Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

89
1 BAB I DESKRIPSI PROYEK 1.1 Latar Belakang Proyek Bandung merupakan salah satu kota yang banyak diminati dan dikunjungi oleh para wisatawan, baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Tidak sedikit juga wisatawan dari luar kota Bandung yang kemudian menetap tinggal di kota ini. Kunjungan tersebut berdampak pada peningkatan perputaran uang di kota ini, terutama di wilayah Bandung Utara yang memiliki kemudahan akses transportasi dan banyak fasilitas barang/jasa, dan menjadi daya tarik baik para pelaku bisnis maupun wisatawan untuk melakukan kegiatan jual beli barang/jasa dalam jumlah besar. Kepala Divisi Sistem Pembayaran Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah VI Jabar-Banten, M Gani Aziz pernah mengatakan bahwa nilai dana yang keluar dari BI saat ini mencapai Rp. 7,2 triliun. Jumlah itu merupakan penarikan yang dilakukan masyarakat melalui lembaga-lembaga perbankan pelaksana, baik melalui ATM (Anjungan Tunai Mandiri), pengambilan langsung ataupun lainnya. (Tribun, 15/07/2013). Hal ini memperlihatkan bahwa pertumbuhan kegiatan ekonomi di sektor Bandung Utara sangat besar. Dikarenakan hal tersebut, bank menjadi salah satu kebutuhan vital untuk menunjang kebutuhan di sektor ekonomi. Bank memiliki peranan sebagai penghimpun dan penyaluran dana-dana serta berfungsi dalam memperlancar transaksi perdagangan dan pembayaran uang baik antar kota maupun antar negara yang aman dan terpercaya. Didorong dari banyaknya transaksi yang dilakukan masyarakat melalui bank, PT. Bank Central Asia Tbk merasa perlu untuk menambah kantor cabang yang tujuannya meningkatkan pelayanan terhadap para nasabah lama maupun para calon nasabah yang akan menginvestasikan uangnya di BCA. Didukung dari kemudahan akses dan fasilitas, maka dibangunlah BCA KCU Juanda di daerah Bandung Utara, tepatnya Dago, Jalan Ir. H. Juanda No. 118. Bandung.

Transcript of Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

Page 1: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

1

BAB I

DESKRIPSI PROYEK

1.1 Latar Belakang Proyek

Bandung merupakan salah satu kota yang banyak diminati dan dikunjungi oleh

para wisatawan, baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Tidak sedikit juga

wisatawan dari luar kota Bandung yang kemudian menetap tinggal di kota ini.

Kunjungan tersebut berdampak pada peningkatan perputaran uang di kota ini,

terutama di wilayah Bandung Utara yang memiliki kemudahan akses transportasi

dan banyak fasilitas barang/jasa, dan menjadi daya tarik baik para pelaku bisnis

maupun wisatawan untuk melakukan kegiatan jual beli barang/jasa dalam jumlah

besar.

Kepala Divisi Sistem Pembayaran Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI)

Wilayah VI Jabar-Banten, M Gani Aziz pernah mengatakan bahwa nilai dana yang

keluar dari BI saat ini mencapai Rp. 7,2 triliun. Jumlah itu merupakan penarikan

yang dilakukan masyarakat melalui lembaga-lembaga perbankan pelaksana, baik

melalui ATM (Anjungan Tunai Mandiri), pengambilan langsung ataupun lainnya.

(Tribun, 15/07/2013). Hal ini memperlihatkan bahwa pertumbuhan kegiatan

ekonomi di sektor Bandung Utara sangat besar. Dikarenakan hal tersebut, bank

menjadi salah satu kebutuhan vital untuk menunjang kebutuhan di sektor ekonomi.

Bank memiliki peranan sebagai penghimpun dan penyaluran dana-dana serta

berfungsi dalam memperlancar transaksi perdagangan dan pembayaran uang baik

antar kota maupun antar negara yang aman dan terpercaya.

Didorong dari banyaknya transaksi yang dilakukan masyarakat melalui bank,

PT. Bank Central Asia Tbk merasa perlu untuk menambah kantor cabang yang

tujuannya meningkatkan pelayanan terhadap para nasabah lama maupun para calon

nasabah yang akan menginvestasikan uangnya di BCA. Didukung dari kemudahan

akses dan fasilitas, maka dibangunlah BCA KCU Juanda di daerah Bandung Utara,

tepatnya Dago, Jalan Ir. H. Juanda No. 118. Bandung.

Page 2: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

2

1.2 Informasi dan Data Proyek

Informasi proyek pembangunan gedung BCA KCU Juanda adalah sebagai

berikut:

1. Nama proyek : Gedung BCA KCU Juanda

2. Lokasi proyek : Jalan Ir. H. Djuanda No. 118,

Bandung, Jawa Barat.

3. Waktu pelaksanaan : 391 hari

4. Pemilik / Owner : PT. Bank Central Asia, Tbk

5. Konsultan Perencana : John & Associates Bandung

WT Partnership

6. Luas lahan : 4.746 m2

7. Luas bangunan : 6.240 m2 (tidak termasuk basement 2,

basement 1, dan semi-basement) dan

12.020 m2 (termasuk basement 2,

basement 1, dan semi-basement &

roof)

8. Luas roof area : 485 m2

9. Manajemen Konstruksi : PT. Gamma Beta Alpha Consultant

10. Kontraktor Pelaksana : PT. Nusa Raya Cipta

Jl. Mayjen DI. Panjaitan 40 Graha

Cipta Lt 2 Cipinang Cempedak,

Jatinegara Jakarta Timur 13340 DKI

Jakarta.

Telp. (021) - 8193582

11. Sistem Pengadaan : Pelelangan Terbuka.

12. Jenis kontrak : Lump sum

13. Nilai kontrak : Rp. 44.000.000.000;-

Page 3: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

3

1.3 Data Peruntukan

1. Basement 2 : Parkir, sewage pit, toilet, janitor, ground water tank,

ruang pompa, lobby lift, opening lift passenger 3

unit, 2 tangga darurat, ramp mobil naik & turun.

2. Basement 1 : Parkir, toilet, janitor, R.car polling, R. DPI, lobby

lift, 3 opening hoist lift passenger, 2 tangga darurat,

ramp mobil naik & turun.

3. Semi-basement : Parkir, toilet, janitor, toilet diffable, ruang APK,

ruang BM, 1 opening hoist lift uang, lobby lift, 3

opening hoist lift passenger, ruang genset, R. panel

utama, R. trafo, 2 tangga darurat, ramp turun.

4. Lantai 1 : Bank services, back office, R. arsip, toilet utama

P/W, toilet diffable, ruang menyusui, toilet, 1

opening host lift uang, 3 opening hoist lift

passenger, ruang panel, ruang hub/data, locker, 2

tangga darurat, 1 tangga ke lt. 2.

5. Lantai 2 : Bank teller, back office, vault, ruang panel, ruang

hub/data, toilet karyawan, toilet utama P/W, 1

opening hoist lift uang, 3 opening hoist lift

passenger, 2 tangga darurat, 1 tangga turun ke lt. 1.

6. Lantai 3 : BCA prioritas, rapat, SDB, toilet utama P/W, toilet,

ruang panel, ruang hub/data, 2 tangga darurat, 3

opening hoist lift passenger, gudang.

7. Lantai 4 : Ruang meeting, ruang SWP, roll o pack, R.Printer,

R. Server, R.Panel, R.Hub/Data, R.Discuss,

R.KaKCU, toilet utama P/W, toilet, 2 tangga

darurat, 3 opening hoist lift passenger.

8. Lantai 5 : Musholla dan tempat wudhu, ruang makan, locker,

R.Panel, R. Hub/Data, toilet, toilet utama P/W, bare

room, 2 tangga darurat, 3 opening hoist lift

passenger.

Page 4: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

4

9. Lantai 6 : R.Panel, R. Hub/Data, toilet, toilet utama P/W, bare

room, 2 tangga darurat, 3 opening hoist lift

passenger.

10. Lantai Atap : Ruang serba guna, toilet, gudang, 1 opening hoist lift

passenger, 2 tangga darurat, roof deck.

1.4 Lokasi dan Site Plan Proyek

Lokasi proyek gedung BCA KCU Juanda Bandungdirencanakan di Jalan Ir. H.

Djuanda No. 118, Bandung, Jawa Barat. Perbatasan langsung dengan gedung

Citibank di sebelah utara, dengan rumah-rumah warga dan Cafe Ngopi Doeloe di

sebelah timur, dengan jalan Ir. H. Djuanda di sebelah barat dan jalan Tengku Umar

di sebelah selatan. Lokasi proyek ini dapat dilihat pada Gambar 1.1 dan Site Plane

Proyek dapat dilihat pada Gambar 1.2.

Gambar 1.1 Lokasi Proyek Gedung BCA KCU Juanda

Lokasi Proyek

Page 5: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

5

Gambar 1.2 Site Plan Proyek Gedung BCA KCU Juanda

Keterangan :

= Pos Jaga

= Area Konstruksi

= R.Konsultan

= R. Kontraktor

= R. Survey

= Logistik

= R. Logistik

= R. Safety

= Loss Besi

= Mushola

= WC

= Loss Pekerja

= Pabrikasi Tulangan

2

1

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

Page 6: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

6

BAB II

KAJIAN ASPEK PERENCANAAN

2.1 Konsep Perencanaan Struktur

Sistem struktur yang digunakan dalam perencanaan Gedung BCA KCU Juanda

adalah sistem rangka Portal yang terdiri dari elemen kolom, balok dan pelat.

Material yang digunakan pada sistem rangka ini adalah Beton Bertulang. Beton

bertulang dipilih karena dari segi artistiknya dapat dibentuk sesuai keinginan yang

direncanakan. Selain itu, dari segi biaya dan pemeliharaan beton bertulang lebih

murah dibanding dengan baja. Gedung yang direncanakan merupakan gedung

bertingkat sehingga gedung ini harus memenuhi ketentuan bangunan tahan gempa.

Berdasarkan SNI 03-1726-2012 tentang Standar Perencanaan Ketahanan

Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan SNI 03-2847-2003 tentang Tata Cara

Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, maka perencanaan

pembangunan gedung bertingkat harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1. Daerah dengan risiko gempa rendah (wilayah gempa 1 dan 2) harus

menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa.

2. Daerah dengan risiko gempa menengah (wilayah gempa 3 dan 4) harus

menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah atau Sistem

Dinding Struktural Biasa atau Menengah.

3. Daerah dengan risiko gempa tinggi (wilayah gempa 5 dan 6) harus

menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus atau Sistem

Dinding Struktural Beton Khusus.

Sistem Rangka Pemikul Momen merupakan sistem struktur yang pada

dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap,

sedangkan beban lateral yang diakibatkan oleh gempa dipikul oleh rangka pemikul

momen melalui mekanisme lentur (SNI 03-1726-2012). Karena gedung ini

direncanakan akan dibangun pada wilayah gempa 4 dengan tanah lunak, maka

gedung ini direncanakan untuk memenuhi ketentuan Sistem Rangka Pemikul

Momen Menengah.

Page 7: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

7

2.2 Pembebanan Struktur

Pada bangunan Gedung BCA KCU Juanda ini diperhitungkan beban-beban

yang bekerja diasumsikan sesuai dengan peraturan yang digunakan, diantaranya:

1. Beban Mati (Dead Load/DL)

Beban mati adalah beban sendiri struktur dan beban lain yang posisinya

selalu tetap dan tidak berpindah-pindah. Beban mati yang bekerja pada struktur

ini berupa beban sendiri pelat, beban sendiri balok dan beban sendiri kolom

dengan berat jenis beton yang digunakan adalah 2400 kg/m3.

2. Beban Mati Tambahan (Superimposed Dead Load/SDL)

Beban mati tambahan yang bekerja pada struktur bangunan perkantoran

berupa beban dinding, beban mechanical dan electrical, beban adukan

keramik, beban keramik dan beban plafon. Beban mati tambahan yang dipakai

pada proyek ini adalah :

a. Berat plafond : 11 kg/m²

b. Berat penggantung : 7 kg/m²

c. ME : 63 kg/m²

d. Berat plumbing : 20 kg/m²

e. Berat keramik : 48 kg/m²

Total beban tambahan : 149 kg/m²

3. Beban Hidup (Live Load/LL)

Beban hidup adalah beban yang berpindah-pindah yang terjadi akibat

orang yang menghuni atau menggunakan bangunan struktur gedung. Beban

hidup yang bekerja pada struktur bangunan ini adalah beban hidup untuk

gedung perkantoran adalah sebesar 250 kg/m2.

4. Beban Gempa (Earthquake/E)

Beban gempa yang digunakan dalam perencanaan gedung ini disesuaikan

dengan respons spectrum gempa pada wilayah Bandung – Jawa Barat. Respons

spektra adalah nilai yang menggambarkan respons maksimum dari sistem

berderajat-kebebasan-tunggal (SDOF) pada berbagai frekuensi alami (periode

alami) teredam akibat suatu goyangan tanah. Untuk kebutuhan praktis, maka

respons spektra percepatan dibuat dalam bentuk respons spektra yang sudah

disederhanakan.

Page 8: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

8

Untuk penentuan parameter respons spektra percepatan di permukaan

tanah, diperlukan faktor amplifikasi terkait spektra percepatan untuk periode

pendek (Fa) dan periode 1,0 detik (Fv). Selanjutnya parameter respons spektra

percepatan di permukaan tanah dapat diperoleh dengan cara mengalikan

Koefisien Fa dan Fv dengan spektra percepatan untuk perioda pendek (SS) dan

perioda 1,0 detik (S1) di batuan dasar.

Acuan dasar perhitungan respons spektra pada bangunan ini adalah

berdasarkan pada Peta Hazard Gempa Indonesia 2010. Level gempa yang

diambil adalah level gempa 500 tahun untuk wilayah Kota Padang dengan

asumsi jenis tanah sedang.

Gambar 2.1 Peta respons spektra percepatan 0,2 detik di batuan dasar (SB) untuk

probabilitas terlampaui 10% dalam 50 tahun

Gambar 2.2 Peta respons spektra percepatan 1 detik di batuan dasar (SB)

untuk probabilitas terlampaui 10% dalam 50 tahun

Page 9: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

9

2.3 Jenis Struktur

Pada proyek Gedung BCA KCU Juanda, jenis strutur yang digunakan adalah

struktur beton bertulang. Sistem struktur yang digunakan dalam perencanaan

gedung ini adalah sistem rangka yang terdiri atas elemen kolom, balok dan pelat.

Struktur kerangka bangunan ini terdiri atas komposisi dari kolom-kolom dan

balok-balok. Kolom sebagai unsur vertikal yang berfungsi sebagai penyalur beban

dan gaya menuju pondasi, sedangkan balok adalah unsur horizontal yang berfungsi

sebagai pemegang dan media pembagian beban dan gaya ke kolom. Kedua unsur

ini harus tahan terhadap tekuk dan lentur.

Selanjutnya, untuk pembentuk ruang pada bangunan ini menggunakan elemen

non struktural, dimana sistem tersebut diletakkan dan ditempelkan pada kedua

elemen rangka bangunan.Bahan pengisi non-strukturalnya digunakan bahan yang

ringan dan tidak mempunyai daya dukung yang besar, seperti bata merah, kaca dan

lainnya. Bahan yang umumnya dipakai pada sistem struktur rangka adalah kayu,

baja, dan beton (termasuk beton pra-cetak). Semua bahan tersebut harus tahan

terhadap gaya-gaya tarik, tekan, puntir dan lentur.Saat ini bahan yang paling banyak

digunakan adalah baja dan beton bertulang, karena mampu menahan gaya-gaya

tersebut dalam skala yang besar.

