Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf
-
Upload
dita-meilinda -
Category
Documents
-
view
98 -
download
0
Transcript of Print revisi lagi dan lagi lagi 2.pdf
1
BAB I
DESKRIPSI PROYEK
1.1 Latar Belakang Proyek
Bandung merupakan salah satu kota yang banyak diminati dan dikunjungi oleh
para wisatawan, baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Tidak sedikit juga
wisatawan dari luar kota Bandung yang kemudian menetap tinggal di kota ini.
Kunjungan tersebut berdampak pada peningkatan perputaran uang di kota ini,
terutama di wilayah Bandung Utara yang memiliki kemudahan akses transportasi
dan banyak fasilitas barang/jasa, dan menjadi daya tarik baik para pelaku bisnis
maupun wisatawan untuk melakukan kegiatan jual beli barang/jasa dalam jumlah
besar.
Kepala Divisi Sistem Pembayaran Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI)
Wilayah VI Jabar-Banten, M Gani Aziz pernah mengatakan bahwa nilai dana yang
keluar dari BI saat ini mencapai Rp. 7,2 triliun. Jumlah itu merupakan penarikan
yang dilakukan masyarakat melalui lembaga-lembaga perbankan pelaksana, baik
melalui ATM (Anjungan Tunai Mandiri), pengambilan langsung ataupun lainnya.
(Tribun, 15/07/2013). Hal ini memperlihatkan bahwa pertumbuhan kegiatan
ekonomi di sektor Bandung Utara sangat besar. Dikarenakan hal tersebut, bank
menjadi salah satu kebutuhan vital untuk menunjang kebutuhan di sektor ekonomi.
Bank memiliki peranan sebagai penghimpun dan penyaluran dana-dana serta
berfungsi dalam memperlancar transaksi perdagangan dan pembayaran uang baik
antar kota maupun antar negara yang aman dan terpercaya.
Didorong dari banyaknya transaksi yang dilakukan masyarakat melalui bank,
PT. Bank Central Asia Tbk merasa perlu untuk menambah kantor cabang yang
tujuannya meningkatkan pelayanan terhadap para nasabah lama maupun para calon
nasabah yang akan menginvestasikan uangnya di BCA. Didukung dari kemudahan
akses dan fasilitas, maka dibangunlah BCA KCU Juanda di daerah Bandung Utara,
tepatnya Dago, Jalan Ir. H. Juanda No. 118. Bandung.
2
1.2 Informasi dan Data Proyek
Informasi proyek pembangunan gedung BCA KCU Juanda adalah sebagai
berikut:
1. Nama proyek : Gedung BCA KCU Juanda
2. Lokasi proyek : Jalan Ir. H. Djuanda No. 118,
Bandung, Jawa Barat.
3. Waktu pelaksanaan : 391 hari
4. Pemilik / Owner : PT. Bank Central Asia, Tbk
5. Konsultan Perencana : John & Associates Bandung
WT Partnership
6. Luas lahan : 4.746 m2
7. Luas bangunan : 6.240 m2 (tidak termasuk basement 2,
basement 1, dan semi-basement) dan
12.020 m2 (termasuk basement 2,
basement 1, dan semi-basement &
roof)
8. Luas roof area : 485 m2
9. Manajemen Konstruksi : PT. Gamma Beta Alpha Consultant
10. Kontraktor Pelaksana : PT. Nusa Raya Cipta
Jl. Mayjen DI. Panjaitan 40 Graha
Cipta Lt 2 Cipinang Cempedak,
Jatinegara Jakarta Timur 13340 DKI
Jakarta.
Telp. (021) - 8193582
11. Sistem Pengadaan : Pelelangan Terbuka.
12. Jenis kontrak : Lump sum
13. Nilai kontrak : Rp. 44.000.000.000;-
3
1.3 Data Peruntukan
1. Basement 2 : Parkir, sewage pit, toilet, janitor, ground water tank,
ruang pompa, lobby lift, opening lift passenger 3
unit, 2 tangga darurat, ramp mobil naik & turun.
2. Basement 1 : Parkir, toilet, janitor, R.car polling, R. DPI, lobby
lift, 3 opening hoist lift passenger, 2 tangga darurat,
ramp mobil naik & turun.
3. Semi-basement : Parkir, toilet, janitor, toilet diffable, ruang APK,
ruang BM, 1 opening hoist lift uang, lobby lift, 3
opening hoist lift passenger, ruang genset, R. panel
utama, R. trafo, 2 tangga darurat, ramp turun.
4. Lantai 1 : Bank services, back office, R. arsip, toilet utama
P/W, toilet diffable, ruang menyusui, toilet, 1
opening host lift uang, 3 opening hoist lift
passenger, ruang panel, ruang hub/data, locker, 2
tangga darurat, 1 tangga ke lt. 2.
5. Lantai 2 : Bank teller, back office, vault, ruang panel, ruang
hub/data, toilet karyawan, toilet utama P/W, 1
opening hoist lift uang, 3 opening hoist lift
passenger, 2 tangga darurat, 1 tangga turun ke lt. 1.
6. Lantai 3 : BCA prioritas, rapat, SDB, toilet utama P/W, toilet,
ruang panel, ruang hub/data, 2 tangga darurat, 3
opening hoist lift passenger, gudang.
7. Lantai 4 : Ruang meeting, ruang SWP, roll o pack, R.Printer,
R. Server, R.Panel, R.Hub/Data, R.Discuss,
R.KaKCU, toilet utama P/W, toilet, 2 tangga
darurat, 3 opening hoist lift passenger.
8. Lantai 5 : Musholla dan tempat wudhu, ruang makan, locker,
R.Panel, R. Hub/Data, toilet, toilet utama P/W, bare
room, 2 tangga darurat, 3 opening hoist lift
passenger.
4
9. Lantai 6 : R.Panel, R. Hub/Data, toilet, toilet utama P/W, bare
room, 2 tangga darurat, 3 opening hoist lift
passenger.
10. Lantai Atap : Ruang serba guna, toilet, gudang, 1 opening hoist lift
passenger, 2 tangga darurat, roof deck.
1.4 Lokasi dan Site Plan Proyek
Lokasi proyek gedung BCA KCU Juanda Bandungdirencanakan di Jalan Ir. H.
Djuanda No. 118, Bandung, Jawa Barat. Perbatasan langsung dengan gedung
Citibank di sebelah utara, dengan rumah-rumah warga dan Cafe Ngopi Doeloe di
sebelah timur, dengan jalan Ir. H. Djuanda di sebelah barat dan jalan Tengku Umar
di sebelah selatan. Lokasi proyek ini dapat dilihat pada Gambar 1.1 dan Site Plane
Proyek dapat dilihat pada Gambar 1.2.
Gambar 1.1 Lokasi Proyek Gedung BCA KCU Juanda
Lokasi Proyek
5
Gambar 1.2 Site Plan Proyek Gedung BCA KCU Juanda
Keterangan :
= Pos Jaga
= Area Konstruksi
= R.Konsultan
= R. Kontraktor
= R. Survey
= Logistik
= R. Logistik
= R. Safety
= Loss Besi
= Mushola
= WC
= Loss Pekerja
= Pabrikasi Tulangan
2
1
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
6
BAB II
KAJIAN ASPEK PERENCANAAN
2.1 Konsep Perencanaan Struktur
Sistem struktur yang digunakan dalam perencanaan Gedung BCA KCU Juanda
adalah sistem rangka Portal yang terdiri dari elemen kolom, balok dan pelat.
Material yang digunakan pada sistem rangka ini adalah Beton Bertulang. Beton
bertulang dipilih karena dari segi artistiknya dapat dibentuk sesuai keinginan yang
direncanakan. Selain itu, dari segi biaya dan pemeliharaan beton bertulang lebih
murah dibanding dengan baja. Gedung yang direncanakan merupakan gedung
bertingkat sehingga gedung ini harus memenuhi ketentuan bangunan tahan gempa.
Berdasarkan SNI 03-1726-2012 tentang Standar Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan SNI 03-2847-2003 tentang Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, maka perencanaan
pembangunan gedung bertingkat harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Daerah dengan risiko gempa rendah (wilayah gempa 1 dan 2) harus
menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa.
2. Daerah dengan risiko gempa menengah (wilayah gempa 3 dan 4) harus
menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah atau Sistem
Dinding Struktural Biasa atau Menengah.
3. Daerah dengan risiko gempa tinggi (wilayah gempa 5 dan 6) harus
menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus atau Sistem
Dinding Struktural Beton Khusus.
Sistem Rangka Pemikul Momen merupakan sistem struktur yang pada
dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap,
sedangkan beban lateral yang diakibatkan oleh gempa dipikul oleh rangka pemikul
momen melalui mekanisme lentur (SNI 03-1726-2012). Karena gedung ini
direncanakan akan dibangun pada wilayah gempa 4 dengan tanah lunak, maka
gedung ini direncanakan untuk memenuhi ketentuan Sistem Rangka Pemikul
Momen Menengah.
7
2.2 Pembebanan Struktur
Pada bangunan Gedung BCA KCU Juanda ini diperhitungkan beban-beban
yang bekerja diasumsikan sesuai dengan peraturan yang digunakan, diantaranya:
1. Beban Mati (Dead Load/DL)
Beban mati adalah beban sendiri struktur dan beban lain yang posisinya
selalu tetap dan tidak berpindah-pindah. Beban mati yang bekerja pada struktur
ini berupa beban sendiri pelat, beban sendiri balok dan beban sendiri kolom
dengan berat jenis beton yang digunakan adalah 2400 kg/m3.
2. Beban Mati Tambahan (Superimposed Dead Load/SDL)
Beban mati tambahan yang bekerja pada struktur bangunan perkantoran
berupa beban dinding, beban mechanical dan electrical, beban adukan
keramik, beban keramik dan beban plafon. Beban mati tambahan yang dipakai
pada proyek ini adalah :
a. Berat plafond : 11 kg/m²
b. Berat penggantung : 7 kg/m²
c. ME : 63 kg/m²
d. Berat plumbing : 20 kg/m²
e. Berat keramik : 48 kg/m²
Total beban tambahan : 149 kg/m²
3. Beban Hidup (Live Load/LL)
Beban hidup adalah beban yang berpindah-pindah yang terjadi akibat
orang yang menghuni atau menggunakan bangunan struktur gedung. Beban
hidup yang bekerja pada struktur bangunan ini adalah beban hidup untuk
gedung perkantoran adalah sebesar 250 kg/m2.
4. Beban Gempa (Earthquake/E)
Beban gempa yang digunakan dalam perencanaan gedung ini disesuaikan
dengan respons spectrum gempa pada wilayah Bandung – Jawa Barat. Respons
spektra adalah nilai yang menggambarkan respons maksimum dari sistem
berderajat-kebebasan-tunggal (SDOF) pada berbagai frekuensi alami (periode
alami) teredam akibat suatu goyangan tanah. Untuk kebutuhan praktis, maka
respons spektra percepatan dibuat dalam bentuk respons spektra yang sudah
disederhanakan.
8
Untuk penentuan parameter respons spektra percepatan di permukaan
tanah, diperlukan faktor amplifikasi terkait spektra percepatan untuk periode
pendek (Fa) dan periode 1,0 detik (Fv). Selanjutnya parameter respons spektra
percepatan di permukaan tanah dapat diperoleh dengan cara mengalikan
Koefisien Fa dan Fv dengan spektra percepatan untuk perioda pendek (SS) dan
perioda 1,0 detik (S1) di batuan dasar.
Acuan dasar perhitungan respons spektra pada bangunan ini adalah
berdasarkan pada Peta Hazard Gempa Indonesia 2010. Level gempa yang
diambil adalah level gempa 500 tahun untuk wilayah Kota Padang dengan
asumsi jenis tanah sedang.
Gambar 2.1 Peta respons spektra percepatan 0,2 detik di batuan dasar (SB) untuk
probabilitas terlampaui 10% dalam 50 tahun
Gambar 2.2 Peta respons spektra percepatan 1 detik di batuan dasar (SB)
untuk probabilitas terlampaui 10% dalam 50 tahun
9
2.3 Jenis Struktur
Pada proyek Gedung BCA KCU Juanda, jenis strutur yang digunakan adalah
struktur beton bertulang. Sistem struktur yang digunakan dalam perencanaan
gedung ini adalah sistem rangka yang terdiri atas elemen kolom, balok dan pelat.
Struktur kerangka bangunan ini terdiri atas komposisi dari kolom-kolom dan
balok-balok. Kolom sebagai unsur vertikal yang berfungsi sebagai penyalur beban
dan gaya menuju pondasi, sedangkan balok adalah unsur horizontal yang berfungsi
sebagai pemegang dan media pembagian beban dan gaya ke kolom. Kedua unsur
ini harus tahan terhadap tekuk dan lentur.
Selanjutnya, untuk pembentuk ruang pada bangunan ini menggunakan elemen
non struktural, dimana sistem tersebut diletakkan dan ditempelkan pada kedua
elemen rangka bangunan.Bahan pengisi non-strukturalnya digunakan bahan yang
ringan dan tidak mempunyai daya dukung yang besar, seperti bata merah, kaca dan
lainnya. Bahan yang umumnya dipakai pada sistem struktur rangka adalah kayu,
baja, dan beton (termasuk beton pra-cetak). Semua bahan tersebut harus tahan
terhadap gaya-gaya tarik, tekan, puntir dan lentur.Saat ini bahan yang paling banyak
digunakan adalah baja dan beton bertulang, karena mampu menahan gaya-gaya
tersebut dalam skala yang besar.
2.4 Analisis Struktur
Pada saat menganalisis struktur, digunakan alat bantu berupa perangkat lunak
yaitu SAP2000 versi 14. Bagian struktur yang akan dianalisis adalah sebagian
struktur gedung yaitu lantai basement 2 sampai dak, tahapannya dimulai dari
pemodelan gedung hingga run analysis yang meliputi memasukkan data-data teknis
dan pemodelan, analisis dan pengecekan data output dari SAP2000 versi 14.
2.4.1 Tahap Peng-Input-an
Berikut ini adalah tahapan pengerjaan pemodelan Gedung BCA KCU Juanda
pada Program SAP2000 versi 14.
1. File → New Model → pilih satuan (N, mm, C) → pilih Grid Only → Ok
→ lalu klik kanan dan klik Edit Grid → input data grid sesuai denah lalu
tekan OK.
10
Gambar 2.3.a Tahapan memasukkan Data Grid
Gambar 2.3.b Tahapan memasukkan Data Grid
Gambar 2.4 Pemodelan tampak 3D
11
2. Jenis perletakan yang digunakan adalah perletakan jepit. Berikut ini
tahapan pengerjaan pendefinisian jenis perletakan pada Program SAP200.
