Nagios core vs. nagios xi presentation power point.pptx [diperbaiki]
Profosal Tos Diperbaiki
-
Upload
budisukmawan -
Category
Documents
-
view
53 -
download
0
Transcript of Profosal Tos Diperbaiki
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa balita merupakan masa yang paling penting dan perlu untuk
mendapatkan perhatian dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
anak. Untuk itu dalam masa ini, perlu untuk selalu melakukan
pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak. Posyandu
merupakan tempat bagi balita untuk mendapatkan pelayanan, baik untuk
memantau pertumbuhan dan perkembangan maupun memeperoleh
vitamin A dan imunisasi, serta mendapatkan konseling gizi sesuai
masalahnya (Buku Panduan Kader Posyandu, Kemenkes,2011).
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya Kesehatan
Berbasis Masyarakat ( UKBM ) yang dikelola dan diselenggarakan dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat, sehingga posyandu berperan
penting dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna
memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar / sosial dasar untuk
mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian
Anak ( Buku Panduan Kader Posyandu, Kemenkes 2011 ).
Posyandu ini mempunyai tujuan sangat penting untuk menopang
Pembangunan di bidang Kesehatan di antaranya :Menurunkan Angka
Kematian Bayi (AKB), menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) baik waktu
melahirkan dan nifas, Membudayakan NKBS, Meningkatkan peran serta
2
masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta
kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat
sejahtera dan berfungsi sebagai wahana gerakan reproduksi keluarga
sejahtera, gerakan ketahanan keluarga dan gerakan ekonomi keluarga
sejahtera.( http://www.sarjanaku.co.id, diperoleh tanggal 31 Maret
2013 ).
Keberhasilan Posyandu tergambar melalui cakupan SKDN .S :
Semua balita diwilayah kerja Posyandu. K : Semua balita yang memiliki
KMS. D : Balita yang ditimbang. N : Balita yang naik berat badannya.
Keberhasilan Posyandu berdasarkan : D / S : baik/kurangnya peran serta
masyarakat. N / D : Berhasil tidaknya Program posyandu .
(http://www.waspada.co.id/index.php, di peroleh tanggal 24 Maret 2013 ).
Tahun 2011 cakupan kunjungan Balita secara Nasional ( D/S ) adalah
sekitar 71 % dari target cakupan kunjungan balita ke posyandu sebesar
80 %. ( Kemenkes, Infodata, 2012, Kemenkes.go.id, di peroleh tanggal
19 Maret 2013 ). Cakupan Penimbangan balita tahun 2012 Provinsi Jawa
Barat ( D/S ) sekitar 76 % ( http://www.diskes.prov jabar.co.id , di peroleh
tanggal 19 Maret 2013).
Peran posyandu sangat penting, karena sebagai wahana
pelayanan berbagai program, guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat terutama Ibu dan Anak. Posyandu juga memberikan
pelayanan KB, imunisasi, gizi dan penanggulangan diare. ( Depkes,
2006 ). Karena dalam pelaksanaannya karena cakupan kunjungan balita
ke posyandu masih rendah sehingga untuk cakupan imunisasipun ikut
turun, diikuti penurunan status gizi balita dan kasus penyakit diare masih
3
tinggi. Data menyebutkan jutaan bayi tidak terimunisasi lengkap.
Akibatnya, mereka tidak terlindungi dari penyakit menular dan
berbahaya. Cakupan imunisasi balita yang rendah menyulitkan
pengendalian penyakit infeksi. Berdasarkan data Kementerian
Kesehatan, cakupan Imunisasi lengkap pada bayi ( 0 – 11 bulan )
minimal 80 %, sedangkan data Kemenkes pada Tahun 2010
menyebutkan pencapaian cakupan Imunisasi Nasional adalah 75,3 %.
Pada Tahun 2011, pencapaian cakupan imunisasi balita turun menjadi
74,1 %. ( http://www.infoKompas12 /7/ 2012.co.id , diperoleh tanggal 20
Maret 2013).
Selain penurunan cakupan Imunisasi dampak lain dari penurunan
kunjungan ke posyandu adalah masih banyaknya penderita diare.
Penyakit Diare ini merupakan penyebab kematian nomor dua pada
Balita dan nomor tiga bagi bayi serta nomor lima bagi semua umur.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) melaporkan bahwa
balita yang menderita diare dua minggu sebelum survei pada tahun 1997
sebesar 10,4 % dan pada tahun 2002 sebesar 11%. Di Jawa Barat
angka kejadian Diare pada tahun sekitar 36 % dari jumlah balita yang
sakit.( 168.720 balita ) ( http://www. diskes.jabarprov.go.id .di unduh
tanggal 25 Maret 2013).
Tak hanya imunisasi dan penanggulangan diare, fungsi Posyandu
sangat krusial dalam memantau gizi anak balita diantaranya ialah
mencatat indikator perkembangan anak dan potensi apakah anak
tersebut akan mengalami gangguan pertumbuhan (stunting), karena di
setiap kunjungan akan dicatat penambahan berat dan tinggi anak.
4
Dengan penimbangan berat badan rutin juga dapat menemukan kasus-
kasus gizi kurang dan mencegah busung lapar. ( Arbi Krishadiyanto —
http://www.harianterbitinfo.co.id, 14 /1/ 2013,di peroleh 19 Maret 2013 ).
Sejak terjadinya krisis ekonomi berkepanjangan sejak tahun
1997-an, berpengaruh tehadap pencapaian partisipan di posyandu.
Menurut Kepala Sub-Direktorat Gizi Kementerian Kesehatan,Dian Dipo “
tahun 1990-an cakupan jumlah balita yang rutin mengunjungi posyandu
bisa di atas 80 %, tapi saat ini hanya 60-70% dari yang terpantau
keadaan gizinya “( http://www.Beritasatu.co.id. ¶ 5, diperoleh tanggal 17
Maret 2013 ). Ini semua berdampak pada menurunnya status gizi dan
kesehatan masyarakat, terutama masyarakat kelompok rentan, yakni
balita, ibu hamil dan ibu menyusui.
Di Kabupaten Cianjur, dari 2599 buah Posyandu yang tercatat
pada tahun 2011, hanya 61 buah posyandu yang tergolong posyandu
mandiri, dan 298 buah posyandu yang tergolong Posyandu Purnama,
sisanya sebanyak 801 buah merupakan Posyandu Madya dan sebanyak
1358 buah merupakan Posyandu Pratama. Untuk cakupan
penimbangan/peran serta masyarakat ( D/S ) di Kabupaten Cianjur pada
tahun 2012 hanya 64,5 %, disertai dengan angka kejadian Diare
sebanyak 18 % dari kenjungan anak balita ke Puskesmas/Poskesdes
( sekitar 24530 kasus. (Sie Gizi,Subdin Kesehatan keluarga, Dinas
Kesehatan kabupaten Cianjur).
