PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare...

85
PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN LINGKUNGAN UTERUS INDUK SELAMA KEBUNTINGAN DEBBY JACQUELINE JOCHEBED RAYER SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Transcript of PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare...

Page 1: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI

PERBAIKAN LINGKUNGAN UTERUS INDUK

SELAMA KEBUNTINGAN

DEBBY JACQUELINE JOCHEBED RAYER

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 2: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xvi

DAFTAR LAMPIRAN xvii

1. PENDAHULUAN 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 5

Tingkat Kebaruan (Novelty) 5

2. TINJAUAN PUSTAKA 5

Pengaturan Fungsi Reproduksi 6

Pengaturan Hormonal pada Fase Kebuntingan 8

Kerangka Penelitian 13

3. PERBAIKAN FENOTIPE PERTUMBUHAN ANAK BABI LOKAL 17

MELALUI PENYUNTIKAN INDUK DENGAN PMSG DAN HCG

SEBELUM PENGAWINAN

Abstrak 17

Pendahuluan 18

Metode Penelitian 20

Analisis Data 20

Hasil dan Pembahasan 20

Simpulan 24

Saran 24

Daftar Pustaka 24

4. PERBAIKAN PERFORMANS PRODUKSI TERNAK BABI

MELALUI PENINGKATAN SEKRESI ENDOGEN HORMON

KEBUNTINGAN DENGAN CARA PENYUNTIKAN INDUK

DENGAN PMSG DAN HCG SEBELUM PENGAWINAN 28

Abstrak 28

Pendahuluan 29

Metode Penelitian 29

Hasil dan Pembahasan 30

Simpulan 38

Daftar Pustaka 38

5. PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI 39

PENINGKATAN SEKRESI HORMON KEBUNTINGAN

DENGAN CARA PENYUNTIKAN INDUK DENGAN

PMSG DAN HCG SEBELUM PENGAWINAN

Abstrak 39

Pendahuluan 41

Page 3: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

Metode Penelitian 42

Hasil dan Pembahasan 44

Simpulan 48

Daftar Pustaka 48

PEMBAHASAN UMUM 50

SIMPULAN DAN SARAN 52

DAFTAR PUSTAKA 52

RIWAYAT HIDUP 52

Page 4: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI

PERBAIKAN LINGKUNGAN UTERUS INDUK

SELAMA KEBUNTINGAN

DEBBY JACQUELINE JOCHEBED RAYER

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 5: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating
Page 6: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Produksi Bibit Ternak

Babi Unggul Melalui Perbaikan Lingkungan Uterus Induk Selama Kebuntingan

adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015

Debby J J Rayer

Page 7: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

RINGKASAN

Debby Jacqueline Jochebed Rayer. Produksi Bibit Ternak Babi Unggul Melalui

Perbaikan Lingkungan Uterus Induk Selama Kebuntingan Dibimbing oleh

WASMEN MANALU, MULADNO dan HERA MAHESHWARI.

Suatu rangkaian tiga penelitian telah dilakukan untuk mempelajari pengaruh

perbaikanlingkungan uterusselama kebuntingan melalui penyuntikan

gonadotropin sebelum pengawinan pada perbaikan fenotipe pertumbuhan prenatal

dan postnatal anak babi dan kemudian mengevaluasi apakah perbaikan fenotipe

pertumbuhan tersebut dapat diwariskan kepada keturunanya. Dengan demikian,

teknologi ini diharapkan akan bisa digunakan untuk menghasilkan anak unggul,

baik sebagai bakalan maupun sebagai bibit unggul baik pada ternak babi ras

komersial maupun pada ternak babi lokal

Penelitian tahap pertama bertujuan mempelajari kualitas anak yang

dilahirkan oleh induk yang sekresi endogen hormon kebuntingannya diperbaiki

selama periode kebuntingan melalui penyuntikan pregnant mare serum

gonadotropin (PMSG) dan human chorionic gonadotropin (hCG) sebelum

pengawinan. Hewan percobaan yang digunakan adalah 10 ekor induk babi lokal

dengan bobot badan 30-40 kg. Sebelum pengawinan, siklus berahi induk babi

percobaan diserentakkan dengan menyuntik prostaglandin sebanyak 2 kali

masing-masing 0,5 mL dengan interval waktu 14 hari. Induk babi percobaan

kemudian dibagi ke dalam dua kelompok yang masing-masing terdiri atas 5 ekor.

Kelompok pertama disuntik PMSG dan hCG dengan dosis 200/100 IU pada saat

penyuntikan prostaglandin kedua, sementara kelompok kedua tidak disuntik

PMSG dan hCG sebagai kontrol. Setelah menunjukkan gejala estrus, induk babi

percobaan dicampur dengan pejantan untuk perkawinan secara alami. Induk babi

percobaan yang sudah bunting dipelihara sampai melahirkan dan penyapihan.

Parameter yang diukur ialah bobot badan anak dan ukuran tubuh pada saat lahir

dan penyapihan. Hasil pengamatan menunjukkan penyuntikan PMSG dan hCG

sebelum pengawinan memperbaiki pertumbuhan postnatal fetus dengan hasil

peningkatan bobot lahir sebesar 76,92% dan total bobot lahir anak hidup sebesar

2,65 kali. Anak yang dihasilkan oleh induk yang disuntik PMSG dan hCG

mempunyai daya tahan hidup yang lebih baik dengan mortalitas yang jauh lebih

rendah dengan pertumbuhan prasapih yang lebih baik sehingga secara drastis

meningkatkan total bobot sapih anak per ekor induk sebesar 1,07 kali

dibandingkan dengan kontrol. Disimpulkan bahwa fenotipe pertumbuhan anak

babi lokal dapat diperbaiki dengan cara perbaikan lingkungan uterus induk selama

kebuntingan.

Penelitian tahap kedua dilakukan untuk menghasilkan anak-anak babi

unggul dengan fenotipe pertumbuhan dan daya hidup yang lebih baik selama

pertumbuhan pascalahir dengan cara menyuntik induk babi dengan gonadotropin

PMSG dan hCG sebelum pengawinan. Penelitian terdiri atas dua tahapan. Pada

penelitian tahap pertama, 12 ekor induk babi dikelompokkan ke dalam 2

kelompok, 1) kelompok kontrol, yaitu induk yang disuntik dengan NaCl 0,9%

(NSO) dan 2) kelompok yang disuntik dengan PG600 sebelum pengawinan (SO).

Parameter yang diukur ialah fenotipe pertumbuhan dan daya hidup anak pada saat

Page 8: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

lahir dan selama periode prasapih. Pada tahap kedua,24 anak babi lepas sapih dari

percobaan tahap pertama (umur 8 minggu) dipilih (6 jantan dan 6 betina dari

kelompok NSO dan 6 jantan dan 6 betina dari kelompok SO) untuk digunakan

dalam pengukuran kinerja pertumbuhan pascasapih. Babi percobaan dibesarkan

dan diamati sampai umur 28 minggu (7 bulan). Bobot badan diukur setiap bulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbaikan lingkungan uterus dengan cara

penyuntikan induk dengan gonadotropin sebelum pengawinan secara dramatis

memperbaiki bobot lahir dengan peningkatan rataan bobot lahir perekor sebesar

31,09% (1,56 kg vs 1,19 kg) dan koefisien keragaman SO 7,27% yang jauh lebih

rendah dibandingkan dengan NSO (21,26%). Perbaikan bobot lahir dan

keseragaman bobot lahir akhirnya memperbaiki kinerja pertumbuhan prasapih dan

kelangsungan hidup anak yang pada akhirnya secara dramatis meningkatkan

bobot sapih 21,14% lebih tinggi dibandingkan dengan babi nonsuperovulasi yang

lahir dengan tingkat keragaman bobot sapi (1,97% dan 7,40%) masing-masing

pada babi yang disuperovulasi dan nonsuperovulasi dan peningkatan total bobot

anak yang disapih per ekor induk sebesar 21% dibandingkan dengan babi NSO.

Setelah penyapihan, anak babi yang dilahirkan oleh induk yang disuntik

gonadotropin tumbuh lebih cepat dengan bobot badan yang lebih tinggi sekitar 10

kg dibandingkan dengan kontrol pada umur 7 bulan. Disimpulkan bahwa anak

babi unggul dapat dihasilkan melalui penyuntikan gonadotropin sebelum

pengawinan.

Penelitian ketiga dirancang untuk mempelajari pewarisan perbaikan

fenotipe pertumbuhan pada babi yang dilahirkan oleh induk yang disuntik dengan

PMSG dan hCG sebelum pengawinan. Dua belas induk babi telah dikelompokkan

ke dalam suatu penelitian rancangan acak lengkap dengan 3 kelompok dan

masing-masing kelompok terdiri atas 4 ekor induk babi sebagai ulangan.

Kelompok pertama terdiri atas induk babi tanpa penyuntikan PMSG dan hCG

sebelum pengawinan sebagai kelompok kontrol (NSO). Kelompok kedua terdiri

atas induk babi yang disuntik dengan PMSG dan hCG sebelum pengawinan untuk

memperbaiki sekresi endogen hormon kebuntingan yang akan memperbaiki

pertumbuhan prenatal anak babi dan kelompok ini disebut sebagai kelompok

superovulasi (SO). Kelompok ketiga terdiri atas anak babi betina yang dilahirkan

oleh kelompok induk SO yang setelah dewasa kelamin dikawinkan tanpa

penyuntikan PMSG dan hCG sebelum pengawinan dan disebut sebagai turunan

F1 superovulasi (F1SO). Jumlah induk babi yang digunakan dalam setiap

kelompok terdiri atas 2 induk dengan litter size 11 dan 2 ekor induk dengan litter

size 12 sehingga jumlah total anak babi yang diamati pada penelitian ini

berjumlah 138 ekor. Selama penelitian, induk babi percobaan dipelihara dalam

kandang individu dan diberi makan dengan pakan komersial dan air minum

tersedia secara ad libitum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyuntikan

induk babi dengan PMSG dan hCG sebelum pengawinan memperbaiki fenotipe

pertumbuhan anak seperti bobot lahir anak babi SO dan F1SO meningkat masing-

masing sebesar 33,89 dan 32,00 % (P<0,05) dibandingkan bobot lahir anak babi

NSO.Panjang badan SO dan F1SO meningkat sebesar 7,1% dan 9,4%

dibandingkan dengan babi NSO (P,0,05), dan tinggi tungkai depan pada babi SO,

F1SO dan NSO sebesar 7,24%, 5,25% dan 5,41% dengan penurunan keragaman

bobot lahir antar anak babi SO (5,24%) dan F1SO (6,03%) secara signifikan lebih

rendah (P,0,05) dibandingkan dengan keragaman pada anak babi pada induk yang

Page 9: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

sama yang pada akhirnya meningkatkan total bobot lahir hidup anak per ekor

induk meningkat sebesar 37,61 dan 32,20% dibandingkan dengan induk babi NSO.

Induk babi yang disuntik dengan PMSG dan hCG sebelum pengawinan

menghasilkan anak babi dengan laju pertumbuhan prasapih yang lebih baik

dengan daya hidup dan kelangsungan hidup yang lebih tinggi dengan hasil akhir

bobot sapih yang lebih tinggi dengan total bobot anak sapih per ekor induk yang

jauh lebih tinggi. Anak babi betina yang dilahirkan oleh induk babi yang

disuperovulasi setelah dewasa dikawinkan tanpa superovulasi menghasilkan anak

dengan fenotipe pertumbuhan yang sama dengan induknya yang secara signifikan

lebih tinggi dan lebih baik dibandingkan dengan fenotipe pertumbuhan anak babi

kontrol (NSO). Hasil penelitian ini secara jelas menguatkan bahwa perbaikan

lingkungan uterus dan plasenta melalui perbaikan sekresi endogen hormon

kebuntingan selama praimplantasi dan selama keseluruhan periode kebuntingan

melalui penyuntikan induk dengan PMSG dan hCG sebelum pengawinan

memperbaiki fenotipe pertumbuhan postnatal anak babi dan fenotipe pertumbuhan

yang diperbaiki itu ternyata diwariskan ke anak keturunannya. Disimpulkan

bahwa teknik sederhana dan yang relatif murah ini dapat digunakan untuk

memperbaiki ekspresi fenotipe pertumbuhan untuk menghasilkan anak babi

unggul yang dapat digunakan sebagai bakalan atau sebagai calon induk untuk

menghasilkan anak yang unggul.

Kata kunci: fenotipe pertumbuhan, babi unggul, PMSG, hCG

Page 10: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

SUMMARY

Debby Jacqueline Jochebed Rayer. Production of Superior Pig Generation through

Improvement of Sow’s Uterus Enviroment during Pregnancy. Supervised by

WASMEN MANALU, MULADNO and HERA MAHESHWARI

.

Series of three experiments were conducted to study the effects of improved

uterine and placental environment during pregnancy by injection of the sows with

gonadotropin prior to mating on the improvement of pigs’ growth phenotypes and

then evaluated whether the improved growth phenotypes could be inherited into

their offspring. Therefore, this technology could be used to produce superior pigs

as finishers or as parent-stocks either in commercial or local swine breeds.

The first experiment was designed to study the growth phenotypes of pigs

born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and

human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating to improve endogenous

secretions of pregnant hormones during pregnancy. The experimental sows used

were 10 local breed sows with body weight ranges of 30-40 kg. Before mating,

estrous cycles of the experimental sows were synchronized by injecting 0.5 mL

prostaglandin twice with 14 days interval. The experimental sows were then

divided into two groups, each consisted of 5 sows. The first group was injected

with PMSG and hCG with dosage of 200/100 IU per sow at the same time with

the second prostaglandin injection, while the second group was not injected with

PMSG and hCG as a control. After showing estrous behavior, the experimental

sows were mixed with selected boars for natural mating. The pregnant sows were

maintained until farrowing and weaning. Parameters measured were body

weights and body lengths and leg heights of the pigs at birth and weaning. The

results showed that improved endogenous secretion of pregnant hormone by

injection of the sows with PMSG and hCG prior to mating, improved prenatal

growth and development of the fetus with the final results of increased birth

weight by 76.92% and total birth weight of live pigs per sow by 2,65 twice as

compared to control pigs. Pigs born to sows injected with PMSG and hCG prior

to mating had higher survival rate with a dramatically decreased mortality and a

higher pre-weaning growth rate that finally increased total weight of weaned pigs

per sows dramatically by 1,07 as compared to control. It is concluded that the

growth phenotypes of local pigs could be improved by improving the sow’s uterus

environment during pregnancy.

The second experiment was conducted to produce superior pigs with

improved growth phenotypes and survival during postnatal growth by injecting

the sows with gonadotropin prior to mating. The experiment consisted of 2

stages. In the first stage, 12 sows were divided into 2 groups i.e., sows injected

with NaCl 0.9% as a control (NSO) and sows injected with PG 600 (SO) prior to

mating. Parameters measured were growth phenotypes and survival at birth and

during pre-weaning period. In the second stage, 24 of weaned pigs (age 8 weeks)

from the first stage were selected (6 males and 6 females from NSO group and 6

males and 6 females from SO group) to be used for measurement of growth

performance. The experimental pigs were raised and observed until the age of 28

weeks (7 month). The body weights were measured monthly. The results of the

Page 11: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

experiment showed that improvement of uterine environment by gonadotropin

injection of the sows prior to mating dramatically improved birth weight with a

very homogenous birth weight within litter size. Improved birth weight and

within-litter variation of birth weight improved pre-weaning growth performance

and survival that finally dramatically increased weaning weight and total weight

of weaned pigs per sow. After weaning, pigs born to SO sows grew faster and

had around 10 kg higher body weight as compared to control at the age of 7

month. It was concluded that superior pigs could be produced by improving

endogenous secretion of pregnant hormone during pregnancy.

The third experiment was conducted to study the inheritance of improved

growth phenotypes in pigs born to sows injected with pregnant mare serum

gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating.

Twelve sows were assigned into a randomized design with 3 groups and each

group consisted of 4 sows as replications. The first group consisted of sows

without PMSG and hCG injection prior to mating as a control group (NSO). The

second group consisted of sows injected with PMSG and hCG prior to mating to

improve endogenous secretion of pregnant hormones that improve prenatal

growth of the piglets (SO). The third group consisted of female pigs born to

PMSG and hCG-injected sows in SO group that were mated after maturity

without PMSG and hCG injection (F1SO). The number of sows used in each

group consisted of 2 sows with 11 litter size and 2 sows with 12 litter size at

parturition and total of born pigs observed in this study were 138 pigs. During the

experiment, the experimental sows were maintained in individual cage and fed

with commercial feed and water was available ad libitum. The results of

experiment showed that injection of the sows with PMSG and hCG prior to

mating improved birth weight, body length, and leg heights with decreased

within-litter variation that finally increased total weight of live born pigs per sow.

Sows injected with PMSG and hCG prior to mating produced pigs with higher

pre-weaning growth rate and higher survival rate with a higher weaning weight

and total weaned pigs per sow. The female pigs born to SO sows produced piglets

with similar growth phenotypes as pigs born to SO sows that was significantly

higher and better that the growth phenotypes of the pigs born to NSO sows. The

results of this experiment strongly confirm that the improvement of uterine and

placental environment by improving endogenous secretion of pregnant hormones

during pre-implantation and during the whole pregnancy by injecting the sows

with PMSG and hCG prior to mating improvedpostnatal growth phenotypes of

pigs and the improved growth phenotypes were inherited to their offspring. It

was concluded that this simple and relatively cheap technique could be used to

improve growth genotype expression to produce a superior pigs that could be used

either as a finisher or as a parent stock

Key word: growth phenotypes, superior piglets, PMSG, hCG

Page 12: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

Page 13: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating
Page 14: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor

pada

Program Studi Ilmu-ilmu Faal dan Khasiat Obat

PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI

PERBAIKAN LINGKUNGAN UTERUS INDUK SELAMA

KEBUNTINGAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

DEBBY JACQUELINE JOCHEBED RAYER

Page 15: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

Penguji pada Ujian Tertutup: Dr drh Damiana Rita Ekastuti, MS

Drh Ni Wayan Kurniani Karja MP, Ph.D

Penguji pada Ujian Terbuka: Dr Dra Nastiti Kusumorini, AIF

Prof Dr Revolson Alexsius Mege, MS

Page 16: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

Judul Disertasi : Produksi Bibit Ternak Babi Unggul melalui Perbaikan

Lingkungan Uterus Induk Selama Kebuntingan

Nama : Debby Jacqueline Jochebed Rayer

NIM : B161090031

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Prof Ir Wasmen Manalu, Ph.D

Ketua

Prof Dr Ir Muladno, MSA

Anggota

Dr drh Hera Maheshwari, MSc.

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi:

Ilmu-ilmu Faal dan Khasiat Obat

Prof drh Agik Suprayogi,MSc,Ph.D

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 30 Januari 2015

Tanggal Lulus:

Page 17: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating
Page 18: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

PRAKATA

Tuhan membuat indah pada waktunya. Puji syukur dipanjatkan kepada

Tuhan kita Yesus Kristus atas perkenannya disertasi dengan judul: Produksi

Bibit Ternak Babi Unggul Melalui Perbaikan Lingkungan Uterus Induk Selama

Kebuntingan boleh terselesaikan dengan baik.

Penghargaan yang setinggi-tingginya penulis haturkan kepada para

pembimbing, Prof Ir Wasmen Manalu, Ph.D, Prof Dr Ir Muladno, MSA, dan

Dr drh Hera Maheshwari,MSc karena dukungan yang luar biasa sehingga

penelitian dan penulisan disertasi ini boleh selesai dengan baik.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis

sampaikan kepada Dr drh Damiana Rita Ekastuti, MS dan Drh Ni Wayan

Kurniani Karja MP, Ph.D, selaku penguji luar komisi pada ujian sidang tertutup

dan Dr dra Natiti Kusumorini, AIF dan Prof Dr Revolson Alexius Mege, MS

selaku penguji luar komisi pada sidang terbuka.

Penghargaan dan kasih penulis sampaikan kepada orang tua, kakak dan

adik, suami, John Karl Barth Damongilala, anak-anak Loulouren Ester

Damongilala. SE dan Andior Ezra Damongilala yang dengan penuh kasih dan doa

mendorong penulis dalam menyelesaikan studi di Sekolah Pascasarjana, Institut

Pertanian Bogor. Juga buat teman-teman yang membantu dalam penelitian serta

yang telah memotivasi penulis haturkan terima kasih. Tak ada yang dapat penulis

berikan atas segala bantuan terutama dukungan yang luar biasa yang penulis

terima, hanya ucapan terima kasih yang tulus kiranya berkat dan anugerah Tuhan

juga yang dapat membalas segala dukungan dan bimbingan yang diberikan

kepada penulis.

Syalom.

Bogor, Februari 2015

Debby Jacqueline Jochebed Rayer

Page 19: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xvi

DAFTAR LAMPIRAN xvii

1. PENDAHULUAN 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 5

Tingkat Kebaruan (Novelty) 5

2. TINJAUAN PUSTAKA 5

Pengaturan Fungsi Reproduksi 6

Pengaturan Hormonal pada Fase Kebuntingan 8

Kerangka Penelitian 13

3. PERBAIKAN FENOTIPE PERTUMBUHAN ANAK BABI LOKAL 17

MELALUI PENYUNTIKAN INDUK DENGAN PMSG DAN HCG

SEBELUM PENGAWINAN

Abstrak 17

Pendahuluan 18

Metode Penelitian 20

Analisis Data 20

Hasil dan Pembahasan 20

Simpulan 24

Saran 24

Daftar Pustaka 24

4. PERBAIKAN PERFORMANS PRODUKSI TERNAK BABI

MELALUI PENINGKATAN SEKRESI ENDOGEN HORMON

KEBUNTINGAN DENGAN CARA PENYUNTIKAN INDUK

DENGAN PMSG DAN HCG SEBELUM PENGAWINAN 28

Abstrak 28

Pendahuluan 29

Metode Penelitian 29

Hasil dan Pembahasan 30

Simpulan 38

Daftar Pustaka 38

5. PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI 39

PENINGKATAN SEKRESI HORMON KEBUNTINGAN

DENGAN CARA PENYUNTIKAN INDUK DENGAN

PMSG DAN HCG SEBELUM PENGAWINAN

Abstrak 39

Pendahuluan 41

Page 20: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

Metode Penelitian 42

Hasil dan Pembahasan 44

Simpulan 48

Daftar Pustaka 48

PEMBAHASAN UMUM 50

SIMPULAN DAN SARAN 52

DAFTAR PUSTAKA 52

RIWAYAT HIDUP 52

Page 21: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

DAFTAR TABEL

1. Bobot lahir, total bobot anak lahir hidup per induk, panjang badan,

tinggi tungkai pada anak babi yang dilahirkan oleh induk kontrol

(nonsuperovulasi) dan induk yang

disuperovulasi sebelum pengawinan. 21

2. Laju pertumbuhan prasapih dan mortalitas, bobot sapih dan

panjang badan, tinggi tungkai pada babi yang dilahirkan

oleh induk kontrol (nonsuperovulasi) dan induk yang

disuperovulasi sebelum pengawinan. 22

3. Bobot lahir, total bobot lahir hidup, panjang badan, tinggi tungkai

depan, dan tinggi tungkai belakang pada saat lahir pada babi

NSO dan SO. 31

4. Mortalitas prasapih rataan laju pertumbuhan prasapih dan dimensi

tubuh, dan total bobot sapih dan total bobot sapih per induk. 34

5. Bobot badan awal, bobot 28 minggu, pertambahan bobot,

jantan dan betina 35

6. Bobot badan, panjang badan, tinggi tungkai depan, tinggi tungkai

belakang lahir anak babi SO, NSO, dan F1SO 44

7. Bobot badan, panjang badan, tinggi tungkai depan, dan tinggi

tungkai belakang pada saat sapih pada anak babi SO, NSO, dan F1SO 45

8. Total bobot lahir hidup, mortalitas prasapih, rataan laju pertumbuhan,

total bobot badan babi sapih per induk pada babi SO, NSO, F1SO. 46

Page 22: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

DAFTAR GAMBAR

1. Siklus estrus pada babi 7

2. Karakteristik periode ovulasi 8

3. Mekanisme hormonal ketika konseptus 10

4. Alur penelitian 16

5. Pertumbuhan bobot badan sebelum lepas sapih perminggu 33

6. Pertumbuhan bobot badan babi NSO dan SO periode lepas

sapih sampai 28 minggu 35

Page 23: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

DAFTAR LAMPIRAN

1. Uji t Bobot Badan Lahir NSO dan SO 55

2. Uji t Rataan Total Bobot Lahir Hidup 55

3. Uji t Panjang Badan Lahir NSO dan SO 55

4. Uji t Tinggi Tungkai Depan NSO dan SO 55

5. Uji t Tinggi Tungkai Belakang NSO dan SO 55

6. Ujit t Laju Pertambahan Bobot Badan NSO danSO 56

7. Uji t Rataan Bobot Sapih NSO dan SO 56

8. Uji t Panjang Badan Sapih NSO dan SO 56

9. Uji t Panjang Badan Sapih NSO dan SO 56

10. Uji t Tinggi Tungkai Depan NSO dan SO 57

11. Uji t Tinggi Tungkai Belakang NSO dan SO 57

12. Analisis Varians Bobot Badan Lahir SO, NSO, dan F1SO 57

13. Analisis Varians Panjang Badan Lahir SO, NSO, dan F1SO 57

14. Analisis Varians Panjang Tungkai Depan Lahir SO,NSO,

dan F1SO 57

15. Analisis Varians Panjang Tungkai Belakang Lahir SO,

NSO, dan F1SO 58

16. Analisis Varians Bobot Badan Sapih SO, NSO, dan F1SO 58

17. Analisis Varians Panjang Badan Sapih SO, NSO, dan F1SO 58

18. Analisis Varians Panjang Tungkai Depan Sapih SO,

NSO, dan F1SO 58

19. Analisis Varians Tinggi Tungkai Belakang Sapih SO,

NSO, dan F1SO 58

Page 24: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating
Page 25: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating
Page 26: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

1 PENDAHULUAN

Ketahanan pangan sangat berkaitan dengan upaya penyediaan produk

peternakan dalam rangka pemenuhan gizi masyarakat. Penyediaan daging

merupakan salah satu kegiatan penerapan hasil industri peternakan, dimana

komoditas daging yang dihasilkan seharusnya sebagai produk yang berkualitas

dan akhirnya akan memberikan nilai gizi yang baik untuk menopang kehidupan

pokok dalam tubuh, aktivitas, dan reproduksi serta ke depannya untuk

mendapatkan generasi bangsa yang sehat dan cerdas. Daging sebagai salah satu

bahan pangan asal hewan, kualitasnya ditentukan oleh penanganan yang baik

pada masa hidupnya, baik ketika masa prenatal maupun postnatal dengan

pengaturan sistem reproduksi serta penanganan yang baik pada masa pertumbuhan.

