Presus Skabies

54
PRESENTASI KASUS Disusun Oleh: Eva Indreswari Tandisalla (1110221084) FK UPN Veteran Jakarta Pembimbing: dr. Ismiralda Okke, Sp. KK KEPANITERAAN DEPARTEMEN KULIT DAN KELAMIN RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARDJO 1

description

presus

Transcript of Presus Skabies

Page 1: Presus Skabies

PRESENTASI KASUS

Disusun Oleh:

Eva Indreswari Tandisalla (1110221084)

FK UPN Veteran Jakarta

Pembimbing: dr. Ismiralda Okke, Sp. KK

KEPANITERAAN DEPARTEMEN KULIT DAN KELAMIN

RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARDJO

PURWOKERTO

2012

1

Page 2: Presus Skabies

PRESENTASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. AJ

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 50 tahun

Alamat : Wangon, Banyumas

Pekerjaan : Buruh

Agama : Islam

Tanggalpemeriksaan : 11 Agustus 2012

II. ANAMNESIS

Diambil dari Autoanamnesis 11 Agustus 2012

KeluhanUtama : Gatal pada bagian kepala,

punggung, dan lengan

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien laki-laki berusia 50 tahun

datang ke poli Kulit dan Kelamin RSMS, dengan mengeluhkan

gatal-gatal pada hampir seluruh tubuhnya khususnya pada bagian

kepala, lengan, dan punggung. Gatal yang dirasakan pasien hilang

timbul, namun dirasakan sangat gatal pada malam hari atau sedang

merasa gerah. Pasien suka menggaruk-garuk dengan keras pada

bagian yang gatal sehingga timbul keropeng di kapala Keluhan ini

dirasakan sejak 7 bulan yang lalu. Pasien mengaku sebelumnya

2

Page 3: Presus Skabies

pernah mengalami keluhan yang sama sekitar 8-9 nulan lalu, saat

itu sudah berobat dan keluhan menghilang. Namun karena obat

pasien kemudian habis, maka keluhan itu kembali dirasakan.

Selain gatal pasien juga merasakan perih pada bekas garukan.

Anak pasien juga sedang mengalami penyakit yang sama. Setelah

kambuh pasien mengaku belum melakukan pengobatan apapun.

Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien pernah mengalami

keluhan yang sama 9 bulan lalu, sembuh, dan muncul lagi.

Riwayat Penyakit Keluarga : Anak pertama pasien juga

mengalami keluhan yang sama, belum berobat.

Riwayat Alergi : Ada riwayat alergi

mengkonsumsi ikan laut.

III. STATUS GENERALIS

Keadaan Umum : Baik

Kepala : Normocephal

Mata : Konjuctiva anemis (-/-), Skelera

ikterik (-/-)

Hidung : Simetris, Devias iseptum (-),

Sekret (-)

Telinga : Bentuk daun telinga normal,

secret (-)

3

Page 4: Presus Skabies

Mulut : Mukosa bibir dan mulut

lembab,sianosis (-)

Tenggorokan : Tidak dilakukan

Thorax : Jantung : Tidak dilakuakn

Paru : Tidak dilakukan

Abdomen : Tidak dilakukan

Kelenjar Getah Bening : Tidak teraba pembesaran.

Ekstremitas : Akral hangat

IV. STATUS DERMATOLOGI

Lokasi : Regio capitis, ekstremitas superior, ekstremitas

inferior, region thorax posterior ( supra et infra

scapularis,scapularis,vertebralis pas thoracica), regio abdomen

posterior (lumbalis dextra et sinistra, vertebralis pars abdominalis)

Ukk : Erosi, Ekskoriasi, krusta, dan macula

hiperpigmentasi pada region capitis, ekstermitas superior (brachii et

antebrachii),ekstremitas inferior, dan thoras & abdomen posterior..

4

Page 5: Presus Skabies

5

Page 6: Presus Skabies

6

Page 7: Presus Skabies

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

VI. TERAPI

Inerson + Fuson

Loratadine 10 mg Tab ; 30 ; 1x1

Amiriptyline 25 mg tab ; 10 ; 1x1

Cefadroxil 50 mg tab ; 15 ; 2x1

7

Page 8: Presus Skabies

VII. RESUME

Pasien laki-laki berusia 50 tahun datang ke poli Kulit dan

Kelamin RSMS, dengan mengeluhkan gatal-gatal pada hampir seluruh

tubuhnya khususnya pada bagian kepala, lengan, dan punggung. Gatal yang

dirasakan pasien hilang timbul, namun dirasakan sangat gatal pada malam hari

atau sedang merasa gerah. Pasien suka menggaruk-garuk dengan keras pada

bagian yang gatal sehingga timbul keropeng di kapala Keluhan ini dirasakan

sejak 7 bulan yang lalu. Pasien mengaku sebelumnya pernah mengalami

keluhan yang sama sekitar 8-9 nulan lalu, saat itu sudah berobat dan keluhan

menghilang. Namun karena obat pasien kemudian habis, maka keluhan itu

kembali dirasakan. Selain gatal pasien juga merasakan perih pada bekas

garukan. Anak pasien juga sedang mengalami penyakit yang sama. Setelah

kambuh pasien mengaku belum melakukan pengobatan apapun.

VIII. DIAGNOSA KERJA

Scabies

IX. DIAGNOSIS BANDING

1. Urtikaria Akut

2.  Prurigo

3. Gigitan serangga

4. Folikulitis

X. PEMERIKSAAN ANJURAN

8

Page 9: Presus Skabies

Kerokan kulit

Tes tinta pada terowongan (Burrow ink test)

XI. PENATALAKSANAAN

Medikamentosa :

-Antibiotik

-Antihistamn

-Asam Fusidat

-Permetrin atau Ivermectin

-Benzyl Benzoat

Edukasi pada pasien skabies : 

1. Mandi dengan air hangat dan keringkan badan.

2. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya dilakukan pada

malam hari sebelum tidur.

3.Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan.

4. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan teratur dan

bila perlu direndam dengan air panas

5. Jangan ulangi penggunaan skabimed yang berlebihan dalam seminggu

walaupun rasa gatal yang mungkin masih timbul selama beberapa hari.

6. Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan pengobatan yang

sama dan ikut menjaga kebersihan.

XII. PROGNOSIS

Dubia ad bonam

9

Page 10: Presus Skabies

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Skabies merupakan penyakit epidemik pada banyak masyarakat. Ada

dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Penyakit ini

banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat juga

mengenai semua umur. Insidensi sama pada pria dan wanita. (Haandoko, R,

2001).

Insidensi skabies di negara berkembang menunjukan siklus fluktasi

yang sampai saat ini belum dapat dijelaskan. Interval antara akhir dari suatu

epidemic dan permulaan epidemik berikutnya kurang lebih 10-15 tahun.

Beberapa factor yang dapat membantu penyebarannya adalah kemiskinan,

hygiene yang jelek, seksual promiskuitas, diagnosis yang salah, demografi,

ekologi dan derajat sensitasi individual. Insidensinya di Indonesia masih cukup

tinggi, terendah di Sulawesi Utara dan tertinggi di Jawa Barat.

Di Indonesia, penyakit ini masih menjadi masalah tidak saja di daerah

terpencil, tetapi juga di kota-kota besar bahkan di Jakarta, kondisi kota Jakarta

yang padat merupakan faktor pendukung perkembangan scabies. Berdasarkan

pengumpulan data Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia (KSDAI)

tahun 2001, dari 9 rumah sakit di 7 kota besar di Indonesia, jumlah penderita

scabies terbanyak didapatkan Jakarta yaitu 335 kasus di 3 rumah sakit. Di

berbagai belahan dunia, laporan kasus skabies masih sering ditemukan pada

keadaan lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat

pendidikan yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau

cenderung jelek. Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari,

secara tidak langsung juga ikut mengganggu kelangsungan hidup masyarakat

terutama tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan

dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan

berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi menurun yang

akhirnya mengakibatkan menurunnya kualitas hidup masyarakat. (Kenneth,

F,1995).

10

Page 11: Presus Skabies

Skabies ditemukan disemua negara dengan prevalensi yang bervariasi.

Dibeberapa negara yang sedang berkembang prevalensi skabies sekitar 6 % -

27 % populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja.

(Sungkar, S, 1995).

2.1 Pengertian

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan

sensitifasi terhadap sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Sinonim

dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal agogo.

Scabies  merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh seekor

tungau (kutu/mite) yang bernama Sarcoptes scabei, filum Arthopoda , kelas

Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia oleh S. scabiei

var homonis, pada babi oleh S. scabiei var suis, pada kambing oleh S. scabiei

var caprae, pada biri-biri oleh S. scabiei var ovis.

 

Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal

Sarcoptes scabei, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk

kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2

centimeter.

11

Page 12: Presus Skabies

Kecil ukurannya, hanya bisa dilihat dibawah lensa mikroskop, yang

hidup didalam jaringan kulit penderita, hidup membuat terowongan yang

bentuknya memanjang dimalam hari. Itu sebabnya rasa gatal makin menjadi-

jadi dimalam hari, sehingga membuat orang sulit tidur. Dibandingkan penyakit

kulit gatal lainnya, scabies merupakan penyakit kulit dengan rasa gatal yang

lebih dibandingkan dengan penyakit kulit lain.

Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan

edema yang disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu

betina panjangnya 0,3 sampai 0,4 milimeter dengan empat pasang kaki, dua

pasang di depan dengan ujung alat penghisap dan sisanya di belakang berupa

alat tajam. Sedangkan, untuk kutu jantan, memiliki ukuran setengah dari

betinanya. Dia akan mati setelah kawin. Bila kutu itu membuat terowongan

dalam kulit, tidak pernah membuat jalur yang bercabang.

Di dalam terowongan ini, kutu bersarang dan mengeluarkan telurnya.

Dalam waktu tujuh sampai 14 hari, telur menetas dan membentuk larva yang

dapat berubah menjadi nimfa, selanjutnya terbentuk parasit dewasa. Hal yang

paling disukai kutu betina adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, yaitu

daerah sekitar sela jari dan tangan, siku, pergelangan tangan, bahu, dan daerah

kemaluan. Pada bayi yang memiliki kulit serba tipis, telapak tangan, kaki,

muka, dan kulit kepala sering diserang kutu tersebut.

Faktor penunjang penyakit ini antara lain anak dengan keadaan orang

tua yang sosial ekonominya rendah, hygiene buruk, kesalahan diagnosis, dan

perkembangan demografis serta ekologik. Penularan penyakit skabies ini dapat

terjadi secara langsung maupun tidak langsung, karenanya tidak heran jika

penyakit gudik (skabies) dapat dijumpai di sebuah keluarga, di kelas sekolah, di

asrama, di pesantren.

2.2 Etiologi

Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman Sercoptes scabei

varian hominis. Sarcoptes scabiei ini termasuk filum Arthopoda, kelas

Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut

12

Page 13: Presus Skabies

Sarcoptes scabiei var hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada

kambing dan babi. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval,

punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient,

berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar

antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil,

yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang

kaki, 2 pasang longlegs di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2 pasang

longlegs kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang

jantan pasangan longlegs ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir

dengan alat perekat. Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi

(perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang

masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau

betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum,

dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4

butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah

dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya

dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva

ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari

larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan

4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa

memerlukan waktu antara 8-12 hari. Telur menetas menjadi larva dalam waktu

3-4 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel

rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit

dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur, sedangkan

tungau jantan mati setelah kopulasi. Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar

pada suhu kamar selama lebih kurang 7-14 hari.Yang diserang adalah bagian

kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada

bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang

penyakit skabies ini.

13

Page 14: Presus Skabies

2.3 Pengklasifikasian Skabies

Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan

sulit dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa

bentuk tersebut antara lain (Sungkar, S, 1995):

1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated). Bentuk ini ditandai

dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga

sangat sukar ditemukan.

