PROGRAM PENDIDIKAN DIII KEPERAWATAN POLITEKNIK …repository.poltekkes-kdi.ac.id/499/1/KTI DENI...
-
Upload
nguyendung -
Category
Documents
-
view
236 -
download
0
Transcript of PROGRAM PENDIDIKAN DIII KEPERAWATAN POLITEKNIK …repository.poltekkes-kdi.ac.id/499/1/KTI DENI...
ASUHAN KEPERAWTAN PADA TN.A DENGAN GANGGUAN SISTEM
CARDIO VASKULER CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)
DI RUANG ICCU RSU BAHTERAMAS KENDARI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan program
Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH:
NAMA : DENI MINARTIN
NIM : 144012017000175
PROGRAM PENDIDIKAN DIII KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
2018
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
ASUHAN KEPERAWTAN PADA TN.A DENGAN GANGGUAN SISTEM
CARDIO VASKULER CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)
DI RUANG ICCU RSU BAHTERAMAS KENDARI
Disusun dan diajukan oleh :
NAMA : DENI MINARTIN
NIM : 144012017000175
Telah Mendapat Persetujuan Tim Pembimbing
Menyetujui
Pembimbing :
Hj.Nurjannah,B.Sc,S.Pd,M.Kes
Nip . 196510201988032002
Mengetahui :
Ketua Jurusan keperawatan
Indriono Hadi,S.Kep,Ns,M.Kes
NIP. 197003301995031001
iii
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWTAN PADA TN.A DENGAN GANGGUAN SISTEM
CARDIO VASKULER CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)
DI RUANG ICCU RSU BAHTERAMAS KENDARI
Disusun dan diajukan oleh :
NAMA : DENI MINARTIN
NIM : 144012017000175
Karya Tulis ini telah dipertahankan pasa Seminar Hasil Karya Tulis Ilmiah di depan TIM
Penguji Pada Hari/Tanggal : 9 Agustus 2018
Dan telah dinyatakan memenuhi syarat
Menyetujui :
1. Lena Atoy,SST,MPH (............................................)
2. Rusna Tahir, S.Kep.Ns,M.Kep (............................................)
3. Sahmad,S.kep,Ns,M.Kep (............................................)
Mengetahui :
Ketua Jurusan Keperawatan
Indriono Hadi,S.Kep,Ns,M.Kes
NIP. 197003301995031001
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibwah ini :
NAMA : DENI MINARTIN
NIM : 144012017000175
Institusi Pendidikan : Jurusan Keperawatan Poltekes Kemenkes Kendari
Judul KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.A DENGAN GANGGUAN SISTEM
CARDIO VASKULER CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI
RUANG ICCU RSUD BAHTERAMAS
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan orang lain yang saya akui sebagai atau
pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil plagiarisme, maka
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Kendari, 10 Juli 2018
Yang Membuat Pernyataan,
DENI MINARTIN
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
1. Nama Lengkap : Deni minartin
2. Tempat/ Tanggal Lahir : Kendari, 24 Oktober 1978
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Suku/ Kebangsaan : Tolaki
5. Alamat : Punggolaka
6. No. Telp/ Hp : 085203051485
II. PENDIDIKAN
1. SD : SD 2 Mandonga
2. SMP : SMP 3 Mandonga
3. SPK : Depkes kendari
vi
MOTTO
Masa depan adalah milik orang yang tahu cara menunggu
Seburuk dan sekelam apapun masa lalumu, masa depanmu masih suci (Mario Teguh)
vii
RINGKASAN
Deni Minartin
ASUHAN KEPERAWTAN PADA TN.A DENGAN CONGESTIVE HEART
FAILURE (CHF) DI RUANG ICCU RSUD BAHTERAMAS Congestive Heart Failure (CHF) adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam
jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan oleh jaringan.
Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah agar mahasiswa mampu melakukan
penyelesaian masalah yang ada pada kasus pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) di
ruang ICCU RSUD Bahteramas dengan menggunakan pendekatan proses asuhan keperawatan
yang disusun secara sistematis dan komprehensif.
Pasien kelolaan pada studi kasus ini adalah Tn.A yang didiagnosa gagal jantung kongestif dan
dirawat di ruang ICCU RSUD Bahteramas. Studi kasus ini dilaksanaan pada tanggal 26 sampai
dengan 28 Juni 2018 dan dirumuskan dua diagnosa prioritas yaitu pola nafas tidak efektif
berhubunga dengan kegagalan otot pernafasan dan nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
biologis.
Hasil evaluasi keperawatan yang didapatkan pada hari ketiga yaitu kondisi pasien belum
membaik dengan hasil: ku lemah, kesadaran komposmentis, TD 124/90 mmHg, HR 82 x/menit,
RR 25 x/ menit, T 36,0 o C, SpO2 100 %.
Setelah dilakukasn asuhan keperawatan selama tiga hari dapat disimulkan bahwa mahasiswa
mampu melakukan penyelesaian masalah yang ada pada kasus pasien dengan Congestive Heart
Failure (CHF) di ruang ICU RSUD Bahteramas dengan menggunakan pendekatan proses asuhan
keperawatan yang disusun secara sistematis dan komprehensif.
Kata Kunci: Congestive Heart Failure (CHF), Asuhan Keperawatan, Pengkajian, Diagnosa,
Intervensi, Implementasi, Evaluasi
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis telah diberi kesempatan untuk menyelesaikan karya tulis
ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Tn.A Dengan Gangguan Sistem
Cardiovaskuler Congestive Heart Failure (CHF) Di Ruang ICCU RSU Bahteramas.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis mendapatkan bimbingan dan saran yang
bermanfaat dari berbagai pihak, sehingga penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan
sesuai dengan yang direncanakan. Untuk itu, padakesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terima kasih pada :
1. Ibu Askrening, SKM., M. Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI Kendari
2. Bapak dr.M.Yusuf Hamra,M.Sc,Sp.PD selaku direktur RSU Bahteramas RSUD
Bahteramas Kendari yang telah memberikan izin pengambilan data dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
3. Seluruh dosen pengajar dan Staf Fakultas Ilmu Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kendari yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan serta bantuan kepada penulis
selama menempuh studi.
4. Ibu Hj. Nurjannah, BSC.,S.Pd.,M.Kes selaku pembimbing yang telah mengarahkan
membimbing dan memberikan masukan dengan penuh kesabaran dan perhatian
dalam membuat karya tulis ilmiah ini.
5. Bapak Indriono Hadi, S. Kep., Ns., M. Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Kendari
6. Kepala Ruangan serta kawan-kawan perawat ruang ICCU RSU Bahteramas yang
telah mengizinkan untuk melakukan penelitian
ix
7. Teristimewa kepada suami, anak, dan saudara saya yang telah memberikan semangat
restu yang tak dapat ternilai dengan apapun.
8. Rekan- rekan kelas seangkatan dan seperjuangan keperawatan yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini.
9. Semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah
ini. Penulis berharap semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi banyak pihak khususnya dalam pelayanan keperawatan di Rumah Sakit.