Konsumsi pangan hewani meningkat sejalan dengan peningkatan daya beli

masyarakat serta kesadaran akan pentingnya kebutuhan gizi yang baik untuk

dikonsumsi.

Swasembada pangan hasil ternak belum mampu dicukupi oleh pemerintah,

sementara imbangan laju pemotongan ternak tidak diikuti dengan pertumbuhan

laju populasi, walaupun sebagian sudah dapat dilakukan untuk telur dan daging

ayam,sementara belum untuk daging sapi, kerbau, kambing, dan babi. Standar

yang ditetapkan FAO untuk konsumsi protein hewani Indonesia minimal sebesar

6 g/kapita/hari sementara untuk konsumsi protein hewani Indonesia baru

mencapai sebanyak 4,19 g/kapita/hari.Artinya, berdasarkan norma gizi minimal

bangsa ini baru mengkonsumsi 69,8% protein hewani yang direkomendasikan

FAO. Saat ini, masyarakat Indonesia baru bisa memenuhi konsumsi daging

sebanyak 5,25 kg, telur 3,5 kg, dan susu 5,5 kg/kapita/tahun (Deptan 2006). Jelas

sekali terlihat bahwa kesenjangan sekitar 30,2% masih merupakan tantangan yang

harus dihadapi guna memenuhinya.

Masih perlunya perbaikan percepatan produksi ternak dalam menghasilkan

produk hasil ternak yang mampu memenuhi kebutuhan pangan. Masih tingginya

angka impor daging (terdiri atas daging sapi, kambing domba, ayam, dan babi,

termasuk hati dan jeroan sapi) yang mencapai 634.315 ribu ton dan produk susu

mencapai 173.084 ribu ton (Direktorat Jendral Peternakan 2006) adalah hal yang

perlu dicermati untuk mengurangi ketergantungan atas impor daging dan olahan

lainnya.

Laju pertambahan penduduk sebesar 1,49 persen pertahun memberi arti

bahwa permintaan kebutuhan akan daging juga akan meningkat yang dapat dilihat

dari tingginya prediksi permintaan daging babi dalam kurun waktu 2010-2014,

yaitu 247,420 ribu ton (Renstra Deptan 2011). Dengan demikian, produksi daging

babi dalam negeri perlu dipacu agar mampu memenuhi salah satu kebutuhan

daging dalam negeri. Permintaan yang terus meningkat tidak diimbangi dengan

produksi ternak yang maksimal, sekalipun diakui sektor peternakan telah

mengalami kemajuan, namun dengan kemajuan pembangunan muncul pula

berbagai masalah dan tantangan yang sangat kompleks. Ketersediaan ruang untuk

pemeliharaan, penurunan populasi, produktivitas, dan terutama kualitas ternak

yang menurun. Rendahnya ketersediaan bibit akibat kurang tersedianya induk

yang berkualitas menyebabkan kelahiran anak dengan jumlah serta bobot badan

yang juga kurang.

Page 27: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

2

Ternak babi merupakan hewan politokus yang dapat memberikan

sumbangan yang sangat berarti bagi peningkatan pemenuhan kebutuhan daging

dan secara ekonomis sangat menguntungkan karena dengan satu kelahiran banyak

dihasilkan anak babi. Upaya memaksimalkan status reproduksi diharapkan dapat

meningkatkan produktivitas ternak yang dihasilkan. Produktivitas ternak sangat

bergantung pada keberhasilan proses reproduksi, dimana produksi hormon-

hormon reproduksi berkaitan erat dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses

kebuntingan. Masalah yang terjadi adalah rendahnya tingkat kebuntingan serta

tingginya kematian embrio dan fetus selama periode kebuntingan yang mencapai

30-40 persen, dan kematian tertinggi karena kegagalan implantasi, tingginya

keragaman jumlah anak sekelahiran serta rendahnya bobot lahir sejumlah anak

dari sekelahiran akibat penanganan produksi yang belum optimal (Mege et al.

2006).

Pengembangan produktivitas ternak diharapkan mampu menjawab

kekurangan ketersediaan pangan. Ketersediaan pangan menyangkut tersedianya

hewan yang selalu tersedia terus menerus dan itu berarti pemeliharaan ternak

menyangkut ketersediaan bibit sangat dibutuhkan. Investasi usaha industri ternak

tidak terlepas dari usaha penyediaan dari anak lahir sampai siap dipasarkan.

Dengan demikian, penyediaan bibit ternak untuk diperlihara sampai siap

dipasarkan adalah rangkaian pemilihan dari calon induk betina maupun pejantan

yang baik, bibit yang akan dihasilkan tidak terlepas dari kualitas induk sebagai

penghasil anak yang seyogianya merupakan ketersediaan sebagai rangkaian usaha

ternak. Disadari bahwa ketersediaan bibit merupakan suatu hal yang sangat

membutuhkan usaha perbaikan induk yang maksimal. Seiring dengan

berkembangnya bidang bioteknologi, berbagai metode dikembangkan dan

sebagai usaha memberdayakan potensi yang dimiliki hewan ternak dengan

memaksimalkan produksi hasil ternak. Stimulasi produktivitas ternak ditentukan

pada ketersediaan pakan, penyediaan bibit, bibit lepas sapih, hewan potong,

kesehatan ternak, serta manajemen keuangan.

Perbaikan kualitas ternak dapat dilakukan dengan teknologi sederhana, yaitu

dengan melakukan perbaikan sekresi endogen hormon-hormon kebuntingan.

Perbaikan sekresi endogen hormon kebuntingan dapat dilakukan dengan cara yang

sederhana dengan melakukan penyuntikan Pregnant Mare Serum Gonadotropin

(PMSG) dan human Chorionic Gonadotropin (hCG). Teknologi ini telah

dibuktikan meningkatkan sekresi endogen hormon kebuntingan (Manalu et al.

1995; Sumaryadi dan Manalu, 1996) sehingga memperbaiki lingkungan uterus

dan plasenta selama periode kebuntingan (Mege et al. 2007), memperbaiki

pertumbuhan embrio dan fetus (Manalu et al. 1998; Manalu et al. 2000a; Mege et

al. 2007; Geisert dan Schmitt, 2002), dan memperbaiki bobot lahir anak baik pada

kambing (Adriani et al, 2007), domba (Sumaryadi dan Manalu, 1996), babi

(Cornejo et al. 2006; Mege et al. 2006; Lapian et al. 2013), dan sapi (Supriatna et

al. 1998). Peningkatan sekresi endogen hormon kebuntingan terbukti

memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan kelenjar susu (Manalu dan

Sumaryadi 1998; Sudjadmogo et al. 2001; Andriyanto dan Manalu 2011)

sehingga meningkatkan produksi susu pada masa laktasi (Manalu et al. 1998;

Manalu dan Sumaryadi 1998; Manalu et al. 2000b; Adriani et al. 2004; Lapian et

al. 2013) yang akhirnya memperbaiki pertumbuhan anak prasapih dan pascasapih.

Perbaikan pertumbuhan fase embrio dan fetus sampai pertumbuhan prasapih dan

Page 28: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

3

pascasapih masih terus berlanjut pada perbaikan kualitas karkas dan usia potong

pada babi (Lapian et al. 2013).

Teknologi reproduksi diketahui dimanfaaatkan untuk meningkatkan

populasi dan mutu genetik sapi dan domba, terutama pada inseminasi buatan dan

embrio transfer. Perkembangan selanjutnya dilakukan untuk memperoleh embrio

yang memungkinkan proses transfer embrio yang memberikan keuntungan ganda

memfasilitasi peningkatan mutu genetik ternak sekaligus dapat memperoleh

hewan dengan kualitas genetik dalam jumlah besar baik dari pejantan unggul

maupun betina unggul (Gordon 1996; Perry et al. 2007).

Inovasi menyangkut produktivitas ternak, antara lain dengan cara

melakukan tindakan superovulasi sebagai upaya mengoptimalkan derajat ovulasi

serta efisiensi reproduksi. Superovulasi banyak dilakukan untuk hewan yang

beranak sedikit, juga seiring dengan berkembangannya bidang bioteknologi,

upaya melakukan superovulasi bertujuan mengoptimalkan ovarium sebagai

tempat sel telur dihasilkan, dan mekanisme keterlibatan yang menyangkut

hormon-hormon reproduksi FSH, LH estrogen serta progesteron ternyata

diketahui mampu memperbaiki performans hewan yang dihasilkan (Manalu et al.

1998; Manalu et al1996; Adriani, et al. 2007).

Penggunaan PMSG dan hCG sebagai agen ovulasi merupakan dua hormon

yang mempunyai kerja yang mirip FSH dan LH untuk merangsang pertumbuhan

dan perkembangan sel sel teka dan sel granulosa ovarium dan turunan luteinisasi

dari sel-sel ini. Sel-sel target, seperti folikel, korpus luteum, uterus, dan plasenta

diharapkan dapat mensintesis dan mensekresi hormon-hormon kebuntingan

seperti estrogen, progesteron, laktogen plasenta, relaksin, dan oksitosin yang pada

gilirannya disamping menstimulasi faktor-faktor pertumbuhan dan pemeliharaan

fetus selama kebuntingan, folikel selanjutnya korpus luteum dapat

memaksimalkan ekspresinya dalam perangsangan terhadap pertumbuhan anak

setelah lahir. Bahkan perangsangan dan pengaturan pertumbuhan dan peningkatan

kapasitas uterus, plasenta, dan fungsionalisasi kelenjar susu dalam rangka

pemeliharaan anakan selama embrio, fetus sampai prasapih sangat menentukan

pertumbuhan dan perkembangan pascasapih sampai dengan menjadi induk yang

dapat diunggulkan.

Efisiensi usaha ternak babi didefinisikan sebagai banyaknya babi yang

dihasilkan dibandingkan banyaknya pemasukan yang digunakan untuk

menghasilkan. Artinya efisiensi konsumsi pakan, tenaga kerja dibanding dengan

hasil yang didapat masih memungkinkan petani untuk mendapatkan keuntungan.

Walau demikian, banyak kendala yang dihadapi untuk peningkatan efisiensi

reproduksi, yaitu kurangnya jumlah anak sekelahiran yang dihasilkan, tingginya

kematian ketika dilahirkan serta kematian anak prasapih yang mencapai 18-28%.

Disamping itu, rendahnya bobot lahir sekelahiran yang dimiliki oleh anak

sekelahiran yang banyak merupakan faktor penyebab rendahnya efektivitas

produksi ternak babi (Belstra et al. 1999; Geisert dan Schmitt 2002; Mege et al.

2006; Sihombing 2006 ).

Superovulasi dengan penggunaan kombinasi hormon PMSG dan hCG

memperlihatkan peningkatan produksi ternak, korpus luteum pada tikus putih,

peningkatan anak, jumlah anak sekelahiran pada kambing, domba,dan babi.

Superovulasi dilakukan dengan dosis yang berbeda, dengan penyuntikan dosis

PMSG 600, 1200 meningkatkan jumlah anak sekelahiran, ukuran tubuh anak, dan

Page 29: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

4

bobot badan (Manalu et al. 2000; Mege et al. 2006). Dengan demikian, ternak

babi sebagai hewan politokus dengan bobot lahir sekelahiran yang cenderung

rendah serta tingginya angka lahir mati, dan adanya penurunan fenotipe

memungkinkan untuk melakukan superovulasi yang diharapkan dengan

penggunaan hormon eksogen memacu hormon endogen serta lebih

mengoptimalkan aktivitas hormon tersebut diharapkan mendapatkan hasil ternak

yang lebih baik (Mege et al. 2006).

Penggunaan superovulasi juga memungkinkan memainkan peranan yang

terus dalam proses pembesaran anak menjadi bakal induk yang diharapkan

dimiliki terus dalam perkembangan anak menjadi individu. Hormon pertumbuhan

mempunyai peran penting dalam pengendalian pertumbuhan prenatal dan posnatal,

pertumbuhan sel, jaringan serta diferensiasi sel dari zigot sampai menjadi dewasa.

Pertumbuhan dan perkembangan prenatal akan berpengaruh pada perubahan

ukuran yang meliputi bobot lahir, bentuk dimensi linear, dan komposisi tubuh.

Peningkatan bobot badan tidak terlepas kaitannya dari pakan yang dikonsumsi

sebagai peran utama dalam mendorong pertumbuhan tubuh.

Perumusan Masalah

Pertumbuhan dan perkembangan anak mammalia setelah lahir sampai

dewasa ditentukan oleh bobot lahir yang ditentukan oleh tingkat pertumbuhan dan

perkembangan anak selama di kandungan. Pertumbuhan anak selama di

kandungan dipengaruhi oleh lingkungan uterus dan plasenta yang selanjutnya

ditentukan oleh ketersediaan dan kecukupan sekresi endogen hormon-hormon

kebuntingan selama periode kebuntingan. Perbaikan sekresi endogen hormon

kebuntingan selama periode kebuntingan telah terbukti memperbaiki pertumbuhan

dan perkembangan embrio dan fetus, bobot lahir, dan pertumbuhan anak

pascalahir sampai umur dewasa. Perbaikan fenotipe pertumbuhan ini tentunya

akan diwariskan ke anak yang dihasilkan sehingga dapat digunakan sebagai

strategi untuk menghasilkan bakalan atau bibit unggul.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari:

1. Anak-anak babi yang diperbaiki fenotipe pertumbuhannya melalui

perbaikan pertumbuhan dan perkembangannya selama fase embrio dan

fetus melalui perbaikan lingkungan uterus dan plasenta dengan cara

penyuntikan hormon-hormon PMSG dan hCG.

2. Performans fenotipe pertumbuhan yang baik dapat diwariskan kepada

anaknya sehingga dapat digunakan sebagai bakalan bibit unggul.

.

Page 30: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

5

Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian diharapkan dapat menghasilkan suatu metode baru dan

cepat untuk menghasilkan anak unggul untuk digunakan sebagai bibit.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat menghasilkan ternak yang mampu

bertumbuh dan berkembang biak dengan baik

Tingkat Kebaruan (Novelty)

Perbaikan uterus dan lingkungan plasenta selama fase embrio dan fetus

melalui penyuntikan hormon-hormon PMSG dan hCG sebelum pengawinan dapat

meningkatkan fenotipe pertumbuhan postnatal dan dapat diwariskan kepada

keturunannya merupakan penelitian yang pertama kali dilakukan.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Babi dikembangkan berdasarkan tujuan untuk memperoleh keuntungan

yang memuaskan dari penjualan stok bibit, babi sapihan, babi potong, atau hasil

ternak babi, dan selanjutnya melestarikan tradisi keluarga, dan berpartisipasi

dalam pengadaan pangan nasional serta pemenuhan gizi yang baik menghasilkan

generasi yang sehat, cerdas, dan kuat (Sihombing 2006). Pemeliharaan ternak

rakyat bertujuan agar ternak babi yang dijual memiliki harga yang sesuai dan babi

mempunyai kualitas daging yang baik. Indonesia memiliki babi lokal, antara lain

babi Bali, babi Batak, dan babi Toraja untuk daerah tertentu yang banyak

dipelihara di peternakan rakyat, sementara peternakan yang lebih besar

memelihara babi varietas yang resmi kini dikenal dengan babi unggul. Ternak

babi lokal dipelihara oleh peternak kecil dengan sistem beternak tradisional

sebagai usaha sambilan yang dikerjakan oleh keluarga. Disadari bahwa ternak

lokal juga memainkan peranan dari segi ekonomi, karena banyak dimanfaatkan

sebagai penghasil daging untuk kebutuhan ketahanan pangan, walaupun

pemeliharaannya dalam skala kecil dengan jumlah kepemilikan 2–4 ekor babi.

Pengelolaan secara tradisional dengan pemberian pakan yang berasal dari sisa

makanan keluarga dan pemeliharaan kesehatan ternak merupakan faktor yang

menyebabkan penurunan produktivitas juga tingginya angka kematian. Perbaikan

dengan teknologi superovulasi yang dicoba dilakukan memungkinkan perbaikan

efisiensi produksi. Beberapa peternakan di Sulawesi Utara memelihara babi

Duroc, Yorkshire, dan Landrace yang mana bangsa babi tersebut merupakan hasil

seleksi dan persilangan beberapa bangsa babi sehingga dihasilkan bangsa baru

kemudian menyebar ke seluruh dunia.

Dari pengamatan di lapangan, khususnya di Sulawesi Utara, banyak

peternakan memelihara babi keturunan Landrace, Duroc, dan Yorkshire. Masalah

yang ada pada pemeliharaan ternak babi adalah rendahnya produk hasil ternak

yang disebabkan efisiensi reproduksi yang tidak maksimal menyebabkan

penurunan reproduksi yang diikuti dengan rendahnya sifat unggul yang dimiliki.

Diawali dengan mulainya masa reproduksi yang ditandai dengan pubertas, siklus

Page 31: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

6

estrus, fertilisasi, zigot, dan selanjutnya berkembang terus menjadi embrio, fetus,

dan akhirnya menjadi anak membutuhkan penanganan yang optimal. Mekanisme

tersebut selain pemeliharaan ternak babi yang baik dengan pemberian makanan

yang sesuai dengan periode pertumbuhan juga tidak terlepas dari pengaruh

hormonal yang ada pada tubuh ternak, baik hormon metabolisme maupun hormon

reproduksi.

Daerah penyebaran ternak babi lokal adalah Sulawesi dan Indonesia bagian

timur, Maluku, Irian, Flores, Sumba, Timor, Rote, Semau, dan Pulau Simeuleu di

bagian barat Sumatera. Babi ini mendapat sebutan berdasarkan daerah

penyebarannya. Babi dewasa berukuran tinggi pundak sekitar 60 cm dan bobot

tubuh 40-70 kg. Babi jantan memiliki gigi taring sepanjang sekitar 10 cm dan tiga

pasang kutil pada bagian mukanya, sedang pada betina kurang menonjol atau

tidak ada. Warna bulu sewaktu muda terdapat garis-garis horizontal berwarna

cokelat dan putih di tubuhnya dan hilang ketika dewasa. Banyak anak

perkelahiran berkisar antara 3-8 ekor dengan lama bunting sekitar 4 bulan dan

kelahirannya terjadi sekitar bulan April – Mei. Perkembangan populasi ternak

menunjukkan perkembangan yang lambat, dengan rendahnya produktivitas yang

dihasilkan, dengan tingkat kematian yang tinggi (Sihombing 2006)

Pengaturan fungsi reproduksi

Reproduksi ternak pada umumnya sama, tetapi tiap spesies memiliki versi

reproduksinya sendiri. Sapi, dengan satu anak perkelahiran, domba dan kambing

beranak tidak lebih dari tiga ekor anak. Babi memiliki keunikan sendiri sebagai

hewan politokus yang melahirkan anak yang banyak pada setiap kelahiran dan

mempunyai waktu kebuntingan yang relatif singkat memungkinkan dua kali

beranak dalam setahun. Pemeliharaan ternak babi sebagai hewan politokus

memungkinkan kebutuhan akan daging dapat lebih cepat dipenuhi mengingat

untuk satu kelahiran dapat diperoleh anak yang banyak dibandingkan untuk sapi,

kambing, dan domba.

Pubertas adalah periode saat organ-organ reproduksi babi pertama kali

berfungsi dan menghasilkan telur atau sperma dewasa. Umur saat pubertas dicapai

berbeda antara bangsa-bangsa ternak dan juga anak babi sekelahiran. Faktor-

faktor hormonal yang merangsang pubertas pada babi jantan dan dara belum

banyak diketahui. Babi betina mencapai pubertas pada usia 5-6 bulan memiliki

siklus estrus dengan interval waktu 18 dan 22 hari (Campbell et al 2003).

Siklus estrus dapat dibagi menjadi empat tahap yang berbeda; proestrus

(fase perkembangan folikel), estrus (reseptif seksual), metesrus, dan diestrus (fase

luteal). Durasi follikulogenesis dari folikel primordial untuk ovulasi adalah sangat

konsisten antara domba dan sapi sekitar 4-6 bulan, tetapi pada babi lebih singkat

(Campbell et al. 2003). Menarik, bahwa dibandingkan dengan domba dan sapi,

babi memiliki fase folikuler diperpanjang dikaitkan dengan peningkatan jumlah

folikel. Perkembangan folikel dimulai segera setelah ovulasi dari siklus berahi

sebelumnya (0 hari). Pertumbuhan dan perkembangan yang baik mempengaruhi

pertumbuhan folikel di ovarium yang bergantung pada hadirnya hormon FSH dan

LH yang merupakan hormon gonadotropin. Regulasi sekresi gonadotropin terjadi

melalui mekanisme umpan balik melalui aktivitas rangsangan oleh hipotalamus

dan hipofisis(gambar 1).

Page 32: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

7

Gambar 1 Siklus Estrus pada babi (Campbell et al 2003)

Selama waktu ini, perkembangan follikel bergantung pada gonadotropin

hipofisis, LH, dan FSH. Hormon-hormon ini sebagai mekanisme utama dalam

mengendalikan rekrutmen folikel, seleksi folikel melalui mekanisme inhibitori

feedback negatif dengan hipotalamus-hipofisis. FSH adalah hormon utama

mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan folikel dan sekresi estradiol pada

sapi, domba, dan babi. Selanjutnya, kenaikan FSH pada saat regresi luteal

mestimulasi perkembangan sejumlah folikel antral yang dimulai hadirnya

sitokrom P450 dan aktivitas enzim sitokrom P450 aromaterase serta saat yang

dibutuhkan ketika dimulainya perkembangan seleksi folikuler dan aktifnya

reseptor LH pada sel-sel granulosa (Ginther et al. 2001; Webb et al. 2003).

Folikel mengalami perkembangan dan selanjutnya terjadi juga peningkatan

estrogen dari sekresi folikel yang pada gilirannya menyebabkan perubahan

fisiologi dan perilaku terkait dengan siklus estrus, terjadinya perubahan gambaran

vagina diikuti perubahan tingkah laku siap kawin. Peningkatan estrogen akhirnya

Page 33: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

8

memicu peningkatan sekresi GnRH sehingga melepaskan hormon LH yang

dibutuhkan untuk proses ovulasi dan terlepasnya sel telur dari ovarium yang

terjadi rata-rata 48 jam setelah estrus (Spencer dan Bazer 2004) (gambar 2).

8-10 jam Interval gelombang estrus

36-48 jam Interval estrus ovulasi

72 jam lamanya estrus

CL

Ovulasi

pelepasan LH

PG2α 16 hari awal estrus akhir estrus

Sikuls estrus

Akhir Fase luteal

Gambar 2 Karakteristik periode ovulasi (Caardenas dan Pope 2002)

Ovulasi pada babi dara terjadi pada bagian akhir dari hari kedua

dimulainya estrus dan memungkinkan pelepasan 15 sampai 20 folikel. Hal ini

terjadi karena pada babi folikel yang lebih matang membantu perkembangan

folikel kurang matang, berbeda dari sapi di mana folikel yang matang

mendominasi persaingan folikel yang kurang matang dan mengeluarkan parakrin

dan autokrin yang menghalangi perkembangan folikel lainnya (Hunter et al. 2004).

Setelah ovulasi, folikel runtuh, darah cepat mengisi rongga sentral dari folikel dan

selanjutnya diganti dengan jaringan luteal yang berlangsung selama 5-6 hari.

Korpus luteum berfungsi menghasilkan progesteron yang merupakan hormon

steroid yang bertanggungjawab dalam perkembangan endometrium sebagai

stimulasi negatif terhadap pelepasan prostaglandin (PGF2α) selama fase luteal.

Fase luteal berlangsung sekitar 16 hari dengan ketinggian progesteron terjadi pada

2-4 hari setelah estrus dan meningkat terus mencapai maksimum selama

pertengahan akhir diestrus.Pada periode ini, babi tidak menerima pejantan.

Jika terjadi konsepsi, korpus luteum tetap berfungsi dan secara terus

menerus akan memproduksi dan mensekresi progesteron. Siklus berahi

bergantung pada uterus sebagai sumber luteolisin dan prostaglandin. Pada hewan

domestik, ovulasi spontan pada siklus estrus bergantung pada proses kebuntingan.

Siklus berahi bergantung pada uterus dimana luteolisin dan prostaglandin

bersumber dari uterus yang menyebabkan mekanisme siklus menjadi berulang.

Progesteron dibutuhkan untuk mempersiapkan endometrium untuk implantasi dan

menghasilkan susu (laktogen) yang dibutuhkan embrio sebelum digantikan

progesteron yang dihasilkan di plasenta. Jika tidak dibuahi, korpus luteum

berhenti mensekresi progesteron dan kemudian menjadi korpus albikans yang

merupakan massa berserat bekas luka. Degenerasi korpus luteum dimulai pada

sekitar hari ke-15, bertepatan dengan peningkatan konsentrasi luteulisin dan

prostaglandin (PGF2α) yang berfungsi meregresi korpus luteum. Perkembangan

penurunan dan kenaikan konsentrasi LH dapat terjadi karena mekanisme umpan

balik negatif pembentukan estradiol (Evans et al. 2001). Pada beberapa spesies,

tikus dan sebagian primata, pematangan terakhir menyebabkan peningkatan

Page 34: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

9

konsentrasi LH dan pubertas terjadi akibat rangsangan stimulasi positif aktivitas

hipotalamus melalui pusat komponen neuron GnRH (Ojeda 1991).

