Presus Epigen Per

download Presus Epigen Per

of 35

description

preeklamsia ringan obsgyn

Transcript of Presus Epigen Per

PRESENTASI KASUSP2 A0 usia 24 tahun post partum spontan H+3 dengan Preeklamsia Ringan

Pembimbing:dr. Adi Setyawan, Sp.OG (K.Fer)

Disusun Oleh :Willy GustafiantoG4A013007Nita IrmawatiG4A013008

SMF ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGANRSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARDJOPURWOKERTO2014BAB IPENDAHULUAN

Preeklampsia merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi yang tertinggi di Indonesia. Penyakit yang disebut sebagai disease of theories ini, masih sulit untuk ditanggulangi. Preeklampsia dan eklampsia dikenal dengan nama Toksemia Gravidarum merupakan suatu sindroma yang berhubungan dengan vasospasme, peningkatan resistensi pembuluh darah perifer, dan penurunan perfusi organ yang ditandai adanya hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Adanya kejang dan koma lebih mengarah pada kejadian eklampsia (Fellicia,2007).Diketahui kematian ibu berkisar antara 9,8% - 25,5%, sedangkan kematian bayi lebih dari tinggi lagi, yakni 42,2% - 48,9%, sebaliknya kematian ibu dan bayi di negara-negara maju lebih kecil. Hal ini disebabkan karena di negara-negara maju terdapat kesadaran untuk melakukan pemeriksaan antenatal dan natal secara rutin (Norwitz, 2007).Hipertensi biasanya muncul lebih awal dari tanda-tanda lainnya. Untuk menegakkan diagnosa preeklampsia, kenaikan tekanan sistolik harus 30 mmHg atau lebih diatas nilai normal atau mencapai 140 mmHg atau lebih. Kenaikan tekanan diastolik sebenarnya lebih dipercaya. Apabila tekanan diastolik naik 15 mmHg atau lebih, atau 90 mmHg atau lebih, maka diagnosis hipertensi dapat dibuat. Penentuan tekanan darah ini dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat (Norwitz,2007).Edema adalah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh, yang diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan, dan wajah. Kenaikan berat badan kg per minggu dalam kehamilan masih dianggap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg per minggu beberapa kali, hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya preeclampsia (Norwitz,2007).Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam urin yang melebihi 0,3 g/ liter dalam urin 24 jam, atau pemeriksaan kualitatif menunjukan +1 atau +2 atau 1 g/ liter atau lebih dalam urin yang dikeluarkan kateter atau midstream yang diambil minimal dua kali dengan jarak waktu 6 jam. Biasanya proteinuria timbul lebih lambat daripada hipertensi dan edema, karena itu harus dianggap sebagai tanda yang serius. Preeklamsia terjadi karena adanya disfungsi endotel akibat terganggunya keseimbangan vasokonstriksi dan vasodilatasi yang berupa penurunan produksi vasodilator (prostasiklin) dan peningkatan produksi vasokonstriktor (tromboksan-platelet-derived growth factor).Peningkatan produksi tromboksan pada preeklamsia bisa berhubungan dengan ekspresi yang berubah pada sintase tromboksan gen. Hal ini dapat terjadi dari proses epigenetik yang merupakan konsekuensi adanya interaksi antara gen dan lingkungannya, akibat tidak terekspresinya informasi genomik. Sehingga kondisi ini jelas dapat dicegah melalui penanganan antenatal yang tepat, salah satunya adalah dalam hal nutrisi, sehingga mengurangi risiko kekambuhan terjadinya preeklamsia (Felicia, 2007)Pada artikel ini, akan ditinjau mengenai perubahan epigenetik pada preeklamsia, sehingga dapat dijadikan sebagai intervensi yang bertujuan untuk mengurangi risiko terjadinya preeklamsia.

BAB IILAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIENNama: Ny. MUsia: 24 tahunPendidikan: SMPAgama: IslamSuku/bangsa: JawaPekerjaan: Ibu Rumah TanggaAlamat: Desa Pageraji Cilongok RT 02/01Tanggal/Jam Masuk : 18 Juni 2014/ Pukul 11.00 WIB

2. ANAMNESISKeluhan Utama: AutoanamnesaTekanan darah tinggiRiwayat penyakit sekarangPasien datang diantar keluarganya ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto dengan membawa surat rujukan PKM Cilongok pada hari Rabu, 18 Juni 2014 pukul 11.00 WIB. Alasan merujuk karena pasien hamil 39 minggu 2 hari dengan tekanan darah tinggi sejak hari Selasa tanggal 17 Juni 2014. Kenceng-kenceng dirasakan masih jarang. Pasien juga mengaku belum mengalami pengeluaran air maupun lendir darah. Pasien masih bisa merasakan gerakan janin yang aktif. Pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala, pandangan kabur, mual muntah, bengkak pada wajah dan seluruh tubuh, maupun nyeri ulu hati.Hari pertama haid terakhir: 16 Maret 2013Taksiran persalinan: 23 Juni 2014Usia kehamilan: 39 minggu 2 hariRiwayat menstruasi : menarche usia 12 tahun, siklus haid teratur setiap 30 hari, lama 7 hari, tidak nyeri saat menstruasi, 2 kali ganti pembalutRiwayat menikah: sekali, sejak 5 tahun yang laluRiwayat Antenatal Care: teratur, di bidanRiwayat KB: suntik setiap 3 bulan sekaliRiwayat obstetri: G2 P1 A0Anak I laki-laki, 3 tahun, lahir spontan, di bidan, BBL 2,7 kg

Riwayat penyakit dahulua. Riwayat hipertensi sebelum hamil: disangkalb. Riwayat asma: disangkal c. Riwayat alergi: disangkald. Riwayat kejang: disangkale. Riwayat kencing manis: disangkalf. Riwayat penyakit jantung: disangkalg. Riwayat penyakit paru: disangkalh. Riwayat penyakit ginjal: disangkal Riwayat penyakit keluarga a. Riwayat hipertensi : disangkalb. Riwayat asma: disangkal c. Riwayat kencing manis: disangkald. Riwayat penyakit jantung: disangkale. Riwayat penyakit ginjal: disangkalf. Riwayat penyakit kandungan: disangkalRiwayat Sosial EkonomiPasien adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal bersama suaminya yang bekerja sebagai petani. Kebutuhan hidup sehari-hari tercukupi oleh penghasilan suami. Pasien berobat ke Margono dengan menggunakan BPJS-PBI. Pasien memiliki kebiasaan makan-makanan manis dan gorengan terutama mendoan, mie ayam, bakso dan jarang makan sayur serta buah.

