PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN...
Transcript of PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN...
![Page 1: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/1.jpg)
i
PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSIPENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BAWANG MERAHVARIETAS LEMBAH PALU, PALU SULAWESI TENGAH
PRODUCTIVITY, QUALITY AND AGROINDUSTRYDEVELOPMENT POTENTIAL OF ONION (LEMBAH PALU
VARIETY) PALU, CENTRAL SULAWESI
ABDUL RAHIM
PROGRAM PASCASARJANAU N I V E R S I T A S H A S A N U D D I N
MAKASSAR2012
![Page 2: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/2.jpg)
ii
PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSIPENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BAWANG MERAHVARIETAS LEMBAH PALU, PALU SULAWESI TENGAH
DisertasiSebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Doktor
Program StudiIlmu Pertanian
Disusun dan diajukan oleh
ABDUL RAHIM
Kepada
PROGRAM PASCASARJANAU N I V E R S I T A S H A S A N U D D I N
MAKASSAR2012
![Page 3: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/3.jpg)
iii
DISERTASI
PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSIPENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BAWANG MERAHVARIETAS LEMBAH PALU, PALU SULAWESI TENGAH
Disusun dan diajukan oleh
ABDUL RAHIMNomor Pokok P0100307008
Telah dipertahankan di depan Panitian Ujian DisertasiPada tanggal 18 Juni 2012
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
MenyetujuiKomisi Penasehat,
Prof. Dr.Ir. Sumbangan Baja, M.PhilPromotor
Dr.Ir.Bachrul Ibrahim, M.Sc. Prof.Dr.Ir.Muslimin Mustafa, M.Sc.Kopromotor Kopromotor
Ketua Program Studi Direktur Program PascasarjanaIlmu Pertanian, Universitas Hasanuddin,
Prof.Dr.Ir.M. Saleh S. Ali, M.Sc. Prof.Dr.Ir. Mursalim, M.Sc
![Page 4: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/4.jpg)
iv
PERNYATAAN KEASLIAN DISERTASI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Abdul Rahim
Nomor mahasiswa : P0100307008
Program Studi : Ilmu Pertanian
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa disertasi yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian
hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan
disertasi ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.
Makassar, 12 Juni 2012
Yang menyatakan,
Abdul Rahim
![Page 5: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/5.jpg)
v
PRAKATA
Terdorong oleh keinginan membantu petani keluar dari berbagai
posoalan berkaitan dengan rendahnya produktivitas bawang merah
varietas Lembah Palu sebagai bahan baku industri pengolahan bawang
goreng yang sudah menjadi “ brand lokal palu”. Penulis mengangkat
masalah ini sebagai tugas akhir dalam penulisan disertasi pada program
pascasarjana Universitas Hasanuddin untuk memberi kontribusi dalam
penyelasaian masalah tersebut.
Banyak kendala yang dihadapi penulis dalam mempersiapkan
disertasi ini, mulai dari penelusuran topik, penulisan proposal, seminar,
pelaksanaan peneltian hingga penulisan disertasi ini, namun semua itu
dapat dilalui berkat izin dan ridha Allah SWT. Oleh karena itu, penulis
memanjatkan rasa syukur atas segala rnikmat yang senantiasa
dilimpahkan terutama kesehatan dari kearifan-kearifan dari berbagai
pihak yang memungkinkan disertasi ini dapat diselesaikan. Melalui
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargan yang
setinggi-tingginya kepada bapak Prof. Dr.Ir. Sumbangan Baja, M.Phil.,
Prof.Dr.Ir. Muslimin Mustafa, M.Sc. dan Dr.Ir. Bachrul Ibarahim, M.Sc.
masing-masing sebagai promotor dan kopromotor atas arahan dan
bimbingan yang telah diberikan mulai dari kegiatan perkuliahan hingga
selesainya disertasi ini. Terima kasih yang sama penulis sampaikan
kepada bapak Prof.Dr.Ir. Hazairin Subair, MS, Prof. Dr.Ir. Kaimuddin, MS,
Dr.Ir. Burhanuddin Rasyid, M.Sc. dan Prof. Dr.Ir. Amir Coneng, MS
![Page 6: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/6.jpg)
vi
sebagai penguji dan penguji eksternal atas segala saran, masukan dan
koreksi untuk perbaikan disertasi ini.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada bapak Rektor
Universitas Hasanuddin, Direktur Program Pascasarjana beserta seluruh
staf/pegawai program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Dekan
Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, KPS Ilmu Pertanian, Ketua
Jurusan Ilmu Tanah beserta seluruh staf pengajar dan pegawai Jurusan
Ilmu Tanah yang telah banyak membantu penulis selama proses
perkuiahan, penelitian dan pelayanan administrasi akademik.
Kepada Rektor Universitas Tadulako, Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Tadulako yang telah mendukung dan memberi rekomendasi
kepada penulis untuk melanjutkan studi pada proram Pascasarjana
Universitas Hasanuddin diucapkan terima kasih. Terima kasih kepada
rekan-rekan staf pengajar Fakultas Pertanian yang banyak membantu
khususnya kepada Prof. Dr.Ir. Saiful Darman, MS, Dr.Ir. Abd.Rauf
Muhammad, Dr.Ir. Masyahoro dan teman-teman lainnya yang tdk sempat
disebut namanya satu persatu.
Khusus kepada kedua orang tua penulis, H. Andi Muh. Thaha
(Alm), Ibunda H. Andi Mintiri, Istri tercinta Andi Meriam Pawawoi, dan
anak-anak kami Wulan, Ika, Adrian dan Agung atas segala ketulusan,
kesabaran, ketabahan dan pengertian serta doa-doa yang senantiasa
terucap, disampaikan terima kasih yang tulus. Kepada adik-adik penulis
Dr.Ir. A.M. Arsyad Thaha, MT sekeluarga, Ir.A. Abd. Syahid Thaha, MT,
![Page 7: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/7.jpg)
vii
Ir.Sukmawati Thaha, M.Sc., Dra. A. Rahmawati Thaha, A. Nurbaeti Thaha,
SE, A. Amir Akbar Thaha, ST dan Andi Ambo disampaikan terima kasih
atas segala bantuan dan dorongan yang diberikan selama ini.
Ucapan terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada teman-
teman angkatan 2007, Ir.Achmad Fathoni, MS, Ir.Ida Suryani,MP, Ir.
Ismaya Parawangsa, MS, dan yang lainya yang tak dapat disebut
namanya satu persatu atas bantuan, dorongan dan motifasi yang
senantiasa disampaiakan pada banyak kesempatan.
Penulis menyadari bahwa untuk melaksanakan penelitian ini
memerlukan biaya yang cukup besar, namun penulis juga berkeyakinan
bahwa berbagai pihak dengan harapan yang sama sudah tentu akan
mengulurkan bantuan guna terlaksananya penelitian ini. Untuk itu,
kepada semua pihak yang telah memberi bantuan khususnya Lembaga
Penelitian dan Pengabdi Masyarakat (LPPM ) melalaui DIPA Universitas
Hasanuddin 2011, kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih.
Harapan penulis adalah bahwa hasil penelitian ini dapat memberi
manfaat dalam upaya meningkatkan produktivitas bawang merah varietas
Lembah Palu dengan kualitas yang baik sesuai tuntutan kebutuhan
industri pengolahan bawang goreng yang terus meningkat dari tahun ke
tahun.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas
segala bantuan, kearifan-kearifan dan keichlasan yang telah diberikan
![Page 8: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/8.jpg)
viii
kepada penulis selama mengikuti pendidikan pada program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin, Amin..
Makassar, 12 Juni 2012
Penulis,
![Page 9: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/9.jpg)
ix
Abstrak
ABDUL RAHIM . Produktivitas, kualitas dan potensi pengembanganagroindustri bawang merah varietas Lembah Palu (dibimbing olehSumbangan Baja, Muslimin Mustafa dan Bachrul Ibrahim).
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih mendalam tentangproduksi, kualitas dan potensi pengembangan agroindustri bawang merahvaretas lembah Palu. Rancangan percobaan yang digunakan adalahrancangan faktorial 2x3x4 dalam rancangan acak kelompok dengan 3 kaliulangan. Faktor pertama adalah bahan organik (O1=10 ton ha-1; O2=15ton ha-1), faktor kedua adalah kadar air tersedia (A1= 100-80%; A2= 80-60%; A3= 60-40%), dan faktor ketiga adalah hara tanaman (H1= 48 kg Sha-1; H2= 72 kg S ha-1; H3= 100 kg KCl ha-1; H4= 200 kg KCl ha-1). Datadianalisis dengan analisis univariat dengan program excell 2007 dan nilaitengah perlakuan diuji dengan uji BNJ (P05),
Hasil percobaan menunjukkan bahwa tanaman bawang merahdapat tumbuh dan berproduksi dengan kualitas yang baik pada kisarankadar air tersedia antara 100 - 40%, di bawah 40% air tersedia, tanamantumbuh kerdil dan tidak menghasilkan umbi. Bobot umbi segar tertinggi(12,35 ton ha-1) diperoleh pada dosis pemupukan 200 kg ha-1 KCl (H4).Dosis bahan organik, kalium dan belerang tidak berpengaruh terhadaptingkat kegaringan bawang goreng.
Potensi pengembangan agroindustri bawang merah varietaslembah Palu pada lahan kelas kesesuaian S2 dan S3 yang dapat dicapaidengan teknologi konvensional adalah 8.685 ton/tahun sehinggadiperlukan 80 unit industri pengolahan bawang goreng. Denganmenggunakan masukan teknologi berdasarkan hasil penelitian ini, makaperkiraan produksi yang dapat dicapai melalui program intensifikasi danekstensifikasi pada lahan S2 dan S3 adalah berkisar 21.405 – 27.780ton/tahun. Hal ini berarti diperlukan sekitar 153 - 212 unit industripengolahan bawang goreng untuk mengolah bahan baku tersebut menjadiproduk industri bawang goreng sesuai dengan kapasitas olah optimalyang dapat dicapai saat ini..
Kata Kunci: Produktivitas, kualitas, Agroindustri, bawang merah varietaslembah Palu, sistem lahan
![Page 10: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/10.jpg)
x
Abstract
Abdul Rahim. Productivity, quality and potential development ofagro-industry Palu Valley onion (suvervised by Sumbangan Baja, MusliminMustafa and Bachrul Ibrahim ).
This study aims to examine more in production, quality andagroindustry development potential of onion (Lemba Palu variety). Theresearch used a randomized block design in a three factorial experiment(2x3x4) with three replicates. The first factor is organic matter (01 = 10 tha-1; 02 = 15 t ha-1), the second factor is soil water content (A1 = 100-80%;A2 = 80-60 %; A3 = 60-40%), and the third factor is nutrien (H1 = 48 kg Sha-1; H2 = 72 kg S ha-1; H3 = 100 kg KCl ha-1; H4 = KCI 200 kg ha-1).Data were analyzed by univariate analysis with Excel 2007 program andmedian values were tested with a test BNJ treatment (P05),
The study reveals that onions grow and have a good production insoil water content 100 – 40%, however lower than 40%, they have stuntedgrowth and no bulb. The highest weight of wet bulb (12,35 ton ha-1)obtained at fertilization in a dose of 200 kg ha-1 KCl (H4) Level ofcrunchiness of fried onions is not affected by the dose of organic matter,soil water content and dose of potassium and sulfur fertilizer.
The potential development of agroindustry (lembah Palu variety) atclass 2 and 3 land suitability that can be achieved with conventionaltechnology land use is 8,685 tons/year, so as required 80 units of friedonions industries. Estimated production with technology input based onthis study that can be achieved through intensification and extensionprograms at class S2 and S3 land suitability is 21,405 - 27,780 ton/year.Based on optimal capacity of onion processing that can be achievednowadays, it need about 153 - 212 units of fried onions industries thatprocessing raw materials into fried onion.
Keywords: Productivity, quality, Agro-Industry, onions varieties Paluvalley, the land system.
![Page 11: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/11.jpg)
xi
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman judul i
Halaman Pengajuan ii
Halaman pengesahan iii
Lembar pernyataan keaslian disertasi iv
Prakata v
Abstrak ix
Daftar isi x
Daftar Tabel xv
Daftar Gambar xvii
Daftar Lampiran xviii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang 1
B. Rumusan masalah 8
C. Tujuan penelitian 11
D. Kegunaan penelitian 12
E. Ruang lingkup penelitian 12
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Karakteristik bawang merah varietas Lemba Palu 13
B. Analisis usaha tani bawang merah Palu 14
C. Peranan bawang merah dalam kehidupan seharihari 17
D. Faktor-faktor penentu kualitas bawang merah 18
E. Lingkungan tumbuh bawang merah varietas lembah
![Page 12: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/12.jpg)
xii
Palu 21
F. Perbaikan kesuburan tanah 26
G. Iklim dan neraca air lahan 30
H. Tanggap bawang merah terhadap pemupukan 32
I. Kerangka konseptual 34
J. Hipitesis 38
K. Definisi operasional 48
BAB III. METODE PENELITIAN 41
A. Rancangan penelitian 41
1. Kondisi ekologi areal pertanaman bawang 41
2. Percobaan umah kaca 50
3. Percobaan lapangan 53
B. Waktu dan lokasi penelitian 59
C. Bahan dan alat penelitian 60
D. Teknik pengumpulan data 62
E. Teknik analisis data 64
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 67
A. Hasil hasil penelitian 67
1. Percobaan rumah kaca 67
a. Bobot umbi segar (g/pot) 67
a1. Pengaruh interaksi bahan organik (O) pada berbagaitaraf kadar air tersedia (A) dan hara tanaman (H)terhadap rata-rata bobot umbi segar (g/pot) 67
a2. Pengaruh interaksi kadar air tersedia (A) padaberbagai dosis bahan organik (O) dan hara tanaman(H) terhadap rata-rata bobot bobot umbi segar (g/pot) 68
a3. Pengaruh interaksi hara tanaman (H) pada berbagaitaraf dosis bahan organik (O) dan kadar air tersedia(A) terhadap rata-rata bobot umbi segar (g/pot) 70
![Page 13: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/13.jpg)
xiii
b. Bobot umbi kering (g) 72
b1. Pengaruh interaksi dosis bahan organik (O) padaberbagai kadar air tersedia (A) dan hara tanaman(H) terhadap rata-rata bobot kering umbi (g/pot) 72
b2. Pengaruh interaksi kadar air tersedia (A) padaberbagai taraf bahanorganik (O) dan hara tanaman(H) terhadap rata-rata bobot umbi kering (g/pot) 73
b3, Pengaruh interaksi hara tanaman (H) pada berbagaitaraf dosis bahan organik (O) dan kadar air tersedia(A) terhadap rata-rata bobot umbi kering (g/pot) 74
c. Jumlah umbi yang terbentuk 76
2. Percobaan lapangan 77
a. Bobot umbi segar (g/rumpun) 77
b. Bobot umbi segar (ton ha-1) 78
c. Bobot umbi kering (g/rumpun) 79
d. Jumlah umbi yang terbentuk 80
e. Kadar karbohidrat total (%) 81
f. Tingkat kegaringan bawang goreng 82
B. Pembahasan/Diskusi 83
1. Umum 83
2. Pengaruh interaksi faktor dosis bahan organik(O) pada berbagai taraf kadar air tersedia(A) 88
3. Pengaruh dosis bahan organik (O) danhara tanaman (H) 92
4.Potensi pengembanan agroindustri bawangmerah Palu terkait adaptabilitas bawangmerah varietas Lembah Palu 96
![Page 14: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/14.jpg)
xiv
BAB V. PENUTUP 107
A. Kesimpulan 107
B. Saran 108
DAFTAR PUSTAKA 109
LAMPIRAN-LAMPIRAN 116
CURRICULUM VITAE 137
![Page 15: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/15.jpg)
xv
DAFTAR TABEL
nomor teks halaman
1. Kesesuaian lahan untuk pengembangan tanaman 46bawang merah varietas lembah Palu
2. Sebaran kesesuaian lahan untuk pengembangan 48tanaman bawang merah.
3. Kelasifikasi tanah di lembah Palu 49
4. Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian 61
5. Alat-alat yang digunakan 61
6. Kriteria penilaian paket tekolgi yang terpilih 66
7. Pengauh interaksi dosis bahan organik (O) padaberbagai taraf kadar air tersedia (A) dan hara tanaman(H) terhadap rata-rata bobot umbi basah (g/pot) 68
8. Pengaruh interaksi kadar air tersedia (A) pada berbagaitaraf dosis bahan organik (O) dan haa tanaman (H)terhadap rata-rata bobot umbi basah (g/pot) 69
9. Pengaruh interaksi hara tanaman (H) pada berbagaitaraf dosis bahan organik (O) dan kadar air tersedia(A) terhadap rata-rata bobot umbi basah (g/pot) 71
10. Pengaruh interaksi dosis bahan oganik (O) pada berbagaitaraf kadar air tersedia (A) dan hara tanaman (H) terhadaprata-rata bobot umbi kering (g/pot) 73
11. Pengaruh interaksi kadar air tersedia (A) pada berbagaitaraf dosis bahan organik (O) dan hara tanaman (H))terhadap rata-rata bobot umbi kering (g/pot) 74
12. Pengaruh interaksi (H) pada berbagai taraf dosis bahanorganik (O) dan kadar air ersedia (A) terhadap rata-ratabobot umbi kering (g/pot) 75
13. Rata-rata jumlah umbi yang terbentuk pada percobaan 77rumah kaca , hasil interaksi bahan organik dan air tersedia
![Page 16: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/16.jpg)
xvi
14. Pengaruh pemberian hara tanaman (H) dan dosis bahanPrganik (O) terhadap rata-rata bobot umbi segar (g/r) 78
15. Pengaruh hara tanaman (H) dan dosis bahan oganikterhadap rata-rata bobot umbi basah (g/rumpun) (t/ha) 79
16. Pengaruh hara tanaman (H) danDosis bahan organik (O)terhadap rata-rata bobot umbi kering (g/rumpun) 80
17. Pengaruh hara tanaman (H) dan dosis bahan organik (O)terhadap rata-rata jumlah umbi 81
18. Rata-rata hasil pengukuran tingkat kegaringan contohbawang goreng 82
19. Perkiraan produksi per musim tanam pada tingkat peng-gunaan input yang berbeda (asumsi hanya 50% lahanpotensial dapat digunakan) 102
20. Perkiraan jumlah unit produksi pengolahan bawang gorengyang perlu dibangun untuk mengolah bahan baku jikalahan yang tersedia dioptimalkan penggunaannya.padaberbagai infut teknologi yang dihasilkan dalam penelitianIni. 104
![Page 17: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/17.jpg)
xvii
DAFTAR GAMBARNomor teks halaman
1. Kerangka konseptual produktivitas, kualitas dan potensiPengembangan agroindustri bawang merah varietaslemba Palu. 37
2. Neraca air lahan lembah Palu. 43
3. Grafik pola curah hujan dan evapotranspirasi tahunan 45lembah Palu.
![Page 18: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/18.jpg)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor teks halaman
1. Sifat-sifat morfologi Fluvaquentic Endoaquepts 116
2. Sifat-sifat morfologi Typic Eutrudepts 117
3. Data hasil pengukuran bobot umbi segar per rumpun 118(g)
4. Sidik ragam bobot umbi segar per rumpun 118
5. Data hasil pengamatan bobot umbi kering per rumpun 119(g)
6. Sidik ragam bobot umbi kering per rumpun 119
7. Data hasil pengamatan jumlah umbi yang terbentuk 120per rumpun
8. Sidik ragam jumlah umbi yang terbentuk per rumpun 120
9. Data hasil pengamatan bobot umbi basah per rumpun 121(Perc. Lapangan) (g)
10. Sidik ragam bobot umbi basah per rumpun 121
11. Data hasil pengamatan bobot umbi segar per ha (Ton) 122
12. Sidik ragam bobot umbi segar per ha 122
13. Data hasil pengamatan bobot umbi kering per rumpun 123(g)
14. Sidik ragam bobot umbi kering per rumpun 123
15. Data hasil pengamatan jumlah umbi yang terbentuk 124per rumpun
16. Sidik ragam jumlah umbi yang terbentuk per rumpun 124
17. Data hasil analisis kadar karbohidrat total (%) 125
18. Sidik ragam kadar karbohidrat total 125
![Page 19: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/19.jpg)
xix
19. Data hasil pengukuran tingkat kegaringan bawang 126(100g/mm).
20. Sidik ragam tingkat kegaringan bawang goreng 126
21. Data hasil analisis contoh tanah di lokasi penelitian 127
22. Peta kesesuaian lahan untuk bawang merah varietas 128lembah Palu
23. Keriteria kesesuaian lahan untuk tanaman bawang merah 133(Allium ascolonicum)
24. Kadar air tanah 135
26. Denah penelitian lapangan 136
27. Curriculum vitae 137
![Page 20: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/20.jpg)
xx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) memiliki daya
adaptasi yang luas. Pada umumnya tanaman bawang merah dapat
dibudidayakan dan berproduksi dengan baik pada ketinggian 0-1000 m
dari permukaan laut (Soetiarso, 2007). Namun demikian, ketinggian
terbaik berada pada kisaran 0-500 m dpl (Maskar dan Rahardjo, 2008)
dengan kisaran suhu optimal antara 25-30oC. Tanaman bawang merah
memerlukan lama penyinaran matahari penuh (lebih dari 12 jam/hari) dan
rentan terhadap curah hujan yang tinggi. Curah hujan yang sesuai adalah
antara 300-2500 mm/tahun dengan kelembaban udara nisbi antara 80-90
persen. Tanaman bawang merah menghendaki tanah yang subur dan
banyak mengandung humus, bertekstur ringan hingga sedang,
berdrainase baik dan kemasaman tanah berkisar antara pH 5,8-7,0. Pada
pH rendah (<5,8), tanaman bawang merah tumbuh kerdil sedang pada pH
tinggi (>7,8), dapat menghambat pembentukan umbi. Sentra utama
penghasil bawang merah di Indonesia, umumnya berada di dataran
tinggi misalnya di Brebes dan Tegal Jawa Tengah serta Probolinggo Jawa
Timur (Purwaningsih dkk., 2007).
Berbeda dengan tanaman bawang merah pada umumnya,
budidaya bawang merah varietas Lembah Palu hanya ditemukan di
sekitar lembah Palu. Tanaman ini telah dibudidayakan sejak kurang lebih
![Page 21: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/21.jpg)
xxi
50 tahun yang lalu. Hingga saat ini belum ada laporan bahwa bawang
merah varietas Lembah Palu berhasil dikembangkan di wilayah lain
dengan agroekologi yang relatif berbeda dengan agroekologi lembah
Palu. Upaya memperluas areal tanam di sekitar Lembah Palu guna
memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat juga terkendala oleh
berbagai faktor terutama air, padahal potensi sumber daya lahan yang
tersedia di Lembah Palu dan sekitarnya cukup luas dan belum
dimanfaatkan secara optimal
Upaya mengembangkan bawang merah varietas Lembah Palu ke
wilayah lain telah diujicoba pula di sentra produksi bawang di Jawa pada
tahun 2007 namun hasilnya tidak menggembirakan. Terakhir, percobaan
lapangan yang dilakukan oleh Pasigai di Kebun Percobaan Fak. Pertanian
UGM pada ketinggian 400 m dpl dan 800 m dpl juga menunjukkan hasil
yang tidak memuaskan. Oleh karena itu, serangkaian uji coba yang telah
dilakukan seperti diuraikan di atas menunjukkan bahwa agroekologi
lembah Palu sangat menentukan adaptasi dan cita rasa produk bawang
goreng yang dihasilkan.
Secara umum kondisi agroekologi areal pengembangan bawang
merah varietas lembah Palu merupakan lahan kering dan areal
persawahan beriklim kering dengan tipe iklim tergolong E1, E2 dan E3,
bulan kering (< 100 mm/bln) lebih dari empat bulan dengan curah hujan
tahunan rendah, berkisar 400-1000 mm/tahun dan suhu udara rata-rata
berkisar 30-35 oC. Kondisi ini menurut Rismunandar (1988) sangat
![Page 22: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/22.jpg)
xxii
sesuai untuk pembentukan umbi. Kondisi iklim yang relatif kering dan
intensitas penyinaran yang lebih lama sepanjang tahun memungkinkan
bawang merah dapat ditanaman 3 sampai 4 kali dalam setahun
(Purwaningsih dkk., 2007). Sentra utama pengembangan bawang merah
Palu dijumpai di ordo tanah Inceptisol dan Entisol baik berupa lahan
kering maupun areal persawahan beririgasi teknis, sawah dengan irigasi
sederhana dan sawah tadah hujan yang umumnya memiliki tofografi yang
relatif datar hingga landai. Wilayah-wilayah lain disekitar lembah Palu
yang dicanangkan oleh Pemda Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi
sebagai Sentra Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan (SPAKU)
pada umumnya berbukit-bukit, bersolum dangkal, berbatu-batu dengan
resiko ancaman erosi dan penurunan produktivitas tanah yang cepat
(Puslitanak, 2003).
Salah satu keunikan dari bawang merah varietas Lembah Palu,
yang membedakan dengan bawang merah lainnya adalah umbinya
mempunyai tekstur yang padat sehingga menghasilkan bawang goreng
yang renyah dan gurih serta aroma yang tidak berubah walaupun
disimpan lama dalam wadah yang tertutup. Hal ini menyebabkan bawang
goreng yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik dan menjadi komoditi
spesifik terkenal yang telah menjadi “ brand lokal” bernilai ekonomi tinggi,
meskipun produktivitasnya lebih rendah dari varietas bawang merah
lainnya. Produk ini banyak diminati oleh turis lokal yang berkunjung ke
Sulawesi Tengah sehingga permintaan terus meningkat, tetapi
![Page 23: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/23.jpg)
xxiii
pengembangannya terkendala oleh faktor agroekologi kuhususnya yang
terkait dengan kadar bahan organik tanah yang rendah, ketersediaan air
yang terbatas dan kadar hara tertentu yang rendah dalam tanah. Saat ini
industri penggorengan bawang merah varietas lembah Palu telah
berkembang dari industri rumah tangga menjadi industri menengah
dengan menggunakan mesin pengupas, pencuci, pengiris, dan
pengepakan (Limbongan dan Maskar, 2003; Yulianti dan Sari, 2008).
Bahkan Industri bawang goreng telah menggunakan mesin centrifuge
rakitan untuk menurunkan kadar minyak produk bawang goreng siap saji.
Selain dipasarkan di Sulawesi tengah, produksinya telah pula dipasarkan
ke Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan dan Jawa, bahkan
diekspor ke Singapura dan Malaysia (Yulianti dan Sari, 2008).
Data Statistik tahun 2007 menunjukkan bahwa di Kabupaten
Donggala terdapat 45 unit industri pengolahan bawang goreng, namun
yang masih menjalankan usahanya hingga saat ini berjumlah 17 unit
(Yulianti dan Sari, 2008) . Ketersedian bahan baku merupakan penyebab
utama tidak berfungsinya 28 unit industri penggorengang bawang merah
varietas lembah Palu sekaligus menjadi kendala dalam memenuhi
permintaan pasar yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini
terkait dengan rendahnya produktivitas lahan di lembah Palu.
Produktivitas rata-rata bawang merah varietas Lembah Palu berkisar 4,0-
4,5 ton/ha, sedangkan produktivitas bawang merah (non lokal) provinsi
Sulawesi Tengah rata-rata 6,3 ton/ha (BPS, 2007). Faktor utama
![Page 24: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/24.jpg)
xxiv
penyebab rendanya produktivitas bawang merah varietas lembah Palu
adalah tingkat kesuburan tanah yang rendah, ketersediaan air yang
terbatas, penggunaan bibit yang tidak seragam dan bermutu rendah serta
SDM yang masih rendah (Purnomo dkk., 2007). Perbaikan kesuburan
tanah dapat dilakukan melalui pemupukan. Fosfor, kalium, kalsium dan
sulfur merupakan hara makro yang diperlukan oleh bawang merah dalam
jumlah yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan hara makro lainnya.
Ketersediaan hara sulfat di dalam tanah juga sering menjadi faktor
pembatas bagi tanaman bawang merah untuk menghasilkan umbi dengan
bobot dan kualitas yang baik (Muhammad dkk., 2003). Lebih lanjut, sulfur
memegang peranan penting dalam metabolisme tanaman yang
berhubungan dengan beberapa parameter penentu kualitas nutrisi
tanaman sayuran. Ketajaman aroma bawang merah berkorelasi dengan
ketersediaan S dalam tanah. Penelitian terdahulu melaporkan bahwa
flavor bawang merah dipengaruhi oleh varietas, tahap perkembangan
umbi, lama penyimpanan, dan nutrisi tanaman. Bloem et al. (2005)
meneliti pengaruh sulfur dan Nitrogen terhadap kandungan alliin pada
daun dan umbi bawang merah. Meningkatnya ketersediaan sulfur
menyebabkan meningkatnya kandungan alliin pada daun dan umbi
tanaman, sedangkan pupuk nitrogen pengaruhnya tidak signifikan. Pada
awal pertumbuhan tanaman, kandungan alliin tertinggi terdapat pada
daun, setelah itu ditranslokasikan ke umbi. Translokasi tersebut
menyebabkan kandungan alliin pada umbi meningkat sangat pesat pada
![Page 25: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/25.jpg)
xxv
saat panen. Disimpulkan bahwa kandungan alliin pada umbi bawang
merah dapat meningkat dua kali lipat dengan pemupukan sulfur. Batas
kritis sulfat untuk bawang merah di Kabupaten Jeneponto adalah 75, 90
dan 50 ppm, masing-masing pada tanah udic haplusters, typic
haplustepts dan oxyaquic udipsamments (Muhammad dkk., 2001).
Salah satu alternatif untuk mengatasi keterbatasan air dalam
budidaya bawang merah varietas lembah Palu saat ini adalah dengan
memanfaatkan potensi lengas (ketersediaan air) tanah di Lembah Palu.
Penelitian kearah perluasan areal tanam ke daerah-daerah yang memiliki
potensi kelengasan tanah untuk memenuhi kebutuhan pertanaman
bawang merah varietas lembah Palu belum pernah dilakukan, padahal di
satu sisi, beberapa tempat di bagian lembah Palu diperkirakan memiliki
potensi kelengasan tanah yang dapat menunjang pengembangan
bawang bawang merah varietas lembah Palu. Perluasan areal
pertanaman kearah wilayah yang memilki agroekologi yang sama dan
memiliki potensi kelengasan (ketersediaan) air tanah perlu dikaji dalam
rangka meningkatkan produksi bawang merah varietas lembah Palu guna
memenuhi permintaan bahan baku industri bawang goreng yang terus
berkembang dari waktu ke waktu dan untuk meningkatkan pendapatan
petani bawang merah varietas Lembah Palu.
Faktor lain yang menyebabkan semakin menurunnya produktivitas
lahan adalah bahwa pada saat panen hampir seluruh biomassa tanaman
(daun, batang, umbi dan akar) diangkut ke luar areal pertanaman
![Page 26: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/26.jpg)
xxvi
sehingga hampir tidak menyisakan sisa tanaman sebagai bahan organik
tanah. Kebiasaan petani menggunakan pupuk anorganik tanpa diimbangi
penggunaan pupuk organik untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman
semakin memperburuk keadaan ini. Penanaman bawang merah
mempengaruhi sequestrasi karbon yang berarti mempengaruhi stok
karbon pada areal pertanaman. Stok karbon dapat digunakan sebagai
salah satu indikator keberlanjutan sistem pertanian dalam suatu wilayah.
Sequetrasi karbon adalah jumlah karbon yang diserap tanaman melalui
fotosintesis yang tersimpan dalam biomassa tanaman baik dipermukaan
tanah maupun biomassa tanaman dalam tanah serta karbon organik
dalam tanah (Wardah, 2008; Monde, 2009).