2.4 Analisis Struktur

Pada saat menganalisis struktur, digunakan alat bantu berupa perangkat lunak

yaitu SAP2000 versi 14. Bagian struktur yang akan dianalisis adalah sebagian

struktur gedung yaitu lantai basement 2 sampai dak, tahapannya dimulai dari

pemodelan gedung hingga run analysis yang meliputi memasukkan data-data teknis

dan pemodelan, analisis dan pengecekan data output dari SAP2000 versi 14.

2.4.1 Tahap Peng-Input-an

Berikut ini adalah tahapan pengerjaan pemodelan Gedung BCA KCU Juanda

pada Program SAP2000 versi 14.

1. File → New Model → pilih satuan (N, mm, C) → pilih Grid Only → Ok

→ lalu klik kanan dan klik Edit Grid → input data grid sesuai denah lalu

tekan OK.

Page 10: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

10

Gambar 2.3.a Tahapan memasukkan Data Grid

Gambar 2.3.b Tahapan memasukkan Data Grid

Gambar 2.4 Pemodelan tampak 3D

Page 11: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

11

2. Jenis perletakan yang digunakan adalah perletakan jepit. Berikut ini

tahapan pengerjaan pendefinisian jenis perletakan pada Program SAP200.

Gambar 2.5 Pemilihan reaksi perletakan

Gambar 2.6 Bentuk rangka 3D dengan reaksi perletakan jepit

3. Pendefinisian materialyang akan digunakan untuk pelat, balok dan kolom

adalah beton bertulang. Beton dan tulangan yang digunakan dalam

perencanaan akan mengikuti peraturan SNI 03-2847-2003 tentang Tata

Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. Data yang

berkaitan dengan pendefinisian material antara lain:

a. Mutu Beton fc’ = 35 MPa, 30 MPa dan 25 MPa

b. Mutu baja tulangan, fy = 390 Mpa dan fy = 240 MPa

c. Modulus elastisitas beton, Ec = 4700 √𝑓𝑐’ MPa

d. Modulus elastisitas baja Es = 20000 MPa

e. Poisson’s ratio beton = 0,2

f. Poisson’s ratio baja = 0,3

Page 12: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

12

Berikut ini tahapan pengerjaan pendefinisian material beton dan tulangan

dalam program SAP2000.

1) Define → Materials → klik Add New Material → Masukkan nama

material yang baru (BETON K-350), pilih bahan material (concrete) ,

sesuaikan satuan (N, mm, C), lalu masukkan data fc’ = 29,05 MPa,

masukkan nilai modulus elastisitas beton Ec = 4700√29,05 lalu OK.

2) Define → Materials → klik Add New Material → Masukkan nama

material yang baru (TUL- LONGITUDINAL), pilih bahan material

(rebar) , sesuaikan satuan (N, mm, C), lalu masukkan data fy = 400

MPa dan fys = 240 MPa, masukkan nilai modulus elastisitas baja Es =

200000 MPa lalu OK.

Gambar 2.7 Pendefinisian material beton dan baja

4. Elemen struktur yang akan dimodelkan pada gedung ini yaitu balok, kolom

dan pelat. Elemen – elemen struktur tersebut menggunakan material beton

dan tulangan yang telah didefinisikan. Tahapannya yaitu Define →

Section Properties → Frame Properties → Add new property → Masukkan

nama penampang (BALOK TIPE A), pilih material (BETON K-450) ,

masukkan dimensi penampang → Concrete Reinforcement, masukkan

tulangan → OK.

Page 13: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

13

Gambar 2.8 Tahapan pendefinisian balok

Gambar 2.9 Tahapan pendefinisian kolom

Page 14: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

14

Gambar 2.10 Tahapan pendefinisian Pelat

5. Tahap berikutnya adalah pendefinisian beban yang bekerja pada struktur,

baik yang dilimpahkan pada pelat maupun pada frame. Adapun beban

yang diperhitungkan dalam perencanaan gedung ini adalah beban mati

(DL), beban hidup (LL), beban mati tambahan (SDL) dan beban gempa.

Untuk beban mati (DL), akan diatur untuk dihitung secara otomatis oleh

software SAP2000 berdasarkan penerapan elemen masing-masing. Beban

hidup (LL) dan beban mati tambahan (SDL) akan diterapkan pada struktur

dengan cara pelimpahan beban pada pelat. Beban dinding akan diterapkan

langsung pada frame, yaitu balok. Beban yang akan diperhitungkan pada

perencanaan gedung perkantoran ini, antara lain:

a. Beban pada pelat

Beban mati : dihitung oleh software SAP2000

Beban hidup : 250 kg/m (untuk gedung kantor atau hotel)

Beban mati tambahan : 149 kg/m2 (membebani pelat)

b. Beban pada frame

Beban mati tambahan : 450 kg/m2 (dinding)

Page 15: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

15

Adapun tahapan pendefinisian beban pada SAP2000 dimulai dengan

menetukan Load Patern, lalu menentukan Load Case dan selanjutnya

menentukan Load Combination. Berikut ini cara pendefinisian beban pada

Program SAP2000 versi 14.

1) Load Patern

Penentuan Load Pattern yaitu Define → Load Pattern → Load

Pattern Name, masukkan nama-nama beban yang akan didefinisikan

(DL/LL/EQ) → pilih kolom Type (DEAD/LIVE) → sesuaikan self

multiplier, untuk DL bernilai = 1 dan untuk LL bernilai = 0 → Add New

Load Pattern → OK

Gambar 2.11 Tahapan pendefinisian Load Paterns

2) Load Case

Penentuan Load Case yaitu Define → Load Cases → beban DL, LL,

SDL, dan dinding secara otomatis sudah di-input oleh software ke dalam

pendefinisian Load Case, sedangkan beban gempa di-input secara manual

→ Add New Load Cases → isi Load Case Name sesuai dengan beban

gempa yang akan didefinisikan (Ex atau Ey) → pilih dalam kotak Load

Case Type (Response Spectrum) → pilih Load Name sesuai dengan beban

yang bekerja → pada menu Function, pilih respons spektrum yang telah

didefinisikan sebelumnya, masukkan Scale Factor (9,81/R) → OK.

Page 16: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

16

Gambar 2.12 Tahapan pendefinisian Load Case

3) Load Combination

Penentuan kombinasi pembebanan yaitu Define → Load Combination

→ Add New Combination → pilih(Linier add) pada kotak Load

Combination Type → jenis beban yang bekerja pada kotak Load Case

Name → pilih besarnya faktor reduksi pada kolom Scale Factor → Add

lalu OK.

Mengacu pada peraturan SNI 03-1726-2002 tentang Standar

Perencanan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung,

kombinasi yang digunakan yaitu :

a) Kombinasi 1 = 1.4DL

b) Kombinasi 2 = 1.2DL + 1.6LL

c) Kombinasi 3 = 1.2DL + 0.5LL + 1.0Ex + 0.3Ey

Page 17: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

17

d) Kombinasi 4 = 1.2DL + 0.5LL + 1.0Ex – 0.3Ey

e) Kombinasi 5 = 1.2DL + 0.5LL - 1.0Ex + 0.3Ey

f) Kombinasi 6 = 1.2DL + 0.5LL - 1.0Ex - 0.3Ey

g) Kombinasi 7 = 1.2DL + 0.5LL + 0.3Ex + 1.0Ey

h) Kombinasi 8 = 1.2DL + 0.5LL + 0.3Ex - 1.0Ey

i) Kombinasi 9 = 1.2DL + 0.5LL - 0.3Ex + 1.0Ey

j) Kombinasi 10 = 1.2DL + 0.5LL - 0.3Ex – 1.0Ey

k) Kombinasi 11 = 0.9DL + 1.0Ex + 0.3Ey

l) Kombinasi 12 = 0.9DL + 1.0Ex - 0.3Ey

m) Kombinasi 13 = 0.9DL - 1.0Ex + 0.3Ey

n) Kombinasi 14 = 0.9DL - 1.0Ex - 0.3Ey

o) Kombinasi 15 = 0.9DL + 0.3Ex + 1.0Ey

p) Kombinasi 16 = 0.9DL + 0.3Ex - 1.0Ey

q) Kombinasi 17 = 0.9DL - 0.3Ex + 1.0Ey

r) Kombinasi 18 = 0.9DL - 0.3Ex - 1.0Ey

Gambar 2.13 Tahapan Pendefinisian Load Combination

6. Beban – beban yang telah didefinisikan akan diletakkan pada struktur

melalui pelat dan frame. Untuk beban hidup (LL) dan beban mati

tambahan (SDL) akan diletakkan pada pelat, sedangkan untuk beban mati

tambahan berupa dinding akan diletakkan pada balok. Pada perletakkan

beban pada pelta harus diperhatikan jenis pelat tersebut, apakah satu arah

Page 18: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

18

atau dua arah. Beban dinding pada balok diletakkan sebagai beban merata

di sepanjang balok tersebut. Tahapan-tahapan perletakkan beban adalah

sebagai berikut:

a. Klik pelat/frame pada struktur yang akan diberi beban →Assign→Are

Load →Uniform to frame (shell)→ pilih jenis beban yang akan

diletakkan → masukkan berat beban yang telah dihitung secara

manual berdasarkan tipe → tipe pembebanan → pilih jenis

pembebanan (one way/ two way/ absolute) → OK

Gambar 2.14 Tahapan penempatan beban pada pelat

Gambar 2.15 Tahapan penempatan beban pada balok / frame

Page 19: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

19

b. Tahapan pendefinisian beban gempa adalah sebagai berikut:

Define →Function →Response Spectrum → pilih AASHTO 2006

pada kolom Choose function type to add → klik Add new function →

masukkan nilai Period dan Acceleration sesuai tanah dasar → OK

Gambar 2.16a Tahapan pendefinisian beban gempa

Gambar 2.16b Tahapan pendefinisian beban gempa

Nilai faktor reduksi (R) merupakan nilai untuk merencanakan tingkat

kerusakan yang akan terjadi pada saat gempa berlangsung. Nilai R harus

memenuhi syarat, 2.2 ≤ R ≤ 8.5 dengan nilai 2.2 untuk perencanaan gedung

bersifat elastic dan nilai R ≥ 2.2 untuk perencanaan gedung bersifat plastis.

Dalam perencanaan gedung ini, digunakan asumsi nilai R sebesar 5. Selain

itu, terdapat juga nilai reduksi I sebagai faktor pengutamaan bangunan

yang nilainya adalah 1 karena gedung ini akan digunakan sebagai gedung

perkantoran.

Page 20: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

20

2.4.2 Run Analysis

Run Analysis merupakan perintah untuk mendapatkan output dari seluruh

pendefinisian dan peletakan beban. Adapun tahapannya adalah Analyze → Run

analysis→ Run Now.

Gambar 2.17 Tahapan Run Analsys

2.4.3 Output

Output dari SAP2000 versi 14 berupa gaya dalam, yaitu gaya normal, gaya

geser dan momen dengan gambar gaya dalam dari struktur yang dianalisis.

Gambar 2.18 Diagram potongan memanjang as C-C shear force 2-2

akibat beban kombinasi 2

Page 21: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

21

Gambar 2.19 Diagram potongan melintang as 2-2 shear force 2-2

akibat beban kombinasi 2

Gambar 2.20 Diagram potongan memanjang as D-D momen 3-3

akibat beban kombinasi 2

Page 22: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

22

Gambar 2.21 Diagram potongan melintang as 2-2 momen 3-3

akibat beban kombinasi 2

Gambar 2.22 Diagram potongan memanjang axial

akibat beban kombinasi 2

2.4.4 Perhitungan Kapasitas Tulangan pada Balok

Untuk menghitung jumlah dan diameter tulangan balok padda proyek ini,

dilakukan dengan menggunakan data luas tulangan yang didapatkan dari output

SAP2000 versi 14. Balok yang dihitung adalah balok tipe B dengan dimensi 350 ×

800. Berikut adalah hasil perhitungan tulangan yang telah didapatkan pada balok

tersebut.

Page 23: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

23

Gambar 2.23 Diagram for Frame Object

Berdasarkan hasil data Output dari Diagram For Frame Object (SAP2000),

didapat data untuk menghitung tulangan balok D dengan panjang bentang 8600

mm. Momen positif pada balok tersebut sebesar 282075672,0 Nmm pada jarak

4300 mm dari ujung kiri bentang dan momen negatif pada balok sebesar

-367574207 Nmm pada ujung kanan bentang.

a. Desain penulangan pada bentang balok akibat M+ (daerah lapangan)

MU = 282075672 Nmm

Mn = MU

∅ =

282075672

0,8 = 352594590 Nmm

Asumsi :

Mn1 = 90% Mn = 0,9 (352594590) = 317335131 Nmm

Mn2 = 10% Mn = 0,1 (352594590) = 35259459 Nmm

CC = 0.85f′C β1 c b = 0.85 (24,9) (0.85) c (350) = 6296,5875 c

Ts1 = As1 fy = 400 As1

z1 = d −β1 c

2 = (800 − 50) −

0,85 c

2 = 750 − 0,425 c

Mn1 = Cc . z1

Balok Tipe B

Page 24: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

24

317488494,3 = (6296,5875 c) (750 − 0,425 c)

2676,05 c2 − 4722440,625 c + 317335131= 0

diperoleh :

c1 = 1694,734mm

c2 = 69,972 mm (ok)

digunakan :

c = 69,972 mm

CC = Ts1

6296,59 c = 400 As1

6296,59 (69,972) = 400 As1

440584,821 = 400 As1

As1 = 1101,462 mm2

fS′ = (2 ∗ 105) εs

= (2 ∗ 105) (0,003( c−d")

c)

= (2 ∗ 105) (0,003(69,972 −50)

69,972)

= 171,25 MPa < 400 MPa (belum leleh)

Mn2 = AS′ . fS

′ (d − d")

35259459 = AS′ (171,25 ) (750 − 50)

35259459 = 119879,952 AS′

AS′ = 294,123 mm2

CS = As′ . fS

′ = (294,123) (171,25) = 50370,656 N

Ts2 = As2 fy = 400 As2

CS = Ts1

50370,656 = 400 As2

As2 = 125,927 mm2

As = As1 + As2 = 1101,462 + 125,927 = 1227,389 mm2

Asumsi : menggunakan tulangan D19

𝐴𝐷19 =1

4 𝜋 192 = 283,642 𝑚𝑚2

Page 25: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

25

Desain tulangan bawah :

nD19 =AS

AD19 =

1227,389

283,64= 4,33 ≈ 5 batang

Desain tulangan atas :

𝑛𝐷19 =𝐴𝑆

𝐴𝐷19 =

294,123

283,64= 1,04 ≈ 2 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔

b. Desain penulangan pada balok akibat M- ( daerah tumpuan kanan)

MU = 367574207 Nmm

Mn = MU

∅ =

367574207

0,8 = 459467758,8 Nmm

Asumsi :

Mn1 = 90% Mn = 0,9 (458655288,8) = 413520982,9 Nmm

Mn2 = 10% Mn = 0,1 (458655288,8) = 45946775,88 Nmm

CC = 6296,588 c

Ts1 = 400 As1

z1 = 750 − 0,425 c

Mn1 = Cc . z1

413520982,9 = (6296,59 c) (750 − 0,425 c)