Mekanisme luteolisis pada endometrium dan epitel kelenjar duktus

membutuhkan efek berurutan dari progesteron, estrogen, dan oksitosin yang

bekerja melalui reseptor masing-masing (Spencer dan Bazer 2002; Spencer dan

Bazer 2004). Pada siklus estrus (0 hari), estrogen dari folikel de graff merangsang

peningkatan reseptor estrogen alpha (ERα) pada uterus, reseptor progesteron, dan

ekspresi reseptor oksitosin. Selama awal diestrus, progesteron dari korpus luteum

yang baru terbentuk merangsang akumulasi fosfolipid di endometrium dan saluran

kelenjar epitel yang dapat membebaskan asam arakidonat untuk sintesis dan

sekresi prostaglandin. Selama diestrus progesteron meningkat dan menghambat

reseptor estrogen α dan oksitosin di endometrium dan saluran kelenjar epitel.

Konsentrasi hormon reproduksi sangat berfluktuasi dengan pola reguler

dan tetap dan pola tersebut merupakan hasil integrasi dari sejumlah organ dengan

hormon. Pada jantan, masa dewasa kelamin lebih lama sekitar 5 sampai 8 bulan

pada bobot badan mencapai 75–110 kg. Jantan yang baik dapat diketahui ketika

dicoba dikawinkan dengan babi dara 2 sampai 3 kali dan menghasilkan

kebuntingan dengan anak sekelahiran di atas 8–10 ekor dianggap dapat dipakai

untuk menjadi pejantan.

Pengaturan hormonal pada fase kebuntingan

Estradiol, progesteron, laktogen plasenta, dan relaksin merupakan hormon-

hormon yang berperan penting selama kebuntingan. Estrogen penting untuk sel,

pertumbuhan diferensiasi, dan perkembangan baik pada jantan maupun betina.

Secara spesifik juga diferensiasi dan pengembangan jaringan reproduksi, termasuk

kelenjar susu, testis, epididimis, dan prostat pada jantan, serta perlindungan

terhadap osteoporosis melalui pemeliharaan kepadatan tulang, pengurangan kadar

lemak dan kolesterol darah dan bertindak sebagai hormon kardioprotektif,

perilaku reproduksi, dan homeostatis (Couse et al. 1997; Kurebayashi et al. 2000;

Osborne et al. 2000; Signoretti dan Loda 2001; Matthews dan Gustalsson 2003).

Estrogen dan molekul estrogen bekerja pada jaringan target dan mengubah

aktivitas sel dan perilaku dengan cara mengikat reseptor estrogen. Ada tiga jenis

estrogen, yaitu estradiol, estron, dan estriol. Estradiol dianggap sebagai estrogen

utama. Reseptor estrogen adalah faktor transkripsi ligan aktif yang dimiliki oleh

superfamili reseptor inti dan mediasi semua aktivitas biologis estrogen pada

jaringan target (Matthews dan Gustafsson 2003). Estrogen memiliki dua reseptor,

yaitu α dan β. Reseptor estrogen memiliki domain fungsional yang berbeda

disebut A sampai F dari superfamili reseptor inti (Couse et al. 1997). Reseptor

estrogen β adalah homolog untuk reseptor estrogen α dalam DNA dan domain

pengikatan ligan (Mosselman et al. 1996). Estrogen bertanggung jawab untuk

pertumbuhan dan perkembangan jaringan dan juga meningkatkan fungsi

progesteron.Kedua hormon ini sangat penting bagi kebuntingan. Estrogen

disekresi oleh ovarium dan juga dengan jumlah yang kecil disekresikan pada

kelenjar adrenal. Pada saat estrus, estrogen dari folikel merangsang peningkatan

reseptor estrogen alpha pada rahim, reseptor progesteron, dan ekspresi

kebuntingan adalah proses reproduksi yang sangat penting dalam suatu siklus

reproduksi.Terjadinya kebuntingan berkaitan dengan proses yang terjadi dari

Page 35: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

10

siklus perkembangan suatu individu dari anak sampai dewasa kemudian

menghasilkan anak. Pada babi, selama kebuntingan interaksi antar hormon-

hormon kebuntingan estrogen, progesteron, faktor pertumbuhan, dan interferon

secara aktif mempertahankan sekresi kelenjar endometrium yang sangat

dibutuhkan untuk fungsi normal uterus dan meningkatkan kapasitas uterus sejalan

dengan peningkatan perkembangan embrio dan fetus (Young et al. 1990).

Perkembangan kebuntingan berkaitan erat dengan mekanisme hormonal

dalam kaitan dengan proses terbentuknya zigot, embrio, dan fetus hingga

dilahirkan. Adanya kebuntingan didapatkan ketika konsepsi yang terbentuk

blastokis mulai memanjang dari bola menjadi bentuk tubular dan filamen untuk

menghasilkan interferon yang merupakan signal untuk mencegah mekanisme

luteolisis endometrium, dimana progesteron sangat penting untuk menjaga

lingkungan rahim yang mendukung keberhasilan konseptus. Reseptor progesteron

memainkan peranan penting dalam pembentukan dan pemeliharaan kebuntingan.

Disemua uterus mamalia, progesteron diekspresikan dalam sel epitel endometrium

dan stroma selama awal fase luteal sehingga regulasi dari sejumlah gen oleh

progesteron melalui aktivasi reseptor progesteron. Paparan yang terus menerus

pada endometrium menurunkan regulasi ekspresi reseptor progesteron di

endomerium, dan ekspresi protein reseptor progesteron tidak terdeteksi pada

endometriun dan kelenjar epitel setelah hari ke-11 dan 13 kebuntingan,

selanjutnya reseptor progesteron terdeteksi pada stroma dan miometrium dan

keseluruhan kebuntingan. Peningkatan ekspresi reseptor oksitosin (OTR)

difasilitasi dengan peningkatan sekresi estrogen oleh ovarium (Spencer dan Bazer

2004). Progesteron sangat penting dalam proses pemeliharaan kebuntingan dan

ketidakcukupan hormon ini dapat menyebabkan kegagalan dalam proses

implantasi embrio. Progesteron diketahui dapat menekan produksi prostaglandin

(Wilson dan Conell 1991).

Gambar 3 Mekanisme hormonal ketika konseptus (Spencer dan Bazer 2004)

Progesteron dan estradiol berfungsi dalam pengaturan pertumbuhan dan

perkembangan kelenjar dan jaringan uterus untuk mempersiapkan lingkungan

Page 36: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

11

uterus yang sesuai bagi perkembangan embrio (Donald 1980; Wilson dan Conell

1991).

Estradiol dan relaksin merangsang pertumbuhan dan perkembangan duktus

pada kelenjar susu, sedangkan progesteron merangsang peningkatan percabangan

duktus sehingga terjadi peningkatan lobus alveolar kelenjar susu (Wang et al.

1990; Rueda et al. 2000). Selama trimester pertama terminal duktus bercabang

dan memanjang. Sel-sel berproliferasi dari sel batang didistribusikan keseluruh

kelenjar. Selama trimester kedua, diferensiasi alveola terjadi dari ujung saluran

mendominasi alveola memiliki dua lapisan sel, sel luminal dan calon sel-sel

sekretoris, sedangkan lapisan basal adalah mioepitel dan memperluas proses

kontraktil dalam jaringan sekitar alveolus. Selama trimester ketiga, alveolus

menjadi dewasa, sel-sel epitel menjadi kubus, dengan retikulum endoplasma yang

luas (Hurley et al. 1991) Pada awal kebuntingan, sekresi estradiol melonjak

secara drastis mencapai konsentrasi tertinggi pada 16 hari kebuntingan disebabkan

peningkatan aktivitas sel-sel penghasil estradiol pada korpus luteum dan plasenta,

meskipun tidak dipengaruhi oleh jumlah korpus luteum dan peningkatan

progesteron pada hari ke empat kebuntingan dikarenakan sudah berfungsinya

korpus luteum. Pada babi, peningkatan konsentrasi progesteron pada umur

kebuntingan 15 hari dan meningkat terus sampai pada umur kebuntingan 70 hari.

Peningkatan progesteron domba dimulai pada umur 50 hari kebuntingan dan

meningkat terus kemudianmenurun sejalan dengan perkembangan kebuntingan

sampai kelahiran (Manalu 1996; Tuju dan Manalu 1996; Mege et al. 2007).

Dengan demikian, keberadaan dan kecukupan estrogen dan progesteron yang

memainkan peranan penting sangat dibutuhkan dalam proses pembesaran anak

dan meningkatkan kekebalan anak yang akan dibawa dalam proses pertumbuhan

dari embrio sampai pada umur sapih dan selanjutnya dalam proses pertumbuhan

dan perkembangan individu selanjutnya.

Selama kebuntingan, epitel kelenjar susu paling cepat berproliferasi. Hal

ini terjadi sebagai respons terhadap estrogen dan progesteron yang disekresi dari

korpus luteum pada awal kebuntingan, diikuti oleh hormon plasenta (estrogen,

progesteron, dan hormon pertumbuhan), prolaktin, adrenokortisol dari kelenjar

adrenal. Korpus luteum dipercaya sebagai satu-satunya sumber terpenting dari

progesteron selama kebuntingan, meskipun beberapa steroid disekresikan oleh

plasenta. Peningkatan konsentrasi progesteron mengindikasikan bahwa unit feto-

plasenta merupakan sumber utama estrogen. Meningkatnya kortisol fetus pada

kebuntingan akhir merangsang produksi enzim baru atau mengaktivasi enzim di

plasenta. Kemudian plasenta meningkatkan produksi estrogen, dengan cara

mempercepat produksi estrogen dan konversi progesteron. Sintesis estrogen di

plasenta dan produksi progesteron di korpus luteum merupakan sistem yang

independen dan peningkatan konversi progesteron menjadi estrogen.

Superovulasi merupakan suatu teknik untuk merangsang pembentukan

sejumlah besar folikel dalam ovarium dan meningkatkan derajat ovulasi dengan

mempercepat pematangan dari keadaan yang alamiah (Manalu et al. 2000,

Adriani et al. 2004). Superovulasi merupakan aspek penting dalam memperbaiki

sistem reproduksi ternak (Manalu dan Sumaryadi. 1997 ; Mege et al. 2006 ;

Mukomoto et al. 1995). Penggunaan PMSG dan hCG untuk superovulasi telah

dilakukan pada domba, kambing, mencit, dan sapi (Mege 2006 ; Cornejo et al.

2006). Superovulasi dengan PMSG dan hCG meningkatkan pertumbuhan jumlah

Page 37: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

12

folikel sehingga terjadi peningkatan sekresi dan pembentukan steroidogenesis

untuk menghasilkan estradiol. Folikel tidak berkontribusi pada peningkatan

konsentrasi steroid plasma, tetapi peningkatan steroidogenesis folikel yang

disebabkan superovulasi. Hormon PMSG merangsang ekspresi pengkodean gen

enzim sitokrom P450 17 alfahidroksilase dan steroidogenik regulasi protein

(StAR). Hal ini terjadi dibawah pengendalian LH yang juga dimiliki oleh PMSG.

Secara keseluruhan, ini menunjukkan bahwa PMSG merangsang konversi

kolesterol menjadi progesteron (peningkatan StAR) dan konversi menjadi

androgen progestin (peningkatan P450 hidroksilase 17 alpha), unsur utama dari

jalur biosintesis progesteron. Peningkatan produksi androgen menciptakan

cadangan yang lebih besar daripada prekursor untuk sintesis estradiol (Soumano

1997). Mekanisme superovulasi mengoptimalkan daya kerja hormon yang

mengatur sekresi hormon reproduksi dan disamping itu juga memodulasi hormon-

hormon metobolisme dalam proses pertumbuhan. Pertumbuhan dan

perkembangan folikel yang dilakukan dengan penyuntikan PMSG dengan hCG

sebagai agen ovulasi telah dilakukan pada domba dengan dosis PMSG sebesar

750 IU menghasilkan 11 telur yang diovulasikan. Sudjatmogo (1991) melaporkan

rataan peningkatan jumlah ovum yang diovulasikan meningkat 40 persen

(Sudjatmogo 1999). Dosis PMSG dan hCG P 600 pada babi meningkatkan bobot

badan dan jumlah sekelahiran (Mege et al. 2006) pada sapi, kambing, kelinci, juga

meningkatkan angka kelahiran, dan peningkatan bobot badan (Adriani et al.

2007; Koen et al. 2005).

Selama awal kebuntingan, estrogen yang dihasilkan juga menstimulasi

produksi protein dan faktor pertumbuhan dalam lingkungan rahim yang memulai

implantasi (Geisert dan Yelich 1997; Geisert et al. 2006). Selanjutnya

perpanjangan konseptus memiliki pengaruh pada perkembangan plasenta, dan

pertumbuhan janin memiliki implikasi pada kapasitas uterus, litter size, dan

substrat yang akan digunakan dalam perkembangan posnatal (Dziuk 1985).

Faktor yang berhubungan dengan kematian embrio adalah waktu yang tidak tepat

untuk konsepsi, perkembangan endometrium dan kegagalan signal konsepsi

(Pope et al. 1986). Litter size merupakan faktor penting yang menentukan

produktivitas ternak, memiliki dampak ekonomi yang signifikan bagi industri

peternakan. Dua faktor yang membatasi ukuran litter size adalah angka ovulasi

dan kapasitas uterus (Bennet dan Leymaster 1989). Kelangsungan hidup,

pertumbuhan dan perkembangan anak setelah lahir dan lepas sapih terutama

sangat ditentukan oleh kesiapan kelenjar susu induk untuk memproduksi susu

selama laktasi (Tiesnamurti 1992; Sumaryadi et al. 1997; Manalu dan Sumaryadi

1998). Pertumbuhan dan diferensiasi sel juga dipengaruhi oleh hormon

pertumbuhan sebagian dengan merangsang pembentukan dan sekresi insulin-

likegrowth factor (somatomedin). GH secara langsung meningkatkan

pertumbuhan jaringan lunak dan tulang yang menyebabkan sel berdiferensiasi dan

di samping itu merangsang pembentukan somatomedin dalam memediasi

pertumbuhan sel prekusor. Somatomedin memiliki homologi struktural dengan

proinsulin dan memiliki aktivitas pertumbuhan mirip insulin yang dikenal dengan

insulin like growth factor I (IGF-I ). IGF-I mempunyai respons yang sama seperti

respons terhadap insulin sehingga memiliki potensi yang sama dalam mendorong

pertumbuhan (Marks et al. 2000).

Page 38: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

13

Secara umum, peternakan babi yang intensif rataan induk melahirkan anak

1.7 sampai 1.9 kali pertahun dengan penyapihan anak pada umur 4-6 minggu

(Sihombing 2006; Almond et al. 1993). Walaupun demikian, banyak kendala

dalam proses pemeliharaan yang menunjukkan kematian anak babi sebelum

disapih berkisar 18-28% dari banyak anak yang lahir, dengan persentase

kematian tertinggi pada anak sekelahiran yang lebih banyak. Prinsip dasar

pendayagunaan ternak bahwa seseorang sebagai produsen ternak adalah

mengusahakan agar diperoleh keuntungan yang memuaskan dari penjualan stok

bibit, hewan sapihan, hewan potong, atau hasil ternak lainnya (Sihombing 2006).

Superovulasi dilakukan dengan penggunaan hormon gonadotropin yang

dilakukan pada ternak betina untuk merangsang pertumbuhan folikel sehingga

diperoleh jumlah sel telur yang diovulasi lebih baik. Penggunaan PMSG dalam

penelitian mempunyai respons yang baik seperti terjadinya peningkatan

performans anak kambing, domba, dan babi dengan ditandai jumlah anak

meningkat diikuti peningkatan bobot lahir serta menekan kematian anak mati lahir

(Manalu et al. 2000; Adriani et al. 2004; Mege et al. 2007). Dasar tindakan

mereka adalah untuk mengikat dan mengaktifkan reseptor FSH pada sel granulosa

dari folikel menengah dan kecil, dan merangsang pertumbuhan folikel, dan

menghambat apoptosis.

PMSG merupakan hormon gonadotropin yang dihasilkan dengan aktivitas

biologik menyerupai FSH dan LH. PMSG memiliki aktivitas biologis ganda, yaitu

serupa dengan FSH dan LH sehingga sering disebut gonadotropin sempurna.

Pengaruh yang ditimbulkan oleh PMSG antara lain (1) merangsang pertumbuhan

folikel; (2) menunjang produksi estrogen; (3) Ovulasi; (4) luteinisasi dan (5)

merangsang sintesis progesteron. PMSG terdiri atas sub unit α dan β dengan

kadar karbohidrat yang tinggi, yakni kadar asam sialat yang dapat mengakibatkan

waktu paruh PMSG yang cukup panjang dibandingkan dengan gonadotropin yang

lain. Dengan demikian, stimulasi perkembangan folikel meningkat sejalan dengan

aktivitas induksi PMSG dan hCG yang dibutuhkan untuk memperoleh

peningkatan konsepsi.

KERANGKA PENELITIAN

Penelitian dilakukan untuk menghasilkan anak-anak babi unggul dengan

fenotipe pertumbuhan dan daya hidup yang lebih baik selama pertumbuhan

pascalahir dengan cara penyuntikan induk dengan gonadotropin sebelum

pengawinan

Page 39: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

14

Penelitian Tahap I

10 ekor babi induk Lokal

(NATIV)

5ekor induk babi lokal dilakukan

Penyuntikan PMSG dan hCG (SO)

Sinkronisasi estrus

5ekor induk babi lokal dilakukan

Penyuntikan NaCl 0.9% (kontrol)

(NSO)

1. Bobot badan lahir, sapih

2. Total bobot badan lahir dan sapih

3. Dimensi Tubuh (panjang badan,

tinggi tungkai depan, tinggi

tungkai belakang, lahir, sapih

4. Laju pertambahan bobot badan

5. Daya hidup

1. Bobot badan lahir, sapih

2 Total bobot badan lahir dan sapih

3. Dimensi Tubuh (panjang badan,

tinggi tungkai depan, tinggi tungkai

belakang, lahir, sapih

4. Laju pertambahan bobot badan

5. Daya hidup

KAWIN

Page 40: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

15

PENELITIAN TAHAP II

6ekor induk dilakukan

Penyuntikan PMSG dan hCG (SO)

12 Induk Babi keturunan Landrace

(EKSOTIK)

6ekor induk dilakukan

Penyuntikan Nacl 0.9%

(kontrol)(NSO)

1. Bobot badan lahir, sapih

2. Total bobot badan lahir dan sapih

3. Dimensi Tubuh (panjang badan,

tinggi tungkai depan, tinggi

tungkai belakang, lahir, sapih

4. Laju pertambahan bobot badan

5. Daya hidup

1. Bobot badan lahir, sapih

2. Total bobot badan lahir dan sapih

3. Dimensi Tubuh (panjang badan,

tinggi tungkai depan, tinggi tungkai

belakang, lahir, sapih

4. Laju pertambahan bobot badan

5. Daya hidup

12 ekor anak sapih (8 minggu)

dipelihara sampai 28 minggu

12 ekor anak sapih (8 minggu)

dipelihara sampai 28 minggu

kawin

Sinkronisasi estrus Sinkronisasi estrus

Bobot badan tiap minggu sampai

28 minggu

Page 41: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

16

PENELITIAN TAHAP III

Gambar 4. Alur Penelitian

12 ekor induk babi keturunan

Landrace

Sinkronisasi estrus

1. Bobot badan lahir, sapih

2. Total bobot badan lahir dan sapih

3. Dimensi Tubuh (panjang badan,

tinggi tungkai depan, tinggi

tungkai belakang, lahir, sapih

4. Laju pertambahan bobot badan

5. Daya hidup

4 ekor induk babi anak

dari induk yang

disuntik PMSG dan

hCG (F1SO)

4. ekor induk babi

disuntik NaCL 0.9%

(NSO)

4 ekor induk babi di

suntik PMSG dan hCG

(SO)

kawin

Page 42: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

17

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, Sudono A, Toha S, Manalu W, Sutama IK. 2007. Pertumbuhan prenatal

dalam kandungan kambing melalui superovulasi. Hayati 14(2): 44-48.

Adriani, Sutana K, Sudono A, Manalu W. 2004. Pengaruh superovulasi sebelum

perkawinan dan suplementasi seng terhadap produksi susu kambing peranakan

Etawa. J Animal Production 6(2): 86-94.

Almond G.W. Anatomical And Endocrine Changes Associated With The Porcine

Estrous Cycle. 1993. Proceedings Of The North Carolina Healthy Hogs.

Andriyanto, Manalu W. 2010. Prospek penerapan teknologi perbaikan sekresi

endogen hormon kebuntingan pada domba skala peternakan rakyat. Prosiding

Seminar Nasional “Peranan Teknologi Reproduksi Hewan dalam rangka

swaswembada Pangan Nasional, 2010 Hal 125-127.

Andriyanto, Manalu W. 2011. Increased goat productivity through the

improvemen of endogenous secretion of pregnant hormones by using follicle

stimulating hormone. J Animal Production 9(2): 89-93.

Bazer, F. W., W. W. Thatcher, F. Martinat-Botte, and M. Terqui.1988. Conceptus

-nese Meishan pigs. J. Reprod.

Fertil. 84:37–42

Belstra B 1999. Effect of length and estrous progesterone or estradiol on

embryonic survival in multipara sows. Journal Animal Science 77:48-54.

Bennett GL, Leymaster A. 1989. Integration of ovulation rate, potential

embryonic viability and uterine capacity into a model of litter size in swine. J

Animal Science 67:1230- 1241

Campbell B K, Souza C, Gong J, Webb R, Kendall N, Masters P, Robinson G,

Mitchel A, Telfer E E, Baird D T. 2000. Domestic ruminans as models for

elucidation of the mechanism controlling ovarian follicle development in

humans. Reproduction 61, 429-443.

Cornejo,M.A-cortes, C. Sanches-Torres.,J.C.Vazquez-Chagoyan.,H.M. Suarez-

Gomez.,G.Garrido-Farina and M.A Meraz-Rios.2006. Rat Embryo Quality

And Production Efficiency Are Dependent On Gonadotrophin dose in

Superovulatory. Laboratory Animals 40:87-95.

Couse, J. F., J. Lindzey, K. Grandien, J. Gustafsson, and K. S. Korach.1997.

Tissue distribution and quantitative analysis of estrogen receptor-α (ERα) and

estrogen receptor-β (ERβ) messenger ribonucleic acid inthe wild-type and

ERα-knockout mouse. Endocrinology 138: 4613- 4621.

Donald Mc L E 1980. Veterinary endocrinology and reproduction. 3rd

Edition Lea

and Febringer, Philadelphia pp 560

Dziuk P J. 1992. Embrionic development and fetal growth. Anim Repro Sci.

28:299-308.

Evans A C O, J V O’Doherty.2001. Endocrine change and management factors

affecting puberty in gilts. Livestock Production Sciense 68:1-2

Geisert R D and Smith R A M. 2002. Early embryonic survival in the pig: can it

be improved? J.Anim Sci 80:54-85.

Geisert, R. D., and J. V. Yelich. 1997. Regulation of conceptus de-velopment and

attachment in pigs. J. Reprod. Fertil. Suppl.52:133–149

Page 43: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

18

Ginther, O.J.,Beg.M.A.,Bergfelt, D.R., Donadeu F.X.,Kot.K., 2001. Follicle

Selection In Monovular Species. Biol.Reprod 65:920-927.

Gordon I. 1996. Controlled Reproduction in Pigs. CAB International Wallingford.

Oxon.

Hurley, W.L., R.M. Doane, M.B. O’Day-Bowman, R.J.Winn,L.E. Mojonnier, and

O.D. Sherwood.1991. Effect Of Relaxin On Mmmary Development In

Ovariectomized Pregnant Gilts. Endocrinology 128:1285-1290.

Kurebayashi, J., T. Otsuki, H. Kunisue, K. Tanaka, S. Yamamoto, and H. Sonoo.

2000. Expression level of estrogen receptor-α, estrogen receptor-β, coactivators,

and corepressors in breast cancer. Clinical Cancer Research 6: 512-518.

Koen Hiroe, Atsushi Tohei, Ryoji Hokao, Motoo Shinoda.2005. Experomental

Animal Japanese Association For Laboratory Animal Sciece Vol 54. Issue 2

pages 185-187.

Lapian MTR, Polung HS, Manalu W, Priyanto R. 2013. Kualitas karkas babi

potong yang dilahirkan dari induk yang disuperovulasi sebelum pengawinan. J

Veteriner 14(3):350-357.

Manalu W, Sumaryadi M Y, Kusumorini N.1995. Maternal serum concentration

of several hormones in does bearing different fetal number. Bull. Anim. Sci.

Special edition: 225-229.

Manalu W, Sumaryadi M Y, Kusumorini N.1996. Effect of fetal number on the

cocntrations of circulating maternal serum progesteron and estradiol of does

during late pregnancy. Small Rum. Res (in press)

Manalu W, Sumaryadi MY, Sudjatmogo, Satyaningtijas AS. 1998. Effect of

superovulation on maternal serum progesterone concentration, uterine and fetal

weights at weeks 7 and 15 of pregnancy in Javanese thin-tail ewes. Small

Rumin Res 30:171-176.

Manalu W, Sumaryadi MY. 1998. Perubahan status energi pada induk domba

ekor tipis dengan bertambahnya umur kebuntingan dan jumlah fetus yang

dikandung. Buletin Peternakan 22:8-13.