Untuk jumlah posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Ciherang terdapat sekitar 67 Posyandu, terdiri dari 50 Posyandu
Pratama, 16 Posyandu Madya, 2 Posyandu Purnama, dan tidak terdapat
5
Posyandu Mandiri. yang mempunyai sasaran balita sekitar 4.960 anak
dari 8 desa yang ada di Wilayah kerja Puskesmas Ciherang Kabupaten
Cianjur. Di desa Hegarmanah terdapat 13 posyandu ,terdiri dari 10
Posyandu Pratama, 2 Posyandu Madya dan 1 Posyandu Purnama
dengan cakupan anak balita sekitar 867 orang. Sementara cakupan
partisipasi masyarakat yang datang ke posyandu di Wilayah Kerja
Puskesmas 79.5 %, sedangkan di Desa Hegarmanah hanya 74 %. Di
puskesmas angka kejadian penyakit diare tahun 2012 berada di urutan
ke -4 dengan jumlah 1486 kasus.( Profil Puskesmas Ciherang ,2012 ).
Di bawah ini, tabel 5 Besar Penyakit Balita di Puskesmas
Ciherang selama 2 tahun terakhir.
Tabel 1.1. Data 5 Besar Penyakit Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Ciherang.
No Klasifikasi PenyakitTahun
2011 2012
1 ISPA 456 4982 Diare 423 4673 Broncho Pneumoni 308 2674 Obs Febris 257 2875 Dermatitis 156 109
Sumber : Profil Puskesmas Ciherang Tahun 2012
Desa Hegarmanah mempunyai monografi yang sebagian besar
pesawahan, dengan 11 Rukun Warga, 52 Rukun Tetangga dan sebagian
besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan buruh
tani. tapi untuk letak posyandu sudah terbentuk di setiap ke-RW an.
6
Rendahnya cakupan kunjungan masyarakat ke posyandu di
Kabupaten Cianjur khususnya di wilayah kerja Puskesmas Ciherang
sebagaian besar dipengaruhi oleh perilaku ibu itu sendiri yang belum
bisa memahami peran dan fungsi posyandu itu sendiri. Perilaku adalah
respon individu terhadap stimulus atau tindakan yang dapat di amati dan
mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik dalam keadaan
sadar maupun tidak.(Notoatmodjo,2003).
Menurut Lawrence Green dalam Notoatmojo (2003), perilaku
dilatar belakangi atau dipengaruhi oleh tiga faktor pokok yaitu faktor-
faktor presdisposisi atau predisposing factors seperti pengetahuan,
sikap, kepercayaan, tradisi, nilai, dan sebagainya, faktor-faktor yang
mendukung atau enabling factors (ketersediaan sumber-sumber atau
fasilitas), dan faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong yang
disebut dengan reinforcing factors (sikap dan perilaku petugas). Perilaku
ibu dalam menjaga kesehatan keluarganya, dipengaruhi oleh beberapa
karakteristik yaitu prilaku, pengetahuan dan sikap.
Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Rumita ( 2012 ) mengatakan
bahwa rata-rata kunjungan balita dalam setahun ke Posyandu di wilayah
RW 01 Kelurahan Harapan Jaya, Cibinong Kabupaten Bogor tidak lebih
dari 50%, Hasil penelitiannya juga didapatkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara perilaku dan pengetahuan ibu dengan kunjungan
balita ke Posyandu (masing-masing p-value adalah 0,005 dan 0,015 )
( Rumita,2012, abstrak, http:/www.sippm.unas.ac.id/, , diperoleh tanggal
20 Maret 2013 ).
7
Berdasarkan survey pendahuluan pada bulan Februari tahun
2013 di Posyandu Melati 3 Desa Hegarmanah Wilayah Kerja Puskesmas
Ciherang Kabupaten Cianjur di dapatkan jumlah balita ( S ) sebanyak 53
orang, yang mepunyai kartu KMS ( K ) 53 orang, yang datang ke
posyandu ( D ) 34 orang ( 64 % ), yang naik timbangannya ( N )
sebanyak 12 orang ( 35 % ) disertai 3 orang balita menderita penyakit
diare dan 4 bayi tidak mendapatkan imunisasi sesuai jadwal yaitu
imunisasi DPT 2/Polio 3, Campak ,DPT 3 /Polio 4 dan Imunsasi
BCG/Polio 1.
Dari data tersebut dapat di simpulkan hanya sekitar 64 % yang
datang datang ke posyandu ( D/S ).ini menggambarkan bahwa cakupan
kunjungan balita kurang dari target yaitu 80 %. Maka penulis
mengadakan wawancara kepada 12 responden (ibu balita), hasil
wawancara dari 12 ibu balita yang jarang datang ke posyandu, di
dapatkan 3 orang mengatakan tidak perlu ke posyandu lagi karena
anaknya sudah di imunisasi lengkap, 2 orang mengatakan anaknya
sedang sakit dan 7 orang mengatakan bahwa si ibu harus bekerja di
sawah sebagai buruh tani.
Maka dengan ini penulis merasa perlu melakukan penelitian
untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan kunjungan
ibu balita ke posyandu di Desa Hegarmanah Wilayah Kerja Puskesmas
Ciherang Kabupaten Cianjur.
B. Rumusan Masalah
8
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya
adalah “ Faktor – faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Ibu
Balita ke Posyandu di Desa Hegarmanah Wilayah Kerja Puskesmas
Ciherang Kabupaten Cianjur.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor – faktor Yang Berhubungan dengan
Kunjungan Ibu Balita ke Posyandu di Desa Hegarmanah Wilayah
Kerja Puskesmas Ciherang Kabupaten Cianjur Tahun 2013.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :
a) Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap ibu dan paritas ibu
dan kunjungan ibu balita ke posyandu di Desa Hegarmanah
Wilayah Kerja Puskesmas Ciherang Kabupaten Cianjur Tahun
2013.
b) Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan
kunjungan ibu balita ke posyandu di Desa Hegarmanah Wilayah
Kerja Puskesmas Ciherang Kabupaten Cianjur Tahun 2013.
c) Mengetahui hubungan sikap ibu dengan kunjungan ibu balita ke
posyandu di Desa Hegarmanah Wilayah Kerja Puskesmas
Ciherang Kabupaten Cianjur Tahun 2013.
d) Mengetahui hubungan paritas ibu dengan kunjungan ibu balita
ke posyandu di Desa Hegarmanah Wilayah Kerja Puskesmas
Ciherang Kabupaten Cianjur Tahun 2013
9
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat di :
1. Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini berguna sebagai bahan perencanaan pembuatan
program peningkatan status gizi masyarakat pada umumya, status
gizi ibu hamil dan balita pada khususnya, juga sebagai perencanaan
program meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak yang
akhirnya dapat menurunkan angka kematian ibu dan anak.
2. Untuk Peneliti
Menerapkan ilmu yang di dapat di institusi pendidikan tentang
posyandu juga pengembangan kemampuan penelitian untuk diri
sendiri.
3. Untuk Penelitian lebih lanjut
Di gunakan oleh peneliti yang lain sebagai bahan referensi dan
perbandingan, yang merupakan pengembangan dari penelitian
selanjutnya.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Posyandu
1. Pengertian
Mubarak I.W, (2009) mengatakan Posyandu adalah suatu forum
komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh
dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai srategis dalam
mengembangkan sumber daya manusia sejak dini serta sebagai pusat
kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga
berencana (KB) yang dikelola dan diselenggarakan dengan dukungan
teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian status
kesehatan yang baik.
