Prevalensi Obesitas
-
Upload
yurike-maani -
Category
Documents
-
view
170 -
download
2
Transcript of Prevalensi Obesitas
![Page 1: Prevalensi Obesitas](https://reader035.fdocuments.net/reader035/viewer/2022081719/5572143e497959fc0b94186d/html5/thumbnails/1.jpg)
Prevalensi ObesitasPrevalensi Obesitas
Kamis, 02 Juni 2011 03:56 | Ditulis Oleh Administrator | | |
Dalam 10 tahun terakhir ini, angka prevalensi atau kejadian obesitas di seluruh dunia menunjukkan peningkatan yang signifikan. Saat ini, 1,6 miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami berat badan lebih (overweight), dan sekurang-kurangnya 400 juta diantaranya mengalami obesitas. Pada tahun 2015, diperkirakan 2,3 miliar orang dewasa akan mengalami overweight dan 700 juta di antaranya mengalami obesitas.
Kejadian obesitas di negara-negara maju seperti di negara-negara Eropa, Amerika, dan Australia telah mencapai tingkatan epidemi. Kejadian ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju saja, obesitas di beberapa negara berkembang bahkan telah menjadi masalah kesehatan
yang lebih serius. Sebagai contoh, 70% dan penduduk dewasa Polynesia di Samoa masuk kategori obesitas (WHO, 1998).
Prevalensi overweight dan obesitas juga meningkat sangat tajam di kawasan Asia-Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari penduduk Korea Selatan tergolong overweight dan 1,5% tergolong obesitas. Di Thailand, 16% penduduknya mengalami overweight dan 4% mengalami obesitas. Di daerah perkotaan Cina, prevalensi overweight adalah 12,% pada laki-laki dan 14,4% pada perempuan, sedang di daerah pedesaan prevalensi overweight pada laki-laki dan perempuan masing-masing adalah 5,3% dan 9,8% (Inoue, 2000).
Obesitas tidak hanya ditemukan pada penduduk dewasa tetapi juga pada anak-anak dan remaja. Penelitian yang dilakukan di Malaysia akhir-akhir ini menunjukkan bahwa prevalensi obesitas mencapai 6,6% untuk kelompok umur 7 tahun dan menjadi 13,8% pada kelompok umur 10 tahun (Ismail & Tan, 1998). Di Cina, kurang lebih 10% anak sekolah mengalami obesitas, sedangkan di Jepang prevalensi obesitas pada anak umur 6-14 tahun berkisar antara 5% s/d 11% (Ito & Murata, 1999).
Di Indonesia, angka prevalensi obesitas juga menunjukkan angka yang cukup mengkhawatirkan. Berdasarkan data SUSENAS tahun 2004, prevalensi obesitas pada anak telah mencapai 11%. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3% terdiri dari laki-laki 13,9%, dan perempuan 23,8% , sedangkan prevalensi overweight pada anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun.
Pada awalnya, obesitas tidak dianggap sebagai penyakit serius oleh Organisasi Kesehatan Dunia WHO, karena obesitas diasumsikan hanya terdapat pada komunitas masyarakat tertentu yang makmur atau sejahtera saja. Saat itu perhatian WHO lebih difokuskan pada masalah kurang gizi di negara berkembang dan para dokterpun menganggap obesitas sebagai masalah kecil, karena penyebabnya adalah ketidak-mampuan dalam mengelola asupan gizi. Pada akhirnya WHO harus
![Page 2: Prevalensi Obesitas](https://reader035.fdocuments.net/reader035/viewer/2022081719/5572143e497959fc0b94186d/html5/thumbnails/2.jpg)
mengakui realita di masyarakat bahwa angka prevalensi masalah gizi lebih (over-nutrition) termasuk obesitas, ternyata lebih banyak terjadi daripada masalah gizi kurang (under-nutrition). Saat ini obesitas sudah menjadi penyakit epidemik global yang banyak terjadi pada orang dewasa maupun pada anak-anak (James, P, Obesity: A Global Problem).
