Prevalensi Komorbid Penyakit Pembuluh Retina Translate

26
Prevalensi komorbid penyakit pembuluh retina pada pasien glaukoma di sebuah pusat pendidikan kesehatan Latar Belakang: Pasien dengan berbagai kelainan retina dan yang telah menjalani prosedur dan operasi retina memiliki peningkatan risiko mengalami hipertensi okuler dan glaukoma. Epidemiologi mengenai komorbid penyakit pembuluh retina pada pasien glaukoma masih belum banyak diketahui. Penelitian ini mengevaluasi prevalensi komorbid penyakit pembuluh retina pada populasi yang terdiri dari lima tipe pasien glaukoma. Metode: penelitian longitudinal, retrospektif dilakukan menggunakan dokumen International Classification of Disease (ICD-9) tahun 2003 hingga 2010 di sebuah pusat pendidikan kesehatan. Pasien diklasifikasikan sebagai penderita glaukoma sudut terbuka primer atau primary open-angle glaucoma (POAG), glaukoma sudut terbuka tekanan rendah atau low tension open-angle glaucoma (NTG), glaukoma sudut terbuka pigmentasi, glaukoma sudut tertutup kronik atau chronic-angle closure glaucoma (CACG), atau glaukoma pseudoeksfoliasi atau pseudoexfoliation glaucoma (PXG) jika memiliki paling sedikit tiga kunjungan klinik dengan kode ICD-9 yang sama. Pasien diklasifikasikan memiliki faktor komorbid penyakit pembuluh retina jika memiliki dua

description

fetghg

Transcript of Prevalensi Komorbid Penyakit Pembuluh Retina Translate

Page 1: Prevalensi Komorbid Penyakit Pembuluh Retina Translate

Prevalensi komorbid penyakit pembuluh retina pada pasien glaukoma di

sebuah pusat pendidikan kesehatan

Latar Belakang:

Pasien dengan berbagai kelainan retina dan yang telah menjalani prosedur dan operasi

retina memiliki peningkatan risiko mengalami hipertensi okuler dan glaukoma.

Epidemiologi mengenai komorbid penyakit pembuluh retina pada pasien glaukoma masih

belum banyak diketahui. Penelitian ini mengevaluasi prevalensi komorbid penyakit

pembuluh retina pada populasi yang terdiri dari lima tipe pasien glaukoma. Metode:

penelitian longitudinal, retrospektif dilakukan menggunakan dokumen International

Classification of Disease (ICD-9) tahun 2003 hingga 2010 di sebuah pusat pendidikan

kesehatan. Pasien diklasifikasikan sebagai penderita glaukoma sudut terbuka primer atau

primary open-angle glaucoma (POAG), glaukoma sudut terbuka tekanan rendah atau low

tension open-angle glaucoma (NTG), glaukoma sudut terbuka pigmentasi, glaukoma

sudut tertutup kronik atau chronic-angle closure glaucoma (CACG), atau glaukoma

pseudoeksfoliasi atau pseudoexfoliation glaucoma (PXG) jika memiliki paling sedikit

tiga kunjungan klinik dengan kode ICD-9 yang sama. Pasien diklasifikasikan memiliki

faktor komorbid penyakit pembuluh retina jika memiliki dua kunjungan klinik dengan

kode yang sama. Variabel dianalisa menggunakan independent t-test, , χ2 test, analisa

varian, atau uji eksak fisher.

Hasil:

Total 5,154 pasien mengalami glaukoma, dan 14.8% dari mereka mempunyai komorbid

penyakit pembuluh retina. Prevalensi komorbid penyakit pembuluh retina lebih tinggi

pada pasien dengan POAG (15.7%) daripada pasien dengan NTG (10.7%), PXG (10.1%),

atau glaukoma sudut terbuka pigmentasi (3.7%; P,0.05). Dua ratus dua pasien menderita

retinopati diabetik, dengan pasien POAG (4.5%) memiliki prevalensi lebih tinggi

Page 2: Prevalensi Komorbid Penyakit Pembuluh Retina Translate

daripada pasien dengan CACG (1.4%) atau PXG (0.6%; P,0.001). Terdapat 297 pasien

dengan degenerasi makula, baik pasien POAG (2.0%) dan PXG (2.9%) mempunyai

prevalensi lebih tinggi untuk mengalami degenerasi makula noneksudatif dari pasien

dengan CACG (0%; P,0.01). Pasien dengan komorbid penyakit pembuluh retina memiliki

prevalensi kebutaan dan daya tajam penglihatan sangat rendah (low vision) daripada

mereka tanpa faktor komorbid tersebut (1.97% banding 1.02%, P=0.02).