Sehubungan dengan uraian diatas, maka diperlukan penelitian
sebagai usaha perbaikan agroekologi bawang merah khususnya terhadap
perbaikan kandungan bahan organik tanah, ketersediaan air tanah dan
perbaikan status hara tanaman utamanya terhadap Ca, S dan K tanah.
Dengan demikian potensi pengembangan agroindustri bawang merah
varietas lembah Pau dapat lebih ditingkatkan. Hasil penelitian ini menjadi
informasi penting untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas dalam
rangka mendorong pengembangan agroindustri, baik melalui program
intensifikasi maupun melalui program ekstensifikasi sehungan dengan
nilai ekonomi varietas ini cukup tinggi sehingga diharapkan dapat menarik
perhatian berbagai pihak untuk mengembangkan varietas ini sebagai
bahan baku industri pengolahan bawang goreng Palu.
![Page 27: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/27.jpg)
xxvii
B. Rumusan masalah
Bawang merah varietas lembah Palu, oleh masyarakat dikenal
sebagai bawang goreng karena bawang ini diproduksi hanya untuk
dijadikan sebagai bawang goreng. Cita rasa yang unggul seperti gurih,
renyah/garing dan aroma harum yang membedakan dengan bawang
merah lainnya hanya dapat dirasakan dan dinikmati jika bawang tersebut
dalam bentuk produk bawang goreng. Oleh karena itu, produksi umbi
segar panen varietas ini tidak dapat dipisahkan dengan agroindustri
bawang goreng yang terus berkembang, namun terkendala oleh masih
rendahnya tingkat produktivitas bawang merah varietas lembah Palu di
lembah Palu.
Budidaya bawang merah varietas lembah Palu selama ini hanya
ditemukan di lembah Palu. Varietas ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi
terkait dengan kualitas yang lebih baik dimanan tekstur bawang yang
padat menghasilkan bawang goreng yang renyah, guraih dan harum.
Produktivas rata-rata umumnya lebih rendah dibandingkan dengan
produktivitas bawang merah lainnya, namun usaha meningkakan
produktivitas lahan terkendala oleh tingkat kesuburan tanah yang rendah
dan ketersediaan air yang terbatas. Disamping itu, upaya
mengembangkan varietas ini ke wilayah lain terkendala oleh faktor
agroekologi. Ada indikasi bahwa bawang merah varietas lembah Palu
hanya sesuai dikembangkan di sekitar dataran rendah hingga ketinggian
500 m dari permukaan laut. Hasil uji coba pada daerah yang memiliki
![Page 28: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/28.jpg)
xxviii
agroekologi (iklim dan tanah) yang relatif berbeda belum menunjukkan
hasil-hasil yang diharapkan.
Sentra pengembangan bawang merah varietas Lembah Palu yang
dikenal selama ini sudah tidak dapat lagi memenuhi permintaan pasar
akan bahan baku terutama pasar industri bawang goreng yang terus
meningkat dari tahun ketahun. Kecenderungan semakin menurunnya
produktivitas lahan akibat merosotnya kesuburan tanah disertai
ketersediaan air yang terbatas dan belum diketahuinya kondisi
agroekologi yang sesuai dan dapat menghasilkan bawang merah
varietas lembah Palu dengan kualitas yang sama menyebabkan suplai
bahan baku semakin terbatas. Penurunan produktivitas lahan selain
disebabkan oleh kondisi alamiah kesuburan tanah juga disebabkan oleh
cara bercocok tanam berpola monokultur bawang dengan intensitas
penanaman rata-rata 3 kali setahun. Pada saat panen bawang, hampir
seluruh bagian tanaman diangkut meninggalkan areal pertanaman
sehingga relatif tidak menyisakan bahan organik pada areal pertanaman.
Kecenderungan petani menggunakan pupuk anorganik semata semakin
memperburuk kondisi kesehatan tanah.
Adanya keterkaitan yang erat antara produksi bawang sebagai
bahan baku industri disatu sisi dan perkembangan industri bawang
sebagai pasar bahan baku disisi yang lain mendorong peneliti untuk
mengkaji produktivitas dan kualitas bawang tersebut pada areal
pertanaman bawang di lembah Palu guna memenuhi kebutuhan bahan
![Page 29: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/29.jpg)
xxix
baku industri bawang goreng yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Data BPS tahun 2007 menunjukkan bahwa di Kota Palu terdapat 45 unit
industri pengolahan bawang goreng, namun berdasar survei tahun 2007
diperoleh data bahwa industri bawang goreng yang masih menjalankan
usahanya berjumlah 17 unit (Yulianti dan Sari, 2008). Ini berarti, terdapat
28 unit yang sudah tidak beroperasi terutama karena keterbatasan modal
dan bahan baku. Hal yang sama juga dialami oleh Kabupaten Donggala
yang sebagian wilayahnya terletak di Lembah Palu. Keadaan ini sangat
berpengaruh terhadap fluktuasi harga produk olahan bawang goreng
dipasaran. Jika suplai bahan baku sangat terbatas, maka harga menjadi
melambung.
Dari uraian di atas dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah perbedaan kadar air tanah tersedia mempengaruhi
produktivitas bawang merah varietas lembah Palu?
2. Apakah pengelolaan kesuburan tanah melalui pemberian
bahan organik dan pemupukan dapat meningkatkan
produktivitas bawang merah varietas Lembah Palu
dibandingkan dengan produksi rata-rata yang dicapai petani
selama ini, sebesar 4-6 ton ha-1?
3. Apakah bahan organik dan pemupukan mempenaruhi kualitas
bawang goreng?
![Page 30: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/30.jpg)
xxx
4. Seberapa besar potensi produksi sumber daya lahan di sekitar
Lembah Palu dalam mendukung agroindustri bawang goreng?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk menelaah dan mendalami pengaruh perbedaan kadar air
tanah tersedia tehadap produktivitas bawang merah varietas
Lembah Palu pada areal pengembangan bawang di Lembah Palu
2. Untuk menelaah dan mendalami intraksi antara dosis bahan
organik, kadar air tersedia dan pemupukan (Ca dan S) terhadap
peningkatan produktivitas bawang merah varietas lembah Palu
3. Untuk menelaah interaksi dosis bahan organik dan hara tanaman (S
dan K) terhadap produktivitas dan kualitas bawang merah varietas
Lembah Palu.
4. Untuk menganalisis potensi pengembangan bawang merah varietas
Lembah Palu dalam menunjang pengembangan agroindustri
pengolahan bawang goreng Palu.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mengatasi
kurang tersedianya informasi tentang budidaya bawang merah varietas
lembah Palu. Kegunaan lainnya adalah sebagai berikut:
1. Dasar untuk penelitian selanjutnya dalam upaya peningkatan
produktivitas dan kualitas bawang merah varietas Lembah Palu
![Page 31: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/31.jpg)
xxxi
2. Menghasilkan paket input teknologi bagi rekomendasi pengelolaan
bahan organik, ketersediaan air, dan pemupukan (Ca, S dan K)
untuk meningkatkan produktivitas bawang merah varietas Lembah
Palu di Lembah Palu.
3. Menyediakan informasi terbaru tentang potensi pengembangan
agroindustri bawang merah varietas Lembah Palu.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mencakup wilayah yang secara agroekologis (iklim
dan tanah) memilki kesamaan dengan agroekologi lembah Palu. Oleh
karena itu, dalam tahap persiapan penelitian dikumpulkan data iklim dari
Stasiun Klimatologi Bandar Udara Mutiara Palu dan contoh tanah pada
wilayah yang direncanakan sebagai Sentra Pengembangan Agribisnis
Komoditas Unggulan (SPAKU) di Kecamatan Biromaru, Kecamatan
Palolo, Kecamatan Dolo dan Kecamatan Tawaeli Kabupaten Sigi dan
Kota Palu dengan luas areal sekitar 25.000 ha (Dinas Pertanian dan
Peternakan Kabupaten Donggala, 2005). Substansi penelitian ini
menekankan pada aspek produktivitas dan kualitas bawang goreng yang
dihasilkan akibat perbaikan media tumbuh tanaman melalui integrasi
pemberian berbagai bahan organik, pemupukan dan ketersediaan air
pada areal pengembangan bawang merah varietas lembah Palu di
lembah Palu. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian
Universitas Tadulako Palu, sedangkan percobaan lapangan di lakukan di
kelurahan Tondo dusun Watutela lembah Palu.
![Page 32: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/32.jpg)
xxxii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Karakteristik bawang merah varietas Lembah Palu
Meskipun bawang merah Palu memiliki cita rasa yang khas, ciri-ciri
morfologinya tidak banyak berbeda dengan bawang merah lainnya seperti
bawang merah Sumenep berdasarkan jumlah anakan per rumpun, tinggi
tanaman, jumlah daun serta bobot basah dan kering umbi. Bawang
merah varietas Lembah Palu memiliki bentuk umbi silindris sepeti pipa,
bulat memanjang dengan ukuran yang agak kecil dengan warna yang
agak pucat dan daun berdiri tegak hingga masa panen untuk konsumsi.
Umur Panen untuk konsumsi sekitar 70 hari, sedangkan umur panen
untuk bibit sekitar 90 hari (Limbongan dan Maskar, 2003). Hasil observasi
Anggorohadi dan Suwandi (2000, tidak dipublikasi) menyimpulkan bahwa
bawang merah Lembah Palu berbeda dengan bawang merah Sumenep,
yaitu umbi berwarna merah lebih pucat dan aroma lebih tajam. Keunikan
dan ciri spesifik lain dari bawang ini adalah tetap gurih dan garing, serta
aromanya tidak berubah walaupun disimpan lama dalam wadah yang
tertutup, sehingga bawang ini khusus digunakan sebagai bahan baku
industri pengolahan bawang goreng (Bachri dkk., 2007; BPTP, 2009).
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang
memiliki peranan ekonomi yang penting di Indonesia (Bakhri dkk.,2007),
bahkan menjadi makanan sehari-sehari oleh sebagian besar penduduk
![Page 33: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/33.jpg)
xxxiii
dunia, memiliki nilai ekonomi penting dan tumbuh pada hampir semua
tempat di dunia (Mogren et al., 2007) serta secara ekonomi memiliki
keunggulan konparatif (Adiyoga dan Soetiarso, 1997 dalam Muhammad
dkk., 2007). Sejalan hal itu, komoditas ini juga merupakan sumber
pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi terhadap
perkembangan ekonomi wilayah (2,7 triliun/tahun) dengan potensi
pengembangan areal cukup luas, mencapai lebih kurang 90.000 ha
(Direktorat Jenderal Binaproduksi Hortikultura, 2005).
B. Analisis usahatani bawang merah varietas lembah Palu
Hasil analisis usahatani bawang merah varietas Lembah Palu
perhektar permusim di desa Guntarano menunjukkan bahwa penerapan
teknologi dengan irigasi suplemen (sistem sprinkler) yang dipasang
secara permanen lebih menguntungkan dengan B/C ratio sebesar 1.28
pada MT I dan 2,28 pada MT II dibandingkan dengan tanpa suplemen
yang B/C rationya hanya 0,62. Hasil tersebut belum dikurangi biaya
instalasi jaringan irigasi (Soetiarso,2007). Lebih lanjut dikemukakan
bahwa instalasi jaringan irigasi springkler membutuhkan biaya sebesar Rp
35.000.000,- perhektar sehingga biaya peroduksi pada MT I meningkat
menjadi Rp 50.380.000,- sehingga petani masih mengalami kerugian
karena modal yang ditanam lebih tinggi dari hasil yang diperoleh pada MT
I sebesar Rp 35.000.000,-. Kerugian ini karena adanya investasi jaringan
irigasi. Pada MT II penghasilan petani meningkat menjadi Rp
51.336.000,- dengan biaya produksi ditambah kerugian pada MT I
![Page 34: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/34.jpg)
xxxiv
sebesar Rp 31.028.000,-. Dengan demikian, petani masih memperoleh
keuntungan sebesar Rp 20.308.000,- atau setara dengan B/C ratio
sebesar 0,65. Berdasarkan analisis tersebut, maka titik impas instalasi
jaringan irigasi dicapai pada MT II setelah selesai panen. Dengan
penambahan biaya usaha tani sebesar Rp 35.000.000,- , maka setiap Rp
1.000,- modal yang dipakai dalam usaha tani memberi keuntunan sebesar
Rp 650.000,-. Keuntungan tersebut akan meningkat pada MT III dan
seterusnya. Menurut Sutiarso (2007), untuk mencapai titik impas secepat
itu beberapa asumsi harus dipenuhi, diantaranya adalah (1) petani harus
mempertahankan produksi pada tingkat sekitar 7 ton/ha, (2) harga jual
umbi ditingkat petani minimal Rp 7.000,- per kg atau dalam bentuk bibit
dengan harga Rp 20.000,- per kg, (3) mempertahankan tingkat kesuburan
tanah dengan cara mempertahankan kandungan bahan organik tanah
pada tingkat 3% atau setara dengan 2,5 kg/m2, serta (4) meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan tentang instalasi irigasi bagi petani agar
mampu membuat dan memperbaiki serta memelihara peralatan tersebut.
Menurut Sutiarso (2007), jika dibandingkan dengan tingkat produksi yang
dicapai petani tanpa masukan teknologi, petani hanya memperoleh hasil
sebesar 4,1 ton umbi kering panen perhektar dengan keuntungan bersih
sekitar Rp 11,000.000,- , maka masukan teknologi akan memberikan
tingkat produksi (produktivitas) sebesar 7,3 ton/ha sehingga membuka
peluang besar bagi peningkatkan kesejahtraan petani sejalan dengan
perkembangan industri bawang goreng Palu, baik untuk memenuhi
![Page 35: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/35.jpg)
xxxv
kebutuhan dalam negeri maupun untuk kebutuhan ekspor. Untuk
mewujudkan hal ini, diperlukan peran pemerintah untuk membantu
permodalan petani melalui penyediaan kredit usaha tani dengan bunga
yang rendah. Hal ini sangat mungkin diwujudkan untuk tahun anggaran
yang akan datang karena pemerintah pusat telah memprogramkan dana
bantuan untuk rakyat miskin sebesar Rp 62 triliun yang tahun sebelumnya
hanya sebesar Rp 6.1 triliun.
Jika dibandingkan dengan sektor produksi, maka margin
keuntungan yang dapat diperoleh disektor industri pengolahan hasil
sebenarnya jauh lebih besar sehingga perlu dipikirkan untuk melibatkan
petani disektor ini. Menurut Yulianti dan Sari (2008) nilai tambah industri
pengolahan bawang goreng mencapai Rp 75.000 per kg bawang goreng
siap saji jika harga bahan baku sebesar Rp 8.000,- per kg. Hal ini
menandakan bahwa tingkat harga yang diterima (farm-gate price) sangat
penting bagi petani. Dalam hal ini, pada hampir semua komoditi dijumpai
masalah dimana petani memiliki bargaining position yang sangat lemah
dalam menentukan tingkat harga yang memadai. Tingginya tingkat
kebutuhan akan produk (bahan baku) tidak menjamin bahwa petani akan
memperoleh harga yang baik. Untuk meningkatkan bargaining position
petani, maka diperlukan wadah atau lembaga yang dapat
mempersatukan petani sehingga harga dapat dikendalikan oleh petani
pada tingkat yang menguntungkan. Dengan demikian, pendapatan
petani dapat ditingkatkan.
![Page 36: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/36.jpg)
xxxvi
C. Peranan bawang merah dalam kehidupan sehari-hari
Bawang merah digunakan sebagai bumbu penyedap makanan
sehari-hari dan juga bisa dipakai sebagai obat tradisional atau bahan
untuk industri makanan yang saat ini terus berkembang. Kandungan
minyak atsiri dalam bawang merah inilah yang bermanfaat sebagai
penyedap rasa dan disinfektan (Rahayu dan Berlian, 2004). Senyawa-
senyawa phenol pada bawang merah, terutama flavonols, diketahui
memiliki radikal bebas yang kuat dan antioksidan yang dapat mencegah
dan melawan penyakit-penyakit cardiovascular serta memegang peran
penting dalam mencegah “colorectal cancers” pada manusia (Caridi et al.,
2007). Penelitian-penelitan sebelumnya menunjukkan bahwa konsumsi
flavonol mempunyai potensi yang luar biasa dalam memberi pengaruh
positif terhadap kesehatan karena sifat-sifatnya sebagai antioksidan yang
kuat (Lombard et al., 2005). Tidak kurang dari 25 flavonol yang berbeda
dapat diidentifikasi pada bawang merah dalam bentuk quercetin dan drivat
quercetin yang mendominasi semua cultivar bawang merah. Quercetin
juga dapat ditemukan pada banyak buah-buahan dan sayur-sayuran
lainnya dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Kandungan quercetin
bawang merah (Allium cepa L.) menempati peringkat yang tertinggi dari
suatu survei 28 jenis sayur-sayuran dan 9 jenis buah-buahan (Eduvigis et
al., 2009).
Hasil penelitian Lombard et al. (2005) menunjukkan bahwa
pemanasan dalam tempo singkat meningkatkan konsentrasi flavonol
![Page 37: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/37.jpg)
xxxvii
dibandingkan dengan konsentrasi flavonol dalam bawang merah segar.
Pemanasan hingga matang menurunkan konsentrasi flavonol total, tetapi
pemanasan selama 5 menit menghasilkan peningkatan bersih lebih dari
80% flavonol.
D. Faktor penentu kualitas bawang merah Varietas Lemba Palu
Selama ini indikator yang digunakan oleh pelaku industri
pengolahan bawang goreng Palu untuk menentukan kualitas masih
terbatas pada ukuran umbi. Makin besar ukuran umbi, dianggap makin
baik kualitas umbi tersebut. Faktor lain yang berkaitan dengan kualitas
bawang merah adalah rasa dan aroma yang dipengaruhi oleh senyawa
yang mengandung sulfur seperti alliin dan turunannya (propenil alliin,
propil alliin dan metil alliin) berfungsi sebagai prekusor flavor dan aroma
bawang merah (Chyau dan Mau, 2001). Enzim allinase menghidrolisis
senyawa alliin membentuk pirupat, amoniak, dan allisin beserta
turunannya seperti propil allisin, propenil allisin, senyawa di dan trisulfida
(Salunkhe dan Desai, 1984). Senyawa allisin inilah yang memberikan
flavor dan aroma pada bawang merah. Sifat senyawa ini mudah menguap
dan terasa ketika umbi dirusak dan diiris. Lebih dari 80 senyawa flavor
telah diidentifikasi di dalam bawang segar.
Penelitian terdahulu melaporkan bahwa flavor bawang merah
dipengaruhi oleh varietas, tahap perkembangan umbi, lama penyimpanan,
dan nutrisi tanaman. Bloem et al. (2005) meneliti pengaruh sulfur dan
Nitrogen terhadap kandungan alliin pada daun dan umbi bawang merah.
![Page 38: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/38.jpg)
xxxviii
Meningkatnya ketersediaan sulfur menyebabkan meningkatnya
kandungan alliin pada daun dan umbi tanaman, sedangkan pupuk
nitrogen pengaruhnya tidak signifikan. Pada awal pertumbuhan tanaman,
kandungan alliin tertinggi terdapat pada daun, setelah itu ditranslokasikan
ke umbi. Translokasi tersebut menyebban kandungan alliin pada umbi
meningkat sangat pesat pada saat panen. Disimpulkan bahwa
kandungan alliin pada umbi bawang merah dapat meningkat dua kali lipat
dengan pemupukan sulfur. Randale et al. (1994) melakukan penelitian
pengaruh berbagai dosis sulfur pada bawang merah di dalam rumah kaca
dan mengamati perubahan senyawa produk metabolisme allisin, yakni
thiosulfinat dan turunannya. Konsentrasi metil thiosulfinat, propil
thiosulfinat dan propenil thiosulfinat meningkat secara linear dengan
bertambahnya dosis pemupukan. Disimpulkan bahwa perlakuan dosis
sulfur yang lebih besar akan meningkatkan flavor bawang merah (Randale
et al. 1984 ). Oleh karena itu, pengamatan terhadap kadar sulfur akan
memberikan informasi tentang status profil mutu bawang goreng dari
aspek flavor dan aroma. Penelitian Saidah (2001) di Lembah Palu
menyimpulkan bahwa pemberian kasting 12 ton/ha + ZA 300 kg/ha dapat
menghasilkan umbi kering panen 4,05 t/ha sedangkan tanpa kasting dan
ZA hasilnya hanya 1,2 t/ha. Penelitian Muhammad (2003) di Jeneponto
menyimpulkan bahwa bobot kering tanaman umur satu bulan setelah
tanam menunjukkan bahwa, bobot kering umbi saat panen, bobot umbi
kering eskip dan kelas umbi dipengaruhi secara nyata oleh sulfur, blotong
![Page 39: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/39.jpg)
xxxix
dan interaksinya. Pemberian S 40 ppm dan blotong 75 g/pot
menghasilkan umbi kering eskip dengan bobot tertinggi.
Bawang merah varietas lembah Palu merupakan salah satu
komoditi andalan Sulawesi Tengah yang diharapkan dapat memberi
sumbangan yang berarti dalam meningkatkan pendapatan asli daerah
(PAD) melalui peningkatkan produksi dengan cara perluasan areal,
program intensifikasi, penyuluhan, bantuan modal, penanganan pasca
panen dan Jaminan Pasar (Purnomo dkk., 2007). Untuk meningkatkan
produksi bawang, Pemda Donggala telah menetapkan Sentra
Pengembangan Agribisnis Komoditi Unggulan (SPAKU) di Kecamatan
Biromaru, Dolo dan Tawaeli dengan luas areal 25.000 ha (Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Donggala, 2005)
Pada tahun 2005, produksi bawang merah varietas Lembah Palu
di Kabupaten Donggala mencapai 1.586 ton/thn dengan produktivitas rata-
rata sebesar 4-6 ton/ha, sedangkan bawang merah lainnya (non lokal)
adalah 6,3 ton/ha (BPS, 2004). Faktor Utama penyebab rendahnya
produktivitas bawang merah varetas lembah Palu adalah kesuburan tanah
yang rendah, ketersediaan air yang terbatas, penggunaan bibit yang tidak
seragam dan bermutu rendah serta sumber daya manusia yang masih
rendah (Purnomo dkk., 2007). Hal senada dan dari aspek yang lebih luas
dikemukakan oleh Soetiarso (2007) bahwa meskipun minat petani
terhadap budidaya bawang merah cukup kuat, namun dalam proses
pengusahaannya masih ditemukan berbagai kendala-kendala baik
![Page 40: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/40.jpg)
xl
kendala yang bersifat teknis maupun kendala yang bersifat ekonomis.
Kendala-kendala tersebut adalah : (1) ketersediaan benih bermutu belum
mencukupi secara tepat (waktu, jumlah dan mutu); (2) penerapan teknik
budidaya yang baik dan benar belum dilakukan secara optimal; (3) Sarana
dan prasarana masih terbatas; (4) Kelembagaan usaha di tingkat petani
belum dapat menjadi pendukung usaha budidaya; (5) skala usaha relatif
masih kecil akibat sempitnya kepemilikan lahan dan lemahnya
permodalan; (6) produktivitas cenderung mengalami penurunan; (7) harga
cenderung berfluktuasi dengan posisi tawar petani yang lemah; serta (8)
serangan OPT cenderung bertambah.
Penanaman bawang merah varietas Lembah Palu yang berasal
dari bibit vegetatif, selain memerlukan alat transportasi, juga memerlukan
biaya yang cukp besar, yaitu 37% dari biaya total produksi bawang merah
(Nurmalinda dkk., 1993). Untuk memperkecil biaya produksi khususnya
dalam budidaya bawang merah varietas lembah Palu, usaha perbanyakan
bibit melalui TSS (true shallot seed) yang merupakan salah satu
terobosan baru dalam penyediaan benih. Selain dapat menghemat biaya
pengiriman juga akan mempermudah penyimpanan (Putrasamedja, 2000)
E. Lingkungan tumbuh bawang merah Varietas Lembah Palu
Tanaman bawang merah lebih sesuai tumbuh di daerah beriklim
kering, peka terhadap curah hujan yang tinggi dan cuaca berkabut.
Tanaman ini membutuhkan penyinaran cahaya matahari yang maksimal
(minimal 70%), suhu udara 25-32oC dan kelembaban nisbi 50-70%
![Page 41: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/41.jpg)
xli
(Sutarya dan Grubben, 1995). Meskipun tanaman bawang merah dapat
membentuk umbi bila ditanam di daerah yang rata-rata suhu udaranya
22oC, namun hasil umbinya tidak akan optimal dibandingkan jika ditanam
di daerah yang memiliki suhu udara yang lebih panas. Bawang merah
akan membentuk umbi yang lebih besar bilamana ditanam di daerah
dengan lama penyinaran lebih dari 12 jam (Currah dan Practor, 1990).
Dibawa suhu 22oC, tanaman bawang merah tidak akan membentuk umbi.
Oleh karena itu, tanaman bawang merah lebih menyukai tumbuh di
dataran rendah dengan iklim yang cerah (Rismundar, 1986)
Ketinggian tempat yang optimal untuk pertumbuhan dan
perkembangan bawang merah adalah 0-450 m diatas permukaan laut
(Sutarya dan Grubben, 1995). Pada dataran tinggi, tanaman bawang
merah masih dapat tumbuh dan berumbi, namun demikian umur tanaman
akan lebih panjang 0,5-1,0 bulan serta hasil umbinya lebih rendah.
Ketinggian tempat berhubungan erat dengan suhu, dimana setiap
kenaikan ketinggian tempat sebesar 91,5 m dpl, terjadi penurunan
temperatur udara sebesar 0,6oC (Javier, 1990). Suhu udara sangat besar
pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan hasil umbi bawang merah. Suhu
udara dapat mempengaruhi semua aktifitas biologis tanaman dengan
mengontrol reaksi-reaksi metabolisme yang berlangsung di dalam
tanaman. Secara lebih terperinci dapat dikemukakan bahwa, suhu udara
mempengaruhi pembungaan dan viabilitas polen, pembentukan umbi,
keseimbangan hormonal, pematangan dan penuaan tanaman, kualitas
![Page 42: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/42.jpg)
xlii
hasil tanaman serta reaksi-reaksi lainnya dalam tanaman (Currah dan
Proctor, 1990)
Tanaman bawang merah memerlukan tanah yang berstruktur
remah, tekstur sedang sampai liat, drainase/aerasi baik dan tidak becek,
mengandung bahan organik dan berhumus cukup dan reaksi tanah tidak
masam (pH tanah 5,6-6,5). Tanah yang cocok untuk tanaman bawang
merah adalah tanah Alluvial atau kombinasinya dengan tanah Glei-Humus
atau Latosol (Sutarya dan Grubben, 1995). Tanah yang cukup lembab
dan Air tidak menggenang disukai oleh bawang merah (Rismunandar,
1986). Pada tanah alkalis (pH tanah > 7.0) tanaman bawang merah
sering menunjukkan gejala khlorosis, yakni tanaman tumbuh kerdil dan
daunnya menguning serta hasil umbinya kecil-kecil yang disebabkan
karena defisiensi besi (Fe) dan Mangan (Mn). Sebaliknya pada tanah
masam ( pH tanah < 5.0) juga tumbuh kerdil karena keracunan Aluminium
(Al) dan Mangan (Mn) (Sarief, 1985). Pengapuran pada tanah masam
dapat memperbaiki pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah
(Sunarjono dan Soedomo, 1989).
Di Pulau Jawa, bawang merah banyak ditanam pada jenis tanah
aluvial, tipe iklim D3/E3 , yaitu antara (0-5) bulan basah dan (4-6) bulan
kering dan pada ketinggian kurang dari 200 m dpl. Selain itu bawang
merah juga cukup luas diusahakan pada jenis tanah Andosol, tipe iklim
B2/C2, yaitu (5-9) bulan basah dan (2-4) bulan kering dan ketinggian lebih
dari 500 m dpl (Nurmalinda dkk., 1995). Waktu tanam bawang merah
![Page 43: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/43.jpg)
xliii
paling baik pada musim kemarau asalkan tersedia air irigasi yang cukup
(Soetiarso, 2007).
Secara umum kondisi agroekologi lembah Palu merupakan lahan
kering beriklim kering dan areal persawahan yang didominasi oleh dua
ordo tanah utama, yaitu Inceptisol dan Entisol dengan tipe iklim termasuk
E1, E2 dan E3 menurut kelasifikasi Oldemen, bulan kering lebih dari empat
bulan dengan curah hujan tahunan rendah, berkisar 400-1000 mm/tahun
dan suhu udara rata-rata berkisar 30-35 oC (Limbongan dan Maskar,
2003). Kondisi ini menurut Rismunandar (1988) sangat sesuai untuk
pembentukan umbi. Kondisi iklim yang relatif kering dan intensitas serta
lama penyinaran yang lebih lama sepanjang tahun memungkinkan
bawang merah dapat ditanaman 3 sampai 4 kali dalam setahun
(Purwaningsih dkk., 2007). Daerah utama pengembangan bawang merah
Palu pada saat ini berada pada lahan kering dan areal persawahan
beririgasi teknis, sawah dengan irigasi sederhana maupun sawah tadah
hujan yang umumnya memiliki tofografi yang relatif datar hingga landai
seprti desa Guntarano, desa Taipa dan kelurahan Tondo. Wilayah-
wilayah lain disekitar Lembah Palu yang dicanangkan oleh Pemda
Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi sebagai Sentra Pengembangan
Agribisnis Komoditas Unggulan (SPAKU) pada umumnya berbukit-bukit,
bersolum dangkal, berbatu-batu dengan resiko ancaman erosi yang besar
dan penurunan produktivitas tanah yang lebih cepat (Puslitanak, 2003).
Oleh karena itu, pemilihan teknologi yang sesuai dengan kondisi
![Page 44: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/44.jpg)
xliv
lingkungan tersebut menjadi hal yang penting untuk mendapat perhatian
agar produktivitas dapat ditingkatkan.
Dari aspek agroekologi, bawang merah Varietas Lembah Palu
berbeda dengan bawang merah pada umumnya terutama dalam hal daya
adaptasi. Menurut Maskar dkk., (2001), bawang merah Palu cocok
dikembangkan di dataran rendah dan daya adaptasinya lebih baik
dibandingkan bawang merah Tinombo, sementara bawang merah Napu
memiliki daya adaptasi yang lebih luas mulai dataran rendah sampai
dataran tinggi. Oleh karena itu, Limbongan dan Maskar (2003)
menyimpulkan bahwa bawang ini beradaptasi baik pada dataran rendah
yang beriklim kering.
Kualitas umbi kering panen dan bawang goreng siap saji yang
dihasilkan di lahan kering lebih baik dibandingkan dengan bawang merah
varietas Lembah Palu yang dihasilkan dari lahan sawah. Demikian juga
halnya, bawang merah varietas Lembah Palu yang ditanam di bagian
atas bukit menghasilkan kualitas bawang yang lebih baik dibandingkan
dengan kualitas bawang dibagian lereng atau di kaki lereng atau lembah.
Hal ini memberi indikasi bahwa lama penyinaran merupakan komponen
iklim penting yang mempengaruhi produksi dan kualitas bawang merah
varietas Palu. Tanaman bawang merah varietas lembah Palu dan
bawang merah pada umumnya memerlukan intensitas sinar matahari
penuh untuk tumbuh dan berproduksi secara normal, atau melebihii 12
jam per hari (Maskar dan Raharjo, 2008).