2. Skabies incognito. Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan

kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap

ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga

menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan

mirip penyakit lain.

3. Skabies nodular. Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang

gatal. Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia

laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi

hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih

dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap

selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan

anti scabies dan kortikosteroid.

4. Skabies yang ditularkan melalui hewan. Di Amerika, sumber utama skabies

adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak

terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi

biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk

binatang kesayangannya yaitu paha,

perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih

mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 – 8 minggu) dan dapat sembuh

14

Page 15: Presus Skabies

sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus

hidupnya pada manusia.

5. Skabies Norwegia. Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh

lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang

tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga

bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi

kuku. Berbeda dengan scabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies

Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah

tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi

akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi

proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah.

6. Skabies pada bayi dan anak. Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh

tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan

sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga

terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka. (Harahap. M, 2000).

7. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden). Penderita penyakit kronis dan

orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies

yang lesinya terbatas. (Harahap. M, 2000).

2.4 Patofisiologi Scabies

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan

tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau

bergandengan atau bermain bersama dengan anak lain sehingga terjadi kontak

kulit yang kuat, menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang

terjadi disebabkan leh sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang

memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan

kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel, dan urtika.

Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.

Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.

15

Page 16: Presus Skabies

Tungau scabies penderita sendiri dan digaruk

Kontak kulit kuat

Bersalaman bergandengan

Timbul lesi

Pergelangan tangan

Gatal

Sensitivitas terhadap secret

Waktu 1 bulan setelah infestasi

Timbul papul,vesikel,urtika timbul erosi, krusta

Digaruk infeksi skunder

Kelainan kulit dermatitis menyebar luas

16

Page 17: Presus Skabies

2.5 Tanda dan Gejala

Rasa gatal yang sering menjadi parah dan biasanya memburuk pada malam

hari

Penggalian kulit dapat menimbulkan benjolan kecil pada kulit

Pada anak-anak, bagian yang terkena antara lain:

• Kulit kepala

• Wajah

• Leher

• Telapak tangan

• Telapak kaki

Efek utama pada anak yang terkena scabies adalah gatal pada badan

terutama pada waktu malam. Efek pada kulit seperti bintik-bintik kecil berair

(vesicles), efek truk scabies dalam kulit (burrowing) dan efek mengelupas

terdapat di celah-celah jari tangan atau kaki. Efek ini juga sering terdapat pada

pusat, ketiak.

Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal berikut :

1. . Pruritus nocturna

Setelah pertama kali terinfeksi dengan tungau skabies, kelainan kulit

seperti pruritus akan timbul selama 6 hingga 8 minggu. Infeksi yang

berulang menyebabkan ruam dan gatal yang timbul hanya dalam beberapa

hari. Gatal terasa lebih hebat pada malam hari.mHal ini disebabkan karena

meningkatnya aktivitas tungau akibat suhu yang lebih lembab dan panas.

Sensasi gatal yang hebat seringkali mengganggu tidur dan penderita menjadi

gelisah.

2. Sekelompok orang

Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, sehingga dalam

sebuah keluarga biasanya mengenai seluruh anggota keluarga. Begitu pula

dalam sebuah pemukiman yang padat penduduknya, skabies dapat menular

hampir ke seluruh penduduk. Didalam kelompok mungkin akan ditemukan

individu yang hiposensitisasi, walaupun terinfestasi oleh parasit sehingga

17

Page 18: Presus Skabies

tidak menimbulkan keluhan klinis akan tetapi menjadi pembawa/carier bagi

individu lain.

3. Adanya terowongan

Kelangsungan hidup Sarcoptes scabiei sangat bergantung kepada

kemampuannya meletakkan telur, larva dan nimfa didalam stratum korneum

oleh karena itu parasit sangat menyukai bagian kulit yang memiliki stratum

korneum yang relative lebih longgar dan tipis. Lesi yang timbul berupa

eritema, krusta, ekskoriasi papul dan nodul yang sering ditemukan di daerah

sela-sela jari, aspek volar pada pergelangan tangan dan lateral telapak

tangan, siku, aksilar, skrotum, penis, labia dan pada areola wanita. Bila ada

infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan

lain-lain).

18

Page 19: Presus Skabies

  

Gambar 2. Lesi pada sela jari, area pubic, dan areola mammae

Erupsi eritematous dapat tersebar di badan sebagai reaksi hipersensitivitas

pada antigen tungau. Lesi yang patognomonik adalah terowongan yang tipis

dan kecil seperti benang, berstruktur linear kurang lebih 1 hingga 10 mm,

berwarna putih abu-abu, pada ujung terowongan ditemukan papul atau

vesikel yang merupakan hasil dari pergerakan tungau di dalam stratum

korneum. Terowongan ini terlihat jelas kelihatan di sela-sela jari,

pergelangan tangan dan daerah siku. Namun, terowongan tersebut sukar

ditemukan di awal infeksi karena aktivitas menggaruk pasien yang hebat.

4. Menemukan Sarcoptes scabiei

Apabila kita dapat menemukan terowongan yang masih utuh

kemungkinan besar kita dapat menemukan tungau dewasa, larva, nimfa

maupun skibala dan ini merupakan hal yang paling diagnostik. Akan tetapi,

kriteria yang keempat ini agak susah ditemukan karena hampir sebagian

besar penderita pada umumnya datang dengan lesi yang sangat variatif dan

tidak spesifik. Pada kasus skabies yang klasik, jumlah tungau sedikit

sehingga diperlukan beberapa lokasi kerokan kulit. Teknik pemeriksaan ini

sangat tergantung pada operator pemeriksaan, sehingga kegagalan

menemukan tungau sering terjadi namun tidak menyingkirkan diagnosis

skabies.

Pada orang tua yang selalu menjaga hygiene anaknya, lesi yang timbul

hanya sedikit sehingga diagnosis kadang kala sulit ditegakkan. Jika penyakit

berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi, impetigo, dan furunkulsis. .

