PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/4274/1/193141411201108091.pdfAKTIVITAS BELAJAR...
Transcript of PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/4274/1/193141411201108091.pdfAKTIVITAS BELAJAR...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DAN TEAMS
GAMES TOURNAMENT DITINJAU DARI
AKTIVITAS BELAJAR DAN
KEMAMPUAN MEMORI
(Studi Kasus Kompetensi Hidrokarbon pada Siswa kelas X
Semester 2 SMA Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai
Derajat Magister Pendidikan Sains
Oleh
TARTI HARJANI
S831002062
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DAN TEAMS
GAMES TOURNAMENT DITINJAU DARI
AKTIVITAS BELAJAR DAN
KEMAMPUAN MEMORI
(Studi Kasus Kompetensi Hidrokarbon pada Siswa kelas X
Semester 2 SMA Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai
Derajat Magister Pendidikan Sains
Oleh
TARTI HARJANI
S831002062
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Tarti Harjani
NIM : S831002062
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul: Pembelajaran
Kimia dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dan Teams
Games Tournament Ditinjau dari Aktivitas Belajar dan Kemampuan Memori
(Studi Kasus Kompetensi Hidrokarbon pada Siswa kelas X Semester 2 SMA
Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah betul-betul karya
saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi citasi dan
ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti penyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tesebut.
Surakarta, Juli 2011
Yang membuat pernyataan
Tarti Harjani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum
sehingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.”
(Ar Ra’d: 11)
PERSEMBAHAN
Tesis ini penyusun persembahkan kepada
1. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan doa serta dukungan selama ini
2. Keluarga tercinta, kakak dan saudara-saudaraku
3. Teman-teman Pendidikan Sains yang selalu memberi semangat dan batuannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillahirobbil’alamin penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul PEMBELAJARAN KIMIA
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR
SHARE DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT DITINJAU DARI
AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN MEMORI (studi Kasus
Kompetensi Hidrokarbon pada Siswa kelas X Semester 2 SMA Muhammadiyah 2
Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011). Laporan penelitian ini disusun untuk
memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister pada Program Studi
Pendidikan Sains minat utama Kimia Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Penelitian ini disusun atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
yang berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1 Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang telah memberikan sarana,
fasilitas dan kelancaran dalam menempuh pendidikan program pascasarjana.
2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sains yang telah memberikan pengarahan dan semangat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
3. Prof. Dr. H. Ashadi selaku pembimbing I yang dengan kesabarannya telah
memberikan bimbingan ,pengarahan dan motivasi selama penyusunan
laporan penelitian ini.
4. Dra. Suparmi, M.A, Ph.D. selaku pembimbing II yang dengan kesabarannya
telah memberikan bimbingan ,pengarahan dan motivasi selama penyusunan
laporan penelitian ini.
5. Segenap Dosen Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan pendalaman ilmu kepada penulis.
6. Drs.H.Yatimun selaku kepala SMA Muhammadiyah 2 Surakarta yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang pascasarjana.
7. Semua karyawan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan bantuan demi kelancaran tugas-tugas penulis.
8. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Sains Kimia Program Pascasarjana atas
kerja sama dan dorongan semangatnya sehingga dapat terselesaikan laporan
penelitian ini
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan balasan yang
lebih baik di sisi Allah SWT.Karya ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan dalam penelitian
ini. Akhirnya, semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat dalam dunia
pendidikan, khususnya pendidikan kimia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
Surakarta, Juli 2011
Penulis
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................. iv
HALAMAN MOTTO &PERSEMBAHAN ........................... ................. v
KATA PENGANTAR................................................................................ vi
DAFTAR ISI.............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL...................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xv
ABSTRAK ................................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................. 1
B. Identifikasi Masalah........................................................ 5
C. Pembatasan Masalah…................................................... 7
D. Perumusan Masalah........................................................ 7
E. Tujuan Penelitian............................................................. 8
F. Manfaat Penelitian........................................................... 9
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS .................................................. 11
A. Kajian Teori ............................................................. 11
1. Hakikat Pembelajaran............................................... 11
2. Teori-teori belajar..................................................... 11
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS……………...... 18
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT......................... 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
5. Aktivitas belajar........................................................ 23
6. Kemampuan memori................................................. 25
7. Prestasi Belajar.......................................................... 28
8. Materi hidrokarbon.................................................... 32
B. Penelitian yang Relevan………………………...……... 44
C. Kerangka Berpikir.......................................................... 46
D. Perumusan Hipotesis…………....................................... 53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................. 55
A. Tempat dan Waktu Penelitian......................................... 55
B. Metode Penelitian ........................................................... 55
C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel... 56
D. Variabel Penelitian.......................................................... 57
E. Teknik Pengumpulan Data.............................................. 59
F. Instrumen Penelitian........................................................ 63
G. Uji Coba Instrumen......................................................... 64
H. Teknik Analisis Data....................................................... 72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................... 76
A. Deskripsi Data ................................................................. 76
B. Uji Prasyarat Analisis ...................................................... 92
C. Pengujian Hipotesis ......................................................... 95
D. Pembahasan Hasil Analisis ............................................. 104
E. Keterbatasan Penelitian .................................................... 115
BAB V KESIMPULAN,IMPLIKASI DAN SARAN ...................... 116
A. Kesimpulan ..................................................................... 116
B. Implikasi .......................................................................... 119
C. Saran ................................................................................ 121
DAFTAR PUSTAKA. ........................................................... 113
LAMPIRAN...........................................................................
. 126
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 2.1 : Suku-suku Alkana .................................................. 35
Tabel 2.2 : Beberapa Sifat Fisik Alkana .................................. 37
Tabel 2.3 : Beberapa Sifat Fisik Alkena .................................. 41
Tabel 3.1 : Jadwal Penelitian ................................................... 55
Tabel 3.2 : Desain Faktorial ..................................................... 56
Tabel 3.3 : Nilai P-value Uji t Dua Pihak (2 sample t) ............ 57
Tabel 3.4 : Skoring pada skala Aktivitas Belajar ..................... 62
Tabel 3.5 : Rangkuman Validitas Soal angket aktivitas .........
66
Tabel 3.6 : Rangkuman Validitas Soal Tes Kemampuan Memori...................................................................
66
Tabel 3.7 : Rangkuman Validitas Soal Tes Prestasi Kognitif 67
Tabel 3.8 : Tabel 3.8. Hasil Kesimpulan Validitas Soal Angket Prestasi Afektif .........................................
67
Tabel 3.9 : Rangkuman Uji Reliabilitas ................................... 69
Tabel 3.10 : Indeks Kesukaran Tes Kemampuan Memori ......... 69
Tabel 3.11 : Indeks Kesukaran Tes Prestasi Kognitif ................. 70
Tabel 3.12 : Kesimpulan Daya Pembeda Soal tes kemampuan memori .................................................................. 71
Tabel 3.13 : Kesimpulan Daya Pembeda Soal tes prestasi kognitif ...................................................................
72
Tabel 4.1 : Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Siswa … 77
Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Kelas TPS .............................................................
77
Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Prestasi belajar kognitif 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Kelas TGT .............................................................
Tabel 4.4 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Aktivitas Belajar
Tinggi dan Rendah pada TPS …………................ 79
Tabel 4.5 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Aktivitas Belajar Tinggi dan Rendah pada TGT ……...……
79
Tabel 4.6 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Aktvitas Belajar Tinggi dan Rendah ................................................
80
Tabel 4.7 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TPS ..................
80
Tabel 4.8 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TGT ..................
80
Tabel 4.9 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah ..................................
81
Tabel 4.10 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada Aktivitas Belajar Tinggi …………........................................
81
Tabel 4.11
:
Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada Aktivitas Belajar Rendah .......................................................
82
Tabel 4.12 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TPS danAktivitas Belajar Tinggi ...................................
82
Tabel 4.13 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TPS danAktivitas Belajar Rendah .................................
83
Tabel 4.14 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TGT danAktivitas Belajar Tinggi ..................................
83
Tabel 4.15 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TGT danAktivitas Belajar Rendah .................................
83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
Tabel 4.16 : Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Siswa ….. 85
Tabel 4.17 : Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Kelas TPS ..............................................................
85
Tabel 4.18 : Distribusi Frekuensi Prestasi belajar Afektif Kelas TGT.........................................................................
85
Tabel 4.19 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Aktivitas Belajar Tinggi dan Rendah pada TPS ................................
87
Tabel 4.20 : Deskripsi Data Prestasi Afektif pada Aktivitas Belajar Tinggi dan Rendah pada TGT ...................
87
Tabel 4.21 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Aktvitas Belajar Tinggi dan Rendah …………………………...….
87
Tabel 4.22 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TPS ..................
88
Tabel 4.23 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TGT .................
88
Tabel 4.24 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah ...................................
89
Tabel 4.25 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada Aktivitas Belajar Tinggi ……………………………………
89
Tabel 4.26 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada Aktivitas Belajar Rendah ………………………………..….
90
Tabel 4.27 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TPS dan Aktivitas Belajar Tinggi .........................................
90
Tabel 4.28 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TPS dan Aktivitas Belajar Rendah .......................................
91
Tabel 4.29 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TGT da nAktivitas Belajar Tinggi .......................................
91
Tabel 4.30 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TGT dan Aktivitas Belajar Rendah .......................................
92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Tabel 4.31 : Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar kogniti dan Afektif Masing-masing Kelompok …………..…..
93
Tabel 4.32 : Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Prestasi Belajar Ranah Kognitif ..........................................
96
Tabel 4.33 : Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Prestasi Belajar Ranah Afektif ............................................
95
Tabel 4.34 : Hasil GLM untuk Prestasi Belajar Kognitif ditinjau dari model Pembelajaran (TPS dan TGT), Aktivitas Belajar dan Kemampuan Memori
96
Tabel 4.35 : Hasil GLM untuk Prestasi Belajar Afektif ditinjau dari model Pembelajaran (TPS dan TGT), Aktivitas Belajar dan Kemampuan Memori .........
99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 : Alur Penempatan Peserta Turnamen ...................... 22
Gambar 2.2 : Diagram Klasifikasi hidrokarbon ........................... 34
Gambar 4.1 : Dstribusi prestasi belajar kognitif kelas TPS ….… 78
Gambar 4.2 : Dstribusi prestasi belajar kognitif kelas TGT ….... 78
Gambar 4.3 : Distribusi Prestasi Belajar Afektif kelas TPS …… 86
Gambar 4.4 : Distribusi Prestasi Belajar Afektif kelas TGT …... 86
Gambar 4.5 : Uji Lanjut Anava Kognitif Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan TGT …....
100
Gambar 4.6 : Uji Lanjut Anava Kognitif Pada Aktivitas Belajar Tinggi dan Rendah .................................................
101
Gambar 4.7 : Uji Lanjut Anava Kognitif Pada Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah .................................
101
Gambar 4.8 : Uji Lanjut Anava Kognitif pada Sel Model Pembelajaran dan Aktivitas Belajar (AB) ..............
102
Gambar 4.9 : Grafik Model Pembelajaran Kooperatif (A) .......... 102
Gambar 4.10 : Grafik Aktivitas Belajar (B) .................................. 103
Gambar 4.11 : Grafik Kemampuan Memori (C) .......................... 103
Gambar 4.12 : Grafik Interaksi Model Pembelajaran dengan Aktivitas Belajar ...................................................
104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1 : Silabus............................................................................... 127
Lampiran 2 : Rencana Program Pembelajaran (RPP) TPS……………. 130
Lampiran 3 : Rencana Program Pembelajaran (RPP) TGT….………... 137
Lampiran 4 : Tata cara Permainan ......................................................... 146
Lampiran 5 : LKS .................................................................................. 148
Lampiran 6 : Kartu permainan TGT ..................................................... 159
Lampiran 7 : Kunci Kartu Permainan TGT .......................................... 165
Lampiran 8 : Lembar Nilai Permainan .................................................. 169
Lampiran 9 : Kisi-kisi Angket Aktivitas Belajar.................................... 170
Lampiran 10 : Lembar Soal Angket Aktivitas Belajar ............................ 171
Lampiran 11 : Kisi-kisi Tes Kemampuan memori .................................. 176
Lampiran 12 : Lembar Soal Tes Kemampuan memori ............................ 177
Lampiran 13 : Kunci Tes Kemampuan memori ...................................... 181
Lampiran 14 : Kisi-kisi Tes Prestasi Kognitif ......................................... 184
Lampiran 15 : Lembar Soal Tes Prestasi Kognitif .................................. 188
Lampiran 16 : Kunci Tes Prestasi Kognitif ............................................. 201
Lampiran 17 : Kisi- kisi Angket Prestasi Afektif .................................... 202
Lampiran 18 : Pedoman Penilaian Afektif .............................................. 203
Lampiran 19 : Lembar Soal Angket Prestasi Afektif ............................. 204
Lampiran 20 : Uji normalitas, uji homogenitas dan uji t penentuan sampel ..............................................................................
210
Lampiran 21 : Daftar Nama Siswa Kelas eksperimen I dan II ................ 113
Lampiran 22 : Daftar Nama Kelompok Kelas eksperimen I dan II ......... 215
Lampiran 23 : Data Induk Penelitian ....................................................... 217
Lampiran 24 : Analisis Validitas,Reliabilitas,Derajat kesukaran dan Daya Pembeda Tes Prestasi Kognitif................................
220
Lampiran 25 : Analisis Validitas dan Reliabilitas Angket Prestasi Afektif .............................................................................. 224
Lampiran 26 : Analisis Validitas dan Reliabilitas Angket Aktivitas Belajar Siswa .................................................................... 228
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Lampiran 27 : Analisis Validitas,Reliabilitas,Derajat kesukaran dan Daya Pembeda Tes Kemampuan Memori Siswa .............
231
Lampiran 28 : Deskripsi data Prestasi Kognitif ....................................... 234
Lampiran 29 : Distribusi Frekuensi dan Histogram Prestasi Kognitif ..... 236
Lampiran 30 : Uji normalitas dan Homogenitas Prestasi Kognitif ......... 239
Lampiran 31 : Anava Tiga Jalan dan Uji Lanjut Prestasi Kognitif ........ 245
Lampiran 32 : Deskripsi Data Prestasi Afektif ........................................ 251
Lampiran 33 : Distribusi Frekuensi dan Histogram Prestasi Afektif ....... 253
Lampiran 34 : Uji normalitas dan Homogenitas Prestasi Afektif ........... 257
Lampiran 35 : Anava Tiga Jalan Prestasi Afektif ................................... 263
Lampiran 36 : Foto-foto Penelitian .......................................................... 264
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
ABSTRAK
Tarti Harjani. S831002062, 2011 ”Pembelajaran Kimia Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dan Teams Games Tournament Ditinjau Dari Aktivias Belajar dan Kemampuan Memori”( Studi Kasus Kompetensi Hidrokarbon pada Siswa kelas X Semester 2 SMA Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011) Tesis : Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing I Prof. Dr. H. Ashadi, dan Pembimbing II Dra. Suparmi, M.A.,Ph.D.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT, aktivitas belajar, kemampuan memori terhadap prestasi belajar, serta interaksi model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT dengan aktivitas belajar, interaksi model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT dengan kemampuan memori, interaksi antara aktivitas belajar dan kemampuan memori, interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT, aktivitas belajar dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Populasi penelitian adalah siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta sebanyak tiga kelas. Sampel diambil secara cluster random sampling sejumlah dua kelas dari tiga kelas. Teknik pengumpulan data untuk kemampuan memori dan prestasi belajar ranah kognitif digunakan metode tes, metode angket untuk prestasi belajar ranah afektif dan aktivitas belajar. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: Ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT terhadap prestasi kognitif tetapi tidak untuk afektif. Prestasi kognitif yang diberikan dengan TGT lebih tinggi dari pada dengan TPS. Ada pengaruh aktivitas belajar terhadap prestasi kognitif tetapi tidak untuk afektif. Prestasi kognitif siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi lebih baik dari pada yang beraktivitas belajar rendah. Ada pengaruh kemampuan memori terhadap prestasi kognitif tetapi tidak untuk afektif. Prestasi kognitif siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi lebih baik dari pada yang berkemampuan rendah. Ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT dengan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi kognitif tetapi tidak untuk afektif. Prestasi kognitif siswa yang beraktivitas belajar tinggi selalu tinggi bila diberikan TGT atau TPS. Sedangkan prestasi kognitif siswa yang beraktivitas belajar rendah akan tinggi bila dengan TGT dan rendah dengan TPS. Tidak ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT dengan kemampuan memori siswa, tidak ada interaksi antara aktivitas belajar dengan kemampuan memori,tidak ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT, aktivitas belajar dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi kognitif maupun afektif. Kata kunci: TPS danTGT, Aktivitas belajar, Kemampuan memori, Hidrokarbon ,
Kognitif dan afektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
ABSTRACT
Tarti Harjani .S831002062, 2011 “Chemistry Learning using Cooperative Learning Model through Think Pair Share and Teams Games Tournament type overviewed from learning activities and memory capability” (A case study on competencies of Hidrocarbon for Grade 10th students semester 2 The Muhammadiyah Senior High School 2 Surakarta, Academic Year 2010/2011) Thesis: Science education Program, Post-graduate program, Sebelas Maret University Surakarta. 1st advisor : Prof. Dr. H. Ashadi, 2nd : Dra. Suparmi, M.A., Ph.D.
The aims of this research were to find out: The effect of TPS dan TGT type of Cooperative learning model, learning activities, memory capability toward student’s achievement and the interaction between cooperative learning model with learning activities, the interaction between cooperative learning model with memory capability toward, the interaction between learning activities and memory capability, the interaction between cooperative learning, learning activities and memory capability toward student’s achievement. The research used experimental method. The population was all of Grade 10th students in Muhammadiyah senior high school 2 for three class . The sample was taken using cluster random sampling technique and consisted of two class of the three class. Memory capability and cognitive student’s achievement were collected by test method, while the affective student’s achievement and student’s learning activities were collected by questioner method. ANOVA three ways with unequal cell was used to analyze the hypotheses. Based on the results of the research can be concluded that : There was the effect of TPS dan TGT type of Cooperative learning model toward cognitive achievement but not for affective. Cognitive achievement is given by TGT is higher than that with TPS, there was the effect of the learning activities toward cognitive achievement but not for affective. Cognitive achievement of students who have a high learning activity is better than a low learning activities, there was the effect of memory capability toward cognitive achievement but not for affective. Cognitive achievement of students who have a high memory capability is better than a low memory capability, there was the interaction between cooperative learning model with learning activities model toward cognitive achievement but not for affective. Cognitive achievement of students who have a high learning activity is always high when administered TGT or TPS. While the cognitive achievement of students who have a low learning activity will be high when administered the TGT and low when administered TPS, there was not any interaction between cooperative learning model with memory capability, there was not any interaction between learning activities and memory capability, there was not any interaction between cooperative learning, learning activities and memory capability toward cognitive or affective achievement. Keyword: TPS and TGT, Learning activities, Memory capability, Hydrocarbon, Cognitive and affective,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah satu-satunya makhluk Tuhan yang diberikan kelebihan
berupa akal pikiran. Untuk mengolah akal pikiran itu diperlukan pola pendidikan
melalui proses belajar. Apabila akal pikiran terolah dengan baik maka manusia
bisa mengemban tugas dengan baik dari Sang Kholiq. Pengolahan akal pikiran itu
harus melalui pendidikan. Oleh karena itulah maka manusia tidak boleh berhenti
berusaha untuk mendapatkan pendidikan. Berdasarkan Undang-undang Nomor 20
tahun 2003 tentang sistim pendidikan nasional pada Bab I, pasal 1 disebutkan
bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar berarti sebelum
melakukan proses pembelajaran, harus diperhitungkan faktor-faktor pendukung
proses itu dengan baik.Faktor-faktor pendukung itu diantaranya adalah guru,
siswa , strategi pembelajaran dan materi pembelajaran. Guru mempunyai peranan
yang sangat penting. Berdasarkan Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
sistim pendidikan nasional pada Bab XI pasal 39 ayat 1 disebutkan bahwa,
‘Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan’ . Dari Undang-undang tersebut bisa diketahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
bahwa salah satu tugas tenaga kependidikan dalam hal ini guru adalah mengelola
proses pendidikan. Mengelola proses pendidikan itu meliputi merencanakan,
melaksanakan proses pembelajaran dan menilai hasil pembelajaran. Sebagai
perancang pembelajaran guru harus memiliki strategi dalam proses belajar
mengajar, agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien. Dalam
strategi proses belajar mengajar guru harus menguasai model-model
pembelajaran. Guru harus bisa memahami karakteristik siswa dan bisa memilih
model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Sehingga
model pembelajaran tidak monoton tetapi bervariasi.
Data prestasi untuk pokok bahasan hidrokarbon selama 2 tahun terakhir di
SMA Muhammadiyah 2 Surakarta sebagai berikut: pada tahun pelajaran
2008/2009 dengan KKM 63, siswa yang mempunyai nilai lebih tinggi dari KKM
40% dan siswa yang mempunyai nilai lebih rendah dari KKM 60%. Sedangkan
pada tahun pelajaran 2009/2010 siswa yang mempunyai nilai lebih tinggi dari
KKM 45% dan siswa yang mempunyai nilai lebih rendah dari KKM 55%..
Sehingga banyak siswa yang harus mengikuti program remidial untuk dapat
mencapai KKM seperti yang telah ditetapkan oleh sekolah. Kondisi ini memang
harus diperbaiki, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai
dengan materi dan kondisi siswa. Dominasi metode ceramah harus dikurangi.
Model pembelajaran yang monoton akan membuat siswa bosan dan tidak
bergairah untuk belajar. Kebosanan siswa mungkin juga disebabkan karena
selama ini guru menjadi pusat pada waktu pembelajaran. Kebosanan siswa ini
berdampak prestasi belajar yang rendah. Pembelajaran yang berpusat pada siswa
akan membuat siswa lebih bergairah dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Prestasi belajar dipengaruhi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal dari dalam diri siswa diantaranya aktivitas belajar dan kemampuan
memori, kreativitas, motivasi, kemampuan awal dan lain-lain. Sedangkan faktor
eksternal diantaranya model pembelajaran yang digunakan, sarana prasarana dan
lain-lain. Aktivitas siswa dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat
penting. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2010: 99) bahwa: dalam
belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak
mungkin akan berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar
merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti
pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir,
membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi
belajar. Siswa dikatakan belajar dengan aktif jika mereka mendominasi aktivitas
pembelajaran. Siswa secara aktif mengunakan pemikirannya, baik untuk
menemukan ide pokok dari materi, memecahkan persoalan, atau
mengaplikasikan apa yang dipelajari.
Memori adalah sebuah sistem penyimpanan informasi pada diri
manusia yang berkaitan dengan masa lalu. Memori memiliki fungsi yang penting
bagi manusia. Pada materi hidrokarbon yang memiliki banyak konsep sangat
membutuhkan kemampuan memori yang baik. Jika kita lakukan aktivitas berpikir
maupun menalar, maka sebahagian besar kita menggunakan fakta dari memori
atau ingatan kita. Model pembelajaran yang tepat adalah model pembelajaran
yang dapat mengaktifkan siswa. Semakin aktif siswa maka kemampuan
memorinya akan semakin tinggi. Semakin tinggi kemampuan memori siswa
maka hasil belajar akan semakin baik. Materi hidrokarbon mengandung banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
konsep yang abstrak dan kompleks. Contoh keabstrakkan pada materi
hidrokarbon adalah pada ikatan – ikatan yang terjadi antara atom-atom yang
terlibat ikatan, rantai karbon, reaksi-reaksi hidrokarbon dan lain-lain.
Sedangkan contoh kekompleksannya terletak pada penamaan senyawa
hidrokarbon. Karakteristik materi hirokarbon yang demikian sangat
memerlukan kemampuan memori yang tinggi. Siswa yang mempunyai
kemampuan memori tinggi akan lebih mudah dalam mempelajarinya.
Ada beberapa model pembelajaran, diantaranya model pembelajaran
konstektual, model pembelajaran direct instruction, model pembelajaran berbasis
masalah, model pembelajaran kooperatif dan lain-lain. Pada penelitian ini
digunakan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif
mempunyai karakter: positif interdepedence , interaction face to face, adanya
tanggungjawab pribadi materi pelajaran dalam anggota kelompok, membutuhkan
keluwesan dan memelihara hubungan kerja yang efektif, serta bekerjasama dalam
memecahkan masalah. Model ini bisa digunakan untuk menyampaikan materi
hidrokarbon. Pada model pembelajaran kooperatif ada beberapa tipe diantaranya
jigsaw, GI, STAD, TPS , TGT dan lain-lain. Penelitian ini menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan Teams Games
Tournament (TGT).