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya Kesehatan
Berbasis Masyarakat ( UKBM ) yang di kelola dan di selenggarakan dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan keseahatan guna memberdayakan dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan dasar / sosial dasar untuk mempercepat penurunan Angka
11
Kematian Ibu dan Angka Kematian Anak ( Buku Panduan Kader
Posyandu, Kemenkes, 2011 ).
2. Tujuan Posyandu
Menurut Nasrul Effendy tahun 1998 bahwa tujuan pokok posyandu
adalah :
a. Mempercepat Penurunan Angka Kematian Ibu dan Anak
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR.
c. Mempercepat penerimaan NKKBS.
d. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dan kegiatan - kegiatan lain yang menunjang
peningkatan kemampuan hidup sehat.
e. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan pelayanan
kesehatan kepada penduduk berdasarkan letak geografis.
f. Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka
alih teknologi untuk swakelola usaha – usaha kesehatan masyarakat.
(Buku Panduan Kader Posyandu ,Kemenkes 2011).
3. Manfaat Posyandu
a. Mendukung perbaikan perilaku, keadaan gizi dan kesehatan
keluarga.
b. Mendukung perilaku hidup bersih dan sehat.
12
c. Mendukung pencegahan penyakit yang berbasis lingkingan penyakit
yang dapat di cegah dengan imunisasi.
d. Mendukung pelayanan Keluarga Berencana.
e. Mendukung pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam
penganekaragaman pangan melalui pemanfaatan pekarangan rumah
untuk memotivasi kelompok dasa wisma.
( Buku Panduan Kader Posyandu, Kemenkes, 2011 )
4. Sasaran Pelaksanaan Posyandu
Sasarannya antara lain yaitu :
a. Balita
b. Ibu hamil dan ibu menyusui.
c. Pasangan Usia Subur ( PUS ).
5. Klasifikasi Posyandu
Klasifikasi posyandu (Depkes RI, 2006) terdiri dari :
a. Posyandu pratama ( warna merah )
Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum
mantap, kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya
terbatas.
b. Posyandu Madya ( warna kuning )
Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan
lebih dari 8 kali pertahun, dengan rata rata jumlah kader tugas 5
orang atau lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya ( KB, KIA,
Gizi dan Imunisasi ) masih rendah yaitu kurang dari 50%.
c. Posyandu purnama ( warna hijau )
13
Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinya
lebih dari 8 kali pertahun, rata rata jumlah kader tugas 5 orang atau
lebih, dan cakupan 5 program utamanya ( KB, KIA, Gizi dan
Imunisasi ) lebih 50%. Sudah ada program tambahan, bahkan
mungkin sudah ada dana sehat tetapi masih sederhana.
d. Posyandu Mandiri ( warna biru )
Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur.
Cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan
dana sehat telah menjangkau lebih dari 50% KK.( DepKes RI, 2001 ).
6. Persyaratan pendirian Posyandu
Untuk mendirikan Posyandu mempunyai persyaratan antara lain yaitu :
a. Penduduk RW tersebut paling sedikit terdapat 100 orang balita.
b. Terdiri dari 120 kepala keluarga.
c. Disesuaikan dengan kemampuan petugas (bidan desa).
d. Jarak antara kelompok rumah, jumlah KK dalam satu tempat atau
kelompok tidak terlalu jauh.
7. Kegiatan Posyandu
Kegiatan posyandu mempunyai tujuh kegiatan atau disebut Sapta Krida
Posyandu yaitu :
a. Kesehatan Ibu dan Anak
b. Keluarga Berencana
c. Imunisasi
d. Peningkatan Gizi
14
e. Penanggulangan Diare
f. Sanitasi Dasar
g. Penyediaan obat esensial.
( Buku Panduan Kader Posyandu, Kemenkes, 2011 )
8. Sistem Lima Meja
Menurut Meilani (2009) posyandu mempunyai sistem lima meja yaitu :
a. Meja I
Pada meja I dilakukan pencatatan atau pendaftaran.
b. Meja II
Pada meja II dilakukan penimbangan balita dan ibu hamil.
c. Meja III
Pada meja III dilakukan penerangan dan pendidikan
d. Meja IV
Pada meja IV peningkatan tentang gizi / ASI
e. Meja V
Pelayanan kesehatan ( pemeriksaan hamil, imunisasi balita, anak dan
ibu hamil, program keluarga berencana, dan pemberian tablet besi
dan vit.A ).
9. Jenis-jenis Pelayanan Posyandu
Jenis pelayanan kesehatan yang dijalankan di Posyandu yaitu :
a. Pemeliharaan Kesehatan Bayi dan Balita
1) Penimbangan bulanan.
2) Pemberian tambahan makanan bagi yang berat badannya kurang.
3) Imunisasi bayi 1 – 12 bulan.
15
4) Pemberian oralit untuk menanggulangi diare.
5) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama.
b. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia
subur antara lain yaitu :
1) Pemeriksaan kesehatan umum.
2) Pemeriksaan kehamilan dan nifas.
3) Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil
penambah darah.
4) Imunisasi TT untuk ibu hamil.
5) Penyuluhan kesehatan dan KB.
6) Pemberian alat kontrasepsi KB.
7) Pemberian oralit pada ibu sebagai pertolongan pertama.
8) Pertolongan pertama pada kecelakaan.
( Buku Panduan Kader Posyandu, Kemenkes, 2011 )
c. Imunisasi
1) Pengertian Imunisasi.
Imunisasi adalah upaya memberikan kekebalan pada bayi dan
anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh
membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.
Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan yang dipalai
untuk pemebentukan zat anti yang diamsukkan ke dalam tubuh
melalui suntikan seperti vaksin BCG,DPT,Campak, dan melelui
mulut seperti Polio.(Hidayat,2005).
2) Kebijakan Imunisasi
16
Beberapa kebijakan operasional immunisasi yang ditetapkan oleh
Pemerintah antara lain sebagai berikut :
a) Jangkauan pelayanan ditingkatkan. Semua Puskesmas dan
puskesmas pembantu memberikan pelayanan immunisasi.
b) Skrining secara ketat dilaksanakan untuk menghindari
hilangnya kesempatan immunisasi.
c) Pelaksanaan program dilakukan secara efesien untuk
menekan ”drop out”.
d) Satu jarum dan satu syringe steril digunakan untuk tiap
suntikan.
e) Supervisi dilakukan dengan ”checklist” secara rutin.
f) Penyuluhan dilakukan untuk menunjang program.
g) Dampak program terhadap penyakit yang dapat diatasi melalui
immunisasi.
h) Pemantauan kegiatan immunisasi secara lintas program dan
sektor.
3) Sasaran Imunisasi
Sasaran vaksinasi adalah :
a) Bayi (umur 0 – 11 bulan)
b) Calon pengantin wanita dan ibu hamil untuk mencegah
tetanus neonatorum
c) Anak SD kelas satu, pemberian DPT dan DT Anak SD kelas
VI perempuan.