Kesimpulan:

Prevalensi komorbid penyakit pembuluh retina yang tinggi dan peningkatan sebanyak

hampir dua kali lipat terjadinya kebutaan dan low vision pada populasi ini menunjukkan

oftamologis perlu menentukan apakah pasien memiliki etiologi multipel terhadap

hilangnya penglihatan yang mereka alami. Semakin tinggi prevalensi penyakit pembuluh

retina tertentu pada pasien POAG mungkin merupakan cerminan proses patofisiologis

yang membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut.

Kata kunci: frekuensi glaukoma, frekuensi retina, komorbid penyakit pembuluh retina,

prevalensi glaukoma, prevalensi penyakit retina

Pendahuluan

Glaukoma dan berbagai penyakit pembuluh retina merupakan penyebab utama hilangnya

penglihatan di dunia. Banyak penyakit pembuluh retina dikaitkan dengan terjadinya

berbagai tipe glaukoma. Kondisi iskemik seperti oklusi vena retina sentral atau oklusi

cabang vena retina, oklusi arteri retina sentral atau cabang, keganasan, dan retinopati

diabetik proliferatif dihubungkan dengan glaukoma neovaskuler.1 Berbagai tipe uveitis,2-5

termasuk penyakit Behcet,6 sarkoidosis,4 sifilis,4 Fuchs iridosiklitis,4 dan artritis reumatoid

juvenil4 merupakan penyebab glaukoma sekunder.

Page 3: Prevalensi Komorbid Penyakit Pembuluh Retina Translate

Retinitis pigmentosa dihubungkan dengan glaukoma sudut terbuka dan sudut tertutup

primer.7 Pasien dengan ablasio retina memiliki persentase hipertensi okuler dan glaukoma

lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum.8 Pasien yang menjalani prosedur dan

operasi pembuluh retina berisiko tinggi mengalami peningkatan tekanan intraokuler

(TIO). Injeksi steroid intravitreal, terutama triamsinolon asetonid intravitreal,

dihubungkan dengan peningkatan tekanan intraokuler pada hampir 50% pasien, yang

membutuhkan penatalaksanaan dengan obat topikal dan, dalam hal tertentu operasi.9,10

Fotokoagulasi panretina dikaitkan dengan peningkatan TIO11 dan glaukoma sudut tertutup

akut.12,13 Penelitian mengenai injeksi anti hormon pertumbuhan endotelial dan vaskuler

intravitreal menunjukkan adanya hubungan dengan peningkatan TIO yang terus

menerus14 dan membutuhkan medikasi topikal dan dalam hal tertentu operasi glaukoma.15

operasi vitreoretina16 termasuk vitrektomi sederhana17 (contoh, vitrektomi tanpa gas,

scleral buckle, atau minyak silikon) dan vitrektomi kompleks,17,18 dihubungkan dengan

peningkatan TIO dalam waktu 24 jam pertama setelah operasi. Sebagai tambahan,

vitrektomi dengan minyak silikon19 dan vitrektomi tanpa minyak silikon20,21 dikaitkan

dengan terjadinya glaukoma.

Penelitian menyimpulkan adanya risiko peningkatan TIO dan glaukoma pada pasien

dengan penyakit pembuluh retina dan pada pasien postoperatif atau post-prosedur

pembuluh retina tertentu. Prevalensi komorbid penyakit pembuluh retina pada pasien

dengan glaukoma tidak banyak diketahui. Prevalensi komorbid penyakit pembuluh retina

dapat membantu dokter menentukan apakah hilangnya penglihatan pasien disebabkan

oleh glaukoma atau bersifat multifaktorial dengan keterlibatan penyakit lainnya.

Penelitian ini mencari prevalensi berbagai penyakit pembuluh retina pada kelompok

pasien dengan lima tipe glaukoma yang berbeda pada satu pusat pendidikan kesehatan.

Bahan dan metode

Page 4: Prevalensi Komorbid Penyakit Pembuluh Retina Translate

Sebuah penelitian retrospektif telah dilakukan di satu pusat pendidikan kesehatan

menggunakan Klasifikasi Penyakit secara International (ICD-9) dan catatan tagihan

prosedur terminologi terkini mulai 1 Juni 2003 hingga 30 November 2010. Semua pasien

berusia 40 tahun atau lebih pada saat pemeriksaan klinis mereka terakhir dan

diklasifikasikan menggunakan catatan tagihan ICD-9 sebagai penderita glaukoma sudut

terbuka primer (POAG [365.11]), glaukoma sudut terbuka tekanan rendah/normal (NTG