Pada model pembelajaran Think Pair Share (TPS) guru menyampaikan
pelajaran pada kelas, para siswa duduk berpasangan dengan timnya masing-
masing. Guru memberikan pertanyaan pada siswa. Siswa diminta untuk
memikirkan sebuah jawaban secara mandiri, lalu berpasangan dengan
pasangannya untuk mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban. Akhirnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
guru meminta para siswa untuk berbagi jawaban yang telah mereka sepakati
dengan seluruh kelas.(Slavin : 2008,257). Model pembelajaran tipe ini adalah
suatu model pembelajaran yang digunakan untuk mendorong siswa memiliki
kepekaan terhadap pentingnya bekerja sama. Keunggulan dari metode TPS
diantaranya adalah :Siswa tidak terlalu menggantungkan guru, akan tetapi dapat
menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dan
belajar dari siswa lain., Sedangkan kelemahan dari TPS (Think-Pair-Share) antara
lain: Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas,
membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas, peralihan dari
seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran.
Model pembelajaran tipe TGT merupakan model pembelajaran yang
menggunakan permainan. Adanya permainan inilah maka siswa akan terpancing
motivasi belajarnya. Kelebihan metode TGT (Teams Games Tournament) :
Melatih siswa untuk bekerjasama dalam kelompok diskusi, suasana belajar
nyaman, menyenangkan dan kondusif, tercipta suasana kompetisi antara kelompok
diskus. kelemahan metode TGT (Teams Games Tournament): tidak efisien waktu,
sering mengakibatkan terjadinya kegaduhan sehingga mengganggu kelas lain.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menerapkan model pembelajaran
tipe TPS dan TGT pada pokok bahasan hidrokarbon ditinjau dari aktivitas
belajar dan kemampuan memori.
B. IDENTIFIKASI MASALAH.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka ada
beberapa hal yang menjadi masalah, diantaranya sebagai berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
1. Pengajaran kimia di SMA Muhammadiyah 2 Surakarta berjalan satu arah dan
berpusat pada guru.
2. Metode ceramah masih mendominasi kegiatan belajar mengajar, padahal
berbagai metode telah dikembangkan seperti eksperiment, demontrasi,proyek
dan lain-lain.
3. Belum diterapkannya model pembelajaran yang variatif dan inovatif, padahal
berbagai model pembelajaran telah dikembangkan seperti pembelajaran
kooperatif, CTL, PBL, DI dan lain-lain.
4. Belum banyak guru yang menggunakan tipe pembelajaran kooperatif yang
variatif seperti TGT, TPS, jigsaw, NHT dan lain-lain.
5. Guru belum banyak memperhatikan faktor-faktor internal yang dimiliki siswa
seperti aktivitas belajar, kemampuan memori, kemampuan awal, kreatifitas
siswa dan lain-lain
6. Aktivitas belajar siswa bervariasi ada yang rendah sedang dan tinggi. Tapi hal
itu belum diperhatikan.
7. Kemampuan memori siswa bervariasi ada yang rendah sedang dan tinggi.
Tapi hal itu belum diperhatikan.
8. Nilai rata-rata mata pelajaran kimia khususnya materi hidrokarbon belum
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Selama ini yang selalu
diperhatikan adalah kebanyakkan adalah aspek kognitif sedangkan aspek
afektif jarang.
9. Materi kimia yang disajikan pada kelas X adalah struktur atom, Ikatan kimia,
tatanama senyawa ,perhitungan kimia, hidrokarbon belum diajarkan sesuai
dengan karakteristik siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
C. PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah, maka agar penelitian ini bisa mencapai
sasaran dengan baik, untuk itu penulis memberi batasan masalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS) dan teams Games Tournament (TGT).
2. Tingkat aktivitas siswa dikatagorikan tinggi dan rendah.
3. Tingkat kemampuan memori siswa dikatagorikan tinggi dan rendah
4. Prestasi belajar siswa dibatasi pada ranah kognitif dan afektif.
5. Materi yang diteliti adalah materi hidrokarbon
D. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah , maka
masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah ada penggaruh model pembelajaran pembelajaran tipe Think Pair
Share (TPS) dan tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap prestasi
belajar?
2. Apakah ada pengaruh aktivitas belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar?
3. Apakah ada pengaruh tingkat kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar?
4. Apakah ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) dan tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan aktivitas belajar
siswa terhadap prestasi belajar?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
5. Apakah ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) dan tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan kemampuan memori
siswa terhadap prestasi belajar?
6. Apakah ada interaksi antara aktivitas belajar dan kemampuan memori
terhadap prestasi belajar siswa?
7. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran tipe Think Pair Share (TPS)
dan tipe Teams Games Tournament (TGT) aktivitas belajar dan kemampuan
memori siswa terhadap prestasi belajar?
E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui :
1. Penggaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan
tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap prestasi belajar?
2. Pengaruh aktivitas belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar.
3. Pengaruh tingkat kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar
4. Interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe
Teams Games Tournament (TGT) dengan aktivitas belajar siswa terhadap
prestasi belajar.
5. Interaksi model pembelajaran kooperatf tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe
Teams Games Tournament (TGT) dengan kemampuan memori siswa terhadap
prestasi belajar
6. Interaksi antara aktivitas belajar dan kemampuan memori terhadap prestasi
belajar siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
7. Interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
dan tipe Teams Games Tournament (TGT), aktivitas belajar dan kemampuan
memori siswa terhadap prestasi belajar.
F. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, khususnya bagi guru dan
siswa. Adapun manfaat itu adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) dan tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap
prestasi belajar ditinjau dari aktivitas belajar dan kemampuan memori
siswa.
b. Hasil penelitian bisa digunakan sebagai acuan bagi guru maupun tenaga
kependidikan dalam mengembangkan model pembelajaran sehingga
tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.
c. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peserta didik
Melalui penelitian ini diharapkan siswa mempunyai aktivitas yang tinggi,
dengan aktivitas yang tinggi maka kemampuan memori mereka akan
semakin tajam, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar .
b. Bagi guru
Memberi masukan bagi guru melakukan inovasi pada model pembelajaran
yang dipakai, sehingga kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan
efisien, berhasil guna dan berdaya guna untuk kemajuan pendidikan .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
c. Bagi sekolah
Memberi sumbangan pada sekolah dalam rangka meningkatkan kemajuan
pendidikan dalam sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. KAJIAN TEORI
1. Hakikat Pembelajaran
Menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistim Pendidikan Nasional: ’ Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.’
Pembelajaran bisa juga diartikan sebagai berikut :
Pembelajaran adalah suatu proses penciptaan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Belajar dalam pengertian aktivitas dari peserta didik (pelajar) dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku yang bersifat relatif konstan. Pembelajaran adalah mendapatkan informasi .Pembelajaran sebagai proses mendapatkan fakta-fakta, keterampilan, dan metode-metode yang bisa dikuasai dan digunakan sesuai kebutuhan. Pembelajaran sebagai proses memahami atau mengabstraksikan makna. Pembelajaran melibatkan bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain dengan subyek permasalahan dan dengan dunia nyata. (Mark K. Smith, 2009: 30)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar
yang menghasilkan perubahan perilaku yang bersifat relatif konstan. Pada
penelitian ini pembelajaran yang akan dilakukan adalah pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan
tipe Teams Games Tournament (TGT),
2. Teori Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha secara bertahap yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh pengetahuan secara konstruktif sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
a. Teori Belajar Kognitif
1). Teori Belajar Piaget
Pendapat Piaget dalam Daryanto ( 2009: 12-13) mengenai perkembangan
proses belajar pada anak-anak diantara adalah anak mempunyai struktur mental
yang berbeda dengan orang dewasa jadi memerlukan pelayanan tersendiri dalam
belajar, perkembangan mental anak melalui tahap-tahap tertentu menurut suatu
urutan yang sama bagi semua anak, perkembangan itu melalui suatu urutan tertentu
dan tahap ketahap yang lain tidaklah selalu sama pada setiap anak, perkembangan
anak dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu: kematangan, pengalaman, interaksi sosial,
equilibration. Ada 3 tahap perkembangan yaitu: berpikir secara intuitif ± 4 tahun,
beroperasi secara kongkret ± 7 tahun, beroperasi secara formal ± 11 tahun. Dalam
perkembangan intelektual terjadi proses yang sederhana seperti melihat,
menyentuh, menyebut nama dan adaptasi dengan dunia sekitar.
Menurut Piaget dalam Ratna Willis ( 1989 : 150-151) salah satu dasar
perkembangan intelektual adalah adaptasi. Adaptasi adalah penyesuaian diri pada
lingkungan. Cara adaptasi antara organisme yang satu dengan yang lain berbeda.
Adaptasi dilakukan dengan dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi. Dalam
proses asimilasi seseorang menggunakan struktur atau kemampuan yang sudah ada
untuk menanggapi masalah yang dihadapinya dalam lingkungannya. Dalam proses
akomodasi seseorang memerlukan modifikasi struktur mental yang ada dalam
mengadakan respons terhadap tantangan lingkungannya. Sedangkan ekuilibrasi
(penyeimbangan), yaitu penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
akomodasi. Adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan
akomodasi. Andaikata dengan proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan
adaptasi pada lingkungannya, terjadilah ketidakseimbangan. Akibat
ketidakseimbangan ini terjadilah akomodasi, dan struktur yang ada mengalami
perubahan atau struktur baru timbul.
Keterkaitan antara teori Piaget dan penelitian ini adalah sebagai berikut.
Siswa SMA masuk pada tahap perkembangan operasional formal, yang berarti
kemampuan untuk berpikir abstrak sudah ada. Dengan demikian siswa SMA sudah
bisa diajak mempelajarai materi hidrokarbon yang bersifat abstrak. Siswa juga
seharusnya bisa melakukan diskusi dengan teman sebayanya ketika diberi
pembelajaran dengan model pembelajaran tipe TPS maupun TGT. Dengan model
pembelajaran tipe TPS dan TGT siswa mendapatkan informasi baru,
mengasimilasi dan mengakomodasi pengetahuan baru tersebut ketika mereka
berdiskusi dengan teman dalam kelompok maupun antar kelompok.
2). Teori Gagne
Menurut teori Gagne dalam Ratna Wilis (1989: 85-86) belajar konsep merupakan
satu bagian dari suatu hierarki dari delapan bentuk belajar. Dalam hierarki ini,
setiap tingkat belajar tergantung pada tingkat-tingkat sebelumnya. Delapan
hierarki belajar itu terdiri dari belajar tanda, belajar stimulus dan respon,
Chaining, asosiasi vebal, belajar diskriminasi, belajar konsep konkret, konsep
terdifinisi, aturan dan pemecahan masalah. Dalam belajar konsep harus
menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Bisa dikatakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
bahwa hierarki belajar adalah belajar dari materi yang sederhana menuju ke materi
yang kompleks. Menurut Gagne dalam Mark (2009 : 119-120) menunjukkan
bahwa sebuah tugas akan dipelajari dengan cara terbaik oleh rangkaian sembilan
peritiwa berikut ini: (a) menarik perhatian; (b) menginformasikan pembelajaran
sasaran yang akan dituju; (c) menstimulasi atau memanggil terlebih dahulu
informasi yang telah diperoleh; (d) memyajikan isi pembelajaran; (e) memberikan
panduan pembelajaran; (f) memberi kesempatan untuk latihan; (g) memberikan
umpan balik tentang yang benar; (h) melakukan penilaian; (i) memperluas ingatan
dan memori.
Keterkaitan antara teori Gagne dan penelitian ini adalah sebagai berikut.
Untuk mempelajari konsep baru pada materi hidrokarbon diperlukan pemahaman
konsep-konsep sebelumnya. Untuk menguasai banyaknya konsep dalam materi
hidrokarbon bisa dengan model pembelajaran TPS dan TGT. Model
pembelajaran TPS dan TGT siswa dapat digunakan untuk mempelajari materi
hidrokarbon dengan baik karena pada model pembelajaran ini terdapat sembilan
peristiwa yang merupakan tahapan dalam sebuah proses pembelajaran. Sehingga
model pembelajaran tipe TPS dan TGT ini bisa digunakan untuk pembelajaran
materi hidrokarbon.
3).Teori Belajar Ausubel
Kontribusi Ausubel yang patut dipertimbangkan adalah gagasan tentang
”pengatur maju”. Menurut Ausubel dalam Mark ( 2009 : 118-119) pengatur maju
adalah sebuah alat atau bantuan pembelajaran mental untuk membantu kita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
“mendapat pegangan” terhadap informasi baru atau sebuah alat mempersiapkan
struktur kognitif pembelajar bagi pengalaman pembelajaran yang berlangsung.
Kontribusi yang lain adalah penekanan pada hakikat aktif dalam pembelajaran
resepsi sebermakna mungkin. Belajar adalah mencocokkan konsep dalam suatu
pokok bahasan ke dalam sistem yang dimilikinya untuk kemudian menjadi
milikinya dan berguna baginya. Teori Ausubel dalam Ratna Willis (1989, 111-116)
belajar bermakna merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada
konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang. Faktor-
faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna adalah struktur kognitif yang
ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan
pada waktu tertentu.
Keterkaitan antara teori Ausubel dan penelitian ini adalah sebagai berikut.
Materi hidrokarbon adalah materi yang mengandung banyak konsep. Untuk
mengerti konsep baru, siswa harus bisa mengkaitkan konsep baru itu dengan
konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif yang sudah dimiliki
siswa. Dalam model pembelajaran TPS dan TGT menggunakan diskusi. Diskusi
inilah yang akan membuat siswa terbiasa dengan belajar bermakna. Karena dalam
diskusi siswa dituntut untuk berargumen. Oleh karena itu siswa harus bisa
mengkaitkan antara konsep baru dengan konsep-konsep yang telah dimilikinya.
b. Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut para penganut konstruktif dalam Ella (2004: 54 ) pengetahuan
dibina secara aktif oleh seseorang yang berpikir. Seseorang tidak akan menyerap
pengetahuan dengan pasif. Untuk membangun suatu pengetahuan baru atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
pengetahuan yang disampaikan guru dengan pengetahuan dan pengalaman yang
telah dmlikinya melalui berinteraksi sosial dengan peserta lain maupun dengan
gurunya. Driver dan Bell dalam Isjodi (2010 :34) mengemukakan prinsip-prinsip
dalam konstruktivisme dalam pembelajaran diantaranya adalah hasil pembelajaran
tergantung pada pengetahuan pelajar sebelumnya, pembelajaran adalah
pengkonstruksi konsep-konsep, pengkonstruksi konsep adalah proses aktif dalam
diri pelajar, konsep-konsep yang telah dikonstruksi akan dievaluasi yang
selanjutnya konsep tersebut akan diterima atau ditolak.
Kaitannya teori belajar konstruktivisme dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT adalah
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada kerjasama. Melalui kerjasama inilah
siswa dapat membangun suatu pengetahuan baru atau pengetahuan yang
disampaikan guru dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dmlikinya.
Dengan kata lain siswa bisa mengkonstruksi konsep-konsep dengan baik karena
adanya diskusi dalam kerjasama itu.
c. Teori Belajar Sosial
Menurut Bandura dalam Ratna willis (1989, 27- 29) manusia itu tidak
didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam dan juga tidak ”dipukul” oleh
stimulus-stimulus lngkungan. Teori belajar Bandura adalah teori belajar sosial atau
kognitif sosial serta efikasi diri yang menunjukkan pentingnya proses mengamati
dan meniru perilaku, sikap dan emosi orang lain. Teori Bandura menjelaskan
perilaku manusia dalam konteks interaksi tingkah laku timbal balik yang
berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Menurut Vygotsky dalam Isjoni (2010, 39-40) pembelajaran adalah konsep
zona perkembangan proximal. Pembelajaran terjadi saat anak bekerja dalam zona
perkembangan proximal. Zona perkembangan proximal adalah tingkat
perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang saat ini. Zona
perkembangan proksimal adalah jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya
dengan tingkat perkembangan potesial. Tingkat perkembangan sesungguhnya
adalah kemampuan pemecahan masalah secara mandiri.sedangkan tingkat
perkembangan potensial adalah kemampuan pemecahan masalah dibawah
bimbingan orang dewasa melalui kerja sama dengan teman sebaya yang lebih
mampu. Menurut Vygotsky bahwa ada hubungan langsung antara domain kognitif
dengan sosial budaya. Kualitas berpikir siswa dibangun di dalam kelas, sedangkan
aktivitas sosialnya dikembangkan dalam bentuk kerjasama dengan teman sebaya
dibawah bimbingan orang dewasa yaitu guru.
Keterkaitan teori sosial dengan penelitian ini adalah model pembelajaran
yang digunakan pada penelitian ini menekankan pada kerjasama. Kerja sama
dengan teman sebaya yang lebih mampu dengan bimbingan guru membuat siswa
lebih mudah memecahkan permasalahan. Antara anggota satu dengan yang lain
akan saling membantu dalam menyelesaian masalah. Mereka saling mendukung
untuk berhasil dan bukannya untuk gagal. Keterlibatan dengan orang lain
membuka kesempatan bagi mereka untuk mengevaluasi dan memperbaiki
pemhaman. Dengan cara ini, pengalaman dalam konteks sosial memberikan
mekanisme penting untuk perkembangan pemikiran peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS)
Menurut Isjodi (2010: 42-43). Model pembelajaran kooperatif mempunyai
karakter: a positif interdepedence yaitu hubungan timbal balik yang didasari
adanya kepentingan yang sama atau persamaan diantara anggota kelompok dimana
keberhasilan sesorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya, b.
interaction face to face yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa
adanya perantara, c. adanya tanggungjawab pribadi materi pelajaran dalam anggota
kelompok sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya, d. membutuhkan
keluwesan yaitu menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan
kemampuan kelompok dan memelihara hubungan kerja yang efektif, e.
bekerjasama dalam memecahkan masalah. Menurut Akinbobola (2009: 1) bahwa
“cooperative learning strategy was the most effective in facilitating students'
attitude towards physics”. Karena karakter mata pelajaran fisika dan kimia sama
yaitu sama-sama banyak mengandung konsep. Maka dari iitu pembelajaran
kooperatif bisa juga diterapkan dalam mata pelajaran kimia. Menurut Gisbert
(2008: 481) bahwa ” using curricular competence improvement as a control,
show an increase in self-concept as a writer for all students who were given
the opportunity to act as tutors; either in fixed or in reciprocal role tutoring.
Only fixed tutees, but not reciprocal tutees, feel more satisfied with their peer
tutors than with the teacher's help”. Dari pernyataan itu dapat diambil
kesimpulan bahwa peranan tutor teman sebaya sangat berarti dalam
meningkatkan prestasi belajar. Adanya tutor teman sebaya ini dapat dijumpai
dalam model pembelajaran kooperatif. Ada beberapa tipe pada model
pembelajaran kooperatif diantaranya TPS dan TGT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) pertama kali
dikembangkan oleh Lyman pada tahun 1981. Resiko dalam pembelajaran TPS
relatif rendah dan struktur pembelajaran kolaboratif pendek, sehingga sangat ideal
bagi guru dan siswa yang baru belajar kolaboratif. TPS merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
TPS menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil. Menurut
Slavin dalam agus sintak dari metode ini adalah: Thinking (Berpikir), Guru
mengajukan pertanyaan untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi
kesempatan kepada mereka untuk memikirkan jawabannya secara perorangan.
Pairing(Berpasangan), Guru meminta kepada siswa untuk berpasang-pasangan.
Pasangan siswa itu diberi kesempatan untuk berdiskusi. Sharing (berbagi), Hasil
diskusi dari tiap-tiap pasangan tadi dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas.
Keunggulan dari TPS ini adalah :Siswa tidak terlalu menggantungkan
guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri,
menemukan informasi dan belajar dari siswa lain., mengembangkan kemampuan
dalam mengungkapkan ide atau gagasan kemudian membandingkannya dengan
orang lain, membantu siswa untuk dapat bekerjasama dengan orang lain membantu
siswa untuk lebih bertanggungjawab dalam melaksanakan tugasnya, meningkatkan
motivasi dan ransangan untuk berfikir, meningkatkan prestasi akademik serta
kemampuan sosialnya, optimaliasasi partisipasi siswa lebih tinggi. Sedangkan
kelemahan dari TPS antara lain: Suasana kurang rileks, Kadang siswa
mengantungkan pada teman pasangannya, anggota kelompoknya sedikit,
membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas, membutuhkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas, peralihan dari seluruh kelas ke
kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran.
Untuk mempelajarai materi hidrokarbon yang bersifat abstrak. Untuk
mendalami materi itu siswa bisa melakukan diskusi dengan teman sebayanya
melalui model pembelajaran tipe TPS. Dalam model TPS siswa dapat menambah
kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi, belajar dari
siswa lain, mengembangkan kemampuan dalam mengungkapkan ide atau gagasan
kemudian membandingkannya dengan orang lain, membantu siswa untuk lebih
bertanggungjawab dalam melaksanakan tugasnya serta optimalisasi partisipasi
siswa lebih tinggi. Dengan karateristik tersebut maka model TPS mampu
mengantarkan siswa pada pemahaman materi hidrokarbon dengan baik.
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games-Tournaments (TGT)
Menurut Slavin (2008: 163-170). Teams Games-Tournaments (TGT) pada
mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards. Dalam TGT, para
siswa dikelompokkan dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang
heterogen. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka
untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Secara
umum, pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki prosedur belajar yang terdiri
atas siklus regular dari aktivitas pembelajaran kooperatif. Games Tournament
dimasukkan sebagai tahapan review setelah siswa bekerja dalam tim.
Ada lima komponen utama dalam TGT,yaitu: Penyajian kelas, pada awal
pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya
dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang
dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini, siswa harus benar-benar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru, karena akan
membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game
karena skor game akan menentukan skor kelompok. Team (kelompok), kelompok
biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang siswa.Fungsi kelompok
adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih
khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan
optimal pada saat game. Game, game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang
dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan
belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana
bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan
yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan
mendapatkan skor. Menurut Fengfeng (2007: 1) ” gameplaying was more effective
than drills in promoting maths performance, and cooperative gameplaying was
most effective for promoting positive maths attitudes regardless of students'
individual differences”. Dari kalimat diatas bahwa game lebih efektif dari pada
latihan dalam meningkatkan prestasi matematika. Mata pelajaran kimia dan
matematika mempunyai persamaan karakter, dengan demikian berarti penggunaan
game bisa juga diterapkan dalam mempelajari kimia. Turnamen, biasanya
turnamen diselenggarakan akhir minggu, setelah guru membuat presentasi kelas
dan kelompok-kelompok mempraktikan tugas-tugasnya. Untuk turnamen
pertama guru mengelompokkan siswa dengan kemampuan serupa yang mewakili
tiap timnya. Kompetisi ini juga memungkinkan bagi siswa dari semua level di
penampilan sebelumnya untuk memaksimalkan nilai kelompok mereka menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
terbaik. Alur penempatan peserta turnamen menurut Slavin (2008: 86) dapat
dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Diagram Alur Penempatan Peserta Turnamen
Penghargaan kelompok (team recognise), Guru kemudian mengumumkan
kelompok yang menang,masing-masing team akan mendapat sertifikat atau
hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Penghargaan
kelompok dapat berupa hadiah, sertifikat, dan sebagainya. Kelebihan TGT
(Teams Games Tournament) : Melatih siswa untuk bekerjasama dalam kelompok
diskusi, suasana belajar nyaman, menyenangkan dan kondusif, tercipta suasana
kompetisi antara kelompok diskus. kelemahan TGT: tidak efisien waktu, sering
mengakibatkan terjadinya kegaduhan sehingga mengganggu kelas lain.
Untuk mempelajarai materi hidrokarbon yang bersifat abstrak. Untuk
mendalami materi itu siswa bisa melakukan diskusi dengan teman sebayanya
melalui model pembelajaran tipe TGT. Model pembelajaran tipe TGT mempunyai
A1 A2 A3 A4 TINGGI RATA-RATA RATA-RATA RENDAH
GRUP 1
B1 B2 B3 B4 TINGGI RATA RATA RENDAH RATA RATA
C1 C2 C3 C4 TINGGI RATA RATA RENDAH RATA RATA
GRUP 2 GRUP 3 GRUP 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
banyak kelebihan yang dapat membuat anak lebih mudah untuk mempelajari
materi hidrokarbon.
5. Aktivitas Belajar.
Menurut Sardiman (2004, 100) aktivitas belajar adalah keterkaiatan antara
dua aktivitas yang bersifat fisik dan mental dalaam kegiatan belajar. Prinsip-
prinsip aktivitas dalam belajar dalam hal ini akan dilihat dari sudut pandang
perkembangan konsepsi jiwa menurut ilmu jiwa. Dengan melihat unsur kejiwaan
seseorang subjek belajar/subjek didik, dapat diketahui bagaimana prinsip aktivitas
yang terjadi dalam belajar itu. Karena dilihat dari sudut pandang ilmu jiwa, maka
sudah barang tentu yang menjadi fokus perhatian adalah komponen manusiawi
yang melakukan aktivitas dalam belajar mengajar, yakni siswa dan guru. Menurut
Sardiman (2001:93). “Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar
jika tidak ada aktivitas. Itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat
penting dalam interaksi belajar mengajar”. Dalam aktivitas belajar ada beberapa
prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa
lama dan modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas didominasi oleh
guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh
siswa.
Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2010:101) membuat suatu daftar yang
berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai
berikut : (1) Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya membaca,
memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain; (2) Oral
activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, discusi, interupsi; (3) Listening
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
activities, sebagai contoh mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik,
pidato; (4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,
angket, menyalin. (5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik,
peta, diagram; (6) Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain
melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,
beternak;. (7) Mental activities, sebagai contoh misalnya menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan;
(8) Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Kaitan pengambilan variabel moderator aktivitas belajar pada penelitian ini
adalah karena keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada aktivitas yang
dilakukannya selama proses pembelajaran. Model pembelajaran pada penelitian ini
adalah kooperatif. Model pembelajaran kooperatif menekankan kerjasama dan
interaksi dengan teman sebaya. Interaksi dengan teman inilah yang akan menuntut
siswa harus aktif. Aktivitas belajar siswa akan mengakibatkan perubahan dalam
dirinya, berupa perubahan pengetahuan. Aktivitas belajar semakin tinggi maka
perubahan pengetahuan akan semakin tinggi sehingga prestasi belajar akan
semakin tinggi.
6. Kemampuan Memori
Kemampuan memori adalah kemampuan untuk menyimpan dan
memamfaatkan informasi. Pada manusia, fungsinya lebih luas lagi mencakup
perbendaharaan kata, pengetahuan bahasa, semua informasi yang telah kita
pelajari, pengalaman hidup pribadi, segala kemahiran yang telah dipelajari dari
mulai berjalan, berbicara hingga prestasi musik dan olahraga. Memori
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
diklasifikasikan berdasarkan tempat menyimpan data , maka ada tiga katagori,
yaitu memori sensori, memori kerja atau memori jangka pendek,. memori jangka
panjang (Yovan 2010 : 32). Memori kerja adalah istilah umum untuk sistem yang
lebih besar dimana memori kerja adalah bagiannya. (Susan 2009:13). Semua
bentuk input sensorik berupa stimulus yang ditangkap melalui panca indra pertama
kali akan melewati jenis memori sensori.
Memori kerja adalah istilah yang digunakan para psikolog untuk
menyatakan kemampuan yang kita miliki untuk menyimpan dan memanfaatkan
informasi di dalam pikiran dalam jangka waktu singkat. Memori kerja memberikan
ruang kerja mental atau buku catatan yang digunakan untuk menyimpan informasi
penting dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh kegiatan yang
menggunakan memori kerja adalah "perhitungan di dalam hati". Bayangkan bahwa
kita sedang berusaha mengalikan bilangan 43 dan 67 dalam situasi di mana kita
tidak dapat menggunakan kalkulator atau mesin hitung lainnya ( pena dan kertas ).
Untuk melakukan ini, kita terlebih dahulu harus menyimpan kedua bilangan
tersebut di dalam memori kerja. Langkah berikutnya adalah menggunakan kaedah
perkalian yang telah kita pelajari untuk memprosesnya di dalam memori kerja
sehingga diperoleh suatu hasil akhir.
Banyaknya informasi yang dapat disimpan dalam memori kerja untuk jangka
waktu singkat sekalipun sangat terbatas dan bila batas dilampaui, kita akan lupa
setidaknya pada bagian yang kita ingat. Misalnya , mengalikan bilangan yang lebih
besar dari 542 dan 891, bagi kebayakan orang hal ini sangat sulit. Kesulitan ini
disebabkan karena perhitungan ini memerlukan penyimpanan informasi yang lebih
besar dibanndingkan dengan kapasitas yang dapat disimpan dalam memori kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Memori kerja sebenarnya merupakan suatu sistim komponen –komponen memori
yang saling berkaitan yang terletak dibagian-bagian otak yang berbeda. Sebagian
dari komponen ini digunakan untuk menyimpan informasi tertentu, ini sering
dinamakan memori jangka pendek. Memori jangka pendek dibagi menjadi dua
yaitu memori lisan jangka pendek dan memori visuo-spasial jangka pendek.
Memori lisan jangka pendek menyimpan memori yang dapat dinyatakan dalam
bahasa lisan, seperti bilangan, kata, dan kalimat. Bagian dari memori kerja ini
terletak di bagian samping belahan kiri otak. Memori visuo-spasial jangka pendek
dapat menyimpan bayangan, gambar dan informasi mengenai lokasi. Bagian dari
memori kerja ini terletak dibagian belahan otak kanan.Bagian terakhir dari memori
kerja adalah komponen yang mengatur perhatian dan terlibat dalam koordinasi
proses mental tingkat tinggi, yang dinamakan ‘eksekutif sentral’. Misalnya
kegiatan berhitung dalam hati akan melibatkan eksekutif sentral dan memori lisan
jangka pendek. Menentukan lokasi rumah akan melibatkan eksekutif sentral dan
memori visuo-spasial jangka pendek. Eksekutif sentral ini terletak dibagian depan
belahan otak kiri dan otak kanan. (Susan,2009 :1-12).
Memori jangka panjang dibagi menjadi dua yaitu memori deklaratif
(eksplisit) dan memori non deklaratif (implisit/prosedural). Memori
deklaratif/eksplisit adalah memori yang dimaksud seperti kebanyakan orang
dengan memori. Memori deklaratif/eksplisit disimpan di dalam korteks serebral
tepatnya di hipokampus. Memori deklaratif/eksplisit dibagi lagi menjadi dua, yaitu
memori episodik dan memori semantik. Memori episodik adalah memori tentang
pengalaman-pengalaman anda sendiri yang biasanya berhubungan dengan riwayat
hidup. Memori semantik berisikan jumlah total pengetahuan yang anda miliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
seperti perbendaharaan kata, pemahaman matematika dan segala fakta yang kita
ketahui. Proses mengingat informasi oleh otak diawali dari informasi yang
mengenai pancaindra (input sensorik) disimpan dalam memori sensori. Setelah itu
melakukan attensi dan informasi disimpan dalam memori pendek kemudian
melakukan latihan akan disimpan dalam memori panjang. (yovan , 2010:33).
Kaitannya dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. Model
pembelajaran pada penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif. Dimana
model ini menekankan pada kerja sama dan interaksi sosial. Maka model ini bisa
digunakan untuk pembelajaran kimia dengan materi hidrokarbon. Hal ini karena
pada materi hidrokarbon mengandung banyak konsep. Adanya banyak konsep ini
maka diperlukan adanya interaksi sosial dan kerja sama antara siswa satu dengan
siswa yang lain untuk memecahkan masalah. Dan materi yang mengandung
banyak konsep juga memerlukan kemampuan memori yang tinggi untuk
menguasainya. Kemampuan memori bisa diukur dengan menggunakan tes
kemampuan memori.
7. Prestasi Belajar
Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh individu
setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi
belajar juga diartikan sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam
suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan atau nilai – nilai kecakapan. Dalam
proses pendidikan prestasi dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar
mengajar yakni, penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku
yang dapat diukur dengan tes tertentu. Prestasi belajar yang dimaksud disini adalah
kecakapan aktual (actual ability) yang diperoleh sebagai akibat dari aktivitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
selama mengikuti pelajaran yang mengakibatkan perubahan dalam diri siswa yang
dilambangkan dalam bentuk nilai
Benjamin S. Bloom dalam Ella (2004: 59) mengklasifikasi hasil belajar
dalam tiga ranah yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective
domain), dan ranah psikomotor (psychomotor domain). Hasil belajar dalam ranah
kognitif terdiri dari enam kategori yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis dan evaluasi. Sedangkan ranah afektif berkenaan dengan sikap
yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,
organisasi dan internalisasi. Dan yang terakhir ranah psikomotorik berkenaan
dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Hasil belajar yang
diidentifikasi dalam tulisan ini mengacu pada ranah kognitif dan ranah afektif. Hal
ini karena meteri hidrokarbon banyak mengandung konsep, sehingga ranah
psikomotor bukan sebagai acuan.
Pada ranah kognitif yang terkait dengan kemampuan mengetahui (C1) dapat
ditunjukkan melalui mengemukakan arti, memberi nama, membuat daftar,
menentukan lokasi tempat, mendeskripsikan sesuatu, menceritakan sesuatu yang
terjadi dan menguraikan sesuatu yang terjadi. Kemampuan memahami (C2)
artinya kemampuan mengerti tentang hubungan antar faktor, antar konsep, antar
prinsip, antar data, hubungan sebab akibat dan penarikan kesimpulan. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan mengungkapkan gagasan, membedakan, membandingkan,
menginterprestasikan data, menjelaskan gagasan pokok dan menceritakan kembali
dengan kata-kata sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Pada ranah kognitif, kemampuan mengaplikasikan (C3) sesuatu artinya
menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan belajar dapat
ditunjukkan melalui: menghitung, melakukan percobaan, membuat model, dan
merancang strategi penyelesaian masalah. Kemampuan menganalisis (C4) artinya
menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan penyelesaian atau gagasan serta
menunjukkan hubungan antar bagian itu. Dalam pembelajaran dapat ditunjukkan
melalui : mengidentifikasi faktor penyebab, merumuskan masalah, mengajukan
pertanyaan untuk memperoleh informasi, membuat grafik dan mengaji ulang.
Kemampuan sintesis (C5) artinya menggabungkan berbagai informasi menjadi satu
kesimpulan atau konsep, meramu atau merangkai berbagai gagasan menjadi
sesuatu yang baru. Dalam pembelajaran dapat ditunjukkan melalui desain,
menemukan penyelesaian atau solusi masalah, memprediksi, merancang model
produk tertentu dan menciptakan produk tertentu. Kemampuan melakukan evaluasi
(C6) artnya mempertimbangkan dan menilai benar salah, baik buruk, bermanfaat
tak bermanfaat. Dalam pembelajaran dapat ditunjukkan melalui : mempertahankan
pendapat, beradu argumentasi, menulis laporan, membahas suatu kasus dan
memilih solusi terbaik. Pada penelitian ini dalam penyusunan perangkat tes akan
digunakan jenjang C1, C2, C3, C4 yang sesuai untuk anak SMA.
Ranah afektif yang terkait dengan kemampuan menerima, merespons,
menilai, mengorganisasi dan memiliki karakter. Kemampuan menerima yaitu
kemampuan menerima fenomena (gejala atau sesuatu yang dapat disaksikan
dengan pancaindra) dan stimulus (rangsangan). Dalam kegiatan belajar dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
ditunjukkan dengan adanya kesenangan pada diri siswa yang terkait dengan
belajar. Kemampuan merespons, dalam arti kemampuan melakukan sesuatu dan
kemampuan menanggapi. Dalam kegiatan belajar dapat ditunjukkan dengan
bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan mentaati peraturan.
Kemampuan menilai artinya menunjukkan konsistensi perilaku yang mengandung
nilai, dalam kegiatan belajarnya dapat ditunjukkan melalui : mengapresiasi,
menghargai peran, menunjukkan rasa empati dan simpati kepada orang lain.
Kemampuan mengorganisasi, dalam arti mengorganisasi nilai-nilai yang relevan
ke dalam suatu sistim. Dalam kegiatan belajar dapat ditunjukkan antara lain
menerima kelebihan dan kekerangan diri, merefleksikan pengalaman pada suatu
hal, bertanggung jawab terhadap perilaku. Kemampuan memiliki karakter, artinya
suatu nilai telah menjadi karakternya. Dalam kegiatan belajar dapat ditunjukkan
melalui, rajin, tepat waktu, disiplin, mandiri, obyektif dalam melihat dan
memecahkan masalah.
Dalam Depdiknas ( 2008, 5) ada 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang
penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. 1) Sikap, merupakan
suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu
objek. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengethui sikap
peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan
sebagainya. 2) Minat, menurut Getzel dalam Depdiknas, minat adalah suatu
disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk
memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan
perhatian atau pencapaian. Jadi minat atau keinginan adalah kecenderungan hati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
yang tinggi terhadap sesuatu. 3) Konsep Diri. Menurut Smith, konsep diri adalah
evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang
dimiliki. 4) Nilai, Nilai menurut Rokeach dalam Depdiknas merupakan suatu
keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan
yang dianggap buruk. 5) Moral, berkaitan dengan perasaan salah atau benar
terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan
diri sendiri. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.
Suharsimi (2009:177) menyatakan bahwa pengukuran ranah afektif
tidaklah semudah mengukur ranah kognitif, tidak dapat dilakukan setiap saat
(dalam arti formal) karena perubahan tingkah laku siswa tidak dapat berubah
sewaktu-waktu. Jadi pengubahan sikap seseorang memerlukan waktu yang relatif
lama. Demikian juga pengembangan minat dan penghargaan serta nilai-nilai.
Pada penelitian ini penelitian ranah afektif meliputi aspek sikap, minat, nilai,
konsep diri dan moral, yang didiukur menggunakan skala Likert. Skala ini disusun
dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh 4 respon yang menunjukkan
tingkatan, yaitu : Selalu, Sering , Jarang, Tidak pernah atau Setuju sekali, Setuju,
Tidak setuju dan Tidak setuju sekali.
8. Materi Hidrokarbon
Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang paling
sederhana.Dari namanya, senyawa hidrokarbon adalah senyawa karbon yang hanya
tersusun dari atom hidrogen dan atom karbon. Adanya atom C dan H dalam
senyawa dapat ditujukkan dengan uji pembakaran. Pada pembakaran sempurna,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
carbon berubah menjadi CO2 yang dapat dikenali karena mengeruhkan air kapur,
sedangkan hidrogen menjjadi H2O, yang dapat mengubah kertas kobal yang
berwarna biru menjadi merah jambu. Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita
temui senyawa hidrokarbon, misalnya minyak tanah, bensin, gas alam, plastik dan
lain-lain.
a. Kekhasan atom karbon
1).Atom karbon dapat membentuk empat ikatan kovalen
Karbon adalah unsur non logam yang di lambangkan dengan huruf C. Karbon
terletak di periode 2 dan golongan IVA. Sesuai dengan nomor golongannya,
karbon mempunyai 4 elektron valensi. Oleh karena itu untuk mencapai konfigurasi
oktet, karbon dapat membentuk 4 ikatan kovalen. Selain itu, atom karbon
mempunyai kemampuan membentuk rantai.
2). Atom karbon dapat membentuk senyawa yang stabil
Dalam persenyawaannya, atom karbon membentuk empat pasang elektron
ikatan dengan atom-atom lain, sehingga lengkaplah pembentukan oktetnya tanpa
adanya pasangan elektron bebas. Akibatnya persenyawaan atom karbon sangat
stabil
3). Atom karbon dapat membentuk ikatan tunggal dan rangkap
Keempat elektron valensi yang dimiliki oleh atom karbon dapat
membentuk ikatan tunggal, ikatan rangkap, dan ikatan rangkap tiga.
Contoh :
CH3 - CH2 - CH2 - CH3 CH2 = CH - CH2 - CH3
CH º C - CH2 - CH3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
4). Atom karbon dapat membentuk rantai lurus dan bercabang
Kekhasan atom karbon yang tidak dimiliki atom lain adalah kemampuan
membentuk rantai yang sangat panjang antar sesama atom karbon. Rantai karbon
tersebut dapat lurus dan bercabang.
Contoh :
CH2 - CH2 CH = CH CH = C - CH3
ï ï ï ï ï ï CH2 - CH2 CH2 CH2 CH2 - CH2
ï ï CH2 ─ CH2
b. Kedudukan Atom Karbon
Dalam senyawa organik kedudukari atom karbon dibedakan menjadi atom C
primer, bila mengikat langsung 1 atom C lain. Atom C sekunder, bila mengikat
langsung 2 atom C lain. Atom C tersier, bila mengikat langsung 3 atom C lain.
Atom C kuarterner, bila mengikat langsung 4 atom C lain.
c. Klasifikasi hidrokarbon
Hidrokarbon Alifatik Alkana
Alkena
Alkuna
Siklik Alisiklik
Aromatik
Gambar 2.2 Diagram Klasifikasi hidrokarbon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Senyawa Alifatik
Senyawa hidrokarbon dengan rantai terbuka jenuh (ikatan tunggal) maupun tidak
jenuh (ikatan rangkap) disebut senyawa alifatik.
Senyawa Siklik
Senyawa hidrokarbon adalah senyawa karbon yang rantai C nya melingkar dan
lingkaran itu mungkin juga mengikat rantai samping.
1). Alkana
Alkana adalah hidrokarbon alifatik jenuh.
Tabel 2.1 Suku-suku Alkana
n = jumlah atom C (suku ke)
Rumus Molekul
Nama Alkana
1 CH4 metana 2 C2H6 etana 3 C3H8 propana 4 C4H10 butana 5 C
5H12 pentana 6 C6H14 heksana 7 C7H16 heptana 8 C8H18 oktana 9 C9H20 nonana
10 C10H22 dekana 11 C11H24 undekana 12 C12H26 dodekana
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa satu golongan senyawa yang suku-sukunya
berturutan berbeda CH2 . Satu golongan itu disebut deret homolog. Deret homolog
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : rumus umum sama yaitu CnH2n+2., sifat
kimia mirip, suku-suku berturutan berbeda CH2, perbedaan M, antara dua suku
berturutan sebesar 14, makin panjang rantai karbon makin tinggi titik didih.
Gugus Alkil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Gugus alkil adalah alkana yang telah kehilangan satu atom H. Gugus alkil
mempunyai rumus umum Cn H2n + 1
a). Tatanama alkana
(1). Cari rantai C yang terpanjang sebagai Rantai Utama. Bila terdapat dua atau
lebih rantai terpanjang harus dipilih yang mempunyai cabang terbanyak.
(2). Lingkari cabang-cabang yang terikat pada rantai utama sebagai alkil (metil;
etil; propil) dan seterusnya dengan simbol R.
(3). Atom C ujung yang paling dekat alkil diberi nomor unit 1, 2,3 dan seterusnya.
(4). Jika penomoran sama dari kedua ujung rantai utama, maka harus dipilih
sehingga cabang/alkil yang harus ditulis terlebih dahulu mendapat nomor
terkecil.
(5). Jika terdapat 2 atau lebih alkil yang sama, cukup ditulis satu kali dengan diberi
awalan (di = 2; tri = 3, tetra = 4, penta = 5 dan seterusnya).
(6). Alkil-alkil ditulis menurut urutan alfabetik (etil - butil - isobutil - isopropil -
metil - propil - sekunderbutil - tersierbutil)
(7). Penulisan nama alkana
(Posisi + nama cabang/alkil) + nama rantai utama
Contoh :
Cara penulisan nama IUPAC suatu senyawa alkali
CH3 - CH - CH2 - CH - CH3 ï ï CH3 CH2 ï CH3 2,4-trimetil heksana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
CH3 - CH2 - CH - CH3 - CH2 - CH2- CH3 ï ï CH3 CH2- CH3 4-etil-3-metilheksana
b). Isomeri pada alkana
Isomeri : senyawa-senyawa yang mempunyai rumus molekul (jumlah atom C)
sama tetapi berbeda rumus struktur.
Contoh:
pentana (C5H12) mempunyai 3 isomer
CH3 - CH2 - CH2 - CH2 - CH3
n-pentana
CH3 - CH - CH2 - CH3 ï CH3
isopentana
(2 metil butana)
CH3 ï CH3 -- C -- CH3 ï CH3
Neopentana
(2,2 dimetil butana)
c). Sifat-sifat alkana
(1). Sifat fisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Pada suhu kamar, empat suku pertama berwujud gas, suku ke 5 hingga
suku ke 16 berwujud cair, dan suku diatasnya berwujud padat. Semakin banyak
atom C, titik didih semakin tinggi. Untuk alkana yang berisomer (jumlah atom C
sama banyak), semakin banyak cabang, titik didih semakin kecil.
Tabel 2.2 Beberapa sifat fisik alkana
Nama alkanaRumus molekul
Mr Titik leleh (oC)
Titik didih (0C)
Kerapatan (g/Cm3) Fase pada
250C
Metana CH4 16 -182 -162 0,423 Gas
Etana C2H6 30 -183 -89 0,545 Gas
Propana C3H8 44 -188 -42 0,501 Gas
Butana C4H10 58 -138 -0. 5 0,573 Gas
Pentana C5H12 72 -130 36 0,526 Cair
Heksana C6H14 86 -95 69 0,655 Cair
Heptana C7H16 100 -91 99 0,684 Cair
... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ...
Heptadekana C17H36 240 22 302 0,778 cair
Oktadekana C18H38 254 28 316 0,789 padat
Nonadekana C19H40 268 32 330 0,789 padat Iikosana C20H42 282 37 343 0,789 padat
(2). Sifat kimia
Alkana tergolong zat yang sukar bereaksi sehingga disebut paraffin, artinya
afinitas kecil. Reaksi terpenting dari alkana adalah
(a) Reaksi oksidasi
Reaksi oksidasi dapat dicontohkan reaksi pada pembakaran.Pembakaran
sempurna alkana menghasilkan CO2 dan H2O
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Contoh : C3H8 + 5O2 —> 3CO2 + 4H2O Pembakaran tak sempurna
menghasilkan CO dan H2O atau jelaga (C).
(b) Substitusi atau penggantian
Atom H dari alkana dapat digantikan oleh atom lain atau halogen.
Penggantian atom H oleh atom halogen disebut reaksi substitusi
( Halogenasi).
2) Alkena
Alkena merupakan hidrokarbon alifatik tak jenuh dengan ikatan rangkap dua
(- C = C —). Kelompok alkena mempunyai rumus umum CnH2n.
a). Tatanama Alkena
(1). Nama alkena diumumkan dari nama alkana dengan jumlah atom C sama
dengan mengganti akhiran ana menjadi ena.
(2). utama dipilih rantai terpanjang yang mengandung ikatan rangkap.
(3). Atom C ujung yang paling dekat dengan ikatan rangkap diberi nomor unit 1, 2,
3 dan seterusnya.
(4). Posisi ikatan rangkap ditunjukkan dengan angka di depan rantai alkena.
(5). Penulisan cabang/alkil sama seperti alkana.
(6). Penulisan nama alkena:
(posisi + nama alkil (urut abjad)) + posisi ikatan rangkap + nama alkena.)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Contoh CH3
I CH2 — CH — CH — CH2 —CH = CH2 I | CH3 CH3
4,5-dimetil-1-heptena
C2H5
I CH3 — CH — C — CH2 — CH=CH —CH2 —CH3
I I CH3 CH3
6-etil-6,7-dimetil-3-oktena b).Isomer pada alkena
Isomeri alkena terdiri dari isomeri yang berkaitan dengan struktur rantai
atom karbon ( isomeri rantai dan isomeri posisi) dan isomeri yang berkaitan
dengan atom atau gugus didalam ruangan (isomeri geometri)
(1) Isomer Rantai
Isomer Rantai atau isomer kerangka rantai karbon adalah isomer yang disebabkan
adanya perbedaan rantai atau kerangka atom karbon.
Contoh
CH2 = CH — CH2 — CH3 1 –butena
CH2 = C — CH3 2-metil-propena │ CH3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
(2).Isomeri posisi
Rantai posisi terjadi karena adanya perbedaan posisi letak cabang atau
posisi letak ikatan rangkapnya.
Contoh :
CH2 = CH — CH2 — CH3 1 –butena
CH3 —CH = CH — CH3 2-butena
(3). Isomeri geometri Isomeri geometri merupakan isomeri yang terjadi karena perbedaan letak
suatu gugus dalam ruangan.
c). Sifat-sifat alkena
(1) Sifat fisis
Alkena mempunyai titik didih dan titik leleh yang hampir sama dengan alkana
yang sesuai. Pada suhu kamar alkena suku-suku rendah (C1-C4) berwujud gas,
suku-suku sedang (C5-C17) berwujud cair, sedangkan suku-suku tinggi (C18>)
berwujud padat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Tabel 2.3 Beberapa sifat fisik alkena
Nama alkena Rumus molekul
Mr Titik leleh (oC)
Titik didih (0C)
Kerapatan (g/Cm3)
Fase pada 250C
Etena C2H4 28 -169 -104 0,568 Gas
Propena C3H6 42 -185 -48 0,614 Gas
1-Butena C4H8 56 -185 -6 0,630 Gas
1-Pentena C5H10 70 -165 30 0,643 Cair
1-Heksena C6H12 84 -140 63 0,675 Cair
1-Heptena C7H14 98 -120 94 0,698 Cair
1-Oktena C8H16 112 -102 122 0,716 Cair
1-Nonesa C9H18 126 -81 147 0,731 Cair
1-Dekena C10H20 140 -66 171 0,743 Cair
(2) Sifat kimia
(a). Reaksi Adisi
Reaksi adisi terjadi pada senyawa yang mempunyai ikatan rangkap dua
atau rangkap tiga, senyawa alkena atau senyaw alkuna, termasuk ikatan rangkap
karbon dengan atom lain,
Dalam reaksi adisi, molekul senyawa yang mempunyai ikatan rangkap
menyerap atom atau gugus atom sehingga ikatan rangkap berubah menjadi ikatan
tunggal.Untuk alkena atau alkuna, bila jumlah atom H pada kedua atom C ikatan
rangkap berbeda, maka arah adisi ditentukan oleh kaidah Markovnikov, yaitu
atom H akan terikat pada atom karbon yang lebih banyak atom H-nya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
(b). Reaksi Eliminasi
Pada reaksi eliminasi, molekul senyawa berikatan tunggal berubah menjadi
senyawa berikatan rangkap dengan melepas molekul kecil. Jadi, eliminasi
merupakan kebalikan dari adisi.
