Prihatin Dengan Korban Terdampak Riau

12
Prihatin dengan Korban Terdampak, DPR Minta Dibentuk Pansus Asap By Taufiqurrohman on 13 Okt 2015 at 17:22 WIB Kabut asap membuat udara di sebagian wilayah Riau tidak sehat lagi (Liputan6.com/M Syukur) Liputan6.com, Jakarta - Rapat paripurna DPR masa sidang pertama pada 2015-2016 baru saja dimulai. Wakil Ketua DPR Agus Hermanto yang menjadi pimpinan rapat langsung mendapat masukan soal bencana kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Anggota Fraksi Partai Gerindra, Sultan Adil Hendra menilai solusi persoalan kabut asap ini belum juga ditemukan. Untuk itu, dia mendesak agar DPR membentuk panitia khusus (pansus) asap agar bisa ikut membantu mencarikan solusi yang konkret atas bencana kabut asap tersebut.

Transcript of Prihatin Dengan Korban Terdampak Riau

Page 1: Prihatin Dengan Korban Terdampak Riau

Prihatin dengan Korban Terdampak, DPR Minta Dibentuk Pansus AsapBy Taufiqurrohman

on 13 Okt 2015 at 17:22 WIB

Kabut asap membuat udara di sebagian wilayah Riau tidak sehat lagi (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Jakarta - Rapat paripurna DPR masa sidang pertama pada 2015-2016 baru saja dimulai. Wakil Ketua DPR Agus Hermanto yang menjadi pimpinan rapat langsung mendapat masukan soal bencana kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Sumatera dan Kalimantan.

Anggota Fraksi Partai Gerindra, Sultan Adil Hendra menilai solusi persoalan kabut asap ini belum juga ditemukan. Untuk itu, dia mendesak agar DPR membentuk panitia khusus (pansus) asap agar bisa ikut membantu mencarikan solusi yang konkret atas bencana kabut asap tersebut.

"Persoalan ini belum ditangani pemerintah secara kompak, oleh karena itu ini akan merugikan kehidupan masyarakat terdampak asap," kata Adil dalam rapat paripurna di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (13/10/2015).

Anggota Komisi X yang membidangi pendidikan dan kebudayaan ini mengaku prihatin, sebab beberapa sekolah di daerah yang terdampak asap sudah lama diliburkan.

"Saya tidak bisa membayangkan masyarakat di daerah yang kena asap bisa berprestasi pendidikannya. Saya sebagai anggota Komisi X meminta ini ditangani secara serius," tutur Adil.

Page 2: Prihatin Dengan Korban Terdampak Riau

Selain itu, dia mengungkapkan catatan yang diterima dewan, sudah ada laporan 8 orang meninggal dunia karena dampak kabut asap tersebut. Oleh karena itu, dia menegaskan, DPR harus segera membentuk Pansus Asap.

"Saya prihatin baru-baru ini catatan kami sudah 8 orang yang meninggal, tentu ini musibah yang sangat besar ini harus dijadikan bencana nasioal. Bantuan dari pusat hanya personel, tapi alat memadamkan asap tetap berada di Jakarta. Mari kita perjuangkan saudara-saudara kita di Sumatera dan Kalimantan karena ini menyangkut kemanusiaan," tandas Adil. (Bob/Ado)

Rindu Langit Biru, Ribuan Warga Riau Turun ke Jalan

Warga Riau demo penuntasan kabut asap (M Syukur/Liputan6.com)

Liputan6.com, Pekanbaru - Ribuan warga Pekanbaru, Riau dari berbagai elemen kembali turun ke Jalan hari ini. Dengan tema revolusi langit biru dan melawan asap, aksi damai ini masih menyuarakan rindunya masyarakat Riau terhadap udara bersih.

Sebagian massa aksi mengenakan kaos biru dan ikat kepala berwarna yang sama, bertuliskan #revolusilangitbiru. Mereka juga membawa ratusan poster dan kertas bertuliskan mengutuk tidak

Page 3: Prihatin Dengan Korban Terdampak Riau

pedulinya Pemerintah Riau, serta berkumpul di Tugu PON di Jalan Nyak Dien Pekanbaru.

Koordinator umum aksi, Budi Utami menyatakan, ini merupakan gerakan rakyat dan sosial. Tidak ada pengumpulan massa sebelumnya, kecuali melalui media sosial dan pesan singkat.