19

Page 20: Presus Skabies

   Pengkajian Aloanamnesa Scabies Pada Anak

1. Biodata

Mengkaji identitas anak dan orang tua seperti nama, alamat untuk

menentukan penyebab mengapa pasien terkena scabies karena apabila anak

yang terkena scabies tinggal di tempat yang endemik scabies dan daerah

tersebut padat penduduknya akan terjadi peningkatan resiko penularan

scabies. Selain itu dikaji juga usia anak karena semakin muda, system

imunnya rendah sehingga mudah sekali untuk masuknya S. scabiei dan

S.scabiei senang dengan kulit yang tipis seperti pada kulit anak. Perawat

juga harus mengkaji jenis kelamin, anak laki-laki banyak yang terkena

scabies karena aktivitas anak laki-laki lebih banyak dibanding anak

perempuan dan hygiene anak laki-laki kurang sehingga mudah terkena

scabies.

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

Pada anak penderita scabies terdapat lesi dikulit di seluruh tubuh terutama

pada kulit yang tipis seperti kulit kepala, wajah, leher, telepak tangan dan

kaki. Anak juga merasakan gatal terutama pada malam hari karena

S.scabiei bekerja membuat terowongan pada malam hari dan S.scabiei

senang dengan suhu yang lembab dan panas.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Pasien mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian menjadi

edema karena garukan akibat rasa gatal yang sangat hebat.

c. Riwayat kesehatan dahulu

Pasien pernah masuk RS karena alergi.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Scabies merupakan penyakit menular, sehingga apabila ada anggota

keluarga yang terkena scabies akan menularkan ke anggota keluarga yang

lain.

3. Pola fungsi kesehatan

20

Page 21: Presus Skabies

a. Pola persepsi terhadap kesehatan

Apabila sakit, anak biasa membeli obat di toko obat terdekat atau apabila

tidak terjadi perubahan pasien memaksakan diri ke puskesmas atau RS

terdekat.

b. Pola aktivitas latihan

Anak yang terkena scabies akan menjadi malas melakukan kegiatan sehari-

hari seperti mandi, makan, bermain, dll karena anak focus terhadap rasa

gatal dan nyeri yang dirasakan

c. Pola istirahat tidur

Pada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal yang hebat pada

malam hari.

d. Pola nutrisi metabolik

Pada pasien scabies tidak ada gangguan dalam nutrisi metaboliknya.

e. Pola eliminasi

Pada pasien scabies tidak terjadi gangguan terhadap pola eliminasinya.

f. Pola kognitif perceptual

Pada pasien scabies tidak terjadi gangguan terhadap pola kognitif

perceptualnya

g. Pola peran hubungan :

Pada anak yang terkena scabies membutuhkan dukungan dari orang tua atau

orang terdekat karena kebanyakan penderita scabies kepercayaan dirinya

kurang akibat dari adanya gatal-gatal, kulit bintik-bintik dan mengelupas.

Dukungan dari orang tua akan meningkatkan kepercayaan diri anak dan

anak dapat cepat sembuh.

h. Pola konsep diri:

Pada anak yang terkena scabies akan menjadi kurang percaya diri akibat

gatal-gatal, kulit bintik-bintik dan mengelupas

i. Pola koping

Kehilangan atau perubahan yang terjadi  pada penderita scabies adalah anak

malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Sehingga masalah utama yang

21

Page 22: Presus Skabies

terjadi selama anak sakit, anak selalu merasa gatal, dan pasien menjadi

malas untuk bermain, bersosialisasi.

2.6 Pemeriksaan penunjang

Bila gejala klinis spesifik, diagnosis skabies mudah ditegakkan. Tetapi

penderita sering datang dengan lesi yang bervariasi sehingga diagnosis pasti

sulit ditegakkan. Pada umumnya diagnosis klinis ditegakkan bila ditemukan

dua dari empat cardinal sign. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk

menemukan tungau dan produknya yaitu :

1. Kerokan kulit

Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral atau

KOH 10% lalu dilakukan kerokan dengan meggunakan scalpel steril yang

bertujuan untuk mengangkat atap papula atau kanalikuli. Bahan pemeriksaan

diletakkan di gelas objek dan ditutup dengan kaca penutup lalu diperiksa

dibawah mikroskop.

2.    Mengambil tungau dengan jarum

Bila menemukan terowongan, jarum suntik yang runcing ditusukkan

kedalam terowongan yang utuh dan digerakkan secara tangensial ke ujung

lainnya kemudian dikeluarkan. Bila positif, Tungau terlihat pada ujung jarum

sebagai parasit yang sangat kecil dan transparan. Cara ini mudah dilakukan

tetapi memerlukan keahlian tinggi.

3.   Tes tinta pada terowongan (Burrow ink test)

Identifikasi terowongan bisa dibantu dengan cara mewarnai daerah lesi

dengan tinta hitam. Papul skabies dilapisi dengan tinta cina, dibiarkan selama

20-30 menit. Setelah tinta dibersihkan dengan kapas alkohol, terowongan

tersebut akan kelihatan lebih gelap dibandingkan kulit di sekitarnya karena

akumulasi tinta didalam terowongan. Tes dinyatakan positif bila terbetuk

gambaran kanalikuli yang khas berupa garis menyerupai bentuk zigzag.

5. Membuat biopsi irisan (epidermal shave biopsy)

Diagnosis pasti dapat melalui identifikasi tungau, telur atau skibala

secara mikroskopik. Ini dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan ibu jari dan

22

Page 23: Presus Skabies

telunjuk kemudian dibuat irisan tipis, dan dilakukan irisan superficial secara

menggunakan pisau dan berhati-hati dalam melakukannya agar tidak berdarah.

Kerokan tersebut diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi dengan minyak

mineral yang kemudian diperiksa dibawah mikroskop.

