Problematika Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013 Muatan ...
PROBLEMATIKA GURU DALAM PEMBELAJARAN DARING DI … · 2020. 11. 21. · Judul : Problematika Guru...
Transcript of PROBLEMATIKA GURU DALAM PEMBELAJARAN DARING DI … · 2020. 11. 21. · Judul : Problematika Guru...
PROBLEMATIKA GURU DALAM PEMBELAJARAN DARING DI TENGAH PANDEMI COVID-19 (STUDI KASUS GURU IPS
SMPN 3 SELAYAR)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh Andi Asywid Nur
NIM. 105381113816
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
SEPTEMBER, 2020
iv
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda-tangan di bawah ini: Nama : ANDI ASYWID NUR
Nim : 105381113816
Jenjang : Strata Satu (S1)
Program Studi : Pendidikan Sosiologi
Judul : Problematika Guru Dalam Pembelajaran Daring di Tengah Pandemi
Covid-19 (Studi Kasus Guru IPS SMPN 3 Selayar)
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi ini merupakan hasil penelitian,
pemikiran dan pemaparan asli saya sendiri. Saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-
bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagai bahan
yang pernah diajukan untuk gelar atau ijasah pada Unismuh Makassar atau perguruan tinggi
lainnya.
Apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan
ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan peraturan yang berlaku di
Unismuh Makassar.
Demikian pernyataan ini saya buat.
Makassar, September 2020 Yang membuat Pernyataan,
ANDI ASYWID NUR Nim. 105381113816
v
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda-tangan di bawah ini: Nama : ANDI ASYWID NUR
Nim : 105381113816
Jenjang : Strata Satu (S1)
Program Studi : Pendidikan Sosiologi
Judul : Problematika Guru Dalam Pembelajaran Daring di Tengah Pandemi
Covid-19 (Studi Kasus Guru IPS SMPN 3 Selayar)
Dengan ini menyatakan bahwa:
Skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri, bukan
hasil jiblakan dan tidak dibuat oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima
sanksi apabila pernyataan ini tidak benar
Makassar, September 2020 Yang membuat Pernyataan,
ANDI ASYWID NUR Nim. 105381113816
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Ketika Sholat Menjadi Kebiasaan
Maka Sukses Akan Menjadi
Kepastian. Insyaallah
PERSEMBAHAN
Alhamudillah, atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelasaikan skripsi ini dengan baik. Karya sederhana ini
kupersembahkan untuk kedua orang tua tercinta yang sering mengatakan bahwa sesibuk apapun dirimu, jangan pernah meninggalkan sholat serta kakak dan adik yang senantiasa menyayangiku, berdo’a dengan tulus dan ikhlas serta selalu
mengharapkan kesuksesanku
vii
ABSTRAK
Andi Asywid Nur 2020. Problematika Guru Dalam Pembelajaran Daring di Tengah Pandemi Covid-19 (Studi Kasus Guru IPS SMPN 3 Selayar). Skripsi. Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pemibimbing I Ayahanda Jamaluddin Arifin dan Ayahanda Sudarsono sebagai pembimbing II.
Masalah utama dalam penelitian ini adalah peneliti ingin mengungkapkan bagaimana kendala atau disebut dengan “Problematika” guru IPS SMPN 3 Selayar dalam pembelajaran daring di tengah pandemic covid-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui problematika guru dalam pembelajaran daring dan solusi praktis guru dalam menerapkan pembelajaran daring. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancaran dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini adalah (1) Akses jaringan internet yang tidak mamadai selama proses pembelajaran daring berlangsung. (2) Guru “debt collector” yaitu dalam melaksanakan proses belajar mengajar secara daring, guru hanya memberikan tugas-secara terus menerus dan menagih tugas pada saat waktu yang telah ditentukan. (3) Dalam pelaksanaan pembelajaran daring, guru masih gagap dalam penguasaan teknologi sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran daring masih sulit memilih aplikasi yang relevan dan cara mengajar masih belum bervariasi. (4) Pelaksanaan pembelajaran daring sangat mempengaruhi kondisi psikis siswa yang dimana dalam pembelajaran daring siswa tersebut mengalami kebosanan dan malas mengikuti pembelajaran. Adapun solusi praktis guru dalam menerapkan pembelajaran daring yakni dengan menerapkan pembelajaran secara luring dengan mengunjungi dari rumah kerumah yang dimana dalam proses pembelajaran luring siswa sangat aktif dalam proses pembelajaran dibandingkan pembelajaran daring yang tidak dapat terlaksana secara efektif
Kata Kunci: Problematika, Guru IPS, Pembelajaran Daring
viii
ABSTRACT
Andi Asywid Nur 2020. Teacher Problems in Online Learning in the Middle of the Covid-19 Pandemic (Case Study of Social Studies Teacher at SMPN 3 Selayar). Thesis. Department of Sociology Education, Faculty of Teacher Training and Education, Muhammadiyah University of Makassar. Advisor I Father Jamaluddin Arifin and Father Sudarsono as mentor II.
The main problem in this study is that the researcher wants to reveal how the obstacles or what is called the “Problems” of the Social Studies teachers at SMPN 3 Selayar in online learning amid the Covid-19 pandemic. This study aims to determine teacher problems in online learning and teacher practical solutions in implementing online learning. This type of research is descriptive qualitative, using a case study approach. Data collection techniques in this study were observation, interviews and documentation.
The results of this study are (1) Inadequate internet network access during the online learning process. (2) The teacher "debt collector", namely in carrying out the teaching and learning process online, the teacher only gives assignments continuously and collects assignments at the specified time. (3) In the implementation of online learning, teachers are still stuttering in mastering technology so that in the implementation of online learning it is still difficult to choose relevant applications and teaching methods are still not varied. (4) The implementation of online learning greatly affects the psychological condition of the students, where in online learning the student experiences boredom and is lazy to take part in learning. The practical solution for teachers in implementing online learning is by implementing offline learning by visiting from home to home where in the offline learning process students are very active in the learning process compared to online learning which cannot be implemented effectively Keywords: Problems, Social Studies Teacher, Online Learning
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal ini. Shalawat serta salam
tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya. Dalam
penyusunan proposal ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak
terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan proposal ini,
baik dari hal pengetahuan,waktu dan waktu. Karena penulis yakin tapa bantuan
dan dukungan tersebut, sehingga proposal ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu,
penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Bapak Prof. Dr. H. Ambo
Asse, M.Ag serta para Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bapak Erwin Akib, S.Pd.,
M.Pd., Ph. D serta para Wakil Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi Bapak Drs. H. Nurdin, M.Si
dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Sosiologi Bapak Kaharuddin,
S.Pd., M.Pd., Ph. D beserta seluruh staffnya.
4. Bapak Jamaluddin Arifin, S.Pd., M.Pd sebagai pembimbing I (satu) dan
Bapak Sudarsono, S.Pd., M.Pd. sebagai pembimbing II (dua) yang telah
x
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan tang tekah memberikan ilmunya kepada
penulis, semoga Bapak dan Ibu dosen selalu dalam rahmat dan lindungan
Allah SWT. Sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat
dikemudian hari.
6. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat special penulis
hanturkan dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua orang tua
penulis tercinta, Ayahanda Nur Hasli dan Ibunda Andi Nirwana serta
kakak Andi Aswan Nur dan Adik Andi Ashari Nur yang segala
pengorbanannya tak akan pernah penulis lupakan atas jasa-jasa mereka.
Doa restu, nasihat dan petunjuk dari mereka yang merupakan dorongan
moril yang paling efektif bagi kelanjutan studi penulis hingga saat ini.
7. Keluarga besar SMPN 3 Selayar yang telah memberikan bantuan penulis
untuk mendapatkan informasi yang mendukung penyelesaian skripsi ini.
8. Bapak pimpinan beserta para staf perpustakaan pusat, perpustakaan
Fakultas dan keguruan, atas segala kemudahan yang diberikan kepada
penulis untuk mendapatkan referensi yang mendukung penyelesaian
skripsi ini.
9. Kawan-kawanku mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi
khususnya kawan-kawan seperjuangan kelas D yang selalu memberikan
support kepada penulis.
xi
Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan mendapatkan pahala dari
rahmat Allah SWT. Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin ya Rabbal a’lamin.
Unismuh Makassar, September 2020
Andi Asywid Nur
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN .................................................................................. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ............................................................. vii
ABSTRAK BAHASA INGGRIS .................................................................. viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 8
A. Konsep Dasar Pembelajaran ................................................................ 8
1. Pengertian Pembelajaran ................................................................ 8
2. Hakikat Pembelajaran .................................................................... 9
xiii
3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran ........................................................ 10
B. Penerapan Pembelajaran Daring .......................................................... 12
C. Tipe-tipe Pembelajaran Daring ............................................................ 14
D. Covid-19 .............................................................................................. 15
E. Landasan Teori .................................................................................... 17
F. Kerangka Pikir .................................................................................... 21
G. Penelitian Relevan ................................................................................ 24
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 27
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian........................................................... 27
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 28
C. Fokus Penelitian dan Sub Fokus Penelitian ......................................... 29
D. Informan Penelitian .............................................................................. 30
E. Jenis dan Sumber Data Penelitian ........................................................ 30
F. Instrumen Penelitian ............................................................................ 31
G. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 32
H. Teknik Analisis Data ............................................................................ 35
I. Teknik Keabsahan Data ...................................................................... 37
J. Etika Penelitian .................................................................................... 39
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .......................... 40
A. Profil Kabupaten Selayar ..................................................................... 40
1. Kabupaten Selayar ......................................................................... 40
2. Letak Geografis .............................................................................. 41
xiv
3. Keadaan Penduduk ......................................................................... 43
4. Keadaan Pendidikan ....................................................................... 44
B. Profil SMPN 3 Selayar ......................................................................... 45
1. SMPN 3 Selayar ............................................................................. 45
2. Letak Geografis .............................................................................. 48
3. Keadaan Penduduk ......................................................................... 49
4. Keadaan Pendidikan ....................................................................... 49
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 51
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 51
1. Problematika Guru IPS SMPN 3 Selayar Dalam Pembelajaran
Daring di Tengah Pandemi Covid-19 ............................................ 51
2. Solusi Praktis Guru IPS SMPN 3 Selayar Dalam Menerapkan
Pembelajaran Daring di Tengah Pandemi Covid-19 ...................... 65
B. Pembahasan .......................................................................................... 71
1. Problematika Guru IPS SMPN 3 Selayar Dalam Pembelajaran
Daring di Tengah Pandemi Covid-19 ............................................ 71
2. Solusi Praktis Guru IPS SMPN 3 Selayar Dalam Menerapkan
Pembelajaran Daring di Tengah Pandemi Covid-19 ...................... 77
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 80
A. Kesimpulan .......................................................................................... 80
B. Saran ..................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 82
xv
LAMPIRAN .................................................................................................... 84
xvi
DAFTAR TABEL
No Tabel Halaman
Tabel 1 Lokasi Penelitian…………………………………………..28
Tabel 2 Waktu Pelaksanaan Penelitian……………………………..29
Tabel 3 Jumlah Sekolah Kabupaten Selayar………………………..45
xvii
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Halaman
Gambar 1 Bagan Kerangka Pikir……………………………………...23
Gambar 2 Langkah-langkah Analisis data…………….………………36
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan suatu negara yang berkembang. Dalam rangka
peningkatan kesejahteraan suatu negara, hal yang perlu dibenahi yaitu kondisi
sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang produktif dapat ditingkatkan
kualitasnya melalui diselenggarakannya pendidikan secara formal maupun
informal. Pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting untuk mewujudkan
manusia yang berilmu, bertaqwa serta mampu membentuk suatu karakter. Dengan
pendidikan maka akan melahirkan peserta didik yang cerdas serta mempunyai skil
dan kompetensi untuk dikembangkan di tengah-tengah masyarakat. Pendidikan
sangat dibutuhkan dalam kelangsungan dan kesejahteraan hidup seseorang.
Pendidikan juga sebagai usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar
siswa dapat secara aktif mengembangkan potensi yang ada pada dirinya sehingga
mampu untuk menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat perkembangan
ilmu dan teknologi. Pendidikan yang berkualitas sangat diperlukan dalam upaya
untuk mendukung terciptannya manusia yang cerdas dan mampu bersaing di era
globalisasi. Dalam menghadapi suatu perkembangan di bidang ilmu pengetahuan,
maka pemerintah berupaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut
sesuai dengan tujuan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional.
Pendidikan terdiri dari beberapa komponen di dalamnya. Salah satu
komponen dalam pendidikan yang terpenting adalah guru. Guru memegang peran
utama dalam pembangunan pendidikan khususnya yang diselenggarakan secara
formal. Guru sangat menentukan keberhasilan peserta didik terutama dalam
kaitannya tentang proses pembelajaran. Alton dalam (Gurney 2007: 90)
menerangkan bahwa kualitas suatu pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru
merupakan suatu kegiatan yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan
terjadinya suatu proses pembelajaran bagi peserta didik. Oleh karena itu, guru
merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan
hasil pendidikan yang berkualitas. Dalam artian khusus, guru tidak semata-mata
sebagai pengajar yang melaksanakan transfer of knowledge, tetapi juga sebagai
pendidik yang berkewajiban melaksanakan transfer of values dan sekaligus
sebagai pelatih yang mampu melakukan transfer of skill, serta mampu menjadi
pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar
(Isjoni 2007: 49). Guru dalam arti yang sangat luas tidak sebatas memberikan
bahan-bahan pengajaran tetapi mampu menjangkau etika maupun estetika
perilaku dalam menghadapi tantangan kehidupan di masyarakat.
Di tengah pandemi covid-19 yang melanda seluruh negeri di belahan dunia
yang membuat was-was semua kalangan masyarakat. Covid-19 adalah keluarga
besar virus yang menyebabkan pada manusia dan hewan. Covid-19 merupakan
penyakit menular yang berarti dapat menyebar, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dan dari satu orang ke orang lain. Kondisi ini menyerang sistem
pernapasan seperti hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Virus ini pertama kali
dilaporkan pada badan WHO pada tanggal 31 Desember 2019 dan negara yang
pertama terkonfirmasi yaitu negara Cina tepatnya di kota Wuhan tak terkecuali
Indonesia. Berdasarkan data WHO diperoleh bahwa covid-19 telah menjadi
pandemi global dengan 4.534.0731 kasus positif yang terkonfirmasi di 216 negara
di seluruh dunia (2020-05-17). Indonesia turut menjadi bagian salah satu negara
yang terkena pandemi covid-19, hal ini terkonfirmasi setelah Presiden Jokowi
bersama Menteri kesehatan Terawan Agus Putranto, senin 2 maret 2020 yang
menyatakan 2 orang orang warga negara Indonesia yang berasal dari Depok
positif terinfeksi covid-19 dan sedang dirawat di rumah sakit penyakit infeksi
Prof. Dr. Sulianti Saroso yang bertempat di Jakarta Utara. Total jumlah kasus
covid-19 di Indonesia pada 8 Juni 2020, jumlah kasus baru 847 orang, kasus
positif 32.033 orang, pasien dirawat 19.246 orang, pasien sembuh 10.904 orang,
pasien meninggal 1.883 jiwa, PDP masih diawasi 14.010 orang dan ODP masih di
pantau 38.791 orang.
Dampak yang ditimbulkan dari covid-19 telah mengubah berbagai aspek
dan salah satunya dalam dunia pendidikan. Banyak negara yang memutuskan
untuk penutupan sekolah, perguruan tinggi bahkan pula universitas. Semakin
parahnya, hal ini terjadi dengan begitu cepat dan sangat luas. Hasil laporan ABC
News 7 maret 2020, penutupan sekolah terjadi lebih dari puluhan negara sebab
covid-19. Menurut data organisasi pendidikan, Keilmuan dan kebudayaan PBB,
ada 290,5 juta siswa di seluruh penjuru dunia yang aktivitas belajarnya menjadi
terganggu. Akibat dari covid-19 ini, demi tetap menjaga dunia pendidikan bisa
tetap berjalan dengan baik serta mendukung Pemerintah dalam mendukung
Physical distanting. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)
menindaklanjuti kebijakan tersebut melalui Surat Edaran (SE) Nomor, 4 Tahun
2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran
covid-19, dalam hal ini poin 2 yang menyatakan, proses belajar dari rumah
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Belajar dari Rumah melalui
pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman
belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh
capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan; b. belajar dari rumah
dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai pandemi
Covid-19; c. Aktivitas dan tugas pembelajaran belajar dari rumah dapat bervariasi
antar siswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk
mempertimbangkan kesenjangan akses/fasilitas belajar di rumah; d. Bukti atau
produk aktivitas belajar dari rumah diberi umpan balik yang bersifat kualitatif dan
berguna dari guru, tanpa diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif.
Dengan adanya surat edaran tersebut, setiap sekolah wajib melakukan
pembelajaran daring. Guru dan pendidik sebagai elemen penting dalam
pengajaran diharuskan melakukan migrasi besar-besaran yang belum pernah
terjadi sebelumnya dari pembelajaran tatap muka ke pembelajaran daring salah
satunya di SMPN 3 Selayar. Hal ini berdampak bagi guru SMPN 3 Selayar yang
baru pertama kali melakukan pembelajaran secara daring, kurangnya kemampuan
menggunakan IPTEK, guru mengalami kesulitan terkait materi yang akan
diberikan kepada siswa, minimnya strategi pembelajaran, disamping itu sarana
dan prasarana kurang mendukung, serta jaringan yang kurang stabil.
Penelitian yang mengkaji seputar pembelajaran daring dapat ditelusuri
antara lain melalui studi mengenai dilema dan tantangan pembelajaran daring
(Hendrastomo 2008). Kajian yang lebih spesifik membahas pembelajaran daring
di tengah pandemi covid-19 di ulas Handayani, Salmiah R, dan Sukardi. Namun
kajian yang di ulas (Handayani, 2020) fokus tentang keuntungan, pemanfaatan
dan solusi pembelajaran daring. Studi (Salmiah R, 2020) difokuskan kendala yang
dihadapi murid dalam pembelajaran daring. Dan studi (Sukardi, 2020) difokuskan
tentang laporan pembelajaran di tengah pandemi covid-19. Semantara penelitian
ini juga mengkaji pembelajaran daring di tengah pandemi covid-19. Letak
kebaruan (novelty) riset ini lebih fokus memotret problematika guru IPS serta
solusi praktis dalam menerapkan pembelajaran daring.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis memilih permasalahan yang
berkaitan dengan pembelajaran daring dengan melakukan penelitian yang berjudul
“Problematika Guru Dalam Pembelajaran Daring di Tengah Pandemi Covid-19
(Studi Kasus Guru IPS SMPN 3 Selayar)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian
ini adalah:
1. Bagaimana problematika guru IPS SMPN 3 Selayar dalam pembelajaran
daring di tengah pandemi covid 19?