Gambar 2.5 Pemilihan reaksi perletakan
Gambar 2.6 Bentuk rangka 3D dengan reaksi perletakan jepit
3. Pendefinisian materialyang akan digunakan untuk pelat, balok dan kolom
adalah beton bertulang. Beton dan tulangan yang digunakan dalam
perencanaan akan mengikuti peraturan SNI 03-2847-2003 tentang Tata
Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. Data yang
berkaitan dengan pendefinisian material antara lain:
a. Mutu Beton fc’ = 35 MPa, 30 MPa dan 25 MPa
b. Mutu baja tulangan, fy = 390 Mpa dan fy = 240 MPa
c. Modulus elastisitas beton, Ec = 4700 √𝑓𝑐’ MPa
d. Modulus elastisitas baja Es = 20000 MPa
e. Poisson’s ratio beton = 0,2
f. Poisson’s ratio baja = 0,3
12
Berikut ini tahapan pengerjaan pendefinisian material beton dan tulangan
dalam program SAP2000.
1) Define → Materials → klik Add New Material → Masukkan nama
material yang baru (BETON K-350), pilih bahan material (concrete) ,
sesuaikan satuan (N, mm, C), lalu masukkan data fc’ = 29,05 MPa,
masukkan nilai modulus elastisitas beton Ec = 4700√29,05 lalu OK.
2) Define → Materials → klik Add New Material → Masukkan nama
material yang baru (TUL- LONGITUDINAL), pilih bahan material
(rebar) , sesuaikan satuan (N, mm, C), lalu masukkan data fy = 400
MPa dan fys = 240 MPa, masukkan nilai modulus elastisitas baja Es =
200000 MPa lalu OK.
Gambar 2.7 Pendefinisian material beton dan baja
4. Elemen struktur yang akan dimodelkan pada gedung ini yaitu balok, kolom
dan pelat. Elemen – elemen struktur tersebut menggunakan material beton
dan tulangan yang telah didefinisikan. Tahapannya yaitu Define →
Section Properties → Frame Properties → Add new property → Masukkan
nama penampang (BALOK TIPE A), pilih material (BETON K-450) ,
masukkan dimensi penampang → Concrete Reinforcement, masukkan
tulangan → OK.
13
Gambar 2.8 Tahapan pendefinisian balok
Gambar 2.9 Tahapan pendefinisian kolom
14
Gambar 2.10 Tahapan pendefinisian Pelat
5. Tahap berikutnya adalah pendefinisian beban yang bekerja pada struktur,
baik yang dilimpahkan pada pelat maupun pada frame. Adapun beban
yang diperhitungkan dalam perencanaan gedung ini adalah beban mati
(DL), beban hidup (LL), beban mati tambahan (SDL) dan beban gempa.
Untuk beban mati (DL), akan diatur untuk dihitung secara otomatis oleh
software SAP2000 berdasarkan penerapan elemen masing-masing. Beban
hidup (LL) dan beban mati tambahan (SDL) akan diterapkan pada struktur
dengan cara pelimpahan beban pada pelat. Beban dinding akan diterapkan
langsung pada frame, yaitu balok. Beban yang akan diperhitungkan pada
perencanaan gedung perkantoran ini, antara lain:
a. Beban pada pelat
Beban mati : dihitung oleh software SAP2000
Beban hidup : 250 kg/m (untuk gedung kantor atau hotel)
Beban mati tambahan : 149 kg/m2 (membebani pelat)
b. Beban pada frame
Beban mati tambahan : 450 kg/m2 (dinding)
15
Adapun tahapan pendefinisian beban pada SAP2000 dimulai dengan
menetukan Load Patern, lalu menentukan Load Case dan selanjutnya
menentukan Load Combination. Berikut ini cara pendefinisian beban pada
Program SAP2000 versi 14.
1) Load Patern
Penentuan Load Pattern yaitu Define → Load Pattern → Load
Pattern Name, masukkan nama-nama beban yang akan didefinisikan
(DL/LL/EQ) → pilih kolom Type (DEAD/LIVE) → sesuaikan self
multiplier, untuk DL bernilai = 1 dan untuk LL bernilai = 0 → Add New
Load Pattern → OK
Gambar 2.11 Tahapan pendefinisian Load Paterns
2) Load Case
Penentuan Load Case yaitu Define → Load Cases → beban DL, LL,
SDL, dan dinding secara otomatis sudah di-input oleh software ke dalam
pendefinisian Load Case, sedangkan beban gempa di-input secara manual
→ Add New Load Cases → isi Load Case Name sesuai dengan beban
gempa yang akan didefinisikan (Ex atau Ey) → pilih dalam kotak Load
Case Type (Response Spectrum) → pilih Load Name sesuai dengan beban
yang bekerja → pada menu Function, pilih respons spektrum yang telah
didefinisikan sebelumnya, masukkan Scale Factor (9,81/R) → OK.
16
Gambar 2.12 Tahapan pendefinisian Load Case
3) Load Combination
Penentuan kombinasi pembebanan yaitu Define → Load Combination
→ Add New Combination → pilih(Linier add) pada kotak Load
Combination Type → jenis beban yang bekerja pada kotak Load Case
Name → pilih besarnya faktor reduksi pada kolom Scale Factor → Add
lalu OK.
Mengacu pada peraturan SNI 03-1726-2002 tentang Standar
Perencanan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung,
kombinasi yang digunakan yaitu :
a) Kombinasi 1 = 1.4DL
b) Kombinasi 2 = 1.2DL + 1.6LL
c) Kombinasi 3 = 1.2DL + 0.5LL + 1.0Ex + 0.3Ey
17
d) Kombinasi 4 = 1.2DL + 0.5LL + 1.0Ex – 0.3Ey
e) Kombinasi 5 = 1.2DL + 0.5LL - 1.0Ex + 0.3Ey
f) Kombinasi 6 = 1.2DL + 0.5LL - 1.0Ex - 0.3Ey
g) Kombinasi 7 = 1.2DL + 0.5LL + 0.3Ex + 1.0Ey
h) Kombinasi 8 = 1.2DL + 0.5LL + 0.3Ex - 1.0Ey
i) Kombinasi 9 = 1.2DL + 0.5LL - 0.3Ex + 1.0Ey
j) Kombinasi 10 = 1.2DL + 0.5LL - 0.3Ex – 1.0Ey
k) Kombinasi 11 = 0.9DL + 1.0Ex + 0.3Ey
l) Kombinasi 12 = 0.9DL + 1.0Ex - 0.3Ey
m) Kombinasi 13 = 0.9DL - 1.0Ex + 0.3Ey
n) Kombinasi 14 = 0.9DL - 1.0Ex - 0.3Ey
o) Kombinasi 15 = 0.9DL + 0.3Ex + 1.0Ey
p) Kombinasi 16 = 0.9DL + 0.3Ex - 1.0Ey
q) Kombinasi 17 = 0.9DL - 0.3Ex + 1.0Ey
r) Kombinasi 18 = 0.9DL - 0.3Ex - 1.0Ey
Gambar 2.13 Tahapan Pendefinisian Load Combination
6. Beban – beban yang telah didefinisikan akan diletakkan pada struktur
melalui pelat dan frame. Untuk beban hidup (LL) dan beban mati
tambahan (SDL) akan diletakkan pada pelat, sedangkan untuk beban mati
tambahan berupa dinding akan diletakkan pada balok. Pada perletakkan
beban pada pelta harus diperhatikan jenis pelat tersebut, apakah satu arah
18
atau dua arah. Beban dinding pada balok diletakkan sebagai beban merata
di sepanjang balok tersebut. Tahapan-tahapan perletakkan beban adalah
sebagai berikut:
a. Klik pelat/frame pada struktur yang akan diberi beban →Assign→Are
Load →Uniform to frame (shell)→ pilih jenis beban yang akan
diletakkan → masukkan berat beban yang telah dihitung secara
manual berdasarkan tipe → tipe pembebanan → pilih jenis
pembebanan (one way/ two way/ absolute) → OK
Gambar 2.14 Tahapan penempatan beban pada pelat
Gambar 2.15 Tahapan penempatan beban pada balok / frame
19
b. Tahapan pendefinisian beban gempa adalah sebagai berikut:
Define →Function →Response Spectrum → pilih AASHTO 2006
pada kolom Choose function type to add → klik Add new function →
masukkan nilai Period dan Acceleration sesuai tanah dasar → OK
Gambar 2.16a Tahapan pendefinisian beban gempa
Gambar 2.16b Tahapan pendefinisian beban gempa
Nilai faktor reduksi (R) merupakan nilai untuk merencanakan tingkat
kerusakan yang akan terjadi pada saat gempa berlangsung. Nilai R harus
memenuhi syarat, 2.2 ≤ R ≤ 8.5 dengan nilai 2.2 untuk perencanaan gedung
bersifat elastic dan nilai R ≥ 2.2 untuk perencanaan gedung bersifat plastis.
Dalam perencanaan gedung ini, digunakan asumsi nilai R sebesar 5. Selain
itu, terdapat juga nilai reduksi I sebagai faktor pengutamaan bangunan
yang nilainya adalah 1 karena gedung ini akan digunakan sebagai gedung
perkantoran.
20
2.4.2 Run Analysis
Run Analysis merupakan perintah untuk mendapatkan output dari seluruh
pendefinisian dan peletakan beban. Adapun tahapannya adalah Analyze → Run
analysis→ Run Now.
Gambar 2.17 Tahapan Run Analsys
2.4.3 Output
Output dari SAP2000 versi 14 berupa gaya dalam, yaitu gaya normal, gaya
geser dan momen dengan gambar gaya dalam dari struktur yang dianalisis.
Gambar 2.18 Diagram potongan memanjang as C-C shear force 2-2
akibat beban kombinasi 2
21
Gambar 2.19 Diagram potongan melintang as 2-2 shear force 2-2
akibat beban kombinasi 2
Gambar 2.20 Diagram potongan memanjang as D-D momen 3-3
akibat beban kombinasi 2
22
Gambar 2.21 Diagram potongan melintang as 2-2 momen 3-3
akibat beban kombinasi 2
Gambar 2.22 Diagram potongan memanjang axial
akibat beban kombinasi 2
2.4.4 Perhitungan Kapasitas Tulangan pada Balok
Untuk menghitung jumlah dan diameter tulangan balok padda proyek ini,
dilakukan dengan menggunakan data luas tulangan yang didapatkan dari output
SAP2000 versi 14. Balok yang dihitung adalah balok tipe B dengan dimensi 350 ×
800. Berikut adalah hasil perhitungan tulangan yang telah didapatkan pada balok
tersebut.
23
Gambar 2.23 Diagram for Frame Object
Berdasarkan hasil data Output dari Diagram For Frame Object (SAP2000),
didapat data untuk menghitung tulangan balok D dengan panjang bentang 8600
mm. Momen positif pada balok tersebut sebesar 282075672,0 Nmm pada jarak
4300 mm dari ujung kiri bentang dan momen negatif pada balok sebesar
-367574207 Nmm pada ujung kanan bentang.
a. Desain penulangan pada bentang balok akibat M+ (daerah lapangan)
MU = 282075672 Nmm
Mn = MU
∅ =
282075672
0,8 = 352594590 Nmm
Asumsi :
Mn1 = 90% Mn = 0,9 (352594590) = 317335131 Nmm
Mn2 = 10% Mn = 0,1 (352594590) = 35259459 Nmm
CC = 0.85f′C β1 c b = 0.85 (24,9) (0.85) c (350) = 6296,5875 c
Ts1 = As1 fy = 400 As1
z1 = d −β1 c
2 = (800 − 50) −
0,85 c
2 = 750 − 0,425 c
Mn1 = Cc . z1
Balok Tipe B
24
317488494,3 = (6296,5875 c) (750 − 0,425 c)
2676,05 c2 − 4722440,625 c + 317335131= 0
diperoleh :
c1 = 1694,734mm
c2 = 69,972 mm (ok)
digunakan :
c = 69,972 mm
CC = Ts1
6296,59 c = 400 As1
6296,59 (69,972) = 400 As1
440584,821 = 400 As1
As1 = 1101,462 mm2
fS′ = (2 ∗ 105) εs
= (2 ∗ 105) (0,003( c−d")
c)
= (2 ∗ 105) (0,003(69,972 −50)
69,972)
= 171,25 MPa < 400 MPa (belum leleh)
Mn2 = AS′ . fS
′ (d − d")
35259459 = AS′ (171,25 ) (750 − 50)
35259459 = 119879,952 AS′
AS′ = 294,123 mm2
CS = As′ . fS
′ = (294,123) (171,25) = 50370,656 N
Ts2 = As2 fy = 400 As2
CS = Ts1
50370,656 = 400 As2
As2 = 125,927 mm2
As = As1 + As2 = 1101,462 + 125,927 = 1227,389 mm2
Asumsi : menggunakan tulangan D19
𝐴𝐷19 =1
4 𝜋 192 = 283,642 𝑚𝑚2
25
Desain tulangan bawah :
nD19 =AS
AD19 =
1227,389
283,64= 4,33 ≈ 5 batang
Desain tulangan atas :
𝑛𝐷19 =𝐴𝑆
′
𝐴𝐷19 =
294,123
283,64= 1,04 ≈ 2 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔
b. Desain penulangan pada balok akibat M- ( daerah tumpuan kanan)
MU = 367574207 Nmm
Mn = MU
∅ =
367574207
0,8 = 459467758,8 Nmm
Asumsi :
Mn1 = 90% Mn = 0,9 (458655288,8) = 413520982,9 Nmm
Mn2 = 10% Mn = 0,1 (458655288,8) = 45946775,88 Nmm
CC = 6296,588 c
Ts1 = 400 As1
z1 = 750 − 0,425 c
Mn1 = Cc . z1
413520982,9 = (6296,59 c) (750 − 0,425 c)
2676,05 c2 − 4722440,625 c + 413520982,9 = 0
diperoleh :
c1 = 1672,30 mm
c2 = 92,404 mm
digunakan :
c = 92,404 mm
CC = Ts1
6296,59 c = 400 As1
6296,59 (92,404 ) = 400 As1
581829,871 = 400 As1
As1 = 1454,575 mm2
26
fS′ = (2 ∗ 105) εs
= (2 ∗ 105) (0,003( c−d")
c)
= (2 ∗ 105) (0,003(92,404−50)
92,404)
= 275,339 MPa < 400 MPa (belum leleh)
Mn2 = AS′ . fS
′ (d − d")
45946775,88 = AS′ (275,339 ) (750 − 50)
45946775,88= 192737,111 AS′
AS′ = 238,400 mm2
CS = As′ . fS
′ = (238,500) (275,339) = 65638,25 N
Ts2 = 400 As2
CS = Ts1
65638,25 = 400 As2
As2 = 164,096 mm2
As = As1 + As2 = 1454,575 + 164,096 = 1618,67 mm2
Asumsi : menggunakan tulangan D19
AD19 =1
4 π 192 = 283,643 mm2
Desain tulangan bawah :
nD19 =AS′
AD19=
238,400
283,643= 0,84 ≈ 2 batang
Desain tulangan atas :
nD19 =AS
A D19=
1618,67
283,643 = 5,7 ≈ 6 batang
c. Desain penulangan pada balok akibat M- ( daerah tumpuan kiri)
MU = 372460968 Nmm
Mn = MU
∅ =
372460968
0,8 = 465576210 Nmm
Asumsi :
Mn1 = 90% Mn = 0,9 (465576210) = 419018589 Nmm
Mn2 = 10% Mn = 0,1 (465576210) = 46557621 Nmm
CC = 6296,588 c
Ts1 = 400 As1
z1 = 750 − 0,425 c
27
Mn1 = Cc . z1
419018589 = (6296,59 c) (750 − 0,425 c)
2676,05 c2 − 4722440,625 c + 419018589= 0
diperoleh :
c1 = 1671,001 mm
c2 = 93,705 mm
digunakan :
c = 93,705 mm
CC = Ts1
6296,59 c = 400 As1
6296,59 (93,705) = 400 As1
590021,732 = 400 As1
As1 = 1475,05 mm2
fS′ = (2 ∗ 105) εs
= (2 ∗ 105) (0,003( c−d")
c)
= (2 ∗ 105) (0,003(93,705−50)
93,705)
= 279,85 MPa < 400 MPa (belum leleh)
Mn2 = AS′ . fS
′ (d − d")
46557621 = AS′ (279,85 ) (750 − 50)
46557621 = 195892,43 AS′
AS′ = 237,67 mm2
CS = As′ . fS
′ = (237,67) (279,85) = 66510,89 N
Ts2 = 400 As2
CS = Ts1
66510,89 = 400 As2
As2 = 166,28 mm2
As = As1 + As2 = 1475,05 + 166,28= 1641,33 mm2
Asumsi : menggunakan tulangan D19
AD19 =1
4 π 192 = 283,643 mm2
28
Desain tulangan bawah :
nD19 =AS′
AD19=
237,67
283,643= 0,84 ≈ 2 batang
Desain tulangan atas :
nD19 =AS
A D19=
1641,33
283,643 = 5,8 ≈ 6 batang
Tumpuan Lapangan Tumpuan
Gambar 2.24 Desain penulangan pada balok tipe B
Berdasarkan perhitungan pada tulangan balok tipe B (350x800 mm), maka
didapatkan tulangan pada tumpuan dan lapangan terdapat pada Gambar 2.24.
