Print Jhal 4,5,14-19,21
Transcript of Print Jhal 4,5,14-19,21
![Page 1: Print Jhal 4,5,14-19,21](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051213/55cf9b3d550346d033a543bf/html5/thumbnails/1.jpg)
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Perguruan tinggi merupakan salah satu sarana untuk menimba ilmu
pengetahuan. Sayangnya ilmu yang dipelajari di perguruan tinggi kebanyakan
adalah ilmu teoritis dan minim dalam aplikasinya. Oleh karena itu, mahasiswa
perlu mengaplikasikan ilmunya sesuai dengan bidang studi yang ditekuni. Salah
satu caranya dengan mengikuti program praktik kerja lapangan (PKL).
Sektor industri adalah ranah yang sesuai dengan bidang studi kimia. Selain
mahasiswa yang dapat mengembangkan ilmunya, pihak industri juga dapat
menerapkan hasil penelitian pada industri yang bersangkutan, sehingga masalah
yang ada mampu teratasi.
Seiring dengan perkembangan industri menunjukkan peningkatan yang sangat
pesat diberbagai bidang. Hal ini disebabkan semakin berkembangnya pola hidup
masyarakat yang menuntut peningkatan produktivitas dunia industri melalui
penyempurnaan teknologi.
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini selain dapat memberikan kesempatan
pada mahasiswa untuk memperoleh gambaran serta pengalaman kerja yang akan
digelutinya, juga sebagai salah satu sarana untuk dapat membangun individu
berkualitas yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan sumber daya manusia.
Dengan perkembangan industri serta semakin bertambahnya jumLah
penduduk di dunia ini, dengan sendirinya menambah aktivitas kehidupan yang
mau tidak mau menambah adanya pekerjaan dalam bidang konstruksi
pembangunan. Pada zaman modern, masyarakat sangat mengenal bahwa
pembangunan khususnya konstruksi bangunan banyak menggunakan bahan dasar
semen. Dewasa ini sudah sangat jelas dari banyaknya bangunan yang
menggunakan beton. Hal ini disebabkan karena semen mempunyai sifat mudah
dibuat, mudah dipakai, murah, kuat, dan tahan pakai (Austin, 1996).
![Page 2: Print Jhal 4,5,14-19,21](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051213/55cf9b3d550346d033a543bf/html5/thumbnails/2.jpg)
2
1.2 Rumusan Masalah
- Bagaimana prosedur analisis kimia semen ?
- Berapa kadar bahan kimia semen yang diproduksi oleh PT. Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk. Cirebon ?
1.3 Tujuan
- Mengetahui prosedur analisis komposisi semen yang dilakukan PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Cirebon.
- Mengetahui kadar bahan kimia semen yang diproduksi PT. Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk. Cirebon
- Melatih disiplin kerja dan keterampilan mahasiswa di laboratorium kimia
- Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi program S1 Kimia
1.4 Manfaat PKL
- Menambah wawasan keilmuan
- Mengaplikasikan teori yang diperoleh dalam perkuliahan ke dunia industri
- Mengetahui proses pembuatan semen skala industri
1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKL
Praktek Kerja Lapangan ini dilakukan dalam rentang waktu satu
bulan (1-30 September 2012) di bagian Quality Control ,Chemical
laboratory PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Palimanan Cirebon Jl.
Raya Cirebon-Bandung Km. 20 Palimanan, Cirebon, Jawa Barat.
![Page 3: Print Jhal 4,5,14-19,21](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051213/55cf9b3d550346d033a543bf/html5/thumbnails/3.jpg)
3
BAB II
PROFIL INSTITUSI KEGIATAN PKL
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. adalah salah satu produsen
semen di Indonesia. Indocement merupakan produsen terbesar kedua di Indonesia.
Perusahaan ini didirikan tahun 1985 yang merupakan hasil penggabungan enam
perusahaan yang menghasilkan sebuah perusahaan semen dengan delapan pabrik
sejak 1975. Produksi semen Indocement dapat mencapai total sekitar 16,5 juta ton
per tahun. Indocement memiliki 12 buah pabrik, sembilan diantaranya berada di
Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dua berada di Cirebon, Jawa Barat dan
satu di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Produk utama Indocement adalah semen tipe Ordinary Portland Cement
disingkat OPC dan Pozzolan Portland Cement disingkat PPC yang kemudian
digantikan oleh Portland Composite Cement disingkat PCC sejak 2005.
Indocement juga memproduksi semen jenis lain misalnya Portland Cement Tipe II
dan Tipe V serta Oil Well Cement. Indocement juga merupakan satu-satunya
produsen semen jenis Semen Putih (White Cement) di Indonesia.
Tahun 2001, HeidelbergCement Group, yang berbasis di Jerman dan
merupakan produsen utama di dunia dengan pabrik di lebih dari 50 negara
mengambilalih kepemilikan mayoritas saham di Indocement. Sejak itu perusahaan
difokuskan untuk mengembalikan ketahanan finansial yang hilang sejak krisis
Asia. Saham Indocement didaftarkan di bursa efek Jakarta dan bursa efek
Surabaya. Indocement memiliki lebih dari 6.000 karyawan.
Per Juli 2008, mayoritas kepemilikan saham Indocement dipegang oleh
HeidelbergCement AG (Jerman) sebesar 65,14%, PT. Mekar Perkasa sebesar
13,03% dan publik sebesar 21,83%. Semen yang dipasarkan adalah semen dengan
merek "Tiga Roda" (id.wikipedia.org/wiki/Indocement Tunggal Prakarsa,2012).
![Page 4: Print Jhal 4,5,14-19,21](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051213/55cf9b3d550346d033a543bf/html5/thumbnails/4.jpg)
4
Berdasarkan profil perusahaan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Cirebon
(2008) , baik plant 9 maupun plant 10, berlokasi di Jalan Raya Palimanan Km.20,
Palimanan Barat, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon. Luas area dari PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Cirebon sebesar 522 ha, dengan pembagian
160 ha digunakan untuk plant site, 132 ha digunakan untuk housing, dan 230 ha
digunakan untuk quarry.
Secara umum unit proses pembuatan semen pada PT. Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk. Cirebon dibagi menjadi 5 yaitu:
1. Unit penyediaan bahan baku
Bahan baku utama yang digunakan dalam proses pembuatan semen adalah
limestone, sedangkan sebagai bahan baku korelasinya adalah clay, pasir
silika, dan pasir besi. Gypsum dan trass digunakan sebagai bahan additive.
Limestone dan clay ditambang sendiri dari perbukitan gunung kromong
yang terletak ± 1,5 km dari lokasi pabrik, sedangkan pasir besi, pasir
silika, gypsum, dan trass dibeli dan disimpan dalam masing-masing
storage.