2. Bagaimana solusi praktis guru IPS SMPN 3 Selayar dalam menerapkan
pembelajaran daring di tengah pandemi covid-19?
C. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab semua permasalahan yang telah
dirumuskan, adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui problematika guru IPS SMPN 3 Selayar dalam
pembelajaran daring di tengah pandemi covid 19.
2. Untuk mengetahui solusi praktis guru IPS SMPN 3 Selayar dalam
menerapkan pembelajaran daring di tengah pandemi covid-19.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Segi ilmu pengetahuan, Hasil penelitian ini dapat memberikan
sumbangan pemikiran dan pengalaman terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dalam memperoleh teori baru dalam memecahkan
masalah yang berkaitan dengan problematika guru IPS serta solusi
praktis guru dalam menerapkan pembelajaran daring.
b. Dapat memberikan bahan referensi bagi kepentingan yang sifatnya
akdemis yang dipakai sebagai bahan pustaka dalam mengadakan
penelitian selanjutnya
2. Manfaat Praktis
a. Bagi kepala dinas pendidikan, dapat dijadikan sebagai pengambil
kebijakan untuk memberikan pelatihan-pelatihan keguruan guna untuk
meningkatkan kualitas guru dalam proses pembelajaran daring.
b. Bagi kepala sekolah, dapat memberikan masukan kepada guru agar
dalam melaksanakan proses belajar mengajar secara daring sesuai
dengan yang diharapkan.
c. Bagi guru, dapat dijadikan referensi dan acuan mengembangkan
keterampilan dalam pelaksanaan pembelajaran secara daring agar
mampu menjadikan para siswa semakan aktif dan termotivasi dalam
belajar.
d. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai pedoman referensi dalam
mengungkap problematika yang di hadapi guru dalam pelaksanaan
pembelajaran daring.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran
Istilah pembelajaran berasal dari kata instruction dalam bahasa inggris
yang artinya proses membuat orang belajar. Makna pembelajaran dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu proses atau cara
perbuatan menjadikan individu atau makhluk hidup untuk belajar. Menurut
Prof. Surya (2014: 111) menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses
yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku
yang menyeluruh dan sebagai hasil dari interaksi individu dengan
lingkungannya. Rusman (2012: 16) mengungkapkan bahwa pembelajaran
diartikan sebagai suatu upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan
kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak yaitu antara peserta didik dan
pendidik yang melakukan kegiatan pembelajaran.
“Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto 2010: 17)”.
Pembelajaran Menurut Bigs dalam (Sugihartono dkk., 2007: 80)
pengertian pembelajaran dibagi dalam tiga pengertian yaitu: a. pembelajaran
adalah penularan pengetahuan dari guru kepada siswa. Hal tersebut, guru
dituntut untuk menguasai pengetahuan yang dimiliki sehingga mampu
menyampaikan dengan baik, b. pembelajaran adalah penataan segala
kemampuan mengajar sehingga dapat berjalan efisien, dan c. pembelajaran
merupakan upaya guru untuk memudahkan proses pembelajaran. Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Tujuan pembelajaran adalah kemampuan atau
keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa setelah mereka
melakukan proses pembelajaran tertentu (Wina Sanjaya 2008: 86).
Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara siswa dengan guru beserta
seluruh sumber belajar yang lainnya guna untuk mencapai suatu tujuan yang
diinginkan dalam rangka perubahan akan sikap serta pola pikir siswa.
2. Hakikat Pembelajaran
Hakikat merupakan sebuah kebenaran dan kenyataan yang
sebenarnya. Dalam buku Jamil Suprihatiningrum dengan judul Strategi
Pembelajaran Teori dan Aplikasi menyatakan bahwa pembelajaran yang
benar meliputi berbagai hal seperti berikut ini: a. hakikat manusia sebagai
subjek didik yaitu, 1) subjek didik merupakan unsur yang unik dan memiliki
potensi serta kebutuhan baik fisik maupun psikologis yang berbeda-beda, 2)
subjek didik memerlukan pembinaan individual serta perlakuan yang
manusiawi, 3) subjek didik bertanggung jawab atas pendidikan dia sendiri, 4)
subjek didik membutuhkan lingkungan atau tempat untuk mengekspresikan
diri, b. hakikat pengajar antara lain, 1) pendidik sebagai agen perubahan, 2)
pendidik harus memahami karakteristik dan berupaya memenuhi kebutuhan
masing-masing individu subjek didiknya, 3) pendidik sebagai pemimpin dan
pendorong nilai-nilai universal dan kemasyarakatan, 4) pendidik bertanggung
jawab atas tercapainya hasil belajar, 5) pendidik sebagai fasilitator
pembelajaran untuk menciptakan suatu kondisi yang menggugah serta
menyediakan kemudahan bagi subjek didik untuk senantiasa belajar, 6)
pendidik menjunjung tinggi kode etik tenaga pendidik, 7) pendidik dituntut
untuk profesional dalam bekerja dan berkarya, 8) pendidik dituntut untuk
menjadi model, 9) pendidik senantiasa mengembangkan diri sesuai dengan
perkembangan zaman, dan c. hakikat pembelajaran yaitu, 1) pembelajaran
terjadi apabila subjek didik secara aktif berinteraksi dengan pendidik serta
lingkungan belajar yang sudah diatur, 2) program pembelajaran dirancang
secara matang dan dilaksanakan sesuai dengan rancangan yang dibuat, 3)
proses pembelajaran yang efektif memerlukan strategi, metode serta media
pembelajaran yang tepat, 4) pembelajaran harus memperhatikan aspek proses
dan hasil belajar, 5) materi pembelajaran dan sistem penyampaiannya selalu
berkembang.
3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Ruhimat (2013: 182) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa
prinsip yang menjadi inspirasi bagi pihak-pihak yang terkait dengan
pembelajaran siswa maupun guru antara lain yaitu prinsip umum dan prinsip
khusus pembelajaran. Prinsip umum pembelajaran meliputi: a. bahwa belajar
menghasilkan perubahan perilaku peserta didik yang relatif permanen, b.
perubahan atau pencapaian kualitas ideal itu tidak tumbuh alami sejalan
dengan proses kehidupan, c. peserta didik memiliki potensi dan kemampuan
yang merupakan benih kodrat untuk berkembang
Sedangkan Prinsip khusus pembelajaran antara lain meliputi: a.
prinsip perhatian dan motivasi, yang merupakan proses pembelajaran
memiliki peranan amat sangat penting sebagai langkah awal dalam memicu
aktivitas-aktivitas proses belajar. Tanpa adanya perhatian maka tidak
mungkin akan terjadi belajar. Sedangkan motivasi yaitu dorongan atau
kekuatan yang dapat menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu.
Misalkan seorang siswa harus senantiasa didorong untuk bekerja serta
berusaha sesuai dengan tuntutan belajar, b. prinsip keaktifan adalah proses
pembelajaran untuk siswa yang wajib harus aktif belajar dan guru hanyalah
membimbing dan mengarahkan, c. prinsip keterlibatan langsung atau
berpengalaman, prinsip ini berhubungan dengan prinsip aktivitas bahwa
setiap individu harus terlibat secara langsung untuk mengalaminya sehingga
dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan, d. prinsip pengulangan.
Prinsip pengulangan menurut teori daya, manusia memiliki sejumlah daya
seperti mengamati, mengingat, menanggapi, merasakan, menghayal, berpikir
dan sebagainya. Oleh karena itu, belajar adalah melebihi daya-daya dengan
pengulangan agar setiap daya yang dimiliki manusia dapat terarah sehingga
menjadi lebih peka dan berkembang, e. prinsip perbedaan individual yaitu
proses belajar yang terjadi pada setiap individu berbeda satu dengan yang
lain, baik secara fisik maupun psikis. Untuk dapat memberikan bantuan
belajar terhadap siswa maka guru harus dapat memahami benar ciri-ciri para
siswanya baik dalam menyiapkan dan menyajikan pelajaran maupun dalam
memberikan tugas-tugas dan bimbingan belajar terhadap siswa tersebut.
B. Penerapan Pembelajaran Daring
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa
perubahan yang sangat besar bagi kemajuan dunia pendidikan. Seiring dengan
perkembangan tersebut metode pembelajaran juga banyak mengalami
perkembangan, baik metode pembelajaran secara personal, media pembelajaran
ataupun proses pembelajaran. Bentuk dari perkembangan teknologi informasi
yang diterapkan di dunia pendidikan adalah pembelajaran daring. Pembelajaran
daring merupakan sebuah inovasi yang mempunyai kontribusi sangat besar
terhadap perubahan proses pembelajaran, dimana proses belajar tidak lagi hanya
mendengarkan uraian materi dari guru tetapi siswa juga melakukan aktivitas lain
seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain. Materi bahan
ajar dapat divisualisasikan dalam berbagai format dan bentuk yang lebih dinamis
dan interaktif sehingga murid akan termotivasi untuk terlibat lebih jauh dalam
proses pembelajaran tersebut. Pembelajaran daring adalah suatu pembelajaran
berbasis internet. Menurut Rusman (2012: 293) pembelajaran daring merupakan
aktivitas belajar yang menggunakan bantuan internet.
Adapun kelebihan pemanfaatan internet dalam pembelajaran daring
adalah, a. terjadinya fasilitas dimana guru dan siswa dapat berkomunikasi secara
mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan
berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, waktu dan tempat,
b. baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat
diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, c. guru dan siswa dapat menggunakan
bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet, d.
bila siswa memerlukan bahan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan
yang dipelajarinya, peserta dapat melakukan akses di internet, e. berubahnya
peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif, f. siswa dapat belajar setiap
saat dan dimana saja, g. relative lebih efisien.
Sedangkan kelemahan pemanfaatan internet dalam pembelajaran daring
yaitu, a. kurangnya interaksi antara guru dan siswa bahkan antar siswa itu sendiri.
Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses
belajar dan mengajar, b. proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah
pelatihan dari pada pendidikan, c. berubahnya peran guru dari yang semula
menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui
pembelajaran yang menggunakan ICT, d. tidak semua tempat tersedia fasilitas
internet, e. kurangnya penguasaan bahasa komputer, f. minimnya mereka-mereka
mengetahui dan memiliki keterampilan soal-soal internet, g. siswa yang tidak
mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
C. Tipe-tipe Guru Dalam Pembelajaran Daring
Menurut Agustin (2020) dalam proses pembelajaran daring terdapat
beberapa tipe guru dalam mengajar antara lain:
1. Ceramah daring
Ditengah pandemi covid-19 seperti sekarang ini dalam proses
pembelajaran secara daring berlangsung, terdapat masih ada guru yang
menggunakan metode ceramah ketika menyampaikan materi. Dengan
metode ceramah ini, guru hanya merekam dirinya saat menyampaikan
materi sambil memegang buku paket. Pada level tingkat yang tinggi, latar
ruangan tempat merekam diganti dengan blackground yang tersedia secara
daring. Tetapi bukannya siswa bersemangat tetapi kadang siswa hilang
fokus akibat masuk chat dari teman lain dan belum lagu kadang suara guru
tidak terdengar dengan jelas sehingga siswa merasa bingung bahkan bosan.
2. Content creator
Guru yang berusaha mengikuti perkembangan zaman meski
tertatih-tatih dan berusaha mempelajari berbagai aplikasi teknoligi
informasi agar dapat menyajikan materi yang dapat mencuri perhatian
siswa, dan apakah siswa mengerti atau tidak itu urusan belakangan seperti
membuat content di youtube seperti anak jaman now. Guru tipe ini seperti
melibatkan banyak penggunaan aplikasi bahkan beberapa guru berusaha
menambahkan efek pada gambar maupun menambahkan rekaman suara
yang menyertai penjelasan materi.
3. Debt Collector
Guru tipe ini dalam proses belajar secara daring hanya
memberikan tugas-tugas kepada siswa dan menagih tugas tersebut dengan
waktu yang telah di tentukan.
Dengan adanya berbagai tipe guru dalam proses pembelajaran daring,
maka setiap guru pada semua jenjang harus siap untuk terus belajar guna
pemenuhan tuntutan kompetensi tersebut. Peraturan pemerintah Nomor 74 tahun
2008 tentang guru, menyatakan bahwa “kompetensi guru meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”. Aspek-aspek kompetensi
yang harus di penuhi guru atau dimiliki yang berkaitan dengan pembelajaran
daring adalah pada kompetensi pedagogik, pemanfaatan teknologi pembelajaran,
dan pada kompetensi sosial yaitu mampu menggunakan teknologi pembelajaran
secara fungsional. Dengan demikian, penguasaan teknologi oleh guru dalam
pembelajaran daring sangat penting untuk mencapai tujuan hasil pembelajaran.
D. Covid-19
Covid-19 adalah kepanjangan dari sebuah pandemi coronavirus disease
2019. Dilansir oleh bbcnews.com bahwa virus ini pertama kali muncul ke
permukaan pada 1 Desember 2019 di China, tepatnya di daerah Wuhan Provinsi
Hubei, China. Sebagian ilmuwan mengklaim bahwa pusat rantai penyebaran virus
ini berada di sebuah pasar hewan ternak dan ikan laut di Huanan Wuhan, China.
Namun pihak berwenang China menolak klaim tersebut karena pasien pertama
yang terdiagnosis Covid-19 bukanlah orang yang tinggal di daerah pasar tersebut.
Menurut Wu Wenjuan, seorang dokter senior di Rumah Sakit Jinyintan
Wuhan bahwa pasien pertama itu adalah seorang lansia yang awalnya dalam
perawatan medis karena menderita penyakit Alzheimer sebelum akhirnya
didiagnosis terpapar virus Covid-19 dan akhirnya meninggal karena belum ada
obat untuk menangani Covid-19. Pasien pertama bukan berarti dialah yang
pertama kali menyebarkan virus ini. Seperti halnya kasus wabah demam tipus di
New York tahun 1906. Wabah ini menyerang keluarga kaya New York dari hasil
pelacakan para dokter ahli wabah ini disebarkan oleh Mary Mallon, seorang
imigran dari Irlandia yang kemudian di New York bekerja sebagai juru masak
para keluarga kaya. Dimanapun Mallon bekerja, disitulah muncul penyakit tipes
menyerangnya majikan-majikannya. Dan Mallon sendiri pun sejak wabah itu
muncul sampai menyebarnya wabah tersebut, dia tidak memiliki gejala apapun
yang berhubungan dengan wabah demam tipus. Sama halnya dengan kasus
Covid-19 ini, pasien nol yang menjadi titik awal menyebarnya bisa saja dilakukan
bila para ilmuwan mau. Namun pemerintah China menolak untuk melakukan
pencarian pasien nol tersebut dengan alasan karena takut hal tersebut
menyebabkan disinformasi tentang penyakit atau bahkan viktimisasi terhadap
pasien nol tersebut.
Pada umumnya pengidap covid-19 akan mengalami gejala awal berupa
demam, sakit tenggorokan, pilek dan juga batuk-batuk bahkan sampai parah dapat
menyebabkan pneumonia. Virus ini dapat menular melalui kontak langsung dalam
jarak dekat dengan pengidap covid-19 melalui cairan pernafasan yang keluar dari
tubuh penderita saat batuk atau mengeluarkan ludah dan riak. Itu sebabnya
pemerintah Indonesia saat ini sedang menggiatkan kegiatan social distancing.
Dimana warga diminta untuk selalu menjaga jarak 1-2 meter saat berinteraksi
dengan masyarakat sekitar untuk menghindari penyebaran virus covid-19.
Akibatnya sekolah-sekolah, universitas, instansi yang masih dibawah naungan
pemerintah diliburkan kegiatan operasionalnya selama kurang lebih dua minggu
dan diganti dengan kegiatan di rumah atau istilah barunya adalah work from
home.
E. Landasan Teori
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditetapkan teori yang berakaitan,
sebagai berikut:
1. Teori struktural fungsional
Teori ini menekankan keteraturan dan mengabaikan konflik dan
perubahan-perubahan yang terjadi. Konsep-konsep utamanya antara lain yaitu
fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest dan keseimbangan. Menurut teori
ini, sistem pembelajaran daring merupakan suatu sistem yang terdiri atas bagian-
bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam
keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada suatu bagian akan membawa
perubahan pula terhadap bagian yang lain, Ritzer, 1992: 25 (dalam Prof. Dr. I.B.
Wirawan 2012: 42).
Menurut George Ritzer (2004), asumsi dasar teori fungsionalisme
struktural adalah setiap struktur dalam sistem sosial juga berlaku fungsional
terhadap yang lainnya. Sebaliknya kalau tidak fungsional maka struktur itu tidak
akan ada atau hilang dengan sendirinya. Teori ini cenderung melihat sumbangan
satu sistem atau problematika terhadap sistem lain. Karena itu mengabaikan
kemungkinan bahwa suatu problematika atau suatu sistem dalam beroperasi
menentang fungsi-fungsi lainnya dalam suatu sistem.
Talcott Parsons dalam teori fungsionalisme struktural terkenal dengan
empat imperatif fungsional bagi sistem “tindakan” yaitu skema AGIL. AGIL
fungsi adalah suatu gugusan aktivitas yang di arahkan untuk memenuhi satu atau
beberapa kebutuhan sistem (Suyanto dkk., 2004: 350). Skema AGIL tersebut
anatara lain adaptasi (A/adaptaion), (Goal attainment/pencapaian tujuan),
(Integrasi), dan (Latency) atau pemeliharaan pola. Agar bertahan hidup maka
sistem harus menjalankan keempat fungsi tersebut: (Goerge Ritzer, 2004: 256).
a. Adaptasi, sistem harus mengatasi kebutuhan situsioanal yang dating
dari luar. Ia harus beradaptasi dengan lingkungan dan menyesuaikan
lingkungan dengan kebutuhan-kebutuhannya.
b. Pencapaian tujuan, sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan-
tujuan utamanya.
c. Integrasi, sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian yang
menjadi komponennya. Ia pun harus mengatur hubungan antar ketiga
imperatif fungsioanl tersebut.
d. Latency (pemeliharaan pola), sistem harus melengkapi, memelihara,
dan memperbaharui motivasi individu dan pola-pola yang menciptakan
dan mempertahankan motivasi tersebut.