4) Jadwal Imunisasi Bayi
Jadwal immunisasi bagi bayi yang datang ke Posyandu
17
Table 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Bayi 0 – 11 Bulan( Depkes 2011 )
Umur Vaksinasi0 – 30 hari1 – 2 bulan
3 bulan4 bulan5 bulan9 bulan
HBOBCG, Polio 1
DPT-HB, Polio 2DPT-HB, Polio 3DPT-HB, Polio 4
Campak
B. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah pengenalan akan sesuatu, atau apa yang akan di
pelajari. Ahli lain menyatakan pengatahuan adalah akumulasi
pengalaman indrawi yang di catat dalam otak masing-masing diberi
nama setempat dan di komunikasikan seperlunya secara abstrak tanpa
menunjujkan benda yang bersangkutan secara fisik (Atmadilaga 1993
dalam Budiman 2011).
2. Tingkat Pengatahuan
Notoatmodjo (2003) mengemukakan bahwa Tingkat pengetahuan
didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
18
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan
sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
dalam konteks atau situasi lain.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya ( real).
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum, rumus, metode prinsip dan sebagainya dalam konteks atau
situasi lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen – komponen, tetapi masih didalam
satu struktur organisasi, dan masih ada kaitan satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat menggambarkan (membuat bahan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
19
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian – bagian didalam suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian
itu berdasarkan suatu kriteria – kriteria yang telah ada.
Arikunto (2006) dalam Budiman dan Riyanto (2012)
mengemukakan bahwa membuat ketegori tingkat pengetahuan
seseorang menjadi tiga tingkatan yang berdasarkan pada nilai
persentase yaitu sebagai berikut :
a. Tingkat kategori Baik jika nilainya ≥ 75 %.
b. Tingkat kategori Cukup jika nilainya ≥ 56-74 %.
c. Tingkat kategori Baik jika nilainya < 55 %.
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Budiman dan
Riyanto (2012) adalah
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk menembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun
nonformal), berlangsung seumur hidup. Pengeatahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan diman diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi, orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Namun perlu ditekankan pula sesorang yang
berpendidikan rendah tidak bertai mutlak berpengetahuan rendah
pula.
20
b. Informasi / media massa
Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang
menekankan informasi adalah transfer pengetahuan. Informasi dapat
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Dalam
penyampaian informasi sebagai tugas pokonya, media massa juga
membawa pesan yang berisi sugesti yang mengarahkan pada opini
sesorang. Yang pada akhirnya memberikan landasan kognitf baru
bagi terbentuknya pengeahuan pada hal tersebut.
c. Sosial, budaya dan ekonomi.
Kebiasaan dan tradisi yuang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah akan dilakukan dengan baik atau buruk. Dengan
demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya walau tidak
melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukaan
tersedianya suati fasilitas yang diperlikan dalam kegiatan tertentu
sehingga status social ini kakn mempengaruhi pengetahuan
seseorang.
d. Lingkungan.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun social. Pengaruh lingkungan terjadi
karena adanya interaksi timbale balik ataupun tidak yang akan
direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
e. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang
21
kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memcahkan masalah
yang dihadapi masa lalu.
f. Usia.
Usia mempengaruhi daya tangkap danpola piker seseorang.
Semakin bertambah usia seseorang akan semakin bertambah pula
daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang
diperolehnya akan semakin membaik.
C. Sikap
1. Pengertian Sikap
Menurut Notoatmodjo.(2003) Sikap merupakan reaksi atau
respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap sesuatu stimulasi
atau objek. Dari batasan ini dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap
itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih
dahulu dan prilaku yang tertutup. Sikap seorang nyata menunjukkan
konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulasi tertentu yang
dalam kehidupan sehari – hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulasi sosial.
2. Komponen SIkap
Menurut Notoatmodjo (2003) yang mengutip dari Allport bahwa sikap
mempunyai 3 komponen pokok, yakni :
a. Kepercayaan
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behaviour)
22
Ketiga komponen ini secara bersama – sama membentuk sikap yang
utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir,
keyakinan dan emosi memegang peranan penting.
3. Tingkatan SIkap
Sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :
a. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespons (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap, karena dengan usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan.
c. Menghargai (Valving)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi
tingkat tinggi.
d. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan resiko adalah merupakan sikap paling tinggi. Pengukuran
sikap dapat dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung dapat dinyatakan pendapat dan pertanyaan
responden terhadap suatu obyek.
4. Faktor –faktor yang memepengaruhi sikap
23
Menurut Sunaryo (2004), faktor yang mempengaruhi pembentukan
dan pengubahan sikap yaitu:
a. Faktor Internal
Faktor ini berasal dari dalam diri individu, dimana individu
menerima, mengolah dan memilih segala sesuatu yang datang
dari luar, serta menentukan mana yang akan diterima dan mana
yang tidak. Faktor individu merupakan faktor penentu dalam
pembentukan sikap. Faktor intern menyangkut motif dan sikap
yang bekerja dalam diri individu pada saat sakit, serta yang
mengarahkan minat dan perhatian (faktor psikologis), juga
perasaan sakit, lapar dan haus (faktor fisiologis).
b. Faktor Eksternal
Faktor ini berasal dari luar individu, berupa stimulus untuk
membentuk dan mengubah sikap. Stimulus dapat bersifat
langsung, misal individu dengan individu atau dengan kelompok,
dapat juga bersifat tidak langsung, yaitu melalui perantara,
seperti alat komunikasi dan media massa, misalnya pengalaman
yang diperoleh individu, situasi yang dihadapi individu, norma
masyarakat, hambatan, serta pendorong yang dihadapi individu
dalam masyarakat.
Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi
syarat untuk itu, sehingga dapat dipelajari. Sikap tidak dibawa
sejak lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan
pengalaman individu sepanjang perkembangan selama hidupnya.
24
Pada manusia sebagai mahluk sosial, pembentukan sikap tidak
lepas dari pengaruh interaksi manusia satu dengan yang lain
(eksternal). Faktor yang berasal dari luar individu yaitu
pengalaman individu, situasi yang dihadapi, norma dalam
masyarakat, hambatan dan pendorong yang dihadapi individu.
Menurut Budiman dan Riyanto (2012), terdapat tiga
macam hasil pengukuran kategori sikap, yakni mendukung
(positif), menolak(negatif), dan netral.
E. Paritas / Jumlah anak
1. Pengertian
Paritas para adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin
yang mampu hidup diluar rahim (28 minggu) (Depkes R.I, 2001 : 7)
a. Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan
bayi viable.
b. Primipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan bayi
viable satu kali.
c. Multipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan bayi
viable sebanyak dua kali atau lebih.
d. Grande Multipara adalah seorang wanita yang melahirkan bayi
viable lebih dari atau sama dengan empat kali (James, 2001 : 44).