![Page 45: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/45.jpg)
xlv
F. Perbaikan Kesuburan Tanah
Upaya meningkatkan produktivitas lahan melalui pemberian bahan
organik dan pemupukan mutlak diperlukan. Ketersediaan hara di dalam
tanah dalam keadaan cukup dan seimbang merupakan salah satu kunci
keberhasilan budidaya bawang merah (Muhammad dkk., 2003). Dalam
hal ini peranan bahan organik tanah menjadi penting bukan hanya
sebagai sumber hara, tetapi juga dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan
biologi tanah. Sementara itu hampir semua tanah mineral di Indonesia
berkadar bahan organik rendah tidak terkecuali tanah-tanah di lembah
Palu. Hasil analisis tingkat kesuburan tanah pada beberapa lokasi
pengembangan bawang merah di Lembah Palu, yaitu di Desa Guntarano,
Desa Taipa dan kelurahan Tondo menujukkan bahwa secara fisik tanah-
tanah tersebut lebih variatif terutama tekstur (pasir, 47,56-91,0%, debu,
4,0-31,73% dan liat, 5,0-31,02%). Tingkat kesuburan tanah rendah
ditandai oleh rendahnya kandungan bahan organik dan N-total, P dan K
tersedia rendah dan KTK tanah rendah. Kadar fosfat dan kalium potensial
tanah (HCl 25%) tergolong sangat tinggi. Pengekstrak HCl 25%
melarutkan bentuk-bentuk senyawa fosfat dan kalium mendekati kadar P
dan K total dalam tanah (Purnomo dkk., 2007). Oleh karena itu,
produktivitas lahan masih dapat ditingkatkan secara optimal melalui
penambahan unsur hara yang kurang dan penambahan bahan organik.
Bawang merah varietas lembah Palu sangat responsif terhadap
pemupukan, baik pupuk organik maupun pupuk anorganik. Lebih lanjut
![Page 46: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/46.jpg)
xlvi
Limbongan dan Monde (1999) mengemukakan bahwa pemberian pupuk
organik setara dengan 12 t/ha menghasilkan umbi kering panen
terbanyak, yaitu 5,64 t/ha dan berbeda nyata dengan hasil umbi yang
tidak dipupuk organik. Pemberian pupuk organik kasting (limbah organik
yang diuraikan oleh cacing tanah) pada bawang merah Palu telah
dilakukan oleh Saidah (2001). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
pemberian kasting 12 ton/ha + ZA 300 kg/ha dapat menghasilkan umbi
kering 4,05 t/ha sedangkan kontrol hanya menghasilkan 1,2 t/ha.
Perbedaan hasil diantara ke dua penelitian tersebut menunjukkan adanya
variasi kondisi tanah dan kualitas pupuk organik yang digunakan oleh
masing-masing peneliti. Dari beberapa penelitian, kompos tidak
meningkatkan hasil bawang merah secara nyata, tetapi mengurangi susut
bobot umbi (dari bobot basah menjadi bobot kering jemur) sebanyak 5%
(Hidayat, 2004).
Secara umum karakeristik/sifat-sifat fisik tanah di lembah Palu
lebih bervariasi dari satu tempat ke tempat lain dengan kandungan pasir
berkisar antara 47,56-91,0%, debu 4,0-31,73% dan liat 5,0-31,02%,
namun beberapa sifat-sifat tanah memiliki status yang relatif sama,
diantaranya adalah pH tanah netral sampai agak alkalis, kadar C-organik,
N-total, dan KTK, KB, P-total dan P-tersedia, dan K-tersdia kesemuanya
rendah. Data hasil analisis contoh tanah dari 7 lokasi yang berbeda di
lembah Palu, masing-masing mewakili areal lahan pertanian di lembah
Palu.
![Page 47: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/47.jpg)
xlvii
Tanaman-tanaman yang tumbuh pada tanah-tanah yang bertekstur
kasar pada umumnya lebih mudah mengalami defisiensi S karena pada
tanah-tanah tersebut pada umumnya mempunyai kandungan bahan
organik yang rendah (< 1,2 sampai 1,5% OM) dan menjadi sasaran
pencucian pada kondisi curah hujan yang tinggi atau karena pengaruh
irigasi. Pada kondisi demikian, pupuk-pupuk yang mengandung sulfat
dapat diaplikasikan dengan frekwensi yang lebih sering dibandingkan
dengan daerah-daerah dengan curah hujan yang rendah. Pemberian S
dapat diimobilisasi pada beberapa tanah terutama apabila ratio C/S atau
N/S tinggi. Sebaliknya, immobilisasi sulfat dapat terjadi dalam tanah jika
ratio C:S atau N:S rendah. Pada umumnya ketersedian S meningkat
dengan meningkatnya kandungan bahan oganik tanah (Havlin et al.
2005). Belerang dalam bentuk (S-SO2) atmusfer dilepaskan ke udara
yang selanjutnya dioksidasi menjadi SO4-2 yang kemudian menjadi deposit
dalam tanah melalui presifitasi. Sekitar 70% dari senyawa S di dalam
atmusfir keberadaannya melalui proses-proses alamiah. Belerang dalam
bentuk SO2 atmusfir juga dapat dihasilkan dari pembakaran bahan bakar
fosil dan proses-proses industri lainnya. Sebagian besar air irigasi
mengandung sulfat.
Ada beberapa faktor yang dapat mempercepat penurunan
kemampuan tanah dalam menyediakan sulfat untuk tanaman antara lain:
1) penggunaan lahan secara intensif dengan memakai pupuk yang tidak
atau mengandung belerang yang rendah, 2) kehilangan belerang karena
![Page 48: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/48.jpg)
xlviii
pencucian dan aliran permukaan. Sulfur yang dibutuhkan untuk
petumbuhan optimal tanaman bervariasi antara 0,1sampai 0,5% dari berat
kering tanaman (Marschner, 1986). Berdasarkan atas kebutuhan S-nya,
Mengel dan Kirkby (1978) membagi 3 kelompok tanaman menjadi; 1)
kelompok yang kebutuhan S-nya tinggi (50-80 kg S/ha), 2) kelompok
tanaman yang kebutuhan S-nya sedang (25-50 kg S/ha) dan kelompok
tanaman yang kebuthan S-nya rendah ( < 25 kg S/ha). Pada umumnya
kadar S dalam tanaman berada pada kisaran 0,1 – 0,5%. Kandugan S
meningkat menurut order : Gramineae < Leguminosae < Cruciferae dan
hal ini dapat direfleksikan melalui kandungan S dalam biji, berturut-turut
0,18-0,19%, 0,25-0,30% dan 1,1-1,7% (Havlin et al., 2005). Kandungan
sulfat pada tanaman bawang merah dianggap cukup bila dalam
jaringannya terdapat 0,5 sampai 1,0% (Jones et al., 1991). Ini berarti
bawang merah termasuk kelompk tanaman yang kebutuhan S-nya tinggi.
Sulfur diperlukan tanaman untuk proses pembentukan asam amino
sistin, sistein dan metionin yang semuanya merupakan penyususn protein
yang penting. Sekitar 90% sulfur dalam tanaman ditemukan sebagai
protein-S. Sulfur juga merupakan penyusun coenzym-A dan vitamin
biothine dan thiamine (vitamin B). Coenzym-A merupakan kunci
intermediate dalam sintesis lemak dan reaksi-reaksi transfer energi.
Senyawa Sulphoxida volatile memberi cita rasa dan bau pada tanaman
bawang merah dan putih (Mengel dan Kirkby, 1978). Belerang/sulfur
sebagai aleomerasi tanah dapat meningkatkan ketersediaan hara lain
![Page 49: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/49.jpg)
xlix
dengan berbagai cara, melalui hubungan antara ion setelah menjadi
sulfida dan dapat berfungsi sebagai reduktor dan donor elektron (Mengel
dan Kirkby, 1978).
G. Iklim dan neraca air lahan
Neraca air adalah keseimbangan antara input air berupa curah
hujan dan output berupa evapotranspirasi dan limpasan (Nasir, 2004). Air
hujan yang jatuh pada suatu permukaan bervegatasi, setelah
dievapotranspirasikan, sisanya akan menjenuhkan tanah dan mengalir
sebagai limpasan permukaan. Neraca air disusun dalam bentuk
persamaan sehingga dapat diketahui besarnya nilai setiap komponen
masukan dan keluaran dalam bentuk rata-rata klimatik sehingga dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan perencanaan pengelolaan air tanaman
(Nasir dan Sutoro, 2002). Dalam penelitian ini, perhitungan neraca air
dekade bertujuan untuk menentukan priode defisit dan surflus air pada
pertanaman bawang.merah varietas Lembah Palu. Metoda yang
digunakan untuk menduga ETP adalah metoda Pennman yang lebih
menggambarkan dinamika perubahan cadangan air-tanah. Perhitungan
neraca air memerlukan informasi sebagai berikut:
a. Suhu rata-rata bulanan
b. Curah hujan rata-rata bulanan
c. Tabel konversi panjang hari dan indeks panas, serta tabel
perhitungan kadar air tanah yang tertahan pada tanah dengan
kapasitas menahan air tertentu.
![Page 50: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/50.jpg)
l
d. Sifat fisik tanah yang berhubungan dengan kapasitas menahan
air (Water holding capacity) sampai kedalaman tertentu dimana
neraca air diperhitungkan. Hal ini juga berkaitan dengan sistem
perakaran vegetasi yang tumbuh diatasnya
Selain itu, juga memperhitungkan sifat-sifat vegetasi, tanah dan
atmusfer (micrometeorological condition). Oleh karena itu, konsep ini
dianggap lebih baik dari konsep Thornwaite.
Analisis neraca air menggunakan sistem tatabuku pada wilayah
lembah Palu yang berdasarkan kadar air tanah (KAT) lebih kecil kapasitas
lapang untuk setiap APWL (accumulating of point water loss) untuk tanah
dengan nilai kapasitas lapang sebesar 94,5 % dan titik layu permanen
sebesar 20,4% (Lampiran 20a). Langkah analisis data berdasarkan
model neraca air dengan prinsip masukan (M) sama dengan pengeluaran
(K). Asumsinya bahwa sumber air adalah murni curah hujan, kedalaman
tanah hingga 100 cm homogen, evapotranspirasi (ETP) merupakan nilai
maksimum lahan tanaman pertanian dan keluaran fungsi air hujan untuk
ETP, meningkatkan kadar air tanah dan sisanya sebagai air bawah tanah
ataupun aliran permukaan (run off). Analisis fisika tanah meliputi
penetapan bulk density, kadar air tanah pada kapasitas lapang dan titik
layu permanen dengan metode grafimetri dan menggunakan tanaman
bunga matahari sebagai indikator.
Prosedur Analisis mengikuti persamaan berikut (Sarjiman dan
Mulyadi, 2011):
![Page 51: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/51.jpg)
li
M = K .................................................................................. (1)
CH = ETP+S CH ................................................................... (2)
CH = ETP +dKAT +S ............................................................ (3)
S = CH- ETP- dKAT ........................................................... (4)
ETP = (X/12)(Y/30)*ETP dasar ................................................(5)
ETP dasar = 16(10T/I0)a.....................................................................(6)
ETA = CH + IdKATI; (jika CH>ETP) .........................................(7)
ETA = ETP; (jika CH<ETP) ......................................................(8)
Dimana, M = masukan, K = keluaran, CH = curah hujan (mm/bulan), ETP= evapotranspirasi (mm/dekade), S = surplus (surplus air dapat berupagenangan atau air perkolasi), dKAT = perubahan kadar air tanah.
H. Tanggap bawang merah terhadap pemupukan
Hilman dan Suandi (1990) mengemukakan bahwa pemupukan
terbaik untuk bawang merah pada tanah Aluvial Losari, Jawa Barat
adalah 200 kg N, 150 kg SP36, dan 250 kg KCl kg ha-1. Baswarsiati dan
Nurbanah (1997) menyarankan penggunaan 150 kg N ha-1 (1/3 bagian
urea dan 2/3 bagian ZA), 150 kg SP 36, dan 150 kg KCl ha-1 dan pupuk
kandang 15 ton ha-1 yang menghasilkan 7,5 ton umbi kering panen.
Balithor (1989) menyarankan penggunaan 250 kg urea, 150-200 kg SP36,
200 kg KCl ha-1, dan pupuk kandang 15 ton ha-1. Penelitian pada
Inceptisol Jeneponto menyimpulkan bahwa bobot kering tanaman umur 1
bulan, bobot kering umbi saat panen, bobot umbi kering eskip dan kelas
umbi dipengaruhi secara nyata oleh sulfur, blotong dan intraksinya,
sedangkan susut umbi tidak dipengaruhi oleh sulfur, blotong dan
intraksinya. Pemberian belerang dengan dosis 40 ppm dan blotong 75
![Page 52: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/52.jpg)
lii
g/pot menghasilkan umbi kering eskip dengan bobot tertinggi (Muhammad
dkk., 2003).
Bawang merah varietas lembah Palu sangat respon terhadap
pupuk organik maupun pupuk anorganik. Pemberian pupuk organik 12
ton ha-1 menghasilkan bobot umbi kering panen sebesar 5,64 ton. Ha-1,
berbeda nyata dengan kontrol. Respon tanaman terhadap pemupukan
anorganik terlihat pada takaran pupuk 90 kg N ha-1 + 80 kg P2O5 ha-1 +
70 kg K2O dan diberi tambahan pupuk organik sebanyak 12 ton ha-1.
Penambahan takaran pupuk tidak meningkatkan bobot kering panen umbi
(Limbongan dan Maskar, 2003). Pemberian pupuk organik kasting setara
dengan 12 t ha-1 + 300 kg ZA dapat menghasilkan bobot umbi kering
panen sebesar 4,05 t ha-1 , sedangkan tanpa kasting dan ZA hasilnya
hanya 1,20 t ha-1 (Saidah, 2001). Dengan inovasi teknologi hemat air dan
pemupukan (150 kg ZA, 50 kg urea, 300 kg SP36, dan 200 kg KCl ha-1
serta 10 ton pupuk kandang ha-1 dapat menghasilkan bawang merah
varietas Lembah Palu sebesar 7,3 t ha-1, sedangkan pada lahan yang
dikelola oleh petani tanpa inovasi teknologi hanya menghasilkan 5,0 t ha-1
atau mengalami peningkatan sebesar 46%. Dengan sentuhan teknologi
pada tanah bertekstur kasar (Entisol) dan mengalami cekaman air,
produksi bawang merah varietas Lembah Palu dapat ditingkatkan
(Purnomo dkk., 2007).
Hasil penelitian staf Balai Penelitian Tanah Bogor di desa
Guntarano menunjukkan bahwa fosfat dan kalium potensial tanah (HCl
![Page 53: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/53.jpg)
liii
25%) tergolong sangat tinggi, tetapi ketersediaannya (P-Olsen dan K-NH4-
acetat 1N, pH 7) tergolong rendah. Untuk tumbuh secara normal, maka P
dan K harus diberikan. Kadar Ca dan Mg tergolong sangat tinggi,
sehingga bukan menjadi kendala pertumbuhan tanaman (Purnomo dkk.,
2007). Hasil kajian pemupukan Subdinas hortikultura bekerjasama
dengan staf pengajar jurusan BDP Fakultas Pertanian Universitas
Tadulako dan Balai Penelitian Teknologi Pertanian dan Sumber-sumber
lain yang relevan yang tertuang dalam Standard Operating Procedure
(SOP) budidaya bawang merah varietas Lembah Palu. Uraian standar
pemupukan pada tanaman bawang merah varietas Lembah Palu
berdasarkan SOP tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:: 10-30
ton ha-1 pupuk organik, 100-200 kg ha-1Urea, 100-250 kg ha-1 KCl, 150-
300 kg ha-1 SP-36, 100-250 kg ha-1 ZA, dan pupuk pelengkap cair sesuai
anjuran pabrik (Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Donggala, 2005).
I. Kerangka Konseptual
Adanya fakta bahwa tanaman bawang merah varietas Lemba Palu
selama ini hanya dibudidayakan di lingkungan agroekologi Lembah Palu
menunjukkan bahwa faktor iklim dan tanah di Lembah Palu adalah
merupakan faktor penentu kesesuaian tanaman pada agroekologi
tersebut. Faktor iklim yang memberi kontribusi besar adalah suhu udara
yang tinggi, lama penyinaran dan curah hujan yang rendah sepanjang
tahun, namun curah hujan yang rendah menimbulkan dampak negatif
terhadap penyediaan air bagi tanaman, sedangkan sifat-sifat tanah yang
![Page 54: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/54.jpg)
liv
memberi kontribusi yang penting dalam mempengaruhi daya adaptasi
adalah tekstur tanah, daya memegang air, kandungan bahan organik,
kadar hara dan pH tanah. Oleh karena itu, upaya memperluas areal
pertanaman dalam rangka menunjang pengembangan Agroindustri
pengolahan bawang goreng melalui penyediaan bahan baku harus
mengacu pada karakteristik agroekologi dimana tanaman bawang merah
varietas Lembah Palu selama ini telah dibudidayakan oleh petani dan
dinilai telah beradaptasi ditempat tersebut. .
Untuk memperluas areal pertanaman perlu ada kajian tentang
kisaran (range) perubahan karakteristik iklim dan tanah, dimana pada
kisaran-kisaran tersebut masih memberikan hasil yang tinggi dengan
kualitas yang tetap terjamin. Pemberian bahan organik ke dalam tanah
dapat meningkatkan kesuburan tanah dan kapasitas memegang air tanah
hingga pada batas-batas tertentu dapat meningkatkan produksi dan tetap
menghasilkan bawang dengan kualitas yang baik, tetapi pemberian bahan
organik yang lebih tinggi, boleh jadi produksi umbi kering panen tetap
meningkat disatu sisi, tetapi di sisi lain kualitas umbi kering panen dan
produk bawang goreng yang dihasilkan cenderung menurun terkait
semakin tingginya kemampuan tanah menahan air. Hal ini sejalan dengan
fakta bahwa bawang yang diproduksi di lahan kering memiliki kualitas
produk bawang goreng yang lebih baik dibandingkan dengan bawang
goreng yang diproduksi di areal persawahan yang cenderung kondisi
tanahnya lebih lembab sepanjang priode pertumbuhan tanaman terutama
![Page 55: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/55.jpg)
lv
karena adanya lapisan kedap di bawah lapisan olah. Disamping itu,
adanya kenyataan lain bahwa bawang merah varietas Lembah Palu yang
dibudidayakan pada lahan yang lebih terbuka menghasilkan kualitas umbi
bawang yang lebih baik. Hal ini lebih mempertegas tentang pentingnya
aspek lama penyinaran dalam mempengaruhi kuantitas dan kualitas hasil
tanaman bawang merah varietas lembah Palu pada lingkungan tumbuh
tersebut.
Peningkatan produksi melalui perbaikan kesuburan tanah harus
sejalan dengan upaya perbaikan kualitas bawang yang dihasilkan sebab
para pelaku industri bawang goreng varietas lembah Palu hanya akan
membeli bawang yang dinilai memiliki kualitas yang baik. Dengan
demikian, adanya indikasi bahwa kualitas bawang sangat dipengaruhi
oleh kadar air tanah, suhu dam lama penyinaran adalah merupakan fungsi
dari faktor lingkungan tumbuh tanaman seprti curah hujan, intensitas sinar
matahari, tekstur tanah, kadar bahan organik dan kadar hara dalam tanah.
Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian tentang interaksi faktor-faktor
tersebut dalam mempengaruhi produksi dan kualitas bawang merah
varietas Lembah Palu.
Uraian bagan alir kerangka konseptual rencana penelitian
produktivitas, kualitas, dan potensi pengembangan agroindustri bawang
merah varietas Lembah Palu dapat dilihat pada Gambar 1.
![Page 56: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/56.jpg)
lvi
Gambar 1. Kerangka konseptual rencana penelitian produktivitas,kualitas dan potensi pengembangan agroindustrin bawangmerah varietas lembah Palu.
iklim
C. Hujan, Suhu,Penyinaran danKelembaban
Manusia
Produktivitas
- Kecukupan air,
- bahan organik
- Hara tanaman
Agroekologi yangsesuai:
-Produksi Tinggi
-Kualitas umbi ,baik
-Kualitas bawanggoreng, baik
Agroekologi yangkurang Sesuai:
-Produksi Rendah
-Kualitas umbi segar,buruk
-Kualitas bawanggoreng, buruk
Tanah
Fisik, kimia danbiologi
Agroindustri:
-Mendorong peningkatanproduksi gunamemenuhi kebutuhanindustri bawang gorengsiap saji
-Meningkatkanpendapatan petanibawang
PenyediaanBahan Bakuberkualitas
PERBAIKAN
PerbaikansecaraTerbatas
![Page 57: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/57.jpg)
lvii
Ketersedian data atau peta pengembangan berdasarkan
kesesuaian agroekologi, memungkinkan pemerintah daerah dapat
membuat perencanaan pengembangan yang lebih terarah dan dengan
dukungan kredit usaha tani dengan bunga rendah dan perbaikan/
pengembangan kelembagaan diharapkan akan mendorong peningkatan
produksi sehingga kebutuhan bahan baku industri bawang goreng dapat
dipenuhi. Implikasi lebih jauh adalah industri yang berkembang akan
menjadi pasar yang baik dan tetap bagi petani produsen, sebaliknya
penyediaan bahan baku bawang dengan jumlah dan kualitas yang baik
akan mendorong berkembangnya agroindustri bawang goreng.
Hipotesis
1. Bawang merah varietas lembah Palu dapat tumbuh dan berduksi
dengan baik pada kisaran kadar air tersedia yang cukup lebar.
2. Ada interaksi nyata antara kadar bahan organik, kadar air tersedia dan
pemupukan (Ca dan S ) terhadap peningkatan produktivitas.
3. Ada interaksi nyata antara kadar bahan organik dan pemupukan (S
dan K) terhadap produktivitas dan kualitas bawang goreng yang
dihasilkan.
4. Peningkatan produktivitas dan kualitas bawang merah mempengaruhi
pengembangan agroindustri bawang merah varietas lembah Palu.
J. Definisi operasional
1. Kapasitas Lapang adalah jumlah air yang ditahan oleh massa tanah
setelah semua kelebihan air bergerak karena pengaruh grafitasi.
![Page 58: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/58.jpg)
lviii
2. Titik Layu Permanen adalah persentase air dari suatu tanah ketika
tanaman yang tumbuh di tanah tersebut dalam keadaan layu,
dimana tanaman ini tidak dapat kembali segar pada kondisi atmusfir
yang mendekati jenuh. Dalam keadaan layu permanen, tanah sudah
tidak mampu lagi mensuplai air dengan kecepatan yang cukup untuk
mempertahankan turgor tanaman(untuk mengimbangi kehilangan air
melalui transpirasi).
3. Air Tersedia adalah jumlah air yang tersimpan dalam tanah dan dapat
digunakan untuk pertumbuhan tanaman. Keadaan ini terletak antara
titik layu permanen (PWP) dan kapasitas lapang (FC). Jika kadar air
tanah pada kondisi kapasitas lapang = 29,4% dan pada titik layu
permanen = 7%, maka kapasitas air tersedia tanah tersebut = 22,4%.
5. Potensi Produksi adalah hasil tertinggi yang dapat dicapai pada suatu
lingkungan tumbuh yang optimal dengan faktor pembatas yang dapat
dikendalikan.
6. Bobot basah umbi adalah bobot umbi pada hari pertama dimana
bawang tersebut dipanen.
7. Bobot kering umbi adalah bobot umbi setelah 2 minggu dikering
aginkan di ruang terbuka dalam rumah
8. Agroindustri adalah industri pengolahan yang menggunakan bahan
baku berupa produk-produk dalam bidang pertanian.
![Page 59: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/59.jpg)
lix
9. Percobaan lapangan adalah percobaan yang dilakukan dilapangan
tanpa modifikasi kondisi suhu dan curah hujan dengan tujuan untuk
mendapatkan gambaran tentag cara pengelolaan air pada periode
kering selama fase pertumbuhan tanaman di lapangan.
10. Kualitas poduksi adalah kualitas fisik berupa ukuran atau berat umbi
dan tingkat kegaringan bawang goreng yang dihasilkan.
11. Bahan baku industri adalah umbi segar bawang merah varietas
lembah Palu (hingga hari ke 3 setelah panen) yang dipanen pada
umur 65-70 hari setelah tanam.
12. 100-80% air tersedia merupakan kadar air tanah yang dipertahankan
pada kisaran 100 - 80% air tersedia selama penelitian berlangsung.
13 80-60% air tersedia merupakan kadar air tanah yang dipertahankan
pada kisaran 80-60% air tersedia selama penelitian berlangsung
14 60-40% air tersedia merupakan kadar air tanah yang dipertahankan
pada kisaran antara 60-40% air tersedia selama penelitian
berlangsung
![Page 60: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/60.jpg)
lx
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dirancang melalui tiga tahapan utama, yakni: 1)
Tahap pengumpulan data ekologi areal pengembangan bawang , 2)
Percobaan rumah kaca dan 3) Percobaan lapangan.
1. Kondisi ekologi areal pengembangan tanaman bawang
Tahap pengumpulan data ekologi pertanaman bawang bertujuan
untuk mendapatkan dan memberi gambaran tentang kondisi ekologi
terutama terkait dengan kondisi tanah dan iklim dimana varietas ini telah
dibudidayakan dan beradaptasi selama ini.
Pada tahap persiapan penelitian ini dikumpulkan data dan
informasi tentang tanah, iklim dan data hasil penelitian sebelumnya, hasil
diskusi dan wawancara dari masyarakat serta data dan informasi lain dari
berbagai lembaga lain yang dinilai relevan dengan tujuan penelitian ini
turut dikaji.
a. Iklim dan nerca air tahunan lembah Palu.
Data iklim yang digunakan diambil dari stasiun meteorologi dan
geofisika Bandar Udara Mutiara Palu yang terletak di lembah Palu. Data-
data meliputi temperatur rerata bulanan, curah hujan bulanan 10 tahun
dan pengambilan contoh tanah untuk analisis sifat fisika tanah. Analisis
fisika tanah meliputi penetapan bulk density, kadar air tanah pada
![Page 61: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/61.jpg)
lxi
kapasitas lapang dan titik layu permanen. Titik layu permanen ditetapkan
dengan metode gravimetri dan menggunakan bunga matahari sebagai
tanaman indikator.
Hasil analisis neraca air menunjukkan bahwa kadar lengas tanah
Lembah Palu sepanjang tahun selalu di bawah kapasitas lapang dan tidak
ada periode surplus air. Selama bulan Januari hingga dekade pertama
bulan Februari terjadi penurunan kadar lengas tanah. Pada priode ini,
penurunan lengas tanah diikuti penurunan kadar air tanah tersedia bagi
tanaman diharapkan tidak mempengaruhi penurunkan laju pertumbuhan
tanaman secara nyata. Kadar lengas tanah meningkat mulai dekade
kedua Februari hingga dekade pertama Mei. Pada priode ini kadar lengas
tanah di lembah Palu mendekati kadar air tanah pada keadaan kapasitas
lapang dan merupakan periode terbasah sepanjang tahun (Gambar 2).
Secara teoritis, pada dekade dua Februari hingga dekade pertama
Mei, tanaman bawang varietas Lembah Palu akan mendapatkan jumlah
air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Walaupun demikian,
perlu diperhatikan waktu kejadian hujan. Tanaman bawang merah varietas
Lembah Palu sangat pekah terhadap serangan cendawan bila hujan turun
pada siang hari yang dikuti oleh penyinaran matahari setelah hujan.
(Bachri dkk., 2007). Karena alasan tersebut petani lebih menyukai apabila
hujan lebih sedikit atau tidak hujan sama sekali apabila tersedia air irigasi
selama priode pertumbuhan tanaman. Petani bawang cenderung
menghindari penanaman pada saat curah hujan cukup tiggi, kecuali bila
![Page 62: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/62.jpg)
lxii
keadaan memaksa, agar benih yang telah disiapkan tidak rusak bila tidak
segera ditanam.
Untuk mengatasi masalah ini, petani dihadapkan pada dua pilihan;
yakni menyiram tanaman dengan air irigasi sebelum air hujan mengering
pada seluruh bagian tanaman atau menyemprot dengan fungisida pada
wilayah-wilayah yang tidak memiliki sumber air untuk penyiraman. Hujan
yang turun sepanjang hari dan malam hari kemudian berhenti untuk
beberapa hari lamanya lebih baik daripada hujan yang diikuti penyinaran.
Lengas tanah menurun secara derastis mulai dekade kedua Mei
hingga mencapai titik terendah dibawah titik layu permanen pada dekade
Gambar 2. Neraca air lahan Lembah Palu
ketiga November. Pada Periode ini penanaman bawang merah di
Lembah Palu hanya dapat dilakukan bila tersedia air irigasi untuk
menambah kebutuhan air tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara
normal. Dilihat dari aspek keseimbangan pola penyebaran curah hujan
![Page 63: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/63.jpg)
lxiii
dan pola evapotranspirasi potensial tahunan (Gambar 3), tampak periode
dimana kadar air tanah cukup tersedia pada dekade ketiga bulan Februari
hingga dekade kedua bulan Mei dan dekade pertama bulan Desember.
Grafik hujan di atas evapotanspirasi merupakan priode hujan di lembah
Palu . Namun demikian, pada periode tersebut terkait dengan rendahnya
kemampuan tanah memegang air karena pada umumnya tanah-tanah di
Lembah Palu bertekstur kasar dengan kadar C-organik rendah
menyebabkan kadar lengas tanah tetap di bawah kapasitas lapang seperti
ditunjukkan oleh neraca air tahunan Lembah Palu. Di luar dekade-
dekade tersebut merupan periode defisit air untuk pemenuhan kebutuhan
pertanaman bawang mutlak diperlukan air irigasi baik yang bersumber
dari air permukaan maupun yang bersumer dari air tanah. Pada beberapa
lokasi terdapat irigasi yang memanfaatkan potensi air tanah dalam
misalanya di desa Guntarano dan di desa Sidera trans. Pemanfaatan
potensi ini hingga saat ini belum optimal karena biaya operasional yang
dinilai cukup tinggi oleh petani.
Grafik hujan di bawah evapotranspirasi merupakan bulan kering/
musim kemarau (Gambar 3). Evapotranspirasi aktual mengikuti sebaran
hujan, karena kejadian transpirasi berkaitan dengan ketersedian air tanah
pada daerah perakaran.
Jika terjadi penurunan kadar air tanah (dari kapasitas lapang ke titik
layu permanen), maka terjadi tahanan untuk proses evapotranspirasi.
Selain itu, pada musim kering kerapatan tanaman sudah berkurang atau
![Page 64: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/64.jpg)
lxiv
panen, dengan demikian transpirasi juga berkurang (Sarjiman dan
Mulyadi, 2011).
Gambar 3. Grafik Pola curah Hujan dan Evapotranspirasi tahunan L. Palu
Kadar air tanah (KAT) di wilayah yang mempunyai musim kering akan
mengalami penurunan. Air tanah dimanfaatkan untuk evapotranspirasi
(ETA), maka apabila air tanah tidak disuplai oleh hujan, maka tanah akan
mengalami defisit air dan kondisi demikian disebut musim kemarau
(Sarjiman dan Mulyadi, 2011).
b. Karakteristik Tanah.
Untuk mendapatan informasi tentang karakterisrik tanah di lokasi
penelitian dilakukan survei tanah dan pengambilan contoh tanah untuk
analisis contoh tanah dan percobaan pot. Disamping itu, juga dikumpulkan
data-data sekunder dari hasil-hasil studi terdahulu. Penentuan lokasi
pengambilan contoh tanah dan percobaan lapangan didasarkan pada peta
![Page 65: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/65.jpg)
lxv
kesesuaian lahan skala 1:150.000 untuk bawang merah varietas Lembah
Palu (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Palu, 2006). Kriteria
kesesuaian lahan untuk tanaman bawang merah yang digunakan dalam
pemetaan tersebut dapat dilihat pada Lampiran 23., sedangkan peta-peta
kelas kesesuaian lahan untuk tanaman bawang merah varietas Lembah
Palu khususnya Kota Palu dapat dilihat pada Lampiran 24
Hasil evaluasi lahan untuk tanaman bawang merah varietas
Lembah Palu yang memiliki potensi untuk dikembangkan menunjukkan
tingkat kesesuaian sesuai marginal (S3) dan cukup sesuai (S2) (Tabel
1).