6. Biopsi irisan dengan pewarnaan HE7.

7. Uji tetrasiklin

Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk ke dalam

kanalikuli. Setelah dibersihkan, dengan menggunakan sinar ultraviolet dari

lampu Wood, tetrasiklin tersebut akan memberikan fluoresensi kuning

keemasan pada kanalikuli.

Dari berbagai macam pemeriksaan tersebut, pemeriksaan kerokan kulit

merupakan cara yang paling mudah dan hasilnya cukup memuaskan. Agar

pemeriksaan berhasil, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni :

1.    Kerokan harus dilakukan pada lesi yang utuh (papula, kanalikuli) dan tidak

dilakukan pada tempat dengan lesi yang tidak spesifik.

2.Sebaiknya lesi yang akan dikerok diolesi terlebih dahulu dengan minyak

mineral agar tungau dan produknya tidak larut, sehingga dapat menemukan

tungau dalam keadaan hidup dan utuh.

3. Kerokan dilakukan pada lesi di daerah predileksi.

4.Oleh karena tungau terdapat dalam stratum korneum maka kerokan harus

dilakukan di superficial dan menghindari terjadinya perdarahan. Namun karena

sulitnya menemukan tungau maka diagnosis scabies harus dipertimbangkan

pada setiap penderita yang datang dengan keluhan gatal yang menetap.

2.7 Diagnosis Banding

Diagnosis bandingnya adalah:

1. Urtikaria Akut: erupsi pada papul-papul yang gatal, selalu sistemik.

2.    Prurigo, biasanya berupa papul-papul yang gatal, predileksi pada bagian

ekstensor ekstremitas.

3. Gigitan serangga, biasanya jelas timbul sesudah ada gigitan, efloresensinya

urtikaria papuler.

23

Page 24: Presus Skabies

4. Folikulitis berupa pustul miliar dikelilingi daerah yang eritem.

2.8.Penatalaksanaan

   Terdapat beberapa terapi untuk skabies yang memiliki tingkat efektivitas

yang bervariasi. Faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan yang antara lain

umur pasien, biaya pengobatan, berat derajat erupsi, dan factor kegagalan terapi

yang pernah diberikan sebelumnya.

Pada pasien dewasa, skabisid topikal harus dioleskan di seluruh permukaan

tubuh kecuali area wajah dan kulit kepala,dan lebih difokuskan di daerah sela-

sela jari, inguinal, genital, area lipatan kulit sekitar kuku, dan area belakang

telinga. Pada pasien anak dan scabies berkrusta, area wajah dan kulit kepala

juga harus dioleskan skabisid topikal. Pasien harus diinformasikan bahwa

walaupun telah diberikan terapi skabisidal yang adekuat, ruam dan rasa gatal di

kulit dapat tetap menetap hingga 4 minggu. Jika tidak diberikan penjelasan,

pasien akan beranggapan bahwa pengobatan yang diberikan tidak berhasil dan

kemudian akan menggunakan obat anti scabies secara berlebihan. Steroid

topikal, anti histamin maupun steroid sistemik jangka pendek dapat diberikan

untuk menghilangkan ruam dan gatal pada pasien yang tidak membaik setelah

pemberian terapi skabisid yang lengkap.

a. Penatalaksanaan secara umum

Edukasi pada pasien skabies : 

1. Mandi dengan air hangat dan keringkan badan.

2. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya

dilakukan pada malam hari sebelum tidur.

3.Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan.

4. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan

teratur dan bila perlu direndam dengan air panas

5. Jangan ulangi penggunaan skabisd yang berlebihan dalam seminggu

walaupun rasa gatal yang mungkin masih timbul selama beberapa hari.

6. Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan pengobatan

yang sama dan ikut menjaga kebersihan.

24

Page 25: Presus Skabies

b.Penatalaksanaan secara khusus

Pengobatan skabies harus efektif terhadap tungau dewasa, telur dan

produknya, mudah diaplikasikan, nontoksik, tidak mengiritasi, aman

untuk semua umur, dan terjangkau biayanya.Pengobatan skabies yang

bervariasi dapat berupa topikal maupun oral.

a. Permethrin

Merupakan sintesa dari pyrethroid, dan bekerja dengan cara

mengganggu polarisasi dinding sel saraf parasit yaitu melalui ikatan

dengan natrium. Hal ini memperlambat repolarisasi dinding sel dan

akhirnya terjadi paralise parasit. Obat ini merupakan pilihan pertama

dalam pengobatan scabies karena efek toksisitasnya terhadap mamalia

sangat rendah dan kecenderungan keracunan akibat kesalahan dalam

penggunaannya sangat kecil. Hal ini disebabkan karena hanya sedikit

yang terabsorpsi di kulit dan cepat dimetabolisme yang kemudian

dikeluarkan kembali melalui keringat dan sebum, dan juga melalui urin.

Belum pernah dilaporkan resistensi setelah penggunaan obat ini.

Permethrin tersedia dalam bentuk krim 5%, yang diaplikasikan selama

8-12 jam dan setelah itu dicuci bersih. Apabila belum sembuh bisa

dilanjutkan dengan pemberian kedua setelah 1 minggu.

Permethrin jarang diberikan pada bayi-bayi yang berumur kurang dari 2

bulan, wanita hamil dan ibu menyusui.Wanita hamil dapat diberikan

dengan aplikasi yang tidak lama sekitar 2 jam. Efek samping jarang

ditemukan, berupa rasa terbakar, perih dan gatal, namun mungkin hal

tersebut dikarenakan kulit yang sebelumnya memang sensitive dan 

terekskoriasi.

b. Presipitat Sulfur 2-10%

Sulfur adalah antiskabietik tertua yang telah lama digunakan, sejak 25

M. Preparat sulfur yang tersedia dalam bentuk salep (2% -10%) dan

umumnya salep konsentrasi 6% lebih disukai. Cara aplikasi salep sangat

sederhana, yakni mengoleskan salep setelah mandi ke seluruh kulit

25

Page 26: Presus Skabies

tubuh selama 24 jam selama tiga hari berturut-turut. Keuntungan

penggunaan obat ini adalah harganya yang murah dan mungkin

merupakan satu-satunya pilihan di negara yang membutuhkan terapi

massal.