.
2 D19
2
5
5 D19
1
9
2
5
6 D 19
2 D19
2
5
350 mm
800 mm
6 D19
19
25
2 D19
2
5
29
BAB III
KAJIAN MANAJEMEN PROYEK
3.1 Pengadaan
Proses pengadaan adalah suatu kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh
kementrian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah/institusi yang prosesnya
dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk
memperoleh barang/jasa. Pemilik/owner harus melakukan pengadaan secara cermat
untuk mendapatkan sumber daya (barang/jasa) yang baik dengan cara menganalisis
masing-masing pihak yang akan mengerjakan pekerjaan. Sumber daya yang
diperlukan suatu proyek konstruksi terdiri dari biaya, waktu, sumber daya manusia,
material dan peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan proyek.
3.2 Kajian manajemen proyek terhadap proses pengadaan konsultan
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 tentang perubahan
kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, pemilihan penyedia jasa konsultan dilakukan dengan:
1. Penunjukan langsung adalah metode pemilihan penyedia Barang/Jasa
dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa.
2. Seleksi umum adalah metode pemilihan penyedia jasa konsultan untuk
pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua penyedia jasa konsultan yang
memenuhi syarat.
3. Seleksi sederhana adalah metode pemilihan penyedia jasa konsultan untuk
jasa konsultan yang bernilai paling tinggi Rp 200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah).
4. Pengadaan langsung adalah Pengadaan Barang/Jasa langsung kepada
penyedia barang/jasa, tanpa melalui pelelangan/seleksi/penunjukan
langsung.
5. Sayembara adalah metode pemilihan Penyedia Jasa yang
memperlombakan gagasan orisinal, kreatifitas dan inovasi tertentu yang
harga/biayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga Satuan.
30
Proses pengadaan konsultan dalam pembanggunan Gedung BCA KCU Juanda
dilakukan dengan seleksi umum.
Adapun proses pengadaan konsultan adalah sebagai berikut :
a. Pengumuman pelelangan dan pendaftaran peserta.
b. Aanwijzing (penjelasan pelelangan dan pekerjaan).
c. Pemasukan penawaran.
Dokumen penawaran barang/jasa dari penyedia dalam suatu pengadaan
barang jasa, disampaikan dalam 3 bentuk dokumen penawaran. 3 bentuk
dokumen penawaran tersebut antara lain dokumen administrasi, penawaran
teknis, dan penawaran harga.
Ketiga dokumen penawaran tersebut disampaikan dalam suatu format
penyampulan tertentu yang diatur dalam dokumen pengadaan. Dokumen
pengadaan barang jasa dilakukan dalam e metode penyampulan antara lain :
1) Metode 1 sampul
Metode 1 sampul digunakan untuk pengadaan Barang/Jasa yang
sederhana, dimana semua bentuk dokumen penawaran dimasukan dalam satu
sampul dan dibuka pada waktu tertentu secara bersamaan.
2) Metode 2 sampul
Metode 2 sampul digunakan untuk memisahkan penilaian harga dari
penilaian teknis dan administrasi. Pada metode ini sampul pertama berisi
dokumen administrasi dan penawaran teknis sedangkan sampul kedua berisi
dokumen penawaran harga.
3) Metode 2 tahap
Metode 2 tahap digunakan untuk penyampaian pekerjaan yang bersifat
kompleks yang benar-benar mengedepankan kualitas. Pada tahap pertama
peserta pengadaan barang jasa harus memasukan sampul I yang berisi
dokumen administrasi dan penawaran teknis, kemudian dilakukan evaluasi
hingga mendapatkan hasil evaluasi berupa nilai terbaik atau yang memenuhi
passing grade yang akan diundang untuk memasukan penawaran sampul II
pada tahap ke dua. Jadi tidak semua peserta membuat dan memasukan
penawaran harga pada metode dua tahap ini.
31
Dalam pengajuan penawaran pada proses pelelangan pengadaan konsultan
menggunakan metode 2 sampul.
d. Pembukaan penawaran.
Prakualifikasi pembukaan penawaran dilakukan dalam dua tahap yakni
tahap pertama dilakukan pembukaan sampul satu yang berisi administrasi dan
teknis, kemudian setelah melalui tahap evaluasi akan dilanjutkan untuk
membuka sampul kedua yang berisi penawaran biaya.
e. Tahap evaluasi.
Tahap evaluasi merupakan tahap penilaian dalam sisten prakualifikasi
sebelum dilanjutkan kedalam tahap klarifikasi dan kualifikasi serta negosiasi.
f. Tahap klarifikasi dan kualifikasi serta negosiasi.
Tahap klarifikasi dan kualifikasi serta negosiasi ini dilakukan setelah
adanya peringkat pemenang. Hal ini merupakan pembuktian data yang
disajikan dan negosiasi terhadap biaya yang terdapat di HPS (Harga Patokan
Sendiri).
g. Penetapan pemenang lelang
Panitia menetapkan calon pemenang lelang dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) Memenuhi persyaratan teknis dan administrasi.
2) Perhitungan harga yang ditawarkan adalah yang terendah.
3) Penetapan pemenang adalah penawaran yang terendah diantara penawaran
yang memenuhi syarat.
Pengadaan konsultan perencana pada proyek pembangunan Gedung BCA
KCU Juanda dimenangkan oleh John & Associates Bandung. Pengadaan konsultan
manajemen konstruksi pada proyek ini dimenangkan oleh PT. Gamma Beta Alpha
Consultant.
32
3.3 Kajian manajemen proyek terhadap proses pengadaan kontraktor
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 tentang perubahan
keempat atas Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, pemilihan penyedia jasa kontraktor melalui pelelangan
dapat dilakukan dengan 5 metode, yaitu:
1. Pelelangan umum adalah metode pemilihan penyedia barang/Pekerjaan
konstruksi/jasa lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh
semua penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang memenuhi
syarat.
2. Pelelangan terbatas adalah metode pemilihan penyedia barang/pekerjaan
konstruksi dengan jumlah penyedia yang mampu melaksanakan diyakini
terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks.
3. Pelelangan Sederhana adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa
Lainnya untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah).
4. Pemilihan langsung adalah metode pemilihan Penyedia Pekerjaan
Konstruksi untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
5. Swakelola adalah pengadaan barang/Jasa dimana pekerjaannya
direncanakan, dikerjakan, dan/atau diawasi sendiri oleh K/L/D/I sebagai
penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok
masyarakat.
Proses pengadaan kontraktor untuk pembangunan Gedung BCA KCU Juanda
dilakukan dengan pelelangan terbatas yang dilakukan oleh PT. Bank Central Asia
yaitu owner dari proyek ini.
Adapun tahapan pengadaan kontraktor yang dilakukan oleh owner adalah
sebagai berikut :
a. Pengumuman pelelangan dan pendaftaran peserta
Panitia pengadaan mengumumkan secara luas tentang pelelangan umum
dengan pascakualifikasi, di mana isi pengumumannya sebagai berikut :
1) Nama dan alamat pengguna jasa yang mengadakan pelelangan umum.
2) Uraian singkat mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan.
33
3) Dokumen lelang yang berupa aturan pelelangan, gambar dan bill of
quantity (BQ) dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan pelelangan.
b. Penjelasan tentang lelang dan pekerjaan
Dalam penjelasan tentang lelang dan pekerjaan ini penyedia jasa dapat
mempertanyakan yang berkaitan dengan pelelangan atau pekerjaan yang
kurang begitu jelas dalam dokumen lelang kepada panitia. Pada tahap ini, akan
dijelaskan secara lengkap mengenai pekerjaan yang akan dikerjakan beserta
aturan-aturan yang akan dipergunakan dalam pelelangan, yaitu :
1) Metode pengadaan lelang
2) Cara penyampaian penawaran.
3) Dokumen yang harus dilampirkan di dalam dokumen penawaran.
4) Metode evaluasi.
5) Hal-hal yang menggugurkan penawaran.
c. Penyampaian dan pembukaan dokumen penawaran.
Pada tahap pembukaan dokumen penawaran ini, para penyedia jasa
konstruksi yang berminat untuk ikut dalam proses pelelangan memasukan
dokumen-dokumen yang telah disyaratkan oleh owner sebagai dokumen lelang
yang pada tahap selanjutnya akan diperiksa dan dikaji oleh owner.
d. Evaluasi penawaran
Evaluasi penawaran dilakukan kepada semua penawaran yang dinyatakan
lulus pada saat pembukaan penawaran. Evaluasi penawaran terdiri dari
evaluasi administrasi, teknis, harga berdasarkan kriteria, metode dan tata cara
evaluasi yang sudah ditetapkan.
e. Pembuktian kualifikasi
Pada tahap ini, dilakukan pembuktian kualifikasi terhadap penyedia jasa
yang akan diusulkan sebagai pemenang dan pemenang cadangan dilakukan
verifikasi terhadap semua data dan informasi yang ada.
f. Penetapan pemenang lelang.
Pada tahap ini, panitia menetapkan calon pemenang lelang dengan
ketentuan sebagai berikut :
1) Memenuhi persyaratan teknis dan administrasi
2) Perhitungan harga yang ditawarkan
34
3) Penetapan pemenang adalah penawaran yang memenuhi persyaratan dari
pihak owner.
Pengadaan kontraktor pada proyek pembangunan Gedung BCA KCU Juanda
dimenangkan oleh PT. Nusa Raya Cipta.
3.4 Kajian manajemen proyek terhadap proses kontrak
1. SPPJ (Surat Penunjukan Penyedia Jasa)
Setelah ditentukan pemenang lelang dan selesainya waktu masa sanggah,
dimana tidak adanya sanggahan dari peserta lelang yang lainnya, Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) mengeluarkan Surat Penunjukan Penyedia Jasa (SPPJ) untuk
pembangunan Gedung BCA KCU Juanda. Konsultan Manajemen Kontruksi
dimenangkan oleh PT. Gamma Beta Alpha Consultant dan sebagai Penyedia
Kontraktor dimenangkan oleh PT. Nusa Raya Cipta.
2. Jaminan Pelaksanaan
Menjaga agar kontraktor melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan kontrak
yang telah disepakati, maka dibuat surat jaminan atau disebut jaminan. Jaminan
adalah jaminan tertulis yang bersifat mudah dicairkan dan tidak bersyarat, yang
dikeluarkan oleh Bank Umum / Perusahaan penjaminan/ perusahaan Asuransi yang
diserahkan oleh penyedia barang/jasa (kontraktor) untuk menjamin terpenuhinya
kewajiban penyedia barang/jasa (kontraktor).
Jaminan dan asuransi pada persiapan dan pelaksanaan konstruksi proyek antara
lain :
a. Jaminan Pemilik Proyek.
Jenis-jenis jaminan yang dapat ditanggung jawabkan oleh kontraktor
kepada pemilik proyek :
1) Jaminan Tender (Bid Bond)
2) Jaminan Pelaksanaan (Performance Bond)
3) Jaminan Uang Muka (Advanced Payment Bond)
4) Jaminan Pemeliharaan (Maintenance Bond)
Jaminan-jaminan tersebut dapat dijadikan Jaminan Bank (Bank Garansi) atau
Jaminan Asuransi (Surety Bond).
35
b. Jaminan Kontraktor.
Jaminan bagi kontraktor dapat bermacam-macam, antara lain :
1) Jaminan pelaksanaan pekerjaan (Engineering Insurance)
Jaminan tersebut pada prinsipnya mencakup :
a) Kerusakan-kerusakan yang terjadi atas konstruksi yang tidak
disengaja, Kerusakan alat peralatan yang digunakan maupun
bukan pemilik kontraktor
b) Tanggung jawab terhadap pihak ketiga
c) Kesalahan dalam perencana atau faulty design
2) Asuransi Tenaga Kerja (Workman Compensation atau Employer
Liability)
Asuransi atas tenaga kerja terdapat 2 macam yaitu :
Asuransi untuk pekerja sesuai aturan (Workman Compensation
Insurance). Asuransi ini sesuai UU yang berlaku di Indonesia,
dilaksanakan oleh ASTEK berdasarkan PP No 33 Tahun 1977.
Asuransi pegawai yang diatur Perusahaan (Employer’s Liability
Insurance) yaitu tanggung jawab pengusaha terhadap pegawai
sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada perusahan tersebut.
3) Asuransi atas Tanggung Jawab terhadap Pihak Ketiga (Public
Liability Insurance)
Public Liability Insurance merupakan jenis asuransi yang melindungi
kontraktor terhadap pihak ketiga (masyarakat) yaitu apabila dalam
melaksanakan pekerjaan ada pihak ketiga yg dirugikan.
c. Jaminan bagi Konsultan.
Jaminan yang digunakan untuk melindungi pihak konsultan Perencana
dari tanggung gugat hukum dapat ditempuh suatu cara pengalihan resiko
melalui mekanisme Asuransi yaitu pada Proffesional Liability Insurance.
3. Pembuatan Surat Perjanjian.
Penyedia jasa dan PPK akan membuat Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan
setelah penyedia jasa (baik kontraktor atau konsultan manajemen kontruksi)
menyerahkan jaminan kepada PPK.