[365.12]), glaukoma sudut terbuka pigmentasi (365.13), glaukoma sudut tertutup kronik

(CACG [365.23]), atau glaukoma pseudoeksfoliasi (PXG [365.52]). Penelitian ini tidak

mengikutsertakan pasien suspek glaukoma (365.0-365.04) agar dapat berfokus pada

kerusakan akibat glaukoma. Pasien dengan glaukoma neovaskular (365.63) dieksklusi

karena terbukti adanya asosiasi antara glaukoma neovaskular dan retinopati diabetik,

CRVO, berbagai keganasan okuler, dan sindrom iskemik okuler.22 Pasien dikatakan

memiliki komorbid penyakit pembuluh retina berdasarkan kode pada ICD-9 untuk

kerusakan dan ablasio retina (361.0-361.9), penyakit pembuluh retina lain (362.0-362.9),

atau inflamasi korioretina, kerusakan dan penyakit koroid lainnya (363.0-363.9). Human

Subject Research Office of University of Miami Institutional Review Boards telah

menyetujui penelitian ini. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan Deklarasi Helsinki.

Pasien diikutsertakan dalam penelitian jika mereka memiliki paling sedikit tiga

pemeriksaan klinis yang sama dengan diagnosis glaukoma berdasarkan ICD-9, dan

mendapatkan perawatan berkelanjutan di klinik oftamologi lebih dari 2 tahun. Setiap

pasien dikategorikan memiliki satu tipe glaukoma untuk memastikan bahwa setiap tipe

penyakit glaukoma terdiri dari pasien yang unik. Pasien dieksklusi jika mereka memenuhi

kriteria diagnosis untuk lebih dari satu jenis glaukoma (paling sedikit tiga pemeriksaan

klinis selama lebih dari 2 tahun untuk setiap diagnosis glaukoma).

Pasien dikategorikan memiliki komorbid penyakit pembuluh retina jika mereka

paling sedikit melakukan dua kunjungan pada tanggal berbeda dengan penyakit retina

Page 5: Prevalensi Komorbid Penyakit Pembuluh Retina Translate

yang sama berdasarkan ICD-9. Kami tidak membedakan tipe kunjungan (kunjungan

klinik, unit gawat darurat oftamologi, operasi, atau pelaksanaan prosedur). Pasien

dikategorikan mengalami kebutaan dan low vision (ICD-9 369) jika pasien dalam dua

kunjungan dinyatakan dengan kode 369 ICD-9. Tidak seperti populasi dengan komorbid

penyakit retina, kami tidak mengharuskan pasien melakukan dua kunjungan yang

dihubungkan dengan kode ICD-9 (bertempat dua desimal) spesifik yang sama untuk

kebutaan dan low vision.

Beberapa kode vitreoretinal ICD-9 dieksklusi karena analisis terdahulu

mengungkapkan bahwa tidak ada pasien dengan diagnosis berikut ini: abses vitreous

(360.04), panuveitis (360.12), atau edema papil (377.00-377.04). Empat pasien neuritis

optik (377.3), sebelas pasien atropi optik (377.1), dan sebelas pasien dengan kelainan

saraf optik lainnya (377.4) dieksklusi.

Analisis statistik dilakukan menggunakan versi 10 JMP (SAS Institue Inc, Cary,

NC, USA). Variabel kategori dianalisa menggunakan uji χ2 atau Fisher. Variabel

berkelanjutan dianalisa menggunakan uji t independen, analisa varian (ANOVA), atau

post hoc test dengan perbedaan yang kurang signifikan.

Hasil

Total 5,154 pasien memenuhi kriteria glaukoma, dengan mayoritas

pasien mengalami POAG (n=4,171, 80.9%) dan 2,142 (41,6%) dalam waktu paling tidak

5 tahun. Tujuh ratus enam puluh dari pasien glaukoma ini memiliki diagnosis penyakit

retina, dan 35 dari mereka mempunyai kategori multipel untuk diagnosis penyakit retina

(contoh, baik diagnosis ablasio retina maupun penyakit retina lainnya). Secara

keseluruhan, prevalensi komorbid penyakit pembuluh retina pada populasi pasien

glaukoma sebanyak 14.8% (760/5,154). Prevalensi ablasio retina 0.99% (ICD-9 361.xx,

Page 6: Prevalensi Komorbid Penyakit Pembuluh Retina Translate

51/5,154), prevalensi kelainan pada koroid 0.33% (ICD-9 363.xx, 17/5,154), dan

prevalensi kelainan pada badan vitreus 0.83% (ICD-9 379.2x, 43/5,154).