3. PEMERIKSAAN FISIKPemeriksaan Fisik UmumStatus Pasien: Keadaan umum: Sedang Kesadaran: Compos mentis Tekanan darah: 150/90 mmHg Nadi: 84 x/menit Pernapasan: 20 x/menit Suhu badan: 36,7 C Tinggi badan: 155 cm Berat badan: 80 kg IMT: 33,2 Gizi: obesitas II Mata: Konjungtiva palpebra mata kanan dan kiri tidak anemis, tidak ada sklera ikterik pada mata kanan dan kiri. Telinga: Tidak ada ottorhea. Hidung: Tidak keluar secret Mulut: Mukosa bibir tidak sianosis Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroidThoraxParuInspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris (tidak ada gerakan nafas yang tertinggal), tidak ada retraksi spatium intercostalis.Palpasi: Gerakan dada simetris, vocal fremitus kanan sama dengan kiriPerkusi : Sonor pada seluruh lapang paruAuskultasi: Suara dasar nafas vesikuler, tidak terdapatronkhi basah kasar di parahiler dan ronkhi basah halus di basal pada kedua lapang paru, tidak ditemukan wheezing.JantungInspeksi: Tidak tampak pulsasi ictus cordis pada dinding dada sebelah kiri atas.Palpasi: Teraba ictus cordis, tidak kuat angkat di SIC V, 2 jari medial LMC sinistraPerkusi: Batas jantung kanan atas SIC II LPSD Batas jantung kanan bawah SIC IV LPSD Batas jantung kiri atas SIC II LPSS Batas jantung kiri bawah SIC V LMCSAuskultasi: S1>S2 reguler, tidak ditemukan murmur, tidak ditemukan gallop.Pemeriksaan abdomenInspeksi: cembung gravidAuskultasi: denyut jantung janin 144 x/menit, His (+) 1x/10/10Perkusi: pekak janinPalpasi : Leopold I: teraba bagian bulat lunak, immobile Leopold II: tahanan memanjang kanan Leopold III: teraba bagian bulat keras Leopold IV: divergen Tinggi fundus uteri 30 cmPemeriksaan ekstrimitasTidak tampak sianosis, akral hangat, tidak terdapat edemaPemeriksaan Genitalia Eksternaa. Inspeksi :distrubusi mons pubis merata, tidak tampak luka maupun pembesaran kelenjar Bartholinib. Vaginal Touche (VT)Pembukaan 2 cm, kulit ketuban (+), kepala turun hodge I, portio lunak4. Diagnosis di IGDGravida 2 Para 1 Abortus 0 usia 24 tahun hamil 39 minggu 2 hari Janin Tunggal Hidup Intra Uterin Presentasi Kepala Punggung Kiri inpartu Kala I fase laten dengan Pre Eklamsia Ringan . 5. Sikap dan PenatalaksanaanIGD1. Pemeriksaan Darah Lengkap, Hitung jenis, Uji koagulasi dan Urin LengkapTabel 1. Pemeriksaan Darah dan UrinPEMERIKSAAN DARAHHASILNILAI NORMAL

Darah Lengkap

Hemoglobin14,312-16 g/dl

Leukosit 100504800-10.800/l

Hematokrit 3837-47 %

Eritrosit5,44,2 5,4/ l

Trombosit308.000150.000 450.000

MCV76,679,0 99,0 fL

MCH 25,427,0 31,0 pg

MCHC35,133,0 37,0 %

Hitung Jenis

Basofil0,40 1 %

Eosinofil1,42 4 %

Batang0,82 5 %

Segmen58,640 70 %

Limfosit32,425 40 %

Monosit7,22 8 %

Uji Koagulasi

PT11,111,5 15,5 detik

APTT31,225 35 detik

Kimia Klinik

SGOT1515-37 U/L

SGPT2830-66 U/L

LDH180100-190 U/L

Ureum Darah17,514,98-38,52 mg/dL

Kreatinin Darah0,890,60-1,00 mg/dL

Asam Urat5,42,6-6,0 mg/dL

Glukosa Sewaktu146S2, reg, ST Status LokalisAbdomen:I : cembung A : Bu (+) NPer: timpaniPal: NT (-), TFU 1 jari dibawah pusat Status Genital EksternaPPV (+), FA (-)Status VegetatifBAB (-) BAK (+) FL (+)P2A0 24 tahun post partus spontan dengan pre-eklamsia ringan H+1Amoxicilin 3 x 500 mg,

Asam Mefenamat 3x500mg,

Bionemid 3 x 1 tab

21 Juni 2013Tidak ada keluhanKu/kes: sedang/ composmentisTV:TD: 140/80N : 88 x/menitRR: 20 x/menitS : 36,4oCStatus GeneralisMata: CA -/- SI -/-Thoraks:P/ SD ves +/+, ST -/-C/ S1>S2, reg, ST Status LokalisAbdomen:I : cembung A : Bu (+) NPer: timpaniPal: NT (-), TFU 2 jari dibawah pusat Status Genital EksternaPPV (+), FA (-)Status VegetatifBAB (-) BAK (+) FL (+)P2A0 24 tahun post partus spontan dengan pre-eklamsia ringan H+2Terapi lanjut

20 Juni 2013Tidak ada keluhanKu/kes: sedang/ composmentisTV:TD: 130/80N : 88 x/menitRR: 20 x/menitS : 36,4oCStatus GeneralisMata: CA -/- SI -/-Thoraks:P/ SD ves +/+, ST -/-C/ S1>S2, reg, ST Status LokalisAbdomen:I : cembung A : Bu (+) NPer: timpaniPal: NT (-), TFU 2 jari dibawah pusatStatus Genital EksternaPPV (+), FA (-)Status VegetatifBAB (+) BAK (+) FL (+)P2A0 24 tahun post partus spontan dengan pre-eklamsia ringan H+3Terapi lanjut