36
Surat perjanjian pelaksanaan pekerjaan adalah surat yang menjelaskan hak dan
kewajiban masing-masing pihak, baik di pihak penyedia jasa maupun di pihak PPK
(owner).
Setelah menerima SPPJ, konsultan maupun kontraktor akan membuat Surat
Jaminan Pelaksanaan dengan besaran 5% dari nilai kontrak sebagai jaminan
pelaksanaan.
4. Kontrak.
Kontrak adalah suatu dokumen kesepakatan antara pihak Owner, dalam dan
pihak penyedia jasa (kontraktor atau konsultan manajemen) yang berisikan:
a. Surat perjanjian pelaksanaan pekerjaan.
b. SPK (Surat Perintah Kerja) dan SPL (Surat Penyerahan Lapangan).
c. Syarat-syarat khusus kontrak.
d. Syarat-syarat umum kontrak.
e. Bill of Quantity (BQ).
f. Gambar rencana (khusus kontraktor).
g. Spesifik dan syarat-syarat teknis untuk konsultan KAK (Kerangka Acuan
Konsultan).
h. Dokumen lelang.
i. Dokumen penawaran penyedia jasa.
5. Sistem Kontrak
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 4 tahun 2015 tentang perubahan
keempat atas Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, jenis kontrak pengadaan barang dan jasa pemerintah
digolongkan berdasarkan:
a. Cara pembayaran
Berdasarkan cara pembayaran, kontrak dikelompokkan dalam 5 (lima)
jenis konrak yaitu:
1) Kontrak Lump sum
Kontrak Lump sum yaitu kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian
seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu sebagaimana ditetapkan dalam
kontrak, dengan ketentuan sebagai berikut:
37
a) Jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian
harga;
b) Semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang/jasa
c) Pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang
dihasilkan sesuai dengan isi kontrak;
d) Sifat pekerjaan berorientasi pada keluaran (output based);
e) Total harga penawaran bersifat mengikat;
f) Tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang.
2) Kontrak Harga Satuan
Kontrak harga satuan yaitu kontrak pengadaan barang/jasa atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu yang telah
ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Harga satuan pasti dan tetap untuk setiap satuan atau unsur pekerjaan
dengan spesifikasi teknis tertentu
b) Volume atau kuantitas pekerjaan masih bersifat perkiraan pada saat
kontrak ditandatangani
c) Pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas
volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedia
barang/jasa
d) Dimungkingkan adanya pekerjaan tambah kurang berdasarkan hasil
pengukuran bersama atas pekerjaan yang diperlukan.
3) Kontrak gabungan Lump sum dan Harga satuan
Kontrak gabungan lump sum dan harga satuan yaitu kontrak yang
merupakan gabungan lump sum dan harga satuan dalam 1 (satu) pekerjaan
yang diperjanjikan.
4) Kontrak Persentase
Kontrak persentase yaitu merupakan kontrak pengadaan konsultansi/jasa
lainnya, dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Penyedia jasa konsultansi/jasa lainnya menerima imbalan berdasarkan
persentase dari nilai pekerjaan tertentu; dan
38
b) Pembayarannya didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang
dihasilkan sesuai dengan isi kontrak.
5) Kontrak terima jadi (turnkey contract).
Kontrak terima jadi merupakan kontrak pengadaan barang/pekerjaan
konstruksi/jasa lainnya atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu
tertentu dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh pekerjaan selesai
dilaksanakan; dan
b) Pembayaran dilakukan berdasarkan hasil penilaian bersama yang
menunjukkan bahwa pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan
kriteria kinerja yang ditetapkan.
b. Pembebanan tahun anggaran
Berdasarkan pembebanan tahun anggaran, kontrak digolongkan dalam 2
(dua) jenis kontrak yaitu:
1) Kontrak tahun tunggal
Kontrak tahun tunggal yaitu merupakan kontrak yang pelaksanaan
pekerjaannya mengikat dana anggaran selama 1 (satu) tahun anggaran.
2) Kontrak tahun jamak.
Kontrak tahun jamak merupakan kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya
untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran atas beban anggaran, yang
dilakukan setelah mendapat persetujuan:
a) Menteri Keuangan untuk kegiatan yang nilainya di atas
Rp10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah);
b) Menteri/Pimpinan lembaga yang bersangkutan untuk kegiatan yang
nilai kontraknya sampai dengan Rp10.000.000.000,- (sepuluh miliar
rupiah) bagi kegiatan: penanaman bibit dan pengadaan obat di rumah
sakit, makanan untuk narapidana di Lembaga Pemasyarakatan,
pengadaan pita cukai, layanan pembuangan sampah, dan pengadaan
jasa cleaning service.
39
Khusus untuk kontrak tahun jamak pada pemerintah daerah menurut pasal
52 ayat (3) harus disetujui oleh Kepala Daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
c. Sumber pendanaan
Berdasarkan sumber pendanaan, kontrak digolongkan dalam 3 (tiga) jenis
kontrak yaitu:
1) Kontrak pengadaan tunggal
Kontrak pengadaan tunggal yaitu merupakan kontrak yang dibuat oleh 1
(satu) PPK dengan 1 (satu) penyedia barang/jasa tertentu untuk menyelesaikan
pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu.
2) Kontrak pengadaan bersama
Kontrak pengadaan bersama yaitu merupakan kontrak antara beberapa
PPK dengan 1 (satu) penyedia barang/jasa untuk menyelesaikan pekerjaan
tertentu dalam waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan masing-masing PPK
yang menandatangani kontrak.
3) Kontrak payung (framework contract).
Kontrak payung (framework contract) merupakan kontrak harga satuan
antara pemerintah dengan penyedia barang/jasa yang dapat dimanfaatkan oleh
Kementerian/Lembaga/ Pemerintah Daerah/Institusi dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) Diadakan untuk menjamin harga barang/jasa yang lebih efisien,
ketersediaan barang/jasa terjamin dan sifatnya dibutuhkan secara
berulang dengan volume atau kuantitas pekerjaan yang belum dapat
ditentukan pada saat kontrak ditandatangani; dan
b) Pembayarannya dilakukan oleh setiap PPK/satuan kerja yang
didasarkan pada hasil penilaian/pengukuran bersama terhadap
volume/kuantitas pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh penyedia
barang/jasa secara nyata.
40
d. Jenis pekerjaan
Berdasarkan jenis pekerjaan, kontrak digolongkan dalam 2 (dua) jenis
kontrak yaitu:
1) Kontrak pengadaan pekerjaan tunggal
Kontrak pengadaan pekerjaan tunggal yaitu kontrak pengadaan
barang/jasa yang hanya terdiri dari 1 (satu) pekerjaan perencanaan,
pelaksanaan atau pengawasan.
2) Kontrak pengadaan pekerjaan terintegrasi.
Kontrak pengadaan pekerjaan terintegrasi merupakan kontrak pengadaan
pekerjaan konstruksi yang bersifat kompleks dengan menggabungkan kegiatan
perencanaan, pelaksanaan dan/atau pengawasan.
Jenis kontrak yang disepakati adalah lump sum price. Lump sum merupakan
kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu
dengan jumlah harga yang pasti dan tetap serta semua resiko dalam penyelesaian
pekerjaan sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa sepanjang gambar dan
spesifikasi tidak berubah. Keuntungan dari kontrak jenis ini, kontraktor mengetahui
secara jelas mengenai pekerjaan yang akan dilakukan sehingga tidak diperlukan
pengukuran dan perhitungan detail mengenai pekerjaan yang akan dilakukan.
Kerugian dari kontrak ini, jika terdapat perubahan desain atau pekerjaan tambahan
selama pelaksanaan bisa merugikan pihak kontraktor.
6. Sistem Pembayaran
Cara pembayaran prestasi pekerjaan penyedia jasa dibedakan ke dalam 3 (tiga)
macam, yaitu:
1) Cara Pembayaran Bulanan (Monthly Payment)
Dalam sistem pembayaran ini, prestasi penyedia jasa dihitung setiap akhir
bulan. Setelah prestasi tersebut diakui pengguna jasa maka penyedia jasa akan
dibayar sesuai prestasi tersebut.
Kelemahan cara ini adalah berapapun kecilnya prestasi penyedia jasa pada
suatu bulan tertentu kontraktor harus tetap dibayar. Hal ini sangat
mempengaruhi prestasi pekerjaan yang seharusnya dicapai sesuai jadwal
pelaksanaan sehingga dapat membahayakan waktu penyelesaian.
41
2) Cara Pembayaran atas Prestasi (Stage Payment)
Dalam sistem pembayaran ini, pembayaran kepada penyedia jasa
dilakukan atas dasar prestasi/kemajuan pekerjaan yang telah dicapai sesuai
dengan ketentuan dalam kontrak. Jadi, bukan atas dasar prestasi yang dicapai
dalam satuan waktu (bulanan). Biasanya besar prestasi dinyatakan dalam
persentase. Cara pembayaran seperti ini sering pula disebut pembayaran
termin/angsuran.
Pada saat prestasi penyedia jasa telah mencapai 100% (pekerjaan selesai)
dan telah diterima baik oleh pengguna jasa (berdasarkan berita acara serah
terima pertama pekerjaan), penyedia jasa menerima 95% dari nilai kontrak dan
yang 5% dari nilai kontrak ditahan pengguna jasa selama masa tanggungan atas
cacat (retention money) sebagai jaminan agar penyedia jasa mau memperbaiki
cacat/ketidaksempurnaan pekerjaan sewaktu serah terima pertama pekerjaan.
Setelah serah terima kedua (terakhir) maka jumlah 5% harga kontrak
dibayarkan kepada penyedia jasa.
3) Pra Pendanaan Penuh dari Penyedia Jasa (Contractor’s Full Pre-financed)
Dalam sistem pembayaran ini, penyedia jasa harus mendanai dahulu
seluruh pekerjaan sesuai kontrak. Setelah pekerjaan selesai 100% dan diterima
baik oleh pengguna jasa barulah penyedia jasa mendapatkan pembayaran
sekaligus.
Oleh karena seluruh pekerjaan dibiayai terlebih dahulu oleh penyedia jasa,
maka untuk menjamin penyedia jasa mendapatkan pembayaran atas
pekerjaannya, pengguna jasa harus memberikan jaminan ke penyedia jasa
antara lain berupa jaminan bank yang akan diberikan pada saat mulai pekerjaan
dan jaminan tersebut tetap berlaku selama masa pelaksanaan pekerjaan.
Sistem pembayaran pada proyek Gedung BCA KPU Juanda dilakukan
dengan menggunakan sistem pembayaran berdasarkan kemajuan pekerjaan
atau prestasi.
42
3.5 Kajian manajemen proyek terhadap organisasi proyek.
Peta/pola hubungan kerja berfungsi untuk mengetahui kedudukan dan
kewajiban tiap-tiap elemen yang mendukung sampai selesainya proyek
pembangunan Gedung BCA KPU Juanda.
Pola hubungan kerja antara unsur-unsur pengelola proyek di pembangunan
Apartemen Parahyangan Residences dapat digambarkan pada skema seperti tampak
pada Gambar 3.1.
Pada pelaksanaan pembangunan proyek ini, ada beberapa unsur penting yang
saling berhubungan satu sama lain agar tercipta suatu organisasi pelaksanaan
proyek yang baik. Unsur-unsur yang mengelola proyek yaitu:
1. Pemberi Tugas (Owner).
2. Konsultan Pengawas.
3. Konsultan Perencana.
4. Kontraktor.
Gambar 3.1 Skema jaringan kerja Proyek Pembangunan Gedung BCA
KCU Juanda
43
Unsur-unsur di atas harus melaksanakan tugas dan kewajibannya masing-
masing agar pelaksanaan proyek sesuai dengan rencana dan hasil yang baik dan
memuaskan. Penjabaran pekerjaan dan koordinasi akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Pemberi Tugas (Owner)
Pemberi tugas atau pemilik adalah badan atau orang yang memberi tugas
atau mempunyai gagasan dan menyampaikan keinginannya kepada suatu
badan ahli atau badan hukum yang dikehendaki untuk melaksanakan tahapan-
tahapan agar gagasan tersebut dapat terwujud. Dalam proyek pembangunan
Gedung BCA KPU Juanda, PT Bank Central Asia adalah sebagai owner.
Owner mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:
a. Menyediakan seluruh biaya pekerjaan.
b. Menunjuk konsultan dan kontraktor.
c. Mengeluarkan surat perintah kerja yang merupakan surat perintah
kepada kontraktor dan sub kontraktor agar dalam jangka waktu tertentu
pihak pelaksana segera memulai tugasnya.
d. Menentukan, menyetujui dan atau menolak perubahan-perubahan
pekerjaan.
e. Menetapkan denda, perpanjangan waktu dan pekerjaan tambahan.
2. Konsultan Perencana
Konsultan Perencana adalah pihak yang ditunjukan oleh pemberi tugas
untuk melaksanakan pekerjaan perencanaan. Perencana dapat berupa
perorangan atau badan usaha baik swasta maupun pemerintah. Dalam
pembangunan Gedung BCA KPU Juanda yang ditunjuk sebagai konsultan
perencana adalah John & Associates Bandung WT Partnership . Adapun tugas
dari konsultan perencana dalam pembangunan Gedung BCA KCU Juanda
sebagai berikut :
a. Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan pemilik
bangunan.
b. Membuat gambar kerja pelaksanaan.
c. Membuat Rencana kerja dan syarat – syarat pelaksanaan bangunan
(RKS) sebagai pedoman pelaksanaan.
44
d. Membuat rencana anggaran biaya bangunan.
e. Memproyeksikan keinginan–keinginan atau ide–ide pemilik ke dalam
desain bangunan.
f. Melakukan perubahan desain bila terjadi penyimpangan pelaksanaan
pekerjaan dilapangan yang tidak memungkinkan desain terwujud di
wujudkan.
g. Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur jika terjadi
kegagalan konstruksi.
h. Meninjau proyek ke lapangan secara berkala untuk melihat kemajuan
pekerjaan dan ikut serta menilai kualitas pekerjaan yang dilakukan
pemborong agar tidak menyimpang dari ketentuan seperti dalam
dokumen kontrak.
3. Konsultan Manajemen Konstruksi / Konsultan Pengawas
Konsultan Pengawas merupakan pihak yang diberi tugas oleh pemilik
yang bertindak sebagai Project Control dan Management Construction, untuk
mengawasi, mengarahkan manajemen pelaksanaan pekerjaan di lapangan
sehingga sesuai dengan gambar kerja. Dalam proyek pembangunan Gedung
BCA KPU Juanda yang bertindak sebagai Konsultan Manajemen Konstruksi
adalah PT. Gamma Beta Alpha Consultant. Adapun tugas dan wewenang
Konsultan Manajemen Konstruksi adalah sebagai berikut:
a. Memberi petunjuk agar pelaksanaan pekerjaan mengikuti dan sesuai
dengan dokumen kontrak.
b. Berhak menolak pekerjaan yang tidak sesuai dengan dokumen kontrak dan
berhak memerintahkan pemeriksaan khusus terhadap bagian pekerjaan
tertentu yang meragukan.
c. Berhak menolak bahan bangunan yang tidak memenuhi syarat yang
ditentukan dalam dokumen kontrak.
d. Memperingatkan pemborong secara tertulis atas kelalaian pemborong
dalam memenuhi persyaratan seperti dalam dokumen kontrak.
e. Menilai kemajuan pekerjaan pemborong dan keterlambatan batas waktu
pelaksanaan.
f. Mengusulkan/menyetujui/menolak gambar pelaksanaan.