2676,05 c2 − 4722440,625 c + 413520982,9 = 0

diperoleh :

c1 = 1672,30 mm

c2 = 92,404 mm

digunakan :

c = 92,404 mm

CC = Ts1

6296,59 c = 400 As1

6296,59 (92,404 ) = 400 As1

581829,871 = 400 As1

As1 = 1454,575 mm2

Page 26: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

26

fS′ = (2 ∗ 105) εs

= (2 ∗ 105) (0,003( c−d")

c)

= (2 ∗ 105) (0,003(92,404−50)

92,404)

= 275,339 MPa < 400 MPa (belum leleh)

Mn2 = AS′ . fS

′ (d − d")

45946775,88 = AS′ (275,339 ) (750 − 50)

45946775,88= 192737,111 AS′

AS′ = 238,400 mm2

CS = As′ . fS

′ = (238,500) (275,339) = 65638,25 N

Ts2 = 400 As2

CS = Ts1

65638,25 = 400 As2

As2 = 164,096 mm2

As = As1 + As2 = 1454,575 + 164,096 = 1618,67 mm2

Asumsi : menggunakan tulangan D19

AD19 =1

4 π 192 = 283,643 mm2

Desain tulangan bawah :

nD19 =AS′

AD19=

238,400

283,643= 0,84 ≈ 2 batang

Desain tulangan atas :

nD19 =AS

A D19=

1618,67

283,643 = 5,7 ≈ 6 batang

c. Desain penulangan pada balok akibat M- ( daerah tumpuan kiri)

MU = 372460968 Nmm

Mn = MU

∅ =

372460968

0,8 = 465576210 Nmm

Asumsi :

Mn1 = 90% Mn = 0,9 (465576210) = 419018589 Nmm

Mn2 = 10% Mn = 0,1 (465576210) = 46557621 Nmm

CC = 6296,588 c

Ts1 = 400 As1

z1 = 750 − 0,425 c

Page 27: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

27

Mn1 = Cc . z1

419018589 = (6296,59 c) (750 − 0,425 c)

2676,05 c2 − 4722440,625 c + 419018589= 0

diperoleh :

c1 = 1671,001 mm

c2 = 93,705 mm

digunakan :

c = 93,705 mm

CC = Ts1

6296,59 c = 400 As1

6296,59 (93,705) = 400 As1

590021,732 = 400 As1

As1 = 1475,05 mm2

fS′ = (2 ∗ 105) εs

= (2 ∗ 105) (0,003( c−d")

c)

= (2 ∗ 105) (0,003(93,705−50)

93,705)

= 279,85 MPa < 400 MPa (belum leleh)

Mn2 = AS′ . fS

′ (d − d")

46557621 = AS′ (279,85 ) (750 − 50)

46557621 = 195892,43 AS′

AS′ = 237,67 mm2

CS = As′ . fS

′ = (237,67) (279,85) = 66510,89 N

Ts2 = 400 As2

CS = Ts1

66510,89 = 400 As2

As2 = 166,28 mm2

As = As1 + As2 = 1475,05 + 166,28= 1641,33 mm2

Asumsi : menggunakan tulangan D19

AD19 =1

4 π 192 = 283,643 mm2

Page 28: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

28

Desain tulangan bawah :

nD19 =AS′

AD19=

237,67

283,643= 0,84 ≈ 2 batang

Desain tulangan atas :

nD19 =AS

A D19=

1641,33

283,643 = 5,8 ≈ 6 batang

Tumpuan Lapangan Tumpuan

Gambar 2.24 Desain penulangan pada balok tipe B

Berdasarkan perhitungan pada tulangan balok tipe B (350x800 mm), maka

didapatkan tulangan pada tumpuan dan lapangan terdapat pada Gambar 2.24.

.

2 D19

2

5

5 D19

1

9

2

5

6 D 19

2 D19

2

5

350 mm

800 mm

6 D19

19

25

2 D19

2

5

Page 29: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

29

BAB III

KAJIAN MANAJEMEN PROYEK

3.1 Pengadaan

Proses pengadaan adalah suatu kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh

kementrian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah/institusi yang prosesnya

dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk

memperoleh barang/jasa. Pemilik/owner harus melakukan pengadaan secara cermat

untuk mendapatkan sumber daya (barang/jasa) yang baik dengan cara menganalisis

masing-masing pihak yang akan mengerjakan pekerjaan. Sumber daya yang

diperlukan suatu proyek konstruksi terdiri dari biaya, waktu, sumber daya manusia,

material dan peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan proyek.

3.2 Kajian manajemen proyek terhadap proses pengadaan konsultan

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 tentang perubahan

kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah, pemilihan penyedia jasa konsultan dilakukan dengan:

1. Penunjukan langsung adalah metode pemilihan penyedia Barang/Jasa

dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa.

2. Seleksi umum adalah metode pemilihan penyedia jasa konsultan untuk

pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua penyedia jasa konsultan yang

memenuhi syarat.

3. Seleksi sederhana adalah metode pemilihan penyedia jasa konsultan untuk

jasa konsultan yang bernilai paling tinggi Rp 200.000.000,00 (dua ratus

juta rupiah).

4. Pengadaan langsung adalah Pengadaan Barang/Jasa langsung kepada

penyedia barang/jasa, tanpa melalui pelelangan/seleksi/penunjukan

langsung.

5. Sayembara adalah metode pemilihan Penyedia Jasa yang

memperlombakan gagasan orisinal, kreatifitas dan inovasi tertentu yang

harga/biayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga Satuan.

Page 30: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

30

Proses pengadaan konsultan dalam pembanggunan Gedung BCA KCU Juanda

dilakukan dengan seleksi umum.

Adapun proses pengadaan konsultan adalah sebagai berikut :

a. Pengumuman pelelangan dan pendaftaran peserta.

b. Aanwijzing (penjelasan pelelangan dan pekerjaan).

c. Pemasukan penawaran.

Dokumen penawaran barang/jasa dari penyedia dalam suatu pengadaan

barang jasa, disampaikan dalam 3 bentuk dokumen penawaran. 3 bentuk

dokumen penawaran tersebut antara lain dokumen administrasi, penawaran

teknis, dan penawaran harga.

Ketiga dokumen penawaran tersebut disampaikan dalam suatu format

penyampulan tertentu yang diatur dalam dokumen pengadaan. Dokumen

pengadaan barang jasa dilakukan dalam e metode penyampulan antara lain :

1) Metode 1 sampul

Metode 1 sampul digunakan untuk pengadaan Barang/Jasa yang

sederhana, dimana semua bentuk dokumen penawaran dimasukan dalam satu

sampul dan dibuka pada waktu tertentu secara bersamaan.

2) Metode 2 sampul

Metode 2 sampul digunakan untuk memisahkan penilaian harga dari

penilaian teknis dan administrasi. Pada metode ini sampul pertama berisi

dokumen administrasi dan penawaran teknis sedangkan sampul kedua berisi

dokumen penawaran harga.

3) Metode 2 tahap

Metode 2 tahap digunakan untuk penyampaian pekerjaan yang bersifat

kompleks yang benar-benar mengedepankan kualitas. Pada tahap pertama

peserta pengadaan barang jasa harus memasukan sampul I yang berisi

dokumen administrasi dan penawaran teknis, kemudian dilakukan evaluasi

hingga mendapatkan hasil evaluasi berupa nilai terbaik atau yang memenuhi

passing grade yang akan diundang untuk memasukan penawaran sampul II

pada tahap ke dua. Jadi tidak semua peserta membuat dan memasukan

penawaran harga pada metode dua tahap ini.

Page 31: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

31

Dalam pengajuan penawaran pada proses pelelangan pengadaan konsultan

menggunakan metode 2 sampul.

d. Pembukaan penawaran.

Prakualifikasi pembukaan penawaran dilakukan dalam dua tahap yakni

tahap pertama dilakukan pembukaan sampul satu yang berisi administrasi dan

teknis, kemudian setelah melalui tahap evaluasi akan dilanjutkan untuk

membuka sampul kedua yang berisi penawaran biaya.

e. Tahap evaluasi.

Tahap evaluasi merupakan tahap penilaian dalam sisten prakualifikasi

sebelum dilanjutkan kedalam tahap klarifikasi dan kualifikasi serta negosiasi.

f. Tahap klarifikasi dan kualifikasi serta negosiasi.

Tahap klarifikasi dan kualifikasi serta negosiasi ini dilakukan setelah

adanya peringkat pemenang. Hal ini merupakan pembuktian data yang

disajikan dan negosiasi terhadap biaya yang terdapat di HPS (Harga Patokan

Sendiri).

g. Penetapan pemenang lelang

Panitia menetapkan calon pemenang lelang dengan ketentuan sebagai

berikut:

1) Memenuhi persyaratan teknis dan administrasi.

2) Perhitungan harga yang ditawarkan adalah yang terendah.

3) Penetapan pemenang adalah penawaran yang terendah diantara penawaran

yang memenuhi syarat.

Pengadaan konsultan perencana pada proyek pembangunan Gedung BCA

KCU Juanda dimenangkan oleh John & Associates Bandung. Pengadaan konsultan

manajemen konstruksi pada proyek ini dimenangkan oleh PT. Gamma Beta Alpha

Consultant.

Page 32: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

32

3.3 Kajian manajemen proyek terhadap proses pengadaan kontraktor

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 tentang perubahan

keempat atas Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah, pemilihan penyedia jasa kontraktor melalui pelelangan

dapat dilakukan dengan 5 metode, yaitu:

1. Pelelangan umum adalah metode pemilihan penyedia barang/Pekerjaan

konstruksi/jasa lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh

semua penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang memenuhi

syarat.

2. Pelelangan terbatas adalah metode pemilihan penyedia barang/pekerjaan

konstruksi dengan jumlah penyedia yang mampu melaksanakan diyakini

terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks.

3. Pelelangan Sederhana adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa

Lainnya untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp5.000.000.000,00

(lima miliar rupiah).

4. Pemilihan langsung adalah metode pemilihan Penyedia Pekerjaan

Konstruksi untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi

Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

5. Swakelola adalah pengadaan barang/Jasa dimana pekerjaannya

direncanakan, dikerjakan, dan/atau diawasi sendiri oleh K/L/D/I sebagai

penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok

masyarakat.

Proses pengadaan kontraktor untuk pembangunan Gedung BCA KCU Juanda

dilakukan dengan pelelangan terbatas yang dilakukan oleh PT. Bank Central Asia

yaitu owner dari proyek ini.

Adapun tahapan pengadaan kontraktor yang dilakukan oleh owner adalah

sebagai berikut :

a. Pengumuman pelelangan dan pendaftaran peserta

Panitia pengadaan mengumumkan secara luas tentang pelelangan umum

dengan pascakualifikasi, di mana isi pengumumannya sebagai berikut :

1) Nama dan alamat pengguna jasa yang mengadakan pelelangan umum.

2) Uraian singkat mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan.

Page 33: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

33

3) Dokumen lelang yang berupa aturan pelelangan, gambar dan bill of

quantity (BQ) dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan pelelangan.

b. Penjelasan tentang lelang dan pekerjaan

Dalam penjelasan tentang lelang dan pekerjaan ini penyedia jasa dapat

mempertanyakan yang berkaitan dengan pelelangan atau pekerjaan yang

kurang begitu jelas dalam dokumen lelang kepada panitia. Pada tahap ini, akan

dijelaskan secara lengkap mengenai pekerjaan yang akan dikerjakan beserta

aturan-aturan yang akan dipergunakan dalam pelelangan, yaitu :

1) Metode pengadaan lelang

2) Cara penyampaian penawaran.

3) Dokumen yang harus dilampirkan di dalam dokumen penawaran.

4) Metode evaluasi.

5) Hal-hal yang menggugurkan penawaran.

c. Penyampaian dan pembukaan dokumen penawaran.

Pada tahap pembukaan dokumen penawaran ini, para penyedia jasa

konstruksi yang berminat untuk ikut dalam proses pelelangan memasukan

dokumen-dokumen yang telah disyaratkan oleh owner sebagai dokumen lelang

yang pada tahap selanjutnya akan diperiksa dan dikaji oleh owner.

d. Evaluasi penawaran

Evaluasi penawaran dilakukan kepada semua penawaran yang dinyatakan

lulus pada saat pembukaan penawaran. Evaluasi penawaran terdiri dari

evaluasi administrasi, teknis, harga berdasarkan kriteria, metode dan tata cara

evaluasi yang sudah ditetapkan.

e. Pembuktian kualifikasi

Pada tahap ini, dilakukan pembuktian kualifikasi terhadap penyedia jasa

yang akan diusulkan sebagai pemenang dan pemenang cadangan dilakukan

verifikasi terhadap semua data dan informasi yang ada.

f. Penetapan pemenang lelang.

Pada tahap ini, panitia menetapkan calon pemenang lelang dengan

ketentuan sebagai berikut :

1) Memenuhi persyaratan teknis dan administrasi

2) Perhitungan harga yang ditawarkan

Page 34: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

34

3) Penetapan pemenang adalah penawaran yang memenuhi persyaratan dari

pihak owner.

Pengadaan kontraktor pada proyek pembangunan Gedung BCA KCU Juanda

dimenangkan oleh PT. Nusa Raya Cipta.

3.4 Kajian manajemen proyek terhadap proses kontrak

1. SPPJ (Surat Penunjukan Penyedia Jasa)

Setelah ditentukan pemenang lelang dan selesainya waktu masa sanggah,

dimana tidak adanya sanggahan dari peserta lelang yang lainnya, Pejabat Pembuat

Komitmen (PPK) mengeluarkan Surat Penunjukan Penyedia Jasa (SPPJ) untuk

pembangunan Gedung BCA KCU Juanda. Konsultan Manajemen Kontruksi

dimenangkan oleh PT. Gamma Beta Alpha Consultant dan sebagai Penyedia

Kontraktor dimenangkan oleh PT. Nusa Raya Cipta.

2. Jaminan Pelaksanaan

Menjaga agar kontraktor melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan kontrak

yang telah disepakati, maka dibuat surat jaminan atau disebut jaminan. Jaminan

adalah jaminan tertulis yang bersifat mudah dicairkan dan tidak bersyarat, yang

dikeluarkan oleh Bank Umum / Perusahaan penjaminan/ perusahaan Asuransi yang

diserahkan oleh penyedia barang/jasa (kontraktor) untuk menjamin terpenuhinya

kewajiban penyedia barang/jasa (kontraktor).

Jaminan dan asuransi pada persiapan dan pelaksanaan konstruksi proyek antara

lain :

a. Jaminan Pemilik Proyek.

Jenis-jenis jaminan yang dapat ditanggung jawabkan oleh kontraktor

kepada pemilik proyek :

1) Jaminan Tender (Bid Bond)

2) Jaminan Pelaksanaan (Performance Bond)

3) Jaminan Uang Muka (Advanced Payment Bond)

4) Jaminan Pemeliharaan (Maintenance Bond)

Jaminan-jaminan tersebut dapat dijadikan Jaminan Bank (Bank Garansi) atau

Jaminan Asuransi (Surety Bond).

Page 35: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

35

b. Jaminan Kontraktor.

Jaminan bagi kontraktor dapat bermacam-macam, antara lain :

1) Jaminan pelaksanaan pekerjaan (Engineering Insurance)

Jaminan tersebut pada prinsipnya mencakup :

a) Kerusakan-kerusakan yang terjadi atas konstruksi yang tidak

disengaja, Kerusakan alat peralatan yang digunakan maupun

bukan pemilik kontraktor

b) Tanggung jawab terhadap pihak ketiga

c) Kesalahan dalam perencana atau faulty design

2) Asuransi Tenaga Kerja (Workman Compensation atau Employer

Liability)

Asuransi atas tenaga kerja terdapat 2 macam yaitu :

Asuransi untuk pekerja sesuai aturan (Workman Compensation

Insurance). Asuransi ini sesuai UU yang berlaku di Indonesia,

dilaksanakan oleh ASTEK berdasarkan PP No 33 Tahun 1977.

