perkembangan otak sangat pesat ketika usia 0
– 6 tahun, kemudian berangsur berkurang hingga usia 8 tahun, sehingga pada
usia ini atau selambatnya 9 tahun anak sudah menjadi pembelajar mandiri
(self starter) dan berhenti pada usia 12 tahun, artinya sesudah usia 12 tahun
yang harus kita lakukan adalah mengoptimalkan fungsi otak. Untuk
membangun budaya belajar pada anak – anak yang kuat dapat melakukan
dengan: membuat aktivitas belajar menjadi momen yang menyenangkan,
menciptakan kegiatan yang dapat membuat anak menjadi kaya dengan
pengalaman, membangun nilai spiritual yang kuat untuk membentuk
integritas anak, membangun budaya membaca yang kuat dan membangun visi
anak dengan menciptakan alasan yang kuat bagi anak untuk berbuat ( reason
for being ). Inilah sumber motivasi yang menggerakkan anak untuk terus –
menerus lebih baik dan belajar lebih gigih (Duniasikecil.com ).
Visi besar yang dibangun pada diri anak memacu motivasi anak untuk
belajar, mencari ilmu, dan melakukan berbagai hal baru untuk menemukan
pengalaman ilmiah yang menantang. Motivasi menurut Arianto (2008) adalah
kesediaan untuk melakukan usaha dalam mencapai tujuan tertentu, yang
disebabkan oleh adanya kebutuhan tertentu. Atau dorongan dan semangat
3
untuk melakukan sesuatu, sedangkan motivasi belajar adalah kesediaan,
dorongan, dan semangat untuk melakukan kegiatan belajar pada berbagai
tempat dan waktu yang ada.
Motivasi belajar dapat dipengaruhi dari diri sendiri (intrinsik), yang
didasari oleh adanya kebutuhan untuk belajar, dan dari luar diri sendiri
(ekstrinsik) yaitu motivasi yang berasal dari keluarga (terutama orang tua),
sebagai lingkungan terdekat anak. Motivasi belajar intrinsik perlu
ditumbuhkan untuk menanamkan kepada anak bahwa belajar adalah sebuah
kebutuhan, bukan sekedar kewajiban. Jika kesadaran itu telah timbul, maka
anak akan melakukan kegiatan belajar dengan kesadarannya sendiri, tanpa
perlu ada paksaan dari pihak manapun, atau hanya pada saat akan ujian,
Sedangkan untuk menumbuhkan belajar ekstrinsik sekaligus memberikan
motivasi belajar intrinsik pada anak dapat melakukannya dengan:
memberikan penghargaan pada setiap usaha yang dilakukan anak untuk
belajar, menghargai setiap perkembangan yang berhasil dicapai anak dalam
kegiatan belajarnya, mendengarkan keluh kesah anak mengenai kegiatan
belajar yang dilakukannya, memberikan hukuman yang mengandung
pelajaran, memberi perhatian pada hal – hal yang dilakukan anak pada saat ia
belajar, dan meluangkan waktu untuk menemani anak belajar (Dhiean, 2006).
Peran orangtua merupakan komponen penting dalam pendidikan anak.
Hal ini menuntut adanya kontak secara langsung yang dapat diwujudkan
dalam bentuk dukungan orangtua pada anaknya. Menurut Johnson dan
Johnson (1991) dalam tulisan Indie (2009), dukungan sosial didefinisikan
4
sebagai keberadaan orang lain yang dapat dijadikan untuk memberikan
bantuan, semangat, penerimaan, dan perhatian, sehingga bisa meningkatkan
kesejahteraan individu. Baron dan Byrne (1997) mendefinisikan dukungan
sosial sebagai suatu bentuk pemberian rasa nyaman, baik secara fisik maupun
secara psikologis oleh keluarga atau teman dekat dalam menghadapi tekanan-
tekanan atau masalah tertentu. Seseorang yang mendapatkan rasa nyaman
akan lebih efektif dalam menghadapi tekanan-tekanan atau masalah tertentu.
Dukungan sosial bersumber dari orang-orang yang memiliki
hubungan berarti bagi individu, misalnya: orangtua atau keluarga, teman,
pasangan hidup, rekan kerja, saudara, dan tetangga (Thots, 1986). Sedangkan
House dan Kahn (1985) dalam Indie (2009), menyebutkan bentuk-bentuk
dukungan sosial, yaitu adanya dukungan emosional berupa penghargaan,
cinta, dan kepercayaan, perhatian dan kesediaan untuk mendengarkan.
Kemudian dukungan informatif, yaitu berupa nasehat, sugesti, arahan
langsung, dan informasi. Selain itu juga ada dukungan instrumental, yaitu
berupa bantuan uang, kesempatan, dan modifikasi lingkungan serta dukungan
penilaian, yaitu umpan balik dan membandingkan dengan orang lain.
Penilaian positif terhadap anak akan meningkatkan rasa percaya diri akan
kemampuan yang dimiliki oleh anak, sehingga siswa termotivasi untuk
belajar lebih giat. Dengan demikian, motivasi belajar siswa dan dukungan
orangtua merupakan dua faktor yang dapat dijadikan sebagai prediktor
keberhasilan siswa dalam belajar.
5
Tidak semua orangtua memiliki perhatian yang sama terhadap
pendidikan anaknya, ada yang perhatiannya baik, misalnya menyediakan
fasilitas belajar yang dibutuhkan anak, dan menemani anaknya belajar dengan
memberikan bimbingan secara intensif, ada juga yang bersikap acuh, artinya
perkembangan anak diserahkan sepenuhnya kepada guru dan anak itu sendiri.
Berkenaan dari perhatian orang tua tersebut, tidaklah cukup jika orangtua
sekedar menyediakan dan melengkapi fasilitas fisik saja, sebab lengkapnya
fasilitas fisik belum tentu menjamin seseorang anak belajar dengan giat.
Orangtua hanya dapat memberikan fasilitas fisik saja tanpa diikuti perhatian
yang lain yang ditujukan kepada anak setiap hari khususnya dalam bentuk
kesediaan menemani anak pada saat belajar, memungkinkan anak didalam
menggunakan fasilitas tersebut tidak untuk kepentingan yang berhubungan
dengan peningkatan prestasi belajarnya (Suhaeli, 2008).
Berdasarkan data base siswa tahun pelajaran 2008/2009 SD Petompon
01 kecamatan Gajah Mungkur Semarang pada tanggal 9 Januari 2009,
diperoleh data siswa kelas IV sebesar 73 dan kelas V sejumlah 62 siswa.
Pekerjaan orang tua siswa antara lain; sebagai wiraswasta, Pegawai Negeri
Sipil (PNS), buruh, polisi atau TNI, dan guru. Penghasilan rata-rata sekitar
Rp. 950.000,00 tiap bulannya.
Pekerjaan dan tuntutan ekonomi yang tinggi di era yang serba modern
ini membuat orang tua siswa di SD Petompon 01 Kecamatan Gajah Mungkur
Kota Semarang khususnya, harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya sehari-hari. Sehingga waktu yang diluangkan untuk keluarga
6
sangat terbatas untuk memperhatikan dan memantau aktivitas belajar anak,
akibatnya anak belajar sesuai kemauannya dan dalam kesehariannya
digunakan anak untuk bermain dengan temannya, bermain playstation, games
di komputer maupun internet. Selain itu kebanyakan orangtua siswa juga
masih belum mampu untuk menyediakan fasilitas-fasilitas belajar, seperti
halnya buku-buku pelajaran tambahan.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di dalam catatan pencapaian
target dan taraf serap pada tahun ajran 2005/2006 diperoleh nilai rata-rata dari
semua mata pelajaran termasuk di dalamnya muatan lokal sebesar 64,45 pada
semester I dan 65,70 pada semester II. Di tahun ajaran 2006/2007, nilai rata-
rata siswa mengalami kenaikan yang cukup signifikan, untuk semester I nilai
rata-ratanya menjadi 69,01 dan pada semester II nilai rata-ratanya sebesar
70,94. Kemudian pada tahun 2007/2008, nilai rata-rata siswa mengalami
penurunan, yaitu sebesar 68,36 pada semester I dan 69,72 untuk semester II.
Fenomena di atas menarik untuk diteliti, dengan peneliti mengambil
obyek penelitian kelas IV dan V di SD Petompon 01 Kecamatan Gajah
Mungkur Semarang. Penulis akan melakukan penelitian dengan judul:
Hubungan Antara Dukungan Orangtua dengan Motivasi Belajar Pada Anak
Usia Sekolah di SD Petompon 01 Kecamatan Gajah Mungkur Kota
Semarang.
7
B. Rumusan Masalah
Salah satu dampak krisis moneter adalah bertambahnya kebutuhan
yang tidak dapat terpenuhi karena semakin mahalnya harga-harga. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut salah satu caranya adalah menambah
penghasilan keluarga, yang salah satu caranya adalah mencari pekerjaan
tambahan dan orangtua jarang mempunyai waktu untuk bersama keluarga
khususnya memperhatikan dan memantau aktivitas belajar anak. Selain itu
anak-anak juga kurang perhatian dari orangtua sehingga hal tersebut dapat
dimanfaatkan oleh anak untuk bermain secara leluasa. Misalnya bermain play
station, video game, komputer, dan lain-lain. Berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan di atas dapat dirumuskan permasalahannya yaitu: “Apakah
ada hubungan antara dukungan orang tua dengan motivasi belajar pada anak
usia sekolah”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara dukungan orang tua dengan
motivasi belajar pada anak usia sekolah di SD Petompon 01 Kecamatan
Gajah Mungkur Kota Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan dukungan orang tua terhadap anaknya di SD
Petompon 01 Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang.
8
b. Mendeskripsikan motivasi anak dalam belajar di SD Petompon 01
Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang.
c. Menganalisis hubungan antara dukungan orang tua dengan motivasi
belajar pada anak usia sekolah di SD Petompon 01 Kecamatan Gajah
Mungkur Kota Semarang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan terhadap khasanah keilmuan, khususnya bidang ilmu
keperawatan yang terkait dengan masalah psikologi anak.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat:
a. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi kepada
institusi pendidikan yaitu mendeskripsikan kondisi atau realitas
keberhasilan belajar selama dididik di lingkungan sekolah.
b. Bagi Orangtua/Keluarga/Masyarakat
Dari hasil penelitian ini diharapkan supaya orangtua, keluarga
atau masyarakat mampu memberikan perhatian yang lebih, khususnya
meningkatkan motivasi anak dalam belajar sehingga efektif dalam
meningkatkan keberhasilan belajarnya.
9
c. Bagi Pelayanan Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada
bidang pelayanan kesehatan mengenai gambaran hubungan psikologis
anak dengan orangtua.
d. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan
pengetahuan bagi peneliti sehingga mampu mendeskripsikan hubungan
antara sikap kesediaan orang tua mendampingi anak dengan motivasi
belajar pada anak usia sekolah di SD Petompon 01 Kecamatan Gajah
Mungkur Kota Semarang.
E. Bidang Ilmu
Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu keperawatan yang
difokuskan dalam bidang ilmu keperawatan anak.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motif atau motivasi berasal dari kata latin ‘moreve’ yang berarti
dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku.
Motivasi tidak terlepas dari kata kebutuhan atau ‘needs’ atau ‘want’,
kebutuhan adalah suatu potensi dalam diri manusia yang perlu ditanggapi
atau direspon. Tanggapan terhadap kebutuhan tersebut dan hasilnya orang
akan merasa puas. Apabila kebutuhan tersebut belum direspon atau
dipenuhi, maka akan berpotensi untuk muncul kembali sampai
terpenuhinya kebutuhan yang diinginkan (Notoatmodjo, 2007).
Setiap individu memiliki kondisi internal, dimana kondisi tersebut
ikut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi
internal tersebut adalah ‘motivasi’. Motivasi adalah dorongan dasar yang
menggerakan seseorang untuk bertingkah laku. Dorongan tersebut berada
pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang
sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Motivasi juga dapat dikatakan
sebagai perbedaan antara dapat melaksanakan dan mau melaksanakan.
Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang
mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dapat diartikan juga sebagai dorongan mental
11
terhadap perorangan atau orang-orang sebagai anggota masyarakat (Uno,
2008).
Menurut Purwanto (1998) motif adalah penggerak, alasan-alasan
atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan seseorang
berbuat sesuatu. Motif manusia merupakan dorongan, keinginan atau
tenaga penggerak lainnya yang berasal dari dalam diri seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motif-motif tersebut memberi tujuan dan arah kepada
perilaku manusia, juga kegiatan yang dilakukan setiap hari mempunyai
motif-motif tertentu.
Niewhof, dkk (2004) dalam tulisan Indie (2009), menggambarkan
motivasi sebagai “why” of human behavior, yang berarti bahwa motivasi
yang ada dalam diri seseorang merupakan satu dorongan dasar yang
menjadi alas an seseorang untuk memutuskan melakukan sesuatu atau
tidak.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
motivasi adalah suatu dorongan atau keinginan dalam diri manusia yang
menyebabkan individu melakukan sesuatu untuk memenuhi
kebutuhannya.
2. Konsep Motivasi
Menurut Notoatmodjo (2007), para ahli merumuskan konsep atau
teori tentang motivasi, diantaranya yaitu:
a. Teori Mc Clelland
Teori ini menjelaskan bahwa dalam diri manusia ada dua
motivasi, yakni motif primer atau motif yang yang tidak dipelajari, dan
12
motif skunder atau motif yang dipelajari melalui pengalaman serta
interaksi dengan orang lain. Motif ini sering disebut dengan motif
sosial. Motif primer atau motif yang tidak dipelajari ini secara alamiah
timbul pada setiap manusia secara biologis, sehingga mendorong
seseorang untuk terpenuhinya kebutuhan biologis seperti makan,
minum, seksualitas dan kebutuhan-kebutuhan biologis yang lain. Motif
skunder adalah motif yang ditimbulkan karena dorongan dari luar
akibat interaksi sosial. Motif sosial ini dapat dibedakan menjadi 3
motif yaitu:
1) Motif Berprestasi
Berprestasi adalah suatu dorongan yang ada pada setiap
manusia untuk mencapai hasil kegiatannya atau hasil kerjanya
secara maksimal. Dalam memperoleh hasil yang lebih baik
realitanya tidak mudah dan banyak kendala, oleh sebab itu perlu
dorongan untuk berusaha mengatasi kendala tersebut dengan
memelihara semangat belajar yang tinggi, sehingga motif
berprestasi adalah dorongan untuk sukses dalam situasi kompetisi
yang didasarkan kepada ukuran keunggulan dibanding dengan
standar ataupun orang lain.