(Widiari,2012,digilib.unimus.ac.iddownload.phpid=9753.paritas.
diperoleh tanggal 11 April 2013).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi paritas
25
Faktor-faktor yang mempengaruhi paritas menurut Friedman (2006)
adalah :
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita
tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin
mudah dalam memperoleh menerima informasi, sehingga
kemampuan ibu dalam berpikir lebih rasional. Ibu yang
mempunyai pendidikan tinggi akan lebih berpikir rasional bahwa
jumlah anak yang ideal adalah 2 orang.
b. Pekerjaan
Pekerjaan adalah serangkaian tugas atau kegiatan yang harus
dilaksanakan oleh seseorang sesuai dengan jabatan atau profesi
masing-masing.
c. Keadaan ekonomi
Kondisi ekonomi keluarga yang tinggi mendorong ibu untuk
mempunyai anak lebih karena keluarga merasa mampu dalam
memenuhi kebutuhan hidup.
d. Latar Belakang Budaya
Kultur universal adalah unsur-unsur kebudayaan yang bersifat
universal, semua kebudayaan di dunia, seperti pengetahuan
bahasa dan khasanah dasar, cara pergaulan sosial, adat-istiadat,
penilaian-penilaian umum. Tanpa disadari, kebudayaan telah
menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai
masalah.Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
26
masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang memberi corak
pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok
masyarakat asuhannya. Hanya kepercayaan individu yang telah
mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi
kebudayaan dalam pembentukan sikap individual. Latar belakang
budaya yang mempengaruhi paritas antara lain adanya anggapan
bahwa semakin banyak jumlah anak, maka semakin banyak
rejeki.
e. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi
tingkat pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat
langgeng. Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham tentang
jumlah anak yang ideal, maka ibu akan berperilaku sesuai
dengan apa yang ia ketahui.
F Kunjungan ibu balita Ke Posyandu.
1. Pengertian
Kunjungan adalah perbuatan berkunjung ke suatu tempat. Kunjungan
balita ke posyandu adalah datangnya balita ke posyandu untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan seperti penimbangan BB,
imunisasi, penyuluhan gizi dan lain sebagainya. Kunjungan balita
yang paling baik adalah 12 kali pertahun atau setiap bulan datang ke
posyandu.
27
Posyandu yang frekuensi penimbangan atau kunjungan balita ke
posyandu kurang dari 8 kali pertahun dianggap masih rawan.
Sedangkan bila kunjungan balita ke posyandu sudah 8 kali atau lebih
dalam waktu kurun waktu satu tahun dianggap sudah cukup baik
(Depkes, 2003) .
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi kunjungan ke posyandu :
a. Umur balita
Umur balita adalah merupakan permulaan kehidupan untuk
seseorang dam masa ini pertumbuhan dan perkembangan bahsa,
kreativitas, kesadaran bersosial, emosional dan intelejensi
berjalan sangat cepat. Menurut Sri Purdjie menyakan bahwa
umur 12 sampai 59 bulan merupakan umur yang sangat
berpengaruh terhadap kunjungan karena pada umur ini merupaka
pertumbuhan dasar yang akan mempebgaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya.
b. Jumlah anak.
Jumlah anggota akan mempengaruhi kehadiran ibu balita ke
posyandu. Hal ini sesuai sengan pernyataan dari Hurlock (2005)
bahwa semakin besar keluarga maka semakin besar pula
permasalahan yang akan muncul di rumah terutama dalam
mengurus kesehatan anak mereka.
c. Status pekerjaan ibu / keluarga
Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.
Bekerja bagi ibu-ibu akan berpengaruh terhadap kehidupan
keluarga dan waktu untuk mengasuh anak akan berkurang,
28
sehingga ibu balita yang bekerja diluar rumah, wakyunya untuk
betrpartisipasi dalam kegiatan posyandu akan sangat kurang atau
bahkan tidak ada wakyu sama sekali.
d. Jarak tempat tinggal
Jarak antara tempat tinggal dan posyandu sangat
memepengaruhi ibu balita untuk hadir / berpartisipasi dalam
kegiatan posyandu. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Lawrence Green dalam Notoaymodjo (2003) bahwa faktor
lingkungan fisik / letak geografis berpengaruh terhadap perilaku
seseorang/masyarakat terhadap kesehatan.
(SriPurdjievita,2002,jtptunimus-gdl--5295-3-bab2. Diperoleh
tanggal 19 maret 2013).
G Kerangka Teori
Faktor Predisposisi :
Faktor-faktor yang berhubungan :
1. Pengetahuan ibu2. Sikap ibu3. Paritas
Enabling Factor (faktor yang memungkinkan):
1. Jarak ke posyandu2. Sarana kesehatan 3. Sosial ekonomi
Kunjungan ibu balita ke posyandu
Reinforce Factor
1.Sikap Petugas kesehatan
29
Gambar 2.1 : Kerangka Teori
Sumber : Lawrence Green dalam Notoatmojo (2003)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Masa balita merupakan masa yang paling penting dan perlu
untuk mendapatkan perhatian dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan anak. Untuk itu dalam masa ini, perlu untuk selalu
melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Posyandu merupakan tempat bagi balita untuk mendapatkan
pelayanan, baik untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan
maupun memeperoleh vitamin A dan imunisasi, serta mendapatkan
konseling gizi sesuai masalahnya (Buku Panduan Kader Posyandu,
Kemenkes 2011).
30
Pemerintah dalam hal ini Kementrian Kesehatan memberikan
dukungan yang sepenuhnya terhadap program posyandu, seperti
pemberian imunisasi dasar, penanggulangan diare, pemantauan
status gizi dan pemeriksaan Ibu hamil. Tapi dalam pelaksanaannya
banyak hambatan yang menjadi tanggung jawab kita bersama, di
antaranya tentang rendahnya cakupan kunjungan / partisipasi ibu
balita ke posyandu yang berdampak pada penurunan cakupan
imunisasi, tingginya angka kejadian diare yang mencapai 168.720
balita di Jawa Barat pada tahun 2012, ( http://www.
diskes.jabarprov.go.id .di unduh tanggal 25 Maret 2013).
Menurut Lawrence Green dala Notoatmojo (2003), perilaku
dilatar belakangi atau dipengaruhi oleh tiga faktor pokok yaitu faktor-
faktor presdisposisi atau predisposing factors seperti pengetahuan,
sikap, kepercayaan, tradisi, nilai, dan sebagainya, faktor-faktor yang
mendukung atau enabling factors (ketersediaan sumber-sumber atau
fasilitas), dan faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong yang
disebut dengan reinforcing factors (sikap dan perilaku petugas).
Perilaku ibu dalam menjaga kesehatan keluarganya, dipengaruhi oleh
beberapa karakteristik yaitu prilaku, pengetahuan dan sikap.
Dari kelima faktor diatas, semuanya akan ditelaah apakah
mempunyai hubungan yang relevan dengan tingkat kunjungan ibu
balita ke posyandu. Seperti faktor pengetahuan ibu sangat berperan
tarhadap keberhasilan program posyandu, karena dengan
pengetahuan yang cukup tentang pentingnya posyandu, maka ibu
balita tersebut akan mengetahui , bisa memaknai, mempraktekan,
31
menganalisa, menghubungkan dan akhirnya akan mengevaluasi
program posyandu tersebut. Faktor pengetahuan diatas secara
langsung akan berpengaruh membentuk sikap ibu balita itu sendiri
pada penilaian terhadap posyandu. tingkat paritas ibu juga
mempunyai andil tehadap kunjungan ibu ke posyandu, terutama ibu
dengan multipara .