2. Unit penggilingan dan pencampuran bahan baku
Pada unit ini terdiri dari 2 tahap, yaitu:
a. Penyimpanan bahan baku
Bahan baku yang telah diangkut akan ditimbang dan disimpan dalam
bentuk pile / gundukan di dalam tempat penyimpanan beratap (roofed
storage)
b. Pengeringan dan penggilingan bahan baku
Bahan baku dari storage akan diamsukkan ke dalam masing-masing
hoper. Dari hoper bahan baku (raw mix) akan dialirkan ke dalam raw
mill. Di dalam raw mill terjadi proses sebagai berikut:
1. Penggilingan material (raw mill) dengan menggunakan roller
vertikal di plant 10 dan tube mill di plant 9. Hasil dari penggilingan
raw mill disebut raw meal / tepung baku.
![Page 5: Print Jhal 4,5,14-19,21](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051213/55cf9b3d550346d033a543bf/html5/thumbnails/5.jpg)
5
2. Penggilingan material dengan menggunakan udara panas yang
berasal dari Reinforce Suspension Preheater (RSP).
3. Pemisahan raw mix dengan menggunakan clasifier.
4. Pencampuran raw mill terjadi di dalam homogenizing silo.
3. Unit pembakaran tepung bahan baku dan pendinginan klinker
a. Pembakaran Raw Mill
Proses pembakaran ini terdiri dari 2 tahap pembakaran sementara awal
b. Pendinginan Klinker
Klinker yang keluar dari klin kemudian masuk ke dalam Quencing
Cooler untuk mendapatkan pendinginan mendadak. Klinker yang
masuk ke cooler berbentuk padatan dan bersuhu ± 1100-1200 oC.
4. Unit penggilingan semen
Proses penggilingan semen ini terjadi di dalam cement mill. Tujuan proses
penggilingan ini adalah untuk menggiling klinker sekaligus untuk
menambahkan gypsum sehingga didapatkan semen dengan tingkat
kehalusan yang sesuai dengan standar yaitu minimum 3400 blaine.
5. Unit pengepakan semen
Setelah mengalami proses penggilingan akhir, semen selanjutnya
mengalami proses pengepakan di unit packing. Ada 2 macam proses
pengepakan yaitu :
a. Semen kantong (dalam sak)
b. Semen curah (dalam truk tangki)
![Page 6: Print Jhal 4,5,14-19,21](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051213/55cf9b3d550346d033a543bf/html5/thumbnails/6.jpg)
6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pengertian Semen
Semen berasal dari bahasa latin caementum yang berarti perekat
atau dalam pengertian luas adalah material yang dapat memberikan sifat
perekat di antara batuan-batuan dalam konstruksi. Semen juga diartikan
sebagai campuran kimia yang memiliki sifat hidrous yang apabila dicampur
dengan air dalam jumLah tertentu akan mengikat material lain menjadi
suatu massa yang padat (Austin, 1996).
Semen merupakan salah satu komponen penting dalam membuat
bangunan permanen. Semen merupakan perekat non-organik dan biasa
digunakan bersama-sama dengan pasir, agregat, atau bahan-bahan berupa
fiber untuk membuat beton. Semen juga digunakan untuk membuat
material-material yang akan digunakan sebagai komponen dalam pekerjaan
konstruksi seperti bata berlubang, ornamen cetak dan lain-lain.
Semen adalah hasil industri dari bahan baku batu kapur (gamping)
sebagai bahan utama dan lempung (tanah liat) atau bahan pengganti lainnya
dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk. Untuk menghasilkan
semen, bahan baku dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk
clinker-nya, yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips
(gypsum) dalam jumLah yang sesuai. Hasil akhir dari proses produksi
dikemas dalam kantong (sak) dengan berat rata-rata 40 kg atau 50 kg.
Semen dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu semen hidraulik
dan semen nonhidraulik. Semen hidraulik mengeras setelah terjadi reaksi
dengan air sedangkan semen non hidraulik merupakan semen yang tidak
dapat mengeras bila terjadi reaksi dengan air (Nilam, 2011).
![Page 7: Print Jhal 4,5,14-19,21](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051213/55cf9b3d550346d033a543bf/html5/thumbnails/7.jpg)
7
3.2 Bahan Baku dan Bahan Pembantu Semen
3.2.1 Bahan Baku Semen
a. Batu Kapur
Batu gamping atau batu kapur merupakan bahan galian dengan
kandungan 80% karbonat magnesium dan menghasilkan suatu produk bila
dibakar serta didominasi oleh CaCO3 (mineral kalsit).
Batu kapur dalam keadaan murni berupa CaCO3. Batu kapur tersusun atas
kristal halus dan kasar yang kekerasannya dipengaruhi oleh umur
geologinya. Batu kapur merupakan sumber CaO yang utama dalam reaksi
yang terjadi di klin membentuk mineral kristal yang terdapat dalam semen,
yaitu C3S, C2S, C3A dan C4AF.
Spesifikasi batu kapur:
Sifat fisika batu kapur sebagai berikut:
1. Fase : Padat
2. Warna : Putih
3. Kadar air : 7 – 10%
4. Bulk density : 1,3 ton/m3
5. Spesific gravity : 2,49
6. Titik Leleh : 825 oC
7. Kandungan CaO : 47 – 56%
8. Kuat tekan : 31,6 N/mm2
9. Silika ratio : 2,6
10. Alumina ratio : 2,57
Salah satu sifat kimia batu kapur yaitu dapat mengalami kalsinasi.
CaCO3 CaO + CO2(g)
T=600-800oC
![Page 8: Print Jhal 4,5,14-19,21](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051213/55cf9b3d550346d033a543bf/html5/thumbnails/8.jpg)
8
b. Tanah Liat (Al2O3∙2SiO2∙xH2O)
Tanah liat terbentuk dari beberapa senyawa kimia antara lain alkali silikat
dan beberapa jenis mika. Pada dasarnya warna dari tanah liat adalah putih, tetapi
dengan adanya senyawa-senyawa kimia lain seperti Fe(OH)3, Fe2S3 dan CaCO3
menjadi hanya berwarna abu-abu sampai kuning.
Sifat fisika tanah liat sebagai berikut:
1. Fase : Padat
2. Warna : Coklat kekuningan
3. Kadar air : 18 – 25%
4. Bulk density : 1,7 ton/m3
5. Titik Leleh : 1999 - 2032 oC
6. Specific gravity : 2,36
7. Silika ratio : 2,9
8. Alumina ratio : 2,7
Salah satu sifat kimia tanah liat yaitu dapat mengalami pelepasan air hidrat bila
dipanaskan pada suhu 500 oC.