6. Diagnosis AkhirP2 A0 usia 24 tahun post partum spontan H+3 dengan Pre Eklamsia Ringan.

7. PrognosisAd vitam: ad bonamAd sanationam: ad bonamAd functionam: ad bonamBAB IIIMASALAH DAN PEMBAHASAN

Diagnosis awal kasus saat di Instalasi Gawat Darurat adalah Gravida 2 Para 1 Abortus 0 usia 24 tahun hamil 39 minggu 2 hari Janin Tunggal Hidup Intra Uterin Presentasi Kepala Punggung Kiri inpartu Kala I fase laten dengan Pre Eklamsia Ringan. Beberapa hal yang perlu dibahas berkaitan dengan diagnosis ini antara lain :a. Riwayat obstetri G2P1A0 : Multigravida, riwayat melahirkan satu kali tanpa riwayat abortus sebelumnya (Cunningham et al, 2006).b. Usia 24 tahun merupakan usia reproduksi sehat. Usia reproduksi sehat yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. (Winkjosastro, 2007). c. Usia kehamilanUsia kehamilan pasien menurut diagnosis adalah 39 minggu 2 hari. Sesuai dengan perhitungan rumus negle. Berdasarkan perhitungan objektif menggunakan rumus Mc Donald, maka usia kehamilan dengan TFU 32 cm adalah 36 minggu 6 hari (Cunningham et al, 2005).d. Janin tunggal hidup intrauterin, presentasi kepala, punggung kiri,sudah masuk pintu atas panggul (PAP). Pemeriksaan abdomen didapatkan : Inspeksi: cembung gravid Auskultasi: denyut jantungjanin1 frekuensi 12-11-12, reguler di kuadran kiri bawah ibu Perkusi: pekak janin Palpasi: Leopold I: teraba bagian bulat lunak, immobile Leopold II: tahanan memanjang kiri Leopold III: teraba bagian bulat keras Leopold IV: divergenTinggi fundus uteri 32 cme. Kemajuan persalinan saat di IGD: inpartu kala I fase latenInpartu adalah kontraksi uterus (his) teratur minimal sekali dalam 10 menit disertai perubahan pada serviks yang nyata. Inpartu dibagi menjadi 4 kala. Menurut Cunningham et al (2006), untuk kriteria persalinan digambarkan kontraksi uterus sebagai kontraksi yang teratur dengan jarak 7-8 menit atau kurang dan adanya pengeluaran lendir kemerahan atau cairan pervaginam. American Academy of Pediatrics dan American Collefe of Obstetricians and Gynecologist (1997) mengusulkan kriteria kontraksi yang terjadi dengan frekuensi 4 kali dalam 20 menit atau 8 kali dalam 60 menit.Pada kala I serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. Kala I terdiri dari fase laten (pembukaan serviks sampai 3 cm) dan fase aktif (mulai pembukaan serviks 4 cm sampai pembukaan lengkap). Kala II dimulai dari pembukaan serviks yang lengkap sampai dengan pengeluaran janin. Lama kala 2 adalah sekitar 0,5 sampai 2 jam. Kala III ditandai dengan terlepasnya plasenta dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 2 jam (Wiknjosastro, 2007). Pada pasien ini pembukaan 2 cm dengan frekuensi yang masih jarang dan tidak ada kemajuan.f. Presentasi kepalaPresentasi kepala dapat diketahui berdasarkan pemeriksaan Leopold, dimana pada Leopold I didapatkan bokong janin yang lunak, bulat dan dapat diraba sudah menempati bagian di fundus uteri. Leopold II menunjukkan punggung janin sudah berada pada satu sisi abdomen dan bagian-bagian kecil janin berada pada sisi lainnya. Leopold III, bila engagement belum terjadi kepalamasih dapat digerakkan diatas pintu atas panggul. Setelah terjadi engagement pada Leopold IV menunjukkan posisi kepala yang mapan di bawah simpisis. Suara jantung janin biasanya terdengar paling keras pada daerah sedikit dibawah umbilikus. Pemeriksaan dengan ultrasonografi idealnya digunakan untuk memastikan perkiraan klinis presentasi kepala, bila mungkin untuk mengidentifikasi adanya anomali janin. (Cunningham, 2006).Pada pasien ini, saat dilakukan pemeriksaan Leopold di dapatkan hasil pemeriksaan Leopold I teraba bagian bulat lunak janin yang immobile, yang menunjukkan bahwa bokong janin berada di bagian atas uterus. Pada pemeriksaan Leopold II didapatkan hasil teraba tahanan memanjang di bagian kanan ibu dan pada Leopold III teraba bagian bulat keras, yang menunjukkan bahwa kemungkinan bagian terbawah janin adalah kepala. Pada pemeriksaan Leopold IV diketahui bahwa bagian paling bawah janin sudah masuk pintu atas panggul. Kemudian, pada pemeriksaan vaginal toucher didapatkan hasil teraba bagian bulat keras yang diduga adalah kepala, apabila disesuaikan dengan pemeriksaan Leopold. Maka, diagnosis janin dengan presentasi kepala pada pasien ini sudah tepat.g. Pre-eklamsia Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria300mg per 24 jam atau 30mg/dl (+1 pada dipstick) dengan nilai sangat fluktuatif saat pengambilan urin sewaktu, yang terjadi pada usia kehamilan diatas 20 minggu (Brooks MD, 2011). Preeklampsia dapat berkembang dari preeklampsia yang ringan sampai preeklampsia yang berat (George, 2007).Diagnosis preeklampsia dapat ditegakkan dari gambaran klinik dan pemeriksaan laboratorium. Dari hasil diagnosis, maka preeklampsia dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu :1. Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut: 1. TD 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu1. Eksresi protein dalam urin 300 mg/24 jam atau + 1 dipstik, rasio protein:kreatinin 30mg/mmol1. Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :1. TD 160/110 mmHG1. Proteinuria 5 g/24 jam atau + 2 dipstik1. Ada keterlibatan organ lain :1. Hematologi trombositopenia (< 100.000/ul), hemolysis mikroangiopati1. Hepar : peningkatan SGOT dan SPT, nyeri epigastrik atau kuadran kanan atas 1. Neurologis : sakit kepala persisten, skotoma penglihatan1. Janin : pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion1. Paru : edema paru dan/atau gagal jantung kongestif1. Ginjal : oliguria ( 500 ml/24jam), kreatinin 1.2 mg/dlpada pasien ini didapatkan tekanan darah 150/90 dengan protein urin sebanyak 100 mg, sehingga diagnosis akhir pada pasien ini sudah benar yaitu P2 A0 usia 24 tahun post partum spontan H+3 dengan Pre Eklamsia Ringan.

BAB IVTINJAUAN PUSTAKA

a. Teori EpigenetikEpigenetik adalah mekanisme intrinsik yang merubah ekspresi gen bukan dengan merubah sekuens DNA tetapi dengan memodifikasi DNA dan protein kromosom histon. Epigenetik terlibat dalam genomic imprinting dan aktivasi kromosom X pada manusia dan kegagalan dari mekanisme ini menyebabkan kelainan kongenital dan timbulnya kanker (Kubota, 2008).Terjadinya proses epigenetik (epigenesis) merupakan konsekuensi adanya interaksi antara gen dan lingkungannya dan dapat terjadi akibat tidak terekspresinya informasi genomik (silenced genes). Epigenesis mencakup seluruh mekanisme yang menyebabkan perbedaan ekspresi gen pada sel-sel tertentu. Pengaturan epigenetik ditentukan oleh : metilasi DNA, modifikasi histon, ekspresi gen miRNA, faktor transkripsi jaringan (Egger, 2004). Mekanisme tersebut mencakup metilasi DNA, konfigurasi kromatin, atau kombinasi keduanya. Konsekuensi dari mekanisme tersebut adalah sebuah spektrum gen-gen yang aktif dan gen-gen yang tidak aktif (silent) pada setiap tipe sel yang ada. Epigenesis juga meliputi mekanisme yang bertanggung jawab menentukan program genetik untuk perkembangan (development) di mana mekanisme ini bergantung pada proses-proses seperti pensinyalan sel dan berbagai interaksi seluler lainnya. Epigenesis juga bertanggung jawab atas terjadinya genomic imprinting di mana beberapa gen yang berasal dari gamet jantan dan betina memiliki ekspresi yang berbeda (Holliday, 2005).Regulasi epigenetik dimungkinkan karena DNA pada setiap sel dibungkus dalam struktur dinamik spesifik tertentu yang disebut kromatin. Kromatin terdiri dari DNA yang dibungkus oleh protein histon. Ketika struktur kromatin di sekeliling daerah genom dibungkus erat, tanpa memperhatikan sekuens DNA, ekspresi gen akan ditekan. Sebaliknya, kromatin yang terbuka, dimana DNA dan histon berinteraksi lebih longgar, menyebabkan akses faktor transkripsi dan mesin transkripsi pada regulator gen menginisiasi ekspresi gen (gambar 1) (Li et al., 2007).