Teori AGIL yang diperkenalkan oleh Talcott Parsons, jika dikorelasikan
dengan problematika guru IPS dalam pembelajaran daring adalah Adaptation,
yaitu memberikan pembiayaan dana untuk keberlangsungan pembelajaran daring,
Goal Attainment, memberikan kebijakan berupa solusi pembelajaran daring atau
mengambil kebijakan tentang pelaksanaan sosialisasi pembelajaran daring,
Integration yaitu dengan memberikan arahan atau pengawasan terhadap anak
dalam pembelajaran daring, dan Latency, yaitu dengan meningkatkan skill dalam
pelaksanaan pembelajaran daring.
2. Teori evaluasi pembelajaran
Di tengah pandemi covid-19 ini telah mengubah berbagai aspek dibidang
pendidikan dalam proses pembelajaran yang semestinya dilakukan secara tatap
muka (tradisional) di dalam ruang kelas kini berubah menjadi sistem
pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran daring. Akan tetapi selama
pembelajaran yang sudah berlangsung selama kurang lebih tiga bulan terakhir ini
dengan menggunakan aplikasi WhatsApp masih sangat perlu dilakukan evaluasi
dan terus ditingkatkan. Evaluasi merupakan suatu kegiatan pengumpulan data
untuk mengukur sejauh mana tujuan pendidikan telah tercapai. Oleh sebab itu
didalam menyusun evaluasi hendaknya memperhatikan dengan seksama rumusan
suatu tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan harus dapat mengukur
sejauhmana proses atau dalam hal ini program pembelajaran telah dilaksanakan
(Aunurrahman 2016: 209). Kegiatan evaluasi program pembelajaran daring dapat
dilihat dari segi pengetahuan, keterampilan, lingkungan belajar serta dampaknya.
Evaluasi pelaksanaan pembelajaran daring merupakan proses menganalis kualitas
proses pembelajaran dan mampu mengukur sejauh mana ketercapaian dalam
proses pembelajaran daring tersebut dapat dirasakan oleh peserta didik.
Sistem pembelajaran daring memang tidak seefektif sistem pembelajaran
tatap muka karena banyaknya hal yang perlu disiapkan dengan baik. Baik berupa
sarana dan prasarana, dan yang paling penting strategi guru dalam memberikan
pembelajaran dengan menggunakan aplikasi yang sesuai dengan materi yang ingin
diajarkan. Cl. Dillon and C.N Gunawardena (1995) menyatakan ada tiga hal yang
akan menentukan efektifitas dalam pembelajaran daring, 1) teknologi, dalam hal
ini peserta didik harus punya akses yang mudah terhadap jaringan dengan waktu
seminim mungkin, 2) karakteristik guru, guru memegang peranan penting dalam
efektifitas pembelajaran daring dan, 3) karakteristik peserta didik.
Pembelajaran berbasis daring dikembangkan berdasarkan teori kognitif
serta teori pembelajaran yang dinyatakan dalam berbagai teori antara lain, 1)
adaftive learning theory, yang menyatakan bahwa peserta didik memasuki proses
pembelajaran pada tahap pencapaian dari suatu pengalaman yang berbeda-beda.
Oleh sebab itu para pendidik memerlukan penggunaan beragam bahan serta
strategi pembelajaran yang mendukung agar dapat memenuhi tahap pencapaian
dan pengalaman yang berbeda-beda tersebut. Teori ini merupakan suatu perangkat
atau bahan belajar pembelajaran daring yang menggunakan berbagai strategi agar
dapat memenuhu kebutuhan peserta didik, 2) preferred modality theory, bahwa
sebagian peserta didik memiliki modalitas pemahaman melalui aktifitas
mendengar, melihat, dan ada juga yang sebagian besar peserta didik memiliki
modalitas langsung keduanya. Oleh karena itu dalam pembelajaran daring perlu
memperlihatkan modalitas-modalitas belajar peserta didik dengan berupaya
menampilkan kombinasi teks, suara, grafik dan animasi yang lebih menarik serta
yang relevan dengan tujuan pembelajaran, 3) cognitive flexibility theory, yang
menyatakan bahwa suatu bidang dapat dipelajari dengan lebih mendalam dan
lebih efektif apabila para peserta didik mengugunakan proses belajar yang
nonlinear. Maksunya ialah suatu bidang yang dipelajari mencakup berbagai aspek
dan domain yang saling berkaitan. Oleh sebab itu, bahan pembelajaran online
yang dipersiapkan hendaknya tidak menyerupai metafora buku yang cenderung
linear atau berurutan dari segi pendekatan serta penyampaiannya (Munir 2004:
56)
F. Kerangka Pikir
Di tengah pandemi covid-19 yang melanda seluru belahan dunia termasuk
Indonesia. Dampak yang ditimbulkan dari covid-19 ini, telah mengubah berbagai
aspek terutama dalam dunia pendidikan. Akibat dari covid-19 ini, demi tetap
menjaga dunia pendidikan bisa tetap berjalan dengan baik Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan melalui Surat Edaran Nomor, 4 Tahun 2020 tentang pelaksanaan
kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran covid-19, dalam hal ini poin
utamanya proses belajar dilaksanakan di rumah dengan menggunakan
pembelajaran daring.
Dengan adanya surat edaran tersebut, setiap sekolah wajib melakukan
pembelajaran daring salah satunya di SMPN 3 Selayar. Guru dan pendidik sebagai
elemen penting dalam pengajaran diharuskan melakukan migrasi besar-besaran
yang belum pernah terjadi sebelumnya di SMPN 3 Selayar dari sistem
pembelajaran tatap muka yang biasanya dilaksanakan di ruang kelas ke sistem
pembelajaran daring yang dilaksanakan di rumah.
Pembelajaran daring merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan
secara jarak jauh dengan memanfaatkan internet dan aplikasi dalam
menyampaikan suatu materi pembelajaran. Dalam melaksanakan proses belajar
mengajar, guru IPS menggunakan aplikasi WhatsApp. Apilkasi WhatsApp dan
adalah suatu aplikasi untuk menyampaikan pesan.
Proses pembelajaran daring dengan menggunakan aplikasi WhatsApp
yang tidak menjadi kebiasaan guru IPS sehingga tidak terlepas dari berbagai
problematika yang dihadapi selama pembelajaran tersebut karena masalah akses
jaringan yang tidak mendukung di suatu daerah dalam pelaksanaan proses
pembelajaran, guru masih “debt collector” dalam melaksanakan pembelajaran
daring dengan hanya memberikan tugas-tugas kepada siswa tanpa menjelaskan
terlebih dahulu dan menagih tugas pada saat jam yang telah ditentukan, guru IPS
masih gagap dalam penguasaan teknologi dan kondisi psikis siswa dalam
pembelajaran daring yang menyebabkan sehingga siswa menjadi bosan dan malas
mengikuti proses pembelajaran yang dilaksanakan secara daring.
Banyaknya problematika yang dihadapi guru IPS dalam sistem
pembelajaran daring yang tidak berjalan dengan baik sehingga dalam
menyelesaikan problematika tersebut dapat dilakukan dengan mengenali masalah
yang dihadapi guru IPS dan melaksanakan pembelajaran secara luring dengan
melakukan kunjungan dari rumah kerumah sehingga dalam proses pembelajaran
bisa dilaksanakan secara tatap muka yang menjadi kebiasaan untuk mencapai
hasil tujan pembelajaran yang diharapkan.
Oleh karena itu, peru adanya upaya perbaikan akses jaringan internet di
berbagai daerah terkhusus SMPN 3 Selayar dan sekitarnya, mengadakan
sosialisasi pelaksanaan secara bertahap terkait pelaksanaan pembelajaran daring,
meningkatkan keterampilan dan kompetensi yang sesuai dengan penerapan
pembelajaran daring, dan meningkatkan kualitas dan skill tentang teknologi.
Bagang Kerangka Pikir
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Sistem Pembelajaran Daring Guru Mata Pelajaran IPS
SMPN 3 Selayar
Rekomendasi 1. Mengupayakan memperbaiki akses jaringan internet 2. Mengadakan sosialisasi pelaksanaan secara bertahap
terkait pembelajaran daring 3. Meningkatkan keterampilan dan kompetensi yang sesuai
dengan penerapan pembelajaran daring 4. Meningkatkan kualitas dan skill tentang teknologi
Struktural Fungsional
Probelematika 1. Akses Jaringan Internet 2. Guru “Debt Collector” 3. Gagap Penguasaan
Teknologi 4. Kondisi Psikis
Solusi 1. Menerapkan
Pembelajaran Luring
G. Penelitian Relevan
Penelitian yang mengkaji seputar pembelajaran daring dapat ditelusuri
antara lain melalui studi mengenai dilema dan tantangan pembelajaran daring
(Hendrastomo 2008). Kajian yang lebih spesifik membahas pembelajaran daring
di tengah pandemi covid-19 di ulas Handayani, Salmiah R, dan Sukardi. Namun
kajian yang di ulas (Handayani, 2020) fokus tentang keuntungan, pemanfaatan
dan solusi pembelajaran daring. Studi (Salmiah R, 2020) difokuskan kendala yang
dihadapi murid dalam pembelajaran daring. Dan studi (Sukardi, 2020) difokuskan
tentang laporan pembelajaran di tengah pandemi covid-19.
Dilema dan tantangan pembelajaran daring (Hendrastomo, 2008). Hasil
penelitian menunjukkan munculnya pembelajaran daring berdampak besar bagi
dunia pendidikan. Mahasiswa merasakan sensasi belajar yang benar-benar
berbeda dibandingkan kelas konvensional. Ada tiga faktor penting yang
mendukung pembelajaran daring mampu berjalan secara optimal. Ketiga faktor itu
adalah sumber daya manusia, sarana dan prasarana pendukung dan implementasi
pembelajaran itu nantinya. Proses pembelajaran daring akan berjalan secara
maksimal ketika ketiga faktor itu semuanya saling mendukung satu sama lain.
Dilema sekaligus tantangan proses pembelajaran ini selalu tiga faktor tersebut
tidak bisa ketiga-tiganya saling mendukung. Ketika infrastruktur siap, sumber
daya manusianya belum siap. Kemudian ketika sumber daya manusia dan
infrastruktur sudah siap, implementasinya terkadang belum mampu berjalan
secara maksimal.
Sementara itu, penelitian yang mengkaji tentang keuntungan, kendala, dan
solusi pembelajaran daring selama pandemi covid-19 (Handayani, 2020).
Penelitian ini menggunakan metode eksploratif kualitatif, menggunakan metode
survei kepada peserta didik SMPN 3 Bae Kudus. Sebanyak 120 peserta didik yang
berpartisipasi dalam pembelajaran daring mengisi kuesioner semi-terstruktur yang
didistribusikan kepada mereka secara daring. Hasil analisa dari penelitian ini yaitu
keuntungan yang dirasakan siswa dengan adanya pembelajaran daring adalah bisa
mendengarkan dirumah, mereka tidak dibatasi oleh tempat, mereka bisa
mendengarkan kapan saja dan dimana saja, dan mereka tidak dibatasi oleh waktu
atau ruang dikelompokkan ke dalam pendidikan yang nyaman tema lingkungan,
pemanfaatan waktu luang, sedangkan kekurangan dari pembelajaran daring adalah
ketidakstabilan jaringan, suara guru dan bahan ajar tidak serempak, mereka tidak
bisa mengambil kelas ketika wifi atau jaringan tidak terhubung dan konsentrasi
berkurang.
Adapun penelitian yang mengkaji seputar kendala yang dihadapi murid
dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh di masa pandemi (Salmiah R, 2020).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kendala yang dihadapi para murid
dalam pelaksanaan pembelajaran adalah, 1) sekolah diliburkan terlalu lama
membuat anak-anak merasa jenuh berada di rumah dan mereka ingin segera
kembali bersekolah bermain dengan temannya, 2) murid belum ada budaya belajar
jarak jauh, 3) fasilitas seperti leptop, komputer, dan handphone tidak tersediakan.
Sementara itu, kendala yang dihadapi orang tua murid dalam pelaksanaan
pembelajaran adalah 1) tambahan biaya pembelian kuota internet yang menjadi
bertambah karena teknologi pembelajaran daring memerlukan koneksi jaringan ke
internet, 2) orang tua harus membagi waktu antara pekerjaan dan mendampingi
anak-anak mereka selama pembelajaran daring berlangsung. Sedangkan kendala
yang dihapai guru dalam pelaksanaan pembelajaran adalah 1) murid tidak semua
mahir dalam menggunakan teknologi internet atau media sosial sebagai sarana
pembelajaran, 2) tampa sarana dan prasarana yang memadai demi kelancaran
belajar mengajar, dan 3) guru belum pernah dan terbiasa mengajar jarak jauh
karena selama ini sistem pembelajaran melalui tatap muka.
Adapun laporan pembelajaran di masa pandemi covid-19 (Sukardi, 2020)
yaitu tentang model pembelajaran selama pandemi yang dilakukan adalah
program pembelajaran luring dengan melakukan kunjungan kerumah anak dan
menonton TVRI bagi yang terjangkau dengan siaran TVRI. Mengingat dan
menimbang beberapa kondisi dari orang tua peserta didik yang hanya sebagian
memiliki HP Android di tambah dengan jaringan yang belum terlalu mendukung
sehingga mengambil keputusan untuk melakukan pembelajaran luring dengan
tetap memperhatikan protocol kesehatan yang dianjurkan yaitu dengan memakai
masker, sering mencuci tangan dan menjaga jarak serta selalu menyediakan hand
sanitizer.
Semantara penelitian ini juga mengkaji pembelajaran daring di tengah
pandemi covid-19. Letak kebaruan (novelty) riset ini lebih fokus memotret
problematika guru IPS serta solusi praktis dalam menerapkan pembelajaran
daringdi tengah pandemi covid-19.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini pada dasarnya menggunakan model atau desain penelitian
kualitatif deskriptif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa informasi lisan dari orang–orang dan perilaku yang dapat diamati
memperoleh fakta-fakta dan keterangan-keterangan secara faktual mengenai
problematika guru dalam pembelajaran daring. Menurut Moleong (2005: 6),
penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam
dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian kualitatif deskriptif
ini yaitu pendekatan studi kasus. Studi kasus merupakan strategi penelitian di
mana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa,
aktivitas, proses atau sekelompok individu. Studi kasus dapat diartikan sebagai
suatu teknik mempelajari seseorang individu secara mendalam untuk
membantunya memperoleh penyesuaian diri yang baik. Data studi kasus dapat
diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain dalam studi ini
dikumpulkan dari berbagai sumber (Nawawi 2003: 1)
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini terletak di Desa Harapan Kecamatan Bontosikuyu
Kabupaten Selayar. adapun rancangan kriteria pemilihan lokasi yaitu:
Rancangan Kriteria Pemilihan Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian Penelitian ini terkait dengan problematika guru IPS
SMPN 3 Selayar dalam pembelajaran daring di
tengah pandemi covid-19.
Peristiwa/
Persoalan (issu)
Guru dan pendidik sebagai elemen penting dalam
pengajaran diharuskan melakukan migrasi besar-
besaran yang belum pernah terjadi sebelumnya dari
pembelajaran tatap muka ke pembelajaran daring
salah satunya di SMPN 3 Selayar. Hal ini berdampak
bagi guru SMPN 3 Selayar yang baru pertama kali
melakukan pembelajaran secara daring, disamping
itu sarana dan prasarana kurang mendukung, serta
jaringan yang kurang stabil.
Tabel 1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mulai dilakukan pada saat surat izin penelitian terbit.
Adapun jadwal peneliti selama melakukan penelitian dapat dilihat pada matriks
kegiatan pelaksanaan penelitian yaitu:
No Jenis Kegiatan Bulan I Bulan II Bulan III
I II III IV I II III IV I II III IV
1. Pengusulan Judul
2. Penyusunan
Proposal
3. Konsultasi
Pembimbing
4. Seminar Proposal
5. Pengurusan Izin
Penelitian
6. Observasi Awal
7. Menyusun Angket
Wawancara
8. Wawancara
Dengan Informan
9. Pengumpulan
Dokumen
10. Analisis Data
11. Penyusunan Hasil
Penelitian
Tabel 2. Waktu Pelaksanaan Penelitian
C. Fokus Penelitian dan Sub Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan tentang bagaimana problematika guru IPS SMPN
3 Selayar dalam pembelajaran daring serta solusi praktis dalam menerapkan
pembelajaran daring. Oleh karena itu peneliti menentukan beberapa sub fokus
penelitian yang memberikan informasi jawaban yang sesuai dengan permasalahan
yang diteliti antara lain yaitu guru IPS yang menyajikan berbagai informasi
tentang problematika yang dihadapi, siswa yang mengikuti proses pembelajaran
daring dan kepala sekolah memberikan aspek kebijakan dalam pelaksanaan
pembelajaran daring.
D. Informan Penelitian
Dalam pengambilan data digunakan teknik purposive sampling adalah
teknik pengambilan informan sumber data dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tertentu ini, misalnya adalah orang tersebut dianggap paling tahu
tentang problematika guru dalam pembelajaran daring agar peneliti dapat
memperoleh informasi yang akurat dan benar-benar memenuhi persyaratan karena
informan tersebut mengetahui secara lengkap.
Adapun informan dalam penelitian ini yaitu: 1. Informan kunci, aspek
kebijakan dalam pelaksanaan pembelajaran daring yaitu kepala sekolah, 2.
Informan utama, yaitu guru IPS mengalami problematika dalam pembelajaran
daring, dan 3. Informan pendukung yaitu, siswa yang mengikuti proses
pembelajaran daring.
E. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung
dari informan melalui wawancara, observasi dan dokumen. Data primer
diperoleh dari hasil penelitian di lapangan secara langsung dari
sumbernya serta pihak-pihak yang bersangkutan dengan masalah yang
akan dibahas terkait dengan problematika guru IPS SMPN 3 Selayar
dalam pembelajaran daring di tengah pandemi covid-19.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang digunakan untuk membantu
menyelesaikan data primer yang didapatkan dari blog, web, hasil telaah
buku referensi, jurnal dan skripsi yang berkaitan dengan pembelajaran
daring di tengah pandemi covid-19, telaah kritis terhadap problematika
guru IPS SMPN 3 Selayar serta arsip-arsip maupun dokumen dari
instansi yang terkait. Untuk memperoleh data sekunder, peneliti
mengumpulkan data melalui informasi secara tertulis, gambar-gambar
dan bagan-bagan yang berhubungan dengan masalah penelitian yaitu
problematika guru IPS dalam pembelajaran daring.