Reaksinya :
T = 500 °C
Al2Si2O7∙xH2O Al2O3 + 2SiO2 + xH2O
Semua jenis tanah liat adalah hasil pelapukan kimia yang disebabkan
adanya pengaruh air dan gas CO2, batuan andesit, granit, dan sebagainya. Batuan-
batuan ini menjadi bagian yang halus dan tidak larut dalam air tetapi mengendap
berlapis-lapis. Lapisan ini tertimbun tidak beraturan.
Sifat dari tanah liat jika dipanaskan atau dibakar akan berkurang sifat
keliatannya dan menjadi keras bila ditambah air. Warna tanah liat adalah putih
bila tanpa adanya zat pengotor, tetapi bila ada senyawa besi organik tanah liat
akan berwarna coklat kekuningan.
![Page 9: Print Jhal 4,5,14-19,21](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051213/55cf9b3d550346d033a543bf/html5/thumbnails/9.jpg)
9
c. Pasir Silika
Bahan ini sebagai pembawa oksida silika (SiO2) dengan kadar yang cukup
tinggi yaitu sekitar 90%. Dalam keadaan murni berwarna putih sampai kuning
muda. Selain mengandung SiO2, Pasir silika juga mengandung oksida alumunium
dan oksida besi. Pasir silika banya terdapat di daerah pantai. Derajat kemurnian
pasir silika dapat mencapai 95-99,8 SiO2. Warna pasir silika dipengaruhi oleh
adanya pengotor seperti oksida logam dan bahan organik.
Spesifikasi pasir silika
Sifat Fisika:
1. Fasa / wujud : Padat
2. Warna : Abu-abu
3. Bentuk : Butiran
4. Bulk density : 1,45 ton/m3
5. Specific gravity : 2,37
6. Ukuran material : 0-30 mm
Sifat kimia:
Bereaksi dengan CaO membentuk dikalsium silikat. Reaksi:
T= 800-930 oC
2CaO+SiO2 2CaO∙SiO2
d. Pasir Besi
Dalam pembuatan semen, pasir besi berfungsi sebagai pembentuk C4AF
yang sangat berpengaruh pada warna semen. Rumus kimia pasir besi
adalah Fe2O3.
Spesifikasi pasir besi:
Sifat fisika:
1. Fasa / wujud : Padat
2. Warna : Hitam
3. Bulk density : 1,3 ton/m3
4. Spesific gravity : 5,2
![Page 10: Print Jhal 4,5,14-19,21](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051213/55cf9b3d550346d033a543bf/html5/thumbnails/10.jpg)
10
5. Ukuran material : 0-30 mm
3.2.2 Bahan Pembantu dalam Pembuatan Semen
a. Gypsum (CaSO4∙2H2O)
Gypsum adalah bahan sedimen CaSO4 yang mengandung 2 molekul hidrat
yang berfungsi sebagai penghambat proses pengeringan pada semen. Gypsum
dapat diambil dari alam ataupun secara sintetis. Gypsum terdapat di danau atau
gunung, warna kristalnya adalah putih. Penambahan gypsum dengan kadar 91%
dilakukan pada penggilingan akhir dengan perbandingan 96 : 4.
Sifat fisika gypsum sebagai berikut:
1. Fase : Padat
2. Warna : Putih
3. Kadar air : 10%
4. Bulk density : 1,7 ton/m3
5. Ukuran material : 0-30 mm
Sifat kimia gypsum yaitu dapat mengalami pelepasan air hidrat bila dipanaskan
sedikit.
Reaksi:
T> 99 oCCaSO4∙2H2O CaSO4∙½ H2O + 1½H2O
Jika pemanasan dilakukan pada suhu yang lebih tinggi, gypsum akan
kehilangan semua airnya dan menjadi kalsium sulfat anhidrat. Gypsum juga dapat
mengalami hidrasi dengan air menjadi hidrat kristal padat.
Reaksi:
T < 99 oCCaSO4∙
1/2 H2O + 11/2 H2O CaSO4∙2H2O
2. Trass atau Pozzoland
Pozzoland adalah bahan yang dalam keadaan sendiri tidak bersifat semen
tetapi akan muncul sifat semen apabila dicampur dengan lime. Pozzoland yang
digunakan dalam proses industri dapat berupa pozzoland alam maupun pozzoland
![Page 11: Print Jhal 4,5,14-19,21](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051213/55cf9b3d550346d033a543bf/html5/thumbnails/11.jpg)
11
buatan. Penambahan trass bertujuan agar semen yang dihasilkan mempunyai sifat
pozzolinik yaitu sifat dimana kehalusan semen bertambah sehingga kekuatan
semen bertambah pula karena pengaruh trass sebagai pozzoland. Sifat ini dapat
memperlambat setting time dan menambah kekuatan semen. Trass berasal dari
leher gunung berapi sehingga mengandung SiO2 aktif dan dapat berikatan dengan
free lime membentuk CaO. SiO2 selanjutnya akan berikatan lagi dengan CaO
membentuk 2CaO∙SiO2. Dengan adanya penambahan trass maka kadar freelime
ini dapat direduksi sehingga kualitas semen menjadi lebih baik dan mempunyai
kuat tekan akhir yang tinggi.
Spesifikasi trass:
1. Wujud : padatan
2. Warna : putih keabu-abuan
3. Bentuk : butiran
4. Ukuran material : 0-30 mm
5. Bulk density : 1,5 ton/m3
6. Spesifik gravity : 2,68
Sifat kimia
Mengandung SiO2 aktif dan dapat berikatan dengan CaO. Reaksi :
SiO2 + CaO CaO∙SiO2
CaO∙SiO2 + CaO 2CaO∙SiO2
3.3 Macam-macam Semen
Beraneka macam semen disesuaikan dengan kebutuhan semen itu sendiri.
Perbedaan macam semen tergantung pada komposisi unsur-unsur penyusunnya
dan unsur tambahan lain yang ditambahkannya. Macam-macam semen adalah:
1) Semen Putih
Semen putih dibuat untuk tujuan dekoratif, bukan untuk tujuan
konstruktif,misalnya untuk bangunan arsitektur. Pembuatan semen ini
membutuhkan persyaratan bahan baku dan proses pembuatan yang
![Page 12: Print Jhal 4,5,14-19,21](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051213/55cf9b3d550346d033a543bf/html5/thumbnails/12.jpg)
12
khusus,misalnya bahan mentah mengandung oksida besi dan oksida mangan yang
sangat rendah yaitu di bawah satu persen.