Tabel 1. Kesesuaian lahan aktual untuk pengembangan bawang merahvarietas Lembah Palu.
No Kesesuaian Lahan pada tingkat kelas Luas (Ha)
1 Sesuai marginal/ Marginally suitable ( S3) 1.656,06
2 Cukup sesuai/moderately suitable (S2) 903,74
Total sesuai marginal + cukup sesuai(S3+S2)
2.559.80
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Palu (2006)
Faktor penghambat utama pada tingkat kelas terdiri atas ketersediaan air
(wa), retensi hara (nr) berkaitan dengan pH, KTK dan kadar bahan
organik, media perakaran (rc) berkaitan erat dengan kedalaman efektif,
ada tidaknya bahan kasar dan tekstur sangat kasar. Kelas cukup sesuai
(S2) berada pada beberapa satuan peta tanah/ wilayah pengembangan
Poboya, Tanamodindi, Duyu, Watuela, Kawatuna, Petobo dan Kawatuna.
![Page 66: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/66.jpg)
lxvi
Distribusi atau sebaran kesuaian lahan untuk tanaman bawang merah
varietas Lembah Palu (Tabel 2).
Kelas kesesuaian lahan aktual dapat ditingkatkan menjadi satu
kelas lebih tinggi atau lebih baik melalui perbaikan atau tambahan
masukan, sejauh pertimbangan secara ekonomi masih menguntungkan.
Faktor-faktor penghambat tersebut secara teknis dapat diatasi melalui
teknologi pemupukan, irigasi dan pengelolaan bahan organik.
Dari Tabel 1., tertera luas lahan yang kelas kesesuaiannya dapat
diperbaiki atau ditingkatkan seluas 2.559,8 ha yang terdiri dari 1.656,06
dari kelas kesesuaian marginal (S3) menjadi cukup sesuai (S2) dengan
input pengelolaan bahan organik, hara tanaman dan air berada pada
kawasan Watutela, Palu Timur. Lahan cukup sesuai menjadi sangat
sesuai (S1) seluas 903,48 ha dengan input pengelolaan bahan organik,
pemupukan dan air yang tersebar pada wilayah Poboya, Palu selatan dan
Pantoloan, Palu Timur.
Berdasarkan hasil survei lapangan yang ditunjang oleh hasil-hasil
studi terdahulu menunjukkan bahwa Lembah Palu didominasi oleh dua
ordo tanah utama, yakni Inceptisol dan Entisol. Diskripsi beberapa profil
tanah pada kategori subgroup yang dilakukan oleh staf Balai Penelitian
Tanah Bogor (2004) menunjukkan bahwa di lokasi dimana penelitian
lapangan dilakukan merupakan subgroup Typic Eutrudept
(KambisolEutrik) (Tabel 2). Sifat-sifat morfologi Typic Eutrudepts secara
lengkap disajikan pada Lampian 1, sedangkan sifat-sifat morfologi
![Page 67: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/67.jpg)
lxvii
Fluventic Eutrudept (Kambisol Fluvik) Poboya, Palu Selatan dan sifat-sifat
morfologi Fluvaquentic Endoaguept (Gleisol Eutrik) Pantoloan, Palu utara
disajikan pada Lampiran 2.
Tabel 2. Sebaran Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan TanamanBawang merah varietas Lembah Palu
Simbol Lokasi/SPL Klas Uraian Faktor Penghambat
1 Kawasan Paboya,Palu Timur
S2 CukupSesuai
Ketersediaan air (wa)dan retensi hara (nr)
S3 Sesuaimarginal
Kondisi perakaran (rc),kelerengan (eh) danketersediaan air (wa)
2 KawasanTanamodindi, PaluTimur
S2 Cukupsesuai
Ketersediaan air (wa)dan retensi hara (nr)
3 KawasanWatutela, PaluTimur
S2 Cukupsesuai
Ketersediaan air (wa),dan retensi hara (nr)
4 Kawasan PaluSelatan
S2 Cukupsesuai
Ketersediaan air (wa)dan retensi hara (nr)
5 Kawasan PetoboPalu selatan
S2 Cukupsesuai
Ketersediaan air dan(wa) dan retensi hara (nr)
6 Kawasan DuyuPalu Barat
S2 CukupSesuai
Ketersediaan air (wa)dan retensi hara (nr)
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Palu (2006)
Kelasifikasi tanah-tanah di Lembah Palu yang relatif baru dengan
skala yang relatif lebih besar sekaligus melengkapi data-data sebelumnya
dilakukan oleh Syafruddin dkk. (2003) dan Hikmatullah dkk. (2004).
Uraian nama-nama tanah pada masing-masing kategori dalam sistem
Taxonomi tanah (Soil Survey Staff, 1975) dan padanannya pada kategori
macam tanah dalam sistim kelasifikasi tanah Pusat Penelitian tanah (PPT)
Bogor dapat dilihat pada Tabel 3.
![Page 68: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/68.jpg)
lxviii
Karakteristik fisik dan kimia tanah pada beberapa wilayah yang
dinilai refresentatif mewakili Lembah Palu dapat dilihat pada Lampiran 20 .
Data pada Lampiran 20 menunjukkan bahwa kadar C-organik dan N-
total tanah pada semua wilayah berstatus sangat rendah sampai
rendah. Kadar P2O5 total dan P2O5 tersedia bervariasi dari sangat
rendah, rendah, sedang hingga sangat tinggi; kadar K2O total pada
hampir semua lokasi berstatus tinggi hingga sangat tinggi, kecuali pada
Tabel 3. Kelasifikasi Tanah-Tanah di Lembah Palu, Sulawesi Tengah
Soil taxonomy (Soil Survey Staff, 1998) PPT (1983)
Ordo Subordo Great group Subgroup Macam Tanah
Entisols
Inceptisols
Alfisols
Psamments
Aquents
Aquepts
Udepts
Udalfs
Udipsamment
Fluvaquents
Endoaquepts
Eutrudepts
Dystrudepts
Hapludalfs
Typic Udipsamment
Typic Fluvaquents
FluvaquenticEndoaquepts
Typic Endoaquepts
Fluventic Eutrudepts
Typic Eutrudepts
Andic Dystrudepts
Typic Dystrudepts
Typic Hapludalfs
Rego. Eutrik
Glei. Eutrik
Glei. Eutrik
Glei. Eutrik
Kambi. Fluvik
Kambi. Eutrik
Kambi. Andik
Kambi Distrik
Mediteran Tipik
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Palu (2006)
kawasan Kawatuna berstatus sedang, sedangkan kadar K2O tersedia
umumnya rendah, kecuali pada beberapa wilayah berstatus sedang dan
sangat tinggi. Kadar Ca tanah bervariasi dari rendah, sedang, tinggi dan
sangat tinggi, sedangkan kadar Mg tanah bervariasi dari sangat rendah,
rendah, sedang hingga tinggi. Kebutuhan Ca, dan Mg tanaman dapat
![Page 69: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/69.jpg)
lxix
teratasi dengan tingginya kadar unsur tersebut dalam air baik yang
besumber dari air tanah maupun air irigasi.
Data tentang sifat fisik tanah meliputi tekstur dan. sifat kimia tanah
meliputi pH tanah (pH-meter), C-organik (walkley and black method) KTK,
Ca, Mg dan K (NH4 OAc. pH 7), KB, N-total (khjedahl), P-tersedia
(Olsen). Analisis tanah dilakukan di Laboratorim ilmu tanah Fakultas
Pertanian Universitas Tadulako.
2. Percobaan Rumah Kaca
Percobaan rumah kaca merupakan kelanjutan dari tahap persiapan
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan hasil kajian
pada tahap periapan penelitian, ditetapkan 3 faktor yang akan dikaji dan
ditelaah baik pada percobaan rumah kaca maupun dalam percobaan
lapangan. Ketiga faktor tersebut adalah bahan organik, kadar air tersedia
dan pemupukan. Tahap awal ke tiga faktor tersebut akan diuji di rumah
kaca kemudian dilanjutkan pada penelitian lapangan.
Perlakuan-perlakuan yang menunjukkan respon positif terhadap
pertumbuhan dan hasil bawang merah varietas Lembah Palu di rumah
kaca, dijadikan sebagai dasar dalam menyusun rencana penelitian di
lapangan.
a. Pelaksanaan Percobaan
a.1. Penyiapan contoh tanah
Contoh tanah yang diambil dari tiga Sistim lahan di Lembah Palu di
siapkan di ruang penyiapan contoh tanah Laboratorium Ilmu Tanah
![Page 70: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/70.jpg)
lxx
Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Contoh tanah yang telah kering
udara ditumbuk dan diayak dengan menggunakan ayakan 2 mm. Contoh
tanah yang telah diayak, dicampur merata untuk mendapatkan contoh
tanah homogen pada masing-masing sistem lahan. Sebanyak 5 kg contoh
tanah yang lolos saringan 2 mm dimasukkan ke dalam pot-pot percobaan
yang sebelumnya telah disiapkan dan diberi label sesuai kombinasi
perlakuan yang telah direncanakan.
a.2. Pemberian bahan organik dan aplikasi air tersedia
Pot-pot percobaan yang telah berisi contoh tanah diberi bahan
organik (pupuk kandang ayam) setara 10 ton ha-1 . Aplikasi bahan
organik dilakukan pada permukaan tanah dalam pot kemudian dicampur
merata dengan tanah hingga ke dalaman 10 cm dari permukaan tanah
dalam pot (Yable dkk., 2007). Contoh tanah yang telah diberi bahan
organik selanjutnya diberi air sesuai dengan perlakuan persen kadar air
tersedia yang telah ditetapkan secara grafimetri di laboratorium. Untuk
mengontrol kisaran kadar air tersedia selama percobaan berlangsung
sesuai perlakuan yang telah direncanakan dilakukan penimbangan pot-pot
percobaan setiap hari dengan menggunakan timbangan digital. Apabila
berat pot mendekati titik terendah pada masing-masing perlakuan
dilakukan penambahan air hingga mendekati atau mencapai batas kadar
air tertinggi sesuai hasil pengukuran yang dilakkan di Laboratorium . Hal
yang sama juga dilakukan pada semua unit percobaan yang berjumlah 72
pot percobaan yang diletakkan secara di rumah kaca.
![Page 71: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/71.jpg)
lxxi
a.3. Penanaman dan Pemupukan
Perlakuan pemberian hara dilakukan pada saat tanaman berumur 1
minggu setelah tanam. Pemberian hara belerang (K2SO4) setara
dengan 60 kg S ha-1 (SOP bawang merah varietas lembah Palu, 2009)
dilakukan dengan melarutkan ke dalam air lalu di injeksikan ke dalam
tanah pada masing-masing pot percobaan sesuai dengan perlakuan yang
telah direncanakan. Kadar kalium pada masing-masing pot percobaan
disetarakan dengan menambahkan KCl juga cara melarutkannya ke
dalam air lalu diinjeksikan ke dalam tanah. Pemberian kalsium (CaCO3)
setara dengan 30 kg ha-1 dilakukan dengan cara tugal disekitar tanaman
Pupuk dasar SP-36 dengan dosis setara dengan 200 kg. ha-1
diaplikasikan pada saat tanam, sedangkan pupuk dasar urea dengan
dosis 100 kg ha-1 diberikan dengan cara injeksi bersamaan aplikasi
perlakuan pemupukan (Dinas Pertanian & Peternakan Donggala, 2005).
b. Rancangan perlakuan dan rancangan percobaan
Penelitian ini terdiri dari 3 faktor, faktor pertama adalah bahan
organik yang terdiri dari 2 level, yakni tanpa bahan organik (O0) dan
pemberian bahan organik setara dengan 10 ton ha-1 (O1). Faktor kedua
adalah kadar air tersedia yang terdiri dari 3 level, yaitu: A1 (100-80%).
A2(80-60%), A3(60-40%) . Faktor ketiga adalah pengelolaan hara
tanaman yang terdiri dari 4 kombinasi perlakuan, yaitu: H0 (-S-Ca), H1(+S-
Ca),H2 (-S+Ca) dan H3(+S+Ca), .
![Page 72: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/72.jpg)
lxxii
Penelitian ini menggunakan percobaan faktorial dalam acak
kelompok 2x3x4 dengan 3 kali ulangan. Dengan demikian secara
keseluruhan diperoleh 72 unit percobaan. Rata-rata nilai tengah
perlakuan diuji dengan uji BNJ taraf kepercayaan 95% (P0,05). Jika uji F
kelompok signifikan, maka hal ini berarti bahwa perbedaan karakteristik
sistim lahan PLU, SDO dan SSU berpegaruh nyata (signifikan) terhadap
produksi dan kualitas bawang yang dihasilkan. Demikian juga halnya jika
interaksi antara faktor-faktor yang diteliti berpengaruh nyata berdasarkan
uji F, maka pengaruh utama dari faktor-faktor yang diteliti menjadi tidak
penting untuk ditelaah karena pengaruh utama tidak mencerminkan
keadaan sesungguhnya, hal ini disebabkan pengaruh sederhana dari
faktor-faktor yang dicobakan tidak sama besar. Sebaliknya, jika
pengujian (uji F) menunjukkan pengaruh interaksi tidak nyata maka hal ini
menunjukkan bahwa pengaruh sederhana dari faktor-faktor yang
dicobakan sama besarnya (Gaspersz, 1991). Dengan demikian,
pengaruh utama dari faktor-faktor tersebut dapat digeneralisasi.
c. Parameter Pengamatan
Parameter pengamatan yang diukur pada peneltian ini diantaranya
adalah: bobot umbi basah, bobot umbi kering dan jumlah umbi perpot.
3. Percobaan lapangan
Percobaan lapangan bertujuan untuk memverifikasi hasi-hasil
percobaan rumah kaca yang telah dilakukan sebelumnya. Perlakuan-
perlakuan yang menunjukkan hasil-hasil positif dan signifikan dalam
![Page 73: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/73.jpg)
lxxiii
mempengaruhi produksi dan kualitas bawang merah akan dikaji di lokasi
yang memiliki karakteristik agroekologi yang sama atau hampir sama
dengan Agroekologi dimana varietas tersebut dikembangkan selama ini.
Percobaan Lapangan dilakukan pada lokasi pengambilan contoh tanah
yang dinilai memiliki potensi dari aspek luasan/cakupan daerah
pengembangan bawang merah varietas lembahPalu.
a. Pelaksanaan percobaan
a.1. Tahap persiapan
Pemilihan lokasi penelitian pada sistem lahan PLU dilakukun
dengan mempertimbangkan kemudahan untuk menjangkau lokasi
sehingga percobaan dapat dikontrol dengan sebaik-baiknya. Disamping
itu, kemudahan dalam memperoleh sumber daya yang diperlukan
terutama air dan bahan organik juga dijadikan dasar dalam pemilihan
lokasi penelitian.
a.2. Pengolahan tanah dan pembuatan petak-petak percobaan
Lahan percobaan yang relatif homogen diolah sebanyak dua kali
dengan menggunakan hand traktor, kemudian dilanjutkan dengan
pengolahan tanah dengan menggunakan alat mekanik khusus dengan
tujuan untuk menghaluskan dan menyeragamkan bongkah tanah.
Pembuatan petak-petak percobaan dilakuan secara mekanik sesuai
dengan ukuran petak-petak percobaan yang telah direncanakan, yakni
1,2X1,5 m-2. Petak-petak percobaan yang dibuat secara mekanik
dirapikan secara manual sesuai ukuran yang telah ditentukan. Jarak antar
![Page 74: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/74.jpg)
lxxiv
petak dalam blok-blok percobaan adalah 25 cm sedangkan jarak antar
blok percobaan adalah 35 cm.
a.3. Pemberian bahan organik
Bahan organik yang digunakan adalah pupuk kandang ayam yang
telah matang. Bahan organik disiapkan dalam ruang terbuka, tetapi
terlindung dari sinar matahari dan air hujan. Bahan organik dicampur
merata lalu ditebar secara merata pada permukaan lantai yang beralaskan
pelastik selanjutnya diangin-anginkan selama seminggu. Bahan organik
yang telah kering secara merata ditimbang sesuai perlakuan kemudian
dimasukkan ke dalam kantong pelastik. Pupuk organik dalam kantong
pelastik masing-masing ditempatkan pada semua petak percobaan sesuai
dengan label yang sebelumnya telah dipasang secara acak. Pemberian
bahan organik dilakukan sesuai dengan dosis yang telah ditentukan pada
masing-masing petak-petak percobaan selanjutnya didistribusikan secara
merata pada permukaan petak percobaan yang telah disiapkan dan
selanjutnya disemprot dengan herbisida pra tumbuh dan fungisida
masing-masing untuk mengendalikan gulma.dan fungi/cendawan. Bahan
organik yang telah disebar merata pada permukaan petak-petak
percobaan selanjutnya diaduk merata sedalam 10 cm dari permukaan
petak percobaan.
a.4. Penyiraman
Penyiraman dilakuakan dengan tujuan agar kadar lengas tanah
lebih seragam hingga kedalaman 50 cm dari permukaan tanah.
![Page 75: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/75.jpg)
lxxv
Penyiraman dilakukan dengan meggunakan 2 buah sprinkler yang
dihubungkan dengan selang dari sumber air yang mengalirkan air secara
kontinyu. Untuk mengontrol kedalaman resapan air, pada bagain luar blok
percobaan terdapat petakan yang berukuran panjang pada 4 sisi dari
blok-blok percobaan yang disiapkan untuk ditanami tanpa perlakuan.
Penanaman bawang pada 4 sisi blok-blok percobaan tanpa perlakuan
dimaksudkan sebagai tanaman pelindung juga digunakan untuk
mengontrol kedalaman resapan air pada saat penyiraman sesuai dengan
rencana yang telah dibuat seperti diuraikan diatas.
Untuk mengontrol kadar air tersedia di lapangan selama penelitian
berlangsung digunakan tensiometer digital yang telah dikalibrasi secara
grafimetri di laboratorium berdasarkan perlakuan yang telah direncanakan.
Tempat-tempat untuk mengontrol kadar air tersedia dipilih pada bagian
tengah dari masing-masing petak-petak percobaan untuk menghindari
adanya bias karena pengaruh perlakuan pemberian air yang berbeda
pada petak-petak percobaan yang berdampingan atau dengan kata lain
lokasi kontrol terletak pada bagian petakan dimana tanaman contoh
berada. Kegiatan untuk mengontrol kadar air tersedia dilakukan 3-5 kali
sehari tergantung keadaan cuaca. Jika intensitas penyinaran tinggi
sepanjang hari, maka kegiatan kontrol dilakukan lebih sering.
a.5. Penanaman
Sebelum penanaman dilakukan, benih diselekasi terlebih dahulu.
Sebagai bahan penelitian, benih yang diperlukan adalalah benih yang
![Page 76: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/76.jpg)
lxxvi
seragam dan berkualitas baik. Karena sulit mendapatkan benih yang
betul-betul seragam apalagi jika jumlah benih relatif terbatas, maka benih
yang digunakan dikelompokkan ke dalam 3 kelompok berdasarkan bobot
benih, masing-masing benih dengan bobot sekitar 3 g, 4 g dan 5 g.
Sebelum ditanam bagian ujung benih dipotong kemudian direndam
beberapa saat (sekitar 10 menit) dengan larutan zat perangsang tumbuh
(atonik) dan dithan untuk mencegah kontaminasi dengan cendawan.
Penanaman dilakukan dengan cara tugal mengikuti tali ajir yang telah
diberi tanda sesuai dengan jarak tanam 15 X 20 cm. Penanaman
dilakukan berdasarkan urutan kelompok bobot benih seperti diuraikan
diatas.
a.6. Pemupukan
Jenis pupuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pupuk
Urea, SP-36, KCl dan ZA. SP-36 diberikan satu kali pada saat tanam,
sedangkan nitrogen, belerang dan kalium diberikan 2 kali. setengah
bagian diberikan pada saat tanam dan sisanya diberikan masing-masing
pada saat tanaman telah berumur 3 minggu. Pemupukan dilakukan
dengan cara tugal kemudian ditutup dengan tanah berdasarkan urutan
kelompok perlakuan.
a.7. Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan meliputi pengendalian gulma, hama dan penyakit
tanaman. Pengendalian gulma dilakukan secara fisik dengan jalan
mencabut gulma begitu ada gulma yang tumbuh, demikian pula halnya
![Page 77: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/77.jpg)
lxxvii
dengan hama hingga batas-batas tertentu dilakukan pengendalian secara
fisik. Pengendalian secara kimia dilakukan sebagai alternatif terakhir.
a.8. Panen
Panen dilakukan setelah tanaman berumur 70 hari setelah
tanaman. Sebanyak 12 rumpun tanaman contoh dipilih secara acak
pada baris ke 2, 3, 4 dan 5, sedangkan baris 1 dan 6 sebagai baris terluar
tidak digunakan sebagai tempat pengambilan tanaman sampel. Tanaman
pada baris terluar merupakan tanaman yang menerima efek kompetisi
sebagai akibat perlakuan yang berbeda pada petak-petak yang
berdampingan atau karena pengaruh kompetisi yang berbeda akibat jarak
tanam yang berbeda antar baris tanaman dalam petak yang sama dengan
tanaman pinggir pada petak yang berdampingan.
b. Rancangan perlakuan dan Rancangan Percobaan
Rancangan perlakuan terdiri dari pemberian bahan organik (O),
persen air tersedia (A) dan pemberian hara tanaman (H). Pemberian
bahan organik terdiri dari 2 taraf yakni: 10 ton bahan organik ha-1 (O1) dan
15 ton bahan organik ha-1 (O2). Perlakuan lengas tanah yang terdiri dari
dari 3 taraf, yakni: 100-80% air tersedia (A1), 80-60% air tersedia (A2) dan
60-40% air tersedia (A3). Perlakuan hara tanaman yang terdiri dari 48 kg S
ha-1 (H1) , 72 kg S ha-1 (H2), 100 kg ha-1 KCl (H3) dan 200 kg ha-1 KCl
(H4).
Penelitian ini menggunakan percobaan faktorial 2x3x4 dalam acak
kelompok dengan 3 kali ulangan. Dengan demikian, diperoleh 24
![Page 78: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/78.jpg)
lxxviii
kombinasi perlakuan sehingga secara keseluruhan diperoleh 72 unit
percobaan. Dalam penelitian ini bobot benih digunakan sebagai dasar
pengelompokan. Rata-rata nilai tengah perlakuan diuji dengan uji BNJ
pada taraf kepercayaan 95%. .
c. Parameter pengamatan
Parameter pengamatan yang diukur dalam penelitian ini
didasarkan atas kebiasaan yang lazim dilakukan oleh peneliti sebelumnya,
diantaranya adalah: Bobot umbi basah per rumpun, bobot umbi kering
eskip perrumpun, jumlah umbi yang terbentuk, kadar karbohirat total dan
tingkat kegaringan bawang goreng. Nilai bobot umbi basah adalah
merupakan rata-rata dari 12 rumpun tanaman contoh.
Konsistensi hasil umbi bawang yang diperoleh sebagai akibat
interaksi berbagai perlakuan yang menunjukkan respon posistif pada
variabel bobot umbi basah dan bobot umbi kering menjadi salah satu
indikator kualitas umbi bawang yang dihasilkan, demikian pula jumlah
umbi yang terbentuk. Komponen mutu produk bawang goreng yang
dihasilkan diukur dengan menggunakan penetrometer digital untuk
mengetahui tingkat kegaringan produk bawang goreng. Setiap perlakuan
dipilih 10 irisan bawang goreng yang sama tebalnya sebagai contoh.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Juni 2010, meliputi
kegiatan persiapan penelitian, dimulai dengan studi pustaka dilanjutkan
kunjungan ke kantor Dinas Pertanian Kota Palu dan Kantor Dinas
![Page 79: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/79.jpg)
lxxix
Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Tengah. Selanjutnya diskusi
dengan Kasubdin Hortikultura di Instansi tersebut terkait dengan substansi
penelitian ini. Orientasi lapangan, berdiskusi/ wawancara dengan tokoh-
tokoh masyarakat, penyuluh pertanian lapangan dan petani bawang.
Survei lapangan dilakukan untuk pengambilan contoh tanah untuk
analisis contoh tanah dan pembuatan profil tanah yang bertujuan untuk
mendapatkan gambaran tentang karakter morfologi tanah di lapangan.
Percobaan lapangan dilaksanakan pada awal September 2010.
Percobaan rumah kaca dengan menggunakan contoh tanah yang
berasal dari 3 sistem lahan di Lembah Palu diantaranya adalah PLU, SDO
dan SSU. Dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas
Tadulako Palu. Sedangkan percobaan lapangan dilakukan pada sistem
lahan PLU di dusun Watutela Kelurahan Tondo Kecamatan Palu Timur,
Kota Palu.
C. Bahan dan Alat Peneltiaan
Untuk melaksanakan penelitian ini diperlukan sarana pendukung
yang meliputi: bahan-bahan dan ala-alat penelitian diantaranya tertera
dalam Tabel 4.
![Page 80: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/80.jpg)
lxxx
Tabel 4. Bahan yang digunakan dalam peneltian ini
No Nama bahan Uraian/metode analisis1 Bahan kimia - C-organik dengan Walkay and
black method- N-Total dengan Kjeldahl method- Tekstur dengan metode pipet- pH dengan pH-meter- P2O5 dengan Olsen- CEC dengan Am. Acetat- pH 7- Susunan kation dengan Am.
Acetat-pH7- SO4 dengan Ca(H2PO4)2
2 Benih bawang merah Varietas Lembah Palu3 Peta Sumber informasi4 Pot-percobaan
kapasitas 5 kgWadah percobaan
5 Pupuk anorganik Urea, SP-36, KCl, ZA, K2SO4 danpupuk daun sebagai sumber unsurmikro
6 Bahan organik Pupuk kandang ayam
Tabel 5. Alat yang digunakan dalam penelitian
No Nama alat Kegunaan dalam penelitian1 Tensiometer digital Untuk mengukur kadar air tanah2 GPS Menentukan posisi suatu tempat
dipermukaan bumi3 Bor tanah Untuk mengukur kedalam solum dan
penyebaran jenis tanah4 Penetrometer digital Mengukur tingkat kegaringan bawang
goreng5 Thermometer
maksimum/ minimumUntuk menukur suhu maximum dansuhu minimum dalam rumah kaca
6 Linggis dan skop Untuk pembuatan profil danpengambilan contoh tanah
7 Peralatan laboratorium- AAS- Spectrofotometer- Flame fotometer- Micro Kjeldahl- Timbangan
- Oven
Untuk mengukur kadar:
P dan SCa, Mg, K dan Na
N-totalUntuk mengukur bobot/berat suatubahanUntuk mengeringkan bahan/atat
![Page 81: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/81.jpg)
lxxxi
D. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer
dan data sekunder. Pada saat kegiatan persiapan dilakukan, dimulai
dengan melakukan kunjungan dan diskusi dengan staf dinas pertanian
tingkat I, dinas pertanian Kab.Sigi, dinas pertanian Kota Palu khususnya
subdinas hortikultura, tokoh-tokoh masyarakat/petani yang memahami
seluk beluk bawang merah varietas Lembah Palu, pengelola industri
bawang goreng Palu dan pihak-pihak lain yang yang relevan dengan
tujuan penelitian ini . Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran
secara umum tentang situasi pengembangan bawang lokal Palu selama
ini, berbagai kendala yang dihadapi dan rencana pengembangan bawang
lokal Palu dimasa datang. Pada saat yang sama juga dimulai
pengumpulan data sekunder di instansi tersebut. Orietansi lapangan
dilakukan bersama-sama dengan staf subdinas hortikultura ke wilayah-
wilayah pengembangan dan wilayah lain yang dinilai memiliki potensi
untuk dikembangkan baik ditinjau dari aspek teknis maupun dari aspek
sosial masyarakat. Data sekunder lainnya yang terkait dengan penelitian
ini diperoleh dari instansi terkait seperti Bappeda, Stasiun Meteorologi
Bandar Udara Mutiara Palu, dan BPTP Sidera. Data sekunder seperti
peta rupa bumi, peta land system, peta tanah, peta tata guna lahan, peta
kesesuaian lahan untuk bawang merah varietas Lembah Palu dan peta
administrasi yang diperoleh dari instansi tersebut. Data sekunder berupa
hasil-hasil penelitian sebelumnya baik yang dipublikasi maupun yang
![Page 82: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/82.jpg)
lxxxii
belum dipublikasikan juga menjadi sumber informasi penting dalam
penelitian ini. Data sekunder khususnya data iklim dikumpulkan dari
stasiun Klimatologi Bandar Udara Mutiara Palu. Penentuan lokasi
penelitian dan pengumpulan data primer mulai dilakukan setelah semua
data sekunder dikumpulkan, dipelajari dan ditelaah termasuk hasil diskusi
dengan staf hortikultura dinas peranian. Data primer tentang karakteristik
tanah dan kondisi agroekologi pertanaman bawang diperoleh melalui
serangkaian kegiatan di lapangan yang dimulai dengan pengambil contoh
tanah lapisan olah (0-30 cm) untuk analisis contoh tanah terganggu
(contoh komposit untuk analisis sifat fisik dan kimia tanah) serta
wawancara dengan petani bawang dengan menggunakan questioner.
Data curah hujan, temperatur, evapotranspirasi dan kadar air tanah
pada berbagai ke dalaman dikumpulkan dan dianalisis untuk menentukan
neraca air lahan.
Percobaan pot bertujuan untuk menscrining dan menguji coba
berbagai alternatif pemecahan masalah dari sejumlah masalah teknis
yang teridentifikasi pada tahap persiapan penelitian dilakukan. Dalam
kegiatan tersebut teridentifikasi masalah yang urgen untuk dipecahkan
antara lain adalah perbaikan kadar bahan organik tanah, pengelolaan
hara tanah dan pengelolaan air. Perbaikan kadar bahan organik tanah
dilakukan dengan pemberian bahan organik, pengelolaan hara tanah
sekaligus perbaikan kualitas bawang goreng dengan penambahan sulfur
dan kalsium. Untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman juga
![Page 83: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/83.jpg)
lxxxiii
dilakukan penambahan hara lain seperti N, P, K dan unsur hara mikro
sebagai pupuk dasar.
Contoh tanah yang diambil dari Lembah Palu di siapkan di ruang
penyiapan contoh tanah Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Tadulako. Contoh tanah yang telah kering udara ditumbuk
dan diayak dengan menggunakan ayakan 2 mm. Sebanyak 5 kg contoh
tanah yang lolos saringan 2 mm dimasukkan ke dalam pot-pot percobaan
yang telah diberi label (denah percobaan lapang Lampiran 26)
E. Teknik Analisis
Dalam kegiatan persiapan penelitian, data dianalisis dengan
analisis deskripsi. Analisis data primer dan sekunder dimaksudkan untuk
menyusun dan merangkaikan berbagai data menjadi satu susunan data
yang sistimatik dan terinci sesuai dengan fungsi, penggolongan dan
kegunaannya sehingga data tersebut mudah dibaca dan dipahami.
Kegiatan pengolahan data ini dapat berupa; klasifikasi data menurut sifat
data (misalnya data fisik/lingkungan dan data sosial), penyusunan data
dalam tabel (tabulasi data) , grafik dan histogram.
Data yang dikumpulkan melalui prosedur eksperimen ditabulasi
berdasarkan peubah yang diamati. Dengan meggunakan software
MINITAB Release 13.20 dilakkan beberapa tahap uji antara lain: (1) Uji
Keaditifan Model Linear Tukey dengan tujuan untuk mengetahui apakah
model bersifat aditif atau tidak, (2) Uji Kesamaan Ragam Barlet untuk
mengetahui apakah ragam dari masing-masing kombinasi perlakuan
![Page 84: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/84.jpg)
lxxxiv
homogen, dan (3) Uji Normalitas Data Liliefort yang bertujuan untuk
mengetahui apakah sebaran data setiap peubah dalam keadaan normal
atau tidak ( Masyahoro, 2012). Apabila faktor-faktor yang dicobakan
berinteraksi, maka data diananalisis dengan menggunakan software Excel
2007.