Contoh:
Eliminasi air (dehidrasi) dari alkohol. Apabila dipanaskan dengan asam sulfat
pekat pada suhu sekitar 1800C, alkohol dapat mengalami dehidrasi membentuk
alkena.
(c). Reaksi Oksidasi
Seperti alkana, alkena suku rendah mudah terbakar. Jika dibakar di udara terbuka,
alkena menghasilkan jelaga lebih banyak dari pada alkana. Hal itu terjadi
karena alkena mempunyai kadar karbon yang tinggi, sehingga
pembakarannya memerlukan banyak oksigen. Pembakaran sempurna alkena
menghasilkan gas CO2 dan uap air.
Sebagai contoh:
C2H4 + 3O2 —> 2CO2 + 2H2O
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
3).Alkuna
Alkuna merapakan hidrokarbon alifatik tak jenuh yang memiliki satu ikatan
rangkap tiga (— C º C —). Alkuna mempunyai rumus umum : CnH2n-2
Tata nama alkuna
Nama alkuna diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti
akhiran "ana" menjadi "una".
a). Tatanama
(1). Nama alkuna diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti
akhiran ana menjadi una.
(2). Tatanama alkuna bercabang sama seperti pemberian nama alkena.
(b). Isomeri pada Alkuna
Keisomeran pada alkuna tergolong keisomeran kerangka dan
keisomeran posisi. Pada alkuna tidak terdapat keisomeran geometris.
Keisomeran mulai terdapat pada butuna yang mempunyai 2 isomer.
Isomeri alkuna dimulai dari (butuna) n = 4 yang mempunyai 2 isomer.
CH º C – CH2 – H3 CH3 – C º C – H3
1-butana 2 butuna
(c). Sifat-sifat Alkuna
Sifat fisis alkuna hampir sama dengan alkana dan alkena, sedangkan sifat
kimia alkuna mirip dengan alkena. Untuk menjenuhkan ikatan rangkap alkuna
dibutuhkan pereaksi dua kali lebih banyak dibandingkan alkena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
1. Penelitian yang dilakukan oleh Micheal M van Wyk pada tahun 2011 dengan
judul “The Effects Of Teams-Games-Tournaments On Achievement, Retention,
And Attitudes Of Economics Education Students”. Dari penelitian itu dapat
disimpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara variabel terikat (prestasi
dan retensi) antara metode-metode pengajaran yang digunakan. Tidak ada
perbedaan yang signifikan dalam sikap mahasiswa terhadap metode pengajaran.
Persamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah sama-sama menyoroti
tentang TGT dan prestasi belajar.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Fatchur Rochman pada tahun 2009 dengan judul
“Pembelajaran Biologi Tipe Group Investigation dan Tipe Think-Pair-Share
Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa SMP”. Kesimpulan dari penelitian ini antara
lain: a.Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan tipe
TPS terhadap prestasi belajar biologi siswa. b.Ada pengaruh aktivitas belajar tinggi
,sedang dan rendah terhadap prestasi belajar biologi siswa. c. Ada pengaruh
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan tipe TPS dengan aktivitas
belajar biologi siswa. Persamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah
sama-sama menyoroti tentang TPS yang ditinjau dari aktivitas. Perbedaannya
adalah metode yang peneliti digunakan adalah metode TPS yang ditinjau aktivitas
belajar dan kemampuan memori
3. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Nurmalasari pada tahun 2009 dengan judul
“Pembelajaran Kimia dengan Strategi Pembelajaran PQ4R dan Concept Mapping
ditinjau dari Kemampuan Memori dan Kreativitas Siswa ( Studi Kasus Bahasan
Hidrokarbon Pada Siswa Kelas X Semester SMA Negeri 1 Ngawi Tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Akademik 2008/2009). Kesimpulan dari penelitian ini antara lain: a.Siswa yang
mempunyai kemampuan memori tinggi mencapai prestasi belajar lebih tinggi
dibanding siswa yang memiliki kemampuan memori rendah. b.Terdapat
perbedaan signifikan antara strategi pembelajaran dengan kemampuan memori.
c. Tidak terdapat interaksi antara kemampuan memori dan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar siswa. d.Tidak terdapat interaksi antara strategi
pembelajaran, kemampuan memori dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar
siswa . Persamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah sama-sama
menyoroti tentang kemampuan memori. Perbedaannya adalah metode yang
peneliti digunakan adalah metode TPS dan TGT yang ditinjau aktivitas belajar dan
kemampuan memori.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Prihatin pada tahun 2009 dengan judul
“Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Division ( STAD) dan
Think Pair Share (TPS) pada Pembelajaran Biologi ditinjau dari Kemampuan
Memori Siswa. Kesimpulan dari penelitian ini antara lain: a. Model pembelajaran
TPS lebih berperan dalam mempengaruhi prestasi belajar biologi dari pada model
pembelajaran STAD. b. Kemampuan memori berpengaruh terhadap prestasi
belajar. Persamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah sama-sama
menyoroti tentang metode TPS yang ditinjau dari kemampuan memori.
Perbedaannya adalah metode yang peneliti digunakan adalah metode TPS yang
ditinjau aktivitas belajar dan kemampuan memori
5. Penelitian yang dilakukan oleh N. A. Nik Azlina pada tahun 2010 dengan
judul “CETLs • Supporting Collaborative Activities Among Students and
Teachers Through the Use of Think- Pair-Share Techniques”. Kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
dari penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe TPS mampu
memudahkan proses kolaborasi antara guru dan siswa. Persamaan penelitian ini
dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah sama-sama menyoroti model
pembelajaran TPS.
C. KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan kajian diatas dapat dikemukakan bahwa prestasi belajar siswa
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah metode pembelajaran,
aktivitas siswa dan kemampuan memori siswa.
1. Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan
Teams Games Tournament (TGT) terhadap prestasi belajar siswa.
Hidrokarbon adalah materi yang bersifat abstrak, konseptual dan merupakan
materi yang baru bagi siswa kelas X SMA. Dalam mempelajari materi ini
dibutuhkan kerjasama antara siswa satu dengan siswa yang lain. Hal ini sesuai
dengan teori belajar vygotsky yaitu pembelajaran terjadi saat anak bekerja dalam
zona perkembangan proximal. Zona perkembangan proximal adalah jarak antara
tingkat perkembangan sesungguhnya dengan tingkat perkembangan potensial.
Tingkat perkembangan sesungguhnya adalah kemampuan pemecahan masalah
secara mandiri. Sedangkan tingkat perkembangan potensial adalah kemampuan
pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa melalui kerja sama dengan
teman sebaya yang lebih mampu. Adanya hubungan timbal balik yang didasari
adanya kepentingan yang sama atau persamaan diantara anggota kelompok dimana
keberhasilan sesorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya,
adanya interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara, adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
bekerjasama dalam memecahkan masalah adalah karater dari model pembelajaran
kooperatif. Dalam penelitian ini dipilih model pembelajaran tipe TPS dan TGT.
Hal ini karena Model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT adalah model
pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk bekerjasama dengan
siswa lain dalam mengerjakan tugas-tugas yang terstruktur dengan kemampuan
maksimal.
Karakter dari TPS adalah siswa tidak terlalu menggantungkan guru, akan
tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan
informasi dan belajar dari siswa lain., mengembangkan kemampuan dalam
mengungkapkan ide atau gagasan kemudian membandingkannya dengan orang.
Kelemahan dari TPS diantaranya suasana kurang rileks, kadang siswa
mengantungkan pada teman pasangannya, anggota kelompok sedikit. Sedangkan
karakter dari TGT adalah melatih siswa untuk bekerjasama dalam kelompok
diskusi, suasana belajar nyaman, menyenangkan , tercipta suasana kompetisi
antara kelompok diskus. Adanya suasana yang menyenangkan dan adanya
kompetisi inilah yang membuat siswa termotivasi untuk bisa menguasai materi
pelajaran itu. Disamping itu anggota kelompok pada TGT lebih banyak dari TPS,
sehingga semakin banyak anggota dalam kelompok belajar maka bantuan dari
teman sebaya dalam menyelesaikan masalah akan semakin tinggi.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diduga kemungkinan ada pengaruh model
pembelajaran tipe TPS dan TGT terhadap prestasi belajar siswa. Model
pembelajaran tipe TGT akan lebih unggul dari tipe TPS. Hal ini dikarenakan pada
tipe TGT, suasana belajarnya nyaman, adanya kompetisi memberikan motivasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
pada siswa. Anggota kelompok banyak maka bantuan dari teman sebaya dalam
menyelesaikan masalah akan semakin tinggi.
2. Pengaruh tingkat aktivitas belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar.
Salah satu faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar adalah
aktivitas belajar. Aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas
secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam
dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung
pada sedikit banyaknya perubahan. Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung
pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran. Menurut para
penganut konstruktif, pengetahuan dibina secara aktif oleh seseorang yang
berpikir. Seseorang tidak akan menyerap pengetahuan dengan pasif.
Materi hidrokarbon adalah materi yang baru bagi siswa dan materi yang
mengandung banyak konsep. Materi yang mengandung banyak konsep
mengharuskan siswa banyak latihan dan banyak aktivitas. Menurut Driver dan Bell
dalam teori belajar konstruktivisme, pengkonstruksi konsep adalah proses aktif
dalam diri pelajar, konsep-konsep yang telah dikonstruksi akan dievaluasi yang
selanjutnya konsep tersebut akan diterima atau ditolak. Siswa yang memiliki
aktivitas belajar tinggi cenderung lebih mandiri, berpikir secara rinci .Sifat-sifat
itulah yang sangat diperlukan dalam meningkatkan prestasi belajar pada materi
hidrokarbon. Siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi akan mempunyai
prestasi yang lebih tinggi dari pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar
rendah. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diduga kemungkinan ada pengaruh
ativitas belajar kimia tinggi dan aktivitas belajar kimia rendah terhadap prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
belajar siswa. Siswa dengan aktivitas belajar tinggi akan mempunyai prestasi yang
tinggi dibandingkan dengan siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah.
3. Pengaruh tingkat kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar.
Kemampuan memori adalah kemampuan yang kita miliki untuk
menyimpan dan memanfaatkan informasi di dalam pikiran. Materi hidrokarbon
adalah materi yang baru bagi siswa dan materi yang mengandung banyak konsep.
Apabila kemampuan memori tinggi maka siswa akan lebih mudah untuk
merangkai konsep maupun pengalamanya yang sudah dimilikinya untuk
membentuk konsep baru. Pada materi hidrokarbon siswa dituntut untuk
menghapalkan banyak nama-nama senyawa. Sehingga pada materi hidrokarbon
dibutuhkan kemampuan memori yang tinggi untuk menguasainya. Hal ini sesuai
dengan pendapat para penganut teori kognitif yang memandang belajar sebagai
pelibatan pengguasaan atau penataan kembali struktur kognitif dimana seseorang
memproses dan menyimpan informasi. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat
diduga kemungkinan ada pengaruh tingkat kemampuan memori tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar. Siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi akan
mempunyai prestasi yang tinggi dibandingkan dengan siswa yang mempunyai
kemampuan memori rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
4. Interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan
Teams Games Tournament (TGT) terhadap aktivitas belajar siswa.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe TPS siswa tidak terlalu
menggantungkan guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan
berfikir sendiri, menemukan informasi dan belajar dari siswa lain.,
mengembangkan kemampuan dalam mengungkapkan ide atau gagasan kemudian
membandingkannya dengan orang lain, membantu siswa untuk dapat bekerjasama
dengan orang lain membantu siswa untuk lebih bertanggungjawab dalam
melaksanakan tugasnya, meningkatkan motivasi dan ransangan untuk berfikir,
meningkatkan prestasi akademik serta kemampuan sosialnya, optimaliasasi
partisipasi siswa lebih tinggi. Sedangkan pada tipe TGT melatih siswa untuk
bekerjasama dalam kelompok diskusi, suasana belajar nyaman, menyenangkan
dan kondusif, tercipta suasana kompetisi antara kelompok diskus. Aktivitas
belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang
dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa
perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada sedikit
banyaknya perubahan. Materi hidrokarbon adalah materi yang baru bagi siswa
dan materi yang mengandung banyak konsep. Menurut teori belajar Ausubel
belajar adalah mencocokkan konsep dalam suatu pokok bahasan ke dalam sistem
yang dimilikinya untuk kemudian menjadi milikinya dan berguna baginya. (Mark,
2009 : 118-119).
Keberhasilan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT sangat
dipengaruhi oleh aktivitas belajar. Siswa yang mempunyai aktivitas tinggi akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
mempunyai prestasi yang tinggi bila menggunakan tipe TPS maupun tipe TGT.
Sedangkan siswa yang mempunyai aktivitas rendah akan mempunyai prestasi
yang tinggi bila menggunakan tipe TGT dan prestasi yang rendah bila
menggunakan TPS. Hal ini karena pada tipe TGT lebih banyak anggotanya
dibanding dengan tipe TPS. Jadi walaupun siswa itu punya aktivitas rendah masih
bisa terbantukan dengan keberadaan teman-teman yang lebih banyak dalam
memahami materi pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas maka dapat diduga
kemungkinan ada interaksi model pembelajaran TPS dan TGT terhadap aktivitas
belajar.
5. Interaksi penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) dan Teams Games Tournament (TGT) terhadap kemampuan memori siswa.
Kemampuan memori adalah kemampuan yang kita miliki untuk
menyimpan dan memanfaatkan informasi di dalam pikiran. Materi hidrokarbon
adalah materi yang baru bagi siswa dan materi yang mengandung banyak konsep.
Sehingga pada materi ini dibutuhkan adanya kemampuan memori untuk merangkai
konsep maupun pengalamanya yang sudah dimilikinya untuk membentuk konsep
baru. Pada tipe TPS ada tahap think dimana siswa harus berfikir sendiri untuk
menemukan informasi sebelum bergabung dengan teman lain. Sedangkan pada
tipe TGT langsung berkelompok dengan teman yang lain. Siswa yang mempunyai
kemampuan memori tinggi akan mempunyai prestasi yang tinggi bila
menggunakan tipe TPS maupun TGT. Hal ini karena kedua tipe ini melibatkan
kemampuan memori. Sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan memori
rendah akan mempunyai prestasi yang tinggi bila menggunakan tipe TGT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
dibandingkan bila menggunakan tipe TPS. Hal ini karena tipe TPS ada tahap think
dimana tahap ini memerlukan kemampuan memori yang tinggi. Dengan demikian
dapat diduga kemungkinan ada interaksi model pembelajaran TPS dan TGT
terhadap kemampuan memori.
6. Interaksi antara aktivitas belajar dan kemampuan memori terhadap prestasi
belajar siswa.
Aktivitas dan kemampuan memori adalah faktor intern siswa. Pada materi
hidrokarbon adalah materi pelajaran yang mengandung banyak konsep.
Karakteristik materi ini memerlukan kemampuan memori dan aktivitas. Siswa
yang mempunyai aktivitas tinggi pada kemampuan memori tinggi maupun rendah
akan memperoleh prestasi yang tinggi pula. Dan siswa yang mempunyai aktivitas
rendah dan kemampuan memori tinggi akan mempunyai prestasi yang tinggi tapi
untuk siswa yang mempunyai aktivitas rendah dan kemampuan memori juga
rendah maka prestasinyapun akan rendah.. Sehingga diduga ada interaksi antara
aktivitas belajar dan kemampuan memori terhadap prestasi belajar siswa.
7. Interaksi penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) dan Teams Games Tournament (TGT) terhadap aktivitas belajar dan
kemampuan memori siswa
Dari hipotesis pertama sampai ketiga dapat diketahui bahwa siswa yang
diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki
prestasi belajar yang lebih baik dari pada diajar dengan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS, dan juga siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi dan
kemampuan memori tinggi akan mememiliki prestasi belajar yang lebih baik dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
pada siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah maupun kemampuan memori
rendah, jadi faktor aktivitas belajar dan kemampuan memori mempunyai peran
yang sama dalam proses belajar mengajar tersebut.
Diduga ada interaksi antara model pembelajaran dengan aktivitas. Interaksi
antara model pembelajaran dengan kemampuan memori serta interaksi antara
aktivitas belajar dengan kemampuan memori. Dengan demikian dapat diduga ada
kemungkinan terdapat Interaksi model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT
terhadap aktivitas belajar dan kemampuan memori siswa.
D. PERUMUSAN HIPOTESIS
1. Ada penggaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
dan Teams Games Tournament (TGT) terhadap prestasi belajar.
2. Ada pengaruh aktivitas belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar.
3. Ada pengaruh tingkat kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar
4. Ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
dan Teams Games Tournament (TGT) dengan aktivitas belajar siswa
terhadap prestasi belajar.
5. Ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
dan Teams Games Tournament (TGT) dengan kemampuan memori siswa
terhadap prestasi belajar
6. Ada interaksi antara aktivitas belajar dan kemampuan memori terhadap
prestasi belajar siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
7. Ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) dan Teams Games Tournament (TGT), aktivitas belajar dan
kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
1.Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 2 Surakarta
Jalan Yosodipuro no 95 Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Pengambilan data dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2010/2011.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap-tahap
pelaksanaannya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini:
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Kegiatan
Bulan
Sep’
10
Okt
’10
Nop
’10
Des
’10
Jan’
11
Peb’
11
Mar
et’1
1
Apr
il’11
Mei
’11
Juni
’11
Juli’
11
Proposal penelitian
Permohonan ijin Pembuatan dan uji instrumen
Pengambilan data penelitian
Penyusunan laporan & konsultasi
Ujian
B. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen.
Dengan menggunakan anava tiga jalan dengan rancangan faktorial 2x2x2. Faktor
pertama adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Teams Games Tournament (TGT). Faktor kedua adalah aktivitas belajar siswa
yang dikategorikan kedalam aktivitas belajar tinggi dan rendah. Faktor ketiga
kemampuan memori siswa yang dibagi menjadi kemampuan memori tinggi dan
rendah. Desain faktorial ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 3.2 Desain Faktorial
Model Pembelajaran Kooperatif (A) TPS (A1) TGT (A2)
Aktivitas belajar (B)
Aktivitas belajar Tinggi (B1)
Aktivitas belajar Rendah (B2)
Kemampuan memori
(C)
Kemampuan memori Tinggi (C1)
Kemampuan memori Rendah (C2)
Keterangan :
A. : Model Pembelajaran Kooperatif yang digunakan dalam pembelajaran kimia
pada pokok bahasan hidrokarbon
A1 : Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
A2 : Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)
B : Aktivitas belajar siswa
B1 : Aktivitas belajar siswa tinggi
B2 : Aktivitas belajar siswa rendah
C : Kemampuan memori siswa
C1 : Kemampuan memori siswa tinggi
C2 : Kemampuan memori siswa rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
C. PENETAPAN POPULASI DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
1. Penetapan Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Muhammadiyah 2
Surakarta .
2. Teknik Pengambilan Sampel
Dari perhitungan Uji t Dua Pihak (2 sample t) didapatkan nilai P-value
sebagai berikut:
Tabel 3.3 nilai P-value Uji t Dua Pihak (2 sample t)
No. Kelas P-Value 1. X1 dan X2 0.410
2. X1 dan X3 0.136
3. X2 dan X3 0.668
Berdasarkan tabel diatas bisa dilihat bahwa seluruh kelas mempunyai P-value >
0,05. Oleh sebab itu, Ho diterima. Maksudnya, nilai rata-rata semester satu ketiga
kelas yaitu X1, X2 dan X3 sama. Dari uji normalitas, terlihat bahwa data nilai
semester satu ketiga kelas adalah normal, dimana harga P-value > 0,05 sehingga
Ho diterima, yang berarti data terdistribusi normal. Begitu pula dengan uji
homogenitas, dengan harga P > 0,05 sehingga Ho diterima, yang berarti data nilai
semester satu ketiga kelas homogen. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan
bahwa ketiga kelas tersebut dapat digunakan sebagai sampel dengan teknik cluster
random sampling.atau sampel acak dengan cara undian kelas. Dalam penelitian
ini sebagai sampel diambil 2 kelas dari 3 kelas X yang ada di SMA
Muhammadiyah 2 Surakarta. Dengan cara ini diperoleh sampel penelitian yaitu 1
kelas sebagai kelompok eksperimen pertama (kelas X-3 ), dikenai model
pembelajaran kooperatif TPS dan 1 kelas sebagai kelompok eksperimen kedua
(kelas X-2), dikenai model pembelajaran kooperatif TGT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
D. VARIABEL PENELITIAN
Dalam penelitian ini sebagai variabel bebas yaitu model pembelajaran
kooperatif, aktivitas belajar siswa dan kemampuan memori siswa. Kemudian
sebagai variabel terikat yaitu prestasi belajar.
1. Definisi Operasional Variabel Penelitian
a. Variabel bebas
1) Model Pembelajaran
TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS menghendaki siswa bekerja saling
membantu dalam kelompok kecil. Menurut Slavin dalam agus sintak dari metode
ini adalah:Thinking (Berpikir) yaitu Guru mengajukan pertanyaan untuk
dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada mereka untuk
memikirkan jawabannya secara perorangan. Pairing ( Berpasangan) yaitu Guru
meminta kepada siswa untuk berpasang-pasangan. Pasangan siswa itu diberi
kesempatan untuk berdiskusi. Sharing (berbagi) Hasil diskusi dari tiap-tiap
pasangan tadi dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas.
Metode TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif
yang mudah diterapkan,melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan
status. Model ini melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya,mengandung unsur
permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar dan mengandung
reinforcement. Sintak dari metode ini adalah: Penyajian kelas, Kelompok ( team )
Game, Turnamen Penghargaan kelompok (team recognise)
2). Aktivitas Belajar Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani
atau rohani. Aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas
secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam
dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung
pada sedikit banyaknya perubahan. Aktivitas relajar diukur dengan metode angket.
3). Kemampuan memori Siswa
Kemampuan memori adalah kemampuan yang kita miliki untuk menyimpan dan
memanfaatkan informasi di dalam pikiran. Kemampuan memori diukur dengan tes
kemampuan memori.
b. Variabel terikat
Prestasi belajar
Prestasi belajar yang dimaksud disini adalah kecakapan aktual (actual
ability) yang diperoleh sebagai akibat dari aktivitas selama mengikuti pelajaran
kimia pokok bahasan hidrokarbon yang mengakibatkan perubahan dalam diri
siswa yang dilambangkan dalam bentuk nilai. Prestasi belajar siswa yang diukur
dalam penelitian ini meliputi dua aspek, yaitu aspek kognitif dan aspek afektif.
2. Skala Pengukuran dari Variabel Moderator Penelitian
Variabel aktivitas belajar siswa dan kemampuan memori siswa berskala
pengukuran ordinal yang dibedakan menjadi kategori tinggi dan rendah.
Perbedaan kategori ini berdasarkan pada skor rata-rata kedua kelas. Siswa dengan
perolehan skor sama dan diatas skor rata-rata dimasukkan dalam kategori tinggi,
sedangkan siswa dengan perolehan skor dibawah skor rata-rata dimasukkan dalam
kategori rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode angket dan tes. Metode angket untuk mengumpulkan data aktivitas dan
prestasi belajar afektif. Metode tes untuk mengumpulkan data kemampuan
memori dan prestasi belajar kognitif.
1. Metode Angket
a. Pengertian Angket
Untuk mendapatkan data kualitatif aktivitas belajar siswa dilakukan dengan
menggunakan angket. Angket atau kuesioner merupakan suatu tehnik atau cara
pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab
dengan responden). Dalam angket berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan
yang harus diawab atau direspon oleh responden. ( Nana, 2007 : 219)
Angket ini digunakan peneliti untuk mengetahui kategori aktivasi belajar
siswa dan prestasi belajar (afektif). Dipandang dari cara menjawab, angket yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tertutup, karena jawabannya sudah
disediakan dan responden tinggal memilihnya. Dipandang dari prosedurnya,
angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket langsung, karena
angket ini langsung diberikan kepada responden dan dijawab oleh responden.