Karakteristik pasien glaukoma dengan dan tanpa komorbid penyakit retina

disajikan pada tabel 1. Secara keseluruhan, pada penelitian ini terdapat lebih banyak

perempuan (2,906, 56.3%) daripada laki-laki (2,248, 43.7%). Tidak ada perbedaan rasio

komorbid penyakit retina antara laki-laki dan perempuan (P=0.29, uji χ2). Pasien

glaukoma dengan komorbid penyakit retina berusia lebih tua daripada pasien tanpa

penyakit retina (usia rata-rata 75.4 tahun banding 73.1 tahun, P, 0.0001, uji t independen).

Pasien dengan komorbid penyakit retina, pasien PXG berusia lebih tua daripada pasien

POAG, NTG, atau CACG (usia rata-rata 83.1 tahun banding 73.7-75.2 tahun, P, 0.05,

ANOVA dan uji post hoc dengan perbedaan kurang signifikan). Tidak terdapat perbedaan

pada usia rata-rata antara pasien dengan PXG dan mereka dengan glaukoma pigmentasi

sudut terbuka (83.1 tahun banding 73.8 tahun, P.0.05, uji eksak fisher). Tidak ditemukan

perbedaan pada usia rata-rata antara POAG, NTG, glaukoma pigmentasi sudut terbuka,

dan pasien CACG dalam hal komorbid penyakit retina (P.0.05, ANOVA).

Kami kemudian menanyakan pasien dengan tipe glaukoma seperti apa yang

paling mungkin mempunyai komorbid penyakit pembuluh retina. Tabel 2 dan Grafik 1

menyajikan proporsi pasien dengan komorbid penyakit retina berdasarkan tipe glaukoma.

Proporsi pasien POAG dengan komorbid penyakit retina lebih besar (15.7%) daripada

pasien NTG (10.7%, P=0.014, uji χ2), pasien PXG (10.1%, P=0.008, uji χ2), dan pasien

glaukoma pigmentasi sudut terbuka (3.7%, P=0.013, uji eksak fisher). Tidak terdapat

perbedaan lain mengenai proporsi komorbid penyakit retina diantara tipe glaukoma

(P.0.05, uji χ2, uji eksak fisher).

Page 7: Prevalensi Komorbid Penyakit Pembuluh Retina Translate

Tabel 1 Usia dan jenis kelamin pasien dengan dan tanpa komorbid penyakit

pembuluh retina

Pasien glaukoma dengan

komorbid penyakit retina

(n=760)

Pasien glaukoma tanpa

komorbid penyakit retina

(n=4,394)

Usia, tahun (%)*

40-49

50-59

60-69

70-79

80-89

≥90

Rata-rata

Jenis kelamin, n (%)

Perempuan

Laki-laki

16 (2.1)

65 (8.6)

161 (21.2)

221 (29.1)

229 (30.1)

68 (8.9)

75.4±11.5

419 (55.1)

341 (44.9)

160 (3.6)

481 (10.9)

1,013 (23.1)

1,334 (30,4)

1,127 (25.6)

279 (6.3)

73.1±11.8

2,487 (56.6)

1,907 (43.4)

Catatan: *usia pada kunjungan terakhir

Kami kemudian menganalisa tipe penyakit pembuluh retina apa yang paling

sering ditemukan pada pasien glaukoma. Tabel 3-6 menyajikan jumlah pasien beserta

masing-masing diagnosis. Diagnosis yang paling sering termasuk degenerasi sistoid

makula (125); degenerasi makula senilis noneksudatif (94), degenerasi makula senilis

tidak terspesifikasi (89), latar belakang retinopati diabetik (82), dan retinopati diabetik

proliferatif (78), seperti dilihat pada bagan 2.

Kami kemudian menanyakan apakah terdapat hubungan antara subtipe glaukoma

dan retinopati diabetik, degenerasi makula terkait usia (age-related macular

Page 8: Prevalensi Komorbid Penyakit Pembuluh Retina Translate

degeneration, AMD), dan oklusi vaskuler retina, yang merupakan tiga diagnosis paling

sering dari komorbid penyakit retina. Dua ratus tiga puluh satu pasien glaukoma

menderita diabetes melitus dengan manifestasi oftalmik (ICD-9 250.5–250.53, 362.01–

362.07), yang mana dua ratus dua menderita penyakit retinal terkait diabetes (ICD-9

362.01–362.07). Prevalensi penyakit retinal terkait diabetes pada pasien glaukoma pada

penelitian ini ialah 3.92% (201/5,154). Lima puluh enam pasien melakukan kunjungan

hanya untuk retinopati diabetik proliferatif dan 139 pasien melakukan kunjungan untuk

retinopati diabetik nonploriferatif atau tipe background. Dua puluh dua melakukan

kunjungan karena kedua kategori penyakit tersebut. Pasien POAG memiliki prevalensi

komorbid retinopati diabetik lebih tinggi (4.5%) daripada pasien CACG (1.4%, P=0.013,

uji eksak fisher) atau pasien PXG (0.6%, P,0.001, uji eksak fisher). Tidak ada perbedaan

pada usia rata-rata antara POAG, CACG, dan pasien PXG dengan pasien retinopati

diabetik (P.0.05, ANOVA).