    Bila kontak dengan jaringan hidup, preparat ini akan membentuk

hydrogen sulfide dan pentathionic acid (CH2S5O6) yang bersifat

germicid dan fungicid. Secara umum sulfur bersifat aman bila

digunakan oleh anak-anak, wanita hamil dan menyusui serta efektif

dalam konsentrasi 2,5% pada bayi. Kerugian pemakaian obat ini adalah

bau tidak enak, mewarnai pakaian dan kadang-kadang menimbulkan

iritasi.

c.    Benzyl benzoate

Benzil benzoate adalah ester asam benzoat dan alkohol benzil  yang

merupakan bahan sintesis balsam peru. Benzil benzoate bersifat

neurotoksik pada tungau skabies. Digunakan sebagai 25% emulsi

dengan periode kontak 24 jam dan pada usia dewasa muda atau anak-

anak, dosis dapat dikurangi menjadi 12,5%. Benzil benzoate sangat

efektif bila digunakan dengan baik dan teratur dan secara kosmetik bisa

diterima. Efek samping dari benzil benzoate dapat menyebabkan

dermatitis iritan pada wajah dan skrotum, karena itu penderita harus

diingatkan untuk tidak menggunakan secara berlebihan. Penggunaan

berulang dapat menyebabkan dermatitis alergi. Terapi ini 

dikontraindikasikan pada wanita hamil dan menyusui, bayi, dan anak-

anak kurang dari 2 tahun. Tapi benzil benzoate lebih efektif dalam

pengelolaan resistant crusted scabies. Di negara-negara berkembang

dimana sumber daya yang terbatas, benzil benzoate digunakan dalam

pengelolaan skabies sebagai alternatif yang lebih murah.

d. Gamma benzene heksaklorida (Lindane)

Lindane juga dikenal sebagai hexaklorida gamma benzena, adalah

sebuah insektisida yang bekerja pada sistem saraf pusat (SSP) tungau.

Lindane diserap masuk ke mukosa paru-paru, mukosa usus, dan selaput

26

Page 27: Presus Skabies

lendir kemudian keseluruh bagian tubuh tungau dengan konsentrasi

tinggi pada jaringan yang kaya lipid dan kulit yang menyebabkan

eksitasi, konvulsi, dan kematian tungau. Lindane dimetabolisme dan

diekskresikan melalui urin dan feses.

Lindane tersedia dalam bentuk krim, lotion, gel, tidak berbau dan

tidak berwarna. Pemakaian secara tunggal dengan mengoleskan ke

seluruh tubuh dari leher ke bawah selama 12-24 jam dalam bentuk 1%

krim atau lotion. Setelah pemakaian dicuci bersih dan dapat

diaplikasikan lagi setelah 1 minggu. Hal ini untuk memusnahkan larva-

larva yang menetas dan tidak musnah oleh pengobatan sebelumnya.

Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan Lindane selama 6 jam

sudah efektif. Dianjurkan untuk tidak mengulangi pengobatan dalam 7

hari, serta tidak menggunakan konsentrasi lain selain 1%.

   Efek samping lindane antara lain menyebabkan toksisitas SSP, kejang,

dan bahkan kematian pada anak atau bayi walaupun jarang terjadi.

Tanda-tanda klinis toksisitas SSP setelah keracunan lindane yaitu sakit

kepala, mual, pusing, muntah, gelisah, tremor, disorientasi, kelemahan,

berkedut dari kelopak mata, kejang, kegagalan pernapasan, koma, dan

kematian. Beberapa bukti menunjukkan lindane dapat mempengaruhi

perjalanan fisiologis kelainan darah seperti anemia aplastik,

trombositopenia, dan pancytopenia.

e. Crotamiton krim (Crotonyl-N-Ethyl-O-Toluidine)

Crotamion (crotonyl-N-etil-o-toluidin) digunakan sebagai krim 10%

atau lotion. Tingkat keberhasilan bervariasi antara 50% dan 70%. Hasil

terbaik telah diperoleh bila diaplikasikan dua kali sehari selama lima

hari berturut-turut setelah mandi dan mengganti pakaian dari leher ke

bawah selama 2 malam kemudian dicuci setelah aplikasi kedua. Efek

samping yang ditimbulkan berupa iritasi bila digunakan jangka panjang.

    Beberapa ahli beranggapan bahwa crotamiton krim ini tidak memiliki

efektivitas yang tinggi terhadap skabies. Crotamiton 10% dalam krim

27

Page 28: Presus Skabies

atau losion, tidak mempunyai efek sistemik dan aman digunakan pada

wanita hamil, bayi dan anak kecil.

f.  Ivermectin

Ivermectin adalah bahan semisintetik yang dihasilkan oleh

Streptomyces avermitilis, anti parasit yang strukturnya mirip antibiotic

makrolid, namun tidak mempunyai aktifitas sebagai antibiotic, diketahui

aktif melawan ekto dan endo parasit. Digunakan secara meluas pada

pengobatan hewan, pada mamalia, pada manusia digunakan untuk

pengobatan penyakit filarial terutama oncocerciasis. Diberikan secara

oral, dosis tunggal, 200 ug/kgBB dan dilaporkan efektif untuk scabies.

Digunakan pada umur lebih dari 5 tahun. Juga dilaporkan secara khusus

tentang formulasi ivermectin topikal efektif untuk mengobati scabies.

Efek samping yang sering adalah kontak dermatitis dan toxicepidermal

necrolysis.

g.  Monosulfiran

Tersedia dalam bentuk lotion 25% sebelum digunakan harus

ditambahkan 2-3 bagian air dan digunakan setiap hari selama 2-3 hari.

h.   Malathion

      Malathion 0,5% adalah insektisida organosfosfat dengan dasar air

digunakan selama 24%. Pemberian berikutnya beberapa hari kemudian.