Manalu W, Sumaryadi MY, Sudjatmogo, Satyaningtijas AS. 2000a. Effect of

superovulation prior to mating on milk production performances during

lactation in ewes. J Dairy Science 83:477-483.

Manalu W, Sumaryadi MY, Sudjatmogo, Satyaningtyas AS. 2000b. The effects of

superovulation of Javanese thin-tail ewes prior to mating on lamb birth weight

and preweaning growth. Asian-Australasian J Animal Science 13:292-299.

Marks D.B., Allan D. Marks, Collen M. Smith. Basic Medical Biochemestry.

2000. Editor bahasa Indonesia, Joko Suyono, Vivi Sadikin, Lydia Mandera

Jakarta:EGC

Matthews, J., and J. Gustafsson. 2003. Estrogen signaling: a subtle balance

between ERα and ERβ. Molecular Interventions 3: 281-292.

Mege RA, NasutionSH, KusumoriniN, Manalu W. 2006. Pengaruh superovulasi

terhadap produksi anak babi. Jurnal Animal Production 8:8-15.

Mege RA, Manalu W, Nasution SH, Kusumorini N. 2007. Pertumbuhan dan

perkembangan uterus dan plasenta babi dengan superovulasi. Hayati 14: 1-6.

Mukumoto S, Mori K, Ishikawa H 1995. Efficient induction pf superovulation in

adult rats by PMSG and hCG. Exp. Animal 44(2):111-118.

Ojeda, S.R.1991. The Mystery Of Mammalian Puberty; How Much Do We

Know?. Persp.Biol. Med 34, 365-385.

Page 44: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

19

Osborne, C. K., H. Zhao, S. A. W. Fuqua. 2000. Selective estrogen receptor

modulators: structure, function, and clinical use. Journal of Clinical Oncology

18: 3172-3186.

Perry JS. 1981. The Mammalian fetal membranes. J. Fertil Reprod. Dev. 62:321 –

335.

Pope W F, First N L 1985. Factor affecting the survival of pig embryos.

Theriogenology 23:91-105.

Rueda B et al. 2000. Decreased progesterone levels and progesterone receptor

antagonists promote apoptotic cell death in bovine luteal cells. Biol.Reprod.

62:269-276.

Sihombing, DTH. 2006 Ilmu Peternakan Babi. Gajah Mada University Press,

Yogyakarta Cetakan kedua.

Signoretti, S., and M. Loda. 2001. Estrogen receptor β in prostate cancer: brake

pedal or accelerator? American Journal of Pathology 159:13-16.

Smith AL, Stalder KJ, Serenius TV, Baas TJ, Mabry JW. 2007. Effect of piglet

birth weight on weights at weaning and 42 days post weaning. J Swine Health

Prod. 15: 213–218.

Sudjatmogo, Utomo B, Subhiarta, Manalu W, Ramelan. 2001. Tampilan

produksi susu akibat peningkatan pertumbuhan ambing sapi perah Friesian

Holstein yang disuntik pregnant mare serum gonadotrophin pada program

perkawinannya. J Pengembangan Peternakan Tropis 26:8-13.

Sudjatmogo, Manalu W. 1999. Tampilan peningkatan potensi reproduksi dan

indicator pertumbuhan kelenjar ambing domba akibat superovulasi dan

peningkatan kualitas pakan. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis 24:68-75.

Sumaryadi dan Manalu 1996. Profil progesterone dan estradiol pada domba yang

disuntik prostaglandin pada akhir kebuntingan. Media Veteriner 3(2):13-21.

Supriatna I, Tuty Lasuardi Yusuf, Bambang Purwantara, Gosali Moekti dan Lies

Parede Hernomoadi 1998. Kajian Pemberian Human Chorionic Gonadotrophin

(hCG) pada Sapi Perah Yang Telah Disuperovulasi Dengan Pregnant Mare

Serum Gonadotrophin Monoclonal Antibody (PMSG-MaAB) anti PMSG.

Media Veteriner 5:15-20. Soumano K, Price CA. Ovarian follicular steroidogenic acute regulatory protein, low-

densitylipoprotein receptor, and cytochrome P450 side-chain cleavage messenger

ribonucleic acids incattle undergoing superovulation. 1997. Biol Reprod;56:516-

522.

Spencer T E, Bazer F W 2002. Biology of progesterone action during pregnancy

recognition and maintenance of pregnancy. Front Biosci 7:1879-1898

Spencer TE, Bazer FW. 2004. Uterine and placental factors regulating conceptus

growth in domestic animals. J Animal Science 82:E4-E13.

Tiesnamurti B. 1992. Reducing the preweaning mortality rate of Javanese thin-tail

sheep. Internaional regulation of fetal adipose development. J. Endocrinol.

179:293-299.

Tuju E.A. Manalu, W, 1996. Hubungan Antara Peningkatan Konsentrasi Estradiol

dan Progesteron Dalam Serum Induk Dengan Perkembangan Fetus dan

Kelenjar Susus Selama Kebuntingan Pada Tikus Putih (Rattus Sp). Biofera

5:26-36

Wang S.,L.J Counterman and S.Z. Haslam, 1990 Progestreon Action In Mammary

Gland. Bio. Rprod. 11:117-121.

Page 45: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

20

Webb, R., Nicholas, B., Gong, J.G., Campbell, B.K., Gutierrez, C.G., Garverick,

H.A., Armstrong, D.G., 2003.Mechanisms regulating follicular development

and selection of the dominant follicle. Reproduction 61, 71–90.

Wilson LJr and J.L Mc Connel 1991. In Vivo Effect Of Progesterone and

Estradiol On Uterine Prostaglandin Production In pregnant Rat. Bio. Reprod.

45:290-294 choll Of Agricultute Kyoti University Kyoto Japan.

Young KH, Kraeling RR, Bazer FW. Effect of pregnancy and exogenous ovarian

steroids on endometrial prolactin receptor ontogeny and uterine secretory

response in pigs. Biol Reprod. 1990;43:592–599.

Page 46: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

21

3. PERBAIKAN FENOTIPE PERTUMBUHAN ANAK BABI LOKAL

MELALUI PENYUNTIKAN INDUK DENGAN PMSG DAN HCG

SEBELUM PENGAWINAN

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mempelajari kualitas anak yang dilahirkan oleh

induk yang sekresi endogen hormon kebuntingannya diperbaiki selama periode

kebuntingan melalui penyuntikan PMSG dan hCG sebelum pengawinan. Hewan

percobaan yang digunakan adalah 10 ekor induk babi lokal dengan bobot badan

30-40 kg. Sebelum pengawinan, siklus berahi induk babi percobaan

diserentakkan dengan penyuntikan prostaglandin sebanyak 2 kali masing-masing

0.5 mL dengan interval waktu 14 hari. Induk babi percobaan kemudian dibagi ke

dalam dua kelompok yang masing-masing terdiri atas 5 ekor. Kelompok pertama

disuntik PMSG dan hCG dengan dosis 200/100 IU pada saat penyuntikan

prostaglandin kedua, sementara kelompok kedua tidak disuntik PMSG dan hCG

sebagai kontrol. Setelah menunjukkan gejala estrus, induk babi percobaan

dicampur dengan pejantan untuk perkawinan secara alami. Induk babi percobaan

yang sudah bunting dipelihara sampai melahirkan dan penyapihan. Parameter

yang diukur ialah bobot badan anak dan ukuran tubuh pada saat lahir dan

penyapihan. Hasil pengamatan menunjukkan perbaikan sekresi endogen hormon

kebuntingan melalui penyuntikan PMSG dan hCG sebelum pengawinan

memperbaiki pertumbuhan prenatal fetus dengan hasil peningkatan bobot lahir

sebesar 76.92% dan total bobot lahir anak hidup sebesar 2,65 kali. Anak yang

dihasilkan oleh induk yang disuntik PMSG dan hCG mempunyai daya tahan

hidup yang lebih baik dengan mortalitas yang jauh lebih rendah dengan

pertumbuhan prasapih yang lebih baik sehingga secara drastis meningkatkan total

bobot sapih anak per ekor induk sebesar 1,07 kali dibandingkan dengan kontrol.

Disimpulkan bahwa fenotipe pertumbuhan anak babi lokal dapat diperbaiki

dengan cara perbaikan lingkungan uterus induk selama kebuntingan.

Kata kunci: superovulasi, PMSG, hCG, bobot lahir, bobot sapih, babi lokal

Page 47: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

22

IMPROVEMENT OF GROWTH PHENOTYPE OF LOCAL PIG BY

PMSG AND HCG INJECTIONS OF SOW PRIOR TO MATING

ABSTRACT

An experiment was designed to study the growth phenotypes of pigs born

to sows injected with PMSG and hCG prior to mating to improve endogenous

secretions of pregnant hormones during pregnancy. The experimental sows used

were 10 local breed sows with body weight ranges of 30-40 kg. Before mating,

estrous cycles of the experimental sows were synchronized by injecting 0.5 mL

prostaglandin twice with 14 days interval. The experimental sows were then

divided into two groups, each consisted of 5 sows. The first group was injected

with PMSG and hCGwith dosage of 200/100 IUper sow at the same time with the

second prostaglandin injection, while the second group was not injected with

PMSG and hCG as a control. After showing estrous behavior, the experimental

sows were mixed with selected boars for natural mating. The pregnant sows were

maintained until farrowing and weaning. Parameters measured were body

weights and body lengths and leg heights of the pigs at birth and weaning. The

results showed that improved endogenous secretion of pregnant hormone by

injection of the sows with PMSG and hCG prior to mating, improved prenatal

growth and development of the fetus with the final results of increased birth

weight by 76.92% and total birth weight of live pigs per sow by 2,65 twice as

compared to control pigs. Pigs born to sows injected with PMSG and hCG prior

to mating had higher survival rate with a dramatically decreased mortality and a

higher pre-weaning growth rate that finally increased total weight of weanedpigs

per sows dramatically by 1,07times as compared to control.It is concluded that the

growth phenotypes of local pigs could be improved by improving the sow’s uterus

environment during pregnancy.

Key words: superovulation, PMSG, hCG, birth weight, weaning weight, local pig

PENDAHULUAN

Ternak babi merupakan hewan politokus yang dapat memberikan

sumbangan yang sangat berarti bagi peningkatan pemenuhan kebutuhan daging

dan secara ekonomis sangat menguntungkan karena dengan satu kelahiran banyak

dihasilkan anak babi. Upaya memaksimalkan status reproduksi diharapkan dapat

meningkatkan produktivitas ternak yang dihasilkan. Produktivitas ternak sangat

Page 48: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

23

bergantung pada keberhasilan proses reproduksi, dan produksi hormon-hormon

reproduksi ini sangat menentukan tingkat keberhasilan suatu proses kebuntingan.

Ternak babi lokal adalah ternak yang sudah mengalami domestikasi yang

sudah lama dan mempunyai adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan setempat.

Selain pemeliharaan yang mudah, ternak babi lokal memiliki rasa daging yang

lebih gurih dibandingkan dengan rasa daging babi keturunan Landrace, Duroc,

dan yang lainnya. Ternak babi lokal dikembangkan untuk tujuan untuk

memperoleh keuntungan dari penjualan bibit, babi sapihan, dan babi potong serta

selanjutnya melestarikan tradisi keluarga dan berpartisipasi dalam pengadaan

pangan nasional serta pemenuhan gizi yang baik untuk menghasilkan generasi

yang sehat, kuat, dan cerdas (Sihombing, 2006).

Daerah-daerah tertentu di Indonesia, seperti Sulawesi Utara, Batak, Bali,

dan Toraja memiliki ternak lokal tertentu yang khas daerah tersebut. Ternak babi

lokal dipelihara oleh peternak kecil dengan sistem tradisional sebagai usaha

sambilan dan merupakan penyangga ekonomi keluarga. Pemeliharaan umumnya

sangat mudah dengan pemberian sisa-sisa (limbah) rumah tangga dengan sistem

perkandangan yang sederhana. Daging yang dihasilkan memiliki keunggulan rasa

yang gurih. Di satu sisi, banyak masalah yang dihadapi untuk peningkatan

efisiensi reproduksi. Pertumbuhan dan perkembangan ternak babi lokal yang

sangat lambat dan mempunyai tingkat kematian yang tinggi, bobot badan lahir

rendah, tingginya keragaman jumlah anak sekelahiran menyebabkan rendahnya

produktivitas ternak babi lokal.

Perbaikan kualitas ternak babi lokal dapat dilakukan dengan teknologi

sederhana, yaitu dengan perbaikan sekresi endogen hormon-hormon kebuntingan.

Perbaikan sekresi endogen hormon kebuntingan dapat dilakukan dengan cara yang

sederhana dengan penyuntikan gonadotropin, seperti Pregnant Mare Serum

Gonadotropin (PMSG) dan human Chorionic Gonadotropin (hCG). Teknologi

ini telah dibuktikan meningkatkan sekresi endogen hormon kebuntingan dan

memperbaiki lingkungan uterus dan plasenta selama periode kebuntingan

sehingga memperbaiki pertumbuhan embrio dan fetus (Manalu et al. 1998;

Adriani et al. 2007; Mege et al. 2007) yang akhirnya memperbaiki bobot lahir

anak (Manalu et al. 2000b; Mege et al. 2006; Adriani et al. 2007; Lapian et al.

2013). Peningkatan sekresi endogen hormon kebuntingan terbukti memperbaiki

pertumbuhan dan perkembangan kelenjar susu sehingga meningkatkan produksi

susu pada masa laktasi (Manalu et al. 2000a; Sudjatmogo et al. 2001; Adriani et

al. 2004;Lapian et al. 2013) yang akhirnya memperbaiki pertumbuhan anak

prasapih dan pascasapih (Andriyanto dan Manalu, 2011; Lapian et al. 2013).

Perbaikan pertumbuhan fase embrio dan fetus sampai pertumbuhan prasapih dan

pascasapih masih terus berlanjut pada perbaikan kualitas karkas dan percepatan

umur potong pada babi (Lapian et al. 2013).

Penelitian ini bertujuan mempelajari respons perbaikan fenotipe

pertumbuhan setelah induknya disuperovulasi dengan PMSG dan HCG untuk

perbaikan sekresi endogen hormon kebuntingan selama periode kebuntingan pada

uterus dan plasenta babi lokal dengan mengembangkan metode sederhana dan

cepat untuk memperbaiki pertumbuhan postnatal akan menghasilkan anak yang

lebih unggul dengan daya tahan hidup lebih baik dengan laju prasapih dan

pascasapih yang lebih baik sehingga meningkatkan produktivitas induk babi lokal.

Page 49: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

24

METODE PENELITIAN

Percobaan menggunakan 10 ekor induk babi lokal dengan bobot badan

30-40 kg. Hormon yang digunakan untuk meningkatkan sekresi endogen hormon

kebuntingan adalah PMSG dan hCG (PG 600, Intervet, The Nederlands).

Sinkronisasi berahi dilakukan dengan menggunakan prostaglandin (PGF2α)

(Lutalyse, Intervet, The Nederlands).

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dimulai dari sinkronisasi berahi babi percobaan sebelum

pengawinan. Siklus berahi babi percobaan diseragamkan dengan cara

penyuntikan prostaglandin dengan dosis masing-masing 0,5 ml yang dilakukan

sebanyak 2 kali dengan interval waktu 14 hari. Pada penyuntikan prostaglandin

kedua atau 3 hari sebelum berahi, induk babi dibagi ke dalam dua kelompok yang

masing-masing terdiri atas 5 ekor induk. Induk babi kelompok pertama disuntik

PG 600 dengan dosis 200 IU PMSG dan 100 IU hCG secara intramuskuler dan

induk babi kelompok kedua disuntik dengan NaCl fisiologis 0,9% sebagai kontrol.

Induk babi yang menunjukkan gejala berahi dikawinkan secara alami dengan cara

mencampur dengan pejantan. Selama kebuntingan dan laktasi, babi percobaan

dipelihara sesuai dengan manajemen peternak setempat. Parameter yang diamati

adalah bobot badan, panjang badan, dan panjang tungkai depan anak babi pada

saat lahir dan sapih.

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam (ANOVA)

dengan uji t menggunakan program SPSS 16.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak babi yang dilahirkan oleh induk

yang disuperovulasi memiliki bobot badan yang lebih besar dan ukuran

morfometri tubuh yang lebih panjang (Tabel 1). Anak babi yang dilahirkan oleh

induk yang disuperovulasi mempunyai bobot badan lahir yang lebih besar sekitar

76,92% (tα0.05) dibandingkan dengan anak babi yang dilahirkan oleh induk babi

kontrol tanpa superovulasi. Keragaman bobot badan pada saat lahir juga lebih

rendah pada anak babi yang dilahirkan oleh induk yang disuperovulasi, yaitu 9,35

dan 17.94%, untuk anak yang dihasilkan oleh induk yang disuperovulasi dan

kontrol. Anak babi yang dihasilkan oleh induk yang disuperovulasi mempunyai

ukuran tubuh yang lebih panjang pada saat lahir, yaitu lebih panjang 17,83%

dibandingkan dengan anak babi yang dihasilkan oleh induk kontrol dengan

keragaman yang lebih rendah, yaitu 3,24% dibandingkan dengan 7,28% untuk

anak babi kontrol. Panjang tungkai depan pada anak babi yang dilahirkan oleh

Page 50: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

25

induk yang disuperovulasi juga lebih tinggi sebesar 23,39% dibandingkan dengan

babi kontrol dengan keragaman yang juga lebih rendah (4,96% vs 7,82%).

Perbaikan lingkungan uterus induk dengan superovulasi juga secara dramatis

meningkatkan total bobot anak yang lahir hidup per ekor induk sebesar 265,6%

(3,51 vs 0,96 kg/induk) (Tabel 1).

Tabel 1 Bobot lahir, total bobot anak lahir hidup per induk, panjang badan, tinggi

tungkai pada anak babi yang dilahirkan oleh induk kontrol

(nonsuperovulasi) dan induk yang disuperovulasi sebelum pengawinan.

Parameter

Kelompok

NSO1

SO2

Rataan Jumlah anak/induk

Bobot lahir (kg/ekor)

5,6±1,3

0,39±0,22a

3,2±1,5

0,69±0,04b

Total bobot anak lahir hidup (kg/induk) 0,96±0.36a

3,51±1,16b

Panjang badan pada saat lahir (cm) 18,33±0.20a

21,60±0,16a

Tinggi tungkai pada saat lahir (cm) 9,15±0,35b

11,29±0,46b

1NSO adalah kelompok induk babi kontrol yang tidak disuntik PMSG dan hCG

sebelum pengawinan. 2SO adalah kelompok induk babi yang disuntik PMSG dan hCG sebelum

pengawinan. a,b

Rataan dengan superskrip yang berbeda pada baris yang sama berbeda secara

nyata.

Perbaikan fenotipe pertumbuhan pada anak babi yang baru lahir berkaitan

erat dengan pertumbuhan dan perkembangan yang baik selama periode embrio

dan fetus selama kebuntingan. Penyuntikan PMSG dan hCG sebelum pengawinan

meningkatkan sekresi endogen hormon kebuntingan yang merupakan signal kunci

dan penting untuk memperbaiki lingkungan uterus dan plasenta sehingga

memberikan lingkungan yang baik untuk perkembangan dan pertumbuhan embrio

dan fetus (Manalu et al. 1998; Mege et al.2006; Adriani et al. 2007). Faktor

lingkungan prenatal dan postnatal memiliki kemampuan mempengaruhi

kelangsungan hidup babi. Lingkungan rahim, aliran darah ke rahim, efisiensi

plasenta, kemampuan pasokan nutrisi yang dibawa aliran darah dari plasenta ke

rahim yang mampu masuk ke dalam embrio memberi dampak perkembangan

embrio yang optimum (Reynolds dan Redmer 1995). Bobot lahir dan keragaman

bobot lahir dalam satu induk memiliki pengaruh yang sangat signifikan pada

kemampuan babi untuk bertahan hidup. Kemampuan dan persaingan untuk

menyusu, dan kemampuan bertahan hidup merupakan kontribusi yang utama

dalam masa prasapih sampai usia prasapih (Milligan et al. 2001; Milligan et

al.2002; Zindove et al. 2014). Bobot badan lahir yang rendah berdampak pada

tingkat kematian yang tinggi serta kemampuan bertahan hidup yang rendah dan

laju pertumbuhan yang rendah (Roehe dan Kalm 2000; Tuchscherer et al. 2000;

Milligan et al. 2002; Quiniou et al. 2002; Smith et al. 2007; Cabrera et al. 2012).

Bobot lahir yang lebih baik dengan keragaman bobot lahir yang rendah, anak babi

Page 51: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

26

yang dilahirkan oleh induk yang disuperovulasi mempunyai laju pertambahan

bobot badan prasapih yang lebih tinggi sebesar 12% (P<0.05) dibandingkan

dengan babi yang dilahirkan oleh induk kontrol (Tabel 2). Anak babi yang

dilahirkan oleh induk yang disuperovulasi mempunyai kisaran laju pertumbuhan

harian sekitar 51,43-54,05 g/ekor/hari sementara anak babi kontrol berkisar dari

36,67-51,67 g/ekor/hari. Dengan laju pertumbuhan prasapih yang lebih tinggi,

anak babi yang dilahirkan oleh induk babi yang disuntik PMSG dan hCG sebelum

pengawinan mempunyai bobot badan sapih yang lebih tinggi sebesar 30,23%

(Tabel 2) dibandingkan dengan anak babi yang dilahirkan oleh induk yang tidak

disuperovulasi dengan keragaman masing-masing 4.11 dan 3,91%.

Tabel 2 Laju pertumbuhan prasapih dan mortalitas, bobot sapih dan panjang

badan, tinggi tungkai pada babi yang dilahirkan oleh induk kontrol

(nonsuperovulasi) dan induk yang disuperovulasi sebelum

pengawinan.

Parameter

Kelompok

NSO1

SO2

Mortalitas prasapih (%) 23,32±32,37a

8,30±11,78b

Laju pertumbuhan prasapih (g/hari)/ekor

Bobot sapih (kg/ekor)

48,28±2,90a

3,11±0,38a

54,05±2,85b

4,05±0,04b

Total bobot sapih per induk (kg) 8.60±4.00a

17,84±6,76b

Panjang badan pada saat penyapihan (cm) 34,50±0,41a

41,84±1,30b

Tinggi tungkai pada saat penyapihan

(cm)

15,25±0,29a

17,55±0,11b

1NSO adalah kelompok induk babi kontrol yang tidak disuntik PMSG dan

hCG sebelum pengawinan. 2SO adalah kelompok induk babi yang disuntik PMSG dan hCG sebelum

pengawinan. a,b

Rataan dengan superskrip yang berbeda pada baris yang sama berbeda

secara nyata (tα0.05).

Pada waktu penyapihan, anak babi yang dilahirkan oleh induk yang

disuperovulasi mempunyai badan yang lebih panjang sebesar 21,28%. Panjang

tungkai pada waktu penyapihan juga meningkat sebesar 15,08% pada anak babi

yang dilahirkan oleh induk yang disuperovulasi dibandingkan dengan anak babi

kontrol. Dengan bobot lahir yang lebih baik, tingkat kematian anak babi yang

dilahirkan oleh induk yang disuntik PMSG dan hCG sebelum pengawinan

menurun sebesar 64,41% dibandingkan dengan anak yang dihasilkan oleh induk

kontrol. Dengan laju pertumbuhan anak yang lebih baik dan laju mortalitas yang

Page 52: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

27

rendah maka total bobot sapih anak per induk meningkat sebesar 1,07 kali

dibandingkan dengan induk kontrol (Tabel 2).

Hasil penelitian menunjukkan anak babi yang dilahirkan oleh induk yang

disuperovulasi memiliki laju pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

anak yang dihasilkan oleh induk babi kontrol. Perbedaan ini menunjukkan bahwa

peningkatan sekresi endogen hormon kebuntingan melalui penyuntikan PMSG

dan hCG sebelum pengawinan berhasil memperbaiki lingkungan uterus dan

plasenta sehingga memberikan lingkungan yang lebih baik untuk perkembangan

dan pertumbuhan embrio dan fetus (Manalu et al. 1998; Andriani et al. 2007;

Mege et al. 2007). Lingkungan uterus yang baik selama kebuntingan akan

mendukung ketersediaan bahan-bahan yang dibutuhkan oleh embrio dan fetus

untuk berkembang optimum sesuai dengan potensi genetiknya. Bobot lahir

merupakan hasil akhir suatu proses yang kompleks dan rumit di dalam uterus dan

rahim selama kebuntingan (Foxcroft et al. 2006, Foxcroft et al. 2009).

Pertumbuhan dan perkembangan embrio dan fetus selama kebuntingan ditentukan

oleh pertumbuhan dan perkembangan uterus dan plasenta (Spencer dan Bazer

2004; Fowden et al. 2008) dan sistem pembuluh darah pada uterus dan plasenta

(Reynolds dan Redmer 1995) yang menentukan penyediaan nutrien dan oksigen

bagi fetus yang sedang tumbuh (Fowden et al. 2006). Komponen hormon dan

faktor lokal akan mengatur pertumbuhan dan perkembangan uterus dan plasenta

(Fowden et al. 2005) yang pada akhirnya akan menentukan pertumbuhan dan

perkembangan fetus.

Pertumbuhan dan perkembangan ternak babi yang dilahirkan oleh induk

yang disuperovulasi menunjukkan hasil yang secara fenotipik berbeda sangat

nyata dibandingkan dengan kontrol yang dapat dilihat dari nilai rataan bobot

lahir, rataan bobot sapih, panjang badan lahir dan sapih, panjang tungkai pada

saat lahir dan sapih. Dengan demikian, perbaikan lingkungan uterus akan

mempengaruhi tingkat pertumbuhan dan perkembangan ternak yang dihasilkan

serta mempengaruhi keberhasilan kehamilan (Vallet et al. 2000). Penelitian ini

membuktikan bahwa peningkatan sekresi endogen hormon-hormon kebuntingan

selama periode kebuntingan pada induk yang disuperovulasi meningkatkan

ekspresi gen pertumbuhan, memperbaiki bobot lahir, dan fenotipe pertumbuhan

anak sebagai bakalan atau bibit yang mempunyai keunggulan pertumbuhan

(Manalu et a. 2000b, Mege et al. 2006).