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif instrument utamanya adalah peneliti sendiri,
selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan di
kembangkan instrument penelitian sederhana yang dapat melengkapai data serta
membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi maupun
wawancara (Sugiyono 2016: 307).
Instrument penelitian merupakan alat-alat yang akan digunakan untuk
mengumpulkan data atau informasi untuk keperluan penelitian (Ahmadin 2013:
102). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan key instrument atau peneliti
sendiri dan dibantu dengan alat antara lain sebagai berikut:
1. Instrument yang digunakan dalam proses observasi kualitatif adalah
antara lain, catatan lapangan, pulpen. Catatan lapangan ini merupakan
catatan yang berisi tentang problematika guru IPS dalam melaksanakan
pembelajaran daring di tengah pandemi covid-19.
2. Instument yang digunakan dalam proses wawancara adalah kamera,
yang merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengabadikan atau
merekam sebuah kejadian maupun gambar. Perekam suara, alat yang
digunakan untuk merekam suara secara analog dari informasi
penelitian pada saat pengambilan informasi.
3. Instrument dokumen merupakan instrument yang digunakan untuk
menemukan referensi terkait apa di teliti oleh peneliti diantaranya,
buku dan jurnal
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2015: 62). Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu observasi langsung,
wawancara, dan dokumentasi. Peneliti dapat berinteraksi langsung dengan subjek
penelitiannya, yaitu problematika guru IPS SMPN 3 Selayar dalam pembelajaran
daring di tengah pandemi covid-19
a. Observasi
Penelitian ini menggunakan metode observasi. Observasi adalah
proses pengamatan yang dilakukan oleh peneliti (pengamat) terhadap
subjek penelitian (sumber data). Observasi kualitatif (qualitative
observation) adalah peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati
problematika guru IPS dalam pembelajaran daring di tengah pandemi
covid-19 di lokasi penelitian. Dalam pengamatan ini, peneliti
merekam/mencatat secara terstruktur maupun semistruktur (misalnya,
mengajukan sejumlah pertanyaan yang memang ingin diketahui oleh
peneliti), aktivitas-aktivitas di lokasi penelitian. Para peneliti kualitatif
juga terlibat dalam peran-peran yang beragam, mulai dari sebagai non-
informan hingga informan utuh. Sebagaimana Sugiyono (2014: 145)
menjelaskan bahwa dilihat dari segi proses pelaksanaan pengumpulan
data, observasi dapat dibedakan menjadi participant observation
(observasi berperan serta) dan non participant observation, selain itu jika
dilihat dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dibedakan
menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur.
Pada umumnya observasi ini bersifat open-ended di mana peneliti
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada informan yang memungkinkan
informan bebas memberikan pandangan-pandangan mereka. Pengamatan
(observasi) dilakukan pada aktivitas problematika guru IPS SMPN 3
Selayar dalam pembelajaran daring di tengah pandemi covid-19 dan solusi
praktis guru dalam menerapkan pembelajaran daring.
b. Wawancara
Lexy J. Moleong (2012: 186) menjelaskan bahwa wawancara
adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan
terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan
yang diajukan. Peneliti melakukan wawancara face-to-face interview
(wawancara berhadap-hadapan), wawancara yang digunakan dalam
penelitian ini adalah wawancara terstruktur, karena peneliti telah
menyiapkan instrumen wawancara berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis
yang disusun secara sistematis. Sebelum melakukan wawancara peneliti
menjadwalkan waktu dan tempat wawancara dengan informan, selain itu
peneliti memberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai gambaran
pertanyaan yang akan diajukan oleh peneliti kepada informan yang
bertujuan agar informan dapat mempersiapkan diri untuk menjawab
pertanyaan peneliti. Pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini
berkaitan dengan problematika guru IPS dalam pembelajaran daring di
tengah pandemi covid-19 dan solusi praktis guru dalam menerapkan
pembelajaran daring.
c. Dokumentasi
Selama proses penelitian, peneliti mengumpulkan dokumen-
dokumen kualitatif (qualitative documents). Dokumen ini berupa dokumen
publik seperti buku, skripsi, jurnal, artikel, blog ataupun web. Penelitian
ini menggunakan teknik dokumentasi dengan maksud sebagai pelengkap
dari penggunaan teknik pengumpulan data observasi dan wawancara,
sehingga data hasil penelitian yang diperoleh akan lebih kredibel/ dapat
dipercaya. Dokumen yang diperlukan berkaitan dengan dokumen internal.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Tujuan
analisis data adalah untuk menyempitkan dan membatasi penemuan sampai
menjadi suatu data yang teratur serta tersusun sistematis dan lebih rapi. Analisis
mempunyai kedudukan yang sangat penting jika dilihat dari tujuan penelitian.
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, menganalisis data, memilah–milah menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting
dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain
(Moeloeng, 2012: 280-281).
Analisis data dalam penelitian kualitatif tentang problematika guru IPS
dalam pembelajaran daring di tengah pandemi covid-19 dilakukan sebelum terjun
ke lapangan, selama pelaksanaan penelitian di lapangan, dan setelah selesai
penelitian di lapangan. Data penelitian ini diperoleh dari hasil observasi,
wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan cara mengorganisasi
data yang diperoleh kedalam sebuah kategori, menjabarkan data kedalam unit-
unit, menganisis data yang penting, menyusun atau menyajikan data yang sesuai
dengan masalah penelitian dalam bentuk laporan serta membuat kesimpulan agar
mudah untuk dipahami. Sesuai dengan jenis penelitian diatas, maka peneliti
menggunakan model interaktif untuk menganalisis data dari hasil penelitian.
Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus-menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Data interaktif
yaitu menghubungkan data yang satu dengan yang lain. Analisis data dapat
dilakukan pada gambar berikut :
Gambar 2. Langkah-langkah Analisis Data
Adapun penjelasan bagan di batas yaitu sebagai berikut:
1. Pengumpulan data yaitu kegiatan mencari data di lapangan untuk
memecahkan permasalahan peneliti
2. Transkripsi data adalah peneliti membuat catatan tentang data yang
didapat
3. Membaca berulang-ulang, dimana peneliti membaca berulang-ulang apa
yang peneliti catat
Pengumpulan Data
Transkripsi Data Membaca
Berulang-Ulang
Organisasi Data Kategori Data Tema-tema Data
Tahap Kejenuhan Data Demonstrasi Tingkat Kepercayaan
dan Keabsahan Data
Hasil Reduksi Data Laporan
4. Organisasi data merupakan pengelompokkan data-data seperti data
tentang problematika guru
5. Kategori data seperti data yang di kelompokkan yaitu data dari informan
kunci, utama, dan tambahan
6. Tema-tema data yakni mengaitkan judul peneliti apa yang didapat
dilapangan
7. Demonstrasi Tingkat Kepercayaan dan Keabsahan Data adalah
membuktikan apakah penelitian yang dilakukan benar-benar merupakan
penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data yang diperoleh
dilapangan
8. Hasil reduksi data yaitu suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-
kesimpulan finalnya
9. Laporan merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan
ditaati oleh masyarakat keilmuan.
I. Teknik Keabsahan Data
Keabsahan data adalah upaya yang dilakukan dengan cara menganalisa
atau memeriksa data, mengorganisasikan data, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting berdasarkan kebutuhan dalam penelitian dan
memutuskan apa yang dapat dipublikasikan. Langkah analisis data akan melalui
beberapa tahap yaitu, mengelompokkannya, memilih dan memilah data lalu
kemudian menganalisanya. Untuk memperkuat keabsahan data, maka peneliti
melakukan usaha-usaha yaitu diteliti kredibilitasnya dengan melakukan teknik
triangulasi data. Triangulasi merupakan teknik yang digunakan untuk menguji
kepercayaan data (memeriksa keabsahab data atau verivikasi data), dengan istilah
lain dikenal dengan trustworthhinnes, yang dapat digunakan untuk keperluan
mengadakan pengecekan atau pembanding terhadap data yang telah dikumpulkan.
Dalam penelitian ini, keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi.
Menurut Sugiyono (2013) triangulasi kreadibilitas tersebut diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber, cara dan berbagai waktu. Dengan
demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi waktu dan triangulasi teknik
pengumpulan data. Teknik keabsahan data tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Triangulasi sumber, yaitu mengumpulkan data dari guru terkait
problematika yang dihadapi dalam pelaksanaan proses pembelajaran
daring dan solusi praktis guru dalam menerapkan pembelajaran daring.
Serta mengumpulkan berbagai data dari siswa dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar mata pelajaran IPS tentang kendala guru
selama pembelajaran berlangsung, cara mengajar guru dan kendala
siswa itu sendiri dalam pembelajaran daring.
b. Triangulasi waktu, yaitu data yang dikumpulkan pada tangggal 11
Agustus – 14 September 2020 mengenai problematika guru IPS dalam
pembelajaran daring masa pandemi covid-19 mengcakup, 1) akses
jaringan internet yang belum memadai, 2) guru “debt collector”, 3)
gagap dalam penguasaan teknologi dan, 4) kondisi psikis guru maupun
siswa yang merasa bosan dalam pembelajaran daring yang terlalu lama.
Sedangkan solusi praktis guru dalam pembelajaran daring yaitu
menerapkan pembelajaran luring dengan melakukan kunjungan dari
rumah kerumah.
c. Triangulasi teknik, yaitu untuk menguji keabsahan data yang dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang samadengan teknik
yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh melalui wawancara,
kemudian di cek dengan observasi, dan dokumentasi. Bila dengan tiga
keabsahan data tersebut menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti
melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan
atau yang lain untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau
mungkin semuanya benar karena mempunyai sudut pandang yang
berbeda-beda.
J. Etika Penelitian
Etika penelitian adalah sudut pandang atau ketentuan baik, buruk, benar
atau salah dalam kegiatan penelitian. Penerapan etika yaitu:
1. Meminta persetujuan informan (informant consent) untuk diwawancarai
2. Meminta izin informan jika ingin merekam wawancara, atau ambil foto/
video
3. Menjaga kerahasiaan identitas informan, jika terkait informasi sensitif
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Profil Kabupaten Selayar
1. Kabupaten Selayar
Pada masa lalu, Kabupaten Kepulauan Selayar pernah menjadi rute
dagang menuju pusat rempah-rempah di Maluku. Di Pulau Selayar, para
pedagang singgah untuk mengisi perbekalan sambil menunggu musim yang
baik untuk berlayar. Aktivitas pelayaran ini pula muncul nama Selayar. Nama
Selayar berasal dari kata cedaya (Bahasa Sanskerta) yang berarti satu layar,
karena konon banyak perahu satu layar yang singgah di pulau ini. Kata
cedaya telah diabadikan namanya dalam Kitab Negarakertagama karangan
Empu Prapanca pada abad 14. Ditulis bahwa pada pertengahan abad 14,
ketika Majapahitdipimpin oleh Hayam Wurukyang bergelar Rajasanegara,
Selayar digolongkan dalam Nusantara, yaitu pulau-pulau lain di luar Jawa
yang berada di bawah kekuasaan Majapahit. Ini berarti bahwa armada Gajah
Madaatau Laksamana Nala pernah singgah di pulau ini.
Belanda mulai memerintah Selayar pada tahun 1739. Selayar
ditetapkan sebagai sebuah keresidenan dimana residen pertamanya adalah W.
Coutsier (menjabat dari 1739-1743). Berturut-turut kemudian Selayar
diperintah oleh orang Belanda sebanyak 87 residen atau yang setara dengan
residen seperti Asisten Resident, Gesagherbber, WD Resident, atau
Controleur. Barulah Kepala pemerintahan ke 88 dijabat oleh orang Selayar,
yakni Moehammad Oepoe Patta Boendoe. Saat itu telah masuk penjajahan
Jepang sehingga jabatan residen telah berganti menjadi Guntjo Sodai, pada
tahun 1942. Di zaman Kolonial Belanda, jabatan pemerintahan di bawah
keresidenan adalah Reganschappen. Reganschappen saat itu adalah wilayah
setingkat kecamatan yang dikepalai oleh pribumi bergelar "Opu".
Hari Jadi Kabupaten Kepulauan Selayar diambil dari tahun
masuknya Agama Islam di Kabupaten Kepulauan Selayar yang dibawa oleh
Datuk Ribandang, yang ditandai dengan masuk Islamnya Raja Gantarang,
Pangali Patta Radja, yang kemudian bernama Sultan Alauddin, pemberian
Datuk Ribandang. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1605, sehingga ditetapkan
Hari Jadi Kabupaten Kepulauan Selayar adalah 29 November 1605.
2. Letak Geografis
Kabupaten Selayar terletak di sebelah selatan dari Provinsi Sulawesi
Selatan. Ibu kolta Kabupaten Kepulauan Selayar adalah Kota Benteng yang
terletak di ujung pulau Selayar yang memanjang dari utara ke selatan. Daerah
ini merupakan satu-satunya Kabupaten di Sulawesi Selatan yang seluruh
wilayahnya terpisah dari daratan Sulawesi. Daerah yang terdiri dari gugusan
beberapa pulau sehingga membentuk suatu wilayah kepulauan. Wilayah
Kabupaten Kepulauan Selayar terdiri atas 130 Pulau baik pulau besar maupun
pulau kecil. Gugusan Kepulauan tersebut sebagian dihuni penduduk, sebagian
adalah pulau yang tidak berpenghuni. Pulau-pulau berpenghuni tersebut
antara lain Pulau Pasi Tanete, Pulau Pasi Gusung, Bahuluang, Tambolongang,
Polassi, Jampea, Lambego, Bonerate, Pasi Tallu, Kakabia, Jinato, Kayuadi,
Rajuni, Rajuni Bakka, Rajuni Ki’di, Kalaotoa, Latondu, Pulo Madu dan lain-
lain. Jumlah keseluruhan pulau berpenghuni 26 buah.
Secara geografis wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar terletak
antara 5042’~7035’ Lintang Selatan dan 120015’~122030’ Bujur Timur.
Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi
Sulawesi Selatan, dan satu-satunya Kabupaten yang terpisah dari Pulau
Sulawesi, dengan batas- batas wilayah sebagai berikut: 1) sebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba, 2) sebelah timur berbatasan
dengan Perairan Teluk Bone, 3) sebelah barat berbatasan dengan Perairan
Selat Makassar, dan 4) sebelah selatan dengan Laut Flores.
Luas keseluruhan wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar adalah
10.503,69 km2 dimana luas daratan 1.357,03 km2 , sedangkan luas laut
9.146,66 km2 , dengan panjang garis pantai yaitu 670 km. Secara
administratif Kabupaten Kepulauan 27 Selayar terbagi atas 11 Kecamatan, 81
desa dan 7 kelurahan. Sebanyak 5 (lima) kecamatan berada di Kepulauan,
masing-masing Kecamatan Pasimarannu dengan ibukotanya Bonerate,
Kecamatan Pasimasunggu dengan ibukotanya Benteng Jampea, Kecamatan
Pasimasunggu Timur ibukotanya Ujung Jampea, Kecamatan Taka Bonerate
ibukotanya Kayuadi, dan Kecamatan Pasilambena ibukotanya Kalaotoa.
Adapun 6 kecamatan lainnya berada di daratan Pulau Selayar, masing-
masing Kecamatan Benteng ibukotanya Benteng, Kecamatan Bontoharu
ibukotanya Matalalang, Kecamatan Bontosikuyu ibukotanya Pariangan,
Kecamatan Bontomanai ibukotanya Polebunging, Kecamatan Buki
ibukotanya Buki dan Kecamatan Bontomatene ibukotanya Batangmata.
3. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Selayar pada tahun 2013
tercatat sebanyak 124.553 jiwa yang terdiri dari laki-laki 59.800 jiwa dan
perempuan 64.753 jiwa. Sedangkan Jumlah kecematan Kabupaten Kepulauan
Selayar sebanyak 11 Kecamatan dan memiliki 7 kelurahan, 81 desa, 63 RW,
567 RT. Terdiri dari 2 sub area wilayah pemerintahan yaitu wilayah daratan
yang meliputi Kecamatan Benteng, Kecamatan Bontoharu, Kecamatan
Bontomanai, Kecamatan Buki, Kecamatan Bontomatene, dan Kecamatan
Bontosikuyu. Sedangkan wilayah kepulauan yaitu Kecamatan Pasimasunggu,
Kecamatan Pasimasunggu Timur, Kecamatan Takabonerate, Kecamatan
Pasimarannu, dan Kecematan Pasilambena (Badan Pusat Statistik Kabupaten
Selayar 2020).
Penyebaran penduduk Kabupaten Kepulauan Selayar dirinci menurut
kecamatan, menunjukkan bahwa penduduk masiih terkonsentrasi di wilayah
Kecamatan Benteng, yaitu sebanyak 22.412 jiwa, di susul Kecamatan
Bontosikuyu sebanyak 14.506 jiwa, Kecamatan Bontoharu sebanyak 12.704
jiwa, sedangkan jumlah pendudk paling rendah yaitu Kecamatan Buki
sebanyak 6.180 jiwa, kemudian di urutan 4, 5, dan 6, Kecematan
Bontomatene sebanyak 12.673 31 jiwa, Kecamatan Takabonerata sebanyak
12.673 jiwa, dan Kecamatan Bontomanai diposisi ke 6 sebanyak 12.326 jiwa,
di susul posisi 7 Kecamatan Pasimarannu 9.011 jiwa, kemudian diikuti
Kecamatan Pasimasunggu sebanayak 7.805 jiwa, sedangkan diposisi 9 dan
10, Kecamatan Pasimasunggu Timur sebanyak 7.333 jiwa dan Kecamatan
Pasilambena sebanyak 6.985 jiwa.
4. Keadaan pendidikan
Kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang layak, relevan dan
bermutu adalah merupakan hak dari setiap warga Negara. Meningkatnya
angka partisipasi pendidikan dari setiap penduduk merupakan salah satu
indikator penting penilaian keberhasilan pembangunan suatu bangsa/daerah.