"Aksi ini merupakan revolusi langit biru. Karena seperti diketahui, sudah 3 bulan warga Riau tidak melihat birunya langit. Sudah 3 bulan langit di Riau ini selimuti kabut asap. Di Riau inilah adanya langit kelabu," kata Utami.

Menurut Utami, aksi ini dilakukan berbagai elemen dari aktivis lingkungan, pemuka masyarakat, mahasiswa, organisasi masyarakat dan warga secara umum.

"Kita semua yang turun saat ini merupakan yang peduli terhadap kabut asap Riau. Sudah 3 bulan ini berlangsung. Oleh karena itu, kami mengajak semua lapisan masyarakat untuk turun," imbau Utami.

Selain masyarakat, Utami juga mengajak petinggi di Pemerintah Provinsi Riau, anggota DPRD, Kapolda Riau dan pejabat publik lainnya turun ke jalan.

"Gubernur Riau harus bergabung dengan aksi ini. Ini aksi damai, masyarakat hanya meminta dan merindukan oksigen serta birunya langit. Itu saja," kata Utami.

Selain turun ke jalan, massa aksi juga diminta menggaungkan gerakan ini di berbagai media sosial yang ada. Hastagnya adalah #revolusilangibiru dan #melawanasap.

Aksi ini diwarnai dengan teatrikal, lagu dan pembacaan puisi tentang asap dari berbagai pegiat perwakilan elemen.

Setelah puas berorasi di Tugu PON, massa melakukan jalan kaki menuju ke Kantor Gubernur Riau di Jalan Jenderal Sudirman Pekanbaru. (Ron/Mut)

Redakan Kabut Asap, Australia Kirim Pesawat SuperbesarBy Andreas Gerry Tuwo

on 11 Okt 2015 at 14:03 WIB

Page 4: Prihatin Dengan Korban Terdampak Riau

Duta Besar Australia untuk Indonesia, Paul Grigson (kanan), di Kantor BNPB, Jakarta. (Liputan6.com/Andreas Gerry Tuwo)

Liputan6.com, Jakarta - Bantuan negara asing terhadap bencana kebakaran hutan di tanah air terus berdatangan. Kali ini, uluran tangan  datang dari Australia.

Bantuan dari Negeri Kanguru ini disampaikan langsung oleh Duta Besar Australia untuk Indonesia, Paul Grigson. Diplomat senior tersebut mengatakan bantuan dari negaranya dikerahkan sesuai dengan permintaan dari pemerintah Indonesia.

Permintaan itu, kata Grigson, disambut gembira negaranya. Sebab, sudah jadi kewajiban Australia untuk membantu Indonesia dalam masalah penanganan asap.

"Australia sangat senang bisa membantu Indonesia dalam waktu ini," ujar Grigson di Kantor BNPB di Jakarta, Minggu (11/10/2015).

Dia menyebut Australia tidak akan tanggung-tanggung membantu Indonesia. Rencananya, pesawat superbesar yang bisa mengangkut ribuan ton air akan dikerahkan.

"Kami siap mengerahkan pesawat yang sangat besar L-100 hercules pesawat ini akan menurunkan 15 ton air," sebut Grigson.

Dubes yang baru bertugas hampir setahun ini menambahkan, pesawat itu dijadwalkan tiba pada Selasa atau Rabu pekan depan. Nantinya Hercules itu ditugaskan untuk memadamkan kebakaran hutan di wilayah Sumetera Selatan.

Page 5: Prihatin Dengan Korban Terdampak Riau

"Tim advanced akan kami kerahkan pada hari ini dan pesawat akan tiba beberapa hari lagi," jelas Grigson.

"Kami begitu menantikan bekerja sama dengan Indonesia untuk mengatasi masalah (kebakaran hutan dan kabut asap) ini," lanjut dia. (Bob/Ali)

Kabut Asap, Hujan, dan PresidenRajut

By Bangun Santoso

on 10 Okt 2015 at 00:39 WIB

Kondisi sesak kabut asap ini sudah cukup lama mengganggu aktivitas keseharian warga.

Liputan6.com, Jakarta - Rumput dan dedaunan yang semula kering dan berdebu mulai basah disiram air hujan. Namun rintik air dari langit itu tak cukup membuat semburat hijau alaminya muncul kembali. Padahal sudah 3 hari sejak 7 Oktober 2015, hujan lebat terus-menerus mengguyur seisi kota.