Telah diketahui bahwa obesitas sesungguhnya merupakan salah satu penyakit degenerative yang cukup serius, sebab penyakit obesitas ini merupakan “pintu masuk” atau factor bagi timbulnya penyakit-penyakit serius lainnya, seperti penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi, diabetes. Oleh karena itu, obesitas tidak boleh dianggap remeh, harus diwaspadai dan perlu dicarikan solusinya.
Update terakhir (Kamis, 02 Juni 2011 04:03
(http://triwitono.staff.ugm.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=78:prevalensi-obesitas&catid=35:degeneratif&Itemid=71)
![Page 3: Prevalensi Obesitas](https://reader035.fdocuments.net/reader035/viewer/2022081719/5572143e497959fc0b94186d/html5/thumbnails/3.jpg)
Overweight dan Obesitas sebagai suatu resiko penyakit degeneratif Jumat, 15 April 2011 10:27 Overweight dan Obesitas adalah suatu kondisi kronik yang sangat erat hubungannya dengan
peningkatan resiko sejumlah penyakit Degeneratif. Penyakit Degeneratif adalah suatu kondisi
penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel-sel tubuh yaitu dari keadaan normal
menjadi lebih buruk dan berlangsung secara kronis. Penyakit yang termasuk dalam kelompok ini
adalah Diabetes Melitus Type II, Stroke, Hipertensi, Penyakit Kardiovaskular, Dislipidemia, dsb.
Penyakit Degeneratif yang paling sering menyertai Obesitas adalah Diabetes melitus Type II,
Hipertensi dan Hiperkolesterolemia (Dislipidemia). Sebuah data dari NHANES (National Health
and Nutrition Examination Survey, US) tahun 1994 memperlihatkan bahwa dua per tiga pasien
Overweight dan Obesitas dewasa mengidap paling sedikit satu dari penyakit kronis tersebut dan
sebanyak 27 % dari mereka mengidap dua atau lebih penyakit.
Overweight dan Obesitas saat ini sudah menjadi suatu masalah global yang serius. Data yang
dikumpulkan dari seluruh dunia memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi
Overweight dan Obesitas pada 10 sampai 15 tahun terakhir dengan angka kejadian terbanyak di
Amerika. Saat ini diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta penduduk di seluruh dunia menderita
![Page 4: Prevalensi Obesitas](https://reader035.fdocuments.net/reader035/viewer/2022081719/5572143e497959fc0b94186d/html5/thumbnails/4.jpg)
Obesitas, dan angka ini masih akan terus meningkat. Diperkirakan apabila keadaan ini terus
berlanjut maka pada tahun 2230 sebanyak 100 % penduduk Amerika Serikat akan menjadi
Obese. Bagaimana dengan kondisi di Indonesia ? Menurut data yang diperoleh dari Direktorat
Bina Gizi Masyarakat Depkes tahun 1997, sebanyak 12,8 % pria dewasa mengalami Overweight
dan sebanyak 2,5 % mengalami Obesitas. Sedangkan pada wanita angka ini menjadi lebih besar
lagi yaitu 20 % dan 5,9 %.
Perkiraan prevalensi overweight dan obesitas di Indonesia (Dit BGM DepKes, 1997)
Dari perkiraan 210 juta penduduk Indonesia thn 2000 jumlah penduduk yang overweight
diperkirakan mencapai 76.7 juta (17.5%) dan pasien obesitas berjumlah lebih dari 9.8 juta (4.7%).
Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa Overweight dan Obesitas di Indonesia telah
menjadi masalah besar yang memerlukan penanganan secara serius.
Indeks Massa Tubuh (IMT) Sebagai Alat Ukur Overweight & Obesitas
Overweight dan Obesitas merupakan suatu akumulasi lemak berlebih di dalam tubuh yang
dapat mengganggu kesehatan secara keseluruhan. Overweight dan Obesitas terjadi disebabkan
oleh adanya ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar. Metoda
paling praktis dan sederhana dalam menentukan tingkat Overweight dan Obesitas pada seseorang
![Page 5: Prevalensi Obesitas](https://reader035.fdocuments.net/reader035/viewer/2022081719/5572143e497959fc0b94186d/html5/thumbnails/5.jpg)
adalah Indeks Massa Tubuh (IMT)/Body Mass Index. IMT diperoleh dengan cara membagi berat
badan (kg) dengan kuadrat ari tinggi badan (meter). Nilai IMT yang didapat tidak dipengaruhi
oleh umur dan jenis kelamin.