Gambar 1. Struktur kromatin dalam DNA

Struktur kromatin ditentukan oleh DNA metilasi dan modifikasi pada protein histon. Mekanisme ini merupakan mekanisme utama epigenetik untuk mengontrol ekspresi gen.Metilasi DNA adalah salah satu modifikasi epigenetik yang tidak merubah urutan sekuense utama DNA, namun merupakan faktor kritis bagi perkembangan yang normal, pola ekspresi gen, dan stabilitas genomik, dengan cara penambahan kovalen gugus metil pada ujung 5 sitosin dalam CpG dinukleotida dan CpNpG trinukleotida yang sebagian besar berkelompok pada daerah genom yang disebut sebagai CpG island. Proses ini difasilitasioleh suatu enzim yaitu DNA metiltransferase (DNMTs). Secara umum, hipo dan hipermetilasi berhubungan dengan ekspresi gen dan silent gen. Pola metilasi DNA diprakarsai dan dikelola oleh DNMTs(Hsieh dan Fischer, 2005).Sekitar 75 gen imprinted telah diidentifikasi pada manusia. Diestimasikan bahwa 100-600 gen imprinted ada pada genom manusia. Namun tidak semua gen imprinted mengkode protein, melainkan menkode untranslated RNA, antisense RNA atau micro RNA yang berpengaruh terhadap ekspresi genetik. Gen imprinted dicirikan dengan memiliki daerah khusus dengan panjang beberapa kilobase DMD. Pada daerah ini, tingkat DNA metilasi berbeda antara alel paternal dan maternal. Metilasi terjadi pada tempat spesifik berupa CpG dinukleotide didalam DMD. Di dalam DMD, salah satu alel parental dimetilasi dengan sempurna/sebagian besar termetilasi, sementara satu sisi tidak termetilasi atau sedikit termetilasi. Di luar DMD pola yang hampir sama metilasi dipresentasikan pada kedua alel (Giacobino, 2007). Metilasi DNA memerlukan beberapa enzim; kelompok 3 Dnmt yaitu, Dnmt1, Dnmt2, Dnmt3. Dnmt1 merupakan DNA methyltransferase terbesar pada sel mamalia. Dnmt 1 memiliki 3 isoform: somatik Dnmt1, varian DNMGT1b dan isoform spesifik-oosit Dnmt1o. Fungsi dan cara kerja Dnmt2 masih belum dapat diketahui. Dnmt3 merupakan kelompok DNA methyltransferase yang dapat memetilasi hemimetilated dan unmethylated CpG-dinucleotide (Giacobino, 2007).Kelompok donor metilasi mengandung kelompok gugus metil pada DNA dan histon melalui S-adenosylmethionin (SAM) dan mempengaruhi ekspresi gen. Remetilasi metionin dari homosistein memerlukan zinc, selenium dan vit B6 dan B12. Donor metilasi berasal dari makanan yang mengandung methionine, serine, folat, biotin dan cholin (Gambar 2) (Zeisel, 2009).

Gambar 2. Kelompok donor metilasi DNAProtein histon juga merupakan subjek dari modifikasi pos translasi yang meliputi, proses asetilasi, metilasi, fosforilasi, ubiquitinasi, sumoilasi dan ribosilasi ADP. Kombinasi spesifik dari modifikasi ini dapat berpengaruh secara signifikan pada kondisi kromatin dan penanda gen untuk meningkatkan aktifitas atau transcriptional silencing (Berger, 2007). Diketahui pula bahwa metilasi DNA dan penanda histon sering berfungsi untuk meregulasi ekspresi gen. Sebagai contoh, metilasi histon (H3K9) dapat berkombinasi dengan metilasi DNA untuk memperkuat efek represif pada aktifitas gen dan modifikasi ini disertai dengan deasetilasi histon pada daerah genom yang sama (Fuks, 2005).b. Epigenetik pada Pre-eklamsiaPada preeklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga sekresi vasodilatator prostasiklin oleh sel-sel endotelial plasenta berkurang, sedangkan pada kehamilan normal, prostasiklin meningkat. Sekresi tromboksan oleh trombosit bertambah sehingga timbul vasokonstriksi generalisata dan sekresi aldosteron menurun. Akibat perubahan ini menyebabkan pengurangan perfusi plasenta sebanyak 50%, hipertensi dan penurunan volume plasma (Yuen, 2010).Preeklamsia dikaitkan dengan peningkatan aktivasi sistem koagulasi yang dibuktikan dengan peningkatan pembentukan fibrin, aktivasi sistem fibrinolitik, aktivasi trombosit, dan penurunan jumlah trombosit. Ketidakseimbangan tromboksan, vasokonstriktor dan aktivator trombosit, prostasiklin, vasodilator dan inhibitor aktivasi trombosit, dapat menjelaskan terjadinya hipertensi. Selain itu, pada preeklamsia terjadi penurunan aliran darah uteroplasenta, dan hiperkoagulopati. Tromboksan dan prostasiklin memiliki prekursor umum yaitu prostaglandin H2, tetapi disintesis oleh enzim yang berbeda. Tromboksan sintase adalah enzim yang mengkatalisis isomerisasi prostaglandin H2 menjadi tromboksan. Peningkatan sintase tromboksan ditunjukkan dalam trofoblas dan desidua pada sel-sel plasenta yang mengalami preeklamsia. Tetapi peningkatan ekspresi dalam jaringan maternal sampai sekarang belum terbukti. Jika tromboksan sintase meningkat pada pembuluh darah perempuan yang mengalami preeklamsia, vasokonstriksi dan aktivasi trombosit dapat terjadi karena peningkatan tromboksan. Peningkatan produksi tromboksan pada preeklamsia bisa berhubungan dengan ekspresi yang berubah sintase tromboksan gen (TBXAS1) akibat variasi genom atau aktivasi transkripsi. Yang terakhir dapat mencakup epigenetik regulasi, termasuk metilasi DNA. Metilasi DNA adalah mekanisme epigenetik dalam pengendalian ekspresi gen utama. Secara umum, hipometilasi dikaitkan dengan peningkatan ekspresi gen, sedangkan hipermetilasi dikaitkan dengan penurunan ekspresi gen. Telah dijelaskan bahwa metilasi DNA terlibat dalam regulasi TBXAS1. Penurunan metilasi gen TBXAS1 bisa mengakibatkan peningkatan sintease tromboksan dan peningkatan tromboksan. Metilasi DNA pada preeklamsia mungkin berhubungan dengan stres oksidatif. Oksidasi DNA menyebabkan hilangnya metilasi dan preeklampsia dikaitkan dengan stress oksidatif(Hogg, 2013).Meskipun mekanisme molekuler yang berkontribusi terhadap pengembangan preeklamsia tidak diketahui dengan pasti, plasenta dianggap berperan dalam terjadinya preeklamsia. Gangguan perkembangan plasenta pada trimester pertama kehamilan diduga terlibat dalam etiologi gangguan seperti preeklamsia dan menghambat pertumbuhan janin intrauterin (Yuen, 2010).1. Perubahan plasenta yang dapat menyebabkan preeklamsiaPerubahan epigenetik mungkin memiliki peran dalam EOPET (early onset of preeclampsia) dengan mengubah ekspresi gen. Perubahan epigenetik mungkin juga hasil dari kondisi hipoksia yang berhubungan dengan preeklamsia atau komposisi trofoblas dalam plasenta berubah. Hipometilasi ditemukan pada banyak daerah di promoter gen EOPET, tetapi tidak ada perbedaan dalam tingkat metilasi DNA secara umum.EOPET adalah gangguan insufisiensi plasenta. Insufisiensi berasal dari berkurangnya invasi dan remodeling arteri spiral. Salah satu hipotesis yang menyebabkan invasi trofoblas pada plasenta dangkal adalah respon imun yang meningkat dari ibu akibat perubahan trofoblas dari ekspresi antigen. Gangguan pengakuan HLA atau ekspresi dapat memulai sitotoksisitas dari Unks,yang mencegah invasi trofoblas. Gangguan ini dapat disebabkan oleh polimorfisme ayah atau di HLA. Immunorekognisi antigen ini diubah melalui paparan pra-kehamilan ke antigen HLA ayah yang terdapat dalam air mani telah terbukti menurunkan kejadian preeklamsia (Blair, 2010).Hasil invasi trofoblas plasenta yang dangkal dalam aliran darah, menyebabkan keadaan hipoksia semi permanen , atau tekanan oksigen rendah. Hipoksia adalah bagian alami dari plasentasi, kondisi hipoksia dalam rahim menyebabkan trofoblas awal melepaskan faktor angiogenik untuk mengembangkan pembuluh darah (Blair, 2010).Hipoksia lebih permanen dapat mencegah diferensiasi trofoblas dari sitotrofoblas untuk sinsitiotrofoblas melalui faktor hipoksia. Seperti disebutkan sebelumnya, sinsitiotrofoblas sangat penting untuk produksi hormon dan regulasi nutrisi yang menjaga kehamilan dan meningkatkan pertumbuhan. Stres tingkal selular terjadi karena hipoksia yang terlalu lama yang dapat menyebabkan peningkatan apoptosis sel dengan melepaskan mikropartikel ke dalam aliran darah ibu yang dapat menyebabkan respon inflamasi dan manifestasi klinis preeklamsia. Perubahan arteri spiral yang buruk membatasi aliran darah dan oksigen ke plasenta dan pada embrio, yang menjadi alasan peningkatan insiden IUGR pada preeklamsia (Blair, 2010).Stres induksi apoptosis yang berasal dari reoksigenasi hipoksia adalah faktor lain yang berkontribusi terhadap etiologi preeklamsia. Proses hipoksia - reoksigenasi sering diulang dan dapat menyebabkan kerusakan yang lebih parah, meningkatkan oksigen reaktif yang selanjutnya meningkatkan stres oksidatif (Blair, 2010).