2) Motif Berafiliasi
Motif berafiliasi adalah kebutuhan atau dorongan manusia
untuk menjadi bermakna interaksinya dengan manusia yang lain
(sosial). Agar kebutuhan berafiliasi ini terpenuhi, maka harus
menjaga hubungan baik dengan orang lain.
13
3) Motif Berkuasa
Motif berkuasa adalah dorongan manusia untuk berusaha
mengarahkan perilaku seseorang atau manusia lain untuk mencapai
kepuasan melalui tujuan tertentu, seperti kekuasaan dengan cara
mengontrol atau mengawasi orang lain.
b. Teori Mc Gregor
Dalam penelitiannya, Mc Gregor menyimpulkan teori motivasi
itu dalam teori X dan Y. Teori ini didasarkan pada pandangan
konvensional atu klasik (teori X) dan pandangan baru atau modern
(teori Y). Teori X yang bertolak dari pandangan klasik ini bertolak dari
anggapan bahwa : 1) Pada umumnya manusia itu tidak senang bekerja;
2) pada umumnya manusia cenderung sesedikit mungkin melakukan
aktivitas atau bekerja; 3) pada umumnya manusia bersifat egois dan
kurang acuh terhadap organisasi. Oleh sebab itu, dalam melakukan
pekerjaan harus diawasi denga ketat.
Teori Y yang bertumpu pada pandangan atau pendekatan baru
ini beranggapan bahwa; 1) Pada dasarnya manusia itu tidak pasif,
tetapi aktif; 2) pada dasarnya manusia itu tidak malas kerja, tapi suka
bekerja; 3) pada umumnya manusia itu dapat berprestasi dalam
menjalankan pekerjannya; 4) pada umumnya manusia selalu berusaha
mencapai sasaran atau tujuan organisasi; 5) pada umumnya manusia
selalu mengembangkan diri untuk mencapai tujuan atau sasaran.
14
c. Teori Herzberg
Teori motivasi ini dikenal dengan teori motivasi ‘dua faktor’
(Herzberg’s two factors motivation theory). Jadi menurut teori ini, ada
dua faktor yang mempengaruhi seseorang dalam tugas atau
pekerjaannnya, antara lain:
1) Faktor-faktor penyebab kepuasaan (Satisfierr) atau faktor
motivasional. Faktor ini menyangkut kebutuhan psikologis
seseorang seperti serangkaian kondisi intrinsik. Apabila kepuasaan
belajar tercapai, maka akan menggerakkan tingkat motivasi atau
kepuasan ini antara lain; prestasi (achievement), penghargaan
(recognition), tanggung jawab (responsibility), kesempatan untuk
maju (possibility of growth), dan pekerjaan itu sendiri (work).
2) Faktor-faktor penyebab ketidakpuasan (dissastifaction) atau
hygiene factor. Faktor ini menyangkut kebutuhan akan
pemeliharaan atau maintenance factor yang merupakan hakikat
manusia yang ingin memperoleh kesehatan badaniyah. Hilangnya
faktor-faktor ini akan menimbulkan ketidakpuasan bekerja
(dissatisfaction). Faktor higienes ini meliputi kondisi fisik
lingkungan (physical environment), hubungan interpersonal
(interpersonal relationship) kebijakan dan administrasi (policy and
administration), dan pengawasan (supervision), reward, dan
keamanan.
15
d. Teori Maslow
Teori motivasi ini merupakan lanjutan atau pengembangan dari
teori Eltom Mayo (1880-1949) dengan mendasarkan pada kebutuhan
manusia yang dibedakan antara kebutuhan biologis dan kebutuhan
psikologis, atau disebut kebutuhan materi (biologis) dan kebutuhan
non materi (psikologis). Maslow menyatakan bahwa kebutuhan
manusia secara hierarkis semuanya laten pada diri manusia. Kebutuhan
tersebut mencakup kebutuhan fisiologis (sandang pangan), kebutuhan
rasa aman (bebas cahaya), kebutuhan kasih sayang, kebutuhan dihargai
dan dihormati, dan kebutuhan aktualisasi diri. Teori ini dikenal sebagai
teori kebutuhan (needs) yang digambarkan seperti berikut:
Gambar 2.1 Hierarki kebutuhan Maslow (Sumber: Stephen P. Robbin, 1996:214 dikutip oleh Uno 2008)
Teori ini mempunyai makna serta peranan kognisi dalam
kaitannya dengan perilaku seseorang yang menjelaskan adanya
peristiwa internal yang terbentuk sebagai perantara dari stimulus tugas
dan tingkah laku berikutnya (Uno, 2008).
Aktualisasi Diri
Kebutuhan Fisiologis
Penghargaan/penghormatan
Rasa memiliki dan cinta/sayang
Perasaan aman dan nyaman
16
3. Tujuan Motivasi
Tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah
seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan
sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.
Dalam mencapai tujuan motivasi, maka setiap orang yang akan
memberikan motivasi harus mengenal dan memahami benar-benar latar
belakang kehidupan, kebutuhan, dan kepribadian orang yang akan
dimotivasi (Purwanto, 2007).
4. Jenis Motivasi
Menurut Abraham C. dan Shanley F.(1999) dalam bukunya
Sunaryo (2004), jenis motivator secara umum adalah uang, penghormatan,
tantangan, pujian, kepercayaan atasan, lingkungan kerja yang menarik,
jam kerja yang fleksibel, promosi, persahabatan, pengakuan, penghargaan,
kemandirian, lingkungan yang kreatif, bonus atau hadiah, ucapan
terimakasih, dan keyakinan dalam bekerja.
B. Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar sangat penting bagi kehidupan seorang manusia, karena
manusia selain sebagai makhluk biologis, manusia merupakan makhluk
sosial dan budaya. Artinya manusia tidak mampu hidup sebagai manusia
jika ia tidak dididik atau diajar oleh manusia lain. Seperti contoh bayi yang
baru dilahirkan tidak mempunyai daya, sehingga membutuhkan bantuan
17
orang dewasa yang lain agar mampu bertahan hidup. Selain itu bayi yang
baru dilahirkan memiliki beberapa naluri atau insting dan potensi-potensi
yang terbatas. Potensi-potensi bawaan itu tidak berkembang dengan baik
tanpa adanya pengaruh dari luar (Purwanto, 2007).
Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana
perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, dan
ada juga kemungkinan untuk mengarah kepada tingkah laku yang lebih
buruk. Belajar juga merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui
latihan atau pengalaman (Purwanto, 2007). Dalam Wikipedia (2007),
Slavin (2000) mendefinisikan belajar merupakan akibat adanya interaksi
antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika
dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam
belajar yang penting adalah ‘input’ yang berupa stimulus dan ‘output’
yang berupa respon.
Uno (2008) menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu
pengalaman yang diperoleh berkat adanya interaksi antara individu dan
lingkungannya. Belajar adalah proses perubahan perilaku atau pribadi
seorang berdasarkan interaksi antara individu dan lingkungannya yang
dilakukan secara formal, informal, dan nonformal.
Belajar adalah usaha memperoleh hal baru dalam tingkah laku
(pengetahuan, kecakapan, keterampilan, dan nilai-nilai) dengan aktivitas
kejiwaan sendiri. Dari pernyataaan tersebut tampak jelas bahwa sifat khas
dari proses belajar adalah memperoleh sesuatu yang baru yang dahulu
18
belum ada, sekarang menjadi ada, yang semula belum diketahui, sekarang
diketahui, yang dulu belum dimengerti, sekarang dimengerti
(Notoatmodjo, 2003:37). Dijelaskan bahwa belajar pada hakikatnya adalah
penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan
psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia luar dan
hidup bermasyarakat (Notoatmodjo, 2007).
Dari beberapa definisi belajar diatas dapat dirumuskan bahwa
belajar adalah perubahan tingkah laku akibat dari adanya interaksi antara
stimulus dan respon akibat interaksi antara manusia (individu) dengan
lingkungannya, sehingga memperoleh sesuatu yang baru, baik sesuatu itu
yang bersifat positif (baik) maupun sesuatu yang negatif (jelek).
2. Ciri-ciri Kegiatan Belajar
Kegiatan belajar dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan oleh
siapa saja. Seseorang dikatakan belajar apabila di dalam dirinya terjadi
perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan
sesuatu menjadi dapat mengerjakan sesuatu. Dapat disimpulkan bahwa
belajar mempunyai ciri-ciri, yaitu belajar adalah kegiatan yang
menghasilkan perubahan pada diri individu tersebut, baik aktual maupun
potensial, perubahan tersebut didapatkan karena kemampuan baru yang
berlaku untuk waktu yang relatif lama, dan perubahan itu terjadi karena
usaha, bukan karena proses kematangan.
19
3. Konsep Proses Belajar
Teori proses belajar dapat dikelompokkan kedalam 2 (dua)
kelompok besar, yakni teori stimulus-respon yang kurang
memperhitungkan faktor internal dan teori transformasi yang
memperhitungkan faktor internal. Teori stimulus-respon ini apa yang
terjadi pada diri subjek belajar merupakan rahasia atau biasa disebut ‘black
box’. Belajar adalah mengambil tanggapan-tanggapan dan menggabung-
gabungkan tanggapan dengan jalan mengulang-ulang. Tanggapan tersebut
diperoleh melalui pemberian stimulus atau rangsangan. Teori transformasi
yang berlandaskan pada psikologi kognitif seperti yang dirumuskan oleh
Neisser, bahwa proses belajar adalah transformasi dari masukan (input).
Kemudian input tersebut direduksi, diuraikan, disimpan, ditemukan
kembali, dan dimanfaatkan.
Para ahli psikologi kognitif menggunakan faktor eksternal dan
internal dalam mengembangkan teorinya. Mereka berpendapat bahwa
kegiatan belajar merupakan proses yang bersifat internal yang dipengaruhi
oleh faktor eksternal, seperti metode pembelajaran atau pengajaran. Proses
belajar tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
20
Faktor Eksternal
Faktor Internal
Skema 2.2. Faktor Eksternal dan Internal yang Mempengaruhi Peristiwa Belajar (Sumber Notoatmojo, 2007:41)
4. Teori-teori Belajar
Teori belajar yang merupakan hasil penyelidikan para ahli psikogi
dan ahli pendidikan antara lain (Purwanto, 2007) :
a. Teori Conditioning
1) Teori Classical Conditioning (Pavlov dan Watson)
Menurut teori ini belajar adalah suatu proses perubahan
yang terjadi karena adanya syarat-syarat (condition) yang
kemudian menimbulkan reaksi (response). Segala tingkah laku
manusia tidak lain adalah hasil dari pada conditioning, yaitu hasil
latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan yang bereaksi terhadap
syarat-syarat atau perangsang-perangsang tertentu yang dialami
dialami di dalam kehidupannya.
2) Teori Conditioning dari Guthrie
Dalam teori ini Guthrie mengemukakan bahwa tingkah laku
manusia itu secara keseluruhan dapat dipandang sebagai deretan-
Peristiwa belajar
Persentuhan (contigultg)
Repetisi (Repetition)
Penguat (Reinforcement)
Keterampilan Intelektual
(Intelectual Skill)
Fakta Informasi (Factual
Information)
Strategi-strategi
(Strategies)
21
deretan tingkah laku yang terdiri dari unit tingkah laku yang
berikutnya secara terus-menerus. Pada proses Conditioning ini
pada umumnya terjadi proses asosiasi antara unit-unit tingkah laku
satu sama lain yang beruntutuan. Ulangan-ulangan atau latihan-
latihan memperkuat asosiasi yang terdapat antar unit tingkah laku
yang satu dengan unit tingkah laku yang lainnya.
3) Teori Operant Conditioning
Teori ini merupakan penyempurnan dari teorinya Ivan
Pavlov dan John Watson, yang dikembangkan oleh Burhus Fredik
Skinner (1930), menurut pendapatnya belajar adalah proses
perubahan tingkah laku yang harus dapat diukur. Bila pembelajar
atau subjek (peserta didik) berhasil belajar, maka respon
bertambah, tetapi bila tidak belajar banyaknya respon berkurang,
sehingga secara formal hasil belajar harus bisa diamati dan diukur.
4) Teori Systematic Behavior oleh Clark C. Hull
Clark C. Hull mengemukakan teorinya, yaitu bahwa suatu
kebutuhan atau keadaan terdorong (oleh motif, tujuan, maksud,
aspirasi, ambisi) harus ada dalam diri seseorang yang belajar,
sebelum suatu respon dapat diperkuat atas dasar pengurangan
kebutuhan itu. Efisiensi belajar tergantung pada besarnya tingakat
pengurangan dan kepuasan motif yang menyebabkan timbulnya
usaha belajar itu oleh respon-respon yang dibuat individu itu.
22
Prinsip penguat menggunakan seluruh situasi yang
memotivasi, mulai dari dorongan biologis (kebutuhan utama
seseorang) sampai pada hasil-hasil yang memberikan ganjaran
(reward) misalnya: uang, perhatian, afeksi, dan aspirasi sosial
tingkat tinggi. Dua hal penting dalam proses belajar dari Hull
adalah adanya incentive motivation (motivasi insentif) dan drive
stimulus reduction (pengurangan stimulus pendorong).
b. Teori Conditioning of learning dari Robert M. Gagne
Menurut Gagne (1968) belajar memberi kontribusi terhadap
adaptasi yang diperlukan untuk mengembangkan proses yang logis,
sehingga perkembangan tingkah laku (behavior) adalah efek dari
belajar yang komulatif. Belajar bukan proses tunggal dan bersifat
kompleks, dalam teorinya ini Gagne mendefinisikan belajar adalah
mekanisme dimana seseorang menjadi anggota masyarakat yang
berfungsi kompleks. Kompetisi itu meliputi, skill, pengetahuan,
attitude (perilaku), dan nilai-nilai yang diperlukan oleh manusia,
sehingga belajar merupakan hasil dalam berbagai macam tingkah laku
yang selanjutnya di sebut kapasitas atau out come (Aderusliana, 2007).
c. Teori connectionism (Thorndike)
Proses belajar menurut Thorndike melalui dua proses
(Purwanto, 2007):
G. Trial and error (mencoba-coba dan mengalami kegagalan).
Menurut teori trial and error (mencoba-coba dan gagal) ini,
setiap organisme jika dihadapkan dengan situasi baru akan
23
melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya coba-coba. Jika dalam
usaha mencoba-coba itu kebetulan ada perbuatan yang dianggap
memenuhi tuntutan situasi, maka perbuatan itu dipegangnya.