Seratus dua puluh delapan pasien glaukoma didiagnosa oklusi vaskuler retina,

dengan empat pasien mengalami oklusi arteri sentral atau cabang, 124 pasien mengalami

CRVO atau BRVO, dan dua pasien menderita baik oklusi arteri maupun vena. Tidak

ditemukan perbedaan prevalensi oklusi vaskuler retina berdasarkan tipe glaukoma (0%-

2.9%, P.0.05, uji eksak fisher). Perbedaan juga tidak ditemukan pada prevalensi oklusi

vena retina berdasarkan tipe glaukoma (0%-2.9%, P.0.05, uji eksak fisher). Total 297

pasien glaukoma didiagnosis degenerasi makula (eksudatif, noneksudatif, tidak

terspesifikasi)

Tabel 2. Prevalensi komorbid penyakit retina berdasarkan tipe glaukoma

POAG

(n=4,171)

NTG

(n=336)

PG (n=54) CACG

(n=277)

PXG

(n=316)

Pasien dengan 656 36 (10.7%) 2 (3.7%) 34 (12.3%) 32 (10.1%)

Page 9: Prevalensi Komorbid Penyakit Pembuluh Retina Translate

komorbid

penyakit retina

Pasien tanpa

komorbid

penyakit retina

(15.7%)

3,515

(84,3%)

300

(89.3%)

52 (96.3%) 243 (87.7%) 284

(89.9%)

atau degenerasi sistoid makula), dengan 84 pasien hanya mengalami AMD noneksudatif,

37 pasien AMD eksudatif, dan sepuluh pasien mengalami baik AMD eksudatif maupun

noneksudatif. Prevalensi AMD noneksudatif 1.6% (84/5,154) dan prevalensi MAD

eksudatif 0.91% (47/5,154). Pasien dengan AMD eksudatif dan noneksudatif

diikutsertakan dalam penghitungan prevalensi untuk AMD eksudatif karena memiliki

kedua diagnosis dapat mencerminkan adanya progresi dari AMD noneksudatif ke AMD

eksudatif. Pasien POAG dan PXG memiliki prevalensi AMD noneksudatif lebih tinggi

dibandingkan dengan pasien CACG (2.0% banding 0%, P=0.009 dan 2.9% banding 0%,

P=0.004, uji eksak fisher). Tidak ada perbedaan rata-rata usia antara pasien POAG dan

PXG dengan AMD noneksudatif (84.9 banding 86.3, P.0.05, uji t). Tidak ada perbedaan

prevalensi AMD eksudatif berdasarkan tipe glaukoma (0%–1.5%, P.0.05, uji eksak

fisher).

Terakhir, kami memeriksa kebutaan dan low vision untuk menentukan jika pasien

glaukoma dengan komorbid penyakit retina memiliki prevalensi kehilangan penglihatan

berat yang lebih tinggi. Pasien glaukoma dengan komorbid penyakit retina memiliki

prevalensi hilangnya penglihatan berat dibandingkan mereka tanpa penyakit retina

(1.97% banding 1.02%, P=0.02, uji χ2, bagan 3).

Page 10: Prevalensi Komorbid Penyakit Pembuluh Retina Translate

Bagan I Prevalensi komorbid penyakit retina berdsarkan tipe glaukoma. Pasien POAG

(15.7%) mempunyai prevalensi komorbid penyakit retina lebih tinggi dari pasien NTG

(10.7%), PXG (10.1%), dan PG (3.7%).

Catatan: P<0.05, uji X2

Singkatan: POAG, Glaukoma sudut terbuka primer; NTG, glaukoma sudut terbuka

tekanan rendah, PXG, glaukoma pseudoeksfoliasi

Diskusi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengestimasi prevalensi penyakit retina pada

populasi terdiri dari pasien glaukoma pada satu pusat pendidikan kesehatan di Amerika

Serikat dan untuk menentukan apakah terdapat hubungan antara tipe glaukoma tertentu

dengan komorbid penyakit pembuluh retina yang paling sering. Penelitian ini didasarkan

catatan tagihan dan bukan ulasan grafik, sehingga data klinis dan laboratorium seperti

TIO, berat masa indeks, dan hemoglobin terglikosilasi tidak tersedia. Kekuatan pada

penelitian ini termasuk jumlah pasien glaukoma yang besar yang semuanya melakukan

kunjungan ulangan dalam jangka waktu yang panjang.