Asuransi pegawai yang diatur Perusahaan (Employer’s Liability

Insurance) yaitu tanggung jawab pengusaha terhadap pegawai

sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada perusahan tersebut.

3) Asuransi atas Tanggung Jawab terhadap Pihak Ketiga (Public

Liability Insurance)

Public Liability Insurance merupakan jenis asuransi yang melindungi

kontraktor terhadap pihak ketiga (masyarakat) yaitu apabila dalam

melaksanakan pekerjaan ada pihak ketiga yg dirugikan.

c. Jaminan bagi Konsultan.

Jaminan yang digunakan untuk melindungi pihak konsultan Perencana

dari tanggung gugat hukum dapat ditempuh suatu cara pengalihan resiko

melalui mekanisme Asuransi yaitu pada Proffesional Liability Insurance.

3. Pembuatan Surat Perjanjian.

Penyedia jasa dan PPK akan membuat Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan

setelah penyedia jasa (baik kontraktor atau konsultan manajemen kontruksi)

menyerahkan jaminan kepada PPK.

Page 36: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

36

Surat perjanjian pelaksanaan pekerjaan adalah surat yang menjelaskan hak dan

kewajiban masing-masing pihak, baik di pihak penyedia jasa maupun di pihak PPK

(owner).

Setelah menerima SPPJ, konsultan maupun kontraktor akan membuat Surat

Jaminan Pelaksanaan dengan besaran 5% dari nilai kontrak sebagai jaminan

pelaksanaan.

4. Kontrak.

Kontrak adalah suatu dokumen kesepakatan antara pihak Owner, dalam dan

pihak penyedia jasa (kontraktor atau konsultan manajemen) yang berisikan:

a. Surat perjanjian pelaksanaan pekerjaan.

b. SPK (Surat Perintah Kerja) dan SPL (Surat Penyerahan Lapangan).

c. Syarat-syarat khusus kontrak.

d. Syarat-syarat umum kontrak.

e. Bill of Quantity (BQ).

f. Gambar rencana (khusus kontraktor).

g. Spesifik dan syarat-syarat teknis untuk konsultan KAK (Kerangka Acuan

Konsultan).

h. Dokumen lelang.

i. Dokumen penawaran penyedia jasa.

5. Sistem Kontrak

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 4 tahun 2015 tentang perubahan

keempat atas Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah, jenis kontrak pengadaan barang dan jasa pemerintah

digolongkan berdasarkan:

a. Cara pembayaran

Berdasarkan cara pembayaran, kontrak dikelompokkan dalam 5 (lima)

jenis konrak yaitu:

1) Kontrak Lump sum

Kontrak Lump sum yaitu kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian

seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu sebagaimana ditetapkan dalam

kontrak, dengan ketentuan sebagai berikut:

Page 37: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

37

a) Jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian

harga;

b) Semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang/jasa

c) Pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang

dihasilkan sesuai dengan isi kontrak;

d) Sifat pekerjaan berorientasi pada keluaran (output based);

e) Total harga penawaran bersifat mengikat;

f) Tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang.

2) Kontrak Harga Satuan

Kontrak harga satuan yaitu kontrak pengadaan barang/jasa atas

penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu yang telah

ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Harga satuan pasti dan tetap untuk setiap satuan atau unsur pekerjaan

dengan spesifikasi teknis tertentu

b) Volume atau kuantitas pekerjaan masih bersifat perkiraan pada saat

kontrak ditandatangani

c) Pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas

volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedia

barang/jasa

d) Dimungkingkan adanya pekerjaan tambah kurang berdasarkan hasil

pengukuran bersama atas pekerjaan yang diperlukan.

3) Kontrak gabungan Lump sum dan Harga satuan

Kontrak gabungan lump sum dan harga satuan yaitu kontrak yang

merupakan gabungan lump sum dan harga satuan dalam 1 (satu) pekerjaan

yang diperjanjikan.

4) Kontrak Persentase

Kontrak persentase yaitu merupakan kontrak pengadaan konsultansi/jasa

lainnya, dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Penyedia jasa konsultansi/jasa lainnya menerima imbalan berdasarkan

persentase dari nilai pekerjaan tertentu; dan

Page 38: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

38

b) Pembayarannya didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang

dihasilkan sesuai dengan isi kontrak.

5) Kontrak terima jadi (turnkey contract).

Kontrak terima jadi merupakan kontrak pengadaan barang/pekerjaan

konstruksi/jasa lainnya atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu

tertentu dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh pekerjaan selesai

dilaksanakan; dan

b) Pembayaran dilakukan berdasarkan hasil penilaian bersama yang

menunjukkan bahwa pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan

kriteria kinerja yang ditetapkan.

b. Pembebanan tahun anggaran

Berdasarkan pembebanan tahun anggaran, kontrak digolongkan dalam 2

(dua) jenis kontrak yaitu:

1) Kontrak tahun tunggal

Kontrak tahun tunggal yaitu merupakan kontrak yang pelaksanaan

pekerjaannya mengikat dana anggaran selama 1 (satu) tahun anggaran.

2) Kontrak tahun jamak.

Kontrak tahun jamak merupakan kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya

untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran atas beban anggaran, yang

dilakukan setelah mendapat persetujuan:

a) Menteri Keuangan untuk kegiatan yang nilainya di atas

Rp10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah);

b) Menteri/Pimpinan lembaga yang bersangkutan untuk kegiatan yang

nilai kontraknya sampai dengan Rp10.000.000.000,- (sepuluh miliar

rupiah) bagi kegiatan: penanaman bibit dan pengadaan obat di rumah

sakit, makanan untuk narapidana di Lembaga Pemasyarakatan,

pengadaan pita cukai, layanan pembuangan sampah, dan pengadaan

jasa cleaning service.

Page 39: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

39

Khusus untuk kontrak tahun jamak pada pemerintah daerah menurut pasal

52 ayat (3) harus disetujui oleh Kepala Daerah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

c. Sumber pendanaan

Berdasarkan sumber pendanaan, kontrak digolongkan dalam 3 (tiga) jenis

kontrak yaitu:

1) Kontrak pengadaan tunggal

Kontrak pengadaan tunggal yaitu merupakan kontrak yang dibuat oleh 1

(satu) PPK dengan 1 (satu) penyedia barang/jasa tertentu untuk menyelesaikan

pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu.

2) Kontrak pengadaan bersama

Kontrak pengadaan bersama yaitu merupakan kontrak antara beberapa

PPK dengan 1 (satu) penyedia barang/jasa untuk menyelesaikan pekerjaan

tertentu dalam waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan masing-masing PPK

yang menandatangani kontrak.

3) Kontrak payung (framework contract).

Kontrak payung (framework contract) merupakan kontrak harga satuan

antara pemerintah dengan penyedia barang/jasa yang dapat dimanfaatkan oleh

Kementerian/Lembaga/ Pemerintah Daerah/Institusi dengan ketentuan sebagai

berikut:

a) Diadakan untuk menjamin harga barang/jasa yang lebih efisien,

ketersediaan barang/jasa terjamin dan sifatnya dibutuhkan secara

berulang dengan volume atau kuantitas pekerjaan yang belum dapat

ditentukan pada saat kontrak ditandatangani; dan

b) Pembayarannya dilakukan oleh setiap PPK/satuan kerja yang

didasarkan pada hasil penilaian/pengukuran bersama terhadap

volume/kuantitas pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh penyedia

barang/jasa secara nyata.

Page 40: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

40

d. Jenis pekerjaan

Berdasarkan jenis pekerjaan, kontrak digolongkan dalam 2 (dua) jenis

kontrak yaitu:

1) Kontrak pengadaan pekerjaan tunggal

Kontrak pengadaan pekerjaan tunggal yaitu kontrak pengadaan

barang/jasa yang hanya terdiri dari 1 (satu) pekerjaan perencanaan,

pelaksanaan atau pengawasan.

2) Kontrak pengadaan pekerjaan terintegrasi.

Kontrak pengadaan pekerjaan terintegrasi merupakan kontrak pengadaan

pekerjaan konstruksi yang bersifat kompleks dengan menggabungkan kegiatan

perencanaan, pelaksanaan dan/atau pengawasan.

Jenis kontrak yang disepakati adalah lump sum price. Lump sum merupakan

kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu

dengan jumlah harga yang pasti dan tetap serta semua resiko dalam penyelesaian

pekerjaan sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa sepanjang gambar dan

spesifikasi tidak berubah. Keuntungan dari kontrak jenis ini, kontraktor mengetahui

secara jelas mengenai pekerjaan yang akan dilakukan sehingga tidak diperlukan

pengukuran dan perhitungan detail mengenai pekerjaan yang akan dilakukan.

Kerugian dari kontrak ini, jika terdapat perubahan desain atau pekerjaan tambahan

selama pelaksanaan bisa merugikan pihak kontraktor.

6. Sistem Pembayaran

Cara pembayaran prestasi pekerjaan penyedia jasa dibedakan ke dalam 3 (tiga)

macam, yaitu:

1) Cara Pembayaran Bulanan (Monthly Payment)

Dalam sistem pembayaran ini, prestasi penyedia jasa dihitung setiap akhir

bulan. Setelah prestasi tersebut diakui pengguna jasa maka penyedia jasa akan

dibayar sesuai prestasi tersebut.

Kelemahan cara ini adalah berapapun kecilnya prestasi penyedia jasa pada

suatu bulan tertentu kontraktor harus tetap dibayar. Hal ini sangat

mempengaruhi prestasi pekerjaan yang seharusnya dicapai sesuai jadwal

pelaksanaan sehingga dapat membahayakan waktu penyelesaian.

Page 41: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

41

2) Cara Pembayaran atas Prestasi (Stage Payment)

Dalam sistem pembayaran ini, pembayaran kepada penyedia jasa

dilakukan atas dasar prestasi/kemajuan pekerjaan yang telah dicapai sesuai

dengan ketentuan dalam kontrak. Jadi, bukan atas dasar prestasi yang dicapai

dalam satuan waktu (bulanan). Biasanya besar prestasi dinyatakan dalam

persentase. Cara pembayaran seperti ini sering pula disebut pembayaran

termin/angsuran.

Pada saat prestasi penyedia jasa telah mencapai 100% (pekerjaan selesai)

dan telah diterima baik oleh pengguna jasa (berdasarkan berita acara serah

terima pertama pekerjaan), penyedia jasa menerima 95% dari nilai kontrak dan

yang 5% dari nilai kontrak ditahan pengguna jasa selama masa tanggungan atas

cacat (retention money) sebagai jaminan agar penyedia jasa mau memperbaiki

cacat/ketidaksempurnaan pekerjaan sewaktu serah terima pertama pekerjaan.

Setelah serah terima kedua (terakhir) maka jumlah 5% harga kontrak

dibayarkan kepada penyedia jasa.

3) Pra Pendanaan Penuh dari Penyedia Jasa (Contractor’s Full Pre-financed)

Dalam sistem pembayaran ini, penyedia jasa harus mendanai dahulu

seluruh pekerjaan sesuai kontrak. Setelah pekerjaan selesai 100% dan diterima

baik oleh pengguna jasa barulah penyedia jasa mendapatkan pembayaran

sekaligus.

Oleh karena seluruh pekerjaan dibiayai terlebih dahulu oleh penyedia jasa,

maka untuk menjamin penyedia jasa mendapatkan pembayaran atas

pekerjaannya, pengguna jasa harus memberikan jaminan ke penyedia jasa

antara lain berupa jaminan bank yang akan diberikan pada saat mulai pekerjaan

dan jaminan tersebut tetap berlaku selama masa pelaksanaan pekerjaan.

Sistem pembayaran pada proyek Gedung BCA KPU Juanda dilakukan

dengan menggunakan sistem pembayaran berdasarkan kemajuan pekerjaan

atau prestasi.

Page 42: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

42

3.5 Kajian manajemen proyek terhadap organisasi proyek.

Peta/pola hubungan kerja berfungsi untuk mengetahui kedudukan dan

kewajiban tiap-tiap elemen yang mendukung sampai selesainya proyek

pembangunan Gedung BCA KPU Juanda.

Pola hubungan kerja antara unsur-unsur pengelola proyek di pembangunan

Apartemen Parahyangan Residences dapat digambarkan pada skema seperti tampak

pada Gambar 3.1.

Pada pelaksanaan pembangunan proyek ini, ada beberapa unsur penting yang

saling berhubungan satu sama lain agar tercipta suatu organisasi pelaksanaan

proyek yang baik. Unsur-unsur yang mengelola proyek yaitu:

1. Pemberi Tugas (Owner).

2. Konsultan Pengawas.

3. Konsultan Perencana.

4. Kontraktor.

Gambar 3.1 Skema jaringan kerja Proyek Pembangunan Gedung BCA

KCU Juanda

Page 43: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

43

Unsur-unsur di atas harus melaksanakan tugas dan kewajibannya masing-

masing agar pelaksanaan proyek sesuai dengan rencana dan hasil yang baik dan

memuaskan. Penjabaran pekerjaan dan koordinasi akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Pemberi Tugas (Owner)

Pemberi tugas atau pemilik adalah badan atau orang yang memberi tugas

atau mempunyai gagasan dan menyampaikan keinginannya kepada suatu

badan ahli atau badan hukum yang dikehendaki untuk melaksanakan tahapan-

tahapan agar gagasan tersebut dapat terwujud. Dalam proyek pembangunan

Gedung BCA KPU Juanda, PT Bank Central Asia adalah sebagai owner.

Owner mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:

a. Menyediakan seluruh biaya pekerjaan.

b. Menunjuk konsultan dan kontraktor.

c. Mengeluarkan surat perintah kerja yang merupakan surat perintah

kepada kontraktor dan sub kontraktor agar dalam jangka waktu tertentu

pihak pelaksana segera memulai tugasnya.

d. Menentukan, menyetujui dan atau menolak perubahan-perubahan

pekerjaan.

e. Menetapkan denda, perpanjangan waktu dan pekerjaan tambahan.

2. Konsultan Perencana

Konsultan Perencana adalah pihak yang ditunjukan oleh pemberi tugas

untuk melaksanakan pekerjaan perencanaan. Perencana dapat berupa

perorangan atau badan usaha baik swasta maupun pemerintah. Dalam

pembangunan Gedung BCA KPU Juanda yang ditunjuk sebagai konsultan

perencana adalah John & Associates Bandung WT Partnership . Adapun tugas

dari konsultan perencana dalam pembangunan Gedung BCA KCU Juanda

sebagai berikut :

a. Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan pemilik

bangunan.

b. Membuat gambar kerja pelaksanaan.

c. Membuat Rencana kerja dan syarat – syarat pelaksanaan bangunan

(RKS) sebagai pedoman pelaksanaan.

Page 44: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

44

d. Membuat rencana anggaran biaya bangunan.

e. Memproyeksikan keinginan–keinginan atau ide–ide pemilik ke dalam

desain bangunan.

f. Melakukan perubahan desain bila terjadi penyimpangan pelaksanaan

pekerjaan dilapangan yang tidak memungkinkan desain terwujud di

wujudkan.

g. Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur jika terjadi

kegagalan konstruksi.

h. Meninjau proyek ke lapangan secara berkala untuk melihat kemajuan

pekerjaan dan ikut serta menilai kualitas pekerjaan yang dilakukan

pemborong agar tidak menyimpang dari ketentuan seperti dalam

dokumen kontrak.