H. Law of effect;
Artinya bahwa segala tingkah laku yang berakibat suatu
keadaan yang memuaskan (cocok dengan tuntutan) akan diingat
dan dipelajari dengan baik dan dapat terlihat dalam hal memberi
penghargaan atau ganjaran dan juga memberi hukuman dalam
pendidikan. Adanya law of effect ini terjadi hubungan (connection)
atau asosiasi antara tingkah laku atau reksi yang dapat
mendatangkan sesuatu dengan hasilnya (effect).
d. Teori Belajar Menurut Gestalt
Setiap fenomena terdiri dari suatu kesatuan esensial yang
melebihi jumlah dari unsur-unsurnya, yang artinya bahwa keseluruhan
(gestalt) itu tidak sama dengan penjumlahan. Keseluruhan itu lebih
dari bagian-bagiannya. Dalam peristiwa belajar, keseluruhan situasi
belajar sangat penting karena belajar merupakan interaksi antara
subjek belajar dengan lingkungannya. Sehingga seseorang dikatakan
belajar apabila ia memperoleh pemahaman atau insight. Pemahaman
tersebut ditandai dengan adanya: 1) Perubahan yang tiba-tiba dari
keadaan yang tidak berdaya menjadi keadaan yang mampu menguasai
atau memecahkan masalah; 2) retensi yang baik; 3) peristiwa transfer.
Pemahaman yang diperoleh dari situasi, dibawa, dan dimanfaatkan
24
atau ditransfer kedalam situasi lain yang mempunyai pola atau struktur
yang sama atau hampir sama secara keseluruhan.
Dari uraian tersebut dapat diambil disimpulkan bahwa menurut
teori ini, belajar adalah memberikan problem kepada subjek belajar
untuk dipecahkan dari berbagai macam segi (Notoatmodjo, 2007).
e. Teori Belajar Menghafal dan Mental Disiplin
Para ahli pendidikan membedakan teori belajar sebagai berikut
(Notoatmodjo,2007):
1) Teori Menghafal
Belajar adalah menghafal, dan menghafal adalah usaha
mengumpulkan pengetahuan melalui ‘pembeoan’ untuk kemudian
digunakan bila diperlukan. Orang yang sedang belajar dimiripkan
dengan burung beo, otak dipandang sebagai gudang kosong yang
perlu diisi dengan berbagai pengertian dan pengetahuan. Tugas
pengajar adalah memberikan pengertian yang sebanyak-banyaknya
tanpa memperhitungkan subjek belajar maupun fungsi dari
pengetahuan tersebut.
2) Teori Mental Disiplin
Menurut teori ini belajar diartikan mendisiplinkan mental.
Disiplin mental ini dapat diperoleh melalui latihan secara terus-
menerus, berencana, dan teratur. Manusia mempunyai beberapa
jenis daya, seperti daya pikir, daya fantasi, daya tangkap, daya
ingat, daya mengamati, dan sebagainya. Daya tersebut diperkuat,
dikembangkan dan dipertajam melalui latihan-latihan tertentu,
25
seperti menghafal untuk melatih daya ingat, dan melatih daya pikir
dengan mempelajari matematika, statistik, dan lain-lain. Dalam
melatih daya pikir ada 2 (dua) faktor penting.
a) Faktor Asah Otak
Semakin sering melatih daya pikir kita, maka daya pikir
yang sudah terlatih itu dapat digunakan untuk memecahkan
masalah apa saja yang ditemukandalam segala bidang
kehidupan.
b) Faktor Transfer
Dalam mempelajari sesuatu yang baru, akan
dipermudah dengan pengetahuan-pengetahuan yang
sebelumnya sudah dimiliki. Sehingga pengetahuan dan
ketrampilan yang akan diberikan kepada subjek belajar
hendaknya dapat di transfer dalam kehidupan atau pekerjaan
sehari-hari.
f. Teori Asosiasi ( Lock and Herbart)
Teori ini dirintis oleh John Lock dan Herbart. Menurut teori ini
belajar adalah mengambil tanggapan-tanggapan dan menggabung-
gabungkan tanggapan dengan jalan mengulang-ulang. Tanggapan di
sini adalah suatu lukisan yang timbul dalam jiwa sesudah diadakan
pengamatan atau penginderaan. Tanggapan yang ada saling
berhubungan, sedangkan yang baru bertemu dengan cara bergabung
(mengasosiasikan diri) dengan tanggapan lama. Sehingga
26
menyebabkan adanya penarikan dari tanggapan-tanggapan yang sudah
ada (Aderusliana, 2007).
Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah mengulang-ulang di
dalam mengasosiasikan tanggapan-tanggapan, sehingga reproduksi
yang lain dalam ingatan. Konsekuensinya pengajar harus sebanyak
mungkin memberikan stimulus kepada subjek belajar untuk
menimbulkan respon. Makin banyak terjalin stimulus dan respon,
maka makin mendalam orang mempelajari sesuatu, dan makin banyak
stimulus maka makin banyak respon. (Aderusliana, 2007).
g. Teori Belajar Sosial (Social Learning)
Belajar sosial ini diartikan jika seseorang mempelajari
peranannya dan peran-peran orang lain dalam kontak sosial.
Selanjutnya orang tersebut akan menyesuaikan tingkah lakunya
dengan peran sosial yang telah dipelajarinya (Notoatmojo,2007).
Dalam tulisan Aderuslina (2007) teori belajar sosial ini dikembangkan
oleh Albert Bandura (1977) dan N.E Miller dan J. Dalard.
1) Teori Belajar oleh Albert Bandura
Teori belajar ini dikembangkan untuk menjelaskan
bagaimana orang belajar dalam seting yang alami atau lingkungan
sebenarnya. Dalam hipotesa A. Bandura menyatakan bahwa baik
dengan tingkah laku (behavior), lingkungan (environment), dan
kejadian-kejadian internal pada pembelajar yang mempengaruhi
persepsi dan aksi (perception) adalah merupakan hubungan yang
27
saling mempengaruhi (interlocking). Harapan dan nilai
mempengaruhi tingkah laku, tingkah laku sendiri sering dievaluasi,
bebas dari umpan balik lingkungan sehingga mengubah kesan-
kesan personal. Tingkah laku juga mengaktifkan kontingensi
lingkungan seperti; karakter fisik (ukuran), jenis kelamin, dan
atribut social yang menumbuhkanreaksi lingkungan yang berbeda
(Aderusliana, 2007).
Menurut Notoatmodjo (2007) pengaruh tingkah laku model
terhadap tingkah laku peniru ini dibedakan menjadi 3 macam.
a) Efek modeling (Modelling Effect)
Peniru melakukan tingkah laku-tingkah laku baru
melalui asosiasi sehingga sesuai dengan tingkah laku model.
b) Efek Penghambat (inhibition) dan penghapus hambatan
(disinhibition)
Tingkah laku yang tidak sesuai dengan tingkah laku
model dihambat timbulnya, sedangkan tingkah laku-tingkah
laku yang sesuai dengan tingkah laku model dihapuskan
hambatannya sehingga timbul tingkah laku nyata.
c) Efek Kemudahan (Facilitation Effect)
Tingkah laku-tingkah laku yang sudah pernah dipelajari
oleh peniru, lebih mudah muncul kembali dengan mengamati
tingkah laku model.
28
2) Teori Belajar Sosial oleh N.E Miller dan J. Dallard
Menurut teori ini, tingkah laku manusia merupakan hasil
belajar, oleh karena itu, untuk memahami tingkah laku sosial dan
proses belajar social, kita harus mengetahui prinsip-prinsip belajar
antara lain; dorongan (drive), isyarat (cue), tingkah laku balas
(response), dan ganjaran (reward). Keempat prinsip ini saling
terkait dan saling dipertukarkan satu sama lain, yaitu dorongan
menjadi isyarat, isyarat menjadi ganjaran, dan seterusnya.
Dorongan adalah rangsangan yang sangat kuat terhadap
organisme (manusia) untuk bertingkah laku. Simulasi yang cukup
kuat pada umumnya bersifat bilogis seperti lapar, haus, seksualitas,
kejenuhan, dan sebagainya.
Isyarat adalah rangsangan yang menentukan bila dan
dimana suatu respon akan timbul dan terjadi. Isyarat dapat
disamakan dengan rangsangan diskriminatif . Dalam belajar sosial,
isyarat yang terpenting adalah tingkah laku orang lain, baik yang
langsung ditujukan kepada orang tertentu maupun yang tidak.
Tingkah laku balas (response) adalah tingkah laku yang
timbul pada hierarki bawaan tingkah laku tersebut. Setelah
beberapa kali terjadi hukuman, maka timbul tingkah laku balas
yang sesuai dengan faktor-faktor penguat tersebut. Dalam tingkah
laku sosial, seseorang tinggal meniru tingkah laku orang lain untuk
dapat memberikan respon yang tepat sehingga ia tidak perlu
29
membuang waktu untuk belajar dengan mencoba dan meralat.
Ganjaran adalah yang menetapkan apakah tingkah laku balas
diulang atau tidak dalam kesempatan yang lain.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Berhasil atau tidaknya belajar tergantung pada berbagai macam
faktor. Adapun faktor-faktor itu dapat dibedakan menjadi 2 golongan
(Purwanto, 2007).
a. Faktor Individual
Faktor individual adalah faktor yang ada pada diri organisme
atau seseorang itu sendiri, seperti:
1) Faktor Kematangan atau Pertumbuhan
Dalam proses belajar harusmemperhatikan kematangan
atau tingkat pertumbuhan dari pembelajar atau subjek, sebagai
contoh kita tidak dapat mengajar ilmu filsafat kepada anak-anak
yang baru duduk di bangku sekolah menengah pertama,
dikarenakan pertumbuhan mentalnya belum matang untuk
menerima pelajaran itu.
2) Faktor Kecerdasan atau Intelejensi
Taraf kecerdasan juga turut memgang peranan penting
dalam keberhasilan belajar, faktanya menunjukkan bahwa,
meskipun anak yang berumur 14 tahun keatas pada umunya telah
matang untuk belajar ilmu pasti , tetapi tidak semua anak pandai
dalam ilmu tersebut.
30
3) Faktor Latihan
Semakin sering berlatih atau mengulang sesuatu, maka
kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki individu tersebut akan
semakin dikuasai. Sebaliknya tanpa latiahan pengalaman-
pengalaman yang telah dimilikinya dapat menjadi berkurang atau
hilang.
4) Faktor Motivasi
Motivasi merupakan pendorong bagi suatu organisme
(individu) untuk melakukan sesuatu, sehingga seseorang tidak
mungkin berusaha mempelajari sesuatu dengan sebaik-baiknya,
jika ia mengetahui seberapa penting dan manfaat yang akan dicapai
dari belajarnya.
5) Faktor Pribadi
Setiap orang mempunyai sifat-sifat kepribadian masing-
masing yang berbeda antara individu yang satu dengan individu
yang lain. Sifat-sifat kepribadian yang ada sedikit banyaknya
berperan dalam hasil belajarnya, seperti faktor fisik kesehatan, sifat
keras hati, berkemauan keras, tekun dalam usahanya, dan
sebagainya.
b. Faktor Sosial
Faktor sosial adalah faktor yang ada di luar individu meliputi:
1) Faktor Keluarga
Suasana dan keadaan keluarga yang beraneka macam turut
menentukan keberhasilan belajar anak-anak, termasuk ada tidaknya
31
atau tersedia tidaknya fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam
belajar.
2) Guru dan Cara Mengajar
Sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan
yang dimiliki guru, dan cara guru itu mengajar anak-anak didiknya
turut menentukan hasil belajar yang dapat dicapai anak.
3) Faktor Alat atau Fasilitas Pelajaran
Alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar,
dapat membantu dan mempermudah guru (pendidik) dalam proses
belajar mengajar di sekolah.
4) Faktor Motivasi Sosial
Motivasi sosial dapat timbul pada orang lain di sekitarnya,
seperti teman-teman sekolahnya, tetangga, dan saudara dekat.
Motivasi sosial ini dapat membangkitkan hasrat dan dorongan
untuk belajar lebih baik. Anak dapat menyadari apa gunanya
belajar dan apa tujuan yang hendak dicapai dengan pelajaran itu.
5) Faktor Lingkungan dan Kesempatan
Faktor lingkungan di sini seperti jarak antara rumah dan
sekolah, jika jarak antara runah dan sekolah jauh yang memerlukan
waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan kelelahan pada
anak. Untuk faktor kesempatan seperti anak anak-anak yang tidak
dapat belajar dengan baik dan tidak dapat meningkatkan
belajarnya, akibat tidak adanya kesempatan yang disebabkan oleh
pekerjan dan pengaruh lingkungan yang buruk.
32
Belajar adalah suatu proses yang terdiri dari masukan (input) dan
hasil (output). Dalam hal ini belajar dapat dianalisis dengan pendekatan
analisis sistem sehingga dapat melihat berbagai faktor yang mempengaruhi
proses dan hasil belajar.
Skema 2.3 Proses Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Sumber: Notoatmodjo,2007 : 50)
Selain itu, masih ada lagi faktor lain yang dapat mempengaruhi
proses dan hasil belajar pada setiap orang seperti yang digambarkan
sebagai berikut:
Proses Belajar
metode
Fasilitas Belajar
Bahan Ajar
Alat bantu
Input (Subyek belajar) Output (Hasil Belajar)
33
Alam
Lingkungan
Luar Sosial
Kurikulum/Bahan Pelajaran Guru/Pengajar Sarana dan Fasilitas
Faktor Instrumen Administrasi/ managemen
Kondisi Fisik
Fisiologi Kondisi Panca Indra
Dalam Bakat
Psikologi Minat
Kecerdasan
Motivasi
Kemampuan Kognitif
Skema 2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
(Sumber: Purwanto,2007:107)
6. Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip-prinsip belajar pada hakekatnya meliputi (Notoatmodjo, 2007):
a. Prinsip 1
Belajar adalah suatu penagalaman yang terjadi dalam diri si
pelajar yang diaktifkan oleh individu itu sendiri. Proses belajar
dikontrol oleh si pelajar sendiri dan bukan oleh si pengajar. Oleh
karena itu mengajar bukan berarti memaksakan sesuatu terhadap si
pelajar sehingga perubahan persepsi pengetahuan, sikap, dan perilaku
adalah suatu produk manusia itu sendiri, bukan kekuatan yang
dipaksakan kepada individu.