Klasifikasi IMT menurut World Health Organization (WHO) tahun 1998 mendefinisikan
Overweight apabila diperoleh IMT ≥ 25 dan Obesitas apabila IMT ≥ 30. IMT ini bermanfaat
dalam menentukan seberapa besar seseorang dapat terkena resiko penyakit-penyakit tertentu yang
disebabkan karena berat badannya.
Resiko Penyakit Degeneratif pada Overweight & Obesitas
Meningkatnya angka Overweight dan Obesitas secara global di seluruh dunia saat ini
dianggap sebagai akibat dari beberapa faktor, antara lain peningkatan dalam konsumsi makanan
padat energi tinggi lemak dan gula namun rendah dalam kandungan vitamin, mineral dan
mikronutrien lain. Selain itu juga diakibatkan adanya suatu trend penurunan aktivitas fisik yang
disebabkan oleh gaya hidup (sedentary), pekerjaan, perubahan model transportasi dan
peningkatan urbanisasi. Overweight dan Obesitas yang dibiarkan memiliki dampak kesehatan
yang cukup serius. Resiko menderita penyakit degeneratif akan meningkat secara progresif
seiring dengan peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT yang meningkat merupakan faktor
resiko utama penyakit-penyakit kronis seperti Kardiovaskular (penyakit Jantung dan Stroke),
![Page 6: Prevalensi Obesitas](https://reader035.fdocuments.net/reader035/viewer/2022081719/5572143e497959fc0b94186d/html5/thumbnails/6.jpg)
Diabetes (yang saat ini sudah menjadi epidemi global), gangguan otot dan tulang (paling sering
adalah Osteoarthritis) dan beberapa penyakit keganasan. Pada anak, angka Obesitas juga semakin
meningkat dari tahun ke tahun baik di negara maju maupun di negara sedang berkembang.
Disamping itu Obesitas pada anak beresiko tinggi menjadi Obesitas pada usia dewasa dan
berpotensi menimbulkan penyakit Degeneratif di kemudian hari.
Beberapa studi epidemiologis yang telah dilakukan mengemukakan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara angka kejadian mortalitas (kematian) dan Obesitas. Diketahui
terdapat peningkatan angka kematian yang dimulai pada IMT diatas 25 dan semakin jelas pada
individu dengan IMT diatas atau sama dengan 30. Angka mortalitas pada individu dengan IMT
diatas 30 penyebabnya bervariasi namun yang terbanyak adalah angka mortalitas yang
disebabkan oleh penyakit Kardiovaskular. Penelitian yang dilakukan oleh Framingham Heart
Study di Amerika menemukan adanya korelasi antara tekanan darah dan obesitas. Disebutkan
pada studi tersebut bahwa pada individu dewasa muda dengan obesitas akan mengalami
peningkatan tekanan darah sebanyak 10 kali lebih besar daripada individu dengan berat badan
normal.
Strategi Pencegahan Overweight dan Obesitas
Overweight dan Obesitas merupakan suatu kondisi dengan penyebab multi faktor, oleh
karena itu penanganan yang tepat hendaknya mempertimbangkan pendekatan secara multi
disiplin. Pencegahan Overweight dan Obesitas terdiri dari tiga tahapan yaitu Pencegahan primer,
sekunder dan tertier. Pencegahan Primer adalah dengan pendekatan komunitas untuk
mempromosikan cara hidup sehat. Usaha pencegahan dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah,
tempat kerja dan pusat kesehatan masyarakat. Pencegahan sekunder bertujuan untuk menurunkan
prevalensi Obesitas sedangkan pencegahan tertier bertujuan untuk mengurangi Obesitas dan
komplikasi penyakit yang ditimbulkannya.