Faktor pendapatan ibu/keluarga berperan dalam keberhasilan
program posyandu, disatu sisi ibu balita mempunyai keinginan
keluarganya mencapai derajat kesehatan optimal disisi lain ibu harus
memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga yang kurang dari
kebutuhan ,terakhir sikap petugas yang kurang mendukung terhadap
program posyandu tentu berpengaruh terhadap persepsi masyarakat
tentang kegiatan posyandu itu sendiri.
Dari uraian diatas maka tersusunlah suatu kerangka konsep
penelitian. Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan
konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-
penelitian yang akan dilakukan.(Notoatmojdo, 2009 dalam Buku
Penelitian Kesehatan pengarang Budiman, 2011).
Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti membuat
kerangka konsep penelitian sebagai berikut :
Variabel Independen
1. Pengetahuan ibu.
2. Sikap ibu
3. Paritas ibu
Variabel Dependen
Kunjungan ibu balita ke
posyandu
32
4. Sosial ekonomi 5. Sikap Petugas
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gb. 2.1 Kerangka Konsep
Sumber : Notoatmodjo (2010)Metodologi Penelitian Kesehatan.
2. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan Cross Sectional Study jenis penelitian
analitik, yaitu penelitian yang mempelajari hubungan faktor resiko
(paparan) dan efek (penyakit , masalah kesehatan) dengan cara
mengamati faktor resiko dan efek secara serentak pada individu-
individu dari suatu populasi pada satu saat. Sedangkan pengertian
dari studi potong lintang (cross-sectional study) adalah penelitian
dimana peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel hanya
satu kali pada satu saat. Pada jenis ini variabel dependen dan
independen dinilai secara simultan ada suatu saat, jadi tidak ada
tindak lanjut.
Data yang dihasilkan dalam studi cross sectional adalah data
pravalensi, maka disebut juga angka pravalensi atau efek suatu
fenomena (variabel eindependen) dihubungkan dengan penyebab
33
(variabel dependen), dalam hal ini adalah untuk mengetahui
hubungan pengetahuan, sikap, dan paritas/jumlah anak dengan
kunjungan ibu balita ke posyandu di Desa Hegarmanah wilayah kerja
Puskesmas Ciherang Kabupaten Cianjur.
3. Hipotesis Penelitian
Pernyataan hipotesis sementara dari penelitian ini adalah
Ho1. Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan
kunjungan ibu balita ke posyandu.
Ha1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kunjungan ibu
balita ke posyandu.
Ho2. Tidak ada hubungan antara sikap ibu dengan kunjungan ibu
balita ke posyandu.
Ha2. Ada hubungan antara sikap ibu dengan kunjungan ibu balita ke
posyandu.
Ho3. Tidak ada hubungan antara paritas ibu dengan kunjungan ibu
balita ke posyandu.
Ha3. Ada hubungan antara paritas ibu dengan kunjungan ibu balita
ke posyandu.
4. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu sifat yang akan diukur atau diamati yang
nilainya bervariasi antar objek ke objek lainnya dan terukur.
(Riyanto,2009).
34
a. Variabel bebas (independen)
Variabel bebas dari penelitian adalah pengetahuan ibu, sikap ibu
dan paritas ibu.
b. Variabel terikat (dependen)
Variabel terikat dari penelitian ini adalah kunjungan ibu balita ke
posyandu.
Definisi Konseptional adalah konsep atau teori suatu variabel
penelitian yang secara universal sudah diakui kebenaran ilmiahnya.
Sedangkan Definisi Operasional adalah penjelasan secara
operasional variabel peneitian yang dibuat oleh peneiti dengan
mengacu pada definisi konseptual.(Budiman.2011).
Table 3.1. Tabel Definisi Konseptual dan Definisi Operasional
No Variabel
Definisi konseptual
Definisi Operasional
Alat Ukur Katagori Skala
1
2
Pengetahuan
Sikap
Pengenalan akan sesuatu, atau apa yang akan di eplajari. (Atmadilaga 1993 dalam Budiman 2011)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap sesuatu stimulasi atau objek di
Pengatahuan ibu tentang posyandu
Tanggapan ibu dalam bentuk pernyataan setuju atau tidak terhadap program posyandu
Kuisioner
Kuisioner
1 : kurang jika nilai ≤ 55%2 :cukup, jika nilai 56-74%3: baik, jika nilai ≥ 75%.
1 : tidak mendukung bila skor < nilai mean/median2: mendukung bila skor ≥ nilai mean
Ordinal
Ordinal
35
3
4
Paritas
Kunjungan Ibu Balita ke posyandu
pelajari. (Notoatmodjo. 2003)
Jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim (28 minggu).(Depkes, 2001)
Datangnya ibu balita ke posyandu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan seperti imunisasi, KB, pemeriksaan hamil dan sebagainya. (Depkes, 2003).
Kehamilan ibu yang sekarang dan sebelumnya yang dialami oleh ibu.
Ibu yang datang ke posyandu setiap bulan untuk penimbangan dan pelayanan imunisasi anak balitanya
Kuisioner
KMS anak / Register Kader
1:primipara=ibu dengan 1 anak2:multipara=ibu dengan 2-4 anak3:grandemulti=ibu dengan >4 anak
1 : kurang baik jika kunjungan balita ≤ 7 kali setahun.2 : baik jika kunjungan balita ≥ 8 kali setahun
Nominal
Nominal
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah sekumpulan individu dengan karakter khas yang
menjadi perhatian dalam penelitian (Angraeni dan Mauliku. 2011).
Populasi pada penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang
mempunyai anak balita yang berumur 13-59 bulan dan datang ke
posyandu pada tahun 2012 yang berjumlah 657 orang, dan yang
berada di wilayah Desa Hegarmanah Kecamatan Karang Tengah.
2. Sampel
36
Sampel adalah sabagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Sampel pada penelitian ini adalah ibu rumah tangga
yang mempunyai anak balita yang berumur 13-59 bulan dan datang
ke posyandu pada tahun 2012 (Januari 2012 s/d Desember 2012).
Besar sampel data nominal pada sampel tunggal untuk estimasi
proporsi suatu populasi dihitung dengan rumus:
n = N 1+N.d²
Keterangan rumus:
n = jumlah/besar sampel minimal
N = jumlah Populasi
d = Delta atau presisi absolut (ketepatan yang dinginkan) misalkan 10
%.
Jadi besarnya sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah
n = 657 1+657.0,1²
n = 657 1+6.57
n = 86.6 = 87
Jadi sampel yang diambil adalah 87 ibu balita
Teknik pengambilan sampel yang diambil pada penelitian ini adalah
proportional random sampling dengan subpopulasi tiap posyandu.
Yaitu pengambilan sampel dilakukan dengan cara acak,yang
sebelumnya terpilih sebagai sampel di setiap posyandunya.
Pelaksanaan pengambilan data dilakukan dengan mendatangi ibu
37
balita yang terpilih dari rumah ke rumah dengan bantuan kader
posyandu.