Namun begitu, Ridho mengaku amat bersyukur. Ini karena sudah 2 bulan lebih hujan tidak mengguyur kotanya, Jambi. Sebelumnya kabut asap yang memenuhi langit membuat kota itu berubah warna menjadi kekuningan karena bercampur debu.

Page 6: Prihatin Dengan Korban Terdampak Riau

Setelah hujan turun, warna kuning pun berganti putih.

"Alhamdulillah, meski kabut masih pekat, sekarang terlihat putih karena hujan semalam, kemarin-kemarin kekuningan. Hujan lebat sekali lagi saya yakin kabut asap akan hilang," kata Ridho, warga Seberang Kota Jambi kepada Liputan6.com, Kamis 8 Oktober 2015.

"Mungkin karena baru sekali hujan lebat, jadi asapnya belum hilang. Apalagi lahan gambut yang terbakar kalau disiram air biasanya lebih tebal asapnya. Mudah-mudahan hujan kembali lebat hari ini," imbuh dia.

Kabut asap tahun ini memang dahsyat. Sejak September 2015, tercatat ada 500 penerbangan yang terpaksa dibatalkan lantaran pekatnya asap di daerah tersebut. Tebalnya kabut tak memungkinkan pesawat melintas.

Karena alasan itulah Presiden Jokowi menunda keberangkatannya ke Jambi hingga Sabtu (10/10/2015).

Mengungsi

Doa Ridho terjawab. Hujan terus turun di langit Jambi sampai Jumat 9 Oktober 2015. Maka tak heran jika kabut asap berangsur tipis.

Namun itu tak cukup untuk membuat warga Jambi mampu bertahan bernapas di dalam kabut. Tak tahan terkurung pekatnya kabut asap yang selama 2 bulan lebih bertahan di Jambi, sebagian warga mengungsi ke beberapa kota di Pulau Jawa. Salah satu warga yang mengungsi adalah Suratman (39).

Suratman yang sehari-hari bertugas sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Pemkab Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) memilih mengungsikan sementara istri dan ketiga anaknya di rumah orang tuanya di Sragen, Jawa Tengah. "Saya kasihan akan kondisi istri dan anak-anak.

Apalagi anak-anak saya masih kecil. Daripada tiap hari menghirup asap kotor, saya memilih mengungsikan mereka ke rumah orang tua sementara waktu menunggu kondisi asap membaik," ujar Suratman kepada Liputan6.com, Jumat 9 Oktober 2015.

Hal senada diungkapkan Dede (40), salah seorang warga Jambi yang sehari-hari bekerja di salah satu perusahaan perkebunan di provinsi itu. Dia sudah mengungsikan kedua anaknya yang masih balita ke rumah orang tuanya di Bekasi, Jawa Barat, hampir satu bulan ini.

"Saya khawatir pekatnya kabut asap berdampak pada kesehatan anak saya. Meski berat harus berpisah, terpaksa saya ungsikan ke rumah orang tua selama beberapa waktu menunggu kondisi asap hilang," kata Dede.

Page 7: Prihatin Dengan Korban Terdampak Riau

Kabut asap membuat udara di sebagian wilayah Riau tidak sehat lagi (Liputan6.com/M Syukur)

Pada hari yang sama di belahan Sumatera lain, Jokowi tengah memantau kondisi bencana kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Riau.

Sama seperti Jambi, selubung kabut di langit Riau juga mulai menipis. Jarak pandang yang sebelumnya berkisar ratusan meter untuk sementara waktu ini membaik hingga radius 3 kilometer. 

Namun hal ini malah membuat warga Riau gelisah. Seperti yang dirasakan warga Pekanbaru, Riau T Simbolon.

"Kenapa ya, setiap Presiden datang asap selalu menghilang di Riau. Hari ini Presiden Jokowi datang, asap pekat mulai menghilang. Hal ini juga terjadi saat Presiden SBY dulu datang ke Riau untuk memantau kebakaran hutan, asap mendadak menipis," celetuk T Simbolon pada Jumat 9 Oktober 2015.

"Kalau ada asap pekat kan jadi lebih menarik kunjungan Presiden Jokowi ke Riau. Jokowi jadi bisa merasakan penderitaan masyarakat Riau selamat beberapa bulan ini," tutur pegawai negeri sipil (PNS) di Mapolda Riau itu.