Kendari, Juni 2018
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………................i
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………………............…........ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………............…....iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ………………………………............….......iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………………………............….…...v
MOTTO……………………………………………………………………………...........….…..vi
RINGKASAN……………………………………………………………………............……....vii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..........……....viii
DAFTAR ISI………………………………………………………….............…………………...x
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………...........…..xii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….............….......1
A. Latar Belakang…………………………………………………………….........................1
B. Tujuan Penulisan…………………………………………………………..........................2
C. Manfaat Penulisan………………………………………………………............................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………….............……........4
I. Konsep Congestive Heart Failure CHF …………………………………........................4
A. Definisi………………………………………………………………….......................4
B. Etiologi………………………………………………………………….......................4
C. Patofisiologi…………………………………………………………….......................5
D. Manifestasi Klinik………………………………………………………......................6
E. Pemeriksaan Penunjang……………………………………………….........................7
F. Komplikasi…………………………………………………………….........................7
G. Penatalaksanaan………………………………………………………….....................8
H. Terapi farmakologi.........................................................................................................8
I. Terapi non farmakologi..................................................................................................9
J. Pathway…………………………………………………………………....................10
II. Konsep Asuhan Keperwatan pada CHF………………………………………................11
1. Fokus Pengkajian………………………………………………………….................11
2. Diagnosa Keperawatan………………………………………………........................13
xi
3. Fokus Intervensi keperawatan……………………………………………..................14
4. Implementasi…………………………………………………………........................21
5. Evaluasi………………………………………………………………........................21
BAB III LAPORAN KASUS………………………………………………………....................22
A. Biodata………………………………………………………………………...................22
B. Riwayat Keperawatan………………………………………………………....................23
C. Pemeriksaan Fisik…………………………………………………………...............…...24
D. Activity Daily Living………………………………………………………...............…...27
E. Pola Interaksi Sosial ……………………………………………………................……..28
F. Kegiatan Keagamaan……………………………………………………..............……...28
G. Keadaan Psikososil Selama Sakit…………………………………………...............…...28
H. Pemeriksaan Diagnostik……………………………………………………….................29
I. Pemeriksaan Laboratorium…………………………………………………....................29
J. Obat…………………………………………………………………………....................30
K. Analisa data…………………………………………………………………...............….31
L. Prioritas Diagnosa…………………………………………………………......................32
M. Intervensi……………………………………………………………………...............….32
N. Implementasi dan Evaluasi…………………………………………………....................37
BAB IV PEMBAHASAN…………………………………………………………..............…...51
A. Pengakajian…………………………………………………………………....................51
B. Diagnosa Keperawatan……………………………………………………..............…....51
C. Intervensi keperawatan…………………………………………………..............……....52
D. Implementasi keperawatan………………………………...........................……………..52
E. Evaluasi keperawatan……………………………………………………...............……..53
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ………………………………………................................ 54
A. Simpulan……………………………………………………………………..............…..54
B. Saran………………………………………………………………………..............…....55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Fokus Intervensi Keperawatan...........................................................................14
Tabel 3.1 Daftar Obat........................................................................................................30
Tabel 3.2 Analisa data........................................................................................................31
Tabel 3.3 Rencana keperawatan .......................................................................................32
Tabel 3.4 Implementasi dan evaluasi.................................................................................37
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 EKG.........................................................................................................29
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Congestive Heart Failure CHF adalah sindrom klinis progresif yang
disebabkan oleh ketidakmampuan jantung dalam memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Dipiro et al., 2015). Pasien
dengan Congestive Heart Failure (CHF) biasanya terjadi tanda dan gejala
sesak nafas yang spesifik pada saat istirahat atau saat beraktivitas dan atau
rasa lemah, tidak bertenaga, retensi air seperti kongestif paru, edema
tungkai, terjadi abnormalitas dari struktur dan fungsi jantung (Setiani,
2014).
Komplikasi dari Congestive Heart Failure (CHF) terdiri dari edema
paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri, syok kardiogenik, episode
trombolitik, efusi parikardial dan tamponade jantung (masuknya cairan
kekantung pericardium). Akibat bendungan di berbagai organ dan low
output, pada kasus gagal jantung akut, gejala yang khas ialah gejala edema
paru yang meliputi: dyspnea, orthopnea, tachypnea, batuk-batuk dengan
sputum berbusa, kadang-kadang hemoptisis, ditambah gejala low output
seperti: takikardia, hipotensi dan oliguri, beserta gejala-gejala penyakit
penyebab atau pencetus lainnya seperti keluhan angina pektoris pada
infark miokard akut. Pada keadaan sangat berat akan terjadi syok
kardiogenik (Kabo, 2012).
Data World Health Organization (WHO), menunjukkan bahwa
sebanyak 17,3 juta orang di dunia meninggal karena penyakit
kardiovaskuler dan diperkirakan akan mencapai 23,3 juta penderita yang
meninggal tahun 2020, dan lebih dari 23 juta orang akan meninggal setiap
tahun dengan gangguan kardiovaskuler. Indonesia menempati nomor
empat negara dengan jumlah kematian akibat penyakit kardiovaskuler.
(WHO, 2013). Pada penelitian di Amerika, risiko berkembangnya
Congestive Heart Failure (CHF) adalah 20% untuk usia ≥40 tahun,
dengan kejadian >650.000 kasus baru yang didiagnosis CHF selama
2
beberapa dekade terakhir. Kejadian Congestive Heart Failure (CHF)
meningkat dengan bertambahnya usia. Tingkat kematian untuk Congestive
Heart Failure (CHF) sekitar 50% dalam waktu 5 tahun (Yancy, 2013).
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi Congestive Heart
Failure (CHF) di Indonesia sebesar 0,3%. Data prevalensi penyakit
ditentukan berdasarkan hasil wawancara pada responden umur ≥15 tahun
berupa gabungan kasus penyakit yang pernah didiagnosis dokter atau
kasus yang mempunyai gejala penyakit gagal jantung (Riskesdas, 2013).
Penyebab kematian terbanyak di Rumah Sakit berdasarkan Profil
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012, yaitu stroke, gagal
jantung, infark jantung dan penyakit jantung koroner (Sangka A. dkk.
2013). Angka kematian karena Congestive Heart Failure (CHF) yaitu
sebesar 20-30 %, dan angka rawat ulang dengan frekwensi 1 kali atau
lebih selama 12 bulan sebesar 45 % (Andrianto, 2008).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengambil
kasus CHF sebagai karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan
Pada Tn.A Dengan Congestive Heart Failure (CHF) Di Ruang ICCU
RSUD Bahteramas”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan penyelesaian askep dengan kasus Congestive
Heart Failure (CHF) dengan menggunakan pendekatan proses asuhan
keperawatan yang disusun secara sistematis dan komprehensif.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien dengan Congestive
Heart Failure (CHF)
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
Congestive Heart Failure (CHF)
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan
Congestive Heart Failure (CHF)
3
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan
Congestive Heart Failure (CHF)
e. Mampu melaksanakan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien
dengan Congestive Heart Failure (CHF)
C. Manfaat Penulisan
1. Pelayanan Kesehatan
Sebagai sumber informasi atau bahan masukan bagi instansi terkait
diwilayah sulawesi tenggara dan menentukan kebijakan terhadap
pencegahan dan penanganan terhadap kejadian Congestive Heart
Failure (CHF)
2. Mahasiswa
Sebagai bahan kajian pustaka bagi peneliti selajutnya yang relevan
dengan penelitian ini
3. Masyarakat
Sebagai bahan informasi bagi masyarakat mengenai Congestive Heart
Failure (CHF)
4. Peneliti
Sebagai bahan acuan untuk menambah penetahuan, memperluas
wawasan dan pemahaman penulis tentang Congestive Heart Failure
(CHF)
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Konsep Congestive Heart Failure (CHF)
A. Definisi
Congestive Heart Failure (CHF) merupakan suatu keadaan patologis
yaitu kelainan fungsi jantung yang menyebabkan kegagalan jantung untuk
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan jaringan, atau hanya dapat
memenuhi kebutuhan jaringan dengan meningkatkan tekanan pengisian
(Muttaqin,2012).
Congestive Heart Failure (CHF) adalah ketidakmampuan jantung
untuk memompa darah dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan
oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan oleh jaringan (Smeltzert & Bare,
2013).
Menurut J. Charles Reeves (2001) dalam Wijaya & Yessi (2013),
Congestive Heart Failure (CHF) adalah kondisi dimana fungsi jantung
sebagai pemompa untuk mengantarkan darah yang kaya oksigen ke tubuh
tidak cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan tubuh.
B. Etiologi
Menurut Alldredge et al. (2013), penyebab CHF terdiri atas :
1. Output rendah, disfungsi sistolik (dilatasi kardiomipati) dapat
disebabkan iskemik koroner, Infark miokard, regurgitasi, konsumsi
alkohol, kekurangan gizi, kekurangan kalsium dan kalium, induksi
obat, 8 idiopatik. Juga dapat disebabkan hipertensi, stenosis aorta dan
volume overload.