2. HipoksiaHipoksia adalah stressor biologis umum. Normalnya untuk jaringan somatik adalah sekitar 8 % oksigen, sedangkan hipoksia berat, seperti yang dialami oleh plasenta trimester pertama, adalah oksigen 2 %. Setelah invasi dan remodeling arteri, kadar oksigen normal dalam plasenta ada pada sekitar 8 % . Kondisi hipoksia terjadi secara alami , dan eukariota telah berevolusi dari banyak jalur untuk kompensasi . Respon hipoksia melibatkan faktor hipoksia diinduksi 1 ( HIF1 ). Paparan hipoksia meningkatkan ekspresi HIF1 - ( HIF1A ) 78 . HIF1 - mengikat dengan HIF1 -( ARNT ) dalam dimer ke genom " elemen respon hipoksia " ( HRE ), diwakili oleh - RCGTG motif urutan , di wilayah promotor beberapa gene. Pengikatan HIF1 meregulasi ekspresi gen target, banyak faktor angiogenik . Ada banyak faktor hipoksia induce lain yang bekerja di jalur yang sama atau terkait termasuk : HIF2 - ( EPAS1 ) dan HIF3 - ( HIF3A ). Ketika jalur respon hipoksia dimulai, target utamanya adalah faktor transkripsi yang meningkatkan kemampuan sel untuk memperoleh lebih banyak oksigen. Hal ini termasuk faktor angiogenik yang menciptakan pembuluh darah baru seperti VEGF, dan reseptor VEGF ( FLT1 ), serta faktor-faktor yang meningkatkan transportasi molekul dan diferensiasi sel dan pertumbuhan (Blair, 2010).3. Ekspresi gen pada plasentaEkspresi gen pada plasenta sangat unik karena merupakan organ sementara dan sering dibandingkan dengan metastasis kanker. Pesatnya pertumbuhan plasenta pada trimester pertama tergantung pada ekspresi berbagai faktor pertumbuhan. EVT adalah populasi sel kunci yang mengekspresikan Plasenta Growth Factor (PGF) dan Vascular Epidermal Growth Factor (VEGFB dan VEGFC) untuk mempromosikan proliferasi sel EVT, migrasi dan invasi. Faktor-faktor ini berinteraksi dengan reseptor VEGF ( FLT1), yang juga dipresentasikan oleh EVT (Blair, 2010).Penelitian mengenai perbedaan dalam ekspresi antara preeklamsia dan plasenta telah berulang kali menemukan subset dari beberapa gen yang terapat dalam preeklamsia. Protein digunakan sebagai biomarker serum ibu di antara gen-gen yang diidentifikasi, termasuk Inha (Inhibin A), FLT , LEP (Leptin), PAPPA2, dan CGA dan CGB ( hCG ). Yang terpenting dalam perkembangan plasenta, menyiratkan bahwa plasentasi yang diubah adalah faktor kunci dalam manifestasi preeklamsia (Blair, 2010).Selain usia kehamilan sebagai faktor pengganggu yang penting, terdapat studi yang membandingkan ekspresi gen pada preeklamsia dibandingkan kontrol adalah degradasi cepat dari plasenta RNA pasca persalianan dan efek dari persalinan. Ada banyak RNases dalam plasenta yang bekerja tidak dapat diprediksi setelah persalinan, membuat interpretasi hasil dari studi ekspresi sulit . Sebagai alternatif, seseorang menganalisis metilasi DNA. Metilasi DNA stabil pasca melahirkan dan dengan demikian dapat memberikan gambaran yang cukup akurat dari molekul plasenta dalam rahim (Blair, 2010).Marker epigenetik non sekuens didasarkan pada perubahan genom, termasuk modifikasi histon dan metilasi DNA. Perbedaan tanda epigenetik ini dapat berkorelasi dengan perbedaan ekspresi gen dan sering dikaitkan dengan regulasi gen. Histon membentuk kompleks protein octameric yang merupakan basis struktur DNA yang dipadatkan, yaitu kromatin. Ketika polipeptida tail histon yang dimodifikasi dengan penambahan atau penghapusan kelompok kimia (misalnya asetilasi , fosforilasi dan metilasi ), hal ini dapat mempengaruhi struktur kimia atau interaksi fisik dengan lingkungannya. Interaksi ini dapat membuka kromatin, mengekspos berbagai faktor transkripsi dan DNA polimerase (euchromatic), atau dapat menutup kromatin efektif dengan mematikan transkripsi (heterokromatik ) (Blair, 2010).Metilasi DNA adalah penambahan gugus metil (- CH3) ke posisi 5 ' dari dasar sitosin dalam urutan genom, menciptakan 5' - methylcytosine ( 5'mC ) . Kehadiran kelompok metil mempengaruhi interaksi protein dengan genom melalui penyumbatan fisik atau perekrutan protein pengikat metil. Penambahan gugus metil dilakukan oleh methyltransferase DNA (DNMT) enzim dan terjadi terutama pada CpG dinukleotida. Selama pembelahan sel, DNMT1 " hemimethylated " situs CpG pada untai DNA yang baru direplikasi dan menambahkan gugus metil pada sitosin yang sesuai pada untai DNA yang baru direplikasi, mempertahankan metilasinya. DNMT3a dan b bertindak sebagai de novo methylators , menargetkan lengkapnya CpGs unmetilasi (Blair, 2010).Investigasi modifikasi histon dapat berguna untuk menentukan profil regulasi gen komprehensif untuk type sel yang diberikan, namun sulit dalam menganalisis dalam populasi sel heterogen seperti seluruh sampel vili korionik. Metilasi DNA relatif mudah untuk mengukur dan mengidentifikasi biomarker yang mungkin memiliki kegunaan klinis secara langsung. Kedua, tanda epigenetik dapat menunjukkan ekspresi gen dan aktivitas promotor. Namun, dengan menggunakan sumber yang tersedia , seseorang dapat mengintegrasikan konsensus tanda histone menjadi analisis data metilasi DN , menyediakan profil regulasi berpotensi lebih lengkap dalam sampel yang diberikan (Blair, 2010).4. Metilasi DNA dan ekspresi genMetilasi DNA pada CpG islands telah berulang kali dikaitkan dengan regulasi gen. CpG Island terkonsentrasi di elemen genom umumnya unmethylated disebut " CpG islands ", karena sitosin memiliki kecenderungan untuk deaminasi dan bermutasi menjadi thymines setelah evolusi. CpG islands biasanya terletak di dekat daerah promotor gen dan modifikasi epigenetik dari mereka dapat memainkan peran dalam ekspresi gen. Beberapa penelitian telah menunjukkan korelasi antara gain metilasi DNA di daerah promoter (dan CpG Islands terkait) dan penurunan ekspresi gen (meskipun banyak penelitian juga menunjukkan tidak ada korelasi). Hal ini disebabkan oleh baik secara fisik mencegah pengikatan faktor transkripsi atau dengan merekrut protein mengikat metil , yang bertindak sebagai represor dari transkripsi gen. Namun, tidak semua promotor dipasangkan dengan gen tidak aktif dan tidak semua promotor unmetilasi secara aktif ditranskripsi, menunjukkan bahwa metilasi DNA di daerah promoter bukan satu-satunya faktor yang mengatur ekspresi gen. Di daerah non - promotor, metilasi DNA yang diubah mungkin tanda mewakili perubahan ekspresi. Hal ini tercermin dalam pengamatan bahwa banyak perubahan terbesar dalam metilasi DNA dapat terjadi di daerah yang dikenal sebagai CpG Islands, daerah yang berbatasan langsung dengan CpG Islands. Penurunan metilasi di daerah ini mungkin menunjukkan aktivitas polimerase DNA atau faktor transkripsi yang mengikat di CpG Islandsyang berdekata . Atau, meningkat CpG - metilasi di dalam tubuh gen dapat dikaitkan dengan peningkatan transkripsi (Blair, 2010).Profil metilasi DNA dari setiap individu yang dinamis, terutama bila dibandingkan dengan urutan statis genom. Dalam perkembangannya, profil metilasi DNA dari janin dan plasenta dapat berubah drastis dalam hitungan minggu untuk memungkinkan diferensiasi tipe sel dan respon terhadap lingkungan . Setelah lahir , perubahan metilasi DNA dari waktu ke waktu telah dibuktikan dalam jaringan otak dan darah orang normal yang diambil pada waktu yang berbeda. Hal ini telah menyebabkan pemahaman bahwa dari waktu ke waktu, perubahan epigenetik dalam individu adalah kejadian umum yang mungkin dipengaruhi oleh lingkungan. Ligkungan kimia dan interaksi fisik adalah contoh dari peristiwa lingkungan yang telah ditunjukkan untuk mengubah metilasi DNA (Blair, 2010).Regulasi epigenetik plasenta berkembang mulai dari perkembangan praimplantasi sampai proses kehamilan. Tanda epigenetik , seperti metilasi DNA , modifikasi histon dan non - coding RNA , mempengaruhi pola ekspresi gen. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa jaringan di plasenta memiliki variabilitas dalam hal profil metilasi DNA secara keseluruhan dan metilasi promoter gen tertentu menunjukkan bukti untuk hubungannya dengan preeklamsia, seperti gen TUSC3. Oleh karena itu, perlu mengetahuiberbagai variasi metilasi DNA manusia dalam plasenta yang berhubungan dengan preeklamsia. Perkembangan chip metilasi DNA merupakan metode yang kuat untuk penelitian di epigenomik (Perry, 2010)Kortisol bertanggung jawab terhadap respon stress secara fisiologis, dimediasi dengan cara mengikat reseptor glukokortikoid (GR) gen (subfamili reseptor nuklir 3, kelompok C, anggota 1 [ NR3C1 ]. Pelepasan kortisol dapat dipicu oleh sejumlah stimulasi untuk mengatur respon kekebalan tubuh, fungsi kardiovaskular, metabolisme dan fungsi reproduksi. Corticotropin releasing hormone ( CRH ) memulai respon stres ini melalui Hipotalamus Pituitary Adrenal (HPA). Sejumlah besar plasenta CRH, identik dengan bentuk hipotalamus, disintesis dan disekresi oleh sinsitiotrofoblas, dan merangsang kedua hipofisis ibu dan janin untuk melepaskan hormon adrenocorticotropin ( ACTH ), dengan demikian menyebabkan sekresidari adrenal kortisol. Dalam plasenta, CRH memiliki peran ganda termasuk stimulasi sintesis estrogen dan meningkatkan ketersediaan glukosa ibu untuk penyerapan plasenta. Berbeda dengan hipotalamus yang mengontrol CRH, kortisol positif merangsang produksi CRH dalam plasenta. Kegiatan CRH dikendalikan oleh penyerapan protein plasma yang mengikat CRH (CRHBP), sehingga mengatur tingkat bioaktif CRH bebas (Hogg, 2013).Dalam plasenta, kortisol diinaktivasi oleh 11 - hidroksisteroid dehidrogenase tipe 2 (11 - HSD2), dikodekan oleh HSD11B2. Disregulasi HSD11B2 dalam plasenta ini terkait dengan terjadinya komplikasi kehamilan dan disertai dengan berat badan lahir rendah. Komplikasi kehamilan termasuk preeklamsia dan hambatan pertumbuhan intrauterin ( IUGR ) telah dikaitkan dengan penurunan plasenta aktivitas / ekspresi HSD11B2 (Hogg, 2013).Epigenetikyang umumnya dipelajari adalah dalam konteks perkembangan pemrograman dan DNA metilasi. Plasenta sebagian besar memberikan kontribusi terhadap lingkungan janin melalui endokrin dan fungsi metabolik, selain pertukaran nutrisi. Plasenta dapat mempengaruhi kerentanan epigenetik pada janin, plasenta juga merupakan target dari dampak lingkungan. Ilustrasi potensi kerentanan plasenta terhadap stres dalam rahim dengan mengubah komponen donor metil, termasuk folat, metionin dan kolin dalam plasenta tikus terkena glukokortikoid (Hogg, 2013).Metilasi DNA dari promotor 1F NR3C1 ekson secara luas dipelajari, dimana metilasi yang diubah diamati dalam menanggapi rangsangan stres pada tikus dan manusia studi di beberapa jaringan . Metilasi DNA juga diusulkan untuk mengatur spesifik jaringan HSD11B2 ekspresi dan telah dikaitkan dengan regulasi gen HSD11B2 plasenta di pralahir stres terkena tikus. Selain itu, ekspresi mRNA CRH dalam plasenta manusia rentan terhadap peningkatan asupan ibu dari donor metil kolin, yang berhubungan dengan peningkatan metilasi DNA dari CRH promotor (Hogg, 2013).Sebagian besar kehamilan normotensif ditandai dengan tidak adanya kortisol plasenta. Namun, kehamilan dengan preeklamsiasebanyak 80 % kortisol terdeteksi dalam plasenta. Hal ini menjadi perhatian mengingat bukti untuk peran glukokortikoid dalam pemrograman perkembangan penyakit. Hal ini telah diuji pada hewan dan manusia, dan berhubungan dengan berat badan lahir rendah, respon stres hipersensitif dan anomali neurobehavioural pada bayi, peningkatan risiko metabolik, kardiovaskular dan sindrom reproduksi pada orang dewasa. Menentukan jenis kehamilan yang beresiko tinggi untuk pemrograman tersebut dan memahami mekanisme yang menyebabkan perubahan ini dapat memberikan perhatian dalam perawatan obstetri dan neonatal untuk hasil kesehatan yang lebih baik dalam jangka panjang (Hogg, 2013).Mutasi pada STOX1 diidentifikasi dalam beberapa kasus terjadi pada ibu dengan preeklamsia. Selain itu, kekurangan gen Cdkn1c yang terdapat pada tikus dapat menyebabkan hipertensi dan proteinuria selama kehamilan (Gambar3). Perubahan epigenetik genom juga terlibat dalam terjadinya preeklamsia. Misalnya, promotor SERPINA3 menunjukkanhipometilasi pada preeklamsia yang terkait dengan plasenta.Perubahan epigenetik gen ini mungkin berhubungan dengan penurunan invasi trofoblas dan melibatkan perubahan ini sebagai biomarker potensial untuk preeklamsia (Blair, 2010).TIMP3 adalah anggota keluarga dari metalloproteinase inhibitor matriks, yang memiliki fungsi penting dalam mengatur berbagai proses fisiologis seperti pertumbuhan sel, invasi, migrasi dan transformasi apoptosis. Gen ini sangat berperan dalam plasenta dan berperan penting dalam implantasi dan desidua dengan mengatur invasi trofoblas. Peningkatan ekspresi TIMPs, termasuk TIMP3 terjadi dalam placenta yang mengalami preeklamsia. Hipometilasi dari promotor TIMP3 dapat meningkatkan ekspresi TIMP3 dan akibatnya dapat mengurangi invasi trofoblas selama perkembangan plasenta sehingga dapat menyebabkan hipoperfusi plasenta di EOPET. Hipermetilasi promotor TIMP3 telah dilaporkan terjadi pada koriokarsinoma dan mola hidatidosa, dengan meningkatkan invasi trofoblas yang selanjutnya mendukung hubungan terbalik antara promotor TIMP3 metilasi dan invasi trofoblas. Hal ini juga menunjukkan bahwa TIMP3 bisa menghambat angiogenesis dengan menghalangi faktor pertumbuhan endotel vaskular dengan mengikat reseptor cacat yang ditemukan dalam trofoblas preeklampsia. Meskipun penyebab modifikasi epigenetik tidak diketahui, tetapi mungkin berhubungan dengan hipoksia dari sel tersebut. Menariknya, ekspresi TIMP3 meningkat pada trofoblas trimester pertama (Blair, 2010).Deteksi dini preeklampsia diperlukan untuk pengobatan yang efektif. Identifikasi beberapa gen dengan hipometilasipada promotor dapat menjadi deteksi dini preeklamsia. Secara khusus, penurunan yang signifikan dari metilasi DNA pada promoter TIMP3 dari EOPET plasenta dapat berguna sebagai biomarker untuk gangguan ini (Blair, 2010)Kemajuan terbaru dalam mengukur DNA janin yang terdapat pada plasma ibu dapat menjadi diagnosis non-invasif tambahan. Strategi ini memberikan fakta bahwa selama kehamilan, 3 sampai 6 % dari DNA sel bebas dalam plasma darah ibu berasal dari placenta. Oleh karena itu, seseorang dapat mendeteksi kelainan pada DNA janin langsung dari darah ibu tanpa melalui metode invasif seperti amniosentesis dan CVS. Telah terbukti bahwa terdapat peningkatan lebih dari lima kali lipat dalam sirkulasi DNA janin dalam plasma ibu dari kehamilan preeklampsia dibandingkan dengan kehamilan normal seperti yang diperkirakan dengan mengukur fragmen unmetilasi SERPINB5 DNA plasenta spesifik. Namun, SERPINB5 tidak terdapat perbedaan antara plasenta normal dan plasenta preeklamsia. Tingkat yang sama dari peningkatan sirkulasi DNA janin juga dapat ditemukan dalam plasma ibu preeklampsia dengan mengukur SRY, menunjukkan SERPINB5 bukan merupakan penanda spesifik untuk preeklampsia. TIMP3 secara signifikan terjadihipometilasi pada EOPET plasenta dapat menjadi deteksi dengan melihat peningkatan sel bebas TIMP3 dalam plasma ibu bisa memberikan sensitivitas meningkat untuk skrining non invasif kehamilan untuk EOPET. Yang penting, TIMP3 memiliki karakteristik yang sama dengan SERPINB5 karena dapat menjadi penanda diagnostik yang non invasif saat prenatal. SERPINA3, gen lain dalam keluarga serpin, telah diketahui dengan terjadinya hipometilasipada preeklamsia berat, tetapi tingkat metilasi dan potensinya untuk menjadi penanda klinis belum diperiksa secara khusus (Blair, 2010)5. Tinjauan pada sel mitokondriaDisfungsi MitokondriaAda bukti bahwa disfungsi mitokondria berhubungan dengan faktor genetik, stres oksidatif, biogenesis mitokondria, dan penuaan dapat mempengaruhi fungsi mitokondria, menyebabkan resistensi insulin dan berbagai kondisi patologis.