Kami memerlukan paling sedikit 2 tahun kunjungan ulang untuk dapat diikutsertakan

pada penelitian ini, dan 41.6% pasien dijumpai selama paling sedikit 5 tahun. Kami

Page 11: Prevalensi Komorbid Penyakit Pembuluh Retina Translate

menggunakan kumpulan data dari satu, pusat pelayanan kesehatan tersier dengan tujuan

menemukan pasien yang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan yang sama untuk

pengobatan baik penyakit retina maupun glaukoma meskipun rasio prevalensi dapat

menunjukkan bias. Kelemahan penelitian ini termasuk disain restropektif, ketergantungan

pada kode ICD-9 tanpa menggunakan ulasan grafik untuk mengkonfirmasi diagnosis

pasien, kontrol kelompok yang minim, dan inklusi pasien dengan hanya lima tipe

glaukoma. Pasien glaukoma pada institusi ini dan yang juga mengunjungi dokter di luar

institusi karena penyakit retina tidak dimasukkan pada analisis kami. Pasien CACG dan

glaukoma sudut sempit mungkin berada pada risiko lebih tinggi untuk mengalami

komplikasi dari prosedur dilatasi, dan pemeriksaan fundus pada pasien ini mungkin

menjadi kurang optimal. Risiko dilatasi mungkin saja mengurangi diagnosis komorbid

penyakit retina pada populasi glaukoma ini. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk

mengevaluasi rasio prevalensi masing subtipe glaukoma dan untuk mengevaluasi

hubungan antara POAG dan penyakit retina spesifik dengan kontrol yang memiliki usia

dan jenis kelamin yang sesuai. Ulasan grafik yang rinci juga perlu dilakukan untuk

mengkonfirmasi hasil penelitian yang didasarkan pada data tagihan, selain itu data klinis

seperti TIO juga perlu dimasukkan.

Kami memilih POAG, NTG, CACG, glaukoma pigmentasi sudut terbuka, dan

PXG karena ini merupakan tipe glaukoma yang paling sering dijumpai di pusat

pendidikan kesehatan kami. Kami mengekslusi glaukoma neovaskular karena hubungan

antara diabetik retinopati proliferatif dan sindrom iskemik okuler sudah

didokumentasikan dengan baik.22 Kami mengidentifikasi pasien dengan paling sedikit

tiga pemeriksaan klinis dalam rentang waktu 2 tahun dengan diagnosis glaukoma yang

sama. Kami memilih kriteria inklusi untuk memaksimalkan akurasi diagnosis glaukoma,

untuk mengidentifikasi populasi glaukoma dengan perawatan ulangan selama bertahun-

tahun, dan untuk meminimalisir inklusi pasien glaukoma yang datang ke pusat kesehatan

Page 12: Prevalensi Komorbid Penyakit Pembuluh Retina Translate

ini hanya untuk mendapatkan second opinion. Pasien dengan penyakit pembuluh retina

perlu mendapatkan diagnosis yang sama pada dua kunjungan apa pun (klinis, prosedur,

atau unit gawat darurat).

Perlunya paling tidak dua kunjungan dengan diagnosis penyakit retina yang sama

diharapkan dapat mengurangi hasil positif palsu (inklusi) dan ketidakakuratan diagnosis

akibat kesalahan pengkodean atau dari evaluasi kunjungan dinyatakan negatif. Selain itu,

diagnosis tambahan tampak lebih konsisten seiring waktu karena pasien dengan penyakit

retina mungkin mengalami progres penyakit sehingga mengalami perubahan diagnosis

(contoh, dari retinopati diabetik nonproliferatif menjadi retinopati diabetik proliferatif.

Kami menentukan kriteria yang tidak begitu ketat untuk kebutaan dan low vision, (dua

kunjungan dengan kode 369 ICD-9 apa pun) karena diagnosis tersebut relatif jarang dan

penelitian ini lebih memperhatikan apakah pasien mengalami kehilangan penglihatan

berat dan bukan tingkatan spesifik dari hilangnya penglihatan yang berat (contoh, total,

hampir total, dalam).