34
b. Prinsip 2
Belajar adalah proses penggalian ide-ide yang berhubungan
dengan dir sendiri dan masyarakat sehingga pelajar dapat dapat
menentukan kebutuhan dan tujuan yang akan dicapai, untuk itu apa
yang relevan bagi pelajar harus ditemukan oleh pelajar itu sendiri.
c. Prinsip 3
Belajar adalah suatu konsekuensi dari pengalaman, seseorang
menjadi bertanggung jawab ketika ia diserahi tanggung jawab. Orang
tidak akan mengubah perilakunya hanya karena seseorang mengatakan
kepadanya untuk mengubahnya, sehingga belajar efektif tidak cukup
jika hanyadengan member informasi saja, tetapi juga memberikan
pengalaman.
d. Prinsip 4
Belajar adalah proses kerjasama dan kolaborasi. Kerjasama
akan memperkuat proses belajar, karena pada hakekatnya orang
senang saling bergantung dan saling membantu. Dengan kerjasama,
saling berinteraksi, dan saling berdiskusi, disamping memperoleh
pengetahuan dari orang lain juga dapat mengembangkan pemikiran-
pemikiran dan daya kreasi individu.
e. Prinsip 5
Belajar adalah proses evaluasi, bukan proses revolusi karena
perubahan perilaku memerlikan waktu dan kesabaran. Perubahan
perilaku adalah suatu proses yang lama, karena memerlukan
35
pemikiran-pemikiran dan pertimbangan orang lain, contoh, dan
mungkin pengalaman sebelum menerima atau berperilaku baru.
f. Prinsip 6
Belajar kadang-kadang merupakan suatu proses yang
menyakitkan karena menghendaki perubahan kebiasaan yang sangat
menyenangkan dan sangat berharga bagi dirinya dan mungkin harus
melepaskan sesuatu yang menjadi jalan hidup atau pegangan hidupnya.
Maka dalam mengenalkan hal-hal baru yang menghendaki subjek
untuk berperilaku baru, sebaiknya tidak secara dramatis atau radikal.
g. Prinsip 7
Belajar adalah proses emosional dan intelektual. Belajar
dipengaruhi oleh keadaan individu atau si pelajar secara keseluruhan.
Oleh karena itu hasil belajar sangat ditentukan oleh situasi psikologis
individu pada saat belajar, sehingga harus diciptakan iklim proses
belajar sedemikian rupa sehingga tidak kaku, tidak tegang, dan mati.
h. Prinsip 8
Belajar bersifat individual dan unik. Setiap orang mempunyai
gaya belajar dan keunikan sendiri dalam belajar. Untuk itu harus
menyediakan media belajar yang bermacam-macam sehingga tiap
individu dapat memperoleh pengalaman belajar sesuai dengan
keunikan dan gaya masing-masing.
36
C. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling
mempengaruhi. Belajar adalah kebutuhan tingkah laku secara relatif
permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau
penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai
tujuan tertentu. Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal
pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang
mendukung (Uno, 2008). Menurut Dian (2006) motivasi belajar adalah
kesediaan, dorongan, dan semangat untuk melakukan kegiatan belajar
pada berbagai tempat dan waktu yang ada.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Motivasi belajar pada dasarnya dapat timbul karena 2 (dua) faktor
antara lain:
a. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik ini berasal dari dalam diri sendiri yang didasari
oleh adanya kebutuhan untuk belajar, yang berupa hasrat dan
keinginan berhasil dan dorongan keinginan kebutuhaan belajar,
harapan akan cita-cita. Biasanya motivasi belajar intrinsik ini
merupakan motivasi yang baik (Dian, 2006). Selain itu faktor
fisiologis, yaitu keadaan sifat jasmani pada umumnya misalnya kondisi
atau keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu (panca indra) juga
37
mempengaruhi anak (siswa) untuk belajar (Suryabrata, 1993 dalam
tulisan Indie, 2009).
b. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik ini merupakan motivasi yang berasal dari
luar, seperti dukungan keluarga (terutama orang tua), sebagai
lingkungan terdekat dimana anak berada dalam kehidupan sehari-
harinya, adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif (Uno,
2008). Faktor non sosial seperti suhu, cuaca, waktu, letak sekolah atau
tempat belajar harus memenuhi syarat-syarat seperti di tempat yang
tidak terlalu dekat dengan kebisingan atau jalan ramai serta
kelengkapan alat-alat pelajaran (Suryabrata, 1993 dalam tulisan Indie,
2009).
Motivasi belajar yang ada pada seorang pelajar dipengaruhi oleh
cita-cita yang telah direncanakan dengan proses belajar yang dilakukan
tersebut, kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan, kebutuhan untuk
aktualisasi diri, dan kebutuhan untuk memahami serta menguasai apa yang
dipelajari (Niewhof dkk, 2004 dalam tulisan Indie, 2009).
3. Peranan Motivasi Dalam Belajar
Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan
menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang
belajar. Ada beberapa peranan dari motivasi dalam belajar antara lain
(Uno, 2008) :
38
a. Peran Motivasi Dalam Menentukan Penguatan Belajar
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila
seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang
membutuhkan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan oleh bantuan
hal-hal yang pernah dilaluinya.
b. Peran Motivasi Dalam Memperjelas Tujuan Belajar
Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat
kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar
sesuatu jika yang dipelajarinya itu sediktnya sudah dapat dinikmati
atau dapat diketahui manfaatnya bagi anak.
c. Peran Motivasi Dalam Menentukan Ketekunan Belajar
Seorang anak yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan
berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan
memperoleh hasil yang baik. Dalam hal ini tampak bahwa motivasi
untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar.
D. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar
Karakteristik anak usia sekolah dasar antara lain (Sofa, 2008) :
1. Pertumbuhan Fisik atau Jasmani
Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama
lain, sekalipun anak-anak tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam
kondisi ekonomi yang relatif sama pula. Sedangkan pertumbuhan anak-
anak berbeda ras juga menunjukkan perbedaan yang menyolok. Hal ini
39
antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan orangtua
terhadap anak, kebiasaaan hidup dan lain-lain.
Nutrisi dan kesehatan sangat mempengaruhi perkembangan fisik
anak. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi
lamban, kurang berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya anak yang
memperoleh makanan bergizi, lingkungan yang menunjang, perlakuan
orang tua serta kebiasaan hidup baik akan menunjang pertumbuhan dan
perkembangan anak.
2. Perkembangan Intelektual dan Emosional
Perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada berbagai
faktor utama, antara lainj kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan
dan pembinaan orang tua. Akibat terganggunya perkembangan intelektual
tersebut anak kurang dapat berpikir operasional, tidak memiliki
kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan maupun dalam
berkomunikasi.
Perkembangan emosional anak berbeda satu sama lain karena
adanya perbedaan jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan dan
pimbinaan orang tua maupun guru di sekolah. Perbedaan perkembangan
emosional tersebut juga dapat dilihat berdasarkan ras, budaya, etnik dan
bangsa.
3. Perkembangan Bahasa
Bahasa telah berkembang sejak anak usia 4-5 bulan. Orang tua
yang selalu membumbing anaknya untuk belajar berbicara mulai dari yang
40
sederhana sampai anak memiliki ketrampilan berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa. Oleh karena itu bahasa berkembang setahap demi
setahap sesuai dengan pertumbuhan organ pada anak dan kesediaan orang
tua untuk membimbing anaknya.
Fungsi dan tujuan berbicara antara lain: sebagai pemuas
kebutuhan, sebagai alat untuk menarik orang lain, sebagai alat untuk
membina hubungan sosial, sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri,
untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain dan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain.
4. Perkembangan Moral, Sosial dan Sikap.
Orangtua diharapkan dapat memberikan bimbingan agar anak
dapat bergaul dalam masyarakat dengan tepat, dan dituntut menjadi
teladan yang baik bagi anak, mengembangkan ketrampilan anak dalam
bergaul dan memberikan penguatan melalui pemberian hadiah kepada
anak apabila berbuat atau berperilaku yang positif serta memberi hukuman
yang sesuai jika anak berperilaku negatif.
Fungsi hadiah bagi anak, antara lain: memiliki nilai pendidikan,
memberikan motivasi kepada anak, memperkuat perilaku dan memberikan
dorongan agar anak berbuat lebih baik lagi. Sedangkan fungsi hukuman
yang diberikan kepada anak adalah: sebagai fungsi restruktif, fungsi
pendidikan dan sebagai penguat motivasi.
41
E. Kerangka Teori
Skema 2.5 Kerangka Teori (Sumber: Purwanto, 2007)
F. Kerangka Konsep
Skema 2.6 Kerangka Konsep
Faktor Individual (Internal) 1. Kematangan/pertumbuhan 2. Kecerdasan/intelejensi 3. Latihan/mengulang 4. Minat 5. Kemauan 6. Keadaan fisik 7. Ketekunan
Faktor Luar (Eksternal) 1. Lingkungan Keluarga
a. Suasana dan keadaan keluarga
b. Fasilitas belajar c. Dukungan orangtua
2. Lingkungan dan Sosial 1. Motivasi sosial (teman,
tetangga,dll) 2. Faktor keadaan geografis
3. Instrumental a. Kurikulum/bahan pelajaran b. Guru/pengajar c. Sarana dan fasilitas d. Administrasi/manejemen
Motivasi Belajar
Proses Belajar
Dukungan Orangtua Motivasi Belajar Anak
Variabel Independen Variabel Dependen
42
G. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, variabel
independen dan variabel dependen. Variabel independen penelitian ini yaitu
dukungan orangtua, sedangkan motivasi belajar sebagai variabel
dependennya.
H. Hipotesis Penelitian
Ada hubungan antara dukungan orangtua dengan motivasi belajar anak
pada anak usia sekolah.
I. Jadwal Penelitian
Terlampir.
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis atau Rancangan Penelitian
Jenis atau rancangan penelitian ini adalah descriptive correlational
yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif
antara variabel dependen dan variabel independen dengan menggunakan
pendekatan cross sectional (Nursalam, 2003). Metode penelitian dengan
pendekatan cross sectional (potong lintang) yaitu rancangan penelitian
dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan atau
sekali waktu (Hidayat, 2007).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi disebut juga ‘universe’, adalah keseluruhan
subjek/elemen/unit/anggota/item (misalnya manusia) dari sebuah riset
(Murti, 2006). Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang berada
dalam wilayah penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa SD kelas IV dan kelas V di SD Petompon 01
Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang pada tahun ajaran
2008/2009.
44
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau
sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam
penelitian, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi,
dimana kriteria tersebut menentukan dapat dan tidaknya sampel tersebut
dapat digunakan (Hidayat, 2007). Kriteria inklusi merupakan kriteria
dimana subjek penelitian mewakili sampel penelitian yang memenuhi
syarat sebagai sampel. Sedangkan kriteria eksklusi merupakan kriteria
dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel dikarenakan tidak
memenuhi syarat sebagai sampel penelitian yang penyebabnya antara
lain; adanya hambatan etik, menolak menjadi responden, keadaan yang
tidak memungkinkan untuk dilakukan penelitian dan terdapat keadaan
atau penyakit yang mengganggu pengukuran maupun interpretasi hasil
penelitian (Nursalam, 2003). Besar populasi kurang dari 10.000,
penentuan jumlah sampelnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus
(Notoatmodjo, 2002):
n = ( )21 dNN
+
Keterangan:
n : besar sample
N : besar populasi
d : tingkat kepercayaan/ketetapan yang diinginkan (0,1)
45
Dalam penelitian ini besarnya populasi (N) adalah 135, dengan
jumlah siswa kelas IV yaitu 73 dan kelas V 62 siswa. Maka jumlah
sampel perstratanya adalah:
n = ( )21,01351135
+
n = 57,44
n = 57
Kelas IV : (57/135)X 73 = 30,82 =31
Kelas V : (57/135)X 62 = 26,17 =26
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan stratified
random sampling, kemudian menggunakan simple random sampling
dengan hasil perhitungan rumus di atas sejumlah 57 siswa. Kriteria
inklusi subjek penelitian ini antara lain: siswa masih tercatat sebagai
siswa di kelas 4 dan 5 di SD Petompon 01 tahun ajaran 2008/2009, siswa
dalam keadaan sehat dan sadar serta bersedia menjadi responden
penelitian yang dibuktikan dengan tanda persetujuan (informed consent).
46
C. Definisi Operasional, Variabel Penelitian dan Skala Penelitian
No. Variabel Definisi Operasional
Alat ukur Hasil ukur Skala
1. Varibel bebas: Dukungan orangtua
Dukungan orangtua adalah suatu bentuk pemberian perhatian, baik secara fisik maupun psikologis dari orangtua kepada anaknya.
Kuesioner A Jumlah nilai: - Kurang jika nilai skor antara 20 - 39. - Sedang jika nilai skor antara 40 – 59. - Baik jika nilai skor antara 60 – 80.
interval
2. Variabel terikat: Motivasi Belajar
Motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai keinginan dengan segala upaya anak untuk belajar secara rutin.
Kuesioner B Jumlah nilai: - Kurang jika nilai skor antara 20 - 39. - Sedang jika nilai skor antara 40 – 59. - Baik jika nilai skor antara 60 – 80.
interval
Tabel 3.1 Definisi Operasional
D. Metode Pengumpulan Data
1. Alat Pengumpulan Data
Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner
atau angket yang berisi sejumlah pertanyaan tertulis untuk memperoleh
informasi tentang dukungan orangtua dan motivasi belajar anak dari
responden. Peneliti membuat kuesioner yang dibagi menjadi 2 bagian:
a. Kuesioner A
Yaitu kuesioner untuk mengetahui tentang dukungan
orangtua terhadap anak, yang terdiri dari 20 pertanyaan dengan
pilihan jawaban :
47
Tidak pernah, jika tidak pernah dilakukan (skor = 1)
Jarang, jika dilakukan 2 x perminggu (skor = 2)
Sering, jika dilakukan 4 x perminggu (skor = 3)
Selalu, jika dilakukan terus menerus dalam seminggu (skor = 4)
b. Kuesioner B
Yaitu kuesioner untuk mengetahui motivasi belajar anak
yang terdiri dari 20 pertanyaan dengan pilihan jawaban :
Tidak pernah, jika tidak pernah dilakukan (skor = 1)
Jarang, jika dilakukan 2 x perminggu (skor = 2)
Sering, jika dilakukan 4 x perminggu (skor = 3)
Selalu, jika dilakukan terus menerus dalam seminggu (skor = 4)
2. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-
tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2007).