45
Gambar 3.2 Struktur organisasi PT. Gamma Beta Alpha Consultant
4. Kontraktor
Kontraktor adalah orang atau instansi yang menerima dan
menyelenggarakan pekerjaan bangunan menurut biaya yang tersedia dan
melaksanakan pekerjaan tersebut sesuai dengan peraturan-peraturan, syarat-
syarat serta gambar rencana yang telah ditetapkan. Dalam proyek
pembangunan Gedung BCA KPU Juanda ini yang bertindak sebagai
Kontraktor adalah PT. Nusa Raya Cipta. Adapun tugas dan wewenang
Kontraktor adalah:
a. Memberi analisa anggaran biaya dan waktu pelaksanaan dengan gambar
dan bestek.
46
b. Menyediakan tenaga ahli, mandor, tukang, bahan dan sarana kerja yang
diperlukan sesuai dengan fungsinya.
c. Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor harus membuat rencana kerja
berupa time schedule.
d. Kontraktor diwajibkan menyerahkan pekerjaan tepat pada waktunya.
e. Kontraktor bertanggung jawab atas pembangunan seluruh proyek sampai
selesai, baik kualitas maupun kuantitas.
f. Kontraktor harus melakukan segala tindakan pencegahan, penjagaan
keamanan dan keselamatan para pekerjanya. Struktur organisasi
kontraktor dalam Proyek PT. Nusa Raya Cipta akan dijabarkan pada
Gambar 3.2.
Dari skema organisasi tersebut dapat kita lihat bahwa struktur organisasi
tersebut merupakan organisasi yang bersifat fungsional. Organisasi ini
dikelompokkan menjadi bagian-bagian berdasarkan fungsinya. Kelebihan dari
organisasi fungsional antara lain sebagai berikut:
1) Memudahkan pengawasan karena setiap personil hanya melapor kepada
satu atasan.
2) Konsentrasi perhatian personil terpusat pada sasaran bidang yang
bersangkutan.
3) Memudahkan pengendalian kinerja personil serta pengendalian mutu,
waktu, dan biaya.
Kesulitan yang dihadapi dari organisasi fungsional antara lain sebagai
berikut:
a) Cenderung memprioritaskan kinerja dan keluaran dari masing-masing
bidang. Hal ini dapat mengurangi perhatian perusahaan terhadap
tujuan secara menyeluruh.
b) Tidak ada pihak yang benar-benar bertanggung jawab atas proyek
secara keseluruhan.
c) Sulit mengkoordinasikan dan mengintegrasikan pekerjaaan yang
multidisiplin dan melibatkan banyak pihak di luar organisasi.
47
Gambar 3.3 Struktur organisasi PT. Nusa Raya Cipta sebagai Kontraktor
48
Berikut ini akan dijelaskan tugas dari masing-masing bagian yang terdapat
dalam organisasi yang dideskripsikan pada Gambar 3.3.
1. Project Manager
Project Manager adalah wakil dari perusahaan atau kontraktor utama yang
memimpin sebuah proyek. Project Manager mempunyai tugas dan tanggung
jawab sebagai berikut :
a. Mengendalikan dokumen dan record.
b. Memimpin management review mingguan di proyek.
c. Menghadiri management review di kantor.
d. Menilai kompetensi personel proyek sebagai dasar dalam penetapan
kebutuhan training.
e. Melaksanakan inspeksi lapangan secara periodik.
f. Mengendalikan biaya pelaksanaan.
g. Membuat dan melaporkan kemajuan fisik.
h. Menyelesaikan administrasi dan teknis penutupan proyek.
e. Mengadakan/memimpin rapat koordinasi:
1) Dua mingguan dengan para pegawai lapangan dan direksi.
2) Bulanan atau waktu tertentu dengan direksi.
3) Mengecek dan mengetahui semua kegiatan/aktivitas personil
lapangan.
4) Mengarahkan/membantu kelancaran tugas-tugas personil
lapangan.
5) Memeriksa hasil opname prestasi fisik lapangan dan opname
upah kerja borongan.
6) Mengetahui waktu/prestasi kuantitas dan kualitas pekerjaaan.
2. Site Manager
Site Manager memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
a. Bertugas dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan yang
dikerjakan perusahaan baik keluar maupun ke dalam.
b. Mengadakan/memimpin rapat koordinasi dan evaluasi dengan para
pelaksana teknis serta memberi pengarahan yang bersifat teknis
maupun non teknis.
49
c. Bertanggung jawab langsung terhadap direksi perusahaan.
d. Membuat/menyiapkan rencana/program kerja lapangan
e. Evaluasi/monitoring kegiatan pelaksanaan.
f. Evaluasi/monitoring penggunaan/pemakaian bahan/ peralatan.
g. Memeriksa/menandatangani bon/kontra bon bahan-bahan dan alat.
h. Memeriksa rencana pembayaran bahan, upah kerja.
i. Membuat laporan penggunaan material dan peralatan.
j. Memeriksa, mengarahkan tugas-tugas logistik, pengawas teknik,
administrasi lapangan dan gudang, juru ukur bahan, keamanan,
mandor.
k. Bertugas dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan/aktifitas
lapangan baik yang bersifat teknis maupun non teknis.
l. Mengadakan/memimpin rapat koordinasi.
m. Dua mingguan dengan para mandor.
n. Dua mingguan dengan para staf lapangan dan direksi dll.
o. Bulanan atau waktu tertentu dengan direksi.
p. Mengecek dan mengetahui semua kegiatan/aktivitas personil
lapangan.
q. Mengarahkan/membantu kelancaran tugas-tugas personil lapangan.
r. Memeriksa hasil opname prestasi fisik lapangan dan opname upah
kerja borongan.
s. Mengetahui waktu/prestasi kuantitas dan kualitas pekerjaaan.
3. Safety Officer
Safety Officer adalah orang yang ditunjuk oleh project manager untuk
melaksanakan kebijakan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan (K3L)
di suatu proyek. Safety Manager memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut :
a. Menyiapkan dokumen-dokumen safety pada tahap tender pelaksanaan
K3L.
b. Membuat surat kebijakan K3L.
c. Membuar struktur organisasi K3L.
50
d. Menyiapkan peraturan safety, spanduk, poster, kotak obat, sarana
safety, Alat Pemadam Api Ringan (APAR), Alat Perlindungan Diri
(APD), prosedur erection, dll.
e. Melaksanakan kegiatan safety seperti mengecek kelengkapan tool
box, safety meeting,
f. Membuat laporan safety seperti laporan kecelakaan, laporan
investigasi dan penilaian K3L subkontraktor.
4. Site Engineer (Struktur, Arsitektur, M/E)
a. Membantu tugas dan tanggung-jawab Site Manager dilapangan.
b. Bertugas dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan yang
dikerjakan perusahaan baik keluar maupun ke dalam.
c. Bertanggung jawab atas penempatan tenaga kerja.
d. Bertanggung jawab langsung terhadap direksi perusahaan.
e. Mengendalikan atas keselamatan dan kesehatan kerja (K3L).
f. Membuat/menyiapkan rencana/program kerja lapangan.
g. Evaluasi/monitoring kegiatan pelaksanaan.
h. Evaluasi/monitoring penggunaan/pemakaian bahan/ peralatan.
i. Membayar upah pekerja.
j. Membuat laporan penggunaan material dan peralatan.
k. Bertugas dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan/aktivitas
lapangan baik yang bersifat teknis maupun non-teknis.
l. Mengarahkan/membantu kelancaran tugas-tugas personil lapangan.
m. Memeriksa hasil opname prestasi fisik lapangan dan opname upah
kerja borongan.
n. Mengetahui waktu/prestasi kuantitas dan kualitas pekerjaaan.
5. Juru Ukur(Surveyor)
Tugas dan wewenang surveyor diantaranya sebagai berikut:
a. Menentukan titik-titik batas area proyek, ini diperlukan untuk
pembuatan alur pagar proyek dan penentuan koordinat gedung.
b. Membaca gambar dengan melihat bentuk dan ukuran bangunan untuk
diaplikasikan di lapangan.
c. Menentukan elevasi kedalaman galian pondasi.
51
d. Marking atau menentukan as kolom, pemasangan batako, keramik.
6. Logistik
Tugas dan wewenang logistik diantaranya sebagai berikut:
a. Membuat resume stock material di lapangan berdasarkan jadwal
kerja proyek.
b. Membuat order kebutuhan material ke penyalur sesuai dengan
volume, jenis dan tahapan pekerjaan di lapangan, beberapa hari
sebelum material tersebut akan dipakai.
c. Menerima kedatangan material di lapangan dan memeriksa apakah
sudah sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang dipesan.
d. Mengatur penyimpanan material di gudang supaya tidak rusak.
e. Mencatat dan membuat arsip surat-surat dan nota pesanan.
f. Bertanggungjawab atas kelancaran, kualitas dan kesiapan material
yang diperlukan sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Agar tidak
kehabisan stok, maka biasanya bila persediaan material tinggal 50%,
bagian logistik telah memajukan permohonan untuk pemesanan
kembali.
g. Bertanggung jawab atas keamanan dan kualitas material yang
tersimpan di gudang.
7. Mandor
Tugas seorang mandor diantaranya sebagai berikut:
a. Mendatangkan sejumlah tenaga kerja sesuai kualifikasi yang
diperlukan seperti kelompok tukang kayu, batu, besi dan sebagainya,
dan sekaligus memimpin dan mengawasi pekerjaan mereka
b. Mengendalikan kualitas hasil pekerjaan agar sesuai dengan ketentuan
spesifikasi teknis dan gambar-gambar perencanaan
8. Tukang
Tugas pekerja adalah mengerjakan seluruh pekerjaan yang diperintahkan
oleh mandor.
52
BAB IV
METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI
DI LAPANGAN
4.1 Material yang dipergunakan
Material adalah komponen yang sangat penting dalam pelaksanaan
pembangunan suatu proyek. Bahan bangunan sebagai penyusun harus mendapat
perhatian khusus, terutama untuk proyek-proyek yang berskala besar dimana
standar mutu bahan yang tersedia harus memenuhi standar yang disyaratkan.
Material yang digunakan pada Proyek Pembangunan Kantor BCA KCU Juanda
adalah sebagai berikut :
1. Air
Fungsi air didalam adukan beton adalah untuk memicu proses kimiawi
semen sebagai bahan perekat dan melumasi agregat agar mudah dikerjakan.
Kualitas air yang digunakan untuk mencampur beton sangat berpengaruh
terhadap kualitas beton itu sendiri. Air yang mengandung zat-zat kimia
berbahaya seperti mengandung garam/mineral akan menyebabkan kekuatan
beton menurun (Gambar 4.1).
Gambar 4.1. Air
53
2. Semen
Semen adalah salah satu campuran bahan bangunan yang berfungsi
sebagai pengikat agregat halus, agregat kasar dan air (Gambar 4.2).
Gambar 4.2. Semen Gresik
3. Agregat Halus (Pasir)
Agregat halus adalah batuan halus yang terdiri dari butiran sebesar 0,14 –
5 mm yang didapat dari hasil penghancuran batuan alam. Agregat halus
berfungsi mengisi rongga-rongga di dalam adukan beton sehingga agregat
dalam suatu campuran tidak homogen, menghemat penggunaan semen
Portland dan mengurangi penyusutan terhadap beton (Gambar 4.3). Adapun
cara pemilihan agregat halus (pasir) yang baik antara lain :
a. Pasir halus memiliki butiran yang tajam. Untuk mengetahuinya adalah
dengan cara mengambil pasir kemudian genggam pasir tersebut, jika
terasa tajam pada permukaan telapak tangan maka butiran pasir
tersebut baik.
b. Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dan pada saat
dikepal tidak ada lumpur yang tertinggal
Gambar 4.3. Agregat Halus (Pasir)
54
4. Agregat Kasar
Agregat kasar adalah kerikil atau batu pecah atau biasa disebut split
berfungsi sebagai bahan baku beton bertulang selain dari semen dan pasir yang
dicampur air dan juga besi tulangan (Gambar 4.4). Sesuai dengan syarat-syarat
pengawasan mutu agregat untuk berbagai mutu beton agregat kasar harus
memenuhi satu dari beberapa atau semua syarat berikut ini:
a. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir keras dan tidak berpori.
Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai
apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melebihi 20% dari berat
agregat seluruhnya. Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal,
artinya tidak akan pernah hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca
seperti terik matahari dan hujan.
b. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%
(ditentukan terhadap berat kering). Yang dimaksud dengan lumpur
adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila
kadar lumpur melampaui 1%, maka agregat harus dicuci.
c. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak
beton, seperti zat-zat yang relatif alkali.
d. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam
besarnya dan apabila diayak dengan susunan ayakan ISO, harus
memenuhi syarat-syarat berikut :
e. Sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 0% berat.
f. Sisa di atas ayakan 4 mm harus berkisar anatara 90% dan 98% berat.
g. Selisih antara sisa-sisa komulatif di atas dua ayakan yang berurutan
maksimum 60% dan minimum 10% berat.
Gambar 4.4. Agregat Kasar
55
5. Baja Tulangan
Baja tulangan beton merupakan bagian struktur beton bertulang yang
berfungsi menahan gaya tarik (Gambar 4.5). Berdasarkan jenisnya, baja
tulangan beton dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
a. Baja tulangan beton polos
Baja tulangan beton polos adalah baja tulangan beton berpenampang
bundar dengan permukaan rata tidak bersirip.
b. Baja tulangan beton ulir
Baja tulangan beton ulir adalah baja tulangan beton dengan bentuk
khusus yang permukaanya memiliki ulir melintang dan rusuk memanjang
untuk meningkatkan daya lekat dan guna menahan gerakan membujur dari
batang secara relatif terhadap beton.
Gambar 4.5. Baja Tulangan
6. Kawat Pengikat
Kawat pengikat digunakan untuk mengikat tulangan atau cincin tulangan
agar tetap pada tempatnya sebelum dilakukan pengecoran. Kawat pengikat
harus terbuat dari baja lunak panas dengan diameter 1 mm (Gambar 4.6).
Gambar 4.6. Kawat Pengikat
56
7. Jaring Kawat
Jaring kawat berfungsi sebagai pembatas yang digunakan untuk
pengecoran beton komposit (Gambar 4.7).
Gambar 4.7. Jaring Kawat
8. Kayu
Kayu digunakan untuk pekerjaan sementara dan juga untuk pelengkap atau
finishing bangunan seperti kusen, pintu, penggantung langit-langit dan
sebagainya (Gambar 4.8).