Dalam beberapa tahun terakhir, hasil pembangunan di Kabupaten Kepulauan
Selayar, khususnya dalam bidang pendidikan masih perlu mendapatkan
perhatian yang serius. Dengan demikian, masalah pokok pada bidang
pendidikan terletak pada dalam mendapatkan layanan khususnya dalam
menuntaskan wajib belajar 9 tahun menuju penuntasan pendidikan 12 tahun
pada tingkat pendidikan menengah. Hal ini terkait dengan mutu pendidikan
yang jika dihubungkan dengan Standar 35 Nasional Pendidikan belum
sepenuhnya memadai dan terjamin dengan baik.
Dalam mendukung kehidupan sosial, pendidikan merupakan salah
satu faktor penting untuk menjamin mutu sumber daya manusia (SDM).
Tingkat pendidikan akan mempengaruhi pola pikir, pola tingkah laku dan
interaksi sosial seseorang sebagai bagian dari anggota masyarakat dalam
melakukan aktivitas untuk menunjang kebutuhan hidupnya. Pendidikan akan
secara langsung memberi sumbangan terhadap keterampilan dan strategi
kelangsungan hidup pada seseorang. Berikut tabel jumlah sekolah di
Kabupaten Kepulauan Selayar:
No Kecamatan SD
Sederajat SMP
Sederajat SMA
Sederajat SMK
Sederajat Total
N S JML N S JML N S JML N S JML Total 144 11 155 52 11 63 10 2 12 8 0 8 238
1 Kec. Pasimarannu
10 0 10 3 0 3 1 0 1 0 0 0 14
2 Kec. Bontosikuyu
21 1 22 7 1 8 1 0 1 1 0 1 32
3 Kec. Bontoharu 14 2 16 4 2 6 1 1 2 0 0 0 24
4 Kec. Bontomatene
17 0 17 6 0 6 1 0 1 1 0 1 25
5 Kec. Bontomanai
19 3 22 5 3 8 1 0 1 1 0 1 32
6 Kec. Benteng 9 3 12 3 3 6 2 1 3 3 0 3 24
7 Kec. Taka Bonerate 13 0 13 7 0 7 1 0 1 0 0 0 21
8 Kec. Pasilambena
10 0 10 5 0 5 0 0 0 1 0 1 16
9 Kec. Pasimasunggu Timur
9 0 9 3 1 4 1 0 1 0 0 0 14
10 Kec. Buki 12 2 14 5 0 5 1 0 1 0 0 0 20
11 Kec. Pasimasunggu
10 0 10 4 1 5 0 0 0 1 0 1 16
Tabel 3. Jumlah Sekolah Kabupaten Selayar
B. Profil SMPN 3 Selayar
1. SMPN 3 Selayar
SMP Negeri 3 Kepulauan Selayar berlokasi di Desa Harapan, Kecamatan
Bontosikuyu didirikan pada tahun 1979 namun mulai beroperasi pada tahun 1976
dengan menumpang pada bangunan lain. Pada tahun pelajaran 2020/2021 ini SMP
Negeri 3 Kepulauan Selayar membina 231 peserta didik yang terbagi ke dalam 9
rombongan belajar. Setiap ruang kelas menampung rata-rata sebanyak 20 – 32
peserta didik.
SMP Negeri 3 Kepulauan selayar kini dibawah kepemimpinan Bau Desa,
S.Pd. memiliki Tenaga Pendidik sebanyak 28 orang dengan rincian 10 orang guru
PNS dan 2 orang Pegawai Tidak Tetap (PNS dipekerjakan), Guru Tetap (non PNS
tahunan) 15 orang dan guru tetap pegawai kontrak tahunan sebanyak 7 orang,
jumlah tenaga administrasi sebanyak 11 orang, 6 orang PNS dan 6 orang lainnya
non PNS.
Dari segi sarana dan prasana, SMP Negeri 3 Kepulauan Selayar memiliki
2 gedung laboratorium laboratorium IPA, 1 gedung Perpustakaan dan 13 ruang
kelas untuk belajar ( 3 ruang digunakan untuk ruang lain), 1 Gedung keterampilan
(digunakan sebagai ruang kepala sekolah, ruang guru, UKS, dan dapur). Sekolah
ini juga memiliki, 1 WC Kepala Sekolah, 3 WC guru dan 3 WC siswa. Adapun
visi dan misi SMP Negeri 3 Kepulauan Selayar adalah:
Visi SMP Negeri 3 Kepulauan Selayar
“Unggul dalam Prestasi berlandaskan IMTAQ, berwawasan IPTEK dan
Berkarakter Bangsa”
Misi SMP Negeri 3 Kepulauan Selayar
1. Meningkatkan kualitas sarana prasarana sekolah sesuai standar nasional
untuk mendukung terhadap keberhasilan proses pembelajaran;
2. Meningkatkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama
yang dianut, juga terhadap budaya bangsa sehingga tumbuh iman dan
taqwa (IMTAQ) sebagai sumber kearifan bertindak dalam hidup
bermasyarakat yang disertai akhlaq terpuji;
3. Meningkatkan kualitas dalam proses belajar mengajar yang inovatif,
efektif dan efisien dalam rangka mengembangkan potensi peserta didik
secara optimal baik akademik maupun nonakademik (terutama untuk
meningkatkan perolehan rata-rata nilai UN dari tahun sebelumnya);
4. Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik;
5. Mewujudkan pengembangan minat, dan bakat olahraga sehingga dapat
menghasilkan atlet/olahragawan yang berprestasi di tingkat nasional;
6. Mewujudkan dan mengembangkan minat, bakat, dan apresiasi karya
seni melalui pembelajaran dan pelatihan sehingga dapat mencapai
prestasi di tingkat nasional;
7. Menumbuhkembangkan kepedulian terhadap lingkungan alam dan
social bagi seluruh warga sekolah sehingga tercipta suasana belajar dan
bekerja yang nyaman, bersih, aman, tertib, indah, dan menyenangkan;
8. Mewujudkan keunggulanan dalam proses pembelajaran sehingga dapat
menghasilkan peserta didik yang berprestasi baik dibidang akademis
maupun non akademis;
a) Menyediakan sarana prasarana yang memungkinkan peserta didik,
tenaga pendidik dan kependidikan dapat mengembangkan
pengetahuan dan memiliki kemampuan penguasaan ICT;
b) Mewujudkan tenaga pendidik dan kependidikan yang memenuhi
standar kualifikasi serta professional;
c) Mengembangkan budaya literasi yang nantinya peserta didik
memiliki karakter nilai religius, nasionalis, mandiri, gotong royong
dan integritas.
2. Letak Geografis
SMPN 3 Selayar terletak di Desa Harapan Kecamatan Bontosikuyu
Kabupaten Kepulauan Selayar. SMPN 3 Selayar berdiri di atas lahan seluas
18.449 m2 dengan luas bangunan 3.850 m2 dan merupakan SMPN satu-
satunya yang ada di Desa harapan. Letak geografis SMPN 3 Selayar
berhadapan dengan:
1. Sebelah utara SMPN 3 Selayar berhadapan dengan SMA Negeri
3 Selayar
2. Sebelah timur SMPN 3 Selayar berhadapan dengan lapangan
sepak bola pemuda galung
3. Sebelah selatan SMPN 3 Selayar berhadapan dengan SDN Inpres
Pariangan
4. Sebelah barat SMPN 3 Selayar berhadapan dengan perkebunan
kelapa sawit masyarakat.
3. Keadaan Penduduk
Kecamatan Bontosikuyu sebagai pusat pelayanan pemerintahan,
Perekonomian maupun Perdagangan, Informasi dan kegiatan sosial politik
oleh karena itu aktivitas penduduk cukup tinggi diantara semua kecamatan
yang ada di Kabupaten Kepulauan Selayar.
Jumlah penduduk di kecamatan Bontosikuyu lebih besar jumlah
perempuan dibandingkan laki-laki. Desa Harapan adalah desa yang jumlah
penduduknya terbanyak diantara beberapa desa di kecamatan Bontosikuyu
karena desa harapan merupakan ibu kota kecamatan Bontosikuyu
4. Keadaan Pendidikan
Keadaan pendidikan SMPN 3 Selayar dari segi bangunan sudah baik
dengan melihat bangunan yang cukup memadai, sarana dan prasarana untuk
mendukung proses berlangsungnya pembelajaran tatap muka juga sudah
mendukung. Tetapi dengan adanya pandemi covid-19 dengan dikeluarkannya
pula surat edaran Mendikbud bahwa kegiatan proses belajar mengajar di
laksanakan di rumah dengan melaksanakan proses pembelajaran daring, tetapi
pada kenyataannya dalam melaksanakan proses pembelajaran daring di
SMPN 3 Selayar tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya di bandingkan
sekolah-sekolah yang ada di pusat perkotaan.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran daring di SMPN 3
Selayar, kendala yang paling utama di daerah tersebut yaitu terkendala pada
akses jaringan yang tidak merata. Bayangkan saja di SMPN 3 Selayar akses
jaringan internet kadang mendukung dan kadang juga tidak mendukung, atau
akses jaringan internet masih belum stabil. SMPN 3 Selayar mempunyai
siswa yang bertempat tinggal di luar Desa Harapan. Bahkan beberapa siswa
SMPN 3 Selayar yang bertempat tinggal di Desa Laiyolo Baru, akses jaringan
internet belum masuk dan di Dusun Dodaiyah akses jaringan internet masih
juga tidak stabil.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Problematika guru IPS SMPN 3 Selayar dalam pembelajaran daring
di tengah pandemi covid 19
Di era Industri 4.0 merupakan perkembangan pesat teknologi
informasi dan komunikasi yang telah memiliki pengaruh yang besar
terhadap dunia pendidikan saat ini. Sejak awal ditemukannya teknologi
internet semua dengan mudahnya dapat diakses. Dengan munculnya
terobosan baru yang mulai memanfaatkan jaringan internet dalam proses
pembelajaran yang disebut dengan pembelajaran daring. Pembelajaran
daring dapat diartikan sebagai suatu konsep pembelajaran yang dimana
dalam pelaksanaannya menggunakan jaringan internet, intranet, dan
ekstranet atau komputer yang terhubung langsung dan cakupannya luas.
Ditengah pandemi covid-19 yang menyebabkan pemerintah dalam
hal ini Mendikbud mengeluarkan surat edaran No 4 tahun 2020 sehingga
semua instansi pendidikan harus melaksanakan pembelajaran secara daring
dan salah satunya di SMPN 3 Selayar. Hal ini menjadi tantangan tersendiri
karena sekolah tersebut belum terbiasa melaksanakan pembelajaran secara
online ditambah lagi di SMPN 3 Selayar tersebut memiliki akses jaringan
internet terbatas.
Berdasarkan hasil temuan peneliti di lokasi penelitian terkait
dengan tujuan penelitian melalui observasi ditemukan beragam informasi.
Adapun observasi yang telah dilakukan sendiri oleh peneliti di SMPN 3
Selayar tempat guru IPS melaksanakan proses pembelajaran secara daring
maka telah ditemukan bahwa akses jaringan internet yang kurang
mendukung karena jaringan internet terkadang ada dan kadang hilang, hal
tersebut pada saat guru IPS memberikan tugas melalui aplikasi whatsapp,
tugas tersebut tidak langsung terkirim dan dibutuhkan waktu 1-5 menit
untuk tugas tersebut dapat tersampaikan kepada siswa dalam proses
pelaksanaan pembelajaran secara daring. (Observasi, 11 Agustus 2020)
Hal tersebut membuat peneliti semakin tertarik apakah memang
pelaksanaan proses pembelajaran secara daring terhambat karena faktor
jaringan hanya guru IPS semata atau juga jaringan siswa yang tidak
mendukung. Oleh karena itu pada siang harinya, peneliti melakukan
observasi dengan mengunjungi salah satu rumah siswa yang terletak di
Desa Laiyolo Baru. Dari hasil observasi tersebut peneliti menemukan di
rumah siswa sama sekali tidak dapat di jangkau oleh jaringan internet.
(Observasi, 11 Agustus 2020)
Disamping jaringan internet yang tidak mendukung dalam
pelaksanaan proses pembelajaran daring, peneliti juga menemukan
problematika yang dialami guru IPS yaitu dalam pelaksanaan
pembelajaran daring, guru masih “debt collector” dalam mengajar padahal
tidak terlalu relevan diterapkan dalam proses pembelajaran daring.
Berdasarkan temuan peneliti di lokasi penelitian terkait dengan
tujuan penelitian melalui observasi. Adapun observasi yang telah
dilakukan sendiri oleh peneliti dengan ikut serta masuk melalui grup
aplikasi WhatsApp dengan nama grup GB IPS KLS 7C. Dalam
melaksanakan proses pembelajaran secara daring maka peneliti
menemukan, guru IPS hanya memberikan sederet tugas dan diberikan
batas waktu untuk mengumpulkan tugas dengan materi letak dan luas
Indonesia pada pertemuan kesatu. Padahal jika dikaitkan dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada kegiatan inti yaitu guru IPS
seharusnya menampilkan slide power point kemudian siswa menyimak
slide power point yang ditampilkan oleh guru IPS dan peserta didik
menuliskan hal-hal yang berkaitan dengan letak dan memahami lokasi
berdasarkan peta sesuai dengan slide powert point yang telah ditampilkan.
(Observasi, 14 Agustus 2020)
Untuk lebih memastikan problematika yang dialami guru IPS
dalam pembelajaran daring, apakah guru IPS masih “debt collector” yang
hanya memberikan tugas-tugas kepada siswa atau telah mengikuti panduan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah di buat oleh guru IPS itu
sendiri. Hasil temuan peneliti di lokasi penelitian terkait dengan tujuan
penelitian melalui observasi. Adapun observasi yang telah dilakukan
sendiri oleh peneliti dengan masih mengikuti perkembangan proses
pelaksanaan pembelajaran daring melalui grup aplikasi whatsapp dengan
nama grup GB IPS KLS 7C. Dalam melaksanakan proses pembelajaran
secara daring maka peneliti menemukan, guru IPS lagi-lagi hanya
memberikan sederet tugas-tugas dengan materi letak dan luas Indonesia
pada pertemuan kedua. Padahal jika dikaitkan kembali dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran pada kegiatan inti yaitu guru IPS seharusnya
menampilkan video tentang macam-macam peta, dan siswa menyimak
video yang ditampilkan oleh guru serta menuliskan hal-hal yang berkaitan
sesuai dengan video yang ditampilkan. (Observasi, 18 Agustus 2020
Disamping itu, problematika guru IPS bukan hanya masalah akses
jaringan dan guru masih “debt collector”, tetapi guru IPS juga mengalami
kendala mengenai proses pembelajaran daring yaitu guru dalam
penguasaan teknologi informasi. Berdasarkan temuan peneliti di lokasi
penelitian terkait dengan tujuan penelitian melalui observasi. Adapun
observasi yang telah dilakukan sendiri oleh peneliti melalui grup aplikasi
whatsApp dengan nama grup GB IPS KLS 7C. Dalam melaksanakan
proses pembelajaran secara daring maka peneliti menemukan bahwa guru
IPS hanya sering memberikan tugas-tugas kepada siswa dalam
pelaksanaan pembelajaran daring padahal seharusnya, guru wajib
membuat video untuk memberikan penjelasan tentang materi pelajaran
letak dan luas Indonesia agar pembelajaran lebih menarik perhatian siswa.
(Observasi, 14 Agustus 2020)
Dengan banyaknya berbagai kendala yang dialami guru IPS dalam
pelaksanaan pembelajaran daring, dan salah satunya yang menjadi pusat
perhatian peneliti melakukan observasi kembali mengenai kenapa guru IPS
tidak membuat power point maupun video mengikuti panduan proses
pelaksanaan pembelajaran. Adapun hasil observasi yaitu guru IPS tidak tau
aplikasi apa yang relevan digunakan untuk pembelajaran daring dan
merasa kesulitan untuk membuat video-video pembelajaran apalagi cara
mengirim video tersebut kepada siswa ditambah lagi guru IPS tidak bisa
terlalu lama di depan leptop karena mempengaruhi kondisi mata, dan
keluhan ketidak efektifan dilaksanakannya pembelajaran daring di SMPN
3 Selayar. Dengan adanya pernyataan jawaban tersebut, sehingga peneliti
melakukan penelusuran observasi ke grup whatsapp dengan nama GB IPS
KLS 7C. Dari hasil observasi tersebut peneliti mendapatkan bahwa tingkat
kejenuhan dan kebosanan terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran daring
karena pada saat guru IPS mau mengabsen siswa, hanya 5 orang yang
hadir dari 23 siswa. (Observasi, 13 September 2020)
Adapun hasil temuan peneliti di lokasi penelitian terkait dengan
tujuan penelitian melalui wawancara, ditemukan beragam informasi
sebagai bahan untuk dianalisis menjadi hasil penelitian. Adapun hasil
wawancara yang telah dilakukan sendiri oleh peneliti dilapangan, dalam
hal ini yang menjadi problematika guru IPS dalam melaksanakan
pembelajaran daring yang pertama adalah terkendala dengan akses
jaringan internet yang tidak merata, dan kemudian mampu dipertegas oleh
informan.
Ibu Sastrawaty selaku guru IPS mengatakan bahwa:
“ampa berbicara kendala pasti lohe inni, gelepa masalah jaringan a battu-battu. Kadang biasa baji, biasa gele tongi baji jari mauki apa. Nahh inni sekarang harus paki ngajara secara online ka saba korona bela. Na bau-baupi rie pole tu positif. Injo makala. (Wawancara, 12 Agustus 2020).
Berdasarkan data hasil wawancara dengan guru IPS selaku
informan dapat disimpulkan bahwa berbicara mengenai kendala dalam
pembelajaran daring sangat beranekaragam dan salah satunya adalah
masalah akses jaringan yang kadang baik dan kadang juga tidak baik. Hal
ini berdampak dalam pembelajaran secara daring sehingga tidak berjalan
dengan baik.
Setelah peneliti melakukan wawancara dengan guru IPS. peneliti
selanjutnya melakukan wawancara dengan ibu Bau Desa. Adapun hasil
wawancara dengan ibu Bau Desa tidak jauh berbeda dengan guru IPS,
yang mengatakan bahwa:
“kendala guru IPS injo lohe. Terkendalai pada akses jaringan nak. Ka nakke ampa inni hp ku biasa ballo jaringanna biasa gelei. Gelei bersahabat bela”. (Wawancara, 12 agustus 2020).
Dapat disimpulkan bahwa pemaparan informasi yang diberikan
oleh ibu BD yaitu dalam pembelajaran daring, banyak kendala yang
dihadapi guru IPS dan salah satunya akses jaringan internet sebab jaringan
terkadang baik dan terkadang juga tidak bersahabat.