Uji validitas penelitian ini menggunakan rumus pearson product
moment, pada pengujian ini telah dilakukan pada 20 siswa kelas VI
yang ada di SD Petompon 01 Kecamatan Gajah Mungkur Kota
Semarang.
Pengambilannya dilakukan dengan teknik simple random
sampling karena populasi yang homogen. Adapun ketentuan
pengujiannya adalah apabila nilai r hitung lebih besar dari r tabel,
maka item pertanyaan tersebut dinyatakan valid. Dari perhitungan
48
statistik didapatkan hasil r hitung (0,502 – 0,963) > r tabel (0,444)
sehingga 20 item pertanyaan tersebut valid.
b. Uji reliabilitas
Reliabilitas dapat menunjukkan bahwa sesuatu instrumen
penelitian cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data apabila instrumen tersebut sudah baik (Arikunto,
2007). Tinggi rendahnya reliabilitas tes tercermin oleh nilai
chronbach alpha di atas 0,60. Berdasarkan hasil perhitungan uji
statistikl didapatkan nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,760 lebih
besar dari 0,60 sehingga reliabel.
3. Cara Pengumpulan data
Cara pengumpulan data yang dilakukan peneliti di SD Petompon
01 Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang, sebagai berikut: Peneliti
menjelaskan tujuan penelitian yang akan dilakukan, Peneliti memberikan
lembar persetujuan penelitian (informed consent) kepada sampel
penelitian yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian untuk
ditandatangani, Peneliti membagikan kuesioner kepada sample penelitian
dan memberikan instruksi agar sample atau responden menjawab seluruh
pertanyaan yang diberikan, dan Peneliti mengambil kuesioner setelah
kuesioner diisi oleh sampel penelitian.
49
E. Metode Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Dalam proses pengolahan data terdapat langkah – langkah yang
harus ditempuh, diantaranya ( Hidayat, 2007) :
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran
data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada
tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric
(angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian
kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data
menggunakan komputer, dalam pemberian kode dibuat juga daftar
kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan
kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari arti suatu variabel.
c. Entry data
Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan kedalam master table atau data base komputer,
kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bias juga
dengan membuat tabel kontigensi.
d. Melakukan teknik analisis
Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data
penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan
dengan tujuan yang hendak dianalisis.
50
2. Analisa Data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk
menganalisis tiap variabel yang ada secara deskriptif. Analisis ini
digunakan digunakan untuk mendeskripsikan dukungan orang tua
sebagai variabel independen dan motivasi belajar sebagai variabel
dependennya dengan SPSS 13.
b. Analisis bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua
variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Analisis ini
untuk mendapatkan hubungan antara dukungan orang tua dengan
motivasi belajar, menggunakan uji analisis kenormalan uji
kolmogorov smirnov dan uji korelasi pearson dengan interpretasi p
value < 0,05 sehingga Ho ditolak, berarti ada hubungan antara
dukungan orang tua dengan motivasi belajar anak pada usia sekolah
di SD Petompon 01 Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang
tahun ajaran 2008/2009. Analisis bivariat ini menggunakan SPSS 13.
F. Etika Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti memberikan surat ijin
permohonan penelitian kepada pihak sekolah SD Petompon 01 Kecamatan
Gajah Mungkur Kota Semarang, dengan memperhatikan etika penelitian,
yang meliputi (Hidayat, 2007):
51
1. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuannya
adalah supaya subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian. Jika subjek
bersedia, maka responden harus menandatangani lembar persetujuan, jika
responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak
responden.
2. Anonimity (tanpa nama)
Dalam penggunaan subjek penelitian dilakukan dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik
informasi maupun masalah-masalah lainnya yang berhubungan dengan
responden. Hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset.
52
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Petompon 01 Kecamatan Gajah
Mungkur Kota Semarang. Dengan mengambil sampel pada siswa SD kelas
IV dan kelas V pada tahun ajaran 2008/2009. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara dukungan orangtua dengan motivasi belajar
anak pada usia sekolah di SD Petompon 01 Kecamatan Gajah Mungkur Kota
Semarang dengan jumlah responden yang diambil yaitu 57 siswa. Kuesioner
yang dibagikan pada responden terisi semua dan tidak ada yang cacat.
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
a. Jumlah responden
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Siswa Kelas 4 dan Kelas 5 di SD Petompon 01 Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang Tahun 2008/2009 (n = 57)
Kelas responden Frekuensi (n) Presentase (%)
Kelas 4 31 54,4 Kelas 5 26 45,6
Total 57 100
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa distribusi siswa
kelas IV dan kelas V di SD Petompon 01 Kecamatan Gajah
Mungkur Kota Semarang didapatkan bahwa distribusi siswa kelas IV
dan kelas V di SD Petompon 01 Kecamatan Gajah Mungkur Kota
53
Semarang didapatkan bahwa sebagian besar responden adalah kelas
IV yaitu sebesar 31 siswa (54,4%) dan kelas V sebesar 26 responden
(45,6%).
b. Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Siswa Kelas 4 dan Kelas 5 Berdasarkan Jenis Kelamin di SD Petompon 01 Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang Tahun 2008/2009 (n = 57)
Jenis kelamin Frekuensi (n) Presentase (%)
Laki-laki 34 59,6 Perempuan 23 40,4
Total 57 100
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa distribusi
responden berdasarkan jenis kelamin. Didapatkan bahwa sebagian
besar responden adalah laki – laki yaitu sebesar 34 siswa (56,9%)
dan perempuan sebesar 23 siswa (40,4%).
c. Umur
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Siswa Kelas 4 dan Kelas 5 Berdasarkan Umur di SD Petompon 01 Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang Tahun 2008/2009 (n = 57)
Umur Frekuensi (n) Presentase (%)
13 3 5,3 12 2 3,5 11 23 40,4 10 18 431,6 9 11 19,3
Total 57 100
Berdasarkan tabel 4.3 tentang distribusi responden
berdasarkan umur responden di SD Petompon 01 Kecamatan Gajah
Mungkur Kota Semarang, didapatkan ada 23 responden (40,4%)
54
yang berumur 11 tahun,18 responden (31,6%) berumur 10 tahun, 11
responden (19,3%) berumur 9 tahun, 3 responden (5,3%) yang
berumur 13 tahun, dan 2 responden (3,5%) dengan umur 12 tahun.
2. Analisis Univariat
a. Dukungan Orang tua
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Siswa Kelas 4 dan Kelas 5 Berdasarkan Dukungan Orang Tua di SD Petompon 01 Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang Tahun 2008/2009 (n=57
Dukungan orang tua Frekuensi (n) Presentase (%)
Buruk 5 8,8 Sedang 45 78,8 Baik 7 12,4
Total 57 100
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar
responden mendapatkan dukungan orang tua dengan kategori sedang
sebanyak 45 (78,8%) responden, sedangkan dukungan orang tua
dengan kategori baik ada 7 (12,4%) responden dan 5 (8,8%) dengan
kategori dukungan orang tua buruk. Perhitungan statistik dapat
diketahui bahwa rata – rata nilai dukungan orang tua adalah 50,33
dengan standar deviasi 8,442 dan mempunyai nilai terendah 33 serta
nilai tertinggi 66.
55
Tabel 4.5 Distribusi Berdasarkan Dukungan Orang tua Siswa kelas 4 dan kelas 5 di SD Petompon 01 Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang Tahun 2008/2009 (n=57)
Presentase (%) Aspek penelitian (%)
Tidak pernah
Jarang Sering Selalu Total
Dukungan Instrumental / Finansial 32,9 21,07 19,72 26,32 100 Dukungan Emosional 23,68 32,27 17,72 28,24 100 Dukungan Informatif 5,72 19,75 20,62 53,95 100 Dukungan Penilaian 6,15 29,85 19,3 44,75 100
Berdasarkan tabel 4.5 tentang distribusi jawaban responden
berdasarkan dukungan orang tua di SD Petompon 01 Kecamatan
Gajah Mungkur Kota Semarang menurut jawaban pada kuesioner
didapat dukungan instrumental/finansial pada jawaban jarang
sebesar 21,07%, sering sebesar 19,72%, dan selalu sebesar 26,32%;
dukungan emosional orang tua responden pada jawaban jarang
diperoleh 32,27%, sering sebesar 17.72%, dan 28,24% pada jawaban
selalu; dukungan informatif pada jawaban jarang didapat sebesar
19,75%, sering sebesar 20,62%, dan 53,95% pada jawaban selalu;
dan dukungan penilaian orang tua pada jawaban jarang didapat
sebesar 29,85%, sering sebesar 19,3%, dan jawaban selalu sebesar
44,75%.
b. Motivasi Belajar
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Anak Pada Usia Sekolah di SD Petompon 01 Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang Tahun 2008/2009 (n = 57)
Motivasi belajar Frekuensi (n) Presentase (%)
Buruk 0 0 Sedang 26 45,6 Baik 31 54,4
Total 57 100
56
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar
mempunyai motivasi belajar dengan kategori baik yaitu sebanyak 31
(54,6%) responden, sedangkan motivasi belajar dengan kategori
sedang ada 26 (45,6%) responden. Perhitungan statistik dapat di
ketahui bahwa rata – rata nilai motivasi belajar adalah 60,42 dengan
standar deviasi 9,108 dan mempunyai nilai terendah 44 serta nilai
tertinggi 79.
Tabel 4.7 Distribusi Motivasi Belajar Siswa Kelas 4 dan Kelas 5 di SD Petompon 01 Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang Tahun 2008/2009 (n = 57)
Presentase (%) Aspek penelitian
Tidak pernah
Jarang Sering Selalu Total
Motivasi Persiapan Belajar 9,48 22,1 20,7 47,72 100 Motivasi Belajar 6,3 27,77 25,88 40,02 100 Motivasi Mengerjakan Tugas 8,2 26,33 18,7 46,77 100
Berdasarkan tabel 4.7 tentang distribusi jawaban responden
berdasarkan motivasi belajar anak pada usia sekolah di SD
Petompon 01 Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang menurut
jawaban pada kuesioner tentang motivasi persiapan belajar pada
jawaban jarang didapat sebesar 22,1%, sering sebesar 20,7%, dan
47,72% pada jawaban selalu; motivasi belajar anak pada jawaban
jarang didapat sebesar 27,77%, sering sebesar 25,88%, dan 40,05%
pada jawaban selalu; motivasi mengerjakan tugas pada jawaban
jarang didapat sebesar 26,33%, sering sebesar 18,7%, dan 46,77%
pada jawaban selalu.
57
c. Hubungan Dukungan Orang tua dengan Motivasi Belajar
Gambar 4.8 Diagram Tebar Hubungan Antara Dukungan Orang tua dengan Motivasi Belajar Pada Anak Usia Sekolah di SD Petompon 01 Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang Tahun 2008/2009 (n = 57)
Berdasarkan skema 4.8 dapat disimpulkan bahwa ada
kecenderungan semakin tinggi nilai dukungan orang tua maka nilai
motivasi belajar juga semakin tinggi. Hasil uji statistik dengan
korelasi pearson diperoleh nilai p value sebesar 0,038 yang lebih
kecil dari nilai α (0,05) dan nilai r sebesar 0,275. Dapat diputuskan
bahwa Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti terdapat hubungan
yang signifikan antara dukungan orang tua dengan motivasi belajar
pada anak usia sekolah diSD Petompon 01 Kecamatan Gajah
Mungkur Kota Semarang.
58
C. Pembahasan
1. Dukungan Orang tua
Berdasarkan hasil, dukungan orang tua dalam penelitian ini berada
pada kategori dukungan sedang yaitu sebanyak 45 (78,8%) responden
dengan dukungan orang tua yang bersifat dukungan informatif sebesar
53,95%. Dukungan informatif yang dilakukan seperti selalu menasehati
anak untuk giat belajar, membimbing dan mengarahkan belajar jika anak
terlalu banyak bermain atau menonton televisi, dan menyuruh anak untuk
segera belajar jika jam belajar tiba. Sedangkan dukungan yang bersifat
instrumental / finansial dalam penelitian ini mendapatkan hasil yang
paling kecil diantara dukungan orang tua yang lainnya yaitu sebesar
26,32%. Hal ini dikarenakan kondisi perekonomian orang tua dengan rata-
rata masih kurang sehingga kebanyakan orang tua siswa masih belum
mampu menyediakan fasilitas-fasilitas belajar seperti membelikan buku
pelajaran tambahan atau peralatan belajar, memodifikasi lingkungan
belajar dan mendatangkan guru les pribadi.
Baron dan Byrne (1997) mendefinisikan dukungan sosial sebagai
suatu bentuk pemberian rasa nyaman, baik secara fisik maupun psikologis
oleh keluarga atau teman dekat dalam menghadapi tekanan – tekanan atau
masalah tertentu. Seseorang yang mendapat rasa nyaman akan lebih efektif
dalam menghadapi tekanan – tekanan atau masalah tertentu dari pada
orang yang mendapat penolakan dari orang lain, sehingga orang tua yang
memberikan dukungan pada anaknya dalam belajar akan mampu
59
meningkatkan semangat untuk belajar lebih giat, tidak mudah putus asa
dalam menghadapi kesulitan belajar dan belajar dengan sungguh –
sungguh.
Johnson dan Johnson (1991) dalam tulisan Indie (2009), dukungan
sosial didefinisikan sebagai keberadaan orang lain yang dapat dijadikan
untuk memberikan bantuan, semangat, penerimaan, dan perhatian
sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan individu.
House dan Kahn (1985) dalam tulisan Indie (2009), juga
menyebutkan bentuk – bentuk dukungan sosial, yaitu adanya dukungan
emosional berupa penghargaan, cinta, kepercayaan, perhatian, dan
kesediaan untuk mendengarkan. Kemudian dukungan informatif, yaitu
berupa nasihat, sugesti, arahan langsung, dan informasi. Selain itu juga ada
dukungan instrumental, yaitu berupa bantuan uang, kesempatan, dan
modifikasi lingkungan serta dukungan penilaian, yaitu umpan balik dan
membandingkan dengan orang lain.