3. Konsultan Manajemen Konstruksi / Konsultan Pengawas

Konsultan Pengawas merupakan pihak yang diberi tugas oleh pemilik

yang bertindak sebagai Project Control dan Management Construction, untuk

mengawasi, mengarahkan manajemen pelaksanaan pekerjaan di lapangan

sehingga sesuai dengan gambar kerja. Dalam proyek pembangunan Gedung

BCA KPU Juanda yang bertindak sebagai Konsultan Manajemen Konstruksi

adalah PT. Gamma Beta Alpha Consultant. Adapun tugas dan wewenang

Konsultan Manajemen Konstruksi adalah sebagai berikut:

a. Memberi petunjuk agar pelaksanaan pekerjaan mengikuti dan sesuai

dengan dokumen kontrak.

b. Berhak menolak pekerjaan yang tidak sesuai dengan dokumen kontrak dan

berhak memerintahkan pemeriksaan khusus terhadap bagian pekerjaan

tertentu yang meragukan.

c. Berhak menolak bahan bangunan yang tidak memenuhi syarat yang

ditentukan dalam dokumen kontrak.

d. Memperingatkan pemborong secara tertulis atas kelalaian pemborong

dalam memenuhi persyaratan seperti dalam dokumen kontrak.

e. Menilai kemajuan pekerjaan pemborong dan keterlambatan batas waktu

pelaksanaan.

f. Mengusulkan/menyetujui/menolak gambar pelaksanaan.

Page 45: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

45

Gambar 3.2 Struktur organisasi PT. Gamma Beta Alpha Consultant

4. Kontraktor

Kontraktor adalah orang atau instansi yang menerima dan

menyelenggarakan pekerjaan bangunan menurut biaya yang tersedia dan

melaksanakan pekerjaan tersebut sesuai dengan peraturan-peraturan, syarat-

syarat serta gambar rencana yang telah ditetapkan. Dalam proyek

pembangunan Gedung BCA KPU Juanda ini yang bertindak sebagai

Kontraktor adalah PT. Nusa Raya Cipta. Adapun tugas dan wewenang

Kontraktor adalah:

a. Memberi analisa anggaran biaya dan waktu pelaksanaan dengan gambar

dan bestek.

Page 46: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

46

b. Menyediakan tenaga ahli, mandor, tukang, bahan dan sarana kerja yang

diperlukan sesuai dengan fungsinya.

c. Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor harus membuat rencana kerja

berupa time schedule.

d. Kontraktor diwajibkan menyerahkan pekerjaan tepat pada waktunya.

e. Kontraktor bertanggung jawab atas pembangunan seluruh proyek sampai

selesai, baik kualitas maupun kuantitas.

f. Kontraktor harus melakukan segala tindakan pencegahan, penjagaan

keamanan dan keselamatan para pekerjanya. Struktur organisasi

kontraktor dalam Proyek PT. Nusa Raya Cipta akan dijabarkan pada

Gambar 3.2.

Dari skema organisasi tersebut dapat kita lihat bahwa struktur organisasi

tersebut merupakan organisasi yang bersifat fungsional. Organisasi ini

dikelompokkan menjadi bagian-bagian berdasarkan fungsinya. Kelebihan dari

organisasi fungsional antara lain sebagai berikut:

1) Memudahkan pengawasan karena setiap personil hanya melapor kepada

satu atasan.

2) Konsentrasi perhatian personil terpusat pada sasaran bidang yang

bersangkutan.

3) Memudahkan pengendalian kinerja personil serta pengendalian mutu,

waktu, dan biaya.

Kesulitan yang dihadapi dari organisasi fungsional antara lain sebagai

berikut:

a) Cenderung memprioritaskan kinerja dan keluaran dari masing-masing

bidang. Hal ini dapat mengurangi perhatian perusahaan terhadap

tujuan secara menyeluruh.

b) Tidak ada pihak yang benar-benar bertanggung jawab atas proyek

secara keseluruhan.

c) Sulit mengkoordinasikan dan mengintegrasikan pekerjaaan yang

multidisiplin dan melibatkan banyak pihak di luar organisasi.

Page 47: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

47

Gambar 3.3 Struktur organisasi PT. Nusa Raya Cipta sebagai Kontraktor

Page 48: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

48

Berikut ini akan dijelaskan tugas dari masing-masing bagian yang terdapat

dalam organisasi yang dideskripsikan pada Gambar 3.3.

1. Project Manager

Project Manager adalah wakil dari perusahaan atau kontraktor utama yang

memimpin sebuah proyek. Project Manager mempunyai tugas dan tanggung

jawab sebagai berikut :

a. Mengendalikan dokumen dan record.

b. Memimpin management review mingguan di proyek.

c. Menghadiri management review di kantor.

d. Menilai kompetensi personel proyek sebagai dasar dalam penetapan

kebutuhan training.

e. Melaksanakan inspeksi lapangan secara periodik.

f. Mengendalikan biaya pelaksanaan.

g. Membuat dan melaporkan kemajuan fisik.

h. Menyelesaikan administrasi dan teknis penutupan proyek.

e. Mengadakan/memimpin rapat koordinasi:

1) Dua mingguan dengan para pegawai lapangan dan direksi.

2) Bulanan atau waktu tertentu dengan direksi.

3) Mengecek dan mengetahui semua kegiatan/aktivitas personil

lapangan.

4) Mengarahkan/membantu kelancaran tugas-tugas personil

lapangan.

5) Memeriksa hasil opname prestasi fisik lapangan dan opname

upah kerja borongan.

6) Mengetahui waktu/prestasi kuantitas dan kualitas pekerjaaan.

2. Site Manager

Site Manager memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :

a. Bertugas dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan yang

dikerjakan perusahaan baik keluar maupun ke dalam.

b. Mengadakan/memimpin rapat koordinasi dan evaluasi dengan para

pelaksana teknis serta memberi pengarahan yang bersifat teknis

maupun non teknis.

Page 49: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

49

c. Bertanggung jawab langsung terhadap direksi perusahaan.

d. Membuat/menyiapkan rencana/program kerja lapangan

e. Evaluasi/monitoring kegiatan pelaksanaan.

f. Evaluasi/monitoring penggunaan/pemakaian bahan/ peralatan.

g. Memeriksa/menandatangani bon/kontra bon bahan-bahan dan alat.

h. Memeriksa rencana pembayaran bahan, upah kerja.

i. Membuat laporan penggunaan material dan peralatan.

j. Memeriksa, mengarahkan tugas-tugas logistik, pengawas teknik,

administrasi lapangan dan gudang, juru ukur bahan, keamanan,

mandor.

k. Bertugas dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan/aktifitas

lapangan baik yang bersifat teknis maupun non teknis.

l. Mengadakan/memimpin rapat koordinasi.

m. Dua mingguan dengan para mandor.

n. Dua mingguan dengan para staf lapangan dan direksi dll.

o. Bulanan atau waktu tertentu dengan direksi.

p. Mengecek dan mengetahui semua kegiatan/aktivitas personil

lapangan.

q. Mengarahkan/membantu kelancaran tugas-tugas personil lapangan.

r. Memeriksa hasil opname prestasi fisik lapangan dan opname upah

kerja borongan.

s. Mengetahui waktu/prestasi kuantitas dan kualitas pekerjaaan.

3. Safety Officer

Safety Officer adalah orang yang ditunjuk oleh project manager untuk

melaksanakan kebijakan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan (K3L)

di suatu proyek. Safety Manager memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai

berikut :

a. Menyiapkan dokumen-dokumen safety pada tahap tender pelaksanaan

K3L.

b. Membuat surat kebijakan K3L.

c. Membuar struktur organisasi K3L.

Page 50: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

50

d. Menyiapkan peraturan safety, spanduk, poster, kotak obat, sarana

safety, Alat Pemadam Api Ringan (APAR), Alat Perlindungan Diri

(APD), prosedur erection, dll.

e. Melaksanakan kegiatan safety seperti mengecek kelengkapan tool

box, safety meeting,

f. Membuat laporan safety seperti laporan kecelakaan, laporan

investigasi dan penilaian K3L subkontraktor.

4. Site Engineer (Struktur, Arsitektur, M/E)

a. Membantu tugas dan tanggung-jawab Site Manager dilapangan.

b. Bertugas dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan yang

dikerjakan perusahaan baik keluar maupun ke dalam.

c. Bertanggung jawab atas penempatan tenaga kerja.

d. Bertanggung jawab langsung terhadap direksi perusahaan.

e. Mengendalikan atas keselamatan dan kesehatan kerja (K3L).

f. Membuat/menyiapkan rencana/program kerja lapangan.

g. Evaluasi/monitoring kegiatan pelaksanaan.

h. Evaluasi/monitoring penggunaan/pemakaian bahan/ peralatan.

i. Membayar upah pekerja.

j. Membuat laporan penggunaan material dan peralatan.

k. Bertugas dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan/aktivitas

lapangan baik yang bersifat teknis maupun non-teknis.

l. Mengarahkan/membantu kelancaran tugas-tugas personil lapangan.

m. Memeriksa hasil opname prestasi fisik lapangan dan opname upah

kerja borongan.

n. Mengetahui waktu/prestasi kuantitas dan kualitas pekerjaaan.

5. Juru Ukur(Surveyor)

Tugas dan wewenang surveyor diantaranya sebagai berikut:

a. Menentukan titik-titik batas area proyek, ini diperlukan untuk

pembuatan alur pagar proyek dan penentuan koordinat gedung.

b. Membaca gambar dengan melihat bentuk dan ukuran bangunan untuk

diaplikasikan di lapangan.

c. Menentukan elevasi kedalaman galian pondasi.

Page 51: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

51

d. Marking atau menentukan as kolom, pemasangan batako, keramik.

6. Logistik

Tugas dan wewenang logistik diantaranya sebagai berikut:

a. Membuat resume stock material di lapangan berdasarkan jadwal

kerja proyek.

b. Membuat order kebutuhan material ke penyalur sesuai dengan

volume, jenis dan tahapan pekerjaan di lapangan, beberapa hari

sebelum material tersebut akan dipakai.

c. Menerima kedatangan material di lapangan dan memeriksa apakah

sudah sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang dipesan.

d. Mengatur penyimpanan material di gudang supaya tidak rusak.

e. Mencatat dan membuat arsip surat-surat dan nota pesanan.

f. Bertanggungjawab atas kelancaran, kualitas dan kesiapan material

yang diperlukan sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Agar tidak

kehabisan stok, maka biasanya bila persediaan material tinggal 50%,

bagian logistik telah memajukan permohonan untuk pemesanan

kembali.

g. Bertanggung jawab atas keamanan dan kualitas material yang

tersimpan di gudang.

7. Mandor

Tugas seorang mandor diantaranya sebagai berikut:

a. Mendatangkan sejumlah tenaga kerja sesuai kualifikasi yang

diperlukan seperti kelompok tukang kayu, batu, besi dan sebagainya,

dan sekaligus memimpin dan mengawasi pekerjaan mereka

b. Mengendalikan kualitas hasil pekerjaan agar sesuai dengan ketentuan

spesifikasi teknis dan gambar-gambar perencanaan

8. Tukang

Tugas pekerja adalah mengerjakan seluruh pekerjaan yang diperintahkan

oleh mandor.

Page 52: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

52

BAB IV

METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

DI LAPANGAN

4.1 Material yang dipergunakan

Material adalah komponen yang sangat penting dalam pelaksanaan

pembangunan suatu proyek. Bahan bangunan sebagai penyusun harus mendapat

perhatian khusus, terutama untuk proyek-proyek yang berskala besar dimana

standar mutu bahan yang tersedia harus memenuhi standar yang disyaratkan.

Material yang digunakan pada Proyek Pembangunan Kantor BCA KCU Juanda

adalah sebagai berikut :

1. Air

Fungsi air didalam adukan beton adalah untuk memicu proses kimiawi

semen sebagai bahan perekat dan melumasi agregat agar mudah dikerjakan.

Kualitas air yang digunakan untuk mencampur beton sangat berpengaruh

terhadap kualitas beton itu sendiri. Air yang mengandung zat-zat kimia

berbahaya seperti mengandung garam/mineral akan menyebabkan kekuatan

beton menurun (Gambar 4.1).

Gambar 4.1. Air

Page 53: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

53

2. Semen

Semen adalah salah satu campuran bahan bangunan yang berfungsi

sebagai pengikat agregat halus, agregat kasar dan air (Gambar 4.2).

Gambar 4.2. Semen Gresik

3. Agregat Halus (Pasir)

Agregat halus adalah batuan halus yang terdiri dari butiran sebesar 0,14 –

5 mm yang didapat dari hasil penghancuran batuan alam. Agregat halus

berfungsi mengisi rongga-rongga di dalam adukan beton sehingga agregat

dalam suatu campuran tidak homogen, menghemat penggunaan semen

Portland dan mengurangi penyusutan terhadap beton (Gambar 4.3). Adapun

cara pemilihan agregat halus (pasir) yang baik antara lain :

a. Pasir halus memiliki butiran yang tajam. Untuk mengetahuinya adalah

dengan cara mengambil pasir kemudian genggam pasir tersebut, jika

terasa tajam pada permukaan telapak tangan maka butiran pasir

tersebut baik.

b. Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dan pada saat

dikepal tidak ada lumpur yang tertinggal

Gambar 4.3. Agregat Halus (Pasir)

Page 54: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

54

4. Agregat Kasar

Agregat kasar adalah kerikil atau batu pecah atau biasa disebut split

berfungsi sebagai bahan baku beton bertulang selain dari semen dan pasir yang

dicampur air dan juga besi tulangan (Gambar 4.4). Sesuai dengan syarat-syarat

pengawasan mutu agregat untuk berbagai mutu beton agregat kasar harus

memenuhi satu dari beberapa atau semua syarat berikut ini:

a. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir keras dan tidak berpori.

Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai

apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melebihi 20% dari berat

agregat seluruhnya. Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal,

artinya tidak akan pernah hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca

seperti terik matahari dan hujan.

b. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%

(ditentukan terhadap berat kering). Yang dimaksud dengan lumpur

adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila

kadar lumpur melampaui 1%, maka agregat harus dicuci.

c. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak

beton, seperti zat-zat yang relatif alkali.

d. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam

besarnya dan apabila diayak dengan susunan ayakan ISO, harus

memenuhi syarat-syarat berikut :

e. Sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 0% berat.

f. Sisa di atas ayakan 4 mm harus berkisar anatara 90% dan 98% berat.

g. Selisih antara sisa-sisa komulatif di atas dua ayakan yang berurutan

maksimum 60% dan minimum 10% berat.

Gambar 4.4. Agregat Kasar

Page 55: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

55

5. Baja Tulangan

Baja tulangan beton merupakan bagian struktur beton bertulang yang

berfungsi menahan gaya tarik (Gambar 4.5). Berdasarkan jenisnya, baja

tulangan beton dibedakan menjadi dua jenis yaitu :

a. Baja tulangan beton polos

Baja tulangan beton polos adalah baja tulangan beton berpenampang

bundar dengan permukaan rata tidak bersirip.

b. Baja tulangan beton ulir

Baja tulangan beton ulir adalah baja tulangan beton dengan bentuk

khusus yang permukaanya memiliki ulir melintang dan rusuk memanjang

untuk meningkatkan daya lekat dan guna menahan gerakan membujur dari

batang secara relatif terhadap beton.