Ketentuannya memakai rumus :
ni = Ni x n N
Keterangan rumus :
ni = besar sampel untuk masing-masing posyandu
Ni = jumlah ibu balita di masing-masing posyandu
N = populasi
n = besar sampel dari populasi.
Maka untuk sampel di tiap-tiap posyandu adalah :
a. Posyandu Melati 1, sampelnya : ni = 76 : 657 × 87 = 7 orang.
b. Posyandu Aster, sampelnya : ni = 64 : 657 × 87 = 7 orang.
c. Posyandu Kenanga, sampelnya : ni = 80 : 657 × 87 = 8 orang.
d. Posyandu Mawar 1, sampelnya : ni = 72 : 657 × 87 = 7 orang.
e. Posyandu Melati 3, sampelnya : ni = 54 : 657 × 87 = 6 orang.
f. Posyandu Melati 2, sampelnya : ni = 77 : 657 × 87 = 8 orang.
g. Posyandu Cempaka 2, sampelnya : ni = 72 : 657 × 87 = 7 orang.
h. Posyandu Cempaka 3, sampelnya : ni = 61 : 657 × 87 = 6 orang.
i. Posyandu Cempaka 1, sampelnya : ni = 657 × 87 = 4 orang.
j. Posyandu Mawar 2, sampelnya : ni = 81 : 657 × 87 = 8 orang.
k. Posyandu Teratai 2, sampelnya : ni = 51 : 657 × 87 = 6 orang.
l. Posyandu Teratai 1, sampelnya : ni = 54 : 657 × 87 = 6 orang.
m. Posyandu Dahlia, sampelnya : ni = 78 : 657 × 87 = 7 orang.
38
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara membuat nomor undian
di tiap posyandu sesuai dengan jumlah populasi posyandu, kemudian
ibu balita yang mendapatkan nomor yang sesuai dengan jumlah
sampel,maka itulah yang diambil sebagai sampel di posyandu
tersebut.
C. Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan maka metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Pengumpulan data dilakukan secara langsung, yaitu bagaimana
sikap, pengetahuan dan paritas ibu balita yang datang ke
posyandu . Data ini dapat diperoleh melalui wawancara dengan
responden/ibu balita dengan alat bantu kuesioner. Pengumpulan
data primer dilakukan dengan memberikan kuisioner kepada
responden (ibu dengan balita berumur 13-59 bulan yang terpilih di
setiap posyandunya) dari rumah ke rumah dengan bantuan ibu-
ibu kader posyandu. yang sebelumnya di sosialisasikan kepada
ibu-ibu kader posyandu dalam hal penyebaran kuisioner.
b. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari instansi, yaitu dari Puskesmas
Ciherang tentang data kunjungan ibu balita ke Posyandu dan
registrasi balita di tiap posyandu di daerah Desa Hegarmanah
pada Tahun 2012. (Januari 2012 hingga Desember 2012).
39
2. Instrument Penelitian
Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan
baik, sudah matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban
atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu.(Notoatmodjo 2010).
Instrumen yang digunakan untuk variabel pengetahuan dan variabel
paritas adalah kuisioner dengan pertanyaan tertutup,dengan multiple
choice. Adapun untuk variabel sikap digunakan skala Linkert,
dimana pernyataan positif diberi skor 5,4,3,2 dan 1. (SS, S, KS, TS,
STS). Sementara pernyataan negatif diberi skor 1,2,3,4 dan 5. (SS,
S, KS, TS, STS). Untuk kuisioner pengetahuan dan sikap harus
didahulukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas dan
reliabilitas ini dilakukan di Desa Babakan Caringin, karena
pencapaian D/S hampir sama dengan Desa Hegarmanah sekitar
71,5%, dengan jumlah responden 20 orang.
3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas instrument adalah suatu uji untuk mengetahui sejauh
manakah suatu alat (instrument) dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur, sehingga dapat mencapai sasaran.(Ghiseki, 1981
dalam Mauliku, 2011).
Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi product moment.
R = ( N ( Σ XY) − ( Σ X. ΣY ) √ {NΣX² −(ΣX)²}{NΣY²−(ΣY)²}
Keterangan :
X = skor tiap responden untuk pertanyaan nomor n
Y = skor total tiap responden untuk semua pertanyaan
XY = skor pertanyaan nomor n dikali skor total pada tiap responden.
40
Keputusan uji validitas bahwa r hasil ≥ r tabel ( 0,444).
Berdasarkan hasil uji validitas untuk pengetahuan,dari 22 pertanyaan
didapatkan 20 yang valid dan 2 pertanyaan tidak valid. Peneliti
menggunakan 20 pertanyaan yang valid sebagai kuisioner
pengetahuan. Sedangkan hasil uji validitas untuk sikap ibu,dari 15
pernyataan sikap didapatkan 14 pernyataan yang valid dan 1
pernyataan tidak valid,kemudian peneliti menggunakan 14
pernyataan sikap ibu sebagai bahan kuisioner sikap.
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana alat
alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. (Budiman dan
Riyanto,2012). Teknik yang digunakan untuk perhitungan reliabilitas
dengan menggunakan metode Alpha-cronbach. Standar yang
digunakan dalam menentukan reliable atau tidaknya suatu instrument
penelitian umumnya adalah perhitungan nilai r tabel pada taraf
kepercayaan 95% atau tingkat signifika 5%.
Rumus koefisien reliabilitas Alpha-cronbach:
ri = { k }{1-∑σ b ² } k-1 σt ²
Keterangan:
ri = reliabilitas instrument
k = banyaknya butir pertanyaan atau
∑σb² = jumlah varians butir
σt ² = varian total
(Budiman dan Riyanto, 2012).
41
D. Prosedur Penelitian
Langkah – langkah yang akan di tempuh dalam penelitian ini adalah :
1. Peneliti mengajukan izin penelitian kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten Cianjur untuk melakukan penelitian ditempat tersebut.
2. Penelitian dilakukan pada responden yang sesuai dengan kriteria.
3. Pengambilan data dilakukan saat itu juga.
4. Peneliti melakukan pendekatan kepada responden supaya bersedia
menjadi responden dalam penelitian.
5. Peneliti menerangkan tujuan penelitian kepada responden.
6. Peneliti memberikan lembar persetujuan responden untuk
ditandatangani.
7. Peneliti memberikan kuesioner kepada responden untuk mempelajari
terlebih dahulu, bila ada pertanyaan yang sulit dimengerti atau tidak
jelas diberi kesempatan untuk bertanya.
8. Mempersilahkan responden untuk mengisi kuesioner sesuai dengan
petunjuk.
9. Melakukan pengolahan dan analisis data.
10. Menarik kesimpulan dan generalisasi.
E. Pengolahan Data dan Analisis Data
1. Tehnik Pengolahan Data
Menurut Riyanto (2009) ada 5 tahapan dalam teknik pengolahan
data yaitu :
a. Editing
42
Merupakan kegiatan unutk melakukan penegecekan isi
kuisioner, apakah kuisioner sudah diisi dengan lengkap, jelas
jawaban dari responden, relevan jawaban dengan pertanyaan
dan konsisten.
b. Coding
Merupakan kegiatan merubah data berbentuk hurup menjadi
data berbentuk bilangan / angka. Adapun coding di penelitian ini
adalah :
1) Untuk variabel pengetahuan, bila pengetahuan ibu kurang
diberi kode 1 bila cukup diberi kode 2 dan bila baik diberi
kode 3
2) Untuk variabel sikap, bila sikap ibu tidak mendukung maka
diberi kode 1 dan bila sikap mendukung maka diberi kode 2.