2. Disfungsi diastolik dapat disebabkan iskemik koroner, infark miokard,
hipertensi, stenosis aorta dan regurgitasi, perikarditis, pembesaran
septum ventrikel kiri.
3. High-output failure disebabkan oleh anemia dan hipertiroid.
5
C. Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari Heart Failure (HF) meliputi gangguan
kemampuan kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih
dari curah jantung normal. Konsep curah jantung yang baik dijelaskan
dengan persamaan CO = HR x SV di mana curah jantung (CO : Cardiac
Output) dalah fungsi frekuensi jantung (HR : Heart Rate) X volume
sekuncup (SV : Stroke Volume). Frekuensi jantung adalah fungsi sistem
saraf otonom. Bila curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan
mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung.
Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi
jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus
menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung (Smeltzer &
Bare, 2013).
Pada Congestive Heart Failure (CHF) dengan masalah utama
kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang
dan curah jantung normal masih dapat dipertahankan. Volume sekuncup
jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada tiga
faktor; preload; kontraktilitas dan afterload. Preload adalah sinonim
dengan hukum Starling pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah
darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang
ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung. Kontraktilitas
mengacu pada perubahan kekuatan kontraktilitas yang terjadi pada tingkat
sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar
kalsium. Afterload mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus
dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang
ditimbulkan oleh tekanan arteriole (Brunner & Suddarth, 2013).
6
Gambar 2.1 Patofisiologi Congestive Heart Failure (CHF)
Ketika jantung mulai gagal, tubuh mengaktifkan beberapa kompleks
mekanisme kompensasi dalam upaya untuk mempertahankan cardiac
output dan oksigenasi organ vital. Hal ini termasuk peningkatan simpatik,
aktivasi Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS), natrium dan
retensi air dan neurohormonal adaptasi, yang menyebabkan jantung
remodeling (dilatasi ventrikular, hipertrofi jantung dan perubahan bentuk
lumen ventrikel kiri (Dipiro, 2015).
D. Manifestasi Klinik
Menurut NHFA (2011) gejala Congestive Heart Failure (CHF) sebagai
berikut :
1. Sesak nafas saat beraktifitas muncul pada sebagian besar pasien,
awalnya sesak dengan aktifitas berat, tetapi kemudian berkembang
pada tingkat berjalan dan akhirnya saat istirahat.
2. Ortopnea, pasien menopang diri dengan sejumlah bantal untuk tidur.
Hal ini menunjukkan bahwa gejala lebih cenderung disebabkan oleh
Congestive Heart Failure (CHF), tetapi terjadi pada tahap berikutnya.
3. Paroksimal Nokturnal Dispnea (PND) juga menunjukkan bahwa gejala
lebih cenderung disebabkan oleh Congestive Heart Failure (CHF),
7
tetapi sebagian besar pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF)
tidak memiliki PND.
4. Batuk kering dapat terjadi, terutama pada malam hari. Pasien
mendapatkan kesalahan terapi untuk asma, bronkitis atau batuk yang
diinduksi ACEi.
5. Kelelahan dan kelemahan mungkin jelas terlihat, tetapi umum pada
kondisi yang lain.
6. Pusing atau palpitasi dapat menginduksi aritmia.
E. Pemeriksaan penunjang
Pada pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang antara lain:
1. EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia
dan kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi,
fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih
setelah infark miokard menunjukkan adanya aneurisme ventricular.
2. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan
dalam fungsi/struktur katup atau area penurunan kontraktilitas
ventricular.
3. Scan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan
pergerakan dinding.
4. Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan
membantu membedakan gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan
stenosis katup atau insufisiensi, Juga mengkaji potensi arteri koroner.
Zat kontras disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan ukuran
abnormal dan ejeksi fraksi/perubahan kontraktilitas. (Udjianti, 2010).
F. Komplikasi
Komplikasi Congestive Heart Failure (CHF) antara lain:
1. Tromboemboli adalah risiko terjadinya bekuan vena (thrombosis vena
dalam atau deep venous thrombosis dan emboli paru atau EP) dan
8
emboli sistemik tinggi, terutama pada Congestive Heart Failure (CHF)
berat. Bisa diturunkan dengan pemberian warfarin.
2. Komplikasi fibrilasi atrium sering terjadi pada Congestive Heart
Failure (CHF) yang bisa menyebabkan perburukan dramatis. Hal
tersebut indikasi pemantauan denyut jantung (dengan digoxin atau β
blocker dan pemberian warfarin).
3. Kegagalan pompa progresif bisa terjadi karena penggunaan diuretik
dengan dosis ditinggikan.
4. Aritmia ventrikel sering dijumpai, bisa menyebabkan sinkop atau
sudden cardiac death (25-50% kematian CHF). Pada pasien yang
berhasil diresusitasi, amiodaron, β blocker, dan vebrilator yang
ditanam mungkin turut mempunyai peranan.
G. Penatalaksanaan
Dasar penatalaksanaan pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF)
adalah:
1. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan bahan
bahan farmakologis.
3. Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi
diuretik diet dan istirahat (Mansjoer & Triyanti, 2007).
H. Terapi farmakologi
1. Diuretik (Diuretik tiazid dan loop diuretik)
Mengurangi kongestif pulmonal dan edema perifer, mengurangi gejala
volume berlebihan seperti ortopnea dan dispnea noktural peroksimal,
menurunkan volume plasma selanjutnya menurunkan preload untuk
mengurangi beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen dan juga
menurunkan afterload agar tekanan darah menurun.
9
2. Antagonis aldosteron
Menurunkan mortalitas pasien dengan gagal jantung sedang sampai
berat. Obat inotropik Meningkatkan kontraksi otot jantung dan curah
jantung.
3. Glikosida digitalis
Meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung menyebabkan
penurunan volume distribusi.
4. Vasodilator (Captopril, isosorbit dinitrat)
Mengurangi preload dan afterload yang berlebihan, dilatasi pembuluh
darah vena menyebabkan berkurangnya preload jantung dengan
meningkatkan kapasitas vena.
5. Inhibitor ACE
Mengurangi kadar angiostensin II dalam sirkulasi dan mengurangi
sekresi aldosteron sehingga menyebabkan penurunan sekresi natrium
dan air. Inhibitor ini juga menurunkan retensi vaskuler vena dan
tekanan darah yg menyebabkan peningkatan curah jantung.
I. Terapi non farmakologi
Penderita dianjurkan untuk membatasi aktivitas sesuai beratnya keluhan
seperti: diet rendah garam, mengurangi berat badan, mengurangi lemak,
mengurangi stress psikis, menghindari rokok, olahraga teratur.
11
II. Konsep Asuhan Keperawatan pada Congestive Heart Failure (CHF)
A. Fokus Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airways
Sumbatan atau penumpukan sekret, wheezing atau krekles
b. Breathing
1) Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
2) RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
3) Ronchi, krekles
4) Ekspansi dada tidak penuh
5) Penggunaan otot bantu nafas
c. Circulation
1) Nadi lemah , tidak teratur
2) Takikardi
3) TD meningkat / menurun
4) Edema
5) Gelisah
6) Akral dingin
7) Kulit pucat, sianosis
8) Output urine menurun
2. Pengkajian Sekunder
a. Riwayat Keperawatan:
1) Keluhan
a) Dada terasa berat (seperti memakai baju ketat).
b) Palpitasi atau berdebar-debar.
c) Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) atau orthopnea,
sesak nafas saat beraktivitas, batuk (hemoptoe), tidur harus
pakai bantal lebih dari dua buah.
d) Tidak nafsu makan, mual, dan muntah.
e) Letargi (kelesuan) atau fatigue (kelelahan
12
f) Insomnia
g) Kaki bengkak dan berat badan bertambah
h) Jumlah urine menurun
i) Serangan timbul mendadak/ sering kambuh.
2) Riwayat penyakit: hipertensi renal, angina, infark miokard
kronis, diabetes melitus, bedah jantung, dan disritmia.
3) Riwayat diet: intake gula, garam, lemak, kafein, cairan, alkohol.
4) Riwayat pengobatan: toleransi obat, obat-obat penekan fungsi
jantung, steroid, jumlah cairan per-IV, alergi terhadap obat
tertentu.