Pada dasarnya prinsip dari pencegahan dan penatalaksanaan Overweight dan Obesitas
adalah mengurangi asupan energi serta meningkatkan keluaran energi, dengan cara pengaturan
pola makan, peningkatan aktivitas fisik, modifikasi gaya hidup serta dukungan secara mental dan
![Page 7: Prevalensi Obesitas](https://reader035.fdocuments.net/reader035/viewer/2022081719/5572143e497959fc0b94186d/html5/thumbnails/7.jpg)
sosial.
1. Pengaturan nutrisi dan pola makan
Tujuan utama pengaturan nutrisi pada individu dengan overweight dan obesitas tidak hanya
sekedar menurunkan berat badan, namun juga mempertahankan berat badan agar tetap stabil dan
mencegah peningkatan kembali berat badan yang telah didapat. Konsumsilah sedikit lemak (30 %
dari jumlah keseluruhan kalori yang dikonsumsi). Kurangi konsumsi makanan tinggi karbohidrat
dan lemak, perbanyak konsumsi serat. Upayakan tetap memilih makanan dan minuman secara
berhati-hati agar tetap dapat mengontrol kalori, lemak, gula dan garam yang dikonsumsi.
Konsumsi makanan yang dilakukan harus tetap dapat memenuhi kecukupan gizi. Ini berarti
vitamin dan mineral harus terdapat dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan.
2. Perbanyak aktivitas fisik
Olahraga dan aktivitas fisik memberi manfaat yang sangat besar dalam penatalaksanaan
overweight dan obesitas. Olahraga akan memberikan serangkaian perubahan baik fisik maupun
psikologis yang sangat bermanfaat dalam mengendalikan berat badan. Contoh yang paling jelas
adalah sebagai berikut, jika kita melakukan aktivitas lari selama 1 jam penuh kegiatan ini akan
membakar 600 kalori setara dengan kalori yang dihasilkan jika kita mengkonsumsi satu buah
hamburger fast food. Olahraga yang dilakukan secara konsisten dan teratur tidak hanya dapat
membakar kalori, namun juga mengurangi lemak, meningkatkan massa otot tubuh, dan memberi
manfaat yang cukup baik secara psikologis.
3. Modifikasi pola hidup dan perilaku
Perubahan pola hidup dan perilaku diperlukan untuk mengatur atau memodifikasi pola makan
dan aktifitas fisik pada individu dengan overweight dan obese. Dengan demikian diharapkan
upaya ini dapat mengatasi hambatan-hambatan terhadap kepatuhan individu pada pola makan
sehat dan olahraga. Strategi yang dapat dilakukan adalah pengawasan sendiri terhadap berat
badan, asupan makanan dan aktivitas fisik; mengontrol keinginan untuk makan (motivasi
keluarga dan lingkungan seringkali diperlukan dalam hal ini); mengubah perilaku makan dengan
![Page 8: Prevalensi Obesitas](https://reader035.fdocuments.net/reader035/viewer/2022081719/5572143e497959fc0b94186d/html5/thumbnails/8.jpg)
mengontrol porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi; dan dukungan sosial dari keluarga dan
lingkungan.
Oleh : dr. Ruri Diah Pamela Terakhir Diperbaharui pada Jumat, 15 April 2011 10:40 (http://www.suyotohospital.com/index.php?option=com_content&view=article&id=115:overweight-dan-obesitas-sebagai-suatu-resiko-penyakit-degeneratif&catid=3:artikel&Itemid=2)
Pada saat ini gaya hidup warga perkotaan cenderung mendorong seseorang tidak banyak melakukan aktivitas fisik dan menata pola makan agar menjadi seimbang. Akibatnya banyak orang yang menderita kelebihan berat badan (obesitas). Obesitas atau kegemukan adalah suatu keadaan yang melebihi dari berat badan relative seorang, sebagai akibat penumpukan zat gizi terutama karbohidrat lemak. Menurut data WHO tahun 2006, terdapat 1,6 miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami berat badan berlebih (overweight), dan sekurang-kurangnya 400 juta diantaranya mengalami obesitas (WHO,2006). Di Indonesia , menurut data Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia > 15 tahun adalah 10,3% (laki-laki 12,9%, perempuan 23,8%) (Depkes RI, 2009)
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1kedokteran/207311054/BAB%20I.pdf