3) Untuk variabel jumlah anak, bila jumlah anak 1 maka diberi
kode 1 dan bila jumlah anak 2-4 anak maka diberi kode 2 dan
bila anak > 4 anak maka diberi kode 3.
c. Scoring
Scoring adalah memberikan penilaian terhadap item-item yang
perlu diberi penilaian atau skor. Dalam pene;litian scoring
dilakukan :
1) Scoring pengetahuan :
Untuk penghitungan skor kategori pengetahuan :
a) Setiap jawaban yang benar diberi nilai 1
b) Setiap jawaban yang salah diberi nilai 0.
2) Scoring sikap
43
Untuk penghitungan skor kategori sikap :
a) Pada pernyataan positif
i. Jawaban sangat setuju diberi skor 5
ii. Jawaban sangat tidak setuju diberi skor 1.
b) Pada pernyataan negative
i. Jawaban sangat setuju diberi skor 1
ii. Jawaban sangat tidak setuju diberi skor 5.
d. Processing
Setelah data di koding dan scoring, maka langkah selanjutnya
memasukkan data dari kuisioner ke dalam program computer.
e. Cleaning
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di
entry apakah ada kesalahan atau tidak.
2. Analisa Data
Analisis data adalah mengelompokkan, membuat secara urut dan
menyingkat data sehingga mudah untuk dibaca . Data yang telah
terkumpul dianalisa secara deskriptif dengan menggunakan alat
bantu komputer.
a. Analysis Univariat
Proses analisa univariat dilakukan terhadap variabel- variabel
dari hasil penelitian. Analisis ini hanya menjabarkan secara deskriftif
melalui tabel distribusi dan presentase dari tiap variabel
(Notoatmodjo, 2005). Yang diukur dengan melihat distribusi
frekuensi, setealah data tersebut dikategorikan dan diberi tanda,
44
kemudian dianalisis dengan cara statistic deskriptif yaitu dengan
persentase menggunakan rumus :
P = F x 100% n
keterangan :
P = Presentase
F = Frekuensi distribusi
n = jumlah responden
Data yang telah disusun dalam bentuk tabulasi dilakukan
analisa sesuai dengan bentuk katageri data yang telah ditetapkan
pada masing-masing variabel penelitian, baik variabel independen
maupun variabel dependen.
dalam penelitian ini
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi
frekuensi dan proporsi dari variabel- variabel yang diamati. Analisa
ini pada dasarnya adalah upaya mendeskripsikan sampel yang
diteliti, cara ini dapat ditempuh dengan melakukan pemusatan data
serta melakukan penghitungan mean, modus dan atau simpang baku
(standar deviasi). Adapun variabel yang akan dianalisa univariat
adalah variabel bebas (pengetahuanibu,paritasibu,dansikap ibu) dan
variabel terikat (kunjungan ibu).
Rumus :
P=n/N x 100 %
Keterangan :
45
P : Presentasi
n : Jumlah pertanyaan yang dijawab dengan benar
N : jumlah semua pertanyaan
Selanjutnya hasil perhitungan dipresentasikan dengan
menggunakan skala kategori :
i. 0% : Tidak seorangpun dari responden
ii. 1 – 19 % : sangat sedikit dari responden
iii. 20 – 39% : sebagian kecil dari responden
iv. 40 – 59 : sebagian dari responden
v. 60 – 70% : sebagian besar dari responden
vi. 80 – 99% : hampir seluruhnya dari responden
vii. 100% : seluruh responden
Analisa ini dilakukan untuk mendeskripsikan masing-masing
variabel yang digunakan dalam penelitian ini dengan melihat
distribusi frekuensi. Yaitu variabel bebas dengan variabel
terikat.
b. Analysis Bivariat
Analisa bivariat dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel yang meliputi variabel bebas dan
variabel terikat. Karena dalam penelitian ini variabelnya data
kategorik (nominal, ordinal), maka metode yang tepat untuk
menganalisis keeratan hubungan antara dua variabel adalah uji
Kai-Kuadrat / Chi-Square, Dalam penelitian ini analisis bivariat
46
berfungsi melihat hubungan antar variabel yang berbentuk
kategorik dimana antar kelompok independen. Cara uji Chi-
Square adalah pertama buatlah hipotesis berbentuk kalimat,
tetapkan tingkat signifikansi, hitunglah X², buatlah kaidah
keputusan yaitu jika P value ≤ ɑ (x hitung ≥ x² table), maka Ho di
tolak artinya signifikan. Carilah x² tabel menggunakan tabel x²,
kemudianperbandingan antara x² hitung dengan x² tabel terakhir
simpulkan. Di bawah ini x²
x² = ∑ (fo – fe) fe
keterangan :
x² = nilai Chi-kuadrat
fo = frekuensi yang diobservasi
fe = frekuensi yang di harapkan.
F. Etika Penelitian
Nazif (2003) menyatakan dalam Buku Metologi Penelitian Kesehatan
karya Mauliku dan Nugrahaeni (2011), bahwa etika adalah panduan
berbuat bagi orang lain di lingkungan organisasi, atau profesi atau
cabang ilmu pengetahuan.
Etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam
pelaksanaan sebuah penelitian mengingat penelitian keperawatan akan
berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian
harus diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam
kegiatan penelitian.
47
Mauliku dan Nugrahaeni dalam bukunya Metologi Penelitian Kesehatan
(2011 : 87) mengemukan etika memiliki empat prinsip utama yang perlu
diperhatikan, yaitu :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan
informasi yang terbuka yang bekaitan dengan jalannya penelitian serta
memiliki kebebasan menentukan pilhan dan bebas dari paksaan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy).
Beberapa tindakan yang terkait dengan prinsip menghormati harkat dan
martabat manusia adalah : peneliti mempersiapkan formulir persetujuan
(inform consent).
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian
Setiap manusia memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan. Dalam aplikasinya, peneliti tidak boleh menampilkan
informasi mengenai identitas baik nama maupun alamat asal subyek
dalam kuisioner dan alat ukur apapun untuk menjaga anonimitas dan
kerahasian subyek.
3. Keadilan dan inklisivitas,
Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk
memenuhi prinsip keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur hati-
hati, professional, berprikemanusiaan dan memperhatikan faktor-faktor
ketepatan, keseksamaan, kecermatan, keakraban, psikologis serta
perasaan religius subyek.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan.
48
Penelitian dilakukan sesuai prosedur guna mendapatkan hasil yang
bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek penelitian dan dapat di
generalisasikan di tingkat populasi. Serta meminimalisasi dampak
merugikan bagi subyek.
G. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di Desa Hegarmanah Wilayah Kerja Puskesmas
Ciherang Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Cianjur. Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni s.d. Agustus 2013.