2) Semen Alumina Tinggi
Semen ini pada dasarnya adalah semen Kalsium aluminat yang dibuat
dengan melebur campuran batu kapur dan bauksit. Bauksit ini biasanya
mengandung oksida besi, silika dan magnesium. Semen ini mengeras sangat cepat
dan banyak digunakan pada daerah pelabuhan namun semen ini tidak tahan
terhadap sulfat.
3) Semen Silikat
Semen silikat yang penuh silika dan set secara kimia tahan terhadap segala
macam asam anorganik dalam segala konsentrasi, kecuali asam fluoride. Semen
ini tidak cocok untuk pH diatas 7 atau dalam system yang membentuk kristal.
Biasanya digunakan dua bagian berat silika yang digiling halus bersama bagian
natrium silikat. Dua contoh penerapannya ialah sebagai bahan pelekat bata di
dalam tangki asam kromat dan tangki alumina.
4) Semen Pozzoland
Semen ini diperoleh dengan menggiling terak . Semen Pozzoland
merupakan semen portland dengan trass sebagai bahan pozzolannya. Jenis semen
ini diproduksi untuk pengecoran beton massa, irigasi, bangunan di tepi laut dan
tanah rawa yang memerlukan katahanan sulfat dan panas hidrasi rendah.
5) Semen Portland
Semen Portland merupakan semen hidrolik yang diperoleh dengan
menggiling terak yang terutama terdiri dari kalsium silikat hidrolik dengan satu
atau lebih bahan tambahan biasanya gypsum.
Berdasarkan banyaknya prosentase kadar masing-masing komponen
ASTM (American Society of Testing Material) C 150 – 95 membagi lima macam
tipe semen portland. Kelima tipe semen portland tersebut yaitu :
![Page 13: Print Jhal 4,5,14-19,21](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051213/55cf9b3d550346d033a543bf/html5/thumbnails/13.jpg)
13
1. Ordinary Portland Cement (Semen Tipe 1)
Semen tipe 1 digunakan untuk bangunan biasa. Semen ini ada beberapa
jenis pula, misalnya semen putih yang kandungan feri oksidanya lebih kecil,
semen sumur minyak, semen cepat keras, dan beberapa jenis lain untuk
penggunaan khusus.
2. Moderate Heat Cement (Semen Tipe 2)
Semen ini digunakan dalam situasi yang memerlukan kalor hidrasi yang
tidak terlalu tinggi atau untuk bangunan beton biasa yang dapat terkena aksi sulfat
yang sedang. Kalor yang dilepas saat semen ini mengeras tidak boleh lebih dari
295 joule/gram sesudah 7 hari dan 335 joule/gram sesudah 28 hari.
3. High Early Strenght Cement (Semen Tipe 3)
Semen ini mempunyai kekuatan awal tinggi yang terbentuk dari bahan
baku yang mengandung perbandingan batu kapur-silika lebih tinggi dari semen
tipe I,serta penggilingannya lebih halus dari tipe I. Semen ini mengandung
trikalsium silikat lebih banyak dari semen portland biasa. Hal tersebut
menyebabkan semen ini lebih cepat mengeras dan lebih cepat mengeluarkan
kalor.
4. Low Heat Cement (Semen Tipe 4)
Semen ini mempunyai kalor rendah, serta persen kandungan C3S dan C3A
nya lebih rendah. Akibatnya persen tetra kalsium aluminoferit (C4AF) lebih tinggi
karena adanya Fe2O3 yang ditambahkan untuk mengurangi C3A. Kalor yang
dilepas pun tidak boleh lebih dari 250 dan 295 joule/gram masing-masing sesudah
7 dan 28 hari, dan kalor hidrasinya adalah 15 sampai 35 persen dari kalor hidrasi
semen biasa / HES.
![Page 14: Print Jhal 4,5,14-19,21](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051213/55cf9b3d550346d033a543bf/html5/thumbnails/14.jpg)
14
5. Sulfat Resistance Cement (Semen Tipe 5)
Semen portland tahan sulfat adalah semen yang karena komposisinya atau
cara pengolahannya, lebih tahan terhadap sulfat dari pada keempat jenis semen
lainnya. Semen ini digunakan bila penerapannya memerlukan ketahanan tinggi
terhadap sulfat. Semen ini mengandung C3A lebih rendah dari ketiga semen lain.
Akibatnya kandungan C4AF-nya lebih tinggi.
3.4 Sifat Kimia Semen
a) Magnesium oksida (MgO)
Pada umumnya semua standard semen membatasi kandungan MgO dalam
semen Portland, karena MgO akan menimbulkan magnesia expansion pada semen
setelah jangka waktu lebih daripada setahun, berdasarkan persamaan reaksi sbb :
MgO + H2O Mg(OH)2
Reaksi tersebut diakibatkan karena MgO bereaksi dengan H2O menjadi
magnesium hidroksida yang mempunyai volume yang lebih besar.
b) SO3
Kandungan SO3 dalam semen adalah untuk mengatur/memperbaiki sifat
setting time (pengikatan) dari mortar (sebagai retarder) dan juga untuk kuat tekan.
Karena kalau pemberian retarder terlalu banyak akan menimbulkan kerugian pada
sifat expansive dan dapat menurunkan kekuatan tekan. Sebagai sumber utama SO3
yang sering banyak digunakan adalah gypsum.
c) Hilang Pijar (Loss On Ignition)
Persyaratan hilang pijar dicantumkan dalam standard adalah untuk
mencegah adanya mineral-mineral yang dapat diurai dalam pemijaran.Kristal
mineral-mineral tersebut pada umumnya dapat mengalami metamorfosa dalam
waktu beberapa tahun, dimana metamorfosa tersebut dapat menimbulkan
kerusakan.
![Page 15: Print Jhal 4,5,14-19,21](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051213/55cf9b3d550346d033a543bf/html5/thumbnails/15.jpg)
15
d) Residu tak larut
Bagian tak larut dibatasi dalam standard semen. Hal ini dimaksudkan
untuk mencegah dicampurnya semen dengan bahan-bahan alami lain yang tidak
dapat dibatasi dari persyaratan fisika mortar.
e) Alkali (Na2O dan K2O)
Kandungan alkali pada semen akan menimbulkan keretakan pada beton
maupun pada mortar, apabila dipakai agregat yang mengandung silkat reaktif
terhadap alkali. Apabila agregatnya tidak mengandung silikat yang reaktif
terhadap alkali, maka kandungan alkali dalam semen tidak menimbulkan kerugian
apapun. Oleh karena itu tidak semua standard mensyaratkannya.
f) Mineral Compound (C3S, C2S, C3A , C4AF)
Pada umumnya standard yang ada tidak membatasi besarnya mineral
compound tersebut, karena pengukurannya membutuhkan peralatan mikroskopik
yang mahal. Mineral compound tersebut dapat di estimasi melalui perhitungan
dengan rumus, meskipun perhitungan tidak teliti. Tetapi ada standard yang
mensyaratkan mineral compound ini untuk jenis-jenis semen tertentu. misalnya
ASTM untuk standard semen tipe IV dan tipe V.