Model Statistika untuk percobaan faktorial (2x3x4) yang terdiri dari
3 faktor, masing-masing faktor pertama adalah Bahan organik (O), faktor
kedua adalah pengelolaan air tersedia (A) dan faktor ketiga adalah
pengelolaan hara tanaman (H) dengan menggunakan rancangan dasar
rancangan acak kelompok (RAK) . (Gasperstz, 1991; Gomes dan Gomes,
1995)..
Yijkl = U + K1 + Ai + Bj+ Ck + (AB)ij + (AC)ik + (BC)jk + (ABC)ijk +
(BC)jk + €ijk
Dimana:
Yijkl = Nilai pengamatan (respons) pada kelompok ke-I,
yangmeperoleh taraf ke-i dari faktor A, taraf ke-j dari
faktor B dan taraf ke- k dari faktor C
U = Nilai rata-rata yang sesungguhnya
KI = Pengaruh aditif dari kelompok ke-I
Ai = Pengaruh aditif dari taraf ke-i faktor A
Bj = Pengaruh aditif dari taraf ke-j Faktor B
Ck = Pengaruh additif dari taraf ke-k, faktor C
(AB)ij = Pengaruh intraksi taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor
B
(AC)ik= Pengaruh interaksi taraf ke-i faktor A dan taraf ke-f
faktor C
(BC)jk = Pengaruh interaksi taraf ke-j faktor dan taraf ke-k faktor C
![Page 85: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/85.jpg)
lxxxv
(ABC)ijk = Pengaruh intraksi antara taraf ke-i, faktor A, taraf ke-j,
faktor B dan taraf ke-k faktor C.
€ijk = Pengaruh galat percobaan pada kelompok ke-I yangmemperoleh taraf ke-i faktor A, taraf ke-j faktor B.dantaraf ke-k faktor C.
Untuk menentukan paket teknologi yang digunakan untuk membuat
prediksi pengembangan agroindustri bawang merah varietas lembah Palu,
maka dilakukan mengelompokan perlakuan dengan nilai produktivitas dan
kualitas ke dalam tinggi (T), sedang (S) dan rendah (R) (Tabel 6).
Tabel 6. Kriteria penilaian paket teknologi yang terpilih
Kombinasi Produktivitasdan kualitas
Kriteria penilaian PilihanTeknolgi
3+3 T dan T T T3+2 T dan S T3+1 T dan R S2+3 S dan T T2+2 S dan S S S2+1 S dan R S1+3 R dan T S1+2 R dan S S1+1 Rdan R R R
Keterangan: R= Rendah (1), S=Sedang (2) dan T=Tinggi (3)
Analisis data yang terkait dengan kadar air tersedia pada
percobaan lapangan tidak dapat dilakukan karena selama berlangsungnya
percobaan terjadi hujan pada minggu ke 4 dan ke 9 sehingga
mempengaruhi perlakuan kadar air tersedia (perlakuan kadar air tersedia
di drop). Dengan demikian, perlakuan yang ditelaah lebih lanjut hanya
perlakuan dosis bahan organik dan pemupukan dosis belerang dan dosis
kalium.
![Page 86: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/86.jpg)
lxxxvi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil-Hasil Penelitian
1. Percobaan Rumah Kaca
a. Bobot umbi segar (g)
Data hasil pengukuran bobot umbi basah (pada saat panen)
disajikan pada Lampiran 3., sedangkan sidik ragamnya disajikan pada
Lampiran 4. Analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk
organik (O), persen air tersedia (A), pemberian hara (H) dan interaksi
(OA), interaksi (OH), interaksi (AH) dan interaksi (OAH) berpengaruh
sangat nyata terhadap bobot umbi segar (g/pot).
Analisis tentang pengaruh faktor O pada berbagai taraf faktor AH,
pengaruh faktor A pada berbagai taraf faktor OH dan pengaruh faktor H
pada berbagai taraf faktor OA masing-masing diuraikan sebagai berikut:
a.1 . Pengaruh interaksi bahan organik (O) pada berbagai taraf faktorair tersedia (A) dan hara tanaman (H) terhadap bobot umbi segar(g/pot)
Hasil uji BNJ pada taraf kepercayaan 95% (P.05) menunjukkan
bahwa pengaruh pemberian bahan organik (O) pada berbagai taraf faktor
AH tidak berbeda nyata terhadap bobot umbi segar, kecuali pada intraksi
antara 60-40% air tersedia (A3) dan perlakuan pemupukan –S+ Ca (H2).
Pada taraf faktor A3H2, pemberian bahan organik setara dengan 10 ton
ha-1 (O1) menghasilkan bobot umbi segar yang berbeda nyata dengan
perlakuan tanpa pemberian bahan organik (O0). Namun demikian,
![Page 87: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/87.jpg)
lxxxvii
pemberian bahan organik 10 ton ha-1 (O1), 60-40% air tersedia (A3) dan
mendapatkan tambahan belerang setara dengan 60 kg S ha-1
menghasilkan bobot umbi basah tertinggi (18,35 g/pot) dibandingkan
pada berbagai taraf faktor AH lainnya (Tabel 7). Dengan demkian,
pemberian bahan organik (O) memberi pengaruh yang penting tidak
hanya pada taraf faktor A3H2, tetapi juga pada taraf faktor A3H1 dan taraf
faktor A3H3.
Tabel 7. Pengaruh interaksi bahan organik (O) pada berbagai taraf faktorair tersedia (A) dan hara tanaman (H) terhadap rata-rata bobotumbi segar (g/pot).
Interaksi KAT(A) dan Hara (H)
Bahan organik (O) Nilai BNJ(P.05)O0 O1
A1H0 15,73a 15,73a 2,359H1 15,88a 18,00a
H2 15,95a 17,15a
H3 16,34a 18,14a
A 2H0 16,38a 17,19a
H1 17,29a 18,20a
H2 16,80a 15,80a
H3 16,92a 15,82a
A3H0 15,47a 16,67a
H1 16,05a 18,35a
H2 14,02a 16,97b
H3 14,67a 13,87a
Keterangan:
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama ke arah baris berartitidak berbeda nyata pada uji BNJ (P0.05).
O0 = Tanpa ppk kandang ayam O1 = 10 ton ha-1
A1 = 80-100% air tersedia (AT) A2= 60-80% AT, A3= 40-60% AT H0= -S-Ca, H1=+S-Ca, H2= -S+Ca, H3=+S+Ca
a.2. Pengaruh iteraksi faktor air tersedia (A) pada berbagai taraf dosisbahan organik (O) dan hara tanaman (H)
Hasil uji BNJ pada taraf kepercayaan 95% (P.05) menunjukkan
bahwa pengaruh faktor A pada berbagai taraf faktor OH secara umum
![Page 88: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/88.jpg)
lxxxviii
tidak berbeda nyata terhadap bobot umbi segar, kecuali pada taraf faktor
pemberian bahan organik 10 ton ha-1 (O1) dan pemberian hara +Ca-S
(H3). Pada taraf faktor O1H3, perlakuan 100-80% air tersedia (A1)
menghasilkan bobot umbi basah tertinggi (18,14 g/pot), tidak berbeda
nyata dengan perlakuan 80-60% air tersedia (A2), tetapi berbeda nyata
dengan perlakuan 60-40% air tersedia (A3), perlakuan 80-60% air tersedia
(A2) juga tidak berbeda nyata dengan perlakuan 60-40% air tersedia (A3)
(Tabel 8).
Tabel 8. Pengaruh interaksi kadar air tersedia (A) pada berbagai taraffaktor bahan organik (O) dan hara tanaman (H) terhadap rata-rata bobot umbi segar (g/pot)
Taraf faktorBahan organik
dan hara
Kadar Air Tersedia (A) Nilai BNJ(P.05)A1 A2 A3
O0H0 15,73a 16,38a 15,47a 2,359H1 15,88a 17,29a 16,05a
H2 15,95a 16,80a 14,02a
H3 16,34a 16,92a 14,67a
O1H0 15,73a 17,19a 16,67a
H1 18,00a 18,20a 18,35a
H2 17,15a 15,80a 16,97a
H3 18,14b 15,82ab 13,87a
Keterangan:
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama ke arah baris berartitidak berbeda nyata pada uji BNJ (P0.05).
O0 = Tanpa ppk kandang ayam O1 = 10 ton ha-1
A1 = 80-100% air tersedia (AT) A2= 60-80% AT, A3= 40-60% AT H0= -S-Ca, H1=+S-Ca, H2= -S+Ca, H3=+S+Ca
Perlakuan 60-40% air tersedia (A3) menghasilkan bobot umbi
basah tertinggi (18,35 g/pot), tidak berbeda nyata dengan perlakuan 80-
60% air tersedia (A2) dan perlakuan 100-80% air tersedia pada taraf
faktor 10 ton ha-1 bahan organik (O1) dan pemupukan –Ca+S (H1). Hal ini
![Page 89: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/89.jpg)
lxxxix
mempertegas bahwa bawang merah varietas Lembah Palu dapat tumbuh
dan berproduksi dengan kuantitas dan kualitas hasil yang baik pada
kisaran kadar air antara 100-80%. Air tersedia (A1), 80-60% air tersedia
(A2) dan 60-40% air tersedia (A3).
a.3. Pengaruh interaksi hara tanaman (H) pada berbagai taraf faktoribahan organik (O) dan air tersedia (A) terhadap bobot umbisegar (g/pot)
Hasil uji BNJ pada taraf kepercayaan 95% (P.05) menunjukkan
bahwa pengaruh faktor hara tanaman (H) berbeda nyata pada taraf faktor
O1A1, O1A2 dan O1A3, tetapi tidak berbeda nyata pada faktor O0A1, O0A2,
dan O0A3. Pada taraf faktor O1A1, pemberian hara +Ca+S (H3)
menghasilkan bobot umbi basah tertinggi (18,14 g/pot), tetapi tidak
berbeda nyata dengan pemberian hara +Ca-S (H2) dan pemberian hara
–Ca+S (H1) serta berbeda nyata dengan perlakuan –Ca-S (H0) terhadap
rata-rata bobot umbi basah. Pada taraf faktor O1A2, pemberian hara
–Ca+S (H1) menghasilkan bobot umbi segar teringgi (18,20 g/pot), tidak
berbeda nyata dengan perlakuan pemupukan –Ca-S (H0), tetapi berbeda
nyata dengan pemberian hara +Ca-S (H2) dan +Ca+S (H3). Pada taraf
faktor O1A3, pemberian hara –Ca+S (H1) menghasilkan rata-rata bobot
umbi segar tertinggi (18,35 g/pot), tidak berbeda nyata dengan perlakuan
–Ca-S (H0) dan perlakuan pemberian hara +Ca-S (H2), tetapi berbeda
nyata pada perlakuan pemberian hara +Ca+S (H3) (Tabel 9).
![Page 90: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/90.jpg)
xc
Dari uraian di atas jelas bahwa pemberian pupuk belerang (S),
memberi pengaruh yang berbeda nyata pada berbagai taraf faktor OA
yang mendapat tambahan 10 ton ha-1 bahan organik terhadap bobot umbi
segar dibandingkan dengan pemupukan kalsium (H2) atau kombinasi
kalsium dan belerang (H3). Dengan demikian, belerang memberi
kontribusi yang signifikan terhadap hasil umbi basah bawang merah
varietas Lembah Palu. Walaupun pemberian kalsium menghasilkan
bobot umbi basah (16,97 g/pot) yang tidak berbeda nyata dengan
pemberian belerang pada taraf faktor O1A3, tetapi pada taraf faktor O1A2,
pemberian kalsium nyata menurunkan bobot umbi segar. Disamping itu,
perlakuan kombinasi kalsium dan belerang menurunkan bobot umbi basah
secara nyata (13,87 g/pot) pada taraf faktor O1A3 (Tabel 9).
Tabel 9. Pengaruh interaksi hara tanaman (H) pada berbagai taraf faktorbahan organik (O) dan kadar air tersedia (A) terhadap rata ratabobot umbi segar (g/pot).
Taraffaktor
(O) dan(A)
Perlakuan hara tanaman (H) Nilai BNJ(P.05)H0 H1 H2 H3
O0A1 15,73 a 15,88a 15,95a 16,34a 2,359A2 16,38 a 17,29a 16,80a 16,92a
A3 15,47a 16,05a 14,02 a 14,67a
O1A1 15,73a 18,00ab 17,15ab 18,14b
A2 17,19ab 18,20b 15,80a 15,82a
A3 16,67bc 18,35c 16,97c 13,87a
Keterangan:
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama ke arah baris berartitidak berbeda nyata pada uji BNJ (P0.05).
O0 = Tanpa ppk kandang ayam O1 = 10 ton ha-1
A1 = 80-100% air tersedia (AT) A2= 60-80% AT, A3= 40-60% AT H0= -S-Ca, H1=+S-Ca, H2= -S+Ca, H3=+S+Ca
![Page 91: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/91.jpg)
xci
b. Bobot umbi kering (g)
Data hasil pengukuran bobot umbi kering disajikan pada
Lampiran 5, sedangkan sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 6.
Analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian bahan organik (O) dan
pemberian hara (H) berpenaruh sangat nyata, sedangkan persen air
tersedia (A) tidak berpengaruh nyata terhadap bobot umbi setelah dua
minggu penyimpanan. Interaksi (OA), interaksi (OH), interaksi (AH) dan
interaksi (OAH) berpengaruh nyata terhadap bobot umbi kering.
b.1. Pengaruh interaksi dosis bahan organik (O) pada berbagai taraffaktor kadar air tersedia (A) dan hara tanaman (H) terhadar rata-rata bobot umbi kering (g/pot)
Hasil uji BNJ pada taraf kepercayaan 95% (P.05) menunjukkan
bahwa pengaruh faktor dosis bahan organik (O) pada berbagai taraf faktor
kadar air tersedia (A) dan hara tanaman (H) secara umum tidak berbeda
nyata terhadap bobot umbi kering, kecuali pada taraf faktor 60-40% air
tersedia (A3) dan pemberi hara +Ca-S (H2).
Pemberian kalsium dan belerang secara sendiri sendiri memberi
pengaruh yang relatif sama terhadap bobot umbi kering. Penurunan
kadar air tersedia dari 100-80% (A1) ke 60-40% (A3) menurunkan bobot
umbi kering secara nyata apabila kalsium dan belerang diberikan secara
bersama.
Pada taraf faktor A3H2, pemberian bahan organik setara dengan 10
ton ha-1 menghasilkan rata-rata bobot umbi kering yang berbeda nyata
dengan perlakuan tanpa pemberian bahan organik (O0) (Tabel 10).
![Page 92: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/92.jpg)
xcii
Tabel 10. Pengaruh interaksi kadar bahan organik (O) pada berbagaitaraf faktor kadar air tersedia (A) dan hara tanaman (H)terhadap rata-rata bobot umbi kering (g/pot).
KAT dan Hara(AH)
Bahan organik (O) Nilai BNJ(P.05)O0 O1
A1H0 12,03a 12,12a 2,855H1 12,79a 15,63a
H2 12,81a 14,34a
H3 13,75a 15,02a
A 2H0 13,62a 14,17a
H1 14,40a 15,15a
H2 13,68a 12,65a
H3 14,20a 13,65a
A3H0 12,46a 13,70a
H1 13,30a 15,79a
H2 11,23a 15,74b
H3 12,13a 12,20a
Keterangan:
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama ke arah baris berartitidak berbeda nyata pada uji BNJ (P0.05).
O0 = Tanpa ppk kandang ayam O1 = 10 ton ha-1
A1 = 80-100% air tersedia (AT) A2= 60-80% AT, A3= 40-60% AT H0= -S-Ca, H1=+S-Ca, H2= -S+Ca, H3=+S+Ca
b.2. Pengaruh interaksi kadar air terseda (A) pada berbagai taraffaktor dosis bahan organik (O) dan hara tanaman (H) terhadaprata-rata bobot umbi kering (g/pot)
Hasil uji BNJ pada taraf kepercayaan 95% (P.05) menunjukkan
bahwa pengaruh faktor kadar air tersedia (A) pada berbagai taraf faktor
OH secara umum tidak berbeda nyata terhadap rata-rata bobot umbi
kering, kecuali pada interaksi 10 ton ha-1 bahan organik (O1) dan
perlakuan pemupukan +Ca-S (H2) menunjukkan perbedaan yang nyata.
Pada taraf faktor O1H2, perlakuan 60-40% air tersedia (A3) menghasilkan
bobot umbi basah yang berbeda nyata dengan perlakuan 80-60% air
tersedia (A2), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 100-80% air
![Page 93: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/93.jpg)
xciii
tersedia (A1), begitu pula perlakuan 100-80% air tersedia (A1) tidak
berbeda nyata dengan perlakuan 80-60% air tersedia (A2) (Tabel 11).
Dari uraian di atas, interaksi pemberian bahan organik 10 ton ha-1
(O1), 60-40% air tersedia (A3) dan pemupukan belerang setara dengan 60
kg S ha-1 (H1) dapat dinilai memberi hasil terbaik karena efisien dalam
penggunaan air dan pemberian pupuk belerang selain nyata
meningkatkan hasil umbi basah, juga berperanan penting dalam
perbaikan kualitas bawang goreng.
Tabel 11. Pengaruh interaksi kadar air tersedia (A) pada berbagai taraffaktor dosis bahan organik (O) dan hara tanaman (H) terhadaprata- rata bobot umbi kering (g/pot).
InteraksiBahan organikdan hara (OH)
Kadar Air Tersedia (A) Nilai BNJ(P.05)A1 A2 A3
O0H0 12,03a 13,62a 12,48a 2,855H1 12,79a 14,40a 13,30a
H2 12,81a 13,68a 11,23a
H3 13,75a 14,20a 12,13a
O1H0 12,12a 14,17a 13,70a
H1 15,63a 15,15a 15,79a
H2 14,34ab 12,65a 15,74b
H3 15,02a 13,65a 12,20a
Keterangan:
Angka-angka yang diikuti oleh huruf berarti tidak berbeda nyata pada ujiBNJ (P0.05).
O0 = Tanpa ppk kandang ayam O1 = 10 ton ha-1
A1 = 80-100% air tersedia (AT) A2= 60-80% AT, A3= 40-60% AT H0= -S-Ca, H1=+S-Ca, H2= -S+Ca, H3=+S+Ca
b.3. Pengaruh interaksi hara tanaman (H) pada berbagai taraf faktordosis bahan organik (O) dan kadar air tersedia (A) terhadapbobot umbi kering (g/pot)
Hasil uji BNJ pada taraf kepercayaan 95% (P.05) menunjukkan
bahwa pengaruh faktor H pada berbagai taraf faktor OA secara umum
![Page 94: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/94.jpg)
xciv
tidak berbeda nyata terhadap bobot umbi kering, kecuali pada taraf faktor
O1A1 dan Taraf faktor A1A3.
Pada taraf faktor O1A1, perlakuan pemberian hara –Ca+S (H1)
menghasilkan bobot umbi basah tertinggi (15,63 g/pot), tidak berbeda
nyata dengan perlakuan pemupukan +Ca-S (H2) dan perlakuan
pemupukan +Ca+S (H3), tetapi berbeda nyata dengan perlskusn
pemupukan –Ca-S (H0). Perlakuan pemupukan –Ca-S (H0) tidak berbeda
nyata dengan perlakuan pemupukan +Ca-S (H2) dan perlakuan
pemupukan +Ca+S (H3) (Tabel 12).
Tabel 12. Pengaruh interraksi hara tanaman (H) pada berbagai taraffaktor dosis bahan organik (O) dan kadar air tersedia (A)terhadap rata-rata bobot umbi kering (g/pot)
Taraffaktori(O) dan
(A)
Perlakuan hara tanaman Nilai BNJ(P.05)H0 H1 H2 H3
O0A1 12.03 a 12.79a 12,81a 13,75a 2,855A2 13,62 a 14,40a 13,68a 14,20a
A3 12,48a 13,30a 11,23 a 12,13a
O1A1 12,12a 15,63b 14,34ab 15,02b
A2 14,17a 15,15a 12,65a 13,65a
A3 12,70a 15,79b 15,74b 12,20a
Keterangan:
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama ke arah kolom berartitidak berbeda nyata pada uji BNJ (P0.05).
O0 = Tanpa ppk kandang ayam O1 = 10 ton ha-1
A1 = 100-80% air tersedia (AT) A2= 80-60% AT, A3= 60-40% AT H0= -S-Ca, H1=+S-Ca, H2= -S+Ca, H3=+S+Ca
Pada taraf faktor O1A3, perlakuan pemupukan +S-Ca (H1)
menghasilkan bobot umbi kering tertinggi (15,79 g/pot), berbeda nyata
dengan perlakuan pemupukan +S+Ca (H3), dan pemupukan –S-Ca (H0),
![Page 95: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/95.jpg)
xcv
tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan pemupukan –S+Ca (H2).
Perlakuan pempukan –S+Ca (H2) berbeda nyata dengan perlakuan
pemupukan +Ca+S (H3).
Dari uraian tersebut di atas, jelas bahwa pemupukan belerang
meningkatkan hasil bobot umbi kering secara nyata, sedangkan
pemupukan kalsium menghasilkan bobot umbi basah yang tidak berbeda
nyata dengan pemupukan belerang tetapi kombinasi pemupukan belerang
dan kalsium menurunkan bobot umbi kering secara nyata.
c. Jumlah umbi yang terbentuk
Data jumlah umbi yang terbentuk disajikan pada Lampiran 7,
sedangkan sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 8. Analisis ragam
menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam (O) berpengaruh
nyata, sedangkan persen air tersedia (A) dan hara tanaman (H) tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi yang terbentuk. Interaksi bahan
organik dan air (OA) berpengaruh nyata, sedangkan interaksi bahan
organik dan hara (OH), interaksi (AH) dan interaksi bahan organik, air
tersedia dan hara tanaman (OAH) tidak berpengaruh nyata terhadap
jumlah umbi yang terbentuk.
Hasil uji BNJ pada taraf 95% (Tabel 13) menunjukkan bahwa
perlakuan mempertahankan kadar air tersedia pada kisaran 100-80% AT
(A1), 80-60% AT (A2) dan 60-40% AT (A3) tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata terhadap jumlah umbi yang terbentuk pada perlakuan tanpa
pemberian bahan organik (O0), demikian juga halnya pada peberianan
![Page 96: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/96.jpg)
xcvi
Tabel 13. Rata-rata jumlah umbi terbentuk sebagai hasil interaksi pupukkandang ayam (O) dan persen air tersedia
Pupukkandangayam (O)
Persen air tersedia (A) Nilai BNJ
A1 A2 A3 1,338
O0 4,58aA 5,17aA 4,58 aA
O1 5,92bA 4,92a A 5,08 aA
Keterangan:
Angka-angka yang diikuti oleh huruf kapital yang sama ke arah barisberarti tidak berbeda nyata pada uji BNJ (P0.05).
Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama ke arah kolomberarti tidak berbeda nyata pada uji BNJ (P0.05).
O1 = Tanpa ppk kandang ayam O2 = 10 ton ha-1
A1 = 80-100% air tersedia (AT) A2= 60-80% AT, A3= 40-60% AT H1= -S-Ca, H2=+S-Ca, H3= -S+Ca, H4=+S+Ca
bahan organik 10 ton ha-1 tidak berbeda nyata pada semua taraf
pemberian air tersedia (A1,A2 dan A3). Pemberian bahan organik 10 ton
ha-1 (O1) menghasilkan jumlah umbi yang berbeda nyata dibandingkan
dengan tampa pemberian bahan organik (O0) pada taraf 100-80% AT
(A1).
2. PERCOBAAN LAPANGAN
a. Bobot umbi segar (g/rumpun)
Data hasil pengamatan bobot umbi segar per rumpun dan sidik
ragamnya masing-masing disajikan pada Lampiran 9 dan Lampiran 10.
Analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian bahan organik (O),
pemberian hara (H) dan interaksi OH berpengaruh nyata terhadap bobot
umbi segar per rumpun (Tabel 14).
![Page 97: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/97.jpg)
xcvii
Tabel 14. Pengaruh pemberian hara tanaman (H) dan dosis bahanorganik (O) terhadap rata-rata bobot umbi segar (g/rumpun).
Dosisb.organik
Perlakuan hara tanaman Total RerataH1 H2 H3 H4
O1 25,68 24,56 30,38 36,37 116,89 29,22a
O2 29,66 31,59 31,72 38,15 131,12 32,78b
Total 55,34 56,15 62,00 74,52 248,01 62,00Rerata 27,67a 28,07a 31,00a 37,26b 124,00 31,00
Keterangan:
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama ke baris berarti tidakberbeda nyata pada uji BNJ (P0.05), (O)=3,461; (H)=4,894
O1 = 10 ton ha-1 ppk kandang ayam (KA) O2 = 15 ton ha-1 ppk KA H1= 48 kg S ha-1, H2= 72 kg S ha-1, H3=100 kg KCl, H4=200 kg KCl ha-1
Hasil uji BNJ pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa
pemberian bahan organik dan pemupukan berbeda nyata terhadap bobot
umbi segar. Pemberian bahan organik dengan dosis setera 15 ton ha-1
menghasilkan rata-rata bobot umbi segar lebih tinggi dan berbeda nyata
dengan pemberian setara dengan 10 ton ha-1.
Pemberian pupuk kalium dengan dosis 200 kg KCl ha-1
menghasilkan bobot umbi segar tertinggi (37,26 g/rumpun) dan berbeda
nyata dengan dosis 100 kg KCl ha-1, 72 kg S ha-1 dan 48 kg ha-1.
Pemberian 100 kg KCl ha-1, 72 kg S ha-1 dan 48 kg S ha-1 menghasilkan
bobot umbi segar yang tidak berbeda nyata. .
b. Bobot umbi segar (ton/ha)
Data hasil perhitungan bobot umbi basah (ton ha-1) dan sidik
ragamnya masing-masing disajikan pada Lampiran 11 dan Lampiran 12.
Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis bahan organik (O)
![Page 98: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/98.jpg)
xcviii
berpengaruh sangat nyata, hara tanaman berpengaruh sangat nyata (H),
interaksi OH berpengaruh tidak nyata terhadap bobot umbi segar ha-1.
Tabel 15. Pengaruh hara tanaman (H) dan dosis bahan organik (O)terhadap rata-rata bobot umbi segar (ton ha-1).
Dosisb.organik
Perlakuan hara tanaman Total RerataH1 H2 H3 H4
O1 8,44 8,50 9,94 11,99 38,78 9,67a
O2 9.88 10,52 10,60 12,71 43,71 10,94b
Total 18,32 19,02 20,54 24,70 82,58 20,64Rerata 9,16a 9,91a 10,27a 12,35b 41,60 20,84
Keterangan:
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama ke baris dan kolom berartitidak berbeda nyata pada uji BNJ (P0.05), (O)=1,251 (H)=1,770
O1 = 10 ton ha-1 ppk kandang ayam (KA) O2 = 15 ton ha-1 ppk KA H1= 48 kg S ha-1, H2= 72 kg S ha-1, H3=100 kg KCl, H4=200 kg KCl ha-1
Hasil uji BNJ pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa
pemberian bahan organik dan pemupukan berbeda nyata terhadap bobot
umbi segar. Pemberian bahan organik dengan dosis setera 15 ton ha-1
menghasilkan rata-rata bobot umbi segar lebih tinggi dan berbeda nyata
dengan pemberian setara dengan 10 ton ha-1.
Pemberian pupuk kalium dengan dosis 200 kg KCl ha-1
menghasilkan bobot umbi segar tertinggi (12,35 ton ha-1) dan berbeda
nyata dengan dosis 100 kg KCl ha-1, 72 kg S ha-1 dan 48 kg ha-1.
Pemberian 100 kg KCl ha-1, 72 kg S ha-1 dan 48 kg S ha-1 menghasilkan
bobot umbi segar yang tidak berbeda nyata (Tabel 15).
c. Bobot umbi kering (g/rumpun)
Data bobot umbi kering (setelah 2 minggu penyimpanan) dan sidik
ragamnya masing-masing disajikan pada Lampiran 13 dan Lampiran 14.
Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis bahan organik (O)
![Page 99: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/99.jpg)
xcix
berpengaruh sangat nyata, hara tanaman (H) berpengaruh sangat nyata
dan interaksi OH berpengaruh tidak nyata.
Tabel 16. Pengaruh Pemberian hara tanaman (H) dan dosis bahanorganik (O) terhadap rata-rata bobot umbi kering(g/rumpun).
Dosisb.organik
Perlakuan hara tanaman Total RerataH1 H2 H3 H4
O1 22,80 21,60 27,62 34,23 106,25 26,56a
O2 26,44 28,54 29,54 35,45 119,97 29,99b
Total 49,24 50.14 57,16 69,68 226,22 56,55Rerata 24,62a 25,07a 28,58a 34,84b 113,11 28,27
Keterangan:
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama ke baris dan kolom berartitidak berbeda nyata pada uji BNJ (P0.05), (O)=3,434; (H)=4,856
O1 = 10 ton ha-1 ppk kandang ayam (KA) O2 = 15 ton ha-1 ppk KA H1= 48 kg S ha-1, H2= 72 kg S ha-1, H3=100 kg KCl, H4=200 kg KCl ha-1
Hasil uji BNJ pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa
pemberian bahan organik dan pemupukan berbeda nyata terhadap bobot
umbi kering (g/rumpun. Pemberian bahan organik dengan dosis setera 15
ton ha-1 menghasilkan rata-rata bobot umbi segar lebih tinggi dan berbeda
nyata dengan pemberian bahan organik setara dengan 10 ton ha-1.
Pemberian pupuk kalium dengan dosis 200 kg KCl ha-1
menghasilkan bobot umbi keing tertinggi (34,84 ghap-1) dan berbeda nyata
dengan dosis 100 kg KCl ha-1, 72 kg S ha-1 dan 48 kg ha-1. Pemberian
100 kg KCl ha-1, 72 kg S ha-1 dan 48 kg S ha-1 menghasilkan bobot umbi
segar yang tidak berbeda nyata (Tabel 16).
d. Jumlah umbi yang terbentuk per rumpun
Data jumlah umbi yang terbentuk dan sidik ragamnya masing-
masing disajikan pada Lampiran 15 dan Lampiran 16. Analisis ragam
![Page 100: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/100.jpg)
c
menunjukkan bahwa perlakuan dosis bahan organik (O) berpengaruh
sangat nyata , sedangkan hara tanaman dan interaksi OH berpengaru
tidak nyata terhadap jumlah umbi yang terbentuk.
Tabel 17. Pengaruh pemberian hara tanaman (H) dan dosis bahanorganik (O) terhadap rata-rata jumlah umbi yang terbetuk.
Dosisb.organik
Perlakuan hara tanaman Total RerataH1 H2 H3 H4
O1 6,00 6,56 6,56 6,33 25,68 6,42a
O2 7,00 6,89 6,89 6,89 27,67 6,92b
Total 13,00 15,45 13,45 13,22 53,35 13,33Rerata 6,50 7,72 6,72 6,62 26,67 6,66
Keterangan:
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama ke baris dan kolom berartitidak berbeda nyata pada uji BNJ (P0.05), (O)=0,401.
O1 = 10 ton ha-1 ppk kandang ayam (KA) O2 = 15 ton ha-1 ppk KA H1= 48 kg S ha-1, H2= 72 kg S ha-1, H3=100 kg KCl, H4=200 kg KCl ha-1
Hasil uji BNJ pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa
pemberian bahan organik dan pemupukan berbeda nyata terhadap bobot
umbi kering (g/rumpun. Pemberian bahan organik dengan dosis setera 15
ton ha-1 menghasilkan rata-rata bobot umbi segar lebih tinggi dan berbeda
nyata dengan pemberian setara dengan 10 ton ha-1 (Tabel17).
e. Kadar karbohidrat total umbi
Data hasil analisis kadar karbohidrat total dan sidik ragamnya
disajikan masing-masing disajikan pada Lampiran 17 dan Lampiran 18.
Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis bahan organik (O)
dan hara tanaman (H) serta interaksinya berbeda tidak nyata terhadap
kadar karboidrat totatal tanaman.
![Page 101: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/101.jpg)
ci
f. Tingkat Kegaringan Contoh Bawang Goreng Palu.
Data hasil pengukuran tingkat kegaringan contoh bawang goreng
Palu dan sidik ragamnya masing-masing disajikan pada Lampiran 19 dan
Lampiran 20. Analisis ragam menunjukkan bahwa pengaruh utama
pemupukan (H) berpengaruh nyata terhadap tingkat kegaringan bawang
goreng Palu, sedangkan dosis bahan organik dan Interaksi antara bahan
organik dan hara tanaman (OH), berpengaruh tidak nyata terhadap
tingkat kegaringan contoh bawang goreng Palu.
Hasil uji BNJ pada taraf 95% menunjukkan bahwa pemberian
dosis pupuk belerang setara 72 kg S ha-1 menghasilkan bawang goreng
yang tidak berbeda nyata dengan dosis belerang 48 kg S ha-1. Demikian
juga halnya pemupukan 100 kg KCl ha-1 menghasilkan bawang goreng
yang tidak berbeda nyata dengan dosis 200 kg KCl ha-1 (Tabel 18)
Tabel 18. Rata-rata hasil pengukuran tingkat kegaringan contoh bawanggoreng Palu.
PerlakuanO
Perlakuan hara tanamanH1 H2 H3 H4
O1 0,57 0,23 0,87 0,84O2 0,50 0,30 0,33 0,63
Total 1,07 0,53 1,20 1,47Rata-rata 0,54a 0,27a 0,60a 0,74a
BNJ 0,604Keterangan:
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama ke arah baris berartitidak berbeda nyata pada uji BNj (P0.05): 0,604
H1= 48 kg S ha-1, H2= 72 kg S ha-1, H3=100 kg KCl, H4=200 kg KCl ha-1
O1 = 10 ton ha-1 ppk kandang ayam (KA) O2 = 15 ton ha-1 ppk kandangayam
![Page 102: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/102.jpg)
cii
B. Pembahasan/ Diskusi
1. Umum
Pembangunan pertanian diharapkan tumbuh dan berkembang
seiring dengan pertumbuhan sektor-sektor lain agar dapat memperbaiki
keadaan perekonomiam masyarakat. Pembangunaan pertanian subsektor
tanaman pangan khususnya komoditas hortikultura harus dapat tumbuh
dengan cepat, agar secara fungsional akan semakin mampu berperan
dalam penyediaan bahan baku indusri, peningkatan pendapatan petani,
penciptaan lapangan kerja serta peningkatan penerimaan devisa melalui
eksport hasil-hasil tanaman hortikultura (Purwaningsih dkk., 2007). Salah
satu komoditas unggulan Sulawesi Tengah adalah bawang merah varietas
Lembah Palu yang merupakan bahan baku industri pengolahan bawang
goreng Palu.
Lembah Palu merupakan agroekosistem lahan kering dataran
rendah dimana terdapat ibukota Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi,
dan kota Palu sekaligus sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah
dengan aktifitas penduduk yang cukup besar. Ciri utama wilayah ini
adalah curah hujan rendah, suhu relatif tinggi, periode penyinaran
matahari relatif panjang dan kelembaban udara relatif rendah. Sebagai
kawasan dengan aktifitas penduduk yang tinggi menghasilkan berbagai
macam limbah antara lain limbah sampah kota, baik organik maupun
anorganik akibat pengelolaan sampah yang kurang baik. Sampah organik
merupakan salah satu sumber bahan baku kompos. Selain itu, berbagai
![Page 103: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/103.jpg)
ciii
potensi yang ada belum dikelola secara baik misalnya masih banyak
lahan yang terbengkalai, potensi air tanah yang belum dimanfaatkan,
berbagai jenis hasil buangan dan sisa-sisa tanaman dan hewan yang
belum dimanfaatkan. Dari aspek biofisik dan potensi pasar, wilayah ini
memiliki prospek untuk pengembangan tanaman pangan terutama
tanaman sayur sayuran seperti bawang merah.
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah salah satu
komoditas hortikultura, biasa digunakan sebagai penyedap masakan,
bahan baku industri makanan, obat-obatan dan disukai karena aroma dan
rasanya yang khas. Selain itu bawang merah merupakan sumber vitamin
B, C, kalium, fosfor dan mineral. Sebagai obat-obatan, senyawa phenol
pada bawang merah, terutama flavonols, diketahui memiliki radikal bebas
dan anti oksidan yang kuat dan dapat mencegah dan melawan penyakit-
penyakit cardiovascular serta memegang peranan penting dalam
mencegah “colorectal cancers” pada manusia (Caridi et al., 2007).
Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa konsumsi flavonol
mempunyai potensi yang luar biasa dalam memberi pengaruh positif
terhadap kesehatan karena sifat-sifatnya sebagai antioksidan yang kuat
(Lombard et al., 2005). Namun demkian, pemanasan dengan suhu
tinggi apalagi dengan waktu lama akan menurunkan kadar flavonol dalam
umbi. Hal ini berarti bahwa produk bawang goreng telah kehilangan
sebagian sifat-sifatnya sebagai antioksidan yang kuat kecuali citarasa
dan aroma yang masih dapat dinikmati. Hasil penelitian Lombard et al.
![Page 104: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/104.jpg)
civ
(2005) menunjukkan bahwa pemanasan dalam tempo singkat (5 menit)
meningkatkan konsentrasi flavonol dibandingkan dengan konsentrasi
flavonol dalam bawang merah segar. Pemanasan hingga matang
menurunkan konsentrasi flavonol total, tetapi pemanasan selama 5 menit
menghasilkan peningkatan lebih dari 80% flavonol.
Setelah dipanen, bawang merah tidak dapat dibiarkan begitu saja
sehingga perlu penanganan khusus karena jika tidak, bawang ini akan
mudah rusak dan sulit diprtahankan dalam bentuk segar. Menurut
Purwaningsih dkk. (2007) bawang ini lama kelamaan akan mengalami
perubahan-perubahan akibat proses fisiologi, biologi, fisikokimia, dan
mikrobiologi. Untuk itu, upaya penanganan yang paling baik untuk
memperpanjang masa simpan dan meningkatkan nilai ekonominya
adalah dengan menjadikannya sebagai produk bawang goreng. Setelah
menjadi bawang goreng, produk ini dapat disimpan selama 7-12 bulan
(Limbongan dan Maskar, 2003; BPTP, 2009). Keunikan dan sifat spesifik
dari bawang ini adalah tetap gurih, garing dan aromanya tidak berubah
walaupun disimpan lama. Oleh karena itu, bawang merah ini khusus
digunakan sebagai bahan baku industri pengolahan bawang goreng Palu.
Usahatani bawang merah varietas lembah Palu telah dimulai lebih
dari 50 tahun yang lalu di Lembah Palu, namun dari hasil wawancara
dengan tokoh-tokoh masyarakat sepuh yang berdiam di Desa Guntarano
ternyata tidak ada yang dapat memastikan tentang asal mula bawang
merah ini (hal yang senada juga telah dipublikasikan oleh Limbogan dan
![Page 105: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/105.jpg)
cv
Maskar (2003). Boleh jadi jenis bawang ini memang tumbuh secara
alamiah di Lembah Palu yang pada awalnya ditemukan tumbuh pada
tanah-tanah yang banyak mengandung batu batu.. Oleh karena itu,
masyarakat yang membudidayakan tanaman ini sering juga
menyebutnya sebagai bawang batu. Hasil kajian Departemen Pertanian
tahun 2010 hingga 2011 dari berbagai data yang dihimpun selama 2 tahun
menyimpulkan bahwa bawang merah ini adalah endemik Lembah Palu.
Implikasi lebih lanjut dari hasil kajian ini adalah Departemen Pertanian RI
telah menetapkan dan melepas secara resmi sebagai salah satu varietas
unggul bawang merah baru berdasarkan Kepmen Pertanian No.:
1843/KPTS/SR.120/4/2011 tentang pelepasan bawang merah Palu
sebagai varietas unggul yang diberi nama bawang merah varietas
Lembah Palu pada tgl 08 April 2011.
Dalam perkembangannya selama ini, tidak banyak kemajuan yang
dapat dicapai dalam memacu produktivitas ditingkat petani guna
memenuhi kebutuhan bahan baku industri bawang goreng Palu. Nilai
ekonomi dalam bentuk segar (sebagai bahan baku industri bawang
goreng) berlangsung hanya 3-4 hari setelah panen, setelah itu para
pelaku industri cenderung tidak mau membelinya lagi karena
penanganannya menjadi lebih sulit pada saat dikupas dan diiris.
Hasil-hasil penelitian dekade 90 an, menyimpulkan bahwa bawang
ini memiliki potensi produksi sekitar 7- 8 ton ha-1 dengan perbaikan teknik
budidaya yang berkembang pada saat itu (Bachri dkk., 1999, Maskar dan
![Page 106: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/106.jpg)
cvi
Rahardjo, 2007). Penelitian Maskar dkk. (2001) dengan menggunakan
teknologi yang sesuai melaporkan bahwa produksi bawang merah Palu
dapat ditingkatkan menjadi 11,10 ton ha-1 . Dengan memodifikasi faktor
lingkungan, hasil bawang merah Palu dapat ditingkatkan dari 4,53 ton ha-1
menjadi 10,48 ton ha-1 (Bahruddin dkk., 2004). Jika dibandingkan dengan
bawang merah lainnya, hasil-hasil penelitian tentang potensi produksi
bawang merah Palu masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan
potensi genetik bawang merah varietas unggul lainnya yang dapat
mencapai 20 ton ha-1 (Sumiati, 1997). Banyak hasil penelitian yang
menunjukkan tentang potensi genetik varietas Lembah Palu, tetapi petani
pada umumnya belum mencapai atau mendekati hasil-hasil yang dicapai
oleh para peneliti selama ini.
Pada tahun anggaran 2010, Subdin Hortikultura Dinas Pertanian
dan Kehutanan Kota Palu membuat program bantuan langsung ke
kelompok tani yang salah satunya adalah kelompok tani Sukamakmur
untuk pengembangan bawang merah varietas Lembah Palu. Semua
sarana produksi yang diperlukan oleh petani termasuk seperangkat
teknologi disiapkan. Supervisi dilakukan oleh staf hirtikultura mulai dari
persiapan hingga panen. Dengan menggunakan teknik ubinan dan
pemilihan secara acak 12 rumpun tanaman contoh diperoleh hasil setara
9,1 ton ha-1. Hal ini berarti rendahnya produktivitas petani pada umumnya
disebabkan oleh rendahnya kemampuan permodalan yang dimiliki petani
dan penguasaan teknologi yang belum memadai.
![Page 107: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/107.jpg)
cvii
Beberapa peneliti sebelumnya telah mengidentifikasi berbagai
masalah yang dihadapi petani menyimpulkan bahwa keterbatasan air,
tingkat kesuburan tanah yang rendah, penggunaan benih yang kurang
bermutu, kualitas sumber daya manusia yang rendah dan keterbatasan
modal petani merupakan masalah pokok yang harus dipecahkan
(Limbongan dan Maskar, 2003; Purwaningsih dkk., 2007; Purnomo dkk.,
2007). Fakta bahwa kelompok tani Sukamukmur dapat mencapai 9,1 ton
ha-1 mempertegas bahwa faktor modal dan kualitas sumber daya manusia
merupakan masalah utama yang harus diatasi agar potensi produksi
bawang merah varietas Lembah Palu dapat dicapai. Disamping itu,
pemberian air melalui irigasi dengan cara mengalirkan air diantara
bedengan dan menggenanginya selama beberapa saat (furrow system)
satu kali dalam seminggu juga memberi indikasi bahwa tanaman bawang
merah varietas Lembah Palu tidak membutuhkan air yang banyak untuk
mencapat tingkat produksi yang tinggi dengan kualitas yang baik.
2. Pengaruh interaksi dosis bahan organik (O) pada berbagai tarafkadar air tersedia (A) dan hara tanaman (H).
Air merupakan bahan alami yang secara mutlak diperlukan
tanaman dalam jumlah cukup dan pada saat yang tepat. Kelebihan atau
kekurangan air mudah menimbulkan bencana misalnya banjir dan longsor
pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Tanaman yang
mengalami kekeringan akan berdampak pada penurunan kualitas ataupun
gagal panen. Penurunan kualitas tanaman terkait dengan berkurangnya
pembentukan khlorofil pada tanaman yang mengalami cekaman air (
![Page 108: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/108.jpg)
cviii
Purwanto dan Agustono, 2010). Kelebihan air dapat menimbulkan
pencucian hara, erosi ataupun banjir yang memungkinkan gagal panen
(Sarjiman dan Mulyadi, 2011).
Hasil percobaan rumah kaca (Tabel 8) menunjukkan bahwa
berbagai taraf perlakuan air tersedia (100-80%, 80-60% dan 60-40%)
tidak berbeda nyata pada berbagai taraf interaksi bahan organik (O) dan
pemupukan (H). Interaksi 10 ton ha-1 dan pemberian pupuk belerang
tanpa kalsium menghasilkan bobot umbi segar tertinggi dan tidak berbeda
nyata pada kadar air tersedia 100-80% (A1), 80-60% (A2) dan 60-40%
(A3). Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa pertumbuhan
dan hasil tanaman tidak mengalami penurunan sejalan dengan
menurunnya kadar air tanah hingga mendekati titik layu permanen.
Penambahan kalsium memberi kontribusi dalam mempengaruhi
penurunan bobot umbi basah yang semakin menurun dengan semakin
menurunnya kadar air tersedia. Hal ini berarti bahwa penyediaan kalsium
yang cukup harus diimbangi oleh penyediaan air yang memadai di dalam
tanah.
Interaksi yang memberi pengaruh terbaik terhadap bobot umbi
basah adalah perlakuan kadar air tersdia 60-40% (A3) pada taraf 10 ton
ha-1 bahan organik dan 60 kg S ha -1 yang memberikan bobot umbi basah
tertinggi dan tidak berbeda nyata dengan perlakan perlakuan kadar air
tersedia 80-60% (A2) dan 100-80%.(A1). Interaksi O2A3H4 dianggap
perlakuan terbaik karena hasil ini dapat menjelaskan bahwa tanaman
![Page 109: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/109.jpg)
cix
bawang merah varietas lembah Palu dapat tumbuh dan berproduksi
dengan baik pada kadar air tersedia yang lebih rendah (60-40% AT).
Implikasi lebih lanjut terkait dengan penggunaan air yang lebih efisien
apalagi lokasi pengembangan bawang merah varietas lembah Palu
berada pada wilayah kering dengan rata-rata curah hujan berkisar antara
400-1000 mm/tahun dengan tipe iklim E1, E2 dan E3 (menurut kelasifikasi
Oldeman). Selain sebagai hara tanaman, air adalah merupakan bahan
pelarut yang memungkinkan hara dapat diserap dan diteranslokasikan ke
bagian meristem yang aktif melangsungkan proses metabolisme serta
merupakan penyusun utama (83-86%) bahan segar tanaman bawang
merah (Purwaningsih dkk., 2007). Secara umum dapat dikemukakan
bahwa hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tanaman bawang merah
varietas lembah Palu dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada
kisaran lengas tanah antara 100-40% AT. Hasil penelitian yang hampir
sama menunjukkan bahwa pemberian air antara 100-46% kapasitas
lapang menghasilkan umbi segar (pada saat panen) antara 6,44-8,88 ton
ha-1 (Limbongan dan Maskar, 2003).
Pemberian pupuk belerang (S), memberi pengaruh yang berbeda
nyata pada berbagai taraf faktor OA yang mendapat tambahan 10 ton ha-1
bahan organik terhadap bobot umbi segar dibandingkan dengan
pemupukan kalsium (H2) atau kombinasi kalsium dan belerang (H3).
Dengan demikian, belerang memberi kontribusi yang signifikan terhadap
hasil umbi segar bawang merah varietas Lembah Palu. Hal ini terkait
![Page 110: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/110.jpg)
cx
dengan rendahnya kadar bahan organik di lokasi penelitian (Hasil analisis
tanah lampiran 21). Bahan organik merupakan salah satu sumber
belerang yang penting dalam tanah. Menurut Havlin et al. (2005), pada
umumnya ketersediaan belerang meningkat dengan meningkatnya kadar
bahan organik tanah. Dari sisi lain, tanaman bawang merah termasuk
kelompok tanaman yang kebutuhan belerangnya tinggi dan dianggap
cukup bila dalam jaringannya terdapat 0,5-1% (Jones at al. 1991).
Bagaimana belerang meningkatkan hasil tanaman sudah tentu terkait
dengan peranan belerang dalam metabolisme tanaman. Sekitar 90%
belerang dalam tanaman ditemukan sebagai protein-S. Belerang juga
merupakan penyusun co-enzim A dan vitamin biothine dan thiamin
(vitamin B). Coenzym A merupakan kunci dari reaksi-reaksi intermidiate
dalam sintesis lemak dan reaksi-reaksi transfer energi (Mengel dan kirkby,
1978). Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Muhammad dkk.
(2003) pada tanah Inceptisol Jeneponto yang menyimpulkan bahwa bobot
kering tanaman umur 1 bulan, bobot umbi segar, bobot umbi kering dan
kelas umbi dipengaruhi secara nyata oleh sulfur, blotong dan interaksinya.
Walaupun pemberian kalsium menghasilkan bobot umbi basah
(16,97 g/pot) yang tidak berbeda nyata dengan pemberian belerang pada
taraf faktor O1A3, tetapi pada taraf faktor O1A2, pemberian kalsium nyata
menurunkan bobot umbi segar. Disamping itu, perlakuan kombinasi
kalsium dan belerang menurunkan bobot umbi secara nyata (13,87 g/pot)
![Page 111: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/111.jpg)
cxi
pada taraf faktor O1A3 (Tabel 8). Hal ini ada kaitannya dengan kadar
kalsium yang cukup tinggi dalam tanah (Purnomo dkk. 2007).
3. Pengaruh dosis bahan organik (O) dan hara tanaman (H)
Pemberian bahan organik 10 ton ha-1 berbeda nyata dengan
pemberian 15 ton ha-1 pada parameter bobot umbi segar dan bobot umbi
kering. Bahan organik adalah merupakan bahan pembenah tanah yang
sangat penting artinya dalam upaya meningkatkan produktivitas lahan
pertanian. Pada daerah yang senantiasa tidak memperoleh suplai
sedimen/erupsi gunung merapi seperti daerah pertanian di Luar Jawa,
pemberian bahan organik dan pemupukan dengan menggunakan pupuk
anorganik harus dilakukan bersama-sama karena dapat saling
melengkapi sehingga mutlak diperlukan untuk meningkatkan
produktivitas tanah-tanah mineral.
Bahan organik penting artinya tidak saja sebagai sumber hara
tanaman, tetapi juga dapat meningkatkan KTK tanah, meningkatkan daya
sanggah tanah, meningkatkan kemampuan tanah memegang air dan
hara, mendorong pembentukan dan perkembangan struktur tanah,
menurunkan plastisitas tanah, meningkatkan aktifitas mikroorganisme
tanah (Tisdale dkk., 1985; Essington, 2003), serta berpengaruh terhadap
proses-proses genesis tanah seperti pelarutan mineral, transformasi dan
translokasi bahan-bahan penyusun tanah seperti bahan organik, bahan
mineral air dan udara tanah yang pada akhirnya mempengaruhi karakter
tanah secara keseluruhan.
![Page 112: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/112.jpg)
cxii
Ketersediaan hara dalam tanah dalam jumlah yang cukup dan
seimbang sesuai dengan proporsi yang dibutuhkan oleh tanaman
merupakan kunci keberhasilan dalam budidaya tanaman bawang merah
(Muhammad dkk. 2003). Pemberian pupuk anorganik yang berkadar hara
tinggi dan cepat tersedia bagi tanaman dapat menutupi kekurangan
bahan organik yang lambat menyediakan hara dengan kadar hara yang
relatif lebih rendah pula. Sebaliknya kekurangan pupuk anorganik dapat
ditutupi oleh kelebihan bahan organik terutama dalam hal memperbaiki
kondisi fisik dan biologi tanah.
Interaksi antara dosis bahan organik dan hara tanaman dalam
penelitian ini tidak berbeda nyata. Hal ini berarti bahwa pengaruh
sederhana dari faktor bahan organik dan pupuk ini sama besar
(Gaspersz, 1991; Masyahoro, 2012). Bahan organik adalah merupakan
sumber Kalium dan belerang yang penting dalam tanah. Pengaruh kadar
kalium dan belerang dalam bahan organik tampaknya cukup berarti
dalam memberi pegaruh yang lebih berimbang dengan kalium dan
belerang yang berasal dari pupuk anorganik, sedangkan keberadaan hara
lain tampaknya tidak cukup berarti dalam mendorong terjadinya interaksi
diantara kedua faktor tersebut.
Hasil penelitian ini relatif sama dengan beberapa hasil penelitian
sebelumnya yang juga menggunakan bahan organik dan pemupukan
(Bahruddin dkk 2004; Limbongan dan Maskar 2007), tetapi lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil yang dilaporkan oleh Purnomo dkk., (2007)
![Page 113: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/113.jpg)
cxiii
dan Purwaningsih dkk. (2007). Adanya perbedaan-perbedaan hasil
penelitian seperti diuraikan di atas terutama disebabkan oleh perbedaan-
perbedaan sifat-sifat tanah antara satu tempat dengan tempat lainnya
disamping disebabkan oleh perbedaan taraf perlakuan oleh masing-
masing peneliti. Hasil penelitian ini juga dapat memberi alternatif pilihan
dari berbagai hasil interaksi antara bahan organik dan pemupukan yang
dapat digunakan untuk memprediksi potensi produksi yang dihasilkan dan
hal ini sangat tergantung pada tingkat produksi dan efisiensi penggunaan
sarana produksi yang di inginkan.
Dosis bahan organik dan hara tanaman tidak memberi kontribusi
yang nyata dalam mempengaruhi tingkat kegaringan bawang goreng Palu.
Dengan demikian, hasil penelitian ini mempertegas bahwa sifat
kegaringan bawang goreng Palu lebih dipegaruhi oleh faktor-faktor yang
berhubungan dengan sifat genetika tanaman tersebur. Anggapan
masyarakat pemerhati dan pelaku industri pengolahan bawang goreng
Palu selama ini bahwa bawang goreng yang dihasilkan pada lahan kering
memiliki kualitas yang lebih baik hanya terkait dengan hasil irisan yang
lebih baik dan tidak terkait dengan tingkat kegaringan bawang goreng.
Secara umum rata-rata bobot umbi segar tertinggi diperoleh pada
perlakuan pemupukan dengan dosis 200 kg KCl. Kalium penting artinya
dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas umbi bawang merah. Hal ini
tidak terlepas dari peranan kalium pada hampir semua proses fisiologi
penting mulai dari penyerapan air, transpirasi, fotosintesis, respirasi,
![Page 114: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/114.jpg)
cxiv
sintesis dan aktifitas enzim (Nogle dan Fritz, 1999; Mengel dan Kirkby,
1978). Disamping itu, jika kalium cukup tersedia dalam tanah, maka
kebutuhan kalium tanaman dapat terpenuhi sehingga prosen translokasi
fotosintat dari Source ke sink dapat berlangsung dengan baik (Tisdale et
al., 1985; Dobermann dan Fairhurst, 2000). Hasil-hasil penelitian yang
relatif sama telah dilaporkan oleh Saidah (2001), Muhammad dkk. (2003),
Purnomo dkk. (2007). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil kajian
yang dilakukan oleh kelompok tani Sukamakmur yang menggunakan
paket teknologi (pupuk kandang ayam setara 10 ton ha-1, pupuk majemuk
NPK, ZA, pupuk organik cair dan pengairan dengan furrow system satu
kali dalam seminggu) menghasilkan bobot basah umbi setara dengan 9,1
ton ha-1. Oleh karena itu, produktivitas ldan deliniasi dari foto citra ikonos
setelah dikoreksi dilapangan adalah 5. 792,48 ha terdiri dari lahan
basah/sawah seluas 268,38 ha, Lahan kering/perkebunan seluas 3.902,43
ha dan lahan kering/tealan seluas 1.622,67 (Amar, 2012)). Dari total
luasan tersebut dan berdasarkan hasil pemetaan kesesuaian lahan yang
dibuat atas kerjasama antara Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Palu
dan staf Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sidera (BPTP) diperoleh
data luas lahan yang sesuai untuk pengembangan tanaman bawang
merah varietas Lembah Palu sekitar 2.558,9 ha yang terdiri dari 1.859,9
ha lahan sesuai marginal (S3) menjadi cukup sesuai (S2) dengan input
pengelolaan bahan organik, air dan pemupukan. Lahan cukup sesuai
menjadi sangat sesuai (S1) seluas 903,48 ha dengan input pengeloaan
![Page 115: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/115.jpg)
cxv
bahan organik, air dan pemupukan (Peta kelas kesesuaian lahan dapat
dilihat pada Lampiran 24). Dari total luas lahan seperti diuraikan diatas,
diasumsikan hanya 50% yang dapat dikembangkan sebagai areal
pengembangan bawang merah varietas Lembah Palu. Hal ini erat
kaitannya dengan keberadaan berbagai infrastruktur pada masing-masing
satuan peta lahan tersebut seperti jaringan jalan, perumahan,
perkantoran, kawasan industri, perdagangan, pertambangan, pasilitas
umum, peternakan, tambak dan kawasan TPA. Dari total luas lahan
yang dapat dikembangkan sebagai areal pertanaman bawang merah
varietas Lembah Palu diasumsikan hanya 70 % yang efektif dapat
ditanami. Hal ini berhubungan erat praktek-prakek budidaya yang
menggunakan bedengan dengan lebar 1-1,2 m dan panjang yang
bervariasi tergantung kondisi lahan. Diantara bedengan ada semacam
saluran/jalan dengan lebar kurang lebih 25-30 cm untuk mengontrol
kondisi pertanaman, penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama
dan penyakit tanaman.
a1. Produksi
Berbagai hasil penelitian tentang potensi produksi bawang merah
varietas Lembah Palu telah dilaporkan. Monde (1999) melaporkan bahwa
dengan pemupukan yang baik, potensi produksi bawang merah Palu
dapat ditingkatkan menjadi 7,6 ton ha-1. Maskar dan Rahardjo (2008)
melaporkan bahwa dengan menggunakan teknologi yang sesuai, produksi
bawang merah varietas Lembah Palu dapat ditingkatkan menjadi 10-11
![Page 116: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/116.jpg)
cxvi
ton ha-1. Dengan Sistem pengairan 80% kapasitas lapang dengan
mengoptimalkan faktor-faktor tumbuh lainnya, menghasilkan bobot umbi
basah 8,88 ton ha-!, lebih efisien dibandingkan sistem pengairan lainya
(Limbongan dan Maskar, 2003). Bahruddin dkk. (2004) melaporkan
bahwa produksi bawang merah varietas lembah Palu dapat ditingkatkan
menjadi 10,48 ton melalui modifikasi lingkungan tumbuh dengan
menggunakan naungan, mulsa plastik dan dengan mengoptimalkan
pemupukan dan pemberian bahan organik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan organik, air tersedia
dan pemupukan memberi pengaruh interaksi dengan hasil umbi segar
yang berbeda-beda dengan koofisien keragaman 13,23%. Hasil tertinggi
(13,72 ton ha-1) diperoleh pada intraksi 15 ton ha-1 bahan organik, 100-
80% air tersedia dan 200 Kg KCl ha-1, namun perlakuan yang dianggap
lebih baik adalah intraksi antara 10 ton ha-1 bahan organik, 80-60% air
tersedia dan 200 kg KCl ha-1 karena lebih efisien dalam penggunaan
bahan organik dan air serta tidak signifikan dengan perlakuan yang
menghasilkan bobot umbi segar tertinggi seperti tertera diatas.
Produksi bawang merah varietas Lembah Palu di lapangan dengan
menggunakan teknologi petani (konvensional) merupakan hasil
wawancara beberapa peneliti dengan petani menunjukkan hasil yang
berbeda-beda. Monde melaporkan 3,0 ton ha-1, Maskar dan Rahardjo 3-5
ton ha-1, Bahruddin melaporkan 4,53 ton ha-1, data statistik 3,8 ton ha-
1dan terakhir hasil wawancara penulis yang dilakukan dengan petani
![Page 117: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/117.jpg)
cxvii
menunjukkan bahwa hasil rata-rata berkisar antara 3-4 ton ha-1 setelah
dilakukan revisi berdasarkan asumsi yang digunakan oleh petani. Dalam
menentukan hasil umbi segar per hektare, petani selalu menggunakan
cara ubinan. Dengan cara ubinan, petani selalu berasumsi bahwa lahan
efektif dianami 100%, padahal kenyataannya tidak demikian.
a2. Teknologi yang digunakan
Salah satu faktor yang sangat menentukan tinggi rendahnya
produktivitas yang dicapai adalah pilihan teknologi yang digunakan sesuai
dengan karakter wilayah yang sedang dikembangkan. Lembah Palu
termasuk wilayah dengan tingkat produktivitas pertanian yang relatif
rendah terkait dengan iklim, rendahnya tingkat kesuburan tanah dan
sulitnya memanfaatkan potensi sumber daya air yang sebenarnya cukup
berlimpah karena biaya operasional yang cukup tinggi. Oleh Karena itu
diperlukan penelitian kearah itu untuk mengatasi masalah tersebut.
Dalam hubungan ini pilihan teknologi yang tepat adalah melalui pemberian
bahan organik dan pemupukan untuk mengatasi masalah kesuburan
tanah, disisi lain pengelolaan air yang lebih efisien tetapi tetap memberi
hasil yang cukup tinggi baik kuantitas maupun kualitasnya juga perlu
dilakukan.
. Paket teknologi yang digunakan didasarkan oleh hasil-hasil
penelitian yang tertuang dalam disertasi ini. Dalam penelitian ini dipilih 3
(dari berbagai alternatif) perlakuan pengelolaan kesuburan tanah dan
pengelolaan air dengan capaian hasil yang berbeda tingkatannya
![Page 118: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/118.jpg)
cxviii
berdasarkan tingkat produksi dan kualitas bawang goreng yang dicapai,
yakni tinggi, sedang dan rendah. Input teknolog A (12,35 ton ha-1),
meliputi pemberian pupuk 200 kg KCl ha-1 (H4), input teknolgi B (10,27
ton ha-1), Pemberian 100 kg KCl ha-1 (H3) dan input teknologi C (9,16
ton ha-1), meliputi pemberian bahan organik 10 ton ha-1, dan 72 kg S ha-1
(H2).
b. Diskusi
Potensi lahan di Lembah Palu untuk pengembangan bawang
merah varietas Lembah Palu masih cukup luas. Sekitar 27.558,9 ha yang
tersebar di tiga Kabupaten/kota, dimana sebagian besar dari potensi
tersebut merupakan areal persawahan, masing-masing sekitar 25.000 ha
tersebar di kabupaten. Donggala dan kabupaten Sigi (Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Peternakan Kab. Donggala, 2006), sedangkan
potensi lahan di kota Palu meliputi 2.558,9 ha yang terdiri dari 1.656,06
kelas sesai marginal (S3) dan 903 ha kelas cukup sesuai (S2) . Jika
potensi lahan seluas 2558,9 ha dapat dioptimalkan penggunaannya, maka
kebutuhan bahan baku pada kondisi konvensional dengan hasil rata-rata
3-4 ton ha-1, maka akan diperoleh produksi sebesar 2895 ton/musim
tanam. Bawang merah varietas Lembah Palu dipanen pada umur 70
hari, maka dalam 1 tahun (3 MT), kota Palu dapat memperoduksi 8685 ton
umbi segar pertahun. Bila tersedia bahan baku, setiap unit industri
pegolahan bawang goreng membutuhkan sekitar 200-300 kg/hari (hasil
wawancara dengan pelaku industri pengolahan bawang goreng), maka
![Page 119: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/119.jpg)
cxix
dalam 1 bulan membutuhkan bahan baku 6000-9000 kg atau 6-9
ton/bulan. Ini berarti untuk memenuhi kebutuhan 45 unit industri
pengolahan bawang goreng yang ada di kota Palu pada saat ini
diperlukan 270-405 ton bahan baku setiap bulan atau 3240-4860
ton/tahun. Dengan pemanfaatan lahan yang tersedia di Kota Palu melalui
program ektensifikasi dengan teknologi petani (konvensional), seluruh
kebutuhan industri pengolahan bawang goreng sebanyak 45 unit dapat
dipenuhi bahkan jumlah industri pengolahan dapat bertambah jumlahnya
sebanyak 35 unit industri pegolahan bawang goreng sehingga menjadi 80
unit produksi.