Kelebihan kuesioner sebagai berikut:1) Tidak memerlukan hadirnya peneliti,
2) Dapat dibagikan secara serentak kepada responden, 3) Dapat dijawab oleh
responden menurut kecepatannya masing-masing menurut waktu senggang
responden, 4) Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak
malu-malu menjawab, 5) Dapat dibuat berstandar sehingga semua responden
dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama. Kelemahan kuesioner adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
sebagai berikut:1) Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada
pertanyaan yang terlewati tidak terjawab, padahal sukar diulangi diberikan
kembali padanya,2) Seringkali sukar dicari validitasnya, 3) Walaupun dibuat
anonim, kadang-kadang responden sengaja memberikan jawaban yang tidak betul
atau tidak jujur, 4) Angket yang dikirim lewat pos pengembaliannya sangat
rendah, hanya sekitar 20%. Seringkali tidak dikembalikan tertutama jika dikirim
lewat pos menurut penelitian, 5) Waktu pengembaliannya tidak sama-sama,
bahkan kadang-kadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat.
b. Langkah-langkah Menyusun Angket
Dalam hal ini angket yang diberikan diharapkan dapat memperoleh data
yang lengkap dan sesuai dengan tujuan penelitian. Oleh karena itu perlu dibuat
kisi-kisi angket yang didasarkan pada kajian teori yang telah dikemukakan
dimuka.
Adapun lagkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan angket adalah: 1)
Membuat konsep dasar. Sebagai konsep dasarnya penulis mengambil pengertian
dari aktivitas belajar, 2) Menentukan aspek yang perlu diidentifikasi dan diukur,
3) Mencari indikator dari tiap aspek, 4) Menjabarkan indikator kedalam item-item
angket, 5) Melaksanakan uji coba angket
Penelitian ini menggunakan skala aktivitas belajar dengan empat alternatif
jawaban. Alasan peneliti menggunakan empat alternatif jawaban yaitu, untuk
menghindari jawaban yang memberikan makna ambigu dan untuk menghindari
responden yang pasif serta cenderung memilih posisi aman tanpa memberi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
jawaban yang pasti, karena respon yang kita inginkan adalah respon yang
diyakini oleh subjek
Dalam pemberian skor, setiap respon positif terhadap item Favoriabel
(memihak) akan diberi bobot yang lebih tinggi daripada respon negatif yaitu dari
empat sampai dengan satu, Sebaliknya untuk item unavoriabel( tidak memihak)
respon positif akan diberi skor yang bobotnya lebih rendah dari respon negatif,
yaitu satu sampai dengan empat. Setiap jenis respon mendapat nilai sesuai
dengan arah pernyataan yang bersangkutan. Pilihan alternatif jawaban dan
skoring setiap item pernyataan dalam skala aktivitas belajar dapat dilihat dalam
tabel berikut:
Tabel 3.4 Skoring pada skala Aktivitas Belajar
No Jawaban Skor + -
1.
2.
3.
4.
Sangat sesuai (SS)
Sesuai (S)
Tidak Sesuai (TS)
Sangat Tidak Sesuai (STS)
4
3
2
1
1
2
3
4
2. Metode Tes
a. Pengertian Tes
Tes adalah sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan
tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau menggungkap aspek tertentu
dari orang yang dikenai tes. Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes
kemampuan memori dan tes prestasi (kognitif). Materi tes kemampuan memori
adalah berupa mengingatan kata-kata dan simbol yang dikaitkan dengan materi
hidrokarbon. Banyaknya soal tes adalah 30 soal pilihan ganda. Materi tes prestasi
(kognitif) adalah materi hidrokarbon. Sedangkan banyaknya soal tes adalah 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
soal pilihan ganda. Pada bentuk soal pilihan ganda ini skor terhadap jawaban
setiap soal atau item hanya terdiri atas angka 1 dan 0.
b. Syarat-syarat Tes
Syarat-syarat tes yang baik adalah:
1). Tes harus valid artinya dapat mengukur apa yang seharusnya diukur,
2). Tes harus reliabel artinya mempunyai nilai yang sama walaupun dikerjakan
oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana saja,
3). Tes harus distandarisasikan artinya tes yang bertujuan supaya setiap testee
yang dites dengan tes tersebut mendapat perlakuan yang benar-benar sama,
4). Tes harus obyektif artinya pemberian skor tidak terpengaruh oleh pandangan
dan prasangka pribadi,
5). Tes harus diskriminatif artinya mampu menunjukkan perbedaan-perbedaan
yang kecil mengenai sifat tertentu pada individu-individu yang berbeda-beda,
6). Tes harus komprehensif artinya dapat mengungkap pengetahuan testee
mengenai segala hal yang harus dipelajari,
7). Tes harus mudah digunakan artinya tes tersebut harus disusun sedemikian rupa
sehingga mudah digunakan.
F. INSTRUMEN PENELITIAN
1. Instrumen dalam Pelaksanaan Pembelajaran
a. Silabus, Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok
mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi
dasar materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian kompetensi (lampiran 1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP adalah rancangan
pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam
pembelajaran di kelas (lampiran 2),
c. Lembar Kerja Siswa, Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu
alternatif pembelajaran yang tepat bagi peserta didik karena LKS membantu
peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari
melalui kegiatan belajar secara sistematis (lampiran 3).
2. Instrumen dalam Pengambilan Data
a. Instrumen pengambilan data pokok
1). Angket aktivitas belajar (lampiran 10),
2). Angket prestasi belajar ranah afektif (lampiran 18),
3). Tes prestasi belajar ranah kognitif (lampiran 15)
4). Tes kemampuan memori (lampiran 12)
b. Instrumen dalam pengambilan data pendukung,
1). Tugas kelompok proses diskusi,
2). Tugas individu (PR),
3). Kuis dalam tiap sub pokok bahasan.
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tes prestasi
belajar ranah kognitif, tes kemampuan memori, angket aktivasi belajar dan angket
prestasi belajar ranah afektif diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui
apakah instrumen tersebut telah memenuhi persyaratan instrumen yang baik,
diantaranya instrumen yang valid dan reliabel, serta untuk mengetahui kualitas
instrumen tes dilakukan pula analisis soal yang meliputi tingkat kesukaran dan
daya pembeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
G. UJI COBA INSTRUMEN
Sebelum melakukan eksperimen yang sebenarnya perlu terlebih dulu dilakukan
pengujian terhadap instrumen-instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Uji
coba instrumen ini dilaksanakan pada kelas yang mempunyai level yang sama dengan
kelas yang digunakan sebagai obyek penelitian. Tujuan uji coba ini adalah untuk
mengetahui apakah instrumen yang akan kita gunakan benar-benar valid dan reliabel
atau tidak. Selain itu juga digunakan untuk mengetahui derajat kesukaran dan indeks
daya pembeda, serta waktu yang dibutuhkan.
1.Uji Validitas
Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen
bersangkutan yang mampu mengukur apa yang akan diukur. Sebuah instrumen akan
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Teknik yang
digunakan untuk menentukan validitas butir soal adalah menggunakan teknik
korelasi rumus Product-Moment dari Pearson dengan rumus sebagai berikut :
rxy = ( )( )
( ){ } ( ){ }2222 Y - YN X - XN
YX - XYN
ååååååå
Keterangan :
rxy : koefisien korelasi suatu butir soal (koefisien validitas), X : skor butir item
nomor tertentu, Y : skor total, N : jumlah subjek. Kriteria pengujian: Kriteria item
dinyatakan valid jika, rxy > rtabel. Kriteria item dinyatakan tidak valid jika rxy ≤
rtabel. Kriteria validitas suatu tes (rxy) adalah sebagai berikut: 0,800 – 1,00: Sangat
Tinggi (ST), 0,600 – 0,800 : Tinggi (T), 0,400 – 0,600: Cukup (C), 0,200 – 0,40:
Rendah (R), 0,000 – 0,200 : Sangat Rendah (SR) (Suharsimi Arikunto, 2009:
72-78).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Hasil perhitungan uji validitas angket aktivitas setelah dikonsultasikan
dengan rtabel hasil korelasi product moment dengan N=24 dan taraf signifikansi 5%
ternyata hasil rtabel adalah 0,404. Soal yang valid adalah soal yang harga rxy lebih
besar dari rtabel (0,404). Sedangkan soal yang tidak valid adalah soal yang harga
rxy lebih kecil dari rtabel (0,404). Hasil Kesimpulan validitas angket aktivitas bisa
dilihat pada tabel 3.5.
Tabel 3.5. Rangkuman Validitas Soal angket aktivitas
No Soal Kesimpulan Jumlah Soal
Soal Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 12, 13, 14,
15, 17, 18, 19, 20, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30.
Dipakai 25
Soal Tidak Valid 7, 11, 16, 21, 23. Diperbaiki 5 Jumlah total 30
Jumlah seluruh soal ada 30 butir soal. Soal yang valid berjumlah 25 butir soal dan
soal yang tidak valid berjumlah 5 butir soal. Soal yang valid dipakai dan soal
yang tidak valid diperbaiki. Untuk selengkapnya merujuk pada lampiran 26
Hasil perhitungan uji validitas soal uji tes kemampuan memori setelah
dikonsultasikan dengan rtabel hasil korelasi product moment dengan N=24 dan
taraf signifikansi 5% ternyata hasil r tabel adalah 0,404. Soal yang valid adalah
soal yang harga rxy lebih besar dari rtabel (0,404). Soal yang tidak valid adalah soal
yang yang harga rxy lebih kecil dari rtabel (0,404). Hasil Kesimpulan validitas soal
tes kemampuan memori bisa dilihat pada tabel 3.6.
Tabel 3.6. Rangkuman Validitas Soal Tes Kemampuan Memori
No Soal Kesimpulan Jumlah Soal
Soal Valid 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 11, 14, 15, 16,
17, 18, 19, 20, 22, 24, 25, 26, 29, 30.
Dipakai 24
Soal Tidak Valid 12,13,21,23,27,28.
Tidak dipakai
6
Jumlah total 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Jumlah seluruh soal ada 30 butir soal. Soal yang valid berjumlah 24 butir soal
sedangkan soal yang tidak valid berjumlah 6 butir soal. Soal-soal yang valid
dipakai dan soal yang tidak valid tidak dipakai. Untuk selengkapnya merujuk pada
lampiran 27.
Hasil perhitungan uji validitas soal uji coba tes prestasi kognitif setelah
dikonsultasikan dengan rtabel hasil korelasi product moment dengan N=24 dan
taraf signifikansi 5% ternyata hasil rtabel adalah 0,404. Soal yang valid adalah soal
yang harga rxy lebih besar dari rtabel (0,404). Sedangkan soal yang tidak valid
adalah soal yang harga rxy lebih kecil dari rtabel (0,404). Hasil Kesimpulan
validitas soal tes prestasi kognitif bisa dilihat pada tabel 3.7.
Tabel 3.7. Rangkuman Validitas Soal Tes Prestasi Kognitif
No Soal Kesimpulan Jumlah Soal
Soal Valid 1, 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 11, 12, 13 ,14,
16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 33, 35, 36, 37, 39
Dipakai 31
Soal Tidak Valid 8, 15, 24, 31, 32, 34, 38, 40. Tidak dipakai 8
32 Diperbaiki 1 Jumlah total 40
Jumlah seluruh soal ada 40 butir soal. Soal yang valid berjumlah 31 butir soal
sedangkan soal yang tidak valid berjumlah 9 butir soal. Soal-soal yang valid
dipakai dan soal yang tidak valid tidak dipakai dan ada yang diperbaiki. Karena
soal no 32 indeks kesukarannya kriterianya sedang maka memperbaiki soalnya
dengan memperjelas soal. Untuk selengkapnya merujuk pada lampiran 24.
Hasil perhitungan uji validitas angket afektif setelah dikonsultasikan
dengan rtabel hasil korelasi product moment dengan N=24 dan taraf signifikansi 5%
ternyata hasil rtabel adalah 0,404. Soal yang valid adalah soal yang harga rxy lebih
besar dari rtabel (0,404). Soal yang tidak valid adalah soal yang harga rxy lebih kecil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
dari rtabel (0,404). Hasil Kesimpulan validitas soal tes prestasi afektif bisa dilihat
pada tabel 3.8.
Tabel 3.8. Rangkuman Validitas Soal Angket Prestasi Afektif
No Soal Kesimpulan Jumlah Soal
Soal Valid
1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38,
39, 40.
Dipakai
35
Soal Tidak Valid 16, 21, 26 Tidak dipakai 3
14,30 Diperbaiki 2 Jumlah total 40
Jumlah seluruh soal ada 40 butir soal. Soal yang valid berjumlah 35 butir soal
sedangkan soal yang tidak valid berjumlah 5 butir soal. Soal-soal yang valid
dipakai dan soal yang tidak valid tidak dipakai dan ada yang diperbaiki. Untuk
selengkapnya merujuk pada lampiran 25.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas suatu tes adalah seberapa besar derajat tes mengukur secara
konsisten sasaran yang diukur. Sebuah instrumen dinyatakan reliabel bila
memberikan hasil yang relatif sama saat dilakukan pengukuran kembali pada
subjek yang berbeda pada waktu berlainan. Salah satu cara yang digunakan untuk
pengujian reliabilitas ini dapat digunakan rumus Kuder dan Richardson (KR-20)
sebagai berikut :
r11 = úúû
ù
êêë
é å-úûù
êëé
- 2
2
S
pqS
1nn
Keterangan :
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan, p = proporsi subyek yang menjawab item
dengan benar, q = proporsi subyek yang menjawab item dengan salah, q = 1 – p,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
åpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q, n = banyaknya item, S = standar
deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar dari varian). Tes dikatakan reliabel
jika r11 > rtabel . Kriteria reliabilitas suatu tes (rxy) adalah sebagai berikut: 0,800 –
1,00: Sangat Tinggi (ST), 0,600 – 0,800 : Tinggi (T), 0,400 – 0,600: Cukup (C),
0,200 – 0,40: Rendah (R), 0,000 – 0,200 : Sangat Rendah (SR).
(Suharsimi Arikunto, 2009: 75-101). Hasil analisis reliabilitas uji coba instrumen dapat
ditunjukkan pada tabel 3.9. Dari table 3.9 dapat diketahui bahwa angket maupun tes
mempunyai reliabilitas lebih besar dari r table. Jadi baik angket maupun tes bisa
dikatakan reliabel. Reliabilitas dari angket dan tes termasuk sangat tinggi.
Tabel 3.9 Rangkuman Uji Reliabilitas
Tes Kemampuan memori
Angket
Aktivitas belajar Tes Kognitif Angket
Afektif
rtabel 0,404 0,404 0,404 0,404
r11 0,858 0856 0,907 0,911
3. Uji Derajat Kesukaran Soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks
kesukaran (difficulty index). Indeks Kesukaran ini menunjukkan derajat kesukaran
soal. Untuk menentukan indeks kesukaran digunakan rumus sebagai berikut :
JSB
P =
Keterangan :
P= indeks kesukaran, B= banyaknya siswa yang menjawab soal dengan
betul, JS= jumlah seluruh siswa peserta tes. Klasifikasi indeks kesukaran adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
sebagai berikut : 0,71 – 1,00 = Mudah; 0,31 – 0,70 = Sedang; 0,00 – 0,30 = Sukar.
Dengan ketentuan bila jawaban betul skornya adalah 1 dan bila jawaban salah
skornya adalah 0 (Suharsimi Arikunto, 2001: 207-210). Kesimpulan indeks
kesukaran tes kemampuan memori digambarkan dalam tabel 3.10
Tabel 3.10 Rangkuman Indeks Kesukaran Tes Kemampuan Memori
Klasifikasi Keterangan No Soal Jumlah soal 0,71 - 1,00 Mudah 3, 4, 17, 18, 22, 25, 27. 7
0,31 - 0,70 Sedang/Cukup 1, 2, 5, 7, 8, 9, 10, 11 12, 13, 15, 16, 19, 20, 21, 24, 26, 28.
18
0,00 - 0,30 Sukar 6,14, 23, 29, 30 5 Jumlah total soal 30
Jumlah seluruh soal ada 30 butir soal. Soal dengan katagori mudah berjumlah 7
butir soal, soal dengan katagori sedang berjumlah 18 butir soal sedangkan soal
dengan katagori sukar 5 soal. Untuk selengkapnya merujuk pada lampiran 27.
Kesimpulan indeks kesukaran tes prestasi kognitif digambarkan dalam
tabel 3.11
Tabel 3.11 Rangkuman Indeks Kesukaran Tes Prestasi Kognitif
Klasifikasi Keterangan No Soal Jumlah soal 0,71 - 1,00 Mudah 2, 4, 7, 15, 17, 20, 36. 7
0,31 - 0,70 Sedang/Cukup
1, 3, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 18, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 34, 35, 37,
39
27
0,00 - 0,30 Sukar 19, 24, 30, 33, 38, 40. 6 Jumlah soal 40
Jumlah seluruh soal ada 40 butir soal. Soal dengan katagori mudah berjumlah 7
butir soal, soal dengan katagori sedang berjumlah 27 butir soal sedangkan soal
dengan katagori sukar 6 soal. Untuk selengkapnya merujuk pada lampiran 24.
4. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
BAB
B
A
A PPJB
JB
D -=-=
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
(berkemampuan rendah) Angka yang menunjukkan besarnya daya
pembeda disebut indeks diskriminasi (D) (Suharsimi Arikunto, 2009: 211).
Keterangan :
D = indeks diskriminasi, JA = banyaknya peserta kelompok atas, JB= banyaknya
peserta kelompok bawah, BA= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab
soal itu dengan benar, BB= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab
soal itu dengan benar, PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal
itu dengan benar (P sebagai indeks kesukaran), PB = proporsi peserta kelompok
bawah yang menjawab benar(Suharsimi Arikunto, 2009: 213-214)
Kualifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut : 0,71 – 1,00 = baik sekali
(exellent); 0,41 – 0,70 = baik (good); 0,21 – 0,40 = cukup (satisfactory); 0,00 –
0,20 = jelek (poor); Negatif = tidak baik (butir soal dibuang). (Suharsimi
Arikunto, 2001: 218). Semakin baik suatu soal maka daya pembedanya semakin
tinggi. Hasil perhitungan uji daya pembeda soal tes kemampuan memori
ditunjukkan dalam tabel 3.12.
Tabel 3.12 Rangkuman Daya Pembeda Soal tes kemampuan memori
Klasifikasi Keterangan No Soal Jumlah soal
0,71 – 1,00 Baik sekali - 0
0,41 – 0,70 Baik 1, 2, 3, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 24, 25, 29, 30.
20
0,21 – 0,40 Cukup 4, 6, 22, 26. 4 0,00 – 0,20 Jelek 12, 13, 21, 27 4
negatif Sangat jelek 23, 28. 2
Jumlah total soal 40
Jumlah seluruh soal ada 40 butir soal. Soal yang mempunyai daya pembeda
dengan katagori baik sekali tidak ada. Soal yang mempunyai daya pembeda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
dengan katagori baik berjumlah 20 butir soal, soal yang mempunyai daya
pembeda dengan katagori cukup 4 butir soal, soal yang mempunyai daya pembeda
dengan katagori jelek 4 soal sedangkan soal yang mempunyai daya pembeda
dengan katagori sangat jelek 2 soal. Soal yang mempunyai daya pembeda dengan
katagori jelek dan sangat jelek didrop. Untuk selengkapnya merujuk pada
lampiran 27.
Hasil perhitungan uji daya pembeda soal tes prestasi kognitif ditunjukkan
dalam tabel 3.13.
Tabel 3.13 Rangkuman Daya Pembeda Soal tes prestasi kognitif Klasifikasi Keterangan No Soal Jumlah soal
0,71 – 1,00 Baik sekali - 0
0,41 – 0,70 Baik 1, 3, 4, 5, 6, 9, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 21, 25, 26, 27, 30,
36, 37.
20
0,21 – 0,40 Cukup 2, 7, 10, 11, 20, 22, 23, 28, 29,
33, 35, 39. 12
0,00 – 0,20 Jelek 24, 32, 40 3 negatif Sangat jelek 8, 15, 31, 34, 38 5
Jumlah total soal 40
Jumlah seluruh soal ada 40 butir soal. Soal yang mempunyai daya pembeda
dengan katagori baik sekali tidak ada. Soal yang mempunyai daya pembeda
dengan katagori baik berjumlah 20 butir soal, soal yang mempunyai daya
pembeda dengan katagori cukup 12 butir soal, soal yang mempunyai daya
pembeda dengan katagori jelek 3 soal sedangkan soal yang mempunyai daya
pembeda dengan katagori sangat jelek 5 soal. Soal yang mempunyai daya
pembeda dengan katagori jelek dan sangat jelek didrop. Untuk selengkapnya
merujuk pada lampiran 24.
H. TEKNIK ANALISIS DATA
1. Uji Prasyarat Analisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Sebagai uji prasyarat analisis dilakukan uji kesamaan rata-rata, normalitas,
dan homogensitas. Kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan
analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang terdistribusi normal atau tidak, uji normalitas ini dihitung
menggunakan software minitab 15.
1) Prosedur Penentuan Hipotesis:
H0 = data tidak terdistribusi normal; H1 = data terdistribusi normal.
2) Statistik Uji
Statistik uji menggunakan normality test dengan pendekatan Ryan-Joiners.
Ketentuan pengambilan kesimpulan, H0 tidak ditolak ketika p-Value < 0,05 selain
itu H1 akan ditolak. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05.
b.Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah variansi – variansi
dari sejumlah populasi sama atau tidak. Uji normalitas ini dihitung menggunakan
minitab 15.
1) Prosedur Penentuan Hipotesis:
H0 = data tidak homogen; H1 = data homogen
2) Statistik Uji
Statistik uji menggunakan test for equal variances. Ketentuan pengambilan
kesimpulan, H0 tidak ditolak ketika p-Value < 0,05 selain itu H1 akan ditolak.
Tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
2. Uji Hipotesis
a. Analisis Variansi Tiga Jalan dengan Sel Tak Sama
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi
tiga jalan dengan sel tak sama. Tujuan dari analisis ini untuk menguji signifikansi
efek tiga varibel bebas terhadap satu variabel terikat dan interaksi ketiga variabel
bebas terhadap variabel terikat.
1) Uji Hipotesis:
a) H0A: Tidak ada penggaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) dan Teams Games Tournament (TGT) terhadap prestasi
belajar.
b) H1A : Ada penggaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) dan Teams Games Tournament (TGT) terhadap
prestasi belajar.
c) H0B : Tidak ada pengaruh aktivitas belajar tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar.
d) H1B : Ada pengaruh aktivitas belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar.
e) H0C : Tidak ada pengaruh tingkat kemampuan memori tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar
f) H1C : Ada pengaruh tingkat kemampuan memori tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar.
g) H0AB : Tidak ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) dan Teams Games Tournament (TGT) dengan aktivitas belajar
siswa terhadap prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
h) H1AB : Ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) dan Teams Games Tournament (TGT) dengan aktivitas belajar siswa
terhadap prestasi belajar.
i) H0AC : Tidak ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) dan Teams Games Tournament (TGT) dengan kemampuan
memori siswa terhadap prestasi belajar
j) H1AC : Ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) dan Teams Games Tournament (TGT) dengan kemampuan memori
siswa terhadap prestasi belajar
k) H0BC : Tidak ada interaksi antara aktivitas belajar dan kemampuan memori
terhadap prestasi belajar siswa
l) H1BC : Ada interaksi antara aktivitas belajar dan kemampuan memori
terhadap prestasi belajar siswa
m) H0ABC : Tidak ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) dan Teams Games Tournament (TGT), aktivitas
belajar dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar
n) H1ABC : Ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) dan Teams Games Tournament (TGT), aktivitas belajar
dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar.
2). Statistik Uji
Statistik uji menggunakan GLM (General Linier Model). Ketentuan
pengambilan kesimpulan, H0 ditolak ketika p-Value < 0,05 selain itu H1 akan
diterima. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
b. Uji Lanjut Anava
Uji lanjut anava merupakan tindak lanjut dari analisis variansi, apabila hasil
analisis variansi menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Jadi bila H0 ditolak,
yang berarti H1 diterima, maka perlu dilakukan uji lanjut untuk mengetahui
tingkat pengaruh variable bebas terhadap variable terikat. Uji lanjut dalam
penelitian ini dilakukan dengan One way anom (Analysis of Mean) menggunakan
program Minitab 15.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada BAB IV ini akan disajikan tentang hasil penelitian yang telah
dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 2 Surakarta. Adapun hasil penelitian yang
akan disajikan adalah deskripsi data, pengujian syarat analisis, pengujian hipotesis
dan pembahasan hasil penelitian.
A. DESKRIPSI DATA
Berkaitan dengan hipotesis yang ada pada Bab III serta diperolehnya data
hasil penelitian, maka pada Bab IV ini disajikan deskripsi data yang berasal dari
data yang dikumpulkan dalam penelitian ini. Data yang dimaksud adalah terdiri
dari: (1) data prestasi belajar siswa yang meliputi aspek kognitif dan afektif ; (2)
data nilai kemampuan memori siswa; (3) data nilai aktivitas belajar siswa. Data
tersebut diambil dari kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dua kelas, yaitu kelas X-2 dan kelas X-3.