5) Pola eliminasi orine: oliguria, nokturia.
6) Merokok: perokok, cara/ jumlah batang per hari, jangka waktu
7) Postur, kegelisahan, kecemasan
8) Faktor predisposisi dan presipitasi: obesitas, asma, atau COPD
yang merupakan faktor pencetus peningkatan kerja jantung dan
mempercepat perkembangan CHF.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Evaluasi status jantung: berat badan, tinggi badan, kelemahan,
toleransi aktivitas, nadi perifer, displace lateral PMI/ iktus
kordis, tekanan darah, mean arterial presure, bunyi jantung,
denyut jantung, pulsus alternans, Gallop’s, murmur.
2) Respirasi: dispnea, orthopnea, suara nafas tambahan (ronkhi,
rales, wheezing)
3) Tampak pulsasi vena jugularis, JVP > 3 cmH2O, hepatojugular
refluks
4) Evaluasi faktor stress: menilai insomnia, gugup atau rasa
cemas/ takut yang kronis
5) Palpasi abdomen: hepatomegali, splenomegali, asites
6) Konjungtiva pucat, sklera ikterik
7) Capilary Refill Time (CRT) > 2 detik, suhu akral dingin,
diaforesis, warna kulit pucat, dan pitting edema
13
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung,
peningkatan frekuensi, dilatasi, hipertrofi atau peningkatan isi
sekuncup
2. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan volume paru
3. Kelebihan volume cairan b/d berkurangnya curah jantung, retensi
cairan dan natrium oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan
hipertensi pulmonal
14
C. Fokus Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1 Fokus Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
1 Penurunan curah jantung b/d
respon fisiologis otot jantung,
peningkatan frekuensi, dilatasi,
hipertrofi atau peningkatan isi
sekuncup
NOC:
1. Cardiac Pump effectiveness
2. Circulation Status
3. Vital Sign Status
Kriteria Hasil:
1. Tanda Vital dalam rentang
normal (Tekanan darah, Nadi,
respirasi)
2. Dapat mentoleransi aktivitas,
tidak ada kelelahan
3. Tidak ada edema paru, perifer,
dan tidak ada asites
4. Tidak ada penurunan kesadaran
NIC :
Cardiac Care
1. Evaluasi adanya nyeri dada (
intensitas,lokasi, durasi)
2. Catat adanya disritmia jantung
3. Catat adanya tanda dan gejala
penurunan cardiac putput
4. Monitor status kardiovaskuler
5. Monitor status pernafasan yang
menandakan gagal jantung
6. Monitor abdomen sebagai indicator
penurunan perfusi
7. Monitor balance cairan
8. Monitor adanya perubahan tekanan
darah
15
9. Monitor respon pasien terhadap efek
pengobatan antiaritmia
10. Atur periode latihan dan istirahat
untuk menghindari kelelahan
11. Monitor toleransi aktivitas pasien
12. Monitor adanya dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneu
13. Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
3. Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
16
7. Monitor adanya pulsus paradoksus
dan pulsus alterans
8. Monitor jumlah dan irama jantung
dan monitor bunyi jantung
9. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
10. Monitor suara paru, pola pernapasan
abnormal
11. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
12. Monitor sianosis perifer
13. onitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
14. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
17
2 Pola Nafas tidak efektif
Definisi : Pertukaran udara
inspirasi dan/atau ekspirasi tidak
adekuat
Faktor yang berhubungan :
- Hiperventilasi
- Penurunan energi/kelelahan
- Perusakan/pelemahan
muskuloskletal
- Obesitas
- Kelelahan otot pernafasan
- Hipoventilasi sindrom
- Nyeri
-
NOC :
1. Respiratory status:
Ventilation
2. Respiratory status : Airway
patency
3. Vital sign Status
Kriteria Hasil :
1. Mendemonstrasikan batuk efektif
dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
2. Menunjukkan jalan nafas yang
paten (klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan
dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
NIC:
1. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
2. Pasang mayo bila perlu
3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
4. Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
5. Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
6. Berikan bronkodilator
7. Berikan pelembab udara Kassa
basah NaCl Lembab
8. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
9. Monitor respirasi dan status O2
10. Bersihkan mulut, hidung dan secret
trakea
11. Pertahankan jalan nafas yang paten
18
3. Tanda Tanda vital dalam rentang
normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan)
12. Observasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
13. Monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
14. Monitor vital sign
15. Informasikan pada pasien dan
keluarga tentang teknik relaksasi
untuk memperbaiki pola nafas
16. Ajarkan bagaimana batuk secara
efektif
17. Monitor pola nafas
3 Kelebihan volume cairan b/d
berkurangnya curah jantung,
retensi cairan dan natrium oleh
ginjal, hipoperfusi ke jaringan
perifer dan hipertensi pulmonal
Definisi : Retensi cairan isotomik
meningkat
NOC :
1. Electrolit and acid base balance
2. Fluid balance
Kriteria Hasil:
1. Terbebas dari edema, efusi,
anaskara
2. Bunyi nafas bersih, tidak ada
Fluid management:
1. Pertahankan catatan intake dan
output yang akurat
2. Pasang urin kateter jika diperlukan
3. Monitor hasil lAb yang sesuai
dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,
osmolalitas urin )
4. Monitor status hemodinamik
19
Batasan karakteristik :
- Berat badan meningkat pada
waktu yang singkat
- Asupan berlebihan dibanding
output
- Tekanan darah berubah, tekanan
arteri pulmonalis berubah,
peningkatan CVP
- Distensi vena jugularis
-
dyspneu/ortopneu
3. Terbebas dari distensi vena
jugularis, reflek hepatojugular (+)
4. Memelihara tekanan vena sentral,
tekanan kapiler paru, output
jantung dan vital sign dalam batas
normal
5. Terbebas dari kelelahan,
kecemasan atau kebingungan
6. Menjelaskanindikator kelebihan
cairan
termasuk CVP, MAP, PAP, dan
PCWP
5. Monitor vital sign
6. Monitor indikasi retensi / kelebihan
cairan (cracles, CVP , edema,
distensi vena leher, asites)
7. Kaji lokasi dan luas edema
8. Monitor masukan makanan / cairan
dan hitung intake kalori harian
9. Monitor status nutrisi
10. Berikan diuretik sesuai interuksi
11. Batasi masukan cairan pada keadaan
hiponatrermi dilusi dengan serum
Na < 130 mEq/l
12. Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul memburuk
Fluid Monitoring:
1. Tentukan riwayat jumlah dan tipe
20
intake cairan dan eliminaSi
2. Tentukan kemungkinan faktor
resiko dari ketidak seimbangan
cairan (Hipertermia, terapi diuretik,
kelainan renal, gagal jantung,
diaporesis, disfungsi hati, dll )
3. Monitor serum dan elektrolit urine
4. Monitor serum dan osmilalitas urine
5. Monitor BP, HR, dan RR
6. Monitor tekanan darah orthostatik
dan perubahan irama jantung
7. Monitor parameter hemodinamik
infasif
8. Monitor adanya distensi leher,
rinchi, eodem perifer dan
penambahan BB
9. Monitor tanda dan gejala dari
udema
21
D. Implementasi
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan
keperawatan mandiri merupakan tindakan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lainnya.
Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan berdasarkan
hasil keputusan bersama dengan dokter atau tenaga kesehatan lainnya
(Mitayani,2010). Implementasi keperawatan pada studi kasus ini
disesuaikan dengan intervensi keperawatan yang telah disusun berdasarkan
diagnosa keperawatan prioritas.
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah hasil perkembangan berdasarkan tujuan
keperawatan yang hendak dicapai sebelumnya (Mitayani, 2010). Evaluasi
yang digunakan mencakup dua bagian yaitu evalusi formatif yang disebut
juga evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang
dilaksanakan terus menerus terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan. Evaluasi keperawatan pada studi kasus ini disesuaikan dengan
tujuan dan kriteria hasil yang telah disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan prioritas.