Salah satu mineral yang penting yaitu C3A, adanya kandungan C3A dalam
semen pada dasarnya adalah untuk mengontrol sifat plastisitas adonan semen dan
beton. Tetapi karena C3A bereaksi terhadap sulfat, maka untuk pemakaian di
daerah yang mengandung sulfat dibatasi. Karena reaksi antara C3A dengan sulfat
dapat menimbulkan korosi pada beton (Suprapto,1984).
![Page 16: Print Jhal 4,5,14-19,21](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051213/55cf9b3d550346d033a543bf/html5/thumbnails/16.jpg)
16
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Hilang Pijar (Loss On Ignition)
Sampel semen ditimbang sebanyak 1,0 gram dengan ketelitian 0,1 mg.
Dimasukkan kedalam cawan porselen yang telah dipijarkan dan diketahui
beratnya. Cawan ditutup dan dipanaskan pada suhu 500oC selama 15 menit,
kemudian dipijarkan pada suhu 1000±50oC selama 1 jam. Kemudian didinginkan
dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang.
4.2 Insoluble Residue
Pereaksi yang diperlukan adalah Asam Khlorida (1:1), larutan 5% Natrium
Karbonat, dan larutan 0,2% indicator metil merah. Sedangkan prosedur
pengerjaannya dilakukan dengan cara menimbang 1,0 gram contoh dengan
ketelitian 0,1 mg, masukkan dalam gelas kimia 200 mL. Tambahkan 20 mL air
sambil diaduk dan 10 mL HCl (1:1). Panaskan larutan dan tekan-tekan contoh
dengan ujung pengaduk sampai terjadi dekomposisi sempurna. Tambahkan air
hangat hingga volume menjadi 50 mL, tutup dengan kaca arloji dan panaskan
diatas penangas air selama 10 menit. Saring melalui kertas saring 40, bilas dengan
air panas 8 kali. Filtrat ditampung dalam gelas kimia 500 mL untuk pengujian
SO3. Pindahkan kertas saring bersama isinya ke dalam gelas kimia semula dan
tambahkan 50 mL larutan 5% Natrium Karbonat. Aduk sebaik mungkin, tutup
dengan kaca arloji dan panaskan diatas penangas air selama 30 menit, hancurkan
kertas saring dengan batang pengaduk. Tambahkan 1-2 tetes indikator metil
merah 0,2%, tambah HCl (1:1) tetes demi tetes untuk menetralkan larutan , dan
tambah 2-3 tetes lagi setelah larutan berubah menjadi merah. Kemudian larutan
disaring melalui kertas saring no. 40, bilas dengan air panas 14 kali sampai bebas
residu ke dalam cawan porselen yang telah dipijarkan dan diketahui beratnya.
Keringkan dan panaskan mula-mula pada suhu 500oC sampai semua kertas karbon
diperoleh, kemudian lanjutkan pemijaran pada suhu 1000±50oC selama 1 jam.
Dinginkan dalam desikator selama 30 menit dan timbang.
![Page 17: Print Jhal 4,5,14-19,21](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051213/55cf9b3d550346d033a543bf/html5/thumbnails/17.jpg)
17
4.3 Silikon Oksida (SiO2)
Pereaksi yang diperlukan adalah Asam Khlorida (1:1) dan Asam Perkhlorat
60%. Prosedur pengerjaannya adalah dengan menimbang 0,5 gram contoh dengan
ketelitian 0,1 mg, masukkan ke dalam gelas kimia 50 mL. tambahkan 5 mL
HClO4 , aduk dengan batang pengaduk dan sebarkan pada dinding bawah gelas
kimia tersebut. Tutup dengan kaca arloji dan panaskan diatas penangas air hingga
5 menit berlebih setelah keluar uap putih. Dinginkan, bilas kaca arloji.
Tambahkan 5 mL HCl (1:1) dan 20 mL air hangat. Hancurkan endapkan seperti
bubur dan segera saring dengan kertas saring no.40, bilas dengan air hangat 10-12
kali. Tampung filtrat dalam gelas kimia 500 mL untuk pengujian alumunium
oksida. Pindahkan kertas saring dan endapan ke dalam cawan porselen yang telah
dipijarkan dan diketahui beratnya. Keringkan dan panaskan mula-mula pada suhu
500oC sampai semua kertas karbon diperoleh, kemudian lanjutkan pemijaran pada
suhu 1000±50oC selama 1 jam. Dinginkan dalam desikator selama 30 menit dan
timbang.
4.4 Alumunium Oksida (Al2O3)
Pereaksi yang diperlukan adalah larutan 0,2% indicator metil merah,
Ammonium Hidroksida (1:1) dan larutan 2% Ammonium Nitrat. Prosedur
pengerjaannya dilakukan dengan cara menggunakan filtrat SiO2 sebagai contoh.
Tambahkan air hangat hingga volume larutan menjadi 200 mL. Didihkan. Tambah
1-2 tetes indikator metil merah, tambah tetes demi tetes larutan NH4OH (1:1)
hingga warna larutan berubah dari merah ke kuning, tambahkan 1-2 tetes berlebih.
Lanjutkan pendidihan selama 1 menit. Pada saat endapan terbentuk sempurna,
segera saring melalui kertas saring no.41 dan bilas dengan larutan 2%
Ammonium Nitrat panas. Tampung filtrat dalam labu ukur 500 mL untuk
pengujian CaO dan MgO. Pindahkan kertas saring dan endapan ke dalam cawan
porselen yang telah dipijarkan dan diketahui beratnya. Keringkan dan panaskan
mula-mula pada suhu 500oC sampai semua kertas karbon diperoleh, kemudian
![Page 18: Print Jhal 4,5,14-19,21](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051213/55cf9b3d550346d033a543bf/html5/thumbnails/18.jpg)
18
lanjutkan pemijaran pada suhu 1000±50oC selama 1 jam. Dinginkan dalam
desikator selama 30 menit dan timbang.