Sebagai kelas eksperimen I adalah kelas X-3 dengan jumlah 27 siswa dan sebagai
kelas eksperimen II adalah kelas X- 2 dengan jumlah 24 siswa. Data-data tersebut
dapat dideskripsikan secara lebih rinci sebagai berikut:
1. Data Prestasi Belajar Kognitif
a. Data Prestasi Belajar Kognitif pada Model Pembelajaran
Data prestasi belajar dalam penelitin ini dibagi menjadi dua yaitu prestasi
belajar kognitif dan prestasi belajar afektif. Data prestasi belajar diambil setelah
siswa menerima materi hidrokarbon dan dikenai model pembelajaran. Model
pembelajaran tipe TPS untuk kelas X-3 (sebagai eksperimen 1) dan model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
pembelajaran tipe TGT untuk kelas X-2 (sebagai eksperimen 2). Data prestasi
belajar kognitif kelas eksperimen I (kelas X-3) dan kelas eksperimen II (X-2)
dideskripsikan sebagai berikut: Untuk prestasi belajar kimia aspek kognitif pada
kelas eksperimen I (kelas X-3) yang dikenai model pembelajaran tipe TPS nilai
tertingginya adalah 88,00 nilai terendahnya 61,00 nilai rata-ratanya 72,11 serta
standar deviasinya adalah 7,25. Sedangkan untuk prestasi belajar kimia aspek
kognitif kelas eksperimen II (kelas X-2) yang dikenal model pembelajaran tipe
TGT nilai tertingginya adalah 91,00 nilai terendahnya 64,00 , nilai rata-ratanya
77,88 serta standar deviasinya adalah 7,39. Rangkuman deskripsi datanya
ditunjukkan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Deskripsi Data Prestasi Kognitif Siswa
Kelompok Jumlah data Mean SD Varian Maksimum Minimum
TPS 27 72,11 7,25 52,54 88,00 61,00
TGT 24 77,88 7,39 54,61 91,00 64,00
Distribusi frekuensi dan data prestasi belajar kimia aspek kognitif kelas
eksperimen I (kelas X-3) dan kelas eksperimen II (kelas X-2) ditunjukkan pada
tabel 4.2 dan 4.3 serta untuk memperjelas kedua distribusi frekuensi prestasi
belajar tersebut disajikan histogram dan masing-masing distribusi prestasi pada
gambar 4.1 dan 4.2
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Kelas TPS
Interval Tengah Frekuensi % frekuensi Interval 0 (%)
61 - 65 63.0 5 18.52 66 - 70 68.0 7 25.93 71 - 75 73.0 6 22.22 76 - 80 78.0 5 18.52 81 - 85 83.0 3 11.11 86 - 90 88.0 1 3.70
Jumlah 27 100.00
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Kelas TGT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Interval Tengah Frekuensi % frekuensi Interval 0 (%)
64 - 68 66.0 3 12.50 69 - 73 71.0 4 16.67 74 - 78 76.0 6 25.00 79 - 83 81.0 5 20.83 84 - 88 86.0 4 16.67 89 - 93 91.0 2 8.33
Jumlah 24 100.00
8 88 37 87 36 86 3
8
7
6
5
4
3
2
1
0
K o g A 1
Fre
qu
en
cy
M e a n 7 2 .3 3S tD e v 7 . 1 2 5N 2 7
H i s t o g r a m o f K o g A 1N o r m a l
Gambar 4.1 Dstribusi Prestasi Belajar Kognitif Kelas TPS
9 18 68 17 67 16 6
7
6
5
4
3
2
1
0
K o g A 2
Fre
qu
en
cy
M e a n 7 8S tD e v 7 .69 5N 2 4
H i s to g r a m o f K o g A 2N o r m a l
Gambar 4.2 Dstribusi Prestasi Belajar Kognitif Kelas TGT
b. Data Prestasi Belajar Kognitif pada Aktivitas Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Data aktivitas belajar diperoleh setelah dilakukan pemberian angket
aktivitas belajar. Data tentang aktivitas belajar dapat dikategorikan dalam dua
tingkatan yaitu tinggi dan rendah. Aktivitas belajar tinggi jika nilai angket
aktivitas belajar diatas rata-rata nilai gabungan. Aktivitas belajar rendah jika nilai
angket aktivitas belajar dibawah rata-rata nilai gabungan. Deskripsi data akivitas
belajar ditunjukkan tabel 4.4 dan tabel 4.5.
Tabel 4.4 Deskripsi Data Prestasi Kognitif pada Aktivitas Belajar Tinggi dan Rendah pada TPS
Kelompok Jumlah data Mean SD Varian Maksimum Minimum
Tinggi 12 77.25 6,33 40,02 88,00 67,00
Rendah 15 68,40 5,05 25,54 76,00 61,00
Tabel 4.5 Deskripsi Data Prestasi Kognitif pada Aktivitas Belajar Tinggi dan Rendah pada TGT
Kelompok Jumlah data Mean SD Varian Maksimum Minimum
Tinggi 12 78,75 9,35 87,48 91,00 64,00
Rendah 12 77,25 5,93 35,11 88,00 67,00
Dari deskripsi data aktivitas belajar pada tiap-tiap model pembelajaran yang
terdapat pada tabel 4.4 dan 4,5 dapat digambarkan bahwa aktivitas belajar siswa
pada kelas yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe TPS dominan rendah.
Pada kelas yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe ini 12 orang (44 %)
mempunyai aktivitas belajar tinggi dengan nilai rata –rata 77,25 dan 15 orang
(56%) mempunyai aktivitas belajar rendah dengan nilai rata-rata 68,40.
Sedangkan untuk kelas yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe TGT
aktivitas belajar antara siswa yang mempunyai aktivitas tinggi dan yang
mempunyai aktivitas rendah jumlahnya sama. Pada kelas yang dikenai model
pembelajaran kooperatif tipe ini 12 orang (50 %) mempunyai aktivitas belajar
tinggi dengan nilai rata-rata 78,75 dan 12 orang (50%) mempunyai aktivitas
belajar rendah dengan nilai rata-rata 77,25.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Tabel 4.6 Deskripsi Data Prestasi Kognitif pada Aktvitas Belajar Tinggi dan Rendah
Kelompok Jumlah data Mean SD Varian Maksimum Minimum
Tinggi 24 78, 00 7, 85 61,57 91,00 64,00
Rendah 27 72,33 6, 98 48,69 88,00 61,00
Dari deskripsi data aktivitas belajar tinggi dan rendah pada tabel 4.6 dapat
diketahui bahwa dari 24 siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi memiliki
nilai prestasi belajar ranah kognitif rata-rata 78, 00. Sedangkan 27 siswa yang
mempunyai aktivitas belajar rendah memiliki nilai prestasi belajar ranah kognitif
rata-rata 72,33.
c. Data Prestasi Belajar Kognitif pada Kemampuan Memori
Data kemampuan memori diperoleh setelah dilakukan pemberian tes
kemampuan memori. Data tentang kemampuan memori dapat dikategorikan
dalam dua tingkatan yaitu tinggi dan rendah. Kemampuan memori tinggi jika nilai
hasil tes kemampuan memori diatas rata-rata nilai gabungan. Kemampuan
memori rendah jika nilai hasil tes kemampuan memori dibawah rata-rata nilai
gabungan. Deskripsi data kemampuan memori ditunjukkan tabel 4.7 dan 4.8
Tabel 4.7 Deskripsi Data Prestasi Kognitif pada Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TPS
Kelompok Jumlah data Mean SD Varian Maksimum Minimum
Tinggi 13 75,31 6,84 46,73 88,00 64,00
Rendah 14 69,57 6,43 41,34 82,00 61,00 Tabel 4.8 Deskripsi Data Prestasi Kognitif pada Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TGT
Kelompok Jumlah data Mean SD Varian Maksimum Minimum
Tinggi 13 80,38 7,41 54,92 91,00 70,00
Rendah 11 75,18 7,36 54,16 88,00 64,00
Dari deskripsi data kemampuan memori pada tabel 4.7 dan 4.8 dapat digambarkan
bahwa kemampuan memori siswa pada kelas yang dikenai model pembelajaran
kooperatif tipe TPS dominan rendah. Pada kelas yang dikenai model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
pembelajaran kooperatif tipe ini 13 orang (48 %) mempunyai kemampuan
memori tinggi dengan nilai rata-rata 75,31 dan 14 orang (52 %) mempunyai
kemampuan memori rendah dengan nilai rata-rata 69,57. Sedangkan untuk kelas
yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe TGT kemampuan memorinya
dominan tinggi . Pada kelas yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe ini
13 orang (58%) mempunyai kemampuan memori tinggi dengan nilai rata-rata
80,38 dan 11 orang (42%) mempunyai kemampuan memori rendah dengan nilai
rata-rata 75,18.
Tabel 4.9 Deskripsi Data Prestasi Kognitif pada Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah
Kelompok Jumlah data Mean SD Varian Maksimum Minimum
Tinggi 26 77,85 7,45 55,50 91,00 64,00
Rendah 25 72,04 7,28 53,04 88,00 61,00
Dari deskripsi data kemampuan memori tinggi dan rendah pada tabel 4.9 dapat
diketahui bahwa dari 26 siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi
memiliki nilai prestasi belajar ranah kognitif rata-rata 77,85. Sedangkan 25 siswa
yang mempunyai kemampuan memori rendah memiliki nilai prestasi belajar ranah
kognitif rata-rata 72,04.
Tabel 4.10 Deskripsi Data Prestasi Kognitif pada Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah
pada Aktivitas Belajar Tinggi
Kelompok Jumlah data Mean SD Varian Maksimum Minimum
Tinggi 12 82,00 6,65 44,18 91,00 73,00
Rendah 12 74,00 7,05 49,64 88,00 64,00
Adapun deskripsi data kemampuan memori tinggi dan rendah pada
aktivitas belajar tinggi dan rendah disajikan dalam tabel 4.10 dan 4.11.
Tabel 4.11 Deskripsi Data Prestasi Kognitif pada Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah
pada Aktivitas Belajar Rendah
Kelompok Jumlah data Mean SD Varian Maksimum Minimum
Tinggi 14 74,29 6,31 39,76 88,00 64,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Rendah 13 70,23 7,29 53,19 82,00 61,00
Dari deskripsi data kemampuan memori pada tabel 4.10 dan 4.11 dapat
digambarkan bahwa kemampuan memori siswa pada kelas yang dikenai aktivitas
belajar tinggi jumlahnya sama. Pada kelas yang dikenai aktivitas belajar tinggi 12
orang (50 %) mempunyai kemampuan memori tinggi dengan nilai rata-rata 82,00
dan 12 orang (50 %) mempunyai kemampuan memori rendah dengan nilai rata-
rata 74,00. Sedangkan untuk kelas yang dikenai aktivitas belajar rendah
kemampuan memorinya dominan tinggi . Pada kelas yang dikenai aktivitas belajar
rendah 14 orang (52%) mempunyai kemampuan memori tinggi dengan nilai rata-
rata 74,29 dan 13 orang (48%) mempunyai kemampuan memori rendah dengan
nilai rata-rata 70,23. Deskripsi data kemampuan memori tinggi dan rendah pada
model pembelajaran TPS dan aktivitas belajar tinggi dan rendah disajikan dalam
tabel 4.12 dan 4.13
Tabel 4.12 Deskripsi Data Prestasi Kognitif pada Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah
pada TPS danAktivitas Belajar Tinggi
Kelompok Jumlah data Mean SD Varian Maksimum Minimum
Tinggi 5 81,40 5,77 33,30 88,00 73,00
Rendah 7 74,29 5,15 26,57 82,00 67,00
Dari deskripsi data kemampuan memori pada tabel 4.12 dan 4.13 dapat
digambarkan bahwa kemampuan memori siswa pada kelas yang dikenai model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dan aktivitas belajar tinggi dominan rendah.
Tabel 4.13 Deskripsi Data Prestasi Kognitif pada Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah
pada TPS danAktivitas Belajar Rendah
Kelompok Jumlah data Mean SD Varian Maksimum Minimum
Tinggi 8 71,50 4,24 18,00 76,00 64,00
Rendah 7 64,86 3,34 11,14 70,00 61,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Pada kelas yang dikenai model pembelajaran kooperatif TPS dan aktivitas
tinggi ini 5 orang (42 %) mempunyai kemampuan memori tinggi dengan nilai
rata-rata 81,40 dan 7 orang (58 %) mempunyai kemampuan memori rendah
dengan nilai rata-rata74,29. Sedangkan untuk kelas yang dikenai model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dan aktivitas belajar rendah kemampuan
memorinya dominan tinggi . Pada kelas yang dikenai model pembelajaran
kooperatif tipe TPS dan aktivitas belajar rendah ini 8 orang (53%) mempunyai
kemampuan memori tinggi dengan nilai rata-rata 71,50 dan 7 orang (47%)
mempunyai kemampuan memori rendah dengan nilai rata-rata 64,86. Deskripsi
data kemampuan memori tinggi dan rendah pada model pembelajaran TGT dan
aktivitas belajar tinggi dan rendah disajikan dalam tabel 4.14 dan 4.15
Tabel 4.14 Deskripsi Data Prestasi Kognitif pada Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah
pada TGT danAktivitas Belajar Tinggi
Kelompok Jumlah data Mean SD Varian Maksimum Minimum
Tinggi 7 82,43 7,63 58,29 91,00 73,00
Rendah 5 73,60 9,81 96,30 88,00 64,00
Tabel 4.15 Deskripsi Data Prestasi Kognitif pada Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah
pada TGT dan Aktivitas Belajar Rendah
Kelompok Jumlah data Mean SD Varian Maksimum Minimum
Tinggi 6 78,00 7,01 49,20 88,00 70,00
Rendah 6 76,50 5,17 26,70 82,00 67,00
Dari deskripsi data kemampuan memori pada tabel 4.14 dan 4.15 dapat
digambarkan bahwa kemampuan memori siswa pada kelas yang dikenai model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dan aktivitas belajar tinggi dominan tinggi.
Pada kelas yang dikenai model pembelajaran kooperatif TGT dan aktivitas tinggi
ini 7 orang (58 %) mempunyai kemampuan memori tinggi dengan nilai rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
82,43 dan 5 orang (42 %) mempunyai kemampuan memori rendah dengan nilai
rata-rata73,60. Sedangkan untuk kelas yang dikenai model pembelajaran
kooperatif tipe TGT dan aktivitas belajar rendah kemampuan memorinya sama.
Pada kelas yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan aktivitas
belajar rendah ini 6 orang (50%) mempunyai kemampuan memori tinggi dengan
nilai rata-rata 78,00 dan 6 orang (50%) mempunyai kemampuan memori rendah
dengan nilai rata-rata 76,50.
2 . Data Prestasi Belajar Afektif
a. Data Prestasi Belajar Afektif pada Model Pembelajaran
Data prestasi belajar afektif kelas eksperimen I (kelas X-3) dan kelas
eksperimen II (X-2) dideskripsikan sebagai berikut: Untuk prestasi belajar kimia
aspek afektif pada kelas eksperimen I (kelas X-3) yang dikenai model
pembelajaran tipe TPS nilai tertingginya adalah 87,00 nilai terendahnya 62,00
nilai rata-ratanya 76,04 serta standar deviasinya adalah 7,12. Sedangkan untuk
prestasi belajar kimia aspek afektif kelas eksperimen II (kelas X-2) yang dikenai
model pembelajaran tipe TGT nilai tertingginya adalah 86,00 nilai terendahnya
60,00 , nilai rata-ratanya 74,58 serta standar deviasinya adalah 7,39. Rangkuman
deskripsi datanya ditunjukkan pada tabel 4.16.
Tabel 4.16 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Siswa
Kelompok Jumlah data Mean SD Varian Maksimum Minimum
TPS 27 76,04 7,12 50,65 87,00 62,00
TGT 24 74,58 7,31 53,47 86,00 60,00
Distribusi frekuensi dan data prestasi belajar kimia aspek afektif kelas eksperimen
I (kelas X-3) dan kelas eksperimen II (kelas X-2) ditunjukkan pada tabel 4.17 dan
4.18 serta untuk memperjelas kedua distribusi frekuensi prestasi belajar tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
disajikan histogram dan masing-masing distribusi prestasi pada gambar 4.3 dan
4.6.
Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Kelas TPS
Interval Tengah Frekuensi % frekuensi Interval 0 (%)
62 - 66 64.0 4 14.81 67 - 71 69.0 2 7.41 72 - 76 74.0 7 25.93 77 - 81 79.0 8 29.63 82 - 86 84.0 5 18.52 87 - 91 89.0 1 3.70
Jumlah 27 100.00
Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Prestasi belajar Afektif Kelas TGT
Interval Tengah Frekuensi % frekuensi Interval 0 (%)
60 - 64 62.0 3 12.50 65 - 69 67.0 2 8.33 70 - 74 72.0 7 29.17 75 - 79 77.0 5 20.83 80 - 84 82.0 5 20.83 85 - 89 87.0 2 8.33
Jumlah 24 100.00
8 98 47 97 46 96 4
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
A f k A 1
Fre
qu
ency
M e a n 7 6 . 0 4S t D e v 7 . 1 1 7N 2 7
H i s t o g r a m o f A f k A 1N o r m a l
Gambar 4.3 Dstribusi Prestasi Belajar Afettif Kelas TPS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
8 78 27 77 26 76 2
7
6
5
4
3
2
1
0
A f k A 2
Fre
qu
en
cyM e a n 7 4 . 5 8S t D e v 7 . 3 1 2N 2 4
H i s t o g r a m o f A f k A 2N o r m a l
Gambar 4.4 Dstribusi Prestasi Belajar Afektif Kelas TGT
b. Data Prestasi Belajar Afektif pada Aktivitas Belajar
Data aktivitas belajar diperoleh setelah dilakukan pemberian angket
aktivitas belajar. Data tentang aktivitas belajar dapat dikategorikan dalam dua
tingkatan yaitu tinggi dan rendah. Aktivitas belajar tinggi jika nilai angket
aktivitas belajar diatas rata-rata nilai gabungan. Aktivitas belajar rendah jika nilai
angket aktivitas belajar dibawah rata-rata nilai gabungan. Deskripsi data akivitas
belajar ditunjukkan tabel 4.19 dan tabel 4.20.
Tabel 4.19 Deskripsi Data Prestasi Afektif Aktivitas Belajar Tinggi dan Rendah pada TPS
Kelompok Jumlah data Mean SD Varian Maksimum Minimum
Tinggi 12 75,00 7,57 57,27 86,00 62,00
Rendah 15 76,87 6,89 47,41 87,00 63,00
Tabel 4.20 Deskripsi Data Prestasi Afektif pada Aktivitas Belajar Tinggi dan Rendah pada
TGT
Kelompok Jumlah data Mean SD Varian Maksimum Minimum
Tinggi 12 76,25 7,48 56,02 86,00 60,00
Rendah 12 72,92 7,05 49,72 86,00 62,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Dari deskripsi data aktivitas belajar pada tiap-tiap model pembelajaran yang
terdapat pada tabel 4.19 dan 4,20 dapat digambarkan bahwa aktivitas belajar
siswa pada kelas yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe TPS dominan
rendah. Pada kelas yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe ini 12 orang
(44 %) mempunyai aktivitas belajar tinggi dengan nilai rata –rata 75,00 dan 15
orang (56%) mempunyai aktivitas belajar rendah dengan nilai rata-rata 76,87.
Sedangkan untuk kelas yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe TGT
aktivitas belajar antara siswa yang mempunyai aktivitas tinggi dan yang
mempunyai aktivitas rendah jumlahnya sama. Pada kelas yang dikenai model
pembelajaran kooperatif tipe ini 12 orang (50 %) mempunyai aktivitas belajar
tinggi dengan nilai rata-rata 76,25 dan 12 orang (50%) mempunyai aktivitas
belajar rendah dengan nilai rata-rata 72,92.
Tabel 4.21 Deskripsi Data Prestasi Afektif Aktvitas Belajar Tinggi dan Rendah
Kelompok Jumlah data Mean SD Varian Maksimum Minimum
Tinggi 24 75,63 7,39 54,59 86,00 60,00
Rendah 27 75,11 7,11 50,56 87,00 62,00
Dari deskripsi data aktivitas belajar tinggi dan rendah pada tabel 4.21
dapat diketahui bahwa dari 24 siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi
memiliki nilai prestasi belajar Afekti rata-rata 75,63. Sedangkan 27 siswa yang
mempunyai aktivitas belajar rendah memiliki nilai prestasi belajar afektif rata-rata
75,11.
c. Data Prestasi Belajar Afektif pada Kemampuan Memori
Data kemampuan memori diperoleh setelah dilakukan pemberian tes
kemampuan memori. Data tentang kemampuan memori dapat dikategorikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
dalam dua tingkatan yaitu tinggi dan rendah. Kemampuan memori tinggi jika nilai
hasil tes kemampuan memori diatas rata-rata nilai gabungan. Kemampuan
memori rendah jika nilai hasil tes kemampuan memori dibawah rata-rata nilai
gabungan. Deskripsi data kemampuan memori ditunjukkan tabel 4.22 dan 4.23
Tabel 4.22 Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TPS
Kelompok Jumlah data Mean SD Varian Maksimum Minimum
Tinggi 13 77,31 7,58 57,40 87,00 62,00
Rendah 14 74,86 6,72 45,21 86,00 63,00
Tabel 4.23 Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TGT
Kelompok Jumlah
data Mean SD Varian Maksimum Minimum
Tinggi 13 76,62 6,29 39,59 86,00 62,00
Rendah 11 72,18 7,99 63,76 86,00 60,00
Dari deskripsi data kemampuan memori pada tabel 4.22 dan 4.23 dapat
digambarkan bahwa kemampuan memori siswa pada kelas yang dikenai model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dominan rendah. Pada kelas yang dikenai
model pembelajaran kooperatif tipe ini 13 orang (48 %) mempunyai kemampuan
memori tinggi dengan nilai rata-rata 77,31 dan 14 orang (52 %) mempunyai
kemampuan memori rendah dengan nilai rata-rata 74,86. Sedangkan untuk kelas
yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe TGT kemampuan memorinya
dominan tinggi . Pada kelas yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe ini
13 orang (58%) mempunyai kemampuan memori tinggi dengan nilai rata-rata
76,62 dan 11 orang (42%) mempunyai kemampuan memori rendah dengan nilai
rata-rata 72,18.
Tabel 4.24 Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Kelompok Jumlah
data Mean SD Varian Maksimum Minimum
Tinggi 26 76,95 6,83 46,68 87,00 62,00
Rendah 25 73,68 7,27 52,89 86,00 69,00
Dari deskripsi data kemampuan memori tinggi dan rendah pada tabel 4.24
dapat diketahui bahwa dari 26 siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi
memiliki nilai prestasi belajar ranah afektif rata-rata 76,95. Sedangkan 25 siswa
yang mempunyai kemampuan memori rendah memiliki nilai prestasi belajar ranah
afektif rata-rata 73,68.
Adapun deskripsi data kemampuan memori tinggi dan rendah pada aktivitas
belajar tinggi dan rendah disajikan dalam tabel 4.25 dan 4.26.
Tabel 4.25 Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada
Aktivitas Belajar Tinggi
Kelompok Jumlah
data Mean SD Varian Maksimum Minimum
Tinggi 12 76,33 7,08 50,06 84,00 62,00
Rendah 12 74,92 7,94 52,99 86,00 60,00
Tabel 4.26 Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada
Aktivitas Belajar Rendah
Kelompok Jumlah data
Mean SD Varian Maksimum Minimum
Tinggi 14 77,50 6,84 46,73 87,00 62,00
Rendah 13 72,54 6,72 45,10 85,00 62,00
Dari deskripsi data kemampuan memori pada tabel 4.25 dan 4.26 dapat
digambarkan bahwa kemampuan memori siswa pada kelas yang dikenai aktivitas
belajar tinggi jumlahnya sama . Pada kelas yang dikenai aktivitas belajar tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
12 orang (50 %) mempunyai kemampuan memori tinggi dengan nilai rata-rata
76,33 dan 12 orang (50 %) mempunyai kemampuan memori rendah dengan nilai
rata-rata 74,92. Sedangkan untuk kelas yang dikenai aktivitas belajar rendah
kemampuan memorinya dominan tinggi . Pada kelas yang dikenai aktivitas belajar
rendah 14 orang (52%) mempunyai kemampuan memori tinggi dengan nilai rata-
rata 77,50 dan 13 orang (48%) mempunyai kemampuan memori rendah dengan
nilai rata-rata 72,54. Deskripsi data kemampuan memori tinggi dan rendah pada
model pembelajaran TPS dan aktivitas belajar tinggi dan rendah disajikan dalam
tabel 4.27 dan 4.28
Tabel 4.27 Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TPS dan
Aktivitas Belajar Tinggi
Kelompok Jumlah
data Mean SD Varian Maksimum Minimum
Tinggi 5 73,60 9,53 90,80 83,00 62,00
Rendah 7 76,00 6,45 41,67 86,00 66,00
Tabel 4.28 Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TPS dan
Aktivitas Belajar Rendah
Kelompok Jumlah
data Mean SD Varian Maksimum Minimum
Tinggi 8 79,63 5,53 30,55 87,00 72,00
Rendah 7 73,71 7,30 53,24 85,00 53,00
Dari deskripsi data kemampuan memori pada tabel 4.27 dan 4..28 dapat
digambarkan bahwa kemampuan memori siswa pada kelas yang dikenai model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dan aktivitas belajar tinggi dominan rendah.