Kinerja pertumbuhan yang baik semasa pranatal akan meningkatkan

kelangsungan hidup yang baik pada masa postnatal. Tingkat pertumbuhan pada

babi yang dilahirkan oleh induk yang disuperovulasi memiliki pertumbuhan yang

lebih cepat selama periode prasapih dibandingkan dengan pada babi yang

dilahirkan oleh induk kontrol dengan angka kematian yang sangat rendah. Pada

ternak babi lokal, tingkat kematian sangat tinggi karena bobot lahir sangat rendah

yang menyebabkan ketidakmampuan anak berinteraksi dengan lingkungan,

kurangnya kemampuan untuk merangsang puting untuk menghasilkan susu, dan

kurangnyadaya saing dengan sesama babi yang lahir dengan bobot badan yang

tinggi (Milligan et al.2002).

Teknik perbaikan lingkungan uterus selama kebuntingan ini bisa

memperbaiki fenotipe pertumbuhan pada babi kampung atau lokal dengan daya

hidup anak yang jauh lebih baik sehingga secara keseluruhan meningkatkan

produktivitas induk. Hal yang menonjol dari teknologi yang sedang

Page 53: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

28

dikembangkan ini ialah tanpa perbaikan manajemen dan kualitas pakan, teknologi

ini tetap bisa memperbaiki fenotipe pertumbuhan anak dan produktivitas induk

secara keseluruhan.

SIMPULAN

Penggunaan superovulasi pada induk babi kampung sebelum pengawinan

meningkatkan bobot badan lahir, bobot badan sapih, dan peningkatan

pertumbuhan prasapih dengan meningkatkan daya hidup anak babi usia prasapih

yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas induk dan hasil ekonomis

peternak. Teknologi perbaikan lingkungan uterus induk selama kebuntingan

sangat prospektif digunakan untuk menghasilkan anak-anak dengan fenotipe

pertumbuhan yang lebih baik pada ternak lokal Indonesia yang sudah beradaptasi

baik dengan lingkungan tropika lembap.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada berbagai jenis ternak lokal

Indonesia yang sudah beradaptasi dengan lingkungan tropika lembap dan

manajemen pemeliharaan yang tradisional.

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, SudonoA, Toha S, Manalu W, Sutama IK. 2007. Pertumbuhan prenatal

dalam kandungan kambing melalui superovulasi. Hayati 14(2): 44-48.

Adriani, Sutana K, Sudono A, Manalu W. 2004. Pengaruh superovulasi sebelum

perkawinan dan suplementasi seng terhadap produksi susu kambing peranakan

Etawa. J Animal Production 6(2): 86-94.

Almond G.W. Anatomical And Endocrine Changes Associated With The Porcine

Estrous Cycle. 1993. Proceedings Of The North Carolina Healthy Hogs.

Andriyanto, Manalu W. 2011. Increased goat productivity through the

improvemen of endogenous secretion of pregnant hormones by using follicle

stimulating hormone. J Animal Production 9(2): 89-93.

Cabrera RA, LinX, Campbell J M, Moeser A J, Odle J. 2012. Influence of birth

order, birth weight, colostrum and serum immunoglobulin G on neonatal piglet

survival. J Animal Science and Biotechnology 3:42.

Fowden AL, Forhead AJ, Coan PM, Burton GJ. 2008. The placenta and

intrauterine programming. J Neuroendocrinology 20:439–450.

Fowden AL,Ward JW, Wooding FPB, Forhead AJ, Constancia M. 2006.

Programming placental nutrient transport capacity. J Physiology 572: 5–15.

Page 54: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

29

Foxcroft G R, DixonW T, DyckM K, NovakS, Harding J C, Almeida F C. 2009.

Prenatal programming of postnatal development in the pig. Soc. Reprod. Fertil.

Suppl. 66:213-31.

Foxcroft GR, Dixon WT, NovakS, Putman CT, Town SC, Vinsky MDA. 2006.

The biological basis for prenatal programming of postnatal performance in pigs.

J Animal Science 84: E105-E112.

Lapian MTR, Polung HS, Manalu W, Priyanto R. 2013. Kualitas karkas babi

potong yang dilahirkan dari induk yang disuperovulasi sebelum pengawinan. J

Veteriner 14(3):350-357.

Manalu W, Sumaryadi MY, Sudjatmogo, Satyaningtijas AS. 1998. Effect of

superovulation on maternal serum progesterone concentration, uterine and fetal

weights at weeks 7 and 15 of pregnancy in Javanese thin-tail ewes. Small

Rumin Res 30:171-176.

Manalu W, Sumaryadi MY, Sudjatmogo, Satyaningtijas AS. 2000a. Effect of

superovulation prior to mating on milk production performances during

lactation in ewes. J Dairy Science 83:477-483.

Manalu W, Sumaryadi MY, Sudjatmogo, Satyaningtyas AS. 2000b. The effects of

superovulation of Javanese thin-tail ewes prior to mating on lamb birth weight

and preweaning growth. Asian-Australasian J Animal Science 13:292-299.

Mege RA, Nasution SH, Kusumorini N, Manalu W. 2006. Pengaruh

superovulasi terhadap produksi anak babi. Jurnal Animal Production 8:8-15.

Mege RA, Manalu W, Nasution SH, Kusumorini N. 2007. Pertumbuhan dan

perkembangan uterus dan plasenta babi dengan superovulasi. Hayati 14: 1-6.

Milligan B, David F, Kramer DL. 2002. Within litter birth weight variation in

domestic pig and relation to preweaning survival, weight gain and variation in

weaning weight. Livestock Production Science 76: 181-191.

Milligan B, David F, Kramer DL. 2001. Birth weight variation in domestic pig:

effects on offspring survival, weight gain and suckling behavior.Applied

Animal Behaviour Science 73: 173-191.

Quiniou N, Dagorn J, Gaudre D. 2002. Variation of piglets’ birth weight and

consequences on subsequent performance. Livestock Production Science

78:63–70.

Reynolds LP, Redmer DA. 1995. Utero-placental vascular development and

placental function. J Animal Science 73:1839-1851.

Roehe R, Kalm E. 2000. Estimation of genetic and environmental risk factors

associated with pre-weaning mortality in piglets using generalized linear mixed

models. Animal Science 70:227–240.

Sihombing, DTH. 2006 Ilmu Peternakan Babi. Gajah Mada University Press,

Yogyakarta Cetakan kedua.

Sudjatmogo, Utomo B, Subhiarta, Manalu W, Ramelan. 2001. Tampilan

produksi susu akibat peningkatan pertumbuhan ambing sapi perah Friesian

Holstein yang disuntik pregnant mare serum gonadotrophin pada program

perkawinannya. J Pengembangan Peternakan Tropis 26:8-13.

Smith AL, Stalder KJ, Serenius TV, Baas TJ, Mabry JW. 2007. Effect of piglet

birth weight on weights at weaning and 42 days post weaning. J Swine Health

Prod. 15: 213–218.

Spencer TE, Bazer FW. 2004. Uterine and placental factors regulating conceptus

growth in domestic animals. J Animal Science 82:E4-E13.

Page 55: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

30

Tuchscherer M, Puppe B, Tuchscherer A, Tiemann U. 2000. Early identification

of neonates at risk: Traits of newborn piglets with respect to survival.

Theriogenology 54:371–388.

Vallet JL, Leymaster KA, Christenson RK. 2003. The influence uterine fuction on

embryonic and fetal survival. J Animal Science 80: 67-74.

Zindove TJ, Dzomba EF, Kanengoni AT, Chimonyo M. 2014. Variation in

individual piglet birth weights in a Large White × Landrace sow herd.

SouthAfrican J Animal Science 44: 80-84.

.

4. PERBAIKAN PERFORMANS PRODUKSI TERNAK BABI

MELALUI PENINGKATAN SEKRESI ENDOGEN HORMON

KEBUNTINGAN DENGAN CARA PENYUNTIKAN INDUK

DENGAN PMSG DAN HCG SEBELUM PENGAWINAN

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan anak-anak babi unggul dengan

fenotipe pertumbuhan dan daya hidup yang lebih baik selama pertumbuhan

pascalahir dengan cara menyuntik induk babi dengan gonadotropin sebelum

pengawinan. Penelitian terdiri atas dua tahapan. Pada penelitian tahap pertama,

12 ekor induk babi dikelompokkan ke dalam 2 kelompok, 1) kelompok kontrol,

yaitu induk yang disuntik dengan NaCl 0,9% (NSO) dan 2) kelompok yang

disuntik dengan PG600 sebelum pengawinan (SO). Parameter yang diukur ialah

fenotipe pertumbuhan dan daya hidup anak pada saat lahir dan selama periode

prasapih. Pada tahap kedua, 24 anak babi lepas sapih dari percobaan tahap

pertama (umur 8 minggu) dipilih (6 jantan) dan (6 betina) dari kelompok NSO

dan 6 jantan dan 6 betina dari kelompok SO) untuk digunakan dalam pengukuran

kinerja pertumbuhan pascasapih. Babi percobaan dibesarkan dan diamati sampai

umur 28 minggu (7 bulan). Bobot badan diukur setiap bulan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa perbaikan lingkungan uterus dengan cara penyuntikan induk

dengan gonadotropin sebelum pengawinan secara dramatis memperbaiki bobot

lahir anak dengan bobot lahir per induk yang lebih seragam. Perbaikan bobot

lahir dan keseragaman bobot lahir akhirnya memperbaiki kinerja pertumbuhan

prasapih dan kelangsungan hidup anak yang pada akhirnya secara dramatis

meningkatkan bobot sapih dan total bobot anak yang disapih per ekor induk.

Setelah penyapihan, anak babi yang dilahirkan oleh induk yang disuntik

gonadotropin tumbuh lebih cepat dengan bobot badan yang lebih tinggi sekitar 10

kg dibandingkan dengan kontrol pada umur 7 bulan. Disimpulkan bahwa anak

babi unggul dapat dihasilkan melalui perbaikan sekresi endogen hormon

kebuntingan selama kebuntingan.

Kata kunci: Bobot lahir, fenotipe pertumbuhan, daya hidup anak, pertumbuhan

postnatal, pertumbuhan pascalahir

Page 56: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

30

Tuchscherer M, Puppe B, Tuchscherer A, Tiemann U. 2000. Early identification

of neonates at risk: Traits of newborn piglets with respect to survival.

Theriogenology 54:371–388.

Vallet JL, Leymaster KA, Christenson RK. 2003. The influence uterine fuction on

embryonic and fetal survival. J Animal Science 80: 67-74.

Zindove TJ, Dzomba EF, Kanengoni AT, Chimonyo M. 2014. Variation in

individual piglet birth weights in a Large White × Landrace sow herd.

SouthAfrican J Animal Science 44: 80-84.

.

4. PERBAIKAN PERFORMANS PRODUKSI TERNAK BABI

MELALUI PENINGKATAN SEKRESI ENDOGEN HORMON

KEBUNTINGAN DENGAN CARA PENYUNTIKAN INDUK

DENGAN PMSG DAN HCG SEBELUM PENGAWINAN

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan anak-anak babi unggul dengan

fenotipe pertumbuhan dan daya hidup yang lebih baik selama pertumbuhan

pascalahir dengan cara menyuntik induk babi dengan gonadotropin sebelum

pengawinan. Penelitian terdiri atas dua tahapan. Pada penelitian tahap pertama,

12 ekor induk babi dikelompokkan ke dalam 2 kelompok, 1) kelompok kontrol,

yaitu induk yang disuntik dengan NaCl 0,9% (NSO) dan 2) kelompok yang

disuntik dengan PG600 sebelum pengawinan (SO). Parameter yang diukur ialah

fenotipe pertumbuhan dan daya hidup anak pada saat lahir dan selama periode

prasapih. Pada tahap kedua, 24 anak babi lepas sapih dari percobaan tahap

pertama (umur 8 minggu) dipilih (6 jantan) dan (6 betina) dari kelompok NSO

dan 6 jantan dan 6 betina dari kelompok SO) untuk digunakan dalam pengukuran

kinerja pertumbuhan pascasapih. Babi percobaan dibesarkan dan diamati sampai

umur 28 minggu (7 bulan). Bobot badan diukur setiap bulan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa perbaikan lingkungan uterus dengan cara penyuntikan induk

dengan gonadotropin sebelum pengawinan secara dramatis memperbaiki bobot

lahir anak dengan bobot lahir per induk yang lebih seragam. Perbaikan bobot

lahir dan keseragaman bobot lahir akhirnya memperbaiki kinerja pertumbuhan

prasapih dan kelangsungan hidup anak yang pada akhirnya secara dramatis

meningkatkan bobot sapih dan total bobot anak yang disapih per ekor induk.

Setelah penyapihan, anak babi yang dilahirkan oleh induk yang disuntik

gonadotropin tumbuh lebih cepat dengan bobot badan yang lebih tinggi sekitar 10

kg dibandingkan dengan kontrol pada umur 7 bulan. Disimpulkan bahwa anak

babi unggul dapat dihasilkan melalui perbaikan sekresi endogen hormon

kebuntingan selama kebuntingan.

Kata kunci: Bobot lahir, fenotipe pertumbuhan, daya hidup anak, pertumbuhan

postnatal, pertumbuhan pascalahir

Page 57: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

31

IMPROVEMENT OF PIGLET PRODUCTION PERFORMANCE

THROUGH INCREASING OF ENDOGENOUS SECRETION OF

PREGNANT HORMONES BY INJECTION OF SOWS WITH PMSG AND

HCG BEFORE MATING

ABSTRACT

An experiment was conducted to produce superior pigs with improved

growth phenotypes and survival during postnatal growth by injecting the sows

with gonadotropin prior to mating. The experiment consisted of 2 stages. In the

first stage, 12 sows were divided into 2 groups i.e., sows injected with NaCl0.95%

as a control (NSO) and sows injected with PG600 (SO) prior to mating.

Parameters measured were growth phenotypes and survival at birth and during

pre-weaning period. In the second stage, 24 of weaned pigs (age 8 weeks) from

the first stage were selected (6 males and 6 females from NSO group and 6 males

and 6 females from SO group) to be used for measurement of growth performance.

The experimental pigs were raised and observed until the age of 28 weeks (7

month). The body weights were measured monthly. The results of the

experiment showed that improvement of uterine environment by gonadotropin

injection of the sows prior to mating dramatically improved birth weight with a

very homogenous birth weight within litter size. Improved birth weight and

within-litter variation of birth weight improved pre-weaning growth performance

and survival that finally dramatically increased weaning weight and total weight

of weaned pigs per sow. After weaning, pigs born to SO sows grew faster and

had around 10 kg higher body weight as compared to control at the age of 7

month. It was concluded that superior pigs could be produced by improving

endogenous secretion of pregnant hormone during pregnancy.

Keywords: Birth weight, growth phenotypes, survival, prenatal growth, postnatal

growth

PENDAHULUAN

Pada hewan mammalia, produktivitas ditentukan oleh keberhasilan

reproduksi untuk menghasilkan anak dan keturunan yang akan digunakan sebagai

induk atau untuk dipotong sebagai penghasil daging. Pembatas utama dalam

produksi ternak mammalia ialah bobot badan lahir yang rendah di bawah normal

dengan konsekuensi daya tahan hidup yang rendah dengan tingkat mortalitas yang

tinggi sebelum penyapihan. Bobot badan lahir yang rendah dan keragaman bobot

lahir yang tinggi antar anak dalam satu induk sangat berkorelasi dengan

penurunan daya tahan hidup dengan laju pertumbuhan pascalahir yang rendah

(Milligan et al., 2002; Quiniou et al. 2002). Bobot lahir pada hewan mammalia

merupakan hasil akhir dari suatu proses pertumbuhan dan perkembangan prenatal

yang kompleks di dalam uterus selama periode kebuntingan (Foxcroft et al. 2009,

2006). Pertumbuhan dan perkembangan embrio dan fetus selama kebuntingan

Page 58: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

32

ditentukan oleh pertumbuhan dan perkembangan uterus dan plasenta (Fowden et

al, 2008, Spencer dan Bazer, 2004) dan perkembangan sistem pembuluh darah

pada utero-plasenta (Reynolds dan Redmer, 1995) yang akan mempengaruhi dan

menentukan aliran nutrien dan oksigen ke fetus yang sedang berkembang

(Fowden et al. 2006). Berbagai macam hormon dan faktor pertumbuhan lokal

akan mempengaruhi dan mengatur pertumbuhan dan perkembangan uterus dan

plasenta (Fowden et al. 2005) yang pada akhirnya akan menentukan pertumbuhan

dan perkembangan fetus.

Estrogen dan progesteron adalah hormon kunci dalam pengaturan

pertumbuhan dan perkembangan uterus pada hewan mammalia. Selama siklus

estrus, estrogen disintesis oleh follikel yang sedang tumbuh dan berkembang dan

kemudian, setelah ovulasi, progesteron disintesis dan disekresi oleh korpus luteum

dan oleh plasenta setelah plasentasi (Ash dan Heap 1975; Flowers et al. 1991;

Przała et al. 1985). Hormon-hormon inilah yang mengawali perubahan histologis

awal pada jaringan uterus sebagai persiapan untuk implantasi dan pertumbuhan

dan perkembangan uterus dan embrio pada awal kebuntingan yang diikuti oleh

pertumbuhan dan perkembangan fetus dan plasenta sampai kelahiran (Gray et al.

2001; Spencer dan Bazer 2004, 2002; Spencer et al. 2004). Pertumbuhan uterus

dan plasenta yang rendah dan kurang optimum akan membatasi pertumbuhan dan

perkembangan embrio dan fetus dan yang pada akhirnya menurunkan bobot lahir

dan daya tahan hidup anak yang baru lahir (Ohtaki et al. 2012).

Pada hewan politokus, peningkatan jumlah folikel dan korpus luteum yang

tumbuh dan berkembang dan jumlah fetus di dalam uterus tidak linear dengan

peningkatan sekresi endogen hormon kebuntingan. Terdapat indikasi penurunan

rasio hormon kebuntingan (progesteron dan estrogen) per fetus selama periode

kebuntingan yang berkaitan dengan penurunan bobot lahir dengan meningkatnya

jumlah anak sekelahiran atau litter size. Dengan demikian, perbaikan sekresi

hormon kebuntingan selama periode kebuntingan diharapkan akan dapat

memperbaiki persiapan uterus untuk implantasi dan untuk pertumbuhan dan

perkembangan uterus untuk mendukung pertumbuhan prenatal fetus.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa suplementasi estradiol dan

progesteron secara intravaginal terbukti memperbaiki perkembangan embrio

(Chlopek et al.2008) dan penambahan progesteron dan estrogen secara eksogen

terbukti memperbaiki perkembangan plasenta (Dalton dan Knight 1983) yang

pada akhirnya mendukung pertumbuhan prenatal yang optimum. Perbaikan

sekresi endogen hormon kebuntingan dengan cara penyuntikan induk babi dengan

gonadotropin seperti SH, LH, PMSG, dan HCG sebelum pengawinan

menunjukkan pengaruh yang positif pada pertumbuhan dan perkembangan uterus

dan fetus selama periode kebuntingan (Mege et al. 2007) yang pada akhirnya

memperbaiki bobot lahir, pertumbuhan anak pascalahir, dan daya tahan hidup dan

survival anak (Lapian et al. 2013; Mege et al. 2006).

Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh perbaikan sekresi

endogen hormon kebuntingan melalui penyuntikan induk dengan gonadotropin

sebelum pengawinan pada pertumbuhan dan perkembangan prenatal fetus yang

akan diwujudkan dalam perbaikan fenotipe pertumbuhan anak babi pada saat lahir.

Pengaruh perbaikan pertumbuhan dan perkembangan prenatal fetus telah

dievaluasi pada pertumbuhan dan kelangsungan hidup anak setelah lahir sampai

dewasa.

Page 59: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

33

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di peternakan babi Kalasey, Kecamatan Pineleng,

Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara. Babi percobaan yang digunakan

adalah 36 ekor induk babi keturunan Landrace dengan kisaran bobot badan 100-

120 kg. Hormon yang digunakan untuk meningkatkan sekresi endogen hormon

kebuntingan adalah PMSG dan hCG (PG 600 intervet Netherland) dan untuk

peneyerentakan berahi digunakan prostaglandin (Lutalyse, Intervet Netherland).

Induk dipelihara di kandang individu dan diberikan pakan pagi dan sore hari dan

air minum ad libitum.

Tahapan Pelaksanaan Penelitian:

Penelitian terdiri atas 2 tahap. Pada tahap pertama 12 ekor babi disuntik

dengan 1 mL prostaglandin (PGF2α) dua kali dengan interval waktu 14 hari untuk

melakukan sinkronisasi estrus. Pada suntikan kedua atau 3 hari sebelum estrus,

babi percobaan dibagi menjadi 2 kelompok; masing-masing kelompok terdiri atas

6 ekor induk babi. Kelompok pertama disuntik secara intramuskuler dengan NaCl

0.9% dan digunakan sebagi kontrol. Kelompok kedua disuntik secara

intramuskuler dengan PMSG dan hCG dengan dosis 400/200 IU (SO). Babi

percobaan yang menunjukkan gejala berahi dikawinkan dengan cara mencampur

dengan pejantan. Parameter yang diukur adalah bobot badan yang lahir hidup dan

bobot badan mingguan sampai penyapihan. Panjang badan, tinggi tungkai depan,

dan tinggi tungkai belakang saat lahir dan sapih juga diukur.

Pada tahap kedua, 24 babi yang disapih (8 minggu) dari tahap pertama

dipilih untuk digunakan untuk pengukuran kinerja pertumbuhan selama periode

pascasapih untuk digunakan dalam pengukuran kinerja pertumbuhan selama

periode pascasapih. Dua belas babi jantan dan betina dipilih dari babi yang

dilahirkan oleh induk SO dan 12 ekor babi jantan dan betina dari babi yang

dilahirkan oleh induk NSO. Babi percobaan dibesarkan dan diamati sampai umur

28 mnggu (7 bulan). Selama pengamatan, bobot badan diukur setiap bulan.

Perbedaan antara parameter yang diukur pada kedua kelompok eksperimen diuji

dengan analisis varians.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa superovulasi dengan

menggunakan PMSG dan hCG meningkatkan rataan bobot lahir per ekor sebesar

31,09% (1,56 kg vs 1,19kg) (Tabel 3) dan koefisien keragaman SO sebesar

7,27% yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan NSO(21,26%). Selain itu,

babi yang disuntik dengan PMSG dan hCG sebelum kawin memiliki total babi

lahir hidup jauh lebih tinggi per induk (54,68%) dibandingkan dengan babi

nonsuperovulasi (Tabel 3).

Page 60: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

34

Tabel 3 Bobot lahir, total bobot lahir hidup, panjang badan, tinggi tungkai

depan, dan tinggi tungkai belakang pada saat lahir pada babi NSO dan

SO.

Parameters

Kelompok

NSO1

SO2

Bobot lahir (kg/ekor)

1,19±0,12a

1,56±0,07b

Totalbobot lahir hidup (kg/induk) 11,65±2,08a 18,02±1,49

b

Panjang badan lahir (cm) 31,04±1,64a

33,08±1,17b

Tinggi tungkai depan lahir (cm) 11,59±1,07a

12,93±1,12b

Tinggi tungkai belakang lahir (cm)

12,78±1,20a

14,90±1,28b

1NSO adalah kelompok induk babi kontrol yang tidak disuntik PMSG dan

hCG sebelum pengawinan. 2SO adalah kelompok induk babi yang disuntik PMSG dan hCG sebelum

pengawinan. a,b

Rataan dengan superskrip yang berbeda pada baris yang sama berbeda

secara nyata (P<0,05).

Keragaman total bobot lahir hidup sangat rendah pada anak babi SO,yaitu

sebesar 3,92% sementara untuk NSO adalah 20,16%. Babi yang disuperovulasi

memiliki tubuh yang lebih panjang sebesar 6,56% dibandingkan dengan anak babi

yang dilahirkan oleh induk nonsuperovulasi dengan keragaman panjang tubuh

lebih homogen dan lebih rendah (4,18% vs 8,58%) (P<0,05). Tungkai depan anak

babi SO lebih tinggi sebesar 11,56% dibandingkan dengan tungkai depan anak

babi NSO dengan keragaman 4,33% dan 7,83%. Ketinggian tungkai belakang

untuk babi yang dilahirkan oleh induk yang disuperovulasi lebih tinggi 16,59%

dibandingkan anak babi yang dilahirkan oleh induk nonsuperovulasi dengan

keragaman masing-masing 5,21% dan 7,70% (P<0,05).

Faktor prenatal dan postnatal berpengaruh pada kelangsungan hidup babi.

Lingkungan rahim pada induk babi sebelum kelahiran sangat penting bagi

kelangsungan hidup anak babi. Pada babi, sekresi uterus, faktor pertumbuhan dan

pengiriman nutrisi oleh rahim mempengaruhi tingkat pertumbuhan,

perkembangan, dan daya hidup. Kenaikan hormon progesteron pada awal

kehamilan mempercepat sekresi protein, meningkatkan sekresi estrogen dan

konsepsi, dan memperbesar ukuran embrio (Vallet et al. 2002). Dengan demikian,

penelitian dengan penyuntikan PMSG dan hCG sebelum pengawinan

meningkatkan progesteron dan estrogen pada induk yang disuperovulasi juga

menstimulasi peningkatan pertumbuhan prenatal dan perbaikan lingkungan uterus

dan plasenta. Superovulasi dengan PMSG dan hCG secara signifikan

meningkatkan sekresi endogen estrogen dan progesteron dan tiroksin selama

kebuntingan dan selanjutnya meningkatkan pertumbuhan rahim dan plasenta yang

mendukung pertumbuhan dan perkembangan embrio dan fetus yang pada

akhirnya meningkatkan bobot lahir dan kelangsungan hidup (Mege et al. 2006,

2007).