Hasil-hasil penelitian diperlukan untuk memberikan alternatif pilihan
melalui skema-skema pengembangan sesuai potensi produksi dan
potensi lahan yang tersedia. Untuk meningkatkan produktivitas bawang
merah varietas lembah Palu perlu perbaikan teknologi budidaya melalui
pemberian bahan organik, pemupukan K dan S dengan memperhatikan
status hara lainnya dan pengelolaan air. Dengan menggunakan masukan
teknologi A pada lahan dengan kelas kesesuaian lahan S3, maka
diperoleh hasil umbi segar sebesar 9.260 ton/musim tanam atau setara
dengan 27.780 ton/tahun (3 MT). Kalau setiap unit industri memerlukan
108 ton/tahun (300 kg/hari), maka diperlukan 257 unit pengolahan
bawang goreng. Ini berarti terdapat penambahan jumlah unit industri
pengolahan sebesar 257-45= 212 unit industri (Tabel 19). Jika alternatif
masukan tenologi B pada lahan dengan kelas kesesuaian lahan S3
![Page 120: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/120.jpg)
cxx
yang dipilih, maka capaian produksi umbi segar adalah 8.000 ton/musim
tanam atau setara dengan 24.000 ton/tahun (3 MT). Jika kebutuhan 1 unit
Tabel 19. Perkiraan produksi/musim tanam bawang merah varietaslembah Palu dengan tingkat penerapan input yang berbedadengan asumsi 50% dari luas lahan potensil dimanfaatkan
LokasiPengembangan/kelaskesesuaian lahan
Imputteknologi
Luas(ha)
Rata-ratahasil/ha(ton)
Produksi/musimtanam (ton)
Kota Palu (S2) Konvensional
450 4,00 1.260
(S3) Konvensional
779 3,00 1.635
(S3) A 779 12,35 9.620
(S3) B 779 10,27 8.000
(S3) C 779 9,16 7,135
industri pengolahan sebesar 108 ton/tahun, maka jumlah unit industri
yang diperlukan sebanyak 222 unit industri pengolahan bawang goreng.
Ini berarti diperlukan tambahan 177 unit industri pengolahan bawang
goreng baru . Jika alternatif masukan teknologi C pada lahan dengan
kelas kesesuaian S3 yang dipilih, maka capaian hasil umbi segar adalah
21.405 ton/tahun. Kebutuhan bahan baku untuk 1 unit industri
pengolahan bawang goreng sebesar 108 ton/tahun, maka Ini berarti
diperlukan 198 unit industri pengolahan bawang goreng untuk mengolah
bahan baku tersebut dan diperlukan tambahan unit pengolahan baru
sebesar 153 unit.
Apabila lahan kelas kesesuaian S2 menjadi alternatif pilihan untuk
mensuplai kebutuhan 45 unit industri pengolahan bawang goreng saat ini
![Page 121: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/121.jpg)
cxxi
efektif dapat dikembangkan, maka hanya 35 uni industri yang dapat
beroperasi, sisanya 10 unit tidak beroperasi karena kekurangan bahan
baku. Demikian juga halnya jika hanya lahan S3 yang digunaan dengan
asumsi yang sama, maka seluruh unit pengolahan yang ada saat ini
dapat beroperasi secara penuh. Dengan demikian, apabila lahan S2 dan
S3 dioptimalkan penggunaannya menjadi 50% dari potensi lahan di Kota
Palu dengan menggunakan teknologi yang dikembangkan sendiri oleh
petani (konvensional), maka seluruh industri pengolahan bawang goreng
Palu dapat beroperasi secara penuh plus 35 unit industri pengolahan baru
dapat dibangun (Tabel 30). Implikasi lebih lanjut dengan adanya program
optimalisasi pemanfaatan lahan ini diharapkan akan membuka
kesempatan kerja baru sekaligus dapat meningkatkan pendapatan petani
bawang Kota Palu dan sekitarnya. Dalam hubungan ini, pengaturan
waktu panen dan luas areal tanaman pada berbagai wilayah
pengembangan harus betul-betul diperhatikan agar produksi tetap
kontinyu dan seimbang antara kebutuhan industri pengolahan bawang
goreng dengan kemampuan petani berproduksi.
Dari Tabel 29., dapat dibuat lebih rinci tentang skema-skema
pengembangan sesuai dengan tuntutan kebutuhan atau permintaan
pasar. Skema-skema pengembangan mana yang akan dipilih sangat
ditentukan oleh komitmen dan respon pemerintah daerah terhadap
permintaan pasar produk bawang goreng baik pasar dalam negeri,
maupun pasar ekspor yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama
![Page 122: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/122.jpg)
cxxii
ini respon pemerintah daerah sudah ada yang ditandai dengan
ditetapkannya Sentra Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan
Tabel 20. Perkiraan jumlah unit industri yang perlu dibangun untukmengantisipasi ketersediaan bahan baku pada berbagaitingkat input teknlogi, jika optimalisasi penggunaan potensilahan sebesar 50%
Lokasi/kelaskesesuaianlahan
Imputteknologi
Luas(ha)
Produksi/thn (ton)
JumlahUnitpengolahan
Jumlahunitindustripengolahan baru
Kota Palu (S2) Konvensional
450 3.780 35 -10
(S3) Konvensional
779 4.905 80 35
(S3) A 779 27.780 257 212(S3) B 779 24.000 222 177(S3) C 779 21.405 198 153
(SPAKU) Bawang Palu di Kecamatan Biromaru, Dolo dan Tawaeli seluas
25.000 ha pada tahun 2006. Namun demikian, hingga saat ini program
ini tidak berjalan sebagaimana diharapkan.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi pengembangan bawang
merah varietas Lembah Palu sebagai salah satu komoditas unggulan
Sulawesi Tengah adalah adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi
lahan non pertanian. Potensi sumber daya lahan yang ada di kota Palu,
begitu pula yang ada di Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi sangat
rawan oleh adanya konversi lahan pertanian menjadi kawasan industri,
perdagangan dan perumahan serta pertambangan. Menurut Isa (2006)
laju konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian di luar Jawa
sekitar 5% pertahun. Ini berarti, kota Palu mempunyai poensi kehilangan
![Page 123: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/123.jpg)
cxxiii
lahan produktif seluas 128 ha setiap tahunnya. Oleh karena itu, perlu
segera memberlakukan peraturan perundang-undangan tentang konvers
lahan pertanian produktif yang mempunyai sangsi yang tegas bagi
pelanggarnya. Peraturan perundang-undangan tersebut antara lain perlu
memuat diktum bahwa bagi setiap pengembang yang akan mendirikan
bagunan di lahan produktf atau sawah, diharuskan terlebih dahulu
mencetak lahan sawah baru dengan kualitas yang sama lengkap dengan
sarana irigasi dan sarana penunjang lainnya. Jika tidak demikian, dalam
jangka waktu 20 tahun ke depan atau sekitar tahun 2032 kota Palu akan
kehilangan lahan pertanian potensial yang selama ini mejadi tempat
tumbuh bawang merah varietas Lembah Palu. Hal yang sama juga akan
dialami oleh Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala, dimana Ibu Kota
kedua Kabupaten ini juga berada di Lembah Palu. Luas lahan potensial
untuk pengembangan bawang merah varietas Lembah Palu di dua
kabupaten ini sekitar 25.000 ha dan akan terus berkurang sejalan dengan
dengan laju penyusutan lahan kiara-kira 3% pertahun atau sekitar 750 ha
pertahun. Sebagai kabupaten pemekaran, wilayah ini berpotensi
mengalami konversi yang cukup besar terutama lahan sawah.
![Page 124: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/124.jpg)
cxxiv
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tanaman bawang merah varietas lembah Palu dapat tumbuh dan
berproduksi dengan kualitas umbi yang baik pada kisaran kadar air
tanah tersedia antara 100-40% pada perlakuan yang mendapat pupuk
belerang yang cukup (72 kg S ha-1).
2. Produksi tertinggi diperolah perlakuan yang mendapatkan belerang
tanpa kalsium pada taraf 60-40% air tersedia dan 10 ton ha-1 bahan
organk relatif sama dengan perlakuan pemupukan kalsium tanpa
belerang, tetapi nyata menurunkan hasil jika belerang dan kalsium
diberikan bersama-sama. Konsistensi pengaruh perlakuan yang
dinilai berdasarkan bobot umbi segar dan bobot umbi kering menjadi
indikasi bahwa kualitas bawang yang dihasilkan pada perlakuan dosis
bahan organik dan hara tanaman cukup baik dan memenuhi standar
sebagai bahan baku industri pengolahan bawang goreng Palu.
3. Bobot umbi segar tertinggi (12,35 ton ha-1 ) pada percobaan lapangan
diperoleh pada perlakuan 200 kg ha-1 KCl (H4). Perlakuan 15 ton
bahan organik ha-1 (O2) menghasilkan 10,94 ton ha-1 nyata lebih tinggi
dibandingkan dengan 10 ton ha-1 bahan organik. Kualitas umbi dan
produk bawang goreng tidak dipengaruhi secara nyata oleh
kandungan bahan organik dan hara tanaman.
4. Potensi produksi bawang merah varietas lembah Palu cukup besar
baik dilihat dari potensi sumber daya lahan yang tersedia maupun
![Page 125: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/125.jpg)
cxxv
produktivitas lahan melalui masukan teknologi. Potensi hasil umbi
basah dalam penelitian ini dapat mencapai 12,35 ton ha-1. Potensi
produksi yang dapat dicapai melalui program intnsifikasi dan
ekstensifikasi pada lahan sesuai S2 dan S3 dengan teknologi yang
konvensional adalah 8.685 ton/tahun sehingga diperlukan 80 unit
industri pengolahan bawang goreng. Dengan menggunakan masukan
teknologi berdasarkan hasil penelitian ini, maka perkiraan produksi
yang dapat dicapai dengan mengoptimalkan penggunaan lahan S2
dan S3 adalah berkisar 21.405–27.780 ton/tahun sehingga diperlukan
sekitar 153-212 unit industri pengolahan bawang goreng untuk
mengolah bahan baku tersebut menjadi produk industri bawang
goreng sesuai dengan kapasitas olah optimal yang dapat dicapai saat
ini.
B. Saran-saran
1. Dalam pengelolaan kesuburan tanah, penggunaan pupuk anorganik
mutlak senantiasa disertai dengan penggunaan pupuk organik.
2. Perlu menghidari penggunaan air irigasi yang terlalu banyak, lebih
baik memberikan air yang lebih sering dengan jumlah yang relatif
sedikit.
3. Perlu kajian lebih lanjut tentang interaksi kalium dan belerang dalam
mempengaruhi produksi dan kualitas bawang merah varietas lembah
Palu
![Page 126: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/126.jpg)
cxxvi
Daftar PustakaAbujamin, A. A., 2000. Penentuan Perhitungan Neraca Air Agroklimat.
Makalah Disampaikan pada Program Pelatihan dan Peningkatandalam Bidang Agroklimatologi. Kerja sama antara BadanLitbang Pertanian Deptan dan FMIPA-IPB. Bogor 31 Agustus-2November 2000. Tidak diterbitkan. 28 halaman.
Adiyoga, W. Dan T. A. Soestrisno, 1997. Keunggulan Komparatif danInsentif Ekonomi Usaha Tani Bawang Merah. J.Hort 7 (1): 614-624.
Alam, N., A. Rahim dan A.E. Yunus, 2009. Frofil Mutu Bawang GorengPalu. Laporan Penelitian Ristek Universitas Tadulako, Palu
Amar. 2012. Model Penggunaan Lahan untuk Bangunan BerdasakanKetersediaan dan Kapasitas Lahan Kota (Studi Kasus: KotaPalu). Disertasi Program Pascasarjana Iniverstas HasanuddinMakassar 2011.
AOAC, 1984. Official Methodes of Analysis of the Association ofAnalytical Chemist. 14th ed. AOAC Inc.Arington. Virginia.
Bahri, S., L. Hutahaean, dan A. Muis. 2007. Pengaruh PelaksanaanSekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT)Terhadap Persepsi dan Teknik Pengendalian Hama/PenyekitTanaman Bawang Merah Lokal Palu Di Sulawesi Tengah.Proceeding Seminar Nasional Pengelolangan Inovasi PertanianLahan Marginal.
Bahruddin, Syekhfani, T. Wardiyati dan M.Santoso. 2004. PenggunaanTaraf Naungan dan Jenis Mulsa untuk Meningkatkan HasilBawang Merah Varietas Lokal Palu. J. Agroland Vol. 11 (2):161-167.
Bloem, E., S. Haneklaus, and E. Schnug, 2005. Influence of Nitrogenand Sulfur Fertilization on the Alliin Content of Onions and Garlic.Journal of Plant Nutrition, 27 (10): 1827-1839.
BPS, 2004. Statistik Pertanian Kabupaten Donggala. Badan PusatStatistik.
BPS Sulteng 2007. Kabupaten Donggala dalam Angka Thn 2006. BadanPusat Statistik Sulawesi Tengah, Palu
![Page 127: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/127.jpg)
cxxvii
BPTP, 2009. Kajian Peningkatan Kualitas Bawang Merah Palu.bptpsulteng @yahoo.com diakses sabtu, 12 september 2009:20-40.
Caridi, D., Trenerry, V. C., Rochfort, S., Duong, S., Lougher, D. AndJones, R. 2007. Profiling and Quantifying Quercetin Glucosidesin Onion (Allium cepa L.) Varieties Using Capilary ZoneElectrophoresis and High Ferformance Liquid Chromatography.Food Chemistry. 105: 691-699.
Chyau, C. C. And J. J. Mau. 2001. Effect of Various Oils on VolatileCompounds of Deep-Fried Shallot Flavouring. Food Chemistry.74 (2001): 41-46. Elsivier
Currah, F. And F. J. Proctor. 1990. Onion in Tropical Region. NRI Bull.No.35.
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Palu 2006. Pemetaan KomoditasUnggulan Bawang Merah. Subdin Hortikultura Dinas Pertaniandan Kehutanan Kota Palu.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Donggala.2005. Arah dan Prospek Pengembangan Bawang MerahKabupatn Donggala. Bul. Agribisnis, ed. 11.
Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, 2005. KebijakanPengembanganProduksi Bawang Merah di Indonesia. Makalahyang Disampaikan dalam Apresiasi Penerapan PenanggulanganOPT Bawang Merah, Surabaya, 5-7 Juli 2005.
Djaenuddin, D., H. Marwan dan H. Subagjo. 2003. Petunjuk TeknisEvaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Balai PenelitianTanah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah danAgroklimat, Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian.
Dobermann, A. and T.Fairhurst. 2000. Rice. Nutrient Disorders andNutrient Management. Potash and Phosphate Institute/Potashand Phosphate Institute of Canada.
Eduvigis, R. M., Concepcion, S. M. Rosana Lloria, Begona de Ancos andPilar Cano. 2009. Onion High-Pressure Processing: FlavonolContent and Antioxidant Activity. LWT- Food Science andTecnology 42: 835-841.
![Page 128: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/128.jpg)
cxxviii
Endang S, L. Dan Sukartono. 2007. Respon Tanaman Bawang Merah(Allium ascalonicum) yang Diinokolasi MVA pada Ragam CaraPemberian BO dan Jedah Pengairan Di Lahan Kering P.Lombok. Proceeding Kongres Nasional HITI IX, 5-7 Desember2007. Yogyakarta.
Essington, M. E. 2004. Soil and Water Chemistry. An IntegrativeApprouch. CRC Press. Boca Raton London. New YorkWoshington, D. C.
Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan untuk Ilmu-IlmuPertanian, Ilmu-Ilmu Teknik dan Biologi. Penerbit CV. ARMICO,Bandung.
Gomez, K. A and A. A. Gomez, 1995. Statistical Prosedures forAgricultural Research. John Wiley and Sons, Inc. Filiphine.
Havlin, J. L., J. D. Beaton, S. L. Tisdale and W. L. Nelson. 2005. SoilFertility and Fertilizers. An Introduction to Nutrient Management.Pearson Education, Inc., Upper Sadle River, New Jersey 07458.
Hidayat, A. 2004. Budidaya Bawang Merah. Beberapa hasil Penelitian diKabupaten Brebes. Makalah disampaikan pada Temu TeknologiBudidaya Bawang Merah. Direktorat Tanaman Sayuran dan BioFarmaka, Brebes 3 September 2004.
Isa, Irawan. 2006. Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian.Badan Pertanahan Nasional, Jakarta, Indonesia. ProceedingSeninar Multifungsi dan Revitalisasi Pertanian.
Javier, E. G. 1990. Vegetable Production Training Manual. AVRDCTaiwan, Taiwan.
Jones, J. B., B.Wolf, H. A. Mills. 1991. Plant Analysis Handbook. A.Practical Sampling, Preparation, Analysis and Interpretationguide. Micro-Macro Publ. Inc., USA. 213 p.
Limbongan, J. dan A. Monde. 1999. Pengaruh Pupuk Organik danAnorganik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang MerahKultivar Palu. J. Hortikultura 9 (3): 212-219.
Limbongan, J. dan Maskar. 2003. Potensi Pengembangan danKetersediaan Teknologi Bawang Merah Palu Di SulawesiTengah. J. Litbang Pertanian 22 (3): 103-108.
![Page 129: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/129.jpg)
cxxix
Lombard, K., Peffley, E., Geoffriau, E., Thompson, L., and Herring, A.2005. Quercetn in Onion (Allium cepa L.) After Heat-TreatmentSimulating Home Preparation. J. of Food Composition andAnalysis (18): 571-581.
Maemunah. 2010. Viabilitas dan Vigor Benih Bawang Merah padaBeberapa Varietas Setelah Penyimpanan. J. Agroland 17 (1):18-22.
Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition of Higher Plants. Academic Press.London p: 269-321.
Maskar, Basrum, A. Lasengga dan M. Slamet. 2001. Uji MultilokasiBawang Merah Palu. Laporan thn 2001. Balai PengkajianTeknologi Pertanian Sulawesi Tengah, Palu.
Maskar dan Yogi P. Rahardjo, 2008. Teknologi PendukungPengembangan Agribisnis Di Desa P4MI. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi PertanianSulawesi Tengah.
Masyahoro, A. A. 2012. Metode dan Analisis Perancangan Percobaan.Penerbit CV. ARMICO, Bandung.
Mengel, K. And E. A. Kirkby. 1978. Principles of Plant Nutrition.International Potash Institute, Werblaufen-Bern/Switzerland.593p.
Mogren, L. M., Olsen, M. E. Dan Gertsson, U. E. 2007. Effect of Cultivar,Lifting Time and Nitrogen Fertilizer Level on Quercentin Contentin Onion (Allium cepa L.) At Lifting. J. of the Science of Food andAgriculture (87): 470-476.
Monde, A. 2009. Degredasi Stok Karbon (C) Akibat Alih Fungsi LahanHutan Menjadi Lahan Kakao di DAS Nopu, Sulawesi Tengah. J.Agroland 16 (2): 110-117. 18-22.
Muhammad, H., S. Sabihan, A. Rachim, dan H. Adijuwana. 2001.Penentuan Batas Kritis Sulfat untuk Bawang Merah di TanahVertisol, Inceptisol dan Entisol di Kabupaten Jeneponto. J. Hort.11 (2): 110-118.
.............................. , S. Sabihan, A. Rachim, dan H. Adijuwana. 2003.Pengaruh Pemberian Sulfur dan Blotong terhadap pertumbuhan
![Page 130: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/130.jpg)
cxxx
dan Hasil Bawang Merah pada Tanah Inceptisol. J.Hort. 13 (2):95-104.
Muhardi. 2009. Karakteristik Pertumbuhan Bawang Merah (Alliumascolonicum L.) Varietas Tinombo yang Diberi Pupuk Kalium danPupuk Kandang. J. Agrisains 10 (2): 55-65.
Nasir, A. A. 2004. Hubungan Iklim dan Tanaman. Makalah yangDisampaikan dalam Pelatihan Dosen PT se Indonesia dalamBidang Pemodelan dan Simulasi Pertanian, Bogor.
Nasir, A.A. dan Sutoro. 2002. Neraca Air Lahan Agroklimatik. PelatihanBimbingan Pengamanan Tanaman Pangan dari Bencana Banjir.Jakarta.
Noggle, G.R. and G. J. Fritz. 1999. Introductory Plant Physiology.Prentice-Hall. Inc., Englewood Cliffs. N. J., USA
Nurmalinda. R. Majawisastra dan Suwandi, 1995. Analisa Biaya danPendapatan Petani Bawang Merah Di Dataran MediumMajalengka. Bull.penel. Hort.: 24 (2):97-105.
Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, 2006. PedomanPenulisan Tesis dan Disertasi. Edisi 4, Makassar.
Purnomo, J., S. Sutomo, W. Hartatik dan Achmad Rachman, 2007.Pengelolaan Kesuburan Tanah untuk Bawang Merah diKabupaten Donggala. Proceeding Seminar NasionalPengembangan Inovasi Lahan Marginal. Balai Penelitian TanahBogor.
Purwaningsih, H., C. Khairani, Maskar dan T. P. Rumayar, 2007. PeluangPengembangan Bawang Merah Palu Sebagai KomoditasAgribisnis. Proceeding Seminar Nasional PengembanganInovasi Pertanian Lahan Marginal. Palu Sulawesi Tengah.
Purwanto dan T. Agustono. 2010. Kajian Fisiologi Tanaman Kedelai padaBerbagai Kepadatan Gulma Teki dalam Kondisi CekamanKekeringan. J.Agroland 17 (2): 85-90.
Puslittanak, 2003. Laporan Penyusunan Peta Pewilayahan komoditasPertanian Berdasarkan AEZ Skala 1:50.000 Di KabupatenDonggala.Puslittanak, Bogor.
![Page 131: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/131.jpg)
cxxxi
Putrasamedja, S. 2000. Tanggap Beberapa Kultivar Bawang MerahTerhadap Vernalisasi untuk Dataran Medium. J. Hort. 10 (3):177-182.
Rahayu, E. Dan Berlian N. V. A. 2004. Bawang Merah. MengenalVarietas Unggul dan Cara Budidaya Secara Kontinyu. SeriAgribisnis. Penebar Swadaya.
Randale, W. M., E. Block, M. H. Littlejohn, D. Putnam and M. L.Bussard. 1994. Onion (Allium Cepa L.) Thiosulfinates Respondto Increasing Sulfur Fertility. J. Agric. Food Cham. 42: 2085-2088.
Rismunandar. 1988. Membudidayakan lima jenis bawang. Penerbit SinarBaru, Bandung.
Saidah, 2001. Kajian Pemberian Kasting dan ZA terhadap Pertumbuhandan Hasil Bawang Merah Kultivar Lokal Palu. Thesis ProgramPascasarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Salunkhe, D. K. And B. B. Desai. 1984. Onion dan Garlic, inPostharvest the Technology of Vagetable, Part II. CRC Press,Boca Raton, FL. P.23
Sarief, S. 1985. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana Bandung.
Sarjiman dan Mulyadi. 2011. Analisis Neraca Air Lahan Kering pada IklimKering untuk Mendukung Pola Tanam.http;//www.yahoo.com.diakses 11 April 2011
Soetiarso, T. A., 2007. Teknologi inovatif Bawang Merah danPengembangannya. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.Proceeding Seminar Nasional Pengembangan Inovasi PertanianLahan Marginal. Palu Sulawesi Tengah.
Soetrisno dan S.R. Hanafie. 2007. Filsafat Ilmu dan MetodologiPenelitian. Penerbit CV. Andi offset, Yogyakarta.
Solehani, U. dan Suardji. Mencari Indikator Cepat Untuk MenilaiPerubahan KualitasLahan Di Bawah Tegakan Wanatani
Sumiati, E. 1997. Konsentrasi Optimum Mepiguat Khlorida untukPeningkatan Hasil Bawang Merah Kultivar Bima Brebes di
![Page 132: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/132.jpg)
cxxxii
Majalengka. J. Hortikultura. V0l. 6.2. Puslitbang Holtikultura.Jakarta. Hal 120-127.
Sunarjono, H. dan P. Soedomo. 1989. Budidaya Bawang Merah (Alliumascalonicum). Penerbit Sinar Baru, Bandung.
Sutarya, R. dan G. Grubben. 1995. Pedoman Bercocok Tanam SayuranDi Dataran Rendah. Gajah Mada University Press. ProseaIndonesia-Balai Penelitian Hortikultura Lembang.
Suwardji, G. Duardiari dan A. Hippi. 2007. Meningkatkan EfisiensiPenggunaan Air Irigasi dari Sumber Air Tanah Dalam padaLahan Kering Pasiran Lombok Utara Menggunakan TeknologiIrigasi dengan Springkle Big Gan. Proceeding Kongres NasionalHITI IX, 5-7 Desember, Yogyakarta.
Tisdale, S. L., W. L. Nelson and J. D. Beaton 1985. Soil Fertiity andFertilizers. Fourth edition. MacMilan Publishing Company, Newyork.
Wardah. 2008. Biomassa dan Kualitas Seresah Di Hutan Sekunder DiSekitar Kawasan Hutan Konservasi (Studi Kasus di TamanNasional Lore-Lindu, Sulawesi-Tengah). J. Agroland 15 (3): 175-181.
Wibowo, S. 1992. Budidaya Bawang. Seri Pertanian: IXXX/270/88.Penebar Swadaya, Jakarta.p 201.
Yable, S. S. Prabawardani dan R. Husain. 2007. Metode PemberianPupuk Kandang Ayam terhadap Pertumbuhan dan ProduksiBawang Merah. J. Agrivigor 6 (2):133-138.
Yulianti dan Nilam Sari. 2008. Kelayakan Usaha Agroindustri BawangGoreng Palu Di Kabupaten Donggala. J. Agroland 15 (3): 216-222.
![Page 133: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/133.jpg)
cxxxiii
Lampiran 1. Uraian sifat-sifat morfologi tanah
Tabel LampiranNomor SPT : -Nomor Formulir : 1Klassifikasi TanahSoil Survey Staff 1998 : Fluventic EutrudeptsLokasi-Administrasi Provinsi Sulawesi Tengah, kota Palu,
Kec.Palu Selatan, Paboya- No. Site : -- Potret udara : -
Ketinggian tempat : 55 m dplLereng : 3-5%Landform : DataranBahan Induk : AluviumDrainase tanah : Agak cepat/cepatPermukaan air tanah : -Banjir/Pasang surut : -Kedalaman tanah efetif : 80 cmPenggunaan lahan : Dataran rendah
Horizon Uraian
A (0-12 cm) Coklat gelap (10YR 3/3) liat berdebu; lemah;halus,gumpal agak membulat, agak lekat, agak plastis,karatan kelabu (10 YR6/1); pH 6,0
Bw1(12-26 cm) Coklat (10 YR 5/3), lempung berpasir, lemah; sangathalus, kersai ;tidak lekat;tidak plastis, pH 6,0
Bw2(26-46 cm) Coklat (10 YR 5/3), lempung berpasir, tidak lekat,tidakplastis; pH 6,0
2C (46-65 cm) Coklat (10YR5/3), Lemp.berpasir,tdk lek/tdk plas;pH 6.0
3C (65-130 cm) Coklat (10YR5/3), pasir berlempung, tidak lekat
Epipedon Okhrik/ hor.penciri kambik
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Palu (2006)
![Page 134: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/134.jpg)
cxxxiv
Lampiran 2. Uraian sifat morfologi tanah Typic Eutrudepts
Nomor SPT : -Nomor Formulir : 2Klassifikasi TanahSoil Survey Staff 1998 : Typic EutrudeptsLokasi-Administrasi Provinsi Sulawesi Tengah, kota Palu,
Kec.Palu Timur, kelurahan Watutela- No. Site : -- Potret udara : -
Ketinggian tempat : 40 m dplLereng : 3-8%Landform : Teras Sungai bawahBahan Induk : AluviumDrainase tanah : Agak baik/sedangPermukaan air tanah : -Banjir/Pasang surut : -Kedalaman tanah efetif : 60 cmPenggunaan lahan : Lahan kering, dataran rendah
(tanaman-anaman hortikultura)
Horizon Uraian
A (0-17 cm) Coklat gelap (10 YR 4/3), lempung berpasir, lemah,halus, gembur, agak lekat, tidak plastis, bataslapisan jelas dan rata, pH 7,0
Bw1 (17-34 cm) Coklat gelap kekuningan (10 YR 4/4); lempungberpasir, lemah, halus, lekat, agak plastis; pH 7,0;batas lapisan jelas rata
Bw2 (34-51 cm) Coklat kekuningan (10 YR 5/4); lempung berpasir,pH 6,5; batas lapisan jelas rata.