22
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama mahasiswa : Deni Minartin
Nim : 144012017000175
Tanggal masuk : 26-6-2018
Tanggal pengkajian : 26-6-2018
No Register : 511248
Ruangan : ICCU
A. Biodata
1. Identitas pasien
Nama : Tn.A
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 36 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Status pernikahan : Belum menikah
Diagnose medis : CHF
Alamat : Konut
2. Identits penanggung jawab
Nama : Ny. S
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Pendidikan : S1
Pekerjan : PNS
Hubungan dengan pasien : kakak pasien
Alamat : Konut
23
B. Riwayat Keperawatan (Nursing History)
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keluhan utama
Pasien mengeluh sesak nafas saat aktivitas dan istirahat
Pasien mengeluh nyeri. P : CHF, Q : seperti di tindis beban berat,
R : dada kiri menjalar ke punggung, S: skala 8 (berat), T : selalu
muncul
b. Riwayat keluhan utama
Pasien mengatakan sejak semalam mengeluh sesak dan nyeri dada
lalu keluarga membawa ke IGD RSUD Bahteramas
c. Upaya yang telah dilakukan
Keluarga mengatakan sejak semalam langsung dibawa ke IGD
RSUD Bahteramas
d. Terapi/ operasi yang pernah dilakukan
Keluarga mengatakan belum pernah melakukan operasi
sebelumnya
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit berat yang pernah diderita : Hipertensi
b. Pernah dirawat di RS : pernah
c. Pernah operasi : tidak pernah
d. Obat – obatan yang pernah dikonsumsi : Amlodipin 5 mg
e. Alergi : tidak ada
f. Kebiasaan merokok/ alcohol/ lainnya : pasien merokok
g. BB sebelum sakit : 78 kg
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan di keluarga ada riwayat penyekit
hipertensi yaitu kakek dan ayah pasienmemiliki riwayat penyekit
jantung . Keluarga juga mengatakan ada riwayat diabetes melitus
dikeluarga. Tidak ada riwayat penyakit menular seperti TBC.
24
Genogram :
Keterangan :
: laki- laki : pasien
: perempuan : menikah
: meninggal : tinggal serumah
C. Pemeriksan Fisik
1. Keadaan umum
Keadaan umum pasien lemah
2. Kesadaran
Tingkat kesadaran pasien komposmentis dengan GCS E4V5M6
3. Tanda-tanda vital
TD : 154/ 70mmHg (lengan kanan)
HR : 90/ menit (iregiuler)
RR : 32 x/ menit (kusmaul)
S : 36,5 O C (axial)
SpO2 : 90 %
36 38
25
4. Kepala dan leher
a. Kepala
Bentuk menshocephal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa,
rambut bersih, sebagian memutih.
b. Penglihatan
Mata simetris,sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, tidak
ada sektert, pupil isokor 2/2, reaksi cahaya positif.
c. Pendengaran
Bentuk simetris, terdapat cairan abnormal dari telinga sinistra,
pendengaran normal
d. Hidung
Bentuk simetris, tidak ada secret, tidak ada sinusitis, tidak ada
polip, pernafasan cuping hidung positif.
e. Tenggorokan dan mulut
Bibir lembab, gigi ada yang tanggal, tidak ada stomatitis, tidak ada
tonsillitis.
f. Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar, tidak ada peningkatan JVP.
5. Pernafasan (breathing)
a. Inspeksi
Bentuk dada simetris, tidak ada lesi maupun jejas
Frekuensi nafas 32 x/menit
Terdapat otot bantu pernafasan
Tidak nampak retraksi dinding dada
Pernafasan cuping hidung positif
Payudara dan puting normal
b. Palpasi
Vokal fremitus terapa di ICS 4
Tidak teraba nyeri maupun massa
Tidak ada pengembangan dada abnormal
26
c. Perkusi
Cairan : tidak ada
Udara : sonor
d. Auskultasi
Suara nafas vesikuler, tidak terdapat suara tambahan
Tidak ada krepitasi, tidak ada wheezing, tidak ada ronchi
6. Kardiovaskuler (bleding)
a. Inspeksi
Terdapat edema ekstremitas pada tungkai bawah dengan pitting
edema +1, tidak ada edema palpebra, tidak ada asites
b. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, ictus cordis teraba di ICS 4
c. Perkusi
Pekak, tidak ada perbesaran jantung
d. Auskultasi
BJ 1 dan BJ 2 abnormal
Lainnya : akral dingin, CRT < 3 detik
7. Pencernaan
a. Inspeksi
Turgor kulit elastis, bibir lembab
Rongga mulut normal, tidak ada stomatitis
Abdomen tidak nampak jejas maupun massa, tidak nampak
pembuluh kapiler
b. Auskultasi
Bising usus setiap 8 detik
Bunyi vaskuler tidak ada
Bunyi peristaltik usus normal
c. Perkusi
Tympani
27
d. Palpasi
Tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan
8. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas
Tidak ada nyeri otot, tidak ada deformitas, tidak ada fraktur,
terpasang infuse NaCl 0,9 % 16 tpm di lengan kanan
b. Ekstremitas bawah
Tidak ada nyeri otot, tidak terdapat deformitas, terdapat udema
tungkai dengan pitting udema (+1)
c. Kulit
Bersih, warna kulit sawo matang, akral dingin, turgor kulit baik.
9. Genitalia
Normal, bersih, terpasang kateter urine no.18
D. Activity Daily Living
1. Nutrisi
a. Sebelum dirawat
Pasien makan 3x sehari dengan lauk pauk habis satu porsi
b. Setelah dirawat
Pasien tidak nafsu makan, makan habis ¼ porsi dengan diit jantung
2. Eliminasi
BAB
a. Sebelum dirawat
Pasien BAB 1x sehari, konsistensi lembek, tidak ada darah
b. Setelah dirawat
Pasien belum BAB
28
BAK
a. Sebelum dirwat
Pasien biasa BAK 5-6 kali sehari, warna kekuningan, tidak
bercampur darah.
b. Setelah dirawat
Pasien terpasang katetern urine no. 18, warna urin kekuningan,
tidak bercampur darah.
3. Olahraga dan aktivitas
Pasien tidak pernah berolahraga
Pasien hanya beraktivitas di rumah dan di kantor
4. Istirahat dan tidur
a. Sebelum dirawat
Pasien biasa tidur 8 jam sehari, tidak sering terbangun
b. Setelah dirawat
Pasien susah tidur karena sesak
5. Personal higyene
Pasien biasa mandi 2 x sehari menggunakan sabun, gosok gigi
menggunakan pasta gigi. Setelah dirawat pasien belum mandi.
E. Pola Interaksi Sosial
Orang terdekat pasien adalah keluarga. Bila ada masalah pasien
mendiskusikan dengan keluarga.