4.5 Besi Oksida (Fe2O3)
Pereaksi yang dibutuhkan adalah Asam Khlorida (1:1), larutan 10% Timah
(II) Khlorida, Larutan 5% Raksa (II) Khlorida jenuh, Asam Phospat (1:1), larutan
0,3% indikator Barium Diphenilsulfonat, Larutan Baku 0,025 N kalium
Dikhromat. Prosedur pengerjaannya dilakukan dengan menimbang 1,0 gram
contoh dengan ketelitian 0,1 mg. Masukkan ke dalam gelas kimia 300 mL.
tambahkan 30 mL air sambil diaduk dan 15 mL HCl (1:1). Bila perlu panaskan
larutan dan haluskan dengan ujung batang pengaduk. Panaskan larutan hingga
mendidih, tambahkan tetes demi tetes larutan 10% SnCl2 sambil diaduk hingga
tidak berwarna, tambahkan 1-2 tetes berlebih dan dinginkan secara cepat hingga
mencapai suhu kamar. Kemudian bilas gelas kimia bagian dalam dengan air,
tambahkan 15 mL larutan 5% HgCl2, aduk 1 menit, tambah 10 mL H3PO4 (1:1)
dan tambah air hingga volume akhir mencapai 100 mL. Tambahkan 2-3 tetes
indikator 0,3% BDS, titrasi dengan larutan baku 0.025 N K2Cr2O7 dimana titik
akhir titrasi terjadi saat pertama terbentuk warna ungu yang stabil.
4.6 Kalsium Oksida (CaO) dan Magnesium Oksida (MgO)
Pereaksi yang dibutuhkan adalah indikator calcon, indikator EBT, larutan
KOH, Larutan buffer pH 10 Larutan 10% Natrium Sulfida, larutan baku M/50
EDTA, dan Larutan Trietanolamin (1:1). Prosedur percobaannya adalah dengan
mendinginkan filtrat Al2O3 hingga mencapai suhu kamar, encerkan hingga tanda
batas dan kocok hingga homogen. Kalsium oksida (CaO) ditentukan dengan
mempipet 50 mL larutan ke dalam gelas kimia 400 mL, tambahkan air hingga
volume 200 mL. sambil diaduk, tambahkan 2 mL TEA (1:1) dan larutan baku
EDTA hingga 1-2 mL sebelum titik akhir. Tambahkan larutan 3 N KOH hingga
pH larutan mencapai 12,7-13,2. Biarkan 2-3 menit dan tambahkan 0,1 gram
indikator calcon. Titrasi dengan larutan baku EDTA hingga tercapai titik akhir
![Page 19: Print Jhal 4,5,14-19,21](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051213/55cf9b3d550346d033a543bf/html5/thumbnails/19.jpg)
19
titrasi yang ditandai dengan perubahan warna larutan dari ungu kemerahan ke
warna biru. Sedangkan kadar Magnesium Oksida (MgO) dilakukan dengan cara
mempipet 50 mL larutan ke dalam dalam gelas kimia 400 mL, tambahkan air
hingga volume 200 mL. sambil diaduk tambahkan 2-3 tetes larutan Na2S dan
larutan buffer untuk mengatur pH larutan 9,5 – 10,0. Tambahkan larutan baku
EDTA sejumLah yang diperlukan pada penetapan CaO. Tambahkan 3-4 tetes
indikator EBT. Titrasi dengan larutan baku EDTA hingga mencapai titik akhir
titrasi yang ditandai dengan perubahan warna ungu kemerahan ke warna biru.
4.7 Belerang Oksida (SO3)
Pereaksi yang diperlukan adalah larutan 10% BaCl2 dan HCl. Preosedur
pengerjaan yang dilakukan adalah dengan menggunakan filtrat dari pengujian IR
kemudian diencerkan hingga 200 mL, didihkan, tambahkan tetes demi tetes 10 %
BaCl2 dan didihkan beberapa menit. Selanjutnya , biarkan berada dalam suhu
dekat titik didihnya selama 2 jam. Jaga volume larutan tetap 200 mL dengan
menambahkan air panas bila diperlukan. Saring melalui kertas saring no.42 dan
bilas dengan air panas 10 kali. Pindahkan kertas saring dan endapan ke dalam
cawan porselen yang telah dipijarkan dan diketahui beratnya. Keringkan dan
panaskan mula-mula pada suhu 500oC sampai semua kertas karbon diperoleh,
kemudian lanjutkan pemijaran pada suhu 1000±50oC selama 1 jam. Dinginkan
dalam desikator selama 30 menit dan timbang.
4.8 F-CaO (Free Lime)
Pereaksi yang dibutuhkan adalah etilen glikol, larutan baku 1/14 N HCl,
indikator PP. Prosedur pengerjaan yang dilakukan dengan melarutkan 1 gram
sampel klinker dalam 25 mL etilen glikol panas. Letakkan di hot plate stirrer
diaduk 3-4 menit, suhu dijaga 80-85oC. Kemudian disaring dengan suction filter.
Ekstrak residu residu dicucidengan 5 mL etilen glikol panas kemudian dititrasi
dengan larutan standar HCl dengan indikator PP.
![Page 20: Print Jhal 4,5,14-19,21](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051213/55cf9b3d550346d033a543bf/html5/thumbnails/20.jpg)
20
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Analisis Kimia Semen
Hasil analisis kimia semen yang didapatkan, dilakukan dengan metode JIS
R 5202 1973, didapatkan data sebagai berikut :
Sample Code : Secondary Standard Portland Cemen 120697 BUT
Tabel 5.1 Komposisi Kimia Semen (%)
NOFAKTOR YANG
DIANALISISDATA 1 DATA 2 PERBEDAAN
PERBEDAAN MAKSIMUM *
REFERENSI
1 IL 3,13 3,12 0,01 0,10 2,00-4,00
2 IR 0,37 0,39 0,02 0,10 0,85
3 SiO2 20,97 20,76 0,21 0,16 20,0-25,0
4 Al2O3 5,66 5,76 0,10 0,20 3,86-7,44
5 Fe2O3 3,14 3,14 0,00 0,10 1,50-3,20
6 CaO 63,45 63,58 0,13 0,20 60,0-65,0
7 MgO 1,31 1,32 0,01 0,16 0,60-5,24
8 SO3 2,10 2,03 0,07 0,10 0,82-2,26
Total 100,13 100,10
Ket : * = Perbedaan maksimum 2 pengujian berdasarkan acuan normatif ASTM C 114-00, Standard test method for chemical analysis of hydraulic cement
![Page 21: Print Jhal 4,5,14-19,21](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051213/55cf9b3d550346d033a543bf/html5/thumbnails/21.jpg)
21
Tabel 5.2 Komposisi Modulus Kimia Semen
NOFAKTOR YANG
DIANALISISDATA 1 DATA 2 PERBEDAAN
PERBEDAAN MAKSIMUM *
REFERENSI
1 FL 1,10 1,12 0,02 0,2 0,6-1,6
2 LSF 91,91 92,82 90-99
3 SM 2,38 2,34 1,9-3,2
4 IM 1,80 1,83 1,5-2,5
5 C3S 29,67 31,30 46
6 C2S 37,74 35,91 29
7 C3A 9,69 9,95 6,0
8 C4AF 9,56 9,56 12
Ket : * = Perbedaan maksimum 2 pengujian berdasarkan acuan normatif ASTM C 114-00, Standard test method for chemical analysis of hydraulic cement
5.2 Pembahasan
Telah dilakukan analisis komposisi kimia semen Secondary Standard
Portland Cement 120697 BUT. Berdasarkan data hasil analisis terdapat perbedaan
dengan data standar dari referensi. Hal ini disebabkan karena sampel yang
digunakan adalah semen tahun 1997,sehingga kandungan kimianya dimungkinkan
telah mengalami perubahan.
Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah metode titrasi dengan
perubahan warna sebagai indikator tercapainya titik akhir titrasi. Selain metode
titrasi, dalam penentuan kadar komponen semen tersebut juga dilakukan secara
gravimetri. Analisis ini kebanyakan dilakukan dengan penyaringan panas dan
pelarutan dengan air panas agar sampel mudah larut. Penyaringan panas dilakukan
agar komponen-komponen asing atau pengotor tidak ikut terbawa dalam analisis
selanjutnya, dengan demikian diperoleh komponen yang akan dianalisis dalam
keadaan murni.
![Page 22: Print Jhal 4,5,14-19,21](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051213/55cf9b3d550346d033a543bf/html5/thumbnails/22.jpg)
22
5.2.1 Penentuan Hilang Pijar
Pengujian kehilangan berat akibat pembakaran atau Loss On Ignition
dilakukan pada semen dengan suhu 900-1000oC. Kehilangan berat ini terjadi
karena kelembaban yang menyebabkan prehidrasi dan karbonisasi dalam bentuk
kapur bebas (Free Lime) atau magnesium yang menguap. Kelembaban ini
disebabkan oleh atmosfir yang mengandung air, juga karena karbondioksida yang
terserap di atmosfir. Kehilangan berat semen ini merupakan ukuran kesegaran
semen. Semakin besar nilai LOI, maka kualitas semen tersebut kurang baik. Hal
ini dikarenakan dengan adanya kandungan air yang cukup besar, semen menjadi
mudah menggumpal sehingga penyimpanan semen tidak bisa bertahan lama.
Dalam keadaaan normal, akan terjadi kehilangan berat sekitar 2% (batas
maksimum sekitar 4%). Nilai rata-rata LOI/IL sampel semen yang dianalisis
adalah 3,125. Nilai tersebut masih dalam batas wajar karena masih dibawah batas
maksimum yang ditetapkan.
5.2.2 Penentuan Insoluble Residue (IR)
Merupakan penentuan konstituen dalam semen yang tidak larut dalam
HCl. Umumnya konstituen ini terdiri dari SiO2 bebas yaitu SiO2 yang tidak
terlihat dalam bentuk senyawa mineral, dan senyawa-senyawa silikat yang tidak
larut dalam HCl (sisa bahan tak aktif dalam semen). Semakin kecil nilai IR,
semakin baik kualitas semen. Jumlah maksimum IR yang dipersyaratkan adalah
0,85%. Sampel semen yang dianalisis memiliki nilai IR rata-rata 0,38. Hal ini
berarti kualitas semen portland tergolong baik.
5.2.3 Alumunium Oksida (Al2O3)
Penentuan kadar Al2O3 bertujuan untuk mengetahui kandungan oksida
alumina dalam semen. Al2O3 termasuk salah satu senyawa utama dalam
pembuatan semen (mayor oksid). Al2O3 ini berfungsi sebagai pembentuk
komponen dasar C3A dan C4AF. C4AF memberikan pengaruh terhadap warna
semen, sedangkan C3A memberikan pengaruh terhadap kecepatan pengerasan
semen.
![Page 23: Print Jhal 4,5,14-19,21](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051213/55cf9b3d550346d033a543bf/html5/thumbnails/23.jpg)
23
Analisis Al2O3 dilakukan dengan metode gravimetri. Analisis gravimetri
adalah cara analisis berdasarkan berat tetap (konstan). Dalam analisis ini
digunakan HCl sebagai pelarut komponen-komponen dalam semen, karena jika
dilarutkan dalam air, semen tersebut akan cepat mengeras. Proses pengerasan
dalam semen ini merupakan proses hidratasi yaitu hidratasi oksida-oksida dalam
semen, dan terjadi pengikatan molekul-molekul air disertai pelepasan panas.
5.2.4 Besi Oksida (Fe2O3)
Penentuan kadar Fe2O3 bertujuan untuk mengetahui kandungan oksida
besi dalam semen. Fe2O3 termasuk salah satu senyawa utama dalam pembuatan
semen (mayor oksid). Fe2O3 berfungsi sebagai pembentuk komponen dasar C4AF
yang menyebabkan semen berwarna abu-abu.
Reaksi pada analisa Fe2O3:
Reaksi redoks
(Fe3+ + 1e Fe2+ ) x 2
(Sn2+ Sn4+ + 2e ) x 1
2Fe3+ + Sn2+ 2Fe2+ + Sn4+ (didinginkan)
Setelah dingin, ditambahkan HgCl2 untuk menetralkan kelebihan Sn2+
(Hg2+ + 1e Hg+ (Hg2Cl2) ) x 2
(Sn2+ Sn4+ + 2e ) x 1
2 Hg2+ + Sn2+ Sn4+ + Hg2Cl2 (silky white)
Sn2+ + Hg2Cl2 Hg (hitam)
(Harus dihindari karena mengganggu penentuan titik akhir)
(Fe2+ Fe3+ + e ) x 6
(Cr2O72- + 14H+ + 6e 2Cr3+ + 7H2O ) x 1
Fe2+ + Cr2O72- + 14H+ 6Fe3+ + 2Cr3+ + 7H2O
![Page 24: Print Jhal 4,5,14-19,21](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051213/55cf9b3d550346d033a543bf/html5/thumbnails/24.jpg)
24
5.2.5 Kalsium Oksida (CaO) dan Magnesium Oksida (MgO)
Analisis CaO menggunakan metode titrasi kompleksometri, yaitu suatu
metode analisis dimana larutan dititrasi dengan menggunakan larutan kompleks.