Penelitian sebelumnya telah mengungkapkan bahwa pasien dengan penyakit

retina spesifik, operasi dan prosedur retina mengalami peningkatan insiden hipertensi

okuler dan glaukoma; meskipun begitu, tidak ada publikasi yang mengestimasi prevalensi

komorbid penyakit pembuluh retina di suatu populasi penderita glaukoma. Kami

menemukan rasio komorbid penyakit retina yang signifikan (14.8%) pada populasi

glaukoma ini. Pasien glaukoma dengan penyakit komorbid memiliki usia rata-rata yang

lebih tua daripada mereka tanpa komorbid penyakit retina. Rata-rata usia yang lebih tua

mungkin dikarenakan peningkatan usia merupakan faktor risiko untuk terjadinya berbagai

penyakit pembuluh retina. Tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dan rasio

komorbid penyakit retina.

Page 13: Prevalensi Komorbid Penyakit Pembuluh Retina Translate

Penelitian sebelumnya mengenai rasio komorbid penyakit pembuluh retina pada

pasien glaukoma belum ada. Meskipun begitu, penelitian epidemiologi dapat memberikan

informasi mengenai rasio penyakit tertentu di populasi umum. Penelitian ini dilakukan

pada populasi yang berbeda dan memiliki disain yang tidak sama, jadi pembanding pada

penelitian ini terbatas. Rasio retinopati diabetik pada penelitian ini konsisten dengan

penelitian epidemiologi di literatur oftamologi. Hasil mengindikasikan bahwa 3.4%

pasien glaukoma menderita retinopati diabetik dan 3.9% pasien menderita baik retinopati

diabetik atau diabetes dengan manifestasi oftalmik, hal itu konsisten dengan penelitian

sebelumnya yang memperkirakan prevalensi retinopati diabetik sebesar 3.4% pada orang

Amerika berusia lebih dari 40 tahun.23 Demikian, menggunakan kontrol historis yang

berasal dari penelitian epidemiologi, prevalensi retinopati diabetik tampaknya tidak

berbeda pada pasien glaukoma dan sampel skrining berbasis masyarakat.

Secara kontras, rasio oklusi vaskular pada penelitian ini lebih tinggi dari estimasi

prevalensi lainnya. Kami mengkombinasikan BRVO dan CRVO untuk prevalensi

kombinasi sebesar 2.4%. secara global, prevalensi tersebut diestimasi sebesar 3.77 per

1000 untuk BRVO dan 0.65 per 1000 untuk CRVO.24 prevalensi kami yang lebih tinggi

mungkin mencerminkan adanya bias atau mungkin mendemonstrasikan bahwa pasien

glaukoma memiliki prevalensi yang lebih tinggi daripada populasi umum. Glaukoma

sudut terbuka telah lama dikenal sebagia faktor risiko baik BRVO maupun CRVO.25,26

CRVO iskemik dapat berujung pada glaukoma neovaskular dan CACG, tapi penelitian ini

tidak mengikutsertakan glaukoma neovaskular, dan tidak terdapat perbedaan signifikan

secara statistik antara oklusi vena atau oklusi vaskular dengan tipe glaukoma yang diteliti.

Diagnosis CACG mungkin terlewatkan jika pasien tidak dilakukan pemeriksaan

gonioskopi. Jumlah pasien dengan oklusi vaskular yang sedikit juga membatasi kekuatan

statistik penelitian ini. Dari seluruh pasien penelitian, hanya tiga pasien PXG, lima NTG,

delapan CACG, dan 112 POAG yang mengalami oklusi vaskular.

Page 14: Prevalensi Komorbid Penyakit Pembuluh Retina Translate

Selain itu, hasil yang kami dapatkan mengenai prevalensi degenerasi makula

pada pasien glaukoma lebih rendah dari prevalensi dari penelitian sebelumnya. Sebuah

meta analisis pada tahun 2004 mengestimasi prevalensi AMD sebesar 6.12% untuk AMD

dini dan 1.02% untuk AMD neovaskular,27 yang lebih tinggi dari estimasi kami yaitu

2.5% baik untuk AMD eksudatif maupun noneksudatif, 1.6% untuk AMD noneksudatif,

dan 0.91% untuk AMD eksudatif. Di penelitian pada pasien Finlandia dengan POAG dan

PXG tahun 2008, prevalensi AMD 4.0%.28 Definisi AMD merupakan kunci yang

menentukan cara penghitungan rasio prevalensi, dan meta analisis tahun 2004

mendefinisikan AMD dini sebagai memiliki paling sedikit satu drusen dengan ukuran

125µm atau lebih.27 Rasio AMD yang lebih rendah pada penelitian ini mungkin

menunjukkan keterbatasan penggunaan kode ICD-9 tanpa ulasan grafik. Proporsi pasien