Page 61: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

35

Peningkatan pertumbuhan prenatal dan bobot badan lahir pada babi SO

akhirnya meningkatkan kinerja pertumbuhan postnatal dan kelangsungan hidup

keterunan sampai menyapih dan dewasa. Babi yang lahir dari induk yang

disuperovulasi memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih cepat selama periode

prasapih dibandingkan dengan babin yang lahir dari induk nonsuperovulasi (tabel

6), seperti yang ditunjukan oleh kemiringan yang lebih tinggi dari regresi laju

pertumbuhan.

Gambar 5 Pertumbuhan bobot badan sebelum lepas sapih perminggu

Dengan bobot lahir yang lebih baik dan kinerja pertumbuhan prasapih, maka

kinerja reproduksi juga meningkat yang akhirnya mempengaruhi produktivitas

ternak. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak berbeda tingkat pertumbuhan

babi jantan dan betina pada SO dan juga untuk jantan dan betina NSO tidak

berbeda, meskipun untuk pertumbuhan secara numerik lebih tinggi pada babi

jantan dari betina. Pada anak babi yang dilahirkan oleh induk babi SO

menunjukkan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi secara signifikan setelah

penyapihan (P<0,05) dibandingkan dengan NSO.

Tingkat pertumbuhan pada babi yang induknya disuperovulasi dan

nonsuperovulasi diperkirakan adalah masing-masing 1,80 dan 1,54 kg/minggu.

Kisaran tingkat pertumbuhan prasapih babi yang lahir dari induk yang

disuperovulasi adalah 250,34-263,61 g/babi/hari, sedangkan babi yang lahir dari

induk NSO adalah 181,63-240,20 g/babi/hari. Dengan tingkat pertumbuhan yang

lebih cepat, babi SO memiliki bobot badan sapih 21,14% lebih tinggi

dibandingkan dengan babi nonsuperovulasi yang lahir dengan tingkat keragaman

bobot sapih (1,97% dan 7,40%) (P<0,05) masing-masing pada babi yang

disuperovulasi dan nonsuperovulasi. Selama pertumbuhan prasapih, babi SO yang

y = 1.8001x + 0.5105

R² = 0.9701

y = 1.5355x + 0.4396

R² = 0.9773

0

2

4

6

8

10

12

14

16

0 2 4 6 8

bo

bo

t b

ad

an

(k

g)

umur pascalahir (minggu)

SO

NSO

Linear (SO)

Linear (NSO)

Page 62: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

36

lahir memiliki angka kematian yang lebih rendah (9,07% vs 36,75%) dengan

tingkat hidup yang tinggi (90,93% vs 63,25%) (P<0,05). Peningkatan bobot lahir,

prasapih, kelangsungan hidup prasapih akhirnya meningkatkan pertumbuhan dan

produktivitas total sapih seperti yang ditunjukkan oleh peningkatan total bobot

sapih perinduk SO sebesar 21% dibandingkan dengan babi yang NSO (Tabel 3).

Kenaikan bobot sapih yang tinggi tidak disumbangkan oleh tinggi tungkai

depan dan tinggi tungkai belakang selama periode prasapih. Ukuran linear tubuh

anak babi NSO dan SO tidak berbeda secara statistik, meskipun pertumbuhan babi

SO lebih tinggi dibandingkan dengan babi NSO. Laju pertumbuhan panjang tubuh

selama periode prasapih pada anak babi SO berkisar 0,35-0,64 cm/babi/hari,

sedangkan pada babi nonsuperovulasi berkisar 0,35-0,61 cm/babi/hari.

Prediksi tingkat pertumbuhan panjang badan anak babi SO dan NSO adalah

3,37 dan 3,34 cm/babi/minggu. Laju pertumbuhan tinggi tungkai depan selama

periode prasapih pada anak babi SO berkisar 0.24-0.36 cm/babi/hari, sedangkan

pada anak babi NSO berkisar 0,21-0,34 cm/babi/hari. Prediksi tingkat

pertumbuhan tungkai depan NSO yang lahir masing-masing berkisar 2,16 dan

2,02 cm/babi/minggu. Tinggi tungkai belakang anak babi SO berkisar 0,25 – 0,39

cm/babi/hari, sedangkan pada anak babi NSO berkisar 0,24-0,35 cm /babi/hari.

Tabel 4 Mortalitas prasapih rataan laju pertambahan bobot badan dan dimensi

tubuh, dan total bobot sapih dan total bobot sapih per induk.

Parameter

Kelompok

NSO1

SO2

Mortalitas (%) 36,75±21,22a 9,70±15,5

b

Laju Pertambahan bobot badan

(g/h)/ekor

Bobot sapih (kg/ekor)

215,32±17,41b

11,78±0,87b

259,26±4,81a

14,27±0,28a

Total bobot badan sapih (kg/induk) 91,97±12,64b 111,2±1,49

a

Panjang badan sapih (cm) 45,23±1,29a

48,85±1,58a

Tinggi tungkai depan sapih (cm) 22,04±2,68a

24,51±1,14a

Tinggi tungkai belakang sapih (cm)

23,81±2,43a

26,43±1,45a

1NSO adalah kelompok induk babi kontrol yang tidak disuntik PMSG dan

hCG sebelum pengawinan. 2SO adalah kelompok induk babi yang disuntik PMSG dan hCG sebelum

pengawinan. a,b

Rataan dengan superskrip yang berbeda pada baris yang sama berbeda

secara nyata (P<0.05).

Prediksi tingkat pertumbuhan tungkai belakang anak babi SO dan anak babi NSO

masing-masing adalah 2,23 dan 2,18 cm/babi/minggu.

Page 63: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

37

Gambar 6. Pertumbuhan bobot badan babi NSO dan SO periode lepas sapih

sampai 28 minggu

Dengan bobot lahir dan kinerja pertumbuhan prasapih yang lebih baik,

kinerja pertumbuhan babi sampai umur 7 bulan telah dievaluasi. Secara umum,

hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bobot badan mingguan

dan laju pertumbuhan antara babi jantan dan betina baik yang dilahirkan oleh

induk yang disuperovulasi maupun kontrol, meskipun secara numerik babi jantan

mempunyai angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan babi betina. Akan

tetapi, babi yang dilahirkan oleh induk yang disuperovulasi mempunyai laju

pertumbuhan pascasapih yang jauh lebih tinggi (P<0,05) (Gambar 6).

Hasil penelitian yang diamati dalam penelitian ini yaitu bobot badan lahir

dan bobot badan pada umur 28 minggu anak babi jantan dan betina dari induk

super ovulasi dan induk non superovulasi.

Tabel 5 Bobot awal, bobot umur 28 minggu, pertambahan bobot badan Jantan

dan betina

Parameter SUPEROVULASI

BETINA KK JANTAN KK

BOBOT AWAL 1.82 + 0.17a 9.34 1.72 + 0.17a 9.88

BOBOT UMUR 28

MINGGU

124,45 + 4,91a 3.95 123,43 + 7,41a 6.00

PERTAMBAHAN BOBOT

BADAN/g/hari

625.68 + 24.64a 3.94 620.49 + 37.40a 6.03

NONSUPEROVULASI

BETINA KK JANTAN KK

BOBOT AWAL 1.57 + 0.20b 13.12 1.55 + 0.23b 14.84

BOBOT UMUR 28

MINGGU

112,28 3,48b 7.41 114,58 + 3,97b 3.46

PERTAMBAHAN BOBOT

BADAN/g/hari

564.88 + 17.13b 3.03 576.70 + 19.55b 3.39

y = 4.9501x - 24.723

R² = 0.9993

y = 5.2566x - 24.208

R² = 0.9995

0

20

40

60

80

100

120

140

0 10 20 30

Bo

bo

t b

ad

an

(k

g)

umur pascalahir (minggu)

NSO

SO

Linear (NSO)

Linear (SO)

Page 64: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

38

Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) (Tabel 5) menunjukkan pemberian

superovulasi pada induk babi tidak menyebabkan perbedaan bobot badan lahir

antara anak babi jantan dan betina. Bobot lahir anak babi jantan dan betina dari

induk yang diberikan superovulasi berbeda tidak nyata (P>0.05), demikian pun

untuk induk yang tidak diberi superovulasi bobot lahir anak jantan dan betina

terdapat perbedaan yang tidak nyata (P>0.05) pada bobot badan lahir anak babi

jantan dan betina. Jadi pemberian superovulasi pada induk babi menghasilkan

perbedaan yang sangat nyata (P<0.01) terhadap bobot badan lahir anak babi

dibandingkan dengan induk yang tanpa pemberian superovulasi. PMSG dan hCG

merupakan dua hormon yang memiliki kerja yang mirip FSH dan LH, yaitu

merangsang pertumbuhan sel-sel teka dan sel-sel granulosa ovarium dan turunan

luteinisasi dari sel-sel ini. Sel-sel target seperti folikel, korpus luteum, uterus dan

plasenta dapat mensintesis dan mensekresi hormon-hormon kebuntingan seperti

estrogen, progesteron, laktogen plasenta, relaksin, dan oksitosin yang pada

gilirannya disamping menstimulasi faktor-faktor pertumbuhan dan pemeliharaan

fetus selama kebuntingan, folikel selanjutnya korpus lutem dapat memaksimalkan

ekspresinya dalam perangsangan terhadap pertumbuhan embrio dan fetus sampai

embrio lahir (Bates el al. 1991; Caardenas dan Pope 2002; Estiene dan Harper

2001). Pertumbuhan dan perkembangan yang baik semasa embrio dan fetus

dikarenakan penyuntikan PMSG dan hCG memberikan respons yang baik secara

fisiologis, sekresi estrogen dan progesteron juga menstimulasi perbaikan dan

perkembangan uterus yang terus meningkat sampai akhir kebuntingan dan

memberikan nutrisi yang baik dimana fetus berada dengan tidak membedakan

kelamin jantan dan betina. Pertumbuhan dan perkembangan embrio dan fetus

selama di kandungan yang optimum dapat digambarkan oleh bobot lahir dengan

segala ukuran anak dari prasapih pertumbuhan sapih) Manalu et al. 1998, Manalu

dan Sumaryadi 1999).

Bobot badan babi pada umur 28 minggu dari induk yang diberi superovulasi

berkisar 115,50 hingga 131,50 g/ekor/hari, sedangkan babi dari induk yang tanpa

diberi superovulasi berkisar 107,80 hingga 121,90 g/ekor/hari. Pertumbuhan dan

perkembangan yang baik dari ternak yang dihasilkan mempunyai implikasi

penting untuk produksi hewan karena berpengaruh secara signifikan terhadap nilai

hewan yang diproduksi.Pemberian superovulasi pada induk babi tidak

menyebabkan perbedaan bobot badan anak babi umur 28 minggu jantan dan

betina. Jadi bobot badan pada umur 28 minggu babi jantan dan betina dari induk

yang diberikan superovulasi berbeda tidak nyata (P>0.05). Demikian pun untuk

induk yang tidak diberi superovulasi bobot anak pada umur 28 minggu antara

jantan dan betina terdapat perbedaan yang tidak nyata (P>0.05) pada bobot badan

lahir anak babi jantan dan betina.Namun bobot badan babi pada umur 28 minggu

dari induk yang diberisuperovulasi berbeda sangat nyata (P<0,01) dibandingkan

dengan induk yang tidak diberi superovulasi.

Pemberian superovulasi pada induk babi sangat nyata menghasilkan bobot

badan anak babi jantan lebih tinggi dibandingkan anak babi jantan yang dilahirkan

dari induk non superovulasi sejak minggu ke delapan sampai dengan minggu ke

dua puluh delapan. Hormon-hormon superovulasi adalah Pregnant Mare Serum

(PMSG) atau Follicle Stimulating Hormone (FSH), untuk merangsang

pertumbuhan folikular yang di ikuti oleh luteinizing hormone (LH) atau human

chorionic gonadotrophin (HCG) untuk merangsang ovulasi (Frandson,1992).

Page 65: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

39

Laju pertumbuhan pascasapih pada babi yang dilahirkan oleh induk yang

disuperovulasi sebelum pengawinan adalah 5,26 kg/bulan dan untuk babi kontrol

hanya 4,50 kg/bulan. Pada umur 7 bulan (28 minggu) postpartum, babi yang

dilahirkan oleh induk yang disuperovulasi sebelum pengawinan mempunyai bobot

badan 123,94 kg sementara babi yang dilahirkan oleh induk kontrol hanya

mencapai bobot 113,43 kg, terdapat selisih sekitar 10 kg. Jika total anak babi

yang berhasil mencapai umur potong adalah sekitar 10 ekor, peningkatan jumlah

bobot potong anak yang dihasilkan oleh seekor induk akan meningkat sekitar 100

kg. Peningkatan ini akan secara signifikan meningkatkan pendapatan peternak

selain peningkatan produktivitas secara keseluruhan.

Bobot lahir memiliki pengaruh yang signifikan pada kemampuan babi

untuk bertahan dan bersaing untuk menyusu, kemampuan termoregulasi, dan

memiliki daya kompetisi yang tinggi antarbabi dengan bobot babi yang lebih

rendah dan bobot babi yang lebih tinggi. Variasi bobot lahir juga berkontribusi

utama pada pertumbuhan prasapih, babi yang lahir dengan bobot rendah memiliki

kinerja prasapih yang lebih buruk dan bertahan hidup, meskipun litter size yang

lebih besar menghasilkan lebih banyak babi lahir rendah (Milligan et al. 2002).

Hasil penelitian ini secara umum sangat menguatkan bahwa anak babi

yang dilahirkan oleh induk yang disuperovulasi sebelum pengawinan secara

konsisten mempunyai laju pertumbuhan yang lebih tinggi selama periode

pertumbuhan pascasapih. Perbaikan laju pertumbuhan selama periode

pertumbuhan prasapih pada anak babi yang dilahirkan oleh induk yang

disuperovulasi tidak hanya disumbangkan oleh peningkatan produksi susu induk

selama laktasi (Lapian et al. 2013) karena laju pertumbuhan yang lebih tinggi

terus berlangsung selama periode pertumbuhan pascasapih pada anak babi yang

dilahirkan oleh induk yang disuperovulasi. Hal ini memberikan makna bahwa

fenotip pertumbuhan anak babi yang dihasilkan oleh induk yang disuperovulasi

mengalami perbaikan melalui perbaikan lingkungan uterus pada saat pertumbuhan

prenatal selama periode kebuntingan.Peningkatan kinerja pertumbuhan pascasapih

pada anak babi yang dilahirkan oleh induk yang disuperovulasi berkaitan dengan

perbaikan fenotip pertumbuhan selama pertumbuhan dan perkembangan fetus

selama kebuntingan yang tercermin dalam bobot lahir yang optimum dengan

bobot lahir seperindukan yang lebih homogen. Bobot lahir yang rendah dengan

variasi keragaman bobot lahir anak seperindukan yang tinggi berkorelasi tinggi

dengan penurunan daya hidup anak dan laju pertumbuhan pascalahir (Milligan et

al. 2002; Quiniou et al. 2002). Lingkungan makro dan mikro uterus dan plasenta

(nutrisi, hormonal,danfaktor-faktor lokal) diasumsikan akan berfungsi sebagai

faktor epigenetik yang mempengaruhi ekspressi genetik suatu fenotipe

tertentuyang akhirnya dapat mempengaruhi ekspresi gen pada periode hidup

individu tersebut selanjutnya (Fowden et al.2008; Foxcroft et al. 2009, 2006).

Perbaikan sekresi endogen hormon kebuntingan melalui perangsangan

pertumbuhan dan perkembangan folikel dan korpus luteum melalui penyuntikan

induk babi dengan gonadotropin eksogen seperti FSH, PMSG, atau HCG,

sebelum pengawinan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan uterus dan

plasenta dan selanjutnya memperbaiki pertumbuhan embrio dan fetus (Mege et al.

2007) dan akhirnya memperbaiki bobot lahir dan kinerja pertumbuhan pascalahir

dan kelangsungan hidup anak (Lapian et al. 2013; Mege et al. 2006). Anak babi

yang dilahirkan oleh induk yang disuperovulasi sebelum pengawinan mencapai

Page 66: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

40

bobot potong 95 kg lebih cepat sekitar 2 minggu dibandingkan dengan anak babi

kontrol dengan kualitas karkas dan daging yang lebih baik(Lapian et al. 2013).

SIMPULAN

Perbaikan lngkungan uterus selama kebuntingan dapat memperbaiki

ekspresi fenotip pertumbuhan yang pada akhirnya memperbaiki laju pertumbuhan

pascalahir dan kelangsungan hidup dan daya tahan hidup anak. Penyuntikan

gonadotropin induk sebelum pengawinan dapat menghasilkan anak unggul yang

dapat digunakan sebagai bakalan dan bibit.

DAFTAR PUSTAKA

Ash RW and RB Heap. 1975. Oestrogen, progesterone and corticosteroid

concentrations in peripheral plasma of sows during pregnancy, parturition,

lactation and after weaning. Jurnal Endocrinol. 64:141-154.

Bates RO, Day BN, Britt JH, Clark LK, Brauer MA.1991. Reproductive

performance of sows treated with a combination of pregnant mare’s serum

gonadotropin and prostaglandins during lactation.J.Anim.Sci.69:894-898.

Cardenas H, Pope WF 2002 Control of ovulation rate in swine. J.Anim.Sci.80:36-

46.

Chłopek J, P Gilun, A Tabecka-Lonczyńska, M Koziorowski andS Stefańczyk-

Krzymowska.2008. The effect of intravaginal application of estradiol and

progesterone on porcine embryo development. Pol. J. Vet. Sci.11:287-93.

Dalton DL and JW Knight. 1983. Effects of exogenous progesterone and estrone

on conceptus development in swine. J. Anim. Sci. 56:1354-1361.

Flowers B, TC Cantley, MJ Martin and BN Day. 1991. Episodic secretion of

gonadotrophins and ovarian steroids in jugular and utero-ovarian vein plasma

during the follicular phase of the oestrous cycle in gilts. J. Reprod. Fertil.

91:101-112.

FowdenAL, DA Giussani and AJ Forhead. 2005. Endocrine and metabolic

programming during intrauterine development. Early Hum. Dev.81:723–734.

Fowden AL, AJ Forhead, PM Coan and GJ Burton. 2008. The placenta and

intrauterine programming. J. Neuroendocrinol. 20:439–450.

Fowden AL, JW Ward, FPB Wooding, AJ Forheadand M Constancia. 2006.

Programming placental nutrient transport capacity. J. Physiol. 572: 5–15.

Foxcroft GR,WT Dixon, MK Dyck, S Novak, JC Harding and FC Almeida. 2009.

Prenatal programming of postnatal development in the pig. Soc. Reprod. Fertil.

Suppl. 66:213-31.

Foxcroft GR, WT Dixon, S Novak, CT Putman, SC Townand MDA Vinsky.

2006. The biological basis for prenatal programming of postnatal performance

in pigs. J. Anim. Sci. 84: E105-E112.

Page 67: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

41

Gray CA, GA Johnson, FF Bartol, BJ Tarleton, AA Wiley, FW Bazer and TE

Spencer. 2001. Developmental biology of uterine glands. Biol. Reprod.

65:1311–1323.

Lapian MTR, PH Siagian, W Manalu and R Priyanto. 2013. Carcass qualities of

finisher pig born to superovulated sows before mating. J. Veteriner 14:350-

357.

Mege RA, SH Nasution, N Kusumorini and W Manalu. 2007. Growth and

development of the uterus and placenta of superovulated gilts. Hayati J.

Biosciences 14:1-6.

Mege RA, W Manalu, N Kusumorini and SH Nasution. 2006. Effect of

superovulation on piglet production. Animal Production 8:8-15.

Milligan BN, D Fraser and DL Kramer. 2002. Within-litter birth weight variation

in the domestic pig and its relation to pre-weaning survival, weight gain, and

variation in weaning weights. Livest. Prod. Sci. 76:181–191.

Ohtaki T, M Moriyoshi, K Nakada, T Nakao and Y Sawamukai. 2012.

Relationships among steroid hormone levels in newborn piglets, birth weight,

placental weight, vitality of offspring and litter size. Anim. Sci. J. 83:644-649.

Przała J, A Grazul, T Wiesak, A Muszyńska and L Dusza. 1985. Steroid

hormones and prolactin in porcine follicular fluid in estrous cycle and early

pregnancy. Exp. Clin. Endocrinol. 86:291-296.

Quiniou N, J Dagorn and D Gaudre.2002. Variation of piglets’ birth weight and

consequences on subsequent performance. Livest. Prod. Sci. 78:63–70.

Reynolds LP and DA Redmer. 1995. Utero-placental vascular development and

placental function. J. Anim. Sci. 73:1839-1851.

Spencer TE and FW Bazer.2002. Biology of progesterone action during

pregnancy recognition and maintenance of pregnancy. Front Biosci. 7:d1879–

1898.

Spencer TE and FW Bazer. 2004. Uterine and placental factors regulating

conceptus growth in domestic animals. J. Anim. Sci. 82:E4-E13.

Spencer TE, GA Johnson, RC Burghardt and FW Bazer. 2004. Progesterone and

placental hormone actions on the uterus: Insights from domestic animals. Biol.

Reprod. 71:2–10.

Vallet JL, Leymaster KA, Christenson RK. 2002. The influence uterine fuction on

embryonic and fetal survival. J Animal Science 80: 67-74.

5. PRODUKSI TERNAK BABI UNGGUL MELALUI

PENINGKATAN SEKRESI HORMON KEBUNTINGAN

DENGAN CARA PENYUNTIKAN INDUK DENGAN

PMSG DAN HCG SEBELUM PENGAWINAN

ABSTRAK

Penelitian ini dirancang untuk mempelajari pewarisan perbaikan fenotipe

pertumbuhan pada babi yang dilahirkan oleh induk yang disuntik dengan PMSG

Page 68: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

41

Gray CA, GA Johnson, FF Bartol, BJ Tarleton, AA Wiley, FW Bazer and TE

Spencer. 2001. Developmental biology of uterine glands. Biol. Reprod.

65:1311–1323.

Lapian MTR, PH Siagian, W Manalu and R Priyanto. 2013. Carcass qualities of

finisher pig born to superovulated sows before mating. J. Veteriner 14:350-

357.

Mege RA, SH Nasution, N Kusumorini and W Manalu. 2007. Growth and

development of the uterus and placenta of superovulated gilts. Hayati J.

Biosciences 14:1-6.

Mege RA, W Manalu, N Kusumorini and SH Nasution. 2006. Effect of

superovulation on piglet production. Animal Production 8:8-15.

Milligan BN, D Fraser and DL Kramer. 2002. Within-litter birth weight variation

in the domestic pig and its relation to pre-weaning survival, weight gain, and

variation in weaning weights. Livest. Prod. Sci. 76:181–191.

Ohtaki T, M Moriyoshi, K Nakada, T Nakao and Y Sawamukai. 2012.

Relationships among steroid hormone levels in newborn piglets, birth weight,

placental weight, vitality of offspring and litter size. Anim. Sci. J. 83:644-649.

Przała J, A Grazul, T Wiesak, A Muszyńska and L Dusza. 1985. Steroid

hormones and prolactin in porcine follicular fluid in estrous cycle and early

pregnancy. Exp. Clin. Endocrinol. 86:291-296.

Quiniou N, J Dagorn and D Gaudre.2002. Variation of piglets’ birth weight and

consequences on subsequent performance. Livest. Prod. Sci. 78:63–70.

Reynolds LP and DA Redmer. 1995. Utero-placental vascular development and

placental function. J. Anim. Sci. 73:1839-1851.

Spencer TE and FW Bazer.2002. Biology of progesterone action during

pregnancy recognition and maintenance of pregnancy. Front Biosci. 7:d1879–

1898.

Spencer TE and FW Bazer. 2004. Uterine and placental factors regulating

conceptus growth in domestic animals. J. Anim. Sci. 82:E4-E13.

Spencer TE, GA Johnson, RC Burghardt and FW Bazer. 2004. Progesterone and

placental hormone actions on the uterus: Insights from domestic animals. Biol.

Reprod. 71:2–10.

Vallet JL, Leymaster KA, Christenson RK. 2002. The influence uterine fuction on

embryonic and fetal survival. J Animal Science 80: 67-74.