Larutan kompleks yang digunakan adalah EDTA M/50. Larutan ini bukan larutan
standar primer sehingga sebelum digunakan harus distandarisasi terlebih dahulu
dengan larutan standar primer. Larutan standar primer yang biasa digunakan
adalah magnesium sulfat (MgSO4) dan seng sulfat (ZnSO4). Analisis CaO
menggunakan TEA sebagai ligan dan calcon yang digunakan sebagai indikator
pada titrasi kompleksometri.
Gambar 5.2 Indikator Calcon
Di dalam semen, MgO merupakan suatu komponen pengotor yang akan
timbul sebagai MgO bebas atau periclase. Kadar MgO dalam klinker atau semen
tidak boleh lebih dari 5%. Kadar MgO dibatasi karena setelah jangka waktu
beberapa tahun dapat menimbulkan ekspansi terhadap semen akibat reaksi MgO
dengan air menjadi Mg(OH)2 yang mempunyai volume lebih besar.
Reaksi :
MgO + H2O Mg(OH)2
Reaksi ini berjalan sangat lambat dan berlangsung terus, walaupun reaksi
pengerasan sudah selesai. Apabila volume Mg(OH)2 lebih besar dari MgO
menimbulkan keretakan pada beton.
![Page 25: Print Jhal 4,5,14-19,21](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051213/55cf9b3d550346d033a543bf/html5/thumbnails/25.jpg)
25
5.2.6 Belerang Oksida (SO3)
Berdasarkan SNI 15-7064-2004, kadar SO3 yang diperbolehkan untuk
semen portland komposit maksimum 4,0%. Penentuan kadar SO3 pada analisis ini
menggunakan metode gravimetri. Metode Gravimetri adalah metode pengukuran
berdasarkan berat. Prinsip dari analisis ini adalah sulfat diendapkan sebagai
BaSO4 dari larutannya yang asam dan panas dengan larutan BaCl2. Endapan
disaring, dicuci dan ditimbang sebagai BaSO4 (Austin,1996). Berikut adalah
reaksi yang terjadi :
CaSO4 + BaCl2 BaSO4(s) + CaCl2
Standar semen Portland tipe 1 mensyaratkan besarnya kandungan SO3 pada semen
maksimal adalah 3,5%. Apabila kadar SO3 lebih dari 3,5%, maka semen tersebut
akan terlalu lama mengeras.
5.2.7 F-CaO (Free Lime)
Free Lime adalah kalsium oksida yang tidak sempat bereaksi dengan
oksida-oksida lainnya untuk membentuk senyawa-senyawa mineral pada proses
pembakaran clinker. CaO bebas terjadi apabila bahan mentah mengandung lebih
banyak kapur daripada oksida, alumina dan besi pada reaksi hidrasi kapur
membentuk Ca(OH)2 yang mempunyai volume lebih besar dari kapur bebas. Hal
ini akan menyebabkan ekspansi semen dan menimbulkan cracking. Kandungan
kalsium oksida bebas yang ditetapkan oleh PT. Indocement Tunggal Prakarsa
adalah dibawah 1,6%. Pada proses penentuan % F-CaO digunakan larutan etilen
glikol sebagai pereaksi dan phenolptalein sebagai indikator titrasi dengan larutan
¼ HCl. Ethylene glycol ini berfungsi sebagai pengarbsorpsi CaO bebas yang
terdapat dialam sampel.
Kadar CaO bebas berpengaruh pada kekuatan dan pemuaian semen. Jika
kadar CaO bebas terlalu tinggi, maka beton akan memiliki kekuatan lebih rendah
dan berakibat pada pengembangan atau pemuaian semen, serta mempengaruhi
efek mineralizer pada fasa cair.
![Page 26: Print Jhal 4,5,14-19,21](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051213/55cf9b3d550346d033a543bf/html5/thumbnails/26.jpg)
26
CaO bebas yang terbentuk sangat berkaitan dengan tinggi rendah nya Lime
Saturation factor (LSF) dimana ketika LSF nya tinggi menyebabkan material yang
sulit dibakar sedangkan LSF rendah maka kualitas semen akan menurun. CaO
bebas yang terbentuk harus segera dianalisa dalam produk clinker yang dimana
hal tersebut akan membantu QC Proses Control untuk segera mengubah proporsi
raw material yang ternyata menghasilkan CaO bebas dengan kadar yang tinggi
atau dengan kata lain sebagai antisipasi untuk mengkontrol kualitas clinker yang
akan menjadi semen karena ketika sudah menjadi semen tidak dapat diproses
kembali.
![Page 27: Print Jhal 4,5,14-19,21](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051213/55cf9b3d550346d033a543bf/html5/thumbnails/27.jpg)
27
BAB VI
KESIMPULAN
Prosedur analisis komposisi semen yang dilakukan PT. Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk. Cirebon menggunakan metode JIS R 5202 1973. Kadar
bahan kimia semen yang dianalisis yaitu Secondary Standard Portland Cemen
120697 BUT tidak berbeda jauh dengan data standar perbedaan hasil dua
pengujian berdasarkan acuan normatif ASTM C 114-00, Standard test method for
chemical analysis of hydraulic cement. Fungsi dari analisis komposisi kimia
Al2O3 adalah sebagai pengontrol kadar alumina pada pembentukan C3A dan C4AF
dalam semen PCC, fungsi analisis Fe2O3 adalah sebagai pengontrol kadar besi
pada pembentukan C4AF dalam semen PCC, fungsi analisis CaO adalah sebagai
pengontrol kadar kapur pada pembentukan C2S, C3S, C3A dan C4AF dalam semen
PCC, sedangkan fungsi analisis MgO adalah untuk mengetahui kadar MgO yang
merupakan pengotor dalam semen.
![Page 28: Print Jhal 4,5,14-19,21](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051213/55cf9b3d550346d033a543bf/html5/thumbnails/28.jpg)
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008, Profil Perusahaan PT Indocement, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Jakarta.
Anonim, 2012, Indocement Tunggal Prakarsa, http://id.wikipedia.org/wiki/Indocement_Tunggal_Prakarsa, 13 September 2012
Anonim, 1996, C 150-95. A Standard Specification for Portland Cement, Annual Book of ASTM for Testing and Material, Philadelphia
Austin, G.T., 1996, Chemical Process Industries 5th edition, Mc. Graw Hill Book Company, Singapore.
Nilam, 2011, Sejarah Semen,http://www.ciputraentrepreneurship.com/properti/7102-sejarah-semen.htmL, 13 september 2012.
Suprapto, B.Bambang, 1984, Diklat Teknologi Semen PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Training & Development Departement, Jakarta.