Hal ini diperkuat juga oleh penelitian Nasution (2005), yang
menyatakan bahwa orang tua memiliki peran terbesar di dalam keluarga,
peran tersebut antara lain sebagai motivator, fasilitator, dan mediator.
Sebagai motivator orang tua harus senantiasa memberikan motivasi atau
dorongan terhadap anaknya untuk menuntut ilmu pengetahuan. Sebagai
fasilitator, orang tua harus memberikan fasilitas, pemenuhan kebutuhan
keluarga/anak berupa sandang, pangan, dan papan, termasuk kebutuhan
pendidikan. Sebagai mediator, orang tua harus bertindak sebagai mediasi
60
(perantara/penengah) dalam hubungan kekeluargaan, kemasyarakatan
terutama dengan sekolah.
Peneliti memberikan pendapat, bahwa dukungan orang tua yang
baik adalah dukungan penuh orang tua yang bersifat informatif dan
dukungan penilaian. Dukungan informatif dan dukungan penilaian yang
bisa diberikan adalah membimbing dan mengarahkan anak untuk belajar
serta menghargai usaha – usaha yang dilakukan anak, karena dengan
seperti itu anak akan terbiasa dan bersemangat untuk belajar.
2. Motivasi Belajar
Berdasarkan hasil ini didapatkan bahwa motivasi belajar anak pada
usia sekolah di SD Petompon 01 Kecamatan Gajah Mungkur Kota
Semarang berada pada kategori baik sebanyak 31 (54,4%) responden,
dengan motivasi yang bersifat motivasi persiapan belajar sebesar 47,72%.
Tingginya motivasi tersebut karena adanya minat dan rasa antusiasme
dalam diri siswa yang tinggi. Motivasi persiapan belajar dilakukan oleh
anak seperti belajar sebelum pelajaran dimulai, menyiapkan buku dan
perlengkapan belajar, berusaha untuk mendapatkan nilai yang baik dan
menentukan jadwal belajar siswa sesuai dengan keinginannya. Sedangkan
motivasi yang bersifat motivasi belajar didapatkan hasil rata-rata
prosentase paling kecil yaitu sebesar 40,05%. Motivasi belajar tersebut
antara lain membaca buku yang bermanfaat, menggunakan jam kosong
untuk membaca atau berdiskusi, belajar meskipun tidak ada pekerjaan
rumah (PR) dan mempelajari kembali materi yang sudah diajarkan.
61
Uno (2008) menjelaskan bahwa motivasi belajar merupakan
dorongan internal dan eksternal pada individu yang sedang belajar untuk
mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumya dengan beberapa
indikator atau unsur yang mendukung.
Indie (2009) juga menjelaskan bahwa motivasi memiliki peran
penting dalam proses belajar. Siswa dengan motivasi rendah akan banyak
mengalami masalah dalam belajar, misalnya siswa terkesan lambat
melakukan tugas yang berhubungan dengan kegiatan belajar, jadi pemalas,
mudah putus asa, suka membolos, melalaikan tugas sekolah, dan acuh tak
acuh terhadap segala hal yang berkaitan dengan kegiatan sekolah. Kondisi
ini akan berdampak buruk terhadap keberhasilan belajarnya.
Motivasi dan belajar dapat dipengaruhi diri sendiri (intrinsik), yang
didasari oleh adanya kebutuhan untuk belajar, dan dari luar diri sendiri
(ekstrinsik) yaitu kondisi yang berasal dari lingkungan terutama keluarga
(Dhien, 2006).
Niewhof dkk (2004) dalam tulisan Indie (2009), bahwa motivasi
belajar dipengaruhi oleh cita – cita yang telah direncanakan dengan proses
belajar yang dilakukan tersebut, kebutuhan untuk mendapatkan
penghargaan, kebutuhan untuk aktualisasi diri, dan kebutuhan untuk
memahami serta menguasai apa yang dipelajari.
Hal ini juga diperkuat oleh penelitian Sisca (2007), menjelaskan
bahwa motivasi belajar erat kaitannya dengan minat. Lemahnya motivasi
belajar siswa disebabkan oleh berbagai macam hal diantaranya; 1) Latar
62
belakang keluarga individu bermasalah, seperti masalah ekonomi
keluarga, komunikasi atau relasi dengan orang tua kurang, fasilitas belajar
yang kurang memadai; 2) Daridalam diri siswa, seperti sikap menganggap
mudah mata pelajaran, adanya tekanan psikologis, siswa kurang simpati
dan antusias dengan guru yang mengajar, dan daya juang siswa lemah.
Peneliti berpendapat bahwa motivasi belajar yang baik dapat
dilakukan melalui upaya dari diri sendiri dan dorongan dari lingkungan.
Upaya dari diri sendiri dapat dinilai dari persiapan belajar yaitu
menyiapkan segala sesuatu untuk keperluan belajar seperti belajar sebelum
pelajaran dimulai, menyiapkan buku dan alat belajar. Upaya motivasi dari
diri sendiri yang lain adalah motivasi untuk mengerjakan tugas dan
motivasi untuk belajar. Motivasi mengerjakan tugas dapat dilakukan oleh
anak seperti mengerjakan tugas dengan baik dan pergi ke perpustakaan
jika ada tugas. Motivasi belajar dapat dilakukan seperti selalu
memperhatikan penjelasan guru dengan antusias, membaca, berdiskusi,
berusaha tekun dalam belajar dan mempelajari materi yang sudah
diajarkan.
3. Hubungan Dukungan Orang tua dengan Motivasi Belajar
Hasil uji statistik dengan korelasi pearson diperoleh nilai p value
sebesar 0,038 yang lebih kecil dari nilai α (0,05) dan terdapat hubungan
antara dukungan orang tua dengan motivasi belajar di SD Petompon 01
Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang. Berdasarkan data penelitian
menunjukkan bahwa semakin baik dukungan orang tua akan semakin baik
63
pula motivasi belajar anak, dengan nilai korelasi (r) sebesar 0,275.
Dukungan yang diberikan oleh orang tua siswa di SD Petompon 01
Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang ini mempengaruhi motivasi
belajar terutama dukungan yang bersifat informatif, meskipun hubungan
tersebut tidak begitu kuat. Dukungan atau perhatian orang tua secara tidak
langsung mempengaruhi minat belajar siswa.
Purwanto (2007) menjelaskan bahwa suasana dengan keadaan
keluargayang bermacam – macam, ikut menentukan bagaimana dan
sampai di mana belajar dialami dan dicapai oleh anak – anak, termasuk
dalam keluarga yang ada tidaknya atau tersedia tidaknya fasilitas –
fasilitas yang diperlukan dalam belajar turut memegang peranan yang
penting.
Penelitian lain menjelaskan bahwa latar belakang keluarga baik
masalah ekonomi dan keharmonisan keluarga yang kurang dapat
berpengaruh pada emosi dan mengalami tekanan psikologi sehingga
mempengaruhi minat belajar siswa (Sisca, 2007).
Motivasi dapat ditingkatkan dengan cara melibatkan keluarga atau
orang tua, sebab pendidikan bukan hanya tanggungjawab pemerintah,
tetapi juga merupakan tanggungjawab keluarga dan masyarakat.sikap anak
terhadap sekolah akan dipengaruhi oleh sikap orang tua, sehingga
diperlukan kepercayaan orang tua kepada sekolah yang menggantikan
tugasnya selama berada di sekolah. Peran keluarga yang lain adalah
64
mengajarkan nilai- nilai dan tingkah laku yang sesuai dengan yang
diajarkan di sekolah (Indie, 2009).
Peneliti mengemukakan bahwa dukungan orang tua, baik dukungan
fisikmaupun psikologis yang baik sangat dibutuhkan oleh anak dalam
memacu semangat belajarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mendampingi anak pada saat belajar, membantu anak mengerjakan tugas
sekolah, memberikan kenyamanan dalam belajar, memberikan
penghargaan kepada anak, mengarahkan anak dan memfasilitasi
kebutuhan belajar sehingga hasil belajar yang dicapai anak optimal.
D. Keterbatasan Penelitian
Proses penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti merasa masih
banyak keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian, beberapa diantaranya :
Peneliti hanya menyebarkan kuesioner (angket), tidak melakukan wawancara
pada semua responden, instrumen yang digunakan merupakan modifikasi dari
peneliti sendiri sehingga memungkinkan tidak terpenuhinya semua aspek
yang diteliti dikarenakan keterbatasan pengetahuan peneliti; penelitian ini
dilakukan dengan pendekatan cross sectional karena peneliti ingin melakukan
pembatasan waktu, maka hanya melakukan satu kali pengukuran sehingga
hasil pengukurannya kurang memuaskan apabila dibandingkan dengan
pengukuran yang dilakukan lebih dari satu kali; penelitian ini menggunakan
nilai nilai tingkat kepercayaan 0,1 sehingga hasilnya belum optimal jika
dibandingkan dengan menggunakan nilai tingkat kepercayaan 0,05, dan
65
sampel dalam penelitian ini hanya berjumlah sedikit yaitu 57 orang sehingga
belum dapat digunakan untuk generalisasi tempat yang lain.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Sebagian besar responden mendapatkan dukungan orang tua di SD
Petompon 01 Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang dengan kategori
buruk sebesar 8,8%, kategori sedang sebesar 78,8%, dan kategori baik
sebesar 12,4%.
2. Sebagian besar responden mempunyai mempunyai motivasi belajar,
kategori sedang sebesar 45,6% dan kategori baik sebesar 54,6%.
3. Ada hubungan yang signifikan antara dukungan orang tua dengan motivasi
belajar dengan nilai p value 0,038.
B. Saran
1. Orang tua/masyarakat
Orang tua atau masyarakat diharapkan untuk memberikan
bimbingan dan arahan kepada anaknya dalam hal belajar. Selain itu orang
tua juga harus memperhatikan sekolah anaknya dengan memperhatikan
pengalaman – pengalamannya, menghargai usaha – usaha anak, serta
menunjukkan kerjasamanya dalam belajar di rumah.
67
2. Sekolah
Pihak sekolah diharapkan dapat melakukan banyak hal untuk
membantu siswa supaya semangat dalam belajar dengan: menyediiakan
sarana dan prasarana belajar yang memadai; 2) Menanamkan disiplin diri
dan sifat kerja keras kepada siswa; 3) menyediakan guru/pengajar dan
bahan ajar berkompeten.
3. Bagian Pelayanan Kesehatan
Diharapkan kepada bagian pelayanan kesehatan untuk lebih
mengenali dan memahami hubungan psikologis anak dengan keluarga
terutama orang tua dengan pendekatan yang sesuai, sehingga dapat
memberikan pelayanan yang optimal.
4. Peneliti
Penelitian hubungan antara dukungan orang tua dan motivasi
belajar anak pada usia sekolah di SD Petompon 01 Kecamatan Gajah
Mungkur Kota Semarang ini hanya dilakukan di satu instansi, akan lebih
baik jika penelitian ini dilakukan di seluruh SD di Kota Semarang
sehingga hasil penelitian tersebut dapat dijadikan tolok ukur untuk
mengetahui hubungan dukungan orang tua dan motivasi belajar pada anak
usia sekolah.
68
DAFTAR PUSTAKA
Aderusliana. (2007). Teori Belajar. Retrieved January 12, 2009, from http://blogs.unpad.ac.id/aderusliana.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Ed.
VI. Jakarta: Rineka Cipta. Dhien. (2006). Motivasi Belajar. Retrieved January 14, 2009 from : //dhiean.
multiply.com/journal/item/1 Hamizar. 2009. Mendampingi Anak Belajar di Rumah. Retrieved February 4,
2009, from http://www.ipeka.org/counseling.asp?id=1001614. Hidayat, Aziz A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika. Hodijah. (2008). Hubungan Antara Intensitas Komunikasi Orangtua Anak dengan
Motivasi Belajar Anak. Retrieved May 28, 2009. from http://library.gunadarma.ac.id
Indie. (2009). Motivasi Belajar ditinjau Dari Dukungan Orangtua dan Konsep
Diri Akademik Siswa. Retrieved May 28, 2009. from http : //indiegost.blogspot. com/motivasi-belajar-ditinjau-dari-dukungan.html.INDIE.
Murti, Bisma. (2006). Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif
dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Nasution, Rusli. (2005). Pemberian Motivasi dari Orang tua Anak Terhadap
Anak Didik Pemasyarakatan di Lapas Anak. Retrieved January 12, 2009, from http://www.educare.e-fkipunia.net/.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta. Purnawati. (2005). Aspirasi dan Partisipasi Orangtua Terhadap Pendidikan.
Retrieved January 14, 2009. From : http://digilib.unnes.ac.Id/ gsdl/collect/skripsi/index/HASH01c1/27661ee2.dir/do.
69
Purwanto, Didik. (2008). Orangtua Wajib Dampingi Anak Belajar. Retrieved February 23, 2009, http://www.didikpurwanto.blogspot.com//.
Purwanto, Heri. (1998). Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan.
Jakarta: EGC. Purwanto, M. Ngalim. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Sisca.(2007). Peningkatan Motivasi Belajar Siswa SMPK MATER DEI
Probolinggo. Retrieved May 28, 2009. from http : //media.diknas.go.id/media/ document/5691.pdf.
Sofa, (2008) . Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar. Retrieved January 12,
2009, from http://www.massofa.wordpress.com/. Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Ed.12 : CV Alfabeta. Suhaeli, Eli. (2006). Pengaruh Perhatian Orangtua Terhadap Keberhasilan
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Retrieved January 12, 2009, from http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi/tarbiyah/eli-suhaeli nim-03010024.
Sumardiono, Lala. (2008). Menemani Anak Belajar. Retrieved February 23, 2009,
http://www.sekolahrumah.com//. Sunaryo.(2004). Psikologi Untuk Keperawatan.Jakarta:EGC. Tigor, Alber. (2008). Peranan Orangtua Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar
Anak. Retrieved January 12, 2009, from http ://www.Lpmp sultra.net/indeks.php
Uno, Hamzah. (2008). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
70
71
Lampiran 1
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Kepada Yth:
Adik – adik siswa kelas IV dan V
Di SD Petompon 01 Kecamatan Gajah Mungkur
Kota Semarang.
Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa program studi S1
Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan (FIKKES), Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS). Saya akan melakukan penelitian tentang
Hubungan Antara Dukungan Orang Tua dengan Motivasi Belajar pada
Anak Usia Sekolah di SD Petompon 01 Kecamatan Gajah Mungkur Kota
Semarang.
. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidak hubungan
pendampingan Orangtua pada saat belajar dengan motivasi belajar anak, untuk
keperluan tersebut saya mohon adik – adaik untuk menjadi responden dalam
penelitian ini, selanjutnya kami akan bersedia/tidak bersedia untuk mengisi daftar
pertanyaan yang saya sediakan dengan kejujuran dan apa adanya. Jawaban
saudara dijamin kerahasiaannya
Demikian lembar persetujuan ini kami buat. Atas bantuan dan
partisipasinya disampaikan terimakasih.
Wassalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Responden Semarang,
Peneliti
…………. Eska Susi RW
72
Lampiran 2
Daftar Pertanyaan (Kuesioner A: Tentang dukungan orangtua)
Hubungan Antara Dukungan Orang Tua dengan Motivasi Belajar pada Anak
Usia Sekolah di SD Petompon 01 Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang
Identitas Responden No. Responden : 1. Nama (inisial) : 2. Ttl : 3. Jenis Kelamin : 4. Umur : 5. Kelas 6. Pekerjaan Orangtua : : Berilah tanda (V) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan pilihan adik – adik dengan pilihan jawaban
a. Tidak Pernah : Bila tidak pernah dilakukan b. Jarang : Bila dilakukan 2 x dalam seminggu c. Sering : Bila dilakukan 4 x dalam seminggu d. Selalu : Bila dilakukan secara terus menerus dalam seminggu
No. Daftar Pertanyaan Tidak
Pernah Jarang Sering Selalu
1 Pada saat belajar saya ditemani orangtua
2 Orangtua saya membantu saya untuk mengerjakan tugas/PR
3 Bapak/Ibu mempersiapkan keperluan belajar saya
4 Bapak/Ibu mendampingi belajar saya hingga awal sampai akhir saya belajar.
5 Orangtua saya memuji nilai ulangan saya yang bagus
6 Orangtua saya mendampingi belajar saat ujian.
7 Orangtua saya memeriksa tugas-tugas yang telah saya kerjakan
8 Orangtua saya membantu belajar saya saat saya kesulitan belajar.
9 Bapak/Ibu menanyakan tugas-tugas apa saja yang diberikan di sekolah
73
10 Bapak/Ibu menanyakan aktivitas
atau kegiatan saya di sekolah
11 Orangtua saya menasehati saya supaya rajin belajar
12 Orangtua saya membantu dan membimbing saya pada saat belajar
13 Bapak/Ibu memberikan kesempatan kepada saya untuk memilih waktu belajar yang tepat bagi saya sendiri
14 Bapak/Ibu menyediakan atau menyiapkan tempat belajar saat saya hendak belajar
15 Orangtua saya membelikan buku-buku pelajaran tambahan atau peralatan belajar
16 Orangtua saya memberi hadiah ketika nilai ulangan saya bagus atau saya naik kelas
17 Ketika waktu belajar tiba, orangtua saya menyuruh untuk segera belajar
18 Bapak/ibu mematikan Televisi/TV pada saat saya belajar
19 Orangtua saya mendatangkan guru les pribadi di rumah untuk membantu saya dalam belajar.
20 Saat saya bermain/menonton TV, Bapak/Ibu menyuruh saya untuk cepat belajar.
74
Lampiran 3
Daftar Pertanyaan (Kuesioner B: Tentang motivasi belajar)
Hubungan Antara Dukungan Orang Tua dengan Motivasi Belajar pada Anak Usia
Sekolah di SD Petompon 01 Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang.
Berilah tanda (V) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan pilihan adik – adik dengan pilihan jawaban
c. Tidak Pernah : Bila tidak pernah dilakukan d. Jarang : Bila dilakukan 2 x dalam seminggu e. Sering : Bila dilakukan 4 x dalam seminggu f. Selalu : Bila dilakukan secara terus menerus dalam seminggu
No. Daftar Pertanyaan Tidak Pernah
Jarang Sering Selalu
1 Saya belajar sebelum pelajaran dimulai
2 Saya mempelajari kembali pelajaran yang sudah diajarkan
3 Saya memperhatikan setiap penjelasan dari guru
4 Saya menyiapkan buku – buku dan perlengkapan alat tulis sebelum berangkat ke sekolah
5 Saya belajar meskipun tidak ada Pekerjaan Rumah (PR) atau ulangan
6 Saya belajar dengan keinginan sendiri tanpa diperintah oleh orangtua
7 Saya belajar kelompok untuk berdiskusi tentang matapelajaran
8 Saya membaca buku-buku pelajaran, Koran,majalah,novel, komik dan buku lain yang bermanfaat
9 Ketika saya belajar, saya merasa senang
10 Saya bertanya kepada teman/guru/orangtua jika ada kesulitan belajar
11 Jika ada tugas sekolah saya mengerjakannya
12 Saya datang ke perpustakaan untuk membaca buku atau meminjam buku
75
13 Saya mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler seperti pramuka/menari/olahraga/musik dan lain-lain yang ada di sekolah
14 Saya membuat jadwal untuk belajar sendiri agar ada waktu untuk belajar
15 Jika ada guru yang berhalangan untuk mengajar, saya gunakan untuk membaca atau berdiskusi dengan teman – teman
16 Jika ada tugas saya pergi ke perpustakaan untuk mencari bahan materi yang ditugaskan tersebut
17 Saya berusaha untuk selalu tekun dalam belajar
18 Setiap PR atau tugas yang diberikan oleh guru saya kerjakan dengan baik
19 Saya mencatat/membuat rangkuman materi pelajaran yang menurut saya itu penting.
20 Saya berusaha untuk mendapatkan nilai bagus.
76
Lampiran 4
Jadwal Rencana Penelitian Skripsi Program S1 Keperawatan Fikkes Unimus
Tahun Ajaran 2008 – 2009
Bulan Des 08 – Jan 09
Feb 09 Mar 09 April 09 Mei 09 Juni 09 Juli 09 Agust 09 Sept 09 Okt 09 No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan topik dan
persetujuan pembimbing
2 Proses bimbingan proposal penelitian (BAB I-II-III)
3 Seminar proposal 4 Perbaikan proposal
hasil seminar
5 Pelaksanaan penelitian dan proses bimbingan hasil penelitian (BAB IV-V)
6 Ujian Skripsi 7 Revisi dan
pengumpulan akhir
Lampiran 5 Uji validitas dan reliabilitas item pertanyaan tentang dukungan orang tua Correlations Correlations total pertanyaan 1
Pearson Correlation .549(*)
Sig. (2-tailed) .012 N 20 pertanyaan 2 Pearson
Correlation .788(**)
Sig. (2-tailed) .000 N 20 pertanyaan 3 Pearson
Correlation .768(**)
Sig. (2-tailed) .000 N 20 pertanyaan 4 Pearson
Correlation .581(**)
Sig. (2-tailed) .007 N 20 pertanyaan 5 Pearson
Correlation .744(**)
Sig. (2-tailed) .000 N 20 pertanyaan 6 Pearson
Correlation .898(**)
Sig. (2-tailed) .000 N 20 pertanyaan 7 Pearson
Correlation .780(**)
Sig. (2-tailed) .000 N 20 pertanyaan 8 Pearson
Correlation .515(*)
Sig. (2-tailed) .020 N 20 pertanyaan 9 Pearson
Correlation .727(**)
Sig. (2-tailed) .000 N 20 pertanyaan 10 Pearson
Correlation .944(**)
Sig. (2-tailed) .000 N 20 pertanyaan 11 Pearson
Correlation .766(**)
Sig. (2-tailed) .000 N 20
2
pertanyaan 12 Pearson
Correlation .842(**)
Sig. (2-tailed) .000 N 20 pertanyaan 13 Pearson
Correlation .965(**)
Sig. (2-tailed) .000 N 20 pertanyaan 14 Pearson
Correlation .840(**)
Sig. (2-tailed) .000 N 20 pertanyaan 15 Pearson
Correlation .635(**)
Sig. (2-tailed) .003 N 20 pertanyaan 16 Pearson
Correlation .849(**)
Sig. (2-tailed) .000 N 20 pertanyaan 17 Pearson
Correlation .772(**)
Sig. (2-tailed) .000 N 20 pertanyaan 18 Pearson
Correlation .804(**)
Sig. (2-tailed) .000 N 20 pertanyaan 19 Pearson
Correlation .659(**)
Sig. (2-tailed) .002 N 20 pertanyaan 20 Pearson
Correlation .701(**)
Sig. (2-tailed) .001 N 20 total Pearson
Correlation 1
Sig. (2-tailed) N 20
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). • Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
3
Frequencies
Statistics umur responden jenis kelamin kelas responden
Valid 57 57 57N
Missing 0 0 0
Frequency Table
jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
1 34 59.6 59.6 59.6
2 23 40.4 40.4 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
umur responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
9 11 19.3 19.3 19.3
10 18 31.6 31.6 50.9
11 23 40.4 40.4 91.2
12 2 3.5 3.5 94.7
13 3 5.3 5.3 100.0
Valid
kelas responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
kelas 4 31 54.4 54.4 54.4
kelas 5 26 45.6 45.6 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
4
Dukungan orang tua Reliability Case Processing Summary N %
Valid 20 100.0 Excluded(a) 0 .0
Cases
Total 20 100.0 a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items
.763 .966 21 Item Statistics Mean Std. Deviation N pertanyaan 1 2.75 .910 20 pertanyaan 2 2.40 .940 20 pertanyaan 3 2.40 .754 20 pertanyaan 4 2.70 .979 20 pertanyaan 5 2.50 1.000 20 pertanyaan 6 2.45 .945 20 pertanyaan 7 2.60 .940 20 pertanyaan 8 2.45 .945 20 pertanyaan 9 2.40 .995 20 pertanyaan 10 2.55 .887 20 pertanyaan 11 2.55 .887 20 pertanyaan 12 2.55 1.099 20 pertanyaan 13 2.65 1.089 20 pertanyaan 14 2.60 .940 20 pertanyaan 15 2.50 1.000 20 pertanyaan 16 2.50 1.100 20 pertanyaan 17 2.60 1.046 20 pertanyaan 18 2.65 1.089 20 pertanyaan 19 3.05 .999 20 pertanyaan 20 2.45 1.099 20 total 51.50 14.993 20
5
Summary Item Statistics
Mean Minimum Maximum Range Maximum / Minimum Variance N of Items
Item Means 4.895 2.400 51.500 49.100 21.458 114.052 21 Item Variances 11.630 .568 224.789 224.221 395.463 2385.461 21 Inter-Item Covariances 1.547 .013 15.763 15.750 1198.000 10.231 21 Inter-Item Correlations .572 .014 .975 .960 67.346 .034 21
The covariance matrix is calculated and used in the analysis.
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
pertanyaan 1 100.05 864.155 .539 . .756 pertanyaan 2 100.40 850.147 .781 . .751 pertanyaan 3 100.40 859.726 .759 . .754 pertanyaan 4 100.10 859.989 .573 . .755 pertanyaan 5 100.30 850.642 .724 . .752 pertanyaan 6 100.35 843.924 .894 . .749 pertanyaan 7 100.20 850.800 .769 . .752 pertanyaan 8 100.35 865.082 .502 . .757 pertanyaan 9 100.40 851.621 .710 . .752 pertanyaan 10 100.25 844.303 .946 . .749 pertanyaan 11 100.25 853.882 .756 . .753 pertanyaan 12 100.25 839.461 .835 . .748 pertanyaan 13 100.15 832.134 .963 . .745 pertanyaan 14 100.20 847.432 .832 . .750 pertanyaan 15 100.30 857.589 .602 . .754 pertanyaan 16 100.30 839.379 .835 . .748 pertanyaan 17 100.20 847.537 .742 . .751 pertanyaan 18 100.15 843.503 .777 . .749 pertanyaan 19 99.75 855.671 .636 . .753 pertanyaan 20 100.35 847.818 .700 . .751 total 51.30 222.642 .998 . .961
Scale Statistics Mean Variance Std. Deviation N of Items 102.80 893.853 29.897 21
6
Uji validitas dan reliabilitas item pertanyaan tentang motivasi belajar Correlations Correlations
total pertanyaanpertanyaan 1 Pearson
Correlation .643(**)
Sig. (2-tailed) .002 N 20pertanyaan 2 Pearson
Correlation .601(**)
Sig. (2-tailed) .005 N 20pertanyaan 3 Pearson
Correlation .622(**)
Sig. (2-tailed) .003 N 20pertanyaan 4 Pearson
Correlation .628(**)
Sig. (2-tailed) .003 N 20pertanyaan 5 Pearson
Correlation .607(**)
Sig. (2-tailed) .005 N 20pertanyaan 6 Pearson
Correlation .692(**)
Sig. (2-tailed) .001 N 20pertanyaan 7 Pearson
Correlation .845(**)
Sig. (2-tailed) .000 N 20pertanyaan 8 Pearson
Correlation .642(**)
Sig. (2-tailed) .002 N 20pertanyaan 9 Pearson
Correlation .665(**)
Sig. (2-tailed) .001 N 20pertanyaan 10 Pearson
Correlation .784(**)
Sig. (2-tailed) .000 N 20pertanyaan 11 Pearson
Correlation .683(**)
Sig. (2-tailed) .001 N 20
7
pertanyaan 12 Pearson
Correlation .639(**)
Sig. (2-tailed) .002 N 20pertanyaan 13 Pearson
Correlation .618(**)
Sig. (2-tailed) .004 N 20pertanyaan 14 Pearson
Correlation .847(**)
Sig. (2-tailed) .000 N 20pertanyaan 15 Pearson
Correlation .935(**)
Sig. (2-tailed) .000 N 20pertanyaan 16 Pearson
Correlation .822(**)
Sig. (2-tailed) .000 N 20pertanyaan 17 Pearson
Correlation .689(**)
Sig. (2-tailed) .001 N 20pertanyaan 18 Pearson
Correlation .746(**)
Sig. (2-tailed) .000 N 20pertanyaan 19 Pearson
Correlation .689(**)
Sig. (2-tailed) .001 N 20pertanyaan 20 Pearson
Correlation .802(**)
Sig. (2-tailed) .000 N 20total pertanyaan
Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed) N 20
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
8
Motivasi Belajar Reliability Case Processing Summary N %
Valid 20 100.0Excluded(a) 0 .0
Cases
Total 20 100.0a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized
Items N of Items .760 .955 21
Item Statistics Mean Std. Deviation N pertanyaan 1 2.40 .754 20pertanyaan 2 2.55 .686 20pertanyaan 3 2.40 .754 20pertanyaan 4 2.45 .759 20pertanyaan 5 2.55 .759 20pertanyaan 6 2.25 .550 20pertanyaan 7 2.55 .759 20pertanyaan 8 2.45 .759 20pertanyaan 9 2.55 .605 20pertanyaan 10 2.60 .754 20pertanyaan 11 2.50 .889 20pertanyaan 12 2.35 .813 20pertanyaan 13 3.00 .973 20pertanyaan 14 2.25 .639 20pertanyaan 15 2.20 .616 20pertanyaan 16 2.20 .616 20pertanyaan 17 2.40 .681 20pertanyaan 18 2.30 .657 20pertanyaan 19 2.25 .444 20pertanyaan 20 2.30 .571 20total pertanyaan 48.50 9.881 20
9
Summary Item Statistics
Mean Minimum Maximum Range Maximum / Minimum Variance N of Items
Item Means 4.619 2.200 48.500 46.300 22.045 101.124 21Item Variances 5.132 .197 97.632 97.434 494.667 449.232 21Inter-Item Covariances .673 .045 6.342 6.297 141.765 1.936 21Inter-Item Correlations .501 .072 .937 .865 13.066 .029 21
The covariance matrix is calculated and used in the analysis. Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted pertanyaan 1 94.60 371.937 .620 . .749pertanyaan 2 94.45 374.682 .579 . .751pertanyaan 3 94.60 372.568 .597 . .750pertanyaan 4 94.55 372.261 .604 . .750pertanyaan 5 94.45 372.892 .582 . .750pertanyaan 6 94.75 375.776 .677 . .752pertanyaan 7 94.45 365.734 .834 . .744pertanyaan 8 94.55 371.839 .619 . .749pertanyaan 9 94.45 374.997 .647 . .751pertanyaan 10 94.40 367.726 .769 . .746pertanyaan 11 94.50 367.316 .658 . .746pertanyaan 12 94.65 370.661 .614 . .748pertanyaan 13 94.00 367.684 .587 . .747pertanyaan 14 94.75 369.566 .837 . .747pertanyaan 15 94.80 368.168 .930 . .746pertanyaan 16 94.80 370.905 .812 . .748pertanyaan 17 94.60 372.463 .670 . .749pertanyaan 18 94.70 371.589 .731 . .749pertanyaan 19 94.75 378.618 .677 . .754pertanyaan 20 94.70 372.747 .791 . .749total pertanyaan 48.50 97.632 1.000 . .943
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items 97.00 390.526 19.762 21
10
Uji Kolmogorov-Smirnov
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.