5. PRODUKSI TERNAK BABI UNGGUL MELALUI

PENINGKATAN SEKRESI HORMON KEBUNTINGAN

DENGAN CARA PENYUNTIKAN INDUK DENGAN

PMSG DAN HCG SEBELUM PENGAWINAN

ABSTRAK

Penelitian ini dirancang untuk mempelajari pewarisan perbaikan fenotipe

pertumbuhan pada babi yang dilahirkan oleh induk yang disuntik dengan PMSG

Page 69: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

42

dan hCG sebelum pengawinan. Dua belas induk babi telah dikelompokkan ke

dalam suatu penelitian rancangan acak lengkap dengan 3 kelompok dan masing-

masing kelompok terdiri atas 4 ekor induk babi sebagai ulangan. Kelompok

pertama terdiri atas induk babi tanpa penyuntikan PMSG dan hCG sebelum

pengawinan sebagai kelompok kontrol (NSO). Kelompok kedua terdiri atas induk

babi yang disuntik dengan PMSG dan hCG sebelum pengawinan untuk

memperbaiki sekresi endogen hormon kebuntingan yang akan memperbaiki

pertumbuhan prenatal anak babi dan kelompok ini disebut sebagai kelompok

superovulasi (SO). Kelompok ketiga terdiri atas anak babi betina yang dilahirkan

oleh kelompok induk SO yang setelah dewasa kelamin dikawinkan tanpa

penyuntikan PMSG dan hCG sebelum pengawinan dan disebut sebagai turunan

F1 superovulasi (F1SO). Jumlah induk babi yang digunakan dalam setiap

kelompok terdiri atas 2 induk dengan litter size 11 dan 2 ekor induk dengan litter

size 12 sehingga jumlah total anak babi yang diamati pada penelitian ini

berjumlah 138 ekor. Selama penelitian, induk babi percobaan dipelihara dalam

kandang individu dan diberi makan dengan pakan komersial dan air minum

tersedia secara ad libitum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyuntikan

induk babi dengan PMSG dan hCG sebelum pengawinan memperbaiki fenotip

pertumbuhan anak seperti bobot lahir, panjang badan, dan tinggi tungkai dengan

penurunan keragaman bobot lahir antaranak babi pada induk yang sama yang pada

akhirnya meningkatkan total bobot lahir hidup anak per ekor induk. Induk babi

yang disuntik dengan PMSG dan hCG sebelum pengawinan menghasilkan anak

babi dengan laju pertumbuhan prasapih yang lebih baik dengan daya hidup dan

kelangsungan hidup yang lebih tinggi dengan hasil akhir bobot sapih yang lebih

tinggi dengan total bobot anak sapih per ekor induk yang jauh lebih tinggi. Anak

babi betina yang dilahirkan oleh induk babi yang disuperovulasi setelah dewasa

dikawinkan tanpa superovulasi menghasilkan anak dengan fenotip pertumbuhan

yang sama dengan induknya yang secara signifikan lebih tinggi dan lebih baik

dibandingkan dengan fenotipe pertumbuhan anak babi kontrol (NSO). Hasil

penelitian ini secara jelas menguatkan bahwa perbaikan lingkungan uterus dan

plasenta melalui perbaikan sekresi endogen hormon kebuntingan selama

praimplantasi dan selama keseluruhan periode kebuntingan melalui penyuntikan

induk dengan PMSG dan hCG sebelum pengawinan memperbaiki fenotipe

pertumbuhan prenatal dan postnatal anak babi dan fenotipe pertumbuhan yang

diperbaiki itu ternyata diwariskan ke anak keturunannya. Disimpulkan bahwa

teknik sederhana dan yang relatif murah ini dapat digunakan untuk memperbaiki

ekspresi fenotip pertumbuhan untuk menghasilkan anak babi unggul yang dapat

digunakan sebagai bakalan atau sebagai calon induk untuk menghasilkan anak

yang unggul.

Kata kunci: PMSG, hCG, babi unggul

Page 70: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

43

PRODUCTION OF SUPERIOR PIGLET THROUGH IMPROVEMENT

OF ENDOGENOUS SECRETION OF PREGNANT HORMONES BY

INJECTION OF THE SOWS WITH PMSG AND HCG BEFORE MATING

ABSTRACT

An experiment was conducted to study the inheritance of improved growth

phenotypes in pigs born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin

(PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating. Twelve sows

were assigned into a randomized design with 3 groups and each group consisted

of 4 sows as replications. The first group consisted of sows without PMSG and

hCG injection prior to mating as a control group (NSO). The second group

consisted of sows injected with PMSG and hCG prior to mating to improve

endogenous secretion of pregnant hormones that improve prenatal growth of the

piglets (SO). The third group consisted of female pigs born to PMSG and hCG-

injected sows in SO group that were mated after maturity without PMSG and hCG

injection (F1SO). The number of sows used in each group consisted of 2 sows

with 11 litter size and 2 sows with 12 litter size at parturition and total of born

pigs observed in this study were 138 pigs. During the experiment, the

experimental sows were maintained in individual cage and fed with commercial

feed and water was available ad libitum. The results of experiment showed that

injection of the sows with PMSG and hCG prior to mating improved birth weight,

body length, and leg heights with decreased within-litter variation that finally

increased total weight of live born pigs per sow. Sows injected with PMSG and

hCG prior to mating produced pigs with higher pre-weaning growth rate and

higher survival rate with a higher weaning weight and total weaned pigs per sow.

The female pigs born to SO sows produced piglets with similar growth

phenotypes as pigs born to SO sows that was significantly higher and better that

the growth phenotypes of the pigs born to NSO sows. The results of this

experiment strongly confirm that the improvement of uterine and placental

environment by improving endogenous secretion of pregnant hormones during

pre-implantation and during the whole pregnancy by injecting the sows with

PMSG and hCG prior to mating improved prenatal and postnatal growth

phenotypes of pigs and the improved growth phenotypes were inherited to their

offspring. It was concluded that this simple and relatively cheap technique could

be used to improve growth genotype expression to produce a superior pigs that

could be used either as a finisher or as a parent stock.

Key Word: PMSG, hCG, piglet, superior piglet

PENDAHULUAN

Bobot lahir telah digunakan sebagai parameter seleksi untuk seleksi

bakalan atau bibit unggul. Bobot lahir ditentukan dan dipengaruhi oleh proses

Page 71: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

44

pertumbuhan dan perkembangan prenatal yang sangat rumit di dalam uterus

(Foxcroft et al. 2006; Foxcroft et al. 2009). Bobot lahir yang rendah dan

keragaman yang tinggi pada bobot lahir antaranak dalam satu induk berkorelasi

tinggi dengan penurunan kelangsungan dan daya tahan hidup anak dan

pertumbuhan pascalahir yang rendah (Milligan et al. 2002; Quiniou et al. 2002;).

Pertumbuhan dan perkembangan embrio dan fetus selama kebuntingan ditentukan

oleh tingkat pertumbuhan dan perkembangan uterus dan plasenta (Spencer dan

Bazer 2004; Fowden et al. 2008). Faktor hormon dan faktor pertumbuhan lokal

akan mempengaruhi dan mengatur pertumbuhan dan perkembangan uterus dan

plasenta (Fowden et al. 2005).

Perbaikan sekresi endogen hormon estrogen dan progesteron induk dengan

cara penyuntikan induk babi dengan gonadotropin seperti FSH, PMSG, atau hCG

sebelum pengawinan akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan uterus

dan plasenta dan juga pertumbuhan dan perkembangan embrio dan fetus (Mege et

al. 2007) yang pada akhirnya memperbaiki bobot lahir dan kinerja pertumbuhan

pascalahir dan daya tahan dan kelangsungan hidup anak (Mege et al. 2006; Lapian

et al.2013). Anak babi yang dilahirkan oleh induk yang disuperovulasi mencapai

bobot potong (95 kg) 2 minggu lebih awal dibandingkan dengan babi yang

dilahirkan oleh induk kontrol tanpa superovulasi (Lapian et al. 2013).

Fenomena ini mempunyai implikasi bahwa perbaikan sekresi endogen

hormon kebuntingan selama periode kebuntingan memperbaiki lingkungan uterus

dan plasenta yang pada akhirnya akan memperbaiki pertumbuhan dan

perkembangan prenatal dan postnatal dan kelangsungan hidup dan daya tahan

anak yang pada akhirnya akan terbukti pada perbaikan ekspresi fenotipe

pertumbuhan pada anak. Penelitian ini dirancang untuk mengevaluasi apakah

performans pertumbuhan yang lebih baik pada anak yang dilahirkan oleh induk

yang sekresi endogen hormon kebuntingannya selama kebuntingan diperbaiki

melalui superovulasi sebelum pengawinan dapat diwariskan ke keturunannya.

Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang melaporkan kemungkinan

produksi anak-anak unggul dengan metode epigenetik.

METODE PENELITIAN

Bahan

Penelitian ini dimulai dari bulan Desember 2012 sampai April di Peternakan

Kalasey Kecamatan Pineleng, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara.

Percobaan yang digunakan dalam penelitian ini ialah 24 induk babi keturunan

Landrace dengan bobot badan berkisar 100-120 kg. Hormon yang digunakan

untuk meningkatkan sekresi endogen adalah PMSG dan hCG (PG600 Intervet,

The Netherland) dan untuk penyerentakan berahi dipergunakan prostaglandin

(Lutalyse, Intervet, The Netherland). Induk babi dipelihara di kandang individu

dan diberikan pakan pagi dan sore hari dan air minum diberikan secara ad libitum.

Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini ialah: 24 ekor babi

induk dari keturunan Landrace dengan bobot badan berkisar 100-120 kg. Hormon

yang digunakan untuk meningkatkan sekresi endogen hormon kebuntingan adalah

Page 72: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

45

PMSG dan hCG (PG 600,Intervet,The Netherland) dan untuk penyerentakan

berahi dipergunakan prostaglandin (Lutalyse,Intervet,The Netherland).

Tahapan Pelaksanaan Penelitian.

Penelitian ini terdiri atas dua tahapan. Pada tahap pertama, 12 induk babi

diserentakkan berahinya dengan menyuntikkan prostaglandin (PGF2α) sebanyak

dua kali masing-masing tiap penyuntikan sebanyak satu mililiter dengan interval

waktu 14 hari. Pada penyuntikan PGF2α kedua, atau 3 hari sebelum berahi, induk

babi dibagi dua, masing-masing terdiri atas 6 ekor induk. Induk babi kelompok

pertama disuntik PG 600 dosis 400/200 IU secara intramuskuler dan kelompok

kedua disuntik dengan NaCl fisiologis 0,9% sebagai kontrol. Induk babi yang

menunjukkan gejala berahi dikawinkan dengan cara mencampur dengan

pejantan.Selama kebuntingan dan laktasi, babi percobaan dipelihara sesuai

manajemen peternak setempat. Parameter yang diamati adalah bobot badan lahir,

bobot badan sapih, dan dimensi tubuh anak. Bobot badan lahir per ekor diperoleh

dengan cara menimbang semua anak babi yang lahir dari seperindukan. Bobot

badan sapih perekor diperoleh dengan cara menimbang semua anak babi pada

periode penyapihan. Dimensi tubuh anak meliputi panjang badan, panjang

tungkai depan, dan panjang tungkai belakang baik pada saat lahir maupun pada

saat penyapihan.

Pada tahap kedua, 12 ekor babi dibagi kedalam 3 kelompok masing-

masing 4 ekor. Kelompok pertama (kontrol) adalah induk babi yang disuntik

dengan NaCl 0.9% (NSO). Kelompok kedua adalah induk babi yang disuntik

dengan PMSG dan hCG 400/200 IU (SO). Kelompok ketiga adalah 4 ekor induk

babi dari anak hasil superovulasi (F1SO). Sebelum pengawinan, siklus berahi babi

percobaan diserentakkan dengan penyuntikan PGF2α sebanyak dua kali masing-

masing 1 mL dengan interval waktu 14 hari. Ketika menunjukkan gejala berahi,

pejantan dimasukkan ke dalam kandang betina siap untuk mengawini babi berahi.

Selama masa kebuntingan, babi dipelihara di kandang individu yang dilengkapi

tempat makan dan minum sampai beranak dan siap disapih. Parameter yang

diamati adalah bobot badan lahir, bobot badan sapih, dan dimensi tubuh anak.

Bobot badan lahir per ekor diperoleh dengan cara menimbang semua anak babi

yang lahir dari seperindukan. Bobot badan sapih perekor diperoleh dengan

menimbang anak pada periode penyapihan. Dimensi tubuh anak yang meliputi

panjang badan, panjang tungkai depan, dan panjang tungkai belakang diukur pada

saat lahir dan penyapihan.

Prosedur Analisis Data

Data dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan

dengan uji Duncan dengan selang kepercayaan 95% (α=0.05). Analisis

keseluruhan dengan menggunakan perangkat lunak Minitab 16.

Page 73: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

46

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rataan bobot badan lahir, panjang badan lahir, tinggi tungkai depan lahir

dan tinggi tungkai belakang lahir disajikan pada Tabel 5. Bobot badan lahir anak

babi SO dan F1SO meningkat masing-masing sebesar 33,89 dan 32,00% (P<

0,05), dibandingkan dengan bobot badan lahir anak babi NSO. Koefisien

keragaman bobot badan lahir pada babi SO (5,24%) dan F1SO (6,03%)secara

signifikan lebih rendah (P<0,05) dibandingkan dengan keragaman pada anak babi

NSO (23,25%). Perbaikan dan homogenitas parameter pertumbuhan pada anak

babi yang dilahirkan oleh indukSO diwariskan kepada keturunannya (F1SO).

Bobot badan lahir yang lebih tinggi pada anak babi SO dan F1SO juga disertai

dengan peningkatan panjang badan. Peningkatan panjang tubuh dan tinggi tungkai

depan antara SO dan F1SO lebih homogen dibandingkan babi NSO (P<0.05).

Panjang badan lahir anak babi SO dan F1SO meningkat sebesar 7,1 dan 9,4%

dibandingkan dengan babi NSO (P<0,05). Panjang badan anak babi SO dan F1SO

lebih homogen dibandingkan dengan anak babi NSO. Keragaman panjang tubuh

pada anak babi NSO adalah 7,22%. Tinggi tungkai depan pada anak babi SO dan

F1SO meningkat masing-masing 20,30 dan 21,07% dibandingkan tinggi tungkai

depan babi NSO(P<0,05). Keragaman ketinggian tungkai depan saat lahir pada

anak babi SO, F1SO, dan NSO secara berturut-turut adalah 7,24, 5,25, dan 5,41%.

Ketinggian tungkai belakang saat lahir di SO dan F1SO babi juga meningkat

20,31% dan 21,07% dibandingkan dengan babi NSO (P<0,05). Keragaman tinggi

tungkai belakang di NSO, SO, dan F1SO masing-masing adalah 9,54, 6,19, dan

6,16%.

Pada saat penyapihan, anak babi pada kelompok SO dan F1SO memiliki

bobot badan yang sama dan secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan

babi NSO (Tabel 6). Peningkatan bobot badan sapih pada anak babi SO

diwariskan kepada keturunannya F1SO. Bobot badan sapih anak babi SO dan

F1SO meningkat sebesar 19,76 dan 141% dibandingkan dengan anak babi

NSO(P<0,05). Keragaman bobot sapih pada babi NSO (9.05%) lebih tinggi

dibandingkan dengan babi SO (4,58%) dan F1SO (3,87%).

Tabel 6 Bobot badan, panjang badan, tinggi tungkai depan, tinggi tungkai

belakang lahir anak babi SO, NSO, dan F1SO

Parameter

Kelompok

SO1

NSO2

F1SO3

Bobot badan lahir (kg/ekor)

1,58±0,074

a

1,17±0,13b

1,55±0,005

a Panjang badan lahir (cm) 33,96±0,98

a 31,69±1,48b 34,69±0,40

a Tinggi tungkai depan (cm) 14,16±0,35

a 11,77±0,75b 14,25±0,38

a Tinggi tungkai belakang

(cm)

16,01±0,76a

12,98±0,62

b

16,15±0,40

a

Page 74: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

47

abSuperskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang

signifikan (P<0,05), 1SO induk yang disuntik PMSG dan hCG sebelum pengawinan,

2NSO sebagai kontrol adalah induk tanpa penyuntikan PMSG dan HCG sebelum

pengawinan, 3F1SO induk babi keturunan dari induk SO yang disuntik PMSG dan hCG

sebelum pengawinan,

Perbedaan panjang tubuh dan ketinggian tungkai depan sapih antara babi

SO, F1SO, dan NSO lebih kecil dibandingkan dengan bobot badan lahir.

Meskipun bobot badan sapih masih lebih tinggi pada babi SO dan F1SO, kenaikan

panjang badan, tinggi tungkai depan, dan tinggi tungkai belakang babi sapih

secara statistik tidak signifikan dibandingkan dengan babi NSO (P>0,05).

Peningkatan panjang badan, tinggi tungkai depan, dan tinggi tungkai belakang

pada saat penyapihan tidak diwariskan kepada keturunan F1SO. Meskipun secara

statistik tidak signifikan, panjang tubuh dan tinggi tungkai saat penyapihan lebih

rendah pada keturunan F1SO dibandingkan dengan SO. Panjang badan sapih pada

SO dan F1SO hanya meningkat sebesar 0,83 dan 1,096% dibandingkan dengan

babi NSO.

Keragaman panjang tubuh sapih pada anak babi NSO (6,24%) secara

angka lebih tinggi dibandingkan dengan anak babi SO (5,14% dan F1SO (4,57%).

Ketinggian tungkai depan saat penyapihan pada anak babi SO hanya meningkat

masing-masing sebesar 6,43 dan 4,39% dibandingkan dengan anak babi NSO.

Keragaman ketinggian tungkai depan saat penyapihan pada babi NSO,SO, dan

F1SO masing-masing adalah 5,46,4,43, dan 4,83%. Ketinggian tungkai belakang

saat penyapihan pada anak babi SO dan F1SO hanya meningkat sebesar 7,83 dan

5,51% dibandingkan dengan anak babi NSO. Keragaman ketinggian tungkai

belakang saat penyapihan pada babi NSO, SO, dan F1SO masing-masing adalah

5,50, 4,57, dan 4,82%. Produktivitas induk babi dievaluasi dengan

membandingkan total bobot badan babi lahir hidup per kelahiran, total bobot

sapih per induk babi, tingkat pertumbuhan prasapih, mortalitas prasapih pada babi

NSO, SO, dan F1SO (Tabel 6).

Tabel 7 Bobot badan, panjang badan, tinggi tungkai depan, dan tinggi tungkai

belakang pada saat sapih pada anak babi SO, NSO, dan F1SO.

Parameter

KELOMPOK

SO

1 NSO

2 F1SO

3

Bobot badan sapih (kg)

14,30±0,42

a

11,94±1,31b

13,78±0,43

a Panjang badan sapih (cm) 48,77±2,11

a 48,37±5,22a 48,90±1,54

a Tinggi tungkai depan sapih

(cm) 24,30±1,55

a 22,83±1,25a 23,88±1,30

a

Tinggi tungkai belakang

sapih (cm) 26,42±1,39

a 24,50±0,72a 25,85±1,32

a

Page 75: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

48

abSuperskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang

signifikan (P<0.05). 1SO induk yang disuntik PMSGdan hCG sebelum pengawinan.

2NSO sebagai kontrol adalah induk tanpa penyuntikan PMSG dan HCG sebelum

pengawinan. 3F1SO induk babi keturunan dari induk SO yang disuntik PMSG dan hCG

sebelum pengawinan.

. Secara umum, bobot total anak babi lahir hidup per kelahiran, total bobot

badan sapih per induk dan tingkat pertumbuhan prasapih dari babi SO dan F1SO

secara konsisten sama dan lebih tinggi dibandingkan dengan anak babi NSO

(P<0.05). Data ini sangat menunjukkan bahwa fenotip pertumbuhan yang baik

saat lahir meningkatkan pertumbuhan prasapih dan kelangsungan hidup yang

akhirnya meningkatkan produktivitas induk babi dan fenotippertumbuhan yang

diwariskan kepada keturunannya.

Total bobot babi lahir hidup per induk babi SO dan F1SO meningkat

masing-masing sebesar 37,61 dan 32,20% dibandingkan dengan induk babi NSO.

Keragaman babi lahir hidup perkelahiran pada induk SO (5,24%) dan F1SO

(6,03%) secara dramatis lebih rendah dibandingkan dengan NSO (23,25%).

Kelangsungan hidup dan tingkat pertumbuhan babi selama periode prasapih pada

anak babi yang dilahirkan oleh induk SO dan F1SO meningkat secara signifikan.

Mortalitas prasapih pada anak babi SO dan F1SO adalah sama dan secara

dramatis menurun masing-masing sebesar 67,59 dan 79,10% dibandingkan

dengan anak babi yang dilahirkan oleh induk NSO. Penurunan angka kematian

prasapih meningkat secara signifikan dan daya hidup prasapih babi anak babi SO

(42,44%) dan F1SO (49,67%) lebih tinggi dibandingkan dengan anak babi NSO

(P<0,05). Keragaman mortalitas prasapih babi NSO (38,57%) lebih tinggi

dibandingkan babi SO (12,50% dan F1SO (8,06%).. Tingkat pertumbuhan

prasapih pada anak babi SO dan F1SO meningkat masing-masing sebesar 17,07

dan 13,32%, dibandingkan dengan anak babi NSO (P<0,05). Keragaman tingkat

pertumbuhan prasapih pada anak babi NSO (20,67%) lebih tinggi dibandingkan

dengan anak babi SO (8,08% dan F1SO (7,85).

Kesamaan tingkat pertumbuhan prasapih antara babi SO dan F1SO dalam

percobaan ini sangat menguatkan bahwa fenotip pertumbuhan yang baik yang

dihasilkan oleh kondisi prenatal yang baik pada babi SO yang diwariskan kepada

keturunannya. Sebagai hasil pertumbuhan fenotip pada SO dan F1SO meningkat

secara dramatis masing-masing sebesar 46,23% dan 47,86% dibandingkan dengan

babi NSO. Keragaman bobot total anak yang disapih per induk babi NSO, SO,

dan F1SO adalah 9,07, 4,56, dan 6,08%.

Hasil penelitian menggambarkan bahwa perbaikan lingkungan uterus dan

plasenta melalui peyuntikan gonadotropin sebelum pengawinan meningkatkan

pertumbuhan dan perkembangan anak yang dilahirkan. PMSG dan hCG

merupakan hormon yang aktivitas keduanya mirip dengan FSH dan LH yang

berfungsi merangsang pertumbuhan dan perkembangan serta meningkatkan

derajat ovulasi dalam perkembangannya merangsang proliferasi sel granulosa

menstimulasi sintesis estrogen dan selanjutnya bersama merangsang proses

ovulasi (Estiene dan Harper 2003).

Page 76: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

49

Tabel 8 Total bobot lahir hidup, mortalitas prasapih, rataan laju pertumbuhan, dan

total bobot badan babi sapih per induk pada babi SO, NSO,dan F1SO.

.

Parameter

Kelompok

SO1

NSO2

F1SO3

Total bobot badan lahir hidup

(kg/induk)

17,83±1,52

a

12,95±2,009b

17,12±1,10

a

Mortalitas prasapih (%)

12,50±9,57

a 38,57±21,44

b 8,06±10,56

a Rataan laju pertumbuhan (g/hari)

257,12±11,21

a 219,62±26,09

b 248,87±8,47

a Total bobot badan sapih

(kg/induk)

146,60±7,98

a 100,25±15,68

b 148,23±11,63

a

abSuperskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaanyang

signifikan (P<0.05). 1SO induk yang disuntik PMSGdan hCG sebelum pengawinan.

2NSO sebagai kontrol adalah induk tanpa penyuntikan PMSG dan HCG

sebelumpengawinan. 3F1SO induk babi keturunan dari induk SO yang disuntik PMSG dan hCG

sebelum pengawinan.

Perkembangan korpus luteum selanjutnya mensintesis progesterone yang

merupakan hormon penting untuk implantasi dan plasentasi.

Selama kebuntingan, progesteron berperan untuk mempertahankan

kebuntingan dan fungsi semua sistem kebuntingan untuk mempertahankan dan

mensekresi serta mengangkut nutrisi ke dalam lumen uterus untuk mendukung

pertumbuhan dan perkembangan embrio dan fetus (Dunlap dan Stromshak 2004).

Pertumbuhan fetus selama di dalam kandungan digambarkan oleh bobot embrio

dan peningkatan plasenta, bobot lahir tinggi, tinggi dan panjang badan anak

(Mege et al. 2007,2006; Lapian et al. 2013). Peningkatan plasenta dan janin

merupakan refleksi dari ekspresi gen pertumbuhan yang ditunjukkan dengan

bobot lahir yang lebih baik dan tingkat keragaman yang kecil.

Pertumbuhan prasapih meningkat pada anak babi yang dilahirkan oleh induk

yang mengalami superovulasi sebelum perkawinan.Variasi bobot lahir

berkontribusi pada kelangsungan anak sampai usia sapih, dengan bobot lahir yang

lebih ringan memiliki tingkat pertumbuhan yang rendah dan lebih lambat untuk

mencapai bobot potong (Milligan et al. 2001).Peningkatan bobot lahir yang baik

terjadi karena peningkatan sekresi endogen hormonkebuntingan yang akan

memperbaiki lingkungan uterus dan plasenta. Perbaikan plasenta juga akan

memperbaiki aliran darah sehingga meningkatkan transportasi nutrisi yang baik

yang disebabkan karena peningkatan aliran darah dengan demikian nutrisi ke

janin juga meningkat selama perkembangan prenatal (Milligan et al. 2002;

Quiniou et al. 2002).

Page 77: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

50

Fenotipe pertumbuhan anak babi lahir dapat ditingkatkan melalui proses

epigenetik dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan uterus dan

plasenta. Perkembangan embrio bergantung pada keterkaitan antara nutrisi dan

regulasi hormon dan faktor pertumbuhan (Fix et al. 2010). Bobot badan lahir

rendah berimplikasi pada kinerja pertumbuhan prasapih yang rendah, memiliki

laju pertumbuhan rendah dan lebih lambat mencapai bobot sapih yang baik.

Sebaliknya, kinerja bobot badan lahir yang tinggi memiliki kinerja pertumbuhan

prasapih yang baik seperti yang dapat dilihat pada penelitian ini. Keragaman

bobot badan lahir merupakan kontribusi yang baik dimana kinerja bobot lahir

yang baik memberikan kelangsungan hidup anak yang baik, peningkatan bobot

sapih, usia potong, dan kualitas karkas yang baik yang pada gilirannya

meningkatkan produktivitas babi (Milligan et al. 2001; Lapian et al. 2013).

Dengan demikian, peningkatan sekresi endogen hormon-hormon

kebuntingan selama periode kebuntingan pada induk yang disuperovulasi

meningkatkan ekspresi gen pertumbuhan dan pada babi superovulasi memperbaiki

bobot lahir dan fenotipe pertumbuhan anak dan diwariskan serta memberi

kontribusi penyediaan bibit unggul yang berkualitas. Penelitian sebelumnya

menunjukkan bahwa penggunaan gonadotropin eksogen atau superovulasi

meningkatkan perkembangan folikel dan ovulasi dan perkembangan korpus lutea

yang meningkatkan sekresi endogen estrogen dan progesteron. Peningkatan

sintesis estrogen dan progesteron memperbaikilingkungan uterus dan kualitas

embrio dan meningkatkan keberhasilan transfer embrio dan peningkatan kinerja

reproduksi pada babi (Angel et al. 2014; Arlaud et al. 2010; Hazelegeret et al.