Pada kelas yang dikenai model pembelajaran kooperatif TPS dan aktivitas tinggi
ini 5 orang (42 %) mempunyai kemampuan memori tinggi dengan nilai rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
73,60 dan 7 orang (58 %) mempunyai kemampuan memori rendah dengan nilai
rata-rata 76,00. Sedangkan untuk kelas yang dikenai model pembelajaran
kooperatif tipe TPS dan aktivitas belajar rendah kemampuan memorinya dominan
tinggi . Pada kelas yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan
aktivitas belajar rendah ini 8 orang (53%) mempunyai kemampuan memori tinggi
dengan nilai rata-rata 79,63 dan 7 orang (47%) mempunyai kemampuan memori
rendah dengan nilai rata-rata 73,71. Deskripsi data kemampuan memori tinggi dan
rendah pada model pembelajaran TGT dan aktivitas belajar tinggi dan rendah
disajikan dalam tabel 4.29 dan 4.30
Tabel 4.29 Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TGT dan
Aktivitas Belajar Tinggi
Kelompok Jumlah
data Mean SD Varian Maksimum Minimum
Tinggi 7 78,29 4,54 20,57 84,00 71,00
Rendah 5 73,40 10,29 105,80 85,00 50,00
Tabel 4.30 Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TGT dan
Aktivitas Belajar Rendah
Kelompok Jumlah
data Mean SD Varian Maksimum Minimum
Tinggi 6 74,67 7,87 61,87 86,00 62,00
Rendah 6 71,17 6,34 40,17 81,00 62,00
Dari deskripsi data kemampuan memori pada tabel 4.29 dan 4.30 dapat
digambarkan bahwa kemampuan memori siswa pada kelas yang dikenai model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dan aktivitas belajar tinggi dominan tinggi.
Pada kelas yang dikenai model pembelajaran kooperatif TGT dan aktivitas tinggi
ini 7 orang (58 %) mempunyai kemampuan memori tinggi dengan nilai rata-rata
78,29 dan 5 orang (42 %) mempunyai kemampuan memori rendah dengan nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
rata-rata73,40. Sedangkan untuk kelas yang dikenai model pembelajaran
kooperatif tipe TGT dan aktivitas belajar rendah kemampuan memorinya sama.
Pada kelas yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan aktivitas
belajar rendah ini 6 orang (50%) mempunyai kemampuan memori tinggi dengan
nilai rata-rata 74,67 dan 6 orang (50%) mempunyai kemampuan memori rendah
dengan nilai rata-rata 71,17.
B. UJI PRASYARAT ANALISIS
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengecek apakah data
penelitian kita berasal dari populasi yang sebarannya normal. Uji ini perlu
dilakukan karena semua perhitungan statistik parametrik memiliki asumsi
normalitas sebaran. Uji normalitas ini menggunakan taraf signifikansi (a) = 0,05
dimana apabila harga P-value data yang diperoleh lebih besar atau sama dengan a
= 0,05 maka H0 diterima atau dapat dikatakan bahwa data tersebut berasal dari
populasi normal. Apabila uji normalitas ini sudah terpenuhi, maka analisis
selanjutnya yaitu uji homogenitas dapat dilakukan. Uji normalitas yang digunakan
pada penelitian ini adalah Ryan-Joiner Normality test, dengan taraf signifikansi
0,05. Adapun hasil uji normalitas untuk dalam penelitian ini disajikan pada tabel
4.31 berikut ini:
Tabel 4.31 Hasil Uji Normalitas Prestasi Kognitif dan Afektif Masing-masing Kelompok
No Kriteria kelompok P-value P-value
Kesimpulan Kognitif Afektif
1 Prestasi belajar TPS >0,100 >0,100 Normal 2 Prestasi belajar TGT >0,100 >0,100 Normal 3 Prestasi belajar Aktivitas belajar (B) tinggi >0,100 >0,100 Normal 4 Prestasi belajar Aktivitas belajar (B) rendah >0,100 >0,100 Normal 5 Prestasi belajar Kemampuan memori (C) tinggi >0,100 >0,100 Normal 6 Prestasi belajar Kemampuan memori (C) rendah >0,100 >0,100 Normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
7 Prestasi belajar TPS*B tinggi *C tinggi >0,100 >0,100 Normal 8 Prestasi belajar TPS*B tinggi *C rendah >0,100 >0,100 Normal 9 Prestasi belajar TPS*B rendah *C tinggi >0,100 >0,100 Normal
10 Prestasi belajar TPS*B rendah *C rendah >0,100 >0,100 Normal 11 Prestasi belajar TGT*B tinggi *C tinggi >0,100 >0,100 Normal 12 Prestasi belajar TGT*B tinggi *C rendah >0,100 >0,100 Normal 13 Prestasi belajar TGT*B rendah *C tinggi >0,100 >0,100 Normal 14 Prestasi belajar TGT*B rendah *Crendah >0,100 >0,100 Normal
Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 4.31 menunjukkan bahwa p
value dari prestasi belajar ranah kognitif maupun afektif diatas taraf signifikan
0,05 (p value > 0,100). Karena nilai p-value diatas taraf signifikansi, maka H0
diterima atau dapat dikatakan bahwa data tersebut berasal dari populasi normal.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok-kelompok tersebut berasal dari
populasi yang terdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau
lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang
sama (homogen). Uji homogenitas yang digunakan bantuan program Minitab15.
Taraf signiflkansi (a) yang digunakan dalam uji homogenitas ini adalah 0,05,
apabila harga P-value lebih besar atau sama dengan a, maka H0 diterima atau
dapat dikatakan bahwa data tersebut berasal dari populasi yang mempunyai
penyebaran yang homogen. Apabila uji homogenitas ini terpenuhi. maka uji
analisis variansi (anava) dapat dilakukan. Pada penelitian dibandingkan variansi
kelompok sampel yatu: 1). Sampel yang diberi dengan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS dan tipe TGT. 2). Sampel dengan katagori aktivitas tinggi dan
rendah. 3). Sampel dengan katagori kemampuan memori tinggi dan rendah. 4).
Variansi antar sel dalam desain faktorial. Adapun hasil uji homogenitas dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
prestasi belajar dalam penelitian ini disajikan pada tabel 4.32 untuk ranah kognitif
dan tabel 4.33 untuk ranah afektif.
Tabel 4.32 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Prestasi Belajar Ranah Kognitif
No Kelompok N F-test P value Keputusan
uji Kesimpulan
1 Model Pembelajaran TPS (A) 27
0,86 0,70 H0 diterima Homogen Model Pembelajaran TGT (A) 24
2 Aktivitas Belajar (B) tinggi 24
1,26 0,56 H0 diterima Homogen Aktivitas Belajar (B) rendah 27
3 Kemampuan Memori (C) tinggi
26 1,05 0,914 H0 diterima Homogen
Kemampuan Memori(C) tinggi 25
4
Antar sel : TPS*B tinggi 12
7,97
0,335
(Uji Bartlett’s
Test)
H0 diterima Homogen
TPS*B rendah 15 TPS*C tinggi 13 TPS* Crendah 14 TGT*B tinggi 12 TGT*B rendah 12 TGT*C tinggi 13 TGT*C rendah 11
Tabel 4.33 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Prestasi Belajar Ranah Afektif
No Kelompok N F-test P value Keputusan uji
Kesimpulan
1 Model Pembelajaran TPS (A) 27
0,95 0,888 H0 diterima Homogen Model Pembelajaran TGT (A) 24
2 Aktivitas Belajar (B) tinggi 24
1,08 0,845 H0 diterima Homogen Aktivitas Belajar (B) rendah 27
3 Kemampuan Memori (C) tinggi 26
0,88 0,757 H0 diterima Homogen Kemampuan Memori(C) tinggi 25
4
Antar sel : TPS*B tinggi 12
4,84
0,679
(Uji Bartlett’s
Test)
H0 diterima Homogen
TPS*B rendah 15
TPS*C tinggi 13
TPS* Crendah 14
TGT*B tinggi 12
TGT*B rendah 12
TGT*C tinggi 13
TGT*C rendah 11
Data pada tabel 4.32 dan tabel 4.33 untuk no 1, 2 dan3 mempunyai F tabel : 4,03
dan tampak bahwa semua F test lebih kecil dari F tabel, hal ini dipertegas dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
informasi P-value > 0,05, yang berarti semua H0 diterima . Maka dapat diambil
kesimpulan bahwa prestasi belajar ranah kognitif maupun ranah afektif pada
materi hidrokarbon untuk faktor-faktor model pembelajaran , aktivitas belajar dan
kemampuan memori berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama
(homogen). Untuk no 4 bisa dilihat dari tabel juga mempunyai P-value > 0,05, hal
ini berarti bahwa varian tiap sel dari data prestasi ranah kognitif maupun ranah
afektif yang ditinjau dari model pembelajaran, aktivitas belajar dan kemampuan
memori berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama (homogen)
C. PENGUJIAN HIPOTESIS
1. Uji Analisis Varians Tiga Jalan Sel Tak Sama
Pengujian hipotesis bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
dan interaksi antara model pembelajaran (TPS dan TGT), aktivitas belajar, serta
kemampuan memori terhadap prestasi belajar. Pengujian hipotesis dalam
penelitian ini menggunakan anava tiga jalan (2x2x2) dengan sel tak sama. Uji
anava ini memakai bantuan MINITAB 15 menggunakan GLM (General Linier
Model), dilanjutkan uji lanjut untuk H0 yang ditolak. Hasil pengolahan data pada
ranah kognitif melalui bantuan so/iware minitab 15 dapat dilihat pada tabel 4.34
berikut mi
Tabel 4.34 Hasil GLM untuk Prestasi Belajar Kognitif ditinjau dari model Pembelajaran (TPS dan TGT), Aktivitas Belajar dan Kemampuan Memori
Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P
Model Pembelajaran (A) 1 408,00 265,54 265,54 7,14 0,011 Aktivitas belajar (B) 1 365,05 338,04 338,04 9,09 0,004 Kemampuan memori (C) 1 398,92 450,79 450,79 12,12 0,001 Model pembelajaran* B 1 228,89 246,20 246,20 6,62 0,014 Model pembelajaran* C 1 9,45 9,13 9,13 0,25 0,623 B* Kemampuan memori 1 43,25 47,28 47,28 1,27 0,266 ModelPembelajaran* B * C 1 36,54 36,54 36,54 0,98 0,327
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Dari tabel 4.34 dapat dilihat bahwa P value untuk pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT terhadap prestasi
belajar adalah 0,011 atau lebih kecil dari 0,05 (taraf signifikansi) berarti H0 yang
menyatakan “ tidak ada penggaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) dan Teams Games Tournament (TGT) terhadap prestasi belajar”
ditolak. Kesimpulan yang diperoleh dari ditolaknya H0 ini adalah ada penggaruh
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan Teams Games
Tournament (TGT) terhadap prestasi belajar.
Dari tabel 4.34 dapat dilihat bahwa P value untuk aktivitas belajar siswa
terhadap prestasi belajar siswa adalah 0,004 atau lebih kecil dari 0,05 (taraf
signifikansi) berarti H0 yang menyatakan “ tidak ada pengaruh aktivitas belajar
tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar” ditolak . Kesimpulan yang diperoleh
dari ditolaknya H0 ini adalah ada pengaruh aktivitas belajar tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar.
Dari tabel 4.34 dapat dilihat bahwa P value untuk kemampuan memori
siswa terhadap prestasi belajar siswa adalah 0,001 atau lebih kecil dari 0,05 (taraf
signifikansi) berarti H0 yang menyatakan “ tidak ada pengaruh tingkat kemampuan
memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar” ditolak . Kesimpulan yang
diperoleh dari ditolaknya H0 ini adalah ada pengaruh tingkat kemampuan memori
tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar .
Dari tabel 4.34 dapat dilihat bahwa P value untuk interaksi model
pembelajaran dengan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa adalah
0,014 atau lebih kecil dari 0,05 (taraf signifikansi) berarti H0 yang menyatakan “
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
tidak ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan
Teams Games Tournament (TGT) dengan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi
belajar” ditolak . Kesimpulan yang diperoleh dari ditolaknya H0 ini adalah ada
interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan Teams
Games Tournament (TGT) dengan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar
Dari tabel 4.34 dapat dilihat bahwa P value untuk interaksi model
pembelajaran dengan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar siswa
adalah 0,623 atau lebih besar dari 0,05 (taraf signifikansi) berarti H0 yang
menyatakan “ tidak ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) dan Teams Games Tournament (TGT) dengan kemampuan memori
siswa terhadap prestasi belajar” diterima . Kesimpulan yang diperoleh dari
diterimanya H0 ini adalah tidak ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) dan Teams Games Tournament (TGT) dengan
kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar.
Dari tabel 4.34 dapat dilihat bahwa P value untuk interaksi aktivitas
belajar dengan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar siswa adalah
0,266 atau lebih besar dari 0,05 (taraf signifikansi) berarti H0 yang menyatakan “
tidak ada interaksi antara aktivitas belajar dan kemampuan memori terhadap
prestasi belajar siswa” diterima . Kesimpulan yang diperoleh dari diterimanya H0
ini adalah tidak ada interaksi antara aktivitas belajar dan kemampuan memori
terhadap prestasi belajar siswa.
Dari tabel 4.34 dapat dilihat bahwa P value untuk interaksi antara model
pembelajaran, aktivitas belajar dengan kemampuan memori siswa terhadap
prestasi belajar siswa adalah 0,327 atau lebih besar dari 0,05 (taraf signifikansi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
berarti H0 yang menyatakan “ tidak ada interaksi antara model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan Teams Games Tournament (TGT),
aktivitas belajar dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar” diterima
. Kesimpulan yang diperoleh dari diterimanya H0 ini adalah tidak ada interaksi
antara model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan Teams
Games Tournament (TGT), aktivitas belajar dan kemampuan memori siswa
terhadap prestasi belajar. Hasil pengolahan data pada ranah kognitif melalui
bantuan so/iware minitab 15 dapat dilihat pada tabel 4.35 berikut ini,
Tabel 4.35 Hasil GLM untuk Prestasi Belajar Afektif ditinjau dari Model pembelajaran
(TPS dan TGT), Aktivitas Belajar dan Kemampuan Memori
Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P Model Pembelajaran (A) 1 26,85 22,83 22,83 0,45 0,508
Aktivitas belajar (B) 1 4,51 3,47 3,47 0,07 0,796 Kemampuan memori (C) 1 146,36 109,97 109,97 2,15 0,150 Model pembelajaran* B 1 65,19 71,49 71,49 1,40 0,244 Model pembelajaran* C 1 11,51 18,47 18,47 0,36 0,551 B* Kemampuan memori 1 42,87 37,26 37,26 0,73 0,398
ModelPembelajaran* B * C 1 73,06 73,06 73,06 1,43 0,239
Dari tabel 4.35 dapat dilihat bahwa P value untuk semua sumber lebih besar
dari 0,05 (taraf signifikansi) yang berarti H0 diterima. Karena H0 diterima maka
dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak ada penggaruh penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan Teams Games
Tournament (TGT) terhadap prestasi belajar, tidak ada pengaruh aktivitas belajar
tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar, tidak ada pengaruh tingkat kemampuan
memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar, tidak ada interaksi model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan Teams Games
Tournament (TGT) dengan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar, tidak
ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan
Teams Games Tournament (TGT) dengan kemampuan memori siswa terhadap
prestasi belajar, tidak ada interaksi antara aktivitas belajar dan kemampuan memori
terhadap prestasi belajar siswa, dan tidak ada interaksi antara model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan Teams Games Tournament (TGT),
aktivitas belajar dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar.
2. Uji Lanjut Anava
Uji lanjut anava bertujuan untuk mengetahui tingkat pengaruh variabel
bebas terhadap variahel terikat. Nilai P-value yang lebih kecil dari 0,05
menunjukkan H0 ditolak, sehingga perlu dilakukan analisis lanjutan dengan One
Way Anom (Analysis of Mean). Hasil anava yang perlu diuji lanjut adalah ada
penggaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan Teams
Games Tournament (TGT) terhadap prestasi belajar (hipotesis pertama), ada
pengaruh aktivitas belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar (hipotesis
kedua), ada pengaruh tingkat kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar (hipotesis ketiga), ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) dan Teams Games Tournament (TGT) dengan aktivitas
belajar siswa terhadap prestasi belajar (hipotesis keempat). Sedangkan hipotesis
kelima, keenam dan ke tujuh tidak perlu diuji lanjut. Hal ini karena P value dari
ketiga hipotesis terakhir itu lebih besar dari 0,05 yang berarti H0 diterima. Adapun
hasil uji lanjut anava bisa dilihat dari gambar –gambar berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
21
7 9
7 8
7 7
7 6
7 5
7 4
7 3
7 2
7 1
M . P e m b e l ( A )
Mea
n
7 2 . 4 6 5
7 7 . 5 3 5
7 5
U j i L a n ju t A n a v a K o g n i t i f P a d a M . P e m b e l a ja r a nA lp h a = 0 . 0 5
Gambar 4.5 Uji Lanjut Anava Kognitif Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan
TGT
Dari gambar 4.5 terlihat bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar yang signifikan
antara model pembelajaran tipe TPS (1) dan pembelajaran dengan TGT (2).
Siswa yang diberikan pembelajaran tipe TGT mempunyai rerata prestasi yang
lebih baik dibanding dengan siswa yang diberikan pembelajaran dengan tipe TPS.
21
7 9
7 8
7 7
7 6
7 5
7 4
7 3
7 2
7 1
A k t . B e la ja r ( B )
Mea
n
7 2 . 7 4 7
7 7 . 2 5 3
7 5
U j i L a n ju t A n a v a K o g n i t i f P a d a A k t i v i t a s B e l a ja rA lp h a = 0 . 0 5
Gambar 4. 6 Uji Lanjut Anava Kognitif Pada Aktivitas Belajar Tinggi dan Rendah
Dari gambar 4.6 terlihat bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar yang signifikan
antara siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi (1) dengan siswa yang
mempunyai aktivitas belajar rendah (2). Siswa yang mempunyai aktivitas belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
tinggi mempunyai rerata prestasi yang lebih baik dibanding dengan siswa yang
mempunyai aktivitas belajar rendah
21
7 9
7 8
7 7
7 6
7 5
7 4
7 3
7 2
7 1
K . M e m o r i ( C )
Mea
n
7 2 . 5 7 3
7 7 . 4 2 7
7 5
U j i L a n ju t A n a v a K o g n i t i f P a d a K e m a m p u a n M e m o r iA lp h a = 0 . 0 5
Gambar 4.7 Uji Lanjut Anava Kognitif Pada Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah
Dari gambar 4.7 terlihat bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar yang signifikan
antara siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi (1) dengan siswa yang
mempunyai kemampuan memori rendah (2). Siswa yang mempunyai kemampuan
memori tinggi mempunyai rerata prestasi yang lebih baik dibanding dengan siswa
yang mempunyai kemampuan memori rendah.
2 22 11 21 1
8 2
8 0
7 8
7 6
7 4
7 2
7 0
6 8
6 6
A B
Mea
n
7 0 . 5 8
7 9 . 4 2
7 5
U ji L a n ju t A n a v a K o g n i t i f P a d a S e l A BA lp h a = 0 .0 5
Gambar 4.8 Uji Lanjut Anava Kognitif pada Sel AB
Dari gambar 4.8 terlihat bahwa hanya A1B2 (model pembelajaran kooperatif tipe
TPS dengan aktivitas belajar rendah) mempunyai perbedaan rerata yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
signifikan dengan yang lainnya. Karena A1B2 mempunyai prestasi yang jauh
lebih rendah dibanding yang lainnya. Dengan kata lain A1B2 mempunyai prestasi
yang paling rendah di bawah rata-rata.
Plot Rata-rata (Untuk analisis hipotesis)
21
7 8
7 7
7 6
7 5
7 4
7 3
7 2
M . P e m b e l ( A )
Me
an
M a i n E f f e c ts P l o t f o r K . K o g n i t i fD a ta M e a n s
Gambar 4.9 Grafik Model Pembelajaran Kooperatif (A)
Gambar 4.9 ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan TGT (2) mempunyai
prestasi yang lebih tinggi dibanding dengan Pembelajaran dengan TPS (1).
21
7 8
7 7
7 6
7 5
7 4
7 3
7 2
A k t . B e la ja r ( B )
Me
an
M a i n E f f e c ts P l o t f o r K . K o g n i t i fD a ta M e a n s
Gambar 4.10 Grafik Aktivitas Belajar (B)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Gambar 4,10 ini menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai aktivitas belajar
tinggi (1) mempunyai prestasi yang lebih baik dibanding dengan siswa yang
mempunyai aktivitas belajar rendah (2).
21
7 8
7 7
7 6
7 5
7 4
7 3
7 2
K . M e m o r i ( C )
Me
an
M a i n E f f e c t s P l o t f o r K . K o g n i t i fD a t a M e a n s
Gambar 4.11 Grafik Kemampuan Memori (C)
Gambar 4.11 ini menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai kemampuan
memori tinggi (1) mempunyai prestasi yang lebih baik dibanding dengan siswa
yang mempunyai kemampuan memori rendah (2).
218 0 . 0
7 7 . 5
7 5 . 0
7 2 . 5
7 0 . 0
21
8 0 . 0
7 7 . 5
7 5 . 0
7 2 . 5
7 0 . 0
M . P e m b e l ( A )
A k t . B e la j a r ( B )
12
( A )M . P e m b e l
12
( B )B e la j a r
A k t .
I n t e r a c t i o n P l o t f o r K . K o g n i t i fD a ta M e a n s
Gambar 4.12 Grafik Interaksi Model Pembelajaran dengan Aktivitas Belajar
Dari gambar 4.12 terlihat bahwa siswa yang diberi pembelajaran dengan
pembelajaran TGT(2) akan selalu mempunyai prestasi yang lebih baik walaupun
aktivitas belajarnya rendah. Siswa yang diberi pembelajaran dengan tipe TPS (1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
akan mempunyai prestasi yang lebih baik jika aktivitas belajar tinggi, tetapi jika
aktivitas belajarnya rendah akan mempunyai prestasi yang kurang baik. Dari
gambar 4.12 juga bisa dilihat adanya interaksi antara model pembelajaran dengan
aktivitas belajar.Walaupun pada grafik tidak berpotongan tapi bila di
interpolasikan maka grafik akan berpotongan.
D. PEMBAHASAN HASIL ANALISIS
1. Hipotesis Pertama
Hasil analisis General Linier Model (GLM) untuk hipótesis pertama yang
ditunjukkan pada tabel 4.34 adalah P value = 0,011, karena P value < 0,05 maka
H0 yang menyatakan tidak terdapat pengaruh penggunaan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe TGT terhadap prestasi belajar kognitif
ditolak, Hal ini berarti H1 diterima, yaitu terdapat pengaruh penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT terhadap prestasi belajar siswa.
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang didasarkan pada teori
belajar konstruktif. Dimana untuk membangun suatu pengetahuan baru atau
pengetahuan yang disampaikan guru dengan pengetahuan dan pengalaman yang
telah dmlikinya melalui berinteraksi sosial dengan peserta lain maupun dengan
gurunya. (Ella, 2004: 54 ).
Keunggulan dari model pembelajaran TPS adalah: Siswa tidak terlalu
menggantungkan guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan
berfikir sendiri, menemukan informasi dan belajar dari siswa lain.,
mengembangkan kemampuan dalam mengungkapkan ide atau gagasan kemudian
membandingkannya dengan orang lain, membantu siswa untuk dapat bekerjasama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
dengan orang lain membantu siswa untuk lebih bertanggungjawab dalam
melaksanakan tugasnya, meningkatkan motivasi dan ransangan untuk berfikir,
meningkatkan prestasi akademik serta kemampuan sosialnya, optimaliasasi
partisipasi siswa lebih tinggi. Sedangkan kelemahan dari TPS (Think-Pair-Share)
antara lain: Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas,
membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas, peralihan dari
seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran. Sedangkan
kelebihan metode TGT (Teams Games Tournament) : Melatih siswa untuk
bekerjasama dalam kelompok diskusi, suasana belajar nyaman, menyenangkan dan
kondusif, tercipta suasana kompetisi antara kelompok diskusi. kelemahan metode
TGT (Teams Games Tournament): tidak efisien waktu, sering mengakibatkan
terjadinya kegaduhan sehingga mengganggu kelas lain.