Gambar 4.8. Kayu
9. Multipleks
Multipleks merupakan bahan bekisting kolom, balok, slab, tangga dan
dinding. Multipleks dapat digunakan berapa kali dan mempunyai lapisan yang
halus agar beton yang dicetak halus dan rata permukaannya. Ketebalan
multipleks yang digunakan pada proyek pembangunan kantor BCA KCU
Juanda adalah 9 mm (Gambar 4.9).
57
Gambar 4.9. Multipleks
10. Batu Belah
Batu belah merupakan bahan yang digunakan untuk membuat pondasi
pada dinding penahan tanah (Gambar 4.10).
Gambar 4.10. Batu Belah
11. Batu Bata Merah
Batu bata merah merupakan salah satu bahan material sebagai bahan
pembuat dinding (Gambar 4.11).
Gambar 4.11. Batu Bata Merah
58
12. PVC
PVC digunakan untuk sistem sanitasi dan elektrikal (Gambar 4.12).
Gambar 4.12. PVC
13. Baut dan Mur
Baut adalah besi batang berulir yan digunakan untuk menyambung atau
mengikat 2 benda, dan mur adalah ring yang digunakan untuk mengunci baut
(Gambar 4.13).
Gambar 4.13. Baut dan Mur
14. Paku
Paku digunakan dalam pembuatan bekisting (Gambar 4.14).
Gambar 4.14. Paku
59
15. Calbond
Calbond merupakan bahan pengikat beton lama dengan beton baru
(Gambar 4.15).
Gambar 4.15. Calbond
4.2 Peralatan Konstruksi yang Dipergunakan
Pembangunan proyek besar selain membutuhkan material bangunan juga
membutuhkan peralatan kerja, baik itu peralatan berat maupun peralatan sederhana.
Peranan penggunaan peralatan ini mempunyai fungsi mempercepat penyelesaian
pekerjaan, meningkatkan kualitas dan kuantitas pekerjaan, dan meningkatkan
efisiensi dan produktivitas pekerjaan
Alat – alat yang digunakan pada proyek pembangunan kantor BCA KCU
Juanda antara lain :
1. Tower Crane
Tower crane adalah salah satu alat berat yang sering digunakan untuk
membangun gedung bertingkat atau jembatan. Tower crane memiliki fungsi
untuk mengangkut material atau bahan maupun konstruksi bangunan bawah
menuju bagian yang ada di atas (Gambar 4.16)..
Gambar 4.16. Tower Cran
60
2. Back Hoe
Back hoe adalah alat yang digunakan dalam pekerjaan galian tanah.
Keuntungan dari penggunaan back hoe adalah untuk melakukan pekerjaan
galian dan timbunan dengan lebih cepat dan lebih efisien (Gambar 4.17).
Gambar 4.17. Back Hoe
3. Dump Truck
Dump truck adalah alat yang digunakan untuk mengangkut bahan galian
keluar lokasi. Selain untuk mengangkut bahan galian, dump truck juga
berfungsi sebagai pengangkut bahan material alam, besi tulangan dan
berangkal proyek (Gambar 4.18).
Gambar 4.18. Dump Truck
4. Truck Mixer
Truck mixer adalah alat yang digunakan untuk mengangkut adukan beton
siap pakai (ready mix) dari tempat pencampuran beton (batching plant) sampai
ke lokasi pengecoran (Gambar 4.19).
61
Gambar 4.19. Truck Mixer
5. Concrete Pump
Concrete pump adalah alat yang digunakan untuk memompa adukan beton
dari truck mixer ke bagian yang akan dicor. Concrete pump biasanya digunakan
pada saat mengecor balok dan pelat lantai yang terletak di bagian atas bangunan
(Gambar 4.20).
Gambar 4.20. Concrete Pump
6. Concrete Mixer
Concrete mixer adalah alat pengaduk campuran beton agar lebih homogen.
Pada proyek ini, concrete mixer digunakan untuk membuat adukan beton yang
volumenya kecil (Gambar 4.21).
62
Gambar 4.21. Concrete Mixer
7. Bar Bender
Bar bender adalah alat yang digunakan untuk membengkokkan baja
tulangan seperti pembengkokan tulangan sengkang, pembengkokan untuk
sambungan tulangan kolom, dan pembengkokan tulangan balok dan plat
(Gambar 4.22).
Gambar 4.22. Bar Bender
8. Bar Cutter
Bar cutter adalah alat yang digunakan untuk memotong baja tulangan
(Gambar 4.23).
Gambar 4.23. Bar Cutter
63
9. Scaffolding
Scaffolding adalah perancah yang terbuat dari besi yang digunakan untuk
menyangga bekisting plat lantai dan balok agar kuat dalam menahan beban
beton ataupun beban yang lain (Gambar 4.24).
Gambar 4.24. Scaffolding
10. Air Compressor
Air compressor adalah alat yang menghasilkan udara dengan tekanan
tinggi dan digunakan untuk membersihkan bekisting dari kotoran-kotoran
sebelum dilakukan pengecoran (Gambar 4.25).
Gambar 4.25. Air Compressor
11. Theodolith
Theodolith adalah alat bantu dalam proyek untuk menentukan as bangunan
dan titik-titik as kolom pada tiap-tiap lantai, agar bangunan yang dibuat tidak
miring (Gambar 4.26).
64
Gambar 4.26. Theodolith
12. Concrete Vibrator
Concrete vibrator adalah alat penggetar mekanik yang digunakan untuk
menggetarkan adukan beton yang belum mengeras untuk menghilangkan
rongga-rongga udara yang ada sehingga dihasilkan beton yang padat dan
bermutu tinggi (Gambar 4.27).
Gambar 4.27. Concrete Vibrator
4.3 Metode Pelaksanaan Konstruksi
Adapun beberapa metode pelaksanaan pekerjaan pembangunan Kantor BCA
KCU Juanda dijelaskan sebagai berikut:
4.3.1 Pekerjaan Persiapan
Sebelum mengerjakan perkerjaan-pekerjaan yang pokok seperti pekerjaan
struktur bawah, struktur atas, pekerjaan arsitektur, elektrikal dan mekanikal,
pekerjaan persiapan dilakukan terlebih dahulu, diantaranya:
65
1. Pekerjaan Pengukuran.
Pekerjaan pengukuran ini sangat penting karena hasil dari pekerjaan ini
akan menempatkan bangunan pada tempat yang semestinya, dimensi atau
ukuran tiap-tiap bagian ataupun elevasi atau penyikuan bangunan dan jarak
dari bangunan yang lainnya.
Adapun langkah-langkahnya dilakukan sebagai berikut:
a. Mengambil titik patokan baik untuk letak maupun elevasinya.
b. Setelah titik patok ditentukan, kemudian titik tersebut dapat diukur
elevasi dan posisinya.
2. Mempersiapkan Fasilitas Air dan Listrik Kerja.
Guna menunjang pelaksanaan pekerjaan, PT. Nusa Raya Cipta
menyediakan beberapa torn air dan alat-alat listrik untuk mendukung setiap
pekerjaan. PT. Nusa Raya Cipta juga menyediakan genset sendiri untuk
menunjang kebutuhan listrik dalam pekerjaannya.
3. Pemasangan Bouwplank
Pekerjaan ini biasanya dilakukan seiring atau setelah pekerjaan
pengukuran dilakukan. Pemasangan bouwplank (pematokan) dilaksanakan
bersama-sama oleh pihak proyek, perencana pengawas, pelaksana dan dibuat
berita acara pematokan.
Bouwplank terbuat dari papan yang bagian atasnya dipakukan pada patok
kayu persegi 5/7 cm yang tertanam dalam tanah cukup kuat. Untuk menentukan
ketinggian papan bouwplank secara rata bagian atasnya dari papan bouwplank
harus di ukur menggunakan waterpass (horizontal dan siku), sedangkan untuk
mengukur dari titik as ke as antar ruangan digunakan meteran. Setiap titik
pengukuran ditandai dengan paku dan dicat dengan cat merah dan ditulis
ukuran pada papan bowplank agar mudah di cek kembali. Pemasangan papan
bowplank dilaksanakan pada jarak 1,5 m dari as sekeliling bangunan dan
dipakukan pada patok – patok yang terlebih dahulu ditancapkan kedalam tanah.
66
4. Direksi Keet dan Los Pekerja.
Direksi keet merupakan bangunan sementara untuk kepentingan
kontraktor, manajemen kontruksi dan owner yang digunakan untuk
menyiapkan dan membahas baik administrasi, teknis dan manajemen
pelaksanaan. Adapun los kerja merupakan tempat tinggal sementara para
pekerja.
Metode pelaksanaan pekerjaan pembuatan direksi keet adalah sebagai
berikut:
a. Menentukan lokasi yang akan ditempatkan bangunan direksi keet
yang sekiranya tidak terganggu oleh kegiatan fisik bangunan.
b. Menentukan besaran bangunan yang diperlukan kemudian dibuat
sketch dari banguan tersebut sebagai acuan. Pembuatan direksi keet
tidak diperlukan gambar teknis yang dimasukan dalam dokumen.
c. Setelah ditentukan dan dibuatkan sketch direksi keet, maka mulai
dibuat bangunan tersebut dengan bahan dari tripleks dengan rangka
dari kayu kaso berukuran 5/7 cm.
5. Pekerjaan Pembersihan dan Persiapan Lahan
Pekerjaan pembersihan dan persiapan lahan adalah pekerjaan untuk
menyediakan lahan, adapun pekerjaan ini meliputi pekerjaan pemotongan
pohon, striping, bongkar ground tank, pemindahan jaringan listrik dan air serta
kegiatan lainnya sehingga lahan betul-betul telah siap dibangun. Dalam
penyiapan lahan dalam pelaksanaan pekerjaan ini tidak seluruhnya dapat
dibersihkan khusunya untuk pembongkaran ground tank. Adapun langkah-
langkah yang dikerjakan dalam pengerjaan persiapan lahan dapat dijelaskan
secara garis besar sebagai berikut:
a. Setelah adanya hasil pengukuran dan ditentukannya area yang akan
dibangun, maka akan dapat ditentukan apa saja yang perlu disingkikan
keluar dari area tersebut.
b. Hal–hal apa yang sekiranya dapat menggangu maka perlu untuk
dikeluarkan, diantaranya pohon, septitank dengan alat yang tepat
penggunaannya.
67
6. Pemasangan Pagar
Pekerjaan pemasangan pagar dilaksankan untuk membatasi area kerja dan
antisipasi keamanan terhadap rongrongan dan kehilangan. Pemasangan pagar
dalam pekerjaan ini dibuat dari seng gelombang dengan rangkanya dari kayu,
dan metode pelaksanaanya dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Menentukan batasan area yang akan dipagar yang sekiranya tidak
terganggu oleh kegiatan fisik bangunan.
b. Dilakukan pematokan pada ujung-ujung area yang akan dipagar dan
ditarik benang sehingga lurus.
c. Pekerjaan pembuatan pagar dilakukan setelah diperoleh area yang
akan dipagar dengan membentangkan patok.
d. Pengerjaan pemasangan pagar dibuat dari bahan seng gelombang
dengan rangka dari kayu kaso berukuran 5/7 cm.
7. Pekerjaan Penunjang Lainnya
Pekerjaan penunjang lainnya yang perlu dilaksanakan dalam pengerjaan
pelaksanaan pekerjaan BCA KCU Juanda adalah pekerjaan keamanan,
kesehatan dan keselamatan kerja. Pekerjaan ini diperlukan dalam
mengantisipasi terjadinya insiden yang timbul, yang dapat merugikan baik
Owner, MK, maupun kontraktor.
Adapun langkah – langkah untuk mengerjakan pekerjaan ini, dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Untuk keamanan, pihak Kontraktor merekrut tenaga keamanan guna
menjadi area lingkungan kerja bebas dari kejahatan dan tindakan-
tidakan yang merugikan semua pihak.
b. Untuk kesehatan dan kesalamatan kerja, maka pihak kontraktor
melakukan langkah-langkah kearah kesehatan dan keselamatan kerja,
diantaranya menyiapkan petugas K3, peralatan K3, tersedianya obat-
obatan serta adanya asuransi keselamatan tenaga kerja.
68
4.3.2 Pekerjaan Struktur
Pekerjaan Struktur sesuai dengan yang tertuang dalam BQ/RAB meliputi
pekerjaan tanah, pasangan dan pekerjaan pembetonan. Secara garis besar pekerjaan
struktur dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pekerjaan Galian Tanah
Pekerjaan galian tanah dilakukan setelah pembersihan lapangan selesai.
Pada proyek ini, pekerjaan galian tanah menggunakan metode open cut yang
diamankan dengan dinding penahan tanah karena jarak dinding galian hanya
berjarak 1 m dari batas tanah.
Pekerjaan galian tanah dilakukan dengan dua buah excavator dan
pelaksanaannya dilakukan secara bertahap hingga mencapai kedalaman yang
telah direncanakan (Gambar 4.28). Pada proses ini tidak dilakukan dewatering,
karena sampai kedalaman 8 m tidak ditemukan muka air tanah. Pada proyek
ini tanah yang sudah digali tidak dipergunakan lagi dan dikeluarkan dari lokasi.
Pekerjaan galian tanah ini dimulai pada tanggal 24 Juli 2014 dan selesai pada
awal Oktober 2014.
Gambar 4.28. Pekerjaan galian tanah menggunakan excavator
2. Pekerjaan Pondasi
Jenis pondasi yang digunakan pada proyek gedung BCA KCU Juanda
adalah pondasi sumuran. Pondasi sumuran digunakan karena tanah di lokasi
proyek sudah cukup kohesif dan keras pada kedalaman yang cukup dangkal.
Pondasi tipe sumuran direncanakan setinggi 3 m, tetapi dalam
pelaksanaannya kedalaman tanah keras tidak selalu mencapai yang
direncanakan. Pada tahap galian tanah kontraktor menggunakan excavator
69
untuk mempercepat pekerjaan galian dan tenaga manusia untuk finishing
penggalian.
Tahap berikutnya setelah pekerjaan galian selesai adalah pemasangan
bekisting dengan menggunakan batako (Gambar 4.29). Pemilihan batako untuk
bekisting lebih efisien dibandingkan papan karena setelah dilakukan
pengecoran batako dapat ditinggal di dalam tanah, selain itu berfungsi sebagai
perkuatan tambahan pondasi.
Gambar 4.29. Pemasangan bekisting pondasi dengan batako
Pekerjaan selanjutnya adalah pemasangan tulangan besi pada pondasi
sumuran. Pemasangan tulangan besi untuk pondasi ini menggunakan besi
diameter 19 mm. Antar tulangan besi disambungkan menggunakan kawat agar
tidak terlepas ketika dilakukan pengecoran. Setelah pemasangan tulangan besi
selesai, dilanjutkan dengan pemasangan tahu beton pada sela-sela tulangan
besi.
Setelah tahap penulangan selesai, pondasi siap untuk dicor. Sebelum tahap
pengecoran dimulai, perlu dilakukan penimbunan kembali tanah disekitar
bekirting. penimbunan dilakukan untuk menahan beban pengecoran dan
meratakan kondisi tanah seperti semula.