Namun saat ini tidak lagi direkomendasikan karena berpotensi

memberikan efek samping yang buruk.

c. Penatalaksanaan skabies berkrusta

Terapi skabies ini mirip dengan bentuk umum lainnya, meskipun

skabies berkrusta berespon lebih lambat dan umumnya membutuhkan

beberapa pengobatan dengan skabisid. Kulit yang diobati meliputi

kepala, wajah, kecuali sekitar mata, hidung, mulut dan khusus dibawah

kuku jari tangan dan jari kaki diikuti dengan penggunaan sikat di bagian

bawah ujung kuku. Pengobatan diawali dengan krim permethrin dan

jika dibutuhkan diikuti dengan lindane dan sulfur. Mungkin sangat

membantu bila sebelum terapi dengan skabisid diobati dengan

28

Page 29: Presus Skabies

keratolitik.

d.  Penatalaksanaan skabies nodular

Nodul tidak mengandung tungau namun merupakan hasil dari reaksi

hipersensitivitas terhadap produk tungau. Nodul akan tetap terlihat

dalam beberapa minggu setelah pengobatan. Skabies nodular dapat

diobati dengan kortikosteroid intralesi atau menggunakan

primecrolimus topikal dua kali sehari.

e. Pengobatan terhadap komplikasi

Pada infeksi bakteri sekunder dapat digunakan antibiotik oral.

f.   Pengobatan simptomatik

Obat antipruritus seperti obat anti histamin mungkin mengurangi gatal

yang secara karakeristik menetap selama beberapa minggu setelah

terapi dengan anti skabeis yang adekuat. Pada bayi, aplikasi

hidrokortison 1% pada lesi kulit yang sangat aktif dan aplikasi pelumas

atau emolient pada lesi yang kurang aktif mungkin sangat membantu,

dan pada orang dewasa dapat digunakan triamsinolon 0,1%.

   

2.8 Pencegahan

Untuk melakukan pencegahan terhadap penularan scabies,

orang-orang yang kontak langsung atau dekat dengan penderita harus

diterapi dengan topikal skabisid. Terapi pencegahan ini harus diberikan

untuk mencegah penyebaran scabies karena seseorang mungkin saja

telah mengandung tungau scabies yang masih dalam periode inkubasi

asimptomatik.

Selain itu untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui seprei,

bantal, handuk dan pakaian yang digunakan dalam 5 hari terakhir, harus

dicuci bersih dan dikeringkan dengan udara panas karena tungau scabies

dapat hidup hingga 3 hari diluar kulit, karpet dan kain pelapis lainnya

sehingga harus dibersihkan (vacuum cleaner).

29

Page 30: Presus Skabies

2.9 Komplikasi

Infeksi sekunder pada pasien skabies merupakan akibat dari infeksi

bakteri atau karena garukan. Keduanya mendominasi gambaran klinik yang

ada. Erosi merupakan tanda yang paling sering muncul pada lesi sekunder.

Infeksi sekunder dapat ditandai dengan munculnya pustul, supurasi, dan ulkus.

Selain itu dapat muncul eritema, skuama, dan semua tanda inflamasi lain pada

ekzem sebagai respon imun tubuh yang kuat terhadap iritasi.  Nodul-nodul

muncul pada daerah yang tertutup seperti bokong, skrotum, inguinal, penis, dan

axilla. Infeksi sekunder lokal sebagian besar disebabkan oleh Staphylococcus

aureus dan biasanya mempunyai respon yang bagus terhadap topikal atau

antibiotic oral, tergantung tingkat pyodermanya.Selain itu, limfangitis dan

septiksemia dapat juga terjadi terutama pada skabies Norwegian, post-

streptococcal glomerulonephritis bisa terjadi karena skabies-induced

pyodermas yang disebabkan oleh Streptococcus pyogens.

2.10 Prognosis

Jika tidak dirawat, kondisi ini bisa menetap untuk beberapa tahun. Pada

individu yang immunocompetent, jumlah tungau akan berkurang seiring waktu.

Infestasi scabies dapat disembuhkan. Seorang individu dengan infeksi

scabies, jika diobati dengan benar, memiliki prognosis yang baik, keluhan gatal

dan ekzema akan sembuh.

30

Page 31: Presus Skabies

PATHWAY

31

Tungau scabies penderita sendiri dan digaruk

Kontak kulit kuat

Kerusakan integritas jaringan kulit

Kelainan kulit dermatitis menyebar luas Resiko infeksi

Timbul papul, vesikel, urtika, erosi, krusta

Waktu 1 bulan setelah infeksi

Sensitivitas terhadap secret

Gatal-gatal

Timbul lesi di pergelangan tangan

Nyeri akut

Tidak dapat tidur pada malam hari

Gangguan pola tidur

Anak malu dengan penampilan tubuhnya, anak kurang PD Gangguan citra

tubuh

Anak cemas terhadap proses penyakitnya

Ansietas

Page 32: Presus Skabies

BAB III

PEMBAHASAN

Penegakkan Diagnosis

Penyakit kulit yang terdapat pada pasien dalam kasus adalah scabies. Hasil

anamnesis dan pemeriksaan fisik status dermatologis yang mendukung ke arah

diagnosis kerja scabies adalah sebagai berikut :

Hasil anamnesis :

1. Keluhan utama gatal yang dirasakan di hampir seluruh tubuh terutama kepala,

tangan, dan punggung, serta kaki.

2. Keluhan tersebut sudah mulai dirasakan sejak 7 bulan yang lalu.

3. Awalnya keluhan dimulai dari kedua tangan, kemudian menjalar ke

punggung, kaki, dan kepala.

4. Pasien mengaku lebih merasakan gatal pada malam hari.

5. Pasien bersama-sama tinggal dengan anaknya yang juga memiliki penyakit

yang sama.

6. Pasien mempunyai riwayat keluhan yang sama 9 bulan lalu, sembuh, namun

muncul lagi.

7. Pasien berbagi pemakaian handuk dan seprai dengan anggota keluarga

lainnya.