F. Kegiatan Keagamaan
Pasien biasa sholat 5 waktu dan berzikir. Setelah sakit pasien berzikir
G. Keadaan Psikososil Selama Sakit
Pasien menganggap sakit sebagai ujian
Harapan pasien lekas sembuh dan pulang kerumah
Pasien berinteraksi dengan baik dengan petugas kesehatan
29
H. Pemeriksaan Diagnostik
a. Foto Thorax
- Corakan bronchovaskuler meningkat
- Tidak tampak proses spesifik aktif kedua paru
- Cor : membesar dengan CTI > 56 %, cephalisasi (+)
- Sinus costoprenicus ka/ki lancip
- Diagfragma ka/ki dalam batas normal
- Tulang-tulang intak
Kesan : Cardiomegaly dengan tanda-tanda edema paru interstisial
b. EKG
Gambar 3.1 EKG
I. Pemeriksaan Laboratorium
26 -6- 2018 jam 19.36 WITA
GDS 119 mg/dl Normal
Ureum 73 mg/ dl Normal
Creatinin 0,7 mg/dl Normal
Asam urat 10,6 mg/dl Normal
HB 8,0 (g/dL)
Leukosit 20,10 (10,3/uL)
Na 140,7 mmol/L
K 4,21 mmol/L
CL 106,0 mmol/ L
30
J. Obat
Tabel 3.1 Daftar Obat
Nama obat Dosis Waktu pemberian
Pantoprazole 2 x 1 vial 06.00 18.00
Furosemide 2 x 2 ampul 06.00 18.00
Valsartan 2 x 160 mg 06.00 18.00
Nitrocaf R 2 x 2,5 mg 06.00 18.00
Domperidone 3 x 10 mg 06.00 14.00 22.00
Isosorbit dinitrat 3 x 10 mg 06.00 14.00 22.00
Clopidogrel 1 x 75 mg 14.00
Amlodipin 1 x 10 mg 14.00
Lansoprazole 1 x 1 vial 14.00
Simfastatin 1 x 20 mg 22.00
Dulcolax 1x 1 22.00
Nacl 0,9 % 12 tpm gandeng nitrogliserin dalam 50 cc jalan 18 ml/ jam via siring pump
31
K. Analisa Data
Tabel 3.2 Analisa data
No Tanggal /
jam
Data fokus Problem Etiologi
1 26-6-2018
09.00
Ds : pasien mengeluh mudah lelah
Do : hasil foto thorax cardiomegaly dengan tanda-tanda
edema paru interstisial, , TD : 175/ 100 mmHg, HR : 90 x/
menit, RR : 32 x/ menit, S : 36,5 O C, SpO2 : 90 %
Penurunan curah
jantung
Respon fisiologis
otot jantung
2 26-6-2018
09.00
Ds : pasien mengeluh sesak nafas
Do : nafas cuping hidung, terdapat otor bantu pernafasan,
TD : 175/ 100 mmHg, HR : 90 x/ menit, RR : 32 x/ menit,
S : 36,5 O C, SpO2 : 90 %
Pola nafas tidak
efektif
Kegagalan otot
pernafasan
3 26-1-2018
09.00
Ds : pasien mengeluh nyeri dada
P : CHF, Q : seperti di tindis beban berat, R : dada kiri
menjalar ke punggung, S: skala 8 (berat), T : selalu
muncul. TD : 175/ 100 mmHg, HR : 90 x/ menit, RR :
32 x/ menit, S : 36,5 O C, SpO2 : 90 %
Nyeri akut Agen cedera
biologis
32
L. Prioritas Diagnosa
1. Penurunan curah jantung b.d respon fisiologis otot jantung
2. Pola nafas tidak efektif b.d kegagalan otot pernafasan
3. Nyeri akut b.d agen cedera biologis
M. Intervensi
Tabel 3.3 Rencana keperawatan
No
Dx
Tanggal/
Jam
Tujuan
(NOC)
Rencana Tindakan
(NIC)
1 26-6-2018
09.00
NOC:
1. Cardiac Pump effectiveness
2. Circulation Status
3. Vital Sign Status
Kriteria Hasil:
1. Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan
darah, Nadi, respirasi)
2. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada
kelelahan
3. Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada
NIC :
Cardiac Care
1. Evaluasi adanya nyeri dada (
intensitas,lokasi, durasi)
2. Catat adanya disritmia jantung
3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan
cardiac putput
4. Monitor status kardiovaskuler
5. Monitor status pernafasan yang menandakan
gagal jantung
33
asites
4. Tidak ada penurunan kesadaran
6. Monitor abdomen sebagai indicator
penurunan perfusi
7. Monitor balance cairan
8. Monitor adanya perubahan tekanan darah
9. Monitor respon pasien terhadap efek
pengobatan antiaritmia
10. Atur periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
11. Monitor toleransi aktivitas pasien
12. Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu
dan ortopneu
13. Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
34
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor adanya pulsus paradoksus dan
pulsus alterans
8. Monitor jumlah dan irama jantung dan
monitor bunyi jantung
9. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
10. Monitor suara paru, pola pernapasan
abnormal
11. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
12. Monitor sianosis perifer
13. onitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
14. Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign
35
2 26-6-2018
09.00
NOC : Respiratory status : Ventilation
Respiratory status : Airway patency
Vital sign Status
Kriteria Hasil :
1. Irama pernafasan normal
2. Frekuensi pernafasan normal
3. TTV dalam batas normal
4. Tidak ada tanda sesak
5. Pasien tidak mengeluh sesak
Airway Management
1. Pertahankan bukaan jalan nafas
2. Beri posisi head up 30-40 derajat untuk
3. Memaksimalkan Ventilasi.
4. Keluarkan secret dengan suction
Oxygen Therapy
1. Pertahankan jalan nafas yang paten
2. Monitor aliran Oksigen
3. Monitor adanya tanda-tanda hypoventilasi
Vital Sign Monitoring
1. Monitor TD,suhu,RR
2. Identifikasi penyebab
dari perubahan Vital
Sign
Kolaborasi pemberian Therapy medis
3 26-6-2018
09.00
NOC
Label : Pain Control
1. Klien melaporkan nyeri berkurang
2. Klien dapat mengenal lamanya (onset)
Manajemen Nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri secara
komperhensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi frekuensi, kualitas dan factor
36
nyeri
3. Klien dapat menggambarkan faktor
penyebab
4. Klien dapat menggunakan teknik non
farmakologis
5. Klien menggunakan analgesic sesuai
instruksi
Pain Level
1. Klien melaporkan nyeri berkurang
2. Klien tidak tampak mengeluh dan
menangis
3. Ekspresi wajah klien tidak menunjukkan
nyeri
4. Klien tidak gelisah
presipitasi.
2. Observasi adanya petunjuk nonverbal
mengenai ketidaknyamanan
3. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan (misalnya, suhu ruangan,
pencahayaan, suara bising)
4. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
(teknik relaksasi nafas dalam)
5. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri
Pemberian analgesik
1. Cek adanya riwayat alergi obat.
2. Cek perintah pengobatan meliputi obat,
dosis, dan frekuensi
Monitor tanda-tanda vital
Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan status
pernapasan dengan tepat
37
N. Implementasi dan Evaluasi
Tabel 3.4 Implementasi dan evaluasi
No
Dx
Tanggal /
Jam
Implementasi keperawatan Jam Catatan perkembangan
1 26-6-2018
09.00
NIC :
Cardiac Care
1. Evaluasi adanya nyeri dada (
intensitas,lokasi, durasi)
2. Catat adanya disritmia jantung
3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan
cardiac putput
4. Monitor status kardiovaskuler
5. Monitor status pernafasan yang menandakan
gagal jantung
6. Monitor abdomen sebagai indicator
penurunan perfusi
7. Monitor balance cairan
8. Monitor adanya perubahan tekanan darah
9. Monitor respon pasien terhadap efek
14.00 S : pasien mengatakan mudah kelelahan
O : ku lemah , GCS E4V5M6
TD : 124/ 90 mmHg
HR : 82 x/ menit
RR : 25 x/ menit
S : 36,0 O C
SpO2 : 99 %
A :penurunan curah jantung
P :lanjutkan intervensi
38
pengobatan antiaritmia
10. Atur periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
11. Monitor toleransi aktivitas pasien
12. Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu
dan ortopneu
13. Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor adanya pulsus paradoksus dan pulsus
alterans
39
8. Monitor jumlah dan irama jantung dan
monitor bunyi jantung
9. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
10. Monitor suara paru, pola pernapasan
abnormal
11. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
12. Monitor sianosis perifer
13. onitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
14. Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign
2 26-6-2018
09.00
Airway Management
1. Pertahankan bukaan jalan nafas
2. Beri posisi head up 30-40 derajat untuk
3. Memaksimalkan Ventilasi.
4. Keluarkan secret dengan suction
Oxygen Therapy
1. Pertahankan jalan nafas yang paten
14.00 S : pasien mengatakan masih sesak
O : ku lemah, GCS E4V5M6, terdapat otot
bantu nafas
TD : 154/ 70 mmHg
HR : 98 x/ menit
RR : 32 x/ menit
S : 36,5 O C
40
2. Monitor aliran Oksigen
3. Monitor adanya tanda-tanda hypoventilasi
Vital Sign Monitoring
1. Monitor TD,suhu,RR
2. Identifikasi penyebab
dari perubahan Vital
Sign
Kolaborasi pemberian Therapy medis
SpO2 : 98 %
A :pola nafas tidak efektif
P :lanjutkan intervensi
3 26-6-2018
09.00
Manajemen Nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri secara
komperhensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi frekuensi, kualitas dan
factor presipitasi.