Berdasarkan tabel 4.1 (Deskripsi data prestasi belajar kognitif siswa) maka
dapat dilihat bahwa nilai rata –rata prestasi siswa ranah kognitif untuk siswa yang
dikenai model pembelajaran tipe TPS adalah 72,11 dan siswa yang dikenai model
pembelajaran tipe TGT adalah 77,88, dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa
terdapat perbedaan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT
terhadap prestasi belajar siswa dan nilai rata-rata prestasi belajar ranah kognitif
untuk siswa yang dikenai TGT lebih tinggi dari pada siswa yang dikenai TPS. Hal
ini dikarenakan pada tipe TGT, suasana belajarnya nyaman, menyenangkan ,
tercipta suasana kompetisi antara kelompok diskusi. Disamping itu anggota
kelompok pada TGT lebih banyak dari TPS, sehingga semakin banyak anggota
dalam kelompok belajar maka bantuan dari teman sebaya dalam menyelesaikan
masalah akan semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan teori belajar vygotsky yaitu
pembelajaran terjadi saat anak bekerja dalam zona perkembangan proximal. Zona
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
perkembangan proximal adalah jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya
dengan tingkat perkembangan potensial.
Sedangkan untuk prestasi afektif tidak terdapat pengaruh penggunaan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe TGT terhadap prestasi
belajar afektif. Suharsimi (2009:177) menyatakan bahwa pengukuran ranah
afektif tidaklah semudah mengukur ranah kognitif, tidak dapat dilakukan setiap
saat karena perubahan tingkah laku siswa tidak dapat berubah sewaktu-waktu atau
bisa dikatakan perubahan afektif terjadi dalam waktu yang lama. Model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT adalah baru bagi siswa yang menjadi
sampel pada penelitian ini, karena model pembelajaran itu belum lama diberikan
maka tidak ada pengaruh antara model pembelajaran tipe TPS dan TGT terhadap
prestasi belajar ranah afektif.
2. Hipotesis Kedua
Hasil analisis General Linier Model (GLM) untuk hipótesis kedua yang
ditunjukkan pada tabel 4.34 adalah P value = 0,004, karena P value < 0,05 maka
H0 yang menyatakan tidak ada pengaruh aktivitas belajar tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar kognitif ditolak. Hal ini berarti H1 diterima yaitu ada
pengaruh aktivitas belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif.
Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau
rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu
indikatornya adalah keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas belajar adalah
segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan seseorang
yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau
kemahiran yang sifatnya tergantung pada sedikit banyaknya perubahan.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Dari deskripsi data aktivitas belajar tinggi dan rendah pada tabel 4.6 dapat
diketahui bahwa dari 24 siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi memiliki
nilai prestasi belajar ranah kognitif rata-rata 78, 00. Sedangkan 27 siswa yang
mempunyai aktivitas belajar rendah memiliki nilai prestasi belajar ranah kognitif
rata-rata 72,33. Dari data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
aktivitas belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar dan nilai rata-rata
untuk siswa yang mempunyai aktivitas tinggi lebih tinggi dari pada siswa yang
mempunyai aktivitas rendah. Hal ini karena aktivitas belajar siswa akan
mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan.
Aktivitas belajar semakin tinggi maka perubahan pengetahuan akan semakin tinggi
sehingga prestasi belajar akan semakin tinggi. Jadi ada pengaruh aktivitas belajar
tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. Sedangkan untuk prestasi afektif
tidak ada pengaruh aktivitas belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
afektif. Dalam Depdiknas ( 2008, 5) ada 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang
penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Karakter- karakter
tersebut tidak tergantung pada aktivitas. Jadi tidak ada pengaruh aktivitas tinggi
dan rendah terhadap prestasi belajar ranah afektif.
3. Hipotesis Ketiga
Hasil analisis General Linier Model (GLM) untuk hipótesis ketiga yang
ditunjukkan pada tabel 4.34 adalah P value = 0,001, karena P value < 0,05 maka
H0 yang menyatakan tidak ada pengaruh tingkat kemampuan memori tinggi dan
rendah terhadap prestasi belajar kognitif ditolak. Hal ini berarti H1 diterima yaitu
ada pengaruh tingkat kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar kognitif. Memori diklasifikasikan berdasarkan tempat menyimpan data ,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
maka ada tiga katagori, yaitu memori sensori., memori kerja atau memori jangka
pendek, memori jangka panjang Proses mengingat informasi oleh otak diawali dari
informasi yang mengenai pancaindra (input sensorik) disimpan dalam memori
sensori. Setelah itu melakukan attensi dan informasi disimpan dalam memori
pendek kemudian melakukan latihan akan disimpan dalam memori panjang.
(Yovan 2010 : 32 -33)
Dari deskripsi data kemampuan memori tinggi dan rendah pada tabel 4.9
dapat diketahui bahwa dari 26 siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi
memiliki nilai prestasi belajar ranah kognitif rata-rata 77,85. Sedangkan 25 siswa
yang mempunyai kemampuan memori rendah memiliki nilai prestasi belajar ranah
kognitif rata-rata 72,04. Dari data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh tingkat kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
dan nilai rata-rata untuk siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi lebih
tinggi dari pada siswa yang mempunyai kemampuan memori rendah. Hal ini
karena semakin tinggi kemampuan memori seseorang berarti semakin tinggi pula
kemampuan untuk menyimpan informasi akibatnya prestasi belajarnya juga akan
tinggi. Sedangkan untuk prestasi afektif tidak ada pengaruh tingkat kemampuan
memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar afektif. Hal ini karena karakter
dari afektif tidak tergantung pada kemampuan memori.
4. Hipotesis Keempat
Hasil analisis General Linier Model (GLM) untuk hipótesis keempat yang
ditunjukkan pada tabel 4.34 adalah P value = 0,014, karena P value < 0,05 maka
H0 yang menyatakan tidak ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) dan Teams Games Tournament (TGT) dengan aktivitas belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
siswa terhadap prestasi belajar kognitif ditolak. Hal ini berarti H1 diterima yaitu
ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan
Teams Games Tournament (TGT) dengan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi
belajar kognitif. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika
tidak ada aktivitas. Itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat
penting dalam interaksi belajar mengajar”(Sardiman, 2001:93). . Menurut Slavin
dalam agus sintak dari metode ini adalah: Thinking (Berpikir), Guru mengajukan
pertanyaan untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada
mereka untuk memikirkan jawabannya secara perorangan. Pairing(Berpasangan),
Guru meminta kepada siswa untuk berpasang-pasangan. Pasangan siswa itu diberi
kesempatan untuk berdiskusi. Sharing (berbagi), Hasil diskusi dari tiap-tiap
pasangan tadi dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas.
Menurut slavin ada lima komponen utama dalam TGT,yaitu: Penyajian
kelas, pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi. Team (kelompok),
kelompok biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang siswa.Fungsi
kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya.
Game, game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji
pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok.
Turnamen, setelah guru membuat presentasi kelas dan kelompok-kelompok
mempraktikan tugas-tugasnya. Penghargaan kelompok (team recognise), Guru
kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan
mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang
ditentukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Pada kedua tipe model pembelajaran diatas melibatkan aktivitas –aktivitas
siswa karena aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara
jasmani atau rohani. Dari deskripsi data aktivitas belajar pada tiap-tiap model
pembelajaran yang terdapat pada tabel 4.4 dan 4,5 terlihat bahwa nilai rata-rata
prestasi belajar siswa dengan Aktivitas belajar tinggi berturut-turut adalah 77, 25
untuk TPS; 78,75 untuk TGT; sedangkan nilai rata-rata prestasi belajar siswa
dengan aktivitas belajar rendah berturut-turut adalah 68,40 untuk TPS; 77,25
untuk TGT. Siswa yang diberi pembelajaran dengan pembelajaran TGT akan
selalu mempunyai prestasi yang lebih baik walaupun aktivitas belajarnya rendah.
Siswa yang diberi pembelajaran dengan tipe TPS akan mempunyai prestasi yang
lebih baik jika aktivitas belajar tinggi, tetapi jika aktivitas belajarnya rendah akan
mempunyai prestasi yang kurang baik. Hal ini karena pada pembelajaran TPS ada
tahap think dimana tahap ini siswa dituntut mandiri.
Jadi bagi siswa yang mempunyai aktivitas rendah prestasi belajarnya juga
akan rendah. Tetapi untuk siswa yang dikenai TGT walaupun dia mempunyai
aktivitas rendah prestasinya tetap akan baik, karena siswa akan langsung
terbantukan dalam memahami materi pelajaran oleh teman-temannya ketika
masuk pada tahap team. Jadi bisa disimpulkan bahwa ada interaksi model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan Teams Games
Tournament (TGT) dengan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar
kognitif. Sedangkan untuk prestasi afektif tidak ada interaksi model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan Teams Games Tournament (TGT)
dengan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar afektif. Hal ini karena tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
ada pengaruh model pembelajaran maupun aktivitas dengan prestasi belajar ranah
afektif.
5. Hipotesis Kelima
Hasil analisis General Linier Model (GLM) untuk hipótesis kelima yang
ditunjukkan pada tabel 4.34 adalah P value = 0,623, karena P value > 0,05 maka
H0 yang menyatakan tidak ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) dan Teams Games Tournament (TGT) dengan kemampuan
memori siswa terhadap prestasi belajar kognitif diterima. Hal ini berarti H1 ditolak.
Dari tabel 4.7 (Deskripsi data kemampuan memori tinggi dan rendah pada TPS)
dan 4.8 (Deskripsi data kemampuan memori tinggi dan rendah pada TGT ) dapat
dilihat bahwa nilai rata-rata prestasi belajar siswa dengan kemampuan memori
tinggi berturut-turut adalah 75,31 untuk TPS; 80,38 untuk TGT; sedangkan nilai
rata-rata prestasi belajar siswa dengan kemampuan memori rendah berturut-turut
adalah 69,57 untuk TPS; 75,18 untuk TGT.
Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa apapun model pembelajaran
yang dipakai, siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi tetap akan
mempunyai prestasi yang tinggi. Sedangkan apapun modelnya yang dipakai untuk
kemampuan memori rendah akan menghasilkan prestasi rendah bila dibanding
dengan prestasi pada siswa berkemampuan memori tinggi. Dari data tabel 4,7 dan
4,8 juga bisa dikatakan bahwa kemampuan memori untuk segala katagori baik
tinggi atau rendah yang dikenai model pembelajaran TGT relatif mempunyai nilai
prestasi yang lebih tinggi dibanding bila dikenai model pembelajaran TPS. Hal ini
karena model pembelajaran TGT anggotanya kelompoknya lebih banyak dari
pada TPS, sehingga siswa bisa lebih terbantukan teman-temannya dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
memahami materi pelajaran. Dari data tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
tidak ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan
Teams Games Tournament (TGT) dengan kemampuan memori siswa terhadap
prestasi belajar. Hal yang sama juga terjadi pada prestasi belajar afektif atau bisa
dikatakan tidak ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) dan Teams Games Tournament (TGT) dengan kemampuan memori siswa
terhadap prestasi belajar afektif. Hal ini karena tidak ada pengaruh model
pembelajaran maupun kemampuan memori. dengan prestasi belajar ranah afektif.
6. Hipotesis Keenam
Hasil analisis General Linier Model (GLM) untuk hipótesis keenam yang
ditunjukkan pada tabel 4.34 adalah P value = 0,226, karena P value > 0,05 maka
H0 yang menyatakan tidak ada interaksi antara aktivitas belajar dan kemampuan
memori terhadap prestasi belajar kognitif siswa diterima. Hal ini berarti H1 ditolak.
Dari tabel 4.10 (Deskripsi data kemampuan memori tinggi dan rendah pada
aktivitas belajar tinggi) dan 4.11 (Deskripsi data kemampuan memori tinggi dan
rendah pada aktivitas belajar rendah) didapatkan bahwa nilai rata-rata prestasi
belajar siswa dengan kemampuan memori tinggi berturut-turut adalah 82,00 untuk
aktivitas belajar tinggi; 74,29 untuk aktivitas rendah; sedangkan nilai rata-rata
prestasi belajar siswa dengan kemampuan memori rendah berturut-turut adalah
74,00 untuk aktivitas belajar tinggi; 70,23 untuk aktivitas rendah. Berdasarkan
hasil tersebut dapat dilihat bahwa untuk segala katagori aktivitas belajar baik
tinggi maupun rendah yang terjadi pada siswa dengan kemampuan memori tinggi
akan mempunyai nilai prestasi yang baik dibandingkan dengan siswa yang
mempunyai kemampuan memori yang rendah. Dari dari data diatas bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara aktivitas belajar dan kemampuan
memori terhadap prestasi belajar kognitf siswa. Hal yang sama juga terjadi pada
prestasi afektif atau bisa dikatakan tidak ada interaksi antara aktivitas belajar dan
kemampuan memori terhadap prestasi belajar afektif. Hal ini karena tidak ada
pengaruh aktivitas belajar maupun kemampuan memori. dengan prestasi belajar
ranah afektif.
7. Hipotesis Ketujuh
Hasil analisis General Linier Model (GLM) untuk hipótesis keenam yang
ditunjukkan pada tabel 4.34 adalah P value = 0,327, karena P value > 0,05 maka
H0 yang menyatakan tidak ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) dan Teams Games Tournament (TGT), aktivitas belajar
dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar kognitif diterima. Hal ini
berarti H1 ditolak. Ini dapat dijelaskan dengan melihat tabel 4.12 (Deskripsi data
kemampuan memori tinggi dan rendah pada TPS danAktivitas belajar tinggi),
tabel 4.13 (Deskripsi data kemampuan memori tinggi dan rendah pada TPS dan
aktivitas belajar rendah), tabel 4.14 (Deskripsi data kemampuan memori tinggi
dan rendah pada TGT dan aktivitas belajar tinggi) tabel 4.15 (Deskripsi data
kemampuan memori tinggi dan rendah pada TGT dan aktivitas belajar rendah).
Dari data tersebut bisa diketahui bahwa apapun model pembelajaran yang dipakai
dan berapapun tingkat aktivitasnya, maka siswa yang mempunyai kemampuan
memori tinggi akan memiliki prestasi yang tinggi. Dan siswa yang mempunyai
kemampuan memori rendah akan memiliki prestasi rendah. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Think Pair Share (TPS) dan Teams Games Tournament (TGT), aktivitas belajar
dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar kognitif. Untuk prestasi
afektif juga demikian atau bisa dikatakan tidak ada interaksi antara model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan Teams Games
Tournament (TGT), aktivitas belajar dan kemampuan memori siswa terhadap
prestasi belajar afektif. Hal ini karena tidak ada pengaruh model pembelajaran,
aktivitas belajar maupun kemampuan memori. dengan prestasi belajar ranah
afektif.
E. KETERBATASAN PENELITIAN
Penelitian yang telah dilakukan ini tidak terlepas dan keterbatasannya
walaupun sudah direncanakan dan melalui proses evaluasi sebelum dilaksanakan.
Adapun yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-
Share) dan tipe TGT (Teams Games Tournament) dianggap sebagai hal baru
terutama bagi siswa sehingga proses belajar mengajar yang terjadi tidak dapat
berjalan secara maksimal saat awal pembelajaran.
2. Karena pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe TGT
memerlukan penataan meja dan tempat duduk yang berbeda maka meja dan
tempat duduk harus ditata siswa terlebih dahulu sebelum dan sesudah
pembelajaran, hal ini akan mengakibatkan berkurangnya waktu pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis serta mengacu pada perumusan masalah yang
telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil pengujian statistic untuk hipótesis pertama yaitu ada pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT terhadap prestasi belajar kognitif
siswa. Jadi prestasi belajar ranah kognitif untuk siswa yang dikenai TGT lebih
tinggi dari pada siswa yang dikenai TPS. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata
–rata prestasi siswa ranah kognitif untuk siswa yang dikenai model
pembelajaran tipe TPS adalah 72,11 dan siswa yang dikenai model
pembelajaran tipe TGT adalah 77,88. Tidak ada pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe TPS dan TGT terhadap prestasi belajar afektif siswa.
2. Hasil analisis General Linier Model (GLM) untuk hipótesis kedua dapat
diketahui bahwa ada pengaruh aktivitas belajar tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar konitif. Untuk siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi
mempunyai prestasi lebih baik dari pada siswa yang mempunyai aktivitas
belajar rendah. Hal ini ditunjukan dengan data seperti berikut. Dari 24 siswa
yang mempunyai aktivitas belajar tinggi memiliki nilai prestasi belajar ranah
kognitif rata-rata 78, 00. Sedangkan 27 siswa yang mempunyai aktivitas
belajar rendah memiliki nilai prestasi belajar ranah kognitif rata-rata 72,33.
Tidak ada pengaruh aktivitas belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
afektif siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
3. Hasil analisis General Linier Model (GLM) untuk hipótesis ketiga dapat
diketahui bahwa ada pengaruh tingkat kemampuan memori tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar kognitif. Untuk siswa yang mempunyai kemampuan
memori tinggi mempunyai prestasi belajar lebih tinggi dari pada siswa yang
mempunyai kemampuan memori rendah. Hal ini ditunjukan dengan data
seperti berikut. Dari 26 siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi
memiliki nil ai prestasi belajar ranah kognitif rata-rata 77,85. Sedangkan 25
siswa yang mempunyai kemampuan memori rendah memiliki nilai prestasi
belajar ranah kognitif rata-rata 72,04.
4. Hasil analisis General Linier Model (GLM) untuk hipótesis keempat dapat
diketahui bahwa ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) dan Teams Games Tournament (TGT) dengan aktivitas belajar
siswa terhadap prestasi belajar kognitif. Siswa yang diberi pembelajaran
dengan pembelajaran TGT akan selalu mempunyai prestasi yang lebih baik
walaupun aktivitas belajarnya rendah. Siswa yang diberi pembelajaran dengan
tipe TPS (1) akan mempunyai prestasi yang lebih baik jika aktivitas belajar
tinggi, tetapi jika aktivitas belajarnya rendah akan mempunyai prestasi yang
kurang baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata prestasi belajar siswa
dengan aktivitas belajar tinggi berturut-turut adalah 77,25 untuk TPS; 78,75
untuk TGT; sedangkan nilai rata-rata prestasi belajar siswa dengan
kemampuan memori rendah berturut-turut adalah 68,40 untuk TPS; 77,25
untuk TGT. Tidak ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) dan Teams Games Tournament (TGT) dengan aktivitas
belajar siswa terhadap prestasi belajar afektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
5. Hasil analisis General Linier Model (GLM) untuk hipótesis kelima dapat
diketahui bahwa tidak ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) dan Teams Games Tournament (TGT) dengan kemampuan
memori siswa terhadap prestasi belajar kognitif. Jadi apapun model
pembelajaran yang dipakai, siswa yang mempunyai kemampuan memori
tinggi tetap akan mempunyai prestasi yang tinggi. Sedangkan apapun
modelnya yang dipakai untuk kemampuan memori rendah akan menghasilkan
prestasi rendah bila dibanding dengan prestasi pada siswa berkemampuan
memori tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata prestasi belajar
kognitif siswa dengan kemampuan memori tinggi berturut-turut adalah 75,31
untuk TPS; 80,38 untuk TGT; sedangkan nilai rata-rata prestasi belajar siswa
dengan kemampuan memori rendah berturut-turut adalah 69,57 untuk TPS;
75,18 untuk TGT. Tidak ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) dan Teams Games Tournament (TGT) dengan
kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar afektif.
6. Hasil analisis General Linier Model (GLM) untuk hipótesis keenam dapat
diketahui bahwa tidak ada interaksi antara aktivitas belajar dan kemampuan
memori terhadap prestasi belajar kognitif siswa. Jadi untuk segala katagori
aktivitas belajar baik tinggi maupun rendah yang terjadi pada siswa dengan
kemampuan memori tinggi akan mempunyai nilai prestasi yang baik
dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan memori yang
rendah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata prestasi belajar siswa
dengan kemampuan memori tinggi berturut-turut adalah 82,00 untuk aktivitas
belajar tinggi; 74,29 untuk aktivitas rendah; sedangkan nilai rata-rata prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
belajar siswa dengan kemampuan memori rendah berturut-turut adalah 74,00
untuk aktivitas belajar tinggi; 70,23 untuk aktivitas rendah. Tidak ada interaksi
antara aktivitas belajar dan kemampuan memori terhadap prestasi belajar
afektif siswa
7. Hasil analisis General Linier Model (GLM) untuk hipótesis ketuju dapat
diketahui bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) dan Teams Games Tournament (TGT), aktivitas
belajar dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar kognitif. Jadi
apapun model pembelajaran yang dipakai dan berapapun tingkat aktivitasnya,
maka siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi akan memiliki
prestasi yang tinggi. Dan siswa yang mempunyai kemampuan memori rendah
akan memiliki prestasi rendah. Tidak ada interaksi antara model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan Teams Games Tournament (TGT),
aktivitas belajar dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar
afektif.
B. IMPLIKASI
1. Implikasi teoritis
Implikasi teoritis dan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT) lebih
efektif dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif Think Pair Share (TPS) untuk pembelajaran kimia materi
hidrokarbon, sehingga model pembelajaran TGT dapat dijadikan model
pembelajaran alternatif dalam meningkatkan prestasi siswa pada materi
hidrokarbon.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
b. Aktivitas belajar siswa memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi
belajar siswa. Siswa yang mempunyai aktivitas yang tinggi mempunyai
prestasi yang tinggi. Oleh karena itu dalam pembelajaran aktivitas belajar
harus diperhatikan.
c. Kemampuan memori juga berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Dengan
kemampuan memori yang tinggi maka prestasi belajar kimia pada materi
hidrokarbon juga tinggi, oleh karena itu faktor internal ini perlu
mendapatkan perhatian.
d. Dalam peningkatan pengguasaan materi hidrokarbon perlu diperhatikan
model pembelajaran dan faktor internal. Pembelajaran dengan model
pembelajaran TPS ataupun TGT untuk siswa yang aktivitas belajarnya
tinggi akan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa
dengan aktivitas belajarnya rendah. sehingga untuk meningkatkan prestasi
belajar pada kedua model pembelajaran TPS dan TGT dapat dilakukan
dengan meningkatkan aktivitas belajar.
2. Implikasi Praktis
a. Model pembelajaran tipe TGT lebih efektif kita gunakan sebagai model
pembelajaran kimia pada materi hidrokarbon dikelas.
b. Untuk siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi bisa diajarkan dengan
model pembelajaran tipe TGT maupun tipe TPS, sedangkan untuk siswa
yang mempunyai aktivitas belajar rendah sebaiknya diajarkan dengan
model pembelajaran tipe TGT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
c. Untuk siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi bisa diajarkan
dengan model pembelajaran tipe TGT maupun tipe TPS, sedangkan untuk
siswa yang mempunyai kemampuan memori rendah sebaiknya diajarkan
dengan model pembelajaran tipe TGT.
C. SARAN
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dan hasil penelitian di atas, maka
dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
a. Apabila guru sudah mengumumkan akan menggunakan model
pembelajaran tipe TGT atau TPS pada suatu pembelajaran, siswa
sebaiknya harus menyesuaikan dengan baik, dengan menata meja kursi
sebelum pembelajaran dimulai dan berkumpul dengan teman
kelompoknya sesuai dengan kelompok masing-nasing tanpa disuruh guru.
Karena apabila menunggu perintah dari guru akan menyita banyak waktu.
b. Ketika didalam kelas siswa harus aktif melakukan diskusi baik dengan
siswa lain atau guru untuk lebih mempermudah menangkap materi yang
diberikan guru. Untuk itu membekali dulu dari rumah dengan belajar
selain dari buku paket juga bisa dari internet atau referensi lain yang
sesuai.
2. Bagi Guru
a. Bila mau menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT atau TPS
maka sebelum kegiatan belajar mengajar guru harus mengatur pembagian
kelompok, pengelompokkan dilakukan oleh guru agar diperoleh anggota
yang heterogen, demikian juga untuk penentuan ketua kelompoknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
b. Setelah diadakan penelitian ternyata aktivitas belajar sangat mempengaruhi
prestasi belajar. Jadi perlu dilakukan aktivitas belajar seperti diskusi,
presentasi, permaianan dan lain-lain.
3. Bagi Peneliti
a. Model pembelajaran tipe TGT maupun TPS hendaknya diterapkan lebih
dahulu pada sampel yang akan diteliti sebelum penelitian. Hal ini untuk
menghindari adanya gendala yang berhubugan dengan model
pembelajaran.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk meneliti
penelitian yang sejenis atau dengan tinjauan variabel moderator yang lain.
c. Bagi peneliti selanjutnya yang menggunakan angket sebaiknya kros cek
dengan wawancara.