Hal yang sama di ungkapkan oleh ibu Selvianty yaitu:
“yang dihadapi seorang pendidik yaitu kurasa pelaksanaan pembelajaran daring inni gelei I efektif, yang mana jaringan kurang mendukung untuk terhubung kepeserta didik”. (Wawancara, 13 Agustus 2020).
Hasil pemaparan informasi dari ibu Selvianty dapat disimpulkan
bahwa yang dihadapi oleh tenaga pendidik dalam pelaksanaan
pembelajaran daring tidak dapat berjalan dengan efektif disebabkan
jaringan yang kurang mendukung untuk terhubung kepeserta didik dalam
proses pembelajaran daring.
Dengan adanya berbagai informasi dari hasil wawancara tentang
problematika selama pembelajaran daring mengenai akses jaringan
internet yang kurang mendukung. Maka peneliti melanjutkan mencari data
melalui wawancara untuk lebih memastikan apakah memang akses
jaringan internet yang kurang mendukung hanya guru yang mengalami
problematika tersebut, lalu bagaimana dengan siswa. Berdasarkan hasil
temuan peneliti di lokasi penelitian terkait dengan tujuan penelitian
melalui wawancara dengan siswa di lokasi SMPN 3 Selayar pada saat
siswa mengambil buku paket pelajaran.
Wawancara terhadap siswa Ahmad Firdaus Nur mengatakan
bahwa:
“iye kak, nakke tidak senang belajar daring kak, ka jaringan ri kampungku kak gelei ballo. Surang pole ampa arakki jaringan nu baji-baji lampa paki ri saponna urangta kak ri pariangan ka ballo-balloji jaringan rinjo”. (Wawancara, 14 agustus 2020)
Dari hasil wawancara dengan siswa Ahmad Firdaus Nur dapat
disimpulkan bahwa siswa tidak senang dalam pelaksanaan pembelajaran
daring karena jaringan internet yang kurang mendukung di tempat
tinggalnya. Dan dalam melaksanakan pembelajaran daring, siswa kadang
kala pergi di tempat tinggal temannya untuk mencari jaringan internet
yang baik.
Pendapat yang tidak jauh berbeda dengan siswa Andi Arniati
mengatakan bahwa:
“ampa pilajara daring kak, sebenarna gelei ballo ka jaringan biasa lari-lari surang pole biasa kuota internetku nakke tidek.. hehehehe”. (Wawancara, 14 Agustus 2020)
Hasil wawancara dengan siswa Andi Arniati dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran daring tidak efektif dilaksanakan karena jaringan
yang kadang tidak baik, di tambah lagi kadang siswa tidak mempunyai
kuota internet.
Untuk lebih memastikan bahwa akses jaringan yang tidak
mendukung berlangsungnya pembelajaran daring. peneliti melakukan
wawancara dengan mengungjungi rumah salah satu siswa di Desa laiyolo
Baru. Hasil wawancara dengan siswa Hengki Kurniawan mengatakan
bahwa:
“nakke kak gelea senang appilajara pakonni kak. Ka ri kampungku nakke tidek sinyal kdong kak. Jari ampa sikolah daring tulusu, dehhh marasaiki, jari biasana lampa a ri bontoala ri saponna pitti, ka rinjo paki biasa na ballo jaringan”. (Wawancara, 15 Agustus 2020)
Hasil wawancara dengan Hengki Kurniawan dapat disimpulkan
bahwa siswa tidak senang pembelajaran dilaksanakan secara daring,
karena di tempat tinggal siswa tersebut tidak dapat dijangkau jaringan
internet. Dalam pembelajaran daring biasanya siswa kerumah temannya
yang bernama fitri untuk mencari jaringan internet dalam melaksanakan
pembelajaran daring.
Oleh karena itu pelaksanaan pembelajaran daring tidak efektif
dilaksanakan di berbagai daerah karena masalah akses jaringan yang tidak
merata dan salah satunya di SMPN 3 Selayar. adapun problematika yang
lain guru IPS dalam melaksanakan pembelajaran daring yaitu karena guru
masih “debt collector” dengan hanya memberikan tugas-tugas kepada
siswa padahal dengan hanya memberikan tugas kepada siswa tidak begitu
relevan dengan pelaksanaan sistem pembelajaran daring.
Berdasarkan hasil temuan peneliti di lokasi penelitian terkait
dengan tujuan penelitian melalui wawancara ditemukan beragam informasi
sebagai bahan untuk dianalisis menjadi hasil penelitian. Adapun hasil
wawancara yang telah dilakukan sendiri oleh peneliti di lapangan yaitu
Ibu Sastrawaty selaku guru IPS pada saat wawancara mengatakan
bahwa:
“ampa metode pembelajaran. Nakke langsungji ku kirimkan tugas-tugas lampa ri anak-anak injo. Ka manna la makeki video call biasa geleji lalangngere anak-anak. Lapaka kaliru juaki. Ka tua maki pole jari dikirmkan saja tugas toh supaya ada mereka kerja”. (Wawancara, 12 Agustus 2020).
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Sastrawaty selaku guru
IPS dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran daring, metode
yang dipakai melaksanakan pembelajaran dengan langsung memberikan
tugas-tugas kepada siswa.
Oleh karena itu peneliti melakukan wawancara dengan siswa untuk
memastikan apakah guru IPS hanya memberikan tugas-tugas kepada siswa
dalam melaksnakan pembelajaran online. Hasil temuan peneliti melalui
wawancara dengan siswa Ahmad Firdaus Nur mengatakan bahwa:
“pakonni kak, ampa ibu gelejaki lajelaskan rolo. Langsung jaki lasare tugas ampa lasuruh kumpul kak”. (Wawancara, 14 Agustus 2020)
Hasil wawancara dengan siswa Ahmad Firdaus Nur dapat
disimpulkan bahwa guru IPS dalam melaksanakan pembelajaran secara
daring langsung memberikan tugas kepada siswa kemudian dikumpul
dengan waktu yang telah ditentukan.
Kemudian peneliti melakukan wawancara kembali dengan salah
satu siswa Nabila Zahra. Hasil wawancara mengatakan bahwa:
“nakke pusing ja kak. Ka lohe sanna tugas lasareangki. Gelepi pole mata pelajaran maraeng injo. Nakke kuangaian jua appilajara ri passikolaang ka kulleki la jelaskan guru ampa geleki mengerti. Ampa pembelajaran online dohh, gele kungai kak”. (Wawancara, 15 Agustus 2020).
Adapun hasil wawancara Nabila Zahra dapat disimpulkan bahwa
sisiwa merasa pusing karena banyak tugas yang diberikan dan belum lagi
tugas dari mata pelajaran lain. Siswa tersebut lebih meyukai proses
pembelajaran dilaksanakan disekolah karena dapat bertanya kepada guru
secara langsung dari pada melaksanakan pembelajaran secara daring.
Pendapat senada dari hasil wawancara dengan Riki Wahyudi
mengatakan bahwa:
“selama pembelajaran daring kak, gelepi ibu minang anjelaskan atau buat video. Sangging tugas jua lasareangki la kirim na manna mata pelajaran lain lohe tongi tugasna lasareangki bela kak”. (Wawancara, 15 Agusutus 2020).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Riki Wahyudi dapat
disimpulkan bahwa selama pembelajaran daring berlangsung, ibu guru
belum pernah menjelaskan atau membuat video dalam mengajar tetapi
lebih sering memberikan tugas dengan mengirim ke grup dan belum lagi
tugas mata pelajaran lain.
Beberapa problematika yang dihadapi guru IPS, mulai dari akses
jaringan yang tidak mendukung serta guru IPS masih “debt collector”
yang hanya mengirim tugas-tugas kepada siswa melalui grup selama
pembelajaran daring dilaksanakan sehingga peneliti merasa tertarik kenapa
guru IPS hanya memberikan tugas-tugas kepada siswa padahal bisa saja
ibu guru IPS bisa membuat power point maupun video dengan mengikuti
panduan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat. Apakah
guru IPS mengalami problematika tentang gagap dalam penguasaan
teknologi.
Untuk memperkuat rasa penasaran peneliti terkait dengan
problematika tersebut sehingga peneliti melakukan penelusuran melalui
wawancara dengan guru IPS Sastrawaty melalui whatsapp dengan
mengatakan bahwa:
“iye nak, ibu tidak tau aplikasi apa yang baik digunakan kalau pembelajaran daring nak. Baru gelea pole ngisse buat video-video nak. Ditambah lagi gelei kulle sallo ri leptop nak ka lapaka pakrisi mata. Jari tugas mamo kusareangi anak-anak injo. Na inni pembelajaran online gelei memang efektif ri laksnakan rinni nak”. (Wawancara melalui whatsapp, 13 September 2020)
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru IPS Sastrawaty melalui
whatsapp dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran daring ibu tidak
tau aplikasi apa yang relevan digunakan dan ibu tidak tau cara membuat
video-video pembelajaran yang menarik, ditambah lagi ibu tidak bisa
teralu lama didepan leptop karena mempegaruhi kondisi mata sehingga ibu
hanya memberikan tugas-tugas kepada siswa dan pembelajaran daring
tidak efektif dilaksanakan di SMPN 3 Selayar.
Dengan adanya pernyataan tersebut diatas oleh guru IPS yang
hanya memberikan tugas-tugas kepada peserta didik sehingga proses
pembelajaran berjalan monoton, sehingga peneliti melakukan penelusuran
melalui wawancara berdasarkan data hasil observasi yang hanya 5 orang
hadir dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut. Adapun hasil wawancara
dengan siswa Rahman Arif mengatakan bahwa:
“kak sallomakang inni pembelajaran daring, maing injo sangnging tugas juamo ri jama. Bosanma kak appilajara daring. arakma ngumpul nekke surang urang-rangku appilajara simpole ri passikolaang”. (Wawancara, 14 September 2020).
Dari hasil wawancara dengan siswa Rahman Arif dapat
disimpulkan bahwa telah sekian lama melaksanakan pembelajaran daring
dan setiap melaksanakan pembelajaran sering di berikan tugas-tugas oleh
guru sehingga siswa menjadi mengeluh, bosan dan siswa mengharapkan
untuk belajar disekolah sehingga dapat berkumpul dengan teman-teman.
Pendapat senada dikemukakan oleh siswa Rahmiyani yaitu:
“nakke bosan ma kak. Na malasa juama appilajara daring, na rinduma nakke appilajara ri passikolaang. Ampa pilajara online , biasa geleja minahang nakke kak”. (Wawancara, 14 September 2020).
Dari hasil wawancara dengan siswa Rahmayani dapat disimpulkan
bahwa siswa mengalami kebosanan serta malas dalam melaksanakan
pembelajaran daring, oleh karena itu siswa rindu dengan suasana belajar
mengajar dilaksanakan disekolah karena dalam proses pelaksanaan
pembelajaran daring siswa tersebut kadang tidak mengikuti pembelajaran.
Terdapat pula studi dokumen dalam melaksanakan proses
pembelajaran daring di tengah pandemi covid-19 pada mata pelajaran IPS,
guru tidak mengikuti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah
dibuat, sehingga proses pembelajaran tidak bervariasi atau proses
pembelajaran bersifat monoton yang hanya memberikan tugas-tugas
kepada siswa. Seharusnya guru IPS mengikuti langkah-langkah Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran terkait materi tentang letak dan luas Indonesia
pada pertemuan pertama yaitu dengan mengirim slide power point ke
group whatsapp, kemudian siswa menyimak slide powert point yang
ditampilkan oleh guru serta menuliskan hal-hal yang berkaitan dengan
letak dan memahami lokasi berdasarkan peta sesuai dengan slide power
point yang telah ditampilkan. Setalah itu guru memberikan tanya jawab
terkait materi yang diberikan guna menggali pengetahuan siswa, kemudian
peserta didik memberikan umpan balik terkait pertanyaan dari guru dan
dilanjutkan guru memberikan akspresiasi pada peserta didik yang aktif
dalam sesi Tanya jawab. Peserta didik menceritakan kembali tentang letak
dan luas Indonesia secara singkat dalam bentuk video dan dikirm ke group
whatsapp. (RPP dapat dilihat pada lampiran dokumen)
Pada pertemuan kedua terkait dengan letak dan luas Indonesia
dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yaitu seharusnya guru
menampilkan macam-macam peta dengan mengirim ke group whatsapp
dan peserta didik menyimak video yang ditampilkan oleh guru serta
menuliskan hal-hal yang berkaitan sesuai dengan video yang telah
ditampilkan, kemudian guru membimbing peserta didik untuk
mengidentifikasi dan menganalisis pertanyaan yang sesuai dengan video
dan memberikan tanya jawab terkait materi yang diberikan guna menggali
pengetahuan peserta didik. Peserta didik memberikan umpan balik terkait
pertanyaan dari guru dan memberikan apresiasi kepada peserta didik yang
aktif dalam hal menjawab pertanyaan dari guru. Setalah itu peserta didik
menceritakan kembali dalam bentuk video dan dikirm ke group whatsapp.
2. Solusi praktis guru IPS SMPN 3 Selayar dalam menerapkan
pembelajaran daring di tengah pandemi covid-19
Pembelajaran daring sangat penting untuk dilaksanakan di tengah
pandemi covid-19 ini untuk dapat memutus mata rantai penyebaran covid-
19. Tetapi pada dasarnya pembelajaran daring tersebut sangat tidak efektif
dilaksanakan di berbagai daerah khususnya di SMPN 3 Selayar, karena
disebabkan berbagai faktor yaitu akses jaringan yang tidak merata karena
di tempat tinggal sebagian siswa tidak dapat dijangkau oleh akses jaringan
internet, guru masih “debt collector” yang tidak relevan dalam
pembelajaran daring yang hanya mengirim tugas-tugas selama proses
pembelajaran berlangsung, gagap dalam penguasaan teknologi informasi
karena dalam pelaksanaan pembelajaran, metode yang dipakai tidak
beranekaragam atau dalam hal ini tidak mengikuti panduan Proses
Pelaksanaan Pembelajaran serta problematika yang lain adalah kondisi
psikis yang dialami siswa yaitu kebosanan dan malas dalam melaksanakan
pembelajaran daring.
Di SMPN 3 Selayar, dalam memberikan solusi terhadap
pembelajaran daring yang tidak berjalan dengan baik yaitu dengan
melakukan pembelajaran secara luring selama satu kali dalam seminggu
dengan melakukan kunjungan dari rumah kerumah. Hal tersebut membuat
guru dan siswa dapat melaksanakan pembelajaran serta mampu mengulang
materi yang dalam pembelajaran daring masih banyak mengalami
kesulitan.
Berdasarkan hasil temuan peneliti di lokasi penelitian terkait
dengan tujuan penelitian melalui observasi ditemukan beragam informasi.
Adapun observasi yang telah dilakukan sendiri oleh peneliti, tepatnya di
rumah salah satu siswa Desa Laiyolo Baru maka telah ditemukan bahwa
guru IPS dalam menerapkan solusi pembelajaran daring yaitu dengan
dilaksanakannya pembelajaran secara luring yang dalam proses
pembelajaran tersebut siswa begitu aktif bertanya tentang materi yang
belum dipahami. (Observasi, 12 Agustus 2020)
Setelah peneliti melakukan observasi di Desa Laiyolo Baru.
Kemudian peneliti mengikuti guru IPS untuk melakukan pembelajaran
luring selanjutnya di Desa Harapan. Pada saat sudah tiba di rumah siswa,
peneliti melihat begitu antusiasnya siswa mengikuti pembelajaran luring
karena semua siswa hadir pada saat pembelajaran tersebut. Dan pada saat
proses pembelajaran sedang berlangsung, siswa tersebut tidak kalah aktif
bertanya kepada guru dan salah satu siswa yang bernama Diki,
mengatakan bahwa saya senang belajar seperti ini dari pada pembelajaran
daring. (Observasi, 12 Agustus 2020)
Adapun Hasil temuan peneliti di lokasi penelitian terkait dengan
tujuan penelitian melalui wawancara, ditemukan beragam informasi
sebagai bahan untuk dianalisis menjadi hasil penelitian. Adapun hasil
wawancara yang telah dilakukan sendiri oleh peneliti dilapangan, dalam
hal ini pada tanggal 12 Agustus 2020 yang menjadi solusi praktis guru
dalam pembelajaran daring yaitu dengan menerapkan pembelajaran luring,
dan kemudian mampu dipertegas oleh informan.
Wawancara terhadap ibu Bau Desa mengatakan bahwa:
“kebijakan sekolah yang diberikan kepada guru misalnya itu kita mengajar secara daring menyesuiakan dan mempertimbangakn keadaan siswa. Misalnya, ampa siswa na rie hp na kulle mengikuti pembelajaran daring. itupun ampa ammana atau bapaknya mengiayakan proses tersebut. Klo orang tua untuk i. pihak sekolah merekomendasikan siswa untuk mengikuti pembelajaran luring karena ini merupakan solusi yang baik nak”. (Wawancara, 12 Agustus 2020).
Hasil wawancara dengan ibu Bau Desa dapat disimpulkan bahwa
sekolah mengambil kebijakan yang diberikan kepada guru dan siswa.
Misalkan saja dalam melaksanakan pembelajaran daring harus
mempertimbangkan keadaan siswa dan harus meminta izin kepada kedua
orang tua siswa. Jika orang tua tidak mengizinkan maka pihak sekolah
merekomendasikan siswa untuk mengikuti pembelajaran luring. Ini
merupakan solusi yang terbaik.
Wawancara dengan ibu Sastrawaty selaku guru IPS mendukung
pernyataan ibu Bau Desa dan mengungkapkan bahwa:
“iya rie kebijakan, disamping pembelajaran daring, rie tongi pembelajaran luring, inni ballo solusi ka pembelajaran daring gelei berjalan baik. Nakke kungaian jua pembelajaran luring kudi dari pada pembelajaran daring. ka ampa luring kulleki siruppa langsung dengan siswa na kulle lagi di tau apa siswa mengerti ini atau gelepi. Ampa gelepi, kulle langsung na tanyakan nugelenjo la isse”. (Wawancara, 12 Agustus 2020).