Pengecoran siap dilakukan setelah persiapan diatas sudah selesai Pada
tahap pengecoran untuk pondasi kontraktor menggunakan beton K – 450
ditambah dengan zat aditif merk sika. Penambahan bahan aditif bertujuan
untuk membentuk beton yang kedap terhadap air. Proses pengecoran dilakukan
menggunakan bantuan pompa untuk menyalurkan campuran beton dari truk
molen ke lokasi pengecoran (Gambar 4.30).
70
Gambar 4.30. Proses Pengecoran Pondasi
3. Pekerjaan Pelat Lantai
Tahap pertama dalam pembuatan pelat lantai adalah pemasangan
penyangga menggunakan scaffolding. Setelah pembuatan penyangga selesai,
selanjutnya dilakukan pemasangan bekisting untuk pelat lantai (Gambar 4.31).
Biasanya pembuatan bekisting pelat lantai dikerjakan sekaligus dengan
pembuatan bekisting balok yang terbuat dari papan kayu.
Gambar 4.31. Pemasangan bekisting pada Pelat lantai
Tahap berikutnya adalah pemasangan tulangan pada pelat lantai Pada
tahap pembesian pelat lantai, sambungan antara pelat lantai dan pilecap, balok,
dan kolom perlu diperhitungkan (Gambar 4.32).
Gambar 4.32. Tulangan pada Pelat Lantai
71
Tahap berikutnya setelah pemasangan bekisting dan pembesian adalah
pengecoran pada plat lantai. Mutu beton yang digunakan dalam pengecoran
balok adalah K-300. Pengecoran dilakukan menggunakan bantuan dari tower
crane dan concrete bucket. Selain itu, ditambahkan floor hardener agar bagian
atas plat lantai cepat kering dan dilakukan finishing menggunakan trowel agar
permukaan plat lantai menjadi seragam.
4. Pekerjaan Kolom
Kolom merupakan komponen struktur penyangga utama bangunan. Dalam
pembuatan kolom perlu diperhatikan secara detail. Pekerjaan kolom akan
dilakukan setelah pekerjaan pondasi dan poer telah selesai.
Tahap pertama dalam pembuatan kolom adalah pembesian kolom. Pada
tahap ini, kita melakukan pemasangan tulangan utama kolom terlebih dahulu.
Tulangan utama adalah tulangan yang membentuk kolom agar dimensi sesuai
dengan perencanaan (Gambar 4.33).
Gambar 4.33. Pembuatan Tulangan Kolom
Setelah pemasangan tulangan utama selesai, dilakukan pemasangan
sengkang. Pemasangan sengkang berfungsi sebagai penahan geser serta
penahan bentuk kolom selama pengecoran. Ujung tulangan sengkang yang
dipasang harus mengunci tulangan utama dengan sudut 45ᵒ. Penguncian
dilakukan agar tulangan sengkang dapat bekerja secara optimal dan ketika
gempa tulangan pada kolom tidak akan lepas.
72
Setelah pemasangan tulangan selesai, dilakukan penambahan pengaku
atau bracing berupa tulangan baja yang dipasang melintang dan diikat dengan
kawat (Gambar 4.34). Pengaku ini berfungsi agar menahan gaya yang muncul
saat pengecoran. Selain pengaku, juga dilakukan pemasangan tahu beton.
Gambar 4.34. Pengaku pada Kolom
Tahap berikutnya adalah pemasangan bekisting (Gambar 4.35). Bekisting
yang digunakan untuk proyek ini dibedakan menjadi dua, yaitu cremona dan
lingkaran. Dalam pemilihan bekisting, kekuatan bekisting dalam menahan
gaya saat pengecoran harus diperhitungkan karena apabila bekisting gagal
menahan gaya maka dimensi kolom menjadi tidak sesuai. Pemasangan kedua
bekisting tersebut menggunakan bantuan tower crane.
Gambar 4.35. Pemasangan Bekisting Kolom
Setelah proses pembesian dan bekisting selesai, selanjutnya dilakukan
pengecoran. Mutu beton yang digunakan untuk pengecoran kolom adalah K-
300. Pengecoran kolom ini menggunakan bantuan concrete pump untuk
sebagian kolom pada basement 2 dan sisanya menggunakan tower crane dan
concrete bucket dikarenakan concrete pump tidak mampu menjangkau area.
73
5. Pekerjaan Balok
Pada pekerjaan balok biasanya dilakukan bersamaan dengan pekerjaan
lantai kerja dan setelah pekerjaan kolom. Tahap pertama pada pembuatan balok
adalah pemasangan scaffolding. Dimana scaffolding berfungsi sebagai
penyangga untuk bekisting. Setelah pemasangan penyangga maka berikutnya
dilakukan pemasangan bekisting (Gambar 4.36). Pada pembuatan bekisting
bahan yang digunakan adalah papan kayu. Selain itu, dalam pembuatan
bikisting harus dibuat gutter sebagai tempat penampung air sementara apabila
terjadi hujan.
Gambar 4.36. Pemasangan Bekisting Balok
Setelah pembuatan bekisting selesai, selanjutnya dilakukan pembesian
balok (Gambar 4.37). Pembesian balok dilakukan pada tempat pemasangan
balok. Material yang dibutuhkan dapat diangkut menggunakan tower crane
untuk diangkut ke tempat pekerjaan balok. Pada pembesian balok, tulangan
pada balok dibagi menjadi 3 yaitu tulangan utama, tulangan pelengkap, dan
tulangan sengkang. Pemasangan tulangan sengkang balok sama seperti
pemasangan tulangan sengkang pada kolom.
Gambar 4.37. Pembesian pada Balok
74
Langkah terakhir dari pekerjaan balok adalah pengecoran, namun
sebelumnya dilakukan pemasangan beton decking. Mutu beton yang digunakan
pada pegecoran balok adalah K-300. Pengecoran balok menggunakan bantuan
tower crane dan concrete bucket.
75
BAB V
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PROYEK
5.1 Pengendalian dan Pengawasan Proyek
Pengendalian proyek adalah suatu proses kegiatan dari awal sampai akhir pada
suatu proyek yang bersifat menjamin adanya kesesuaian antara rencana dengan
hasil kerja serta melakukan tindakan-tindakan terhadap penyimpangan yang
dijumpai di lapangan atau selama pelaksanaan.
Pengawasan proyek adalah suatu proses evaluasi atau perbaikan terhadap
pelaksanaan kegiatan sesuai pedoman pada standar dan peraturan yang berlaku
dengan tujuan agar hasil dari kegiatan tersebut sesuai dengan perencanaan proyek.
Tujuan pengendalian dan pengawasan proyek antara lain :
a. Agar hasil dari pelaksanaan proyek dapat sesuai dengan gambar
rencana proyek dan spesifikasi yang telah ditentukan.
b. Dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan.
c. Menekan biaya pelaksanaan seefisien mungkin.
d. Bertanggung jawab dan menjaga kualitas pekerjaan.
Ada tiga aspek utama yang harus ditinjau dalam pengendalian dan pengawasan
proyek, yaitu :
a. Pengendalian mutu pekerjaan (material dan hasil pekerjaan)
b. Pengendalian waktu pelaksanaan konstruksi
c. Pengendalian biaya pelaksanaan proyek
5.2 Pengendalian Mutu Pekerjaan (Material dan Hasil Pekerjaan)
5.2.1Pengendalian Mutu Bahan
Pengendalian mutu bahan dilakukan agar material yang digunakan telah
memenuhi syarat yang ditentukan. Material yang sesuai dengan syarat akan
membuat konstruksi yang baik. Pengujian dan kontrol terhadap mutu bahan
konstruksi perlu dilakukan supaya sesuai dengan apa yang diinginkan.
76
Pengujian ini dilakukan oleh konsultan manajemen konstruksi dan kontraktor
pelaksana.
Pengendalian kualitas material dilakukan dengan mengadakan pengawasan
mutu bahan yang meliputi :
1. Beton
Beton yang digunakan dalam proyek ini merupakan beton ready mix
concrete. Pembuatan adukan beton harus bermutu baik. kontraktor harus
bertanggung jawab bahwa adukan yang disediakan tersebut harus memenuhi
syarat-syarat dalam spesifikasi dan menjamin kesamaan kualitas adukan beton
setiap kali kedatangan.
Sebelum pelaksanaan pengecoran, terlebih dahulu dilaksanakan
pengambilan sampel campuran beton untuk diuji dengan metode slump test.
Campuran beton juga dilakukan pengujian terhadap kuat tekan beton
(Compression test) yaitu dengan Cylinder Test.
Pelaksanaan pembuatan benda uji dilakukan oleh penyedia/supplier beton
ready mix dalam proyek ini PT. Admix Precast Indonesia atas persetujuan dan
pengawasan pihak pengawas lapangan.
a. Slump Test
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar air beton yang
berhubungan dengan mutu beton. Dalam suatu campuran beton, kadar
air sangat diperhatikan karena menentukan tingkat workability nya atau
tidak. Campuran beton yang terlalu cair akan menyebabkan mutu beton
rendah dan lama mengering, sedangkan campuran beton yang terlalu
kering menyebabkan adukan tidak merata dan sulit untuk dicetak.
Slump test pada proyek pembangunan Gedung BCA KCU Juanda ini
dilakukan oleh teknisi yang dikirim dari Mixing Plant dengan cara
menggunakan kerucut Abrams yang terbuat dari logam sebagai cetakan
untuk Slump test. Kerucut Abrams yang digunakan berukuran tinggi 30
cm, diameter lingkaran atas 10 cm, dan diameter lingkaran bawah 20 cm.
Bentuk kerucut Abrams dapat dilihat pada Gambar 5.1.
77
Cara Pengujian :
1) Melakukan persiapan alat slump test yaitu kerucut Abrams dan
tongkat baja.
2) Kerucut Abrams diletakan pada bidang yang rata dan datar serta tidak
menyerap air. Untuk alas kerucut biasanya menggunakan triplek.
3) Kerucut abrams diisi dengan adukan beton secara bertahap setiap 1/3
bagian dan setiap bagian dilakukan penusukan sebanyak 25 kali
menggunakan tongkat baja.
4) Permukaan kerucut diratakan lalu kerucut ditarik keatas dan
dilepaskan, kemudian akan terlihat penurunan tinggi puncak kerucut.
5) Perbedaan tinggi puncak kerucut adalah nilai slump test yaitu nilai
kekentalan dari adukan beton tersebut.
6) Beton yang digunakan adalah beton yang memiliki nilai slump test
yang memenuhi syarat.
.
Gambar 5.1 Pengujian Slump Test
Hasil pengujian ini diambil nilai rata-rata dari pengamatan yang
dilakukan pada 4 titik yaitu 2 titik pada bagian samping dan 2 titik pada
bagian tengah, pengujian 4 titik tersebut merupakan permintaan dari pihak
kontraktor dengan memberikan syarat rata-rata nilai slump 12 ± 2 cm.
Apabila hasil slump test tidak memenuhi syarat, maka beton akan
dikembalikan.
78
b. Tes Uji Kuat Tekan (Compression Test)
Tes uji kuat tekan ini bertujuan untuk mengetahui kuat tekan
maksimum yang dapat diterima oleh beton sampai beton mengalami
kehancuran (Gambar 5.2). Tes ini juga dapat menentukan waktu
pembongkaran bekisting pada kolom, balok dan pelat lantai. Cara
pengujian untuk kuat tekan, yaitu :
1) Silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm digunakan sebagai
cetakan beton.
2) Cetakan silinder diletakkan pada plat atas baja yang telah dibersihkan
dan sisi dalamnya diolesi minyak pelumas seperlunya untuk
mempermudah pelepasan beton dari cetakan.
3) Adukan beton dimasukkan kedalam cetakan secara bertahap setiap 1/3
bagian dan setiap bagian dilakukan penusukan menggunakan tongkat
baja sebanyak 25 kali.
4) Bagian atas beton yang sudah dicetak diratakan dan diberi kode
tanggal pembuatan.
5) Beton yang sudah dicetak lalu didiamkan selama 24 jam kemudian
rendam dalam air (curing) selama waktu tertentu,setelah itu
diserahkan ke laboratorium untuk dilakukan pengujian beton
menggunakan compressor.
Gambar 5.2 Tes Silinder Beton
79
Pada proyek ini uji kuat tekan (compression test) pada awalnya
dilakukan di laboratorium ITB, kemudian selanjutnya kontraktor
menggunakan jasa PT. Adhimix Precast Indonesia untuk melakukan
pengujian tersebut. Mutu beton yang digunakan di proyek ini adalah K300
dan K450.
2. Baja Tulangan
Pengujian yang dilakukan untuk baja tulangan adalah uji tarik baja.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kuat tarik baja tulangan sehingga
bisa mengetahui mutu baja tulangan tersebut sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan. Pemeriksaan dilakukan meliputi :
a. Ukuran penampang / Dimensi;
b. Pengukuran diameter; dan
c. Pengujian kuat tarik baja.
Pengujian baja tulangan pada proyek pembangunan kantor BCA KCU
Juanda Bandung dilakukan di laboratorium ITB.
5.1.2 Pengendalian mutu pekerjaan
Pengawasan dilakukan agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana dan secara
teknis dapat dipertanggung jawabkan. Kualitas pekerjaan yang tidak memenuhi
syarat dapat ditolak dan diperbaiki.
1. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan kayu
Peran kayu dalam proses pembangunan suatu gedung tidak boleh
ditinggalkan begitu saja. Kayu sangat diperlukan dalam pembuatan bekisting
beton. Pengawasan yang dilakukan sebagai berikut :
a. Pengawasan terhadap kayu yang digunakan. Kayu yang digunakan
harus sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah direncanakan;
b. Pengawasan mengenai dimensi dan hasil pekerjaan yang
dilaksanakan, dimana hal ini berpengaruh terutama pada saat
pembuatan bekisting beton agar struktur yang dihasilkan dapat tetap
sesuai dengan gambar rencana;
c. Pengawasan mengenai sambungan–sambungan yang ada pada hasil
pekerjaan, dimana hal ini penting terutama untuk mencegah terjadinya
80
kebocoran–kebocoran pada saat adukan beton dituangkan kedalam
bekisting;
d. Pengawasan mengenai proses pembongkaran bekisting beton dan
sistem perancah, yang harus dilakukan secara tepat waktu dan tepat
metode agar tidak menimbulkan efek negatif pada struktur, misalnya
belum mengerasnya beton secara cukup atau timbulnya lendutan yang
berlebihan;
e. Pengawasan mengenai penggunaan ulang dari papan–papan kayu
sebagai bekisting beton; dan
f. Pengawasan terhadap penyimpanan kayu sebelum digunakan, kayu
harus diletakkan ditempat yang kering.
2. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan pembesian
Pekerjaan pembesian merupakan salah satu proses yang paling utama
dalam pembangunan struktur yang berbasis beton bertulang. Pengawasan
pembesian ini menjadi amat penting karena tulangan baja merupakan
komponen pemikul tegangan tarik yang terjadi pada struktur beton bertulang.