2. Observasi adanya petunjuk nonverbal
mengenai ketidaknyamanan
3. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan (misalnya, suhu
ruangan, pencahayaan, suara bising)
14.00 S: pasien mengatakan masih nyeri dada skala
7
O: ku lemah, GCS E4V5M6
TD : 154/ 90 mmHg
HR : 98 x/ menit
RR : 32 x/ menit
S : 36,5 O C
SpO2 : 95 %
A: nyeri akut
P: lanjutkan intervensi
41
4. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
(teknik relaksasi nafas dalam)
5. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri
Pemberian analgesik
1. Cek adanya riwayat alergi obat.
2. Cek perintah pengobatan meliputi obat,
dosis, dan frekuensi
Monitor tanda-tanda vital
Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan status
pernapasan dengan tepat
1 27-6-2018
08.00
NIC :
Cardiac Care
1. Evaluasi adanya nyeri dada (
intensitas,lokasi, durasi)
2. Catat adanya disritmia jantung
3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan
cardiac putput
4. Monitor status kardiovaskuler
14.00 S : pasien mengatakan mudah lelah
O : ku lemah , GCS E4V5M6
TD : 124/ 90 mmHg
HR : 82 x/ menit
RR : 25 x/ menit
S : 36,0 O C
SpO2 : 99 %
A : penurunan curah jantung
42
5. Monitor status pernafasan yang menandakan
gagal jantung
6. Monitor abdomen sebagai indicator
penurunan perfusi
7. Monitor balance cairan
8. Monitor adanya perubahan tekanan darah
9. Monitor respon pasien terhadap efek
pengobatan antiaritmia
10. Atur periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
11. Monitor toleransi aktivitas pasien
12. Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu
dan ortopneu
13. Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
P :lanjutkan intervensi
43
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor adanya pulsus paradoksus dan pulsus
alterans
8. Monitor jumlah dan irama jantung dan
monitor bunyi jantung
9. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
10. Monitor suara paru, pola pernapasan
abnormal
11. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
12. Monitor sianosis perifer
13. onitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
14. Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign
44
2 27-6-2018
08.00
Airway Management
1. Pertahankan bukaan jalan nafas
2. Beri posisi head up 30-40 derajat untuk
3. Memaksimalkan Ventilasi.
4. Keluarkan secret dengan suction
Oxygen Therapy
1. Pertahankan jalan nafas yang paten
2. Monitor aliran Oksigen
3. Monitor adanya tanda-tanda hypoventilasi
Vital Sign Monitoring
1. Monitor TD,suhu,RR
2. Identifikasi penyebab
dari perubahan Vital
Sign
Kolaborasi pemberian Therapy medis
14.00 S : pasien mengatakan sesak berkurang
O : ku lemah, GCS E4V5M6,terdapat otot
bantu pernafasan
TD : 135/ 90 mmHg
HR :81 x/ menit
RR : 28 x/ menit
S : 36,5 O C
SpO2 : 99%
A :pola nafas tidak efektif
P :lanjutkan intervensi
3 27-6-2018
08.00
Manajemen Nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri secara
komperhensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi frekuensi, kualitas dan
14.00 S: pasien mengetakan masih nyeri dada skala
5
O: ku lemah, GCS E4V5M6
TD : 135/ 90 mmHg
45
factor presipitasi.
2. Observasi adanya petunjuk nonverbal
mengenai ketidaknyamanan
3. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan (misalnya, suhu
ruangan, pencahayaan, suara bising)
4. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
(teknik relaksasi nafas dalam)
5. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri
Pemberian analgesik
1. Cek adanya riwayat alergi obat.
2. Cek perintah pengobatan meliputi obat,
dosis, dan frekuensi
Monitor tanda-tanda vital
Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan status
pernapasan dengan tepat
HR : 81 x/ menit
RR : 28 x/ menit
S : 36,5 O C
SpO2 : 99 %
A: nyeri akut
P: lanjutkan intervensi
46
1 28-6-2018
08.30
NIC :
Cardiac Care
1. Evaluasi adanya nyeri dada (
intensitas,lokasi, durasi)
2. Catat adanya disritmia jantung
3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan
cardiac putput
4. Monitor status kardiovaskuler
5. Monitor status pernafasan yang menandakan
gagal jantung
6. Monitor abdomen sebagai indicator
penurunan perfusi
7. Monitor balance cairan
8. Monitor adanya perubahan tekanan darah
9. Monitor respon pasien terhadap efek
pengobatan antiaritmia
10. Atur periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
11. Monitor toleransi aktivitas pasien
14.00 S : pasien mengatakan masih lemas
O : ku lemah , GCS E4V5M6
TD : 124/ 90 mmHg
HR : 82 x/ menit
RR : 25 x/ menit
S : 36,0 O C
SpO2 : 99 %
A : penurunan curah jantung
P :lanjutkan intervensi
47
12. Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu
dan ortopneu
13. Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor adanya pulsus paradoksus dan pulsus
alterans
8. Monitor jumlah dan irama jantung dan
monitor bunyi jantung
9. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
10. Monitor suara paru, pola pernapasan
48
abnormal
11. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
12. Monitor sianosis perifer
13. onitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
2 28-6-2018
08.30
Airway Management
1. Pertahankan bukaan jalan nafas
2. Beri posisi head up 30-40 derajat untuk
3. Memaksimalkan Ventilasi.
4. Keluarkan secret dengan suction
Oxygen Therapy
1. Pertahankan jalan nafas yang paten
2. Monitor aliran Oksigen
3. Monitor adanya tanda-tanda hypoventilasi
Vital Sign Monitoring
1. Monitor TD,suhu,RR
2. Identifikasi penyebab
14.00 S : pasien mengatakan sesak berkurang
O : ku lemah , GCS E4V5M6
TD : 124/ 90 mmHg
HR : 82 x/ menit
RR : 25 x/ menit
S : 36,0 O C
SpO2 : 99 %
A :pola nafas tidak efektif
P :lanjutkan intervensi
49
dari perubahan Vital
Sign
Kolaborasi pemberian Therapy medis
3 28-6-2018
08.00
Manajemen Nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri secara
komperhensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi frekuensi, kualitas dan
factor presipitasi.
2. Observasi adanya petunjuk nonverbal
mengenai ketidaknyamanan
3. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan (misalnya, suhu
ruangan, pencahayaan, suara bising)
4. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
(teknik relaksasi nafas dalam)
5. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri
14.00 S: pasien mengatakan nyeriberkurang skala 4
O: ku lemah, GCS E4V5M6
TD : 124/ 90 mmHg
HR : 82 x/ menit
RR : 28 x/ menit
S : 36,0 O C
SpO2 : 98 %
A: nyeri akut
P: lanjutkan intervensi
50
Pemberian analgesik
1. Cek adanya riwayat alergi obat.
2. Cek perintah pengobatan meliputi obat,
dosis, dan frekuensi
Monitor tanda-tanda vital
Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan status
pernapasan dengan tepat
51
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini penulis membandingkan antara teori dengan asuhan
keperawatan pada Tn. A dengan kasus Congestive Heart Failure (CHF) yang
dilaksanakan selama 3 hari mulai 26 Juni 2018 sampai 28 Juni 2018 di ruang
ICCU RSUD Bahteramas Kendari. Pembahasan berikut ini akan diuraikan
pelaksanaan asuhan keperawatan pad Tn. A dengan Congestive Heart Failure
(CHF) sesuai fase dalam proses asuhan keperawatan yaitu meliputi: pengkajian,
pengangkatan diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan,
pelaksanaan tindakan keperawatan, serta evaluasi
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data
dari pasien yang akurat sehingga akan di ketahui masalah yang ada pada
pasien. Tahap pengkajian keperawatan meliputi pengumpulan data, validasi
data, dan identifikasi pola masalah (Hidayat 2008).