Hasil pemeriksaan fisik status dermatologis :

1. Lokasi : ekstremitas superior et inferior, regio capitis, region thorax

posterior, region abdomen posterior.

32

Page 33: Presus Skabies

2. Ukk : Erosi, Ekskoriasi, krusta, dan macula hiperpigmentasi pada

region capitis, antebrachii, brachi, dan dorsal. Kanalikuli terlihat samar.

Diagnosis Banding

Berdasarakan tempat lesinya, diagnosis banding untuk penyakit Skabies

pada kasus ini adalah sebagai berikut :

1. Urtikaria Akut: erupsi pada papul-papul yang gatal, selalu sistemik.

2.    Prurigo, biasanya berupa papul-papul yang gatal, predileksi pada bagian

ekstensor ekstremitas.

3. Gigitan serangga, biasanya jelas timbul sesudah ada gigitan, efloresensinya

urtikaria papuler.

4. Folikulitis berupa pustul miliar dikelilingi daerah yang eritem.

Pemeriksaan Penunjang

1. Kerokan kulit

Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral atau KOH

10% lalu dilakukan kerokan dengan meggunakan scalpel steril yang bertujuan

untuk mengangkat atap papula atau kanalikuli. Bahan pemeriksaan diletakkan di

gelas objek dan ditutup dengan kaca penutup lalu diperiksa dibawah mikroskop.

2.    Mengambil tungau dengan jarum

Bila menemukan terowongan, jarum suntik yang runcing ditusukkan

kedalam terowongan yang utuh dan digerakkan secara tangensial ke ujung lainnya

kemudian dikeluarkan. Bila positif, Tungau terlihat pada ujung jarum sebagai

parasit yang sangat kecil dan transparan. Cara ini mudah dilakukan tetapi

memerlukan keahlian tinggi.

3.   Tes tinta pada terowongan (Burrow ink test)

Identifikasi terowongan bisa dibantu dengan cara mewarnai daerah lesi

dengan tinta hitam. Papul skabies dilapisi dengan tinta cina, dibiarkan selama 20-

33

Page 34: Presus Skabies

30 menit. Setelah tinta dibersihkan dengan kapas alkohol, terowongan tersebut

akan kelihatan lebih gelap dibandingkan kulit di sekitarnya karena akumulasi tinta

didalam terowongan. Tes dinyatakan positif bila terbetuk gambaran kanalikuli

yang khas berupa garis menyerupai bentuk zigzag.

Terapi

1. Farmakologis

a. Loratadine tablet; 1 x 10 mg per hari

Loratadine adalah antihistamin kerja panjang yang mempunyai

selektivitas tinggi terhadap reseptor histamin-H1 perifer dan afinitas yang

rendah terhadap reseptor-H1 di susunan saraf pusat, sehingga tidak

menimbulkan efek sedasi atau antikolinergik. Loratadine efektif untuk

mengobati gejala-gejala yang berhubungan dengan rinitis alergi, seperti

pilek, bersin-bersin, rasa gatal pada hidung serta rasa gatal dan terbakar

pada mata. Selain itu loratadine juga mengobati gejala-gejala seperti

urtikaria kronik dan gangguan alergi pada kulit lainnya.Pada kasus ini

digunakan untuk mengatasi keluhan gatal yang dirasakan oleh pasien.

b. Inerson + Fuson Salap

Inerson adalah salap yang mengandung Desoximetasone, suatu

kortikosteroid yang mempunyai khasiat sebagai antiflogistik, antipuritik.

Fuson Salap adalah golongan obat topical asam fusidat. Dengan indikasi

Infeksi kulit karena stafilokokus, streptokokus, Propionibacteriumacnes, Corynebacterium

minutissinum, infeksi lain yang pekaterhadap natrium fusidat.

c. Amitriptyline ; 1x1

Obat ini adalah bagian dari golongan antidepresan trisiklik digambarkan

karena struktur kimia yang terdiri dari tiga cincin. Amitriptyline dasarnya

adalah obat yang dipakai untuk mengobati depresi dan nyeri neuropatik

atau nyeri berhubungan dengan saraf. Obat ini juga ditentukan sebagai

pencegahan untuk migren. Amitriptyline umumnya ditentukan pada waktu

tidur yang membantu pasien dalam memperbaiki tidur.

d. Cefadroxil ; 2x1

34

Page 35: Presus Skabies

Cefadroxil merupakan antibiotika golongan sefalosporin dan bersifat

bakterisid atau membunuh bakteri. Memiliki spektrum yang luas baik untuk

bakteri gram positif maupun negatif.

Indikasi : Sefadroxil digunakan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan

oleh strain yang rentan dan menunjukkan penyakit di bawah ini:

1. Infeksi saluran kemih, yang disebabkan oleh eschericia coli, proteus

mirabilis dan klebsiella.

2. Infeksi kulit dan jaringan lunak yang disebabkan oleh staphilococus dan

streptococcus

3.Faringitis dan tonsillitis

4.Infeksi saluran pernafasan bagian atas dan bawah.

5. Infeksi lain seperti Osteomyelitis, artritiseptis, peritonitis

35

Page 36: Presus Skabies

DAFTAR PUSTAKA

.

Catlover. 2011. Scabies. www.hidaya.org/documents/healthcare/Scabies.pdf

(diakses tanggal 11 Agustus 2012)

Defka. 2010. Asuhan Keperawatan Skabies

http://defkanurse.wordpress.com/2010/08/06/asuhan-keperawatan-skabies/

(diakses tanggal 11 Agustus 2012)

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 1. Jakarta: Media

Aesculapius

Meadow, Sir Roy & Simon J. Newell. 2002. Lecture Notes on Pediatrics. Jakarta:

Penerbit Erlangga

Nenk. 2009. Skabies. http://www.lenterabiru.com/2009/09/skabies.htm (diakses

tanggal 11 Agustus 2012)

Price, Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses

Penyakit. Jakarta: EGC

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan

Anak.      Jakarta:  Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

36