Pengawasan yang dilakukan sebagai berikut :
a. Pengawasan mengenai dimensi atau ukuran dan jumlah tulangan yang
digunakan. Hal ini dilakukan agar pekerjaan tidak salah dalam
memilih baik jenis maupun tulangan baja mana yang akan digunakan
dalam pemasangan tulangan;
b. Pengawasan mengenai pemasangan tulangan baja :
Metode pemasangan;
Metode dan lokasi pemotongan tulangan; dan
Metode pembengkokan tulangan serta dimensinya.
c. Pengawasan mengenai sambungan antar tulangan baja. Hal ini
dilakukan mengingat penyambungan yang kurang sempurna akan
mengurangi atau menurunkan kekuatan karena lokasi sambungan
merupakan titik lemah dari keseluruhan struktur. Besi yang akan
digunakan harus bersih dari kotoran maupun minyak, karena besi
yang diselimuti kotoran atau minyak akan berdampak pada penurunan
kekuatan struktur beton bertulang.
81
d. Pengawasan mengenai penyimpanan besi. Penyimpanannya besi tidak
boleh bersentuhan dengan tanah sehingga harus diganjal dengan balok
atau harus menggunakan alas.
3. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan beton
Pekerjaan beton merupakan komponen yang paling utama dalam proyek
pembangunan kantor BCA KCU Juanda bandung, oleh karena itu pekerjaan
beton harus dikerjakan secara cermat dan diawasi.
Pengawasan yang dilakukan sebagai berikut :
a. Pengawasan terhadap pengujian slump test dan ujii kuat tekan
(Compression Test);
b. Pengawasan mengenai mutu beton yang digunakan. Mutu beton yang
tidak sesuai spesifikasi teknis pada perancanaan awal akan
mengakibatkan struktur tersebut tidak dapat menerima beban yang
telah direncanakan;
c. Pengawasan terhadap penyambungan beton lama dengan beton baru,
penyambungan beton harus menggunakan lem beton sehingga beton
lama dapat menyatu dengan beton baru;
d. Pengawasan mengenai metode pengecoran, antara lain meliputi waktu
pengecoran, peralatan pengecoran dan pelaksanaan pengecoran.
Pelaksanaan pengecoran harus memperhatikan segregasi yang
mungkin terjadi. Segregasi merupakan berpisahnya bahan pembentuk
beton;
e. Kebersihan selama pengecoran.
5.3 Pengendalian Waktu
Pengendalian waktu pada proyek ini didasarkan pada jadual pekerjaan.
Keterlambatan pekerjaan pada suatu proyek akan berpengaruh pada anggaran
proyek. Agar dapat berlangsung tepat waktu, jadual disusun sebagai alat kontrol
untuk mengukur tingkat prestasi pekerjaan dengan lamanya pelaksanaan. Jadual
menjabarkan pembagian waktu terperinci untuk setiap jenis pekerjaan, mulai dari
permulaan sampai akhir pekerjaan sehingga kumulatif persentase bobot pekerjaan
ini akan membentuk kurva S realisasi. Kurva S realisasi akan dibandingkan dengan
82
kurva S rencana. Namun dalam hal ini, perbandingan yang dilakukan adalah
perbandingan antara kurva S rencana dengan pelaksanaan dilapangan.
5.4 Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya dimaksudkan untuk mengetahui besarnya biaya yang telah
dikeluarkan dengan melihat tahap pekerjaan yang telah dicapai. Besarnya biaya ini
dapat dibandingakan dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan dapat diketahui
apabila pada pekerjaan yang telah dilaksanakan tersebut terjadi pembengkakan
biasa sehingga dapat dilakukan evaluasi biaya.
Pengendalian biaya ini dilakukan dengan membuat rekapitulasi biaya yang
telah dikeluarkan. Bagian logistik bertugas untuk mencatat jumlah material yang
dibeli dan besarnya biaya yang dikeluarkan, sedangkan untuk pengendalian biaya
tenaga kerja dilakukan dengan memeriksa daftar persentase pekerja selama satu
minggu dan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji pekerja. Besar
total biaya inilah yang akan selalu dikontrol dan dievaluasi sebagai pengendali
biaya. Total biaya yang telah dikeluarkan ini dapat juga digunakan untuk menyusun
kurva S realisasi dan untuk memperkirakan persentase pekerjaan proyek yang telah
dicapai.
5.5 Pengendalian Mutu Peralatan
Peralatan adalah bagian terpenting dari pelaksanan pekerjaan suatu struktur,
kerusakan pada alat dapat mengakibatkan tertundanya pekerjaan. Pengelolaan
peralatan selain ditujukan untuk mendapatkan efisiensi juga untuk menunjukan
produktivitas kemajuan pekerjaan, maka dilakukan pengaturan penempatan dan
mobilisasi alat untuk memperlancar pengoperasian alat. Pengendalian mutu
peralatan ini dilakukan evaluasi kinerja alat dengan mencatat jumlah waktu operasi
alat, kemudian dibandingkan dengan waktu ideal operasi alat dalam periode
tertentu.
Hasil dari evaluasi dapat menghasilkan kebijakan penambahan atau
penggantian peralatan maupun pengaturan kembali penempatan peralatan. Contoh,
pengendalian peralatan adalah pada pekerjaan pengecoran. Pihak kontraktor
melakukan pencatatan kinerja alat-alat yang dibutuhkan pada setiap pengecoran
setiap harinya yakni mengenai apa saja alat yang bekerja, berapa alat yang siap
83
pakai dan mencatat alat-alat yang rusak. Apabila terdapat kerusakan alat maka
segera dilakukan perbaikan, sehingga dapat mengurangi kemungkinan mundurnya
pekerjaan yang lebih lama.
5.6 Pengendalian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Pengendalian K3 dalam proyek ini berkaitan dengan penyusunan Safety Plan,
pengamanan Proyek (Security Plan), dan pengelolaan ketertiban serta kebersihan
proyek (House Keeping) dengan target ‘zero accident’ (tidak ada kecelakaan kerja).
Safety Plan dibuat dengan mengikuti ketentuan-ketentuan maupun arahan
yang dikeluarkan oleh Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) selaku instansi yang
melalukan kontrol terhadap hal ini. Safety Plan mencakup antara lain penyusunan
Safety Management, identifikasi bahaya kerja dan penanggulangannya, rencana
penempatan alat-alat pengaman seperti pagar, jaring pada tangga, railing serta
rambu-rambu K3 serta rencana penempatan zona aman, alat-alat pemadam
kebakaran (tabung pemadam kebakaran), dan lain-lain.
Security Plan berupa pos pengaman digunkan untuk mengawasi prosedur
keluar masuk bahan proyek, prosedur penerimaan tamu, dan identifikasi daerah
rawan di wilayah sekkitar proyek.
Pengelolaan ketertiban dan kebersihan proyek meliputi pemasangan papan-
papan peringatan pada lokasi proyek yang rawan terjadi kecelakaan, penempatan
bak sampah, toilet pekerja, pengaturan jalan sementara, gudang, los kerja, barak
pekerja, dan lain-lain.
Keselamatan kerja sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek ini, antara lain :
1. Penggunaan pelindung diri
Pekerja diwajibkan menggunakan pelindung diri selama berada di lokasi
proyek baik itu helm proyek maupun sepatu standard yang digunakan di proyek
(Gambar 5.3).
Gambar 5.3 Alat Pelindung Diri
84
2. Railing tepi lantai
Railing tepi lantai dipasang untuk penanda daerah pinggir dan juga
berfungsi sebagai penahan benda jatuh, dan sampah yang dibuang
sembarangan.
3. Penutup Void
Untuk mengamankan dari benda jatuh maka tiap void/lubang ditutup
dengan menggunakan ply wood/jaring pengaman untuk menangkap benda
jatuh dari pekerjaan pembongkaran di lantai atasnya dan dilakukan tiap lantai.
4. Bak sampah
Bak sampah ditempatkan di beberapa tempat agar kebersihan area proyek
terjaga dengan baik.
5. Catatan kinerja K3 Bulanan
Catatan kinerja K3 bulanan berguna untuk membersihkan kinerja K3 pada
umum agar bisa terpantau dengan baik. Catatan ini berisi tentang informasi
jumlah total pekerja, jumlah pekerja yang sakit, dan jumlah pekerja yang
meninggal bulan lalu dan bulan sekarang sehingga dapat terlihat perbandingan
tingkatan kinerja K3.
5.7 Pengendalian Tenaga Kerja
Penempatan tenaga kerja yang sesuai dengan jumlah dan kemampuan dapat
menunjang tercapainya efisiensi dalam suatu proyek. Oleh karena itu diperlukan
suatu pengendalian mutu tenaga kerja. Pada proyek ini, seluruh pengadaan tenaga
kerja diserahkan pada tim pelaksana. Pemilihan dan penunjukan pemborong
dilakukan berdasarkan reputasi pemborong tersebut dalam menyelesaikan
pekerjaan yang telah ada.
5.8 Pengendalian Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja disini bukan hanya kesehatan para pekerja tetapi juga
kebersihan dan ketertiban yang harus dijaga, antara lain :
1. Pemeriksaan Jamsostek
Setiap pekerja yang bekerja pada proyek ini memiliki Jamsostek sehingga
jika terjadi sesuatu dapat ditanggung oleh asuransi jiwa tersebut.
85
2. Fasilitas sanitasi dan tempat sampah
Fasilitas sanitasi di proyek ini cukup diperhatikan kebersihannya, sehingga
bisa mengantisipasi terjangkitnya penyakit bagi para pekerja. Setiap lantai
disiapkan tempat sampah sehingga bisa membuang sampah secara tertib di
setiap lantainya.
86
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1. Aspek Perencanaan
Pada perencanaan proyek Gedung BCA KCU Juanda tepatnya untuk bagian
basement, permodelan di dalam SAP menggunakan spring. Hal ini dikarenakan
bagian basement adalah bagian yang menerima gaya akibat tekanan tanah yang
berada di sekelilingnya, sehingga bagian ini berbeda dengan bagian struktur atas
gedung yang lainnya. Permodelan spring ini berfungsi menghilangkan deformasi
yang disebabkan oleh beban tanah sehingga struktur pada basement bersifat kaku.
6.2. Proses Pengadaan
Pada proyek Gedung BCA KCU Juanda, proses pemilihan konsultan perencana
dan konsultan manajemen konstruksi dilakukan dengan cara seleksi umum.
Menurut kami proses pemilihan ini sudah tepat, karena owner dapat memilih
konsultan dengan penawaran biaya yang palih rendah. Namun kekurangan dari
pemilihan ini adalah waktu yang dibutuhkan sangat banyak melihat peserta yang
sangat banyak karena pemilihan ini dilakukan secara umum.
Sedangkan pada proses pemilihan kontraktor dilakukan dengan cara
pelelangan terbatas. Menurut kami proses pemilihan ini sudah tepat, karena owner
dapat memilih para kontraktor yang sudah terpercaya dengan penawaran harga
yang rendah. Disamping itu, pelelangan terbatas membutuhkan waktu yang tidak
lama.
6.3. Kontrak
Jenis kontrak yang digunakan pada proyek pembangunan Gedung BCA KCU
Juanda adalah kontrak lump sum. Menurut kami penggunaan kontrak ini belum
cukup tepat, seharusnya menggunakan kontrak gabungan dimana untuk bagian
basement menggunakan harga satuan dan untuk bagian diatas basement
menggunakan lump sum. Hal itu disebabkan karena pengerjaan basement dilakukan
pada area bawah tanah. Dimana keadaan tanah tiap titik memiliki karakteristik yang
berbeda.
87
Pada proyek ini sistem pembayaran menggunakan cara pembayaran atas
prestasi (stage payment). Sistem pembayaran tersebut sudah tepat, karena dengan
sistem ini, diharapkan kontraktor dapat terpacu untuk menyelesaikan pekerjaan
sesuai dengan waktu dan biaya. Hal itu disebabkan, jika kontraktor belum
memenuhi prestasi yang disepakati, maka kontraktor tidak mendapatkan
bayarannya.
6.4. Mutu Material
Pengendalian mutu material pada proyek pembangunan gedung BCA KCU
Juanda yang dilakukan oleh kontraktor sudalah cukup baik karena sudah mengikuti
standar yang berlaku. seperti halnya mutu beton, pengendalian dilakukan dengan
cara pengujian slump dan pengambilan sampel untuk uji tekan setiap truck mixer
yang datang.
6.5. Mutu Pelaksanaan
Pelaksanaan pekerjaan konstruksi sudah baik dan memenuhi spesifikasi yang
dapat dilihat dari pelaksanaan konstruksi seperti pekerjaan kolom, pekerjaan balok,
pekerjaan bekisting, dan pekerjaan pengecoran dilakukan sesuai dengan metode
pelaksanaan yang sudah disepakati. Demi tercapainya mutu pelaksanaan yang
sesuai, kontraktor dan konsultan melakukan pengendalian dan pengawasan.
Akan tetapi, untuk pengawasan kesehatan dan keselamatan kerja pada proyek
ini perlu ditingkatkan kembali. Hal ini terlihat masih banyaknya pekerja yang
mengabaikan pentingnya nilai K3 bagi dirinya sendiri seperti tidak memakai helm
proyek dan tidak memakai tali pengaman saat melakukan pekerjaan di tepi yang
tidak terlindungi. Oleh karena itu, pengawas perlu bertindak dengan tegas untuk
meningkatkan kualitas K3 pada proyek ini sehingga nilai-nilai K3 tetap menjadi hal
yang sangat penting dalam suatu proyek.
6.6. Waktu Pelaksanaan Konstruksi
Pengendalian waktu pada proyek ini dilakukan menggunakan Kurva S, laporan
harian, laporan mingguan dan laporan bulanan. Pengendalian waktu dilakukan
dengan membandingkan Kurva S rencana dengan Kurva S aktual. Jika dilhat dari
grafik kurva S proyek ini tidak mengalami keterlambatan, karena dapat dilihat dari
88
hasil Kurva S sampai minggu ke-3 di bulan November progres aktual berada di atas
progres rencana.
89
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Adanya perbedaan jumlah penulangan pada perhitungan tulangan balok
B1 yang dihitung menggunakan SAP 2000 dengan gambar rencana.
Disebabkan gaya lateral yang tidak dimasukan ke dalam input data SAP.
2. Pemilihan konsultan manajemen konstruksi dan konsultan perencanaan
dilakukan dengan cara seleksi umum sudah cukup tepat.
3. Pemilihan kontraktor dilakukan dengan cara pelelangan terbatas dirasa
sudah tepat.
4. Pekerjaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang diterapkan di
lapangan oleh kontraktor perlu ditingkatkan kembali.
5. Pada aspek waktu, pelaksanaan pekerjaan proyek pembangunan BCA
KCU Juanda tidak mengalami keterlambatan karena dapat dilihat dari hasil
kurva-S sampai minggu ke-3 di bulan November, progres aktual berada di
atas progres rencana.
7.2 Saran
1. Penyimpanan alat - alat serta bahan material bangunan harap lebih di
perhatikan agar mutu material tersebut tidak menurun.
2. Bagi para pekerja diharapkan lebih menjaga kebersihan di area proyek
3. K3 harus ditingkatkan kembali karena masih banyak pekerja yang
mengabaikan alat pelindung diri saat bekerja.