AMD noneksudatif dan pasien AMD eksudatif pada penelitian ini adalah 2.5% hingga

0.91%, yang berbeda dengan estimasi yang didokumentasikan secara baik bahwa 85%-

90% pasien AMD merupakan AMD noneksudatif. Data-data ini dapat mencerminkan

adanya bias dimana dengan absennya studi prospektif resmi terdahulu, drusen sebagai

penanda AMD dini mungkin tidak terdeteksi atau terdokumentasi, atau mungkin tidak

berujung pada rujukan ke spesialis retina yang lebih mungkin untuk mengkodekan

penyakit ini. Penjelasan lain untuk rendahnya rasio AMD, bahwa penelitian populasi

mungkin tidak bisa digeneralisasikan menjadi penelitian epidemiologi berbasis

komunitas. Sementara kita tidak memiliki informasi mengenai ras atau etnik peserta

penelitian, pusat pendidikan kesehatan ini berlokasi di negara terdiri dari 64.3% hispanik

atau latin berdasarkan US Sensus Bureau.29 Sudah lama diketahui bahwa ras Kaukasian

memiliki rasio AMD lebih tinggi dari Afrika Amerika, dan pada penelitian terbaru

mengajukan hipotesis bahwa glaukoma mungkin merupakan faktor protektif terhadap

perkembangan AMD, meskipun begitu, hipotesis ini perlu penelitian tambahan begitu

juga dengan penjelasan mekanisme secara biologis.

Page 15: Prevalensi Komorbid Penyakit Pembuluh Retina Translate

Ketika menganalisa perbedaan prevalensi antara komorbid penyakit retina dan

tipe glaukoma, kami juga mengevaluasi perbedaan rata-rata usia tipe-tipe glaukoma

karena usia diketahui merupakan faktor risiko baik untuk glaukoma dan berbagai

penyakit retina seperti AMD, aterosklerosis dan penyakit oklusi arteri retina, penyakit

oklusi vena retina, dan membran epiretina.31 Dari semua pasien dengan komorbid

penyakit retina, pasien PXG berusia lebih tua dari mereka dengan POAG, NTG dan

CACG, dan tidak terdapat perbedaan lain antara tipe glaukoma. Pasien POAG dengan

komorbid penyakit retina tidak berusia lebih tua dari pasien dengan tipe lain glaukoma.

Peningkatan risiko kehilangan penglihatan berat sebanyak hampir dua kali lipat

pada pasien dengan komorbid penyakit retina menunjukkan perlunya dokter untuk

melakukan pemeriksaan retina secara seksama, serta mempertimbangkan etiologi

multipel jika hasil pemeriksaan lapang pandang atau pemeriksaan nervus optikus tidak

sebanding dengan derajat kerusakan penglihatan. Pendekatan yang multidisiplin, berbasis

kelompok terhadap perawatan pasien dengan pemantauan yang sering tentunya

diindikasikan untuk pasien dengan risiko hilangnya penglihatan. Memahami prevalensi

komorbid penyakit retina pada pasien dengan tipe glaukoma tertentu dapat berujung pada

peningkatan kewaspadaan antara dokter spesialis mata. Penelitian lebih lanjut diperlukan

untuk mengevaluasi perawatan pasien glaukoma dengan komorbid penyakit retina.

Page 16: Prevalensi Komorbid Penyakit Pembuluh Retina Translate

Bagan 2. Diagnosis komorbid penyakit retina paling sering. Pasien dengan glaukoma, lima

diagnosis paling sering MD sistoid, MD noneksudatif, MD tidak terspesifikasi, background DR,

dan DR proliferatif.

Bagan 3 Prevalensi kebutaan dan low vision. Pasien glaukoma dengan komorbid penyakit retina

memiliki rasio kebutaan dan low vision lebih tinggi dari pasien glaukoma tanpa penyakit komorbid

retina (1.97% banding 1.02%).

Catatan: P=0.01, uji X2 .

Singkatan: CRD, Comorbid retinal disease

Acknowledgement (Pemberian Kredit)

Penulis mengucapkan terima kasih pada National Eye Institute (P30s EY022589 and

EY014801) dan sebuah akses tanpa retriksi oleh Research to Prevent Blindness Inc.

Penutup

Disclosure JFG: Pfizer, Inc. (Ownership). Data pendahuluan penelitian ini

dipresentasikan sebagai poster di pertemuan nasional Association for Research in Vision

and Ophthalmology di Orlando, FL, USA, May 2014. Penulis tidak melaporkan adanya

konflik pada penelitian ini.