dukungan orangtua .107 57 .164 .974 57 .265
motivasi belajar .103 57 .200* .960 57 .059
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance. Frequencies
Statistics umur responden jenis kelamin kelas responden
Valid 57 57 57N
Missing 0 0 0
Frequency Table
jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
1 34 59.6 59.6 59.6
2 23 40.4 40.4 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
umur responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
9 11 19.3 19.3 19.3
10 18 31.6 31.6 50.9
11 23 40.4 40.4 91.2
12 2 3.5 3.5 94.7
Valid
13 3 5.3 5.3 100.0
11
umur responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
9 11 19.3 19.3 19.3
10 18 31.6 31.6 50.9
11 23 40.4 40.4 91.2
12 2 3.5 3.5 94.7
13 3 5.3 5.3 100.0
kelas responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
kelas 4 31 54.4 54.4 54.4
kelas 5 26 45.6 45.6 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0 Frequencies Statistics dukungan orangtua
Valid 57N Missing 0
Mean 50.33Std. Error of Mean 1.118Median 51.00Mode 54(a)Std. Deviation 8.442Variance 71.262Skewness -.224Std. Error of Skewness .316Range 33Minimum 33Maximum 66Sum 2869
a Multiple modes exist. The smallest value is shown
12
Frequency Table
dukungan orangtua Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
33 2 3.5 3.5 3.5
34 2 3.5 3.5 7.0
38 1 1.8 1.8 8.8
40 2 3.5 3.5 12.3
41 3 5.3 5.3 17.5
43 1 1.8 1.8 19.3
44 4 7.0 7.0 26.3
45 3 5.3 5.3 31.6
46 3 5.3 5.3 36.8
47 2 3.5 3.5 40.4
48 1 1.8 1.8 42.1
50 3 5.3 5.3 47.4
51 2 3.5 3.5 50.9
52 2 3.5 3.5 54.4
53 1 1.8 1.8 56.1
54 5 8.8 8.8 64.9
55 4 7.0 7.0 71.9
57 5 8.8 8.8 80.7
58 2 3.5 3.5 84.2
59 2 3.5 3.5 87.7
60 1 1.8 1.8 89.5
61 2 3.5 3.5 93.0
63 1 1.8 1.8 94.7
65 1 1.8 1.8 96.5
66 2 3.5 3.5 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
13
Dukungan Orang tua Frequency Table pertanyaan1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 15 26.3 26.3 26.3 jarang 26 45.6 45.6 71.9 sering 9 15.8 15.8 87.7 selalu 7 12.3 12.3 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
pertanyaan2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 10 17.5 17.5 17.5 jarang 32 56.1 56.1 73.7 sering 6 10.5 10.5 84.2 selalu 9 15.8 15.8 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
pertanyaan3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 35 61.4 61.4 61.4 jarang 15 26.3 26.3 87.7 sering 1 1.8 1.8 89.5 selalu 6 10.5 10.5 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0 pertanyaan4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 15 26.3 26.3 26.3 jarang 28 49.1 49.1 75.4 sering 9 15.8 15.8 91.2 selalu 5 8.8 8.8 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
14
pertanyaan5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 2 3.5 3.5 3.5 jarang 16 28.1 28.1 31.6 sering 13 22.8 22.8 54.4 selalu 26 45.6 45.6 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0 pertanyaan6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 31 54.4 54.4 54.4 jarang 8 14.0 14.0 68.4 sering 5 8.8 8.8 77.2 selalu 13 22.8 22.8 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
pertanyaan7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 10 17.5 17.5 17.5 jarang 19 33.3 33.3 50.9 sering 10 17.5 17.5 68.4 selalu 18 31.6 31.6 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
pertanyaan8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 1 1.8 1.8 1.8 jarang 12 21.1 21.1 22.8 sering 15 26.3 26.3 49.1 selalu 29 50.9 50.9 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0 pertanyaan9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 5 8.8 8.8 8.8 jarang 18 31.6 31.6 40.4 sering 13 22.8 22.8 63.2 selalu 21 36.8 36.8 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
15
pertanyaan10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 8 14.0 14.0 14.0 jarang 19 33.3 33.3 47.4 sering 11 19.3 19.3 66.7 selalu 19 33.3 33.3 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0 pertanyaan11
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 3 5.3 5.3 5.3 jarang 3 5.3 5.3 10.5 sering 8 14.0 14.0 24.6 selalu 43 75.4 75.4 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0 pertanyaan12
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 3 5.3 5.3 5.3 jarang 18 31.6 31.6 36.8 sering 13 22.8 22.8 59.6 selalu 23 40.4 40.4 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0 pertanyaan13
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 21 36.8 36.8 36.8 jarang 12 21.1 21.1 57.9 sering 13 22.8 22.8 80.7 selalu 11 19.3 19.3 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
pertanyaan14
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 25 43.9 43.9 43.9 jarang 16 28.1 28.1 71.9 sering 10 17.5 17.5 89.5 selalu 6 10.5 10.5 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
16
pertanyaan15
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 3 5.3 5.3 5.3 jarang 9 15.8 15.8 21.1 sering 16 28.1 28.1 49.1 selalu 29 50.9 50.9 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
pertanyaan16
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 5 8.8 8.8 8.8 jarang 18 31.6 31.6 40.4 sering 9 15.8 15.8 56.1 selalu 25 43.9 43.9 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0 pertanyaan17
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 3 5.3 5.3 5.3 jarang 7 12.3 12.3 17.5 sering 14 24.6 24.6 42.1 selalu 33 57.9 57.9 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
pertanyaan18
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 5 8.8 8.8 8.8 jarang 7 12.3 12.3 21.1 sering 11 19.3 19.3 40.4 selalu 34 59.6 59.6 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0 pertanyaan19
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 26 45.6 45.6 45.6 jarang 11 19.3 19.3 64.9 sering 6 10.5 10.5 75.4 selalu 14 24.6 24.6 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
17
pertanyaan20
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 4 7.0 7.0 7.0 jarang 17 29.8 29.8 36.8 sering 12 21.1 21.1 57.9 selalu 24 42.1 42.1 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
Frequencies Statistics motivasi belajar
Valid 57N Missing 0
Mean 60.42Std. Error of Mean 1.206Median 62.00Mode 70Std. Deviation 9.108Variance 82.962Skewness -.061Std. Error of Skewness .316Kurtosis -1.090Std. Error of Kurtosis .623Range 35Minimum 44Maximum 79Sum 3444
18
motivasi belajar
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent 44 1 1.8 1.8 1.846 2 3.5 3.5 5.347 2 3.5 3.5 8.848 2 3.5 3.5 12.349 3 5.3 5.3 17.551 3 5.3 5.3 22.852 3 5.3 5.3 28.153 1 1.8 1.8 29.854 1 1.8 1.8 31.655 1 1.8 1.8 33.356 1 1.8 1.8 35.157 2 3.5 3.5 38.658 3 5.3 5.3 43.959 1 1.8 1.8 45.660 1 1.8 1.8 47.461 1 1.8 1.8 49.162 1 1.8 1.8 50.963 3 5.3 5.3 56.164 3 5.3 5.3 61.465 3 5.3 5.3 66.766 1 1.8 1.8 68.467 3 5.3 5.3 73.768 2 3.5 3.5 77.269 2 3.5 3.5 80.770 5 8.8 8.8 89.571 1 1.8 1.8 91.273 1 1.8 1.8 93.074 2 3.5 3.5 96.576 1 1.8 1.8 98.279 1 1.8 1.8 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
19
Motivasi belajar Frequency Table
pertanyaan1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 9 15.8 15.8 15.8 jarang 24 42.1 42.1 57.9 sering 15 26.3 26.3 84.2 selalu 9 15.8 15.8 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
pertanyaan2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 3 5.3 5.3 5.3 jarang 21 36.8 36.8 42.1 sering 15 26.3 26.3 68.4 selalu 18 31.6 31.6 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
pertanyaan3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 1 1.8 1.8 1.8 jarang 2 3.5 3.5 5.3 sering 12 21.1 21.1 26.3 selalu 42 73.7 73.7 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
pertanyaan4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 3 5.3 5.3 5.3 jarang 2 3.5 3.5 8.8 sering 7 12.3 12.3 21.1 selalu 45 78.9 78.9 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
20
pertanyaan5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 4 7.0 7.0 7.0 jarang 15 26.3 26.3 33.3 sering 14 24.6 24.6 57.9 selalu 24 42.1 42.1 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
pertanyaan6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 4 7.0 7.0 7.0 jarang 11 19.3 19.3 26.3 sering 22 38.6 38.6 64.9 selalu 20 35.1 35.1 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
pertanyaan7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 5 8.8 8.8 8.8 jarang 35 61.4 61.4 70.2 sering 11 19.3 19.3 89.5 selalu 6 10.5 10.5 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
pertanyaan8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 10 17.5 17.5 17.5 jarang 24 42.1 42.1 59.6 sering 13 22.8 22.8 82.5 selalu 10 17.5 17.5 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
pertanyaan9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 1 1.8 1.8 1.8 jarang 11 19.3 19.3 21.1 sering 18 31.6 31.6 52.6 selalu 27 47.4 47.4 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
21
pertanyaan10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 1 1.8 1.8 1.8 jarang 15 26.3 26.3 28.1 sering 11 19.3 19.3 47.4 selalu 30 52.6 52.6 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
pertanyaan11
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent jarang 12 21.1 21.1 21.1 sering 7 12.3 12.3 33.3 selalu 38 66.7 66.7 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
pertanyaan12
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 8 14.0 14.0 14.0 jarang 25 43.9 43.9 57.9 sering 14 24.6 24.6 82.5 selalu 10 17.5 17.5 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
pertanyaan13
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 3 5.3 5.3 5.3 jarang 19 33.3 33.3 38.6 sering 14 24.6 24.6 63.2 selalu 21 36.8 36.8 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
pertanyaan14
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 7 12.3 12.3 12.3 jarang 8 14.0 14.0 26.3 sering 17 29.8 29.8 56.1 selalu 25 43.9 43.9 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
22
pertanyaan15
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 8 14.0 14.0 14.0 jarang 19 33.3 33.3 47.4 sering 17 29.8 29.8 77.2 selalu 13 22.8 22.8 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
pertanyaan16
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 14 24.6 24.6 24.6 jarang 27 47.4 47.4 71.9 sering 8 14.0 14.0 86.0 selalu 8 14.0 14.0 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
pertanyaan17
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent jarang 6 10.5 10.5 10.5 sering 13 22.8 22.8 33.3 selalu 38 66.7 66.7 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0 pertanyaan18
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent jarang 6 10.5 10.5 10.5 sering 17 29.8 29.8 40.4 selalu 34 59.6 59.6 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
pertanyaan19
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tdk pernah 3 5.3 5.3 5.3 jarang 12 21.1 21.1 26.3 sering 17 29.8 29.8 56.1 selalu 25 43.9 43.9 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
23
pertanyaan20
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent jarang 4 7.0 7.0 7.0 sering 6 10.5 10.5 17.5 selalu 47 82.5 82.5 100.0
Valid
Total 57 100.0 100.0
Correlations
Correlations dukungan
orangtua motivasi belajar
Pearson Correlation 1 .275*
Sig. (2-tailed) .038
dukungan orangtua
N 57 57
Pearson Correlation .275* 1
Sig. (2-tailed) .038 motivasi belajar
N 57 57
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
24
Graph