Gambar 4.5. Baja Tulangan

6. Kawat Pengikat

Kawat pengikat digunakan untuk mengikat tulangan atau cincin tulangan

agar tetap pada tempatnya sebelum dilakukan pengecoran. Kawat pengikat

harus terbuat dari baja lunak panas dengan diameter 1 mm (Gambar 4.6).

Gambar 4.6. Kawat Pengikat

Page 56: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

56

7. Jaring Kawat

Jaring kawat berfungsi sebagai pembatas yang digunakan untuk

pengecoran beton komposit (Gambar 4.7).

Gambar 4.7. Jaring Kawat

8. Kayu

Kayu digunakan untuk pekerjaan sementara dan juga untuk pelengkap atau

finishing bangunan seperti kusen, pintu, penggantung langit-langit dan

sebagainya (Gambar 4.8).

Gambar 4.8. Kayu

9. Multipleks

Multipleks merupakan bahan bekisting kolom, balok, slab, tangga dan

dinding. Multipleks dapat digunakan berapa kali dan mempunyai lapisan yang

halus agar beton yang dicetak halus dan rata permukaannya. Ketebalan

multipleks yang digunakan pada proyek pembangunan kantor BCA KCU

Juanda adalah 9 mm (Gambar 4.9).

Page 57: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

57

Gambar 4.9. Multipleks

10. Batu Belah

Batu belah merupakan bahan yang digunakan untuk membuat pondasi

pada dinding penahan tanah (Gambar 4.10).

Gambar 4.10. Batu Belah

11. Batu Bata Merah

Batu bata merah merupakan salah satu bahan material sebagai bahan

pembuat dinding (Gambar 4.11).

Gambar 4.11. Batu Bata Merah

Page 58: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

58

12. PVC

PVC digunakan untuk sistem sanitasi dan elektrikal (Gambar 4.12).

Gambar 4.12. PVC

13. Baut dan Mur

Baut adalah besi batang berulir yan digunakan untuk menyambung atau

mengikat 2 benda, dan mur adalah ring yang digunakan untuk mengunci baut

(Gambar 4.13).

Gambar 4.13. Baut dan Mur

14. Paku

Paku digunakan dalam pembuatan bekisting (Gambar 4.14).

Gambar 4.14. Paku

Page 59: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

59

15. Calbond

Calbond merupakan bahan pengikat beton lama dengan beton baru

(Gambar 4.15).

Gambar 4.15. Calbond

4.2 Peralatan Konstruksi yang Dipergunakan

Pembangunan proyek besar selain membutuhkan material bangunan juga

membutuhkan peralatan kerja, baik itu peralatan berat maupun peralatan sederhana.

Peranan penggunaan peralatan ini mempunyai fungsi mempercepat penyelesaian

pekerjaan, meningkatkan kualitas dan kuantitas pekerjaan, dan meningkatkan

efisiensi dan produktivitas pekerjaan

Alat – alat yang digunakan pada proyek pembangunan kantor BCA KCU

Juanda antara lain :

1. Tower Crane

Tower crane adalah salah satu alat berat yang sering digunakan untuk

membangun gedung bertingkat atau jembatan. Tower crane memiliki fungsi

untuk mengangkut material atau bahan maupun konstruksi bangunan bawah

menuju bagian yang ada di atas (Gambar 4.16)..

Gambar 4.16. Tower Cran

Page 60: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

60

2. Back Hoe

Back hoe adalah alat yang digunakan dalam pekerjaan galian tanah.

Keuntungan dari penggunaan back hoe adalah untuk melakukan pekerjaan

galian dan timbunan dengan lebih cepat dan lebih efisien (Gambar 4.17).

Gambar 4.17. Back Hoe

3. Dump Truck

Dump truck adalah alat yang digunakan untuk mengangkut bahan galian

keluar lokasi. Selain untuk mengangkut bahan galian, dump truck juga

berfungsi sebagai pengangkut bahan material alam, besi tulangan dan

berangkal proyek (Gambar 4.18).

Gambar 4.18. Dump Truck

4. Truck Mixer

Truck mixer adalah alat yang digunakan untuk mengangkut adukan beton

siap pakai (ready mix) dari tempat pencampuran beton (batching plant) sampai

ke lokasi pengecoran (Gambar 4.19).

Page 61: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

61

Gambar 4.19. Truck Mixer

5. Concrete Pump

Concrete pump adalah alat yang digunakan untuk memompa adukan beton

dari truck mixer ke bagian yang akan dicor. Concrete pump biasanya digunakan

pada saat mengecor balok dan pelat lantai yang terletak di bagian atas bangunan

(Gambar 4.20).

Gambar 4.20. Concrete Pump

6. Concrete Mixer

Concrete mixer adalah alat pengaduk campuran beton agar lebih homogen.

Pada proyek ini, concrete mixer digunakan untuk membuat adukan beton yang

volumenya kecil (Gambar 4.21).

Page 62: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

62

Gambar 4.21. Concrete Mixer

7. Bar Bender

Bar bender adalah alat yang digunakan untuk membengkokkan baja

tulangan seperti pembengkokan tulangan sengkang, pembengkokan untuk

sambungan tulangan kolom, dan pembengkokan tulangan balok dan plat

(Gambar 4.22).

Gambar 4.22. Bar Bender

8. Bar Cutter

Bar cutter adalah alat yang digunakan untuk memotong baja tulangan

(Gambar 4.23).

Gambar 4.23. Bar Cutter

Page 63: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

63

9. Scaffolding

Scaffolding adalah perancah yang terbuat dari besi yang digunakan untuk

menyangga bekisting plat lantai dan balok agar kuat dalam menahan beban

beton ataupun beban yang lain (Gambar 4.24).

Gambar 4.24. Scaffolding

10. Air Compressor

Air compressor adalah alat yang menghasilkan udara dengan tekanan

tinggi dan digunakan untuk membersihkan bekisting dari kotoran-kotoran

sebelum dilakukan pengecoran (Gambar 4.25).

Gambar 4.25. Air Compressor

11. Theodolith

Theodolith adalah alat bantu dalam proyek untuk menentukan as bangunan

dan titik-titik as kolom pada tiap-tiap lantai, agar bangunan yang dibuat tidak

miring (Gambar 4.26).

Page 64: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

64

Gambar 4.26. Theodolith

12. Concrete Vibrator

Concrete vibrator adalah alat penggetar mekanik yang digunakan untuk

menggetarkan adukan beton yang belum mengeras untuk menghilangkan

rongga-rongga udara yang ada sehingga dihasilkan beton yang padat dan

bermutu tinggi (Gambar 4.27).

Gambar 4.27. Concrete Vibrator

4.3 Metode Pelaksanaan Konstruksi

Adapun beberapa metode pelaksanaan pekerjaan pembangunan Kantor BCA

KCU Juanda dijelaskan sebagai berikut:

4.3.1 Pekerjaan Persiapan

Sebelum mengerjakan perkerjaan-pekerjaan yang pokok seperti pekerjaan

struktur bawah, struktur atas, pekerjaan arsitektur, elektrikal dan mekanikal,

pekerjaan persiapan dilakukan terlebih dahulu, diantaranya:

Page 65: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

65

1. Pekerjaan Pengukuran.

Pekerjaan pengukuran ini sangat penting karena hasil dari pekerjaan ini

akan menempatkan bangunan pada tempat yang semestinya, dimensi atau

ukuran tiap-tiap bagian ataupun elevasi atau penyikuan bangunan dan jarak

dari bangunan yang lainnya.

Adapun langkah-langkahnya dilakukan sebagai berikut:

a. Mengambil titik patokan baik untuk letak maupun elevasinya.

b. Setelah titik patok ditentukan, kemudian titik tersebut dapat diukur

elevasi dan posisinya.

2. Mempersiapkan Fasilitas Air dan Listrik Kerja.

Guna menunjang pelaksanaan pekerjaan, PT. Nusa Raya Cipta

menyediakan beberapa torn air dan alat-alat listrik untuk mendukung setiap

pekerjaan. PT. Nusa Raya Cipta juga menyediakan genset sendiri untuk

menunjang kebutuhan listrik dalam pekerjaannya.

3. Pemasangan Bouwplank

Pekerjaan ini biasanya dilakukan seiring atau setelah pekerjaan

pengukuran dilakukan. Pemasangan bouwplank (pematokan) dilaksanakan

bersama-sama oleh pihak proyek, perencana pengawas, pelaksana dan dibuat

berita acara pematokan.

Bouwplank terbuat dari papan yang bagian atasnya dipakukan pada patok

kayu persegi 5/7 cm yang tertanam dalam tanah cukup kuat. Untuk menentukan

ketinggian papan bouwplank secara rata bagian atasnya dari papan bouwplank

harus di ukur menggunakan waterpass (horizontal dan siku), sedangkan untuk

mengukur dari titik as ke as antar ruangan digunakan meteran. Setiap titik

pengukuran ditandai dengan paku dan dicat dengan cat merah dan ditulis

ukuran pada papan bowplank agar mudah di cek kembali. Pemasangan papan

bowplank dilaksanakan pada jarak 1,5 m dari as sekeliling bangunan dan

dipakukan pada patok – patok yang terlebih dahulu ditancapkan kedalam tanah.

Page 66: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

66

4. Direksi Keet dan Los Pekerja.

Direksi keet merupakan bangunan sementara untuk kepentingan

kontraktor, manajemen kontruksi dan owner yang digunakan untuk

menyiapkan dan membahas baik administrasi, teknis dan manajemen

pelaksanaan. Adapun los kerja merupakan tempat tinggal sementara para

pekerja.

Metode pelaksanaan pekerjaan pembuatan direksi keet adalah sebagai

berikut:

a. Menentukan lokasi yang akan ditempatkan bangunan direksi keet

yang sekiranya tidak terganggu oleh kegiatan fisik bangunan.

b. Menentukan besaran bangunan yang diperlukan kemudian dibuat

sketch dari banguan tersebut sebagai acuan. Pembuatan direksi keet

tidak diperlukan gambar teknis yang dimasukan dalam dokumen.

c. Setelah ditentukan dan dibuatkan sketch direksi keet, maka mulai

dibuat bangunan tersebut dengan bahan dari tripleks dengan rangka

dari kayu kaso berukuran 5/7 cm.

5. Pekerjaan Pembersihan dan Persiapan Lahan

Pekerjaan pembersihan dan persiapan lahan adalah pekerjaan untuk

menyediakan lahan, adapun pekerjaan ini meliputi pekerjaan pemotongan

pohon, striping, bongkar ground tank, pemindahan jaringan listrik dan air serta

kegiatan lainnya sehingga lahan betul-betul telah siap dibangun. Dalam

penyiapan lahan dalam pelaksanaan pekerjaan ini tidak seluruhnya dapat

dibersihkan khusunya untuk pembongkaran ground tank. Adapun langkah-

langkah yang dikerjakan dalam pengerjaan persiapan lahan dapat dijelaskan

secara garis besar sebagai berikut:

a. Setelah adanya hasil pengukuran dan ditentukannya area yang akan

dibangun, maka akan dapat ditentukan apa saja yang perlu disingkikan

keluar dari area tersebut.

b. Hal–hal apa yang sekiranya dapat menggangu maka perlu untuk

dikeluarkan, diantaranya pohon, septitank dengan alat yang tepat

penggunaannya.

Page 67: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

67

6. Pemasangan Pagar

Pekerjaan pemasangan pagar dilaksankan untuk membatasi area kerja dan

antisipasi keamanan terhadap rongrongan dan kehilangan. Pemasangan pagar

dalam pekerjaan ini dibuat dari seng gelombang dengan rangkanya dari kayu,

dan metode pelaksanaanya dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Menentukan batasan area yang akan dipagar yang sekiranya tidak

terganggu oleh kegiatan fisik bangunan.

b. Dilakukan pematokan pada ujung-ujung area yang akan dipagar dan

ditarik benang sehingga lurus.

c. Pekerjaan pembuatan pagar dilakukan setelah diperoleh area yang

akan dipagar dengan membentangkan patok.

d. Pengerjaan pemasangan pagar dibuat dari bahan seng gelombang

dengan rangka dari kayu kaso berukuran 5/7 cm.

7. Pekerjaan Penunjang Lainnya

Pekerjaan penunjang lainnya yang perlu dilaksanakan dalam pengerjaan

pelaksanaan pekerjaan BCA KCU Juanda adalah pekerjaan keamanan,

kesehatan dan keselamatan kerja. Pekerjaan ini diperlukan dalam

mengantisipasi terjadinya insiden yang timbul, yang dapat merugikan baik

Owner, MK, maupun kontraktor.

Adapun langkah – langkah untuk mengerjakan pekerjaan ini, dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Untuk keamanan, pihak Kontraktor merekrut tenaga keamanan guna

menjadi area lingkungan kerja bebas dari kejahatan dan tindakan-

tidakan yang merugikan semua pihak.

b. Untuk kesehatan dan kesalamatan kerja, maka pihak kontraktor

melakukan langkah-langkah kearah kesehatan dan keselamatan kerja,

diantaranya menyiapkan petugas K3, peralatan K3, tersedianya obat-

obatan serta adanya asuransi keselamatan tenaga kerja.

Page 68: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

68

4.3.2 Pekerjaan Struktur

Pekerjaan Struktur sesuai dengan yang tertuang dalam BQ/RAB meliputi

pekerjaan tanah, pasangan dan pekerjaan pembetonan. Secara garis besar pekerjaan

struktur dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pekerjaan Galian Tanah

Pekerjaan galian tanah dilakukan setelah pembersihan lapangan selesai.

Pada proyek ini, pekerjaan galian tanah menggunakan metode open cut yang

diamankan dengan dinding penahan tanah karena jarak dinding galian hanya

berjarak 1 m dari batas tanah.

Pekerjaan galian tanah dilakukan dengan dua buah excavator dan

pelaksanaannya dilakukan secara bertahap hingga mencapai kedalaman yang

telah direncanakan (Gambar 4.28). Pada proses ini tidak dilakukan dewatering,

karena sampai kedalaman 8 m tidak ditemukan muka air tanah. Pada proyek

ini tanah yang sudah digali tidak dipergunakan lagi dan dikeluarkan dari lokasi.

Pekerjaan galian tanah ini dimulai pada tanggal 24 Juli 2014 dan selesai pada

awal Oktober 2014.

Gambar 4.28. Pekerjaan galian tanah menggunakan excavator

2. Pekerjaan Pondasi

Jenis pondasi yang digunakan pada proyek gedung BCA KCU Juanda

adalah pondasi sumuran. Pondasi sumuran digunakan karena tanah di lokasi

proyek sudah cukup kohesif dan keras pada kedalaman yang cukup dangkal.

Pondasi tipe sumuran direncanakan setinggi 3 m, tetapi dalam

pelaksanaannya kedalaman tanah keras tidak selalu mencapai yang

direncanakan. Pada tahap galian tanah kontraktor menggunakan excavator

Page 69: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

69

untuk mempercepat pekerjaan galian dan tenaga manusia untuk finishing

penggalian.

Tahap berikutnya setelah pekerjaan galian selesai adalah pemasangan

bekisting dengan menggunakan batako (Gambar 4.29). Pemilihan batako untuk

bekisting lebih efisien dibandingkan papan karena setelah dilakukan

pengecoran batako dapat ditinggal di dalam tanah, selain itu berfungsi sebagai

perkuatan tambahan pondasi.

Gambar 4.29. Pemasangan bekisting pondasi dengan batako

Pekerjaan selanjutnya adalah pemasangan tulangan besi pada pondasi

sumuran. Pemasangan tulangan besi untuk pondasi ini menggunakan besi

diameter 19 mm. Antar tulangan besi disambungkan menggunakan kawat agar

tidak terlepas ketika dilakukan pengecoran. Setelah pemasangan tulangan besi

selesai, dilanjutkan dengan pemasangan tahu beton pada sela-sela tulangan

besi.