Berdasarkan pemaparan dari hasil wawancara dengan ibu
Sastrawaty dapat disimpulkan bahwa ada kebijakan dari pemerintah dan
sekolah, disamping pembelajaran daring berlangsung, disertai pula
pembelajaran secara luring dengan berkunjung dari rumah kerumah sebab
dapat berinteraksi secara langsung dengan para siswa sehingga dapat
diukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran tersebut. Dan siswa juga
lebih menyukai pembelajaran luring karena dapat bertanya secara langsung
dengan guru terkait materi pembelajaran tersebut.
Untuk memperkuat hasil wawancara terhadap solusi dari
pembelajaran daring yaitu dengan dilaksanakan pembelajara secara luring.
Sehingga peneliti melakukan melakukan wawancara dengan beberapa
siswa. Adapun hasil wawancara dengan siswa Ahmad Firdaus Nur
mengatakan bahwa:
“kungaian jua nakke kak pembelajaran ri passikolaang ampa nakke kak. Tapi ampa ri papilea antara pembelajaran luring na pembelajaran daring kak, lebih kungai pembelajaran luring, manna mamo ri sapoki appilajara ka kulleki langsung akkutaknang ri guru ampa gelei ri isse kak”. (Wawancara, 14 Agustus 2020)
Hasil wawancara diatas dengan siswa Ahmad Firdaus Nur dapat
disimpulkan bahwa dalam proses belajar mengajar siswa tersebut lebih
menyukai dilaksanakan di sekolah. Tetapi di tengah pandemi covid-19 ini
dalam pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan dua pilihan yaitu
pembelajaran secara daring dan pembelajaran secara luring. Siswa tersebut
lebih menyukai pembelajaran secara luring walaupun dilaksanakan dari
rumah kerumah sebab bisa langsung bertanya kepada ibu guru jika ada
yang tidak di mengerti.
Adapun hasil pendapat yang sama dari hasil wawancara dengan
salah satu siswa Gusti Wirawan mengatakan bahwa:
“ampa pembelajaran online kak, lohe tugas na geleki mengerti. Nakke akrakang jua a kak appilajara luring, karena geleji beda dere surang appilajara ri passikolaang kak”. (Wawancara, 15 Agustus 2020)
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa Gusti Wirawan dapat
disimpulkan bahwa dalam pembelajarang daring, banyak tugas-tugas yang
di berikan oleh guru tetapi siswa tersebut masih banyak belum mengerti
tentang materi pembelajaran. Siswa tersebut lebih menyukai pembelajaran
dilaksanakan secara luring karena tidak jauh berbeda dengang belajar di
sekolah.
Terdapat pula studi dokumen antara lain:
Berdasarkan Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020,
sehingga setiap instansi pendidikan wajib melaksanakan proses
pembelajaran daring tak terkecuali di SMPN 3 Selayar. SMPN 3 Selayar
dalam melaksanakan proses belajar mengajar dengan menggunakan sistem
pembelajaran daring tidak semuanya dapat berlajan dengan baik sesuai
yang diharapkan, karena begitu banyak problematika yang dihadapi.
Adapun problematika yang dialami guru IPS SMPN 3 Selayar yaitu akses
jaringan internet yang tidak merata, guru masih “debt collector, gagap
dalam penguasaan teknologi dan keadaan psikis yang dialami guru dan
siswa.
Oleh karena itu, Bupati Kepulauan Selayar mengeluarkan surat
edaran untuk memberikan solusi praktis dalam penerapan pembelajaran
daring yang tidak berjalan secara efektif yaitu dengan dilaksanakan
pembelajaran secara luring.
Dengan adanya surat edaran tersebut sehingga proses pembelajaran
diadakan secara luring dengan melakukan kunjungan dari rumah kerumah
sehingga para siswa dapat berinteraksi secara langsung dengan guru dan
menanyakan apa yang belum di mengerti siswa.
B. Pembahasan
1. Problematika guru IPS SMPN 3 Selayar dalam pembelajaran daring
di tengah pandemi covid-19
a. Akses jaringan internet
Problematika merupakan satu istilah yang tidak asing ditelinga kita
dan ketika mendengar kata “problematika”, sebagian besar diantara kita
akan mengarahkannya pada suatu kendala atau permasalahan yang dialami
seseorang. Di tengah pandemi covid-19 sekarang, dunia pendidikan dalam
proses belajar mengajar harus dilaksanakan secara daring untuk menjadi
solusi agar proses pembelajaran tetap aktif. Tetapi pada dasarnya dalam
pembelajaran daring tidak semerta-merta berjalan dengan baik seperti yang
di inginkan oleh khalayak orang pada umumnya. Di SMPN 3 Selayar
misalnya, dalam melaksanakan pembelajaran daring tersebut masih banyak
mengalami beberapa problematika yang harus dan semestinya dapat
dibenahi dengan cepat. Adapun beberapa problematika yang dialami dan
dirasakan dengan betul-betul antara lain, akses jaringan internet.
Akses jaringan internet yang tidak merata di berbagai daerah dan
salah satunya di SMPN 3 selayar yang sangat mempersulit guru dalam
melaksanakan pembelajaran secara daring yang dimana pada dasarnya
akses jaringan sangat dibutuhkan untuk kelangsungan pembelajaran.
Permasalahan akses jaringan internet tentunya menjadi perhatian yang
serius bagi semua. Mulai dari instansi pendidikan, pemerintahan daerah
maupun pusat bahkan orang tua untuk menyediakan layanan akses
jaringan internet yang memadai agar proses pembelajaran daring dapat
berjalan dengan baik. Sebaik apapun metode pembelajaran yang
digunakan dalam pembelajaran daring, namun tanpa di dukung dengan
adanya akses jaringan internet dampaknya tentu kurang opitimal.
Jika dikaitakan dengan hasil yang sama telah ditemukan
(Handayani 2020: 17) yaitu tercatat mengenai keluhan dalam pembelajaran
jarak jauh atau dalam hal ini pembelajaran daring. Keluhan yang paling
sering adalah ketidakstabilan jaringan, suara guru dan bahan ajar tidak
serempak, serta mereka tidak bisa mengambil kelas ketika wifi tidak
terhubung.
b. Guru “Debt Collector”
Dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan secara daring
dalam penyampaian materi pendidikan kepada peserta didik harus
dilakukan secara sistematis dan teratur oleh seorang guru. Sebagai seorang
guru harus memiliki strategi agar peserta didik dapat berlajar secara efektif
dan efisien untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan serta dapat
menguasai jalannya pembelajaran sehingga tercipta suasana belajar yang
menyenangkan. Untuk proses pembelajaran yang berkualitas, seorang guru
atau tenaga pendidik wajib membutuhkan metode pembelajaran yang baik
serta mampu memberikan dampak positif terhadap proses belajar siswa
sehingga sangat dibutuhkan kemampuan guru dalam menerapkan metode
pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik.
Metode pembelajaran yang sangat masih tertanam dalam diri
seorang guru adalah metode pembelajaran secara konvensional. Kebiasaan
seorang guru atau tenaga pendidik yang menggunakan metode
konvensional sangat dikagetkan dengan dilaksanakannya pembelajaran
secara daring akibat pendemi covid-19 ini, dan bayangkan saja dalam
proses pembelajaran daring terdapat tipe guru IPS dalam mengajar yaitu
tipe “debt collector”, yang dimana dalam pelaksanaan proses pembelajaran
daring tersebut hanya memberikan tugas-tugas kepada siswa untuk
dikerjakan dan menagih tugas tersebut dengan waktu yang telah ditentukan
oleh guru. Oleh karena itu di perlukan evaluasi pembelajaran dalam
pembelajaran daring dengan berdasarkan preferred modality theory
(Munir, 2004) tentang dalam melaksanakan proses pembelajaran daring
harus memperhatikan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran dengan
menampilkan pembelajaran yang tidak monoton melalui kombinasi tek,
suara, bahkan animasi-animasi atau video-video yang menarik sesuai
dengan materi pembelajaran agar karena pembelajaran tesebut siswa
memiliki suatu modalitas melalui aktifitas mendengar dan melihat.
Dengan dikaitkan dengan hasil penelitian terdahulu (Salmiah R
2020) yaitu kendala yang dihadapi para guru karena belum ada budaya
belajar jarak jauh atau proses pembelajaran dilaksanakan secara daring
karena selama ini metode pembelajaran dilaksanakan secara tatap muka
(konvensional), dan dengan adanya metode pembelajaran jarak jauh ini
membuat para guru perlu waktu beradaptasi dan mereka menghadapi suatu
perubahan baru yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas
hasil belajar.
c. Gagap penguasaan teknologi
Adapun problematika yang lain dalam proses pembelajaran daring
adalah guru masih gagap dalam penguasaan teknologi. Penguasaan
teknologi sangat dibutuhkan demi kelangsungan proses dan hasil suatu
pembelajaran daring. karena dengan penguasaan teknologi sehingga
metode pembelajaran dapat bervariasi. Tetapi kini terlihat minimnya
kegiatan peningkatan kualitas dalam penguasaan dan pemanfaatan
teknologi informasi dalam pembelajaran. Sehingga sejauh ini masih
banyak yang belum memanfaatkan perkembangan teknologi informasi.
Para guru masih banyak yang terjebak pada metode pembelajaran
konvensional, padahal dengan kemujan teknologi seperti internet bisa jadi
sumber belajar yang menolong guru untuk meningkatkan pembelajaran
secara daring.
Hal inilah yang menjadi perumpamaan bahwa teknologi itu seperti
laksana sebuah pisau bermata dua. Di satu sisi jika perkembangan
teknologi informasi dapat diikuti maka segalanya akan terasa mudah dan
dapat membantu meringankan tugas dan beban guru. Sebaliknya teknologi
akan menjadi sebuah malapetaka bagi guru manakala tidak mampu
mengikuti perkembangan teknologi informasi. Sehingga penguasaan
teknologi kini menjadi bagian dari tuntutan kompetensi guru, baik
mendukung pelaksanaan tugasnya seperti penyusunan perencanaan,
penyajian pembelajaran, dan melakukan evaluasi maupun sebagai sarana
untuk mencari data dan mengunduh sumber-sumber belajar.
d. Kondisi psikis
Di tengah pandemi covid-19 seperti sekarang ini diharuskan semua
instansi sekolah untuk tetap aktif dalam proses aktivitas belajar mengajar
dengan menerapkan pembelajaran daring. Dalam pembelajaran daring
faktor yang paling penting adalah kondisi psikis manusia itu sendiri.
Kondisi psikis manusia sangat memegang peranan yang amat sangat
penting demi keberhasilan pembelajaran daring.
Pertanyaan yang sering muncul tentang apa alasan kenapa kondisi
psikis yang menjadi salah satu faktor penting dalam proses pembelajaran
daring. Sebab kondisi psikis merupakan energi yang istimewa yang
berfungsi sebagai input kerja. Menurut Thomason dalam (Makmur, 2007)
terdapat dua hal yang dalam kondisi psikis antara lain, 1) kemampuan
untuk menentukan dan bertindak dalam hal ini berkaitan dengan skill dan,
2) bekerja sama dengan orang lain atau sekitar serta dalam hal tersebut
menyangkut motivasi.
Pembelajaran daring ditinjau dari sisi kondisi psikis selalu
berkaitan dengan dua faktor yaitu pertama, tenaga pendidik atau guru yang
menjadi aktor utama penggerak dalam pembelajaran daring berlangsung.
Sedangkan yang kedua adalah siswa yang senantiasa wajib mengikuti
perkembangan pelajaran yang diterapkan oleh guru.
Realita yang terjadi sekarang dalam pelaksanaan pembelajaran
yang dilaksanakan secara daring yaitu siswa dan hampir semua siswa
mengalami keluhan bahkan kesulitan yang dimana para siswa menjadi
bosan, tidak mengerti pembelajaran dan bahkan siswa mengatakan saya
lebih baik bermain game jika pembelajaran online dan bahkan guru
mengalami kesulitan karena masih terbiasa menggunakan cara yang
konvensional.
Jika dikaitakan dengan hasil temuan yang sama (Hendrastomo
2008:7) yaitu dalam pelaksanaan pembelajaran daring problematika yang
dialami karena sumber daya manusia belum siap, pengajar masih kesulitan
dan cenderung masih menggunakan cara belajar konvensioanl sehingga
siswa menjadi tidak bergairah dan bosan dalam pembelajaran daring di
tambah lagi karena sulitnya memahami pembelajaran.
Menurut Talcott Parsons, jika dikaitkan dengan problematika guru
IPS dalam pembelajaran daring adalah Adaptation yaitu memberikan
pembiayaan dana untuk keberlangsungan pembelajaran daring, Goal
Attainment yaitu memberikan kebijakan berupa solusi pembelajaran
daring atau mengambil kebijakan tentang pelaksanaan sosialisasi
pembelajaran daring, Integration yaitu dengan memberikan arahan atau
pengawasan terhadap anak dalam pembelajaran daring, dan Latency yaitu
dengan meningkatkan skill dalam pelaksanaan pembelajaran daring agar
siswa tidak menjadi bosan mengikuti pembelajaran daring.
2. Solusi praktis guru IPS SMPN 3 Selayar dalam menerapkan
pembelajaran daring ditengah pendemi covid-19.
Ditengah pandemi covid-19 ini, dalam melaksanakan pembelajaran,
harus dilaksanakan secara daring. Dalam menerapkankan pembelajaran
daring tidak semuanya dapat berjalan dengan baik karena berbagai
problematika. Dan problematika yang terjadi dalam pembelajaran secara
daring karena akses jaringan internet yang tidak stabil, metode pembelajaran
yang masih konvensional, gagap dalam penguasaan teknologi dan kondisi
psikologi dalam pembelajaran daring yang menyebabkan terjadinya
kebosanan oleh siswa.
Untuk itu pihak sekolah harus memutar otak tentang solusi yang
terbaik dalam pembelajaran daring tersebut sehingga dapat tercapai proses
belajar mengajar sesuai yang dinginkan karena bayangkan saja jika
pembelajaran secara daring tersebut masih terus dijalankan dan problematika
yang dihadapi belum ada jalan keluarnya. Oleh karena itu pihak sekolah
mengambil kebijakan untuk memberikan solusi kepada guru dan siswa yaitu
melaksanakan pembelajaran secara luring (luar jaringan) dengan inisiatif guru
melaksanakan proses pembelajaran dari rumah kerumah karena menjadi
kebiasaan melakukan pembelajaran secara tatap muka, metode pembelajaran
yang mampu dikuasai oleh guru dan para siswa yang begitu antusias
diterapkannya pembelajaran secara luring tersebut karena bisa berkomunikasi
langsung dengan guru untuk melalukan pertanyaan tentang apa yang tidak
dimengerti selama pembelajaran daring.
Menurut Talcott Parsons terdapat imperetatif fungsional bagi sistem
“tindakan” yaitu skema AGIL. Fungis adalah suatu gugusan aktivitas yang
diarahkan untuk memenuhi satu beberapa sistem. Parsons percaya ada empat
ciri A (adaptasi), G (goal attainment)., pencapaian tujuan, I (integrasi), L
(latensi) atau pemeliharaan pola (George Ritzer 2014).
Adaptasi merupakan sistem harus mengatasi kebutuhan situasional
yang datang dari luar dan harus mampu beradaptasi dengan lingkungannya
serta menyesuaikan lingkungan dengan kebutuhan-kebutuhannya. Pencapaian
tujuan adalah sistem harus mendefiniskan dan mencapai tujuan-tujuan
utamanya. Integrasi yaitu sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian
yang menjadi komponennya. Itupun harus mengatur hubungan antar ketiga
imperative fungsioanal tersebut. Dan latensi atau pemeliharaan pola
meruapakan sistem harus melengkapi, memelihara, dan memperbaharui
motivasi individu dan pola-pola budaya yang menciptakan dan
mempertahankan motivasi tersebut.
Apabila dikaitkan dengan kebijakan pemerintah dan sekolah tentang
diterapkannya pembelajaran luring dengan konsep AGIL parsons tentang
sebuah sistem antara lain, 1) fungsi adaptasi berguna untuk penyesuaian
sistem pembelajaran luring terhadap siswa untuk mengatasi pembelajaran
daring yang tidak berjalan efektif, 2) fungsi goal yaitu dalam pembelajaran
luring adalah untuk dikembangkan, 3) fungsi integrasi saat terjadi interaksi
anata guru dan siswa dalam pembelajaran luring sehingga tercapailah tujuan
yang hendak dicapai, dan 4) fungsi latensi, pada saat pembelajaran luring itu
dikembangkan dengan baik serta mempertahankan agar terus tetap terus
berkembang.
Adapun hasil yang sama telah ditemukan peneliti melalui dokumentasi
berupa pada arikel (Sukardi, 2020) yaitu model pembelajaran selama pandemi
yang kami lakukan adalah program pembelajaran dengan metode luring (luar
jaringan). Kami menggunakan metode luring dengan melakukan kunjungan
ke rumah anak dan menontong TVRI bagi yang terjangkau dengan siaran
TVRI.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilaksanakan tentang problematika guru IPS
dalam pembelajaran daring di SMPN 3 Selayar maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat 4 problematika guru dalam pembelajaran daring antara lain:
1. Akses jaringan internet yang tidak mamadai selama proses
pembelajaran daring berlangsung.
2. Guru “debt collector” yaitu dalam melaksanakan proses belajar
mengajar secara daring, guru hanya memberikan tugas-secara terus
menerus dan menagih tugas pada saat waktu yang telah ditentukan.
3. Dalam pelaksanaan pembelajaran daring, guru masih gagap dalam
penguasaan teknologi sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran
daring masih sulit memilih aplikasi yang relevan dan cara mengajar
masih belum bervariasi
4. Pelaksanaan pembelajaran daring sangat mempengaruhi kondisi psikis
siswa yang dimana dalam pembelajaran daring siswa tersebut
mengalami kebosanan dan malas mengikuti pembelajaran
Adapun solusi praktis guru dalam menerapkan pembelajaran daring yakni
dengan menerapkan pembelajaran secara luring dengan mengunjungi dari rumah
kerumah yang dimana dalam proses pembelajaran luring siswa sangat aktif dalam
proses pembelajaran dibandingkan pembelajaran daring yang tidak dapat
terlaksana secara efektif
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di sajikan pada bab terdahulu,
maka dapat diberikan saran sebagai berikut:
1. Untuk pemerintah daerah agar mengupayakan memperbaiki akses
jaringan internet agar terlaksana proses pembelajaran secara daring
berjalan dengan baik.