C (51-70 cm) Coklat terang olive (2.5 YR 5/4), pasir berlempung;pH 6,5
Epipedon : Okhrik ; Horizon penciri: Kambik
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Palu (2006)
![Page 135: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/135.jpg)
cxxxv
Lampiran 3. Data hasil pengukuran bobot umbi segar (g/pot)
Kelompok Bahan Organik (O0) Bahan Organik (O1)
Jumlah RERATAA1 A2 A3 A1 A2 A3
I 16,71 16,36 15,54 16,03 16,07 16,32 97,03 16,17II 15,16 16,83 15,60 15,78 17,43 16,87 97,67 16,28III 15,33 15,95 15,27 15,37 18,06 16,82 96,80 16,13
47,20 49,14 46,41 47,18 51,56 50,01 291,5015,73 16,38 15,47 15,73 17,19 16,67 97,17
I 16,53 17,89 16,25 17,63 18,13 17,74 104,17 17,36II 15,64 17,37 15,97 18,63 17,93 18,23 103,77 17,30III 15,47 16,62 15,94 17,74 18,55 19,08 103,40 17,23
Jumlah 47,64 51,88 48,16 54,00 54,61 55,05 311,34Rerata 15,88 17,29 16,05 18,00 18,20 18,35 103,78
I 16,23 16,72 14,93 17,07 15,95 17,56 98,46 16,41II 15,85 15,76 13,27 17,52 16,97 15,85 95,22 15,87III 15,78 17,91 13,87 16,85 14,48 17,51 96,40 16,07
Jumlah 47,86 50,39 42,07 51,44 47,40 50,92 290,08Rerata 15,95 16,80 14,02 17,15 15,80 16,97 96,69
I 17,34 16,34 15,26 17,81 16,07 14,95 97,77 16,30II 15,17 16,93 14,69 17,93 15,63 14,70 95,05 15,84III 16,52 17,48 14,06 18,67 15,75 11,97 94,45 15,74
Jumlah 49,03 50,75 44,01 54,41 47,45 41,62 287,27 196,70Rerata 16,34 16,92 14,67 18,14 15,82 13,87 95,76 16,39
Lampiran 4. Sidik ragam bobot umbi segar (g)
SK DB JK KT FH
FT BNJ
0,05 0,01 5%
PERLAKUAN 23 100,534 4,3710 7,89 ** 1,76 2,24KELOMPOK 2 1,0258 0,5129 0,93 ns 3,20 3,10Faktor O 1 13,4421 13,4421 24,27 ** 4,05 7,21 0,681Faktor A 2 14,7459 7,3729 13,31 ** 3,20 3,10 0,834Interaksi OA 2 8,3367 4,1684 7,53 ** 3,20 3,10 1,179Faktor H 3 20,1775 6,7258 12,15 ** 2,81 4,24 0,963Interaksi OH 3 7,7007 2,5669 4,64 ** 2,81 4,24 1,362Interaksi AH 6 22,3076 3,7179 6,71 ** 2,30 3,22 1,668Interaksi OAH 6 13,8233 2,3039 4,16 ** 2,30 3,22 2,359Galat 46 25,4741 0,5538Total 71 127,0337
KK (%) = 4,54BNJ = q 5% (jumlah perlakuan, DB acak) xSx,
![Page 136: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/136.jpg)
cxxxvi
Lampiran 5. Data hasil pengukuran bobot umbi kering/rumpun (g)
Kelompok Bahan Organik (O0) Bahan Organik (O2)
Jumlah RERATAA1 A2 A3 A1 A2 A3
I 13,42 13,58 13,19 13,52 12,89 14,75 81,35 13,56II 12,25 14,56 12,46 12,41 13,76 13,07 78,51 13,09III 10,41 12,72 11,79 10,42 15,86 13,28 74,48 12,41
Jumlah 36,08 40,86 37,44 36,35 42,51 41,10 234,34Rerata 12,03 13,62 12,48 12,12 14,17 13,70 78,11
I 13,05 15,73 13,95 15,73 15,82 15,34 89,62 14,94II 13,36 14,11 13,52 16,63 14,85 15,61 88,08 14,68III 11,97 13,37 12,43 14,54 14,78 16,43 83,52 13,92
Jumlah 38,38 43,21 39,90 46,90 45,45 47,38 261,22Rerata 12,79 14,40 13,30 15,63 15,15 15,79 87,07
I 12,08 13,96 11,38 14,25 12,55 15,29 79,51 13,25II 13,17 12,54 11,97 15,12 13,53 16,12 82,45 13,74III 13,18 14,53 10,35 13,65 11,86 15,81 79,38 13,23
Jumlah 38,43 41,03 33,70 43,02 37,94 47,22 241,34Rerata 12,81 13,68 11,23 14,34 12,65 15,74 80,45
I 15,21 13,51 12,64 15,43 14,76 12,74 84,29 14,05II 12,67 14,07 11,28 14,53 12,93 11,97 77,45 12,91III 13,36 15,02 12,47 15,09 13,27 11,89 81,10 13,52
Jumlah 41,24 42,60 36,39 45,05 40,96 36,60 242,84 163,29Rerata 13,75 14,20 12,13 15,02 13,65 12,20 80,95 13,61
Lampiran 6. Sidik ragam bobot umbi kering (g)
SK DB JK KT FH
FT BNJ
0,05 0,01 5%
PERLAKUAN 23 113,331 4,9274 6,08 ** 1,76 2,24KELOMPOK 2 5,5289 2,7645 3,41 ** 3,20 3,10Faktor O 1 23,5985 23,5985 29,10 ** 4,05 7,21 0,824Faktor A 2 4,6617 2,3308 2,87 ns 3,20 3,10 1,009Interaksi OA 2 14,5148 7,2574 8,95 ** 3,20 3,10 1,427Faktor H 3 21,9316 7,3105 9,01 ** 2,81 4,24 1,165Interaksi OH 3 9,4626 3,1542 3,89 * 2,81 4,24 1,648Interaksi AH 6 23,3370 3,8895 4,80 ** 2,30 3,22 2,018Interaksi OAH 6 15,8251 2,6375 3,25 ** 2,30 3,22 2,855Galat 46 37,3085 0,8111Total 71 156,1685
KK (%) = 6,62
![Page 137: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/137.jpg)
cxxxvii
Lampiran 7. Data hasil pengamatan jumlah umbi yang terbentuk
Dosis Kelompok Bahan Organik (O0) Bahan Organik (O1)
RERATAPupuk A1 A2 A3 A1 A2 A3
H1 I 4,00 5,00 5,00 5,00 5,00 4,00 4,67II 4,00 4,00 5,00 5,00 4,00 5,00 4,50III 4,00 7,00 4,00 5,00 5,00 4,00 4,83
Jumlah 12,00 16,00 14,00 15,00 14,00 13,00Rerata 4,00 5,33 4,67 5,00 4,67 4,33
H2 I 4,00 6,00 3,00 5,00 6,00 5,00 4,83II 6,00 4,00 4,00 5,00 4,00 6,00 4,83III 4,00 5,00 5,00 8,00 6,00 6,00 5,67
Jumlah 14,00 15,00 12,00 18,00 16,00 17,00Rerata 4,67 5,00 4,00 6,00 5,33 5,67
H3 I 8,00 5,00 4,00 6,00 4,00 4,00 5,17II 3,00 4,00 3,00 5,00 5,00 5,00 4,17III 4,00 6,00 6,00 6,00 4,00 5,00 5,17
Jumlah 15,00 15,00 13,00 17,00 13,00 14,00Rerata 5,00 5,00 4,33 5,67 4,33 4,67
H4 I 4,00 5,00 6,00 8,00 4,00 5,00 5,33II 4,00 5,00 5,00 6,00 5,00 7,00 5,33III 6,00 6,00 5,00 7,00 7,00 5,00 6,00
Jumlah 14,00 16,00 16,00 21,00 16,00 17,00 60,50Rerata 4,67 5,33 5,33 7,00 5,33 5,67 5,04
Lampiran 8. Sidik ragam jumlah umbi yang terbentuk
SK DB JK KT FH
FT BNJ
0,05 0,01 5%
PERLAKUAN 23 32,208 1,4004 1,23 ns 1,76 2,24KELOMPOK 2 6,0833 3,0417 2,66 ns 3,20 3,10Faktor O 1 5,0139 5,0139 4,39 * 4,05 7,21 0,978Faktor A 2 2,0833 1,0417 0,91 ns 3,20 3,10 1,198Interaksi OA 2 7,5278 3,7639 3,29 ** 3,20 3,10 1,694Faktor H 3 8,1528 2,7176 2,38 ns 2,81 4,24 1,384Interaksi OH 3 4,1528 1,3843 1,21 ns 2,81 4,24 1,957Interaksi AH 6 2,8056 0,4676 0,41 ns 2,30 3,22 2,396InteraksiOAH 6 2,4722 0,4120 0,36 ns 2,30 3,22 3,389Galat 46 52,5833 1,1431Total 71 90,8750
KK= 21,21%
![Page 138: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/138.jpg)
cxxxviii
Lampiran 9. Data hasil pengamatan bobot umbi segar/rumpun (g)
Dosis Kelompok Bahan Organik (O1) Bahan Organik (O2)RERAT
APupuk A1 A2 A3 A1 A2 A3
H1 I 20,40 23,42 31,74 28,72 26,62 34,52 27,57II 21,34 26,96 30,54 27,36 41,72 20,44 28,06III 19,64 24,10 33,00 26,06 33,98 27,50 27,38
Jumlah 61,38 74,48 95,28 82,14 102,32 82,46
Rerata 20,46 24,83 31,76 27,38 34,11 27,49H2 I 21,86 27,86 30,70 28,46 32,88 34,38 29,36
II 25,04 20,72 27,64 28,50 32,66 31,32 27,65III 20,90 24,62 21,70 38,10 28,72 29,28 27,22
Jumlah 67,80 73,20 80,04 95,06 94,26 94,98Rerata 22,60 24,40 26,68 31,69 31,42 31,66
H3 I 33,84 25,20 28,22 29,00 38,06 30,34 30,78II 29,96 24,60 36,24 31,16 32,78 27,12 30,31III 32,08 30,54 31,90 24,42 37,20 35,42 31,93
Jumlah 95,88 80,34 96,36 84,58 108,04 92,88Rerata 31,96 26,78 32,12 28,19 36,01 30,96
H4 I 33,46 35,66 35,00 37,76 34,16 38,86 35,82II 31,68 38,76 32,24 42,26 37,50 33,54 36,00III 36,82 38,96 44,46 43,54 38,58 37,14 39,92
Jumlah 101,96 113,38111,7
0123,5
6 110,24 109,54 371,98Rerata 33,99 37,79 37,23 41,19 36,75 36,51 31,00
Lampiran 10. Sidik ragam bobot umbi segar/rumpun
SK DB JK KT FH
FT BNJ
0,05 0,01 5%
PERLAKUAN 23 1898,563 82,5462 5,77 ** 1,76 2,24KELOMPOK 2 15,2204 7,6102 0,53 ns 3,20 3,10Faktor O 1 228,4809 228,4809 15,97 ** 4,05 7,21 3,461Faktor A 2 63,3987 31,6993 2,22 ns 3,20 3,10 4,238Interaksi OA 2 138,6017 69,3009 4,84 ** 3,20 3,10 5,994Faktor H 3 1055,2858 351,7619 24,59 ** 2,81 4,24 4,894Interaksi OH 3 88,9997 29,6666 2,07 ns 2,81 4,24 6,921Interaksi AH 6 85,1445 14,1907 0,99 ns 2,30 3,22 8,477InteraksiOAH 6 238,6519 39,7753 2,78 * 2,30 3,22 11,988Galat 46 658,0172 14,3047Total 71 2571,8009
KK= 12,20
![Page 139: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/139.jpg)
cxxxix
Lampiran 11 . Data hasil perhitungan bobot umbi segar per ha (ton)
Dosis Kelompok Bahan Organik (O1) Bahan Organik (O2)
RERATAPupuk A1 A2 A3 A1 A2 A3
H1 I 6,71 7,80 10,57 9,57 8,87 11,50 9,17II 7,14 8,98 9,21 9,11 13,90 6,80 9,19III 6,54 8,03 11,00 8,68 11,33 9,17 9,13
Jumlah 20,39 24,81 30,78 27,36 34,10 27,47Rerata 6,80 8,27 10,26 9,12 11,37 9,16
H2 I 7,28 9,28 10,23 9,48 10,96 11,46 9,78II 8,34 6,90 12,07 9,50 10,88 10,44 9,69III 6,97 8,20 7,22 12,70 9,57 9,75 9,07
Jumlah 22,59 24,38 29,52 31,68 31,41 31,65Rerata 7,53 8,13 9,84 10,56 10,47 10,55
H3 I 11,28 8,38 9,40 9,66 12,68 10,11 10,25II 9,98 8,20 10,74 10,38 10,93 9,04 9,88III 10,71 10,17 10,63 8,14 12,66 11,86 10,70
Jumlah 31,97 26,75 30,77 28,18 36,27 31,01Rerata 10,66 8,92 10,26 9,39 12,09 10,34
H4 I 11,16 11,88 11,66 12,58 11,38 12,96 11,94II 11,13 12,91 9,11 14,08 12,50 11,17 11,82III 12,27 12,98 14,81 14,50 12,86 12,37 13,30
Jumlah 34,56 37,77 35,58 41,16 36,74 36,50 123,90Rerata 11,52 12,59 11,86 13,72 12,25 12,17 10,33
Lampiran 12. Sidik ragam bobot umbi segar per ha
SK DB JK KT FH
FT BNJ
0,05 0,01 5%
PERLAKUAN 23 201,575 8,7641 4,69 ** 1,76 2,24KELOMPOK 2 2,0097 1,0049 0,54 ns 3,20 3,10Faktor O 1 26,4749 26,4749 14,15 ** 4,05 7,21 1,251Faktor A 2 6,1610 3,0805 1,65 ns 3,20 3,10 1,533Interaksi OA 2 14,0090 7,0045 3,74 ** 3,20 3,10 2,168Faktor H 3 110,1316 36,7105 19,62 ** 2,81 4,24 1,770Interaksi OH 3 5,6654 1,8885 1,01 ns 2,81 4,24 2,503Interaksi AH 6 13,1249 2,1875 1,17 ns 2,30 3,22 3,065Interaksi OAH 6 26,0084 4,3347 2,32 * 2,30 3,22 4,335Galat 46 86,0510 1,8707Total 71 289,6360
KK (%) = 13,25BNJ = q 5% (jumlah perlakuan, DB acak) xSx,
![Page 140: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/140.jpg)
cxl
Lampiran 13. Data hasil pengamatan bobot umbi kering /rumpun (g)
Dosis Kelompok Bahan Organik (O1) Bahan Organik (O2)
RERATAPupuk A1 A2 A3 A1 A2 A3
H1 I 16,23 20,62 29,49 26,27 24,32 30,35 24,55II 17,14 23,69 28,61 25,17 38,12 17,46 25,03III 16,24 21,81 31,30 23,20 30,80 24,09 24,57
Jumlah 49,61 66,12 89,40 74,64 93,24 71,90Rerata 16,54 22,04 29,80 24,88 31,08 23,97
H2 I 17,65 24,61 28,86 26,94 29,18 30,98 26,37II 21,24 17,29 25,76 26,83 29,37 27,83 24,72III 17,90 21,27 19,87 34,54 25,29 25,89 24,13
Jumlah 56,79 63,17 74,49 88,31 83,84 84,70Rerata 18,93 21,06 24,83 29,44 27,95 28,23
H3 I 30,94 23,37 22,72 27,62 37,02 26,47 28,02II 26,93 22,37 34,78 29,67 30,96 23,82 28,09III 28,96 28,59 29,98 22,62 35,70 31,94 29,63
Jumlah 86,83 74,33 87,48 79,91 103,68 82,23Rerata 28,94 24,78 29,16 26,64 34,56 27,41
H4 I 30,69 33,86 33,30 35,47 32,61 35,69 33,60II 28,89 36,99 30,74 40,69 35,65 29,47 33,74III 33,87 36,97 42,76 40,94 35,05 33,44 37,17
Jumlah 93,45 107,82 106,80 117,10 103,31 98,60 339,63Rerata 31,15 35,94 35,60 39,03 34,44 32,87 28,30
Lampiran 14. Sidik ragam bobot umbi kering
SK DB JK KT FH
FT BNJ
0,05 0,01 5%
PERLAKUAN 23 2164,663 94,1158 6,68 ** 1,76 2,24KELOMPOK 2 12,5492 6,2746 0,45 ns 3,20 3,10Faktor O 1 217,6046 217,6046 15,45 ** 4,05 7,21 3,434Faktor A 2 66,4634 33,2317 2,36 ns 3,20 3,10 4,205Interaksi OA 2 243,8631 121,9315 8,66 ** 3,20 3,10 5,947Faktor H 3 1189,3750 396,4583 28,15 ** 2,81 4,24 4,856Interaksi OH 3 88,4631 29,4877 2,09 ns 2,81 4,24 6,867Interaksi AH 6 112,6545 18,7757 1,33 ns 2,30 3,22 8,411InteraksiOAH 6 246,2397 41,0400 2,91 * 2,30 3,22 11,894Galat 46 647,7740 14,0820Total 71 2824,9866
KK (%) = 13,26 BNJ = q 5% (jumlah perlakuan, DB acak) x Sx,
![Page 141: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/141.jpg)
cxli
Lampiran 15. Data jumlah umbi bawang merah varietas lembah Paluyang terbentuk
Dosis Kelompok Bahan Organik (O1) Bahan Organik (O2)
RERATAPupuk A1 A2 A3 A1 A2 A3
H1 I 6,00 5,00 7,00 8,00 7,00 7,00 6,67II 6,00 6,00 7,00 8,00 9,00 5,00 6,83III 5,00 5,00 7,00 7,00 6,00 6,00 6,00
Jumlah 17,00 16,00 21,00 23,00 22,00 18,00Rerata 5,67 5,33 7,00 7,67 7,33 6,00
H2 I 5,00 6,00 8,00 8,00 6,00 7,00 6,67II 7,00 5,00 8,00 7,00 6,00 6,00 6,50III 7,00 6,00 7,00 10,00 6,00 6,00 7,00
Jumlah 19,00 17,00 23,00 25,00 18,00 19,00Rerata 6,33 5,67 7,67 8,33 6,00 6,33
H3 I 8,00 5,00 6,00 9,00 6,00 7,00 6,83II 7,00 6,00 8,00 8,00 6,00 6,00 6,83III 7,00 6,00 6,00 7,00 6,00 7,00 6,50
Jumlah 22,00 17,00 20,00 24,00 18,00 20,00Rerata 7,33 5,67 6,67 8,00 6,00 6,67
H4 I 6,00 5,00 6,00 7,00 6,00 6,00 6,00II 6,00 7,00 6,00 9,00 7,00 6,00 6,83III 6,00 7,00 8,00 8,00 6,00 7,00 7,00
Jumlah 18,00 19,00 20,00 24,00 19,00 19,00 79,67Rerata 6,00 6,33 6,67 8,00 6,33 6,33 6,64
Lampiran 16. Sidik ragam jumlah umbi yang terbentuk
SK DB JK KT FH
FT BNJ
0,05 0,01 5%
PERLAKUAN 23 49,278 2,1425 3,00 ** 1,76 2,24KELOMPOK 2 0,5278 0,2639 0,37 ns 3,20 3,10Faktor O 1 5,5556 5,5556 7,79 ** 4,05 7,21 0,773Faktor A 2 14,1111 7,0556 9,89 ** 3,20 3,10 0,946Interaksi OA 2 16,4444 8,2222 11,53 ** 3,20 3,10 1,338Faktor H 3 0,6111 0,2037 0,29 ns 2,81 4,24 1,093Interaksi OH 3 1,3333 0,4444 0,62 ns 2,81 4,24 1,545Interaksi AH 6 5,2222 0,8704 1,22 ns 2,30 3,22 1,893Interaksi OAH 6 6,0000 1,0000 1,40 ns 2,30 3,22 2,677Galat 46 32,8056 0,7132Total 71 82,6111
KK (%) = 12,72 BNJ = q 5% (jumlah perlakuan, DB acak) x Sx,
![Page 142: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/142.jpg)
cxlii
Lampiran 17. Data hasil analisis kadar karbohidrat total umbi bawang (%)
Dosis Kelompok Bahan Organik (O1) Bahan Organik (O2)
RERATAPupuk A1 A2 A3 A1 A2 A3
H1 I 7,70 7,62 7,19 7,23 7,73 7,61 7,51II 7,57 9,60 7,05 7,05 8,16 7,53 7,83III 7,60 8,60 7,10 7,10 7,90 7,60 7,65
Jumlah 22,87 25,82 21,34 21,38 23,79 22,74Rerata 7,62 8,61 7,11 7,13 7,93 7,58
H2 I 7,70 8,83 7,15 7,32 7,33 7,23 7,59II 6,89 8,13 7,62 7,54 8,50 7,68 7,73III 7,30 8,50 7,40 7,40 7,90 7,50 7,67
Jumlah 21,89 25,46 22,17 22,26 23,73 22,41Rerata 7,30 8,49 7,39 7,42 7,91 7,47
H3 I 6,95 6,99 7,31 7,55 7,35 6,95 7,18II 7,32 8,24 8,13 7,53 8,01 7,90 7,86III 7,14 7,62 7,70 7,50 7,70 7,40 7,51
Jumlah 21,41 22,85 23,14 22,58 23,06 22,25Rerata 7,14 7,62 7,71 7,53 7,69 7,42
H4 I 7,62 6,53 7,10 7,16 7,49 7,68 7,26II 7,36 7,94 8,31 7,39 8,16 7,96 7,85III 7,50 7,24 7,70 7,28 7,80 7,80 7,55
Jumlah 22,48 21,71 23,11 21,83 23,45 23,44 91,20Rerata 7,49 7,24 7,70 7,28 7,82 7,81 7,60
Tabel lampiran 18. Sidik ragam kadar karbohidrat total umbi bawang
SK DB JK KT FH
FT BNJ
0,05 0,01 5%
PERLAKUAN 23 9,831 0,4275 3,70 ** 1,76 2,24KELOMPOK 2 2,1896 1,0948 9,49 ** 3,20 3,10Faktor O 1 0,0246 0,0246 0,21 ns 4,05 7,21 0,311Faktor A 2 3,8138 1,9069 16,52 ** 3,20 3,10 0,381Interaksi OA 2 0,1755 0,0878 0,76 ns 3,20 3,10 0,538Faktor H 3 0,3023 0,1008 0,87 ns 2,81 4,24 0,440Interaksi OH 3 0,4202 0,1401 1,21 ns 2,81 4,24 0,622Interaksi AH 6 2,8399 0,4733 4,10 ** 2,30 3,22 0,761InteraksiOAH 6 2,2551 0,3759 3,26 ** 2,30 3,22 1,077Galat 46 5,3088 0,1154Total 71 17,3299
KK (%) = 4,47 BNJ = q 5% (jumlah perlakuan, DB acak) x Sx,
![Page 143: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/143.jpg)
cxliii
Lampiran 19. Data tingkat kegaringan bawang goreng Palu (100 g/mm)
Lampiran 20. Sidik ragam tingkat kegaringan contoh bawang goreng Palu
Dosis KelompokBahan Organik
(O1) Bahan Organik (O2)
Jumlah rataanPupuk A1 A2 A3 A1 A2 A3
H1 I 0,99 0,26 0,59 0,63 0,56 0,20 3,23 0,54II 0,93 0,44 0,43 0,57 0,42 1,01 3,80 0,63III 0,76 0,32 0,39 0,59 0,38 0,17 2,61 0,44
Jumlah 2,68 1,02 1,41 1,79 1,36 1,38 9,64Rerata 0,89 0,34 0,47 0,60 0,45 0,46 3,21
H2 I 0,25 0,22 0,19 0,50 0,25 0,20 1,61 0,27II 0,31 0,25 0,17 0,41 0,36 0,18 1,68 0,28III 0,21 0,28 0,16 0,47 0,21 0,16 1,49 0,25
Jumlah 0,77 0,75 0,52 1,38 0,82 0,54 4,78Rerata 0,26 0,25 0,17 0,46 0,27 0,18 1,59
H3 I 0,76 1,05 0,38 0,72 0,33 0,17 3,41 0,57II 0,53 0,24 0,30 0,37 0,31 0,14 1,89 0,32III 0,42 0,81 0,32 0,43 0,36 0,16 5,50 0,92
Jumlah 1,71 5,10 1,00 1,52 1,00 0,47 10,80Rerata 0,57 1,70 0,33 0,51 0,33 0,16 3,60
H4 I 0,62 2,33 0,57 1,86 0,37 0,24 5,99 1,00II 0,66 0,84 0,47 1,66 0,29 0,19 4,11 0,69III 0,71 0,93 0,42 0,52 0,33 0,21 3,12 0,52
Jumlah 1,99 4,10 1,46 4,04 0,99 0,64 13,22 6,41Rerata 0,66 1,37 0,49 1,35 0,33 0,21 4,41 0,53
SK DB JK KT FHFT BNJ BNT
0,05 0,01 5% 5%
PERLAKUAN 23 11,325 0,4924 2,26 ** 1,76 2,24KELOMPOK 2 0,1592 0,0796 0,37 ns 3,20 3,10Faktor O 1 0,6013 0,6013 2,76 ns 4,05 7,21 0,427 0,221Faktor A 2 1,8294 0,9147 4,20 ** 3,20 3,10 0,523 0,271Interaksi OA 2 1,5064 0,7532 3,46 ** 3,20 3,10 0,739 0,383Faktor H 3 2,0988 0,6996 3,21 * 2,81 4,24 0,604 0,313Interaksi OH 3 0,9316 0,3105 1,43 ns 2,81 4,24 0,854 0,443Interaksi AH 6 1,9030 0,3172 1,46 ns 2,30 3,22 1,046 0,542InteraksiOAH 6 2,4540 0,4090 1,88 ns 2,30 3,22 1,479 0,767Galat 46 10,0098 0,2176Total 71 21,4935
KK (%) = 8,37BNJ = q 5% (jumlah perlakuan, DB acak) xSx,
![Page 144: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/144.jpg)
cxliv
![Page 145: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/145.jpg)
cxlv
![Page 146: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/146.jpg)
cxlvi
![Page 147: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/147.jpg)
cxlvii
![Page 148: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/148.jpg)
cxlviii
![Page 149: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/149.jpg)
cxlix
![Page 150: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/150.jpg)
cl
![Page 151: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/151.jpg)
cli
![Page 152: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/152.jpg)
clii
![Page 153: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/153.jpg)
cliii
![Page 154: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/154.jpg)
cliv
Gambar 1. Survei lapangan pada salah satu lokasi potensial untukdikembangkan (Sistem Lahan PLU), merupakan arealpersawahan yang kurang fungsional karena keterbatasanair irigasi (Desa Pombewe, 15-20 m dpl)
![Page 155: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/155.jpg)
clv
Gambar 2. Profil Pewakil Pada Sistem Lahan PLU (Desa Pombewe).Solum tanah cukup dalam ( > 120 cm ) (Gambar atas).Tampak, posisi pengambilan contoh Tanah tak terganggupada ke dalaman 10-20 cm, 40-60 cm dan 60- 80 cm (Gambarbawah)
![Page 156: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/156.jpg)
clvi
Gambar 3. Lokasi Penelitian Sistem Lahan (Desa Donggala Kodi , 233 mdpl). Merupakan areal persawahan dengan pola tanam padi-palawija/kacang-kacangan. Bawang lokal Palumemungkinkan masuk dalam pola tanam (Gambar Atas).Profil Tanah Desa Donggala Kodi, kedalaman efektif 73 cm(Gambar bawah). Air cukup tersedia di Lokasi ini.
![Page 157: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/157.jpg)
clvii
Gambar 4. Lokasi Penelitian pada lahan kering desa Watutella, terdapatsumber air permukaan yang relatif terbatas untuk pengairan(gambar atas). Kondisi tanah cukup baik, solum tanah cukupdalam( > 1 m) (Gambar bawah)
![Page 158: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/158.jpg)
clviii
Gambar 5. Pengambilan contoh tanah tak terganggu untuk analisis sifatfisik tanah dan kadar air tanah pada kedalaman 10-20 cm(Gambar Atas). Pengambilan contoh tanah tak terganggupada ke dalaman 40-50 cm (Gambar bawah). Pengambilancontoh tanah tak terganngu juga dilakukan pada ke dalamanantara 60-90 cm.
![Page 159: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/159.jpg)
clix
Gambar 6. Contoh tanah lolos saringan 2 mm dari 3 sistem lahan,disiapkan dalam ruang penyiapan contoh tanah di rumah kaca(Gambar atas). Pengisian contoh tanah ke dalam pot-potpercobaan yang telah diberi label untuk percobaan pot(Gambar bawah)
![Page 160: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/160.jpg)
clx
Gambar 7. Situasi dalam rumah kaca, tempat penelitian ini dilakukan.Tampak pintu menuju ruang penyiapan contoh tanah danruang kerja dalam rumah kaca (Gambar atas). Kondisi ruangkerja dalam rumah kaca (3x3 m) (Gambar bawah)
![Page 161: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/161.jpg)
clxi
Gambar 8. Pasilitas air dan thermometer bola kering dan bola basah untukpencatatan suhu udara rata-rata harian dan kelembaban udaradalam rumah kaca (Gambar atas). Tanaman bunga matahariberumur 2 bulan sebagai tanaman indikator untuk penentuankadar air tanah pada titik layu permanen.
![Page 162: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/162.jpg)
clxii
Gambar 9. Pot-pot percobaan berisi tanah (5kg) dalam kondisi kapasitaslapang dan siap untuk ditanami (Gambar atas). Potpercobaan setelah benih bawang lokal Palu ditanam (GambarBawah)
![Page 163: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/163.jpg)
clxiii
Gambar 10.Kondisi tanaman pada saat berumur 3 minggu setelah Tanam(Gambar atas, percobaan unit pertama). Kondisi tanaman saatberumum 6 minggu setelah tanam (fase generatif). Tampakpula sebagian percobaan unit kedua (pot warna hijau) padasaat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (Gambarbawah)
![Page 164: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/164.jpg)
clxiv
Gambar 11. Kondisi pertanaman percobaan init 2 saat tanaman berumur5 minggu setelah tanam (Gambar atas). Contoh tanamansaat berumur 2 minggu setelah tanam, rumawi I II dan IIIadalah Ulangan/kelompok. Contoh tanaman ini ditimbang(berat basah) untuk mengoreksi pemberian air setiapminggu.
![Page 165: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/165.jpg)
clxv
Gambar 12. Contoh tanaman saat tanaman berumu 3 minggu setelahtanam., Berat basah tanaman ini digunakan untukmengoreksi berat air yang harus ditambahkan padapenyiraman minggu ke 4 (Gambar atas). Contoh tanamansaat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam, berat basahtanaman ini digunakan untuk mengoreksi berat air yangditambahkan pada penyiraman minggu ke lima dst. (Gambarbawah).
![Page 166: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/166.jpg)
clxvi
Gambar 13. Sebagian dari contoh tanaman yang disiapkan khusus untukmengoreksi jumlah berat air yang ditimbahkan padamasing-masing perlakuan setiap minggu. Contoh tanah dariDesa Watutella (Gambar atas) dan Contoh tanah dariPombewe (Gambar bawah)
![Page 167: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/167.jpg)
clxvii
Gambar 14. Contoh tanaman untuk koreksi pemberian air pada sistemlahan (Donggala Kodi)(Gambar atas). Pengaruh persenKadar Air Tersedia (A1 = 80-100%, A2= 60-80%, A3 = 40-60%dan A4 =20-40%) terhadap pertumbuhan tanaman bawanglokal Palu umur 3 minggu setelah tanam pada tanah asalPombewe. Pertumbuhan Tanaman secara visual cenderungmenurun dengan menurunnya kadar air tanah (Gambarbawah)
![Page 168: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/168.jpg)
clxviii
Gambar 15. Pengaruh persen Kadar Air Tersedia (A1 = 80-100%, A2= 60-80%, A3 = 40-60% dan A4 =20-40%) terhadap pertumbuhantanaman bawang lokal Palu umur 3 minggu setelah tanampada tanah asal Donggala Kodi (Gambar atas). dan tanahasal Watutela. Perlakuan A1, A 2 dan A3 secara visual relatifsama pada ke dua lokasi tersebut (Gambar bawah)
![Page 169: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/169.jpg)
clxix
Gambar 16. Hasil Panen Ulangan I dan Ulangan II. Panen dilakukantepat pada saat tanaman berumur 2 bulan (60 hari).Panen bawang lokal Palu pada umur ini hanya untukkeperluan konsumsi. Panen untuk keperluan benihdilakukan pada saat tanaman berumur 80-90 hari setelahtanam.
![Page 170: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/170.jpg)
clxx
(a)
(b)
![Page 171: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/171.jpg)
clxxi
(c)
(d)
Gambar 17. Hasil panen ulangan I, II dan III (Gambar Atas (a)). Contohbeberapa perlakuan yang secara visual menunjukkanperbedaan perbedaan. Perlakuan 1 dan 2 dari arah kirimerupakan perlakuan persen kadar air tanah (A4 =20-40%).Perlakuan 3, 4, 5 dan 6 menunjukkan hasil yang lebih baik(Gamba atas (b) dan Gambar Bawah (c) dan (d)).
![Page 172: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/172.jpg)
clxxii
Gambar 18. Pembuatan petak-petak percobaan (gambar atas) danaplikasi pupuk kandang ayam (gambar bawah)
![Page 173: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/173.jpg)
clxxiii
Gambar 19. Percobaan lapangan pada saat tanaman berumur 3minggu setelah tanam (Gambar diambil pada tanggal 12Mei 2011)
![Page 174: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022062510/61250a45e699724756655a19/html5/thumbnails/174.jpg)
clxxiv