Setelah tahap penulangan selesai, pondasi siap untuk dicor. Sebelum tahap

pengecoran dimulai, perlu dilakukan penimbunan kembali tanah disekitar

bekirting. penimbunan dilakukan untuk menahan beban pengecoran dan

meratakan kondisi tanah seperti semula.

Pengecoran siap dilakukan setelah persiapan diatas sudah selesai Pada

tahap pengecoran untuk pondasi kontraktor menggunakan beton K – 450

ditambah dengan zat aditif merk sika. Penambahan bahan aditif bertujuan

untuk membentuk beton yang kedap terhadap air. Proses pengecoran dilakukan

menggunakan bantuan pompa untuk menyalurkan campuran beton dari truk

molen ke lokasi pengecoran (Gambar 4.30).

Page 70: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

70

Gambar 4.30. Proses Pengecoran Pondasi

3. Pekerjaan Pelat Lantai

Tahap pertama dalam pembuatan pelat lantai adalah pemasangan

penyangga menggunakan scaffolding. Setelah pembuatan penyangga selesai,

selanjutnya dilakukan pemasangan bekisting untuk pelat lantai (Gambar 4.31).

Biasanya pembuatan bekisting pelat lantai dikerjakan sekaligus dengan

pembuatan bekisting balok yang terbuat dari papan kayu.

Gambar 4.31. Pemasangan bekisting pada Pelat lantai

Tahap berikutnya adalah pemasangan tulangan pada pelat lantai Pada

tahap pembesian pelat lantai, sambungan antara pelat lantai dan pilecap, balok,

dan kolom perlu diperhitungkan (Gambar 4.32).

Gambar 4.32. Tulangan pada Pelat Lantai

Page 71: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

71

Tahap berikutnya setelah pemasangan bekisting dan pembesian adalah

pengecoran pada plat lantai. Mutu beton yang digunakan dalam pengecoran

balok adalah K-300. Pengecoran dilakukan menggunakan bantuan dari tower

crane dan concrete bucket. Selain itu, ditambahkan floor hardener agar bagian

atas plat lantai cepat kering dan dilakukan finishing menggunakan trowel agar

permukaan plat lantai menjadi seragam.

4. Pekerjaan Kolom

Kolom merupakan komponen struktur penyangga utama bangunan. Dalam

pembuatan kolom perlu diperhatikan secara detail. Pekerjaan kolom akan

dilakukan setelah pekerjaan pondasi dan poer telah selesai.

Tahap pertama dalam pembuatan kolom adalah pembesian kolom. Pada

tahap ini, kita melakukan pemasangan tulangan utama kolom terlebih dahulu.

Tulangan utama adalah tulangan yang membentuk kolom agar dimensi sesuai

dengan perencanaan (Gambar 4.33).

Gambar 4.33. Pembuatan Tulangan Kolom

Setelah pemasangan tulangan utama selesai, dilakukan pemasangan

sengkang. Pemasangan sengkang berfungsi sebagai penahan geser serta

penahan bentuk kolom selama pengecoran. Ujung tulangan sengkang yang

dipasang harus mengunci tulangan utama dengan sudut 45ᵒ. Penguncian

dilakukan agar tulangan sengkang dapat bekerja secara optimal dan ketika

gempa tulangan pada kolom tidak akan lepas.

Page 72: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

72

Setelah pemasangan tulangan selesai, dilakukan penambahan pengaku

atau bracing berupa tulangan baja yang dipasang melintang dan diikat dengan

kawat (Gambar 4.34). Pengaku ini berfungsi agar menahan gaya yang muncul

saat pengecoran. Selain pengaku, juga dilakukan pemasangan tahu beton.

Gambar 4.34. Pengaku pada Kolom

Tahap berikutnya adalah pemasangan bekisting (Gambar 4.35). Bekisting

yang digunakan untuk proyek ini dibedakan menjadi dua, yaitu cremona dan

lingkaran. Dalam pemilihan bekisting, kekuatan bekisting dalam menahan

gaya saat pengecoran harus diperhitungkan karena apabila bekisting gagal

menahan gaya maka dimensi kolom menjadi tidak sesuai. Pemasangan kedua

bekisting tersebut menggunakan bantuan tower crane.

Gambar 4.35. Pemasangan Bekisting Kolom

Setelah proses pembesian dan bekisting selesai, selanjutnya dilakukan

pengecoran. Mutu beton yang digunakan untuk pengecoran kolom adalah K-

300. Pengecoran kolom ini menggunakan bantuan concrete pump untuk

sebagian kolom pada basement 2 dan sisanya menggunakan tower crane dan

concrete bucket dikarenakan concrete pump tidak mampu menjangkau area.

Page 73: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

73

5. Pekerjaan Balok

Pada pekerjaan balok biasanya dilakukan bersamaan dengan pekerjaan

lantai kerja dan setelah pekerjaan kolom. Tahap pertama pada pembuatan balok

adalah pemasangan scaffolding. Dimana scaffolding berfungsi sebagai

penyangga untuk bekisting. Setelah pemasangan penyangga maka berikutnya

dilakukan pemasangan bekisting (Gambar 4.36). Pada pembuatan bekisting

bahan yang digunakan adalah papan kayu. Selain itu, dalam pembuatan

bikisting harus dibuat gutter sebagai tempat penampung air sementara apabila

terjadi hujan.

Gambar 4.36. Pemasangan Bekisting Balok

Setelah pembuatan bekisting selesai, selanjutnya dilakukan pembesian

balok (Gambar 4.37). Pembesian balok dilakukan pada tempat pemasangan

balok. Material yang dibutuhkan dapat diangkut menggunakan tower crane

untuk diangkut ke tempat pekerjaan balok. Pada pembesian balok, tulangan

pada balok dibagi menjadi 3 yaitu tulangan utama, tulangan pelengkap, dan

tulangan sengkang. Pemasangan tulangan sengkang balok sama seperti

pemasangan tulangan sengkang pada kolom.

Gambar 4.37. Pembesian pada Balok

Page 74: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

74

Langkah terakhir dari pekerjaan balok adalah pengecoran, namun

sebelumnya dilakukan pemasangan beton decking. Mutu beton yang digunakan

pada pegecoran balok adalah K-300. Pengecoran balok menggunakan bantuan

tower crane dan concrete bucket.

Page 75: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

75

BAB V

PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PROYEK

5.1 Pengendalian dan Pengawasan Proyek

Pengendalian proyek adalah suatu proses kegiatan dari awal sampai akhir pada

suatu proyek yang bersifat menjamin adanya kesesuaian antara rencana dengan

hasil kerja serta melakukan tindakan-tindakan terhadap penyimpangan yang

dijumpai di lapangan atau selama pelaksanaan.

Pengawasan proyek adalah suatu proses evaluasi atau perbaikan terhadap

pelaksanaan kegiatan sesuai pedoman pada standar dan peraturan yang berlaku

dengan tujuan agar hasil dari kegiatan tersebut sesuai dengan perencanaan proyek.

Tujuan pengendalian dan pengawasan proyek antara lain :

a. Agar hasil dari pelaksanaan proyek dapat sesuai dengan gambar

rencana proyek dan spesifikasi yang telah ditentukan.

b. Dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan.

c. Menekan biaya pelaksanaan seefisien mungkin.

d. Bertanggung jawab dan menjaga kualitas pekerjaan.

Ada tiga aspek utama yang harus ditinjau dalam pengendalian dan pengawasan

proyek, yaitu :

a. Pengendalian mutu pekerjaan (material dan hasil pekerjaan)

b. Pengendalian waktu pelaksanaan konstruksi

c. Pengendalian biaya pelaksanaan proyek

5.2 Pengendalian Mutu Pekerjaan (Material dan Hasil Pekerjaan)

5.2.1Pengendalian Mutu Bahan

Pengendalian mutu bahan dilakukan agar material yang digunakan telah

memenuhi syarat yang ditentukan. Material yang sesuai dengan syarat akan

membuat konstruksi yang baik. Pengujian dan kontrol terhadap mutu bahan

konstruksi perlu dilakukan supaya sesuai dengan apa yang diinginkan.

Page 76: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

76

Pengujian ini dilakukan oleh konsultan manajemen konstruksi dan kontraktor

pelaksana.

Pengendalian kualitas material dilakukan dengan mengadakan pengawasan

mutu bahan yang meliputi :

1. Beton

Beton yang digunakan dalam proyek ini merupakan beton ready mix

concrete. Pembuatan adukan beton harus bermutu baik. kontraktor harus

bertanggung jawab bahwa adukan yang disediakan tersebut harus memenuhi

syarat-syarat dalam spesifikasi dan menjamin kesamaan kualitas adukan beton

setiap kali kedatangan.

Sebelum pelaksanaan pengecoran, terlebih dahulu dilaksanakan

pengambilan sampel campuran beton untuk diuji dengan metode slump test.

Campuran beton juga dilakukan pengujian terhadap kuat tekan beton

(Compression test) yaitu dengan Cylinder Test.

Pelaksanaan pembuatan benda uji dilakukan oleh penyedia/supplier beton

ready mix dalam proyek ini PT. Admix Precast Indonesia atas persetujuan dan

pengawasan pihak pengawas lapangan.

a. Slump Test

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar air beton yang

berhubungan dengan mutu beton. Dalam suatu campuran beton, kadar

air sangat diperhatikan karena menentukan tingkat workability nya atau

tidak. Campuran beton yang terlalu cair akan menyebabkan mutu beton

rendah dan lama mengering, sedangkan campuran beton yang terlalu

kering menyebabkan adukan tidak merata dan sulit untuk dicetak.

Slump test pada proyek pembangunan Gedung BCA KCU Juanda ini

dilakukan oleh teknisi yang dikirim dari Mixing Plant dengan cara

menggunakan kerucut Abrams yang terbuat dari logam sebagai cetakan

untuk Slump test. Kerucut Abrams yang digunakan berukuran tinggi 30

cm, diameter lingkaran atas 10 cm, dan diameter lingkaran bawah 20 cm.

Bentuk kerucut Abrams dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Page 77: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

77

Cara Pengujian :

1) Melakukan persiapan alat slump test yaitu kerucut Abrams dan

tongkat baja.

2) Kerucut Abrams diletakan pada bidang yang rata dan datar serta tidak

menyerap air. Untuk alas kerucut biasanya menggunakan triplek.

3) Kerucut abrams diisi dengan adukan beton secara bertahap setiap 1/3

bagian dan setiap bagian dilakukan penusukan sebanyak 25 kali

menggunakan tongkat baja.

4) Permukaan kerucut diratakan lalu kerucut ditarik keatas dan

dilepaskan, kemudian akan terlihat penurunan tinggi puncak kerucut.

5) Perbedaan tinggi puncak kerucut adalah nilai slump test yaitu nilai

kekentalan dari adukan beton tersebut.

6) Beton yang digunakan adalah beton yang memiliki nilai slump test

yang memenuhi syarat.

.

Gambar 5.1 Pengujian Slump Test

Hasil pengujian ini diambil nilai rata-rata dari pengamatan yang

dilakukan pada 4 titik yaitu 2 titik pada bagian samping dan 2 titik pada

bagian tengah, pengujian 4 titik tersebut merupakan permintaan dari pihak

kontraktor dengan memberikan syarat rata-rata nilai slump 12 ± 2 cm.

Apabila hasil slump test tidak memenuhi syarat, maka beton akan

dikembalikan.

Page 78: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

78

b. Tes Uji Kuat Tekan (Compression Test)

Tes uji kuat tekan ini bertujuan untuk mengetahui kuat tekan

maksimum yang dapat diterima oleh beton sampai beton mengalami

kehancuran (Gambar 5.2). Tes ini juga dapat menentukan waktu

pembongkaran bekisting pada kolom, balok dan pelat lantai. Cara

pengujian untuk kuat tekan, yaitu :

1) Silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm digunakan sebagai

cetakan beton.

2) Cetakan silinder diletakkan pada plat atas baja yang telah dibersihkan

dan sisi dalamnya diolesi minyak pelumas seperlunya untuk

mempermudah pelepasan beton dari cetakan.

3) Adukan beton dimasukkan kedalam cetakan secara bertahap setiap 1/3

bagian dan setiap bagian dilakukan penusukan menggunakan tongkat

baja sebanyak 25 kali.

4) Bagian atas beton yang sudah dicetak diratakan dan diberi kode

tanggal pembuatan.

5) Beton yang sudah dicetak lalu didiamkan selama 24 jam kemudian

rendam dalam air (curing) selama waktu tertentu,setelah itu

diserahkan ke laboratorium untuk dilakukan pengujian beton

menggunakan compressor.

Gambar 5.2 Tes Silinder Beton

Page 79: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

79

Pada proyek ini uji kuat tekan (compression test) pada awalnya

dilakukan di laboratorium ITB, kemudian selanjutnya kontraktor

menggunakan jasa PT. Adhimix Precast Indonesia untuk melakukan

pengujian tersebut. Mutu beton yang digunakan di proyek ini adalah K300

dan K450.

2. Baja Tulangan

Pengujian yang dilakukan untuk baja tulangan adalah uji tarik baja.

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kuat tarik baja tulangan sehingga

bisa mengetahui mutu baja tulangan tersebut sesuai dengan persyaratan yang

ditentukan. Pemeriksaan dilakukan meliputi :

a. Ukuran penampang / Dimensi;

b. Pengukuran diameter; dan

c. Pengujian kuat tarik baja.

Pengujian baja tulangan pada proyek pembangunan kantor BCA KCU

Juanda Bandung dilakukan di laboratorium ITB.

5.1.2 Pengendalian mutu pekerjaan

Pengawasan dilakukan agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana dan secara

teknis dapat dipertanggung jawabkan. Kualitas pekerjaan yang tidak memenuhi

syarat dapat ditolak dan diperbaiki.

1. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan kayu

Peran kayu dalam proses pembangunan suatu gedung tidak boleh

ditinggalkan begitu saja. Kayu sangat diperlukan dalam pembuatan bekisting

beton. Pengawasan yang dilakukan sebagai berikut :

a. Pengawasan terhadap kayu yang digunakan. Kayu yang digunakan

harus sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah direncanakan;

b. Pengawasan mengenai dimensi dan hasil pekerjaan yang

dilaksanakan, dimana hal ini berpengaruh terutama pada saat

pembuatan bekisting beton agar struktur yang dihasilkan dapat tetap

sesuai dengan gambar rencana;

c. Pengawasan mengenai sambungan–sambungan yang ada pada hasil

pekerjaan, dimana hal ini penting terutama untuk mencegah terjadinya

Page 80: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

80

kebocoran–kebocoran pada saat adukan beton dituangkan kedalam

bekisting;

d. Pengawasan mengenai proses pembongkaran bekisting beton dan

sistem perancah, yang harus dilakukan secara tepat waktu dan tepat

metode agar tidak menimbulkan efek negatif pada struktur, misalnya

belum mengerasnya beton secara cukup atau timbulnya lendutan yang

berlebihan;

e. Pengawasan mengenai penggunaan ulang dari papan–papan kayu

sebagai bekisting beton; dan

f. Pengawasan terhadap penyimpanan kayu sebelum digunakan, kayu

harus diletakkan ditempat yang kering.

2. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan pembesian

Pekerjaan pembesian merupakan salah satu proses yang paling utama

dalam pembangunan struktur yang berbasis beton bertulang. Pengawasan

pembesian ini menjadi amat penting karena tulangan baja merupakan

komponen pemikul tegangan tarik yang terjadi pada struktur beton bertulang.