Dia berharap, kedatangan Jokowi dapat memberi solusi yang berarti. Dengan demikian, kebakaran hutan dan lahan serta kabut asap yang melanda Riau tiap tahunnya bisa teratasi.

Page 8: Prihatin Dengan Korban Terdampak Riau

Meski begitu kabut yang menipis belum memberikan dampak pada aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru, Riau. Aktivitas di bandar udara tersebut masih tertatih-tatih. Sebanyak 40 penerbangan dari sejumlah maskapai tetap dibatalkan.

Namun Airport Duty Manager Bandara SSK II Hasnan mengatakan, jarak pandang di lintasan pacu bandara pada hari ini jauh lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Saat ini terpantau jarak pandang sekitar 2 kilometer.

"Dari semua yang dijadwalkan, 40 penerbangan dibatalkan oleh sejumlah maskapai. Hal ini merupakan imbas kabut asap pekat beberapa waktu lalu, meski sekarang sudah menipis," kata Hasnan.

"Meski rata-rata jarak pandang 2.000 meter, operasional penerbangan belum normal sepenuhnya. Masih ada maskapai penerbangan belum sepenuhnya melayani jadwal yang ada," ujar dia.

Meski asap sudah menipis di Riau, bukan berarti tidak ada titik panas di Pulau Sumatera. Jumat pagi 9 Oktober 2015, satelit mendeteksi 414 titik panas di Sumatera. Provinsi Sumatera Selatan masih mendominasi.

Seperti dipaparkan Kepala Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sugarin.

"Di Sumsel terdeteksi 363 titik panas. Untuk Riau sendiri ada 2, kemudian Lampung 9, Bengkulu 8, Jambi 1 , dan Bangka Belitung 31," kata Sugarin.

Kunjungan Sang Presiden

Kemeja putih, celana hitam, dan dipadu topi merah dikenakan sang Presiden. Jumat 9 Oktober 2015, Jokowi menginjak Kabupaten Kampar, Riau. Butuh waktu sekitar 4 jam untuk tiba di kabupaten yang masih diselimuti oleh kabut asap itu.

Jokowi lebih dulu meninjau posko pelayanan kesehatan di Puskesmas Kuok, Desa Lereng, Kecamatan Kuok. Puskesmas ini juga menjadi tempat berobat bagi para korban kabut asap.

Page 9: Prihatin Dengan Korban Terdampak Riau

Ilustrasi Jokowi (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Di sana dia mengumumkan kembali keputusannya menerima bantuan asing untuk menangani bencana kebakaran hutan dan lahan serta kabut asap yang terjadi di Sumatera serta Kalimantan.

"Negara yang telah menyanggupi memberikan bantuan penanganan bencana asap, yakni Singapura, Malaysia, Korea, Rusia, Australia, dan Tiongkok. Tapi yang datang hari ini dari Singapura," ujar Jokowi.

"Mungkin Minggu akan mulai berdatangan nanti," sambung dia.

Melalui Tim Komunikasi Presiden, Jokowi mengatakan, bantuan yang diterima dari negara-negara asing tersebut berupa pesawat yang akan dikonsentrasikan untuk water bombing atau pengeboman air di wilayah Sumatera Selatan.

"Karena memang dari hasil checking kita, titik api terbanyak itu memang masih di Sumsel," ujar dia. Pesawat-pesawat itu, menurut Jokowi, dapat membawa air untuk water bombing dengan kapasitas 12.000-15.000 liter. Sedangkan pesawat yang ada hanya memiliki kapasitas angkut 500-4.300 liter.

"Kalau bisa teratasi selama 2 minggu. Pemadamannya dikonsentrasikan di Sumsel karena titik api terbanyak masih di Sumsel," ucap dia.

Selain itu, pemerintah berencana membeli pesawat amfibi untuk membantu memadamkan kebakaran hutan dan lahan pada tahun depan. Anggarannya segera dibahas dengan DPR.

Page 10: Prihatin Dengan Korban Terdampak Riau

Suami Iriana itu menyebutkan, minimal 3 pesawat yang akan dibeli. Masing-masing pesawat bisa mengangkut dan menjatuhkan air sebanyak 12 ton sekali terbang.

"Pesawat yang rencananya dibeli khusus untuk pemadaman lewat udara atau water bombing," pungkas Jokowi. (Ndy/Ans)*