2. Untuk Sekolah yaitu mengadakan sosialisasi tentang pelaksanaan
secara bertahap terkait pembelajaran secara daring
3. Untuk Guru yaitu meningkatkan metode pembelajaran yang sesuai
dengan penerapan pembelajaran secara daring
4. Untuk siswa yaitu meningkatkan kualitas dan skill tentang teknologi
dan informasi agar dalam pelaksanaan pembelajaran daring berikutnya
dapat berjalan sesuai yang diinginkan
5. Kepada para peneliti sosial, terutama bagi mereka yang tertarik
meneliti problematikag guru IPS dalam pembelajaran daring di tengah
pendemi covid-19, maka tulisan ini dapat dijadikan salah satu bahan
referensi atau acuan bagi para peneliti dimasa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Anonim, PeraturanPemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.
Aunurrahman. 2016. Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Alfabeta
Badan Pusat Statistik. 2020. Statistik Daerah Kabupaten Selayar.
Depdiknas. 2003. Undang-undang RI No.20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional.
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. 2020. Dinas Kependudukan Kabupaten
Kepulauan Selayar.
George Ritzer. 2004. Edisi Terbaru Teori Sosiologi. Yogyakarta. Kreasi Wacana.
Grendi Hendrastomo. 2020. Dilema dan Tantangan Pembelajaran Daring.
Gurney P. 2007. Five Factors for Effective Teaching. New Zaeland Journal of
Teacher’s Work. Volume 4.
H. Hadari Nawawi. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang
Kompetetif. Cetakan ke-7. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Isjoni. 2007. Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok.
Bandung: Alfabeta.
J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan. Jakarta: Prenada Media
KBBI. Konsep dan Makna Pembelajaran. Online. Tersedia di
kbbi.kemdikbud.go.id. Di akses 15 Juni 2020
Kemendikbud. 2020. Permendikbud No. 4 Tentang Pelaksanaan Kebijakan
Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19. Jakarta.
Lexy J. Moleong. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Lina Handayani. 2020. Keuntungan, Kendala, dan Solusi Pembelajaran daring
Selama Pandemi Covid-19: Studi Eksploratif di SMPN 3 Bae Kudus.
JIEMAR. Vol. 1 No. 2
Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Munir. 2004. E-learning: Membangun Sistem Pendidikan Berbasis Dunia Maya.
Mimbar Pendidikan. Jurnal Pendidikan. Vol 1 No.3
Prof. Dr. I.B. Wirawan. 2012. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma Fakta
Sosial, Definisi Sosial, Dan Perilaku Sosial. Edisi Pertama. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Ritzer, George, 2014. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : kencana edisi ke 7
Ruhimat, Toto, dkk. 2013. Kurikulum & Pembelajaran. Jakarta. Raja Grafindo
Perada.
Rusman. 2012. Model –Model Pembelajaran. Depok : PT Rajagrafindo Persada
Salmiah R. 2020. Kendala Yang Dihadapi Murid Dalam Pelaksanaan
Pembelajaran Jarak Jauh Di Masa Pandemi.
Sanjaya Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta. UNY Press.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT
Alfabet.
Sukma Sukardi. 2020. Laporan Pembelajaran Masa Pandemi Covid-19 (Online),
(https://guruberbagi.krmdikbud.go.id/artikel/laporan-pembelajaran-di
masa-pandemi-covid-19, diakses 20 Juli 2020)
Surya, Mohamad. 2014. Psikologi Guru Konsep Dan Aplikasi. Bandung.
Alfabeta.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik.
Prestasi Pustaka. Jakarta.
LAMPIRAN
PEDOMAN OBSERVASI
Dalam pengamatan (observasi) yang akan dilakukan mengenai Problematika Guru Dalam Pembelajaran Online Di Tengah Pandemi Covid-19 (Studi Kasus Guru IPS SMPN 3 Selayar) adalah:
1. Data pendidik dan kependidikan
Jenis Kepegawaian
Jumlah (Orang)
Pendidikan
S2 S1 D3 D2/D1
SMA/ Sederaj
at
L P Jml L P L P L P L P L P
Guru Tetap ( PNS
) 2 8 10 1 - 1 8 -
- - - - -
Guru Tetap
(Pegawai Non
PNS Tahunan)
5 1
0 15 - - 4
1
0 1
- - - - -
Guru Tetap
(Pegawai Kontrak
Tahunan)
2 5 7 - 1 2 4 -
- - - - -
Guru Tidak Tetap
(PNS
Dipekerjakan)
1 1 2 - - 1 1 -
- - - - -
Jumlah
10
24 34 1 1 8 2
3 1 - - - - -
2. Fasilitas Sekolah a. Data ruang
Ruang
Jumlah Ruang Kelas Asli (D) Jml
Ruang Lainnya
Yg Digunakan Untuk Ruang Kelas
(e)
Jml
Ruang Kelas (asli) yang
digunakan untuk ruang lain (f)
Jml Yg Digunak
an Untuk Ruang Kelas
(g) = a-f
Ukuran
7x9 m2 (a)
Ukuran
>63 m2
(b)
Ukuran
<63 m2 (c)
Jumlah (d)=
a+b+c
Ruang
Kelas 13 - - 13 -
3 10
b. Data Ruang Belajar Lainnya
No.
Jenis Ruang
Jumlah
Ukuran
(m2)
Keterangan
1 Perpustakaan 1 12 x 10
2 Lab. IPA 2 12 x 10
3 Lab. Komputer 1 12 x 10 Menggunakan Lab IPA 2
4 Lab. Bahasa - - -
5 R. Guru 1 - Menggunakan R. Lab. Keterampilan
6 R. TU 1 7 x 9 Menggunakan R. Kelas
7 Kepala Sekolah 1 3 x 12 Menggunakan R. Kalab. Keterampilan
8 BP - - Satu ruang dengan ruang
TU
9 Lab. Keterampilan
1 14 x 12 Difungsikan sebagai R. Guru dan Kepsek
10 Serbaguna - - -
11 Olah Raga 1 3 x 12 Bergabung dengan R. Komputer
12 Kantin 3 6 x 4
13 Osis 1 7 x 9 Menggunakan R. Kelas
PEDOMAN WAWANCARA
A. Kepala Sekolah SMPN 3 Selayar 1. Identitas Diri
Nama : Bau Desa, S.Pd Jabatan : Kepala Sekolah
2. Daftar Pertanyaan a. Bagaimana gambaran umum SMPN 3 Selayar. Khususnya terkait
awal beridirinya sekolah? b. Bagaimana pendapat bapak terkait pembelajaran online yang
dilaksanakan di tengah pandemi covid-19? c. Apakah sekolah menyediakan sarana dan prasarana bagi guru dan
siswa dalam melaksanakan pembelajaran online? d. Apakah setiap guru sudah mahir dalam mengakses internet? e. Apa problematika yang dihadapi guru-guru dalam pembelajaran
online, khususnya guru IPS? f. Sejauh mana sekolah memfasilitasi selama pembelajaran online
berlangsung? g. Apakah di sekolah pernah melakukan sosialisasi tentang pelaksanaan
pembelajaran online. Sosialisasi seperti apa itu? h. Sejauhmana sosialisasi terhadap pembelajaran online? i. Bagaimana solusi dari sekolah tentang problematika yang dihadapi
oleh guru dalam pembelajaran online? j. Apa kebijakan yang diambil dari pihak sekolah selama pembelajaran
online berlangsung masa pandemi covid-19?
B. Guru IPS SMPN 3 Selayar 1. Identitas Diri
Nama : Sri Sastrawaty, S.Pd Jabatan : Guru IPS
2. Daftar Pertanyaan a. Kapan ibu pertama kali melakukan pembelajaran online? b. Bagaimana penilaian ibu terhadap pelaksanaan pembelajaran online
yang baru pertamakali dilaksanakan di sekolah? c. Bagaimana kesiapan ibu dalam melaksanakan pembelajaran online
masa pandemic covid-19? d. Bagaimana cara ibu dalam proses pembelajaran dilaksanakan secara
online? e. Model pembelajaran apa yang ibu gunakan dalam pelaksanaan
pembelajaran online? f. Aplikasi apa yang ibu gunakan dalam pembelajaran online? g. Alat peraga apa yang ibu gunakan dalam pembelajaran online? h. Apa kendala yang ibu hadapi dalam proses pembelajaran online? i. Apa kendala yang dihadapi siswa ibu dalam proses pembelajaran
online? j. Apakah ibu diberikan fasilitas selama pembelajaran online? k. Bagaiama cara ibu dalam mengevaluasi pembelajaran selama
pembelajaran online? l. Bagaimana solusi ibu terhadap kendala dalam pelaksanaan
pembelajaran online? m. Apa saja yang dilakukan sekolah untuk memaksimalkan kemampuan
guru dalam pembelajaran online? n. Adakah kegiatan pelatihan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan guru dalam pembelajaran online? o. Sejauhmana sosialisasi terhadap penggunaan teknologi internet
dalam menyampaiakan pembelajaran?
C. Guru IPS SMPN 3 Selayar 1. Identitas Diri
Nama : Selfiani, S.Pd Jabatan : Guru IPS
2. Daftar Pertanyaan a. Kapan ibu pertama kali melakukan pembelajaran online? b. Bagaimana penilaian ibu terhadap pelaksanaan pembelajaran online
yang baru pertamakali dilaksanakan di sekolah? c. Bagaimana kesiapan ibu dalam melaksanakan pembelajaran online
masa pandemic covid-19? d. Bagaimana cara ibu dalam proses pembelajaran dilaksanakan secara
online? e. Model pembelajaran apa yang ibu gunakan dalam pelaksanaan
pembelajaran online? f. Aplikasi apa yang ibu gunakan dalam pembelajaran online? g. Alat peraga apa yang ibu gunakan dalam pembelajaran online? h. Apa kendala yang ibu hadapi dalam proses pembelajaran online? i. Apa kendala yang dihadapi siswa ibu dalam proses pembelajaran
online? j. Apakah ibu diberikan fasilitas selama pembelajaran online? k. Bagaiama cara ibu dalam mengevaluasi pembelajaran selama
pembelajaran online? l. Bagaimana solusi ibu terhadap kendala dalam pelaksanaan
pembelajaran online? m. Apa saja yang dilakukan sekolah untuk memaksimalkan kemampuan
guru dalam pembelajaran online? n. Adakah kegiatan pelatihan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan guru dalam pembelajaran online? o. Sejauhmana sosialisasi terhadap penggunaan teknologi internet
dalam menyampaiakan pembelajaran?
D. Siswa SMPN 3 Selayar 1. Identitas Diri
Nama : Ahmad Firdaus Nur Jabatan : Siswa
2. Daftar Pertanyaan a. Kapan anda pertama kali melaksanakan belajar IPS secara online? b. Apakah kamu tidak senang proses belajar mengajar dilaksanakan
secara online. Mengapa? c. Mana yang lebih membuat kamu mengerti dalam belajar IPS secara
tatap muka atau secara online? d. Apa kesulitan anda dalam belajar IPS dilaksanakan secara online? e. Apakah dalam pembelajaran online anda merasa bosan? f. Pada awal anda mengikuti pembelajaran online ini, apakah anda
sudah dapat mengoperasikan internet? g. Masih sulitkah anda mengakses pelajaran dengan fasilitas yang
disediakan di sekolah? h. Bagaimana kemampuan guru anda dalam proses belajar mengajar
secara online? i. Apakah ibu guru IPS dalam pembelajaran online selalu memberikan
tugas yang banyak? j. Apa motivasi anda dalam proses belajar online? k. Apa manfaat yang kamu rasakan dalam belajar IPS secara online? l. Apa yang kamu lakukan untuk mengatasi masalah dalam
pembelajaran online tersebut? m. Apakah dari pihak sekolah menyediakan fasilitas dalam
pembelajaran online? n. Model pembelajaran apa yang sering dipakai guru anda selama
pembelajaran online? o. Apakah guru sering melakukan evaluasi selama pembelajaran online
berlangsung?
p. Apa yang ingin kamu sampaikan kepada ibu guru selama pembelajaran online?
E. Siswa SMPN 3 Selayar 1. Identitas Diri
Nama : Naila Zyam Jabatan : Siswa
2. Daftar Pertanyaan a. Kapan anda pertama kali melaksanakan belajar IPS secara online? b. Apakah kamu tidak senang proses belajar mengajar dilaksanakan
secara online. Mengapa? c. Mana yang lebih membuat kamu mengerti dalam belajar IPS secara
tatap muka atau secara online? d. Apa kesulitan anda dalam belajar IPS dilaksanakan secara online? e. Apakah dalam pembelajaran online anda merasa bosan? f. Pada awal anda mengikuti pembelajaran online ini, apakah anda
sudah dapat mengoperasikan internet? g. Masih sulitkah anda mengakses pelajaran dengan fasilitas yang
disediakan di sekolah? h. Bagaimana kemampuan guru anda dalam proses belajar mengajar
secara online? i. Apakah ibu guru IPS dalam pembelajaran online selalu memberikan
tugas yang banyak? j. Apa motivasi anda dalam proses belajar online? k. Apa manfaat yang kamu rasakan dalam belajar IPS secara online? l. Apa yang kamu lakukan untuk mengatasi masalah dalam
pembelajaran online tersebut? m. Apakah dari pihak sekolah menyediakan fasilitas dalam
pembelajaran online? n. Model pembelajaran apa yang sering dipakai guru anda selama
pembelajaran online? o. Apakah guru sering melakukan evaluasi selama pembelajaran online
berlangsung?
p. Apa yang ingin kamu sampaikan kepada ibu guru selama pembelajaran online?
STUDI DOKUMEN
A. Arsip Tertulis
Profil Sekolah Tahun 2020
a. Identitas Sekolah
SMP Negeri 3 Kepulauan Selayar
40304819
Pariangan
Bontosikuyu
KepulauanSelayar
BAU DESA, S.Pd.
-
B2
A
1979
1976
Milik Pemerintah
18.499 M2
3.850 M2
0257-01-007124-53-3
SMPN 1 BONTOSIKUYU
BRI Cabang 0257 Benteng Selayar
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
1) Nama Sekolah
2) NPSN
3) Alamat
Kecamatan
Kabupaten
4) Nama Kepala Sekolah
No. Telp/HP
5) TipeSekolah
6) Jenjang Akreditasi
7) Tahun Didirikan
8) Tahun Beroperasi
9) Kepemilikan Tanah
10) Luas Tanah
11) Luas Bangunan
12) No. Rekening Sekolah
13) Pemegang Rekening
14) Nama Bank
b. Visi Sekolah
Visi SMP Negeri 3 Kepulauan Selayar adalah :
“Unggul dalam Prestasi berlandaskan IMTAQ, berwawasan IPTEK dan
Berkarakter Bangsa”
c. Misi Sekolah
1) Meningkatkan kualitas sarana prasarana sekolah sesuai standar nasional
untuk mendukung terhadap keberhasilan proses pembelajaran;
2) Meningkatkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama
yang dianut, juga terhadap budaya bangsa sehingga tumbuh iman dan
taqwa (IMTAQ) sebagai sumber kearifan bertindak dalam hidup
bermasyarakat yang disertai akhlaq terpuji;
3) Meningkatkan kualitas dalam proses belajar mengajar yang inovatif,
efektif dan efisien dalam rangka mengembangkan potensi peserta didik
secara optimal baik akademik maupun nonakademik (terutama untuk
meningkatkan perolehan rata-rata nilai UN dari tahun sebelumnya);
4) Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik;
5) Mewujudkan pengembangan minat, dan bakat olahraga sehingga dapat
menghasilkan atlet/olahragawan yang berprestasi di tingkat nasional;
6) Mewujudkan dan mengembangkan minat, bakat, dan apresiasi karya
seni melalui pembelajaran dan pelatihan sehingga dapat mencapai
prestasi di tingkat nasional;
7) Menumbuhkembangkan kepedulian terhadap lingkungan alam dan
social bagi seluruh warga sekolah sehingga tercipta suasana belajar dan
bekerja yang nyaman, bersih, aman, tertib, indah, dan menyenangkan;
8) Mewujudkan keunggulanan dalam proses pembelajaran sehingga dapat
menghasilkan peserta didik yang berprestasi baik dibidang akademis
maupun non akademis;
a) Menyediakan sarana prasarana yang memungkinkan peserta didik,
tenaga pendidik dan kependidikan dapat mengembangkan
pengetahuan dan memiliki kemampuan penguasaan ICT;
b) Mewujudkan tenaga pendidik dan kependidikan yang memenuhi
standar kualifikasi serta professional;
c) Mengembangkan budaya literasi yang nantinya peserta didik
memiliki karakter nilai religius, nasionalis, mandiri, gotong royong
dan integritas.
d. Tujuan Sekolah
Pada tahun pelajaran 2020/2021 sekolah diharapkan dapat :
Tujuan Umum:
1. Mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional
2. Mewujudkan Visi dan Misi Sekolah
3. Mewujudkan SMP Negeri 3 Kepulauan Selayar menjadi sekolah
potensial
Tujuan Khusus:
Tujuan khusus SMP Negeri 3 Kepulauan selayar merupakan penjabaran
dari visi dan misi sekolah agar komunikatif dan dapat diukur dengan
tujuan sebagai berikut:
1. Menghasilkan dokumen kurikulum yang lengkap;
2. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlaq terpuji seluruh
warga sekolah;
3. Membiasakan peserta didik shalat wajib berjamaah;
4. Meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui proses kegiatan
belajar mengajar yang berkualitas;
5. Mengembangkan prestasi peserta didik melalui berbagai kejuaraan
akademik dan non akademik;
6. Mengembangkan minat, bakat, kepribadian, kemandirian, dan
kreatifitas peserta didik melalui kegiatan pengembangan diri;
7. Meningkatkan pelestarian kekayaan budaya bangsa sebagai identitas
Pribadi dalam bermasyarakat;
8. Menjadikan peserta didik memiliki kesadaran terhadap kelestarian
lingkungan hidup di sekitarnya;
9. Menciptakan suasana lingkungan yang menyenangkan dan nyaman;
10. Meningkatkan kualitas personal yang ada melalui penataan, pelatihan
dan pendidikan yang relevan;
11. Mampu mengadakan , menginventaris dan mengembangkan sarana
pendidikan sesuai standar kebutuhan belajar;
12. Peningkatan kesejahteraan personal sekolah baik yang bersumber dari
internal maupun eksternal sekolah.
DOKUMENTASI
Gambar 1. Photo Bersama Kepala Sekolah
Gambar 2. Photo Bersama Guru IPS
Gambar 3. Photo Bersama Siswa