Pengawasan yang dilakukan sebagai berikut :

a. Pengawasan mengenai dimensi atau ukuran dan jumlah tulangan yang

digunakan. Hal ini dilakukan agar pekerjaan tidak salah dalam

memilih baik jenis maupun tulangan baja mana yang akan digunakan

dalam pemasangan tulangan;

b. Pengawasan mengenai pemasangan tulangan baja :

Metode pemasangan;

Metode dan lokasi pemotongan tulangan; dan

Metode pembengkokan tulangan serta dimensinya.

c. Pengawasan mengenai sambungan antar tulangan baja. Hal ini

dilakukan mengingat penyambungan yang kurang sempurna akan

mengurangi atau menurunkan kekuatan karena lokasi sambungan

merupakan titik lemah dari keseluruhan struktur. Besi yang akan

digunakan harus bersih dari kotoran maupun minyak, karena besi

yang diselimuti kotoran atau minyak akan berdampak pada penurunan

kekuatan struktur beton bertulang.

Page 81: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

81

d. Pengawasan mengenai penyimpanan besi. Penyimpanannya besi tidak

boleh bersentuhan dengan tanah sehingga harus diganjal dengan balok

atau harus menggunakan alas.

3. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan beton

Pekerjaan beton merupakan komponen yang paling utama dalam proyek

pembangunan kantor BCA KCU Juanda bandung, oleh karena itu pekerjaan

beton harus dikerjakan secara cermat dan diawasi.

Pengawasan yang dilakukan sebagai berikut :

a. Pengawasan terhadap pengujian slump test dan ujii kuat tekan

(Compression Test);

b. Pengawasan mengenai mutu beton yang digunakan. Mutu beton yang

tidak sesuai spesifikasi teknis pada perancanaan awal akan

mengakibatkan struktur tersebut tidak dapat menerima beban yang

telah direncanakan;

c. Pengawasan terhadap penyambungan beton lama dengan beton baru,

penyambungan beton harus menggunakan lem beton sehingga beton

lama dapat menyatu dengan beton baru;

d. Pengawasan mengenai metode pengecoran, antara lain meliputi waktu

pengecoran, peralatan pengecoran dan pelaksanaan pengecoran.

Pelaksanaan pengecoran harus memperhatikan segregasi yang

mungkin terjadi. Segregasi merupakan berpisahnya bahan pembentuk

beton;

e. Kebersihan selama pengecoran.

5.3 Pengendalian Waktu

Pengendalian waktu pada proyek ini didasarkan pada jadual pekerjaan.

Keterlambatan pekerjaan pada suatu proyek akan berpengaruh pada anggaran

proyek. Agar dapat berlangsung tepat waktu, jadual disusun sebagai alat kontrol

untuk mengukur tingkat prestasi pekerjaan dengan lamanya pelaksanaan. Jadual

menjabarkan pembagian waktu terperinci untuk setiap jenis pekerjaan, mulai dari

permulaan sampai akhir pekerjaan sehingga kumulatif persentase bobot pekerjaan

ini akan membentuk kurva S realisasi. Kurva S realisasi akan dibandingkan dengan

Page 82: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

82

kurva S rencana. Namun dalam hal ini, perbandingan yang dilakukan adalah

perbandingan antara kurva S rencana dengan pelaksanaan dilapangan.

5.4 Pengendalian Biaya

Pengendalian biaya dimaksudkan untuk mengetahui besarnya biaya yang telah

dikeluarkan dengan melihat tahap pekerjaan yang telah dicapai. Besarnya biaya ini

dapat dibandingakan dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan dapat diketahui

apabila pada pekerjaan yang telah dilaksanakan tersebut terjadi pembengkakan

biasa sehingga dapat dilakukan evaluasi biaya.

Pengendalian biaya ini dilakukan dengan membuat rekapitulasi biaya yang

telah dikeluarkan. Bagian logistik bertugas untuk mencatat jumlah material yang

dibeli dan besarnya biaya yang dikeluarkan, sedangkan untuk pengendalian biaya

tenaga kerja dilakukan dengan memeriksa daftar persentase pekerja selama satu

minggu dan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji pekerja. Besar

total biaya inilah yang akan selalu dikontrol dan dievaluasi sebagai pengendali

biaya. Total biaya yang telah dikeluarkan ini dapat juga digunakan untuk menyusun

kurva S realisasi dan untuk memperkirakan persentase pekerjaan proyek yang telah

dicapai.

5.5 Pengendalian Mutu Peralatan

Peralatan adalah bagian terpenting dari pelaksanan pekerjaan suatu struktur,

kerusakan pada alat dapat mengakibatkan tertundanya pekerjaan. Pengelolaan

peralatan selain ditujukan untuk mendapatkan efisiensi juga untuk menunjukan

produktivitas kemajuan pekerjaan, maka dilakukan pengaturan penempatan dan

mobilisasi alat untuk memperlancar pengoperasian alat. Pengendalian mutu

peralatan ini dilakukan evaluasi kinerja alat dengan mencatat jumlah waktu operasi

alat, kemudian dibandingkan dengan waktu ideal operasi alat dalam periode

tertentu.

Hasil dari evaluasi dapat menghasilkan kebijakan penambahan atau

penggantian peralatan maupun pengaturan kembali penempatan peralatan. Contoh,

pengendalian peralatan adalah pada pekerjaan pengecoran. Pihak kontraktor

melakukan pencatatan kinerja alat-alat yang dibutuhkan pada setiap pengecoran

setiap harinya yakni mengenai apa saja alat yang bekerja, berapa alat yang siap

Page 83: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

83

pakai dan mencatat alat-alat yang rusak. Apabila terdapat kerusakan alat maka

segera dilakukan perbaikan, sehingga dapat mengurangi kemungkinan mundurnya

pekerjaan yang lebih lama.

5.6 Pengendalian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Pengendalian K3 dalam proyek ini berkaitan dengan penyusunan Safety Plan,

pengamanan Proyek (Security Plan), dan pengelolaan ketertiban serta kebersihan

proyek (House Keeping) dengan target ‘zero accident’ (tidak ada kecelakaan kerja).

Safety Plan dibuat dengan mengikuti ketentuan-ketentuan maupun arahan

yang dikeluarkan oleh Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) selaku instansi yang

melalukan kontrol terhadap hal ini. Safety Plan mencakup antara lain penyusunan

Safety Management, identifikasi bahaya kerja dan penanggulangannya, rencana

penempatan alat-alat pengaman seperti pagar, jaring pada tangga, railing serta

rambu-rambu K3 serta rencana penempatan zona aman, alat-alat pemadam

kebakaran (tabung pemadam kebakaran), dan lain-lain.

Security Plan berupa pos pengaman digunkan untuk mengawasi prosedur

keluar masuk bahan proyek, prosedur penerimaan tamu, dan identifikasi daerah

rawan di wilayah sekkitar proyek.

Pengelolaan ketertiban dan kebersihan proyek meliputi pemasangan papan-

papan peringatan pada lokasi proyek yang rawan terjadi kecelakaan, penempatan

bak sampah, toilet pekerja, pengaturan jalan sementara, gudang, los kerja, barak

pekerja, dan lain-lain.

Keselamatan kerja sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek ini, antara lain :

1. Penggunaan pelindung diri

Pekerja diwajibkan menggunakan pelindung diri selama berada di lokasi

proyek baik itu helm proyek maupun sepatu standard yang digunakan di proyek

(Gambar 5.3).

Gambar 5.3 Alat Pelindung Diri

Page 84: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

84

2. Railing tepi lantai

Railing tepi lantai dipasang untuk penanda daerah pinggir dan juga

berfungsi sebagai penahan benda jatuh, dan sampah yang dibuang

sembarangan.

3. Penutup Void

Untuk mengamankan dari benda jatuh maka tiap void/lubang ditutup

dengan menggunakan ply wood/jaring pengaman untuk menangkap benda

jatuh dari pekerjaan pembongkaran di lantai atasnya dan dilakukan tiap lantai.

4. Bak sampah

Bak sampah ditempatkan di beberapa tempat agar kebersihan area proyek

terjaga dengan baik.

5. Catatan kinerja K3 Bulanan

Catatan kinerja K3 bulanan berguna untuk membersihkan kinerja K3 pada

umum agar bisa terpantau dengan baik. Catatan ini berisi tentang informasi

jumlah total pekerja, jumlah pekerja yang sakit, dan jumlah pekerja yang

meninggal bulan lalu dan bulan sekarang sehingga dapat terlihat perbandingan

tingkatan kinerja K3.

5.7 Pengendalian Tenaga Kerja

Penempatan tenaga kerja yang sesuai dengan jumlah dan kemampuan dapat

menunjang tercapainya efisiensi dalam suatu proyek. Oleh karena itu diperlukan

suatu pengendalian mutu tenaga kerja. Pada proyek ini, seluruh pengadaan tenaga

kerja diserahkan pada tim pelaksana. Pemilihan dan penunjukan pemborong

dilakukan berdasarkan reputasi pemborong tersebut dalam menyelesaikan

pekerjaan yang telah ada.

5.8 Pengendalian Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja disini bukan hanya kesehatan para pekerja tetapi juga

kebersihan dan ketertiban yang harus dijaga, antara lain :

1. Pemeriksaan Jamsostek

Setiap pekerja yang bekerja pada proyek ini memiliki Jamsostek sehingga

jika terjadi sesuatu dapat ditanggung oleh asuransi jiwa tersebut.

Page 85: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

85

2. Fasilitas sanitasi dan tempat sampah

Fasilitas sanitasi di proyek ini cukup diperhatikan kebersihannya, sehingga

bisa mengantisipasi terjangkitnya penyakit bagi para pekerja. Setiap lantai

disiapkan tempat sampah sehingga bisa membuang sampah secara tertib di

setiap lantainya.

Page 86: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

86

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Aspek Perencanaan

Pada perencanaan proyek Gedung BCA KCU Juanda tepatnya untuk bagian

basement, permodelan di dalam SAP menggunakan spring. Hal ini dikarenakan

bagian basement adalah bagian yang menerima gaya akibat tekanan tanah yang

berada di sekelilingnya, sehingga bagian ini berbeda dengan bagian struktur atas

gedung yang lainnya. Permodelan spring ini berfungsi menghilangkan deformasi

yang disebabkan oleh beban tanah sehingga struktur pada basement bersifat kaku.

6.2. Proses Pengadaan

Pada proyek Gedung BCA KCU Juanda, proses pemilihan konsultan perencana

dan konsultan manajemen konstruksi dilakukan dengan cara seleksi umum.

Menurut kami proses pemilihan ini sudah tepat, karena owner dapat memilih

konsultan dengan penawaran biaya yang palih rendah. Namun kekurangan dari

pemilihan ini adalah waktu yang dibutuhkan sangat banyak melihat peserta yang

sangat banyak karena pemilihan ini dilakukan secara umum.

Sedangkan pada proses pemilihan kontraktor dilakukan dengan cara

pelelangan terbatas. Menurut kami proses pemilihan ini sudah tepat, karena owner

dapat memilih para kontraktor yang sudah terpercaya dengan penawaran harga

yang rendah. Disamping itu, pelelangan terbatas membutuhkan waktu yang tidak

lama.

6.3. Kontrak

Jenis kontrak yang digunakan pada proyek pembangunan Gedung BCA KCU

Juanda adalah kontrak lump sum. Menurut kami penggunaan kontrak ini belum

cukup tepat, seharusnya menggunakan kontrak gabungan dimana untuk bagian

basement menggunakan harga satuan dan untuk bagian diatas basement

menggunakan lump sum. Hal itu disebabkan karena pengerjaan basement dilakukan

pada area bawah tanah. Dimana keadaan tanah tiap titik memiliki karakteristik yang

berbeda.

Page 87: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

87

Pada proyek ini sistem pembayaran menggunakan cara pembayaran atas

prestasi (stage payment). Sistem pembayaran tersebut sudah tepat, karena dengan

sistem ini, diharapkan kontraktor dapat terpacu untuk menyelesaikan pekerjaan

sesuai dengan waktu dan biaya. Hal itu disebabkan, jika kontraktor belum

memenuhi prestasi yang disepakati, maka kontraktor tidak mendapatkan

bayarannya.

6.4. Mutu Material

Pengendalian mutu material pada proyek pembangunan gedung BCA KCU

Juanda yang dilakukan oleh kontraktor sudalah cukup baik karena sudah mengikuti

standar yang berlaku. seperti halnya mutu beton, pengendalian dilakukan dengan

cara pengujian slump dan pengambilan sampel untuk uji tekan setiap truck mixer

yang datang.

6.5. Mutu Pelaksanaan

Pelaksanaan pekerjaan konstruksi sudah baik dan memenuhi spesifikasi yang

dapat dilihat dari pelaksanaan konstruksi seperti pekerjaan kolom, pekerjaan balok,

pekerjaan bekisting, dan pekerjaan pengecoran dilakukan sesuai dengan metode

pelaksanaan yang sudah disepakati. Demi tercapainya mutu pelaksanaan yang

sesuai, kontraktor dan konsultan melakukan pengendalian dan pengawasan.

Akan tetapi, untuk pengawasan kesehatan dan keselamatan kerja pada proyek

ini perlu ditingkatkan kembali. Hal ini terlihat masih banyaknya pekerja yang

mengabaikan pentingnya nilai K3 bagi dirinya sendiri seperti tidak memakai helm

proyek dan tidak memakai tali pengaman saat melakukan pekerjaan di tepi yang

tidak terlindungi. Oleh karena itu, pengawas perlu bertindak dengan tegas untuk

meningkatkan kualitas K3 pada proyek ini sehingga nilai-nilai K3 tetap menjadi hal

yang sangat penting dalam suatu proyek.

6.6. Waktu Pelaksanaan Konstruksi

Pengendalian waktu pada proyek ini dilakukan menggunakan Kurva S, laporan

harian, laporan mingguan dan laporan bulanan. Pengendalian waktu dilakukan

dengan membandingkan Kurva S rencana dengan Kurva S aktual. Jika dilhat dari

grafik kurva S proyek ini tidak mengalami keterlambatan, karena dapat dilihat dari

Page 88: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

88

hasil Kurva S sampai minggu ke-3 di bulan November progres aktual berada di atas

progres rencana.

Page 89: Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf

89

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

1. Adanya perbedaan jumlah penulangan pada perhitungan tulangan balok

B1 yang dihitung menggunakan SAP 2000 dengan gambar rencana.

Disebabkan gaya lateral yang tidak dimasukan ke dalam input data SAP.

2. Pemilihan konsultan manajemen konstruksi dan konsultan perencanaan

dilakukan dengan cara seleksi umum sudah cukup tepat.

3. Pemilihan kontraktor dilakukan dengan cara pelelangan terbatas dirasa

sudah tepat.

4. Pekerjaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang diterapkan di

lapangan oleh kontraktor perlu ditingkatkan kembali.

5. Pada aspek waktu, pelaksanaan pekerjaan proyek pembangunan BCA

KCU Juanda tidak mengalami keterlambatan karena dapat dilihat dari hasil

kurva-S sampai minggu ke-3 di bulan November, progres aktual berada di

atas progres rencana.

7.2 Saran

1. Penyimpanan alat - alat serta bahan material bangunan harap lebih di

perhatikan agar mutu material tersebut tidak menurun.

2. Bagi para pekerja diharapkan lebih menjaga kebersihan di area proyek

3. K3 harus ditingkatkan kembali karena masih banyak pekerja yang

mengabaikan alat pelindung diri saat bekerja.