Pada tinjauan teori pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) secara
teoritis manifestasi klinis yang dapat ditemukan yaitu pusing, konfusi,
kelelahan, ektremitas dingin, dan oliguria. Pada laporanan kasus diperoleh
hasil pengkajian sesuai dengan tinjauan teori. Pada tahap pengkajian penulis
tidak menemukan hambatan yang berarti dikarenakan pasien dan keluarga
cukup kooperatif.
B. Diagnosa Keperawatan
Dignosa keperawatan adalah proses menganalisis subjektif dan objektif
yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosa
keperawatan (Deswani, 2009). Diagnosa keperawatan melibatkan proses
berfikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari pasien, keluarga, rekam
medis, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain.
Bedasarkan hasil pengkajian pada Tn. A dengan Congestive Heart Failure
(CHF) dapat ditetapkan dua diagnosa prioritas yaitu “penurunan curah jantung
52
dan pola nafas tidak efektif”. Menurut NANDA 2014-2015 penurunan curah
jantung ketidak adekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi
kebutuhan metabolik tubuh. Penurunan curah jantung terjadi karena
penurunan kontraktilitas mengacu pada perubahan kontraksi yang terjadi pada
tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan
kadar kalsium. Diagnosa ini muncul karena padasaat pengkajian kepada
pasien Tn.A. Penulis mendapatkan data-data yang menunjang untuk
ditegakkanya diagnosa penurunan curah jantung. Pada saat perumusan
diagnosa penulis mendapatkan data pada pasien Tn.A pasien mengatakan jika
aktivitas mudah lelah dan diperoleh TD 154/77 mmHg.
Diagnosa “pola nafas tidak efektif” ditegakkan berdasarkan hasil
pengkajian yang dilakukan secara komprehensif dan berdasarkan hasil
pemeriksaan fisik. Pada saat dilakukan pengkajian ditemuakan pasien
mengatakan sesak dan berdasarkan data objektif ditemukan nafas cuping
hidung, retraksi dinding dada, RR 32 x/menit.
C. Intervensi Keperawatan
Pada tahap intervensi di tetapkan tujuan dan kriteria hasil yang akan
dicapai selama melakukan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan
disusun berdasarkan diagnosa keperwatan yang telah ditetapkan dari hasil
pengkajian keperawatan pada Tn.A dengan Congestive Heart Failure (CHF).
Penyususnan intervensi keperawatan secara teoritis melibatkan Tn.A dan
sumber-sumber lainnya yang menjadi dasar penyusunan intervensi
keperawatan yang efektif dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada
ditinjau dari segi kebutuhan dasar manusia.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan intervensi keperawatan
yang telah disusun dengan menggambarkan pencapaian tujuan dan semua
tindakan dapat dilaksanakan sesuai dengan intervensi keperawatan.
53
Implementasi keperawatan yang dilakukan meliputi : tindakan mandiri
keperawatan, tindakan observasi keperawatan, tindakan yang bersifat edukatif
dan kolaboratif.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah fase akhir dalam proses keperawatan.
Melalui evaluasi keperawatan perawat dapat memberikan pendapat pada
kuantitas dan kualitas yang diberikan. Evaluasi pada aktivitas terus menerus
yang memainkan peran penting dalam seluruh fase proses keperawatan.
Evaluasi adalah salah satu cara menilai apakah asuhan keperwatan yang
diberikan telah tercapai sesuai kriteria hasil yang telah ditetapkan pada
intervensi keperawatan.
Pada tahap evaluasi pada pasien Tn.A dengan diagnosa keperawatan
“penurunan curah jantung dan pola nafas tidak efektif” tidak semua masalah
teratasi. Hal ini disebabkan penanganan kasus yang membutuhkan waktu yang
lama dan tindakan kolaborasi dengan tenaga ahli lainnya sedangkan waktu
pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn.A hanya berlangsung tiga hari saja.
54
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Hasil studi kasus asuhan keperawatan pada Tn. A dengan Congestive
Heart Failure (CHF) di ruang ICCU RSUD Bahteramas dapat
disimpulkan bahwa:
Saat pengkajian ditemukan kesadaran pasien komposmentis. Hasil
pemeriksan fisik TD : 154/ 70 mmHg (lengan kanan), HR : 65/ menit
(iregiuler), RR : 32 x/ menit (kusmaul), S : 36,5 O C (axial), SpO2: 90
%.. Hasil pemeriksaan laboratoriumn GDS 119 mg/dl, Ureum 73 mg/
dl, Creatinin 0,7 mg/dl, Asam urat 10,6 mg/dl, HB 8,0 (g/dL), leukosit
20,10 (10,3/uL), Na 140,7 mmol/L, K 4,21 mmol/L, CL 106,0 mmol/ L.
1. Berdasarkan hasil pengkajian dapat dirumuskan diagnosa keperawatan
sebagai berikut:penurunan curah jantung b.d respon fisiologis otot
jantung dan pola nafas tidak efektif b.d penurunan volume paru.
2. Setelah di rumuskan diagnosa keperawatan selanjutnya menyusun
intervensi keperawatan seperti yang tertera pada laporan kasus di bab
III.
3. Selanjutnya implementasi keperawatan dilakukan selama tiga hari
kerja sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah disusun
sebelumnya.
4. Evaluasi keperawatan dilakukan setiap hari di akhir jam dinas. Hasil
evaluasi keperawatan yang didapatkan pada hari ketiga yaitu kondisi
pasien belum membaik dengan hasil: ku lemah, kesadaran
komposmentis dengan GCS E4V5M6, TD 124/90 mmHg, HR 82
x/menit, RR 25 x/ menit, T 36,0 o C, SpO2 100%.
55
B. Saran
1. Pelayanan Kesehatan
Bagi pelayanan kesehatan diharapkan dapat menjadi acuan dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Congestive Heart
Failure (CHF).
2. Profesi keperawatan
Perawat diharapkan mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) mulai dari
perumusan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, hingga melakukan evaluasi keperawatan.
3. Masyarakat
Penelitian ini sebagai informasi dalam memberikan pertolongan pada
pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) sebelum dibawa ke
RS.
4. Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan mampu melakukan asuhan
keperawatan secara konfrehensif dan berkelanjutan pada pasien
Congestive Heart Failure (CHF).
DAFTAR PUSTAKA
Alldredge, B.K., Corelli, R.L., Ernst, M.E., Guglielmo, B.J., Jacobson, P.A.,
Kradjan, W.A., et al., 2013, Koda-Kimble & Young’s Applied Therapeutics
The Clinical Use of Drugs, 10th ed., Lippincott Williams & Wilkins,
Pennsylvania, United States of America, p 342
Andrianto. 2008. Nesiritide Intravena Suatu Peptida Natriuretik untuk Terapi
Gagal Jantung Akut. Unair, Surabaya.
http://arekkardiounair.blogspot.com/2018_06_27_archive.html
Brunner & Suddarth. 2013.Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12.Jakarta. EGC.
Deswani. (2009). Asuhan keperawatan dan Berfikir Kritis. Jakarta: Salemba
Medika
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan hasil riset kesehatan dasar
(Riskesdas) nasional 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2013.
Dipiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015,
Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education
Companies, Inggris.
Kabo, Peter. 2012. Bagaimana Menggunakan Obat-Obat Kardiovaskular Secara
Rasional. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. sJakarta:
Salemba Medika.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius.
Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Imunologi. Jakarta: Salemba Medika.
National Heart Foundation of Australia, 2011, Guideline for the Prevention,
Detection and Management of Chronic Heart Failure, NHFA Guideline.
Smeltzer & Bare. 2013. Buku Ajar Medikal Bedah Bruner & Suddarth edisi 8.
Jakarta: EGC.
Udjianti,W.J.(2010).Keperawatan Kardiovaskuler.Jakarta:Salemba Medika.
Yancy. CW. 2013. Guideline for The Management of Heart Failure. American
Heart Association.
WHO. 2013. About Cardiovascular diseases. World Health Organization.
Geneva. Cited July 15th 2014. Available from URL :
http://www.who.int/cardiovascular_diseases/about_cvd/en/ accessed on.
Wijaya, Andra S,. & Yessie M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:
Nuha Medika.