Gambar Mekanisme disfungsi mitokondria. Kelebihan asupan nutrisi, termasuk FFAs kelebihan berat badan atau kondisi gangguan metabolisme lemak atau kondisi hiperglikemia, meningkatkan produksi ROS dan mengurangi biogenesis mitokondria, menyebabkan disfungsi mitokondria. Disfungsi mitokondria menyebabkan produksi -oksidasi dan ATP menurun dan peningkatan produksi ROS, sehingga resistensi insulin, diabetes, dan penyakit kardiovaskular.

Stres oksidatifKonsumsi oksigen Extramitochondrial dapat terjadi oleh reaksi enzimatik nonenzimatik dan lainnya, termasuk oksidase NADPH, oksidase xanthine, uncoupled NO synthase,D-AMINOOXIDASE,sitokrom p450, dan hydroxylases prolin, namun, mitokondria adalah situs utama produksi ROS (0.2% menjadi 2 % dari total oksigen diambil oleh sel-sel).Produksi ROS terjadi terutama di kompleks I (NADH coq reduktase) dan kompleks III(bc1kompleks) di mitokondria.Produksi ROS meningkat ketika kelebihan elektron diberikan kepada rantai pernapasan mitokondria.Kelebihan elektron akan ditransfer ke oksigen, yang dikonversi menjadi superoksida dan selanjutnya untuk hidrogen peroksida baik oleh spontan atau melalui dismutase superoksida.Tingkat tertinggi dari produksi ROS terjadi ketika gradien proton yang tinggi dan konsumsi oksigen (ATP demand) rendah. Kelebihan asupan kalori dan pengeluaran energi yang rendah dapat menyebabkan kekuatan proton tinggi dan kurang permintaan ATP.Oleh karena itu, sebagian besar operator elektron ditempati oleh elektron, dan elektron kelebihan ditransfer ke oksigen tanpa produksi ATP.Ketika aktivitas meningkatkan permintaan ATP, transfer elektron yang digabungkan untuk produksi ATP dan mengurangi kekuatan proton.Meskipun mekanisme pelindung intraseluler, termasuk superoksida dismutase, katalase, dan glutathione mengurangi, kelebihan ROS merugikan fisiologi selular.ROS yang dihasilkan dari kerusakan protein mitokondria, DNA, dan lipid dalam komponen membran, yang mengakibatkan disfungsi mitokondria.