2000)

SIMPULAN

Perbaikan sekresi endogen hormon kebuntingan melalui penyuntikan PMSG

dan hCG dapat memperbaiki fenotipe pertumbuhan anak yang diturunkan ke

anaknya sehingga dapat digunakan untuk menghasilkan bibit unggul.

DAFTAR PUSTAKA

Angel, M.A., Gil, M.A., Cuello, C., Sanchez-Osorio,J., Gomis, J., Parrilla, I., Vila,

J., Colina, I., Diaz, M., Reixach, J., Vazquez, J.L., Vazquez, J.M., Roca, J.,

Martinez, E.A. 2014. The effects of superovulation of donor sows on ovarian

response and embryo development after nonsurgical deep-uterine embryo

transfer. Theriogenology. 81, 832-839.

Arlaud, J.J., Baker, L., Williams, R.L., French, A.J., 2010. Oestrous

synchronization, ovarian superovulation and intraspecific transfers from a

closed breeding colony of inbred SLA miniature pigs. Reprod. Domest. Anim.

45, 951-958.

Dunlap K A, Stomshak F.2004. Nongenomic inhibition of oxytocin binding by

progesterone in the ovine uterus. Biol.Rep.79:65-68.

Page 78: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

51

Estiene J M Harper A F, 2003. Uses of PG600 in swine breeding herd

management http://ext.vt.edu/news/livestock/aps-0344.html.

Fix J S, Cassady J P, Holl J W, Herring W O, Culbertson M S, See M T. 2010.

Effect of piglet birth weight on survival and quality of commercial market

swine. Livest Prod. Sci, 132:98-106.

Fowden A L, Giussani D A, Forhead, A J. 2005. Endocrine and metabolic

programming during intrauterine development. Early Hum. Dev. 81, 723-734.

Fowden, A.L., Forhead, A.J., Coan, P.M., Burton, G.J., 2008. The placenta and

intrauterine programming. J.Neuroendocrinol. 20: 439–450.

FowdenA.L.,Ward, J.W.,Wooding, F.P.B., Forhead, A.J., Constancia, M., 2006.

Programming placental nutrient transport capacity. J. Physiol. 572: 5–15.

Foxcroft, G.R., 2012. Reproduction in farm animals in an era of rapid genetic

change: will genetic change outpace our knowledge of physiology?

Reprod.Domest. Anim. 47 Suppl 4: 313-319.

Foxcroft, G.R., Dixon, W.T., Dyck, M.K., Novak, S., Harding, J.C., Almeida, F.C.

2009. Prenatal programming of postnatal development in the pig. Soc. Reprod.

Fertil.Suppl. 66: 213-31.

Foxcroft, G.R., Dixon, W.T., Novak, S., Putman, C.T., Town, S.C., Vinsky,

M.D.A., 2006. The biological basis for prenatal programming of postnatal

performance in pigs. J. Anim. Sci 84, E105-E112.

Hazelegert, W., Bouwman, E.G., Noordhuizen, J.P., Kemp, B., 2000. Effect of

superovulation induction on embryonic development on day 5 and subsequent

development and survival after nonsurgical embryo transfer in

pigs.Theriogenology 53: 1063-1070.

Lapian, M.T.R., Siagian, P.H., Manalu, W., Priyanto, R., 2013.Carcass qualities

of finisher pig born to superovulated sows before mating. J. Veteriner 14: 350-

357.

Mege, R.A., Manalu, W., Kusumorini, N., Nasution, S.H., 2006. Effect of

superovulation on piglet production. Animal Production 8: 8-15.

Mege, R.A., Nasution, S.H., Kusumorini, N., Manalu, W., 2007. Growth and

development of the uterus and placenta of superovulated gilts. Hayati J.

Biosciences 14: 1-6.

Milligan, B. N., Fraser, D., Kramer, D.L., 2001. Birth weight variation in the

domestic pig: effect on spring survival, weight gain and suckling behavior.

Applied Animal Behaviour Science 73: 179-191.

Milligan, B. N., Fraser, D., Kramer, D.L., 2002. Within-litter birth weight

variation in the domestic pig and its relation to pre-weaning survival, weight

gain, and variation in weaning weights. Livest. Prod. Sci. 76, 181–191.

Ohtaki, T., Moriyoshi, M., Nakada, K., Nakao, T., Sawamukai, Y., 2012.

Relationships among steroid hormone levels in newborn piglets, birth weight,

placental weight, vitality of offspring and litter size. Anim. Sci. J. 83: 644-649.

Quiniou, N., Dagorn, J., Gaudre, D., 2002. Variation of piglets’ birth weight and

consequences on subsequent performance. Livest. Prod. Sci. 78: 63–70.

Reynolds, L.P.,Redmer,.D.A., 1995. Utero-placental vascular development and

placental function. J. Anim. Sci.73: 1839-1851.

Spencer, T.E., Bazer, F.W., 2002. Biology of progesterone action during

pregnancy recognition and maintenance of pregnancy. Front Biosci. 7: d1879–

1898.

Page 79: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

52

Spencer, T.E.,Bazer, F.W., 2004. Uterine and placental factors regulating

conceptus growth in domestic animals. J. Anim. Sci.82: E4-E13.

Spencer, T.E., Johnson, G.A., Burghardt, R.C., Bazer, F.W., 2004. Progesterone

and placental hormone actions on the uterus: Insights from domestic animals.

Biol.Reprod. 71: 2–10.

PEMBAHASAN UMUM

Penelitian dengan menggunakan perlakuan superovulasi pada induk babi

kampung (native) dan eksotik terbukti telah mampu memperbaiki lingkungan

uterus yang berakibat pada peningkatan bobot badan lahir, daya hidup dan laju

pertumbuhan prasapih, bobot sapih serta total bobot sapih perekor induk. Pada

hewan mamalia, produktivitas ditentukan oleh keberhasilan reproduksi untuk

menghasilkan anak dan keturunannya.

PMSG dan hCG sebagai hormon eksogen merupakan hormon

gonadotropin yang dihasilkan dengan aktivitas biologik “like” FSH dan hCG

berfungsi meningkatkan aktivitas FSH dan LH endogen dalam proses

folikulogenesis. PMSG memiliki kadar asam sialat yang tinggi yang dapat

mengakibatkan waktu paruh yang cukup panjang dibandingkan dengan

gonadotropin endogen. Dengan demikian pada babi memiliki kemampuan dimana

folikel matang membantu perkembangan folikel kurang matang, olehnya aktivitas

tersebut didukung oleh kemampuan hormon PMSG yang mempunyai waktu

paruh yang lebih lama olehnya menyebabkan lebih banyak jumlah folikel yang

matang untuk selanjut terjadi peningkatan derajat ovulasi, kemudian selanjutnya

mekanisme sekresi estrogen dan progesteron terjadi peningkatan.

Estrogen dan progesteron adalah hormon kunci dalam pengaturan dan

perkembangan uterus pada mamalia. Hormon-hormon inilah yang mengawali

perubahan histologis awal pada jaringan uterus sebagai persiapan untuk implantasi

dan pertumbuhan uterus dan embrio pada awal kebuntingan yang diikuti dengan

pertumbuhan dan perkembangan fetus dan plasenta sampai kelahiran.

Pertumbuhan uterus dan plasenta yang rendah dan kurang optimum akan

membatasi pertumbuhan dan perkembangan embrio dan fetus dan yang pada

akhirnya menurunkan bobot badan lahir dan daya tahan hidup anak yang baru

lahir.

Pada hewan politokus, peningkatan jumlah folikel dan korpus luteum yang

tumbuh dan berkembang dan jumlah fetus di dalam uterus tidak linear dengan

peningkatan sekresi kebuntingan. Terdapat indikasi penurunan rasio hormon

kebuntingan (progesteron dan estrogen) per fetus selama periode kebuntingan

yang berkaitan dengan penurunan bobot lahir dengan meningkatnya jumlah anak

sekelahiran atau litter size. Dengan demikian, perbaikan sekresi hormon

kebuntingan selama periode kebuntingan dapat memperbaiki persiapan uterus

untuk implantasi dan untuk pertumbuhan dan perkembangan uterus untuk

mendukung pertumbuhan prenatal. Faktor prenatal dan postnatal berpengaruh

pada kelangsungan hidup babi. Lingkungan rahim pada induk babi sebelum

kelahiran sangat penting bagi kelangsungan hidup anak babi. Pada babi sekresi

Page 80: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

52

Spencer, T.E.,Bazer, F.W., 2004. Uterine and placental factors regulating

conceptus growth in domestic animals. J. Anim. Sci.82: E4-E13.

Spencer, T.E., Johnson, G.A., Burghardt, R.C., Bazer, F.W., 2004. Progesterone

and placental hormone actions on the uterus: Insights from domestic animals.

Biol.Reprod. 71: 2–10.

PEMBAHASAN UMUM

Penelitian dengan menggunakan perlakuan superovulasi pada induk babi

kampung (native) dan eksotik terbukti telah mampu memperbaiki lingkungan

uterus yang berakibat pada peningkatan bobot badan lahir, daya hidup dan laju

pertumbuhan prasapih, bobot sapih serta total bobot sapih perekor induk. Pada

hewan mamalia, produktivitas ditentukan oleh keberhasilan reproduksi untuk

menghasilkan anak dan keturunannya.

PMSG dan hCG sebagai hormon eksogen merupakan hormon

gonadotropin yang dihasilkan dengan aktivitas biologik “like” FSH dan hCG

berfungsi meningkatkan aktivitas FSH dan LH endogen dalam proses

folikulogenesis. PMSG memiliki kadar asam sialat yang tinggi yang dapat

mengakibatkan waktu paruh yang cukup panjang dibandingkan dengan

gonadotropin endogen. Dengan demikian pada babi memiliki kemampuan dimana

folikel matang membantu perkembangan folikel kurang matang, olehnya aktivitas

tersebut didukung oleh kemampuan hormon PMSG yang mempunyai waktu

paruh yang lebih lama olehnya menyebabkan lebih banyak jumlah folikel yang

matang untuk selanjut terjadi peningkatan derajat ovulasi, kemudian selanjutnya

mekanisme sekresi estrogen dan progesteron terjadi peningkatan.

Estrogen dan progesteron adalah hormon kunci dalam pengaturan dan

perkembangan uterus pada mamalia. Hormon-hormon inilah yang mengawali

perubahan histologis awal pada jaringan uterus sebagai persiapan untuk implantasi

dan pertumbuhan uterus dan embrio pada awal kebuntingan yang diikuti dengan

pertumbuhan dan perkembangan fetus dan plasenta sampai kelahiran.

Pertumbuhan uterus dan plasenta yang rendah dan kurang optimum akan

membatasi pertumbuhan dan perkembangan embrio dan fetus dan yang pada

akhirnya menurunkan bobot badan lahir dan daya tahan hidup anak yang baru

lahir.

Pada hewan politokus, peningkatan jumlah folikel dan korpus luteum yang

tumbuh dan berkembang dan jumlah fetus di dalam uterus tidak linear dengan

peningkatan sekresi kebuntingan. Terdapat indikasi penurunan rasio hormon

kebuntingan (progesteron dan estrogen) per fetus selama periode kebuntingan

yang berkaitan dengan penurunan bobot lahir dengan meningkatnya jumlah anak

sekelahiran atau litter size. Dengan demikian, perbaikan sekresi hormon

kebuntingan selama periode kebuntingan dapat memperbaiki persiapan uterus

untuk implantasi dan untuk pertumbuhan dan perkembangan uterus untuk

mendukung pertumbuhan prenatal. Faktor prenatal dan postnatal berpengaruh

pada kelangsungan hidup babi. Lingkungan rahim pada induk babi sebelum

kelahiran sangat penting bagi kelangsungan hidup anak babi. Pada babi sekresi

Page 81: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

53

uterus, faktor pertumbuhan, pengiriman nutrisi oleh rahim mempengaruhi tingkat

pertumbuhan, perkembangan dan daya hidup. Kenaikan hormon progesteron pada

awal kehamilan mempercepat sekresi protein, meningkatkan sekresi estrogen dan

konsepsi dan memperbesar ukuran embrio. Dengan demikian penelitian dengan

penyuntikan PMSG dan hCG sebelum pengawinan meningkatkan progesterone

dan estrogen pada induk yang disuperovulasi juga menstimulasi peningkatan

pertumbuhan prenatal dan perbaikan uterus dan plasenta. Superovulasi dengan

PMSG dan hCG secara signifikan meningkatkan sekresi endogen estrogen dan

progesterone dan selama kebuntingan dan selanjutnya meningkatkan

pertumbuhan rahim dan plasenta yang mendukung pertumbuhan dan

perkembangan embrio dan fetus yang pada akhirnya meningkatkan bobot lahir

dan kelangsungan hidup. Bobot lahir telah digunakan sebagai parameter seleksi

untuk seleksi bakalan atau ternak unggul. Bobot lahir ditentukkan dan dipengaruhi

oleh pertumbuhan dan perkembangan prenatal yang sangat rumit di dalam uterus.

Pada penelitian selanjutnya terhadap F1SO (dari turunan anak induknya

disuperovulasi yang kemudian telah menjadi induk) kemudian dikawinkan tanpa

dilakukan superovulasi, juga anak-anak yang dihasilkan memiliki bobot badan

lahir, bobot badan sapih dan laju pertumbuhan prasapih yang tidak berbeda nyata

dengan hasil dari induk yang disuperovulasi. Fenomena ini menarik untuk

dipelajari lebih lanjut karena didapatkannya perbaikan fenotipe pertumbuhan dan

peningkatan produktivitas induk yang meningkat drastic tanpa perbaikan

managemen dan kualitas pakan secara umum.

Efektivitas peningkatan sekresi hormon kebuntingan melalui superovulasi

untuk meningkatkan ekspresi gen pertumbuhan selama fase differensiasi

embrional babi dan meningkatkan fenotipe pertumbuhan pascalahir. Estrogen dan

progesteron memegang peranan penting dalam mengendalikan pertumbuhan

uterus dan plasenta serta perkembangan. Peningkatan estrogen dan sekresi selama

siklus estrus diikuti dengan peningkatan sintesis dan sekresi progesteron dan

korpus luteum setelah ovulasi oleh plasenta (Ash dan Heap 1975; Flawers et

al.1991; Przala et al. 1985). Hormon-hormon memprakarsai perubahan histologis

dalam uterus dalam persiapan implantasi dan pertumbuhan dan perkembangan

uterus dan embrio pada awal kehamilan diikuti oleh pertumbuhan dan

perkembangan embrio dan plasenta sampai partus (Gray et al.2001; Spencer dan

Bazer 2004, 2002; Spencer et al. 2004). Uterus dan plasenta yang kurang baik

akan menurunkan bobot lahir dan vitalitas neonatal (Ohtaki et al. 2012). Bobot

lahir memiliki pengaruh yang sangat signifikan pada kemampuan bertahan hidup,

kompetitif antarsesamanya dalam usaha memperoleh susu, kemampuan bertahap

terhadap lingkungan dan jika berat lahir kurang maka mempengaruhi kinerja dan

menurunkan tingkat produktivitas ternak (Milligan etal. 2001; Fix et al. 2010).

Peningkatan sekresi endogen hormon kebuntingan melalui penyuntikan

hormon eksogen gonadotropin, seperti FSH, PMSG, dan HCG sebelum

pengawinan meningkatkan pertumbuhan uterus dan plasenta dengan pertumbuhan

dan perkembangan embrio dan fetus. Pertumbuhan fetus selama di dalam

kandungan yang digambarkan oleh bobot lahir, tinggi dan panjang badan anak,

dan pertumbuhan prasapih meningkat pada anak babi yang dilahirkan oleh induk

yang mengalami superovulasi sebelum perkawinan. Penelitian ini membuktikan

bahwa peningkatan sekresi endogen hormon-hormon kebuntingan selama periode

kebuntingan pada induk yang disuperovulasi meningkatkan ekspresi gen

Page 82: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

54

pertumbuhan. Pada ternak babi politokus, superovulasi tetap dapat digunakan

untuk memperbaiki bobot lahir dan fenotipik pertumbuhan anak sebagai bakalan

atau bibit yang mempunyai keunggulan pertumbuhan.

Ternak babi adalah hewan yang memiliki kemampuan dengan satu kelahiran

menghasilkan sejumlah anak. Walaupun demikian, produktivitas pada ternak

prolifik belum maksimal yang dapat digambarkan dengan tingginya kematian

embrio selama periode kebuntingan, tingginya keragaman jumlah anak

sekelahiran perinduk serta rendahnya bobot lahir anak sekelahiran dan tingginya

mortalitas prasapih menjadikan penurunan fenotipik pertumbuhan.

Perbaikan sekresi endogen hormon kebuntingan dapat dilakukan dengan

cara sederhana melalui penyuntikan gonadotropin, misalnya PMSG (pregnant

mare serum gonadotropin) dan hCG (human chorionic gonadotropin). Teknologi

sederhana ini bertujuan meningkatkan derajat ovulasi dan menstimulasi

pertumbuhan dan perkembangan folikel mensekresi estrogen dan peningkatan

ovulasi dan sekresi progesteron yang selanjutnya memperbaiki lingkungan uterus

dan proses plasentasi. Penelitian penggunaan PMSG dan HCG telah dilakukan

memperbaiki pertumbuhan embrio dan fetus (Manalu et al. 1998, Adriani et al.

2007, Mege et al. 2006, 2007) dan meningkatkan pertumbuhan bobot lahir dan

memperpendek usia potong (Lapian et al. 2013).

Hasil penelitian pada babi lokal (Tabel 1) menunjukkan perbaikan fenotipe

pertumbuhan yang sangat tinggi dibandingkan dengan kontrol. Hasil ini secara

umum meningkatkan daya tahan hidup, laju pertumbuhan prasapih, dan bobot

sapih serta total bobot sapih per ekor induk pada babi lokal. Hasil ini

menunjukkan bahwa teknologi ini sangat efektif digunakan pada babi lokal

dengan tingkat litter size yang rendah dengan keberhasilan reproduksi yang secara

umum lebih rendah dibandingkan dengan babi ras. Perbaikan kinerja reproduksi

ini akan memberi dampak ekonomi yang baik pada peternak. Dengan bobot lahir

yang baik, kelangsungan hidup dan bobot sapih yang tinggi sangat

menguntungkan bagi usaha peternakan dengan produktivitas reproduksi yang

tinggi.

Pengembangan produktivititas ternak ditentukan oleh kualitas bibit yang

ada. Produksi bibit biasanya membutuhkan seleksi dan program pemuliaan yang

rumit dan lama. Dengan demikian, penyediaan bibit ternak untuk dipelihara

sampai siap dipasarkan sangat menentukan keberhasilan produksi. Perbaikan

lingkungan uterus dan plasenta selama perkembangan embrio dan fetus ternak

mamalia akan mempengaruhi perkembangan dan diferensiasi sel-sel dan ekspresi

gen yang selanjutnya akan mempengaruhi kualitas hidup dan ekspresi gen anak

yang dihasilkan. Perbaikan ekspresi gen selama perkembangan embrio dan fetus

diharapkan akanterus diwariskan kepada anaknya sehingga bisa diwariskan pada

keturunan selanjutnya. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa fenotipe

pertumbuhan anak dapat ditingkatkan melalui proses epigenetik dimana

fenotippertumbuhan yang lebih baik itu bisa diwariskan ke keturunannya. Teknik

ini akan lebih penting lagi digunakan untuk memperbaiki genotip pertumbuhan

ternak lokal Indonesia yang sudah beradaptasi dengan lingkungan tropika lembap

Indonesia. Dengan daya adaptasi yang sudah baik ini akan mendukung

produktivitas melalui perbaikan ekspresi genotip pertumbuhan dan lingkungan.

Satu aspek yang menonjol dari penelitian ini ialah bahwa didapatkan

perbaikan fenotipe pertumbuhan dan produktivitas induk yang meningkat drastis

Page 83: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

55

tanpa perbaikan manajemen dan kualitas pakan secara umum. Walaupun hasil

penelitian Lapian et al. (2013) menunjukkan bahwa induk babi menunjukkan

peningkatan konsumsi pakan, tapi anak babi hasil superovulasi tumbuh dengan

laju yang lebih baik tanpa peningkatan konsumsi pakan yang signifikan. Selain

itu juga, teknologi ini tidak memerlukan perbaikan manajemen. Dengan

demikian, teknologi ini dapat diterapkan pada peternak kecil tradisional dan juga

pada pemeliharaan secara ekstensif. Penelitian awal pada kambing kacang yang

dilepas liar tanpa pemberian pakan di Kabupaten Kupang menunjukkan hasil yang

tetap tinggi, yaitu produktivitas induk meningkat hampir dua kali lipat pada induk

kambing yang disuperovulasi sebelum pengawinan (Andriyanto et al. 2014,

pengamatan yang belum diterbitkan).

SIMPULAN DAN SARAN

1. Perbaikan sekresi endogen hormon kebuntingan memperbaiki bobot

badan lahir, bobot badan sapih dan peningkatan kinerja hidup prasapih

dengan peningkatan daya hidup anak babi usia sapih

2. Sifat unggul yang dimiliki memiliki sifat pengulangan dari induk kepada

anak-anak babi ke generasi berikutnya.

SARAN

Modifikasi mekanisme perbaikan lingkungan rahim yang baik

meningkatkan ekspresi genotip pertumbuhan memerlukan penelitian lanjut pada

tingkat DNA.

Superovulasi dengan penggunaan hormon PMSG dan hCG ini ternyata

bisa memperbaiki uterus diharapkan menjadi inspirasi untuk menggali pengganti

hormon yang diharapkan juga memiliki fenomena dari hasil penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, S Adi, S Toha, W Manalu, I K Sutama. 2007. Pertumbuhan prenatal

dalam kandungan kambing melalui superovulasi. Hayati 14(2):44-48.

Ash, R.W., Heap, R.B. 1975. Oestrogen, progesterone and corticosteroid

concentrations in peripheral plasma of sows during pregnancy, parturition,

lactation and after weaning. J Endocrinol.64: 141-154.

Fix J S, Cassady J P, Holl J W, Herring W O, Culbertson M S, See M T. 2010.

Effect of piglet birth weight on survival and quality of commercial market

swine. Livest Prod. Sci, 132:98-106.

Flowers, B., Cantley, T.C., Martin, M.J., Day, B.N. 1991.Episodic secretion of

gonadotrophins and ovarian steroids in jugular and utero-ovarian vein plasma

during the follicular phase of the oestrous cycle in gilts.

J.Reprod.Fertil.91:101-112.

Page 84: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

56

Gray, C.A., Johnson, G.A., Bartol, F.F., Tarleton, B.J., Wiley, A.A., Bazer, F.W.,

Spencer, T.E., 2001. Developmental biology of uterine glands. Biol.Reprod.

65: 1311–1323.

Lapian, M.T.R., Siagian, P.H., Manalu, W., Priyanto, R., 2013. Carcass qualities

of finisher pig born to superovulated sows before mating. J. Veteriner 14:350-

357.

Manalu W dan M Y Sumaryadi 1998. Mammary gland onces at the end of

lactation in Javanese thin-thail ewes with different litter sizes. AJAS 11(6):

646-654.

Mege, R.A., Manalu, W., Kusumorini, N., Nasution, S.H., 2006. Effect of

superovulation on piglet production. Animal Production 8:8-15.

Mege, R.A., Nasution, S.H., Kusumorini, N., Manalu, W., 2007. Growth and

development of the uterus and placenta of superovulated gilts. Hayati J.

Biosciences 14:1-6.

Milligan, B. N., Fraser, D., Kramer, D.L., 2001. Birth weight variation in the

domestic pig: effect on spring survival, weight gain and suckling behavior.

Applied Animal Behaviour Science 73: 179-191.

Ohtaki, T., Moriyoshi, M., Nakada, K., Nakao, T., Sawamukai, Y., 2012.

Relationships among steroid hormone levels in newborn piglets, birth weight,

placental weight, vitality of offspring and litter size. Anim. Sci. J. 83: 644-649.

Przała, J., Grazul, A., Wiesak, T., Muszyńska, A., Dusza, L., 1985. Steroid

hormones and prolactin in porcine follicular fluid in estrous cycle and early

pregnancy. Exp.Clin.Endocrinol. 86: 291-296.

Spencer, T.E., Bazer, F.W., 2002. Biology of progesterone action during

pregnancy recognition and maintenance of pregnancy. Front Biosci. 7: d1879–

1898.

Spencer, T.E.,Bazer, F.W., 2004. Uterine and placental factors regulating

conceptus growth in domestic animals. J. Anim. Sci. 82: E4-E13.

Spencer, T.E., Johnson, G.A., Burghardt, R.C., Bazer, F.W., 2004. Progesterone

and placental hormone actions on the uterus: Insights from domestic animals.

Biol.Reprod. 71: 2–10.

Page 85: PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN ... · born to sows injected with pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG) prior to mating

57

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, 16 September 1962 dari orang tua W.E Rayer

dan Clara Kountul. Pendidikan sarjana ditempuh di jurusan pendidikan biologi

FPMIPA IKIP Negeri Manado masuk tahun 1981 dan menyelesaikan studi tahun

1985. Pada tahun 1991 diterima di program S-2 pada program studi Biologi

Reproduksi Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan menamatkan pada

tahun 1994. Kesempatan untuk melanjutkan program doktor pada program studi

Ilmu-ilmu Faal dan Khasiat Obat (IFO) Departemen Anatomi Fisiologi dan

Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor pada tahun 2009, mendapatkan beasiswa pendidikan diperoleh

dari Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Penulis bekerja sebagai dosen di

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Manado.