BAB VKESIMPULAN

1. Pada pasien ini didapatkan diagnosis akhir adalah Para 2 Abortus 0 usia 24 tahun post partum 3 hari dengan Preeklampsia Ringan1. Preeklamsia dikaitkan dengan adanya ketidakseimbangan tromboksan, vasokonstriktor dan aktivator trombosit, prostasiklin, vasodilator dan inhibitor aktivasi trombosit1. Peningkatan produksi tromboksan pada preeklamsia bisa berhubungan dengan ekspresi yang berubah sintase tromboksan gen (TBXAS1) akibat variasi genom atau aktivasi transkripsi, serta mencakup epigenetik regulasi, termasuk metilasi DNA.1. Identifikasi beberapa gen dengan hipometilasipada promotor dapat menjadi deteksi dini preeklamsia. 1. Secara khusus, penurunan yang signifikan dari metilasi DNA pada promoter TIMP3 dari EOPET plasenta dapat berguna sebagai biomarker untuk gangguan ini. 1. Keterlibatan gen lain dalam terjadinya preeklamsia juga sangat berpengaruh, seperti pengkodean oleh HSD11B2 untuk inaktivasi kortisol dalam plasenta, Mutasi pada STOX1, serta hipometilasi pada promotor SERPINA3.

DAFTAR PUSTAKA

Berger, S.L., 2007. The complex language of chromatin regulation duringtranscription. Nature 447, 407412.Blair, John. 2010. Dna Methylation Studies Of Preeclampsia And Related Conditions. B.Sc, McGill University. Available in http://circle.ubc.ca/bitstream/handle/2429/44801/ubc_2013_fall_blair_john.pdf?sequence=3 diakses pada tanggal 22 April 2014.

Brooks MD. 2011. Pregnancy,Preeclamsia. Dalam: Wulan, S.K. Karakteristik Penderita Preeklamsia dan Eklamsia Di RSUP Haji Adam Malik Tahun 2009-2011 : Medan.Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Westrom KD, 2006.Kehamilan Multi Janin. Dalam: Hatono A, Suyono YJ. Pendit BU. Obstetri Williams.Volume 1 edisi 21. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.Fuks, F., 2005. DNA methylation and histone modifications: teaming up to silence Li, B., Carey, M., Workman, J.L., 2007. The role of chromatin during transcription. Cell 128, 707719.Felicia, Devi., Fredy, Felix Chikita., Iskandar W J. 2010. Suplementasi Asam Folat Sebagai Upaya Pencegahan preeklamsia Pada Ibu Hamil di Indonesia.Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia.Vol.I No 01.Hogg, Kristen. 2013. Early Onset Pre-Eclampsia Is Associated with AlteredDNA Methylation of Cortisol-Signalling andSteroidogenic Genes in the Placenta. Available in http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23667551 diases pada tanggal 23 April 2014

Holliday, R. 2005. DNA methylation and epigenotypes. Biochemistry. 70: 500-504.

Hsieh, T. F. dan R. L. Fischer. 2005. Biology of chromatin dynamics. Annual Review of Plant Biology. 56: 327-351.

Kubota, Takeo. 2008. Epigenetic in Congenital Diseases and Pervasive Developmental Disorders. Environ Health Prev Med. Vol 13:3-7Li, B., Carey, M., Workman, J.L., 2007. The role of chromatin during transcription. Cell 128, 707719.Norwitz,E. Schorge,J. 2007. At a Glance Obstetri & Ginekologi edisi kedua Kematian Janin Intra Uterin. Jakarta: EMS.Perry, Jo K. 2010. Regulation Of Invasive Growth: Similar EpigeneticMechanisms Underpin Tumour Progression AndImplantation In Human Pregnancy. Available in http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20025611. diaksess pada tanggal 23 April 2014

Wiknjosastro H, Saifuddin A, Rachimhadhi T,editor, 2009.Kehamilan Kembar dalam Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,hal. 386 97, JakartaYuen, Ryan KC. 2010. DNA Methylation Profiling Of Human Placentas Reveals Promoter Hypomethylation Of Multiple Genes In Early-Onset Preeclampsia. Available in http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20442742 diakses pada tanggal 23 April 2014.